Download - Konsep Bunuh Diri Fiks
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP BUNUH DIRI
1. Pengertian Bunuh Diri
Suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan,
individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati.
Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau amcaman verbal, yang
akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakit diri sendiri (Clinton, Mental
Health Nursing Practice, 1995)
Bunuh diri adalah menimbulkan kematian diri sendiri, upaya bunuh diri adalah
dengan sengaja melakukan kegiatan tersebut. Bila kegiatan tersebut sampai tuntas
maka akan menyebabkan kematian. Isyarat bunuh diri adalah bunuh diri yang
direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain. Ancaman bunuh diri
adalah suatu peringatan baik secara langsung atau tidak langsung, verbal atau non
verbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri (Stuart Sundeen, Principle
Psyciatric Nursimg, 1995)
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu akan
akibatnya yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat (Maramis,
1998).
2. Trend Bunuh Diri Pada Anak dan Remaja
a. Bunuh Diri sebagai masalah dunia
Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat
mengancam. Sejak tahun 1958 dari 100.000 penduduk Jepang, 25 orang
diantaranya meninggal akbat bunuh diri. Sedangkan untuk negara
Australia, Denmark, Inggris rata-rata 23 orang. Urutan pertama diduduki
Jerman dengan 37 orang per 100.000 penduduk. Di Amerika setiap 24
menit seorang meninggal akibat bunuh diri dan setiap tahunnya 30.000
orang meninggal akibat bunuh diri.
Pada tahun-tahun terakhir, angka bunuh diri di Amerika yang terjadi
pada usia 12-20 tahun mengalami peningkatan. Di Amerika 12.000 anak-
anak dan remaja tiap tahun dirawat di rumah sakit akibat upaya bunuh diri.
Metode bunuh diri yang paling sering adalah dengan pistol, lalu
menggantung diri dan minum racun. Saat ini di Amerika setiap 90 menit
seorang anak meninggal akibat bunuh diri.
Di negara maju seperti Amerika Serikat, bunuh diri ditemukan diberbagai
kalangan sosial ekonomi, namun paling dominan dikalangan atas. Pria
melakukan bunuh diri secara afektif, artinya ia tidak mengharapkan hidup
lagi. Di benua Asia, Jepang dan Korea termasuk negara yang warganya
sering diberitakan media melakukan bunuh diri.
b. Bunuh diri di indonesia
Pendataan mengenai kasus bunuh diri di Indonesia masih kurang. Dari
data yang diambil dari kamar mayat RSCM misalnya, terdapat 1.119
kasus bunuh diri dari tahun 2004-2005. Dari jumlah tersebut, 41% bunuh
diri dengan cara gantung diri dan 23% menggunakan racun serangga,
sisanya karena over dosis.
Bunuh diri termasuk satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia
15-24 tahun, selain karena faktor kecelakaan. Pelaku bunuh diri sering
terjadi pada usia 14-65 tahun. Latar belakangnya beragam, mulai soal
asmara, pekerjaan, cekcok rumah tangga, ekonomi, hingga perasaan malu
lantaran terlilit hutang.
3. Faktor Yang Berkontribusi Pada Anak Dan Remaja
Menurut ahli psikiatri Kaplan Sadock (1997), “seorang anak yan berupaya
bunuh diri sangat rentan terhadap pengaruh stressor sosial, seperti percekcikan
keluarga yang kronis, penyiksaan, penelantaran, kehilangan sesuatu yang dicintai,
kegagalan akademik, dan lingkungan yang buruk. Menurut hasil riset, ciri
universal penyebab anak dan remaja bunuh diri adalah ketikmampuan mereka
memecahkan masalah dalam menghadapi percekcokan keluarga, penolakan, dan
kegagalan.”
Menurut teori Vygotsky lingkungan terdekat anak (zone of proximal
development) akan sangat berkontribusi dalam membentuk karakter kepribadian
anak. Sedangkan menurut Psychiatric Nursing Stuart Sundeen (1995) jenis
kepribadian yang paling sering melakukan bunuh diri adalah tipe agresif,
bermusuhan, putus asa, harga diri rendah, dan kepribadian antisosial. Anak akan
memiliki resiko besar unutk melakukan bunuh diri bila berasal dari keluarga yang
menerapkan pola asuh otoriter atau keluarga yang pernah melakukan bunuh diri,
gangguan emosi, dan keluarga dengan alkoholisme.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah riwayat psikososial seperti
orangtua yang bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan, atau stress
multiple seperti pindah, kehilangan, dan penyakit kronik kumpulan stressor
tersebut terakumulasi dalam bentuk koping yang kurang kontruktif. Anak jadi
mudah mengambil jalan pintas karena tidak ada lagi tempat yang memberinya
rasa nyaman.
4. Stressor Pencetus Secara Umum
Stressor pencetus bunuh diri sebagian besar adalah kejadian memalukan,
masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan,
ancaman penjara, dan yang paling penting adalah mengetahu cara-cara bunuh diri.
Faktor resiko secara psikososial: putus asa, ras, jenis kelamin laki-laki, lansia,
hidup sendiri, klien yang memiliki riwayat pernah mencoba bunuh diri, riwayat
keluarga bunuh diri, riwayat keluarga adiksi obat, diagnostik: penyakit kronik,
psikosis, penyalahgunaan zat.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Bunuh Diri
Ghanshyam Pandey beserta timnya dari Universitas of Illinois, Chicago,
menemukan bahwa aktivitas enzim di dalam pikiran manusia bisa mempengaruhi
mood yang memicu keinginan mengakhiri nyawa sendiri. Pandey mengetahui
fakta tersebut setelah melakukan eksperimen terhada otak 34 remaja dan 17
diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Ditemukan bahwa ingkat aktivitas
protein kinase C (PKC) pada otak pelaku bunuh diri lebih rendah dibanding
mereka yang meninggal bukan karena bunuh diri. Temuan yang dipublikasikan di
jurnal Archives of General Psychiatry mengatakan bahwa PKC merupakan
komponen yang berperan dalam komunikasi sel, terhubung erat dengan gangguan
mood seperti depresi di masa lalu.
Psikolog dari Benefit Strategic HRD Hj. Rooswita mengatakan “depresi
berat menjadi penyebab utama. Depresi timbul karena pelaku tidak kuat
menanggung beban permasalahn yang menimpa. Karena terus menerus mendapat
tekanan, permasalahn kian menumpuk dan pada puncaknya memicu keinginan
bunuh diri.”
a. Faktor Riwayat Gangguan Mental
Pada penelitian Pandey dan timnya, dari 17 remaja yang meninggal akibat
bunuh diri, sembilan diantara memiliki sejarah gangguan mental. Delapan
yang lain tidak memiliki riwayat gangguan psikis, namun dua diantara
mempunyai kecanduan alkohol dan obat terlarang. Aktivitas PKC pada otak
para remaja tersebut jumlahnya sangat kecil dibanding dengan remaja yang
meninggal bukan karena bunuh diri. Dari sini disimpulkan bahwa kondisi
abnormal PKC bisa menjelaskan mengapa sebagian besar remaja memiliki
keinginan bunuh diri.
Memahami lebih banyak mengenai enzin PKC bila member pencerahan
dalam member pengobatan efektif bagi pasien pasien yang memang memiliki
kebiasaan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. “ kasus bunuh diri juga menjadi
perhatian dibidang kesehatan. Selama ini sudah banyak diketahui factor
psikososialnya. Tapi masih banyak sedikit sekali yang diketahui dari sisi
factor neurobiologinya . Dengan mengetahui factor neurobiology pada korban
bunuh diri , kelak pengobatan dan terapi terhadap pasien penderita depresi bisa
lebih efektif. Setidaknya formula obat yang dibuat bias lebih tepat lagi ,
demikian juga dengan terapi lain seperti konsultasi dan bercakap-cakap
dengan remaja yang memiliki kecendrungan bunuh diri .
Dalam otak kita terdapat berbagi jaringan , termasuk pembuluh darah.
Didalamnya juga terdapat serotonin,adrenalin,dan dopamin. Ketiga cairan
dalam otak itu bias menjadi petunjuk dalam neurotransmitter ( gelombang
atau gerakan dalam otak ) kejiwaan manusia. Karena itu harus diwaspadai bila
terjadi peningkatan kadar ketiga cairan itu didalam otak. Biasanya bila dilihat
dari otopsi pada korban kasus bunuh diri (suicide) , cairan otak tinggi ,
terutama serotonin.
Banyak hal yang membuat sesorang mengalami stess atau depresi.
Sebagai contoh , adanya masalah yang membebani sesorang sehingga terjadi
stess atau depresi .Itulah yang sering membuat kadar cairan otak meningkat.
Semua orang memiliki metabolisme tersediri, didalam tubuh sering kali sering
kali terjadi proses seperti terbentunya suatu protein . Protein tersebut
kemudian menjadi enzim yang kadang-kadang mempengaruhi reaksi kimia
dan berpengaruh terhadap proses metaboisme tertentu. Pengaruh itu yang bisa
mengakibatkan perubahan pada zat kimia didalam otak.
b. Faktor Meniru,Imitasi,Dan Pembelajaran
Gangguan kejiwaan memang dipengaruhi pula oleh factor genetik.
Prosesnya memang tidak otomatis, jadi lewat proses.Proses yang berlangsung
ialah secara genetik yang mempengaruhi proses biologis juga . Dalam kasus
bunuh diri , dikatakan adalah proses pembelajaran. Pada korban memiliki
pengalaman dari slah satu keluarganya yang pernah melakukan percobaan
bunuh diri atau meningga karena bunuh diri . Tidak hanya itu, bias juga terjadi
pembelajaran dari pengetahuan lainnya. Soal bunuh diri, yang terlibat
memang bukan kejiwaan saja. Proses pembelajaran ini merupakan asupan
yang masuk kedalam memori seseorang. Seperti rekaman lagu di disket,
begitu pula memori yang selalu melekat diingatankita tentang berbagai
peristiwa. Memori itu bias menyebabkan perubahan kimia lewat pembentukan
protein-protein yang erat kaitanya dengan memmori. Pada tahap itu, bias saja
proses rekaman dimemori dihambat. Itu dilakukan dengan terapi dan
perawatan. Kita perlu perhatikan bahwa orang yang pernah mencoba bunuh
diri dengan cara yang lebih soft ( halus ) , seperti minum racun, bisa
melakukan cara lain yang lebih hard ( keras) yang pertama bila yang
sebelumnya tidak berhasil. Dia akan terus melakukannya dan meningkatkan
kadar caranya bila usaha bunuh dirinya tidak berhasil.
c. Faktor isolasi social dan Human Relations
Secara kualitatif mendapati pelajar bermasalah yang cenderung
membunuh diri terdiridaripada mereka yang mempunyai tingkah laku
terpinggir. Secara umum, stess muncul karena kegagalan beradaptasi. Ini dapat
terjadi dilingkunganb pekerjaan , keluarga, sekolah,terisolasi,kehilangan
hubungan atau terputusnya hubungan dengan orang yang disayangi. Padahal
hubungan interpersonal merupak sifat alami manusia . Bahkan keputusan
bunuh diri juga bias dilakukan karena perasaan bersalah.
d. Faktor Hilangnya Perasaan Aman Dan Ancaman Kebutuhan Dasar
Penyebab bunuh diri adalah rasa tidak aman.
e. Faktor Religiusitas
Dalam ajaran islam , bunuh diri termasuk perbuatan haram dan
dianggap mendahului ketentuan Tuhan. Azab perbuatan ini menyeramkan
sekali. Memperkuat keimanan dan pendalaman masalah keagamaan, salah satu
jalan keluarnya. Bunuh diri, bias terjadi pada semua tahap usia, dengan
pencetus yang berbeda-beda. Sulitnya menghadapi lingkungan, kompetisi,
termasuk dalam hal pergaulan, bias memicu terjadinya bunuh diri pada remaja.
Sementara derita karena penyakit berat, rasa kesepian, dan tidak mendapat
perhatian, sering memicu kaum lansia untuk cepat-cepat meninggalkna dunia
fana ini.
Seseorang nekat bunuh diri arena adanya depresi. Bila dilihat lebih
jauh lagi, depresi timbul karena stess yang diakibatkan oleh rasa frustasi atau
distress ketika kebutuhan hidup yang muncul bersamaan dan bentrok serta
menjadi konflik. Jika pada saat kebutuhan social semakin besar dan tuntutan
untuk bisa memutuskan dengan baik juga tinggi, maka life skill seseorang
sedang dihadapkan pada pilihan yang bisa membuat dirinya distress atau
frustasi.
Sementara bila dilihat dari pekerjaan , faktor pencetusnya bisa akibat
terlalu banyaknnyaa beban yang harus diselesaikan dan berlangsung terus
menerus. Itu akan memicu seseorang merasa frustasi dan bila sampai depresi
berat bisa mendorong seseorang untuk bunuh diri. Indikator yang paling kuat
untuk orang yang ingin bunuh diri, adalah depresi. Umumnya kondisi itu
dibarengi dengan sikap menarik diri dari lingkungan , mood mulai menurun,
tidak ada gairah dan kekuatan lagi.
B. RENTANG RESPON
Rentang respon perlindungan diri berfluktuasi sepanjang respon adaptif
sampai maladaptive. Rentang respon peningkatan diri (self enchancemen)
merupakaqn rentang respon paling adaptif, sedangkan bunuh diri (suicied) sebagai
respon yang paling maladaptive.
Respon adaftif Respon maladaptive
Respon asptif Respon maladaptif
Peningkatan
diri
Pertumbuha
n
peningkatan
beresiko
Perilaku destruktif diri
tak langsung
Pencederaan
diri
Bunuh diri
Dalam kehidupan, individu selalu menghadaoi masalah atau stressor. Respon
individu terhadap stressor tergantung pada kemampuan pemecahan masalah yang
dimiliki dan tingkat stress yang dialaminya. Individu yang sehat senantiasa berespon
secara adaptif dan jika gagal ia berespon secara maladaptive dengan menggunakan
koping bunuh diri.
Rentang respon perlindungan diri yang adaptif, yaitu:
1. Self enhancement (pengembangan diri); menyayangi kehidupan diri; berusaha
selalu meningkatkan kualitas diri.
2. Growth-promoting risk taking ; berani mengambil resiko untuk meningkatkan
perkembangan diri.
Rentang respon maladaptive, meliputi:
1. Indirect self-destructive behavior; perilaku merusak diri tidak langsung; aktivitas
yang dapat mengancam kesejahteraan fisik dan berpotensi mengakibatkan
kematian, individu tak menyadari atau menyangkal bahaya aktivitas tersebut.
2. Self injury; mencederai diri; tak bermaksud bunuh diri tetapi perilakunya bias
mengancam jiwa.
3. Sucide atau bunuh diri; perilaku yang disengaja menimbulkan kematian diri;
individu sadar bahkan mengingatkan kematian.
Beck, Rawlins, dan Williams (1984; 499) mengemukakan bahwa individu
berharapan. Rentang putus harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif.
Adaptif Maladaptive
Harapan :
Yakin
Percaya
Inspirasi
Tetap hati
Putus Harapan:
Tidak berdaya
Putus asa
Apatis
Gagal dalam kehidupan
Ragu-ragu
Sedih
Depresi
Bunuh diri
Ketidakberdayaan, Keputusasaan dan apatis
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan
masalah karena merasa tidak mampu, seolah-olah koping yang bias bermanfaat sudah
tidak berguna lagi. Harga diri rendah, apatis dan tidak mampu mengembangkan
koping baru serta yakin tidak ada yang akan membantu.
Kegagalan hidup dan ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi yang tidak realistis akan
merasa gagal dan kecewa bila cita-citanya tidak tercapai. Dmikian pula bila individu
baru mengalami kehilangan pekerjaan, harga diri, pasangan dan perpisahan. Individu
akan merasa gagal, kecewa dan rendah diri yang semuanya dpat berakhir dengan
bunuh diri.
Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan
kesedihan dan rendah diri. Individu berfikir tentang bunuh diri saat depresi berat tapi
tidak tidak mempunyai tenaga untuk melakukannya. Biasanya bunuh diri terjadi pada
saat individu keluar dari keadaan depresi berat.
Bunuh diri
Merupakan tindaqkan agresif yang langsung ditujukan kepada diri sendiri untuk
maksud mengakhiri kehidupan. Keadaan ini didahului oleh respon maladaptive yang
telah dijelaskan sebelumnya. Bunuh diri mungkin keputusan akhir individu untuk
memecahkan masalah.
Menurut David A. Tomb (2003, hal. 85), mengemukakan pasien yang berpotensi
bunuh diri yaitu:
1. Pasien pernah mencoba bunuh diri.
2. Keinginan bunuh diri dinyatakan secara terang-terangan maupun tidak, atau
berupa ancaman. Misalnya pasien berkata “Saya tidak akan bertemu lagi
dengan kalian”.
3. Secara objektif terlihat mood depresi atau kecemasan.
4. Baru mengalami kehilangan yang bermakna (missal, pekerjaan, harga diri,
pasangan hidup).
5. Perubahan sikap yang mendadak: mudah marah, sedih atau menarik diri.
6. Perubahan perilaku yang tidak terduga, menyampaikan pesan-pesan,
membagikan barang-barang miliknya.
C. PROSES KEPERAWATAN
Situasi gawat pada pasien bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara
berulang tanpa rencana spesifik untuk bunuh diri. Asuhan keperawatan difokuskan
pada pencegahan bunuh diri. Pencegahan dapat tercapai karena semua individu yang
ingin bunuh diri ambivalensi terhadap kehidupannya dan individu sebenarnya tidak
ingin mati.
a. Pengkajian
Langkah awal, membuna hubungan selama wawancara yang sifatnya tidak
menghakimi pasien. Apabila pasien tidak menceritakan sendiri keinginannya, selidiki
adanya ide-ide bunuh diri melalui pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik,
misalnya, “apakah ibu merasa sedih?”. “apakah ibu pernah berfikir untuk mengakhiri
hidup?” “bagaimana caranya?”. Mengajukan pertanyaan mengenai bunuh diri tidak
akan mencetus terjadinya pristiwa itu.
1. Lingkungan dan upaya bunuh diri : perawat perlu mengkaji peristiwa yang
menghina atau menyakitkan, upaya persiapan, upaya verbal, catatan, lukisan,
memberikan benda berharga, obat, penggunaan kekerasan, racun .
2. Gejala : perawat mencatat adanya keputusan, celaan terhadap diri sendiri,
perasaan gagal dan tidak berharga, alam perasaan depresi, agitasi gelisah,
insomnia menetap, berat badan menurun, bicara lamban, keletihan, withrawl.
3. Penyakit psikiatik : upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif, zat adaktif,
depresi remaja, gangguan mental lansia.
4. Riwayat psikososial : bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan, stess
multiple ( pindah, kehilangan, putus hubungan, masalah sekolah, krisis
disiplin ) , penyakit kronik.
5. Factor kepribadian : impulsive, agresif, bermusuhan, kognisi negatif dan kaku,
putus asa, harga diri rendah, antisosial .
6. Riwayat keluarga : riwayat bunuh diri, gangguan afektif, alkoholisme.
b. Perilaku
Perilaku Ketidakpatuhan
Individu sadar alasan tidak patuh, merupakan tindakan yang merugikan diri
sendiri. Telah diperkirakan bahwa sebagian dari pasien tidak patuh dengan rencana
pengobatan kesehatan mereka. Perilaku yang terkait ditunjukan dengan meremehkan
keseriusan terhadap masalah, adanya penyakit kronik yang ditandai dengan periode
asimtomatik, mencari mukjizat kesembuhan penyakitnya, sering berganti petugas
kesehatan dan rasa bersalah yang mengganggu asuhan keperawatan.
Perilaku mencederai diri
Mencederai diri adalah suatu tindakan mencederai diri sendiri yang dilakukan
dengan sengaja, tanpa bantuan orang lain. Bentuk mencederai diri termasuk
memotong atau membakar kulit, membenturkan kepala, mengorek-ngorek luka dan
menggigit jari. Perilaku ini sering ditunjukan pada klien retardasi mental, psikotik dan
gangguan kepribadian.
Perilaku bunuh diri
Semua bentuk perilaku bunuh diri baik ancaman, usaha ataupun perilaku
bunuh diri harus ditanggapi secara serius apapun tujuannya. Namun perhatian lebih
ditujukan ketika seseorang merencanakan atau mencoba dengan cara yang paling
mematikan seperti dengan menembak diri, memotong urat nadi, menabrakan diri
kekendaraan atau terjun dari ketinggian. Cara yang kurang mematikan seperti minum
racun serangga dan menggantungkan diri memberikan waktu untuk mendapatkan
pertolongan saat dilakukan tindakan bunuh diri.
Berdasarkan besar kemungkinan individu melakukan bunuh diri, maka bunuh diri dibagu
menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Ancaman bunuh diri (suicide threats)
Merupakan peringatan verbal atau non verbal bahwa seseorang tersebut
mempertimbangkan bunuh diri. Indvidu akan mengatakan bahwa hidupnya tidak akan
lama lagi atau mungkin menunjukkan respon non verbal dengan memberikan barang-
barang yang dimilikinya. Misalnya dengan mengatakan “tolong jaga anak-anakku
karena saya akan pergi jauh” atau “segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”.
Perilaku ini harus dipertimbngkan dalam konteks pristiwa kehidupan saat ini.
Ancaman menunjukan ambivalensi seseorang tentang kematian.
2. Percobaan bunuh diri (suicide attempts)
Klien sudah melakukan percobaan bunuh diri. Semua tindakan terhadap diri
sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian, jika tidak
dilakukan pertolongan segera. Pada kondisi ini pasien aktif melakukan bunuh diri
dengan berbagai cara seperti gantung diri, minum racun, memotong urat nadi atau
menjatuhkan diri dari tempat tinggi.
3. Completed suicide
Terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan
upaya bunu diri dan tidak benar-benar mati mungkin akan mati, jika ia tidak
dtemukan tepat pada waktunya.
c. Faktor predisposisi
Beberapa fakto predisposisi perilaku bunuh diri meliputi:
a) Diagnose medis; gangguan jiwa
Diagnose medis gangguan jiwa yang berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan
afektif, penyalah gunaan zat dan schizophrenia. Lebih dari 90% orang dewasa
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mengalami gangguan jiwa.
b) Sifat kepribadian
Sifat kepribadian yang meningkatkan risiko bunuh diri yaitu suka bermusuhan,
impulsive, kepribadian anti social dan depresif.
c) Lingkungan psikososial
Individu yang mengalami kehilangan dengan proses berduka yang
berkepanjangan akibat perpisahan atau bercerai, kehilangan barang dan
kehilangan dukungan social merupakan faktor penting yang mempengaruhi
individu untuk melakukan tindakan bunuh diri.
d) Riwayat keluarga
Keluarga yang pernah melakukan tindakan bunuh diri dan konflik yang terjadi
dalam keluarga merupakan faktor penting untuk melakukan bunuh diri.
e) Faktor biokimia
Menurunnya neurotransmitter serotonin, opiat dan dopamine dapat
menimbulkan perilaku destruktif-diri.
d. Stressor pencetus
Bunuh diri dapat terjadi karena stress berlebihan yang dialami individu.
Faktor pencetus sering kali berupa peristiwa kehidupan yang memalukan
seperti masalah hubungan interpersonal, dipermalukan didepan umum,
kehilangan pekerjaan, aancaman penahanan dan dapat juga pengaruh
media yang menampilkan peristiwa bunuh diri.
e. Sumber koping
Perlu dikaji adalah dukungan masyarakat terhadap klien dalam
memecahkan masalah seringkali membutuhkan bantuan orang lain.
f. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak diri tak
langsung adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi dan regresi.
Seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri adalah individu telah gagal
menggunakan pertahanan diri sehingga bunuh diri sebagai jalan keluar
menyelesaikan masalah hidupnya.
g. Intensitas bunuh diri
Intensitas bunuh diri yang dikemukakan oleh Bailey dan Dreyer
(1997).
Suicidal Intention Rating Scale
Skor Intensitas
0 Tidak ad aide bunuh diri yang lalu atau sekarang
1 Ada ide bunuh diri,
Tidak ada percobaan bunuh dri,
Tidak mengancam bunuh diri
2 Memikirkan bunuh diri dengan aktif
Tidak ada percobaan bunuh diri
3 Mengancam bunuh diri, misalnya “tinggalkan saya sendiri atau
saya bunuh diri”.
4 Aktif mencoba bunuh diri.
Pohon masalah
Resikio mencederai diri
Isolasi social : menarik diri
Gangguan alam perasaan : depresi
Pengkajian tingkat resiko bunuh diri
Perilaku atau Gejala Intensitas Resiko
Rendah Sedang Tinggi
1. Cemas Rendah Sedang Tinggi atau panik
2. Depresi Ringan Sedang Berat
3. Isolasi- menarik
diri
Perasaan depresi
yang samar, tidak
menarik diri.
Perasaan tidak
berdaya, putus asa,
menarik diri
Tidak berdaya, putus
asa, menarik diri,
protes pada diri
sendiri
4. Dungsi sehari-
hari
Umumnya baik pada
semua aktivitas
Baik pada beberapa
aktivitas
Tidak baik pada
semua aktivitas
5. Sumber Beberapa Sedikit Kurang
6. Strategi koping Umumnya konsruktif Sebagian konstruktif Sebagian besar
dekstruktif
7. Orang dekat Beberapa Sedikit atau hanya
satu
Tidak ada
8. Pelayanan
psikiatri yang lalu
Tidak, sikap positif Ya, umumnya
memuaskan
Bersikap negative
terhadap pertolongan
9. Pola hidup Stabil Sedang Tidak stabil
10. Pemakai alcohol /
obat
Tidak sering Sering Terus - menerus
11. Percobaan bunuh
diri sebelumnya
Tidak atau yang tidak
fatal
Dari tidak sampai
dengan cara yang
Dari tidak sampai
berbagai cara yang
agak fatal fatal
12. Disorientasi dan
disorganisasi
Tidak ada Sedikit Jelas atau ada
13. Bermusuhan Tidak atau sedikit Beberapa Jelas atau ada
14. Rencana bunuh
diri
Samar, kadang
kadang ada pikiran,
tidak ada rencana
Sering dipikirkan,
kadang-kadang ad
aide untuk
merencanakan
Sering/kadang
dipikirkan, ada
rencana spesifik
h. Diagnosa keperawatan
Resiko tinggi mutilasi diri/ kekerasan pada diri sendiri sehubungan dengan
takut terhadap penolakan.
Penyesuaian, Gangguan
Ansietas
Citra tubuh, Gangguan
Koping Ketidakefektifan
Kesepian, Resiko
Ketidakpatuhan
Harga diri, Rendah siyuasional
Harga diri, Resiko rendah situasional
Perilaku mencederai diri
Perilaku mencederai diri, Resiko
Distress spiritual
Buuh diri risiko
Perilaku kekerasan, Resiko terhadap diri sendiri
i. Perencanaan
Tujuan yang diharapkan pasien tidak akan membahayakan diri sendiri
secara fisik. Rencana asuhan keperawatan untuk individu dengan perilaku
unuh diri difokuskan untuk melindungi pasien dari perilakunya yang dapat
membahayakan diri.rencana keperawatan juga mencakup pemberian
penyuluhan tentang penyakit.
j. Intervensi
Tujuan jangka pendek Intervensi Rasional
Pasien tidak akan
melakukan aktivitas
yang mencederai
dirinya.
Observasi dengan ketat
Pindahkan benda yang
membahayakan
Siapkan lingkungan yang aman
Kontrak untuk keamanan jika
tepat
Pantau pengobatan
Prioritas tertinggi diberikan pada
aktivitas penyelamatan hidup
pasien.
Perilaku pasien harus diawasi
sampai kendali diri memadai untuk
keamanan.
Pasien akan
mengidentifikasi aspek
positif pada dirinya.
Identifikasi kekuatan pasien
Ajak pasien untuk berperan
serta dalam aktivitas yang
disukai dan dapat dilakukannya
Dukung hygiene yang baik dan
berhias
Tingkatkan hubungan
interpersonal yang sehat.
Perilku destruktif diri
mencerminkan depresi yang
mendasar dan terkait dengan harga
diri rendah serta kemarahan
terhadap diri.
Pasien akan
mengimplementasikan
dua respon proteksi
diri yang adaptf.
Perudah kesadaran, penamaan
dan ekspresi perasaan.
Bantu pasien mengenal
mekanisme koping yang tidak
sehat.
Identifikasi alternative cara
koping.
Beri imbalan untuk perilaku
koping yang sehat.
Mekanisme koping maladaptive
harus diganti dengan mekanisme
koping yang sehat untuk mengatasi
stress dan ansietas.
Pasien akan
mengidentifikasi dua
sumber dukungan
social yang bermanfaat
Bantu orang terdekat untuk
berkomunikasi secara
kontruktif dengan pasien.
Tingkatkan hubungan keluarga
yang sehat.
Identifikasi sumber komunikasi
yang relevan.
Lakukan rujukan ke sumber
komunikasi.
Isos menyebabkan harga diri
rendah dan depresi, mencetuskan
perilaku destruktif diri.
Pasien akan mampu
menjelaskan rencana
pengobatan dan
rasionalnya.
Lihat pasien dan orang terdekat
dalam perencanaan asuhan.
Jelaskan karakteristik dari
kebutuhan pelayanan kesehatan
yang telah diidentifikasi
kebutuhan asuhan keperawatan,
diagnosis medis, pengobatan
dan medikasi yang
direkomendasikan.
Dapatkan respon terhadap
rencana asuhan keperawatan.
Modifikasi rencana
berdasarkan umpan balik
pasien.
Pemahaman dan peran serta dalam
perencanaan pelayanan kesehata
mengingatkan kepatuhan.
h. Lakukan implementasi khusus
Semua ancaman bunuh diri secara verbal dan verbal harus ditanggapi
serius oleh perawat. Laporkan sesegera mungkin dan lakukan tindakan
pengamanan.
Jauhkan semua benda yang berbahaya dari lingkungan klien .
Jika klien beresiko tinggi untuk bunuh diri, observasi secara ketat
meskipun ditempat tidur/kamar mandi.
Observasi dengan cermat saat klien minum obat, periksa mulut, pastikan
bahwa obat sudah ditelan, berikan obat dalam bentuk cair bila
memungkinkan .
Jelaskan semua tindakan pengamanan kepada klien, kmunikasikan
perthatian dan kepedulian perawat .
Waspadai bila klien terlihat tenang sebab mungkin saja ia telah selesai
merencanakan untuk bunuh diri.
Contoh Strategi Pelaksanaan Keperawatan Jiwa
Strategi Pelaksanaan Terhadap Klien Dengan Resiko Bunuh Diri
Oleh kelompok 6
1. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
2. Tujuan Keperawatan
a. Tujuan Umum
Klien dapat tetap aman dan selamat
b. Tujuan Khusus
Klien dapat mendapatkan perlindungan dari lingkungan
Klien dapat mengungkapkan perasaan
Klien dapat mengungkapkan penyelesaian masalah yang baik
3. Tindakan Keperawatan
Identifikasi benda-benda yang dapat membahayakan klien
Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
Mengajarkan cara-cara mengendalikan dorongan bunuh diri
Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
B. Startegi Komunikasi ( Pertemuan ke-1)
1. Fase Orientasi
Salam: ” Selamat pagi.” Perkenalkan nama saya suster Rachel, saya adalah suster yang
akan merawat anda selama saya berada disini.” Nama anda siapa?” Lebih senang dipanggil
apa?” Baiklah saya panggil Siska saja ya?”
Evaluasi Validasi:” Bagaimana perasaan anda hari ini?” Apakah ada yang ingin Siska
ceritakan ke suster?” Siapa tau saya bisa membantu masalah yang sedang Siska hadapi saat
ini.”
Kontrak: “ Bagaimana Siska?” Apakah hari ini Siska ada waktu?” Bisakah kita
berbincang-bincang sebentar?” Siska maunya sekitar berapa lama?” Kalau sekitar 15 menit
bagaimana Sis?” Baiklah kalau begitu saya setuju.” O ya Sis kita mau disini saja atau
ditempat yang lain?” OK, kalau Siska maunya disini saja.”
2. Fase Kerja
“ Siska, bagaimana perasaan Siska saat ini?” Apakah karena musibah yang menimpa Siska
saat ini, Siska adalah orang yang paling menderita didunia? “Apakah karena ini Siska
kehilangan kepercayaan diri?” Apakah Siska merasa bersalah atau mempersalahkan diri
sendiri?” Apakah Siska berniat untuk menyakiti diri Siska sendiri?” Apakah Siska pernah
mencoba bunuh diri?” Apa sebabnya?” Bagaimana caranya?” Apa yang Siska Rasakan?”
Baiklah tampaknya Siska membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk
mengkhiri hidup.” Siska, suster perlu memeriksa seluruh isi kamar ini untuk memastikan
tidak ada benda-benda yang dapat membahayakan Siska ya?’”Karena Siska tampaknya masih
memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup Siska, saya tidak akan membiarkan
Siska sendiri”. ”Apa yang Siska lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?”. ”Kalau
keinginan itu muncul, Siska harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini
dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi Siska jangan sendirian ya, katakan
kepada teman perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.”
”Saya percaya Siska dapat mengatasi masalah.”
3. Fase Terminasi
Evalauasi Subyektif: “ Bagaimana keadaan Siska hari ini setelah berbincang-bincang dengan
suster mengenai masalah yang Siska hadapi?”
Evaluasi Obyektif: “Coba, Siska ulangi apa saja yang suster beri tahu tadi kepada Siska, “ Ya,
benar sekali ya Siska pintar sekali.”
Rencana Tindak Lanjut: “ Siska, nanti kalau siska ada keinginan untuk mengakhiri hidup
Siska, Siska bisa melakukan yang suster bilang tadi ya?” Menemui keluarga atau perawat
agar Siska tidak sendirian. Nanti siang suster akan kembali lagi untuk menjelaskan
bagaimana berharganya hidup Siska itu.” Bagaimana Siska?”
Kontrak:” Baiklah, karena waktu kita sudah habis, suster akan permisi dulu ya?” Nanti siang
Siska bisanya jam berapa?” Maunya dimana kita berbincang-bincang lagi?” Ok. Baiklah
suster permisi dulu ya.” Selamat Pagi!”
Proses Keperawatan (Pertemuan ke-2)
1. Kondisi Klien
a. Data Subyektif
Mengatakan isyarat bunuh diri
Keadaan psikologi klien buruk
b. Data Obyektif
Menangis
Suka melamun
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko Bunuh Diri
3. Tujuan Keperawatan
a. Tujuan Umum
Klien tetap dalam keadaan aman dan selamat
b. Tujuan Khusus
Klien dapat mengetahui aspek positif yang dimiliki
Klien dapat berpikir positif tentang diri
Klien dapat mengetahui bahwa ia adalah individu yang berharga
4. Tindakan Keperawatan
Mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki oleh klien
Mengajarkan cara berpikir yang positif teradap klien
Mengajarkan kepada klien bahwa ia adalah individu yang berharga
Strategi Komunikasi(Pertemuan ke-2)
1. Fase Orientasi
Salam: “ Selamat siang Siska?” Masih ingat dengan suster kan?”
Evaluasi validasi: “ Bagaimana keadaan Siska siang ini?” Ada yang ingin diceritakan kepada
suster?”
Kontrak: Baiklah kalau tidak ada, bagaimana kalau kita berbincang-bincang mengenai betapa
berharganya hidup itu?” Siska maunya kita berapa lama berbincang-bincangnya?”
Bagaimana kalau 15 menit? Siska setuju?” Siska maunya dimana ? O, ditaman saja ya?”
Baiklah.
2. Fase Kerja
“Siska, dalam hidup Siska apa saja yang perlu Siska syukuri?” Siapa saja yang akan sedih
dan rugi kalau Siska meninggal?” Coba suster ingin tau dan ingin mendengar hal-hal apa saja
yang baik dalam kehidupan Siska?” Keadaan yang bagaimana yang dapat membuat Siska
merasa puas?” Iya suster liat kehidupan Siska baik kok.” Dan itu patut Siska syukuri. “ Coba
Siska sebutkan lagi kegiatan apa saja yang masih dapat Siska lakukan selama ini?”.
Bagaimana kalau kita latih kemampuan Siska?” Setuju kan ?” YA, baik sekali Siska.”
3. Fase Terminasi
Evaluasi Subyektif: “ Bagaimana perasaan Siska setelah kita berbincang-bincang?” Merasa
sedikit lega?”
Evaluasi Obyektif:” Coba Siska ulangi lagi apa saja kegiatan yang baik dalam kehidupan
Siska?” wah, bagus sekali Siska.”
RTL: “ Siska,tolong ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan Siska jika terjadi
dorongan mengakhiri kehidupan ya.” Bagus. Coba,ingat-ingat lagi hal-hal lain yang masih
Siska miliki dan perlu disyukuri! Besok jam 8 kita bahas tentang cara mengatasi masalah
dengan baik. Tempatnya dimana? Baiklah. Tapi kalau ada perasaan-perasaan yang tidak
terkendali segera hubungi saya ya!” Selamat Siang”
Daftar Pustaka
http://chelsyarachel.blogspot.com/2012/02/contoh-sp-keperawatan-jiwa.html
http://www.google.co.id/imgres?