Download - Kongres Konghucu Di Medan
Forum Umat Islam (FUI), dibantah oleh Ketua FUI Sumut, Sudirman Timsar Zubil.
Bantahan itu disampaikan Sudirman kepada wartawan, di Medan, Minggu (03/06/2012). Ia menjelaskan kalau dirinya tidak turut serta dalam aksi demo tersebut. “Sebelum aksi demo tersebut digelar, saya telah mengirimkan SMS kepada sejumlah pengurus inti FUI Sumut yang isinya menyebutkan bahwa FUI Sumut secara kelembagaan tidak turut dalam aksi demo hari ini,” terangnya sembari mengirim ulang SMS itu kepada wartawan.
SMS tersebut berbunyi : “mengingat sempitnya waktu dan pentingnya persoalan maka saya sampaikan kepada semua pengurus FUI Sumut bahwa FUI Sumut secara kelembagaan tidak turut dalam aksi demo hari ini”
Alasan FUI Sumut tidak turun dalam aksi demo pada Jumat, 01 Juni 2012 lalu, lanjut Sudirman menjelaskan, pertama, karena Islam menghormati hak-hak kelompok lain diluar agama Islam maupun hak-hak agama lain diluar agama Islam. “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku,Laa kum Diennu kum waa lii yadinn, kendati kelompok maupun agama lain tersebut minoritas hak mereka dalam berkeyakinan dan beragama tersebut dihormati dan dilindungi,” tegas Sudirman.
Kong Hu Cu, imbuhnya, adalah sebuah keyakinan beragama yang diakui secara resmi di Indonesia. Oleh karena itu menurutnya tidak ada alasan untuk menghalang-halangi kongres agama Kong Hu Cu yang disebut-sebut akan digelar dalam skala internasional di Hotel Emerald Garden Jalan Putri Hijau, Medan.
Ia juga mengingatkan Panitia Pelaksana Kongres Kong Hu Cu Sedunia yang berencana melaksanakan kongres tersebut di Hotel Emerald Garden Medan, agar mempertimbangkan kembali menggelar kongres di hotel tersebut sebab pemilik hotel itu adalah juga pemilik perusahaan PT. Jatimasindo, perusahaan yang disebutnya secara nyata terlibat dalam kasus penghancuran masjid-masjid di Medan.
Sedikitnya empat puluh elemen umat Islam yang tergabung dalam Forum Aliansi Umat Islam menolak kongres Konghucu yang akan digelar di Medan. Aspirasi ini disampaikan perwakilan umat Islam kepada Pemerintah Kota Medan dengan alasan, penyelenggaraan kegiatan yan akan dilakukan di hotel Emerald itu sangat dekat jaraknya dengan masjid Raudhatul Islam yang telah dirobohkan oleh pengembang.
"Kami bukan menolak keberadaan Konghucu. Tapi kami menolak kongres Konghucu yang akan digelar di hotel Emerald di depan masjid yang sudah dirobohkan. ini jelas telah menghina umat Islam dan memancing kemarahan umat Islam tidak ada lagi kearifan lokal di situ," kata seorang pengunjukrasa, Rafdinal, kemarin.
Dikatakan Rafdinal, alangkah bijaknya kalau Pemko Medan dapat mengalihkan kegiatan tersebut ke lokasi yang lain. Rafdinal juga
menambahkan, pihaknya bukan menolak keberagaman tumbuh namun karena kongres yang akan dilakukan itu sama sekali tidak memperdulikan masalah yang dihadapi umat Islam. Forum Umat islam meminta Pemprov Sumut menyelesaikan masalah masjid Raudhatul Islam dan Masjid Chairiyah yang telah dihancurkan, barulah kongres Konghucu bisa digelar di Medan.
Koordinator Aksi, Anggi Ramadan mengatakan, alasan pemerintah yang akan menggelar kongres Konghucu untuk mendukung visit medan years juga dinilai terlalu mengada-ada. "Kongres Konghucu di Medan untuk mendukung visit medan years adalah alasan yg dibuat-buat. Kalau Pemkot mau membenahi kota ini jelas investasi pasti akan masuk. Ini tidak, Konghucu seperti dianak emaskan sementara permasalahan umat Islam tak diselesaikan," jelas Anggi.
pelaksanaan Kongres Konghucu Sedunia di Medan. Kongres yang
diperkirakan bakal diikuti 20 negara itu seyogianya digelar pada 23-24 Juni
2012.
Ketua Panitia Kongres Andy Wiranta SE mengatakan, alasan pembatalan
karena banyak elemen masyarakat yang tidak menyetujui kongres
dilaksanakan di Medan.
“Selanjutnya, persoalan kongres kami serahkan kepada Majelis Tinggi
Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) untuk menyelenggarakannya,” kata
Ardy Wiranata, Selasa (19/6) sore.
Sementara untuk Festival Bakcang dan Barongsai, lanjut Andy, kegiatan itu
merupakan agenda Pemerintah Kota Medan dalam hal ini Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata. “Festival itu tetap digelar dalam rangka
pencanangan kunjungan wisata Kota Medan atau Visit Medan Year 2012,”
ungkapnya.
Hanya saja festival ini, menurutnya bukan dilaksanakan MKKI, namun oleh
Event Organizer yang ditunjuk melalui tender di Disbudpar Kota Medan
mengingat dana festival berasal dari APBD tahun 2012.
Hal ini sesuai surat dari Disbudpar Kota Medan Nomor.450/750 tertanggal
9 Maret 2012 yang ditandatangani Busral Manan selaku kepala dinas.
“Jadi saya tegaskan di sini MKKI hanya memfasilitasi, bukan pelaksana. Jadi
di sini MKKI tidak ada proyek seperti yang diduga oleh sejumlah oknum
yang tidak bertanggung jawab. Ini hanya pengabdian semata demi
suksesnya Festival Bakcang dan Barongsai yang merupakan program
Pemko Medan,” tegasnya.
Secara terpisah Direktur Aliansi Sumut Bersatu Veryanto Sitohang
mengaku kecewa atas batalnya Kongres Khonghucu Sedunia di Medan.
“Tentunya kami kecewa, batalnya acara ini membuktikan bahwa negara
telah tunduk terhadap elemen-elemen tertentu dan seharusnya hal ini tidak
terjadi,” ucapnya.
Dilanjutkannya, sesuai dengan pasal 28 dan 29 UUD 1945 bahwa setiap
warga negara bebas berserikat dan beragama. Khonghucu merupakan salah
satu dari enam agama yang diakui Pemerintah Republik Indonesia melalui
Keputusan Presiden No 6 Tahun 2000.
“Jadi ketika salah satu agama sudah dilarang melakukan kegiatan
menyangkut agama oleh elemen tertentu, berarti negara gagal dalam
menjalankan tugasnya. Seharusnya, pemerintah daerah khususnya Pemko
Medan memberikan perlindungan penuh kepada warga dalam menjalankan
aktivitas beragama,” ujarnya.
Aliansi Sumut Bersatu, lanjutnya, akan melayangkan surat kepada aparat
kepolisian Kota Medan dan mempertanyakan kenapa pihak kepolisian tidak
memberikan jaminan keamanan dan perlindungan saat terjadi kerusuhan
beberapa waktu lalu.