IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN GIVING QUESTION AND
GETTING ANSWER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA KELAS VII A
SMP N 3 SAWIT BOYOLALI MATERI HIMPUNAN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
ANGGRAINI PUSPITA SARI
A 410 140 059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN GIVING QUESTION AND GETTING
ANSWER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIKA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
ANGGRAINI PUSPITA SARI
A410 140 059
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Dra. Nining Setyaningsih, M.Si
NIK. 0627106101
ii
HALAMAN PENGESAHAN
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN GIVING QUESTION AND GETTING
ANSWER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIKA
Oleh :
ANGGRAINI PUSPITA SARI
A 410 140 059
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Senin, 26 November 2018
Dan dinyatakan telah memenuhisyarat
Dewan Penguji :
1. Dra. Nining Setyaningsih, M.Si ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Prof. Dr. Sutama, M.Pd ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Rita P. Khotimah, S.Si, M.Sc ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum
NIDN. 0028046501
1
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN GIVING QUESTION AND GETTING
ANSWER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIKA SISWA KELAS VII A SMP N 3 SAWIT BOYOLALI
MATERI HIMPUNAN
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika
siswa pada materi himpunan kelas VII A SMP N 3 Sawit Boyolali melalui model
pembelajaran Giving Question And Getting Answer. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas (PTK).Teknik pengumpulan data menggunakan
lembar observasi, lembar catatan lapangan, tes, dan dokumentasi.Teknik analisis data
menggunakan pengumpulan data, reduksi data, himpunan, dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berpikir
kreatif matematika dengan indicator : 1.) Kemampuan untuk menghasilkan banyak
jawaban penyelesaian sebelum tindakan sebesar 15,6% dan setelah adanya tindakan
sebesar 54,8%. 2.) kemampuan untuk memberikan jawaban yang berbeda dari soal
yang sama sebelun tindakan sebesar 25%, dan setelah adanya tindakan sebesar
58,1%. 3.) kemampuan untuk menghasilakan strategi (cara penyelesaian) yang baru
sebelum tindakan sebesar 18,8% dan setelah adanya tindakan sebesar 41,9%. 4.)
kemampuan untuk menjawab dengan rinci dan benar sebelum tindakan sebesar
15,6% dan setelah adanya tindakan sebesar 48,4%.
Kata Kunci : berpikir, kreatif,pembelajaran, GQGA
Abstract
The purpose of this research was to improve the ability of the creative thinking of
mathematics students on the material set Class VII A SMP N 3 Sawit, Boyolali
through learning model Giving Question And Getting the Answer. This type of
research is the research action class (PTK). Data collection techniques using sheets
of observation, field notes sheets, tests, and documentation. Data analysis using the
techniques of data collection, data reduction, withdrawal, and a set of conclusions.
The results showed an increase in the ability of the creative thinking of Mathematics
with indicator: 1.) the ability to generate many answers before the completion of the
action of 15.6% and after the action of 54.8%. 2.) the ability to give different answers
to the same problem of sebelun action of 25%, and after the action of 58.1%. 3.) the
ability to menghasilakan strategies (solution) 18.8% of actions before and after the
action of 41.9%. 4.) the ability to respond with a detailed and properly before the
action of 15.6% and after the action of 48.4%.
Keywords: creative, thinking, learning, GQGA.
1. PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif
2
serta kemampuan bekerjasama.siswa harus dididik untuk kratif agar tidak hanya
menjadi konsumen pengetahuan tetapi juga mampu menghasilkan pengetahuan baru.
Untuk itu dituntut peran guru dalam menyiapkan materi, mengolah proses
pembelajaran dan menilai kompensasi yang dimiliki siswa sesuai tuntutan kurikulum
(Rahayu, dkk, 2008).
Menteri pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan
bahwa, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai
dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika tidak hanya mengacu pada prestasi
belajar siswa, melainkan juga mengacu pada kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama.
Sejauh ini didominasi pembelajaran konvensional dengan paradigma guru
mengajar hanya berorientasi pada hasil belajar yang dapat diamati dan diukur.Siswa
pasif dan guru cenderung memindahkan informasi sebayak-banyaknya kepada siswa
sehingga konsep, prinsip dan aturan-aturan sulit dipahami oleh siswa. Pembelajaran
ini tentunya akan berakibat buruk pada prestasi belajar siswa-siswa sekolah di
Indonessia, hal ini terbukti dari hasil The Program for International Student
Assesment 2010, posisi Indonesia mengenaskan, kemampuan matematika siswa
Indonesia yaitu hanya juara ketiga dari bawah. Indonesia hanya lebih baik daripada
Kirgistan dan Panama.Kondisi itu bertahan sejak 2003.Demikian pula hasil Trends
in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia
tahun 2011. Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor
386 dari 42 negara yang siswanya dites.Skor Indonesia ini turun 11 poin dari
penilaian tahun 2007 (Napitupulu, 2012). Kenyataan ini menunjukkan kemampuan
matematis yang dimiliki siswa di Indonesia jauh berada dibawah negara-negara lain.
Apabila kita ingin bersaing dengan negara lain maka perlu perubahan pola
pembelajaran dan pola pendidikan terutama pada pelajaran matematika dengan
memberikan perlakuan-perlakuan serta penekanan-penekanan tertentu dalam
pembelajaran. Salah satunya adalah kemampuan berpikir kreatif dan
3
mempertimbangkan aspek afektif dalam diri siswa seperti halnya kemandirian belajar
siswa.
Faktor pendukung rendahnya tingkat berpikir kreatif siswa adalah hasil
pengamatan awal siswa yang dilakukan di SMP N 3 Sawit Boyolali. Hal ini dapat
ditunjukkan dari pengamatan kelas VII A yang berjumlah 32 siswa, terdiri dari 20
siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Dari jumlah tersebut terdapat beberapa
permasalah yang meliput, kemampuan untuk menghasilkan banyak jawaban
penyelesaian (15,6%), kemampuan untuk memberikan jawaban yang berbeda dari
soal yang sama (25%), kemampuan untuk menghasilakan strategi (cara penyelesaian)
yang baru (18,8%), dan kemampuan untuk menjawab dengan rinci dan benar
(15,6%).
Salah satu yang mempengaruhi rendahnya tingkat kreatifitas siswa adalah guru
cenderung lebih aktif daripada siswa.Model yang digunakan oleh guru kurang
bervariasi. Seperti yang diketahui, tugas guru menurut Syaiful Bahri (2005 : 9)
adalah mendidik, mengajar, dan melatih anak didik sehingga membantu anak
didiknya untuk membantu meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, ilmu
pengetahuan, dan teknologi untuk kemajuan diri siswa dimasa depan.Peran guru atau
pendidik menurut Nurdyansyah, dkk (2016 : 12) peran pendidik tidak hanya sebagai
pengajar tetapi sekaligus sebagai pembimbing yaitu sebagai wali yang membantu
anak didik mengatasi kesulitan dalam studinya dan pemecahan bagi permasalahan
lainnya.
Penerapan suatu pembelajaran menurut Joyce Bruce (2009 : 7) akan berpengaruh
besar terhadap kemampuan siswa dalam mendidik mereka sendiri. Siswa akan
tertarik mempelajari matematika jika proses pembelajaran lebih difokuskan pada
kreativitas siswa sehingga diperlukan model pembelajaran yang tepat dalam
menyampaikan materi.
Model pembelajaran Giving Question and Getting Answer merupakan
implementasi dari strategi pembelajaran kontruktivisme yang menempatkan siswa
sebagai subjek pembelajaran (Muh. Yunus dan Kurniati Ilham : 2013).Proses
pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah. Pendekatan
ilmiah yang dimaksut meliputi semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat,
4
prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis (Kemendikbud,
2013 : 142).
Berpikir kreatif matematis siswa menurut Ilma (2018) difokuskan dalam melihat
kemampuan siswamemunculkan jawaban lebih dari satu secara lancar, menghasilkan
jawaban dari sudut pandang yang berbeda, dan memperinci suatu permasalahan
sehingga menjadi lebih mudah dipahami.
Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan penelitian tentang model
pembelajaran Giving Question and Getting Answer untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa pada siswa kelas VII A SMP N 3 Sawit Boyolali.
Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa kelas VII A SMP N 3 Sawit Boyolali pada materi himpunan dengan
model pembelajaran Giving Question and Getting Answer.
2. METODE
Penelitian Tindakan Kelas menurut Saur (2014 : 19) adalah penelitian yang
dilakukan oleh pendidik atau calon pendidik didalam kelasnya sendiri secara
kolaboratif atau partisipatif untuk memperbaiki kinerja pendidik menyangkut
kualitas proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar peserta didik, baik dari
aspek akademik maupun non-akademik melalui tindakan reflektif dalam bentuk
siklus (daur ulang).
Subjek dalam penelitian ini ada yaitu subjek yang member tindakan dan subjek
yang menerima tindakan. Adapun yang memberi tindakan adalah guru matematika
yaitu Bapak Sawabi,S.Pd dan subjek yang menerima tindakan adalah siswa kelas VII
A SMP Negeri 3 Sawit Boyolali yang berjumlah 32 siswa dengan siswa perempuan
berjumlah 12 siswa dan siswa laki-laki berjumlah 20 siswa.
Data penelitian ini diperoleh dari siswa kelas VII A SMP N 3 Sawit Boyolali.
Data diperoleh dengan cara melakukan tes, observasi, catatan lapangan dan
dokumentasi. Data yang diperoleh dari guru yaitu model pembelajaran Giving
Question And Getting Answer yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Sedangkan data yang diperoleh dari siswa yaitu berpikir kreatif.
Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data diatas meliputi
observasi, metode tes, catatan lapangan dan dokumentasi.
5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data pelaksanaan tindakan kelas melalui model pembelajaran Giving Question And
Getting Answer dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII A
SMP N 3 Sawit Boyolalidari sebelum dan sesudah diberi tindakan dapatdilihat pada
tabel 1 berikut:
Tabel 1 peningkatan berpikir kreatif matematika
No. Indikator berpikir kreatif matematika Sebelum
tindakan
Setelah tindakan
Siklus I Siklus II
1. Kemampuan untuk menghasilkan banyak
jawaban penyelesaian 15,6% 41,4% 54,8%
2. Kemampuan untuk memberikan jawaban
yang berbeda dari soal yang sama 25% 48,1% 58,1%
3. Kemampuan untuk menghasilakan strategi
(cara penyelesaian) yang baru 18,8% 34,5% 41,9%
4. Kemampuan untuk menjawab dengan
rinci dan benar 15,6% 37,9% 48,4%
Kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum diberi tindakan penerapan model
Giving Question And Getting Answer dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu :
terdapat 5 siswa (15,6%) yang mampu menghasilkan banyak jawaban penyelesaian,
8 siswa (25%) yang mampu memberikan jawaban yang berbeda dari soal yang sama,
6 siswa (18,8%) yang mampu menghasilakan strategi (cara penyelesaian) yang baru,
dan 5 siswa (15,6%) yang mampu menjawab dengan rinci dan benar.
Berdasarkan analisis data hasil penelitian akan dijelaskan peningkatan
persentaseindikator kemampuan berpikir kreatif matematika siswa dari sebelum
tindakan model pembelajaran Giving Question And Getting Answer sampai siklus II
Berikut merupakan gambar dari kemampuan siswa untuk menghasilkan banyak
jawaban penyelesaian pada siklus I
6
Gambar 1 pekerjaan siswa yang belum mampu menghasilkan banyak jawaban
penyelesaian pada siklus I
Gambar 1 menunjukkan bahwa terdapat siswa yang belum mampu untuk
menghasilkan banyak jawaban penyelesaian dikarenakan masih sulitnya siswa untuk
berpikir kreatif, terdapat beberapa siswa yang menyelesaikan permasalahan yang
diberikan dengan jawaban yang salah atau kurang sesuai.Pada gambar 1 jawaban
pertama menunjukkan bahwa siswa menuliskan banyak anggota dan tidak menjawab
sesuai perintah soal, dan untuk jawaban yang kedua sudah sesuai dengan perintah
dalam soal.
Pada siklus I siswa yang masih bingung dengan soal yang diberikan oleh guru
karena belum memahami konsep berpikir kreatif sehingga hasil yang diperoleh
belum memenuhi indikator yang ditentukan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Anna Jarrotul Khoiriah dan Husamah (2018) menyatakan bahwa
pembelajaran kreatif dapat meningkatkan kemampuan untuk menghasilkan banyak
jawaban penyelesaian.
Gambar 2 siswa belum mampu memberikan jawaban yang berbeda dari
soal yang sama pada siklus I
7
.
Pada gambar 2 untuk jawaban pertama, siswa hanya menuliskan jenis himpunan
hewan yang dipelihara pak Bani dan jenis hewan yang A = {sapi, banteng, kucing}
dan untuk himpunan B dan C tidak dituliskan pada lembar jawab. Dari data diatas
terlihat bahwa terdapat jawaban siswa yang belum sesuai dengan perintah soal. Hasil
dari siklus I dapat dilihat dari presentase indikator kemampuan untuk memberikan
jawaban yang berbeda dari soal yang sama sebanyak 14 siswa (48,1%). Hal ini
menunjukkan presentase indikator kemampuan untuk memberikan jawaban yang
berbeda dari soal yang sama belum terpenuhi.
Pada siklus I terdapat 2 jumlah jenis buah atau strategi siswa dalam menentukan
banyak jenis buah yang di tanam pak Aji dan pak Budi.Terdapat beberapa siswa
yang belum mampu untuk menghasilkan strategi (cara penyelesaian) yang baru
dikarenakan siswa masih butuh penyesuaian mengenai model pembelajaran Giving
Question And Getting Answer yang diterapkan.. Berikut ini adalah gambar
kemampuan untuk menghasilkan strategi (cara penyelesaian) yang baru pada siklus
I.Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Nuswowati dan M. Taufiq
(2015) menyatakan bahwa pembelajaran kreatif dapat meningkatkan kemampuan
untuk memberikan jawaban yang berbeda dari soal yang sama.
Gambar 3 kemampuan untuk menghasilkan strategi (cara penyelesaian) yang
baru siklus I
8
Pada gambar 3 diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa siswa yang
belum mampu untuk menghasilkan strategi (cara penyelesaian) yang baru. Hal ini
dikarenakan masih sulitnya siswa untuk berpikir kreatif, terdapat beberapa siswa
yang menyelesaikan permasalahan yang diberikan dengan jawaban yang salah
ataupun kurang sesuai.
Hasil dari siklus I dapat dilihat dari persentase indikator kemampuan untuk
menghasilkan strategi (cara penyelesaian) yang baru sebanyak 10 siswa (34,5%)
indikator belum terpenuhi.Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hevy Risqi Maharani, Sukestiyarno, dan Budi Waluya (2017) menyatakan bahwa
pembelajaran kreatif dapat meningkatkan kemampuan untuk menghasilkan strategi
(cara penyelesaian) yang baru.
Pada siklus I terdapat sebanyak 11 siswa (37,9%) tapi pada siklus I belum
mencapai target indikator kemampuan untuk menjawab dengan rinci dan benar
Gambar 4 siswa yang berani mempresentasikan jawaban di depan kelas
Berdasarkan penjelasan gambar 4 dapat disimpulkan bahwa indikator
kemampuan untuk menjawab dengan rinci dan benar melalui model pembelajaran
Giving Question And Getting Answer pada kelas VII A SMP N 3 Sawit Boyolali
meningkat dari sebelum diterapkannya model pembelajaran Giving Question And
Getting Answer.Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hakan
9
Türkmen dan Mehmet Sertkahya (2015) yang menunjukkan bahwa berpikir kreatif
pada pembelajaran Giving Question And Getting Answer lebih baik daripada berpikir
kreatif individual.
4. PENUTUP
Adapun peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa dapat dilihat dari
terpenuhinya indikator -indikator berpikir kreatif dengan menerapkan model
pembelajaran Giving Question And Getting Answer pada pembelajaran matematika
di kelas VII A SMP N 3 Sawit Boyolali semester ganjil 2018/2019:
A. Kemampuan untuk menghasilkan banyak jawaban penyelesaian sebelum ada
tindakan sebanyak 5 siswa (15,6%), dan sesudah tindakan sebanyak 17 siswa
(54,8%).
B. Kemampuan untuk memberikan jawaban yang berbeda dari soal yang sama
sebelum ada tindakan sebanyak 8 siswa (25%), dan sesudah tindakan sebanyak
17 siswa (58,1%).
C. Kemampuan untuk menghasilakan strategi (cara penyelesaian) yang baru
sebelum ada tindakan sebanyak 6 siswa (18,8%), dan sesudah tindakan sebanyak
13 siswa (41,9%).
D. Kemampuan untuk menjawab dengan rinci dan benar sebelum ada tindakan
sebanyak 5 siswa (15,6%), dan sesudah tindakan sebanyak 15 siswa (48,4%).
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Giving
Question And Getting Answer dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa kelas VII A SMP N 3 Sawit Boyolali.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin. (2013). Meningkatkan Hasil Pembelajarab IPS Dengan Metode Giving
Question and Getting Answer. jurnal Education , 169.
Bruce, Joyce, dkk (2009). Models Of Teaching (night edition). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Djamarah, Syaiful Bahri (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (cet.
III). Jakarta: PT. Rineka Cipta.h.9
Hasanata, Ilma dan Setyaningsih, Nining. 2018. “Pengaruh Strategi Pembelajaran
Number Heads Together (NHT) Berbasis Alat Peraga Ditinjau Dari Berpikir
10
Kreatif Matematis Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Surakarta”. Skripsi,
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Huda, Miftahul. (2015). Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kemendikbud (2013).Pembelajaran Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran
Matematika (penilaian), Online), (http://kemdikbud.go.id) diakses 16 Maret
2018.
Kemendikbud, http://118.98.234.50/lhun/daftar.spx (diakses 16 Maret 2018).
Khoiriyah, Anna Jarrotul, & Husamah. 2018. ”Problem-based Learning: Creative
Thinking Skill, and learning Outcome of Seventh Grade Students”. Indonesian
Journal of Biology Education 4(2) : 151-160
Maharani, Hevy Risqi, Sukestiyarno, & Budi Waluya. 2017. “Creative Thinking
Process Based on Wallas Model in Solving Mathematics Problem”. International
Journal on Emerging Mathematics Education (IJEME) 1(2).177-184.
Moleong, L. J. (2009) Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nuswowati, M. & M. Taufiq. 2015. “Developing Creative Thinking Skill and
Creative Attitude Through Problem Based Green Vision Chemistry Environment
Learning”. Indonesian Journal Of Science Education 4(2) : 170-176.
Rahayu, dkk. (2008). Pengembangan Instrumen Penlilaian Dalam Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Di SMP 17 Palembang, Pendidikan
Matematika, 2(2): 19-20.
Subadi, Tjipto. (2010). Lesson Studi Berbasis PTK (Penelitian Tindakan Kelas):
Suatu Model Pembinaan Meuju Guru Profesional. Surakarta: badan Penerbit
FKIP UMS.
Sutama. (2010). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, PTK, R&D. Surakarta:
Fairuz Media.
Tampubulon, Saur. M. (2014) Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan
Profesi Pendidik dan Keilmuan. Jakarta: Erlangga.
Türkmen, Hakan, & Mehmet Sertkahya. 2015. “Creative Thinking Skill Analyzes Of
Vocational High School Students”. Journal Of Education and Instructional
Studies 5.
Yunus, M. K. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Tipe Giving Question and
Getting Answer Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA N 1 Bajeng. jurnal
Chemica , 20.