LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PRODUK TERAPAN
PENERAPAN PENDEKATAN PARTISIPATORIS DALAMPEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA PESISIR UNTUK
MEWUJUDKAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
TIM PENGUSUL
Irwan Syari Tanjung, S. Sos., M. AP (Ketua Penelitian)NIDN. 0115037102
Elvita Yenni, SS., M.Hum (Anggota 1)NIDN. 0131038201
Dibiayai Oleh:
Direktorat Riset dan Pengabdian MasyarakatDirektorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Sesuai Dengan Kontrak PenelitianNomor: 337/II.3-AU/UMSU-LP2M/C/2017
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARASEPTEMBER, 2017
Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum
ludul
PenelitiiPelaksanaNaiiia LengkapPerguruan TinggiNIDNJabatan FungsionalProgram StudillJamor HPAlamat surel (e-mail)Anggota (1)Nama LengkapNIDNPerguruan Tinggilnstitusi Mitra (iika ada)Narna lnstitusi MitraAlamatPenanggung JawabTahun PelaksanaanIliaya ?aiiuit Berjaiar,Biaya Keseiuruhan
FtrALAr*'iAN P E F+C{ SA HA N
: IRWAN SI'ARI TANiUiiG, S.Sos, ivt.A.FUniversitas Muhammadiyah Sumatera Utara01 1 5037102Lektorllmu Komunikasi08i3{r141-5915tr rwan syari tanj un g (clyah oo. c o m
ELVITA YENNI S.S.. M.Hum0t31038201Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
funur", ke 1 dari rencana 2 tahunD-- ?n nnn nnnr\p / u.uutrruuuRp 144,561,000
. lvl. ,)i,7200501 1001
: Penerapaa Pendekatan partisipatoris daiam pemberdayaanMasyarakat Desa Pesisir Untuk Mewujudkan pelaksanaanUndang-undang Nomor 6 Tahun 2014Tentang Desa
( 1RWAN SYAzu TANJUNG, S.Scis, nf .A.piNIP/NIK 01 15037102
A&f, ivf. Si)0i23036501
Menyetuiui,
a - 2011
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................ i
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv
RINGKASAN PENELITIAN .................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 11.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 11.2 Tujuan Penelitian................................................................................. 21.3 Urgensi Penelitian ............................................................................. 31.4 Rencana Target Tahunan ..................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 42.1 Pendekatan Partisipatoris..................................................................... 42.2 Pemberdayaan .................................................................................... 62.3 Masyarakat Desa Pesisir...................................................................... 72.4 Pembangunan Desa ............................................................................. 82.4 Studi Terdahulu ................................................................................ 92.5 Road Map (Peta Jalan Penelitian) ....................................................... 10
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ............................... 123.1 Tujuan Penelitian ............................................................................. 123.2 Manfaat Penelitian ............................................................................. 12
BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................... 134.1 Diagram Fishbone ........................................................................... 134.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 134.3 Variabel Penelitian ............................................................................. 144.4 Bagan Alir Penelitian .......................................................................... 144.5 Lokasi Penelitian ............................................................................. 144.6 Penentuan Responden ......................................................................... 15
BAB V HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI .................................. 165.1 Profil Desa Paluh Manan .................................................................. 165.2 Potensi Desa Masyarakat Pesisir ........................................................ 185.3 Keunggulan-keunggulan yang dimiliki Desa dalam Pembangunan
Desa ................................................................................................... 245.4 Analisis SWOT ................................................................................... 255.5 Model Pemberdayaan Masyarakat Desa Pesisir ................................. 265.6 Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 27
1
BAB VI RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA ................................. 316.1 Rencana Tahapan Selanjutnya ............................................................ 316.2 Roadmap Penelitian Selanjutnya ........................................................ 31BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN7.1 Kesimpulan ................................................................................ 327.2 Saran ............................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
1. Justifikasi Anggaran Penelitian2. Dukungan Sarana dan Prasarana3. Susunan Organisasi Tim Penelitin dan Pembagian Tugas4. Daftar Riwayat Hidup
2
DAFTAR TABEL
Tabel Rencana Target Tahun ..................................................................... 2
Tabel Jadwal Penelitian ...................................................................... 15
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama ............. 16
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku ................................ 17
Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Desa Paluh Manan Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ................................................... 17
Tabel 5.4 Distribusi responden Terkait Sumber-sumber daya alam
Yang ada di Desa Paluh Manan ......................................... 19
Tabel 5.5 Distribusi responden terkait kondisi sumber daya alam . . . 20
Tabel 5.6 Distribusi responden terkait peran kepala desa dalam
Pengelolaan dan pelestarian sumber daya alam ................ 20
Tabel 5.7 Distribusi responden terkait peran tokoh masyarakat ....... 21
Tabel 5.8 Distribusi responden terkait program pemberdayaan ....... 21
Tabel 5.9 Distribusi responden terkait program pemberdayaan
masyarakat ...................................................................... 21
Tabel 5.10 Distribusi responden terkait kemampuan pemerintahan ... 22
Tabel 5.11 Distribusi responden terkait program pemberdyaan yang
Dilakukan oleh pemerintah memberikan manfaat ............ 22
Tabel 5.12 Distribusi responden terkait setelah mengikuti program . . 23
Tabel 5.13 Distribusi responden terkait tingkat aksebilitas ................ 23
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Kondisi Sarana Pendidikan Di Desa Paluh Manan ........... 18
4
RINGKASAN
Keberhasilan pembangunan tidak terlepas dari partisipasi masyarakat yang tinggidalam setiap pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan. Pemerataanpembangunan sangat dibutuhkan dalam meningkatkan potensi desa baik sumberdaya manusia maupun sumber daya alamnya. Pengembangan potensi desa yangdimiliki oleh masyarakat desa khususnya daerah pesisir dapat meningkatkankemajuan desa sehingga mampu menjadi desa yang berdaya saing sesuai tujuanpembangunan nasional yaitu mewujudkan masyarakat yang sejahtera, mandiri danberdaya saing. Hal ini berkaitan dengan mendukung program pemerintah dalammenghadapi tantangan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Dengan demikian,dibutuhkan suatu pendekatan yang dapat mendukung program pemberdayaanmasyarakat desa pesisir sehingga dapat meningkatkan partisipasi masyarakatdalam pelaksanaan pembangunan yang telah diatur dalam Undang-undang Nomor6 Tahun 2014 Tentang Desa. Adapun pendekatan yang dilakukan dengan metodepatisipatory rural appraisal (PRA), dengan pendekatan ini diharapkan dapatmendorong masyarakat pesisir untuk mendukung program pembangunan yangdilaksanakan di desa. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasikan potensidesa dan mengelompokkan potensi tersebut menjadi keunggulan dan kelemahansehingga dapat menganalisis model pemberdayaan masyarakat pesisir. Penelitianini dilakukan 2 (dua) tahun. Tahun I dilakukan dengan penelitian surveyselanjutnya dilakukan analisis SWOT untuk menghasilkan model pemberdayaanmasyarakat pesisir. Tahun II dilakukan dengan action research (tindakan) yangbertujuan untuk menerapkan pendekatan partisipatoris dengan metode PRAselanjutnya dievaluasi.
Kata Kunci: Pendekatan Partisipatoris, Pemberdayaan dan Masyarakat DesaPesisir
5
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan yang dilaksanakan dengan merata di setiap bidang
kehidupan sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan kemajuan masyarakat
terutama di tingkat desa. Pengembangan dan kemajuan masyarakat sangat
dibutuhkan untuk menghadapi tantangan Masyarakat Ekonomi Asean. Dengan
demikian, masyarakat desa juga harus dipersiapkan untuk mampu berdaya saing
di tingkat internasional, maka untuk mendukung pengembangan kemampuan
masyarakat desa dibutuhkan suatu program pembangunan desa.
Keberhasilan program yang dilaksanakan tersebut tak terlepas dari peran
serta masyarakat itu sendiri. Salah satu program tersebut yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, yaitu pemberdayaan
masyarakat desa sebagai upaya yang dapat mengembangkan kemandirian dan
kesejahteraan dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,
kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan
kebijakan, program, kegiatan dan pendampingan yang sesuai dengan esensi
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa
Isu utama yang diperlukannya pemberdayaan masyarakat desa untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera sesuai dengan yang diharapkan dalam
pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang khususnya di daerah
pinggiran pantai Kecamatan Hamparan Perak adalah masih minimnya tingkat
pendidikan masyarakat, kurangnya pengelolaan lingkungan yang bersih sehingga
sering menghadapi masalah kesehatan, rendahnya pola pikir masyarakat untuk
penataan desa dan mendukung setiap kebijakan program pemerintah, pendapatan
yang rendah sehingga setiap diajak untuk melakukan kerja sama membangun desa
alasannya adalah uang. Hal inilah yang menjadi alasan utama perlunya
pendekatan partisipatoris dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera
khususnya daerah pinggiran pantai.
2
Pendekatan partisipatoris yang diterapkan dalam pemberdayaan
masyarakat desa pinggiran pantai dilaksanakan melalui metode participatory
rural appraisal (PRA) yang bertujuan untuk memberi pemahaman kepada
masyarakat agar belajar tentang kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan dan
oleh masyarakat desa sendiri sehingga menghasilkan rancangan program sesuai
dengan kebutuhannya. Sesuai yang dikemukakan oleh Chambers, (1996)
mengemukakan bahwa participatory rural appraisal (PRA) adalah pendekatan
dan metode untuk mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan dan
oleh masyarakat desa.
Melalui pendekatan partisipatoris diharapkan dapat mendorong
masyarakat pinggiran pantai untuk mendukung segala kebijakan pemerintah,
dimana masyarakat tersebut sebagai pembuat perencanaan, pelaksana dan
pengawas. Pendekatan partisipatoris yang diterapkan dalam pemberdayaan
masyarakat pinggiran pantai diharapkan mampu merubah pola kehidupan
masyarakat di segala bidang sehingga terwujud kesejahteraan masyarakat yang
telah diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana potensi desa pada masyarakat pesisir di Desa Paluh Manan?b. Bagaimana keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh desa untuk
mendukung pembangunan desa di Desa Paluh Manan?c. Bagaimana model pemberdayaan masyarakat pesisir di Desa Paluh
Manan?
1.3 Rencana Target Tahun
No Jenis Luaran Indikator CapaianTS TS + 1 TS + 2
1. Publikasi Ilmiah Internasional draf Published -Nasional - - -
2. Pemakalah dalamTemu Ilmiah
Internasional Terdaftar Sudahdilaksanak
an
-
Nasional - - -
3
3. Invited Speakerdalam Temu Ilmiah
Internasional - - -Nasional - - -
4. Visiting Lecturer Internasional - - -5. Hak Kekayaan
Intelektual (HKI)Paten - - -PatenSederhana
- - -
Hak Cipta - - -MerekDagang
- - -
RahasiaDagang
- - -
DesainProdukIndustri
- - -
IndikasiGeografis
- - -
PerlindunganVarietasTanaman
- - -
PerlindunganTopografiSirkuitTerpadu
- - -
6. Teknologi TepatGuna
- - -
7. Model/Purwarupa/Desain/KaryaSeni/RekayasaSosial
Draft Penerapan -
8. Buku Ajar (ISBN) - draf -9. Tingkat Kesiapan
Teknologi (TKT)6 6 -
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendekatan Partisipatoris
Pendekatan partisipatoris merupakan pendekatan berbasis komunitas
(Community Based Approach), yang menilai tinggi partisipasi masyarakat dalam
proses-proses perumusan masalah dan penyusunan perencanaan, dengan orang
luar sebagai fasilitator sehingga pandangan dari dalam masyarakat sendiri
merupakan pendekatan utama. Kristanto (1997), mengemukakan bahwa
pendekatan ini dilakukan dengan perencanaan yang berorientasi dari bawah ke
atas (bottum-up strategy). Sedangkan Riyadi dan Bratakusumah (2005),
mengatakan bahwa pendekatan partisipatoris dilakukan dengan metode
Partisipatory Rural Appraisal (PRA) dimaksudkan sebagai metode belajar
tentang kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan dan oleh masyarakat desa
sendiri serta bertujuan menghasilkan rancangan program yang lebih sesuai dengan
hasrat dan keadaan masyarakat.
Metode PRA dilakukan tidak sekedar proses memahami, melainkan
analisis, perencanaan dan tindakan sehingga pendekatan yang dilakukan dapat
memungkinkan masyarakat desa khususnya masyarakat pinggiran pantai untuk
saling berbagi, meningkatkan dan menganalisis pengetahuan masyarakat tentang
kondisi dan kehidupan desa serta membuat rencana dan bertindak. Pendekatan
partisipatitoris melalui Partisipatory Rural Appraisal (PRA) menekankan bahwa
masyarakat sasaran memiliki kemampuan untuk melakukan kontrol bahkan
mengubah program yang telah dikeluarkan oleh perencana pembangunan.
Ada beberapa prinsip dalam Partisipatory Rural Appraisal (PRA) yang
menjadi dasar dalam pelaksanaannya yang dikemukakan oleh Muslim, (2007),
yaitu a) Belajar secara langsung. Belajar dari masyarakat secara langsung untuk
mendapatkan pengetahuan fisik, teknis, dan sosial secara lokal, b) Belajar secara
cepat dan progresif. Belajar secara cepat dan progresif melalui eksplorasi yang
terencana dan pemakaian metode yang fleksibel, c) Komunikasi rilek dan bersifat
kekeluargaan. Menyeimbangkan bias, rileks dan tidak tergesa-gesa,
5
mendengarkan dan bukan menggurui, tidak memaksakan dan mencari masyarakat
yang lebih miskin, kehadiran orang luar hendaknya masuk dalam proses diskusi
sebagai anggota. Oleh karena itu, komunikasi yang ada harus bersifat
kekeluargaan, d) Optimalisasi pertukaran, mengaitkan biaya pemahaman dengan
informasi yang benar-benar bermanfaat dengan pertukaran antara kuantitas,
kegayutan, keakuran serta ketepatan waktu, e) Membuat jaringan titik-titik
pengukuran, dapat diartikan sebagai penggunaan waktu kisaran yang terdiri dari
metode, diskusi, jenis informasi untuk pengecekan silang, f) Mencari
keanekaragaman, mencari hal yang berbeda-beda daripada rata-rata. Dalam hal ini
metode triangulasi dipergunakan untuk memperoleh informasi yang
kedalamannya dapat diandalkan, g) Pemberian fasilitas artinya memberikan
fasilitas penyelidikan, analisis penyajian dan pemahaman oleh masyarakat itu
sendiri, sehingga mereka dapat menyajikan dan memiliki hasilnya serta juga
mempelajarinya, h) Kesadaran dan tanggung jawab diri yang kritis, fasilitator
secara terus menerus menguji tingkah laku mereka dan mencoba melakukannya
secara lebih baik. Kesalahan harus dipahami sebagai suatu kesempatan untuk
belajar melakukan yang lebih baik, i) Saling berbagi informasi dan gagasan antar
sesama masyarakat desa, antar masyarakat desa dengan fasilitator dan antar
fasilitator yang berbeda, serta saling berbagi wilayah kegiatan, pelatihan dan
pengalaman antar organisasi yang berbeda.
Melibatkan masyarakat dalam setiap program pembangunan desa yang
khususnya memberdayakan masyarakat desa. Asnudin (2009) program dengan
pendekatan partisipatif untuk masa yang akan datang dibutuhkan beberapa
kegiatan awal dan dilaksanakan secara berkelanjutan.
2.2 Pemberdayaan
Pemberdayaan selalu dikaitkan dengan wacana pembangunan masyarakat
dan dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan.
Istilah pemberdayaan lahir sebagai antitesis terhadap model pembangunan dan
model industrialisasi yang kurang memihak pada rakyat mayoritas. Pemberdayaan
dapat diartikan sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya untuk
6
mencari nafkah. Arsiyah, DKK (2009) menyatakan bahwa konsep pemberdayaan
merupakan paradigma baru dalam pembangunan masyarakat yang melibatkan
masyarakat dalam kegiatan pembangunan baik dalam perencanaan, pelaksanaan
maupun evaluasi.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1 Ayat 12,
menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya
mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan,
program, kegiatan dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat desa.
Upaya pemberdayaan masyarakat perlu didasari pemahaman bahwa
munculnya ketidak berdayaan masyarakat akibat masyarakat tidak memiliki
kekuatan (powerless). Ife dalam Zubaedi (2014), mengidentifikasi beberapa jenis
kekuatan yang dimiliki masyarakat dan dapat digunakan untuk memberdayakan
mereka:
a. Kekuatan atas pilihan pribadi. Upaya pemberdayaan dilakukan dengan
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menentukan pilihan
pribadi atau kesempatan untuk hidup lebih baik.b. Kekuatan dalam menentukan kebutuhannya sendiri. Pemberdayaan yang
dilakukan dengan mendampingi mereka untuk merumuskan kebutuhannya
sendiri.c. Kekuatan dalam kebebasan berekspresi. Pemberdayaan masyarakat
dilakukan dengan mengembangkan kapasitas mereka untuk bebas
berekspresi dalam bentuk budaya publik.d. Kekuatan kelembagaan. Pemberdayaan dilakukan dengan meningkatkan
aksesibilitas masyarakat terhadap kelembagaan pendidikan, kesehatan,
keluarga, keagamaan, sistem kesejahteraan sosial, struktur pemerintahan,
media dan sebagainya.e. Kekuatan sumber daya ekonomi. Pemberdayaan dilakukan dengan
meningkatkan aksesibilitas dan kontrol terhadap aktivitas ekonomi.
7
f. Kekuatan dalam kebebasan reproduksi. Pemberdayaan dilakukan dengan
memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam menentukan proses
reproduksi.
Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat desa adalah pengembangan yang
dilakukan untuk masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan
untuk meningkatkan kemampuan dalam menentukan masa depannya sendiri dan
berpartisipasi dalam mempengaruhi kehidupannya sendiri.
2.2.1 Masyarakat Desa Pesisir
Istilah daerah pesisir, merupakan daerah yang langsung berbatasan dengan
pinggiran pantai atau laut. Amanah (2010), menyatakan bahwa masyarakat pesisir
memiliki kehidupan yang khas, dihadapkan langsung pada kondisi ekosistem yang
keras, dan sumber kehidupan yang bergantung pada pemanfaatan sumber daya
pesisir dan laut. Secara teoritis masyarakat pesisir didefinisikan sebagai
masyarakat yang tinggal dan melakukan aktivitas sosial ekonomi yang terkait
dengan sumber daya lautan sehingga mempunyai tingkat ketergantungan yang
cukup tinggi terhadap hasil laut. Sedangkan Mubyarto (2002) masyarakat pesisir,
khususnya nelayan secara umum, dikategorikan lebih miskin daripada keluarga
petani atau pengrajin. Kemiskinan ini dicirikan oleh pendapatan yang
berfluktuasi, pengeluaran yang konsumtif, tingkat pendidikan masyarakat yang
rendah, unit kelembagaan yang tersedia belum mendukung terjadinya pemerataan
pendapatan, potensi tenaga kerja keluarga (istri dan anak) belum dapat
dimanfaatkan dengan baik, serta akses terhadap permodalan rendah.
Masyarakat pesisir pada umumnya sekelompok masyarakat yang
memanfaatkan sumber daya kelautan sehingga sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian di sektor kelautan dan sisanya terdiri dari pedagang dan
petani. Namun lebih banyak dari mereka yang bersifat subsistem, menjalani usaha
dan kegiatan ekonominya untuk menghidupi keluarga sendiri, dengan skala yang
begitu kecil sehingga hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam
jangka waktu yang sangat pendek.
8
Kondisi fisik dari pemukiman dan kehidupan masyarakat pinggiran pantai
terbagi dalam tiga kategori yaitu: rumah permanen (memenuhi syarat kesehatan),
rumah semi permanen (cukup memenuhi syarat kesehatan), rumah non permanen
(kurang atau tidak memenuhi syarat kesehatan). Namun, secara umum kondisi
pemukiman masyarakat pinggiran pantai lebih banyak kepada rumah non
permanen. Terdapat beberapa karakteristik masyarakat pinggiran pantai yang
dikemukakan oleh Wignyosoebroto (2009) yaitu:
a. Sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatanb. Sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, musim dan juga pasarc. Struktur masyarakat yang masih sederhana dan belum banyk dimasuki
oleh pihak luar. Hal ini dikarenakan baik budaya, tatanan hidup dan
kegiatan masyarakat relatif homogen dan masing-masing individu merasa
mempunyai kepentingan yang sama dan tanggung jawab dalam
melaksanakan dan mengawasi hukum yang sudah disepakati bersama.d. Sebagian besar masyarakat pesisir bekerja sebagai nelayan.
2.3 Pembangunan Desa
Pembangunan secara global merupakan konsep yang sangat identik
dengan tingkat laju pertumbuhan dan pemerataan pendapatan masyarakat dan
daya beli masyarakat. Disamping itu, pembangunan juga setara dengan semakin
majunya peradaban manusia. Banyak orang yang menginterpretasikan
pembangunan dengan pembangunan jalan layang, gedung-gedung bertingkat,
pembangunan kota-kota besar dan sebagainya, padahal arti pembangunan yang
dicita-citakan adalah pembangunan masyarakat yang adil dan makmur.(Afifuddin,
2010:48)Pembangunan adalah pergeseran dari suatu kondisi nasional yang satu
menuju kondisi yang lain, yang dipandang lebih baik dan lebih berharga.
Disamping itu, Todaro (1997:36) mengatakan bahwa pembangunan merupakan
proses multidimensi yang menyangkut perubahan-perubahan penting dalam suatu
struktur, sistem sosial ekonomi, sikap masyarakat dan lembaga-lembaga nasional
dan akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengangguran kesenjangan (inequality) dan
pemberantasan kemiskinan absolute. Pengertian tersebut mengisyaratkan bahwa
9
pembangunan berarti proses menuju perubahan-perubahan yang dimaksudkan
untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat yang mencakup kualitas
kehidupan masyarakat itu sendiri.Konsep ini memberikan beberapa implikasi bahwa; a) Pembangunan
bukan hanya diarahkan untuk peningkatan income, tetapi juga pemerataan, b)
Pembangunan juga harus memperhatikan aspek kemanusiaan seperti peningkatan
(Life Sustenance: kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, Self-Esteem:
kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yang memiliki harga diri, bernilai,
dan tidak diisap orang lain dan Freedom From Servitude: kemampuan untuk
melakukan berbagai pilihan dalam hidup, yang tentunya tidak merugikan orang
lain). Pembangunan dikatakan sebagai sebuah konsep normatif dan proses
multidimensi yang menuju ke arah perubahan sosial secara komprehensif maupun
inkremental. Pembangunan yang normatif dimaksudkan bahwa di dalam gerak
laju/kegiatan pembangunan itu harus diambil keputusan, guna pelaksanaannya
sesuai dengan kondisi hakiki dari pada kebutuhan masyarakat secara umum atau
seluruh kepentingan masyarakat, dan oleh karenanya pembangunan itu
menyangkut kepada peningkatan kualitas hidup manusia.
2.4 Studi Terdahulu
Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hajar (2012), bahwa minimnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Paluh
Manan sehingga mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam mendukung
kebijakan yang dilakukan pemerintah antara lain dalam pelaksanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Desa Paluh Manan. Hasil
penelitian tersebut juga dikembangkan Hajar (2013), dengan membentuk
kelompok perempuan kreatif untuk merubah pola kehidupan masyarakat di desa
tersebut. Namun, hasilnya tetap sama yaitu minimnya partisipasi masyarakat desa
tersebut yang disebabkan oleh faktor ekonomi dan rendahnya pola pikir
masyarakat, sehingga pengembangan pembangunan partisipatif melalui model
kelompok perempuan kreatif tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
10
11
2.4 Peta Jalan Penelitian (Roadmap)
TAHUN I
•TAHAPAN SURVEY : Menjaring potensi yang dimiliki oleh desa baik sumber daya alam dan sumber daya manusia sebagai pendukung program pembangunan
•Penyiapan dan penyempurnaan hasil survey•Menganalisis hasil survey dengan Analisis SWOT•Dilakukan Focus Gruf Discussion (FGD) dengan tokoh masyarakat dan pemerintahan desa sehingga menghasilkan model pemberdayaan
PRODUK •Model Pemberdayaan Masyarakat Pesisir•Diseminarkan dalam temu ilmiah di tingkat internasional•Jurnal Internasional di IISTE Journal of Research on Humaniti (draf)
TAHUN II
•TAHAPAN TINDAKAN : Melakukan uji model pemberdayaan masyarakat pesisir sekaligus menerapkan pendekatan partisipatoris dalam program pembangunan desa. Selanjutnya dilakukan pembinaan dan pelatihan untuk melaksanakan program pembangunan desa sebagai upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi tantantang MEA dan mewujudkan masyarakat yang berdaya saing dan desa mandiri, metode yang dilakukan adalah metode PRA (Partisipatory Rural Appraisal)
•Penyiapan dan penyempurnaan data melalui hasil wawancara dengan para nara sumber yaitu tokoh masyarakat, pemerintahan desa serta kelompok masyarakat
•Menganalisis data dengan analisis deskriptif kualitatif dan memadukan dengan hasil analisis SWOT untuk menunjukkan hasil optimal dari pendekatan partisipatoris
PRODUK•Jurnal Internasional (Published)•Buku Ajar (draf)
12
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Tahap (Tahun) Pertama:1) Mengidentifikasi potensi desa pada masyarakat pesisir di Desa Paluh Manan2) Mengkategorisasikan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh desa, untuk
mendukung pembangunan desa di Desa Paluh Manan3) Menganalisis model pemberdayaan masyarakat pesisir di Desa Paluh Manan.
b. Tahap (Tahun) Kedua:
13
1) Menghasilkan model pemberdayaan masyarakat pesisir di Desa Paluh Manan.2) Penerapan model pemberdayaan masyarakat pesisir dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat desa dalam pembangunan desa sesuai dengan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa.3) Mengevaluasi hasil penerapan model pemberdayaan masyarakat pesisir di Desa Paluh
Manan.
3.2 Manfaat Penelitiana. Penerapan pendekatan partisipatoris diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan
pola pikir masyarakat pinggiran pantai sehingga menciptakan kesadaran masyarakat
untuk berperan aktif dalam pelaksanaan pembangunan di segala bidang kehidupan.b. Untuk menghasilkan model pemberdayaan masyarakat desa yang dapat mewujudkan
masyarakat yang sejahtera melalui pengembangan kreativitas dan kemandirian
masyarakat yang diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan penelitian kaji tindak atau action research.
Penelitian ini diharapkan dapat memecahkan masalah sosial yang ada atau muncul di lokasi
penelitian melalui pengembangan pendekatan dan program. Pasolong (2012:74) menjelaskan
bahwa penelitian tindakan (action research) adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan pendekatan dan program baru guna memecahkan masalah yang muncul
pada situasi yang aktual.
4.1 Diagram Fishbone
Minimnya Partisipasi Kurangnya Tingkat
PendekatanPartisipatoris
MasyarakatPinggiran Pantai
14
Masyarakat Penyuluhan Pendidikan Pemenuhan KebutuhanRendah Yang Rendah
Rendahnya Pola KurangnyaPola Pikir Masyarakat Motivasi
Minimnya Tingkat Minimnya Produktivitas Kemandirian
Program Pendapatan Rendahnya Pembentukan Pembangunan Masyarakat Tingkat Model Pemberdayaan Tidak Efektif Rendah Kreativitas
4.2 Teknik Pengumpulan Data
Sumber dan cara perolehan data penelitian ini adalah
a. Observasi
Metode ini digunakan untuk mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar
penelitian memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti.
b. Wawancara
Adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari
sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab.
c. Quisioner
Adalah suatu pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang diisi oleh responden
itu sendiri.d. Studi Kepustakaan
Adalah pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku tulisan ilmiah yang
mempunyai relevansi langsung, dan literatur.
4.3 Variabel Penelitian
a. Penguatan Lembaga yang berkaitan dengan kapasitas lembaga pemerintah maupun
non pemerintah dalam meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap tingkat
pendidikan, ekonomi, kesehatan dan bidang kehidupan lainnya.b. Partisipasi Masyarakat merupakan keterlibatan masyarakat dalam program
pembangunan sehingga mempunyai kemampuan untuk mengembangkan kreativitas
ModelPemberdayaan
Masyarakat Pesisir
Participatory RuralAppraisal (PRA)
PemberdayaanMasyarakat Desa
15
dan kemandiria agar dapat memperbaiki diri yang disebabkan oleh dampak dari
pembangunan.
4.4 Bagan Alir Penelitian
4.5 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak.
4.6 Penentuan Responden
Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling kluster.
Teknik digunakan untuk populasi berkelompok maka sampel penelitian ini didasarkan kepada
pembagian dusun di Desa Paluh Manan. Penentuan jumlah sampel dari populasi di masing-
masing dusun dilakukan dengan teori Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan 1%, 5% dan
10%. (Sugiyono, 2011). Dengan demikian, penentuan jumlah dalam sampel ini menggunakan
tingkat kesalahan 10% sesuai dengan tabel Isaac dan Michael.
4.7 Jadwal Penelitian
No Jenis Kegiatan Tahun I Tahun II1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
1. Perumusan Proposal
2. Desk Proposal3. Pengumuman 4. Penetapan Dana
ANALISIS SWOTMenjaring potensiyang dimilikiDesa Paluh
Manan
PenelitianSurvey
Tahun I
Focus GrufDiscussion
(FGD)Model Pemberdayaan
Masyarakat Desa Pesisir
MetodePartisipatory RuralAppraisal (PRA)
PengujianModel
TahapanTindakan
Tahun II
PublikasiJurnal
Internasional
AnalisisDeskriptif
Pelatihan
16
5. Survey/pengumpulan data/pelatihan
6. Laporan Kemajuan/monev internal
7. Monev eksternal/Laporan akhir
8. Luaran9. Seminar
Internasional10
.
Proposal lanjutan/SeminarHasil
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
5.1 Profil Desa Paluh Manan
Desa Paluh Manan terletak di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang,
dan berada di kawasan pesisir pantai Belawan. Desa Paluh Manan terletak di atas permukaan
laut (0,8 s/d 2 m) sebagai daerah pesisir pantai, dan desa ini diklasifikasi sebagai Desa
Swakarya. Secara Administratif daerah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan Desa Paluh Kurau dan Selat Malaka- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kota Datar- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lama dan Selat Malaka- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Malaka
Lokasi penelitian ini mempunyai 9 dusun dengan luas ± 18,93 Km² serta jumlah
penduduk 3209 jiwa dengan kepadatan penduduk 177 jiwa/km². Penduduk desa Paluh Manan
17
tergolong masyarakat miskin, dimana ± 70% adalah masyarakat miskin yang bermata
pencaharian sebagai nelayan dan petani. Jumlah penduduk Desa Paluh Manan yang berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak yakni 1619 jiwa dibandingkan penduduk yang berjenis
kelamin perempuan yaitu 1590 jiwa. Sedangkan jumlah rumah tangga di Desa Paluh Manan
sebanyak 1044 KK.
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama
No
.
Dusu
n
Islam Kristen Katoli
k
Hindu Budha Jumlah
1. I 430 - - - - 4302. II 300 10 4 - - 3143. III 383 - - - - 3834. IV 361 - - - - 3615. V 460 - - - - 4606. VI 335 - - - - 3357. VII 290 3 - - - 2938. VIII 231 68 13 - - 3119. IX 132 165 25 - - 322Jumlah Total 3209
Sumber: Kantor Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2017
Secara umum, penduduk masyarakat Desa Paluh Manan ini mayoritas adalah suku
banjar. Hal ini dapat dibuktikan melalui tabel di bawah ini:
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku
No.
Suku Jumlah Persentase
1. Jawa 321 10 %2. Melayu 81 2,52 %3. Batak 309 9,62 %4. Mandailing 61 1,9 %5. Banjar 2278 71 %6. Aceh 16 0.48 %7. Lainnya 143 4,45 %
Jumlah 3209Sumber : Kantor Desa Paluh Manan Dalam Angka Tahun 2015
Melalui data ini dapat diketahui bahwa 71 % penduduk Desa Paluh Manan adalah suku
Banjar. Desa Paluh Manan ini juga merupakan desa heterogen yang memiliki keaneka
ragaman suku dan adat istiadat, misalnya di Desa Paluh Manan juga terdapat penduduk yang
18
bersuku Jawa, Batak dan lain-lain. Suku selain suku banjar adalah suku pendatang dan
menetap yang ada di Desa Paluh Manan. Desa Paluh Manan adalah salah satu desa yang
tingkat pendidikan masyarakat tergolong rendah, apabila dibandingkan dengan desa-desa lain
yang ada di lingkungan Kecamatan hamparan Perak. Hal ini dibuktikan dengan tabel di
bawah ini:
Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Desa Paluh Manan BerdasarkanTingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase1. SD 1192 37,14 %2. SMP 249 7,76 %3. SMA 189 5,9 %4. Perguruan Tinggi 35 1,1 %5. Tidak Tamat 1544 48,1 %6. Jumlah 3209
Sumber: Kantor P dan K Kecamatan Hamparan Perak, Tahun 2016
Catatan:SD : Sekolah DasarSMP : Sekolah Menengah PertamaSMA : Sekolah Menengah UmumPT : Perguruan Tinggi
Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Paluh Manan
adalah tergolong rendah. Jumlah Penduduk yaitu 48,1 %, namun angka ini juga menunjukkan
bahwa terjadi penurunan tingkat pendidikan bila dibandingkan di tahun 2014 yaitu 52,2%.
Rendahnya tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor terjadinya masalah sosial di
lingkungan masyarakat, misalnya pergaulan bebas. Namun, pendidikan yang rendah juga
didukung oleh sarana pendidikan yang ada di Desa Paluh Manan, dimana sarana pendidikan
tersebut bisa dikategorikan tidak layak karena apabila air pasang dan hujan deras, fasilitas
pendidikan tidak dapat digunakan oleh masyarakat setempat.
Gambar 5.1 Kondisi Sarana Pendidikan Di Desa Paluh Manan
19
Berdasarkan data yang diperoleh, masyarakat desa ini adalah masyarakat pra sejahtera dengan
tingkat pendidikan masyarakat yang rendah. Hal ini adalah juga termasuk faktor utama dari
munculnya permasalahan sosial yang terjadi di Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan
Perak.
5.2 Potensi Desa Masyarakat Pesisir
Desa Paluh Manan dikategorikan desa pesisir pantai karena letak desanya antara 0,8
s/d 2 m di atas permukaan laut. Mayoritas masyarakat desa ini bermata pencaharian bertani
dan nelayan. Sesuai dengan data yang diperoleh luas desa menurut tata ruang dan
penggunannya adalah:
Lahan Pertanian : 903 Ha
Lahan Perkebunan : 523 Ha
Lahan Pertambakan : 128 Ha
Lahan Darat/Perumahan : 410 Ha
Lahan D.A.S/Dll : 50 Ha
Potensi desa yang dimiliki oleh Desa Paluh Manan sebenarnya cukup untuk
mengembangkan desa, namun desa ini tidak didukung oleh sumber daya yang memadai yaitu
kemampuan masyarakat. Tidak hanya itu, keluhan yang dialami masyarakat juga terkait
dengan banyaknya lahan yang sudah dimiliki oleh orang luar desa yang tidak berdomisili di
desa ini. Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi bahwa adanya limbah dari hasil
pertambakan dan pertanian yang membuat kerugian bagi masyarakat sekitar, contohnya:
20
limbah tambak yang tidak dapat didaur ulang kembali sehingga mengakibatkan aroma yang
tidak enak di sekitar lahan pertambakan tersebut.
Ketidak nyamanan ini juga dibenarkan oleh pihak pengelola pertambakan tersebut
karena kurangnya keahlian mereka dalam mengelola ulang limbah. Kondisi ini akhirnya
berkembang menjadi masalah lingkungan, yang membutuhkan perhatian khusus dari
pemerintahan desa dan masyarakat. Masalah lingkungan dapat mengurangi potensi desa untuk
berkembang, maka perlunya respons lingkungan seperti yang dikemukakan oleh Zubaedi
(2014) bahwa terdapat dua karakteristik dalam merespons masalah lingkungan yaitu:
1. Memecahkan masalah spesifik dengan solusi terpisah dan spesifik pula. Misalnya,
problem kerusakan sumber daya alam dipecahkan dengan teknologi alternatif,
problem polusi dipecahkan dengan teknoogi anti polusi dan lain-lain. Setiap problem
diisolasi dari problem lain, lalu dicarikan pemecahannya.2. Mencari solusi dalam tatanan sosial, ekonomi dan politik yang sedang berlangsung.
Mereka tidak memandang penting untuk mengubah semua sistem tersebut.
Potensi desa di Desa Paluh Manan dapat diklasifikasikan berdasarkan hasil survey yang
dilakukan. Adapun hasil survey yang dilakukan adalah sebagai berikut
Tabel 5.4Distribusi responden terkait sumber-sumber daya alam yang ada di Desa Paluh Manan
No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase %1. Pertanian 98 30,532. Perkebunan 81 25,233. Perikanan/Pertambakan 101 31,474. Lain-lain 41 12,77
Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017
Tabel di atas menunjukkan adanya keragaman potensi desa yang dapat dikembangkan
sesuai dengan pilihan dan kemampuan masyarakat. Potensi desa yang paling banyak di Desa
Paluh Manan adalah di bidang perikanan/pertambakan dan pertanian. Hal ini sesuai dengan
tingkat mata pencaharian masyarakat yaitu nelayan dan bertani. Mata pencaharian ini adalah
pekerjaan yang dominan dilakukan oleh masyarakat desa.
Tabel 5.5Distribusi responden terkait kondisi sumber daya alam
No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Bagus 142 44,232. Tidak Bagus 179 55,77
21
Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak terkelola dengan baiknya potensi desa
tersebut, dikarenakan minimnya pengetahuan masyrakat dalam mengelola dan
memberdayakan hasil dari potensi desa yang ada. Banyaknya kondisi alam yang harus
mendapatkan perhatian khusus terkait pemberdayaan. Salah satu contoh yang dikemukakan
oleh tokoh masyarakat nelayan yaitu mereka tidak dapat mengolah limbah hasil dari
pertambakan mereka.
Tabel 5.6Distribusi responden terkait peran kepala desa dalam pengelolaan dan pelestarian sumber
daya alam
No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Bagus 161 50,152. Tidak Bagus 160 49,85
Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017
Peran kepala desa sebenarnya sudah bagus, hanya saja belum dapat memaksimalkan
dalam memberdayakan potensi desa dan kemampuan masyarakat desanya. Potensi desa yang
ada seharusnya diberi kekuatan baik secara moril dan materil, salah satu yang dapat dilakukan
adalah memaksimalkan anggaran dana desa dengan melakukan kegiatan peningkatan
kemampuan masyarakat melalui pengembangan potensi desa sehingga dapat memicu
semangat masyarakat dalam beraktivitas dan memunculkan kreativitas-kreativitas baru.
Melalui pengembangan potensi desa dengan pemakaian dana desa sebenarnya itu adalah suatu
yang sangat wajib dilakukan oleh setiap desa karena tujuan utama dari pemberian dana
tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui program
pemberdayaan masyarakat. Upaya yang dilakukan juga dapat dengan menerbitkan peraturan
desa tentang pengembangan potensi desa dan melegalkan Badan Usaha Milik Desa sebagai
wadah pengembangan hasil potensi desa.
Tabel 5.7Distribusi responden terkait peran tokoh masyarakat (pemuda, agama, pendidikan dan
lainnya) dalam pelestarian dan pengelolaan sumber daya
No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Bagus 159 49,532. Tidak Bagus 162 50,47
Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017
22
Pelestarian dan pengelolaan sumber daya yang akhirnya menjadi potensi suatu daerah
tidaklah semudah membalikkan telapak tangan sehingga dibutuhkan keterlibatan semua
pihak. Salah satu pihak yang diharapkan dalam terlibat langsung dalam kegiatan pelestarian
dan pengelolaan dengan program pemberdayaan masyarakat adalah para tokoh masyarakat.
Keterlibatan tokoh masyarakat di Desa Paluh Manan merupakan salah satu kunci keberhasilan
program pembangunan khususnya pemberdayaan masyarakat.
Tabel 5.8Distribusi responden terkait program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pihak
pemerintahan desa
No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Pendidikan 47 14,642. Ekonomi 53 16,513. Kesehatan 36 11,214. Pembangunan 185 57,64
Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017
Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang selama ini ada di Desa Paluh Manan ±
57,64% adalah program pembangunan. Sesuai hasil wawancara dengan salah seorang tokoh
masyarakat yaitu Bapak Sofian, bahwa kegiatan pembangunan yang diselenggarakan dengan
pembiayaan dana desa, lebih dimaksimalkan kepada pembangunan fisik daripada
pembangunan manusianya.
Tabel 5.9Distribusi responden terkait program pemberdayaan masyarakat yang sering diikuti dan
terlibat langsung
No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Pendidikan 47 14,642. Ekonomi 53 16,513. Kesehatan 36 11,214. Pembangunan 185 57,64
Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017
Program pembangunan adalah kegiatan yang sering diikuti oleh masyarakat desa,
misalnya dalam kegiatan pembangunan irigasi dan waduk air bersih. Kegiatan ini dilakukan
dengan anggaran dana desa yang diberikan kepada desa. Selanjutnya, pemberdayaan yang
dilakukan juga terkait dengan penghijauan dan perbaikan jalan.
23
Tabel 5.10Distribusi responden terkait kemampuan pemerintahan desa dalam melaksanakan program
pemberdayaan masyarakat di Desa Paluh Manan
No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Bagus 173 53,72. Tidak Bagus 148 46,3
Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017
Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat desa pesisir harus
adanya perhatian ekstra. Salah satunya adalah kemampuan dan tenaga ahli yang ada di
Pemerintahan Desa sehingga dapat mendukung program pemberdayaan masyarakat.
Kemampuan aparat desa di Pemerintahan Desa Paluh Manan masih tergolong minim dan
tidak dapat mendukung kegiatan yang dilaksanakan sehingga dibutuhkan tenaga-tenaga ahli
yang dapat memberikan solusi dan pengetahuan dalam pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat.
Tabel 5.11Distribusi responden terkait program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah
memberikan manfaat besar bagi Bapak/Ibu
No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Besar 152 47,352. Tidak Besar 169 52,65
Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa manfaat yang diberikan program pemberdayaan
masyarakat di Desa Paluh Manan belumlah maksimal. Manfaat yang diterima langsung oleh
masyarakat desa adalah pembangunan fisik (perbaikan jalan, waduk air bersih), namun untuk
hal peningkatan pengetahuan dan kemampuan belum ada manfaatnya. Keinginan terbesar
yang diharapkan oleh masyarakat desa adalah peningkatan kemampuan dan pengetahuan di
bidang pendidikan.
Tabel 5.12Distribusi responden terkait setelah mengikuti program pemberdayaan yang diikuti, apakah
dapat mengembangkan dalam kehidupan sehari-hari
No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Bisa 154 47,982. Tidak Bisa 167 52,02
Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017
24
Tabel ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat tidak dapat mengembangkan
hasil dari program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan di Desa Paluh Manan.
Program pemberdayaan masyarakat yang selama ini dilaksanakan hanya sekedar
menghabiskan dana tetapi tidak ada kelanjutan untuk program selanjutnya.
Tabel 5.13Distribusi responden terkait tingkat aksebilitas (tanggung jawab) masyarakat dalam program
pemberdayaan masyarakat
No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Bagus 132 41,122. Tidak Bagus 189 58,88
Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa tanggung jawab masyarakat dalam program
pemberdayaan masyarakat sangatlah kurang karena masyarakat di Desa Paluh Manan
merasakan apatis terhadap hasil dari program pemberdayaan masyarakat. Kegiatan program
pemberdayaan masyarakat selama ini yang diikuti mereka tidak sesuai dengan yang
diharapkan oleh masyarakat desa.
Dibalik potensi yang dimiliki oleh Desa Paluh Manan, terdapat juga masalah dalam
mengembangkan potensi desa tersebut. Terdapat beberapa potensi desa yang dimiliki oleh
desa ini, yaitu potensi pertanian, potensi dari lahan tambak dan kekayaan alam laut yang dapat
diolah menjadi bahan olahan makanan seperti udang, kepiting dan ikan.
Potensi yang dimiliki Desa Paluh Manan ini mencerminkan mayoritas pencaharian
masyarakatnya yaitu nelayan dan petani. Namun, sebagian dari masyarakat tersebut tidaklah
mempunyai keahlian yang dapat mendukung hasil kerja mereka. Para nelayan di Desa Paluh
Manan ini ± 65% tidak mempunyai identitas dan tidak dapat membaca. Begitu juga dengan
para petaninya, sehingga menjadi permasalahan yang mendasar untuk menngembangkan
kreativitas dan kemajuan desa ini.
Di bidang pertanian juga demikian, masyarakat yang bekerja sebagai petani tidak
dapat melakukan pengelolaan sumber dari lahan pertanian karena rendahnya kemampuan
dalam melakukan produktivitas hasil lahan mereka. Pembudi daya ikan, udang dan kepiting
juga dikategorikan sebagai petani. Dalam hal membudi dayakan hasil produksi juga relatif
rendah sehingga dibutuhkan pengawasan dan kontrol yang permanen sehingga dapat
menghasilkan hasil yang produktif seperti benih dan makanan.
25
Petani tambak dan nelayan sangalah jauh berbeda karakteristiknya dalam mengolah
dan membudi dayakan potensi yang ada. Nelayan bersifat open access yang mencari hasil
dengan berpindah-pindah untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan resiko pekerjaan
nelayan juga cukup tinggi. Nelayan memiliki karakter yang keras, tegas dan terbuka.
Pekerjaan masyarakat di Desa Paluh Manan, setiap orang dapat merangkap menjadi
nelayan dan petani. Pekerjaan mereka tergantung kondisi alam dan ekosistem yang
mendukung. Firth (dalam Zubaedi: 2014) mengatakan masyarakat nelayan memiliki
kemiripan dengan masyarakat tani, yakni bahwa sifat usahanya berskala kecil dengan
peralatan dan organisasi pasar yang sederhana; eksploitasi yang sering berkaitan dengan
masalah kerja sama; sebagian besar menyandarkan diri pada produksi yang bersifat subsistem;
dan memiliki keragaman dalam tingkat dan perilaku ekonominya.
5.3 Keunggulan-keunggulan yang dimiliki Desa dalam Pembangunan Desa
Terkait dengan potensi yang dimiliki oleh Desa Paluh Manan sebagai daerah pesisir
pantai yang ada di Kecamatan Hamparan Perak, terdapat beberapa potensi desa ini menjadi
suatu keunggulan yang dapat mendukung pengembangan dan kemajuan desa dan
masyarakatnya. Keunggulan yang dimaksud, yaitu:
1. Daerah yang langsung berbatasan dengan garis pantai sehingga memungkinkan untuk
melestarikan dan mengembangkan budi daya laut.2. Luasnya lahan pertanian dan perkebunan yang produktif sehingga dapat menghasilkan
hasil yang produktif untuk diberdayakan.3. Luasnya lahan pertambakan yang digunakan masyarakat untuk membudi dayakan
udang dan kepiting.
Keunggulan yang dimiliki oleh desa ini tidak di dukung oleh kemampuan dan keahlian
masyarakat dalam mengembangkan potensi yang ada sehingga hasil yang diharapkan tidak
maksimal. Akhirnya, hasil limbah dari pertanian dan pertambakan tidak mempunyai manfaat
apapun sedangkan semua sisa atau limbah hasil potensi di desa ini daat dimanfaatkan. Dalam
Undang-undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa juga menjelaskan bahwa setiap hasil potensi
desa yang ada dapat dijadikan program pemberdayaan masyarakat, tidak hanya hasil namun
juga limbahnya sehingga tidak ada yang tidak bermanfaat.
Program pemberdayaan masyarakat juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan kreativitas dan kemampuan masyarakat dalam berkarya baik
26
fisik maupun non fisik. Pemberdayaan desa khususnya pada masyarakat pesisir sangat
dibutuhkan dalam segala bidang kehidupan.
Keunggulan yang dihasilkan melalui potensi desa, hendaknya dikelola dengan baik.
Namun, di Desa Paluh Manan ini pengelolaan potensi desa menjadi suatu keunggulan belum
bisa direalisasikan karena kurangnya sumber daya manusia baik dari pemerintahan desa
maupun dari masyarkat itu sendiri. Dengan demikian, untuk menciptakan keunggulan desa
yang berasal dari potensi desa di Desa Paluh Manan ini membutuhkan tenaga pendamping
untuk dapat mengelola potensi desa menjadi keunggulan desa.
5.4 Analisis SWOT
Potensi dan keunggulan desa merupakan salah satu kunci yang harus dimiliki setiap
desa khususnya desa pesisir pantai dalam mengembangkan dan memajukan masyarakat dan
desanya. Melalui potensi dan keunggulan ini, kita dapat mengelompokkan peluang, tantangan,
kekuatan dan kelemahan dari desa sehingga dapat disusun kerangka kerja dalam
pemberdayaan masyarakat. Pengelompokkan ini dianalisis dengan analisis SWOT, yaitu
kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), tantangan/ancaman
(threatment).
Analisis SWOT ini dilakukan setelah adanya hasil survey yang dilakukan di lokasi
penelitian juga didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan tokoh masyarakat
dan pemerintahan desa pada saat dilaksanakan Focus Grup Discussion (FGD) pada tanggal 02
Agustus 2017 di Desa Paluh Manan.
Kekuatan (Strength)
1. Potensi sumber daya pertanian dan pertambakan yang besar.2. Semangat hidup dan kerja yang besar untuk memperbaiki diri.
Kelemahan (Weakness)
1. Minimnya pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan alat teknologi.2. Rendahnya semangat kewirausahaan dalam peningkatan kesejahteraan3. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
Peluang (Opprtunity)
1. Lokasi pertanian dan penangkapan ikan luas dan dekat dari tempat tinggal.2. Upah tenaga kerja yang murah3. Kualitas dan kuantitas sumber daya yang cukup baik
Tantangan/Ancaman (Threatment)
1. Polusi air laut sehingga ekosistem laut juga rusak
27
2. Terdapatnya musim dalam pengolahan pertanian dan perikanan3. Adanya harga pasar dalam bidang pertanian dan perikanan yang dikelola oleh agen
5.5 Model Pemberdayaan Masyarakat Desa Pesisir
Pemberdayaan masyarakat desa pesisir di Desa Paluh Manan dikhususkan kepada
pengembangan bidang pertanian dan pertambakan. Pengelolaan lahan pertanian dan
pertambakan dibutuhkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, juga meningkatkan
kemampuan keterampilan dan pengetahuan masyarakat tentang pengembangan potensi desa.
Pembagian potensi dan keunggulan yang dikelompokkan berdasarkan tingkatannya,
kemudian diberikan alternatif-alternatif yang dapat mendukung pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat desa pesisir di Desa Paluh Manan. Pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan di
Desa Paluh Manan, dapat menjadi salah satu solusi dalam penanggulangan kemiskinan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya yang berada di daerah pesisir pantai.
Terkait dengan pembagian potensi dan keunggulan dalam pengembangan masyarakat
desa pesisir, maka dalam penelitian ini dilakukan pembentukan kelompok masyarakat yang
bertujuan untuk mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pembentukan kelompok
masyarakat ini di rumuskan setelah adanya hasil survey, lalu disempurnakan dalam kegiatan
Focus Grup Discussion (FGD).
Pembentukan model pemberdayaan masyarakat desa pesisir dilihat dari
pengelompokan potensi dan keunggulan desa, maka model kelompok ini diberi nama model
kelompok masyarakat kreatif (KMK) berdasarkan hasil keputusan bersama di dalam FGD.
Kelompok Masyarakat Kreatif (KMK) yang dibentuk ini, bertujuan untuk memaksimalkan
potensi dan keunggulan desa sehingga dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat agar
lebih sejahtera.
5.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Pengembangan potensi desa melalui pengelompokan keunggulan yang dimiliki oleh
desa merupakan salah satu solusi untuk melakukan pemberdayaan masyarakat desa khususnya
di daerah pesisir pantai. Keunggulan yang dimiliki oleh desa tersebut dapat menjadi ciri khas
dari desa tersebut, apalagi dalam memperkenalkan keunikan dari masing-masing desa.
Terkait pemberdayaan masyarakat desa juga potensi dan keunggulan merupakan hal
terpenting untuk keberhasilan program pembangunan. Potensi dan keunggulan tersebut juga
harus dianalisis SWOT sehingga terlihat dengan baik dan benar apa yang menjadi kekuatan
dan kelemahan serta peluang dan tantangan yang ada dalam pengembangan desa.
28
Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat juga terkait dengan intervensi pasar yang
bertujuan untuk membuka peluang dari potensi dan keunggulan yang dimiliki desa tersebut,
seperti halnya Desa Paluh Manan. Peluang yang diharapkan oleh masyarakat desa adalah
terkait bagaimana dapat memasarkan dan membantu mereka dalam meningkatkan produksi
hasil olahan dari potensi yang mereka miliki. Terkait dengan ini, maka sangat dibutuhkan
peran serta pemerintahan desa untuk mendukung pengelolaan potensi masyarakat desa
khususnya bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa pemerintah berkewajiban untuk melakukan
pemberdayaan masyarakat yang berkaitan dengan pengembangan potensi dan keunggulan
desa.
Solusi yang ditawarkan pemerintah melalui pelaksanaan kebijakan tentang desa itu
adalah pemanfaatan dana desa dengan sebaik-baiknya. Namun, kenyataannya tidak semua
desa dapat mengoptimalkan alokasi dana desa terhadap program pemberdayaan masyarakat.
Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan dan kemampuan pemerintahan desa dalam
pengelolaan anggaran dana desa. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh TSL, et.al
(2013) bahwa pengelolaan alokasi dana desa dapat menjadi faktor penghambat dalam
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat padahal dari alokasi dana tersebut dapat
mendukung pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kreatifitas, kesejahteraan dan
lapangan kerja bagi masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu program yang dapat mendorong
peningkatan stabilitas desa dalam menciptakan desa yang berpotensi baik dan stabil.
Pemberdayaan masyarakat juga sebagai proses perubahan secara struktural di masyarakat
dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan tatanan sosial. Salah satu faktor pendukung dalam
pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan oleh Labaran, et.al (2014) bahwa adanya upaya
pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat berupa bantuan produksi dan
modal.
Dengan demikian, pentingnya peran pemerintah dalam keberhasilan program
pemberdayaan masyarakat khususnya di daerah pesisir pantai. Desa Paluh Manan, merupakan
salah satu desa yang berpotensi dapat dikembangkan baik dari masyarakat maupun
keunggulan yang dimiliki desa. Namun, dalam proses pengembangannya terdapat banyak
hambatan dan kendala yang harus diselesaikan yaitu permasalahan tingkat pendidikan, tingkat
pengetahuan masyarakat juga kemampuan sumber daya manusia pemerintahan desa yang
masih tergolong rendah.
29
Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam proses pengembangan yang dilakukan
terhadap potensi dan keunggulan desa, khususnya program pemberdayaan masyarakat. Peran
pemerintah desa di Desa Paluh Manan masih tergolong belum maksimal disebabkan oleh
kemampuan aparatur yang belum memadai untuk memberikan arahan dan wawasan yang
terkait dengan pemberdayaan masyarakat.
Terdapat beberapa permasalahan yang sangat menghambat pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat di Desa Paluh Manan, salah satunya adalah rendahnya tingkat
kemampuan pemerintahan desa dalam mengelola alokasi dana desa sehingga kegiatan yang
telah dicanangkan untuk mendukung pemberdayaan masyarakat tidak dapat terlaksana dengan
baik dan optimal. Tidak hanya peran pemerintah, namun juga perlu keterlibatan langsung
masyarakat dalam setiap kegiatan yang bertujuan dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Tidak optimalnya pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di Desa Paluh Manan juga
disebabkan oleh kurangnya kelembagaan yang menaungi masyarakat dalam meningkatkan
kreativitas masyarakat yang berasal dari potensi dan keunggulan yang dimiliki oleh desa.
Pemberdayaan masyarakat perlu dilaksanakan karena adanya tuntutan masyarakat yang
berkenaan dengan permasalahan-permasalahan sosial, ekonomi, politik dan budaya sejalan
dengan perkembangan zaman.
Proses pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu program penanggulangan
kemiskinan dan juga program yang berkesinambungan, yang terkait dalam pengembangan
kondisi dan situasi suatu daerah juga tentang masyarakat. Program-program kemiskinan
dibagi menjadi empat untuk mempertajam fokus pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan yaitu:
a. Klaster 1, Program Bantuan Sosial dan Jaminan Sosial, yang dilaksanakan dengan
tujuan mengurangi beban masyarakat dan keluarga miskin dalam pemenuhan
kebutuhan dasar melalui peningkatan akses pelayanan dasar antara lain melalui
makanan, kesehatan dan pendidikan.
b. Klaster 2, Program Pemberdayaan Masyarakat (Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat PNPM) yang dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas,
kemandirian dan pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan.
c. Klaster 3, Program Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM), yang dilaksanakan dengan tujuan membantu usaha mikro dan kecil untuk
30
meningkatkan kapasitas dan memperluas usahanya agar kehidupan masyarakat miskin
semakin stabil dan pendapatan meningkat.
d. Klaster 4, Program Pro Rakyat yang dilaksanakan dengan tujuan melengkapi berbagai
program dan kegiatan yang telah dijalankan melalui 3 klaster program
penanggulangan kemiskinan dan membantu kebutuhan masyarakat yang
berpenghasilan rendah dan termajinalkan.
(http://www.setgab.go.id/indeks.php)
Pentingnya program pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat, maka sangat dibutuhkan partisipasi dari semua pihak baik dari pemerintah,
swasta dan masyarakat itu sendiri. Partisipasi yang dimaksud terkait dengan keterlibatan
langsung dalam program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di desa. Pemberdayaan masyarakat desa pesisir yang dilaksanakan di Desa Paluh Manan telah
dibentuk suatu model yang diberi nama model Kelompok Masyarakat Kreatif (KMK).
Pembentukan kelompok desa ini mendapat sambutan positif dari pihak masyarakat juga
pemerintahan desa. Kelompok desa ini, juga merupakan model yang akan melaksanakan
pemberdayaan masyarakat dengan metode partisipatory rural appraisal (PRA). Pemerintahan desa mempunyai harapan besar atas terbentuk kelompok desa ini
sehingga dapat menjadi solusi bagi desa Paluh Manan untuk menjadi desa yang mempunyai
ciri khas dan keunggulan. Dengan demikian, untuk mendukung kegiatan PRA yang akan
dilakukan maka Pemerintahan Desa, mengeluarkan Surat Keputusan Kepala Desa Tentang
Kelompok Masyarakat Kreatif (KMK), Nomor: 03/KEP/KD-PM/343-VIII/2017 Desa Paluh
Manan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.
Adapun daftar susunan kepengurusan dari KMK ini adalah:
Pelindung : Kepala Desa Paluh Manan
Pembina/Pengawas
Ketua : Irwan Syari Tanjung, S. Sos., M.AP
Sekretaris : Siti Hajar, S. Sos., M.SP
Anggota : Dr. Hasrudy Tanjung, SE., M. Si
Dr. Leylia Khairani, M. Si
Faustyna, S. Sos., MM., M. Ikom
Dr. Tengku Erwinsyahbana, SH., M. Hum
Dr. Ramlan, SH., M. Hum
Pengurus Kelompok Masyarakat Kreatif (KMK)
31
Ketua : Nasrul
Sekretaris : Supian
Bendahara : Sakdiah Br. Nainggolan
Anggota
1. Makmur2. Abu Samah3. Arifin4. Suparno5. Anto
BAB VI
RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA
6.1 Rencana Tahapan Selanjutnya
Rencana tahapan penelitian berikutnya sebagai berikut:
1. Penelitian ini akan menghasilkan model pemberdayaan masyarakat desa pesisir yang
diberi nama model kelompok masyarakat kreatif yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, kreativitas masyarakat dan keterlibatan dalam
pemberdayaan masyarakat.2. Penerapan model kelompok masyarakat kreatif ini dilakukan dengan metode
Partisipatory Rural Appraisal (PRA)3. Penelitian ini menghasilkan luaran Jurnal Internasional yang terindeks4. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan khusus pemberdayaan
masyarakat desa pesisir.5. Penelitian dimaksud akan dilaksanakan tahun berikutnya dengan pendanaan tetap dari
DIKTI.
6.2 Roadmap Penelitian Selanjutnya
TAHUN II
TAHUN II
Penerapan pendekatan partisipatoris melalui Model Kelompok Masyarakat Kreatif (KMK) dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Pesisir
TAHAPA
N T
INDAKAN
TAHAPA
N T
INDAKAN
1. Uji Model Pemberdayaan Masyarakat Desa Pesisir yaitu Model Kelompok Masyarakat Kreatif (KMK)2. Penerapan Pendekatan Partisipatoris dengan Metode Partisipatory Rural Apparaisal (PRA)
PRODUK
PRODUK
1. Jurnal Internasional Yang Terindeks (Published)2. Buku Ajar (Draf)
32
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
a. Kelompok masyarakat kreatif dibentuk hasil dari survey dan diskusi dengan beberapa
pihak untuk mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa pesisir khususnya
Desa Paluh Manan.b. Melalui pembentukan kelompok masyarakat kreatif ini diketahui bahwa partisipasi
kelompok masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui program
pembangunan desa belum optimal untuk pengembangan potensi dan keunggulan yang
dimiliki desa sebagai modal terbesar untuk kemajuan desa.c. Penelitian ini menghasilkan model pemberdayaan masyarakat desa pesisir yang diberi
nama model kelompok masyarakat kreatif (KMK).
7.2 Saran
a. Pemerintahan desa harus melakukan pendekatan serta membangun kerja sama dengan
berbagai pihak khususnya dengan masyarakat desa sehingga dapat mengoptimalkan
partisipasi masyarakat dalam pengembangan kemajuan desa.
33
b. Upaya peningkatan partisipasi masyarakat dapat dilakukan sesuai dengan modul sebagai
panduan dalam pengembangan pembangunan partisipatif dengan pendekatan
partisipatoris.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, Siti. 2000. Gondang Bakau dan Orang Pesisir. Ashoka Indonesia: Bandung.
Asiyah., Ribawanto, Heru dan Sumartono. 2009. Pemberdayaan Masyarakat DalamPembangunan Ekonomi Desa (Studi Kasus Pemberdayaan Masyarakat Industri KecilKrupuk Ikan di Desa Kedungrejo, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo), JurnalWACANA Volume 12 Nomor 2 April Tahun 2009 ISSN 1411 – 0199, UniversitasBrawijaya: Malang.
Asnudi, Andi. 2009. Pendekatan Partisipatif dalam Pembangunan Proyek InfrastrukturPerdesaan di Indonesia, Jurnal SMARTEK Volume 7 Nomor 4 Tahun 2009, UniversitasTadulako, Palu akses Portal Garuda.
Chambers, Robert. 1996. PRA: Memahami Desa Secara Partisipatif. Kanisius dan Oxfam:Yogyakarta.
Hajar, Siti. 2013. Pengembangan Pembangunan Partisipatif Dengan Model KelompokPerempuan Kreatif Dalam Penanggulangan Kemiskinan di Desa Paluh MananKecamatan Hamparan Perak. Penelitian Internal Dosen Pemula: UMSU-Medan.
. 2012. Analisis Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan MasyarakatMandiri Pedesan (PNPM-MP) Dalam Penanggulangan Kemiskinan Di Desa PaluhManan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Jurnal KESKAP FISIP:Volume 10 Nomor 1 Edisi Jumadil Akhir 1433H/Mei 2012 M: UMSU-Medan.
http://www.setgab.go.id/indeks.php diunduh tanggal 24 Maret 2012 Pukul 11.45 wib
34
Kistanto, Nurdin. 1997. Menuju Paradigma Penelitian Sosial yang Partisipatif Jurnal PrismaNomor 1 Edisi Januari 1997: Semarang.
Labaran, Asran, Muhammad Z. et.al. 2014. Peran Pemerintah Daerah dalam PemberdayaanMasyarakat Petani Kakao di Desa Taan Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju.Jurnal Otoritas (Jurnal Ilmu Pemerintahan) Volume IV No. 1 Edisi April 2014;Universitas Muhammadiyah Makassar.
Mubyarto. 2002. Penanggulangan Kemiskinan di Jawa Tengah Dalam Era Otonomi Daerah.Jurnal Ekonomi Rakyat, Artikel Tahun I Nomor 9 – November 2002.www.ekonomirakyat.org.
Muslim, Aziz. 2007. Pendekatan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat. JurnalAplikasia Ilmu-ilmu Agama Volume VIII Nomor 2 Desember 2007: Yogyakarta.
Pasolong, Harbani. 2012. Metode Penelitian Administrasi Publik, Alfabeta: Bandung.
Riyadi dan Supriady, Deddy Bratakusumah. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah (Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah), Gramedia Pustaka Umum: Jakarta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta: Bandung.
TSL, Octrian, et.al. 2013. Implementasi Program Alokasi Dana Desa dalam PemberdayaanMasyarakat di Desa Punagaya Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto. JurnalOtoritas (Jurnal Ilmu Pemerintahan) Volume III No. 1 Edisi April 2013; UniversitasMuhammadiyah Makassar.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Wignyotosoebroto, Soetandyo. 2009. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma AksiMetodologi. Pustaka Pesantren: Yogyakarta.
Zubaedi. 2014. Pengembangan Masyarakat (Wacana dan Praktik). Kencana: Jakarta.
Catatan Harian (Logbook)Penelitian Produk Terapan DIKTI
Judul Penelitian:Penerapan Pendekatan Partisipatoris Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Pesisir UntukMewujudkan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Nama Peneliti:Irwan Syari Tanjung, S. Sos., M.AP (Ketua)Ellvita Yenni, SS., M. Hum (Anggota)
NO. TANGGAL KEGIATAN1. 26 Mei 2016 Catatan: Penyusunan proposal penelitian
Dokumen: Naskah Proposal2. 28 Februari 2017 Catatan: Penyusunan Angket dan Daftar
Wawancara
Dokumen: Angket dan Daftar Wawancara3. 22 Maret 2017 Catatan: Ke Kantor Desa Paluh Manan
menyerahkan surat izin penelitian
Dokumen: Surat Izin Penelitian, foto lapangan 4. 23 Maret 2017 Catatan: Melakukan Survei Awal ke lokasi
penelitian sekaligus mengambil surat pemberian izin penelitian
Dokumen: Surat Pemberian Izin 5. 17 April 2017 Catatan: Melakukan survey kepada masyarakat
oleh tim survey yaitu dari tanggal 17 – 21 Maret 2017 di Desa Paluh Manan
Dokumen: Foto lapangan6. 26 April 2017 Catatan: Diskusi hasil survey
Dokumen: hasil survey7. 03 Mei 2017 Catatan: Penyempurnaan hasil survey
Dokumen: Hasil Survey8. 02 Juni 2017 Catatan: Diskusi Perumusan Pembentukan
Kelompok Masyarakat
Dokumen: Draft Pembentukan Kelompok Masyarakat
9. 15 Juli 2017 Catatan: Pendaftaran Abstrak di Seminar Internasional
Dokumen: Abstrak 10. 24 Juli 2017 Catatan: Penandatanganan Surat Perjanjian
Penugasan dalam rangka pelaksanaan program penelitian tahun 2016 antara ketua peneliti dengan ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian KepadaMasyarakat (LPPM) UMSU
Dokumen: Naskah surat perjanjian/kontrak11. 29 Juli 2017 Catatan: Pencairan dana 70 %
Dokumen: Anggaran dalam bentuk uang sebesar Rp. 49.000.000,-
12. 31 Juli 2017 Catatan: Persiapan Pelaksanaan FGD di Desa Paluh Manan
Dokumen: Foto Lapangan13. 02 Agustus 2017 Catatan: Pelaksanaan FGD di Desa Paluh Manan
Dokumen: Berita Acara dan Daftar Hadir peserta FGD
14. 03 Agustus 2017 Catatan: Penyempurnaan FGD dan Pembentukan Kelompok Masyarakat
Dokumen: Daftar Hadir dan Surat Keterangan Pembentukan Kelompok Masyarakat
15. 07 Agustus 2017 Catatan: Diskusi hasil FGD dan survey bersama tim peneliti
Dokumen : Daftar hadir para bersama tim kelompok masyarakat
16. 10 Agustus 2017 Catatan: Pengolahan Data
Dokumen: hasil pengelompokkan data17. 15 Agustus 2017 Catatan: Analisis Data dan Pembahasan
Dokumen: Draft Model 18. 22 Agustus 2017 Catatan: Accepted Abstrak di Seminar
Internasional ICOPOSDEV di Universitas Sumatera Utara
Dokumen: Berkas Accepted 19. 23 Agustus 2017 Catatan: Penyusunan Laporan Kemajuan
Dokumen: Laporan penelitian 50 %20. 25 Agustus 2017 Catatan: Penyusunan artikel full paper untuk di
Seminar Internasional ICOPOSDEV
Dokumen: template artikel21. 26 Agustus 2017 Catatan: Penyempurnaan laporan kemajuan
Dokumen: Laporan penelitian 70 %22. 28 Agustus 2017 Catatan: Penyusunan naskah artikel jurnal
internasional
Dokumen: Draft Jurnal Internasional23. 30 Agustus 2017 Catatan: Upload Laporan Kemajuan 70% di
Simlitabmas Ristekdikti
Dokumen: Laporan Kemajuan dan Catatan Harian24. 02 September 2017 Catatan: Diskusi pembahasan laporan akhir
Dokumen: bahan diskusi 25. 19 Oktober 2017 Catatan: Diskusi penyempurnaan laporan akhir
Dokumen: laporan akhir26. 20 Oktober 2017 Catatan: Seminar Internasional ICOPOSDEV di
USU
Dokumen: sertifikat dan bukti pembayaran27. 08 November 2017 Catatan: Upload 100 % laporan penelitian
Dokumen: Laporan akhir dan penggunaan anggaran
Ketua Peneliti Anggota Peneliti
Irwan Syari Tanjung, S.Sos., M.AP Ellvita Yenni, SS., M. Hum
NO HONOR FREKUENSI VOLUME JUMLAH (RP)
A HONORARIUM1 Pembantu Peneliti 1 (Elvita Yenni) 12 Minggu 10 jam/minggu 33,500 4,020,000 2 Pembantu Peneliti 2 (Yunita Rahayu) 12 Minggu 10 jam/minggu 29,500 3,540,000 3 Tenaga Pendamping Lokal (Makmur) 12 Minggu 10 jam/minggu 24,500 2,940,000 5 Petugas Pengolahan Data 1 Bulan 12 jam/minggu 200,000 2,400,000 6 Petugas Analisis Data 1 Bulan 12 jam/minggu 200,000 2,400,000 7 Ahli IT 2 Bulan 10 jam/minggu 150,000 3,000,000
TOTAL 18,300,000
No. URAIAN FREKUENSI VOLUME JUMLAH (RP)
B PERJALANAN/SURVEY1 DUSUN I 2 Hari 2 orang 650,000 2,600,000 2 DUSUN II 1 Hari 2 orang 550,000 1,100,000 3 DUSUN III 2 Hari 2 orang 650,000 2,600,000 4 DUSUN IV 1 Hari 2 orang 550,000 1,100,000 5 DUSUN V 2 Hari 2 orang 650,000 2,600,000 6 DUSUN VI 1 Hari 2 orang 550,000 1,100,000 7 DUSUN VII 1 Hari 2 orang 550,000 1,100,000 8 DUSUN VIII 2 Hari 2 orang 700,000 2,800,000 9 DUSUN IX 2 Hari 2 orang 700,000 2,800,000
10 Diskusi penentuan Survey 1 Kali 0 0 208,000 208,000 11 Diskusi Hasil Survey 1 Kali 0 0 228,800 228,800 12 Diskusi Hasil FGD 1 Kali 0 0 332,860 332,860 13 Diskusi Hasil FGD 1 Kali 0 0 170,000 170,000 14 Diskusi Pengolahan Data 1 Kali 0 0 184,800 184,800 15 FGD (Akomodasi dan Transportasi) 2 Kali 18 orang 200,000 7,200,000 16 Nasi Kotak dan AQUA Botol 600 ml 1 Kali 25 orang 28,500 712,500 16 Konsumsi (Snack) 1 Kali 20 Kotak 8,500 170,000 16 Diskusi Penyempurnaan Data 1 Kali 0 0 338,500 338,500 17 Diskusi Penyempurnaan Laporan Kemajuan 1 Kali 0 0 302,170 302,170 18 Diskusi Penyempurnaan Laporan Akhir 1 Kali 0 0 162,000 162,000 19 Diskusi Penyempurnaan Laporan Akhir 1 Kali 0 0 407,000 407,000
HARGA SATUAN (RP)
HARGA SATUAN (RP)
20 Seminar Luar Negeri (ICOPOSDEV) 1 Kali 1 Paket 2,250,000 2,250,000 TOTAL 30,466,630
C BAHAN HABIS PAKAI1 Bahan ATK 1 set 1 paket 660,000 660,000 2 Fotocopy angket 1115 lembar 1 Paket 350 390,250 3 Fotocopy materi FGD 965 lembar 1 Paket 350 337,750 4 Fotocopy wawancara 25 lembar 1 Paket 350 8,750 5 Pembelian Soevenir survey 28 lusin 1 paket 35,500 994,000 6 Seminar KIT FGD 20 Buah 1 paket 45,500 910,000 7 Pulsa Internet 9 GB Telkomsel 3 Kali 3 paket 90,000 810,000 8 Pulsa (50.000) 4 orang 4 paket 53,000 848,000 9 Pulsa (100000) 3 orang 3 paket 102,000 918,000
10 Catridge printer 1 Kali 8 paket 100,000 800,000 11 Fotocopy Laporan Kemajuan 650 lembar 1 paket 350 227,500 12 Pencetakan 1 Kali 10 unit 65,000 650,000 13 Fotocopy Laporan Akhir 750 lembar 1 paket 350 262,500 14 Pencetakan dan Jilid 1 Kali 10 set 110,000 1,100,000 15 Pembelian Buku Pendukung Penelitian 1 Kali 12 Buku 102,500 1,230,000 16 Pembuatan SK Model Kelompok Masyarakat Kreati 1 Kali 1 paket 1,000,000 1,000,000 10 Langganan Jurnal 1 Kali 10 edisi 150,000 1,500,000
TOTAL 12,646,750
D SEWA1 Sewa Perangkat Penelitian 1 Kali 1 Paket 5,950,000 5,950,000 2 Sewa Mobil + Supir + Minyak 3 Kali 1 Unit 650,000 1,950,000 3 Sewa Sound System 1 Kali 1 set 700,000 700,000
TOTAL 8,600,000
TOTAL KESELURUHAN 70,013,380
KUESIONER PENELITIAN
A. Judul PenelitianPenerapan Pendekatan Partisipatoris Dalam Pemberdayaan Masyarakat DesaPesisir Untuk Mewujudkan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun2014 Tentang Desa
B. Petunjuk Pengisian1. Daftar pertanyaan yang ada di kuesioner penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh jawaban dari responden dalam rangka pengembangan ilmupengetahuan, khususnya di bidang ilmu administrasi negara.
2. Beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang menurut Anda sesuaidengan kondisi dan fakta yang ada.
3. Terima kasih atas kesediaan dan partisipasinya dalam menyukseskanpenelitian ini.
C. Identitas Responden1. No. Responden :2. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan3. Usia :
a. 20 – 30 Tahunb. 31 – 40 Tahunc. 41 – 50 Tahund. 50 tahun ke atas
4. Pekerjaan :a. Petanib. Pedagang/Wiraswastac. PNSd. Nelayane. Ibu Rumah Tanggaf. Dan lain-lain
D. Kesejahteraan Masyarakat1. Pendapatan Utama/bulan : Rupiah2. Pendapatan Sampingan/bulan: Rupiah3. Pengeluaran/bulan : Rupiah
a. Kebutuhan Makanan : Rupiahb. Kebutuhan Pakaian : Rupiahc. Kebutuhan Pendidikan : Rupiahd. Kebutuhan Kesehatan : Rupiah
4. Jumlah Hari Kerja : Hari
E. Potensi Desa1. Sumber-sumber daya alam, apa yang Bapak/Ibu ketahui di Desa Paluh
Manan? (Boleh dijawab lebih dari 1)Pertanian :Perkebunan :Perikanan :
Dan lain-lain :
2. Bagaimanakah kondisi sumber daya alam yang Bapak/Ibu ketahuitersebut?a. Bagus b. Tidak BagusAlasannya:
3. Bagaimanakah peran kepala desa dalam pengelolaan dan pelestariansumber daya alam tersebut?a. Bagus b. Tidak BagusAlasannya:
4. Bagaimanakah peran tokoh masyarakat (pemuda, agama, pendidikan danlainnya) dalam pelestarian dan pengelolaan sumber daya?a. Bagus b. Tidak BagusAlasannya:
5. Apakah ada program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan olehpihak pemerintahan Desa Paluh Manan? (boleh dijawab lebih dari 1)a. Pendidikanb. Ekonomic. Kesehatand. Pembangunan(sebutkan nama programnya)
6. Program pemberdayaan apakah yang sering Bapak/Ibu ikuti dan terlibatlangsung dalam kegiatan tersebut? (boleh lebih dari 1)
a. Pendidikanb. Ekonomic. Kesehatand. Pembangunan(sebutkan nama programnya)
7. Bagaimanakah kemampuan pemerintahan desa dalam melaksanakanprogram pemberdayaan masyarakat di Desa Paluh Manan?a. Bagus b. Tidak BagusAlasannya:
8. Apakah program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintahmemberikan manfaat yang besar bagi Bapak/Ibu?a. Besar b. Tidak BesarAlasannya:
9. Setelah mengikuti program pemberdayaan yang Bapak/Ibu ikuti, apakahdapat mengembangkan kesejahteraan kehidupan Bapak/Ibu?a. Bisa b. Tidak BisaAlasannya:
10. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu tingkat aksesibilitas (tanggung jawab)masyarakat dalam program pemberdayaan masyarakat?Alasannya:
DAFTAR WAWANCARA
1. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu, sikap masyarakat untuk melakukanperubahan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup?
2. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu, tingkat kehidupan masyarakat di DesaPaluh Manan?
3. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu, kondisi kehidupan masyarakat di DesaPaluh Manan? Apakah termasuk kategori produktif setelahterselenggaranya program pemberdayaan masyarakat?
4. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu, tingkat partisipasi masyarakat dalamprogram pemberdayaan masyarakat?
5. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu, tingkat kemampuan masyarakat untukproses memperbaiki diri dalam mewujudkan perubahan?
6. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu, dampak pelaksanaan pembangunanyang melibatkan masyarakat khususnya program pemberdayaanmasyarakat?
Department of Public AdministrationUniversity Sumatera Utara in Cooperation with :Indonesian Association for Public Administration
INTERNATIONALCONFERENCEon Public Policy, Social Computing and Development
Public Policy for Inclusive and Sustainable Development
e-mail: [email protected] website: icoposdev.usu.ac.idTelp : Rudi : +6285261265977 | Rizki : +6282167897520
August 22, 2017
Name : Irwan Syari
Affiliation : University of Muhammadiyah North Sumatra
Dear Irwan Syari, Siti Hajar and Elvita Yenni
Greetings from ICOPOSDev!
Congratulations! Your abstract has been accepted for paper presentation in ICOPOSDev 2017 on
“Public Policy for Inclusive and Sustainable Development”, which will be held in Medan, North
Sumatera, Republic of Indonesia on 20th October 2017 with the title: “Empowerment
Community Coastal Through Village Potential”
Please submit your full paper and powerpoint presentation on the topic via e-mail
([email protected]). The files should be submitted not later than 15 September 2017. We will
soon be contacting you for the date, time, and location of your presentation. If there is anything
we can do to assist you in your preparations for this conference, please do not hesitate to contact
the ICOPOSDev Secretariat via phone (085261265977) or e-mail ([email protected]).
Again, we congratulate you, and we look forward to seeing you in Medan.
International Conference on Public Policy, Social Computing and Development (ICOPOSDEV) 2017Jl. Prof. A. Sofyan, Kampus USU, Padang Bulan, Medan Baru, Medan, 20155
IndonesiaHttp://icoposdev.usu.ac.id
e-mail : [email protected]
1
EMPOWERMENT COMMUNITY
COASTAL THROUGH VILLAGE
POTENTIAL
Irwan Syari Tanjung1, Siti Hajar1,2, Elvita Yenni1,3
Faculty of Social and Political Sciences,
University Muhammadiyah of North Sumatra
Medan.
Tel: 061-6624567
E-mail: [email protected]
Abstract: Empowerment of coastal villagers as
one of the government programs to support the
distribution of development through the
development of village potential both human and
natural resources. Development of village potency
especially in coastal village aim to improve
village progress so that able to compete according
to national development goal that is to realize
prosperous society, independent and competitive.
The village community empowerment program in
an effort to improve the ability of people in all
fields, in particular creating creativity to produce
an independent and prosperous society. The
ability of these communities must also be
supported by the mindset of the community that
can support any activities undertaken in the
Pesisir Village, especially the Paluh Manan
Village. Community empowerment is also a
concrete manifestation to increase community
participation in every development program
because the key to the success of development can
not be separated from the direct involvement of
the community in the implementation of
development. The empowerment of coastal
communities through the potential of villages is
also expected to be a tangible manifestation in
implementing village legislation in promoting the
village. Therefore, prior to developing the
potential of the village, this community
empowerment activity is carried out by grouping
the potential of the village that can be developed,
then forming a team or group at the village level
who served as the controller and supervisor in the
implementation of coastal community
empowerment through the development of village
potency.
Keywords: empowerment, coastal communities
and village potential
Introduction
Equity of development needs to be implemented
in every area of life, because it is related to the
development and progress of a particular area of
the village. Development of village progress is
also concerned with creating a society that is able
to compete and face the challenges of
globalization.
The main issue that needs the empowerment of
rural community to realize prosperous society as
expected in the implementation of UU No. 6 Year
2014 About the Village, is still lack of education
level of society, lack of clean environment
management so often face health problem, low of
mindset of society for village management. This is
the main reason for the need for a participatory
approach in realizing a prosperous society,
especially coastal areas.
Implementation of community empowerment
aims to improve community welfare and creativity
of the community empowered through the
potential and excellence of the village and its
community. The potential development of rural
communities is one solution that can be applied in
realizing the progress of the village.
Community empowerment is a continuous
program that deals with developing conditions and
situations of potentially powerful people's
development. This community empowerment
program is also one of the important programs in
the distribution of development as a concrete
manifestation of the reality and demands of
society.
Review of Literature
1. Empowerment
2
Empowerment can be interpreted as the
acquisition of strength and access to resources to
earn a living. Arsiyah, DKK (2009) states that the
concept of empowerment is a new paradigm in
community development involving the
community in development activities both in
planning, implementation and evaluation. Ife in
Zubaedi (2014) identifies several types of
strengths people have and can be used to empower
them:
a. The power of personal choice.
Empowerment efforts are done by giving
people the opportunity to make personal
choices or opportunities for a better life.
b. Strength in determining its own needs.
Empowerment is done by assisting them
to formulate their own needs.
c. Power in freedom of expression.
Community empowerment is done by
developing their capacity for free
expression in the form of public culture.
d. Institutional strength. Empowerment is
done by improving the accessibility of the
community to the institutions of
education, health, family, religious, social
welfare system, government structure,
media and so forth.
e. The power of economic resources.
Empowerment is done by increasing
accessibility and control over economic
activity.
f. Strength in reproductive freedom.
Empowerment is done by giving freedom
to the community in determining the
process of reproduction.
Thus, the empowerment of the village community
is the development undertaken for the community
by increasing knowledge, skills to improve the
ability to determine its own future and participate
in influencing its own life.
2. Coastal Communities
The term coastal area, is an area directly adjacent
to the edge of the beach or sea. Amanah (2010),
states that coastal communities have a distinctive
life, faced directly in harsh ecosystem conditions,
and the source of life that relies on the utilization
of coastal and marine resources. Theoretically
coastal communities are defined as people who
live and conduct socio-economic activities related
to ocean resources so as to have a high degree of
dependence on seafood. While Mubyarto (2002)
coastal communities, especially fishermen in
general, are categorized as poorer than farmer
families or craftsmen.
The physical condition of the settlements and the
livelihoods of the coastal villagers is divided into
three categories: permanent home (qualified
health), semi-permanent house (enough to meet
health requirements), non-permanent house (less
or no health requirements). However, in general
the condition of coastal community settlements
more to non-permanent homes. There are several
characteristics of coastal communities proposed
by Wignyosoebroto (2009), namely:
a. Greatly influenced by the type of activity
b. Greatly influenced by environmental
factors, seasons and markets
c. Structure of society that is still simple and
not entered by outsiders. This is because
both culture, living order and community
activities are relatively homogeneous and
each individual feels the same interests
and responsibilities in implementing and
overseeing mutually agreed laws.
d. Most coastal communities work as
fishermen.
3. Village Potential
The development and progress of the village
depends on the village's potential. Some of the
potentials of the village include the various
natural (physical) and human (non-physical)
resources owned by a village and have benefits for
the survival of the village. Maksudin (2001),
which are included in the village potential are:
Physical potential, including:
3
a. Land, including minerals and minerals,
sources of crops that are a source of
livelihood, food and shelter.
b. Water, including water resources,
conditions and water system for irrigation,
agriculture and daily living needs.
c. Climate, its role is very important for
agrarian villages.
d. Livestock, as a source of energy, food and
income.
e. Man, as a potential man power (power
man) both land processors and producers
in the field of agriculture, as well as
industrial workers in the City.
Non-physical potential, including:
a. Villagers living based on mutual
cooperation and can be a force of
production and building power on the
basis of cooperation and mutual
understanding.
b. Social institutions, education and social
organizations that can provide social
assistance and guidance to the
community.
c. Apparatus or village opportunity, to
maintain order and security for the
smoothness of village government only.
Execution Method
This research is conducted with survey research,
which aims to know the potential and advantages
possessed by the village of Paluh Manan. Survey
data obtained will be grouped based on the
grouping of potential villages so that it can be
known the advantages of each potential owned by
the village of Paluh Manan.
Results
The diversity of village potentials that can be
developed in accordance with community choices
and capabilities. The most potential villages in the
village of Paluh Manan are in the field of fishery /
aquaculture and agriculture. This is in accordance
with the level of community livelihood of
fishermen and farming. This livelihood is the
dominant work done by the village community.
The potential of the village owned by Paluh
Manan Village, in its development process to
support the community empowerment program
has constrained the low level of education and
knowledge of the community about the
management of village potency. The number of
natural conditions that have to get special
attention related to empowerment. One example
put forward by the fishing community leaders is
that they cannot cultivate waste from their
aquaculture.
The preservation and management of resources
that ultimately become the potential of a region is
not as easy as turning the palms so it takes the
involvement of all parties. One of the parties
expected to be directly involved in conservation
and management activities with community
empowerment programs is community leaders.
The involvement of community leaders in Paluh
Manan Village is one of the keys to the success of
the development program, especially the
empowerment of the community.
Implementation of community empowerment,
especially coastal village community should be
extra attention. One of them is the ability and
expertise that exist in the Village Government so
that it can support community empowerment
program. The ability of village officials in the
Village Government of Paluh Manan is still
relatively minimal and cannot support the
activities undertaken so that needed experts who
can provide solutions and knowledge in the
implementation of community empowerment.
4
The majority of the community's livelihood of
fishermen and farmers. However, some of these
communities do not have the skills to support their
work. The fishermen in this village of Paluh
Manan ± 65% have no identity and cannot read.
So also with the farmers, so it becomes a
fundamental problem to develop the creativity and
progress of this village.
In agriculture too, people working as farmers
cannot cultivate resources from agricultural land
because of the low ability to produce their crop
productivity. Fish, shrimp and crab farming are
also categorized as farmers. In terms of cultivating
production output is also relatively low so it takes
permanent control and control so that it can
produce productive results such as seeds and food.
Farmers of fishponds and fishermen are far
different characteristics in cultivating and
cultivating the potential that exists. Fishermen are
open access who seek results by moving to get
maximum results and the risk of fishing jobs is
also quite high. Fishermen have a hard character,
firm and open.
Community work in Paluh Manan Village,
everyone can be a fisherman and farmer. Their
work depends on natural conditions and
supporting ecosystems. Firth (in Zubaedi: 2014)
says the fisherman community has a resemblance
to the peasant society, namely that the nature of its
business is small with simple equipment and
market organization; exploits that are often related
to cooperative issues; largely relies on subsistence production; and has a diversity in the level and
behavior of its economy.
Conclusion
The development of village potentials requires the
participation of various parties in the management
and preservation. Village potential is needed to
support development programs, especially
community empowerment. The each village must
be able to classify the potential of the village
owned so that it can be the advantage of the
village for implementation of community
empowerment, especially coastal areas. The
progress of coastal areas depends on the potential
of both natural and human resources, it is
necessary community empowerment program to
develop the potential of the village so as to
achieve the goal of improving the welfare of
community.
REFERENCES
Aminah, Siti. Gondang Bakau dan Orang Pesisir.
Ashoka Indonesia: Bandung. 2000
Asiyah., Ribawanto, Heru dan Sumartono.
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan
Ekonomi Desa (Studi Kasus Pemberdayaan
Masyarakat Industri Kecil Krupuk Ikan di Desa
Kedungrejo, Kecamatan Jabon, Kabupaten
Sidoarjo), Jurnal WACANA Volume 12 Nomor 2
April Tahun 2009 ISSN 1411 – 0199, Universitas
Brawijaya: Malang.
Mubyarto. Penanggulangan Kemiskinan di Jawa
Tengah Dalam Era Otonomi Daerah. Jurnal
Ekonomi Rakyat, Artikel Tahun I Nomor 9 –
November 2002. www.ekonomirakyat.org.
Maksudin. Strategi Pengembangan Potensi dan
Program Desa Binaan/Mitra Kerja IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Aplikasia, Jurnal Aplikasi
Ilmu-ilmu Agama, Volume 11 No.2 Desember
2001
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa
Wignyotosoebroto, Soetandyo. Dakwah
Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi
Metodologi. Pustaka Pesantren: Yogyakarta. 2009
Zubaedi. Pengembangan Masyarakat (Wacana
dan Praktik). Kencana: Jakarta. 2014
Irwan Syari Tanjung
Empowerment Community CoastalThrough Village Potential
1
Empowerment Community CoastalThrough Village Potential
Rp 2.250.000 Rp 2.250.000
Rp 2.250.000
Total Rp 2.250.000
two million two hundred fifty thousand
Application of a Participatory Approach in Empowering Coastal Villages
Siti Hajar1, Irwan Syari Tanjung1,2,Faculty of Social and Political Sciences, University Muhammadiyah of North Sumatra Medan.
Tel: 061-6624567
E-mail: [email protected]
Abstract
The success of development cannot be separated from high community participation in every
implementation of development carried out. Equity of development is needed in improxing
the potential of both the village of human resources and natural resources. The development
of village potency which is owned by villagers especially coastal area can improve the
progress of the village so that it can be a competitive village according to national
development goal that is to create a prosperous, independent and competitive society. This is
related to supporting government programs in facing the callenges of the Asean Economic
Community (MEA). Thus, an approach is needed that can support the empowerment of
coastal village communities so as to increase community participation in the implementation
of development as set forth in act No. Year 2014 on the village. The approach is conducted by
the method of partisipatory rural appraisal (PRA), with this approach is expected to encourage
coastal communities to support development programs implemented in the village. The
purpose of this study is to identify the potential of villages and classify the potentials into
advantages and weaknesses so as to analyse the model of coastal community empowerment.
This research with further survey research conducted SWOT analysis to produce models of
coastal community empowerment.
Keywords: participatory approaches, empowerment and coastal village communities
1. Introduction
Development carried out equally in every area of life is needed in the development
and progress of society, especially at the village level. The development and progress of
society is needed to face the challenge of Asean Economic Community (MEA). Thus,
villagers must also be prepared to be able to compete at the international level, so to support
the development of the village community’s capacity required a village development program.
The success of the program is not inseparable from the participation of the community
it self. One of these programs is regulated in act No. 6 Year 2014 on the village, which is the
empowerment of rural communities as an effort that can develop independence and welfare
by increasing knowledge, attitude, skills, behavior, ability, awareness, and utilizing resources
through policy setting, programs, activities and assistance that match the essence of the
problem and priority needs of the village community.
The main issue that needs the empowerment of rural community to realize prosperous
society as expected in the implementation of act No. 6 Year 2014 About especially in the
suburbs of Hamparan Perak Subdistrict is the lack of public education level, the lack of clean
environment management so often facing problems health, low public mindset for village
management and support for every government program policy, low income so that every
invited to do cooperation to build village the reason is money. This is the main reason for the
need for a participatory approach in realizing a prosperous society, especially the coastal
areas.
The participatory approach applied in the empowerment of rural village communities
is carried out through a participatory rural appraisal (PRA) method which aims to provide an
understanding to the community to learn about the conditions and rural life from, with and by
villagers themselves, to produce program designs according to their needs. As suggested by
Chambers, (1996) suggests that participatory rural appraisal (PRA) is an approach and
method for studying rural conditions and life from, with and by village communities.
Through a participatory approach it is expected to encourage coastal communities to
support all government policies, in which the community as planning, implementers and
supervisors. Participatory approach applied in the empowerment of coastal communities is
expected to change the pattern of community life in all areas so as to realize the welfare of
society that has been regulated in act No. 6 of 2014 About the Village.
2. Review of Literature
2.1 Participatory Approach
The participatory approach is a Community Based Approach, which assesses the high
level of community participation in the processes of problem formulation and planning, with
outsiders as facilitators so that the views from within the community it self are the main
approach. Kristanto (1997), suggests that this approach is done with a bottom-up planning
(bottum-up strategy). Meanwhile, Riyadi and Bratakusumah (2005), said that the participatory
approach was conducted using Participatory Rural Appraisal (PRA) methodology as a method
of learning about the condition and rural life from, with and by the villagers them selves and
aims to produce a program design that is more in line with the desires and circumstances
community.The PRA method is not only a process of understanding, but analysis, planning and
action so that the approach can enable villagers, especially the coastal communities to share,
improve and analyze community knowledge about village conditions and life and make plans
and actions. Participatory approach through Participatory Rural Appraisal (PRA) emphasizes
that target communities have the ability to control and even change the programs that have
been issued by development planners.Involving the community in every village development program that particularly
empowers the village community. Asnudin (2009) programs with participatory approaches for
the foreseeable future activities are needed and implemented on an ongoing basis.
2.2 Empowerment of Coastal Village Communities
Empowerment is always associated with the discourse of community development and
is associated with the concept of self-reliance, participation, networking and justice. The term
empowerment was born as an antithesis to the model of development and a model of
industrialization that is less favorable to the majority. Empowerment can be interpreted as the
acquisition of strength and access to resources to earn a living. Arsiyah, DKK (2009) states
that the concept of empowerment is a new paradigm in community development involving the
community in development activities both in planning, implementation and evaluation.
Act No. 6 Year 2014 on the Village Article 1 Paragraph 12, explains that the
empowerment of rural communities is an effort to develop the independence and welfare of
the community by increasing knowledge, attitude, skills, behavior, ability, awareness, and
utilizing resources through the establishment of policies, programs, activities and mentoring
that match the essence of the problems and priorities of the villagers' needs.
The term coastal area, is an area directly adjacent to the edge of the beach or sea.
Amanah (2010), states that coastal communities have a distinctive life, faced directly in harsh
ecosystem conditions, and the source of life that relies on the utilization of coastal and marine
resources. Theoretically coastal communities are defined as people who live and conduct
socio-economic activities related to ocean resources so as to have a high degree of
dependence on seafood.
Mubyarto (2002) coastal communities, particularly fishermen in general, are
categorized as poorer than farm families or craftsmen. This poverty is characterized by
fluctuating income, consumptive spending, low levels of community education, available
institutional units that do not support income distribution, the potential for family labor (wife
and child) has not been well utilized, and access to capital is low.
Coastal communities are generally a group of people who utilize marine resources so
that most of the population livelihoods in the marine sector and the rest consists of traders and
farmers. Yet more of them are subsistent, living their businesses and economic activities to
support their own families, on such a small scale that the results are sufficient to meet the
needs of the very short time frame.
The physical condition of the settlement and the life of the coastal communities is
divided into three categories: permanent house (qualified health), semi permanent house
(enough to meet health requirements), non permanent house (less or no health requirements).
However, in general the condition of coastal community settlements more to non-permanent
homes.
3. Methodology
The method used is survey method. Survey study is a study conducted on a big or
small number of populations, but the data analyzed is the data from the sample taken from
the population, so there will be some relative events, distribution and the relationships among
the sociological and psychological variables. (Pasolong, 2012) Therefore, this study method is
also called as sample survey that measuring the study variables related to the characteristics of
a particular unit of observation. This study is analyzed by SWOT approach with focus grup
discussion (FGD).
4. The Results
The development of village potency through grouping of excellence owned by village
is one of solution to empower village community especially in coastal area. The advantages
possessed by the village can be characteristic of the village, let alone in introducing the
uniqueness of each village.
Related to the empowerment of villagers as well as potential and excellence is the
most important thing for the success of the development program. These potentials and
advantages must also be analyzed by the SWOT so that it looks well and correctly what are
the strengths and weaknesses and opportunities and challenges that exist in the village
development.
The implementation of community empowerment is also linked to market
interventions aimed at opening up opportunities from the potential and excellence of the
village, as does the village of Paluh Manan. Opportunities expected by rural communities are
related to how to market and assist them in increasing the production of processed products
from their potential. Related to this, it is very necessary the role of village government to
support the potential management of village communities in particular aimed at improving the
welfare of the community. Based on act No. 6 of 2014 on villages that the government is
obliged to undertake community empowerment related to the development of village potency
and excellence.
The solution offered by the government through the implementation of the village
policy is the best use of village funds. However, in reality not all villages can optimize the
allocation of village funds to community empowerment programs. This is due to the lack of
knowledge and ability of village administration in managing the village budget. In accordance
with research conducted by TSL, et.al (2013) that the management of village fund allocation
can be an obstacle factor in the implementation of community empowerment program in fact
from the allocation of funds can support community empowerment in improving creativity,
welfare and employment for the community.
Community empowerment is one program that can encourage the improvement of
village stability in creating a potentially good and stable village. Community empowerment is
also a process of structural change in society in the fulfillment of basic needs and social order.
One of the supporting factors in community empowerment proposed by Labaran, et.al (2014)
that the government's efforts to increase public knowledge in the form of production and
capital assistance.
Thus, the important role of government in the success of community empowerment
programs, especially in coastal areas. Paluh Manan village, is one of the villages that can
potentially be developed both from the community and the advantages of the village.
However, in the process of development there are many obstacles and obstacles that must be
solved that is the level of education, level of knowledge of the community as well as the
ability of human resources of village governance is still relatively low.
The role of government is needed in the development process carried out on the
potential and excellence of the village, especially the community empowerment program. The
role of village government in the village of Paluh Manan is still not maximal due to the
inadequate ability of apparatus to provide direction and insight related to community
empowerment.
Not optimal the implementation of community empowerment in the village of Paluh
Manan also caused by the lack of institutions that overshadow the community in improving
the creativity of the community derived from the potential and excellence owned by the
village. Community empowerment needs to be done because of the demands of society with
regard to social, economic, political and cultural problems in line with the times.
5. Conclusion a. Creative community groups formed the results of surveys and discussions with several
parties to support community empowerment activities in coastal villages, especially
the Paluh Manan Village.b. Through the formation of creative community groups it is known that the participation
of community groups in community empowerment activities through village
development programs has not been optimal for the development of potential and
excellence of the village as the largest capital for the progress of the village.c. This research produces a model of community empowerment of coastal villages
named as creative community group (KMK).
References
Aminah, Siti. 2000. Gondang Bakau dan Orang Pesisir. Ashoka Indonesia: Bandung.
Asiyah., Ribawanto, Heru dan Sumartono. 2009. Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pembangunan Ekonomi Desa (Studi Kasus Pemberdayaan Masyarakat Industri Kecil
Krupuk Ikan di Desa Kedungrejo, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo), Jurnal
WACANA Volume 12 Nomor 2 April Tahun 2009 ISSN 1411 – 0199, Universitas
Brawijaya: Malang.
Asnudi, Andi. 2009. Pendekatan Partisipatif dalam Pembangunan Proyek Infrastruktur
Perdesaan di Indonesia, Jurnal SMARTEK Volume 7 Nomor 4 Tahun 2009, Universitas
Tadulako, Palu akses Portal Garuda.
Chambers, Robert. 1996. PRA: Memahami Desa Secara Partisipatif. Kanisius dan Oxfam:
Yogyakarta.
Kistanto, Nurdin. 1997. Menuju Paradigma Penelitian Sosial yang Partisipatif Jurnal Prisma
Nomor 1 Edisi Januari 1997: Semarang.
Labaran, Asran, Muhammad Z. et.al. 2014. Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan
Masyarakat Petani Kakao di Desa Taan Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju.
Jurnal Otoritas (Jurnal Ilmu Pemerintahan) Volume IV No. 1 Edisi April 2014;
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Maksudin. 2001. Strategi Pengembangan Potensi dan Program Desa Binaan/Mitra Kerja IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Aplikasia, Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Volume 11
No.2 Desember 2001
Mubyarto. 2002. Penanggulangan Kemiskinan di Jawa Tengah Dalam Era Otonomi Daerah.
Jurnal Ekonomi Rakyat, Artikel Tahun I Nomor 9 – November 2002.
www.ekonomirakyat.org.
Pasolong, Harbani. 2012. Metode Penelitian Administrasi Publik, Alfabeta: Bandung.
Riyadi dan Supriady, Deddy Bratakusumah. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah
(Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah), Gramedia Pustaka
Umum: Jakarta
TSL, Octrian, et.al. 2013. Implementasi Program Alokasi Dana Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat di Desa Punagaya Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto. Jurnal
Otoritas (Jurnal Ilmu Pemerintahan) Volume III No. 1 Edisi April 2013; Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Zubaedi. 2014. Pengembangan Masyarakat (Wacana dan Praktik). Kencana: Jakarta.
Application of a Participatory Approach in Empowering Coastal Villages
Siti Hajar1, Irwan Syari Tanjung1,2,Faculty of Social and Political Sciences, University Muhammadiyah of North Sumatra Medan.
Tel: 061-6624567 E-mail: [email protected]
Received: September XX, 201X Accepted: Desember XX, 201X Online Published: Februari XX, 201X
doi:10.5539/ URL: http://dx.doi.org/
(If you submit your article through the online submissions system, please submit this file as supplement.)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Suggested Reviewers (Optional)
Please suggest 3-5 reviewers for this article. We may select reviewers from the list below in case we have noappropriate reviewers for this topic.
Name: E-mail:
Affiliation:
Name: E-mail:
Affiliation:
Name: E-mail:
Affiliation:
Name: E-mail:
Affiliation:
Name: E-mail:
Affiliation:
LAMPIRAN PRODUK PENELITIAN
HASIL FGD
DRAFTPANDUAN PELAKSANAAN
PEMBENTUKAN MODEL KELOMPOK MASYARAKAT KREATIF (KMK)
I.PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang disertai dengan kemajemukan
suku, bahasa dan agama, serta memiliki keunikan atau ciri khas yang lain yaitu dilihat dari
letak geografis daerah yang berada digaris khatulistiwa yang kemudian menyebabkan
terjadinya perbedaan waktu dan pembagian daerah yaitu Indonesia Timur, Indonesia Barat
dan Indonesia Tengah. Berkaitan dengan hal tersebut diperlukan suatu metode yang dapat
diterapkan dalam pelaksanaan pembangunan. Metode yang digunakan harus dapat
memperhatikan keanekaragaman daerah dan keunikan daerah untuk melakukan
pengembangan pembangunan di segala bidang kehidupan. Salah satu metode yang digunakan
adalah metode partisipatory rural appraisal (PRA).
Pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan sangat bertumpu kepada keikut sertaan
masyarakat dalam setiap program pembangunan khususnya pemberdayaan masyarakat,
sebagai kunci keberhasilan pembangunan. Tujuan pelaksanaan pembangunan dalam bentuk
pemberdayaan masyarakat ini adalah untuk melakukan penanggulangan kemiskinan sebagai
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sesuai dengan implementasi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa,
tujuan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat adalah mewujudkan masyarakat yang
sejahtera, mandiri dan kreeatif. Dengan demikian, masyarakat adalah sebagai pelaku
pembangunan dalam setiap program yang dilahirkan dan yang menerima manfaat langsung
dari keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah
diberlakukan.
Melalui upaya yang dilakukan dengan model kelompok masyarakat kreatif diharapkan
dapat meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya dalam program pemberdayaan
masyarakat. Oleh sebab itu, pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat dilakukan juga
pengembangan pembangunan partisipatif masyarakat yang harus memiliki persiapan-
persiapan tidak saja menyangkut masalah teknis pembangunan tetapi juga pemahaman
terhadap arah kebijakan yang telah disepakati. Selanjutnya model kelompok masyarakat
kreatif ini akan melakukan metode Partisipatory Rural Appraisal (PRA) dalam pelaksanaan
1
pemberdayaan masyarakat, yang merupakan salah satu tahapan dalam melakukan
pembangunan partisipatif.
II. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan dan Sasaran pembangunan partisipatif adalah:
Tujuan:
a. Memberdayakan masyarakatb. Mengaktifkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunanc. Mengefektifkan kinerja pemerintahan desad. Mengaktifkan peran dan kepedulian stakeholder (pengusaha) terhadap masyarakate. Meningkatkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan stakeholder
Sasaran:
a. Kelompok Masyarakat Penerima Manfaat Program Pembangunan khususnya
pemberdayaan masyarakatb. Pemerintahc. Stakeholder (Pihak Swasta)
III. METODE PEMBANGUNAN PARTISIPATIF
Metode yang digunakan dalam pengembangan pembangunan partisipatif adalah
metode partisipatory rural appraisal (PRA). Langkah awal yang dilakukan dalam metode ini
adalah menemukan masalah dan potensi pembangunan yang ada di desa. Selanjutnya suatu
gambaran tentang kondisi kehidupan masyarakat sesuai dengan kebutuhannya sehingga
menghasilkan rancangan program yang lebih sesuai dengan kehidupan masyarakat.
Pelaksanaan pengembangan pembangunan partisipatif melalui kelompok masyarakat
kreatif dilakukan oleh tim dan dilaksanakan dalam kurun waktu 6 hari sampai 4 minggu.
Tugas tim adalah menggali sebanyak mungkin informasi kemudian mengamati dan
melakukan wawancara langsung kepada masyarakat.
IV. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN KELOMPOK MASYARAKAT KREATIFa. Membentuk kelompok-kelompok masyarakat
1. Menetapkan nama-nama kelompok2. Menyiapkan program yang dilaksanakan3. Memberikan panduan pelaksanaan kegiatan
b. Melaksanakan kegiatan1. Menyusun daftar pelaksanaan kegiatan2. Menentukan kelompok-kelompok sesuai dengan pembagian tugas yang telah
diberikan.3. Mempersiapkan sarana dan prasarana kegiatan
2
c. Prinsip kegiatan1. Kerjasama yang dilakukan antara pemerintah, masyarakat dan stakeholder2. Menghasilkan program kerja yang dapat memberikan kontribusi bagi kelompok
masyarakat kreatif sebagai peningkatan kesejahteraan.3. Pemasaran sebagai peluang dalam memberikan pendapatan dari hasil kegiatan
yang dilakukan.
V. PENUTUP
Pembangunan partisipatif adalah pembangunan yang melibatkan peran serta
masyarakat, pemerintah dan stakeholder (pengusaha) dalam pembangunan. Keterlibatan
pihak-pihak ini dimulai dari proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan pembangunan.
Pelaksanaan pengembangan pembangunan partisipatif ini dilakukan dengan pembentukan
kelompok masyarakat kreatif.
3
LAMPIRAN FOTO-FOTO TERKAIT PENELITIAN
1. Foto Penyebaran Angket
Keterangan: Salah satu foto yang diambil dalam penyebaran angket di Desa Paluh MananTahun 2017
Keterangan: Salah satu foto yang diambil dalam penyebaran angket di Desa Paluh MananTahun 2017