Download - Lapkas Mioma Dr.sukardi-muti
BAB I
KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. K
Usia : 38 tahun
Alamat : Cianjur
Pekerjaan : IRT
Nama Suami : Tn. B
Tanggal MRS : 24-12-13
II. Anamnesa
Keluhan utama:
Os mengeluh merasa pegal di bagian perut bawah
Riwayat penyakit sekarang:
Os mengeluh sakit di bagian perut bagian bawah ketika sedang menstruasi, dan
menghilang ketika selesai menstruasi, os juga mengeluh bahwa menstruasinya
banyak, dan os juga mengeluh nyeri perut di sebelah kiri, pada pemeriksaan Usg
di jumpai mioma sebesar 6 bulan kehamilan. Os mengeluh pusing dan lemas.
Riwayat penyakit dahulu: os menyangkal pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada
Riwayat pernikahan:
Perkawinan pertama, lama perkawinan 5 tahun.
Riwayat persalinan :
Gravida 0 Aterm 0 Premature 0 Abortus 0 Anak hidup 0
Riwayat haid:
Menarche: 12 tahun
Mens teratur, sakit,lama mens 7 hari, siklus 28 hari, HPHT 3 Maret 2013
Riwayat Operasi: Os Menyangkal
Riwayat Alergi : Os Menyangkal
1
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital:
Tekanan darah 120/80 mmHg
Nadi 90x/menit
Respirasi 20 x/menit
Suhu 36˚C
IV. Status Generalis:
Kepala Mata: konjungtiva tak anemis, sklera tak ikterik
Hidung: sekret (-)
Mulut: hiperemis (-), mukosa buccal basah,
Leher KGB: tidak teraba membesar, massa (-)
Thoraks Bentuk dan gerak simetris
VBS ka=ki, sonor, wheezing (-), rhonchi (-)
BJ murni reguler, murmur (-)
Abdomen Nyeri Tekan (+),Teraba massa setinggi pusat, konsistensi padat keras,
permukaan rata, terfiksir
Ekstremitas Deformitas (-), udem (-), RCT < 2 dtk
V. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
2
Hemoglobin 11.3 g/dl 11.7 - 15.5
Trombosit 469 ribu/µL 150-440
Hematokrit 30 35-47
APTT 29.2 detik 31.0-47.0
Pemeriksaan USG
USG :
Mioma uteri
VI. Resume
Seorang wanita usia 38 tahun datang ke poli kandungan RSIJ dengan keluhan
nyeri di bagian perut. Nyeri timbul pada saat menstruasi dan os merasakan pegal
pada perut sebelah kiri.dan os merasa pegal dibagian perutnya. Os merasa pusing
dan berkunang-kunang. Pada pemeriksaan USG ditemukan adanya mioma uteri
sebesar 6 bulan kehamilan.
VII. Diagnosis
Diagnosis kerja : Mioma uteri
VIII. Penatalaksanaan
Tidakan operatif : Miomektomi
IX. Laporan Pembedahan
Tindakan pfenensteil, di insisi sampai dengan rongga abdomen
Explorasi : uterus membesar, berbenjol-benjol, terdapat mioma uteri intramural
3
Terdapat massa sebesar 6 bulan kehamilan
Di korpus belakang : berdiameter 8 cm
Di korpus depan : berdiameter 6 cm
Dan Mioma Uteri Intramural berdiameter 5 cm
Ovarium kiri/tuba kiri (N)
Ditegakkan dx: mioma uteri multiple
Dilakukan : miomektomi multiple
Perdarahan dirawat
Rongga abdomen dicuci
Dinding perut ditutup lapis demi lapis
Jumlah perdarahan : 200 cc
FOLLOW UP
TANGGAL FOLLOW UP TERAPI
24-12-2013 S: Nyeri perut di bag bawah
O: KU: Baik
Kes : CM
TD: 120/80
N : 90
S: 36.6
RR: 20
Hasil lab : Hb 11,3
A: Mioma uteri
P: Observasi TTV
Terpasang infuse RL
Cefotaxime inj /12 jam
Metronidazole infus/12
jam
Kaltrofen supp No.II
25-12-2013 S : Os merasa pusing dan lemas
O: KU : Baik
Kes : CM
TD:120/80
N :100
S :36,6
RR :18
A: Mioma Uteri
Terpasang infuse RL
Cefotaxime inj /12 jam
Metronidazole infus/12
jam
Kaltrofen supp No.II
4
P : obs TTV
26-12-2013 S: os mengeluh pusing dan lemah
O: KU: Baik
Kes : CM
TD: 120/80
N : 90
S: 36.4
RR: 20
Hasil lab : Hb 10,5
A: Mioma uteri
P:observasi TTV
Cefadroxil 2x500mg
Asam Mefenamat 3x500mg
S.F 1x1
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang tersusun dari otot polos uteri dan jaringan ikat
yang menumpangnya dan sering juga disebut sebagai fibromioma, leiomioma, fibroid.
Etiologi
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui. Mioma uteri banyak
ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya rendah pada usia menopause, dan
belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Diduga penyebab timbulnya mioma uteri
paling banyak oleh stimulasi hormon estrogen.
Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri, atau memakai mediator
masih menimbulkan silang pendapat. Dimana telah ditemukan banyak sekali mediator
didalam mioma uteri, seperti estrogen growth factor, insulin growth factor – 1 (IGF-1). Awal
mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-sel miometrium.
Mutasi ini mencakupi rentetan perubahan pada kromosom, baik secara parsial maupun secara
keseluruhan.
Klasifikasi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya adalah dari
korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma
uteri dibagi 4 jenis antara lain mioma submukosa, mioma intramural, mioma subserosa, dan
mioma intraligamenter. Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%),
subserosa (48,2%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).
1. Mioma submukosa
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini di jumpai
6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan,
tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan
6
waktu kuret, dikenal sebagai Currete bump. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi,
terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis
mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke
vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang di lahirkan, yang mudah
mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami
anemia dan sepsis karena proses di atas.
2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor,
jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi
tumor. Bila didalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai
bentuk yang berdungkul dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding
depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih keatas,
sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma subserosa
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus diliputi
oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum
menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum
atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus. Jarang sekali ditemukan satu
macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu
saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma
dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang
tersusun seperti kumparan (whorle like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari
jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.
7
Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri
Gambaran Mikroskopik
Pada pembelahan jaringan mioma tampak lebih putih dari jaringan sekitarnya. Pada
pemeriksaan secara mikroskopik dijumpai sel-sel otot polos panjang, yang membentuk
bangunan yang khas sebagai kumparan. Inti sel juga panjang dan bercampur dengan jaringan
ikat. Pada pemotongan tranversal, sel berbentuk polihedral dengan sitoplasma yang banyak
mengelilinginya. Pada pemotongan longitudinal inti sel memanjang, dan ditemukan adanya
mast cells diantara serabut miometrium sering diinterprestasi sebagai sel tumor atau sel
raksasa (giant cells).
Perubahan Sekunder
1. Atrofi.
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan berakhir mioma uteri menjadi kecil.
2. Degenerasi hialin.
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut. Tumor kehilangan
struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil
dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3. Degenerasi kistik.
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga
terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi
8
pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan
konsistansi yang lunak tumor ini sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
4. Degenerasi membatu.
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam
sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma
menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
5. Degenerasi merah.
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan
karena suatu nekrosis subakut akibat gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat terlihat
sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin
dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda yang
disertai emesis dan haus, sedikit demam dan kesakitan, tumor dan uterus membesar dan nyeri
pada perabaan. Penampilan klinik seperti ini menyerupai tumor ovarium terpuntir atau mioma
bertangkai.
6. Degenerasi lemak.
Keadaan ini jarang dijumpai, tetapi dapat terjadi pada degenerasi hialin yang lanjut,
dikenal dengan sebutan fibrolipoma.
Diagnosis
Diagnosis mima uteri ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis
- Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.
- Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air besar.
- Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.
2. Pemeriksaan fisik
- Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
- Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor tersebut
menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.
- Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata.
3. Gambaran Klinis
Pada umumnya wanita dengan mioma tidak mengalami gejala. Gejala yang terjadi
berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma yaitu :
a. Menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak)
b. Perut terasa penuh dan membesar
9
c. Nyeri panggul kronik (berkepanjangan)
Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau ketika terjadi
penekanan pada panggul. Nyeri terjadi karena terpuntirnya mioma yang bertangkai, pelebaran
leher rahim akibat desakan mioma atau degenerasi (kematian sel) dari mioma. Gejala lainnya
adalah:
- Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan menekan saluran kemih
menyebabkan gejala frekuensi (sering berkemih) dan hidronefrosis (pembesaran ginjal)
- Penekanan rektosigmoid (bagian terbawah usus besar) yang mengakibatkan konstipasi
(sulit BAB) atau sumbatan usus
- Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan gejala nyeri hebat, luka, dan
infeksi
Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta kemungkinan tromboflebitis
sekunder karena penekanan pelvis (rongga panggul)
4. Pemeriksaan luar
Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat terbatas
atau bebas.
5. Pemeriksaan dalam
Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas
dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan.
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium. Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini
disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang
mioma menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia.
Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma
terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian
menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.
USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan
adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI,
tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG.
Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya dengan
mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan.
Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya pada beberapa
bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus
membesar dan berbentuk tak teratur.
10
Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta
menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai
pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa
pada pelvis.
Komplikasi
1. Perdarahan sampai terjadi anemia.
2. Degenerasi ganas. Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32 –
0,6 % dari seluruh mioma serta merupakan 50 – 75 % dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah
diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
3. Torsi. Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Keadaan ini dapat terjadi pada semua bentuk mioma
tetapi yang paling sering adalah jenis mioma submukosa pendinkulata.
Diagnosis Banding
Pada mioma subserosa, diagnosa bandingnya adalah tumor ovarium yang solid, atau
kehamilan uterus gravidus. Sedangkan pada mioma submucosum yang dilahirkan diagnosa
bandingnya adalah inversio uteri. Kemudian, pada mioma intramural, diagnosa bandingnya
adalah adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau sarcoma uteri.
Penatalaksanaan
Pilihan pengobatan mioma tergantung umur pasien, paritas, status kehamilan, keinginan
untuk mendapatkan keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran lokasi serta jenis
mioma uteri itu sendiri.
1. Konservatif
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun medikamentosa
terutama bila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan.
Penanganan konservatif, bila mioma yang kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala.
Cara penanganan konservatif sebagai berikut :
- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
- Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
- Pemberian zat besi.
11
- Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3 menstruasi setiap
minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan
menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan keadaan
hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode postmenopause. Efek
maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu.
- Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan
beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama pembedahan, dan dapat
mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.
- Baru-baru ini, progestin dan antipprogestin dilaporkan mempunyai efek terapeutik.
Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat dengan pemberian progestin dan
levonorgestrol intrauterin.
2. Pengobatan Operatif
Penanganan operatif, bila:
- Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
- Pertumbuhan tumor cepat.
- Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
- Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
- Hipermenorea pada mioma submukosa.
- Penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :
a. Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman, efektif,
dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada
kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada
masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang
dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang
menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.
Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG)
adalah sebagai berikut :
Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
12
Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan dan
keguguran yang berulang.
b. Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki
leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi
adalah sebagai berikut:
Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
dikeluhkan olah pasien.
Perdarahan uterus berlebihan :
Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari.
Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :
Nyeri hebat dan akut.
Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis.
Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan tidak disebabkan
infeksi saluran kemih.
c. Penanganan Radioterapi
- Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
- Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
- Bukan jenis submukosa.
- Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
- Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.
- Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.
13
Mioma Uteri dan Kehamilan
Pengaruh mioma uteri pada kehamilan adalah :
- Kemungkinan abortus lebih besar karena distorsi kavum uteri khususnya pada mioma
submukosum.
- Dapat menyebabkan kelainan letak janin
- Dapat menyebabkan plasenta previa dan plasenta akreta
14
- Dapat menyebabkan HPP akibat inersia maupun atonia uteri akibat gangguan mekanik
dalam fungsi miometrium
- Dapat menganggu proses involusi uterus dalam masa nifas
- Jika letaknya dekat pada serviks, dapat menghalangi kemajuan persalinan dan
menghalangi jalan lahir.
Pengaruh kehamilan pada mioma uteri adalah :
- Mioma membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen yang
meningkat
- Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti telah
diutarakan sebelumnya, yang kadang-kadang memerlukan pembedahan segera guna
mengangkat sarang mioma. Namun, pengangkatan sarang mioma demikian itu jarang
menyebabkan perdarahan.
- Meskipun jarang, mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi dengan gejala dan tanda
sindrom akut abdomen.
Terapi mioma dengan kehamilan adalah konservatif karena miomektomi pada kehamilan
sangat berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan dapat juga menimbulkan
abortus. Operasi terpaksa jika lakukan kalau ada penyulit-penyulit yang menimbulkan gejala
akut atau karena mioma sangat besar. Jika mioma menghalangi jalan lahir, dilakukan SC
(Sectio Caesarea) disusul histerektomi tapi kalau akan dilakukan miomektomi lebih baik
ditunda sampai sesudah masa nifas.
Prognosis
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Miomektomi yang ekstensif
dan secara signifikan melibatkan miometrium atau menembus endometrium, maka
diharuskan SC pada persalinan berikutnya. Mioma yang kambuh kembali setelah
miomektomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3-nya memerlukan tindakan lebih lanjut.
15
BAB III
KESIMPULAN
Pada kasus ini pasein di diagnosis dengan mioma uteri, hal ini di karenakan pasien datang
dengan keluhan sakit di bagian perut bagian bawah ketika sedang menstruasi, dan
menghilang ketika selesai menstruasi, juga mengeluh bahwa menstruasinya banyak, dan
mengeluh nyeri perut di sebelah kiri, pada pemerikasaan fisik di temukan adanya benjolan
pada perut bawah pasein lalu pada pemeriksaan USG di jumpai mioma sebesar 6 bulan
kehamilan. Data tersebut menjadi penguat diagnosis kasus mioma uteri sehingga pada
penatalaksanaannya pun perlu di tindaklanjuti secara sistematis, pada kasus ini terapi yang
dilakukan yaitu tindakan operatif berupa miomektomi, hal ini didasarkan pada kondisi pasien
yang belum memiliki keturunan sehingga dijadikan pertimbangan khusus dalam memilih
tindakan dengan harapan setelah dilakukan miomektomi pasien dapat hamil dan memilki
keturnan. Pada dasarnya penanganan yang sistematis dan segera merupakan cara diagnosis
yang paling efektif pada kasus ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Thomas EJ. The aetiology and phatogenesis of fibroids. In : Shaw RW. eds. Advences in
reproduktive endocrinology uterine fibroids. England – New Jersey : The Phartenon
Publishing Group, 1992 ; 1 – 8. Diakses 9 Oktober 2010.
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/
Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH. Dalam :
Endokrinologi ginekologi edisi kedua. Jakarta : Media Aesculapius FKUI, 2003; 151 –
156. Diakses 9 Oktober 2010. http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-
uteri/mrdetail/906/
Bradley J, Voorhis V. Management options for uterine fibroids, In : Marie Chesmy,
Heather Whary eds. Clinical obstetric and Gynecology. Philadelphia : Lippincott
Williams and Wilkins, 2001 ; 314 – 315. Diakses 9 Oktober 2010.
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/
Schwartz MS. Epidermiology of uterine leiomiomata. In : Chesmy M, Heather, Whary
eds. Clinical Obstetric and Ginecology. Philadelphia : Lippincott Williams and Willkins,
2001 ; 316 – 318. Diakses 9 Oktober 2010. http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-
sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/
Friedman AJ, Rein MS, Murugan R, Pandian, Barbieri RL.Fasting serum growth
hormone and insulin_like growth factor – I and –II concentrations in women with
leiomiomata uteri treated with leuprolide acetate or placebo. Fertility and Sterility, 1990 ;
53 : 250 – 253. Diakses 9 Oktober 2010. http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-
sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/
Joedosaputro MS. Tumor jinak alat genital. Dalam: Sarwono Prawiroharjo, edisi kedua.
Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta: 1994; 338-345
Cunningham FG, Gant NF et al. Williams Obstetrics, 21th ed. Philadelphia : Appleton
and Lange, 2006 : 931-937.
17
Chrisdiono M.Prosedur tetap Obsetri dan Ginekologi, Jakarta, EGC, 2004, hal 90-93.
Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology, Tenth Edition.2007 by The
McGraw-Hill Companies. United States of America.
Pfeifer, Samantha M. National Medical Series Obstetrics and Gynecology in “Uterine
Leiomyomas” 6th Edition. 2008 .Lippincott Williams & Wilkins.
18