i
IDENTIFIKASI Candida albicans DALAM URINE WANITA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA
(Studi di Puskesmas Brambang)
KARYA TULIS ILMIAH
VITA NUR FATIMAH
14.131.0035
PROGRAM STUDI DIPLOMA DIII ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2017
ii
IDENTIFIKASI Candida albicans DALAM URINE WANITA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA
(Studi di Puskesmas Brambang)
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat memenuhi persyaratan menyelesaikan
Studi di program Diploma III Analis Kesehatan
VITA NUR FATIMAH
14.131.0035
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2017
iii
IDENTIFIKASI Candida albicans DALAM URINE WANITA LANSIA
DENGAN INKONTINENSIA
(Studi di Puskesmas Brambang)
Vita Nur Fatimah, Erni Setyorini, Suhardono
ABSTRAK
Pendahuluan: Inkontinensia atau buang air kecil yang tidak disadari sering dijumpai pada lanjut usia, seringnya buang air kecil yang tidak disadari itulah yang menyebabkan daerah vagina menjadi lembab, gatal, berbau tidak enak dan masalah hieginis penderita, sehingga dapat menimbulkan kualitas hidup menurun yang disebabkan adanya jamur candida albians di daerah vagina. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya Jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia. Metode: Penelitian menggunakan metode deskriptif. Populasinya seluruh wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Diwek sejumlah 15. Tekhnik pengambilan sampel dengan total sampling. Variabel penelitian Identifikasi candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia. Instrument penelitian menggunakan observasi laboratorium secara makroskopis dan mikroskopis, pengolahan data dengan cara editing, coding, tabulating. Kesimpulan: Berdasarkan hasil pemeriksaan indentifikasi Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia positif Candida albicans sejumlah 15 responden (100%). Kesimpulannya adalah seluruh sampel urine wanita lansia dengan inkontinensia positif terdapat jamur candida albicans. Diharapkan bagi tenaga kesehatan memberikan penyuluhan kepada wanita lansia untuk menjaga kebersihan pribadi terutama pada organ reproduksi, agar tidak terdapat jamur Candida albicans di daerah vagina. Kata Kunci : Jamur candida albicans, urine wanita lansia, inkontinensia
iv
IDENTIFICATION Candida albicans in elderly female urine with
incontinence
(Study at Puskesmas Brambang)
Vita Nur Fatimah, Erni Setyorini, Suhardono
ABSTRACT
Unconscious incontinence or urination is often seen in the elderly, frequent urination that is not realized that causes the vaginal area becomes damp, itchy, unpleasant smell and hygiene problems of the patient, so it can lead to a decreased quality of life caused by the fungus Candida Albians in the vaginal area. The purpose of this study was to determine the presence of Candida albicans fungus in elderly women urine with incontinence. Research design using descriptive method. Population of all elderly women with incontinence in Puskesmas Diwek number 15. Technique of sampling with total sampling. Research variables Identification of candida albicans in elderly female urine with incontinence. Instrument research using laboratory observation in macroscopic and microscopic, data processing by way of editing, coding, tabulating. Based on the results of identification of Candida albicans in the urine of elderly women with positive incontinence Candida albicans a total of 15 respondents (100%). In conclusion, all urine samples of elderly women with positive incontinence include candida albicans fungi. It is expected for health workers to provide counseling to elderly women to maintain personal hygiene, especially on the reproductive organs, so there is no Candida albicans fungus in the vagina. Keywords: Candida albicans fungus, urine of elderly women, incontinence.
v
vi
vii
viii
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Jombang pada tanggal 19 Februari 1995 dari
pasangan Bapak Moh.Khomsun dan Ibu Tunik. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara.
Pada tahun 2001 penulis masuk jenjang pendidikan sekolah dasar di
SDN Pandan Wangi dan lulus pada tahun 2007. Tahun 2010 penulis lulus
dari MTs Daerah Mojokerto. Tahun 2013 penulis lulus dari SMK BIM
Jombang. Tahun 2014 penulis lulus seleksi masuk STIKes Insan Cendekia
Medika Jombang. Penulis memilih program studi Diploma III Analis
Kesehatan dari lima pilihan program studi yang ada di STIKes Insan
Cendekia Medika Jombang.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jombang, Agustus 2017
Vita Nur Fatimah
ix
MOTTO
“Orang sukses juga pernah malas, bodoh, dan gagal, tapi mereka tetap terus
bergerak dan mencoba”
x
LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulillah puji syukur atas segala RahmadMu Ya Allah SWT
Engkau berikan kemudahan dalam setiap langkah hidupku
Pada lembar persembahan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang sangat mendukung dan
membantu dalam pembuatan dan penyusunan Karya Tulis ini, yaitu :
1. Ibunda Tunik dan Ayahanda M. Khomsun yang selalu memberikan
dukungan moral serta moril kepada ananda.
2. Semua dosen STIKes ICMe Jombang yang tidak pernah lelah
membimbing tanpa mengeluh dan meminta imbalan.
3. Zulfi Endi Dwi Rohman yang membantu memberikan dukungan.
4. Sahabat-sahabat terbaik seperjuanganku STIKes ICMe Jombang,
Putri Indah Wati, Eka Mujayana, dan Denis Eka Saputri yang telah
memberikan masukkan serta berjuang bersama dalam suka maupun
duka dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Almamaterku.
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini berhasil diselesaikan tepat pada waktu
yang telah ditentukan. Judul dalam penelitian ini adalah “ Identifikasi Candida
Albicans Dalam Urine Wanita Lansia dengan inkontinensia (Studi di
Puskesmas Brambang)”.
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam penelitian
yang dilakukan peneliti untuk menyelesaikan program studi Diploma III Analis
Kesehatan STIKes ICMe Jombang. Penulis menyadari sepenuhnya tanpa
bantuan dari berbagai pihak, maka Karya Tulis Ilmiahini tidak bisa terwujud.
Untuk itu, dengan rasa bangga perkenankan penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada H. Bambang Tutuko, S.Kep., Ns., M.H
selaku Ketua STIKes ICMe Jombang, Erni Setiyorini, S.KM., M.M selaku
Kaprodi D-III Analis Kesehatan dan selaku pembimbing utama.
Drs.Suhardono,M.Kes selaku pembimbing anggota Karya Tulis Ilmiah yang
banyak memberikan saran dan masukan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat terselesaikan.
Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran
yang dapat mengembangkan Karya Tulis Ilmiah, sangat penulis harapkan
guna menambah pengetahuan dan manfaat bagi perkembangan ilmu
kesehatan.
Jombang, Mei 2017
Vita Nur Fatimah
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN JUDUL DALAM .................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................ iii
ABSTRACT ......................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ....................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL KTI ........................................ vi
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ viii
MOTTO .............................................................................................. ix
PERSEMBAHAN ................................................................................ x
KATA PENGANTAR ............................................................................ xi
DAFTAR ISI ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5
2.1 Candida Albicans .................................................................... 5
2.2 Lansia ..................................................................................... 16
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL .................................................... 17
3.1 Kerangka Konseptual .............................................................. 17
3.2 Penjelasan kerangka konseptual ............................................ 18
BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................... 19
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................. 19
4.2 Desain Penelitian .................................................................... 19
4.3 Kerangka kerja (Frame Work) ................................................. 20
4.4 Populasi sampel dan sampling ................................................ 21
4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ......................... 21
Halaman
xiii
4.6 Prosedur kerja ........................................................................ 22
4.7 Cara Pengumpulan Data ......................................................... 24
4.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................... 25
4.9 Etika Penelitian........................................................................... 27
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 28
5.1 Hasil penelitian ............................................................... 29
5.2 Pembahasan .......................................................................... 30
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 32
6.1 Kesimpulan ..................................................................... 32
6.2 Saran .................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian ............................................ 22
Tabel 5.1 Sumber Data Primer.......................................................... 30
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka konsep tentang Uji Mikrobiologi pada
identifikasi Candida albicans dalam urine wanita
lansia dengan inkontinensia di Puskesmas
Brambang.
17
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian tentang Uji Mikrobiologi
pada identifikasi Candida albicans dalam urine
wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas
Brambang.
20
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Formulir Persetujuan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian (dari BAAK)
Lampiran 3 Tabulasi hasil penelitian
Lampiran 4 Jadwal Penelitian dari Proposal sampai KTI
Lampiran 5 Lembar konsultasi 1
Lampiran 6 Lembar konsultasi 2
Lampiran 7 Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah yang sering dijumpai pada lanjut usia adalah buang air kecil
yang tidak disadari atau yang disebut dengan inkontinensia urine, seringnya
buang air kecil yang tidak disadari itulah yang menyebabkan daerah vagina
menjadi lembab, gatal, berbau tidak enak dan masalah hieginis penderita,
sehingga dapat menimbulkan kualitas hidup menurun yang disebabkan
adanya jamur Candida albicans di daerah vagina (Setiati,dkk, 2007).
Bila timbul kandidiasis pada vagina, bisa diberikan anti jamur lokal atau
flukonazol peroral. Candidiasis yang sudah menyebar ke seluruh vagina,
biasanya berat, progresif dan berakibat fatal, dan diberikan amfoterisin B
intravena (melalui pembuluh darah) meskipun flukonazol efektif untuk
beberapa penderita. Dalam dunia klinis, kandidiasis umumnya diobati dengan
jenis antimycotics (obat anti jamur) misalnya: clotrimazole topikal, nistatin
topikal, flukonazol, dan ketokonazol topikal. Sebagai contoh, dosis satu kali
flukonazol (sebagai Diflucan 150 mg tablet diambil secara oral) telah
dilaporkan 90% efektif dalam mengobati infeksi jamur vagina. Perawatan
atau pengobatan harus melihat kemungkinan terjadinya reaksi alergi
terhadap kelompok obat-obatan azole. Obat ini memiliki tingkat reaksi
contraditory yang berbeda dengan obat-obatan lainnya. Dosis ini hanya
efektif untuk infeksi ragi vagina, dan jenis infeksi ragi lainnya mungkin
memerlukan perawatan yang berbeda pula. Pada infeksi berat (umumnya
pada pasien rawat inap), amfoterisin B, caspofungin, atau vorikonazol dapat
digunakan ( Koes Irianto 2013)
Berdasarkan data internasional, sebanyak 75% perempuan diseluruh
dunia minimal pernah mengalami keputihan satu kali dalam hidupnya (Junita,
2006). Menurut dr Dwiana Octiyanti (2006), 75% wanita Indonesia pasti
mengalami keputihan minimal 1 kali dalam hidupnya dan penelitian di Jawa
Timur menunjukkan 75% remaja menderita keputihan paling sekali seumur
hidup, 45% bisa mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih (Ubaiy,
2012).
Jamur sebenarnya merupakan organisme yang tidak begitu patogen
terhadap manusia, tetapi akan menimbulkan penyakit bila keadaan
memungkinkan untuk menginfeksi manusia. Beberapa jenis jamur bahkan
normal berada dalam tubuh manusia (Mansjoer, Suprohaita, Wardhani, dan
Setiowulan, 2000). Sampai saat ini, penyakit infeksi jamur yang cukup tinggi
adalah kandidiasis (Adiguna,2001). Berdasarkan studi pendahuluan yang
telah dilakukan pada 4 orang lansia yang mengalami inkontinensia dengan
menggunakan sampel urine yang ditanam pada media SDA (sabaroud
dekstrosa agar) ditemukan spora candida pada urinenya.
Kandidiasis adalah salah satu penyakit jamur yang bersifat akut atau
subakut, disebabkan oleh jamur genus Candida yang dapat mengenai mulut,
vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru (Kuswadji, 2002). Candida albicans
merupakan flora normal pada beberapa area tubuh manusia serta memiliki
sifat opportunis sehingga apabila kondisi mendukung, akan dapat berubah
menjadi patogen (Ramali dan Werdani, 2001). Keadaan lingkungan yang
tidak mendukung, gangguan metabolisme dari host, atau maserasi jaringan
dapat mengurangi kekebalan host sehingga Candida albicans dapat
menginvasi jaringan (Kuswadji,2002). Adanya jamur Candida albicans dalam
urine dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi baik eksogen maupun
endogen. Selain masalah hieginis inkontinensia urine mempunyai komplikasi
yang cukup serius seperti infeksi saluran kemih, kelainan kulit, gangguan
tidur, problem psikososial seperti depresi dan mudah marah (Setiati,dkk,
2007).
Sehingga solusi yang dapat diberikan untuk mencegah terjadinya
keputihan yaitu menjaga kebersihan pribadi terutama pada daerah vagina,
memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dan kebersihan organ
reproduksi (vagina) pada remaja atau pada wanita lansia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia
dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui adanya jamur Candida albicans dalam urine wanita
lansia dengan inkontinensia
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu
kesehatan khususnya di bidang Mikrobiologi.
2. Untuk menambah ilmu mikologi tentang identifikasi jamur Candida
albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai data dalam memberikan informasi kepada lansia untuk
mencegah terjadinya inkontinensia yang menyebabkan keputihan.
2. Bagi institusi pendidik
Sebagai data untuk pengabdian kepada masyarakat terutama
pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Candida albicans
Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya
untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang
akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang
akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor
eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat,
lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 μ x 3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28
μ. Candida dapat mudah tumbuh di dalam media Sabaroud dengan
membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat khas, yakni : menonjol dari
permukaan medium, permukaan koloni halus licin, berwarna putih kekuning-
kuningan, dan berbau ragi. Pada keadaan tertentu sifat candida dapat
berubah menjadi pathogen dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut
kandidiasis atau kandidosis (Siregar, 2005).
Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas,
spora jamur disebut blastospora. Membentuk hifa semu (pseudohifa) yang
sebenarnya adalah rangkaian blastospora. Berdasarkan bentuk-bentuk
jamur tersebut dikatakan bahwa Candida albicans menyerupai ragi (yeast
like), untuk membedakannya dari jamur yang hanya membentuk blastospora
(Jawetz, 2004).
Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi
pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat
tumbuh dalam perbenihan pada suhu 28°C - 37°C. Candida albicans
membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon dan sumber energi
5
untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat
diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif
yang mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob
maupun aerob. Proses peragian (fermentasi) pada candida albicans
dilakukan dalam suasana aerob dan anaerob. Karbohidrat yang tersedia
dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan metabolisme sel dengan
cara mengubah karbohidrat menjadi CO2 dan H2O dalam suasana aerob (
Tauryska, 2011 ).
Klasifikasi
Kerajaan : Fungi
Filum : Ascomycota
Upafilum : Saccharomycotina
Kelas : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
Sinonim : Candida stellatoidae dan Oidium albicans
( Hendarwati, 2008 )
2.1.1 Morfologi
Sel jamur Candida berbentuk bulat, lonjong atau bulat
lonjong. Koloninya pada medium padat sedikit menimbul dari
permukaan medium, dengan permukaan halus, licin atau berlipat-
lipat, berwarna putih kekuningan dan berbau ragi. Besar koloni
bergantung pada umur. Pada tepi koloni dapat dilihat hifa semu
sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam medium. Pada
medium cair jamur biasanya tumbuh pada dasar tabung (Suprihatin,
1982). Candida albicans dapat meragikan glukosa dan maltosa
menghasilkan asam dan gas. Selain itu Candida albicans juga
menghasilkan asam dari sukrosa dan tidak bereaksi dengan laktosa
(Jawetz et al., 1986).
2.1.2 Candidiasis
Candida albicans menimbulkan suatu keadaan yang disebut
kandidiasis, yaitu penyakit pada selaput lendir, mulut, vagina dan
saluran pencernaan (Pelczar dan Chan,1986). Infeksi terbanyak
secara endogen, karena jamur telah ada di dalam tubuh penderita, di
dalam berbagai organ, terutama di dalam usus. Infeksi biasanya terjadi
bila ada faktor predisposisi. Oleh karena itu Candida albicans
dimasukkan sebagai jamur oportunis (Suprihatin, 1982).
Faktor-faktor predisposisi utama infeksi Candida albicans pada
hakikatnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
pertama menyuburkan pertumbuhan Candida albicans seperti diabetes
melitus dan kehamilan. Kelompok kedua yaitu memudahkan terjadinya
invasi jaringan atau penyakit yang melemahkan tubuh penderita,
misalnya penyakit menahun dan pemberian kortikosteroid (Suprihatin,
1982).
2.1.3 Patogenitas
Candida albicans dapat hidup sebagai saprofit atau yang
disebut saprobe, yaitu organisme yang melekat pada inang dan
menyerap makanannya melalui organisme yang telah mati tanpa
menyebabkan suatu kelainan di dalam tubuh manusia. Infeksi yang
disebabkan oleh Candida albicans disebut kandidiasis. Proses infeksi
dimulai dengan perlekatan Candida albicans pada sel epitel. Kemudian
Candida albicans mensekresikan enzim proteolitik yang
mengakibatkan kerusakan ikatan protein sel pejamu, sehingga
memudahkan proses invasi. Selain itu, Candida albicans juga
mengeluarkan mikotoksin, diantaranya gliotoksin yang mampu
menghambat aktivitas fagositosis dan menekan sistem imun lokal.
Untuk mengetahui patogenitas Candida dilakukan dengan uji germ
tube (GTT), yaitu penambahan serum pada koloni Candida albicans.
Hasil pengamatan menunjukkan adanya gumpalan sehingga
menandakan bahwa candida tersebut patogen (Jawetz, 2004).
2.1.4 Cara penularan
Penyebab keputihan ada dua macam yaitu penyebab non
patologis dan penyebab patologis (karena penyakit), nonpatologis (bukan
penyakit) antara lain saat menjelang menstruasi, atau setelah menstruasi,
rangsangan seksual, saat wanita hamil, stres, baik fisik maupun
psikologis. Keputihan sering dialami oleh remaja putri dan kadang-kadang
menimbulkan suatu masalah pada sebagian remaja putri, sehingga
pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang cukup besar mengenai
masalah wanita (Muliawan, 2007).
Sumber infeksi secara normal berasal dari pasangan seksual
wanita, dan masa inkubasinya 2-3 hari. Faktor resiko pada pria hampir
sama dengan wanita. Penularan Candida albicans pada pria diperkirakan
sekitar 10%. Di samping infeksi langsung, manifestasi lain Candida
albicans adalah dermatitis tingkat rendah pada penis pria yang
berhubungan seksual dengan wanita yang menderita candidosis vagina.
Dermatitis ini tampak melalui iritasi dan hiperaemia yang terjadi dalam
beberapa jam atau beberapa hari setelah hubungan seksual.
Pertimbangan tentang natural histori candidosis vagina menyatakan
bahwa bila wanita dapat menularkan penyakit ini pada pria, bukan tidak
mungkin terjadi proses sebaliknya (Hendrawati, 2008).
Candidiasis juga bisa terjadi pada usia lanjut. Terjadinya
Candidiasis pada usia lanjut bisa disebabkan karena terjadinya
inkontinensia. Buang air kecil yang tidak disadari atau yang disebut
dengan inkontinensia urine, seringnya buang air kecil yang tidak disadari
itulah yang menyebabkan daerah vagina menjadi lembab, gatal, berbau
tidak enak dan masalah hieginis penderita, sehingga menimbulkan jamur
candida albicans didaerah vagina (Setiati,dkk,2007).
2.1.5 Upaya pencegahan
Pencegahan terhadap keputihan sama dengan pencegahan-
pencegahan terhadap penyakit lain, yang paling utama untuk mencegah
keputihan adalah menjaga kebersihan diri dan kelembaban vagina.
Mencuci tangan ketika akan membersihkan daerah vagina, ketika mandi
tidak boleh terlalu membersihkan daerah V (vagina) dengan pembersih
atau sabun, mengganti celana dalam sesering mungkin karena apabila
terlalu lembab bisa jadi sumber infeksi dan menimbulkan gejala
keputihan. Membiasakan diri mengenal alat kelamin sendiri sehingga jika
terdapat kelainan dapat langsung ditangani secepatnya.
Apabila keputihan tidak normal dibiarkan saja tanpa diobati,
akibatnya infeksi bisa menjalar, masuk ke dalam rahim, saluran telur, dan
bisa juga sampai menginfeksi ovarium. Kondisi ini bisa merusak organ
reproduksi bagian dalam dan bisa juga mengakibatkan kemandulan.
Sehingga kita harus mewaspadai munculnya gejala-gejala keputihan
yang tidak normal, dan tidak perlu malu untuk memeriksakannya ke
dokter. Karena itu dalam menjaga kebersihan diri sangatlah penting untuk
mencegah terjadinya keputihan (Widyandana, 2006).
2.2 Lansia
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Usia lanjut
merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu
yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari
(Notoatmodjo, 2007).
Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial dan biologi. Sebagai suatu
fakta sosial, lansia merupakan suatu proses penarikan diri seseorang dari
berbagai status dalam suatu struktur masyarakat. Secara fisik pertambahan usia
dapat berarti semakin melemahnya manusia secara fisik dan kesehatan
(Prayitno, 2000).
Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal
19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya
mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan
memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan (Khoiriyah, 2011).
Inkontinensi urine merupakan masalah kesehatan yang cukup sering
dijumpai pada orang berusia lanjut, khususnya perempuan. Inkontinensia urine
sering kali tidak dilaporkan oleh pasien atau keluarganya, antara lain karena
menganggap bahwa masalah tersebut merupakan masalah yang memalukan
atau tabu untuk diceritakan dan juga karena ketidaktahuan mengenai masalah
inkontinensia urine dan menganggap bahwa kondisi tersebut merupakan sesuatu
yang wajar terjadi pada orang usia lanjut serta tidak perlu diobati. Inkontinensia
urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak terkendali atau
terjadi di luar keinginan (Sudoyono dkk., 2006).
2.2.1 Klasifikasi Lansia
Menurut Maryam (2008), lima klasifikasi pada lansia antara lain:
1. Pra lansia
Seseorang yang berusia 45-59 tahun.
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan
yang masih dapat menghasilkan barang atau jasa.
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000),
lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun.
2. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun.
3. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
2.2.2 Tugas Perkembangan Lanjut Usia
Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus.
Menurut Potter dan Perry (2005), tujuh kategori utama tugas perkembangan
lansia meliputi:
a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya
penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan
dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal.
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena itu
mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya
peran bekerja.
c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan
kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia
yang menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan
sangat berarti bagi dirinya.
d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri
selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai
koping dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak
memanggil mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang
menempatkan keamanan mereka pada resiko yang besar.
e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik
dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri.
f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anak-
anaknya yang telah dewasa.
g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk
mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara
sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang
baru dan mendapat minat baru. Akan tetapi, seseorang yang introvert dengan
sosialisasi terbatas, mungkin menemui kesulitan bertemu orang baru selama
pensiun.
2.2.3 Masalah Fisik yang Sering Ditemukan pada Lansia
Menurut Azizah (2011), masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia
adalah:
a. Mudah Jatuh
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring atau
terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran atau luka.
b. Mudah Lelah
Disebabkan oleh:
a) faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi)
b) gangguan organis
c) pengaruh obat-obatan.
c. Berat Badan Menurun
Disebabkan oleh:
a) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah hidup atau
kelesuan
b) Adanya penyakit kronis
c) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan
terganggu.
d. Sukar Menahan Buang Air Besar
Disebabkan oleh:
a) Obat-obat pencahar perut
b) Keadaan diare
c) Kelainan pada usus besar
d) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus).
e. Gangguan pada Ketajaman Penglihatan
Disebabkan oleh:
a) Presbiop
b) Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang)
c) Kekeruhan pada lensa (katarak)
d) Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma)
2.2.4 Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia
Menurut Azizah (2011), dikemukakan adanya empat penyakit yang
sangat erat hubungannya dengan proses menua yakni:
a. gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh darah,
gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal.
b. gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes mellitus, klimakterium, dan
ketidakseimbangan tiroid.
c. gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout arthritis, atau penyakit
kolagen lainnya.
d. berbagai macam neoplasma.
2.2.5 Identifikasi Candida albicans
a. Makroskopik
Identifikasi secara makroskopik disini berfungsi untuk
melihat morfologi dari Candida albicans. Prosedur yang
digunakan untuk penilaian makroskopik Candida albicans melalui
proses penumbuhan jamur pada media. Jamur candida
umumnya tumbuh dalam suhu kamar (25oC-30oC) dan suhu
37°C pada agar Sabouraud glukosa dengan atau tanpa
antibiotika untuk menekan pertumbuhan bakteri, biasanya
digunakan kloramfenikol. Dalam 24-48 jam terbentuk koloni
bulat, basah, mengkilat seperti koloni bakteri, berukuran sebesar
kepala jarum pentul. Satu sampai dua hari kemudian, koloni lebih
besar,putih kekuningan. Pada sediaan langsung dari Candida
albicans ditemukan klamidospora. Mula-mula permukaan koloni
halus, licin, lama kelamaan berkeriput dan berbau ragi. Candida
albicans membentuk germ-tube seperti kecambah bila diinkubasi
2 jam dengan serum pada suhu 37°C dan membentuk
klamidospora bila ditanam pada beberapa media khusus
misalnya medium agar tepung jagung (Ramali dan Werdani,
2001).
b. Mikroskopik
Setelah penilaian secara makroskopik, identifikasi
dilanjutkan secara mikroskopik. Koloni yang tumbuh pada media,
dibuat sediaan, membersihkan obyek glass dengan alcohol 70%,
diatas obyek glass ditetesi dengan KOH 10% atau dapat
diwarnai dengan pewarnaan Gram kemudian ditutup dengan
over glass, dan selanjutnya dilihat di bawah mikroskop, yang
dapat dilihat adalah sel-sel ragi, blastospora dan hifa semu
(pseudohifa) berbentuk oval, bulat, lonjong atau bulat lonjong
dengan sel anakan, dan berbentuk filament, berkembang biak
dengan memperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari
tunas disebut blastospora (Koes Irianto, 2003).
c. Prosedur persiapan sampel urine
1) Menyiapkan wadah untuk menampung urine.
2) Membersihkan labia dengan air bersih.
3) Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran
urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang
disediakan.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo 2010, h.83).
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini disajikan pada gambar
dibawah ini :
Keterangan :
: Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti
- Daerah vagina menjadi lembab
- Gatal - Berbau tidak enak - Masalah hieginis
penderita.
WanitaLan
sia
Inkontinen
sia
Jamur
Candidiasi
s
Ujimikroba
(+) Candida
Albicans
(-) Candida
Albicans
18
8
8
Gambar 3.1 Kerangka konseptual Uji Mikrobiologi pada Identifikasi Jamur
Candida albicans dalam Urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.
3.2 Penjelasan kerangka konseptual
Pada wanita lansia sering dijumpai terjadinya buang air kecil yang
tidak disadari atau yang disebut dengan inkontinensia urine, seringnya
buang air kecil yang tidak disadari itulah yang menyebabkan daerah vagina
menjadi lembab, gatal, berbau tidak enak, dan masalah hieginis penderita,
sehingga menimbulkan jamur Candidiasis didaerah vagina. Perlu dilakukan
pemeriksaan uji mikroba untuk mengetahui adanya jamur Candida
albicans.Hasil identifikasi mikroba dinyatakan positif jamur Candida
albicans dan negatif jamur Candida albicans.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
ilmu pengetahuan atau pemecahan masalah, yang menggunakan metode
ilmiah (Notoatmodjo 2010, h. 19). Pada bab ini akan diuraikan tentang
waktu dan tempat penelitian, desain penelitian, kerangka kerja, populasi,
sampel dan sampling, definisi operasional variabel, instrumen penelitian
dan cara pengumpulan data, pengolahan dan analisa data, penyajian
data dan etika penelitian.
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
4.1.1 Waktu penelitian
Penelitian ini mulai dilaksanakan bulan November 2016, di
awal dari perencanaan (penyusunanproposal) sampai dengan
penyusunan laporan akhir. Adapun pengumpulan data akan
dilakukan pada bulan Mei 2017.
4.1.2 Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di Puskesmas
Brambang, sedangkan pengujian jamur Candida albicans dalam urine
wanita lansia dengan inkontinensia dilakukan di Ruang Laboratorium
Bakteriologi Program Studi D III Analis Kesehatan Stikes Icme
Jombang.
4.2 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang
digunakan sebagai petunjuk peneliti dalam perencanaan dan pelaksanaan
20
penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan
(Nursalam, 2013).
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, karena
peneliti hanya ingin melihat adanya jamur Candida albicans dalam urine
wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.
4.3 Kerangka kerja (Frame Work)
Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam penelitian yang berbentuk kerangka hingga analisis data (Hidayat,
2010).
PengolahandanAnalisis Data Editing, Coding, Tabulating
Simpulandan Saran
Populasi Seluruh wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas
Brambang yang berjumlah 15 orang
Penyusunan Proposal
PenentuanMasalah
Sampling Total sampling
Desain Penelitian Deskriptif
Pengumpulan Data LembarEksperimental
Sampel Seluruh wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas
Brambang yang berjumlah 15 orang
4.4 Populasi, Sampling dan Sampel
4.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
akan diteliti (Notoatmojo, 2010). Populasi yang diambil dalam
penelitian ini adalah seluruh wanita lansia dengan inkontinensia di
Puskesmas Brambang sebanyak 15 orang.
4.4.2 Sampling
Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi contoh (Nursalam 2013). Teknik sampling
dalam peneliti ini adalah Non Probability Sampling dengan metode
Total sampling.
4.4.3 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Sampel dalam penelitian ini adalah urine wanita lansia dengan
inkontinensia di Puskesmas Brambang sebanyak 15 orang.
4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Identifikasi Variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang
sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010). Variabel
pada penelitian ini adalah Identifikasi jamur Candida albicans dalam
urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.
Gambar 4.1 Kerangka Uji Mikrobiologi Identifikasi Jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah mendefinisikan variabel
secara operasional berdasarkan kriteria yang diamati, memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi dan pengukuran secara cermat
terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat,2014).
Definisi opersioanal variable pada penelitian ini disajikan pada tabel.
Tabel 4.1 Definisi Operasional Identifikasi Jamur Candida albicans dalam urine
wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.
Variabel Definisi
Operasional
Parameter AlatUkur Katagori
Identifkasi jamur Candida albicans.
Suatu kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui keberadaan mikroorganisme.
a. Makroskopis pada media SDA (sabaroud dekstrosa agar) menonjol dari permukaan medium, permukaan koloni halus, licin, berwarna putih kekuning-kuningan dan berbau ragi.
b. Mikroskopis Sel-sel ragi, blastospora dan hifa semu (pseudohifa) berbentuk oval, bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan sel anakan, dan berbentuk filament, berkembang biak dengan memperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari tunas.
Observasi laboratorium secara makroskopis dan mikroskopis.
Makroskopik:
1. Positif=1 jika sesuai dengan ciri parameter.
2. Negatif= 0 jika tidak sesuai dengan ciri parameter.
Mikroskopik :
1. Positif = 1 jika ada candida berbentuk oval, bulat, lonjong, atau bulat lonjong dengan sel anakan, dan berbentuk filament.
2. Negatif = 0 jika tidak ditemukan candida berbentuk oval, bulat, lonjong, atau bulat lonjong dengan sel anakan, dan berbentuk filament.
4.6 Prosedur kerja
4.6.1 Alat Penelitian
1. Neraca digital
2. Beaker glass
3. Cawan petri
4. Pipet tetes
5. Hot plate
6. Inkubator
7. Ose bulat
8. Objeck glass
9. Cover glass
10. Autoclave
11. Batang pengaduk
12. Gelasukur
13. Lampuspirtus
14. Mikroskop
15. Kertas Koran
4.6.2 Bahan Penelitian
1. Media SDA (sabaroud dekstrosa agar).
2. Aquadest
4.6.3 Prosedur Penelitian
A. Sampling Sampel Urine
1. Meminta responden untuk membersihkan labia dengan air
bersih.
2. Responden diminta untuk mengeluarkan urine, aliran urine
yang pertama dibuang. Aliran urine yang selanjutnya
ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan.
B. Pembuatan Media
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menimbang media SDA (sabaroud dekstrosa agar)
menggunakan beaker glass sebanyak 13 gram pada
neraca digital.
3. Melarutkan dengan aquadest sebanyak 200 ml.
4. Memanaskan diatas hot plate hingga mendidih dengan
mengaduk menggunakan batang pengaduk.
5. Menuangkan media pada cawan petri kemudian ditutup.
6. Mensterilisasi menggunakan autoclave dengan suhu 121oC
selama 15 menit.
7. Membiarkan media membeku kemudian dibungkus
menggunakan kertas dengan cara dibalik.
8. Memasukkan ke dalam lemari pendingin.
C. Uji Candida albicans
1. Mensterilisasi mulut cawan bagian tepi dengan memutarnya
diatas api, kemudian dipijarkan jarum inokulum dan dinginkan.
2. Mencelupkan jarum inokulum ke dalam sampel urine, dan
membuka mulut cawan, kemudian jarum inokulum digoreskan
diatas media.
3. Menutup kembali cawan petri dan memanaskan mulut cawan.
4. Menginkubasi pada suhu kamar selama 24 jam pada suhu
25°C-30°C.
5. Membersihkan obyek glass dengan alcohol 70%
6. Melakukan pengambilan koloni pada media dan meletakkan
pada obyek glass, menetesi dengan KOH dan mendiamkan
sekitar 15-30 menit.
7. Memanaskan sebentar, menutup dengan cover glass, dan
mengamati di bawah mikroskop.
8. Atau diwarnai dengan dengan pewarnaan gram, dilihat di
bawah mikroskop, yang dilihat sel-sel ragi, blastospora dan
hifa semu (pseudohifa).
4.7 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada obyek dan
proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2013). Pada penelitian ini pengumpulan data
dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari dosen pembimbing dan
izin penelitian dari lembaga pendidikan (STIkes ICME) serta institusi terkait
selanjutnya memberikan surat persetujuan dari tempat penelitian
keresponden, dan seterusnya sampai pengambilan data kepihak yang
terkait dan melakukan pengisian kuesioner.
4.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4.8.1 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui
tahapan Editting, coding, dan tabulating.
a. Editing
Editing merupakan pemeriksaan ulang terhadap data hasil
penelitian meliputi kelengkapan data, keseragaman data, kebenaran
pengisian data dll.
b. Coding
Coding adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmojo, 2010). Pada
penelitian ini, peneliti memberikan kode sebagai berikut :
Sampel 1 Kode S1
Sampel 2 Kode S2
Positif Kode 1
Negatif Kode 0
c. Tabulating
Tabulasi yaitu membuat tabel data sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmojo, 2010).
Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk tabel yang
menggambarkan hasil Identifikasi Jamur Candida albicans dalam
urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.
4.8.2 Analisa data
Analisa data merupakan kegiatan pengolahan data setelah data
digolongkan sesuai dengan ada tidaknya Candida albicans, kemudian
dari penggolongan tersebut dilakukan analisa data secara deskriptif
untuk membuktikan adanya jamur Candida albicans yang di dapatkan
dari pemeriksaan.
Keteranggan:
P = Presentase
N = Jumlah seluruh urine yang diperiksa
F = Frekuensi urine yang positif terdapat jamur
Candida albican
Setelah diketahui presentasi dari perhitungan, kemudian di tasirkan
dengan kriteria sebagai berikut:
100 % = Seluruhnya
76 % - 99 % = Hampir seluruhnya
51 % - 75 % = Sebagian besar
50 % = Setengah
26 % - 49 % = Hampir dari setengahnya
1 % - 25 % = Sebagian kecil
0 % = Tidak ada satupun
4.9 Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti dengan pihak yang
diteliti dan juga masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian
tersebut (Notoatmodjo, 2010). Kemudian peneliti langsung melakukan
penelitian dengan memperhatikan :
4.9.1 Informed Consent (Lembar persetujuan)
Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan pada
subjek penelitian diberitahu tentang maksud dan tujuan penelitian, jika
subjek bersedia responden menandatangani lembar persetujuan.
4.9.2 Anonimity (Tanpa nama)
Responden tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar
pengumpulan data cukup menulis nomor responden atau inisial untuk
menjamin kerahasiaan identitas.
4.9.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden akan
dijamin kerahasiaan oleh peneliti, penyajian data atau hasil penelitian
hanya ditampilkan pada forum akademis.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di
Laboratorium Mikrobiologi STIKES ICME Jombang Jl. Kemuning
No.57 Candimulyo Kabupaten Jombang pada tanggal 24-28 Juli 2017
dengan pengambilan sampel di Puskesmas Brambang. Hasil penelitian
disajikan dalam data dari Uji Mikrobiologi pada Identifikasi Candida albicans
dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran lokasi penelitian
Pada pelaksanaan penelitian Identifikasi Candida albicans
dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia, pengambilan
sampel di Puskesmas Brambang. Puskesmas Brambang
merupakan Puskesmas dalam faskes tingkat pertama BPJS
kesehatan di Kabupaten Jombang. Puskesmas Brambang memiliki
pelayanan rawat jalan terdiri dari pusat-pusat layanan, yaitu: Poli
umum dewasa, Poli kesehatan ibu dan anak, Poli kesehatan gigi
dan mulut, dan Poli khusus seperti kusta dan TB paru, pojok gizi,
Klinik peduli remaja, dan klinik sanitasi. Pelayanan rawat jalan
berlaku untuk seluruh pasien umum, ASKES PNS, dan ASKES
GAKIN dengan ketentuan dan biaya sesuai Perda No 10 Tahun
2004.
Letak geografis Puskesmas Brambang yaitu menghadap ke
Jl. Raya Brambang disebelah timur bersebelahan dengan SDN
Diwek Brambang, dan Puskesmas Brambang juga dominan
dikelilingi sawah. Puskesmas Brambang berada di Jl. Raya
Brambang No.114, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang jawa
timur, kode pos 61471. Tipe Puskesmas merupakan Non Rawat
Inap.
5.1.2 Hasil penelitian
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi Identifikasi Candida albicans dalam urine
pada wanita lansia dengan inkontinensi.
No
Hasil candida albicans
dalam urine wanita lansia
dengan inkontinensia
Frekuensi Persentase (%)
1 Positif 15 100% 2 Negatif - -
Total 15 100.0 %
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa seluruh sampel hasil
pemeriksaan positif candida albicans dalam urine wanita lansia dengan
inkontinensia sejumlah 15 responden (100%).
5.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan
didapatkan Identifikasi Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan
inkontinensia positif sejumlah 15 responden (100%).
Menurut peneliti adanya jamur candida albicans pada urine wanita
lansia dengan inkontinensia, hal ini disebabkan karena buang air kecil
29
dengan disadari ataupun tanpa disadari, karena faktor usia juga, sehingga
wanita lansia ini malas untuk mengganti celana dalam. Hal-hal tersebut
menyebabkan daerah vagina menjadi lembab dan memicu timbulnya jamur
candida albicans.
Candidiasis juga bisa terjadi pada usia lanjut. Terjadinya Candidiasis
pada usia lanjut bisa disebabkan karena terjadinya inkontinensia. Buang air
kecil yang tidak disadari atau yang disebut dengan inkontinensia urine,
seringnya buang air kecil yang tidak disadari itulah yang menyebabkan
daerah vagina menjadi lembab, gatal, berbau tidak enak dan masalah
hieginis penderita, sehingga menimbulkan jamur candida albicans didaerah
vagina (Setiati,dkk,2007).
Adanya jamur candida albicans pada vagina memunculkan teradinya
keputihan. Keputihan yang terjadi pada wanita lansia bisa disebabkan karena
faktor patologis seperti penyakit diabetes mellitus dan faktor non patologis
salah satunya inkontinensia.
Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi
pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat
tumbuh dalam perbenihan pada suhu 28°C - 37°C. Candida albicans
membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon dan sumber energi
untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat
diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif
yang mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob
maupun aerob. Proses peragian (fermentasi) pada candida albicans
dilakukan dalam suasana aerob dan anaerob. Karbohidrat yang tersedia
dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan metabolisme sel dengan
cara mengubah karbohidrat menjadi CO2 dan H2O dalam suasana aerob (
Tauryska, 2011 ).
Penyebab keputihan ada dua macam yaitu penyebab non patologis dan
penyebab patologis (karena penyakit), nonpatologis (bukan penyakit) antara
lain saat menjelang menstruasi, atau setelah menstruasi, rangsangan
seksual, saat wanita hamil, stres, baik fisik maupun psikologis. Keputihan
(Muliawan, 2007).
Candida albican telah muncul sebagai salah satu infeksi nosokomial
yang paling penting di seluruh dunia dengan angka morbiditas, mortalitas dan
pembiayaan kesehatan yang bermakna. Penggunaan anti jamur untuk
profilaksis dan penatalaksanaan infeksi Candida albican telah mengubah
epidemiologi dan penatalaksanaan infeksi ini. Penggunaan agen
kemoterapeutik, imunosupresif, antibiotic spectrum luas, transplantasi organ,
nutrisi parental dan teknik bedah mutakhir juga telah berperan untuk
mengubah epidemiologi infeksi candida. Infeksi jamur telah muncul sebagai
ancaman yang bermakna pada individu yang imunocompromised. Spesies
candida adalah pathogen jamur yang paling sering (Djuanda, 2008).
Pencegahan yang dapat dilakukan salah satunya dengan cara
menjaga organ reproduksi, khususnya bagian luar yang merupakan bagian
dari menjaga kebersihan pribadi. Selain itu area vagina harus selalu dijaga
dalam keadaan yang kering, karena kelembaban dapat menyebabkan gatal
didaerah vagina, berbau tidak enak, selain itu juga dapat menimbulkan
tumbuhnya kuman, bakteri, dan jamur menjadi tumbuh subur, sehingga
sering menyebabkan terjadinya keputihan. Sering mengganti celana dalam
minimal 2-3 kali dalam sehari sebagai langkah untuk menjaga agar vagina
tidak dalam keadaan yang lembab.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian Identifikasi Candida albicans dalam urine wanita
lansia dengan inkontinensia disimpulkan, bahwa seluruh sampel urine
wanita lansia dengan inkontinensia positif terdapat jamur candida albicans.
6.2. Saran
1. Bagi wanita lansia
Bagi wanita lansia untuk menjaga kebersihan pribadi terutama
pada organ reproduksi, mengganti celana dalam minimal 2-3 kali dalam
sehari sebagai langkah untuk menhaga agar vagina tidak dalam
keadaan yang lembab, karena kelembaban dapat memicu tumbuhnya
jamur candida albicans.
2. Bagi tenaga kesehatan
Dengan data ini diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat
memberikan penyuluhan kepada wanita lansia untuk menjaga
kebersihan pribadi terutama pada organ reproduksi, agar tidak
terdapat jamur Candida albicans di daerah vagina.
3 .Bagi institusi STIKES Insan Cendekia Medika Jombang
Bagi dosen dan mahasiswa untuk melakukan pengabdian
masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan pribadi, terutama
pada daerah organ reproduksi agar tidak terjadi pertumbuhan Jamur
Candida albicans pada daerah vagina.
35
HASIL PENELITIAN
no sampel Hari
Keterangan 1 2 3
1 Responden 1 - + + positif H+2
2 Responden 2 - + + positif H+2
3 Responden 3 - + + positif H+2
4 Responden 4 - + + positif H+2
5 Responden 5 - + + positif H+2
6 Responden 6 - + + positif H+2
7 Responden 7 - + + positif H+2
8 Responden 8 - + + positif H+2
9 Responden 9 - + + positif H+2
10 Responden 10 - + + positif H+2
11 Responden 11 - + + positif H+2
12 Responden 12 - + + positif H+2
13 Responden 13 - + + positif H+2
14 Responden 14 - + + positif H+2
15 Responden 15 - + + positif H+2
POSITIF (+)
Candida albicans
NEGATIF (-)
Candida albicans
PROSES PEMBUATAN MEDIA
PROSES PENGAMBILAN SAMPLE DAN PENANAMAN
PROSES PENGAMATAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS HARI KE 1
PROSES PENGAMATAN MAKROSKOPIS DAN
MIKROSKOPIS HARI KE – 2
PROSES PENGAMATAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS HARI KE – 3