Download - LAPORAN ANALISIS KASUS
LAPORAN ANALISIS KASUS (PJBL)
“ANSIETAS”
Anggota Kelompok
1:
1. Mega Wijaya
115070200111002
2. Maulana Rahmat
Hidayatullah
115070200111030
3. Achmad Mansyur
Annawawi 115070205111002
4. Adelia Rochma 115070201111006
5. Doma Martapura 115070200111028
6. Faizzatul Mudawamah 115070207111008
7. Novita Wulandari 115070200111048
8. Erwina Rusmawati 115070201111018
9. Ni Made Ardaningsih 115070201111008
10. Indah Dwi Rahayu 115070201111016
11. Nirma Pangestika 115070200111022
12. Novitasari Andriani 115070207111014
13. Ifa Rahmawati 115070200111012
14. Uzzy Lintang Savitri 115070200111010
15. Aga Aulia Sintaria 115070207111026
16. Reni Catur Rahmawati 115070200111040
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
201
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi analisis Project
Based Learning (PJBL) dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Karya
Tulis ini, yaitu: .
1. Ns. Heni Dwi Windarwati, M.Kep.,S.kep. selaku dosen Foundation
of Nursing yang telah membimbing sehingga laporan hasil diskusi
analisis Project Based Learning (PJBL) ini dengan baik.
2. Orang tua penulis, yang telah memberi dukungan semangat, doa,
dan materi.
3. Saudara dan teman-teman yang memotivasi dan memberi
dukungan moral maupun materialdan pihak-pihak lain yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu di sini. Semoga Allah
menerima dan membalas kebaikan Bapak /Ibu/ Saudara.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyajikan laporan
hasil diskusi Panduan Project Based Learning (PJBL) dengan baik,
namun penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan
mengharap kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di
masa yang akan datang.
Malang, 18 Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul..........................................................................................................
Kata
Penganta
r.........................................................................................................
Daftar
Isi..................................................................................................................
Trigger
(Ansietas)....................................................................................................
Rumusan
Masalah....................................................................................................
Hasil diskusi analisis
kasus......................................................................................
Daftar
Pustaka..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sebagai seorang perawat professional, dalam proses
pengkajian dan penentuan asuhan keperawatan yang tepat bagi
pasien diperlukan kemampuan analisa yang tepat pada pasien.
Perawat harus mampu mengkaji pasien dari segala aspek untuk
dapat menentukan asuhan keperawatan yang tepat. Dari semua
teori yang telah di dapat selama pendidikan dapat diaplikasikan ke
dalam analisis masalah pasien. Pemahaman tentang semua teori
tersebut berperan penting dalam proses penentuan asuhan
keperawatan yang tepat bagi pasien.
1.2Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan pendekatan profesional keperawatan
berdasarkan trigger?
2. Bagaimana penerapan teori model yang tepat dan alasannya
berdasarkan triger?
3. Bagaimana penerapan konsep sehat sakit dan stress adaptasi
berdasarkan triger?
4. Bagaimana penerapan konsep tumbuh kembang berdasarkan
trigger?
5. Bagaimana penerapan teori kebutuhan dasar manusia
berdasarkan trigger?
6. Bagaimana penerapan konsep berubah berdasarkan trigger?
7. Bagaimana penerapan konsep transkulturan keperawatan
berdasarkan trigger?
8. Bagaimana penerapan konsep spiritual berdasarkan trigger?
1.3Tujuan
1. Untuk mengetahui penerapan pendekatan profesional
keperawatan berdasarkan trigger
2. Untuk mengetahui penerapan teori model yang tepat dan
alasannya berdasarkan triger
3. Untuk mengetahui penerapan konsep sehat sakit dan stress
adaptasi berdasarkan triger
4. Untuk mengetahui penerapan konsep tumbuh kembang
berdasarkan trigger
5. Untuk mengetahui penerapan teori kebutuhan dasar manusia
berdasarkan trigger
6. Untuk mengetahui penerapan konsep berubah berdasarkan
trigger
7. Untuk mengetahui penerapan konsep transkulturan
keperawatan berdasarkan trigger
8. Untuk mengetahui penerapan konsep spiritual berdasarkan
trigger
1.4Manfaat
1. Manfaat akademik : Mahasiswa dapat menentukan berbagai
teori yang tepat untuk mengkaji pasien dari segala aspek dan
menentukan asuhan keperawatan yang tepat.
2. Manfaat bagi masyarakat : Memberikan contoh pada
masyarakat umum yang ingin mempelajari tentang pengkajian
dan penentuan asuhan keperawatan yang tepat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Trigger 1 (Ansietas)
Seorang perempuan usia 30 tahun dirawat di rumah bersalin
karena melahirkan anak ketiganya dengan cara operasi Caesarea.
Selama dirawat, pasien mengatakan cemas karena anak-anaknya
dirumah tidak ada yang merawat. Pasien ingin segera pulang tapi kondisi
fisiknya masih lemah. Pasien takut berjalan ke kamar mandi karena kuatir
jahitan operasinya terbuka. Pasien dibantu untuk pemenuhan perawatan
dirinya. Saat ini seorang perawat sedang melakukan pengkajian untuk
menentukan teori model keperawatan yang cocok, agar perawat bisa
membantu mencari jalan keluar atas permasalahan pasien.
2.2 Hasil Diskusi Analisis Trigger
a. Penerapan pendekatan profesional keperawatan berdasarkan
trigger
Sebagai seorang perawat professional, ada banyak hal yang
harus dilakukan dalam membantu proses kesembuhan pasien
dalam kasus ini. Hal dasar yang harus dilakukan dalah dengan
mengkaji pasien terhadap keadaan yang dialami pasca operasi
caesarea dan membantu pasien untuk menuju tingkat kesehatan
yang lebih tinggi. Perawat harus menjalankan tugas utamanya
yaitu sebagai care giver, communicator, teacher/educator,
counselor, leader, researcher, dan advocate. Dalam kasus ini
peran perawat yang lebih dominan adalah sebagai care giver dan
juga counselor.
1. Care giver
Pada trigger telah disebutkan bahwa pasien mengalami
ansietas pasca operasi caesarea yaitu merasa cemas
terhadap anak-anaknya di rumah dan takut berjalan ke
kamar mandi karena takut jahitannya terbuka. Dalam trigger
terlihat peran perawat memberikan perawatan dengan cara
membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan pasien
yaitu membantu berjalan ke kamar mandi agar si pasien
tidak khawatir jahitannya akan terbuka.
2. Counselor
Pada trigger disebutkan bahwa perawat sedang
melakukan pengkajian untuk menentukan teori model
keperawatan yang cocok, agar perawat bisa membantu
mencari jalan keluar atas permasalahan pasien.
Perawat harus dapat membantu pemenuhan kebutuhan
pasien dan juga memberikan saran tentang tindakan yang
harus dilakukan pada pasien. Menurut standar praktik
keperawatan yang dilakukan oleh ANA, tindakan yang harus
dilakukan dalam kasus ini adalah :
1. Assessment
2. Diagnosis
3. Outcomes Identification
4. Planning
5. Implementation
6. Evaluation
Perawat harus melakukan keenam hal diatas, dengan
harapan agar pasien dapat mencapai tingkat kesehatan yang
diharapkan pasca operasi serta mengendalikan mengontrol
keadaan dan kondisi psikologis pasien.
b. Penerapan teori model yang tepat dan alasannya berdasarkan
trigger
Dalam kasus ini, teori model yang tepat adalah teori Orem
Self Care Deficit dan Theory of Human Caring (Watson). Teori
Orem Self Care Deficit menjadi teori model yang tepat
dikarenakan dalam kasus ini pasien dibantu untuk memenuhi
kebutuhannya. Dan hal ini sejalan dengan teori Orem. Teori Orem
menyebutkan bahwa setiap orang memerlukan perawatan diri
untuk mempertahankan kesehatan dan tetap hidup. Hal ini
tentunya memperkuat bahwa teori Orem dalah teori model yang
tepat, selain itu, Theory Human of Caring yang dikemukakan oleh
Watson juga dianggap tepat untuk kasus ini. Teori ini
mengemukakan bahwa pasien dilihat secara holistic, yaitu jiwa,
raga, dan pikiran; ketiganya merupakan satu kesatuan. Nursing
Goal dalam teori ini adalah membuat harmoni antara jiwa, raga,
dan pikiran untuk membantu pasien mencapai tingkat kesehatan
yang lebih tinggi. Hal ini tentunya sejalan dengan masalah pasien
dalam kasus ini yang merasa takut untuk bergerak dan cemas
atas keadaan anak-anaknya, paseien memerlukanbantuan dalam
hal psikologis untuk mempercepat pemulihan, dan kedua teori ini
dianggap menjadi teori yang paling tepat untuk membantu proses
pemulihan pasien.
c. Penerapan konsep sehat sakit dan stress adaptasi
berdasarkan trigger
Penerapan konsep sehat sakit yang dianggap tepat dalam
kasus ini adalah “Smith’s models of Health” pada adaptive model.
Model ini menganggap bahwa selama seseorang tidak dapat
beradaptasi, maka ia dianggap sakit. Model ini sangat cocok
dengan yang dialami pasien dimana ia belum dapt beradaptasi
dengan keadaan pasca operasi (ditunjukkan dengan adanya
ketakutan untuk melakukan mobilisasi). Stress yang dialami
pasien merupakan stress sebagai respon, yakni stress yang timbul
akibat adanya perubahan kondisi kesehatan (pasca operasi).
Pada pasien ini terjadi GAS (General Adaptation Syndrome) yaitu
keadaan sakit pada bagian perut (pasca operasi) yang
mengakibatkan sakit pada seluruh tubuh dan penurunan
kemampuan mobilisasi. Strategi stress adaptasi yang dapat
digunakan adalah strategi Long Term Dengan melibatkan orang-
orang di sekitar pasien (keluarga) untuk memberikan dorongan
dan motivasi pada pasien. Pasien menunjukkan keadaan
stressnya melalui ansietas/kecemasan, yaitu kecemasan akan
keadaan anak-anaknya karena ia tidak dapat merawat mereka
secara langsung dan kecemasan bila jahitan akan lepas saat ia
melakukan mobilisasi ke kamar mandi.
d. Penerapan konsep tumbuh kembang berdasarkan trigger
Pada pasien dalam kasus ini sudah tidak terjadi proses
pertumbuhan, dikarenakan pasien telah melewati titik optimal
pertumbuhan yaitu pada usia 20 tahun. Secara umum,
perkembangan yang terjadi pada pasien dengan usia 30 tahun
adalah proses berpikir yang kompleks atas berbagai peran
sosialnya baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Dalam
kasus ini tidak terjadi perubahan tugas perkembangan, hanya saja
terjadi sedikit hambatan pada tugas perkembangan dikarenakan
keterbatasan klien dalam menjalankan perannya akibat pasca
operasi caesarea. Akan terjadi adaptasi pasien terhadap peran
barunya, yaitu sebagai ibu dengan 3 orang anak. Diharapkan
pasien akan kembali bisa menjalankan peran sesuai dengan tugas
perkembangannya dan menjalankan peran barunya dengan baik
setelah luka pasca operasi caesarea pada pasien sembuh. Peran
perawat sangat dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka
pasca operasi caesarea pada pasien, selain itu dukungan dari
keluarga terutama suami juga sangat diperlukan untuk
mempercepat penyembuhan pasien sehingga klien dapat kembali
menjalankan perannya secara aktif.
e. Penerapan teori kebutuhan dasar manusia berdasarkan
trigger
Teori kebutuhan dasar manusia yang digunakan dalam kasus
ini adalah teori Maslow. Yang mengungkapkan bahwakonsep
aktualisasi diri merupakan keinginan untuk mewujudkan
kemampuan diri atau keinginan untuk menjadi apapun yang
mampu dicapai oleh setiap individu. Menurut teori ini ada
beberapa tingkatan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh
setiap orang, yaitu:
1. Physiological (Biologis) yang meliputi pernapasan, makanan,
air, dll.
2. Safety, yaitu keadaan aman menurut pasien
3. Love and belonging yang meliputi perhatian dan kasih sayang
keluarga atau orang orang di sekitar
4. Esteem, merupakan kepercayaan diri pasien untuk sembuh
5. Self actualization, yaitu aktualisasi diri pasien untuk mencapai
tingkat kesehatan yang dimiliki
Kebutuhan dasar yang paling diperlukan oleh pasien dalam
kasus ini adalah pemenuhan safety/comfort/kenyamanan. Hal ini
ditunjukkan dengan pasien yang merasa khawatir bila jahitan
bekas operasi akan terbuka. Pasien mengalami kekhawatiran ini
mungkin dikarenakan adanya rasa nyeri pada jahitan.
Kekhawatiran pasien mungkin tidak terjadi begitu saja, tentu ada
penyebab khusus dari kekhawatiran tersebut, jadi sebagai
seorang perawat kita harus mengadakan pengkajian lebih lanjut
tentang penyebab dari kekhawatiran pasien agar kekhawatiran
pasien dapat segera diatasi. Selain dari segi safety, perawat juga
harus mengkaji dari segi biologis dimana telah disebutkan dalam
kasus bahawa klien masih merasa lemas. Hal ini mengkin saja
disebabkan adanya masalah baik dari segi nutrisi atau dari hal lain
yang menyebabkan pasien menjadi lemas. Jadi, perawat juga
harus mengkaji dari sisi kebutuhan biologis pasien.
f. Penerapan konsep berubah berdasarkan trigger
Bentuk perubahan yang terjadi pada pasien adalah
Incremental Change / Frame-Bending Change (perubahan
sebagian) yakni perubahan yang dilakukan hanya pada beberapa
bagian saja dari pasien, tidak secara keseluruhan dan Planned
Change yaitu proses perubahan yang dilakukan oleh change
agent secara sengaja dengan perencanaan sebelumnya. Strategi
perubahan yang digunakan adalah dengan cara Shared Power
Strategy (Normative-Reducative apprach) yang memberdayakan
kekuatan orang lain (orang disekitar/yang dianggap penting serta
disegani) untuk melakukan perubahan. Jadi dalam kasus ini
perawat sengaja melakukan beberapa perubahan pada diri
pasien, strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan
perubahan yang diinginkan adalah dengan menggunakan
pengaruh orang lain (orang-orang terdekat) untuk memberikan
intervensi pada pasien agar pasien mau untuk berubah. Selain itu,
penerapan Rational Persuassion Strategy juga harus diterapkan
dalam kasus ini. Rational Persuassion Strategy mengedepankan
perawaat sebagai change agent yang menggunakan pengalaman,
pengetahuan dan argument dari perawat untuk memberikan
intervensi perubahan pada pasien. Rational Persuassion Strategy
dan Shared Power Strategy bekerja secara sinergis dan saling
melengkapi dalam proses perubahan.
g. Penerapan konsep transkulturan keperawatan berdasarkan
trigger
Transkulturan adalah hal yang tidak dapat diabaikan,
transkulturan merupakan frame yang berbeda yang perlu untuk
dikaji lebih lanjut. Dalam kasus ini nampaknya tidak terdapat
perbedaan kultur antara pasien dan perawat. Hal ini dibuktikan
dengan ketersediaan pasien untuk melakukan operasi caesarea
yang secara tidak langsung telah menunjukkan bahwa pasien
merupakan masyarakat yang menerima adanya perkembangan
teknologi dalam dunia kesehatan. Namun untuk mengantisipasi
adanya perbedaan kultur, perawat harus melakukan pengkajian
untuk menentukan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien.
Mungkin yang perlu ditekankan sebagai upaya untuk
meningkatkan kesehatan fisik pasien adalah tentang pemahaman
pasien terhadap proses elahiran. Pasien perlu diberikan
pengetahuan tambahan mengenai proses persalinan agar tidak
terjadi pemahaman yang salah tentang proses persalinan.
h. Penerapan konsep spiritual berdasarkan trigger
Spiritual merupakan koneksi antara makhluk dengan
Tuhannya yang harus diwujudkan. Kondisi spiritual seseorang
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya, oleh karena itu
kebutuhan spiritual seseorangharus dipenuhi terlebih lagi orang
tersebut sedang dalam keadaan sakit. Kondisi spiritualnya harus
tetap sehat agar keadaan fisiknya tidak bertambah parah, kondisi
spiritual yang sehat juga akan membantu proses penyembuhan
kondisi fisik pasien. Dalam kasus ini nampaknya pasien
membutuhkan bantuan perawat untuk memenuhi kebutuhan
spiritualnya dikarenakan kemampuan mobilisasi pasien yang
masih terbatas pasca operasi. Perawat harus melakukan
pengkajian terlebih dahulu terhadap agama dan kondisi spiritual
pasien untuk melakukan tindakan yang tepat pada pasien untuk
memenuhi kebutuhan spiritualnya. Selain itu, persepsi pasien
dalam merawat anak juga perlu dikaji. Jangan sampai pasien
merasa bahwa merawat anak adalah suatu beban, sebab hal ini
dapat menambah keadaan stress pada pasien yang dapat
berpengaruh terhadap kondisi kesehatannya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Dalam pendekatan profesional keperawatan, perawat memiliki
berbagai peran. Peran perawat yang paling dominan dalam
kasus ini adalah sebagai care giver dan conselour.
2. Teori model yang dianggap paling tepat adalah teori Orem Self
Care Deficit dan Theory of Human Caring (Watson). Kedua teori
ini membahas tentang pemenuhan kebutuhan pasien oleh
perawat dan melihat kesehatan pasien secara secara holistik.
3. Penerapan konsep sehat sakit yang dianggap tepat dalam kasus
ini adalah “Smith’s models of Health” pada adaptive model.
Model ini menganggap bahwa selama seseorang tidak dapat
beradaptasi, maka ia dianggap sakit. Model ini sangat cocok
dengan yang dialami pasien dimana ia belum dapat beradaptasi
dengan keadaan pasca operasi.
4. Pada pasien dalam kasus ini sudah tidak terjadi proses
pertumbuhan, namun pasien mengalami disfungsi dalam tugas
perkembangannya.
5. Teori kebutuhan dasar manusia yang digunakan dalam kasus ini
adalah teori Maslow. Kebutuhan dasar yang paling dibutuhkan
oleh pasien adalah safety atau pemenuhan kenyamanan,
dikarenakan pasien masih merasa tidak nyaman dan takut bila
jahitannya akan terbuka.
6. Bentuk perubahan yang terjadi pada pasien adalah Incremental
Change / Frame-Bending Change (perubahan sebagian) dan
Planned Change yaitu proses perubahan yang dilakukan oleh
change agent secara sengaja dengan perencanaan sebelumnya.
Strategi perubahan yang digunakan adalah dengan cara Shared
Power Strategy (Normative-Reducative apprach) dan Rational
Persuassion Strategy.
7. Transkulturan adalah hal yang tidak dapat diabaikan,
transkulturan merupakan frame yang berbeda yang perlu untuk
dikaji lebih lanjut. Dalam kasus ini nampaknya tidak terdapat
perbedaan kultur antara pasien dan perawat. Namun untuk
mengantisipasi adanya perbedaan kultur, perawat harus
melakukan pengkajian untuk menentukan asuhan keperawatan
yang tepat pada pasien.
8. Spiritual merupakan koneksi antara makhluk dengan Tuhannya
yang harus diwujudkan. Perawat harus memfasilitasi kebutuhan
spiritual pasien. Selain itu, persepsi pasien dalam merawat anak
juga perlu dikaji. Jangan sampai pasien merasa bahwa merawat
anak adalah suatu beban, sebab hal ini dapat menambah
keadaan stress pada pasien yang dapat berpengaruh terhadap
kondisi kesehatannya.
3.2. Saran
Trigger menunjukkan stress yang dialami pasien merupakan
stress sebagai respon, yakni stress yang timbul akibat adanya
perubahan kondisi kesehatan (pasca operasi). Dari kasus ini
pembaca diharapkan mampu menganalisis masalah yang terjadi dari
sebab-sebabnya hingga penangannannya. Kemudian pembaca
diharapkan mampu menerapkan konsep-konsep dasar keperawatan
untuk mengatasi problem yang dialami pasien.
Pembaca sebaiknya menggunakan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kasus. Dari asuhan keperawatan tersebut, pasien diharapkan mendapatkan kenyamanan, peningkatan kepercayaan diri, dan peningkatan dari segi spiritual yang nantinya membantu proses pemulihan pasien. Dengan ini proses keperawatan dibuat berdasarkan trigger, diharapkan berguna bagi semua orang.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :
EGC.Kozler, Barbara, dkk. 2004. Fundamentas of Nursing. News Jersey :
Prentice Hall.
Marriner Tomey, Ann, Raile Alligood, Martha. 2006. Nursing Theorists and
Their
Work. Missouri : Mosby Elsevier.
Sumarno. 2011. Teori Konseptual Kepreawatan Dorothea E. Orem.
http://kapukskubo.com/2011/teori-konseptual-keperawatan-dorothea-e-
orem.html.
Diakses pada tanggal 13 Desember pukul 10.59 WIB.
Fitzpatrick JJ, Whall AL. Conceptual models of nursing, analysis and
application.
3rd ed. Stamford: Appleton & lange: 1996
John H. 2008. Mobilisasi Diri.
http://indonesiannursing.com/2008/05/mobilisasi -diri/. Diakses pada
tanggal 14 Desember pukul 15.00 WIB
Rustika, A. 2010. Model Konsep dan Teori keperawatan Dorothea Orem.
http://ariestaqyu.students.umm.ac.id/2010/01/29/teori-orem/. Diakses
pada tanggal 14 Desember 2011 pukul 14.21 WIB