Download - Laporan Psg Makassar 2
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
DIVISI INFRATEL - ARNET MAKASSAR PT. TELKOM
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK MAKASSAR 2
1. DEA FATRIZIAH HAMKA
2. DIRGA EKA PUTRA LEBUKAN
3. DWITOMO SANDHY PUTRA
4. FIKRI IMAM MUTTAQIN
5. GABRIELLE BENITA SITOMPUL
6. M. MIRAJ DHUHURY
PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI
SMK TELKOM SANDHY PUTRA 2 MAKASSAR
2012 / 2013
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta Alam
Semesta yang tidak pernah terputus memberi limpahan karunia dan hidayah-Nya kepada
kita sekalian. Atas bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja
Industri (Prakerin) yang sudah dilaksanakan pada PT.TELKOM DIVISI INFRATEL -
ARNET MAKASSAR, meskipun masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan
laporan Prakerin
Laporan ini merupakan salah satu kewajiban dan persyaratan yang harus di penuhi oleh
setiap siswa/siswi yang bersekolah di SMK Telkom Sandy Putra 2 Makassar. Dengan
adanya kegiatan prakerin ini, diharapkan agar siswa/siswi dapat mempertajam
pengetahuannya khususnya di bidang teknik transmisi telekomunikasi, yaitu dengan cara
mengenal perangkat-perangkat yang digunakan untuk melakukan telekomunikasi. Selain
itu, kami pun dapat berbaur dan mengenal dunia kerja industri lebih dekat.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada:
1. Allah Subhanahu wa Taala, yang telah memberikan kamikemudahan dan
kemampuan dalam menjalani kegiatan prakerin
2. Kedua orangtua kami, yang telah mendukung kami setiap saat
3. Kepala Sekolah SMK Telkom Sandhy Putra 2 Makassar, bapak Drs. H. Abdul
Halim Samad, M. M., serta Wakasek bidang Hubungan Industri, Bapak Mukhlis
Mustafa, S. T., yang telah menghubungkan kami dengan pihak industri
3
4. Manager Area Network Telkom Makassar, Bapak M. Rukman, beserta seluruh
jajaran Asisten Manager, yang telah menerima kami untuk melaksanakan Prakerin
di Area Network Telkom Makassar
5. Para pembimbing lokasi, serta teknisi yang sehari-hari memberikan ilmunya kepada
kami
Kami pun menyadari bahwa laporan Prakerin ini belum sempurna. Oleh karena itu
dengan kerendahan hati, kami siap untuk menerima kritik dan saran dari berbagai pihak
yang dapat membangun kami dalam proses pembelajaran selanjutnya. Dengan selesainya
laporan ini kami harap dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Makassar, Nopember 2012
Tim Penulis
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................................ 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................. 4
BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 5
1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................... 6
1.3 Sistematika Laporan .................................................................................. 3
1.4 Struktur Organisasi Telkom Arnet Makassar ............................................. 4
BAB II : CME (CIVIL & MECHANICAL ELECTRICAL) ....................................... 5
2.1 Struktur Organisasi CME ........................................................................... 5
2.2 Konsep Dasar CME ................................................................................... 6
2.3 Konfigurasi CME ...................................................................................... 6
2.4 SOP dan SMP CME .................................................................................. 16
BAB III : SISTEM KOMUNIKASI RADIO ............................................................... 24
3.1 Struktur Organisasi SISTEM KOMUNIKASI RADIO .............................. 24
3.2 Konsep Dasar SISTEM KOMUNIKASI RADIO ....................................... 25
3.3 Konfigurasi SISTEM KOMUNIKASI RADIO .......................................... 33
3.4 SOP dan SMP SISTEM KOMUNIKASI RADIO ...................................... 35
PENUTUP .................................................................................................................. 41
KESIMPULAN........................................................................................................... 41
SARAN ...................................................................................................................... 42
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem Telekomunikasi telah menempati suatu kedudukan yang penting dan
strategis dalam kehidupan masyarakat dunia, karena dengan sistem telekomunikasi
suatu yang berupa informasi atau hiburan dan yang lainnya dapat dengan cepat,
akurat dan mudah didapat. Teknologi komunikasi telah memungkinkan manusia
untuk menembus batasan jarak dan ruang, bahkan waktu, artinya bahwa manusia
untuk berhubungan tanpa memandang tempat mereka berada karena itu tidak ada
sejengkalpun tempat di dunia ini yang tidak dapat dijangkau. Perkembangan
teknologi yang demikian pesat di berbagai bidang salah satunya terbukti dengan
adanya sentral–sentral telepon sebagai alat komunikasi untuk berhubungan melalui
pertukaran informasi dari pembicaraan manusia.
Teknologi telekomunikasi berperan sebagai media perantara untuk dapat
menyampaikan informasi dan di terima dengan baik oleh penerima informasi,
sehingga modem (modulator-demodulator) dirancang sebagai perangkat pendukung
pada sentral-sentral telekomunikasi. Media transmisi saat ini banyak jenisnya baik
media transmisi kabel, fiber optik dan media udara.
6
1.2 Maksud dan Tujuan
Laporan ini dibuat dengan berdasarkan maksud dan tujuan tertentu,
diantaranya :
1. Untuk mendapatkan pelajaran yang belum bisa didapatkan di dalam
lingkungan sekolah
2. Mempertajam pengetahuan kami tentang sistem telekomunikasi
3. Mengenal perangkat-perangkat yang di gunakan untuk sistem
telekomunikasi dan dihubungkan dengan pelajaran yang telah
didapatkan sebelumnya di sekolah
4. Belajar dalam meningkatkan kerja sama kelompok
5. Mengenal kondisi dan berbagai hal berkaitan dengan dunia kerja dan
industri
1.3 Sistematika Laporan
BAB 1 Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan kami
melakukan prakerin di divisi INFRATEL - ARNET
MAKASSAR.
BAB 2 CME (CIVIL & MECHANICAL ELECTRICAL) / CATU
DAYA
Membahas tentang catu daya beserta konfigurasinya
7
BAB 3 SENTRAL BALAIKOTA
Membahas tentang sentral EWSD, serta teknologi softswitch
BAB 4 MULTIMEDIA
Menjelaskan tentang layanan multimedia, perangkat-
perangkat seperti router, switch, serta metro ethernet
BAB 5 SENTRAL PETTARANI
Menjeaskan tentang sentral NEAX61E-Sigma
BAB 6 SISTEM KOMUNIKASI RADIO
Menjeaskan sistem transmisi radio gelombang mikro digital
BAB 7 SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK
Menjelaskan sistem komunikasi serat optik, perangkat, serta
penyambungannya
BAB 8 SISTEM KOMUNIKASI SATELIT
Menjelaskan sistem komunikasi satelit, cara pengiriman data
melalui satelit
BAB 9 PENUTUP
8
BAB II
CIVIC & MECHANICAL EQUIPMENT (CME)
A. STRUKTUR ORGANISASI
B. KONSEP DASAR
CME (Civil Mechanical Electrical) adalah suatu divisi di STO Balaikota yang
berfungsi untuk memberikan catuan serta proteksi terhadap perangkat - perangkat
telekomunikasi serta pendukungnya
Off. 3 O & M CME
Makmur Saleh
580711
Off. 3 O & M Gowa
Patta Hamsin
580711
Manager ArNet Makassar
M. Rukman/ 651271
Officer 2 O & M CME
Raja Gantarang/580309
Officer 2 O & M CME
H. Muhammad/610115
Off. 3 O & M CME
Tarsono Talib
632996
Off. 3 O & M Maros
Karel Patibang
591858
9
Catu daya adalah suatu sistem yang berguna untuk menyalurkan listrik ke load /
beban dan merupakan sistem yang sangat penting dalam bidang telekomunikasi karena
sistem inilah yang memberi catuan kepada perangkat agar bisa beroperasi dan melayani
masyarakat dalam berkomunikasi.
Apabila catu daya pada perusahaan mengalami masalah maka akan menimbulkan
kerugian sangat besar karena perangkat-perangkat tidak dapat beroperasi sehingga tidak
dapat melayani hubungan komunikasi masyarakat.
Load atau beban yang dikenal dalam catu daya terdiri dari 2 jenis yaitu essential
load (beban penting) yaitu beban yang tidak boleh terputus catuannya karena apabila
terputus maka dapat mengganggu hubungan komunikasi seperti komputer sentral,
perangkat radio, perangkat multimedia, dan lain – lain. Sedangkan non essential load
(beban tidak penting) yaitu beban yang apabila terputus cataunnya maka tidak mengganggu
hubungan komunikasi seperti penerangan.
C. KONFIGURASI CATU DAYA
10
Keterangan :
ATS : Automatic Transfer Switch : rectifier
MDP : Main Distribution Panel : baterai
SDP : Sub Distribution Panel : inverter
DC-PDB : Direct Current Panel Distribution Ponit : Trafo PLN
GENSET : Generatot Set
PERANGKAT SISTEM CATU DAYA TELEKOMUNIKASI
A. TRAFO PLN
Sumber listrik utama di STO Balaikota adalah PLN. Untuk itu PLN menyediakan
trafo yang ditempatkan di ruang khusus. Ttrafo PLN berfungsi untuk memasok catuan arus
bolak-balik ke perangkat. Output tegangan pada trafo ini yaitu 380 V
B. DIESEL ENGINE GENERATOR SET (DEG)
Diesel engine generator set
(DEG) atau yang lebih dikenal genset
merupakan sumber catuan cadangan di
STO Balaikota. Genset ini akan
digunakan apabila terjadi pemadaman
listrik oleh PLN atau jika terjadinya
INV
11
gangguan yang menyebabkan catuan listrik dari PLN terputus.
.
Genset ini memerlukan solar sebanyak 120 liter/jam ketika beroperasi. Tangki solar
utama yang terdapat dalam ruangan tersebut memiliki kapasitas 5000 liter sedangkan tangki
cadangan yang berada di luar ruangan memiliki kapasitas 1000 liter.
Genset ini dapat memasok listrik sebesar 1000 KVA tetapi biasanya hanya
digunakan < 50% saat terjadi pemadaman. Sealain itu, ruangan genset di STO Balaikota
juga dilengkapi dengan peredam yang berguna untuk meredam suara genset saat
dioperasikan.
Gambar 1: Konfigurasi Catu Daya
tangki solar cadangan
tangki solar utama
12
C. PANEL ATS (AUTOMATIC TRANSFER SWITCH)
Fungsi panel ATS adalah sebagai switch dengan
memindahkan catuan dari main supply ke genset
secara otomatis yaitu dengan mendeteksi penurunan
tegangan, apabila terjadinya pemadaman listrik atau
sebaliknya, dengan memindahkan catuan dari genset ke
PLN.
D. MAIN DISTRIBUTION PANEL (MDP)
Fungsi dari main distribution panel (MDP)
adalah sebagai panel penerima daya/power dari
transformer (trafo) atau genset dan mendistribusikan
power tersebut lebih lanjut ke sub distribution panel
(SDP).
E. SUB DISTRIBUTION PANEL (SDP)
Fungsi Sub Distribution Panel (SDP)
adalah mendistribusikan tegangan Ac ke beban/
load. Load sendiri terbagi menjadi 2 yaitu :Di
dalam SDP ini juga terdapat arrester yang
Panel ATS
MDP
SDP
13
berfungsi untuk melindungi perangkat dari sambaran petir atau arus bertegangan tinggi.
F. RECTIFIER
Rectifier merupakan suatu rangkaian alat listrik untuk mengubah arus listrik bolak-
balik / AC (Alternating Current) menjadi arus searah / DC (Direct Current). Rectifier
merupakan bagian yang vital dalam sistem catu daya, karena fungsinya sebagai pencatu
perangkat yang membutuhkan tegangan DC dan juga untuk mencharge bettery. Sehingga
apabila rectifier ini rusak maka akan menimbulkan kerusakan yang fatal dan kerugian yang
besar.
Merk rectifier yang digunakan di STO Balaikota yaitu merk Siemens (3 fasa)
dengan kapasitas 1 rectifier yaitu 500 A dan merk ZTE (1 fasa) yang dapat menyimpan
hingga 20 modul.
Suhu pada ruangan rectifier harus dijaga agar tetap dingin yaitu sekitar 180 C karena
apabila suhu naik, maka komponen didalam rectifier dapat rusak.Selain ituruangan juga
harus dilengkapi dengan grounding untuk melindungi perangkat dari kerusakan.
JENIS – JENIS RECTIFIER
1. Rectifier 1 Fasa
Blok Diagram Rectifier
14
Rectifier 1 fasa adalah rectifier yang rangkaian inputnya menggunakan AC suplai 1
fasa. Rectifier akan bekerja apabila diberikan tegangan sekitar 220 VAC.
2. Rectifier 3 Fasa
Rectifier 3 fasa adalah rectifier yang rangkaian inputnya menggunakan AC suplai 3
fasa (380 VAC). Agar dapat menghasilkan tegangan sebesar 380 VAC, maka proses
penyambungannya yaitu dengan konfigurasi fasa ke fasa ( R-S/ R-T/ T-R), sehingga
rectifier 3 fasa ini dapat bekerja.
Rectifier merek ZTE
Rectifier merek Siemens
15
Bagian-bagian Rectifier
1. Trafo Utama
Trafo utama yang terpasang di rectifier merupakan trafo step-down (penurun
tegangan) dan tegangan AC 220V / 380V menjadi 48V, kemudian masuk ke rectifier untuk
didistribusikan ke beban dan batere.
2. Penyearah Dioda
Dioda digunakan sebagai penyearah arus yang keluar dan trafo. Hal ini dikarenakan
beban yang akan dicatu menggunakan tegangan arus searah hasil dan penyearahan diode.
Prinsip Kerja Rectifier
1. Pada Kondisi Normal
Catuan input tegangan AC 380 Volt. 50 Hz dari PLN atau genset masuk, kemudian
didistribusikan ke masing-masing unit Rectifier yang mengubah menjadi tegangan DC =
48V untuk catuan beban dan paralel untuk memelihara kapasitas batere.
2. Pada Kondisi Mains Failure
Semua Unit Rectifier tidak operasi sehingga batere langsung mencatu Beban
melalui panel batere (sehingga beban tidak terputus)
3. Pada Kondisi Mains Normal Kembali
16
Semua Unit Rectifier kembali beropesi secara Auto ke operasi Trikle Batere dengan
tegangan 56 Volt. DC, serta paralel mencatu Beban melalui Panel Batere
G. BATERAI
Baterai adalah catuan listrik yang bekerja jika listrik dari PLN terputus. Jika listrik
padam, baterai langsung berfungsi. Baterai ini tahan sampai ±8 jam. Baterai yang
digunakan di STO Balaikota sebagian besar bermerk Hoppeck, Hagen dan BAE.
Baterai ini memiliki satuan sel
untuk satu kotak baterai. Sedangkan
baterai dihitung 1 band jika terdiri dari
25 sel. Baterai memiliki tegangan
sebesar 2 volt dan kapasitas sebesar
1500 A per selnya. Terdapat 8 band
baterai STDI, 1 band baterai SKKL, 2
band baterai transmisi, dan 2 bank baterai kering untuk perangkat NGN.
Baterai juga perlu perawatan/maintenance. Beberapa diantaranya pemeliharaan
mingguan seperti:
1. Pengukuran arus dan tegangan. Arus dalam satu
sel kurang lebih 2 V, dan satu band kurang lebih
44,8 V.
Baterai
pengukuran massa jenis
17
2. Pengukuran massa jenis, dengan menggunakan hydrometer.
3. Pembersihan baterai. Jika ada karat, gunakan air panas untuk membersihkan.
4. Penambahan/pengisian air. Air yang digunakan adalah air aquades
H. INVERTER
Inverter adalah suatu perngkat yang berfungsi untuk mengkonversi catuan tegangan
DC menjadi tegangan AC secara kontinyu. Perangkat Inverter ini digunakan untuk mencatu
perangkat komputer atau komputer data
Kondisi normal output Rectifier DC mencatu inverter dan selanjutnya output
inverter AC no-break mencatu komputer data, bila PLN mati maka rectifier juga mati
namun catuan batere langsung secara paralel mencatu inverter sehingga inverter tetap
bekerja.
I. DC PDB (DIRECT CURRENT PANEL DISTRIBUTION BOARD)
Dc PDB adalah suatu panel yang berfungsi mendistribusikan catuan DC yang
berasal dari output rectifier ke perangkat yang membutuhkan.
Panel ini biasa terpasang di dinding ruangan perangkat radio, multimedia, sentral
dll.Pemasangan panel ini memerlukan ketelitian dan harus berhati-hati agar tidak terjadi
kecelakaan kerja.
18
D. SOP & SMP (Standard Operation Procedure & Standard
Maintenance Procedure)
STANDAR OPERATION PROCEDURE
1) GENSET STO BALAI KOTA
A. OPERASI
1. Check oli mesin genset
2. Check air radiator
3. Check BBM solar dalam tangki harian
4. Check baterai starter (tegangan 27,7 VOLTDC)
5. Posisikan dari auto ke posisi manual (tekan manual)
6. Tekan start
7. Biarkan genset jalan kira-kira 2 menit sebagai pemanasan
8. Amati temperatur genset (62-82 C )
9. Amati frekuensi genset (50 Hz)
10. Tekan / off kan load PLN (0)
11. Tekan / off kan load G (1)
12. Amati tegangan RST
13. Amati / pastikan output beban pada MDP utama
B. CARA MEMATIKAN
1. Off kan load G (0)
2. On kan load PLN (1)
3. Perhatikan motorize pada MOP pada posisi on
19
4. Biarkan genset operasi tanpa beban selama ±3 menit
5. Tekan stop (genset akan off)
6. Tekan auto
C. Apabila terjadi alarmtekan reset dan amati indikasinya
D. CARA MANUAL
1. Off kan fuze R pada panel ATS PLN, maka ATS PLN akan off dan secara
auoto genset akan start dan beban akan dicatu oleh genset
2. On kan kembali fuse pada ATS PLN maka beban akan dicatu oleh PLN
3. Genset akan off sekitar ± 3 menit
2) PERANGKAT BATERAI
1. Baterai harus dalam kondisi bersih dan kering
2. Ruangan baterai harus dalam kondisi bersih dan kering, sirkulasi udara continue
dengan fan blower yang memadai
3. Tegangan nominal baterai 2,00 V/Cell
4. Tegangan pada kondisi charge 2,25 v/cell – 2,45 V/cell
5. Untuk kondisi charge tegangan total dalam 1 bank berkisar antara 55v± 0,5 v/dc
6. Pada kondisi uncharge tegangan 2,00V/cell- 2,06V/cell
7. Sedang pada kondisi uncharge tegangan total dalam 1 bank berkisar antara 48,8
± 0,80 V/dc
8. Tegangan initial charge (pengisian awal) = 2,6 – 2,7 V/cell
9. BJ (berat jenis) = 1,215-1,25
10. Suhu maksimal 50 C0
20
3) RECTIFIER GR-12
1. Pastikan bahwa semua fuse perangkat rectifier dalam keadaan baik dan
terpasang pada posisinya masing-masing serta sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan
2. Pastikan bahwa catuan input dan fuse input bdan fuse lainnya pada main Panel
Rectifier dalam keadaan normal dan stand by
3. On kan secara berurutan Q62,Q63 dan Q63
4. Rectifier akan beroperasi setelah relay K-1 bekerja (0-15 detik) dengan indikasi
H81 nyala, dan pada modul A3 LED H7, H8 nyala, LED enabling H9 nyala
serta secara beransur LED gate pulse H1-H6 nyala
5. Tekan tombol S44 (automatic) dan LED pada tombol tersebut menyala
6. Rectifier akan menyala secara automatic mencatu beban/batere dengan tegangan
2,33 V/cell (recharge) yang dapat dilihat pada penunjukkan LED display
monitor selama 0-9 jam (sesuai dengan setting awal)
7. Setelah waktu setting antara 0-9 jam tercapai, maka Rectifier secara otomatis
akan beroperasi mencatu beban/batere dengan tegangan 2,23 V/cell (floating
charge) dapat dilihat pada penunjukkan LED display monitor
8. Perhatikan besaran tegangan dan arus pada LED display monitor.
9. Rectifier beroperasi normal dengan sistem automatic dan bila terjadi
pemadaman sumber catuan utama dalam waktu kurang dari 3 menit maka
rectifier akan On kembali secara automatic ke sistem floating charge (2,23
21
V/cell) sedangkan bila terjadi pemadaman sumber catuan utama dengan waktu
lebih dari 3 menit maka rectifier akan On kembali secara automatic ke recharge
sistem (2,23 V/cell) yang selanjutnya akan berpindah ke floating charge bila
setting charge time telah tercapai
STANDAR MAINTENANCE PROCEDURE (SMP)
1) PERANGKAT GENSET
A. MINGGUAN DAN BULANAN
1. Ketinggian oli dalam karter
2. Sistem pendingin
3. Sistem kelistrikan
4. Pemeriksaan kekencangan tali kipas
5. Heater
6. Running test ±1 jam
- Tes manual start/stop
- Tes auto start/stop
- Frekuensi
- Tegangan output
- Tekanan oli
- Arus beban
- Warna gas buang
- Suara mesin
- Temperatur air
22
- Test beban
B. SEMESTERAN
1. Penggantian oli mesin
2. Pembersihan filter udara
3. Pembersihan filter solar
4. Pembersihan filter oli
5. Penggantian air radiator
6. Penggantian coolant filter
7. Penyetelan keregangan klep
8. Pemeriksaan operasi DEG
- star stop dengan kunci
- star stop dengan manual
- star stop dengan auto
9. test dengan pembebanan
10. test simulasi alarm sistem
- Low Oil Pressure
- Over speed
- High engine temperatur
- Over crank
- PLN on
11. Pengukuran grounding
12. Pemeriksaan injector
23
13. Pemeriksaan sikat arang bila ada
14. Pemeriksaan kandungan air di tangki harian dan bulanan
C. TAHUNAN
1. Kalibrasi meter
2. Pengukuran total harmonic distarsion (THD pada saat tanpa beban)
3. Terminasi dan kapasitas baterai starter.
2) BATERAI
a. HARIAN
1. Pemeriksaan kebersihan ruangan dan baterai
2. Pemeriksaan kebersihan kutub-kutb (pole) baterai
3. Pengukuran sel pilot (BJ, tegangan, temperatur dan level elektrolit)
4. Pengukuran temperatur ruangan
5. Pemeriksaan sistem sirkulasi udara ruangan.
b. BULANAN
1. Sama dengan pemeliharaan harian
2. Pembersihan seluruh baterai dan pemberian pelindung kutub baterai
3. Penambahan aquadest bila level elektrolit mendekati level minimum
4. Pengukuran seluruh sel
5. Pemeriksaan pengkondisian sirkulasi udara
6. Pembersihan tutup dan saringan baterai
7. Pemeriksaan visual kondisi internal dan eksternal baterai
c. TAHUNAN
24
1. Sama dengan pemeriksaan bulanan
2. Pemeriksaan kekencangan mur baut pada terminal pole baterai
3. Test kapasitas baterai dengan beban existing/ beban rill minimal 1 jam untuk
semua bank/sel baterai.
25
BAB III
SENTRAL BALAIKOTA
2.1 STRUKTUR ORGANISASI
2.2 KONSEP DASAR
Sentral telepon merupakan pusat pengatur hubungan antara pelanggan
telepon. Melalui sentral telepon inilah para pelanggan dapat saling berhubungan. Pada
sentral telepon ini terdapat 3 komponen utama yaitu :
1. Switching unit yaitu bagian yang berfungsi sebagai pembentuk hubungan atau
menyambungkan antara pelanggan yang satu dengan yang lainnya
2. Control unit yaitu bagian yang berfungsi mengendalikan arah percakapan sesuai
dengan informasi yang diterima
Manager Area Network
M. Rukman
Sub Koordinator ISP
Andi Muh. Ahdin Anas
Officer O/M Switching (Balaikota)
Nono Sugiono
26
3. Supervisori unit, yaitu bagian yang berfungsi memberikan tanda atau sinyal kapan
dimulai nya suatu percakapan dan kapan berakhirnya.
Sentral telepon terbagi menjadi 2 yaitu sentral telepon analog dan sentral telepon
digital. STO Balaikota sendiri termasuk dalam sentral telepon digital EWSD (Electronic
Wahler Systerm Digital). Sentral telepon digital EWSD merupakan sentral telepon digital
pertama di Indonesia (diperkenalkan tahun 1984) dan diproduksi oleh Jerman.
Selain itu, terdapat juga sentral telepon digital NEAX 61 yang diperkenalkan tahun
1994 dan diproduksi oleh NEC, Jepang. Sentral telepon digital jenis ini digunakan di STO
Panakukkang.
Sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, PT. TELKOM
senantiasa memberikan peningkatan pelayanan dan inovasi kepada masyarakat untuk
menunjang kebutuhan akan teknologi komunikasi yang lebih maju. Untuk itulah PT.
Telkom mengembangkan teknologi softswitch untuk menuju ke konsep NGN (Next
Generation Network).
Ciri khas NGN adalah teknologi Softswitch. Teknologi Softswitch merupakan
teknologi switching berbasiskan IP sehingga semua layanan multimedia, data dan suara
dapat diolah berdasarkan paket-paket IP. Karena berbasiskan IP, tentu saja dalam
pentransmisian multimedia, data dan suara dapat dilayani dengan hanya satu perangkat,
yaitu Softswitch tersebut
Pengembangan teknologi softswitch untuk wilayah KTI (Kawasan Timur
Indonesia) diterapkan di STO Balaikota, sehingga akan terjadi migrasi dari sentral telepon
27
digital EWSD menjadi softswitch, migrasi yang dilakukan tidak dilakukan secara serentak,
melainkan dengan bertahap yang bertujuan untuk mengurangi risiko putusnya komunikasi.
Sebelum melajutkan pembahasan materi mengenai softswitch, berikut akan
dijelaskan mengenai perangkat – perangkat multimedia pembentuk softswitch.
MSAN (Multi service Acces Node)
MSAN yaitu tempat dimana kabel tembaga akan di ubah menjadi kabel FO (Fiber
Optik) yang selanjutnya akan di terminasikan ke OTB. MSAN dapat melayani multi
services, seperti ADSL, SHDSL, E1, POTS dan Ethernet.
Gambaran Umum Multi Service Access Node (MSAN) yaitu Perangkat ini
menghubungkan pelanggan telepon ke core network sehingga pelanggan dimungkinkan
untuk memperoleh telepon biasa, ISDN atau fasilitas broadband seperti DSL dengan hanya
menggunakan single platform. MSAN merupakan gabungan dari beberapa teknologi yaitu
telepon TDM yang di dalamnya terdapat ISDN, STM -1.
28
OTB (Optical Terminal Block)
Tempat untuk menterminasikan kabel FO (fiber optik) yang selanjutnya akan di
terminasikan ke Metro Ethernet.
SOFTSWITCH
Softswitch lahir dari pengembangan teknologi jaringan data yang kini telah
mendominasi. Pengembangan ini merupakan migrasi dari jaringan PSTN menuju NGN
29
(Next Generation Network) yang berbasis data. Layanan telekomunikasi pada NGN (Next
Generation Network) meliputi voice, data, dan multimedia.
Pada kenyataannya, bagi industri jasa telekomunikasi bahwa volume trafik data
melebihi volume trafik voice, namun layanan voice masih merupakan penyumbang
pendapatan terbesar dalam bisnis telekomunikasi. Dengan Demikian pengembangan
layanan voice pada jaringan data menjadi aspek penting dalam perkembangan
telekomunikasi.
Softswitch merupakan teknologi komunikasi yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan layanan suara, data, dan multimedia secara terpadu. Selain itu softswitch juga
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan PSTN dalam bermigrasi menuju jaringan data.
Sebagai konsep yang baru, softswitch juga diharapkan dapat memberikan solusi yang lebih
baik pada permasalahan yang timbul pada PSTN, baik secara teknis maupun non teknis.
Definisi softswitch menurut ISC ( International Softswitch Concortium ) adalah suatu
perangkat yang memiliki kemampuan paling tidak sebagai berikut:
1. Mengontrol layanan koneksi bagi suatu media gateway, dan / ataunative IP end
points.dimana fungsi ini dilakukan oleh MGC (Media Gateway Controller)*
2. Memilih proses yang dapat diterapkan pada suatu panggilan
3. Routing untuk panggilan dalam jaringan
4. Mentransfer control panggilan ke elemen jaringan lain
5. Antarmuka untuk mendukung fungsi manajemen seperti penyediaan layanan, fault,
billing, dan lain-lain.
30
Jadi, softswitch adalah penghubung atau jembatan yang menghubungkan circuit switch
dengan packet switch.
2.3 KONFIGURASI
Sistem softswitch terdiri dari Softswitchnya itu sendiri atau sering disebut Call
Agent (CA) atau Media Gateway Controller (MGC) yang merupakan elemen utama
jaringan NGN. Berfungsi untuk mengontrol semua sesi layanan dan komunikasi serta
mengatur interaksi elemen-elemen lainnya seperti :
31
Media Gateway (yang terdiri dari : Access Gateway dan Trunks Gateway)
Media Gateway adalah elemen jaringan yang berfungsi sebagai elemen transport
untuk merutekan trafik dalam jaringan softswitch dan juga mengirim atau menerima
trafik dari jaringan lain yang berbeda, seperti PSTN, PLMN, VoIP H.323, dan
jaringan akses pelanggan.
Trunk Gateway (TG) : adalah media gateway yang menjalankan fungsi merutekan
trafik dari jaringan PSTN / PLMN (jaringan mobile).
Seperti yang telah diketahui, karena masih adanya TDM network yaitu PSTN, maka
perlu adanya suatu gateway yang berfungsi sebagai interface antara TDM network
dan IP network.
Access Gateway adalah media yang digunakan oleh jaringan softswitch untuk
menjangkau pelanggan. Media akses dapat menggunakan cable modem, leased
circuit, V5.2, DSL, HFC, FTTH / FTTC dan radio akses.
Signaling Gateway
Signaling Gateway adalah elemen jaringan yang berfungsi sebagai interface
pensinyalan dari jaringan softswitch ke SS7, PSTN atau PLMN ”
Aplication Server adalah elemen jaringan yang menyediakan aplikasi tambahan
diluar fitur telepon yang membutuhkan server tersendiri, misalnya voicemail,
prepaid call, fixed SMS, dll.. Application Servers (terdiridari : Feature Server dan
Media Server)
32
Media server adalah elemen jaringan yang berfungsi membantu Softswitch
untuk melakukan pemrosesan panggilan yang terjadi pada media stream,
seperti penyediaan dial tone, sarana conference, announcement.
Feature Server adalah elemen jaringan yang berfungsi sebagai penyedia
aplikasi fitur telepon
Operation Support System (OSS)
Operating Support System (OSS) adalah elemen jaringan yang berfungsi untuk
mendukung operasi dan pemeliharaan jaringan, seperti manajemen jaringan,
provisioning, billing, monitoring, statistikdll
Modul pelanggan pada sentral
softswitch
33
2.4 SOP DAN SMP
2.4.1 SMP Harian
Back-up data Ama
Perbedaan dalam prosedur back-up data sentral lama dengan sentral baru adalah
pada sentral lama data tidak akan hilang kecuali dihapus sedangkan pada sentral
baru data akan terhapus otomatis apabila telah lewat 7 hari, terhapusnya data tanpa
dilakukan back-up sebelumnya dapat menimbulkan kerugian pada PT. Telcom.
2.5 TROUBLE SHOOTHING
Proses troubleshooting dilakukan dengan menggunakan NMS (Network
Management System). Pemberian IP Address, routing, serta gangguan yang terjadi dapat
dimonitor melalui perangkat ini.
Untuk mengetahui keadaan perangkat ataupun melokalisir gangguan, para karyawan
tidak perlu mengecek secara langsung ke perangkat tersebut karena saat ini perangkat
multimedia sudah dapat di console dengan syarat tersedianya jaringan. Namun, jika
ternyata setelah di console masalah yang terjadi adalah pada hardware-nya, maka karyawan
ataupun teknisi harus menyelesaikan masalahnya langsung di lapangan. Mislakan salah satu
modul node IMUX Tellabs mengalami gangguan, maka harus diselesaikan dengan melihat
mengecek perangkat tersebut dan biasanya dalam pengecekan ini melibatkan vendor dari
perangkat tersebut.
34
BAB IV
MULTIMEDIA
A. STRUKTUR ORGANISASI
B. KONSEP DASAR
Divisi multimedia adalah sebuah divisi yang mengurusi layanan internet. Beberapa
layanan multimedia dari PT. Telkom adalah telkomnet instan (sudah jarang digunakan),
speedy, astinet, dan VPN-IP.
Membahas masalah multimedia, pasti tidak jauh dari pembahasan OSI layer. Yaitu
sebuah model arsitektural jaringan yang dikembangkan oleh badan International
Organization for Standardization (ISO) di Eropa pada tahun 1977. OSI sendiri merupakan
singkatan dari Open System Interconnection. Model ini disebut juga dengan model "Model
tujuh lapis OSI" (OSI seven layer model). OSI Reference Model pun digunakan sebagai
Manager Area Network
M. Rukman
Sub Koordinator ISP
Andi Muh. Ahdin Anas
Officer O/M Multimedia
Sukmawati
Officer O/M Multimedia
Karlina Rivai
35
titik awal untuk mempelajari bagaimana beberapa protokol jaringan di dalam sebuah
kumpulan protokol dapat berfungsi dan berinteraksi.
OSI Reference Model memiliki tujuh lapis, yakni sebagai berikut
Lapisan
ke-
Nama
lapisan
Keterangan
7 Application
layer
Berfungsi sebagai antarmuka dengan aplikasi dengan
fungsionalitas jaringan, mengatur bagaimana aplikasi dapat
mengakses jaringan, dan kemudian membuat pesan-pesan
kesalahan. Protokol yang berada dalam lapisan ini adalah HTTP,
FTP, SMTP, dan NFS.
6 Presentation
layer
Berfungsi untuk mentranslasikan data yang hendak
ditransmisikan oleh aplikasi ke dalam format yang dapat
ditransmisikan melalui jaringan. Protokol yang berada dalam
level ini adalah perangkat lunak redirektor (redirector software),
seperti layanan Workstation (dalam Windows NT) dan juga
Network shell (semacam Virtual Network Computing (VNC)
atau Remote Desktop Protocol (RDP)).
5 Session layer Berfungsi untuk mendefinisikan bagaimana koneksi dapat
dibuat, dipelihara, atau dihancurkan. Selain itu, di level ini juga
dilakukan resolusi nama.
4 Transport
layer
Berfungsi untuk memecah data ke dalam paket-paket data serta
memberikan nomor urut ke paket-paket tersebut sehingga dapat
disusun kembali pada sisi tujuan setelah diterima. Selain itu,
pada level ini juga membuat sebuah tanda bahwa paket diterima
dengan sukses (acknowledgement), dan mentransmisikan ulang
terhadap paket-paket yang hilang di tengah jalan.
36
3 Network
layer
Berfungsi untuk mendefinisikan alamat-alamat IP, membuat
header untuk paket-paket, dan kemudian melakukan routing
melalui internetworking dengan menggunakan router dan switch
layer-3.
2 Data-link
layer
Befungsi untuk menentukan bagaimana bit-bit data
dikelompokkan menjadi format yang disebut sebagai frame.
Selain itu, pada level ini terjadi koreksi kesalahan, flow control,
pengalamatan perangkat keras (seperti halnya Media Access
Control Address (MAC Address)), dan menetukan bagaimana
perangkat-perangkat jaringan seperti hub, bridge, repeater, dan
switch layer 2 beroperasi. Spesifikasi IEEE 802, membagi level
ini menjadi dua level anak, yaitu lapisan Logical Link Control
(LLC) dan lapisan Media Access Control (MAC).
1 Physical
layer
Berfungsi untuk mendefinisikan media transmisi jaringan,
metode pensinyalan, sinkronisasi bit, arsitektur jaringan (seperti
halnya Ethernet atau Token Ring), topologi jaringan dan
pengabelan. Selain itu, level ini juga mendefinisikan bagaimana
Network Interface Card (NIC) dapat berinteraksi dengan media
kabel atau radio.
Beberapa perangkat yang banyak digunakan dalam multimedia ArNet Makassar
1. Router
ROUTER adalah perangkat berbasis TCP/IP yang dapat menghubungkan beberapa
network yang berbeda berdasarkan tabel routing.
37
router Juniper MX960
Hirarki router pada network router yang menggunakan protokol MPLS :
– Router CE : router customer edge, router milik pelanggan.
– Router PE : router provider edge, router yang memiliki koneksi langsung dengan router
pelanggan (CE). Penamaannya menggunakan format PE-D5-[Kode STO], misalnya PE-D5-
BAL.
– Router P : router provider, router yang memiliki koneksi ke beberapa router PE.
Penamaannya menggunakan format P-D5-[Kode STO], misalnya P-D5-BAL.
– Router core: Router yang menghubungkan IP network suatu regional dengan regional
yang lain disebut Router Core. Penamaannya menggunakan format C-D5-[Kode STO],
misalnya C-D5-BAL.
Untuk ROUTER fungsi khusus (misal: softswitch), di belakang kode STO ditambahkan
kode tambahan, misalnya PE-D5-BAL-SS.
2. Switch
SWITCH adalah perangkat yang berfungsi untuk memperbanyak port ethernet. Port pada
SWITCH dapat dikelompokkan berdasarkan VLAN (virtual LAN) dan masing-masing
VLAN merupakan network yang berbeda dengan VLAN yang lain.
38
Pada OSI Layer, SWITCH bekerja pada layer 2 (datalink). Tetapi sebagian SWITCH
memiliki kemampuan layer 3 sehingga bisa difungsikan sebagai router, contohnya switch
merk Cisco seri Catalyst 6500.
Penamaannya menggunakan format SW-D5-[Kode STO]. Jika pada suatu STO terdapat
lebih dari satu SWITCH, penamaannya ditambahkan nomor index di belakang SW,
misalnya SW-D5-BAL, SW2-D5-BAL.
Jika SWITCH yang support layer 3 difungsikan sebagai ROUTER, maka penamaannya
menggunakan format penamaan ROUTER, misalnya PE-D5-JRBRAS.
3. Intelligent Multiplexer (IMUX)
IMUX Berfungsi sebagai muldex dari / ke arah pelanggan, dari trunk 2 Mbps di-
split menjadi lebih kecil (n x 64kbps). IMUX dilengkapi dengan NMS yang menyediakan
fungsi Fault Handling dan Provisioning yang bersifat end-to-end (bisa memantau dari node
sampai ke site pelanggan). IMUX terhubung ke node IMUX lainnya, atau ke node
ROUTER PE, atau ke node FRAMERELAY.
IMUX Tellabs
39
4. Broadband Remote Access Server
Merupakan perangkat yang berfungsi untuk mencocokkan username dan password
yang telah di kirimkan oleh pengguna internet,yang apabila pencocokan telah selesai di
lakukan,maka B-RAS akan mengirimkan no IP ke komputer yang di pakai oleh user,
sehingga user sekarang dapat connect ke internet.
Metro Ethernet
Jaringan METRO ETHERNET (ME) adalah jaringan telekomunikasi berbasis paket
menggunakan serat optik sebagai transport berbagai layanan. Peran yang utama dari node
ME adalah sebagai agregasi trunk Gigabit Ethernet dari perangkat akses seperti IP
DSLAM, Access Gateway dan MSAN.
Metro Ethernet menggunakan metode kontrol akses media Carrier Sense Multiple Access
with Collision Detection untuk menentukan station mana yang dapat mentransmisikan data
pada waktu tertentu melalui media yang digunakan. Dalam jaringan yang menggunakan
teknologi Ethernet, setiap komputer akan "mendengar" terlebih dahulu sebelum
"berbicara", artinya mereka akan melihat kondisi jaringan apakah tidak ada komputer lain
yang sedang mentransmisikan data. Jika tidak ada komputer yang sedang mentransmisikan
data, maka setiap komputer yang akan mengirimkan data dapat mencoba untuk mengambil
alih jaringan untuk mentransmisikan sinyal. Sehingga, dapat dikatakan bahwa jaringan
yang menggunakan teknologi Ethernet adalah jaringan yang dibuat berdasarkan basis First-
Come, First-Served, daripada melimpahkan kontrol sinyal kepada Master Station seperti
dalam teknologi jaringan lainnya.
Port-port pada node ME dapat berupa :
– 10GE (10.000 Mbps)
– GE (1.000 Mbps) & FE (100 Mbps)
40
– STM-1 (155 Mbps) & E1 (2 Mbps)
Port-port tersebut dapat di-mapping-kan dengan port-port pada node ME lainnya yang
terhubung dalam network ME. Topologi network ME dapat berupa RING-LOOP maupun
POINT-TO-POINT.
Penggunaan ME antara lain dapat untuk melewatkan trafik Speedy, Astinet, VPN-IP
maupun E1 HAS, E1 Leased Channel maupun STM-1 yang di-dalamnya berisi E1 (Add
Drop Multiplexer).
Penamaan node ME menggunakan format MED5-[Kode STO], contoh ME-D5-BAL.
DSLAM
Digital subscriber line access multiplexer, atau sering disingkat menjadi DSLAM adalah
sebuah peralatan yang berfungsi menggabungkan dan memisahkan sinyal data dengan
saluran telepon yang dipakai untuk mentransmisikan data, peralatan ini terletak di ujung
sentral telepon terdekat. Berfungsi juga sebagai multiplexer. Perangkat ini merupakan
sebuah syarat dalam pengimplementasian jaringan Digital Subscriber Line (DSL).
Pada perangkat DSLAM biasanya sudah terpasang SPLITTER yang berfungsi
memisahkan sinyal suara dan sinyal data, dimana sinyal suara akan menuju perangkat
sentral telepon dan sinyal data akan diarahkan menuju BRAS melalui media transmisi
yang bisa berbentuk E1, STM-1 (Fiber Optic). Selanjutnya dari BRAS akan diarahkan ke
masing-masing ISP yang sudah bekerja sama.
41
C. KONFIGURASI
42
D. SOP dan SMP
Prosedur loop dan isolir
NETOP :
- Kontak petugas LOKASI, informasikan Node ID, alamat port dan status interface yang
terganggu.
- Mencatat info LED indicator dari petugas LOKASI.
- Memeriksa status interface pada NMS untuk setiap arah looping di titik sambung dan
menginformasikan hasilnya pada petugas LOKASI.
LOKASI :
- Menerima informasi Node-ID dan alamat port yang terganggu
- Menginformasikan status LED indicator kepada petugas NETOP.
- Mulai melokalisir gangguan (loop / isolir) pada titik-titik sambung B, C & D kemudian
menginformasikan hasilnya (LED indicator) pada petugas NETOP.
NETOP & LOKASI :
- Bersama-sama menyimpulkan lokasi gangguan.
- Bersama-sama menentukan rencana tindak lanjut perbaikan gangguan.
E. TROUBLESHOOTING
Untuk melokalisir gangguan, kita melakukan loop, atau isolir. Loop / isolir
dilakukan di titik sambung :
A) Konektor / jumper interface node A (RJ-45, DB-9, Patch-cord, dll) di R.
MULTIMEDIA
B) Konektor / jumper di DDF tie-line / OTB tieline di R. MULTIMEDIA
C) Konektor / jumper di DDF tie-line / OTB tieline di R. TRANSPORT
43
D) Konektor / jumper di DDF transport / OTB SKSO di R. TRANSPORT
Arah Loop :
– Loop A1 : loop di titik A ke arah Multimedia
– Loop A2 : loop di titik A ke arah Transport
– Loop B1 : loop di titik B ke arah Multimedia
– Loop B2 : loop di titik B ke arah Transport
– Loop C1 : loop di titik C ke arah Multimedia
– Loop C2 : loop di titik C ke arah Transport
– Loop D1 : loop di titik D ke arah Multimedia
– Loop D2 : loop di titik D ke arah Transport
Perlengkapan loop
OPHAR LOKASI
Kabel Loop E1:
DB-9 Male Loop, DB-9 Female Loop, RJ-45 Male Loop, RJ-45 Female Loop
Kabel Loop GigabitEthernet:
Patch Cord FcPc – FcPc. Patch Cord FcApc – FcApc, Attenuator Fc, Adapter Fc
Kabel Isolir E1: Isoliran DDF
NETOP
NMS: NMS IMUX, SSH Router, SSH Frame-Relay
FORM STANDARD : Logbook Gangguan, Form Loop & Isolir
44
BAB V
SENTRAL/SWITCHING (STO PANAKKUKANG)
3.1 STRUKTUR ORGANISASI
3.2 KONSEP DASAR
Sentral / Switching adalah unit kerja
yang menangani masalah penomoran pelanggan
dan jaringan telepon pelanggan. Sentral juga
berfungsi sebagai penghubung antara pelanggan
yang satu dengan pelanggan yang lain, juga
45
menghubungkan antara sentral yang satu dengan sentral yang lain.
Perangkat Sentral yang digunakan di STO PANAKKUKANG, yaitu NEAX 61
Sigma ∑. NEAX 61∑ ini, merupakan sentral buatan NEC Jepang yang biasa digunakan
untuk menangani daerah berkapasitas kecil, sedang, maupun besar. NEAX 61∑ ataupun
EWSD merupakan sentral TDM digital, dimana system ini berbasiskan circuit switching.
Circuit switching adalah jaringan yang mengalokasikan sebuah sirkuit (atau kanal)
yang dedicated di antara nodes dan terminal untuk digunakan pengguna untuk
berkomunikasi. Sirkuit yang dedicated tidak dapat digunakan oleh penelepon lain sampai
sirkuit itu dilepaskan, dan koneksi baru bisa disusun.
STO Panakkukang membawahi beberapa RLU (Remote Link Unit), yaitu :
STO KIMA,
STO ANTANG
STO TAMALANREA,
STO SUDIANG
RLU ini ditempatkan pada STO – STO tersebut untuk menjangkau pelanggan yang
jauh dari host office agar penggunaan jaringan fisik dapat seefisien mungkin.
Jadi bila ada gangguan perangkat di ke-4 STO tersebut, kita dapat mengeceknya di
STO Panakkukang melalui software MAT (Maintanance Administration Terminal) yang
sudah terinstall pada komputer yang ada di STO Panakkukang.
46
Di setiap STO, terdapat kode nomor telepon yang mencerminkan bahwa nomor
tersebut di remote oleh STO di masing-masing wilayah tertentu. Di bawah ini merupakan
kode nomor telepon di 5 STO di Makasar, antara lain :
a. STO PANAKKUKANG : 42xxx, 43xxx, 44xxx, 45xxx, dan 46xxx
b. STO KIMA : 51xxx
c. STO ANTANG : 49xxx
d. STO TAMALANREA : 58xxx, 54xxxx
e. STO SUDIANG : 55xxx
Selain nomor telepon di atas terdapat juga nomor telepon 7 digit yang bernama
FORMA (Fiber Optic Ring Makassar Area)
Modul Pelanggan
47
3.3 KONFIGURASI
48
SENTRAL NEAX 61E ∑
Arsitektur dasar system NEAX 61E ∑ terdiri dari 4 macam subsystem :
1. Application Subsytem
Subsystem ini merupakan interface antara switching dan perangkat
komunikasi di luar system.
2. Switching subsystem
Switching merupakan subsystem yang berfungsi untuk menghubungkan :
a. subscriber dengan subscriber
b. subscriber dengan trunk
c. trunk dengan trunk
d. subscriber dengan service trunk
e. trunk dengan service trunk
3. Processor Subsystem
Processor adalah unit yang berfungsi untuk
mengontrol baik call processing maupun tugas-
tugas operasi dan pemeliharaan
4. Operation dan Maintenance Subsytem
OM subsystem adalah subsystem yang menyediakan man machine serta
system supervisi. Dengan adanya man machine, command dapat diinputkan oleh
manusia ke system, dan sebagai hasil komunikasi system melaporkan data.
49
System supervise merupakan fasilitas pengetesan yang dapat digunakan
untuk mengetahui normal dan tidaknya operasi system
O&M subsystem terdiri dari input/output Device dan Test Device yang
sangat diperlukan untuk keperluan administrasi dan maintenance routine.
Fungsi dari device-device tersebut adalah :
1. Maintenance & Administration Terminal (MAT)
MAT adalah terminal yang terdiri dari CRT (Cathode Ray Tube) display dan
keyboard yang memegang peranan paling pokok dalam pekerjaan operasi
pemeliharaan.
50
2.4 SOP dan SMP
SOP (STANDARD OPERATION PROCEDURE) Perangkat Sentral NEAX61
1. View alarm / view all
2. View DAT (date and time)
3. Cek memory akupansi/kapasitas (View DFB CP all)
4. Monitor Line Lock Out (LLO)
5. Cek nomor telepon yang gangguan (view subl st = flt)
6. Cek nomor (view rst = flt)
SMP (STANDARD MAINTANANCE PROCEDURE) Perangkat Sentral NEAX61
A. Harian
1. Cek display alarm
2. Cek AMA report
3. Backup checklist harian
B. Mingguan
1. Switch ringer
C. Bulanan
1. Cek routing
2. Cek kanal
51
3. Cek signaling
D. 3 Bulanan (sda)
E. 6 Bulanan
1. Sistem penyimpanan backup dimaintenance, dibersihkan
F. Tahunan
1. Overhul (Sentral dimatikan, diswitch)
G. Temporer (Darurat)
2.5 Trouble Shooting / Analisis Gangguan
Salah satu perangkat yang sering terkena kerusakan adalah modul pelanggan .
Kerusakan modul pelanggan biasa diakibatkan karena :
1. Gangguan dari luar jaringan
2. Catuan atau tegangan liar
Adapun cara-cara penaggulangan kerusakan yang terjadi pada modul pelanggan,
sebagai berikut :
1. Penggantian sparepart pada modul
2. Memasang arrester
52
BAB VI
SISTEM KOMUNIKASI RADIO GELOMBANG MIKRO
DIGITAL
1. STRUKTUR ORGANISASI
2. KONSEP DASAR
Sistem komunikasi radio gelembong mikro digital (GMD) merupakan salah
satu media transmisi fisik yang digunakan untuk memberikan layanan komunikasi
pada daerah yang sulit dijangkau dengan menggunakan media transmisi fisik dan
juga pada daerah yang belum dibangun sistem transmisi optik.
Dalam perancangannya diperlukan kecermatan dalam memperhitungkan dan
mempertimbangkan link budget yang dibuat, karena sedikit saja kesalahan maka
dapat mengakibatkan system yang dibangun menjadi cacat misalnya, kesalahan
Manager Area
M. Rukman
Sub Koordinator ISP
Andi Muh. Ahdin Anas
Officer O/M Radio
Muhtar
Officer O/M Radio
Amir
53
dalam pemilihan diameter antenna dimana diameternya lebih kecil dari yang
seharusnya, dapat mengakibatkan buruknya penerimaan informasi sehingga untuk
menanggulanginya maka antenna harus diganti, penggantian antenna ini tentu saja
menimbulkan kerugian baik dari segi waktu maupun biaya.
Merk radio yang digunakan di ArNet Makassar yaitu Alcatel, NEC, Ericson,
dan Huawei. Radio Alcatel termasuk jenis PDH sedangkan radio NEC, Ericson, dan
Huawei temasuk jenis SDH.
Kapasitas dari radio Alcatel adalah 140 mbps dan dapat melayani sebanyak
1920 kanal telepon. Radio ini bekerja pada band frekuensi 6,4 – 7,1 GHz. Sistem
konfigurasi yang diterapkan pada radio Alcatel yaitu 4 + 0 sedangkan untuk radio
NEC adalah 3 + 1, maksud dari system ini adalah terdapat satu kanal radio yang
stand by. Jadi, apabila salah satu kanal radio mengalami masalah maka kanal radio
tersebut yang berfungsi untuk menggantikannya.
Perangkat yang digunakan untuk dapat melaksanakan proses switching
(pemindahan kanal radio) disebut Automatic Switching. Selain itu pada radio
Alcatel menggunakan direct modulasi, perbedaan direct modulation dengan
modulasi yang biasa adalah pada direct modulation tidak ada lagi intermediate
frequency karena modulator/demodulator circuitnya sudah tergabung dengan modul
pada transmit unit dan receive unit
54
3. KONFIGURASI
.
Skema sederhana sistem transmisi radio
SHF
AMPLIFIER TRANSMITTER
RECEIVER EQUALIZER
REGENERATOR
DEFRAMING
SUPERVISORY
FRAMING
FREAMING
MUX
DEM
UX
S
W
I
T
C
H
55
Blok diagram radio GMD
56
57
4. STANDARD OPERATION PROCEDURE DAN STANDARD MAINTENANCE
PROCEDURE
a. Checklist Harian Radio RMJ : untuk mengecek Transmitter (Tx) dan Receiver
(Rx) pada radio RMJ. Cara pengecekannya yaitu :
1. Buka file LMT
2. Lalu masukkan password (login)
3. Pilih Menu File New
4. Di kotak dialog “Connect”, klik OK
5. Lalu, muncul lagi kotak dialog “Connect” dan masukkan IP daerahnya, lalu
OK
6. Catat Tx dan Rx pada radio 1 dan 2 pada buku Check List RMJ
b. Checklist Harian Radio NEC : untuk mengecek Tx dan Rx (level site) pada
radio NEC. Nilai normal untuk Tx 30 dBm dan Rx 40 dBm. Cara
pengecekannya yaitu :
1. Masuk ke program LCT lalu pilih daerahnya atau site-nya.
2. Lalu masukkan password (log in)
3. Pilih menu “Performance Monitor”
4. Pada kotak dialog,pilih TRP Unit dan sistem yang ingin dipilih (SYS)
5. Periksa Tx dan Rx-nya
6. Ganti SYS untuk mengecek sistem yang lain
7. Dan lakukan pengecekan Tx dan Rx sama seperti sebelumnya
Catatan : Di dalam kotak dialog terdapat site atau daerah yang simbolnya berwarna
merah yang berarti tidak dapat dimonitoring
58
c. Pengukuran dengan Mikroterminal
Tentukan Channel yang akan diukur, dengan memutar tombol Channel
Selanjutnya tekan “MENU”. Maka akan muncul pada display seperti gambar
disamping.
Selanjutnya arahkan tanda panah pada “QUALITY”, selanjutnya tekan
“VALID”. Dan lanjutkan dengan “DISPLAY”.
Pada display akan ditampilkan hasil pengukuran, kemudian catat.
Kemudian tekan tombol selanjutnya
pilih “VOLTAGES”. lalu tekan „VALID‟.
Selanjutnya pada display akan tampil hasil pengukuran „TLO‟ dan tekan
untuk hasil
pengukuran „RLO‟. Lalu catat.
Setelah semua pengukuran selesai, lalu clear.
59
TOMBOL FUNGSI
Membaca salah satu informasi lengkap atau sebuah submenu.
Pilihan yang disediakan oleh fungsi ini biasanya ditandai oleh
karakter „ % „ pada baris akhir pembacaan.
Untuk mengeksekusi perintah
Untuk memasukkan suatu karakter kosong.
Untuk menggeser kursor ke bawah.
Untuk menggeser kursor ke atas.
Tombol „RETURN‟ untuk menampilkan sebuah menu sebelumnya
Tombol „F1‟ untuk akses langsung ke menu 01 yaitu : OPERATING
MODE
Tombol „F2‟ untuk akses langsung ke menu 01 yaitu : DATE DISPLAY
Tombol „SHIFT+F3‟ untuk langsung kembali ke menu 00 yaitu:
HEADER
Tombol „SHIFT+F4‟ untuk mematikan general alarm.
60
Keterangan mikro terminal MT
416
61
BAB VII
SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK
A. STRUKTUR ORGANISASI
B. KONSEP DASAR
Sistem komunikasi serat optik adalah sistem komunikasi yang menggunakan cahaya
sebagai pembawa sinyal informasi. Selain itu, media transmisi ini memiliki banyak
keunggulan seperti bandwidth yang besar. Secara garis besar, sistem ini terdiri dari 3
bagian yaitu sumber optik di sisi pengirim, media transmisi berupa serat optic dan detector
optic di sisi penerima.
Transmisi optic memiliki redaman besar apabila digunakan untuk komunikasi jarak jauh
untuk itu dibutuhkan repeater untuk mengatasinya. Dengan adanya repeater maka sinyal
cahaya akan diproses menjadi sinyal listrik lalu dikuatkan kemudian dirubah lagi menjadi
sinyal optik.
Manager Area
M. Rukman
Sub Koordinator ISP
Andi Muh. Ahdin Anas
Officer O/M SKSO
Marsudi
62
Penyambungan kabel serat optik disebut sebagai splicing. Splicing menggunakan alat
khusus yang memadukan dua ujung kabel seukuran rambut secara presisi, dibakar pada
suhu tertentu sehingga kaca meleleh tersambung tanpa bagian coated-nya ikut meleleh.
Setelah tersambung, bagian sambungan ditutup dengan selubung yang dipanaskan.
Alat ini mudah dioperasikan, namun sangat mahal harganya. Inilah sebabnya meskipun
harga kabel fiber optik sudah jauh lebih murah namun alat dan biaya lainnya masih mahal,
terutama pada biaya pemasangan kabel, splicing dan terminasinya.
Pigtail yang disambungkan ke kabel optik bisa bermacam-macam konektornya, yang paling
umum adalah konektor FC. Dari konektor FC di OTB ini tinggal menggunakan patchcord
yang sesuai untuk disambungkan ke perangkat. Umumnya perangkat optik seperti switch
atau bridge menggunakan konektor SC atau LC.
Setelah kabel optik terpasang di OTB dilakukan pengujian end-to-end dengan
menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR). Dengan OTDR akan
didapatkan kualitas kabel, seberapa besar loss cahaya dan berapa panjang kabel totalnya.
Harga perangkat OTDR ini sangat mahal, meskipun pengoperasiannya relatif mudah.
OTDR ini digunakan pula pada saat terjadi gangguan putusnya kabel laut atau terestrial
antar kota, sehingga bisa ditentukan di titik mana kabel harus diperbaiki dan disambung
kembali.
C. KONFIGURASI
63
Dalam arah kirim, input sinyal yang berasal dari perangkat Multiplex digital
dihubungkan ke Digital Distribution Frame (DDF) dan diteruskan ke Electrical Circuit.
Fungsi Electrical Circuit adalah memperbaiki karakteristik dan mengkodekan sinyal yang
diteruskan ke Optical Transmitter. Pada Optical Transmitter, sinyal listrik diubah menjadi
sinyal pulsa cahaya yang dikirimkan ke stasiun lawan melalui serat optik. Sedangkan pada
arah terima, sinyal pulsa cahaya yang diterima dari serat optik akan diubah oleh Detector
Optik menjadi sinyal listrik yang akan diteruskan ke Electrical Circuit. Fungsi Electrical
Circuit pada arah terima sama dengan pada arah kirim. Output sinyal dari Electrical Circuit
akan diteruskan ke perangkat Demultiplex setelah melalui DDF. Digital Distribution Frame
(DDF) digunakan untuk lokalisir gangguan, sebagai terminasi, digunakan dalam
pengukuran/test link, dan digunakan jika ada pasang baru.
Secara keseluruhan , link FO yang dioperasikan oleh P.T Telkom ada tiga:
1. SUB (Surabaya-Ujung Pandang-Banjarmasin) menggunakan:
a. Nortel STM-16 (2.5 Gbps)
b. Alcatel STM-16 (2.5 Gbps)
64
c. Siemens STM-64 (10 Gbps)
2. T-21
Menggunakan Siemens STM-16 (2.5 Gbps)
3. Forma (Fiber Optic Ring Makassar)
(Balaikota - Mattoanging – Sungguminasa – Takalar – Jeneponto – Bantaeng – Bulukumba
– Sinjai – Watampone – Libureng – Maros – Panakukkang - Balaikota).
SISTEM PENCATUAN KABEL LAUT
Banyaknya repeater yang digunakan untuk mencatu link Surabaya-Ujung Pandang
yaitu 9 repeater, dimana 5 repeater berada di Makassar dan 4 repeater ada di Surabaya.
Peralatan catu daya dipasang pada kedua stasiun kabel , dimana stasiun kabel
Makassar memberikan tegangan dengan polaritas positif sedangkan stasiun kabel Surabaya
memberikan tegangan dengan polaritas negatif.
Dengan cara ini , masing-masing stasiun kabel menangani setengah bagian dari
tegangan keseluruhan yang dibutuhkan sistem, sehingga dapat dikatakan bahwa
sistem pencatuan daya yang diberikan dari kedua stasiun kabel adalah lebih baik
dari pada sistem pencatuan daya yang diberikan dari stasiun kabel saja.
Banyaknya core yang digunakan pada SKKL ini adalah 4 core dimana masing – masing 2
core untuk transmit dan 2 core lainnya untuk receive.
PFE (Power Feeding Equipment) merupakan suatu perangkat yang digunakan untuk
memberikan catu daya untuk seluruh sistem dan sejumlah repeater yang digunakan.
Perangkat ini dapat dipasang di 2 tempat, yaitu transmitter dan receiver.
Perangkat yang terdapat pada PFE terdiri dari 3, yaitu:
PR (Power Regulator)
65
PM (Power Monitor)
PF (Power Function)
Prinsip kerja dari PFE ini yaitu, PFE memberi tegangan kepada masing – masing repeater
sebesar 100 V, ketika terjadi masalah/gangguan pada kabel (putus) maka PFE akan
mendeteksinya.
P
F
E
P
F
E
R3 RI R2 R4
Misalkan, dalam keadaan normal PFE
“M” mencatu tegangan 100 v pada
masing – masing Repeater 1 dan 2
sedangkan PFE “S” mencatu tegangan
100 v pada masing – masing repeater
3 dan 4.
P
F
E
P
F
E
R3 RI R2 R4
Putus
Misalkan, titik B putus, maka PFE “M”
akan mendeteksinya sehingga PFE
tersebut hanya akan mencatu R1 saja,
sedangkan di sisi lawan, PFE “S” akan
mengambil alih dalam mencatu R2 jadi
PFE “S” mencatu tegangan sebanyak
300 v sedangkan PFE “M” menvatu
tegangan sebanyak 100 v.
P
F
E
P
F
E
R3 RI R2 R4
Putus
Misalkan, titik E putus, maka secara
otomatis PFE “S” akan memutuskan
catuannya kepada repeater sedangkan PFE
“M” yang mendeteksi gangguan ini, akan
mencatu ke semua repeater, sehingga tugas
PFE “S” diambil alih oleh PFE “M”
66
D. SOP (STANDAR OPERATION PROSEDURE)
PROSEDUR PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK
Alat yang dibutuhkan :
Bahan yang dibutuhkan :
Tang potong Fiber stripper
Fiber cleaver Fusion splicer
Tube
stripper
Sarung tangan
Kabel FO
Joint Closure
Sleeve
Protection
67
Langkah Kerja :
1. Potong PE luar sepanjang ± 20 cm menggunakan
lupsheet cutter kemudian patahkan dan tarik PE
tersebut keluar.
2. Lalu pisahkan pita pelilit dan benang, kemudian
lilitkan dan ikat benang pada potongan PE luar
tadi lalu tarik sehingga benang membelah kulit
PE luar sepanjang ±60 cm, setelah itu, lakukan
hal yang sama pada sisi di belakangnya
3. Setelah PE luar terlepas, lalu buka pita katun
pada tube dan uraikan tube – tube tersebut.
4. Lalu bersihkan tube dari jelly dengan
menggunakan kain majun / tissue yang telah dibasahi oleh minyak tanah.
68
5. Lalu potong central strength member (berwarna
putih, berada di tengah dan bertekstur kaku /
lebih keras disbanding tube lainnya ) sepanjang ±
5 cm dan juga potong tube yang kosong (bila
ada) kemudian pasangkan klem penjepit pada
kabel.
6. Tempatkan kabel pada joint closure dan ikat dengan ties
7. Setelah itu potong tube menggunakan tube stripper
8. Kemudian bersihkan masing – masing core pada tube yang telah
dipotong. Kemudian pisahkan core tersebut satu per satu
9. Kupas core menggunakan fiber stripper sesuai dengan aturan
warna core
10. Setelah mengupas core, bersihkan core tersebut lalu potong
menggunakan fiber cleaver
Buka penutup alat lalu masukkan
pada alur serat sesuai dengan
batas yang ditentukan
69
11. Lakukan langkah di atas pada core yang satunya lagi ( core
pasangannya ) dengan warna yang sama. Untuk core yang satunya,
sebelum dipotong masukkan terlebih dahulu sleeve protection
12. Setelah itu masukkan core tersebut ke fusion spicer. Usahakan core
tersebut tidak membentur / mengenai apapun setelah dipotong
13. Setelah core pasangannya dimasukkan ke
fusion splicer, tutup fusion splicer. dan
tekan tombol SET. Lalu perhatikan pada
layar apakah kedua core tersebut layak
untuk disambung,
jika core tersebut layak disambung, maka akan
terjadi proses gap, aligning, ARC dan estimating
Setelah itu akan muncul redaman dari hasil
penyambungan, redaman yang diporbolehkan
yaitu 0,00 – 0,05 dB.
Sedangkan jika core tidak layak disambung, tekan tombol RESET lalu
kupas dan potong kembali core tersebut.
Dorong keluar pemotongnya, lalu
tutup penutup bagian luar, kemudian
potong serat dengan mendorong
pemotong ke dalam, setelah itu, serat
sisa pemotongan diambil dengan
menggunakan lakban
70
14. Setelah kedua core tersebut tersambung, letakkan sleeve protection
pada daerah sambungan, kemudian masukkan ke dalam pemanas
15. Tekan tombol HEAT
16. Tunggu ± 1 menit
17. Ulangi langkah di atas pada core – core yang lainnya. Setelah
semua core terpasang, rapikan core – core tersebut pada joint
closure. Kemudian kencangkan joint closure tersebut.
18. Tes sambungan
E. SMP ( STANDAR MAINTENANCE PROSEDURE)
1. Pemeliharaan harian meliputi
o Pengecekan Visual Alarm Unit
o Pengecekan Alarm Via NMS
o Pengecekan Terminasi Kabel
o BIR (Bersih, Indah dan Rapi) Perangkat & Ruangan
o Pengecekan Kelembaban Ruangan (Normal : 55%-75%)
o Pengecekan Temperatur Ruangan (Normal : 20-240C)
2. Pemeliharaan Mingguan meliputi :
o Site Visit Landing Point
o Pengukuran Kabel Idle FO
o Patroli Kabel FO
3. Pemeliharaan Bulanan meliputi :
o Pengukuran parameter Operasi
71
o Optical Level Tx
o Optical Level Rx
o Electrical Power Source
o Pengecekan Protection Unit
4. Pemeliharaan Tahunan
72
BAB VIII
SISTEM KOMUNIKASI SATELIT
A. RUANG LINGKUP
Sekilas tentang satelit
Konfigurasi sistem komunikasi satelit
Fungsi masing – masing perangkat yang bekerja untuk sistem
komunikasi satelit
Langkah – langkah pengecekan parameter modem IDR
B. KONSEP DASAR
Ada banyak media yang dapat digunakan dalam proses telekomunikasi.
Medianya bisa berupa kabel tembaga, serat optik, satelit dan radio. Beberapa
pertimbangan untuk berkomunikasi menggunakan satelit pun dipikirkan,karena
ternyata, kondisi geografis bumi yang tidak merata dan teratur, membuat sulitnya
menggunakan media kabel optik, dan dapat dipastikan, waktu pengerjaan untuk
menginstalasi kabel serat optik cukup lama. Oleh karena itu,muncullah gagasan
untuk menggunakan satelit sebagai media di samping menggunakan media kabel.
Satelit merupakan repeater yang fungsinya menerima signal gelombang
microwave dari stasiun bumi yang kemudian frekuensinya ditranslasikan lalu
diperkuat dan dipancarkan kembali ke stasiun bumi. Satelit sendiri lebih unggul
dari media komunikasi lain dalam hal luas daerah yang dapat dijangkau. Tidak
seperti kabel serat optik atau kabel tembaga, satelit rupanya bisa menjangkau
bahkan daerah terpencil sekalipun.
73
Satelit menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan media komunikasi
lainnya,seperti :
Layanan yang tersedia beragam. Bisa untuk voice,data dan lain
sebagainya.
Daerah yang dapat dijangkau cukup luas
Layanan yang bersifat broadcast
Ada pun kekurangan dari sistem komunikasi satelit adalah :
Delay yang besar disebabkan jauhnya jarak antara stasiun bumi dengan
satelit (±36.000 kilometer), besarnya delay time dapat diketahuii dgn
rumus 𝑡 =𝑠
𝑣
Dimana s = 36.000.000 m dan v = 3 x 108
m/s, sehingga delaynya yaitu
±0,24 s (stasiun bumi – satelit – stasiun bumi)
Rentan terhadap pengaruh atmosfir.
Gangguan dari matahari. Gangguan ini terjadi apabila matahari,satelit, dan
antenna parabola berada pada satu garis lurus.
Karena sifatnya broadcast, maka mudah disadap
Sistem komunikasi satelit di indonesia menggunakan frekuensi C-Band
dan Extended C-Band. Range frekuensi C-Band untuk uplink adalah 5925-6425
MHz, dan untuk downlink adalah 3700-4200 MHz. sedangkan, range frekuensi
extended C band untuk uplink 6445-6685 MHz, dan downlinknya adalah 3400-
3640 MHz.
74
Sampai saat ini, PT. Telkom telah menluncurkan beberapa satelit yaitu
satelit Telkom 1 dan satelit Telkom 2. Masing – masing satelit memiliki
transponder. Transponder berasal dari kata transmitter (pemancar) dan responder
(perespon atau pengolah).
Transponder merupakan kaplingan frekuensi atau tempat penerima signal
yang dikirim dari stasiun bumi. Bandwidth transponder adalah 40 MHz, tetapi
kenyataannya yang digunakan adalah 36 MHz. Lalu bagaimana dengan 4 MHz
sisanya? Sisanya digunakan sebagai pembatas atau spasi antar transponder agar
tidak terjadinya interferensi dengan frekuensi transponder lain.
Satelit telkom 1, terdiri dari 24 transponder utama dan 12 transponder
extended, terbagi atas 2 polarisasi, yaitu horizontal dan vertikal
Satelit telkom 2, terdiri dari 24 transponder utama, terbagi atas dua
polarisasi, yaitu horizontal dan vertical
Untuk uplink, polarisasi horizontal yang digunakan dimulai dari frekuensi
5945 MHz – 6385 MHz dan vertikal dimulai dari frekuensi 5965 MHz –
6405 MHz.
Untuk downlink, polarisasi horizontal yang digunakan dimulai dari 3720
MHz – 4160 MHz dan vertikal dimulai dari frekuensi 3740 – 4180 MHz.
sehingga selisih antara downlink dan uplink adalah 2225 MHz..
Selain itu, PT Telkom juga menyewa transponder dari pihak asing, yaitu
Satelit GE-23 buatan Amerika, terdiri dari 24 transponder yang terbagi
atas 2 polarisasi yaitu horizontal dan vertikal
75
Satelit JC-SAT buatan Jepang, terdiri dari 24 transponder yang terbagi atas
2 polarisasi yaitu horizontal dan vertikal
Penyusunan transponder kedua satelit asing tersebut berbeda dengan satelit
Telkom 1 dan Telkom 2, dimana transponder bernomor ganjil berpolarisasi
vertical sedangkan transponder bernomor genap berpolarisasi horizontal.
C. KONFIGURASI SISTEM KOMUNIKASI SATELIT
Gambar konfigurasi sistem komunikasi satelit
Keterangan :
a. Modulator demodulator (modem)
Gambar modem IDR
76
Modem berfungsi mengubah signal baseband menjadi signal IF (intermediate
frequency). Frequency IF adalah 70 ± 18 MHz.
Modulator fungsinya mengubah signal baseband (2 Mbps,) menjadi
signal carrier IF (70 ±18 MHz)
Demodulator fungsinya mengubah signal carrier IF menjadi signal
baseband pada sisi penerima.
Cara mengecek parameter modem IDR untuk tipe CDM 600 :
1. Pilih configuration,kemudian tekan ENT
Setelah tekan ENT,akan muncul tampilan sperti berikut :
Isi menu konfigurasi
77
2. Tekan tombol panah kiri atau kanan, lalu pilih RX untuk mengecek
parameter apa saja yang digunakan pada receiver. Setelah menekan tombol
ENTER,maka akan muncul tampilan seperti gambar di bawah.
Bagian – bagian dari RX :
RX – IF : untuk melihat frekuensi receive
Data : untuk melihat kecepatan informasi yang
ditransmisikan pada sisi receive mulai dari 64 Kbps – 44.376 Mbps
Demod : untuk melihat jenis modulasi yang
digunakan. Di stasiun bumi, umumnya, modulasi yang digunakan
adalah 8-PSK,16 QAM,QPSK.
Pada bagian TX
Tampilan isi dari RX
78
o Besaran – besaran Penting Dalam Operasi Modem IDR
a. C / N ( Carier to Noise )
Perbandingan antara daya Carier dan daya noise. Besaran ini
menunjukan kualitas dari sinyal IF yang diterima oleh Modem.
b. Eb / No ( Energi bit to Noise )
Perbandingan antara energi bit dengan rapat daya noise. Besaran
ini juga menunjukan kualitas dari sinyal IF yang diterima oleh
modem, tetapi ada unsur lain yang mempengaruhi besaran Eb/No
ini, yaitu :
- Kecepatan transmisi data
- Noise bandwidth dari modulator
c. FEC ( Forward Error Corection )
Perbandingan antara jumlah bit informasi dengan jumlah bit yang
ditransmisikan. Sebagai contoh : FEC Rate = ¾ berarti dalam 4
bit yang ditransmisikan mengandung 3 bit informasi.
d. BER ( Bit Error Rate )
Perbandingan antara banyak data salah yang diterima seluruhnya.
Sebagai contoh : BER = 10ˉ9 berarti dalam 10
9 bit data yang
diterima.ada 1 bit yang error / cacat.
e. Information Rate
Banyaknya bit informasi yang dtransmisikan dalam satu detik.
Isi dari TX
79
f. Transmission Rate
Banyaknya bit yang ditransmisikan dalam satu detik.
g. Symbol Rate
Banyaknya symbol keluaran modulator per sekon. Pada jenis
modulator QPSK, suatu symbol dua bit yang ditransmisikan
sehingga symbol rate QPSK = ½ x transmission rate.
Pada modem IDR, tentunya terdapat LED indikator sebagai penanda. Ada
pun arti dari setiap LED yang menyala :
1. Transmit traffic berwarna kuning kehijauan, artinya pada sisi pengirim
tidak ada gangguan atau kerusakan. Jika LED mati, maka ada bagian
dari sistem yang terganggu.
2. Receive traffic berwarna kuning kehijauan, artinya pada sisi penerima
tidak ada gangguan atau kerusakan. Jika LED mati, maka ada bagian
dari sisi penerima yang terganggu.
3. On line berwarna kuning kehijauan, berarti sistem sedang on line atau
aktif.
4. Stored event menyala,berwarna jingga. Jika LED stored event
menyala, artinya kejadian-kejadian yang direkam modem,seperti
pengubahan parameter,dan lain-lain masih tersimpan. LED akan mati
jika semua kejadian yang direkam modem dihapus.
5. Test mode. LED pada test mode akan menyala apabila kita melakukan
test pada modem. Seperti contoh di bawah ini :
80
b. Up / down converter
Gambar converter
Up converter terdapat pada bagian pengirim. Fungsinya untuk
mengubah frekuensi IF (70 ± 18 MHz) menjadi RF (5.925 – 6.425
GHz).
Down converter terdapat pada bagian penerima. Fungsinya
mengubah singnal RF 4 GHz menjadi IF (70 18 MHz)
Gambar : LED indikator pada modem IDR
Gambar : menu test mode
81
c. High Power Amplifier (HPA)
HPA terdapat pada bagian pengirim, fungsinya untuk menguatkan signal
uplink yang ditransmisikan. Faktor jarak yang jauh mempengaruhi kualitas
signal, oleh karena itu perlu penguatan supaya dapat sampai ke tujuan.
d. Waveguide
Merupakan feeder line yang melewatkan gelombang electromagnet
menuju sirkulator pada sisi kirim.
e. Sirkulator
Gambar HPA satelit Telkom 1
Gambar HPA satelit JCSAT
82
Sirkulator berfungsi untuk memisahkan frekuensi 6 GHz dengan 4 GHz.
f. Antenna
Antenna berperan penting dalam sistem komunikasi satelit.
Berfungsi sebagai transmitter ke satelit dan receiver dari satelit.
Antenna memiliki beberapa bagian penting yang membantu dalam
proses pengiriman signal ke satelit, yaitu :
1. Sub reflector
Bagian antenna yang memantulkan signal dari reflector ke titik
fokus dan dari titik fokus ke reflektor.
2. Main reflector
Berfungsi memantulkan signal dari satelit ke titik fokus dan dari
titik fokus menuju satelit.
3. Feedhorn
Berbentuk silinder. Fungsinya di sisi kirim untuk mengirim signal
dari HPA ke satelit. Pada sisi terima, berfungsi menangkap signal
downlink dari satelit.
Gambar antenna parabola
83
4. Polarizer
Berfungsi untuk menentukan polarisasi signal yang dikirim ke
satelit dan diterima.
g. Kabel coaxial
Terdapat di sisi terima. Melewatkan signal berfrekuensi 4 GHz.
h. Low Noise Amplifier (LNA)
Di sisi penerima, fungsinya, selain untuk memblok noise, LNA juga
menyaring frekuensi yang diinginkan sebelum diteruskan ke down
converter.
i. Combiner
Berfungsi menggabungkan beberapa perangkat, misalnya modem IDR,
yang kemudian outputnya diteruskan ke perangkat yang dituju, seperti ke
HPA.
j. Divider
Membagi output dari perangkat ke beberapa perangkat lain.
k. Echo canceller
Pada system transmisi satelit gangguan echo akan muncul karena jarak antara
bumi dengan satelit cukup jauh (36.000 Km) sehingga diperlukan echo canceller
untuk menekan gema.
Gambar echo canceller
84
l. ADPCM dan DCME
Pada dasarnya, ADCPM dan DCME memiliki fungsi yang sama, yaitu
sebagai pengganda kanal. Tujuan penggandaan kanal sendiri adalah untuk
efisiensi modem, sehingga tidak perlu menambahkan modem jika ternyata
jumlah pelanggan bertambah.
Perangkat ADPCM Perangkat DCME
85
D. SOP DAN SMP
STANDARD OPERASI PROCEDUR (SOP)
1. SOP remote control unit HPA :
a. Switch over :
Nyalakan power RCU HPA,perhatikan alarm indikator
tidak ada yang menyala
Pastikan lampu indikator lokal dan manual menyala dengan
menekan tombol CONTROL
Untuk mengalihkan HPA online menjadi stand by, tekan
tombol switch.
Cek paramater HPA online dan pastikan tidak ada alarm
yang terjadi.
b. Menon – aktifkan :
Pastikan bahwa salah satu HPA dalam posisi online.
Matikan power RCU HPA.
2. SOP LNA
a. Mengaktifkan :
Pasang LNA pada hub antenna.
Hubungkan LNA dengan sumber catuan
Aktifkan DC power supply dan set dengan outputnya antara
– 12 V sampai dengan – 24 V DC.
b. Menon-aktifkan :
Non-aktifkan DC power supply.
86
Lepaskan koneksi antara LNA dengan sumber catuan.
3. SOP UP dan DOWN CONVERTER
a. Mengaktifkan :
Aktifkan power up dan down converter. Pastikan indikator
alarm tidak ada yang nyala.
Tunggu beberapa saat hingga muncul gambar tampilan
tanda siap digunakan.
Untuk mengubah parameter, tekan tombol MENU. Isi dari
MENU akan muncul, lalu tekan tombol kiri / kanan / atas /
bawah untuk pindah ke isi menu berikutnya, kemudian
tekan ENTER.
Setelah semua parameter terisi, simpan pada salah satu
channel memory dengan cara menempatkan kursor pada
menu STO.
Tekan tombol ENT, kemudian tombol ENABL sampai
muncul pesan ENABLE pada display.
Lakukan perubahan parameter attenuator sampai pada nilai
maksimumnya.
b. Menon-aktifkan :
Ubah parameter MUTE menjadi ON, pastikan lampu
inidikator MUTE menyala.
Kemudian non-aktifkan power UP atau down converter.
4. SOP HPA
87
a. Mengaktifkan :
Aktifkan power HPA. Perhatikan lampu indikator alarm
tidak ada yang menyala.
Tunggu 3 sampai 5 menit LED FTD padam dan LED
STBY menyala.
Tekan tombol BEAM untuk mengaktifkan output HPA.
Cek level signal output HPA melalui port RF sample.
Untuk mengubah level output HPA, putar tombol RF driver
adjust. Kenaikan level HPA akan mempengaruhi sistem
yang berhubungan dengan HPA tersebut.
b. Menon-aktifkan :
Tekan tombol BEAM OFF RESET untuk mematikan
output HPA.
Tunggu ± 3 – 5 menit hingga LED STBY menyala,
kemudian non-aktifkan power HPA.
STANDARD MAINTENANCE PROCEDURE (SMP)
1. SMP perangkat dehydrator
a. Harian :
Pengecekan kondisi BIR (bersih,indah, dan rapi)
Pengecekan periode kerja dehydrator.
Pengecekan alarm indikator.
88
b. Bulanan :
Pengecekan warna siligacel.
Pengecekan tekanan udara.
Pengetesan fungsi.
2. SMP modem IDR
a. Harian :
Pengecekan BIR (bersih,indah, dan rapi)
Pengecekan alarm indikator.
Pengecekan lampu indikator.
Pengamatan display, yang meliputi : TX frequency,RF
out,TX power,RX frequency,RF loopback,RAW BER,COR
BER,Eb/NO,RX signal,Monitor fault / menu fault.
Pengecekan TX frequency,TX power,BER,Eb/NO
dilakukan dengan checklist.
b. Tahunan :
Pengecekan center frequency 70 MHz dan suprios dengan
spectrum analyzer.
3. SMP LNA
a. Harian :
Pengecekan lampu indikator switch.
Pengecekan lampu indikator power switch.
Pengecekan feeder receiver.
b. Mingguan :
Switch over LNA dari A ke B
89
c. Semesteran :
Pengecekan gainLNA.
Pengukuran C/N (carrier to noise)
4. SMP Up/Down converter
a. Harian :
Cek BIR (bersih,indah, dan rapi)
Pengecekan lampu indikator dan alarm.
b. Semesteran :
Pengukuran power supply.
Pengukuran output synthesizer power supply.
Pengukuran AFC/MFC.
Pengukuran local oscillator.
Untuk sistem redundant :
i. Muting
ii. Gain up converter dan flatness
iii. IM product
iv. Gain down converter dan flatness
5. SMP HPA
a. Harian :
Pengecekan lampu indikator.
Pengecekan hembusan blower.
Cek meter reading (helix current,collector current,output
power dan reflected power).
b. Mingguan :
90
Pengecekan switch HPA A ke B (untuk redundant)
c. Bulanan :
Pembersihan filter udara bagian depan.
Pembersihan exhaust filter.
d. Triwulan :
Pembersihan front panel.
91
BAB IX
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) pada
kantor Telkom ArNET Makassar serta pada Kantor Stasiun Bumi sejak
tanggal 27 Agustus 2012 sampai 25 November 2012, kami dapat menarik
Kesimpulan sebagai berikut:
Sentral TDM digital yang beroperasi di STO Panakukkang adalah
NEAX 61 ∑ sedangkan di STO Balaikota adalah sentral EWSD.
Namun, saat ini telah dilakukan migrasi ke softswitch.
Arsitektur dasar system NEAX 61E ∑ terdiri dari 4 macam
subsystem yaitu :
1. Application Subsytem
2. Switching subsystem
3. Processor Subsystem
4. Operation dan Maintenance Subsystem
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. sebagai suatu badan
pelayanan jasa telekomunikasi terbesar di Indonesia sedang
melakukan usaha untuk mencapai Next Generation Network. Hal
ini ditunjukkan dengan proses migrasi perangkat switching yang
sebelumnya berbasiskan Time Division Multiplexing menjadi
teknologi Softswitch.
92
Teknologi Softswitch merupakan teknologi switching berbasiskan
packet sehingga dapat diaplikasikan secara Triple Play, yaitu
multimedia, data dan suara.
Perbedaan utama teknologi berbasis IP dan TDM adalah terletak
pada metode switchingnya, IP berbasis packet switching dan TDM
berbasis circuit switching.
Perangkat radio yang digunakan di ArNet Makassar yaitu radio
Alcatel, NEC, Ericson, dan Huawei
Sistem komunikasi serat optik merupakan media transmisi yang
paling banyak digunakan saat ini, karena memiliki banyak
keunggulan, seperti memiliki bandwidth yang besar.
Sistem komunikasi satelit adalah salah satu media yang digunakan
pada daerah terpencil yang bekerja pada frekuensi Up Link 5.2
GHz - 6.4 GHz dan Down Link 3.7 GHz - 4.2 GHz.
Catu daya adalah suatu sistem yang berguna untuk menyalurkan
listrik ke load / beban dan merupakan sistem yang sangat penting
dalam bidang telekomunikasi.
B. SARAN
1. Sebaiknya dalam pelaksanaan prakerin, jumlah divisi dikurangi.
Supaya pelaksanaan prakerin lebih efisien, karena waktunya panjang.
2. Jika jumlah divisi sulit dikurangi, sebaiknya waktu prakerin ditambah.
Karena jiika jumlah divisi banyak serta waktu sedikit, maka
pelaksanaan prakerin tidak terlalu efisien.
93
3. Pelaksanaan praktek pada saat prakerin sebaiknya lebih ditekankan
daripada teori, karena praktek seperti itu jarang diakukan di sekolah
4. Sebaiknya sekolah menambah jumlah waktu praktek, untuk menambah
kemampuan siswa dalam bekerja