LAPORAN DIALOG GASTRONOMI NASIONAL DISUSUN OLEH JOSEPHINE IMELDA
PRESENTED BY: VITA DATAU MESSAKH
KETUA AKADEMI GASTRONOMI INDONESIA
VERSION 1.0
NOVEMBER 30, 2015
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 1
LAPORAN DIALOG GASTRONOMI NASIONAL
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Gastronomi dapat dengan mudah diungkapkan sebagai seni atau ilmu tentang makan yang baik; tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan kenikmatan dari makanan dan minuman. Gastronomi menurut
KBBI, disebutkan sebagai seni menyiapkan hidangan yang lezat-lezat, atau tata boga. Namun pada
hakekatnya gastronomi memiliki makna sangat luas.
Menurut Jean-Anthelme Brillat-Savarin, seorang ahli makanan (connoisseur) Perancis di abad ke 18 dan
penulis buku Physiology of Taste, gastronomi adalah pengetahuan dan pemahaman tentang segala hal
yang berkaitan dengan makanan yang dikonsumsi manusia. Gastronomi adalah ilmu tentang makanan dan
budaya. Gastronomi adalah sebuah pola kehidupan - apakah itu berupa menu sederhana di keluarga atau
hidangan lengkap di restoran. Gastronomi tidak bisa luput dari sejarah, kearifan lokal, tradisi, teknologi,
gizi, filosofi, cara memasak dan politik. Makanan adalah faktor penentu utama identitas manusia karena
makanan adalah produk budaya. Karena makanan adalah hasil dari berbagai proses (ditanam, dipanen,
dikembangkan, diolah), maka perlu memperhatikan segala sesuatu yang mempengaruhinya. Bahkan dalam
pengembangannya, gastronomi harus berwawasan lingkungan dan mendukung upaya menuju kedaulatan
pangan.
I.2 Gastronomi Indonesia perlu dilestarikan dan dikembangkan.
Sedikitnya terdapat dua alasan, yaitu warisan/pusaka budaya dan identitas. Warisan makanan tradisional
Indonesia mengandung unsur kearifan lokal. Bagaimana nilai kearifan lokal tetap dapat hidup dan
berkembang tetapi tidak ketinggalan jaman. Bagaimana kearifan lokal dapat mengikuti arus perkembangan
global sekaligus tetap dapat mempertahankan identitas lokal kita. Kearifan lokal sudah semestinya dapat
berkolaborasi dengan aneka perkembangan budaya yang melanda dan untuk tidak larut dan hilang dari
identitasnya sendiri. Bagaimana membuat masa lalu menjadi bagian dari masa depan? Siklus Pusaka
menurut Simon Thurley1 adalah sebuah siklus yang sangat logis. Bila warisan budaya dipahami, maka akan
timbul penghargaan, kepedulian dan kemampuan untuk menikmatinya.
Kedaulatan pangan, sebagaimana dicita-citakan oleh kita semua, adalah salah satu dampak baik dari
menjunjung kearifan lokal. Karenanya, kekayaan kearifan lokal yang tercermin dalam warisan makanan
tradisional Indonesia menjadi lahan yang cukup subur untuk digali, diwacanakan dan dianalisis mengingat
faktor perkembangan budaya terjadi dengan dengan pesatnya.
1 2005 - www.cultturaldevelopment.nl
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 2
Makanan merupakan salah satu aspek yang mencirikan sebuah komunitas - sebuah kelompok masyarakat.
Memahami warisan makanan tradisional membantu kelompok masyarakat untuk memutuskan, apakah
warisan tersebut akan dilestarikan atau tidak.
I.3 Globalisasi makanan Indonesia
Globalisasi dapat dilihat sebagai hal yang “mengganggu” upaya pelestarian nilai-nilai kebaikan gastronomi
lokal, karena mengaburkan persepsi tentang identitas dan tempat. Terjadi ketimpangan antara produksi
makanan/hidangan secara massal dengan yang dihasilkan lokal. Globalisasi juga dapat menyebabkan
terjadinya berbagai perubahan dalam sisi kehidupan bangsa Indonesia, terutama pada gaya hidup serta
kebiasaan makan mereka. Namun disisi lain, globalisasi merupakan sebuah peluang bagi bangsa Indonesia
untuk mengangkat posisi makanan Indonesia sebagai makanan yang mendunia. Lalu bagaimana cara
melakukan globalisasi makanan Indonesia? Bagaimana pelestarian dan pengembangan warisan makanan
tradisional menjadi landasan untuk Indonesia mendunia? Apakah kita perlu melakukan globalisasi
terhadap makanan Indonesia?
I.4 Mengapa AGI (Akademi Gastronomi Indonesia) menyelenggarakan Dialog
Gastronomi Nasional?
Pelestarian dan pengembangan warisan makanan tradisional Indonesia adalah sebuah tantangan besar.
Demikian pula dengan globalisasi makanan Indonesia. AGI melihat bahwa tantangan-tantangan ini harus
dijadikan sebagai peluang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan gastronomi terkaya di Dunia!
Salah satu mimpi besar bangsa Indonesia ini harus mulai dibangun. Sebagaimana dikatakan orang bijak
“think globally, act locally” - seribu langkah selalu diawali oleh sebuah langkah pertama. Bekerja bahu
membahu juga perlu diterapkan dalam menempatkan makanan Indonesia sebagai makanan yang
mendunia; sehingga dibutuhkan sebuah program kerja dan komunikasi yang saling mengisi (cross-
fertilization) dari berbagai disiplin ilmu dan kepentingan.
Oleh karena itu, AGI akan menyelenggarakan Dialog Gastronomi Nasional (DGN). Dialog ini adalah sebuah
langkah pertama, sebuah tonggak pertama, bagi setiap pemangku kepentingan untuk saling berbagi,
berdiskusi dan membangun rumusan bersama tentang Gastronimi Indonesia.
DGN akan menjadi tonggak pertama untuk membangun landasan berpikir bagi semua pihak (baik
pemerintah, akademia, industri dan masyarakat madani) untuk membangun sinergi dalam bekerja
menyusun langkah ke depan untuk gastronomi Indonesia.
II. DIALOG GASTRONOMI NASIONAL
DGN diselenggarakan selama 2 hari pada tanggal 23-24 November 2015 bertempat di hotel Grand
Mahakam.
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 3
Di hari pertama ada paparan dalam forum pleno yang mencakup 3 tema. Dari ke-3 tema tersebut diberikan
lagi paparan uraian sebagai masukan dan pemikiran untuk bagaimana pemikiran ketiga tema dapat
dibahas dan dirumuskan pada hari kedua.
Dialog mengundang peserta dari berbagai kalangan yang mewakili quadrupole helix, yaitu Pemerintah,
Akademia, Industri dan Masyarakat Madani. Setiap peserta diharapkan berpartisipasi aktif untuk
mengemukakan pemikiran, pandangan serta masukan2 selama proses pemaparan, diskusi dan perumusan
berlangsung.
Dialog ini juga didukung oleh fasilitator dan tim perumus yang akan membantu proses diskusi dan
perumusan.
II.1 Tujuan
a. Mengenali Gastronomi Indonesia dan potensi pengembangannya
b. Mengidentifikasi langkah-langkah pelestarian dan pengembangan Gastronomi
Indonesia serta globalisasi makanan Indonesia.
II.2 Keluaran
DEKLARASI Gastronomi Indonesia 2015 yang mencakup: Konsep bersama gastronomi
Indonesia; Fokus Program yang akan dikembangkan; Langkah Jangka-Pendek (2016-2018);
Langkah Jangka Panjang (2016-2026)
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 4
HARI PERTAMA
II.3 Pembukaan dan Peresmian Acara Dialog Gastronomi Nasional
Pembukaan dan Peresmian Acara
Tempat: Ruang Magnolia Lantai 2
08:00 – 08:03 Acara dimulai
08:03 – 08:05 Menyanyikan Lagu Kebangsaan – Indonesia Raya
08:05 – 08:07 Pembacaan Doa
08:07 – 08:12 Kata Sambutan oleh Ketua AGI
08:12 – 08:20
Kata Sambutan dan Pembukaan Acara oleh Menteri Pariwisata
Republik Indonesia
Pemukulan Lumpag oleh Bapak Menteri, Ketua AGI & Dubes Denmark
Penyerahan Tanda Mata oleh Ketua AGI kepada Menteri Pariwisata
08:20 – 08:25 Foto Bersama Menteri Pariwisata
08:30 Menteri Pariwisata meninggalkan ruangan
08:30 – 08:35 Pemutaran Film tentang AGI
08:35 – 08:55 Rehat Kopi
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 5
Photo-Photo Pembukaan Dialog Gastronomi Nasional
FIGURE 1 SAMBUTAN OLEH KETUA AGI FIGURE 2 PIDATO PEMBUKAAN OLEH MENTERI PARIWISATA
FIGURE 3 DARI KI-KA: PENUMBUKAN LUMPANG OLEH DUTA BESAR DENMARK, CASPER KLYNGE, MENTERI PARIWISATA, ARIEF YAHYA, KETUA AGI, VITA DATAU MESSAKH (MERAH) DAN TOKOH KULINER INDONESIA, WILLIAM WONGSO
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 6
FIGURE 4 PENYERAHAN TANDA TERIMA KASIH KEPADA MENTERI PARIWISATA, ARIEF YAHYA
OLEH KETUA AGI, VITA DATAU MESSAKH
FIGURE 5 WAWANCARA MENTERI PARIWISATA (TENGAH) DI DAMPINGI OLEH KETUA AGI (MERAH)
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 7
II.4 Kerangka Dialog – Pleno
FIGURE 6 PLENO GASTRONOMI INDONESIA – DARI KI-KA: PARA PEMBICARA DI SESI PLENO: MURDIJATI GARDJITO, MAGDALENA WENAS, AMANDA KATILI, ENDRO CATUR DAN MODERATOR: VITA DATAU
09.00 - 11.30: PLENO GASTRONOMI INDONESIA Moderator: Ir. Ravita Datau MCM
09.00 - 09.30 Arti penting kearifan lokal bagi pelestarian warisan makanan tradisional Indonesia.
Murdijati Gardjito, Guru Besar Ilmu & Teknologi Pangan UGM; Pengamat & Peneliti gastronomi dan kulinologi, penulis buku2 kuliner Indonesia
09.30 - 10.00 Pengembangan makanan tradisional Indonesia yang berkelanjutan
Amanda Katili PhD - Omar Niode Foundation
10.00 - 10.30 Menuju Marketspace Gastronomi Indonesia Endro Catur - Knowledge Management
10.30 - 11.00 Humas dan manajemen komunikasi untuk Gastronomi Indonesia
Magdalena Wenas, Pakar Komunikasi
11.00 - 11.30 Tanya Jawab
11.30 - 12.30 Rehat Makan Siang
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 8
II.4.1 Tujuan PLENO:
Pemaparan Pleno telah membangun landasan berfikir tentang gastronomi di
Indonesia, yang diawali dengan sesi arti pentingnya pelestarian, dan pengembangan
warisan makanan tradisional makanan Indonesia dan siap menuju globalisasi makanan
Indonesia.
Sesi menuju marketspace gastronomi Indonesia mengajak peserta membayangkan
gastronomi Indonesia berkembang dan kembali menjadi bagian kehidupan sehari -hari
melalui interaksi yang menyenangkan antara seluruh pelakunya secara visual, fisik dan
keduanya.
Sesi Humas dan manajemen komunikasi gastronomi Indonesia telah memaparkan
tentang pentingnya pemikiran menyeluruh dalam membangun branding untuk
makanan Indonesia dalam rangka pelestarian, pengembangan warisan makanan
tradisional serta memperbaiki kedudukan makanan Indonesia ke dunia Internasional.
II.4.2 Keluaran PLENO:
Pemaparan tentang arti penting kearifan lokal bagi pelestarian warisan makanan
tradisional Indonesia : melalui sesi para peserta memiliki pemahaman bahwa kearifan
lokal yang telah ada perlu dijaga dan dapat menjadi bagian dari masa depan gastronomi
Indonesia; bagaimana pelestarian warisan makanan tradisional Indonesia memberikan
kekuatan kepada nilai budaya dan dapat menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia.
Pemaparan tentang pengembangan warisan tradisional Indonesia yang berkelanjutan :
melalui pemaparan ini para peserta memiliki pemahaman bahwa pelestarian nilai
kearifan lokal yang ada di masyarakat dapat dijaga dan mengakomodasi nilai -nilai
kekinian. Pelestarian juga dapat melandasi pengembangan program globalisasi
makanan Indonesia
Pemaparan tentang menuju marketspace gastronomi Indonesia : melalui pemaparan
sesi ini, para peserta memahami bahwa sebuah platform dapat dibangun untuk
perkembangan gastronomi Indonesia dan kembali menjadi bagian kehidupan sehari -
hari melalui interaksi yang menyenangkan antar seluruh pelakunya baik secara virtual,
fisik dan keduanya.
Pemaparan tentang Humas dan manajemen komunikasi gastronomi Indonesia : melalui
sesi ini, para peserta mendapatkan gambaran bahwa dalam rangka menciptakan citra
yang baik terhadap makanan Indonesia, diperlukan humas dan manajemen komunikasi
mutlak dilakukan di tingkat Nasional dan Internasional melalui pendekatan komunikasi
yang memperhatikan keragaman etnik dan makanan di Indonesia.
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 9
Keluaran Pleno:
1. (Arti penting kearifan lokal bagi pelestarian warisan makanan
tradisional Indonesia) - Murdijati Gardjito menyatakan bahwa Pola
makan masyarakat dunia telah berubah dari waktu ke waktu (Frison,
2010). Urbanisasi, globalisasi dan perubahan gaya hidup dapat
mengubah komposisi pola makan. Menurut Gardjito, peningkatan
kemakmuran seseorang memunculkan kebutuhan psikologi baru yang
menyebabkan perubahan pola makan yang ditandai dengan memilih
makanan mewah, kaya kalori dan mahal, yang sebenarnya tidak
dibutuhkan untuk mendukung kesehatan. Urbanisasi dan gaya hidup
mengubah rasio antara pegawai perempuan dan laki-laki, peningkatan
jumlah wanita yang bekerja menyebabkan wanita hanya punya sedikit
waktu untuk menyiapkan makanan bagi keluarganya dan lebih memilih
untuk membeli makanan instan atau siap saji.
Di Indonesia menurut Gardjito, terdapat 2 masalah gizi, yaitu
kekurangan gizi dan kelebihan berat badan. Berdasarkan Survey Sosial
dan Ekonomi Nasional (SUSENAS), ada perubahan pola konsumsi
pangan masyarakat Indonesia dari konsumsi beragam makanan
menjadi ketergantungan pada satu macam sumber pangan saja,
khususnya pada beras. Konsumsi jagung, sagu, ubi kayu dan umbi-
umbian menurun karena perubahan gaya hidup.
Gardjito juga mengatakan bahwa untuk meningkatkan kesehatan dan
mencapai kedaulatan pangan, baik negara maju maupun berkembang
harus menggali indigenous knowledge yang dimiliki dan kembali ke pola
makan tradisional. Nenek moyang kita menurut Gardjito juga telah
piawai dalam mengatur dan memilih makanan. Contohnya pada
masyarakat Jawa, telah dikenal pranoto mongso yaitu ketentuan
tentang waktu yang tepat untuk membudidayakan beragam komoditi
agar menghasilkan panen yang baik, ritual panen dan penyimpanan
hasil panen yang selalu dilaksanakan dengan maksud hasil panen
tersebut selamat disimpan sampai panen berikutnya setelah dipisahkan
yang akan digunakan untuk benih, yaitu bagian terbaik dari hasil
panenan.
Gardjito mengungkapkan bahwa dalam mengatur pola makan, orang
Jawa sejak berabad-abad lalu telah mengenal pola makan mutih (makan
makanan tanpa garam) yang bertujuan untuk mengurangi asupan
garam dan mencegah hipertensi. Kemudian ada ngalong, yang
dijalankan dengan masuk ke hutan dan mengonsumsi buah-buahan
yang dalam bahasa sekarang dapat diartikan sebagai detoksifikasi
dengan asupan vitamin dan mineral juga antioksidan; dll. Masyarakat
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 10
Bali mengenal makanan persembahan yang terdiri dari makanan
terbaik, sehingga mereka menjadi pandai memilih makanan
berkualitas.
Nenek moyang kita juga telah menciptakan makanan bermanfaat hasil
fermentasi seperti tempe yang secara filosofis terkait pada martabat
yang sangat tinggi pada Penciptanya.
Terkait dengan Agrobiodiversity, Gardjito menyatakan bahwa
Indonesia menduduki keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah
Brazil. Indonesia menghasilkan tumbuhan berupa serealia, ubi dan
umbi lebih dari 38.000 spesies ikan 1.400 spesies, 250 macam sayuran,
450 macam buah-buahan, dan 100 macam kacang-kacangan, belum lagi
bahan-bahan aromatis seperti bumbu yang jumlahnya amat banyak
(IBSAP, 2003; KMNLH, 2007; KMNLH, 2015). Tidak lupa juga kekayaan
hasil ternak (daging, telur, dan susu) dan hasil laut lain.
Aneka sumber daya alam tersebut tidak tumbuh begitu saja, namun
dihasilkan melalui sebuah proses yang panjang dalam pengalaman
membudidayakan. Keanekaragaman hayati pertanian hasil proses
inilah yang disebut sebagai agrobiodiversity.
Sayangnya, saat ini konsep agrobiodiversity mulai terkikis. Di dunia
terjadi pembatasan pangan hanya pada tiga tanaman tertentu, yaitu
jagung, gandum dan beras. Indonesia menggantungkan pangannya
pada beras. Ketergantungan berlebih pada beberapa jenis tanaman
menyebabkan tanaman lain terabaikan. Indonesia mengukur
ketahanan pangan berdasarkan jumlah ketersediaan beras sehingga
tanaman pangan sumber karbohidrat lain seperti ubi jalar, ubi kayu,
sagu, dan pisang tersingkirkan. Dampak lainnya, alih-alih ketahanan
pangan, pemerintah memberlakukan kebijakan impor untuk memenuhi
ketahanan pangan dalam negeri.
Gardjito mengingatkan bahwa Indonesia adalah bangsa agraris tangguh
yang telah berhasil mengolah alam selama ribuan tahun dengan
bertani. Kemampuan bertani tersebut masih diwarisi sebagian
masyarakat Indonesia saat ini. Berbekal sumber daya alam dan sumber
daya manusia tersebut, sesungguhnya Indonesia dapat mencukupi
kebutuhan pangannya sendiri dengan kegiatan pertanian dalam negeri.
Pemerintah Indonesia mendukung penganekaragaman hayati melalui
Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 pasal 42.
Sumber daya alam yang melimpah, sumber daya manusia yang mampu
mengolah, dan dukungan dari pemerintah adalah aset Indonesia untuk
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 11
kembali menerapkan, mempertahankan, dan mengembangkan sistem
pertanian berbasis agrobiodiversity.
Gardjito menyatakan bahwa Indonesia adalah dapur gastronomi
terbesar. Jumlah bumbu yang sangat banyak dan 300 suku bangsa
menghasilkan jumlah dapur yang banyak pula, sehingga tidak dapat
dibayangkan betapa banyaknya hidangan yang dihasilkan di seluruh
Indonesia. Makanan tradisional merupakan kekayaan budaya yang
berpotensi unggul di dunia sebagai bekal pembangunan masa depan.
Hidup yang berkelanjutan (sustainable life) adalah dambaan setiap
masyarakat. Untuk mewujudkannya, dibutuhkan perilaku masyarakat
berlandaskan indigenous knowledge berbasis konsep pertanian
agrobiodiversity. Kemampuan manusia menikmati makanan dan
adanya seni kuliner menghasilkan makanan tradisional (ethnic food).
Jika ingin mendapatkan hasil yang baik dan tidak ketergantungan,
pengembangan produk kuliner harus mengingat konsep indigenous
Dalam menerapkan hal tersebut, manusia perlu memilih, dan
menggunakan bahan pangan yang tumbuh di lingkungan sekitarnya
untuk memenuhi kebutuhan makan dan kesehatan.
Gardjito memberikan rekomendasi langkah-langkah lanjutan agar
terjadi pelestarian gastronomi Indonesia:
a. Menyusun dokumen kuliner Indonesia berdasarkan jumlah
dapur (cuisine) yang dimiliki bangsa Indonesia. Dokumentasi ini
dilakukan berdasarkan penelusuran informasi lisan maupun
tertulis dengan metode yang reliable.
b. Mengelaborasi indigenous knowledge pada makanan sebagai
dasar pengembangan produk kuliner Indonesia sebagai cara
dalam membangun rasa cinta tanah air.
c. Menganjurkan mengkonsumsi bahan pangan produksi lokal
dengan elaborasi nilai fungsional dan indigenous knowledge
yang terkandung dalam komoditi tersebut.
d. Melakukan kampanye kesetaraan antara produsen dengan
konsumen : kalau produsen sanggup memproduksi bahan
pangan berkualitas, maka pendapatannya akan lebih baik dan
bila konsumen ingin mendapatkan bahan pangan yang
berkualitas, harus bersedia membayar dengan harga yang
sesuai dengan nilai dan manfaatnya.
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 12
e. Memberi insentif kepada petani yang bersedia mengimplementasikan
konsep agrobiodiversity atas lahan yang dimilikinya. Insentif tersebut
berupa sarana membangun budidaya tanaman pangan yang efisien.
2. (Pengembangan warisan tradisional Indonesia yang berkelanjutan) -
Amanda Katili menyatakan bahwa pemaparan tentang Sketsa Makanan
Tradisional Gorontalo yang merupakan rangkuman dari pengalaman
Omar Niode Foundation, sebuah yayasan asuhan Amanda; sementara
informasi yang diperoleh dalam menggali potensi makanan tradisional
Gorontalo yang secara umum belum cukup dikenal serta upaya
mengangkatnya ke kancah lokal, nasional maupun internasional.
Menurut Amanda, Berbagai informasi tersebut dikumpulkan menjadi
buku kecil dengan judul Merangkai Rasa di Gorontalo dan telah
diterjemahkan ke Bahasa Inggris sebagai Trailing the Taste of
Gorontalo. Versi dalam bahasa Inggris tersebut juga tersedia melalui
Amazon Kindle agar dapat diakses dari manapun di seluruh dunia.
Amanda menyatakan bahwa penelaahan Buku Masakan Indonesia
Mustikarasa yang terbit tahun 1967 menunjukkan setidaknya ada
beberapa resep masakan Gorontalo yang cukup dikenal seperti jilabulo
(pepes sagu), bilitango (ikan belah goreng berbumbu), biluluhe (pepes
jagung) dan binde biluhuta (sup jagung dengan parutan kelapa).
Namun,jumlah makanan khas Gorontalo atau makanan tradisional
Gorontalo sangat bervariasi, baru ada 80 jenis yang teridentifikasi dan
dibagi dalam 4 kelompok yaitu: makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan
snack/kue. Ada 15 makanan pokok dengan bahan utama jagung, sagu,
singkong, ubi jalar dan beras, serta 20 lauk pauk telah terinventarisi
yang sebagian besar bahan dasarnya berasal dari perairan. Sebanyak 10
jenis masakan berbahan dasar sayuran segar tercatat dari penelitiannya
seperti terong, daun pepaya, daun singkong, kangkung, pakis, kacang
panjang, bunga pepaya, ketimun suri, labu, dan jantung pisang. Selain
itu terdapat 35 jenis snack/kue yang pada umumnya tidak terbuat dari
terigu tetapi menggunakan jagung, singkong, ubi jalar, pisang, dan
beras atau tepung beras.
Amanda menyatakan bahwa Program interaktif yang pernah diadakan
Radio Republik Indonesia (RRI) di Gorontalo merupakan salah satu cara
mendorong masyarakat untuk mengingat-ingat kembali jenis-jenis
makanan Gorontalo yang sudah jarang disajikan.
Amanda juga menceritakan bahwa Agus Lahinta dan Sarini Sartika dari
Jurusan Teknik Informatika Universitas Negeri Gorontalo, membangun
Sistem Informasi Geografis Peta Kuliner Kota Gorontalo
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 13
berbasis Web. Penelitian ini diadakan agar data tentang tempat-tempat
kuliner di Kota Gorontalo dapat disimpan secara online dan mudah
untuk diakses serta makin dikenal secara luas oleh masyarakat dimana
pun berada.
Proses dari pembuatan sistem ini diawali dengan pengambilan data
langsung di lapangan, yaitu di seluruh rumah makan yang tersebar di
Kota Gorontalo. Data yang diambil berupa lokasi, jenis kuliner yang
dijual, harga dan menu favorit serta rekomendasi kuliner.
Selain itu, peran wisata kuliner seperti Kelana Rasa milik Arie Parikesit
merupakan salah satu cara untuk mendatangkan wisatawan ke
Gorontalo. Arie Parikesit menurut Amanda, berperan penting dalam
mempromosikan kuliner Gorontalo. Manfaat Wisata kuliner menurut
Erik Wolf yang merupakan pionir industri wisata kuliner dunia dan
pendiri World Food Travel adalah peningkatan jumlah turis, penjualan
dan pendapatan dari pajak; keunggulan kompetitif baru; kepedulian
komunitas terhadap pariwisata dan makanan-minuman unik di tempat
mereka; serta banyaknya liputan media.
Salah satu cara yang paling efektif dalam rangka mempromosikan
kuliner Gorontala adalah berafiliasi dengan World Food Travel
Association yang memiliki pelanggan newsletter lebih dari 20.000 orang
di seluruh dunia. Afiliasi dengan lembaga terkemuka, menurut Amanda
telah membuka kesempatan bagi buku Trailing the Taste of Gorontalo
yang berisi informasi makanan tradisional Gorontalo untuk lebih
dikenal.
Amanda juga menyatakan dalam rangka mengangkat kuliner Gorontalo,
Omar Niode Foundation menyelenggarakan sebuah Focus Group
Discussion di Gorontalo dengan tema Jejak Kuliner Gorontalo,
Merekam Fakta dan Kisah Masa Lalu. Karena catatan, buku, maupun
obyek visual terkait kuliner Gorontalo masa lalu sangat sulit ditemui,
maka diskusi yang dihadiri tokoh-tokoh muda Gorontalo tersebut
terkonsentrasi pada legenda dan kenangan tentang kuliner Gorontalo.
Ada banyak memori yang diceritakan oleh peserta diskusi dengan
menyelami masa lalu, baik dengan cara lucu maupun sedih, yang
kesemuanya berpangkal dari kuliner Gorontalo.Intinya, makanan
Gorontalo tidak berdiri tunggal atau hanya berhenti pada proses dan
resepnya saja, melainkan ada narasi besar di belakangnya yang harus
diungkap.
Dalam kesempatan pleno, Amanda juga menekankan pentingnya
Diplomasi Kuliner yang tidak lain adalah cara menggunakan makanan
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 14
untuk bergaul, untuk berbicara dengan siapapun, dan untuk mengenal
mereka lebih baik.
Pemerintah beberapa negara yang mempunyai program diplomasi
kuliner antara lain adalah Amerika Serikat, Korea Selatan, Malaysia,
Peru, dan Thailand. Indonesia menurut Amanda, sendiri sejak dua
tahun terakhir melaksanakan program Diplomasi Kuliner dengan
menampilkan 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia yang didukung
Kementerian Pariwisata.
Beberapa tokoh kuliner juga disebutkan oleh Amanda; seperti William
Wongso, Chef Vindex Tangker dll. Tokoh kuliner memegang peranan
penting dalam mempromosikan kuliner Indonesia, baik melalui buku
maupun kegiatan seperti demo masak.
Amanda juga menegaskan bahwa berbagai acara seperti
event/bazaar/festival merupakan cara ampuh untuk memperkenalkan
makanan Indonesia.
Amanda memberikan beberapa langkah-langkah yang harus ditempuh
oleh Indonesia dalam rangka menjadikan makanan Indonesia menjadi
tuan rumah di negeri sendiri dan terkenal di manca negara, berikut
adalah:
a. Menggali ragam makanan tradisional Indonesia melalui region,
atau jenis bahan baku masakan yang dapat dilakukan oleh
pemerhati, peneliti maupun pemerintah. Pendekatan wisata
kuliner, diplomasi kuliner maupun sejarah kuliner sangat
membantu usaha identifikasi makanan tradisional.
b. Meningkat intervensi pemerintah pusat maupun daerah melalui
kebijakan maupun promosi yang melibatkan para tokoh,
menyajikan makanan tradisional dalam pertemuan pemerintah
dan jamuan kenegaraan. Selain itu pemerintah daerah perlu
dilibatkan dalam mendorong muatan lokal makanan tradisional
di sektor pendidikan melalui regulasi. Juga sudah saatnya
Indonesia mempunyai undang-undang tentang makanan
tradisional.
c. Menggerakkan peran dunia usaha baik dalam hal berusaha
maupun memberikan modal usaha makanan tradisional,
kemitraan, maupun sponsor event/bazar/festival atau
pendidikan tentang makanan tradisional Indonesia di sekolah
maupun komunitas. Industri media, termasuk cetak, elektronik,
dan mediasosial juga merupakan mitra ampuh dalam promosi
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 15
makanan tradisional Indonesia khususnya jika terkait suatu
acara.
d. Mengikuti secara aktif kegiatan global seperti international
day,international month, international year, dan international
decade yang dapat dikaitkan dengan makanan tradisional.
Dengan demikian dapat diperoleh manfaat liputan media massa
maupun sosial internasional. Contoh adalah World Tourism
Day, World Food Day, Food Revolution Day, Terra Madre Day,
International Year of Pulses, dan United Nations Decade of
Biodiversity.
e. Menggiatkan upaya individu maupun komunitas di berbagai
daerah di Indonesia dalam peningkatan kepedulian maupun
acara-acara publik yang inovatif terkait makanan tradisional
seperti kegiatan yang dilaksanakan oleh Akademi Gastronomi
Indonesia (AGI) maupun Aku Cinta Masakan Indonesia (ACMI).
f. Keanggotaan dalam organisasi internasional tanpa melupakan
promosi makanan tradisional Indonesia seperti melalui
International Academy of Gastronomy, International
Association of Culinary Professionals, Slow Food International,
dan The World Association of Chefs' Societies.
g. Menggagas maupun mengikuti survey yang terkait dengan
makanan tradisional agar dapat 3mengetahui persepsi
masyarakat dan menyusun program yang sesuai. Survey juga
dapat dirancang untuk mengetahui keberhasilan program
terkait makanan tradisional.
3. (Menuju marketspace gastronomi Indonesia) – Endro Catur menggagas
konsep marketspace bagi gastronomi Indonesia. Marketspace adalah
sebuah konsep baru dalam marketing. Marketspace adalah sebuah
arena (space) elektronik tempat terjadinya komunikasi dan tukar
menukar informasi.
Menurut Endro, kini jarak dan waktu bukan lagi sebuah masalah besar,
dalam hal ini bagi para pelaku gastronomi. Di dalam marketspace,
sangat mungkin terjadi interaksi yang akhirnya membangun ide, inovasi
bahkan pertukaran budaya (cross cultural knowledge exchange). Dan
apabila terjadi interaksi dan transaksi budaya tersebut, bukankah ini
merupakan salah satu cara pelestarian gastronomi Indonesia, pancing
Endro.
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 16
Melalui marketspace yang mengatasi ruang, jarak dan waktu;
kolaborasi Ide dan inovasi, pertukaran ilmu pengetahuan dan budaya di
bidang gastronomi antara berbagai pelaku di berbagai belahan dunia
mengakibatkan gastronomi Indonesia menjadi lebih mendunia.
Banyak kebutuhan yang ada di suatu negara ternyata memiliki solusi di
negara lain. Kebutuhan akan kopi yang baik untuk sebuah kota di eropa
ternyata jawabannya ada dari sekelompok petani kopi organik di Aceh,
misalnya. Melalui marketspace, para petani kopi di Aceh dapat
memberikan informasi tentang kebaikan dan keunggulan kopi organik
di Aceh – sementara pengusaha kopi di eropa tersebut mendapatkan
informasi tentang kopi yang dibutuhkan. Tidak menutup kemungkinan
akan terjadi kolaborasi terkait kopi bahkan terjadi pertukaran ilmu
perkopian setelah komunikasi dan pertukaran informasi yang
dilakukan, bahkan juga dapat menghasilkan transaksi yang adil bagi
kedua belah pihak.
Endro menyatakan bahwa gastronomi Indonesia yang kaya dan
beragam juga harus dapat memiliki sebuah marketspace yang
menghubungkan antara para penghasil pangan, para pelaku
gastronomi, pembisnis, pemerhati, pemangku kepentingan di dalam
negeri maupun di luar negeri bahkan dunia.
Oleh sebab itu, gastronomi marketspace merupakan sarana dengan
tujuan pelestarian gastronomi Indonesia dan juga sebagai media untuk
mengangkat posisi Gastronomi Indonesia ke tataran dunia
internasional, maka harus dibuat kumpulan database terkait
gastronomi Indonesia yang menjadi cikal bakal marketspace.
Di dalam marketpace, terjadi pertukaran informasi maupun barang
dalam bentuk rill bahkan juga transaksi bisnis; dan hal ini terjadi hanya
melalui komputer dan jaringan internet. Jaringan internet dapat saja
terdiri dari blogs, forum on-line, bahkan micro-blogging seperti Twitter.
Endro menyoroti bahwa semua pelaku dalam dunia gastronomi dapat
menjadi penjual maupun pembeli yang saling berkomunikasi dan
rkbercakap-cakap tentang produk gastronomi maupun layanan yang
terkait dengan gastronomi.
Salah satu contoh bentuk marketspace yang dapat kita lihat di internet
saat ini adalah pikada.com; sementara bentuk marketplace contoh
yang paling popular adalah ebay.com
4. (Humas dan manajemen komunikasi gastronomi Indonesia) –
Magdalena Wenas dalam presentasinya memberikan pengantar akan
pentingnya peranan humas dan komunikasi manajemen dalam
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 17
membangun citra yang baik terhadap gastronomi Indonesia di masa
yang depan dengan menggunakan komunikasi 360 derajat sebagai
landasan menyusun strategi komunikasi yang efektif.
Dengan adanya strategi dan manajemen komunikasi yang efektif; maka
hal-hal signikan dapat terjadi terkait dengan citra, kedudukan
gastronomi Indonesia di mata nasional dan internasional
a. Percepatan - acceleration
b. Penguatan - strengthening
c. Pemberdayaan & revitalisasi - empowering & revitalization
d. Inovasi & kreasi - Innovation & Creation
e. Jaringan & Kerjasama - Networking & Cooperation
f. Penyempurnaan - Continous improvements and feed back.
Magdalena juga menyatakan bahwa citra yang melekat pada
gastronomi Indonesia belum memiliki kedudukan yang kuat, hal ini
mungkin disebabkan karena konten atau pesan – pesan dari kekayaan
gastronomi Indonesia belum terekam dengan baik; bahkan banyak yang
tidak diketahui.
Untuk berubah dari citra yang sekarang ini, Indonesia harus merubah
manajemen komunikasi menjadi efektif sehingga keselarasan fungsi-
fungsi komunikasi dapat terjadi; pengelolaan konten atau cerita-cerita
kekayaan gastronomi Indonesia harus direkam, diklaim, dilindungi
bahkan disebarkan sehingga terjadi perubaan citra terhadap
gastronomi Indonesia.
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 18
II.5 Kerangka Dialog - Workshop Parelel Tema 1: PELESTARIAN & PENGEMBANGAN
WARISAN MAKANAN TRADISIONAL INDONESIA
FIGURE 7 SUASANA WORKSHOP PARALEL TEMA 1
TEMA 1: PELESTARIAN & PENGEMBANGAN WARISAN MAKANAN TRADISIONAL INDONESIA
13.30 - 16.00. Moderator: Tendi Naim
Upaya pelestarian warisan Gastronomi Indonesia dari perspektif antropologi
Dr. J.Emmed M. Prioharyono MA, MSc. Ketua Program Sarjana Dep Antropologi, FISIP-UI
Unsur makanan Indonesia yang bisa menjadi ciri Indonesia (What makes Indonesian Food, Indonesia)
Ir. Kusmayadi Ketua STP Sahid
Otentisitas makanan Indonesia di dunia Internasional
William Wongso
Pelestarian makanan tradisional Indonesia melalui Destinasi Wisata
Drs. Lokot Ahmad Enda Siregar MM, Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Budaya
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 19
II.5.1 Tujuan Workshop Paralel Tema 1: PELESTARIAN & PENGEMBANGAN WARISAN MAKANAN TRADISIONAL INDONESIA
Tujuan pemaparan tema 1 adalah untuk melihat lebih rinci hal-hal terkait dengan upaya pelestarian dan pengembangan warisan makanan tradisional Indonesia. Sesi “Upaya menjadikan nilai kearifan lokal makanan tradisional Indonesia sebagai kekayaan intelektual yang berharga” telah memberikan konfirmasi bahwa nilai yang merupakan filosofi makanan Indonesia perlu dijaga namun juga diusung untuk menjadi bagian dari kekinian dan masa depan. Sesi “Unsur makanan Indonesia yang bisa menjadi ciri Indonesia” telah mengajak peserta melihat betapa beragamnya makanan Indonesia dan bagaimana menjadikannya ciri Indonesia. Sementara sesi “otentisitas makanan Indonesia di dunia Internasional” memaparkan pengalaman pembicara dalam membawa nilai kearifan lokal makanan tradisional di berbagai forum internasional. Sesi “Pelestarian makanan tradisional melalui Destinasi Wisata” akan menguraikan potensi pelestarian berbagai aspek makanan tradisional menjadi bagian dari daya tarik utama Destinasi Wisata Kuliner.
II.5.2 Keluaran Workshop Paralel Tema 1: PELESTARIAN & PENGEMBANGAN
WARISAN MAKANAN TRADISIONAL INDONESIA:
Pemaparan tentang upaya menjadikan nilai kearifan lokal makanan tradisional Indonesia sebagai kekayaan intelektual yang berharga: melalui pemaparan ini para peserta dapat memahami mengapa nilai kearifan lokal sangat berharga untuk dijaga dan terus dibawa ke masa depan
Pemaparan tentang unsur makanan Indonesia yang bisa menjadi ciri Indonesia: melalui sesi ini, para peserta memiliki pemahaman bahwa keragaman makanan Indonesia tidak menghalangi untuk mengembangkan ciri Indonesia.
Pemaparan tentang otentisitas makanan Indonesia di dunia internasional : melalui sesi ini, para peserta memahami bagaimana membawa nilai kearifan lokal makanan tradisisonal Indonesia ke dunia internasional adalah sebuah seni dalam kebersamaan.
Pemaparan tentang pelestarian makanan tradisional Indonesia melalui Destinasi Wisata : melalui pemaparan ini para peserta mendapatkan gambaran tentang potensi pelestarian berbagai aspek makanan tradisional yang menjadi bagian dari daya tarik utama Destinasi Wisata Kuliner.
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 20
Kesimpulan dari Workshop Paralel Tema 1: PELESTARIAN & PENGEMBANGAN WARISAN MAKANAN TRADISIONAL INDONESIA 1. (upaya menjadikan nilai kearifan lokal makanan tradisional Indonesia
sebagai kekayaan intelektual yang berharga) - Dr. J. Emmed M.Prioharyono MA MSc mengawali paparannya dengan uraian tentang antropologi, sebagai ilmu yang berfokus pada manusia dan kebudayaan. Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan yang dimiliki manusia dan menjadi pedoman atau kerangka acuan antar individu atau masyarakat. Pedoman ini digunakan untuk menafsirkan ilmu alamnya [flora dan fauna; Edible and Non-Edible] dan interaksi sosialnya. Konsep kebudayaan jauh lebih luas dari benda materi atau hanya sebuah tarian daerah tertentu. Dr. Emmed juga mengatakan bahwa kebudayaan yang menentukan cita rasa makanan. Makanan istimewa yang dimasak pada saat upacara adat tertentu. Makanan sehari – hari dikonsumsi secara rutin sehingga mengurangi keistimewaan dari makanan tersebut. Rasa ditentukan oleh kebudayaan kita, apakah itu enak, biasa, biasa saja atau tidak enak. Kebudayaan menjadi pedoman untuk mengolah bahan makananan (dapat langsung dimakan, diolah terlebih dahulu, diawetkan). Tentunya makanan juga perlu dijaga cita rasa utamanya. Menurut Dr. Emmed, beberapa upaya pelestarian gastronomi Indonesia: a. Penelitian Makanan b. Pemberdayaan Pasar Tradisional c. Diversifikasi pangan d. Promosi Kuliner Indonesia e. Meningkatkan upaya wisata kuliner. Selain itu, Dr. Emmed mengingatkan, bahwa resep makanan, cara mengolah makanan, bahan makanan, wadah untuk memasak dan simbol masakan tertentu merupakan warisan budaya yang harusnya dilestarikan. 2. (Unsur makanan Indonesia yang bisa menjadi ciri Indonesia (What makes
Indonesian Food, Indonesia); Ir Kusmayadi dalam pemaparannya menyatakan bahwa Skenario ‘globalisasi’ pangan (food) telah berhasil menggeser kebiasaan dalam pola konsumsi makanan di berbagai belahan dunia tak terkecuali Indonesia. Serbuan makanan ini mulai dari bahan mentah hingga produk yang sudah diolah. Bahkan proses pembuatan dan tatakrama menyantapnya juga disesuaikan dengan asal makanan tersebut. Sementara itu, Indonesia sebenarnya telah memiliki Keanekaragaman hayati; alam Indonesia telah menyediakan bahan utama gastronomi diantaranya (Gardjito, 2013): a. Bumbu: bahan aromatis sebagai komponen pembentuk cita rasa
baik tunggal maupun campurannya secara bersama dengan yang lain,
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 21
b. Rempah (Spices): nama kelompok bumbu (ramuan) yang secara khusus memberikan aroma dan cita rasa khas dan dapat diulang dengan campuran.
c. Penyedap (Seasoning): yaitu rempah yang digunakan untuk memberikan cita rasa khas bahan penyaji akan diolah dengan cara melumuri, merendam atau mencampurnya sebelum dimasak.
d. Penyerta (Condiment): yaitu bahan yang melengkapi hidangan setelah dimasak untuk memberikan cita rasa yang khas dan ketampakan yang menarik dan memberi ciri kepada hidangan yang disajikan.
Menurut Kusmayadi, Indonesia, jika dianalogikan sebagai sebuah destinasi, maka terdapat identitas yang membedakan dengan yang lainnya. Namun identitas lain yang sebagai penciri seperti keragaman budaya, kearipan lokal, yang sejatinya menjadi jati diri bangsa kini kian terkikis. Namun di tengah pudarnya kebanggaan terhadap makanan sebagai Identitas budaya, kegiatan pariwisata justru menuntut budaya sebagai daya tarik yang dapat membedakan dari destinasi lainnya. Gastronomi adalah satu dari sekian produk budaya yang sangat kuat dalam mempertahankan identitas suatu destinasi. Suatu destinasi akan berkelanjutan (sustainable) apabila apabila mampu melakukan conserve (perlindungan), preserve (pelestarian) dan develop (pengembangan) kekayaan budayanya. Di Indonesia, hampir semua kabupaten/kota memiliki kehasan dan asosiasi makanan dengan kotanya. Ambil contoh, Palembang, pasti diasosiasikan dengan makanan ‘EMPEK-EMPEK’, TAHU berasosiasi dengan kota Sumedang. Namun sangat disayangkan masih sedikit diantara kabupaten/kota atau destinasi pariwisata yang memperkuat gastronomi sebagai strategi dalam memasarkan destinasinya. Oleh karena itu, destinasi yang menggunakan makanan sebagai daya tarik utama akan memfokuskan pada gastronomi sebagai core pengembangannya. Penelitian Riley (2000) menggarisbawahi peran penting masakan dalam sosial budaya dan menciptakan identitas nasional, karena makanan tidak hanya sebagai kebutuhan dasar bagi wisatawan, melainkan sebagai elemen budaya yang dapat memberikan citra positif bagi suatu destinasi. Dalam konteks memberikan kontribusi bagi pembentukan identitas destinasi, gastronomi dapat digunakan sebagai identitas budaya suatu destinasi. Sementara itu, konsumsi gastromoni selain memberikan kontribusi bagi perekonomian masyarakat maupun pengembangan image destinasi (Quan & Wang, 2004). Kusmayadi juga menyatakan Hidangan nusantara yang menjadi santapan harian masyarakat Indonesia tersaji dan tersusun dari berbagai
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 22
makanan, minuman, maupun kudapan memiliki cita rasa yang khas tergantung dari daerah asal makanan tersebut dibuat. Kekhasan makanan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya yaitu: 1). Letak geografis; 2). Bahan Pangan; 3). Bumbu; 4). Santan; 5). Dapur. Beragamnya hidangan nusantara terkadang membuat bingung sebagian besar ahli masakan untuk menentukkan hidangan mana yang menjadi identitas nusantara. Jika dilihat berdasarkan bahan baku, bumbu, dan teknik masak yang berbeda antara satu dan lain daerah tentunya akan menghasilkan ribuan bahkan puluhan ribu jenis masakan di Indonesia, namun ada beberapa masakan yang disetiap daerah miliki dengan nama yang sama walau bahan baku dan bumbunya berbeda yaitu: 1. Sambal. Aneka jenis sambal sebagai salah satu makanan yang dapat
dikatakan “harus ada” disetiap meja dapur nusantara. Cita rasa pedas dan berempah ini menjadi salah satu ciri khas masakan nusantara
2. Soto. Soto merupakan masakan makanan berkuah dengan kuah bening atau kuning menggunakan santau atau kaldu, bumbu yang digunakan aneka rempah Indonesia dengan isian berupa aneka daging dan sayuran dan diberi pelengkap seperti kerupuk, emping, koya, sambal, kecap, maupun acar.
3. Sate. Sate merupakan makanan yang diolah dengan cara primitive yaitu hanya dengan mematangkan daging diatas bara api atau arang dengan kekhasan menggunakan tusukan yang disebut dengan tusuk sate. Sate nusantara bisanya dinikmati dengan bumbu kacang atau bumbu kecap.
4. Sup. Sup nusantara merupakan masakan hasil perpaduan budaya masak nusantara dan eropa, mengingat ratusan tahun Indonesia di jajah Negara Eropa makan ada juga masakan yang muncul dari hasil perpaduan budaya dari negara penjajah, seperti sup.
Kusmayadi juga nyatakan untuk menentukan makanan apa yang akan mewakili identitas nusantara, dapat dipilih berdasarkan beberapa kriteria berikut : 1. Bumbu 2. Bahan dasar. Bahan pangan pokok (beras, ubi, jagung, pisang,
sagu), sumber protein hewani (ikan, daging, telur), protein nabati (tempe dan kacang-kacangan), sumber lemak (kelapa dan kelapa sawit).
3. Teknik pengolahan dan memasak (dapur) 4. Filosofi makanan yang mengandung unsur budaya dan sejarah
Dalam membangun identitas destinasi berbasis gastronomi maka diharapkan peran serta masyarakat antara lain: a. Melakukan riset-riset terkait identitas gastronomi bersama
pengelola restoran dan pemerintah setempat, b. Menggunakan retorika dapur lokal
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 23
c. Membuat aktivitas terkait makanan lokal termasuk festival makanan, kompetisi, pameran, workshop dll.
d. Mengelola nama/sebutan dan pengingat geografi secara sistematis e. Simbolisme dan keaslian untuk keahlian memasak lokal f. Bercerita tentang masakan lokal g. Mempromosikan koki untuk mengeksplorasi untuk masakan lokal h. Memberikan informasi tentang budaya masakan lokal untuk
pemandu wisata i. Sikap pengembangan terkait dengan keahlian memasak lokal untuk
wisatawan j. Menggunakan identitas gastronomi tujuan untuk menciptakan daya
saing yang berbeda. k. Mengembangkan kebijakan pariwisata keahlian memasak
menggunakan motif yang menarik untuk wisatawan untuk mengunjungi Gastronomi lokal
l. Membuat kegiatan yang meliputi makanan dan minuman untuk diingat sebagai pengalaman bagi wisatawan
3. (Otensitas Makanan Indonesia di dunia); William Wongso memberikan ilustrasi dari pengalamannya menyiapkan hidangan dengan menu khas Indonesia dalam acara kunjungan kenegaraan Presiden RI Jokowi ke Amerika Serikat. Gastronomi Indonesia adalah kekuatan DIplomasi Politik bagi Indonesia. Indonesia memiliki ciri khusus yang dapat digunakan dalam membuat identitas Gastronomi Indonesia.
4. (Pelestarian makanan tradisional Indonesia melalui destinasi wisata);
Drs. Lokot Ahmad Enda Siregar MM memberikan gambaran tentang situasi Pariwisata Global. UNWTO 2012 mencantumkan bahwa 30% pendapatan berasal dari wisata gastronomi; 40% belanja wisatawan adalah untuk makanan dan minuman; 50% pendapatan restoran berasal dari wisatawan. Gastronomi Indonesia dalam skala besar menyumbang pendapatan yang cukup besar, yaitu 30% dari total pendapatan Pariwisata Indonesia. Langkah awal yang dilakukan dalam pengembangan Destinasi Wisata Kuliner adalah melakukan identifikasi terhadap destinasi wisata kuliner tersebut. Terdapat 3 daya tarik wiasata Indonesia, yaitu: Budaya, termasuk kuliner; Alam; dan Buatan Manusia. Pengembangan Destinasi Wisata Kuliner dapat mengambil contoh dari sejumlah Kota Gastronomi yang dikembangkan di beberapa negara., Chengdu di Korea dan Tsuruoaka di Jepang. Kedua kota ini adalah dua dari 8 kota UNESCO’s creative city of gastronomy. Indonesia mentargetkan 20 juta wisatawan mancanegara di tahun 2019, dari 10 juta di tahun 2015. Target yang harus dicapai dalam 4 tahun ke depan. Tahapan yang ditempuh dalam pengembangan Destinasi Wisata Kuliner adalah sb
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 24
a. 2015: Penguatan pondasi Destinasi Pariwisata di Indonesia
b. 2016 - 2018: Pengembangan Destinasi Pariwisata Budaya Nasional yang: Berdaya saing Internasional; Menjunjung tinggi nilai agama dan budaya; Berbasis kearifan lokal; Fokus pada wisata pusaka dan sprititual, kuliner dan belanja, wisata perkotaan dan perdesaan
c. 2019: Target 12 juta wisman Budaya 2,4 juta wisman pusaka dan spiritual; 5,4 juta wisman kuliner dan belanja; 4,2 juta wisman perkotaan dan perdesaan Lestarikan Budaya Indonesia Meningkatnya kemakmuran dan kesejahteraan
Menurut Drs. Lokot, Indonesia mempunyai peluang besar untuk menawarkan pengalaman budaya gastronomi yang sangat beragam, unik dan otentik. Indonesia diperkirakan mempunyai 5,300 makanan tradisional yang bisa menjadi modal dalam pengembangan destinasi wisata. Makanan lokal adalah komponen fundamental dari suatu atribut destinasi, memperkaya daya tarik dan keseluruhan pengalaman berwisata, daya tarik kuliner sebagai budaya unggulan Indonesia, sifat khas, bermutu tinggi dan beridentitas, beretos kreatif dan mendifusikan kreativitas, bernilai tambah secara ekonomi dan kultural Akhir dari paparannya, Drs. Lokot juga memberikan highlight dari berbagai definisi berkaitan dengan Destinasi Wisata Kuliner: a. DEFINISI WISATA KULINER
Pengalaman perjalanan ke daerah gastronomi, untuk rekreasi atau tujuan hiburan, yang mencakup kunjungan ke produsen makanan primer dan sekunder, festival, pameran makanan, peristiwa, petani pasar, acara memasak dan demonstrasi, mencicipi produk makanan berkualitas atau kegiatan pariwisata yang berhubungan dengan makanan.
b. DEFINISI PARIWISATA
Kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasiliatas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat.
c. DAYA TARIK WISATA
Adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan dan keindahan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Telah dilakukan identifikasi terhadap 11 Kota Destinasi Wisata Kuliner, yaitu Medan, Padang, Banjarmasin, Manado, DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Solo, Surabaya, Bali
5.
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 25
II.6 Kerangka Dialog - Workshop Paralel Tema 2: PENGEMBANGAN PROGRAM
GLOBALISASI MAKANAN INDONESIA
FIGURE 8 SUASANA WORKSHOP TEMA 2
TEMA 2: GLOBALISASI MAKANAN INDONESIA
13.30 - 16.00. Moderator: Santhi Serad
Tantangan bagi percepatan pertumbuhan bisnis makanan Indonesia di tingkat Internasional
Nilasari pebisnis jajan pasar (dibatalkan)
Natanael - pebisnis kopi
Trend makanan Indonesia di masa depan Haryo Pramoe - Indonesian Chef Association
Zee Barani - Chef Healthy Food
Wisata Gastronomi sebagai jendela dunia untuk mengenal jiwa dari makanan tradisional Indonesia.
Reno Andam Suri - Pelangi Benua
II.6.1 Tujuan Workshop Paralel Tema 2: GLOBALISASI MAKANAN INDONESIA
Tujuan pemaparan tema 2 adalah untuk memberikan pengalaman dari beberapa pelaku bisnis dan melihat bahwa dalam menuju globalisasi makanan Indonesia, terdapat beberapa pikiran yang perlu diperhatikan.
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 26
Sesi “Tantangan bagi percepatan pertumbuhan bisnis makanan Indonesia di luar negeri” adalah pemaparan pengalaman bisnis makanan Indonesia di luar negeri; tantangan dan peluang untuk percepatan pertumbuhan bisnis makanan Indonesia secara global.
Sesi “tren makanan Indonesia di masa depan” adalah pemaparan tentang seberapa besar potensi pengembangan nya sehingga menjadi makanan masa kini dan prediksi sebagai makanan masa depan.
Sesi “Wisata Gastronomi sebagai jendela dunia untuk mengenal jiwa dari makanan tradisional Indonesia” adalah pemaparan bahwa gastronomi Indonesia dapat ditunjukkan dalam perjalanan wisata. Keragaman sekaligus keunikan yang melingkupinya dapat menjadi kesempatan bagi wisatawan untuk merasakan jiwa dari makanan tradisional Indonesia.
II.6.2 Keluaran Workshop Paralel Tema 2: GLOBALISASI MAKANAN INDONESIA
Pemaparan percepatan pertumbuhan bisnis makanan Indonesia di luar negeri : melalui pemaparan ini, para peserta mampu memahami tantangan dan peluang dalam rangka percepatan pertumbuhan bisnis makanan Indonesia secara global serta pengalaman bisnis makanan Indonesia di luar negeri
Pemaparan trend makanan Indonesia di masa depan : melalui pemaparan dalam sesi ini, para peserta memahami peluang dan tantangan bagi makanan Indonesia masa depan.
Pemaparan wisata gastronomi sebagai jendela dunia untuk mengenal jiwa dari makanan tradisional Indonesia: melalui pemaparan ini, para peserta mendapatkan gambaran nyata tentang gastronomi dan juga memahami bahwa wisata gastronomi yang dapat dijadikan daya tarik unik untuk mengenal jiwa makanan tradisional Indonesia.
Kesimpulan dari Worskhop Paralel Tema 2: Globalisasi Makanan Indonesia 2. (Percepatan pertumbuhan bisnis makanan Indonesia di luar negeri);
Nathanael, seorang pembisnis kopi; berbagi pengalamannya dalam usahanya mempromosikan kopi Indonesia. Identitas kemasan kopi produk Indonesia harus jelas karena kopi Indonesia harus bersanding dengan berbagai produk kopi dari manca negara. Selain kemasan sebagai usaha untuk mengangkat posisi makanan Indonesia di luar negeri, Nathanael juga menyatakan bahwa dalam rangka globalisasi, maka Indonesia juga masih memiliki berbagai tugas di dalam negeri. Terkait dengan bisnis kopinya, Nathanael menyatakan bahwa dibutuhkan edukasi yang terus menerus tentang kebaikan kopi Indonesia kepada petani penghasil kopi dan juga konsumen.
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 27
3. (Trend Makanan Indonesia di Masa Depan); Sementara itu, Chef Haryo Pramoe dari Asosiasi Chef Profesional (ACP) menyatakan bahwa Indonesia harus benar-benar melakukan perubahan terhadap food hyginene dan food safety street food yang ada di Indonesia; Dalam hal ini Indonesia dapat mencontoh manajemen dari Korean food street, Japan food Street bahkan China. Penanganan Food Street di negara-negara tersebut tidak saja menampilkan kebersihan dan penggunaan alat stainless-steel layak pakai, tapi mereka juga telah memperhatikan design, packaging dari food street, kerapian dan tata kelola yang baik. Chef Haryo juga menyatakan bahwa sebagai upaya globalisasi makanan Indonesia; kita tidak boleh lupa bahwa Chef Indonesia adalah duta untuk mempromosikan makanan Indonesia. Selama ini, para Chef hanya ditempatkan sebagai pembuat makanan saja. Dalam rangka menjadi duta, menurut Haryo, Chef Indonesia kini harus memiliki passion terhadap kuliner Indonesia, selain itu juga diperlukan penguasaan skill pembuatan makanan Indonesia, pengetahuan terhadap filosofi makanan Indonesia dan juga skill selain memasak. Chef Haryo juga memberikan keterangan bahwa salah satu kendala bagi makanan Indonesia untuk mendunia adalah ketersediaan bumbu Indonesia di luar negeri; sehingga banyak restoran Indonesia di luar negeri terpaksa harus tutup karena kurangnya bumbu-bumbu Indonesia di pasaran luar negeri. Kini sudah saatnya untuk menglobalisasikan masakan Indonesia, namun disayangkan bahwa upaya globalisasi makanan Indonesia masih kurang memperhatikan aspek visual, informasi dan cerita tentang makanan Indonesia. Menurut Haryo, penduduk dunia membutuhkan visual, informasi dan cerita yang menarik tentang makanan Indonesia. Chef Haryo juga menegaskan bahwa makanan Indonesia juga harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri melalui perbaikan dalam berbagai segi Ketahanan Pangan Indonesia dan ekonomi kerakyatannya. Indonesia harus membatasi import bahan pangan, membatasi pertumbuhan internasional food mart. Jika tidak masa depan identitas penerus bangsa (generasi muda) akan tergerus oleh globalisasi.
4. Zee Barani, seorang Chef Healthy Food; dalam sesinya menyatakan bahwa keragaman pangan Indonesia sangat kaya. Banyak kegunaan yang terkandung dalam bahan pangan Indonesia. Salah satunya sebagai pencegah dan penyembuh penyakit. Oleh karena itu Indonesian healing food dapat lebih dipopulerkan. Masyarakat Indonesia, menurut Zee, kini banyak mengkomsumsi makanan kemasan. Oleh karena itu dibutuhkan edukasi yang terus menerus dan lebih baik mengenai kegunaan dari yang terkandung dalam makanan kemasan sehingga masyarakat dapat menjadi tahu dan sadar terhadap bahaya di balik makanan kemasan. Zee juga menyampaikan bahwa masyarakat memiliki pilihan terhadap apa yang mereka komsumsi; oleh karena itu makanan
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 28
Indonesia sehat kini menjadi sebuah trend yang kekinian dan disukai oleh masyarakat.
5. (Wisata Gastronomi sebagai jendela dunia untuk mengenal jiwa dari makanan tradisional Indonesia); Reno Andam Suri dari Pelangi Benua dalam sesinya Tur Gastronomi menyatakan bahwa Indonesia sebagai negari rempah yang kaya memiliki sejarah perdagangan rempah-rempah yang sangat berpotensi untuk menarik banyak wisatawan baik dalam dan luar negeri. Tur Gastronomi merupakan bentuk wisata yang berbeda dari rangkaian tur wisata yang ada di Indonesia. Para wisatawan kini dapat mengalami dan merasakan berada di tempat asal suatu makanan dan dapat mengetahui secara lebih mendalam cara mengolah bahan makanan serta mendapatkan wawasan dari sebagian kearifan lokal yang ada di Indonesia. Tur Gastronomi memiliki keunggulan lebih dari sekedar jalan-jalan wisata biasa.
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 29
II.7 Kerangka Dialog - Workshop Paralel Tema 3: BRANDING MAKANAN INDONESIA
FIGURE 9 SUASANA WORKSHOP TEMA 3
TEMA-3: BRANDING MAKANAN INDONESIA
13.30 - 16.00. Moderator: Dicky Edwin Hindarto
What makes a good national gastronomy brand Ernst Katoppo
Putting Indonesian Food on Global Gastronomy Mart
Dr. Jacky Mussry Vice President & Chief Knowledge Officer, MarkPlus Inc
Indonesia Food: Young, cool and edgy Dr. Dorien Kartikawangi, Pakar Komunikasi, Unika Atmajaya
Marketspace Gastronomi Indonesia sebagai alat menuju Indonesia Gastro-Diplomacy
Endro Catur - Praktisi Knowledge Management
II.7.1 Tujuan Seminar Paralel Tema 3: BRANDING MAKANAN INDONESIA
Tujuan pemaparan tema 3 tentang branding makanan Indonesia adalah membahas lebih rinci tentang aspek -aspek komunikasi dalam membangun citra yang baik bagi makanan Indonesia di tingkat nasional maupun internasional
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 30
Sesi what makes a good national gastronomy brand memberikan pemaparan tentang aspek komunikasi yang penting dalam membangun sebuah branding gastronomi sebuah bangsa
Sesi putting Indonesian food and global gastronomy mart akan memaparkan tentang prespektif periklanan dalam mengangkat kedudukan makanan Indonesia dalam ranah gastronomi global
Sesi Indonesian food: young, cool and edgy akan memaparkan peranan komunikasi bagi generasi muda dalam upaya menempatkan makanan Indonesia dalam perspektif kekinian Sesi marketspace gastronomi Indonesia sebagai alat menuju gastro-diplomacy Indonesia akan mengajak peserta membayangkan seluruh pelaku gastronomi Indonesia berinteraksi dalam marketspace sehingga mendukung dan menjadi alat gastro-diplomacy Indonesia.
II.7.2 Keluaran Seminar Paralel Tema 3: BRANDING MAKANAN INDONESIA
Pemaparan what a good national gastronomy brand : melalui pemaparan ini, para peserta dapat memahami aspek-aspek komunikasi dalam pembangunan sebuah branding bagi gastronomi bangsa. Pemaparan putting Indonesian food and global gastronomy mart : melalui pemaparan ini, para peserta dapat mengerti dan memahami bahwa pentingnya periklanan dalam mengangkat kedudukan makanan Indonesia dalam ranah gastronomi global Pemaparan Indonesian food: young, cool and edgy : melalui sesi ini para peserta memahami tentang peranan komunikasi bagi generasi muda dalam upaya menempatkan makanan Indonesia dalam perspektif masa kini Pemaparan marketspace gastronomi Indonesia sebagai alat menuju Indonesia gastro-diplomacy: melalui sesi ini, para peserta memahami tentang manfaat platform bagi seluruh pelaku gastronomi Indonesia di seluruh dunia untuk dapat berinterkasi dalam marketspace.
Kesimpulan dari Seminar Paralel Tema 3: Branding Makanan Indonesia 1. (What a good national gastronomy brand) Ernst Katoppo, seorang ahli
advertising menyatakan bahwa Brand atau merek adalah merupakan most valuable asset di dalam dunia perdagangan, termasuk di bidang gastronomy. Oleh karena itu Brand ini harus diciptakan, dan sedapat mungkin dipatenkan; baru kemudian dikomunikasikan kepada segenap lapisan masyarakat dan pemangku kepentingan;
Dalam rangka menghadapi persaingan global, penciptaan Indonesia food brand menjadi sangat penting;
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 31
2. (Marketspace gastronomi Indonesia); Endro Catur, seorang Knowledge
Management Specialist menyatakan bahwa selain Indonesian food brand,
Indonesia harus mulai menciptakan sebuah Market Space dalam hal ini terkait dengan gastronomi dengan cara menciptakan dan mengolah demand yang ada di masyarakat Indonesia maupun dunia. Market space adalah arena di internet, tempat bertemunya calon penjual dan calon pembeli di area gastronomi; secara bebas seperti layaknya di dunia nyata. Market space ini menghubungkan semua aktor gastronomi sehingga terjadi sebuah interaksi, kolaborasi dan transaksi yang bertujuan mengangkat gastronomi Indonesia di dalam dan di luar negeri. Market Space ini memiliki proses yang cair dan conditional, sehingga memang akan sangat tergantung dengan strategi komunikasi secara keseluruhan.
4. (Pemaparan Indonesian food: young, cool and edgy) Menurut Dorien Kartikawangi, UNIKA Atmajaya, menyatakan bahwa Indonesia juga harus memperhatikan perkembangan media sosial. Media sosial ini adalah media komunikasi yang paling efektif, murah, dan paling luas jangkauannya di
dunia, termasuk di Indonesia. Pemanfaatan media social kemudian harus menjadi salah satu ultimate tools dalam pengembangan gastronomy. Dalam banyak kasus, media konvensional sudah tidak mencukupi lagi untuk melakukan usaha pemasaran dan branding Indonesian food; karenanya penguasaan akan ilmu komunikasi melalui media sosial menjadi sangat penting.
5. (Putting Indonesian food and global gastronomy mart), Jacky Musry dari Markplus Advertising Agency juga menyatakan bahwa untuk
pengembangan gastronomi ke depan sangat diperlukan strategi komunikasi dan pemasaran yang tepat, disini strategi harus ada dulu dan bukan hanya langkah taktis yang biasanya hanya dicanangkan oleh pemerintah Indonesia.
Menurut Jacky sebagai pakar advertising, kita harus dapat memberikan prioritas dari sekian banyak food product, harus dipilih mana yang akan dikomunikasikan dan dipasarkan serta dibrandingkan di tingkat global. Maksmimal hanya 5 produk unggulan; inilah yang akan menjadi food locomotive bagi Indonesia food product. Semua harus dilakukan segera dan secara simultan karena tidak ada waktu lagi buat menunggu karena situasi dan kondisi sekarang ini sangat dinamis. Menunggu berarti kita mundur dan bukan hanya berhenti.
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 32
HARI KEDUA III.1 Diskusi dan Perumusan Kelompok dari Tema 1, 2 dan 3
a. Tema 1. Fasilitator berhasil menstimulasi diskusi yang mencakup aspek - aspek
utama pelestarian dan pengembangan warisan makanan tradisional Indonesia sehingga diperoleh rumusan melingkupi hal sebagai berikut:
1. Deskripsi tentang prinsip pelestarian dan pengembangan warisan makanan
tradisional Indonesia sehingga nilai-nilai kearifan lokal masih bisa tetap relevan dalam kekinian dan masa depan;
2. Usulan program prioritas; 3. Langkah-langkah penting dan peran pemangku kepentingan
Deskripsi dan usulan program prioritas serta langkah-langkah penting dan
peran pemangku kepentingan dapat dilihat di lampiran Mind Map Tema 1.
TEMA 1: PELESTARIAN & PENGEMBANGAN MAKANAN
INDONESIA
Tempat: Ruang Camelia
Fasilitator: Amiluhur Soeroso
09.00 - 12.00
Mendiskusikan butir-butir yang dirangkum Moderator serta disepakati Pembicara dan Peserta, sesuai tema 1
Tim Perumus Kusmayadi & Amiluhur Soeroso
Mindmapping Zamzam Muzaki
Notulis Tim Unika Atmajaya
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 33
b. Tema 2. Fasilitator telah menstimulasi diskusi yang mencakup aspek - aspek utama
globalisasi makanan Indonesia sehingga diperoleh rumusan melingkupi hal sbb: 1. Deskripsi tentang globalisasi makanan Indonesia. 2. Usulan program prioritas 3. Langkah-langkah penting dan peran pemangku kepentingan
Deskripsi dan usulan program prioritas serta langkah-langkah penting dan
peran pemangku kepentingan dapat dilihat di lampiran Mind Map Tema 2.
c. Tema 3. Fasilitator dapat menstimulasi diskusi yang mencakup aspek-aspek
branding dan knowledge management sehingga disepakati program prioritas yang akan didukung baik untuk pelestarian maupun globalisasi makanan Indonesia, termasuk langkah-langkah dan peran pemangku kepentingan.
Deskripsi dan usulan program prioritas serta langkah-langkah penting dan
peran pemangku kepentingan dapat dilihat di lampiran Mind Map Tema 3.
TEMA 2: GLOBALISASI MAKANAN INDONESI Ruang Magnolia Fasilitator: Tendi Naim
09.00 -12.00 Mendiskusikan butir-butir yang dirangkum Moderator serta disepakati Pembicara dan Peserta, sesuai
dengan tema – 2
Tim Perumus Bayu Amus & Dewi Trugarini
Mindmapping Nurul Fitry Azizah
Notulis Tim Unika Atmajaya
TEMA-3: BRANDING MAKANAN INDONESIA
Ruang Yasmine
Fasilitator: Wisnu Rahtomo
09.00 - 12.00 Mendiskusikan butir-butir yang dirangkum Moderator serta disepakati Pembicara dan Peserta, sesuai
dengan tema - 3
Tim Perumus Rian Fariza & Josephine Imelda
Mindmapping Susana Dewi R
Notulis Tim Unika Atmajaya
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 34
III.1.1 Tim Perumus: Menyusun drat usulan deklarasi Tim perumus terdiri dari:
1. Kusmayadi 2. Amiluhur Soeroso 3. Magdalena Wenas 4. Dewi Turgarini 5. Bayu Amus 6. Dewi Turgarini 7. Rian Farisa 8. Josephine Imelda 9. Virginia Kadarsan
III.1.1.1 Rumusan Deklarasi Gastronomi Indonesia
DEKLARASI GASTRONOMI INDONESIA
Kami bertekad merebut kembali Kedaulatan Pangan dan menjadikan Gastronomi Indonesia sebagai Tuan di Negeri Sendiri sebagai bagian dari upaya mengangkat Harkat, Martabat dan Jati Diri Bangsa Indonesia.
Untuk mewujudkan tekad tersebut, kami mendorong hal-hal sebagai berikut:
A. Melakukan Pendidikan Gastronomi Indonesia sejak dini dari
lingkungan Keluarga
B. Melaksanakan Strategi Komunikasi terintegrasi 360o
C. Membangun Sinergi dengan melibatkan pemangku
kepentingan (Pentahelix)
D. Mengembangkan Strategi Globalisasi Gastronomi Indonesia
E. Mengembangkan Teknologi Pangan berbasis Kearifan Lokal
CINTA GASTRONOMI INDONESIA
Jakarta, 24 November 2015
Peserta Dialog Gastronomi Nasional
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 35
III.2 Social Networking & Gastro Diplomacy, Paparan Masa Depan Gastronomi Indonesia dan
Deklarasi Gastronomi Indonesia
III.2.1 Social Networking & Gastro Diplomacy Indonesia – Denmark
Social Networking & Gastro Diplomacy, Paparan Masa Depan Gastronomi Indonesia dan Deklarasi Gastronomi Indonesia
Ruang Pre-Function
12.00 - 13.00 Rehat & makan siang
13.00 - 14.30 Social networking & Gastro diplomacy Indonesia – Denmark
Cooking Demo oleh 2 negara, DUBES DENMARK H.E. Casper Klynge dan Deputy Gubernur DKI bidang Budpar oleh Ibu Prof DR. Sylviana Murni
14.30 - 15.00 Masa Depan Gastronomi Indonesia oleh Prof FG Winarno
15.00 - 15.20 `
Perumusan Deklarasi Gastronomi Indonesia oleh Ketua AGI
Pembacaan DEKLARASI GASTRONOMI INDONESIA oleh Goris Mustaqim
Penandatanganan Deklarasi Gastronomi Indonesia
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 36
Photo-photo Social Networking & Gastro Diplomacy Indonesia – Denmark
FIGURE 11 CHEF FERNANDO SINDU, DUTA BESAR DENMARK, CASPER KLYNGE, CHEF IVAN WIBOWO – GASTRODIPLOMACY SHOW CASE – DENMARK COOKING DEMO
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 37
Figure 12 Duta Besa Denmark,Casper Klynge dan Chef Fernando Sindu
Figure 13 Duta Besa Denmark,Casper Klynge dan Deputy Gubernur Bidang Pariwisata dan Budaya, Sylvinia Murni
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 38
Figure 14 Chef Bara Pattiradjawane dalam Gastrodiplomacy Indonesia – Denmark. Chef Haryo Pramoe (Putih) menjadi curator dan komentator di acara cooking demo ini
Figure 15 Duta Besar Denmark, Casper Klynge bersama Chef Bara Pattiradjawane di acara Gastrodiplomacy Indonesia - Denmark
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 39
FIGURE 16. PROF DR. WINARNO DALAM SESI MASA DEPAN GASTRONOMI INDONESIA
FIGURE 17 PROF DR. WINARNO DALAM SESI PENGHUJUNG MASA DEPAN GASTRONOMI INDONESIA
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 40
FIGURE 18 KI-KA: KETUA AGI, VITA DATAU, PENERIMA PENGHARGAAN PELOPOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, HELIANTI HILMAN-
JAVARA, KETUA DGN, JODIE PERDANAKUSUMA
FIGURE 19 KI-KA: KOORDINATOR PROGRAM DIALOG: VIRGINIA KADARSAN, PENERIMA PENGHARGAAN PELOPOR PEMBERDAYAAN EKONOMI
MASYARAKAT,MULYATI GOZALI DARI SABABAY
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 41
FIGURE 20 KI-KA: BENDAHARA DGN, DIAN FATMAYANTY, PENERIMA PENGHARGAAN
HOTEL GASTRONOMI- GRAND MAHAKAM
FIGURE 21 KI-KA: PENDIRI AGI, AGUSTANZIL SJAHROEZAH, PENERIMA PENGHARGAAN LIFE TIME ACHIEVEMENT FOR PROMOTING INDONESIAN CULINARY, WILLIAM WONGSO – DIWAKILKAN OLEH SHANTI SERAD DARI ACMI
FIGURE 22 KI-KA: PENANGGUNG JAWAB II DGN, YOESDI IDRIS, PENERIMA PENGHARGAAN
Motivator Muda, Goris Mustaqim
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 42
FIGURE 21 PENANDATANGANAN DEKLARASI OLEH PENANGGUNG JAWAB DGN /KETUA AGI, VITA DATAU MESSAKAH (BIRU, TENGAH)
FIGURE 22 SUASANA PENANDATANGAN DEKLARASI DIALOG GASTRONOMI NASIONAL OLEH PARA PESERTA
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 43
FIGURE 23 DEKLARASI DIALOG GASTRONOMI NASIONAL
Confidential
11/30/2015 Laporan Dialog Gastronomi Nasional 44
Susunan Panitia:
Penanggung Jawab I DGN : Vita Datau Messakh
Penanggung Jawab II DGN : Yoesdi Idris
Ketua DGN : Jodie PerdanaKusuma
Bendahara DGN : Dian Fatmayanty
Koordinator Fund-Raising : Tendy Naim
Koordinator Program Diskusi : Virginia Kadarsan
Josephine Imeda
Koordinator Administrasi : Carinta Junindra Handani
Sie Administrasi dan Reservation : Dwi Maidinda Kadarsam
Koordinator Komunikasi & Sosialisasi : Josephine Imelda
Sie Komunikasi & Sosialisasi : Fony Sumolang
Dwi Maidinda Kadarsan
Koordinator Event : Tedy Tricahyono
Koordinator Lapangan : Agung Oembartoro
Jumlah peserta yang hadir pada tanggal 23 November : 108 peserta
Jumlah Media yang hadir pada tanggal 23 November: 31 media
Jumlah peserta yang hadir pada tanggal 24 November: 87 peserta
Jumlah media yang hadir pada tanggal 24 November: 17 Media
********************