Download - Konsep ilmu budaya dasar tentang keadilan
KONSEP ILMU BUDAYA DASAR MANUSIA DAN KEADILAN
Disusun Oleh :
Kelompok 4
ASSA KAMALIA
TUNJANG ARI SOESENO
ROFI HARDIYANTO
PRODI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER (FASTIKOM)
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat,
Hidayah dan Ridho-nya, sehingga kami sebagai penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Tugas makalah yang berjudul “Konsep Ilmu Budaya Dasar Tentang Keadilan” Tugas ini
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas pada semester gasal ini. Dalam
penyelesaian Tugas ini, kami mendapat beberapa hambatan akan tetapi berkat izin Allah
Yang Maha Kuasa kami dapat mengatasinya dengan baik, dalam penyusunan Tugas ini kami
mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Tuhan Yang MahaEsa
2. Dan teman-teman yang telah ikut berpartisipasi dalam Pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan Tugas makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga apa yang telah disusun ini dapat berguna bagi masyarakat dan khususnya
bagi mahasiswa/mahasiswi ARSITEKTUR UNSIQ , dalam menunjang proses belajar
mengajar. Dan Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita
semua.
Wonosobo , 7 Desember 2015
Penulis
I
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR……………………………………………………………... I
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………. 2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keadilan…………………………………………………….. 3
2.2 Berbagai Macam Keadian………………………………………………. 4
2.3 Kejujuran ……………………………………………………………….. 5
2.4 Kecurangan …………………………………………………………….. 6
2.5 Contoh Kasus Ketidak adilan ………………………………………… 6
2.6 Pembalasan …………………………………………………………….. 8
2.7 Makna Keadilan ………………………………………………………... 9
2.8 Keadilan Dalam Al-Qur’an 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………… 11
3.2 Saran…………………………………………………………………….. 11
DAFTAR PUSTAKA
II
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Negara ini membutuhkan keadilan untuk bisa menata kembali kehidupan
bernegaranya. Dalam berbagai tayangan di televisi dapat kita lihat bahwa betapa tidak ada
jaminan kepastian akan hukum dan keadilan dalam berbagi ruang di negara kita, contoh kasus
yang begitu menarik kita dalah masalah penahanan Nazarudin, terkait kasus wisma atlit yang
sebenarnya belum jelas dan perlu untuk dilakukan penahanan. Kasus terkuaknya penggelapan
pajak oleh Gayus tambunan. Namun sepertinya polisi lebih memilih untuk menyelesaikan
kasus pencurian oleh rakyat biasa ketimbang kasur besar Nazarudin. Pertanyaan ini semakin
menghilang dengan semakin kurang bergemanya kasus ini. Sama dengan kasus Century yang
semakin membungkam. Padahal sempat kasus ini menjadi top headline dari semua
pemberitaan di setiap media. Kasus lain yang sempat menarik perhatian khalayak, yaitu kasus
dimana ada seseorang nenek yang terpaksa mencuri cokelat dan dengan mudahnya langsung
dipenjarakan. Lalu ada juga kasus dua orang lelaki yang terpaksa menginap di penjara hanya
karena mencuri semangka. Apakah ini yang disebut adil ? pembenahan seperti apakah yang
harus kita lakukan agar keadilan benar-benar bisa ditegakkan ? Kasus-kasus kecil begitu
mudahnya diselesaikan, walaupun terkesan kurang adil, dan berlebihan. Sementara orang-
orang dengan kasus yang begitu besar, tidak terselesaikan, bahkan banyak dari mereka yang
keburu meninggal sebelum kasusnya diselesaikan. Sepertinya kita membutuhkan pemimpin
yang bukan hanya tegas, tetapi bisa mensinergiskan semua kekuatan yang ada, baik dari
kekuatan politik, militer, dan kekuatan yang bersal dari aspirasi masyarakat sehingga fokus
pada pembenahan tidak terpecah. Yang selalu kami lihat adalah, begitu banyaknya
kepentingan para elite yang berkuasa sehingga sering kali terjadi tarik menarik kekuasaan,
dan politik saling menjatuhkan. Bentuk koalisi yang diadakan hanya sekedar sebagai ajang
untuk menarik kekuasaan, bukan sebagai penyatuan visi indonesia. DPR bukanlah
pencerminan dari apa yang diinginkan oleh masyarakat, melainkan aspirasi partai.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 apa itu arti keadilan dan macam-macamnya ?
1.2.2 apa itu arti dari kecurangan dan faktor apa yang menimbulkan kecurangan itu ?
1.2.3 bagaimana kasus ketidakadilan dalam masyarakat?
1.2.4 apa itu pembalasan?
1.2.5 apa makna keadilan?
1.2.6 bagaimana keadilan dalam A-Qur’an?
1.3 Tujuan
Agar kita sesama manusia bisa berlaku adil dan selalu mengutamakan kejujuran, karena
dengan kejujuran itu keadilan mudah untuk di capai. Dan agar kita bisa memperlakukan hak
dan kewajiban secara seimbang.
2
BAB IIPEMBAHASAN
KEADILAN
2.1 Pengertian Keadilan Menurut kamus umum bahasa indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta, kata
adil berarti tidak berat sebelah atau memihak manapun tidak sewenang-wenang. Sedangkan
menurut istilah keadilan adalah pengakuan dan perlakukan yang seimbang antara hak dan
kewajiban.
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan
diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu
sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang
tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing
orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama, maka masing –
masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelangggaran terjadap
proporsi tersebut disebut tidak adil.
Keadilan menurut Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan
adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Socrates
memproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan akan tercipta
bilamana warga Negara sudah merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya
dengan baik. Mengapa diproyeksikan kepada pemerintah ? sebab pemerintah adalah
pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat. Kong Hu Cu berpendapat bahwa
keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja,
masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai
tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan
dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada
keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan
adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang
memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.
3
Keadilan memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai persoalan
juga tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi yang berbuat adil merupakan orang yang
bijaksana.
Contoh Keadilan:
Seorang koruptor yang memakan uang rakyat. Koruptor di tangkap dan dimasukan kepenjara
selama 2 tahun tanpa ada goresan luka sedikit pun pada wajahnya. Hal tersebut
mencerminkan bahwa hakim dan jaksa di indonesia tidak adil pada rakyat kecil yang
dikarenakan mencuri dompet mendapatkan masa kurungan lebih dari sang koruptor, padahal
koruptor lah yang mencuri uang rakyat lebih banyak dari pada pencopet itu. Bahkan koruptor
bisa mendapatkan fasilitas yang istimewa bahkan seperti apartemen didalam penjara.
2.2 Berbagai Macam Keadilan2.2.1 Keadilan Legal atau Keadilan Moral Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari
masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil
setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (Than
man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan Sunoto
menyebutnya keadilan legal.
2.2.2 Keadilan Distributif
Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done
when equals are treated equally).
Sebagai contoh ; Fajar bekerja 10 tahun dan budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan
hadiah harus dibedakan antara Fajar dan Budi, yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya
bekerja. Andaikata Fajar menerima Rp.100.000,-maka Budi harus menerima Rp. 50.000,-.
Akan tetapi bila besar hadiah Fajar dan Budi sama, justru hal tersebut tidak adil.
2.2.3 Komutatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.
Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam
masyarakat.
4
Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidak adilan dan akan merusak
atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat. Sebagai contoh ; dr.Zulfikar
dipanggil seorang pasien, Tamara namanya, sebagai seorang dokter ia menjalankan tugasnya
dengan baik. Sebaliknya Tamara menanggapi lebih baik lagi. Akibatnya, hubungan mereka
berubah dari dokter dan pasien menjadi dua insan lain jenis saling mencintai. Bila dr.Zulfikar
belum berkeluarga mungkin keadaan akan baik saja, ada keadilan komutatif. Akan tetapi
karena dr.Zulfikar sudah berkeluarga, hubungan itu merusak situasi rumah tangga, bahkan
akan menghancurkan rumah tangga. Karena dr. Zulfikar melalaikan kewajibannya sebagai
suami, sedangkan Tamara merusak rumah tangga dr.Zulfikar.
2.3 Kejujuran Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati
nuraninya, apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang
ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya
dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata
dan perbuatan-perbuatan yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan
perbuatannya. Karena itu jujur juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui
kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam nuraninya yang berupa kehendak, harapan
dan niat.Hakikat kejujuran dalam hal ini adalah hak yang telah tertetapkan, dan terhubung
kepada Tuhan. Ia akan sampai kepada-Nya, sehingga balasannya akan didapatkan di dunia
dan akhirat. Tuhan telah menjelaskan tentang orang-orang yang berbuat kebajikan, dan
memuji mereka atas apa yang telah diperbuat, baik berupa keimanan, sedekah ataupun
kesabaran. Bahwa mereka itu adalah orang-orang jujur dan benar. Dan pada hakekatnya jujur
atau kejujuran dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran pengakuan akan adanya
sama hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap kesalahan atau dosa.
5
2.4 Kecurangan Kekurangan atau curang identik dengan ketidak jujuran atau tidak jujur, dan sama
pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang atau kecurangan artinya apa yang
diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya, atau orang itu memang dari hatinya sudah
berbuat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan berusaha.
Beberapa faktor yang menimbulkan kecurangan, antara lain :
2.4.1 Faktor ekonomi
Setiap orang berhak hidup layak dan membahagiakan dirinya. Terkadang untuk
mewujudkan hal tersebut kita sebagai makhluk lemah, tempat salah dan dosa. Sangat
rentan sekali dengan hal-hal pintas dalam merealisasikan apa yang kita inginkan dan
fikirkan.
2.4.2 Faktor peradaban dan kebudayaan
Peradaban dan kebudayaan sangat mempengaruhi mentalitas individu
yang terdapat didalamnya “sistem kebudayaan” meski terkadang hal ini
tidak selalu mutlak. Keadilan dan kecurangan merupakan sikap mental
yang menumbuhkan keberanian dan sportifitas. Pergeseran moral saat ini
memicu terjadinya pergeseran nurani, hampir pada setiap individu di
dalamnya sehingga sulit sekali untuk menentukan dan bahkan menegakkan keadilan.
2.4.3 Teknis
Hal ini juga menentukan arah kebijakan, bahkan keadilan itu sendiri,
terkadang untuk bersikap adil kitapun mengedapankan aspek perasaan dan
kekeluargaan, sehingga sangat sulit sekali untuk dilakukan, atau bahkan
mempertahankan kita sendiri harus melukai perasaan orang lain.
2.5 Contoh Kasus Ketidak adilan
Supremasi hukum di Indonesia masih harus direformasi untuk menciptakan
kepercayaan masyarakat dan dunia internasional terhadap sistem hukum Indonesia. Masih
banyak kasus-kasus ketidakadilan hukum yang terjadi di negara kita. Keadilan harus
diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan
6
hukum yang sama tanpa kecuali.Keadaan yang sebaliknya terjadi di Indonesia. Bagi
masyarakat kalangan bawah perlakuan ketidakadilan sudah biasa terjadi. Namun bagi
masyarakat kalangan atas atau pejabat yang punya kekuasaan sulit rasanya menjerat mereka
dengan tuntutan hokum, ini jelas merupakan sebuah ketidak adilan.Kasus Nenek Minah asal
Banyumas yang divonis 1,5 bulan kurungan adalah salah satu contoh ketidak adilan hukum di
Indonesia. Kasus ini berawal dari pencurian 3 buah kakao oleh Nenek Minah. Kami setuju
apapun yang namanya tindakan mencuri adalah kesalahan. Namun demikian jangan lupa
hukum juga mempunyai prinsip kemanusiaan. Masa nenek-nenek seperti itu yang buta huruf
dihukum hanya karena ketidaktahuan dan keawaman Nenek Minah tentang
hukum.Menitikkan air mata ketika kami menyaksikan Nenek Minah duduk di depan
pengadilan dengan wajah tuanya yang sudah keriput dan tatapan kosongnya. Untuk datang ke
sidang kasusnya ini Nenek Minah harus meminjam uang Rp.30.000,- untuk biaya transportasi
dari rumah ke pengadilan yang memang jaraknya cukup jauh. Seorang Nenek Minah saja bisa
menghadiri persidangannya walaupun harus meminjam uang untuk biaya transportasi.
Seorang pejabat yang terkena kasus hukum mungkin banyak yang mangkir dari panggilan
pengadilan dengan alasan sakit yang kadang dibuat-buat. Tidak malukah dia dengan Nenek
Minah? Pantaskah Nenek Minah dihukum hanya karena mencuri 3 buah kakao yang
harganya mungkin tidak lebih dari Rp.10.000,-? Dimana prinsip kemanusiaan itu? Adilkah
ini bagi Nenek Minah?.Bagaimana dengan koruptor kelas kakap?. Inilah sebenarnya yang
menjadi ketidakadilan hukum yang terjadi di Indonesia. Begitu sulitnya menjerat mereka
dengan tuntutan hukum. Apakah karena mereka punya kekuasaan, punya kekuatan, dan
punya banyak uang ? Sehingga bisa mengalahkan hukum dan hukum tidak berlaku bagi
mereka para koruptor. Kami sangat prihatin dengan keadaan ini.Sangat mudah menjerat
hukum terhadap Nenek Minah, gampang sekali menghukum seorang yang hanya mencuri
satu buah semangka, begitu mudahnya menjebloskan ke penjara suami-istri yang kedapatan
mencuri pisang karena keadaan kemiskinan. Namun demikian sangat sulit dan sangat
berbelit-belit begitu akan menjerat para koruptor dan pejabat yang tersandung masalah
hukum di negeri ini. Ini sangat diskriminatif dan memalukan sistem hukum dan keadilan di
Indonesia.
7
Apa bedanya seorang koruptor dengan mereka-mereka itu?Kami tidak membenarkan
tindakan pencurian oleh Nenek Minah dan mereka-mereka yang mempunyai kasus seperti
Nenek Minah. kami juga tidak membela perbuatan yang dilakukan oleh Nenek Minah dan
mereka-mereka itu. Tetapi dimana keadilan hukum itu? Dimana prinsip kemanusian itu?.
Seharusnya para penegak hukum mempunyai prinsip kemanusiaan dan bukan hanya
menjalankan hukum secara positifistik.Inilah dinamika hukum di Indonesia, yang menang
adalah yang mempunyai kekuasaan, yang mempunyai uang banyak, dan yang mempunyai
kekuatan. Mereka pasti aman dari gangguan hukum walaupun aturan negara dilanggar. Orang
biasa seperti Nenek Minah dan teman-temannya itu, yang hanya melakukan tindakan
pencurian kecil langsung ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Sedangkan seorang pejabat
negara yang melakukan korupsi uang negara milyaran rupiah dapat berkeliaran dengan
bebasnya.Oleh karena itu perlu adanya reformasi hukum yang dilakukan secara komprehensif
mulai dari tingkat pusat sampai pada tingkat pemerintahan paling bawah dengan melakukan
pembaruan dalam sikap, cara berpikir, dan berbagai aspek perilaku masyarakat hukum kita ke
arah kondisi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tidak melupakan aspek
kemanusiaan.
2.6 Pembalasan
Pembalasan adalah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa
perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku
yang seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat
mendapat pembalasan yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yang penuh kecurigaan
menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk
moral dan makhluk social. Dalam bergaul manusia harus mematuhi norma-norma untuk
mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat moral, lingkungannyalah yang menyebabkanya.
Perbuatan moral pada hakikatnya perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan
kewajiban manusia. Oleh karena itu manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya
dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibanya itu.
8
Mempertahakn hak dan kewajiban itu adalah pembalasan. Dari segi agama pembalasan untuk
sebuah ketidak adilan di kemukakan dalam ayat ayat suci al-Qur’an, yaitu;
2.6.1 Q.S. Ar-Rahman : 7
ماء الميزان ووضع رفعها والس“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).” QS. Ar-
Rahman [55]: 7.
2.7 Makna Keadilan Keadilan adalah kata jadian dari kata “adil” yang terambil dari bahasa Arab “adl”.
Kamus-kamus bahasa Arab menginformasikan bahwa kata ini pada mulanya berarti “sama”.
Persamaan tersebut sering dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat material. Keadilan
diungkapkan oleh Al-Qur’an antara lain dengan kata-kata al-adl, al-qistth, almizan, dan
dengan menafikan. 'Adl, yang berarti "sama", memberi kesan adanya dua pihak atau lebih;
karena jika hanya satu pihak,tidak akan terjadi "persamaan".Qisth arti asalnya adalah
"bagian" (yang wajar dan patut). Ini tidak harus mengantarkan adanya "persamaan".Mizan
berasal dari akar kata wazn yang berarti timbangan. Oleh karena itu, mizan, adalah "alat
untuk menimbang". Namun dapat pula berarti "keadilan", karena bahasa seringkali
menyebut"alat" untuk makna "hasil penggunaan alat itu".
2.8 Keadilan Dalam Al-Qur’an
Keadilan yang dibicarakan dan dituntut oleh Al-Quran amat beragam, tidak hanya
pada proses penetapan hukum atau terhadap pihak yang berselisih, melainkan Al-Quran juga
menuntut keadilan terhadap diri sendiri, baik ketika berucap, menulis, atau bersikap batin.
Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil walaupun terhadap kerabat...!
(QS Al-An'am [6]:152). Dan hendaklah ada di antara kamu seorang penulis yang menulis
dengan adil (QS Al-Baqarah [2]: 282). Kehadiran para Rasul ditegaskan Al-Quran bertujuan
untukmenegakkan sistem kemanusiaan yang adil. Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-
rasul, dengan membawa bukti-bukti nyata, dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-
Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia
9
dapat melaksanakan keadilan (QS Al-Hadid [57]:25). Al-Quran memandang kepemimpinan
sebagai "perjanjian Ilahi" yang melahirkan tanggung jawab menentang kezaliman dan
menegakkan keadilan. Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu (hai
Ibrahim) pemimpin untuk seluruh manusia." Dia (Ibrahim) berkata, (Saya bermohon agar)
termasuk juga keturunan-keturunanku "Allah berfirman, "Perjanjian-Ku ini tidak akan
diterima oleh orang-orang yang zalim" (QS Al-Baqarah [2]: 124). Demikian terlihat bahwa
kepemimpinan dalam pandangan ayat diatas bukan sekadar kontrak sosial, tetapi juga
menjadi kontrak atau perjanjian antara Allah dan sang pemimpin untukmenegakkan keadilan.
Bahkan Al-Quran menegaskan bahwa alam raya ini ditegakkan atas dasar keadilan: Dan
langit ditegakkan dan Dia menetapkan al-mizan (neraca kesetimbangan) (QS Al-Rahman
[55]: 7). Alhasil, dalam Al-Quran dapat ditemukan pembicaraan tentang keadilan, dari tauhid
sampai keyakinan mengenai hari kebangkitan, dari nubuwwah (kenabian) hingga
kepemimpinan, dan dari individu hingga masyarakat. Keadilan adalah syarat bagi terciptanya
kesempurnaan pribadi, standar kesejahteraan masyarakat, dan sekaligus jalan terdekat menuju
kebahagiaan ukhrawi.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Keadilan meruapakan pengakuan dan perbuatan yang seimbang antara hak dan
kewajiban, tidak semihak sebelah ataupun tidak sewenang-wenang. Kejujuran berarti apa
yang dikatakan seseorang itu sesuai dengan hati nuraninya dan kenyataan yang benar.
Kecurangan apa yang dilakukanya tidak sesuai dengan hati nuraninya. Pembalasan suatu
reaksi atas perbuatan orang lain, baik berupa perbuatan yang serupa ataupun tidak.
3.2. Saran
Janganlah kalian berlaku tidak adil terhadap orang lain. Karena dengan berlaku adil
akan mencapai ketentraman dan kemakmuran antar sesama manusia.Keadilan, dalam hal
apapun, akan membuahkan kedamaian dan kesejahteraan. Inilah inti kedamaian bagi umat.
Dan ini lebih mungkin dilaksanakan oleh para pemimpin atau pemerintah. Untuk itu, setiap
pemimpin harus memahami konsep tasharruf imam ala al-ra’iyyah manuthun bi al-maslahah
atau kebijakan pemimpin bagi warganya harus diorientasikan untuk kemaslahatan mereka.
Selain itu, setiap pemimpin juga harus sadar bahwa Sayyidul qaum khadimuhum atau
pemimpin umat adalah pelayan bagi mereka. Pemimpin harus melayani umatnya untuk
mendapatkan keadilan ini yaitu keadilan untuk dapat beribadah sesuai agama dan
kepercayaannya masing-masing. Karena itu, keadilan yang berujung pada kedamaian dan
kesejahteraan harus dikejar terlebih dahulu ketimbang urusan pribadi ataupun golongan.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://ti-cenatcenut.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none_01.html
http://arickanjass.blogspot.com/2012/06/manusia-dan-keadilan.html
Mustofa, ahmad, Ilmu Budaya Dasar, Pustaka Setia, solo,1997.
Notowidagdo, rohiman, haji, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-qur’an dan Hadist,
rajawali pers, Jakarta, 2000.