Download - Laporan Awal Sel Surya
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Krisis energi merupakan salah satu masalah yang harus dipecahkan oleh
manusia. Salah satu energi alternatif yang melimpah di bumi adalah energi
matahari. Keberadaan matahari dengan intensitas yang dipancarkan ke bumi
secara terus menerus dapat dimanfaatkan secara maksimal demi kelangsungan
kehidupan manusia di muka bumi. Konversi intensitas cahaya matahari menjadi
energi listrik dapat dilakukan dengan fotovoltaik atau yang sering dikenal dengan
sel surya.
Sel surya bekerja berdasarkan fotoelektrik pada material semikonduktor
untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Prinsip kerja bahan
semikonduktor yang digunakan sebagai sel surya mirip dioda dengan pn junction.
I.2 Identifikasi Masalah
Pada praktikum ini kita akan mengukur intensitas cahaya dari sebuah
sumber. Besarnya intensitas cahaya mempengaruhi besarnya tegangan yang
dihasilkan dari proses konversi dengan menggunakan sel surya. Dari tegangan
yang dihasilkan dari proses konversi tersebut akan dihasilkan arus listrik.
Besarnya arus listrik akan diukur pada percobaan ini.
I.3 Tujuan
1. Mempelajari efek fotovoltaik.
2. Menentukan karakteristik Sel Surya.
3. Mengoptimalisasi konversi energi surya menjadi energi
listrik.
BAB II
TEORI DASAR
Sel surya : Struktur & Cara kerja
Sel surya atau juga sering disebut fotovoltaik adalah divais yang mampu mengkonversi langsung cahaya matahari menjadi listrik. Sel surya bisa disebut sebagai pemeran utama untuk memaksimalkan potensi sangat besar energi cahaya matahari yang sampai kebumi, walaupun selain dipergunakan untuk menghasilkan listrik, energi dari matahari juga bisa dimaksimalkan energi panasnya melalui sistem solar thermal.
Sel surya dapat dianalogikan sebagai divais dengan dua terminal atau sambungan, dimana saat kondisi gelap atau tidak cukup cahaya berfungsi seperti dioda, dan saat disinari dengan cahaya matahari dapat menghasilkan tegangan. Ketika disinari, umumnya satu sel surya komersial menghasilkan tegangan dc sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit dalam skala milliampere per cm2. Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai aplikasi, sehingga umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri membentuk modul surya. Satu modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan total menghasilkan tegangan dc sebesar 12 V dalam kondisi penyinaran standar (Air Mass 1.5). Modul surya tersebut bisa digabungkan secara paralel atau seri untuk memperbesar total tegangan dan arus outputnya sesuai dengan daya yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu. Gambar dibawah menunjukan ilustrasi dari modul surya.
Modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya yang dirangkai seri untuk memperbesar total daya output. (Gambar :”The Physics of Solar Cell”, Jenny Nelson)
Struktur Sel Surya
Sesuai dengan perkembangan sains&teknologi, jenis-jenis teknologi sel surya pun berkembang dengan berbagai inovasi. Ada yang disebut sel surya generasi satu, dua, tiga dan empat, dengan struktur atau bagian-bagian penyusun sel yang berbeda pula (Jenis-jenis teknologi surya akan dibahas di tulisan “Sel Surya : Jenis-jenis teknologi”). Dalam tulisan ini akan dibahas struktur dan cara kerja dari sel surya yang umum berada dipasaran saat ini yaitu sel surya berbasis material silikon yang juga secara umum mencakup struktur dan cara kerja sel surya generasi pertama (sel surya silikon) dan kedua (thin film/lapisan tipis).
Struktur dari sel surya komersial yang menggunakan material silikon sebagai semikonduktor. (Gambar:HowStuffWorks)
Gambar diatas menunjukan ilustrasi sel surya dan juga bagian-bagiannya. Secara umum terdiri dari :
1. Substrat/Metal backing
Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya. Material substrat juga harus mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena juga berfungsi sebagai kontak terminal positif sel surya, sehinga umumnya digunakan material metal atau logam seperti aluminium atau molybdenum. Untuk sel surya dye-sensitized (DSSC) dan sel surya organik, substrat juga berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya sehingga material yang digunakan yaitu material yang konduktif tapi juga transparan sepertii ndium tin oxide (ITO) dan flourine doped tin oxide (FTO).
2. Material semikonduktor
Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang biasanya mempunyai tebal sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya generasi pertama (silikon), dan 1-3 mikrometer untuk sel surya lapisan tipis. Material semikonduktor inilah yang berfungsi menyerap cahaya dari sinar matahari. Untuk kasus gambar diatas, semikonduktor yang digunakan adalah material silikon, yang umum diaplikasikan di industri elektronik. Sedangkan untuk sel surya lapisan tipis, material semikonduktor yang umum digunakan dan telah masuk pasaran yaitu contohnya material Cu(In,Ga)(S,Se)2 (CIGS), CdTe (kadmium telluride), dan amorphous silikon, disamping material-material semikonduktor potensial lain yang dalam sedang dalam penelitian intensif seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS) dan Cu2O (copper oxide).
Bagian semikonduktor tersebut terdiri dari junction atau gabungan dari dua material semikonduktor yaitu semikonduktor tipe-p (material-material yang disebutkan diatas) dan tipe-n (silikon tipe-n, CdS,dll) yang membentuk p-n junction. P-n junction ini menjadi kunci dari prinsip kerja sel surya. Pengertian semikonduktor tipe-p, tipe-n, dan juga prinsip p-n junction dan sel surya akan dibahas dibagian “cara kerja sel surya”.
3. Kontak metal / contact grid
Selain substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material semikonduktor biasanya dilapiskan material metal atau material konduktif transparan sebagai kontak negatif.
4.Lapisan antireflektif
Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang terserap oleh semikonduktor. Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh lapisan anti-refleksi. Material anti-refleksi ini adalah lapisan tipis material dengan besar indeks refraktif optik antara semikonduktor dan udara yang menyebabkan cahaya dibelokkan ke arah semikonduktor sehingga meminimumkan cahaya yang dipantulkan kembali.
5.Enkapsulasi / cover glass
Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya dari hujan atau kotoran.
Cara kerja sel surya
Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari ikatan-ikatan atom yang dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai kelebihan elektron (muatan negatif) sedangkan semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan hole (muatan positif) dalam struktur atomnya. Kondisi kelebihan elektron dan hole tersebut bisa terjadi dengan mendoping material dengan atom dopant. Sebagai contoh untuk mendapatkan material silikon tipe-p, silikon didoping oleh atom boron, sedangkan untuk mendapatkan material silikon tipe-n, silikon didoping oleh atom fosfor. Ilustrasi dibawah menggambarkan junction semikonduktor tipe-p dan tipe-n.
Junction antara semikonduktor tipe-p (kelebihan hole) dan tipe-n (kelebihan elektron). (Gambar : eere.energy.gov)
Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga elektron (dan hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik. Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka kelebihan elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga membentuk kutub positif pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub negatif pada semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini maka terbentuk medan listrik yang mana ketika cahaya matahari mengenai susuna p-n junction ini maka akan mendorong elektron bergerak dari semikonduktor menuju kontak negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya hole bergerak menuju kontak positif menunggu elektron datang, seperti diilustrasikan pada gambar dibawah.
Ilustrasi cara kerja sel surya dengan prinsip p-n junction. (Gambar : sun-nrg.org)
Proses konversiProses pengubahan atau konversi cahaya matahari menjadi
listrik ini dimungkinkan karena bahan material yang menyusun sel surya berupa semikonduktor. Lebih tepatnya tersusun atas dua jenis semikonduktor; yakni jenis n dan jenis p. Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang memiliki kelebihan elektron, sehingga kelebihan muatan negatif, (n = negatif). Sedangkan semikonduktor jenis p memiliki kelebihan hole, sehingga disebut dengan p ( p = positif) karena kelebihan muatan positif. Caranya, dengan menambahkan unsur lain ke dalam semkonduktor, maka kita dapat mengontrol jenis semikonduktor tersebut, sebagaimana diilustrasikan pada gambar di bawah ini.
Pada awalnya, pembuatan dua jenis semikonduktor ini dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat konduktifitas atau tingkat kemampuan daya hantar listrik dan panas semikonduktor alami. Di dalam semikonduktor alami (disebut dengan semikonduktor intrinsik) ini, elektron maupun hole memiliki jumlah yang sama. Kelebihan elektron atau hole dapat meningkatkan daya hantar listrik maupun panas dari sebuah semikoduktor.
Misal semikonduktor intrinsik yang dimaksud ialah silikon (Si). Semikonduktor jenis p, biasanya dibuat dengan menambahkan unsur boron (B), aluminum (Al), gallium (Ga) atau Indium (In) ke dalam Si. Unsur-unsur tambahan ini akan menambah jumlah hole. Sedangkan semikonduktor jenis n dibuat dengan menambahkan nitrogen (N), fosfor (P) atau arsen (As) ke dalam Si. Dari sini, tambahan elektron dapat diperoleh. Sedangkan, Si intrinsik sendiri tidak mengandung unsur tambahan. Usaha menambahkan unsur tambahan ini disebut dengan doping yang jumlahnya tidak lebih dari 1 % dibandingkan dengan berat Si yang hendak di-doping. Dua jenis semikonduktor n dan p ini jika disatukan akan membentuk sambungan p-n atau dioda p-n (istilah lain menyebutnya dengan sambungan metalurgi / metallurgical junction) yang dapat digambarkan sebagai berikut.1. Semikonduktor jenis p dan n sebelum disambung.
2. Sesaat setelah dua jenis semikonduktor ini disambung, terjadi perpindahan elektronelektron dari semikonduktor n menuju semikonduktor p, dan perpindahan hole dari semikonduktor p menuju semikonduktor n. Perpindahan elektron maupun hole ini hanya sampai pada jarak tertentu dari batas sambungan awal.
3. Elektron dari semikonduktor n bersatu dengan hole pada semikonduktor p yang mengakibatkan jumlah hole pada semikonduktor p akan berkurang. Daerah ini akhirnya berubah menjadi lebih bermuatan positif. Pada saat yang sama. hole dari semikonduktor p bersatu dengan elektron yang ada pada semikonduktor n yang mengakibatkan jumlah elektron di daerah ini berkurang. Daerah ini akhirnya lebih bermuatan positif.
4. Daerah negatif dan positif ini disebut dengan daerah deplesi (depletion region) ditandai dengan huruf W.
5. Baik elektron maupun hole yang ada pada daerah deplesi disebut dengan pembawa muatan minoritas (minority charge carriers) karena keberadaannya di jenis semikonduktor yang berbeda.
6. Dikarenakan adanya perbedaan muatan positif dan negatif di daerah deplesi, maka timbul dengan sendirinya medan listrik internal E dari sisi positif ke sisi negatif, yang mencoba menarik kembali hole ke semikonduktor p dan elektron ke semikonduktor n. Medan listrik ini cenderung berlawanan dengan perpindahan hole maupun elektron pada awal terjadinya daerah deplesi (nomor 1 di atas).
7. Adanya medan listrik mengakibatkan sambungan pn berada pada titik setimbang, yakni saat di mana jumlah hole yang berpindah dari semikonduktor p ke n dikompensasi dengan jumlah hole yang tertarik kembali kearah semikonduktor p akibat medan listrik E. Begitu pula dengan jumlah elektron yang berpindah dari smikonduktor n ke p, dikompensasi dengan mengalirnya kembali elektron ke semikonduktor n akibat tarikan medan listrik E. Dengan kata lain, medan listrik E mencegah seluruh elektron dan hole berpindah dari semikonduktor yang satu ke semiikonduktor yang lain.
Pada sambungan p-n inilah proses konversi cahaya matahari menjadi listrik terjadi. Untuk keperluan sel surya, semikonduktor n berada pada lapisan atas sambungan p yang menghadap kearah datangnya cahaya matahari, dan dibuat jauh lebih tipis dari semikonduktor p, sehingga cahaya matahari yang jatuh ke permukaan sel surya dapat terus terserap dan masuk ke daerah deplesi dan semikonduktor p.
Ketika sambungan semikonduktor ini terkena cahaya matahari, maka elektron mendapat energi dari cahaya matahari untuk melepaskan dirinya dari semikonduktor n, daerah deplesi maupun semikonduktor. Terlepasnya elektron ini meninggalkan
hole pada daerah yang ditinggalkan oleh elektron yang disebut dengan fotogenerasi elektron-hole (electron-hole photogeneration) yakni, terbentuknya pasangan elektron dan hole akibat cahaya matahari.
Cahaya matahari dengan panjang gelombang (dilambangkan dengan simbol “lambda” sbgn digambar atas ) yang berbeda, membuat fotogenerasi pada sambungan pn berada pada bagian sambungan pn yang berbeda pula. Spektrum merah dari cahaya matahari yang memiliki panjang gelombang lebih panjang, mampu menembus daerah deplesi hingga terserap di semikonduktor p yang akhirnya menghasilkan proses fotogenerasi di sana. Spektrum biru dengan panjang gelombang yang jauh lebih pendek hanya terserap di daerah semikonduktor n.
Selanjutnya, dikarenakan pada sambungan pn terdapat medan listrik E, elektron hasil fotogenerasi tertarik ke arah semikonduktor n, begitu pula dengan hole yang tertarik ke arahsemikonduktor p. Apabila rangkaian kabel dihubungkan ke dua bagian semikonduktor, maka elektron akan mengalir melalui kabel. Jika sebuah lampu kecil dihubungkan ke kabel, lampu tersebut menyala dikarenakan mendapat arus listrik, dimana arus listrik ini timbul akibat pergerakan elektron.
Pada umumnya, untuk memperkenalkan cara kerja sel surya secara umum, ilustrasi di bawah ini menjelaskan segalanya tentang proses konversi cahaya matahari menjadi energi listrik.
BAB IIIPROSEDUR PERCOBAAN
III. 1 Alat dan Bahan
1. Modul sel surya
Fungsi : Sebagai alat petunjuk praktikum.
2. Rheostat/Potensiometer
Fungsi : Sebagai alat pengukur potensial.
3. Multimeter digital dua buah
Fungsi : Untuk mengukur tegangan listrik
4. Power Supply
Fungsi : Sebagai Sumber tergangan
5. Sumber cahaya
6. Detektor cahaya (Thermopile)
Fungsi : Untuk mendeteksi intensitas sumber cahaya
7. Air blower
Funsgi : untuk mendinginkan suhu sekitar thermopile
8. Perlengkapan lainnya
III. 2 Prosedur Percobaan
1. Menentukan intensitas cahaya :
a. Menempatkan sumber cahaya dan detektor pada jarak
tertentu (minimal 50 cm), mengukur intensitas cahaya
dengan menggunakan detektor cahaya (Thermopile).
b. Memvariasikan jarak sumber cahaya dengan detektor
untuk mendapatkan titik dengan intensitas yang
berbeda.
2. Menentukan arus hubung singkat dan tegangan terbuka :
a. Merangkai Sel Surya seperti pada gambar 3 dalam
modul.
b. Menempatkan sumber cahaya sedemikian rupa
sehingga seluruh permukaan panel Sel Surya tersinari.
c. Mengatur potensiometer/hambatan geser pada posisi
resistansi maksimum. Mencatat nilai yang ditunjukkan
masing-masing alat ukur (Voltmeter dan Amperemeter).
d. Menurunkan resistansi hambatan geser secara perlahan,
dan mencatat nilai pembacaan pada masing-masing
alat ukur untuk setiap perubahan resistansi. Melakukan
sampai nilai resistansi mencapai harga minimum. (Cat :
Arus hubung singkat dan tegangan terbuka dipengaruhi
temperatur, untuk temperatur kamar gunakan Air
blower dingin).
3. Menentukan ketergantungan aus hubung singkat dan
tegangan terbuka terhadap temperatur :
a. Meniupkan udara panas ke permukaan sel surya,
mengukur temperatur permukaan secara langsung
menggunakan thermometer. (Jangan menyentuh
permukaan sel surya, lapisan p-nya mudah rusak).
b. Mengulangi prosedur percobaan (2).
4. Menentukan kurva karakteristik pada intensitas cahaya
yang berbeda :
a. Mengulangi prosedur percobaan (2), untuk jarak antara
sumber cahaya dan sel surya (Intensitas cahaya telah
diukur pada 2.1) yang berbeda. Melakukan untuk
beberapa variasi jarak.
5. Menentukan kurva karakteristik pada kondisi lingkungan
yang berbeda :
Mengulangi prosedur percobaan (2), dengan :
a. Melakukan pendinginan dengan Blower.
b. Tanpa pendinginan.
c. Cahaya terlebih dahulu dilewatkan melalui pelat kaca.
6. Mengamati pengaruh panjang gelombang terhadap rapat
arus :
Mengulangi prosedur percobaan (2), dengan :
a. Menggunakan sumber cahaya yang berbeda.
b. Cahaya terlebih dahulu dilewatkan melalui filter
berbagai warna.
7. Mengamati karakteristik konversi alat dibawah pengaruh
sinar matahari :
Mengulangi prosedur percobaan (2) dengan menggunakan
sinar matahari langsung.
BAB IV
TUGAS PENDAHULUAN
Tugas KBK
1. Pada eksperimen ini, sebagai bahan dasar sel surya
digunakan bahan semikonduktor. Bahan mekanisme
konversi cahaya menjadi tegangan listrik oleh bahan
semikonduktor. Berdasarkan mekanisme tersebut berikan
prediksi apakah efek fotovoltaik ini juga dapat terjadi pada
bahan lain (non-semikonduktor).
Jawab : Prinsip kerja efek fotoviltaik ini berakitan dengan
mobilitas elektron pada pita energi sehingga bisa saja
terjadi pada bahan non-semikonduktor. Namun karena
kerapatan elektron pada semikonduktor lebih dekat maka
digunakan lah bahan ini.
2. Buat perencanaan bagaimana modul-modul sel surya (4
modul) disusun untuk mendapatkan daya maksimum. Dari
segi instrumentasi yang digunakan pada eksperimen ini,
faktor apa saja yang dapat menurunkan efisiensi/daya
maksimum. Bagaimana cara mengatasinya. Rencanakan
juga perangkat penyimpanan energi listrik yang dihasilkan
agar energi surya dapat juga dimanfaatkan pada saat tidak
ada sinar matahari (malam hari atau hari mendung).
Jawab : Hal pertama yang harus dilakukan adalah kita
harus meletakan sumber cahaya dengan sel surya sedekat
mungkin agar energi yang diterima cukup besar. Kemudian
luas permukaan yang dimiliki oleh sel surya tersebut
haruslah besar agar energi thermal yang diterima juga
besar. Dan yang paling penting adalah lapisannya harus
setipis mungkin untuk memudahkan eksitasi elektron.
3. Bagaimana /dimana modul sel surya harus dipasang agar
diperoleh daya maksimum (bahas keterkaitannya dengan
letak geografis dan posisi bumi terhadap matahari/musim,
dll).
Jawab : Modul sel surya harus diletakkan ditempat yang
setiap hari terkena sinar matahari dan tiap jam nya dalam
sehari tidak terhalangi oleh apapun. Lebih baik disimpan di
dataran rendah, agar panas yang diterima maksimal.
4. Dari perangkat pemanfaatan energi surya yang ada, apa
kelebihan dan kekurangan sel fotofoltaik.
Jawab : Kelebihannya adalah tidak ada batasan dalam
konversinya dan lebih sederhana. Sedangkan
kekurangannya adalah bahannya sangat mahal.
5. Dari segi keselamatan lingkungan, bahas keuntungan dan
kerugian panggunaan sel surya sebagai sarana
pemanfaatan energi surya.
Jawab : Keuntungannya adalah energi matahari tidak
terbatas sehingga tidak mengaggu stabilitas lingkungan.
Kerugiannya untuk lingkungan belum saya analisa lebih
lanjut.
Tugas Pendahuluan
1. Pelajari prinsip kerja dan karakteristik sambungan P-N
secara umum , bahas bagaimana sambungan P-N dapat
berfungsi sebagai dioda biasa, fotodioda, foto detektor ,
LED dan sel surya
2. Buat/turunkan perumusan untuk menentukan daya
maksimum dan efisiensi konversi sebuah sel surya
Jawaban
1. Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n disambungkan
maka akan terjadi difusi hole dari tipe-p menuju tipe-n dan
difusi elektron dari tipe-n menuju tipe-p. Difusi tersebut
akan meninggalkan daerah yang lebih positif pada batas
tipe-n dan daerah lebih negatif pada batas tipe-p. Batas
tempat terjadinya perbedaan muatan pada sambungan p-
n disebut dengan daerah deplesi. Adanya perbedaan
muatan pada daerah deplesi akan mengakibatkan
munculnya medan listrik yang mampu menghentikan laju
difusi selanjutnya. Medan listrik tersebut mengakibatkan
munculnya arus drift. Namun arus ini terimbangi oleh arus
difusi sehingga secara keseluruhan tidak ada arus listrik
yang mengalir pada semikonduktor sambungan p-n
tersebut. Sebagaimana yang kita ketahui bersama,
elektron adalah partikel bermuatan yang mampu
dipengaruhi oleh medan listrik. Kehadiran medan listrik
pada elektron dapat mengakibatkan elektron bergerak.
Hal inilah yang dilakukan pada sel surya sambungan p-n,
yaitu dengan menghasilkan medan listrik pada
sambungan p-n agar elektron dapat mengalir akibat
kehadiran medan listrik tersebut. Ketika semikonduktor
sambungan p-n disinari maka akan terjadi pelepasan
elektron dan hole pada semikonduktor tersebut. Lepasnya
pambawa muatan tersebut mengakibatkan penambahan
kuat medan listrik di daerah deplesi. Adanya kelebihan
muatan ini akan mengakibatkan muatan ini bergerak
karena adanya medan listrik pada daerah deplesi. Pada
keadaan ini, arus drift lebih besar daripada arus difusi
sehingga secara keseluruhan dihasilkan arus berupa arus
drift, yaitu arus yang dihasilkan karena kemunculan
medan listrik. Arus inilah yang kemudian dimanfaatkan
oleh sel surya sambungan p-n sebagai arus listrik.
2. Daya maksimum dapat dinyatakan dalam FILL factor yang
didefinisikan sebagai :
FF=V max I max
V oc I sc
x100 %
Sedangkan untuk efisiensinya kita bisa definisikan
sebagai :
η=Pmax
P¿x100 %=
V oc I sc FF
A Φx100 %
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anonim._____.Sel Surya Struktur dan Cara Kerja http://teknologisurya.wordpress.com/dasar-teknologi-sel-surya/prinsip-kerja-sel-surya/ (Diakses pada tanggal 6 Oktober 2013)
[2] Angga.Pembangkit listrik tenaga surya.doc sumberbelajarangga.files.wordpress.com
LAPORAN AWAL
PRAKTIKUM EKSPERIMEN IIA
SEL SURYA
(SS)
Nama : Syafiul Anam
NPM : 140310110031
Partner : Dadan Suhendar
NPM : 140310110019
Hari/Tgl Praktikum : Selasa, 8 Oktober 2013
Asisten :
Laboratorium Fisika Eksperimen
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjadjaran
2013
LEMBAR PENGESAHAN
(SS)
SEL SURYA
Nama : Syafiul Anam
NPM : 140310110031
Partner : Dadan Suhendar
NPM : 140310110019
Hari/Tgl Praktikum : Selasa, 8 Oktober 2013
Asisten :
Nilai
Awal Akhir Speaken awal Speaken akhir
Jatinangor, 8 Oktober 2013
Asisten
(……………….)