Kasus Hipertensi pada Keluarga
Samuel Wosangara Billy
NIM : 102012152, Kelompok: FF54
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012, Jl. Arjuna Utara No.6
Jakarta 11510, Telp : 021-56942061, Fax : 021-563173, E-mail : [email protected]
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah melebihi 140 mmHg sistolik dan
melebihi 90 mmHg diastolik pada seseoang yang tidak sedang makan obat antihipertensi.1
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia
lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah, dimana
baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada
lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun.2
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain
meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat
pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta
adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.2
1.2 Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dari kasus ini adalah melihat faktor resiko apa saja yang
ditemukan pada pasien, melihat bagaimana fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga
dalam pendukungan penyembuhan pasien dan mengevaluasi terapi dalam rangka pengobatan
pasien.
1 | P a g e
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui dan memahami penyakit
hipertensi lebih dalam, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan berupa promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan
berdasarkan pendekatan kedokteran keluarga dengan mengikutsertakan pasien dan keluarga.
Selain itu untuk mengetahui apakan adanya hubungan antara riwayat keluar secara biologis,
psikologis, lingkungan/keadaan rumah, spiritual, sosial, kultural keluarga terhadap penderita
hipertensi. Tidak lupa juga untuk mengetahui sikap, pengetahuan, serta pengobatan yang
dilakukan keluarga yang menderita hipertensi.
Tujuan lain daripada membuat laporan ini juga untuk memenuhi tugas Skill Lab Family
Folder pada blok community medicine.
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan laporan ini adalah untuk meningkatkan sikap, perilaku, dan
pengetahuan pasien dan keluarganya terhadap hipertensi dan pengobatannya, serta mengenali
gejala dini dan tanda-tanda bahaya dari penyakit tersebut sehingga bisa memanfaatkan potensi
pasien dan keluarga dalam menanggulangi masalah yang timbul. Dengan begitu angka
morbiditas dan mortalitas pada kasus penyakit ini dapat berkurang.
1.5 Sasaran
Sasaran yang kita tuju adalah “pasien” yang merupakan penderita hipertensi, dan juga
sekelompok masyarakat atau komunitas yang harus kita berikan edukasi guna mencegah
peningkatan penderita penyakit hipertensi.
2 | P a g e
Tinjauan Pustaka
2.1 Hipertensi1
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan curah jantungdan/atau
kenaikan pertahanan perifer.
Menurut The Joint National Commitee of Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of The Blood Pressure(2004) dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik yang
lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik yang lebih
besar atau sama dengan 90mmHg. Umumnya tekanan darah normal seseorang 120 mmHg/80
mmHg. Hasil pemeriksaan tersebut dilakukan 2 atau lebih pemeriksaan dan dirata-rata.
2.2 Anamnesis3
Anamnesis adalah suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan
antara seorang dokter dengan pasiennya.
Tujuan utama anamnesis adalah untuk mengumpulkan semua informasi dasar yang
berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi pasien terhadap penyakitnya. Kemudian dapat
dibuat penilaian keadaan pasien. Prioritasnya adalah memberitahukan nama, jenis kelamin, dan
usia pasien, menjelaskan secara rinci keluhan utama, menjelaskan riwayat penyakit dahulu yang
signifikan, riwayat keluarga, pengobatan dan alergi, temuan positif yang relevan dengan
penyelidikan fungsional, dan menempatkan keadaan sekarang dalam konteksi situasi sosial
pasien. Presentasi anamnesis harus mengarah pada keluhan atau masalah. Saat melakukan
anamnesis, hindari penggunaan kata-kata medis yang tidak dimengerti oleh pasien.
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder
a) Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal
b) Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakian obat-obat analgesic
c) Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma)
d) Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
3 | P a g e
3. Faktor-faktor resiko :
a) Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien
b) Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarga pasien
c) Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarga pasien
d) Kebiasaan merokok
e) Pola makan
f) Kegemukan, intensitas olahraga
g) Kepribadian
4. Gejala kerusakan organ
a) Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attack,
deficit sensoris atau motoris
b) Jantung : nyeri dada, sesak, bengkak kai
c) Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuri
d) Arteri perifer : ekstremitas dingin
5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya
Faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan
2.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik juga penting untuk mengarahkan evaluasi selanjutnya. Pada
pemeriksaan fisik, kita menilai keadaan umum , kesadaran dan melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital (TTV).4
I. Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi:5
Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-
teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4 | P a g e
Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu menjawab jawaban verbal.
Stupor (koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
II. Pemeriksaan keadaan umum pasien ialah melihat kondisi pasien langsung ketika
datang ke klinik atau rumah sakit. Hal-hal yang perlu diperhatikan ialah kesadaran dan
keaktifan pasien.4,5
III. Pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital), yang perlu diperiksa tekanan darah, nadi,
pernapasan, dan suhu tubuh.4,5
2.4 Pemeriksaan Penunjang6
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang dapat membantu dokter untuk
menyingkirkan diagnosis pembanding, untuk menegakkan diagnosis, maupun untuk memilih
terapi yang tepat untuk dijalankan oleh pasien. Dalam memilih pemeriksaan penunjang, dokter
haruslah bijaksana dan haruslah mempertimbangkan berbagai faktor yang terlibat, selain itu
pemeriksaan penunjang yang akan di jalankan oleh pasien haruslah informative untuk dokter
tersebut.
Pemeriksaan laboratorium yang rutin dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi.7
I. Hematologi Rutin
Pada penderita hipertensi yang tidak diobati biasanya akan mengalami peningkatan
sel darah putih (leukosit) serta perubahan pada beberapa komponen darah lainnya.
5 | P a g e
II. Gula Darah
Hipertensi yang disertai diabetes maupun diabetes yang disertai hipertensi dapat
menimbulkan risiko penyulit pada organ penting. Untuk menghindari hal tersebut
maka penyandang hipertensi juga perlu secara teratur memeriksakan gula darahnya
(gula puasa dan 2 jam PP).
III. Profil Lemak
Penyandang hipertensi berisiko mengalami penyakit kardiovaskular. Risiko akan
semakin besar apabila disertai peningkatan trigliserida, kolesterol total dan kolesterol
LDL, serta penurunan kolesterol HDL. Oleh sebab itu sangat penting bagi
penyandang hipertensi untuk memeriksakan profil lemak secara berkala.
IV. Fungsi Ginjal
Hipertensi pemicu utama terjadinya kerusakan pada ginjal. Dari hasil evaluasi, 20 -
30% pasien cuci darah adalah penderita hipertensi. Untuk itu perlu melakukan
pemeriksaan laboratorium yang berkaitan dengan:
Urea N
Urea Nitrogen merupakan produk akhir dari metabolisme protein yang mudah
disaring oleh ginjal. Urea N dalam darah mencerminkan perbandingan antara
urea yang dihasilkan dan urea yang dibuang. Urea N dalam darah dapat tinggi
pada keadaan penyakit ginjal akut maupun kronik.
Kreatin
Kreatin merupakan pemeriksaan fungsi ginjal yang paling umum digunakan.
Namun konsentrasi kreatin akan menunjukkan hasil tidak normal setelah
setengah atau lebih kerja ginjal tidak berfungsi. Saat ini penanda baru yang lebih
sensitif dari kreatinin dalam mendeteksi penurunan fungsi ginjal adalah Cystatin
C.
Asam Urat
Asam urat sangat berhubungan erat dengan hipertensi. Konsentarsi asam urat
yang tinggi di dalam darah akan meningkatkan risiko komplikasi hipertensi.
Albumin Urin Kuantitatif
6 | P a g e
Pemeriksaan Albumin Urin Kuantitatif digunakan untuk menguji saring
mikroalbuminuria. Mikroalbuminuria terjadi pada sekitar 30% pasien hipertensi
sedang maupun ringan. Uji saring mikroalbuminuria pada penyandang hipertensi
dapat digunakan sebagai penanda kerusakan pada ginjal, dan penanda risiko
penyakit kardiavaskular dan risiko kematian akibat penyakit jantung lainnya.
2.5 Klasifikasi Hipertensi8
Menurut The Seven Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) kalsifikasi tekanan
darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi
derajat 1 dan hipertensi derajat 2 (Tabel 1).
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi8
2.6 Etiologi dan Faktor Resiko9,10,11
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan serta
faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi
I. Genetik
7 | P a g e
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut
mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orangtua hipertensi mempunyai
resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
II. Umur
Insidens hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Individu yang berumur
di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90
mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah
usianya.
III. Jenis Kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki
juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas
kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada
perempuan.
IV. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih.
Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam orang kulit hitam ditemukan
kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar.
V. Penyakit Ginjal
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu
berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah
tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri
renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua
ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
VI. Obat-obataan
8 | P a g e
Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB), Kortikosteroid,
Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam jumlah sangat besar),
termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat
meningkatkan tekanan darah seseorang. Minuman yang mengandung alkohol juga
termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.
VII. Preeklampsi pada kehamilan
Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg
setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa
lebih awal terjadi. Preeklamsi terjadi sebagai akibat dari gangguan fungsi organ akibat
penyempitan pembuluh darah secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta (ari-
ari) sehingga berakibat kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.
Faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
I. Stress
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga
akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan
pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal. Mekanisme hubungan antara
stress dengan hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah
saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang
bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
II. Obesitas
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan
dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Pada populasi
yang tidak ada peningkatan berat badan seiring umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan
darah sesuai peningkatan umur. Obesitas terutama pada tubuh bagian atas dengan
peningkatan jumlah lemak pada bagian perut.
III. Nutrisi
9 | P a g e
Sodium adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan garam yang tinggi akan
menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak
langsung akan meningkatkan tekanan darah.
Asupan garam tinggi yang dapat menimbulkan perubahan tekanan darah yang dapat
terdeteksi adalah lebih dari 14 gram per hari atau jika dikonversi kedalam takaran sendok
makan adalah lebih dari dua sendok makan.
IV. Merokok
Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu faktor risiko
hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan faktor risiko yang potensial
untuk ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan
penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia.
V. Kurang olahraga
Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya hipertensi pada
orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.
2.7 Patogenesis12
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah.
Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon,
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di
paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah
meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus
(kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler
10 | P a g e
akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah
menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.
2.8 Manisfestasi Klinis10
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.
Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya jarang berhubungan
langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara
teratur. Akan tetapi, jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
Sakit kepala
Kelelahan
Mual
Muntah
Sesak nafas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal.
Sering buang air kecil terutama di malam hari
Telinga berdenging
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.
11 | P a g e
2.9 Penatalaksanaan12
Pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
1. Promotif (peningkatan kesehatan)
Menjelaskan tentang hipertensi itu penyakit seperti apa pada keluarga pasien, terutama
mengenai apa penyebabnya, apa akibatnya, bagaimana cara mengobati dan
pencegahannya.
Edukasi kepada keluarga pasien mengenai masalah-masalah yang dapat memunculkan
hipertensi dan bagaimana cara mengatasinya.
Melakukan penyuluhan kepada keluarga di lingkungan sekitarnya mengenai pola
hidup yang sehat agar terhindari dari hipertensi dan bagaimana cara mengontrol
hipertensi. Pola hidup yang sehat yang perlu di promosikan meliputi olahraga yang
cukup, kurangi makan makanan berlemak, kurangi konsumsi garam, hindari rokok,
dan perbanyak makan makanan yang mengandung cukup serat.
2. Preventif (upaya pencegahan)
Resiko seserorang terkena hipertensi dapat dikurangi dengan cara:
Mengukur tekanan darah secara rutin
Kurangi konsumsi garam dalam makanan.
Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan kalsium. Kalium,
magnesium dan kalsium mampu mengurangi tekanan darah tinggi.
Hindari konsumsi alkohol.
Lakukan olahraga secara teratur. Olahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan
darah tinggi. Jika menderita tekanan darah tinggi, pilihlah olahraga yang ringan seperti
berjalan kaki, bersepeda, lari santai, dan berenang. Lakukan selama 30 hingga 45
menit sehari sebanyak 3 kali seminggu.
Berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi tekanan darah tinggi atau
hipertensi.
Kendalikan kadar kolesterol.
12 | P a g e
Kendalikan diabetes.
Hindari obat yang bisa meningkatkan tekanan darah. Konsultasikan dan mintalah ke
dokter agar memberikan obat yang tidak meningkatkan tekanan.
Menghindari stress dan emosi.
3. Kuratif (pengobatan)
Penanganan/pengobatan hipertensi
a. Pengobatan Non-farmakologis Terkadang dapat mengontrol tekanan darah
sehingga pengobatan farmakologis tidak diperlukan, atau minimal ditunda.
b. Pengobatan Farmakologi Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan kimiawi.
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan secara non
farmakologis, antara lain:
Mengatasi Obesitas. dengan melakukan diet rendah kolesterol, namun kaya dengan
serat dan protein. Dianjurkan pula minum suplemen potassium dan kalsium. Minyak
ikan yang kaya dengan asam lemak omega 3 juga dianjurkan. Diskusikan dengan
dokter ahli/ahli gizi sebelum melakukan diet.
Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan kebiasaan makan
penderita hipertensi. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit
dilaksanakan, jadi sebaiknya dilakukan secara bertahap dan tidak dipakai sebagai
pengobatan tunggal.
Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien penderita
hipertensi. Perkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga atau meditasi, yang
dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien penderita
hipertensi untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama
30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu menghentikan kebiasaan
merokok dan mengurangi minum minuman beralkohol sebaiknya juga dilakukan.
Selain cara pengobatan non farmakologis, penatalaksanaan utama hipertensi
primer ialah dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat anti hipertensi
berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya
13 | P a g e
kerusakan organ target, dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskular atau
faktor resiko lain.
Pengobatan hipertensi berlandaskan beberapa prinsip:
1) pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan kausal
2) pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan
harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komlikasi
3) upaya menurunkan tekanan darh dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi
selain dengan perubahan gaya hidup
4) pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan
kemungkinan besar untuk seumur hidup
5) pengobatan menggunakan algoritma yang dianjurkan The Joint National Committee
on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure . Pada sebagian
besar pasien pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat anti hipertensi yang dipilih,
dan jika perlu dosisnya secara perlahan-lahan dinaikan, bergantung pada umur,
kebutuhan, dan hasil pengobatan. Obat anti hipertensi yang dipilih sebaiknya yang
mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam dengan dosis sekali sehari,
dan setelah 24 jam efek penurunan tekanan darahnya masih diatas 50% efek
maksimal. Obat antihipertensi kerja panjang yang mempunyai efek penurunan
tekanan darah selama 24 jam lebih disukai daripada obat jangka pendek disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain:
- kepatuhan lebih baik dengan dosis sekali sehari
- harga obat dapat lebih murah
- pengendalian tekanan darah perlahan-lahan dan persisten
- mendapat perlindungan terhadap faktor risiko seperti kematian mendadak,
serangan jantung, dan strok, yang disebabkan oleh peninggian tekanan darah
pada saat bangun setelah tidur alam hari10
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
Rehabilitasi merupakan upaya perbaikan dampak negatif dari hipertensi yang tidak bisa
diobati. Upaya yang dapat dilakukan oleh penderita hipertensi antara lain dengan perubahan
pola makan dan gaya hidup sehat yang harus dilakukan secara kontinum. Hal-hal lain yang
dilakukan dan bertujuan agar tekanan darah selalu dalam keadaan normal seperti
14 | P a g e
menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal, berolahraga, dan pola makan
seimbang seperti mengurangi asupan garam karena didalam garam terdapat kandungan
sodium yang dapat meningkatkan tekanan darah bagi orang yang memiliki sensitifitas
garam.
Kontrol penyakit ke dokter minimal sebulan sekali.
Monitoring:
o Tekanan darah
o Kerusakan target organ: mata (retinopati hipertensi), ginjal (nefropati
hipertensi), jantung (HHD), otak (stroke)
o Interaksi obat dan efek samping
o Kepatuhan
Komplikasi10,11,12
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan diastolik ≥ 130
mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak dan tinggi.
I.Pada mata : penyempitan pembuluh darah pada mata karena penumpukan kolesterol
dapat mengakibatkan retinopati, dan efek yang ditimbulkan pandangan mata kabur.
II. Pada jantung : jika terjadi vasokonstriksi vaskuler pada jantung yang lama dapat
menyebabkan sakit lemah pada jantung, sehingga timbul rasa sakit dan bahkan
menyebabkan kematian yang mendadak.
III. Pada ginjal : suplai darah vaskuler pada ginjal turun menyebabkan terjadi
penumpukan produk sampah yang berlebihan dan bisa menyebabkan sakit pada ginjal.
15 | P a g e
IV. Pada otak : jika aliran darah pada otak berkurang dan suplai O2 berkurang bisa
menyebabkan pusing. Jika penyempitan pembuluh darah sudah parah mengakibatkan
pecahnya pembuluh darah pada otak (stroke).
Materi dan Metode
3.1 Materi
16 | P a g e
Materi yang dibahas dalam laporan kasus ini adalah hipertensi yang terjadi pada pasien.
3.2 Metode
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam laporan, yaitu :
1. Pengamatan atau observasi terhadap pasien, keluarga, serta lingkungan rumah dan
sekitarnya.
2. Wawancara/interview langsung dengan menggunakan alat berupa daftar pertanyaan.
Wawancara dilakukan kepada pasien.
3. Dokumentasi dengan melampirkan foto sebagai bukti pelaksanaan kunjungan ke rumah
pasien.
Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Data
17 | P a g e
Dari hasil wawancara dengan pasien serta pengamatan pada saat melaksanakan
kunjungan ke rumah pasien di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, maka diperoleh data sebagai
berikut:
Puskesmas : Kecamatan Kebon Jeruk
Alamat : Jl. Kebon Jeruk No. 2 Rt.09/01. Jakarta Barat, DKI Jakarta, Indonesia
No Register :---
I. Identitas Pasien :
Nama : Ibu Sukmanah
Umur : 48 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : Madrasah
Alamat : Jl. Muscholla II RT 004/ RW010 Kel. Kec Kebon Jeruk
II. Riwayat Biologis Keluarga :
Keadaan kesehatan sekarang : Baik
Kebersihan perorangan : Baik
Penyakit yang sering diderita : Pusing, sakit kepala, tangan kesemutan
Penyakit keturunan : Hipertensi (Ayah)
Penyakit kronis/menular : Tidak ada
Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
Pola makan : Sedang (terkadang masih suka makanan
asin seperti garam, ikan asin berlebihan)
Pola istirahat : Baik
Jumlah anggota keluarga : 6 orang
18 | P a g e
III. Psikologis Keluarga :
Kebiasaan buruk : Tidak ada
Pengambilan keputusan keluarga : Bapak
Ketergantungan obat : Tidak ada
Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas
Pola rekreasi : Kurang
IV. Keadaan Rumah /lingkungan :
Jenis bangunan : Semi Permanen
Lantai rumah : Semen
Luas rumah : 3x8m2
Penerangan : Kurang
Kebersihan : Sedang
Ventilasi : Sedang
Dapur : Ada, kurang bersih
Jamban keluarga : Ada, kurang bersih
Sumber air minum : Beli, Aqua
Sumber pencemaran : Ada, buang dan membakar sampah
sembarangan
Sistem pembuangan air limbah : Ada
Tempat pembuangan sampah : Ada
Sanitasi lingkungan : Kurang
Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada
V. Spiritual Keluarga :
Ketaatan beribadah : Baik
Keyakinan tentang kesehatan : Baik
VI. Keadaan Sosial Keluarga
Tingkat pendidikan : Rendah
Hubungan antar aggota keluarga : Baik
Hubungan dengan orang lain : Baik
19 | P a g e
Kegiatan organisasi sosial : Baik
Keadaan ekonomi : Kurang
VII. Kultural Keluarga
Adat yang berpengaruh : Sunda
Lain – lain : Tidak ada
VIII. Daftar anggota keluarga
Nama Usia Pendidikan PekerjaanHubungan
Keluarga
Status
Perkawina
n
Imunisasi KBKeadaan
Kesehatan
Sukmana 48 Madrasah IRT Istri Menikah Lupa + Hipertensi
Rojali 60 SDPenganggura
nSuami Menikah Lupa - Riwayat tifus
Siti 33 SMA IRTAnak
PertamaMenikah Lengkap -
Gejala tifus 3 bulan
yll
Moh. Rizky
Ramadhan12 SD Siswa SD
Anak
Kedua
Belum
MenikahLengkap - Down Syndrome
Wawan 32 SD Montir Mantu Menikah Lupa - Sehat
Arya Fadil 10 SD Siswa SD CucuBelum
MenikahLengkap - Sehat
IX. Keluhan Utama :
Kepala Sering Pusing, Tangan Kesemutan
20 | P a g e
X. Keluhan Tambahan :
Cepat Lelah
XI. Riwayat Penyakit sekarang :
Pasien sering merasa pusing disertai tangan kesemutan ketika merasa terlalu lelah,
dan ketika sedang memikirkan masalah
XII. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien diketahui sudah memiliki riwayat hipertensi sudah lama dan rajin minum
obat dan kontrol. Tekanan darahnya dulu sempat mencapai 150/90mmHg
XIII. Pemeriksaan fisik :
Status Generalis
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
RR : 18x/menit
Nadi : 81x/menit
Suhu : 36.5 C
XIV. Diagnosis Penyakit :
Hipertensi primer grade I
XV. Diagnosis keluarga :
Riwayat Hipertensi
XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit :
a. Promotif : Menjelaskan tentang penyakit Hipertensi
b. Preventif : - Diet rendah garam
- Olah raga teratur
- Menghindari faktor resiko : rokok, alcohol, stress
21 | P a g e
c. Kuratif :
Terapi medikamentosa :
- Amlodipin 5 mg/hari
- Cephadroxil 3x500 mg/hari
Terapi non-medikamentosa :
1. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan
kebiasaan makan penderita hipertensi.
2. Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien
penderita hipertensi.
3. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien
penderita hipertensi untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik atau
jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu
menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi minum minuman
beralkohol sebaiknya juga dilakukan
d. Rehabilitatif : -
XVII. Prognosis :
Penyakit : dubia ad bonam
Keluarga : dubia ad bonam
Masyrakat : dubia ad bonam
XVIII. Resume
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 24 Juli 2015 pasien
adalah penderita Hipertensi. Pasien sudah memiliki pengentahuan dan kesadaran akan
penyakit hipertensi sehingga pasien rutin meminum obat dan rajin untuk kontrol, namun
terkadang pasien masih suka makan makanan yang asin secara berlebihan, namun secara
keseluruhan pasien sudah mengikuti petunjuk yang disampaikan oleh dokter untuk
mengatur tekanan darahnya. Rumah pasien juga tergolong rumah yang kurang baik
22 | P a g e
dimana rumah tersebut memiliki kebersihan rumah dan ventilasi yang cukup baik, namun
penerangan dan kebersihan daripada dapur dan kamar mandinya kurang.
XIX. Lampiran : foto foto perilaku atau lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit atau yang nantinya akan mempengaruhi keadaan kesehatan keluarga
Gambar 1 dan 2. Ruang Keluarga dan Tempat Untuk Beristirahat
23 | P a g e
Gambar 3. Dapur untuk memasak setiap hari
Gambar 4 dan 5. Tempat Pembuangan Sampah dan Kamar Mandi
24 | P a g e
Gambar 6 dan 7. Sumber Air Minum Sehari Hari dan Sumber Pencahayaan
Gambar 8. Keadaan Diluar Rumah
Penutup
5.1 Kesimpulan
25 | P a g e
Dari hasil pemeriksaan dan wawancara pada saat kunjungan rumah pasien Puskesmas
Kecamatan Kebon Jeruk pada tanggal 24 July 2015 didapatkan bahwa pasien memiliki penyakit
hipertensi. Pasien tersebut sudah memiliki cukup ilmu pengetahuan tentang penyakit tersebut
dimana ia terapkan dengan cara meminum obat secara rutin dan rajin untuk kontrol kepada
dokter. Rumah pasien masih tergolong kurang baik karena kurangnya sumber cahaya dan
kurangnya kebersihan dapur dan kamar mandinya.
5.2 Daftar Pustaka
1. Baradero M, Dayrit MW, Siswadi Y. Gangguan vaskular jantung. Klien Gangguan
Kardiovaskular. 1st ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h. 49-52.
2. Yogiantoro M. Hipertensi esensial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.4 th ed. Jakarta:
Interna Publishing; 2007.h. 599
3. Gleadle J. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. At a Glance. Jakarta; Erlangga. 2005.h.12-
52, 83-84
4. Houghton AR. Gray D. Chamberlain’s gejala dan tanda dalam kedokteran klinis. Jakarta:
EGC; 2012,h.103-7.
5. Uliyah M. Keterampilan dasar praktik klinik. 2nd ed. Jakarta: Salemba Medika;
2008.h.153.
6. Harrisons 15th edition Principles Of Internal Medicine, Eugene Braunwald, Anthony S.
Fauci, Dan L. Longo, McGraw Hill,2001, Acute Appendicitis, 1705- 1708
7. Nelson, Waldo E., Behman,Richard E., Kliegman,Robert., Arvin,Ann M. Nelson textbook
of pediactrics vol. 3 15th : syndromes of herediter persistence of fetak hemoglobin (edisi
bahasa indonesia, ahli bahasa : a. samik wahab). Jakarta: EGC; 2012.h.1708 – 12.
8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6.
Jakarta: EGC, 2005. h.583-5.
9. Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2001. Cermin Dunia
Kedokteran No. 150, 2006 35
26 | P a g e
10. Boedhi-Darmojo, R. Community Prevalence of hypertension in Indonesia 8th World
Congress of Cardiology, Tokyo, 1978
11. Kartari, dkk.: Blood Pressure values and Prevalence of Hypertension in certain Ethnic
Groups in Indonesia, Bull. Health Studies, 1976
12. Mc mahon Rosemary. Manajemen pelayanan kesehatan primer. 2nd ed. Jakarta: EGC;
2003.h.89 –130.
27 | P a g e