Download - Laporan Histologi Betina Liya (2)
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU REPRODUKSI TERNAK
HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA
Disusun oleh :
mahah
Disusun oleh :
Liya Hasta Puspa Liny
11/318302/PT/06189
Kelompok : XX
Asisten : Laelatul Rahmah
LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK BAGIAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA2012
Acara Histologi Betina
Tinjauan Pustaka
Reproduksi adalah suatu kemewahan fungsi tubuh yang secara
fisiologik tidak vital bagi kehidupan individual tetapi sangat penting bagi
kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa hewan. Pada umumnya
reproduksi baru dapat berlangsung sesudah hewan mencapai masa
pubertas dan diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon
yang dihasilkannya (Feradis, 2010).
Reproduksi pada hewan betina adalah suatu proses yang kompleks
yang melibatkan seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi itu sendiri
terdiri dari dua buah ovari, dua buah tuba uterin (falopii), uterus, vagina
dan vulva. Ovum (telur) dilepaskan dari ovari dan diterima oleh
infundibulum lalu dibawa masuk ke tuba uteri, dimana (dalam keadaan
normal) terjadi proses pembuahan (fertilisasi), dalam perjalanan ovum itu
dari ovari menuju uterus. Di dalam uterus telur yang sudah dibuahi itu
berkembang menjadi embrio dan kemudian menjadi fetus yang pada
akhirnya keluar dari uterus menuju vagina dan vulva, sebagai anak yang
baru lahir (neonat) (Frandson, 1992).
Hormon berfungsi untuk menyediakan sarana adaptasi antara
tubuh dan lingkungan eksternal atau internal. Hormon dapat
diklasifikasikan ke dalam dua kategori berdasarkan komposisi kimianya.
Posterior lobe (neurohypophysis) yang meliputi pars nervosa yang
merupakan bagian terbesar dari neurohipofisis, banyak mengandung
ujung-ujung syaraf. Bagian ini mensekresikan hormon vasopressin yaitu
ADH (hormon antideuritik) dan oxytocin (hormon susu letdown).
Sedangkan untuk Anterior lobe (Adenohipofisis), yang diproduksi dalam
kelenjar pituitari itu sendiri. Pars distalis, yang merupakan bagian utama
adenohipofisis dan mengandung sel-sel kelenjar yang mensekresikan
STH, hormon adrenokortikotropik (ACTH), follicle stimulating hormone
(FSH), luteinizing hormone (LH), prolaktin, thyroid stimulating hormone
(TSH), dan LTH (Widayati et al., 2008).
Ovarium
Ovari yaitu organ betina yang homolog dengan testes pada hewan
jantan, berada di dalam rongga tubuh di dekat ginjal dan tidak mengalami
pergeseran atau perubahan tempat seperti pada testes (Blakey dan Bade,
1998). Ovari merupakan organ primer (atau esensial) reproduksi pada
betina. Ovari dapat di anggap bersifat endokrin atau sitogemik
(menghasilkan sel), karena mampu menghasilkan hormin yang akan
diserap langsung ke dalam edaran darah dam juga ovum (jamaknya ova)
yang dapat dilepaskan dari kelenjar (Frandson, 1992).
Oviduct
Ovari di rangsang untuk melepaskan ovum ke dalam infundibulum
dari tuba fallopi atau oviduct. Peristiwa ini sebenarnya tertunda sampai 12
jam setelah akhir birahi (estrus). Sel telur bergerak ke infundibulum dari
tuba falopii dengan ciliated action dan kontraksi otot dan seterusnya ke
tanduk uterus. Pembuahan, yaitu persatuan antara sel telur dan sperma,
terjadi di sepertiga bagian atas dari tuba falopii. Peristiwa seperti ini dapat
terjadi dikedua sisi sistem pasangan itu (Blakely dan Bade, 1998).
Uterus
Uterus ternak tergolong mamalia terdiri dari korpus (badan), serviks
(leher), dan dua tanduk atau kornua. Seperti halnya kebanyakan organ
interna yang menyerupai tabung, dinding uteri terdiri dari suatu lapis
membran mukosa, suatu lapis otot polos intermediet dan suatu lapis
serosa bagian luar yaitu perimetrium (Frandson,1992).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop,
pensil warna dan kertas kerja.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah preparat
histologi betina hypophysis, ovarium, oviduct, dan uterus.
Metode
Metode yang dilakukan pada saat kegiatan praktikum adalah
preparat histologi betina yang meliputi histologi hypophysis, ovarium,
oviduct, dan uterus, diamati menggunakan mikroskop untuk membedakan
masing-masing preparat histologi untuk diketahui peran dan fungsi
reproduksi secara keseluruhan. Hasil pengamatan digambar
menggunakan pensil warna pada kertas kerja.
Hasil dan Pembahasan
Kelenjar Adenohypofisis
Berdasarkan praktikum histologi alat reproduksi ternak betina
dilakukan pengamatan melalui mikroskop pada preparat histologi
hypophysis terutama pada adenohypophysis. Pengamatan dilakukan
menggunakan mikroskop. Berdasarkan pengamatan pada kelenjar
hypophysis terutama adenohypophysis didalamnya terdapat sel
chromophobe dan chromophile yang didalamnya terdapat acidophile
(alpha cell) dan basophile (beta cell). Hipofisis terdiri dari dua bagian yaitu
anterior lobe (Adenohipofisis) dan posterior lobe (Neurohipofisis). Bagian
anterior lobe terdiri dari pars distalis dan pars tubelaris. Bagian posterior
lobe terdiri dari pars intermedia dan pars nervosa (processus
infundibularis). Pars distalis merupakan bagian utama adenohipofisis dan
mengandung sel-sel kelenjar yang menskresikan STH, ACTH, TSH, FSH,
LH, dan LTH. Pars tubelaris merupakan suatu pertumbuhan keluar epithel
tipis dari pars distalis dan mengelilingi tangkai neural. Bagian ini sangat
banyak mengandung darah, serabut syaraf, dan sedikit sel-sel kelenjar,
tidak mempunyai fungsi sebagai endokrin (Widayati et. al., 2008).
Pars intermedia merupakan jaringan sempit antara pars
distalis dan pars nervosa. Pars intermedia tidak selalu ditemukan pada
unggas dan mamalia dan berfungsi sebagai tempat sintesa MSH, tetapi
pada hewan yang tidak ditemukan nya pars intermedia, MSH mungkin
dihasilkan oleh adenohipofisis. Pars nervosa merupakan bagian terbesar
dari neurohipofisis, banyak mengandung ujung-ujung syaraf. Bagian ini
mensekresikan hormon vasopressin (ADH) dan oxytocin (Widayati et. al.,
2008).
Berdasarkan ada tidaknya granula-ganula yang mengambil warna
ditemukan dua macam sel di dalam hipofisis, yaitui sel Chromophob dan
Chromophil. Chromophob, tidak memiliki granula yang mengambil warna
dan tidak menskeresikan hormon, diduga sebagai progenitor (istirahat).
Chromophil, memiliki daya pewarna tertentu. Dibedakan ke dalam dua
macam sel, yaitu asidofil (merespon zat asam : merah, menghasilkan
hormon), basofil (merespon zat basa : biru, menghasilkan hormon). Satu
macam sel mensekresikan lebih dari satu hormon karena enam hormon
yang dilepaskan oleh adenohipofisis ternyata dihasilkan oleh dua macam
sel ini. Terbukti bahwa macam sel-sel tertentu menghasilkan hormon
tertentu juga. Misal, STH disekresikan oleh sel somatotrop dan tipe sel
asidofil, prolaktin dihasilkan oleh sel lactotrop tipe sel asidofil, ACTH
dihasilkan oleh sel corticotroph tipe sel basofil (Widayati et. al., 2008).
Gambar 1. Histologi hypophysis
(Anonim, 2012).
Ovarium
Peristiwa pembentukan ovum dibagi menjadi empat tahapan, yaitu
folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier, dan folikel de Graaf. Tahap
folikel primer dan tahap folikel sekunder terjadi pertambahan besar, di
dalam folikel terdapat oocyt. Tahap folikel tersier terdapat sel granulosa
yang banyak dan diantara sel granulosa terbentuk ruangan yang disebut
antrum yang berisi cairan. Tahap folikel de Graaf (tahap akhir) merupakan
folikel terbesar pada ovarium dan hanya terdapat pada hewan betina
dewasa yang birahi dan menjelang birahi. Folikel de Graaf ovum
terbungkus oleh cumulus oophorus dan antrum pada folikel tersier meluas
dan menjadi satu yang berisi cairan. Pada folikel de Graaf terdapat theca
externa dan theca interna.
Setiap ovarium mengandung oosit dalam jumlah yang sangat
banyak, tetapi hanya sedikit sekali dari jumlah oosit tersebut yang
dimatangkan dan diovulasikan selama masa subur atau pada masa
reproduksi. Meskipun secara in vitro atau melalui superovulasi dapat
dihasilkan oosit matang (matured oocytes) dalam jumlah yang banyak,
namun sedikit sekali oosit yang dapat dibuahi oleh spermatozoa
(Crushman et al,.2002).
Ovum yang potensial yang disebut folikel primer diyakini telah ada
pada saat sapi lahir. Tahap-tahap pemasakan berikutnya terjadi sampai
terbentuknya sebuah ovum yang masak yang disebut folikel Graaf.
Penonjolan pada permukaan ovari ditimbulkan oleh pengaruh hormon
FHS (folicle stimulating hormone) yang berasal dari kelenjar pituitari
amterior. Kelenjar itu juga menghasilkan LH (luteinizing hormone) yang
memecahkan folikel tersebut lalu melepaskan ovum (telur) (Blakely dan
Bade, 1998).
Tunika interna (teka interna) adalah lapis sel-sel yang bentuk
ireguler, menyerupai sel-sel epitel. Ini dianggap sebagai sumber
testosteron dibawah pengaruh LH. Testosteron kemudian diubah menjadi
estradiol (hormon kelamin betina) oleh sel-sel granulose dibawah
pengaruh FSH. Tunika eksterna (teka eksterna) adalah suatu lapis sel
jaringan ikat yang pada permukaan dalam bercampur dengan teka interna
sedangkan pada permukaan luarnya dengan stroma ovari (Frandson,
1992).
Gambar 2 . histologi ovarium
(Anonim, 2012).
Oviduct
Bagian dinding oviduct terdiri dari tiga lapis, lapisan terluar tunica
serosa yang tersusun oleh jaringan ikat, lapisan tengah tunica muscularis
terdiri dari dua lapis serabut otot yaitu yang berjalan longitudinal dan
sirkuler, lapisan yang terdalam disebut tunica mucosa kemudian di
dalamnya terdapat lumen.
Tuba fallopi adalah saluran yang berpasangan dan berkonvolusi,
yang menghantarkan ova dari tiap ovari menuju ke tanduk uterus, dan
juga merupakan tempat terjadinya fertilisasi ova oleh spermatozoa.
Bagian dari tuba fallopi yang berdekatan terhadap ovari berkembang
membentuk semacam corong yang disebut infundibulum. Bagian ujung
infundibulum membentuk suatu fimbria (Frandson, 1992).
Lapis dalam tuba uteri merupakan membran mukosa yang sangat
berlipat-lipat, yang terutama tertutup oleh epitel silia kolumner sederhana.
Selama masa birahi dan sebelum kelahiran, sel-sel yang tidak bersilia
menjadi bersifat sekretoris aktif. Bagian sisa dari dinding tuba uterin
mencakup submukosa jaringan ikat, suatu lapis otot polos melingkar
bagian dalam suatu lapis polos longitudinal bagian luar dan pada posisi
superfisial suatu lapis jaringan ikat yang tertutup oleh peritoneum. Baik
silia maupun otot berperan dalam pergerakan ova dan mungkin juga
dalam pergerakan spermatozoa (Frandson, 1992).
Gambar 3. Histologi oviduct
(Anonim, 2009).
Uterus
Berdasarkan praktikum histologi alat reproduksi betina dilakukan
pengamatan melalui mikroskop pada preparat histologi uterus. Uterus
terdiri dari 3 bagian dari dalam ke luar, yaitu endometrium, myometrium
dan perimetrium. Dalam myometrium terbentuk lapisan longitudinal yang
melingkar dan sirkuler yang berbentuk gerigi, kemudian di dalamnya
terdapat lumen yang dilapisi oleh sel epithel. Di dalam uterus, lapis
mukosa mengandung karunkula. Tonjolan-tonjolan kecil ini membesar
saat kebuntingan, tidak mengandung kelenjar dan banyak peembuluh
darahnya. Penampilan tonjolan ini menyerupai spons karena adanya
rongga-rongga kecil yang berperan sebagai titik-titik perlekatan bagi
struktur yang berlawanan yaitu kotiledon dari plasenta (membran yang
menyelimuti fetus). Kotiledon dan karankula secara bersama-sama
disebut plasetome (Blakely dan Bade, 1998).
Membran mukosa yang menyelimuti uterus adalah suatu struktur
kelenjar yang disebut tunika mukosa (endometrium). Ketebalannya
bervariasi seperti halnya vaskularitasnya berdasar pada perubahan-
perubahan hormonal ovari ketika dalam masa kebuntingan. Tunika
muskularis (miometrium) adalah suatu bagian muskular dari dinding
uterus. Tunika ini terdiri atas lapis melingkar bagian dalam yang tebal dari
otot polos luar, longitudinal yang lebih tipis. Tunika serosa(perimetrium)
(serosa yang menutupi uterus) bersambungan dengan peritoneum yang
dikenal sebagai ligamen lebar yang mendukung genetalia internal
(Frandson, 1992).
Fungsi uterus diantaranya sebagai jalannya sperma pada saat
kopulasi dan motilitas (pergerakan) sperma ke tuba falopii dibantu
dengan kerja yang sifatnya kontraktil. Pada minggu-minggu awal masa
kebuntingan uteruslah yang mendukung perkembangan embrio melalui
sekresi dari kelenjar uterus dan plasma darah (susu uterin). Uterus dapat
mengalami perubahan-perubahan besar dalam ukuran serta bentuknya,
berperan sebagai tempat perlekatan melalui plasetom bagi embrio yang
sedang berkembang selama kebuntingan. Uterus juga berperan besar
dalam mendorong fetus serta membrannya saat kelahiran. Uterus
kemudian dapat kembali dengan cepat ke bentuk semula setelah
kelahiran, melalui proses involusi (Blakely dan Bade, 1998).
Gambar 4 Histologi uterus
(Anonim, 2012).
Bentuk korion frodosum dengan mitra uterus yang dikenal secara
makroskopik pada ruminansia yaitu plasenta kotiledon (plasenta
multipleks). Plasenta kotiledon merupakan berkas penjuluran korion,
disebut kotiledon, yang bertaut pada tonjolan endometrium, disebut
karunkula. Hubungan korion dan unsur uterus bergabung membentuk
plasentom. Daerah interkarunkula, korion leave berhadapan dengan epitel
endometrium (Dellman dan Brown, 1992).
Dasar utama fisiologik utama pada plasenta korioalantois adalah
hubungan antara darah maternal dan fetus. Plasenta mengandung
berbagai elemen jaringan, tetapi darah yang bersirkulasi dan trofoblas
secara fungsional paling penting. Daerah fetus mengalami sirkulasi dalam
sistem tertutup pada plasenta. Kapiler fetus umumnya memiliki lumen
relatif luas dan sebagian dinding endotel menipis, yang mungkin dikelilingi
oleh membrane basal. Plasenta-uterus, darah terdapat dalam pembuluh
darah maternal atau langsung meredam trofoblas. Bila endotel tidak ada
(plasenta hemokorialis), darah mengalir melalui buluh trofoblas atau ruang
antar villi (Dellman dan Brown, 1992).
Kesimpulan
Histologi hewan betina meliputi hypophysis, ovarium, oviduct, dan
uterus. Kelenjar hypophysis terutama adenohypophysis yang berfungsi
sebagai penghasil hormon untuk merangsang terjadinya ovulasi serta
untuk pertumbuhan folikel, di dalamnya terdapat sel chromophobe dan
chromophile yang didalamnya terdapat acidophile dan basophile. Pada
proses pembentukan ovum dibagi menjadi empat tahapan, yaitu folikel
primer, folikel sekunder, folikel tersier, dan folikel de Graaf. Fungsi
ovarium adalah sebagai pembentuk ovum yang berkembang melalui
tahap-tahap. Bagian dinding oviduct terdiri dari tiga lapis, lapisan terluar
tunica serosa yang tersusun oleh jaringan ikat, lapisan tengah tunica
muscularis terdiri dari dua lapis serabut otot yaitu yang berjalan
longitudinal dan sirkuler, lapisan yang terdalam disebut tunica mucosa.
Fungsi oviduct sebagai tempat terjadinya fertilisasi bertemunya sel ovum
dengan spermatozoa. Bagian pada uterus dari dalam ke luar terdiri dari
endometrium, myometrium dan perimetrium. Fungsi uterus sebagai
tempat implantasi janin apabila terjadi kebuntingan dan tempat
berkembangnya janin.
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Proses Reproduksi. Available at http://www.wordpress.com/prosesreproduksi/26.08.09/00.30AM. Diakses tanggal 9 Oktober 2012.
Anonim. 2012. Gambar Histologi Betina. Available at http://www.vetmed.vt.edu/education/curriculum/vmg8054/labs/Lab28. htm. Diakses tanggal 9 Oktober 2012.
Blakely, J dan Bade, H. D. 1998. Ilmu Peternakan Edisi keempat. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Crushman, J., Lodge., dan Quick., W.J. 2002. Perkembangan Folikel dan Viabilitas Oosit Domba Pascatransplantasi Ovarium Domba Intrauterin pada Kelinci Bunting Semu. Jurnal Veteriner. Vol. 9 No.3 : 115-121.
Feradis. 2010. Reprodusi Ternak. Alfabeta. Bandung.
Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Widayati, D. Tri., Kustono., Ismaya., dan S. Bintara. 2008. Bahan Ajar Mata Kuliah Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta