Download - Konsep Kel Dengan Stroke
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN STROKE
Tinjauan pustaka merupakan acuan dasar terhadap proses asuhan
keperawatan secara keseluruhan. Dalam bab ini penulis menguraikan tentang
konsep dasar keluarga, konsep asuhan keperawatan dan konsep tentang penyakit
stroke.
A. KONSEP DASAR KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Friedman (1998) mendefinisikan keluarga sebagai kumpulan dua
orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan
emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga. Pengertian keluarga yang lain
sebagaimana dinyatakan oleh Suprajitno (2004) yaitu suatu ikatan/
persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar orang dewasa yang
berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuan
yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau
adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah tangga. Sementara itu Effendi
(1998:30) mendefinisikan keluarga sebagai perkumpulan dua atau lebih
dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing-
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Berdasarkan ketiga pengertian tersebut diambil kesimpulan
(Suprajitno, 2004:14) bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas dua orang atau lebih yang tinggal disuatu tempat atau
rumah dan berinteraksi satu sama lain, mempunyai perannya masing-
masing-masing-masing dan mempertahankan suatu kebudayaan.
Maka untuk itu indonesia merupakan salah satu negara yang
menjunjung tinggi adat ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus
dibentuk atas dasar perkawinan, seperti yang tertulis dalam peraturan
pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994 bahwa keluarga dibentuk berdasarkan
atas perkawinan yang sah.
2. Tipe – tipe keluarga menurut suprajinto (2004:2)
a. Keluarga inti ( Nuclear family )
Adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
b. Keluarga besar ( Exstended family )
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, atau bibi.
c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai
atau kehilangan pasangannya
d. Orang tua tunggal (single parent family) yaitu keluarga yang terdiri
dari salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau
ditinggal pasangannya,
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (the unmarried teenage
mother)
f. Orang dewasa laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa
pernah menikah (the single adult living alone)
g. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital
heterosecual cohabiting family)
h. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama
(gay and lesbian family).
3. Tahap perkembangan keluarga dan tugas
perkembangan menurut Suprajitno (1004:3)
Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap perkembangan,
keluargapun memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas
perkembangan masing-masing. Tahap–tahap perkembangan itu antara
lain:
a. Tahap perkembangan keluarga baru menikah
Tugas ini dimulai dengan membina hubungan intim yang
memuaskan pasangannya
Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan keluarga
sosial.
Membina rencana memiliki anak
b. Keluarga dengan anak baru lahir
Dimulai dengan mempersiapkan menjadi orang tua
Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi
keluarga, hubungan seksual dan kegiatan
Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan
pasangannya
c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa aman
Membantu anak untuk bersosialisasi
Beradaptasi dengan anak yang beru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain yang lebih tua juga harus terpenuhi,
Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun
diluar keluarga
Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah.
Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
sekolah dan lingkungan lebih luas
Mempertahankan keintiman pasangan
Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja.
Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab
mengingat anak remaja adalah sorang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi
Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang
tua,hindarkan terjadinya perdebatan kecurigaan dan permusuhan
Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan
(anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang
anggota keluarga.
f. Keluarga mulai melepaskan anak sebagai dewasa
Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjelaskan
keluarga besar
Mempertahankan keintiman pasangan
Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat
Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan dirumah.
g. Keluarga dengan usia pertengahan.
Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia
pertengahan
Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan
dengan anak-anaknya dan sebaya
Meningkatkan keakraban pasangan.
h. Keluarga usia tua.
Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangan
Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi, kehilangan
pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga
Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
Melakukan life review masa lalu.
4. Struktur Keluarga menurut Suprajino (2004:7)
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat, antara lain:
a. Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam
keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran
formal dan informal
b. Nilai dan norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh
keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan
c. Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu, orang
tua dengan anak, anak dengan anak dan anggota keluarga lain dengan
keluarga inti.
d. Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi
dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang
mendukung kesehatan.
5. Fungsi keluarga menurut Friedman (1998)
Secara umum fungsi keluarga (friedman, 1998) adalah:
a. Fungsi afektif
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
e. Fungsi pemerliharaan kesehatan
Adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi
6. Lima tugas keluarga dibidang kesehatan menurut
Suprajitno (2004:4)
keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan antara lain:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu akan tidak berarti dan karena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga
akan habis.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadan keluarga, dengan
mempertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar,
tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh
keluarga itu sendiri
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitar keluarga.
B. PROSES KEPERAWATAN KELUARGA
Menurut Friedman (1998:54), Proses keperawatan merupakan
pusat bagi semua tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam
situasi apa saja, dalam kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori
atau falsafah.
Friedman dalam Proses keperawatan keluarga juga membagi dalam
lima tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian terhadap
keluarga, identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa
keperawatan, rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan
sumber-sumber dan evaluasi perawatan.
Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
menurut Effendi (2004) dengan melalui membina hubungan kerjasama
yang baik dengan keluarga yaitu dengan mengadakan kontrak dengan
keluarga, menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk membantu
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga, menyatakan
kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan kesehatan
yang dirasakan keluarga dan membina komunikasi dua arah dengan
keluarga.
Friedman (1998: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga
terdiri dari lima langkah dasar meliputi :
1. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan
ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus
tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat
diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-
hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi
pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan
suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa
(Friendman, 1998: 56)
a.1. Pengumpulan data
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur,
pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga.
2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
a. Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi
oleh Keluarga. Untuk penderita stroke biasanya
mengkonsumsi makanan yang bayak menandung garam, zat
pengawet, serta emosi yang tinggi.
b. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit
stroke fase rehabilitasi terutama ahli fisiotherapi.
c. Pengobatan tradisional
Karena penderita stroke memiliki kecenderungan tensi tinggi,
keluarga bisa memanfaatkan pengobatan tradisional dengan
minum air ketimun yang dijus sehari dua kali pagi dan sore.
3) Status Sosial Ekonomi
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam
mengenal hipertensi beserta pengelolaannya. berpengaruh
pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
b. Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap
keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada
angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena
hipertensi. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak
seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga.
4) Tingkat perkembangandan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai
lahir hingga saat ini. termasuk riwayat perkembangan dan
kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan
dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang
belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang
dapat mengakibatkan kecemasan.
5) Aktiftas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya
peningkatan tekanan darah. Serangan hipertensi dapat timbul
sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti olah raga
(Friedman, 1998:9).
6) Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti
lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat
mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada
penderita stroke fase rehabilitasi.
b. Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi
oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat
mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada
hipertensi
7) Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat
dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah
komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha
mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan
perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara
verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang
tinggi.
b. Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam
kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat
menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi dalam
tekanan darah pasien stroke.
c. Struktur peran
Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima
dan konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan
membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam
peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan
tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan
ketegangan dalam keluarga.
8) Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota
keluarganya yang menderita hipertensi, maka akan
menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini
akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah
seringnya terjadi serangan hipertensi karena kurangnya
partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit (Friedman, 1998).
b. Fungsi sosialisasi .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota
keluarga yang menderita stroke dalam bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak
memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan
mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan
ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah
stress.
c. Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan
melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain diluar rumah.
9) Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala
sedang mengalami masalah yang belum terselesaikan.
10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif,
pemeriksaan fisik juga dilakukan menyeluruh dari ujung
rambut sampai kuku untuk semua anggota keluarga. Setelah
ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih
terfokuskan.
11) Koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga,
sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan
menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan
respon manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual
individu. Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun
intervensi masalah keperawatan. Kolaburasi dan koordinasi dengan
anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari kebingungan
anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan.
Dalam diagnosa keperawatan stroke atau cerebro vasculer accident
didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a. Perubahan perfusi jaringan cerebral (Doengoes, 2000)
b. Kerusakan mobilitas fisik ( Doengoes, 2000)
c. Komunikasi, kerusakan verbal dan tertulis (Doengoes, 2000)
d. Perubahan persepsi sensori (Doengoes, 2000)
e. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (Lynda Juall, 2001)
f. Ketidakmampuan merawat diri (Lynda Juall, 2001)
g. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan
(Doengoes, 2000)
3. Intervensi Keperawatan
a. Menyusun prioritas
Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi
seleksi bersama yang dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor
penetapan prioritas perasaan peka terhadap klien dan efek terpeutik
terhadap tindakan dimasa mendatang.
b. Menyusun tujuan
Friedman (1998:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan
tujuan yang berorientasi kepada klien kemungkinan sumber-sumber
penggambaran pendekatan alternatif untuk memenuhi tujuan dan
operasional perencanaan.
Ada 3 kegiatan menurut Friedman (1998:64) yaitu:
1. Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat
diukur langsung dan spesifik
2. tujuan jangka menengah
3. tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya
umum dan mempunyai tujuan
c. Menentukan kriteria dan standar evaluasi.
Kriteria yang akan dicapai adalah respon verbal, afektif dan
psikomotor keluarga mengenai penjelasan tentang masalah kesehatan
(Friedman:1998:71)
4. Implementasi keperawatan
Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat masalah dan
sumber-sumber yang tersedia.
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah post stroke.
Intervensi:
1) Berikan informasi kepada keluarga mengenai: pengertian,
tanda dan gejala, penyebab, komplikasi, cara perawatan,
penanganan dan pencegahan stroke
2) Motivasi keluarga untuk mengenal masalah stroke
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang dapat
mengenai tindakan kesehatan yang tepat terhadap anggota keluarga
yang menderita post stroke
Intervensi:
1) Memberikan informasi tentang alternatif pencegahan dpat
diambil untuk mengatasi pasien stroke, seperti menjaga
kesehatan lingkungan, menghindari faktor pencetus, serta minum
obat secara teratur
2) Mendiskusikan akibat bila tidak melakukan tindakan
keperawatan untuk mengatasi stroke
3) Memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan
tentang tindakan kesehatan yang diambil pada anggota keluarga
yang terkena stroke
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
atau perawatan post stroke
Intervensi :
1) Sarankan atau anjurkan kepada keluarga untuk
melakukan perawatan secara teratur, jaga diet penderita stroke.
2) Demonstrasikan teknik latihan tentang gerak dirumah
d. Ketidakmampuan keluarga untuk memelihara lingkungan yang
dapat menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan
Intervensi :
1) Memberikan semangat pada penderita terutama yang
berasal dasri keluarga itu sendiri atau melalui orang atau sumber-
sumber yang dipercaya mempunyai pengaruh terhadap proses
penyembuhan
2) Modifikasi lingkungan yang dapat mendukung proses
penyembuhan klien
e. Ketidakmampuan keluarga untuk mengenal sumber-sumber
pelayanan kesehatan terhadap perawatan post stroke
Intervensi :
1) Memberikan informasi tentang sumber-sumber yang
dapat digunakan utnuk memperoleh pelayanan kesehatan
misalnya rujukan kontrol, perawatan fisiotherapi dan sumber-
sumber lain.
2) Memberikan motivasi agar keluarga memanfaatkan
sumber-sumber yang ada secara berkesinambungan.
5. Evaluasi
Friedman (1998:71) menjelaskan bahwa evaluasi didasarkan pada
seberapa efektifnya intervensi yang dilakukan keluarga, perawat dan
yang lainny. Keefektifan dilihat dari respon keluarga bukan intervensi
yang diimplementasikan. Modifikasi dlam asuhan keperawatan
mengikuti perencanaan evaluasi dan mulai dengan proses siklus kembali
ke pengkajian dengan memberikan informasi yang diperoleh dari
pertemuan sebelumnya dan diteruskan dengan revisi setiap fase dalam
siklus bila dibutuhkan.
Evaluasi dalam asuhan keperawatan keluarga dengan stroke post
rehabilitasi berdasarkan respon keluarga terhadap implementasi yang
kita lakukan sesuai dengan kriteria evaluasi yaitu mengetahui pengertian
stroke, mengetahui gangguan pada penderita stroke dan mengetahui
tindakan apa yang harus dilakukan bagi penderita stroke post
rehabilitasi.
C. KONSEP DASAR STROKE
1. Pengertian Stroke
Stroke atau cidera cerebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke otak
(Suzanne).
Stroke adalah kerusakan sirkulasi dalam satu atau lebih pembuluh
darah yang menyediakan darah pada otak. Penyediaan oksigen dan darah
ke otak menjadi kurang atau berhenti, yang kemudian merusak atau
memusnahkan area – area tertentu dalam jaringan otak (discases penyakit )
Storke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
neurologis yang utama di indonesia, serangan otak ini merupakan kegawat
daruratan media yang harus ditangani secara cepat, tepat dan cermat.
Stroke adalah sindrome klinis yang awal timbulnya mendadak,
progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal dan global yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan
semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatik (Doengoes, 2000:290).
Cidera serebrovaskuler atau stroke adalah penyekit cerebrovaskuler
menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsioanal
maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh
darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak
(doengoes:290)
Stroke adalah gangguan aliran darah otak yang bersifat mendadak
dan disertai dengan defisit neuologik (Dr. H. Soedomo Hadinoto)
Menurut kriteria WHO stroke secara klinis didefinisikan sebagai
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan
gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam
atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan oleh karena gangguan
peredaran dareh otak.
2. klasifikasi stroke
a. Transtient Iskemia Attach (TIA)
Yaitu gangguan neurologik setempat yang terjadi selama beberapa
menit sampai beberapa jam saja, gejala yang timbul akan hilang
dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam
b. Stroke in evolution ( SIE)
Yaitu stroke yang wujud kelainannya terjadi secara bertahap
c. Completeted stroke iskemic (CSI)
Yaitu stroke yang wujud kelainannya bersifat menetap
d. Reversible iscemic neurological defisit (RIND)
Yaitu stroke yang mirip dengan transient iskemik attack hanya saja
kelainan yang ada menghilang sesudah berlangsung lebih dari 24 jam
3. Stroke berdasarkan penyebab
Berdasarkan penyebab stroke dibedakan menjadi 2:
a. Stroke hemorhagic
Merupakan perdarahan cerebral dan mungkin perdarahan sub
arachnoid. Disebabkan oleh pembuluh darah otak pada daerah otak
tertentu biasanya kejadiannya saat melakukan aktifitas atau saat aktif
namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya
menurun.
b. Stroke non hemorhagic
Dapat berupa ischemia atau emboli dan trombosis cerebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari
tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksi dan selanjutnya dapat timbul oedema skunder. Kesadaran
umumnya baik
4. Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain:
a. Trombosis cerebral
b. Emboli
c. Tumor otak
d. Hemorhagic
e. Tekanan darah tinggi
f. Kelemahan dinding arteri
g. Cidera kepala
5. Faktor resiko
Sedangkan faktor resiko dari stroke adalah kondisi atau penyakit atau
kelainan yang memiliki potensi untuk memudahkan seseorang mengalami
serangan stroke pada suatu saat.
a. Faktor resiko yang tidak dapat diobati terutama
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Ras
4) Genetik
b. Faktor resiko yang dapat diubah atau dikendalikan
diantaranya :
1) Hipertensi
2) Diabetes mellitus
3) Penyakit jantung
4) Riwayat trans iskemik atau stroke
sebelumnya
5) Merokok
6) Kolesterol tinggi
7) Obesitas
8) Obat-obatan (kokain, ampetamine,
ekstasi dan heroin)
6. Patofisiologi
Pada keadaan fisiologis normal, aliran darah pada otak selalu tetap
yaitu 50 ml/ menit / 100 gr otak. Hal ini terjadi karena auto regulasi yang
mengembangkan arteri pada waktu hipotensi yang menguncup waktu
hipertensi. Apabila tekanan darah tinggi terus menerus terjadi maka dapat
menimbulkan perubahan atroklerotik karena perfusi dapat menyebabkan
perdarahan intra kranial. Ruptur arteri juga dapat menyebabkan perdarahan
yang akan menimbulkan ekstavasasi darah ke jaringan otak sekitarnya.
Darah yang merembes ini dapat menekan, mengiritasi, dan menimbulkan
fase spasme arteri hemisfer otak.
Ruptur arteri juga dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah
sehingga timbul iskemik focal dan infark jaringan otak. Daerah ini akan
mengalami defisit neurologis yang berupa hemiparalisis. Keluarnya darah
yang mendadak dari pembuluh darah otak dapat meningkatkan tekanan
darah cerebrospinalis, hilang kesadaran maupun gegar otak. Koma terjadi
karena apabila daerah ekstravasal terjadi hematoma yang menimbulkan
penekanan pada seluruh isi kranial (Dr. H. Soedomo)
7. Manifestasi klinis
Long (1996) menjelaskan gejala fokal yang paling sering terlihat akibat
terputusnya sirkulasi arteri cerebral adalah :
a. Kontralateral paralisis
b. Kehilangan penginderaan
sensori dan memori
c. Disfasia atau afasia
d. Masalah spatial perceptual
8. Pemeriksaan diagnostis
a. Computerized tomografi Scan (CT Scan) dapat
memperlihatkan adanya hematoma, infark dan perdarahan. Scan ini
baik untuk meneliti lesi yang letaknya dipermukaan
b. Fungsi lumbal untuk menunjukkan kelainan cerebro
spinalis fluid (CSF). Tekanan yang meningkat dan adanya cairan darah
menunjukkan adanya hemorhagic.
c. Elektro Encephalography (EEG) menggunakan
gelombang untuk menentukan lesi spesifik
d. Angiografi (arteriografi) sangat esensial untuk
memperlihatkan penyebab dan letak ganguan otak, biasanya
menggunakan arteri femoralis. Ada tidaknya oklusi, rupture atau
obstruksi dapat difisualisasi dengan alat ini.
e. Magnetik Resonance Imaging (MRI) dapat menampakkan
daerah patologis
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
Untuk mengobati keadaan acut perlu diperhatikan faktor faktor kritis
sebagai berikut:
1) Berusaha menstabilkan tanda –
tanda vital
2) Berusaha menemukan dan
memperbaiki aritmia jantung
3) Merawat kandung kemih, sedapat
mungkin jangan memakai kateter
4) Menempatkan pasien dalam posisi
yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah
posisi setiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif
b. Tindakan konservatif
1) Fasodilator yang meningkatkan
aliran darah cerebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya:
pada tubuh manusia belum dapat dibutuhkan
2) Dapat diberikan histamin,
aminophilin, acetazolamide, papaverin intra arterial
3) Anti agregasi trombosis seperti
aspirin, digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi.
Trombosis yang terjadi ulcerasi alteroma
c. Tindakan pembedahan untuk memperbaiki aliran darah
cerebral, misalnya pada tindakan endarterectomy carotis.
10. Pathways.
Trombosis cerebral Emboli cerebral
Sumbatan pembuluh darah di otak
Faktor pencetus stroke
Suplai darah dan O2 ke otak menurunMenurun 25 –30 ml/100 gr otak/menitIskemik otak
<24 jam 24 jam –21 hari
Transient Ischemic Attack(TIA)
Kelainan neurologik sementara
Sembuh total < 24 jam
Stroke In Evolution (SIE)
Gejala neurologik bertambah
Sembuh total beberapa hari
Ganguan perfusi jaringan cerebral
Menurun > =18 ml/100gr otak/mntInfark serebri
Perawatan tidak adekuat
Cerebrum (otak besar) Batang Otak Cerebelum (otak kecil)
CEREBRUM (otak besar)
Gg fungsi motorikGg fungsi vegetatif
Gg persepsi sensori
HemiplegiParaplegiTetraplegi
Gg mobilitas fisik
Kelemahan angg gerak
Bicara - Disfasia- Disatria
Gg komunikasi verbal
Infark cerebri
Kelemahan otot spicter
inkontinensia urin / feses
KonstipasiRetensi urin
Infark cerebri
Resiko gangguan harga diri
Gangguan rasa nyaman
Resiko infeksi
BATANG OTAK
Penurinan tk kesadaranMotorik Pernafasan
Perfusi jaringan cerebral
Penumpukan sekret
Reflek patologi +
Gg pemenuhan perubahan
nutrisi
Reflek batuk menurun
Reflek menelan turun
Gg bersihan jalan nafas
GG pola napasApatis s/d koma
Gagal nafas
kematian
Infark cerebri
cerebellum
Kelemahan anggota gerak
Resiko Ganguan harga diri
Gangguan mobilitas
Resiko ganguan integritas kulit
Apraksia
Resiko atropi
Pernafasan
Resiko cederaHemiplegi
Paraplegitetraplegi
Kurang pengetahuan
Butuh keterlibatan
keluarga
Ketidakmampuan merawat
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne; Suzanne; and Benda G Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.
Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosa. Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester. (2001). Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta: EGC
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC
Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC
Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2000. Jakarta: EGC
Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah R. Karnaen, Et. All, Edisi ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.
Zendy. George. L. Pengelolaan Mutahir Stroke. 1992
Shepherd., Robert. B. M. Motor Relearning Programme for Stroke
Suyono, Haryono, 2006. Meningkatnya Penduduk Rawan Stroke, (Online), (http://www.cybermed.cbn.net.id. Diakses 2 November 2007)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Stroke, (Online), (http:// depkes.co.id/stroke.html)