Download - IMKG Praktikum - Hasil Tanam Tuang
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I
Topik : Setting Expansion Bahan Tanam Gypsum Bonded berdasarkan W:P Ratio
Grup : A4a
Tgl. Praktikum : 29 Mei 2012
Pembimbing : Sri Yogyarti, drg., MS
Penyusun :
1. Rizki Widyakartika Yuniarti 021111057
2. Nur Indah Metikasari 021111058
3. Rahmah Ayu D. 021111059
4. Erlina Rachmawati 021111060
5. Nia Pramais Octaviani 021111061
6. Jennifer Widjaja 021111062
7. Suryani 021111063
8. Nadya Soraya Auliyah 021111064
DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012
1. Tujuan
Mahasiswa dapat memanipulasi bahan tanam tuang dengan cara yang tepat dan dapat
membedakan setting expansion bahan tanam tuang gypsum bonded dengan variasi w/p
ratio.
2. Alat dan Bahan
2.1. Bahan :
a. Bahan tanam gypsum bonded (w:p = 15:43, 15:45, 18:43)
b. Air PAM
c. Vaselin
Gambar a. bubuk bahan Gambar b. Air PAM Gambar c. Vaselin
tanam gypsum bonded
2.2. Alat
a. Mangkuk karet
b. Spatula
c. Gelas ukur
d. Stopwatch
e. Timbangan analitik
f. Gelas Plastik
g. Dial indicator
h. Pisau gypsum
i. Pisau model
j. Pisau malam
k. Sonde
l. Ekstensometer
m. Sendok Plastik
n. Botol Plastik
o. Penggaris
Gambar a. Mangkuk karet Gambar b. Spatula Gambar c. Gelas ukur
Gambar d. Stopwatch Gambar e,f. Timbangan Analitik Gambar g. Dial indicator
dan gelas plastik
Gambar h. Pisau Gypsum Gambar i. Pisau Model Gambar j. Pisau Malam
Gambar k. Sonde Gambar l. Ekstensometer Gambar m. Sendok Plastik
Gambar n. Botol Plastik Gambar o. Penggaris
3. Cara Kerja
a. Alat dan bahan praktikum dipersiapkan terlebih dahulu.
b. Bagian dalam cetakan bahan tanam tuang gypsum bonded pada ekstensometer
diolesi vaselin secara merata.
c. Alat uji ekstensometer disiapkan, kemudian dial indicator dipasang pada posisi
yang tepat dengan jarum menunjuk ke angka nol.
d. Bubuk bahan tanam tuang gypsum bonded ditimbang seberat 43 gr dan air
sebanyak 15 ml disiapkan.
e. Air dituangkan ke dalam mangkuk karet, selanjutnya bahan tanam dituang sedikit
demi sedikit dan biarkan mengendap selama 30 detik untuk menghilangkan
gelembung udara.
f. Adonan bahan tanam tuang gypsum bonded dan air diaduk sampai homogen
selama 1 menit / 120 putaran bersamaan dengan itu mangkuk karet diputar
perlahan-lahan.
g. Adonan bahan tanam tuang gypsum bonded dituang ke dalam cetakan (tanpa
merubah posisi cetakan dan jarum dial indicator), kemudian permukaannya
diratakan dengan spatula gips/pisau malam.
h. Panjang awal cetakan bahan tanam tuang gypsum bonded diukur pada alat
ekstensometer.
i. Terjadinya ekspansi bahan tanam tuang gypsum bonded diamati dan dicatat pada
penujuk mikrometer pada dial indicator setiap interval 10 menit sampai menit ke
60.
j. Percobaan diatas diulangi sebanyak 2 kali dengan rasio yang berbeda, yaitu bahan
tanam gypsum bonded sebanyak 46 gr dengan air sebanyak 15 ml, dan bahan
tanam gypsum bonded sebanyak 43 gr dengan air sebanyak 18 ml.
Gambar b. Pengolesan vaselin pada cetakan Gambar d. Penimbangan bubuk bahan tanam tuang
Gambar e. Bubuk dibiarkan mengendap Gambar f. Saat pengadukan Gambar g. Penuangan adonan
ke cetakan
Gambar h. Pengukuran awal Gambar i. Pengamatan pada dial indicator
dengan interval 10 menit sampai menit ke 60
4. Hasil Praktikum
Tabel 1. Hasil Perhitungan Setting Expansion pada Bahan Tanam Tuang
W/P(ml/gr)
Jumlah putaran / menit
Panjang awal (mm)
Waktu (menit ke-) / pertambahan panjang (mm) Panjang
Akhir (mm)
Perubahan(%)
10 20 30 40 50 6015/46kental
68 137 0 0 0.15 0.28 0.34 0.36 137.360.263
15/43normal
120 133 0 0 0.13 0.27 0.34 0.38 133.380.286
18/43encer
112 135 0 0 0 0.01 0.03 0.05 135.050.037
Perubahan: Besar Setting Expansion Menit Ke−60
Panjang Awal× 100 %
Grafik Perbandingan Setting Expansion dengan variabel W/P Rasio
10 20 30 40 50 600
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
15/4615/4318/43
menit ke -
Keterangan :
- Expansi bahan tanam tuang diukur dengan : angka yang ditunjukkan pada jarum
indikator x 0,01. Hasil yang didapat merupakan pertambahan panjang dalam mm
- Pengukuran panjang awal dan akhir pada cetakan dengan menggunakan penggaris
5. Pembahasan
Bahan tanam adalah bahan yang dipakai untuk menanam model malam pada proses
pembuatan restorasi dari logam, sehingga setelah dilakukan burn out (buang malam)
didapatkan mould atau rongga tuang, selanjutnya rongga tersebut dituangi logam cair dan
akan menghasilkan tuangan logam dengan bentuk sama seperti model malam. Berdasarkan
titik cair logam, bahan tanam tuang terbagi menjadi beberapa jenis yaitu gypsum bonded,
phosphate bonded, dan silica bonded.
Gypsum bonded adalah bahan tanam yang paling umum digunakan dalam pengecoran
dental alloy emas dengan suhu liquidus tidak lebih tinggi dari 1.080°C, yang biasanya
digunakan untuk inlay emas, mahkota, dan gigi palsu sementara dan permanen sebagian.
Karena kecenderungannya untuk terurai pada suhu tinggi, bahan ini tidak cocok untuk
pengecoran alloy emas yang titik leburnya tinggi, alloy paladium (digunakan untuk copings
dalam alloy keramik restorasi), atau alloy logam paling dasar, seperti nikel-kromium dan
kobalt-krom. (O’Brian 2002, hal 89)
Gypsum bonded diklasifikasikan oleh International Standards Organization (1990)
menjadi 3 tipe, yaitu:
Tipe 1: jenis Ekspansi termal, untuk inlays casting dan mahkota
Tipe 2: Tipe ekspansi higroskopis, inlays untuk casting dan mahkota
Tipe 3: Untuk pengecoran basis gigi tiruan lengkap dan sebagian.
Beberapa bahan, diklasifikasikan oleh produsen sebagai produk "universal," yang diklaim
sebagai bahan yang cocok untuk casting semua restorasi alloy emas. (O’Brian 2002, hal 89)
Gambar 1. Klasifikasi gipsum bonded (O’Brian 2002, hal 89)
Tabel 1. Tipe gipsum bonded (O’Brian 2002, hal 90)
Tipe Contoh
Inlay investment, thermal expansion (ISO type 1)
Inlay investment, thermal expansion, rapid heat
(ISO type 1)
Inlay investment, hygroscopic expansion (ISO
type 2)
Denture investment (ISO type 3)
Cristobalite Inlay (Kerr/ Sybron)
Cristoquick (GC)
Beauty-Cast (Whip Mix)
R&R Gray (Dentsply/ Ransom and
Randolph)
Bahan tanam tuang gipsum bonded ini adalah bubuk yang dicampur dengan air dan
terdiri dari campuran silika (SiO2) dan kalsium sulfat hemihydrate (produk gipsum) bersama-
sama dengan komponen kecil lainnya termasuk grafit bubuk atau bubuk tembaga dan
berbagai modifikasi untuk mengontrol setting time. (Mc Cabe 2008, hal 47)
Semua gipsum bonded pada dasarnya terdiri dari bahan pengisi yang refraktori dan
binder. Kemungkinan juga terdapat sejumlah kecil (kurang dari 5%) bahan modifikasi yang
penting. Bahan refraktori yang terkandung pada gipsum bonded adalah polimorf dari silika
(SiO2). Persentase bahan refraktori dalam gipsum bonded biasanya berkisar antara 55%
sampai 75% (O’Brian 2002, hal 90). Bahan ini juga berfungsi sebagai substansi pengeras
(Oktavian Lubis 2003, hal 17). Silica mempunyai sususan kristal yang berbeda-beda, yaitu:
1. Cristobalite
2. Quarts (O’Brian 2002, hal 90).
Bahan refraktori juga dapat berbentuk campuran cristobalite dan quarts. (O’Brian 2002,
hal 90). Penambahan bahan refraktori akan memperbesar ekspansi sewaktu pemanasan.
Besarnya ekspansi dari masing-masing bentuk kristal berbeda, yaitu:
1. Cristobalite memberikan ekspansi sebesar 1,6% pada temperatur 400°C.
2. Quarts 1,4% pada temperatur 600°C.
Silica juga dapat mengatur thermal expansi dan mencegah pecahnya bahan investment
selama pemanasan (Oktavian Lubis 2003, hal 17).
Binder material yang dipergunakan untuk gipsum bonded adalah alpha kalsium sulfat
hemihydrat, dalam bentuk plester atau batu (O’Brian 2002, hal 90). Banyaknya binder dalam
gipsum bonded berkisar 25% - 40%. Sebagai binder, alpha kalsium sulfat hemihydrat
mengikat zat-zat lain secara bersamaan. Kekuatan dari dental invesment tergantung dari
banyak dan sedikitnya kandungan binder di dalamnya. Sewaktu air dicampur dengan
investment, air akan bereaksi dengan alpha kalsium sulfat hemihydrat membentuk alpha
kalsium dihydrat. Pada tahap permulaan proses pemanasan, kelebihan air akan menguap.
Akibat pemanasan, gipsum akan mengalami kontraksi dan ekspansi. Reaksi yang terjadi
adalah: (Oktavian Lubis 2003, hal 17)
CaSO4.½H2O + 1½H2O --> CaSO4.2H2O + panas
Hemihydrat dihydrat (gipsum)
Zat-zat lain yang terkandung dalam gipsum bonded banyaknya sekitar 5% yang
berguna untuk memperbaiki keadaan-keadaan fisikalnya. Zat-zat lain tersebut adalah:
1. Modifiying agents
Bahan ini dapat mencegah penyusutan dari gipsum ketika dipanaskan diatas 33°C.
Contoh bahan ini adalam asam boraks dan sodium chloride.
2. Reducing agents
Bahan ini berupa carbon yang berguna untuk mengurangi tekana udara di dalam mould
sewaktu pemanasan dan mengurangi oksidasi yang terjadi pada metal. Reducing agent
yang biasa terdapat pada investment adalah graphite.
3. Copper powder.
4. Mg Oxyde (Oktavian Lubis 2003, hal 17).
Ketika bahan tanam tuang setting, silika tidak terpengaruh; pengikat hemihydrate
berikatan dengan air untuk membentuk dihidrat (gipsum) seperti yang terjadi pada proses
setting gipsum produk lainnya. Reaksi saat setting sama dengan yang ditunjukkan pada bahan
cetak gipsum. Setting bahan tanam terdiri dari partikel halus silika yang melekat pada suatu
kumpulan yang lebih kecil yang saling terkait dengan kristal gipsum acicular. (O’Brian 2002,
hal 90)
Mikrostruktur bahan tanam
gipsum bonded yaitu partikel-partikel besar merupakan kristobalit; kristal acicular kecil
gipsum yang terbentuk selama setting. (O’Brian 2002, hal 91)
Bahan tanam tuang gypsum bonded dapat mengalami setting expansion. Campuran
dari silika dan gipsum menghasilkan setting expansion yang lebih besar dari setting
expansion produk gipsum yang digunakan sendiri. Ukuran partikel kalsium sulfat hemihidrat
mempunyai efek yang kecil pada hygroscopic expansion, sedangkan ukuran partikel silika
mempunyai efek yang signifikan. Partikel silika yang semakin baik menyebabkan setting dan
higroscopic expansion yang lebih tinggi (Powers, 2006). Partikel-partikel silika akan
bercampur dengan kristal interlocking dan intermeshing ketika mengalami pembentukan,
sehingga selama pembentukan terdapat tekanan pada kristal. Setting ekspansi dapat diatur
dengan menambahkan retarder atau akselerator. (Powers, 2006)
Ekspansi setting diukur dengan menggunakan sebuah bak khusus dengan ujung pelat
yang dapat bergerak, mendorong sebuah extensometer. Bahan campuran dituangkan ke dalam
bak dan saat mengeras dan mengembang extensometer dapat bergeser, memberikan nilai
ekspansi linier. Nilai ekspansi maksimum adalah 0,15% untuk bahan tipe 1 dan 4 dan 0,30%
untuk bahan tipe 2 dan 5. Bahan tipe 3 memiliki ekspansi maksimum 0,20%. Beberapa
produk individu memiliki nilai ekspansi jauh lebih rendah. (Mc Cabe 2008, hal 36)
Ekspansi yang mengimbangi diperoleh dengan kombinasi ekspansi setting, ekspansi
termal dan ekspansi yang terjadi ketika silika mengalami inversi pada temperatur tinggi.
Ekspansi higroskopis dapat digunakan untuk melengkapi ekspansi setting bahan gypsum
bonded. Ini juga mungkin untuk bahan phosphate bonded tetapi jarang digunakan dalam
praktik untuk produk ini. Ekspansi setting dari bahan gypsum bonded khas adalah dalam orde
0,3% yang dapat meningkat menjadi sekitar 1,3% oleh ekspansi higroskopis. (Mc Cabe 2008,
hal 51)
Tujuan adanya setting expansion adalah untuk membantu pemuaian mold untuk
mengkompensasi penyusutan logam. Apabila bahan tanam tuang setting dengan udara di
sekelilingnya, ekspansi ini disebut dengan normal setting expansion. Sedangkan apabila
adonan bahan tanam tuang setting dengan kontak dengan cair, ekspansinya akan jauh lebih
besar dan disebut dengan hygroscopic setting expansion. (Powers, 2006)
Perubahan fisik lain yang menyertai setting adalah ekspansi kecil yang disebabkan
oleh dorongan yang keluar dari kristal tumbuh. Tingkat maksimum ekspansi terjadi pada saat
suhu meningkat paling cepat. Ekspansi ini, pada kenyataannya, hanya terlihat sejak set berisi
bahan dengan volume porositas besar. Jika material ditempatkan dalam air pada tahap set
awal, ekspansi jauh lebih banyak terjadi selama setting. Ekspansi ini meningkat disebut
ekspansi higroskopis dan kadang-kadang digunakan untuk meningkatkan setting ekspansi
bahan tanam gipsum bonded. (Mc Cabe, 2008 hal 36)
Mekanisme terjadinya hygroscopic expansion berhubungan dengan normal setting
expansion yang muncul ketika adonan bahan tanam tuang set dan kontak dengan udara. Dasar
dari mekanisme ini berada pada tegangan permukaan dari air campuran dan dapat dijabarkan
sebagai berikut. Setelah adonan bahan tanam tuang tercampur, air mengelilingi komponen
bahan tanam tuang setting. Sebagai reaksi dari calcium sulfate binder, air di sekelilingnya
berkurang dan menyebabkan adanya kristal gipsum berbenturan pada permukaan dari sisa air
yang oleh tegangan permukaan pertumbuhan kristal dihambat. Ketika air yang dibutuhkan
untuk reaksi habis digunakan dan reaksinya selesai, pertumbuhan kristal gipsum berhenti
(Powers, 2006).
Faktor yang berpengaruh terhadap setting expansion:
1. ukuran partikel silika
2. silica/binder ratio
3. water/powder ratio
4. spatulation
5. usia bahan tanam tuang
6. water-bath technique
Ukuran partikel kalsium sulfat hemihidrat berpengaruh kecil terhadap hygroscopic
expansion sedangkan ukuran partikel silika mempunyai pengaruh yang signifikan. Silika
yang lebih baik menghasilkan setting dan hygroscopic expansion yang lebih tinggi (Powers,
2006).
Silica/binder ratio juga berpengaruh terhadap setting expansion. Bahan tanam tuang
biasanya mengandung 65% sampai 75% silika, 25% sampai 35% kalsium sulfat hemihidrat,
dan sekitar 2% sampai 3% zat kimia tambahan untuk mengontrol sifat fisis yang berbeda dan
untuk memberi warna bahan tanam tuang (Powers, 2006). Apabila silica/stone ratio
dinaikkan, hygroscopic expansion dari bahan tanam tuang juga akan meningkat, tetapi
kekuatannya akan menurun. Selain itu, water/powder ratio juga berperan dalam setting
expansion. Semakin banyak air pada adonan (semakin cair adonan atau W/P ratio lebih
tinggi), normal dan hygroscopic setting expansion berkurang. Thermal expansion pun
berkurang apabila adonan lebih encer.
Proses pengadukan mempunyai efek yang sangat besar terhadap setting time dan setting
expansion. Semakin banyak jumlah spatulasi (semakin cepat atau semakin lama waktu
pengadukan atau keduanya) akan memperpendek setting time. Ketika bubuk dimasukkan ke
dalam air, reaksi kimia dimulai dan beberapa kalsium sulfat dihidrat terbentuk. Selama
pengadukan, kalsium sulfat dihidrat yang baru terbentuk pecah menjadi kristal yang lebih
kecil dan memulai nukleasi dimana kalsium sulfat dihidrat dapat mengendap. Karena
penambahan jumah spatulasi menyebabkan nuclei centers terbentuk, konversi dari kalsium
sulfat hemihidrat menjadi dihidrat semakin cepat (Powers, 2006). Selain itu, setting
expansion juga akan semakin besar.
Usia dari bahan tanam tuang berperan juga dalam setting expansion. Bahan tanam tuang
yang sudah berusia dua atau tiga tahun tidak akan memuai seperti bahan tanam tuang yang
baru. Oleh sebab itu, container tempat menyimpan bahan tanam tuang harus disimpan
tertutup serapat mungkin, terutama apabila bahan tanam tuang disimpan di tempat yang
lembab (Powers, 2006).
Implikasi
Pada praktikum bahan tanam gypsum bonded, kami melakukan tiga percobaan
pengukuran setting expansion dengan menggunakan ekstensometer yang dilengkapi dial
indicator dengan perbandingan w/p rasio yang bervariasi. Setting expansion dilihat selama 10
menit sekali selama satu jam.
Pada percobaan pertama digunakan komposisi water dan powder (w/p rasio) sesuai
aturan ADA, yaitu 15 ml : 43 gr. Pada percobaan pertama ini mengalami ekspansi sebesar
0.263%. Pada percobaan pertama ini juga mengalami puncak setting expansion pada menit ke
60. Pada percobaan ini, kami melakukan pengadukan sesuai prosedur yaitu 120 putaran per
menit. Hasil yang didapatkan adalah bahan tanam tuang gypsum bonded yang bertekstur
halus dan tidak berporus. Flow dan kepadatan yang didapat cukup, sehingga mudah saat
dicetak dan dilepaskan dari ekstensometer.
Pada percobaan kedua digunakan komposisi water dan powder (w/p rasio) sesuai
aturan ADA, yaitu 15 ml : 46 gr, dalam hal ini powder bertindak sebagai accelerator. Pada
percobaan kedua ini mengalami ekspansi sebesar 0,286 %. Pada percobaan kedua ini juga
mengalami puncak setting expansion pada menit ke 60. Penambahan powder menghasilkan
konsistensi adonan yang lebih kental dibandingkan konsistensi adonan pada percobaan
pertama. Semakin banyak powder, maka jumlah partikel silika pada adonan bahan tanam
tuang semakin banyak. Jumlah partikel silika yang banyak tersebut menyebabkan adanya
pembentukan nuklei kristal meningkat. Selanjutnya, kristal-kristal ini akan berdesakan dan
bergerak ke luar selama reaksi pengerasan. Semakin banyak nuklei kristal yang bergerak
keluar, ekspansi yang dihasilkan akan semakin besar pula. Pada percobaan kedua ini ekspansi
yang dihasilkan seharusnya lebih besar daripada percobaan pertama. Namun ternyata hasil
praktikum menunjukkan bahwa ekspansi pada percobaan kedua lebih kecil daripada
percobaan pertama. Hal ini disebabkan oleh karena pengaruh dari cara pengadukan bahan
tanam tuang. Seharusnya pengadukan mencapai 120 putaran dalam 1 menit, namun dalam
percobaan kedua, kami melakukan pengadukan 112 putaran dalam 1 menit. Selain itu,
pencampuran yang tidak homogen, dan banyak ikatan antar molekul gypsum yang patah
karena pengandukan yang tidak searah. Pencampuran yang tidak homogen mengakibatkan
permukaan gypsum bonded porus. Selain itu, karena penyimpanan yang kurang rapat, partikel
mudah menguap apabila dibiarkan dalam udara terbuka. Apabila mengacu pada teori, partikel
gipsum bersifat sensitive terhadap kelembaban udara.
Pada percobaan ketiga digunakan komposisi water dan powder (w/p rasio) sesuai
aturan ADA, yaitu 18 ml : 43 gr, dalam hal ini air bertindak sebagai retarder. Pada percobaan
ketiga ini mengalami ekspansi sebesar 0,037%. Pada percobaan ketiga ini juga mengalami
puncak setting expansion pada menit ke 60. Penambahan water menghasilkan konsistensi
adonan yang lebih encer dibandingkan konsistensi adonan pada percobaan pertama. Jumlah
partikel silica yang bertumbukan pada adonan bahan tanam tuang menjadi semakin sedikit
sehingga nuklei kristal yang bergerak keluar semakin sedikit pula, dan ekspansi yang
dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan percobaan yang pertama dan kedua.
Nilai percobaan pada praktikum ini seharusnya dapat mencapai nilai setting expansion
normal yaitu sekitar 0,3 – 1,3 % (Mc Cabe 2008, hal 51). Akan tetapi, karena pada alat
pengukur setting expansion tidak diberi tutup, maka ekspansi yang terjadi tidak hanya linier,
tetapi juga secara vertical. Hal ini juga menjadi faktor ketidak akuratan hasil.
Pada praktikum ini, setting expansion bahan tanam tuang gypsum bonded yang
diujikan adalah setting expansion yang dipengaruhi oleh rasio w:p. Setting expansion bahan
tanam tuang dipengaruhi oleh rasio w:p, cara pengadukan, banyaknya pengadukan, lama
pengadukan, suhu, dan kelembapan dari cara penyimpanan. Rasio w:p berbanding terbalik
terhadap setting expansion, semakin rendah rasio w:p maka akan semakin besar ekspansinya,
begitu juga sebaliknya.
Tingginya rasio w:p mengakibatkan adonan bahan tanam tuang semakin encer karena
mengandung banyak air sehingga menyebabkan tumbukan silika akan semakin sedikit dan
pembentukan kristal-kristal nuklei juga sedikit pula, sehingga ekspansinya akan menjadi
semakin kecil.
Suhu pun berpengaruh pada setting expansion bahan tanam tuang, karena penggunaan
bahan tanam tuang gypsum bonded digunakan pada suhu dibawah 1200o C, semakin tinggi
suhu nya maka setting expansion akan semakin cepat pula.
Kelembapan dari cara penyimpanan juga dapat mempengaruhi setting expansion.
Bahan tanam tuang yang lama disimpan selama dua atau tiga tahun tidak akan memuai
seperti bahan tanam tuang yang baru karena terpengaruh udara luar. Oleh sebab itu, tempat
menyimpan bahan tanam tuang harus tertutup serapat mungkin, terutama disimpan di tempat
yang lembab.
Hasil praktikum menunjukkan kesamaan dengan teori yang terdapat dalam literatur,
yakni rasio w:p pada bahan tanam tuang dapat mempengaruhi setting expansion,
semakin rendah rasio w:p maka akan semakin besar ekspansinya.
6. Kesimpulan
Setting expansion bahan tanam tuang gypsum bonded dipengaruhi oleh rasio w:p, cara
pengadukan, lama pengadukan, banyaknya pengadukan, suhu, dan kelembapan dari cara
penyimpanan. Rasio w:p berbanding terbalik terhadap setting expansion, semakin rendah
rasio w:p maka akan semakin besar ekspansinya, begitu juga sebaliknya, semakin tinggi rasio
w:p maka akan smakin kecil pula ekspansinya.
7. Daftar Pustaka
1. Mc Cabe and Walls. 2008. Applied Dental Material. 9th ed. Blackwell Science publ.
2. Oktavian Lubis. 2003. Kompensasi Gypsum Bonded Investment terhadap Penyusutan
Logam Campur Emas pada Saat Pengecoran. Karya Ilmiah. hal 17
3. O’Brian W.J. 2002. Dental Material and Their Selection.3rd ed. Michigan.
Quintessence Publishing Co Inc.
4. Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C., 2006, Dental Materials
Properties and Manipulation 8th Edition, Mosby Elsevier, Missouri