Download - Laras Ayunda Pratama - Fkik
-
EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI
PENGETAHUAN MENGENAI PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI
(SADARI) PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 3 TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH:
LARAS AYUNDA PRATAMA
NIM: 1110104000048
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
-
iii
SCHOOL OF NURSING
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF
JAKARTA
Undergraduate Thesis, Juli 2014
Laras Ayunda Pratama, NIM: 1110104000048
The Effectiveness of Health Education on the Knowledge Score of Breast
Self-Examination (BSE) in Adolescents at SMPN 3 Tangerang Selatan
xviii + 74 pages + 5 charts + 8 tables + 8 attachments
ABSTRACT
Patients with breast malignancy mostly come when advanced stage, so that
treatment can not be adequately or appropriately. The effort of BSE is very
important because approximately 75-85% of breast cancer malignancy was found
at the time of BSE. Lack of knowledge of the public, especially adolescents about
breast self-examination needs to be addressed with improved promotive-
preventive against breast health issues. This study aims to determine the
effectiveness of health education on the knowledge score about BSE in adolescent
in SMPN 3 Tangerang Selatan. This research is a quantitative research method of
pre-experimental design with one group pre-test post-test design. The amount of
samples were 33 people with consecutive sampling. Data collected by using
questionnaire and analyzed by used a paired t test. The results showed there was
an increase in knowledge score of 24,65% after being given health education
about BSE. The results of hypothesis test with = 0.05 obtained significant value of p
-
iv
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2014
Laras Ayunda Pratama, NIM: 1110104000048
Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja Putri di SMPN 3
Tangerang Selatan
xviii + 74 halaman + 5 bagan + 8 tabel + 8 lampiran
ABSTRAK
Penderita keganasan payudara sebagian besar datang saat stadium lanjut, sehingga
pengobatannya tidak dapat adekuat atau tepat. Upaya SADARI sangat penting
sebab sekitar 75-85% keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan
SADARI. Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya remaja putri mengenai
SADARI perlu disikapi dengan peningkatan upaya promotif-preventif terhadap
masalah kesehatan payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas
pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai SADARI pada remaja
putri di SMPN 3 Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif menggunakan desain penelitian pre experimental design dengan one
group pre-test post-test design. Sampel berjumlah 33 orang diperoleh melalui
teknik consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan
dianalisis menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian didapatkan terdapat
peningkatan skor pengetahuan sebesar 24,65% setelah diberikan pendidikan
kesehatan mengenai SADARI. Hasil uji hipotesis dengan =0,05 didapatkan nilai siginifikan p
-
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : LARAS AYUNDA PRATAMA
Tempat, tanggal Lahir : Tangerang, 28 Desember 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Kp. Tukang Kajang RT/RW 005/002 Desa Rawa
Rengas Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang
Banten
HP : +6285780932089
E-mail : [email protected]
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Program
Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. TK Islam Al Fajar 1996-1998
2. SDN 04 Rawa Rengas 1998-2004
3. SMPN 1 Teluknaga 2004-2007
4. SMAN 6 Tangerang 2007-2010
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010-sekarang
-
ix
PERSEMBAHAN
..Bahwa sesungguhnya Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang berilmu
pengetahuan dengan beberapa derajat.. (QS Al Mujadilah: 11)
Bismillah, Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Mama, wanita terhebat yang pernah saya temui. Betapa bangganya bisa
terlahir dari rahimmu. Seluruh kasih sayang, doa, perhatian, dan dukungan
selalu tercurah dari mu selama ini. Mama adalah salah satu nikmat terbesar
yang pernah saya dapatkan, alhamdulillah. I love you, Mom
Papa, Laki-laki kuat yang selalu menjadi motivasi saya untuk terus belajar.
Seorang ayah yang tiada henti mencurahkan dan memanjatkan doa nya
untuk anak-anaknya. Tetaplah menjadi kebanggaan keluarga, tetaplah
menjadi papa yang hebat untuk kami, anak-anakmu
Adik-adikku, Fully dan Agri. Dua malaikat yang selalu memberikan saya
keceriaan dan kasih sayang. Dua orang yang tak kalah penting dalam
hidup saya. I love you, both
Teman-teman seperjuangan, PSIK UIN 2010 yang selalu memberikan
semangat dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Hani, septi, kiki,
vica, alif, adis, gaby, dan ratna yang selalu memberikan semangat dan
dukungan, you know we can do it, guys
Semua orang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu tanpa
mengurangi rasa terima kasih saya terhadap kalian. Semua orang yang
mendoakan saya dalam sholatnya tanpa saya ketahui
Terima kasih atas semua doa, kasih sayang, dukungan, dan bantuan yang kalian
berikan kepada saya selama ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian,
Aamiin Ya Allah.
-
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat,
hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) pada Remaja Putri di SMPN 3 Tangerang Selatan. Sholawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna
mendapat gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis dapatkan selama
kuliah.
Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi
dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa
penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun metodologi.
Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun mengenai tulisan ini
sangat penulis harapkan.
Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, serta
kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan proposal skripsi ini.Penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta.
2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Puspita Palupi, M.Kep, Ns. Sp. Kep., Mat dan Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku dosen pembimbing skripsi yang meluangkan
waktu dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta
motivasi kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan
skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
selama kuliah.
5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik serta Perpustakaan Akademik yang telah banyak memberi kemudahan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Seluruh guru di SMPN 3 Tangerang Selatan yang dengan sabar memberikan bantuan dan dukungan moriil kepada penulis dalam proses
penelitian.
7. Orang tua tercinta, Ibunda Naiyah dan Ayahanda Syamsudin, yang selalu memberikan kasih sayang yang tiada henti, doa, dukungan, dan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak
lupa, kepada adik-adik tersayang Fully dan Agri serta seluruh keluarga
-
xi
besar yang senantiasa juga selalu memberikan dukungan dan doanya
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada seluruh keluarga PSIK, kakak-kakak, adik-adik, khususnya teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2010,
yang telah membantu dan memotivasi dalam proses pembuatan skripsi ini.
Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan
kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya, penulis
berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
khususnya.
Ciputat, Juli 2014
Laras Ayunda Pratama
-
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Pernyataan Keaslian Karya ii
Abstract iii
Abstrak iv
Pernyataan Persetujuan v
Lembar Pengesahan vi
Daftar Riwayat Hidup viii
Lembar Persembahan ix
Kata Pengantar x
Daftar Isi xii
Daftar Singkatan xv
Daftar Bagan xvi
Daftar Tabel xvii
Daftar Lampiran xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 6
1. Tujuan Umum 5
2. Tujuan Khusus 6
D. Manfaat Penelitian 6
1. Manfaat Ilmiah 6
2. Manfaat Praktis 6
E. Ruang Lingkup Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja 8
1. Pengertian Remaja 8
2. Periode Remaja 9
-
xiii
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja 9
a. Tugas Perkembangan Remaja 9
b. Pertumbuhan Remaja 12
c. Anatomi Fisiologi Payudara 14
B. Masalah Kesehatan Payudara pada Remaja 16
1. Kanker Payudara 16
2. Fibroadenoma (FAM) 17
3. Papiloma Intraduktal 18
4. Fibrokistik Payudara 18
C. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 19
1. Pengertian SADARI 19
2. Langkah-langkah SADARI 20
3. Tanda-tanda SADARI yang harus diwaspadai 22
D. Health Promotion Model (HPM) 22
E. Pendidikan Kesehatan 24
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan 24
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan 27
3. Sasaran Pendidikan Kesehatan 27
4. Metode Pendidikan Kesehatan 28
5. Media Pendidikan Kesehatan 34
6. Tahapan Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan 35
F. Pengetahuan 36
G. Ingatan 40
H. Kerangka Teori 42
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep 43
B. Definisi Operasional 44
C. Hipotesis 45
-
xiv
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 46
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 47
C. Populasi dan Sampel 47
D. Teknik Pengambilan Sampel 47
E. Instrumen Penellitian 48
F. Uji Validitas dan Reliabilitas 50
G. Tahapan Pengaambilan Data 51
H. Pengolahan Data 53
I. Analisis Data 54
J. Etika Penelitian 55
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian 57
B. Analisis Univariat 58
C. Analisis Bivariat 63
BAB VI PEMBAHASAN
A. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Responden
Mengenai SADARI 66
B. Keterbatasan Penelitian 70
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 72
B. Saran 72
Daftar Pustaka
Lampiran
-
xv
DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization
UIN : Universitas Islam Negeri
PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan
FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
BPS : Badan Pusat Statistik
SADARI : Pemeriksaan Payudara Sendiri
SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri
SMA : Sekolah Menengah Atas
RI : Republik Indonesia
DEPKES : Departemen Kesehatan
HPM : Health Promotion Model
HBM : Health Belief Model
SD : Standart Deviasi
CI : Confidence Interval
YKPJ : Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta
PMR : Palang Merah Remaja
PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat
-
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Langkah-langkah Melakukan SADARI 21
Bagan 2.2 Kerucut Edgar Dale 33
Bagan 2.3 Kerangka Teori 42
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 43
Bagan 4.1 Desain Penelitian 46
-
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional 44
Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian 49
Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden 57
Tabel 5.2 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswi Sebelum dan Sesudah
Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI) 59
Tabel 5.3 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sebelum Diberikan Pendidikan
Kesehatan 60
Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sesudah Diberikan Pendidikan
Kesehatan 61
Tabel 5.5 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja Putri tentang SADARI
Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan 62
Tabel 5.6 Distribusi Perbedaan Pengeahuan Tentang SADARI Sebelum dan
Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan 63
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Perizinan Studi Pendahuluan
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian, Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4. Kuesioner
Lampiran 5. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 6. Hasil Olahan SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 7. Hasil Olahan SPSS Univariat
Lampiran 8. Hasil Olahan SPSS Bivariat
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan seseorang yang berada pada tahapan antara fase anak dan
dewasa serta ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi
(Efendi, 2009). Rentang usia remaja menurut World Health Organization (WHO)
pada tahun 2013 adalah antara usia 10-19 tahun, sedangkan menurut Efendi (2009),
remaja yang sudah menikah tidak lagi tergolong sebagai remaja melainkan sebagai
dewasa. Data yang diperoleh dari sensus penduduk tahun 2010 yaitu populasi remaja
perempuan sekitar 21.275.092 jiwa atau 8,8% dari jumlah penduduk di Indonesia.
Diperkirakan pada tahun 2012 jumlah remaja perempuan usia muda (
-
2
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) perlu dilakukan. SADARI merupakan
salah satu cara yang dilakukan untuk deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini
meliputi inspeksi dan palpasi payudara serta dapat dilakukan pada posisi berdiri
maupun berbaring (Otto, 2003). Waktu yang paling baik untuk melakukan SADARI
adalah 7 sampai 10 hari setelah menstruasi, saat pembengkakan dan nyeri payudara
telah mereda. Benjolan di payudara yang ditemukan saat SADARI harus dievaluasi
terhadap satu dari tiga kemungkinan: (1) kista, (2) tumor jinak, atau (3) tumor ganas
(Gruendemann, 2005). Upaya SADARI sangat penting sebab sekitar 75-85%
keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan SADARI (Purwoastuti,
2008). Penderita keganasan payudara sebagian besar datang saat stadium lanjut,
sehingga pengobatannya tidak dapat adekuat atau tepat (Manuaba, 2009). Hal ini
menjadikan pengetahuan yang baik tentang prosedur SADARI sangat penting
dimiliki oleh remaja putri karena tahu tentang prosedur SADARI merupakan salah
satu alasan yang menyebabkan remaja putri mengaplikasikan SADARI (Karayurt,
2008).
Perempuan yang melakukan SADARI secara rutin akan menemukan penyakit
payudara lebih dini, dan kematian akibat kanker payudara dapat dihindari dengan
diagnosis dan pengobatan sedini mungkin (Benson, 2008). Kanker payudara
umumnya menyerang perempuan yang telah berumur lebih dari 40 tahun, perempuan
muda pun bisa terserang kanker ini (Mardiana, 2004). Statistik Kanker RSUP
dr.M.Djamil Padang pada tahun 2010 melaporkan bahwa jumlah kasus kanker
payudara pada tahun 2010 yaitu sebanyak 1758 kasus dan usia termuda penderita
kanker payudara berusia 15 tahun (Lenggogeni, 2011). Jakarta Breast Center
-
3
melaporkan bahwa klinik khusus penanganan keluhan pada payudara di Jakarta
menunjukkan dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001-2002, 79% pasien
diantaranya menderita tumor payudara jinak dan hanya 14% pasien yang menderita
kanker payudara (Diananda, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Utama (2008) di SMA Negeri 5 Jambi
menunjukkan bahwa sebanyak 72,6% dari 201 responden memiliki pengetahuan
kurang baik mengenai SADARI. Pengetahuan remaja putri mengenai SADARI
sangat penting dalam pendeteksian dini serta penanggulangan kanker payudara,
terutama jika mengingat bahwa kejadian kanker payudara saat ini semakin banyak
menyerang usia remaja (YKPJ, 2011). WHO (2013) melaporkan bahwa kanker
payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh perempuan baik di
negara maju maupun di negara kurang berkembang. Diperkirakan bahwa di seluruh
dunia lebih dari 508.000 perempuan meninggal pada tahun 2011 karena kanker
payudara (Global Health Estimate, WHO 2013). Kanker payudara menempati urutan
kedua yang paling banyak diderita kaum perempuan setelah kanker mulut atau leher
rahim (serviks) (Depkes RI, 2013).
Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya remaja putri mengenai bahaya
kanker payudara perlu disikapi dengan peningkatan upaya promotif-preventif. Upaya
tersebut salah satunya adalah dengan edukasi di berbagai elemen masyarakat. Edukasi
akan lebih efektif jika dilakukan lebih awal, antara lain pada siswa sekolah (Depkes
RI, 2013). Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja khususnya mengenai
masalah payudara yang dilakukan oleh professional telah terbukti efektif dalam
meningkatkan pengetahuan mengenai kanker payudara dan praktik SADARI (Yi &
-
4
Park, 2012). Kanker payudara biasanya terjadi setelah usia 45 tahun, tetapi saat ini
usianya menuruns dan banyak perempuan muda yang menderita kanker payudara
(Fry & Prentice, 2006 dalam Karayurt, 2008). Kanker payudara yang menyerang
perempuan muda lebih agresif dan sedikit yang dapat bertahan hidup, hal ini
membuat deteksi dini lebih penting (Rosenberg & Levy, 2001 dalam Karayurt, 2008).
Permatasari (2013) dalam penelitiannya di SMA Negeri 2 Pontianak Barat
mengungkapkan bahwa penyuluhan tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker
payudara efektif dapat meningkatkan pengetahuan siswi tentang SADARI. Hal ini
juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ouyang dan Hu (2014) di Cina
yang menunjukan bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan
tentang kanker payudara dan SADARI.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 11 orang siswi SMPN 3
Tangerang Selatan didapatkan data bahwa 9 diantaranya belum mengetahui dan
belum pernah mendapat informasi mengenai SADARI. Berdasarkan hal tersebut,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Efektifitas pendidikan
kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan.
B. Rumusan Masalah
Survei yang dilakukan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) pada
tahun 2005 menunjukkan 80% masyarakat tidak mengerti pentingnya pemeriksaan
dini payudara. Sebanyak 70% kasus kanker payudara ditemukan dalam stadium lanjut
sehingga angka penyembuhannya rendah. Hal ini dikarenakan masih rendahnya
-
5
kesadaran, pengertian, dan pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara,
sementara penanganan kanker payudara secara lintas sektoral belum mendapat
prioritas dari pemerintah (Rasjidi, 2010). Menurut Nursalam (2008), perilaku
kesehatan (health behavior) juga menentukan status kesehatan, perubahan perilaku
menuju kearah hidup yang kondusif untuk kesehatan dapat dilakukan salah satunya
melalui pendidikan kesehatan.
Masalah dalam penanggulangan kanker payudara di Indonesia adalah
penderita datang ke pelayanan kesehatan sudah dalam stadium lanjut. Data yang
didapatkan berdasarkan survei di RS Kanker Dharmais menunjukkan jumlah
penderita yang datang pada stadium lanjut sebanyak 70% (Bustan, 2007). Di
Sumatera Barat, data rekam medik RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2010
menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker payudara pada tahun 2010 yaitu sebanyak
1758 kasus, sedangkan usia termuda penderita kanker payudara berusia 15 tahun
(Statistik Kanker RSUP dr.M.Djamil Padang, 2011 dalam Lenggogeni, 2011).
Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai
SADARI pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendidikan
kesehatan terhadap skor pengetahuan mengenai SADARI pada remaja putri di
SMPN 3 Tangerang Selatan.
-
6
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya sumber informasi remaja putri mengenai SADARI sebelum
diberikan pendidikan kesehatan.
b. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sebelum
diberikan pendidikan kesehatan.
c. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sesudah
diberikan pendidikan kesehatan.
d. Diketahuinya efektifitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
mengenai SADARI pada remaja putri.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Menjadi landasan dalam promosi kesehatan pada remaja dalam rangka
meningkatkan pengetahuan remaja putri dalam melakukan SADARI.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu dijadikan
pertimbangan untuk meningkatkan kualitas khususnya mata kuliah
keperawatan maternitas dan mengembangkan instrumen-instrumen
pengkajian kesehatan reproduksi pada perempuan serta pengembangan
kurikulum dalam pendidikan keperawatan.
-
7
b. Bagi Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk perawat di Indonesia
dalam menjalankan peran sebagai health educator dalam upaya
melakukan promosi kesehatan reproduksi remaja dan untuk meningkatkan
pengetahuan remaja putri tentang SADARI.
c. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai
acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang
berbasis evidence base practice khususnya dalam upaya pencegahan
terhadap kanker payudara.
d. Bagi SMPN 3 Tangerang Selatan
Melalui penelitian ini diharapkan pihak sekolah mampu menjadi
indikator tingkat pengetahuan siswi di SMPN 3 Tangerang Selatan
mengenai SADARI dan sebagai upaya promosi kesehatan yang dapat
bekerjasama dengan pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan sekolah.
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini bersifat kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan Juni
2014 di SMPN 3 Tangerang Selatan dengan objek penelitian yaitu siswi-siswi
SMPN 3 Tangerang Selatan kelas VII dan VIII. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian pre experimental design dengan one group pre-test post-test design.
-
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja atau adolescence merupakan masa peralihan seseorang dari
fase anak-anak menuju fase dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik,
perilaku, kognitif, biologis dan emosi secara berkesinambungan (Efendi,
2009; Depkes, 2005). Rentang usia remaja adalah antara usia 10-19 tahun
sedangkan jika dalam rentang usia tersebut sudah menikah maka tidak lagi
tergolong sebagai remaja melainkan sebagai dewasa (WHO, 2013; Efendi,
2009).
Periode remaja adalah periode yang cepat berubah yang dapat
dijadikan sebuah kesempatan untuk mengajarkan hal-hal untuk membentuk
perilaku kesehatan hingga dewasa (Karayurt, 2008). Periode remaja
merupakan perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik
dilihat dari kognitif, emosi, maupun fisik (Teguh, 2013). Istilah adolescence
biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas
menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan
hormonal mengakibatkan perubahan penampilan pada remaja, dan
perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan
berhadapan dengan abstraksi (Potter & Perry, 2005).
-
9
2. Periode Remaja
Wong (2008) mengungkapkan bahwa ada tiga periode remaja, yang
pertama yaitu remaja awal (early adolescent). Periode ini remaja berada
pada rentang usia 11-14 tahun, pada masa ini laju pertumbuhan terjadi
dengan cepat, puncak kecepatan pertumbuhan, karakteristik seks sekunder
muncul.
Periode selanjutnya yaitu periode remaja pertengahan (middle
adolescent). Periode ini remaja berada pada rentang usia 15-17 tahun,
remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan melambat pada remaja putri,
tinggi badan mencapai 95% tinggi badan dewasa, karakteristik seks
sekunder berkembang dengan baik.
Periode terakhir adalah remaja akhir (late adolescent). Rentang usia
remaja pada periode ini adalah 18-20 tahun, terjadi kematangan secara fisik,
pertumbuhan struktur dan reproduktif hampir lengkap (Wong, 2008).
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber. Masa puber
atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan
intelektual berkembang sangat cepat (Djiwandon, 2006).
a. Tugas Perkembangan Remaja
1) Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara
lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun
perempuan
2) Memperoleh peranan sosial
3) Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakan secara efektif
-
10
4) Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya
5) Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri
sendiri
6) Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
7) Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga
8) Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup
(Soetjiningsih, 2004).
Ada tiga aspek perkembangan pada remaja menurut Papalia
(2001), yaitu:
1) Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh,
otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Perubahan pada
tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,
pertumbuhan tulang dan otot, serta kematangan organ seksual dan
fungsi reproduksi. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya
semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Papalia,
2001).
Perubahan fisik pada remaja yang sangat jelas tampak pada
pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakkan serta
perkembangan karateristik seks sekunder. Perubahan yang tidak
tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan kematangan
neurogonad yang disertai dengan kemampuan untuk bereproduksi.
Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin ditentukan berdasarkan
-
11
karateristik pembeda, yaitu karakteristik seks primer dan
karakteristik seks sekunder. Karakteristik seks primer merupakan
organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduktif
(misalnya ovarium, uterus, payudara). Sedangkan, karakteristik
seks sekunder adalah perubahan yang terjadi di seluruh tubuh
sebagai hasil dari perubahan hormonal tetapi tidak berperan
langsung dalam reproduksi (Wong, 2008).
2) Perkembangan Kognitif
Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena
perilaku adaptasi secara biologis mereka. Remaja secara aktif
membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang
didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema
kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal
atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja
juga menghubungkan ide-ide tersebut (Santrock, 2007).
Piaget (1976) dalam Bastable (2004) menamakan tahap
perkembangan kognitif ini sebagai periode formal operation.
Remaja telah mendapatkan penalaran baru yang lebih tinggi
tingkatannya melampaui pemikiran saat masa kanak-kanak awal.
Mereka sanggup berpikir secara abstrak dan melakukan penalaran
logis yang kompleks yang merupakan suatu masalah sendiri jika
dibandingkan dengan silogistis. Penalaran mereka bersifat induktif
dan deduktif, serta mereka sanggup membuat hipotesis dan
-
12
menerapkan prinsip-prinsip logika pada situasi yang belum pernah
dihadapi.
Remaja mampu memahami konsep kesehatan dan penyakit,
berbagai penyebab kesehatan dan penyakit, pengaruh variabel atas
status kesehatan, dan gagasan yang berkaitan dengan promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit. Mereka memahami penyakit
sebagai suatu proses akibat kelainan fungsi atau tidak berfungsinya
satu atau beberapa bagian dari tubuh dan dapat memahami akibat
atau prognosis suatu penyakit. Mereka juga mampu
mengidentifikasi perilaku yang sehat tetapi mungkin menolak
untuk mempraktikkannya atau mulai terlibat dalam perilaku
berisiko karena mendapat tekanan sosial dari teman sebaya juga
adanya perasaan tak terkalahkan (Bastable, 2004).
3) Perkembangan Kepribadian dan Sosial
Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu
berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik
sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam
berhubungan dengan orang lain. Perkembangan sosial pada masa
remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang
tua. Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam
menentukan perilaku remaja (Papalia, 2001; Santrock, 2007).
b. Pertumbuhan Remaja
Soetjiningsih (2004) menerangkan bahwa pertumbuhan
menggambarkan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
-
13
jaringan intraseluler yang terlihat secara fisik dan dapat diukur dengan
menggunakan satuan panjang atau satuan berat dengan proses yang
berkesinambungan dipengaruhi oleh faktor genetik (ras atau keluarga)
dan faktor lingkungan bio-psikososial yang dimulai dari masa
konsepsi hingga masa dewasa.
Potter & Perry (2005) menjelaskan mengenai empat fokus
utama pada pertumbuhan fisik remaja, yaitu: peningkatan kecepatan
pertumbuhan skelet, otot, dan visera; perubahan spesifik-seks, seperti
perubahan bahu dan lebar pinggul; perubahan distribusi otot dan
lemak; perkembangan system reproduksi dan karakteristik seks
sekunder.
Pertumbuhan pada remaja dipengaruhi oleh beberapa hormon
(Soetjiningsih, 2004), antara lain:
a) Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)
Hormon yang paling berpengaruh selama remaja, yang dihasilkan
terutama pada saat tidur nyenyak malam hari. Mempunyai dua efek
terhadap tulang rawan epifisis, serta berefek langsung pada
metabolism protein, karbohidrat, dan lemak dengan bersifat
anabolik.
b) Hormon Tiroid
Hormon tiroid berefek langsung pada maturasi tulang, selain itu
juga hormon tiroid ini mempengaruhi produksi hormon
pertumbuhan dan sebaliknya hormon tiroid juga tidak dapat bekerja
tanpa adanya hormon pertumbuhan.
-
14
c) Glukokortikoid
Glukokortikoid berfungsi untuk menekan sintesis tulang dan tulang
rawan serta mineralisasi, sehingga produksi glikoprotein
meningkat.
d) Calcium Regulating Hormone
Kalsium diatur oleh hormon paratiroid yang berpengaruh besar
pada elemen jaringan tulang yang terlibat dalam osteogenesis.
Selain itu juga ada vitamin D yang mempengaruhi maturasi tulang.
c. Anatomi dan Fisiologi Payudara
Payudara wanita disebut juga glandula mammae merupakan alat
reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum
dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara terletak
pada fascia superficialis dinding rongga dada di atas musculus
pectoralis major dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium.
Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan
mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau aksila
(cauda axillaris Spence). Ukuran payudara berbeda untuk setiap
individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak
jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada
payudara yang lain (Verralls, 2004). Variasi ukuran payudara
bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan
bukan pada jumlah jaringan glandular aktual (Sloane, 2003).
Struktur payudara terdiri dari beberapa jaringan dan lobus, yaitu
(1) jaringan glandular terdiri dari 15-20 lobus mayor, setiap lobus dialiri
-
15
duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus
(ampula) sebelum muncul untuk memperforasi puting dengan 15-20
mulut (opening). (2) lobus-lobus dikelilingi jaringan adiposa dan
dipisahkan oleh ligament suspensorium cooper (berkas jaringan ikat
adiposa). Ligamen suspensorium ini merentang dari fasia dalam pada
otot pektoralis sampai fasia superfisial tepat dibawah kulit. (3) Lobus
mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobus, setiap lobulus
kemudian bercabang menjadi duktus menjadi duktus-duktus kecil yang
berakhir di alveoli sekretori. (4) Puting dikelilingi oleh area kulit
berpigmen dengan diameter sekitar 3 cm yang disebut dengan areola.
Diatas permukaan areola terdapat beberapa kelenjar sebasea
(montgomerys tubercles) yang berguna sebagai penghasil lubrikasi
puting ketika menyusui (Ross, 2001; Sloane, 2003; Monkhouse, 2007).
Masa pubertas merupakan masa terjadinya peningkatan kadar
hormon. Peningkatan kadar hormon pada perempuan saat pubertas akan
terjadi pekembangan payudara lebih lanjut dan biasanya mendahului
saat datangnya menstruasi, yaitu dua tahun sebelumnya. Peningkatan
kadar estrogen memacu pertumbuhan pembuluh lactifer dan papilla
serta areola mammae akan menjadi lebih nyata. Peningkatan kadar
progesteron memacu proliferasi alveoli. Jumlah jaringan lemak dan
fibrosa akan meningkat dan jaringan lemak ini terutama yang
menyebabkan bertambah besarnya payudara (Verralls, 2004).
Perubahan fisiologis kelenjar payudara dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) menurut Prawirohardjo (2009), yaitu:
-
16
a. Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara
Pada waktu bayi lahir payudara merupakan suatu sistem
saluran yang bermuara ke mamilla. Permulaan pubertas antara 10-
15 tahun areola membesar dan lebih mengandung pigmen.
Pertumbuhan kelenjar akan berjalan terus sampai umur dewasa
hingga berbentuk seperti kuncup.
b. Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid
Pada masa haid payudara akan sedikit membesar dan tegang
bahkan pada beberapa wanita akan timbul rasa nyeri (mastoidenia).
Perubahan ini ada hubungannya dengan perubahan vaskular dan
limfogen.
c. Perubahan payudara pada waktu hamil dan laktasi
Beberapa minggu sesudah konsepsi akan timbul perubahan
pada kelenjar payudara. Payudara menjadi terasa penuh, tegang,
areola lebih banyak mengandung pigmen dan puting sedikit
membesar.
B. Masalah Kesehatan Payudara pada Remaja
1. Kanker Payudara
Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan
payudara (Mardiana, 2007). Kanker payudara mungkin ditemukan sewaktu
in situ (masih lokal) atau ditemukan sebagai neoplasma maligna (telah
menyebar). Kanker payudara hampir selalu merupakan adenokarsinoma dan
biasanya timbul di duktus. Gen-gen kanker payudara dapat dibawa dan
-
17
diwariskan oleh kedua orang tua, tampaknya diwariskan dengan cara
dominan-autosom (Corwin, 2009).
Gejala yang paling sering terjadi pada kanker payudara yaitu adanya
massa (terutama jika keras, irregular, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada
payudara atau daerah aksila; rabas puting payudara unilateral, persisten,
spontan yang mempunyai karakter serosanguinosa, mengandung darah, atau
cair; retraksi atau inversi puting susu; perubahan ukuran, bentuk atau tekstur
payudara (asimetris); pengerutan atau pelekukan kulit di sekitarnya; kulit
yang bersisik di sekeliling puting susu. Adapun gejala penyebaran lokal atau
regional yaitu adanya kemerahan, ulserasi, edema, atau pelebaran vena;
perubahan peau dorange (seperti kulit jeruk); pembesaran kelenjar getah
bening aksila (Otto, 2005).
2) Fibroadenoma (FAM)
Fibroadenoma adalah tumor jinak dan berbatas tegas dengan
konsistensi padat kenyal dan merupakan tumor primer yang paling banyak
ditemukan pada kelompok umur muda (Price, 2005; Underwood, 2000
dalam Sidauruk, 2012). Fibroadenoma Berdasarkan laporan dari NSW
Breast Cancer Institute (2005), fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita
dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun,
sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena
fibroadenoma. Penelitian Anyikam (2008) di Nigeria Timur menunjukkan
dahwa dari 1.050 spesimen payudara yang diteliti, 722 kasus (68,8%)
merupakan tumor jinak. Fibroadenoma adalah lesi yang paling banyak dan
umum terjadi dengan 318 kasus (44%) yang terjadi pada usia rata-rata 16-32
-
18
tahun (Anyikam, 2008). Di Indonesia data penyakit masih belum lengkap.
Jakarta Breast Center melaporkan bahwa klinik di Jakarta yang
mengkhususkan untuk penanganan keluhan pada payudara, menunjukkan
dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001-2002, 79% pasien menderita
tumor payudara jinak dan hanya 14% pasien yang menderita kanker
payudara (Diananda, 2009).
3) Papiloma Intraduktal
Papiloma yang terjadi pada duktus puting biasanya terlalu kecil untuk
dipalpasi tapi sering mengeluarkan cairan serosanguinosa atau darah dari
puting susu. Apapun yang menyebabkan keluarnya cairan yang abnormal
dari puting harus ditentukan dan keganasannya harus dihilangkan (Price,
2005).
4) Fibrokistik Payudara
Penyakit yang tergolong penyakit fibrokistik payudara antara lain
pembentukan kista, proliferasi duktus epitelial, papilomatosis difusa, dan
adenosis duktus dengan pembentukan jaringan fibrosa. Gejala klinisnya
yaitu perubahan ini dapat menimbulkan nodula teraba, massa, dan keluarnya
cairan dari puting. Sekitar 50% perempuan mengalami penyakit fibrokistik
payudara. Keadaan ini biasanya terjadi bilateral (Price, 2005). Hubungan
antara penyakit fibrokistik dan kanker payudara belum pasti. Hampir semua
peneliti mempercayai bahwa penyakit fibrokistik bukan pencetus kanker
payudara, kecuali jika klien menunjukkan bukti-bukti hiperplasia epitelial
(penambahan abnormal pada sel-sel epitel), yang disebut juga penyakit
fibrokistik florid (Morton, 2004).
-
19
C. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
1. Pengertian SADARI
Kemungkinan timbulnya benjolan pada payudara sebenarnya dapat
diketahui secara tepat dengan pemeriksaan sendiri (Mardiana, 2007).
Pemeriksaan awal dapat dilakukan dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) dan pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
terlatih. SADARI dilakukan oleh setiap perempuan tiap bulan dimulai pada
usia 20 tahun atau sejak menikah. SADARI adalah metode termudah,
tercepat termurah, dan paling sederhana yang dapat mendeteksi secara dini
kanker payudara (Nisman, 2011). Pemeriksaan klinis oleh petugas
kesehatan terlatih sebaiknya dilakukan pada perempuan berusia 30-50 tahun
setiap tiga tahun sekali, kecuali bagi mereka yang memiliki faktor risiko,
pemeriksaan mammografi dilakukan setahun sekali setelah berusia di atas
40 tahun dan dilakukan USG satu tahun sekali dibawah 40 tahun (Depkes,
2009).
Perempuan yang melakukan SADARI secara rutin akan menemukan
penyakit payudara lebih dini, dan kematian akibat kanker payudara dapat
dihindari dengan diagnosis dan pengobatan sedini mungkin (Benson, 2008).
Pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri dengan belajar melihat dan
memeriksa perubahan payudaranya sendiri setiap bulan. Melalui
pemeriksaan secara teratur akan diketahui adanya benjolan atau masalah
lain sejak dini walaupun masih berukuran kecil sehingga lebih efektif untuk
diobati. SADARI dilakukan pada hari ke 7-10 yang dihitung sejak hari
pertama mulai haid (saat payudara sudah tidak mengeras dan nyeri) atau
-
20
bagi yang telah menopause pemeriksaan dilakukan dengan memilih tanggal
yang sama setiap bulannya (misalnya setiap tanggal 1 atau tanggal lahirnya).
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk, jari tengah
dan jari manis yang digerakkan secara bersamaan pada payudara yang
sedang dilakukan pemeriksaan (Depkes, 2009).
2. Langkah-langkah SADARI
Ada 7 (tujuh) langkah dalam melakukan SADARI menurut Depkes
(2009), yaitu:
1. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan
di sisi tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat
perubahan dalam hal ukuran, bentuk atau warna kulit, atau jika ada
kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit.
2. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan di
atas kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di pinggang
sambil menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk
melihat apakah kedua payudara menggantung seimbang.
3. Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara
lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar.
4. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil
berdiri atau berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring,
diletakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan
diperiksa.
5. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk
menekan payudara kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk, tengah, dan
-
21
manis). Mulailah dari daerah putting susu dan gerakkan ketiga jari
tersebut dengan gerakan memutar keluar di seluruh permukaan
payudara.
6. Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk
memeriksa daerah yang berada di antara payudara, di bawah lengan dan
di bawah tulang selangka.
7. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk
payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan
ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan
pada payudara yaitu dengan menggunakan teknik yang sama setiap
bulannya.
1 2
3 4
5 6
Bagan 2.1 Langkah-langkah Melakukan SADARI
(Depkes, 2009)
-
22
3. Tanda-tanda SADARI yang harus diwaspadai
Tanda-tanda yang harus diwaspadai saat dilakukan SADARI antara lain
adalah penambahan ukuran atau besar yang tak biasa pada payudara; salah
satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya; Lekukan seperti
lesung pipi pada kulit payudara; cekungan atau lipatan pada puting;
perubahan penampilan puting payudara; keluar cairan seperti susu atau darah
dari salah satu putting; adanya benjolan pada payudara; pembesaran kelenjar
getah bening pada lipat ketiak atau leher; pembengkakan pada lengan bagian
atas (Depkes, 2009).
D. Health Promotion Model
Health Promotion Model (HPM) adalah teori yang dicetuskan oleh Pender
(1982) yang merupakan seorang professor keperawatan di Universitas Michigan
(Health Promotion Model, 2014). HPM merupakan konsep model yang
berdasarkan upaya pada pemberdayakan terhadap kemampuan individu atau
keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatannya (Tomey & Alligood, 2006).
HPM menunjukkan bahwa kesehatan yang baik adalah bukan tidak adanya
keluhan atau penyakit, lebih daripada itu. Kesehatan yang baik berarti keadaan
sejahtera secara umum dan holistik, perilaku sehat individu dan keseimbangan,
dan pencapaian dalam hidup. Teori ini melihat langkah-langkah di mana
seseorang dapat mencapai kesehatan yang lebih baik atau kesehatan yang ideal.
Untuk mencapainya, teori ini mempertimbangkan karakteristik dan pengalaman
individu (Health Promotion Model, 2014).
-
23
Teori HPM ini mirip dengan teori Health Belief Model (HBM) (Becker,
1974 dalam Tomey & Alligood, 2006) tetapi tidak terbatas menjelaskan
perilaku pencegahan penyakit. Perbedaan HPM dengan teori HBM yaitu dalam
HPM tidak terkandung rasa takut atau ancaman sebagai sumber motivasi untuk
perilaku kesehatan. Hal ini dikarenakan HPM meliputi perilaku untuk
meningkatkan kesehatan dan dapat diterapkan sepanjang rentang hidup manusia
(Pender, 1996; Pender et al., 2002 dalam Tomey & Alligood, 2006). Perbedaan
lainnya yaitu pada HBM memberikan tekanan pada kerentanan terhadap
penyakit dan kemungkinan tindakan pencegahan, sementara HPM memberikan
tekanan atau berfokus pada potensi kesehatan dan kemungkinan perilaku yang
mempromosikan kesehatan (Bastable, 2004).
Faktor-faktor yang terlibat dalam HPM ini adalah gaya hidup individu,
cara berpikir, kesehatan psikologi (motivasi diri, status kesehatan, harga diri),
aspek sosial dan kultural (Suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi), tingkat
pengetahuan, pengalaman masa lampau, persepsi individu, faktor biologis (usia,
jenis kelamin), dan faktor interpersonal (keluarga, kelompok sebaya, pemberi
pelayanan kesehatan) (Health Promotion Model, 2014; Bastable, 2004).
Asumsi utama dari Model Promosi Kesehatan menurut Pender (1982)
dalam Tomey (2006), yaitu:
1. Manusia berusaha untuk menciptakan kondisi agar tetap hidup dimana
mereka mengekspresikan keunikannya
2. Manusia memiliki kapasitas untuk merefleksikan kesadaran diri, termasuk
mengkaji kompetensi yang mereka punya
-
24
3. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan
berusaha untuk mencapai keseimbangan antara perubahan dan stabilitas
4. Setiap individu berusaha untuk secara aktif mengatur perilaku mereka
sendiri
5. Individu dalam semua kompleksitas biopsikososial berinteraksi dengan
lingkungan, mengubah lingkungan dan terus menerus berubah dari waktu
ke waktu
6. Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan yang interpersonal
yang berpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya
7. Rekonfigurasi diri dimulai dari pola interaksi dengan lingkungan adalah
penting untuk perubahan perilaku
E. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan merupakan upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan
(Fitriani, 2011). Pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman
yang mendukung kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan
dengan kesatuan individu, masyarakat, dan ras (Wood, 1926 dalam
Mubarak, 2007).
Pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang sama dengan proses
pembelajaran yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi banyak
faktor diantaranya adalah sasaran pendidikan, pelaku pendidikan, proses
-
25
pendidikan, dan perubahan yang diharapkan. Perubahan perilaku seseorang
yang tampak sesungguhnya hanya refleksi dari perubahan internalisasi
persepsi dirinya terhadap sesuatu sedang diamati dan dipikirkannya
(Setiawati, 2008). Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005)
membagi perilaku ke dalam tiga domain yaitu domain kognitif (cognitive
domain), domain sikap (affective domain), dan domain psikomotor
(psychomotor domain).
1. Kognitif (cognitive domain)
Kognitif (pengetahuan) adalah merupakan hasil tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Fitriani, 2011).
Sebelum individu mengadopsi perilaku baru, di dalam diri individu
tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: kesadaran (awareness),
individu tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)
terlebih dahulu; merasa tertarik (interest), yaitu mulai merasa tertarik
kepada stimulus; evaluasi (evaluation), menimbang-nimbang terhadap
baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya; mencoba (trial),
individu mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang
dikehendaki stimulus; adopsi (adoption), individu telah berperilaku
baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap
stimulus (Fitriani, 2011; Mubarak, 2007). Perilaku yang didasari
pengetahuan umumnya bersifat langgeng (long lasting). Sedangkan
perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran tidak akan
-
26
berlangsung lama (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan akan memberikan
penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan
dalam berperilaku (Setiawati, 2008).
2. Sikap (affective)
Sikap (affective) merupakan sebuah reaksi atau respons
seseorang terhadap suatu stimulusatau objek. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan
atau perilaku (Mubarak, 2007). Allport (1954) dalam Mubarak (2007)
menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen utama, yaitu
kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek;
kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suattu objek;
kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen
tersebut membentuk sikap yang utuh (total attitude).
3. Praktik atau tindakan (psychomotor)
Sebuah sikap tidak akan terwujud secara otomatis dalam suatu
tindakan (overt behavior). Demi terwujudnya sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung, antara lain adalah
fasilitas. Di samping itu, diperlukan juga dukungan atau support dari
berbagai pihak, misalnya guru, ayah, ibu, kakak, adik, teman, dan lain-
lain (Mubarak, 2007).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Manurung (2006) adalah
(1) untuk meningkatkan pengetahuan, (2) mengubah atau memperbaiki
-
27
perasaan dengan tindakan yang dapat dilakukan yaitu bermain peran,
pengalaman langsung, diskusi, memberikan contoh atau model, dan (3)
meningkatkan keterampilan dengan kegiatan seperti mendemonstrasikan,
bermain peran, simulasi, dan latihan kerja. Sedangkan menurut Nursalam
(2008) tujuan dari pendidikan kesehatan adalah terjadinya perubahan
pengetahuan, sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus,
dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
3. Sasaran Pendidikan Kesehatan
Sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam tiga (3) kelompok sasaran,
yaitu sasaran primer (primary target), sasaran langsung pada masyarakat
segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan; sasaran sekunder
(secondary target), sasaran para tokoh masyarakat adat, diharapkan
kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat
disekitarnya; sasaran tersier (tersiery target), sasaran pada pembuat
keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat maupun daerah,
diharapkan dengan keputusan dari kelompok ini akan berdampak kepada
perilaku kelompok sasaran sekunder yang kemudian pada kelompok primer
(Mubarak, 2007).
4. Metode Pendidikan Kesehatan
Metode adalah prosedur penerapan seperangkat petunjuk untuk
menghadapi situasi problematis. Metode pendidikan kesehatanmerupakan
prosedur penerapan seperangkat petunjuk untuk menghadapi situasi
problematis dalam bidang kesehatan. Pemilihan metode pendidikan
-
28
kesehatan bergantung pada beberapa faktor, yaitu: karakteristik sasaran atau
partisipan (jumlah, status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin); waktu dan
tempat yang tersedia; serta tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan
pendidikan kesehatan tersebut (perubahan pengetahuan, sikap, atau praktik
partisipan) (Nursalam dan Efendi, 2008).
Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992) dalam Maulana (2009) dan
mengungkapkan bahwa metode pendidikan kesehatan dikelompokkan
menjadi tiga (3) metode, yaitu:
a. Metode Pendidikan Individual
Bentuk dari metode ini dibagi menjadi dua (2), yaitu:
1) Bimbingan atau konseling
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui bimbingan
atau konseling diantaranya adalah mampu mendapatkan data yang
lebh spesifik dan kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
(Fitriani, 2011; Maulana, 2009).
2) Interview atau wawancara
Wawancara merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan
dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum
diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat
(Fitriani, 2011).
-
29
b. Metode Pendidikan Kelompok Masyarakat
Metode pendidikan kelompok harus memperhatikan apakah
kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain (Fitriani,
2011). Ada dua (2) kelompok yaitu kelompok kecil dan kelompok
besar. Kelompok besar dapat menggunakan metode, yaitu:
1) Ceramah
Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang
pembicara di depan sekelompok pengunjung atau pendengar
(Maulana, 2009). Metode ceramah dapat dikatakan satu-satunya
metode yang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur
atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli serta daya
paham peserta didik (Simamora, 2009). Metode ini merupakan
metode yang paling sering digunakan karena metode ini baik untuk
sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo,
2007). Hasil penelitian Nasrul (2002) dalam Darmiastuty (2004)
menyatakan bahwa metode ceramah tanya jawab lebih efektif bila
dibandingkan dengan pemberian brosur dalam komunikasi
persuasif. Ceramah tanya jawab juga menguntungkan bila
dipergunakan untuk memperkenalkan suatu subyek dengan
memberikan gambaran, sehingga menuntun orang untuk
mengambil suatu tindakan, disamping itu juga menimbulkan sikap
kritis pada pendengar, bersifat informatif secara relatif dapat
menghemat waktu karena sebagian besar mesyarakat atau
-
30
pendengar dapat dipahamkan pada suatu waktu (Darmiastuty,
2004).
Kesuksesan metode ceramah sangat ditentukan oleh
kemampuan guru menguasai suasana kelas, cara berbicara dan
sistematika pembicaraan, jumlah materi yang disajikan,
kemampuan memberi ilustrasi, jumlah subjek yang mendengarkan,
dan lain-lain (Danim, 2010). Keuntungan metode ceramah, yaitu:
1) mudah digunakan; 2) dapat menyampaikan informasi; 3)
mempengaruhi pendapat; 4) merangsang pikiran dan kritik; dan 5)
dapat dikombinasi dialog antara pemberi ceramah dan audiens
(Emilia, 2008).
2) Seminar
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli
atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan
biasanya dianggap hangat di masyarakat (Fitriani, 2011).
Metode untuk kelompok kecil, antara lain (Fitriani, 2011;
Notoatmodjo, 2007):
1) Diskusi kelompok
Diskusi merupakan metode yang berfokus pada peserta
(student centered method) (Mubarak, 2007). Diskusi kelompok
merupakan pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran
antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang
direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu (Fitriani, 2011).
2) Mengemukakan pendapat (brain storming)
-
31
Curah pendapat merupakan suatu bentuk diskusi dalam
rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan,
pengalaman, dari semua peserta (Fitriani, 2011).
3) Bola salju (snow balling)
Teknik bola salju (snow balling) dimulai dengan memasang-
masangkan sasaran. Satu pasangan terdiri atas dua sasaran. Masing-
masing pasangan diberi topik yang sama satu sama lain. Kemudian
dilontarkan satu permasalahan, setelah berdiskusi pasangan tersebut
bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusi masalah yang
sama. Kemudian, tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang
ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian
seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas (Fitriani, 2011;
Efendi, 2009).
4) Kelompok kecil (Buzz group)
Sasaran langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil
(buzz group) yang kemudian diberikan sebuah permasalahan.
Permasalahan yang diberikan bisa sama atau berbeda antar
kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan permasalahan tersebut
dan kemudian dicari kesimpulannya (Efendi, 2009; Fitriani, 2011).
Biasanya sesi buzz memerlukan waktu 10-20 menit tergantung pada
topik yang dibicarakan (Suprijanto,2008).
5) Bermain peran (role play)
Role play adalah permainan sebuah situasi dalam hidup
manusia dengan atau tanpa melakukan latihan sebelumnya
-
32
(Maulana, 2009). Pada prinsipnya, role play merupakan metode
untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke
dalam satu pertunjukkan peran di dalam kelas pertemuan, yang
kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan
penilaian (Fitriani, 2011).
6) Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah bentuk metode praktik yang
sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar
(keterampilan mental maupun fisik atau teknis). Metode ini
memindahkan suatu kondisi yang nyata ke dalam kegiatan atau
ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik di
dalam situasi yang sesungguhnya (Fitriani, 2011). Demonstrasi
merupakan salah satu metode promosi kesehatan yang sesuai pada
tahap perkembangan remaja (Efendi, 2009).
Sanjaya (2009) mengemukakan bahwa metode demonstrasi
adalah metode penyajian pelajaran atau materi dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu
proses, situasi atau benda tertentu baik benda sebenarnya maupun
hanya tiruan dan tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh
pendidik. Penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2011) di
Surakarta menunjukkan bahwa prestasi belajar dengan penerapan
metode demonstrasi lebih baik jika dibandingkan dengan penerapan
metode ceramah.
-
33
Demonstrasi bisa menstimulasi pembelajaran mengenai 1)
kompetisi; 2) kerjasama; 3) empati; 4) sistem sosial; 5) konsep; 6)
skill; 7) kemanjuran; 8) menjalani hukuman; 9) peran kesempatan
atau peluang; 10) kemampuan untuk berpikir kritis (menguji strategi
alternatif dan mengantisipasi hal-hal lain) dan membuat keputusan
(Nesbitt, 1971 dalam Joyce, 2009).
c. Pendidikan Massa
Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-
pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Pesan yang
disampaikan harus dirancang agar dapat diterima oleh massa karena
sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak membeda-bedakan
golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan
tingkat pendidikan (Maulana, 2009).
Bagan 2.2 Kerucut Edgar Dale (Edgar Dale, 1964 dalam Nursalam dan
Efendi, 2008)
-
34
Kerucut Dale (1964) menggambarkan kemampuan partisipan untuk
mengingat kembali pesan-pesan atau materi dalam pendidikan kesehatan
menurut teknik dan medianya. Teori ini menyatakan bahwa dalam dua
minggu setelah partisipan melakukannya, maka partisipan akan dapat
melakukan hal-hal seperti: membaca (leaflet, slide, booklet, dan sejenisnya,
maka ia akan mengingat 10% dari materi yang dibacanya; mendengar (tape
atau pembicaraan orang lain), maka ia akan mengingat 20% dari apa yang
didengarnya; melihat (bagan, foto, dan grafik), maka ia akan mengingat
30% dari apa yang dilihatnya; mendengar dan melihat (melihat demonstrasi,
film, dan video), maka ia akan mengingat 50% dari apa yang didengar dan
dilihatnya; mengucapkan sendiri kata-katanya (media wayang, script, dan
drama), maka ia akan mengingat 70% dari apa yang diucapkannya; dan
mengucapkan sambil mengerjakan sendiri suatu materi pendidikan
kesehatan (biasanya menggunakan media yang mirip dengan objek yang
sebenarnya dan melalui pengalaman yang nyata), maka ia akan mengingat
90% dari materi tersebut (Nursalam dan Efendi, 2008).
5. Media Pendidikan Kesehatan
Media adalah alat bantu yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran, semakin banyak
pancaindera yang digunakan maka akan semakin banyak dan semakin jelas
pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh (Maulana, 2009; Fitriani,
2011). Nursalam (2008) menyatakan bahwa ada beberapa media pendidikan
kesehatan, antara lain:
-
35
a. Media cetak seperti booklet, leaflet, selebaran (flyer), lembar balik (flip
chart), poster surat kabar (newspaper), tabloid, jurnal, majalah, dan foto
atua gambar. Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan dalam bentuk buku. Leaflet adalah selembar kertas
yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untuk sasaran
yang dapat membaca. Leaflet terdiri dari 200-400 kata dan berseling
dengan gambar. Flyer adalah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk
lipatan. Flip chart merupakan media penyampaian pesan atau informasi
kesehatan dalam bentuk lembar balik. Poster ialah suatu bentuk media
cetak yang memuat pesan atau informasi kesehatan dan biasanya di
tempel di dinding, tempat umum, atau di kendaraan umum (Fitriani,
2011; Nursalam, 2008).
b. Media elektronik antara lain televisi, radio, video, filmstrip, dan slide
(power point). Televisi adalah media yang dapat menampilkan pesan
secara audiovisual dan gerak. Radio ialah media audio yang
penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang
elektromagnetik dari suatu pemancar. Filmstrip adalah media visual
proyeksi diam, yang pada dasarnya hampir sama dengan media slide
(Hassan, 2010). Power point merupakan salah satu media untuk
menyampaikan presentasi. Powerpoint dapat sebagai bagian dari
keseluruhan presentasi maupun menjadi satu-satunya sarana
penyampaian informasi, dapat pula sebagai pendukung presentasi,
misalnya adalah power point sebagai alat bantu visual dalam presentasi
oral (Isroi, 2005).
-
36
c. Benda asli atau benda tiruan. Benda asli yaitu benda yang
sesungguhnya baik hidup maupun mati. Sedangkan benda tiruan yaitu
benda yang menyerupai benda asli. Benda tiruan bisa digunakan
sebagai media alat peraga dalam pendidikan kesehatan (Depkes, 2004).
Alat peraga, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anindityas
(2012) di SMPN 3 Kandangan Semarang menunjukkan hasil bahwa
penggunaan alat peraga (benda tiruan) dapat mengoptimalkan kualitas
belajar siswa.
6. Tahapan Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Manurung (2009) membagi tahapan pelaksanaan pendidikan kesehatan
menjadi beberapa tahapan, yaitu:
a. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang terdiri dari usia, jenis
kelamin, pendidikan, pengalaman dan pengetahuan tentang kesehatan,
bahasa dan budaya, masalah kesehatan, dan tingkat kemampuan untuk
menerima serta kebutuhan peserta didik. Hal ini bertujuan untuk
menentukan metode, materi dan media yang cocok yang akan di
berikan (Nursalam, 2008).
b. Menentukan tujuan dari pendidikan kesehatan yang terdiri dari tujuan
umum dan tujuan khusus.
c. Membuat perencanaan isi, metode, dan teknik pendidikan kesehatan
agara dapat tercapai tujuan umum dan tujuan khusus yang telah
direncanakan.
d. Membuat rencana metode evaluasi yang sesuai untuk mengetahui
tingkat keberhasilan pendidikan kesehatan.
-
37
e. Mengevaluasi proses dan hasil dari pendidikan kesehatan.
F. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia adakalanya berasal dari
pengalaman dan dari pikiran. Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman
meliputi semua hal yang dialami baik oleh panca indera, intuisi, atau kata hati.
Sedangkan, pengetahuan yang berasal dari pikiran yaitu pengetahuan yang
diperoleh melalui proses penalaran (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI,
2007).
Pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan. Pertama, tahu (know),
diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
mengingat kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan atau rangsangan yang telah diterima. Cara untuk mengetahui bahwa
seseorang dianggap tahu tentang apa yang dipelajari adalah mampu
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan mendatakan materi yang telah
dipelajari. Kedua, memahami (comprehension), yaitu suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang dapat dianggap
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap materi yang telah dipelajari.
Ketiga, aplikasi (application), adalah sebuah kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Aplikasi yang
dimaksud adalah sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip, prosedur,
dan sebagainya dalam konteks lain.
-
38
Keempat, analisis (analysis), merupakan suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi
masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya. Kelima, sintesis (synthesis), menunjukkan
pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian
di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat menyusun,
merencanakan dan dapat meringkas, dan menyesuaikan terhadap suatu teori
yang telah ada. Keenam, evaluasi (evaluation), evaluasi berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek
(Fitriani, 2011; Mubarak, 2007; Notoatmodjo, 2007).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara lain
(Notoatmodjo, 2005 dan Mubarak, 2007).
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran
pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan formal maupun pendidikan
non formal, sistema pendidikan berjenjang diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan melalui pola tertentu (Notoatmodjo, 2005).
2. Usia
Usia individu berkaitan erat dengan pengetahuan individu. Semakin
bertambah usia seseorang maka akan semakin berkembang pula daya tangkap
-
39
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik (Notoatmodjo, 2007).
3. Minat dan kreativitas
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu objek atau dalam melakukan suatu kegiatan (perbuatan), yang
didasari oleh rasa tertarik, senang, yang muncul dalam diri bukan tekanan dari
luar (Notoatmodjo, 2005). Adanya perasaan tertarik dan perasaansenang
menimbulkan adanya minat, maka minat ini merupakan kondisi psikologis
yang dapat mendorong (memotivasi) munculnya kreativitas.
Hurlock (1978) dalam Mataro (2012) menyatakan bahwa ada delapan
pengertian menurut para ahli yang populer. Pertama, menekankan kreativitas
sebagai pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda. Kedua, kretaivitass
dipandang sebagai kreasi sesuatu yang baru dan orisinal. Ketiga, kreativitas
mempunyai anggapan bahwa apa saja yang diciptakan selalu baru dan
berbeda dari yang telah ada dan oleh karenanya unik. Keempat, memandang
kreativitas sebagai proses mental yang unik, yang dilakukan semata-mata
untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal. Kelima,
kreativitas sering dianggap sama dengan kecerdasan yang tinggi. Keenam,
ada anggapan bahwa kreativitas adalah suatu yang diperoleh atau diwariskan.
Ketujuh, kreativitas selalu dianggap sinonim dengan imajinasi dan fantasi.
Kedelapan, kreativitas adalah pencipta, bukan penurut.
4. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Teori determinan menganalisa yang
-
40
menyebabkan seseorang berperilaku tertentu karena adanya pemikiran dan
perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi,
sikap, kepercayaan, seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorang
mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman
orang lain (Notoatmodjo, 2005).
Chandra (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat
pengetahuan seseorang mengenai SADARI tidak sepenuhnya dipengaruhi
oleh status perkawinan seseorang, namun lebih dipengaruhi oleh paparan
informasi yang diperolehnya.
5. Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan sosial budaya yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
dapat bersumber dari pandangan agama, kelompok etnis yang mempengaruhi
proses memperoleh informasi atau pengetahuan khususnya dalam penerapan
nilai-nilai keagamaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang
(Notoatmodjo, 2005).
6. Informasi
Informasi yang didapatkan dari media massa mempengaruhi fungsi
kognitif dan afektif. Fungsi kognitif diantaranya berfungsi untuk menciptakan
atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan sistem,
keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu
(Notoatmodjo, 2005).
-
41
G. Ingatan (memory)
Ingatan (memory) merupakan penyimpanan informasi sepanjang waktu.
Ingatan adalah pusat bagi kehidupan mental dan pemrosesan informasi. Remaja
perlu menyimpan informasi dan mengeluarkan kemabli informasi yang
disimpannya agar berhasil belajar dan menalar. Dua sistem ingatan ini ialah
ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang (Santrock, 2004).
Ingatan jangka pendek (short-term memory) adalah sistem ingatan
berkapasitas terbatas, tempat informasi disimpan selama 30 detik, kecuali bila
informasi tersebut diulang lagi, sehingga dapat disimpan lebih lama (Santrock,
2003; Djiwandono, 2006). Ingatan jangka panjang (long-term memory) adalah
sistem ingatan yang relatif menetap, tempat menyimpan sejumlah besar
informasi untuk jangka waktu lama (Santrock, 2004). Cara yang biasa dilakukan
untuk menilai ingatan jangka pendek adalah dengan memberi sederetan hal
untuk diingat, yang sering disebut sebagai tugas rentang ingatan (Fitzgerald,
1991, dalam Santrock, 2004).
Ingatan jangka panjang meningkat amat tajam selama masa kanak-kanak
tengah dan akhir, dan cenderung terus meningkan selama masa remaja,
meskipun hal ini tidak tercatat dengan baik oleh para peneliti (Santrock, 2004).
Hal yang paling diketahui mengenai ingatan jangka panjang ini adalah bahwa
hal ini tergantung pada kegiatan belajar yang dilakukan ketika mempelajari dan
mengingat informasi (Siegler, 1988 dalam Santrock, 2004).
-
42
H. Kerangka Teori
Bagan 2.3 Kerangka Teori dimodifikasi dari teori Health Promotion Model
(Pender, 1982 dalam Tomey & Alligood, 2006) dan Notoatmodjo (2007)
A. Faktor Demografi (Usia,
jenis kelamin)
B. Faktor Psikologi
(Kesadaran diri,
motivasi diri,
kompetensi personal)
C. Faktor Sosiokultural
(Ras, budaya,
pendidikan, status
sosial dan ekonomi)
D. Faktor Interpersonal
(Keluarga, kelompok
sebaya, pemberi
pengaruh pelayanan
kesehatan)
Pengetahuan
Remaja mengenai
Pemeriksaan
Payudara Sendiri
(SADARI)
Remaja
Pendidikan
Kesehatan
1. Metode
a. Wawancara
b. Ceramah
c. Seminar
d. Role play
e. Diskusi
Kelompok
f. Simulasi
(demonstrasi)
g. Dll.
2. Media
a. Booklet
b. Leaflet
c. Poster
d. Video
e. Power Point
f. Phantom (alat
peraga)
g. Dll.
-
43
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.
Pembuatan kerangka konsep akan semakin memperjelas keberadaan
variabel-variabel yang akan diteliti, hubungan dan keterkaitan di dalamnya
(Wasis, 2008). Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu atau teori yang
dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan di bab tinjauan pustaka
atau dengan kata lain kerangka konsep merupakan ringkasan dari tinjauan
pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti
(Setiadi, 2007).
Berdasarkan tinjauan pustaka, pendidikan kesehatan diharapkan
mampu menambah pengetahuan remaja putri mengenai Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI) sehingga dapat menjadi salah satu upaya
pencegahan kanker payudara. Kerangka konsep pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Input
Pengetahuan remaja
putri mengenai
SADARI
Intervensi
Pendidikan
kesehatan
Output
Perbedaan nilai
pengetahuan remaja putri
mengenai SADARI
-
44
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Berpengaruh
B. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah
yang akan digunakan dalam penelitian secara oprasional sehingga akhirnya
mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi,
2007). Definisi dari operasional menjadikan konsep yang masih bersifat
abstrak menjadi operasional yang memudahkan pengukuran variabel
tersebut (Wasis, 2008).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara
Pengukuran
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Pengetahuan
remaja putri
mengenai
Pemeriksaan
Payudara
Sendiri
(SADARI)
Pengetahuan
yang diukur
berdasarkan
kognitif
remaja putri
kelas VII
dan VIII
tentang
SADARI
Menggunakan
skala
Gutmann. Jika
jawaban Ya bernilai 1,
jawaban
Tidak bernilai 0
Kuesioner
II & III
Data numerik Interval
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau masalah
penelitian atau penjelasan sementara untuk menerangkan fenomena yang
diamati atau suatu pertanyaan tentang hubungan yang diharapkan terjadi
antara dua variabel atau lebih yang memungkinkan untuk dibuktikan secara
-
45
empirik atau perlu diuji kebenaran atas jawaban pertanyaan tersebut
(Budiharto, 2008).
Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan nilai
pengetahuan remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan mengenai SADARI
sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan.
-
46
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang disusun sedemikian
rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban
terhadap pertanyaan penelitian (Sastroasmoro & Ismail, 2011). Penelitian ini
menggunakan metode pre experimental design dengan one group pre-test
post-test design. Penelitian pre-experimental design merupakan salah satu
bentuk penelitian eksperimen yang memanipulasi independent variable,
pemilihan subjek penelitian ini dilakukan secara non-random, dan tidak
memiliki control group atau comparison group (Carmen, 2010 dalam
Swarjana, 2012).
O1 X O2
Bagan 4.1 Desain Penelitian
Keterangan:
O1 : Mengukur tingkat pengetahuan responden sebelum
diberikan pendidikan kesehatan
X : Memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan
kepada responden O1
O2 : Mengukur kembali tingkat pengetahuan responden setelah
diberikan pendidikan kesehatan
Pre-test Intervensi Post-test
-
47
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan pada bulan
Juni 2014.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena
yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian
(Mazhindu dan Scott, 2005 dalam Swarjana, 2012). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VII dan VIII SMPN 3 Tangerang
Selatan. Siswi yang hadir, bersedia jadi responden, sehat fisik dan mental
merupakan kriteria inklusi. Adapun kriteria eksklusi dari penelitian ini
adalah siswi yang tidak hadir, tidak bersedia menjadi responden dan sakit
fisik maupun mental. Jumlah populasi siswi di sekolah ini sebanyak 478
siswi.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008). Sampel dalam penelitian
ini berjumlah 33 orang yang merupakan siswi kelas VII dan VIII bilingual
SMPN 3 Tangerang Selatan.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel (teknik sampling) adalah cara untuk
menentukan sampel. Sampel yang representatif dapat diperoleh dengan dua
-
48
teknik sampling yang berbeda (Warsis, 2008). Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling.
Consecutive sampling dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi
kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel
terpenuhi (Hidayat, 2008). Jenis sampling ini merupakan jenis non-
probability sampling yang terbaik dan cara yang agak mudah (Nursalam,
2008). Peneliti mempertimbangkan serta menyesuaikan dengan waktu atau
jadwal siswi yang sedang mengadakan pekan remedial. Pada penelitian ini,
peneliti mengambil sampel siswi kelas VII dan VIII bilingual. Teknik
pengukuran besar sampel menggunakan rumus uji hipotesis data kontinyu:
n =
Keterangan :
n = besar sampel minimum
= nilai distribusi normal baku pada tertentu
= nilai distribusi normal baku pada tertentu
= harga varians di populasi
=perkiraan selisih mean yang diteliti dengan mean di populasi
Berdasarkan rumus diatas dengan = 0,05 diperoleh jumlah sampel
sebanyak 33 orang. Sampel ini terdiri dari 14 orang siswi kelas VII dan 19
orang siswi kelas VIII.
-
49
E. Instrumen Penelitian
Jenis instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah
daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh data sesuai yang
diinginkan (Warsis, 2008). Kuesioner dibagi menjadi tiga bagian, bagian I
berisi pertanyaan mengenai data demografi responden yang terdiri dari
identitas responden, dan sumber informasi. Bagian II memuat pertanyaan
mengenai pengetahuan responden tentang SADARI, dan kuesioner bagian III
memuat praktik atau langkah-langkah SADARI serta tanda-tanda yang harus
diwaspadai saat SADARI. Kuesioner bagian II merupakan kuesioner yang
dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu kepada teori, sedangkan
kuesioner bagian III diadaptasi dari Buku Saku Pencegahan Kanker Leher
Rahim & Kanker Payudara (Depkes, 2009). Kuesioner ini berisi 37
pertanyaan menggunakan skala Gutmann yaitu dengan interpretasi penilaian,
apabila jawaban benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat,
2008).
Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian
Variabel Parameter Jumlah
Pertanyaan
Nomor Pertanyaan
Data
demografi
(kuesioner
I)
Umur, kelas,
pengetahuan, dan
sumber pengetahuan 7
1,2,3,4,5,6, dan 7
Pengetahuan
tentang
SADARI
(kuesioner
II)
Definisi
Tujuan
Manfaat
Kriteria
Pengetahuan
tentang kanker
payudara
2
1
3
9
2
1,2
3
4,5,14
6,7,8,9,10,11,12,13,15
16,17
Praktik Posisi SADARI 3 1,2,3
-
50
SADARI
(Kuesioner
III)
Teknik SADARI
Tanda yang harus
diwaspadai saat
SADARI
9
8
4,5,6,7,8,9,10,11,12
13,14,15,16,17,18,19,20
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah instrumen
penelitian yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data (Hidayat,
2008). Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam
pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian pun akan valid dan
reliabel. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu.
Sedangkan, reliabel adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran
dilaksanakan oleh orang dan waktu yang berbeda (Setiadi, 2007).
Uji validitas akan dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan. Peneliti akan
mengambil 30 orang siswi sebagai responden dalam uji validitas dan
reliabilitas ini. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas
konten (content validity) karena setelah dilakukan uji validitas menggunakan
rumus Pearson Product Moment hanya 15 dari 40 pertanyaan yang valid.
Peneliti memutuskan untuk memperbaiki kata-kata dalam kuesioner tersebut
dengan cara content validity sehingga didapatkan 37 pertanyaan valid.
Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reliabilitas data. Uji
reliabilitas dapat menggunakan rumus Spearman Brown (Hidayat, 2008).
Rumus Spearman Brown:
r11=
-
51
Keterangan :
r11= koefisien reliabilitas internal seluruh item
rb= nilai r Pearson dari pokok genap dengan pokok ganjil
G. Tahapan Pengambilan Data
Tahapan pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peneliti memilih subjek yang akan dijadikan responden dalam penelitian
ini
2. Peneliti membuat surat perizinan penelitian dari Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Jakarta untuk pihak sekolah
3. Peneliti menemui pihak sekolah untuk meminta izin penelitian dan
membuat kontrak penelitian serta meminta untuk dipersiapkan calon
responden
4. Peneliti mempersiapkan alat-alat yang digunakan untuk penelitian
5. Peneliti mendatangi pihak sekolah pada hari yang telah disepakati dan
menemui para calon responden
6. Pihak sekolah mengumpulkan para calon responden dalam satu ruangan
7. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang penelitian yang
akan dilakukan
8. Peneliti dibantu dengan fasilitator membagikan lembar persetujuan
menjadi responden dan lembar kuesioner pada responden sebelum
diberikan pendidikan kesehatan, kuesioner diisi selama 10 menit
9. Fasilitator mengumpulkan kembali lembar persetujuan dan kuesioner
yang telah diisi oleh responden
-
52
10. Peneliti memberikan materi pendidikan kesehatan mengenai Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI) dibantu oleh observer dan fasilitator. Materi
yang diberikan terdiri dari definisi SADARI, langkah-langkah SADARI,
pentingnya SADARI.
11. Peneliti menggunakan media power point dengan LCD dan phantom
payudara untuk alat peraga serta leaflet. Metode yang digunakan adalah
ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab selama 60 menit
12. Peneliti memberikan evaluasi kepada responden dengan meminta
beberapa siswi untuk mempraktikkan kembali SADARI dan menjawab
beberapa pertanyaan seputar SADARI.
13. Peneliti mengundurkan diri dan membuat kontrak waktu satu minggu
yang akan datang untuk membagikan kuesioner yang sama sebagai post
test yang harus diisi oleh siswi.
14. Peneliti menemui pihak sekolah untuk meminta izin penelitian dan
membuat kontrak penelitian serta meminta untuk dipersiapkan calon
responden
15. Peneliti mempersiapkan kuesioner yang akan dibagikan
16. Peneliti kembali memberikan kuesioner dengan konten yang sama kepada
responden setelah diberikan pe