-
LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN
TAHUN 2011
KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
2011
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan sektor pertanian khususnya tanaman pangan dalam pembangunan
nasional sangatlah penting. Upaya mewujudkan swasembada berkelanjutan
padi, jagung dan kedelai pada tahun 2014 memerlukan strategi dan
langkah operasional yang sinergis antara pusat dan daerah. Strategi
peningkatan produksi pangan diterapkan melalui perluasan areal tanam,
peningkatan produktivitas, pengamanan produksi, dan pemberdayaan
kelembagaan pertanian serta adanya dukungan pembiayaan usahatani.
Strategi pengamanan produksi diupayakan dalam bentuk penanganan
pascapanen yang baik. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal
Tanaman Pangan Nomor : 14/HK.310/C/2/2011 tentang pedoman
pelaksanaan penanganan pascapanen tanaman pangan dijelaskan bahwa
kegiatan pascapanen dianggap memiliki peranan penting dan strategis
dalam mendukung keberhasilan penanganan susut hasil, mempertahankan
mutu, meningkatkan daya saing dan nilai tambah hasil pertanian, oleh
karena itu diharapkan dari tahun ke tahun dapat dilakukan penurunan
tingkat kehilangan hasil tanaman pangan secara intensif dan kontinyu.
Tujuan penanganan pascapanen itu sendiri adalah :
1. Menurunkan Susut hasil
2. Mempertahankan mutu
3. Meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan
4. Mempertahankan dan memperpanjang masa simpan
Oleh karena itu, dalam penanganan pascapanen tanaman pangan, peran
pemerintah sangat diperlukan dalam regulasi dan fasilitasi penyediaan
sarana pascapanen untuk mengatasi masalah susut panen di lapangan,
olehnya itu Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada tahun anggaran
2011 mengalokasikan dana dekonsentrasi untuk provinsi dan dana tugas
pembantuan untuk kabupaten/kota. Pelaksanaan kegiatan penanganan
I
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2
pascapanen tanaman pangan dialokasikan pada 31 perovinsi dan 189
kabupaten/kota meliputi bimbingan teknis dan apresiasi penanganan
pascapanen.
Beberapa kegiatan utama yang telah dilaksanakan oleh Direktorat
Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2011 antara lain : 1) Rancangan
Kebijakan Pascapanen Tanaman Pangan; 2) Bantuan Sarana Pascapanen
Tanaman Pangan; 3) Apresiasi dan Monev Penanganan Pascapanen
Tanaman Pangan; 4) Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Tanaman
Pangan; 5) Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan;
6) Pembinaan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan; 7) Sosialisasi
Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan; 8) Bahan Informasi
Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan; 9) Kegiatan Project FAO
(TCP/INS/3202 (D) : Strategy For Improving Rice Post Harvest System in
Indonesia; 10) Kegiatan Pertemuan/Workshop.
Untuk melaksanakan kegiatan Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2011,
telah dialokasikan anggaran melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(revisi ke-4 DIPA) sebesar Rp. 48.948.070.000,- dari jumlah tersebut
terdapat alokasi anggaran hasil penghematan sebesar Rp.39.574.447.000,-
dan dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) sebesar Rp 4.348.900.000,-
pada kegiatan Penguatan Kelembagaan dan Manajemen Pascapanen
melalui dana bantuan untuk kegiatan strategi penanganan sistem
pascapanen.
Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman
Pangan selama kurun waktu 1 (satu) tahun di tahun 2011 perlu disusun
dalam satu laporan kegiatan, dan dirangkum sebagai laporan tahunan
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan laporan tahunan adalah memaparkan hasil yang telah
dicapai dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan di tahun 2011 dan sebagai
acuan dalam melakukan kegiatan di tahun 2012.
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 3
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Rancangan Kebijakan Pascapanen Tanaman Pangan
Penyusunan Rancangan Kebijakan Pascapanen Tanaman Pangan bertujuan:
1. Menyediakan bahan kebijakan penanganan pascapanen tanaman
pangan bagi segenap stakeholders dalam pengembangan penanganan
pascapanen tanaman pangan mulai dari tingkat Kementerian, Dinas
Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Gapoktan dan
Poktan.
2. Mewujudkan penanganan pascapanen tanaman pangan yang terarah
dan terintegrasi dalam tataran teknis manajerial, dan operasional.
3. Mengoptimalkan pemanfaatan sarana pascapanen secara efektif dan
efisien sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
Rancangan Kebijakan Pascapanen Tanaman Pangan memuat antara lain :
1. Arah Kebijakan dan Strategi Pascapanen Tanaman Pangan
Fokus kebijaksanaan pembangunan tanaman pangan Tahun 2010
2014 adalah meningkatkan produksi komoditas sub sektor tanaman
pangan dalam rangka memperkuat ketahanan pangan menuju
kemandirian pangan nasional. Sejalan dengan hal ini maka kebijakan
pengembangan penanganan pascapanen tanaman pangan difokuskan
pada upaya penyelamatan hasil dan upaya mempertahankan kualitas
hasil. Hal ini sesuai dengan tujuan penanganan pascapanen yaitu
menurunkan susut hasil komoditas tanaman pangan; mempertahankan
mutu hasil; mempertahankan dan memperpanjang masa simpan serta
meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan.
Dalam upaya penyelamatan hasil dan mempertahankan kualitas hasil,
maka kebijakan penanganan pascapanen yang dilaksanakan tahun
2011 antara lain :
II
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 4
a. Penerapan atau Pengelolaan Teknologi Pascapanen yang
dilaksanakan melalui :
1) Sosialisasi penerapan teknologi pascapanen.
2) Koordinasi penanganan pascapanen
3) Apresiasi teknologi pascapanen
4) Penyebarluasan informasi teknologi pascapanen.
5) Bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi penanganan pasca-
panen.
b. Fasilitasi bantuan sarana pascapanen, yang difokuskan pada
komoditas padi. Jenis sarana pascapanennya disesuaikan dengan
kondisi spesifik lokasi dan harus dibeli dengan seluruh dana
bantuan per paket Rp. 185.000.000,- (seratus delapan puluh lima
juta rupiah).
c. Strategi dan program pascapanen tanaman pangan yang dilaksana-
kan pada saat ini antara lain :
c.1. Padi
1) Optimasi Penanganan Panen dan Pascapanen
a) Pemantapan kelembagaan pascapanen padi berbasis
poktan/gapoktan.
b) Peningkatan kemampuan dan keterampilan regu
panen dan pascapanen dalam penanganan kegiatan.
c) Meningkatkan aktivitas Gerakan Penanganan Pasca-
panen melalui Gerakan Penanganan Pascapanen dan
Pemasaran Gabah/Beras (GP4GB).
d) Fasilitasi teknologi, sarana dan pembiayaan pasca-
panen sesuai spesifik lokasi .
e) Pengembangan metodologi susut hasil padi.
f) Fasilitasi perencanaan dan Implementasi Gerakan
Massal Kebutuhan Pangan Nasional.
2) Revitalisasi Penggilingan Padi
a) Sosialisasi revitalisasi penggilingan padi dan Apresiasi.
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 5
b) Bimbingan teknis pemberdayaan penggilingan padi,
teknologi, sarana.
c) Fasilitasi dan pembiayaan untuk revitalisasi peng-
gilingan padi.
d) Fasilitasi kerjasama penggilingan padi dengan poktan/
gapoktan di sentra produksi padi.
c.2. Jagung dan Serealia Lain
1) Perumusan kebijakan dan penyusunan pedoman, standar,
kreteria dan bimbingan teknis/manajemen pascapanen
jagung.
2) Melakukan gerakan pelayanan penanganan pascapanen
jagung
3) Revitalisasi silo jagung.
4) Bimbingan teknis dan manajemen penerapan SOP dan
GHP penanganan pascapanen
c.3. Kedelai dan Aneka Kacang
1) Pendekatan Kawasan/Wilayah
a) Pengembangan sentra produksi terintegrasi dengan
sentra pemasaran
b) Menumbuh dan mengembangkan kelembagaan pasca-
panen berbasis gapoktan sebagai lembaga per-
ekonomian di pedesaan dalam rangka mendukung
pengembangan usahatani ke arah agribisnis.
2) Pendekatan Sarana dan Teknologi
a) Pengembangan mekanisasi/penyebaran sarana dan
teknologi pascapanen tanaman pangan secara tepat
sasaran sesuai spesifik lokasi.
b) Fasilitasi/investasi peralatan dan mesin (alsin)
pascapanen kedelai untuk menurunkan kehilangan
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 6
hasil dan memperbaiki mutu hasil kedelai sesuai
permintaan pasar.
c) Pendekatan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui
peningkatan kemampuan dan keterampilan petani/
kelompok tani maupun gapoktan diperlukan
pembinaan, bimbingan teknis, pelatihan, penyuluhan,
dan pendampingan.
d) Menjalin kemitraan untuk mendorong dan
menggerakkan seluruh pemangku kepentingan/
stakeholders dalam penangan pascapanen kedelai.
c.4. Aneka Umbi
1) Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan
2) Optimalisasi dan fasilitasi pemanfaatan sarana dan
teknologi pascapanen
3) Pembinaan dan pelatihan penanganan pascapanen
ubikayu dan ubijalar.
2. Langkah-Langkah Operasional
a. Kegiatan Pusat
1) Penyediaan Pedoman Pelaksanaan Pascapanen Tanaman
Pangan.
2) Apresiasi, Koordinasi dan Workshop Penanganan Pascapanen
Tanaman Pangan.
3) Pembinaan dan Monitoring dan Evaluasi.
b. Kegiatan Pusat di Provinsi (Dekonsentrasi)
1) Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
(31 Provinsi).
2) Apresiasi Penanganan Pascapanen (15 Provinsi).
c. Kegiatan Pusat di Kabupaten/Kota (Tugas Pembantuan)
1) Bimbingan Teknis/Apresiasi Penanganan Pascapanen Tanaman
Pangan (189 Kabupaten/Kota).
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 7
2) Bantuan Sarana Pascapanen (189 Kabupaten/Kota pada 378
poktan).
Kegiatan operasional pascapanen tanaman pangan yang akan
dilakukan tahun 2012 2015 antara lain :
1. Apresiasi/pelatihan bagi penyuluh/pemandu lapang/petugas dan
kelompok tani/petani.
2. Bimbingan Teknis Pascapanen Tanaman Pangan
3. Kajian/ujicoba penerapan susut pascapanen tanaman pangan
4. Pengembangan Sistem dan Manajemen Pascapanen yang
terintegrasi
5. Bantuan sarana pascapanen tanaman pangan
6. Survei susut panen dan pascapanen tanaman pangan.
B. Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
Dalam rangka mendukung swasembada pangan dan meningkatkan nilai
tambah serta daya saing produk, maka peranan penanganan pascapanen
sangat penting. Sampai saat ini tingkat susut hasil panen dan pascapanen
masih cukup tinggi, oleh karena itu untuk menurunkan susut hasil tersebut
diperlukan upaya penanganan pascapanen yang intensif dan kontinyu.
Pada Tahun Anggaran 2011 untuk mendukung kegiatan penanganan
pascapanen tanaman pangan di daerah, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan mengalokasikan dana dekonsentrasi untuk provinsi dan dana tugas
pembantuan untuk kabupaten/kota. Pelaksanaan kegiatan penanganan
pascapanen tanaman pangan di alokasikan pada 31 provinsi dan 189
kabupaten/kota meliputi kegiatan bimbingan teknis dan apresiasi
penanganan pascapanen. Sedangkan bantuan pembelian sarana
pascapanen dialokasikan pada 378 kelompoktani (poktan) atau gabungan
kelompoktani (gapoktan) yang tersebar pada 189 kabupaten/kota. Setiap
Dinas Pertanian Kabupaten/kota menerima 2 (dua) paket bantuan sarana
pascapanen padi.
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 8
Bantuan sarana pascapanen padi merupakan salah satu wujud kepedulian
Pemerintah Pusat dalam rangka mengembangkan sarana pascapanen dan
upaya mengurangi susut hasil panen padi di lokasi penerima bantuan dan
dalam membantu poktan/gapoktan melalui pemberian dana bantuan sosial
dengan pola Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang dananya ditransfer
ke rekening bank milik poktan/gapoktan penerima bantuan berdasarkan
DIPA 2011 yang telah dialokasikan pada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
sejumlah Rp 185.000.000,- (seratus delapan puluh lima juta rupiah) per
paket. Untuk itu, diperlukan peran aktif Dinas Pertanian Provinsi dan
Kabupaten/Kota dalam merealisasikan sarana penanganan pascapanen.
Penerima bantuan dalam membeli sarana pascapanen padi harus sesuai
prioritas kebutuhan dalam rangka menurunkan susut hasil padi. Pilihan
sarana pascapanen padi yang akan dibeli berupa :
a. Reaper (mesin pemanen padi tipe pisau bergerigi gerak bolak balik 4
alur pemotongan), paddy mower (mesin pemanen padi tipe sandang),
dan atau sabit bergerigi. Sarana panen dapat dipilih, namun alsin yang
dipilih harus mempertimbangkan upaya penekanan susut hasil
semaksimal mungkin.
b. Power Thresher (alat mesin perontok padi tipe throw in) dengan
kelengkapan 2 unit terpal minimal ukuran 8 x 8 m (apabila belum
memiliki terpal).
c. Pedal Thresher Bermotor dengan kelengkapan 2 unit terpal minimal
ukuran 8 x 8 m (apabila belum memiliki terpal).
d. Flat Bed Dryer (mesin pengering biji-bijian tipe bak datar) dengan
tungku sekam. Bagi poktan/gapoktan yang telah memiliki dryer dengan
kompor/tungku berbahan bakar selain sekam dan berkeinginan untuk
mengganti dengan tungku sekam, maka diperbolehkan untuk membeli
tungku sekamnya saja.
e. Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil, dengan perbaikan/ pembelian
komponen penggilingan antara lain : 2 unit Polisher (Milling, Spiral,
Screen), 2 unit Ayakan kawat (separator), 1 unit Moisture tester, dan 1
unit water polisher.
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 9
Realisasi bantuan penanganan pascapanen tanaman pangan 2011 yaitu :
1. Realisasi CPCL
Realisasi CPCL sebanyak 377 (99,74 %) dari target 378 paket.
Kabupaten Solok Selatan hanya menetapkan 1 poktan/gapoktan
penerima, karena kesulitan mencari poktan/gapoktan yang akan
menerima.
2. Realisasi SP2D
Realisasi SP2D 373 paket (98,93 %) dari realisasi 377 CPCL yang
ditetapkan. Kabupaten yang tidak terealisasi SP2Dnya yaitu : Kabupaten
Solok (2 paket), dan Kabupaten Tanah Karo (2 paket).
a. Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok
telah bersurat kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor :
520/1482/Usta/IX-2011 tanggal 27 September 2011 perihal
Pembatalan Penerima Bantuan Kegiatan Pascapanen Tahun 2011.
Hal ini disebabkan karena pilihan sarana pascapanen padi dalam
pelaksanaan tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang
diusulkan poktan/gapoktan calon penerima bantuan.
b. Kabupaten Tanah Karo tidak merealisasikan bantuan sarana
pascapanen padi disebabkan Pemerintah setempat memprioritaskan
merealisasikan bantuan yang berasal dari dana APBD.
3. Realisasi Pembelian
Realisasi pembelian 373 paket (98,6 %) dari target 378 paket.
Adapun perincian kabupaten/kota penerima bantuan dan realisasi
kegiatannya sebagaimana terlampir (Lampiran 1).
C. Bantuan Sarana Pascapanen APBN-Dana Penghematan
Dalam upaya mendukung peningkatan produksi tanaman pangan terutama
padi perlu diikuti dengan penanganan pascapanen yang baik guna
menyelamatkan hasil, mempertahankan mutu, efisiensi, nilai tambah dan
daya saing bagi petani. Namun dengan adanya dampak perubahan iklim
berpotensi mengganggu kegiatan pascapanen padi khususnya proses
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 10
pengeringan, karena sebagian besar petani Indonesia masih bergantung
pada sinar matahari.
Agar perubahan iklim tidak mempengaruhi proses penanganan pascapanen
khususnya pengeringan, maka di tahun 2011 Direktorat Pascapanen
Tanaman Pangan mendapat alokasi dana APBN-Penghematan untuk
bantuan sarana pengering (flat bed dryer) sebanyak 231 unit di 16 Propinsi
pada 82 kabupaten/kota (Lampiran 2).
Adapun kriteria pemberian bantuan alat pengering (flat bed dryer) sebagai
berikut :
a. Kelompoktani (Poktan)/Gabungan Kelompok tani (Gapoktan) penerima
bantuan merupakan poktan/gapoktan yang aktif dan bersedia
mendukung program pencapaian sasaran produksi tanaman pangan.
b. Diprioritaskan bukan penerima bantuan sarana pascapanen reguler
(Bantuan Sosial Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota) tahun 2011.
c. Penerima bantuan bersedia menyiapkan lahan dan bangunan untuk
tempat sarana pengering/flat bed dryer yang dikuatkan dengan surat
pernyataan kesediaan dari pemilik lahan/bangunan untuk penempatan
dryer.
d. Penerima bantuan bersedia mengikuti semua kewajiban yang diberikan
dan bertanggung jawab dalam kegiatan operasional tersebut untuk
mensukseskan pencapaian tujuan pemberian bantuan yang telah
ditetapkan.
e. Lokasi penempatan bantuan sarana pengering/flat bed dryer berada di
lokasi SL-PTT dan berdekatan dengan penggilingan padi.
f. Adanya surat perjanjian tertulis antara poktan/ gapoktan penerima
bantuan dengan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang menyatakan
bahwa bantuan sarana tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk
mengoptimalkan dukungan program Peningkatan Produksi Beras
Nasional (P2BN).
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 11
g. Penerima bantuan mau dan bersedia membuat laporan perkembangan
pemanfaatan pengering/flat bed dryer yang diterimanya, termasuk
manfaatnya bagi perkembangan kelompoknya sendiri.
Penentuan lokasi kabupaten/kota, mempertimbangkan beberapa hal,
sebagai berikut :
a. Memberi prioritas pada daerah sentra produksi tanaman pangan
b. Mempertimbangkan proposal yang dibuat oleh daerah/masyarakat,
terkait dengan kebutuhan pengering tipe bak datar/flat bed dryer di
wilayahnya.
c. Mempertimbangkan respon daerah dalam merealisasikan bantuan-
bantuan alsintan yang pernah diberikan tahun-tahun sebelumnya yang
diantaranya ditunjukkan melalui laporan pemanfaatan alsintan bantuan
tersebut setiap tahunnya.
d. Mempertimbangkan letak lokasi penerima bantuan mengingat
keterbatasan waktu yang tersedia yang dibutuhkan untuk proses
pengadaan, distribusi dan perakitan bantuan sarana pengering tipe bak
datar/flat bed dryer tahun 2011.
Penetapan calon penerima dan calon lokasi melalui tahapan sebagai
berikut:
a. Usulan calon penerima dan calon lokasi bantuan sarana pengering tipe
bak datar yang telah masuk di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota/
Provinsi/Pusat diverifikasi oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
bersama-sama dengan Dinas Pertanian Provinsi.
b. Hasil verifikasi tersebut direkapitulasi oleh Dinas Pertanian Provinsi
yang selanjutnya disampaikan kembali kepada Kementerian Pertanian
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, cq. Direktorat Pascapanen
Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian.
c. Hasil finalisasi usulan tersebut selanjutnya akan ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Tanaman Pangan sebagai penerima bantuan sarana
pengering/flat bed dryer Dana Penghematan tahun 2011.
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 12
Ketentuan dalam pendistribusian dan perakitan bantuan sarana pengering
sebagai berikut :
a. Sebelum pendistribusian, penyedia barang berkoordinasi dengan Dinas
Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota/Calon Penerima bantuan untuk
menginformasikan jadwal pengiriman sarana pengering tipe bak datar
dan mendapatkan informasi tentang petugas yang akan memeriksa
barang yang telah ditunjuk oleh Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota.
b. Petugas pemeriksa barang Dinas Pertanian Kabupaten/Kota melakukan
pemeriksaan terhadap sarana pengering beserta kelengkapannya.
c. Pendistribusian bantuan sarana pengering sampai titik bagi di lokasi
yang ditentukan oleh poktan/gapoktan. Lahan dan bangunan yang
merupakan titik bagi telah disediakan oleh poktan/gapoktan penerima
bantuan dengan ukuran minimal (p x l x t) 12 x 6 x 4 meter.
d. Sarana pengering yang dikirim, dalam kondisi terpasang, baru, baik,
terakit sempurna, sudah di running test (diuji coba dengan dihidupkan
mesinnya), serta dilengkapi dengan petunjuk operasional/manual
penggunaan dan perawatan sarana pengering tersebut.
e. Bantuan yang telah diterima oleh Poktan/Gapoktan agar diketahui oleh
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan dilaporkan ke Dinas Pertanian
Provinsi dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan cq. Direktorat
Pascapanen Tanaman Pangan untuk memudahkan pembinaan
selanjutnya.
Dengan terbatasnya waktu pelaksanaan pengadaan sarana pengering
gabah, maka pelatihan operasional sarana pengering untuk operator yang
ditunjuk oleh poktan/gapoktan penerima dipusatkan pada satu lokasi
di masing-masing provinsi dengan pelatih dari pihak pabrikan. Waktu
pelatihan ditetapkan berdasarkan kesiapan poktan/gapoktan, pabrikan
sebagai pelatih, sedangkan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau Provinsi
sebagai pembina.
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 13
D. Apresiasi/Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen
Tanaman Pangan
Kondisi saat ini pengetahuan dan keterampilan serta kesadaran dan
kepedulian petani terhadap penanganan pascapanen masih rendah,
sehingga tingkat susut hasil tanaman pangan masih cukup tinggi. Agar
susut hasil tanaman pangan dapat diperkecil, maka perlu meningkatkan
kemampuan dan keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu
petugas/aparat, penyuluh dan kelompoktani dalam menangani pascapanen
di tingkat lapang, khususnya padi.
Kegiatan Apresisasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
dialokasikan di 15 provinsi (Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung,
Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, NTB,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tengah) berupa
pertemuan dan pelatihan bagi petugas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
Sedangkan apresiasi di tingkat kabupaten/kota berupa pertemuan dan
pelatihan bagi kelompoktani, terutama penerima bantuan sarana
pascapanen lingkup kabupaten/kota bersangkutan.
Penanganan pascapanen tanaman pangan bertujuan meningkatkan
efisiensi, menurunkan tingkat susut hasil dan mempertahankan mutu
hasil. Susut hasil tanaman pangan dapat terjadi secara kuantitatif yaitu
terjadi pada kegiatan panen dan perontokan serta secara kualitatif atau
turunnya mutu yang disebabkan oleh rusaknya atau rendahnya kualitas
hasil tanaman pangan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan, kemajuan
maupun kendala penanganan pascapanen tanaman pangan di tingkat
petani perlu dilakukan monitoring dan evaluasi, sehingga dapat dilakukan
perbaikan penanganan pascapanen di tahun mendatang.
Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen yang telah dilakukan
antara lain :
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 14
1. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Padi
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pascapanen padi dilakukan untuk
memonitor realisasi bantuan sarana pascapanen yang diperoleh
poktan/gapoktan. Monitoring dan evaluasi dilakukan ke beberapa
propinsi yaitu; Provinsi Aceh, Lampung, Bengkulu, D.I.Yogyakarta,
Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, dan Papua Barat, dengan hasil sebagai berikut :
a. Aceh
Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen
sejumlah 16 paket yang tersebar di 8 kabupaten. Realisasi bantuan
telah mencapai 100%.
b. Lampung
Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen
sejumlah 16 paket yang tersebar di 8 kabupaten. Realisasi bantuan
telah mencapai 100%.
c. Bengkulu
Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen
sejumlah 8 paket yang tersebar di 4 kabupaten. Realisasi bantuan
telah mencapai 100%.
d. D.I. Yogyakarta
Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen
sejumlah 8 paket yang tersebar di 4 kabupaten. Realisasi bantuan
telah mencapai100%.
e. Jawa Timur
Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen
sejumlah 48 paket yang tersebar di 24 kabupaten. Realisasi
bantuan telah mencapai100%.
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 15
f. Nusa Tenggara Barat,
Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen
sejumlah 10 paket yang tersebar di 5 kabupaten. Realisasi bantuan
telah mencapai 100%.
g. Sulawesi Selatan,
Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen
sejumlah 18 paket yang tersebar di 9 kabupaten. Realisasi bantuan
telah mencapai 100%.
h. Sulawesi Utara,
Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen
sejumlah 10 paket yang tersebar di 5 kabupaten. Realisasi bantuan
telah mencapai 100%.
i. Sulawesi Tengah
Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen
sejumlah 12 paket yang tersebar di 6 kabupaten. Realisasi bantuan
telah mencapai 100%.
j. Papua Barat.
Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pasca panen
sejumlah 4 paket yang tersebar di 2 kabupaten. Realisasi bantuan
telah mencapai 100%.
2. Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen jagung dan serealia lain.
Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen jagung dan serealia
lain dilaksanakan ke Provinsi Banten, Jawa Barat, Sumatera Barat,
Lampung, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Jawa Barat dan DIY, diperolah hasil sebagai berikut :
a. Kegiatan monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen jagung
dan serealia lain dilaksanakan melalui rapat koordinasi untuk
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 16
membahas form-form yang akan dibuat untuk digunakan sebagai
rujukan kegiatan monitoring dan evaluasi, dan selanjutnya
melakukan kunjungan ke lapangan antara lain ke Provinsi Banten,
Jawa Barat, Sumatera Barat, Lampung, Gorontalo, Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan DIY.
b. Tujuan dilaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi
penanganan pascapanen jagung dan serealia lain adalah untuk
memonitor kegiatan penanganan pasca panen jagung dan serealia
lain di tingkat lapang agar mutu hasil panen dapat dipertahankan,
dan melakukan evaluasi kegiatan penanganan pascapanen, mulai
dari kegiatan panen, pengeringan, pemipilan, pengangkutan, dan
penyimpanan. Diharapkan pada setiap kegiatan tersebut dilakukan
secara tepat untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi.
c. Hasil monitoring di tingkat lapang, dapat disimpulkan bahwa pada
setiap Provinsi, susut hasil pada proses pascapanen sebagian
besar tidak pernah didata; silo jagung yang dimiliki poktan/
gapoktan tidak difungsikan secara maksimal dikarenakan sumber
panas yang menggunakan tungku sekam menghasilkan biji jagung
yang kusam, sedangkan jika menggunakan sumber panas/burner
dengan bahan bakar minyak tanah akan mengakibatkan ongkos
produksi yang tinggi; Pola kemitraan untuk pascapanen jagung
masih sebatas antara petani dengan pedagang pengumpul, belum
sampai ke pabrik pengolahan/produsen pakan ternak.
Tahapan penanganan pascapanen jagung pada umumnya adalah:
1) Proses pemanenan masih dilakukan secara manual dengan
menggunakan sabit/parang;
2) Proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan lantai
jemur/terpal kecuali pemanenan yang dilakukan pada musim
hujan, proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan
dryer (pada beberapa provinsi yang mendapatkan bantuan
paket silo jagung).
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 17
3) Proses pemipilan dilakukan dengan menggunakan cornsheller,
kecuali di beberapa daerah yang luas tanamnya kecil
(pemipilan dilakukan dengan manual).
4) Proses penyimpanan dilakukan hanya untuk menunggu proses
pengumpulan hasil panen dari anggota kelompok tani sebelum
dijual dan tidak berfungsi sebagai stok. Proses penyimpanan
biasanya menggunakan karung dan tidak ada perlakuan
khusus selama penyimpanan.
5) Proses pengangkutan dari Poktan/Gapoktan ke pedagang
pengumpul/ pabrikan menggunakan mobil.
d. Penanganan pascapanen serealia lain belum dilakukan monitoring
dan evaluasi secara langsung dikarenakan pertanaman komoditas
serealia lain seperti gandum dan sorgum masih terbatas.
3. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang
Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen kedelai dan aneka
kacang pada tahun 2011 dilaksanakan di Provinsi Banten, Gorontalo,
Maluku Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta dengan
tujuan untuk mengetahui penanganan pascapanen kedelai dan aneka
kacang di tingkat petani dan permasalahan yang ada serta upaya yang
telah dilakukan pemerintah daerah. Hasil evaluasi tersebut dapat
sebagai perbaikan penanganan pascapanen di tahun mendatang.
Hasil kegiatan monitoring dan evaluasi yaitu penanganan pascapanen
kedelai dan aneka kacang kehilangan hasilnya paling banyak terjadi
pada tahap panen, perontokan dan pengeringan. Hasil Analisis
permasalahan di tingkat lapang dan pemecahan masalah dalam
penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang dapat dilihat pada
tabel 1.
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 18
Tabel 1. Analis Dan Pemecahan Masalah Dalam Tahap Kegiatan
Penanganan Pascapanen Kedelai Dan Aneka Kacang
Penyebab Pemecahan
Masalah Masalah
Panen 1. Panen terlalu awal - Petani tidak - Sosialisasi umur
dan atau panen mengetahui umur panen kedelai
terlambat panen yang tepat optimin sesuai
varietas
2. Kehilangan hasil - Ketika panen - Setelah pemanenan
tinggi kedela, kacang kedelai, kacang tanah
tanah, kacang hijau kacang hijau ditaruh
langsung di taruh di dialas plastik
lahan tanpa alas
- Biji tercecer di
ladang
Perontokan - Kehilangan hasil - Perontokan tertunda - Kontrol yang ketat
tinggi di lapangan saat panen
- Cara perontokan - Panen berkelompok
dengan dipukul (regu panen) di
- Perontokan tanpa lengkapi dengan
alas mesin perontok
Pengeringan - Terlambat - Fasilitas - Pengeringan di
pengeringan penjemuran/lantai usahakan sampai
- Mutu biji kedelai, jemur terbatas, tidak kering simpan
kacang tanah, kacang ada alat mesin sementara
hijau rusak pengering (k.a 15 - 17 %)
- Mesin pengering - Ada alat mesin - Bantuan mesin
tidak berkembang tetapi tidak dapat pengering
mengoperasikannya - Pelatihan operator
- Petani enggan - Pemilikan alsin secara
mengeluarkan biaya berkelompok dan
untuk pengeringan pengoperasiannya
secara berpindah-
pindah
Kegiatan Masalah
4. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Aneka Umbi
Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen aneka umbi telah
dilakukan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Gorontalo,
dan Jambi, dengan hasil sebagai berikut :
a. Penanganan pascapanen ubikayu dan ubijalar masih bersifat
tradisonal/sangat sederhana, yaitu dengan cara mencabut/cangkul.
b. Sarana penanganan pascapanen untuk ubijalar dan ubikayu masih
sangat terbatas.
c. Rendahnya harga ubikayu dan ubijalar di tingkat petani
menyebabkan minat petani untuk mengusahakan komoditi ubikayu
dan ubijalar rendah.
d. Masih rendahnya pengetahuan petani terhadap penanganan
pascapanen ubikayu dan ubijalar.
e. Perlunya pembinaan, bimbingan teknis, sosialisasi tentang
penanganan pascapanen secara kontinyu.
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 19
E. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
Kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan merupakan bentuk
fasilitasi dalam rangka peningkatan efisiensi produksi, menurunkan susut
hasil, meningkatkan rendemen dan mutu hasil, nilai tambah dan daya
saing serta pengamanan harga untuk mendukung peningkatan produksi
tanaman pangan.
Penanganan pascapanen akan memberikan hasil sesuai yang diharapkan
apabila dilakukan secara professional, untuk itu kegiatan tersebut
diharapkan dapat berkembang secara optimal dan menguntungkan serta
berkelanjutan sehingga mampu memberikan andil yang signifikan dalam
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Sehubungan
dengan hal tersebut diperlukan kemampuan dan keterampilan sumber
daya manusia dengan melakukan bimbingan teknis di tingkat lapangan
untuk penanganan pascapanen tanaman pangan.
Bimbingan teknis di provinsi dan kabupaten/kota penerima bantuan
sarana pascapanen diberikan dalam rangka mengidentifikasi, mem-
verifikasi dan menentukan kelompoktani penerima bantuan, membimbing/
membina dan memonitor kelompoktani penerima bantuan serta meng-
evaluasi perkembangan dan pemanfataan sarana pascapanen.
Kegiatan bimbingan teknis di tingkat lapangan diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan para pelaku pascapanen (petugas, petani/
kelompok tani) yang menangani pascapanen tanaman pangan, sehingga
peningkatan efisiensi produksi, penurunan susut hasil, peningkatan
rendemen dan mutu hasil, panen akan dapat menambah nilai tambah dan
daya saing serta pengamanan harga hasil panen sesuai yang diharapkan.
1. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Padi
Bimbingan teknis penanganan pascapanen padi dilaksanakan di
Provinsi Aceh, Lampung, Sumatera Utara, Jambi, Jawa Tengah,
Sulawesi Tenggara, dan D.I Yogyakarta, dengan hasil sebagai berikut:
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 20
a. Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota memberikan
bimbingan serta bahan masukan kepada poktan/gapoktan
penerima bantuan dalam membeli sarana pascapanen padi
(diprioritaskan sesuai kebutuhan). Pembelian sarana pascapanen
harus mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Penanganan
Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011. Sarana yang dibeli
berupa Reaper, Power Thresher, Pedal Thresher, Flat Bed Dryer,
dan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil.
b. Di dalam penyusunan RUK (Rencana Usaha Kelompok) sudah
mengacu pada pedoman pelaksanaan penanganan pascapanen
tanaman pangan 2011 dan diperioritaskan pada kebutuhan
poktan/gapoktan, sedangkan spesifikasi teknisnya disesuaikan
kebutuhan daerah dan dapat menggunakan produsen/pengrajin
di daerah setempat sepanjang telah memiliki test report dari
lembaga uji yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian.
c. Masalah utama proses penanganan pascapanen padi adalah
kehilangan (susut) hasil yang masih relatif tinggi serta mutu
gabah/beras yang dihasilkan belum baik. Titik kritis terjadinya
susut hasil yaitu pada tahapan panen dan perontokan serta saat
penggilingan. Selain terjadi kehilangan bobot di setiap perlakuan
penanganan pascapanen juga terjadi kerusakan kualitas fisik
gabah. Langkah untuk mengurangi tingkat kerusakan fisik dan
mutu beras adalah dengan memperbaiki cara, keterampilan,
perbaikan sarana dan prasarana.
d. Beberapa provinsi menginginkan sarana pascapanen dibeli di luar
alat pascapanen yang tercantum dalam Pedoman Pelaksanaan
Pascapanen seperti Penggilingan Padi Kecil dan RMU.
e. Teknologi alat dan mesin pascapanen merupakan adopsi
teknologi baru bagi petani, olehnya itu perlu dilakukan bimbingan
yang intensif bagi petani, aparat/petugas mengenai cara
penggunaan, cara perbaikan serta perawatan sarana pascapanen
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 21
sehingga alat tersebut lebih bermanfaat dan berdayaguna baik
dari segi waktu maupun tenaga yang dikeluarkan.
2. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain
Bimbingan teknis penanganan pascapanen jagung dan serealia lain
dilaksanakan di Provinsi Gorontalo, Lampung, Sumatera Barat, NTB,
Bengkulu, Sulawesi Selatan, Maluku, DIY, dan Sumatera Utara,
dengan hasil sebagai berikut :
a. Kegiatan penanganan pascapanen jagung dan serealia lain
dengan baik dan benar memerlukan kemampuan dan
keterampilan sumberdaya manusia. Olehnya itu, para pelaku di
lapangan perlu diberi bimbingan teknis dalam penanganan
pascapanen terutama kepada aparat/petugas kabupaten/kota,
dan kepada poktan/gapoktan.
b. Bimbingan teknis di tingkat lapangan diharapkan dapat
meningkatkan SDM (petugas, petani / kelompoktani) yang
menangani pascapanen jagung dan serealia lain, sehingga akan
terjadi peningkatan efisiensi produksi, penurunan susut hasil, dan
mutu hasil panen yang dapat memberikan nilai tambah, daya
saing serta pengamanan harga hasil panen sesuai yang
diharapkan.
3. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang
Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang
dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat, Bali, Sumatera Utara, Jambi,
NTB, Jawa Tengah, dan D.I Yogyakarta, dengan hasil sebagai berikut:
a. Penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang umumnya
masih secara tradisional, sehingga menyebabkan susut tercecer
masih relatif tinggi, terutama saat proses panen, perontokan dan
pengeringan.
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 22
b. Kualitas/mutu dan kuantitas/jumlah hasil panen kedelai dan aneka
kacang masih rendah, hal ini disebabkan karena panen terlalu
awal pada kadar air tinggi dan penundaan penanganan pasca-
panen.
c. Petani masih sulit mengadopsi teknologi penanganan pascapanen
kedelai dan aneka kacang. Dalam mengoperasikan alsin pasca-
panen petani kurang trampil dalam penggunaannya, disebabkan
tidak adanya pelatihan khusus dalam pengoperasian sarana
pascapanen.
d. Masih kurangnya pengetahuan petani dalam melakukan
penanganan pascapanen yang tepat dan benar, serta masih
kurangnya ketersediaan sarana pascapanen kedelai dan aneka
kacang.
e. Petani enggan bertanam kedelai karena harga jual kedelai yang
rendah, sehingga perlu ditumbuhkembangkan kemitraan usaha
antara petani dengan pengusaha industri kedelai melalui sistem
kontrak beli agar terdapat kepastian produksi, harga dan
kelangsungan usaha.
4. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Aneka Umbi
Bimbingan teknis penanganan pascapanen aneka umbi dilaksanakan
di Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur,
Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dengan
hasil sebagai berikut :
a. Penanganan pascapanen yang baik perlu dilakukan pada setiap
tahapan kegiatan pascapanen ubikayu dan ubijalar seperti
penentuan saat panen, pemanenan, pengupasan, pencucian,
perajangan, pengeringan, pengemasan gaplek/chips dan
penyimpanan umbi segar.
b. Penanganan pascapanen aneka umbi belum diterapkan secara
optimal, sehingga tingkat kehilangan hasil masih tinggi,
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 23
dikarenakan adanya berbagai kendala seperti aspek teknis,
ekonomi, dan sosial.
c. Penanganan pascapanen ubikayu dan ubijalar yang dilakukan oleh
petani masih bersifat tradisional. Saat panen masih menggunakan
cangkul, sehingga masih terdapat batang umbi yang terluka.
Pengangkutan dari ladang ke tempat pengumpulan masih dipikul,
sehingga beberapa umbi akan tercecer selama perjalanan. Di
samping itu diperlukan biaya tambahan untuk tenaga kerja.
Sumber daya manusia masih rendah dan pengetahuan tentang
pentingnya penanganan pascapanen ubikayu dan ubijalar yang
baik masih kurang.
d. Introduksi sarana dan teknologi pascapanen ubikayu dan ubijalar
belum bersifat spesifik dan selektif.
e. Kurangnya tenaga/operator sarana pascapanen yang terampil dan
dukungan perbengkelan dalam perbaikan, perawatan dan
penyediaan suku cadang masih belum memadai.
f. Masih diperlukan upaya penanganan pascapanen yang intensif
dan kontinyu.
F. Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
Informasi mengenai Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
bertujuan sebagai :
1. Bahan panduan bagi petani dan pelaku pascapanen tentang cara-cara
penanganan pascapanen yang berdasarkan prinsip-prinsip Good
Handling Practises (GHP) sehingga diharapkan petani dapat :
(1) Menurunkan tingkat kehilangan; (2) Mempertahankan mutu; dan
(3) Mendapatkan produk tanaman pangan yang memenuhi persyaratan
kualitas.
2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam melakukan penanganan
pascapanen tanaman pangan, khususnya terkait dengan upaya
menurunkan susut pascapanennya.
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 24
Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan terdiri dari :
1. Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Padi
Penanganan pascapanen padi meliputi beberapa tahapan kegiatan yaitu
penentuan saat panen, pemanenan, perontokan, pengangkutan,
pengeringan gabah, pengemasan dan penyimpanan gabah,
penggilingan, pengemasan dan penyimpanan beras.
a. Penentuan Saat Panen Padi
Merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pascapanen
padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat
mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu
gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen harus dilakukan
berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis.
1) Pengamatan Visual
Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat tampilan
fisik tanaman padi pada hamparan lahan sawah, umur panen
optimal padi dicapai apabila 90 sampai 95% butir gabah pada
malai padi sudah berwarna kuning keemasan.
2) Pengamatan Teoritis
Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi
varietas padi dan mengukur kadar air dengan moisture tester,
umur panen padi yang tepat adalah 30 - 35 hari setelah
berbunga merata atau antara 135 - 145 hari setelah tanam.
Berdasarkan kadar air, umur panen optimum dicapai setelah
kadar air gabah mencapai 22 - 23% pada musim kemarau,
dan antara 24 - 26% pada musim penghujan.
b. Pemanenan Padi
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemanenan padi
adalah umur panen, cara panen, sistem panen, serta penumpukan
dan pengumpulan hasil panen. Ketidaktepatan dalam melakukan
pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 25
tinggi dan mutu hasil yang rendah. Pada tahap ini, kehilangan
hasil dapat mencapai 9,52% apabila pemanenan padi dilakukan
secara tidak tepat.
c. Alat dan Mesin Pemanen Padi
Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus
memenuhi persyaratan teknis, ekonomis, dan sosial. Selain itu,
alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi juga harus
sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat ini
telah terjadi perkembangan dalam penggunaan alat pemanen padi
mulai dari sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam,
dan juga telah diperkenalkan secara mekanisasi dengan
menggunakan paddy mower, reaper dan stripper.
d. Sistem Panen Padi
Sistem panen harus dibuat berdasarkan tata cara sebagai berikut :
1) Pemanenan dilakukan dengan sistem beregu/kelompok.
2) Pemanenan dan perontokan dilakukan oleh kelompok
pemanen.
3) Jumlah pemanen antara 5 - 7 orang yang dilengkapi dengan 1
unit pedal thresher atau 15 - 20 orang yang dilengkapi 1 unit
power thresher.
Menurut hasil penelitian, kehilangan hasil panen pada sistem
kelompok jauh lebih rendah dibandingkan dengan sistem kroyokan
dan ceblokan.
e. Penumpukan dan Pengumpulan Hasil Panen
Penumpukan dan pengumpulan hasil panen harus dilakukan
dengan cara yang baik. Untuk menghindari atau mengurangi
terjadinya kehilangan hasil sebaiknya pada waktu penumpukan
dan pengumpulan hasil panen menggunakan alas dari
terpal/plastik. Penggunaan alas pada saat penumpukan dan
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 26
pengumpulan hasil panen dapat menurunkan kehilangan hasil
antara 0,94 2,36%.
f. Perontokan Padi
Pada tahap perontokan padi, kehilangan hasil akibat ketidak
tepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari
5%. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam perontokan
padi adalah penundaan perontokan, dan alat perontok yang
digunakan.
Alat dan mesin yang digunakan untuk merontokkan padi telah
mengalami perkembangan mulai dari perlakuan tradisional dengan
gebotan sampai menggunakan perlakuan mekanis menggunakan
pedal thresher atau power thresher.
1) Gebotan
Gebotan merupakan alat perontok padi tradisionil yang masih
banyak digunakan petani.
2) Pedal Thresher
Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan
konstruksi sederhana dan digerakkan dengan menggunakan
tenaga manusia. Kelebihan alat ini dibandingkan dengan alat
gebot adalah mampu menghemat tenaga dan waktu; mudah
dioperasikan dan mengurangi kehilangan hasil. Kapasitas kerja
75 - 100 kg per jam dan cukup dioperasikan oleh 1 orang.
Penggunaan pedal thresher dalam perontokan dapat menekan
kehilangan hasil padi sekitar 2,5%.
3) Pedal Thresher Bermotor
Pedal thresher bermotor adalah alat perontok padi yang
digunakan untuk melepas butiran-butiran gabah dari
tangkainya sehingga dapat diproses menjadi beras, dengan
menggunakan tenaga motor penggerak untuk meng-
operasionalkanya. Proses perontokan dilakukan hanya pada
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 27
ujung jerami yang ada padinya saja, sementara ujung yang
lain (pangkal) jerami masih dipegang oleh operator.
4) Power Thresher
Power thresher merupakan mesin perontok yang
menggunakan sumber tenaga motor penggerak. Kelebihan
mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya
adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih
tinggi. Penggunaan power thresher dalam perontokan dapat
mengurangi kehilangan hasil padi sekitar 3%.
5) Power Thresher Bermotor (Multifungsi Pedal Thresher)
Power thresher merupakan alat perontok yang digerakan oleh
motor bakar atau motor listrik melalui system transmisi.
Pengumpanan padi yang dirontokkan dengan cara memegang
tangkai padi bagian malai, diletakan di bawah atau di atas
silinder perontok atau dengan melepas padi ke ruang
perontok. Pada umumnya power thresher sudah dilengkapi
dengan unit pembersih berupa saringan dan kipas
penghembus untuk memisah tangkai atau jerami, daun dan
gabah hasil perontokan.
g. Pengeringan
Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah
sampai mencapai batas tertentu sehingga siap untuk diolah/
digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang lama
1) Penjemuran
Penjemuran merupakan proses pengeringan gabah basah
dengan memanfaatkan panas sinar matahari. Sebagai sarana
penjemuran dapat digunakan lantai jemur dari semen atau
menggunakan alas dari terpal/plastik.
2) Pengeringan buatan
(a) Flat Bed Dryer
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 28
Flat bed dryer merupakan alat pengering buatan yang
sederhana, terdiri dari :
(1) Kotak/bak pengering, pemanas dan kipas/blower.
Lantai kotak pengering terbuat dari baja yang
berlubang kecil-kecil sehingga dapat dilalui udara
pengering.
(2) Bed type adalah suatu tipe alat pengering dimana
bak penampungnya berada di atas ruang pengering
dan angin berhembus secara horizontal kemudian
naik ke atas melewati sela-sela ruang udara di
antara butiran bahan yang dikeringkan.
(3) Gabah yang akan dikeringkan diletakkan di kotak
pengering, udara yang sudah dipanaskan oleh
sumber pemanas (tungku sekam) dihembuskan
oleh blower dan menembus tumpukan gabah.
Udara yang keluar dari tumpukan gabah akan
membawa uap air yang dilepaskan oleh gabah.
(b) Flat Bed Dryer Berbahan Bakar Sekam
Penggunaan mesin pengering (dryer) berbahan bakar
sekam dalam teknologi pengeringan gabah merupakan
terobosan baru dalam penanganan pascapanen. Mesin
pengering dapat digunakan untuk mengantisipasi
pengaruh cuaca di mana biasanya petani harus
mengeringkan gabahnya pada musim penghujan dan
lantai jemur tidak bisa dipakai pada saat tersebut.
(c) Bed Dryer Automixing
Bed dryer automixing adalah sistem pengering dengan
sistem pengacak/pengaduk otomatis. Dasar automixing
adalah menggantikan peran manual pengacakan atau
pengadukan kerataan gabah. Makin sering diacak, makin
homogen tingkat kerataan kering gabahnya, serta makin
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 29
jarang diacak makin tidak homogen antar lapisan. Rata-
rata bed dryer manual memiliki rendemen rendah sekitar
50% namun dapat lebih tinggi apabila rajin dibalik dan
suhu dipertahankan tidak terlalu tinggi. Bed dryer
automixing ini dapat mengatasi masalah yang terjadi
pada tipe flat bed dryer yang memiliki kelemahan
kekurangan kerataan tekanan di keempat sudutnya.
(d) Vertical Dryer
Vertical Dryer adalah Mesin Pengering Gabah yang
terdiri dari : Motor Penggerak, Ruang Pengering, Unit
Pemanas (Burner), Blower, Bucket Elevator dan Panel
kontrol.
h. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan
gabah/beras agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu
tertentu. Kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah/beras
dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur;
serangan serangga, binatang pengerat; dan kutu beras yang
dapat menurunkan mutu gabah/beras. Cara penyimpanan gabah/
beras dapat dilakukan melalui : 1) sistem curah, yaitu gabah yang
sudah kering dicurahkan pada suatu tempat yang dianggap aman
dari gangguan hama maupun cuaca; dan 2) cara penyimpanan
menggunakan kemasan/wadah seperti karung plastik, karung
goni, dan lain-lain.
i. Penggilingan
Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi
beras. Proses penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam,
pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan penyimpanan.
Peningkatan mutu beras akan dapat dicapai apabila : a) gabah
yang digiling bermutu baik dengan budidaya yang baik dan benar
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 30
dan proses pascapanen yang tepat; b) sarana mekanis yang
dipakai untuk mengolahnya memadai; dan c) SDM operator yang
terampil.
j. Pengemasan
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum dilakukan
pengemasan antara lain :
1) Beras hasil gilingan sebaiknya tidak langsung dikemas, sampai
sisa panas akibat penggilingan hilang.
2) Jenis kemasan disarankan memperhatikan berat isinya.
3) Untuk kemasan lebih dari 10 kg sebaiknya menggunakan
karung plastik yang dijahit tutupnya, untuk ukuran 5 kg
dengan kantong plastik ketebalan 0,8 mm.
4) Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis kemasan
adalah kekuatan kemasan, dan bahan kemasan (tidak korosif,
tidak mencemari, kedap udara).
5) Label kemasan beras hendaknya mencantumkan nama
varietas (untuk menghindari pemalsuan).
k. Penyimpanan
1) Tempat penyimpanan beras harus aman dari tikus, bersih,
bebas kontaminasi hama (Caliandra sp. dan Tribolium sp.) dan
penyakit gudang, ada pengaturan aerasi, tidak bocor dan
tidak lembab.
2) Sebelum beras disimpan sebaiknya dilakukan pemeriksaan
terhadap kebocoran kemasan.
3) Karung beras diletakkan di atas bantalan kayu yang disusun
berjejer dengan jarak tertentu untuk pengaturan aerasi, tidak
langsung kontak dengan lantai untuk menghindari
kelembaban, memudahkan pengendalian hama (fumigasi),
serta teknik penumpukan beras.
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 31
2. Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Jagung
Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Jagung, menyajikan antara
lain:
a. Teknik Penanganan Pascapanen Jagung
1) Penanganan Tahap Pertama
(a) Teknik Pemanenan Jagung
(1) Kegiatan pemanenan, meliputi kegiatan penentuan
waktu panen, pemungutan hasil, pengumpulan, dan
pengangkutan ke tempat proses selanjutnya.
(2) Kegiatan panen jagung yang dilakukan harus sesuai
waktu panen atau tepat umur, dan sesuai metoda/
cara yang biasa dilakukan petani. Penentuan panen
dilakukan pada saat tanaman jagung berumur
7 - 8 minggu setelah keluar bunga, masak fisiologis,
dan berdasarkan visual telah mencapai kematangan
biji yang tepat, dan ditandai dengan mengeringnya
batang dan daun-daun yang menguning kering
kecoklatan.
(3) Sebaiknya panen dilakukan pada kadar air 17-18 %,
akan tetapi bila dipanen pada kadar air tinggi
(35-40%) maka cara panen dilakukan dengan
menyabit batang jagung setinggi pinggang,
kemudian jagung langsung dipetik atau dipuntir
dengan tangan dan segera dikupas kelobotnya serta
dimasukkan ke dalam keranjang dan dilakukan
pengeringan sampai kondisi kadar air mencapai
17-18%. Sedangkan pada kadar air rendah
(17-20%) cara panen dilakukan dengan memetik
dan mengupas kelobot jagung langsung pada
batangnya tanpa menyabit tanaman jagung terlebih
dahulu.
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 32
(4) Setelah panen selesai, jagung tongkol dimasukkan ke
dalam karung dan dibawa ke tepi jalan menunggu
pengangkutan.
(b) Teknik Pengeringan Jagung
(1) Pengeringan awal untuk jagung tongkol
Pengeringan awal biasanya dilakukan dengan tujuan
untuk mempermudah pekerjaan pemipilan jagung di
mana kadar air diturunkan sekitar 18 20 %,
sebab pemipilan tanpa dilakukan pengeringan
terlebih dahulu menyebabkan banyak butiran yang
rusak, terkelupas kulit, terluka atau cacat,
pengerjaannya agak lambat. Pengeringan dapat
dilakukan secara tradisional maupun dengan bantu-
an alat mekanis berupa alat mesin pengering jagung.
(2) Pengeringan akhir untuk jagung pipil
Pengeringan akhir yaitu butir-butir biji yang telah
terpipil dikeringkan kembali dengan tujuan agar
kadar airnya turun lagi dari 18 20 % menjadi
sekitar 12 %.
(c) Teknik Pemipilan Jagung
Kegiatan pemipilan jagung meliputi kegiatan melepas biji
dari tongkol, memisahkan tongkol, memisahkan kotoran
dan mengangkut jagung pipilan kering ke tempat proses
selanjutnya. Proses pemipilan dapat dilakukan dengan
tangan, menggunakan alat sederhana dan mesin pemipil.
2) Penanganan Tahap Kedua
(a) Teknik Penyimpanan Jagung Biji
(1) Penyimpanan jagung dengan sistem curah.
(2) Penyimpanan jagung biji dengan kemasan/wadah.
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 33
(b) Teknik Pengangkutan Jagung
Pengangkutan, meliputi kegiatan pewadahan atau
pengemasan bahan dan pemindahan guna proses
selanjutnya. Kegiatan pengemasan atau pewadahan di-
lakukan untuk memperkecil kehilangan dan memudahkan
dalam pengangkutan.
b. Teknik Penanganan Pascapanen Sorgum, Gandum dan Hotong
Penanganan pascapanen serealia lain seperti sorgum, gandum dan
hotong pada umumnya sama dengan penanganan pascapanen
jagung hanya saja tahapannya yang berbeda. Adapun tahapan
penanganan pascapanen serealia lain terdiri dari :
1. Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah biji terbentuk serta daun
berwarna kuning dan mengering.
2. Perontokan
Penyimpanan tanpa perontokan akan beresiko menimbulkan
kerusakan, perontokan dapat dilakukan secara manual
maupun mekanis.
3. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air biji hingga
berkisar maksimal 12%.
4. Penyimpanan
Penyimpanan dapat dilakukan dalam bentuk curah maupun
kemasan.
c. Penyakit Pada Jagung dan Teknik Pengendaliannya
Salah satu faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kualitas
pangan dan pakan dari jagung adalah infeksi cendawan
Aspergillus spp., Fusarium spp., dan Penicillium spp. karena
cendawan tersebut memproduksi senyawa beracun yang disebut
aflatoxin. Cendawan ini dominan ditemukan pada jagung dalam
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 34
tahap penyimpanan. Infeksi awal terjadi pada fase silking di
lapang, kemudian terbawa oleh benih ke tempat-tempat
penyimpanan. Patogen-patogen tersebut kemudian berkembang
dan memproduksi mitoksin, sehingga bahan pakan menjadi rusak
dan bermutu rendah.
d. Teknik Pengendalian Penyakit Pada Jagung dan Serealia Lain
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian Aspergillus spp.,
Fusarium spp., dan Penicillium spp., dapat dilakukan pada fase
prapanen dan pascapanen.
Pencegahan infeksi dini Aspergillus spp., Fusarium spp., dan
Penicillium spp. dapat dilakukan dengan rotasi pertanaman bukan
inang, yang akan memutus siklus perkembangannya. Pencegahan
penularan oleh serangga dengan penyemprotan insektisida dapat
berefek ganda, yaitu meminimalisasi penyebaran patogen dalam
suatu populasi tanaman jagung karena tertekannya populasi
serangga yang menjadi vektor penyebarannya di pertanaman.
3. Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Kedelai
Teknologi penanganan pascapanen kedelai menyajikan antara lain :
a. Panen
Panen kedelai hendaknya dilakukan pada saat umur fisiologi
maksimal, umur panen yang optimal akan menghasilkan jumlah dan
mutu produksi yang cukup tinggi. Setiap tanaman kedelai
mempunyai umur panen yang berbeda tergantung varietas dan
faktor lingkungan.
Panen kedelai dapat dilakukan apabila tanaman sudah matang yaitu
sekurang-kurangnya 95 % polong pada batang utama berwarna
kuning kecoklatan, daun-daun telah rontok, batang sudah kering,
kadar air di bawah 25 %, dan kulit polong mudah dikupas.
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 35
Pemanenan kedelai pada kadar air tinggi (30 40 %) dapat
menyebabkan banyak butir biji yang kusam dan waktu pengeringan
lama, sehingga susut mutu meningkat. Pemanenan pada kadar air
rendah (17 20 %) memiliki keuntungan yaitu kegiatan penanganan
pascapanen lebih pendek dan jumlah susut bobot pascapanen dan
susut mutu keseluruhan lebih kecil (Tabel 2 dan 3).
Panen kedelai dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
mencabut dan menggunakan sabit. Namun pemanenan kedelai
dengan cara dicabut bersama akar tidak disarankan untuk dilakukan,
karena akan mengurangi kesuburan tanah serta menambah kotoran
pada biji kedelai.
Tabel 2. Perkiraan Susut Pascapanen Kedelai yang dipanen
pada Kadar air rendah
Tercecer Mutu
Panen (k.a 17 - 20%) 1,0 1,0
Penjemuran di lahan (k.a 14 - 17%) 2,0 0,5
Perontokan dengan tenaga manusia 7,0 1,0
Jumlah Susut 10,0 2,5
Perkiraan Susut (%)Kegiatan Pascapanen
Tabel 3. Perkiraan Susut Pascapanen Kedelai Yang Dipanen Pada Kadar Air Tinggi
Tercecer Mutu
Panen (k.a 30 - 40 %) 0,5 2,0
Penjemuran di ladang (k.a 25 - 30%) 1,0 2,0
Pengangkutan ke rumah (k.a 25 - 30%) 1,0 -
Penjemuran di pekarangan (k.a 15 - 17%) 5,0 2,0
Penundaan di beranda (k.a 15 - 17%) 1,0 1,0
Perontokan ( k.a 15 - 17%) 7,0 1,0
Jumlah Susut 15,5 8,0
Perkiraan Susut (%)Kegiatan Pascapanen
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 36
b. Pengeringan
Pengeringan kedelai bertujuan mengurangi kandungan air dalam biji
melalui proses penguapan air biji kedelai. Pengeringan kedelai dapat
dillakukan dengan cara alami dengan menjemur di sinar matahari
atau dengan menggunakan mesin pengering.
Pengeringan kedelai dengan lantai jemur dilakukan dengan cara
meletakkan secara merata brangkasan kedelai di lantai jemur
dengan ketebalan 20 cm, dan setiap 2 jam dilakukan pembalikan
agar pengeringan benar-benar merata. Pengeringan kedelai
dilakukan selama 1 2 hari, sampai kadar biji + 17 %.
Pengeringan dengan mesin pengering sangat dianjurkan karena
dapat meningkatkan mutu pengeringan. Laju pengeringan diatur
dengan suhu maksimal 60 oC.
c. Perontokan
Perontokan bertujuan melepas biji kedelai dari kulit polongnya.
Brangkasan kedelai hasil penjemuran (kadar air 15-17%) biasanya
ditumpuk/ditunda selama 3-7 hari di beranda rumah sebelum
dilakukan perontokan. Tujuan penundaan (tempering time) adalah
untuk menyeragamkan kadar air dan warna biji kedelai. Perontokan
kedelai dapat dilakukan dengan tongkat pemukul dan menggunakan
alat mekanis (power thresher).
d. Pembersihan biji kedelai
Pembersihan biji kedelai bertujuan memisahkan kotoran, biji rusak
akibat luka, biji gepeng, atau terlalu kecil. Dengan melakukan
pembersihan yang tepat maka akan diperoleh biji kedelai yang baik.
Pembersihan kedelai dapat dilakukan dengan ditampi atau dengan
menggunakan mesin pembersih (winower), mesin ini merupakan
kombinasi antara ayakan dengan blower. Biji yang telah bersih
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 37
selanjutnya dijemur kembali sampai kadar air mencapai
9 11 %.
e. Penyimpanan Biji Kedelai
Biji yang kering lalu disimpan dalam wadah yang bebas hama dan
penyakit, disimpan di tempat kering dalam karung goni/plastik.
Karung-karung ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar
tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai
disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2 - 3 bulan sekali harus
dijemur sampai kadar airnya sekitar 9% - 11%. Biji kedelai yang
akan disimpan sebaiknya mempunyai kadar air 9 - 12 %.
4. Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Ubikayu
Teknologi penanganan pascapanen ubikayu adalah semua kegiatan
yang dilakukan sejak ubikayu dipanen sampai menghasilkan produk
setengah jadi (intermedidate product). Masalah utama dalam
penanganan pascapanen ubikayu adalah tingginya tingkat kehilangan
hasil (susut tercecer) di setiap tahap kegiatan, seperti pada tahap
panen, pengupasan, perajangan dan pengeringan.
Buku teknologi penanganan pascapanen ubikayu, menyajikan antara
lain:
a. Penentuan saat panen
Penentuan saat panen harus dilakukan berdasarkan deskripsi
varietas ubikayu (umur tanaman) dan pengamatan visual
(kenampakan fisik).
b. Pemanenan ubikayu
Pemanenan ubikayu sebaiknya dilakukan pada umur yang tepat
sesuai dengan karakteristik varietasnya. Pada umumnya umur
panen ubikayu berkisar antara umur 8 12 bulan. Panen yang
dilakukan terlalu awal akan memberikan hasil produksi dan
kandungan pati yang rendah. Apabila ubikayu dipanen melewati
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 38
umur optimumnya maka akan memberikan kandungan serat yang
kasar dan tinggi.
Pemanen dilakukan dengan beberapa cara /variasi tergantung adat
kebiasaan di suatu daerah masing-masing. Pemanenan biasa
dilakukan dengan cara mencabut dilakukan dengan cara mencabut,
atau menggunakan alat pengungkit.
c. Pengupasan
Pengupasan kulit secara manual merupakan cara pengupasan
ubikayu yang terbaik. Cara ini memberikan rendeman yang tinggi
namun memerlukan waktu yang relatif lama dan tenaga kerja yang
banyak. Pengupasan kulit dapat dilakukan dengan alat bantu pisau
atau alat khusus pengupasan ubikayu. Jika pengupasan tidak bersih
menyebabkan kotoran banyak melekat sehingga susut pengupasan
meningkat sampai 4 - 10 %.
d. Pencucian
Ubikayu yang telah dikupas secepatnya dicuci dengan air yang
mengalir. Jika ubikayu kupas masih menunggu proses, sebaiknya
direndam dalam bak perendaman (semua umbi harus tercelup air,
sehingga tidak ada bagian umbi yang berwarna coklat).
e. Perajangan
Proses perajangan ubikayu diartikan sebagai pengirisan/
mengecilkan ukuran umbi kupas. Perajangan dapat dilakukan
dengan alat atau mesin. Tahapan proses yang penting dan cukup
menentukan mutu tepung kasava adalah saat pembuatan gaplek
dan chips kering. Gaplek berbentuk gelondong, sedangkan chips
bentuk cacah atau bentuk irisan tipis (slicer) atau bentuk sawut
(shrudding).
f. Pengeringan
Pengeringan ubikayu harus dilakukan dengan cara yang baik dan
menggunakan sarana yang baik pula. Agar pengeringan chips/
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 39
sawut lebih cepat dan menurunkan kandungan asam biru terutama
pada ubikayu pahit maka dilakukan pemerasan sawut (alat press
atau malat spiner) sampai kadar air sawut basah 45%. Sawut yang
tidak diperas (kadar air 60%) membutuhkan waktu penjemuran 14-
16 jam, sedang yang diperas (kadar air 45%) hanya 6-8 jam.
g. Pengemasan
Pengemasan merupakan proses mempertahankan mutu chips/
sawut selama 6 bulan. Sebelum dikemas, kadar air harus < 12%
dan segera dimasukkan kedalam wadah pengemasan yang baik
(karung rangkap/double layer bag).
h. Penyimpanan
Penyimpanan ubikayu segar bersifat sementara sambil menunggu
waktu yang tepat untuk dijual atau diolah lebih lanjut. Beberapa
cara penyimpanan ubikayu segar dapat dilakukan antara lain : (1)
Perlakuan fungisida dalam kantong plastik; (2) Media sekam
lembab; dan (3) media serbuk gergaji.
G. Pembinaan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
Pembinaan penanganan pascapanen tanaman pangan dimaksudkan untuk
membina para petani, petugas instansi terkait yang bergerak di bidang
penanganan pascapanen agar dapat sesuai dengan Good Handling
Practises (GHP). Selain itu, dengan melakukan pembinaan di tingkat
lapangan diharapkan dapat meningkatkan SDM (petugas, petani/kelompok
tani) yang menangani pasca panen dan menurunkan kehilangan hasil
panen. Peningkatan efisiensi produksi, menurunnya susut hasil,
meningkatnya rendemen dan mutu hasil, dapat menambah nilai tambah
dan daya saing serta pengamanan harga hasil panen sesuai yang
diharapkan.
Pembinaan penanganan pascapanen yang telah dilaksanakan adalah :
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 40
1. Pembinaan Penanganan Pascapanen Padi
Pembinaan penanganan pascapanen padi dilaksanakan ke beberapa
provinsi yaitu Provinsi Aceh, Lampung, Riau, Gorontalo, Kalimantan
Barat, Bali, dan Nusa Tenggara Barat, dengan hasil sebagai berikut :
a. Terkait dengan pengadaan bantuan sarana penanganan
pascapanen padi, pemilihan pembelian jenis sarana
memprioritaskan pada kebutuhan poktan/gapoktan dengan tetap
mengacu pada pedoman pelaksanaan penanganan pascapanen
tanaman pangan 2011, sedangkan spesifikasi teknisnya
disesuaikan kebutuhan poktan/gapoktan dengan tetap memper-
timbangkan upaya menurunkan susut hasil dan mempertahankan
mutu gabah/padi. Pembelian sarana menggunakan
produsen/pengrajin di daerah sepanjang sudah memiliki
persyaratan minimal test report dari lembaga uji yang telah
ditunjuk oleh Kementerian Pertanian
b. Semua Provinsi yang dikunjungi sampai dengan tahun 2010 belum
memiliki data nilai susut hasil padi dan rendemen beras, dan
direncanakan dilakukan pada tahun 2012 melalui anggaran
pembiayaan yang bersumber dari Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan.
c. Dukungan APBD Provinsi, Kabupaten dan Daerah terhadap upaya
penanganan pascapanen padi masih minim, sehingga masih
tergantung pada bantuan Pemerintah Pusat.
d. Dibutuhkan kebijakan dari Kepala Dinas serta koordinasi yang
baik antara satker Bidang Tanaman Pangan dengan Bidang Bina
Usaha/PPHP demi kelancaran pelaksanaan kegiatan penanganan
pasca panen tanaman pangan.
e. Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota berupaya mengirimkan teknisi dan
operator ke pabrikan dalam rangka mengikuti pelatihan untuk
menambah pengetahuan dan teknologi pascapanen agar dapat
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 41
mengadopsi teknologi secara cepat serta meningkatkan
kompetensi tenaga teknis dan operator.
2. Pembinaan Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain
Pembinaan penanganan pascapanen jagung dan serealia lain
dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Selatan, NTB, NTT, Kalimantan
Barat, Sulawesi Tengah, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan Jambi,
dengan hasil sebagai berikut :
a. Kurangnya permodalan pada Gapoktan untuk membeli jagung,
baik jagung tongkolan kering, basah, maupun pipil kering,
sehingga hanya dapat menampung sebagian kecil hasil panen
petani, dan belum memiliki gudang serta lantai jemur.
b. Kurang minatnya petani dalam membudidayakan jagung, karena
fluktuasi harga jagung pipilan kering di pasaran.
c. Produktivitas jagung menurun, dipengaruhi oleh kebiasaan
panen petani jagung khususnya di Sulawesi Selatan yaitu tanam di
musim hujan dan panen juga dimusim hujan, sehingga
menyebabkan hampir 70 % areal tanam dan panen terkena
jamur aflatoksin karena tidak cepat tertangani.
3. Pembinaan Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang
Pembinaan penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang
dilaksanakan di 8 (delapan) Provinsi yaitu : Provinsi Kalimantan
Timur, Lampung, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara,
Sulawesi Tengah, Nanggroe Aceh Darussalam, dengan hasil sebagai
berikut :
a. Upaya peningkatan produksi kedelai dan aneka kacang pada saat
ini belum diikuti dengan penanganan pascapanen yang tepat
sehingga susut hasil masih sangat tinggi. Untuk itu diharapkan
adanya upaya khusus dari pemerintah pusat maupun daerah
untuk mendorong perbaikan penanganan pascapanen kedelai dan
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 42
aneka kacang dalam rangka menurunkan susut/kehilangan hasil
dan mempertahankan mutu.
b. Belum ada koordinasi antar lembaga terkait baik di tingkat pusat
maupun daerah dalam penanganan pascapanen. Penanganan
pascapanen tidak dapat dilakukan secara parsial, oleh karena itu
koordinasi antar lembaga terkait perlu dioptimalkan baik di tingkat
pusat maupun daerah. Koordinasi tersebut sangat penting dalam
mendukung keberhasilan tercapainya program dan kegiatan
penanganan pascapanen sesuai yang diharapkan.
c. Untuk mengurangi susut hasil karena tercecer dan mem-
pertahankan mutu kedelai dan aneka kacang diperlukan teknologi
dan sarana alat pascapanen yang memenuhi persyaratan teknis,
ekonomis dan mudah diadopsi oleh petani sehingga alat yang
diberikan dapat diaplikasikan dan dimanfaatkan oleh kelompok
tani. Inovasi teknologi dan sarana pascapanen yang dihasilkan
oleh lembaga penelitian maupun perguruan tinggi dan perusahaan
swasta perlu didorong untuk terus dikembangkan sesuai dengan
spesifik lokasi.
d. Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada belum memadai, untuk itu
diperlukan peningkatan SDM melalui pelatihan/kursus, kerjasama
dengan lembaga pelatihan maupun perguruan tinggi. Peningkatan
kualitas SDM diarahkan untuk peningkatan sikap, ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta keterampilan pelaku
pascapanen (petugas/penyuluh, petani/kelompoktani).
e. Kelembagaan yang menangani kegiatan pascapanen umumnya
masih lemah. Untuk memantapkan perbaikan penanganan
pascapanen termasuk usaha jasa pascapanen, diperlukan
dukungan kelembagaan serta mendorong tumbuh kembangnya
perbengkelan/pengrajin alat mesin pascapanen dan kemitraan
usaha jasa alat mesin pascapanen antara petani/kelompok tani
sebagai pengguna dan UPJA sebagai unit usaha bisnis yang
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 43
mengusahakan pelayanan jasa persewaaan alat mesin
pascapanen.
4. Pembinaan Penanganan Pascapanen Aneka Umbi
Pembinaan penanganan pascapanen aneka umbi dilaksanakan di
Provinsi Jawa Barat, Aceh, Gorontalo, Maluku Utara, Kalimantan Barat,
Riau dan Papua Barat, dengan hasil sebagai berikut :
a. Penanganan pascapanen yang baik dan tepat belum dilakukan.
Petani/kelompok tani masih melakukan penanganan pascapanen
secara tradisional, berdasarkan kebiasaan yang dilakukan secara
turun temurun (petani melakukan panen dengan mencabut
sehingga peluang adanya umbi yang tertinggal atau patah cukup
besar yaitu + 7%).
b. Penanganan yang dilakukan petani berdasarkan kebiasaan turun
temurun, dapat disebabkan karena kurangnya informasi,
kurangnya sosialisasi, kurangnya pembinaan, sehingga tingkat
pengetahuan petani tetap berada di level kebiasaan.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
kebutuhan manusia akan berkembang, sehingga manusia perlu
berusaha mendapatkan inovasi baru. Kondisi yang ada di petani
saat ini memerlukan adanya pembinaan dan pola pembinaan
kepada petani, baik secara individual maupun yang tergabung
dalam kelompoktani, hendaknya dapat dilakukan secara kontinyu
dalam upaya meningkatkan dan memberdayakan pengetahuan
dan kemampuan petani.
c. Bantuan sarana pascapanen kepada petani merupakan salah satu
bentuk pembinaan. Namun pembinaan berupa bantuan sarana
hendaknya tidak menjadikan petani terlena dan malas
sehingga dari tahun ke tahun tidak selalu mengharapkan adanya
bantuan dari pemerintah.
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 44
d. Ketersediaan sarana pascapanen untuk komoditi aneka umbi
masih sangat terbatas, umumnya yang tersedia untuk komoditi
padi.
H. Sosialisasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
Pelaksanaan sosialisasi penanganan pascapanen dilakukan untuk
memberikan pemahaman kepada petugas daerah dan pelaku
penanganan pascapanen mengenai pentingnya penanganan pascapanen
sehingga diharapkan mutu produk yang dihasilkan mempunyai nilai
tambah dan berdaya saing. Melalui sosialisasi penanganan pascapanen
secara tidak langsung dapat memberikan sumbangan terhadap
peningkatan pendapatan petani dan keluarganya.
Sosialisasi penanganan pascapanen tanaman pangan diarahkan untuk
memotivasi dan meningkatkan pengetahuan petani dan petugas yang
memiliki kompetensi dibidang penanganan pascapanen tanaman pangan,
agar semakin meningkatkan perhatiannya dalam penanganan
pascapanen di daerahnya dan dilaksanakan secara optimal sehingga
peluang terjadinya kehilangan hasil dapat diminimalkan.
Sosialisasi yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada uraian berikut :
1. Sosialisasi Penanganan Pascapanen Padi
Sosialisasi penanganan pasca panen dilaksanakan di Provinsi
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan
Selatan dan Nusa Tenggara Barat, dengan hasil sebagai berikut :
a. Dana kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan
terdapat pada Satker Bidang Tanaman Pangan, namun secara
tupoksi penanganan pascapanen terdapat pada Bidang P2HP.
Hal ini menyebabkan terhambatnya komunikasi dan koordinasi
kegiatan penanganan pascapanen baik ditingkat provinsi maupun
kabupaten/ kota.
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 45
b. Sebagian petani belum sepenuhnya dapat menerima teknologi
baru, karena masih terbiasa dengan sarana pascapanen
tradisional yang menurut mereka lebih mudah dan murah,
olehnya itu perlu disosialisasikan secara intensif dan kontinyu
mengenai keuntungan dan cara penggunaan teknologi baru
tersebut.
c. Penerapan teknologi yang lebih maju akan menimbulkan
berbagai persoalan sosial yaitu adanya anggapan bahwa buruh
tani akan kehilangan pekerjaan terutama para penderep yang
biasa mengumpulkan sisa panen. Olehnya itu para buruh tani
harus diberi pengertian bahwa dengan penggunaan teknologi,
pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat, hasil pascapanen
lebih banyak dan pendapatan yang diperoleh lebih tinggi.
d. Pilihan bantuan sarana yang dibeli dirasakan belum sesuai
dengan kebutuhan poktan/gapoktan, olehnya itu pemilhan
sarana pasacapanen harus disesuaikan dengan kebutuhan
poktan/ gapoktan, fleksibel dalam penentuan spesifikasinya
dengan tetap mengacu pada pedoman pelaksaaan pascapanen
tanaman pangan tahun 2011.
2. Sosialisasi Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain
Sosialisasi penanganan pascapanen jagung dan serealia lain
dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Bangka
Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara,
dengan hasil sebagai berikut:
a. Dukungan alsintan pascapanen dan pendampingan petugas
dari pusat, provinsi/kabupaten/kota sangat diperlukan petani di
lapangan.
b. Kegiatan sosialisasi penanganan pascapanen jagung dan serealia
lain harus terus dilaksanakan dalam rangka menurunkan tingkat
-
Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan