PROBLEMATIKA KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
KELAS IV DI WILAYAH JAWA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat
mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
oleh :
Lisa Junia
NIM: 11160183000028
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 M/1441 H
i
ii
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Lisa Junia (11160183000028). Problematika Keterampilan Berbicara Siswa
Kelas IV di Wilayah Jawa. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan problematika keterampilan
berbicara yang dialami oleh siswa kelas IV di wilayah Jawa dan solusi dalam
mengatasi problematika tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV di wilayah Jawa
dan bagaimana solusi dalam mengatasi problematika tersebut. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian studi pustaka. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan masalah penelitian dapat berupa catatan, buku, makalah, artikel,
jurnal, dan lain sebagainya. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah peneliti
menggunakan metode analisis isi.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat beberapa problematika
keterampilan berbicara yang dialami siswa kelas IV di wilayah kota dan kabupaten
yang berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Problematika
tersebut dikelompokkan ke dalam problem linguistik dan non linguistik di
antaranya: kurangnya minat siswa dalam berbicara, kurangnya rasa percaya diri dan
keberanian siswa dalam berbicara, guru belum menerapkan model dan metode
pembelajaran yang menarik, pembelajaran berpusat kepada guru, penyajian materi
yang kurang bervariasi, siswa belum memahami kebahasaan keterampilan
berbicara, penggunaan media pembelajaran yang kurang efektif, dan interaksi yang
terjadi antara guru dengan peserta didik belum terjalin dengan baik. Adapun solusi
yang dapat dilakukan adalah siswa harus membiasakan diri untuk bercakap sesama
teman dan aktif dalam proses pembelajaran, guru harus melakukan pelatihan
berbicara dan menerapkan pembelajaran berbasis student centered learning, dan
sekolah harus menyediakan fasilitas serta media untuk menunjang terjadinya proses
pembelajaran.
Kata Kunci : Keterampilan Berbicara, Problematika, Siswa Kelas IV, Solusi.
vii
ABSTRACK
Lisa Junia (11160183000028). The Problems of Class IV Student Speaking Skills
in Java. Madrasah Ibtidaiyah Teacher Education Study Program, Faculty of
Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta, 2020.
This study aims to describe the speaking skill problems experienced by
grade IV students in the Java region and the solutions in overcoming these
problems. The formulation of the problem in this study is how the problematic
speaking skills of fourth grade students in the Java region and how to solve these
problems. This research uses literature study research method. The data collection
technique in this research is documentation, which is looking for data on matters
related to research problems in the form of notes, books, papers, articles, journals,
and so on. The data analysis technique in this research is that the researcher uses
the content analysis method.
The results obtained were that there were several speaking skill problems
experienced by fourth grade students in cities and districts in West Java, Central
Java and East Java Provinces. These problems are grouped into linguistic and non-
linguistic problems, including: lack of student interest in speaking, lack of self-
confidence and students' courage in speaking, teachers have not applied attractive
learning models and methods, teacher-centered learning, less varied material
presentation, students do not understand the language of speaking skills, the use of
learning media is less effective, and the interactions that occur between teachers
and students have not been well established. The solution that can be done is that
students have to get used to talking with their friends and be active in the learning
process, teachers must conduct speaking training and implement student centered
learning-based learning, and schools must provide facilities and media to support
the learning process.
Keywords: Speaking Skills, Problems, Students of 4th Grade, Solutions.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan dan
kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya
yang telah menjadi Uswatun hasanah umat Islam yang akan memberikan
syafa’atnya di yaumil akhir.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
arahan dan bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta;
2. Dr. Sururin M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
3. Asep Ediana Latip, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama proses perkuliahan;
4. Rohmat Widiyanto, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan motivasi dan arahan selama proses perkuliahan;
5. Dindin Ridwanudin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang selalu bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, bantuan, arahan,
dukungan, motivasi, dan masukan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
6. Seluruh Dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
pengalaman kepada penulis;
7. Kedua orang tua penulis yang tercinta dan tersayang yaitu Bapak Ali Sadikin
dan Ibu Dinah, serta segenap keluarga yang tidak pernah berhenti untuk
ix
memberikan do’a, bimbingan, dukungan, dan arahan kepada penulis, semoga
Allah swt selalu memberikan kesehatan dan keberkahan dunia akhirat, Aamiin;
8. Teruntuk kawan-kawan seperjuangan PGMI angkatan 2016, PGMI A dan B
yang telah berjuang bersama dan memberi dukungan sampai saat ini;
9. Staf perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan staf perpustakaan UIN
Syarif Hidayatullah;
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
bisa disebutkan satu persatu
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT Tuhan semesta Alam, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna perbaikan skripsi
ini. Akhir kata, harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat.
Jakarta, 10 Agustus 2020
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH........................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ..................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ILMIAH ................................................................. iii
LEMBAR UJI REFERENSI ............................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACK......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 5
D. Perumusan Masalah................................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................................... 8
A. Deskripsi Teoretis .................................................................................... 8
1. Problematika ....................................................................................... 8
a. Pengertian Problematika ................................................................ 6
2. Keterampilan Berbicara .................................................................... 10
a. Pengertian Keterampilan Berbicara ............................................. 10
b. Tujuan Keterampilan Berbicara ................................................... 13
c. Aspek-aspek Keterampilan Berbicara .......................................... 15
d. Ketercapaian Keterampilan Berbicara ......................................... 15
e. Faktor-faktor Penghambat Keterampilan Berbicara .................... 16
f. Jenis-jenis Keterampilan Berbicara.............................................. 18
xi
g. Urgensi Keterampilan Berbicara Bagi Peserta Didik................... 20
h. Karakteristik Peserta Didik Kelas IV MI/SD ............................... 23
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................... 26
C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 30
A. Objek dan Waktu Penelitian .................................................................. 30
B. Metode Penelitian .................................................................................. 30
C. Fokus Penelitian .................................................................................... 32
D. Teknik Pengunpulan Data ..................................................................... 32
E. Prosedur Penelitian ................................................................................ 32
BAB IV TEMUAN HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... 34
A. Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif ............................................... 34
B. Temuan Hasil Analisis Kritis Komparatif ............................................. 45
C. Interpretasi Hasil Analisis ..................................................................... 51
D. Pembahasan ........................................................................................... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 58
A. Simpulan ................................................................................................ 58
B. Implikasi ................................................................................................ 59
C. Saran ...................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 66
BIODATA PENULIS ........................................................................................... 78
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Waktu Penelitian .................................................................................... 30
Tabel 4.1 Komparasi Problem Linguistik di Wilayah Kota dan Kabupaten .......... 46
Tabel 4.2 Komparasi Problem Non Linguistik di Wilayah Kota dan Kabupaten .. 48
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................. 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan,
pesan, dan informasi yang ada di dalam pikiran baik melalui lisan ataupun
tulisan kepada orang lain. Bahasa juga memiliki peran sentral demi
terciptanya masyarakat yang santun dan beradab. Penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar akan meningkatkan empat keterampilan
berbahasa. Keterampilan dasar berbahasa tersebut mencakup keterampilan
mendengarkan (menyimak), keterampilan berbicara, keterampilan membaca,
dan keterampilan menulis.1 Terampil berbahasa akan meningkatkan
kepercayaan diri untuk berbicara di hadapan orang lain.
Keterampilan berbahasa saling berkaitan satu sama lain dan tidak bisa
berdiri sendiri. Keterampilan tersebut juga hanya dapat dikuasai dengan jalan
praktik dan latihan yang berkelanjutan. Salah satu keterampilan berbahasa
yang sangat penting adalah keterampilan berbicara. keterampilan berbicara
merupakan keterampilan yang harus ada pada diri setiap manusia dengan
tidak mengabaikan keterampilan-keterampilan lainnya seperti menyimak,
membaca, dan menulis karena pada hakikatnya keterampilan berbicara sangat
diperlukan sebagai penunjang terjadinya proses komunikasi antar sesama dan
dengan adanya keterampilan berbicara seseorang dapat berkomunikasi
dengan baik kepada siapapun.
Keterampilan berbicara dalam proses pembelajaran di sekolah sangat
diperlukan sebagai media untuk mengemukakan pendapat, ide, memberi
informasi atau menerima informasi.2 Untuk memiliki keterampilan berbicara
yang baik siswa perlu dilatih dalam segi pelafalan, pengucapan, intonasi,
pemilihan kata, dan penggunaan bahasa yang baik. Adapun empat komponen
1 Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia (Ciputat: UIN Press, 2015). Cet. 1, h. 129. 2 Suwarti Ningsih, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bercerita Siswa
Kelas III SD Negeri 1 Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali,” Jurnal Kreatif
Tadulako Online 2, no. 4 (2014): 243–256.
2
yang harus diperhatikan dalam keterampilan berbicara yaitu fonologi (bunyi),
struktur kalimat, kosakata, dan kelancaran.3
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu pola interaksi
antara peserta didik dengan pendidik. Seseorang dikatakan belajar apabila
dapat mengetahui sesuatu yang belum diketahui sebelumnya. Sebagai
seorang pendidik guru bertanggung jawab atas pembinaan keterampilan
berbicara pada siswa. Keterampilan berbicara sangat penting dimiliki oleh
peserta didik karena keterampilan berbicara akan mampu menghasilkan
generasi masa depan yang kritis karena memiliki kemampuan untuk
menyampaikan ide, gagasan, dan perasaannya kepada orang lain dengan
runtut dan sistematis. Keterampilan berbicara juga mampu melahirkan
generasi yang berbudaya karena sudah terbiasa berkomunikasi dengan
lingkungannya sesuai konteks dan situasi tutur saat sedang berbicara.4
Sebagaimana reformasi pendidikan yang menginginkan adanya
peningkatan keterampilan dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini sejalan
dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alenia ke empat yang berbunyi
“mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban
dunia”. Hal tersebut kemudian dijabarkan dalam visi dan misi sistem
pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu
“terwujudnya sistem pendidikan nasional sebagai pranata sosial yang kuat
dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.5
Pembelajaran berbicara tidak boleh diabaikan dalam dunia pendidikan
karena melalui pembelajaran berbicara ini siswa diharapkan mampu
3 Mona Ardina, “Meningkatkan Keterapilan Berbicara Melalui Metode Karyawisata Pada
Anak Kelompok B Lab School PAUD UNIB Kota Bengkulu,” Jurnal Potensia 21, no. 1 (2017):
32–38. 4 Samsul, “Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas IV SDN 1 Galumpang Melalui
Metode Latihan,” Jurnal Kreatif tadulako Online 4, no. 8 (2014): 173–192. 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional & Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen (Jakarta: Visimedia, 2007).
3
mengungkapkan dan menyampaikan pikiran, pendapat, ide, gagasan, atau
perasaannya dengan baik. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran
berbicara di sekolah yaitu agar siswa dapat menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dalam berkomunikasi dengan sesama dan dalam berbagai macam
situasi.6 Pada anak usia MI/SD khususnya kelas tinggi keterampilan berbicara
sangat penting dimiliki dan sangat perlu untuk dikembangkan karena kualitas
peserta didik di jenjang pendidikan selanjutnya bergantung pada kualitas
peserta didik di sekolah dasar. Oleh karena itu pembelajaran di sekolah dasar
harus tercipta dengan penuh makna karena pendidikan di sekolah dasar
merupakan landasan bagi pendidikan selanjutnya.7
Adapun jika dilihat dari kemampuan kognitifnya pada usia kelas
tinggi, khususnya kelas IV, peserta didik sudah dapat belajar dan bekerja
sama dalam kelompok-kelompok kecil yang dapat melatih mereka untuk
berkomunikasi, bertukar pendapat, dan menyelesaikan masalah bersama-
sama. Dengan hal ini tentunya peserta didik perlu memiliki keterampilan
berbicara yang baik.8 Namun, pada kenyataannya dalam dunia pendidikan
tidak semua peserta didik dapat memiliki keterampilan berbicara yang baik.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya faktor fisik, faktor
linguistik dan faktor non linguistik (nada, irama, intonasi, dan gerak-gerik
tubuh), serta faktor psikologi yaitu kondisi jiwa partisipan komunikasi.9
Permasalahan mengenai keterampilan berbicara siswa kelas IV
MI/SD juga masih ditemukan di beberapa sekolah yang berada di wilayah
Jawa baik kota maupun kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur. Kualitas pendidikan di wilayah Jawa sudah
6 Pandapotan Tambunan, “Pembelajaran Keterampilan Berbicara Di Sekolah Dasar,”
Jurnal Saintech 08, no. 04 (2016): 79–87. 7 Dias Septi Indriani, “Keefektifan Model Think Pair Share Terhadap Aktivitas Dan Hasil
Belajar IPS,” Journal Of Elementary Education 3, no. 4 (2014): 21–27. 8 Dian Andesta Bujuri, “Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar Dan
Implikasinya Dalam Kegiatan Belajar Mengajar,” Literasi IX, no. 1 (2018): 37–50. 9 Andi Mas Ani, “Penggunaan Media Kartu Gambar Berwarna Sebagai Upaya
Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Di Kelas VIII SMP
Mataram Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017,” Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 2, no. 1
(2018): 95–119.
4
terbilang lebih maju dari daerah yang berada di luar Jawa. Namun, pada
kenyataannya pendidikan yang berada di wilayah Jawa baik kota maupun
kabupaten masih ditemukan beberapa masalah salah satunya ialah berkaitan
dengan keterampilan berbicara siswa kelas IV MI/SD. Masalah keterampilan
berbicara yang dialami siswa kelas IV MI/SD sebagian besar adalah ketika
siswa melatih keterampilan berbicaranya di depan kelas mereka merasa malu
dan tidak percaya diri. Kurangnya rasa percaya diri dan keberanian siswa ini
menyebabkan siswa menjadi kurang fokus terhadap apa yang
diungkapkannya. Selain itu, minimnya penguasaan aspek keterampilan
berbicara juga menyebabkan siswa menjadi kurang terampil dalam
mengemukakan pendapatnya kepada orang lain dan guru yang belum optimal
dalam mengajarkan keterampilan berbicara siswa serta penggunaan model
pembelajaran yang masih bersifat konvensional menyebabkan siswa
cenderung pasif.
Melihat banyaknya permasalahan tersebut, nampaknya perlu
dilakukan sebuah penelitian yang dapat mengidentifikasi problem-problem
yang terjadi pada keterampilan berbicara siswa kelas IV di wilayah Jawa dan
upaya mengatasinya. Hal ini penting untuk dibahas karena penerapan
keterampilan berbicara untuk siswa jenjang sekolah dasar dijadikan sebagai
pondasi agar siswa dapat memiliki keberanian, keluwesan, dan kelancaran
dalam menyampaikan gagasan yang dapat melahirkan rasa percaya diri siswa
ketika berbicara sehingga siswa dapat terampil berbicara baik di dalam
sekolah maupun di luar sekolah.10 Selain itu pengajaran keterampilan
berbicara pada jenjang sekolah dasar pun akan mampu membentuk generasi
masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan dan ujaran yang
komunikatif, jelas, dan mudah dipahami.
Penelitian serupa yang membahas tentang problem-problem yang
dihadapi siswa MI/SD dalam keterampilan berbicara juga telah dilakukan
10 Farida Yufarlina Rosita, “Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran
Berbicara Bagi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar,” Jurnal Inovasi Pembelajaran 1, no. 1 (2015): 25–
37.
5
oleh Safri Mardison tahun 2016 yang berjudul “Perkembangan Bahasa Anak
MI/SD” serta penelitian yang dilakukan oleh Monica dan Nurbaeti tahun
2018 yang berjudul “Analisis Keterampilan Berbicara Siswa Kelas Tinggi
Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar”. Penelitian-
penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa masalah yang dialami
oleh siswa sekolah dasar dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
Permasalahan tersebut disebabkan oleh perasaan takut dan malu pada saat
berbicara di depan kelas, adanya perasaan kurang pengalaman, perasaan
kurang percaya diri, kurangnya pelatihan berbicara di kelas, dan adanya
pengaruh bahasa di lingkungan keluarga serta masyarakat. Oleh karena itu,
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan problematika keterampilan
berbicara pada siswa kelas IV perlu dilakukan untuk mengamati
perkembangan kesulitan belajar siswa dalam keterampilan berbicara saat ini.
Berdasarkan uraian masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Problematika Keterampilan Berbicara
Siswa Kelas IV di Wilayah Jawa”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa
yang penting dimiliki oleh peserta didik
2. Keterampilan berbicara siswa pada proses pembelajaran belum optimal
3. Rasa percaya diri dan keberanian siswa dalam berbicara rendah
4. Penguasaan siswa terhadap aspek keterampilan berbicara rendah
5. Guru belum optimal dalam mengembangkan pembelajaran
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini
peneliti membatasi masalah pada problematika yang terjadi dalam
keterampilan berbicara siswa kelas IV di wilayah Jawa baik kota maupun
6
kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
serta upaya dalam mengatasi permasalahan keterampilan berbicara tersebut.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka perumusan
masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV di wilayah
Jawa?
2. Bagaimana upaya dalam mengatasi problematika keterampilan berbicara
siswa kelas IV di wilayah Jawa?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan problematika
keterampilan berbicara siswa kelas IV di wilayah Jawa dan upaya
mengatasinya.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka
manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari 2 aspek yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan tentang permasalahan mengenai keterampilan berbicara
siswa dan upaya mengatasinya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Untuk menjawab wawasan ilmu pengetahuan tentang permasalahan
keterampilan berbicara siswa dan upaya mengatasinya.
b. Bagi Peserta Didik
Sebagai motivasi untuk lebih aktif dan antusias dalam meningkatkan
keterampilan berbicara pada proses pembelajaran.
7
c. Bagi Guru
Dapat menjadi masukan bagi guru dalam meningkatan keterampilan
berbicara siswa pada proses pembelajaran dan dapat menjadi hal
yang mendorong untuk lebih semangat dalam meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme guru.
d. Bagi Sekolah
Karya tulis ilmiah ini setidaknya bisa dijadikan sebagai referensi
untuk menambah dan memperkaya kepustakaan.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoretis
1. Problematika Keterampilan Berbicara
Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama
dalam peningkatan kualitas pendidikan nasional. Melalui proses
belajar mengajar diharapkan tujuan pendidikan dapat tercapai dengan
baik. Proses belajar ini memerlukan suatu bahasa yang
memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan
berkomunikasi serta dapat berbagi pengalaman. Namun dalam
penerapannya, proses belajar ini tidak terlepas dari problematika-
problematika yang terjadi di dalamnya. Problem adalah masalah atau
persoalan.11 Sedangkan yang dimaksud dengan problematika adalah
segala sesuatu yang menimbulkan masalah atau persoalan dalam
suatu keadaan.12
Problem atau permasalahan yang menjadi tantangan bagi guru
dalam pembelajaran salah satunya ialah permasalahan keterampilan
berbicara peserta didik yang perlu ditingkatkan. Permasalahan
pembelajaran merupakan permasalahan yang penting dan mendesak,
sehingga perlu untuk segera diatasi. Dalam proses pembelajaran tidak
sedikit peserta didik yang mengalami masalah dalam berbicara. Salah
satu permasalahan tersebut ialah keterampilan berbicara peserta didik
masih kurang dalam menyampaikan pendapat atau gagasannya di
kelas karena kurangnya rasa percaya diri dan keberanian peserta didik
dalam berbicara. Selain itu pengembangan pembelajaran berbicara
yang belum optimal juga menyebabkan peserta didik menjadi jenuh
11 Susiana, “Problematika Pembelajaran PAI Di SMKN 1 Turen,” Jurnal Pendidikan
Agama Islam Al-Thariqah 2, no. 1 (2017): 73–88. 12 Muhammad Tri Ramdhani dan Siti Ramlah, “Problematika Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Sdn-3 Telangkah Desa Hampalit Kabupaten Katingan,” Hadratul Madaniyah 2, no. 2
(2015): 25–40.
9
dan pasif sehingga proses pembelajaran menjadi kurang bermakna.13
Selain itu, permasalahan lainnya juga ditemukan pada aspek
keterampilan berbicara terutama pilihan kata dan kalimat yang
digunakan peserta didik kurang efektif, struktur tuturannya rancu dan
tidak komunikatif.14
Berbicara merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa
yang diperlukan seseorang dengan pelatihan yang dilakukan secara
intensif. Ada beberapa hambatan atau permasalahan yang biasa terjadi
ketika berbicara di antaranya yaitu:
1. Merasa malu saat berbicara di depan umum
2. Terbata-bata dalam berbicara
3. Lupa apa yang ingin disampaikan sebelumnya
4. Mengulang suatu perkataan yang sudah disampaikan
sebelumnya.15
Suatu problem dapat terjadi pada guru maupun peserta didik
dalam proses pembelajaran. Problematika tersebut dapat disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain:
1. Pengaruh budaya yang menghubungkan antar sesama
2. Pola pendidikan dan kurikulum pembelajaran
3. Hambatan dalam proses pembelajaran seperti terbatasnya jam
pertemuan, sumber belajar dan media yang kurang memadai
4. Kepribadian guru dan peserta didik
5. Kondisi psikis dan psikologis guru dan peserta didik.16
13 Endang M. Kurnianti Dhania Nur, “Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Siswa
Melalui Metode Bermain Peran Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV A SDN
Kebon Jeruk 11 Jakarta,” Jurnal Edusciences 5, no. 1 (2019): 19–29. 14 Samsul, “Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas IV SDN 1 Galumpang
Melalui Metode Latihan.” 15 Syihaabul Hudaa, Estetika Berbahasa: Mengapresiasi Bahasa Indonesia (Sukabumi: CV
Jejak, 2018). h. 9. 16 Fauzatul Ma’rufah Rohmanurmeta Sri Budyartati, Arni Gemilang Harsanti, Candra
Dewi, Dian Permatasari Kusuma Dayu, Problematika Pembelajaran Di Sekolah Dasar (Magetan:
CV. AE Media Grafika, 2016). h. 4-6
10
Beberapa problem lainnya juga ditemukan dalam proses
pembelajaran yaitu problematika yang dihadapi guru yang bersumber
dari peserta didik, di antaranya ialah tingkat kecerdasan yang rendah,
gangguan kesehatan dan tidak menguasai cara-cara belajar yang baik.
Sedangkan problematika yang dihadapi siswa yang bersumber dari
lingkungan atau guru, di antaranya ialah kurikulum yang kurang
sesuai, guru yang kurang menguasai bahan pelajaran, metode
pembelajaran yang kurang sesuai, dan media pembelajaran yang
kurang memadai.17
Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa problematika adalah segala sesuatu yang menimbulkan
masalah atau kesulitan dalam suatu keadaan dan situasi tertentu salah
satunya dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Masalah tersebut
tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhi dan harus
segera diatasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih
optimal, karena tanpa adanya suatu penyelesaian yang baik, maka
akan menghambat proses pembelajaran dan hal ini tentu berdampak
pada guru maupun peserta didik.
2. Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Keterampilan Berbicara
Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk membina
kehidupan bersama. Selain itu, manusia juga dituntut untuk
mempunyai keahlian yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
orang lain. Manusia hidup bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi
untuk menjadi bagian yang berarti dalam sebuah sistem sosial yang
terdiri atas banyak orang. Manusia juga perlu melaksanakan tugasnya
di bumi. Karena hal itu berarti banyak pula keterampilan yang
17 Ramlah, “Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Sdn-3 Telangkah Desa
Hampalit Kabupaten Katingan.”
11
dibutuhkan untuk mengaktualisasikannya. Manusia juga perlu
menggali dan mengembangkan keterampilan.
Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas.18
Materi atau bahan pembelajaran yang berhubungan dengan
kemampuan mengembangkan ide, memilih, menggunakan peralatan
dan bahan kerja juga merupakan definisi dari keterampilan.19
Keterampilan sangat penting dimiliki setiap orang karena dengan
keterampilan, seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan secara
efektif dan efisien. Efektivitas dan efisiensi suatu pekerjaan sangat
ditentukan oleh tingkat keterampilan yang dimiliki seseorang.
Semakin tinggi tingkat keterampilan, semakin efektif dan efisien
pekerjaan tersebut.
Sedangkan, berbicara adalah kecakapan dalam melafalkan
kata untuk mengungkapkan ide atau pesan kepada orang lain.20 Selain
itu, berbicara juga merupakan proses penyampaian informasi yang
dilakukan dengan lisan.21 Salah satu keterampilan berbahasa yang
bergerak meluas memasuki kehidupan anak setelah keterampilan
menyimak adalah keterampilan berbicara.22
Pendapat lain juga menyatakan bahwa Speaking is an
interactive process of constructing meaning that involves producing,
receiving and processing information, often spontaneous, open-ended
and evolving. Pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa berbicara
adalah suatu proses interaktif dalam membangun makna yang
18 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2001). h. 1180. 19 Ridwanudin, Bahasa Indonesia. h. 127. 20Cicih Suarsih, “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Dengan
Menerapkan Metode Show and Tell Pada Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia,” Jurnal
Penelitian Guru FKIP Universitas Subang 1, no. 1 (2018): 1–15. 21 Sr. Maria Assumpta Rumanti, Dasar-Dasar Public Relations Teori Dan Praktik (Jakarta:
PT. Grasindo, 2002). h. 159. 22 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung:
Angkasa, 2008). h. 3.
12
melibatkan produksi, penerimaan, dan pemrosesan informasi,
seringkali spontan, terbuka dan berkembang.23
Merita dan Lumturije juga menyatakan bahwa Speaking is one
of the most commonly used skills for communication. People use it on
an everyday basis for exchanging their ideas, news, and information.
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa berbicara adalah salah satu
keterampilan komunikasi yang paling umum digunakan. Orang
menggunakannya setiap hari untuk bertukar ide, berita dan
informasi.24
Keterampilan berbicara sangat dibutuhkan setiap orang, baik
di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam pendekatan di sekolah,
keterampilan berbicara diperlukan sebagai alat menyatakan pendapat,
gagasan, dan eksistensi diri. Bahkan melalui keterampilan berbicara
orang dapat menggali informasi. Adapun di luar sekolah,
keterampilan berbicara diperlukan untuk menyatakan pendapat atau
menyatakan diri. Untuk mencapai keberhasilan di bidang pekerjaan
keterampilan berbicara sangat diperlukan.25
Sementara itu, Abdullah dan Parveen mengemukakan bahwa:
Speaking is required by people to interact among them. In
speaking activity, many things that should be paid attention, not
only related to what is being spoken, what the language is used,
but also who is our interlocutor. In addition, a good speaker
should pay attention what the topic is being spoken by him/her,
what the language that he/she uses in order to be understood
easily by his listener, and to whom he/she speaks. Pernyataan
tersebut dapat dipahami bahwa berbicara diperlukan oleh orang
untuk berinteraksi diantara mereka. Dalam kegiatan berbicara,
banyak hal yang harus diperhatikan, tidak hanya terkait dengan
apa yang sedang diucapkan, apa bahasa yang digunakan, tetapi
juga siapa teman bicara kita. Selain itu, seorang pembicara yang
23 Betty Kasita Bangun, “Improving Students ’ Speaking Skill By Using Show And Tell
Method : A Classroom Action Research,” International Journal of Language 2, no. 1 (2018): 41–
48. 24 Lumturije Bajrami Merita Ismaili, “Information Gap Activities to Enhance Speaking
Skills of Elementary Level Students,” Jurnal Procedia Social and Behavioral Sciences 232 (2016):
612–616. 25 Imam Koermen Budinuryanta Y, Kusuriyanta, Pengajaran Keterampilan Berbahasa
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008). h. 10.3 – 10.4.
13
baik harus memperhatikan topik apa yang sedang diucapkan
olehnya, apa bahasa yang digunakan agar dipahami dengan
mudah oleh pendengarnya dan kepada siapa dia berbicara.26
Pendapat lain juga menyatakan bahwa seseorang perlu berlatih
dalam mengembangkan keterampilan berbicara yang dimiliki agar
dapat menjadi pembicara yang baik dalam menyampaikan suatu pesan
di depan publik.27 Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan
seseorang dalam mengucapkan kata atau kalimat secara lisan untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan,
dan perasaan, kepada orang lain. Keterampilan berbicara merupakan
salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dimiliki oleh
setiap individu. Dalam keterampilan berbicara banyak hal yang harus
diperhatikan salah satunya adalah bahasa yang kita gunakan dan
kepada siapa kita berbicara.
b. Tujuan Keterampilan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi.
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi
yang disampaikan dari satu pihak ke pihak yang lain. Dengan
memahami apa yang disampaikan suatu informasi atau pesan akan
sampai kepada pendengar dengan efektif.28 Adapun menyampaikan
suatu gagasan, ide, atau pikiran merupakan tujuan dari berbicara
secara umum.29 Pendapat lain juga menyatakan bahwa tujuan
berbicara itu mencakup 2 (dua) hal yaitu agar siswa mendapatkan
kesempatan dalam mengasah keterampilan berbicara yang
dimilikinya sehingga mereka mendapatkan kemudahan dalam
26 Abdullah Rahimi et al., “Investigating EFL Students ’ Poor Speaking Skills at Kandahar,”
American International Journal of Education and Linguistics Research 2, no. 2 (2019): 1–9. 27Tambunan, “Pembelajaran Keterampilan Berbicara Di Sekolah Dasar.” h. 79-87. 28 Ningsih, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bercerita Siswa Kelas
III SD Negeri 1 Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali.” 29 Ridwanudin, Bahasa Indonesia. h. 162.
14
berkomunikasi dan agar siswa dapat mengucapkan kata-kata atau
kalimat dengan tepat dan jelas ketika berbicara.30
Tujuan keterampilan berbicara di sekolah dasar yaitu untuk
melatih siswa agar terampil dalam berbicara. Keterampilan berbicara
siswa dapat dilatih dengan cara memberi kesempatan kepada siswa
untuk menyampaikan pendapat secara lisan. Agar tujuan berbicara
dapat tercapai dengan baik maka ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan, diantaranya aspek kelancaran berbicara, keruntutan
berbicara, dan ketangkasan. Adapun tujuan berbicara menurut
Tarigan adalah untuk menghibur pendengar, menginformasikan suatu
hal, memberi stimulus, meyakinkan seseorang terhadap apa yang
disampaikan dan membangunkan perasaan seseorang.31
Pembelajaran berbicara untuk siswa sekolah dasar merupakan
salah satu hal yang penting. Hal ini dilaksanakan sebagai penanaman
dasar dalam diri siswa agar siswa memiliki keberanian dalam
menyampaikan suatu pendapat, kelancaran dalam berbicara, dan
memiliki rasa percaya diri dalam berkomunikasi.32 Berdasarkan
pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan keterampilan berbicara yang utama adalah untuk
komunikasi. Sedangkan tujuan keterampilan berbicara secara umum
ialah untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan, dan ide, serta
menstimulasi, menghibur, mengajak, mempengaruhi, dan
meyakinkan pendengar tentang suatu hal.
Adapun tujuan keterampilan berbicara di sekolah dasar adalah
untuk melatih peserta didik agar terampil dalam berbicara karena
pembelajaran berbicara di sekolah merupakan hal yang penting untuk
30Muhammad Usman, Perkembangan Bahasa Dalam Bermain Dan Permainan
(Yogyakarta: Deepublish, 2015). h. 62 - 63 . 31Erwin Putera Permana, “Pengembangan Media Pembelajaran Boneka Kaus Kaki Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II Sekolah Dasar,” Jurnal Profesi Pendidikan
Dasar 2, no. 2 (2015): 133–140. 32 Rosita, “Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran Berbicara Bagi
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.”
15
diajarkan kepada siswa agar dapat memiliki kebenarian, kelancaran
dan rasa percaya diri dalam berkomunikasi. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa begitu pentingnya usaha pendidikan untuk
mengembangkan potensi dan melatih keterampilan yang dimiliki oleh
peserta didik sebagaimana yang termaktub dalam Al Qur’an surah Ar-
Ra’d ayat 11:
ل يغي ر ما بقوم حتى يغي روا ما بأنفسهم إن ٱلل
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri”.
c. Aspek–aspek Keterampilan Berbicara
Seseorang dapat dikatakan terampil dalam berbicara apabila ia
memperhatikan dan memenuhi aspek dari keterampilan berbicara itu
sendiri karena aspek-aspek tersebut akan menentukan berhasil atau
tidaknya kegiatan berbicara seseorang. Adapun aspek yang
menunjang keterampilan berbahasa adalah lafal, perbendaharaan kata,
struktur kalimat, kelancaran, isi pembicaraan, gerak-gerik tubuh, dan
pemahaman isi pembicaraan.33
Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa dalam keterampilan berbicara ada banyak aspek yang harus
diperhatikan. Agar seseorang dapat memiliki keterampilan berbicara
dengan baik maka harus memperhatikan beberapa aspek tersebut.
d. Ketercapaian Keterampilan Berbicara
Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik,
pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosa kata yang
bersangkutan. Selain itu, menguasai isi pembicaraan dan memahami
isi percakapan dengan lawan bicara merupakan suatu hal yang
33 Sinta Diana Martaulina, Bahasa Indonesia Terapan (Yogyakarta: Deepublish, 2018). h.
4-5.
16
diperlukan.34 Seseorang dapat disebut pembicara apabila kegiatan
menghasilkan bahasa itu melalui kegiatan berbicara.35 Dalam konteks
penilaian otentik benar atau kurang benarnya bahasa siswa bukan
hanya dinilai dari ketepatan struktur dan perbendaharaan kata, tetapi
ketepatan atau kejelasan pesan yang disampaikan sebagaimana halnya
fungsi bahasa yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi.36
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
keterampilan berbicara siswa meningkat, dapat dilihat dari indikator
ketercapaian keterampilan berbicara dalam proses pembelajaran.
Semakin siswa memenuhi indikator tersebut, maka siswa dapat
dikatakan terampil dalam berbicara. Adapun indikator yang dapat
dijadikan alat ukur keberhasilan siswa dalam berbicara adalah
kelafalan kata, intonasi, penggunaan diksi dan kalimat, isi
pembicaraan, kelancaran, dan gerak-gerik tubuh.37
e. Faktor-faktor Penghambat Keterampilan Berbicara
Pelaksanaan pembelajaran tidak terlepas dari faktor-faktor
yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya perubahan yang terjadi
pada peserta didik kearah yang lebih baik. Adapun faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah (kesehatan dan
cacat tubuh), dan faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan dan kesiapan). Sedangkan faktor ekternal
terdiri atas faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.38
Namun, untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran siswa sering
34Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi
(Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2017). Cet. 7, h. 441. 35Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran Bahasa (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2015). Cet. 2, h. 86 36 Ibid. h. 35. 37 Merlina Eliyanti Simbolon, Tuturan Dalam Pembelajaran Berbicara Dengan Metode
Reciprocal Teaching (Surabaya: Media Sahabat Cendekia, 2019). h. 35. 38 Ahmad Subhan Roza Andri Wicaksono, Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Catatan
Singkat) (Yogyakarta: Garudhawaca, 2016). h. 420.
17
dihadapkan pada hambatan-hambatan yang akan mempengaruhi
proses pembelajaran salah satunya pada pembelajaran keterampilan
berbicara. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pembelajaran keterampilan berbicara kurang optimal antara lain:
1. Kurangnya rasa percaya diri
2. Kurang mahir berbicara di depan umum
3. Guru kurang terampil dalam mengajar di dalam kelas
4. Minimnya wawasan dan pemahaman sosial atau sistem sosial
5. Jarak fisik antara pembicara dengan pendengar
6. Persepsi yang berbeda
7. Minat membaca yang kurang.39
Permasalahan yang terjadi dalam keterampilan berbicara juga
disebabkan oleh beberapa faktor, baik itu berasal dari faktor linguistik
maupun faktor non linguistik. Faktor linguistik berasal dari
penggunaan bahasa itu sendiri berupa kemampuan siswa dalam
mengucapkan dan melafalkan kalimat-kalimat, penggunaan struktur
kalimat yang kurang tepat serta perbendaharaan kata yang masih
sangat minim sehingga sulit bagi mereka untuk berbicara dengan
bahasa Indonesia yang baik. Adapun Faktor non linguistik lebih
dipengaruhi oleh faktor di luar dari bahasa itu sendiri, seperti
penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat, media
pembelajaran yang kurang memadai, dan guru yang kurang
mengembangkan pembelajaran berbicara. Adapun faktor lainnya
berasal dari siswa itu sendiri, seperti kurangnya rasa percaya diri dan
motivasi siswa dalam berbicara.40
Selain dari faktor-faktor yang dikemukakan di atas ada
beberapa faktor juga yang dapat menjadi penyebab gangguan dalam
keterampilan berbicara yaitu faktor fisik, faktor media yang terdiri
39 Hazran, “Kemampuan Berbicara Siswa Di Kelas III SDN Nomor I Tulo Kecamatan Dolo
Kabupaten Sigi,” Kreatif Online 6, no. 3 (2018): 105–115. 40 Nurul Aini N. Pakaya Suharia Sarif, “Problematika Pembelajaran Muhadasah Di
Perguruan Tinggi,” Journal of Humanity & Social Justice 1, no. 2 (2019): 96–115.
18
dari faktor linguistik dan faktor non linguistik (nada, irama, intonasi,
dan gerak-gerik tubuh), serta faktor psikologi yaitu kondisi jiwa
partisipan komunikasi.41 Ketidaksempurnaan alat ucap juga menjadi
salah satu hambatan internal dalam berbicara karena hal ini dapat
menyebabkan ketidakjelasan terhadap materi yang disampaikan oleh
pembicara.42 Pendapat lain juga menyatakan bahwa ada beberapa
faktor penyebab kesulitan belajar keterampilan berbicara yaitu
motivasi yang rendah, kebiasaan belajar yang kurang baik, minimnya
penguasaan komponen kebahasaan, kurangnya pemahaman
komponen isi, sikap mental yang tidak percaya diri, interaksi antar
guru dan siswa yang belum terjalin dengan baik, dan metode
pembelajaran yang kurang sesuai serta media pembelajaran yang
kurang memadai.43
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa ada banyak faktor yang dapat menghambat keterampilan
berbicara seseorang khususnya para peserta didik. Faktor tersebut
berasal dari faktor internal yaitu dari dalam diri peserta didik itu
sendiri dan faktor ekternal yaitu yang berasal dari lingkungan atau
guru. Adanya faktor-faktor tersebut tentunya harus segera diatasi demi
tercapainya keterampilan berbicara yang baik.
f. Jenis-jenis Keterampilan Berbicara
Secara garis besar jenis-jenis berbicara dibagi dalam dua jenis,
yaitu berbicara di muka umum dan berbicara pada konferensi. Adapun
berbicara di depan publik seperti menginformasikan, meyakinkan,
dan bermusyawarah, lalu diskusi kelompok, dan prosedur
41 Ani, “Penggunaan Media Kartu Gambar Berwarna Sebagai Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Di Kelas VIII SMP 4 Mataram Semester
Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017.” 42 Armia Subhayni, Sa’adiah, Keterampilan Berbicara (Darussalam, Banda Aceh: Syiah
Kuala University Press, 2017). h. 108. 43 I Putu Mas Dewantara, “Alternatif Strategi Pembelajaran Keterampilan Berbicara,”
Jurnal Santiaji Pendidikan 6, no. 1 (2016): 38–49.
19
parlementer, serta debat merupakan jenis-jenis dari kegiatan
berbicara.44 Pendapat ahli juga menyatakan bahwa ada 4 (empat) jenis
berbicara, yaitu:
1) Berbicara untuk Melaporkan
Berbicara dalam hal ini bertujuan untuk menyampaikan suatu
informasi dengan menerangkan atau menjelaskan suatu proses,
peristiwa, dan keadaan suatu hal.
2) Berbicara Secara Kekeluargaan
Hal umum yang menjamin serta memadukan perasaan
persahabatan adalah melalui obrolan hiburan. Menghibur yaitu
melakukan suatu hal yang dapat menyenangkan hati. Sasaran yang
dituju yaitu peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang penuh lucuan
atau kegelian sederhana. Media yang paling digunakan adalah
bercerita atau mendongeng.
3) Berbicara untuk Meyakinkan
Meyakinkan pada dasarnya adalah membuat atau membujuk
seseorang akan kebenaran dan itu berbeda dari memaksakan.
Berbicara dalam hal ini bersifat persuasif misalnya penawaran
suatu barang, brosur, dan lain sebagainya.
4) Berbicara Merundingkan
Berbicara dalam hal ini pada dasarnya bertujuan untuk menemukan
sejumlah keputusan atau rencana yang tepat yang sebelumnya
dibicarakan dahulu dengan beberapa pihak untuk mencapai tujuan
atau keputusan. Dalam membuat keputusan para partisipan harus
menerima sebuah pendapat dan mempertimbangkan fakta-fakta
yang dikemukakan.45
Berdasarkan pernyataan di atas maka sudah jelas bahwa
keterampilan berbicara mempunyai ruang lingkup pendengar yang
44Chatarina Jati Wuryaningtyas, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Pendekatan
Komunikatif-Integratif,” Jurnal Penelitian 19, no. 1 (2015): 102–108. 45 Lalita Melasarianti, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Debat Plus
Pada Mata Kuliah Berbicara,” Jurnal Ilmiah Lingua Idea 9, no. 1 (2018): 23–28.
20
berbeda-beda. Berbicara pada masyarakat luas, berarti ruang
lingkupnya juga lebih luas. Sedangkan pada konferensi ruang
lingkupnya terbatas.
g. Urgensi Keterampilan Berbicara Bagi Peserta Didik
Berbicara adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan secara
bergantian (resiprokal) dan menjadi sarana untuk saling
menyampaikan pesan dan menangkap pesan. Setiap individu dari bayi
hingga dewasa mewariskan bahasa yang beragam yang pada akhirnya
menghasilkan kata-kata dan kalimat yang bermakna. Kemampuan
berbicara akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan waktu
dan lingkungan. Selain itu, Penguasaan kosa kata juga menjadi cepat
meningkat ketika usia anak-anak, remaja, dan dewasa. Sebagaimana
penelitian Mujiyono Wiryoyotinoyo dalam disertasinya terhadap
kemampuan pragmatik anak usia sekolah dasar yang menyimpulkan
bahwa bentuk lingual interaksi personal anak usia sekolah dasar
ternyata cukup kompleks dan kemampuan berbicaranya pun
mengalami peningkatan yang luar biasa.46
Keterampilan berbicara adalah suatu kemampuan seseorang
dalam mengucapkan kata-kata, menyampaikan ide, gagasan, dan
pendapat serta perasaannya. Keterampilan berbicara juga merupakan
salah satu keterampilan yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang
khususnya para peserta didik. Sebagaimana pendapat ahli yang
menyatakan bahwa keterampilan berbahasa lisan sangat penting
dikuasai oleh peserta didik karena berbicara termasuk kemampuan
berbahasa yang bersifat produktif.47 Penerapan keterampilan
berbicara untuk peserta didik jenjang sekolah dasar dijadikan sebagai
46 Pernyataan Mujiyono yang disebutkan oleh Agus Setyonegoro, “Hakikat, Alasan , Dan
Tujuan Berbicara (Dasar Pembangun Kemampuan Berbicara Mahasiswa),” Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra 3, no. 1 (2013): 67–80. 47 Purwadi Nanda Amri Wardhani, Sumarwati, “Upaya Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Sekolah Dasar : Penelitian Tindakan
Kelas,” Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya 4, no. 2 (2016): 128–144.
21
pondasi agar siswa dapat memiliki keberanian, keluwesan, dan
kelancaran dalam menyampaikan gagasan yang dapat melahirkan rasa
percaya diri siswa ketika berbicara.48
Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila
peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan
sesuatu secara alami kepada orang lain, dalam kesempatan-
kesempatan yang bersifat informal. Selama kegiatan belajar
disekolah, guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang
memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuan
berbicaranya. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan awal tentu
harus lebih memperhatikan peserta didik khususnya dalam
kemampuan berbicaranya karena mereka akan tumbuh dewasa, hidup
bermasyarakat, dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Dengan hal ini tentu peserta didik harus terampil berbicara dan
mereka juga harus mampu menjawab pertanyaan atau mengajukan
pertanyaan dengan baik serta mampu bercerita dan menyampaikan
pendapatnya di kelas karena berbicara bukan hanya sekedar
mengucapkan bunyi atau kata-kata saja, tetapi berbicara merupakan
realisasi pikiran, gagasan, atau perasaan yang disampaikan kepada
orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.49
Kemajuan zaman yang dipengaruhi oleh derasnya arus
globalisasi akan semakin berdampak di dalam kehidupan kita
khususnya pada perkembangan dan pertumbuhan peserta didik. Oleh
karena itu peran guru sangat diharapkan dapat mampu
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
peserta didik agar peserta didik memiliki jiwa yang siap menghadapi
perkembangan zaman dengan pengetahuan dan keterampilan yang
48 Rosita, “Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran Berbicara Bagi
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.” 49 Desak Putu Parmiti Maya Hayatun Nupus, “Peningkatan Keterampilan Berbicara
Melalui Penerapan Metode Show and Tell Siswa SD Negeri 3 Banjar Jawa,” Jurnal Ilmiah Sekolah
Dasar 1, no. 4 (2017): 296–303.
22
dimiliki. Dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara sangat
perlu dimiliki oleh peserta didik karena mampu membentuk generasi
yang kreatif, generasi yang mampu melahirkan tuturan atau ujaran
secara komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Selain itu
dengan menguasai keterampilan berbicara peserta didik juga akan
mampu mengekspresikan pikiran, gagasan, perasaan, dan
kreativitasnya secara cerdas sesuai dengan konteks, situasi, dan
keadaan.50
Pembelajaran keterampilan berbicara merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang tidak dapat dikuasai oleh peserta didik
secara cepat tanpa adanya pelatihan dan pengarahan. Pelatihan
tersebut dapat dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Hal
ini didukung dengan pendapat Jujun yang menyatakan bahwa
“Language skills are not natural in themselves but must be learned,
language skills must be practiced with continuous training and there
should be an early formation as early as possible in primary
school”.51 Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa Keterampilan
bahasa tidak dialami dalam diri peserta didik itu sendiri tetapi harus
dipelajari, keterampilan bahasa harus dipraktikkan dengan pelatihan
terus menerus dan harus ada pembentukan awal sedini mungkin di
sekolah dasar. Oleh karena itu sebagai seorang guru sangat perlu
memiliki dua peran sentral yaitu sebagai fasilitator dan motivator.
Fasilitas yang diberikan oleh guru sangat berpengaruh terhadap
kelancaran dan kemudahan siswa dalam proses pencapaian tujuan
pembelajaran. Selain itu, guru perlu memberikan rangsangan dan
dorongan sekaligus penguatan agar siswa semakin berani
memaksimalkan potensi, daya kreasi, dan daya cipta dalam proses
50 Yenni Fitra Surya Nura Rezeki, Syahrial, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan
Menggunakan Model Kooperatif Think Pair Share,” Jurnal Pendidikan Tambusai 3, no. 5 (2019):
946–954. 51 Ramandha Putra, Z Zulela, and Totok Bintoro, “Communicative Approach in Improving
Skill Speaking (Action Research on Grade V Students of SD Kitri Bakti Sub District North Cikarang
Bekasi Regency),” American Journal of Educational Research 6, no. 8 (2018): 1098–1101.
23
pembelajaran. Di samping itu, guru juga harus terampil dan kreatif
dalam mendesain pembelajaran dengan cara menyiapkan strategi,
model, metode, dan media pembelajaran yang tepat dan guru perlu
melakukan orientasi dengan memberikan kesempatan peserta didik
untuk mengembangkan potensi yang berkaitan dengan keterampilan
berbicara.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan berbahasa
lisan yang sangat penting dikuasai oleh peserta didik karena berbicara
termasuk kemampuan berbahasa yang bersifat produktif. Penerapan
keterampilan berbicara untuk peserta didik jenjang sekolah dasar
dijadikan sebagai pondasi agar siswa dapat memiliki keberanian,
keluwesan, dan kelancaran dalam menyampaikan gagasan yang dapat
melahirkan rasa percaya diri siswa ketika berbicara.
3. Karakteristik dan Perkembangan Bahasa Peserta Didik Kelas IV
MI/SD
Pembelajaran di sekolah dasar menjadi pondasi utama untuk
melanjutkan pembelajaran di jenjang selanjutnya. Dengan demikian,
tentunya pembelajaran di sekolah dasar sangatlah penting. Oleh karena
itu sebagai pendidik tentulah harus memahami karakteristik peserta didik
sekolah dasar. Dalam psikologi perkembangan usia peserta didik sekolah
dasar berada dalam periode “late childhood” (akhir masa kanak-kanak)
yaitu berada dalam usia mulai dari enam atau tujuh tahun sampai tiga
belas tahun. Adapun pada peserta didik kelas IV sekolah dasar termasuk
ke dalam usia peserta didik kelas tinggi sekolah dasar yakni kisaran usia
9 atau 10 tahun.52 Berbicara mengenai karakteristik peserta didik tidak
terlepas dari perkembangannya. Adapun perkembangan tersebut
diantaranya adalah perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
52 Samiudin, “Pentingnya Memahami Perkembangan Anak Untuk Menyesuaikan Cara
Mengajar Yang Diberikan,” Jurnal Studi Islam 12, no. 1 (2017): 1–9.
24
a. Perkembangan Kognitif
Menurut teori perkembangan kognitif yang dikemukakan piaget
menjelaskan bahwa anak usia kelas IV sekolah dasar sudah memasuki
tahap operasional konkret yang dimana siswa sudah mampu berpikir
rasional.53 Kemampuan kognitif pada anak usia sembilan atau sepuluh
tahun (kelas empat MI/SD) memiliki daya kritis masalah secara
mendalam. Dalam taksonomi bloom kemampuan kognitif pada usia
ini sudah memasuki ranah C4 (menganalisis) yaitu kemampuan untu
menguraikan suatu hal atau keadaan dan mampu memahami
hubungan dari satu hal ke hal-hal yang lainnya. Dan pada tahap ini
juga anak sudah dapat belajar dengan sistem belajar kooperatif yaitu
sistem belajar dengan cara bekerja sama dalam kelompok-kelompok
kecil yang dapat melatih siswa untuk berkomunikasi dan
mengemukakan pendapatnya.54 Dengan demikian peserta didik usia
kelas tinggi sekolah dasar harus dibekali keterampilan berbicara yang
baik.
b. Perkembangan Afektif
Perkembangan afektif meliputi perkembangan sosial yaitu kondisi
emosi dan kemampuan penyesuaian diri anak. Emosi adalah suatu
kegiatan dalam mengelola pikiran, perasaan, nafsu setiap keadaan
mental yang hebat dan meluap-luap. Pada usia kelas tinggi sekolah
dasar anak sudah mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara
kasar tidaklah diterima atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh
karena itu dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol
ekspresi emosinya. Dan pada usia ini, anak mulai memiliki
kesanggupan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya.55
53 Rosita, “Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran Berbicara Bagi
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.” 54 Bujuri, “Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar Dan Implikasinya Dalam
Kegiatan Belajar Mengajar.” 55 Mufida Istati, “Perkembangan Psikologi Anak Di Kelas IV SDN Kebun Bunga 6
Banjarmasin,” Jurnal Tarbiyah Islamiyah 6, no. April (2016): 110–116.
25
c. Perkembangan Psikomotorik
Dalam perkembangan psikomotorik dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar meliputi
keteranpilan dalam menggerakkan otot-otot besar seperti lengan, kaki,
batang tubuh seperti berjalan, melompat, dan berlari sedangkan
motorik halus meliputi otot-otot kecil yang ada pada seluruh tubuh
seperti menyentuh, memegang, menulis, dan menggambar. Mulai dari
usia 8-12 tahun tangan anak dapat digunakan secara bebas, mudah,
dan tepat. Koordinasi motorik halus semakin berkembang, seperti
kemampuan menulis anak sudah mulai baik, anak mulai menulis rapih
dan anak mulai memperlihatkan keterampilan yang menghasilkan
karya kerajinan yang bermutu. Selain itu anak juga mampu
menggunakan tangannya secara lebih leluasa sehingga anak mampu
menulis huruf tegak bersambung.56
Adapun mengenai perkembangan bahasa anak selalu berkaitan
dengan salah satu perkembangan tersebut yaitu perkembangan kognitif
yang dimilikinya, yang berarti faktor intelegensi sangat berpengaruh
terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Tingkat intelektual anak
belum berkembang dan masih sangat sederhana. Semakin besar anak itu
tumbuh dan berkembang, kemampuan bahasanya mulai berkembang dari
tingkat yang sangat sederhana menuju yang kompleks. Kemampuan
berbahasa yang paling nampak dalam kehidupan keseharian adalah
berbicara. Adapun perkembangan bahasa dan berbicara anak usia 9-10
tahun atau pada kelas IV adalah sebagai berikut:
1. Anak senang berbicara dengan tiada henti dan tanpa alasan yang jelas
untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.
2. Anak sering kali mengungkapkan ide dan perasaannya melalui kata-
kata secara efektif.
56 Suyadi Maulida Rizqia, Wahyu Iskandar, Nurzakiah Simangunsong, “Analisis
Psikomotorik Halus Siswa Ditinjau Dari Keterampilan Menggambar Anak Usia Dasar SD,” Journal
Of Islamic Primary Education 2, no. 2 (2019): 45–53.
26
3. Anak sudah mulai memahami bahwa bahasa adalah alat untuk
berkomunikasi antar sesama.
4. Anak sering meniru ucapan-ucapan dari teman sebayanya.
5. Anak sudah dapat mengenali kata-kata yang memiliki makna ganda
misalnya “panjang tangan”.
6. Menganggap perumpamaan yang tidak masuk akal (permainan kata)
dalam lelucon dan tekan-teki sebagai sesuatu yang lucu.
7. Menunjukan pemahaman tingkat tinggi mengenai urutan tata bahasa;
mengenali apabila ada kalimat yang tata bahasanya tidak tepat.57
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik peserta didik siswa kelas IV MI/SD dapat dilihat dari
perkembangannya. Perkembangan tersebut antara lain perkembangan
kognitif, perkembangan afektif, dan perkembangan psikomotorik.
Adapun pada perkembangan bahasa siswa selalu berkaitan dengan salah
satu perkembangan tersebut yaitu perkembangan kognitif yang
dimilikinya, yang berarti faktor intelegensi sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kemampuan berbahasa. Tingkat intelektual anak belum
berkembang dan masih sangat sederhana. Semakin besar anak itu tumbuh
dan berkembang, kemampuan bahasanya mulai berkembang dari tingkat
yang sangat sederhana menuju yang kompleks.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian Yulismayanti dan Ahmad (2019) dalam jurnalnya yang
berjudul “Problematika Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa
Kelas XI SMA Negeri 1 Lilirilau Kabupaten Soppeng”. Penelitian ini
merupakan penelitian yang menggunakan desain penelitian kuantitatif.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa observasi, angket,
dan wawancara. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pembelajaran berbicara bahasa Indonesia
57 Safri Mardison, “Perkembangan Bahasa Anak Usia Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI),” Jurnal Tarbiyah Al-Awlad VI, no. 02 (22016): 635–643.
27
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lilirilau Kabupaten Soppeng yaitu dialek
daerah, perasaan takut dan malu pada saat berbicara di depan kelas,
adanya perasaan kurang pengalaman, kurangnya rasa percaya diri,
tingkat kekerapan membaca siswa masih kurang, faktor lingkungan
keluarga dan masyarakat yang kurang mendukung.
Perbedaan dengan rencana penelitian:
Perbedaan antara penelitian Yulismayanti dan Ahmad dengan penelitian
ini adalah pada penelitian tersebut menggunakan metode penelitian
kuantitatif sedangkan penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan studi pustaka. Adapun problematika keterampilan
berbicara pada penelitian tersebut hanya fokus pada mata pelajaran
bahasa Indonesia sedangkan penelitian ini akan lebih fokus pada
problematika keterampilan berbicara secara umum. Teknik pengumpulan
data pada penelitian tersebut menggunakan observasi, angket, dan
wawancara. Sedangkan pada penelitian ini teknik pengumpulan data
yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan beberapa literatur seperti
buku, jurnal, dan lain sebagainya yang kemudian dianalisis.
2. Penelitian Nurul Dwi Lestari (2020), dalam jurnalnya yang berjudul
“Problematika Keterampilan Berbicara Bagi Pebelajar Multibahasa”.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi bagi
pebelajar multibahasa adalah interfensi bahasa, campur kode dan alih
kode, dan sikap serta motivasi dalam berbicara.
Perbedaan dengan rencana penelitian:
Perbedaan antara penelitian Nurul dengan penelitian ini yaitu data yang
diperoleh pada penelitian tersebut melalui observasi partisipasi
sedangkan pada penelitian ini data diperoleh melalui beberapa
kepustakaan yaitu buku, jurnal, dan lain sebagainya
3. Penelitian Monica dan Nurbaiti (2018), dalam jurnalnya yang berjudul
”Analisis Keterampilan Berbicara Siswa Kelas Tinggi Pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar”. Penelitian ini
28
menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
ketyerampilan berbicara SDN 200111 yaitu faktor siswa, faktor guru, dan
faktor sarana dan prasarana
Perbedaan dengan rencana penelitian:
Pada penelitian tersebut masalah yang diangkat lebih kepada bagaimana
keterampilan berbicara siswa kelas tinggi secara umum dan apa saja
faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara tersebut.. Sedangkan
pada penelitian ini lebih kepada permasalahan-permasalahan yang
terdapat pada keterampilan berbicara siswa kelas IV di wilayah Jawa baik
kota maupun kabupaten.
4. Penelitian Safri Mardison (2016), dalam jurnalnya yang berjudul
“Perkembangan Bahasa Anak Usia Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah”.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak
berkaitan dengan perkembangan kognitifnya yang beraarti faktor
intelegensinya sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa yang
dimilikinya. Masalah perkembangan bahasa dipengaruhi oleh kurangnya
penguasaan keterampilan berbahasa, hambatan komunikasi, dan
penggunaan bahasa kedua (bahasa ibu)
Perbedaan dengan rencana penelitian:
Pada penelitian tersebut permasalahan yang dibahas lebih kepada
bagaimana perkembangan bahasa anak usia MI/SD dan hal-hal apa saja
yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Sedangkan pada
penelitian ini lebih kepada keterampilan berbicara siswa kelas IV secara
umum di wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten.
C. Kerangka Berpikir
Keterampilan berbicara sangat penting untuk dimiliki oleh setiap
orang khususnya peserta didik tingkat sekolah dasar. Keterampilan berbicara
yang dimiliki akan menunjang pengembangan bahasanya di tingkat belajar
selanjutnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbicara di kelas tentunya ada
banyak faktor yang menghambat proses pembelajaran berbicara menjadi
29
kurang optimal sehingga dampaknya akan dirasakan oleh peserta didik.
Dengan adanya hal ini tentunya guru harus mampu mengatasi permasalahan
yang terjadi di dalam kelas baik dalam proses pembelajaran maupun peserta
didik.
Problematika keterampilan berbicara juga dialami oleh siswa kelas IV
MI/SD di wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten yang berada di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Oleh karena itu penelitian ini
berusaha untuk menganalisis problematika keterampilan berbicara apa saja
yang terjadi pada siswa kelas IV MI/SD di wilayah Jawa dan upaya yang tepat
dalam mengatasinya. Dengan demikian kerangka berpikir dalam penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 2.1
Kerangka Berpikir
Problematika
Keterampilan berbicara
Analisis
- Faktor Penghambat Keterampilan
Berbicara
- Faktor linguistik dan non linguistik
Upaya Mengatasi Problematika
Keterampilan Berbicara
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara siswa
kelas IV di wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten yang berada di
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Adapun jadwal
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dari mulai penelitian hingga revisi
skripsi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
No. Kegiatan Bulan
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Observasi Awal √
2. Pengajuan Judul √
3. Penyusunan Proposal √ √
4. Seminar Proposal √
5. Penelitian √
6. Penyusunan
Bab IV-V
√ √ √
7. Ujian Munaqasah √
8. Revisi Skripsi √
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah dan teknik
pengumpulan data dapat dilakukan secara triangulasi (gabungan) dan
analisis data bersifat kualitatif.58 Penelitian kualitatif lebih bersifat
deskriptif artinya dalam penulisannya data yang dihimpun berbentuk kata-
kata atau gambar daripada angka.59 Penelitian deskriptif bertujuan untuk
membuat deskripsi atau gambaran yang bersifat faktual mengenai fakta
58 Sugiyono, Metode Penelitian (Bandung: Alfabeta CV, 2018). h. 9 59 Albi Anggito & Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Sukabumi: CV Jejak,
2018). h. 10-11
31
permasalahan yang diselidiki.60 Dengan demikian metode deskriptif dalam
penelitian ini diarahkan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan
yang terdapat pada keterampilan berbicara siswa kelas IV MI/SD di wilayah
Jawa.
Adapun proses utama yang dilakukan peneliti ialah mengumpulkan
data mengenai problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV dengan
teknik studi pustaka. Studi pustaka atau kepustakaan adalah kegiatan
penelitian yang menggunakan metode penelitian berupa pengumpulan data
yang berasal dari buku, jurnal, dokumen dan lain sebagainya, kemudian
membaca, mencatat, dan menghubungan informasi yang relevan dengan
penelitian.61 Penelitian studi pustaka juga merupakan suatu jenis penelitian
yang dilakukan secara objektif dan menggunakan berbagai macam literatur
sebagai sumber datanya serta pengumpulan datanya dengan cara kajian
kepustakaan.62
Dalam penelitian studi pustaka ada empat ciri utama yang peneliti
harus perhatikan di antaranya : Pertama, bahwa peneliti berhadapan
langsung dengan teks atau data angka, bukan dengan pengetahuan langsung
dari lapangan. Kedua, data pustaka bersifat “siap pakai” artinya peneliti
tidak terjun langsung kelapangan karena peneliti berhadapan langsung
dengan sumber data yang ada di perpustakaan. Ketiga, bahwa data pustaka
umumnya adalah sumber sekunder, dalam arti bahwa peneliti memperoleh
bahan atau data dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari data pertama
di lapangan. Keempat, bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang
dan waktu.63 Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jenis
penelitian ini diambil dari data-data yang terdapat di dalam buku, jurnal,
ataupun terbitan-terbitan lainnya.
60 Tarjo, Metode Penelitian Sistem 3x Baca (Sleman: Deepublish, 2019). h. 28 61 Supriyadi, “Community Of Practitioners : Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan Antar
Pustakawan,” Lentera Pustaka 2, no. 2 (2016): 83–93. 62 Usman Yahya, “Konsep Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar (6-12) Tahun Di
Lingkungan Keluarga Menurut Pendidikan Islam,” Jurnal Islamika 15 (2015): 227–244. 63 Supriyadi, “Community Of Practitioners : Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan Antar
Pustakawan.” Jurnal Lentera Pustaka 2. no. 2 (2016). h. 83-93.
32
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan suatu hal yang penting dalam
penelitian kualitatif. Fokus penelitian ini berfungsi sebagai titik pusat yang
membatasi peneliti sehingga peneliti terhindar dari pengumpulan data yang
tidak relevan dengan masalah dan tujuan penelitian.64 Berdasarkan
pernyataan tersebut maka peneliti memfokuskan penelitian ini dengan
membatasi permasalahan mengenai keterampilan berbicara siswa kelas IV
di wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten yang berada di Provinsi Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi
yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah
penelitian dapat berupa catatan, buku, makalah, artikel, jurnal, dan lain
sebagainya.
E. Prosedur Penelitian
Tahap pengumpulan data dalam hal ini adalah proses mulai dari
persiapan peneliti untuk masuk ke situs penelitian hingga melakukan
aktivitas pengumpulan data. Adapun langkah-langkah pengumpulan data
dalam penelitian kepustakaan menurut Kuhlthau adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan topik
Pada tahap ini peneliti menentukan topik yang akan dibahas terlebih
dahulu pada penelitian studi pustaka. Dalam penelitian ini peneliti
memilih topik yaitu terkait dengan permasalahan-permasalahan
keterampilan berbicara siswa kelas IV di wilayah Jawa.
2. Eksplorasi Informasi
Pada tahap ini eksplorasi informasi dilakukan peneliti untuk
mendapatkan wawasan yang lebih luas untuk melakukan penelitian.
64 Rahel Widiawati Kimbal, Modal Sosial Dan Ekonomi Industri Kecil Sebuah Studi
Kualitatif (Yogyakarta: Deepublish, 2015). h. 65.
33
selain itu pada tahap ini juga diperlukan peneliti untuk mengumpulkan
data yang akan diperlukan terkait dengan masalah penelitian agar hasil
penelitian lebih mendalam.
3. Menentukan Fokus Penelitian
Fokus penelitian diperlukan peneliti agar pembahasan penelitian
lebih terarah. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah
permasalahan-permasalahan keterampilan berbicara siswa kelas IV di
wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten.
4. Pengumpulan Sumber Data
Pada tahap ini peneliti mulai mengumpulkan referensi-referensi
yang akan digunakan yang berkenaan dengan masalah penelitian. sumber
data tersebut antara lain buku, jurnal, dokumen-dokumen, dan lain
sebagainya.
5. Persiapan Penyajian Data
Pada tahap ini peneliti menganalisis data yang didapat dari
berbagai macam referensi. Teknik analisis data dalam penelitian ini
adalah metode analisis isi yaitu memilih, membandingkan,
menggabungkan, dan memilah berbagai definisi hingga ditemukan yang
relevan. Adapun penyajian data dalam penelitian ini akan menggunakan
pola penyajian deskriptif.
6. Penyusunan Laporan
Pada penyusunan laporan ini peneliti akan mengikuti sistematika
penyusunan laporan skripsi dengan metode studi pustaka.65
65 Abdi Mirzaqon T. Budi Purwoko, “Studi Kepustakaan Mengenai Landasan Teori Dan
Praktik Konseling Expressive Writing,” Jurnal BK Unesa 8, no. 1 (2018): 1–8.
34
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif
Penerapan proses belajar mengajar keterampilan berbicara tentunya
tidak terlepas dari suatu problematika yang dihadapi baik oleh guru maupun
siswa. Salah satu yang menjadi problematika saat ini dalam dunia
pendidikan sering dijumpai dalam tataran praksis pembelajaran terkait
dengan keterampilan berbicara siswa kelas IV MI/SD. Permasalahan
tersebut ditemukan dari beberapa jurnal penelitian terkait dengan
keterampilan berbicara di beberapa sekolah yang berada di wilayah Jawa
baik kota maupun kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur. Berdasarkan hasil analisis dinyatakan bahwa
keterampilan berbicara siswa kelas IV MI/SD di wilayah tersebut berada
pada tingkat yang rendah. Sesuai dengan berbagai sumber yang menyatakan
bahwa ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan
siswa dalam berbicara di wilayah Jawa yaitu faktor internal dan eksternal.
Adapun problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV MI/SD yang
ditemukan di wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten yang berada di
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur adalah sebagai berikut:.
1. Problematika Keterampilan Berbicara di Provinsi Jawa Barat
Problematika mengenai keterampilan berbicara yang ditemukan
di wilayah yang berada di Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut:
a. Kota Bandung
Problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV ditemukan
di salah satu sekolah yang berada di Kota Bandung. Keterampilan
berbicara di sekolah tersebut berada pada tingkat yang rendah.
masalah tersebut yaitu dalam proses pembelajaran ketika siswa
diminta untuk menyampaikan gagasannya atau hasil pekerjaannya di
depan kelas, sebagian besar siswa masih tersendat sendat dalam
mengucapkan kalimat atau isi pokok pembicaraan yang hendak
35
disampaikan sehingga tidak terdengar dengan jelas apa yang
sebenarnya sedang diucapkan oleh siswa. Kemudian, banyak siswa
yang tidak memperhatikan temannya yang sedang berbicara di depan
kelas karena volume suara siswa tersebut masih sangat rendah
sehingga tidak terdengar oleh seluruh siswa terutama siswa yang
duduk di barisan belakang kelas. Selain itu, isi pembicaraan siswa pun
belum dapat disimak dengan baik karena ketidakjelasan pelafalan
siswa.66
b. Kabupaten Majalengka
Keterampilan berbicara siswa kelas IV dalam proses
pembelajaran juga masih sangat rendah di salah satu sekolah yang
berada di Kabupaten Majalengka. Pada saat pembelajaran
berlangsung, siswa hanya diam memperhatikan apa yang dijelaskan
oleh guru mereka tidak banyak berbicara baik itu mengeluarkan
pendapat atau hanya sekedar bertanya. Dalam mengemukakan
pendapatnya ditemukan pelafalan siswa tersebut kurang jelas dalam
pengucapan, intonasi dalam menyampaikan pendapat masih kurang
baik, kosa kata yang digunakan tidak bervariasi, kelancaran siswa saat
berbicara masih terbata-bata, dan siswa kurang ekspresif
menyampaikan pendapatnya. Hanya terdapat 8 (35%) siswa yang
memiliki keterampilan berbicara cukup baik, 14 (65%) yang
keterampilan berbicaranya kurang dari keseluruhan siswa yang
berjumlah 22 siswa. Dengan demikian, aktivitas belajar dan
keterampilan berbicara siswa belum mencapai kriteria ketuntasan
75%.67
66 Dwi Heryanto Aqmarina Mar’atus Sholihah, Sandi Budi Iriawan, “Penerapan Model
Pembelajaran SAVI Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IV Sekolah Dasar,”
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 11, no. 1 (2017): 52–62. 67Budi Febriyanto, “Metode Cerita Berantai Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Siswa Pada Mata Pembelajaran Bahasa Indonesia,” Jurnal Cakrawala Pendas 5, no. 2 (2019): 158–
166.
36
c. Kabupaten Sumedang
Problematika keterampilan berbicara pada siswa kelas IV
lainnya juga ditemukan di salah satu sekolah di Kabupaten Sumedang.
Masalah tersebut yaitu siswa kurang responsif dalam memberi
tanggapan terhadap materi, siswa kurang aktif dan merasa takut untuk
tampil di depan kelas, siswa kurang terampil berbicara dalam
menyampaikan kembali pesan yang diterima dengan lafal dan intonasi
yang tepat, dan siswa kurang fasih dalam melafalkan kata-kata bahasa
Indonesia.68
d. Kabupaten Garut
Problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV lainnya
juga ditemukan di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Garut.
Masalah tersebut ialah masih banyak peserta didik yang pasif dalam
berbicara ketika diberi pertanyaan mengenai materi yang telah mereka
pelajari sebelumnya.69
e. Kabupaten Subang
Pembelajaran keterampilan berbicara kelas IV berada pada
tingkat yang rendah juga ditemukan di salah satu sekolah yang berada
di Kabupaten Subang. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya
siswa yang kurang aktif dalam berbicara, mayoritas siswa masih pasif
saat pelajaran berlangsung, siswa masih malu-malu dan sangat jarang
ada bertanya, mereka hanya diam saja ketika guru meminta mereka
untuk berbicara. Dalam berbicara mereka masih terbata-bata, malu
dan ragu-ragu. Dengan memperhatikan beberapa hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa mereka masih belum memiliki keterampilan
68Asiah, “Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berbicara,” Jurnal Mimbar Sekolah Dasar 2, no. 1 (2015): 21–35. 69 Risma Nuriyanti Lisna sari, “Efektivitas Model Pembelajaran Cooperative Learning
Dengan Menggunakan Media Kokamicabi Terhadap Keterampilan Berbicara Peserta Didik Kelas
IV Sekolah Dasar Negeri 02 Balewangi Tahun Pelajaran 2018/2019,” Jurnal Baleaksara 1, no. 1
(2020): 43–50.
37
berbicara dengan baik dan sulit untuk mengemukakan informasi yang
telah diperolehnya.70
f. Kota Bekasi
Problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV juga
ditemukan di salah satu sekolah yang berada di Kota Bekasi. Di
sekolah tersebut dinyatakan bahwa keterampilan berbicara siswa
masih kurang baik. Ada beberapa masalah yang dihadapi siswa, siswa
pada umumnya mengalami kesulitan dalam berbicara di depan kelas
pada saat proses pembelajaran berlangsung, saat berbicara siswa
belum mampu melafalkan bunyi bahasa secara tepat sehingga
pendengar kurang memahami dan kurang tertarik dengan apa yang
disampaikan, siswa belum menguasai intonasi yang baik contohnya
yaitu siswa belum bisa mengatur volume suara atau tinggi rendahnya
suara sehingga volume suaranya tidak dapat terdengar oleh semua
pendengar, siswa belum mampu menggunakan kalimat yang jelas
contohnya yaitu siswa belum bisa berbicara disertai dengan alasan
yang mendukung dengan menggunakan kalimat yang singkat,
lengkap, dan mudah diterima pendengar.
Permasalahan selanjutnya yaitu masih banyak siswa yang belum
mampu menggunakan kata-kata dengan tepat contohnya yaitu siswa
belum bisa menyampaikan isi cerita secara berurutan dan tidak saling
berhubungan, dan siswa masih terputus-putus atau tidak lancar saat
berbicara contohnya yaitu siswa berbicara tidak lancar selalu terputus-
putus dan banyak menyisipkan bunyi “ee…” dan sejenisnya.
2. Problematika Keterampilan Berbicara di Provinsi Jawa Tengah
Selain wilayah yang berada di Provinsi Jawa Barat, problematika
mengenai keterampilan berbicara juga ditemukan di wilayah yang berada
di Provinsi Jawa Tengah antara lain:
70 Ghea Setyarini Asep Priatna, “Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing Terhadap
Keterampilan Berbicara Kelas IV SD Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia,” Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar IV, no. 2 (2019): 147–159.
38
a. Kabupaten Temanggung
Problematika mengenai keterampilan berbicara siswa kelas IV
juga ditemukan di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten
Temanggung. Permasalahan tersebut ialah pembelajaran masih
berpusat pada guru. Kesempatan peserta didik untuk mengemukakan
pendapat secara lisan dengan berbicara sangat terbatas. Waktu
sepenuhnya dimanfaatkan oleh guru untuk menjelaskan materi
pembelajaran. Peserta didik kurang terlatih untuk berbicara di dalam
kelas. Dalam pembelajaran tematik di kelas, peserta didik jarang
diminta untuk membuat rumusan masalah, peserta didik menjadi tidak
aktif untuk belajar, dan kurang berani untuk mengemukakan pendapat
secara lisan.71
b. Kabupaten Klaten
Problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV lainnya
juga ditemukan di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten
Klaten. Permasalahan tersebut ialah terdapat fenomena dimana siswa
menunjukan kecenderungan sulit menerima pembelajaran terutama
keterampilan berbicara. Selama ini pengajaran bahasa yang
berlangsung di kelas-kelas adalah lebih banyak memberikan
pengetahuan dan kaidah bahasa (stuktur) bukan keterampilan
berbahasa.72
c. Kabupaten Banyumas
Keterampilan berbicara siswa kelas IV juga masih rendah di
salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Banyumas. Masalah
yang dihadapi siswa saat melatih keterampilan berbicaranya sebagian
besar adalah kurang terbiasa untuk berbicara di depan kelas. Hal ini
mengakibatkan saat siswa melatih keterampilan berbicaranya di
71 Dian Indah Suryani, Naniek Sulistya Wardani, and Tego Prasetyo, “Upaya Peningkatan
Keterampilan Berbicara Dalam Pembelajaran Tematik Terpadu Melalui PI-MTPS Kelas IV SD,”
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 2, no. 1 (2018): 87–96. 72 Nugrananda Janattaka, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Dengan Metode
Kooperatif Jigsaw Di Kelas IV SDN 1 Jimbung Klaten,” Jurnal Prima Edukasia 2, no. 1 (2014):
90–101.
39
depan kelas merasa malu-malu dan terlihat kurang percaya diri.
Kurang percaya diri dan malu-malu ini membuat berbicaranya kurang
fokus sehingga terkadang membuat siswa lupa dengan hal yang akan
diungkapkannya. Masalah selanjutnya yaitu ada beberapa siswa yang
masih takut dan tidak berani maju ke depan kelas untuk berbicara.
Siswa takut dan tidak berani maju berbicara di depan kelas karena
siswa tersebut takut salah dalam berbicara dan ditertawakan. Ada juga
siswa yang takut dan tidak berani maju untuk berbicara karena kurang
menguasai materi yang akan diceritakannya. Masalah seperti ini
membuat siswa tidak bisa melatih keterampilan berbicaranya karena
merasa takut dan tidak berani untuk mencoba.
Masalah berikutnya adalah faktor kebahasaan saat siswa
berbicara di depan kelas. Faktor kebahasaan yang masih harus
diperbaiki antara lain kejelasan ucapan. Saat siswa berbicara di depan
kelas kejelasan kata ataupun kalimat yang diucapkannya masih
kurang jelas, seperti kurang keras, mimiknya kurang tepat karena
tidak membuka mulutnya, dan sebagainya. Kejelasan ucapan yang
masih kurang jelas membuat pendengar kurang memahami pesan
ataupun cerita yang diungkapkan oleh pembicara. Selain itu, intonasi
suaranya pun tidak beraturan. Siswa berbicara di depan kelas
menggunakan intonasi yang datar. Siswa tidak memilah kata atau
kalimat mana yang diucapkan menggunakan intonasi tinggi dan
kalimat mana yang menggunakan intonasi rendah. Intonasi suara yang
kurang beraturan ini membuat pendengar bosan dengan pesan atau
cerita yang diungkapkan oleh pembicara. Masalah selanjutnya yang
dihadapi siswa adalah sikap dan bahasa tubuh saat berbicara di depan
kelas. Sikap siswa saat berbicara di depan kelas masih kurang, karena
masih banyak siswa saat berbicara tidak melihat audiens di depannya.
Masih banyak siswa yang menundukkan kepalanya saat berbicara di
depan kelas. Seharusnya sikap yang baik saat berbicara adalah melihat
audiens dan menggunakan bahasa tubuh yang baik,seperti badan
40
tegak, pandangan mata menyeluruh ke audiens, tangan dan gerakan
badan menyesuaikan dengan topik yang akan dibicarakannya.73
3. Problematika Keterampilan Berbicara di Provinsi Jawa Timur
Selain wilayah yang berada di Provinsi Jawa Tengah,
problematika mengenai keterampilan berbicara juga ditemukan di
wilayah yang berada di Provinsi Jawa Timur antara lain:
a. Kota Madiun
Problematika keterampilan berbicara kelas IV berada pada
tingkat yang rendah juga ditemukan di salah satu sekolah yang berada
di Kota Madiun. Permasalahan tersebut ialah masih banyak siswa
yang belum berperan aktif baik untuk mengungkapkan pendapat,
bertanya, ataupun menjelaskan kembali pelajaran yang telah
didapatnya. Selain itu masih banyak siswa yang kesulitan dalam
mengungkapkan sebuah ide dan siswa lebih sering mengabaikan
ketika guru mengajarkan keterampilan berbicara hal ini karena siswa
menganggap keterampilan berbicara sangat mudah sehingga tidak
perlu dipelajari dan karena guru yang tidak memiliki materi yang
bervariasi dalam mengajarkan keterampilan berbicara kepada peserta
didik.74
b. Kota Malang
Keterampilan berbicara siswa kelas IV juga masih rendah di
salah satu sekolah yang berada di Kota Malang. Hal ini dikarenakan
masih banyak siswa yang kurang berhasil mendapatkan nilai yang
masih cukup rendah dan dibawah rata-rata dalam pembelajaran. Dari
pengamatan tersebut terlihat ada beberapa faktor yang memengaruhi
ketidakberhasilan siswa dalam terampil berbicara. Terlihat dari cara
siswa tersebut dalam berekspresi di depan kelas masih terlihat ragu-
73 Nirmala Ratna Sari, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Teknik Cerita
Berantai Siswa Kelas IV,” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 6, no. 2 (2017): 157–165. 74 Rosita, “Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran Berbicara Bagi
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.”
41
ragu, ada ketakutan, dan rasa malu ketika diberikan kesempatan untuk
maju di depan kelas. selain itu, masih banyak siswa yang tidak mau
mencoba untuk maju didepan kelas atau pun mengajukan pertanyaan
maupun pendapatnya mengenai cerita yang ada di buku siswa yang
diceritakan kembali menggunakan bahasanya sendiri. Masalah
selanjutnya yang terjadi ialah guru masih monoton dalam
menyampaikan materi pembejaran, belum adanya penggunaan media
pembelajaran, dan pemahaman murid yang masih rendah, serta
interaksi yang terjadi antara guru dan siswa masih kurang terjalin
baik.75
c. Kabupaten Pacitan
Permasalahan keterampilan berbicara siswa kelas IV lainnya
juga ditemukan di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten
Pacitan. Permasalahan tersebut adalah keterampilan berbicara kurang
diasah oleh guru, siswa kurang memahami kosakata Bahasa Indonesia
yang baku dan malas mengungkapkan gagasan atau ide akibat
kurangnya rasa percaya diri. Selain itu, model pembelajaran yang
dilakukan guru pun masih bersifat konvensional.76
d. Kabupaten Sidoarjo
Keterampilan berbicara siswa kelas IV juga masih berada pada
tingkat yang rendah di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten
Sidoarjo. Hal ini dibuktikan dengan adanya permasalahan pada materi
bercerita bahwa siswa masih merasa kesulitan dalam menceritakan
kembali apa yang telah dibacanya dan siswa sulit untuk memahami
75 Elwi Nailul Muna, I Nyoman Sudana Degeng, and Fattah Hanurawan, “Upaya
Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Media Gambar Siswa Kelas IV SD,” Jurnal
Pendidikan 4, no. 11 (2019): 1557–1561. 76 Zuniar Kamaluddin Mabruri and Ferry Aristya, “Peningkatan Keterampilan Berbicara
Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV Melalui Penerapan Strategi Role Playing SD Negeri Ploso
1 Pacitan,” Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran 1, no. 2 (2017): 112–117.
42
apa yang telah dibaca sehingga mereka merasa kesulitan jika diminta
untuk menceritakan apa yang telah dibaca.77
e. Kabupaten Jember
Permasalahan keterampilan berbicara siswa kelas IV lainnya
juga ditemukan di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten
Jember. Masalah tersebut yaitu masih banyak siswa yang kurang
mampu mengekpresikan diri lewat kegiatan berbicara. Setiap ada
pembelajaran terkait kemampuan berbicara siswa kurang antusias dan
tidak memperhatikan dengan baik. Sikap siswa ketika berbicara dalam
kegiatan berbicara terlihat tegang dan kurang rileks. Siswa tidak
terbiasa terlatih kemampuan bicaranya terutama di depan kelas dan
ketepatan siswa dalam mengunakan bahasa masih kurang. Selain itu,
siswa kurang mampu mengorganisasi perkataannya sehingga
pembicaraan ternilai kurang runtut (sistematis) dan masih terbata-
bata. minat dan antusias bagi siswa, pembelajaran berbahasa pada
keterampilan berbicara menjadi sesuatu yang membosankan bagi
siswa.78
f. Kabupaten Gresik
Permasalahan keterampilan berbicara siswa kelas IV juga
ditemukan di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Gresik.
Permasalahan tersebut adalah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
keterampilan berbicara dari 18 peserta didik, ada 9 peserta didik
kurang maksimal dalam keterampilan berbicara saat bercerita didepan
teman-temannya, dan 2 peserta didik masih terbata-bata dalam
mengucapkan kalimat yang terlalu panjang. Pada proses pembelajaran
guru belum menggunakan media untuk digunakan dalam proses
pembelajaran, guru hanya menggunakan buku paket sebagai sumber
77 Hendratno Ikrimatuz Zulfa, “Pengaruh Metode Mendongeng Terhadap Keterampilan
Berbicara Pada Siswa Kelas IV Di Kecamatan Sukodono,” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar
7, no. 5 (2019): 3295–3306. 78 Rita Zahara Lutfi Muhammad Hidayat, Erliany Syaodih, “Efektivitas Metode Role
Playing Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas
IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 2 Sumbersari,” Jurnal Educare 14, no. 2 (2016): 18–29.
43
belajarnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan media
pembelajaran pada keterampilan berbicara materi bercerita kurang
maksimal hanya menggunakan buku paket sebagai sumber
belajarnya, sehingga peserta didik merasa kesulitan dalam memahami
materi yang disampaikan oleh guru.79
Melihat banyaknya problematika yang terjadi di beberapa wilayah
tersebut, maka dapat diketahui bahwa keterampilan berbicara siswa kelas
IV di beberapa wilayah baik kota maupun kabupaten yang berada di
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur masih dihadapkan
dengan berbagai tantangan dan kendala. Problematika yang dihadapi siswa
dalam keterampilan berbicara dapat digolongkan menjadi dua yaitu problem
linguistik dan problem non linguistik. Problem linguistik berasal dari
penggunaan bahasa itu sendiri berupa pelafalan, kosa kata, tata bahasa,
kelancaran, dan pemahaman. Sedangkan Problem non linguistik lebih
dipengaruhi oleh faktor di luar dari bahasa itu sendiri, seperti penggunaan
metode pembelajaran, media, guru, lingkungan, motivasi, dan percaya diri
siswa.
1. Problem Linguistik
Problematika keterampilan berbicara yang dihadapi siswa kelas IV
di wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten yang berada di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dapat disebabkan oleh faktor
linguistik. Faktor linguistik yaitu faktor yang berasal dari penggunaan
bahasa itu sendiri berupa pelafalan, kosa kata, tata bahasa, kelancaran,
dan pemahaman. Problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV
yang ditemukan berdasarkan hal tersebut adalah pada faktor linguistik
siswa cenderung memiliki masalah yang berhubungan dengan aspek
pelafalan. Pelafalan bukan hanya kemampuan untuk melafalkan kata
perkata, tetapi juga bahasa itu sendiri sehingga memiliki arti yang
79 Nanang Khoirul Umam Siti Fatimah Abdilah, “Peningkatan Keterampilan Berbicara
Melalui Media Wayang Berbasis Budaya Lokal Pada Materi Bercerita Di Kelas IV UPT SD Negeri
100 Gresik,” Journal of Teaching in Elementary Education 4, no. 1 (2020): 1–9.
44
diinginkan untuk dinyatakan. Adapun masalah pelafalan yang ditemukan
di wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten yang berada di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur adalah pada saat berbicara,
siswa belum mampu melafalkan bunyi bahasa secara tepat dan jelas
sehingga pendengar kurang memahami dan tidak dapat menyimak
dengan baik apa yang disampaikan.
Problematika juga muncul pada aspek kosa kata dan kalimat yaitu
minimnya penguasaan kosa kata siswa sehingga pada saat berbicara kosa
kata yang digunakan tidak bervariasi dan siswa belum mampu
menggunakan kata-kata dengan tepat sehingga pembicaraannya terkesan
kurang sistematis. Selain itu, dalam berbicara siswa juga belum mampu
menggunakan kalimat yang singkat, lengkap, dan mudah diterima
pendengar. Problematika selanjutnya yaitu pada aspek kelancaran, masih
banyak siswa yang pada saat berbicara mereka terbata-bata atau tidak
lancar dan banyak menyisipkan bunyi “eee…” dan sejenisnya. Hal ini
dapat disebabkan oleh rasa grogi, kurang percaya diri, dan kurangnya
persiapan siswa.
2. Problem Non Linguistik
Problematika ini berkaitan dengan faktor non linguistik. Faktor
non linguistik juga menjadi faktor pendukung munculnya problem
linguistik yang dihadapi siswa kelas IV MI/SD di wilayah Jawa baik kota
maupun kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Timur. Adapun problematika yang ditemukan dalam hal ini
yaitu pertama, siswa merasa takut dan malu ketika diberi kesempatan
untuk berbicara di depan kelas. Kurangnya rasa percaya diri dan
keberanian siswa ini membuat siswa kurang fokus dalam berbicara
sehingga terkadang membuat mereka lupa apa yang akan disampaikan.
Kedua, pada saat pembelajaran berlangsung, siswa kurang antusias dan
pasif dalam mengemukakan pendapatnya, mereka hanya diam
memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru. Ketiga, guru belum
menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran keterampilan
45
berbicara dan guru masih menitikberatkan pada metode ceramah dalam
penyampaian materi sehingga siswa cenderung lebih pasif selama
pembelajaran. Keempat, penggunaan media yang kurang memadai.
Kelima, pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru dan model
pembelajaran yang digunakan bersifat konvensional. Kelima, penyajian
materi yang disampaikan guru kurang bervariasi. Keenam, kurangnya
pelatihan berbicara di kelas dan ketujuh, interaksi yang terjalin antara
siswa dengan guru belum terjalin dengan baik hal ini menyebabkan
interaksi proses pembelajaran menjadi satu arah.
B. Temuan Hasil Analisis Kritis Komparatif
Analisis komparatif adalah analisis yang bersifat membandingkan.
Analisis ini dilakukan untuk membandingan persamaan dan perbedaan dua
atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat obyek yang diteliti berdasarkan
kerangka pemikiran tertentu.80 Temuan hasil analisis kritis komparatif
dalam penelitian ini didapatkan dari beberapa temuan penelitian terkait
dengan problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV yang telah
dianalisis dan kemudian dikomparasikan. Dalam penelitian ini,
problematika keterampilan berbicara yang ditemukan dikomparasikan
berdasarkan problem linguistik dan non linguistik yang terjadi di wilayah
Jawa baik kota maupun kabupaten.
1. Komparasi Problem Linguistik
Berdasarkan pada temuan hasil analisis, problematika
keterampilan berbicara siswa kelas IV yang dipengaruhi oleh faktor
linguistik, pada Provinsi Jawa Barat terjadi di wilayah kota dan
kabupaten. Sedangkan, pada Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur
problematika linguistik hanya ditemukan di wilayah kabupaten saja. Hal
ini menunjukkan bahwa problematika linguistik yang dihadapi siswa
kelas IV dalam keterampilan berbicaranya lebih banyak terjadi di
80 Febri Endra, Pengantar Metodologi Penelitian (Statistika Praktis) (Taman Sidoarjo:
Zifatama Jawara, 2017). h. 154.
46
wilayah kabupaten dibandingkan dengan wilayah kota, sehingga perlu
untuk segera diatasi agar pembelajaran keterampilan berbicara di kelas
menjadi lebih optimal. Adapun dalam problematika linguistik ini tidak
ditemukan perbedaan yang terjadi antara wilayah kota dan kabupaten.
Permasalahan yang dihadapi siswa dalam hal kebahasaan baik di wilayah
kota maupun kabupaten hampir sama yaitu berkenaan dengan pelafalan
yang kurang jelas, kosa kata yang kurang bervariasi, intonasi yang tidak
beraturan dan terbata-bata dalam berbicara. Adapun persamaan problem
linguistik yang terjadi di wilayah kota dan kabupaten yang berada di
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Komparasi Problem Linguistik di Wilayah Kota dan Kabupaten
PROBLEM LINGUISTIK
Provinsi Wilayah Kota Wilayah Kabupaten
Jawa Barat
Siswa masih terbata-bata
dan tidak lancar pada saat
berbicara.
Kelancaran siswa pada
saat berbicara masih
terbata-bata.
Siswa belum mampu
melafalkan bunyi bahasa
secara tepat dalam
berbicara.
Pada saat berbicara
pelafalan siswa masih
kurang jelas dalam
pengucapannya.
Siswa belum mampu
menggunakan kata-kata
dengan tepat.
Kosa kata yang
digunakan siswa tidak
bervariasi.
Siswa belum dapat
menggunakan kalimat
yang jelas, singkat, dan
mudah dipahami oleh
pendengar.
Siswa belum dapat
berbicara dengan
menggunakan kalimat
yang runtut dan
sistematis.
47
Siswa belum menguasai
intonasi yang baik,
contohnya yaitu siswa
belum bisa mengatur
tinggi rendahnya suara
pada saat berbicara.
Intonasi dalam
menyampaikan suatu
gagasan masih kurang
baik..
Jawa Tengah
-
Kejelasan kata atau
kalimat yang diucapkan
siswa masih kurang jelas
dalam berbicara.
Intonasi suara pada saat
berbicara tidak beraturan.
Jawa Timur
-
Siswa masih terbata-bata
pada saat berbicara.
Ketepatan siswa dalam
menggunakan bahasa
masih kurang.
Siswa kurang mampu
mengorganisasi
perkataannya secara baik
dan sistematis.
2. Komparasi Problem Non Linguistik
Berdasarkan pada temuan hasil analisis, problem keterampilan
berbicara siswa kelas IV yang dipengaruhi oleh faktor non linguistik
hanya ditemukan di wilayah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa
Barat dan Jawa Tengah. Sedangkan pada Provinsi Jawa Timur, problem
non linguistik ditemukan di wilayah kota dan kabupaten. Adapun
komparasi problematika keterampilan berbicara dalam faktor non
linguistik yang ditemukan di wilayah kota dan kabupaten yang berada di
48
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.2
Komparasi Problematika Keterampilan Berbicara dalam Faktor Non
Linguistik di Wilayah Kota dan Kabupaten
PROBLEM NON LINGUISTIK
Provinsi Wilayah Kota Wilayah Kabupaten
Jawa Barat
-
Masih banyak peserta didik
yang kurang aktif dalam
mengemukakan
pendapatnya pada proses
pembelajaran.
Siswa kurang antusias dan
responsif dalam memberi
tanggapan terhadap materi
yang disampaikan.
Siswa merasa takut dan
malu untuk tampil di depan
kelas.
Jawa Tengah
-
Pembelajaran di dalam
kelas masih berpusat pada
guru.
Peserta didik kurang terlatih
untuk berbicara di kelas.
Pembelajaran yang
dilakukan guru kurang
dikembangkan
49
Siswa merasa takut dan
malu ketika berbicara di
depan kelas.
Peserta didik kurang aktif
dalam proses pembelajaran
baik dalam hal bertanya atau
mengemukakan pendapat.
Jawa Timur
Siswa belum berperan
aktif dalam hal
mengemukakan
pendapatnya di dalam
kelas
Siswa kurang antusias dan
tidak aktif dalam
menyampaikan
pendapatnya pada proses
pembelajaran
Siswa merasa malu
ketika diberi
kesempatan untuk
berbicara di depan kelas
Sikap siswa dalam berbicara
terlihat tegang dan tidak
rileks.
Pembelajaran yang
diterapkan kurang
inovatif dan kreatif
sehingga terkesan
monoton bagi siswa
Model pembelajaran yang
diterapkan guru masih
bersifat konvensional
Belum adanya
penggunaan media
dalam proses
pembelajaran
Pemanfaatan media
pembelajaran kurang
maksimal.
-
Guru tidak memiliki materi
pembelajaran yang
bervariasi
50
-
Penyampaian materi
pembelajaran kurang
menarik
-
Guru masih
menitikberatkan pada
metode ceramah dalam
menyampaikan materi
-
Interaksi antara guru dan
siswa masih kurang terjalin
dengan baik.
Berdasarkan tabel komparasi di atas, maka dapat dinyatakan bahwa
terdapat persamaan dan perbedaan mengenai problem non linguistik
yang terjadi di wilayah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat
dan Jawa Tengah dengan problem non linguistik yang terjadi di wilayah
kota dan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur. Adapun
problem non linguistik yang ditemukan di wilayah kabupaten yang
berada di Provinsi Jawa Barat lebih kepada faktor yang berasal dari diri
siswa itu sendiri, seperti siswa kurang antusias dan pasif dalam
mengemukakan pendapatnya di dalam kelas dan siswa merasa takut serta
tidak percaya diri ketika berbicara di depan kelas.
Sedangkan, problem non linguistik yang ditemukan di wilayah
kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah lebih beragam yaitu
berasal dari internal dan eksternal. Masalah internal seperti, kurangnya
rasa percaya diri dan keberanian siswa dalam berbicara dan siswa
cenderung pasif dalam hal bertanya atau mengemukakan pendapatnya.
Sedangkan, masalah eksternalnya yaitu pembelajaran yang dilakukan
masih berpusat pada guru dan kurangnya pelatihan berbicara di kelas
menyebabkan siswa kurang terampil dalam berbicara. Kemudian, pada
provinsi Jawa Timur problem non linguistik ditemukan di wilayah kota
dan kabupaten. Masalah yang terjadi pun sangat beragam yaitu berasal
51
dari internal dan eksternal. Adapun persamaan problem non linguistik
yang ditemukan baik di wilayah kota maupun kabupaten adalah siswa
merasa malu dan terlihat tegang ketika berbicara di depan kelas, model
pembelajaran yang diterapkan masih bersifat konvensional, dan
pemanfaatan media dalam pembelajaran kurang maksimal. Sedangkan,
di wilayah kabupaten ditemukan problem non linguistik lainnya yaitu
penyajian materi yang disampaikan guru kurang bervariasi, penggunaan
metode pembelajan belum optimal, dan interaksi antara guru dengan
siswa belum terjalin dengan baik.
Dari pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa antara
problem linguistik dan non linguistik saling mempengaruhi dalam hal
sebab-akibat. Apabila dalam keterampilan berbicara terdapat masalah
yang berkaitan dengan non linguistik, maka akan menimbulkan masalah
linguistik lainnya yang dialami oleh peserta didik. Hal ini tentunya, dapat
menimbulkan problem-problem yang menyebabkan siswa kurang
terampil dalam berbicara di kelas.
C. Interpretasi Hasil Analisis
Keterampilan berbicara merupakan kemampuan seseorang dalam
menyampaikan suatu gagasan atau pendapat dan perasaannya kepada orang
lain dengan baik dan benar. Keterampilan berbicara ini menjadi salah satu
keterampilan berbahasa yang penting untuk dimiliki oleh peserta didik
khususnya kelas IV MI/SD karena dengan adanya keterampilan berbicara,
maka peserta didik akan menjadi generasi masa depan yang kritis karena
memiliki kemampuan untuk menyampaikan ide, gagasan, dan perasaannya
kepada orang lain dengan runtut dan sistematis. Penerapan keterampilan
berbicara untuk peserta didik jenjang sekolah dasar dijadikan sebagai
pondasi agar mereka dapat memiliki kelancaran, keluwesan, dan kelancaran
dalam menyampaikan gagasan yang dapat melahirkan rasa percaya diri
siswa ketika berbicara.
52
Berdasarkan hasil temuan dari beberapa jurnal penelitian dinyatakan
bahwa keterampilan berbicara memiliki banyak problematika dalam
penerapannya di kelas IV. Problematika keterampilan berbicara tersebut
ditemukan di beberapa wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten yang
berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pada Provinsi
tersebut, problematika keterampilan berbicara di kelas IV lebih banyak
ditemukan di wilayah kabupaten dibandingkan dengan wilayah kota.
Adapun pada Provinsi Jawa Barat problematika keterampilan berbicara
terjadi di wilayah kota yaitu Bandung dan Bekasi. Kemudian, pada wilayah
kabupaten terjadi di Kabupaten Majalengka, Sumedang, Garut, dan Subang.
Sedangkan, pada Provinsi Jawa Tengah problematika keterampilan
berbicara siswa kelas IV hanya ditemukan di wilayah kabupaten yaitu
Kabupaten Temanggung, Klaten, dan Banyumas. Lalu, pada Provinsi Jawa
Timur, problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV juga ditemukan
di wilayah kota yaitu Madiun dan Malang. Sedangkan, di wilayah
kabupaten ditemukan di Pacitan, Sidoarjo, Jember, dan Gresik.
Problematika keterampilan berbicara yang terjadi di wilayah
tersebut, kemudian dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu problem
linguistik dan problem non linguistik. Adapun problem linguistik yang
terjadi secara garis besar yaitu:
1. Penggunaan struktur bahasa yang kurang tepat, dan
2. Penyebutan lafal kata yang belum sesuai.
Sedangkan, pada problem non linguistik yang terjadi secara garis besar
yaitu:
1. Kurangnya minat siswa dalam berbicara,
2. Kurangnya rasa percaya diri dan keberanian siswa dalam berbicara,
3. Kurangnya pelatihan berbicara di dalam kelas,
4. Proses pembelajaran yang diterapkan belum optimal, dan
5. Interaksi antara guru dan siswa belum terjalin dengan baik.
53
D. Pembahasan
Penerapan keterampilan berbicara pada peserta didik memerlukan
pelatihan dan proses pembelajaran yang sesuai serta dengan upaya-upaya
yang sesuai agar tidak terjadi problematika dalam pengajarannya. Guru
harus mampu mengembangkan keterampilan berbucara yang dimiliki oleh
peserta didik, khususnya di kelas IV karena jika dilihat dari perkembangan
bahasanya, pada usia MI/SD di kelas tinggi sudah mampu menggunakan
banyak kata-kata dalam berbicara kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Safri Mardison bahwa pada anak usia MI/SD
di kelas tinggi, mereka sering kali mengungkapkan ide dan perasaannya
melalui kata-kata secara efektif.81 Dengan demikian, pelatihan keterampilan
berbicara perlu dilakukan secara optimal.
Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa penerapan
keterampilan berbicara di kelas IV tidak terlepas dari problematika yang
terjadi di dalamnya, khususnya yang ditemukan di wilayah Jawa baik kota
maupun kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Jawa Timur. Problematika tersebut disebabkan oleh faktor linguistik dan
non linguistik. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suharia
dan Nurul yang menyatakan bahwa faktor yang menjadi penghambat dalam
keterampilan berbicara siswa yaitu faktor linguistik yang berkaitan dengan
penggunaan bahasa itu sendiri dan faktor non linguistik yang berkaitan
dengan penggunaan metode yang kurang tepat, media yang kurang
memadai, dan pembelajaran berbicara yang kurang dikembangkan oleh
guru.82
Melihat adanya problematika yang terjadi pada keterampilan
berbicara tersebut, maka diperlukan upaya-upaya dalam mengatasinya.
Adapun upaya dalam mengatasi problematika keterampilan berbicara di
kelas IV adalah sebagai berikut:
81 Mardison, “Perkembangan Bahasa Anak Usia Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI).” Jurnal Tarbiyah Al-Awlad VI, no. 2, (2016). h. 635-643. 82 Suharia Sarif, “Problematika Pembelajaran Muhadasah Di Perguruan Tinggi.” Journal
Humanity and Social Justice 1, no. 2, (2019). h. 96-115.
54
1. Upaya yang dilakukan Peserta Didik
Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh peserta didik adalah
sebagai berikut:
a. Selalu berusaha membiasakan diri untuk tampil berani dan penuh
percaya diri pada saat berbicara di depan kelas.
b. Selalu aktif mengikuti pembelajaran di kelas, baik mengungkapkan
pendapat atau sekedar mengajukan pertanyaan.
c. Selalu menyempatkan diri untuk terus berlatih berbicara dalam
menggunakan kalimat yang runtut, kosa kata yang bervariasi, dan
intonasi yang tepat.
2. Upaya yang dilakukan Guru
Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah sebagai
berikut:
a. Dapat menumbuhkan motivasi peserta didik yaitu dengan cara:
1) Menjelaskan kepada peserta didik tentang pentingnya keterampilan
berbicara baik di sekolah ataupun di lingkungan masyarakat.
2) Mendorong siswa agar tidak mengganggap keterampilan berbicara
sebagai beban.
3) Guru perlu menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan.
b. Dapat mengatasi kurangnya rasa percaya diri dan keberanian peserta
didik dalam berbicara yaitu dengan cara melakukan pelatihan
berbicara di kelas dan memberi pengetahuan tentang aspek-aspek
keterampilan berbicara yaitu lafal, kosa kata, struktur kalimat,
kelancaran, isi pembicaraan, gerak-gerik tubuh dan pemahaman,
karena apabila siswa hanya ditekankan untuk menguasai tentang
bahasa, maka akan sulit bagi mereka dalam menerapkannya.
Kurangnya rasa percaya diri dan keberanian siswa dalam berbicara ini
dapat disebabkan oleh minimnya pemahaman mereka tentang aspek
berbahasa dan kurangnya pelatihan berbicara di kelas sehingga
mereka merasa kesulitan dalam menyampaikan pendapatnya. Oleh
55
karena itu, guru harus mengarahkan peserta didik untuk pandai
berbicara bukan hanya sekedar mempelajari teori tentang berbahasa.
Dengan adanya pelatihan, maka siswa akan terbiasa berbicara di
depan umum dengan penuh keberanian dan rasa percaya diri.
c. Menerapkan Pembelajaran Berbasis Student Centered Learning
Pembelajaran berbasis student centered learning merupakan
pembelajaran yang membuat siswa menjadi lebih aktif dalam
membangun pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam
menerapkan pembelajaran tersebut, guru perlu menyiapkan
pembelajaran dengan strategi dan metode yang tepat serta
pemanfaatan media pembelajaran yang memadai. Hal ini pun berlaku
dalam mengajarkan peserta didik tentang keterampilan berbicara.
Penyajian materi yang monoton dan metode ceramah yang digunakan
guru serta tidak adanya penggunaan media pembelajaran akan
membuat pembelajaran menjadi monoton dan siswa menjadi kurang
aktif dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi
kurang berkesan bagi siswa.
Salah satu penggunaan strategi yang tepat dalam pembelajaran
keterampilan berbicara yaitu strategi pembelajaran yang bersifat
heuristik. Strategi pembelajaran heuristik merupakan salah satu
strategi yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengajarkan
keterampilan berbicara siswa. Strategi ini diterapkan melalui metode
penugasan, diskusi, tanya jawab, dan demonstrasi dengan teknik
storrytelling dibantu media personal photograph (foto pribadi).83 Foto
pribadi ini dapat mengarahkan siswa untuk mengingat kejadian-
kejadian di masa lalu yang berhubungan dengan dirinya sendiri,
sehingga mereka lebih banyak mengatakan dan bercerita tentang
dirinya sendiri. Hal ini tentu dapat melatih siswa agar terampil dalam
mengungkapkan pendapat dan perasaannya kepada orang lain.
83 Dewantara, “Alternatif Strategi Pembelajaran Keterampilan Berbicara.” Jurnal Santiaji
Pendidikan 6, no, 1 (2016). h. 38-49.
56
Sedangkan, salah satu penggunaan metode lain yang tepat
dalam pembelajaran berbicara yaitu metode bermain peran. Metode
tersebut merupakan salah satu metode yang dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa sekolah dasar. Metode bermain peran
adalah metode bermain yang sifatnya kerja sama antara dua orang atau
lebih. Penggunaan metode bermain peran dalam pembelajaran dapat
melatih siswa untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu
memainkan perannya, para pemain dituntut untuk mengemukakan
pendapatnya sesuai dengan waktu yang disediakan guru. Dengan
adanya hal ini, tentu akan membantu siswa untuk berlatih berbicara di
depan teman-temannya.84
3. Upaya yang dilakukan Sekolah
Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah adalah sebagai
berikut:
a. Berusaha menyediakan lingkungan berbahasa yang tepat bagi peserta
didik.
b. Menyediakan fasilitas yang cukup lengkap untuk membantu para guru
dan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
kelas.
c. Menyediakan media untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran
yang menyenangkan dan berkesan bagi peserta didik.
d. Memberikan sosialisasi pengetahuan kepada guru tentang metode-
metode yang tepat dalam mengembangan keterampilan berbicara
siswa.
Dari pernyataan di atas, maka dapat diketahui bahwa hal ini
menjadi tanggung jawab para pendidik untuk segera mengatasi
problematika keterampilan berbicara siswa. Guru yang dikatakan telah
berhasil mengajar apabila ia telah membantu peserta didik untuk
memperoleh keberhasilan dan perubahan lebih baik di dalam dirinya.
84 Hayani, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bermain Peran Di
Sekolah Dasar,” Pedagogik Journal of Islamic Elementary School 2, no. 2 (2019): 221–230.
57
Oleh karena itu, banyaknya faktor yang menyebabkan problematika
keterampilan berbicara siswa kelas IV menuntut guru untuk lebih dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Guru perlu
merancang kembali pembelajaran yang lebih menarik dan dapat
meningkatkan minat dan semangat siswa dalam belajar. Selain itu, guru
harus lebih banyak memberikan pelatihan berbicara siswa ketika di
dalam kelas, misalnya dengan memberi kesempatan untuk
menyampaikan pendapatnya terhadap suatu hal, bertanya, dan lebih
sering diperintahkan untuk berbicara di depan kelas. Hal ini akan melatih
mental siswa sehingga siswa menjadi terbiasa dan berhasil memiliki
keterampilan berbicara yang baik.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Proses pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas IV
di wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten yang berada di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur belum efektif dan efesien
karena masih ditemukan berbagai problematika dalam penerapannya.
2. Problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV di wilayah tersebut
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu problem linguistik dan non
linguistik. Namun, pada hasil penelitian problematika yang lebih banyak
ditemukan ialah problem yang dipengaruhi oleh faktor non linguistik.
Problem non linguistik yang dirasakan paling menonjol terjadi pada
lembaga pendidikan formal di wilayah kabupaten yang berada di
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
3. Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi problematika
keterampilan berbicara terdiri dari upaya yang dilakukan siswa, guru, dan
sekolah. Upaya yang dilakukan siswa yaitu dengan cara berusaha
membiasakan diri untuk bercakap sesame teman dan aktif dalam
mengemukakan pendapat atau sekedar mengajukan pertanyaan kepada
guru dalam pembelajaran. kemudian, upaya yang dilakukan guru yaitu
menumbuhkan motivasi siswa, mengatasi kurangnya percaya diri dan
keberanian siswa dalam berbicara dengan cara sering melakukan
pelatihan dan menerapkan pembelajaran berbasis student centered
learning. Adapun upaya yang dilakukan sekolah yaitu berusaha
menyediakan lingkungan berbahasa yang tepat, menyediakan fasilitas
yang cukup lengkap, menyediakan media untuk menunjang terjadinya
proses pembelajaran, dan memberikan sosialisasi pengetahuan kepada
guru tentang metode yang tepat dalam mengembangkan keterampilan
berbicara siswa.
59
B. Implikasi
Dengan adanya penelitian ini, penulis menyampaikan beberapa
implikasi penelitian sebagai berikut:
1. Dalam rangka meningkatkan dan mengatasi problematika pembelajaran
keterampilan berbicara, diperlukan ketekunan dan perhatian yang serius
dari semua pihak terutama para guru. Untuk itu direkomendasikan
kepada para guru untuk lebih meningkatkan perhatian dan upaya untuk
memotivasi para peserta didik serta didik serta mencarikan solusi agar
mereka aktif dalam mengemukakan pendapatnya pada proses
pembelajaran dengan bahasa yang tepat dan penuh rasa percaya diri.
2. Penelitian ini dapat menjadi pengetahuan untuk guru dalam mengenali
problematika yang terjadi dalam keterampilan berbicara siswa. Selain itu
dapat menjadi masukan kepada guru untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang lebih inovatif. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
yang demikian dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dan mengembangkan keterampilan berbicara siswa.
Mengingat keterampilan berbicara sangat penting dimiliki peserta didik,
maka guru harus lebih banyak melakukan pelatihan secara berulang-
ulang. Dengan demikian, semakin banyak melakukan latihan, maka
peserta didik akan semakin terampil.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi dari hasil penelitian ini, maka
disampaikan beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan antara lain:
1. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat memperluas objek penelitiannya
melalui metode field research agar penelitian dapat lebih mendalam.
2. Bagi Peserta didik
a. Dalam proses pembelajaran siswa sebaiknya lebih memanfaatkan
kegiatan untuk berdiskusi, kerjasama dalam memahami materi. Hal
ini tentu melatih aspek-aspek keterampilan berbicara.
60
b. Siswa sebaiknya harus lebih aktif, berani, dan tidak perlu malu dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran.
3. Bagi Guru
a. Guru sebaiknya mengupayakan tindak lanjut pada pembelajaran
berbicara dengan menerapkan model pembelajaran dan menggunakan
metode serta media untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran
dan keterampilan berbicara siswa.
b. Guru sebaiknya meningkatkan kompetensi profesionalnya dengan
merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga
dapat menciptakan proses pembelajaran yang bermakna dan hasil
belajar yang optimal.
4. Bagi Sekolah
Sekolah sebaiknya mengupayakan pelatihan bagi guru agar mampu
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model-model
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa.
61
DAFTAR PUSTAKA
Andri Wicaksono, Ahmad Subhan Roza. Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu
Catatan Singkat). Yogyakarta: Garudhawaca, 2016.
Ani, Andi Mas. “Penggunaan Media Kartu Gambar Berwarna Sebagai Upaya
Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Di
Kelas VIII SMP 4 Mataram Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017.”
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 2, no. 1 (2018).
Aqmarina Mar’atus Sholihah, Sandi Budi Iriawan, Dwi Heryanto. “Penerapan
Model Pembelajaran SAVI Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 11,
no. 1 (2017).
Ardina, Mona. “Meningkatkan Keterapilan Berbicara Melalui Metode Karyawisata
Pada Anak Kelompok B Lab School PAUD UNIB Kota Bengkulu.” Jurnal
Potensia 21, no. 1 (2017).
Asep Priatna, Ghea Setyarini. “Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing
Terhadap Keterampilan Berbicara Kelas IV SD Pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia.” Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar IV, no. 2 (2019).
Asiah. “Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berbicara.” Jurnal Mimbar Sekolah Dasar 2, no.
1 (2015).
Bangun, Betty Kasita. “Improving Students ’ Speaking Skill By Using Show And
Tell Method : A Classroom Action Research.” International Journal of
Language 2, no. 1 (2018).
Budinuryanta Y, Kusuriyanta, Imam Koermen. Pengajaran Keterampilan
Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.
Bujuri, Dian Andesta. “Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar Dan
Implikasinya Dalam Kegiatan Belajar Mengajar.” Literasi IX, no. 1 (2018).
Dewantara, I Putu Mas. “Alternatif Strategi Pembelajaran Keterampilan
Berbicara.” Jurnal Santiaji Pendidikan 6, no. 1 (2016).
Dhania Nur, Endang M. Kurnianti. “Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi
Siswa Melalui Metode Bermain Peran Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas IV A SDN Kebon Jeruk 11 Jakarta.” Jurnal Edusciences 5, no. 1
(2019).
Endra, Febri. Pengantar Metodologi Penelitian (Statistika Praktis). Taman
Sidoarjo: Zifatama Jawara, 2017.
Febriyanto, Budi. “Metode Cerita Berantai Untuk Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Siswa Pada Mata Pembelajaran Bahasa Indonesia.” Jurnal
Cakrawala Pendas 5, no. 2 (2019).
62
Hayani. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bermain Peran Di
Sekolah Dasar.” Pedagogik Journal of Islamic Elementary School 2, no. 2
(2019).
Hazran. “Kemampuan Berbicara Siswa Di Kelas III SDN Nomor I Tulo Kecamatan
Dolo Kabupaten Sigi.” Kreatif Online 6, no. 3 (2018).
Hudaa, Syihaabul. Estetika Berbahasa: Mengapresiasi Bahasa Indonesia.
Sukabumi: CV Jejak, 2018.
Ikrimatuz Zulfa, Hendratno. “Pengaruh Metode Mendongeng Terhadap
Keterampilan Berbicara Pada Siswa Kelas IV Di Kecamatan Sukodono.”
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 7, no. 5 (2019).
Indriani, Dias Septi. “Keefektifan Model Think Pair Share Terhadap Aktivitas Dan
Hasil Belajar IPS.” Journal Of Elementary Education 3, no. 4 (2014).
Istati, Mufida. “Perkembangan Psikologi Anak Di Kelas IV SDN Kebun Bunga 6
Banjarmasin.” Jurnal Tarbiyah Islamiyah 6, no. April (2016).
Kimbal, Rahel Widiawati. Modal Sosial Dan Ekonomi Industri Kecil Sebuah Studi
Kualitatif. Yogyakarta: Deepublish, 2015.
Lisna sari, Risma Nuriyanti. “Efektivitas Model Pembelajaran Cooperative
Learning Dengan Menggunakan Media Kokamicabi Terhadap Keterampilan
Berbicara Peserta Didik Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 02 Balewangi Tahun
Pelajaran 2018/2019.” Jurnal Baleaksara 1, no. 1 (2020).
Lutfi Muhammad Hidayat, Erliany Syaodih, Rita Zahara. “Efektivitas Metode Role
Playing Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 2
Sumbersari.” Jurnal Educare 14, no. 2 (2016).
Mabruri, Zuniar Kamaluddin, and Ferry Aristya. “Peningkatan Keterampilan
Berbicara Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV Melalui Penerapan
Strategi Role Playing SD Negeri Ploso 1 Pacitan.” Jurnal Kajian Penelitian
Pendidikan dan Pembelajaran 1, no. 2 (2017).
Mardison, Safri. “Perkembangan Bahasa Anak Usia Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI).” Jurnal Tarbiyah Al-Awlad VI, no. 02 (2016).
Martaulina, Sinta Diana. Bahasa Indonesia Terapan. Yogyakarta: Deepublish,
2018.
Maulida Rizqia, Wahyu Iskandar, Nurzakiah Simangunsong, Suyadi. “Analisis
Psikomotorik Halus Siswa Ditinjau Dari Keterampilan Menggambar Anak
Usia Dasar SD.” Journal Of Islamic Primary Education 2, no. 2 (2019).
Maya Hayatun Nupus, Desak Putu Parmiti. “Peningkatan Keterampilan Berbicara
Melalui Penerapan Metode Show and Tell Siswa SD Negeri 3 Banjar Jawa.”
Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar 1, no. 4 (2017).
63
Melasarianti, Lalita. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Debat
Plus Pada Mata Kuliah Berbicara.” Jurnal Ilmiah Lingua Idea 9, no. 1 (2018).
Merita Ismaili, Lumturije Bajrami. “Information Gap Activities to Enhance
Speaking Skills of Elementary Level Students.” Jurnal Procedia Social and
Behavioral Sciences 232 (2016).
Muna, Elwi Nailul, I Nyoman Sudana Degeng, and Fattah Hanurawan. “Upaya
Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Media Gambar Siswa
Kelas IV SD.” Jurnal Pendidikan 4, no. 11 (2019).
Nanda Amri Wardhani, Sumarwati, Purwadi. “Upaya Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Sekolah
Dasar : Penelitian Tindakan Kelas.” Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra
Indonesia dan Pengajarannya 4, no. 2 (2016).
Ningsih, Suwarti. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bercerita
Siswa Kelas III SD Negeri 1 Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya Kabupaten
Morowali.” Jurnal Kreatif Tadulako Online 2, no. 4 (2014).
Nugrananda Janattaka. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Dengan
Metode Kooperatif Jigsaw Di Kelas IV SDN 1 Jimbung Klaten.” Jurnal Prima
Edukasia 2, no. 1 (2014).
Nura Rezeki, Syahrial, Yenni Fitra Surya. “Peningkatan Keterampilan Berbicara
Dengan Menggunakan Model Kooperatif Think Pair Share.” Jurnal
Pendidikan Tambusai 3, no. 5 (2019).
Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran Bahasa.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2015.
———. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta, 2017.
Permana, Erwin Putera. “Pengembangan Media Pembelajaran Boneka Kaus Kaki
Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II Sekolah Dasar.”
Jurnal Profesi Pendidikan Dasar 2, no. 2 (2015).
Purwoko, Abdi Mirzaqon T. Budi. “Studi Kepustakaan Mengenai Landasan Teori
Dan Praktik Konseling Expressive Writing.” Jurnal BK Unesa 8, no. 1 (2018).
Putra, Ramandha, Z Zulela, and Totok Bintoro. “Communicative Approach in
Improving Skill Speaking (Action Research on Grade V Students of SD Kitri
Bakti Sub District North Cikarang Bekasi Regency).” American Journal of
Educational Research 6, no. 8 (2018).
Rahimi, Abdullah, English Language, Parveen Quraishi, and English Language.
“Investigating EFL Students ’ Poor Speaking Skills at Kandahar.” American
International Journal of Education and Linguistics Research 2, no. 2 (2019).
64
Ramlah, Muhammad Tri Ramdhani dan Siti. “Problematika Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Sdn-3 Telangkah Desa Hampalit Kabupaten
Katingan.” Hadratul Madaniyah 2, no. 2 (2015).
Ridwanudin, Dindin. Bahasa Indonesia. Ciputat: UIN Press, 2015.
Rosita, Farida Yufarlina. “Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk
Pembelajaran Berbicara Bagi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.” Jurnal Inovasi
Pembelajaran 1, no. 1 (2015).
Rumanti, Sr. Maria Assumpta. Dasar-Dasar Public Relations Teori Dan Praktik.
Jakarta: PT. Grasindo, 2002.
Samiudin. “Pentingnya Memahami Perkembangan Anak Untuk Menyesuaikan
Cara Mengajar Yang Diberikan.” Jurnal Studi Islam 12, no. 1 (2017).
Samsul. “Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas IV SDN 1 Galumpang
Melalui Metode Latihan.” Jurnal Kreatif tadulako Online 4, no. 8 (2014).
Sari, Nirmala Ratna. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Teknik Cerita
Berantai Siswa Kelas IV.” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 6, no. 2
(2017).
Setiawan, Albi Anggito & Johan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV
Jejak, 2018.
Setyonegoro, Agus. “Hakikat, Alasan , Dan Tujuan Berbicara (Dasar Pembangun
Kemampuan Berbicara Mahasiswa).” Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
3, no. 1 (2013).
Simbolon, Merlina Eliyanti. Tuturan Dalam Pembelajaran Berbicara Dengan
Metode Reciprocal Teaching. Surabaya: Media Sahabat Cendekia, 2019.
Siti Fatimah Abdilah, Nanang Khoirul Umam. “Peningkatan Keterampilan
Berbicara Melalui Media Wayang Berbasis Budaya Lokal Pada Materi
Bercerita Di Kelas IV UPT SD Negeri 100 Gresik.” Journal of Teaching in
Elementary Education 4, no. 1 (2020).
Sri Budyartati, Arni Gemilang Harsanti, Candra Dewi, Dian Permatasari Kusuma
Dayu, Fauzatul Ma’rufah Rohmanurmeta. Problematika Pembelajaran Di
Sekolah Dasar. Magetan: CV. AE Media Grafika, 2016.
Suarsih, Cicih. “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Dengan
Menerapkan Metode Show and Tell Pada Pembelajaran Bahasa Dan Sastra
Indonesia.” Jurnal Penelitian Guru FKIP Universitas Subang 1, no. 1 (2018).
Subhayni, Sa’adiah, Armia. Keterampilan Berbicara. Darussalam, Banda Aceh:
Syiah Kuala University Press, 2017.
Sugiyono. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta CV, 2018.
65
Suharia Sarif, Nurul Aini N. Pakaya. “Problematika Pembelajaran Muhadasah Di
Perguruan Tinggi.” Journal of Humanity & Social Justice 1, no. 2 (2019).
Supriyadi. “Community Of Practitioners : Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan
Antar Pustakawan.” Lentera Pustaka 2, no. 2 (2016).
Suryani, Dian Indah, Naniek Sulistya Wardani, and Tego Prasetyo. “Upaya
Peningkatan Keterampilan Berbicara Dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
Melalui PI-MTPS Kelas IV SD.” Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran
2, no. 1 (2018).
Susiana. “Problematika Pembelajaran PAI Di SMKN 1 Turen.” Jurnal Pendidikan
Agama Islam Al-Thariqah 2, no. 1 (2017).
Tambunan, Pandapotan. “Pembelajaran Keterampilan Berbicara Di Sekolah
Dasar.” Jurnal Saintech 08, no. 04 (2016).
Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa, 2008.
Tarjo. Metode Penelitian Sistem 3x Baca. Sleman: Deepublish, 2019.
Usman, Muhammad. Perkembangan Bahasa Dalam Bermain Dan Permainan.
Yogyakarta: Deepublish, 2015.
Wuryaningtyas, Chatarina Jati. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan
Pendekatan Komunikatif-Integratif.” Jurnal Penelitian 19, no. 1 (2015).
Yahya, Usman. “Konsep Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar (6-12) Tahun Di
Lingkungan Keluarga Menurut Pendidikan Islam.” Jurnal Islamika 15 (2015).
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, 2001.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional &
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. Jakarta:
Visimedia, 2007.
66
LAMPIRAN
Lampiran 01
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
BIODATA PENULIS
Lisa Junia, lahir di Jakarta pada tanggal 13 Juni 1999
adalah anak pertama dari Bapak Ali Sadikin dan Ibu
Dinah yang bertempat tinggal di Jl. Kapuk Kebon Jahe
Rt 011/03 No. 59 Kapuk Cengkareng Jakarta Barat
11720.
Penulis mengawali pendidikannya di TPA Al-
Makmur pada tahun 2003 – 2004. Lalu melanjutkan
pendidikan di MI Al-Munawwarah 1 Jakarta Barat
pada tahun 2004 – 2010. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di MTs.N
36 Jakarta pada tahun 2010 – 2013. Penulis melanjutkan pendidikan ke MAN 17
Jakarta pada tahun 2013 – 2016 dan melanjutkan pendidikan di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah melalui jalur UM-PTKIN pada tahun 2016.
Melalui penelitian skripsi yang berjudul “Problematika Keterampilan Berbicara
Siswa Kelas IV” di bawah bimbingan Bapak Dindin Ridwanudin, M.Pd, penulis
berusaha mendeskripsikan problematika apa saja yang terjadi pada keterampilan
berbicara siswa kelas IV di wilayah jawa. Penulis berharap semoga penelitian ini
dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya terkhusus bagi penulis sendiri.
Aamiin Ya Rabbal ‘Aalamiin.