SKRIPSI
HUBUNGAN PENGATURAN MAKAN (DIET) DENGAN TINGGINYA TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI DI POLIKLINIK
PENYAKIT DALAM RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU
OLEH :
DETA HERLENANPM. 0826010041
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTIBENGKULU
2012
HALAMAN
MOTTO
Cinta terbesar dan cinta hakiki bagi orang yang beriman ialah cinta kepada Allah. Sehingga cinta kepada Allah – lah yang seharusnya menjadi motivator terbesar dan tidak terbatas.Kita tidak tahu apakah Allah akan memberikan rezeki yang banyak atau sedikit kepada kita.Kita juga tidak tahu kapan kita akan sukses. Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan saat ini adalah berusaha untuk mendapatkannya.Hidup memang sering tidak adil seringnya kita kecewa dan sesali adanya diri ini yang tak berarti tapi ingatlah dibalik semua itu ada banyak hikmah yang sangat berharga untuk kita lebih dewasa lebih tegar hadapi kepahitan yang kita hadapi dihari esok.Kita bisa,jika kita berpikir bisa,selamam akal mengatakan bisa. Batasan apakah sesuatu masuk akal atau tidak, kita lihat saja orang lain, jika orang lain telah melakukannya atau telah mencapai impiannya, maka impian tersebut adalah masuk akal.Menciptakan kebiasaan baru adalah salah satu dari kunci sukses. Jika kita ingin sukses kita harus mulai menciptakan kebisaan-kebisaan yang akan membawa kita kepada kesuksesan.Jika sukses merupakan akibat, tentu saja ada sebabnya. Jadi langkah pertama jika kita ingin sukses ialah dengan mengetahui terlebih dahulu sebab-sebab yang membuat orang lain sukses.Jika kegagalan menghampiri bukan berarti kita harus menyarah, tetapi cari jalan lain, kemudian kerjakan lagi. Sekali lagi, jangan cepat menyerah. Menyerah adalah salah satu cara untuk gagal, jangan lupakan kegagalan, tetapi ambilah hikmahnya.Diantara ribuan peluang dan kesempatan, disanan ada kesuksesan, namun dikelilingi dengan kegagalan. Ambil kesempatan dan peluang tersebut, biarkan kita gagal dalam proses menemukan kesuksesan tersebut.Jangan hiraukan opini negatif, bentuklah kebiasaan beraksi agresif dan positif terhadap ancaman, masalah dan kegagalan. Fokuskan diri pada sasaran akhirnya, terlepas apapun yang terjadi saat ini.
ii
PERSEMBAHAN
Ya Allah Terima kasih Engkau telah memberiku nikmat yang tiada terkira......Engkau berikan pancaran cahaya sehingga aku bisa menggapai suatu keberhasilan ini Tuhan.............
Ayanda Q Amrun Amd. Pd dan Ibunda Q Ruli HarniTerima kasih Ibu dan Bapak Q yang selalu memberiku pancaran cahaya kehidupan, membentengiku dengan kasuh sayang atas berkat doa, bimbingan dan pengorbanan yang kalian berikan kepada ku buah hatimu aku bisa menggapai semua ini demi cita-cita dan masa depan buah hatimu..........Air mata dan keringat peluhmu sangat berharga bagiku, tanpa mengenal lelah kau korbankan semuanya untuk ku, panas dan hujan tak pernah kau hiraukan demi mengais rezeki dan mencari nafkah kau selalu sabar dan tabah dalam menjalani semua ini............................Senyum dan tawamu selalu terlihat jelas menyelimuti lelah, begitu berartinya pengorbananmu bagiku dan begitu besar kau sandarkan harapan padaku......Aku buah hati harapan pertamamu berjanji tak akan ku sia-siakan pengorbananmu untukku,,disetiap langkahku tanamkan dalam diriku.....aku akan selalu berusaha dan harus mampu untuk membuatmu bahagia dan bangga terhadapku............Adek-Adekku yang sangat aku banggakan..........Inga Teny,,dodo Lizaa & Adek AndiMari kita gapai cita-cita kita dengan suatu harapan suatu saat nanti kita semua bisa membuat k2 orang tua kita bahagia dan bangga memiliki generasi penerus seperti kita
YOU ARE MY FAMILY IS THE BEST,,1 Agustus 2012 hari yang bersejarah dan sangat berarti dalam hidupku........
Di hari itu hari yang memberi satu makna dalam hidupku dan pada hari itu juga aku harus merelakan seseorang yang sangat berarti dalam hidupkuMaafkan aku nenekku di hari itu aku tak bisa mengantarmu keperistirahatanmu untuk yang terakhir x nya........Nenekku ku persembahkan keberhasilan ini untukmu walaupun kita sudah berada di alam yang berbeda aku yakin engkau juga akan merasakan kebahagiaan ini.............
Abang M. Taheri Akhbar Spd.Mpd.Terima kasih atas doa, dukungan dan motivasinya selama ini............Walaupun dengan jarak yang jauh semua itu tidak menjadi penghalang,,Ini semua kau korbankan untukku,,semua nya sangat berarti bagiku dan keberhasilan skripsi ini,,,,Satu harapan ku moga Tuhan membalas semuanya dan moga apa yang menjadi harapan kita selama ini bisa tercapai dan berujung kebahagian tuk semuanya..........
Sepupuku yang selalu menyaksikan keluh kesah ku dalam menggapai semua ini............Dodo Beta,,wa reka,,dodo Len & Inga Yuli makasih atas doa, dukungan,
iii
semangat dan motivasinya aku tidak bisa membalas semau kebaikan kalian moga Tuhan membalas semuanya........
Sahabatku yang selalu mengisi hari-hariku dengan penuh canda dan tawa suka dan duka kita lewati bersama, aku ingin persahabatan kita ini tak lekang oleh waktu dan tak terhapus dengan derasnya air yang mengalir........Diana Ps,,Lily S,,Yoeyi F,,Ike P,,dan Adita F,,Dengan penuh harapan suatu saat nanti kita semua bisa sukses menjadi generasi penerus...................
Pembimbingku yang aku banggakan Bapak Drs. H.Buyung Keraman M.Kes dan Bapak dr. Wahyu Sudharsono MPH yang telah penuh keikhlasan dan kesabaran di sela-sela kesibukan kalian yang padat telah memberiku bimbingan, bantuan dan petunjuk dalam skrifsi ini.......Moga Tuhan membalas semua kebaikan kalian....
Almamaterku Aku bangga menjadi mahasiswa Stikes Tri Mandiri Sakti Bengkulu,,,Maju Terus STIKESKU..........
.I LOVE STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU...............
iv
ABSTRAK
Deta Herlena. 2012. Hubungan Pengaturan Makan(Diet) dengan Tingginya Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr.M.Yunus Bengkulu.
Hipertensi tidak dapat disembuhkan secara total, namun tindakan prevensi dan manajemen dapat dilakukan untuk mengurangi insidensi dan kekambuhan penyakit. Peningkatan kejadian penyakit kardiovaskuler (Cardiovasculer Disease – CVD) pada dua dekade terakhir menyebabkan deteksi dini dan kontrol hipertensi ditingkatkan. Penekanan pada perubahan gaya hidup (lifestyle) dan pelaksanaan diet hipertensi berperan penting untuk mencegah dan mengontrol tingginya tekanan darah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengaturan makan (Diet) dengan tingginya tekanan darah penderita hipertensi.
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr.M.Yunus Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey deskriptif dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan total sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 98 orang yang keseluruhannya adalah penderita hipertensi yang berobat di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr.M.Yunus Bengkulu. Pengambilan data untuk pengaturan makan dengan cara menanyakan langsung kepada penderita hipertensi melalui kuesioner, sedangkan data tingginya tekanan darah diproleh dari status pasien.
Hasil analisis bivariat, dengan X2= 22,573 dengan p (asymp.Sig)= 0,000 < 0,05, yang berarti signifikan. Maka Ho ditolak dan Ha diterima, kesimpulannya ada hubungan antara pengaturan makan (Diet)dengan tingginya tekanan darah penderita hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr.M.yunus Bengkulu Tahun 2012.
Pengaturan makan harus dilakukan oleh penderita hipertensi sehingga tingginya tekanan darah dapat dikendalikan dan kompilkasi akibat dari tingginya tekanan darah dapat dihindari.
Kata Kunci: Pengaturan makan, hipertensi, tingginya tekanan darah
v
ABSTRACT
Deta Herlena. 2012. Eating setting relations (Diet) with High Blood Pressure in Patients with Hypertension Clinic Internal Medicine Hospital of Bengkulu dr.M.Yunus.
Hypertension can not be completely cured, but the prevention and management actions can be done to reduce the incidence and recurrence of disease. Increased incidence of cardiovascular disease (cardiovascular disease - CVD) in the last two decades led to earlier detection and improved hypertension control. Emphasis on lifestyle changes (lifestyle) and implementation of hypertension diet plays an important role to prevent and control high blood pressure.
The purpose of this study was to determine the relationship between eating arrangements (Diet) with high blood pressure of hypertensive patients.The research was conducted at the Polyclinic Hospital Medicine dr.M.Yunus Bengkulu. This research uses descriptive research method survey with cross sectional design. The sampling technique in this study with a total sampling. The sample in this study amounted to 98 people a whole is the treatment of hypertensive patients in the Polyclinic Hospital Medicine dr.M.Yunus Bengkulu. Retrieval of data to meal arrangements by asking directly to hypertensive patients through a questionnaire, while the data is high blood pressure diproleh of patient status.
The results of the bivariate analysis, with X2 = 22.573 with p (asymp.Sig) = 0.000 <0.05, which means significant. Then Ho is rejected and Ha accepted, the conclusion there is a relationship between eating arrangements (Diet) with high blood pressure in hypertensive patients Internal Medicine Polyclinic Hospital Bengkulu dr.M.yunus.
Meal arrangements must be made by people with hypertension to high blood pressure can be controlled and kompilkasi due to high blood pressure can be avoided.
Keywords: dining setting, hypertension, high blood pressure
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Hubungan Pengaturan Makan (Diet) dengan Tingginya Tekanan Darah
Penderita Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep).
Dalam skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan dan
banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi materinya, oleh
karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan saran serta kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. H. S. Effendi, MS selaku Ketua Yayasan Tri Mandiri Sakti Bengkulu
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
di STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu.
2. Bapak Drs. H. Buyung Keraman, M. Kes selaku Ketua STIKES Tri Mandiri Sakti
Bengkulu sekaligus selaku pembimbing I yang telah memberikan dukungan dan
bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
vii
3. Bapak dr. Soelaksono Talkuto, DTM&H selaku Ketua Jurusan Ilmu
Keperawatan yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama mengikuti
perkuliahan di STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
4. Bapak dr. Wahyu Sudharsono, MPH sebagai pembimbing II skripsi yang telah
penuh dengan keikhlasan dan kesabaran di sela-sela kesibukan beliau yang padat
telah memberikan bimbingan, bantuan dan petunjuk sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Kedua orang tuaku yang telah memberikan nasehat, motivasi serta do’a sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberi masukan yang sangat berharga
dalam penulisan skripsi ini.
Akhir kata, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
kesempurnaan dalam penulisan ini, oleh karena itu sumbangan gagasan kritik dan
saran yang dapat menambah kelengkapan penulisan ini sangat kami hargai.
Dengan segala keterbatasan yang ada, mudah-mudahan tulisan ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua, Amin.
Bengkulu, Juli 2012
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... iv
ABSTRAK............................................................................................................ vii
ABSTRACT......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR......................................................................................... ix
DAFTAR ISI........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................ 7
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 7
1.3.1. Tujuan Umum.................................................................... 7
ix
1.3.2. Tujuan Khusus................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................... 8
1.4.1.Bagi Peneliti....................................................................... 8
1.4.2.Bagi Peneliti Lain............................................................... 8
1.4.3.Bagi Rumah Sakit............................................................... 9
1.4.4.Bagi Institusi Pendidikan.................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Hipertensi...................................................................... 10
2.1.1. Pengertian Hipertensi........................................................ 10
2.1.2. Klasifikasi.......................................................................... 11
2.1.3. Etiologi.............................................................................. 11
2.1.4. Patofisiologi....................................................................... 15
2.1.5. Manifestasi Klinis.............................................................. 16
2.1.6. Komplikasi........................................................................ 17
2.1.7. Penatalaksanaan................................................................. 19
2.1.8. Pencegahan........................................................................ 21
2.2. Konsep Pengaturan makan......................................................... 22
2.2.1. Pengertian.......................................................................... 22
2.2.2. Tujuan Pengaturan makan................................................. 22
2.2.3. Syarat-syarat Pengaturan Makan....................................... 22
2.2.4. Prinsip pengaturan makan................................................. 22
2.2.5. Pengaturan makan bagi klien hipertensi............................ 23
x
2.3. Hubungan Pengaturan makan dengan tingginya tekanan darah
penderita hipertensi..................................................................... 27
2.4. Kerangka Konsep........................................................................ 30
2.5. Definisi Operasional.................................................................... 31
2.6. Hipotesis...................................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 33
3.2. Desain Penelitian......................................................................... 33
3.3. Populasi dan Sampel.................................................................... 33
3.4. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 34
3.5. Pengolahan Data.......................................................................... 34
3.6. Analisa Data................................................................................ 35
3.6.1. Analisa Univariat............................................................... 35
3.6.2. Analisa Bivariat................................................................. 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian.......................................... 37
4.2. Alur Penelitian............................................................................. 38
4.3. Hasil Penelitian............................................................................ 39
4.4. Pembahasan................................................................................. 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.................................................................................. 52
5.2. Saran............................................................................................ 53
xi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi 11
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Independen dan Dependen
31
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pengaturan Makan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
39
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingginya Tekanan Darah Responden Yang Tidak Ada Pengaturan Makan Yang Baik di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
39
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingginya Tekanan Darah Responden Yang Ada Pengaturan Makan Yang Baik di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
40
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingginya Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
40
Tabel 4.5 Analisa Hubungan Pengaturan Makan dengan Tingginya Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
41
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal kegiatan penelitian
Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 3 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 Pernyataan Setuju Menjadi Responden
Lampiran 5 Kuesioner Pengaturan Makan
Lampiran 6 Format Pengumpulan Data Tingginya Tekanan Darah
Lampiran 7 Hasil Tabulasi Data
Lampiran 8 Hasil Pengolahan Data
Lampiran 9 Permohonan Izin Memperoleh Data Awal Penelitian
Lampiran 10 Permohonan Izin Dan Rekombinasi Penelitian ke KP2T
Lampiran 11 Permohonan Izin Dan Rekombinasi Penelitian ke RSUD dr. M. Yunus
Lampiran 12 Rekomendasi Penelitian Dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T)
Lampiran 13 Surat Izin Penelitian dari RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Lampiran 14 Surat keterangan Selesai Penelitian dari RSUD dr. M.Yunus Bengkulu
Lampiran 15 Berita Acara Bimbingan
Lampiran 16 Riwayat Penulis
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-undang kesehatan RI no 23 tahun 1992, menjelaskan bahwa
definisi sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Kesejahteraan merupakan suatu hal yang menjadi tujuan hidup seseoarang
dimana ia akan hidup dan mengekpresikan diri serta mengembangkan
kemampuan yang dimiliki dan bermanfaat bagi orang lain. Kesejahteraan ini
akan terwujud dari hidup yang sehat dan terbebas dari segala penyakit, termasuk
salah satunya bebas dari penyakit hipertensi (Depkes RI, 2008).
Pemerintah Indonesia menetapkan visi Indonesia sehat 2014, tujuan
pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2014 adalah meningkatkan
masyrakat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dituangkan dalam empat misi
yaitu : meningkatkan derajat kesehatan masyrakat melalui pemberdayaan
masyrakat termasuk masyrakat swasta dan madani, melindungi kesehatan
masyrakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna,
menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik yaitu meningkatkan
kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan yang optimal, ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku
dan lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
1
2
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata. Derajat kesehatan yang optimal
dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur-unsur mortalitas (angka kematian)
dan yang mempengaruhinya yaitu, morbiditas (angka kesakitan) dan status gizi.
Unsur morbiditas telah disepakati beberapa indikator,salah satunya penyakit
hipertensi (Dinkes Provinsi Bengkulu, 2002).
Transisi diet dan kesehatan di Indonesia sudah mengikuti negara maju.
Banyak kebiasaan makan yang telah di adopsi oleh orang Indonesia yang malah
memperburuk keadaan status gizi. Penyakit buatan manusia (man-made disease)
dan penyakit degenerative sekarang telah menjadi masalah utama kesehatan.
Padatnya aktifitas dengan waktu yang terbatas mengakibatkan perubahan pola
makan ke arah gaya hidup modern dewasa saat ini menjurus kesajian siap santap
yang mengandung lemak, protein dan garam tinggi tapi rendah serat pangan
(dietary fiber), membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit
degeneratif seperti jantung, diabetes mellitus, aneka kanker, osteoporosis dan
hipertensi (Brian, 2008).
Dalam hal ini angka prevalensi penderita hipertensi 36% pengaturan
makan dapat mempengaruhi tingginya tekanan darah pada penderita hipertensi.
Pengaturan makan sangat mempengaruhi tingginya tekanan darah pada penderita
hipertensi. Salah satunya mengkonsumsi natrium dalam jumlah berlebih.
Apabila kadar natrium terus-menerus meningkat di dalam tubuh, ginjal akan
berkerja keras untuk mengeluarkan natrium melalui urin dan dapat
mengakibatkan fungsi ginjal terganggu. Apabila fungsi tidak normal, kelebihan
3
natrium tidak bisa dibuang dan menumpuk di dalam darah. Volume cairan di
dalam tubuh meningkat dan membuat jantung dan pembuluh darah berkerja lebih
keras untuk memompa darah dan mengalirkannya keseluruh tubuh, tekanan
darah pun akhirnya meningkat. Umur sangat erat hubungannya dengan tingginya
tekanan darah penderita hipertensi, 28% penderita hipertensi mengalami
tingginya tekanan darah yang disebabkan peningkatan usia. Makin lanjut usia,
makin tinggi prevalensi terjadinya hipertensi, baik pada wanita maupun pada
pria. Fakta ini lebih nyata pada wanita setelah umur 50 tahun, pada perempuan
tekanan darah umumnya meningkat setelah menopause. Fakta otentik 18%
menunjukan bahwa merokok dapat menyebabkan tingginya tekanan darah.
Kebenaran efek ini berkaitan dengan kandungan nikotin. Stres juga mempunyai
hubungan yang erat dengan tingginya tekanan darah 12% stres dapat
mempengaruhi tingginya tekanan darah penderita hipertensi. Hubungan stres
dengan hipertensi adalah melalui aktivitas saraf simpatis. Saraf simpatis
merupakan saraf yang berkerja pada saat kita beraktivitas. Peningkatan saraf
simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara tidak menentu. Apabila stres
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Kepadatan
penduduk juga berpengaruh nyata pada prevalensinya, seperti dapat dilihat pada
angka-angka kota dan desa. Kepadatan penduduk kota kita sekarang ini mencapai
lebih dari 700 orang per kilometer tersebut, sedangkan angka kepadatan ini di
desa hanya kira-kira 50 orang per kilometer. Suatu tanpa pengecualian dalam hal
ini ialah angka prevalensi di Jakarta 6% angka yang tinggi mungkin pula
4
disebabkan oleh kehidupan di kota Jakarta yang penuh dengan ketegangan hal ini
dapat mempengaruhi tingginya tekanan darah penderita hipertensi (Rahmawaty,
2008).
Penyakit hipertensi sering disebut juga sebagai “the silent disease”.
Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum
memeriksakan tekanan darahnya. Penyakit ini dikenal juga sebagai
heterogeneous group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai
kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi. Individu dengan riwayat keluarga
hipertensi, berisiko untuk mengalami hipertensi. Kegemukan, merokok,
pengguna alkohol, terpapar stres serta pola makan yang salah, juga dapat
menyebabkan hipertensi (Lanny Sustraini, 2005).
Hipertensi tidak dapat disembuhkan secara total, namun tindakan
prevensi dan manajemen dapat dilakukan untuk mengurangi insidensi dan
kekambuhan penyakit. Peningkatan kejadian penyakit kardiovaskuler
(Cardiovasculer Disease – CVD) pada dua dekade terakhir menyebabkan deteksi
dini dan kontrol hipertensi ditingkatkan. Penekanan pada perubahan gaya hidup
(lifestyle) dan pelaksanaan diet hipertensi berperan penting untuk mencegah dan
mengontrol tingginya tekanan darah. Penderita hiprtensi sangat menikmati
makanan-makanan modern yang baru bermunculan, mereka tidak menghiraukan
diet ( pengaturan makan ) untuk mengontrol tingginya tekanan darah,sehingga
tidak jarang ditemukan banyak penderita hipertensi yang mengalami tekanan
darah yang tinggi. Mereka yang mengidap hipertensi dapat diselamatkan, bila
5
lebih awal memeriksakan diri dan selanjutnya melakukan upaya untuk
mengendalikan sehingga komplikasi, seperti stroke, gagal ginjal dan penyakit
jantung koroner akibat tingginya tekanan darah yang secara terus-menerus
mengalami peningkatan dapat di atasi. Upaya pengendalian tingginya tekanan
darah, harus diikuti dengan melakukan pengaturan makanan dengan menjalankan
diet rendah garam, kolesterol dan lemak jenuh. Obat-obatan dapat mengatasi
masalah hipertensi tetapi tidak dapat menyembuhkannya. Obat hanya dapat
membuat tekanan darah kembali normal namun tidak dapat memberikan jaminan
serangan hipertensi tidak akan kambuh lagi, selain itu obat yang diproduksi oleh
kedokteran harganya masih relatif mahal dan obat penurun tekanan darah juga
dapat membuat pasiennya menjadi ketergantungan seterusnya pada obat tersebut,
sehingga akan menjadi kendala dalam pengobatan jangka panjang atau seumur
hidup (Lanny Sustraini, 2005).
Tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal disebut sebagai hipertensi,
dapat mengenai hampir satu milyar penduduk dunia dan meningkatkan angka
morbiditas dan mortalitas. Tanpa pengobatan, hipertensi kronik yang terus-
terusan mengalami peningkatan yang akan mengakibatkan tingginya tekanan
darah ikut berperan dalam kematian ribuan orang lain karena penyakit ikutannya
yang lebih berbahaya, seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung dan gagal
ginjal terminal. Hipertensi membuka peluang 12 kali lebih besar bagi
penderitanya untuk menderita stroke dan 6 kali lebih besar untuk serangan
jantung, serta 5 kali lebih besar kemungkinan meninggal karena gagal jantung.
6
Di negara industri, hipertensi merupakan salah satu masalah utama. Lebih dari
20% orang Amerika mempunyai kecenderungan hipertensi (Lanny
Sustraini,2005).
Data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, pola
penyebab kematian umum di Indonesia menunjukkan bahwa penyakit jantung
dan pembuluh darah dianggap sebagai pembunuh nomor satu di Indonesia.
Gangguan jantung dan pembuluh darah sering berawal dari hipertensi. Selain itu,
angka prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1000 anggota
rumah tangga. Data Depkes menunjukkan, di Indonesia ada 17-21% orang
menderita hipertensi dan sebagian besar tidak terdeteksi. Pada tahun 1993,
tercatat 16,9% warga Jakarta terkena hipertensi. Pada umumnya perempuan lebih
banyak menderita hipertensi dibandingkan pria. Prevalensinya di daerah luar
Jawa dan Bali lebih besar dibandingkan kedua pulau itu. Hal tersebut terkait erat
dengan pola dan pengaturan makan, terutama konsumsi garam, yang umumnya
lebih tinggi di luar Pulau Jawa dan Bali (Rahmawaty, 2008).
Menurut data dari Medical record RSUD dr. M. Yunus Provinsi
Bengkulu, didapatkan bahwa jumlah kunjungan hipertensi di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu adalah sebagai berikut: Pada tahun 2007,
jumlah kunjungan hipertensi, yaitu 5.079 kunjungan dengan kunjungan ulang
87,6% dan kunjungan baru 12,4%. Pada tahun 2008, jumlah kunjungan
hipertensi, yaitu 3.810 dengan kunjungan ulang 64,6% dan kunjungan baru
35,4%. Pada tahun 2009, jumlah kunjungan hipertensi, yaitu 883 dengan
7
kunjungan ulang 89,5% dan kunjungan baru 10,5%. Pada tahun 2010, jumlah
kunjungan hipertensi yaitu, 3.198 dengan kunjungan ulang 90,5% dan kunjungan
baru 9,5%. Sedangkan pada tahun 2011, jumlah kunjungan hipertensi, yaitu 946
dengan kunjungan ulang 93,3% dan kunjungan baru 6,7%.
Hal ini menyatakan terjadinya jumlah penurunan penderita hipertensi
pada beberapa tahun yang lalu dan pernah mengalami peningkatan penderita
hipertensi pada tahun 2010. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan Pengaturan makan (Diet) dengan Tingginya
Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah
penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pengaturan makan (Diet)
dengan tingginya tekanan darah penderita hipertensi di poliklinik penyakit dalam
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari hubungan pengaturan makan (Diet) dengan tingginya
tekanan darah penderita hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
dr. M. Yunus Bengkulu.
8
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mempelajari gambaran distribusi frekuensi tingginya tekanan
darah penderita hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu.
2. Untuk mempelajari gambaran distribusi frekuensi pengaturan makan
penderita hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu.
3. Untuk mengetahui hubungan pengaturan makan dengan tingginya
tekanan darah penderita hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini, peneliti akan lebih memahami
masalah hubungan pengaturan makan dengan tingginya tekanan darah
penderita hipertensi.
1.4.2. Bagi Peneliti lain
Dengan adanya penelitian ini, maka dapat dijadikan sebagai data
dasar dan sebagai gambaran bagaimana hubungan pengaturan makan
dengan tingginya tekanan darah penderita hipertensi pada penelitian-
penelitian selanjutnya.
9
1.4.3. Bagi Rumah Sakit
Dengan adanya penelitian ini, maka dapat dijadikan sebagai salah
satu sumber informasi untuk jumlah penderita hipertensi dan kondisi
tingginya tekanan darah serta dapat diketahui gambaran pengaturan
makan penderita hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu.
1.4.4. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan dapat berguna
sebagai literatur tambahan untuk materi hipertensi dan pengaturan makan
hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Hipertensi
2.1.1. Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal yang
diukur paling tidak pada tiga kali kesempatan. Tekanan darah normal
bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat
spesifik usia. Namun secara umum, seseorang dianggap hipertensi apabila
tekanan darahnya lebih tinggi dari pada 140 mmHg sistolik atau 90
diastolik ( Corwin, 2000 ).
Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah sitolik dan
diastolik, tekanan darah sistolik yang normal rata-rata 120 mmHg dan
diastolik rata-rata 80 mmHg dengan yang tertinggi yang masih dapat
dikatakan normal atau sistolik sebesar 130-140 mmHg dan untuk diastolik
sampai 90 mmHg (Ibnu, 1989).
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistolikny
di atas 140 mmHg dan Tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Brunner
Suddart, 2002).
10
11
2.1.2. Klasifikasi
Tabel 2.1
Klasifikasi hipertensi Menurut Brunner dan Suddart, 2002
Kategori Sistolik DiastolikOptimalNormal
Normal – tinggiHipertensi
Hipertensi RinganHipertensi SedangHipertensi Berat
≤ 120 mmHg≤ 130 mmHg
130-139 mmHg
140-159 mmHg160-169 mmHg
≥170 mmHg
≤ 80 mmHg≤ 85 mmHg
85-89 mmHg
90-99 mmHg100-109 mmHg
≥ 110 mmHg Sumber : Brunner dan Suddart, 2002
2.1.3. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,
yaitu hipertensi esensial atau primer dan hipertensi sekunder. ( Mansjoer
dkk, 1999 ).
1. Hipertensi esensial atau hipertensi Primer
Hipertensi esensial dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk
tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya atau tanda-tanda
kelainan di dalam tubuh, lebih dari 90% pasien yang mengalami
peningkatan tekanan darah dengan tidak diketahui penyebabnya
(Niluh, 1993). Faktor Predisposisi Hipertensi Esensial :
a. Usia
Peningkatan tingginya tekanan darah terjadi seiring dengan
bertambahnya usia. Kaum pria, terjadi lebih cepat daripada kaum
wanita. Pria cenderung memiliki tekanan darah tinggi saat usia 45-
12
50 tahun, sedangkan wanita cenderung mengalami hipertensi
setelah 7-10 tahun setelah menopause.
b. Jenis kelamin
Hipertensi pada pria, lebih tinggi dari pada wanita, namun
pada usia pertengahan dan lebih tua hipertensi pada wanita lebih
meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun pada wanita lebih
tinggi.
c. Riwayat keluarga
Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat
hipertensi di dalam keluarga. Hipertensi juga banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya
menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik
mempunyai peran memicu hipertensi.
d. Obesitas
Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998),
prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa
Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk
wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17%
untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal
menurut standar internasional). Risiko perkembangan hipertensi
pada obesitas adalah 2 kali lebih tinggi daripada orang dengan berat
badan normal (JNC, 1993). Dua puluh hingga 30% hipertensi
13
terlihat pada negara-negara yang memiliki prevalensi overweight
tinggi. Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh
terhadap tekanan darahnya.
e. Pola makan
Resiko untuk menderita hipertensi meningkat pada
masyarakat industri dengan tinggi lemak, tinggi garam, dan tinggi
kalori. Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara
konsumsi garam dengan hipertensi garam merupakan hal yang
sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh
asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume
plasma (cairan tubuh) dan tingginya tekanan darah. Keadaan ini
akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga
kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang
normal.
Menurut Admin (2007), bahwa factor-faktor resiko yang
memicu tingginya tekanan darah hipertensi berat, antara lain diet
banyak mengandung lemak jenuh dan kolestrol tinggi,
mengkonsumsi garam dan makanan asin yang berlebihan serta
makan makanan yang di awetkan.
f. Merokok
Nikotin dalam kandungan rokok merupakan vasokontriksi
yang menyebabkan arteri menyempit oleh arterosklerosis sehingga
14
menyebabkan peningkatan kerja jantung dan tekanan darah. Rokok
dapat meningkatkan resiko kerusakan pembuluh darah dengan
mengendapkan kolesterol pada pembuluh darah jantung koroner,
sehingga jantung harus bekerja lebih keras.
g. Konsumsi alkohol
Konsumsi lebih dari 250 ml alkohol sehari dapat
meningkatkan tingginya tekanan darah, melemahkan otot jantung,
serta menyebabkan kegemukan dan atherosklerosis (penyempitan
pembuluh darah).
h. Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara bertahap. Apabila stres menjadi berkepanjangan, dapat
berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini secara pasti
belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang diberikan
pemaparan tehadap stres ternyata membuat binatang tersebut
menjadi hipertensi.
2. Hipertensi Renal atau Hipertensi Skunder
Hipertensi sekunder penderitanya sekitar 5% di masyarakat dan
penyebabnya secara spesifiknya diketahui seperti: kelaianan ginjal,
hipertensi vaskuler renal, aldosteronisme primer dan sindrom cushing,
15
feokromositoma, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan atau
preeklamsi, obat-obatan dan lain-lain.
2.1.4. Patofisiologi
Mekanisme kontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pascaganglion
ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah tehadap rangsang vasokonstriktor,
pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsangan emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal
mensekresikan epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresikan kortisol dan steroid lain nya yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor yang mengakibatkan penurunan aliran
darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi
16
aldosteron oleh kortek adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan
hipertensi (Brrunner Suddarth, 2002 ).
Faktor lain yang dapat menyebabkan tingginya tekanan darah
yaitu, makan daging berlemak dan minum kopi. Daging yang berlemak,
sering meninggalkan kolestrol pada bagian pembuluh darah. Kolestrol
ditambah dengan endapan asam urin dan mineral yang tertimbun di arteri,
menyebabkan pengerasan arteri dan tekanan darah tinggi. Kafein pada
kopi dapat memicu jantung berkerja lebih cepat, sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detinya. Tekanan darah dapat
meningkatkan sebagai akibatnya (Rahmawaty, 2008).
2.1.5. Manifestasi
Sebagian besar manifestasi klinis hipertensi timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun. Manifestasinya dapat berupa nyeri
saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan
darah intracranial, penglihatan kabur akibat kerusakan retina, ayunan
langkah tidak mantap karena susunan sarap pusat, nokturia karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus dan edema
dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler (Corwin,
2000).
17
2.1.6. Komplikasi
Komplikasi hipertensi menurut Corwin, (2000) antara lain sebagai
berikut :
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak
atau bila embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang memperdarahinya berkurang. arteri-arteri otak yang
mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
terbentuknya anuerisma.
2. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner atau
aterosklerotik tidak dapat menyuplaikan cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat
alairan darah melalui pembuluh tersebut. Karena hipertensi kronik
dan hipertrofi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium
mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkkan infark. Demikian juga hipertrofi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik yang
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan risiko pembentukan bekuan.
3. Gagal ginjal
18
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan
rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik
dan kematian. Dengan adanya membrane glomerulus, protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma
berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi
kronik.
4. Ensefalopati
Kerusakan otak dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada
kelainan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam interstisium di seluruh susunan saraf
pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolap dan dapat terjadi koma atau
kematian.
5. Kejang
Pada wanita dengan Pregancy-Induced Hypertension (PIH)
dapat mengalami kejang. Bayi baru lahir rendah akibat perfusi
plasenta yang tidak adekuat, dapat mengalami hipoksia dan asidosis
apabila ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan.
19
2.1.7. Penatalaksanaan
Menurut Gunawan (2001), agar tehindar dari komplikasi hipertensi
yang fatal, harus diambil tindakan penatalaksanaan hipertensi dengan baik.
1. Penatalaksanaan non farmakologi
a. Mengurangi konsumsi garam
b. Membatasi konsumsi lemak
c. Mengurangi konsumsi alcohol
d. Menghentikan kebiasaan merokok
e. Menghindari obesitas
f. Olah raga teratur
g. Menghindari ketegangan atau stres berkepanjangan
h. Latihan relaksasi dan meditasi
i. Membina hubungan positif
2. Pengobatan Farmakologi
a. Diuretik
Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dengan menyebabkan ginjal
meningkatkan ekskresi garam dan air. Sebagai diuretic (tiazid) juga
menurunkan TPR ( Total Perpheral Resistance).
b. Alfa-blocker
20
Alfa blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa
dan menyebabkan vasodilatasi perifer serta dapat menurunkkan
tekanan darah.
c. Beta Bloker
Mekanisme kerja obat Beta Bloker belum diketahui dengan
pasti, di duga kerjanya berdasarkan beta blokase pada jantung
sehingga mengurangi daya dan frekuensi kontraksi jantung. Dengan
demikian tekanan darah dapat menurun. Obat yang terkenal dari
jenis Beta Bloker adalah propanolol, antenolol dan pindolol.
d. Obat yang bekerja sentral
Obat yang berkerja sentral dapat mengurangi pelepasan
noradrenalin, sehingga daya menurunkan daya aktivitas saraf
adrenergik perifer yang kemudian dapat menurunkan tekanan darah.
Obat jenis ini antara lain: cloonidine, guanfacine, dan metildo
e. Vasodilator
Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding
artyeriol sehingga daya tahan pembuluh perifer berkurang dan
tekanan darah menurun. Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah
hidralazine dan ecarazine.
f. Antagonis kalsium
Mekanisme obat antagonis kalsium adalah menghambat
pemasukan ion kalsium ke dalam sel otot polos dengan efek
21
vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah. Obat antagoni kalsium
yang terkenal adalah nifedipin dan verapamil.
g. Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme )
Obat pengghambat ACE dapat menurunkan tekanan darah
dengan cara menghambat ACE yang berdaya vasokontriksi kuat.
Obat jenis iniyang terkenal adalah captopril (capoten) dan enalapril.
2.1.8. Pencegahan
1. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan ( indeks massa tubuh
>27)
2. Membatasi alkohol
3. Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit/hari)
4. Mengurangi asupan natrium ( 100 mmol Na/2,4 g NaCl/hari )
5. Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90 mmol/hari)
6. Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat.
7. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan
kolesterol dalam makanan.
22
2.2. Konsep Pengaturan Makan Klien hipertensi
2.2.1 Pengertian
Pengaturan makan adalah makan sesuai kebutuhan dan teratur dalam
jumlah, jenis dan jadwal (waktu) makan.
Pengaturan makan adalah memfokuskan apa yang harus dimakan
dibanding dengan apa yang tidak boleh dimakan.( Rahmawaty,2008).
2.2.2 Tujuan Pengaturan makan
Tujuan pengaturan makan bagi klien hipertensi adalah untuk
membantu menurunkan atau menstabilkan tekanan darah (Sunita, 2006).
2.2.3 Syarat-syarat Pengaturan Makan
Syarat-syarat pengaturan makan menurut Sunita (2006), yaitu:
1. Cukup energi, protein, mineral dan vitamin.
2. Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit
3. Jumlah makanan harus disesuaikan dengan keadaan penyakit
2.2.4 Prinsip pengaturan makan
Prinsif pengaturan makanan menurut Sunita (2006), yaitu :
1. Upaya mempertahankan berat badan ideal atau normal menurut tinggi
badan dengan IMT yang tidak melebihi 22 dan lingkaran perut yang
tidak lebih dari 90 pada laki-laki serta 80 cm pada wanita.
23
2. Penerapan diet DASH (Dietaru approach to stop hypertension) yang
kaya serat pangan mineral tertentu di samping diet rendah garam,
rendah kolesterol lemak terbatas serta diet kalori seimbang menurut
penyakit penyertanya.
3. Membatasi asupan garam dapur hingga 3 gram/hari memperhatikan
pemberian mineral seperti kalium dan magnesium menurut angka
kecukupan gizi (AKG)
2.2.5 Pengaturan makan bagi penderita hipertensi
1. Membatasi penggunaan garam
Garam natrium/sodium di pasaran dijumpai dalam berbagai
bentuk antara lain:
a. Natrium clorida atau garam dapur
b. Mono Sodium Glutamat atau vetsin/penyedap rasa.
c. Natrium bikarbonat atau soda kue
d. Natrium benzoate yang biasa digunakan untuk mengawetka buah-
buahan.
e. Natrium nitrit yang biasa digunakan untuk mengawetkan daging
seperticornet beef (Dheminto,2008).
Pada penderita hipertensi, makanan yang dimasak dengan bahan
tersebut harus dibatasi penggunaanya. Pembatasan ini tergantung tingkat
keparahan hipertensi yang diderita. Rinciannya sebagai berikut:
24
a. Untuk hipertensi berat, yaitu apabila tekanan darah systole ≥170
mmHg dan diastole ≥110 mmHg, maka dalam pemasakan tidak
boleh ditambahkan garam sedikitpun. Makanan yang tinggi garam
juga harus dihindari. Pengaturan seperti ini biasa disebut diet rendah
garam I (RG I).
b. Untuk hipertensi sedang, yaitu apabila tekanan darah sistol : 160-
169 mmHg dan atau tekanan darah diatole : 100 – 109 mmHg
maka penggunaan garam dibatasi hanya ¼ sendok teh atau 1 gram
sehari/orang. Makanan yang tinggi garam harus dihindari.
Pengaturan ini biasa disebut diet rendah garami III (RG II)
c. Untuk hipertensi ringan yaitu apabila tekanan darah sistol : 140-159
mmHg dan/atau tekanan darah diastole : 90-99 mmHg, maka
penggunaan garam dibatasi hanya ½ sendok teh atau 2 gram
sehari/orang. Makanan tinggi garam harus dihindari. Pengaturan ini
biasa disebut Diet rendah garam III (RG III).
2. Membatasi makanan tinggi lemak dan kolesterol
Dalam mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita
hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat
meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah,
sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung.
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah sebagai berikut :
25
a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi, seperti : otak, ginjal,
paru, minyak kelapa.
b. Makanan yang diawetkan : dendeng
c. 3. Mentega, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang
tinggi kolesterol, seperti daging merah.
3. Membatasi Kalori apabila kelebihan berat badan
a. Kegemukan terjadi apabila terlalu banyak penimbunan lemak dalam
badan dan bila dilakukan pemeriksaan laboratorium, umumnya
kadar kolesterolnya tinggi. Oleh karena itu, untuk menurunkan
kadar kolesterol dan berat badan, orang yang kegemukan harus
melakukan diet rendah kalori dan lemak terbatas. Diet rendah kalori,
yaitu dengan memasak beras 200-300 gram atau dengan 2,5 gelas
sehari atau 3 piring ukuran sedang dalam sehari (Liswarty, 2008).
b. Pilih daging tak berlemak atau buanglah lemaknya.
Contoh menu dengan pengaturan kalori
Pagi: Nasi 100 g(3/4 gelas), telur 50 g ( 1 butir ), sayuran
100 g (1 gelas ), buah 100 g (1 potong), minyak 5 g (1/2 sendok).
Pukul 10.00 : buah 100 g.
Siang: Nasi 140 g (1 gelas), daging 75 g (1 potong besar ),
tempe 50 g (2 potong), sayuran 100 g, minyak 5 g. Pukul 16.00 :
buah 100 g.
26
Sore: Nasi 100 g, daging 75 g, tempe 50 g, sayuran 100 g,
buah 100 g, minyak 5 g.
4. Memperbanyak serat
Mengkonsumsi lebih banyak sayur atau makanan rumahan yang
mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar dan
menahan sebagian asupan natrium. Sebaiknya penderita hipertensi
menghindari makanan kalengan dan makanan siap saji dari restoran,
yang di kuatirkan mengandung banyak pengawet dan kurang serat. Dari
penelitian lain ditemukan bahwa dengan mengkonsumsi 7 gram serat per
hari dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 5
poin. Serat pun mudah didapat dalam makanan, misalnya semangkuk
sereal mengandung sekitar 7 gram serat (Lanny,2003).
5. Perbanyak Asupan kalium
Kalium berfungsi sebagai diuretic (merngsang pengeluaran urin)
sehinggah pengeluaran cairan natrium meningkat. Penelitian
menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi 3500 miligram kalium
dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume
darah yang ideal dapat dicapai kembali tekanan yang normal. Kalium
mengusir natrium dari senyawanya, sehingga lebih mudah dikeluarkan.
Sumber kalium mudah didapatkan dari asupan makanan sehari-hari.
Misalnya, sebutir kentang rebus mengandung 838 mg kalium sehingga
empat butir kentang (3352mg) akan mendekati kebutuhan tersebut. Atau
27
dengan semangkok bayam yang mengandung 800 mg kalium cukup
ditambahkan tiga butir kentang. Archives of Internal Medicine,
mempublikasikan penelitian terhadap 10.000 orang Amerika,
menyebutkan bahwa mereka yang rutin makan pisang yang mengandung
kadar kalium yang merupakan makanan berserat tinggi, dapat
menurunkan tekanan darah penderita hipertensi (E. Sanif, 2009).
6. Menghindari minum kopi
Kafein pada kopi dapat memacu jantung berkerja lebih cepat,
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
Tekanan darah dapat meningkat sebagai akibatnya (Rahmawaty, 2008).
2.3. Hubungan Pengaturan makan dengan tingginya tekanan darah penderita
hipertensi
Makanan modern yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu
penyedap dalam jumlah tinggi, misalnya monosodium glutamat ( MSG ), dapat
menyebabkan tingginya tekanan darah karena mengandung natrium dalam
jumlah yang berlebih. Tingginya tekanan darah penderita hipertensi itu bisa
mengacu ke tiga katagori yaitu hipertensi berat, sedang dan hipertensi ringan.
Hipertensi ringan apabila tekanan darah 140-159 mmHg untuk sisitoliknya dan
90-99 mmHg untuk diastoliknya, hipertensi sedang apabila tekanan darah
penderita hipertensi 160-169 mmHg untuk sistoliknya dan 100-109 mmHg untuk
diastoliknya sedangkan termasuk katagori hipertensi berat apabila tekanan darah
28
≥170 mmHg untuk sistoliknya dan ≥110 mmHg untuk diastoliknya. Tingginya
tekanan darah tersebut salah satu yang bisa mempengaruhinya adalah pengaturan
makan penderita hipertensi tersebut Seperti yang kita ketahui, bahwa garam atau
NaCl sangat penting bagi sisitem regulasi air di dalam tubuh, khususunya dalam
proses difusi dan osmosis. Oleh karena itu, kekurangan garam dapat berujung
pada kacaunya sisitem biologis tubuh manusia yang 70% tersusun atas air. Pada
sistem pencernaan, garam akan diserap oleh lambung dan usus, lalu sebagian
besar akan diekskresi oleh ginjal dan sebagian besar disimpan pada sel-sel antar
sel. Namun natrium dalam jumlah berlebih dapat menahan air, sehingga
meningkatkan jumlah volume darah. Jantung harus berkerja lebih keras untuk
memompa darah dan tekanan darah menjadi naik (Made Astawan, 2009).
Mengkonsumsi lebih banyak sayuran dan makanan rumahan yang
mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar dan menahan
sebagian asupan natrium, sehingga tekanan darah dapat dikendalikan. Kalium
(potassium) merupakan ion terutama di ddalam cairan intraseluler. Cairan
intraseluler, sehingga cendrung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan
menurunkan tekanan darah (Made Astawan, 2009).
Studi di fakultas kedokteran Indiana, (2001) menunjukan bahwa ada
golongan orang yang sensitif terhadap natrium, sehingga tekanan darahnya
meningkat apabila mengkonsumsi diet tinggi natrium. Studi lainnya menunjukan
bahwa 30% orang Amerika yang menderita hipertensi ringan disebabkan oleh
tingginya konsumsi natrium(Rahmawaty, 2008).
29
Tingginya tekanan darah penderita hipertensi dapat dikendalikan dengan
pengaturan pola makan yang baik atau diet yang tepat. Pengaturan menu makan
bagi penderita hipertensi dapat dilakukan dengan diet rendah garam, diet lemak
jenuh dan kolestrol, diet tinggi serat, diet rendah kalori (untuk menghindari
kegemukan) dan menghindari minum kopi. (G.sianturi, 2003).
Hasil penelitian Jenkins tahun 1976, menyatakan bahwa penambahan
serat larut air pada diet penderita hipertensi dengan tekanan darah kurang dari
180 mmHg untuk sisitolik dan kurang dari 110 mmHg, dapat menurunkan
tekanan darah penderita hipertensi (Zaifbio, 2009).
Menurut penelitian Dokter Logeril yang mempelajari pola makan
Mediterania. Hasil penelitiannya menunjukan, bahwa diet (pengaturan makan)
dapat mengendalikan tingginya tekanan darah, sekaligus mengontrol kadar
kolestrol jahat yang dianggap sebagai asal mula penyakit hipertensi dan jantung
koroner(Dikutip dari Library Kesehatan, 2007).
Studi Intervensi Gizi, The Tryyals of hypertension Prevention (TOHP)
dan Dietary Approach to Stop hypertension (DASH), mendemontrasikan
keberhasilan pencegahan hipertensi dan menurunkan tekanan darah dengan diet
(Rahmawaty, 2008).
30
2.4. Kerangka konsep
Bagan 2.1. Faktor yang mempengaruhi tingginya tekanan darah pada
penderita hipertensi
Keterangan: : Variabel yangditelit
: Variabel yangtidakditeliti
Pengaturan makan Membatasi natrium Membatasi lemak
jenuh dan kolesterol Membatasi kalori Memperbanyak serat Memperbanyak
kalium Menghindari minum
kopi
Tingginya Tekanan Darah
Umur
Kebiasaan merokok
Tingkat stres
Lingkungan dan faktor geografik
31
2.5. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Independen Dan Dependen
No
Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Pengaturan makan(Independen)
Kegiatan responden untuk mengatur makan sesuai dengan aturan diet hipertensi (Memgurangi garam, membatasi kolesterol dan lemak jenuh, membatasi kalori, memperbanyak serat, memperbanyak kalium menghindari kopi).
Wawancara Kuesioner 1 : Ada pengaturan makan yang baik,apabila jawaban responden benar ≥9
0: Tidak ada pengaturan makan yang baik,apabila jawaban responden benar < 9
Nominal
2 Tingginya tekanan darah penderita hipertensi(Dependen)
Pasien hipertensi yang telah didiagnosa oleh dokter dan telah terdaftar di status pasien dengan mengalami tekanan darah yang tinggi.
Dokumentasi Status Pasien
0:Hipertensi berat. Tekanan darah
hipertensi berat:Sistolik= ≥170 mmHgDiastolik= ≥110 mmHg
1:Hipertensi sedang Tekanan darah
hipertensi sedang :Sistolik=160-169 mmHgDiastolik=100-109 mmHg
2:Hipertensi Ringan Tekanan darah
hipertensi ringan:Sistolik=140-159mmHgDiastolik=90-99 mmHg.
Ordinal
32
2.6. Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan antara pengaturan makan dengan tingginya tekanan
darah penderita hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam.RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu.
Ha : Ada hubungan antara pengaturan makan dengan tingginya tekanan darah
penderita hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini, di ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu yang dilaksanakan pada tanggal 11 April – 24 April 2012.
3.2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Survey Deskriptif dengan
desain Cross sectional. Penelitian Cross sectional adalah suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan
cara pendekatan atau observasi. (Notoatmodjo, 2005).
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan
karakteristik tertentu yang akan diteliti (Alimul, 2007). Populasi dalam
penelitian ini sebanyak 98 orang merupakan seluruh pasien hipertensi yang
berobat dan melakukan pemeriksaan tekanan darah pada tanggal 11 April
sampai 24 April 2012 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu.
34
35
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini di ambil secara total Sampling, hal ini
sesuai menurut pendapat arikunto Tahun 2002. Bila populasi kurang dari
100 maka sampel lebih baik di ambil semua. Adapun sampel yang di ambil
dari hasil penelitian di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu adalah sebanyak 98 orang yaitu pasien yang telah di diagnosa
dokter menderita hipertensi dan melakukan pemeriksaan tekanan darah.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara menanyakan
langsung kepada pasien melalui kuesioner. Sedangkan data sekunder merupakan
data yang diperoleh dari catatan status pasien di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.
3.5. Pengolahan Data
Langkah-langkah dalam pengolahan data penelitian adalah :
1. Editing
Langkah ini dilakukan penulis untuk memeriksa kembali kelengkapan data
dan memperbaiki data yang salah.
36
2. Coding
Coding adalah memberikan kode pada data yang diperoleh agar lebih mudah
dan sederhana.
3. Tabulating
Tabulating adalah mengaplikasikan data berdasarkan kelompok data yang
telah ditentukan ke dalam tabel.
4. Entry data
Data yang telah dikelompokan kemudian dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan komputer.
5. Cleaning data.
Pembersihan data dilakukan untuk mengoreksi jika ada kesalahan pada entry
data sehingga dapat diperbaiki.
3.6. Analisis Data
3.6.1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
distribusi frekuensi variabel yang diteliti berdasarkan subjek penelitian.
3.6.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara dua
variabel yaitu variabel independen (Pengaturan makan) dan dependen
(tingginya tekanan darah penderita hipertensi) dengan menggunakan Chi-
Square (continuity correction) dengan derajat kemaknaan (α) sebesar 5%,
37
untuk melihat keeratan hubungan antara pengaturan makan dengan
tingginya tekanan darah penderita hipertensi digunakan uji Continguency
Coefficient(c).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu. RSUD dr. M. Yunus Bengkulu merupakan rumah sakit rujukan
tertinggi di provinsi Bengkulu dan merupakan rumah sakit tipe B+ RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu memiliki fasilitas pelayanan Rawat inap, Rawat Jalan, Intalasi
Gawat Darurat (IGD) dan pelayanan penunjang lainnya serta terdapat 16
poliklinik Rawat Jalan diantaranya Poli Saraf, Poli Ortopedi, Poli Bedah, Polo
Penyakit Dalam, Poli Jantung, Poli Kebidanan, Poli Paru,Poli Gizi, Poli Kulit
dan Kelamin, Poli Anak, Poli Laktasi, Poli Karyawan, Poli Mata, Poli Gigi, Poli
THT, dan Poli Cheeck Up.
Poliklinik Penyakit Dalam merupakan ruangan tempat pasien rawat jalan
yang menderita berbagai penyakit dalam, diantaranya hipertensi, diabetes
melitus, gastritis, TB Paru, hepatitis, ISPA, asma, hiperteroid dan gagal ginjal
yang berkunjung untuk berobat atau melakukan kontrol ulang. Jumlah tenaga
kerja di ruangan ini adalah 9 orang. Yang terdiri 1 orang kepala ruangan, 4 orang
perawat pelaksana, 2 dokter Umum, 1 orang dokter spesialis penyakit dalam dan
1 orang dokter residen.
37
38
4.2. Alur Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Pembuatan skripsi ini, dimulai dengan penulis mengajukan judul skripsi
pada bulan November 2011. Kemudian selang beberapa bulan penulis
mengikuti ujian proposal skripsi pada tanggal 22 Maret 2012. Setelah lulus
ujian proposal, Penulis mendapat izin penelitian dari instansi dengan cara
mengurus surat izin dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T)
Provinsi Bengkulu dan RSUD dr. M. Yunus Bengkulu sebagai lahan atau
tempat dilaksanakannya penelitian.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11- 25 April 2012 di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. Responden yang diteliti
berjumlah 98 orang yang keseluruhannya adalah penderita hipertensi yang
berobat di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. Data
tentang pengaturan makan diperoleh dengan menayakan langsung kepada
responden melalui kuesioner. Data tentang tingginya tekanan darah diperoleh
dari status pasien. Setelah pengumpulan data selesai, maka dilanjutkan dengan
pengolahan data.
39
4.3. Hasil Penelitian
Adapun hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan jenis analisis data yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
Analisa ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi
variabel yang diteliti berdasarkan subjek penelitian.
Tabel 4.1.Distribusi Frekeunsi Responden Berdasarkan Pengaturan Makan di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Status Pengaturan Makan Frekuensi Persentase
Tidak ada pengaturan makan yang baik
33 33,7
Ada pengaturan makan yang baik
65 66,3
Jumlah 98 100,0
Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui, bahwa lebih dari sebagian
responden yaitu 65 orang (66,3%) ada pengaturan makan yang baik.
Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden Yang Tidak Melakukan
Pengaturan Makan Yang Baik di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Tingginya Tekanan Darah
FrekuensiPersentase
(%)Hipertensi Berat 15 45,5
Hipertensi Sedang 10 30,3Hipertensi Ringan 8 24,2
Jumlah 33 100,0
40
Berdasarkan Tabel 4.2. dapat diketahui kurang dari sebagian responden
yaitu 15 orang(45,5%) mengalami hipertensi berat.
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Tinginya Tekanan Darah Responden Yang Melakukan
Pengaturan Makan Yang Baik di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Tingginya Tekanan Darah
FrekuensiPersentase
(%)
Hipertensi Berat 4 6,1Hipertensi Sedang 25 38,5Hipertensi Ringan 36 55,4
Jumlah 65 100,0
Berdasarkan Tabel 4.3. dapat di ketahui sebagian kecil dari responden
yaitu 4 orang (6,1%) mengalami hipertensi berat.
Tabel 4.4.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingginya Tekanan Darah
Penderita Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Tingginya Tekanan Darah
FrekuensiPersentase
(%)Hipertensi Berat 19 19,4
Hipertensi Sedang 35 35,7Hipertensi Ringan 44 44,9
Jumlah 98 100,0
Berdasarkan Tabel 4.4. dapat diketahui kurang dari sebagian responden
yaitu 19 orang (19,4%) mengalami hipertensi berat,35 orang (35,7%)
mengalami hipertensi sedang dan 44 orang (44,9) mengalami hipertensi
ringan.
41
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel
independen (pengaturan makan) dengan variabel dependen (tingginya tekanan
darah) dengan menggunakan analisa Chi-Square yang di olah dengan sistem
komputerisasi (SPSS 11.5 For Windows). Adapun hasilnya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 4.5.Analisis Hubungan Pengaturan Makan Dengan Tingginya Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Variabel
Tingginya Tekanan Darah Penderita Hipertensi
TotalX2 P CHipertensi
BeratHipertensi
sedangHipertensi
Ringan
N % N % N % N %Tidak Ada Pengaturan
Makan Yang Baik
15 45,5 10 30,3 8 24,2 33 100
22,573 0,000 0,433Ada Pengaturan
Makan Yang Baik
4 6,1 25 38,5 36 55,4 65 100
Total 19 35 44 98 100
Berdasarkan Tabel 4.5. dapat deketahui bahwa dari 98 orang
responden, terdapat 33 orang responden yang tidak ada pengaturan makan
yang baik yaitu 15 orang (45,5%) mengalami hipertensi berat, 10 orang
(30,3%) mengalami hipertensi sedang dan 8 orang (24,2%) mengalami
hipertensi ringan. Sedangkan 65 orang dari Responden ada pengaturan makan
42
yang baik yaitu 4 orang (6,1%) mengalami hipertensi berat, 25 orang (38,5%)
mengalami hipertensi sedang, dan 36 orang (55,4%) mengalami hipertensi
ringan. Terdapat perbedaan tingginya tekanan darah antara responden yang
tidak ada pengaturan makan yang baik dan responden yang ada pengaturan
makan yang baik. Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ada hubungan antara
pengaturan makan (diet) dengan tingginya tekanan darah penderita hipertensi
di Poliklinik penyakit dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2012.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh X2 = 22,573, dengan nilai C =
0,433 dengan p=0,000<α=0,05 berarti signifikan. Nilai C tersebut
dibandingkan dengan nilai Cmax= = = = 0,707 dimana m
adalah nilai terendah dari baris atau kolam.Karena nilai C=0,433 tidak juah
dengan nilai Cmax =0,707 maka katagori hubungan sedang (Sudjana,1996) .
4.4. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 11-25 April
2012 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu terdapat 98
orang penderita hipertensi yang berobat dan melakukan pemeriksaan tekanan
darah ditemukan bahwa kurang dari sebagian responden, yaitu sebanyak 33
orang (33,7%) tidak ada pengaturan makan yang baik dan lebih dari sebagian
responden yaitu 65 (66,3%) ada pengaturan makan yang baik. Dari 33 orang
responden yang tidak ada pengaturan makan yang baik yaitu 15 orang (45,5%)
43
mengalami hipertensi berat, 10 orang (30,3%) mengalami hipertensi sedang dan
8 orang (24,2%) mengalami hipertensi ringan. Sedangkan dari 65 orang
responden yang melakukan pengaturan makan yang baik yaitu 4 orang (6,1%)
mengalami hipertensi berat, 25 orang (38,5%) mengalami hipertensi sedang dan
36 orang (55,4%) mengalami hipertensi ringan.
Hal ini berdasarkan hasil dari jawaban melalui kuisioner yang diberikan
kepada responden, pada saat dilakukan penelitian terhadap 98 orang responden
apabila responden dapat menjawab pertanyaan 75% dari jumlah pertanyaan
kuisioner tersebut yaitu dapat menjawab ≥ 9 dengan benar berarti responden
tersebut ada pengaturan makan yang baik, sedangkan apabila responden hanya
bisa dapat menjawab pertanyaan dari kuisioner yang benar < 9 maka responden
tersebut tidak ada pengaturan makan yang baik, dikatakan hipertensi ringan
apabila tekanan darah 140-159 mmHg untuk sisitolinya dan 90-99 mmHg untuk
diastolik. Hipertensi sedang apabila tekanan darah 160-169 mmHg untuk sistolik
dan 100-109 mmHg untuk Diastoliknya. Sedangkan hipertensi berat apabila
tekanan darah yaitu ≥170 mmHg untuk sistolik dan ≥ 110 mmHg untuk
diastoliknya. Dari hasil penelitian tersebut berdasarkan hasil dari jawaban
responden melalui kuisioner didapatkan 33 orang responden yang tidak ada
pengaturan makan yang baik 15 orang mengalami hipertensi berat, 10 orang
mengalami hipertensi sedang dan 8 orang mengalami hipertensi ringan. Dari 33
orang responden yang tidak ada pengaturan makan yang baik tersebut didapatkan
frekuensi yang paling tinggi yaitu 15 orang dari responden mengalami hipertensi
44
berat. Jadi data tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaturan makan
yang baik akan membuka peluang yang lebih tinggi untuk mengalami hipertensi
berat. 15 orang responden yang tidak ada pengaturan makan yang baik
mengalami hipertensi berat ,pengaturan makan yang baik sangat mempengaruhi
tingginya tekanan darah. Pengaturan makan yang baik bagi penderita hipertensi
yaitu membatasi konsumsi natrium, lemak jenuh dan kolestrol, membatasi kalori,
memperbanyak serat, memperbanyak kalium dan menghindari minum
kopi.Konsumsi natrium dalam jumlah yang berlebih,Apabila kadar natrium terus-
menerus meningkat di dalam tubuh, ginjal akan berkerja lebih keras untuk
mengeluarkan natrium melalui urin dan dapat mengakibatkan fungsi ginjal
terganggu. Apabila fungsi ginjal tidak normal, kelebihan natrium tidak bisa
dibuang dan menumpuk di dalam darah. Volume cairan di dalam tubuh
meningkat dan membuat jantung dan pembuluh darah berkerja lebih keras untuk
memompa darah dan mengalirkannya keseluruh tubuh, tekanan darah pun
akhirnya meningkat. Daging yang berlemak, sering meninggalkan kolestrol pada
bagian pembuluh darah. Kolestrol di tambah dengan endapan asam urin dan
mineral yang bertimbun di arteri, menyebabkan pengerasan arteri dan tekanan
darah tinggi. Kafein pada kopi dapat memacu jantung berkerja lebih cepat,
sehingga lebih banyak mengalirkan cairan pada setiap detiknya. Tekanan darah
dapat meningkat sebagai akibatnya. Mengkonsumsi lebih banyak sayur atau
makanan rumah yang mengandung banyak serat akan memperlancar buang air
besar dan menahan sebagian asupan natrium, sehingga dapat mengendalikan
45
tekanan darah. Kegemukan merupakan salah satu factor resiko hipertensi. Oleh
karena itu, untuk menurunkan kadar kolestrol dan berat badan, orang yang
kegemukan harus melakukan diet rendah kalori sehingga tekanan darah dapat
dikendalikan. Sedangkan dari 65 orang responden yang melakukan pengaturan
makan yang baik berdasarkan dari hasil jawaban responden melalui kuisioner
yang diberikan pada saat penelitian didapatkan 4 orang dari responden
mengalami hipertensi berat. Selain pengaturan makan yang baik tingginya
tekanan darah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain seperti umur,
kebiasaan merokok, tingkat stres, lingkungan dan faktor geografik. Usia sangat
mempengaruhi tingginya tekanan darah karena semakin tingginya usia maka
akan mengakibatkan dinding arteri menebal dan kaku karena artereosklorosis.
Lingkungan juga berpangaruh dengan tingginya tekanan darah kepadatan
penduduk yang penuh dengan ketegangan dapat mempengaruhi tingginya
tekanan darah. 25 orang mengalami hipertensi sedang dan 36 orang mengalami
hipertensi ringan. Dari 65 orang responden yang melakukan pengaturan makan
yang baik, ada 4 orang dari responden yang mengalami hipertensi berat. Selain
ada pengaturan makan yang baik tingginya tekanan darah responden juga bisa
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, dari 4 orang responden tersebut
semuanya sudah berusia lebih dari 67 tahun. Tingginya tekanan darah juga di
pengaruhi riwayat merokok, stres, kehidupan dan keadaan lingkungan daerah
tempat tinggal. Ada juga faktor lain yang dapat mempengaruhi tingginya tekanan
46
darah yaitu kepatuhan dalam minum obat hipertensi sehingga tingginya tekanan
darah tidak dapat dikendalikan.
Hasil analisa hubungan pengaturan makan dengan tingginya tekanan
darah penderita hipertensi dari 98 orang responden tersebut 19 orang (19,4%)
mengalami hipertenssi berat, 35 orang (35,7%) mengsalami hipertensi sedang dan
44 orang (44,9%) mengalami hipertensi ringan.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh X2= 22,573 dengan p (asymp.Sig)
= 0,000 < 0,05 berarti signifikan. Bertarti terdapat perbedaan tingginya tekanan
darah antara pasien yang tidak ada pengaturan makan yang baik dan yang ada
pengaturan makan yang baik. Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya
ada hubungan antara pengaturan makan (diet) dengan tingginya tekanan darah
penderita hipertensi di Poliklinik penyakit dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.
Menurut Penelitian Dokter Logeril yang mempelajari pola makan
Mediterania. Hasil penelitian menunjukan ,bahwa diet (pengaturan makan) dapat
mengendalikan peningkatan tekanan darah, sekaligus mengontrol kadar kolestrol
jahat yang di anggap sebagai asal mula penyakit hipertensi dan jantung koroner
(Dikutip dari Library Kesehatan, 2007).
Dari hasil penelitian ditemukan nilai C = 0,433 dengan
p=0,000<α=0,05 berarti signifikan. Nilai C tersebut dibandingkan dengan nilai
Cmax= = = = 0,707 dimana m adalah nilai terendah dari baris atau
47
kolam.Karena nilai C=0,433 tidak juah dengan nilai Cmax =0,707 maka katagori
hubungan sedang (Sudjana,1996) .
Berdasarkan teori yang ada dikatakan sedang karena tingginya tekanan
darah tidak hanya disebabkan oleh pengaturan makna yang baik, tetapi tingginya
tekanan darah penderita hipertensi juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
lain seperti umur, tingkat stres dan faktor geografi (Rahmawaty,2008).
Tingginya tekanan darah dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kategori, kategori optimal apabila tekanan sistoliknya ≤ 120 mmHg dan ≤ 80
mmHg untuk diastoliknya, kategori normal apabila tekanan darahnya ≤130
mmHg untuk sistoliknya dan ≤ 85 mmHg untuk diastoliknya, sedangkan kategori
Notmal – tinggi yaitu 130-139 mmHg untuk sistoliknya dan 85-89 mmHg untuk
diastoliknya. Dikatakan hipertensi ringan apabila tekanan darah 140-159 mmHg
untuk sisitolinya dan 90-99 mmHg untuk diastolik. Hipertensi sedang apabila
tekanan darah 160-169 mmHg untuk sistolik dan 100-109 mmHg untuk
Diastoliknya. Sedangkan hipertensi berat apabila tekanan darah yaitu ≥170
mmHg untuk sistolik dan ≥ 110 mmHg untuk diastoliknya (Brunner dan
Suddart,2002).
Tingginya tekanan darah pada penderita hipertensi dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya merokok, tingkat stres, kepatuhan berobat, dan diet atau
pengaturan makanan. Diet atau pengaturan makanan dapat mempengaruhi
tingginya tekanan darah. Mekanisme control kontriksi relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula otak. Rangsangan pusat vasomotor
48
melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis, neuron melepaskan asetilkolin dan
merangsang serabut pascaganglion ke pembuluh darah, dimanan dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan kontraksi pembuluh darah. Saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai rangsangan emosi, dan kelenjar
adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi.
Korteks adrenal menskresikan kortisol dan steroid lain yang menyebabkan
penurunan aliran darah ke ginjal dan pelepasan rennin. Rennin merangsang
pembentukan angiotensin II yang kemudian merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal dan menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler, jantung harus berkerja keras
memompa darah dan tekanan darah menjadi naik (Brunner Suddarth, 2002).
Faktor lain yang dapat menyebabkan tingginya tekanan darah yaitu, makan
daging berlemak dan minum kopi. Daging yang berlemak, sering meninggalkan
kolestrol pada bagian pembuluh darah. Kolestrol di tambah dengan endapan asam
urin dan mineral yang bertimbun di arteri, menyebabkan pengerasan arteri dan
tekanan darah tinggi. Kafein pada kopi dapat memacu jantung berkerja lebih
cepat, sehingga lebih banyak mengalirkan cairan pada setiap detiknya. Tekanan
darah dapat meningkat sebagai akibatnya (Rahmawaty,2008).
Mengkonsumsi lebih banyak sayur atau makanan rumah yang
mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar dan menahan
sebagian asupan natrium, sehingga dapat mengendalikan tekanan darah.
Kegemukan merupakan salah satu factor resiko hipertensi. Oleh karena itu, untuk
49
menurunkan kadar kolestrol dan berat badan, orang yang kegemukan harus
melakukan diet rendah kalori sehingga tekanan darah dapat dikendalikan. Kalium
(potassium)merupan ion utama di dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium
merupakan kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan
meningkatkan kosentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cendrung
menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah (Made
Astawan, 2009).
Makanan modern yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu
penyedap dalam jumlah tinggi, misalnya monosodium glutomat (MSG), dapat
menaikan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah yang
berlebih. Seperti yang kita ketahui, bahwa garam atau Nacl sangat penting bagi
sistem regulasi air di dalam tubuh, khususnya dalam proses difusi dan osmosis.
Oleh karena itu, kekurangan garam dapat berujung pada kacaunya system biologis
tubuh yang 70% tersusun atas air. Pada sistem pencernaan, garam akan diserap
oleh lambung dan usus, lalu sebagian besar diekskresi oleh ginjal dan sebagian
disimpan pada sela-sela antar sel. Namun natrium pada jumlah berlebih dapat
menahan air, sehingga dapat meningkatkan jumlah volume darah. Jantung harus
berkerja lebih keras untuk memompa darah dan tekanan darah menjadi naik
(Made Astawan, 2009).
Menurut Admin (2007), bahwa faktor-faktor resiko yang memicu
peningkatan tekanan darah hipertensi berat, antara lain diet banyak mengandung
50
lemak jenuh dan kolesterol tinggi, mengkonsumssi garam dan makanan asin yang
berlebihan serta makan makanan yang di awetkan.
Studi di Fakultas Kedoktoran Indiana, (2001) menunjukan bahwa ada
golongan orang yang sensitif terhadap natrium, sehingga tekanan darahnya
meningkat apabila mengkonsumsi diet tinggi natrium. Studi lainnya menunjukan
bahwa 30% orang Amerika yang menderita hipertensi ringan disebabkan oleh
tingginya konsumsi natrium (Rahmawaty, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Dietary Approaches to stop hypertension
(DASH) Yang dispnsori oleh U. S. National Institutes of Health menyimpulkan
bahawa konsumsi makanan rendah lemak, kaya kalium dengan garam tidak lebih
dari 2.300 gr sehari pada penderita hipertensi ringan, akan menurunkan tekanan
darah dalam jumlah yang sama sepertinya halnya jika dia minum obat anti
hipertensi (Nicholson, 2007).
Tingginya tekanan darah pada penderita hipertensi dapat dikendalikan
dengan pengaturan pola makan yang baik atau diet yang tepat. Pengaturan menu
makan bagi penderita hipertensi dapat dilakukan dengan diet rendah garam, diet
lemak jenuh dan kolestrol, diet tinggi serat, diet rendah kalori(untuk menghindari
kegemukan ) dan minghindari minum kopi (G. Sianturi,2003).
Hasil penelitian Jenkins tahun 1976, menyatakan bahwa penambahan
serat larut air pada diet penderita hipertensi dengan tekanan darah kurang dari 180
mmHg, dapat menurunkan tekanan darah penderita hipertensi (Zaifbio, 2009).
51
Archives of Internal Medicine, mempublikasikan penelitian terhadap
10.000 orang Amerika, menyebutkan bahwa mereka yang rutin makan pisang
yang mengandung kadar kalium dan merupakan makanan berserat tinggi, dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (E. Sanif, 2009).
Menurut Penelitian Dokter Logeril yang mempelajari pola makan
Mediterania. Hasil penelitian menunjukan ,bahwa diet (pengaturan makan) dapat
mengendalikan peningkatan tekanan darah, sekaligus mengontrol kadar kolestrol
jahat yang di anggap sebagai asal mula penyakit hipertensi dan jantung koroner
(Dikutip dari Library Kesehatan, 2007).
Studi intervensi Gizi, The Tryals Of Hipertensi Prevention (TOHP) dan
Dietary Approach to Stop hypertension (DASH), Mendemonstrasikan
keberhasilan pencegahan hipertensi dan menurunkan tekanan darah dengan
diet(Rahmawaty, 2008).
Uraian di atas menjelaskan bahwa pengaturan makan dapat
mempengaruhi Tingginya tekanan darah pada penderita hipertensi di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD dr.M.Yunus Bengkulu.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengaturan makan dengan
tingginya tekanan darah penderita hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
dr. M. Yunus Bengkulu maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Gambaran distribusi frekuensi tingginya tekanan darah penderita hipertensi
yaitu sebanyak 19 orang (19,4%) mengalami hipertensi berat, 35 orang
(35,7%) mengalami hipertensi sedang dan 44 orang (44,9%) mengalami
hipertensi ringan.
2. Gambaran distribusi frekuensi penderita hipertensi yang tidak melakukan
pengaturan makan yang baik sebanyak 33 orang (33,7%), sedangkan penderita
hipertensi yang melakukan pengaturan makan yang baik sebanyak 65 orang
(66,3%).
3. Ada hubungan antara pengaturan makan dengan tingginya tekanan darah
penderita hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu dengan kategori hubungan sedang.
4. Ternyata dari 33 pasien yang tidak ada pengaturan makan yang baik terdapat
15 orang pasien tekanan darah berat 10 pasien tekanan darah sedang dan 8
orang tekanan darah ringan, dari 65 pasien yang ada pengaturan makan yang
52
53
baik terdapat 4 pasien tekanan darah berat 25 orang tekanan darah sedang dan
36 pasien tekanan darah ringan.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, adapun saran dari peneliti,
yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Pihak RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Dengan diketahui adanya hubungan pengaturan makan dengan tingginya
tekanan darah penderita hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu, maka hendaknya pihak RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
dapat memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan sehingga penderita
hipertensi dapat melakukan pengaturan makan yang baik untuk mencegah
tingginya tekanan darah, dan tidak menimbulkan komplikasi penyakit yang
lainnya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi Institusi Pendidikan diharapkan dapat menambah literatur yang
berhubungan dengan hipertensi serta pengaturan makan penderita hipertensi
sehingga tinjauan pustaka yang mendukung penelitian lebih lengkap dan
sempurna.
3. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini secara spesifik
dengan mengkaji dan meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi
tingginya tekanan darah
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. 2007. Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
Arikunto, S. 1993. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rineka Cifta.
Astawan, M. (2009). Cegah hipertensi dengan pola makan. Diakses dari: http://www.depkes.com.8-2-2012
Brian.2008.Diet dan Hipertensi.Diakses dari:Http://www.solusi hipertensi. com. 3-2-2012
Brunner & Suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth. J. (2000). Patofisiologi. Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan RI. 2008. Undang-undang kesehatan RI 1992. Jakarta : Depkes RI.
Gunawan, L. 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Kanisius.
Ibnu. 1989. Kardivaskuler. Jakarta : EGC.
Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 1. Jakarta : Media Asculapius.
Nicholson.2007.Hipertensi,Mengapa Tidak Boleh Makan Garam.Diakses dari: http//:www.DENVERPOST.com
Niluh. 1993. Proses keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. metode penelitian kesehatan. Cetakan Ketiga. Jakarta : Rineka Cipta.
Rahmawaty. 2008. Pengaturan makan pada penderita hipertensi. Diakses dari:http//gizinewri:s.blogspot.com. diakses Tanggal 6-1-2012
RSUD Dr.M.Yunus. 2011. Medical Record. Bengkulu.
Sianturi,G.2003.Cegah Hipertensi dengan pola makan.Diakses Tanggal 23-2-2012
http://www.kompas.com/kesehatan/news/senior/gizi/0301/23/gizi.htm.
Sustrany, Lanny,dkk. 2005. Hipertensi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
NO TAHAP PENELITIANBULAN
DESEMBER JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNII II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
TAHAP PERSIAPAN
1 Pengajuan Judul Skripsi
2 Penyusunan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Perbaikan Proposal
5 Persetujuan Izin Penelitian
TAHAP PELAKSANAAN
1. Pengumpulan Data Penelitian
2. Pengolahan Data Penelitian
3. Penyusunan Laporan Penelitian
4. Ujian Skripsi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Deta Herlena, dilahirkan di Tj.Kemuning, 30 Desember 1989. Anak
pertama dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Amrun Amd. Pd dan Ibu Ruli Harni
yang beralamat di desa Padang Tambak kecamatan Pino Bengkulu Selatan.
Pada usia 7 tahun penulis masul Sekolah Dasar Negeri 33 Bengkulu Selatan
Kecamatan Pino, selama 6 tahun dan selesai pada tahun 2002, kemudian penulis
melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 kota
Manna selama 3 Tahun, selesai pada tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kota Manna. Selanjutnya
pada Tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKES) Tri Mandiri Sakti Program Studi Ilmu Keperawatan dan selesai pada
Tahun 2012 selama 4 Tahun. Dalam rangka menerapkan ilmu yang telah penulis
dapat selama perkuliahan, penulis menyusun Skripsi dengan judul “Hubungan
Pengaturan Makan (Diet) dengan Tingginya Tekanan Darah Penderita Hipertensi di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu” yang merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata 1 Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Tri Mandiri Sakti Bengkulu.