KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA PADI
DENGAN SISTEM JAJAR LEGOWO DI DESA
BODDIA KECAMATAN GALESONG
KABUPATEN TAKALAR
RAIS NUR
105960101311
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA PADI
DENGAN SISTEM JAJAR LEGOWO DI DESA
BODDIA KECAMATAN GALESONG
KABUPATEN TAKALAR
RAIS NUR
105960101311
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman padi (Oryza sativa) merupakan komoditas yang strategis di
Indonesia karena pada umumnya penggunaan beras sebagai bahan konsumsi
makanan pokok bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan pertumbuhan penduduk di
Indonesia yang terus pesat dengan cepat, maka akan berdampak pada kebutuhan
masyarakat terhadap pangan semakin besar juga salah satunya pada padi. Karena
masyarakat Indonesia sering menkonsumsi beras yang mengandung sumber
karbohidrat sangat besar yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.Padi dibudidayakan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat karena tanaman padi merupakan makanan
pokok masyarakat Indonesia sehingga pentingnya kemandirian petani untuk
meningkatkan hasil produksi tanaman padi melalui sistem tanam jajar legowo.
Kemandirian petani yaitu dimana seseorang mampu bertindak bebas
melakukan sesuatu atas dorongan sendiri tanpa bantuan orang lain, maupun
berpikir dan bertindak secara original/kreatif yang mampu menemukan hal-hal
yang baru. Petani yang mandiri juga mampu mengolah lahan pertaniannya dengan
sendirinya tanpa bantuan dari orang lain.
Kemandirian petani harus timbul dari keinginan petani itu sendiri. Penyuluh
pertanian hanya membantu mendampingi dan menjadi fasilitator dalam proses
petani tersebut menjadi mandiri sehingga petani mampu mengambil keputusan
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan para petani, mampu bertindak sesuai
dengan keadaan yang ada tanpa bantuan orang lain kemudian melaksanakan
2
sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri tanpa ada bantuan dari
orang lain. ( Syawal, 2001).
Tabel 1. Data produksi, luas panen dan produktivitas padi di Indonesia
No Tahun Produksi (Ton) Luas panen (Ha) Produktivitas (ton/ha)
1 2009 64.398.890 12.883.576 49,99
2 2010 66.469.394 13.213.450 50,15
3 2011 65.756.904 13.203.643 49,80
4 2012 69.056.126 13.445.524 51,36
5 2013 70.866.571 13.769.913 51,46
Sumber :Badan pusat statistik dan direktorat jendral tanaman pangan 2009-2013
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa terjadi kenaikan produksi padi
pada tahun 2013 sebesar 70,866.571 ton. Peningkatan produksi padi terjadi
disebabkan karena perluasan panen sebesar 13,769.913 ha, dan produktivitas padi
sebesar 51,46 ton/ha.
Sistem tanam secara konvensional hanya menghasilkan produksi padi 4,25
ton/ha sedangkan untuk sistem tanam dengan menggunakan jajar legowo
menghasilkan produksi padi 6,25 ton/ha. Menurut Pahruddin (2004), jajar legowo
merupakan perubahan teknologi jarak tanam padi yang dikembangkan dari sistem
tanam tegel yang telah berkembang di masyarakat. Istilah legowo diambil dari
Bahasa Jawa, Banyumas, terdiri atas kata lego dan dowo; lego berarti luas dan
dowo berarti memanjang. Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah
pemberian kondisi pada setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh
sebagai tanaman pinggir. Secara umum, tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih
3
tinggi daripada tanaman yang ada di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga
menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik karena persaingan tanaman antar
barisan dapat dikurangi. Penerapan cara tanam sistem legowo memiliki beberapa
kelebihan yaitu, sinar matahari dapat dimanfaatkan lebih banyak untuk proses
fotosintesis, pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman
menjadi lebih mudah dilakukan di dalam lorong-lorong. Selain itu, cara tanam
padi sistem legowo juga meningkatkan populasi tanaman.
Triny et al. (2004) mengemukakan bahwa dengan perbaikan teknologi
budidaya, penerapan sistem tanam berbeda dengan kebiasaan petani yang
biasanya digunakan menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm. Penerapan sistem
tanam jajar legowo diharapkan dapat meningkatkan produktivitas padi. hasil
penelitian sistem tanam jajar legowo 2 : 1 memberikan hasil gabah tertinggi
sebesar 6,25 ton per hektar, meningkat sebesar 18,1%. Penerapan sistem tanam
jajar legowo yaitu dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan teknik yang
benar diharapkan produktivitas padi meningkat melalui peningkatan populasi
tanaman, disamping itu efisiensi dan efektivitas pertanaman ditingkat petani dapat
tercapai.
Permasalahan yang sering terjadi di Desa Boddia Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar yaitu rendahnya produksi padi yang disebabkan petani belum
mengaplikasikan budidaya tanaman padi sesuai dengan anjuran pemerintah.
Masalah yang sering terjadi pada tanaman padi di daerah galesong yaitu serangan
hama penyakit dan gulma, kurangnya air irigasi, dan pemakaian pupuk kimia
secara terus-menurus sehingga menyebabkan tanah menjadi padat. Dengan adanya
4
terobosan teknologi dengan sistem tanam jajar legowo diharapkan dapat
meningkatkan produksi padi petani sehingga permasalahan yang dihadapi petani
dapat terantisipasi. Teknologi legowo merupakan rekayasa teknik tanam padi
dengan mengatur jarak antar rumpun dan antar barisan sehingga terjadi pemadatan
rumpun padi dalam barisan dan lebar jarak antar barisan diharapkan dapat
memudahkan dalam pemeliharaan seperti penyiangan, pemupukan, pengendalian
hama penyakit dan gulma serta pengairan lebih efisien sehingga permasalahan
yang dihadapi para petani dapat terealisasikan secara maksimal .
Langkah yang akan dicapai pada penelitian ini adalah Kemandirian petani
dalam budidaya tanaman padi dengan sistem tanam jajar legowo Di Desa Boddia
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Untuk mencapai kemandirian yang
dimaksud, sangat tergantung pada rencana tindak lanjut petani itu sendiri dalam
mengelolah dengan baik lahan pertaniannya. Sistem tanam jajar legowo mulai
diterapkan dua tahun terakhir oleh petani sejak adanya penyuluhan memberikan
informasi mengenai jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo ini yang
diperkenalkan penyuluh mampu merubah pola tanam yang biasanya dilakukan
para petani pada umumnya yang ada di desa boddia. Dengan diperkenalkannya
sistem tanam jajar legowo oleh penyuluhan pertanian, petani mengaplikasikan
sendiri sistem tanam jajar legowo tanpa didampingi penyuluh.
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai
“Kemandirian Petani Dalam Budidaya Padi Dengan Sistem Tanam Jajar
Legowo Di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar”.
1.2. Rumusan Masalah
5
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diataspermasalahannya
yaitubagaimana Kemandirian Petani dalam budidaya padi dengan sistem tanam
jajar legowo di Desa Boddia, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.
1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran petani dalam
kemandiriannya melakukan budidayapadi dengan sistem tanam jajar legowodi
Desa Boddia, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.
Adapun kegunaan penelitian ini yaitu bagaimana kemandirian petani
dalam budidaya padi dengan sistem tanam jajar legowo dan Sebagai bahan
referensi bagi peneliti selanjutnya terkait kemandirian petani dalam budidaya padi
dengan sistem tanam jajar legowo.
II. TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1. Pengertian Kemandirian
Kemandirian merupakan karakteristik dari kepribadian yang sehat (healthy
personality). Kemandirian individu tercermin dalam cara berpikir dan bertindak,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri, serta
menyesuaikan diri secara konstruktif dengan norma yang berlaku di
lingkungannya. ( Syamsu, 2008 ).
Kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang
untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk
kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan
bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan
mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Pengertian
mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta tanpa tergantung
pada orang lain. Mandiri adalah dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan
kehendak/keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna
menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan
sesamanya.
Petani yang mandiri dan tangguh adalah hal yang diinginkan sejak dahulu.
Keinginan tersebut yang menjadikan dasar bagi pengembangan suatu sistem
pendidikan pertanian untuk petani yang lazim disebut penyuluhan pertanian.
Dalam perjalanan waktu penyelenggaraan penyuluhan pertanian belum
dapatsepenuhnya direalisasikan oleh petani sehingga perlu mewujudkan pertanian
yang mempertahankan kemurniannya sebagai mitra petani untuk mengembangkan
kemampuan sesuai keinginan dan kesempatannya menuju kemandirian sebagai
7
subjek. Terdapat kesamaan pandangan dari beberapa teori yang mengemukakan
tentang ciri pemberdayaan dalam menciptakan kemandirian petani. Dari beberapa
teori yang dikemukakan tersebut, dapat kita ambil tiga ciri pemberdayaan yang
membedakannya dengan penyuluhan, yaitu otoritas, kemandirian danswadaya.
Dalam pemberdayaan masyarakat tani pelaku utama (petani) dan pelaku usaha
diupayakan untuk mempunyai otoritas, kemandirian dan keswadayaan dalam
menentukan jenis, volume dan sistem usahataninya serta kegiatan-kegiatan dalam
organisasi yang dibentuknya. Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa sebagian
besar petani yang ada sekarang telah dibentuk (bukan terbentuk) pada masa lalu
dan menjadi warisan untuk para penyuluh pertanian pada masa sekarang. Hal ini
menyebabkan masih banyak seorang petani yang tingkat kemandiriannya rendah
dan masih tergantung pada intervensi program pemerintah (Marsuki, 2001).
Petani yang mandiri adalah seorang petani yang mampu mengambil
keputusan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan para petani itu sendiri.
Kemampuan mengambil keputusan dalam setiap aspek kegiatan harus didukung
oleh kemampuan para anggota petani dalam pengelolaan komponen organisasi
yang ada. Kenyataan di lapangan masih banyak penyuluhan pertanian melihat
tugasnya sebagai orang yang meningkatkan kemampuan petani dalam mengambil
keputusan agar tujuan penyuluhan tercapai dengan memuaskan. Tetapi ada juga
penyuluh pertanian yang menginginkan agar petani dapat mengambil
keputusannya sendiri dalam rangka memperbaiki kehidupannya. (Deptan, 2007).
Kemandirian adalah sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan
perbuatan yang cenderung individual (mandiri), tanpa bantuan dan pertolongan
8
dari orang lain. Kemandirian identik dengan kedewasaan, berbuat sesuatu tidak
harus ditentukan atau diarahkan sepenuhnya oleh orang lain. kemandirian
diartikan sebagai kemampuan untuk tetap eksis atas dasar segala keterbatasan
yang menyertainya. Dalam kemandirian tercermin makna keberlanjutan dan
memiliki kemampuan untuk menjaga sumber daya alam. Kemandirian kelompok
tani erat kaitannya dengan prinsip dasar penyuluhan pertanian. Prinsip penyuluhan
pertanian adalah bekerja bersama sasaran (klien) bukan bekerja untuk sasaran.
Sasaran penyuluhan adalah kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda dan
dimulai dari apa yang diketahui dan dimiliki oleh sasaran. Dalam melaksanakan
pekerjaan harus berkoordinasi dengan organisasi pembangunan lainnya.
Selanjutnya, informasi yang disampaikan harus dua arah dan masyarakat harus
ikut dalam semua aspek kegiatan pendidikan dan penyuluhan tersebut.
Kemandirian petani adalah salah satu komponen yang mendasari penumbuhan
kelompok tani dan erat kaitanya dengan pemberdayaan kelompok tani,
kemandirian petani adalah kunci utama suksesnya pembangunan pertanian.
Ciri-ciri kemandirian menurut (Antonius, 2002) mengemukakan bahwa
ciri-ciri mandiri adalah sebagai berikut: 1). Percaya diri, 2). Mampu bekerja
sendiri, 3). Menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya, 4).
Menghargai waktu, 5). Tanggung jawab.
2.2 Pengertian Petani
9
Definisi petani seakan memiliki pengertian terbatas dalam orang yang
melakukan produksi pertanian menanam komuditas tani menjual ke pasar disisi
lain presfektif petani ternyata mengandung pengertian yang berbeda dan tingkah
laku baik sosiologi dan ekonomi yang berbeda. Petani adalah orang yang
melakukan kegiatan bercocok tanam hasil bumi atau memelihara ternak dengan
tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatannya itu. Petani sebagai
pengelola usahatani berarti ia harus mengambil berbagai keputusan di dalam
memanfaatkan lahan yang dimiliki untuk kesejahteraan hidup keluarga. petani
kecil tradisional ( Peaseant ) dan pengusaha pertanian ( farmers), peaseant dalam
hal ini tidak melakukan usaha pertanian dalam artian ekonomi maksudnya ia
bukanlah sebuah perusahan petanian melainkan merujuk pada rumah tangga
pertanian berbeda dengan hal farmers ia mengkombinasikan faktor-faktor
produksi untuk menuju laba sebagai suatu perusahan pertanian. jika dilihat dari
ciri-cirinya ( Rodjak, 2006 ).
Istilah “petani” dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan
pengertian dan defenisi yang beragam. Sosok petani ternyata mempunyai banyak
dimensi sehingga berbagai kalangan member pandangan sesuai dengan cirri-ciri
yang dominan. Moore mencatat tiga karakteristik petani, yaitu : subordinasi legal,
kekhususan cultural dan pemilikan de facto atas tanah. Wolf memberikan istilah
peasants untuk petani yang dicirikan: penduduk yang secara eksintensial terlibat
dalam cocok tana dan membuat keputusan otonom tentanng proses cocok tanam
(Lansberger et,al. 2004).
10
Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai
sebidang tanah pertanian, menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang
usahatani dan mengerjakan sendiri maupun dengan tenaga bayaran. Petani adalah
setiap orang baik laki-laki dan perempuan yang melakukan kegiatan mengolah
tanah untuk pertanian dan mengerjakannya dalam satu kesatuan rumah tangga
guna menghidupi diri sendiri dan keluarganya. Oleh karena itu dilahan tersebut
petani bekerja dan menghasilkan bahan pangan untuk dikonsumsi dan dijual ke
pasar.petani sangat tergantung kepada lahan pertanian yang dikerjakannya karena
tanah merupakan tempat atau wadah dalam proses pembudidayaan tanaman yang
sangat penting. Dalam konteks perkembangan bangsa-bangsa atau budaya
sebelum industri, kebanyakan petani mempraktekkan pertanian subsistem yang
kecil dengan sebuah pertanian organik sederhana, memanfaatkan rotasi tanaman,
memotong dan membakar. Selanjutnya, kehidupan petani selalu berhubungan dan
bahkan atau teknik lain untuk memaksimalkan efisiensi saat menemui kebutuhan
rumah tangga atau masyarakat, menggunakan teknik pekerja dilapangan yang
disebut buruh. Kemungkinan lain, satu yang merangsang metode-metode dengan
properti atau berlawanan secara ironis. Dari skala agribisnis mungkin menjadi
sebuah pertemuan petani organik untuk melihat konsumen di pasarlokal. Menurut
sejarah, satu penghidupan dalam cara ini diketahui seperti seorang petani.
Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah
pertanian. petani juga dapat dikatakan sebagai orang yang melakukan cocok
tanam dari lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk
memperoleh kehidupan dari kegiatan itu.
11
Status kepemilikan lahan petani dalam usahatani menjadi empat, yaitu :
a. Petani pemilik
Petani pemilik adalah petani yang memiliki tanah dan secara
langsung mengusahakan dan menggarapnya. Semua faktor-faktor produksi, baik
berupa tanah, peralatan, dan sarana produksi yang digunakan adalah milik
petani sendiri.
b. Petani penyewa
Petani penyewa adalah petani yang mengusahakan tanah orang lain, dengan
cara menyewa karena tidak memiliki tanah sendiri. Besarnya sewa
dapat berbentuk produksi fisik atau sejumlah uang yang sudah ditentukan
sebelum penggarapan dimulai. Dalam sistem sewa, resiko usaha tani hanya
ditanggung oleh penyewa. Pemilik tanah hanya menerima sewa tanahnya tanpa
dipengaruhi oleh resiko usaha taninya.
c. Petani penggarap
Petani penyakap adalah petani yang mengusahakan tanah orang lain dengan
sistem bagi hasil. Resiko usaha tani ditanggung bersama dengan pemilik tanah
dan penyakap dalam sistem bagi hasil. Besar bagi hasil tidak sama untuk setiap
daerah. Biasanya bagi hasil ini ditentukan oleh tradisi daerahnya masingmasing.
d. Buruh tani
Buruh tani adalah orang yang bekerja untuk sawah orang lain, yang nantinya
akan memperoleh upah dari pemilik sawah. Hidupnya sangat bergantung pada
pemilik sawah yang mempekerjakannya.
12
2.3 Budidaya Tanaman Padi
Padi termasuk jenis Oryza (Oriza sativa L.). padi merupakan salah satu
tanaman terpenting dalam peradaban manusia. Padi juga merupakan tanaman
berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian ini berasal dari dua benua yaitu
Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa
penanaman padi di Zhejiang (cina)sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir
padi dan gabah ditemukan di hastinapur uttar pradesh india sekitar 100-800 SM.
Selain cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah Bangladesh utara,
Burma, Thailand, Laos dan Vietnam (Anonim, 2013).
Padi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggi-
tingginya dengan kualitas sebaik mungkin. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai
harapan maka tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur. Tanaman yang
sehat ialah tanaman yang tidak mudah terserang oleh hama dan penyakit, tidak
mengalami difisiensi hara, baik unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar
maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan tanaman yang subur ialah yang
pertumbuhan dan perkembangannya tidak terhambat, entah oleh kondisi biji atau
kondisi lingkungan. Menanam padi dapat dilakukan di sawah dengan pengairan
sepanjang musim dan ada juga ditanam di tanah tegalan (tanah kering). Terdapat
beberapa teknik dalam melakukan budidaya tanaman padisalah satunya dengan
cara sistem tanam jajar legowo. Berdasarkan balai pengkajian teknologi pertanian
(2009) bahwa cara tanam jajar legowo 2:1 adalah cara berselang seling 2 baris dan
satu baris dan satu baris dikosongkan. Cara ini banyak telah banyak diterapkan
oleh petani karena memberikan beberapa keuntungan antara lain: (1). Semua
13
barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya member hasil
lebih tinggi (efek tanaman pinggir), (2). Jumlah rumpun padi meningkat sampai
33% ha, (3). Meningkatkan produktivitas padi 12-22%, (4). Pengendalian hama,
penyakit dan gulma lebih mudah, (5). Terdapat ruang kosong untuk pengaturan
air, pengumpulan keong mas untuk mina padi, (6). Penggunaan pupuk lebih
efisien, (7). Dapat meningkatkan pendapatan usaha tani sampai 30-50%
Padi merupakan tanaman yang cocok ditanam di lahan tergenang, akan
tetapi padi juga baik ditanam di lahan tanpa genangan, asal kebutuhan airnya
tercukupi. Oleh karena itu, padi dapat tumbuh baik di daerah tropis maupun
subtropis dengan dua jenis lahan utama, yaitu lahan basah (sawah) dan lahan
kering (ladang).
Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu
tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya satu
kali berproduksi dan setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman padi
berakar serabut, batang yang beruas-ruas dengan tinggi 1-1,5 m tergantung pada
jenisnya. Ruas batang padi berongga dan bulat, diantara ruas batang padi terdapat
buku, pada tiap- tiap buku terdapat sehelai daun. Bunga padi merupakan bunga
telanjang dan berkelamin dua, bentuk bulir padi panjang dan ramping.
(Anonim, 2008).
iklim merupakan faktor penting untuk pertumbuhan tanaman padi.
Tanaman padi tumbuh baik di daerah berhawa panas dan tempatnya terbuka serta
banyak sinar matahari, terutama padi pada masa berbunga. Temperatur optimum
untuk pertumbuhan dan perkembangannya adalah antara 20-30 C. padi
14
memerlukan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan atau lebih. Curah hujan yang
cocok untuk padi bisa tumbuh dengan baik adalah 1500-2000 mm/tahun. Tanah
yang baik untuk tanaman padi sawah adalah berstruktur lemah dan mengandung
liat. Tanah lapisan atas antara 15-30 cm harus merupakan lumpur yaitu suatu
struktur butir tanah yang serba sama dan dapat menahan air (AAK, 2003).
Adapun tahapan dalam budidaya khususnya padi sawah maka tahapan-
tahapan dalam penanaman padi harus dilakukan dengan baik. Tahapan-tahapan
tersebut yaitu :
1. Persiapan Bibit
Kebutuhan benih untuk lahan per ha yaitu 25 – 30 kg/ha. Bibit yang
dijadikan sebagai benih termasuk faktor penentu keberhasilan pembudiyaan
tanaman, penggunaan bibit yang bermutu tinggi akan dapat mengurangi resiko
kegagalan usahatani (Sutopo, 2004). Dalam memproduksi bibit, perlu
diperhatikan kualitas bibit antara lain kemurnian, daya kecambah, kotoran, bebas
dari hama dan penyakit, serta kadar air.
2. Persemaian
Persemaian harus terlebih dahulu dilakukan sebelum tanaman padi ditanam.
Penyemaian dilakukan setelah benih mengalami proses perendaman dan
pemeraman selama masing-masing 48 jam. Perendaman bertujuan untuk
mendapatkan bibit yang baik dan gabah yang menyerap air yang cukup untuk
kepeluan perkecambahan. Pemeraman bertujuan agar bibit dapat berkecambah.
15
Bibit yang sudah berkecambah kemudian disebar di atas lahan persemaian yang
sebelumnya telah dipupuk dengan pupuk kandang dan disemprot dengan
insektisida sebanyak dua kali. Umur bibit yang ditanam pada teknologi sistem
tanam legowo ini adalah sekitar 10-15 hari. Hal ini memungkinkan bagi tanaman
untuk tumbuh lebih baik dengan jumlah anakan cenderung lebih banayak.
Perakaran bibit berumur<15 hari lebih cepat beradaptasi dan lebih cepat pulih dan
stress akibat dipindahkan dari persemaian kelahan pertanaman, apalagi pada
kondisi tanah macak-macak dengan irigasi berselang dan diberi pupuk organik.
(Sutopo, 2004).
3. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk mempersiapkan lahan bagi
pertumbuhan tanaman dengan cara memperbaiki tekstur tanah untuk menciptakan
kondisi tanah yang yang siap tanam. Tujuan dari pengolahan tanah yaitu untuk
mempermudah atau memepercepat siklus udara dalam tanah. Pengolahan tanah
dapat dilakukan dengan cara dibajak atau dicangkul. Pengolahan tanah dapat
mematikan gulma yang kemudian akan membusuk menjadi humus dan aerasi
tanah menjadi lebih baik.
4. Penanaman
Pekerjaan penanaman didahului dengan pekerjaan pencabutan bibit di
pesemaian.Bibit yang akan dicabut adalah bibit yang sudah berumur 10-15hari
(tergantung jenisnya), berdaun 5-7 helai. Sebelum pesemaian 2 atau 3 hari tanah
digenangi air agar tanah menjadi lunak dan memudahkan pencabutan. Caranya, 5-
16
10 batang bibit kita pegang menjadi satu kemudian ditarik ke arah badan kita,
usahakan batangnya jangan sampai putus. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain:a)
Umurnya tidak lebih dari 15 hari, b). Tingginya kurang lebih 25 cm. d). Berdaun
5-7 helai, e). Batangnya besar dan kuat, f). Bebas dari hama dan penyakit.
Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan besar untuk
memudahkan pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut harus segera ditanam,
jangan sampai bermalam. Penanaman padi yang baik harus menggunakan larikan
ke kanan dan ke kiri dengan jarak 25 x 25 cm, hal ini untuk memudahkan
pemeliharaan, baik penyiangan atau pemupukan dan memungkinkan setiap
tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup dan zat-zat makanan secara
merata. Dengan berjalan mundur tangan kiri memegang bibit, tangan kanan
menanam, tiap lubang 2 atau 3 batang bibit, dalamnya kira-kira3 atau 4 cm.
Usahakan penanaman tegak lurus jangan sampai miring. Usahakan penanaman
bibit tidak terlalu dalam ataupun terlalu dangkal. Bibit yang ditanam terlalu dalam
akan menghambat pertumbuhan akar dan anakannya sedikit. Bibit yang ditanam
terlalu dangkal akan menyebabkan mudah reba atau hanyut oleh aliran air.
Dengan demiikian jelas bahwa penanaman bibit yang terlalu dalam maupun
terlalu dangkal akan berpengaruh pada hasil produksi. (Anonim, 2013)
5. Pemeliharaan
Setelah penanaman, tanaman padi perlu diperhatikan secara cermat dan
rutin. Pemeliharaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk merawat dan
memberikan perlakuan terhadap suatu tanaman, Pemeliharaan terhadap tanaman
padi sangat mempengaruhi terhadap produksi dan produktivitas tanaman padi,
17
pemeliharaan yang efisien dan efektif sangat bergantung pada tingkat pengetahuan
petani dalam memelihara tanaman padi tersebut. Pemeliharaan padi antara lain
meliputi :
A. Pengairan
Air merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi sawah. Saat
pengairan tanaman padi di sawah dalamnya air harus diperhatikan dan disesuaikan
dengan umur tanaman. Tujuan pengairan yaitu untuk memenuhi kebutuhan air
yang diperlukan tanaman dalam proses metabolisme sehingga pertumbuhan dan
perkembangan tanaman menjadi optimal.
B. Penyulaman dan penyiangan
Penyulaman bertujuan agar populasi tanaman per satuan luas tanam tidak
berkurang dengan mengganti rumpun-rumpun yang mati dan dilakukan 5-7 hari
setelah tanam, Penyiangan dilakukan agar tanaman utama bebas dari gulma.
Penyiangan biasanya dilakukan dua kali. Penyiangan pertama dilakukan setelah
padi berumur 3 minggu dan yang kedua dilakukan setelah padi berumur 6
minggu.Penyiangan tidak hanya dilakukan dengan mencabut gulma saja
melainkan sekaligus menggemburkan tanah agar akar tanaman dapat berkembang
dengan baik.
C. Pemupukan
pemupukan dasar berupa pupuk Urea sebanyak 1/3 dosis/ha, sedangkan
pupuk TSP dan KCl diberikan seluruh dosis. Jadi bila dalam satu hektar sawah
akan dipupuk dengan dosis 300 kg Urea, 100 kg TSP, dan 100 kg KCl maka
18
pupuk dasar yang diberikan 100 kg Urea, 100 kg TSP, dan 100 kg KCl.
Pemupukan dilakukan dengan cara tabur. Orang yang melakukan pemupukan
berada padabarisan kosong di antara 2 barisan legowo. Pupukditabur ke kiri dan
ke kanan dengan merata,sehingga 1 kali jalan dapat melalukan pemupukan2
barisan legowo. Khusus cara pemupukan padalegowo 2 : 1 boleh dengan cara
ditabur ditengah alur dalam barisan legowonya (Nurul,2008).
Pemupukan untuk tanaman padi perlu diberikan dalam jenis dan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga tanaman dapat menyerap unsur hara
dalam tanah sesuai dengan kebutuhan suatu tanaman dan untuk mengetahu tingkat
kesuburan tanah yang didapatkan melalui uji tanah. Penetapan dosis pupuk
berdasar uji tanah membutuhkan data status N,P,dan K tanah yang ditetapkan
sebelum mulai tanam.Pemupukan disesuaikan dengan rekomendasi hasil uji tanah
pada lahan becocok tanam dan hasil penelitian varietas padi yang akan digunakan.
Tanaman tumbuh membutuhkan karbondioksida, mineral-mineral, air dan cahaya
matahari. Pertumbuhan yang baik diperlukan hara tanaman tersebut terus menerus
dan mencukupi.
Beberapa unsur hara diserap oleh tanaman dalam jumlah yang besar dan
disebut sebagai unsur makro. Termasuk didalam unsur makro merupakan unsur
hara yang banyak dibutuhkan tanaman adalah nitrogen (N), phospor (P), kalium
K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S). Suatu ciri dari unsur hara
makro yaitu apabila tersedianya sangat kurang akan menunjukkan gejala kelapran
dan menurunkan hasil, sedangkan dalam keadaan berlebihan tidak akan meracun
tanaman atau mengurangi hasil. Makanan atau unsur hara tanaman C, H dan O
19
diperoleh dari udara, sedangkan N, P, K, Ca, Mg, dan S serta unsur hara mikro
lainnya diperoleh dari tanah. Aktivitas produksi pertanian intensif pada suatu
bidang tanah tertentu telah mengakibatkan penurunan kandungan hara pada tanah
yang bersangkutan. Untuk mendukung produksi pertanian yang relatif tetap tinggi
dibutuhkan penambahan hara tersebut melalui “pemupukan”. Pemupukan
merupakan upaya penambahan kekurangan hara tanah dalam jumlah, waktu dan
cara yang tepat.
Memahami pemupukan bagi tanaman padi harus mengetahui umur tanaman
padi terlebih dahulu sehingga tanaman tidak kelebihan dosis pupuk, kelbihan
dosis suatu tanaman dapat mempengaruhi produksi dan produktivitas tanaman
padi. Beberapa tahap pemberian pupuk sebagai berikut:
1. Pupuk dasar
Dosis pupuk yang digunakan pada pemupukan dasar yaitu 100 kg Urea, 50
kg Kcl. Sewaktu bibit pindah tanam, bibit perlu waktu sekitar 8-12 hari setelah
tanaman atau rata-rata 10 hst untuk dapat memperkokoh perakaran. Saat inilah,
sebaiknya pemupukan pertama dilakukan. Sebab pada saat itu daun dan akar
tanaman padi sudah mulai berkembang, dengan demikian akan maksimal
menyerap unsur hara.Jangan diberikan pada waktu 0-5 hst, sebab daun dan akar
tanaman padi belum berkembang dan masih dalam kondisi stres, artinya akar
belum siap menerima pupuk. Bila kita berikan akan sia-sia, apalagi kita berikan
pupuk urea dalam jumlah yang tinggi. Sebab pupuk urea mudah menguap dan
bersifat higroskopis. Pada waktu pemberian sebaiknya memperhatikan kondisi air
(Maharani et, al. 2013).
20
2. Pupuk susulan kedua
Dosis pupuk yang digunakan untuk pupuk susulan pertama yaitu 100
kg/haDiberikan sekitar pekan ke tiga atau sekitar 21-25 hstditandai setelah para
petani melakukan pengoyosan, saat inilah pemupukan dilakukan. Sewaktu
pengoyosan dilakukan maka akar tanaman padi akan putus. Dengan putusnya
akar, tanaman akan membentuk anakan baru. Pada kondisi ini seperti ini,
tanaman dapat maksimal penyerap unsur hara yang diberikan. Dengan demikian,
tanaman padi akan menghasilkan jumlah anakan yang maksimal ke
depannya.(Maharani et, al. 2013).
3. Pupuk susulan ketiga
Dosis pupuk yang diberikan yaitu Urea 75 kg/ha, Kcl 75 kg. Diberikan
sekitar umur tanaman mencapai pekan ke lima atau sekitar 30-40 hst. Masa ini
adalah peralihan dari fase vegetatif ke generatif. Dalam kondisi ini tanaman
sedang membutuhkan nutrisi yang tinggi. Hal ini ditandai dengan keluarnya daun
bendera atau padi bunting, artinya malai padi akan segera keluar. Pada umur
tersebut adalah saat yang tepat pemupukan tahap ke-3 diberikan. Dengan
demikian, tanaman padi akan menghasilkan malai yang optimal. (Maharani et, al.
2013).
D. Pengendalian hama dan penyakit
Pada pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan alat semprot
atau handsprayer, posisi orang berada pada barisan kosong di antara 2 barisan
legowo. Penyemprotan diarahkan ke kiri dan ke kanan dengan merata, sehingga 1
kali jalan dapat melakukan penyemprotan 2 barisan legowo.
21
Tanaman padi sering dirugikan karena adanya gangguan hama dan penyakit.
Hama yang sering menyerang tanaman padi adalah wereng, penggerek batang,
walang sangit, ulat grayak, kepik hijau, tikus sawah, dan burung. Penyakit yang
sering menyerang tanaman padi adalah penyakit yang umumnya disebabkan oleh
jamur, bakteri, virus, dan nematoda. Pengendalian hama dan penyakit dapat
dilakukan dengan menerapkan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu.
Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara penggunaan varietas unggul yang
tahan terhadap hama dan penyakit, melakukan penanaman serempak, melakukan
pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan pestisida yang efektif dan
bijaksana. ( Sembel, 2012 )
6. Panen
Panen merupakan tahapan akhir penanaman padi sawah. Waktu panen
berpengaruh terhadap jumlah produksi, mutu gabah dan mutu beras yang akan
dihasilkan. Proses pemasakan butir padi ada empat stadia yaitu stadia masak susu,
stadia masak kuning, stadia masak penuh, stadia masak mati. Panen dapat
dilakukan pada stadia masak kuning yaitu pada saat butir padi 95% telah
menguning atau sekitar 33-36 hari setelah berbunga dan bagian bawah malai
masih terdapat sedikit gabah hijau. (AAK, 2003).
Panen dapat dilakukan dengan menggunakan sabit. Caranya dengan
memotong batang kira-kira 20 cm di atas permukaan tanah. Setelah panen,
selanjutnya gabah dirontokkan. Perontokan dapat dilakukan dengan cara manual
maupun dengan menggunakan alat. Cara manual, gabah dipukul atau
dihempaskan pada bambu atau kayu. Alat perontok yang dapat digunakan antara
22
lain pedal d`an power thresher. Pembersihan dilakukan setelah gabah
dirontokkan. Pembersihan dimaksudkan untuk menghilangkan benda asing, butir
hampa, dan kotoran lainnya. Cara yang biasa digunakan adalah menggunakan
ayak atau menampih (AAK, 2003).
2.4 Sistem Tanam Jajar Legowo
Upaya pencapaian target program Peningkatan Produksi Beras Nasional
(P2BN) pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian melalui Badan
Pengembangan dan Penelitian telah banyak mengeluarkan rekomendasi untuk
diaplikasikan oleh petani. Salah satu rekomendasi ini adalah penerapan sistem
tanam yang benar dan baik melalui pengaturan jarak tanam yang dikenal dengan
sistem tanam jajar legowo.
Melaksanakan usaha tanam padi ada bebarapa hal yang menjadi tantangan
salah satunya yaitu bagaimana upaya ataupun cara yang harus dilakukan untuk
mendapatkan hasil produksi padi yang tinggi. Namun untuk mewujudkan upaya
tersebut masih terkendala karena jika diperhatikan masih banyak petani yang
belum mau melaksanakan anjuran sepenuhnya. Sebagai contoh dalam hal sistem
tanam masih banyak petani yang bertanam tanpa jarak tanam yang beraturan.
Padahal dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar dalam
hal ini adalah sistem tanam jajar legowo maka akan diperoleh efisiensi dan
efektifitas pertanaman serta memudahkan tindakan kelanjutannya.
Sistem tanam legowo merupakan sistem tanam tandur jajar dimana
diantaranya barisan tanaman padi terdapat lorong kosong yang lebih lebar dan
memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi. Bagaimanapun juga upaya untuk
23
meningkatkan hasil panen padi per satuan luas, juga harus diiringi dengan
keberlanjutan teknologi yang dikenal serta bergantung pada faktor-faktor yang
mempengaruhi adopsi teknologi pada petani. Oleh karena itu, sangat penting
untuk dimengerti model dan peran dalam mempengaruhi putusan petani dalam
menerapkan teknologi budidaya padi dengan sistem tanam legowo agar dapat
meningkatkan pendapatan dan tingkat efisiensi ekonomi para petani lebih baik
untuk menunjang kehidupannya.
Tanam jajar legowo merupakan rekayasa teknologi yang ditunjukkan untuk
memperbaiki produktivitas usahatani padi. Teknik ini merupakan perubahan dari
teknik jajar tanam simestri (tandur jajar) menjadi tanam jajar “legowo”.
Lego artinya luas, dan dowo artinya memanjang, diantara kelompok barisan
tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan.
Teknologi legowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak
tanam antar rumpun dan antar barisan sehingga terjadi pemadapatan rumpum padi
dalam barisan dan melebar jarak antar barisan sehingga seolah-olah rumpung padi
berada dibarisan pinggir dari pertanaman yang memperoleh manfaat border effect
(Nazam, 2007).
Salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan petani dari usahatani lahan
sawah yang nilai produktivitasnya sudah mencapai optimal adalah dengan
rekayasa teknologi system tanam legowo. Inovasi teknologi untuk meningkatkan
produksi padi terus dilakukan untuk mendapatkan paket teknologi yang spesifik
diantaranya dengan sistem tanam legowo 2:1. Berdasarkan hasil penelitian
terbukti dapat meningkatkan produksi padi. Paket teknologi yang sudah dihasilkan
24
ini tidak sepenuhnya diterapkan oleh petani, seperti pemupukan berimbang,
karena sangat tergantung pada kemanpuan ekonomi, tetapi kalau komponen
teknologi tersebut tidak memerlukan tambahan dana dan memberikan dana
tambah, cepat diadopsi dan berkembang, (Ratna dan Wahyuni 2002).
Rekayasa teknik tanam padi dengan cara tanam jajar legowo 2:1,
berdasarkan hasil penilitian terbukti dapat meningkatkan produksi padi sebesar
12-22%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas rata-rata padi dengan
cara tanam legowo 2:1 dapat mencapai 5,36 t/ha atau meningkat 8,7% dibanding
produksi padi dengan tandur jajar biasa (jajar tegel), yaitu 4,93 t/ha. Pada
pengkajian minapadi legowo, produktivitas padi dengan cara tanam jajar legowo
2:1 tidak menurunkan produktivitas padi di banding produktivitas padi tahun
sebelumnya dan masih lebih tinggi dibanding dengan cara tanam jajar biasa
(Daniel,2007).
Jajar legowo (2 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua baris tanaman
diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman
antar baris sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah setengah kali jarak
tanam antar barisan. Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 :
1) adalah 20 cm (antar barisan) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan
kosong). Dengan sistem jajar legowo (2 : 1) seluruh tanaman dikondisikan seolah-
olah menjadi tanaman pinggir.
Modifikasi jarak tanam pada cara tanam legowo bisa dilakukan dengan
berbagai pertimbangan. Secara umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20 cm dan
bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi
25
yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam untuk padi yang
sejenis dengan varietasIR-64, seperti varietas Ciherang cukup dengan jarak 20cm,
sedangkan untuk varietas padi yang punyapenampilan lebih lebat dan tinggi perlu
diberi jaraktanam yang lebih lebar misalnya antara 22,5 - 25 cm.Kelebihan
varietas Ciherang yaitu memiliki anakan produktif terbanyak karena tahan
terhadap penyakit hawar daun dan serangan wereng, menghasilkan beras yang
pulen dan enak, umurnya relatif singkat, malai yang banyak serta bulirnya yang
banyak pula sedangkan kelemahannya yaitu belum mempunyai gen ketahanan
lestari sehingga masih mudah terserang hama wereng. (Puji,2010).
Demikian juga pada tanah yang kurang suburcukup digunakan jarak tanam
20 cm, sedangkan padatanah yang lebih subur perlu diberi jarak tanam yanglebih
lebar misalnya 22,5 cm atau pada tanah yangsangat subur jarak tanamnya 25 cm.
Pemilihan ukuranjarak tanam bertujuan agar mendapat hasil yang optimal.
Tipe sistem tanam jajar legowo (2 : 1) dipilih sebagai anjuran kepada petani
untuk diterapkan dalam rangka peningkatan produksi padi karena berdasarkan
hasil penilitian yang telah dilakukan dengan melihat serta mempertimbangkan
tingkat efisiensi dan efektifitas biaya produksi dalam penggunaan pupuk dan
benih serta pengaruhnya terhadap hasil produksi tanaman padi.
Disamping itu sistem jajar legowo yang memberikan ruang yang luas
(lorong) sangat cocok untuk dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan
(minapadi legowo). Implementasi sistem tanam tanam jajar legowo dalam
usahatani minapadi memberikan beberapa keuntungan antara lain: terdapat uang
terbuka sampai 50% diantara baris tanamam padi berumur menjelang panen.
26
Usahatani minapadi dengan menggunakan sistem jajar legowo 2 baris tersedia
waktu pemeliharaan yang lebih lama (60 - 95 hari) sebaliknya pada cara tanam
sistem tegal (tandur jajar) hanya dapat dipelihara sampai umur 45 hari setelah
tanam padi karena pada saat itu kanopi tanaman padi sudah menutup rapat seluruh
permukaan tanah sehingga ikan tidak leluasa lagi bergerak (Anonim, 2008).
Selain itu sistem tanam tersebut juga memanipulasi lokasi tanaman sehingga
seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak.
Seperti kita ketahui tanaman padi yang berada dipinggir akan menghasilkan
produksi lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik hal ini disebabkan karena
tanaman tepi akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak.
2.5Kerangka Pikir
Pencapaian kemandirian petani dalam budidaya padi ditentukan beberapa
faktor, dan faktor yang utama adalah sumberdaya manusia petani itu sendiri.
Selain faktor utama tersebut yang tak kala pentingnya adalah informasi inovasi
teknologi di bidang pertanian secara umum. Sumber informasi utama diharapkan
diperoleh dari penyuluh pertanian yang merupakan komunikasi langsung,
pelatihan, demplot,brosur, kemudian media massa elektronik, maupun cetak.
Selain itu didalam kerangka pikir ini akan dibahas tentang bagaimana
kemandirian petanidalam melaksanakan atau mengaplikasikan dalam hal
membudidayakan tanaman padi, baik itu dari tahapan persiapan benih,
persemaian, pengolahan tanah dan pemupukan dasar, penanamanpadi,
pemeliharan tanaman dan yang terakhir panen. Untuk lebih jelasnyadapat dilihat
pada bagan kerangka pikir gambar 1 dibawah ini.
27
KERANGKA PIKIR
Gambar 1. Kerangka pikir kemandirian petani dalam budidaya padi dengan sistem
tanam jajar legowo Di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar
Budidaya tanaman padi
Peningkatan kemandirian petani
dengan sistem tanam jajar legowo
budidaya padi
Sistem tanam jajar legowo
tipe 2 : 1
Kemandirian petani
Persiapan bibit
Persemaian
Pengolahan Tanah
Penanaman Pemeliharaan
Pemupukan
Panen
28
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Boddia Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar, Penetapan lokasi penelitian dengan mempertimbangkan
bahwa Desa Boddia merupakan salah satu daerah sentra produksi padi sawah.
Waktu penelitian dilakukan bulan juli sampai september 2015.
3.2Teknik Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini seluruh petani padi yang ada di Desa Boddia
yang terdiri dari 126 orang yang menggunakan sistem jajar legowo, yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 15% dari populasi atau 18 orang
yang diambil secara metode acak sederhana (random sampling) teknik
pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomor urut yang telah ditentukan(Sugiyono, 2010).
3.3 Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif :
a. Data kualitatif adalah data yang diperoleh dari kelompok tani dalam bentuk
informasi baik lisan maupun tertulis, yang menggambarkan situasi langsung
dalam pengembangan usaha tani padi.
29
b. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari instansi pemerintah dalam
bentuk angka-angka, seperti data kelompok tani
2. Sumber Data
Sumber data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder:
a. Data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan dari responden. Data ini
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung dengan responden
melalui daftar pertanyaan ( kuesioner).
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi.
Periode waktu data ini berupa laporan data misalnya data produksi, laporan,
catatan yang ada kaitannya dengan penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
cara:
1. Observasi yaitu, pengambilan data yang dilakukan melalui pengamatan
langsung pada petani padi di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar.
2. Wawancara yaitu, pengambilan data yang dilakukan melalui interview
langsung dengan setiap petani yang ada di Desa Boddia Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar. Untuk memudahkan dalam proses interview
digunakan kuesioner/daftar pertanyaan yang diberikan kepada setiap petani.
3. Dokumentasi yaitu, teknik ini dilakukan melalui pencacatan data yang
diperlukan baik dari responden maupun dari instansi terkait yang ada
hubungannya dengan penelitian ini.
30
3.5. Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk menjadi permasalahan penelitian adalah
dengan analisis deskriptif kuantitatif, yaitu dapat diartikan sebagai pemilihan
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan
subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain – lain) yang
telah berlangsung pada saat penelitian untuk memeriksa sebab-sebab dari suatu
gejala yang diteliti serta dikumpulkan berupa kata-kata, gambar. Data tersebut
berasal dari responden, catatan lapangan, dokumen pribadi, observasi dan
dokumen resmi lainnya.
Tiap variabel yang diukur terdiri dari tiga pilihan jawaban yang masing-
masing bernilai skor 3 bila menjawab ya, skor 2 jika kadang-kadang, dan skor 1
bila tidak pernah, selanjutnya digunakan rumus interval masing-masing kriteria.
Jawaban responden tersebut akan akan dikategorikan kedalam beberapa katerogi
menurut alternatif jawaban. Kategori variabel tersebut akan ditentukan dengan
skala interval dengan rumus sebagai berikut ( Sugiyono, 2005 ).
Jawaban responden masing-masing variable dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Skor untuk kategori Tinggi : 2,34 – 3,00
2. Skor untuk kategori Sedang : 1,67 – 2,33
3. Skor untuk kategori Rendah: 1,00 – 1,66
31
3.6. Definisi Operasional
1. Kemandirian petani adalah suatu perilaku yang mampu mengambil,
bertindak, dan melaksanakan sesuatu keputusan atas dorongan sendiri dan
untuk kebutuhan sendiri dengan perkembangan dan kebutuhan para petani.
2. Petani adalah orang yang terlibat dalam kegiatan usahatani dan menetapkan
keputusan atas apa yang diusahakan.
3. Budidaya tanaman padi merupakan suatu tahap atau proses pada tanaman
mulai dari persemaian sampai pasca panen.
4. Padi merupakan sejenis tanaman yang berakar serabut yang sering ditanam
dilahan berlumpur.
5. Sistem tanam jajar legowo adalah sistem yang diberi jarak dimana diantara
barisan tanaman padi terdapat lorong kosong yang lebih lebar dan
memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi.
32
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Kondisi Geografis
Desa boddia adalah desa yang merupakan letak ibu kota kecamatan
Galesong yang sebagaian wilayahnya adalah dataran rendah, sebagaian
persawahan dan sebagian daerah pesisir. Kondisi geokrafis Desa Boddia memiliki
luas wilayah 357,00 Ha, desa boddia berbatasan langsung dengan :
a) Sebelah utara : Desa Galesong
b) Sebelah selatan : Desa Bontoloe
c) Sebelah timur : Pattinoang
d) Sebelah barat : Selat Makassar
Jarak desa boddia dengan ibu kota kecamatan berbatasan langsung di
sebelah utara, jarak antara ibu kota kecamatan dengan ibu kota kabupaten adalah
± 35 km, sedangkan jarak antara ibu kota kabupaten dengan ibu kota propinsi
adalah ± 65 km.
Secara administratif, Desa Boddia memiliki lingkungan, yaitu: lingkungan
manjalling, lingkungan bura’ne, lingkungan Paramboddong, lingkungan
Tarembang dan lingkungan Boddia.
4.2. Keadaan Iklim Dan Tanah
Kondisi topografi wilayah Kecamatan Galesong pada umumnya dataran
rendah dengan ketinggian ± 50 meter diatas permukaan permukaan air laut.
Kecamatan galesong beriklim tropis sehingga memiliki dua jenis musim yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Musim kemarau terjadi pada bulan April-
33
September dan musim hujan terjadi pada bulan Oktober-Maret. Suhu udara rata-
rata 32ºC dengan curah hujan rata-rata mencapai 142 mm/bln. Tanah terdiri atas
dua jenis yaitu alluvial dan latosol pembentukannya terdiri dari endapan liat
berpasir yang berwarna kelabu serta alluvialyang terdapat disepanjang pesisir
pantai dengan pH tanah berkisar antara 5-5,5 ( Badan Pusat Statistik Kabupaten
Takalar, 2012).
4.3. Kondisi Demografis
Penduduk adalah banyaknya orang bertempat tinggal pada suatu daerah
tertentu. Berikut adalah jumlah penduduk di Desa Boddia Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar tahun 2015 terlihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Lingkungan Di Desa Boddia Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar
No Lingkungan Laki-Laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah Jumlah
KK
1.
2.
3.
4.
5.
Boddia
Manjalling
Paramboddong
Bura’ne
Tarembang
637
589
405
413
321
629
615
371
391
330
1266
1204
776
804
650
328
323
216
232
161
Total 2.365 2.336 4.700 1.260
Sumber : Data Sekunder Desa Boddia, 2014
Desa Boddia berpenduduk sebanyak 4.700 jiwa yang terdiri dari laki-laki
sebanyak 2.365 jiwa dan perempuan sebanyak 2.336 jiwa dengan jumlah
keseluruhan KK yang ada di Desa Boddia sebanyak 1.260 KK.
34
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak
menurut lingkungan ada pada lingkungan Boddia sebanyak 1.204 yang terdiri
dari laki-laki sebanyak 637 jiwa dan perempuan sebanyak 629 jiwa dengan jumlah
1.260 KK.
4.3.1Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pembangunan pendidikan dititik beratkan pada peningkatan mutu dan
perluasan kesempatan belajar disemua jenjang pendidikan mulai dari taman
kanak-kanak sampai pada perguruan tinggi. Upaya penigkatan pendidikan yang
ingin dicapai tersebut agar menghasilkan manusia yang berkualitas, sedangkan
perluasan kesempatan belajar dimaksudkan agar penduduk usai sekolah setiap
tahunnya mengalami peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk.
Tingkat pendidikan di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar umunya meratadari tingkat pendidikan rendah sampai tingkat pendidikan
tinggi. Hal ini disebabkan karena banyak diantara mereka yang menyadari betapa
pendidikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk lebih jelasnnya table 3 berikut ini
akan diuraikan komposisi tingkat pendidikan penduduk Desa Boddia Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar secara rinci.
35
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Boddia
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tidak Sekolah
Belum Tamat SD
TK
SD
SMP
SMA
D3
S1
S2
620
275
41
385
250
75
52
20
3
36,02
15,97
2,38
22,37
14,52
4,35
3,02
1,16
0,17
Jumlah 1.721 100,00
Sumber : Data Sekunder Desa Boddia, 2014
Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Desa Boddia
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar dengan Persentase Teebesar adalah
36,02 % yaitu tidak sekolah sedangkan persentase terkecil adalah 0,17 % yaitu
tingkat pendidikan S2.
Kondisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tersebut pada dasarnya
masih tergolong rendah, karena umumnya masih banyak penduduk tidak sekolah.
Minimnya tingkat pendidikan di desa boddia disebabkan karena keterbatas biaya.
4.3.2Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk merupakan sumber pendapatan utama bagi
masyarakat, dimana umunya penduduk di Desa Boddia dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari mereka senantiasa melaksanakan berbagai aktivitas,
baik sector pertanian, perikanan, industri kecil maupun jasa. Untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian penduduk
di Desa Boddia dapat dilihat pada table 4 berikut.
36
Tabel 4. Jumlah penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Desa Boddia
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Petani
Buruh Tani
Nelayan
Pedagang
Pengusaha
Karyawan
Pengrajin
Montir
PNS
TNI/POLRI
Buruh Bangunan
Tukang Batu
375
210
345
89
15
45
25
7
53
20
42
55
29,27
16,39
26,93
6,94
1,17
3,51
1,95
0,54
4,13
1,56
3,27
4,29
Jumlah 1.281 100
Sumber : Data Sekunder Desa Boddia, 2014
Tabel 4 menunjukkan bahwa jenis mata pencaharian penduduk di Desa
Boddia yaitu pada sektor pertanian mencapai 375 orang dari total penduduk atau
setara dengan 29,27 % . hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan penduduk di
desa boddia mengandalkan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
4.4 Sarana Dan Prasarana
Sarana adalah alat yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan,
sedangkan prasarana adalah jembatan untuk menuju ketingkat sarana. Aktivitas
dan kegiatas suatu desa tergantung dari sarana dan prasarananya. Oleh sebab itu,
sarana dan prasarana social ekonomi merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan dalam bidang pembangunan di suatu desa. Untuk lebih jelasnya
sarana dan prasarana yang ada di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.
37
Tabel 5 . Jumlah Sarana Dan Prasarana Yang Ada Di Desa Boddia Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar
No Jenis Sarana Dan Prasarana Jumlah (Buah) Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Traktor
candu
penggiling padi
penyemprot/sprayer
Pompa Air
TK
SD
SMP
SMK
Kantor Desa
Kantor Danramil
Kantor Camat
Perkuburan
Mesjid
37
2
9
31
42
1
3
2
1
1
1
1
5
7
25,87
1.39
6,29
21,67
29,37
0,69
2,09
1,39
0,69
0,69
0,69
0,69
3,49
4,89
Jumlah 143 100
Sumber : Data sekunder Desa Boddia, 2014
Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di Desa
Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar terdiri dari sarana dan prasarana
berkaitan dengan fasilitas yang ada. Sehingga jumlah jenis sarana dan prasarana di
Desa Boddia merupakan salah satu faktor pendukung bagi masyarakat yang ikut
dalam membangun pertanian.
4.5 Kondisi Pertanian
Pertanian dalam pengertian luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan
pemnafaatan makhluk hidup untuk kepentingan manusia, dalam arti sempit
pertanian juga diartikan juga sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk
membudidayakan jenis tanaman tertentu.
38
Semua kegiatan petanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga
memerlukan dasar-dasar yang sama akan pengelolaan tempat usaha. Dua ciri
penting pertanian selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses
produksi memliki resiko yang cukup tinggi.
Pertanian tanaman pangan merupakan salah satu sektor dimana tanaman
pangan yang dihasilkan menjadi kebutuhan hidup masyarakat. Kabupaten takalar
sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian yang memiliki potensi yang cukup
baik bagi perkembangan tanaman pangan, hortikultur dan agro industri.
4.5.1.Luas Lahan Pertanian
Kecenderungan penggunaan lahan di setiap daerah berbeda, spesifikasi
pemanfaatan lahan lebih banyak ditentukan oleh tingkat daya dukung lahan dan
sangat tergantung pada tingkat pengetahuan manusia, serta dapat pula disebabkan
oleh orientasi sosial masyarakat. Pola penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel
6 dibawah ini.
Tabel 6. Pola Penggunaan Lahan Pertanian di Desa Boddia Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar, 2015
No Jenis Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1.
2.
Sawah
Tadah Hujan
Irigasi Teknis
Ladang
136,10
18
1,5
87,46
11,56
0,96
Jumlah 155,6 100
Sumber : Data Sekunder Desa Boddia, 2014
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa desa boddia termasuk wilayah
yang berpotensi dalam pengembangan bidang pertanian karena memiliki luas
lahan tadah hujan seluas 136,10 Ha atau Setara dengan 87,46 %.
39
Dengan kondisi wilayah yang mendukung untuk pertanian khususnya untuk
tanaman pangan baik di lahan tadah hujan, irigasi tehnis atau lading maka perlu
pengembangan lebih lanjut guna untuk meningkatkan hasil produksi pertanian
dengan mengadopsi inovasi baru yang dinilai dapat memberikan keuntungan.
Dengan memperhatikan alokasi tata guna lahan yang ada, maka kabupaten takalar
terkhusus di desa boddia berpotensi untuk mengembangkan komoditas tanaman
pangan (padi) karena memiliki luas lahan yang relatif luas.
4.5.2 Kelembagaan Petani
Kelembagaan petani merupakan lembaga yang ditumbuh kembangkan dari,
oleh dan untuk petani guna memperkuat kerjasama dalam meperjuangkan
kepentingan petani dalam bentuk kelompok tani (Poktan) dan gabungan kelompok
tani (Gapoktan). Selain itu, kelompok tani dengan lembaga petani mempunyai
peran penting dan strategis dalam pertumbuhan ekonomi diwilayah pedesaan.
Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar mempunyai satu orang
penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan satu orang babingsa sebagai pendamping
penyuluh dan Sembilan kelompok tani dimana setiap kelompok tani berjumlah 25
anggota.
40
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden
Petani adalah setiap orang yang melaukan usaha untukmemenuhi sebagian
atau seluruh kebutuhan hidupnya dibidang pertanian dalam arti luas meliputi
usahatani pertanian, peternakan (termasuk penangkapan ikan), dan penmungutan
hasil laut.
Identitas responden menggambarkan suatu kondisi atau keadaan serta status
dari responden tersebut. Identitas seseorang responden dapat memberikan
informasi tentang keadaan usaha taninya, terutama kemandirian petani
dalambudidaya padi dengan sistem tanam jajar legowo. Informasi-informasi
mengenai identitas responden sangat penting untuk diketahui karena merupakan
salah satu hal yang dapat memperlancar proses penelitian. Berikut ini identitas
responden yang berhasil dikumpulkan di lapangan.
5.1.1.Umur Responden
Umur atau yang biasa disebut usia adalah satuan waktu yang mengukur
waktu keberadaan suatu nakhluk atau benda, baik dalam keadaan hidup maupun
mati. Umur sangat berpengaruh dalam aktivitas dan pekerjaan seseorang, begitu
juga dalam melakukan aktivitas tani, umumnya umur mempengaruhi kekuatan
fisik dan pola fikir seseorang.
Pada umunya petani yang berusia lebih muda memiliki kemampuan fisik
yang lebih kuat dibanding petani yang telah berusia lanjut dan tua, (Anonim ,
2013). Umur sangat mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-
41
hari, serta berhubungan dengan ketahanan fisik tubuhnya, pengalaman dalam
bekerja dan pengalaman dalam berfikir. Pada umumnya seseorang yang berusia
muda dan sehat mempunyai ketahanan fisik yang lebih besar dan kuat jika
dibanding dengan seseorang yang usianya sudah tua, tapi jika dilihat dari aspek
pengalaman yang lebih tua mempunyai pengalaman lebih banyak dan hal ini
sangat berpengaruh terhadapar pola pikir seseorang (Patong, 2006).
Responden yang diamati dalam penelitian ini adalah Petani yang ada di
Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Berikut umur responden
petani dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Berdasaran Tingkat Umur, di Desa
Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar 2015.
No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
27-34
35-42
43-50
51-58
59-66
9
4
2
-
3
50
22,22
11,12
-
16,66
Jumlah 18 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014.
Berdasarkan Tabel 7 di atas, terlihat bahwa umur responden 27 - 34 tahun
sebanyak 9 orang atau 50%, kemudian Petani yang berumur 35 - 42 sebanyak 4
orang atau 22,22 %, yang berumur 43 - 50 tahun sebanyak 2 orang atau 11,12%,
sedangkan yang berumur 51 - 58 tidak ada, dan terakhir yang berumur 59 - 66
sebanyak 3 orang atau 16,66 % Jadi persentase yang paling tertinggi adalah umur
27 - 34 tahun sebanyak 9 orang atau 50 % sedangkan persentase yang
terendahadalah umur 51 - 58. Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam
42
penelitian ini memiliki usia yang berbeda-beda, sehingga petani dapat menerima
pengetahuan dan informasi tentang kemandirian petani dalam budidaya padi
dengan sistem tanam jajar legowo pada tanaman padi.
5.1.2.Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan responden sangat mempengaruhi cara berfikir serta
bertindak dalam pengambilan keputusan seseorang dalam menjalankan
pekerjaannya. Secara umum tingkat pendidikan yang lebih tinggi yang ditunjang
berbagai pengalaman akan dapat mempengaruhi pula peningkatan peningkatan
dalam memperoleh hidup yang layak. Pendidikan yang lebih tinggi akan
mempengaruhi cara berfikir yang lebih agresif, mudah memahami dan menerima
inovasi baru serta terbuka dalam menerima perubahan.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan patong (2004), bahwa Pendidikan
pada umumnya akan mempengaruhi car berfikir seseorang. Pendidikan yang
relatif tinggi menyebabkan seseorang lebih dinamis dalam menerima teknologi
baru. Semakin koopertif petani dalam menerima dan menerapkan inovasi atau
teknologi baru, maka secara langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan
produksi usahatani.
Menyangkut tingkat pendidikan responden, hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan petani responden terbagi atas tiga, yaitu SD, SMP, dan
SMA . Karakteristik tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 9.
43
Tabel 8. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Boddia Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar, 2015.
No Tingkat Pendidikan Jumlah Reponden
(Orang)
Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
3
6
5
4
16,66
33,34
27,77
22,23
Jumlah 18 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014.
Tabel 8 di atas, menunjukkan bahwa petani responden yang memiliki
pendidikan rendah. Dimana 6 orang atau 33,34% dari total jumlah responden
mempunyai tingkat pendidikan Sekolah Dasar, SMP/sederajat sebanyak 5 orang
atau 27,77 % dan SMA/sederajat sebanyak 4 orang atau 22,23% bahkan
diantaranya ada yang tidak pernah sekolah sebanyak 3 orang atau 16,66% .
Melihat pemaparan berdasarkan tingkat pendidikan responden diatas pada
tabel 8, bahwa responden mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi mempunyai
pengetahuan lebih luas dalam menerima informasi teknologi lebih cepat dibanding
dengan responden yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Namun pendidikan
formal bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan petani tahu, mampu dan
menerapkan teknologi tetapi sangat bergantung pada tingkat kemandirian petani
tersebut dalam mengelolah usahataninya, luas lahan dan jumlah tanggungan
keluarga yang memaksa petani responden untuk berupaya dalam meningkatkan
produksi dan pendapatan usahataninya.
44
5.1.3.Jumlah Tanggungan Keluarga Responden
Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu potensi sumberdaya
manusia yang dapat menunjang kegiatan usahatani namun dapat pula menjadi
beban ekonomi dari kepala keluarga yang bersangkutan jika memiliki sumber
daya modal dan lahan yang terbatas, untuk memanfaatkan sumber daya manusia
tersebut secara produktif. Hal ini berakibat pada rendahnya tingkat kesejahteraan
keluarga, karena disatu sisi sumber pendapatan yang terbatas sebagai akibat dari
keterbatasan kepemilikan sumberdaya, dan disisi lain anggota keluarga yang
ditanggung jumlahnya besar berimplikasi pada besarnya pula biaya untuk menuhi
kebutuhan hidupnya.
Penggambaran tentang jumlah anggota keluarga petani bertujuan untuk
melihat seberapa besar tanggungan keluarga tersebut. Keluarga petani terdiri dari
petani itu sendiri sebagai kepala keluarga, istri, anak dan tanggungan lainnya yang
berstatus tinggal bersama dalam satu keluarga. Sebahagian besar petani yang ada
di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar menggunakan tenaga
kerja yang berasal dari anggota keluarga sendiri yang secara tidak langsung
merupakan tanggungjawab kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Tanggungan keluarga petani responden dapat disajikan pada tabel 10
berikut ini.
45
Tabel 9. Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa
BoddiaKecamatan Galesong Kabupaten Takalar, 2015.
No Jumlah Tanggungan
Keluarga (Orang)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
1.
2.
3.
1 – 2
3 - 4
5 – 6
4
10
4
22,22
55,56
22,22
Jumlah 18 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014.
Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga responden
antara 1-2 sebanyak 4 orang atau 22,22%, kemudian 3-4 sebanyak 10 orang atau
55,55%, dan 5-6 orang sebanyak 4 orang atau 22,22%, jumlah tanggungan
keluarga paling banyak adalah 3-4 yaitu 10 orang atau 55,56%. Keadaan demikian
sangat mempengaruhi terhadap tingkat kemandirian petani untuk
mensejahterahkan keluarganya dan untuk meningkatkan produksi dalam
memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, seorang petani dengan beban
tanggungan keluarga yang cukup besar, akan selalu berupaya memaksimalkan
kegiatan usahataninya untuk mendapatkan produksi tinggi yang berdampak pada
tingkat pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Hal ini sesuia dengan pendapat
mubyanto (2005), menyatakan bahwa berusahatani sebagian besar tenaga kerja
berasal dari keluarga petani itu sendiri atas ayah sebagai kepala rumah tangga,
istri dan anak. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani memegang peranan
penting dan merupakan sumbangan keluarga pada produksi secara keseluruhan.
46
5.1.4.Luas Lahan
Luas lahan merupakan media tumbuh suatu tanaman, tempat hewan dan
manusia melakukan aktivitas kehidupannya. Luas lahan sangat mempengaruhi
petani dalam mengambil keputusan dan kebijakan dalam hal penggunaan bibit,
pupuk, obat-obatan dan peralatan. Oleh karena itu, lahan merupakan salah satu
faktor penting dalam usahatani. Luas lahan petani akan mempengaruhi efisien
atau tidaknya suatu usahatani, karena erat hubungannya dengan biaya yang
dikeluarkan dan produksi yang diterima. Semakin luas lahan dan biaya produksi
yang dikeluarkan biasanya tidak seimbang dengan produksi yang diperoleh. Luas
lahan berdasarkan tingkat kepemilikan lahan rata-rata di Desa Boddia Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar, disajikan pada tabel 11 sebagai berikut:
Tabel 10. Luas Lahan Responden Di Desa Boddia Kecamatan
GalesongKabupaten Takalar, 2015.
No Luas Lahan
(Ha)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
1.
2.
3.
4.
5.
0,32 – 0,43
0,44 - 0,55
0,56 – 0,67
0,68 - 0,79
0,80 - 0,91
3
6
1
3
5
16,67
33,33
5,55
16,67
27,78
Jumlah 18 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014
Tabel 10 diatas, menunjukkan bahwa Petani responden yang memiliki luas
lahan 0,32-0,43 Ha sebanyak 3 Orang atau 16,67 %, dan petani responden yang
memiliki luas lahan 0,44 -0,55 Ha sebanyak 6 Orang atau 33,33 %, kemudian
yang memilik luas lahan 0,56-0,67 Ha sebanyak 1 orang atau 5,55% sedangkan
petani responden yang memiliki luas lahan 0,68 - 0,79 sebanyak 3 orang atau
47
16,67% dan terakhir petani responden yang memiliki luas lahan 0,80-0,91
sebanyak 5 orang atau 27,78%. Jadi persentase yang paling tertinggi adalah 0,44 -
0,55 Ha sebanyak 6 orang atau 33,33%. Dengan demikian pemilihan lahan
tersebut di atas sangat memunkinkan untuk di tanami padi dengan sistem jajar
legowo oleh petani, sehingga petani diharapkan dapat memanfaatkan lahan secara
optimal untuk meningkatkan produksi dan pendapatan serta kesejahteraan bagi
petani. Demikian juga kemandirian petani sangat berperan serta dalam
meningkatkan produksi padi tersebut.
5.1.5 Pengalaman Usaha Tani
Pengalaman dapat dilihat dari lamanya seorang petani menekuni suatu
usahatani. Semakin lama petani melakukan usahanya maka semakin besar
pengalaman yang dimiliki. Dengan pengalaman yang cukup besar akan
berkembang suatu keterampilan dan keahlian dalam menentukan cara yang lebih
tepat secara efektif dan efisien. Pengalamam usaha tani responden di Desa
Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar sebagai berikut :
Tabel 11. Indentitas responden berdasarkan Pengalaman Usaha Tani di Desa
Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar 2015.
No Pengalaman Usahatani
(Tahun)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
1.
2.
3.
4.
5.
5-12
13-20
21-28
29-36
37-44
6
4
4
2
2
33,33
22,22
22,22
11,11
11,11
Jumlah 18 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015
48
Tabel 11 dapat dijelaskan bahwa pengalaman usahatani petani responden 5
-12 tahun sebanyak 33,33 %, 13 – 20 tahun sebanyak 22,22%, 21 – 28 sebanyak
22,22%, kemudian 29 – 36 tahun sebanyak 11,11%, danumur 37 – 44 tahun
sebanyak 11,11%. Pengalaman berusahatani sangat erat hubungannya dengan
keinginan petani mengembangkan usahataninya, khususnya berhubungan dengan
keinginan petani mengetahui informasi yang lebih banyak yang berhubungan
dengan pengembangan usahatani padi dengan sistem jajar legowo melalui
penyuluhan pertanian. Sesuai dengan pendapat soekartawi (2006), bahwa
pengalaman berusahatani yang cukup lama menjadikan petani lebih matang dan
lebih hati-hati dalam mengambil keputusan terhadap usahataninya. Kegagalan
dimasa lalu dapat dijadikan pelajaran sehingga ia lebih berhati-hati dalam
bertindak sedangkan petani yang kurang berpengalaman umunya lebih cepat
dalam mengambil keputusankarena lebih berani menaggung resiko.
5.2. Kemandirian Petani dalam budidaya padi
5.2.1 Kemandirian Petani
Petani yang mandiri adalah hal yang diinginkan sejak dahulu. Keinginan
tersebut yang menjadikan dasar bagi pengembangan suatu sistem pendidikan
pertanian untuk petani yang lazim disebut penyuluhan pertanian. Dalam
perjalanan waktu penyelenggaraan penyuluhan pertanian belum dapat
mempertahankan kemurniannya sebagai mitra petani untuk mengembangkan
kemampuan sesuai keinginan dan kesempatannya menuju kemandirian. Untuk
menunjang pengembangan potensi dan kemandirian petani maka perlu
49
perencanaan pembangunan yang terarah dan terpadu, termasuk membuat rencana
kerja penyuluhan pertanian yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
melakasanakan penyuluhan pertanian, termasuk pula didalamnya meningkatkan
efektivitas kerja setiap petaniyang berada didaerah tersebut.
Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar merupakan salah
satu daerah pengembangan agraris atau tanaman pangan yang diarahkan kepada
upaya yang dapat ditempuh dalam rangka melakukan budidaya padi diantaranya
intensifikasi pertanian yaitu pengolahan lahan yang ada dengan sebaik-baiknya
seperti dalam rangka persiapan benih, persemaian, pengolahan tanah dan
pemupukan dasar, penanaman, pemeliharaan, pemupukan susulan pengendalian
hama dan penyakit dan yang terakhir panen. apakah dalam melakukan budidaya
padi dengan sitem jajar legowo tersebut petani sudah mandiri atau belum. Mandiri
diartikan sebagai suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak
bebas, melakukan sesuau atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri
tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak orginal/kreatif, dan
penuh inisiatif mampu mempengaruhi lingkungan mempunyai rasa percaya diri
dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Adanya petani yang berperan aktif dalam setiap kegiatannya dapat
menunjang kemandirian petani tersebut dalam membudidayakan padi disuatu
lahan garapannya. Setelah dilakukannya penelitiaan bahwa petani yang ada di
Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar pada kenyataannya dapat
dikatakan mandiri karena kemampuannya dalam mengambil keputusan sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan para petani, kemudian bertindak sesuai
50
keadaan yang ada tanpa bantuan dari orang lain, dan yang terakhir melaksanakan
atau melakukan atas dorongan diri sendiri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 12Berikut ini.
Tabel 12. Identifikasi Responden Terhadap Kemandirian Petani Dalam Budidaya
PadiDi Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, 2015
No. Uraian Nilai Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Persiapan Bibit
Persemaian
Pengolahan Tanah
Penanaman Padi
Pemupukan Dasar
Pemeliharaan Tanaman Padi
Panen
2,53
2,51
2,33
2,42
2,46
2,46
2,24
Mandiri
Mandiri
Sedang
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Sedang
Jumlah 16,95
Rata-Rata 2,42 Mandiri
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 12 diatas menunjukkan bahwa kemandirian petani
dalam budidaya padi dengan sistem jajar legowo terkhusus dalam persiapan benih
dari hasil pengamatan dilapangan sudah bisa dikategorikan sebagai petani yang
mandiri dengan nilai yang telah diolah 2,53 masuk dalam kategori mandiri, hal ini
disebabkan karena petani sendiri yang melakukan persiapan benih dengan cara
menyiapakan benih padi setelah waktu panen. Petani biasanya menyimpan benih
untuk penanaman padi berikutnya, kemudian petani itu sendiri yang menyediakan
benih tanpa adanya kontribusi atau bantuan dari orang lain dalam melakukan
persiapan benih. bibit Petani yang mandiri adalah petani yang mampu memilih
mana benih yang berkualitas dan tidak berkualitas untuk dijadikan sebagai benih,
sebelum persemaian petani melakukan perendaman benih padi dalam suatu wadah
atau baskom. Perendaman berfungsi untuk mengetahui benih yang memiliki isi
51
dan tidak memiliki isi (kosong), perendaman benih ini dilakukan selama satu hari.
Setelah perendaman selama satu hari, benih ditiriskan dan dimasukkan ke dalam
karung. Kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah dalam proses
perkecambahan benih. Berdasarkan hasil penelitian terhadap persiapan benih,
petani tidak mengalami kendala dan dibantu oleh orang lain berarti petani tersebut
bisa diklasifikasikan sebagai petani yang mandiri dalam hal persiapan benih.
Berdasarkan penelitian hasil olah data dalam hal budidaya padi khususnya
ditahap persemaian benih pada tabel 12 dengan nilai 2,51 masuk dalam kategori
mandiri, hal ini menunjukan bahwa tingkat kemandirian petani dalam bertindak,
mengambil keputusan dan melakukan persemaian benih sudah dapat dikatakan
mandiri karena sebelum disemaikan petani telah menyiapakan tempat atau lahan
untuk persemaian dengan cara membuat lahan dalam bentuk petakan sesuai
dengan luas lahan yang akan ditanami. Petakan yang sudah dibentuk diolah
tanhnya hingga gembur, proses selanjutnya yaitu pemberian air ke dalam petakan
agar tekstur tanahnya berlumpur. Hal ini dilakukan untuk mempermudah benih
yang ditabur bisa langsung melekat pada permukaan tanah, kemudian juga untuk
mempermudah dalam pencabutan apabila sudah siap untuk dicabut atau
dipindahkan dalam bentuk siap tanam. Tahap ini dilakukan petani itu sendiri tanpa
adanya bantuan dari orang lain begitupun dalam pengambilan keputusan alasanya
karena petani itu yang bertindak melakukan persemaian atas dorongan sendiri
serta tanpa bantuan orang lain seperti menentukan berapa banyak atau jumlah
(kilo) benih yang akan disemaikan. Petani terkadang mengalami kendala dalam
melakukan persemaian seperti serangan hama yaitu burung, tikus dan keong
52
masbiasanya datang memakan benih tersebut namun hal itu bisa ditangani oleh
tingkat kemandirian petani itu sendiri dalam menangani suatu masalah yang
dihadapinya. Oleh karena itu, kemandirian petani sangat bermanfaat terhadap
kegiatan persemaian benih.
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Boddia Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar dalam hal budidaya padi dengan sistem jajar legowo terkhusus
tahapan pengolahan tanah dari hasil olah data pada tabel 12 dengan nilai 2,33
masuk dalam kategori sedang mandiri. Hal ini disebabkan para petani masih
bergantung pada bantuan orang lain, dalam melakukan pengolahan tanah petani
masih menggunakan tenaga kerja bantuan keluarga dan tenaga kerja bayaran.
Petani akan mengolah tanahnya apabila ada keputusan dari tenaga kerja bantuan
dari keluarga dan tenaga kerja bayaran sehingga pengolahan tanah dapat
terealisasikan sesuai dengan keinginan petani. Petani biasanya membutuhkan
tenaga kerja bantuan dari keluarga dan tenaga kerja bayaran karena hal ini
berhubungan dengan luas lahan petani yang relatif luas yang menyebakan petani
belum mampu melakukan pengolahan tanah sendiri tanpa bantuan dari orang lain,
kemudian kendala yang dialami petani dalam pengolahan tanah yaitu masih
minimnya pengadaan traktor yang digunakan untuk mengolah tanah sehingga
menyebabkan petani memakai atau menyewa traktor orang lain untuk mengolah
lahan pertaniannya
Kemandirian petani dalam melakukan budidaya tanaman padi dengan
tahapan penanaman tanaman padi, setelah melakukan penelitian di Desa Boddia
dari hasil olah data pada tabel 12 dengan nilai 2,42 masuk dalam kategori mandiri.
53
Petani menanam padi atas dorongan diri sendiri dan untuk kebutuhan sendiri,
petani dalam melakukan penanaman selalu mengambil keputusan sesuai dengan
perkembangan para petani. Petani sebelum melakukan penanaman padi dengan
sistem jajar legowo 2:1, petani merancang atau membuat suatu alat untuk
mempermudah proses penanaman jajar legowo. Alat yang digunakan itu sudah
diukur jarak dan lebarnya sehingga tanaman padi terlihat rapi pada saat
penanaman. Penanaman padi dengan jajar legowo dilakukan petani dengan cara
bekerjasama melalui bantuan tenaga kerja keluarga karena penanaman padi
dengan jajar legowo relatif rumit, tingkat kesulitan menanam jajar legowo yaitu
membutuhkan waktu yang lama dan alatnya dipindah-pindahkan setelah
penanaman sampai pada pinggir pematangan sawah. Terkadang petani biasa
mengalami kendala dalam proses penanaman tapi kendala yang dihadapi oleh
petani harus dikemukenali dan diantisipasi sesuai dengan pengetahuan,
pengalaman dan tingkat kemandirian petani itu sendiri dalam melakukan
penanaman padi , petani yang mandiri mampu keluar dari suatu permasalahan
tanpa adanya bantuan dari orang lain, bertindak dan berani mengambil keputusan
sehingga suatu petani bisa dikategorikan sebagai petani yang mandiri dalam hal
penanaman padi dengan sistem jajar legowo 2:1.
Petani di Desa Boddia setelah dilakukan penelitian pada budidaya padi
pada tahapan pemupukan dasar dari hasil olah data tabel 12 dengan nilai 2,46
masuk dalam kategori mandiri. Petani bertindak melakukan pemupukan dasar
serta mengambil keputusan sesuai dengan kebutuhan, pemupukan dasar
direalisasikan setelah penanam 12 sampai 15 hari setelah tanam (Hst). Hal ini
54
disebabkan karena petani itu sendiri yang menyiapkan pupuk yang akan
digunakan dalam pemupukan dasar tanpa dibantu orang lain, pemupukan dasar
dilakukan oleh petani itu sendiri juga tanpa bantuan orang lain dan atas dorongan
sendiri begitupun dalam mengambil keputusan responden tersebut yang
menentukan jenis pupuk apa yang digunakan dalam pemupukan dasar serta
menentukan waktu pemupukan. Hal ini ada kaitannya dengan tingkat pendidikan
petani, mereka berpendapat bahwa menggunakan tenaga kerja orang lain dapat
mengeluarkan biaya yang banyak kemudian cara kerjanya kurang maksimal jadi
petani sendiri yang mengerjakan dan mengambil keputusan sendiri dalam
melakukan pemupukan dasar. Terkadang petani menemukan suatu kendala dalam
pemupukan dasar karena tidak tahu berapa jumlah pupuk yang akan dipakai
dengan luas lahan relatif luas tapi kendala itu dapat dikemukenali petani melalui
pengalaman dan tingkat kemandirian petani itu sendiri. pemupukan dasar dengan
menggunakan sistem jajar legowo, petani lebih mudah dan leluasa melakukan
pemupukan dasar karena memiliki jarak antar barisan yang relatif luas dibanding
dengan jarak tanam biasa.
Berbagai tahapan yang dilakukan dalam budiaya padi salah satunya yaitu
pemeliharaan tanaman padi, setelah melakukan penelitian di Desa Boddia
berdasarkan hasil olah data dengan nilai 2,46 masuk dalam kategori mandiri.
Kategori mandiri baik dalam bertindak dalam pemeliharaan tanaman padi serta
melakukan pemeliharaan tanaman padi terlebih lagi dalam pengambilan
keputusan, alasannya karena petani itu sendiri yang melakukan pemeliharaan
tanaman padi mulai dari penanggulangan hama dan penyakit, mengatur keluar
55
masuknya air pada tanaman padi, melakukan penyulaman terhadap padi yang
tumbuh atau mati, membersihkan gulma sekitar area tanaman padi, serta
melakukan pemupukan dan semua itu dilakukan sendiri tanpa adanya bantuan dari
orang lain. Kemudian dalam pengambilan tindakan dan keputusan petani itu juga
melakunnya sendiri dengan hal menentukan jenis pestisida yang digunakan untuk
memberantas hama dan penyakit, kemudian jenis pupuk apa yang digunakan
untuk pemeliharaan tanaman padi serta menentukan kapan waktu dilakukannya
pemberantasan hama, penyakit dan waktu pemupukan tanaman padi supaya
produksi tanaman padi dapat meningkat secara signifikan sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan para petani. Hal ini berhubungan dengan pengalaman petani itu
sendiri karena petani bisa karena biasa melakukan sendiri atau dalam bentuk
kerjasama karena dari pengalaman-pengalaman yang telah dialaminya, petani juga
pintar mencari informasi tentang pertanian dalam hal budidaya padi atau sesame
petani yang lebih berpengalaman sehingga responden tersebut mampu melakukan
sendiri tanpa bantuan dari orang lain sehingga mengurangi biaya dalam
pemeliharaan tanaman padi.
Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa kemandirian petani dalam
budidaya padi dengan sistem jajar legowo tekhusus dalam panen dari hasil
pengamatan dilapangan di Desa Boddia sudah bisa dikategorikan sebagai petani
yang sedang mandiri dengan nilai yang telah diolah 2,24 masuk dalam kategori
sedang mandiri baik dalam pengambilan keputusan, bertindak serta melakukan
panen. Hal ini disebabkan para petani dalam pengambilan keputusan tidak bisa
menentukan sendiri melaikan harus mendatangi tenaga kerja bantuan keluarga dan
56
tenaga kerja lainnya. Waktu panen petani memberitahukan kepada tenaga kerja
yang melakukan panen agar sekiranya ada persetujuan antar dua belah pihak,
antara pemilik lahan dan tenaga kerja yang bertindak melakukan panen. Alat yang
digunakan petani biasa ditentukan oleh petani itu sendiri, pada saat panen petani
mendatangkan mesin pemotong padi ketika tidak ada tenaga kerja bayaran dan
petani yang ada di Desa boddia biasanya memanen padinya menggunakan tenaga
bantuan keluarga dengan mengunakan alat secara tradisional yaitusabit untuk
memotong batang padi .
57
V1. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat kemandirian petani
khususnya dalam budidaya padi dengan sistem jajar legowo kategori tinggi,
sedang dan rendah. Untuk kategori tingkat kemandirian yang sedang mandiri
dalam hal budididaya padi yaitu diantaranya dalam tahapan pengolahan tanah
2,33, dan panen 2,24. Sedangkan untuk kategori dengan tingkat kemandirin
masuk kategori tinggi atau mandiri dalam hal budidaya padi diantaranya yaitu
dalam tahapan persiapan benih 2,53, persemaian 2,51, penanaman padi 2,42,
pemupukan dasar 2,46, dan yang terakhir pemeliharaan tanaman padi 2,46.
Sehingga jika dirata-ratakan dari kategori rendah, sedang dan tinggi maka hasil
yang didapatkan masuk kategori tinggi atau sudah mandiri dalam melakukan
budidaya padi dengan sistem jajar legowo.
6.2. Saran
Dengan mandirinya seseorang petani di Desa Boddia Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar kiranya penyuluh datang memberikan informasi terkait dalam
budidaya padi dengan sistem jajar sehingga kemandirian petani semakin
meningkat, kepada pihak terkait baik intansi atau lembaga supaya memberikan
materi-materi penyuluhan pertanian yang baik dan benar kepada petani, dan
sebagai tambahan referensi terkait kemandirian petani dalam budidaya padi
dengan sistem jajar legowo.
58
DAFTAR PUSTAKA
Aksi Agraris Kansius. 2003. Budidaya tanaman padi. Kanisius, Yogyakarta.
Anonim A, 2008.Metode-Meningkatkan-Produksi-
Pertanianhttp://andreasdamanik14.wordpress.com/2012/12/04/.Diakses pa
da tanggal 14 april 2014
B, 2008.Penerapan sistem tanam legowo pada tanaman padi. Direktorat
tanaman pangan. Depeartemen pertanian. Jakarta
C. 2013.http:// petunjuk budidaya Padi. /2013/01/budidaya-tanaman
padi sawah.html.Diakses tanggal 5 April 2014
D.2013.Tanaman padi sistem tanam jajar legowo. Diakses melalui
http://sekarmadjapahit.wordpress.com/2012/01/30/tanaman-padi-sistem-
jajar-legowo/ pada tanggal 13 oktober 2013
E. 2013. Teknik budidaya tanaman padi. Diakses melalui
http://newfachrulislami.com/2013/10/teknik-budidaya-tanaman-padi.html
pada tanggal 25 Mei 2015
Anantanyu, S. 2004. Gambaran kemiskinan petani dan alternatif pemecahan
masalahnya. Alfabeta. Jakarta
Antonius 2002. Pengaruh Kemandirian Terhadap Interaksi Sosial Pada Remaja.
Skripsi (Tidak Terbit) Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang.
BPS, 2012. Badan pusat statistik. Kabupaten takalar
BPS dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2013. Statistik pertanian2013.
Jakarta.
Balai pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian (BP2TP). Cara tanam
jajar legowo. Bogor.2009. diakses melalui Http://www.pustakadeptan.go.id
10 september 2010, pukul 10.00 wib
Daniel, 2007. Analisis Strategi Pemberdayaan Petani Dalam Minapadi Lahan
Sawah Irigasi.Balai pengkajian Teknologi Pertanian, Medan.
Danje T. Sembel, B. 2012. Dasar-dasar Perlindungan tanaman. Penerbit Andy
Yogyakarta.
59
Landsberger, Henry A. dan Alexandrov, Yu.G. 2004. Pergolakan Petani Dan
Perubahan Sosial. Diterjemahkan Oleh Aswab Mahsani. Jakarta:Cv.
Rajawali
Maharani Puspita, Nining Rahayu, Novialita Herlina, Novita Chrisna. 2013.
Pengolahan Tanah, Penanaman Dan Pemupukan Pada Tanaman Padi.
Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Marsuki S, 2001. Pengertian Kelembagaan Kemandirian Penyuluhan. Peneliti
Hukum. Org/tag. Diakses pada Tanggal 5 November 2013
Mubyanto, 2005. Pola Pikir Dalam Berusahatani. PT. Gramedia Pustaka Umum,
Jakarta
Nazam M, 2007. Mina Padi Legowo. Rekomendasi Teknologi Pertanian,
BPTPMataram.
Nurul Aisyah, 2008. Budidaya Tanaman Padi Sawah. Diakses
MelaluiHttp://nurulaisyah2.mywapblog.com/Laporan-Budidaya-Tanaman-
Padi-Sawah. pada tanggal 12 0tober 2015.
Patong, 2006. Pola Pikir Petani. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Pahruddin, A, Maripul dan Rido, P. 2004. Cara Tanam Padi Sistem Legowo
Mendukung Usaha Tani di Desa Bojong, Cikembar Sukabumi. Buletin
Teknik Pertanian 9 (1).
Puji Wibowo, 2010. Pertumbuhan Dan Produktivitas Galur Harapan Padi (
Oryza Sativa L.) Hibrida. Fakultas Pertanian, Jurusan Agronomi,
Universitas Sebelas Maret.,Surakata.
Ratna, D. dan S.Wahyuni 2002.peningkatan produksi adopsi teknologi SU lebak
tanaman pangan. Pusat pengembangan tanaman pangan, Bogor.
Rodjak, 2006. Manajemen Usaha Tani.Pustaka Gitaguna, Bandung
Soekartawi, 2003. Agribisnis Dan Teori Aplikasinya. PT. Raja Grafindo
Persada.Jakarta
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.s
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Penerbit Alfabeta, Bandung
Syawal. 2001 Proses Pembentukan Potensi Kemandirian Petani. jurnal Sosil
Ekonomi Pertanian
60
Yusuf, Syamsu, 2008. Psikologi Perkembangan anak dan Remaja. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung
61
LAMPIRAN I.
KUISIONER PENELITIAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Nomor responden :
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Luas lahan garapan :
Pengalaman usaha tani :
Jml tgn keluarga :
Status Lahan : * Pemilik * Penggarap * Sewa
Persiapan Bibit
1. Berapa kali bapak melakukan persiapan bibit selama dua tahun terakhir,
apakah bapak selalu melaksanakan sendiri dalam persiapan bibit atas
dorongan sendiri dan tanpa bantuan orang lain ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak Pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
2. Apakah selama melakukan persiapan bibit bapak selalu bertindak sesuai
dengan keadaan yang ada tanpa bantuan orang lain ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
3. Selama mempersiapkan bibit apakah bapak selalu mengambil keputusan
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan petani ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
62
4. Apakah selama persiapan bibit, bapak mengalami kendala dalam persiapan
bibit ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
5. Selama persiapan bibit, Apakah ada orang lain yang mengajari bapak
melakukan persiapan bibit ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
6. Dalam persiapan bibit, Apakah bapak memperhatikan kualitas bibit yang
akan bapak gunakan ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
Persemaian
1. Berapa kali bapak melakukan Persemain selama dua tahun terakhir,
apakah bapak selalu melaksanakan persemaian atas dorongan diri sendiri
dan untuk kebutuhan sendiri ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
2. Apakah selama, melakukan persemain bapak selalu bertindak sesuai
dengan keadaan yang ada tanpa bantuan dari oran lain ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
63
3. Selama persemaian, apakah bapak selalu mengambil keputusan sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan para petani ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak Pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
4. Apakah selama persemaian bibit, bapak mempersiapkan lahan khusus
untuk persemaian bibit ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
5. Selama persemaian bibit, Apakah ada orang lain yang membantu dan
mengajari bapak melakukan persemaian bibit ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
6. Dalam persemaian bibit, Apakah bapak mengalami kendala selama
persemaian ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
Pengolahan Tanah .
1. Berapa kali bapak melakukan Pengolahan Tanah selama tiga tahun
terakhir, apakah bapak selalu melaksanakan pengolahan tanah atas
dorongan diri sendiri dan tanpa bantuan orang lain ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
64
2. Apakah selama melakukan pengolahan tanah bapak selalu bertindak sesuai
dengan keadaan yang ada tanpa bantuan dari oran lain ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
3. Selama pengolahan tanah, selama dua tahun terakhir apakah bapak selalu
mengambil keputusan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan para
petani ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak Pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
4. Apakah selama pengolahan tanah, bapak mengalami kendala dalam
mengolah tanah ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
5. Selama pengolahan tanah, Apakah ada orang lain yang mengajari bapak
melakukan pengolahan tanah ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
6. Dalam pengolahan tanah, bapak menggunakan alat secara manual atau
secara modern ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
65
Penanaman Padi.
1. Menurut bapak, selama dua tahun terakhir berapa kalikah bapak
melakukan Penanaman padi, apakah bapak selalumelaksanakan
penanaman padi atas dorongan diri sendiri dan untuk kebutuhan sendiri ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
2. Apakah selama melakukan penanaman padi, bapak selalu bertindak sesuai
dengan keadaan yang ada tanpa bantuan dari oran lain ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
3. Selama penanaman padi, apakah bapak selalu mengambil keputusan
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan para petani ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak Pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
4. Apakah selama penanaman padi, bapak mengalami kendala dalam
menanam padi ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
5. Selama penanaman padi, apakah ada orang lain yang mengajari bapak
melakukan penanaman padi dengan sistem jajar legowo ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
66
6. Dalam penanaman padi, apakah bapak menggunakan alat untuk mengatur
jarak tanam sehingga memudahkan bapak melakukan penanaman ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
Pemupukan Dasar (Pertama)
1. Menurut bapak, selama dua tahun terakhir berapa kalikah bapak
melakukan pemupukan dasar, apakah bapak selalu melaksanakan
pemupukan dasar atas dorongan diri sendiri dan tanpa bantuan orang lain.
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
2. Apakah selama, melakukan pemupukan dasar bapak selalu bertindak
sesuai dengan keadaan yang ada tanpa bantuan dari oran lain ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
3. Selama pemupukan dasar, apakah bapak selalu mengambil keputusan
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan para petani ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
4. Apakah selama pemupukan, bapak mengalami kendala dalam melakukan
pemupukan ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
67
5. Selama pemupukan, Apakah tanaman padi dengan sistem jajar legowo
membutuhkan suplay pupuk dalam jumlah yang banyak ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
6. Dalam pemupukan dasar dengan menggunakan jajar legowo, bapak lebih
mudah melakukan pemupukan dibanding dengan tanam biasa (Tegel) ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
Pemeliharaan Tanaman Padi
1. Apakah selama dua tahun terakhir berapa kali bapak melakukan
pemeliharaan tanaman padi, apakah selama bapak selalu melaksanakan
pemeliharaan tanaman padi atas dorongan diri sendiri dan untuk kebutuhan
sendiri ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
2. Apakah selama melakukan pemeliharaan tanaman padi bapak selalu
bertindak sesuai keadaan yang ada tanpa bantuan dari orang lain ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah `(1)
b. Kadang-kadang (2)
3. Selama pemeliharaan tanaman padi, apakah bapak selalu mengambil
keputusan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan para petani ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak Pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
68
4. Apakah selama pemeliharaan padi, bapak mengalami kendala dalam
pemeliharaan padi ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
5. Selama pemeliharaan, Apakah ada orang lain yang mengajari bapak
melakukan pemeliharaan padi ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
6. Dalam pemeliharaan tanaman padi dengan sistem tanam jajar legowo
dibanding dengan sistem tanam biasa, apakah ada perbedaan ketika
penanggulangan hama penyakit, pemupukan, penanggulangan gulma dan
pemakaian air ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
Panen
1. Berapa kali bapak melakukan panen selama dua tahun terakhir. Apakah
bapak selalu melaksanakan panen atas dorongan diri sendiri dan untuk
kebutuhan sendiri ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
2. Apakah selama melakukan panen bapak selalu bertindak sesuai keadaan
yang ada tanpa bantuan dari orang lain ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang – kadang (2)
69
3. Selama panen, apakah bapak selalu mengambil keputusan sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan para petani ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah.` (1)
b. Kadang – kadang (2)
4. Apakah selama panen, bapak mengalami kendala ketika panen ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah.` (1)
b. Kadang – kadang (2)
5. Selama panen, apakah ada orang lain yang berpartisipasi ikut dalam
membantu bapak melakukan pemanenan ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
6. Apakah ketika panen, bapak menggunakan alat secara manual atau secara
modern ?
Jawab.
a. Ya (3) c. Tidak pernah (1)
b. Kadang-kadang (2)
70
Lampiran 2. Gambar peta lokasi penelitian
Gambar 1. Peta lokasi penelitian di desa boddia kecamatan galesong kabupaten
takalar terdiri dari 5 dusun masing-masing diberi tanda kotak warna
putih orange.
71
Lampiran 3. Identitas Responden
No Nama Petani Umur
(Tahun)
Pendidikan
Terakhir
Jumlah
Tang.
Keluarga
( Orang )
Luas
Lahan (ha
)
Pengalama
n usahatani
( Tahun )
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17
18
Muddin Tompo
Teta Beta
Dg Bakkarang
Sutte
Rauf Sijaya
Burhan Nakku
Yusuf Pasang
Dg Boting
Rahmat lewa
Mansyur dg Ngeppe
Rama Bella
Jafar Bella
Salam Sijaya
Jufri Lira
Basir Dg Ngitung
Jumadi
Dg Mone
Suaib Pasang
37
27
64
33
28
34
30
66
40
28
39
31
47
39
49
33
59
28
SMP
SMA
SD
SMP
SMA
SMA
SMP
SD
SMA
SMA
SD
SMP
SD
SMP
SMP
SD
SD
SMP
4
2
6
4
3
4
3
5
2
2
5
3
4
3
3
5
3
2
0,84
0,32
0.91
0,63
0,49
0,72
0,50
0,82
0,37
0,48
0,80
0,48
0,75
0,43
0,85
0,52
0,73
0,53
28
5
44
12
5
16
17
40
10
6
23
23
33
17
35
19
26
9
72
Lampiran 4. Data Kemandirian Petani Dalam Budidaya Padi Dengan Sistem
Jajar Legowo Tipe 2:1 Pada Tahap Persiapan Bibit
NO Nama Responden Persiapan Bibit
I II III IV V VI
1. Muddin Tompo 3 2 3 1 2 3
2. Teta Beta 3 3 2 2 1 3
3. Dg Bakkarang 3 3 3 1 2 3
4. Sutte 3 2 2 3 2 2
5. Rauf Sijaya 3 3 3 1 3 3
6. Burhan Nakku 2 3 3 2 2 2
7. Yusuf Pasang 3 2 3 1 1 3
8. Dg Boting 3 3 2 2 1 3
9. Rahmat Lewa 3 3 3 2 3 3
10. Mansyur 2 3 3 3 2 3
11. Rama Bella 3 2 2 3 2 3
12. Jafar bella 3 3 3 1 1 3
13. Salam Sijaya 3 3 3 2 2 2
14. Jufri Lira 3 3 3 1 1 3
15. Basir Dg Ngitung 3 2 2 3 1 2
16. Jumadi 3 3 3 1 2 3
17. Dg Mone 2 3 3 2 2 3
18. Suaib Pasang 3 2 2 2 1 3
Jumlah 51 50 48 44 31 50
2,83 2,77 2,66 2,44 1,72 2,77
Rata-rata 2,53
Ketegori Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
Keterangan
1. 1,00-1,66 = Rendah (Belum Mandiri)
2. 1,67-2,33 = Sedang
3. 2,34-3,00 = Tinggi (Mandiri)
73
Lampiran 5.Data Kemandirian Petani Dalam Budidaya Padi Dengan Sistem Jajar
Legowo Tipe 2:1 Pada Tahap Persemaian
NO Nama Responden Persemaian
I II III IV V VI
1. Muddin Tompo 3 2 3 2 3 3
2. Teta Beta 3 3 2 2 2 3
3. Dg Bakkarang 3 2 3 3 2 3
4. Sutte 2 3 3 2 2 3
5. Rauf Sijaya 2 3 2 2 3 2
6. Burhan Nakku 3 2 3 3 1 3
7. Yusuf Pasang 2 3 2 3 2 3
8. Dg Boting 3 2 3 2 1 2
9. Rahmat Lewa 3 3 3 3 3 3
10. Mansyur 3 3 2 3 1 2
11. Rama Bella 3 2 2 2 2 3
12. Jafar bella 2 3 3 3 2 3
13. Salam Sijaya 3 3 2 2 1 3
14. Jufri Lira 2 3 3 2 3 3
15. Basir Dg Ngitung 3 2 2 2 1 2
16. Jumadi 3 3 3 3 2 3
17. Dg Mone 3 2 2 3 3 3
18. Suaib Pasang 3 3 3 3 1 3
Jumlah 49 47 46 45 35 50
2,72 2,61 2,55 2,5 1,94 2,77
Rata-rata 2,51
Ketegori Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi
Keterangan
4. 1,00-1,66 = Rendah (Belum Mandiri)
5. 1,67-2,33 = Sedang
6. 2,34-3,00 = Tinggi (Mandiri)
74
Lampiran 6.Data Kemandirian Petani Dalam Budidaya Padi Dengan Sistem Jajar
Legowo Tipe 2:1 Pada Tahap Pengolahan Tanah
NO Nama Responden
Kemandirian petani dalam budidaya padi
Pengolahan Tanah
I II III IV V VI
1. Muddin Tompo 3 3 2 2 1 3
2. Teta Beta 3 2 3 2 1 3
3. Dg Bakkarang 3 3 2 2 2 3
4. Sutte 3 3 3 2 1 3
5. Rauf Sijaya 2 2 1 3 2 3
6. Burhan Nakku 3 3 3 2 1 3
7. Yusuf Pasang 2 3 2 2 1 2
8. Dg Boting 3 2 3 1 1 3
9. Rahmat Lewa 3 3 2 3 2 3
10. Mansyur 3 2 3 2 1 2
11. Rama Bella 2 3 2 1 3 3
12. Jafar bella 3 3 1 2 2 3
13. Salam Sijaya 3 2 3 1 2 3
14. Jufri Lira 2 2 2 3 1 3
15. Basir Dg Ngitung 3 3 1 2 1 3
16. Jumadi 3 3 2 1 3 3
17. Dg Mone 3 2 3 2 1 3
18. Suaib Pasang 3 3 2 3 1 3
Jumlah 50 47 40 42 27 51
2,77 2,61 2,22 2,05 1,5 2,83
Rata-rata 2,33
Ketegori Tinggi Tinggi sedang Sedang Rendah Tinggi
Keterangan
1. 1,00-1,66 = Rendah (Belum Mandiri)
2. 1,67-2,33 = Sedang
3. 2,34-3,00 = Tinggi (Mandiri)
75
Lampiran 7.Data Kemandirian Petani Dalam Budidaya Padi Dengan Sistem Jajar
Legowo Tipe 2:1 Pada Tahap Penanaman Padi
NO Nama Responden Penanaman Padi
I II III IV V VI
1. Muddin Tompo 3 2 3 1 3 3
2. Teta Beta 3 2 3 2 1 3
3. Dg Bakkarang 3 3 2 1 2 3
4. Sutte 3 3 3 1 1 2
5. Rauf Sijaya 3 2 3 2 2 3
6. Burhan Nakku 2 3 2 3 2 3
7. Yusuf Pasang 2 3 3 2 2 2
8. Dg Boting 3 2 2 2 2 3
9. Rahmat Lewa 2 2 3 1 1 3
10. Mansyur 3 3 3 1 1 3
11. Rama Bella 3 2 2 1 1 3
12. Jafar bella 2 3 3 2 1 3
13. Salam Sijaya 2 3 3 2 1 3
14. Jufri Lira 3 2 3 3 2 3
15. Basir Dg Ngitung 2 3 3 2 3 3
16. Jumadi 3 3 2 2 1 3
17. Dg Mone 3 2 2 1 2 2
18. Suaib Pasang 3 2 2 2 1 3
Jumlah 48 45 47 31 40 51
2,66 2,5 2,61 1,72 2,22 2,83
Rata-rata 2,42
Ketegori Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi
Keterangan
1. 1,00-1,66 = Rendah (Belum Mandiri)
2. 1,67-2,33 = Sedang
3. 2,34-3,00 = Tinggi (Mandiri)
76
Lampiran 8.Data Kemandirian Petani Dalam Budidaya Padi Dengan Sistem Jajar
Legowo Tipe 2:1 Pada Tahap Pemupukan Dasar
NO Nama Responden Pemupukan Dasar
I II III IV V VI
1. Muddin Tompo 3 2 3 1 2 3
2. Teta Beta 3 3 2 3 2 3
3. Dg Bakkarang 2 2 3 1 3 2
4. Sutte 3 3 3 2 2 3
5. Rauf Sijaya 3 3 3 1 2 3
6. Burhan Nakku 3 2 3 1 2 3
7. Yusuf Pasang 3 2 3 3 2 2
8. Dg Boting 3 3 2 2 3 2
9. Rahmat Lewa 2 3 3 1 3 3
10. Mansyur 3 3 2 1 1 2
11. Rama Bella 2 3 3 1 2 3
12. Jafar bella 3 2 3 3 3 3
13. Salam Sijaya 3 3 2 1 3 3
14. Jufri Lira 3 3 3 2 1 3
15. Basir Dg Ngitung 3 2 2 2 2 3
16. Jumadi 3 3 3 3 3 2
17. Dg Mone 2 3 3 1 2 3
18. Suaib Pasang 3 2 3 2 2 3
Jumlah 50 47 49 31 40 50
2,77 2,61 2,72 1,72 2,22 2,77
Rata-rata 2,46
Ketegori Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Rendah Tinggi
Keterangan
1. 1,00-1,66 = Rendah (Belum Mandiri)
2. 1,67-2,33 = Sedang
3. 2,34-3,00 = Tinggi (Mandiri)
77
Lampiran 9.Data Kemandirian Petani Dalam Budidaya Padi Dengan Sistem Jajar
LegowoTipe 2:1 Pada Tahap Pemeliharaan Tanaman Padi
NO Nama Responden Pemeliharaan Tanaman Padi
I II III IV V VI
1. Muddin Tompo 3 3 3 1 3 3
2. Teta Beta 3 2 3 2 1 3
3. Dg Bakkarang 3 3 2 1 2 1
4. Sutte 3 3 3 1 2 1
5. Rauf Sijaya 3 2 3 3 1 3
6. Burhan Nakku 3 2 3 2 3 2
7. Yusuf Pasang 3 3 3 2 3 2
8. Dg Boting 3 3 3 3 1 2
9. Rahmat Lewa 3 3 3 2 2 3
10. Mansyur 3 2 3 1 3 3
11. Rama Bella 3 3 2 2 2 3
12. Jafar bella 3 3 3 3 1 3
13. Salam Sijaya 2 3 3 2 1 1
14. Jufri Lira 3 3 3 1 1 3
15. Basir Dg Ngitung 2 2 3 2 2 2
16. Jumadi 3 3 2 3 2 3
17. Dg Mone 3 3 3 2 2 3
18. Suaib Pasang 3 3 3 1 1 2
Jumlah 52 49 51 35 34 46
2,88 2,72 2,83 1,94 1,88 2,55
Rata-rata 2,46
Ketegori Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi
Keterangan
1. 1,00-1,66 = Rendah (Belum Mandiri)
2. 1,67-2,33 = Sedang
3. 2,34-3,00 = Tinggi (Mandiri)
78
Lampiran 10.Data Kemandirian Petani Dalam Budidaya Padi Dengan Sistem
Jajar Legowo tipe 2:1 Pada Tahap Panen
NO Nama Responden Panen
I II III IV V VI
1. Muddin Tompo 3 2 3 2 3 2
2. Teta Beta 2 3 2 1 3 3
3. Dg Bakkarang 2 2 2 2 3 2
4. Sutte 3 2 2 1 3 1
5. Rauf Sijaya 2 3 2 3 3 1
6. Burhan Nakku 2 3 3 2 2 2
7. Yusuf Pasang 2 3 2 2 3 2
8. Dg Boting 3 2 2 3 1 2
9. Rahmat Lewa 3 3 2 2 2 2
10. Mansyur 2 2 3 3 2 1
11. Rama Bella 3 2 3 3 1 3
12. Jafar bella 3 2 2 2 3 2
13. Salam Sijaya 2 3 2 1 3 1
14. Jufri Lira 2 3 3 1 2 2
15. Basir Dg Ngitung 2 3 3 2 2 2
16. Jumadi 3 2 3 1 1 2
17. Dg Mone 3 2 3 3 3 1
18. Suaib Pasang 2 2 3 1 3 2
Jumlah 44 44 45 35 43 33
2,44 2,44 2,5 1,94 2,38 1,83
Rata-rata 2,24
Ketegori Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang
Keterangan
1. 1,00-1,66 = Rendah (Belum Mandiri)
2. 1,67-2,33 = Sedang
3. 2,34-3,00 = Tinggi (Mandiri)
79
Lampiran 11. Dokumentasi penelitian
Gambar 1. Wawancara petani responden di
Tarembang
Gambar 2. Dokumentasi Pada petani responden di Boddia
80
Gambar 3.Persemaian bibit
Gambar 4. Pencabutan bibit10-15 hari
81
Gambar5. pengolahan lahan dengan menggunakana traktor
Gambar6. Penanaman padi dengan sistem jajar legowo 2:1
82
Gambar 7. Pemeliharaan tanaman padi
Gambar 8. Pemupukan tanaman padi pada legowo 2:1 sekitar 21-25 Hst
83
Gambar 9. Panen Pada tanaman padi
84
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bura’ne tanggal 12 Agustus 1992
dari ayahanda Basri Dg Lewa dan ibunda Suttaria Dg
Ngutta Penulis merupakan anak pertama dari 3
bersaudara.Pendidikan formal yang dilalui penulis
adalah di SD Inpres Bura’ne Galesong dan lulus tahun
2005 kemudian penulis melanjutkan pendidikan di
SMP Negeri 2 Galesong dan lulus tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Galesong dan lulus pada tahun 2011.
selanjutnya, penulis lulus seleksi masuk dan terdaftar sebagai mahasiswa di
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Penulis pernah ikut serta dalam organisasi Hmj Pertanian, PC.pemuda
Muhammadiyah Galesong, Pramuka. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi
diselesaikan dengan menulis Skripsi yang berjudul “Kemandirian petani dalam
budidaya padi dengan sistem jajar legowo di Desa Boddia Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar”.
85