Download - Kematian sosok misterius
2
Daftar isi
Liburan awal tahun 3
Pengumuman kelulusan 26
Perjalanan kasar 31
Arwah penasaran 41
Asal-usul 58
Penyelesaian
3
Malam mencekam disertai hujan yang deras yang menerpa daratan Batam mewarnai
malam minggu ke 2 ditahun 2010. Sekumpulan anak muda yang sudah merencanakan planning
nya untuk bermalam minggu digagalkan oleh do’a para jomblo yang mengiginkan hujan turun
agar ABG yang berpasangan ikut merasakan nyesek nya jombloers yang hanya bisa berdiam diri
dirumah entah melakukan aktivitas apa.
Hujan pertama ditahun ini menguntungkan sebagian orang yang menginginkan hujan
untuk mengairi area perkebunan di daerah barelang setelah panen besar akhir tahun lalu. Namun
tak heran anak ABG justru lebih sengsara karena planning nya yang gagal total di minggu kedua
tahun baru ini. Hujan deras menerpa sejak tadi sore dan sampai jam 21.00 WIB tidak juga
memperlihatkan tanda-tanda akan keredaanya .
Aqhil dengan kulit sedikit gelap berambut pendek lurus memakai kacamata negatif
tengah menggerutu ditengah derasnya hujan karena tak dapat mengapel dirumah pacarnya widya
yang baru saja jadian 2 hari. Bertolak belakang dengan kekasihnya, widya berambut panjang
tertutup hijab dan manis itu tampak lebih tenang dengan turunnya rintik-rintik hujan yang deras
malam ini, karena ia tak suka dengan acara apel atau semacamnya dikarenakan ibunya yang
galak siap mengaum jika dirinya kedapatan diapelin ataupun diajak bepergian dengan pria selain
keluarga terutama disaat hari sudah gelap.
Dengan kekesalan aqhil yang tak kunjung memudar, ia pun segera meraih ponsel ios nya
untuk chatting dengan kekasih sehidup semati nya itu.
“yang, kayaknya kita ngga bisa lanjutin planning deh, so gimana nih ?” dengan ligat jari
jemarinya menekan tombol key pada ponsel barunya yang menyatakan kegelisahan dirinya akan
4
planning yang telah dibuatnya. Tak lama kemudian, gadis pujaannya pun segera membalas chat
BBM kekasihnya.
“ngga tau nih, mungkin lain kali aja ya ?” jawab widya dengan hati yang cukup senang.
Namun sepertinya Aqhil lebih menuruti pesan dari Widya . “baiklah kalau begitu, kita tunda di
lain waktu saja”
“oke, oh ya, udah malem nih, ngantuk mau tidur” balasnya dengan diakhiri emoticon
mengantuk menandakan ia serius. “baiklah kalau begitu, goodnite, nice dream yah yang” dengan
diakhiri emoticon kiss dan emoticon melambaikan tangan .
Berakhirlah malam dengan guyuran hujan itu mewarnai malam minggu para ABG yang
sibuk kesal meratapi gagalnya planning yang datang se-pekan sekali.
Pagi yang cerah dengan rerumputan kecil halus yang berembun dan kokokan ayam
menghiasi pagi yang cerah menggantikan suasana hujan yang membosankan semalam, tampak
jalanan beraspal masih digenangi air disisi kanan kiri nya. Suasanya pun cukup menghibur
dengan tak biasanya ada banyak orang yang jogging disana-sini. Mungkin karena melampiaskan
kebosanan hujan malam dengan cerahnya fajar dan sejuknya hawa dipagi hari. Wajar saja,
karena jika sudah diatas jam 10, udara pasti sudah dikotori dengan asap kendaraan .
Tampak anak smp berbadan tinggi kurus dengan rambutnya yang pendek kurang lurus
sedang menikmati sejuknya pagi dengan memutar musik jazz sambil melakukan gerakan senam
sederhana di halaman rumahnya. Namanya Robby, ia cukup dekat dengan Aqhil. Namun tingkah
mereka bertolak belakang hampir 180 derajat.
Tak seperti Robby, Aqhil yang gelisah sepanjang malam itu tampak tak bersemangat
untuk bangun karena stress kurang tidur semalam, ia masih tergeletak diatas kasur kapuknya
yang empuk dan bantal yang cukup besar dan sedikit lembab dikarenakan liurnya yang terus
menetes. Sedangkan Widya, ia sudah bangun sejak pagi sebelum adzan subuh dikumandangkan
untuk menunaikan ibadah. Ia tampak asik menyirami bunga-bunga dihalaman depannya dengan
riang sambil melakukan beberapa gerakan senam yang simpel.
Tak hanya mereka bertiga yang berbeda dalam memulai pagi diakhir pekan, anak hitam
manis yang tak suka ribut bernama Kevin memulai pagi di akhir pekannya dengan memutar lagu
sambil menggunakan headset, anak yang satu ini tidak terlalu bersemangat untuk memulai akhir
pekan jika tidak memiliki jadwal dengan teman temannya.
5
Dengan suasana pagi yang cerah namun dinodai dengan air yang menggenang di bagian-
bagian kecil bahu jalan membuat selera bangun dan melakukan aktivitas menjadi menyusut,
dimana biasanya terlihat banyak anak muda yang mondar-mandir jogging menjadi hampir tak
seorangpun yang melakukannya di akhir pekan ini.
Lain halnya dengan Yeni yang sedang berlibur di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah
mewarnai paginya dengan penuh semangat yang membara layaknya lava yang menyambur dari
dalam perut bumi. Beberapa hari setelah akhir tahun bersama dengan komplotannya melihat
kembang api alun-alun Batam dan kembang api singapur, ia diajak mamanya untuk mengambil
kesempatan liburan awal tahun ini untuk berkunjung ke tanah jawa tepatnya dikediaman rumah
kakek dan nenek dari ibunya. Karena sudah lama tak memijak tanah jawa yang indah dan
banyaknya tempat-tempat menarik yang bisa dikunjungi, ia pun tak akan menolak tawaran dari
mamanya itu. Padahal biasanya ia lebih memilih tinggal dirumah dan mengisi harinya dengan
teman komplotannya. Mungkin karena geng nya sedang tidak merencanakan hal yang bagus, ia
lebih memilih refreshing ketimbang mengisi hari liburan dengan suasana yang membosankan
dan tak menghibur sama sekali. Menanggapi hal itu, ia pun lantas segera memberi tahu teman-
temannya melalui chat di BBM.
Dengan ligat ia mengambil ponsel dari kamarnya, tidak berlama-lama mengambil karena
ia biasanya meletakkan ponselnya diatas meja belajar. Jika tidak pun ia akan tetap dapat
mencarinya dengan mudah, karena sifatnya yang gemar akan kerapian tercermin dari kamarnya
yang bersih dan rapi. Sekalipun ia lupa menaruh ponselnya dimana, ia akan mudah mencari
gadget nya selama ia menaruhnya dikamar.
Dengan lihai ia memainkan jari-jemarinya untuk membuka aplikasi BBM dan segera ia
sampaikan pada teman-temannya melalui obrolan di grup yang telah mereka bentuk ditahun lalu.
“guys, gue mau chao nih. Mama ngajakin ke yogya” dikirimnya pesan itu melalui grup,
tak lama kemudian, Kevin pun menjadi orang pertama yang membalas pesannya.
“zzz, enak bener lu ? lah kita-kita gimana dong ?” Seperti sedikit iri Kevin menanggapi
pesan dari Yenni. Seolah ia juga ingin ikutan berlibur ke Yogya.
“enak dong, ini moment langka banget buat gue, lagian kita kan ngga ada planning kan?
So mendingan gue ikutan mama. Emangnya situ mau ikut?” Balasnya dengan sedikit indikasi
mengejek.
6
“ha? boleh ikutan? Mau banget lah, tapii …” hampir secepat kilat Kevin membalas pesan
itu, namun tak kalah cepat juga Yenni menanggapi pesan Kevin yang belum selesai.
“tapi ape ??”
“Gue kaga punya duit buat kesana” disertai emoticon menangis seolah ingin ongkos nya
dibayarin. Ya wajar aja, biaya di hari libur begini pasti sedang melonjak naik. Melihat emoticon
itu, dengan terbahak-bahak Yenni mengeluarkan suara tertawa ala Tom and Jerry. Sampai-
sampai perutnya sakit karena emoticon yang dianggapnya terlalu lebay.Sambil tertawa pun ia
membalas pesan nya dengan cepat.
“weeeek , kasihan lu. Selamat menikmati liburan ya :D”
“zzz, iye dah, you too” singkat nya Kevin membalas karena tak memiliki liburan yang
menarik.
Sedangkan temannya yang lain belum sempat membaca pesan Yenni karena kesibukan
masing-masing. Dengan mempersiapkan diri serta barang-barang yang akan dibawanya untuk
melalui liburan di kampung pun segera ia bereskan. Karena mamanya telah menyediakan tiket
pesawat, mereka pun bisa langsung berangkat menuju Hang Nadim di sore hari menuju
Yogyakarta.
Bangunnya Aqhil di pagi hari bersama kantung mata yang terukir di area bawah kedua
matanya langsung memelototi sudut kamarnya mencari ponsel yang sempat beberapa kali ia
dengar berdering namun tak dihiraukannya. Tak lupa ia mengelap bibir hingga pipinya yang
dialiri sungai liur. Setelah ia dapatkan ponselnya, ia segera membuka notifikasi BBM, ketika
dibukanya, rupanya notifikasi itu berasal dari pesan dalam anggota grup nya. Dengan ligat ia
segera membacanya dari awal.
Setelah selesai membaca, ia hanya menciutkan bibirnya karena tak mendapat liburan
yang bagus diawal tahun ini. Tak perlu ia membalas karena sudah ada Kevin yang membalasnya.
Masih menciutkan bibir, ia pun memilih untuk menyapa pacarnya di pagi menjelang siang itu.
Sedangkan Robby sudah berada dihadapan laptopnya untuk bermain Clash of clans, sekaligus
melihat pesan masuk di BBM. Membaca pesan di grupnya, ia hanya membalas
“ciee, bakal asik nih liburannya”.
Menuju akhir liburan, mereka hanya melakukan hal-hal biasa dan tak ada yang cukup
istimewa karena keterbatasan keadaan dan perekonomian yang menjadi alasan utama para
remaja ini. Bagaimana tidak? aturan yang berlaku bagi pelajar kan sangat ditegaskan oleh para
7
orang tua yang malah senang dengan kedatangan liburan, bahwa tidak sekolah sama artinya
dengan tidak ada uang saku. Hahahaha, tradisi dari hampir setiap orang tua terutama orang tua
perempuan yang sedikit mengirit atau lebih tepatnya tak ingin keluar duit.
Ya mungkin sesekali orang tua akan memberikan beberapa lembar rupiah dihari libur,
namun pasti jika ada keperluan tenaga dari anak-anaknya. Wajar saja, sedangkan berbelanja
dipasar saja rela mati-matian sampai berjam-jam menawar harga yang targetnya harus turun
setidaknya 50 persen.
Lain halnya dengan Widya, gadis itu memilih untuk menjaga butik milik kakaknya untuk
mengantongi beberapa nilai rupiah untuk ditabungnya dengan tujuan memenuhi keinginannya
yang dapat dibeli di hari yang akan dating sekaligus menghabiskan waktu liburannya yang sudah
menipis.
Mengetahui hal itu, Aqhil semakin merana karena liburannya yang tak sesuai harapan
harus ditambah dengan penderitaannya karena tak bisa mengajak pacar sehidup sematinya untuk
window shopping. Dengan waktu libur yang tersisa, Aqhil harus merencanakan sesuatu yang
ekstrim yang mungkin dapat menghibur sisa-sisa masa ketengannya di akhir-akhir liburan ini.
Hanya dengan tersisa 2 orang close friend nya, ia harus memikirkan hal menarik yang
wajib dilakukan. Menggantungnya dua kantung mata diarea bawah matanya sepertinya sangat
mengganggunya untuk berfikir mengenai rencana apa yang akan dilakukannya. Berat hati ia
paksakan tubuhnya yang serasa ingin terus menempel dengan kasur kapuk nya untuk segera
bangkit dari posisi santainya menuju kamar mandi.
Dengan perlahan ia bangkit dan berdiri diatas kasurnya, sedikit ia melakukan beberapa
gerakan untuk meregangkan sendi-sendinya yang kaku karena posisi tidurnya yang kurang
baik.Tak lama kemudian ia segera menuju ruang tengah dan mengarah ke dapur, karena kamar
mandi rumahnya yang terletak diujung belakang rumah nya bersebrangan dengan dapur
rumahnya. Setelah tiba di depan kamar mandi, tiba-tiba ia mencium aroma yang sangat
menggoda. Sepertinya ia ingin melayang mengikuti sumber bau itu. Sedikit melebarkan senyum,
ia memejamkan mata dan mengikuti arah aroma yang diciumnya. Setelah semakin kuat aroma
yang ia cium, akhirnya ia membuka kedua kelopak matanya dan melihat tudung saji yang
tertutup rapat namun bercorak seperti jaring, sehingga aroma yang kuat dari dalam dapat tercium
dari luar. Perlahan Aqhil melirik kanan kiri untuk memastikan bahwa mamanya tidak melihat
8
aksinya yang tidak patut dicontoh. Berbekal kepercayaan diri yang tinggi, segera ia membuka
tudung saji itu dengan perlahan.
Tampak kedua bola matanya bersinar layaknya melihat berlian yang berkilauan. Rupanya
isinya adalah semangkuk air hangat yang dicampur bumbu kaldu ayam yang belum digabungkan
dengan potongan ayam dan semangkuk kecil berisi tempe dan tahu. Seketika kedua bola matanya
yang tadinya bersinar mengkilau berubah menjadi sipit dan bibirnya yang tersenyum lebar
menjadi menciut sambil mengembangkan hidung. Hilang sudah seleranya, padahal ia berfikiran
bahwa mamanya sudah memasak ayam goreng tepung kegemarannya. Rupannya hanya masih
tersedia tempe dan tahu. Tiba-tiba suara cacing-cacing diperutnya mulai terdengar dan bergema
didalam ususnya, mengingat bahwa semalam ia belum makan sama sekali karena sibuk
menggerutu karena planning nya yang digagalkan rintihan deras air hujan.
Memikirkan nasib perutnya dan tak tahan lagi dengan remasan otot lambung, ia segera
menyabar beberapa tempe dan tahu untuk mengganjal perutnya yang kosong. Memang apapun
pasti akan dimakan jika cacing-cacing diperut sudah pada protes. Selagi kedua tangannya
memegang tempe dan tahu, ia mengunyah masakan mamanya dengan lahap seolah yang ia
makan adalah makanan kelas atas. Sambil mengunyah, sesekali ia lontarkan pernyataan dalam
hatinya.
“hm, enak juga ya tempe ama tahu. Disaat seperti ini, tempe ama tahu itu bagaikan burger
yang disajikan dengan keju, tomat, acar, daging sapi, seledri dan lada. Em yummy”
Begitulah ia sangat berimprovisasi karena tempe dan tahu buatan mamanya sudah
menyelamatkan perutnya yang dilanda kegelisahan. Tapi justru untuk sebagian orang pasti lebih
mengutamakan kebersihan daripada menyantap makanan tepat setelah bangun tidur, bagaimana
tidak? Kuman yang menempel pada gigi dan mulut pasti masih bersarang disana, terlebih lagi
dengan liur Aqhil yang selama tidur terus mengucur dari mulutnya. Wah, tak terbayang
bagaimana rasa tempe dan tahu yang ia makan.
Merasa sudah lebih baik dengan kondisi perutnya yang sekarang, akhirnya ia
memutuskan untuk langsung menuju kamar mandi. Seiring ia melangkahkan kakinya, ia semakin
jelas mendengar suara acara televisi yang tidak asing ditelinganya. Tanpa basa basi, ia langsung
melesat keruang tengah. Dengan senang ia melihat acara dipagi hari yang ditonton adiknya, tidak
lain adalah Spongebob Squarepants. Niatnya untuk mandi pun sirna ditakhlukkan oleh kartun
9
kesukaannya itu. Namun tak lama, iklan pun melanda. Memaksa Aqhil untuk segera menuju
kamar mandi.
Barulah ia sampai ke tujuan dengan sempurna tanpa ada satupun godaan lagi. Suara air
pun terdengar sangat deras dari dalam kamar mandi, dan dibawah 5 menit, ia pun keluar dari
kamar mandi. Memang mandi berlama-lama bukanlah gayanya. Ia rasa cukup 3 menit untuk
membersihkan diri. Walaupun entah seperti apa caranya mandi dengan durasi waktu 3 menit
bahkan terkadang kurang dari itu.
Sekarang ia sudah dapat berfikir dengan cerah mengenai hal yang mungkin dapat mengisi
kekosongan di akhir liburannya bersama kedua close friend nya itu. Beberapa hal sempat
terlintas difikirannya seperti renang dan memancing. Namun keduanya tidaklah ekstrim seperti
yang ia inginkan, sehinga ia harus memacu imajinasinya untuk menghasilkan ide yang menarik
dan berkesan untuk akhir liburannya bersama teman-temannya.
Kevin yang melayani pesan Yenni mengenai liburan cukup tertekan dengan kondisi
liburannya yang sangat membosankan itu. Jika tidak ada hal yang terpikat olehnya, pasti ia hanya
akan menghabiskan sisa liburannya dengan tidur dan tidur. Dengan kesegaran tubuhnya yang
telah ia bersihkan dengan mandi pagi, ia tampak memasukkan laptop dan charger nya kedalam
tas. Untuk mengisi akhir liburannya, ia mencoba untuk bermain kerumah Robby untuk bermain
game bersama. Sebelum itu, ia mencoba membuka kulkas dan mencari bahan apa yang dapat
dijadikan hidangan untuk memenuhi asupan kalori nya dipagi hari itu. Tampak beberapa telur
ayam, dan berbagai jenis sayuran.
Namun Kevin hanya mengambil 2 butir telur ayam, wortel, kol dan brokoli. Anak yang
satu ini memang suka mencoba beberapa kombinasi dari beberapa sayuran dengan telur ataupun
bahan yang mengandung karbohidrat dan protein. Hal itu biasa ia lakukan jika ia tidak melihat
adanya lauk-pauk yang tersedia didalam tudung saji yang menandakan mamanya belum
memasak lauk. Dengan membawa bahan yang ia perlukan, diletakkanya dimeja dapur dan segera
diambilnya pisau, talenan dan mangkuk.
Setelah menyiapkan alat yang diperlukan, segeralah ia mencuci sayuran yang akan diolah
dan mengiris semuanya dengan banyak yang sama rata untuk mengisi setengah mangkuk
berukuran sedang yang ia sediakan. Semua bahan pun sudah dimasukkan kedalam mangkuk,
kemudian ia memasukkan isi kedua butir telur kedalam mangkuk dengan dicampuri bumbu
berperisa ayam.
10
Dikocoknya seluruh isi mangkuk hingga merata. Sambil memanaskan wajan berisi
margarin hingga margarin meleleh dan panas, ia langsung menuangkan semua bahan kedalam
wajan. Telur dadar itu menjadi hidangannya dipagi hari dengan sedikit nasi. Ya makanan yang
cukup baik karena mengandung protein dan vitamin.
Disantapnya dengan lahap karena ia akan segera menuju kerumah Robby. Tak perlu
waktu lama untuk menghabiskan hidangannya, ia pun langsung menaiki Soul GT nya berpacu
dengan waktu karena ia tak ingin berkendara ditengah panasnya siang. Jarak antara rumah
mereka tidak terlalu jauh jika ditempuh dengan motor ataupun mobil. Sekitar 4 KM atau sekitar
8 menit saja jika tidak macet. Sepertinya ia sedang beruntung, karena jalanan sedang bersahabat
atau kendaraan yang memadati jalan sangat sedikit. Sehingga ia bisa memacu motornya dengan
kecepatan 80 hingga 100 KM per jam.
Tak sampai 8 menit ia sudah sampai tepat didepan pintu rumah Robby.
“Robby! Robby!” ucapnya dengan sedikit membesarkan suaranya yang agak berat.
“iya, bentar” sambil membalas tuturan yang berasal dari luar, Robby pun segera menuju
teras depan rumahnya. “oh elu vin, kirain siapa. ayo masuk” jawabnya ketika melihat bahwa
yang datang adalah Kevin.
Segeralah mereka berdua masuk menuju ruang tamu. Sudah tampak disana terletak laptop
Robby yang menyala dengan tampilan game Clash of clans. Dengan cepat Kevin pun membuka
laptopnya dan langsung menekan tombol power. Menunggu sejenak, ia langsung menekan
tombol Wi-fi untuk memakai konektivitas milik Robby. Sementara Robby asik memainkan
prajuritnya untuk menyerang daerah milik orang lain, Kevin tengah asik mengetikkan beberapa
hal mengenai misteri, horror, sains dan facebook tentunya pada google. Memang sudah
kegemarannya dengan hal berbau misteri dan horror, seperti misteri dibalik angka 666, sekte dan
lain sebagainya. Sedangkan eksperimen sains yang ia search melalui youtube hanya sebagai
penyemangat akan ilmu pengetahuan.
Seiring kegiatan mereka dalam memainkan laptop nya masing-masing, rasa bosan pun
mulai menggerogoti kesibukan mereka. Dengan Kevin yang mulai berbicara
“Ah! Bosan kalo gini terus” gumamnya. Merasa sama dengan ucapan Kevin, Robby pun
juga mengeluarkan keluhannya.
“Iya nih, kalo gini mulu, bisa stress!” celetuk Robby dengan spontan. Sependapat dengan
Kevin, Robby pun berdiri dan menekukkan leher nya.
11
“Keluar yok, beli snack sama apa gituu?” ucap Kevin dengan malas.
“Ha! bener juga, lama-lama bete kalo nge-game tanpa snack! ayo chao” Dengan
semangat ia menanggapi pendapat Kevin karena ia tidak akan menolak dengan yang namanya
snack. Tanpa melihat isi dompet, ia mereka berdua segera melesat menuju warung terdekat.
Beberapa puluh langkah telah mereka lalui dan telah terlihat grosir yang cukup lengkap, tak
perlu berlama-lama mencari karena Robby sudah sering berbelanja digrosir itu. Mempercepat
langkah ia pun masuk kedalam grosir itu dan menuju kesisi grosir yang berisi snack dan kue.
Tak perlu bercakap-cakap, segera Robby mengambil beberapa snack dengan ukuran kemasan
yang cukup besar hingga tubuhnya tak lagi terlihat karena terhalang tumpukan kemasan makanan
ringan didadanya, karena grosir itu tidak terlalu besar, maka mereka tidak menyediakan tas
belanja. Namun hal itu tak dihiraukan kedua cowok yang kadang jahilnya bukan main itu.
Sedangkan Kevin hanya mengambil 2 bungkus makanan ringan kesukaannya yang tak lain
berbahan dasar kentang yaitu Chitato. Merasa sudah cukup dengan yang mereka bawa, keduanya
pun segera menuju kasir. Melihat Freezer yang isinya berwarna-warni, Kevin segera membuka
penutup kaca dan langsung memilih berapa es krim dengan ukuran yang cukup besar dan tentu
saja dengan merek yang elit. Tak ingin kalah dengan Kevin , Robby pun ikut menyambar es krim
walaupun tangannya sudah penuh dengan makanan ringan. Tanpa melihat merek dan rasa yang
tertera pada label kemasan, Robby langsung mengambil ujung kemasan dengan kedua ujung ibu
jari dan ujung telunjuk tangan kanannya mengingat tangannya yang hampir penuh. Segeralah
mereka menuju kasir yang tepat berada diposisi depan Freezer es krim yang mereka gunakan.
Dengan meletakkan semua barang yang sudah mereka ambil, sambil merasa heran Kevin
melihat terlalu banyaknya makanan yang dibawa Robby.
“Buset! Ni anak kelaparan udah setahun kah? Apa dia bawa uang banyak?” tuturnya
didalam hati mencemaskan beberapa hal terutama harga. Walaupun ia tidak mentraktir, ia tetap
was was jikalau Robby tak membawa uang, toh biasanya juga Kevin yang bayarin.
Menghitung jumlah harga belanjaan kami dengan alat pembaca barcode ,Kevin mulai
memperhatikan jumlah harga yang tertera di layar mesin kasir, setelah hampir semua
belanjaannya dihitung, Kevin membelalakkan matanya karena terkejut dengan angka yang
tertera di layar yang tembus 5 digit. Rp 134.800. Melihat belanjaan miliknya yang tidak banyak,
ia pun bermaksud membayar sebagian kecil dari total harga belanjaan saja.
12
Dengan respon yang sigap, Robby lantas mengeluarkan dompet kulit model panjang dari
saku belakang celana jeans nya. Tak biasa dengan hal yang dilihat Kevin, ia pun sedikit senang
karena ini hal yang hampir mustahil ia lihat bahwa si cowok yang biasanya selalu ingin di traktir
malah mentraktir. Sepertinya dia sudah berubah dan ingin mengeluarkan uang nya sesekali untuk
teman lamanya itu. Dibukanya dompet kulit itu secara perlahan dan mulai meraba sisi-sisi dalam
dompet yang mungki menjadi sarang uang nya. Dikeluarkannya dua lembar uang Rp 5000,
dengan santai ia kembali meraba sela-sela dompet yang mungkin sisa uangnya terselip dibagian
terdalam dompetnya.
Setelah tersadar, barulah ia mengingat bahwa uang selama liburan ini telah ia habiskan di
malam tahun baru untuk membeli kembang api dan jagung bakar. Sambil menggigit lidah dan
memberanikan diri, ia medekat kearah telinga Kevin untuk membisikkan bahwa uang yang ia
miliki tidak cukup untuk membayar belanjaan mereka.
“vin, vin! Duit gue kurang nih, lo dulu deh yang bayarin, tar dirumah gue ganti deh,
suerr”
Padahal Kevin sudah cukup senang menyangka Robby akan mentraktir belanjaannya. Eh
rupanya uang teman nya itu tak mencukupi total belanja mereka berdua. Setengah menciutkan
bibir, ia pun dengan terpaksa mengeluarkan tiga lembar uang biru nya untuk membayar semua
belanjaan mereka. Merasa tak melakukan hal yang salah sama-sekali, robby pun bersikap biasa
saja karena ia sangat paham dengan temannya yang satu ini. Dimana Kevin lah satu-satunya
teman yang selalu membawa beberapa rupiah saat sedang bepergian keluar rumah. Tanpa
memikirkan hal itu berlarut-larut, mereka pun segera menuju ke rumah Robby karena tak sabar
ingin menikmati makanan yang mereka beli. Tanpa melakukan hal lain, mereka langsung
membuka pintu dan langsung duduk disofa yang empuk sambil membuka beberapa bungkus
makanan ringan. Terlihat mereka tengah asik ngemil aneka rasa dari makanan ringan yang ada.
Seperti orang yang sudah tidak makan beberapa hari, tingkat kecepatan mereka dalam
mengunyah pun meningkat. Sudah habis beberapa bungkus snack, mereka pun mulai membuka
bungkus es krim.. Ditengah asiknya menyantap es krim, tiba-tiba suara knalpot yang cukup halus
terdengar mendekat ke halaman rumah Robby. Karena sedikit penasaran, mereka berdua pun
melihat kearah halaman dari jendela. Seketika mereka melihat Supra Fit dengan pengendara
yang mengenakan LTD hijau berkaca hitam, setelah pengendara itu membuka helm, barulah
tampak wajah gelap namun mengkilau disinari teriknya surya.
13
Rupanya Aqhil, tak biasa ia datang kerumah Robby, ia pun langsung dihampiri Kevin
dan Robby didepan pintu. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Aqhil langsung masuk
melewati bahu Kevin dan Robby dan segera duduk sambil menyambar es krim milik Kevin.
Melihat hal itu, Kevin dan Robby hanya terbelalak memikirkan seribu hal yang mungkin telah
terjadi dengan Aqhil sampai-sampai ia bertingkah seperti itu. Mengompakkan jalan fikiran dan
tindakan, Kevin dan Robby pun saling menganggukkan kepala seolah sudah mengerti rencana
apa yang akan mereka berdua jalankan. Menginstruksikan dengan jari, Robby pun memberi aba-
aba untuk melakukan suatu tindakan. Dengan terangkatnya jari manis Robby, Kevin pun
langsung melesat secepat kilat menyambar Aqhil. Begitu pula dengan Robby, segera mereka
membekuk kelakuan Aqhil yang berhasil membuat kedua cowok jahil itu jengkel. Terlihat Kevin
memukuli lengan Aqhil, sedangkan Robby mencekik leher seolah tak ikhlas makanan mereka
ditelan oleh kerongkongan Aqhil. Digoyang-goyang nya kerongkongan Aqhil dengan sekuat
tenaga sampai-sampai Aqhil memuntahkan es krim yang baru saja iya teguk untuk menyegarkan
kerongkongannya.
Karena mulutnya sedang penuh, Aqhil pun tak bisa memberontak dan hanya patuh
disiksa kedua kawannya itu. Merasa puas dengan apa yang telah dilakukan, Robby dan Kevin
pun segera berhenti dan bersikap seolah tak ada yang terjadi. Dengan suara yang terbatuk-batuk
ia mengucap
“zz.paarah kalian”
“Siapa suruh datang-datang langsung nyambar! Bukanya salam, izin minta es krim, eh
langsung nyerocos?”
Ujar Robby sebagai tuan rumah sekaligus ia paling tak suka dengan kelakuan Aqhil.
Sambil mengelus dada, Kevin pun tak ingin ikut menambah omelan Robby, ia hanya meyuruh
Aqhil membersihkan es krim muntahan nya dilantai. Karena risih dengan tumpahan es krim,
Aqhil pun lantas membersihkannya dengan tisu yang sudah disediakan diatas meja.Tanpa
mengucap sepatah kata pun, Kevin dan Robby hanya duduk menunggu Aqhil membersihkan
kekacauan yang dibuatnya. Merasa agak kasihan, Kevin pun mulai angkat bicara.
“Lu kenape?dililit hutang?”
Seketika tampang Robby yang terlihat dengan keseriusan berubah menjadi tawa yang
menggelegar setelah mendengar kalimat spontan yang dikeluarkan oleh mulut Kevin. Dengan
pelan Aqhil menjawab.
14
“Aku capek, cuaca panas, liburan kacau, haus, perut masih laper, lengkap penderitaan
ku”
“Ahahahaha, malang bener hidup lu” jawab Kevin dengan santai sammbil setengah
tertawa.
Tak lama Aqhil pun selesai membereskan kotoran yang ia buat, lalu mereka kembali
senyap dan duduk santai disofa. Kebosanan ketiga cowok itu pun akhirnya berlanjut setelah
usainya mengolok-olok Aqhil. Sambil memikirkan hal ekstrim yang dapat dilakukan mereka
bertiga, terlintas difikiran Aqhil untuk memainkan Silent home. Dimana permainan itu melarang
semua pemain untuk berbicara walaupun se-huruf saja, jika dilanggar, maka ketentuan yang akan
dijalankan adalah menimpakan semua hukuman yang ada pada pemain yang melanggar. Silent
home merupakan permainan yang terdiri atas hukuman-hukuman mulai dari bobot yang ringan
hingga hukuman yang sangat berbobot. Merasa cocok dengan ide yang ia milliki, Aqhil lantas
memberitahukan kepada Kevin dan Robby.
Mendengar penjelasan dari Aqhil mengenai permainan ini, Kevin dan Robby pun terlihat
sangat tertarik dengan usul Aqhil, dimana mereka harus mengisi kekosongan yang ada dengan
sesuatu yang sangat membekas. Akhirnya mereka memutuskan untuk bersama-sama membuat
daftar hukuman, dimana masing-masing dari mereka membuat 5 hukuman mulai dari yang
ringan hingga yang berat. Namun mereka tak boleh menunjukkan hukuman yang ditulis kepada
pemain lain. Tak perlu waktu lama, mereka pun selesai membuat daftar hukuman, mengingat
Kevin dan Aqhil cukup kejam untuk membuat hukuman yang sangat ekstrim. Segera mereka
mengumpulkan kertas yang berisi hukuman dan menyatukannya, diacaknya semua kertas itu
sehingga mereka tak tahu apa hukuman yang pertama hingga hukuman selanjutnya.
“Aku hanya menulis hukuman yang cukup ringan, karena aku juga sedikit takut jika aku
menuliskan hukuman yang kejam dan hukuman itu jatuh pada diriku sendiri. Sepertinya cukup
tepat”
Ujar Aqhil dalam hati, sepertinya cowok satu ini ketakutan karena memikirkan jika
hukuman yang akan dibuat oleh Kevin dan Robby akan sangat ganas. Cukup aneh, karena ide ini
berasal darinya tapi malah ia yang ketakutan.
Terlihat Kevin cukup senang dengan apa yang ia tuliskan dalam lembar-lembar kertas
hukuman, sama sekali tak memikirkan apa yang akan ditulis kedua temannya, Kevin hanya fokus
untuk meminimalkan hukuman yang sekiranya akan ia dapatkan nantinya.
15
“Hahaha! Semoga mereka berdua yang kena. Gue rasa hukuman ini bisa buat seseorang
menjadi ngga waras” ucapnya dalam hati dengan gaya tertawa ala dukun.
Sedangkan Robby terlihat cukup santai dan berharap permainan ini akan dapat
menghibur dirinya dari kebosanan liburan yang tak menghiburnya sama-sekali.
Segera masing-masing dari mereka menyiapkan alat dan bahan untuk hukuman yang
mereka buat masing-masing pula. Tampak Kevin segera menuju dapur, ia terlihat sedang
mengambil 3 siung bawang putih. Setelah diambilnya, ia pun mulai mencari bahan untuk
hukuman selanjutnya yang sudah ia tulis. Ia hampir membongkar dapur Robby, namun tak
masalah, karena dirumah itu hanya ada Robby saja. Ia mengambil gelas kecil, diisinya dengan
beberapa tetes cuka, sesendok garam, kecap asin dan lada halus. Entah apa yang difikirkan
cowok gila yang satu ini. Ia terlihat sedang mengaduk semua bahan agar semmua menyatu.
Sedangkan untuk 3 hukuman lainnya, ia mencari 3 jepitan jemuran dibelakang halaman Robby
dan saling diikatnya penjepit itu agar tersambung. Lalu ia mencari plester hitam dan 5 biji cabai
rawit.
Dengan santai ia membawa semuanya keruang tamu dan ia sembunyikan peralatan dan
bahan miliknya agar tidak dilihat oleh kedua temannya. Aqhil dan Robby masih belum terlihat,
mungkin mereka sedang mencari alat-alat dan bahan yang mereka butuhkan. Tak lama
kemudian, muncul batang hidung Aqhil dengan santai. Tampak ia hanya membawa kantung
plastik hitam kecil yang berisi beberapa bahan.
Tinggal lah si tuan rumah yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Aqhil
nampak tengah cemas melihat kotak hitam yang berada disamping sofa yang diduduki Kevin.
“Mati aku! Apakah yang ada didalam kotak itu? Oh god!” tampak kecemasannya karena
kotak hitam itu sangat menakutkan jika dilihat dengan kedua bola matanya. Tak lama barulah
cowok tinggi kurus muncul dengan senyuman khas nya. Segera ia meletakkan alat dan bahan
yang ia masukkan didalam plastik kebawah meja.
Menelan ludah, Aqhil pun mengucap “Ayo kita mulai!” dengan isyarat itu, mereka pun
segera mengambil posisi dan mulai mengacak urutan kertas yang sudah ditulisi hukuman itu.
Karena tak sabar, Robby pun langsung mengayunkan tangannya seolah melakukan suit. Dengan
heran Aqhil pun menanggapi
16
“zzz, bukan gitu. Tapi kita undi nya pake kartu bridge kita pasang 3 kartu, yaitu joker, As
sama 3. Trus gue isyaratin pake jari, saat jari manis gue terangkat, langsung aja pilih salah satu
dari 3 kartu ini” ucapnya menjelaskan.
“oh oke oke, kirain pake suit” jawab Robby karena sudah mengerti.
Permainan pun segera dimulai, dan mereka pun mulai mengunci mulut rapat-rapat agar
tidak mengeluarkan bunyi. Dikeluarkannya kartu 3 kartu bridge yang sudah disiapkan Aqhil dari
rumah. Segera ia meletakan kartu tersebut diatas meja dan segera mengacak-acak posisi kartu
dengan cepat. Seperti yang sudah ia isyaratkan, ia pun mengangkat jarinnya mulai dari jari
telunjuk, jari tengah kemudian jari manis.
Dengan perlahan ia mengangkat jari nya, dan sampai lah pada jari manis. Ketiga cowok
itu langsung menyambar kartu dihadapannya berharap tak mendapatkan kartu joker. Melihat
dengan perlahan kartu yang mereka pegang, dengan senyum lebar dan santai Kevin menaruh
kartu As yang didapatnya kemeja tadi. Robby pun segera menaruh kartu nya ke meja dan terlihat
itu adalah 2 wajik. Dengan menahan tertawa, Kevin pun mentupi mulutnya dan memukul pundak
Aqhil. Aqhil pun hanya terdiam kesal karena diawal permainan ini ia lah yang terkena hukuman.
Meningkatkan kepercayaan diri, Aqhil berdo’a dalam hati agar kertas hukuman pertama
itu tidak sadis. Dengan perlahan Kevin membuka lembar pertama dari kertas yang berisi
hukuman itu, rupanya isinya adalah hukuman miliknya.
“ahahaha! Rasain lu!” gumamnya dalam hati. Tertulis “Jepitan X-treme” dengan ukuran
yang besar. Merasa bingung dengan maksud hukuman itu, Aqhil pun tak merasa cemas sama
sekali. Lalu Kevin pun mengeluarkan jepitan yang sudah disiapkannya dari dalam kotak hitam
miliknya.
“Shit! Rupanya hukuman punya Kevin! Pasti sadis!! Oh no!!” gerutu Aqhil dalam hati.
Dipasangkan jepitan itu di telinga kanan, hidung dan telinga kiri Aqhil. Sambil menghitung
dengan jarinya, Kevin pun menarik dengan sekuat tenaga jepitan yang telah ia sambungkan
dengan tali pada hitungan ketiga. “Aaaaa!” teriak Aqhil dengan sekuat tenaga. Tampak hidung
dan telinganya merah pekat seolah darahnya menggumpal disana. Cowok penarik jepitan itu
memang tak berfikir 2 kali jika yang terkena hukuman adalah Aqhil.Dengan berbangga hati,
Kevin pun langsung angkat bicara.
“Haaa! Katanya ga boleh ngomong? Berarti elu yang kena semua hukumannya!”
17
Ahahaha malang sekali nasib Aqhil. Baru saja ia menjadi pembukaan peragaan hukuman
pertama, eh sudah dinobatkan sebagai raja hukuman. Mengingat hal itu, Aqhil pun terkejut.
“Ha? oh iya. Huhuhuhu”
Jawabnya sambil sedikit merengek. Bagaimana tidak? Semua hukuman telah dijatuhkan
padanya. Kalau hanya hukuman yang ia buat sendiri tak masalah, karena ia tak menuliskan
hukuman-hukuman yang kejam. Yang paling ia takutkan adalah hukuman milik Kevin. Tentu
saja! Baru saja pembukaan, sudah sadis begitu hukumannya. Apalagi hukuman selanjutnya?
Pasti sadis bukan main.
Dengan hati tenang dan senang. Kevin pun segera membuka satu per satu kertas
hukuman yang ada untuk dijatuhi pada Aqhil. Rupanya 5 lembar pertama semuanya milik Kevin.
Wah ini kebetulan sekali. Melihat tulisan “3 siung bawang putih”,”5 cabe rawit”,Ramuan X, dan
“Plester maut”. Melihat kalimat-kalimat itu, Aqhil pun tak kuasa menahan air mata dan terpaksa
mengikuti prosedur permainan karena ia tak mau dikatain pecundang.
Ditempelkannya plester hitam sepanjang 10 cm oleh Kevin ke kaki kanan Aqhil dimana
rambut-rambut dikaki nya sangat lebat sekali. Lantas langsung dibukanya dengan kekuatan
penuh seperti adegan power rangers membasmi musuhnya. Teriakan super Aqhil pun tak
tersamarkan karena seolah seperti semua kulitnya diiris dengan pisau.
Tampak plester hitam itu penuh dengan rambut kaki Aqhil. Sementara Aqhil menjerit
kesakitan, Kevin dan Aqhil terlihat tertawa terbahak-bahak melihat kaki Aqhil botak sebelah.
“Ahahahahaha!” lontar Kevin dan Robby dengan penuh kesenangan diatas penderitaan
temannya itu. Beberapa detik setelah itu, hukuman selanjutnya pun segera dijalankan. Dimana
Aqhil harus memakan 3 siung bawang putih dan 5 biji cabai rawit serta ramuan x yang super
ganas.
Merasa tak kuat menjalani hukuman, Aqhil pun meminta keringanan dari kedua
temannya itu. Karena tak sampai hati mereka berdua melihat Aqhil, mereka pun hanya
memberikan sisa hukuman milik Kevin saja. Itupun sama saja, toh hukuman Kevin itu sudah
merupakan tingkat tinggi.
Dengan keringanan yang diberikan Robby dan Kevin, Aqhil pun segera menyelesaikan
hukuman. Dimana ia memulai dengan 3 siung bawang putih. Baru mengigit sedikit saja ia sudah
ingin muntah. Apalagi memakan 3 siung. Ingin menyelesaikan dengan cepat, Aqhil pun langsung
18
menyambar 3 siung bawang putih itu dengan cepat dan dikunyahnya dengan kecepatan maksimal
rahang nya. Sudah sedikit lebih halus, ia pun segera menelannya.
Uh tak terbayang bagaimana rasanya memakan 3 siung bawang putih mentah. Masih
tersisa 2 hukuman lagi, disantapnya 5 cabai rawit sekaligus oleh Aqhil dengan lahap. Matanya
yang mulai mengeluarkan tetesan tetesan air manja, ia langsung segera menelan cabai itu
walaupun belum halus dimulutnya.
Suara isak tangis pelannya pun mulai terdengar karena ia sudah tak kuat lagi dengan
hantaman hukuman yang bertubi-tubi.
“Oh god why? Why me?” gumamnya dalam hati. Ia pun sedikit menghela nafas panjang
karena sisa hukumannya hanya tinggal 1. Berharap bukan hukuman yang sadis, ia pun
memejamkan matanya saat Kevin tengah mengeluarkan bahan terakhirnya untuk diberikan
kepada Aqhil. Dikeluarkannya gelas kecil berisi air yang warnanya tidak bisa diungkapkan.
Ahqil pun lantas melengkingkan isakan tangisnya. Diciumnya sejenak aroma dari cairan
yang ada digelas itu dan belum sempat 3 detik ia mencium, ia sudah terbatuk-batuk. Dengan
semua sisa kekuatannya, ia pun langsung meneguk ramuan itu hingga habis.
Dengan sisa kekuatannya yang telah ia pakai untuk menghadapi hukuman maut, ia pun
berkata.
“Silent home, done!” ucapnya dengan sisa tenaga. Mendengar kalimat itu, Kevin dan
Robby pun melakukan celebration dengan sedikit dance sederhana. Tak lama setelah permainan
selesai, Aqhil pun serasa mendapat demo dari perutnya. Seperti lambung nya mengguncang
bagian dalam perut Aqhil hingga ia lari dengan kecepatan penuh menuju halaman depan rumah
Robby dan segera memuntahkan isi perutnya yang tak lain adalah bahan bahan yang baru saja
ditelannya.
Dengan kondisi Aqhil yang mulai memburuk, lantas dengan cepat Kevin dan Robby
membawakan sebotol air mineral untuk meredakan panasnya lidah dan tenggorokan Aqhil
karena cabai dan ramuan x dari Kevin. Melihat Aqhil yang tak kuat lagi, mereka pun
menggotong Aqhil masuk ke ruang tengah rumah Robby. Dalam hitungan detik pun Aqhil
tertidur menenangkan dirinya dari hal menyakitkan yang dialaminya.
Kevin dan Robby pun hanya tertawa dan segera membereskan semua barang yang ada di
ruang tamu. Karena juga lelah tertawa sampai perut mereka sakit, Mereka berdua pun menyusul
19
Aqhil untuk beristirahat. Berakhirlah siang terik itu dengan hal yang cukup mengesankan.
Tidurlah mereka dengan mengambil setiap sudut ruangan yang cukup luas.
Terasa singkat, dari luar pun muncul suara yang meminta tolong untuk membukakan
pintu. “bang, buka pintunya! Mama udah pulang nih” ucap mama Robby dengan sedikit
berteriak karena sudah beberapa kali ia mengetuk pintu namun tak ada respon dari dalam rumah.
Melihat ada 2 pasang sandal yang tak dikenalnya, Mama Robby pun mengira bahwa
didalam sedang terjadi kekacauan. Karena setiap teman Robby yang datang pasti selalu bikin
kotor. Namun tak mau berburuk sangka, mamanya pun menelepon HP Robby. Namun sepertinya
juga tidak ada jawaban.
Setelah beberapa menit berlalu, dan Mama Robby masih menunggu diluar dan mengetuk
pintu, Kevin terbangun. Mendengar suara ketukan pintu itu, lantas ia membangunkan Robby.
Segeralah Robby bangun dan melihat jam dinding yang menunjukkan puku 5 sore.
“zzz! Mama gue ude pulang setengah jam yang lalu! Gawat!” ucapnya terkejut setelah
melihat jam.
Kevin pun segera membangunkan Aqhil dan member tahu bahwa mamanya Robby sudah
pulang. Karena terkejut, Aqhil pun segera bangun. Mama Robby pun masuk setelah pintu
dibukakan oleh Robby. Kevin dan Aqhil pun segera menuju ke ruang tamu dan bertemu dengan
mamanya Aqhil.
“Oh Kevin sama Aqhil, ngapain aja? Kok tante dari tadi ngga dibukain pintu?”
“Oh anu tante, tadi kami pada tidur semua diruang tamu, makanya ngga denger kalo tante
ngetuk pintu” jawab Kevin sambil mengusap kedua matanya, sedangkan Aqhil langsung duduk
disofa.
“Oh gitu, yaudah tante kedalam dulu ya”
“iya tante, maaf ya tan” jawab Kevin.
“iya iya ngga apa-apa” balas Mama Robby.
Mereka bertiga pun duduk termenung di sofa, merasa sudah terlalu sore, Kevin pun pamit
dengan Mama Robby dan segera pulang, disusul pula dengan Aqhil.
“Thanks ya By, gue pulang dulu” ucap Kevin sambil menghidupkan Soul GT nya. Aqhil
pun juga menghidupkan motor miliknya dan segera pulang. Begitu pula dengan Kevin. Sampai
disitulah mereka mengisi akhir liburan yang tersisa diawal tahun ini.
20
Sesampainya dirumah, Aqhil pun baru tersadar bahwa ia memakan hal-hal aneh sewaktu
bermain di rumah Robby. Lantas ia merasakan Perutnya diperas seperti cucian baju. Tanpa
mengucap salam, ia langsung berlari secepat kilat menuju kamar kecil yang letaknya diujung
bagian belakang rumahnya disamping dapur.
Mamanya yang sedang menonton tv pun heran dan kesal melihat tingkah anaknya yang
tak mencerminkan sopan santun. Tak mau memulai keributan dirumah, mamanya pun hanya
mengeluskan dada, mengingat Aqhil pasti capek setelah pergi bersama temannya.
***
Dengan asiknya libur di Kediaman kakeknya yang luas, Yenni dan mamanya tengah
sibuk membereskan barang bawaan mereka disalah satu kamar yang sudah disediakan oleh
kakeknya. Karena hari sudah malam, ia pun merasa lelah, Yenni hanya membersihkan diri dan
langsung makan bersama mama, kakek dan neneknya. Sekaligus dengan sepupu, paman dan
bibinya yang juga ikutan berlibur ke kediaman kakeknya.
Setelah menyantap hidangan khas Yogya yang tak lain adalah gudek, mereka pun
berbicara kecil setelah sekian lama tidak bertemu. Karena lelahnya Yenni, ia pun segera pamit
tidur pada semua keluarganya disana dan segera menuju kamar dan langsung tertidur.
Tampaknya perjalanannya membuat badannya kehilangan tenaga karena setelah beberapa
jam berada diudara dan dilanjutkan 3 jam didalam bus. Akhirnya ia bisa mengistirahatkan
tubuhnya terutama matanya yang sudah menyipit sejak sore tadi.
Karena tidurnya yang cepat dan tidak larut, ia pun terbangun tepat saat adzan subuh
berkumandang. Segera ia bangun dan melakukan sholat. Tak disangka rupanya sepupu dan
pamannya juga sudah bangun. Mereka pun sholat berjamaah ditempat tersendiri disalah satu
bagian rumah kakeknya yang dikhususkan untuk sembahyang.
Mengingat ada gunung yang terletak tak jauh dari belakang rumah kakeknya, lantas
Yenni mengajak paman dan sepupunya untuk mendaki digunung itu selagi hari masih gelap dan
mungkin mereka dapat mendaki di tempat yang paling tinggi. Menganggapi hal itu, paman nya
kelihatan cukup setuju, namun pamannya sedikit menjelaskan.
“Tapi kita ngga bisa sampai ke puncak, kalau kepuncak itu bisa sampai berhari-hari”
21
“iya ngga apa-apa, yang penting kita udah nyampe ke atas gunung” jawab Yenni dengan
riang. Pamannya pun menyuruh anaknya dan Yenni untuk membawa peralatan dan makanan
untuk perbekalan mendaki nanti. Cukup memakan waktu 15 menit, mereka pun siap memulai
pendakian dan meninggalkan pesan diselembar kertas bahwa mereka tengah melakukan
pendakian ke Gunung Semeru.
Yenni menyegarkan fikiran dengan menyusuri Gunung Semeru bersama paman dan
sepupunya . Indahnya liburan awal tahun seperti membuat beban fikirannya hilang hampir 100
persen sampai tak ingat jika Ujian nasional akan dihadapinya dalam hitungan bulan saja.
Kelima anak muda itu mewarnai liburan dengan gaya nya masing-masing. Jam hampir
menunjukkan pukul 12 WIB, membuat Yenni dan keluarganya harus beristirahat di hampir
sepertiga tinggi gunung itu . Dengan berbekal 5 botol besar air mineral, nasi bungkus dan
beberapa makanan ringan untuk perbekalan, mereka menggelar tikar kecil yang sudah ada di
ransel nya dibawah rindangnya pohon cemara tepat beberapa meter dari tebing gunung .
Mustahil jika mendaki gunung itu hingga ke puncak dalam waktu 1 hari. Terfikir didalam benak
Yenni bahwa akhir liburannya yang akan berakhir 2 hari lagi ini harus diisi dengan hal yang
berbau petualang.
“Berapa lama lagi aku akan sampai ke puncak, waktu liburan ku hanya tersisa 2 hari,
uhh!”
Celetuk Yenni dalam hati . Sambil meregangkan otot dan melepaskan dahaga , cewek
berhijab yang pinter dan manis ini mengajak paman dan sepupunya untuk melanjutkan
perjalanannya untuk mendaki gunung.
“Paman, ayo kita lanjutkan pendakiannya, kalau ditunda-tunda, pasti bakal lama
sampainya”
“Hm, mengingat waktu liburan mu yang hampir berakhir, sebaiknya kita tunda saja di
lain waktu”
Jawab pamannya dengan santai. Tak puas dengan jawaban paman nya , Yenni pun
kembali menuturkan kalimat dengan sedikit menggerutu.
“Tapi yenni mau sampai ke puncak, masa kita cuma sampai setengah jalan?”
Tak ingin kalah juga, sepupunya pun ikut bicara menerobos perkataan yenni
“Benar paman, kalau hanya sampai disini, percuma saja kita datang dari pagi-pagi buta”
“Sudahlah, setelah ini kita turun, lebih baik kita lanjutkan sore nanti di pantai”
22
Dengan sedikit mengalihkan perhatian dari gunung menuju pantai diharapkan mampu
merubah tekad yenni untuk tidak meneruskan pendakian mereka.
Seketika mereka bertiga senyap, dimana paman mereka asik menikmati makanan ringan
sedangkan yenni memikirkan perkataan paman nya . Dalam hati nya ia mempertimbangkan
suasana gunung dan pantai. Namun kelihatannya ia lebih tertarik pada pantai yang indah dan tak
perlu mengeluarkan banyak tenaga dibandingkan mendaki mengingat liburan emas nya akan
segera berakhir.
Dengan suasana hati yang cukup bersahabat, ia pun menuruti pamannya untuk
berkunjung ke pantai, masih sedikit bingung, ia langusung bertanya.
“Tapi kita ke Parang tritis ya?”
“Iya, nanti kita ajak mama dan bibimu”
Spontan pamannya menjawab pertanyaan keponakan nya yang sedikit penasaran.
Hampir setengah jam mereka duduk dibawah pohon cemara, tak mau ambil pusing, yenni
pun segera menggulung tikar yang mereka gunakan dan mengajak paman beserta sepupunya
untuk langsung menuruni gunung untuk persiapan di pantai nanti.
Dalam hitungan detik, semua sudah disusunnya dengan rapi dan sekaligus membawa
sampah bekal mereka untuk dibuang ditempat yang semestinya. Walaupun tidak seperti yang
yenni harapkan, tapi hatinya sudah cukup puas dengan perjalanan nya mendaki setengah gunung
dengan pengalamannya bertemu dengan hewan dan tumbuhan yang tidak ia temui di Batam.
Dengan hati yang cukup riang, rasa lelah pun tak dihiraukannya. Jarum pendek di jam
tangan yenni sudah menunjuk ke angka 4 dan jarum panjang menunjuk angka 11. Dimana ia
merasa harus mempercepat langkah kakinya untuk cepat sampai ke rumah kakeknya yang tidak
jauh dari kaki gunung semeru.
Akhirnya setelah lamanya perjalanan menurun yang mereka lalui dengan penuh rintangan
dan halangan usai ketika melihat paparan rumput tinggi yang cukup luas disertai kebun teh dan
jagung. Merasa tak sabar karena hari sudah hampir petang, ia langsung berlari menuju pintu
belakang rumah kakeknya yang masih tebuka lebar.
“Assalamualaikum ! Kek, kami pulang”
Semangat gadis itu mengucap salam dari depan pintu dapur neneknya.
“Waalaikumsalam”
23
Jawab kakek dan nenek nya dari ruang tengah. Disusul dengan paman dan sepupunya,
yenni langsung membuka sepatu dan segera mengganti baju dan mempersiapkan barang-barang
yang sekiranya akan ia butuhkan dipantai nanti.
Tampak mereka sibuk mengurusi persiapannya masing-masing. Kakek dan neneknya
tampak tak heran melihat tingkah cucu dan anaknya yang tergesa-gesa mempersiapkan barang-
barang tepat setelah pendakian mereka yang dimulai dari dini hari tadi, dikarenakan mereka
mengerti kegiatan anak muda yang haus akan jalan-jalan.
Hampir 20 menit, mereka telah selesai dengan persiapan yang akan dibawa dan segera
memanggil mamanya yenni dan bibinya yang berada dirumah tetangga sebelahnya.
“Maa, bibi ! ayo kita ke Parang tritis! Paman dan aku sudah siap!”
Teriaknya dari depan rumah tetangganya itu dengan cukup keras. Mendengar perkataan
yenni, ibunya (Lilis) dan bibinya (Rina) segera berpamitan dengan tuan rumah dan segera
menghampiri yenni.
“Apa iya mau ke parang tritis? Ayo, sudah lama ibu tidak berekreasi ke sana!”
Tanpa basa basi, ibunya langsung menyiapkan beberapa barang bawaan. Begitu juga
dengan bibinya yang tak ingin ketinggalan. Dalam hitungan detik, semua sudah selesai dan siap
untuk berangkat.
Tak heran, ibu-ibu yang ditawari rekreasi pasti tingkat kecepatannya meningkat berlipat-
lipat terutama masalah persiapan. Avanza hitam dengan kapasitas 10 orang telah bersiap
dihalaman rumah kakek. Mereka sedang sibuk memindahkan barang bawaan ke bagasi mobil.
Sesudah berpamitan dengan kakek-nenek , tak lama kemudian, mobil pun mulai melaju
dengan perlahan dikarenakan jalanan didaerah kampung kakeknya masih ompong alias tanah
dan bebatuan. Dengan perlahan menuju gerbang perbatasan desa dengan jalan raya , lubang-
lubang yang bervariasi menghiasi bahu jalan. Bebatuan dan lubang pun cukup sukses membuat
hati kelima orang itu kesal karena jok mobil yang terus bergoyang kekiri-kekanan dan keatas
serta kebawah.
Petang hampir tiba, setidaknya membutuhkan waktu setengah jam untuk dapat sampai ke
Parang tritis. Jalanan berbatu dan berlubang telah berubah menjadi aspal hitam yang mulus.
Kelima orang itu pun sudah bisa menghela nafas lega dan dapat duduk dengan tenang tanpa
guncangan. Keadaan jalan pun cukup ramah , arus lalulintas sangat mendukung karena jumlah
kendaraan yang melintas cukup jarang-jarang saja.
24
Dengan kodisi jalan yang seperti ini, Doni pamannya pun segera mengambil kesempatan
ini untuk melaju diatas 60KM per jam untuk menghemat waktu perjalanan agar segera sampai
sebelum petang tiba. Suasanya didalam Avanza itu cukup senyap guna menyimpan tenaga untuk
memuji keindahan pantai dan pemandangan matahari terbenam diujung pantai nantinya.
Rasa lelah pun hilang setelah kawasan pantai telah terlihat, semua menghela nafas
panjang dan menatap ke sisi pantai. Segera mereka memparkirkan avanza itu diarea yang telah
disediakan, namun sepertinya cukup sulit mencari tempat yang kosong dikarenakan cukup
ramainya pengunjung di akhir-akhir liburan tahun baru itu.
Setelah mendapat tempat parkir, mereka pun langung turun dari jok mobil yang empuk.
Segera menurunkan barang-barang dan menuju lokasi yang bagus untuk melihat matahari
terbenam. Sesudah menggelar tikar berbentuk persegi dengan motif bunga yang cukup lebar itu,
makanan ringan pun langsung disediakan ditengan tikar dan satu per satu dari mereka menuju
kamar ganti dan mengganti pakaian renang.
“Wow, pemandangan ini tak sama seperti dibatam, ini menakjubkan!”
Gumam yenni dalam hati, dengan kacamata hitam yang ia kenakan, ia lebih memilih
menikmati segarnya jus lemon sambil memainkan pasir, walaupun beberapa kali ia tergoda
untuk merendamkan tubuhnya ke air asin. Nisa, sepupunya itu asik berendam di area pinggiran
bibir pantai sambil mencari beberapa jenis kepiting dan keong.
Mama, bibi dan pamannya asik bercakap-cakap sambil menikmati makanan ringan dan
berjemur. Kelihatannya keindahan pantai dan sunset itu tidak dapat dipuji melalui kata-kata,
karena mereka sudah sangat terpaku dengan tempat rekreasi seperti itu. Dengan memuaskan diri
di pinggiran bibir pantai, mereka pun akhirnya berendam sambil melakukan selfie seperti anak
muda lainnya.
Matahari pun sudah menuju keperaduannya. Dimana keluarga besar ini harus segera
pulang dan beristirahat. Tak ambil hambatan, Pamannya yang sudah stay dimobil tempat
parkiran tengah memanaskan mesin sekaligus menunggu yang lainnya untuk berganti pakaian.
Tak lama kemudian mereka pun muncul dan langsung menaiki mobil.
Dengan segera pamannya melaju keluar area parkiran pantai dan melaju kearah rumah
kakeknya. Tak seperti tadi, sekarang arus lalulintas tampak sedang meningkat membuat mereka
hanya bisa melaju dengan kecepatan 40 KM per jam. Sepertinya mereka akan sedikit terlambat
dari waktu yang diperkirakan.
25
Tampak sepupunya tertidur karena kelelahan setelah mendaki dan dilanjutkan dengan
berenang. Sedangkan Yenni tampak masih bugar karena suasana hati nya yang cukup bagus.
Memang selelah apapun raga kita, tapi jika kita merasa senang, lelah itu akan tertutupi.
Hahahaha, itu mungkin saja untuk sebagian orang yang semangatnya luar biasa.
Akhirnya setelah perjalanan panjang 90 menit, mereka pun sampai ke tujuan. Kali ini
mereka tidak makan malam karena sudah makan banyak sekali sewaktu dipantai tadi, dimana
makanan yang dijajakan dipantai membuat mereka ketagihan. Segeralah mereka beristirahat
karena besok adalah hari terakhir mereka dirumah kakek. Maka mereka harus beristirahat penuh
agar kembalinya mereka ke Batam tidak dengan kondisi yang lemas.
Pengalaman menakjubkan itu pun Yenni dapatkan walaupun dalam waktu yang singkat.
Hanya 3 hari ia menginap dirumah kakeknya dan sekarang ia harus segera pulang ke Batam dan
melanjutkan sekolah. Dimana sebentar lagi ia akan menghadapi UN. Perjalanan mereka untuk
sampai ke Rumah pun memakan waktu 9 jam.
Dimana keesokan harinya ia sudah harus masuk sekolah dan bertemu dengan teman
temannya. Libur panjang pun berakhir dimana anak sekolah sudah memulai senin paginya
dengan upacara bendera. Setelah sekian hari, mereka pun berkumpul, tak lain adalah Kevin,
Robby, Aqhil, Widya dan Yenni. Awal masuknya sekolah tidak menuntuk mereka untuk
langsung melakukan aktivitas belajar. Maka mereka menyempatkan diri untuk berkumpul
dikantin sambil memesan minuman.
Mereka pun saling bercakap-cakap mengenai kejadian dan pengalaman yang mereka
dapatkan diakhir liburan. Mereka pun saling tertawa setelah mendengar cerita Kevin mengenai
permainan dirumah Robby yang membuat Aqhil sengsara. Kemudian mereka merespon iri
dengan apa yang didapat oleh Yenni dimana mendaki gunung merupakan pengalaman yang
sangat menakjubkan.
Tak hanya itu, mendengar cerita Widya, mereka juga sangat merespon dengan pujian
yang positif, karena diantara mereka hanya Widya lah yang mengisi waktunya untuk melakukan
hal yang sangat bermanfaat dan mencerminkan sifat pekerja keras untuk remaja seperti dirinya.
Dimana orang lain tengah asik berlibur, ia memilih untuk bekerja walaupun itu dibutik milik
kakaknya sendiri.
Mereka pun melalui hari demi hari untuk memantapkan dan mempersiapkan diri mereka
dalam menghadapi UN yang akan segera tiba hanya beberapa bulan lagi.
26
Tak terasa UN pun telah mereka lalui, dengan do’a dan harapan yang dimiliki oleh
mereka, sekaranglah saatnya untuk mengetahui hasil belajar mereka dalam kurun waktu 3 tahun
di jenjang SMP itu. Mereka pun saling mendo’a kan satu sama lain karena mereka ingin keluar
dari sekolah itu bersama-sama tanpa tertinggal satu orang pun. Detik-detik pengumuman itu
diwarnai mendung dan sedikit rintikan hujan yang jarang-jarang.
Melikat kondisi itu, kepala sekolah tak membuang waktu lama, segera ia membuka
pengumuman kelulusan. Kepala sekolah membuka dengan do’a dan berita duka. Dimana ia
mengumumkan bahwa ditahun ini 10 orang siswa dinyatakan tidak lulus. Mendengar perkataan
itu, lantas semua siswa pun panik dan saling memikirkan siapa ke 10 siswa yang tak lulus itu,
namun sebagian juga tak percaya karena itu memang taktik awal pembuka pengumuman
kelulusan untuk menggetarkan hati para siswa yang deg-degan menunggu hasil mereka selama
tiga tahun di SMP.
Kali ini kepala sekolah mengumumkan hasil kelulusan dengan menggunakan amplop
yang berisi surat keterangan lulus atau tidak lulus. Amplop itu telah diberi nama. Jika ada siswa
yang tidak mendapatkan amplop itu, maka ia adalah ke 10 siswa yang tidak lulus itu. Dimulailah
dengan semua walikelas yang memberikan semua amplop kepada siswa yang termasuk didalam
kelas bimbingannya satu per satu. Tampak Kevin, Robby, Widya dan Yenni mendapatkan
amplop. Sedangkan Aqhil belum juga dipanggil namanya.
27
Seketika walikelas mereka langsung pergi. Dimana Aqhil merasa sangat panik dengan hal
itu. Hampir menangis ia lantas berlari menghampiri walikelasnya itu. Sedangkan temannya sedih
karena harus berpisah tanpa ditemani teman setianya itu.
“Pak! Kok saya ngga dapat amplop?” gumam Aqhil cemas.
“Ha? kamu belum dapat? Tapi bapak sudah tidak memegang amplop kelulusan lagi”
jawab walikelasnya.
“Jadi gimana pak?” jawab Aqhil semakin cemas.
“Berarti itu artinya…” belum sempat walikelasnya menjawab, Aqhil langsung menangis.
“Huhuhuhu” sambil menangis ia mengusap air matanya, ia tak percaya dengan apa yang
terjadi terhadap dirinya. Dihampiri teman temannya, Aqhil pun merasa malu dan tak ingin bicara
dengan mereka. Lantas walikelas Aqhil pun langsung menyodorkan amplop kepada Aqhil sambil
berkata.
“Baru di tes!” dengan sedikit ejekan kepada Aqhil, walikelasnya pun kasihan melihat
tingkah Aqhil yang tak menunjukkan jiwa laki nya. Belum menghentikan tangisannya, ia pun
segera membuka isi amplop dan segera ia baca, tertulis bahwa “ M.Aqhil Fhaizky Lulus”.
Seketika berhenti merengek dan berteriak.
“Bapaaaaaaaaaaaak!!!!” teriaknya karena kesal disaat seperti ini malah dikerjain. Lalu air
matanya berubah menjadi tawa yang riang bersama tema temannya. Akhirnya mereka akan
segera keluar dari seklolah itu bersama-sama. Dengan hati yang gembira, mereka pun segera
pulang dan memperlihatkan hasil kelulusan pada kedua orang tua mereka.
Setelah itu mereka pun mendedikasikan kelulusan dengan berlibur bersama. Yup,
sebelumnya mereka tak pernah berlibur bersama keluar kota. Mereka pun membahas hal itu
bersama orang tua mereka masing-masing. Dimana momen berhagra ini harus diisi dengan hal
yang membekas mengingat kelulusan ini merupakan awal perpisahan dengan teman-temannya.
Lagipula mereka sudah bebas libur panjang sampai pendaftaran SMA dan SMK sudah dibuka.
Karena liburan yang mereka rencanakan cukup besar, yaitu keinginan mereka untuk
jalan-jalan keluar kota. Orang tua mereka pun saling bertemu dan membahas hasil kelulusan
anak-anak mereka. Dimana orang tua Kevin sangat mendukung dengan usul anak-anak karena
ini merupakan momen yang cukup besar. Karena ada orang tua yang mendukung, orang tua
Robby dan Aqhil pun setuju-setuju saja karena anak mereka adalah lelaki dan tidak perlu
dikhawatirkan lagi.
28
Yang cukup sulit untuk dibujuk pastinya adalah orang tua Widya dan Yenni. Wajar saja,
mereka kan perempuan. Pasti harus berfikir panjang untuk membiarkan anak mereka liburan
sampai keluar kota. Namun dengan meyakinkan mereka, orang tua Kevin pun menawarkan villa
mereka yang tak jauh dari Yogya dekat kediaman rumah nenek Kevin.
“Gimana bu? Kalau ibu masih khawatir, kita bisa ikut dengan mereka, lagipula mereka
kan hanya rekreasi, tidak sampai melakukan aktivitas berbahaya” ujar Mama Kevin.
“Hm, bukan begitu bu, saya sih setuju saja. Cuma takutnya terjadi hal yang tidak
diinginkan dengan mereka, itu saja” jawab Mama Widya.
“Baiklah begini saja, kita ikut dengan mereka. Lagipula kita kan pasti bosan dirumah
terus. Villa saya cukup kok untuk menampung kita semua” bujuk Mama Kevin
“Kalau begitu saya setuju saja, lagipula saya sudah mengenal dek Kevin, saya berharap
mereka tidak sampai melakukan hal berbahaya. Cukup refreshing saja” tambah Lilis.
“Baiklah kalau begitu, saya juga tak tega melihat anak saya Widya tidak pernah berlibur
dengan kawan-kawannya, tapi kalian cowok cowok harus jaga 2 teman perempuan kalian ya”
tambah Mama Widya.
“Iya tante” balas Kevin, Robby dan Aqhil.
“Jadi bagaimana? Ibu-ibu ikut dengan mereka tidak?” balas Mama Kevin lagi.
“Oh ngga usah, saya dirumah aja, suami saya ngga ada yang masakin nanti” jawab Lilis.
“Saya juga tidak usah bu, yang penting mereka kasih kabar saja” jawab Mama Widya
lagi.
Berakhirlah percakapan orang tua mereka dengan sepakat. Akhirnya mereka pun
melompat gembira karena tak pernah sebelumnya mereka diizinkan pergi jauh bersama teman
sebaya mereka. Mungkin orang tua mereka sudah percaya dengan anak sekaligus temannya
bahwa mereka akan menjaga satu sama lain.
Tak membuang waktu lama, mereka pun segera mengatur jadwal untuk keberangkatan
mereka menuju Yogya. Berangkatlah mereka dengan gembira dan tak ingin melihat orang tua
mereka saat menuju alat pemancar sinar-X untuk memindai barang bawaan karena takut tak
dapat kembali melihat orang tua mereka.
Perjalanan diudara pun mulai mereka rasakan. Mereka pun tak tidur dan hanya
menikmati perjalanan dengan melihat pemangangan luar dari balik kaca pesawat. Sedangkan
mereka yang duduk didekat lorong hanya menikmati perjalanannya dengan santai. Mereka pun
29
tak berbicara karena bisingnya suara kap mesin pesawat yang mederu-deru. Ditambah lagi
dengan banyaknya awan yang membuat suara semakin ribut.
Sedikit lelah mereka dalam perjalanan menunggu pesawat mendarat tepat di Yogyakarta.
Karena sedikit takut, mereka pun sesekali mengucap do’a untuk keselamatan dalam perjalanan
walaupun sebelum pesawat lepas landas mereka sudah memanjatkan do’a.
Sampailah mereka dibandara dengan selamat dan telah dijemput oleh keluarga Kevin,
yaitu pamannya. Segera mereka diantar dengan BMW merah menuju rumah kakek yang hanya
berjarak 40 menit perjalanan. Mereka pun tiba dirumah kakek tepat sore hari dan segera turun.
Menyalami kakeknya, Kevin pun berniat untuk langsung menuju villa karena rumah kakeknya
tak dapat menampung temannya. Mengerti dengan kondisi itu, kakeknya pun segera memberikan
kunci villa.
Masih mengingat jalan menuju villa, Kevin memilih untuk berangkat sendiri dengan
teman-temannya. Karena pamannya sudah jauh-jauh menjemput ke bandara, ia memilih
membawa mobil lama ayahnya yang ditinggalkan dirumah kakek untuk dikendarai menuju villa.
Namun karena hari sudah hampir petang, kakeknya menyuruh mereka menginap sehari
dirumahnya. Dimana kakeknya memilki 1 kamar kosong. Yup, kamar itu akan ditempati oleh
Widya dan Yenni, sedangkan para cowok akan tidur diruang tengah.
Hal itu pun mereka terima karena perjalanan dimalam hari tidaklah baik. Karena
penerangan menuju villa tidak bagus karena villa ayahnya terletak agak jauh dari pemukiman
warga didekat bukit.
Malam pertama dirumah kakeknya pun mereka jalani tanpa ada masalah sedikitpun.
Karena tidak biasa tinggal dirumah orang lain, teman Kevin pun memilih untuk tidak melakukan
kegiatan apapun dan hidup layaknya orang yang tak memiliki kesibukan, dan langsung tidur.
Dengan pulas mereka beristirahat memulihkan tenaga yang dikeluarkan dari pagi hari tadi.
***
Lengkingan suara kokokkan ayam pun mewarnai dini hari disekitar perkampungan.
Kevin terlihat sudah terbangun dan segera kedapur membuat kopi. Sedangkan Aqhil dan Robby
masih tertidur pulas. Widya dan Yenni pun sudah terbangun karena kebiasaan mereka untuk
30
bangun pagi dan menunaikan ibadah. Berjumpa dengan Kevin didapur, lantas kedua cewek itu
pun sekaligus mengajak Kevin untuk Sholat. Tentu saja tak ia tolak karena sudah bangun.
Jam sudah menunjukkan pukul 5.30 dan Kakek Kevin pun tengah sibuk memberi makan
jalak peliharaannya dihalaman depan. Disana Widya, Yenni dan Kevin tengah asik menyusuri
jalan disekitar rumah Kakek Kevin untuk melihat-lihat. Karena hari sudah mulai terang, mereka
pun bergantian mandi. Dimana Kevin dan 2 teman ceweknya sudah bersih dan harum, tampak
Aqhil dan Robby baru saja terbangun dari tidurnya yang pulas.
Sedangkan 3 dari mereka yang sudah mandi sedang menyiapkan barang-barang ke bagasi
mobil. Tak ingin ketinggalan, Robby pun segera mandi dan ikut mempersiapkan barang-barang.
Begitu pula dengan Aqhil, setelah Robby, ia pun segera mandi kilat untuk menyusul
keterlambatannya. Tampa berbasa-basi, Mereka pun segera berpamitan dengan kakek.
31
Berulang lagi mobil Avanza berwarna hitam itu melewati lubang yang cukup dalam
dijalan berbatu. Melewati lubang yang cukup dalam itu, berhasil membuat kelima ABG
didalamnya mengeluh. Dalam rangka liburan di villa yang apalah-apalah. Tempatnya yang
apalah, nyamannya yang apalah dan gratis pula! Namun masih ada yang apalah-apalah, yaitu
jalan yang berlubang ini.
“uuuuuh!”
Masing-masing anak muda dalam mobil itu saling mengeluh. Kali ini bukan karena
menginjak lubang, namun didepan mereka terlihat sekawanan kerbau yang tengah asik
menyebrang dengan santainya. Tampak dibelakang kawanan itu lelaki tua kurus yang melihat
kearah mereka.
“maaf yo le, nduk. Ini sebentar lagi kebo nya sampai ke sebrang” ujar lelaki tua itu pada
kelima anak muda yang berada didalam mobil.
“njeh pak, mboten nopo nopo” jawab Kevin karena ia cukup mengetahui bahasa jawa.
Sedangkan Aqhil dan Widya melongo dan kesal karena lama sekali kerbaunya sampai ke
seberang jalan.
“Vin, berapa lama lagi kita nyampe!” tanya cowok berambut pendek lurus bernama Aqhil
dengan keringat yang mengucur di keningnya karena kepanasan walaupun AC mobil itu telah
dinyalakan. Namun Kevin tak menjawab.
32
Ditambah kekesalan lagi, tiba-tiba sekawanan entok memadati jalan. Kelima remaja itu
harus menghela nafas berat karena tak tahu lagi harus menunggu sampai kapan untuk sampai ke
villa yang mereka tuju. Segeralah Kevin mengklakson beberapa kali agar kawanan entok itu
segera pergi. Kelihatannya itu berhasil, namun ada 1 entok yang bersikeras untuk bertahan
ditengah jalan itu.
“Vin berapa lama lagi nyampe nya? Kok pertanyaan gue gak dijawab?” tanya Aqhil lagi.
“sekitar 4 kilometer lagi lah kira-kira” jawabnya santai.
“zzz, 4 kilo? Dengan jalanan dipenuhi ternak kaya gini? Oh man!” jawabnya lagi.
Tak mau ambil pusing, Kevin lantas langsung menginjak pedal gas untuk menakuti entok
itu. Dan kelihatannya cukup berhasil. Mereka terlihat senyap untuk waktu yang cukup lama dan
akhirnya gapura yang cukup besar bertuliskan “Kampung Mulyo Sari” sudah terlihat. Dimana
jalanan itu tidak lagi berlubang dan tidak ada ternak lagi dimana-mana. Tampak disana berdiri
bangunan-bangunan rumah sederhana yang berjejer rapi. Beberapa warga tampak melakukan
cocok tanam diarea perkebunan yang tak jauh dari gapura.
Mereka pun memarkirkan mobil didekat bawah pohon rindang. Mencoba untuk mencari
warung karena mereka cukup haus setelah perjalanan panjang yang penuh rintangan itu. Tak
ingin berlama-lama, mereka pun mempercepat langkah dan menemukan warung kecil-kecilan.
Dipesannya 5 botol air mineral oleh Kevin.
Setelah melepaskan dahaga, mereka pun segera melanjutkan perjalanan yang sudah tak
jauh lagi dari perkampungan itu. Jalan menanjak dan berbatu itu menjadi satu-satunya jalan
menuju villa. Dulu jalan itu sih mulus-mulus aja, mungkin karena tidak diaspal dan dikikis hujan
makanya jadi berlubang.
Melihat jalan itu, ke-empat remaja itu pun membelalak karena harus melewati jalan
berbatu dan kali ini menanjak. Tak ingin ambil pusing, mereka terlihat mencoba untuk tenang
dan berharap perjalanan mereka lancer-lancar saja.Semoga tidak ada acara ban nyangkut
dilubang atau apalah. Mobil pun mulai menanjak dan beberapa kali jok mobil bergoyang-goyang
membuat seisi mobil merasa tak nyaman. Tak lama mobil pun sampai ke jalan mendatar yang
halus dan sudah beraspal. Akhirnya kelima remaja itu pun dapat menghela nafas lega. Beberapa
meter didepan pun sudah terlihat villa Kevin yang mewah dan klasik. Namun dibagian depan
rumah tampak ilalang yang cukup tinggi sekitar sepaha. Melihat kondisi itu membuat Yenni
bingung.
33
“vin, villa nya ngga ada yang ngurusin ya? Kok depannya ada ilalang?”
“hm setahuku sih ada yang selalu bersihin, tapi ini kok parah ya? Udah deh ayo kita
turun” ujar Kevin.
Sambil menyibakkan ilalang dengan ranting, mereka pun berusaha membuat ilalang itu
merunduk ketanah. Namun ilalang yang ada cukup banyak. Kevin pun kembali ke mobil dan
menyibakkan ilalang dengan mobilnya. Kelihatannya lebih cepat dan tepat. Segeralah mereka
membuka pagar yang tak dikunci itu. Dengan memarkirkan mobil dihalaman depan, Kevin
tengah mengeluarkan barang-barang yang mereka bawa untuk diletakkan didalam villa.
Setelah menurunkan barang-barang, Kevin pun membuka pintu dengan kunci yang sudah
diberikan oleh kakeknya itu. Widya sedikit cemas jika ternyata didalam vila kondisinya akan
kotor seperti ilalang yang ada didepan halaman. Dibukalah pintu villa dan rupanya isi dalamnya
cukup bersih dan tidak berdebu. Hanya halaman luarnya saja yang terlihat kotor dan tidak
terurus. Mereka malah menilai buku dari sampulnya, namun tidak memikirkan isi dalamnya.
Tampak meteka tidak terlalu peduli dengan keadaan sekitar. Hanya Aqhil yang peduli
dengan tempat disekeliling vila. Setelah ia menyibakkan ilalang didepan halaman, ia berniat
untuk mencari air bersih disekitar villa. Ia melihat seperti sumur dari kejauhan, ia mencoba
mendekat dan benar rupanya itu adalah sebuah sumur tua. Tanpa fikiran yang negative ataupun
rasa takut lainnya, dengan sebuah timba yang sudah tersedia ia gunakan untuk mengambil air
bersih dari dalam sumur itu.
Kelihatan bahwa sumur itu sangat bagus karena airnya terlihat agak penuh. Sepertinya
mata air didalamnya cukup bagus dan mengeluarkan air cukup deras. Setelah membersihkan
kedua tangannya, ia pun melihat tempat seperti penampungan air. Namun ia bingung, kan disana
sudah ada sumur, kenapa ada tempat penampungan air lagi. Karena rasa penasarannya, ia pun
mencoba untuk menimba beberapa ember air dan diisikannya wadah itu. Rupanya air yang
dimasukkan semakin sedikit. Dilihat disekeliling wadah itu dan ia menemukan ada pipa putih
yang cukup besar yang menuju kea rah dalam villa. Ia menduga bahwa pipa itu menuju kamar
mandi. Karena klasik, mungkin villa ini menggunakan sumur untuk menampung air dikamar
mandi.
Jika seperti ini, lebih baik bak diisi penuh daripada harus bolak-balik menimba air. Aqhil
pun menimba hingga belasan ember.
“Aaaaa!” teriak Yenni dan Widya.
34
Mendengar jeritan kedua cewek itu, Aqhil langsung berlari menghampiri mereka didalam
villa. Sementara Kevin dan Robby pun segera menyusul.
“Kalian Kenapa?” tanya Aqhil setelah mereka berkumpul. Kevin mengangkat bahu dan
melihat sekeliling ruangan yang masih gelap karena saklar lampu belum dinyalakan.
“Engga tau, tadi gue denger ada suara air dari kamar mandi, kan ga mungkin airnya
ngalir sendiri, soalnya ngga ada yang make kamar mandi kan?” tuturnya.
Aqhil mendengarkan dengan serius. Dan berfikir dengan mencocokkan suara air yang
mengalir di bak mandi dengan yang ia lakukan di dekat sumur tadi.
“oh itu kayanya suara air yang gue masukin ke wadah yang ada pipanya deh”
“Ha? emangnya disini ada sumur?” jawab Kevin.
“Ada kok dipojok depan” jawab Aqhil menegaskan.
Namun Widya dan Yenni menggeleng dan merengek meminta pulang.
“Gue mau pulang!! Gue takut, apalagi kalo nginap disinii!”
“iya gue juga! Pokoknya gue ngga mau!”
Protes keduanya setelah mendengar suara air yang padahal berasal dari timbaan yang
Aqhil masukkan kedalam wadah yang terhubung dengan pipa menuju bak mandi. Kemudian
keduanya menangis pelan karena trauma.
“Yaelah, kenapa sih? Kan ada aku? Itu bukan hantu, itu Aqhil nimbi air” sahut Kevin
meyakinkan. “Kalo kalian mau istirahat, istirahat aja. Tinggal pilih mau kamar yang mana,
supaya aman, kalian tidur berdua aja” tambahnya lagi.
Tampak kedua gadis itu masih ketakutan dan memilih untuk mengabari orang tuanya
bahwa mereka telah sampai di villa milik orang tua Kevin. Sementara itu ketiga cowok tengah
melihat-lihat seisi ruangan dari satu kamar ke kamar yang lainnya. Hingga lantai satu pun
mereka susuri sampai pojok belakang villa.
Tampak terdapat satu ruangan yang lebih kecil dari yang lain sedikit terbuka. Melihat itu,
ketiga cowok itu pun mendekat dan membuka pintu itu. Rupanya itu adalah gudang. Tampak
disana barang-barang ditutupi dengan kain putih lebar yang berdebu. Kelihatan sepertinya
gudang ini tak tersentuh selama beberapa tahun. Namun ia heran kenapa hanya pintu gudang itu
yang terbuka.
Tak ingin pusing, ia pun segera masuk dan mencoba melihat lemari kaca yang berisi
barang antik seperti pigura yang sudah berumur sekitar puluhan tahun yang lalu. Tampak disana
35
tergambar sepasang kekasih, namun Kevin sama sekali tak mengetahui wajah siapa yang
tergambar disana.
Yenni dan Widya nampak telah menyusul mereka dan berjalan kedalam gudang melihat
foto dan benda-benda pusaka seperti keris. Semuanya ditata rapi di meja dan didalam lemari.
“wah, bagus banget benda-benda disini” gumam Yenni.
Tampak dalam pigura itu sepasang kekasih menggunakan gaun pengantin. Tapi jelas itu
bukan milik orang tua Kevin. Berfikir positif, Kevin beranggapan bahwa itu adalah pigura yang
pernah dibeli oleh orang tuanya.
Tatapaan Widya terpaku ke sebuah foto lelaki berkulit putih mengenakan jas dengan
rambut pendek hitam dengan bola mata yang berkilau menatap tajam.
Terlihat juga ada kursi antik yang diukir dari kayu jati. Jika dizaman ini kursi itu dijual,
pasti nilainya ratusan juta. Setelah sibuk melihat-lihat isi gudang, mereka pun segera membahas
soal kamar yang akan ditempati. Setelah melihat-lihat, mereka pun mengetahui bahwa terdapat
enam kamar tidur dan dua kamar mandi, dimana empat kamar terletak dilantai satu dan dua
kamar lagi terletak dilantai dua.
Yenni dan Widya tampak memilih kamar di lantai satu karena mereka berdu takut dengan
luasnya villa ini jika mereka tidur dilantai dua. Tapi mereka masih bingung dengan kelengkapan
setiap kamar.
“emangnya semua kamar ada kasurnya ya?” celetuk Yenni karna tak ingin tidur dilantai
yang dingin.
“Tenang aja, semua kamar udah ada perlengkapan nya kok, tinggal pilih aja mau kamar
yang mana” jawab Kevin sambil menjelaskan.
“Oke deh sip!” jawab Yenni dengan riang mendengar perlengkapan yang lengkap.
“Terserah kalian mau tidur bareng atau sendiri-sendiri, yang jelas gue tidur sendiri”
tambah Kevin karena tak ingin tidur lelap nya diganggu dengan orang iseng seperti Aqhil.
Mereka pun sibuk mencari kamar yang tepat untuk mereka tempati. Tampak Kevin
menempati kamar utama, dimana kamar itu adalah kamar terbesar divilla. Sedangkan yang
lainnya masih saling memilih posisi kamar yang strategis.
Tampak Yenni dan Widya memilih kamar yang agak jauh dari kamar mandi karena takut
mendengar suara aneh lagi. Walaupun suara tadi berasal dari air yang ditimba Aqhil, mereka
36
tetap jaga-jaga karena mereka tahu biasanya di villa yang tak ditempati untuk waktu yang lama
pasti akan dihuni oleh makhluk halus.
Karena merasa ada aura horror didalam villa, Yenni pun tetap ingin satu kamar dengan
Widya, begitu pula denganWidya. Sementara dua sisa kamar lagi otomatis ditempati oleh Robby
dan Aqhil. Mereka pun segera menuju kamar masing-masing dan membereskan barang mereka
kedalam lemari.
Sejenak mereka mengistirahatkan otot dengan berbaring dikasur yang empuk. Hingga
mereka hampir terlena dengan nyamannya kasur.
***
Kelelawar telah memekikkan suaranya pertanda hari mulai gelap dan saatnya hewan-
hewan malam pun keluar dari sarangnya. Tampak kelima remaja itu saling memegang perutnya
karena terus berbunyi sejak selesai beres-beres tadi. Satu per satu dari mereka pun mulai keluar
dari kamar masing-masing dan menuju ke halaman depan villa.
Tampak tengah duduk Kevin diluar halaman tepat di kursi kayu beralaskan bantal empuk
yang cukup tebal sambil melihat lihat cahaya dari pedesaan yang berada jauh dibawah kaki
bukit. Robby dan Aqhil pun mulai keluar dari kamarnya dan segera mencari Kevin, karena tak
kunjung melihat batang hidungnya, maka keluarlah mereka dan rupanya benar Kevin berada
diluar karena pintu besar dari kayu jati yang terdapat di depan muka villa telah terbuka setengah.
Dilihatnya keluar dan segera ikut duduk di kursi berbalutkan bantal itu.
“kalian lapar gak?” gumam Aqhil sambil memegang perut.
“Lumayan sih, dari tadi perut gue serasa diremes” jawab Kevin. Karna sependapat
dengan mereka berdua, Robby pun turut mengiyakan.
“iya nih, gue ngga bawa makanan, Cuma 2 botol besar air mineral doang”
“Gue sih ada beberapa snack tapi tunggu ntar deh makannya, biar sekalian ama cewek
cewek, kan kasihan kalo mereka juga ngga punya makanan, iye kagak?” ujar Kevin memberitahu
Aqhil dan Robby.
“zzz, kenapa kita ngga duluan makan aja? Sumpah ngga tahan lagi gue” gerutu Aqhil
meminta snack milik Kevin.
37
“Nanti lah Qhil! Kasihan lan anak cewek” balas Robby memihak Kevin dan teman gadis
nya.
Tak lama setelah pembicaraan mereka mengenai perut yang kosong, para gadis pun
keluar dari villa.
“Eh kalian disini, ngapain aja? Gumam Yenni pada ketiga temannya yang sudah duluan
berada di halaman depan.
“Duduk-duduk aja sambil ngeliat cahaya dari pemukiman desa” jawab Kevin dengan
santai sambil menahan lapar.
“kenapa muka lu?” tanya Widya sambil menunjuk wajah Aqhil yang terlihat seakan-akan
menanggung derita yang teramat perih.
“Gue lapeeeer..”Jawab Aqhil dengan ekspresi wajah yang berlebihan. Yenni tampak
menjauh dan duduk dikursi sebelah Kevin karena takut lelaki yang kelaparan itu menerkam
dirinya.
“Hm kalian juga laper Yen? Wid? Gue ada snack sih, cukuplah untuk berlima” ujarnya
sedikit memberi solusi untuk masalah kelaparan yang melanda mereka.
“Ada snack? bagi dong, kebetulan gue juga laper banget nih, kalo mie instan sih gue ama
Widya ada buat makan malam” ujarnya member harapan akan adanya sumber makanan yang
dapat mereka konsumsi disaat yang benar-benar darurat ini. Walaupun hanya mie instan, itu pun
sudah cukup untuk menahan lapar, besok mereka dapat mencari makanan di warung dekat desa
dibawah bukit yang mereka hampiri tadi sore.
“Oke okeh, kalian masak aja dulu, ntar kita makan sekalian pake snack” jawab Kevin
sambil meminta dimasakkan mie instan.
Melihat kondisi mereka yang darurat, Yenni dan Widya pun lantas masuk menuju dapur
dan segera memasakkan 5 bungkus mie instan dan telur untuk makan malam mereka. Seiring
menunggu kedua gadis itu membuat makanan untuk menyelamatkan ketiga cowok yang
kelaparan, mereka pun sedikit berbincang mengenai benda-benda yang ada digudang villa.
“vin, foto yang ada sepasang kekasih yang kayanya baru nikah itu siapa ya?” tanya Aqhil
penasaran.
“Oh yang ada di pigura besar itu ya? Gue sih kaga tau, mungkin dulu mama atau papa
gue iseng beli pigura itu entah dimana” jawab Kevin dengan panjang lebar sambil menepuk
nyamuk yang menyerang tangannya.
38
***
Dengan air mineral seadanya, mereka merebus air itu selama beberapa menit, sambil
menuangkan bumbu yang sudah tersedia di dalam bungkus mie instan, kedu gadis itu pun
merebus mie sekaligus telur yang langsung diceplok diatas didihan air. Tentu saja kompor di
villa itu masih sangat layak dengan LPG 12 Kg yang masih terisi.
Lanjut mereka menunggu hingga mie siap ditiriskan. Cukup 3 menit saja semua sudah
selesai dihidangkan. Dibawalah satu per satu mangkuk berisi mie ke halaman depan rumah.
Tampak Aqhil yang menderita karena remasan otot lambung mulai tersenyum lebar 10 cm
melihat Widya membawa 2 mangkuk mie instan disertai dengan telur ke meja dihadapan mereka.
Merespon hal itu, Kevin pun segera mengambil snack dan air mineral dari dalam
kamarnya. Semua pun sudah berkumpul di halaman depan dengan masing-masing menghadap
semangkuk mie instan dengan snack dan sebotol kecil air mineral. Karena kebersamaan ini, mie
instan pun dirasa seperti spaghetti. Disantaplah masing-masing hidangan mereka dengan lahap,
ditambah dengan snack penutup. Mereka pun segera membereskan wadah bekas makanan
mereka dan segera tidur karena hari sudah cukup larut.
Dikuncilah pintu villa dan mereka kembali kekamar masing-masing dengan damai.
***
Pagi yang indah menyambut kelima anak muda itu dalam pulasnya tidur mereka. Ketika
sinar matahari pagi masih berupa pancaran kabut jingga di ufuk timur, dimana Aqhil masih
menggigit jempolnya, Widya yang asik dengan mimpinya, Robby sudah bangun dan melakukan
gerakan-gerakan senam sederhana dan berlari disekeliling villa.
Kevin pun juga sudah terbangun, ia tengah duduk dikursi halaman depan sambil
meminum secangkir kopi yang ia bawa beberapa bungkus dari rumah kakeknya.
“vin ayo olahraga! Biar sehat dan kuat!” ajak Robby dengan penuh semangat yang
membara. Tutur yang cukup keras itu pun membangunkan Widya yang kamarnya tepat didekat
halaman depan.
39
“Bising woi!” protes Widya sambil keluar kamar. Rambut nya yang agak kusut segera
rapikan dengan sisir. Rambut kusutnya sama seperti wajahnya seperti baju yang belum disetrika.
Dengan wajah lelah nya, ia menguap lebar membuka mulut dengan percaya diri menggaruk
perutnya.
“Ngapain lo teriak-teriak? Gak tau masih pagi apa! Ganggu aja!” protes Widya dihadapan
Robby. Namun Robby tidak menjawab peotesan dari Widya dan melanjutkan olahraga paginya.
Seusai memprotes Robby karena teriakannya, Widya pun menanyakan dimana Yenni.
“Vin, Yenni kemana? Kok ngga ada dikamar?”
“Tadi sih katanya mau ke dapur” jawab Kevin dengan nada rendah sambil melamun
melihat kearah bawah. Sudah menjadi kebiasaannya jika tidak ada kesibukan, ia akan
mengeluarkan tatapan kosongnya.
“Ih kok dia berani ya? Nyusul ah” tanya nya pada diri sendiri. Beranjaklah ia menuju
dapur untuk menemui Yenni. Sesampainya di dekat kamar Aqhil, tiba –tiba Aqhil keluar kamar
dan memelototi Widya cukup lama. Dengan hal yang dirasa aneh itu, Widya pun menegur.
“Kenapa qhil?”
“Eh, engga kok. Kamu cantik yaah yang” jawab Aqhil spontan karena melihat kecantikan
alami dipagi hari dari wajah Widya.
“apaan sih qhil! Mentang-mentang muka gue masih kusut! Udah nyerocos kamu ngejekin
aku” Bentak Widya karena dianggapnya itu merupakan sebuah ejekan yang cukup dalam.
Didapur tampak Yenni sedang menatap kearah pohon dari jendela dapur yang terbuka
dengan tatapan kosong. Segera Widya menepuk bahu Yenni, dan ia pun melompat karena kaget.
“Kenapa lu Yen?”
“Ini nih, perasaan tadi gue lihat ada cewek berbaju putih lagi main-main gitu dipohon
sana. Tapi pas gue lihat lebih deket dari jendela, dia malah hilang!” jawab Yenni dengan panik.
Namun Widya hanya tertawa
“Ah ngaco lu! Mana ada hantu dipagi hari? Kalo emang ada, apa telat kali tuh hantu balik
kerumah?”
“Engga! Beneran tadi gue liat dipohon itu Wid!”
“Udahlah, ga mungkin hantu itu muncul di jam segini, dimana man amah hantu itu jam
tayangnya waktu maghrib sampe subuh doang”
40
Malah Widya merespon dengan candaan padahal tampak ekspresi keseriusan yang
tergambar dari wajahnya yang mewakili fikiran dan perasaannnya.
“Eh , Aqhil resek banget ya Yen!” gumam Widya mengadu pada Yenni.
“Kenapa emangnya, kan dia pacar lu?” jawab Yenni singkat.
“Masa dia tadi ngejekin gue, mentang-mentang gue baru bangun tidur, muka gue masih
kusut, eh udah diledekin. Katanya kamu cantik yah yang.Kan dalem banget” ujarnya panjang
lebar curhat karena merasa diejek oleh pacarnya sendiri.
“oalah, tapi dia bner kok. Elu itu cantik, cuma lu kurang percaya diri aja” jawab Yenni
meyakinkan.
Tiba-tiba angin dingin berhembus kearah mereka dari luar jendela mengusap tengkuk
mereka dan tiba-tiba perempuan yang dikatakan Yenni muncul menembus tubuh mereka.
“Aaaaaaaaaaa!!!” teriak mereka berdua dan segera lari keluar dari dapur.
41
Hampir pukul 12 dimana matahari hampir berada diatas kepala. Kelima remaja itu baru
saja keluar dari villa. Widya dan Yenni berdiri berdekatan, tampak dari wajah mereka yang
shock karena kejadian pagi tadi. Sampai-sampai pun mereka mandi bersama-sama.
Mereka dibuat terlambat oleh kedua gadis itu yang baru saja mandi. Karena berhalusinasi
yang konyol itu membuat ketiga cowok tak bisa sarapan. Terpaksa mereka menunggu dengan
perasaan yang cukup kesal. Bagaimana tidak, mana mungkin mereka percaya dengan adanya
hantu yang muncul di villa tepat dipagi hari. Begadang apa hantunya?.
Mereka pun menaiki Avanza hitam yang diparkir didepan halaman villa, dengan perlahan
kendaraan roda empat itu keluar dari pagar dan menuju jalanan batu yang menurun guna mencari
bahan makanan untuk bekal mereka didalam villa selama beberapa hari. Tempat demi tempat
pun mereka telusuri untuk mencari warung dengan bahan makanan yang cukup lengkap.
Salah satunya pasti beras dan air mineral yang mereka butuhkan, selebihnya cukup mie
instan dan telur serta kebutuhan lainnya. Ingin kembali ke villa dengan cepat, mereka pun
menyusuri beberapa gang didekap pedesaan. Diantaranya terbentang sungai yang cukup besar
dengan kondisi sungai yang agak berbatu dan alirannya tidak begitu deras. Ingin rasanya mereka
mandi disungai itu, namun ini sudah lewat tengah hari dan mereka harus segera ke villa untuk
menyiapkan makan siang.
42
Kembalilah mereka menuju villa, walaupun jalan menanjak yang berbatu itu menjadi
jalan utama, mereka tidak lagi resah karena sudah terbiasa dengan jalur itu, terlebih lagi itu
tidaklah terlalu buruk. Karena jalan tetaplah jalan asalkan bisa dilalui dengan selamat.
Akhirnya waktu makan pun tiba walaupun sedikit terlambat. Menu makan mereka kali ini
adalah roti tawar dan telur dadar. Tak lupa mereka juga memasak nasi. Menunggu beberapa saat
untuk menanak nasi tidaklah membuat mereka gelisah, bahkan mereka berencana untuk
berenang disungai yang mereka temui tadi. Tampaknya sungai itu sangat bersih dan kondisi
arusnya sedang tidak deras.
Ketimbang tinggal di villa yang mistis ini, Yenni dan Widya pun lantas sangat setuju
dengan rencana mereka untuk mandi di sungai. Daripada harus menjadi korban karena amukan
arwah penasaran yang menghuni villa itu.
Walaupun ketiga cowok itu belum mempercayai perkataan Yenni dan Widya, cepat atau
lambat mereka juga akan menyadari keberadaan arwah itu, hanya tinggal menunggu giliran
untuk diganggu. Jika kau tak tahan dengan gangguan arwah itu, maka kau akan selalu diusik
olehnya.
Mereka pun segera menyantap hidangan lalu menyiapkan pakaian ganti untuk dipakai
setelah mandi di sungai. Mereka pun kembali ke sungai dam menemui fasilitas umum untuk
mengganti pakaian dan buang air. Rupanya sungai itu menjadi tempat rekreasi di daerah sekitar.
Menjelang sore, mulailah tampak beberapa warga yang datang mengunjungi sungai ini untuk
berendam dan berenang karena jernih dan sejuknya air yang ada dalam sungai ini.
Menikmati jernihnya sungai, mereka pun lantas bersenang-senang dan melupakan
kejadian yang baru saja terjadi di villa. Tampak tengah asik Kevin, Robby, Widya dan Yenni
bermain air sedangkan Aqhil hanya sebatas dipinggiran sungai karena ia tak bisa berenang.
Karena kejahilah Robby dan Kvin yang tidak tertolong, mereka pun mencoba menyeret Aqhil
sampai ketengah sungai. Jelas tampak pucat pada wajah cowok berambut pendek itu karena
selain tak menguasai renang, dasar sungai itu pun cukup dalam sehingga ia harus menjinjitkan
kakinya agar mulutnya tidak menelan air sungai dan hidungnya dapat menerima oksigen dengan
baik.
Seketika arus mulai mengalir deras. Dimana Aqhil yang masih berada diposisi tengah
sungai semakin terseret sedikit demi sedikit kearah hilir sungai. Tak masalah bagi Yenni dan
Widya karena mereka adalah perenang yang cukup handal. Renang memang adalah salah satu
43
bidang olahraga kegemaran mereka. Aqhil pun tampak menunjukkan bahwa ia tak kuat lagi
menahan arus dan ia terseret tanpa hambatan.
Teriaklah ia minta tolong walaupun tidak terdengar jelas karena arus yang deras
membuatnya begitu panik untuk berteriak sekuat tenaga. Orang-orang disekitar sungai pun tak
mendengar suara teriakan Aqhil, karena mereka berendam agak berjauhan dan jarang-jarang saja
orang yang berendam disungai.
“Tolong!!” teriaknya walaupun tak sekuat teriakan lelaki.
Segeralah Kevin dan Robby turun tangan dan langsung menyebur kearah Aqhil ditengah
sungai. Rupanya ditengah arusnya memang cukup deras, sampai-sampai mereka sedikit
kehilangan keseimbangan. Dengan keahlian renang yang mereka miliki, dengan cepat mereka
berlomba dengan arus untuk mendapatan Aqhil.
Widya dan Yenni pun tampak cemas dengan keadaan itu, hampir saja mereka ingin
mengomeli Kevin dan Robby. Tapi untung saja mereka langsung mendapatkan Aqhil dan
membawanya ketepi sungai.
Syukurlah tak terjadi apa-apa dengan Aqhil, ia hanya tertelah beberapa teguk air sungai.
Sifatnya yang lebay membuat temannya tidak begitu khawatir karena pasti setiap Aqhil
mengeluh, itu merupakan hiperbola semata.
Ditutuplah acara renang mereka dengan membeli beberapa potong jagung bakar yang
dijajakan di pinggiran sungai. Sambil menyantap jagung, mereka pun bergantian untuk
mengganti pakaian yang baru. Tampak mereka cukup terhibur dengan pemandian disungai itu.
Sayangnya fasilitas yang ada bisa dibilang kurang. Wajar saja karena itu hanya dibuka untuk
warga sekitar saja.
Sudah puas menikmati semua yang ada disana, tibalah saatnya mereka untuk kembali ke
villa. Mereka masih tak mengingat kejadian dipagi hari yang dialami oleh Yenni dan Widya.
Dibukalah pintu villa dengan kunci dan sedikit membutuhkan dorongan untuk membuka pintu
berukir itu.
Karena sudah lelah, mereka pun menuju kamar masing-masing. Karena mereka tak
membereskan kamar sebelum berangkat tadi, masing-masing mereka pun membelalak
kebingungan. Siapakah yang telah masuk kekamarnya dan membereskan semua kekacauan yang
ada didalam masing-masing kamar mereka.
44
Tampak Kevin tak begitu heran sama sekali. Karena mungkin saja orang yang bekerja
mengurusi villa papanya itulah yang telah masuk ke setiap kamar dan membereskannya. Toh
hanya Kevin dan tukang pembersih villa yang memiliki kunci setiap pintu didalam villa.
Karena penasaran pun terutama Yenni dan Widya segera menghampiri Kevin dikamarnya
dan memberitahukan bahwa kamarnya tiba-tiba rapi, padahal saat sebelum mereka ingin
kesungai, masih ada barang-barang yang tak mereka bereskan.
“Oh itu, gue juga kok, tadi gue juga ga sempat beresin baju-baju gue diatas kasur, eh
sekarang udah rapi didalam lemari, itu sih mungkin pengurus villa papa gue. Dia kan punya
kunci nya, mungkin aja tadi dia mampir kesini dan melihat villa ini ada yang nempatin, dia
beresin trus pergi lagi deh” ujarnya dengan detail.
“Oh gitu, yaudah deh” sambut Yenni yang merasa lega akan perkataan Kevin yang sama
sekali tak mengarahkan jawabannya menuju hal-hal ganjil. Aqhil dan Robby juga sama, namun
mereka sama sekali tak menyadari bahwa ruangannya telah kembali tersusun rapi karena mereka
sama sekali tak ingin memikirkan hal itu.
Kembali mereka membilas tubuh setelah mandi disungai tadi, tampak Kevin yang
pertama melangkahkan kakinya kearah kamar mandi dipojok belakang villa. Sedangkan Aqhil
terlihat sedang menggoreng telur untuk mengisi perutnya sendiri dikamarnya. Karena mereka
sudah menanak nasi, mereka hanya tinggal menggoreng lauk yang ada untuk melengkapi nasi.
Disusul dengan Yenni yang juga mandi karena ia tak sempat membilas tubuh disaat
berada disungai tadi. Akhirnya mereka semua tidak makan berbarengan lagi karena nasi sudah
tersedia, bagi yang merasa lapar harap inisiatif nya masing-masing. Tak masalah bagi mereka
semua karena mereka bisa memasak setidaknya telur dan mie instan.
Beranjak keruang tengah untuk menonton acara tv, Kevin tengah asik mencari stasiun
televisi yang sinyalnya cukup baik di villa nya itu. Tampak acara tv On the Spot tengah
mewarnai malam itu. Mendengar suara televisi yang agak keras, Robby menuju arah suara
karena ia tak memiliki hiburan dikamar nya.
Pas pula dengan suasana malam yang sunyi, dengan sedikit aura mistis, acara tv On the
Spot tengah mengulas “7 Kejadian Misterius di Villa”. Mendengar hal itu, Robby pun menelan
ludah karena sebenarnya ia juga merasakan aura negative dari villa yang mereka tempati. Namun
lain halnya dengan Kevin, ia tampak biasa-biasa saja karena villa itu milik papanya, dan ia cukup
mengenal baik villa itu walaupun tidak sepenuhnya tahu mengenai villa milik papanya itu.
45
Juga merasa bosan, Yenni dan Widya pun keluar kamar dan melihat Kevin dan Robby
sedang asik menonton. Tanpa menanyakan acara tv, mereka pun segera duduk dan melihat
kearah televisi. Terkejutlah mereka karena hal yang mereka takutkan malah tergambar jelas
dilayar kaca tv. Karena terlanjur melihat, mereka jadi selalu teringat dengan kejadian yang
mereka alami pagi tadi. Maka mereka hanya bisa mengikuti siaran itu hingga selesai. Toh
daripada berdua dikamar, kalau ada setan mah ngga berkutik mereka. Mendingan nonton
bersama walapun membuat bulu kuduk naik, setidaknya ada dua lelaki yang menemani mereka.
Tampak mereka berempat cukup menikmati acara tv itu. Namun karena terbawa suasana,
mereka pun jadi ikut merasakan bahwa hal-hal ganjil juga sedang menyelimuti mereka. Yenni
yang duduk dipojokan menggeser posisinya sedikit merapat dengan ketiga lainnya. Jelas ia
merasakan suasana kejadian di acara televisi didalam villa yang mereka tempati itu. Sedangkan
Widya tampak biasa-biasa saja karena selama ia ditemani dengan teman-temannya, ia bisa
menahan diri dari ketakutan apapun
Tiba tiba suara sendok jatuh terdengar cukup keras. Keempat remaja itu tampak menelan
ludah dan tubuh mereka bergetar. Sepertinya suara itu berasal dari dapur, karena mengingat
mereka tidak menyimpan sendok selain ditempatnya. Keempatnya tampak mulai merapat, untuk
menghilangkan keseraman itu, Kevin pun lantas lansung mengganti acara tv menjadi animasi
Cars yang kebetulan sedang tayang. Kelihatannya cukup membantu, namun para gadis masih
terselimuti rasa takut. Akhirnya Kevin memutuskan untuk melihat apa yang terjadi didapur
malam-malam begini.
Segera ia melangkahkan kaki menuju dapur dengan perlahan. Karena takut berada
diruang tengah, ketiga dari mereka pun mengikuti Kevin dari belakang guna ingin sama-sama
melihat apa yang terjadi didapur. Hampir beberapa langkah sampai kedapur, tiba-tiba suara air
pun terdengan pelan. Seketika keempat remaja yang penasaran itu menghentikan langkah mereka
sejenak.
Kemudian mereka memberanikan diri untuk melangkah lebih jauh menuju dapur dan
dikomandani oleh Kevin. Ya tentu saja, karena ia adalah pemilik villa, tentu ia lah yang paling
berani dengan bangunan itu. Setelah hampir mendekati dapur, mereka pun berbelok kearah
kanan, karena lorong sudah buntu dan jalan kekanan merupakan dapur, dan kekiri merupakan
dapur.
46
Kevin pun mengintip dari perbatasan tembok antara lorong dan dapur, dijorokkannya
wajahnya kearah dapur dan ternyata…
“Aaaaaaaaaaaa!” teriak Kevin sampai memekakkan telinga teman yang ada
dibelakangnya. Karena juga terkejut, mereka yang mengekor dibelakang Kevin pun ikut
berteriak.
Ia melihat wajah gelap dengan badan yang sedikit terbungkuk dan berjalan kearahnya
sambil melihat kebawah.
“Aaaaaaaaaaaa!” sambil memejamkan mata mereka bertiga yang berada dibelakang
Kevin pun menutupkan matanya dengan kedua tangan dengan erat.
Kemudian suara menggambarkan kelegaan pun dilontarkan oleh Kevin.
“oalaaaah! Elu toh! Ngapain aja lu didapur sendirian?” gumam Kevin pada Aqhil.
“oh, kalian kenape? Aku lagi nyuci piring, abis makan soalnya, laper..” jawabnya dengan
wajah santai.
Rupanya yang mereka takutkan itu berasal dari Aqhil yang sedang mencuci piring. Oalah,
bisa-bisanya disaat seperti ini ia mencuci piring. Sendirian pula, cukup berani mengingat ia tak
sering meikirkan hal-hal berbau mistis.
“Wah enakan lu udah makan ye, ngga ngajak-ngajak lu!” ujar Yenni karena ia belum
makan sejak petang tadi.
“yaelah, nasi udah ada, lauk tinggal masak, ya inisiatif dunk” jawabnya dengan sedikit
menggurui. Namun jawabannya tak dihiraukan keempat lainnya. Segera mereka kembali keruang
tengah menonton acara tv tadi. Dengan asik mereka menikmati Cars. Ditengah asiknya
menonton, suara-suara mulai terdengar kembali. Namun kali ini berbeda dari sebelumnya.
Tampak suara samar-samar terdengar ditelinga mereka.
“tolong aku…”
Seketika mereka semua senyap dan Kevin segera mematikan tv dan beranjak menuju
kamarnya. Yang lain pun begitu, tak ingin ketingalan dan diterkam hantu, mereka segera berlari
menuju ruangan masing-masing. Tampak semua tengah mengunci pintu kamarnya. Kevin
memegang ponselnya dan mulai membuka BBM dan segera membuka obrolan di grupnya.
“Kalian masih denger suara itu ga? Sumpah itu dari mana datangnya ? secara, di villa ini
kan ga ada orang lain selain kita” dengan cepat jemarinya menyentuh tombol kirim. Tak perlu
waktu lama, yang lainnya pun ikut menjawab.
47
“Sekarang sih udah engga, darimana ya asal suara itu? Uh baru juga tenang, malah diusik
lagi” celetuk Yenni menjawab pesan dari Kevin.
“Gue juga kaga tau nih, udah deh mendingan kita semua tidur aja. Tar takutnya kalo ngga
tidur-tidur malah diganggu lagi” jawab Kevin sambil agak menakut-nakuti keempat temannya
itu.
“aaaaaa, Kevin jahat! Kenapa bilang kaya gitu?!” jawab Yenni lagi karena ia paling tidak
bisa ditakuti seperti itu.
“iya nih Vin, ngapain elu ngasih tau hal begituan? Kan mereka jadi takut. Udah deh aku
tidur aja” jawab Aqhil dengan sedikit membela Yenni.
“hahaha sorry sorry guys, udah dah tidur sono”
Berakhirlah obrolan mereka dengan sedikit ketegangan yang membalut mereka karena
suara aneh yang cukup membuat kelimanya merasa gelisah.
Tampak Kevin sudah tidur duluan tanpa ada hambatan apapun, nampak ia nyaman
dengan kasurnya yang luas dan empuk. Sepertinya ia tidak merasa takut karena baginya itu
hanya suara-suara wajar dimalam hari, toh mungkin saja karena rasa takut yang berlebihan
membuat pendengaran mereka berlima sedikit terganggu, mungkin ada baut yang agak kendur.
Tak berbeda dengan Aqhil, dalam hitungan detik pun ia langsung terlelap dengan mulut
yang menghisap jempol. Dengan menekukkan badan dan berposisi tidur miring menggambarkan
nyamannya ia menikmati waktu istirahat yang terasa seperti dihotel bintang 5.
Sedikit berbeda dengan Robby, cowok yang satu ini kelihatan cukup peduli untuk
memikirkan suara aneh yang mereka dengar tadi. Menurutnya, itu merupakan suara arwah
penasaran yang terjebak didunia karena masih ada beberapa hal yang belum terlaksana hingga ia
tak bisa pergi ke alam selanjutnya. Karena sudah pusing ia memikirkan hal itu, ia pun memilih
untuk tidur saja ketimbang mencari-cari hal yang tak ia perlukan sama-sekali.
Ketakutan dua cewek ini tak kunjung mereda, pasalnya mereka memang agak sensitive
terhadap hal berbau mistis. Walaupun mereka bisa sedikit menahan rasa ketakutan yang cukup
hebat dihadapan teman lelakinya, tetap saja ia tak bisa terus membohongi diri sendiri. Barulah
didalam kamarnya bersama Widya mereka membicarakan sedikit tentang suara aneh tadi.
“Wid, kira-kira suara tadi itu maksudnya apa ya?”
“lu masih mau ngebahas soal itu? Menurut gue sih suara itu menandakan kalo dia sedang
terjebak dan akhirnya meminta tolong”
48
“tapi kenapa sama kita ya? Kita kan ngga tau dia itu siapa, lagipula masa kita harus
nolongin seseorang yang tak bisa dilihat?”
“ah sudahlah, aku semakin merinding dengan membahas soal suara tadi, lebih baik kita
tidur saja, gue yakin cowok cowok juga udah pada tidur”
“iyadeh, daripada gue mati ketakutan disini, mending gue tenangin diri aja. Moga moga
bangun nanti udah lupa semua kejadian aneh hari ini dan semua kembali seperti biasa”
“sip” jawab Widya dengan singkat.
Tampak Yenni tidur di belahan kasur yang dekat dengan dinding. Ia berbaring dengan
memiringkan tubuhnya kearah dinding itu. Sepertinya ia tak bisa tenang karena terus teringat
akan suara yang didengarnya tadi. Tak tenang maka ia pun agak sulit untuk tidur. Mungkin
malam ini ia menjadi orang yang tidur paling terlambat karena tak ada habisnya memikirkan hal-
hal aneh yang ia dapati selama dua hari didalam villa.
Disebelah nya juga terbaring Widya dengan menghadap ke sisi yang bertolah belakang
dengan Yenni. Jelas ia juga masih memikirkan hal aneh itu walaupun tadi ia mengatakan pada
Yenni sebaiknya mereka tidur saja. Kegelisahan pun menghantui benak mereka berdua. Jam
dinding dikamar mereka pun terasa berdetak dengan keras karena keheningan mereka dan
kesunyian malam. Detik demi detik mereka rasakan. Hingga akhirnya jam telah menunjukkan
hampir pukul 12. Padahal semalam ia tak sampai begadang hingga diatas jam 10.
Jam antik diruang tengah pun berbunyi 3 kali menandakan sudah tepat jam 12 tengah
malam. Suara itu pun lantas menghantui telinga kedua gadis itu karena mereka tak terbiasa
dengan jam yang seperti itu. Karena sunyi nya keadaan villa itu, suara kecil pun dapat merambat
hampir kesemua ruangan yang ada. Dengan memejamkan mata, Widya pun berbaring membalik
tubuhnya kearah Yenni.
“Yen, yeni. Elu udah tidur ya?” tanyanya dengan pelan.
“apaan? Gue belum tidur, ngga bisa tidur gara-gara masih kefikiran sama suara tadi,
apalagi suara jam barusan, ngga biasa banget gue dengernya” ujarnya dengan suara pelan pula.
“sama dong kalo gitu, gue juga ga biasa”
Masih diliputi kegelisahan walaupun mereka sudah mengantuk. Akhirnya mereka
mencoba menutupkan mata dan segera tidur. 10 menit pertama di hari ketiga sudah membuat
kedua gadis ini mulai terjaga. Namun tak lama suara aneh pun muncul dari balik jendela kamar
mereka. Seperti menggores kaca dengan kuku.
49
Yenni yang masih setengah terjaga pun terbangun dengan terkejut, kemudian ia
mendengarkan suara itu dengan seksama. Setelah mengetahui bahwa suara itu berasal balik
jendela, ia pun terus memperhatikan jendela yang ditutupi horden mermotif bolong-bolong
seperti jaring ikan kecil. Ditatapnya sambil menyipitkan kedua bola mata.
Seketika sosok wanita berjubah putih dengan rambut panjang dan sepasang bola mata
hitam legam menatap dirinya saat horden tiba-tiba bergerak membuat jendela itu terlihat dengan
jelas padahal angin dari luar tidak bisa masuk karena jendela sudah tertutup rapat.
Tak kuasa melihat sosok itu secara langsung, Yenni pun berteriak hingga membangunkan
Widya.
“aaaaaaa!” pekiknya hingga kamarnya bergetar karena suaranya yang begitu melengking.
Karena terkejut, Widya pun terbangun.
“elu kenape Yen? Berisik amat. Baru jug ague bisa tidur” gumamnya dengan sedikit
protes.
“huhuhu, dijendela tadi ada …”
“Ada apa? Kenapa lu nangis? Ayo cerita ama gue” ujar Widya menenangkan Yenni.
“Tadi ada suara aneh dijendela, trus gue bangun dan gue liatin terus tuh jendela. Tiba-tiba
hordennya terbang-terbang padahal ngga ada angin. Trus muncul perempuan rambut panjang
pake baju putih matanya hitam” jelasnya sambil mengusap mata.
“cup cup, gue emang kurang percaya, tapi kayanya elu beneran serius deh.” Ujarnya
sambil memeluk Yenni.
“Kalo gitu kita pindah kekamar lain aja yuk, mungkin kalo ditemani cowok lebih aman”
tambah Widya sambil mencoba member solusi.
“iya deh, ayo kita coba kekamar siapa gitu” jawab Yenni menyetujui saran Widya.
Beranjaklah mereka dari tempat tidur dan segera keluar kamar. Baru saja mereka keluar
dari kamarnya, tiba-tiba. “Daaar!” pintu kamar mereka terbanting dengan sendirinya. Karena tak
sempat berteriak lagi, mereka pun segera berlari didalam gelapnya villa karena lampu sudah
dimatikan sejak mereka kembali kekamar tadi. Mereka mencoba membangunkan Aqhil karena
kamar Aqhil lah yang terdekat dari kamar mereka. Diketuknya pintu Aqhil beberapa kali dan
beberapa kali pula mereka memanggil Aqhil. Namun tak juga ada respon balasan dari Aqhil.
Mungkin ia tengah pulas tidur sampai-sampai suara ketukan pintu dikamarnya pun tak ia dengar.
50
Karena sudah cukup lama berdiri mengetuk pintu kamar Aqhil, mereka pun berpindah
menuju kamar Robby yang terletak beberapa langkah dari kamar Aqhil. Dicobanya beberapa kali
memangil dan mengetuk pintu, namun hasilnya sama seperti mengetuk pintu Aqhil. Tak ada
balasan apapun dari dalam. Hasil usaha mereka hampir nihil. Sudah hampir mereka putus asa,
karena mereka juga berfikir bahwa jika mengetuk pintu Kevin pun akan sama saja hasilnya.
Namun karena tak mau kembali lagi kekamar mereka, Yenni dan Widya pun mencoba
menuju kamar Kevin yang terletak agak jauh dari kamar Robby. Kamar Kvin terletak didekat
tangga menuju lantai 2. Dengan harapan yang tinggi, mereka berharap Kevin akan terbangun dan
membukakan pintu untuk mereka. Langkahh-demi langkah mereka lalui untuk menuju tangga.
Akhirnya pintu yang berukuran cukup besar dari ruangan lainnya pun terlihat karena ruangan itu
merupakan kamar utama yang ada di villa.
Diketuknya beberapa kali menggunakan kepalan tangan kanan mereka berdua. Masih
beberapa detik, Kevin pun belum nenunjukkan bahwa ia telah terbangun. Sambil bersandar
dipintu kamar itu, pandangan mereka pun tertuju pada atas tangga tepatnya dilantai 2. Tampak
ada suara ketukan sepatu yang teratur datang mendekat menuju arah tangga. Menelan ludah
mereka pun menghela nafas tidak beraturan. Suara sepatu itu semakin terdengar jelas dan
mendekat. Serasa suara itu hampir sampai ditangga, Kevin pun membuka pintu kamarnya.
Yenni dan Widya pun tanpa melanjutkan pendangannya kearah tangga langsung
menyambar masuk kekamar Kevin hingga Kevin agak terdorong kearah dalam. Segera Yenni
menutup pintu kamar. Dengan setengah mengantuk, Kevin pun bingung kenapa kedua gadis itu
datang kekamarnya malam-malam begini.
“Kalian kok kesini? Ada apa?” dengan menutup mulut karena sedang menguap ia
bingung dan memulai pembicaraan.
“gue takut vin, tadi dikamar gue ada sosok berbaju putih dekat jendela vin” jawab Yenni
dengan tergesa-gesa karena ia sudah tak tahan lagi ingin mengeluarkan ketakutannya pada Kevin
yang dari semalam tampak tak terlihat ketakutan dengan hal yang aneh di villa nya itu.
“iya vin, tadi juga pas kita masih didepan pintu elu, ada suara ketukan sepatu yang
mendekat kearah tangga, suaranya makin jelas…” tambah Widya dengan kecepatan bicara yang
tak kalah dari Yenni.
“Ha? apa iya? Trus kenapa jauh-jauh datang kekamar gue? Kan ada Aqhil?”
51
“Tadinya sih udah dicoba kekamar Aqhil sama Robby, tapi dua-duanya sama aja ngga
ada yang bukain pintu. Pulas banget mereka tidur, jadi harapan satu-satunya ya kesini deh”
dengan jelas Yenni memberitahu Kevin.
“Oh yaudah deh, jadi kalian mau tidur disini?” gumam Kevin.
“iya nih, kita ngga mau balik kekamar lagi, takut. Mendingan disini aja” gerutu Widya
karena merasa tak enak datang ke kamar cowok malam-malam begini. Begitu pula dengan
Yenni, namun karena ini darurat, mereka pun terpaksa melakukannya demi keselamatan mereka.
Dengan mengerti keadaan kedua gadis itu, Kevin sebagai cowok pun langsung
mengambil 1 bantal dan mengambil posisi tidur dibawah kasur. Sambil mengambil posisi yang
pas, ia pun menyuruh kedua gadis itu untuk segera tidur diatas.
“Yaudah, kalian tidur aja”
“Makasih ya vin, tapi ngga apa-apa elu tidur dibawah? Kan gue jadi ngga enak”
“iya gue juga vin, ngga apa-apa elu disitu?” tambah Widya karena segan kasihan karena
pemilik villa harus tidur dibawah.
“udah deh, cepetan tidur, tar hantunya datang lagi baru tau…” gumamnya karena sudah
ngantukk berat.
“Eh iya iya iya” jawab kedua gadis itu karena tak tahan lagi dengan godaan makhluk-
makhluk yang ada di villa itu.
Tampaknya mereka sangat terjaga tidur dikamar utama yang Kevin tempati. Sepertinya
para hantu itu tak berani mengganggu jika ada lelaki yang menemani mereka. Malam itu pun
berlalu dengan singkat. Tanpa ada gangguan lagi, mereka pun sampai terlelap hingga dapat
bermimpi. Padahal disaat-saat seperti itu orang yang tidur pun pasti tak sempat bermimpi.
***
Pagi yang cerah menyinari jendela kamar utama yang ditempati Kevin, Yenni dan Widya
karena menghadap ke ufuk timur. Tampak Aqhil dan Robby yang tertidur pulas tanpa ada
gangguan itu bangun dengan hati yang riang. Pas pula mereka serentak keluar dari kamarnya.
Karena haus, mereka pun menuju dapur dan membuat minuman. Sedikit berbincang, Robby pun
heran karena biasanya Aqhil yang bangun lebih lama dari keempat lainnya malah sepertinya
bangun lebih cepat.
52
“Eh, cewek-cewek sama Kevin pada kemana ya? Biasanya mereka yang duluan bangun”
“Ngga tau, kalo pacar gue sih pastinya udah bangun, mungkin lagi olahraga diluar
villa.kalo Kevin ama Yenni mah kaga tau gue” jawabnya dengan yakin.
“huh, pacar lu doang yang lu katain paling rajin, ayo kita coba keluar” sambil memegang
kopi putih mereka pun menuju keluar untuk mencari para gadis dan Kevin. Sampai keruang
tamu, mereka pun bingung karena pintu masih tertutup rapat. Melihat hal itu, mereka pun
mencoba menuju kamar para gadis. Berdirilah mereka didepan pintu kamar sambil mengopi dan
sesekali memanggil nama kedua gadis itu.
“sayang, yenni!” panggil Aqhil dari depan pintu.
“widya, yenni!” tambah Robby juga.
Sudah beberapa menit mereka menunggu keluarnya gadis-gadis dari dalam kamar.
“kok gak dijawab ya? Coba kita buka aja” jawab Aqhil member ide.
“ah, kalo mereka ngamuk gimana? Cewek yang baru bangun tidur itu tingkat kegarangan
nya naik 200 persen dari biasanya, bahkan lebih garang dari saat pms” ujar Robby seolah ia
mengetahui tentang cewek.
“Masa iya? Udah deh biar gue yang tanggung. Lagian kan kita Cuma niat bangunin
doang, masa kita udah asik ngopi, mereka malah masih ngebo?”
Dengan percaya diri Aqhil pun membuka pintu kamar para gadis dengan perlahan,
rupanya pintu itu tidak terkunci. Dengan senyum kearah wajah Robby, Aqhil pun membuka
lebar pintu itu. Rupanya para gadis sudah tak berada didalam kamar.
“Ih mereka kemana ya? Kok dikamar engga ada? Pintu keluar kan masih terkunci? Dan
kuncinya cuma Kevin yang punya? Karena pintu masih terkunci, Wah jangan jangan mereka ada
dikamar Kevin nih” duga Aqhil dan segera menuju kamar utama.
Dicobanya pintu itu ia buka dan rupanya tidak terkunci. Dibukanya dengan cepat dan
ternyata benar dugaan Aqhil, mereka tengah tidur dikamar utama milik Kevin. Segera mereka
masuk dan menggebuki Kevin dengan guling yang dipakai gadis-gadis.
“Woi! Enak bener lu tiduran ama cewek gue! Dua gadis pula! Bukan kaya gini caranya
ngerebut cewek gue! Lontar perkataan itu dari mulut Aqhil dengan cukup kuat.
“Parah lu vin!” tambah Robby yang ikut melihat gadis itu tidur bersama Kevin walaupun
Kevin tidak satu ranjang dengan mereka, tapi tetap saja itu tidak baik.
53
Kevin lantas terbangun dan hanya melongo kebingungan. Begitu juga dengan kedua
gadis itu, mereka terbangun dan segera memarahi kedua cowok yang asal ceplas-ceplos
menuduk penyelamat mereka dengan kasar.
“Eh kalian! Udah kita masih tidur, diganggu! Menilai orang dari luar! Asal nyerocos
lagi!” bentak Yenni karena tak suka dengan tingkah kedua cowok itu, lagipula Kevin tidak
berbuat apa-apa dengan mereka.
“Huh!” dengan ligat Widya memelintir kedua telinga cowok yang asal masuk kamar.
“kalian tahu ngga! Tadi malam itu kita nyamperin kamar kalian satu per satu karena takut
tidur dikamar kami! Soalnya semalam kita digangguin sama sosok misterius!” pertegas Yenni
dan Widya kepada kedua cowok itu.
“ih? Tadi malam kalian kekamar aku? Sial! Kenapa aku tidak membukakan pintu, kalau
tidak aku bisa tidur bareng dengan kalian” jawab Aqhil dengan spontan.
“iiiiiii fikiranmu jorok!!!!!” tambah lagi Yenni memelintir bagian telinga yang lain dari
Aqhil.
“eh bukan itu maksudnya!!!”
“ah bodo’ , kita ngga percaya sama omongan lu!” pertegas Yenni sekali lagi.
Akhirnya pagi itu diwarnai dengan kesalah-pahaman serta kegarangan dari cewek-cewek
yang tengah asik memelintir telinga kedua cowok itu. Sedangkan Kevin hanya mengkretekkan
tulang punggungnya yang agak sakit karena harus tidur dilantai.
***
Pagi itu pun berjalan dengan normal seperti biasanya, karena tidak adanya gangguan
sosok-sosok aneh. Ya tentu saja karena mereka akan terbakar jika terkena sinar matahari, jadi
mau tidak mau mereka harus pulang dulu kerumah masing-masing.
Mereka tampak menyusuri halaman belakang villa guna ingin mengetahui kondisi dan
keadaan sekitar, masa iya sudah 3 hari mereka disana namun tak mengenal lingkungan sekitar.
Banyak yang mereka temui disana, mulai dari burung-burung seperti jalak, pohon-pohon yang
beraneka ragam dan jalur yang sepertinya merupakan jalur darurat. Melihat letak jalur itu yang
agak sulit diketahui dan terbuat dari semen membentuk lorong panjang entah menuju kemana.
54
Tak ingin mengambil resiko, mereka hanya mengabaikannya dan melihat-lihat tempat lain yang
mungkin masih menyimpan benda-benda sejarah atau semacamnya.
Terlihat disana tumbuh pohon jambu air yang kokok menjulang tinggi, dengan buah yang
sangat banyak sudah berjatuhan disekitarnya. Melihat keatas, mereka seperti menemukan sumber
buah-buahan yang berlimpah.
“Sudah sejak keberangkatan kita ke tanah Jawa aku tak memakan buah” gumam Kevin
sambil melihat jambu-jambu diatas pohon yang berkilauan dimatanya.
“Tunggu apa lagi? Ayo panjat!” sahut Aqhil dengan penuh semangat.
Tampak mereka para lelaki memanjat dengan ligatnya, memetik jambu yang sudah
matang dan berwarna cerah. Tak butuh waktu lama untuk mereka memetiki tangkai-tangkai yang
ditumbuhi segerombolan jambu. Satu per satu dari mereka pun turun karena merasa sudah cukup
banyak mereka membawanya sampai-sampai tangkai itu digigitnya oleh Aqhil agar ia dapat
turun dengan kedua tangan yang bebas bergerak.
Disusul Robby dan Kevin mereka pun turun membawa jambu yang tak kalah banyaknya
dengan yang dibawa oleh Aqhil. Satu kantung besar pun hampir tak cukup untuk menampung
jambu yang mereka petik. Beberapa kali pun mereka mencicipi buah itu, dan ternyata isi
dalamnya sangat bagus dan tidak ada yang busuk, rasanya pun manis pula.
Mereka pun berkeliling beberapa meter menuju sisi samping villa. Tampak Aqhil
menemukan kotak kecil berwarna merah yang tertimbun tanah sebagian. Karena ia penasaran, ia
pun membuka isi kotak itu. Rupanya isinya adalah cincin emas dan permatanya adalah berlian
kecil. Dengan hati senang ia segera menyelipkan cincin itu disaku celananya untuk kenang-
kenangan barang cantik dari tanah Jawa itu. Ia hanya mengambil cincinnya saja, sedangka
kotaknya ia buang entah kemana, ia hanya melemparkannya jauh kearah semak-semak.
Ia pun tak menceritakan hal itu pada yang lainnya karena saat kejadian ia menemukan
cincin, tak ada seorangpun yang melihatnya. Hari pun sudah siang, saatnya untuk mereka pulang
dan menyiapkan hidangan. Tampak Aqhil sedikit terlambat dari yang lainnya. Aqhil pun berlari
menyusul teman-temannya yang sudah duluan menuju pintu belakang villa.
Beberapa langkah setelah Aqhil meninggalkan tempat penemuan cincinnya, sesosok
bayangan putih pun tampak memandangi Aqhil dari Balik pohon besar dekat kotak cincin itu ia
temukan. Keempat lainnya sudah berada didalam villa membantu para gadis untuk memasak
55
beberapa jenis sayuran. Wajar saja, karena villa itu agak jauh dari penjual daging, maka mereka
harus memasak apa saja yang dapat dimakan.
Melihat ada 2 buah pancingan yang kelihatannya masih bagus dipojokan dapur membuat
inisiatif Kevin dan Robby meningkat. Diambilnya pancingan itu dan berencana untuk
memancing disungai yang mereka kunjungi semalam. Karena hanya ada 2 pancingan, Aqhil pun
tak diajak oleh mereka berdua, lagipula lebih baik ada yang menjaga para gadis agar memiliki
teman yang cukup berani jikalau ada hal yang diinginkan datang menghampiri mereka.
Tanpa menggunakan mobil, Kevin dan Robby tengah santai berjalan diturunan jalan
berbatu menuju sungai yang jaraknya dapat ditempuh 10 menit dengan berjalan kaki. Mereka
tampak bersemangat karena berharap akan ada ikan yang tersangkut dikailnya untuk dijadikan
hidangan dimalam hari.
Jalanan berbatu itupun mereka turuni cengan cepat. Sudah 4 menit berlalu saat mereka
meninggalkan villa. Dan mereka sudah sampai dipedesaan yang terletak dibawah bukit. Segera
mereka mengikuti salah satu gang untuk dapat sampai kesungai. 10 menit pun berlalu dan
mereka sudah sampai ditepian sungai yang jernih itu.
Baru saja sampai ketepian sungai, mereka sudah tersenyum disambut banyaknya ikan
yang berenang ditengah sungai yang tak terlalu dalam itu. Terlihat jelas ikan-ikan yang berenang
karena jernihnya air disana.
Tampak mereka sedang menggali tanah dengan sepatah ranting untuk mencari umpan
yaitu cacing. Karena tanah pinggiran sungai cukup gembur, mudahlah mereka untuk menggali
tanah. Beberapa cacing pun telah mereka dapatkan dan mereka masukkan kedalam wadah.
Walaupun mereka tak paham benar dengan cara memancing, namun mereka pastinya tahu jika
pelampung sudah bergoyang dan serasa tali pancing tertarik-tarik maka saat itulah pancing harus
disentak tali pancing harus digulung.
Tampak Kevin tengah duduk diatas batu datar yang cukup besar dilindungi pohon
sehingga tak terkena teriknya sinar matahari. Ia tengah mengaitkan cacing dengan kailnya.
Dicobanya ia melemparkan kail ketengah sungai dimana ikan-ikan tampak berkumpul disana.
Tak disangka, rupanya ikan-ikan itu malah kabur karena terkejut dengan kedatangan kail milik
Kevin. Sedikit kecewa Kevin menggerutu.
“Uh, kok malah lari sih, udah dikasih makanan bukannya dimakan”
56
Ditunggunya lagi hingga beberapa saat. Dan akhirnya beberapa ikan pun mulai mendekat
kearah kailnya. Dan yup! Kailnya sudah digigit oleh salah satu ikan. Ya walaupun tidak terlalu
besar, tapi itu adalah ikan pertamanya. Itu patut disyukuri.
***
Mereka pun pulang dengan membawa 3 ikan yang agak kecil dan 1 ikan yang cukup
besar. Karena tak bisa memasak dengan bumbu yang ribet, mereka pun hanya menggoreng ikan
itu.
Malam pun tiba dan saatnya bagi mereka untuk menyantap hasil tangkapan Kevin dan
Robby. Tampak mereka sangat menikmati hasil buruan itu dengan lahap walaupun ikan itu
hanya digoreng.
Selepas itu mereka terlihat bersantai yang masing-masing dari mereka ada yang berada
didapur, ada yang di halaman depan dan juga ada yang diruang tengah.
Aqhil yang tengah bersama Yenni dan Widya digetarkan oleh suara berat lelaki dari balik
jendela. “Kembalikan cincin kekasihku!”
Terdengar jelas suara itu sampai membuat mereka panik. Dengan segera mereka berlari
keruang tengah dan menemui Robby. Namun Robby tak mendengar apa-apa, dan ia pun tampak
tak percaya dengan apa yang dikatakan ketiga temannya itu.
Kemudian sosok berbaju putih dengan mata hitam yang pernah dilihat Yenni mengintip
dari balik jendela. Membuat mereka berempat tercengang dan berhamburan.
***
Kevin yang tengah bersantai didepan villa pun digegerkan dengan melihat lelaki sekitar
berumur 50 tahunan yang berjalan menuju kearahnya sambil membawa kemoceng dan sapu
lantai. Tampak bingung Kevin dengan kedatangan lelaki tua itu, karena kenapa ia harus datang
dimalam hari dan bahkan ia sudah tahu kalau villa ini sedang ditempati. Kenapa dia ingin beres-
beres? Gumamnya dalam hati.
Semakin dekat lelaki tua itu dengan pintu villa. Kemudian ia menyapa Kevin.
“le, tak reseki sek yo omahe”
57
“oh nggeh pak, monggo” jawab Kevin dengan pelan.
Lelaki itu pun melewati Kevin dan segera masuk kedalam villa. Tak disangka, dibagian
kepala lelaki itu tertancap sebilah pisau yang bersimbah darah. Lantas Kevin langsung berlari
masuk menghampiri lelaki itu. Namun tak ia dapati didalam villa, seketika lelaki itu menghilang
begitu saja. Ia pun bertemu dengann keempat temanny yang katanya juga diperlihatkan oleh
sosok wanita berambut panjang dengan sepasang bola mata hitam.
Mendengar cerita itu, Mereka segera memutuskan untuk langsung bersistirahat. Segera
Kevin mengunci pintu villa dan kali ini ia menyuruh semua temannya untuk tidur dikamar
utama. Tampak kegelisahan mereka memuncak. Tak mau ambil pusing, mereka terlihat sangat
berusaha untuk segera tidur.
Akhirnya mereka dapat tertidur juga dengan cepat. Mungkin karena efek tidur bersama.
Namun tak sampai satu jam mereka tertidur, suara pekikan minta tolong pun membangunkan
mereka.
“Tolong akuuuu!!!!!”
Seketika mereka terbangun dengan mata tertuju pada pintu keluar kamar yang terdapat
sosok perempuan yang bermata hitam itu tengah menatapi kelima remaja itu dengan tajam. Ia
lantas sedikit-demi sedikit berubah menjadi sosok yang cantik dan muda.
Ya, tepatnya berubah menjadi sosok wanita cantik yang ada dipigura dekat gudang villa.
Tiba-tiba Kevin dirasuki oleh hantu itu.
58
Setelah villa selesai dibuat, sepasang kekasih yang baru saja bertunangan dan ingin
menikah setelah menginap beberapa hari di villa milik orang tua Kevin itu merasa sangat senang.
Mereka pun menyewa villa tersebut untuk 3 hari. Sepasang kekasih itu tengah asik menikmati
kebersamaannya menuju pernikahan yang mereka dambakan. Sudah bertahun-tahun mereka
tunangan dan hampirlah saatnya tiba untuk menikah. Tampak lelaki paruh baya yang tampan
tengah menyembunyikan kotak cincin yang akan digunakannya didalam saku nya untuk melamar
gadis tunangannya bernama Rachel. Ia menyembunyikan didalam sakunya agar tidak terlihat
bahwa ia akan memberikan cincin untuk melamar Rachel. Alasa itulah kenapa ia tak ingin
menyimpannya dikamar utama yang ditempati mereka.
Namun sayang, cincin ini diketahui beberapa komplotan preman yang tinggal tak jauh
dari villa. Karena penyewa villa itu hanya 2 orang, mereka pun tak takut untuk membobol villa
agar mendapat cincin ratusan juta itu. Mereka pun merencanakan pencurian cincin yang sangat
menggiurkan mereka itu. Villa itu masih terlihat agak berdebu, membuat orang tua Kevin harus
mempekerjakan salah satu warga disana untuk membersihkan villa mereka agar layak ditempati
oleh sepasang kekasih bahagia itu.
Brian kekasih Rachel tampak tak keberatan dengan kondisi villa yang agak sedikit
berdebu, dia pun mengizinkan utusan pembersih villa untuk sementara tinggal bersama mereka
dan melakukan tugasnya sebagai pembersih villa.
59
Tampak mereka tengah asik memasang pigura besar yang tergambarkan mereka berdua
saling merangkul dan dirangkul. Sang pembersih villa pun tak ingin ikut campur dan hanya
memenuhi tugasnya.
Malam pun tiba, dimana Brian rasa ia harus melamar kekasihnya itu malam ini juga.
Menunggu kekasihnya yang sedang membersihkan diri, ia pun sedikit berkeliling diluar
villa menyusuri setiap sudut villa. Terbayang dibenakknya untuk membeli villa itu suatu saat
nanti. Ia tampak tergiur dengan arsitektur bangunan dan lokasi yang sangat indah. Tibalah ia
didekat pohon besar dibelakang halaman vila itu. Sambil berkeliling melihat-lihat sekitar, ia pun
memperhatikan kotak berisi cincin yang dibawanya.
Tiba-tiba ia mendengar jeritan sang kekasih dari dalam. Segera Brian melangkahkan
kakinya dengan lebar. Karena begitu paniknya, ia pun tak sadar kalau ia telah menjatuhkan
cincin berharganya ketanah hitam yang basah sehingga suara jatuhnya kotak tidak terdengar dan
membuat kotak agak sedikit tenggelam.
Belum sampai kedalam villa, Brian sudah dihadang oleh salah satu perampok yang sudah
menjaga dari pintu belakang villa, karena pintu depan terlalu jauh dan masih dalam keadaan
terkunci. Dengan sedikit perlawanan, Brian memberontak menghajar perampok itu, namun
karena perampok itu membawa senjata tajam, ia pun sedikit kewalahan dan harus lebih banyak
mengindar dari tebasan pisau yang dibawa perampok itu.
Dengan ancang-ancang dan waktu yang tepat, perampok itu berhasil menusuk dada Brian
hingga Brian tumbang dengan mulut mengeluarkan darah dan mata yang terbuka.
***
Lelaki pembersih villa itu lantas segera menuju sumber suara dan mencoba
menyelamatkan Rachel, namun apa daya, lelaki itu langsung ditebas dengan ayunan pisau
panjang dibagian belakang kepalanya. Membuat histeris dan tak sanggup berbuat apa-apa.
Lantas perampok itu mengancam Rachel.
“Serahkan cincin berlian yang kau punya atau aku akan membunuhmu!”
Karena Rachel sudah mengerti bahasa Indonesia, ia pun segera menjawab dengan lugu
nya.
60
“cincin apa? Aku sama sekali tak membawa cincin ke villa ini!” teriaknya
“Jangan bohong! Kekasihmu membawa cincin berlian! Sekarang serahkan cincin itu!”
“tidak! Aku tidak tahu dimana cincin itu!”
“aaaah! Mati saja kau!”
Suara pisau merobek daging pun terdengar. Karena panik, para perampok itu membuang
mayat Rachel dekat lorong rahasia dibelakang villa, lain dengan Brian. Mereka membuangnya
bersama tukang pembersih villa yang masih tertancap dengan pisau jauh di semak-semak.
61
Melihat semua kenangan masa lalu villa ini yang sama sekali tak diketahui oleh orang
tuanya itu, Kevin tampak langsung menceritakan semua yang ia lihat saat dirasuki oleh sosok
yang ada di pigura itu. Dengan panjang lebar hingga detail ia menjelaskan semuanya pada
teman-temannya.
Lantas tanpa basa-basi mereka menyimpulkan bahwa sosok bernama Rachel itu ingin
mayatnya dikuburkan dengan layak. Segera mereka mencari cangkul dan skop yang mungkin
ada digudang. Ternyata memang ada, mereka segera membawa alat itu menuju lorong rahasia
yang ada dihalaman belakang villa.
Dengan mental yang cukup tertekan mereka beranikan diri untuk menyorotkan senter
kedalam lubang yang rupanya tak dalam itu. Tampak sosok Rachel yang hanya tinggal kerangka
itu masih utuh. 2 dari mereka, Kevin dan Robby pun lantas masuk kedalam lubang yang memang
hanya muat untuk 2 orang. Segera mereka mengangkat kerangka tubuh itu keatas dekat teman
lainnya berpijak.
Dikuburkannya kerangka itu didekat pohon besar tak jauh dari lubang itu. Segera mereka
juga mencari 2 kerangka sisa milik Brian dan pembersih villa yang berada disemak-semak. Tak
butuh waktu lama, mereka pun menemukan kerangka itu dan segera mengangkatnya kesamping
kuburan kerangka milik Rachel.
Karena sudah terlalu malam, mereka pun tak bersuara dan terus bergerak menggali dan
menguburkan kerangka itu disamping kuburan Rachel. Tampak sepertinya arwah mereka
berkumpul dan saling membentuk segitiga. Cahaya putih terang muncul dari balik awan dan
62
menyambar mereka. Seketika sosok mereka yang mengerikan berubah menjadi cantik dan
tampan. Tersenyum mereka melihat remaja yang telah menyelamatkan mereka dari perangkap
dunia.
Namun mereka kelihatan bingung, terutama Brian. Rupanya dia baru ingat bahwa kotak
cincinnya terjatuh didekat pohon. Namun ia tahu cincin itu telah ditemukan oleh Aqhil.
“Aku ingin cincinku dikembalikan” gumam Brian.
“oh maaf, jadi cincin itu milik anda?” dengan begitu Aqhil melembarkan cincin itu
kearah Brian karena ia sedikit takut. Namun Brian menangkap dengan baik dan langsung
melamar Rachel.
“Maukah engkau menjadi istriku? Tak usah dijawab, pakai saja cincin ini dan jawablah
ketika kita sudah sampai dialam selanjutnya” Tanya nya dengan tersenyum malu.
Tampak Rachel sangat senang dengan romasntisnya Brian. Dengan tersenyum mereka
mengucap.
“Terima kasih”
“iya”
“iya”
“tentu saja”
Jawab kelima remaja itu dengan senyum yang lebar pula karena terharu melihat sepasang
kekasih yang masih dapat mengungkapkan cintanya walaupun sudah tiada.
63