Download - LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info
PANGKALAN
GEOGRAFIS
LAPORAN AKHIR
PANGKALAN DATA DAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS BIDANG IRIGASI
TAHUN ANGGARAN 2012
Desember, 2012
DATA DAN SISTEM INFORMASI
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air i
KATA PENGANTAR
Laporan ini merupakan gambaran hasil dari kegiatan Pangkalan Data dan
Sistem Informasi Geografis Bidang Irigasi yang dilaksanakan oleh Balai Irigasi,
Pusat Litbang Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kementerian Pekerjaan Umum yang dibiayai oleh APBN tahun anggaran 2012.
Tujuan dari kegiatan ini adalah terwujudnya Pangkalan data irigasi
permukaan maupun irigasi mikro serta tersedianya Sistem Informasi Geografis
Sumber Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi untuk menunjang tersusunnya buku
data daerah irigasi sebagai katalog irigasi.
Kami berharap semoga hasil dari kegiatan ini dapat digunakan sebagai
dasar dalam pengambilan kebijakan oleh pimpinan terkait dengan kondisi daerah
irigasi terkini.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang membantu
terlaksananya kegiatan ini. Masukan, saran dan kritik sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan laporan ini.
Bandung, Desember 2012 Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air
Ir. Bambang Hargono, Dipl.HE, M.Eng
NIP. 19540425 198012 1 002
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air ii
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diberikan pengesahan penyelesaian penyusunan Laporan Akhir dengan
Judul: “PANGKALAN DATA DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BID ANG
IRIGASI” di bawah pembinaan Balai Irigasi.
Mengetahui/Menyetujui, Bekasi, Desember 2012
Penanggungjawab Kegiatan, Ketua Tim,
Ir. Dwi Kristianto, M.Eng Widya Utaminingsih, SP NIP: 19651016 199303 1 002 NIP: 19850205 200801 2 006
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air iii
LEMBAR PERSETUJUAN Telah diberikan persetujuan penyusunan Laporan Akhir Tahun Anggaran 2012,
setelah dilakukan evaluasi oleh Tim Evaluator Balai untuk :
Judul Kegiatan : Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis Bidang
Irigasi
(tahun ke 3 dari 5 tahun)
Kelompok : Program Litbang : 1. Ketahanan Pangan dan Air 2. Peningkatan Kualitas Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim 3. Pengelolaan Bencana yang terkait dengan Air 4. Peningkatan Kualitas Data dalam Pengelolaan SDA 5. Peningkatan Akses Partisipasi Masyarakat dalam rangka
Pengelolaan
Capaian Kegiatan : Fisik 100%, Keuangan 98.87 %
Output Kegiatan : Model Sistem Pangkalan Data dan SIG Bidang Irigasi
(indikasi tercapai/ tidak tercapai) *
Ketua Tim : Widya Utaminingsih, SP
Bekasi, Desember 2012 Mengetahui/Menyetujui
Tim Evaluator Balai Irigasi
NAMA JABATAN TANDA TANGAN
1. Wildan Herwindo, ST, SIP, MT Ketua KJF
........................
2. Subari, ME Peneliti Madya
........................
3. Marasi Deon Joubert, ST, MPSDA
Kepala
Seksi Penelitian dan
Pengembangan
........................
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air iv
LEMBAR SUSUNAN TIM PELAKSANA
Ketua : Widya Utaminingsih, SP
Pengendali Teknik : Ir. Muqorrobin
Anggota : Marasi Deon Joubert, ST,MPSDA
Dewi Arifianty A, SP
Bambang Misgiyanta, SST
Indri Swatini Setianingwulan, ST
Hanhan Ahmad Sofituddin, STP
Dadan Rahmandani, ST
Joko Triyono, STP
Nur Choiri, ST
Winarsih
Agus Setianto
Parmin, SIP
Sulardi, S.Sos
Eni Widiarti, Amd.
Mapilindo, AMd
M.Paisal, Amd
Santi Lestari, S.Sos
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air v
ABSTRAK
Luas Daerah Irigasi di Indonesia berdasarkan Kepmen PU No.
390/KPTS/M/2007 adalah 7.469.796 ha yang terbagi kedalam 33.210 Daerah Irigasi dengan jumlah hampir 6000 Daerah Aliran Sungai (DAS). Mengingat luas dan banyaknya daerah irigasi di Indonesia, maka perlu dibangun sebuah sistem untuk pengelolaan data keirigasian yang terstruktur dengan baik. Penyusunan Sistem basis data tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan penyusunan pangkalan basis data maupun dengan penyusunan data spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis sehingga dapat digunakan dengan mudah dalam pengambilan keputusan berdasarkan lokasi geografis. Tujuan dari kegiatan ini adalah terwujudnya Pangkalan data Irigasi baik irigasi permukaan maupun irigasi mikro serta tersedianya Sistem Informasi Geografis Sumber Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi untuk menunjang tersusunnya buku data daerah irigasi sebagai katalog irigasi. Kegiatan ini dilakukan dengan survei dan pengumpulan data irigasi permukaan dan mikro kemudian dianalisa dan diinput kedalam software (Sistem Informasi Data Dasar Irigasi) SIDDI dan dievaluasi perubahan luasannya untuk usulan penyesuaian data pada Kepmen 390/KPTS/M/2007. Survei dan Pengumpulan data pada tahun 2012 dilakukan di BWS Sumatera I, BWS Sumatera II, BWS Sumatera III, BWS Sumatera IV, BWS Sumatera V, BWS Sumatera VI, BBWS Sumatera VIII, BWS Kalimantan I, BWS Kalimantan II, BWS Kalimantan III, BBWS Pompengan Jeneberang, BWS BWS Nusa Tenggara I dan Nusa Tenggara II. Hasil yang diperoleh adalah data luasan penerapan irigasi mikro di Indonesia yaitu 8.817,15 Ha yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Untuk sebagian Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi diperlukan penyesuaian data daerah irigasi kewenangan pusat. Dari 133 daerah irigasi seluas 893.776 Ha menurut Kepmen 390/KPTS/M/2007 perlu penyesuaian data menjadi 147 daerah irigasi seluas 1.067.772 ha.
Kata Kunci :Data, Sistem Informasi Geografis, Daerah Irigasi,Irigasi
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air vi
ABSTRACT Irrigation Area widespread in Indonesia by Decree of minister of Public Works No. 390/KPTS/M/2007 was 7,469,796 ha, divided into 33,210 Irrigation area with almost 6000 Watershed (DAS). Given the large and the number of irrigation areas in Indonesia, it is necessary to build a system for irrigation data management well structured. Preparation of a database system can be done in various ways, namely the preparation of database and spatial data using Geographic Information System so that it can be used easily in make decisions based on geographic location. The purpose of this activity was to establishment of data base both irrigation micro irrigation and surface irrigation and the availability of Geographic Information System for Water Resources to support completion of irrigation data book catalog irrigation area as irrigation. This activity is done with the survey and data collection surfaces and micro irrigation was analyzed and input into the software (Basic Data Information System of Irrigation) and evaluated changes to the proposed adjustments to its range data by Decree of Minister of Public Works No.390/KPTS/M/2007 Surveys and data collection conducted in 2012 in, BWS Sumatera I, BWS Sumatera II, BWS Sumatra III, BWS Sumatera IV, BWS Sumatra V, BWS Sumatra VI, BBWS Sumatera VIII, BWS Kalimantan I, BWS Kalimantan II, BWS Kalimantan III, BBWS Pompengan Jeneberang, BWS Nusa Tenggara I and BWS Nusa Tenggara II. For most of Sumatra, Kalimantan and Sulawesi necessary adjustments irrigated area data centers from 133 local authority area of 893 776 ha irrigated by decree 390/KPTS/M/2007 necessary data adjustment to 147 irrigated areas covering 1,067,772 ha.
Keywords: Data, Gographic Information System, Irrigated Area, Irrigation.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................... iii LEMBAR SUSUNAN TIM PELAKSANA ................................................................. iv ABSTRAK................................................................................................................ v DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... x PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah. .................................................................................. 2 1.3 Batasan Masalah. ...................................................................................... 3 1.4 Lingkup Kegiatan. ...................................................................................... 4 1.5 Tujuan dan Sasaran .................................................................................. 4 1.6 Tahapan Kegiatan ..................................................................................... 6 1.7 Penerima Manfaat ..................................................................................... 7 1.8 Lokasi Kegiatan ......................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 9 2.1. Basis Data dan Sistem Informasi Sumber Daya Air .................................. 9 2.2. Sistem Informasi Geografis ....................................................................... 9 2.3. Kondisi Jaringan Irigasi ............................................................................ 11
METODOLOGI ..................................................................................................... 15 3.1 Metodologi ............................................................................................... 15 3.2 Kerangka Kegiatan .................................................................................. 16
PELAKSANAAN DAN PEMBIAYAAN ............................................................... 17
4.1. Pencapaian Pelaksanaan ..................................................................... 17
4.2. Pencapaian Pembiayaan ...................................................................... 27
4.3. Kendala ................................................................................................ 27
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN .......................................................... 27
5.1. HASIL KEGIATAN ................................................................................ 27
5.2. ANALISA DAN PEMBAHASAN ............................................................ 56
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tabel tahapan kegiatan ........................................................................... 6
Tabel 4.1. Inventarisasi Luas Lahan Irigasi Mikro ................................................. 21
Tabel 4.2. Atribut Irigasi pada SIG-SDA (platform SIG-SDA) ................................ 22
Tabel 4.3 Pencapaian Pembiayaan ....................................................................... 25
Tabel 5. 1 Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat (> 3000 Ha) di BWS Sumatera VIII .................................................................................................... 28
Tabel 5.2. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera II ............. 29
Tabel 5.3. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera I .............. 30
Tabel 5.4. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera III ............ 31
Tabel 5.5. Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera V .... 31
Tabel 5.6. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Sumatera VII .................................. 32
Tabel 5.7. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan II .................................. 33
Tabel 5.8. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan I ................................... 33
Tabel 5.9. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan III .................................. 38
Tabel 5.10. Data Luas Daerah Irigasi di BBWS Pompengan Jeneberang ........... 39
Tabel 5.11. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Nusa Tenggara II ......................... 41
Tabel 5.12. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Nusa Tenggara II ......................... 42
Tabel 5.13. Inventarisasi Luas Lahan Irigasi Mikro ............................................... 43
Tabel 5.14. Atribut Irigasi pada SIG-SDA (platform SIG-SDA) .............................. 45
Tabel 5.15. Lokasi daerah Irigasi Cihea ............................................................... 52
Tabel 5.16. Golongan Pembagian Air .................................................................. 54
Tabel 5.17. Luas aerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera VIII ........... 56
Tabel 5.18. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera II ........... 57
Tabel 5.19. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera III .......... 57
Tabel 5.20.Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera I ............. 59
Tabel 5.21. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Sumatera VII. ............................... 60
Tabel 5.22. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan II ................................ .61
Tabel 5.23. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan I. ................................. 62
Tabel 5.24. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan III. ............................... 63
Tabel 5.25. Data Luas Daerah Irigasi di BBWS Pompengan Jeneberang. ........... 64
Tabel 5.26. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Nusa Tenggara II ......................... .66
Tabel 5.27. Data usulan perubahan Luas Daerah Irigasi di BWS Nusa Tenggara II. ........................................................................................................... 68
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kondisi Jaringan Irigasi di Indonesia ................................................ 12
Gambar 3.1. Kerangka pemikiran kegiatan pangkalan data dan sistem informasi geografis bidang irigasi ...................................................................... 14
Gambar 4.1. Identitas Daerah Irigasi .................................................................... 18
Gambar 4.2. Tampilan Data setelah Proses input ................................................. 19
Gambar 4.3. Operasi dan Pemeliharaan Bangunan pada Saluran Induk .............. 19
Gambar 4.4. Tampilan Rekapitulasi OP pada Saluran Induk ................................ 19
Gambar 4.5. Pengelompokan Data ....................................................................... 20
Gambar 4.6. Perubahan Atribut SIG SDA Bidang Irigasi ..................................... 22
Gambar 5.1. Perubahan Atribut SIG SDA Bidang Irigasi ..................................... 46
Gambar 5.2. Proses Overlay peta DAS dengan Wilayah Sungai .......................... 47
Gambar 5.3. Proses Overlay peta DAS dan Wilayah Sungai dengan peta Daerah Irigasi ................................................................................................. 47
Gambar 5.4.Tampilan Peta Daerah Irigasi setelah proses Overlay. ...................... 48
Gambar 5.5. Tampilan daerah Irigasi di pulau jawa dan Madura .......................... 48
Gambar 5.6. Penyesuaian Atribut peta ................................................................. 48
Gambar 5.7. Atribut Daerah Irigasi ........................................................................ 49
Gambar 5.8. Bendung Cisokan ............................................................................. 51
Gambar 5.9. Batas Wilayah Kabupaten Cianjur .................................................... 53
Gambar 5.10. Bendung Cisokan dan Ciranjang .................................................... 53
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran L-1 Kurva S ............................................................................................ L1
Lampiran L-2 Tabel Capaian Sasaran Output ...................................................... L2
Lampiran L-3 Lembar Konsultasi Narasumber ..................................................... L3
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luas Daerah Irigasi di Indonesia berdasarkan Kepmen PU No.
390/KPTS/M/2007 ± 7.469.796 ha yang terbagi kedalam 33.210 Daerah
Irigasi dengan jumlah hampir 6000 Daerah Aliran Sungai (DAS). Mengingat
luas dan banyaknya daerah irigasi di Indonesia, maka perlu dibangun
sebuah sistem untuk pengelolaan data keirigasian yang terstruktur dengan
baik. Untuk itu Pusat Litbang SDA perlu menyusun pengelolaan basis data
dan sistem informasi SDA untuk pengarsipan dan diseminasi data dari
berbagai sumber di pusat dan daerah, termasuk komputerisasi (digitalisasi),
validasi dan sebagainya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan terintegrasi Pengelolaan
Basis Data dan Sistem Informasi SDA untuk mendukung peningkatan
kualitas data dalam pengelolaan SDA. Kegiatan ini merupakan kegiatan
multiyears yang dimulai pada tahun 2006.
Pembuatan sistem pengelolaan data keirigasian tersebut telah dimulai
dari tahun 2006 dengan pembuatan struktur data base menggunakan
compiler Delphi dan dilakukan penyempurnaan setiap tahunnya melalui
ujicoba inputing data dalam software tersebut pada setiap menu dan sub
menu yang ada. Pada tahun 2009 pembuatan software sistem pengelolaan
data irigasi diyatakan telah sempurna yang selanjutnya disebut SIDDI
(Sistem Informasi Data Dasar Irigasi). Software tersebut kemudian
dikembangkan menjadi software yang berbasis open source yang kemudian
disebut sebagai SIDDI-OSS (Sistem Informasi Data Dasar Irigasi Open
Source System).
Sistem yang telah dibangun tersebut harus selalu dijaga
kemutakhirannya, agar dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
kebijakan oleh pimpinan terkait dengan kondisi daerah irigasi terkini,
sehingga harus selalu dilakukan updating sistem maupun data yang ada
didalamnya. Berdasarkan kondisi tersebut maka updating sistem dan data
harus secara terus-menerus dilakukan sehingga basis data irigasi dapat
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 2
terpenuhi untuk seluruh wilayah di Indonesia. Kegiatan ini direncanakan akan
selesai pada tahun 2014, updating data tersebut dilakukan bertahap yaitu;
pada tahun 2011 dilakukan updating data Pulau Jawa, sebagian Sumatera
dan Kalimantan; tahun 2012 dilakukan updating data irigasi permukaan dan
irigasi mikro di sebagian Kalimantan, Sulawesi, NTB dan NTT; tahun 2013
akan dilakukan updating data di sebagian Sulawesi, NTB, NTT, Kepulauan
Maluku dan Papua serta untuk tahun 2014 akan dilakukan updating data di
sebagian Kepulauan Maluku dan Papua.
Selain data irigasi permukaan, data irigasi mikro juga perlu diidentifikasi
lebih lanjut untuk mengetahui luas penerapannya oleh masyarakat sehingga
prioritas pengembangan irigasi mikro dapat sesuai dengan peruntukannya
melalui penyusunan peta potensi pengembangan irigasi mikro di Indonesia.
Penyajian Data Irigasi secara Geografis dapat memberikan informasi
yang lebih mudah dimengerti oleh pemangku kepentingan maupun oleh
masyarakat umum sehingga pengelolaannya harus dilakukan secara sinergis
dan dapat menjawab tantangan dalam penyediaan data dan informasi secara
geospasial.
Kegiatan ini sangat mendukung terselenggaranya sarana dan
prasarana ke-PU-an terutama untuk mendukung rencana strategis Balitbang
PU agar dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan oleh
pimpinan terkait dengan kondisi daerah irigasi terkini. Oleh karena itu, maka
perlu dilakukan kegiatan Pengelolaan basis data dan Sistem Informasi
Sumber Daya Air Bidang Irigasi.
1.2 Identifikasi Masalah.
Permasalahan yang muncul terkait dengan Pangkalan Data dan
Sistem informasi Geografis Bidang Irigasi adalah sebagai berikut:
1. Kualitas pengelolaan data dan informasi bidang irigasi relatif masih
rendah.
2. Data luasan irigasi tingkat nasional antar berbagai instansi (Kementerian
Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum dan BPS) tidak sama.
3. Data yang ada sangat jarang diperbaharui atau di update.
4. Data Irigasi tidak uptodate, disajikan tidak secara time series.
5. Aksesibilitas data dan informasi masih terbatas.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 3
6. Data dan informasi sumber daya air seringkali berbeda-beda untuk
obyek yang sama.
7. Minimnya pembiayaan dalam perawatan maupun pencarian data untuk
penelusuran jaringan irigasi.
8. Keterbatasan biaya dalam pembuatan dan pengelolaan software
pangkalan data.
9. Belum tersedianya software yang memadai untuk menampung
kebutuhan data yang ada, atau juga kemungkinan software yang sudah
ada belum mampu menampung informasi yang akan disampaikan sesuai
dengan update data dan perkembangan permasalahan irigasi yang ada
di lapangan.
10. Kurang diperhatikannya keberlanjutan pengelolaan sistem (software) dan
data irigasi.
11. Kemampuan SDM yang masih terbatas dalam mengelola software
pangkalan data irigasi secara rutin maupun menganalisa data yang telah
ada untuk diinput kedalam software.
12. Kurangnya SDM yang dapat mengoperasikan software SIG (Sistem
Informasi Geografis) seperti ArcView, MapInfo, dll untuk mendukung
tersedianya data irigasi dan informasi yang dituangkan dalam bentuk
peta informasi.
13. Data irigasi mikro dan potensi pengembangannya di Indonesia belum
teridentifikasi.
14. Struktur data Geografis Sumber Daya Air (Geospasial) belum baik dalam
penyajian data maupun kelengkapan informasinya (pulau Jawa).
15. Buku daerah irigasi secara spesifik belum disusun oleh pengelola irigasi.
1.3 Batasan Masalah.
Beberapa permasalahan yang akan ditindak lanjuti dalam kegiatan ini
adalah sebagai berikut:
1. Data Irigasi tidak uptodate, disajikan tidak secara time series.
2. Data irigasi mikro dan potensi pengembangannya di Indonesia belum
teridentifikasi.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 4
3. Data dan informasi sumber daya air seringkali berbeda-beda untuk obyek
yang sama,
4. Struktur data Geografis Sumber Daya Air (Geospasial) belum baik dalam
penyajian data maupun kelengkapan informasinya (pulau Jawa).
5. Buku daerah irigasi secara spesifik belum disusun oleh pengelola irigasi.
1.4 Lingkup Kegiatan.
Ruang Lingkup pelaksanaan Kegiatan Pangkalan Data dan Sistem Informasi
Geografis Bidang Irigasi pada tahun 2012 sebagai berikut :
1. Basis data Irigasi, meliputi kegiatan:
a. Validasi/updating data bidang irigasi permukaan dan irigasi mikro.
b. Sinkronisasi dan integrasi data/informasi irigasi dengan data yang ada
di Direktorat Jenderal SDA.
c. inputing data irigasi permukaan kedalam software SIDDI.
2. Kodefikasi Geografis pada peta digital dan updating Sistem Informasi
Geografis-Sumber Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi untuk Pulau Jawa.
3. Penyusunan Katalog Irigasi
Kegiatan Pengelolaan Basis Data dam Sistem Informasi Sumber Daya Air
Bidang Irigasi dilaksanakan secara multiyears, lingkup kegiatan tersebut
dilaksanakan secara periodik setiap tahunnya hanya saja berbeda lokasi yang
akan di update data irigasinya.
1.5 Tujuan dan Sasaran
1.5.1 Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah terwujudnya Pangkalan data Irigasi
baik irigasi permukaan maupun irigasi mikro serta tersedianya Sistem
Informasi Geografis Sumber Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi untuk
menunjang tersusunnya buku data daerah irigasi sebagai katalog irigasi.
1.5.2 Sasaran
Kegiatan Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis Bidang Irigasi
merupakan kegiatan multiyears yang dilaksanakan mulai tahun 2006 dengan
sasaran output setiap tahunnya sebagai berikut:
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 5
2006: Model Sistem; pembangunan software Sistem Informasi Data Dasar
Irigasi.
2007: Model sistem; Pangkalan data hasil penyempurnaan software SIDDI.
2008: Model sistem; pangkalan informasi tentang data dasar sistem irigasi
yang dikemas dalam satu kesatuan software (SIDDI).
2009: Model Sistem: berupa pangkalan data dan informasi Irigasi hasil
ujicoba dan penyempurnaan software SIDDI dan pengembangan
software SIDDI berbasis opensource.
2011: Model Sistem SIG-SDA bidang Irigasi serta buku pangkalan data dan
informasi bidang irigasi di Pulau Jawa, Sebagian Sumatera dan
Kalimantan.
2012: Model Sistem pangkalan data dan sistem informasi geografis bidang
irigasi
Dari output tersebut dihasilkan pula Komponen Output dari Model
Sistem Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis yaitu:
1. Buku pangkalan data Daerah Irigasi;
2. Buku SIG Bidang Irigasi;
3. Katalog Irigasi.
2013: Model Sistem; berupa Model SIG-SDA bidang Irigasi serta buku
pangkalan data dan informasi bidang irigasi daerah Sulawesi, NTT,
NTB, Kep. Maluku dan Papua
2014: Model Sistem; berupa Model SIG-SDA bidang Irigasi serta buku
pangkalan data dan informasi bidang irigasi daerah Kep. Maluku dan
Papua
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 6
1.6 Tahapan Kegiatan
Tahapan kegiatan dalam kegiatan Pangkalan Data dan Sistem
Informasi Geografis Bidang Irigasi adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1. Tahapan Kegiatan (Sumber: RMP, 2012)
No Kegiatan Tahapan Kegiatan
PERSIAPAN a. Penyusunan Tim Pelaksana dan Narasumber b. Penyusunan Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP)
1 Basis data Irigasi
1. Konsultasi dan studi referensi 2. Penyiapan kebutuhan data dan diskusi dengan Narasumber
pemilik data (Direktorat Irigasi dan Rawa) guna mendapatkan inventarisasi data daerah Irigasi;
3. Penyiapan form kebutuhan data permukaan; 4. Penyiapan form kebutuhan data untuk irigasi mikro.
2 Kodefikasi Geografis
pada peta digital dan updating Sistem Informasi Geografis-Sumber Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi untuk Pulau Jawa.
1. Koordinasi dengan Puslitbang Sumber Daya Air mengenai pelaksanaan Sistem Informasi Sumber Daya Air (SIG-SDA)
2. Penetapan field dan atribut kodefikasi bidang irigasi. 3. Penyiapan peta geografis Pulau Jawa dengan batas DAS-
nya. 4. Penyiapan data daerah irigasi di Pulau Jawa. 5. Penyiapan Software dan komputer.
3 Penyusunan Katalog
Irigasi
1. Diskusi dan konsultasi dengan nara sumber. 2. Koordinasi dengan pihak direktorat irigasi dan BBWS . 3. Penyiapan data daerah irigasi yang meliputi data identitas
daerah irigasi dan inventarisasi bangunan maupun salurannya.
4. Penyusunan outline katalog irigasi. 5. Menentukan daerah irigasi yang akan disusun menjadi
katalog irigasi dengan melihat ketersedian data dari hasil survey dan pengumpulan data serta proses analisa data.
SURVEY DAN PENGUMPULAN DATA IRIGASI 1 Basis data Irigasi
2. Pengumpulan data yang ada di direktorat irigasi. 3. Survey dan Pengumpulan data irigasi mikro. 4. Survey dan verifikasi data irigasi untuk wilayah Sulawesi,
NTT dan NTB di BBWS/BWS maupun dinas PSDA terkait. 5. Validasi data ke daerah yang telah diupdate pada tahun
sebelumnya (Sebagian Sumatera dan Kalimantan). 6. Pembuatan Laporan Hasil survey dan Pengumpulan data
2 Kodefikasi Geografis pada peta digital dan updating Sistem Informasi Geografis-Sumber Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi untuk Pulau Jawa.
1. Pengumpulan data irigasi yang ada di direktorat irigasi. 2. Survey dan verifikasi data irigasi untuk wilayah Jawa di
BBWS dan Dinas PSDA. 3. Pengumpulan data alih fungsi lahan dan Produksi pertanian
di PEMDA dan Dinas Pertanian terkait. 4. Pembuatan Laporan Hasil survey dan Pengumpulan data
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 7
No Kegiatan Tahapan Kegiatan
3 Penyusunan Katalog Irigasi
1. Pengumpulan data irigasi yang ada di Direktorat Irigasi dan Rawa.
2. Survey dan verifikasi data irigasi. 3. Pembuatan Laporan Hasil survey dan Pengumpulan data.
PELAKSANAAN 1. Basis data Irigasi
1. pencatatan data pada form datasheet tiap Daerah Irigasi
berdasarkan kewenangan pengelolaannya. 2. Analisa (pengolahan) data hasil survey dan pengumpulan
data dari skema jaringan irigasi. 3. Inventarisasi data potensi pengembangan lahan irigasi mikro. 4. Analisa data potensi pengembangan irigasi mikro. 5. Penyusunan data potensi pengembangan irigasi mikro. 6. Pengisian data yang telah dianalisa kedalam software Sistem
Informasi Data Dasar Irigasi (SIDDI). 7. Pencetakan hasil inputing data irigasi ke software SIDDI
untuk Wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTT dan NTB.
2 Kodefikasi Geografis
pada peta digital dan updating Sistem Informasi Geografis-Sumber Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi untuk Pulau Jawa.
1. penyiapan peta geografis yang akan dikodefikasi dengan format .shp. (peta geografis digitasi berdasarkan pembagian DAS untuk Pulau Jawa)
2. Pelaksanaan kodefikasi untuk poligon daerah irigasi serta pengisian atribut pada field daerah irigasi yang telah didigitasi.
3. Melakukan ujicoba tampilan informasi dan hasil informasi yang diinput
4. Pembuatan Laporan SIG-SDA bidang Irigasi 5. Penyampaian data dan evaluasi SIG-SDA Bidang irigasi di
Tim Basis Data Pusair 6. Uji coba pada SIG-SDA Puslitbang SDA.
3. Penyusunan Katalog
Irigasi 1. Konsultasi dan validasi data pada katalog irigasi yang telah
disusun ke instansi pengelola daerah irigasi. 2. Diskusi dengan narasumber. 3. Finalisasi Katalog irigasi
PELAPORAN 1 Pelaporan Menyusun laporan kegiatan, yaitu:
1. Laporan Awal 2. Laporan Interim 3. Draft Laporan Akhir 4. Laporan Akhir
1.7 Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah:
1. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
2. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi dan Kabupaten/Kota.
3. Masyarakat Umum
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 8
1.8 Lokasi Kegiatan
1. Lokasi Kegiatan survey dan pengumpulan data irigasi permukaan maupun
irigasi mikro dilakukan di Sumatera yaitu di BBWS Sumatera VIII (sumatera
selatan), BWS Sumatera II (Sumatera Utara), BWS Sumatera I (Aceh), BWS
Sumatera III (Riau), BWS Sumatera IV (Batam), BWS Sumatera V (Sumatera
Barat), BWS Sumatera VII (Bengkulu). Sedangkan di Kalimantan, lokasi
survey dan pengumpulan data irigasi permukaan dan irigasi mikro yaitu di
BWS Kalimantan II (Kalimantan Selatan), BWS Kalimantan I (Kalimantan
Barat), BWS Kalimantan III (Kalimantan Timur). Survey dan pengumpulan
data irigasi permukaan dan irigasi mikro di Sulawesi dilaksanakan di BBWS
Pompengan Jeneberang (Sulawesi Selatan), survey dan pengumpulan data
irigasi permukaan dan irigasi mikro di Provinsi NTT dilakukan di BWS Nusa
Tenggara II dan di NTB di lakukan di BWS Nusa Tenggara I.
2. Kegiatan Kodefikasi Geografis pada peta digital dan updating Sistem
Informasi Geografis-Sumber Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi dilakukan di
Balai Irigasi Bekasi untuk kodefikasi SIG-SDA bidang irigasi Pulau Jawa.
3. Lokasi Penyusunan Katalog Irigasi dilakukan di Balai Irigasi Bekasi
sedangkan untuk pengumpulan data katalog irigasi dilakukan di PSDA Jawa
Barat dan Balai PSDA Wilayah III Ciranjang.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Data Dasar dan Sistem Informasi Sumber Daya Ai r
Data Dasar (database) adalah kumpulan informasi yang disimpan di dalam
komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu
program komputer untuk memperoleh informasi dari data dasar tersebut.
Perangkat lunak yang digunakan untuk mengelola dan memanggil kueri (query)
data dasar disebut sistem manajemen data dasar (Data Base Management
System, DBMS). Sistem manajemen data dasar sebagai suatu sistem atau
perangkat lunak yang dirancang untuk mengelola suatu data dasar dan
menjalankan operasi terhadap data yang diminta banyak pengguna merupakan
hasil perkembangan ilmu teknologi informasi yang banyak memberikan
kemudahan dalam penyajian data dan informasi (Balai Irigasi, 2009).
Data dasar merupakan kumpulan data yang saling berkaitan dan
berhubungan satu dengan yang lain, tersimpan di perangkat keras komputer dan
menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan
dalam data dasar untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di
dalam data dasar perlu diorganisasikan sedemikian rupa supaya informasi yang
dihasilkan berkualitas. Organisasi data dasar yang baik juga berguna untuk
efisiensi kapasitas penyimpanannya. Data dasar diakses atau dimanipulasi
menggunakan perangkat lunak paket yang disebut Data Base Management
System (DBMS) (Magaline,dalam http://apr1l-si.comuf.com/SI.pdf, 2011).
Secara umum informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan
data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya
yang menggambarkan suatu kejadian yang nyata yang digunakan untuk
pengambilan keputusan. Informasi merupakan data yang telah diklasifikasikan
atau diolah atau diinterpretasi untuk digunakan dalam proses pengambilan
keputusan (Mahamudu, dalam http://apr1l-si.comuf.com/SI.pdf, 2011).
2.2. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Menurut Aini (2007), definisi SIG sangat beragam, karena selalu
berkembang, bertambah dan sangat bervariasi, dibawah ini adalah beberapa
definisi SIG:
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 10
1. Kang-Tsung Chang (2002), mendefinisikan SIG sebagai : is an a computer
system for capturing, storing, querying, analyzing, and displaying geographic
data.
2. Arronoff (1989), mendefinisiskan SIG sebagai suatu sistem berbasis komputer
yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu
pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan
kembali),manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir
(output). Hasil akhir (output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan
keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi.
3. Menurut Gistut (1994), SIG adalah sistem yang dapat mendukung
pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi lokasi
dengan karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang
lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan yaitu data
spasial perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi.
4. Burrough (1986) mendefinisikan SIG sebagai sistem berbasis komputer yang
digunakan untuk memasukan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan
mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk
berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan.
Sistem Informasi Geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam
mendapatkan data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi
atau obyek. Data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial
dan data atribut dalam bentuk dijital. Sistem ini merelasikan data spasial (lokasi
geografis) dengan data non spasial, sehingga para penggunanya dapat membuat
peta dan menganalisa informasinya dengan berbagai cara. SIG merupakan alat
yang handal untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara
dalam bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta
cetak, table, atau dalam bentuk konvensional lainnya yang akhirnya akan
mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan (Barus dan
Wiradisastra, 2000 dalam Prahasta 2005).
Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa perlu menggunakan SIG,
menurut Prahasta, 2005 alasan yang mendasarinya adalah:
1. SIG menggunakan data spasial maupun atribut secara terintergarsi.
2. SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan data dasar
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 11
3. SIG memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada dipermukaan
bumi ke dalam beberapa layer atau coverage data spasial
4. SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menvisualisasikan data
spasial berikut atributnya
5. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif
6. SIG dengan mudah menghasilkan peta -peta tematik
7. SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang spasial
dan geoinformatika.
Posisi SIG dengan segala kelebihannya, semakin lama semakin berkembang
bertambah dan bervarian. Pemanfaatan SIG semakin meluas meliputi berbagai
disiplin ilmu, seperti ilmu kesehatan, ilmu ekonomi, ilmu lingkungan, ilmu
pertanian, militer dan lain sebagainya.
2.3. Kondisi Jaringan Irigasi Permukaan
Kondisi jaringan irigasi pada berbagai daerah di Indonesia rusak dan kurang
berfungsi sebelum umur layanan. Operasi dan pemeliharaan irigasi belum
menunjukan kualitas pelayanan air irigasi yang adil dan merata. Dengan kondisi
ini, memunculkan pertanyaan mendasar bagaimana sesungguhnya operasi dan
pemeliharaan irigasi dimonitor dan dievaluasi (Supadi, 2009).
Irigasi menjadi pendukung keberhasilan pembangunan pertanian dan
merupakan kebijakan Pemerintah yang sangat strategis dalam pertumbuhan
perekonomian nasional guna mempertahankan produksi swasembada beras dan
Ketahanan Pangan Nasional.
Dukungan Kementerian Pekerjaan Umum terhadap program pemerintah
Surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 salah satunya menitikberatkan
terhadap faktor penyediaan air irigasinya, dalam hal ini sangat erat kaitannya
dengan penyiapan sarana dan prasarana irigasi yang efektif dan efisien. Kondisi
jaringan irigsi yang rusak dan memerlukan perbaikan (rehabilitasi) pada tahun
2007 mencapai 44,78% baik rusak karena umur bangunannya sendiri maupun
karena faktor bencana alam yang terjadi. Data-data ini tentunya perlu di update
secara terus-menerus dan konsisten mengingat sangat pentingnya peranan
penyediaan data bagi terlaksananya program pemerintah. Adapun data
mengenai kondisi jaringan irigasi disajikan dalam gambar 2.1.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 12
Gambar 2.1. Kondisi Jaringan Irigasi di Indonesia
Sumber: Direktorat Irigasi dan Rawa, Direktorat Jenderal SDA
2.4. Irigasi Mikro.
Irigasi mikro adalah salah satu terobosan yang bisa dilakukan. Teknologi ini
adalah suatu istilah bagi sistem irigasi yang mengaplikasikan air hanya di sekitar
zona perakaran tanaman.
Ada beberapa jenis irigasi mikro, yaitu irigasi tetes (drip irrigation),
microspray, dan mini sprinkler. Masing-masing jenis irigasi tersebut dapat
dibedakan berdasarkan tipe outlet atau pengeluaran air yang digunakan, yaitu:
(1) irigasi tetes, meneteskan air melalui pipa berlubang dengan diameter kecil
atau sangat kecil, (2) microspray, mencurahkan air di sekitar perakaran dengan
diameter pembasahan 1-4 m, dan (3) mini sprinkler, mencurahkan air di sekitar
perakaran dengan diameter pembasahan hingga 10 m.
Keuntungan Sistem Irigasi mikro memberikan beberapa keuntungan, antara
lain hemat air, laju aliran air rendah, dapat dilakukan bersamaan dengan
pemupukan, dan dapat diterapkan pada berbagai topografi lahan. Penggunaan
irigasi mikro dapat lebih menghemat air irigasi karena air didistribusikan secara
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 13
perlahan pada daerah perakaran tanaman. Ini berbeda dengan irigasi
permukaan yang membutuhan air cukup banyak untuk membasahi lahan. Laju
aliran air juga lebih rendah dibanding irigasi permukaan karena tekanan
pengalirannya hanya 1-2 kg/cm2. Keuntungan lainnya adalah petani dapat
sekaligus melakukan pemupukan bersamaan dengan pengairan.
Irigasi mikro dapat diterapkan pada berbagai topografi lahan, mulai dari
lahan datar, bergelombang hingga berbukit. Di balik keuntungan tersebut, dalam
menerapkan irigasi mikro petani kadang menghadapi beberapa masalah, seperti
lubang emitter (penetes) sering tersumbat tanah, lumut atau kotoran lain yang
terbawa aliran air. Kotoran tersebut perlu segera dibersihkan karena dapat
mengganggu kelancaran aliran air ke daerah perakaran tanaman.
Membersihkannya cukup mudah, yaitu dengan memasukkan lidi, potongan
bambu atau benda logam seperti peniti ke dalam lubang yang tersumbat. Karena
ukurannya sangat kecil perlu ketelatenan dalam membersihkan lubang yang
tersumbat. Irigasi sangat tepat diterapkan pada lahan kering untuk mengairi
tanaman yang bernilai ekonomis tinggi salah satunya tanaman cabe.
Menurut Inderawati (1982) dalam Sumarni dan Muharam (2008), potensi
hasil yang dapat dicapai oleh tanaman cabai mencapai 6.21 ton/ha bila dilakukan
perlakuan yang tepat terhadap jarak tanam, pH tanah dan pemberian air yang
tepat waktu dan kebutuhan.
Dengan sistem ini efisiensi dapat ditingkatkan sampai lebih dari 90%, juga
dapat memberikan efisiensi dan efektifitas yang tinggi dalam memenuhi
kebutuhan air bagi tanaman. Hal ini akan lebih berhasil jika sistem tetes
dirancang dengan tepat dan dioperasikan dengan teratur sesuai dengan jumlah
kebutuhan dan waktu pemberian air (Saprianto dan Nora, 1999).
Irigasi tetes (drip irrigation) merupakan salah satu teknologi mutakhir dalam
bidang irigasi yang telah berkembang hampir di seluruh dunia. Teknologi irigasi
tetes ini pertama kali diperkenalkan di Israel, dan kemudian menyebar hampir ke
seluruh penjuru dunia. Pada hakekatnya teknologi ini sangat cocok diterapkan
pada kondisi lahan berpasir, air yang sangat terbatas, dan iklim yang relatif
kering (Buckman, 1982).
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 14
2.5. Katalog Irigasi
Katalog adalah sarana bagi suatu lembaga untuk menyajikan secara rinci
cakupan produk yang dihasilkan kepada pengguna produk tersebut. Katalog
Irigasi merupakan sebuah buku yang menggambarkan suatu daerah irigasi yang
berisi data statis daaerah irigasi dan menunjukkan data inventarisasi sumber air,
bangunan dan saluran irigasi serta kelembagaannya.
Katalog Irigasi disusun berdasarkan hasil pengumpulan data yang dapat
dilakukan dengan melakukan penelusuran jaringan dari hulu sampai hilir dengan
menggunakan Global Positioning System (GPS), dengan tujuan mendapatkan
koordinat tiap-tiap bangunan dan dapat digunakan untuk proses pemetaan
daerah irigasi.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 15
BAB III
METODOLOGI
3.1 Metodologi Metode yang digunakan untuk kegiatan Pangkalan Data dan Sistem
Informasi Geografis Bidang Irigasi meliputi:
1. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan berupa data primer maupun sekunder, data primer
didapatkan dengan survey lapangan dengan melakukan penelusuran jaringan
di beberapa daerah irigasi untuk mendapatkan data kondisi daerah irigasi.
Sedangkan data sekunder berupa referensi, laporan Survey Investigasi dan
Desain Rehabilitasi Partisipatif Daerah Irigasi dan laporan Pemantauan
Pelaksanaan TP-OP (Tugas Pembantuan Operasi Pemeliharaan) dari
BBWS/BWS maupun Dinas PSDA tingkat Provinsi/Kabupaten.
Adapun data yang akan diambil yaitu nama Daerah Irigasi, luasan Daerah
Irigasi, Jenis bangunan utama dan jumlah bangunan serta kondisinya, Jenis
saluran irigasi dan jumlah saluran irigasi yang ada serta kondisinya, Debit
ketersediaan dan kebutuhan air irigasi, Tata tanam/pola tanam dan Indek
Pertanamannya, data P3A/GP3A, nama dan jumlah anggotanya serta peta ,
Skema Jaringan, Skema Bangunan pada DI tersebut.
2. Analisis data
Analisis data dilakukan terhadap indikator kebutuhan data pada struktur
database yang telah disusun. Keragaman bentuk data yang diperoleh
dianalisis secara kualitatif melalui parameter format data yang sesuai dengan
Sistem Informasi Data Dasar Irigasi (SIDDI) dan kebutuhan data layer untuk
SIG-SDA dengan menggunakan datasheet sehingga terjadi pemilahan antara
data yang dibutuhkan dengan data pendukung. Sedangkan analisa data
Kuantitatif dilakukan dengan verifikasi dan penghitungan ulang terhadap
sumber data (Skema jaringan dan skema bangunan irigasi).
3. Inputing data
Tahap analisa data dilanjutkan dengan inputing data ke dalam SIDDI. Proses
inputing data berbanding lurus dengan identifikasi tingkat kelengkapan data
sehingga menjadi bagian dari analisa kebutuhan data berikutnya.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 16
Selain inputing ke software SIDDI dilakukan juga Inputing data kebutuhan
informasi SIG-SDA Bidang Irigasi dengan menyiapkan peta digital wilayah per
DAS dan membuat tabel informasi sesuai Kodefikasi yang harus
diinformasikan serta link dengan lokasi DI pada Peta digital dengan
menggambar peta Daerah Irigasi dengan memberi warna sesuai luasan dan
kewenangan pengelolanya. Hasil dari penggabungan pengumpulan data
irigasi permukaan serta kegiatan kodefikasi geografis bidang irigasi pada SIG-
SDA bidang irigasi kemudian digunakan sebagai bahan untuk penyusunan
katalog irigasi.
3.2 Kerangka Kegiatan
Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran Kegiatan Pangkalan Data dan Sistem Informasi
Geografis Bidang Irigasi
INFORMASI LOKASI DI PER TAHUN:
TA.2011: WILAYAH JAWA, SUMATERA +
KALIMANTAN.
TA.2012: WILAYAH SUMATERA,
KALIMANTAN, SULAWESI,
NTT dan NTB
TA.2013: WILAYAH SULAWESI, NTT, NTB,
KEP. MALUKU dan PAPUA
TA.2014: WILAYAH KEP. MALUKU dan
PAPUA
MULAI
PERSIAPAN FORM DATA DAN PETA GEOGRAFIS
PENETAPAN FIELD DAN ATRIBUT KODEFIKASI BIDANG
IRIGASI.
PENGUMPULAN DATA (VERIFIKASI DAN VALIDASI)
KODEFIKASI GEOGRAFIS PETA DAERAH IRIGASI
PANGKALAN DATA DAN INFORMASI
UJICOBA TAMPILAN
SELESAI
TIDAK
ANALISA DAN INPUTING DATA
YA
PENYUSUNAN KATALOG IRIGASI
SOFTWARE SIDDI
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 17
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
Secara garis besar kegiatan Pangkalan Data dan Sistem Informasi
Geografis Bidang Irigasi terbagi kedalam 3 subkegiatan yang bisa dijadikan
komponen output dari model sistem pangkalan data dan SIG bidang Irigasi yaitu
Basis Data Irigasi, SIG-SDA Bidang Irigasi, dan Penyusunan Katalog Irigasi.
4.1 Basis Data Irigasi
Basis data irigasi dikelompokkan menjadi 2 subkegiatan yaitu basis data
irigasi permukaan dan irigasi mikro. Basis data irigasi permukaan bertujuan untuk
menginventarisasi data irigasi permukaan yaitu: data luas daerah irigasi,
inventarisasi bangunan dan saluran irigasi, data sumber air, skema jaringan dan
bangunan irigasi, kelembagaan dan dilengkapi pula dengan data pola tanam dan
debit intake tersedia, untuk selanjutnya diolah dan diinput kedalam software
sistem informasi data dasar irigasi (SIDDI). Sedangkan untuk basis data mikro
bertujuan untuk menginventarisasi penerapan irigasi mikro di masing-masing
daerah di Indonesia dengan harapan mendapatkan luas eksisting penerapan
irigasi mikro, selanjutnya akan dikembangkan menjadi potensi pengembangan
irigasi mikro yang dapat di kembangkan di Indonesia pada tahun selanjutnya.
4.1.1 IRIGASI PERMUKAAN
Kegiatan basis data irigasi permukaan ini meliputi tahap persiapan tabel
kebutuhan data irigasi, survey dan pengumpulan data di direktorat Irigasi dan
rawa serta direktorat pengelola air baku dan air tanah, Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air, dilanjutkan dengan validasi dimasing-masing BBWS/BWS,
Analisa data dan inputing kedalam software Sistem Informasi Data Dasar Irigasi
(SIDDI).
Data irigasi Permukaan merupakan data hasil iventarisasi BBWS/BWS
dengan menggunakan software Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) serta
pelaksanaan Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan (TP-OP) dari
BBWS/BWS kepada Dinas PSDA maupun Dinas Pengairan Tingkat Provinsi.
Adapun Pencapaian pelaksanaan kegiatan pangkalan Data dan Sistem Informasi
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 18
Sumber Daya Air Bidang Irigasi berdasarkan struktur organisasi kegiatan
Pangkalan data irigasi meliputi:
1. Identifikasi Kebutuhan Data
Kebutuhan Data irigasi disesuaikan dengan platform basis data yang telah
disusun sebelumnya pada TA 2011 dan dievaluasi pada TA 2012, dimana
penyusunannya berdasarkan Kriteria Perencanaan Irigasi revisi tahun 2010
serta permen PU No. 32 /PRT/M/ 2007 tentang Operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi. Kebutuhan data tersebut dikelompokkan menjadi kebutuhan
data untuk Perencanaan, Operasi dan Pemeliharaan serta Pengembangan
jaringan irigasi.
Secara garis besar kebutuhan data untuk pangkalan data irigasi adalah: data
luasan DI, data bangunan, data saluran, operasi dan pemeliharaan, rencana
tata tanam, kelembagaan, skema jaringan dan bangunan serta peta ikhtisar
jaringan irigasi.
2. Inventarisasi Data Irigasi Permukaan (Perencanaa n, Operasi dan
Pemeliharaan serta Pengembangan Irigasi).
Inventarisasi data irigasi dilakukan dengan melakukan survei dan
pengumpulan data di BBWS/BWS/PSDA Provinsi serta Dinas PU Pengairan
Tingkat Provinsi. Inventarisasi data dilakukan untuk melengkapi kebutuhan
data pada poin 1. Adapun pelaksanaannya dilakukan pada instansi sebagai
berikut:
a. BBWS Sumatera VIII.
b. BWS Sumatera II.
c. BWS Sumatera I.
d. BWS Sumatera III.
e. BWS Sumatera V.
f. BWS Sumatera VII.
g. BWS Kalimantan II.
h. BWS Kalimantan I.
i. BWS Kalimantan III.
j. BBWS Pompengan Jeneberang.
k. BWS Nusa Tenggara II.
l. BWS Nusa Tenggara I.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 19
3. Analisa Data
Analisa data pada kegiatan ini ditekankan pada perubahan luas daerah
irigasi baik dalam bentuk penambahan aeal baru (pengembangan jaringan irigasi)
maupun penyusutan Daerah irigasi (alih fungsi lahan irigasi). Untuk mengetahui
data tersebut, maka perlu dilakukan input data kedalam software. Proses inputing
data dilakukan pada software Sistem Informasi Data Dasar Irigasi (SIDDI) melalui
beberapa tahapan input data yaitu:
a. Rekapitulasi Data Bangunan dan Panjang saluran dari skema jaringan dan
skema bangunan irigasi.
b. Pengelompokan data.
c. Analisa data alih fungsi luasan irigasi.
Beberapa jendela yang perlu dilakukan inputing data untuk pembaharuan
data irigasi dapat digambarkan dalam gambar 4.1 sampai dengan 4.5.
a. Informasi Umum
Data identitas daerah irigasi mencakup: Nama Daerah Irigasi, Kabupaten,
Kecamatan, desa/sungai/sumber air, Jumlah P3A, Jumlah Anggota P3A,
Status dan Kondisi P3A, Wilayah Sungai, Kategori DI, dan Luas Baku.
.
Gambar 4.1. Identitas Daerah Irigasi
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 20
Gambar 4.2. Tampilan Data setelah Proses input
b. Operasi dan Pemeliharaan
Data Operasi dan Pemeliharaan pada bangunan dan saluran di input
berdasarkan data lapangan yang merupakan hasil pelaksanaan kegiatan TP-
OP di tingkat Provinsi. Adapun tampilan jendela input disajikan dalam gambar
4.3.
Gambar 4.3. Operasi dan Pemeliharaan Bangunan pada Saluran Induk
Gambar 4.4. Tampilan Rekapitulasi OP pada Saluran Induk
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 21
c. Pengelompokan Data
Pengelompakan data dilakukan untuk mempermudah inpting data. Data
yang diinput merupakan data kewenangan pusat (>3000 ha).
Gambar 4.5. Pengelompokan Data
4.1.2 IRIGASI MIKRO
Identifikasi Luas Lahan Penerapan Irigasi Mikro telah dilakukan pada
beberapa wilayah di Indonesia, Penerapan irigasi mikro oleh petani maupun
perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang pertanian masih sangat jarang.
Inventarisasi data irigasi mikro dilakukan di Dinas Pertanian tingkat Provinsi, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) tingkat Provinsi dan BBWS/ BWS.
Inventarisasi Irigasi Mikro telah dilakukan di sebagian Pulau Jawa,
Sumatera, Kalimantan dan Nusa Tenggara. Adapun lokasi yang telah dikunjungi
untuk dilakukannya inventarisasi tersebut adalah:
1. Cipanas, di kawasan Ciherang Provinsi Jawa Barat dengan luas penerapan
seluas 15 ha untuk komoditas buah strawberry, blueberry dan blackberry.
2. Sarangan, Magetan Provinsi Jawa Timur dengan luas penerapan 25 ha untuk
komoditas sayur-sayuran dan bawang merah.
3. Amor-amor, Provinsi NTB dengan luas penerapan 2 ha untuk komoditas buah-
buahan
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 22
4. Cipanas Provinsi Jawa Barat dengan luas 10 ha untuk budidaya tanaman
mawar.
5. Lembang, Bandung Provinsi Jawa Barat dengan luas 3 ha untuk budidaya
tanaman paprika dan buah-buahan.
6. Cisarua Provinsi Jawa Barat dengan luas 33 ha untuk budidaya tanaman
paprika.
7. Pangalengan, Kab. Bandung, Provinsi Jawa barat dengan luas 100 ha untuk
tanaman teh.
8. Bayan, Provinsi NTB dengan luas 0.5 ha untuk tanaman semangka.
9. Parug, Bogor dengan luas 2 ha merupakan lahan yang dikembangkan oleh
BPPT.
10. Bali, dengan luas 0.5 ha untuk budidaya tanaman cabe.
11. Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas 3 ha untuk komoditas Cabe dan
mentimun (pengembangan Irigasi Mikro oleh BWS Nusa Tenggara I)
12. Kab. Bantaeng dan Kab. Enrekang dengan total luas 8.150 ha untuk komoditas
tanaman sayuran yang dikembangkan secara tradisional.
13. Pontianak, Kalimantan barat menggunakan sistem unit petak sawah yang
dibina oleh kementerian pertanian untuk tanaman lidah buaya.
14. Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat dengan luas 249,5 ha dan 468,15
ha yang dibina dan dikembangkan oleh Kementerian Pertanian.
4.2 SIG-SDA Bidang Irigasi
Sistem Informasi Geografis SDA merupakan penyampaian informasi secara
digital melalui web pusair yang meliputi seluruh balai yang ada di pusair sesuai
dengan bidang penelitian masing-masing. Balai Irigasi melakukan digitasi dan
kodefikasi geografis bidang irigasi dimana penentuan informasi yang akan
disampaikan disepakati dalam diskusi working group yang diadakan oleh
pusair. Pelaksanaan SIG-SDA Bidang Irigasi ini meliputi: Penyiapan peta dan
data, digitasi dan pengisian atribut peta.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 23
Diskusi SIG-SDA tersebut dilaksanakan pada 17 April 2012 untuk
membahas platform SIG-SDA terkait dengan atribut/informasi yang akan
ditampilkan dalam web SIG-SDA Puslitbang SDA. Perubahan informasi pada
SIG-SDA bidang Irigasi adalah:
1. Polygon; yang berisi informasi mengenai nama DI, Luasan DI, Indeks
Pertanaman dan status pengelolaan.
2. Point; berisi informasi mengenai bangunan, P3A dan petak tersier.
3. Peta Alih Fungsi lahan irigasi.
Adapun informasi tersebut secara rinci disajikan dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1. Atribut Irigasi pada SIG-SDA (platform SIG-SDA)
No Informasi Atribut
1 Peta Daerah Irigasi (pusat dan propinsi) Nama Irigasi Luas Area Indeks Pertanaman (IP) Status pengelolaan 2 Skema Irigasi Kode Bangunan Kode Petak Kondisi Debit Kebutuhan Luas Petak Nama dan status P3A Jenis bangunan irigasi Tahun dibangun 3 Alih Fungsi Lahan Per 5 tahun Perhitungan alih fungsi lahan Layer Alih fungsi lahan per 5 tahun.
Diskusi lanjutan dilakukan pada 29 Juni 2012 dengan mengagendakan
tampilan website SIG-SDA, dengan melakukan perubahan tampilan yang
disusun berdasarkan DAS. Hasil diskusi tersebut diantaranya membahas
perubahan atribut pada masing-masing balai. Balai Irigasi mengajukan
perubahan digitasi dari point menjadi polygon sedangkan informasi skema
jaringan disampaikan dalam bentuk pdf. Perubahan atribut SIG-SDA bidang
Irigasi disajikan dalam gambar 4.6.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 24
Gambar 4.6. Perubahan Atribut SIG SDA Bidang Irigasi
Kodefikasi geografis SIG-SDA bidang irigasi dilaksanakan dengan
memberikan informasi secara geografis untuk bidang irigasi pada peta
geografis yang dikeluarkan oleh pusair dan ditayangkan melalui website pusair-
pu.go.id, pata tahun 2012 kodefikasi Geografis bidang irigasi akan dilaksanakan
untuk pulau Jawa.
4.3 Katalog Irigasi
Katalog irigasi disusun berdasarkan analisa data dari hasil survey dan
pengumpulan data dari BBWS/BWS yang telah dikunjungi, pada TA 2012
penyusunan katalog ini merupakan langkah awal dalam penginventarisan data-
data yang telah didapatkan agar menjadi satu kesatuan data yang mudah
dibaca dan dipahami oleh pengguna.
Adapun pelaksanaan kegiatan dalam penyusunan katalog irigasi ini
adalah:
1. Diskusi dengan Narasumber
2. Penyusunan outline katalog irigasi
3. Menentukan Daerah Irigasi yang dijadikan contoh katalog irigsi.
4. Melakukan penelusuran jaringan untuk mengetahui lokasi/koordinat tiap
bangunan dan panjang saluran serta sumber airnya.
5. Penyusunan katalog irigasi.
6. Validasi isi katalog kepada Balai PSDA Wilayah Ciranjang.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 25
Berdasarkan diskusi dengan narasumber yang telah dilaksanakan,
terdapat beberapa masukan penting dalam penyusunan katalog irigasi yaitu:
1. Data yang dimasukkan untuk katalog irigasi ditekankan pada data yang
bersifat statis, antara lain:
a. Kapan dibangun (sejarah pembangunan)
b. Pengelola daerah irigasi.
c. Luasan daerah irigasi
d. Lokasi daerah irigasi
e. Berdasarkan kewenangannya (kewenangan pusat)
2. Data yang dimasukkan dalam katalog irigasi adalah inventarisasi bangunan
dan saluran saja, mengenai data OP lebih baik tidak diikutsertakan.
3. Memperhatikan kontinuitas data dari tahun ke tahun, termasuk mengarah
ke data buku pintar irigasi yang sudah ada.
Outline katalog disusun berdasarkan masukan-masukan dari narasumber,
adapun outline katalog yang telah disusun adalah sebagai berikut:
I. Pendahuluan
1.1. Informasi Umum
1.2. Kondisi Geografis (koordinat lokasi)
1.3. Batas Wilayah
II. Sumber Air (sumber air, nama sungai, ketersediaan air, bentuknya)
sistem pengambilannya (bendung tetap, gerak)
III. Bangunan dan Saluran Irigasi (diinformasikan /diterjemahkan dari skema)
� nomenklatur, termasuk aset irigasi.
IV. Kelembagaan
Pelaksanaan pengumpulan data melalui penelusuran jaringan irigasi
Daerah irigasi Cihea untuk melengkapi kekurangan bahan dalam penyusunan
katalog irigasi. Penelusuran dilakukan untuk menginventarisasi bangunan dan
saluran irigasi yang dilengkapi dengan koordinatnya.
Data hasil penelusuran jaringan irigasi selanjutnya dijadikan bahan dalam
penyusunan katalog irigasi. Katalog irigasi disusun berdasarkan outline yang
telah disusun dari hasil diskusi bersama narasumber. Hasil rapat 2 mingguan
ditingkat balai terhadap katalog irigasi ini adalah masukan untuk
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 26
menyederhanakan katalog ini menjadi lebih ringkas, agar tidak menyerupai
buku data Daerah Irigasi.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 27
BAB V
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
5.1. HASIL KEGIATAN
Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis Bidang Irigasi terbagi
kedalam 3 subkegiatan yaitu Basis Data Irigasi, SIG-SDA Bidang Irigasi, dan
Penyusunan Katalog Irigasi, subkegiatan tersebut merupakan komponen
output dari model sistem pangkalan data dan SIG bidang Irigasi. Hasil dari
kegiatan tersebut dituangkan dalam buku output secara terpisah.
5.1.1. Basis Data Irigasi
Basis data irigasi dikelompokkan menjadi 2 subkegiatan yaitu basis data
irigasi permukaan dan irigasi mikro. Basis data irigasi permukaan bertujuan
untuk menginventarisasi data irigasi permukaan yaitu: data luas daerah irigasi,
inventarisasi bangunan dan saluran irigasi, data sumber air, skema jaringan
dan bangunan irigasi, kelembagaan dan dilengkapi pula dengan data pola
tanam dan debit intake tersedia, untuk selanjutnya diolah dan diinput kedalam
software sistem informasi data dasar irigasi (SIDDI). Sedangkan untuk basis
data mikro bertujuan untuk menginventarisasi penerapan irigasi mikro di
masing-masing daerah di Indonesia dengan harapan mendapatkan luas
eksisting penerapan irigasi mikro, selanjutnya akan dikembangkan menjadi
potensi pengembangan irigasi mikro yang dapat di kembangkan di Indonesia
pada tahun selanjutnya.
A. Irigasi Permukaan
Inventarisasi data irigasi dilakukan dengan melakukan survei dan
pengumpulan data di BBWS/BWS/PSDA Provinsi serta Dinas PU Pengairan
Tingkat Provinsi. Adapun pelaksanaannya dilakukan pada instansi sebagai
berikut:
a. BBWS Sumatera VIII.
Wilayah kerja Wilayah Sungai Sumatera VIII meliputi provinsi Sumatera
Selatan dan Provinsi Bangka Belitung. Wilayah Sungai Sumatera VIII terdiri
dari 5 Wilayah Sungai (WS) yaitu, WS Musi, WS Sugihan, WS Banyuasin, WS
P. Bangka dan WS P. Belitung. Berdasarkan kewenangannnya, BBWS
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 28
Sumatera VIII mengelola 13 Daerah Irigasi kewenangan pusat (>3000 ha).
Adapun daerah irigasi yang dimaksud dituangkan dalam tabel 5.1.
Tabel 5. 1 Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat (> 3000 Ha) di BBWS Sumatera VIII
No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha)
Lokasi Wilayah Sungai
Indeks Kinerja (%)
1 Komering 64.854 Kab. OKU Timur Musi 55.00 2 Kelingi Tugu Mulyo 10.163 Kab. Lubuk Linggau
Kab. Musi Rawas Musi 55.00
3 Muara Riben 6.658 Kota Pagaralam Musi 56.53 4 Lematang Kanan 5.750 Kota Pagaralam Musi 55.00 5 Air Mulak 3.500 Kab. Lahat Musi 55.00 6 Masam Balau 3.000
1.2.1 Kab. Lahat Musi 55.00
7 Air Keruh 3.500 Kab. Empat Lawang Musi 55.02 8 Air Lintang Kanan 5.400 Kab. Empat Lawang Musi 55.89 9 Air Gegas 3.845 Kab. Musi Rawas Musi 60.50 10 Selangis/Jemair 3.000 Kota Pagar Alam Musi 67.42 11 Belitang 20.968 Kab. OKU Timur Musi 12 Muncak Kabau 7.370 Kab. OKU Timur Musi 13 Lakitan 13.950 Kab. Musi Rawas Musi
TOTAL LUAS 151.958
Sumber: BBWS Sumatera VIII, 2012.
Data Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BBWS Sumatera VIII tersebut
sebagian diinput telah ke dalam software Sistem Informasi Data Dasar Irigasi
(SIDDI) yang hasilnya dilampirkan dalam buku data irigasi.
b. BWS Sumatera II (Sumatera Utara).
Wilayah kerja BWS Sumatera Utara meliputi Provinsi Sumatera Utara.
Wilayah sungai yang menjadi kewenangan pengelolaan pada BWS Sumatera
II adalah:
1. Empat (4) Wilayah Sungai Kewenangan Pusat, yaitu: WS Batang Natal –
Batang Batahan, WS Belawan - Ular – Padang, WS Toba – Asahan, WS
Batang Angkola – Batang Gadis.
2. Satu (1) WS Lintas Provinsi yaitu WS Alas Singkil.
3. Lima (5)WS Kewenangan Provinsi, yaitu; WS Mampu – Besitang, WS Bah
Bolon, WS Barumun Kualuh, WS Pulau Nias dan WS Sibundong – Batang
Toru.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 29
Berdasarkan Kewenangan Pengelolaannya, BWS Sumatera II
mempunyai 13 Daerah Irigasi Kewenangan Pusat dengan penjelasan pada
tabel 5.2
Tabel 5.2. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera II
No Daerah Irigasi Luas (Ha)
Lokasi Wilayah Sungai Indeks Kinerja (%)
1 Namu Sira-sira 6300 Kab. Langkit/ Binjai
Wampu – Besitang 59.70
2 Paya Sordang 4350 Tapanuli Selatang
Batang Angkola-Batang Gadis
60.16
3 Bandar Sidoras 3017 Deli Serdang Belawan – Ular – Padang
65.45
4 Sungai Ular 18500 Deli Serdang Belawan – Ular – Padang
72.40
5 Perbaungan 5920 Serdang Bedagai
Belawan – Ular – Padang
56.34
6 Sei Buluh 4020 Serdang Bedagai
Belawan – Ular – Padang
66.33
7 Belutu 5082 Serdang Bedagai
Belawan – Ular – Padang
61.40
8 Kerasaan 5000 Simalungun WS Bah Bolon 73.07 9 Bah Bolon 10500 Batu Bara Bah Bolon 72.75 10 Silau Bondo 3231 Asahan Bah Bolon 11 Batang Ilung 4194 Tapanuli
Selatan Kualuh Barumun 55.31
12 Batang Angkola 7200 Tapanuli Selatan
Batang Angkola – Batang Gadis
13 Batang Gadis 6628 Mandailing Natal
Batang Angkola – Batang Gadis
64.95
14 Bulung Ihit 3300 Labuhan Batu
Kualuh Barumun
TOTAL LUAS 87.242
Sumber: BWS Sumatera II, 2012
Data Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BBWS Sumatera VIII tersebut
sebagian diinput telah ke dalam software Sistem Informasi Data Dasar Irigasi
(SIDDI) yang hasilnya dilampirkan dalam buku data irigasi.
c. BWS Sumatera I
Wilayah kerja BWS Sumatera I meliputi 5 Wilayah Sungai yaitu WS
Krueng Meureudo – Baro, WS Krueng Jambo Aye, WS Woyla – Seunangan,
WS Tripa – Batee, WS Alas Singkil dan WS Krueng. Terdapat 18 Daerah
Irigasi kewenangan pusat yang menjadi pengelolaan BWS Sumatera I yang
disajikan dalam tabel 5.3.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 30
Tabel 5.3. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera I
No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Wilayah Sungai
Indeks Kinerja
(%) 1 Jambo Aye
Langkahan 19473 Aceh Utara /
Aceh timur Jambo Aye 63.45
2 Krueng Tiro 6924 Piddie, Piddie Jaya
3 Krueng Jreu/Keuliling
8077 Aceh Besar Meurebo Baro 59.50
4 Krueng Aceh/Leubok
7.884 Aceh Besar Krueng Aceh 70.05
5 Pante Lhong 6.562 Bireuen Meurebo Baro 65.76 6 Paya Nie 3121 Bireuen Meurebo Baro 60.80 7 Alue Ubay 4144 Aceh Utara 8 Krueng Pase 8922 Aceh Utara Jambo Aye 58.40 9 Datar Diana 1700 Bener Meriah 10 Jeuram 7499 Nagan Raya Woyla Seunagan 61.50 11 Krueng Tripa 17000 Nagan Raya 12 Susoh 5966 Aceh Barat Daya Woyla Seunagan 57.90 13 Lawe Alas/Kuta
Cane Lama 15000 Aceh Barat Daya
14 Baroraya 12194 Piddie Meurebo Baro 62.81 15 Gunung Pudung 5250 Aceh Selatan 16 Lhok Guci 18542 Aceh Barat Woyla Seunagan 56.50 17 Tamiang 5000 Aceh Tamiang 18 Peureulak 5000 Aceh timur
TOTAL LUAS 158258
Sumber: BWS Sumatera I, 2012
d. BWS Sumatera III.
Data yang diperoleh di BWS Sumatera III (Riau) berupa inventarisasi
data Luasan daerah Pengairan, dari data tersebut diperoleh luas Derah Irigasi
yang menjadi kewenangan BWS Sumatera III yang menjadi kewenangan
provinsi sebesar 7.157 ha. Adapun data yang diperoleh tersebut disajikan
dalam Tabel 5.4. Sedangkan Wilayah kerja Balai WS Sumatera 3 berada di
Provinsi Riau, meliputi:
1. WS Rokan (lintas Provinsi Riau, Sumatra Barat dan Sumatera Utara),
2. WS Kampar (lintas Provinsi Riau dan Sumatra Barat),
3. WS Siak.
4. WS Indragiri (linta Provinsi Riau dan Sumatera Barat),
5. WS Reteh dan
6. WS Bengkalis-Rupat.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 31
Tabel 5.4. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera III
No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Indeks
Kinerja (%) 1 Uwai Pangoan 1.029 Kampar 63.82 2 Sei Tibun Patapahan 1.105 Kampar 67.53 3 Sei Sirah 1.203 Kampar 70.43 4 Sei Paku 1.123 Kampar 67.92 5 Bancah Labi Sei 1.063 Kampar 55.00 6 Kaiti Samo 1.634 Rokan Hulu 68.88
TOTAL 7.157
Sumber: BWS Sumatera III, 2012
e. BWS Sumatera V.
Total Luas Daerah irigasi yang menjadi kewenangan pusat di BWS
Sumatera V, Padang adalah 73.066 ha. Balai Wilayah Sungai Sumatera V
dengan wilayah kerja 1 WS yaitu WS Anai-Kuranji-Arau-Mangau-Antokan
(Akuaman), dan 2 Wilayah Sungai kewenangan Provinsi yaitu WS Silaut
Tarusan, WS Masang-Pasaman, serta 1 WS kewenangan Kabupaten yaitu
WS P. Siberut-Pagai-Sipora (Kepulauan Mentawai).Data luasan daerah irigasi
di Provinsi Sumatera Barat disajikan dalam tabel 5.5.
Tabel 5.5. Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera V.
No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Wilayah Sungai
Indeks Kinerja
(%) 1 Pantai Rao 8.300 Pasaman Rokan 76.00
2 Batang Tongar 6.644 Pasaman barat Masang Pasaman
74.00
3 Batang Batahan 6.246 Pasaman Barat Natal Batahan 66.00
4 Batang Anai 13.604 Padang Pariaman Ankuman 76.00
5 Antokan 4.200 Agam/ Padang Pariaman
Ankuman 74.00
6 Batang Indrapura 6.040 Pesisir Selatan Silaut Tarusan 63.5
7 Malapang Ampang Tulak 3.000 Pesisir Selatan Silaut Tarusan 72.50
8 Batang Bayang 6.000 Pasaman Barat Masang Pasaman
68.20
9 Lunang Tanjung Jati 6.113 Pesisir Selatan Silaut Tarusan 55.00
10 Batang Palangki 4.300 Sijunjung Silaut Tarusan
11 Sinarmar 3.000 Tanah Datar Kuantan Inderagiri
12 Kawasan Ubo 5.616 Kota Solok Kuantan Inderagiri
TOTAL LUAS 73.063 Sumber; BWS Sumatera V, 2012
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 32
f. BWS Sumatera VII.
Wilayah kerja BWS Sumatera VII meliputi 2 wilayah sungai yaitu WS
Temarang dan WS Nasal. Mempunyai 5 daerah irigasi kewenangan pusat
seluas 32.694 ha, data luasan daerah irigasi di Provinsi Bengkulu disajikan
dalam tabel 5.6.
Adapun cakupan wilayah sungai yang berada pada Balai Wilayah
Sungai Sumatera VII yaitu:
1. WS Teramang - Ipuh meliputi 8 DAS yaitu :DAS Teramang, DAS Ipuh, DAS
Retak, DAS Buluh, DAS Selagan, DAS Bantal, DAS Dikit, DAS Manjuto.
2. WS Nasal – Padang Guci meliputi 10 DAS yaitu :DAS Air Nasal, DAS Air
Sambat, DAS Air Tetap, DAS Air Luas, DAS Air Kinal, DAS Air Padang
Guci, DAS Air Sulau, DAS Air Kedurang, DAS Air Bengkenang, DAS Air
Manna.
Tabel 5.6. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Sumatera VII.
No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Wilayah Sungai
Indeks Kinerja
(%) 1 Muko-Muko Kanan -Kiri 11979 Kab. Muko-muko Musi 70
2 Air Lais Kuro Tidur 7053 Bengkulu Utara Musi 69.10
4 Air Seluma 7496 Seluma Musi 70.15
6 Air Ketahun 3050 Lebong Musi 60.70
7 Air Nipis Seginim 3116 Bengkulu Selatan Musi 64.80
TOTAL 32.694
Sumber: BWS Sumatera VII, 2012
g. BWS Kalimantan II.
Wilayah Kerja Balai Wilayah Sungai Kalimantan II meliputi Provinsi
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Wilayah Sungai yang menjadi
kewenangan pengelolaan BWS Kalimantan II yaitu; WS Barito Kapuas, WS
Kahayan, Cengal Batulicin, WS Pulau Laut, WS Ketingan dan WS Mentaya.
BWS Kalimantam II mempunyai 7 Daerah Irigasi dengan Luas 38.561
ha yang berada pada Wilayah Sungai Barito. Adapun data dearah irigasi yang
menjadi kewenangan pusat di BWS Kalimantan II disajikan dalam tabel 5.7.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 33
Tabel 5.7. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan II.
No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Wilayah Sungai
Indeks Kinerja
(%) 1 Riam Kanan 6.000 Banja Barito 76.61 2 Tapin 3.471 Tapin Barito 75.65
3 Alabio 6.000 Hulu Sungai Utara Barito 70.17
3 Telaga Langsat 3.018 Hulu Sungai Selatan Barito 72.19
4 Amandit 5.472 Hulu Sungai Selatan Barito -
5 Batu Licin 3.000 Tanah Bambu Cengal Batulicin -
6 Sungai Bungur 3.600 Kota Baru -
7 Batang Alai 8.000 Hulu Sungai Tengah Barito -
TOTAL 38.361 Sumber: BWS Kalimantan II, 2012
h. BWS Kalimantan I (Kalimantan Barat)
Wilayah Kerja Balai Wilayah Sungai Kalimantan I berada pada Provinsi
Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang meliputi 5 Wilayah Sungai,
yaitu:
15. Wilayah Sungai Kapuas
16. Wilayah Sungai Mempawah
17. Wilayah Sungai Jelai Kendawangan
18. Wilayah Sungai Pawan
19. Wilayah Sungai Sambas
Terdapat 5 Daerah irigasi yang menjadi kewenangan pusat pada BWS
Kalimantan Barat dimana perencanaan pengembangannya dimulai pada tahun
2011. Adapun status pengembangan daerah irigasi di BWS Kalimantan Barat
disajikan dalam tabel 5.8.
Tabel 5.8. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan I.
No Nama DI Luas (Ha) Lokasi Status 1 DI Sanggau Ledo 6.500 Kab. Bengkayang Uji Amdal (2012) 2 DI Nanga Kalis 6.000 Kab. Kapuas Hulu Detail Desain (2012) 3 DI Sebangki 3.000 Kab. Landak Feasibility Study (2011) 4 DI Mentebah 3.037 Kab. Kapuas Hulu Detail Desain (2012) 5 DI Sambe 3.000 Kab. Landak Feasibility Study (2011)
TOTAL 21.537 Sumber: BWS Kalimantan I, 2012
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 34
DI Sanggau Ledo
Daerah Irigasi Sanggau Ledo yang terletak di Kabupaten Bengkayang merupakan
salah satu kawasan yang diperuntukkan untuk pengembangan areal/lahan
pertanian, dimana luas potensial yang ada diperkirakan mencapai 6500 Ha.
Sebagian lahan telah dibuat jaringan irigasinya secara teknis seluas 1.451 Ha.
Sumber air berasal dari Sungai Pisak, Sungai Tebudak, Sungai Tahu dan Sungai
Ngadan anak sungai dari Sungai Tanggi (anak sungai Sambas). TA 2008 telah
dilakukan “Studi Pontensi Pengembangan DI Sanggau Ledo, sebagai tindak lanjut
studi tersebut TA 2011 BWS Kalimantan I melakukan kegiatan perencanaan DED
Pengembangan DI Sanggau Ledo. Ruang Lingkup pekerjaan DED
Pengembangan DI Sanggau Ledo meliputi:
a. Perencanaan detail desai DI Sanggau Ledo
b. Analisa ketersediaan air
c. Analisa kesuburan tanah
d. Analisa ketersediaan petani
e. Analisa pemasaran hasil produksi dan sarana transportasi yang
menghubungkan ke tempat pemasaran
f. Analisa status lahan
g. Analisa adanya banjir atau genangan
h. Analisa geologi dan mekanika tanah
DI Nanka Kalis
Kabupaten Kapuas Hulu dengan ibukotanya Putussibau dialiri oleh banyak sungai.
Salah satunya adalah Sungai Kalis yang bermuara di Sungai Mandai yang
merupakan anak Sungai Kapuas. Sungai Kalis mempunyai debit andalan
sebaesar 80 terbesar adalah 19,69 m3/dtk dan terendah 9,13 m3/dtk. Jika
jaringan irigasi teknis dikembangkan, maka Kabupaten Kapuas Hulu akan menjadi
lumbung beras. Pada TA 2010 Balai Wilayah Sungai Kalimantan I telah
mengkonsultasikan DI Nangakalis kepada Direktorat Jenderal SDA. TA 2011 BWS
Kalimantan I melakukan pekerjaan Studi Kelayakan/Feasibility Study (FS) dan TA
2012 akan melakukan detail desain DI Nangakalis.
Saat ini sudah ada jaringan irigasi eksisting, yaitu :
a. DI Tanap Putih
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 35
b. DI Nanga Danau Bak
c. DI Nanga Danau Kauk
d. DI Hulu Tubuk
e. DI Lubuk Mantuk
f. DI Tekudak
DI Sebangki
Kabupaten Landak banyak dialiri oleh sungai, sungai terbesarnya adalah Sungai
Landak yang bermuara di Sungai Kapuas. Sungai Landak dapat dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Jika jaringan irigasi teknis dikembangkan
secara berkesinambungan, maka kabupaten Landak akan dapat menjadi lumbung
padi/beras. Sebelum dilakukan pekerjaan fisik, maka perlu adanya studi
kelayakan/ Feasibility Study (FS) untuk mengetahui daerah yang layak dibangun.
Feasibility Studi meliputi:
a. Perhitungan ketersediaan air dan luas areal yang dapat dilayani (water
balance), dengan memilih lokasi pengambilan yang strategis dan ekonomis
b. Menentukan tipe bangunan pengambilan/ bendung, layout jaringan utama
c. Penyusunan sistem planning daerah irigasi
d. Menentukan/ memilih perencanaan teknis konstruksi yang tepat, ekonomis,
dan dapat dibangun dengan memperhatikan ketersediaan material
bangunan di sekitar lokasi
e. Melihat tingkat kelayakan pelaksanaan suatu proyek dilihat dari segi teknis,
ekonomi, finansial dan aspek ligkungan.
Data yang dikumpulkan meliputi:
a. Data topografi
b. Data geoteknik
c. Data sumber daya air
d. Data pertanian dan kesesuaian lahan
e. Data sosial ekonomi
DI Mentebah
Kabupaten Kapuas Hulu dengan ibukotanya Putussibau dialiri oleh banyak sungai.
Sungai terbesarnya adalah Sungai Mentebah yang bermuara di Sungai Kapuas.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 36
Pada TA 2010 Balai Wilayah Sungai Kalimantan I telah mengkonsultasikan DI
Mentebah kepada Direktorat Jenderal SDA. TA 2011 BWS Kalimantan I
melakukan pekerjaan Studi Kelayakan/Feasibility Study (FS) dan TA 2012 akan
melakukan detail desain DI Mentebah. Keluaran yang dihasilkan dari Feasibiliti
Study adalah:
a. Peta situasi rencana pengembangan daerah irigasi
b. Perenacnaan peta petak termasuk trase saluran dan lokasi bangunan
irigasi
c. Rencana lokasi bendung dan pra desain bendung
d. Perumusan UKL dan UPL rencana pembangunan daerah irigasi
e. Kajian ekonomi dan teknis rencana pembangunan daerah irigasi
f. Kegiatan lanjutan pengembangan daerah irigasi
Dari irigasi Mentebah yang dapat dikembangkan seluas + 3.073 Ha yang terdiri
dari:
a. a. Petak tersier mentebah seluas = 864 ha
b. b. Petak tersier Tekalong atas seluas = 497 ha
c. c. Petak tersier Tekalong Tengah seluas = 1034 ha
d. d. Petak tersier Tekalong Bawah seluas = 678 ha
Saluran yang direncanakan terdiri dari:
a. Saluran induk Mentebah
b. Saluran Sekunder Tekalong Atas
c. Saluran Sekunder Tekalong Tengah
d. Saluran Sekunder Tekalong Bawah
DI Sambe
Kabupaten Landak banyak tersebar sungai yang bermuara di Sungai Kapuas,
diantaranya lokasi DI. Sambe yang merupakan daerah yang akan diamati segala
potensinya, dengan harapan agar daerah tersebut dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan irigasi mengingat debit air yang mengalir sepanjang tahun
cukup memadai. Sebelum diterapkan pembangunan fisik, BWS Kalimantan I telah
melakukan studi kelayakan/ Feasibility Study (FS) pada TA. 2011. Kegiatan studi
kelayakan ini meliputi:
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 37
a. Perhitungan ketersediaan air dan luas areal yang dapat dilayani (water
balance), dengan memilih lokasi pengambilan yang strategis dan ekonomis
b. Menentukan tipe bangunan pengambilan/ bendung, layout jaringan utama
c. Penyusunan sistem planning daerah irigasi
d. Menentukan/ memilih perencanaan teknis konstruksi yang tepat, ekonomis,
dan dapat dibangun dengan memperhatikan ketersediaan material
bangunan di sekitar lokasi
e. Melihat tingkat kelayakan pelaksanaan suatu proyek dilihat dari segi teknis,
ekonomi, finansial dan aspek ligkungan.
i. BWS Kalimantan III.
Wilayah Kerja Balai Wilayah Sungai Kalimantan III adalah Provinsi
Kalimantan Timur, sedangkan kewenangan pengelolaannya pada 5 Wilayah
Sungai, yaitu;
1. WS Mahakam, meliputi; DAS Mahakam, DAS Semboja, DAS Senipah, DAS
Semoi.
2. WS Sesayap, meliputi; DAS Segah, DAS sesayap, DAS Sebakung, DAS
Sebakis, DAS Sebuku, DAS Sembaleun, DAS Simenggaris, DAS Noteh,
DAS Sinaulan, DAS Itai, DAS Sekata, DAS Linuang Kayan, DAS Ansam,
DAS Belayau.
3. WS Kayan, meliputi; DAS Kayan, DAS Bulungan, DAS Bengara, DAS
Berasan, DAS Malimpung, DAS Selor, DAS Ansam.
4. WS Berau – Kelai, meliputi; DAS Berau, DAS Kuning, DAS Bakau, DAS
Pangkung, DAS Kasal, DAS Pantai.
5. WS Karangan, meliputi; DAS Karangan, DAS Sangata, DAS Bengalon,
DAS Marangkayu, DAS Santan.
6. WS Kendilo, meliputi’ DAS Kendilo, DAS Sengedang, DAS Janggeru, DAS
Kerang, DAS Tunan.
Terdapat 4 Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan pusat di
Kalimantan Timur dengan total luas 13.136 ha. Adapun data hasil inventarisasi
pada BWS Kalimantan III disajikan pada tabel 5.9.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 38
Tabel 5.9. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan III.
No Daerah Irigasi Luas (Ha) Wilayah Sungai Indeks Kinerja (%)
1. Babulu Darat 3.200 Mahakam 36.78 2. Waru 3.300 Mahakam 42.34 3. Marancang 3.500 Mahakam 4. Kaubun 3.160 Mahakam 77.5
Sumber: BWS Kalimantan III, 2012
j. BBWS Pompengan Jeneberang.
Wilayah kerja Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
meliputi 2 Provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
Wilayah Sungai yang terdapat pada provinsi Sulawesi Selatan yaitu:
1. WS Jeneberang, meliputi; DAS Jeneberang, DAS Jeneponto, DAS Maros,DAS Matulu, DAS Salangketo, DAS Tangka, DAS Aparang, DAS Pamukulu.
2. WS Saddang, meliputi; DAS Sadang, DAS Mamasa, DAS Rupang, DAS Libukasi, DAS Galang-galang, DAS Lissu, DAS Barru, DAS Lakepo, DAS Lampoko, DAS Kariango, DAS Pangkajene, DAS Bone-Bone, Segeri, DAS Karajae, DAS Malipi.
3. WS Walanae-Cenranae, meliputi; DAS Walanae, DAS Cenranae, DAS Paremang, DAS Bajo, DAS Awo, DAS Paneki, Keera, Ranang, Larompong, DAS Gilirang, DAS Noling, DAS Suli, DAS Suto.
4. WS Pompengan Larona, meliputi; DAS Pompengan, DAS Larona, DAS Kalaena, DASLatuppa, DAS Bua, DAS DAS Lamasi, DAS Makawa, DAS Bungadidi, DAS Kebo, DAS Rongkong, DAS Balease.
Sedangkan pada Provinsi Sulawesi Barat, terdiri dari 1 Wilayah Sungai yaitu
WS Kaluku-Karama.
Terdapat 33 Daerah irigasi kewenangan pusat di Provinsi Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Barat dengan luas total 332.969,74 ha. Adapun data
hasil inventarisasi pada BBWS Pompengan Jeneberang disajikan pada tabel
5.10.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 39
Tabel 5.10. Data Luas Daerah Irigasi di BBWS Pompengan Jeneberang.
No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Wilayah Sungai
Indeks Kinerja
(%) 1 D.I. Tabo-Tabo 8,615 Pangkep Sadang 63.21
2 D.I. Bantimurung 6,513 Maros Walanae Cenranae 67.96
3 D.I. Lekopancing 3,626 Maros Jeneberang 66.36 4 D.I. Kampili 10,454 Gowa, Takalar Jeneberang 66.57 5 D.I. Pamukkulu 5,204 Takalar Jeneberang 68.46 6 D.I. Bissua 10,758 Gowa Jeneberang 67.45 7 D.I. Kelara/Karalloe 7,185 Jeneponto Jeneberang 68.03 8 D.I. Bila Kalola 9,743 Sidrap, Wajo Sadang 64.19 D.I. Kalola Kalosi 5,736 Sidrap, Wajo
9 D.I. Tinco 3,520 Soppeng Walanae Cenranae 65.24
10 D.I. Langkeme 6,708 Soppeng Walanae Cenranae 66.30
11 D.I. Lawo 3,500 Soppeng 12 D.I. Walanae 3,600 Soppeng
13 D.I. Awo 5,324 Wajo Walanae Cenranae 66.00
14 D.I. Pattiro 4,970 Bone Walanae Cenranae 69.04
15 D.I. Palakka 4,663 Bone Walanae Cenranae 66.93
16 D.I. Sanrego 6,615 Bone Walanae Cenranae 69.30
17 D.I. Bayang-Bayang 5,300 1.2.2 Bulukumba
Jeneberang 65.60
18 D.I. Gilirang 7,000 Wajo 19 D.I. Boya 10,000 Wajo, Sidrap 20 D.I. Padangeng 4,200 Soppeng
21 D.I. Walimpong 26,000 Soppeng, Bone, Wajo
22 D.I. Kalaena 17,584 Luwu Timur Pompengan - Larona 65.46
23 D.I. Kanjiro 3,100 Luwu Utara Pompengan – Larona 68.90
24 D.I. Bungadidi Lauwo Senggeni 4,900 Luwu Utara
25 D.I. Baliase 28,800 Luwu Utara 26 D.I. Rongkong 31,400 Luwu Utara
27 D.I. Lamasi 10,303 Luwu Pompengan - Larona 66.78
28 D.I. Padang Sappa 6,500 Luwu Pompengan - Larona 68.32
29 D.I. Padang Sappa 5,500 Luwu Pompengan - Larona 68.32
30 D.I. Bajo 6,350 Luwu Pompengan - 66.56
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 40
No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Wilayah Sungai
Indeks Kinerja
(%) Larona
31 D.I. Bulu Cenrana 5,999 Sidrap Walanae Cenranae 69.06
32 D.I. Bulu Timorang 5,442 Sidrap Sadang 68.97 33 D.I. Saddang 62,203 Pinrang & Sidrap Sadang 69.60 347.315
Sumber: BBWS Pompengan Jeneberang, 2012
k. BWS Nusa Tenggara II.
Wilayah Kerja Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II meliputi 6
Wilayah Sungai yaitu;
1. Wilayah Sungai Noelmina, meliputi; DAS Noelmina, DAS N. Termanu,
DAS Nungkurus, DAS P. Rote, DAS P. Sabu.
2. Wilayah Sungai Benanain, meliputi; DAS Benanain, DAS Mena.
3. Wilayah Sungai Aesesa, meliputi; DAS Aesesa, DAS Wae Mokel, DAS
Nanggaroro, DAS Mautenda, DAS Wolowona, DAS Waiwajo, DAS Nebe.
4. Wilayah Sungai Wae Jamal, meliputi; DAS Wae Jamal, DAS Wae
Raho/Lembor, DAS Wae Pesi, DAS P. Komodo.
5. Wilayah Sungai Pulau Sumba, meliputi; DAS Baing, DAS Kambaniru, DAS
Memboro, DAS Polapare, DAS Wanakoka.
6. Wilayah Sungai Flotim Lembata Alor, meliputi DAS Konga, DAS P.
Adonara, DAS P. Solor, DAS P. Lomblen, DAS P. Aalor, DAS P. Pantar.
Daerah irigasi kewenangan pusat yang dikelola oleh BWS Nusa
Tenggara II seluas 100,997 ha. Data tersebut merupakan data usulan
perubahan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur
dengan rincian pada tabel 5.11.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 41
Tabel 5.11. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Nusa Tenggara II.
No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Wilayah Sungai
Indeks Kinerja
(%) 1 Batu Merah 3070 Kab. Kupang 55.00 2 Manikin 3197 Kab. Kupang 57.20 3 Oesao 3125 Kab. Kupang 58.9 4 Tilong 3814 Kab. Kupang 5 Lokopehapo 3237 Kab. Sabu Raijua 70.50
6 Lurasik 3305 Kab. Timor Tengah Utara
7 Haekto 3250 Kab. Timor Tengah Utara 57.30
8 Mena 3550 Kab. Timor Tengah Utara 58.50
9 Haekesak 4400 Kab. Belu 69.00 10 Malaka 10386 Kab. Belu 84.5 11 Benlelang 3619 Kab. Alor 12 Danau Tua 4104 Kab. Rote Ndao 13 Ngada 7208 Kab. Ngada 81.0
14 Mbay 6378 Kab. Nagekeo 84.00
15 Wae Mantar 4788 Kab. Manggarai 82.00
16 Way Musur 3391 Kab. Manggarai Timur 81.00
17 Wae Dingin 4016 Kab. Manggarai Timur 87.00
18 Lembor 4430 Kab. Manggarai Barat 79.00
19 Nggorang 3613 Kab. Manggarai Barat
20 Bena 3514 Kab. Timor Tengah Selatan 73.00
21 Kambaniru 4943 Kab. Sumba Timur
22 Baing 3559 Kab. Sumba Timur
23 Kodi 3100 Kab. Sumba Barat Daya
24 Mautenda 3000 Kab. ende Sumber: BWS Nusa Tenggara II, 2012
l. BWS Nusa Tenggara I.
Wilayah kerja Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I meliputi 3 Wilayah
Sungai, yaitu:
1. Wilayah Sungai Lombok, meliputi; DAS Dodokan, DAS Jangkok, DAS
Babak, DAS Segara, DAS Pamenang, DAS Meninting, DAS Sidutan.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 42
2. Wilayah Sungai Sumbawa, meliputi; DAS Sumbawa, DAS Beh, DAS
Sekongkang, DAS Rea, DAS Moyo, DAS Lamang, DAS Empang, DAS
Jiram, DAS Batu Bulan, DAS BAnggo.
3. Wilayah Sungai Dompu, meliputi; DAS Sambana, DAS Jatanga, DAS
Kwangko, DAS Solo, DAS Jatibaru, DAS Parado.
Daerah Irigasi kewenangan pusat yang dikelola oleh BWS Nusa
Tenggara I berjumlah 10 DI dengan total luas 42.927 ha, merupakan data hasil
kegiatan Monitoring dan Evaluasi TP-OP daerah irigasi >3000 ha Balai
Wilayah Sungai Nusa Tenggara I yang disajikan pada tabel 5.12.
Tabel 5.12. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Nusa Tenggara I.
No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Wilayah Sungai
Indeks Kinerja
(%)
1 Mujur II 3506 Kab. Lombok Tengah
WS Pulau Lombok 67.81
2 Batujai 3580 Kab. Lombok Tengah
WS Pulau Lombok 69.79
3 Pengga 3589 Kab. Lombok Barat
WS Pulau Lombok 67.44
4 Jurang Sate Hilir 6439 Lombok Barat WS Pulau Lombok 69.26
5 Jurang Sate Hulu 4229 Lombok Tengah WS Pulau Lombok 69.79
6 Jurang Batu 3500 Lombok Tengah WS Pulau Lombok 55.00
7 Batu Bulan 5576 Sumbawa Sumbawa 64.02 8 Mamak 5416 Sumbawa 58.08 9 Pelaparado 3834 Bima Dompu
10 Surabaya 3258 Praya/Lombok tengah WS Lombok 61.40
Sumber: BWS Nusa Tenggara I, 2012
B. Irigasi Mikro
Identifikasi Luas Lahan Penerapan Irigasi Mikro telah dilakukan pada
beberapa wilayah di Indonesia, Penerapan irigasi mikro oleh petani maupun
perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang pertanian masih sangat jarang.
Inventarisasi data irigasi mikro dilakukan di Dinas Pertanian tingkat Provinsi,
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) tingkat Provinsi dan BBWS/ BWS.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 43
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan didapatkan luasan penerapan
irigasi mikro di Indonesia seluas 9.066,15 Ha, dengan rincian yang disajikan
dalam tabel 5.13.
Tabel 5.13. Inventarisasi Luas Lahan Irigasi Mikro
No Lokasi Luas (ha) Jenis Irigasi Komoditas Keterangan Sumber
Tekanan
1 Ciherang (Cipanas)
15 Drip Strawberry, blueberry, blackberry
Swasta Pompa
2 Sarangan Magetan 25 Mikro sprayer
sayuran dan bawang merah
petani mandiri Gravitasi
3 NTB (amor-amor) 2 Mikro sprayer, drip
buah-buahan petani mandiri Pompa
4 Cipanas 10 Drip Mawar Swasta Pompa
5 Lembang 3 Drip paprika dan buah-buahan
petani mandiri Pompa
6 Cisarua 8 Drip paprika petani mandiri Pompa
Cisarua 30 Embor paprika petani mandiri
7 Pangalengan 100 Drip teh Swasta Pompa
8 NTB Bayan 0,5 drip Semangka Penelitian pompa dan gravitasi
9 Parung 2 - - BPPT Pompa
10 Bali 0,5 Drip Cabe BBWS Penida Bali
Pompa dan Gravitasi
11 NTT 3 Drip Cabe, Mentimun BBWS Pompa
12 Sulawesi Selatan 8150 Mikro sprayer
Hortikultura(tomat, wortel, kentang, Bawang Merah
Petani Mandiri (terdapat 741 Kelompok tani) Gravitasi
13
Kalimantan Tengah + Kalimantan Barat
249,5 468,15 --
Binaan Kementerian Pertanian -
Irigasi mikro telah banyak dikembangkan di Indonesia, namun sampai
dengan saat ini inventarisasi luasan irigasi mikro tersebut belum pernah dilakukan.
Penerapan irigasi mikro umumnya dilakukan oleh petani mandiri maupun oleh
perusahaan beras perkebunan swasta untuk komoditas hortikultura.
Penerapan irigasi tetes di Propinsi Kalimantan Barat telah dilakukan sejak
tahun 2006 oleh Dinas Pertanian setempat. Menurut Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Propinsi Kalimantan Barat, terdapat 3 lokasi penerapan irigasi
bertekanan, yaitu:
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 44
1. Kabupaten Sambas
Jenis irigasi berupa irigasi sprinkler sebanyak 2 unit yang berada di Desa
Semburing Kec. Semparuk dan Ds. Mensere Kec. Tebas. Sedangkan
irigasi tetes hanya diterapkan 1 unit di Ds. Semparuk Kec. Semparuk.
2. Kota Pontianak
Kota pontianak telah menerapkan irigasi sprinkler sebanyak 6 unit yang
berada di Ds. Siantan Hilir Kec. Pontianak Utara.
BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi telah mengkaji
pemanfaatan irigasi tetes untuk tanaman lidah buaya. Di Indonesia, sentra
produksi tanaman lidah buaya terdapat di daerah Pontianak, Kalimantan Barat.
Tanaman lidah buaya dengan kultur jaringan dengan irigasi tetes memiliki hasil
cukup signifikan dibanding tanaman lidah buaya konvensional.
Secara umum, untuk saat ini irigasi mikro tidak terlalu dipergunakan oleh
petani setempat karena kondisi cuaca yang masih sering terjadi hujan, sehingga
petani masih dapat mengandalkan air hujan untuk irigasinya.
Di Banjarmasin - Kalimantan Tengah, Irigasi mikro mulai dikembangkan
tahun 2010 yang di bina oleh Kementerian Pertanian. Irigasi mikro dikembangkan
untuk mengoptimalisasikan penggunaan air irigasi dari bendungan Amandit.
Potensi areal yang dimiliki Bendungan Amandit tahun 2010 sebesar 5.472 ha,
lahan sawah fungsional sebanyak 3.062,6 ha, potensi areal jaringan makro
sebanyak 1.474,0 ha. Jaringan mikro yang sudah terbangun sampai dengan tahun
2010 seluas 249,5 ha dan tahun 2011 seluas 468,15 ha.
Pengembangan irigasi mikro di Provinsi Sulawesi Selatan mencapai luasan
8.150 ha yang dikembangkan oleh petanin secara tradisional di Kecamatan
Bantaeng dan Enrekang untuk komoditas tanaman kol, tomat, wortel, kentang dan
bawang merah. Teknologi yang digunakan adalah dengan irigasi mikro sprayer
sederhana bertenaga gravitasi.
5.1.2. SIG SDA Bidang Irigasi
Software yang digunakan untuk kodefikasi data irigasi adalah ArcView3.3.
Proses kodefikasi dilakukan untuk mengisi atribut daerah irigasi dengan data yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Data Nama dan Luas Daerah Irigasi.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 45
2. Status Kewenangan Pengelolaan berdasarkan Kepmen PU No.
390/KPTS/M/2007.
3. Data Bangunan
4. Tahun dibangun
5. Sumber Air.
6. Alih Fungsi Lahan
Metode yang digunakan adalah dengan meng-overlay peta DAS terbaru
serta Peta Wilayah Sungai berdasarkan Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2012
tentang Penetapan Wilayah Sungai. Peta hasil overlay antara peta DAS dan
Wilayah sungai tersebut kemudian di overlay dengan peta daerah irigasi,
kemudian dilakukan pengisian atribut pada masing-masing daerah irigasi pada
peta yang ada.
A. Platform SIG SDA Bidang Irigasi
Diskusi SIG-SDA tersebut dilaksanakan pada 17 April 2012 untuk membahas
platform SIG-SDA terkait dengan atribut/informasi yang akan ditampilkan dalam
web SIG-SDA Puslitbang SDA. Perubahan informasi pada SIG-SDA bidang Irigasi
disajikan dalam tabel 5.14.
Tabel 5.14. Atribut Irigasi pada SIG-SDA (platform SIG-SDA)
No Informasi Atribut
1 Peta Daerah Irigasi (pusat dan propinsi)
Nama Irigasi Luas Area Indeks Pertanaman (IP) Status pengelolaan 2 Skema Irigasi Kode Bangunan Kode Petak Kondisi Debit Kebutuhan Luas Petak Nama dan status P3A Jenis bangunan irigasi Tahun dibangun 3 Alih Fungsi Lahan Per 5
tahun Perhitungan alih fungsi lahan
Layer Alih fungsi lahan per 5 tahun.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 46
Beberapa bentuk yang dapat digunakan sebagai informasi spasial bidang
irigasi dalam adalah sebagai berikut:
1. Polygon; yang berisi informasi mengenai nama DI, Luasan DI, Indeks
Pertanaman dan status pengelolaan).
2. Point; berisi informasi mengenai bangunan, P3A dan petak tersier.
3. Peta Alih Fungsi lahan irigasi.
Diskusi lanjutan dilakukan pada 29 Juni 2012 dengan mengagendakan
tampilan website SIG-SDA, dengan melakukan perubahan tampilan yang disusun
berdasarkan DAS. Hasil diskusi tersebut diantaranya membahas perubahan
atribut pada masing-masing balai. Balai Irigasi mengajukan perubahan digitasi dari
point menjadi polygon sedangkan informasi skema jaringan disampaikan dalam
bentuk pdf. Perubahan atribut SIG-SDA bidang Irigasi disajikan dalam gambar 5.1.
Gambar 5.1. Perubahan Atribut SIG SDA Bidang Irigasi
Kodefikasi geografis SIG-SDA bidang irigasi dilaksanakan dengan
memberikan informasi secara geografis untuk bidang irigasi pada peta geografis
yang dikeluarkan oleh pusair dan ditayangkan melalui website pusair-pu.go.id,
pada tahun 2012 kodefikasi Geografis bidang irigasi akan dilaksanakan untuk
pulau Jawa.
B. PROSES KODEFIKASI
Pelakanaan pekerjaan SIG-SDA bidang Irigasi dilakukan dengan
menggunakan software ArcView 3.3 dengan proses sebagai berikut:
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 47
1. Overlay peta Daerah Aliran Sungai dengan Peta Wilayah Sungai terbaru
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 2012 seperti ditunjukkan
pada gambar 5.2.
Gambar 5.2. Proses Overlay peta DAS dengan Wilayah Sungai
2. Overlay peta DAS dan Wilayah Sungai dengan peta daerah irigasi, seperti
disajikan dalam gambar 5.3.
Gambar 5.3. Proses Overlay peta DAS dan Wilayah Sungai dengan peta Daerah Irigasi
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 48
Gambar 5.4.Tampilan Peta Daerah Irigasi setelah proses Overlay.
Gambar 5.5. Tampilan daerah Irigasi di pulau jawa dan Madura
3. Penyesuaian dan pengisian atribut peta.
(a) (b) Gambar 5.6. Penyesuaian Atribut peta
(a) Sebelum penyesuaian atribut irigasi (b) Sesudah penyesuaian.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 49
Gambar 5.7. Atribut Daerah Irigasi
Pelaksanaan kodefikasi SIG-SDA bidang irigasi tidak hanya dilakukan pada
perubahan atribut saja, akan tetapi juga mengupdate data-data sesuai dengan
data terbaru hasil survey dan pengumpulan data bidang irigasi tahun 2012.
Berdasarkan kodefikasi yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa jumlah
daerah irigasi berdasarkan data spasial pada pekerjaan ini adalah 2214 daerah
irigasi yang merupakan kewenangan kabupaten/kota, provinsi serta kewenangan
pusat.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 50
Sampai dengan disusunnya laporan ini, pengisian atribut daerah irigasi
belum sepenuhnya selesai, kekurangan data berupa data skema jaringan maupun
skema bangunan irigasi menjadi kendala dalam pengisian atribut berupa jumlah
bangunan dan saluran serta petak tersier yang ada. Selain itu, skema yang juga
akan ditampilkan sebagai informasi tambahan pada SIG SDA bidang irigasi ini,
pada kenyataannya setiap daerah irigasi belum tentu memiliki data skema
jaringan maupun skema bangunan, terutama untuk daerah irigasi desa (non
teknis).
Kodefikasi geografis peta Pulau Jawa tersebut selanjutnya dapat digunakan
untuk melengkapi SIG-SDA Puslitbang Sumber Daya Air, tampilan informasi
bidang irigasi yang telah diupdate ini diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai kondisi daerah irigasi di Pulau Jawa dan Madura.
5.1.3. Katalog Irigasi
Berdasarkan diskusi dengan narasumber yang telah dilaksanakan,
terdapat beberapa masukan penting dalam penyusunan katalog irigasi yaitu:
Berdasarkan diskusi dengan narasumber yang telah dilaksanakan,
terdapat beberapa masukan penting dalam penyusunan katalog irigasi yaitu:
1. Data yang dimasukkan untuk katalog irigasi ditekankan pada data yang
bersifat statis, antara lain:
a. Kapan dibangun (sejarah pembangunan)
b. Pengelola daerah irigasi.
c. Luasan daerah irigasi
d. Lokasi daerah irigasi
e. Berdasarkan kewenangannya (kewenangan pusat)
2. Data yang dimasukkan dalam katalog irigasi adalah inventarisasi bangunan
dan saluran saja, mengenai data OP lebih baik tidak diikutsertakan.
3. Memperhatikan kontinuitas data dari tahun ke tahun, termasuk mengarah ke
data buku pintar irigasi yang sudah ada.
Daerah irigasi yang akan dijadikan contoh katalog irigasi adalah Daerah
Irigasi Cihea Cianjur Jawa Barat. Pelaksanaan pengumpulan data melalui
penelusuran jaringan irigasi Daerah irigasi Cihea untuk melengkapi kekurangan
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 51
bahan dalam penyusunan katalog irigasi melalui inventarisasi bangunan dan
saluran irigasi yang dilengkapi dengan koordinatnya.
Daerah irigasi Cihea merupakan salah satu daerah irigasi yang dibangun
pada masa penjajahan Belanda tahun 1879 dengan luas areal 5.610 Ha. Pada
mulanya daerah irigasi ini merupakan daerah yang tidak produktif dan sumber
penyakit malaria. Kemudian pada tahun 1879–1984 dilakukan survey dan
perencanaan untuk mengubah daerah tersebut menjadi daerah yang produktif.
Gambar 5.8. Bendung Cisokan
Tahun 1885 dilakukan persiapan rencana pelaksanaan pembangunan
jaringan irigasi dan dilanjutkan dengan pelaksanaan pembangunan fisik
jaringan utama (saluran primer dan sekunder) pada tahun 1886 – 1889. Tahun
1898 – 1904 dilaksanakan pembangunan fisik jaringan tersier yang dapat
difungsikan seluruhnya pada tahun 1914.
Awalnya, Daerah Irigasi Cihea dapat mengairi areal seluas 5.610 ha,
namun seiring dengan adanya alih fungsi lahan pertanian (sawah irigasi)
menjadi areal permukiman, maka sampai saat ini Daerah Irigasi Cihea ini
memiliki luas areal 5.495 ha.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 52
a. Kondisi Geografis
Daerah Irigasi Cihea memiliki topografi yang relatif datar dengan elevasi
488 m pada bendung Cisokan. Daerah irigasi Cihea terletak di Kabupaten
Ciajur yang meliputi 2 kecamatan yaitu Kecamatan Ciranjang dan
Kecamatan Bojong Picung yang terdiri dari 25 desa seperti yang disajikan
dalam tabel 5.15.
Tabel 5.15. Lokasi daerah Irigasi Cihea
Kecamatan Bojong Picung, terdiri
dari 14 desa, sebagai berikut:
Kecamatan Ciranjang, terdiri dari 11
desa, sebagai berikut:
1. Desa Sukarama
2. Desa Sukajaya
3. Desa Cikondang
4. Desa Jatisari
5. Desa Jati
6. Desa Cibarengkok
7. Desa Sukaratu
8. Desa Neglasari
9. Desa Hegarmanah
10. Desa Bojongpicung
11. Desa Mekarwangi
12. Desa Ramasari
13. Desa Haurwangi
14. Desa Kertasari
1. Desa Nanggalamekar
2. Desa Ciranjang
3. Desa Cibiuk
4. Desa Kertajaya
5. Desa Karangwangi
6. Desa Sindangjaya
7. Desa Cipeuyeum
8. Desa Hegarmanah
9. Desa Mekargalih
10. Desa Kertamukti
11. Desa Gunungsari
Sumber, Balai PSDA Wilayah Ciranjang, 2012
b. Batas Wilayah
Secara administrasi daerah irigasi Cihea termasuk dalam wilayah
Kabupaten Cianjur, dengan batas wilayah sebagai berikut:
a) Selatan : Saluran induk Cisokan
b) Utara : Bendungan Cirata
c) Barat :Sungai Cisokan
d) Timur : Sungai Citarum
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 53
Gambar 5.9. Batas Daerah Irigasi Cianjur
Gambar 5.10. Letak Daerah Irigasi Cihea dalam Wilayah Sungai Citarum
c. Sumber air
Sumber air utama diambil dari sungai Cisokan melalui sebuah bendung
Cisokan yang berada di Desa Sukarama, selain dari bendung Cisokan sumber air
lain yang melayani daerah irigasi Cihea adalah Bendung Ciranjang yang
mendapatkan suplesi dari bendung Cisokan. Bendung Ciranjang terletak di Desa
Bojongpicung Kecamatan Bojongpicung.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 54
Gambar 5.11. Bendung Cisokan dan Bendung Ciranjang
Areal sawah yang dilayani oleh Bendung Cisokan adalah 3.715 ha dan
1.780 ha sawah diairi oleh Bendung Ciranjang. Pemberian air pada lahan irigasi
tersebut dibagi kedalam 3 golongan yaitu Golongan I, II dan III, dimana Golongan I
dan II mendapatkan air dari Bendung Cisokan sedangkan untuk Golongan II
mendapat air dari sungai Ciranjang melalui Bendung Ciranjang.
Tabel 5.16. Golongan Pembagian Air.
Nama Areal Potensial (Ha) Areal Fungsional (Ha) Golongan I 1.863 1.863 Golongan II 1.852 1.852 Golongan III 1.780 1.769 TOTAL 5.495 5.484
d. Pola Dan Intensitas Tanam
Berdasarkan data di Balai PSDA Wilayah III Ciranjang, Intensitas tanam di
Daerah Irigasi Cihea cukup tinggi hamper mencapai 300%, data tersebut disajikan dalam
tabel 5.17.
Tabel 5.17. Intensitas tanam Daerah Irigasi Cihea
Tahun Luas Padi (Ha)
Palawija IP MT-I MT-II MT-III
1995 5.495 5.495 5.495 450 3.900 279 1996 5.495 5.495 5.495 301 3.894 276 1997 5.495 5.495 5.495 118 4.170 278 1998 5.495 5.495 5.495 827 3.830 284
Produktivitas tanam untuk padi rata-rata 6,7 ton/ha, sedangkan untuk palawija
mencapai 1.3 ton/ha.
Pola tanam yang diterapkan untuk Daerah Irigasi Cihea adalah PADi –
PADI – PALAWIJA, dapat digambarkan dalam tabel 5.18.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 55
Tabel 5.18. Pola Tanam DI Cihea. GOLONGAN Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
Golongan I
Golongan II
Golongan II
Keterangan:
Golongan I
a. Musim Tanam I (Padi Rendeng): Oktober Minggu ke-I – Februari Minggu ke-I.
b. Musim Tanam II (Padi Gadu) : Februari Mingg ke II – Juni Minggu ke-II
c. Musim Tanam III (Palawija) : Juli Minggu ke I – September Minggu Ke-I
Golongan II
a. Musim Tanam I (Padi Rendeng): Oktober Minggu ke-II – Februari Minggu ke-II.
b. Musim Tanam II (Padi Gadu) : Februari Mingg ke-III – Juni Minggu ke-III
c. Musim Tanam III (Palawija) : Juli Minggu ke II – September Minggu Ke-II
Golongan III
a. Musim Tanam I (Padi Rendeng): November Minggu ke-I – Maret Minggu ke-I.
b. Musim Tanam II (Padi Gadu) : Maret Mingg ke II – Juli Minggu ke-II
c. Musim Tanam III (Palawija) : Agustus Minggu ke I – Oktober Minggu Ke-I
e. Saluran
Daerah Irigasi Cihea mempunyai 2 Saluran Induk yaitu Saluran Induk
Cisokan sepanjang 17.100 m dan Saluran Induk Ciranjang km dan 5.100 m.
Total panjang saluran sekunder pada Daerah Irigasi Cihea adalah 29.040 m.
Air irigasi dari Bendung Cisokan dialirkan melalui 7 Saluran Sekunder yaitu
saluran sekunder Cikondang, Saluran Sekunder Cidukuh, Saluran Sekunder
Cidukuh Timur, Saluran Sekunder Cibarengkok, Saluran Sekunder Cibarengkok
A, Saluran Sekunder Cipetir Barat dan Saluran Sekunder Cipetir Timur.
Saluran Sekunder yang menginduk pada saluran Induk Ciranjang yaitu
Saluran sekunder Pasir Dawuan, Saluran sekunder Cikoronjo , Saluran
Sekunder Cibanteng dan Saluran Sekunder Ngamprah.
MT I MT II
MT I MT I MT II
MT II MT I MT I
MT I MT III
MT III
MT III
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 56
f. Bangunan
Bangunan irigasi pada daerah irigasi Cihea berjumlah 376 bangunan yang
terdiri dari 2 buah bendung, 1 buah bangunan bagi, 8 buah bangunan bagi
sadap, 91 buah bangunan sadap, 96 buah bangunan terjun, 11 buah bangunan
ukur, 7 buah bangunan talang, 22 buah bangunan suplesi, 38 buah gorong-
gorong.
5.2. ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.2.1. Pangkalan Data Irigasi (Irigasi Permukaan da n Irigasi Mikro)
A. Irigasi Permukaan.
Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis bidang Irigasi sangat
ditentukan oleh keberadaan data dan updating data bidang irigasi, hasil
pengumpulan data yang telah dilakukan kemudian dihitung dan dikelompokkan
kedalam sub menu yang tedapat dalam Software Sistem Informasi Data Dasar
Irigasi (SIDDI). Sejauh ini data yang telah dikelompokkan berdasarkan
keberadaan bangunan, saluran dan sumber air irigasi. Data tersebut terlebih
dahulu akan dibandingkan dengan Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 .
Berdasarkan data tersebut penyusutan luasan lahan irigasi yang ada
akan dianalisa apakah termasuk kedalam alih fungsi lahan irigasi. Analisa
dilakukan berdasarkan data yang ada. Data disusun dalam bentuk tabel yang
menyajikan luasan daerah irigasi berdasarkan Kepmen PU No.
390/KPTS/M/2007 dengan luasan usulan perubahan berdasarkan hasil
pengumpulan data irigasi di BWS/BBWS/Balai PSDA Provinsi/Dinas Pekerjaan
Umum. Nilai yang didapat berupa alih fungsi lahan irigasi tersebut selanjutnya
akan diserahkan kepada Direktorat Jenderal Sumber Daya Air untuk bahan revisi
Kepmen tersebut.
a. BBWS Sumatera VIII.
Berdasarkan data luasan daerah irigasi yang disajikan dalam tabel 5.19
dapat dievaluasi bahwa data luasan Daerah Irigasi yang telah ditetapkan dalam
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 terdapat beberapa Daerah Irigasi yang
tidak sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan (pengelolaan BBWS
Sumatera VIII). Adapun beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan
perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 57
1. Luas Daerah Irigasi kewenangan pusat yang yang menjadi tanggung jawab
pengelolaan oleh BWS Sumatera II adalah 151.958 ha.
2. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) terdapat
selisih luasan sebesar 39.494 ha.
3. Daerah Irigasi yang tidak sesuai dengan di lapangan yaitu Daerah Irigasi
Komering dengan Luas 64.854 ha, berdasarkan Kepmen 390/KPTS/M/2007
Daerah Irigasi Komering/Way Komering mempunyai luas 67.828 ha yang
merupakan daerah irigasi lintas provinsi Sumatera Selatan (Kab. OKU
Timur) dan Lampung (Kab. Way Kanan). Selain itu, didalam Kepmen PU
Nomor 390/KPTS/M/2007 menyebutkan bahwa terdapat DI Komering Utara
seluas 18.077 ha dan DI Komering Selatan seluas 18443 ha, dimana
Daerah Irigasi tersebut dilapangan merupakan satu daerah irigasi seluas
64.854 ha.
Berdasarkan 3 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama
dan Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan
Luas Daerah Irigasi.
Tabel 5.19. Perubahan/ Evaluasi Luas aerah Irigasi Kewenangan Pusat di BBWS Sumatera VIII
Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks Kinerja
(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas
(Ha) 1 Komering 64.854 Komering Selatan / Way
Komering 67.828 55.00
2 Kelingi Tugu Mulyo 10.163 Kelingi Tugu Mulyo 10.163 55.00 3 Muara Riben 6.658 Muara Riben 6.658 56.53 4 Lematang Kanan 5.750 Lematang Kanan 5.750 55.00 5 Air Mulak 3.500 Air Mulak 3.500 55.00 6 Masam Balau 3.000 Masam Balau 3.000 55.00 7 Air Keruh 3.500 Air Keruh 3.500 55.02 8 Air Lintang Kanan 5.400 Air Lintang Kanan 5.400 55.89 9 Air Gegas 3.845 Air Gegas 3.845 60.50 10 Selangis/Jemair 3.000 Selangis/Jemair 3.000 67.42 11 Belitang 20.968 Belitang 20.968 12 Komering Utara 18.077 13 Komering Selatan 18.443 12 Muncak Kabau 7.370 Muncak Kabau 7.370 13 Lakitan 13.950 Lakitan 13.950
TOTAL LUAS 151.958 191.452
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 58
b. BWS Sumatera II.
Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di lapangan
yang disajikan dalam tabel 5.20.
Tabel 5.20. Perubahan/ Evaluasi Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera II
Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha)
No Nama Daerah Irigasi
Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas
(Ha) Indeks
Kinerja (%) 1 Namu Sira-sira 6.300 Namu Sira-sira/Paya
Sordang 6.300
59.70
2 Paya Sordang 4.350 Paya Sordang 4.350 60.16 3 Bandar Sidoras 3.017 Bandar Sidoras 3.017 65.45 4 Sungai Ular 18.500 72.40 5 Perbaungan 5.920 Perbaungan 5.920 56.34 6 Sei Buluh 4.020 Sei Buluh 4.020 66.33 7 Belutu 5.082 Belutu 5.082 61.40 8 Kerasaan 5.000 Kerasaan 5.000 73.07 9 Bah Bolon 10.500 72.75 10 Silau Bondo 3.231 Silau Bondo 3.231 11 Batang Ilung 4.194 Batang Ilung 4.194 55.31 12 Batang Angkola 7.200 13 Batang Gadis 6.628 Batang Gadis 6.628 64.95 14 Bulung Ihit 3.300 Bulung Ihit 3.300 Perkotaan 3.457
TOTAL LUAS 87.242 54.499
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat data luasan daerah irigasi
yang telah ditetapkan dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 yang tidak
sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Adapun beberapa catatan yang
dapat dijadikan masukan perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah
sebagai berikut:
1. Sesuai dengan data lapangan di BWS Sumatera II bahwa daerah irigasi
kewenangan pusat yang dikelola oleh BWS Sumatera II adalah 87.242 ha.
2. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) di BWS
Sumatera II terdapat selisih luasan sebesar 32.743 ha.
3. Selisih Luasan Tersebut merupakan data daerah irigasi yang tidak tercantum
dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007, yaitu DI Sei Ular seluas
18.500 ha dan DI Batang Angkola seluas 7.200 Ha.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 59
4. Terdapat 1 Daerah Irigasi yang tertera dalam Kepmen PU Nomor
390/KPTS/M/2007 namun tidak tertera dalam data daerah irigasi di
lapangan (Kewenangan BWS Sumatera II) yaitu DI Perkotaan dengan Luas
3.457.
Berdasarkan 4 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama
dan Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan
Luas Daerah Irigasi.
c. BWS Sumatera I.
Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di lapangan
yang disajikan dalam tabel 5.21.
Tabel 5.21. Perubahan/ Evaluasi Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera I
Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 tahun 2007 Indeks Kinerja
(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas
(Ha) 1 Jambo Aye Langkahan 19.473 Jambo Aye Langkahan 19.360 63.45 2 Krueng Tiro 6.924 3 Krueng Jreu/Keuliling 8.077 Krueng Jreu/Keuliling 8.077 59.50 4 Krueng Aceh/Leubok 7.884 Krueng Aceh/Leubok 7.884 70.05 5 Pante Lhong 6.562 Pante Lhong 6.562 65.76 6 Paya Nie 3.121 Paya Nie 3.121 60.80 7 Alue Ubay 4.144 Alue Ubay 4.141 8 Krueng Pase 8.922 Krueng Pase 8.791 58.40 9 Datar Diana 1.700 Datar Diana 3.200 10 Jeuram 7.499 Jeuram 12.446 61.50 11 Krueng Tripa 17.000 Krueng Tripa 17.000 12 Susoh 5.966 Susoh 5.793 57.90 13 Lawe Alas/Kuta Cane
Lama 15.000 Kuta Cane Lama 5.425
14 Baroraya 12.194 Baroraya 19.118 62.81 15 Gunung Pudung 5.250 16 Lhok Guci 18.542 56.50 17 Tamiang 5.000 18 Peureulak 5.000
TOTAL LUAS 158.258 120.918
Berdasarkan data luasan daerah irigasi yang disajikan dalam tabel 5.21
dapat dievaluasi bahwa data luasan Daerah Irigasi yang telah ditetapkan dalam
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 terdapat beberapa Daerah Irigasi yang
tidak sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan (pengelolaan BWS Sumatera
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 60
I). Adapun beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan perubahan kepada
direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:
1. Sesuai dengan data lapangan di BWS Sumatera I bahwa daerah irigasi
kewenangan pusat yang dikelola oleh BWS Sumatera I adalah 158.258 ha.
2. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) di BWS
Sumatera I terdapat selisih luasan sebesar 37.340 ha.
3. Selisih Luasan Tersebut merupakan data daerah irigasi yang tidak tercantum
dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007, yaitu DI Krueng Tiro dengan
Luas 6.924 ha, DI Gunung Pudung seluas 5.250 ha, DI Lhok Guci seluas
18.542 ha, DI Tamiang seluas 5.000 ha dan DI Peureulak dengan luas 5.000
ha, data tersebut menjadi catatan perubahan untuk usulan dalam perubahan
data Kepmen PU No. 390/KPTS/M/2007.
4. Adanya penambahan luas areal daerah irigasi Jambo Aye Langkahan seluas
113 ha, DI Alue Ubay seluas 3 ha, DI Krueng Pase seluas 131 ha, DI Susoh
seluas 173 ha, DI Lawe Alas/Kuta Cane Lama dari 5.425 ha menjadi 15.000
ha (9.575 ha).
5. Adanya Alih Fungsi lahan (pengurangan data luasan DI) pada DI Datar Diana
dari 3.200 ha menjadi 1.700 ha (1.500 ha), DIJeuram dari 12.446 menjadi
7.499 ha (4.967 ha), DI Baroraya dari 19.118 ha menjadi 12.194 ha (6924
ha).
Berdasarkan 5 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama
dan Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan
Luas Daerah Irigasi.
d. BWS Sumatera V.
Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di lapangan
yang disajikan dalam tabel 5.22.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 61
Tabel 5.22. Perubahan/ Evaluasi Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera V.
Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 tahun 2007 Indeks Kinerja
(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas
(Ha) 1 Pantai Rao 8.300 Pantai Rao 8.300 76.00
2 Batang Tongar 6.644 Batang Tongar 6.644 74.00
3 Batang Batahan 6.246 Batahan 6.246 66.00
4 Batang Anai 13.604 BAtang Anai 13.604 76.00
5 Antokan 4.200 Antokan 4.200 74.00
6 Batang Indrapura 6.040 Batang Indrapura 6.040 63.5
7 Malapang Ampang Tulak
3.000 Malapang Ampang Tulak
3.000 72.50
8 Batang Bayang 6.000 Batang Bayang 6.500 68.20
9 Lunang Tanjung Jati 6.113 Lunang Tanjung Jati 6.113 55.00
10 Batang Palangki 4.300 Batang Palangki 4.300
11 Sinarmar 3.000 Batang Sinamar 3.000
12 Kawasan Ubo 5.616
TOTAL LUAS 73.063 67.947
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi
yang tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi
yang ada di lapangan. Adapun beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan
perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:
1. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) di BWS
Sumatera V bahwa terdapat selisih luasan sebesar 5616 Ha.
2. Terdapat 1 Daerah Irigasi yang tidak tercantum dalam Kepmen PU Nomor
390/KPTS/M/2007 namun daerah irigasi terbut di lapangan menjadi
kewenangan pemerintah pusat yaitu DI Kawasan Ubo seluas 5.616 Ha.
Berdasarkan 2 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama dan
Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan Luas
Daerah Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.
e. BWS Sumatera VII.
Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di BWS
Sumatera VII yang disajikan dalam tabel 5.23.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 62
Tabel 5.23. Perubahan/ Evaluasi Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera VII.
Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks Kinerja
(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas
(Ha) 1 Muko-Muko Kanan -Kiri 11.979 Muko-muko Kanan 6.600 70
2 Air Lais Kuro Tidur 7.053 Air Lais Kuro Tidur 5.936 69.10
3 Air Seluma 7.496 Air Seluma 7.496 70.15
4 Air Ketahun 3.050 Air Majunto kiri 7.060 60.70
5 Air Nipis Seginim 3.116 Air Nipis Seginim 3.116 64.80
TOTAL 32.694 30.208
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi
yang tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi
yang ada di lapangan. Adapun beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan
perubahan kepada Direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:
1. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) terdapat
selisih luasan antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi
yang ada di lapangan sebesar 2468 Ha.
2. Selisih luasan tersebut dikarenakan terdapat 2 Daerah Irigasi yang
luasannya tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan
daerah irigasi di lapangan, daerah irigasi tersebut mengalami
pengembangan atau penambahan luasan yaitu DI Muko-Muko Kanan, di
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 mempunyai luas 6.600 ha mengalami
pengembangan luas sebesar 5.379 ha menjadi seluas 11.979 ha dan Daerah
Irigasi Air Lais Kuro Tidur pada Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007
seluas 5936 ha, padahal luasan sebenarnya di lapangan adalah 7.053 ha
mengalami penambahan luas sebesar 1117 ha.
3. Terdapat 1 daerah irigasi yang mengalami alih fungsi lahan 4.010 ha dari
7.060 ha pada Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007, sedangkan kondisi
yang ada di lapangan seluas 3.050 ha.
Berdasarkan 3 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama
dan Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan
Luas Daerah Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 63
f. BWS Kalimantan II.
Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di BWS
Kalimantan II yang disajikan dalam tabel 5.24.
Tabel 5.24. Perubahan/ Evaluasi Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Kalimantan II.
Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks Kinerja
(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas
(Ha) 1 Riam Kanan 6.000 Riam Kanan 6.000 76.61 2 Tapin 3.471 Tapin 5.472 75.65 3 Alabio 6.000 - - 70.17 3 Telaga Langsat 3.018 Telaga Langsat 3.018 72.19 4 Amandit 5.472 - - - 5 Batu Licin 3.000 Batu Licin 3.000 - 6 Sungai Bungur 3.600 Sungai Bungur 3.600 - 7 Batang Alai 8.000 - TOTAL 38.561 21.090
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi
yang tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi
yang ada di lapangan. Adapun beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan
perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:
1. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) terdapat
selisih luasan antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi
yang ada di lapangan sebesar 17.471 Ha.
2. Selisih luasan daearah irigasi antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007
dengan kondisi yang ada di lapangan tersebut diantaranya adalah adanya 3
daerah irigasi yang ada di lapangan namun tidak tercantum dalam Kepmen
PU Nomor 390/KPTS/M/2007 yaitu DI Alabio seluas 6.000 ha DI Amandit
seluas 5.472 ha dan DI Batang Alai seluas 8.000 ha.
3. Perubahan luasan yang disebabkan alih fungsi (penurunan luasan lahan
irigasi) seluas 2.001 ha yaitu daerah irigasi Tapin yang mempunyai luas
3.471 ha di lapangan sedangkan yang tercantum dalam Kepmen PU No.
390/KPTS/M/2007 adalah 5.472 ha.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 64
Berdasarkan 3 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama
dan Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan
Luas Daerah Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.
g. BWS Kalimantan I.
Daerah Irigasi kewenangan pusat yang menjadi tanggungjawab
pengelolaan BWS Kalimantan I adalah 5 Daerah Irigasi yang tercantum dalam
tabel 5.25. Kelima Daerah Irigasi tersebut merupakan daerah irigasi baru yang
merupakan pengembangan daerah irigasi menjadi 1 sistem jaringan irigasi.
Tabel 5.25. Perubahan/ Evaluasi Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Kalimantan I.
No Nama DI Luas (Ha) Lokasi Status 1 DI Sanggau Ledo 6.500 Kab. Bengkayang Uji Amdal (2012) 2 DI Nanga Kalis 6.000 Kab. Kapuas Hulu Detail Desain (2012) 3 DI Sebangki 3.000 Kab. Landak Feasibility Study (2011) 4 DI Mentebah 3.037 Kab. Kapuas Hulu Detail Desain (2012) 5 DI Sambe 3.000 Kab. Landak Feasibility Study (2011)
TOTAL 21.537
Daerah Irigasi Sanggau Ledo yang terletak di Kabupaten Bengkayang
merupakan salah satu kawasan yang diperuntukkan untuk pengembangan
areal/lahan pertanian, dimana luas potensial yang ada diperkirakan mencapai
6500 Ha. Sebagian lahan telah dibuat jaringan irigasinya secara teknis seluas
1.451 Ha. Sumber air berasal dari Sungai Pisak, Sungai Tebudak, Sungai Tahu
dan Sungai Ngadan anak sungai dari Sungai Tanggi (anak sungai Sambas).
Kabupaten Kapuas Hulu dengan ibukotanya Putussibau dialiri oleh
banyak sungai. Salah satu sungai adalah Sungai Kalis yang bermuara di
Sungai Mandai yang merupakan anak Sungai Kapuas. Jika jaringan irigasi
teknis dikembangkan, maka Kabupaten Kapuas Hulu akan menjadi lumbung
beras. Pada TA 2010 Balai Wilayah Sungai Kalimantan I telah
mengkonsultasikan DI Nangakalis kepada Direktorat Jenderal SDA. TA 2011
BWS Kalimantan I melakukan pekerjaan Studi Kelayakan/Feasibility Study (FS)
dan TA 2012 akan melakukan detail desain DI Nangakalis.
DI Sebangki seluas 3000 ha terletak di Kabupaten Landak, dengan
memanfaatkan Sungai Landak yang bermuara di Sungai Kapuas. DI Mentebah
seluas 3.037 haterletak di Kabupaten Kapuas Hulu dengan memanfaatkan
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 65
Sungai Mentebah sebagai sumber airnya. DI Sambe seluas 3000 ha juga akan
dikembangkan menjadi daerah irigasi baru yang terletak di Kabupaten Landak
dengan memanfaatkan sumber air dari Hulu Kapuas.
Daerah Irigasi yang menjadi tanggung jawab pengelolaannya oleh BWS
Kalimantan I adalah 5 Daerah Irigasi dengan total luas 32.694 Ha yang belum
tercantum dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007. Dengan demikian,
data tersebut menjadi catatan yang dapat dijadikan masukan perubahan dalam
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 kepada direktorat Irigasi dan Rawa,
Ditjen SDA.
h. BWS Kalimantan III.
Daerah Irigasi kewenangan pusat yang menjadi tanggungjawab
pengelolaan BWS Kalimantan II adalah 4 Daerah Irigasi dengan total luas
13.160 hayang tercantum dalam tabel 5.26.
Tabel 5.26. Perubahan/ Evaluasi Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusatdi BWS Kalimantan III.
Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks Kinerja
(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas
(Ha) 1. Babulu Darat 3.200 - - 36.78 2. Waru 3.300 - - 42.34 3. Marancang 3.500 - - 4. Kaubun 3.160 - - 77.5
TOTAL 13.160
Daerah Irigasi yang menjadi tanggung jawab pengelolaannya oleh BWS
Kalimantan II adalah 4 Daerah Irigasi dengan total luas 13.160 Ha yang belum
tercantum dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007. Dengan demikian,
data tersebut menjadi catatan yang dapat dijadikan masukan perubahan dalam
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 kepada direktorat Irigasi dan Rawa,
Ditjen SDA.
i. BBWS Pompengan Jeneberang.
Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di lapangan
yang disajikan dalam tabel 5.27.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 66
Tabel 5.27. Perubahan/ Evaluasi Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BBWS Pompengan Jeneberang.
Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks Kinerja
(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas
(Ha) 1 D.I. Tabo-Tabo 8,615 Tabo-Tabo 8.615 63.21 2 D.I. Bantimurung 6,513 Bantimurung 6.513 67.96 3 D.I. Lekopancing 3,626 Lekopancing 3.626 66.36 4 D.I. Kampili 10,454 Jeneberang/Kampili 10.545 66.57 5 D.I. Pamukkulu 5,204 Pammukulu 5.204 68.46 6 D.I. Bissua 10,758 Kampili/Bissua 10.758 67.45 7 D.I. Kelara/Karalloe 7,185 Kelara 7.199 68.03 8 D.I. Bila Kalola 9,743 Bila Kalola 9.743 64.19 D.I. Kalola Kalosi 5,736 Kalola Kolasi 5.405 9 D.I. Tinco 3,520 Tinco kiri/kanan 3.520 65.24 10 D.I. Langkeme 6,708 Langkeme 6.708 66.30 11 D.I. Lawo 3,500 Lawo 3.600 12 D.I. Walanae 3,600 Walanae 3.600 13 D.I. Awo 5,324 Awo 5.254 66.00 14 D.I. Pattiro 4,970 Pattiro 4.970 69.04 15 D.I. Palakka 4,663 Palakka 4.633 66.93 16 D.I. Sanrego 6,615 Sanrego 9.457 69.30 17 D.I. Bayang-Bayang 5,300 Bayang-Bayang 5.030 65.60 18 D.I. Gilirang 7,000 Gelirang 7.000 19 D.I. Boya 10,000 20 D.I. Padangeng 4,200 Paddange 4.200 21 D.I. Walimpong 26,000 22 D.I. Kalaena 17,584 Kalaena 17.584 65.46 23 D.I. Kanjiro 3,100 Kalaena kiri/kanan 16.945 68.90
24 D.I. Bungadidi Lauwo Senggeni 4,900 Bungadidi 3.500
25 D.I. Baliase 28,800 Baliase 28.800 26 D.I. Rongkong 31,400 Rongkong/Malangke 31.400 27 D.I. Lamasi 10,303 Lamasi Kanan/Kiri 10.306 66.78 28 D.I. Padang Sappa 6,500 Padang Sappa 6.450 68.32 29 D.I. Padang Sappa 5,500 Padang Sappa 12.588 68.32 30 D.I. Bajo 6,350 Bajo 6.350 66.56 31 D.I. Bulu Cenrana 5,999 Bulucenrana 5.999 69.06 32 D.I. Bulu Timorang 5,442 Bulutimorang 5.442 68.97 33 D.I. Saddang 62,203 Sadang Sidrap 15.195 69.60 34 Kalaera Kiri 3.875 35 Kalaera Kanan I 6.615 36 Wajo 7.000 37 Kalaera Kanan II 4.226 38 Baranti 5.037 39 Bajo 7.000 40 Ponre-Ponre 4.411 41 Pinrang 42.931 42 Bontomanai 3.830 43 Sindenrang 3.400
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 67
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi
yang tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi
yang ada di lapangan. Adapun beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan
perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:
1. Total Alih fungsi lahan irigasi di Sulawesi Selatan berdasarkan data pada Kepmen
PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data luasan irigasi di Lapangan adalah
27.149 ha.
2. Jumlah Daerah Irigasi di Sulawesi Selatan berdasarkan Kepmen PU Nomor
390/KPTS/M/2007 adalah 42 Daerah Irigasi dengan total luas 374.464,
sedangkan di lapangan sejumlah 33 daerah irigasi dengan luas 347.315 ha.
3. Terdapat 10 Daerah Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007
yang tidak sesuai dengan lapangan yaitu DI Kalaera Kiri (3.875 ha), DI
Kalaera Kanan I (6.615 ha), DI Wajo (7000 ha), DI Kalaera Kanan II (4.226
ha), DI Baranti (5.037 ha), DI Bajo (7.000), DI Ponre-Ponre (4.411 ha), DI
Pinrang (42.931), DI Bontomanai (3.830 ha), DI Sindenrang (3. 400 ha), DI
KAlaena Kiri/Kanan (16.945).
4. Terdapat 3 Daerah Irigasi yang belum tercantum dalam Kepmen PU Nomor
390/KPTS/M/2007 yaitu DI Boya (10.000 ha) dan DI Walimpong (26.000
ha)dan DI Kanjiro (3.100 ha).
5. Usulan perubahan luasan pada 14 daerah irigasi di Sulawesi Selatan yaitu DI
Kampili dengan luas 10.545 ha menjadi 10.454 ha, DI Kelara/Karalloe
dengan luas 7.199 menjadi 7.185 ha, DIKalola Kolasi dengan Luas 5.405
menjadi 5.736, DI Lawo dengan luas 3.600 ha menjadi 3.500, DI Awo
dengan Luas 5.254 ha menjadi 5.324 ha, DI Palakka dengan Luas 4.633 ha
menjadi 4.663 ha, DI Sanrego dengan luas 9.457 ha menjadi 6.615 ha, DI
Bungadidi Lauwo Sanggeni dengan luas 3.500 ha menjadi 4.900 ha, DI
Lamasi dengan Luas 10.306 ha menjadi 10.303 ha, DI Padang Sappa
dengan Luas 6.450 ha menjadi 6.500 ha, DI Padang Sappa dengan Luas
12.588 ha menjadi 5.500 ha, DI Sadang Sidrap dengan Luas 15.195 ha
menjadi 62.203 ha.
Berdasarkan 3 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama
dan Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan
Luas Daerah Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 68
j. BWS Nusa Tenggara II.
Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di BWS Nusa
Tenggara II yang disajikan dalam tabel 5.28.
Tabel 5.28. Perubahan/ Evaluasi Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat i di BWS Nusa Tenggara II.
Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks Kinerja
(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas
(Ha) 1 Batu Merah 3.070 Batu Merah 3,200 55.00 2 Manikin 3.197 Manikin 5,007 57.20 3 Oesao 3.125 Oesao 4,075 58.9 4 Tilong 3.814 Tilong 3,369 5 Lokopehapo 3.237 Lokopehapo 3,275 70.50 6 Lurasik 3.305 Beluana 3,200 7 Haekto 3.250 Haekto 3,235 57.30 8 Mena 3.550 Mena 3,450 58.50 9 Haekesak 4.400 Haekesak 3,400 69.00 10 Malaka 10.386 Malaka 6,700 84.5 11 Benlelang 3.619 Benlelang 3,459 12 Danau Tua 4.104 Danau Tua 3,800 13 Ngada 7.208 Ngada 3,000 81.0 14 Mbay 6.378 Mbay 3,378 84.00 15 Penginer 3,862 82.00 16 Wae Mantar 4.788 Way Mantar 3,733 81.00
17 Way Musur 3.391 Way Musur, Way Bobo,
Way Peot 6,184 87.00
18 Wae Dingin 4.016 Wae Dingin + Wae
Laku 4,016
79.00
19 Lembor 4.430 Lembor 4,525
20 Nggorang 3.613 Nggorang (Mese, Dongkong, Galung) 3,583
73.00
21 Terang 3,029 22 Bena 3.514 Bena 3,514 23 Kodi 3.100 Baus 3,000 24 Kambaniru 4.943 25 Mautenda 3.000 26 Baing 3.559
TOTAL 100,997 87.994
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi
yang tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi
yang ada di lapangan, terdapat beberapa catatan yang dapat dijadikan
masukan perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 69
1. Usulan perubahan luasan daerah Irigasi di Nusa Tenggara Barat dalam
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 adalah dari total luas 87.994 ha
menjadi 100.997.
2. Perubahan Luasan Daerah irigasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai
dengan kondisi luasan di lapangan untuk revisi Kepmen PU Nomor
390/KPTS/M/2007 adalah pada DI Batu Merah dengan Luas 3.200 ha
menjadi 3.070 ha, DI Manikin denga luas semula 5.007 ha menjadi 3.197
ha, DI Oesaso dengan luas semula 4.075 ha menjadi 3.125 ha, DI Tilong
dengan luas semula 3.369 ha menjadi 3.814 ha, DI Lekopehapo dengan
luasan semula 3.275 ha menjadi 3.237 ha, DI Beluana dengan luas semula
3.200 menjadi 3.305 ha, DI Haekto dengan luasan semula 3.235 ha
menjadi 3.250 ha, Di Mena dengan luas semula 3.450 ha menjadi 3.550 ha,
DI Haekesak dengan Luas semula 3.400 ha menjadi 4.400 ha,DI Malaka
dengan luas 6.700 ha menjadi 10.386 ha, DI Benlelang dengan luas 3.459
ha menjadi 3.619 ha, DI Danau Tua dengan luasan 3.800 ha menjadi 4.104
ha, DI Ngada dengan Luas 3.000 ha menjadi 7.208 ha, DI Mbay 3.378 ha
menjadi 6.378 ha, DI Way Mantar dengan luas 3.733 ha menjadi 4.788 ha,
Way Musur dengan luas 6.184 ha menjadi 3.391 ha, DI Lembor dengan
luas 4.525 ha menjadi 4.430, DI Nggorang dengan luas 3.583 ha menjadi
3.613 ha.
3. DI Penginer menjadi satu system daerah irigasi Mbay, sedangkan daerah
irigasi Baus dan Terang yang tercantum dalam Kepmen PU Nomor
390/KPTS/M/2007, di lapangan tidak terdapat DI tersebut.
4. Usulan daerah irigasi baru untuk tahun 2012 untuk revisi Kepmen PU
Nomor 390/KPTS/M/2007 adalah DI Kodi dengan Luas 3.100 ha, DI
Kambaniru dengan Lua 4.943 ha, DI Mautenda dengan luas 3.000 ha, DI
Baing dengan Luas 3.559 ha.
Berdasarkan 4 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama
dan Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan
Luas Daerah Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 70
k. BWS Nusa Tenggara I.
Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di BWS Nusa
Tenggara II yang disajikan dalam tabel 5.29.
Tabel 5.29. Perubahan/ Evaluasi Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Nusa Tenggara I.
Usulan Perubahan tahun 2012 Kepmen PU No.390 tahun 2007 Indeks Kinerja
(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas
(Ha) 1 Mujur II 3506 Mujur II 3506 67.81 2 Batujai 3580 Batujai 3580 69.79 3 Pengga 3589 Pengga 3589 67.44 4 Jurang Sate Hilir 6439 Jurang Sate Hilir 6439 69.26 5 Jurang Sate Hulu 4229 Jurang Sate Hulu 4229 69.79 6 Jurang Batu 3500 Jurang Batu 3500 55.00 7 Batu Bulan 5576 Bend. Batu Bulan 4955 64.02 8 Mamak 5416 Mamak 3884 58.08 9 Pelaparado 3834 Pelaparado 3834 10 Surabaya 3258 Surabaya 3258 61.40
TOTAL 42927 40774
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi
yang tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi
yang ada di lapangan, terdapat beberapa catatan yang dapat dijadikan
masukan perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:
1. Penambahan luas areal baru pada DI Mamak dan Batu Bulan dengan total
luas penambahan luasan total 2.153 ha, dari 40.774 ha menjadi 42.927 ha.
2. Perubahan Luasan Daerah irigasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat sesuai
dengan kondisi luasan di lapangan untuk revisi Kepmen PU Nomor
390/KPTS/M/2007 adalah; DI Batu Bulan dengan luas semula 4.955 ha
menjadi 5.576 ha dan DI Mamak dengan luas semula 3.884 ha menjadi
5.416 ha.
Berdasarkan 2 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama
dan Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan
Luas Daerah Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 71
B. Irigasi Mikro
Luasan Irigasi mikro di Indonesia belum pernah terinventarisir
sebelumnya, berdasarkan data yang didapatkan melalui survey lapangan yang
telah dilakukan oleh balai irigasi, diperoleh data luasan irigasi mikro dengan
luasan total adalah 9.066,15 Ha, dengan rincian yang disajikan dalam tabel
5.30.
Tabel 5. 30. Inventarisasi Luas Lahan Irigasi Mikro
No Lokasi Luas (ha)
Jenis Irigasi
Komoditas Keterangan Sumber Tekanan
1 Ciherang (Cipanas)
15 Drip Strawberry, blueberry, blackberry
Swasta Pompa
2 Sarangan Magetan
25 Mikro sprayer
sayuran dan bawang merah
petani mandiri Gravitasi
3 NTB (amor-amor)
2 Mikro sprayer, drip
buah-buahan petani mandiri Pompa
4 Cipanas 10 Drip Mawar Swasta Pompa
5 Lembang 3 Drip paprika dan buah-buahan
petani mandiri Pompa
6 Cisarua 8 Drip paprika petani mandiri Pompa Cisarua 30 Embor paprika petani mandiri 7 Pangalengan 100 Drip teh Swasta Pompa
8 NTB Wilayah Bayan
0,5 drip Semangka Penelitian pompa dan gravitasi
9 Parung 2 - - BPPT Pompa
10 Bali 0,5 Drip Cabe BBWS Penida Bali
Pompa dan Gravitasi
11 NTT 3 Drip Cabe, Mentimun BBWS Pompa
12 Sulawesi Selatan
8150 Mikro sprayer
Hortikultura(tomat, wortel, kentang, Bawang Merah
Petani Mandiri (terdapat 741 Kelompok tani)
Gravitasi
13
Kalimantan Tengah + Kalimantan Barat
249,5 468,15
-- Binaan Kementerian Pertanian
-
Data irigasi mikro yang telah terinventarisir tersebut selanjutnya dapat
digunakan sebagai data awal untuk penerapan irigasi mikro kedepannya,
sehingga dapat digunakan sebagai bahan utnuk penyusunan peta potensi
pengembangan irigasi mikro di Indonesia.
Irigasi mikro dapat diterapkan lebih luas untuk berbagai komoditas yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 72
balai irigasi, dengan penerapan irigasi mikro terbukti dapat menghemat air
irigasi yang diperlukan oleh tanaman, sehingga kedepannya penerapan irigasi
mikro dalam skala luas sangat disarankan salah satunya adalah untuk mitigasi
kelangkaan air karena pengaruh adanya perubahan iklim, selain itu, penerapan
irigasi mikro diharapkan dapat meningkatkan hasil pendapatan petani dan
mampu mendukung program ketahanan pangan nasional yang dicanangkan
oleh pemerintah.
5.2.2. SIG-SDA Bidang Irigasi
Pelaksanaan kodefikasi SIG-SDA bidang irigasi tidak hanya dilakukan
pada perubahan atribut saja, akan tetapi juga mengupdate data-data sesuai
dengan data terbaru hasil survey dan pengumpulan data bidang irigasi pada
tahun ini.
Berdasarkan kodefikasi yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa jumlah
daerah irigasi berdasarkan data spasial pada pekerjaan ini sejumlah 2214
daerah irigasi yang merupakan kewenangan kabupaten/kota, provinsi serta
kewenangan pusat.
Kodefikasi geografis peta Pulau Jawa tersebut selanjutnya dapat
digunakan untuk melengkapi SIG-SDA Puslitbang Sumber Daya Air, tampilan
informasi bidang irigasi yang telah diupdate ini diharapkan dapat memberikan
gambaran mengenai kondisi daerah irigasi di Pulau Jawa dan Madura.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 390/KPTS/M/2007.
Tentang Penetapan Status Daerah Irigasi, Pengelolaan daerah irigasi dibagi
menjadi daerah irigasi Tanggung Jawab Pemerintah (>3000 ha), Pemerintah
Provinsi (1000 – 3000 ha) dan Pemerintah Kabupaten/Kota (<1000 ha). Dalam
buku ini akan dijelaskan daerah irigasi pada peta yang menjadi tanggungjawab
kewenangan pemerintah pusat (>3000ha). Adapun penjelasannya adalah
berdasarkan provinsi dan Wilayah Sungai.
5.2.2.1 BANTEN
Berdasarkan pembagian wilayah sungai berdasarkan Kepres No. 12
Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, di Provinsi Banten terdapat 5
Wilayah Sungai seperti pada gambar 8, yaitu:
a. WS Cidanau Ciujung Cidurian.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 73
b. WS Ciliwung Cisadane.
c. WS Ciliman Cibungur.
d. WS Cibaliung Cisawarna.
e. WS Kepulauan Seribu
Adapun daerah irigasi kewenangan pemerintah dengan luasan >3000ha yang
terdapat pada provinsi Banten disajikan dalam tabel 5.31 dan 5.32.
Gambar 5.12. Peta Sebaran Daerah Irigasi di Provinsi Banten
Tabel 5.31. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di WS Cidanau Ciujung Cidurian.
BD B/BS/S BPLTOTAL (buah)
Induk Sekunder total (km)
1 Ciliman 5423 Pandeglang
Cidanau Ciujung Cidurian Cisawarna 0 26 122 148 31.7 29.2 60.9
2 Cibaliung 4228 Pandeglang
Cidanau Ciujung Cidurian Ciliman 60 20 80 45.5 18.44 63.94
3 Cidurian 10272 Tangerang
Cidanau Ciujung Cidurian Cidurian 1 134 394 529 25.82 74.51 100.33
4 Ciujung 21350 Serang
Cidanau Ciujung Cidurian Ciujung 1 226 287 514 94.88 122.42 217.3
TOTAL 41273
PANJANG SALURANWILAYAH SUNGAI
DASJUMLAH BANGUNAN
NO NAMA DI LUASKABUPATEN/
KOTA
Keterangan: BD : Bendung B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap BPL : Bangunan Pelengkap
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 74
Tabel 5.32. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di WS Ciliwung Cisadane
B B/BS/S BPL TOTAL Induk Sekunder total
1 Cisadane 22,053 Kab.
Tangerang,
Kota
Tangerang, DKI
Ciliwung
Cisadane
Cisadane 1 198 373 572 84.08 120.9 204.98
JUMLAH BANGUNAN PANJANG SALURANLUAS LOKASINO
WILAYAH
SUNGAIDASNAMA DI
Keterangan: BD : Bendung B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap BPL : Bangunan Pelengkap
5.2.2.2 JAWA BARAT
Berdasarkan pembagian wilayah sungai berdasarkan Kepres No. 12 Tahun
2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, di Provinsi Banten terdapat 5 Wilayah
Sungai seperti pada gambar 5.13, yaitu:
a. WS Citarum
b. WS Cimanuk Cisanggarung
c. WS Citanduy
d. WS Ciwulan Cilaki
e. WS Cisadea Cibareno
Adapun daerah irigasi kewenangan pemerintah dengan luasan >3000ha yang
terdapat pada provinsi Jawa Barat disajikan dalam tabel 5.33 - 5.35.
Gambar 5.13. Peta Sebaran Daerah Irigasi di Provinsi Jawa Barat.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 75
Tabel 5.33. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di WS Citanduy
B B/BS/S BPLTOTAL
(buah)Induk Sekunder
total
(km)
1 Manganti (Lakbok
Selatan)
Ciamis, Kota
Banjar, Cilacap
1 516 118 635 75.3 272.05 347.36
Cihaur 13229 Citanduy Citanduy 0 0
Sidareja 9188 Citanduy Citanduy 0 0
Lakbok Selatan 4537 Citanduy Citanduy 0 0
2 Bantarheulang 0 0
Panulisan 563 Citanduy Citanduy 0 0
Rawa Onom 947 Citanduy Citanduy 0 0
3 Lakbok Utara 6673 Ciamis Citanduy Citanduy 1 46 105 152 5.58 57.3 62.88
4 Cikunten I 3352 Tasikmalaya Citanduy Citanduy 1 48 103 152 14.7 31.7 46.4
5 Cikunten II 4393 Tasikmalaya,
Kota
Tasikmalaya
Citanduy Citanduy 2 38 101 141 24.2 38.3 62.5
TOTAL 42882
PANJANG SALURAN
LUAS
LOKASI
(KABUPATEN/K
OTA)
WILAYAH
SUNGAIDAS
JUMLAH BANGUNAN
NAMA DAERAH
IRIGASINO
Keterangan: BD : Bendung B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap BPL : Bangunan Pelengkap Tabel 5.34. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di WS Citarum
B B/BS/S BPL TOTAL
(buah)
Induk Sekunder total
(km)
1 Jatiluhur 236,986 Kab. Indramayu,
karawang,
bekasi, subang
Citarum 3 969 802 1774 236 1430 1666
2 Cipancuh 6,318 Kab. Indramayu Citarum 1 74 11 86 0.93 31.11 32.04
3 Leuwinangka 4,306 Kab. Subang Citarum 1 24 10 35 4.71 25.91 30.62
4 Cipamingkis 4,899 Bekasi/Bogor Citarum 1 113 169 283 18.24 63.93 82.17
5 Cileuleuy 5,385 Kab. Subang Citarum 4 70 60 134 0.52 40.3 40.82
6 Ciletuh 4,200 Kab. Sukabumi Citarum 1 189 123 313 7.9 57.9 65.8
7 Cikaranggeusan 4,038 Sukabumi Citarum 2 64 167 233 12 23.5 35.5
NO NAMA DAERAH
IRIGASI
LUAS LOKASI
(KABUPATEN/KO
TA)
JUMLAH BANGUNANWILAYAH
SUNGAI
PANJANG SALURAN
Keterangan: - BD : Bendung
- B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap - BPL : Bangunan Pelengkap
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 76
Tabel 5.35. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di WS Cimanuk Cisanggarung
B B/BS/S BPL TOT
AL
Ind
uk
Sekun
der
total
(km
1 Rentang 88160
Cirebon,
indramayu,
Majalengka Jawa Barat
Cimanuk
Cisanggarung Cimanuk 1 628 6 635 24 156.9 181
2 Ciwaringin 3261
Majalengka,
Cirebon Jawa Barat
Cimanuk
Cisanggarung
Ciwaringin &
Cikondang 1 47 118 166 13 20.31 34
3 Cikeusik 6987 Kota Cirebon Jawa Barat
Cimanuk
Cisanggarung Cisanggarung 0 0
4 Seuseupan 3932 Kota Cirebon Jawa Barat
Cimanuk
Cisanggarung Cijuray 0 0
5 Kamun 9296 Majalengka Jawa Barat
Cimanuk
Cisanggarung Cipanas 0 0
6 Cipanas II 3265 Indramayu Jawa Barat
Cimanuk
Cisanggarung Cipanas 0 0
7 Jengkelok 6646 Brebes
Jawa
Tengah
Cimanuk
Cisanggarung Kabuyutan 1 117 169 287 52 50.6 103
8 Kabuyutan 3883 Brebes
Jawa
Tengah
Cimanuk
Cisanggarung Kabuyutan 1 58 74 133 4.3 4.7 9
9 Babakan 2528 Brebes
Jawa
Tengah
Cimanuk
Cisanggarung Kabuyutan 1 34 30 65 12 28.8 41
127958
DASJUMLAH BANGUNAN PANJANG
SALURANWILAYAH SUNGAIN
O
NAMA
DAERAH
IRIGASI
LUAS
LOKASI
(KABUPATEN
/KOTA)
PROVINSI
Keterangan: BD : Bendung
B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap
BPL : Bangunan Pelengkap
5.2.2.3 JAWA TENGAH DAN DI YOGYAKARTA.
Berdasarkan pembagian wilayah sungai berdasarkan Kepres No. 12 Tahun
2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, di Provinsi Jawa Tengah terdapat 9
Wilayah Sungai seperti pada gambar 5.14, yaitu:
a. WS Pemali Comal.
b. WS Bodri Kuto.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 77
c. WS Karimun Jawa.
d. WS Wiso Gelis.
e. WS Jratun Seluna.
f. WS Citanduy.
g. WS Serayu Bogowonto.
h. WS Progo Opak Serang.
i. WS Bengawan Solo.
Adapun daerah irigasi kewenangan pemerintah dengan luasan >3000ha yang
terdapat pada provinsi Jawa Barat disajikan dalam tabel 5.36-5.38.
Gambar 5.14. Peta Sebaran Daerah Irigasi di Provinsi Jawa Tengah
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 78
Tabel 5.36. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BBWS Pemali Juana
B B/BS/S BPLTOTAL
(buah)Induk Sekunder
total
(km)
1 Pemali Bawah
(Notog)
28310 Brebes Tegal Pemali Comal 1 184 222 407 9.55 20.12 29.67
2 Cacaban 9179 tegal Pemali Comal 1 96 55 152 6.42 4.56 10.98
3 Sidorejo 6038 Grobogan Serang Lusi
Juana
1 75 130 206 13.15 11.68 24.83
4 Sedadi 16055 Grobogan -
Demak
Serang Lusi
Juana
1 100 140 241 54.58 69.75 124.33
5 Gunung Rowo 3921 Pati Serang Lusi
Juana
15 49 113 177 6.87 65.61 72.48
6 Gembong 4605 Pati Serang Lusi
Juana
22 12 162 196 1.46 53.72 55.18
7 Kumisik 4142 Brebes - Tegal Pemali Comal 1 37 37 75 15.2 17.28 32.48
8 Gung 12504 tegal Pemali Comal 1 92 74 167 14.22 14.22
9 Comal 9005 Pemalang Pemali Comal 1 148 40 189 73.63 32.77 106.4
10 Sungapan/Grogek 7064 Pemalang Pemali Comal 1 102 155 258 43.33 43.33
11 Kaliwadas 7223 Pemalang -
Pekalongan
Pemali Comal 1 140 38 179 17.19 53.67 70.86
12 Pesantren Kletak 3159 Pekalongan -
Kota Pekalongan
Pemali Comal 1 42 83 126 14.04 38.15 52.19
13 Sragi 3399 Pekalongan Pemali Comal 2 14 26 42 44.06 44.06
14 Kupang Krompeng 3150 Pekalongan -
Kota Pekalongan
Pemali Comal 1 42 83 126 14.04 38.15 52.19
15 Kedung Asem 4353 Kendal - Batang Jragung Tuntang 3 93 88 184 0.55 62.81 63.36
16 Bodri Trompo 8939 Kendal Jragung Tuntang 2 92 138 232 17.92 60.15 78.07
17 Jragung 4053 Demak Jragung Tuntang 1 34 118 153 7.62 27.07 34.69
18 Glapan 18740 Grobogan -
Demak
Jragung Tuntang 1 142 133 276 24.37 149.04 173.41
19 Klambu 37451 Grobogan -
Demak - Kudus -
Jepara - Pati
Serang Lusi
Juana
2 337 513 852 57.16 165.85 223.01
20 Dumpil 4669 Grobogan Serang Lusi
Juana
1 49 88 138 35.51 26.91 62.42
PANJANG SALURANWILAYAH
SUNGAI
JUMLAH BANGUNAN
NO NAMA DI LUAS LOKASI
Keterangan: BD : Bendung B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap BPL : Bangunan Pelengkap
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 79
Tabel 5.37. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BBWS Serayu Opak
BD B/BS/S BPLTOTAL
(buah)Induk Sekunder
total
(km)
1 Sempor 7702 Kebumen Jawa Tengah
Serayu -
Bogowonto 1 53 36 90 32.48 27.43 59.91
2 Banjar Cahyana 5001
Banjarnegara -
Purbalingga Jawa Tengah
Serayu -
Bogowonto 1 58 78 137 31.35 24.07 55.42
3 Wadaslintang 32847
Purworejo -
Kebumen Jawa Tengah
Serayu -
Bogowonto 2 42 34 78 47.9 13.88 61.78
4 Selinga 9100 Jawa Tengah 0 0
5 Tajum 3200 Banyumas Jawa Tengah
Serayu -
Bogowonto 1 55 121 177 23.63 11.81 35.44
6 Singomerto 5863 Banjarnegara Jawa Tengah
Serayu -
Bogowonto 1 85 114 200 0
7 Boro-Kedung Putri 9352 Purworejo Jawa Tengah 2 115 110 227 30.17 111.53 141.7
8 Kalibawang 7152 Kulon Progo Jogjakarta 313 854 301 1468 27.5 94 121.5
9 Serayu 20795
Kebumen -
Banyumas -
Cilacap Jawa Tengah
Serayu -
Bogowonto 111 107 218 40.9 15 55.9
10 Saluran Induk Mataram 5154 Jawa Tengah 0 0
11 Progo Manggis 3590 Magelang Jawa Tengah
Progo - Opak -
Oyo 2 20 21 43 1.94 13 14.94
12 Sapon 2250 Bantul Jogjakarta 1 1 0
PANJANG SALURAN
NO NAMA DI LUAS
LOKASI
(KABUPATEN/KOT
A)
PROVINSI
JUMLAH BANGUNAN
WILAYAH
SUNGAI
Keterangan: BD : Bendung B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap BPL : Bangunan Pelengkap
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 80
Tabel 5.38. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BBWS Bengawan Solo
B B/BS/S BPLTOTAL
(buah)Induk Sekunder total (km)
1 Colo 24961 Sukoharjo,
K.Anyar,Srage
n, Ngawi,
Wonogiri,
,Sukoharjo,
Klaten
Jawa tengah -
Jawa Timur
Bengawan Solo 1 314 197 512 84.86 185.36 270.22
2 Gondang 10588 Lamongan Jawa Timur Bengawan Solo 1 60 57
118
5.47 36.64
42.11
3
SIM (Sistem Irigasi
Madiun) 10859
Madiun,
Ngawi,
Magetan Jawa Timur Bengawan Solo 10 85 271
366
28.02 59.59
87.61
4 Prijetan 5513 Lamongan Jawa Timur Bengawan Solo 1 48 93
142
3.46 15.52
18.98
5 Jejeruk 5657
Madiun,
Magetan Jawa Timur Bengawan Solo 1 50 246
297
0.31 65.19
65.5
6 Pacal 16688 Bojonegoro Jawa Timur Bengawan Solo 3 125 195
323
34.54
34.54
7 Waduk Pondok 3128 Ngawi Jawa Timur Bengawan Solo 4 63 102
169
34.54
34.54
8 Sungkur 3065 Ponorogo Jawa Timur Bengawan Solo 1 22 2
25 0
9 Semen Krinjo 929
Rembang/Tub
an Jawa Timur Bengawan Solo
0 0
10 Gombal Dupok 6741
Madiun,
Ponorogo Jawa Timur Bengawan Solo 1 4 24
29
2.39 4.59
6.98
11 Beron 4834 Tuban Jawa Timur Bengawan Solo 37
12 bengawan jero 14952 Lamongan Jawa Timur Bengawan Solo 1 37
TOTAL 107915
JUMLAH BANGUNAN PANJANG SALURAN
NONAMA DAERAH
IRIGASIPROVINSILUAS
LOKASI
(KABUPATEN/
KOTA)
WILAYAH
SUNGAI
Keterangan:
BD : Bendung
B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap
BPL : Bangunan Pelengkap
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 81
5.2.2.4 JAWA TIMUR
Berdasarkan pembagian wilayah sungai berdasarkan Kepres No. 12 Tahun
2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, di Provinsi Jawa Tengah terdapat 9
Wilayah Sungai seperti pada gambar 5.15, yaitu:
a. WS Kepulauan Madura
b. WS Brantas
c. WS Welang Rejoso
d. WS Pekalen Sampean
e. WS Bondoyudo Bedadung
f. WS Baru Bajulmati
Adapun daerah irigasi kewenangan pemerintah dengan luasan >3000 ha yang
terdapat pada provinsi Jawa Barat disajikan dalam tabel 5.39.
Gambar 5.15. Peta Sebaran Daerah Irigasi di Provinsi Jawa Timur
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 82
Tabel 5.39. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BBWS Brantas
B B/BS/S BPLTOTAL
(buah)Induk Sekunder total (km)
1 Lodoyo 12,743 Kab. Blitar & Tulungagung Brantas 2 142 250 394 31.98 126.68 158.66 Waduk wlingi
2 Siman 23,562 Kab.kediri & Jombang Brantas 2 158 399 559 13.35 103.66 117.01 Waduk Konto Selorejo
3 Mrican Kanan 17,162 Kota Kediri & Jombang Brantas 1 188 501 690 40.18 105.24 145.42 Waduk Selorejo
4 Mrican Kiri 12,853 Kab. Kediri & Nganjuk Brantas 1 168 151 320 18.92 143.54 162.46 Waduk Sutami Cs
5 Waduk Bening 8,873 Kab. Nganjuk Brantas 8 161 290 459 25.3 75.31 100.61 Waduk Bening
6 Menturus 3,223 Kab.Mojokerto Brantas 1 62 63 12.51 23.46 35.97 Waduk Sutami Cs
7 Delta Brantas 23,708 Kab. Sidoarjo Brantas 1 392 393 71.75 311.3 383.05 Waduk Sutami Cs
8 Molek 3,986 Kab. Malang Brantas 1 76 192 269 17.55 19.47 37.02 Sungai Molek
9 Padi Pomahan 4,807 Kab. Mojokerto Brantas 1 80 357 438 2.77 87.9 90.67 Sungai Pikatan
10 Kedung Kandang 5,208 Kab. Malang Brantas 1 10 254 265 28.8 19.37 48.17 Sungai Amprong
11 Baru 16,165 Kab. Banyuwangi Baru-Bedadung 15 120 285 420 8.57 114.73 123.3 Sungai Baru
12 Bedadung 13,245 Kab. Jember Baru-Bedadung 1 95 236 332 5.92 90.1 96.02 Sungai Bedagung
13 Bondoyudo 11,802 Kab. Lumajang & Jember Bondoyudo 1 93 223 317 29.94 81.12 111.06 Sungai Bondoyudo
14 Sampean 10,347 Kab. Situbondo Pekalen Sampean 12 160 423 595 43.6 66.56 110.16 Sungai Sampeyan
15 Pekalen 6,488 Kab. Porolinggo Pekalen Sampean 31 157 361 549 10.44 72.99 83.43 Sungai Pekalen
16 Jatiroto 4,337 Kab. Lumajang Bondoyudo 1 42 26 69 1.75 27.16 28.91 Sungai Jatiroto
17 Talang 8,844 Kab Jember Bondoyudo 1 90 184 275 21.74 65.23 86.97 Sungai Mayang
18 Pondok Waluh 7,606 Kab. Jember Bondoyudo 1 51 139 191 13.96 56.17 70.13 Sungai Tanggul
19 Sampean Baru 8,145
Kab. Bondowoso dan
Situbondo Pekalen Sampean 1 125 758 884 43.7 38.85 82.55 Sungai Sampean
20 Setail 15,788 Kab. Banyuwangi Baru-Bedadung 3 51 146 200 7.05 46.34 53.39 Sungai
21 K (setail) 6,422 Kab. Banyuwangi Baru-Bedadung 1 39 49 89 3.64 35.3 38.94 Sungai Setail
22 Porolinggo 4,031 Kab. Banyuwangi welang Rejoso 16 37 13 66 4.27 5.18 9.45 Sungai Porolinggo
23 Banyuputih 3,566 Kab Situbondo Pekalen Sampean 1 27 46 74 5.2 23.61 28.81 Sungai Banyuputih
TOTAL 232,911
JUMLAH BANGUNAN PANJANG SALURAN
SUMBER AIRNAMA DAERAH
IRIGASI LUAS LOKASI (KABUPATEN/KOTA) WILAYAH SUNGAINO
Keterangan: BD : Bendung B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap BPL : Bangunan Pelengkap
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 83
5.2.3. Katalog Irigasi
Isi dari katalog irigasi menggambarkan data-data yang statis dan
menunjukkan data inventarisasi sumber air, bangunan dan saluran irigasi serta
kelembagaannya, Daerah Irigasi Cihea menjadi contoh Katalog Irigasi.
Katalog irigasi yang disusun adalah Katalog Irigasi Cihea yang terletak di
Kabupaten Cianjur. Penyusunan Katalog Irigasi Cihea kemudian diasistensikan
kepada pengelola daerah irigasi Cihea yaitu Balai PSDA Wilayah III Ciranjang
kabupaten Cianjur Jawa Barat. Informasi yang terdapat dalam katalog irigasi
mencakup lokasi, luas dan letak geografis, pola dan intensitas tanam, sumber
air, dan pengelolaan kelembagaan.
Data dalam Katalog irigasi diperoleh dengan melakukan penelusuran
jaringan irigasi Cihea di Kabupaten Ciajur, jawa Barat. Dari hasil penelusuran
jaringan tersebut diperoleh data koordinat bangun sekaligus dapat digunakan
untuk penginventarisasian jumlah bangunan. Jumlah bangunan yang diperoleh
dari hasil penelusuran jaringan juga digunakan untuk melakukan penyesuaian
skema bangunan irigasi Daerah Irigasi Cihea. Ada beberapa bangunan yang
sudah tidak sesuai lagi dengan skema awal daerah irigasi Cihea, terdapat
beberapa penambahan bangunan bagi/bagi sadap/bagi yang baru dan belum
masuk dalam skema bangunan irigasi yang lama, terdapat pula bangunan yang
sudah hilang yaitu tempat pemandian hewan, sehingga perlu dilakukan
penyesuaian skema bangunan irigasi yang baru. Hasil penyesuaian tersebut
disampaikan terlampir dalam lampiran 4.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 84
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. BASIS DATA IRIGASI
a. Survei dan Pengumpulan data pada tahu 2012 dilakukan di Sumatera
yaitu BBWS Sumatera VIII (sumatera selatan), BWS Sumatera II
(Sumatera Utara), BWS Sumatera I (Aceh), BWS Sumatera III (Riau),
BWS Sumatera IV (Batam), BWS Sumatera V (Sumatera Barat), BWS
Sumatera VII (Bengkulu). Sedangkan di Kalimantan, yaitu BWS
Kalimantan II (Kalimantan Selatan), BWS Kalimantan I (Kalimantan
Barat), BWS Kalimantan III (Kalimantan Timur). Wilayah Sulawesi
dilaksanakan di BBWS Pompengan Jeneberang (Sulawesi Selatan),
Provinsi NTT dilakukan di BWS Nusa Tenggara II dan Provinsi NTB di
lakukan di BWS Nusa Tenggara I.
b. Perubahan/Evaluasi untuk total data berdasarkan data lapangan jika
dibandingkan dengan Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 untuk
wilayah sebagian Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi adalah 1.067.772
ha dari 893.776 ha dengan jumlah Daerah Irigasi 147 DI dari 133 DI.
c. Luasan penerapan irigasi mikro di Indonesia hasil inventarisasi data oleh
balai irigasi adalah 9.066,15 Ha yang tersebar di seluruh wilayah di
Indonesia.
2. SIG-SDA Bidang Irigasi
Jumlah daerah irigasi berdasarkan data spasial dan telah melalui proses
kodefikasi geografis bidang irigasi pada pelaksanaan pekerjaan SIG bidang
irigasi Pulau Jawa adalah 2214 daerah irigasi yang merupakan
kewenangan kabupaten/kota, provinsi serta kewenangan pusat.
3. Katalog Irigasi
Isi dari katalog irigasi menggambarkan data-data yang statis dan
menunjukkan data inventarisasi sumber air, bangunan dan saluran irigasi
serta kelembagaannya, Daerah Irigasi Cihea menjadi contoh Katalog
Irigasi.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 85
B. SARAN
1. Perlu disusun Peta Potensi Pengembangan irigasi mikro untuk mengetahui
Kesesuaian daerah untuk penerapan irigasi mikro.
2. Anggota Kegiatan yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan Kodefikasi
Geografis pada peta digital dan updating Sistem Informasi Geografis-Sumber
Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi untuk Pulau Jawa hendaknya mengikuti
pelatihan mengenai software pemetaan (ArcGIS ArcView) untuk kelancaran
pekerjaan ini.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 86
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Anisah. 2007. Sistem Informasi Geografis Pengertian Dan Aplikasinya. http://p3m.amikom.ac.id/p3m/dasi/juni07/02%20-%20STMIK%20AMIKOM%20Yogyakarta%20Sistem%20Informasi%20Geografi,%20Pengertian%20dan%20Pemanfaatannya.pdf. Diakses tanggal 30 Juni 2011.
Balai Irigasi. 2009. Laporan Akhir Kegiatan Pengembangan dan Pembaharuan
Basis Data dan Sistem Informasi SDA Bidang Irigasi. Balai Irigasi, Pusat Litbang SDA Badan Litbang PU. Tahun Anggaran 2009. Bekasi.
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum . No. 390/KPTS/M/2007. Tentang Penetapan
Status Daerah Irigasi yang Pengelolaannya menjadi Tanggung Jawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
Magaline, Ferdinan. 2011. Konsep Dasar Sistem Informasi. http://apr1l-
si.comuf.com/SI.pdf. diakses tanggal 2 Januari 2011. Mahamudu, N Billy. 2011. Komponen dan Elemen Sistem Informasi. http://apr1l-
si.comuf.com/SI.pdf. diakses tanggal 2 Januari 2011. Prahasta, Edy. 2005. Sistem Informasi Geografis. Edisi Revisi, Cetakan Kedua.
Bandung. C.V.Informatika. Sapriyanto, dan H.T. Nora, 1999. Efisiensi Penggunaan Air pada Sistem Irigasi
Tetes dan Curah untuk Tanaman Krisan (chrysantenum sp). Buletin Keteknikan Pertanian. Vol. 13 No. 7.
Supadi. 2009. Model Pengelolaan Irigasi Memperhatikan Kearifan Lokal. Disertasi
Doktor Teknik Sipil. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 87
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 88
LAMPIRAN 1
Kurva S
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 89
LAMPIRAN 2
Capaian Sasaran Output
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 90
LAMPIRAN 3
Lembar Konsultan dengan Narasumber
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air 91
LAMPIRAN 4
Skema Bangunan Irigasi Daerah Irigasi Cihea (Baru dan Lama)