Download - Laporan Tutorial Skenario 3 Mata
LAPORAN TUTORIAL
BLOK MATA SKENARIO 3
Aduh, Ada Benjolan di Kelopak Mata Saya
KELOMPOK A2
ABDURRAHMAN AFA HARIDI G0013001
AHMAD LUTHFI G0013011
ARLINDAWATI G0013039
ASMA AZIZAH G0013043
AYATI JAUHAROTUN NAFISAH G0013051
CICILIA VIANY EVAJELISTA G0013065
FHANY GRACE LUBIS G0013095
HANA INDRIYAH DEWI G0013105
KHANIVA PUTU YAHYA G0013129
RADEN ISMAIL H A G0013193
SANTI DWI CAHYANI G0013213
SHENDY WIDHA MAHENDRA G0013217
TUTOR: Endang Ediningsih dr., M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO I
Seorang perempuan usia 19 tahun datang ke klinik dokter umum dengan
keluhan ada benjolan di kelopak mata kiri sebelah bawah sejak dua minggu yang
lalu. Benjolan dirasakan semakin lama semakin membesar.
Pada pemeriksaan mata kiri didapatkan VOS 6/6, kelopak terlihat ada
benjolan, benjolan bulbi tenang, konjungtiva forniks dan palpebra hiperemis,
kornea tampak jernih. Kemudian dokter mendiagnosis dan memberikan terapi
pendahuluan kemudiaan merujuk pasien tersebut ke dokter spesialis mata.
Jump 1: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam skenario.
Dalam skenario ini kami mengklarifikasi beberapa istilah antara lain sebagai berikut
a. Konjungtiva bulbi tenang: suatu keadaan di mana tidak terlihat adanya tanda-tanda inflamasi pada konjungtiva bulbi.
b. Konjungtiva forniks: daerah peralihan antara konjungtiva bulbi (konjungtiva yang melapisi bola mata) dan konjungtiva palpebra (konjungtiva yang melapisi kelopak mata).
Jump 2: Menentukan/ mendefinisikan permasalahan
1. Bagaimana anatomi, histologi, fisiologi palpebra, konjungtiva, apparatus
lakrimalis?
2. Mengapa terjadi benjolan di kelopak mata? Bagaimana patofisiologinya?
3. Diagnosis banding menyebabkan terjadinya benjolan? Bagaimana etiologi,
epidemiologi, patofisiologi, komplikasi, prognosis, dan terapi
pendahuluannya?
4. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?
5. Pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosis?
Jump 3: Menganalisis permasalahan dan membuat pertanyaan sementara
mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah II)
1. Menjelaskan anatomi, histologi, fisiologi palpebra, konjungtiva,
apparatus lakrimalis.
A, PALPEBRA
Palpebra atau kelopak mata mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata.Dapat membuka diri
untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola mata yang dibutuhkan untuk
penglihatan.
Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena
pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka
tutup kelopak mata. Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang
masuk.
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian
belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata
sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian :
Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat,
kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam
kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat
tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai
M. Rioland. M. orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi
N. facial M. levator palpebra, yang berorigo pada anulus foramen orbita
dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis
okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.
levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini
dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata
atau membuka mata.
Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan
kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo
palpebra.
Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada
seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan
ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar
Meibom (40 bush di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).
Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V,
sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan
melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus
okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet
yang menghasilkan musin.
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian
belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel
goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea
B. APPARATUS LAKRIMALIS
Aparatus lakrimalis dibagi menjadi dua bagian yaitu sistem sekresi
dansistem ekskresi air mata. Berikut adalah gambar anatomi dari sistem lakrimalis
Sistem Sekresi Air Mata
Permukaan mata dijaga tetap lembab oleh kelenjar lakrimalis. Sekresi basal air
mata perhari diperkirakan berjumlah 0,75-1,1 gram dan cenderung menurun
seiring dengan pertambahan usia. Volume terbesar air mata dihasilkan oleh
kelenjar air mata utama yang terletak di fossa lakrimalis pada kuadran temporal di
atas orbita. Kelenjar yang berbentuk seperti buah kenari ini terletak didalam
palpebra superior. Setiap kelenjar ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator
menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil. Setiap
lobus memiliki saluran pembuangannya tersendiri yang terdiri dari tiga sampai
dua belas duktus yang bermuara di forniks konjungtiva superior. Sekresi dari
kelenjar ini dapat dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air mata
mengalir berlimpah melewati tepian palpebra (epiphora). Persarafan pada kelenjar
utama berasal nukleus lakrimalis pons melalui nervus intermedius dan menempuh
jalur kompleks dari cabang maksilaris nervus trigeminus.
Kelenjar lakrimal tambahan, walaupun hanya sepersepuluh dari massa utama,
mempunya peranan penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan
kelenjar utama yang menghasilkan cairan serosa namun tidak memiliki sistem
saluran. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva, terutama forniks
superior. Sel goblet uniseluler yang tersebar di konjungtiva menghasilkan
glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea Meibom dan Zeis
di tepian palpebra memberi substansi lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah
modifikasi kelenjar keringat yang juga ikut membentuk film prekorneal
Sistem Ekskresi Air Mata
Sistem ekskresi terdiri atas punkta, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus
nasolakrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup mirip dengan risleting – mulai
di lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan
menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi pada aspek medial palpebra. Setiap kali
mengedip, muskulus orbicularis okuli akan menekan ampula sehingga
memendekkan kanalikuli horizontal. Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan
sesuai dengan kecepatan penguapannya, dan itulah sebabnya hanya sedikit yang
sampai ke sistem ekskresi. Bila memenuhi sakus konjungtiva, air mata akan
masuk ke punkta sebagian karena hisapan kapiler.
Dengan menutup mata, bagian khusus orbikularis pre-tarsal yang mengelilingi
ampula mengencang untuk mencegahnya keluar. Secara bersamaan, palpebra
ditarik ke arah krista lakrimalis posterior, dan traksi fascia mengelilingi sakus
lakrimalis berakibat memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan negatif
pada sakus. Kerja pompa dinamik mengalirkan air mata ke dalam sakus, yang
kemudian masuk melalui duktus nasolakrimalis – karena pengaruh gaya berat dan
elastisitas jaringan – ke dalam meatus inferior hidung. Lipatan-lipatan mirip-katup
dari epitel pelapis sakus cenderung menghambat aliran balik air mata dan udara.
Yang paling berkembang di antara lipatan ini adalah “katup” Hasner di ujung
distal duktus nasolakrimalis.
HISTOLOGI PALPEBRA
Lapisan terluar palpebra adalah kulit tipis. Epidermis terdiri atas epitel
berlapis gepeng dengan papilla. Di dalam dermis di bawahnya terdapat folikel-
folikel rambut dengan kelenjar sebasea terkait. Di dalam dermis juga terdapat
kelenjar keringat.
Lapisan terdalam palpebra adalah membrane mukosa, disebut konjungtiva
palpebra; lapisan ini terletak bersebelahan dengan bola mata. Epitel pelapis
konjungtiva palpebra adalah epitel berlapis silindris rendah dengan sedikit sel
goblet. Epitel berlapis gepeng kulit berlanjut ke atas tepi palpebra, kemudian
ditransformasi menjadi jenis berlapis silindris konjungtiva palpebra, lamina
propria tipis konjungtiva palpebra mengandung serat-serat kolagen dan elastin. Di
bawah lamina propria terdapat lempeng jaringan ikat kolagen, yaitu tarsus. Daerah
ini mengandung kelenjar sebacea khusus (besar), yaitu kelenjar tarsalis meibom.
Asini sekretoris kelenjar ini ke dalam sebuah duktus sentral panjang yang berjalan
paralel dengan konjungtiva palpebra dan bermuara di tepi palpebra.
Ujung bebas palpebra mengandung bulu mata yang muncul dari folikel
rambut besar dan panjang. Terdapat kelenjar sebasea kecil yang berkaitan dengan
bulu mata. Di antara folikel rambut bulu mata terdapat kelenjar keringat moll.
Palpebra mengandung tiga set otot: bagian terbesar palpebra adalah otot
rangka, orbikularis okuli; muskulus siliaris (Roilan) di daerah folikel rambut bulu
mata dan kelenjar tarsal; dan di bagian atas palpebra terdapat berkas-berkas otot
polos, yaitu muskulus tarsalis superior (Muller).
Jaringan ikat palpebra juga mengandung jaringan lemak, pembuluh darah,
dan jaringan limfatik (Eroschenko, 2003).
SISTEM LAKRIMASI
Sistem lakrimasi di bagi
menjadi dua:
Struktur yang
mensekresikan air mata
Air mata disekresikan oleh glandula lakrimal yang berada di superior temporal
tulang orbital pada fossa lacrimal os frontale. Glandula ini tidak terlihat dan tidak
dapat dipalpasi. Glandula lacrimal yang terpalpasi menandakan keadaan patologis
seperti dacryoadenitis. Glandula lacrimal accesoria berada pada fornix superior
yang berfungsi untuk menghasilkan sekret air mata tambahan yang sifatnya
serous. Glandula lacrimal menerima persarafan dari nervus lacrimalis. Nervus
lacrimalis merupakan saraf secretomotorik parasimpatik yang berasal dari
n.intermedius. Serat saraf simpatik pada glandula lacrimal berasal dari ganglion
cervicalis superior
Struktur yang mendrainase air mata
Musculus orbicularis occuli yang diinervasi oleh nervus facialis menyebabkan
mata tertutup. Proses menutup mata ini berfungsi sebagai sistem penyapu air mata
yang menggerakan air mata ke arah medial menuju canthus medialis. Puncta
lacrimal superior et inferior mengumpulkan air mata, yang kemudian di
drainasekan melalui canaliculi lacrimalis superior et inferior ke arah saccus
lacrimalis. Kemudian air mata akan mengalir ke ductus nasolacrimalis yang
bermuara ke concha nasalis inferior
Lapisan Air Mata ( Tear Film )
Tear film yang berfungsi untuk membasasi conjunctiva dan cornea terdiri dari tiga
lapisan:
1. Lapisan terluar, minyak (ketebalan mendekati 0.1 μm) merupakan produk
glandula meiboiman dan glandula sebaceous dan sweat glands pada tepi
kelopak mata. Fungsi utama lapisan ini adalah menstabilkan tear film.
Melalui komponen hidropobiknya membantu mencegah evaporasi.
2. Lapisan tengah, air (ketebalan mendekati 8 μm) disekresikan oleh glandula
lacrimal dan glandula lacrimalis accesoria (glandula krause dan wolfring).
Fungsinya untuk membersihkan cornea dan mendukung pergerakan palpebra
conjungtiva terhadap permukaan cornea, menjaga permukaan cornea agar
tetap rata.
3. Lapisan dalam, musin (ketebalan mendekati 0.8 μm) disekresikan sel goblet
pada conjungtiva dan glandula lacrimalis. Berfungsi membantu stabilisasi
tear film. Lapisan ini menjaga kelembapan pada seluruh lapisan kornea dan
konjungtiva
2. Menjelaskan patofisiologi terjadinya benjolan di kelopak mata?
Kelopak mata mengalami pembengkakan ketika ada peradangan atau kelebihan
cairan (edema) dalam jaringan ikat di sekitar mata. Mata bengkak bisa nyeri atau
tidak nyeri, dan mempengaruhi baik kelopak mata atas dan bawah.
Ada banyak penyebab mata bengkak, termasuk infeksi mata, cedera mata atau
trauma, dan, yang paling umum adalah alergi. Pembengkakan kelopak mata dapat
menjadi tanda dari, masalah kesehatan yang berpotensi mengancam penglihatan
yang lebih serius, seperti selulitis orbita, penyakit Graves dan herpes okular.
Pembengkakan kelopak mata adalah gejala dari penyebab yang mendasari, seperti
alergi atau infeksi. Mata bengkak biasanya disertai dengan satu atau lebih hal
berikut:
a. Iritasi mata, seperti gatal atau sensasi gatal
b. Produksi air mata berlebih, yang mengakibatkan mata berair
c. Visus terhambat (tergantung pada sejauh mana pembengkakan
d. Kemerahan kelopak mata
e. Mata merah dan peradangan konjungtiva
f. Debit mata, atau "mattering"
g. Kekeringan kelopak mata atau mengelupas
h. Nyeri, terutama ketika kelopak mata bengkak disebabkan oleh infeksi
3. Menjelaskan penyakit yang berhubungan dengan benjolan pada
mata serta etiologi, epidemiologi, patofisiologi, komplikasi, prognosis,
dan terapi pendahuluannya.
a. Alergi
Alergi mata terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan
terhadap zat asing, yang disebut alergen. Serbuk sari, debu, bulu hewan
peliharaan, tetes mata tertentu dan solusi lensa kontak adalah beberapa
alergen mata yang paling umum. Reaksi alergi terhadap riasan juga
merupakan penyebab dikenal mata bengkak. Alergi mata berkembang
ketika mata melepaskan mediator kimia untuk melindungi mata dari
alergen yang Anda sensitif. Yang paling umum adalah histamin, yang
menyebabkan pembuluh darah di mata membesar dan membengkak,
selaput lendir gatal dan mata Anda menjadi merah dan berair.
b. Konjungtivitis.
konjungtivitis adalah radang selaput yang jelas dari permukaan mata, yang
disebut konjungtiva. Alergi, bakteri dan virus semua bisa mengakibatkan
kelopak mata bengkak, antara gejala lain seperti mata berair, merah dan
gatal.
c. Styes/ hordeolum
Biasanya muncul sebagai bengkak, benjolan kemerahan di tepi kelopak
mata, styes disebabkan oleh infeksi bakteri dan peradangan kelenjar
meibom. Ketika ikelenjar penghasil minyak di blok, pembengkakan
kelopak mata adalah gejala khas. Sebuah tembel dapat menyebabkan
seluruh kelopak mata membengkak, dan biasanya lunak untuk disentuh.
Gejala hordeolum:
- Benjolan pada kelopak mata atas/bawah berwarna merah dan nyeri
apabila di tekan
- Ada rasa mengganjal pada kelopak mata
- Visus tidak menurun
- Pseudoptosis/ptosis akibat bertambah beratnya kelopak sehingga
susah diangkat
- Sering terbentuk abses dan pecah sendiri
Klasifikasi
Hordeolum dikenal dalam bentuk :
- Hordeolum internum atau radang kelenjar meibom, dengan penonjolan
terutama ke daerah konjungtiva tarsal.
- Hordeolum eksternum atau radang kelenjar zeis atau moll, dengan
penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak.
Pengobatan
Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat dapat diberikan kompres
hangat, 3 kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar. Pengangkatan
bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah. Diberi antibiotik
lokal terutama bila berbakat rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar
aurikel.
Antibiotik sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg
diklosasilin 4 kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi
stafilokokus di bagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-
sama. Pada nanah dan kantong nanah tidak dapat keluar dilakukan insisi.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesia topikal dengan
pentokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain atau
lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila : Hordeolum
internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo
palpebra. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo
palpebra. Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase
seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi
salep antibiotik.
Komplikasi
Penyulit hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan radang
jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.
(akan dibahas lebih lanjut di jump 7)
d. Chalazion. disebabkan oleh kelenjar meibom diblokir, pada meniru
pertama tembel/styess tapi kemudian berkembang menjadi kista sebaceous
keras. Perbedaan lain adalah bahwa tembel terjadi di tepi kelopak mata
sedangkan Chalazion biasanya berkembang jauh dari tepi kelopak mata.
Kedua styes dan chalazia menyebabkan kelopak mata bengkak dan nyeri
dari daerah yang terkena.
Epidemiologi
Kalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang ekstrim
sangat jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh
hormonal terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan
terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan.
Gejala klinis
Kalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak
hiperemik, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar
preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan
bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada
mata tersebut.
Patofisiologi
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,
kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi
dan mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang
membedakan antara kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal
(terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion
dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik,
nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam
palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar
meibom yang berdilatasi.
Komplikasi
Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis,
dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu
dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat
terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion
yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan
granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.
Pengobatan
Pengobatan kalazion antara lain adalah
a. Penanganan konservatif kalazion adalah dengan kompres air hangat 15
menit( 4 kali sehari). Lebih dari 50% kalazion sembuh dengan
pengobatan konservatif.
b. Obat tetes mata atau salep mata jika infeksi diperkirakan sebagai
penyebabnya
c. Injeksi 0,2 - 2 ml triamsinolon 5 mg/ml ke dalam kalazion untuk
mengurangi inflamasi, jika tidak ada bukti infeksi. Steroid
menghentikan inflamasi dan sering menyebabkan regresi dari kalazion
dalam beberapa minggu kemudian. Komplikasi dari penyuntikan
steroid meliputi hipopigmentasion, atropi, dan potensial infeksi.
d. Eksisi kalazion : insisi vertikal pada permukaan konjungtiva palpebra.
Untuk kalazion yang kecil, dilakukan kuretase pada granuloma
inflamasi pada kelopak mata. Untuk kalazion yang besar, mengiris
granuloma untuk dibuang seluruhnya. Untuk kalazion yang menonjol
ke kulit, menginsisi permukaan kulit secara horisontal lebih sering
dilakukan daripada lewat konjungtiva untuk pembuangan seluruh
jaringan yang mengalami inflamasi.
Prognosis
Terapi bisanya berhasil dengan baik. Jika lesi baru sering terjadi, drainage
yang kurang adekuat mungkin mengikatkan lokal rekurensi ini. Kalazion
yang tidak diobati kadang-kadang terdrainase secara spontan, namun
biasanya lebih sering persisten menjadi inflamasi akut intermitten.
Bila terjadi kalazion berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologik untuk menghindari kesalahan diagnosis
dengan kemungkinan keganasan.
(akan dibahas lebih lanjut di jump 7)
e. Cedera mata.
Setiap trauma pada area mata, termasuk memar kelopak mata (umumnya
dikenal sebagai mata hitam) dan trauma yang disebabkan oleh operasi
kosmetik (blepharoplasty, atau operasi kelopak mata), dapat memicu
peradangan dan mata bengkak.
f. Pemakaian lensa kontak. Perawatan yang tidak tepat untuk lensa kontak -
seperti memakai lensa kotor, berenang dalam lensa kontak atau
menyimpan kontak dalam kasus lensa kotor - dapat menyebabkan infeksi
mata dan kelopak mata bengkak. Menggunakan kontak yang rusak juga
dapat mengiritasi mata dan menyebabkan kelopak mata membengkak.
g. Blepharitis
Palpebra berfungsi untuk memberikan proteksi fisik untuk mata,
mempertahankan film air mata (tear film), dan drainase air mata. Penyakit
– penyakit pada kelopak mata terbagi menjadi empat, yaitu posisi palpebra
abnormal, inflamasi palpebra, pembengkakan palpebra, dan abnormalitas
bulu mata . Dari kasus pada skenario, kami lebih membahas tentang
pembengkakan palpebra dan inflamasi palpebra. Salah satu contoh
inflamasi pada palpebra adalah blefaritis. Blefaritis merupakan inflamasi
kronis pada pelpebra yang sering terjadi. Blefaritis kadang dikaitkan
dengan infeksi Staphylococcus yang kronis. Kondisi ini menyebabkan
debris skuamosa, inflamasi tepi palpebra, kulit, dan folikel bulu mata
(blefaritis anterior). Inflamasi ini juga dapat mengenai glandula Meibom
secara tersendiri (penyakit glandula Meibom atau blefaritis posterior)
(James, Chew & Bron 2006).
Manifestasi klinis
Tanda-tanda blefaritis, yaitu skuama pada tepi palpebra, debris
berbentuk roset di sekitar bulu mata yang dasarnya dapat mengalami
ulserasi, jumlah bulu mata yang berkurang, obstruksi dan sumbatan ductus
Meibom, sekresi glandula Meibom berwarna keruh, injeksi pada tepi
palpebra, dan abnormalitas film air mata. Pada penyakit yang berat, epitel
cornea dapat terkena (blefarokeratitis). Dapat terbentuk ulkus kecil di
perifer cornea (ulserasi marjinal sekunder akibat eksotoksin
Staphylococcus). Selain itu, konjunctiva juga dapat mengalami injeksi.
Blefaritis sangat berhubungan dengan dermatitis seboroik, eksim atopic,
dan akne rosasea Pada rosasea terdapat hyperemia dan teleangiektasia kulit
wajah dan rinofima (James, Chew & Bron 2006).
PENGOBATAN:
• Kompres hangat (selama 5 menit) pada kelopak dimaksud agar dapat
meningkatkan produksi minyak dan mencairkan minyak di kelenjar
meibom. .
• melakukan scrub pada bulu mata dengan menggunakan sabun yang anti
iritasi atau sabun bayi digunakan dalam pengelolaan blepharitis anterior
dan sangat ditargetkan untuk menghilangkan kotoran bulu mata, bakteri,
bakteri racun, minyak dan ketombe. Hal ini penting untuk menekankan
bahwa pendidikan pasien, kompres hangat dan kebersihan kelopak mata
adalah elemen kunci dari manajemen blepharitis.
• Teknik pijat kelenjar kelopak mata sering dianjurkan untuk memfasilitasi
aliran minyak meibom dari kelenjar. Hal ini dicapai dengan menerapkan
tekanan ringan dengan ujung jari
Beberapa jenis antibiotik topikal: tetes dan salep, beberapa sering
diresepkan adalah:
a. Azithromycin (AzaSite, Bausch & Lomb), biasanya diresepkan satu tetes
di saat malam sebelum tidur selama satu minggu atau
b. Salep mata Bacitracin: digunakan ½ inch strip; di oleskan pada kelopak
mata satu atau beberapa kali dalam sehari untuk beberapa hari
c. Salep mata Erythromycin : digunakan ½ inch strip; di oleskan pada
kelopak mata satu atau beberapa kali dalam sehari untuk beberapa hari
d. Topical corticosteroids: ophthalmic suspensions, gels and ointments.
Biasanya diresepkan kuran dari 14 hari
- Lotemax (loteprednol etabonate 0.5 percent, Bausch & Lomb), 1
tetes 1 atau dua kali perhari
- Prednisolone acetate 1percent, 1 tetes perhari
e. kombinasi topical corticosteroids and antibiotic
- Tobramycin/dexamethasome atau tobramycin/loteprenol
- Tetrasiklin
- Erythromycin is usually prescribed when there is a contraindication
to the tetracyclines.
h. Dakriosistitis adalah peradangan pada sakus lakrimalis akibat adanya
obstruksi pada duktus nasolakrimalis. Obstruksi pada anak-anak biasanya
akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal, sedangkan pada orang
dewasa akibat adanya penekanan pada salurannya, misal adanya polip
hidung.
Epidemiologi
Penyakit ini sering ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa di atas
40 tahun, terutama perempuan dengan puncak insidensi pada usia 60
hingga 70 tahun. Dakriosistitis pada bayi yang baru lahir jarang terjadi,
hanya sekitar 1% dari jumlah kelahiran yang ada dan jumlahnya hampir
sama antara laki-laki dan perempuan. Jarang ditemukan pada orang
dewasa usia pertengahan kecuali bila didahului dengan infeksi jamur.
Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, dakriosistitis dibedakan menjadi 3
(tiga) jenis, yaitu:
a. Akut
Pasien dapat menunjukkan morbiditasnya yang berat namun jarang
menimbulkan kematian. Morbiditas yang terjadi berhubungan dengan
abses pada sakus lakrimalis dan penyebaran infeksinya.
b. Kronis
Morbiditas utamanya berhubungan dengan lakrimasi kronis yang
berlebihan dan terjadinya infeksi dan peradangan pada konjungtiva.
c. Kongenital
Merupakan penyakit yang sangat serius sebab morbiditas dan
mortalitasnya juga sangat tinggi. Jika tidak ditangani secara adekuat, dapat
menimbulkan selulitis orbita, abses otak, meningitis, sepsis, hingga
kematian. Dakriosistitis kongenital dapat berhubungan dengan
amniotocele, di mana pada kasus yang berat dapat menyebabkan obstruksi
jalan napas. Dakriosistitis kongenital yang indolen sangat sulit didiagnosis
dan biasanya hanya ditandai dengan lakrimasi kronis, ambliopia, dan
kegagalan perkembangan.
Manifestasi klinis
Gejala umum pada penyakit ini adalah keluarnya air mata dan kotoran.
Pada dakriosistitis akut, pasien akan mengeluh nyeri di daerah kantus
medial (epifora) yang menyebar ke daerah dahi, orbita sebelah dalam dan
gigi bagian depan. Sakus lakrimalis akan terlihat edema, lunak dan
hiperemi yang menyebar sampai ke kelopak mata dan pasien juga
mengalami demam. Jika sakus lakrimalis ditekan, maka yang keluar
adalah sekret mukopurulen
Pada dakriosistitis kronis gejala klinis yang dominan adalah lakrimasi
yang berlebihan terutama bila terkena angin. Dapat disertai tanda-tanda
inflamasi yang ringan, namun jarang disertai nyeri. Bila kantung air mata
ditekan akan keluar sekret yang mukoid dengan pus di daerah punctum
lakrimal dan palpebra yang melekat satu dengan lainnya.
Pada dakriosistitis kongenital biasanya ibu pasien akan mengeluh mata
pasien merah pada satu sisi, bengkak pada daerah pangkal hidung dan
keluar air mata diikuti dengan keluarnya nanah terus-menerus. Bila bagian
yang bengkak tersebut ditekan pasien akan merasa kesakitan (epifora).
(akan dibahas lebih lanjut di jump 7)
Faktor Predisposisi Dan Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya obstruksi duktus
nasolakrimalis:
Terdapat benda yang menutupi lumen duktus, seperti pengendapan kalsium,
atau koloni jamur yang mengelilingi suatu korpus alienum.
Terjadi striktur atau kongesti pada dinding duktus.
Penekanan dari luar oleh karena terjadi fraktur atau adanya tumor pada sinus
maksilaris.
Obstruksi akibat adanya deviasi septum atau polip.
Dakriosistitis dapat disebabkan oleh bakteri Gram positif maupun Gram
negatif. Bakteri Gram positif Staphylococcus aureus merupakan penyebab utama
terjadinya infeksi pada dakriosistitis akut, sedangkan Coagulase Negative-
Staphylococcus merupakan penyebab utama terjadinya infeksi pada dakriosistitis
kronis. Selain itu, dari golongan bakteri Gram negatif, Pseudomonas sp. juga
merupakan penyebab terbanyak terjadinya dakriosistitis akut dan kronis.
Literatur lain menyebutkan bahwa dakriosistitis akut pada anak-anak
sering disebabkan oleh Haemophylus influenzae, sedangkan pada orang dewasa
sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus β-haemolyticus.
Pada literatur ini, juga disebutkan bahwa dakriosistitis kronis sering disebabkan
oleh Streptococcus pneumoniae.
Patofisiologi
Awal terjadinya peradangan pada sakus lakrimalis adalah adanya obstruksi
pada duktus nasolakrimalis. Obstruksi duktus nasolakrimalis pada anak-anak
biasanya akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal, sedangkan pada orang
dewasa akibat adanya penekanan pada salurannya, misal adanya polip hidung.
Obstruksi pada duktus nasolakrimalis ini dapat menimbulkan penumpukan
air mata, debris epitel, dan cairan mukus sakus lakrimalis yang merupakan media
pertumbuhan yang baik untuk pertumbuhan bakteri.2
Ada 3 tahapan terbentuknya sekret pada dakriosistitis. Hal ini dapat
diketahui dengan melakukan pemijatan pada sakus lakrimalis. Tahapan-tahapan
tersebut antara lain:
Tahap obstruksi
Pada tahap ini, baru saja terjadi obstruksi pada sakus lakrimalis, sehingga
yang keluar hanyalah air mata yang berlebihan.
Tahap Infeksi
Pada tahap ini, yang keluar adalah cairan yang bersifat mukus,
mukopurulen, atau purulent tergantung pada organisme penyebabnya.
Tahap Sikatrik
Pada tahap ini sudah tidak ada regurgitasi air mata maupun pus lagi. Hal
ini dikarenakan sekret yang terbentuk tertahan di dalam sakus sehingga
membentuk suatu kista.
6. Faktor risiko keluhan pasien
a. Hordeolum / khalazion
1) Miopi
2) Umur diatas 40 tahun
3) Hygine
4) Kosmetik
5) Kontak lens
b. Keganasan
1) Radiasi
2) Paparan karsinogen : rokok
c. Dakriosistitis
1) Anak- anak
2) Wanita diatas 40 tahun
7. Mengapa terdapat benjolan tapi visus masih normal ?
Jump 4
Benjolan Kelopak Mata
Anamnesis- Wanita 19 th
- Sejak 2 minggu- Makin besar
Pemeriksaan fisik- VOS 6/6
- Konjungtiva bulbi tenang- Konjungtiva forniks dan palpebra
hiperemis- Kornea jernih
DD- Hordeolum
- Kalazion- Dakriosistitis
- Basal cell carcinoma- Konjungtivitis adenovirus
- Cellulitis preorbital, dll
Terapi pendahuluan- Antibiotik
- Kompres hangat
Rujuk
Jump 5: Merumuskan tujuan pembelajaran
1. Bagaimanakah interpretasi pemeriksaan fisik pada skenario di atas?
2. Pemeriksaan apa saja yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis?
3. Bagaimanakah diagnosis banding pada kasus dalam skenario di atas?
4. Apakah terapi pendahuluan yang diberikan pada kasus dalam skenario di atas?
Jump 6: Mengumpulkan informasi baru
Masing-masing anggota kelompok kami telah mencari sumber – sumber ilmiah
dari beberapa buku referensi maupun akses internet yang sesuai dengan topik
diskusi tutorial ini secara mandiri untuk disampaikan dalam pertemuan
berikutnya.
Jump 7: Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru yang
diperoleh
1. Interpretasi pemeriksaan fisik pada skenario.
“Pada pemeriksaan mata kiri didapatkan VOS 6/6, kelopak terlihat ada benjolan, konjungtiva bulbi tenang, konjungtiva forniks dan palpebral hiperemis, kornea tampak jernih.”
Secara lebih terperinci hasil yang didapatkan dari pemeriksaan mata kiri pasien adalah:
a. VOS 6/6 artinya visus normal (emetropia). Pasien dapat melihat huruf pada Snellen chart dalam jarak 6 meter dan memang seharusnya huruf tersebut bisa dilihat dengan jelas oleh orang normal pada jarak 6 meter.
b. Kelopak mata terlihat ada benjolan. Benjolan yang dimaksud tidak diberikan detailnya, sehingga harus dilihat apakah fokal atau difus, konsistensinya keras atau lunak. Pasien tidak merasakan nyeri namun makin lama membesar.
c. Konjungtiva bulbi tenang, yang artinya konjungtiva bulbi tidak mengalami inflamasi. Tidak terlihat kemerahan dan secara makroskopis terlihat normal.
d. Konjungtiva forniks dan palpebral hiperemis terjadi karena terjadi vasodilatasi vasa darah di daerah tersebut.
e. Kornea tampak jernih artinya fungsi media refraksi masih baik, memperkuat hasil visus 6/6.
2. Pemeriksaan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
HORDEOLUM
Pemeriksaan Fisik Oftalmologis
Ditemukan kelopak mata bengkak, merah, dan nyeri pada perabaan.
Nanah dapat keluar dari pangkal rambut (hordeolum eksternum). Apabila
sudah terjadi abses dapat timbul undulasi.
Pemeriksaan Penunjang : Tidak diperlukan
DAKROSISTITIS
Uji anel: untuk mengetahui fungsi ekskresi sitem lakrimal
1. Beri anestesi topical dan dilakukan dilatasi pungtum lakrimal
2. Jarum anel dimasukkan pada pungtum dan kanalikuli lakrimal
3. Semprotkan garam fisiologik
4. Tanyakan apakah pasien merasa cairan masuk ke tenggorokan atau dilihat
ada tidaknya reflek menelan
5. Bila ada berarti fungsi ekskresi system lakrimal baik. Bila tidak ada berarti
ada sumbatan duktus nasolakrimal
Uji rasa: untuk mengetahui fungsi ekskresi system lakrimal
1. 1 tetes sakarin diteteskan pada konjungtiva
2. Bila pasien merasa sesuatu yang manis setelah 5 menit berarti fungsi
ekskresi lakrimal baik. (Ilyas, 2010)
3. Diagnosis banding pada kasus dalam skenario.
HORDEOLUM
1. Pengertian
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar
sabasea kelopak mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya
kompres hangat. Hordeolum secara histopatologik gambarannya seperti
abses. (Bessette, 2002)
2. Klasifikasi
Hordeolum dikenal dalam bentuk :
Hordeolum internum atau radang kelenjar meibom, dengan penonjolan
terutama ke daerah konjungtiva tarsal.
Hordeolum eksternum atau radang kelenjar zeis atau moll, dengan
penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. (Ilyas, 2010)
3. Gejala Klinis
Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti
bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan.
Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum
eksternum. Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah
beratnya kelopak sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum,
kelenjar preaurikel biasanya turut membesar. Sering hordeolum ini
membentuk abses dan pecah dengan sendirinya. (Ilyas, 2010)
4. Komplikasi
Penyulit hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan radang
jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.
(Ilyas, 2010)
KALAZION
1. Pengertian
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom
yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan
infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.
(Ilyas, 2010)
Awalnya dapat berupa radang ringan dan nyeri tekan mirip
hordeolum-dibedakan dari hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang
akut. (Vaughan, 1996)
Gejala kalazion antara lain pembengkakan di kelopak mata,
bertambahnya produksi air mata, perasaan berat di kelopak mata, bila sudah
dalam stadium lanjut bisa terjadi photobia. Karena tonjolan kalazia dapat
menekan kornea, maka kalazion yang kronis dapat menyebabkan komplikasi
berupa astigmatisma. (Bagheri A, 2009)
2. Patofisiologi
Kalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak
hiperemik, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar
preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan
bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada
mata tersebut. (Ilyas, 2010)
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,
kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan
mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan
antara kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses
piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat menyebabkan
hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang
multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal.
Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi.
(Wessels, 2002)
3. Epidemiologi
Kalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang
ekstrim sangat jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh
hormonal terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan
terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan.
(Vaughan, 1996)
4. Penyebab
Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada
saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion
dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.
(Wessels, 2002)
5. Komplikasi
Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan
trichiasis, dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat
atipik perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma
dapat terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea.
Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa
jaringan granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit. (Ilyas, 2010)
SELULITIS PRESEPTAL
Infeksi umum dari kelopak mata dan jaringan lunak periorbital yang
ditandai dengan eritema kelopak mata akut dan edema. Infeksi ini biasanya
hasil dari penuebaran lokal dakriosistitis, sinusitis dan trauma kelopak mata.
Faktor resiko : herdeolum, kalazion, dakriosistitis, varicella. Epidemiologi :
terutama didapatkan pada anak-anak, 80% dari pasien lebih muda dari 10
tahun (Medscape,201)
GRANULOMA PIOGENIK
Tumor vasculer proliferasi jinak pada kulit dan membran mukosa
yang sering mengikuti infeksi dan trauma minor. Gambaran klinis
granuloma piogenik berupa papul atau nodul dengan soliter berwarna merah
dengan diameter 5-10mm, tumbuh cepat dalam 1-3 minggu. Epidemiologi :
terjadi pada semua umur, merupakan salah satu tumor-tumor vasculer yang
paling sering didapatkan pada bayi dan anak-anak juga dapat terjadi pada
orang dewasa. Tidak terdapat perbedaan antara pria dan wanita, tumor ini
sering tumbuh soliter tetapi bisa terjadi lesi yang multiple (Calonje E,2005 )
KARSINOMA KELENJAR SEBASEA
Karsinoma kelenjar sebasea paling sering berasal dari kelenjar
meibom dan Zeis, tetapi dapat pula muncul di kelenjar sebasea alis mata
atau caruncula. Sekitar separuhnya mirip lesi dan kelainan peradangan jinak,
seperti kalazion dan blefaritis kronik. Karsinoma ini lebih agresif dari
karsinoma sel skuamosa, sering meluas ke dalam orbita, menginvasi sistem
limfatik, dan bermetastasis. Dapat dilakukan biopsi kelenjar sentinel sebagai
bagian dari pemeriksaan pasien dengan tumor adneksa
(Vaughan&Asbury,2008).
KONJUNGTIVITIS VIRUS AKUT
Konjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan infeksi virus.
Kelainan ini akan memberikan gejala demam, faringitis, sekret berair dan
sedikit, yang mengenai satu atau kedua mata. Biasanya disebabkan
adenovirus tipe 3 dan 7, terutama mengenai remaja, yang disebabkan
melalui droplet atau kolam renang. Masa inkubasi 5-12 hari, yang
menularkan selama 12 hari, dan bersifat epidemik. Mengenai satu mata yang
akan mengenai mata lainnya dalam minggu berikutnya.
Berjalan akut dengan gejala penyakit hiperemia konjungtiva, folikel
pada konjungtiva, sekret serous, fotofobia, kelopak bengkak dengan
pseudomembran. Pada kornea dapat terjadi keratitis superfisial, dan atau
subepitel dengan pembesaran kelenjar limfe preaurikuler.
Pengobatannya hanya suportif karena dapat sembuh sendiri.
Diberikan kompres, astringen, lubrikasi, pada kasus yang berat dapat
diberikan antibiotik dengan steroid topikal. Pengobatannya biasanya
simtomatik dan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.
KARSINOMA SEL BASAL
Menurut adanya benjolan pada palpebra dan tidak ada nyeri pada
benjolan tersebut, kalazion dapat didiagnosis banding dengan karsinoma sel
basal dan karsinoma sel skuamosa. Karsinoma sel basal merupakan tumor
ganas yang sering terjadi. Tumor ini berkembang lambat, invasive lokal, dan
tidak bermetastasis. Pasien akan datang dengan lesi tidak nyeri pada
palpebra yang dapat nodular, sclerosis, atau ulseratif (yang disebut ulkus
roden). Lesi ini mempunyai batas khas berwarna putih pucat seperti mutiara.
Kemudian, karsinoma sel skuamosa lebih jarang namun lebih ganas dan
dapat bermetastasis ke kelenjar getah bening. Karsinoma ini dapat terjadi de
novo atau dari lesi premaligna. Benjolan pada karsinoma sel skuamosa
berupa nodul yang keras atau bercak bersisik (James, Chew & Bron 2006).
DACRIOSISTITIS
Dacriosistitis merupakan infeksi pada saccus lacrimalis yang
menyebabkan nyeri, kemerahan, pembengkakan pada kelopak mata bawah
dan epifora. Jika kelainan obstruksinya kongenital dinamakan dacriosistocel.
Umumnya disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus
pneumoniae. Komplikasi yang paling umum adalah ulserasi kornea yang
dihubungkan dengan S. Pneumoniae. Terapi yang dibutuhkan adalah
antibiotik, baik topikal dan atau oral, kompres hangat dan
dacryocystorhinostomy. (Yanoff & Duker, 2008)
60% kasus dacriosistitis dapat terjadi lagi. Individu dengan sistem
imun yang lemah, dacrisistitits dapat menjadi selulitis orbital yang dapat
menyebabkan neuritis optik, proptosis atau kebutaan. (Yanoff & Duker,
2008)
BLEFARITIS
Merupakan kondisi umum pada mata yang ditandai dengan inflasi kronis kelopak mata, tempat di mana bulu mata tumbuh. Hal ini terjadi saat kelenjar minyak dekat bulu mata tidak berfungsi sebagaimana mestinya, menyebabkan inflamasi, inflamasi, gatal dan kelopak mata memerah. Biasanya blefaritis ini disebabkan karena pertumbuhan bakteri yang berlebihan yang pada umunya merupakan flora alami kulit. Tetapi, beberapa kondisi dapat berkembang menjadi blefaritis.
Blefaritis dapat diklasifikasikan sebagai seboroik, stafilokokal, mixed, posterior, meibomitis atau parasitik. Bisa akut dan kronis. Keadaan kronis dapat menjadi lebih susah untuk diterapi, dan biasanya tidak menimbulkan kerusakan permanen.
Beberapa kondisi dapat menyebabkan blefaritis, seperti rosacea, herpes simplex dermatitis, varicella-zoster dermatitis, molluscum contagiosum, allergic dermatitis, contact dermatitis, seborrheic dermatitis, staphylococcal dermatitis, dan parasitic infections (contoh : Demodex dan Phthiriasis palpebrarum). Bebrapa gejala yang dikaitkan dengan blefaritis antara lain : mata berair, mata merah, kelopak mata merah dan bengkak, terdapat crusta di bulu mata, kelopak mata yang lengket, gatal di kelopak mata, adanya sisik di kelopak mata, dan hilangnya bulu mata. (Cunningham& Riordan, 2011)
Terapi untuk blefaritis blefaritis terjadi dari beberapa tahap :
1. Mengompres kelopak mata dengan air hangat untuk menghilangkan deposit minyak padat.
2. Membersihkan kotoran di margin kelopak mata menggunakan sabun yang non iritatif.
3. Menggunakan air mata artifisial.4. Penggunaan antibiotik.5. Steroid ointment atau tetes mata steroid untuk membantu mengontrol
inflamasi.6. Pengobatan penyakit yang mendasari.7. Menghentikan penggunaan make up pada mata hingga kondisi membaik.
(Kristina, et al., 2012)
4. Terapi pendahuluan yang diberikan pada kasus dalam skenario.
HORDEOLUM
Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat dapat diberikan kompres
hangat, 3 kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar. Pengangkatan bulu
mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah. Diberi antibiotik lokal
terutama bila berbakat rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar aurikel.
Terapi stye primer adalah pengompresan mata dengan air hangat. Insisi
dan drainase dilakukan apabila gejala tidak membaik 48 jam setelah
pengkompresan dimulai. Bagian dari perawatan adalah membersihkan crusta
menggunakan sabun bayi yang non iritatif. Antibiotik topikal berupa ointment
atau tetes mata juga bisa digunakan. (Lindsley, et al., 2013)
Antibiotik sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg
diklosasilin 4 kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi
stafilokokus di bagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-sama.
Pada nanah dan kantong nanah tidak dapat keluar dilakukan insisi. (Ilyas,
2010)
Penderita stye sangat tidak disarankan untuk memakai makeup mata
(misal eyeliner), lotion atau memakai kontak lensa karena dapat menyebarkan
infeksi hingga ke kornea. Pada pasien yang cenderung terkena stye disarankan
tidak berbagi kosmetik mata dan dapat secara rutin mengkompres mata dengan
air hangat untuk mencegah stye kambuh. (Lindsley, et al., 2013)
Insisi hordeolum:
1. Beri anestesi topical dengan patokain tetes mata
2. Lakukan anestesi filtrasi dengan prokain/lidokain di daerah hordeolum
3. Pada hordeolum internum, buat insisi pada daerah fluktuasi pus tegak
lurus margo palpebra. Sedangkan pada hordeolum eksternum insisinya
sejajar margo palpebra.
4. Lakukan ekskokleasi/kuretase seluruh isi jaringan radang dalam
kantongnya
5. Beri salep antibiotic.
6. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
pada margo palpebral.
7. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. (Ilyas,
2010)
Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi
jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.
(Ilyas, 2010)
Konseling dan Edukasi
Penyakit hordeolum dapat berulang sehingga perlu diberi tahu pasien dan
keluarga untuk menjaga higiene dan kebersihan lingkungan
Rencana Tindak Lanjut
Bila dengan pengobatan konservatif tidak berespon dengan baik, maka
prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada
hordeolum.
Kriteria rujukan
a. Bila tidak memberikan respon dengan pengobatan konservatif.
b. Hordeolum berulang.
Prognosis
Prognosis pada umumnya baik. (Permenkes,2014)
KALAZION
Merupakan kista yang disebabkan oleh penyumbatan saluran pada glandula
meibom (meibomiam gland) . Kalzion berbeda dari stye karena pada kalazion
biasanya subakut dan tidak nyeri. Dan kalazion biasanya berlokasi di dalam
kelopk mata, tidak seperti hordeolum yang berlokasi di lig margin.
Gejala kalazion antara lain pembengkakan di kelopak mata, bertambahnya
produksi air mata, perasaan berat di kelopak mata, bila sudah dalam stadium
lanjut bisa terjadi photobia. Karena tonjolan kalazia dapat menekan kornea,
maka kalazion yang kronis dapat menyebabkan komplikasi berupa
astigmatisma. (Bagheri A, 2009)
Penatalaksanaan kalazion antara lain adalah:
1. Penanganan konservatif kalazion adalah dengan kompres air hangat 15
menit( 4 kali sehari). Lebih dari 50% kalazion sembuh dengan pengobatan
konservatif.
2. Obat tetes mata atau salep mata jika infeksi diperkirakan sebagai
penyebabnya.
3. Injeksi steroid ke dalam kalazion untuk mengurangi inflamasi, jika tidak
ada bukti infeksi. Steroid menghentikan inflamasi dan sering menyebabkan
regresi dari kalazion dalam beberapa minggu kemudian.
4. Injeksi 0,2 - 2 ml triamsinolon 5 mg/ml secara langsung ke pusat kalazion,
injeksi kedua mungkin diperlukan.
5. Tindakan bedah jika gumpalan tersebut tidak dapat hilang.
Komplikasi dari penyuntikan steroid meliputi hipopigmentasion, atropi, dan
potensial infeksi. (Santen, 2001)
Eksisi Kalazion
1. Jika perlu, buatlah insisi vertikal pada permukaan konjungtiva palpebra.
2. Untuk kalazion yang kecil, lakukan kuretase pada granuloma inflamasi
pada kelopak mata.
3. Untuk kalazion yang besar, iris granuloma untuk dibuang seluruhnya
4. Cauter atau pembuangan kelenjar meibom (yang biasa dilakukan)
5. Untuk kalazion yang menonjol ke kulit, insisi permukaan kulit secara
horisontal lebih sering dilakukan daripada lewat konjungtiva untuk
pembuangan seluruh jaringan yang mengalami inflamasi. (Santen, 2001)
Eskokleasi Kalazion
1. Terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topikal pentokain.
2. Obat anestesia infiltratif disuntikkan di bawah kulit di depan kalazion.
3. Kalazion dijepit dengan kelem kalazion dan kemudian klem dibalik
sehingga konjungitva tarsal dan kalazion terlihat.
4. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion
dikuret sampai bersih.
5. Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata. (Ilyas, 2010)
Prognosis
Terapi bisanya berhasil dengan baik. Jika lesi baru sering terjadi,
drainage yang kurang adekuat mungkin mengikatkan lokal rekurensi ini.
Kalazion yang tidak diobati kadang-kadang terdrainase secara spontan, namun
biasanya lebih sering persisten menjadi inflamasi akut intermitten. (Wessels,
2002).
Bila terjadi kalazion berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologik untuk menghindari kesalahan diagnosis dengan
kemungkinan keganasan. (Ilyas, 2010)
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan skenario dapat disimpulkan bahwa pasien pada
skenario kemungkinan mengalami infeksi mata atau keganasan pada mata.
Diagnosis banding ini didapatkan dari keluhan pasien yakni ada benjolan di
kelopak mata kiri sebelah bawah sejak dua minggu yang lalu dan semakin
membesar. Adapun diagnosis banding untuk infeksi mata antara lain, hordeolum,
kalazion, dakriosistitis, basal cell carcinoma, konjungtivitis adenovirus, cellulitis
preorbital, dll.
Adapun terapi pendahuluan untuk infeksi mata, antibiotik dan kompres
hangat. Namun, jika ada indikasi keganasan pasien harus segera dirujuk pada
dokter spesialis.
BAB IV
SARAN
Saran untuk kelompok kami agar kami dapat datang tepat waktu. Hal ini
supaya diskusi tutorial dapat berjalan dengan tepat waktu sehingga banyak materi
yang dapat dibahas dalam diskusi. Selain itu, kami harus dapat memberikan
pendapat dengan lebih aktif dan tidak takut salah sehingga kami dapat saling
sharing ilmu dan belajar bersama. Kami juga harus lebih berkoordinasi tugas satu
sama lain, menghargai pendapat, dan mengerti tanggung jawab masing-masing.
Saran untuk pembaca diharap bisa mengambil informasi sebanyak-banyaknya dan
menyebarkan pada yang masyarakat lain sehingga pengetahuan mengenai masalah
gangguan pada hidung dan tenggorok dapat diketahui oleh masyarakat.
Kami menyadari bahwa tugas ini tersusun dalam bentuk yang masih
sederhana sehingga masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Kami berharap
semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kami semua sendiri dan bahkan bagi
pembaca yang lain. Kami juga menerima kritik, saran, dan tambahan ilmu lainnya
sehingga kami dapat bersama-sama belajar dan ilmu tersebut dapat bermanfaat
bagi kami di saat ini atau masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
AAO. 2007. Orbit, Eyelid, and Lacrimal System. Singapore:American Academy
of Ophtalmology.
American Optometric Association (2015). Blepharitis.
http://www.aoa.org/patients-and-public/eye-and-vision-problems/glossary-
of-eye-and-visioconditions/blepharitis?sso=y diakses 4 Oktober 2015.
Bagheri A, H. H. K. F. A. M. Y. S., 2009. Effect of chalazion excision on
refractive error and corneal topography.. European Journal of
Ophthalmology.
Cunningham, E. T. & Riordan, P., 2011. Vaughan & Asbury's general
ophthalmology. 18 penyunt. New York: McGraw Hill Professional.
Ellis, Harold. 2006. Clinical Anatomy, A Revision and Applied Anatomy for
Clinical Students Eleventh Edition. Massachusetts, USA : Blackwell
Publishing, Inc .
Ho SY, L. J., 2002. Subcutaneous steroid injection as treatment for chalazion:
prospective case series.. Hong Kong Medical Journal., pp. 18-20.
Ilyas, Sidarta.2010.Ilmu Penyakit Mata Edisi 3.Balai Penerbit FK UI: Jakarta
James B, Chew C, & Bron A. 2006.Lecture Notes: Oftalmologi, Edisi 9. Erlangga:
Jakarta.
Kristina, L., H, S. & SGC, T., 2012. Interventions for chronic blepharitis.
Cochrane Database Syst Rev .
Leitman, M.W. 2007. Manual for Eye Examination and Diagnosis Seventh
Edition. Massachusetts, USA : Blackwell Publishing, Inc .
Lindsley, K., JJ, N. & K, D., 2013. Interventions for acute internal hordeolum.
Cochrane Database of Systematic Reviews, Issue 4.
NHS Choices (2014). Eyelids problems. http://www.nhs.uk/conditions/eyelid-
problems/Pages/Introduction.aspx - diakses 4 Oktober 2015.
Yanoff, M. & Duker, J. S., 2008. Ophthalmology. 3 penyunt. Edinburgh: Mosby.