IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS HUBUNGAN KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN JAHITAN
KOMPRESI UTERUS METODE SURABAYA DENGAN FAKTOR ANTEPARTUM, INTRAPARTUM DAN
POSTPARTUM PADA KASUS ATONIA UTERI DI RSUD DR SOETOMO SURABAYA
PERIODE TAHUN 2012-2017
Tizar Dwi Satyoputro, dr
011228086301
PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN KLINIK JENJANG MAGISTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ii
TESIS
HUBUNGAN KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN JAHITAN
KOMPRESI UTERUS METODE SURABAYA DENGAN FAKTOR ANTEPARTUM, INTRAPARTUM DAN
POSTPARTUM PADA KASUS ATONIA UTERI DI RSUD DR SOETOMO SURABAYA
PERIODE TAHUN 2012-2017
Tizar Dwi Satyoputro, dr 011228086301
PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN KLINIK JENJANG MAGISTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
i
HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER
TESIS
Untuk Memperoleh Gelas Magister Kedokteran Klinik
dalam
PROGRAM STUDI ILMI KEDOKTERAN KLINIK JENJANG MAGISTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Oleh:
Tizar Dwi Satyoputro, dr.
PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN KLINIK JENJANG MAGISTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA 2018
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
v
HALAMAN PERSETUJUAN TESIS
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 26 Juli 2018
Oleh : Pembimbing
Dr. Agus Sulistyono, dr., SpOG (K)
NIP. 19600827 198802 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Ilmu Kedokteran Klinik Jenjang Magister
Dr. Aditiawarman, dr., SpOG (K) NIP. 19581101 198610 1 002
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vi
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI HASIL TESIS
Hasil Tesis ini diajukan oleh
Nama : Tizar Dwi Satyoputro, dr
NIM : 011228086301
Program Studi : Ilmu Kedokteran Klinik Jenjang Magister / Obstetri
Ginekologi
Judul : Hubungan Keberhasilan dan Kegagalan Jahitan
Kompresi Uterus Metode Surabaya dengan Faktor
Antepartum, Intrapartum dan Postpartum Pada Kasus
Atonia Uteri di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode
Tahun 2012-2017
Hasil tesis ini telah diuji dan dinilai
Oleh panitia penguji pada
PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN KLINIK JENJANG MAGISTER
Universitas Airlangga
Pada Tanggal 26 Juli 2018
Panitia penguji,
1. Ketua Penguji : Prof. Lila Dewata, dr. Sp. OG (K) ( )
2. Penguji : Dr. Agus Sulistyono, dr., SpOG (K) ( )
3. Penguji : Dr. Pungky Mulawardhana, dr,SpOG (K) ( )
4. Penguji : Dr. Sulistiawati, dr., M.Kes ( )
5. Penguji : Budi Wicaksono, dr., SpOG (K) ( )
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
penelitian dengan judul “HUBUNGAN KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN
JAHITAN KOMPRESI UTERUS METODE SURABAYA DENGAN FAKTOR
ANTEPARTUM, INTRAPARTUM DAN POSTPARTUM PADA KASUS
ATONIA UTERI DI RSUD DR SEOTOMO SURABAYA PERIODE TAHUN
2012-2017” yang merupakan salah satu tugas akhir dalam menempuh Program
Pendidikan Dokter Spesialis I Bidang Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Pada kesempatan ini, perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih
serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Dr. Agus Sulistyono, dr., Sp. OG (K), Ketua Program Studi PPDS-1
Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga-RSUD Dr. Soetomo dan selaku pembimbing penelitian ini, atas
segala ketulusan dan kesabarannya dalam menuntun, memberikan masukan
selama saya menjalani penelitian serta mengikuti program pendidikan dokter
spesialis.
2. Dr. Sulistiawati, dr. M. Kes dari Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat-
Kedokteran Pencegahan, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga sebagai
pembimbing statistik penelitian ini dengan penuh dedikasi dan kesabaran
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
3. Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT.Ak., CMA., selaku Rektor
Universitas Airlangga dan Prof. Dr. Fasich, drs., Apt., selaku mantan Rektor
Universitas Airlangga, atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis I di Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya.
4. Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya dan Prof. Dr. Agung Pranoto, dr., MSc, SpPD,
KEMD, FINASIM, selaku mantan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
viii
Airlangga Surabaya atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk
menempuh program pendidikan dokter spesialis di Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya.
5. Harsono, dr., selaku Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan Dodo
Anondo, dr., MPH selaku mantan Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya
atas kesempatanyang diberikan kepada saya untuk menempuh program
pendidikan dokter spesialis diRSUD Dr. Soetomo Surabaya.
6. Prof. R. Prayitno Prabowo, dr. SpOG(K) (Alm), guru besar
Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta
bimbingan selama saya mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
7. Prof. H.R. Hariadi, dr., Sp. OG (K), guru besar Departemen/SMF Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr.
Soetomo Surabaya atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
8. Prof. H. Muh. Dikman Angsar, dr., Sp. OG (K), guru besar Departemen/
SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga –
RSUD Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan
selama saya mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
9. Prof. H. Lila Dewata Azinar, dr., Sp. OG (K), guru besar Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
10. Prof. Samsulhadi, dr., Sp. OG(K), guru besar Departemen/SMF Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
11. Prof. H. Agus Abadi, dr., Sp. OG(K) (Alm), guru besar Departemen/ SMF
Obstetri dan Ginekologi Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat, serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ix
12. Prof. H. Suhatno, dr., Sp. OG (K), guru besar Departemen/SMF Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat, serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
13. Prof. Soehartono DS, dr., Sp. OG (K), guru besar Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
14. Prof. H. Heru Santoso, dr., Sp. OG (K) (Alm), guru besar
Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta
bimbingan selama saya mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
15. Prof. Dr. Erry Gumilar Dachlan, dr., Sp. OG (K), guru besar
Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta
bimbingan selama saya mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
16. Dr. Poedji Rochjati, dr., Sp. OG (K), staf senior Departemen/SMF Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya, atas
segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya mengikuti program
pendidikan dokter spesialis.
17. Nadir Abdullah, dr., Sp. OG (K), staf senior Departemen/SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya mengikuti
program pendidikan dokter spesialis.
18. Sunjoto, dr., Sp. OG (K), staf senior Departemen/SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya mengikuti
program pendidikan dokter spesialis.
19. Dr. Poedjo Hartono, dr., Sp. OG (K), staf senior Departemen/SMF Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
x
Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
20. Hari Paraton, dr., Sp. OG (K), Kepala Divisi Uroginekologi Rekonstruksi
dan staf senior Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya, atas
segala ilmu, nasihat, rekomendasi serta bimbingan selama saya mengikuti
program pendidikan dokter spesialis.
21. Bangun Trapsila Purwaka, dr., Sp. OG (K), staf pengajar Departemen/
SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga –
RSUD Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan
selama saya mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
22. Dr. Hermanto Tri Joewono, dr., SpOG (K), Kepala Divisi Fetomaternal-
Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta
bimbingan khususnya selama saya mengikuti program pendidikan dokter
spesialis.
23. Bambang Trijanto, dr., Sp. OG (K), staf senior Ilmu Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
24. Dr. Hendy Hendarto, dr. Sp. OG (K), Kepala Departemen/SMF Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr.
Soetomo Surabaya atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
25. Dr. Aditiawarman, dr., Sp. OG (K), Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran
Jenjang Magister, Sekretaris Departemen dan staf pengajar Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD
Dr. Soetomo Surabaya atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
26. Baksono Winardi, dr., SpOG(K), Kepala Divisi Obstetri dan Ginekologi
Sosial-Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu,
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xi
nasihat serta bimbingan selama saya mengikuti program pendidikan dokter
spesialis.
27. Prof. Dr. Budi Santoso, dr., Sp. OG (K)., Wakil Dekan II dan guru besar
Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta
bimbingan selama mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
28. Relly Yanuari Primariawan, dr., Sp. OG (K), Koordinator Pelayanan dan
Kepala Divisi Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
29. Dr. Brahmana Askandar T., dr., Sp. OG (K), Koordinator Penelitian dan
Pengembangan Ilmu dan Kepala Divisi Onkologi Departemen/SMF Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, atas segala nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
30. Dr. Ernawati, dr., Sp. OG (K), Koordinator Pelayanan Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD
Dr. Soetomo, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
31. Dr. Wita Saraswati, dr., Sp. OG (K), staf pengajar Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
32. Dr. Sri Ratna Dwiningsih, dr., Sp. OG (K), staf pengajar Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
33. Ashon Sa’adi, dr., Sp. OG (K), staf pengajar Departemen/SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya mengikuti
program pendidikan dokter spesialis.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xii
34. Indra Yuliati, dr., Sp. OG (K), staf pengajar Departemen/SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya mengikuti
program pendidikan dokter spesialis.
35. Gatut Hardianto, dr., Sp. OG (K), staf pengajar Departemen/SMF Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
36. Dr. Budi Prasetyo, dr., Sp. OG (K), staf pengajar Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
37. Eighty Mardiyan, dr., Sp. OG (K), Sekretaris Program Studi PPDS-1 dan
staf pengajar Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu,
nasihat serta bimbingan selama saya mengikuti program pendidikan dokter
spesialis.
38. Jimmy Yanuar Annas, dr., Sp. OG (K), staf pengajar Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
39. Primandono Perbowo, dr., Sp. OG (K), staf pengajar Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
40. M. Ardian Cahya Laksana, dr., Sp. OG, M. Kes, staf pengajar
Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta
bimbingan selama saya mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
41. Budi Wicaksono, dr., Sp. OG (K), staf pengajar Departemen/SMF Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiii
Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
42. Pungky Mulawardana, dr., Sp. OG (K), staf pengajar Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
43. M. Ilham Aldika Akbar, dr., Sp. OG (K), staf pengajar Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
44. Hari Nugroho, dr., Sp. OG, staf pengajar Departemen/SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, atas segala nasihat ilmu, serta bimbingan selama saya mengikuti
program pendidikan dokter spesialis.
45. Azami Denas Azinar, dr., Sp. OG, staf pengajar Departemen/SMF Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
46. Muhammad Yusuf, dr., Sp. OG, staf pengajar Departemen/SMF Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
47. M. Yohanes Ardianta, dr., Sp. OG, staf pengajar Departemen/SMF Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
48. Manggala Pasca Wardhana, dr., Sp. OG, staf pengajar Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
49. Khanisyah Erza Gumilar, dr., Sp. OG, staf pengajar Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiv
Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
50. Hanifah Erlin Dharmayanti , dr., Sp. OG, staf pengajar Departemen/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya
mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
51. Rizky Pranadyan, dr., Sp. OG, staf pengajar Departemen/SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya mengikuti
program pendidikan dokter spesialis.
52. Arif Tunjungseto, dr., Sp. OG, staf pengajar Departemen/SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya mengikuti
program pendidikan dokter spesialis.
53. Nareswari Cininta M, dr., Sp. OG, staf pengajar Departemen/SMF Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, selaku pembimbing penelitian ini, atas segala ketulusan
dan kesabarannya dalam menuntun, memberikan masukan selama saya
menjalani penelitian serta mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
54. Rozi Aditya, dr., Sp. OG, staf pengajar Departemen/SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, atas segala ilmu, nasihat serta bimbingan selama saya mengikuti
program pendidikan dokter spesialis.
55. Seluruh rekan-rekan PPDS I Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo, khususnya
teman seangkatan kami dr. Mokh Anhar Dani, dr. M. Arief Adibrata, dr
Yuliaty E. Ponga, dr. Eccita R, dr. Puspitasari, dr. M. Reza Z, dr. Laili
Muninggar, dr. Ardi Eko M, dr. Dibya Arfianda, dr. Jojor Sihotang, dan dr
Dwi Krisna I, selanjutnya kepada semua kakak-kakak kelas serta adik-adik
kelas dan yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
senantiasa memberikan dukungan, semangat, bantuan dan kerjasama yang
diberikan selama saya mengikuti pendidikan spesialis ini.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xv
56. Seluruh karyawan dan karyawati khususnya para sekretaris sdri Lusiana, sdri
Rini, sdri Neni dan sdri Dyah yang telah banyak membantu kelancaran dalam
setiap tahap penelitian kami. Kepada seluruh paramedis maupun non
paramedis Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga – RSUD Dr.Soetomo atas segala bantuan dan
kerjasamanya selama saya mengikuti program pendidikan dokter spesialis.
57. Kepada Ibu Moerdiatik (Mak Tik) yang selalu memberikan dukungan,
bantuan, semangat dan doa selama pembuatan makalah penelitian kami di
kamar PPDS Obstetri Ginekologi hingga selesai.
58. Seluruh penderita dan keluarganya yang pernah dirawat di RSUD
Dr.Soetomo khususnya Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi atas
kesempatan yang diberikan selama saya mengikuti program pendidikan
dokter spesialis.
59. Selanjutnya doa yang tak pernah putus kami persembahkan kepada kedua
orang tua saya tercinta, Soetikno, SH dan Dr. Sukesi, Apt MARS, yang
dengan penuh kasih sayang membesarkan dan mewujudkan cita-cita ananda.
60. Kepada istri saya tercinta Aquirina Caesari Putri, dr. Sp M, pendamping dan
sahabat terbaik dalam hidup saya, atas segala doa, semangat, pengertian,
pengorbanan, dukungan, dan kesabaran disaat-saat sedih.
61. Kepada mertua saya, Soehersono, dr. SpOG., dan Muki Endah Rahayu, dr.,
yang dengan penuh pengertian dan kesabaran telah memberikan dorongan
moral, semangat doa, kasih dan pengorbanan yang tak terhingga selama saya
menjalani pendidikan spesialis ini.
62. Kepada saudara-saudara kandung beserta pasangannya dan kakak ipar saya
tercinta Taufiq Hadi Saputro, SH., dan Aminatuz Zahro, Ayu Nuzulia Putri,
dr. dan Tunggal Putranto, dan Abriyanti Caturiza Putri, S.Psi, SH. dan
Bramanto Wisynu Wardhana, SE., Ary Hersesari Putra, ST, MT dan Rr. Sari
Purwaningdyah, ST yang dengan penuh pengertian dan kesabaran telah
memberikan dorongan moral, semangat doa, kasih dan pengorbanan yang tak
terhingga selama saya menjalani pendidikan spesialis ini.
63. Kepada ponakan saya Muhammad Ilham Saputro, Ahmad Iqbal Nuril Fahmi,
Nawalia Adzkia Putri, Tania Clariza Putri, Bryan Alaric Wardhana, Aisyah
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xviii
Hubungan Keberhasilan dan Kegagalan Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya dengan Faktor Antepartum, Intrapartum dan Postpartum pada Kasus Atonia Uteri di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012-2017 Tizar Dwi Satyoputro*, Nareswari Cininta Imadha Marcianora**, Agus Sulistyono** * PPDS-1 Departemen/ SMF Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, RSUD Dr Soetomo, Surabaya ** Staf Departemen/ SMF Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, RSUD Dr Soetomo, Surabaya
ABSTRAK Tujuan: Menganalisis hubungan keberhasilan dan kegagalan jahitan kompresi uterus metode surabaya dengan faktor antepartum, intrapartum dan postpartum pada kasus atonia uteri di RSUD dr. Soetomo Surabaya periode tahun 2012-2017. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain penelitian case-control. Subyek penelitian adalah wanita postpartum yang mendapatkan jahitan kompresi metode surabaya pada periode 2012-2017. Data sekunder dari rekam medis dicatat, ditabulasi dan dianalisis, terdiri dari (1) faktor antepartum (usia, paritas, obesitas, kehamilan multipel, dan penyakit penyerta maternal Diabetes Mellitus, hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung, anemia, jaundice of pregnancy, SLE dan infeksi); (2) Intrapartum (metode persalinan, induksi persalinan) dan (3) Postpartum (interval dilakukan jahitan kompresi metode surabaya pada kasus atonia uteri yang terjadi saat SC dan pasca persalinan pervaginam). Uji logistik bivariat untuk penapisan awal dari variabel yang signifikan, kemudian dilanjutkan pengujian regresi logistik multivariat untuk mencari kekuatan hubungan antar kedua variabel. Hasil: Dari 278 pasien dilakukan jahitan kompresi uterus metode surabaya, 192 memenuhi kriteria inklusi. Dari sejumlah tersebut 32 gagal dan 160 berhasil. Uji logistik bivariat didapatkan 7 variabel signifikan (p<0,25) yaitu umur, infeksi, anemia, hipertensi dalam kehamilan, mode-of-delivery, induksi persalinan dan interval dilakukan jahitan kompresi uterus metode surabaya. Uji regresi logistik multivariat didapatkan yang berpengaruh signifikan adalah anemia (p0,016, OR4,78 CI:1.343-17.038) dan interval dilakukan jahitan kompresi metode surabaya pada kelompok >2-7 jam (p0,001, OR6,75 CI:2.249-20.406) dan kelompok >7 jam (p0,016, OR25,45 CI:2.781-232.893) dibandingkan dengan < 1 jam. Kesimpulan: Didapatkan hubungan kegagalan jahitan kompresi uterus metode surabaya pada kasus atonia uteri dengan anemia dan penundaan tindakan, baik >2-7 jam maupun kelompok >7 jam. Kata kunci: Kegagalan jahitan kompresi uterus metode surabaya, Atonia uteri, Faktor antepartum, Faktor intrapartum, Faktor postpartum.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xix
Relationship Between Success And Failure Rates Of Surabaya-Method Uterine Compression Suture With Antepartum, Intrapartum and Postpartum Factors In Atonic Uterine Cases At Dr. Soetomo Hospital Surabaya During 2012-2017
Tizar Dwi Satyoputro*, Nareswari Cininta Imadha Marcianora**, Agus Sulistyono** * Resident of Obstetric and Gynecology Departement, Faculty of Medicine Airlangga University, Dr. Soetomo hospital, Surabaya ** Staff of Obstetric and Gynecology Departement, Faculty of Medicine Airlangga University, Dr. Soetomo hospital, Surabaya
ABSTRACT
Objective: To analyze the relationship between success and failure rates of surabaya-method uterine compression suture with antepartum, intrapartum and postpartum in atonic uterine cases at dr. Soetomo hospital Surabaya Methods: This is an observational analytic study with case-control design. Subjects of this study were post-labor patients who had undergone surabaya-method uterus compression suture during 2012-2017 period. Secondary data was obtained from medical record to determine antepartum (age, parity, obesity, multiple pregnancy and maternal comorbidities, such as Diabetes-Mellitus, hypertension-in-pregnancy, heart disease in pregnancy, anemia, jaundice-of-pregnancy, SLE and infection), intrapartum (mode-of-delivery, induction of labor) and postpartum factors (interval of time when uterine compression suture surabaya-method in atonic uterine after SC or postpartum vaginal delivery was performed). Two-step analysis using bivariate and multivariate logistic regression were performed for screening and determine the-strength between two variables, respectively. Results: From 278-patients approximately 192-patients met the inclusion criteria. There were 32 failures and 160 successful cases. Bivariate regression test indicated 7 variables were significant (p<0,25), including age, infection, anemia, hypertension-in-pregnancy, mode-of-delivery, induction of labor and interval of when to perform uterine compression. Multivariate regression for those 7 variables pointed only two were significant (p<0,05), i.e. anemia (p0.016, OR4.78 CI:1.343 - 17.038) and time interval of when compression suture was performed. Longer duration of procedure delay related to failure rates at p0.001; OR 6.75; CI: 2.249 - 20.406 for over-than-two to 7-hours group and p0.016; OR 25.45; CI:2.781 - 232.893 for longer than 7-hour compare to less than one-hour. Conclusion: The failure of uterine compression suture surabaya-method were affected by anemia, delay of uterine compresion >2-to-7-hours and delay for more-than 7-hours. Keywords: The failure of Uterine compression suture surabaya method, uterine atony, antepartum factors, intrapartum factors, postpartum factors.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xx
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ................................................................................................ i SAMPUL DALAM.............................................................................................. ii HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER ............................................. iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. iv HALAMAN PERSETUJUAN TESIS .................................................................. v HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI HASIL TESIS ..................................... vi KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR .... ........................................................................................................................ xvii ABSTRAK ..................................................................................................... xviii DAFTAR ISI ..................................................................................................... xx DAFTAR TABEL .......................................................................................... xxiv DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xxviii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xxix BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4 1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 4 1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5 1.4.1 Manfaat Teori ...................................................................................... 5 1.4.2 Manfaat Klinis ..................................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7 2.1 Perdarahan Pasca Persalinan .................................................................. 7 2.1.1 Definisi ............................................................................................... 7 2.1.2 Prevalensi dan Epidemiologi ................................................................ 7 2.1.3 Gejala ................................................................................................... 8 2.1.4 Etiologi ............................................................................................... 9 2.1.5 Patofisiologi ....................................................................................... 10 2.1.6 Manajemen ........................................................................................ 12 2.1.6.1 Manajemen Non-Bedah ................................................................... 13 2.1.6.2 Manajemen Bedah ........................................................................... 21 2.1.7 Komplikasi ......................................................................................... 25 2.1.7.1 Syok Hipovolemik ........................................................................... 25 2.1.7.2 Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) ............................... 25 2.1.7.3 Gagal Ginjal Akut ........................................................................... 25 2.1.7.4 Kematian ......................................................................................... 26 2.2 Faktor Risiko Maternal ......................................................................... 26 2.2.1 Faktor Antepartum ............................................................................. 26 2.2.1.1 Usia ................................................................................................ 26 2.2.1.2 Paritas ............................................................................................. 27 2.2.1.3 Obesitas .......................................................................................... 27 2.2.1.4 Kehamilan Multipel ........................................................................ 28 2.2.1.5 Anemia .......................................................................................... 28
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xxi
2.2.1.6 Penyakit Diabetes Mellitus (DM) .................................................... 28 2.2.1.7 Penyakit Jantung ............................................................................. 29 2.2.1.8 Hipertensi dalam Kehamilan ........................................................... 29 2.2.1.9 Infeksi ............................................................................................. 30 2.2.1.10 Penyakit Penyerta Maternal lain .................................................... 30 2.2.2 Faktor Intrapartum .............................................................................. 31 2.2.2.1 Metode Persalinan .......................................................................... 31 2.2.2.2 Induksi Persalinan ........................................................................... 32 2.2.3 Faktor Postpartum .............................................................................. 33 2.2.3.1 Interval Dilakukan Jahitan Kompresi Uterus ................................... 33
2.3 Jahitan Kompresi Uterus ......................................................................... 33 2.3.1 Teknik B-Lynch ................................................................................. 34 2.3.2 Teknik Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya ............................ 35 2.3.3 Teknik Jahitan “U” ............................................................................. 38 2.3.4 Metode Jahitan Haemostatic Multiple Square (Cho) ........................... 39 2.3.5 Modifikasi Teknik B-Lynch Oleh Hayman ........................................ 40 2.3.6 Modifikasi Teknik B-lynch oleh Marasinghe ..................................... 41 2.3.7 Teknik Modifikasi Pereira .................................................................. 42
2.4 Komplikasi Teknik B-Lynch ................................................................... 43 2.5 Teknik Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya .................................. 44
2.5.1 Pengembangan Teknik Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya ... 44 2.5.2 Keuntungan dan Kerugian ................................................................. 44
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ............................................................... 46 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ............................................................ 46 3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 48
BAB 4 METODE PENELITIAN ....................................................................... 50 4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................. 50 4.2 Populasi Penelitian ............................................................................... 50 4.3 Sampel Penelitian .................................................................................. 51 4.4 Kriteria Penelitian ................................................................................. 52 4.4.1 Kriteria Inklusi ................................................................................... 52 4.4.2 Kriteria Eksklusi ................................................................................ 52 4.5 Variabel Penelitian ................................................................................ 52 4.6 Definisi Operasional .............................................................................. 53 4.7 Prosedur Penelitian ............................................................................... 57 4.7.1 Pengumpulan Data ............................................................................. 57 4.7.2 Analisis Data ...................................................................................... 57 4.8 Kerangka Operasional ........................................................................... 57 4.9 Lokasi, Waktu dan Jadwal Penelitian .................................................... 58 4.9.1 Lokasi Penelitian ................................................................................ 58 4.9.2 Waktu Penelitian ................................................................................ 58 4.10 Kelayakan Etik .................................................................................... 58 4.10.1 Kelayakan Etik ................................................................................. 58 4.10.2 Kerahasiaan Pasien ........................................................................... 58 4.10.3 Konfidensialitas ................................................................................ 58 4.11 Biaya Penelitian .................................................................................. 58
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA .................................... 59
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xxii
5.1 Karakteristik Subyek Penelitian ............................................................. 60 5.1.1 Faktor Antepartum ............................................................................. 60 5.1.2 Faktor Intrapartum .............................................................................. 64 5.1.3 Faktor Postpartum .............................................................................. 65 5.2 Analisis Uji Logistik Bivariat ................................................................ 65 5.2.1 Faktor Antepartum ............................................................................. 65 5.2.1.1 Umur ............................................................................................... 66 5.2.1.2 Paritas ............................................................................................. 66 5.2.1.3 Obesitas ........................................................................................... 66 5.2.1.4 Kehamilan Multipel ......................................................................... 67 5.2.1.5 Diabetes Mellitus ............................................................................. 67 5.2.1.6 Penyakit Jantung ............................................................................. 68 5.2.1.7 Anemia ............................................................................................ 68 5.2.1.8 Hipertensi dalam Kehamilan ............................................................ 69 5.2.1.9 Infeksi ............................................................................................. 69 5.2.1.10 Systemic Lupus Erythematosus ...................................................... 70 5.2.1.11 Jaundice of Pregnancy .................................................................. 70 5.2.2 Faktor Intrapartum .............................................................................. 71 5.2.2.1 Metode Persalinan ........................................................................... 71 5.2.2.2 Induksi Persalinan ........................................................................... 71 5.2.3 Faktor Postpartum .............................................................................. 72
5.3 Analisis Uji Logistik Multivariat ............................................................. 72 BAB 6 PEMBAHASAN .................................................................................... 75
6.1 Karakteristik Umum Subyek Penelitian .............................................. 78 6.2 Hubungan Keberhasilan dan Kegagalan Jahitan Kompresi Metode
Surabaya dengan Faktor Antepartum ........................................................ 80 6.3 Hubungan Keberhasilan dan Kegagalan Jahitan Kompresi Metode
Surabaya dengan Faktor Intrapartum ......................................................... 85 6.4 Hubungan Keberhasilan dan Kegagalan Jahitan Kompresi Metode
Surabaya dengan Faktor Postpartum ......................................................... 87 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 91
LAMPIRAN ...................................................................................................... 96
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xxiii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Etiologi Perdarahan Pasca Persalinan ................................................... 9
Tabel 2.2 Terapi Medis Perdarahan Pasca Persalinan ......................................... 14
Tabel 2.3 Rekomendasi Asam Traneksamat untuk Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan ............................................................................................. 15
Tabel 2.4 Teknik Tampon Perdarahan Pasca Persalinan. ................................... 19
Tabel 2.5 Langkah-langkah Pemasangan Tampon Kondom Kateter ................... 21
Tabel 2.6 Tahapan Teknik Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya .............. 37
Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian .......................................................... 53 Tabel 5.1 Pembagian Kelompok Usia pada Jahitan Kompresi Uterus Metode
Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017. …………………………. ................................................................. 60
Tabel 5.2 Pembagian Kelompok Paritas pada Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017.
…………………………. ................................................................. 61 Tabel 5.3 Pembagian Kelompok Obesitas pada Jahitan Kompresi Uterus Metode
Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017 ................................................................................................ 61
Tabel 5.4 Jumlah Pasien dengan Kehamilan Multipel yang Mendapat Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD Dr. Soetomo Periode Tahun 2012 - 2017 ........................................................................... 61
Tabel 5.5 Pasien dengan DM yang Mendapat Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017 ................................................................................................ 62
Tabel 5.6 Pasien dengan Penyakit Jantung yang Mendapat Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017 .............................................................................................. 62
Tabel 5.7 Kondisi Pasien Anemia yang Mendapat Jahitan Kompresi Metode Uterus Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017 ................................................................................................ 62
Tabel 5.8 Pasien dengan Hipertensi dalam Kehamilan yang Mendapat Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017 .............................................................. 63
Tabel 5.9 Pasien yang Mengalami Infeksi dan Mendapat Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 – 2017…. ......................................................................................... 63
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xxiv
Tabel 5.10 Pasien yang Menderita SLE dan Mendapat Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 – 2017.. ............................................................................................ 63
Tabel 5.11 Pasien Hamil dengan Jaundice dan Mendapat Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017.. ............................................................................................ 64
Tabel 5.12 Mode of Delivery Pasien yang Mendapat Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017.. ............................................................................................ 64
Tabel 5.13 Pasien yang Dilakukan Induksi dan Mendapat Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017 .............................................................................................. 65
Tabel 5.14 Interval Dikerjakan Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017 ................ 65
Tabel 5.15 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Umur Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017 ................................ 66
Tabel 5.16 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Paritas Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017 ........................... 66
Tabel 5.17 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Obesitas Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017 ........................... 67
Tabel 5.18 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Kehamilan Multipel Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 – 2017
. ....................................................................................................... 67
Tabel 5.19 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Diabetes Mellitus Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017 ....................
…………………………. ................................................................. 68
Tabel 5.20 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Penyakit Jantung Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 – 2017. .............. 68
Tabel 5.21 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Anemia Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017 ........................... 69
Tabel 5.22 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Hipertensi dalam Kehamilan Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017 ................................................................................................ 69
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xxv
Tabel 5.23 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Infeksi Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017 ........................... 70
Tabel 5.24 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Systemic Lupus Erythematosus Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017 .............................................................................................. 70
Tabel 5.25 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Jaundice of Pregnancy Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 – 2017. ........................................................................................................ 70
Tabel 5.26 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Intrapartum Mode of Delivery Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 – 2017. .............. 71
Tabel 5.27 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Intrapartum Induksi Persalinan Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 – 2017. .......... 72
Tabel 5.28 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Postpartum Interval Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya pada Kasus Atonia Uteri yang Terjadi Saat SC dan Pasca Persalinan Pervaginam Terhadap Kegagalan Jahitan Kompresi Metode Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012 - 2017 ............................................... 72
Tabel 5.29 Pengujian Regresi Logistik Multivariat pada Faktor Postpartum ....... 74
Tabel 5.30 Pengujian Regresi Logistik Multivariat pada Faktor Antepartum ...... 74
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Biomekanik Jahitan Metode Surabaya ............................................ 12
Gambar 2.2 Tahapan Pemasangan Tampon Kondom Kateter ............................ 20 Gambar 2.3 Ligasi Arteri Uterine Bilateral. ....................................................... 22
Gambar 2.4 Tempat dilakukannya ligasi, langkah (1), (2) dan (3) pada stepwise technique of uterine devascularization ............................................. 24
Gambar 2.5 Teknik Prosedur B-Lynch ............................................................... 34 Gambar 2.6 Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya ..................................... 36
Gambar 2.7 Ilustrasi Jahitan Kompresi Metode Surabaya ................................... 36 Gambar 2.8 Teknik Jahitan “U” ........................................................................ 39
Gambar 2.9 Metode Jahitan Haemostatic Multiple Square (Cho) ....................... 40 Gambar 2.10 Metode Teknik oleh Hayman ........................................................ 40
Gambar 2.11 Teknik B-Lynch Modifikasi oleh Marasinghe .............................. 41
Gambar 2.12 Modifikasi Teknik B-Lynch oleh Marasinge ................................. 42
Gambar 2.13 Teknik Modifikasi Pereira (1) ...................................................... 42 Gambar 2.14 Teknik Modifikasi Pereira (2) ...................................................... 43
Gambar 2.15 Teknik Modifikasi Pereira (3) ...................................................... 43
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ...................................................................... 46
Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian ................................................... 57 Gambar 5.1 Alur Pengambilan Subyek Penelitian .............................................. 59
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iii
DAFTAR SINGKATAN
ALARM Advances in Labour and Risk Management
cc centimeter cubic
cm centimeter
CI Confidence Interval
CO2 Carbon Dioxide
DIC Disseminated Intravascular Coagulation
DM Diabetes Mellitus
gr/dl gram per desiliter
Hb Hemoglobin
HDK Hipertensi Dalam Kehamilan
HELLP Hemolysis, Elevated Liver Enzymes, and Low Platelet Count
HSP Heat Shock Protein
IV / iv intravena
IVF in vitro fertilization
LUS Lower Uterine Segment
MAPK Mitogen Activated Protein Kinase
MLC Myosin Light Kinase
ml milliliter
OR Odds Ratio
PLC Phospholipase
PONEK Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif
RCT Randomized Control Trial
RR Risk Ratio
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
SBR Segmen Bawah Rahim
SC Sectio Caesarea
SLE Systemic Lupus Erythematosus
TD Tekanan Darah
UUS Upper Uterine Segment
WHO World Health Organization
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iv
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Angka kematian maternal merupakan indikator yang mencerminkan
status kesehatan ibu terutama pada saat hamil dan persalinan. Indonesia
sebagai negara berkembang masih memiliki angka kematian maternal yang
cukup tinggi meskipun berdasarkan hasil survei kematian ibu di Indonesia
menunjukkan penurunan, pada tahun 2015 angka kematian ibu mencapai
4.999 jiwa, lalu turun menjadi 4.912 jiwa di tahun 2016 dan makin
menurun menjadi 1712 jiwa di semester awal tahun 2017 (Kemenkes,
2017). Ada berbagai macam penyebab kematian ibu, diantaranya adalah
perdarahan, eklampsia, aborsi, dan infeksi. Perdarahan menempati
persentase tertinggi penyebab kematian ibu yaitu 28%. Di berbagai negara
paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan, presentasenya berkisar antara kurang dari 10% sampai hampir
60%. Penyebab utama perdarahan obsetri masif pasca persalinan adalah
atonia uteri (30%), retensio placenta (18,9%) dan trauma jalan lahir
(13,9%) (Al-Zirqi, 2008).
Perdarahan pasca persalinan sendiri didefinisikan sebagai terjadinya
perdarahan lebih dari 500 cc pada persalinan pervaginam dan lebih dari
1000 cc pada persalinan perabdominam. Prinsip manajemen perdarahan
pasca persalinan adalah segera mengetahui dan mengatasi sumber
penyebab perdarahan. Langkah konvensional lini pertama meliputi
pengosongan uterus (melahirkan plasenta, secara manual atau kuretase)
2
sehingga merangsang uterus berkontraksi dengan cara pemijatan atau
pemberian uterotonika (oxytocin atau prostaglandin). Bila tindakan
tersebut dirasa belum cukup, lini kedua penanganan adalah dengan
kompresi uterus (Neelam, 2010; RCOG, 2011). Pada kasus-kasus yang
berat, maka dapat dilakukan kompresi bimanual uterus, tampon uterus atau
jahitan kompresi uterus. Pada akhirnya, jika uterus tetap tidak merespon,
dapat dilakukan devaskularisasi, ligasi arteri iliaka interna sampai dengan
histerektomi (James, McLintock, & Lockhart, 2012).
Sulistyono dkk (2010) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
metode kompresi uterus metode surabaya merupakan alternatif
histerektomi pada perdarahan pasca persalinan oleh karena atonia uteri.
Hasilnya didapatkan bahwa jahitan kompresi uterus metode surabaya lebih
efektif dalam menghentikan perdarahan pada kasus perdarahan pasca
persalinan dalam rangka preservasi uterus. Selain sederhana, efektif dan
mudah dibandingkan dengan B-lynch original, keunggulan dari B-lynch
metode surabaya adalah bila kasus perdarahan pasca persalinan pada
persalinan pervaginam tidak perlu dilakukan insisi pada segmen bawah
rahim (SBR), dan bila terjadi pada persalinan SC tidak perlu membuka
jahitan pada SBR, teknik ini memiliki waktu operasi yang lebih cepat (<5
menit) dan telah menjadi prosedur rutin sejak 2009 di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya untuk mengatasi perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri
(Sulistyono dkk, 2010).
Metode kompresi uterus metode surabaya telah cukup banyak
dilakukan hingga saat ini. Tingkat efektivitas teknik ini dibuktikan pada 8
3
kasus perdarahan pasca persalinan yang dilakukan jahitan kompresi uterus
metode surabaya di RSUD Dr. Soetomo Surabaya telah berhasil dihentikan
perdarahannya, sedangkan 4 kasus yang dilakukan kompresi uterus B-
lynch tanpa modifikasi, 2 diantaranya harus dilanjutkan dengan
histerektomi (Sulistyono dkk, 2010). Keberhasilan dan kegagalan dari
tindakan jahitan kompresi uterus dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Faktor-
faktor yang berhubungan langsung seperti plasentasi abnormal,
pemanjangan proses persalinan, infeksi yang terjadi pada uterus hingga
beberapa faktor yang tidak berhubungan langsung seperti usia, status
paritas, penyakit penyerta maternal (Diabetes Mellitus, hipertensi dalam
kehamilan, penyakit jantung), dan induksi persalinan telah dikatakan
memiliki peran terhadap hasil akhir jahitan kompresi uterus (Kayem et al,
2011; James, McLintock & Lockhart, 2012). Faktor-faktor inilah yang
akan dianalisis untuk diketahui hubungannya dengan keberhasilan dan
kegagalan jahitan kompresi uterus. Bila dipandang dari waktu terjadinya
faktor tersebut, maka dapat dikategorikan menjadi faktor antepartum
(berkaitan dengan perawatan medis yang diberikan kepada wanita hamil
sebelum melahirkan), intrapartum (berkaitan dengan proses persalinan),
dan postpartum (berkaitan setelah bayi dan plasenta dilahirkan).
Secara garis besar yang termasuk dalam faktor antepartum, seperti
usia, paritas, obesitas, kehamilan multipel, dan penyakit penyerta maternal;
faktor intrapartum, seperti metode persalinan (mode of delivery), induksi
persalinan; dan faktor postpartum, berupa interval waktu dilakukannya
jahitan kompresi uterus metode surabaya sejak terjadinya kasus atonia uteri
4
pada saat persalinan Sectio Caesarea (SC) maupun pasca persalinan
pervaginam. Kayem (2011) dalam penelitiannya menyebutkan
kemungkinan dilakukan histerektomi akan meningkat sebanyak 4 kali bila
terjadi penundaan waktu 2 hingga 6 jam antara proses terjadinya
perdarahan pasca persalinan dengan dikerjakannya jahitan kompresi
uterus. Dengan demikian peneliti tertarik untuk mengidentifikasi dan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan dan
keberhasilan prosedur jahitan kompresi uterus metode surabaya khususnya
pada kasus perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri di RSUD dr.
Soetomo Surabaya.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan keberhasilan dan kegagalan jahitan
kompresi uterus metode Surabaya dengan faktor :
(1) Antepartum : usia, paritas, obesitas, kehamilan multipel, dan
penyakit penyerta maternal, yakni Diabetes Mellitus (DM),
hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung, anemia, jaundice of
pregnancy, Systemic Lupus Erythematous (SLE) dan infeksi;
(2) Intrapartum : metode persalinan, induksi persalinan;
(3) Postpartum : interval dilakukan jahitan kompresi metode surabaya
pada kasus atonia uteri yang terjadi saat SC dan pasca persalinan
pervaginam
pada kasus atonia uteri di RSUD dr. Soetomo Surabaya periode
tahun 2012-2017.
5
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisa hubungan keberhasilan dan kegagalan jahitan
kompresi uterus metode surabaya dengan faktor antepartum, intrapartum
dan postpartum sebagai tindakan alternatif histerektomi pada perdarahan
pasca persalinan karena atonia uteri.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengidentifikasi dan menganalisis hubungan keberhasilan dan
kegagalan jahitan kompresi uterus metode surabaya dengan faktor :
(1) Antepartum : usia, paritas, obesitas, kehamilan multipel, dan
penyakit penyerta maternal, yakni Diabetes Mellitus (DM),
hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung, anemia, jaundice of
pregnancy, Systemic Lupus Erythematous (SLE) dan infeksi;
(2) Intrapartum : metode persalinan, induksi persalinan;
(3) Postpartum : interval dilakukan jahitan kompresi metode surabaya
pada kasus atonia uteri yang terjadi saat SC dan pasca persalinan
pervaginam
pada kasus atonia uteri di RSUD dr. Soetomo Surabaya periode
tahun 2012-2017.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teori
6
Sebagai sumber rujukan untuk peneliti dan praktisi guna mengetahui
hubungan keberhasilan dan kegagalan jahitan kompresi uterus metode
surabaya dengan faktor antepartum, intrapartum dan postpartum pada kasus
atonia uteri di RSUD dr. Soetomo Surabaya periode tahun 2012-2017.
1.4.2 Manfaat Klinis
Mengevaluasi angka keberhasilan dan kegagalan jahitan kompresi
uterus metode surabaya dengan faktor antepartum, intrapartum dan
postpartum yang dapat menjadi prosedur penanganan perdarahan pasca
persalinan karena atonia uteri di RSUD dr. Soetomo Surabaya.
Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan keputusan
dilakukannya tindakan pada kasus perdarahan pasca persalinan antara
dilakukan jahitan kompresi uterus metode surabaya atau tindakan
histerektomi.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perdarahan Pasca Persalinan
2.1.1 Definisi
Perdarahan pasca persalinan terbagi menjadi 2 jenis, yaitu
perdarahan pasca persalinan awal (early postpartum haemorrhage) adalah
perdarahan per-vagina dalam 24 jam pertama setelah persalinan dengan
taksiran jumlah perdarahan setidaknya 500 cc (persalinan per-vaginam) dan
1000 cc (persalinan per-abdominam). Sedangkan perdarahan pasca
persalinan lanjut (late postpartum haemorrhage) adalah perdarahan per-
vaginam yang terjadi antara 24 jam sampai dengan 6 minggu setelah
persalinan (Greenfield & Kominiarek, 2008).
2.1.2 Prevalensi dan Epidemiologi
Kasus ini terjadi sekitar 25% dari seluruh kematian ibu di dunia.
Sekitar 45% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan.
Menurut data di Inggris, perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab
tertinggi angka morbiditas dan mortalitas ibu (Saroja, 2010). Prevalensi
perdarahan pasca persalinan terjadi sekitar 6% (dari sekitar 3.815.034
wanita) di berbagai negara di dunia pada tahun 2008 (Carroli &
Gulmezoglu, 2008). Sementara itu angka kematian ibu mencapai 31% di
Asia disebabkan oleh perdarahan obstetri dan menjadi penyebab utama
kematian di Afrika, Asia, Latin, dan Amerika mencapai 50% (Liu, Mathur,
& Tagore, 2014). Di Indonesia sendiri menurut The Indonesian
8 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Demographic and Health Survey, prevalensi perdarahan pasca persalinan di
Indonesia dilaporkan sebanyak 90 – 135 kasus per 100.000 kelahiran pada
tahun 2007 (Surathanan, 2011).
Dari data di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2012,
terdapat sebanyak 192 kasus perdarahan pasca persalinan yang meningkat
menjadi 373 kasus pada tahun 2013 (Palupi, 2014). Data dari Dinas
Kesehatan kota Surabaya, angka kejadian perdarahan pasca persalinan
terjadi di Surabaya sebanyak 158 kasus pada tahun 2007, 128 kasus pada
tahun 2008 dan sebanyak 50 kasus pada tahun 2009. Walaupun terjadi tren
penurunan angka kejadian, Dinas Kesehatan kota Surabaya telah
bekerjasama dengan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia untuk
program penurunan angka kejadian perdarahan pasca persalinan sehingga
dapat menekan angka kematian ibu dan bayi (Endriyana, 2018).
RSUD dr. Soetomo Surabaya sebagai RS rujukan tersier, terdapat
jumlah kematian maternal akibat komplikasi obstetri langsung sebanyak 21
pasien. Menurut data PONEK RSUD dr. Soetomo Surabaya periode tahun
2017, tiga penyebab tertinggi kematian adalah kasus preeklamsia berat,
syok hipovolemik dan sepsis (Satyoputro, 2018).
2.1.3 Gejala
Perdarahan pasca persalinan ditandai seperti hipovolemi, hipotensi
dan oliguria yang biasanya terjadi pada kehilangan darah lebih dari 10%
dari jumlah total darah dalam tubuh. Seorang wanita yang hamil memiliki
tambahan volume darah sekitar 40-50%, artinya pasien kehilangan darah
20% dari total jumlah darah dalam tubuh sebelum gejala itu muncul
9 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Greenfield & Kominiarek, 2008). Secara klinis gejala pada pasien dapat
sangat beragam, diantaranya ibu akan tampak lemah, mengalami
peningkatan denyut nadi, kehausan, bengkak dan nyeri pada jaringan vagina
dan area perineal hingga terjadi sinkop. Penurunan saturasi oksigen juga
merupakan tanda kondisi hipovolemik. Hipotensi bermakna terjadi pada
jumlah perdarahan lebih dari 500 ml (Ashigbie, 2013; Kasap et al, 2016).
Gejala klinis pada pasien perdarahan pasca persalinan harus dapat segera
dikenali terutama yang berkaitan dengan kehilangan banyak darah
(hipotensi, takikardi) karena sering kali tidak muncul sampai jumlah
perdarahan yang terjadi sangat banyak. Seorang ahli kandungan harus dapat
memperkirakan jumlah perdarahan dengan menilai klinis hipotensi dan
takikardia, biasanya sekitar 25% dari volume darah total (total blood
volume) (Committee on Practice Bulletin, 2017).
2.1.4 Etiologi
Tabel 2.1 Etiologi perdarahan pasca persalinan (Greenfield & Kominiarek, 2008)
Tone Thrombosis Uterine atony Coagulopathies Uterine inversion Inherited coagulation disorders Tissue HELLP Syndrome Retained placenta or blood clots Abruptio/disseminated intravascular
coagulation Abnormal placentation (previa, accreta) Prolonged fetal demise Connective tissue disorders (Ehlers-Danlos syndrome, Marfan Syndrome)
Amniotic fluid embolism/ anaphylactoid syndrome of pregnancy
Trauma Anticoagulant use Lower genital tract lacerations Uterine rupture Hematoma
10 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Perdarahan pasca persalinan awal lebih sering terjadi, dan
melibatkan jumlah perdarahan dan angka kematian yang besar. Terdapat 4
etiologi yang menyebabkan terjadinya perdarahan pasca persalinan, yaitu:
(1) Tonus, ketidakmampuan otot rahim untuk berkontraksi secara efektif;
(2) Jaringan, terdapat sisa jaringan dari hasil konsepsi, jaringan plasenta dan
membran amnion atau plasenta invasif; (3) Trauma, terjadi laserasi pada
traktus genetalia atas atau bawah; dan (4) Trombosis, terjadinya koagulasi
abnormal baik secara kongenital atau didapat. Penyebab paling sering
perdarahan pasca persalinan awal adalah atonia uteri yang terjadi akibat
kegagalan serat otot myometrium untuk berkontraksi dan retraksi yang
selanjutnya dapat menyebabkan perdarahan yang cepat dan hebat sampai
kemudian terjadi kondisi syok hipovolemik (Muzakkar, Sulistyono &
Widjiati 2012). Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri ini adalah
terjadinya regangan yang berlebihan pada uterus, penggunaan oksitosin
jangka lama, persalinan memanjang, multiparitas, korioamnionitis, plasenta
previa, ekstraksi bokong (breech extraction), sisa plasenta, laserasi traktus
genital atas maupun bawah (Sulistyono dkk, 2010).
2.1.5 Patofisologi
Mekanisme penghentian perdarahan pada perdarahan pasca
persalinan berbeda dengan organ lain tergantung vasospasme pembuluh
darah dan pembekuan darah. Pada perdarahan pasca persalinan penghentian
perdarahan terutama karena kontraksi dan retraksi myometrium sehingga
menyempitkan dan membuntu lumen pembuluh darah. Bila kontraksi dan
retraksi tidak berfungsi dengan baik, perdarahan tidak akan berhenti
11 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
walaupun faktor pembekuan darah normal, sebaliknya walaupun faal
pembekuan darah tidak baik perdarahan pasca persalinan dapat berhenti
asalkan kontraksi dan retraksi uterus berfungsi normal.
Kontraksi myometrium dipengaruhi oleh peningkatan kalsium
intraseluler yang terutama berasal dan influks melalui L-type calcium
channel. Kalsium intraseluler berikatan dengan reseptornya, yaitu
kalmodulin membentuk kompleks kalsium-kalmodulin yang dapat
mengaktivasi Myosin Light Chain Kinase (MLC Kinase) menjadikan MLC
aktif sehingga bisa berikatan dengan aktin-F yang merupakan bentuk aktif
aktin. Aktin-F berasal dari remodeling aktin-G (tidak aktif) dengan bantuan
Heat Shock Protein 27 (HSP-27) yang telah terfosforilasi. Fosforilasi HSP-
27 melalui jalur Mitogen Activated Protein Kinase (MAPK) yang terjadi
karena adanya enzim phospholipase-C (PLC). PLC meningkat mungkin
karena adanya rangsangan mekanis atau agonis kontraksi pada protein G di
membran miometrium (Sulistyono, 2012).
Penjahitan kompresi uterus metode surabaya bekerja seperti
kompresi bimanual, menyebabkan uterus mengecil dan cavum uteri tertutup
sehingga perdarahan segera berhenti. Berhentinya perdarahan yang semula
profus, dapat memberi kesempatan terbentuknya thrombin. Trombin
berikatan dengan reseptornya, yaitu Protease Activating Receptor-1 (PAR-
1) dan mengaktifkan protein G yang selanjutnya melalui jalur PLC
menimbulkan kontraksi myometrium. Disamping itu jahitan kompresi
sendiri merupakan rangsangan mekano-transduksi yang dapat
12 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menimbulkan depolarisasi membran sel sehingga L-type calcium channel
membuka dan juga mengaktifkan protein G (Sulistyono, 2012).
Gambar 2.1 Biomekanik Jahitan Metode Surabaya menghentikan perdarahan
2.1.6 Manajemen
Penanganan awal pada perdarahan pasca persalinan adalah
mencegah terjadinya perdarahan berlebihan dengan manajemen aktif kala-
3, pemijatan uterus, pemberian obat uterotonika seperti oksitosin,
ergometrin, atau prostaglandin sebagai pencegahan dan memastikan uterus
berkontraksi dengan baik (Cunningham et al, 2005). Proses kontraksi dan
retraksi myometrium bertujuan untuk menekan dan menutup lumen
pembuluh darah pada tempat implantasi plasenta, diikuti dengan
pembentukan bekuan darah dan obliterasi lumen pembuluh darah.
Kontraksi myometrium dikendalikan oleh transkripsi gen yang
13 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menghasilkan protein dengan fungsi meningkatkan kontraktilitas seluler
melalui interaksi myosin dan aktin, meningkatkan eksitabilitas sel
myometrium dan meningkatkan komunikasi antar sel (Muzakkar,
Sulistyono, & Widjiati, 2012).
2.1.6.1 Manajemen Non-Bedah
a. Uterotonika
Uterotonika merupakan pilihan terapi lini pertama untuk
penanganan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri. Obat golongan
ini diantaranya oksitosin, misoprostol, methylergometrin. Pada keadaan
tertentu penggunaan obat ini dapat dikombinasi, dengan catatan tidak ada
kondisi yang menjadi kontraindikasinya. Jika golongan obat uterotonika
gagal menghentikan perdarahan, maka terdapat intervensi lain yang dapat
digunakan (tampon atau teknik pembedahan).
WHO merekomendasikan oksitosin sebagai golongan obat
uterotonika untuk terapi perdarahan pasca persalinan (strong
recommendation). Jika sediaan oksitosin injeksi tidak ada atau perdarahan
tidak berespon dengan oksitosin, maka dapat menggunakan ergometrin
intravena, Oksitosin-ergometrin fixed dose, atau prostaglandin (misoprostol
sublingual 800 mikrogram). Disebutkan pada rekomendasi WHO,
penggunaan misoprostol secara berkelanjutan pada pasien yang telah
mendapat terapi oksitosin teryata tidak memiliki keuntungan. Jika oksitosin
intravena telah digunakan untuk terapi perdarahan pasca persalinan dan
perdarahan tidak berhenti, tidak ada data yang cukup kuat untuk
memberikan rekomendasi pemberian obat uterotonika lini kedua. Akan
14 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tetapi keputusan sangat bergantung pada pengalaman dokter kandungan,
ketersediaan obat dan kontraindikasi telah diketahui (WHO, 2012). Dengan
menggunakan terapi uterotonika yang sesuai dan tepat waktu, mayoritas
kasus atonia uteri tidak memerlukan intervensi bedah.
Tabel 2.2 Terapi Medis Perdarahan Pasca Persalinan (Greenfield & Kominiarek,
2008)
Stimulasi kontraksi uterus biasanya dicapai dengan pemijatan uterus
bimanual dan injeksi oksitosin (baik secara intramuskuler maupun
intravena), dengan atau tanpa ergometrine. Oksitosin memberikan stimulasi
dari segmen uterus bagian atas untuk kontraksi secara ritmik. Karena
oksitosin mempunyai half-life pendek dalam plasma (rata-rata 3 menit),
infus intravena secara kontinyu diperlukan untuk menjaga uterus
berkontraksi. Sebaliknya jika diberikan secara intramuskuler akan
mempunyai onset yang lebih lambat (3-7 menit) tetapi efek klinis
berlangsung lebih lama (hingga 60 menit) (Schuurmans et al, 2000).
b. Resusitasi Cairan dan Asam Traneksamat
15 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Asam traneksamat merupakan golongan obat yang direkomendasikan
oleh WHO untuk penanganan perdarahan pasca persalinan dengan kategori
evidence yang menengah. Golongan ini merupakan antifibrinolitik yang
dapat diberikan secara oral dan suntikan.
Tabel 2.3 Rekomendasi Asam traneksamat untuk penanganan perdarahan pasca persalinan (WHO, 2012)
Sesuai tabel 2.3, terdapat variasi yang lebar antara keuntungan
(value) dengan preferensi membuat golongan obat ini termasuk dalam
golongan obat dengan rekomendasi rendah (weak recommendation).
Namun, asam traneksamat memiliki keuntungan (benefit) yang lebih
banyak dibandingkan dengan kerugiannya. Selain itu penggunaan asam
traneksamat ini memiliki keunggulan pada segi sosioekonomi (financial
16 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
and human resources), terjangkau, murah dan pemberiannya sangat
beralasan dan terkait dengan kondisi klinis. Jadi secara keseluruhan,
pemberian asam traneksamat untuk kasus perdarahan pasca persalinan dapat
direkomendasikan (WHO, 2012).
Penggunaan asam traneksamat direkomendasikan jika oksitosin dan
obat uterotonika yang lain gagal untuk menghentikan perdarahan atau
perdarahan yang terjadi sebagian disebabkan oleh karena trauma.
Pemberian asam traneksamat ini telah dijelaskan pada berbagai literatur
bedah dan trauma sebagai pilihan terapi yang aman. Pada penelitian yang
dilakukan oleh WOMAN trial, didapatkan penurunan bermakna angka
mortalitas sebanyak 1.5 kali dengan pemberian asam traneksamat iv 1 gram
dibandingkan dengan group plasebo (WHO, 2012).
c. Pemijatan uterus dan prosedur lainnya
Pemijatan uterus merupakan pilihan terapi untuk perdarahan pasca
persalinan (strong recommendation). Pada pasien yang tidak berespon pada
terapi yang menggunakan obat uterotonika atau obat uterotonika tidak
tersedia, maka pemijatan uterus direkomendasikan sebagai terapi
perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh karena atonia uteri
(WHO, 2012). Pemijatan uterus dilakukan dengan membuat gerakan
meremas yang lembut berulang-ulang dengan satu tangan pada perut bawah
untuk merangsang uterus berkontraksi. Hal ini diyakini bahwa gerakan
berulang seperti ini akan merangsang produksi prostaglandin dan
menyebabkan kontraksi uterus dan mengurangi volume darah yang hilang
(Hofmeyr, Abdel-Aleem, & Abdel-Aleem, 2008).
17 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Studi secara Randomized Controlled Trial (RCT) pada 200
perempuan di Mesir, dilakukan pemijatan uterus pada kelompok intervensi
dan tidak dilakukan pemijatan uterus pada kelompok kontrol setelah
persalinan aktif kala III. Studi ini menunjukkan perbedaan yang sangat
signifikan secara statistik dalam kejadiaan perdarahan pasca persalinan
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol [risk ratio (RR) 0,52;
95% confidence interval (CI) 0,16-1,67]. Berarti kehilangan darah dalam 30
menit secara signifikan lebih rendah pada kelompok intervensi dari pada
kelompok kontrol (Hofmeyr, Abdel-Aleem, & Abdel-Aleem, 2008)
d. Kompresi Uterus Bimanual
Kompresi bimanual ada 3 cara yaitu: (1) Kompresi bimanual
eksterna adalah menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan
saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uterus.
Pantau aliran darah yang keluar, bila perdarahan berkurang, kompresi
diteruskan dan dipertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi.
Bila belum berhasil dilakukan (2) Kompresi bimanual internal yaitu uterus
ditekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan
dalam vagina untuk menjepit pembuluh darah didalam myometrium
(sebagai pengganti mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang
terjadi. Bila perdarahan berkurang atau berhenti tunggu hingga uterus
berkontraksi kembali. Namun, bila perdarahan tetap terjadi, lakukan (3)
Kompresi Aorta Abdominalis dengan cara meraba arteri femoralis dengan
ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut, genggam tangan kanan
kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu
18 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
badan, hingga mencapai kolumna vertebralis (Schuurmans et al, 2000).
Penggunaan bimanual kompresi, dimana dilakukan penekanan pada aorta
eksternal, merupakan terapi sementara yang dapat diberikan untuk
mengontrol perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri sambil
menunggu tersedianya penanganan yang sesuai (WHO, 2012).
e. Teknik Tampon
Pada kondisi penggunaan obat uterotonika dan masase uterus
bimanual gagal untuk menghentikan perdarahan, maka penggunaan
kompresi, tamponade atau packing intrauterine dapat dilakukan. Bukti
keuntungan teknik ini sangat terbatas, akan tetapi dalam suatu studi
menyatakan bahwa terdapat sekitar 86% pasien yang mendapatkan terapi
tampon balon kateter tidak memerlukan terapi pembedahan. Meski
keuntungannya terbatas, tetapi penting untuk tindakan sementara. Metode
uterine packing menjadi prosedur yang digemari terutama di daerah untuk
persiapan merujuk ke rumah sakit yang lebih besar dan juga tindakan
sementara untuk menghentikan perdarahan sambil menunggu tindakan
operasi definitif berikutnya. Telah terbukti teknik ini berhasil untuk
menghentikan perdarahan dan mencegah terjadi komplikasi (Cunningham
et al, 2005). Jika teknik tampon balon kateter tidak tersedia, maka uterus
dapat dipacking menggunakan gauze. Untuk menghindari gauze tertinggal
dalam uterus, sebaiknya dihitung dan diikatkan satu sama lain (Committee
on Practice Bulletin, 2017).
19 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 2.4 Teknik tampon Perdarahan Pasca Persalinan (Committee on Practice
Bulletin, 2017)
f. Tampon Kondom Kateter
Metode inovatif yang diperkenalkan pada tahun 1997 oleh Prof Sayeba
Akhter, ahli kebidanan dari Bangladesh, adalah penggunaan kondom kateter
hidrostatik intrauterin untuk penanganan perdarahan pasca persalinan. Di
negara seperti Bangladesh dimana angka kematian ibu oleh karena
perdarahan pasca persalinan sangat tinggi, metode tampon kondom kateter
ini bisa menjadi alternatif dikarenakan aman, murah, dan prosedurnya
mudah diterapkan dalam situasi apapun untuk menyelamatkan nyawa dan
preservasi uterus. Dalam 23 kasus dimana tampon kondom kateter
digunakan perdarahan berhenti dalam 15 menit, selama penelitian
berlangsung tidak didapatkan infeksi intrauterin dan tidak ada pasien yang
jatuh ke syok hipovolemik irreversibel (Akhter, Laila, & Zabeen, 2003).
20 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan
penggunaan tampon kondom kateter untuk pengobatan atonia uteri ketika
obat-obatan uterotonika tidak tersedia atau tidak efektif untuk manajemen
perdarahan pasca persalinan oleh karena atonia uteri (WHO, 2012).
Disebutkan tampon kondom kateter digunakan dalam kasus-kasus dimana
oksitosin dan obat lain tidak efektif, namun dipertahankan untuk membantu
kontraksi uterus bersamaan sambil kita melakukan pemasangan tampon
kondom kateter (Akhter, Laila, & Zabeen, 2003).
a. Ikat kondom kateter
b. Kateter dimasukkan dlm cavum uteri
c. Pasang tampon vagina dan cairan salin dialirkan ke kateter uterus 250-
500 cc
Gambar 2.2 Tahapan pemasangan kondom kateter (Akhter, Laila, & Zabeen,
2003)
21 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 2.5 Langkah langkah pemasangan tampon kondom kateter (Akhter, Laila, & Zabeen, 2003)
a. Sebelumnya diberikan antibiotik profilaksis, Kandung kemih dikosongkan, kateter steril dimasukkan ke dalam kondom dan diikat dengan benang
b. Pasien diposisikan litotomi, kondom kateter dimasukkan kedalam cavum uterus
c. Ujung luar kateter dihubungkan dengan cairan saline dan kondom dialiri cairan saline 250-500 cc
d. Perdarahan diamati, ketika perdarahan berhenti, kateter dilipat dan diikat dengan benang
e. Kontraksi uterus dipertahankan dengan meneteskan oksitosin setidaknya 6 jam setelah prosedur
f. Dilakukan pemasangan tampon vagina dengan tampon gulung
g. Kateter dipertahankan 24-48 jam
2.1.6.2 Manajemen Bedah
a. Ligasi Vaskuler
Ketika penggunaan terapi medis gagal untuk menghentikan
perdarahan, maka teknik eksplorasi laparotomi dapat dilakukan. Pada
keadaan persalinan pervaginam, maka insisi vertical midline laparotomi
dianjurkan dalam rangka optimalisasi dari visualisasi lapangan operasi dan
mengurangi risiko perdarahan, sedangkan pada bekas persalinan SC, maka
insisi yang telah ada dapat digunakan. Tujuan ligasi vaskuler pada keadaan
atonia uteri adalah mengurangi tekanan darah yang menuju ke uterus.
Pendekatan pertama yang digunakan adalah ligasi arteri uterina bilateral
(O’Leary Suture) yang dapat menurunkan aliran darah ke uterus dan teknik
ini sangat mudah dan cepat. Jahitan dapat diletakkan menyilang pembuluh
22 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
darah yang melalui ligamen utero-ovarian. Teknik ini mencapai angka
keberhasilan sebesar 92% (Greenfield & Kominiarek, 2008).
Gambar 2.3 Ligasi arteri uterina bilateral (jahitan O’Leary) (A) tampilan coronal segmen bawah uterus. Jahitan tidak masuk kedalam rongga uterus melaikan ke medial pembuluh darah (Greenfield & Kominiarek, 2008).
b. Jahitan Kompresi Uterus
Penemuan teknik penjahitan kompresi uterus telah terbukti amat
berharga dalam mengendalikan perdarahan pasca persalinan akibat atonia
uteri sebagai alternatif dari histerektomi. Efektivitas biaya dari teknik
jahitan kompresi uterus mendorong negara berkembang untuk
mempertimbangkannya sebagai terapi dan profilaksis (Somalwar et al,
2012; B-lynch, 1997). Beberapa teknik yang telah dikembangkan untuk
penanganan kasus perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri, salah
satunya adalah dengan teknik B-lynch yang diperkenalkan sejak tahun 1997
oleh Christoper B-lynch. Teknik ini banyak dipilih karena relatif cepat dan
murah (B-Lynch & Shah, 2006).
23 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Teknik B-lynch ini memiliki efektifitas sebesar 60-75%. Jahitan
teknik ini diletakkan dari SBR ke fundus uteri dan akan menimbulkan
tekanan pada uterus. Pemilihan benang yang besar (benang chromic no 1)
berfungsi untuk mencegah agar tidak mudah terurai dan tidak secara cepat
diserap agar herniasi usus yang melewati loop persisten jahitan setelah
uterus mengalami involusi dapat dihindari (Committee on Practice Bulletin,
2017).
c. Stepwise technique of uterine devascularization
Pada penelitian AbdRabbo (1994) dari 103 pasien dengan kasus
perdarahan pasca persalinan yang tidak respon terhadap manajemen non-
bedah, dilakukan tindakan devaskularisasi arteri area uterus secara bertahap.
Devaskularisasi dilakukan secara berurutan dimana apabila teknik awal
gagal, maka akan dilanjutkan ke teknik berikutnya. Tahapan teknik ini
terdiri dari: (1) Ligasi pembuluh darah uterus unilateral, dengan
menggunakan benang chromic catgut atraumatic (nomor 1). Pada teknik ini
dilakukan ligasi pada pembuluh darah uterus yang berjalan sepanjang
perbatasan antara segmen atas dan segmen bawah rahim; dan bila masih
didapatkan perdarahan dilakukan (2) Ligasi pembuluh darah uterus bilateral
(kontralateral); bila masih perdarahan dilakukan (3) Ligasi pembuluh darah
uterus rendah, langkah ini dicadangkan hanya untuk kasus-kasus dimana
perdarahan terjadi pada segmen bawah rahim, seperti contoh pada kasus
plasenta previa totalis atau plasenta akreta. Dilakukan ligasi 3-5 cm di
segmen bawah rahim. Bila masih perdarahan langkah selanjutnya adalah (4)
Ligasi pembuluh darah ovarium unilateral; dan bila pada evaluasi masih
24 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
didapatkan perdarahan dilakukan (5) ligasi pembuluh darah ovarium
bilateral. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan bahwa prosedur ini
efektif dalam semua kasus (100%) dan histerektomi tidak diperlukan. Maka,
dapat disimpulkan bila stepwise technique of uterine devascularization
adalah alternatif yang efektif dan aman untuk manajemen bedah pada kasus
perdarahan pasca persalinan.
Gambar 2.4 Tempat dilakukannya ligasi, langkah (1), (2) dan (3) UUS : Upper Uterine Segment LUS : Lower Uterine Segment
d. Histerektomi
Histerektomi dapat digunakan sebagai terapi definitif saat terapi
lainnya dinyatakan gagal. Teknik ini tidak hanya berhubungan dengan
infertilitas permanen, tetapi juga berpotensi menyebabkan komplikasi
pembedahan. Dilaporkan pada sebuah studi terjadi luka (injury) pada
25 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kandung kemih sebanyak 6-12%, dan pada ureter sebanyak 0,4-40% pasca
dilakukan histerektomi (Committee on Practice Bulletin, 2017).
Dari penelitian Sulistyono dkk, 4 pasien yang dikerjakan B-lynch, 2
pasien mengalami perdarahan yang tidak teratasi, sehingga kemudian
dilanjutkan dengan Supra Vaginal Histerektomi dan Total Abdominal
Histerektomi. Dua pasien selamat dengan tidak ada komplikasi dengan rata-
rata perawatan 9 hari (Sulistyono dkk, 2010). Histerektomi dikerjakan pada
komplikasi persalinan terkait dengan perdarahan pasca persalinan dan
menjadi keputusan tindakan bila cara konservatif gagal (Baskett et al, 2014).
2.1.7 Komplikasi
2.1.7.1 Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik akibat perdarahan pasca persalinan secara klinis
ditandai dengan kelemahan, palpitasi, sinkop, rasa haus, diikuti hipotensi,
takikardi, oliguria, sampai dengan penurunan saturasi oksigen (Kasap, et al.,
2016).
2.1.7.2 Disseminated intravascular Coagulation (DIC)
DIC ditandai dengan mekanisme koagulasi (trombin) aktif yang
berjalan dengan tidak baik dan menyebar ke segala arah. Hal ini dapat
menyebabkan bentukan trombosis subakut atau kronik. DIC merupakan
bukti terjadinya aktivasi antara thrombin dengan plasmin. Secara klinis
dapat muncul perdarahan spontan pada palatum mole, kaki atau pada sisi
yang mengalami trauma. Pada kondisi yang akut, perdarahan dapat terjadi
pada telinga, hidung, tenggorokan, saluran cerna dan napas (Harding, 2015).
2.1.7.3 Gagal Ginjal Akut
26 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Perdarahan hebat akan menyebabkan tubuh kehilangan fungsi
ginjal, sehingga menghasilkan retensi urea dan sampah nitrogen lain.
Dampaknya akan terjadi kerusakan regulasi keseimbangan volume dan
elektrolit. Secara klinis tampak penurunan volume urin (oliguria atau
anuria) dan peningkatan serum kreatinin, dan dehidrasi (Harding, 2015).
2.1.6.4 Kematian
Setiap tahun dari sekitar 14 juta wanita di seluruh dunia yang
menderita perdarahan pasca persalinan, risiko angka kematian ibu akibat
perdarahan adalah 1 dalam 1.000 kelahiran di negara berkembang. Sebagian
besar kematian (sekitar 99%) dari perdarahan pasca persalinan terjadi pada
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, sementara di negara
industri hanya 1% (WHO, 2012).
2.2 Faktor Risiko Maternal
Beberapa faktor antepartum, intrapartum maupun postpartum
diduga menjadi faktor risiko maternal yang berperan penting terhadap
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Selanjutnya faktor-faktor tersebut
dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan manajemen dari perdarahan
pasca persalinan itu sendiri, baik manajemen bedah maupun non-bedah
(Kayem, et al., 2011).
2.2.1 Faktor Antepartum
2.2.1.1 Usia
27 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Berdasarkan pada studi oleh Bhutta et al (2015) menyebutkan bahwa
kelompok populasi tertinggi terjadinya perdarahan pasca persalinan adalah
usia kurang dari 20 tahun dengan persentase 37.5% (Bhutta, et al., 2015).
Penelitian lain oleh Kayem et al (2011) mengatakan bahwa angka
perdarahan pasca persalinan paling banyak terjadi di bawah usia 35 tahun
sebanyak 106 dari 159 subyek penelitiannya (66%), selain itu usia ibu lebih
dari 35 tahun dan multiparitas dikaitkan dengan 3 kali lipat kemungkinan
meningkatnya histerektomi. Hubungan usia ibu yang lebih tua dan
multiparitas telah ditemukan dalam beberapa penelitian di negara maju yang
berfokus pada faktor risiko histerektomi pada kasus perdarahan pasca
persalinan karena atonia uteri.
2.2.1.2 Paritas
Berdasarkan studi oleh Bhutta et al (2015) menyebutkan bahwa
populasi tertinggi terjadinya perdarahan pasca persalinan adalah pada
primipara dengan presentasi 42.8%. Dalam penelitian tersebut dijelaskan
pada pasien primipara, kemampuan pengenalan tanda persalinan yang
dimiliki masih rendah dan berpotensi terjadi persalinan yang macet.
Sementara, hal sebaliknya ditunjukkan studi lain oleh Kayem et al (2011)
dimana perdarahan pasca persalinan tertinggi pada kelompok multipara
sebanyak 50,9%.
2.2.1.3 Obesitas
Berdasarkan studi Sebire et al (2001) indeks massa tubuh
merupakan faktor risiko yang independen terhadap terjadinya perdarahan
28 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pasca persalinan. Seorang wanita yang memiliki indeks massa tubuh lebih
dari 30, disebutkan hampir 50% mengalami perdarahan pasca persalinan
yang massif (lebih dari 1000 ml darah).
2.2.1.4 Kehamilan Multipel
Berdasarkan studi Kayem et al (2011), kehamilan multipel
merupakan salah satu risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan dengan
persentase yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok kehamilan
tunggal yaitu sekitar 90,5%.
2.2.1.5 Anemia
Lestrina (2013) melakukan sebuah studi yang menjelaskan
hubungan antara anemia dengan terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Pada studinya didapatkan hasil sekitar 15,49% pada kelompok anemia berat
(71 kasus) merupakan kelompok dengan angka tertinggi terjadinya
perdarahan pasca persalinan. Sedangkan kelompok pasien yang tidak
menderita anemia, hanya sekitar 0,51% (sekitar 20 kasus) yang mengalami
perdarahan pasca persalinan dan angka ini bermakna secara statistik. Bhutta
et al (2015) menyatakan dalam studinya kasus perdarahan pasca persalinan
dengan riwayat anemia sebesar 80%. Kondisi kekurangan oksigen yang
disebabkan apapun (anemia, penyakit pada parenkim paru dan kegagalan
jantung memompa darah ke sirkulasi), menyebabkan penumpukan CO2 dan
meningkatnya ion hidrogen pada jaringan yang menyebabkan otot polos
relaksasi sehingga pembuluh darah vasodilatasi dan miometrium gagal/
tidak berkontraksi (Guyton & Hall, 2006).
29 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.2.1.6 Penyakit Diabetes mellitus (DM)
Studi yang dilakukan Alsammani & Ahmed (2012) menjelaskan
bahwa terdapat hubungan antara pasien yang menderita DM dengan
peningkatan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Hal ini ternyata
dijelaskan karena pada pasien penderita DM memiliki potensi kelahiran
bayi makrosomia (berat lahir 4000-4500 g). Fetal makrosomia merupakan
komplikasi yang terjadi lebih dari 50% wanita dengan penyakit DM dan
berat badan bayi lahir hingga 4500 gram akan meningkat 10 kali pada ibu
hamil dengan DM.
2.2.1.7 Penyakit Jantung
Berdasarkan studi oleh Cauldwell et al (2016), pasien wanita dengan
penyakit jantung memiliki risiko tinggi terjadinya perdarahan pasca
persalinan. Hal ini dikarenakan ternyata pasien dalam kelompok ini
memiliki rerata kehilangan jumlah perdarahan meningkat dua kali lebih
tinggi dari normal.
2.2.1.8 Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai kenaikan tekanan
darah (TD) > 140/90 mmHg pada umur kehamilan > 20 mgg, tanpa protein
urine dan akan menghilang 12 minggu pasca persalinan (Angsar, 1995).
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Joost Altenstadt (2013) bahwa pada
31.560 wanita dengan preeklamsia, sebanyak 2.347 (7,4%) wanita
mengalami perdarahan pasca persalinan. Sementara pada kelompok wanita
tanpa riwayat preeklamsia, hanya sekitar 4,2% yang mengalami perdarahan
30 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pasca persalinan. Pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa pasien wanita
dengan preklamsia memiliki risiko 1,53 kali lebih tinggi terhadap terjadinya
perdarahan pasca persalinan.
2.2.1.9 Infeksi
Menurut Das & Clark (2004), risiko infeksi akan meningkatkan
terjadinya perdarahan pasca persalinan, terutama kasus dengan perdarahan
lebih dari 1 liter. Pencegahan infeksi penting untuk dilakukan khususnya
pada pusat kesehatan dengan sentra persalinan, seperti edukasi mencuci
tangan, membersihkan area vital dan meminimalkan manipulasi terhadap
vagina sangat berperan untuk menurunkan angka infeksi pada uterus.
Pencegahan infeksi lokal maupun sistemik adalah lebih baik ketimbang
pengobatan.
Suatu keadaan infeksi bukan merupakan indikasi yang umum untuk
dilakukannya histerektomi obsetrik, tetapi dapat terjadi ketika pasca
persalinan kemudian terjadi infeksi dalam rahim yang tidak mampu teratasi
dengan antibiotik. Penyebab paling sering adalah karena infeksi bekas luka
operasi pada uterus, nekrosis, dan luka yang biasa muncul 1-3 minggu
setelah SC dan penyebab lain oleh karena perdarahan yang tidak terkontrol
(Baskett et al, 2014).
2.2.1.10 Penyakit Penyerta Maternal lain
Dari beberapa kasus perdarahan pasca persalinan yang dilakukan
jahitan kompresi metode Surabaya di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
didapatkan 2 pasien yang meninggal dunia. Diduga kuat penyebab kematian
31 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
adalah penyakit yang mendasari dan telah diketahui sebelum dilakukan
rujukan. Penyakit penyerta maternal yang dimaksud antara lain jaundice of
pregnancy akibat perlemakan hati akut (acute fatty liver), HELLP
syndrome, dan DIC.
Kondisi autoimun SLE menyebabkan terjadinya fibrosis di banyak
organ, termasuk kulit, ginjal, kandung kemih dan hati. Uterus pasca
persalinan akan meningkatkan risiko terjadinya perdarahan. Dari laporan
kasus pasien dengan SLE dalam terapi yang berhasil hamil melalui in vitro
fertilization (IVF) dilakukan terminasi kehamilan pada minggu ke-32 oleh
karena ketuban pecah prematur. Dalam perjalanannya tidak didapatkan
kemajuan persalinan sehingga dilakukan SC. Setelah bayi dan plasenta lahir
didapatkan atonia uterus dan lapisan miometrium yang sangat tipis. Maka,
diputuskan dilakukan jahitan kompresi B-lynch. Namun, atonia menetap
dan jumlah perdarahan bertambah sehingga diputuskan histerektomi
(jumlah perdarahan 4500 ml). Enam pasien dengan kasus SLE dilaporkan
di Jepang mengalami atonia uteri dan dilanjutkan dengan histerektomi
(Tokushige, et al., 2017).
2.2.2 Faktor Intrapartum
2.2.2.1 Metode Persalinan
Kayem et al (2011) mengungkapkan fakta menarik bahwa
persalinan pervaginam menghasilkan lebih banyak kegagalan pasca
tindakan jahitan kompresi uterus akibat atonia uteri dibandingkan
persalinan perabdominam. Analisis yang dikemukakan sebagai alasan
antara lain ada keengganan operator untuk melakukan manajemen bedah
32 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
secara langsung pada kasus perdarahan pasca persalinan yang terjadi setelah
persalinan per vaginam (Kayem et al, 2011).
Berdasarkan waktu pelaksanaannya, persalinan perabdominam (SC)
dibagi dua, yaitu darurat dan elektif. Dikatakan darurat jika dilakukan akibat
adanya hal-hal yang tidak terduga menjelang atau saat persalinan
pervaginam, kegawatdaruratan janin, dan keadaan obstetrik akut yang harus
segera dilakukan terminasi. Sedangkan dikatakan elektif jika dilakukan
pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya demi terjaminnya kualitas
pelayanan obstetrik, anestesi, dan neonatus (Dewi, 2015).
Persalinan SC tipe darurat merupakan faktor resiko yang paling
signifikan terhadap terjadinya perdarahan berat pasca persalinan, yang
menekankan pentingnya melakukan operasi Caesar pada waktu yang tepat
dan indikasi yang benar. Suatu penelitian lain mengungkapkan dimana
pasien yang dilakukan SC darurat meningkatkan 3,6 kali terjadinya
perdarahan pasca persalinan dibandingkan dengan persalinan normal,
sementara pasien yang dikerjakan SC elektif meningkat sebanyak 2.4 kali
terjadinya perdarahan pasca persalinan (Al-Zirqi et al, 2008).
2.2.2.2 Induksi Persalinan
Pada studi oleh Al-Zirqi et al (2009) menjelaskan bahwa kelompok
pasien yang menerima induksi persalinan dengan pasien riwayat persalinan
SC sebelumnya ternyata memiliki risiko terjadinya perdarahan pasca
persalinan yang lebih tinggi (1,8%) dibandingkan dengan kelompok pasien
yang lahir spontan. Selain itu induksi persalinan dapat meningkatkan angka
33 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
terjadinya perdarahan pasca persalinan pada kelompok primipara,
multipara, dengan atau tanpa riwayat SC sebelumnya. Pada penelitian Al-
Zirqi et al (2008) pasien dengan status persalinan inpartu dan dilakukan
induksi persalinan akan meningkatkan 1,6 kali terjadinya perdarahan berat
pasca persalinan.
Pada kasus persalinan macet atau lama akan menyebabkan ibu
kelelahan dan mengakibatkan peningkatan adenosine dan asam laktat.
Peningkatan zat ini menyebabkan peningkatan ion kalium, megurangi
konsentrasi ion kalsium sehingga konsentrasi otot polos terganggu (Guyton
& Hall, 2006).
2.2.3 Faktor Postpartum
2.2.3.1 Interval Dilakukan Jahitan Kompresi Uterus
Lama waktu hingga diputuskan dilakukan jahitan kompresi uterus
dikatakan terkait dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Penundaan
berkepanjangan hingga 2 sampai 6 jam antara persalinan dan jahitan
kompresi uterus secara independen terkait dengan peningkatan empat kali
dilakukannya histerektomi. Data ini menekankan kebutuhan untuk evaluasi
yang cermat terhadap jumlah kehilangan darah pasca persalinan. Penegakan
diagnosis dan pengambilan keputusan segera akan menghindari penundaan
yang lama dalam penanganan kasus perdarahan pasca persalinan (Kayem,
et al., 2011)
2.3 Jahitan Kompresi Uterus
34 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Jahitan kompresi uterus telah dilaporkan memiliki nilai efektif yang
tinggi dalam preservasi uterus. Langkah operatif ini biasanya digunakan jika
atonia uteri tidak berespon terhadap beberapa prosedur penanganan awal
seperti pemijatan uterus, kompresi bimanual, dan penggunaan uterotonika
seperti ergometrin, oksitosin, misoprostol dan carbetocin. Dengan metode
ini maka perlunya dilakukan tindakan histerektomi akan mengalami
penurunan, bahkan setelah terjadi kehilangan darah yang masif pasca
persalinan. Selain menghindari risiko tindakan histerektomi, dalam waktu
yang bersamaan tindakan ini dapat mempertahankan fertilitas seorang
wanita (Liu, Mathur, & Tagore, 2014).
2.3.1 Teknik B-lynch
Teknik B-lynch melibatkan sebagian vertical brace suture di sekitar
uterus yang secara efektif melawan kearah anterior dan posterior dinding
uterus. Jahitan kompresi uterus ini bekerja dengan memberikan tekanan
pada sisi uterus yang mengalami perdarahan agar kontraksi uterus membaik
sehingga mengurangi jumlah perdarahan. Kesuksesan teknik B-lynch untuk
mengurangi histerektomi sebesar 86.4% (Somalwar et al, 2012).
Gambar 2.5 Teknik Prosedur B-lynch. A. Jahitan dinding anterior uterus. B. Jahitan dinding
posterior uterus. C. hubungan jahitan insisi uterus dan batas lateral uterus. D. Tampilan akhir uterus setelah ditutup (B-Lynch & Shah, 2006)
35 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pada penelitian yang dilakukan oleh Boynukalin & Aral (2014)
disebutkan bahwa multiparitas, induksi ataupun augmentasi persalinan
merupakan karakteristik mayor yang mengarah pada kegagalan B-lynch
sehingga memerlukan teknik histerektomi untuk menghentikan perdarahan
akibat atonia uteus (Boynukalin & Aral, 2014).
2.3.2 Teknik Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya
Salah satu metode penjahitan yang diperkenalkan oleh Sulistyono
dkk (2010) di RSUD dr. Soetomo Surabaya merupakan modifikasi
penjahitan kompresi uterus B-lynch berupa 3 jahitan vertikal pada uterus
dengan cara memasukkan benang chromic no. 2 pada 3 cm dari bawah
sayatan segmen bawah rahim, 4 cm dari lateral kiri hingga menembus
dinding belakang segmen bawah rahim, kemudian dilakukan ikatan pada
fundus uterus. Jarak antar jahitan vertikal 2-3 cm. Dengan penjahitan
kompresi uterus diharapkan perdarahan dapat segera berhenti akibat adanya
obliterasi pembuluh darah oleh jahitan kompresi uterus dan pembentukan
bekuan darah (Muzakkar, Sulistyono, & Widjiati, 2012).
36 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 2.6. Jahitan Kompresi Metode Surabaya. (Sulistyono dkk, 2010)
Gambar 2.7 Ilustrasi B-lynch Metode Surabaya. (Sulistyono dkk, 2010)
37 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 2.6 Tahapan Teknik B-lynch Metode Surabaya (Sulistyono dkk, 2010) Tahapan teknik B-lynch Metode Surabaya
1. Eksteriorisasi uterus, setelah proses persalinan insisi tidak diperlukan pada
lower uterine segmen (LUS) atau lower segmen (LS). Pada kasus post SC,
insisi SC telah dijahit.
2. Asisten menarik uterus agar LUS menjadi lebih tipis
3. Jahitan pertama diletakkan 2 cm bawah dari insisi LS atau pada 2 cm medial
dari tepi lateral
4. Jarum dimasukkan dari sisi depan ke dinding belakang LUS
5. Jahitan kedua adalah diletakkan kontralateral dari jahitan pertama
6. Jahitan ketiga diletakkan antara jahitan pertama dan kedua.
7. Asisten menekan uterus di sisi anterior-inferior untuk membuat uterus pada
posisi antefleksi
8. Operator melakukan simpul jahitan pertama, kedua dan ketiga pada fundus
sembari asisten terus melakukan kompresi pada uterus
9. Sebelum melakukan penutupan abdomen, asisten kedua mengevaluasi
perdarahan telah berhenti atau belum
10. Teknik ini menggunakan chromic catgut no.2 dengan curve needle
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sulistyono dkk untuk 84 kasus
perdarahan pasca persalinan yang dilakukan pembedahan Jahitan kompresi
metode surabaya, menunjukkan bahwa jumlah taksiran perdarahan yang
terjadi adalah rerata 1975 ml serta kadar Hb rerata 8.2gr/dl. Jumlah ini
dinyatakan lebih baik dibandingkan dengan teknik B-lynch dengan
menggunakan 8 jahitan. Hal ini penting karena laparotomy dengan teknik
yang cepat dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien
(Sulistyono dkk, 2010).
38 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Telah terjadi 2 kematian pada penelitian tersebut dengan riwayat
penyakit dasar yang menyertai sebelum pasien tersebut dirujuk ke RSUD
dr. Soetomo Surabaya, tetapi prosedur menghentikan perdarahan telah
berhasil dikerjakan. Kematian terjadi 3 hari setelah prosedur dilakukan,
dimana pasien ini menderita preeklamsia berat yang merupakan lanjutan
dari sindrom HELLP, DIC dan kegagalan multi organ. Kematian pasien
kedua terjadi pada hari ketujuh setelah dilakukan prosedur. Pada pasien ini
terdapat kondisi kegawatan berupa perlemakan hati akut (acute fatty liver).
Pasien kedua ini dengan kehamilan ganda, preeklamsia berat dan sindrom
HELLP. Setelah gagal induksi persalinan, maka dilakukan sectio caesarea.
Kemudian diketahui terjadi perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri.
Modalitas injeksi uterotonika pun telah diberikan, tetapi uterus tetap tidak
berkontraksi dan perdarahan tetap terjadi. Oleh karena itu dilakukan metode
Jahitan kompresi metode surabaya untuk menghentikan perdarahannya
(Sulistyono dkk, 2010).
2.3.3 Teknik Jahitan “U”
Teknik lain yang telah dikembangkan adalah metode jahitan “U”
yang biasanya digunakan untuk keadaan darurat. Penelitian yang dikerjakan
selama 32 bulan ini menyimpulkan teknik “U” ini efektif untuk
menghentikan perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh karena
atonia uteri (Hackethal, et al., 2008)
39 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 2.8. Teknik jahitan “U” (Hackethal, et al., 2008)
Teknik jahitan “U menggunakan benang vicryl-0 yang dapat
diserap. Awalnya jarum dimasukkan ke dindimg ventral uterus menuju
dinding posterior dan kemudian kembali lagi ke dinding ventral uterus
dengan simpul ganda. Sementara itu operator mengikat jahitan, sedangkan
asisten melakukan kompresi uterus bimanual. Secara umum memakai 6
hingga 16 jahitan U pada sepanjang uterus, hal ini tergantung pada
besarnya uterus dan banyaknya jumlah perdarahan.
2.3.4 Metode Jahitan Haemostatic Multiple Square (Cho)
Teknik ini pada tahun 2000 dikenalkan oleh Cho JI. Teknik ini
bertujuan mendekatkan dinding uterus anterior dan posterior sehingga
tidak ada sisa ruang pada uterus serta menurunkan terjadinya perdarahan
dari endometrium karena atonia uteri ataupun plasental bed oleh karena
timbulnya tekanan pada sisi tersebut. Teknik ini dilakukan pada seluruh
lapisan dinding uterus mulai dari lapisan serosa dinding anterior ke
posterior. Jahitan pada teknik ini berbentuk angka 7 atau angka 8
menggunakan jarum lurus, benang chromic atraumatik nomer 1.
Dilakukan 4-5 jahitan persegi ditempatkan pada seluruh bagian uterus dari
40 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
fundus ke segmen yang lebih rendah pada kasus atonia uteri. Teknik ini
dapat menyebabkan risiko terjadi pyometra pada rongga uterus (B-lynch,
2005).
Gambar 2.9 Metode Jahitan Haemostatic Multiple Square (Cho) (B-Lynch & Shah, 2006)
2.3.5 Modifikasi Teknik B-lynch Oleh Hayman
Gambar 2.10 Metode teknik oleh Hayman (B-Lynch & Shah, 2006)
Modifikasi teknik B-lynch oleh Hayman ini memiliki keunggulan
yaitu sederhana dan cepat, teknik ini tidak memerlukan uterus dibuka.
Untuk melakukannya menggunakan jarum lurus Dexon Nomer 2 yang
dilakukan pada seluruh bagian uterus dari dinding anterior uterus (3 cm di
bawah dan 2 cm medial tepi bawah rongga uterus) ke bagian posterior (B-
Lynch & Shah, 2006).
41 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.3.6 Modifikasi Teknik B-lynch oleh Marasinghe
Jahitan kompresi uterus ini dapat dilakukan dalam 2-3 menit, jahitan
dilakukan tanpa membuka rongga uterus yang membedakan dari jahitan
B-lynch asli. Teknik ini memiliki keunggulan bahwa hanya ada sedikit
kesempatan untuk menjahit melintasi fundus uteri, kemudian melakukan
tusukan dibawa fundus uterus dan mengikat keduanya di anterior
(Marasinghe et al, 2010).
Gambar 2.11 Teknik B-lynch modifikasi oleh marasinge (a) Jarum dilewatkan ke anterior ke sisi posterior rongga uterus. Jahitan ini kemudian dilewatkan sisi posterior di atas fundus dan uterus kembali ditusuk 4-5 cm dibawah fundus dan sekitar 4cm medial ke perbatasan lateral (b) jarum dilewatkan dari anterior ke posterior wilayah fundus melalui rongga uterus dan akhirnya mencapai wilayah fundus anterior dan akhirnya mencapai wilayah fundus anterior (tampak depan) (c) tampilan lateral (d) kedua ujung benang diikat pada dinding anterior seketat mungkin (Marasinghe et al, 2010).
42 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 2.12 Modifikasi Teknik B-lynch oleh Marasinghe (Marasinghe et al, 2011)
2.3.7 Teknik Modifikasi Pereira
Teknik Pereira menawarkan keuntungan secara teknik tidak menembus
rongga endometrium dan dilakukan tanpa sayatan dinding uterus sehingga
mengurangi risiko infeksi dan oklusi rongga uterus, kombinasi jahitan memanjang
dan melintang tidak hanya membantu kompresi akan tetapi membantu mengurangi
aliran vaskuler dan pembuluh darah balik, waktu rata rata yang diperlukan prosedur
ini adalah 5 menit (Setiyono dkk, 2015).
Gambar 2.13 (kanan) Metode jahitan transversal melewati area avaskuler dari broad
ligament(1), uterus (2), ovarium (3) (kiri) Tiga jahitan melingkar melintang yang ditempatkan lebih dahulu, diikuti jahitan longitodinal (arah panah) semua jahitan diterapkan sampai dengan
permukaan intramyometrial (Setiyono dkk, 2015)
43 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 2.14 (kanan) sisi postrior uterus. Jahitan longitudinal (1) dan simpul pertama
longitudinal dengan jahitan transversal (2) (kiri) simpul terakhir dari jahitan longitudinal (panah) (Setiyono dkk, 2015)
Gambar 2.15 (kanan) gambar uterus tampak depan (kiri) gambar uterus tampak belakang
(Setiyono dkk, 2015)
2.4 Komplikasi Teknik B-lynch
Kompresi uterus dapat menyebabkan terjadinya hematometra yang
disertai dengan gejala amenorrhea, pyometra disertai dengan nyeri perut dan
demam, asherman’s syndrome, dan uterus nekrosis (Satia & More, 2016).
Terjadinya pyometra disebabkan oleh jahitan kompresi uterus yang multipel
dan harus mendapatkan terapi antibiotik untuk mengatasinya (Liu, Mathur, &
Tagore, 2014).
Pada kasus uterus yang nekrosis akan terlihat beberapa minggu
setelah tindakan kompresi uterus dengan gejala sepsis. Hal ini dapat
disebabkan terlalu erat jahitan kompresi uterus sehingga berdampak pada
suplai aliran darah uterus. Uterus yang mengalami nekrosis ini dapat
menyebabkan terbentuknya abses pada uterus (Somalwar et al, 2012).
44 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penangangan kasus nekrosis uterus ini bisa dilakukan sub total histserektomi
atau total histerektomi. Meskipun teknik B-lynch efektik untuk mengatasi
atonia uteri, beberapa publikasi melaporkan komplikasinya seperti erosi dan
nekrosis partial dari dinding uterus. risiko lain dengan jahitan B-lynch adalah
risiko infeksi dan oklusi rongga uterus karena sayatan dinding uterus dan
penetrasi dari rongga uterus (Setiyono dkk, 2015).
Komplikasi lain yang pernah dilaporkan adalah sinekia uterus yang
menyebabkan penyumbatan aliran darah. Selain itu jika teknik ini
dikombinasi dengan ligasi pembuluh darah akan berakibat iskemik dan
inflamasi (William, 2014). Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah
persistent vaginal discharge sekitar 8 minggu setelah persalinan, penyakit
ini memiliki gejala nyeri perut dan demam.
2.5 Teknik Jahitan Kompresi Uterus Metode Surabaya
2.5.1 Pengembangan Teknik Jahitan Kompresi Metode Surabaya
Jahitan kompresi metode Surabaya dilakukan dengan teknik 3
jahitan longitudinal sejajar dengan menggunakan catgut chromic no 2
dengan seorang asisten melipat uterus anteflexi, di RSUD dr. Soetomo
Surabaya Indonesia pertama kali memperkenalkan teknik kompresi uterus
yang lebih sedeerhana dan lebih cepat, teknik ini disebut dengan Jahitan
kompresi metode surabaya (Sulistyono dkk, 2010).
2.5.2 Keuntungan dan Kerugian
Keunggulan dari teknik Jahitan kompresi metode surabaya adalah
waktu pengerjaan yang lebih cepat (kurang dari 5 menit) dan metode yang
45 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sangat efektif untuk menghentikan perdarahan terutama karena atonia uteri.
Kerugiannya teknik ini tidak memberikan hasil yang sama bagusnya pada
kasus plasenta previa dan uterine angle extension. Teknik ini sangat efektif
untuk kompresi segmen atas uterine tetapi hasilnya kurang memuaskan
pada efek tamponade segmen bawah rahim (Neelam & Kumar, 2010;
Sulistyono dkk, 2010).
Di sisi lain, kerugian teknik ini adalah pada kehamilan yang
berhubungan dengan sisa jahitan kompresi uterus sebelumnya adalah
adanya defek full thickness pada dinding uterine yang akan menghasilkan
nyeri berlebih disertai dengan perdarahan antepartum saat umur kehamilan
33 minggu. Pada pasien ini ada kemungkinan akan menjalani cito operasi
caesar karena fetal distress dan adanya fetal membrane bulging pada daerah
fundus (Liu, Mathur, & Tagore, 2014).
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep
Keterangan gambar :
: tidak diteliti
: diteliti : diteliti
: tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Antepartum 1. Usia 2. Paritas 3. Obesitas 4. Kehamilan
multipel 5. Penyakit Penyerta:
DM, Hipertensi dalam kehamilan, peny. Jantung, infeksi, anemia dalam kehamilan, jaundice of pregnancy, SLE
Intrapartum 1. Mode of delivery 2. Induksi Persalinan Postpartum Interval tindakan jahitan kompresi metode surabaya pada kasus atonia uteri yang terjadi saat SC dan pascapersalinan pervaginam
47 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penjelasan Kerangka Konsep
Kehamilan merupakan suatu proses alami yang dialami wanita dalam
rangka memiliki keturunan. Metode persalinan baik pervaginam maupun
perabdominam akan ditentukan berdasarkan indikasi dan latar belakang tiap pasien.
Kedua metode persalinan tersebut mempunyai risiko terjadinya perdarahan pasca
persalinan. Penyebab perdarahan pasca persalinan sendiri bermacam-macam, salah
satunya adalah atonia uteri. Setiap kehamilan memiliki faktor risiko yang berbeda.
Faktor maternal yang telah diketahui mempengaruhi terjadinya perdarahan pasca
persalinan antara lain usia, paritas, indeks massa tubuh, kondisi anemia, adanya
kehamilan multipel, riwayat induksi persalinan, penyakit sistemik lain (jantung,
Diabetes Mellitus, infeksi), serta komplikasi kehamilan seperti preeklamsia.
Manajemen perdarahan pasca persalinan meliputi manajemen non-bedah
dan manajemen bedah. Ketika manajemen non bedah berupa pemberian
uterotonika, masase hingga kompresi bimanual menemui kegagalan, maka
manajemen bedah menjadi pilihan. Salah satu jenis pembedahan untuk mengatasi
perdarahan dengan tetap mempreservasi uterus dan menunjukkan hasil yang baik
adalah tehnik jahitan kompresi uterus (B-lynch). Teknik ini telah diperkenalkan
sejak tahun 1997 dan pada tahuin 2009 oleh Sulistyono dkk, metode jahitan
kompresi uterus ini dikembangkan menjadi jahitan kompresi uterus metode
surabaya dan dijadikan pedoman untuk kasus perdarahan pasca persalinan oleh
karena atonia uteri di RSUD dr. Soetomo Surabaya. Metode Jahitan kompresi
metode surabaya telah secara konsisten diterapkan pada RSUD dr. Soetomo pada
tahun 1997 hingga saat ini. Dalam penelitian ini akan ditelusuri hasil dari
pembedahan metode tersebut hingga diketahui jumlah keberhasilan sekaligus
48 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kegagalannya. Apabila terjadi kegagalan, maka kemungkinan telah terjadi
komplikasi lebih berat, sehingga memerlukan tindakan lebih agresif seperti
histerektomi hingga yang terberat terjadi kematian.
Dari kegagalan dan keberhasilan tersebut peneliti ingin menelusuri faktor-
faktor risiko maternal mana sajakah yang dimiliki pasien beserta mencari
pengaruhnya terhadap hasil akhir pembedahan jahitan kompresi uterus metode
surabaya. Faktor risiko tersebut peneliti membagi menjadi 3 yaitu (1) Antepartum
dimana hal-hal yang berkaitan dengan perawatan medis yang diberikan kepada
wanita hamil sebelum melahirkan seperti : usia, paritas, obesitas, kehamilan
multipel, dan penyakit penyerta (seperti DM, Preeklampsia, Penyakit jantung dan
infeksi). (2) Intrapartum dimana hal-hal yang berkaitan dengan proses persalinan
seperti : Metode persalinan (Mode of delivery), Induksi persalinan kemudian yang
ke (3) Postpartum dimana hal-hal yang berkaitan setelah bayi dan plasenta
dilahirkan seperti : respond time dilakukan jahitan kompresi metode Surabaya pada
kasus atonia uteri yang terjadi saat SC dan pasca persalinan pervaginam. Kami
membagi dalam 3 besar faktor risiko maternal supaya tidak terjadi overlapping
variable untuk proses analisis.
Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui prevalensi didapatkannya faktor
risiko maternal pada kasus atonia uteri yang dikerjakan jahitan kompresi metode
Surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya.
3.2. Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan antara keberhasilan dan kegagalan jahitan kompresi
metode Surabaya dengan faktor :
49 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(1) Antepartum : usia, paritas, obesitas, kehamilan multipel, dan penyakit
penyerta maternal (seperti DM, hipertensi dalam kehamilan, penyakit
jantung, anemia, jaundice of pregnancy, SLE dan infeksi).
(2) Intrapartum : Metode persalinan, Induksi persalinan
(3) Postpartum : interval dilakukan jahitan kompresi metode Surabaya pada
kasus atonia uteri yang terjadi saat SC dan pasca persalinan pervaginam
Pada kasus atonia uteri di RSUD dr. Soetomo Surabaya periode tahun
2012-2017.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Observasional analitik dengan desain penelitian
case control, untuk mendapatkan hubungan keberhasilan dan kegagalan jahitan
kompresi uterus metode surabaya dengan faktor (1) Antepartum : usia, paritas,
obesitas, kehamilan multipel, dan penyakit penyerta maternal (seperti DM,
hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung, anemia, jaundice of pregnancy,
SLE dan infeksi) (2) Intrapartum : Metode persalinan, Induksi persalinan dan
(3) Postpartum : interval dilakukan jahitan kompresi uterus metode surabaya
pada kasus atonia uteri yang terjadi saat SC dan pasca persalinan pervaginam
pada kasus atonia uteri di RSUD dr. Soetomo Surabaya periode tahun 2012-
2017. Pada penelitian ini membandingkan faktor antepartum, intrapartum dan
post natal pada kelompok gagal sebagai case dan berhasil sebagai kontrol.
4.2. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah semua ibu hamil yang telah mendapatkan
tindakan jahitan kompresi uterus metode surabaya pada kasus perdarahan
pasca persalinan yang disebabkan oleh karena atonia uteri di RSUD dr.
Soetomo Surabaya periode tahun 2012-2017.
51 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.3. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah semua pasien yang telah mendapatkan tindakan
jahitan kompresi uterus metode surabaya pada kasus perdarahan pasca
persalinan yang disebabkan karena atonia uteri di RS dr. Soetomo Surabaya
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
4.3.1. Besar Sampel
Penelitian ini menggunakan studi case control tidak berpasangan
sehingga besar sampel dihitung berdasarkan rumus : (Madiyono et al. 2016)
𝑄 = 1 − 𝑃
Dengan ketentuan:
n1 = n2 : Besar sampel minimal masing masing kelompok
β : Kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 20 %, maka Zβ = 0,842
⍺ : Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5 %, dengan hipotesis 2 arah
maka Z⍺ = 1,960
P1 : Proporsi faktor risiko maternal dengan keberhasilan dan kegagalan
B-lynch sebesar 45 % (Kayem et al. 2011).
P1-P2 : Selisih minimal proporsi faktor risiko maternal antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol yang dianggap bermakna sebesar 0,3
52 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
= 28,5 ~ 30
Besar sampel minimal dari perhitungan didapatkan 28,5 dibulatkan
menjadi 30 pada masing-masing kelompok case dan kelompok kontrol.
Dengan demikian besar sampel minmal untuk tiap kelompok adalah 30 pasien
4.4. Kriteria Penelitian
4.4.1. Kriteria Inklusi
Pasien yang melahirkan pervaginam di kamar bersalin dan persalinan
perabdominam (SC) di kamar bedah RSUD dr. Soetomo Surabaya yang telah
dilakukan jahitan kompresi uterus metode surabaya dengan indikasi
terapeutik.
4.4.2. Kriteria Eksklusi
Pasien dengan data rekam medik yang tidak lengkap dan pasien yang
dikerjakan jahitan kompresi uterus profilaksis metode Surabaya.
4.5. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini variabel penelitian yang diteliti adalah:
1. Faktor (a) Antepartum : usia, paritas, obesitas, kehamilan multipel, dan
penyakit penyerta maternal (seperti DM, hipertensi dalam kehamilan,
penyakit jantung, anemia, jaundice of pregnancy, SLE dan infeksi) (b)
Intrapartum : Metode persalinan, Induksi persalinan dan (c) Postpartum :
interval dilakukan jahitan kompresi uterus metode Surabaya pada kasus
53 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
atonia uteri yang terjadi saat SC dan pasca persalinan pervaginam sebagai
variabel bebas/ independen.
2. Keberhasilan dan kegagalan jahitan kompresi uterus metode surabaya
sebagai variabel tergantung/ dependen
4.6. Definisi Operasional
Tabel 4.1. Definisi Operasional Penelitian
No Variabel Definisi Operasional Metode Pengukuran Skala
1 Usia Usia pasien dari awal
kelahiran sampai pada
saat persalinan
< 20 th
20-35 th
>35 th
Ordinal
2 Paritas Jumlah anak hidup
yang dilahirkan ibu
sampai dengan
dilakukan penelitian
Multipara
GrandeMulti( >4)
Ordinal
3 Obesitas Pasien yang mengalami
kelebihan berat badan
berdasarkan
perhitungan IMT saat
diterima dikamar
bersalin (Cunningham,
2014)
Normal
(< 30 kg/m2)
Obesitas grade 1
(30-34,9 kg/m2)
Obesitas grade 2 (35
– 39,9 kg/m2)
Obesitas grade 3
(> 40 kg/m2)
Ordinal
4 Kehamilan
Multipel
Kehamilan dengan dua
janin atau lebih
intrauterine
Ya
Tidak
Nominal
5 Penyakit
penyerta
maternal
Penyakit maternal yang
menyertai selama
kehamilan sampai
dengan pasca persalinan
Ada
Tidak ada
Nominal
54 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
meliputi Diabetes
Mellitus, Penyakit
Jantung, Anemia,
Hipertensi dalam
kehamilan, SLE,
Jaundice of pregnancy,
Infeksi
6 Penyakit Jantung Penyakit yang
disebabkan oleh adanya
gangguan fungsi kerja
jantung karena tidak
adekuatnya aliran darah
Ya
Tidak
Nominal
7 DM dalam
kehamilan
Peningkatan kadar gula
darah yang ditujukkan
dengan memiliki satu
atau lebih faktor risiko
kencing manis dalam
kehamilan
Ya
Tidak
Nominal
8 Hipertensi dalam
kehamilan
TD ibu hamil > 140/90
dalam dua kali
pengukuran atau lebih
(Cunningham, 2010)
Ya
Tidak
Nominal
9 Anemia Kadar hemoglobin
kurang dari 11 g%
(WHO, 2012)
Anemia
Tidak anemia
Nominal
10 Infeksi Batas bawah leukosit >
15.000/uL,pemeriksaan
fisik didapatkan temp
rektal > 38°C sampai
dengan minggu ke
Infeksi
Tidak infeksi
Nominal
55 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
empat pasca persalinan
(Cunningham, 2005)
11 Metode
Persalinan
Cara pengakhiran
kehamilan
Pervaginam
Perabdominam
Elektif
Emergency
Nominal
12 Metode
persalinan
perabdominam
x Elektif, apabila metode persalinan dengan melakukan sayatan di dinding perut dan uterus terencana (ACOG, 2011)
x Emergency Metode persalinan dengan melakukan sayatan di dinding perut dan uterus dalam 30 menit sejak diputuskan atas indikasi ibu, janin dan waktu (ACOG, 2011)
Elektif
Emergency
Nominal
14 Induksi
Persalinan
Pemberian induksi agar
menjadikan pasien ibu
hamil dari tak inpartu
menjadi inpartu
Induksi
Tidak induksi
Nominal
56 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15 Interval tindakan
jahitan kompresi
metode surabaya
pada kasus
atonia uteri yang
terjadi saat SC
dan pasca
persalinan
pervaginam
Jarak waktu yg
dibutuhkan saat
dikerjakan jahitan
kompresi uterus pada
kasus atonia uteri yang
terjadi saat SC dan
pasca persalinan
pervaginam
<1 jam
1-2 jam
> 2-7 jam
>7jam
Ordinal
16 Keberhasilan
Jahitan kompresi
metode Surabaya
Pasien yang dilakukan
jahitan kompresi
metode surabaya oleh
karena perdarahan pasca
persalinan yang
disebabkan atonia uteri
yang setelah dilakukan
evaluasi tidak didapat-
kan perdarahan dan
kontraksi uterus baik
Gagal
Berhasil
Nominal
17 Kegagalan
Jahitan kompresi
metode Surabaya
Pasien yang dilakukan
jahitan kompresi
metode surabaya oleh
karena perdarahan pasca
persalinan yang
disebabkan atonia uteri
yang setelah dilakukan
evaluasi masih
didapatkan perdarahan
dan kontraksi uterus
tidak baik
Gagal
Berhasil
Nominal
57 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.7. Prosedur Penelitian
4.7.1. Pengumpulan Data
Pasien hamil yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian.
Selanjutnya data umum subyek seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat,
nomor rekam medik. Data lain dicatat sesuai formulir pengumpulan data.
Kemudian mulai pengambilan data retrospektif terhadap keberhasilan dan
kegagalan jahitan kompresi metode aurabaya dengan faktor antepartum,
intrapartum dan postpartum pada pasien tersebut melalui rekam medik.
4.7.2. Analisis Data
Pengelolaan data dilakukan menggunakan program SPSS 23.0. Data dari
variabel independen dan dependen akan diuji dengan menggunakan chi-
square test bila syarat Chi-square tidak terpenuhi digunakan uji Fisher Exact.
4.8. Kerangka Operasional
Wanita melahirkan di RSUD dr Soetomo dilakukan jahitan kompresi metode Surabaya
Kriteria Inklusi
Pengambilan data
Merumuskan faktor risiko maternal
Menilai kegagalan & keberhasilan
jahitan kompresi metode
Analisis data
Pelaporan
Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian
58 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.9. Lokasi, Waktu dan Jadwal Penelitian
4.9.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah RSUD dr. Soetomo Surabaya.
4.9.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 7 bulan mulai bulan Mei sampai dengan
Selesai.
4.10 Kelayakan Etik
4.10.1 Kelayakan Etik
Kelayakan etik didapatkan dari komisi etika untuk penelitian di RSUD
dr. Soetomo Surabaya
4.10.2 Kerahasiaan Pasien
Kerahasiaan subjek penelitian dijaga dengan cara dengan tidak
menyebutkan nama tapi ditulis berdasarkan inisial
4.10.3 Konfidensialitas
Data-data dan hasil penelitian ini hanya digunakan untuk keperluan
penelitian
4.11. Biaya Penelitian
Subyek penelitian tidak dibebani biaya penelitian. Perkiraan biaya yang
akan dikeluarkan adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan proposal dan hasil penelitian Rp. 2.000.000,-
2. Biaya konsultasi statistik Rp. 2.000.000,-
3. Biaya tak terduga Rp. 1.000.000,-
Total Rp.5.000.000
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Penelitian ini merupakan suatu penelitian observasional analitik dengan
desain penelitian case control untuk mengetahui hubungan keberhasilan dan
kegagalan jahitan kompresi metode surabaya dengan faktor antepartum,
intrapartum dan postpartum pada kasus atonia uteri. Penelitian ini dilakukan dengan
mengambil data dari rekam medis pada kasus atonia uteri yang dilakukan jahitan
kompresi metode surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya periode tahun 2012-
2017.
Gambar 5.1 Alur Pengambilan Subyek Penelitian
Penelitian kami memakai desain case control dengan menggunakan
perbandingan 1:5 dimana 1 pasien gagal berbanding dengan 5 pasien yang berhasil.
Penelusuran data menunjukkan kondisi di lapangan secara kasar didapatkan angka
Analisa faktor Antepartum, Intrapartum, Postpartum
60 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
keberhasilan yang lebih banyak ditemui dibandingkan dengan yang gagal. Dari
hasil penelitian didapatkan 278 pasien yang telah dikerjakan jahitan kompresi
metode surabaya di RSUD dr. Soetomo periode tahun 2012-2017, sebanyak 192
pasien dilakukan jahitan kompresi metode surabaya oleh karena perdarahan pasca
persalinan karena atonia uteri (terapeutik) dan 86 pasien dilakukan jahitan kompresi
metode surabaya (profilaksis) yang masuk dalam kriteri eksklusi. Dari sejumlah
kasus terapeutik, jumlah pasien yang berhasil ada 160 (83,33%) dan yang gagal 32
(16,67%).
5.1 Karakteristik Subyek Penelitian
5.1.1. Faktor Antepartum
Sebaran usia subjek penelitian pada jahitan kompresi metode surabaya di
RSUD dr. Soetomo periode tahun 2012-2017 diperoleh sebagian besar kelompok
pasien dalam rentang 20-35 tahun sebesar 131 (68,23) dan yang paling kecil
kelompok < 20 tahun sebesar 9 (4.69%).
Tabel 5.1 Pembagian Kelompok Usia pada Jahitan Kompresi Metode Surabaya Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kelompok Frekuensi %
Usia < 20 tahun 9 4.69
20 -35 tahun 131 68.23 > 35 tahun 52 27.08
Status paritas pasien yang dilakukan jahitan kompresi metode surabaya
periode tahun 2012-2017 pada penelitian ini dominasi oleh kelompok multipara
sebesar 183 (95,31%).
61 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 5.2 Pembagian Kelompok Paritas pada Jahitan Kompresi Metode Surabaya Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kelompok Frekuensi %
Paritas MultiPara 183 95.31
GrandeMulti 9 4.69
Berdasarkan kelompok obesitas yang dikerjakan jahitan kompresi metode
surabaya di RSUD dr. Soetomo periode tahun 2012-2017 sebagian besar pada
kelompok obesitas grade I yaitu 102 (53,13%), sedangkan pada kelompok obeistas
grade III paling rendah yaitu 13 (6,77%).
Tabel 5.3 Pembagian Kelompok Obesitas Pada Jahitan Kompresi Metode Surabaya Di RSUD Dr. Soetomo Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kelompok Frekuensi %
Obesitas
Normal 63 32.81 Obes I 102 53.13 Obes II 14 7.29 Obes III 13 6.77
Pada penelitian ini kelompok kehamilan multipel yang mendapatkan jahitan
kompresi metode metode surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya lebih sedikit
sebesar 29 (15,10%) bila dibandingkan kehamilan tunggal sebesar 163 (84,90%).
Tabel 5.4 Jumlah Pasien Dengan Kehamilan Multipel Yang Mendapat Jahitan Kompresi Metode Surabaya Di RSUD Dr. Soetomo Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kelompok Frekuensi %
Kehamilan Multipel Ya 29 15.10
Tidak 163 84.90
Dari hasil penelitian ini pasien dengan Diabetes Mellitus (DM) dalam
kehamilan yang mendapatkan jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr.
Soetomo Surabaya periode tahun 2012-2017 didominasi dengan tidak DM sebesar
183 (95,31%) dibandingkan dengan yang DM sebesar 9 (4,69%).
62 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel. 5.5 Pasien Dengan DM Yang Mendapat Jahitan Kompresi Metode Surabaya Di RSUD Dr. Soetomo Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kelompok Frekuensi %
DM Tidak 183 95.31
Ya 9 4.69
Pasien dengan penyakit jantung yang mendapatkan jahitan kompresi
metode surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya periode tahun 2012-2017 paling
banyak pasien dengan tidak mempunya penyakit jantung sebesar 188 (97,92%)
dibandingkan dengan yang mempunyai penyakit jantung sebesar 4 (2,08%).
Tabel. 5.6 Pasien Dengan Penyakit Jantung Yang Mendapat Jahitan Kompresi Metode
Surabaya Di RSUD Dr. Soetomo Periode Tahun 2012-2017 Variabel Kelompok Frekuensi %
Jantung Tidak 188 97.92
Ya 4 2.08
Pada kondisi pasien yang mendapatkan jahitan kompresi metode surabaya
di RSUD dr. Soetomo Surabaya periode tahun 2012-2017 sebagian besar jatuh
dalam kondisi anemia 121 (63,02%) dibandingkan dengan tidak anemia 71
(36,98%).
Tabel. 5.7 Kondisi Pasien Anemia Yang Mendapat Jahitan Kompresi Metode Surabaya Di RSUD Dr. Soetomo Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kelompok Frekuensi %
Anemia Tidak 71 36.98
Ya 121 63.02
Faktor antepartum yang juga diduga mempengaruhi kegagalan jahitan
kompresi metode surabaya adalah hipertensi dalam kehamilan (HDK), dari hasil
penelitian didapatkan pasien HDK yang dikerjakan jahitan kompresi metode
63 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya periode tahun 2012-2017 sebesar 108
(56,25%) sementara itu jumlah pasien yang tidak HDK sebesar 84 (43,75%).
Tabel. 5.8 Pasien HDK yang mendapat jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr. Soetomo periode tahun 2012-2017
Variabel Kelompok Frekuensi %
HDK Tidak 84 43.75
Ya 108 56.25
Pasien yang mengalami infeksi dan mendapatkan jahitan kompresi metode
surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya periode tahun 2012-2017 sebesar 22
(11,46%) lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak mengalami infeksi sebesar
170 (88,54%).
Tabel. 5.9 Pasien Yang Mengalami Infeksi dan Mendapat Jahitan Kompresi Metode Surabaya Di RSUD Dr. Soetomo Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kelompok Frekuensi %
Infeksi Tidak 170 88.54
Ya 22 11.46
Dari hasil penelitian ini didapatkan pasien dengan SLE yang mendapatkan
jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr. soetomo periode tahun 2012-2017
hanya 1 (0,52%) dan yang tidak SLE sebesar 191 (99,48%).
Tabel. 5.10 Pasien Yang Menderita SLE Dan Mendapat Jahitan Kompresi Metode Surabaya Di RSUD Dr. Soetomo Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kelompok Frekuensi %
SLE Tidak 191 99.48
Ya 1 0.52
Pasein dengan jaundice of pregnancy adalah salah satu faktor antepartum
yang mendapatkan jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr. Soetomo
64 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Surabaya periode tahun 2012-2017 sebesar 7(3,65%) sedangkan pasien yang tidak
jaundice of pregnancy sebesar 185 (96,35%).
Tabel. 5.11 Pasien hamil dengan jaundice dan mendapat jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr. Soetomo periode tahun 2012-2017
Variabel Kelompok Frekuensi %
Jaundice Tidak 185 96.35
Ya 7 3.65
5.1.2 Faktor Intrapartum
Metode persalinan merupakan cara pengakhiran kehamilan dapat dilakukan
secara pervaginam atau perabdominam, sementara perabdominam sendiri kami
bagi menjadi tipe elektif dan tipe emergency. Dari hasil penelitian didapatkan
pasien yang diakhiri kehamilannya secara pervaginam sebesar 19 (9,9%) kemudian
terjadi perdarahan pasca persalinan oleh karena atonia uteri dan dilanjutkan dengan
dikerjakan jahitan kompresi metode surabaya, sementara untuk pengakhiran
kehamilan secara perabdominam tipe elektif didapatkan 13 (6,77) yang terbanyak
adalah tipe emergency 160 (83,33).
Tabel 5.12 Mode of delivery Pasien yang Mendapatkan Jahitan Kompresi Metode Surabaya Di RSUD Dr. Soetomo Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kelompok Frekuensi %
Metode Persalinan Pervaginam 19 9.90
Elektif 13 6.77 Emergency 160 83.33
Pasien yang dikerjakan induksi persalinan baik dengan pemberian
prostaglandin, oxytocin drip dan amniotomi yangn berujung pada terjadinya
pedarahan pasca persalinan oleh karena atonia uteri dan dilanjutkan dengan
dikerjakan jahitan kompresi metode surabaya adalah sebesar 57 (29,69%)
sementara yang tidak mendapatkan induksi sebesar 135 (70,31%).
65 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 5.13 Pasien yang Dilakukan Induksi Dan Mendapatkan Jahitan Kompresi Metode Surabaya Di RSUD Dr. Soetomo Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kelompok Frekuensi %
Induksi Persalinan Tidak 135 70.31
Ya 57 29.69
5.1.3 Faktor postpartum
Interval dikerjakan jahitan kompresi metode surabaya pada aksus atonia
uteri yang terjadi saat SC dan pasca persalina pervaginam di RSUD dr. Soetomo
periode tahun 2012-2017 paling banyak pada kelompok <1jam sebesar 159
(82,81%), sementara yang paling kecil pada kelompok interval > 7 jam sebesar 6
(3,13%).
Tabel 5.14 Interval Dikerjakan Jahitan Kompresi Metode Surabaya Di RSUD Dr. Soetomo Periode Tahun 2012-2017 Variabel Kelompok Frekuensi %
Interval jahitan kompresi
<1 jam 159 82.81 1-2 jam 10 5.21
>2-7 jam 17 8.85 > 7 jam 6 3.13
5.2 Analisis Uji Logistik Bivariat
Setelah dilakukan analisis berdasarkan frekuensi pada masing-masing
variabel maka selanjutnya dilakukan analisis bivariat dengan menghubungkan antar
variabel baik antepartum, intrapartum dan postpartum dengan keberhasilan dan
kegagalan jahitan kompresi metode surabaya dengan tabulasi silang. Berikut tabel
hubungan selengkapnya dengan hasil p value dari perhitungan regresi logistik
bivariate pada tingkat kesalahan p < 0,25 sebagi screening sebelum dilakukan uji
multivariat.
5.2.1.Faktor Antepartum
66 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.2.1.1 Umur
Umur pasien pada uji logistik bivariat didapatkan nilai p sebesar 0,238
dikarenakan nilai p < 0,25 maka variabel umur ini significan terhadap kegagalan
jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr. Soetomo Surabaya periode tahun
2012-2017.
Tabel 5.15 Tabulasi silang dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Umur pada Kegagalan Jahitan Kompresi Metode Surabaya Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kategori Evaluasi B-lynch Total p value Berhasil Gagal
Umur < 20 tahun 7 77.8% 2 22.2% 9
0,238* 20 -35 tahun 107 81.7% 24 18.3% 131 > 35 tahun 46 88.5% 6 11.5% 52
5.2.1.2 Paritas
Pada kelompok mulitipara dan grandemulti setelah dianalisis dengan
menggunakan uji logistik bivariat didapatkan nilai p sebesar 0,650 sedangkan
tingkat kesalahan p< 0,25, maka pada variabel paritas tidak significan terhadap
kegagalan jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr. Soetomo periode tahun
2012-2017.
Tabel 5.16 Tabulasi silang dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Paritas Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Metode Surabaya Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kategori Evaluasi B-lynch Total p value Berhasil Gagal
Paritas MultiPara 152 83.1% 31 16.9% 183
0,650 GrandeMulti 8 88.9% 1 11.1% 9
5.2.1.3 Obesitas
Variabel obesitas dengan tiga kelompok yaitu normal, obesitas grade I,
obesitas grade II, obesitas grade III setelah dilakukan analisis dengan
67 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menggunakan uji logistik bivariat didapatkan nilai p sebesar 0,842 dengan tingkat
kesalahan p<0,25 maka pada variabel obesitas tidak signifikan terhadap kegagalan
jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr. soetomo periode tahun 2012-2017.
Tabel 5.17 Tabulasi Silang Dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Obesitas Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Metode Surabaya Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kategori Evaluasi B-lynch Total p value Berhasil Gagal
Obesitas
Normal 54 85.7% 9 14.3% 63
0,842 Obes I 83 81.4% 19 18.6% 102 Obes II 12 85.7% 2 14.3% 14 Obes III 11 84.6% 2 15.4% 13
5.2.1.4 Kehamilan multipel
Pada kehamilan multipel yang terdiri dari dua kelumpok yaitu tidak
kehamilan multipel dan kehamilan multipel setelah dilakukan analisis dengan
menggunakan uji logistik bivariat didapatkan nilai p sebesar 0,653 dimana p<0,25,
jadi pada kehamilan multipel tidak significan terhadap kegagalan jahitan kompresi
metode surabaya di RSUD dr. Soetomo periode tahun 2012-2017.
Tabel 5.18 Tabulasi Silang Dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Kehamilan Multipel Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Metode Surabaya Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kategori Evaluasi B-lynch Total p value Berhasil Gagal
Kehamilan Multipel
Ya 25 86.2% 4 13.8% 29 0,653
Tidak 135 82.8% 28 17.2% 163
5.2.1.5 Diabetes Mellitus (DM)
Pada variabel penyakit penyerta maternal yaitu diabetes mellitus (DM) pada
kehamilan yang telah dibagi 2 kelompok yaitu DM dan tidak DM setelah dilakukan
uji logistik bivariat didapatkan besar p 0,999 dimana besar p akan disebut significan
68 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
bila p<0,25, maka dapat disimpulkan bila variabel DM tidak significan terhadap
kegagalan jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr. Soetomo periode tahun
2012-2017.
Tabel 5.19 Tabulasi Silang Dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Diabetes Mellitus Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Metode Surabaya Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kategori Evaluasi B-lynch Total p value Berhasil Gagal
DM Tidak 151 82.5% 32 17.5% 183 0,999
Ya 9 100.0% 0 0.0% 9
5.2.1.6 Penyakit Jantung
Penyakit penyerta maternal yaitu penyakit jantung dalam kehamilan dibagi
menjadi dua kelompok, disertai dengan penyakit jantung dan tidak disertai penyakit
jantung, setelah dilakukan olah analisis dengan menggunakan uji logistik bivariat
didapatkan besar p 0,999 dimana besar p akan dianggap significan bila p<0,25 maka
dapat disimpulkan variabel penyakit penyerta maternal yaitu penyakit jantung tidak
signifikan terhadap kegagalan jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr.
Soetomo periode tahun 2012-2017.
Tabel 5.20 Tabulasi Silang Dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Penyakit Jantung Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Metode Surabaya Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kategori Evaluasi B-lynch Total p value Berhasil Gagal
Penyakit Jantung
Tidak 156 83.0% 32 17.0% 188 0,999 Ya 4 100.0% 0 0.0% 4
5.2.1.7 Anemia
Pada variabel anemia yang dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu tidak
anemia dan anemia setelah dilakukan uji statistik logistik bivariat didapatkan besar
p 0,002 dimana seharusnya p<025 maka pada variabel anemia signifikan terhadap
69 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kegagalan jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr. Soetomo periode tahun
2012-2017, selain itu juga dilakukan penghitungan nilai mean didapatkan 9,5 , nilai
median 8,8 , nilai min 1 dan nilai maks 14,3.
Tabel 5.21 Tabulasi Silang Dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Anemia Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Metode Surabaya Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kategori Evaluasi B-lynch Total p value
Berhasil Gagal Anemia Tidak 68 95.8% 3 4.2% 71 0,002*
Ya 92 76.0% 29 24.0% 121
5.2.1.8 Hipertensi dalam kehamilan (HDK)
Hipertensi dalam kehamilan dikelompokkan menjadi dua tidak HDK dan
HDK dimana setelah dilakukan analisis dengan uji logistic bivariat didapatkan hasil
besar p 0,244, dari hasil ini signifikan terhadap kegagalan jahitan kompresi metode
surabaya di RSUD dr. seotomo periode tahun 2012-2017.
Tabel 5.22 Tabulasi Silang Dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Penyakit Penyerta Maternal HDK Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Metode Surabaya Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kategori Evaluasi B-lynch Total p value Berhasil Gagal
HDK Tidak 67 79.8% 17 20.2% 84 0,244* Ya 93 86.1% 15 13.9% 108
5.2.1.9 Infeksi
Penyakit penyerta maternal yaitu infeksi dikelompokkan dalam dua
kelompok yang tidak infeksi dan infeksi, dimana setelah dilakukan analisis dengan
uji statistik logistik bivariat didapatkan besar p 0,049, dimana nilai ini signifikan
terhadap kegagalan jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr. Soetomo
periode tahun 2012-2017.
70 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 5.23 Tabulasi Silang Dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Infeksihdk Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Metode Surabaya Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kategori Evaluasi B-lynch Total p value
Berhasil Gagal Infeksi Tidak 145 85.3% 25 14.7% 170
0,049* Ya 15 68.2% 7 31.8% 22
5.2.1.10 Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Variabel penyakit penyerta maternal yaitu SLE dikelompokkan menjadi dua
kelompok yaitu SLE dan tidak SLE dimana setelah dilakukan uji statistik logistik
bivariat didapatkan besar p 1,000 dengan tingkat kesalahan p<0,25, maka pada
variabel penyakit penyerta maternal yaitu SLE tidak signifikan terhadap kegagalan
jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr. seotomo periode tahun 2012-2017.
Tabel 5.24 Tabulasi Silang Dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Penyakit Penyerta Maternal SLE Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Metode Surabaya Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kategori Evaluasi B-lynch Total p value Berhasil Gagal
SLE Tidak 159 83.2% 32 16.8% 191 1,000 Ya 1 100.0% 0 0.0% 1
5.2.1.11 Jaundice of pregnancy
Jaundice of preganancy merupakan variabel dari faktor antepartum
penyakit penyerta maternal. Kelompok ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu tidak
jaundice dan jaundice.
Tabel 5.25 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Antepartum Jaundice Of Pregnancy Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Metode Surabaya Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kategori Evaluasi B-lynch Total p value Berhasil Gagal
Jaundice Tidak 153 82.7% 32 17.3% 185 0,999 Ya 7 100.0% 0 0.0% 7
71 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Dari hasil uji analisis logistik bivariat didapatkan hasil besar p 0,999 dimana
hasil ini tidak signifikan terhadap kegagalan jahitan kompresi metode surabaya
periode tahun 2012-2017.
5.2.2 Faktor Intrapartum
5.2.2.1 Metode Persalinan
Setelah dilakukan uji pada ketiga kelompok metode persalinan yaitu
pervaginam dan perabdominam (elektif dan emergency) didapatkan hasil besar p
0,096 dimana hasil ini signifikan dengan kegagalan jahitan kompresi metode
surabaya di RSUD dr. Soetomo periode tahun 2012-2017 dengan tingkat kesalahan
p<0,25.
Tabel 5.26 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Intrapartum Mode Of Delivery pada Kegagalan Jahitan Kompresi Metode Surabaya Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kategori Evaluasi B-lynch Total p value Berhasil Gagal
Metode Persalinan Pervaginam 13 68.4% 6 31.6% 19 0,096*
Elektif 11 84.6% 2 15.4% 13
Emergency 136 85.0% 24 15.0% 160
5.2.2.2 Induksi persalinan
Pada variabel intrapartum induksi persalinan dibagi menjadi dua kelompok
yaitu yang tidak mendapatkan induksi persalinan dan mendapatkan induksi
persalinan. Setelah dilakukan uji statistik logistik bivariat didapatkan hasil besar p
0,022 dengan tingkat kesalahan p<0,25, hasil ini signifikan dengan kegagalan
jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr. Soetomo periode tahun 2012-2017.
72 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 5.27 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Intrapartum Induksi Persalinan Pada Kegagalan Jahitan Kompresi Metode Surabaya Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kategori Evaluasi B-lynch Total p value
Berhasil Gagal Induksi
persalinan Tidak 118 87.4% 17 12.6% 135
0,022* Ya 42 73.7% 15 26.3% 57
5.2.3 Faktor Postpartum
Interval jahitan kompresi metode surabaya pada kasus atonia uteri yang
terjadi saat SC dan pasca persalinan pervaginam dibagi menjadi empat kelompok
yaitu <1jam, 1-2 jam, >2-7 jam dan >7jam dimana setelah dilakukan analisis
dengan uji statistik logistik bivariat didapatkan besar p 0,000 dengan tingkat
kesalahan p<0,25, maka pada variabel postpartum ini signifikan terhadap kegagalan
jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr. Soetomo periode tahun 2012-2017.
Tabel 5.28 Tabulasi Silang dan Pengujian Bivariat Logistik Postpartum Interval Jahitan Kompresi Metode Surabaya pada Kasus Atonia Uteri Yang Terjadi Saat SC Dan Pasca Persalinan Pervaginam Terhadap Kegagalan Jahitan Kompresi Metode Surabaya Periode Tahun 2012-2017
Variabel Kategori Evaluasi B-lynch Total p value
Berhasil Gagal Interval jahitan
<1 jam 141 88.7% 18 11.3% 159
0,000* 1-2 jam 10 100.0% 0 0.0% 10
>2-7 jam 8 47.1% 9 52.9% 17 > 7 jam 1 16.7% 5 83.3% 6
5.3 Analisis Uji Logistik Multivariat
Hasil pengujian bivariat dengan tingkat kesalahan 0,25 sebagai screening
sebelum masuk ke multivariat diperoleh hasil ada 7 variabel yaitu umur, interval
jahitan kompresi, induksi persalinan, metode persalinan, infeksi, anemia dan HDK.
Untuk memastikan ketujuh variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap
kegagalan jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr. Soetomo periode tahun
73 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012-2017 dilakukan pengujian ke multivariat dengan regresi logistik dengan
tingkat signifikansi 0,05.
Variabel umur, jahitan kompresi, induksi persalinan, metode persalinan,
infeksi, anemia, HDK yang memiliki tingkat signifikan dibawah 0,05 hanya
variabel interval jahitan kompresi uterus dan anemia. Jahitan kompresi uterus
kelompok 1-2 jam adalah memiliki nilai significansi 0,999 yang berarti pada
kelompok ini tidak berpengaruh signifikan terhadap kegagalan kahitan kompresi
metode surabaya.
Interval jahitan kompresi metode surabaya pada kelompok >2-7 jam
memiliki tingkat signifikansi 0,001 ini berarti interval jahitan kompresi uterus pada
kelompok ini berpengaruh signifikan terhadap kegagalan jahitan kompresi metode
surabaya di RSUD dr. soetomo periode tahun 2012-2017. Besarnya risiko interval
jahitan kompresi metode surabaya pada kelompok ini 6,78 kali (Confidence
Interval atau CI : 2.249-20.406) dibandingkan dengan interval jahitan kompresi
uterus pada kelompok <1jam.
Interval jahitan kompresi uterus pada kelompok > 7jam memiliki
signifikansi 0,004 ini berarti pada kelompok ini berpengaruh signifikan terhadap
kegagalan jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr. Soetomo periode tahun
2012-2017, besarnya risiko interval jahitan kompresi terhadap kegagalan jahitan
kompresi metode surabaya sebesar 25,450 kali (CI : 2.781 – 232.893) dibandingkan
pada kelompok <1jam. Arah koefisien yang bertanda positif menunjukkan apabila
pasien dengan interval jahitan kompresi uterus pada kelompok >2-7jam dan >7jam
maka pasien akan mengalami kegagalan jahitan kompresi metode surabaya. Dari
30 pasien yang gagal 26 pasien dengan metode persalinan perabdominam tipe
74 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
emergency, 1 pasien tipe elektif dan 3 pasien pervaginam, menariknya pasien yang
lahir pervaginam ketiga pasien melahirkan dari rumah sakit rujukan dan dirujuk ke
RSUD dr. Soetomo Surabaya dengan diagnosis Perdarahan Pasca Persalinan
dengan interval post partum pervaginam > 2 - 7 jam.
Tabel 5.29 Pengujian Regresi Logistik Multivariat pada Faktor Postpartum Variabel Interval Jahitan kompresi
p Value OR Confidence Interval Lower Upper
<1 jam 0.000 1-2 jam -19.136 0.999 0.000 0.000 .
> 2- 7 jam 1.913 0.001 6.774 2.249 20.406 > 7 jam 3.237 0.004 25.450 2.781 232.893
Variabel antepartum yaitu penyakit penyerta maternal yang memiliki
tingkat signifikansi 0,016 adalah anemia, ini berarti anemia berpengaruh signifikan
terhadap kegagalan jahitan kompresi metode surabaya di RSUD dr. Seotomo
periode tahun 2012-2017. Dimana besarnnya risiko anemia terhadap kegagalan
jahitan kompresi metode surabaya 4,78 kali (Confidance interval atau CI :1.343 –
17.038) dibandingkan tidak anemia. Arah koefisien yang bertanda positif
menunjukkan apabila pasien mengalami anemia maka pasien akan mengalami
kegagalan jahitan kompresi metode surabaya.
Tabel 5.30 Pengujian Regresi Logistik Multivariat pada Faktor Antepartum Variabel Penyakit penyerta maternal
p Value OR Confidence Interval Lower Upper
Anemia 1.565 0.016 4.783 1.343 17.038
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75
BAB 6
PEMBAHASAN
Penyebab terbanyak perdarahan pasca persalinan pada tipe perdarahan
pasca persalinan awal (early postpartum haemorrhage) adalah atonia uteri, yaitu
gagalnya uterus berkontraksi secara adekuat setelah bayi lahir. Secara anatomis,
pembuluh darah miometrium melintas diantara anyaman sel-sel otot uterus dan
mekanisme awal hemostasis setelah persalinan adalah kontraksi miometrium yang
menyebabkan menutupnya pembuluh darah uterus. Gagalnya uterus berkontraksi
menyebabkan pembuluh darah miometrium tempat insersi plasenta terbuka
sehingga terjadilah perdarahan masif (Lalonde, 2012). Manajemen bedah yang
bertujuan mempertahankan uterus pada kasus perdarahan pasca persalinan yang
tidak merespon dengan pemberian obat –obatan uterotonika, termasuk massase
uterus yang telah diperkenalkan disertai penggunaan tampon atau balon intrauterin,
ligasi pada pembuluh darah yang mengaliri uterus (arteri uterina, arteri ovarika dan
hipogastrika) dan penjahitan kompresi uterus (B-lynch, 2005).
Penjahitan kompresi uterus pertama kali diperkenalkan oleh Chistopher B-
lynch pada tahun 1997, dan pada perkembangannya banyak metode jahitan
kompresi uterus yang digunakan, termasuk jahitan kompresi metode surabaya yang
dikembangkan oleh tim di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Metode ini berupa 3
jahitan vertikal pada uterus dengan cara menusukkan benang chromic no 2 pada 3
cm dari bawah irisan segmen bawah rahim (SBR), 4cm dari lateral kiri hingga
menembus dinding belakang SBR, kemudian dilakukan ikatan pada fundus uteri,
jarak antar jahitan vertikal 2-3 cm. Dengan penjahitan kompresi uterus, diharapkan
terjadi obliterasi pembuluh darah dan pembentukan bekuan darah, sehingga
76 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
perdarahan segera berhenti. Pada periode Juli 2007 sampai dengan Agustus 2008
di RSUD dr. Soetomo Surabaya, metode ini telah diaplikasikan pada 8 kasus
perdarahan pasca persalinan dengan angka keberhasilan 100% (Sulistyono, 2009).
B-Lynch dalam pernyataannya (Perspectives on Postpartum Hemorrhage: Dr.
Christopher B-Lynch, 2010) sendiri juga menyatakan keberhasilan metode jahitan
kompresi uterus yang digunakannya sebesar 100%.
Hasil yang berbeda terdapat pada penelitian oleh Kayem (2011), dimana
terdapat beberapa kegagalan dari jahitan B-lynch (25% kasus) selama periode
September 2007 hingga Maret 2009 di seluruh sentral kesehatan ibu bersalin di
Inggris, dimana pasca kegagalan tersebut harus dilakukan histerektomi. Dalam
penelitian tersebut, muncul dugaan faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi
hasil kegagalan jahitan kompresi uterus seperti interval dilakukan jahitan kompresi,
usia, kehamilan multipel, body mass index, mode of delivery dan induksi persalinan.
Walaupun metode jahitan kompresi uterus yang diteliti dalam artikel tersebut tidak
sama, tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antar metode yang dipilih. Lebih
dari separuh kasus dalam penelitian tersebut merupakan atonia uteri. Hasil akhir
penelitian tersebut menunjukkan faktor yang secara signifikan berpengaruh (OR>2)
adalah usia lebih dari sama dengan 35 tahun, multiparitas, kelompok ibu tidak
bekerja, persalinan pervaginam, dan pemanjangan interval antara terjadinya
perdarahan hingga dilakukannya jahitan uterus selama 2 sampai dengan 6 jam.
Dalam penelitian ini kami mengelompokkan kasus berdasarkan faktor
antepartum, yakni usia, paritas, obesitas, kehamilan multipel, dan penyakit penyerta
maternal (Diabetes Mellitus, Hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung,
anemia, jaundice of pregnancy, SLE dan infeksi), faktor intrapartum yakni metode
77 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
persalinan dan induksi persalinan, dan faktor postpartum yakni interval dilakukan
jahitan kompresi metode surabaya pada kasus atonia uteri yang terjadi saat SC dan
pasca persalinan pervaginam. Masing-masing faktor kami rangkum dari data rekam
medis untuk kemudian kami analisis perbedaan dan korelasinya.
Penelitian ini menggunakan desain case control dengan menggunakan
perbandingan 1:5 dimana 1 pasien untuk kasus gagal dan 5 untuk kasus pasien yang
berhasil. Perbandingan tersebut sesuai untuk yang kami ambil dan kondisi di
lapangan bahwa pasien yang telah berhasil lebih banyak ditemui dibandingkan
dengan yang gagal. Secara umum, keberhasilan jahitan kompresi metode surabaya
selama periode 2012-2017 di RSUD Dr. Soetomo Surabaya sebesar 83,33% (160
kasus) dan kegagalan sebesar 16,67% (32 kasus).
Jahitan kompresi metode surabaya menjadi standar prosedur di RSUD dr.
Soetomo Surabaya untuk penanganan kasus perdarahan pasca persalinan oleh
karena atonia uteri bila manajemen non-bedah gagal sejak tahun 1997. Penelitian
ini dilakukan dengan mengambil data dari rekam medis dari kasus atonia uteri yang
mendapatkan jahitan kompresi metode surabaya periode tahun 2012-2017.
Uji logistik bivariat dilakukan pada seluruh variabel faktor penyerta
maternal baik antepartum, intrapartum maupun postpartum guna menapis
(screening) faktor-faktor yang signifikan. Nilai signifikansi ditetapkan pada p
<0,25, sehingga didapatkan beberapa faktor maternal yang tidak signifikan.
Sejumlah faktor yang memenuhi nilai p kemudian akan dimasukkan dalam analisis
multivariat dengan tingkat signifikansi (p) 0,05.
6.1 Karakteristik Umum Subyek Penelitian
78 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Beberapa karakteristik dasar diketahui merupakan faktor risiko utama
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Usia, paritas, obesitas, kehamilan multipel,
beberapa penyakit penyerta maternal, metode persalinan, induksi persalinan
tercakup dalam penelitian ini. Pada penelitian ini kelompok usia yang mengalami
perdarahan pasca persalinan oleh karena atonia uteri dan mendapatkan jahitan
kompresi metode surabaya didominasi pada kelompok usia 20-35 tahun (68,32%),
dan yang kedua pada kelompok >35 tahun (27,08%). Secara umum keberhasilan
didapatkan sebesar 81,7% dan kegagalan pada 18,3%. Bhuta (2015) mendapatkan
kelompok yang dilakukan B-Lynch didominasi usia <20 tahun (37,5%) sementara
pada penelitian Kayem (2011) didapatkan kelompok umur terbesar <35 tahun.
Perbedaan tata cara pengambilan sampel diperkirakan mempengaruhi hasil ini,
meskipun ketiga nya masih tergolong usia produktif.
Sebesar 95% kasus perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri terjadi
pada ibu multipara. Dari sejumlah itu sebanyak 83,1% termasuk dalam kelompok
dimana jahitan kompresi uterus dikatakan berhasil, sisanya 16,9% harus berlanjut
pada histerektomi. Sejalan dengan itu, penelitian Kayem dan Bhuta juga
menunjukkan lebih dari 50% responden yang dilakukan jahitan kompresi uterus
merupakan multipara, dengan penyebab utama atonia uteri yang refrakter.
Sementara pada kelompok Grande Multipara didapatkan sebesar (4,69%).
Obesitas didapatkan pada 71% kasus pada penelitian ini. Kelompok terbesar
adalah pada obesitas tingkat I (102 kasus; 53,1%). Kayem dalam penelitiannya
membagi berdasarkan indeks masa tubuh (body mass index, BMI), dimana BMI
terbanyak <30 (78,1%).
79 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pada penelitian ini didapatkan 15,1% (29 kasus) dengan kehamilan
multipel. Sedangkan dari penelitian multisenter oleh Kayem, hanya didapatkan
9,5% dengan kehamilan multipel. Hasil yang serupa didapatkan Bhuta, dimana
studi dilakukan terhadap 21 kasus di satu senter selama periode 2 tahun.
Frekuensi penyakit penyerta maternal tertinggi adalah anemia (63,0%),
HDK (56,2%), infeksi (11,46%). Sementara untuk penyakit maternal lain berada di
bawah 10%. Masing-masing kasus, pada Diabetes Mellitus didapatkan pada 4,69%
kasus, penyakit jantung 2,0%, SLE 0,52%, jaundice 3,86%.
Karakteristik faktor intrapartum metode persalinan menunjukkan sebagian
besar kasus merupakan tindakan SC emergensi (83,33%), lalu persalinan
pervaginam (9,90%) dan SC elektif (6,77%). Sejalan dengan penelitian Kayem
yang didominasi persalinan SC (90,9%). Tingkat kegagalan tertinggi tindakan
jahitan kompresi metode surabaya didapatkan pada persalinan pervaginam (31,6%),
sementara pada tipe SC kegagalan didapatkan kurang dari 16%. Kayem juga
mendapatkan bahwa pada kasus persalinan pervaginam yang dilakukan jahitan
kompresi uterus mengalami kegagalan hampir 50% kasus.
Induksi persalinan dilakukan pada 57 kasus (29,69%). Sebesar 26,3%
diantaranya mengalami kegagalan jahitan kompresi metode surabaya. Sementara
untuk pasien yang tidak diinduksi persentase kegagalan sebesar 12,6%.
Sebanyak 159 kasus jahitan kompresi metode surabaya dalam penelitian
kami dilakukan kurang dari 1 jam pertama pasca kejadian atonia uteri baik setelah
SC maupun persalinan pervaginam dengan tingkat keberhasilan tindakan sebesar
88,7%. Pada 10 kasus yang dilakukan hingga interval waktu 2 jam pertama
memiliki angka keberhasilan 100%. Ketika interval waktu 2 jam terlewati,
80 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
diketahui angka kegagalan semakin meningkat (tabel 5.27). Penundaan hingga 7
jam didapatkan kegagalan sebesar 52,9% dan lebih dari 7 jam menimbulkan
kegagalan sebesar 83,3%.
6.2 Hubungan Keberhasilan dan Kegagalan Jahitan Kompresi Metode
Surabaya dengan Faktor Antepartum
Uji logistik bivariat antara usia dengan kegagalan dan keberhasilan jahitan
kompresi uterus menunjukkan nilai p 0,238 (CI 75%). Screening awal ini kemudian
dimasukkan dalam uji regresi logistik multivariat dan dipastikan variabel usia tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jahitan kompresi metode surabaya
(p>0.05). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dikerjakan Kayem (2011)
dimana usia > 35 mempunyai risiko 3x lebih besar terjadinya kegagalan mengontrol
perdarahan pasca persalinan dan harus dilakukan histerektomi dibandingkan
dengan kelompok usia < 35 tahun. Atonia uteri pada kelompok usia > 35 tahun
terjadi karena kondisi miometrium dan tonus ototnya sudah tidak baik sehingga
menimbulkan kegagalan kompresi pembuluh darah pada tempat implantasi plasenta
yang mengakibatnya terjadinya perdarahan pasca persalinan (Manuaba, 2008).
Uji logistik bivariat antara keberhasilan dan kegagalan jahitan kompresi
uterus dengan paritas didapatkan besar nilai p 0,650 (signifikan pada p<0,25). Maka
pada variabel paritas tidak signifikan terhadap kegagalan jahitan kompresi metode
surabaya. Namun, Kayem (2011) mendapatkan multiparitas secara signifikan
meningkatkan resiko dilakukannya histerektomi sebesar 3 kali. Uterus yang telah
melahirkan banyak anak cenderung bekerja tidak efisien dalam semua kala
81 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
persalinan, paritas tinggi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya perdarahan
pasca persalinan (Manuaba, 2008).
Uji logistik bivariat antara obesitas dengan keberhasilan dan kegagalan
jahitan kompresi uterus menunjukkan nilai p 0,842 (signifikan pada p<0,25). Maka
obesitas termasuk dalam faktor antepartum yang tidak signifikan terhadap luaran
jahitan kompresi metode Surabaya. Obesitas berdasarkan studi Sebire et al
merupakan faktor risiko yang independen terhadap terjadinya perdarahan pasca
persalinan, disebutkan bahwa indeks massa tubuh lebih dari 30 hampir 50%
beresiko mengalami perdarahan pasca persalinan massif (lebih dari 1000 ml darah).
Pada penelitian ini paling tinggi pada kelompok pasien dengan obesitas grade I
yang terjadi perdarahan pasca persalinan dan mendapatkan jahitan kompresi
metode surabaya, dimana tingkat kegagalan jahitan kompresi metode Surabaya
didapatkan paling tinggi (18,6%). Kayem mendapatkan BMI sama atau lebih dari
30 tidak signifikan meningkatkan terjadinya kegagalan jahitan kompresi uterus.
Uji logistik bivariat antara kehamilan multipel dengan keberhasilan dan
kegagalan jahitan kompresi uterus menunjukkan nilai p 0,653 (signifikan pada
p<0,25). Maka variabel faktor antepartum yaitu kehamilan multipel tidak signifikan
terhadap kegagalan jahitan kompresi metode surabaya. Hal ini sesuai dengan
penelitian oleh Kayem (2011). Pada kehamilan multipel uterus teregang berlebihan
sehingga hal tersebut menyebabkan uterus tidak mampu segera berkontraksi sesaat
setelah plasenta lahir (Cunningham, 2005).
Berdasarkan uji logistik bivariat, didapatkan hubungan yang signifikan
antara keberhasilan dan kegagalan jahitan kompresi metode Surabaya dengan
penyakit maternal anemia (p 0,002), HDK (p 0,244) dan infeksi (p 0,049). Ketiga
82 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
variabel kemudian dianalisis dengan regresi logistik multivariat dan diketahui
variabel anemia secara signifikan mempengaruhi luaran jahitan kompresi metode
surabaya (p 0,016). Sedangkan HDK (p 0,579) dan infeksi (0,550) pada tingkat
signifikansi 0,05 tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Analisis lebih
lanjut untuk variabel anemia menunjukkan odds ratio (OR) sebesar 4,78 (CI 1,343
– 17,038). Hal ini dapat ditafsirkan adanya kondisi anemia pada ibu meningkatkan
resiko kegagalan jahitan kompresi metode surabaya sebanyak 4,78 kali.
Berdasarkan persentase, didapatkan 24% kasus atonia uteri dengan anemia
mengalami kegagalan tindakan. Nilai ambang (Cut off) berdasarkan rekomendasi
WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil (1) tidak anemia : > 11 g/dL, (2) anemia
ringan : 10-9 g/dL, (3) anemia sedang : 8-7 g/dL dan (4) anemia berat : < 7 g/dL
(WHO, 2011), dimana pada penelitian Lestarina pasien anemia berat memiliki
angka terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar 16%. Hal ini disebabkan
seseorang yang menderita anemia memiliki sel darah merah lebih sedikit dari
jumlah yang dibutuhkan. Tanpa sel darah merah yang cukup, darah tidak dapat
menggumpal dan membeku (Manuaba, 2008). Anemia juga berkaitan dengan
disabilitas uterus yang merupakan penyebab langsung terjadinya perdarahan pasca
persalinan oleh karena atonia uteri. Pada pasien dengan anemia berat (Hb < 7 g/dL)
memiliki risiko 3 kali untuk dilakukan histerektomi dibandingkan dengan yang
tidak anemia (Frass, 2014).
Hipertensi dalam kehamilan (HDK) diantaranya termasuk preeklampsia,
preeklampsia berat dan eklampsia beserta komplikasinya. Dari sejumlah kasus
atonia uteri dengan HDK yang mendapatkan jahitan kompresi metode surabaya
sebesar 108 pasien(56,2%). Wanita hamil dengan preeklampsia memiliki risiko
83 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar 1,5 kali dibandingkan dengan yang
tidak preeklampsia (Joost, 2013). Pada pasien dengan preeklampsia-eklampsia
terjadi perubahan pada organ-organ penting didalam tubuh, salah satunya adalah
disfungsi sel endotel, yaitu kerusakan sel endotel sebagai akibat terpaparnya sel
sendotel oleh peroksida lemak yang bersifat toksik yang beredar ke seluruh tubuh
dan dapat merusak sel endotel, begitu pula sel endotel yang ada di uterus, sehingga
perlu diwaspadai adanya perdarahan pasca persalinan sebagai akibat kegagalan
miometrium berkontraksi, selain itu pemberian MgSO4 pada pasien preeklampsia
berat akan mengurangi kontraksi uterus (Saifuddin, 2010).
Kasus infeksi pada kehamilan salah satunya ditandai dengan peningkatan
leukosit. Pada kondisi hamil leukosit cenderung meningkat oleh karena stress
fisiologis yang ditimbulkan oleh penyesuaian tubuh terhadap kehamilan, bahwa
batas bawah leukosit pada kehamilan mencapai 6.000/uL sampai dengan
15.000/uL, dan akan kembali normal pada minggu ke empat pasca melahirkan
(Cunningham, 2005) serta dari pemeriksaan fisik didapatkan temp rectal > 38°C.
Risiko infeksi akan meningkatkan terjadinya perdarahan pasca persalinan,
dikarenakan setelah kala III, daerah bekas insersi plasenta banyak vena yang
ditutupi thrombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya
kuman. Selain itu serviks yang mengalami perlukaan, vulva vagina dan perineum
merupakan tempat masuknya kuman-kuman patogen (Saifuddin, 2010). Infeksi
intra-amniotik merupakan salah satu faktor risiko terjadinya atonia uteri, yang pada
akhirnya menyebabkan perdarahan pasca persalinan (ACOG, 1998). Pada
penelitian ini pasien dengan infeksi dan dilakukan jahitan kompresi uterus
modifkasi surabaya sebanyak 22 dengan angka kegagalan 31,8%. Setelah dilakukan
84 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
uji logistik bivariat didapatkan nilai p 0,049 hal ini signifikan dengan kegagalan
jahitan kompresi metode surabaya akan tetapi setalah dilakukan penghitungan
dalam regresi uji logistik multivariat variabel ini tdk signifikan dengan nilai p>0,05.
Potensi kelahiran bayi dengan fetal makrosomia (berat lahir 4000-4500
gram) dimiliki oleh ibu dengan riwayat diabetes mellitus. Hal ini meningkatkan
resiko terjadinya perdarahan pasca persalinan. Fetal makrosomia diketahui
merupakan komplikasi terjadinya lebih dari 50% dari penyakit diabetes mellitus
(Alsammani & Ahmed, 2012). Namun, pada penelitian ini kejadian pasien dengan
diabetes mellitus tidak secara signifikan mempengaruhi hasil tindakan jahitan
kompresi metode surabaya (p 0,999).
Pasien wanita hamil dengan penyakit jantung memiliki risiko tinggi
terjadinya perdarahan pasca persalinan, dikarenakan gangguan arus balik darah
yang masuk ke jantung (venous return). Puncaknya terjadi gangguan arus balik
pada umur kehamilan 28 minggu sampai dengan umur kehamilan 32 minggu,
kemudian akan berangsur normal dan akan mencapai puncak kembali pada saat
kala II dan selama 2 jam post partum (Cunningham, 2005). Pada penelitian ini
pasien yang memiliki penyakit jantung dan perdarahan pasca persalinan oleh karena
atonia uteri berhasil diatasi sebesar 100%, dimana setelah dilakukan penghitungan
uji logistik bivariat didapatkan nilai p 0,999. Kecilnya jumlah pasien yang
dikerjakan jahitan kompresi metode surabaya dikarenakan sebagian besar pasien
dengan penyakit jantung dikerjakan jahitan kompresi metode surabaya profilaksis.
Sedangkan pada penelitian ini jahitan kompresi metode surabaya profilaksis masuk
dalam kriteria eksklusi.
85 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penyakit penyerta maternal lain pada faktor antepartum seperti SLE,
Jaundice of preganancy dalam penelitian ini didapatkan hasil yang tidak signifikan
terhadap kegagalan jahitan kompresi metode surabaya dengan nilai p masing
masing > 0,25 dengan uji logistik bivariat. Dari penelitian Sulistyono didapatkan
hasil dari 8 kasus yang dikerjakan jahitan kompresi metode surabaya 2 meninggal
oleh karena penyakit penyerta dasarnya seperti jaundice in pregnancy, DIC dan
HELLP syndrome. Kondisi kekurangan oksigen yang disebabkan oleh apapun
seperti penyakit parenkim paru dan kegagalan jantung memompa darah ke sirkulasi
menyebabkan penumpukan CO2 dan meningkatnya ion hidrogen pada jaringan
yang menyebabkan otot polos relaksasi sehingga pembuluh darah vasodilatasi dan
miometrium gagal atau tidak berkontraksi (Guyton & Hall, 2006).
6.3 Hubungan Keberhasilan dan Kegagalan Jahitan Kompresi Metode
Surabaya dengan Faktor Intrapartum
Faktor intrapartum yaitu mode of delivery berupa SC tipe emergensi dalam
suatu penelitian dikatakan akan meningkatkan 3,6 kali terjadinya perdarahan pasca
persalinan dibandingkan dengan persalinan pervaginam, sementara untuk SC tipe
elektif akan meningkatkan risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar
2,4 kali daripada persalinan pervaginam (Alzirqi, 2008). Dari penelitian ini
didapatkan hasil yang signifikan pada uji bivariat untuk variabel metode persalinan
terhadap kegagalan jahitan kompresi metode surabaya dengan nilai p 0,096, akan
tetapi setelah dibawa ke uji regresi logistik multivariat didapatkan hasil yang tidak
signifikan yaitu p > 0,05. Kayem dalam analisanya mendapatkan OR sebesar 6,08
kali perlunya dilakukan histerektomi pada kasus atonia uteri yang terjadi setelah
86 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
persalinan pervaginam. Menurut alasan yang diungkapkan hal ini kemungkinan
dikarenakan adanya keengganan untuk melakukan tindakan yang lebih invasif
pasca persalinan pervaginam. Tenaga medis lebih memilih untuk mengatasi
perdarahan pasca persalinan secara non-bedah terlebih dahulu dan hanya
melakukan jahitan kompresi pada perdarahan yang benar-benar masif.
Dari 57 pasien yang dilakukan induksi dan terjadi perdarahan pasca
persalinan oleh karena atonia uteri kemudian dilakukan jahitan kompresi metode
surabaya sekitar 26,3% mengalami kegagalan dimana setelah dilakukan pengujian
statistik logistik bivariat didapatkan nilai p 0,022 hal ini signifikan terhadap
kegagalan jahitan kompresi metode surabaya, akan tetapi setelah dilanjutkan
dianalisis dengan regresi logistik multivariat untuk mencari seberapa besar
hubungan induksi persalinan dengan kegagalan jahitan kompresi metode surabaya
didapatkan hasil yang tidak signifikan (p>0,05). Kelompok induksi persalinan
memiliki risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar 1,8 kali
dibandingkan dengan tidak dilakukan induksi (Zirqi, 2009). Kayem (2011) dalam
penelitiannya mendapatkan dilakukannya induksi tidak berkorelasi dengan
kejadian histerektomi Pada kasus persalinan macet atau lama, ibu kelelahan dan
mengakibatkan peningkatan adenosin dan asam laktat. Peningkatan zat ini
menyebabkan peningkatan ion kalium, mengurangi konsentrasi ion kalsium
sehingga kontraksi otot polos terganggu (Guyton & Hall, 2006).
6.4 Hubungan Keberhasilan dan Kegagalan Jahitan Kompresi Metode
Surabaya dengan Faktor Postpartum
87 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Interval waktu antara dilakukannya jahitan kompresi metode surabaya
dengan kejadian atonia uteri saat SC maupun pasca persalinan pervaginam
merupakan faktor postpartum yang diduga berkorelasi dengan hasil akhir jahitan
kompresi metode surabaya. Melalui analisis bivariat (signifikan pada p<0,25)
didapatkan perbedaan yang signifikan antara interval waktu 1-2 jam, lebih dari 2
hingga 7 jam dan di atas 7 jam. Analisis lebih lanjut dengan uji regresi logistik
multivariat (signifikan pada p<0,05) menunjukkan hal serupa (tabel 5.28). Maka
dapat dikatakan faktor postpartum interval waktu hingga dilakukannya jahitan
kompresi uterus mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kegagalan jahitan
kompresi metode surabaya.
Analisis kekuatan korelasi didapatkan risiko kegagalan 6,7 kali ketika
jahitan kompresi dilakukan dalam lebih dari 2 hingga 7 jam (p 0,001; CI : 2.249-
20.406) dan resiko kegagalan sebesar 25 kali (p 0,004; CI : 2.781 – 232.893) ketika
dilakukan penundaan hingga >7 jam dibandingkan ketika dilakukan pada kurang
dari 1 jam pertama bahkan hingga 2 jam pertama. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kayem dimana penundaaan berkepanjangan 2 hingga 6 jam
antara kejadian atonia uteri dengan jahitan kompresi uterus akan meningkatkan
sebanyak 4 kali perlunya dilakukan histerektomi.
Penundaan dilakukan jahitan kompresi metode surabaya ini diduga terkait
dengan proses biomolekuler. Pada kontraksi myometrium uterus mencit New
Zealand yang dilakukan jahitan kompresi uterus metode surabaya diketahui
densitas kalsium intraseluler dan ekspresi L-type calcium channel, PAR-1 dan HSP-
27 yang diperiksa secara imunohistokimia mengalami peningkatan bermakna pada
½ jam dan 1 jam, kemudian plateau pada jam ke-2, dan selebihnya plateau lagi atau
88 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menurun pada jam ke 24 dibandingkan dengan kontrol. Pada saat terjadi
peningkatan diperkirakan kontraksi myometrium ikut meningkat, demikian pula
sebaliknya (Sulistyono, 2012).
Senada dengan yang diuangkapkan B-lynch (2010) bahwa pada penelitian
kami penyebab penundaan dilakukan jahitan kompresi uterus dikarenakan beberapa
hal seperti proses rujukan yang memakan waktu cukup lama, observasi dari
operator dalam menentukan pengambilan keputusan dan faktor pemilihan jenis
benang, alat serta kurangnya ketrampilan operator dalam mengerjakan jahitan
kompresi metode surabaya mempunyai pengaruh terhadap kegagalan jahitan
kompresi uterus.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Pada hasil penelitian ini didapatkan hubungan kegagalan jahitan kompresi
metode surabaya pada kasus atonia uteri di RSUD dr. Soetomo Surabaya periode
tahun 2012-2017 dengan faktor :
(1) Antepartum : usia, paritas, obesitas, kehamilan multiple tidak didapatkan
hubungan yang signifikan, sedangkan pada penyakit penyerta maternal :
DM, HDK, penyakit jantung, jaundice of preganancy, SLE dan infeksi juga
tidak didapatkan hubungan yang signifikan terhadap kegagalan jahitan
kompresi uterus metode surabaya sementara anemia risiko kegagalannya
4,7 kali dibandingkan dengan tidak anemia.
(2) Intrapartum : Tidak didapatkan hubungan yang signifikan pada metode
persalinan dan induksi persalinan.
(3) Postpartum : Tidak didapatkan beda bermakna pada jahitan kompresi <1
jam dan 1-2 jam terhadap kegagalan jahitan kompresi uterus metode
surabaya, sementara pada kelompok penundaan < 2-7 jam risiko
kegagalannya 6,7 kali dan kelompok penundaan > 7 jam risiko
kegagalannya 25 kali dibandingkan dengan kelompok yang dilakukan
jahitan kompresi uterus < 1 jam.
7.2 Saran
7.2.1 Untuk klinisi dan keilmuan
90 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
x Penelitian sejenis dapat dikerjakan untuk mengevaluasi faktor-faktor
kegagalan yang lain supaya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan dalam menentukan preservasi uterus atau dengan
langkah langsung yang lebih agresif yaitu histerektomi untuk penanganan
kasus perdarahan pasca persalinan oleh karena atonia uteri.
x Penelitian prospektif dengan menggunakan variabel faktor yang sama
bisa dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya
7.2.2 Untuk masyarakat
x Bahwasannya semua ibu hamil mempunyai faktor risiko tinggi untuk
terjadinya kasus perdarahan pasca persalinan, oleh karena itu disarankan
untuk melakukan pemeriksaan antepartum (antepartum care) rutin di
fasilitas kesehatan yang disediakan pemerintah.
x Perdarahan pasca persalinan adalah kasus yang tidak pernah bisa
diprediksi, maka dibutuhkan kerja tim dalam penanganannya.
91 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA
AbdRabbo, S. A. (1994). Stepwise Uterine Devascularization : A Novel Technique
for Management of Uncontrollable Postpartum Hemorrhage with Preservation of the Uterus. Am J Obstet Gynecol(171), 694-700.
Akhter, S., Laila, R., & Zabeen, F. (2003). Use of a Condom to Control Massive Postpartum Hemorrhage. Retrieved from Medscape General Medicine: www.medscape.com
Al-Zirqi, I., Vangen, S., Forsen, L., & Stray-Pedersen, B. (2008). Prevalence and Risk Factors of Severe Obstetric Haemorrhage. BJOG, 1265-72.
Al-Zirqi, I., Vangen, S., Forsen, L., & Stray-Pedersen, B. (2009). Effects on Onset of Labor and Mode of Delivery on Severe Postpartum Hemorrhage. Am J Obstet Gynecol, 201, p.273.e1-9.
Alsammani, M.A., Ahmed, S.R. (2012). Fetal and Maternal Outcomes in Pregnancies Complicated with Fetal Macrosomia. North American Journal of Medical Sciences, 4 (6), p.283
Altenstadt, J. v., Hukkelhoven, C., Roosmalen, J. v., & Bloemenkamp, K. (2013). Pre-Eclampsia Increases the Risk of Postpartum Haemorrhage: A Nationwide Cohort Study in The Netherlands. PLoS ONE, 8(12), doi:10.1371/jpurnal.poe.0081959.
Angsar, M. D. (1995). Hipertensi dalam Kehamilan. Surabaya: Lab UPF Obstetri dan Ginekologi FK UNAIR RSUD dr. Soetomo .
Ashigbie, P. (2013). Postpartum Haemorrhage. In S. Tanna, Priority Medicines for Europe and the World "A Public Health Approace to Innovation" Update on 2004 Background Paper (pp. 6.16-1-35).
Baskett, T.F., Calder, A.A., and Arulkumaran, S. (2014). Munro Kerr's Operative Obstetrics E-Book. Elsevier Health Sciences.
B-Lynch, C. (1997). The B-Lynch Surgical Technique for the Control of Massive Postpartum Haemorrhage: An Alternative to Hysterectomy? Five Cases Reported. British Journal of Obstetrics and Gynecology, 104, 372-375.
B-Lynch, C., & Shah, H. (2006). Conservative Surgical Management. In C. B-Lynch, Textbook of Postpartum Hemmorhage (pp. 433-440). UK: Sapiens.
Bhutta, F., Bhutta, M. M., Bhutta, J., Ali, R., Tahir, S., & Aleem, M. (2015). "A Stich in Time, Saves Life"; Should B-Lynch Suture be the First Line Surgical Option for Control of Massive Primary PPH due to Refractory Uterine Atony? An Experience at DI.H.Q Hospital Faisalabad. APMC, 71-78.
Boynukalin, F. K., & Aral, A. I. (2014, January 27). Characteristics of Women with Postpartum Hemorrhage Who Do Not Respond to B-Lynch Suture and Require Hysterectomy. Maternal-Fetal Medicine and Perinatology, 20, 20-23.
92 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Cauldwell, M., Klemperer, K. V., Uebing, A., Swan, L., Steer, P., Gatzoulis, M., & Johnson, M. (2016, September 1). Why is Post-partum Haemorrhage More Common inWomen With Congenital Heart Disease? Int J Cardiol(218), 285-290.
Carroli, G., & Gulmezoglu, M. (2008, December). Epidemiology of Post Partum Haemorrhage: A Systemic Review. Best Practice and Research Clinical Obstetric & Gynaecology, 22(6), 999-1012.
Committee on Practice Bulletin. (2017, October). Postpartum Hemorrhage. ACOG Practice Bulletin, pp. e168-186.
Cunningham, F., Leveno, K., Bloom, S., Hauth, J., III, L. G., & Wenstrom, K. (2005). William Obstetrics. New York-Toronto: McGraw-Hill Medical Publishing Division.
Das, B., & Clark, S. (2004). Sepsis and Postpartum Hemorrhage. Retrieved April 2018, from AOGM: http://www.aogm.org.mo/assets/Uploads/aogm/PPH-files/PPH-Chap-44.pdf
Dewi. Definisi Bedah Sesar Bab II, 2015;8-28.Universitas Diponegoro.http://eprints.undip.ac.id>Yana. Cited on * Mei 2018.
El-Hamamy, E., & Lynch, C. B. (2009, July 02). A Worldwide Review of the Uses of the Uterine Compression Suture Techniques as Alternative to Hysterectomy in the Management of Severe Post-Partum Haemorrhage. Journal of Obstetrics and Gynaecology, 25(2), 143-149.
Endriyana. Komitmen bersama Untuk Minimalisir Angka Kematian Ibu di Kota Surabaya. Dinas Kesehatan Kota Surabaya, December 2010. http://www.dinkes.surabaya.go.id>portal>berita. Cited on 21 April 2018.
Frass, K. A. (2015). Postpartum Hemorrhage is Related to the Hemoglobin Levels at Labor: Observational Study. Retrieved from http://dx.doi.org/10/1016/j.ajme.2014.12.002
Greenfield, M., & Kominiarek, M. A. (2008). Postpartum Hemorrhage. Hospital Physician Obstetrics and Gynecology Board Review Manual, 11.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2006). Contraction and Excitation of Smooth Muscle. In A. C. Guyton, & J. E. Hall, Textbook of Medical Physiology (pp. 92-99). Philadelphia: Elsevier Saunders.
Hackethal, A., Brueggmann, D., Oehmke, F., Tinneberg, H.-R., Zygmunt, M., & Muenstedt, K. (2008). Uterine Compression U-Sutures in Primary Postpartum Hemorrhage After Cesarean Section: Fertility Preservation with a Simple and Effective Technique. Human Reproduction, 23(1), 74-79.
Harding, M. (2015, January 2). Postpartum Haemorrhage. Retrieved April 2018, from https://patient.info/doctor/postpartum-haemorrhag
Hofmeyr, G., Abdel-Aleem, H., & Abdel-Aleem, M. (2008, July 16). Uterine Massage for Preventing Postpartum Haemorrhage. Cochrane Database Syst Rev, 3, CD006431.
93 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
James, A. H., McLintock, C., & Lockhart, E. (2012). Postpartum Hemorrhage: When Uterotonics and Sutures Fail. THSNA Meeting Proceedings, Wiley Periodicals, Inc., 87, pp. 16-22.
Jekti, R. P., & Suarthana, E. (2011). Risk Factors of Post Partum Haemorrhage in Indonesia. Health Science Indones, 2, 66-70.
Kasap, B., Akbaba, E., Öner, G., Küçük, M., Akın, M. N., Öztürk, N. T., & Koçman, R. D. (2016, March). Evaluation of Patients with Postpartum Hemorrhage Patients in a University-Affiliated Tertiary Care Hospital. The Medical Bulletin of Haseki Training and Research Hospital, pp. 13-18.
Kayem, G., Kurinczuk, J. J., Alfirevic, Z., Spark, P., Brocklehurst, P., & Knight, M. (2011, January). Uterine Compression Sutures for the Management of Severe Postpartum Hemorrhage. The American College of Obstetricians and Gynecologists, 117(1), 14-20.
Kementrian kesehatan. Capaian Kinerja Kemenkes Republik Indonesia tahun 2015-2017.http://www.depkes.go.id. Cited on 6 April 2018.
Lalonde, A., Okong, P., Bhutta, S. Z., Adrien, L., Stones, W., Fuchtner, C., . . . Dadelszen, P. v. (2012). Prevention and Treatment of Postpartum Hemorrhage in Low-Resource Settings. International Journal of Gynecology and Obstetrics, 117, 108-118.
Liu, S., Mathur, M., & Tagore, S. (2014, July). Complications and Pregnancy Outcome Following Uterine Compression Suture for Postpartum Haemorrhage: A Single Centre Experience. Journal of Obstetrics and Gynaecology, 34, 383-386.
Manuaba, Ida BG. (2008). Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana. Buku kedokteran EGC : Jakarta
Marasinghe, J. P., Condous, G., Seneviratne, H. R., & Marasinghe, U. (2011). Modified Anchored B-Lynch Uterine Compression Suture for Post Partum Bleeding with Uterine Atony. ACTA Obstetricia et Gynecologica, pp. 280-283.
Muzakkar, M., Sulistyono, A., & Widjiati. (2012, April). Perbedaan Ekspresi Trombin dan Connexin 43 Uterus Kelinci New Zealand setelah Dilakukan Penjahitan Kompresi Uterus Pasca Persalinan Sesar Sebagai Model Penjahitan B-Lynch Modifikasi Surabaya. Majalah Obstetri & Ginekologi, 20(1), pp. 1-7.
Neelam, N., & Kumar, S. J. (2010, April). B-Lynch Suture - An Experience. J Obstet Gynecol India, 60(2), 128-134.
Oliveira, D. d., & Mandu, E. N. (2015). Women with High-Risk Pregnancy: Experiences and Perceptions of Needs and Care. Retrieved April 2018, from http://www.scielo.br/pdf/ean/en_1414.
94 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Palupi, D. D., & Indawati, R. (2014, Desember). Faktor Risiko Kematian Ibu dengan Preeklampsia/Eklampsia dan Perdarahan di Provinsi Jawa Timur. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, 3(2), 107-113.
Penn, Z. (2001). Indication for Caesarean Section. Best Practice and Research Clinical Obstetric & Gynecology, 15(1), 1-15.
Royal College of Obstetrics and Gynecology (RCOG). Prevention and management of post-partum hemorrhage. Green Top Guidelines No. 52 2011.
Saifuddin, A. B. (2010). Ilmu Kebidanan (Vol. IV). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saroja, C., Nankani, A., & El-Hamamy, E. (2010). Uterine Compression Sutures, An Update: Review of Efficacy, Safety and Complications of B-Lynch Suture and Other Uterine Compression Techniques for Postpartum Haemorrhage. Archives of Gynecology and Obstetrics, 281(4), 581-588.
Satia, M. N., & More, V. S. (2016). Uterine Necrosis in a Case of B-Lynch Suture. Int J Reprod, Contracept, Obstet and Gynecol, 5, 2466-9.
Satyoputro, T.D. (2018). Penerapan Data Indikator Mutu PONEK Sebagai Upaya Peningkatan Keselamatan Maternal Neonatal di RSUD dr. Soetomo Surabaya Bulan Januari-Desember 2017. Surabaya:SMF Obs-Gyn, FK UNAIR
Schuurmans, N., MacKinnon, C., Lane, C., & Etches, D. (2000, April). Prevention and Management of Postpartum Haemorrhage. SOGC Clinical Practice Guidelines, pp. 1-11.
Sebire, N., Jolly, M., Harris, J., Wadsworth, J., Joffe, M., Beard, R., . . . Robinson, S. (2001). Maternal Obesity and Pregnancy Outcome: a Study of 287213 Pregnancies in London. International Journal of Obesity, 25, 1175-1182.
Setiyono, A., Aziz, A., Sulistyono, A., & Mose, J. C. (2015). Pereira Suture: an Alternative Compression Suture to Treat Uterine Atony. Indones J Obstet Gynecol, 3, 177-182.
Somalwar, S. A., Joshi, S. A., Bhalerao, A. V., & Kawthalkar, A. S. (2012). Total Uterine Necrosis: A Complication of B-Lynch Suture. J South Asian Feder Obst Gynae, 1, 61-63.
Sulistyono, A., Gultom, E. S., Dachlan, E. G., & Prabowo, P. (2010). Conservative Surgical Management of Postpartum Hemorrhage (PPH) Using 'Surabaya Method' (Modified B-Lynch Compression Suture). Indones J Obstet Gynecol, 108-13.
Sulistyono, A. (2012). Peningkatan L-Type Calcium Channel, Kalsium Intraseluler, PAR-1 dan HSP-27 pada Uterus Kelinci New Zealand yang Dilakukan Penjahitan Modifikasi Surabaya (Kajian Biomolekuler pada Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan Karena Atonia Uteri). Universitas Airlangga, Program Pascasarjana. Surabaya: Universitas Airlangga.
95 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
WHO. Recommendations for The Prevention and Treatment of Post Partum Haemorrhage. World health Organisation library in Publication Data 2012. http://www.who.int/reproductivehealth/publication/maternal-perinatal. Cited on 21 April 2018.
Wiknyosastro H,2005. Ilmu Kebidanan Edisi 7, Yayasan Bina Pustaka.
Tokushige, Y., Iwami, S., Nonogaki, T., Shibayama, T., Shimada, T., & Minamiguchi, S. (2017). Case Report of a Pregnant Patient with Systemic Lupus Erythematosus with Uterine Atony and very Thin Myometrium with Uterine Fibrosis. doi: 10.1002/ijgo.121 18.
96 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan
Kegiatan Mei
2018
Juni
2018
Juli
2018
Agustus
2018
September
2018
Oktober
2018
Penyusunan
Proposal
Pengurusan
Laik Etik
Pelaksanaan
Penelitian
Analisa
Data
Penyusunan
Karya
Akhir
97 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 2 Dummy Table
Faktor Risiko Maternal B-Lynch Modif Surabaya
p-Value
OR
Gagal Berhasil Usia <20
20-35 >35
Paritas Multipara Grande Multi
Obesitas Normal Obes I Obes II Obes III
Anemia dalam kehamilan Ya Tidak
Kehamilan Multiple Ya Tidak
DM Ya Tidak
Hipertensi Dalam Kehamilan Ya Tidak
Peny Jantung Ya Tidak
Infeksi Ya Tidak
Mode of delivery Pervaginam Perabdominam
Induksi Persalinan Induksi Tidak Induksi
Interval tindakan jahitan kompresi metode surabaya pada kasus atonia uteri yang terjadi saat SC dan pasca persalinan pervaginam
<1 jam 1-2 jam >2-7 jam >7jam
98 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 3 Lembar Pengumpul Data
IDENTITAS
Nama :
No Reg :
Alamat / telp :
Asal Rujukan :
Umur :
Pendidikan :
MRS :
Diagnosis :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
PEMERIKSAAN FISIK:
TB: ______cm BB: ______kg BMI: __________
TD sistolik: __________mmHg TD diastolik: __________mmHg
PEMERIKSAAN LAB :
x Hb : x Leukosit : x Trombosit :
99 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Faktor Antepartum
x Umur : 1. <20 th / 2. 20-35 th / 3. > 35 th x Paritas : 1. Multipara / 2. Grandemulti x Obesitas : 1. Normal / 2. Obes grade I / 3. Obes grade II / 3. Obes grade III x Kehamilan Multipel : 1. Ya / 2. Tidak x Penyakit penyerta maternal : 1. DM / 2. Peny Jantung / 3. Anemia / 4. HDK
/ 5. Infeksi / 6. SLE / 7. Jaundice of pregnancy
Faktor Intrapartum
x Mode of delivery : 1. Pervaginam / 2. Perabdominam: a. Elektif b. Emergency x Induksi persalinan : 1. Ya / 2. Tidak
Bila Ya, indikasi …………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………………………..
Faktor Postpartum
x Interval tindakan jahitan komprsi metode Surabaya pada kasus atonia uteri yang terjadi saat SC dan pasca persalinan pervaginam : 1. <1 jam / 2. 1-2 jam / 3. > 2-7 jam / 4. > 7 jam
x Tambahan tindakan : 1. Ligasi a uterina / 2. Jahitan Cho / 3. Histerektomi x Bila dilakukan histerektomi indikasinya :
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
x Interval dikerjakan jahitan kompresi metode Surabaya dengan histerektomi : 1. <1 jam / 2. 1-2 jam / 3. > 2-7 jam / 4. > 7 jam
x Komplikasi post jahitan kompresi metode Surabaya : 1. Ya / 2. Tidak x Jelaskan :
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
100 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4 Analisis Statistik
Frequencies Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid < 20 tahun 9 4.7 4.7 4.7
20 -35 tahun 131 68.2 68.2 72.9
> 35 tahun 52 27.1 27.1 100.0
Total 192 100.0 100.0
Paritas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid MultiPara 183 95.3 95.3 95.3
GrandeMulti 9 4.7 4.7 100.0
Total 192 100.0 100.0
Obesitas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Normal 63 32.8 32.8 32.8
Obes I 102 53.1 53.1 85.9
Obes II 14 7.3 7.3 93.2
Obes III 13 6.8 6.8 100.0
Total 192 100.0 100.0
Kehamilan multiple
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Ya 29 15.1 15.1 15.1
Tidak 163 84.9 84.9 100.0
Total 192 100.0 100.0
101 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DM
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak 183 95.3 95.3 95.3
Ya 9 4.7 4.7 100.0
Total 192 100.0 100.0
Jantung
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak 188 97.9 97.9 97.9 Ya 4 2.1 2.1 100.0
Total 192 100.0 100.0
Anemia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak 71 37.0 37.0 37.0
Ya 121 63.0 63.0 100.0
Total 192 100.0 100.0
HDK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak 84 43.8 43.8 43.8
Ya 108 56.3 56.3 100.0
Total 192 100.0 100.0
Infeksi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak 170 88.5 88.5 88.5
Ya 22 11.5 11.5 100.0
Total 192 100.0 100.0
SLE
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak 191 99.5 99.5 99.5
Ya 1 .5 .5 100.0
Total 192 100.0 100.0
102 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Jaundice
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak 185 96.4 96.4 96.4
Ya 7 3.6 3.6 100.0
Total 192 100.0 100.0
Mode of Delivery
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Pervaginam 19 9.9 9.9 9.9 Elektif 13 6.8 6.8 16.7
Emergency 160 83.3 83.3 100.0
Total 192 100.0 100.0
Induksi Persalinan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak 135 70.3 70.3 70.3
Ya 57 29.7 29.7 100.0
Total 192 100.0 100.0
Jahitan Kompresi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid <1 jam 159 82.8 82.8 82.8
1-2 jam 10 5.2 5.2 88.0
>2-7 jam 17 8.9 8.9 96.9
> 7 jam 6 3.1 3.1 100.0
Total 192 100.0 100.0
Dikerjakan B_Lynch
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid RS Mutiara Hati Mojokerto 1 .5 .5 .5
RSDS 183 95.3 95.3 95.8
RSUD Bangkalan 3 1.6 1.6 97.4
RSUD dr Soewandhie 1 .5 .5 97.9
RSUD Koesma Tuban 1 .5 .5 98.4
RSUD Sidoarjo 3 1.6 1.6 100.0
Total 192 100.0 100.0
103 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Evaluasi B_lynch
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Berhasil 160 83.3 83.3 83.3
Gagal 32 16.7 16.7 100.0
Total 192 100.0 100.0
Crosstabs
Umur * Evaluasi B_lynch Crosstabulation
Evaluasi B_lynch
Total Berhasil Gagal
Umur < 20 tahun Count 7 2 9
% within Umur 77.8% 22.2% 100.0%
20 -35 tahun Count 107 24 131
% within Umur 81.7% 18.3% 100.0%
> 35 tahun Count 46 6 52
% within Umur 88.5% 11.5% 100.0% Total Count 160 32 192
% within Umur 83.3% 16.7% 100.0%
Paritas * Evaluasi B_lynch Crosstabulation
Evaluasi B_lynch
Total Berhasil Gagal
Paritas MultiPara Count 152 31 183
% within Paritas 83.1% 16.9% 100.0%
GrandeMulti Count 8 1 9
% within Paritas 88.9% 11.1% 100.0% Total Count 160 32 192
% within Paritas 83.3% 16.7% 100.0%
104 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Obesitas * Evaluasi B_lynch Crosstabulation
Evaluasi B_lynch
Total Berhasil Gagal
Obesitas Normal Count 54 9 63
% within Obesitas 85.7% 14.3% 100.0%
Obes I Count 83 19 102
% within Obesitas 81.4% 18.6% 100.0%
Obes II Count 12 2 14
% within Obesitas 85.7% 14.3% 100.0%
Obes III Count 11 2 13
% within Obesitas 84.6% 15.4% 100.0% Total Count 160 32 192
% within Obesitas 83.3% 16.7% 100.0%
Kehamilan multiple * Evaluasi B_lynch Crosstabulation
Evaluasi B_lynch
Total Berhasil Gagal Kehamilan multiple Ya Count 25 4 29
% within Kehamilan multiple 86.2% 13.8% 100.0%
Tidak Count 135 28 163
% within Kehamilan multiple 82.8% 17.2% 100.0% Total Count 160 32 192
% within Kehamilan multiple 83.3% 16.7% 100.0%
DM * Evaluasi B_lynch Crosstabulation
Evaluasi B_lynch
Total Berhasil Gagal
DM Tidak Count 151 32 183
% within DM 82.5% 17.5% 100.0%
Ya Count 9 0 9
% within DM 100.0% .0% 100.0% Total Count 160 32 192
% within DM 83.3% 16.7% 100.0%
105 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Jantung * Evaluasi B_lynch Crosstabulation
Evaluasi B_lynch
Total Berhasil Gagal
Jantung Tidak Count 156 32 188
% within Jantung 83.0% 17.0% 100.0%
Ya Count 4 0 4
% within Jantung 100.0% .0% 100.0% Total Count 160 32 192
% within Jantung 83.3% 16.7% 100.0%
Anemia * Evaluasi B_lynch Crosstabulation
Evaluasi B_lynch
Total Berhasil Gagal
Anemia Tidak Count 68 3 71
% within Anemia 95.8% 4.2% 100.0%
Ya Count 92 29 121
% within Anemia 76.0% 24.0% 100.0% Total Count 160 32 192
% within Anemia 83.3% 16.7% 100.0%
HDK * Evaluasi B_lynch Crosstabulation
Evaluasi B_lynch
Total Berhasil Gagal
HDK Tidak Count 67 17 84
% within HDK 79.8% 20.2% 100.0%
Ya Count 93 15 108
% within HDK 86.1% 13.9% 100.0% Total Count 160 32 192
% within HDK 83.3% 16.7% 100.0%
Infeksi * Evaluasi B_lynch Crosstabulation
Evaluasi B_lynch
Total Berhasil Gagal Infeksi Tidak Count 145 25 170
% within Infeksi 85.3% 14.7% 100.0%
Ya Count 15 7 22
% within Infeksi 68.2% 31.8% 100.0% Total Count 160 32 192
% within Infeksi 83.3% 16.7% 100.0%
106 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SLE * Evaluasi B_lynch Crosstabulation
Evaluasi B_lynch
Total Berhasil Gagal
SLE Tidak Count 159 32 191
% within SLE 83.2% 16.8% 100.0%
Ya Count 1 0 1
% within SLE 100.0% .0% 100.0% Total Count 160 32 192
% within SLE 83.3% 16.7% 100.0%
Jaundice * Evaluasi B_lynch Crosstabulation
Evaluasi B_lynch
Total Berhasil Gagal
Jaundice Tidak Count 153 32 185
% within Jaundice 82.7% 17.3% 100.0%
Ya Count 7 0 7
% within Jaundice 100.0% .0% 100.0% Total Count 160 32 192
% within Jaundice 83.3% 16.7% 100.0%
Mode of Delivery * Evaluasi B_lynch Crosstabulation
Evaluasi B_lynch
Total Berhasil Gagal
Mode of Delivery Pervaginam Count 13 6 19
% within Mode of Delivery 68.4% 31.6% 100.0%
Elektif Count 11 2 13
% within Mode of Delivery 84.6% 15.4% 100.0%
Emergency Count 136 24 160
% within Mode of Delivery 85.0% 15.0% 100.0% Total Count 160 32 192
% within Mode of Delivery 83.3% 16.7% 100.0%
Induksi Persalinan * Evaluasi B_lynch Crosstabulation
Evaluasi B_lynch
Total Berhasil Gagal
Induksi Persalinan Tidak Count 118 17 135
% within Induksi Persalinan 87.4% 12.6% 100.0%
Ya Count 42 15 57
% within Induksi Persalinan 73.7% 26.3% 100.0% Total Count 160 32 192
% within Induksi Persalinan 83.3% 16.7% 100.0%
107 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Jahitan Kompresi * Evaluasi B_lynch Crosstabulation
Evaluasi B_lynch
Total Berhasil Gagal
Jahitan Kompresi <1 jam Count 141 18 159
% within Jahitan Kompresi 88.7% 11.3% 100.0%
1-2 jam Count 10 0 10
% within Jahitan Kompresi 100.0% .0% 100.0%
>2-7 jam Count 8 9 17
% within Jahitan Kompresi 47.1% 52.9% 100.0%
> 7 jam Count 1 5 6
% within Jahitan Kompresi 16.7% 83.3% 100.0% Total Count 160 32 192
% within Jahitan Kompresi 83.3% 16.7% 100.0%
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88
UMUR Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 192 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 192 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 192 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
dimensi on0
Berhasil 0
Gagal 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 0 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.609 .194 69.074 1 .000 .200
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Umur 1.405 1 .236
Overall Statistics 1.405 1 .236
Block 1: Method = Enter
109 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 1.429 1 .232
Block 1.429 1 .232
Model 1.429 1 .232
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 171.587a .007 .012
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 1 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Umur -.456 .386 1.393 1 .238 .634
Constant -.614 .851 .519 1 .471 .541
a. Variable(s) entered on step 1: Umur.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Umur .297 1.352
Constant a. Variable(s) entered on step 1: Umur.
110 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PARITAS Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 192 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 192 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 192 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
dimensi on0
Berhasil 0
Gagal 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 0 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.609 .194 69.074 1 .000 .200
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Paritas .210 1 .647
Overall Statistics .210 1 .647
Block 1: Method = Enter
111 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step .231 1 .630
Block .231 1 .630
Model .231 1 .630
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 172.784a .001 .002
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 1 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Paritas -.490 1.079 .206 1 .650 .613
Constant -1.100 1.132 .946 1 .331 .333
a. Variable(s) entered on step 1: Paritas.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Paritas .074 5.078
Constant a. Variable(s) entered on step 1: Paritas.
112 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
OBESITAS Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 192 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 192 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 192 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
dimensi on0
Berhasil 0
Gagal 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 0 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.609 .194 69.074 1 .000 .200
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Obesitas .040 1 .842
Overall Statistics .040 1 .842
Block 1: Method = Enter
113 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step .039 1 .843
Block .039 1 .843
Model .039 1 .843
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 172.976a .000 .000
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 1 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Obesitas .047 .236 .040 1 .842 1.048
Constant -1.698 .489 12.083 1 .001 .183
a. Variable(s) entered on step 1: Obesitas.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Obesitas .660 1.664
Constant a. Variable(s) entered on step 1: Obesitas.
114 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KEHAMILAN MULTIPEL Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 192 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 192 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 192 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
dimensi on0
Berhasil 0
Gagal 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 0 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.609 .194 69.074 1 .000 .200
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Kehamilanmultiple .203 1 .652
Overall Statistics .203 1 .652
Block 1: Method = Enter
115 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step .212 1 .646
Block .212 1 .646
Model .212 1 .646
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 172.804a .001 .002
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 1 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Kehamilanmultiple .260 .577 .202 1 .653 1.296
Constant -2.092 1.097 3.638 1 .056 .123
a. Variable(s) entered on step 1: Kehamilanmultiple.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Kehamilanmultiple .418 4.018
Constant a. Variable(s) entered on step 1: Kehamilanmultiple.
116 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DIABETES Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 192 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 192 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 192 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
dimensi on0
Berhasil 0
Gagal 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 0 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.609 .194 69.074 1 .000 .200
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables DM 1.889 1 .169
Overall Statistics 1.889 1 .169
Block 1: Method = Enter
117 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 3.369 1 .066
Block 3.369 1 .066
Model 3.369 1 .066
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 169.646a .017 .029
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Classification Tablea
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 1 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a DM -19.651 13397.657 .000 1 .999 .000
Constant -1.552 .195 63.563 1 .000 .212
a. Variable(s) entered on step 1: DM.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a DM .000 .
Constant a. Variable(s) entered on step 1: DM.
118 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KELAINAN JANTUNG Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 192 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 192 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 192 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
dimensi on0
Berhasil 0
Gagal 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 0 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.609 .194 69.074 1 .000 .200
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Jantung .817 1 .366
Overall Statistics .817 1 .366
Block 1: Method = Ente
119 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 1.475 1 .224
Block 1.475 1 .224
Model 1.475 1 .224
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 171.540a .008 .013
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Classification Tablea
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 1 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Jantung -19.619 20096.485 .000 1 .999 .000
Constant -1.584 .194 66.634 1 .000 .205
a. Variable(s) entered on step 1: Jantung.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper Step 1a Jantung .000 .
Constant a. Variable(s) entered on step 1: Jantung.
120 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ANEMIA Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 192 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 192 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 192 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
dimensi on0
Berhasil 0
Gagal 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 0 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.609 .194 69.074 1 .000 .200
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Anemia 12.556 1 .000
Overall Statistics 12.556 1 .000
121 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 14.891 1 .000
Block 14.891 1 .000
Model 14.891 1 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 158.125a .075 .126
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 1 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Anemia 1.966 .627 9.829 1 .002 7.145
Constant -3.121 .590 27.985 1 .000 .044
a. Variable(s) entered on step 1: Anemia.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Anemia 2.090 24.428
Constant a. Variable(s) entered on step 1: Anemia.
122 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
HDK Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 192 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 192 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 192 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
dimensi on0
Berhasil 0
Gagal 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 0 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.609 .194 69.074 1 .000 .200
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables HDK 1.371 1 .242
Overall Statistics 1.371 1 .242
123 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Block 1: Method = Ent
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 1.361 1 .243
Block 1.361 1 .243
Model 1.361 1 .243
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 171.654a .007 .012
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 1 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a HDK -.453 .389 1.358 1 .244 .636
Constant -1.371 .272 25.505 1 .000 .254
a. Variable(s) entered on step 1: HDK.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a HDK .297 1.362
Constant a. Variable(s) entered on step 1: HDK.
124 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
INFEKSI Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 192 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 192 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 192 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
dimensi on0
Berhasil 0
Gagal 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal Step 0 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.609 .194 69.074 1 .000 .200
125 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Infeksi 4.107 1 .043
Overall Statistics 4.107 1 .043
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 3.519 1 .061
Block 3.519 1 .061
Model 3.519 1 .061
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 169.497a .018 .031
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 1 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Infeksi .996 .506 3.867 1 .049 2.707
Constant -1.758 .217 65.891 1 .000 .172
a. Variable(s) entered on step 1: Infeksi.
126 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Infeksi 1.003 7.302
Constant a. Variable(s) entered on step 1: Infeksi.
SLE Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 192 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 192 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 192 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
dimensi on0
Berhasil 0
Gagal 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 0 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.609 .194 69.074 1 .000 .200
127 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables SLE .201 1 .654
Overall Statistics .201 1 .654
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step .366 1 .545
Block .366 1 .545
Model .366 1 .545
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 172.650a .002 .003
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Classification Tablea
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 1 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a SLE -19.600 40192.970 .000 1 1.000 .000
Constant -1.603 .194 68.466 1 .000 .201
a. Variable(s) entered on step 1: SLE.
128 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a SLE .000 .
Constant a. Variable(s) entered on step 1: SLE.
JAUNDICE Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 192 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 192 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 192 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
dimensi on0
Berhasil 0
Gagal 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 0 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.609 .194 69.074 1 .000 .200
129 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Jaundice 1.453 1 .228
Overall Statistics 1.453 1 .228
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 2.605 1 .107
Block 2.605 1 .107
Model 2.605 1 .107
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 170.411a .013 .023 a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Classification Tablea
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 1 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Jaundice -19.638 15191.515 .000 1 .999 .000
Constant -1.565 .194 64.794 1 .000 .209
a. Variable(s) entered on step 1: Jaundice.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper
Step 1a Jaundice .000 .
Constant a. Variable(s) entered on step 1: Jaundice.
130 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
MODE OF DELIVERY Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 192 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 192 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 192 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
dimensi on0
Berhasil 0
Gagal 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 0 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.609 .194 69.074 1 .000 .200
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables ModeofDelivery 2.887 1 .089
Overall Statistics 2.887 1 .089
Block 1: Method = Enter
131 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 2.556 1 .110
Block 2.556 1 .110
Model 2.556 1 .110
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 170.459a .013 .022 a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 1 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a ModeofDelivery -.443 .266 2.771 1 .096 .642
Constant -.425 .723 .345 1 .557 .654
a. Variable(s) entered on step 1: ModeofDelivery.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a ModeofDelivery .381 1.082
Constant a. Variable(s) entered on step 1: ModeofDelivery.
132 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
INDUKSI Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 192 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 192 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 192 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
dimensi on0
Berhasil 0
Gagal 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 0 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.609 .194 69.074 1 .000 .200
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables InduksiPersalinan 5.434 1 .020
Overall Statistics 5.434 1 .020
Block 1: Method = Enter
133 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 5.100 1 .024
Block 5.100 1 .024
Model 5.100 1 .024
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 167.915a .026 .044
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 1 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a InduksiPersalinan .908 .397 5.224 1 .022 2.479
Constant -1.937 .259 55.779 1 .000 .144
a. Variable(s) entered on step 1: InduksiPersalinan.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a InduksiPersalinan 1.138 5.400
Constant a. Variable(s) entered on step 1: InduksiPersalinan.
134 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
JAHITAN KOMPRESI Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 192 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 192 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 192 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
dimensi on0
Berhasil 0
Gagal 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 0 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.609 .194 69.074 1 .000 .200
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables JahitanKompresi 33.035 1 .000
Overall Statistics 33.035 1 .000
Block 1: Method = Enter
135 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 25.464 1 .000
Block 25.464 1 .000
Model 25.464 1 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 147.551a .124 .209
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 1 Evaluasi B_lynch Berhasil 151 9 94.4
Gagal 18 14 43.8
Overall Percentage 85.9
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a JahitanKompresi 1.080 .221 23.872 1 .000 2.945
Constant -3.238 .418 60.072 1 .000 .039
a. Variable(s) entered on step 1: JahitanKompresi.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a JahitanKompresi 1.909 4.541
Constant a. Variable(s) entered on step 1: JahitanKompresi.
Logistic Regression
136 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 192 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 192 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 192 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
dimensi on0
Berhasil 0
Gagal 1
Categorical Variables Codings
Frequency
Parameter coding
(1) (2) (3)
Jahitan Kompresi <1 jam 159 .000 .000 .000
1-2 jam 10 1.000 .000 .000
>2-7 jam 17 .000 1.000 .000
> 7 jam 6 .000 .000 1.000 Mode of Delivery Pervaginam 19 1.000 .000
Elektif 13 .000 1.000 Emergency 160 .000 .000
Umur < 20 tahun 9 .000 .000 20 -35 tahun 131 1.000 .000 > 35 tahun 52 .000 1.000
HDK Tidak 84 .000 Ya 108 1.000
Induksi Persalinan Tidak 135 .000 Ya 57 1.000
Anemia Tidak 71 .000 Ya 121 1.000
Infeksi Tidak 170 .000 Ya 22 1.000
Block 0: Beginning Block
137 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 0 Evaluasi B_lynch Berhasil 160 0 100.0
Gagal 32 0 .0
Overall Percentage 83.3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.609 .194 69.074 1 .000 .200
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables JahitanKompresi 40.578 3 .000
JahitanKompresi(1) 2.110 1 .146
JahitanKompresi(2) 17.670 1 .000
JahitanKompresi(3) 19.819 1 .000
InduksiPersalinan(1) 5.434 1 .020
ModeofDelivery 3.377 2 .185
ModeofDelivery(1) 3.376 1 .066
ModeofDelivery(2) .017 1 .898
Infeksi(1) 4.107 1 .043
HDK(1) 1.371 1 .242
Anemia(1) 12.556 1 .000
Umur 1.443 2 .486
Umur(1) .812 1 .367
Umur(2) 1.350 1 .245
Overall Statistics 48.119 11 .000
Block 1: Method = Backward Stepwise (Wald)
138 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 42.762 11 .000
Block 42.762 11 .000
Model 42.762 11 .000 Step 2a Step -.024 1 .876
Block 42.738 10 .000 Model 42.738 10 .000
Step 3a Step -.345 1 .557 Block 42.393 9 .000 Model 42.393 9 .000
Step 4a Step -1.480 2 .477 Block 40.913 7 .000 Model 40.913 7 .000
Step 5a Step -1.146 2 .564 Block 39.767 5 .000 Model 39.767 5 .000
Step 6a Step -.310 1 .578
Block 39.457 4 .000
Model 39.457 4 .000
a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step.
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 130.253a .200 .336
2 130.278a .200 .336
3 130.623a .198 .334
4 132.103a .192 .323
5 133.248a .187 .315
6 133.558a .186 .313
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
139 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Classification Tablea
Observed Predicted
Evaluasi B_lynch Percentage
Correct Berhasil Gagal
Step 1 Evaluasi B_lynch Berhasil 153 7 95.6
Gagal 21 11 34.4
Overall Percentage 85.4
Step 2 Evaluasi B_lynch Berhasil 153 7 95.6 Gagal 21 11 34.4
Overall Percentage 85.4
Step 3 Evaluasi B_lynch Berhasil 154 6 96.3 Gagal 20 12 37.5
Overall Percentage 86.5
Step 4 Evaluasi B_lynch Berhasil 153 7 95.6 Gagal 22 10 31.3
Overall Percentage 84.9
Step 5 Evaluasi B_lynch Berhasil 151 9 94.4 Gagal 20 12 37.5
Overall Percentage 84.9
Step 6 Evaluasi B_lynch Berhasil 151 9 94.4
Gagal 20 12 37.5
Overall Percentage 84.9
a. The cut value is .500
140 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
JahitanKompresi 10.298 3 .016 JahitanKompresi(1) -19.395 12155.087 .000 1 .999 .000 .000 .
JahitanKompresi(2) 1.745 .795 4.822 1 .028 5.729 1.206 27.203
JahitanKompresi(3) 3.240 1.200 7.289 1 .007 25.545 2.430 268.523
InduksiPersalinan(1) .082 .525 .024 1 .876 1.085 .388 3.039
ModeofDelivery 1.940 2 .379 ModeofDelivery(1) .378 1.015 .139 1 .709 1.460 .200 10.669
ModeofDelivery(2) 1.256 .937 1.799 1 .180 3.513 .560 22.028
Infeksi(1) .386 .684 .318 1 .573 1.471 .385 5.619
HDK(1) .488 .517 .889 1 .346 1.629 .591 4.489
Anemia(1) 1.812 .691 6.882 1 .009 6.124 1.581 23.718
Umur 1.248 2 .536 Umur(1) -.028 1.066 .001 1 .979 .972 .120 7.854
Umur(2) -.648 1.135 .326 1 .568 .523 .057 4.837
Constant -3.643 1.354 7.239 1 .007 .026 Step 2a
JahitanKompresi 10.633 3 .014 JahitanKompresi(1) -19.411 12144.406 .000 1 .999 .000 .000 . JahitanKompresi(2) 1.749 .794 4.859 1 .028 5.750 1.214 27.240 JahitanKompresi(3) 3.269 1.185 7.609 1 .006 26.279 2.576 268.108 ModeofDelivery 1.923 2 .382 ModeofDelivery(1) .411 .993 .171 1 .679 1.508 .215 10.557 ModeofDelivery(2) 1.240 .931 1.775 1 .183 3.456 .558 21.427 Infeksi(1) .403 .675 .357 1 .550 1.497 .399 5.622 HDK(1) .490 .517 .898 1 .343 1.632 .593 4.495 Anemia(1) 1.820 .689 6.978 1 .008 6.171 1.599 23.809 Umur 1.301 2 .522 Umur(1) -.035 1.059 .001 1 .974 .966 .121 7.700 Umur(2) -.665 1.126 .349 1 .555 .514 .057 4.673 Constant -3.621 1.341 7.285 1 .007 .027
Step 3a
JahitanKompresi 12.077 3 .007 JahitanKompresi(1) -19.361 12124.989 .000 1 .999 .000 .000 . JahitanKompresi(2) 1.846 .770 5.742 1 .017 6.333 1.399 28.655 JahitanKompresi(3) 3.378 1.169 8.350 1 .004 29.312 2.965 289.808 ModeofDelivery 1.720 2 .423 ModeofDelivery(1) .324 .973 .111 1 .739 1.383 .206 9.302 ModeofDelivery(2) 1.169 .922 1.609 1 .205 3.219 .529 19.598 HDK(1) .425 .503 .713 1 .398 1.530 .570 4.103 Anemia(1) 1.816 .689 6.946 1 .008 6.148 1.593 23.733 Umur 1.381 2 .501 Umur(1) .024 1.058 .001 1 .982 1.024 .129 8.143 Umur(2) -.629 1.128 .311 1 .577 .533 .058 4.863
141 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Constant -3.585 1.342 7.133 1 .008 .028 Step 4a
JahitanKompresi 12.069 3 .007 JahitanKompresi(1) -19.371 12181.153 .000 1 .999 .000 .000 . JahitanKompresi(2) 1.813 .763 5.644 1 .018 6.132 1.373 27.373 JahitanKompresi(3) 3.369 1.158 8.463 1 .004 29.063 3.002 281.360 ModeofDelivery 1.272 2 .530 ModeofDelivery(1) .371 .960 .149 1 .699 1.449 .221 9.506 ModeofDelivery(2) .952 .895 1.131 1 .287 2.590 .448 14.964 HDK(1) .385 .489 .620 1 .431 1.469 .564 3.829 Anemia(1) 1.787 .687 6.764 1 .009 5.969 1.553 22.940 Constant -3.662 .778 22.131 1 .000 .026
Step 5a
JahitanKompresi 18.029 3 .000 JahitanKompresi(1) -19.120 12263.216 .000 1 .999 .000 .000 . JahitanKompresi(2) 1.928 .564 11.689 1 .001 6.878 2.277 20.774 JahitanKompresi(3) 3.320 1.142 8.447 1 .004 27.648 2.948 259.345 HDK(1) .260 .469 .308 1 .579 1.297 .518 3.250 Anemia(1) 1.662 .672 6.123 1 .013 5.272 1.413 19.672 Constant -3.413 .726 22.070 1 .000 .033
Step 6a
JahitanKompresi 17.839 3 .000 JahitanKompresi(1) -19.136 12341.786 .000 1 .999 .000 .000 .
JahitanKompresi(2) 1.913 .563 11.562 1 .001 6.774 2.249 20.406
JahitanKompresi(3) 3.237 1.130 8.211 1 .004 25.450 2.781 232.893
Anemia(1) 1.565 .648 5.830 1 .016 4.783 1.343 17.038
Constant -3.192 .601 28.206 1 .000 .041 a. Variable(s) entered on step 1: JahitanKompresi, InduksiPersalinan, ModeofDelivery, Infeksi, HDK, Anemia, Umur.
142 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 2a Variables InduksiPersalinan(1) .024 1 .876
Overall Statistics .024 1 .876 Step 3b Variables InduksiPersalinan(1) .061 1 .804
Infeksi(1) .359 1 .549 Overall Statistics .384 2 .825
Step 4c Variables InduksiPersalinan(1) .146 1 .702 Infeksi(1) .457 1 .499 Umur 1.407 2 .495 Umur(1) 1.140 1 .286 Umur(2) 1.406 1 .236
Overall Statistics 1.803 4 .772 Step 5d Variables InduksiPersalinan(1) .095 1 .758
ModeofDelivery 1.340 2 .512 ModeofDelivery(1) .143 1 .705 ModeofDelivery(2) 1.192 1 .275 Infeksi(1) .233 1 .630 Umur 1.057 2 .590 Umur(1) .834 1 .361 Umur(2) 1.057 1 .304
Overall Statistics 3.125 6 .793 Step 6e Variables InduksiPersalinan(1) .104 1 .747
ModeofDelivery .943 2 .624
ModeofDelivery(1) .130 1 .718
ModeofDelivery(2) .813 1 .367
Infeksi(1) .131 1 .717
HDK(1) .309 1 .579
Umur 1.048 2 .592
Umur(1) .724 1 .395
Umur(2) 1.034 1 .309
Overall Statistics 3.306 7 .855
a. Variable(s) removed on step 2: InduksiPersalinan. b. Variable(s) removed on step 3: Infeksi. c. Variable(s) removed on step 4: Umur. d. Variable(s) removed on step 5: ModeofDelivery. e. Variable(s) removed on step 6: HDK.
143 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA