Download - lamaran kerja
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Mr. M
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk : 16 Juli 2014
Registrasi : 672261 Status : BPJS
2. ANAMNESIS
a. Keluhan utama : Luka pada lutut kiri
b. Anamnesis terpimpin : Dialami sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit
akibat kecelakaan lalu lintas
c. Mekanisme trauma : Pasien sedang mengendarai motor dan tiba-tiba
menabrak mobil yang tidak disadari sedang berhenti di pinggir jalan.
d. Keluhan lain : Riwayat pingssan (-), mual (-) muntah (-).
e. Riwayat Pengobatan : Penanganan awal di lakukan di Puskesmas.
3. PEMERIKSAAN FISIS
a. Primary Survey
A (Airway) : Patent
B (Breathing) : Pernapasan 16x/min, regular, simetris, spontan,
thoracoabdominal type.
C (Circulation) : Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 80x/min,Regular.
D (Disability) : GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor Ø 3/3mm,
Refleks cahaya +/+.
1
E (Exposure) : Temperatur 36,60 C (Axillaries).
b. Secondary Survey
Regio Genu sinistra
Inspeksi : terdapat luka jahitan pada regio genu berukuran 4 cm,
deformitas (+), edema (+), hematoma (+),
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada genu sinistra
NVD : Sensibilitas dalam batas normal. Pulsasi arteri popliteal,
arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior teraba, CRT< 2
detik.
ROM : Gerakan aktif dan pasif pada knee joint sulit dievaluasi karena
nyeri
4. FOTO KLINIS
Ekstremitas Kiri Atas
- Tampak Anterior
- Tampak Lateral
2
5. FOTO RADIOLOGI
X-ray AP/Lateral Femur Sinistra X-ray AP/Lateral Genu sinistra
Pada pemeriksaan Radiologi :
tampak fraktur comminuted intercondylar femur sinistra
6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
WBC 30,9 4,00-10,0
RBC 3,9 4,00-6,00
HGB 11,9 12,0-16,0
HCT 36,3 37,0-48,0
3
PLT 154 150-400
CT 6’00” 4-10
BT 3”00 1-7
HBsAgNon
Reactive
Non
Reactive
7. RESUME
Seorang laki-laki 37 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan Luka
pada lutut kiri sejak 4 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit akibat kecelakaan
lalu lintas. Pasien sedang mengendarai motor dan tiba-tiba menabrak mobil yang
tidak disadari sedang berhenti di pinggir jalan.
Pada genu sinistra, pada inspeksi terdapat luka jahit pada lateral genu
dengan ukuran 4 cm, deformitas (+), hematom (+) edem(+) pada palpasi nyeri
tekan (+), Sensibilitas dalam batas normal. Pulsasi arteri popliteal, arteri dorsalis
pedis dan arteri tibialis posterior teraba, CRT< 2 detik.pergerakan aktif dan pasif
dari knee joint sulit dievaluasi karena nyeri.
Pada pemeriksaan laboratorium, terdapat peningkatan leukosit (30,9x
103/mm3), penurunan hemoglobin (11,9g/dL) dan hematokrit (36,3%). Pada
pemeriksaan radiologi X-Ray AP/Lateral femur sinistra dan AP/Lateral genu
sinistra tampak fraktur comminuted intercondylar femur sinistra.
8. DIAGNOSIS
Open fraktur comminuted intercondylar left femur grade III A.
4
9. TERAPI
a. IVFD
b. Antibiotik
c. Analgesik
d. Tetanus toxoid
e. Rencanakan untuk debridement dan internal fixation
5
DISKUSI:
I. PENDAHULUAN
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas pada struktural tulang, tulang rawan
sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial. Jika jaringan
kulit masih intak disebut fraktur tertutup (simple); jika jaringan kulit tidak intak atau
ada hubungan fraktur dengan dunia luar disebut fraktur terbuka (compound), mudah
terkontaminasi dan infeksi. Fraktur dapat disebabkan oleh ; (1) trauma (2) repetitive
stress (3) pathological fraktur.1
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran,penekukan, pemuntiran atau
penarikan. Berikut ini adalah klasifikasi open fraktur menurut Gustillo and Anderson
:
Grade Wound
size
Contamination Soft tissue Bone injury
I <1cm Clean Minimal -Simple (transverse,
short oblique)
-minimal
comminution
II >1cm Moderate No extensive soft
tissue injury
-moderate
comminution
(transverse, short
oblique)
III A >10 cm High -extensive soft
tissue injury
- Adequate soft
-minimal periosteal
stripping
-soft tissue coverage
6
tissue coverage of bone is possible
III B >10 cm Massive -Extensive soft
tissue injury
- Need soft tissue
reconstruction
-moderate to severe
comminution
-poor bone coverage
III C >10cm Massive -Extensive soft
tissue injury
main vasculer
artery need to
repair
-poor bone coverage
-moderate to severe
comminution
II. ANATOMI
Gambar 1 . Distal Femur . Femur distal terdiri dari supracondylar dan condylar 2
Daerah Supracondylar femur adalah zona antara kondilus femoralis dan
persimpangan metafisis dengan femoral shaft. Daerah ini terletak distal 10
sampai 15 cm dari femur.2
Distal femur terletak dari cylindric shaft untuk membentuk dua kondilus yang
dipisahkan oleh interkondilaris.2
7
Kondilus medial meluas lebih distal dan lebih cembung daripada kondilus
femoral lateral. Hal ini sebagai fisiologis valgus femur.2
Saat melihat lateral femur, femoral shaft sejajar dengan setengah anterior
kondilus lateral.2
Saat melihat permukaan distal dari ujung femur, kondilus lebih luas di
posterior , membentuk trapesium.2
Biasanya , sendi lutut sejajar dengan tanah. Rata-rata, aksis anatomi ( sudut
antara shaft femur dan sendi lutut ) memiliki angulasi valgus dari 9 derajat
(kisaran 7 sampai 11 derajat ).2
Deforming force dari otot disebabkan pola karakteristik displacement.
- Gastrocnemius : fleksi fragmen distal, displacement posterior dan angulasi.
-Quadriceps and hamstrings: eksersi traksi proksimal, mengakibatkan
pemendekan ekstremitas bawah.1
Gambar 2. pada posisi lateral, tampak muscle attachment dan deforming force. yang
menyebabkan angulasi dan posterior displacement.2
8
Gambar 3. Deep dissection femur.3
Gambar 4. Innervasi pada femur.3
9
III. KLASIFIKASI
Gambar 7. Klasifikasi AO Mueller Fraktur Distal Femur
Deskriptif
• Terbuka vs tertutup
• Lokasi : supracondylar , interkondilaris , condylar
• Pola : spiral , oblique, atau transverse
• Keterlibatan artikular
• comminuted , segmental , atau butterfly fragmen
• Angulasi atau deformitas rotasi
• Pemindahan: shortening atau translation3
IV. EPIDEMIOLOGI
Fraktur femur distal mencapai 7 % dari semua patah tulang femur. Fraktur
terbuka terjadi pada 5% sampai 10 % dari semua patah tulang femur distal .
V. MEKANISME CEDERA
Sebagian besar fraktur femur distal adalah hasil dari beban aksial dengan
varus, valgus, atau kekuatan rotasi.2
Pada orang dewasa muda, fraktur biasanya karena trauma energi tinggi :
seperti tabrakan kendaraan bermotor atau jatuh dari ketinggian.2
Pada orang tua, atau pada pasien osteopenia dengan fraktur akibat Low –
enerrgy injury dapat terjadi karena jatuh dengan posisi berdiri atau twisting
injury. 2
10
biasanya pasien terjatuh dengan kaki fleksi .2
VI. PEMERIKSAAN KLINIS
Pasien biasanya mengeluh nyeri, edem, deformitas pada femur dan lutut.
Penilaian status neurovaskular wajib dilakukan. Kedekatan struktur
neurovaskular ke area fraktur adalah suatu pertimbangan penting.
Pembengkakan yang tidak biasa dan tegang di daerah poplitea dan tanda-
tanda yang biasa pucat dan kurang rasa menunjukkan pecahnya pembuluh
darah utama.1
Compatement syndrome pada femur jarang terjadi dan terkait dengan
perdarahan berat pada paha.
Pemeriksaan pinggul ipsilateral, lutut, kaki, dan pergelangan kaki sangat
penting , terutama pada pasien obtunded atau polytraumatized. 1
VII. RADIOLOGI
Anteroposterior, lateral, dan two 45-degree oblique radiographs dari distal
femur harus diperiksa.
Evaluasi radiografi harus mencakup seluruh femur.
Foto kontralateral membantu untuk perbandingan dan berfungsi untuk
perencanaan pra operasi.
Fraktur intraartikular Complex dan lesi osteochondral memerlukan
pemeriksaan CT-Scan untuk penilaian diagnostik dan perencanaan pra
operasi.
Fraktur comminuted dan perluasan ke diafisis biasanya disebabkan oleh
high-energy injury dan di anjurkan untuk dilakukan intervensi segera untuk
melihat apakah ada associated injury.
Magnetic Resonance Imaging berguna dalam mengevaluasi cedera ligamen
atau meniscal associated injury.
11
Indikasi Arteriografi apabila dislokasi lutut, karena 40 % dari dislokasi terkait
dengan gangguan vaskular. Alasannya adalah bahwa vaskular poplitea yang
ditambatkan pada hiatus adduktor proksimal dan distal pada lengkung soleus.1
VIII. TERAPI
Initial Management
a. Reduksi dengan menggunakan traksi dan splinting biasanya digunakan untuk
stabilisasi sementara untuk fraktur intercondylar femur. Skeletal traksi
biasanya tidak digunakan.4
b. External fiksasi pada knee diindikasikan jika definitive fiksasi ditunda karena
adanya soft tissue injury atau luka yang terkontaminasi, dan adanya proses
perbaikan dari vascular. Idealnya, external fiksasi harus di ganti menjadi
definitive internal fiksasi dalam waktu 2 minggu untuk menurunkan resiko
infeksi sekunder dari kolonisasi pin track.4
Definitive treatment
Tujuan pemasangan ORIF (open reduction and internal fixation ) adalah untuk
mengembalikan posisi anatomis alignment dari ekstrimitas sambil menyediakan
lingkungan yang stabil untuk penyembuhan dan stabilitas yang cukup agar
pergerakan cepat kembali.4
- Anatomic reduction of the articular surface. Pada fraktur intraartikular tujuan
utamanya adalah mengembalikan restore congruity. Dapat dilakukan dengan
menggunakan interfragmentary screws.
- Resoration of mechanical axis –Realignment axis femur dapat diperoleh
dengan menggunakan plates and screws atau implant intramedullar seperti
supracondylar nail.
Pemasangan ORIF dapat dilakukan dengan plate fixation, atau Intramedullary
Implant.4
12
IX. KOMPLIKASI
Fixation failure: dapat disebabkan oleh salah satu berikut yaitu tulang yang
buruk, ketidakpatuhan pasien dengan perawatan pasca operasi, perencanaan
bedah yang tidak memadai.
Malunion : Biasanya ini hasil dari fiksasi tidak stabil atau infeksi. Yang paling
umum adalah varus deformitas. Mengakibatkan cacat fungsional. Malunion
Dapat diatasi dengan osteotomy.
Nonunion : Ini jarang terjadi karena pasokan pembuluh darah yang kaya ke
daerah ini dan dominasi tulang cancellous.
Osteoarthritis Posttraumatic: Ini mungkin hasil sebagai kegagalan untuk
mengembalikan harmoni artikular , terutama pada pasien yang lebih muda .
Infeksi : open fracture dengan debridement dan irigasi dengan antibiotic
intravena. Fraktur terbuka dapat menyebabkan knee sepsis.
Loss of knee motion : paling sering terjadi akibat kerusakan quadriceps,
kerusakan articular akibat trauma. Jika memungkinkan, dilakukan
quadricepsplasty untuk pergerakan sendi. 2,5
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Solomon L, et all. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. Ninth Edition.
London : Hodder Arnold. 2010; p. 870-72
2. Koval, Keneath J., Zuckerman, Joseph D. Lower Extremity Fractures and
Dislocation. In: Handbook of Fracture, 3rd Edition. New York: Lippincott
Williams & Wilkins. 2006; , p: 420-8
3. Thompson, Jon C. Leg/Knee. In: Netters Concise Atlas of Orthopedics Anatomy,
1st edition. Learning System LLC, A Subsidiary of Elsevier Inc. 2001;p. 257
4. K.Sean M. Fractures of the Supracondylar Femur Region. In: Brinker MR.
Review of orthopaedic trauma. 2nd edition. Texas.2013.
5. Miller Mark D, et all. Upper and Lower Extremity Injuries. In: Review of
Orthopaedics. 6th Edition. United State of America: Elsevier.2008;p.751—3
14