41 41
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kapal Jukung
4.1.1 Spesifikasi Teknis
Kapal Jukung merupakan kapal yang dibangun dari satu potong kayu yang
utuh. Kayu tersebut dibangun ruang dengan cara mengetam di bagian tengah kayu
tersebut dengan arah memanjang. Dalam pembuatan kapal jukung memerlukan
banyak bahan baku karena alat transportasi air ini terbuat dari satu pohon kayu yang
mana masyarakat Ur Pulau umumnya menggunakan kayu katapa (Terminalia
catapa) dan kayu pulai (Alstonia sp) sebagai bahan pembuatan kapal jukung.
Semang adalah nama lokal yang umumnya digunakan oleh nelaya Ur Pulau dan
nelayan di daerah Maluku secara keseluruhan pada kapal. Sehingga pada prinsipnya
semang mempunyai fungsi sebagai alat penimbang kapal agar kapal tidak dengan
mudah terbalik pada saat operasi penangkapan dan juga dalam melakukan kegiatan
lainnya di laut.
Kapal jukung yang menggunakan (katir) semang dengan maksud untuk
menjaga stabilitas dari kapal tersebut sehingga kapal tidak oleng ke kiri dan ke kanan
atau sehingga kapal tidak dengan mudah terbalik pada saat proses penangkapan.
Pada mulanya kapal jukung yang digunakan saat itu masih menggunakan tenaga
dayung (tenaga manusia) atau dengan menggunakan layar sebagai tenaga penggerak
kapal, dimana saat itu daerah penangkapan masih berada di daerah pesisir. Dengan
terjadinya pencemaran di laut akibat dari perkembangan teknologi sehingga saat ini
nelayan setempat melakukan penangkapan sudah lebih jauh dari daerah pesisir.
Kapal semang yaitu dimana semangnya dipasang pada sisi kiri dan kanan
kapal. Konstruksi semang terdiri dari dua batang kayu semang. Sebagaimana
umumnya kapal-kapal tradisional lainnya, pembangunan kapal semang dilakukan
berdasarkan pengalaman secara turun-temurun tanpa menggunakan gambar rencana
ataupun berdasarkan perhitungan teknis yang selayaknya dalam pembangunan kapal
42 42
secara modern.
Pembanguanan sebuah kapal jukung yang menggunakan semang
membutuhkan waktu pembuatan yang berkisar antara dua minggu sampai satu bulan
dengan biaya pembuatan yang berkisar antara Rp 400.000,00 sampai dengan Rp
750.000,00, berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan Ur Pulau bahwa harga
biaya tersebut masih dapat terjangkau.
Kapal yang diteliti beroperasi operasi di perairan Ur Pulau Maluku
Tenggara. Dalam melakukan operasi penangkapan umunnya diawaki oleh satu
sampai lima orang nelayan dengan membawa alat penangkapan satu lebih. Alat
penangkapan tangkap yang dioperasikan bervariasi, pada umumnya jaring gill net
atau jaring insang. Selain itu juga menggunakan alat tangkap panjing ulur dan alat
pancing tunda. Hasil tangkapan yang diperoleh terdiri dari ikan demersal dan pelagis
yang disimpan tanpa menggunakan bahan pendingin.
Selain alat tangkap, setiap kapal harus memilki perlengkapan kapal yaitu
dua sampai tiga dayung, jangkar, ember, dan kerancang ikan. Kapal jukung yang
menggunakan semang dengan menggunakan motor poros panjang harus dilengkapi
dengan sebuah jerigen yang berkapasitas 5 liter bahan bakar minyak.
Kapal jukung yang tidak menggunakan (katir) semang stabilitas dari kapal
tersebut tidak terjaga sehingga kapal dengan mudah oleng ke kiri dan ke kanan atau
sehingga dengan mudah kapal terbalik pada saat proses penangkapan. Pada mulanya
kapal jukung yang digunakan saat itu masih menggunakan tenaga dayung (tenaga
manusia) atau dengan menggunakan layar sebagai tenaga penggerak kapal, dimana
saat itu daerah penangkapan masih berada di daerah pesisir. Dengan terjadinya
pencemaran di laut akibat dari perkembangan teknologi sehingga saat ini nelayan
setempat melakukan penangkapan sudah lebih jauh dari daerah pesisir.
Kapal jukung yang tidak menggunakan semang yaitu dimana tidak memasang
alat penimbang yang dipasang pada sisi kiri dan kanan kapal. Sebagaimana umumnya
kapal-kapal tradisional lainnya, pembangunan kapal yang tidak menggunakan semang
dilakukan berdasarkan pengalaman secara turun-temurun tanpa menggunakan gambar
43 43
rencana ataupun berdasarkan perhitungan teknis yang selayaknya dalam pembangunan
kapal secara modern.
Pembanguanan sebuah kapal jukung yang tidak menggunakan semang
membutuhkan waktu pembuatan yang berkisar antara dua minggu sampai satu bulan
dengan biaya pembuatan yang berkisar antara Rp 400.000,00 sampai dengan Rp
750.000,00, berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan Ur Pulau bahwa harga
biaya tersebut masih dapat terjangkau.
Kapal yang diteliti beroperasi di perairan Ur Pulau Maluku Tenggara. Dalam
melakukan operasi penangkapan umunnya diawaki oleh satu sampai lima orang
nelayan dengan membawa alat penangkapan satu lebih. Alat penangkapan tangkap
yang dioperasikan bervariasi, pada umumnya jaring gill net atau jaring insang. Selain
itu juga menggunakan alat tangkap panjing ulur dan alat pancing tunda. Hasil
tangkapan yang diperoleh terdiri dari ikan demersal dan pelagis yang disimpan tanpa
menggunakan bahan pendingin.
Selain alat tangkap, setiap kapal harus memilki perlengkapan kapal yaitu dua sampai
tiga dayung, jangkar, ember, dan kerancang ikan. Kapal jukung yang tidak
menggunakan semang dengan motor poros panjang harus dilengkapi dengan sebuah
jerigen yang berkapasitas 5 liter bahan bakar minyak.
4.1.2 Dimensi Utama Kapal
Keterbatasan dalam membangun kapal menyebabkan proses pembuatan kapal
tanpa memperhatikan prinsip-prinsp arsitek perkapalan. Pengrajian kapal tradisional
merupakan pengetahuan turun-temurun dan merupakan warisan dari para terdahulu,
walaupun demikian yang dibangun pada galangan tradisional namun nelayan lebih
memilih untuk memiliki armada penangkapan dengan harga yang mudah dijangkau.
Rasio dimensi utama kapal merupakan parameter sederhana untuk
menentukan ukuran kapal. Nilai dari dimensi utama kapal merupakan pendekatan
sederhana dan mudah untuk dapat menentukan ukuran kapal.
Karakteristik kapal termasuk kapal perikanan dapat dilihat berdasarkan nilai
rasio dimensi utama kapal. Rasio utama kapal yaitu Lpp/B, Lpp/D dan B/D. Kapal
44
yang digunakan terdiri dari dua buah kapal tipe
oleh masyarakat nelayan
menggunakan semang dan tanpa semang. Semang adalah merupakan kayu
penimbang dimana konstruksin
sejajar pada sisi kanan dan kiri kapal.
terdiri dari dua buah kapal tipe jukung atau yang umumnya di kenal
oleh masyarakat nelayan Maluku dan Ur Pulau khususnya yang mana kapal tersebut
semang dan tanpa semang. Semang adalah merupakan kayu
penimbang dimana konstruksinya dibuat secara melintang pada badan kapal
pada sisi kanan dan kiri kapal.
Gambar 18 Pengukuran panjang kapal
Gambar 19 Pengukuran lebar kapal
Gambar 20 Pengukuran tinggi kapal
44
yang umumnya di kenal
mana kapal tersebut
semang dan tanpa semang. Semang adalah merupakan kayu
a melintang pada badan kapal dan
45 45
Tabel 7 Ukuran utama kapal tipe jukung yang menggunakan semang
No LOA B D L/B L/D B/D (m) (m) (m) 10,20 0,97 0,56 10,51 18,21 1,73
Tabel 8 Ukuran utama kapal tipe jukung yang menggunakan semang
No LOA B D L/B L/D B/D (m) (m) (m) 10 0,78 0,60 12,82 16,66 1, 3
Hasil pengukuran lapang pada kapal jukung yang dipergunakan di Ur Pulau,
dimana nilai perbandingan tersebut diatas dapat diambil beberapa hal antara lain: nilai
L/B pada kapal yang menggunakan semang 10,51 m dan kapal tanpa menggunakan
semang 12,82 besar menunjukkan bahwa perahu/kapal tersebut ramping dan
berpengaruh terhadap kekuatan memanjang, untuk nilai L/D untuk kapal yang
menggunakan semang 18,21 m dan kapal tanpa menggunakan semang 16,66 m,
apabila semkin besar berpengaruh tinggi stabilitas kapal, nilai B/D pada kapal yang
menggunakan semang 1,73 m dan kapal tanpa menggunakan semang 1,3 m,
berpengaruh pada tinggi metacenter. Panjang semang dari kapal yang menggunakan
semang adalah 4,17 m, dan diameter semang adalah 12 cm.
4.2 Koefisien Bentuk Kapal
Koefisien bentuk kapal adalah koefisien yang menggambarkan keadaan dari
bentuk tubuh kapal. Nilai dari bentuk kapal khususnya koefisien blok yang
digunakan adalah nilainya 0,55 (Nomura & Yamazaki 1977).
4.3 Mesin Kapal Jukung
Mesin merupakan motor penggerak kapal/perahu penangkap ikan mempunyai
peran penting untuk operasi penangkapan ikan , dimana mesin dapat merubah tenaga
panas dalam bentuk tenaga mekanis. Berdasarkan prisip kerjanya maka mesin yang
digunakan pada kapal jukung adalah termasuk mesinr 4 langkah. Dimana bagian-
46 46
bagian pokok dari mesin ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu bagian
yang bergerak dan bagian tidak bergerak, yang termasuk bagian yang bergerak adalah
poros engkol, torak (pena torak, batang torak, cicin torak), roda gila, regulator, katup,
bagian yang tidak bergerak yaitu kotak engkol, blok silinder, tutup silinder, saringan
udara, saluran gas buang, tempat bahan bakar. Silinder merupakan ruang proses
pembakaran serta tempat bertumpu katup, blok selinder merupakan tempat dudukan
torak yang merupakan tempat proses perubahan tenaga panas hasil pembakaran yang
menghasilkan tenaga mekanik dimana proses turun-naiknya torak pada silinder.
Daya 6,5 HP Daya 5,5 HP
Gambar Gambar 21 Mesin kapal jukung 5,5 HP dan 6,5 HP
Torak merupakan pusat pergerakkan motor dilengkapi dengan pena torak,
batang torak, cicin torak yang mempunyai fungsi sebagai penahan kompresi
rembesan tenaga hasil pembakaran, mencegah masuknya minyak pelumas kedalam
ruang pembakaran, serta berfungsi untuk melumasi dinding luar selinder dengan
minyak pelumas sebagai bahan pendingin didalam ruang selinder. Pena torak dan
cincin torak bergerak berdasarkan turun-naiknya torak.
Batang torak merupakan penghubung antara poros engkol dan torak. Fungsi
poros engkol yaitu merubah gerak lurus torak menjadi gerak putar. Roda gigi atau
roda gaya berada diujung poros engkol yang berada dalam rumah gigi (gear box)
47 47
yang mempunyai fungsi menstabilkan momen putar yang dihasilkan oleh poros
engkol sehingga menstabilkan kecepatan.
Poros penghubung merupakan penghubung antara poros engkol dan baling-
baling. menurut Sularso (1983) bahan poros yang dipakai untuk putaran tinggi
dengan beban berat umumnya terbuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang
sangat tahan terhadap keausan. Yang diantaranya adalah baja khrom nikel (JIS G
4102). Baling-baling dipasang pada poros baling-baling kapal dimana poros engkol)
dan mesin induk dapat terlihat pada Gambar 22.
Gambar 22 Posisi mesin induk, poros baling-baling, baling-baling
Sesuai hasil pengamatan lapang nelayan Ur Pulau dalam melakukan operasi
penangkapan ikan umumnya menggunakan tenaga penggrak kapal yaitu dengan
motor tempel. Ada dua jenis motor yang digunakan yaitu jenis marine engine dan
motor panjang. Motor tempel dengan poros panjang mengalami penambahan
komponen yang telah di modifikasikan dengan penambahan poros panjang yang
mana menghubungkan mesin dan baling-baling.
Daya mesin yang digunakan pada motor poros panjang ini yaitu 5,5 HP dan
6,5 HP. Untuk jenis marine engine adalah merupakan jenis motor yang
dirancangkhusus dilaut. Jenis mesin ini umumnya disebut dengan motor tempel,
48 48
dimana daya mesin yang digunakan oleh nelayan berkisar antara 15 HP sampai
dengan 40 HP.
Pada prinsipnya mesin merek Honda dengan tipe GX 160 yang di gunakan
pada kapal jukung yang menggunakan semang dan kapal jukung yang tidak
menggunakan semang oleh nelayan Ur Pulau bukan merupakan mesin yang di
rancang khusus untuk digunakan di laut, namun mesin ini adalah merupakan mesin
serbaguna yang pada umumnya digunakan sebagai mesin pembangkit tenaga listrik,
mesin-mesin pertanian, mesin compressor, dan mesin parut buah kelapa. Mesin
Honda dengan tipe GX 160 apabila dipergunakan di laut maka harus menggunakan
suatu poros yang panjang agar dapat menghubungkan mesin utama dengan baling-
baling dimana mesin berada jauh dari permukaaan air laut. Kedudukan motor tempel
poros panjang baling-baling ditempatkan pada sisi kiri atau sisi kanan lambung kapal
pada bagian belakang kapal (buritan), sebagaiman terlihat pada gambar
4.4 Diskripsi Baling-baling
Ukuran baling-baling dibatasi oleh besarnya kapal, disamping itu juga dapat
ditentukan oleh pitch (P), diameter (D), dan jumlah, tebal dan luas daun (Soenarto,
1985). Menurut Suochotte (1975), menyatakan bahwa besarnya ukuran pitch akan
berpengaruh terhadap kecepatan kapal, semakin besar pitch semakin cepat kapal
bergerak maju, pitch dan kecepatan dapat dikendalikan.
5-6 6,5 5
Gambar 23 Baling-baling yang digunakan pada saat eksperimen
49 49
Baling-baling assembly adalah tipe baling-baling yang digunakan pada
penelitian ini dimana tipe dari baling-baling ini adalah berdaun dua. Hal ini
memberikan keuntungan karena daun baling-baling dapat diganti apabila terjadi
kerusakan. Baling-baling assembly yang berdaun dua dengan ukuran/nomor 5-6, 6,5,
dan 5 yang digunakan dalam penelitian memiliki luasan daun baling-baling dimana
daun baling-baling ukuran/nomor 5-6 dengan luasnya baling-baling 70,75 cm2 yang
berdiameter 15,5 cm dengan sudut puntir 300, baling-baling ukuran/nomor 6,5
dengan luasnya baling-baling adalah 88,25 cm2 yang berdiameter 16,2 cm dengan
sudut puntir 330, untuk baling-baling ukuran/nomor 5 dengan luasnya daun baling-
baling 90,19 cm2, yang berdiameter 17,5 cm dengan pitch 350.
Dari masing-masing ukuran/nomor baling-baling miliki rpm yang tinggi pada
saat pengoperasian berlangsung yang digunakan oleh kapal yang berbeda dan pada
penggunaan ukuran poros baling-baling pada setiap eksperiment. Baling-baling
berukuran 5-6 pada kapal yang menggunakan semang dengan poros baling-baling
yang panjang memilki daya putar sebesar 500 rpm, baling-baling berukuran 6,5
memerlukan daya putar sebesar 450 rpm serta untuk baling-baling yang
berukuran/bernomor 5 memerlukan daya putar sebesar 430 rpm untuk memutarkan
baling-baling untuk kapal yang menggunakan semang. Pada kapal yang tidak
menggunakan semang baling-baling berukuran 5-6 pada kapal semang dengan
menggunakan poros baling-baling panjang memilki daya putar sebesar 355 rpm,
baling-baling berukuran 6,5 memerlukan daya putar sebesar 315 rpm serta untuk
baling-baling yang berukuran/bernomor 5 memerlukan daya putar sebesar 275 rpm
untuk memutarkan baling-baling untuk kapal yang tidak menggunakan semang.
Dari hasil penelitan menunjukkan bahwa jenis dan tipe baling-baling ini
sangat cocok digunakan oleh nelayan Ur Pulau, karena jenis dan tipe ini harganya
relatif murah dan mudah diperoleh dipasaran oleh nelayan setempat.
Menurut Djatmiko (1983), mengemukakan bahwa gaya dorong pada arah
jalannya kapal sebenarnya dihasilkan oleh gaya angkat yang bekerja pada daun
baling-baling saat bergerak di air akibat berputarnya daun baling-baling, secara
singkat dapat dikatakan bahwa baling-baling dikonstruksi sebagai sekrup pendorong
50 50
dan sehubungan bentuk badan kapal, alat tersebut dipasang serendah mungkin pada
buritan kapal.
4.5 Kecepatan Kapal
Kecepatan kapal dibutuhkan dalam kegiatan pengoperasian yakni dalam
melalukan pengejaran terhadap gerombolan ikan dan juga pada saat kembali dengan
membawa hasil tangkapan agar hasil tangkapan selalu tetap berada dalam kondisi
segar (kecepatan waktu), waktu penangkapan dan waktu penanganan.
Setiap benda yang bergerak dan melakukan kerja berarti benda tersebut
memiliki tenaga atau daya, daya yang dimiliki oleh suatu kapal untuk dengan
kecepatan tertentu berasal dari mesin utama yang digunakan oleh kapal tersebut.
Kecepatan kapal terhadap daya mesin dan ukuran/nomor baling-baling pada kapal
yang menggunakan semang dan tanpa semang dengan ukuran poros baling-baling dan
baling-baling yang berbeda, sehingga kapal memperoleh kecepatan dengan rata-rata
total yang sesuai dengan berbagai perlakuan terlihat dalam Tabel 7, yang merupakan
hasil eksperiment dari kapal jukung dengan kecepatan rata-rata kapal terhadap daya
mesin, ukuran/nomor baling-baling dan ukuran poros baling-baling yang berbeda
pada kapal yang menggunakan semang dan tanpa semang.
Tabel 9 Kecepatan rata-rata untuk daya mesin dan ukuran baling-baling pada kapal yang menggunakan semang dengan ukuran/nomor poros baling-baling panjang dan pendek.
Kecepatan rata-rata (knot) DayaMesin Ukuran/nomor baling-baling (HP) Nomor 5-6 Nomor 6,5 Nomor 5
5,5 4,77 5,04 4,57Poros Panjang 6,5 5,05 5,30 4,88 5,5+6,5 5,79 6,20 5,77
5,5 4,96 5,22 5,11Poros Pendek 6,5 5,20 5,23 4,88 5,5+6,5 5,99 6,54 6,43
51 51
Hasil perhitungan berdasarkan persamaan 1 untuk kecepatan pada daya mesin
5,5 HP, 6,5 HP dan 5,5 HP dan 6,5 HP pada kapal jukung yang menggunakan
semang dan yang tidak menggunaka semang, dan poros baling-baling yang berukuran
panjang dan pendek.
Gambar 24 Hubungan kecepatan maksimum kapal dengan daya mesin dan ukuran/nomor baling-baling pada kapal semang untuk poros baling-baling panjang
Tabel 9 dan Gambar 24 memperlihatkkan bahwa, kecepatan yang ditempuh
oleh kapal yang menggunakan semang dengan poros panjang pada daya mesin 5,5
HP adalah 0,28 knot/HP. Dalam proses kerja berlangsung pada daya 6,5 HP ke
kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP menghasilkan kecepatan sebesar 0,74 knot/HP,
hal ini menunjukkan bahwa adanya pertambahan kecepatan dan sebagai mana dapat
terlihat pada Lampiran 3. Kapal yang menggunakan semang pada poros panjang
dengan ukuran/nomor baling-baling 6,5 pada daya 5,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP
dan 6,5 HP pada saat pengoperasian berlangsung menghasilkan kecepatan sebesar
0,28 knot/HP.
Kapal yang menggunakan semang dengan poros panjang pada ukuran baling-
baling 6,5 dengan daya 5,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP saat
pengoperasian berlangsung menghasilkan kecepatan kapal yang ditempuh pada jarak
100 meter yaitu 0,05 knot/HP.
0
1
2
3
4
5
6
7
5.5 6.5 5,5 + 6,5
Kec
epat
an K
apal
Daya Mesin (HP)
Kapal Jukung Semang dengan Poros Panjang
Nomor 5-6
Nomor 6,5
Nomor 5
52 52
Kapal semang dengan poros baling-baling panjang pada ukuran/nomor baling-
baling berukuran/nomor 6,5 pada daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasilkan
kecepatan kapal 0,25 knot/HP. Daya mesin kapal 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP
dan 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal 0,16 knot/HP pada saat berlangsungya
proses kerja mesin.
Kapal yang menggunakan semang dengan poros baling-baling panjang dalam
ukuran/nomor baling-baling berukuran 5 pada daya mesin 5,5 HP ke daya mesin 6,5
HP menghasilkan kecepatan kapal 0,31 knot/HP, kombinasi anatara daya mesin
kapal antara 5,5 HP dan 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal 0,89 knot/HP, bila
dibandingkan dengan daya mesin kapal 6,5 HP ke kombinasi daya mesin 5,5 HP dan
6,5 HP dapat menghasilkan daya mesin kapal 5,5 HP 0,16 knot/HP pada saat
berlangsunya proses kerja mesin.
Hasil pengukuran pada kapal yang menggunakan semang menunjukkan
bahwa daya mesin kapal 5,5 HP menuju ke daya mesin kapal 6,5 HP pada setiap
ukuran/nomor baling-baling 5-6, 6,5, dan 5 dari kedua kombinasi daya mesin kapal
5,5 HP dan 6,5 HP maka dapat direkomendasikan pada ukuran/nomor 6,5 karena
ukuran/nomor ini memilki daya doorong yang tinggi. Kecepatan yang diperoleh
ukuran/nomor baling-baling ini adalah 6,20 knot/HP. Hasil ini menunjukkan bahwa
kecepatan yang dimilki oleh baling-baling berukuran/bernomor 6,5 lebih tingg dari
ukuran/nomor baling-baling 5-6 dan baling-baling ukuran/nomor 5 pada kapal jukung
yang menggunakan semang dengan poros panjang. Hal ini berdasarkan pendapat dari
Suzuki (1977) yang menyatakan bahwa apabila kecepatan melebihi kecepatan yang
diperlukan maka akan menyebabkan kapal tersebut tidak efisien. Penambahan daya
dorong (HP) lebih dari kecepatan kapal yang sesuai, tidak hanya menyebabkan mesin
yang dipergunakan besar dan berat, namun akan mengakibatkan konsumsi bahan
bakar lebih tinggi tanpa adanya suatu perubahan kecepatan yang berarti.
Gambar 24 memperlihatkan bahwa perbandingan antara kecepatan kapal (V)
terhadap daya mesin kapal dan ukuran/nomor baling-baling pada kapal yang
menggunakan semang dan memakai poros baling-baling yang panjang pada saat
kapal sedang melakukan olah gerak.
53 53
Gambar 25 Hubungan kecepatan maksimum kapal dengan daya mesin dan ukuran/nomor baling-baling pada kapal yang menggunakan semang untuk poros baling-baling pendek.
Tabel 9 dan Gambar 25 memperlihatkan bahwa, kecepatan oleh kapal yang
menggunakan semang dengan poros pendek pada daya 5,5 HP dan ukuran/nomor
baling-baling 5-6 adalah 0,09 knot/HP. Sedangkan kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5
HP memperoleh kecepatan yang ditempuh yaitu 0,79 knot/HP. Hal ini menunjukan
bahwa adanya pertambahan kecepatan yaitu 0,09 knot/HP apabila dibandingkan
dengan daya 6,5 HP, dimana hal ini dapat terlihat pada Lampiran 3. Kecepatan yang
di peroleh dari kombinasi antara daya 5,5 HP menuju kombinasi anatara daya mesin
kapal antara 5,5 HP dan 6,5 HP yang menghasilkan kecepatan kapal 0,01 knot/HP
pertambahan daya mesin kapal 5,5 HP pada saat berlangsunya proses kerja mesin.
Pada daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP dengan poros pendek
pada ukuran/nomor baling-baling berukuran 6,5 dengan daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP
menghasilkan kecepatan kapal 1.31 knot/HP, hal ini mengalami pertambahan
kecepatan kapal dengan daya mesin kapal antara 5,5 HP ke daya mesin kapal 6,5 HP
memperoleh kecepatan kapal 0,01 knot/HP apabila dibandingkan dengan daya mesin
kapal 6,5 HP ke kombinasi anatara daya mesin kapal antara 5,5 HP dan 6,5 HP
0
1
2
3
4
5
6
7
5.5 6.5 5,5 + 6,5
Kec
epat
an K
apal
(kn
ot)
Daya Mesin (HP)
Kapal Jukung Semang dengan Poros Pendek
Nomor 5-6
Nomor 6,5
Nomor 5
54 54
dapat menghasilkan penambahan daya mesin kapal 5,5 HP 0,24 knot/HP pada saat
berlangsunya proses kerja mesin.
Kapal yang menggunakan semang dengan poros pendek pada ukuran/nomor
baling-baling 5 dengan daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal
0,34 knot, untuk daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP menghasilkan
kecepatan kapal 1,32 knot/HP, hal tersebut mengalami pertambahan kecepatan kapal
dengan daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP memperoleh kecepatan kapal 0,34 knot/HP bila
dibandingkan dengan daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP dapat
menghasilkan kecepatan sebesar 0,24 knot/HP pada daya 5,5 HP saat proses kerja
mesin berlangsung.
Hasil pengukuran pada kapal yang menggunakan semang menunjukkan
bahwa daya mesin kapal 5,5 HP ke daya mesin kapal 6,5 HP pada ukuran/nomor
baling-baling 5-6, 6,5, dan 5 sehingga dapat merekomendasikan pada ukuran/nomor
baling-baling 6,5 karena dari hasil perhitungan ukuran/nomor baling-baling ini
mempunyai daya doorong yang tinggi dimana memiliki nilai kecepatan pada
kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP dengan menggunakan poros baling-baling pendek
6,54 knot/HP. Hasil ini menunjukkan bahwa kecepatan yang dimilki oleh baling-
baling ukuran/nomor 6,5 lebih tinggi dari ukuran/nomor baling-baling 5-6 dan baling-
baling ukuran/nomor 5 pada kapal jukung yang menggunakan semang dengan poros
baling-baling berukuran pendek. Menurut Mambo (2004) menyatakan bahwa
semakin besar daya mesin yang digunakan untuk setiap ukuran baling-baling
kecepatan air menuju baling-baling semakin besar pula. Sedangkan untuk putaran
baling-baling permenit (RPM), dimana semakin besar ukuran/nomor baling-baling
yang digunakan untuk setiap daya mesin jumlah putaran baling-baling semakin
berkurang.
Gambar 25 memperlihatkan perbandingan antara keceparan (V) terhadap daya
mesin kapal dan ukuran/nomor baling-baling pada kapalyang menggunakan semang
dan memakai poros baling-baling yang pendek pada saat kapal sedang melakukan
olah gerak.
55 55
Hasil uji statistik pada Lampiran 4 menjelaskan bahwa untuk kapal yang
menggunakan katir (semang), ukuran baling-baling berpengaruh terhadap kecepatan
kapal yang menggunakan semang pada taraf nyata 5%.
Terlihat pada hasil output two way anova pada lampiran 3 analisis tukey
menjelaskan bahwa ukuran baling-baling 6.5 berbeda dengan 5-6 dan 5, namun
ukuran baling-baling 5-6 dan 5 dianggap sama. Dalam proses kerja berlangsun kedua
nomor ini sama-sama memberikan kecepatan tinggi, berdasarkan hasil uji statistik
menjelaskan bahwa baling-baling dengan ukuran/nomor 5-6 dan 5 secara nyata tidak
berbeda signifikan 5%. Interaksi kapal yang menggunakan semang berpengaruh
terhadap kecepatan pada taraf nayata 5%, berdasarkan hasil analisis tukey kecepatan
tertinggi yang dimiliki oleh kombinasi daya mesin antara 5,5 HP dan 6,5 HP dengan
poros yang pendek pada ukuran/nomor baling-baling 6,5.
Tabel 10 Kecepatan rata-rata untuk daya mesin dan ukuran baling-baling pada kapal yang tanpa menggunakan semang dengan ukuran/nomor poros baling-baling panjang dan pendek.
Kecepatan rata-rata (knot) DayaMesin Ukuran/nomor baling-baling (HP) Nomor 5-6 Nomor 6,5 Nomor 5
5,5 4,58 4,79 4,49Poros Panjang 6,5 5,07 5,19 4,94 5,5+6,5 5,61 5,86 5,36
5,5 4,73 4,87 4,54 Poros Pendek 6,5 5,11 5,31 4,70 5,5+6,5 5,78 6,39 6,04
56 56
Gambar 26 Hubungan kecepatan maksimum kapal dengan daya mesin dan ukuran/nomor baling-baling pada kapal tanpa menggunakan semang untuk poros baling-baling panjang
Tabel 10 dan Gambar 26 memperlihatkkan bahwa, kecepatan yang di tempuh
oleh kapal yang tidak menggunakan semang dengan poros panjang dengan daya 5,5
HP ukuran/nomor pada ukuran/nomor baling-baling 5-6 menghasilkan kecepatan
sebesar 0,49 knot/HP, dan dari daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP
menghasilkan kecepatan yang di tempuh sebesar 0,67 knot/HP, dapat terlihat pada
Lampiran 3. Pertambahan kecepatan kapal pada daya pada kapal yang tanpa
menggunakan semang dengan poros panjang pada daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP
menghasikan kecepatan sebesar 0,49 knot/HP bila dibandingkan dengan daya 6,5 HP
ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP yang menghasilkan kecepatan kapal sebesar
0,12 knot/HP pertambahan daya terjadi pada daya 5,5 HP saat berlangsunya proses
kerja mesin.
Kapal yang tidak menggunakan semang dengan poros panjang pada
rukuran/nomor baling-baling 6,5 pada daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasilkan
kecepatan kapal 0,4 knot/HP, untuk daya 6,5 HP ke kombinasi antara daya 5,5 HP
dan 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal sebesar 1,67 knot/HP. Apabila
dibandingkan dengan daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP
012345678
5.5 6.5 5,5 + 6,5
Kec
epat
an K
apal
(kn
ot)
Daya Mesin (HP)
Kapal Jukung Tanpa Semang dengan Poros Panjang
Nomor 5-6
Nomor 6,5
Nomor 5
57 57
menghasilkan kecepatan 0,30 knot/HP, penambahan daya terjadi pada daya 5,5 HP
saat berlangsungnya proses kerja mesin.
Kapal tanpa menggunakan semang dengan poros panjang dalam dengan
ukuran/nomor baling-baling 5 dengan daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasilkan
kecepatan kapal sebesar 0,45 knot/HP, untuk daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP
dan 6,5 HP menghasilkan kecepatan sebesar 0,42 knot/HP, hal tersebut mengalami
pertambahan kecepatan kapal pada daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasilkan
kecepatan kapal sebesar 0,45 knot/HP bila dibandingkan dengan daya 6,5 HP ke
kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP dapat menghasilkan penambahan daya pada day
5,5 HP dengan menghasilkan kecepatan sebesar 0,07 knot/HP saat proses kerja
mesin berlangsung.
Hasil pengukuran pada kapal tanpa menggunakan semang dengan poros
panjang menunjukkan bahwa daya mesin 5,5 HP ke daya 6,5 HP pada ukuran/nomor
baling-baling 5-6, 6,5, dan 5 dari kedua kombinasi daya ini menunjukkan bahwa dari
hasil perhitungan ukuran/nomor baling-baling 6,5 memiliki kecepatan dan daya
dorong yang tinggi bila dibandingkan dengan ukuran/nomor 5-6 dan 5. Dengan
demikian maka dapat direkomendasikan bahwa ukuran/nomor baling-baling dengan
ukuran/nomor 6,5, dimana memiliki nilai kecepatan sebesar 6,86 knot/HP pada
kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP. Hasil ini menunjukkan bahwa kecepatan baling-
baling ukuran/nomor 6,5 lebih tinggi dari ukuran/nomor baling-baling 5-6 dan 5
pada kapal jukung yang menggunakan semang dengan poros baling-baling berukuran
pendek.
Gambar 26 memperlihatkan perbandingan antara keceparan (V) terhadap daya
mesin kapal dan ukuran/nomor baling-baling pada kapal tanpa semang dan
menggunakan poros baling-baling yang panjang pada saat kapal melakukan olah
gerak.
58 58
Gambar 27 Hubungan kecepatan maksimum kapal dengan daya mesin dan ukuran/nomor baling-baling pada kapal tanpa menggunakan semang untuk poros baling-baling panjang
Tabel 10 dan Gambar 27 memperlihatkan bahwa, kecepatan yang di tempuh
oleh kapal tanpa menggunakan semang dengan poros pendek pada daya 5,5 HP pada
ukuran/nomor baling-baling 5-6 dari menghasilkan kecepatan kapal yang ditempu
adalah 0,38 knot/HP dalam proses kerja berlangsung pada daya 6,5 HP ke kombinasi
daya 5,5 HP dan 6,5 HP, dapat terlihat pada Lampiran 3, kecepatan yang ditempu
oleh kapal pada jarak 100 meter adalah 0,67 knot/HP, hal tersebut menunjukan bahwa
pertambahan kecepatan pada daya mesin dimana terlihat bahwa daya untuk kapal
tanpa menggunakan semang dengan poros pendek pada daya mesin kapal 5,5 HP ke
daya 6,5 HP memperoleh kecepatan kapal 0,38 knot/HP bila dibandingkan dengan
daya mesin kapal 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP yang menghasilkan
kecepatan kapal 0,12 knot/HP terhadap pertambahan daya mesin kapal 5,5 HP pada
saat berlangsunya proses kerja mesin.
Kapal tanpa menggunakan semang dengan poros pendek pada ukuran/nomor
baling-baling 6,5 dengan menggunakan daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasilkan
kecepatan sebesar 0,44 knot/HP, untuk daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 dan 6,5
HP menghasilkan kecepatan kapal sebesar 1,08 knot/HP, hal tersebut mengalami
pertambahan kecepatan pada daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasilkan kecepatan
0
1
2
3
4
5
6
7
5.5 6.5 5,5 + 6,5
Kec
epat
an K
apal
(kn
ot)
Daya Mesin (HP)
Kapal Jukung Tanpa Semang dengan Poros Pendek
Nomor 5-6
Nomor 6,5
Nomor 5
59 59
sebesar 0,44 knot/HP bila dibandingkan daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan
6,5 HP menghasilkan penambahan kecepatan sebesar 0,19 knot/HP pada daya 5,5 HP
terjadi pada saat berlangsunya proses kerja mesin.
Kapal tanpa menggunakan semang dengan poros pendek pada ukuran/nomor
baling-baling 5 dengan menggunakan daya mesin kapal 5,5 HP ke daya 6,5 HP
menghasilkan kecepatan kapal sebesar 0,16 knot/HP, untuk daya mesin kapal 6,5 HP
ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal sebesar 1,34
knot/HP. Saat proses kerja belangsung pertambahan kecepatan terjad pada daya 5,5
HP ke daya 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal sebesar 0,16 knot/HP, bila
dibandingkan dengan daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP
menghasilkan penambahan kecepatan 0,24 knot/HP pada daya 5,5 HP 0,24 knot/HP.
Hasil pengukuran pada kapal tanpa semang pada poros pendek menunjukkan
bahwa daya mesin kapal 5,5 HP ke daya 6,5 HP pada ukuran/nomor baling-baling
antara nomor 5-6, 6,5, dan 5 dari kedua kombinasi daya ini pada setiap penggunaan
ukuran/nomor baling-baling yang digunakan yaitu nomor 5-6, 6,5, dan 5 ini dapat
direkomendasikan bahwa ukuran/nomor baling-baling yang sesuai pada daya mesin
5,5 HP dan 6,5 HP pada kapal semang dengan menggunakan poros panjang yaitu
baling-baling dengan ukuran/nomor 6,5 karena dari hasil perhitungan ukuran/nomor
baling-baling ini mempunyai daya dorong yang tinggi dimana memiliki nilai
kecepatan pada kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP dengan menggunakan poros
pendek menghasilkan kecepatan sebesar 6,39 knot/HP. Hasil ini menunjukkan bahwa
kecepatan yang dimiliki oleh baling-baling berukuran/bernomor 6,5 lebih tinggi dari
ukuran/nomor baling-baling 5-6 dan 5 pada kapal jukung tanpa semang dengan poros
pendek. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Soenarto dan Funuhama (1985) yang
menyatakan bahwa kecepatan kapal yang lebih tinggi menghasilkan nilai efisiensi
baling-baling yang lebih tinggi pula. Tetapi kecepatan tertinggi kapal tidak
memberikan indikasi bahwa nilai efisiensi tertinggi terdapat pada kecepatan tersebut,
karena pada dasarnya nilai efesiensi baling-baling dapat dipengaruhi oleh tingkat
pembebanan yang diberikan pada baling-baling. . Menurut Mambo (2004)
menyatakan bahwa semakin besar daya mesin yang digunakan untuk setiap ukuran
60 60
baling-baling kecepatan air menuju baling-baling semakin besar pula. Sedangkan
untuk putaran baling-baling permenit (RPM), dimana semakin besar ukuran/nomor
baling-baling yang digunakan untuk setiap daya mesin jumlah putaran baling-baling
semakin berkurang.
Gambar 27 memperlihatkan bahwa perbandingan antara keceparan kapal (V)
terhadap daya mesin kapal dan ukuran/nomor baling-baling pada kapal tanpa semang
dan menggunakan poros baling-baling yang pendek pada saat kapal melakukan olah
gerak untuk kapal.
Hasil uji statistik pada Lampiran 4 menjelaskan bahwa untuk kapal yang tidak
menggunakan katir (semang), ukuran baling-baling berpengaruh terhadap kecepatan
kapal yang menggunakan semang pada taraf nyata 5%.
Terlihat pada hasil output two way anova pada Lampiran 4 analisis tukey
menjelaskan bahwa ukuran baling-baling 6.5 berbeda dengan 5-6 dan 5, namun
ukuran baling-baling 5-6 dan 5 dianggap sama. Dalam proses kerja berlangsun kedua
nomor ini sama-sama memberikan kecepatan tinggi, berdasarkan hasil uji statistik
menjelaskan bahwa baling-baling dengan ukuran/nomor 5-6 dan 5 secara nyata tidak
berbeda signifikan 5%. Interaksi kapal yang tidak menggunakan semang berpengaruh
terhadap kecepatan pada taraf nayata 5%, berdasarkan hasil analisis tukey kecepatan
tertinggi yang dimiliki oleh kombinasi daya mesin antara 5,5 HP dan 6,5 HP dengan
poros yang pendek pada ukuran/nomor baling-baling 6,5.
4.6 Poros Dengan Beban Puntir dan Lentur
Apabila poros baling-baling bekerja secara normal, maka momen yang
dipindahkan oleh kopling mamberikan beban puntir dan lentur pada poros baling-
baling, hal tersebut mengakibatkan terjadinya variasi beban puntir dan lentur. Untuk
mengetahui besarnya beban puntir dan lentur yang terjadi pada poros baling-baling
maka dapat dihitung berdasarkan pendekatan-pendekatan teori sebagai berikut :
61 61
4.6.1 Daya rencana
Daya rencana merupakan daya yang akan ditransmisikan melalui mesin induk
ke roda gigi antara, poros baling-baling dan baling-baling. Apabila poros bekerja
secara normal, maka momen yang dipindahkan oleh roda gigi memberikan beban
puntir pada poros. Hal ini terjadi akibat variasi momen puntir. Sebagaimana diketahui
ibahwa daya dan putaran mesin yang akan di transmisikan oleh poros baling-baling,
apabila P adalah daya nominal output yang diperoleh dari motor penggerak kapal
sehingga memakai faktor koreksi (fc) dengan demikian diperoleh persamaan 2.
Berdasarkan data ukuran pokok mesin, sehingga daya nominal (P) yang digunakan
adalah n1 5,5 HP, n2 6,5 HP, faktor koreksi fc dapat ditentukan berdasarkan harga
yang tertera pada Tabel 7 . Putaran maksimum pada masing-masing mesin adalah
650 rpm maka dipilih faktor koreksi fc sebesar 1,2 untuk daya maksimum yang
ditransmisikan (Sularso, 1983).
Pd = f c . P ( kg.mm)
Dimana : Pd = daya yang ditransmisikanfc = factor koreksiP = daya rata-rata yang diperlukan atau daya rencana
Tabel 11 Faktor-faktor koreksi daya yang ditransmisikan
Daya yang akan ditransmisikan fc
Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0 Daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2 Daya normal 1,0 - 1,5
Hasil perhitungan berdasakan persamaan 2 untuk dapat mengetahui besarnya
daya rata-rata yang diperlukan atau daya rencana yang di peroleh untuk kedua kapal
dengan daya nominal mesin yang dipergunakan serta putaran maksimum dari daya
mesin yang ditransmisikan melalui pajang poros yang digunakan pada saat
eksperiment untuk poros dengan ukuran panjang 2,60 m dan 2,20 m memperoleh
62 62
daya rencana pada daya 5,5 HP menghasilkan daya rencana 6,6 HP mendapat
penambahan daya adalah 1,1 HP, untuk daya 6,5 HP menghasilkan daya rencana 7,8
HP mendapat penambahan daya sebesar 1,3 HP dan untuk kombinasi dari kedua
daya 5,5 HP dan 6,5 HP menghasilkan daya rencana sebesar 14,4 HP mendapatkan
penambahan daya sebesar 2,4 HP dengan faktor koreksi yang dipakai adalah 1,2
sesuai dengan standar ASME.
4.6.2 Poros dengan momen puntir
Apabila poros baling-baling bekerja secara normal, maka akan timbul momen
puntir pada setiap poros baling-baling sesuai dengan ukuran panjang pada kapal yang
menggunakan semang dan kapal tanpa menggunakan semang berdasarkan persamaan
3 yang digunakan untuk menghitung momen puntir (Sularso, 1983) adalah sebagai
berikut :
T = 9,74 . 105 ,
kg.m
= 9,88 kg m
T = 9,74 . 105 , kg. m= 9,95 kg. m
T = 9,74 . 105 ,
kg. m
= 10,38 kg. m
Berdasarkan hasil perhitungan besarnya momen puntir yang terjadi pada poros
baling-baling kapal jukung terlihat pada hasil perhitungan berdasarkan landasan teori
yang dipergunakan, untuk setiap putaran poros yang ada pada masing-masing daya
untuk 5,5 HP dan 6,5 HP dan 5,5 HP dan 6,5 HP, sesuai hasil perhitungan daya
rencana masing-masing kapal sebagai penggerak untuk memutarkan poros baling-
baling dimana momen puntir yang diperoleh pada setiap ukuran poros baling-baling
berbeda berdasarkan persamaan 3, maka hasil perhitungan untuk daya rencan 6,6 HP
dengan putaran mesin 1800 rpm menghasilkan momen puntir sebesar 9,88 kg.m,
63 63
untuk daya rencana 7,8 HP momen puntir yang diperoleh 9,95 kg.m, dan untuk daya
rencana yang dikombinasi 14,4 HP mendapatkan momen puntir sebesar 10,38 kg.m,
hasil perhitungan momen puntir berlaku pada kedua kapal yang digunakan. Pada
prinsipnya semakin panjangnya poros yang digunakan pada kapal maka akan semakin
besar pula kehilangan daya pada kapal sehingga kecepatan kapal berkurang.
4.6.3 Poros dengan momen lentur
Poros baling-baling pada saat mentransmisikan daya mendapatkan momen
lentur dimana momen yang bekerja pada poros umumnya adalah momen berulang,
dimana untuk mendapatkan hasil dari momen tersebut maka dihitung dengan
persamaan 4 (Sularso, 1983). Untuk mengetahui berapa besar nilai momen lentur
yang terjadi pada poros baling-baling yang panjang pada saat kapal sedang
melakukan pengoperasian adalah :
M = ( 16) + (260) = √256 + 67600 = √67856M = 260,4918 kg. mm ≈ 260,5 kg.mm
Untuk menyelesaikan perhitungan ini berdasarkan persamaan 4 untuk dapat
mengetahui berapa besar nilai momen lentur yang terjadi pada poros baling-baling
yang pendek pada saat pengoperasian kapal yaitu :
M = ( 16) + (220) = √256 + 48400 = √48656
= 220,581 kg mm ≈ 220,6 kg.mm
Hasil perhitungan ini memperlihatkan bahwa nilai momen lentur yang terjadi
pada masing-masing ukuran pokok poros baling-baling pada saat kapal dioperasikan
dengan menggunakan poros baling-baling dengan panjang 2,60 m dengan diameter
64 64
poros baling-baling 16 mm, sehingga momen lentur yang dialami oleh poros baling-
baling tersebut adalah sebesar 260,491 kg.mm ≈ 260, 5 kg.mm, dan poros baling-
baling dengan ukuran panjang 2,20 m, dengan diameter 16 mm memperoleh momen
puntir sebesar 220, 581 kg.mm ≈ 220,6 kg.mm pada saat kapal melakukan
pengoperasian.
Dari hasil perhitungan momen lentur yang terjadi pada poros baling-baling
kapal jukung yang menggunakan katir (semang) dan kapal yang tidak menggunakan
semang maka pada diameter poros baling-baling serta panjang dan pendek poros
baling-baling, hasil perhitungan tersebut diatas memperlihatkan bahwa besarnya
momen lentur yang terjadi pada poros baling-baling akibat momen yang bekerja pada
poros terjadi secara berulang-ulang pada saat kapal melakukan pengoperasian.
Besarnya momen lentur yang terjadi pada kapal yang menggunakan semang
dan kapal yang tidak menggunakan semang secara berulang-ulang mengakibatkan
kapal mengalami kehilangan daya yang besar sehingga berpengaruh pada kecepatan
tempuh kapal dalam melakukan olah gerak kapal.
4.6.4 Sudut jatuh poros baling-baling pada kapal jukung
Berdasarkan hasil pengukuran lapang besaran panjang poros baling-baling
yang terendam sangat dipegaruhi oleh besaran sudut jatuh poros. Dapat dijelaskan
bahwa jarak baling-baling dari permukaan air dipengaruhi oleh besaran sudut jatuh
poros baling-baling yang terjadi. Panjangnya poros baling-baling 2,60 m dengan
sudut kemiringan poros baling-baling 30 ° yang berbeda pada masing-masing daya
diantaranya 5,5 HP, 6,5 HP serta kaliberasi antara daya 5,5 HP dan 6,5 HP. Untuk
poros baling-baling yang panjangnya 2,20 m dengan sudut kemiringan poros baling-
baling 40 ° yang berbeda pada masing-masing daya yang diantaranya 5,5 HP, 6,5 HP
serta kombinasi antara daya 5,5 HP dan 6,5 HP, sudut kemiringan yang terdapat pada
kapal semang dan kapal tanpa semang. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara
sudut jatuh poros baling-baling dengan jarak baling-baling ke permukaan air adalah
berbanding lurus (Finasari, 2004).
65 65
4.6.5 Pengaruh kecepatan poros berdasarkan sudut jatuh poros baling-baling
Ukuran sudut poros baling-baling yang digunakan oleh nelayan berdasarkan
data dilapang, yaitu 30 ° dan 40 °. Ukuran sudut yang umumnya digunakan oleh
nelayan kapal jukung di Ur Pulau dan nelayan Maluku Tenggara adalah 30 ° dari
sejak kehadiran mesin katinting atau yang lebih dikenal dengan istilah motorisasi,
sedangkan sudut 40 ° selama itu nelayan belum menggunakan mesin katinting
dengan sudut tersebut belum dipakai oleh nelaya Ur Pulau pada umumnya dan
nelayan Maluku Tenggara pada khususnya. Tabel 12 dan Tabel 13 memperlihatkan
bahwa kecepatan kapal dapat dipengaruhi oleh variasi sudut jatuh poros baling-
baling.
Tabel 12 Perbandingan kecepatan kapal akibat sudut jatuh poros baling-baling yang dimiliki kapal yang menggunakan semang
Pada Tabel 12, menunjukkan bahwa kecepatan kapal yang diperoleh meiliki
hasil yang terbesar adalah pada sudut 40 ° dengan kecepatan 5,49 knot dan kecepatan
yang terkecil pada sudut jatuh poros baling-baling 30 ° dengan kecepatan yang
ditempuh 5,26 knot, dengan hasil yang ada maka dapat mencerminkan bahwa sudut
jatuh poros baling-baling berpengaruh terhadap kecepatan kapal yang dihasilkan oleh
daya mesin 5,5 HP, 6,5 HP dan daya yang kombinasi yaitu 5,5 HP dan 6,5 HP
berdasarkan hasil uji lapang. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa adanya
Kapal Kecepatan tiap sudut jatuh poros baling-baling (knot) semang 30 ° 40 ° 1 4,77 4,96
2 5,04 5,22 3 4,57 4,77 4 5,05 5,20 5 5,30 5,23 6 4,88 5,11 7 5,79 5,99 8 6,20 6,45 9 5,77 6, 43 Rata-rata 5.26 5.49
66 66
perbedaan kecepatan antara sudut jatuh poros baling-baling yang disebabkan karena
adanya perbedaan ukuran panjang poros baling-baling, daya mesin dan ukuran/nomor
baling-baling yang berbeda menghasilkan daya dorong yang berbeda. Dengan
perbedaan sudut poros baling-baling maka pergerakan pitch baling-baling yang
berbeda menyebabkan adanya slip sehingga pitch semakin kecil.
Dalam pemilihan mesin seharusnya disesuaikan dengan kapal yang kita
miliki. Apabila data rata-rata kecepatan kapal tersebut dapat ditunjukkan pada gambar
grafik sebagaimana terlihat pada Gambar 31, dimana gambar tersebut menjelaskan
suatu hubungan antara sudut jatuh poros baling-baling dengan kecepatan kapal
jukung. Pada sumbu X memunjukkan bahwa banyaknya perlakuan yang dilakukan
pada masing-masing sudut jatuh poros baling-baling, sumbu Y merupakan nilai dari
kecepatan kapal untuk kapal semang.
Gambar 28 Hubungan kecepatan kapal jukung dengan sudut jatuh poros baling-baling pada kapalyang menggunakan semang
Berdasarkan hasil uji pada sudut 40 ° dengan kecepatan 5,49 knot pada kapal
jukung yang menggunakan semang yang berdimensi panjang total sebesar 10,20 m;
lebar 0,97 m; dalam 0,56 m. Daya mesin yang dipakai adalah 5,5 HP, 6,5 HP serta
daya yang dikombinasikan antara 5,5 HP dan 6,5 HP dengan panjang poros baling-
0
1
2
3
4
5
6
7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kec
epat
an k
apal
(kn
ot)
Perlakuan
Kapala yang menggunakan katir (semang)
30⁰
40⁰
67 67
baling yang digunakan yaitu 2,60 m, untuk ukuran/nomor 5-6, berdiameter 15 m;
ukuran/nomor 6,5 berdiameter 0,16 m; serta ukuran/nomor 5 berdiameter 0,17 m dan
memilki jumlah daun sebanyak 2 buah.
Tabel 12 dan Gambar 28 diatas menjelaskan bahwa sudut jatuh yang
sebaiknya digunakan oleh nelayan kapal jukung yang menggunakan semang dalam
melakukan pengoperasian dengan sudut jatuh poros baling-baling 40 ° , karena
berdasarkan hasil perhitungan kecepatan yang diperoleh pada sudut kemiringan poros
baling-baling ini cukup tinggi. Kapal jukung milik nelayan Ur Pulau yang digunakan
sebagai unit eksperiment menggunakan sudut jatuh poros baling-baling 30 ° , ini
merupakan suatu kenyataan yang mana selama ini telah digunakan oleh nelayan kapal
jukung di Ur Pulau dimana hal ini sudah merupakan suatu kebiasaan nelayan kapal
jukung setempat dalam melakukan pengoperasian kapal. Menurut Firnasari (2004)
menyatakan bahwa ukuran sudut jatuh baling-baling 30 ° yang banyak digunakan
oleh nelayan dalam proses pengoperasian kapal berlangsung.
Dari hasil output two way pada Lampiran 4 menjelaskan bahwa tidak
terdapat perbedaan kecepatan antara sudut 30 ° dengan sudut 40 ° pada kapal
menggunakan semang, interaksi HP poros tidak berpengaruh terhadap kecepatan
kapal yang menggunakan semang, pada hasil output analisis tukey menunjukkan
bahwa semua jenis interaksi sama saja tidak ada yang berbeda signifikan HP tidak
berpengaruh terhadap kecepatan yang menggunakan semang dan dari ketiga jenis
daya mesin (HP) yang digunakan dianggap sama pada saat pengoperasian kapal
berlangsung . Ukuran baling-baling berpengaruh terhadap kecepatan kapal yang
menggunakan semang pada taraf nyata 5%. Ukuran baling-baling 6.5 berbeda dengan
5-6 dan 5. Tapi ukuran 5-6 dan 5 dianggap sama. Dimana masing-masing
ukuran/nomor baling-baling sama-sama memberikan kecepatan tinggi, interaksi pada
kapala yang menggunakan semang berpengaruh terhadap kecepatan kapal yang
menggunakan semang pada taraf nyata 5%, kecepatan tertinggi diberikan dari daya
5,5 HP dengan poros panjang dan pada ukuran/nomor baling-baling 6,5.
68 68
Tabel 13 Perbandingan kecepatan kapal akibat sudut jatuh poros baling-baling yang dimiliki kapal tanpa menggunakan semang
Pada Tabel 13, menunjukkan bahwa kecepatan kapal yang diperoleh meiliki
hasil yang terbesar adalah pada sudut 40° dengan kecepatan 5,27 knot dan kecepatan
yang terkecil pada sudut jatuh poros baling-baling 30 ° dengan kecepatan yang
ditempu 5,10 knot, dengan hasil yang ada maka dapat mencerminkan bahwa sudut
jatuh poros baling-baling berpengaruh terhadap kecepatan kapal yang dihasilkan oleh
daya mesin 5,5 HP, 6,5 HP dan daya yang kaliberasi yaitu 5,5 HP dan 6,5 HP
berdasrkan hasil uji lapang. Hasil perhitungan menghasilkan perbedaan kecepatan
antara sudut jatuh poros baling-baling yang disebabkan karena perbedaan ukuran
panjang poros baling-baling, daya mesin dan ukuran/nomor baling-baling yang
berbeda menghasilkan daya dorong yang berbeda. Dengan perbedaan sudut poros
baling-baling maka pergerakan pitch baling-baling yang berbeda menyebabkan
adanya slip sehingga pitch semakin kecil.
Dalam pemilihan mesin seharusnya disesuaikan dengan kapal yang kita
miliki. Apabila data rata-rata kecepatan kapal tersebut dapat ditunjukkan pada gambar
grafik sebagaimana terlihat pada Gambar 34, dimana gambar tersebut menjelaskan
suatu hubungan antara sudut jatuh poros baling-baling dengan kecepatan kapal
jukung. Pada sumbu X memunjukkan bahwa banyaknya perlakuan yang dilakukan
pada masing-masing sudut jatuh poros baling-baling, sumbu Y merupakan nilai dari
Kapal tanpa Kecepatan tiap sudut jatuh poros baling-baling (knot) Semang 30 ° 40 ° 1 4,58 4,73
2 4,79 4,87 3 4,49 4,54 4 5,07 5,11 5 5,19 5,31 6 4,94 4,70 7 5,61 5,78 8 5,86 6,39 9 5,36 6,04 Rata-rata 5.10 5.27
69 69
kecepatan kapal untuk kapal tanpa menggunakan semang.
Gambar 29 Hubungan kecepatan kapal jukung dengan sudut jatuh poros baling-balang pada kapal tanpa menggunakan semang
Berdasarkan hasil uji pada sudut 40° dengan kecepatan 5,27 knot pada kapal
jukung tanpa semang yang berdimensi utama yaitu dengan panjang total sebesar 10
m; lebar 0,94 m; dalam 0,54 m. Daya mesin yang dipakai adalah 5,5 HP, 6,5 HP serta
yang daya dikombinasikan antara 5,5 HP dan 6,5 HP dengan poros baling-baling
yang digunakan yaitu 2,20 m, untuk ukuran/nomor 5-6, berdiameter 15 m;
ukuran/nomor 6,5 berdiameter 0,16 m; serta ukuran/nomor 5 berdiameter 0,17 m dan
memilki jumlah daun sebanyak 2 buah.
Dari Tabel 13 dan Gambar 29 diatas menjelaskan bahwa sudut jatuh poros
yang sebaiknya digunakan oleh nelayan kapal jukung tanpa menggunakan semang
dalam melakukan pengoperasian kapal yaitu dengan sudut jatuh poros baling-baling
40 ° , karena berdasarkan hasil perhitungan kecepatan yang diperoleh pada sudut
kemiringan poros baling-baling ini cukup tinggi . Kapal jukung milik nelayan Ur
Pulau yang digunakan sebagai unit eksperiment menggunakan sudut jatuh poros
baling-baling 30 ° , ini merupakan suatu kenyataan yang mana selama ini telah
digunakan oleh nelayan kapal jukung di Ur Pulau dimana hal ini sudah merupakan
suatu kebiasaan nelayan kapal jukung setempat dalam melakukan pengoperasian
0
1
2
3
4
5
6
7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kec
epat
an k
apal
(k
not
)
Perlakuan
Kapal tanpa menggunakan katir (semang)
30⁰
40⁰
70 70
kapal. Menurut Finarsari (2004) menyatakan bahwa ukuran sudut jatuh baling-baling
30 ° yang banyak digunakan oleh nelayan dalam proses pengoperasian kapal
berlangsung.
Dari hasil output two way anova pada Lampiran 4 menjelaskan bahwa tidak
terdapat perbedaan kecepatan antara sudut 30 ° dengan sudut 40 ° pada kapal tanpa
semang dan interaksi HP poros tidak berpengaruh terhadap kecepatan, semua jenis
interaksi sama saja tidak ada yang berbeda signifikan, daya mesin (HP) yang
digunakan tidak berpengaruh terhadap kecepatan kapal tanpa semang, dan dari ketiga
jenis daya mesin (HP) yang digunakan dianggap sama pada kapal yang tidak
menggunakan semang pada saat pengoperasian kapal berlangsung.