Download - JARINGAN KOLENKIM&SKLERENKIM
JARINGAN KOLENKIMDAN
JARINGAN SKLERENKIM
Disusun oleh :
KELOMPOK 3Salmita Salman 3425092323Meilyn Patrecia 3425092325Risa Fitriandini 3425092326Bayu Hendra O. 3425092327Claudya Merti S. 3425092329
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGIPRODI BIOLOGI
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan anugrah yang diberikan
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami susun untuk
pemenuhan tugas mata kuliah Anatomi Tumbuhan dan pemahaman lanjutan dari struktur
anatomi pada tumbuhan yakni jaringan kolenkim dan jaringan slerenkim.
Tumbuhan terdiri atas sel-sel dan jaringan-jaringan yang membentuk tumbuhan
sedemikian rupa sehingga memiliki fungsinya masing-masing. Sel-sel dan jaringan-jaringan
tersebut dipelajari pada mata kuliah anatomi tumbuhan. Maka dari itu, anatomi tumbuhan
merupakan mata kuliah yang penting demi menunjang pengetahuan mengenai tumbuhan.
Makalah ini kiranya dapat dijadikan pengetahuan tambahan untuk pengenalan dan
pendalaman mengenai anatomi pada tumbuhan. Kami menyusun makalah ini berdasarkan
refrensi dari beberapa buku dan situs internet.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu, Ibu Ratna Dewi yang telah
membantu kami. Terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman, sahabat, dan
keluarga yang memberikan dukungan moril dan materil, saran, refrensi dan kritik.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk revisi dan tinjauan kembali guna
penyempurnaannya di masa mendatang.
Akhir kata semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan kemampuan
kita dalam bidang lingkungan hidup sebagaimana yang kita semua harapkan.
Hormat kami,
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................... 1
Daftar isi……………………………..………………………………………... 2
BAB I PENDAHULUAN..…………………………………………....……… 3
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II ISI....................................................................................
2.1 Pengertian Kolenkim
2.2 Asal-Usul Kolenkim
2.3 Letak Kolenkim pada Tumbuhan
2.4 Struktur dan Susunan Sel Kolenkim
2.5 Struktur Sehubungan dengan Fungsi
BAB III PENUTUP..............................................................................................
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka…………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 1875, Sachs membagi jaringan dalam tiga sistem berdasarkan
kesinambungan topografi, yakni sistem dermal, sistem jaringan pembuluh dan sistem jaringan
dasar. Salah satu yang termasuk sistem jaringan dasar adalah kolenkim atau jaringan penguat.
Pada banyak tumbuhan, penguat pada tingkat-tingkat awal pertumbuhannya diberikan oleh
satu jaringan yang lunak tetapi kuat dikenal sebagai kolenkim. Secara ontogeny, kolenkim
berkembang dari sel-sel yang memanjang mirip sel-sel prokambium yang muncul pada tahap
perkembangan awal saat diferensiasi meristem tersebut. Kolenkim berfungsi sebagai jaringan
penunjang pada organ muda yang sedang tumbuh dan pada tumbuhan herba tetap ada
meskipun sudah tua. Kolenkim yang terdapat pada organ yang sedang tumbuh menyebabkan
sifat plastis dan lentur tarhadap organ tersebut. Kolenkim yang sudah dewasa kurang bersifat
plastis, lebih keras dan lebih rapuh dibandingkan dengan kolenkim yang masih muda.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah jaringan kolenkim itu?
b. Apa saja yang diketahui tentang jaringan kolenkim?
c. Apakah jaringan sklerenkim itu?
d. Apa saja yang dapat diketahui tenteang jaringan sklerenkim?
1.3 Tujuan Penulisan
Adanya penulisan makalah ini bertujuan untuk :
a. Memperluas pengetahuan mengenai jaringan kolenkim dan jaringan skerenkim
b. Sebagai tugas mata kuliah Anatomi Tumbuhan
c. Melatih keterampilan dalam penulisan karya ilmiah
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Kolenkim
Kolenkim merupakan jaringan mekanik yang berfungsi menyokong tumbuhan. Kolenkim
dibentuk oleh sejumlah sel memanjang yang menyerupai sel prokambium dan berkembang
dalam stadium awal promeristem. Sel kolenkim adalah sel hidup, bentuknya sedikit
memanjang, dan pada umumnya memiliki dinding yang teratur penebalannya. Kolenkim
hanya memiliki dinding primer yang lunak, lentur dan tidak berlignin melainkan mengandung
selulosa, hemiselulosa, pektin, manan dan air dengan kadar air yang tinggi.
Sel kolenkim tetap memiliki protoplas aktif yang mampu melenyapkan penebalan
dinding bila sel dirangsang untuk membelah seperti pada waktu sel tersebut membentuk
kambium gabus.
Kolenkim bertugas sebagai jaringan penyokong pada bagian tumbuhan muda yang
sedang tumbuh dan pada tumbuhan basah. Kolenkim bersifat plastis dan dapat merenggang
secara permanen bersama dengan pertumbuhan organ tempatnya berada. Kolenkim seperti
parenkim dapat mengandung kloroplas sehingga dapat melakukan fotosintesis dan dapat pula
berisi tanin. Dinding sel kolenkim dapat berlignin atau menjadi lebih tebal seperti pada
sklerenkim. Namun, karena kolenkim terdiri dari sel hidup maka dinding sel kolenkim dapat
menjadi tipis lagi dan sel bersifat meristematik. Sel kolenkim mempunyai kemampuan untuk
memanjang dan memberikan dukungan mekanis sebagai jaringan dasar pada daerah
tumbuhan yang sedang memanjang.
Gambar Jaringan Kolenkim
2.2 Asal usul Kolenkim
Kolenkim yang menyatu dengan jaringan vaskular berasal dari prokambium
sedangkan yang terpisah dari jaringan vaskular berasal dari meristem dasar. Ketidakamaan
asal-usul ini sebagai akibat perbedaan dalam interpretasi peristiwa-peristiwa histogenetik.
Kolenkim yang berdiferensiasi awal dari suatu organ menjadi terspesialisasi pada
morfologinya dan yang terbentuk belakangan lebih parenkimatis.
2.3 Letak Kolenkim pada Tumbuhan
Kolenkim dapat ditemukan pada batang, daun serta pada bagian bunga, buah dan akar
terutama jika akar tersebut terkena cahaya. Kolenkim tidak terbentuk pada batang dan daun
monocotyledone yang sejak perkembangan awalnya telah membentuk sklerenkim. Ciri khas
kolenkim adalah terdapat di tepi batang dan daun. Biasanya kolenkim terdapat langsung di
bawah epidermis sehingga dinding dalam sel epidermis atau kadang-kadang seluruh dinding
sel epidermis akan menebal seperti pada dinding sel kolenkim. Sel kolenkim umum
ditemukan pada daerah subepidermal batang. Pada batang, kolenkim dapat membentuk
silinder penuh atau tersusun menjadi berkas yang memanjang sejajar sumbu batang. Pada
daun, kolenkim terdapat di kedua sisi tulang daun utama atau pada satu sisi saja serta terdapat
pula disepanjang tepi daun.
2.4 Struktur dan Susunan Sel Kolenkim
Kolenkim tersusun atas sel-sel hidup yang bentuknya memanjang dengan penebalan
dinding dari bahan selulosa dan pektin yang tidak merata, sifatnya plastis artinya mampu
membentang tetapi tidak dapat kembali lagi bila organnya tumbuh. Karena berasal dari
jaringan dasar, strukturnya serupa dengan parenkim. Ukuran dan bentuk sel kolenkim
beragam. Sel dapat berupa prisma pendek atau bisa pula panjang seperti serat dengan ujungya
yang meruncing. Sel-sel kolenkim dalam tumbuhan mungkin tampil sebagai lingkaran penuh
atau dalam berkas-berkas yang terpisah. Penebalan dinding sel umumnya tidak merata dan
terpusat di bagian-bagian tertentu pada dinding sel. Sel kolenkim adalah sel hidup, ada yang
mengandung kloroplas.
Gambar Letak Kolenkim Pada Beberapa Tumbuhan
1. Bangun Sel
Sel kolenkim mempunyai keragaman panjang, namun yang khas adalah sel
kolenkim cukup panjang (ada yang panjangnya 2 milimeter) dan mirip serabut yang
ujungnya meruncing. Sel kolenkim yang pendek berbentuk prismatik seperti
kebanyakan sel parenkim. Seberkas kolenkim dibangun melalui serangkaian
pembelahan longitudinal, yang menyebar dari titik pusat ke arah tepi berkas.
Pembelahan longitudinal diikuti pemanjangan sel-sel yang dihasilkannya, sehingga
sel-sel pertama (yaitu yang terdalam) mulai memanjang lebih awal dibanding dengan
sel-sel yang lebih tepi dan mencapai panjang yang lebih besar. Apabila terjadi
pembelahan melintang sebelum perpanjangan, bangun sel terpengaruh. Ujung-ujung
sel yang terbentuk melalui pembelahan melintang mungkin agak miring atau hampir
melintang. Apabila tanpa pembelahan melintang, kedua ujung sel kolenkim
meruncing. Sel-sel tepi dalam suatu berkas kolenkim pendek dan dinding-dinding
ujungnya sedikit meruncing.
2. Dinding Sel
Struktur dinding sel menjadi tampilan sel kolenkim yang paling nyata.
Penebalan dinding sel terjadi tidak merata dengan pola yang agak bervariasi pada
kelompok tumbuhan yang berbeda. Menurut Muller terdapat tiga bentuk utama akibat
penebalan dinding sel kolenkim, yaitu :
a) Kolenkim sudut atau kolenkim anguler, penebalan dindingnya terjadi di
sepanjang sudut-sudut sel. Pada penampang melintang tampak adanya 3 atau 4
sel yang saling bertemu. Kolenkim ini terdapat pada tangkai daun Vitis,
Begonia, Coleus, Cucurbita, Morus, Beta dan pada batang Solanum tuberosum
(kentang) dan Atropa belladonna.
b) Kolenkim lempeng (lamellar atau tangensial) mempunyai penebalan terutama
pada dinding tangensial (sejajar permukaan organ) sehingga pada irisan
melintang terlihat seperti papan berderet-deret. Sebagai contoh dari kolenkim
ini adalah kolenkim yang terdapat pada korteks batang Sambucus nigra dan
Rhamnus serta tangkai Cochleria armoracia.
c) Kolenkim lakuner atau tubular mempunyai penebalan dinding sel pada
dinding sel yang berbatasan dengan ruang antarsel. Kolenkim semacam ini
dapat ditemukan pada tangkai daun beberapa spesies yang termasuk
Compositae, Salvia, Malva, Althea dan Asclepias.
Duchaigne (1955 dalam Fahn, 1982) memberikan tambahan satu tipe
kolenkim lagi yaitu kolenkim cincin (annuler) yang mempunyai lumen sel sirkuler
atau hampir sirkuler jika dilihat pada penampang melintangnya. Penebalan dinding
merata sehingga ruang antarsel (lumen) menjadi berbentuk pipa.
Gambar Tipe-Tipe Kolenkim
Suatu tipe khusus sel kolenkim tampak pada daerah sendi Lavatera critica.
Dinding dalam sel kolenkim pada tumbuhan ini mempunyai penebalan melintang
seperti pada penebalan sudut. Penebalan dinding yang khusus di dalam sendi tersebut
diduga berkaitan dengan fleksibilitas yang diperlukan untuk mengakomodasi
perubahan volume yang terjadi dalam sendi, termasuk untuk pergerakan daun yang
reversible.
Dinding kolenkim terutama terdiri atas selulosa dan senyawa berpektin dan
mengandung banyak air. Pada beberapa spesies dinding kolenkim memperlihatkan
pergiliran lapisan yang kaya selulosa dan miskin senyawa berpektin dengan lapisan
yang kaya senyawa berpektin dan miskin selulosa. Bahan segar dinding kolenkim
mengandung air sekitar 67%. Fahn (1982) menyebutkan menurut Roelofsen dinding
sel kolenkim mengandung pektin 45%, hemiselulosa 35% dan selulosa sekitar 20%.
Kolenkim mungkin mempunyai atau tidak mempunyai ruang antarsel. Pada
yang tidak memiliki ruang antarsel, sudut tempat pertemuan beberapa sel sering
memperlihatkan akumulasi substansi berpektin yang luar biasa. Akumulasi substansi
ini mungkin tidak mengisi penuh ruang antarsel melainkan menjulur ke ruang antarsel
dalam bentuk kutil atau struktur seperti bunga karang.
Gambar Dinding Sel Kolenkim
3. Isi Sel
Sel kolenkim mempunyai protoplas hidup pada dewasanya. Jumlah kloroplas
bervariasi, paling banyak terdapat pada kolenkim yang bentuknya mendekati
parenkim. Kolenkim terdiri atas sel-sel ramping panjang, pada yang paling
terspesialisasi tinggi mengandung hanya sedikit kloroplas atau tidak sama sekali.
Tanin mungkin ditemukan dalam sel kolenkim.
4. Fungsi
Kolenkim menjadi jaringan mekanik yang disesuaikan teristimewa untuk
memperkuat organ yang sedang tumbuh. Dinding yang tebal dan tertata erat
membuatnya menjadi jaringan yang kuat. Pada saat yang sama keistimewaan
pertumbuhan dan struktur dindingnya menyebabkan mampu menyesuaikan terhadap
pemanjangan organ tanpa kehilangan kekuatan. Sel kolenkim mempunyai
kemampuan dalam peningkatan secara serentak permukaan dan ketebalan dinding dan
oleh karenanya dapat mengembangkan dinding tebal sementara organ tempat
kolenkim berada sedang memanjang. Jaringan kolenkim menggabungkan kekuatan
peregangan yang besar melalui kelenturan dan plastisitas. Sel serabut yang tertarik
akan kembali ke panjang aslinya sedangkan kolenkim akan tetap panjangnya setelah
memperoleh tarikan atau dengan kata lain serabut bersifat elastis sedangkan kolenkim
bersifat plastis.
Pentingnya keplastisan dinding kolenkim dalam penyesuaian internal jaringan
yang sedang tumbuh ditekankan berdasar pengamatan bahwa banyak pemanjangan
ruas terjadi setelah sel kolenkim sudah menebalkan dindingnya. Keplastisan kolenkim
berubah seiring dengan usia. Jaringan yang tua lebih keras dan lebih rapuh dibanding
yang muda. Pada beberapa tumbuhan kolenkim pada akhirnya mengalami
sklerefikasi. Kolenkim yang keras terdapat pada bagian tumbuhan yang telah berhenti
memanjang.
Gambar Jaringan Kolenkim
2.5 Struktur Sehubungan dengan Fungsi
Kolenkim tampaknya beradaptasi terutama untuk menyokong batang serta daun yang
sedang tumbuh. Dinding sel menebal ketika pucuk berkembang. Namun penebalan itu
bersifat plastis dan mampu meluas. Sebab itu, penebalannya tidak menghalangi pemanjangan
batang atau daun. Pada perkembangan selanjutnya kolenkim dapat tetap bertahan sebagai
jaringan penyokong jika bagian organ tempat kolenkim berada tidak membentuk sklerenkim.
Kolenkim dewasa merupakan jaringan yang kuat dan lentur, terdiri dari sel panjang
yang saling timpa dengan dinding tebal tidak berlignin. Pada tanaman tua, dinding sel
kolenkim mengeras atu berlignin serta berubah menjadi sel sklerenkim.
SKLERENKIM
Pengertian Sklerenkim
Kata sklerenkim berasal dari bahasa Yunani : sclerous (keras) dan enchyma
(seduhan/infusi), jadi jaringan sklerenkim adalah jaringan yang tersusun dari sel-sel dengan
dinding sel berpenebalan sekunder, berlignin atau tidak. Fungsi utama dari jaringan
sklerenkim adalah sebagai penguat atau penyokong dan kadang-kadang sebagai pelindung
pada tanaman. Ciri-ciri dari sel sklerenkim yaitu :
a. Memiliki dinding sel yang tebal dan keras
b. Dinding sel kenyal (elastis), bersifat primer, sekunder bahkan tertier
c. Sel-sel dewasa mati dan tidak mengandung protoplas
d. Mengandung lignin
e. Kadar air rendah
f. Terdapat di berbagai tempat dalam tubuh tumbuhan
Gambar jaringan sklerenkim
Sel sklerenkim dibedakan dalam struktur dan perkembangannya ke dalam dua jenis
yaitu serabut dan sklereida.
SERABUT / SERAT
Serat terdapat diberbagai tempat dalam tumbuhan. Dapat juga ditemukan terpisah
sebagai idioblas seperti pada anak daun Cycas (pakis haji). Serat ditemukan sebagai berkas,
jalinan atau silinder berongga. Serat sering ditemukan di antara jaringan pembuluh dan juga
terdapat pada jaringan dasar.
Berdasarkan letaknya, dapat dibedakan menjadi :
• Serat xilar atau xilem (di dalam) merupakan serabut yang terdapat di dalam xilem. Serat
xilem merupakan bagian jaringan pembuluh. Serat xilem merupakan perkembangan dari
prokambium yaitu jaringan yang menghasilkan jaringan pembuluh. Berdasarkan tebal
dinding serta jumlah noktah maka dibedakan menjadi :
Serat libriform
Serat ini menyerupai serat floem, biasanya lebih panjang daripada trakeid tumbuhan,
dindingnya tebal dan jumlalh noktahnya sedikit.
Serat trakeid
Serat ini merupakan bentuk peralihan antara trakeid dan serat libriform. Noktah serat
ini tergolong noktah terlindungi tetapi ruang noktah lebih kecil daripada yang
terdapat pada trakeid dan serat ini memiliki berbagai macam bentuk noktah.
• Serat extra xilar atau ekstra xilem (di luar) : serabut yang terdapat di luar xilem
Serat floem
Serat ini merupakan serat yang muncul di floem primer dan sekunder.
Serat korteks
Serat ini merupakan serat yang muncul di korteks.
Serat perivaskular
Serat ini merupakan serat yang terletak di tepi silinder vaskular di sebelah dalam
lapisan korteks terdalam namun tampaknya tidak berasal dari floem.
Serabut xilar berkembang dari jaringan meristematik yang sama dengan asal-usul sel-sel
xilem lain dan menjadi bagian integral xilem.
Bentuk dan Ukuran Panjang Serabut
Serabut sklerenkim biasanya sangat panjang dan sempit dengan ujung yang runcing
dan terkadang bercabang. Variasi panjangnya sangat besar dan biasanya serabut ekstraxilem
lebih panjang daripada serabut xilar. Pada Cannabis sativa panjang serabutnya 0,5—5,5 cm,
pada Linum usitatissimum panjangnya 0,8—6,9 cm dan pada rami (Bochmeria nivea)
panjangnya mencapai 55 cm. serabut rami merupakan sel terpanjang pada tumbuhan tinggi.
(Susetyoadi dkk, 2004).
Fiber atau serat-serat sklerenkim pada umumnya terdapat dalam bentuk untaian
(strands) yang terpisah-pisah atau dalam bentuk lingkaran. Dalam kulit kayu dan pembuluh
tapis (korteks dan floem) merupakan suatu seludang yang berhubungan dengan berkas-berkas
pengangkut. Sering pula tersusun dalam bentuk-bentuk yang khas seperti pada batang
tumbuhan monokotil dan dikotil. Pada Gramineae, serat berbentuk silinder yang berlekuk dan
dihubungkan oleh epidermis. Selain itu, serat dapat berupa berkas-berkas pembuluh terutama
pada bagian tepi batang. Pada monokotil, serat membentuk seludang di sekitar berkas-berkas
pembuluh. Serat-serat sklerenkim pada umumnya panjang dengan rata-rata sekitar 2 mm.
pada tumbuhan tertentu ukuran panjangnya mencaai beberapa cm bahkan lebih, misalnya
Buchmeria nivea panjangnya sekitar 25 cm. (Dwidjoseputro, 1994).
Ciri-ciri Serat Sklerenkim
a. Serat-serat sklerenkim terdiri dari sel-sel dengan ukuran yang cukup panjang.
b. Sel-sel tersebut telah mati.
c. Dinding sel tebal, sebagian besar terdiri dari zat kayu dan sering pula mengandung
lamella-lamella selulosa.
d. Lumen selnya sempit karena terdapat penebalan pada dindingnya.
e. Pada irisan melintang, serat-serat berbentuk segi banyak, segi lima atau segi enam.
f. Noktah-noktahnya sempit dan panjang yang berbentuk saluran-saluran sempit
yang miring.
g. Pada irisan membujur, serat-serat berbentuk kumparan panjang yang ujungnya
meruncing.
h. Daya elastisnya besar sehingga serat-serat tersebut dapat dilengkungkan.
(Dwidjoseputro, 1994).
Perkembangan Serabut
Secara ontogeni, serabut berkembang dari meristem yang berbeda-beda, misalnya
prokambium, kambium, meristem dasar, bahkan pada spesies tertentu dari Gramineae dan
Cyperaceae serabut berkembang dari protoderm. Serabut mungkin juga berkembang dari sel
parenkim, misalnya protofloem pada tumbuhan dikotil. Serabut yang dibentuk oleh kambium
berasal dari inisial fusiform dan dalam perkembangannya hanya memanjang sedikit atau
tidak memanjang sama sekali. Pada saat serabut masih mengalami pertumbuhan, simplastik
dinding tetap tipis. Selanjutnya pada saat ujung mulai tumbuh memanjang, hanya dinding
pada ujung serabut yang tetap tipis dan terjadi penebalan dinding sekunder dimulai dari
bagian tengah serabut yang merupakan daerah yang tidak tumbuh memanjang lagi.
Ada perbedaan pertumbuhan serabut pada tubuh primer dan tubuh sekunder. Inisial
serabut primer tampak di awal sebelum organ tempat serabut berada itu memanjang, maka
serabut primer tersebut mengalami pertumbuhan memanjang secara simplastik bersama-sama
sel tetangganya yang terus membelah. Pertumbuhan secara simplastik ini ditambah dengan
terobosan (intrusif) dan peluncuran ujungnya yang menembus di antara sel-sel sekitar. Inisial
serabut sekunder berkembang dalam organ yang sudah berhenti memanjang. Oleh karena itu,
pertumbuhan serabut sekunder hanya menggangu saja. Itulah hal yang menyebabkan serabut
primer lebih panjang daripada serabut sekunder pada tumbuhan yang sama. Oleh karena itu
diperoleh data bahwa panjang rata-rata serabut floem primer pada rami adalah 164,6 mm
sedangkan serabut floem sekunder 15,5 mm.
Hasil kajian dengan mikroskop elektron terhadap serabut silar menunjukkan bahwa
selama pembentukan dinding sekunder, sitoplasma secara umum bervakuola jelas meskipun
pembentukan vakuola tidak meluas ke ujung sel. Nukleus besar dan organel yang sedikit
tampak lebih berjejal di dekat ujung sel. Retikulum endoplasma sering terletak paralel dengan
permukaan dinding. Dalam proses pembentukan dinding, berlangsung aposisi lamella
selulosa dan sekresi matriks vesikular. Hasil kajian menunjukkan bahwa retikulum
endoplasma, diktiosoma, plasma-lema, plasmalemasoma (struktur multilamelar atau
multivesikuler yang terjadi di antara plasmalema dan dinding sel) dan mikrotubuli
berpengaruh dalam pembentukan dinding sel. Kombinasi auksin dan giberelin diperlukan
dalam induksi dan diferensiasi serabut. (Susetyoadi dkk, 2004).
Serat mengalami pertumbuhan secara terkoordinasi dahulu bersama dengan sel di
sekelilingnya. Kemudian, kedua ujung bakal serat akan memanjang dengan pertumbuhan
intrusif. Pada rami, pertumbuhan intrusif di ujung atas sel berlangsung lebih lama
dibandingkan dengan pertumbuhan di ujung bawah. Dengan pertumbuhan yang berlangsung
lama itu serat dapat tumbuh sangat panjang. (Estiti, 1995).
Serat-serat sklerenkim terbentuk bersamaan dengan saat-saat terhentinya
pertumbuhan organ-organ bersangkutan pada tumbuhan. Sel-sel sklerenkim umumnya
bersifat sekunder yaitu dibentuk oleh kambium, walaupun kenyataannya adapula yang
bersifat primer. Sel-sel sklerenkim yang merupakan bagian dari jaringan mekanik
mempunyai daya tahan untuk menghadapi segala gangguan yang datang dari luar (goyangan
atau lentingan oleh angin) sehingga tidak mudah patah dan tumbang. (Dwidjoseputro, 1994).
Protoplas Serabut
Selama perkembangan serabut floem primer Nicotiana dan Linum dalam protoplas
mengandung banyak inti. Protoplas dalam serabut sekunder yang berkembang biasanya
mempunyai inti tunggal. Serabut libriform dewasa dan serabut trakeid biasanya sebagai
struktur penguat yang mati. Pada serabut dewasa protoplas hidup dan inti hanya didapatkan
pada serabut floem dan serabut bersekat. Serabut libriform terkadang tetap terisi oleh
protoplas meskipun dinding sekundernya telah menebal dan berlignin sehingga dianggap sel
ini berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan selain sebagai jaringan penguat.
Sekarang telah ditemukan protoplas hidup dan inti pada serabut libriform banyak spesies
bahkan juga pada serabut trakeid. Serabut yang hidup ditemukan di dalam kayu Tamarix spp.,
dalam beberapa spesies dari Chenopodiaceae, dan pada pohon, semak beberapa suku dikotil
lain. Protoplasma hidup juga ditemukan dalam beberapa serabut monokotil. Pada serabut
yang panjang dengan lumen yang sempit biasanya intinya memanjang. (Susetyoadi dkk,
2004).
6. Evolusi Serabut Xilar
Perbedaan diantara serabut xilar terdapat pada bentuk, ukuran, ketebalan dinding,
serta tipe dan jumlah noktahnya. Dilihat dari sudut pandang evolusi, diasumsikan bahwa
serabut berkembang dari trakeid. Asumsi tersebut didukung oleh fakta adanya bentuk transisi
dari trakeid dan serabut yang ditemukan pada sebagian tumbuhan angiosperm seperti
Quercus spp (susetyoadi dkk:----).
Bentuk transisi trakeid yang berbeda-beda menunjukkan bahwa perubahan tersebut
terjadi saat proses evolusi pada serabut trakeid terjadi. Dinding sel mengalami penebalan,
jumlah dan ukuran noktah tereduksi sampai akhirnya noktah hilang, dan sel menjadi lebih
pendek.
7. Struktur dan Kegunaan Serabut Komersial
Istilah serabut yang digunakan dalam dunia industri umumnya sama dengan serabut
yang dimaksud oleh ahli botani. Menurut Susetyoadi dkk, serabut komersial dibagi menjadi 2
tipe yaitu serabut keras dan serabut lunak.
Serabut keras memiliki dinding sel yang mengandung banyak lignin dan strukturnya
kaku. Serabut keras biasanya diperoleh dari tumbuhan monokotil. Tumbuhan yang
menghasilkan serabut keras antara lain Agave sisalana (sisal), Tillandsia usneoides (lumut
spanyol), Musa textilis (abaca), furcraea gigantea (Mauritius hemp), dan Phormium tenax.
Gambar -. Serat abaca
http://wb5.itrademarket.com/pdimage/19/16719_seratabacaabacafibre.jpg
Serabut lunak lebih banyak yang tidak mengandung lignin walaupun tidak menutup
kemungkinan memiliki kandungan lignin. Serabut lunak bersifat lebih elastis dan fleksibel,
biasanya terdapat pada tumbuhan dikotil. Serabut lunak terutama dihasilkan oleh Linum
usitatissimum (flax), Cannabis sativa (hemp), Hibiscus cannabiscus(kenaf), Boehmeria
nivea(rami), dan Ceiba petandra (kapuk). Serabut kapas yang berasal dari indumentum biji
kapas saat ini merupakan serabut komersial yang paling penting.
Gambar-. Indumentum Ceiba petandra.
http://www.worldofstock.com/slides/NPF3102.jpg
Menurut kegunaannya serabut diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Serabut tekstil, digunakan untuk industri tekstil.
2. Serabut tali, untuk membuat tali.
3. Serabut sikat, digunakan untuk industry sikat dan sapu.
4. Serabut pengisi, digunakan sebagai pengisi matras, sabuk pengaman, pembalut , dan
lain-lain.
B. Skereida
Sklereida adalah tipe skelerenkim yang lebih pendek dari serabut. Sklereida dapat
berasal dari parenkim atau jaringan meristematik. Sklereid menjadi massa sel yang keras
didalam jaringan parenkim yang lunak. Organ tertentu seperti cangkang biji yang keras, kulit
biji dan sel batu seluruhnya tersusun dari sklereid.
Sklereid kebanyakan tampak sebagai idioblas yaitu sel yang tampak jelas berbeda dari
sel disekelilingnya disuatu jaringan dalam bentuk, ukuran, dan ketebalan dinding selnya.
Sklereida yang berbentuk khusus terdapat didalam daun tumbuhan seperti Gnetum,
Camellia, Nymphaea.
1. Tampilan dan Tatanan Sklereida
Sklereida tersebar luas dalam tubuh tumbuhan. Pada korteks dan empulur tumbuhan
dikotil dan monokotil sering mengandung sklereid yang tersusun baik tunggal maupun
berkelompok. Sklereida juga menjadi komponen umum pada xylem dan floem. Pada banyak
tumbuhan, sel parenkim yang terletak diantara serabut floem primer mengembangkan dinding
sekunder berlignindan berdiferensiasi menjadi sklereida yang bergabung dengan serabut
membentuk silinder sklerenkim di tepi luar sistem vaskular.
Di daerah tropis, banyak jenis tumbuhan yang pada daunnya terdapat sklereida dalam
jumlah sedikit ataupun banyak. Pada beberapa spesies sklereida daun terda pat di ujung
berkas vaskular.
Sklereida juga ditemukan pada buah dan biji. Pada buah kadang sklereida tersebar di
daging buah yang lunak dalam kelompok. Dalam lapisan yang rapat, sklereida membangun
pembungkus keras dalam bentuk cangkang buah geluk (nut) atau cangkang endocarp buah
batu.
2. Klasifikasi Sklereid
Sklereid terdapat di berbagai tempat dalam tumbuhan . Sklereid berhimpun menjadi
kelompok sel keras diantara sel parenkim sekelilingnya, misal pada parenkim korteks,
empulur batang dan tangkai daun, parenkim akar, mesofil daun, daging buah dan kulit biji.
Letak sklereid dalam jaringan dapat tersebar di sembarang tempat atau pada kedudukan
tertentu, misalnya di ujung-ujung urat daun (sklereid terminal) atau di tepi daun. Sklereid
umumnya berbentuk lebih pendek dibanding serabut sklerenkim .
Tipe bentuk sklereid :
a. Brakhisklereida (sel batu)
Bentuknya membulat seperti sel parenkim.
Biasanya terdapat di floem, korteks dan kulit
batang serta daging buah beberapa tumbuhan.
contoh : pada daging buah Pyrus communis
b. Makrosklereida (sel tongkat)
Bentuknya memanjang, silindris. Sel tongkat
menyusun jaringan seperti pagar pada beberapa
macam biji buah dan daun xerofit.
contoh : kulit biji Phaseolus vulgaris
c. Osteosklereida (sel tulang)
Bentuknya memanjang dengan bagian ujungnya
membesar seperti tulang paha. Sel tulang terdapat pada
lapisan hipodermal beberapa kulit biji, buah, dan daun
xerofit.
contoh : kulit biji Phaseolus vulgaris
d. Asterosklereida (sel bintang)
Bentuknya bercabang-cabang atau seperti bintang,
Umumnya ditemukan pada ruas antar sel daun dan batang
xerofit
contoh : pada tangkai dan mesofil daun Camellia sinensis
e. Trikosklereida
Bentuk bercabang-cabang sangat panjang, berujung
runcing dengan jari-jari yang masuk dalam ruang antar
sel seperti trikoma. Terdapat pada daun, akar, batang
tumbuhan hidrofit.
contoh : tangkai daun Camellia sinensis
3. Struktur Sklereid
Dinding sel sklereid bervariasi dalam hal ketebalannya dan secara khas berlignin.
Apabila dinding relative tipis, sklereid tidak dapat di bedakan secara nyata dengan
parenkim sklerotik, sedangkan sklereid yang berdinding tebal sangat jauh berbeda dengan
sel parenkim. Pada banyak sklereida, lumen hampir penuh dengan timbunan dinding yang
massive dan dinding sekunder memperlihatkan noktah-noktah yang mencolok, sering
dengan ruang-ruang seperti saluran yang bercabang. Noktah biasanya sederhana , namun
kadang dinding sekunder sedikit memayungi ruang noktah kecil. Pada spesies tertentu
terdapat kristal yang terbenam pada dinding sekunder sklereid.
Pada beberapa sklereid penimbunan dinding sekunder tidak merata, sebagai contoh
makrosklereida kulit biji leguminoceae sebagian besar timbunan sekunder terletak pada
dinding lateral di ujung sel yang membelok ke arah permukaan biji. Penebalan dinding
sekunder ini diletakan dalam bentuk rusuk-rusuk yang teratur secara vertical atau spiral dan
yang membagi lumen sel sedemikian sehingga lumen tampak berbentuk bintang pada irisan
melintang tegak lurus terhadap sumbu sel.
4. Asal dan Perkembangan Sklereida
Sklereida terjadi dari sel parenkim biasa yang kemudian mengalami sklerosis atau
dari sel-sel yang sejak awal adalah primordia sklereida. Sklerefikasi sel-sel pada floem
dapat terjadi setelah jaringan berhenti fungsinya. Sklereida daun Camellia mulai
perkembangannya selama tingkat akhir perluasan daun. Trikosklereida akar udara Monstera
berkembang dari sel-sel hasil pembelahan tak imbang pada meristem rusuk korteks.
Di jaringan vaskular, sklereida berkembang dari sel-sel prokambium dan cambium.
Sel batu yang ada pada jaringan gabus berasal dari felogen. Makrosklereida kulit biji
berasal dari protoderm. Banyak sklereida berdiferensiasi dari sel parenkim dasar atau sel
meristem dasar. Pada beberapa daun sel parenkim yang berkembang menjadi sklereid
adalah bagian dari mesofil spons.
Brakisklereida berkembang dari sel parenkim melalui penebalan sekunder dinding sel
nya. Dinding sel nya sangat tebal berlapis-lapis dan biasanya terdapat noktah yang
bercabang-cabang. Selama proses penebalan dinding, permukaan dinding sebelah dalam
berkurang dan noktah mulai berkembang dari sisi luar dinding sekunder secara bersama.
Bentuk khusus osteosklereida pada kulit biji Pisum sativum ialah selama awal
perkembangan osteosklereida ini bagian dinding lateral nya menjadi sangat tebal untuk
mencegah pelebaran berlanjut. Ujung sel dindingnya tetap tipis dan melajutkan pelebaran
sehinggamenimbulkan struktur khusus bentuk tulang.
Struktur histogenik sklereida yang bercabang-cabang yang terdapat pada daun
Nymphaea odorata menunjukan bahwa sklereida berkembang dari sel inisial yang
berdinding tipis. Sel inisial dapat dibedakan dengan sel tetangga pertama kali dari inti dan
nukleolusnya yang lebih besar. Sesudah perkembangan awal sel inisial mulai bercabang-
cabang membentuk sklereida seperti bentuk dewasanya.
Umumnya sklereida digambarkan sebagai sel mati pada waktu dewasa tapi telah
ditemukan protoplas yang mampu bertahan sepanjang hidup organ tempat sklereida berada.
Protoplas dalam sel batu buah pir tetap hidup dalam waktu yang relative lama.
Sel kolenkim seringkali mengalami sklerefikasi selama pemasakan organ tempat
kolenkim berada. Berbagai bentuk variasi serabut yang luas dan keberadaan bentuk-bentk
transisinya memberikan jalan untuk mempelajari evolusi elemen-elemen serabut atau
bagian-bagiannya evolusi noktah.
Serabut libiform dan serabut trskeid sampai saat ini biasanya diuraikan sebagai sel-sel
mati yang tidak mengandung protoplas dan dihubungkan dengan fungsi mekanik saja, atau
kebanyakan memainkan sedikit peran dalam konduksi air dalam membantu unsure-unsur
trakeal.
Adanya protoplas hidup dalam serabut libriform dan serabut trskeida menunjukan
contoh lebih jauh dari adanya ketidak terbatasan antara berbagai elemen yang membentuk
jaringan yang berdiferensiasi tinggi pada tubuh tumbuhan tinggi.
Adanya sklereida idioblastikdi dalam daun tumbuhan pada kelompok taksonomikdan
ekologis yang berbeda menimbulkan kesulitan dalam pemahaman makna sklereida tersebut
secara evolusioner dan fungsional.
Daftar Pustaka
Anonim.http://175.106.19.29/diknas/file.php/1/PENGETAHUAN%20UMUM/edukasinet/
www.e-dukasi.net/mapok/mp_fullf09d.html?id=303&fname=materi08.html pada 27
Februari 2011 pukul 9:44
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB
Husen. http://hayubelajar.blogspot.com/2010/12/jaringan-tumbuhan-dan-hewan-bagia-lima.html pada 27 Februari 2011 pukul 9:52
Setjo, Susetyoadi., dkk. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang : JICA, Universitas Negeri
Malang
Dwidjoseputro. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama