i
LAPORAN PENELITIANUNIVERSITAS NASIONAL
Karakteristik Reproduksi Ayam Lokal Hasil Persilangan
pada Generasi Satu Antara Ayam Arab Dengan Ayam
Merawang
Peneliti :
Dr. Harini Nurcahya Mariandayani, MSi
FAKULTAS BIOLOGIUNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA2020
i
LAPORAN PENELITIANUNIVERSITAS NASIONAL
Karakteristik Reproduksi Ayam Lokal Hasil Persilangan
pada Generasi Satu Antara Ayam Arab Dengan Ayam
Merawang
Peneliti :
Dr. Harini Nurcahya Mariandayani, MSi
FAKULTAS BIOLOGIUNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA2020
i
LAPORAN PENELITIANUNIVERSITAS NASIONAL
Karakteristik Reproduksi Ayam Lokal Hasil Persilangan
pada Generasi Satu Antara Ayam Arab Dengan Ayam
Merawang
Peneliti :
Dr. Harini Nurcahya Mariandayani, MSi
FAKULTAS BIOLOGIUNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA2020
iii
ABSTRAK
Upaya perbaikan dan peningkatan pertumbuhan dan produktivitas ayam lokalkhususnya ayam kampung, ayam kedu dan ayam sentul tidak cukup hanya perbaikan pakandan manajemen pemeliharaan. Akan tetapi perlu dilakukan peningkatan mutu genetik melaluiseleksi dan persilangan dengan tetap mempertahankan sifat-sifat yang khas ayam lokaltersebut. Ayam arab dan ayam merawang merupakan salah satu contoh ayam lokal yangterdapat di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristikreproduksi ayam lokal hasil persilangan antara ayam merawang dan arab. Peubah yangdiamati adalah fertilitas, daya tetas, mortalitas embrio, dan rasio bobot DOC dengan bobottetas. Untuk mengetahui perbedaan setiap peubah pada persilangan yang berbeda, makadigunakan uji T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa .karakteristik reproduksi persilanganayam tersebut berdasarkan parameter yang diamati memiliki sifat yang hampir sama .
Kata kunci: ayam arabmerawang,daya tetas, fertilitas, reproduksi.
.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………. ii
ABSTRAK ……………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………. iv
DAFTAR TABEL……………………………………………………….. v
I PENDAHULUAN ………………………………………. 1
LatarBelakang ………………………………………… 1
Kerangkateoritis …………………………………. 1
Permasalahan ………………………………….. 2
Urgensipenelitian …………………………………. 2
Tujuanpenelitian …………………………………. 2
II. KAJIAN PUSTAKA …………………………………. 3
1 AyamLokal ………………………………………….. 3
2 Ayam Persilangan …………………………………… 4
3 Reproduksi Ayam ……………………………………………… 5
III METODE PENELITIAN ……………… ………………… 6
3,1. LokasidanWaktuPenelitian ………………………… 6
3.2 MateriPenelitian ……………………………………. 6
A. Ayam Lokal ………………………………….. 6
B. Penetasan Telur …………………………………. 6
C. Pemeliharaan …………………………………. 7
D. Pemberian pakan …………………………………. 7
3.3. Analisis Data ………………………………… 8
3.4 Peubah yang Diukur …………………………………… 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perhitungan Fertilitas …………………………………………….. 10
B. Perhitungan Daya Tetas………………………………………….. 11
C. Mortalitas………………………………………………………… 12
D. Ratio Bobot DOC dengan Bobot Telur Tetas……………………. 13
v
V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………. 14
VI, DAFTAR PUSTAKA ……………………………………. 15
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1, Kandungan nutrisi pakan …………………………………… 7
2. Reproduksi hasil persilangan ayam arabmerawangdan merawangarab …….. ……………………………………… 10
1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Besarnya tingkat ketergantungan terhadap impor dalam industriayam ras
menjadi salah satu alasan kuat mengenai pentingnya pengembangan ayam lokal
dalam pembangunan peternakan ayam secara Nasional untuk mendukung
perwujudan kemandirian pangan. Hal ini dapat terwujud apabila terus dilakukan
penelitian yang mendukung pengembangan ayam lokal tanpa mempengaruhi
sumber genetik ayam lokal tersebut. .
Ayam lokalsebagai sumber daya genetik asli Indonesia, dapat
dikembangkan guna mendukung kemandirian penyediaan pangan sumber protein
hewani nasional, yang merupakan programpemerintah. Namun pertumbuhan dan
kualitas produksi ayam lokal cenderung masih rendah, karena masih diternakkan
secara tradisional khususnya di pedesaan. Selain itu juga masih banyak unggas
lokal yang belum dibudidayakan secara optimal.
Kerangka teoritis
Upaya perbaikan dan peningkatan pertumbuhan dan produktivitas ayam
lokal khususnya ayam arab, ayam merawang tidak cukup hanya perbaikan pakan
dan manajemen pemeliharaan. Akan tetapi perlu dilakukan peningkatan mutu
genetik melalui seleksi dan persilangan dengan tetap mempertahankan sifat-sifat
yang khas ayam lokal tersebut. Dengan dilaksnakannya persilangan diharapkan
dapat terjadi heterosis, yaitu anak ayam hasil dari persilngan dapat lebih tinggi
dari tetuanya.Oleh karena itu dengan adanyakaitan reproduksi ayam, maka perlu
dilakukan penelitian dengan mengukur parameter yang berhubungan dengan
reproduksi ayam.
Ayam persilangan merupakan ayam yang dikawinkan dengan harapan
dapat meningkatkan performa anak dengan kombinasi sifat baik yang dimiliki
tetua. Kelebihan tersebut dikenal dengan heterosis. Heterosis merupakan rataan
performa ternak hasil persilangan yang melebihi rataan tetua yang purebred
(Noor 2008).
Permasalahan
Sampai saat ini, masih banyak ternak– ternak lokal yang belum
dibudidayakan secara optimal. Salah satunya adalah ayam lokal. Ayam
merupakan salah satu jenis unggas penghasil telur dan daging yang mengandung
2
protein tinggi. Hasil produksi ayamlokal sangat dibutuhkan untuk mencukupi
kebutuhan protein masyarakat Indonesia. Ayam lokal memiliki kelebihan -
kelebihan antara lain memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan resisten
terhadap penyakit yang tinggi pula. Selain itu pengembangan ayam lokal dapat
menjadi alternatif untuk meningkatkan pendapatan peternak di Indonesia. Telur
dan daging ayam lokal memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan telur dan
daging ayam broiler sehingga menjadikan ayam-ayam lokal ini layak untuk
dikembangkan dan dimanfaatkan.
Urgensi penelitian
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk dapat meningkatkan
produktivitas diantaranya dengan mengadakan seleksi dan persilangan pada
ayam lokal tersebut. Selanjutnya hasil penelitian mengenai persilangan dari
masing-masing ayam lokal yang mempunyai potensi untuk dikembangkan
tersebut dan diharapkan produktivitas ayam lokal meningkat.
Penelitian yang sudah dilaksanakan adalah mengenai karakteristik
reproduksi ayam yang meliputi fertilitas, daya tetas dan mortalitas. Organ
reproduksi dapat merupakan tempatcemaran mikrobiologi yang yang berasal dari
dalam telur.Oleh karena itu kualitas telur secara biologi yang meliputi aspek cemaran
mikrobiologi yang ada di dalam telur yang berasal dari dalam telur sebelum
dikeluarkan ataupun cemaran mikrobiologi ketika telur sudah dikeluarkan (Yuwanta
2010).Menurut Rukmana (2003)terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
fertilitas telur diantaranya adalah : umur ayam, kesehatan ayam, ransum,
perkandangan, heritability, iklim, sperma dan hormon.Faktor-faktor yang
memengaruhi daya tetas yaitu kondisi induk,kondisi telur tetas, kondisi mesin
tetas, dan pengelolaan penetasan. Peningkatan fertilitas secara tidak langsung
akan meningkatkan daya tetas (Nuryani, 2000).
Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengkaji reproduksi ayam hasil persilangan
antara ayam Merawangarab Merawangarab (MAMA); Merawang Arab
Merawang (MAM); Arabmerawang Arabmerawang (AMAM) dan Merawang
Merawangarab(MMA).
3
II. KAJIAN PUSTAKA
1. Ayam Lokal.
Ayam lokal memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi bibit unggul
dalam upaya menunjang ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan
petani. Di Indonesia dilaporkan terdapat 32 jenis ayam lokal (ecotype) dan
masing-masing jenis memiliki keunggulan tersendiri (Nuraini dkk, 2016). Ayam
Arab (Gallus turcicus) merupakan salah satu ayam buras yang berasal dari Belgia
yang mampu bereproduksi dengan pakan seadanya. Ayam ini bersifat gesit, aktif
dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Ayam ini termasuk salah satu jenis
ayam petelur yang cukup potensial karena produksi telurnya tinggi menyerupai
produktivitas ayam ras petelur dan memiliki karakteristik telur yang menyerupai
ayam kampung. Ayam arab memiliki keunggulan semua sifat yang ada pada
ayam buras, seperti tahan penyakit, konsumsi ransum yang rendah, serta mudah
dipelihara dan juga tidak mempunyai sifat mengeram. Ayam Arab yang dikenal
dimasyarakat ada dua jenis yaitu ayamArab putih (Silver) dan merah
(Gold).Ayam Arab Silver mempunyai ciri-ciri warna bulu putih bertotol-totol
hitam,dan di bagian kaki terdapat pigmen berwarna hitam, sedangkan ayam Arab
Gold mempunyai ciri-ciri warna bulu merah keemasan dan bertotol-totol hitamdi
bagian sayap. Menurut Achmanu dan Muharlien (2011 dalam Yumma, 2014),
ayam Arab berasal dari bangsa yang sama akan tetapi strain/galur berbeda.
Bangsa adalah suatu kelompok ternak ayam yang memiliki persamaan dalam
bentuk morphologis, sifat-sifat physiologis dan bentuk anatomi. Strain/galur
merupakan hasil seleksi dari breeding untuk tujuan tertentu seperti komersial
atau nilai ekonomi..
Diantara sekian banyak ayam lokal yang ada di Indonesia beberapa galur yang
dicoba untuk dikembangkan adalah ayam Lurik,Merawang dan Komering. Ayam
Lurik merupakan ayam lokal potensial untuk dikembangkan sebagai ayam tipe
petelur . Persilangan ayam Lurik dengan Merawang mempunyai produktivitas
yang lebih baiK dibandingkan persilangan ayam Lurik dengan Komering dan
ayam Merawang dengan Komering. (Depison, 2016). Ayam Merawang
merupakan salah satu ayam lokal yang berasal dari Pulau Bangka.
Pertumbuhannya relative cepat dibandingkan ayam lurik, namun produksi telur
lebih rendah dari ayam lurik (BPT-HMT Sembawa, 2001).
4
Ayam Merawang merupakan salah satu ayam lokal (ecotype) Indonesia yang
berasal spesies Gallus-gallus, family Phasianidae (Nataamijaya 2010). Pertama
kali ayam Merawang dibawa oleh penambang timah dari daratan Cina ke
Indonesia pada masa penjajahan Belanda sekitar 300 tahun lalu. Dalam
perkembangannya ayam ini sudah beradaptasi di daerah setempat sehingga ayam
Merawang menjadi ayam lokal yang berasal dari Desa Merawang Kecamatan
Merawang Kabupaten Bangka, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dan
merupakan sumber genetik serta aset masyarakat Propinsi Kepulauan Bangka
Belitung yang sangat potensial untuk dikembangbiakkan baik dalam skala kecil
ataupun komersial sehingga dapat membantu pemenuhan protein hewani secara
mandiri serta meningkatkan pendapatan petani. Ayam Merawang sangat
potensial untuk dikembangkan sebagai ayam dwiguna penghasil telur dan daging
(Hasnelly et al., 2006). Disisi lain jenis ayam ini memiliki nilai estetika yang
tinggi, khususnya untuk masyarakat Tionghoa yang masih mayoritas di
Kepulauan Bangka.
2. Ayam Persilangan.
Ayam persilangan merupakan ayam yang dikawinkan dengan harapan
dapat meningkatkan performa anak dengan kombinasi sifat baik yang dimiliki
tetua. Kelebihan tersebut dikenal dengan heterosis. Heterosis merupakan rataan
performa ternak hasil persilangan yang melebihi rataan tetua yang purebred
(Noor 2008).
Persilangan ternak yang tergolong silang luar yaitu persilangan antargalur
(linebreeding), persilangan antarbreed, dan persilangan antarspesies. Persilangan
antarbreed (crossbreeding) merupakan persilangan yang biasa dilakukan
peternak. Persilangan crossbreeding dapat menampilkan performa yang lebih
baik dari rataan performa tetuanya untuk sifat-sifat tertentu. Silang luar
cenderung dapat meningkatkan proporsi gen-gen heterozigot (Noor 2008).
adalah produksi telurnya, dengan produksi 123.9 butir tahunˉˡ (Diwyanto
2007).
Penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki mutu genetik dengan
melalui proses seleksi dan perkawinan silang sudah banyak dilakukan oleh para
peneliti. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kedua proses tersebut mampu
memperbaiki produktivitas ayam lokal menjadi lebih tinggi (Sartika et al, 2000,
Iskandar, 2005). Demikian pula penelitian yang telah dilakukan Sopian (2014)
5
rataan bobot badan persilangan ayam sentul dan ayam kampung pada umur 12
minggu mencapai 1009 g. Sedangkan penelitian yang sudah dilakukan oleh
pengusul (Nurcahya, 2015) dan sudah dilaporkan adalah mengenai hasil
persilangan ayam SK (Sentul Kampung) dengan Kedu dan resiprokalnya
(persilangan kebalikan dari peesilangan yang ada). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa persilangan SK dengan Kedu mencapai 1077 g, lebih tinggi dibandingkan
dengan persilangan SK sebesar 1009 g pada umur 12 minggu. Penelitian ini juga
memunculkan efek heterosis pada bobot badan, yaitu pada ayam SKKedu dan
KeduSK lebih besar dibandingkan dengan tetuanya pada umur yang sama.
Hasil persilangan ternak yang tidak memiliki hubungan keluarga maka
keturunannya akan cenderung menampilkan performa yang lebih baik dari rataan
performa tetuanya. Hal ini disebut dengan hybridvigor yang dapat diukur secara
kuantitatif yang disebut dengan heterosis. Selanjutnya heterosis dikatakan ada
jika rataan performa hasil persilangan melebihi rataan tetua yang purebreed
(Noor, 2008). Selanjutnya dinyatakan bahwa perkawinan silang biasanya
dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan heterozigositas dan
mengkombinasikan sifat-sifat baik antara bangsa yang berbeda. Hasil penelitian
persilangan antara ayam lokal dan ayam eksotik menunjukkan bahwa bobot
badan dan pertumbuhan pada ayam jantan lebih tinggi dibandingkan dengan
ayam betina. Ditambahkan bahwa persilangan antara ayam lokal dan ayam
eksotik dapat menjadi strategi untuk meningkatkan performa pertumbuhan pada
ayam lokal (Patrick dan Packedi, 2013).
3. Reproduksi Ayam.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ayam sentul memiliki sifat
unggul dalam memproduksi telur dibandingkan ayam lokal lainnya. Menurut
Baktiningsih et al. (2013) produksi telur ayam sentul abu sebesar 43.64 %, sentul
batu 45.91%, sentul debu 33.03%, sentul geni 29.86%, dan sentul emas 24.28%.
Menurut Darwati (2000) produksi telur ayam kampung sebesar 33.80%. Ayam
kedu hitam pada umur 12 minggu dapat mencapai hen dayproduction 40%
(Nataamijaya 2008). Oleh karena itu, persilangan ayamkeduSK dan SKkedu
dengan resiprokalnya diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang lebih baik
dari tetuanya yaitu ayam sentul, ayam kampung, dan ayam kedu hitam.
Reproduksi ayam diantaranya meliputi fertilita, daya tetas, dan
mortalitas.Fertilitas telur adalah kemampuan untuk melahirkan seekor ayam dari
telur. Hal ini terutama untuk menentukan jumlah telur yang frtil untuk terus
ditetaskan. Sedangkan yang tidak fertile atau tidak bertunas harus disingkirkan
6
karena tidak berguna dalam proses penetasan. Berdasarkan Islam et al. (2002)
fertilitas adalah sifat yang diwariskan dari tetua kepada keturunannnya yang
bervariasi diantara bangsa, varietas, dan individu dalam satu bangsa maupun
varietas. Daya tetas adalah kemampuan untuk menetas dari telur fertil yang
dihasilkan oleh induk pada proses inkubasi selama penetasan. Menurut Nuryati et
al. (2000) daya tetas dipengaruhi oleh 4 faktor utama yaitu kondisi induk,kondisi
telur tetas, kondisi mesin tetas, dan pengelolaan penetasan. Peningkatan fertilitas
secara tidak langsung akan meningkatkan daya tetas (Yassin et al. 2005),
begitupun sebaliknya jika terjadi penurunan fertilitas akan menurunkan daya
tetas.
7
III. METODE PENELITIAN
3.1.Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kandang Laboratorium Lapang Pemuliaan
dan Genetika ternak Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2019 sampai dengan bulan
Juli 2019.
3.2 Materi penelitian
A. Ayam lokal
Jumlah ayam yang digunakan untuk mengkaji karakteristik reproduksi
digunakan ayam betina sebanyak 19 ekor yang terdiri dari jenis MAMA,
AMAM, MMA, MAM, dan AMA.
Ayam DOC yang digunakan yaitu disesuaikan dengan jumlah telur yang
menetas dari mesin tetas dari 7 periode penetasan. Adapun pakan yang
digunakan yaitu pakan komersialdari PT. Charoen Pokhphan Indonesia Tbk.
jenis 511 BRAVO, dedak padi, dan vitachick. Nutrisi pakan yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan nutrisi pakanNutrisi Campuran Pakan Komersial petelur (60%)
dengan dedak padi (40%)Abu (%) 12.10Protein Kasar (%) 14.85Serat Kasar (%) 5.77Lemak Kasar (%) 3.57Kalsium (%) 1.37Fosfor (%) 0.94*Analisis pakan dari Laboratorium PAU, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi,Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, IPB (2018).
B. Penetasan Telur
Telur hasil perkawinan ayam persilangan diambil dan dikumpulkan setiap
hari dan dimasukkan ke dalam mesin tetas seminggu sekali. Setelah 21 hari, telur
8
akan menetas.DOC yang baru menetas kemudian dipasang wingband dan diukur
bobot badannya.
C. Pemeliharaan
Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan menyiapkan kandang dan
membersihkannya dengan sapu (lidi/ijuk).Selanjutnya menyiapkan pembatas
sekat, lampu, tempat minum dan tempat pakan untuk ayam DOC.
Pemeliharaan ayam persilangan yang berumur 0-4 minggu dilakukan
pada brooder dengan dibuat sekat sehingga menjadi 4 bagian kandang
kecil.Sekat kandang kecil antar kelompok ayam dibedakan berdasarkan ulangan
penetasan yang terjadi seminggu sekali dan juga telah dipisahkan berdasarkan
jenis ayam.Saat ayam berumur 0 – 7 hari di air minumnya ditambahkan vitacick
dan diberikan juga setelah selesai dilakukan pengukuran untuk menghindari
stres.Ketika ayam berumur 5 minggu, ayam dipisahkan berdasarkan jenis
kelamin dan jenis ayam dan ditempatkan ke dalam kandang bambu.
D. Pemberian Pakan
Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore. Air minum diberikan ad
libitum selama pemeliharaan. Pakan komersial untuk ayam fase starter berbentuk
crumble diberikan pada anak ayam umur sehari (DOC) sampai umur 3 minggu.
Ayam berumur 4 minggu diberikan campuran pakan komersial dengan
dedak dengan perbandingan pakan komersial:dedak yaitu 80:20. Ayam umur 5
sampai 12 minggu diberikan campuran pakan komersial dengan dedak dengan
perbandingan pakan komersial:dedak yaitu 60:40.
3.3. Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif dengan mengetahui rataan (x),
simpangan baku (SD) dan koefisien keragaman. Uji t digunakan untuk
mengetahui perbedaan rataan fertilitas, daya tetas, mortalitas embrio, dan rasio
bobot DOCdengan bobot telur tetas persilangan ayam pelung ras pedaging sentul
kampung.
9
Rumus uji t adalah sebagai berikut (Walpole 1993).
Keterangan:̅ = rataan sampel 1 s1 = simpangan baku 1̅ = rataan sampe 2 s2 = simpangan baku 2µ1 = rataan populasi 1 n1 = jumlah sampel 1µ2 = rataan populasi 2 n2 = jumlah sampel 2
Rumus analisis regresi sebagai berikut
Y = a + bX
Keterangan : Y = variabel dependen a = konstantab = koefisien variabel x X = varibel
independen
Rumus yang dipergunakan untuk menghitung Koefisien Korelasi Sederhanaadalah sebagai berikut :(Rumus ini disebut juga dengan Pearson Product Moment)
r = nΣxy – (Σx) (Σy). √{nΣx² – (Σx)²} {nΣy2 – (Σy)2}
Dimana :
n = Banyaknya Pasangan data X dan YΣx = Total Jumlah dari Variabel XΣy = Total Jumlah dari Variabel YΣx2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel XΣy2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel YΣxy= Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y
3.4. Peubah yang diamati
Karakteristik Reproduksi
1.Fertilitas = 100%
2. Daya tetas = 100%
3. Mortalitas embrio (%) = Fertilitas (%) – Daya tetas (%) ; dan
4. Rasio bobot DOC dengan bobot telur tetas.
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran dan karakteristik reproduksitelur ayam dari hasil persilangan
antara aym arabmerawang (AM) dengan ayam merawangarab (MA). Terter pada
Tabel 3. Adapunpeubah yang diamati adalah fertilitias telur, daya tetas telur,
rasio bobot DOC dengan bobot telur tetasdan mortalitasnya
Tabel 2 Reproduksi hasil persilangan ayam arabmerawang dan merawangarab
Rataan±sb (kk) % ReproduksiJenis Ayam
Fertiltas Daya Tetas MortalitasRasio bobotDOC denganbobot telur
MAMA 100.00±0.00(0.00)
49.84±20.14 (40.40) 50.16± 20.14(40.14)
65.04±5.343(8.21)
AMAM 100.00±0.00(0.00)
54.72±21.77(39.79) 45.28± 21.77(48.09)
63.83±6.76(10.59)
MMA 100.00±0.00(0.00)
53.97±22.78 (42.22) 46.03±22.78(49.50)
62.32±5.10(8.18)
MAM 100.00±0.00(0.00)
42.02±21.42 (50.98) 57.98± 21.42(36.94)
64.18±7.27(11.33)
MAMA:Merawangarab-merawangarab;AMAM:Arabmerawang-arabmerawang;MMA:Merawang- arabmerawang; MAM: Merawangarab-merawang;sb:simpangan baku; kk: koefisien keragaman; angka yang disertai huruf kecil berbeda pada kolomyang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05)
A. Perhitungan Fertilitas
Perihitunganfertilitas telur berdasarkan pada jumlah telur yang fertil
kemudian dibagi dengan jumlah teluryang ditetaskan.Dari hasil analisis statistik
ternyata menunjukkan bahwa persilangan antara ayam merawang arab dan
arabmerawang tidak berpengaruh secara nyata (P>0.05) terhadap fertilitas telur.
Beberapa faktor yang sangat memengaruhi diantaranya adalah sistem
perkawinan, pakan,perbandingan jantan betina saat perkawinan, manajemen telur
sebelum masuk mesin tetas termasuk pemilihan bobot telur tetas dan
penyimpanan telur tetas, nisbah ayam jantan dan betina ( Rukmana 2003). D ini
alam penelitian ini yang merupakan hasil persilangan dengan ratio jantan dan
betina adalah 1:2. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widayanti (2018) bahwa
apabila rasio jantan dan betinasemakin tinggi maka fertilitas juga akan semakin
meningkat. Penjelasannya adalah disebabkan adanya intensitas perkawinan yang
lebih sering dilakukan oleh ayam.Hasil penelitian Widayanti (2018)
11
menunjukkan bahwa fertilitas yang dihasilkan dari ke empat jenis persilangan ini
yaitu AMAM; MMA; MAMA dan MAMlebih tinggi bila dibandingkan dengan
tetuanya yaitu M; A;, MA dan AM.
Hasil perhitungan rataan daya tetas pada persilangan ayam ini yaitu AMAM;
MMA; MAMA dan MAM dengan masing-masing dari yang tertinggi sampai
yang terendah adalah 54.72; 53.97; 49.84 dan 42.02. Hasil penelitan tentang
daya tetas dari ke empat jenis persilangan ini menunjukkan hasil yang lebih
rendah apabila dibandingkan dengan tetuanya yaitu M; A; MA dan AM menurt
hasil penelitian Widayanti (2018). Daya tetas ini dipengaruhi oleh beberapa
Faktor-diantaranya adalah pada mesin penetasannya.
B. Perhitungan Daya Tetas
. Dalam penetasan, suhu yang baik berkisar antara 36-37ºC ddengan
kelembaban yang berkisar diantara 55-60% untuk penetasan dari telur ayam
kampung (Rasyaf, 1998).
Dalam pemelitian ini, rata-rata suhu dan kelembaban setter yang digunakan
berkisar antara 35.5oC-37.4oC dan 55% - 66%.Rataan suhu hatcher yaitu 36.48
ºC dengan kelembaban 63%. Sedangkan untuk perkembangan embrio yang
optimal yaitu pada suhu 37-39 ºC dengan kelembaban sekitar 60% dan sebesar
70% selama 3 hari terakhir penetasan.Hasil penelitian ini menunjukkan
rendahnya daya tetas adalah disebabkan karena keadaan suhu dan kelembaban
dari mesin penetas yang kurang optimalNingtyas (2013).
Pelaksanaan koleksi telur pada penelitian ini yaitu dikoleksi atau
dikumpulkan selama 7 hari sebelum dimasukkan kedalam mesin tetas. Karena
penyimpanan telur selama 7 hari tersebut, maka hal ini dapat memengaruhi daya
tetas seperti yang dinyatakan Zakaria (2010) bahwa lama penyimpanan telur
selama 6 hari sudah dapat memengaruhi daya tetas sampai dengan sebesar
13.30%-26.67%. Kelembaban yang rendah saat proses penetasan mengakibatkan
embrio ayam mengalami dehidrasi kemudian melemah, sehingga ayam kesulitan
keluar dari dalam kerabang walaupun sudah pipping. Selain itu embrio ayam
sudah mati saat dehidrasi akut sehingga tidak sampai pada tahap pipping.(Putri
2014)
C. Perhitungan Mortalitas
Mortalitas adalah persentase jumlah telur yang tidak menetas dari total
telur yang fertil. Mortalitas dapat diketahui setelah dilakukan peneropongan
12
(candling)dan telur yang tidak menetas selama proses penetasan. Mortalitas yang
paling tinggi dalam penelitian ini yaitu terdapat pada ayam jenis MAM sebesar
57.98 sedangkan mortalitas yang paling rendah yaitu ayam jenis AMAM sebesar
45.28.
Mortalitas telur secara nyatadipengaruhi (P<0,05) oleh lama
penyimpanantelur. Analisis statistik menunjukkan bahwa lama penyimpanan
telur 1 dan 3 hari memiliki mortalitas yang nyata lebih rendah dibanding lama
penyimpanan telur selama 5 dan 7 hari. Mortalitas telur berbanding terbalik
dengan daya tetas telur. Semakin tinggi daya tetas telur, maka mortalitas semakin
rendah, demikian sebaliknya (Astriana et al. 2017).Mortalitas embrio yang
terjadi pada penelitian ini terdapat pada fase akhir penetasan yaitu pengeraman
telur hari ke-18 hingga hari ke-21.Hal ini disebabkan suhu dan kelembaban
mesin yang kurang optimal. Jika dibandingkan dengan tetua nya yaitu M; A; MA
dan AM dengan kisaran 20.49-49.20 pada penelitian Widayanti (2018),
mortalitas embrio dari keempat jenis persilangan tersebut tergolong lebih tinggi
yaitu kisaran 45.28-57.98.Mortalitas ayam idealnya tidak melebihi angka 10%.
Tingginya mortalitas embrio disebabkan kelembaban yang rendah pada saat
penetasan yaitu berkisar 56%-59.5%. Menurut Ensminger et al. (2004)
kelembaban yang baikpada minggu ketiga yaitu 70%. Daulay et al. (2008)
menjelaskan jika kelembaban tidak optimal maka embrio tidak akan mampu
memecahkan kerabang yang terlalu keras. Septiwan (2007) menyatakan selama
21 hari dalam mesin tetas, embrio dalam telur seharusnya terus berkembang
setiap hari menjadi seekor anak ayam.
D. Rasio Bobot DOC dengan Bobot Telur Tetas
Rasio bobot DOC dengan bobot telur tetas merupakan perbandingan bobot
DOC dengan bobot telur tetas. Rataan rasio bobot DOC dengan bobot telur tetas
dari yang tertinggi hingga yang terendah pada persilangan ayam ini yaitu,
MAMA; MAM; AMAM dan MMA dengan masing-masing 65.04; 64.18; 63.83
dan 62.32. Hermawan (2000) menyatakan bahwa adahubungan yang sangat
nyata antara bobot telur dengan bobot tetas, semakin tinggi bobot telur yang
ditetaskan akan menghasilkan bobot tetas yang lebih besar.
Selain dari bobot telur, bobot tetas juga dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti suhu dan kelembaban mesin tetas, pakan, genetik dan juga
13
lingkungan.Lasminidan Heriyati (1992) menyatakan bahwa,faktor-faktor yang
mempengaruhi bobot tetas adalah genetik, pakan, berat telur dan
lingkungan.Nuryati et al. (2000) menyatakan bahwa suhu yang terlalu tinggi dan
kelembaban terlalu rendah dapat menyebabkan bobot tetas dihasilkan menurun.
Pada penelitian ini ratio bobot DOC dengan bobot tetas yang paling tinggi adalah
ayam MAMA sedangkan yang paling rendah adalah ayam MMA. Jika
dibandingkan dengan tetua nya yaitu M; A; MA dan AM padapenelitian
widayanti (2018) tidak berbeda nyata (P>0.05).
14
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil perhitungan karakteristikreproduksi antar ayam persilangan menunjullan hasil yang hampir sama.
Saran
Persilangan ayam arabmerawang dan merawangarab baik untukdikembangkan pada masyarakat. Penelitian lanjutan diperlukan mengenaipengujian kualitas telur berdasarkan kantung udara dan perbaikan manajemenpenetasan.
DAFTAR PUSTAKA
15
.Astriana N, Hamdan H. 2017. Pengaruh lama penyimpanan terhadap fertilitas
dan daya tetas telur ayam kampung persilangan. Kendari (ID) :Universitas Halu Oleo.
Depison, 2006 Evaluasi Hasil Persilangan Ayam Lurik, Ayam Merawang danAyam Komering. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Nopember,2006, Vol. IX. No.4.
Diwyanto K, Prijono SN. 2007. Keanekaragaman Sumber Daya Hayati AyamLokal Indonesia. Jakarta (ID): LIPI Pr.
Hardjosubroto W. 1998. Pengantar Genetika Hewan. Yogyakarta (ID):Universitas Gadjah Mada Pr.
Hardjosubroto W, Atmodjo SP. 1977. Performa dari ayam kampung dan ayamkedu. Prosiding seminar pertama tetang ilmu dan industriperunggasan. Bogor(ID): Pusat penelitian dan perkembangan Bogor.
Hasnelly Z. dan Rafida ArmayantI 2015.Performans Ayam Merawang BetinaDewasa Berdasarkan Karakter Kualitatif Dan UkuranukuranTubuh Sebagai Bibit Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi DalamMendukung Usahaternak Unggas Berdayasaing 69
Herren R. 2000. The Science of Animal Agriculture. Ed ke-2. New York (US):Delmar.
Herlina B, Karyono T, Novita R, Novantoro P. 2016. Pengaruh lamapenyimpanan telur ayam merawang (Gallus gallus) terhadap daya tetas.Jurnal Sains Peternakan Indonesia 11(1):48-57.
Hermawan A. 2000. Pengaruh bobot dan indeks telur terhadap jenis kelaminanak ayam kampung saat menetas [skripsi].Bogor (ID) : Institut PertanianBogor
Noor RR. 2008. Genetika Ternak. Jakarta (ID): Penebar Swadaya
North MO, Bell DD. 1990. Commercial Chicken Production Manual. Ed ke-4.London (ENG): Chapman and Hall.
Iskandar S, Resnawati H, Zaenuddin D, Gunawan B. 1999. Pengaruh duaperiode starter dan protein ransum yang berbeda pada pertumbuhanayam silangan (pelung X kampung). Prosiding Seminar NasionalPeternakan dan Veteriner. Bogor (ID): Pusat Penelitian danPengembangan Peternakan IPB.
lskandar S, Setioko AR, Sopiana S, Saefudin Y, Suharto, Dirdjopratono W.2004. Keberadaan dan karakter ayam pelung, kedu dan sentul di lokasiasal [Proceeding]. Seminar Nasional Klinik Teknologi PertanianSebagai Basis Pertumbuhan Usaha Agribisnis Menuju Petani NelayanMandiri, Manado.
16
Iskandar S, Susanti T, Sopiyana S, Suawarman K, Sartika D, Nenny, Wahyu E.2005. Identifikasi dan inventarisasi induk-induk petelur dan pedagingunggul dalam upaya pembentukan nucleus ayam sentul unggul di mitrakerjasama. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Lawrence TLJ dan Fowler VR. 1997. Growth of Farm Animals. Ed ke-2.London(ENG): CABI Publishing.
Nataamijaya AG. 2005. Karakteristik penampilan pola warna bulu, kulit, sisikdan paruh ayam pelung di Garut dan ayam sentul di Ciamis. Bogor (ID):Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Nataamijaya AG. 2008. Karakteristik dan produktivitajs ayam kedu hitam.Bulletin Plasma Nutfah XIV(2).
Nuraini1, Zikril Hidayat1, Adrial. 2016 Produksi dan Karakteristik Telur AyamMerawang dengan Sistem Pemeliharaan Secara Intensif di KebunPercobaan Petaling Kepulauan Bangka Belitung. Prosiding SeminarNasional Inovasi Teknologi PertanianBanjarbaru, 20 Juli 2016.
Nurhayati A. 2001. Studi fenotip ayam sentul di Kecamatan Cipaku KabupatenCiamis Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nuryati T, Sutarto, Khanim M, Hardjosworo PS. 2000. Sukses MenetaskanTelur.Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Sartika T, Gunawan B, Murtiyeni. 1999. Seleksi Generasi Pertama (G1) untukmengurangi sifat mengeram dan meningkatkan produksi telur ayamlokal. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor(ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan IPB.
Sarwono B. 2001. Beternak Ayam Buras. Jakarta(ID): Penebar Swadaya.
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): Gadjah MadaUniversity Pr.
Sodak, Juliana F. 2011. Karakteristik fisik dan kimia telur ayam arab pada duapeternakan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Skripsi. InstitutPertanian Bogor.
Sulandari S, Zein MSA, Payanti S, Sartika T, Astuti M, Widyastuti T, Sujana E,Darana S, Setiawan I, Garnida D. 2007. Keanekaragaman Sumber DayaHayati Ayam Lokal Indonesia: Manfaat dan Potensi. Bogor (ID): PusatPenelitian Biologi. Lembaga Pengetahuan Ilmu Indonesia.
WaggonerB,HutchinsonJB.2001.Aves:MoreonMorphology.http://www.ucmp.berkely.edu/diapsids/bird/birdmm.html. [14 November 2014].
17
Wahju J. 1997. IlmuNutrisiUnggas. Ed ke-4. Yogyakarta (ID): Universitas GajahMada Pr.
Wahyu J. 1984. Penuntun Praktis Beternak Ayam. Bogor (ID): Institut PertanianBogor Pr.
Walpole RE. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta(ID): Gramedia Pustaka Utama.
Yassin RF, Imam Rahayu HS, Darwati S. 2005. Sifat reproduksi persilanganantara ayam pelung-merawang dan merawang-pelung dan dengantetuannya. J Pengem Petern Trop. 1(1): 165- 172
Evaluasi Hasil Persilangan Ayam Lurik, Ayam Merawangdan Ayam Komering
Yumna MH, Achmanu Zakaria dan V. M. Ani Nurgiartiningsih,2014.Kuantitas dan kualitas telur ayam arab (Gallus turcicus) silverdan gold Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (2): 19 – 24 ISSN: 0852-3581.
18
19