Download - Laporan KFA 2 Thiamine HCl
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI ANALISIS II
VITAMIN
(Thiamin HCl)
disusun oleh :
ALDIAN SAPUTRA 31110001
ANNISA LESTARI 31110004
MARDIAH 31110028
FARMASI 3-A
PRODI S1 FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2013
A. Tujuan
Mampu mengetahui, memahami cara menganalisis kadar suatu zat dalam
sediaan farmasi dan menentukan nilai kadar suatu zat dalam sediaan farmasi.
B. Dasar Teori
Vitamin merupakan nutrien organik penting yang dibutuhkan dalam
jumlah kecil oleh tubuh untuk melakukan fungsi kimiawi dan umumnya vitamin
tidak diproduksi oleh tubuh sehingga memerlukan asupan dari luar. Vitamin
memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat
kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu
penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika
kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu
karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan
ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak
boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh.
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat
bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A,
B, C, D, E dan K (thiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6,
vitamin B12, dan folat).
Rumus Molekul : C12H18Cl2N4OS.HCl
Berat Molekul : 337, 3
Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur, putih, bau khas lemah
mirip ragi, rasa pahit.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam glserin, sukar larut
dalam etanol, tidak larut dalam eter dan benzena, larut
alam metanol.
Sifat kebasaan/keasamn : pH 3,13-3,58
Stabilitas : Stabilitas thiamin maksimum berada pada pH 2 dan menurun
dengan meningkatnya pH.
Penetapan kadar dilakukan dengan metode alkalimetri yaitu titrasi yang
berdasarkan pada reaksi netralisasi antara asam dan basa dengan menggunakan larutan
baku sekunder basa dan larutan baku primer asam.
Bentuk sediaan zat thiamin HCl diperdagangan yaitu dalam bentuk sediaan
tablet ataupun injeksi.
Bentuk sediaan : Tablet
Komposisi : Thiamin HCl, zat tambahan
Kekuatan sediaan : 10 mg, 15 mg, 100 mg.
Bentuk sediaan : Injeksi
Komposisi : Thiamin HCl, aqua pro injection, zat tambahan
Kekuatan sediaan : 50 mg.
C. Alat dan Bahan
Alat :
1. Beacker glass
2. Batang pengaduk
3. Pipet
4. Gelas ukur
5. Buret
6. Statif dan klem
7. Tabung sentrifuge
8. Erlenmeyer
Bahan :
1. Aquades
2. Sampel No.1 Thiamin HCl (Vitamin B1)
3. NaOH 0,1 N
4. Indikator Brom tymol blue
D. Prosedur
1. Isolasi senyawa dalam sediaan
2. Pembakuan NaOH
4. Penetapan Kadar Thiamin HCl
E. Data Hasil Praktikum
Larutkan sampel dalam Aquades
Masukkan dalam tabung sentrifuge, kemudian lakukan proses sentrifugasi selama ± 30 menit. Larutkan kembali endapan
dengan aquades. Lakukan kembali proses sentrigasi.
Ambil fase larutan, kemudian masukkan ke dalam gelas kimia.
Timbang asam oksalat ± 60-70 mg
Masukkan larutan NaOH 0,1 N kedalam buret.
Masukkan asam oksalat dalam erlenmeyer larutkan dengan aquades ± 25 mL. Tambahkan indikator brom tymol blue ± 3 tetes.
Lakukan proses titrasi, sampai terjadi perubahan warna (kuning ke biru) dan hentikan proses titrasi. Lakukan pengulangan titrasi
sampai diperoleh ± 3 data yang mendekati.
Pipet larutan sampel ± 10 mL tambahkan aquades sebanyak 25 mL.
Tambahkan indikator brom tymol blue sebanyak 3 tetes. Lakukan titrasi, hentikan titrasi ketika terjadi perubahan warna (kuning ke
biru).
Pembakuan NaOH 0,1 N
mg asam oksalat V. NaOH
67,8 10 mL
67,6 10,2 mL
69 10,3 mL
N. NaOH =
Titrasi Sampel No. 1
V. Sampel V. NaOH
10 mL 0,5 mL
10 mL 0,5 mL
10 mL 0,5 mL
10 mL 0,6 mL
Kadar sampel = V. NaOH x N. NaOH x BE sampel x 100 %
mg sampel
Kadar sampel = 0,52 x 0,1 x 337,29 x 100 %840 mg
Kadar sampel = 2,0879 %
F. Pembahasan
Thiamine (vitamin B1) merupakan kompleks molekul kimia organik yang
mengandung satu inti tiazol dan pirimidin. Pirimidin merupakan salah satu diazina
yang paling penting. Diazina adalah cincin heterosiklik beranggota enam yang
mengandung dua atom N. Pada pirimidina, atom N terdapat pada posisi cincin 1
dan 3.
Di dalam tubuh thiamine akan diubah menjadi thiamine pirofosfat
(tiamin-PP). Tiamin pirofosfat adalah bentuk aktif tiamin yang berfungsi sebagai
koenzim dalam karboksilasi asam piruvat dan asam ketoglutarat. Peningkatan
kadar asam piruvat merupakan salah satu tanda defisiensi tiamin.
Thiamine HCl dalam keadaan kering cukup stabil dan pada pemanasan
100o C, selama satu jam tidak berkurang potensinya. Larutan tiamin HCl dalam air
dapat disterilisasi pada 110oC, akan tetapi jika pH di atas 5,5, tiamin akan cepat
terhidrolisis.
Thiamin HCl dengan konsentrasi 1 % w/v dalam larutan air memiliki pH
3,31 sedangkan dengan konsentrasi 0,1 % dalam larutan aiir memiliki pH 3,58.
Dalam bentuk anhidratnya, thiamin akan cepat mengabsorbsi air sebanyak 4% jika
terjadi kontak lama dengan udara.
Adanya klorida pada struktur tiamin ini, menyebabkan tiamin dapat
ditentukan kadarnya dengan titrasi alkalimetri, dimana pentiter yang digunakan
adalah NaOH. Pada titrrasi alkalimetri ini digunakan indikator bromtimol biru
karena trayek pH dari bromtimol biru adalah 6,0 – 7,6, dimana titik akhir titrasi
terjadi pada pH netral yaitu pH 7. Selain itu juga jika menggunakan indikator
bromtimol biru, kesalahan pada saat pembacaan TAT akan menjadi kecil
dibandingkan dengan indikator Fenolftalein yang memiliki rentang pH sekitar 8,0
– 9,6. Jika digunakan indikator Fenolftalein maka TAT akan jauh terlewati dan
kesalahan dalam pembacaan pun akan menjadi besar.
Bromtimol biru bekerja sebagai asam lemah dalam larutan. Jadi
bromtimol ini akan mengalami pengionan. Dalam suasana asam bromtimol biru
akan berwarna kuning, sedangkan dalam suasana basa akan berwarna biru.
Ketika bromtimol biru diteteskan ke dalam sampel, warnanya menjadi
kuning. Ini karena dalam suasana asam, pengionan akan lebih terdesak oleh
adanya ion-ion H+ yang terdapat dalam sampel. Akibatnya akan lebih banyak
terbentuk molekul asam lemahnya daripada ion asam lemah. Maka warna yang
terjadi akan lebih didominasi oleh warna molekul (asam lemah) daripada warna
ion. Reaksi dari ionisasi bromtimol biru adalah sebagai berikut.
Perubahan warna indikator terjadi karena, reaksi ionisasinya memberikan
perubahan struktur yaitu struktur molekul dan ion yang berbeda. Perbedaan
struktur bentuk asam dan bentuk basa mengakibatkan terjadinya perbedaan warna.
Hal ini karena bentuk yang mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi umumnya
bentuk yang berwarna. Ikatan konjugasi menyebabkan energi yang diperlukan
untuk meningkatkan elektron lebh rendah sehingga cukup dipenuhi oleh sinar
tampak, maka sebagian dari sinar putih diserap dan menjadi berwarna. Zat yang
tak berwarna menyerap energi yang lebih besar dan hanya tercukupi oleh sinar
UV, sehingga sinar putih tidak dipengaruhi dan tidak timbul cahaya.
Secara keseluruhan, reaksi yang terjadi pada saat titrasi vitamin B1
dengan NaOH adalah sebagai berikut :
G. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
Kadar sampel No.1 adalah 2,0879 %
H. Daftar Pustaka
Gandjar, G.H., dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Underwood, A. L & R. A. Day, JR. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Hart.Craine.Hart.(2003). Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga :
Jakarta.
Moffat, A.C., dkk. (2005). Clarke‘S Analysis Of Drug And Poisons. Thirth
edition London: Pharmaceutical Press. Electronic version.
Florey, Klaus. Analytical Profiles of Drug Substances Volume 18.
ACADEMIC PRESS, INC. New York.