Transcript
Page 1: KSPLORASI - Universitas Padjadjaranty College di Hartford, Conn. Ia menulis laporan-nya itu di jurnal Nature Neuroscience. “Sejauh ini, sebagian besar efek kafein sudah diketahui

SINGA gua eropa, yang berukuran seperem-pat lebih besar jika dibandingkan dengan singa-singa saat ini, merupakan salah satu

kucing terbesar yang hidup sekitar 12 ribu tahun yang lalu. Saat ini, berdasarkan analisis canggih terhadap tulangnya, ter-ungkaplah jenis makanan hewan itu dan penyebab kepunahan mereka.

Mereka sudah pasti ku-cing besar. Sebutan ‘singa gua’ agak sedikit menyim-pang. Tidak seperti singa masa kini, singa jantan itu tidak memiliki surai dan tampaknya mereka pem-buru yang soliter. Terlebih, meskipun tulang-tulang-nya ditemukan di dalam gua, mereka mungkin hidup di tempat terbuka.

Namun, mereka tetap memiliki kesamaan de ngan kerabat modernnya, yaitu sama-sama membuat manusia khawatir atau lebih tepat ke takutan.

Sosok kucing besar yang muncul pada lukisan

zaman es dan patung-patung gading menunjuk-kan hewan ini menjadi kekhawatiran besar bagi nenek moyang kita.

Untuk mengetahui apa yang diburu singa ini, biogeolog Hervé Bocherens dan koleganya dari

Universitas Tübingen di Jerman menganalisis sam-pel tulang dari 14 singa gua.

Tulang belulang itu di-temukan di empat gua di Prancis dan Eropa Te-ngah. Mereka diperkira-kan hidup antara 12 ribu dan 40 ribu tahun lalu.

Analisis Bocherens, yang dilaporkan di Quaternary In ternational, mengung-

kap bahwa singa gua ter kadang memakan bayi beruang, tetapi bukan be ruang dewasa.

Makanan favorit mereka ialah rusa kutub. Singa gua, kata Bocherens, lebih rewel dalam hal memilih makan jika dibandingkan dengan singa masa kini, yang memakan apa sa ja yang bisa me-reka tangkap. (Sciencemag/Ghp/M-1)

NATURE

BIOTEK

SEBAGIAN besar pencinta ka-fein mungkin akan menga-takan kopi bisa menajamkan

pikiran Anda. Ternyata pada he wan pengerat, dosis tunggal ka fein benar-benar menguatkan ko neksi sel otak pada salah satu ba gian otak hewan itu.

Gambaran yang jelas mengenai efek kafein pada otak memung-kinkan peneliti mengambil ke-untungan dari efek stimulasi dan bahkan meringankan beberapa ge jala gangguan otak. “Banyak orang tertarik pada kafein,” kata ahli saraf Susan Masino dari Trini-ty College di Hartford, Conn. Ia menulis laporan-nya itu di jurnal Nature Neuroscience.

“Sejauh ini, sebagian besar efek kafein sudah diketahui melalui penelitian yang mengguna-

kan dosis lebih besar daripada ra ta-rata segelas kopi pagi yang di minum seseorang,” kata rekan penulis, Serena Dudek, dari Na-tional Institute of Environmental Health Sciences di Research Tri-angle Park, NC.

Dudek dan timnya melihat efek dosis rendah kafein pada bagian kecil hipokampus (penyimpan me mori). Pada manusia, struktur yang berbentuk kuda laut itu ter-tanam dalam otak, di belakang te linga.

Setelah memberikan dosis ka-fein yang setara dengan dua gelas

ko pi untuk manusia (2 miligram kafein per ki-logram berat badan), tim mengukur kekuatan pe ngi riman pesan listrik sel-sel syaraf pada seiris ja ringan otak. (Sciencenews/Ghp/M-1)

22 MINGGU, 4 DESEMBER 2011EKSPLORASI

Mengungkap Pakan Singa Gua

Kopi Tingkatkan Kinerja Otak

WOLFGANG GERBER/UNIVERSITÄT TÜBINGEN

SXC HU

Top Related