Komparatif Efisiensi Pada BPR Syariah dan BPR Konvensional
di Tangerang dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Siti Fazary Sugiani
NIM : 1113046000145
KONSENTRASI EKONOMI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/ 2018 M
v
ABSTRACT
Efficiency of industry banking the function is very important for banking
system to healthy, strong and stable. BPR is also a part of the banking system that
has a big role in encouraging economic growth. This research aims to analyze and
compare the efficiency level of BPR Sharia and BPR Conventional in Tangerang.
The research method used is quantitative analysis using Data Envelopment
Analysis (DEA) approach. The research used are 8 samples of BPR in Tangerang
are 4 BPR Sharia dan 4 BPR Conventional on period 2014-2016. The results in
this research showed that, BPR Sharia more efficient than BPR Konventional,
however there is no significant differences efficiency value between BPR Sharia
and BPR Conventional in Tangerang. As for the average of optimum efficiency
in BPR Sharia is at 98% points. Whereas, in BPR Konventional the average of
optimum efficiency is only at 97% points. This research is expected to be useful
for benchmarking in other financial institutions in different areas.
Keywords : BPRS, BPR, Efficiency, DEA Method. Advisor : Dr. Euis Amalia, M. Ag Bibliography : Year 2004 s.d 2017.
vi
ABSTRAK
Efisiensi pada industri perbankan berperan sangat penting untuk sistem
perbankan yang sehat, kuat dan stabil. BPR juga merupakan bagian dari sistem
perbankan yang mempunyai peranan besar dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan tingkat
efisiensi BPR Syariah dan BPR Konvensional di Tangerang. Metode penelitian
yang digunakan ialah analisis kuantitatif dengan menggunakan pendekatan Data
Envelopment Analysis (DEA). Penelitian ini menggunakan 8 sampel BPR di
Tangerang yakni 4 BPR Syariah dan 4 BPR Konvensional pada periode 2014-
2016. Temuan penelitian menunjukkan bahwa, BPR Syariah lebih efisien
dibandingkan dengan BPR Konvensional, namun tidak ada perbedaan yang
signifikan nilai efisiensi antara BPR Syariah dan BPR Konvensional di
Tangerang. Adapun secara rata-rata efisiensi optimum pada BPR Syariah yaitu
pada titik 98%. Sedangkan, pada BPR Konvensional secara rata-rata efisiensi
optimum yaitu hanya pada titik 97%. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk
benchmarking pada lembaga keuangan lainnya diwilayah yang berbeda-beda.
Kata kunci : BPRS, BPR, Efiensi, Metode DEA. Pembimbing : Dr. Euis Amalia, M. Ag Daftar Pustaka : Tahun 2004 s.d 2017.
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya
meskipun terdapat banyak kekurangan. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah memberi petunjuk kepada
umatnya menuju kehidupan yang bahagia fiddun yaa wall aakhirat.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa uluran tangan pihak-
pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan . Ucapan rasa hormat
yang setinggi-tingginya dan terima kasih setulus-tulusnya atas segala kepedulian
mereka yang telah memberikan berbagai bentuk bantuan baik berupa sapaan
moril, kritik, masukan, dorongan semangat, dukungan finansial, maupun
sumbangan pemikiran, dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag. Selaku Dosen pembimbing Skripsi penulis,
yang sangat sabar dalam membimbing penulis dalam menulis skripsi
sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Selain itu, berbagai
motivasi, ilmu, dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis
sehingga penulis mendapatkan pelajaran berharga yang bermanfaat untuk
masa depan. Semoga Allah membalas kebaikan Ibu berupa limpahan
rezeki dan keberkahan dunia dan akhirat.
2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A. selaku Ketua Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A. selaku
Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Kepada Muhammad Dr. Syahrul A’dam, M. Ag. selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan waktu
luangnya untuk berkonsultasi mengenai masalah akademik selama penulis
menjadi mahasiswa.
viii
5. Kepada seluruh dosen dan karyawan akademik Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama menempuh
pendidikan di bangku kuliah.
6. Kepada kedua orang tuaku Bapak H. Supandi, Yusuf Firdaus dan Ibu
Cahya Nuryanni, dan adikku tercinta Robi Nugraha Qudus dan Al Rizky
Abdul Aziz, yang telah memberikan do’a, dukungan. Semoga kebaikan
kalian dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT berupa keberkahan dunia
dan akhirat.
7. Kepada sahabat-sahabat teman semasa perkuliahaan yang terdiri dari Nur
Alim Amalkhan, Icha Chairunnisa, Fitri Handayani, Irma Apriyanti, Siti
Briza Alma dan Farah Chairunnisa yang telah meringankan beban penulis
selama masa skripsi. Terimakasih untuk kalian.
8. Kepada seluruh Teman-teman Perbankan Syariah D Tahun 2013 yang
telah membantu penulis selama proses skripsi, terutama kepada Fitri
Handayani dan Diana Oktavia yang telah banyak membantu penulis dan
yang selalu memotivasi penulis.
9. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Dengan demikian, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas semua pihak
yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga
Allah Swt membalas yang terbaik dan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi
seluruh masyarakat dan menyumbangkan aspirasi bagi perkembangan industri
keuangan syariah.
Jakarta, 11 Januari 2018
Siti Fazary Sugiani
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ............................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ............................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ........................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah.................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
G. Sistematika Penulisan .................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Bank Perkreditan Rakyat ............................................................. 10
B. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ............................................... 13
C. Perbedaan BPR Syariah dan BPR Konvensional .......................... 14
D. Laporan Keuangan....................................................................... 16
E. Konsep Efisiensi .......................................................................... 17
x
F. Review Studi Terdahulu .............................................................. 23
G. Kerangka Konsep ........................................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 30
B. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 30
C. Populasi dan Sampel ................................................................... 31
D. Metode Analisis Data.................................................................. 32
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Penelitian ......................................................... 37
B. Analisis Efisiensi BPR ................................................................. 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 52
B. Saran ........................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 55
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan BPR Di Indonesia ............................................... 2
Tabel 1.2 Perkembangan BPRS Di Indonesia ............................................. 2
Tabel 2.1 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil ................................................ 15
Tabel 3.1 Daftar BPR Syariah dan BPR Konvensional ............................... 31
Tabel 3.2 Spesifikasi Variabel Input dan Output dalam Penelitian .............. 34
Tabel 4.1 Variabel Input dan Output BPR Periode 2014 ............................. 38
Tabel 4.2 Variabel Input dan Output BPR Periode 2015 ............................. 38
Tabel 4.3 Variabel Input dan Output BPRS Periode 2016 ........................... 39
Tabel 4.4 Variabel Input dan Output BPRS Periode 2014 ........................... 39
Tabel 4.5 Variabel Input dan Output BPRS Periode 2015 ........................... 40
Tabel 4.6 Variabel Input dan Output BPRS Periode 2016 ........................... 40
Tabel 4.7 Skor Efisiensi BPR Tahun 2014-2016 ......................................... 41
Tabel 4.8 Skor Efisiensi BPRS Tahun 2014-2016 ....................................... 42
Tabel 4.9 Target Efisiensi BPR Central Artha Rezeki Desember 2016 ........ 44
Tabel 4.10 Target Efisiensi BPRS Mulia Berkah Abadi 2014 ....................... 48
xii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Gambar 2.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 29
Grafik 4.1 Tingkat Efisiensi Rata-Rata BPR dan BPRS Di Tangerang
Pada Tahun 2014-2016 ............................................................. 43
Grafik 4.2 Pergerakkan Rata-Rata Tahunan Efisiensi BPR Central
Artha Rezeki ............................................................................ 44
Grafik 4.3 Pergerakkan Rata-Rata Tahunan Efisiensi BPRS Mulia
Berkah Abadi ........................................................................... 47
Grafik 4.4 Total Potential Improvement BPR dan BPRS Di Tangerang ..... 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan yang segmen pasarnya lebih banyak pada pengusaha UKM (Usaha
Kecil dan Menengah) adalah Bank Perkreditan Rakyat. BPR adalah lembaga
keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka,
tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan
dana dalam bentuk kredit atau dalam bentuk lain dalam meningkatkan taraf hidup
masyarakat yang melaksanakan kegiatan usahanya melalui prinsip konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.1
Dalam prakteknya, kegiatan operasional BPR Syariah dan BPR Konvensional
sama-sama memiliki kegiatan utama bank yaitu layanan keuangan berupa
penghimpunan dana (funding), penyaluran dana (lending), dan produk jasa yang
diberikan lembaga kepada nasabah. Pada dasarnya BPR Syariah dan BPR
Konvensional memiliki prinsip yang sama, namun yang membedakannya yaitu
pada BPR Syariah tidak ada bunga yang ada hanyalah bagi hasil dalam
pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada
lembaga dan/ atau yang diberikan oleh lembaga kepada nasabah. Bank syariah
tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun
membebankan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga
merupakan riba yang diharamkan.
BPR merupakan bagian dari sistem perbankan yang mempunyai andil yang
cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Perkembangan BPR konvensional di
Indonesia menunjukkan indikasi yang menggembirakan, ditunjukkan dari
perkembangannya baik dari dana pihak ketiga, aset, penyaluran kredit, dan jumlah
BPR. Perkembangan BPR bisa dilihat pada tabel berikut : (tabel 1.1)
1Ali Suyanto Herli, 2013. Buku Pintar Pengelolaan BPR dan Lembaga Keuangan
Pembiayaan Mikro. Yogyakarta : Penerbit Andi
2
Tabel 1.1 Perkembangan BPR di Indonesia (dalam Miliar Rupiah)
Keterangan Des 2012 Des 2013 Des 2014 Des 2015 Des 2016
DPK 44.870 50.520 58.750 67.266 75.725
Aset 67.397 77.367 89.878 101.713 113.501
Kredit 49.818 59.176 68.391 74.807 81.684
Jumlah BPR
(Unit)
1.653 1.635 1.643 1.637 1.633
Sumber : Statistik Perbankan Syariah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Selama tahun 2012 sampai 2016, perbankan syariah masih dapat memenuhi
kinerja yang relatif lebih baik dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dipahami
mengingat tingkat pengembalian pada bank syariah tidak mengacu pada tingkat
suku bunga yang berlaku tetapi menurut prinsip bagi hasil. Seiring dengan
meningkatnya jumlah perbankan syariah, BPR syariah juga mengalami
peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan jumlah BPRS
berdasarkan dana pihak ketiga, total asset, dan pembiayaan yang meningkat dari
tahun ketahun yang ditunjukkan dengan tabel berikut. (tabel 1.2)
Tabel 1.2 Perkembangan BPRS di Indonesia (dalam Miliar Rupiah)
Keterangan Des 12 Des 13 Des 14 Des 15 Des 16
DPK 2.938 3.666 4.028 4.802 5.824
Aset 4.699 5.833 6.573 7.739 9.158
Pembiayaan 3.554 4.433 5.005 5.765 6.663
Jumlah
BPRS
(Unit)
158 163 163 163 166
Sumber : Statistik Perbankan Syariah
Stabilitas keuangan di Provinsi Banten masih terjaga meskipun mengalami
perlambatan tercermin dari pertumbuhan aset dan kredit yang lebih rendah
dibandingkan triwulan lalu. Pada triwulan I 2017, kinerja perbankan terlihat dari
pertumbuhan aset senilai Rp. 180,09 triliun tumbuh sebesar 12,19% (yoy), lebih
3
rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 18,20%. Perlambatan aset
disebabkan oleh perlambatan penyaluran kredit, meskipun dari sisi penghimpunan
dana pihak ketiga masih mengalami peningkatan.2
Pembiayaan untuk sektor UMKM di Provinsi Banten juga melambat dari
triwulan lalu yang dapat tumbuh 10,17% (yoy) menjadi 4,82%(yoy) di triwulan I
2017. Nominal kredit UMKM yang disalurkan mencapai Rp 34,22 triliun atau
sebanyak 13,10% dari total kredit yang disalurkan di Provinsi Banten.
Berdasarkan jenis bank, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan Banten pada
triwulan 1 2017 dengan nilai mencapai Rp 261,19 triliun tumbuh 9,38% (yoy),
melambat dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh 10,25% (yoy) atau senilai Rp.
258,28 triliun. Sementara dilihat dari jenis penggunaan, pertumbuhan penyaluran
kredit BPR pada modal kerja mencapai 28,12% di tahun 2016 lebih rendah dari
tahun 2015 yakni sebesar 29,52%. Pembiayaan dari perbankan syariah pada
triwulan I 2016 tumbuh 0,72% (yoy) melambat dibandingkan triwulan IV 2015
yang tumbuh 4,95%.3
Seiring melambatnya perbankan di Banten pada saat ini. Menurut Hanafi,
Management Intern Bank Indonesia (BI) Cabang Serang, pertumbuhan perbankan
di wilayah Tangerang sebelumnya tergolong pesat. Bila tahun 2011 terdapat 744
kantor cabang bank-bank, angka itu meningkat menjadi 762 kantor cabang. Selain
dalam jumlah kantor, pertumbuhan juga terjadi pada aset bank yang rata-rata
mencapai 9,01 persen per tahun. Untuk jumlah aset bank umum mencapai Rp
45,685 miliar per bulan Desember 2012. Dan Rp 43,925 miliar pada Januari 2013.
Jumlah ini cenderung meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya.4
Agar dapat bersaing dalam industri perbankan khususnya pada pasar UMKM,
BPR Syariah maupun BPR Konvensional dituntut untuk beroperasi seefisien dan
seefektif mungkin. Salah satunya meningkatkan kinerja BPR yaitu untuk
memaksimalkan peran serta fungsinya sebagai salah satu sumber dana bagi
2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Mei 2017 3 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Mei 2016 4Batas Langit, Pesat Pertumbuhan Bank Di Tangerang,
https://satelitnews.co.id/2013/03/08/pesat-pertumbuhan-bank-di-tangerang-, artikel di akses pada 14 Juni 2017
4
UMKM yang memberikan dedikasinya begitu besar dalam laju perekonomian
bangsa. UMKM menjadi prioritas bisnis bagi BPR. Tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, memberikan gambaran bahwa
UMKM merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan
memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat
berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat,
mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas
nasional dan merupakan salah satu pilar utama dalam perekonomian.
Oleh karena beberapa alasan tersebut, diperlukan suatu BPR yang sehat, kuat,
dan terpercaya dimana BPR perlu meningkatkan kinerja perusahaannya agar dapat
bersaing di segmentasi pasarnya dan dapat meraih peluang dalam menghadapi
tantangan tersebut. BPR juga perlu meningkatkan kinerja keuanganya dengan baik
yaitu dengan BPR memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba dan tingkat
efisiensi operasionalnya. Peningkatan efisiensi pada biaya operasional akan
meningkatkan profit dan peluang dalam persaingan.
Hal ini sesuai dengan kondisi BPR yang banyak bersaing dengan lembaga
keuangan mikro lainnya. Peningkatan efisiensi kinerja pada BPR pun akan
menarik nasabah dengan kualitas dan layanan yang ditawarkan. Kesadaran akan
pentingnya efisiensi dapat membantu para regulator untuk membuat peraturan
yang baik pada industri perbankan. Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah
satu parameter kinerja yang cukup populer. Hal itu banyak digunakan karena
merupakan jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran- ukuran
kinerja perbankan.5
Pengukuran efisiensi dapat memakai pendekatan parametrik dan non-
parametrik, salah satu metode yang paling tepat dalam mengukur tingkat efisiensi
dengan menggunakan metode non-parametrik yaitu dengan Data Envelopment
Analysis (DEA). Penelitian tentang efisiensi dengan metode non-parametrik DEA
telah banyak dilakukan, diantaranya yang dilakukan oleh Asep Saepullah yang
5Syafaat Muhari dan Muhammad Nadratuzzaman Hosen,Tingkat Efisiensi BPRS di
Indonesia: Perbandingan Metode SFA dengan DEA dan Hubungannya Deangan Camel, Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol. 18 No.2, Mei 2014.
5
meneliti tingkat efisiensi tiga kelompok bank, yaitu Bank Umum Syariah, Bank
BUMN, dan Bank menggunakan Data Envelopment Analysis selama periode
2007-2012 dan Uji Kolmogorov-Smirnov serta Mann Whitney U-Test sebagai
tambahannya. Berdasarkan hasil, bila dibandingkan dengan Bank BUMN dan
Bank Asing ternyata, Bank Umum Syariah mengalami tren penurunan tingkat
efisiensi dan menempati peringkat terendah, namun tidak terjadi perbedaan
efisiensi yang signifikan di antara ketiganya. Penyebab inefisiensi terbesar bagi
ketiga kelompok bank tersebut adalah beban personalia, namun laba operasional
merupakan variabel yang paling efisien bagi Bank Umum Syariah dan Bank
BUMN, sedangkan total kredit merupakan variabel yang paling efisien bagi Bank
Asing. Di sisi lain, total pembiayaan Bank Umum Syariah mengalami inefisiensi
lebih besar dibandingkan total kredit Bank BUMN maupun Bank Asing. Salah
satu penyebab inefisiensi pada Bank Umum Syariah adalah kebijakan ekspansif
yang kurang kontrol. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan baik dari internal
bank maupun regulator. 6
Pengukuran efisiensi pada BPR di Tangerang penting dilakukan untuk
meningkatkan profitabilitas pada BPR dan juga sebagai pertimbangan masyarakat
untuk mempercayakan dananya di lembaga keuangan seperti BPR. Evaluasi
mendalam terhadap tingkat efisiensi pada BPR bila hasilnya dibawah tingkat
efisiensi dari ketiga kelompok bank tersebut, maka perlu adanya pembenahan
sejak dini baik dari kebijakan internal manajemen bank itu sendiri maupun peran
kebijakan strategis regulator. Pengawasan dan pengukuran tingkat efisiensi
kinerja pada BPR perlu dilakukan dengan dasar untuk menjaga dan menganalisis
pengembangan peran dan fungsi BPR sebagai lembaga yang memberikan
pelayanan pembiayaan kepada usaha mikro, kecil dan menengah. Berdasarkan hal
yang telah dikemukakan, maka mendasari penulis untuk melakukan penelitian
skripsi dengan judul “Komparatif Efisiensi Pada BPR Syariah dan BPR
Konvensional Di Tangerang Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis
(DEA)”.
6 Asep Saepullah. Efisiensi Perbankan Indonesia: Komparasi, Evaluasi, dan Solusi. Jurnal
Peneliti Muda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah yaitu sebagai berikut :
1. BPR di Indonesia mengalami peningkatan.
2. Melambatnya pertumbuhan perbankan di Banten.
3. Perlu adanya pengukuran efisiensi kinerja BPR di Tangerang.
4. BPR sebagai salah satu sumber dana bagi masyarakat kecil dan UMKM.
5. UMKM sangat berpengaruh terhadap profitabilitas pada BPR.
6. Efisiensi biaya operasional pada BPR sangat penting untuk meningkatkan
profitabilitas.
7. Peningkatan efisiensi kinerja perbankan sangat penting bagi BPR untuk
tolak ukur nasabah dalam hal penitipan dana, pengelolaan dana, dan
pembiayaan yang tepat.
8. Banyaknya penelitian tentang efisiensi dengan metode non-parametrik
Data Envelopmment Analysis (DEA).
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah penelitian ini lebih terfokus dan spesifik, maka penulis
memandang perlunya pembatasan permasalahan. Oleh sebab itu, penulis
memberikan batasan-batasan penelitian yaitu :
1. Penelitian ini akan mengukur perbandingan tingkat efisiensi BPR Syariah
dengan BPR Konvensional di Tangerang pada periode 2014-2016,
karena belum adanya penelitian sebelumnya yang mengukur dan
membandingkan tingkat efisiensi pada BPR Syariah dan BPR
Konvensional di Tangerang.
2. Penelitian ini hanya dilakukan pada BPR Syariah dan BPR Konvensional
yang beroperasi di wilayah Tangerang, karena letak geografis kota
Tangerang yang dekat dengan pusat pemerintahan Indonesia sekaligus
pusat perekonomian menjadi perhatian lebih bagi peneliti.
7
3. Penelitian ini dilakukan dari periode 2014 sampai dengan 2016. . Hal ini
karena kelengkapan data laporan keuangan BPR Syariah dan BPR
Konvensional di Tangerang hanya pada periode 2014-2016.
D. Perumusan Masalah
Selanjutnya untuk mempermudah pembahasan, maka penulis memberikan
beberapa perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat efisiensi BPR Syariah dan BPR Konvensional di
Tangerang selama periode 2014-2016?
2. Bagaimana perbandingan tingkat efisiensi BPR Syariah dan BPR
Konvensional di Tangerang selama periode 2014-2016?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan di atas,
maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Menganalisis dan menjelaskan tingkat efisiensi BPR Syariah dan BPR
Konvensional di Tangerang pada periode 2014-2016.
2. Menganalisis dan menjelaskan perbandingan tingkat efisiensi antara BPR
Syariah dan BPR Konvensional di Tangerang pada periode 2014-2016.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
bagi pihak-pihak terkait, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan
mengenai kinerja perbankan, khususnya tentang efisiensi keuangan BPR
Syariah dan BPR Konvensional di Tangerang, serta dapat
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama di bangku perkuliahan.
2. Bagi Akademisi, hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan
kepustakaan dan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan
pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya dengan permasalahan
yang sejenis.
8
3. Bagi Praktisi
a. Bagi Bank
Dapat digunakan untuk mengetahui kinerja bank tertutama pada
efisiensi keuangan bank sehingga bisa menjadi salah satu pedoman bagi
manajer dalam mengambil keputusan di masa mendatang.
b. Bagi Nasabah
Dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan kinerja bank syariah dalam
menjalankan usahanya, serta dapat dijadikan pilihan dalam hal penitipan
dana, pengelolaan dana, dan pembiayaan yang tepat.
c. Bagi Pemerintah
Dapat digunakan tolak ukur perbandingan dengan negara lain
sehingga bisa menjadi salah satu pembelajaran bagi pihak pemerintah
agar dapat menjadikan perbankan syariah yang lebih maju dan dapat
bersaing secara global.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan, skripsi ini dibagi dalam lima bab yang
memuat ide-ide pokok dan kemudian dibagi lagi menjadi sub-sub bab yang
mempertajam ide-ide pokok, sehingga secara keseluruhan menjadi kesatuan yang
saling menjelaskan sebagai satu pemikiran.
BAB I, merupakan bagian pendahuluan yang dijadikan sebagai acuan
pembahasan bab-bab berikutnya dan sekaligus mencerminkan isi global
skripsiyang berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II,merupakan Landasan Teori. Bab ini berisi tentang konsep efisiensi
yang meliputi pengertian, dasar hukum serta teori nilai efisiensi. Gambaran umum
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Konvensional berupa laporan keuangan. Konsep efisiensi meliputi pengertian,
pehitungan dan pengukuran efisiensi dengan DEA. Dan yang terakhir adalah
9
efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) Konvensional.
BAB III, berisi tentang metode penelitian yang meliputi sumber data input
dan output yang digunakan dalam penulisan ini, serta metode analisisnya untuk
menjawab permasalahan yang ada dengan menggunakan pendekatan Data
Envlopment Analysis (DEA).
BAB IV, Menguraikan tentang deskripsi pengolahan data dengan
menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA), pembahasan dan hasil analisis
tentang seberapa efisien masing-masing BPR dan menentukan BPR mana yang
efisien dan yang tidak efisien di Tangerang serta kebijakan yang harus dilakukan
agar BPR yang tidak efisien menjadi efisien.
BAB V, merupakan bab terakhir yang berisi tentang keimpulan yang
diperoleh dari penelitian dan saran-saran baik untuk BPR Syariah dan BPR
Konvensional. Berikutnya disebutkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran (rural bank).1 Artinya jasa-jasa perbankan yang
ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan atau jasa
bank umum.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) untuk BPR adalah NOMOR
19/POJK.03/2017 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank
Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, bahwa Bank
Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disingkat BPR yaitu bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. OJK berwenang menetapkan
status pengawasan BPR atau BPR terdiri atas pengwasan normal, pengawasan
intensif dan pengawasan khusus. 2
Bank Perkreditan Rakyat dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara
Indonesia, badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga Indonesia,
pemerintah daerah, atau dapat dimiliki bersama diantara ketiganya. Bank Umum
dan BPR yang bentuk badan hukumnya Perseroan Terbatas sangat dimungkinkan
untuk mengalami perubahan kepemilikan. Perubahan kepemilikan ini terutama
karena Bank Umum dan BPR yang bentuk hukumnya Perseroan Terbatas dapat
menerbitkan saham, meskipun hanya saham atas nama. Khusunya untuk bank
umum dapat menjual sahamnya melalui emisi saham di bursa efek. Saham yang
harus diterbitkan berupa saham atas nama agar Bank Indonesia tetap dapat
memonitor perubahan kepemilikan bank. Meskipun kepemilikan sangat mungkin
terjadi dengan cara jual beli saham di bursa efek, tetapi mengingat sahamnya atas
1 UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 21 2 POJK tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Perkreditan
Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
11
nama maka perubahan tersebut dapat terus dipantau oleh Otoritas Jasa Keuangan
untuk tujuan pengawasan dan pembinaan.3
Menurut POJK Nomor 20/POJK.03/2014, Bank Perkreditan Rakyat
dikeluarkan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan
mendukung perkembangan usaha yang bersifat dinamis dengan perbankan
nasional yang tangguh, termasuk industri Bank Perkreditan Rakyat yang sehat,
kuat, produktif, dan memiliki daya saing agar mampu melayani masyarakat,
terutama usaha mikro dan kecil.4
Lapangan usaha bank desa, lumbung desa, bank pasar, dan bank sejenis
lainnya, dalam pelaksanaannya disebut Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sebagai
salah satu lembaga intermediasi, BPR mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan bank umum. Menurut pasal 21 Undang-Undang nomor 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah, usaha BPR meliputi:5
1. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan berupa tabungan atau
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain dan
investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah/akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
2. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayan bagi hasil
berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah, pembiayaan berdasarkan
akad murabahah, salam, istishna, qardh, dan ijarah.
3. Menempatkan dana pada Bank syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan
akad wadiah atau investasi berdasarkan akad mudharabah dan atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan
nasabah melalui rekening Bank pembiayaan rakyat syariah yang ada di Bank
Umum Syariah, konvensional, dan UUS.
3POJK tentang Bank Perkreditan Rakyat, hlm 4-5 4POJK tentang Bank Perkreditan Rakyat 5Rifqi Muhammad, 2008. Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi PSAK
Syariah. Yogyakarta: P3EI Press. Hlm. 49
12
5. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank syariah lainnya
yang sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan persetujuan BI.
Berdasarkan karakteristik usaha BPR tersebut, maka kegiatan intermediasi
yang dilakukan oleh BPR tidak mempengaruhi jumlah uang beredar. Prioritas
utama pelayanan jasa keuangan BPR adalah individu dan pengusaha kecil dengan
pangsa pasar menengah ke bawah dan pedesaan. Dengan keberadaan usaha kecil
dan menengah yang memberikan kontribusi sangat besar bagi perekonomian,
maka peranan BPR menjadi sangat strategis dalam rangka mendorong
pertumbuhan ekonomi.6
Sebagaimana dijelaskan dalam Surat keputusan Direksi Bank Indonesia No.
32/35/KEP/DIR bahwa untuk mendorong terciptanya perbankan nasional yang
tangguh dan efisien, diperlukan BPR yang mampu memberikan pelayanan bagus
kepada masyarakat golongan ekonomi lemah dan pengusaha kecil baik di
pedesaan maupun di perkotaan. Dengan demikian kehadiran BPR sejak awal
memang diorientasikan untuk membantu mengembangkan usaha kecil serta
melayani kebutuhan perbankan bagi golongan ekonomi lemah yang belum
terjangkau oleh Bank Umum. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan pemerataan
pelayanan perbankan, pemerataan berusaha, dan pemerataan pendapatan.
B. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah mulai dikenal istilahnya dalam UU Nomor
21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Sebelumnya, BPR Syariah dikenal
sebagai Bank Perkreditan Rakyat Syariah, maka istilah ini diganti menjadi
“pembiayaan”, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam
kegiatannya berdasarkan prinsip syariah dan tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.7
6 Kusumawadani, Deni dkk. 2008. Tingkat Kesehatan dan Efisiensi Bank Perkreditan
Rakyat Jawa Timur. Majalah Ekonomi Tahun XVIII, No. 2 Agustus. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga.
7 Rifqi Muhammad, 2008. Akuntasi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi PSAK Syariah. Yogyakarta: P3EI Press. Hlm. 49
13
Sebagaimana ditentukan oleh UU No. 21 Tahun 2008, kegiatan BPRS lebih
terbatas pada pasal 25 disebutkan bahwa BPRS dilarang :8
a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah.
b. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.
c. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang asing
dengan izin Bank Indonesia.
d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran
produk Asuransi Syariah.
e. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk untuk
menanggulangi kesulitan likuiditas BPRS.
f. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali penukaran uang asing
dengan izin BI.
Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi BPR berdasarkan
prinsip syariah adalah sebagai berikut :9
1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah).
2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (Musyarakah).
3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (Murabahah).
4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (Ijarah).
5. Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa
dari pihak bank oleh pihak lain (Ijarah wa iqtina).
Bagi BPR Syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan
BPR berdasarkan prinsip konvensional. BPR berdasarkan prinsip syariah adalah
aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk
menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
C. Perbedaan BPR Syariah dan BPR Konvensional
BPR konvensional menjalankan aktivitas usahanya dengan penerapan bunga.
Juga dalam hal aktivitasnya berupa menghimpun dana di masyarakat, memberikan
kredit deposito dan lain-lain. Hanya saja BPR konvensional tidak ada kegiatan
8 UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 25 9Kasmir, 2010. Pemasaran Bank (Edisi Revisi, Cet ke-4).Jakarta: Kencana. Hlm.21
14
yang namanya giro, dan kegiatan usaha dalam valuta asing. Sedangkan bank
syariah adalah bank umum atau bank pembiayaan rakyat yang melaksanakan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Bank syariah tidak mengenal
bunga, tetapi menggunakan prinsip bagi hasil. Perbedaan antara sistem bunga dan
sistem bagi hasil dapat ditunjukkan oleh tabel 2.1 berikut.10
Tabel 2.1 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Bunga Bagi Hasil
Tidak terdapat risk and return
sharing. Besarnya bunga ditentukan
pada saat akad. Jadi, terdapat asumsi
pemakaian dana pasti mendatangkan
keuntungan.
Berdasarkan risk and return sharing.
Besarnya nisbah bagi hasil disepakati
pada saat akad dibuat dengan
berpedoman pada kemungkinan
adanya resiko untung-rugi.
Besarnya bunga berdasarkan
persentase atas modal (pokok
pinjaman). Besaran bunga biasanya
lebih ditentukan berdasarkan tingkat
bunga. pasar (market interest rate).
Besaran nisbah bagi hasil berdasarkan
persentase atas keun- tungan yang
diperoleh. Besaran nisbah bagi hasil
disepakati lebih didasarkan atas
konstribusi masing-masing pihak,
prospek perolehan keuntungan, dan
tingkat resiko yang mungkin terjadi.
Pembayaran bunga tetap sebagai
mana dalam perjanjian, tidak
terpengaruh pada hasil riil dari
pemanfaatan dana.
Jumlah nominal bagi hasil akan
berfluktuasi sesuai dengan
keuntungan riil dari pemanfaatan
dana.
Eksistensi bunga diragukan oleh
hampir semua agama samawi, para
pemikir besar, bahkan ekonomi.
Eksistensinya berdasarkan nilai-nilai
keadilan yang bersumber dari syariah
Islam.
10Safii Antonio, 2007. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Penerbit Gema Insani, Jakarta.
15
D. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang
tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang
berada dibalik angka tersebut.11
Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang
diperoleh dalam suatu periode. Dalam praktiknya dikenal beberapa macam
laporan keuangan seperti :
1. Neraca, daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada
satu tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang, dan modal
pada tanggal tertentu.12Pada penelitian ini variabel yang ada pada neraca
yaitu variabel output yaitu total asset, Dana Pihak Ketiga dan total kredit
pada BPR.
2. Laporan Laba Rugi, mengukur kinerja keuangan perusahaan selama satu
periode tertentu. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi perusahaan.13
Variabel yang ada dalam laporan laba rugi yaitu beban operasional dan
pendapatan operasional.
Salah satu tugas penting setelah akhir tahun adalah menganalisis laporan
keuangan perusahaan. Analisis ini didasarkan pada laporan keuangan yang sudah
disusun. Adapun tujuan laporan keuangan yaitu sebagai berikut:14
a. Screening, untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan
keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.
b. Understanding, memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil
usahanya.
c. Forcasting, untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang
akan datang.
11Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston, 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Essentials Of Financial Management. Jakarta: Salemba Empat. Hlm. 84 12 Sofyan Syafri Harahap, 2010. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Rajawali Pers. Hlm.4 13Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat 14 Sofyan Syafri Harahap, 2010. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Rajawali Pers. Hlm.18-19
16
d. Diagnosis, untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi
baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam
perusahaan.
e. Evaluation, untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.
Dengan melakukan analisis laporan keuangan, maka informasi yang dibaca
dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam. Hubungan satu
pos dengan pos lain akan dapat menjadi indikator tentang posisi dan prestasi
keuangan perusahaan serta menunjukkan bukti kebenaran penyusunan laporan
keuangan.
E. Konsep Efisiensi
a. Pengertian
Efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu
dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya. Efisiensi secara tradisional
didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan output
tertentu dengan menggunakan input dalam porsi seminimun mungkin,
sehingga efisiensi merupakan tingkat input dibagi dengan tingkat
outputnya.15�
Berdasarkan sudut pandang perusahaan dikenal 2 macam efisiensi yaitu:16
a. Technical Efficiency, mengukur proses produksi dalam menghasilkan
sejumlah output tertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin.
Dengan kata lain, technical efficiency mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan output yang maksimal dengan
menggunakan sejumlah input yang tersedia.
b. Allocative Efficiency, menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur harga dan
teknologi tertentu.
15Departemen Pendidikan Nasional. Hlm. 352 16Henri Tanjung dan Abrista Devi, 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Penerbit:
Gramata Publishing. Hlm. 320
17
Kombinasi antara technical efficiency dan allocative efficiency akan
menjadi economic efficiency. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien secara
ekonomi jika dapat meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output
tertentu dengan tingkat teknologi yang umumnya digunakan serta harga pasar
yang berlaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi dapat
dikatakan efisien, jika output yang dihasilkan dapat ditingkatkan tanpa
meningkatkan input dan menurunkan output tertentu lainnya. Demikian pula
suatu organisasi dapat dikatakan efisien, jika input dapat diturunkan tanpa
menurunkan output yang dihasilkan maupun tanpa meningkatkan input
tertentu lainnya.
b. Pengukuran Efisiensi Pada Perbankan
Pengukuran efisiensi dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu:
1. Pendekatan rasio�
Pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan dengan cara
menghitung perbandingan output dengan input yang digunakan. Pendekatan
rasio akan dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila dapat memproduksi
jumlah output yang maksimal dengan input yang seminimal mungkin.
Efisiensi = !"#$"#%&$"#
Chu-Fen Li melihat pendekatan rasio sebagai ”the most critical limitation of
the financial ratio is that they fail to consider the multiple input-output...”
Oleh karena itu pendekatan ini belum mampu menilai kinerja lembaga
keuangan secara menyeluruh.17
2. Pendekatan regresi
Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan sebuah model dari
tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu.
17 Chu-Fen Li, 2007. Problem in Bank Branch Ineficiency: Management, Scale and Location. Asian Journal of Management and Humanity Sciences. Vol 1, No 4
18
Persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut:
Y=f (X1,X2,X3,X4,......................Xn )
Dimana Y = output, X = input
Pendekatan ini juga tidak dapat mengatasi kondisi banyak output, karena
hanya satu indikator output yang dapat ditampung dalam sebuah persamaan
regresi.
3. Pendekatan frontier
Pendekatan ini didasarkan pada frontier atau batasan. Pendekatan ini
semakin popular diterapkan untuk mengukur tingkat efisiensi, karena
didasarkan pada perilaku institusi, dalam hal ini bagaimana pihak institusi
memaksimalkan output ataupun dengan meminimalkan input. Oleh karenanya
deviasi dari frontier dapat diinterpretasikan sebagai ukuran dari efisiensi yang
merupakan standar kondisi optimal yang mungkin dicapai.18
Pendekatan frontier dapat dibedakan menjadi pendekatan parametrik dan
pendekatan non-parametrik. Pendekatan parametrik melakukan pengukuran
dengan menggunakan ekonometrik yang stokastik dan berusaha untuk
menghilangkan gangguan dari pengaruh ketidakefisienan. Ada tiga
pendekatan parametric ekonometrik, yaitu :
1. Stochastic Frontier Approach (SFA)
2. Thick Frontier Approach (TFA) dan Distribution Free Approach (DFA).
Sementara, pendekatan non-parametrik dengan program linier (Non
Parametrik Linear Programming Approach) melakukan pengukuran non-
parametrik dengan menggunakan pendekatan yang tidak stokastik dan
cenderung mengkombinasikan f antara gangguan kedalam ketidakefisienan.
Pada metode non-parametrik, pendekatan yang dapat dipergunakan adalah
dengan Data Envelopment Analysisis (DEA).19
18Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution. Current Issues Lembaga Keuangan Syariah.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm.11-1219Yumanita, D., dan Ascarya, 2005. Analisis Efisiensi Perbankan di Indonesia. Working
Paper.WP/01/PPSK/05. Bank Indonesia.
19
c. Analisis Efisiensi Melalui Data Envelopment Analysis (DEA)
Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan suatu alat ukur kinerja
efisiensi dengan mekanisme yang melibatkan sejumlah variabel input untuk
menghasilkan sejumlah output sehingga dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan dan peningkatan efisiensi. DEA merupakan pendekatan non
parametrik, sehingga tidak memerlukan asumsi awal dari fungsi produksi.
Asumsi yang digunakan adalah tidak ada random error, sehingga deviasi dari
frontier diindikasikan sebagai inefisiensi. Pendekatan DEA pertama kali
dikembangkan secara teoritik oleh Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun
1978. DEA pada dasarnya merupakan teknik berbasis pemrograman linear
yang digunakan untuk mengukur kinerja relatif dari unit-unit organisasi
dimana keberadaan beberapa (multiple) input dan output sulit untuk dibuat
perbandingan. DEA mengidentifikasi secara relatif unit yang menggunakan
input dalam memberikan output tertentu dengan cara yang paling optimal dan
DEA menggunakan informasi ini untuk membentuk perbatasan (frontier)
efisiensi dari data unit-unit organisasi yang tersedia.20
DEA merupakan sebuah pendekatan yang berorientasi pada data dalam
mengevaluasi kinerja dari masing-masing unit entitas yang disebut DMU
(Decision Making Unit) atau Unit Pengambilan Keputusan (UPK). Cara
kerjanya ialah dengam merubah multiple inputs menjadi multiple outputs.
Secara sederhana pengukuran dinyatakan dengan rasio antara output terhadap
input yang merupakan satuan pengukuran efisiensi atau produktivitas. Skor
efisiensi untuk setiap unit adalah relatif, tergantung pada tingkat efisiensi dari
unit-unit lainnya dalam sampel. Setiap unit dalam sampel dianggap memiliki
tingkat efisiensi yang tidak negative, dan nilainya antara 0 dan 1, dimana
1(satu) menunjukan efisiensi sempurna. Kemudian unit-unit yang memiliki
nilai satu ini digunakan untuk membuat envelope menunjukan tingkat
efisiensi. Karena unit yang mendapatkan skor efisiensi membentuk suatu
20Donsyah Yudistira, 2004. Efficiency In Ilamic Banking: An Empirical Analysis Of Eighteen Banks.” Islamic Economic Studies, Vol. 12, No. 1, Agustus.Hlm.4.
20
bentang matematis (the efficient frontier) yang menyerupai sebuah bentuk
amplop, maka metode ini disebut dengan Data Envelopment Analysis.21
Adapun Keuntungan menggunakan DEA adalah kemampuan DEA
mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai referensi yang dapat membantu
menentukan penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisiensian, yang
merupakan keuntungan utama dalam aplikasi manajerial. DEA dapat
menggunakan banyak input dan output serta tidak membutuhkan asumsi
bentuk fungsi antara variabel input dan output tersebut. DEA tidak
memerlukan spesifikasi yang lengkap dari bentuk fungsi yang menunjukkan
hubungan produksi dan distribusi dari observasi. Disamping itu, metodologi
DEA juga tidak terlepas dari beberapa kelemahan, diantaranya adalah:22
1. DEA merupakan sebuah extreme point technique, maka kesalahan-
kesalahan pengukuran dapat mengakibatkan masalah yang signifikan.
2. DEA hanya mengukur efisiensi relatif dari DMU dan tidak mengukur
efisiensi absolut. Atau dengan kata lain, DEA hanya menunjukkan
perbandingan penilaian baik dan buruk suatu suatu DMU dibandingkan
dengan sekumpulan DMU lainnya yang sejenis
3. Dikarenakan DEA adalah non-parametrik, maka uji hipotesis secara
sistemik akan sulit dilakukan.
4. Menggunakan perumusan linier programming terpisah untuk setiap
DMU, maka perhitungan secara manual membutuhkan waktu apalagi
untuk masalah dalam skala besar. Akan tetapi, kelemahan dari masalah
ini sudah dapat teratasi dengan adanya software frontier analyst.
Dalam pengukuran efisiensi dengan menggunakan DEA terdapat dua
model yang sering digunakan, yaitu:23
21Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, 2009. Current Issues Lembaga Keuangan
Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm.13-15 22Henri Tanjung dan Abrista Devi. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam.
Penerbit:Gramata Publishing. Hlm. 338 23Yumanita, D., dan Ascarya. Analisis Efisiensi Perbankan di Indonesia. Working
Paper.WP/01/PPSK/05. Bank Indonesia.
21
1. Constant Return to Scale (CRS)
Model Constant Return to Scale dikembangkan oleh Charnes, Cooper, dan
Rhodes (oleh karena itu, model CRS dapat juga disebut dengan model CCR)
pada tahun 1978. Model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan
input dan output adalah sama (constant returns to scale)”. Artinya, jika ada
tambahan input sebesar x kali, maka output akan meningkat sebesar x kali
juga. Asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah setiap perusahaan
atau unit pembuat keputusan (DMU) beroperasi pada skala optimal.
2. Variable Return to Scale (VRS)
Model ini dikembangkan oleh Banker, Charnes, Rhodes (karenanya dapat
juga disebut dengan model BCC) pada tahun 1984 dan merupakan
pengembangan dari model CRS. Model ini berasumsi bahwa rasio antara
penambahan input dan output tidak sama (variable returns to scale). Artinya,
penambahan input sebesar x kali tidak akan menyebabkan output meningkat
sebesar x kali, bisa lebih kecil (decreasing returns to scale) atau lebih besar
dari x kali (increasing returns to scale).
F. Review Studi Terdahulu
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang
ada hubungannya dengan tema penulisan penelitian ini diantaranya :
1. Firman Aji Gunawan dan Sri Utiyati. Analisis Tingkat Efisiensi Bank BUMN
dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA), 2013. Jurnal Ilmu &
Riset Manajemen Vol. 2 No. 8. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisa efisiensi relatif dan untuk mengidentifikasi apakah terdapat
perbedaan nilai efisiensi pada Bank-Bank Milik Pemerintah periode 2008-
2011. Secara sederhana efisiensi pada dasarnya menghindari pemborosan.
Pengukuran kinerja menggunakan metode Data Envelopment Analysis
(DEA). DEA dapat mengukur kinerja kantor cabang mampu menangani
banyak input dan output. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
yang memakai metode data envelopment analysis (DEA) dengan asumsi
variabel returns to scale (VRS). Responden terdiri dari empat Bank Milik
22
Pemerintah (Persero) yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI), Bank
Negara Indonesia (BNI),Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Rakyat
Indonesia (BRI), dan Bank Mandiri. Penelitian ini menggunakan pendekatan
intermediasi serta menggunakan variabel yang ada pada definisi pendekatan
intermediasi tersebut yaitu dana pihak ketiga, biaya bunga dan biaya
operasional sebagai variabel input serta pinjaman, pendapatan bunga dan
pendapatan operasional sebagai variabel output. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua Bank Milik Pemerintah memiliki nilai efisiensi
100% selama 2008-2011 (empat tahun).
Perbedaan jurnal dengan skripsi penulis adalah Jurnal yang ditulis oleh
Firman dan Sri Utiyati objek penelitiannya pada Bank BUMN, sedangkan
penulis objek penelitian pada BPR Syariah dan BPR Konvensional. Penulis
melakukan perbandingan pada BPR Syariah dan Konvensional.
2. Rafika Rahmawati. Strategi Peningkatan Efisiensi Biaya Pada Bank Umum
Syariah Berbasis Stochastic Fronter Approach Dan Data Envelopment
Analysis. Jurnal Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol.17 No.4, April
2015. Pada penelitian ini dilakukan analisis tingkat efisiensi biaya dengan
menggunakan pendekatan parametrik yaitu Stochastic Frontier
Approach(SFA) dan pendekatan non parametric yaitu Data Envelopment
Analysis (DEA), serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
efisiensi biaya pada BUS. Selain itu, menganalisis strategi-strategi dalam
peningkatan efisiensi biaya pada BUS di Indonesia sebagai bentuk
implementasi dari hasil pengukuran tingkat efisiensi menggunakan metode
Stochastic Frontier Approach. Kinerja Bank menggunakan pendekatan
efisiensi biaya dengan fokus pada dua input (biaya dana) dan biaya tenaga
kerja dan dua output (total pembiayaan dan efek yang dimiliki). Hasil
menunjukkan bahwa tingkat efisiensi Bank Syariah di Indonesia tidak
optimal. Perhitungan menunjukkan hasil yang berbeda untuk kedua metode
(SFA dan DEA), dimana tingkat efisiensi tertinggi menggunakan metode
SFA adalah Bank Mega Syariah, sementara dengan metode DEA adalah
Bank Muamalat Indonesia. Strategi untuk meningkatkan efisiensi biaya
23
mereka yaitu dengan meningkatkan aset, meningkatkan deposito, dan
memotong biaya yang tidak perlu. Strategi lain yaitu inovasi produk,
mengurangi gaji direksi, dan menempatkan dana dalam portofolio yang
menguntungkan.
Perbedaan pada skripsi penulis yaitu pada penelitian penulis hanya
menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) dan adanya Potential
Improvement cara untuk mengetahui Variabel yang perlu mendapatkan
perbaikan.
3. Nurhidayah dan Didit Purnomo. Tingkat Efisiensi Perbankan Konvensional
Dan Perbankan Syariah Di Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dan membandingkan efisiensi teknis 11 Islam dan 38 Bank
konvensional selama periode 2012-2013 di Indonesia. Metode DEA yang
diterapkan untuk mengukur efisiensi dari kedua jenis perbankan di bawah
konstan kembali ke pendekatan skala (CRS) dan masukan yang berorientasi.
Pendekatan perantara yang digunakan untuk memilih input dan output
variabel, karena fungsi pertama bank sebagai lembaga intermediasi keuangan.
Studi ini juga menggunakan tes Mann-Whitney untuk menganalisa efisiensi
Skor perbedaan masing-masing Bank. Hasil analisis menggunakan DEA
model menunjukkan bahwa selama periode pengamatan, efisiensi Bank
konvensional dan Islam berfluktuasi, tetapi secara keseluruhan konvensional
Bank lebih baik daripada Bank Syariah efisiensi Skor. Tes Mann-Whitney
menjelaskan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam nilai rata-rata
efisiensi Bank konvensional dan Islam selama periode penelitian.
Perbedaan pada skrispsi penulis adalah objek penelitian yang dilakukan oleh
penulis pada BPR Syariah dan BPR Konvensional, walaupun menggunakan
pendekatan yang sama, namun pada skripsi penulis terdapat Potential
Improvement yaitu cara untuk mengetahui variabel yang mana yang perlu
mendapatkan perbaikan.
4. Thorsten Beck, Asli Demirguc-Kunt, dan Ouarda Merrouche, 2012. Islamic
vs Conventional banking : Business model, efficiency and stability. Jurnal ini
24
mengkombinasikan model bisnis, efisiensi, kualitas aset, dan stabilitas antara
bank islami dan konvensional, dengan menggunakan beberapa indikator yang
disusun dari neraca dan laporan laba rugi. Data yang diambil adalah
menggunakan sampel dari 22 negara baik bank syariah maupun konvensional.
Dari penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bank-bank islam
(bank syariah) kurang efisien jika dibandingkan dengan bank konvensional,
tetap memiliki rasio intermediasi lebih tinggi, memiliki aset yang lebih tinggi
kualitasnya, dan dikapitalisasi lebih baik daripada bank konvensional. Selain
itu bank syariah juga memiliki kinerja yang lebih baik selama krisis dalam hal
permodalan dan kualitas aset, sehingga hal ini telah membantu bank Islam
mengungguli bank konvensional selama krisis.
Perbedaan pada skripsi penulis adalah objek penelitian yang dilakukan oleh
penulis pada BPR Syariah dan BPR Konvensional, 8 sampel BPR di
Tangerang. Pada skripsi penulis juga terdapat Potential Improvement yaitu
cara untuk mengetahui variabel yang mana yang perlu mendapatkan
perbaikan.
5. Imron Rosyadi dan Fauzan. Komparatif Efisiensi Perbankan Syariah Dan
Perbankan Konvensional Di Indonesia. Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis
Vol.15 No.2, Desember 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah (i) untuk
menjawab dan mengukur perbedaan kinerja keuangan antara Bank Syariah
dan Bank Umum, (ii) untuk menganalisa dan menjelaskan perbedaan level
efisiensi antara antara Bank Syariah dan Bank Umum, (iii) menganalisa dan
membandingkan efisiensi antara Bank Syariah dan Bank Umum. Populasi
dari penelitian ini adalah Bank Umum yang ada di Indonesia dengan jumlah
124 institusi bank dengan rincian 5 bank pemerintah dab 119 bank swasta.
Institusi perbankan yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah 5 institusi
bank milik pemerintah (persero) dan 3 institusi bank umum syariah. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah deskriptif
(analitik). Pengukuran dan pengujian efisiensi dan rasio perbedaan efisiensi
Bank Syariah dan Bank Umum menggunakan Supplier Data Analysis (DEA)
dan t-test. Hasilnya menunjukkan bahwa diantara waktu observasi dari tahun
25
2006-2010, aktivitas ekonomi (perbankan) dari Bank Syariah relative lebih
efisien daripada Bank Umum.
Perbedaan penelitian ini dengan skripsi penulis adalah objek penelitian
skripsi penulis pada BPR Syariah dan BPR Konvensional dengan 8 sampel
yaitu 4 BPR Syariah dan 4 BPR Konvensional. Pada penelitian penulis juga
terdapat Potential Improvement yaitu cara untuk mengetahui variabel input
atau output mana yang perlu mendapatkan perbaikan.
6. Ahmad Rodoni, M. Arskal Salim, Euis Amalia, dan Rezki Syahri Rakhmadi,
2017. Comparing Efficiency and Productivity in Islamic Banking: Case Study
in Indonesia, Malaysia and Pakistan. Jurnal ini menganalisis efisiensi dan
profitabilitas industry perbankan syariah di Indonesia. Teknik yang yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Data Envelopment Analysis (DEA)
mengukur efisiensi dan indeks Malmquist untuk mengukur produktivitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa industry perbankan syariah kurang
efisien, hal ini diperlihatkan oleh data rata-rata lima tahun terakhir yang tidak
mampu mencapai tingkat efisiensi 100%. Malaysia turut pula menghadapi
permasalahan inefisiensi, namun kondisi ini lebih baik dibandingkan di
Indonesia. Pakistan merupakan salah satu Negara yang hampir mencapai
tingkat efisiensi pada industri perbankan syariahnya. Pakistan mendekati
tingkat efisiensi rata-rata 100%.
Perbedaan jurnal ini dengan skripsi penulis adalah objek penelitian penulis
pada BPR Syariah dan BPR Konvensional di Tangerang yang mengukur
tingkat efisiensi pada BPR tersebut. Pada penelitian ini terdapat Potential
Improvement yaitu cara untuk mengetahui variabel input atau output mana
yang harus mendapatkan perbaikan.
G. Kerangka Konsep
Kerangka berpikir ini dibangun untuk mengukur tingkat efisiensi BPR
Syariah dan BPR Konvensional di Tangerang pada periode 2014-2016.
Analisis ini menjelaskan interaksi variabel input dan output menggunakan
pendekatan intermediasi. Variabel yang digunakan merupakan dari laporan
26
keuangan BPR Syariah dan BPR Konvensional yaitu Neraca dan Laporan Laba
Rugi. Adapun dalam penelitian ini, variabel yang digunakan sebagai input adalah
Total Aset, Dana Pihak Ketiga dan Beban Operasional. Sedangkan variabel output
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Kredit untuk BPR
Konvensional dan Total pembiayaan untuk BPR Syariah dan Pendapatan
Operasional BPR konvensional maupun syariah. Seperti yang ditampilkan pada
diagram 2.2 dibawah ini :
Kerangka Konsep
BPR Syariah BPR Konvensional
Laporan Keuangan BPRSyariah berupa Neraca &Laporan R/L
Laporan Keuangan BPRberupa Neraca & LaporanR/L
Pendekatan IntermediasiInput:1. Total Aset2. DPK3. Biaya Operasional Output:1. Total Pembiayaan2. Pendapatan Operasional
Pendekatan IntermediasiInput:1. Total Aset2. DPK3. Biaya Operasional Output: 1. Total Kredit 2. Pendapatan Operasional
Menghitung skor efisiensi Dengan menggunakan Data Envelopment Analysis
Hasil skor efisiensi
Analisa
Rekomendasi terhadap x-efficiency dari Variabel yang diteliti
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah BPR Syariah dan BPR
Konvensional di Tangerang. Penelitian ini menganalisis kinerja BPR Syariah dan
BPR Konvensional melalui tingkat efisiensi pada periode 2014 sampai 2016. Data
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan BPR
Syariah dan BPR Konvensional dari tahun 2014 sampai 2016.
Tingkat efisiensi bank tersebut dianalisis dengan metode Data Envelopment
Analysis (DEA). Variabel DEA yang digunakan dalam penelitian ini yaitu,
variabel input dan variabel output. Variabel yang digunakan sebagai input adalah
Total Aset, Dana Pihak Ketiga dan Beban Operasional. Sedangkan variabel output
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Kredit untuk BPR
Konvensional dan Total pembiayaan untuk BPR Syariah dan Pendapatan
Operasional BPR konvensional maupun syariah.
B. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder
yang diambil dari beberapa sumber, sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder yang berupa data time series tahun 2014 sampai 2016.
Data tersebut diperoleh dari instansi-instansi pemerintah yang terkait, yaitu data
Statistik Perbankan Indonesia (SPI) dari website resmi Bank Indonesia (BI) dan
atau website resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data yang di analisis adalah
data BPR Syariah dan BPR Konvensional Kabupaten dan Kota Tangerang berupa
laporan neraca keuangan dan laporan laba rugi pada Periode 2014-2016.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah 8 BPR, yang terdiri dari BPR Syariah
dan BPR Konvensional di Tangerang yang terdaftar di OJK . Pengambilan sampel
dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling artinya pemilihan
28
sampel dipilih berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) berdasarkan
kriteria yang ditetapkan terhadap elemen populasi. Adapun kriteria-kriteria yang
dimaksud yaitu:
1. BPR Syariah dan BPR Konvensional yang terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan dari tahun 2014-2016
2. Selama periode penelitian, bank tersebut secara periodic mengeluarkan
laporan keuangan dari tahun 2014-2016 yang memiliki kelengkapan data
selama periode pengamatan.
Berdasarkan kriteria diatas yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah 8
BPR, yang terdiri dari 4 BPR Syariah dan 4 BPR Konvensional di Tangerang
pada periode 2014 sampai 2016 seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Daftar BPR Syariah dan BPR Konvensional
BPR Syariah BPR Konvensional
BPRS Harta Insan Karimah (HIK) BPR Kerta Raharja (KR)
BPRS Berkah Ramadhan (BR) BPR Prima Kredit Mandiri (PKM)
BPRS Mulia Berkah Abadi (MBA) BPR Central Artha Rezeki (CAR)
BPRS Attaqwa (ATT) BPR Akasia Mas (AM)
D. Metode Analisis Data
1. Data Envelopment Analysis
Penelitian ini menggunakan bantuan software WinDEA. Berikut ini
adalah beberapa tahapan dalam melakukan proses analisis perhitungan
menggunakan software WinDEA :
a. Mengumpulkan dan memeriksa data/sampel penelitian (Variabel input dan
output) untuk seluruh DMU.
29
b. Memastikan bahwa data yang terdapat yang terdapat pada variabel input
dan output tersedia untuk keseluruhan DMU.
c. Memastikan datanya telah memenuhi asumsi – asumsi, yakni memiliki
nilai positif dan bukan nol bagi keseluruhan objek yang diteliti (DMU).
d. Memasukkan data yang telah dipilih tersebut (untuk setiap DMU) kedalam
Excel Workbook.
e. Dari file Excel tersebut di copy kedalam notepad dan kemudian di save
dalam bentuk notepad.txt.
f. Melakukan proses perhitungan nilai efisiensi dengan menggunakan
software WinDEA dengan cara membuka file notepad.txt yang telah
disimpan tadi kedalam software.
g. Melakukan proses analisis dari hasil output software WinDEA.
Data Envelopment Analysis merupakan metode non parametrik yang
digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi suatu Unit Kegiatan Ekonomi
(UKE). Selain itu, DEA merupakan metode yang digunakan untuk
mengevaluasi efisiensi dari suatu unit pengambilan keputusan (unit kerja)
atau biasa disimbolkan sebagai DMU (Decision Making Unit) yang
bertanggung jawab menggunakan sejumlah input untuk memperoleh suatu
output yang ditargetkan. Secara khusus, DEA merupakan pengembangan
teknik pemograman linier yang didalamnya terdapat fungsi tujuan dan fungsi
kendala.
Dasar pengukuran efisiensi dengan DEA adalah program linier,
transformasi program linier yang kita sebut dengan DEA adalah sebagai
berikut :1
maksimumkan
m
maxsimasi ht = ∑ vrt qrt
1Susilowati, Indah, dkk.Modul Perkuliahan Pengukuran Efisiensi Melalui Data
Envelopment Analysis (DEA). Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro. Hlm.2-3
30
r=1�
Dengan batasan atau kendala
m n kendala ∑ vrt qrs - ∑ uit xit ≤ 0 , r = 1,2 ...... m
r=1 i=1 n
∑ uik xik = 1 , dan Ui dan Vr ≥ 0, dimana: i=1
qrt adalah jumlah output r pada bidang t
xit adalah jumlah input i pada bidang t
qrs adalah jumlah input r pada bidang s
xit adalah jumlah ouput i pada bidang t
m adalah jumlah sampel yang dianalisis
s Jumlah input yang digunakan
2. Operasional Variabel Penelitian
Berikut spesifikasi variabel input dan output pendekatan intermediasi yang
dapat digunakan untuk mengukur kinerja efisiensi dalam penelitian ini.
Tabel 3.2 Spesifikasi Variabel Input dan Variabel Output Dalam Penelitian
Variabel Input Sumber (I1) Total Aset Neraca (I2) Dana Pihak Ketiga Neraca (I3) Beban Operasional Laporan Laba Rugi
Variabel Output Sumber (O1) Total Kredit /Pembiayaan Neraca (O2) Pendapatan Operasional Laporan Laba Rugi
3. Identifikasi Variabel Input dan Output
31
Konsep-konsep yang digunakan dalam mendefinisikan hubungan input
output dalam tingkah laku dari institusi finansial pada metode parametrik
maupun non-para metrik yaitu:2
1. Pendekatan produksi (the production approach), Pendekatan produksi
melihat institusi finansial sebagai produser dari akun deposit (deposit
accout) dan kredit pinjaman (loans); mendefinisikan output sebagai
jumlah dari akun-akun tersebut atau dari transaksi- transaksi terkait. Input-
input dalam kasus ini dihitung sebagai jumlah dari tenaga kerja,
pengeluaran modal pada aset-aset tetap (fixed asset) dan material lainnya
2. Pendekatan intermediasi (the intermediation approach), Pendekatan
intermediasi memandang sebuah institusi finansial sebagai intermediator:
merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari unit-unit surplus menjadi
unit-unit defisit. Dalam hal input-input institusional,seperti biaya, tenaga
kerja, dan modal dan pembayaran bunga pada deposit, dengan output yang
diukur dalam kredit pinjaman dan investasi finansial.
3. Pendekatan asset (the asset approach), pendekatan asset ini melihat fungsi
primer sebuah institusi finansial sebagai pencipta pinjaman.Yang terakhir
adalah pendekatan aset yang memvisualisasikan fungsi primer sebuah
institusi finansial sebagai pencipta kredit pinjaman dekat sekali dengan
pendekatan intermediasi, dimana output benar-benar didefinisikan dalam
bentuk aset-aset.
Pada penelitian ini untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan secara
umum, menggunakan pendekatan intermediasi dengan orientasi input karena
melihat karakteristik lembaga keuangan yang bertindak sebagai financial
intermediation, yaitu fungsi bank yang sebagai menghimpun dan
menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana. Dalam penelitian ini
2 Muliaman D. Hadad, Wimboh S, Dhaniel I, dan Eugenia M. Analisis Efisiensi Industri
Perbankan Indonesia:penggunaan Metode Non-Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA).BI Research Paper. Jakarta: Bank Indonesia.
32
menggunakan variabel input dan output sebagai berikut:3
1. Total Aset, sumber dana yang dikuasai BPR sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan diharapkan menjadi sumber perolehan manfaat ekonomi di
masa depan.
2. Dana Pihak Ketiga dari BPR Syariah dan Konvensional, dana yang
dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian
penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu.
3. Beban operasional, semua beban yang dikeluarkan atas kegiatan yang
lazim sebagai usaha BPR.
4. Total pembiayaan dari BPR Syariah dan total kredit dari BPR
Konvensional, penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam –
meminjam antara BPR dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
(debitur) untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.
5. Pendapatan operasional, semua pendapatan yang berasal dari kegiatan
utama BPR. Pendapatan operasional terdiri dari pendapatan bunga dan
pendapatan operasional lainnya.
3Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat, Juni 2010.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Penelitian
Penelitian ini menggunakan data tahunan Bank Perkreditan Rakyat di
Tangerang dengan jumlah 8 BPR yaitu 4 BPR Syariah dan BPR Konvensional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur nilai efisiensi BPR pada tahun 2014-
2016 dengan menggunakan pendekatan non-parametrik yaitu Data Envelopment
Analysis.
Skor efisiensi penelitian ini didapatkan dari hasil proses perhitungan
menggunakan software WinDEA yang merupakan skor efisiensi relatif antara tiap
DMU dalam objek penelitian. Software ini akan memberikan skor 0-1 kemudian
diubah menjadi bentuk persentase 0-100% pada masing-masing DMU. DMU
dikatakan efisien apabila mendapatkan skor sama dengan 1 atau 100%. Skor
efisiensi tersebut merupakan perbandingan antara input dan output pada masing-
masing DMU. Apabila penelitian berorientasi input, DMU yang mendapatkan
skor efisiensi 1 atau 100%, artinya DMU tersebut tidak melakukan pemborosan
terhadap penggunakaan input-inputnya. Dan apabila suatu penelitian berorientasi
output, DMU mendapatkan skor 1 atau 100%, artinya DMU tersebut mampu
memanfaatkan potensi kemampuan produksi yang dimiliki secara optimal
sehingga mampu mencapai tingkat output yang efisien. Pada penelitian ini
menggunakan pendekatan yang berorientasi input untuk melihat seberapa banyak
input yang dapat dikurangi agar DMU menjadi efisien.
Selain menunjukkan skor efisiensi, software WinDEA juga akan
menunjukkan nilai target. Nilai target adalah nilai yang disarankan oleh
perhitungan DEA agar bank menjadi lebih efisien.
B. Analisis Efisiensi BPR
1. Variabel Input dan Output BPR
Berikut ini merupakan tabel Input dan Output dari BPR Periode 2014-
2016 yang terdiri dari 4 BPR di Tangerang.
34
Tabel 4.1 Variabel Input dan Output BPR Periode 2014
BPR
INPUT OUTPUT
Total Aset Dana Pihak
Ketiga
Beban
Operasional
Total
Kredit/Pembi
ayaan
Pendapatan
Operasional
KR 142.249.506 22.684.269 9.011.884 102.003.014 16.118.326
PKM 84.695.217 60.882.761 13.826.625 68.600.782 3.197.622
CAR 143.762.682 109.931.704 9.736.715 82.375.757 9.736.715
AM 124.932.951 92.861.642 5.343.091 79.490.841 10.127.953
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Tabel tersebut menjelaskan informasi pada tahun 2014 mengenai input
pada BPR Kerta Raharja yakni Total Aset sebesar Rp142.249.506, Dana Pihak
Ketiga sebesar Rp22.684.269 dan Beban Operasional sebesar Rp9.011.884, dan
output yakni Total Kredit sebesar Rp102.003.014 dan Pendapatan Operasional
sebesar Rp16.118.326.
Input pada BPR Prima Kredit Mandiri yaitu Total Aset sebesar
Rp84.695.217, Dana Pihak Ketiga sebesar Rp60.882.761, dan Beban Operasional
sebesar Rp13.826.625, dan output yaitu Total Kredit sebesar Rp68.600.782 dan
Pendapatan Operasional sebesar Rp3.197.622.
Input pada BPR Central Artha Rezeki yakni Total Aset sebesar
Rp143.762.682, Dana Pihak Ketiga sebesar Rp109.931.704, dan Beban
Operasional sebesar Rp9.736.715, dan output yakni Total Kredit sebesar
Rp82.375.757, dan Pendapatan Operasional sebesar Rp9.736.715.
Input pada BPR Akasia Mandiri yakni Total Aset sebesar Rp124.932.951,
Dana Pihak Ketiga sebesar Rp92.861.642, dan Beban Operasional sebesar
Rp5.343.091, dan output yakni Total Kredit sebesar Rp79.490.841, dan
Pendapatan Operasional sebesar Rp10.127.953.
35
Tabel 4.2 Variabel Input dan Output BPR Periode 2015
BPR
INPUT OUTPUT
Total Aset Dana Pihak
Ketiga
Beban
Operasional
Total
Kredit/Pembi
ayaan
Pendapatan
Operasional
KR 204.978.577 35.094.497 15.162.650 175.822.156 26.608.174
PKM 94.732.349 66.977.606 15.884.359 77.241.963 20.670.244
CAR 170.588.855 143.904.920 16.230.065 92.012.901 19.171.318
AM 149.229.009 106.773.460 7.622.547 95.036.556 14.613.398
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Tabel tersebut menjelaskan informasi pada tahun 2015 mengenai input
pada BPR Kerta Raharja yakni Total Aset sebesar Rp204.978.577, Dana Pihak
Ketiga sebesar Rp35.094.497 dan Beban Operasional sebesar Rp15.162.650, dan
output yakni Total Kredit sebesar Rp175.822.156 dan Pendapatan Operasional
sebesar Rp26.608.174.
Input pada BPR Prima Kredit Mandiri yaitu Total Aset sebesar
Rp94.732.349, Dana Pihak Ketiga sebesar Rp66.977.606, dan Beban Operasional
sebesar Rp15.884.359, dan output yaitu Total Kredit sebesar Rp77.241.963 dan
Pendapatan Operasional sebesar Rp20.670.244.
Input pada BPR Central Artha Rezeki yakni Total Aset sebesar
Rp170.588.855, Dana Pihak Ketiga sebesar Rp143.904.920, dan Beban
Operasional sebesar Rp16.230.065, dan output yakni Total Kredit sebesar
Rp92.012.901, dan Pendapatan Operasional sebesar Rp19.171.318.
Input pada BPR Akasia Mandiri yakni Total Aset sebesar Rp149.229.009,
Dana Pihak Ketiga sebesar Rp106.773.460, dan Beban Operasional sebesar
Rp7.622.547, dan output yakni Total Kredit sebesar Rp95.036.556, dan
Pendapatan Operasional sebesar Rp14.613.398.
36
Tabel 4.3 Variabel Input dan Output BPR Periode 2016
BPR
INPUT OUTPUT
Total Aset Dana Pihak
Ketiga
Beban
Operasional
Total
Kredit/Pembi
ayaan
Pendapatan
Operasional
KR 306.997.817 52.778.702 19.558.577 254.064.360 35.855.551
PKM 105.301.101 73.895.851 16.707.327 86.236.240 22.372.846
CAR 190.685.733 165.154.923 16.662.389 93.345.330 18.442.828
AM 156.544.845 123.379.815 6.606.270 110.026.988 14.629.267
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Tabel tersebut menjelaskan informasi pada tahun 2016 mengenai input
pada BPR Kerta Raharja yakni Total Aset sebesar Rp306.997.817, Dana Pihak
Ketiga sebesar Rp52.778.702 dan Beban Operasional sebesar Rp19.558.577, dan
output yakni Total Kredit sebesar Rp254.064.360 dan Pendapatan Operasional
sebesar Rp35.855.551.
Input pada BPR Prima Kredit Mandiri yaitu Total Aset sebesar
Rp105.301.101, Dana Pihak Ketiga sebesar Rp73.895.851, dan Beban
Operasional sebesar Rp16.707.327, dan output yaitu Total Kredit sebesar
Rp86.236.240 dan Pendapatan Operasional sebesar Rp22.372.846.
Input pada BPR Central Artha Rezeki yakni Total Aset sebesar
Rp190.685.733, Dana Pihak Ketiga sebesar Rp165.154.923, dan Beban
Operasional sebesar Rp16.662.389, dan output yakni Total Kredit sebesar
Rp93.345.330, dan Pendapatan Operasional sebesar Rp18.442.828.
Input pada BPR Akasia Mandiri yakni Total Aset sebesar Rp156.544.845,
Dana Pihak Ketiga sebesar Rp123.379.815, dan Beban Operasional sebesar
Rp6.606.270, dan output yakni Total Kredit sebesar Rp110.026.988, dan
Pendapatan Operasional sebesar Rp14.629.267.
37
2. Variabel Input dan Output BPRS
Berikut ini merupakan tabel Input dan Output dari BPRS Periode
2014-2016 yang terdiri dari 4 BPRS di Tangerang.
Tabel 4.4 Variabel Input dan Output BPRS Periode 2014
BPR
INPUT OUTPUT
Total Aset Dana Pihak
Ketiga
Beban
Operasional
Total
Kredit/Pembi
ayaan
Pendapatan
Operasional
HIK 440.092.510 347.827.403 21.829.417 374.572.130 69.170.084
BR 50.561.409 46.503.330 4.634.512 41.427.988 7.953.883
MBA 14.920.114 10.765.135 1.224.369 10.566.598 1.833.551
ATT 13.398.373 3.906.604 1.306.989 10.369.517 2.074.648
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Tabel tersebut menjelaskan informasi pada tahun 2014 mengenai input
pada BPRS Harta Insan Karimah yakni Total Aset sebesar Rp440.092.510, Dana
Pihak Ketiga sebesar Rp347.827.403 dan Beban Operasional sebesar
Rp21.829.417, dan output yakni Total Pembiayaan sebesar Rp374.572.130 dan
Pendapatan Operasional sebesar Rp69.170.084.
Input pada BPRS Berkah Ramadhan yaitu Total Aset sebesar
Rp50.561.409, Dana Pihak Ketiga sebesar Rp46.503.330, dan Beban Operasional
sebesar Rp4.634.512, dan output yaitu Total Pembiayaan sebesar Rp41.427.988
dan Pendapatan Operasional sebesar Rp7.953.883.
Input pada BPRS Mulia Berkah Abadi yakni Total Aset sebesar
Rp14.920.114, Dana Pihak Ketiga sebesar Rp10.765.135, dan Beban Operasional
sebesar Rp1.224.369, dan output yakni Total Pembiayaan sebesar Rp10.566.598,
dan Pendapatan Operasional sebesar Rp1.833.551.
Input pada BPRS Attaqwa yakni Total Aset sebesar Rp13.398.373, Dana
Pihak Ketiga sebesar Rp3.906.604, dan Beban Operasional sebesar Rp1.306.989,
dan output yakni Total Pembiayaan sebesar Rp10.369.517, dan Pendapatan
Operasional sebesar Rp2.074.648.
38
Tabel 4.5 Variabel Input dan Output BPRS Periode 2015
BPR
INPUT OUTPUT
Total Aset Dana Pihak
Ketiga
Beban
Operasional
Total
Kredit/Pembi
ayaan
Pendapatan
Operasional
HIK 473.747.207 385.727.075 25.358.506 412.456.182 75.169.970
BR 60.053.355 54.816.774 6.531.007 44.650.652 11.539.027
MBA 29.594.137 20.827.923 1.868.652 22.797.230 4.171.132
ATT 20.398.897 10.414.051 1.693.488 15.427.387 2.872.547
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Tabel tersebut menjelaskan informasi pada tahun 2015 mengenai input
pada BPRS Harta Insan Karimah yakni Total Aset sebesar Rp473.747.207, Dana
Pihak Ketiga sebesar Rp385.727.075 dan Beban Operasional sebesar
Rp25.358.506, dan output yakni Total Pembiayaan sebesar Rp412.456.182 dan
Pendapatan Operasional sebesar Rp75.169.970.
Input pada BPRS Berkah Ramadhan yaitu Total Aset sebesar
Rp60.053.355, Dana Pihak Ketiga sebesar Rp54.816.774, dan Beban Operasional
sebesar Rp6.531.007, dan output yaitu Total Pembiayaan sebesar Rp44.650.652
dan Pendapatan Operasional sebesar Rp11.539.027.
Input pada BPRS Mulia Berkah Abadi yakni Total Aset sebesar
Rp29.594.137, Dana Pihak Ketiga sebesar Rp20.827.923, dan Beban Operasional
sebesar Rp1.868.652, dan output yakni Total Pembiayaan sebesar Rp22.797.230,
dan Pendapatan Operasional sebesar Rp4.171.132.
Input pada BPRS Attaqwa yakni Total Aset sebesar Rp20.398.897, Dana
Pihak Ketiga sebesar Rp10.414.051, dan Beban Operasional sebesar Rp1.693.488,
dan output yakni Total Pembiayaan sebesar Rp15.427.387, dan Pendapatan
Operasional sebesar Rp2.872.547.
39
Tabel 4.6 Variabel Input dan Output BPRS Periode 2016
BPR
INPUT OUTPUT
Total Aset Dana Pihak
Ketiga
Beban
Operasional
Total
Kredit/Pem
biayaan
Pendapatan
Operasional
HIK 483.028.239 413.799.225 45.976.641 385.322.125 80.802.106
BR 99.863.050 87.676.074 8.124.431 78.257.170 14.007.262
MBA 59.948.490 42.433.484 3.992.279 45.033.818 9.294.596
ATT 31.762.814 16.687.701 2.984.656 24.797.343 5.335.659
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Tabel tersebut menjelaskan informasi pada tahun 2016 mengenai input
pada BPRS Harta Insan Karimah yakni Total Aset sebesar Rp483.028.239, Dana
Pihak Ketiga sebesar Rp413.799.225 dan Beban Operasional sebesar
Rp45.976.641, dan output yakni Total Pembiayaan sebesar Rp385.322.125 dan
Pendapatan Operasional sebesar Rp80.802.106.
Input pada BPRS Berkah Ramadhan yaitu Total Aset sebesar
Rp99.863.050, Dana Pihak Ketiga sebesar Rp87.676.074, dan Beban Operasional
sebesar Rp8.124.431, dan output yaitu Total Pembiayaan sebesar Rp78.257.170
dan Pendapatan Operasional sebesar Rp14.007.262.
Input pada BPRS Mulia Berkah Abadi yakni Total Aset sebesar
Rp59.948.490, Dana Pihak Ketiga sebesar Rp42.433.484, dan Beban Operasional
sebesar Rp3.992.279, dan output yakni Total Pembiayaan sebesar Rp45.033.818,
dan Pendapatan Operasional sebesar Rp9.294.596.
Input pada BPRS Attaqwa yakni Total Aset sebesar Rp31.762.814, Dana
Pihak Ketiga sebesar Rp16.687.701, dan Beban Operasional sebesar Rp2.984.656,
dan output yakni Total Pembiayaan sebesar Rp24.797.343, dan Pendapatan
Operasional sebesar Rp5.335.659.
40
3. Tingkat Efisiensi BPR dan BPRS 2014-2016
Nilai efisiensi BPR dan BPRS pada tahun 2014-2016 bisa dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.7 Skor Efisiensi BPR Tahun 2014-2016
Periode BPR Konvensional
Average KR PKM CAR AM
2014 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
2015 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
2016 100,00% 100,00% 88,29% 100,00% 97,07% Sumber : Data diolah oleh peneliti
Berdasarkan hasil perhitungan DEA, tabel tersebut menunjukkan BPR
Konvensional pada tahun 2014 dan 2015 rata-rata skor efisiensi mencapai tingkat
efisiensi 100 %. Sedangkan pada tahun 2016, rata-rata skor efisiensi pada BPR
Konvensional menurun hanya berkisar 97,07% tidak mampu mencapai angka skor
efisiensi 100%. Skor efisiensi menurun pada BPR Central Artha Rezeki yang
hanya berkisar sebesar 88,29% pada tahun 2016.
Sedangkan Pada tahun 2014 , BPR Syariah terjadi sebaliknya, skor efisiensi
kurang dari 100%. Sedangkan pada tahun 2015 dan 2016 skor efisiensi BPR
Syariah meningkat mencapai angka skor efisiensi 100%. Skor inefisiensi pada
BPRS Mulia Berkah Abadi yang hanya berkisar sebesar 91,94% pada tahun 2014.
Tabel 4.8 Skor Efisiensi BPRS Tahun 2014-2016
Periode BPR Syariah
Average HIK BR MBA ATT
2014 100,00% 100,00% 91,94% 100,00% 97,99%
2015 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
2016 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% Sumber : Data diolah oleh peneliti
41
Keterangan*:
BPR BPRS
KR : Kerta Raharja HIK : Harta Insan Karimah
PKM : Prima Kredit Mandiri BR : Berkah Ramadhan
CAR : Central Artha Medika MBA : Mulia Berkah Abadi
AM : Akasia Mandiri ATT : Attaqwa
Setelah menganalisis pencapaian skor rata – rata efisiensi pada 3 tahun
terakhir ini ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, BPR di Tangerang pada tahun
2014 sampai 2015 yang mengalami efisiensi 100%, mengalami penurunan dan
tidak mencapai skor efisiensi 100% pada tahun 2016 yakni BPR Central Artha
Rezeki skor efisiensi sekitar 88,29%. Namun, terjadi sebaliknya pada BPRS yang
pada tahun 2014 mengalami inefisiensi hanya berkisar 91,94%, mengalami
efisiensi optimum 100% pada BPRS Mulia Berkah Abadi tahun 2015 sampai
2016.
Sumber: Data diolah oleh peneliti
95,50%96,00%96,50%97,00%97,50%98,00%98,50%99,00%99,50%100,00%100,50%
2014 2015 2016
Tingkat Efisiensi BPR Di Tangerang
BPR BPRS
Grafik 4.1: Tingkat Efisiensi Rata-Rata BPR dan BPRS di Tangerang Pada Tahun 2014-2016
42
Berdasarkan grafik di atas, tingkat efisiensi yang dimiliki oleh BPR
Konvensional dan BPR Syariah dalam penelitian ini berada pada posisi yang
hampir sama, hanya pada tahun 2014 BPR Syariah nilainya berkisar pada angka
97,99% dan pada BPR Konvensional pada tahun 2016 nilainya hanya mencapai
97,07%. Artinya secara keseluruhan, tingkat efisiensi BPR Syariah mengalami
peningkatan dari tahun 2014 yang rata-rata mencapai 97.99% sehingga pada tahun
2015 sampai 2016 mencapai efisiensi maksimal yakni 100%, sedangkan tingkat
efisiensi BPR Konvensional mengalami penurunan dilihat pada tahun 2015
sampai 2016 mencapai efisiensi maksimal yakni 100% yang kemudian menurun
pada tahun 2016 yakni hanya mencapai 97.07%.
Selanjutnya, akan dibahas lebih mendalam tingkat efisiensi dari keempat BPR
Konvensional dan BPR Syariah berdasarkan metode DEA.
a. Kerta Raharja
Berdasarkan hasil DEA diketahui bahwa BPR Kerta Raharja telah mencapai
tingkat efisiensi yang maksimal, yaitu sebesar 100%. Dengan demikian, BPR
Kerta Raharja harus mempertahankan tingkat efisiensinya agar selalu optimal.��
b. Prima Kredit Mandiri
Berdasarkan hasil DEA diketahui bahwa BPR Prima Kredit Mandiri juga
telah mencapai tingkat efisiensi yang maksimal, yaitu sebesar 100%. Dengan
demikian, BPR Prima Kredit Mandiri harus mempertahankan tingkat efisiensinya
agar selalu optimal.
c. Central Artha Rezeki
Pada tahun 2014 sampai dengan 2015 nilai efisiensi mencapai maksimum
diperoleh BPR Central Artha Rezeki. Namun, pada tahun 2016, nilai efisiensinya
hanya mencapai 88,29%, terjadi penurunan efisiensi dari tahun sebelumnya
sebesar 11,71%. Dapat dilihat pada grafik 4.2
43
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen BPR Central Artha
Rezeki dalam mengambil sebuah keputusan untuk mencapai nilai efisiensi
optimum:
Tabel 4.9: Target Efisiensi BPR Central Artha Rezeki Desember 2016
Efficiency Variable Actual Target To Gain Achieved
BPR Central Artha Rezeki
Desember 2016
88.29%
Total Aset 190.685.733 168.357.7 14.6% 88.3%
DPK 165.154.923 131.773.0 20.2% 79.8%
Beban Operasional 16.662.389 14.711.0 11.7% 88.3%
Total Kredit 93.345.330 95.176.1 2.00% 98.1%
Pendapatan Operasional 18.442.828 18.442.0 0.00% 100.00%
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
100,00% 100,00%
88,29%
2014 2015 2016
TINGKAT EFISIENSI BPR CENTRAL ARTHA REZEKI
Grafik 4.2: Pergerakan Rata-Rata Tahunan Efisiensi BPR Central Artha Rezeki (CAR)
44
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, BPR Central Artha Rezeki pada bulan
Desember 2016 mengalami inefisiensi yaitu sebesar 88.29% dibandingkan dengan
tahun sebelumnya pada periode penelitian ini yang mencapai skor efisiensi 100%.
Semua variabel input mengalami inefisiensi, dan hanya satu variabel output yang
mengalami efsiensi yaitu pendapatan operasional. Total Aset tingkat efisiennya
hanya mencapai 88.3% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu
dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 14.6%. Pada Dana
Pihak Ketiga atau DPK tingkat efisiensinya hanya mencapai 79.8%, ketika
menghimpun dana melebihi target seharusnya dibilang ini sebuah prestasi bahwa
produk funding BPR Central Artha Rezeki karena diminati masyarakat. Namun
sisi negatifnya ketika sudah melebihi dari target efisiensi yang disarankan, hal ini
pun menjadi tidak baik, karena kelebihan dana yang terserap menyebabkan
inefisiensi dan harus segera shifting untuk fokus pada poduk financing yang
belum mencapai target sebesar 2.00%.
Adapun pencapaian efisiensi pada variabel beban operasional hanya
mencapai 88.3% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu dilakukan
perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 11.7%. Beban operasional yang
dimiliki oleh BPR Central Artha Rezeki mencapai Rp16.662.389 juta. Aset tetap
ini juga mengalami pemborosan, karena hanya dengan Rp14.711.000 juta saja,
variabel beban operasional sudah dapat mencapai nilai efisiensi yang optimum.
Begitu pula dengan Total Kredit yang juga mengalami inefisiensi, dengan
nilai 98.1%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada variabel total kredit dengan
cara menaikan sebesar 2.00% saja. Hal ini mengindikasikan total kredit yang
diberikan oleh BPR Central Artha Rezeki kurang dari target sehingga tidak bisa
mencapai efisiensi secara optimum. Implementasi total kredit yang diberikan
mencapai Rp93.345.330 juta, sedangkan target yang disarankan agar mencapai
efisiensi optimum adalah sebesar Rp95.176.100 juta
d. Akasia Mandiri
Berdasarkan hasil DEA diketahui bahwa BPR Akasia Mandiri telah
mencapai tingkat efisiensi yang maksimal, yaitu sebesar 100%. Dengan demikian,
BPR Akasia Mandiri harus mempertahankan tingkat efisiensinya agar selalu
45
optimal.�
e. Harta Insan Karimah
Berdasarkan hasil DEA diketahui bahwa BPRS HIK juga telah mencapai
tingkat efisiensi yang maksimal, yaitu sebesar 100%. Dengan demikian, BPRS
HIK harus mempertahankan tingkat efisiensinya agar selalu optimal.�
f. Berkah Ramadhan
Berdasarkan hasil DEA diketahui bahwa BPRS Berkah Ramadhan telah
mencapai tingkat efisiensi yang maksimal, yaitu sebesar 100%. Dengan demikian,
BPRS Berkah Ramadhan harus mempertahankan tingkat efisiensinya agar selalu
optimal.�
g. Mulia Berkah Abadi
Pada tahun 2014 nilai efisiensi terendah nilai skor efisiensi berkisar 91,94%
diperoleh BPRS Mulia Berkah Abadi. Namun, pada tahun 2015 dan 2016, nilai
efisiensinya mencapai maksimum 100%.
Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi BPRS Mulia Berkah Abadi selama
periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik 4.8. Berdasarkan grafik 4.8, terlihat
bahwa pergerakan tingkat efisiensi BPR Mulia Berkah Abadi mengalami
peningkatan. Pada tahun 2014 terendah, kemudian pada tahun 2015 sampai
dengan 2016 meningkat hingga mencapai efisiensi optimum.
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
91,94%
100,00% 100,00%
2014 2015 2016
TINGKAT EFISIENSI BPRS MULIA BERKAH ABADI
Grafik 4.3: Pergerakan Rata-Rata Tahunan Efisiensi BPRS Mulia Berkah Abadi (MBA)
46
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen BPRS Mulia Berkah
Abadi dalam mengambil sebuah keputusan untuk mencapai nilai efisiensi
optimum:
Tabel 4.10: Target Efisiensi BPRS Mulia Berkah Abadi Desember 2014
Efficiency Variable Actual Target To
Gain Achieved
BPRS
Mulia
Berkah
Abadi
2014
91.94%
Total Aset 14.920.114 13.717.6 8.1% 91.9%
DPK 10.765.135 9.654.3 10.3% 89.7%
Beban
Operasional 1.224.369 866.3 29.2% 70.8%
Total
Pembiayaan 10.566.598 10.567.0 0.00% 100.0%
Pendapatan
Operasional 1.833.551 1.933.0 5.4% 94.9%
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, BPRS Mulia Berkah Abadi pada tahun 2014
mengalami inefisiensi terendah yaitu sebesar 70.8%. Semua variabel input
mengalami inefisiensi, dan satu variabel output yang mengalami inefsiensi kecuali
total pembiayaan. Total aset tingkat efisiennya hanya mencapai 91.9% dan untuk
mencapai nilai efisiensi optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara
menurunkannya sebesar 8,1%. Hal ini mengindikasikan telah terjadi pemborosan
dalam total aset, padahal hanya dengan Rp13.717.600 juta saja, variabel total aset
sudah dapat mencapai efisiensi optimum.
Adapun pencapaian efisiensi pada DPK hanya mencapai 89.7% dan untuk
mencapai nilai efisiensi optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara
menurunkannya sebesar 10.3%. DPK yang dimiliki oleh BPRS Mulia Berkah
Abadi mencapai Rp10.765.135 juta. DPK yang dihimpun oleh BPRS Mulia
Berkah Abadi ini melebihi target, hal ini terjadi karena pihak BPRS sebagai
lembaga intermediary ingin meningkatkan jumlah dana simpanan untuk
47
melaksanakan kegiatan kredit ke masyarakat melalui berbagai produk yang
dihasilkannya dan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya dana pihak ketiga
yaitu tingkat bagi hasil, tingkat bunga deposito, dan jumlah kantor bank.
Adapun untuk variabel output yaitu variabel pendapatan operasional juga
mengalami inefisiensi dengan nilai 94.9%, maka dari itu diperlukan perbaikan
pada variabel pendapatan operasional dengan cara menaikkan sebesar 5.4%. Hal
ini mengindikasikan dana yang didapatkan operasional oleh BPRS Mulia Berkah
Abadi belum mencapai target sehingga tidak bisa mencapai efisiensi secara
optimum. Implementasi pendapatan operasional hanya mencapai Rp1.833.551
juta saja, oleh karena itu BPRS Mulia Berkah Abadi harus menaikkan pendapatan
operasionalnya menjadi Rp1.933.000 juta, agar dapar mencapai efisiensi yang
optimum.
h. Attaqwa
Berdasarkan hasil DEA diketahui bahwa BPRS Attaqwa juga telah mencapai
tingkat efisiensi yang maksimal, yaitu sebesar 100%. Dengan demikian, BPRS
Attaqwa harus mempertahankan tingkat efisiensinya agar selalu optimal.�
4. Total Potential Improvement BPR dan BPRS Di Tangerang
Hasil perhitungan DEA juga memperlihatkan potential improvement yang
dapat dilakukan oleh bank-bank yang belum beroperasi secara efisien.
Berdasarkan pendekatan intermediasi yang berorientasi input, maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas BPR Syariah dan BPR Konvensional harus
mengurangi jumlah total inputnya, sekaligus meningkatkan outputnya untuk
menghasilkan output yang ideal oleh DMU pada tahun-tahun tersebut.
Berikut ini penyebab inefisiensi pada BPR dan BPRS yang berada di
Tangerang yang akan dijadikan perbandingan bagi kedua BPR tersebut.
48
Grafik 4.4 : Total Potential Improvement BPR dan BPRS Di
Tangerang
Sumber: Data diolah dari Target Output Oriented DEA Frontier
Berdasarkan grafik di atas, total improvement (variabel yang perlu
mendapatkan perbaikan) terdapat pada variabel input dan variabel output.
Variabel input meliputi Total Aset, Dana Pihak Ketiga, dan Beban Operasional.
Adapun untuk variabel output yang perlu mendapatkan perhatian adalah Total
Kredit/Pembiayaan dan Pendapatan Operasional.
BPR di Tangerang, variabel yang menjadi penyebab inefisiensi terbesar
adalah Dana Pihak Ketiga sebesar 1.68% dan Total Aset sebesar 1.22%,
sedangkan variabel yang efisien adalah Pendapatan Operasional yang sebesar
0.00%. Kemudian, BPRS , variabel yang menjadi penyebab inefisiensi terbesar
adalah Beban Operasional yaitu sebesar 2.43%, sedangkan variabel yang efisien
adalah Total Pembiayaan yang mencapai 0.00%.
Ketidakefisienan penggunaan input dana pihak ketiga oleh BPR disebabkan
jumlah input yang masih lebih besar dibandingkan targetnya. Hal ini menandakan
perannya sebagai input yang tidak maksimal untuk menghasilkan output. Upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan mengalokasikan kelebihan input dana pihak
ketiga ke bagian input aset total khususnya aset yang bersifat produktif. Cara ini
dapat dilakukan oleh BPR dengan peningkatan jumlah penyaluran dana/total
pemberian kredit kepada masyarakat. Hal ini berarti dana yang terkumpul dari
masyarakat dapat disalurkan kembali ke masyarakat melalui total kredit. Namun,
ketidakefisienan penggunaan input dana pihak ketiga oleh BPRS disebabkan
1,22%
1,68%
0,98%0,17%0%
BPRTotalAset
DPK
BebanOperasional
TotalKredit
PendapatanOperasional
0,68%
0,86%2,43%
0%0,45%
BPRS TotalAset
DPK
BebanOperasionalTotalKredit
PendapatanOperasional
49
jumlah input yang masih lebih besar dibandingkan targetnya. Hal ini menandakan
pihak BPRS sebagai lembaga intermediary ingin meningkatkan jumlah dana
simpanan untuk melaksanakan kegiatan kredit ke masyarakat melalui berbagai
produk yang dihasilkannya dan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya dana
pihak ketiga yaitu tingkat bagi hasil, tingkat bunga deposito, dan jumlah kantor
bank.
Masih kurangnya efisiensi pada input aset terjadi karena penggunaan jumlah
aset melebihi target yang dibutuhkan. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan
menambah porsi pembiayaan yang merupakan bagian dari aset total itu sendiri.
Meningkatnya jumlah pembiayaan akan memperlancar proses intermediasi pada
bank perkreditan rakyat dan menambah pendapatan operasional terutama yang
berasal dari penyaluran dana. Sedangkan aset tetap yang telah dimiliki oleh bank
tidak perlu dikurangi, hanya saja harus digunakan secara maksimal agar tidak
terjadi inefisiensi. Pembelian aset tetap seyogyanya harus sejalan dengan
penggunaannya secara maksimal sehingga berpengaruh positif terhadap
pendapatan bank.
Membengkaknya beban operasional pada BPRS disebabkan tingkat beban
operasional yang meningkat dari tahun ke tahun, sehingga belum mencapai skala
yang ekonomis merupakan akibat dari pengembangan usaha dari perbankan, dan
hal tersebut wajar. Maka yang perlu bagi BPRS adalah dengan kenaikan biaya
operasional perlunya diiringi pula dengan peningkatan kualitas jasa pelayanan
sehingga BPRS tetap dapat bersaing dan memberikan kontribusi yang lebih baik
dan efektif bagi perekonomian masyarakat.
50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat efisiensi
BPRS dan BPR di Tangerang selama periode 2014-2016 dengan menggunakan
metode Data Envelopment Analysis. Penelitian ini menggunakan 4 sampel BPR
dan 4 Sampel BPRS di Tangerang pada tahun 2014-2016. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dibahas pada bab IV, maka ditemukan beberapa kesimpulan
pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan DEA, Ada 2 BPR dari bank-bank Perkreditan
Rakyat yang masih mengalami inefisiensi yaitu 1 BPR Syariah dan 1 BPR
Konvensional. BPR Syariah relatif lebih efiisien dibandingkan BPR
Konvensional dilihat pada periode 2014 – 2016 seluruh BPRS yang diteliti
mencapai tingkat efiensi rata – rata sebesar 97.99%. Pada periode 2014
terdapat 3 BPRS yang telah mencapai nilai efisiensi sempurna yakni 100%.
Kemudian pada periode 2015 sampai 2016 seluruh BPRS mampu mencapai
efisiensi maksimal yakni 100%. Sedangkan pada BPR, periode 2014 sampai
2015 mampu mencapai efisiensi maksimal yakni 100%. Kemudian pada
periode 2016 jumlah efisiensi pada BPR menurun yang semula 4 BPR turun
jumlah menjadi 3 BPR dengan tingkat efisiensi rata-rata sebesar 97.07% .
Dari bank yang menjadi sampel penelitian terdapat 3 BPR Syariah dan 3
BPR Konvensional yang selalu mencapai tingkat efisiensi teknik secara
berturut – turut yakni 100 persen selama periode 2014-2016, yaitu BPRS
Harta Insan Karimah, BPRS Berkah Ramadhan dan BPRS Attaqwa.
Sedangkan pada BPR yaitu BPR Kerta Raharja, BPR Prima Kredit Mandiri
dan BPR Akasia Mandiri. Dari hasil penelitian, BPR Syariah Mulia Berkah
Abadi yang mengalami kondisi inefisiensi hanya pada periode 2014 yang
selanjutnya periode 2015 sampai 2016 mencapai efisiensi maksimal.
Sedangkan pada BPR yang menglami inefisensi yaitu BPR Central Artha
51
Rezeki, yang mencapai efisiensi maksimal hanya pada periode 2014 sampai
2015.
2. Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhan, BPR Syariah menunjukkan
kinerja efisiensi yang semakin baik dan semakin konvergen. BPRS lebih
efisien dibandingkan dengan BPR menurut Data Envelopment Analysis,
namun tidak ada perbedaan yang signifikan nilai efisiensi pada BPRS dan
BPR di Tangerang. Adapun secara rata-rata yang mencapai efisiensi
optimum pada BPRS adalah BPRS Harta Insan Karimah, BPRS Berkah
Ramadhan dan BPRS Attaqwa yaitu pada titik 98%, sedangkan yang
mengalami inefisensi adalah BPRS Mulia Berkah Abadi yang mendapat nilai
di bawah 98%. Sedangkan, pada BPR yang mencapai rata-rata efisiensi
optimum adalah BPR Kerta Raharja, Prima Kredit Mandiri dan Akasia
Mandiri yaitu pada titik 97%, sedangkan yang paling terendah adalah BPR
Central Artha Medika yang mendapat nilai di bawah 97%.
Adapun potential Improvement (variabel yang perlu mendapatkan perbaikan)
pada BPR Syariah dan BPR Konvensional yaitu BPR di Tangerang, variabel
yang menjadi penyebab inefisiensi terbesar adalah Dana Pihak Ketiga sebesar
1.68% dan Total Aset sebesar 1.22%. Kemudian, BPRS , variabel yang
menjadi penyebab inefisiensi terbesar adalah Beban Operasional yaitu sebesar
2.43%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka peneliti mencoba mengemukakan implikasi yang dapat
bermanfaat, diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi Manajemen BPR Syariah dan BPR Konvensional
Bagi BPR Syariah dan BPR Konvensional yang sudah efisien diharapkan
dapat mempertahankan tingkat efisiensinya pada tahun-tahun yang akan
datang, sementara untuk BPR Syariah dan BPR Konvensional yang masih
inefisiensi diharapkan dapat memperbaiki tingkat efisiensinya pada tahun-
52
tahun yang akan datang. BPR Syariah dan BPR Konvensional diharapkan
untuk Transparan dalam mempublish Laporan Keuangannya untuk
meningkatkan kepercayaan para nasabah dan untuk penelitian yang akan
dilakukan.
Beban operasional menjadi penyebab utama dalam inefisiensi pada
BPRS disebabkan tingkat beban operasional yang meningkat dari tahun ke
tahun, hal yang perlu bagi BPRS adalah dengan kenaikan biaya operasional
perlunya diiringi pula dengan peningkatan kualitas jasa pelayanan dan perlu
adanya strategi dalam manajemen SDM sehingga BPRS tetap dapat bersaing
dan memberikan kontribusi yang lebih baik dan efektif bagi perekonomian
masyarakat.
Dana Pihak Ketiga yang menjadi penyebab inefisiensi kedua pada BPR
perannya sebagai penghimpun dana yang tidak maksimal untuk penyaluran
dana. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengalokasikan kelebihan
dana pihak ketiga ke bagian aset total khususnya aset yang bersifat produktif.
Cara ini dapat dilakukan oleh BPR dengan peningkatan jumlah penyaluran
dana/total pemberian kredit kepada masyarakat. Hal ini berarti dana yang
terkumpul dari masyarakat dapat disalurkan kembali ke masyarakat melalui
total kredit. Nasabah funding yang berlebih jadikan sebagai target marketing
utama untuk memasarkan produk financing yang ada.
Perhitungan efisiensi hendaknya dilakukan secara berkala untuk
mengevaluasi dan memantau kondisi BPR agar manajemen dapat menghemat
tenaga dan waktu dengan hanya memantau yang inefisien saja.
2. Kepada akademisi diharapkan untuk menyempurnakan penelitian ini,
dengan cara : �
a. Memperbanyak data, bukan hanya menggunakan 8 sampel BPR, bisa
menggunakan 20 sampel BPR bahkan lebih, serta menggunakan
pendekatan lain seperti pendekatan aset dan pendekatan produksi
53
untuk mengukur efisiensi.
b. Periode penelitian juga dapat diperbaharui agar hasil yang diperoleh
dapat menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi berkaitan dengan
penelitian ini.
c. Komparatif pada penelitian ini kalau bisa objek penelitiannya se-
Indonesia supaya lebih komprehensif.
d. Alat analisisnya bisa menggunakan metode analisis yang bersifat
parametrik seperti metode Stochastic Analysis (SFA).
3. Untuk Pemerintah/ Regulator �
a. Hendaknya memperhatikan variabel yang menyebabkan inefisiensi
suatu BPR Syariah dan BPR Konvensional. Dengan mengevaluasi
tingkat efisiensi BPR Syariah dan BPR Konvensional di Tangerang
dapat mengalami perkembangan kualitas yang signifikan.
b. Sumber daya manusia selalu menjadi permasalahan pada BPR di
Tangerang, karena tingginya permintaan tidak mampu dipenuhi oleh
penawaran yang ada. Perbaikan SDM ini sebaiknya dapat dilakukan
dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek,
pendidikan, dan pelatihan sebaiknya diberikan kepada setiap level
manajemen pada BPR. Sementara dalam jangka panjang, perlu dibuka
perguruan tinggi pada level S1 dan S2.
c. Disamping itu, untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia,
regulator dapat membuat peraturan yang mewajibkan anggaran
minimal untuk peningkatan kualitas SDM. Regulator juga dapat
memberikan insentif dengan ikut berpartisipasi dalam pembiayaan
SDM. Disamping itu, regulator juga dapat menyediakan training gratis
untuk staf BPR yakni BPR Syariah maupun BPR Konvensional.
54
DAFTAR PUSTAKA
Ali Suyanto Herli. “Buku Pintar Pengelolaan BPR dan Lembaga Keuangan
Pembiayaan Mikro.” Yogyakarta : Penerbit Andi, 2013.
Asep Saepullah.“Efisiensi Perbankan Indonesia: Komparasi, Evaluasi, dan
Solusi.” Jurnal Peneliti Muda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Batas Langit, Pesat Pertumbuhan Bank Di Tangerang,
https://satelitnews.co.id/2013/03/08/pesat-pertumbuhan-bank-di-
tangerang-, artikel di akses pada 14 Juni 2017
Bi.go.id, diakses pada 21 Juli 2017 dari http://www.bi.go.id/id/Kamus.aspx?id=B
Chu-Fen Li, 2007. “Problem in Bank Branch Ineficiency: Management, Scale and
Location.” Asian Journal of Management and Humanity Sciences. Vol 1,
No 4
Donsyah Yudistira, 2004 “Efficiency In Ilamic Banking: An Empirical Analysis
Of Eighteen Banks.” Islamic Economic Studies, Vol. 12, No. 1, Agustus.
Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Essentials Of Financial Management”. Jakarta: Salemba Empat, 2010.
Henri Tanjung dan Abrista Devi. “Metodologi Penelitian Ekonomi Islam.”
Penerbit:Gramata Publishing, 2013.
Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat, 2004.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Mei 2016
55
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Mei 2017
Kasmir. “Pemasaran Bank (Edisi Revisi, Cet ke-4).”Jakarta: Kencana, 2010.
Kusumawadani, Deni dkk. 2008. “Tingkat Kesehatan dan Efisiensi bank
Pengkreditan Rakyat Jawa Timur.” Majalah Ekonomi Tahun XVIII, No.
2 Agustus 2008. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Airlangga.
Muliaman D. Hadad, Wimboh S, Dhaniel I, dan Eugenia M. “Analisis Efisiensi
Industri Perbankan Indonesia:penggunaan Metode Non-Parametrik Data
Envelopment Analysis (DEA).”BI Research Paper. Jakarta: Bank
Indonesia, 2003
Nurul Huda & Mustafa Edwin Nasution. “Current Issues Lembaga Keuangan
Syariah.” Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.
Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat, Juni 2010.
POJK tentang Bank Perkreditan Rakyat
POJK tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Perkreditan
Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Rifqi Muhammad. “Akuntasi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi
PSAK Syariah.” Yogyakarta: P3EI Press, 2008.
Safii Antonio. “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”. Jakarta:Gema Insani,
2007.
56
Sofyan Syafri Harahap. “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan.” Jakarta:
Rajawali Pers, 2010.
Statistik Perbankan indonesia (Indonesian Banking Statistics). Vol: 11 No.2
Januari 2013.
Syafaat Muhari dan Muhammad Nadratuzzaman Hosen. “Tingkat Efisiensi
BPRS di Indonesia: Perbandingan Metode SFA dengan DEA dan
Hubungannya Deangan Camel.” Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol.
18 No.2, Mei 2014.
UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 21
UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 25
Yumanita, D., dan Ascarya. Analisis Efisiensi Perbankan di Indonesia. Working
Paper.WP/01/PPSK/05. Bank Indonesia.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Daftar Lampiran:
1. Data Sekunder Sebelum Diolah
2. Hasil Efisiensi DEA (Sumber: DEAFrontier)
3. Total Potential Improvement (Sumber: DEAFrontier)
Data Sekunder Sebelum Diolah
BPR Di Tangerang (Dalam Jutaan Rupiah)
BPR Total Aset DPK BO TK/TP PO KR14 142.249.506
22.684.269
9.011.884
102.003.014
16.118.326
PKM14 84.695.217
60.882.761
13.826.625
68.600.782
3.197.622
CAR14 143.762.682
109.931.704
9.736.715
82.375.757
15.627.361
AM14 124.932.951
92.861.642
5.343.091
79.490.841
10.127.953
HIK14 440.092.510
347.827.403
21.829.417
374.572.130
69.170.084
BR14 50.561.409
46.503.330
4.634.512
41.427.988
7.953.883
MBA14 14.920.114
10.765.135
1.224.369
10.566.598
1.833.551
ATT14 13.398.373
3.906.604
1.306.989
10.369.517
2.074.648
KR15 204.978.577
35.094.497
15.162.650
175.822.156
26.608.174
PKM15 94.732.349
66.977.606
15.884.359
77.241.963
20.670.244
CAR15 170.588.855
143.904.920
16.230.065
92.012.901
19.171.318
AM15 149.229.009
106.773.460
7.622.547
95.036.556
14.613.398
HIK15 473.747.207
385.727.075
25.358.506
412.456.182
75.169.970
BR15 60.053.355
54.816.774
6.531.007
44.650.652
11.539.027
MBA15 29.594.137
20.827.923
1.868.652
22.797.230
4.171.132
ATT15 20.398.897
10.414.051
1.693.488
15.427.387
2.872.547
KR16 306.997.817
52.778.702
19.558.577
254.064.360
35.855.551
PKM16 105.301.101
73.895.851
16.707.327
86.236.240
22.372.846
CAR16 190.685.733
165.154.923
16.662.389
93.345.330
18.442.828
AM16 156.544.845
123.379.815
6.606.270
110.026.988
14.629.267
HIK16 483.028.239 413.799.225 45.976.641 385.322.125 80.802.106
Hasil Efisiensi DEA 1. BPR KERTA RAHARJA
100.00 Des14 100.00 Des15 100.00 Des16 Table of target value Targets for Unit Des14 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 142250.0 142250.0 0.0% 100.0% -DPK 22684.0 22684.0 0.0% 100.0% -BO 9012.0 9012.0 0.0% 100.0% +TK 102003.0 102003.0 0.0% 100.0% +PO 16118.0 16118.0 0.0% 100.0% Targets for Unit Des15 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 204979.0 204979.0 0.0% 100.0% -DPK 35094.0 35094.0 0.0% 100.0% -BO 15163.0 15163.0 0.0% 100.0% +TK 175822.0 175822.0 0.0% 100.0% +PO 26608.0 26608.0 0.0% 100.0% Targets for Unit Des16 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 306998.0 30699.0 0.0% 100.0% -DPK 52778.0 52778.0 0.0% 100.0% -BO 19559.0 19559.0 0.0% 100.0% +TK 254064.0 254064.0 0.0% 100.0% +PO 3585.0 3585.0 0.0% 100.0%
2. BPR PRIMA KREDIT MANDIRI 100.00 Des14 100.00 Des15 100.00 Des16 Table of target value Targets for Unit Des14 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 84695.0 84695.0 0.0% 100.0% -DPK 60883.0 60883.0 0.0% 100.0% -BO 13827.0 13827.0 0.0% 100.0% +TK 68601.0 68601.0 0.0% 100.0% +PO 17264.0 17264.0 0.0% 100.0%
BR16 99.863.050
87.676.074
8.124.431
78.257.170
14.007.262
MBA16 59.948.490
42.433.484
3.992.279
45.033.818
9.294.596
ATT16 31.762.814
16.687.701
2.984.656
24.797.343
5.335.659
Targets for Unit Des15 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 94732.0 94732.0 0.0% 100.0% -DPK 66978.0 66978.0 0.0% 100.0% -BO 15884.0 15884.0 0.0% 100.0% +TK 77242.0 77242.0 0.0% 100.0% +PO 20670.0 20670.0 0.0% 100.0% Targets for Unit Des16 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 105301.0 105301.0 0.0% 100.0% -DPK 73896.0 73896.0 0.0% 100.0% -BO 16707.0 16707.0 0.0% 100.0% +TK 86236.0 86236.0 0.0% 100.0% +PO 2237.0 2237.0 0.0% 100.0%
3. BPR CENTRAL ARTHA REZEKI 100.00 Des14 100.00 Des15 88.29 Des16 Table of target value Targets for Unit Des14 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 14763.0 14763.0 0.0% 100.0% -DPK 109932.0 109932.0 0.0% 100.0% -BO 9737.0 9737.0 0.0% 100.0% +TK 82376.0 82376.0 0.0% 100.0% +PO 15627.0 15627.0 0.0% 100.0% Targets for Unit Des15 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 170589.0 170589.0 0.0% 100.0% -DPK 143905.0 143905.0 0.0% 100.0% -BO 16230.0 16230.0 0.0% 100.0% +TK 92013.0 92013.0 0.0% 100.0% +PO 19171.0 19171.0 0.0% 100.0% Targets for Unit Des16 efficiency 88.29% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 190686.0 168357.7 14.6% 88.3% -DPK 165155.0 131773.0 20.2% 79.8% -BO 16662.0 14711.0 11.7% 88.3% +TK 93345.0 95176.1 2.0% 98.1% +PO 18443.0 18442.0 0.0% 100.0%
4. BPR AKASIA MANDIRI 100.00 Des14 100.00 Des15 100.00 Des16 Table of target value Targets for Unit Des14 efficiency 100.00% radial
Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 124933.0 124933.0 0.0% 100.0% -DPK 92862.0 92862.0 0.0% 100.0% -BO 5343.0 5342.0 0.0% 100.0% +TK 79491.0 79491.0 0.0% 100.0% +PO 10128.0 10128.0 0.0% 100.0% Targets for Unit Des15 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 149229.0 149229.0 0.0% 100.0% -DPK 106773.0 106773.0 0.0% 100.0% -BO 7623.0 7623.0 0.0% 100.0% +TK 95037.0 95037.0 0.0% 100.0% +PO 14613.0 14613.0 0.0% 100.0% Targets for Unit Des16 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 156545.0 156545.0 0.0% 100.0% -DPK 123380.0 123380.0 0.0% 100.0% -BO 6606.0 6606.0 0.0% 100.0% +TK 110027.0 110027.0 0.0% 100.0% +PO 1462.0 1462.0 0.0% 100.0%
5. BPRS HARTA INSAN KARIMAH 100.00 Des14 100.00 Des15 100.00 Des16 Table of target value Targets for Unit Des14 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 440093.0 440093.0 0.0% 100.0% -DPK 347827.0 347827.0 0.0% 100.0% -BO 21829.0 21829.0 0.0% 100.0% +TK 374572.0 374572.0 0.0% 100.0% +PO 69170.0 69170.0 0.0% 100.0% Targets for Unit Des15 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 473747.0 473747.0 0.0% 100.0% -DPK 385727.0 385727.0 0.0% 100.0% -BO 25359.0 25359.0 0.0% 100.0% +TK 412456.0 412456.0 0.0% 100.0% +PO 75170.0 75170.0 0.0% 100.0% Targets for Unit Des16 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 483028.0 483028.0 0.0% 100.0% -DPK 413799.0 413799.0 0.0% 100.0% -BO 45977.0 45977.0 0.0% 100.0% +TK 385322.0 385322.0 0.0% 100.0% +PO 80802.0 80802.0 0.0% 100.0%
6. BPRS BERKAH RAMADHAN
100.00 Des14 100.00 Des15 100.00 Des16 Table of target value Targets for Unit Des14 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 50561.0 50561.0 0.0% 100.0% -DPK 46503.0 46503.0 0.0% 100.0% -BO 4635.0 4635.0 0.0% 100.0% +TK 41428.0 41428.0 0.0% 100.0% +PO 7954.0 7954.0 0.0% 100.0% Targets for Unit Des15 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 60053.0 60053.0 0.0% 100.0% -DPK 54817.0 54817.0 0.0% 100.0% -BO 6531.0 6531.0 0.0% 100.0% +TK 44651.0 44651.0 0.0% 100.0% +PO 11539.0 11539.0 0.0% 100.0% Targets for Unit Des16 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 99863.0 99863.0 0.0% 100.0% -DPK 87676.0 87676.0 0.0% 100.0% -BO 8124.0 8124.0 0.0% 100.0% +TK 78257.0 78257.0 0.0% 100.0% +PO 1400.0 1400.0 0.0% 100.0%
7. BPRS MULIA BERKAH ABADI 100.00 Des14 100.00 Des15 91.94 Des16 Table of target value Targets for Unit Des14 efficiency 91.94% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 14920.0 13717.6 8.1% 91.9% -DPK 10765.0 9654.3 10.3% 89.7% -BO 1224.0 866.3 29.2% 70.8% +TK 10567.0 10567.0 0.0% 100.0% +PO 1834.0 1933.0 5.4% 94.9% Targets for Unit Des15 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 29594.0 29594.0 0.0% 100.0% -DPK 20828.0 20828.0 0.0% 100.0% -BO 1869.0 1869.0 0.0% 100.0% +TK 22797.0 22797.0 0.0% 100.0% +PO 4171.0 4171.0 0.0% 100.0%
Targets for Unit Des16 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 59948.0 59948.0 0.0% 100.0% -DPK 42434.0 42434.0 0.0% 100.0% -BO 3992.0 3992.0 0.0% 100.0% +TK 45034.0 45034.0 0.0% 100.0% +PO 9295.0 9295.0 0.0% 100.0%
8. BPRS ATTAQWA 100.00 Des14 100.00 Des15 100.00 Des16 Table of target value Targets for Unit Des14 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 13398.0 13398.0 0.0% 100.0% -DPK 3907.0 3907.0 0.0% 100.0% -BO 1307.0 1307.0 0.0% 100.0% +TK 10370.0 10370.0 0.0% 100.0% +PO 2075.0 2075.0 0.0% 100.0% Targets for Unit Des15 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 20399.0 20399.0 0.0% 100.0% -DPK 10414.0 10414.0 0.0% 100.0% -BO 1693.0 1693.0 0.0% 100.0% +TK 15427.0 15427.0 0.0% 100.0% +PO 2873.0 2873.0 0.0% 100.0% Targets for Unit Des16 efficiency 100.00% radial Variable Actual Target To Gain Achieved -TA 31763.0 31763.0 0.0% 100.0% -DPK 16688.0 16688.0 0.0% 100.0% -BO 2985.0 2985.0 0.0% 100.0% +TK 24797.0 24797.0 0.0% 100.0% +PO 5336.0 5336.0 0.0% 100.0%
TOTAL POTENTIAL IMPROVEMENT 1. BPR
BPR TA DPK BO RATA- TK PO RATA-
RATA INPUT
RATA OUTPUT
KR14 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% KR15 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% KR16 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
PKM14 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% PKM15 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% PKM16 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% CAR14 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% CAR15 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% CAR16 14.60% 20.20% 11.70% 15.50% 2.00% 0.00% 1.00% AM14 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% AM15 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% AM16 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Rata-rata 1.22% 1.68% 0.98% 1.29% 0.17% 0.00% 0.08%
2. BPRS
BPRS TA DPK BO RATA-RATA INPUT
TP PO RATA-RATA
OUTPUT HIK14 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% HIK15 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% HIK16 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% BR14 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% BR15 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% BR16 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
MBA14 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% MBA15 8.10% 10.30% 29.20% 15.87% 0.00% 5.40% 2.70% MBA16 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% ATT14 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% ATT15 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% ATT16 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Rata-rata 0.68% 0.86% 2.43% 1.32% 0.00% 0.45% 0.23%