i
i
HUBUNGAN DUKUNGAN PERAWAT DAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN AKIBAT
MENJALANI PERAWATAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
DI RSU SIDOARJO
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh : IIS SUWANTI
NIM : S540209217
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ii
ii
HUBUNGAN DUKUNGAN PERAWAT DAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN AKIBAT
MENJALANI PERAWATAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
DI RSU SIDOARJO
Diajukan Oleh :
IIS SUWANTI
S540209217
Tesis
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal Pembimbing I : Prof.Dr.dr.Ambar Mudigdo,SpPA …………... ……… NIP 130 543 977 Pembimbing II : dr. Jarot Subandono, MKes …………... ……… NIP 132 230 853
Mengetahui Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Prof.Dr.Didik G.Tamtomo,dr,M.Kes,MM,PAK NIP 194803131976100
ii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
iii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN DUKUNGAN PERAWAT DAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN AKIBAT
MENJALANI PERAWATAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
DI RSU SIDOARJO
Disusun oleh :
IIS SUWANTI S540209217
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada Tanggal : 29 Juli 2010
Jabatan Nama Tanda tangan
Ketua : Prof.Dr.Didik G.Tamtomo,dr,M.Kes,MM,PAK …………….. Merangkap NIP. 194803131976100 Anggota Sekretaris : Dr. Nunuk Suryani, M.Pd ……………. Merangkap NIP. 131 130 280 Anggota Anggota : 1. Prof.Dr.dr.Ambar Mudigdo,Sp.PA …………… Penguji NIP. 130 543 977 2. dr. Jarot Subandono, MKes …………… NIP. 132 230 853
Mengetahui Direktur Program Program Studi Pasca Sarjana Magister Kedokteran Keluarga
Prof.Drs.Suranto,M.sc,Ph.D Prof.Dr.Didik G.Tamtomo,dr,M.Kes,MM,PAK NIP: 131 472 192 NIP 1948031319761
iii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
iv
iv
MOTTO
Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba,
karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil.
iv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
v
v
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan untuk :
Bapak Almarhum, Ibu serta suamiku tercinta
yang telah mendorong penulis untuk dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini.
v
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vi
vi
PERNYATAAN
NAMA : IIS SUWANTI
NIM : S540209217
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul
“ Hubungan dukungan perawat dan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat
menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di RSU Sidoarjo” adalah betul-
betul karya sendiri.Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi
tanda citasi dan ditunjuk dalam daftar pustaka.
Surakarta, Juni 2010
Yang membuat pernyataan
Iis Suwanti
vi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vii
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya,
sehingga penulis diberi kemudahan, kesehatan dan semangat sehingga dapat
menyelesaikan proposal tesis ini.
Penulis tidak akan dapat menyelesaikan tesis ini tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa hormat dan berterimah kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr.Much.Syamsulhadi ,dr, Sp.KJ selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menggunakan fasilitas yang ada dilingkungan kampus.
2. Prof. Drs. Suranto, MSc, PhD selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana.
3. Prof.Dr.Didik G.Tamtomo,dr,M.Kes,MM,PAK selaku Ketua Program
Studi Magister Kedokteran Keluarga yang telah membimbing dan
memotivasi dalam mennyelesaikan program pembelajaran ini.
4. P.Murdani K, dr.MHPEd selaku Ketua Program Studi Magister
Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan yang
telah membimbing dan memotivasi dalam mennyelesaikan program
pembelajaran ini.
5. Prof.Dr.Ambar Mudigdo,dr.Sp.PA(K) selaku pembimbing I yang telah
berkenan memberikan dorongan, bimbingan dengan penuh kesabaran,
keikhlasan dan ketelitian sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
vii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
viii
viii
6. Jarot Subandono,dr. M.Kes selaku pembimbing II yang telah berkenan
memberikan dorongan, bimbingan dengan penuh kesabaran, keikhlasan
dan ketelitian sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
7. Sudarmadji,dr,MARS Direktur Rumah Sakit Umum Sidoarjo yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Almarhum Bapak, Ibu serta Suamiku tercinta yang telah memberikan
dukungan baik secara moril maupun materi telah banyak membantu
peneliti untuk menyelesaikan tesis ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh karyawan Program Studi Magister
Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan.
10. Berbagai pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu peneliti untuk menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dalam
penulisan, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari para pembimbing agar selanjutnya bisa lebih sempurna dan
bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.Semoga Allah SWT membalas budi
baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam
menyelesaikan tesis ini.
Surakarta 2010
Penulis
viii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ix
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
PERNYATAAN ............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
ABSTRAK ..................................................................................................... xiv
ABSTRACT .................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. LataBelakang Masalah ................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
BAB I : KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori .................................................................................. 8
1. Konsep dukungan perawat .................................................... 8
2. Konsep dukungan keluarga ................................................... 11
3. Konsep kecemasan ................................................................ 14
4. Konsep hospitalisasi .............................................................. 19
5. Konsep anak .......................................................................... 27
6. Konsep anak pra sekolah ....................................................... 28
7. Hubungan kecemasan dengan perawatan anak usia
pra sekolah ............................................................................ 32
B. Penelitian yang relevan………………………………………….. 37
C. Kerangka berpikir .......................................................................... 41
ix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
x
x
D. Hipotesis ....................................................................................... 42
BAB III : METODE PENELITIAN............................................................. 42
A. Jenis penelitian .............................................................................. 42
B. Tempat dan waktu penelitian ........................................................ 42
C. Kerangka penelitian ...................................................................... 43
D. Populasi, sampel dan sampling .................................................... 45
E. Identifikasi variabel dan definisi operasional ............................... 46
F. Teknik pengumpulan data ............................................................. 47
G. Instrumen penelitian ..................................................................... 47
H. Analisis data ................................................................................. 51
1. Uji prasyarat analisis ............................................................... 51
2. Uji hipotesis ............................................................................ 52
I. Etika penelitian ............................................................................. 55
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………. 57
A. Gambaran obyek penelitian ………………………………………. 57
B. Hasil penelitian …………………………………………………… 60
C. Pembahasan ………………………………………………………. 66
D. Keterbatasan ……………………………………………………… 77
BAB V : PENUTUP ....................................................................................... 78
A. Kesimpulan ……………………………………………………… 78
B. Implikasi ………………………………………………………… 79
C. Saran-saran ……………………………………………………… 80
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 81
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………. 87
x
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xi
xi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Distribusi responden ……………………………………………… 58
Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan jumlah anak, tingkat
Pendidikan, pekerjaan, jumlah penghasilan ……………………… 59
Tabel 3 Distribusi penyakit yang diderita anak …………………………… 61
Tabel 4 Distribusi dukungan perawat …………………………………….. 62
Tabel 5 Distribusi dukungan keluarga ……………………………………. 63
Tabel 6 Distribusi tingkat kecemasan …………………………………….. 64
Tabel 7 Hasil Uji Normalitas …………………………………………….. 65
Tabel 8 Ringkasan Uji linieritas dukungan perawat …………………….. 66
Tabel 9 Ringkasan Uji linieritas dukungan keluarga ………………......... 67
Tabel 10 Hasil Uji Korelasi Dukungan Perawat dengan Kecemasan …….. 68
Tabel 11 Hasil Uji Korelasi Dukungan Keluarga dengan Kecemasan …… 69
Tabel 12 Hasil Uji Regresi Dukungan Perawat dan Keluarga
dengan Kecemasan …………………………………………….. 70
xi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xii
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kerangka berpikir ………………………………………………. 41
xii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kisi-kisi angket dukungan perawat, keluarga …………………. 87
Lampiran 2 Kisi-kisi angket kecemasan …………………………………… 88
Lampiran 3 Permohonan menjadi responden ………………………………. 89
Lampiran 4 Persetujuan menjadi responden ……………………………….. 90
Lampiran 5 Alat ukur kecemasan ………………………………………….. 91
Lampiran 6 Angket dukungan keluarga …………………………………… 97
Lampiran 7 Angket dukungan perawat ……………………………………. 100
Lampiran 8 Uji normalitas dukungan perawat …………………………….. 101
Lampiran 9 Uji normalitas dukungan keluarga ……………………………. 106
Lampiran 10 Uji normalitas kecemasan anak ………………………………. 111
Lampiran 11 Uji korelasi dukungan perawat-kecemasan anak …………….. 116
Lampiran 12 Uji korelasi dukungan keluarga-kecemasan anak ……………. 117
Lampiran 13 Uji regresi 3 variabel …………………………………………. 118
Lampiran 14 Uji validitas & reliabelitas instrument ………………………. 120
xiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiv
xiv
ABSTRAK
Iis Suwanti. S540209217. HUBUNGAN DUKUNGAN PERAWAT DAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN AKIBAT MENJALANI PERAWATAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RSU SIDOARJO. Tesis, Surakarta : Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari, 2010. Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan, khususnya perawatan pada anak, karena anak merupakan bagian dari keluarga,maka perawat harus mampu mengenal keluarga sebagai tempat tinggal tetap dalam kehidupan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan perawat dan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di Rumah Sakit Umum Sidoarjo. Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study. Populasi penelitian ini adalah perawat, ibu dan anak usia pra sekolah yang sedang menjalani perawatan di RSU Sidoarjo. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang bertemu dengan peneliti yang akan digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data atau mengambil setiap yang ditemukan yang sesuai dengan kriteria penelitian ini.Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dukungan perawat dan dukungan keluarga serta kecemasan. Dari pengumpulan data kemudian data dianalisa dengan menggunakan analisis regresi ganda. Hasil yang didapat dari penelitian ini :(1) terdapat hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan di RSU Sidoarjo dengan nilai p = 0,018 < 0,05 (2) terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan di RSU Sidoarjo dengan nilai p = 0,016 < 0,05 (3) terdapat hubungan antara dukungan perawat dan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan di RSU Sidoarjo dengan nilai F hitung > F tabel (4,356 > 4,21) atau nilai p = 0,023 < 0,05. Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) ada hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan di RSU Sidoarjo (2) ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan di RSU Sidoarjo (3) ada hubungan antara dukungan perawat dan keluarga secara bersama-sama dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan di RSU Sidoarjo. Kata kunci : Dukungan perawat, dukungan keluarga, kecemasan menjalani perawatan.
xiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xv
xv
ABSTRACT Iis Suwanti S.540209217. “ The Correlation between Family and Nurse’s Support and Anxiety Level as a Result of a Treatment of Pre-school Children at Sidoarjo General Hospital”. Thesis. Master Degree Program in Health Profession Education, Graduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta, 2010 Family is an important element in nursing, particulary in child nursing. This relates to the fact that a child is a part of family. Consequently, a nurse should know a family in which a child lives. The objective of this research is to find out the correlation between family and nurse’s support and anxiety level as a result of a treatment of pre-school children at Sidoarjo General Hospital. This research employs a Cross Sectional Study design.This population of this research are nurses, mother and pre-school children undergoing a treatmen at Sidoarjo General Hospital. This sampling technique used in this research is an accidental sampling technique where a sample is determined by accident.This means that whoever the researcher meets by accident will be selected as the source of data for this research as long as they can fulfil this research criterion. The methods of data collection are questionnaire about family and nurse’s support and questionnaire about anxiety. The research data were analyzed using multiple regression analysis. Results of data analysis show that 1) there is a significant correlation between nurse’s support and anxiety level as a result of a treatment of pre-school children at Sidoarjo General Hospital (p = 0,018 < 0,05) ; 2) there is a significant correlation between family’s support and anxiety level as a result of a treatment of pre-school children at Sidoarjo General Hospital (p = 0,016 < 0,05) ; and 3) there is a significant correlation between family and nurse’s support and anxiety level as a result of a treatment of pre-school children at Sidoarjo General Hospital (F count = 4,356 > F table = 4,21) or (p = 0,023 < 0,05). The conclusion of this research is as follows : hypothesis 1) there is a correlation between nurse’s support and anxiety level as a result of a treatment of pre-school children at Sidoarjo General Hospital, 2) there is a correlation between family’s support and anxiety level as a result of a treatment of pre-school children at Sidoarjo General Hospital and 3) there is a correlation between family’s and nurse’s support and anxiety level as a result of a treatment of pre-school children at Sidoarjo General Hospital. Key words: Nurse’s Support, Family’s Support, Anxiety due to Treatment.
xv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Pemikiran
Sehat dalam rentang sehat dan sakit adalah keadaan kesejahteraan optimal
antara fisik, mental dan sosial yang harus dicapai sepanjang kehidupan anak
dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
sesuai dengan usianya, hal ini sangat penting artinya dalam perilaku sehari-
hari.Pengenalan manusia terhadap dua konsep ini bersamaan dengan
pengenalannya terhadap dirinya. Keadaan sehat dan sakit tersebut terus terjadi dan
manusia akan memerankan sebagai orang sehat atau sakit ( Aziz Alimul H
2007).Anak akan memerlukan bantuan perawat baik secara langsung saat sakit
maupun tidak langsung dengan memerlukan bimbingan orang tuanya dalam
rentang ini. Dalam keadaan sehat optimalpun anak memerlukan bantuan perawat,
misalnya untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan, seperti pelayanan
imunisasi, peningkatan pengetahuan tentang keberhasilan perseorangan.
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan, khususnya
perawatan pada anak, karena anak merupakan bagian dari keluarga,maka perawat
harus mampu mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau konstanta tetap
dalam kehidupan anak (Wong, Perry and Hockenberry,2002).Perawat sebagai
salah satu tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit memegang peran yang
sangat penting salah satunya pelayanan kesehatan baik berupa tindakan
keperawatan langsung maupun pendidikan kesehatan untuk anak. Perawat harus
memperhatikan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi keluarga yang dapat
1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
2
menentukan pola kehidupan anak selanjutnya karena sangat menentukan
perkembangan anak dalam kehidupan yang akhirnya meningkatkan mutu asuhan
keperawatan secara komprehensif melalui aspek bio-psiko-sosial-spiritual yang
ada dalam diri manusia
Salah satu faktor untuk keberhasilan penanganan suatu permasalahan
keperawatan dirumah sakit adalah mengikut sertakan peran keluarga dalam
menangani permasalahan anggota keluarganya yang menderita sakit, dalam
rangka melaksanakan suatu asuhan keperawatan yang kolaboratif. Perawatan
terhadap anak sakit tidak akan bisa optimal bila tidak didukung oleh adanya
dukungan dari anggota keluarga, diantaranya keluarga untuk tetap tinggal dengan
anak di Rumah sakit, fasilitasi keluarga untuk konsultasi dengan psikologi dan
fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung (Supartini 2004). Hasil observasi
peneliti terhadap orang tua keluarga pasien didapatkan bahwa orang tua turut
berperan dalam perawatan pasien seperti menyuapi, menenangkan perasaan anak
saat menangis dan membantu anak memenuhi kebutuhan sehari-harinya, namun
demikian dukungan dan keluarga dan perawat terhadap anak selama dirawat
secara keseluruhan masih belum optimal. Kehidupan anak juga sangat ditentukan
keberadaannya bentuk dukungan dari keluarga, hal ini dapat terlihat bila
dukungan keluarga yang sangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak
relatif stabil, tetapi apabila dukungan keluarga anak kurang baik, maka anak akan
mengalami hambatan pada dirinya yang dapat mengganggu psikologis anak
(Alimul,2005).
Populasi anak yang dirawat di rumah sakit menurut Wong
(2001),mengalami peningkatan yang sangat dramatis. Persentase anak yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
3
dirawatdi rumah sakit saat ini mengalami masalah yang lebih serius dan
kompleksdibandingkan kejadian hospitalisasi pada tahun-tahun sebelumnya. Mc
Chertydan Kozak mengatakan hampir empat juta anak dalam satu tahun
mengalami hospitalisasi (Lawrence J. cit Hikmawati, 2000). Rata-rata anak
mendapat perawatan selama enam hari.Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
oleh peneliti diruang anak RSU Sidoarjo tanggal 15 Januari 2010 didapatkan hasil
bahwa daya tampung diruang anak adalah 125 orang pasien, ruang tersebut terdiri
dari kelas III dan dilengkapi dengan satu ruangan untuk isolasi tapi untuk saat ini
masih belum difungsikan serta terdapat ruangan khusus untuk bermain anak.
Peneliti mendapatkan data bahwa penyakit yang diderita diruang anak
Rumah Sakit Umum Sidoarjo dalam satu bulan terakhir ini adalah kejang demam,
diare, faringitis akut , demam berdarah dengue (DBD), febris, HIV Aids,
vomitting, morbilli, tonsilo pharingitis, meningitis, TBC paru, ISPA. Kasus yang
paling banyak selama tiga bilan terakhir adalah diare & vomiting sebanyak 67
kasus.
Menjalani perawatan merupakan suatu proses yang karena suatu alasan
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah.Selama
proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang
menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman yang sangat
traumatik dan penuh dengan stress.Sakit dan menjalani perawatan menimbulkan
krisis pada kehidupan anak. Di Rumah Sakit anak harus menghadapi lingkungan
yang asing, pemberi asuhan yang tidak dikenal dan gangguan terhadap gaya hidup
mereka.Seringkali mereka harus mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
4
kehilangan kemandirian dan berbagai hal yang tidak diketahui. Interpretasi
mereka terhadap kejadian, respon mereka terhadap pengalaman yang secara
langsung berhubungan dengan tingkat perkembangan, karenanya untuk memenuhi
kebutuhan anak yang sedang menjalani perawatan sangatlah penting bagi perawat
anak untuk memiliki pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan
normal termasuk beberapa pemahaman tentang proses kognitif anak dan arti
menjalani perawatan bagi anak pada kelompok usia berapapun (Wong 2004).
Perasaan yang sering muncul pada anak yang menjalani perawatan yaitu
cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah. Perasaan tersebut dapat timbul
karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa
tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya,
sesuatu yang dirasakan menyakitkan, takut terhadap petugas kesehatan (Nursalam
2005). Tidak hanya anak, orang tua juga mengalami hal yang sama. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa orang tua mengalami kecemasan yang tinggi saat
anaknya dirawat di rumah sakit, terutama pada mereka yang baru pertama kali
mengalami perawaan anak, orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi dan
sosial dari keluarga,kerabat, bahkan petugas kesehatan, walaupun beberapa orang
tua juga dilaporkan tidak mengalami kecemasan karena perawatan anak dirasakan
dapat mengatasi permasalahannya. Keluarga juga sering merasa cemas dengan
perkembangan keadaan anaknya, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun
dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak, secara psikologis anak
akan merasakan perubahan perilaku dari orang tuanya yang mendampinginya
selama perawatan. Anak menjadi stres dan hal ini berpengaruh pada proses
penyembuhan , yaitu respon imun. Pasien anak yang merasa nyaman selama
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
5
perawatan dengan adanya dukungan sosial keluarga, lingkungan perawatan yang
terapeutik dan sikap perawat yang penuh dengan perhatian akan mempercepat
proses penyembuhan. Fakta tersebut merupakan masalah penting yang harus
mendapatkan perhatian perawat dalam mengelola asuhan keperawatan (Nursalam
2005).
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari
lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih saying dan menyenangkan,
yaitu lingkungan rumah, permainan dan teman sepermainannya.Reaksi terhadap
perpisahan yang ditunjukan anak usia pra sekolah adalah menolak makan, sering
bertanya, menangis walaupun secara perlahan dan tidak kooperatif terhadap
petugas kesehatan. Perawatan di rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan
aktifitas anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan di rumah
sakit sering kali dipersepsikan oleh anak pra sekolah sebagai hukuman sehingga
akan merasa malu, bersalah atau takut. Ketakutan anak terhadap perlukaan
muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas
tubuhnya, hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, expresi
verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dan
ketergantungan pada orang tua (Supartini 2004)
Keluarga sebenarnya memerankan suatu peranan yang sangat penting
dalam memberikan dukungan pada anaknya yang sedang menghadapi stresor
tersebut. Dukungan yang diberikan keluarga tersebut diharapkan dapat
mengurangi trauma pada anak atau kecemasan yang kemungkinan bisa muncul
oleh karena prosedur yang dilakukan di rumah sakit. Selain itu menurut Potter dan
Perry (2003) dukungan orang tua dibutuhkan oleh anak yang berusia muda (young
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
6
children) saat menjalani perawatan di rumah sakit, sehingga perilaku-perilaku
yang muncul karena kecemasan dapat diminimalisir.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas maka peneliti dapat merumuskan
masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan
akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di Rumah Sakit
Umum Sidoarjo?
2. Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di
Rumah Sakit Umum Sidoarjo?
3. Apakah ada hubungan antara dukungan perawat dan keluarga dengan
tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah
di Rumah Sakit Umum Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan
akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di Rumah Sakit
Umum Sidoarjo.
2. Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di
Rumah Sakit Umum Sidoarjo.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
7
3. Mengetahui hubungan dukungan perawat dan keluarga dengan tingkat
kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di
Rumah Sakit Umum Sidoarjo.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti baik mengenai konsep
atau materi dan juga metode penelitian.
b. Sebagai salah satu bahan bacaan penelitian dan pengembangan selanjutnya
dibidang keperawatan sebagai bagian dari peran perawat sebagai
edukator dan motivator diruang anak.
2. Manfaat praktis
a. Bagi perawat dapat meningkatkan peran perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan yang professional untuk mempercepat proses penyembuhan
b. Bagi keluarga dapat mengoptimalkan peran keluarga sehingga keluarga
merasa puas menjalankan tugas sesuai dengan perannya.
c. Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
diruang anak.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Konsep dukungan perawat
a. Definisi
Perawat adalah salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja dengan
anak dan orang tua (Supartini 2004). Beberapa peran penting seorang perawat
anak adalah sebagai pembela, pendidik, konselor, koordinator, pembuat keputusan
etik, perencana kesehatan, Pembina hubungan terapeutik, pemantau, evaluator dan
peneliti. Perawat dituntut sebagai pembela bagi anak/keluarganya pada saat
mereka membutuhkan pertolongan, tidak dapat mengambil keputusan /
menentukan pilihan, dan meyakinkan keluarga untuk menyadari pelayanan yang
tersedia, pengobatan dan prosedur yang dilakukan dengan cara melibatkan
keluarga.
Perawat berperan sebagai pendidik baik secara langsung dengan member
penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua anak maupun secara tidak
langsung dengan menolong orang tua/anak memahami pengobatan dan perawatan
anaknya. Sebagai konselor, perawat dapat member konseling keperawatan ketika
anak dan orang tuanya membutuhkan. Perawat dituntut dapat berperan sebagai
pembuat keputusan etik dengan berdasarkan pada nilai moral yang diyakini
dengan penekanan pada hak pasien untuk mendapat otonomi, menghindari hal-hal
yang merugikan pasien, dan keuntungan asuhan keperawatan, yaitu meningkatkan
kesejahteraan pasien.
8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
9
Sebagai peneliti, perawat anak membutuhkan keterlibatan penuh dalam
upaya menemukan masalah-masalah keperawatan anak yang harus diteliti,
melaksanakan penelitian langsung dan menggunakan hasil penelitian kesehatan /
keperawatan anak dengan tujuan meningkatkan kualitas praktik atau asuhan
keperawatan pada anak.
Sebagai salah satu anggota tim kesehatan,perawat memegang posisi kunci
untuk membantu orang tua menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan
perawatan anaknya di rumah sakit karena perawat berada disamping pasien
selama 24 jam dan fokus asuhan adalah peningkatan kesejahteraan anak melalui
pemberdayaan keluarga.
Dukungan perawat yang diberikan pada orang tua adalah dalam bentuk
pelayanan professional dengan fokus dan pemenuhan kebutuhan dasar yang
spesifik, yaitu kebutuhan oksigen, makan, minum, eliminasi, selain kebutuhan
lainnya seperti cinta kasih, rasa aman dan perlindungan.
Untuk mengatasi masalah yang timbul baik pada anak maupun orang tua
selama anaknya dalam perawatan di rumah sakit, fokus intervensi keperawatan
adalah meminimalkan stressor, memaksimalkan manfaat hospitalisasi,
memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga dan mempersiapkan
anak sebelum di rawat di rumah sakit
b. Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress
Upaya meminimalkan stressor dapat dilakukan dengan cara mencegah atau
mengurangi dampak perpisahan, mencegah perasaan kehilangan control dan
mengurangi atau meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa
nyeri.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
10
Untuk mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan dapat dilakukan
dengan cara :
1) Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara
membolehkan mereka untuk tinggal bersama anak selama 24 jam (roming
in)
2) Jika tidak mungkin untuk roming in, beri kesempatan orang tua untuk
melihat anak setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar
mereka.
3) Modifikasi ruang perawatan dengan cara membuat situasi ruang rawat
seperti dirumah diantaranya dengan membuat dekorasi ruangan yang
bernuansa anak.
4) Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah diantaranya dengan
memfasilitasi pertemuan dengan guru, teman sekolah dan membantunya
melakukan surat menyurat dengan siapa saja yang anak inginkan.
c. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak
1) Membantu perkembangan orang tua dan anak dengan cara member
kesempatan orang tua mempelajari tumbuh kembang anak dan reaksi
anaka terhadap stressor yang dihadap dalam perawatan di rumah sakit.
2) Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar orang tua. Untuk itu
perawat dapat memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang
penyakit anak, terapi yang didapat dan prosedur sesuai dengan kapasitas
belajarnya.
3) Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan
member kesempatan pada anak mengambil keputusan, tidak terlalu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
11
bergantung pada orang lain dan percaya diri, tentunya hal ini hanya dapat
dilakukan oleh anak yang lebih besar dan bukan bayi. Berikan selalu
penguatan yang positif dengan selalu memberikan pujian atas
kemampuan anak dan orang tua dan dorongan terus untuk
meningkatkannya.
4) Fasilitasi anak untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesama pasien
yang ada, teman sebaya atau teman sekolah. Beri kesempatan padanya
untuk saling kenal dan membagi pengalamanya. Demikian juga
interaksi dengan petugas kesehatan dan sesama orang tua harus
difasilitasi oleh perawat karena selama di rumah sakit orang tua dan anak
mempunyai kelompok sosial yang baru.
2. Konsep dukungan keluarga
a. Definisi
Friedman (2008) menjelaskan bahwa dukungan keluarga dapat berupa
sikap, tindakan dan penerimaan terhadap penderita yang sakit.Keluarga juga
berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
b. Fungsi dan dukungan Keluarga
Keluarga memiliki fungsi dukungan yaitu :
1). Dukungan Informasional
Menjelaskan tentang pemberi saran, sugesti, informasi yang dapat
digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
12
adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang
diberikan dapat menyumbang aksi sugesti yang khusus pada
individu.Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran,
petunjuk dan pemberian informasi.
2). Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik
membimbing dan menengahi masalah serta sebagai sumber validitor
identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan,
perhatian.
3). Dukungan Instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan
konkrit, diantaranya keteraturan sekolah, kesehatan penderita dalam hal
kebutuhan makan, minum, istirahat, terhindar penderita dari kelelahan.
4).Dukungan emosional
Berisi tentang pemberian empati, cinta, kejujuran dan perawatan
serta memiliki kekuatan yang hubungannya konsisten sekali dengan status
kesehatan. Manfaat ini adalah secara emosional menjamin nilai-nilai
individu baik laki-laki maupun perempuan akan selalu terjaga
kerahasiannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan
emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi,
adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan dan didengarkan.
c. Sumber dukungan keluarga
Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial
yang dipandang oleh keluarga, sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
13
keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selaku siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan).
Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal
seperti dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga
external.Dukungan keluarga external ini berasal dari keluarga besar.Dimana kini
keluarga besar dapat memberikan dukungan sosial yang penting bagi keluarga
inti. Kebanyakan dewasa hidup dalam komunitas dimana mereka membuat satu
kontak atau lebih dengan orang tua atau kerabat dekat yang masih hidup.
d. Manfaat dukungan keluarga Dukungan sosial keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi
sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam
berbagai tahap-tahap siklus kehidupan, dan dalam tahap kehidupan dukungan
sosial keluarga mampu befungsi dengan berbagai kapandaian dan akal. Efek
dukungan orang tua terhadap anak diantaranya adalah :
1) Dukungan orang tua terhadap anak, terutama anak laki-laki akan
meningkatkan nilai-nilai kulturnya, seperti harga diri, prestasi
akademik,kreativitas dan kemampuan untuk menyesuaikan diri.
2) Terdapat hubungan positif antara dukungan orang tua dengan
perkembangan kognitif anak.
3) Dukungan orang tua yang tinggi akan membuat perilaku moral anak
meningkat dan penyesuaian diri anak terhadap standar orang tua.
4) Dukungan orang tua yang tinggi akan meningkatkan harga diri
kemampuan kontrol diri dan kemampuan instrumental anak.
e. Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
14
Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku positif anak.Namun demikian banyak faktor yang menentukan
dukungan yang diberikan keluarga dalam hal ini oleh orang tua. Ibu yang masih
muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan
anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua, termasuk
juga dalam memberikan dukungan keluarga selain dua hal diatas adalah kelas
sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan
atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Orang tua dengan kelas sosial
menengah keatas cenderung lebih menggunakan pola pengasuhan demokratis
dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua dengan kelas sosial menengah keatas
mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan rasa keterlibatan terhadap masalah anak
lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.
3. Konsep kecemasan
a. Definisi
Kecemasan merupakan suatu ketidakjelasan, perasaan tidak enak, dimana
sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu.
Greenberger & Padesky (2004,209) menjelaskan kecemasan merupakan periode
singkat perasaan gugup atau takut yang dialami seseorang ketika dihadapkan pada
pengalaman yang sulit dalam kehidupan. Kecemasan menurut Yoseph (dalam
Sobur; 2003,345) adalah bentuk serta intensitas dari perasaan orang yang
terancam keselamatannya, sedangkan orang yang terancam tersebut tidak
mengetahui langkah dan cara yang harus diambil untuk menyelamatkan
dirinya.Chaplin (2009) dalam kamus psikologi menjelaskan bahwa kecemasan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
15
adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan kekhawatiran mengenai masa-
masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut.Beberapa faktor
yang dapat mencetuskan terjadinya kecemasan diantaranya konflik tentang nilai
dan tujuan hidup, ancaman terhadap konsep diri, kematian, perubahan kesehatan,
perubahan status ekonomi, perubahan fungsi dan peran, perubahan lingkungan,
perubahan sosial, krisis maturasi yang meliputi menstruasi, pernikahan,
persalinan, dan pensiun.
Kecemasan adalah suatu ketakutan pada bayi dan anak-anak yang terjadi
pada saat kehilangan figure orang tua dan menghadapi lingkungan baru di rumah
sakit. Klien mengalami kecemasan yang dihubungkan dengan kehilangan akan
figure orang yang memberikan support.
Kecemasan merupakan masalah utama pada saat kanak-kanak yang
merupakan kecemasan berlebihan mengenai perpisahan, biasanya perpisahan dari
ibu atau ayahnya, namun biasanya perpisahan perpisahan merupakan hal yang
biasanya terdapat dalam perkembangan normal anak usia 7 bulan sampai awal
usia pra sekolah.
b. Sifat cemas
Sifat cemas menurut Stuart dan Sundeen (1998) dikelompokan menjadi :
1) Ringan : berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Pada tingkat ini kecemasan dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
16
2) Sedang : memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3) Berat : sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.Individu cenderung
untuk memutuskan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat
berfikir tentang hal lain.Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan.Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area yang lain.
4) Panik : tingkatan panik dari kecemasan berhubungan dengan
terperangah, ketakutan, dan terror.Karena kehilangan kendali, individu
yang mengalami panic tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktifitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi
yang menyimpan dan kehilangan pemikiran yang rasional. Kepanikan
tidak sejalan dengan kehidupan sehingga jika berlangsung terus dalam
waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.
c. Epidemiologi
Menurut Kaplan dan Sadoke (1995) pada populasi anak usia sebelum
pubertas, secara umum prevalensi terjadinya gangguan kecemasan akibat
menjalani perawatan diperkirakan antara 3,5 % sampai 4,1 %.Walaupun kadang
juga bisa mencapai lebih dari 25,6%. Sedangkan pada remaja prevalensinya bisa
mencapai lebih dari 11,4% namun secara rata-rata berkisar antara 0,7 % sampai
2,4%. Rasio kejadian kecemasan antara anak laki-laki dibanding perempuan lebih
didominasi perempuan dengan perbandingan rasio 3:1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
17
d. Etiologi
Penyebab utama dari gangguan kecemasan ini adalah pemisahan anak dan
figure seorang ibu terutama sekali pada tahun kedua atau ketiga dari siklus
kehidupannya.Teori psikodinamik memfokuskan kejadian itu disebabkan oleh
karena ketidakmampuan anak menemukan jalan keluar atau jalan keluar yang
salah terhadap kejadian-kejadian penting dalam kehidupannya, sedangkan teori
perilaku mengemukakan bahwa penyebabnya lebih disebabkan oleh interaksi
antara anak-orang tua yang abnormal yang akan memicu terjadinya kesulitan yang
dialami oleh anak secara persisten termasuk juga masalah perpisahan.
e. Kriteria
Engram et al 1993 menggambarkan gangguan kecemasan perpisahan
menyatakan dibutuhkan minimal tiga dari delapan gejala yang menunjukan
perkembangan dari anak-anak yang tidak tepat dan juga kecemasan berlebihan
akibat perpisahan dari rumah atau juga orang tuanya, yaitu :
1) Kekhawatiran kehilangan atau kemungkinan bahaya yang menimpa orang
tua.
2) Rasa khawatir yang persisten berhubungan dengan kejadian yang
traumatik, yang akan memicu perpisahan dari figur pemberi kasih sayang
(orang tua).
3) Menolak masuk sekolah karena takut akan perpisahan
4) Keengganan untuk sendirian tanpa kehadiran orang tua.
5) Keengganan untuk tidur sendirian dan jauh dari orang tua atau rumahnya.
6) Mimpi buruk selama tahap perpisahan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
18
7) Mengeluhkan gejala-gejala fisik ketika berpisah dari orang tua selama
tahap mengantisipasi atau saat kejadian perpisahan.
8) Distress sendirianyang berlebihan ketika berpisah dari orang tua selama
tahap mengantisipasi maupun saat kejadian perpisahan.
f. Faktor yang mempengaruhi kecemasan
Anak-anak selama masa hospitalisasi atau sedang menjalani perawatan
mengalami berbagai macam stressor yang mengganggu kehidupan anak. Stresor
yang dialami oleh anak selama hospitalisasi antara anak satu dengan lainnya
sebenarnya berbeda tergantung kemampuan yang dimiliki oleh anak.Namun
secara umum stressor tersebut meliputi perpisahan, kehilangan fungsi dan kontrol,
rasa takut, perubahan gambaran diri dan nyeri. Stresor tersebut pada akhirnya
akan menimbulkan krisis pada anak yang dialami oleh anak selama hospitalisasi
karena adanya perpisahan dari orang tuanya akan menimbulkan kecemasan pada
aak yang disebut sebagai kecemasan perpisahan.Perpisahan dari orang yang
memberikan dukungan akan memperberat kecemasan yang dialami oleh anak
karena lingkungan rumah sakit yang asing. Kemampuan anak dalam mengkoping
krisis tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah :
1) Tingkat perkembangan umur
2) Pengalaman sakit sebelumnya, perpisahan atau hospitalisasi
3) Terdapatnya support system atau dukungan dari lingkungan sekitar
4) Keahlian koping alami ataupun yang didapat
5) Keseriusan diagnosa penyakit
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
19
4. Konsep stresor individu yang dirawat dirumah sakit a. Definisi
Hospitalisasi adalah bentuk stresor individu yang berlangsung selama
individu tersebut dirawat dirumah sakit. Hospitalisasi merupakan pengalaman
yang mengancam bagi individu karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan
perasaan tidak aman, seperti:
1) Lingkungan yang asing
2) Berpisah dengan orang yang berarti
3) Kurang informasi
4) Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5) Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan semakin sering
berhubungan dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil
atau malah sebaliknya.
6) Perilaku petugas rumah sakit.
Hospitalisasi yaitu suatu proses yang karena sesuatu alasan yang
berencana atau darurat, mengaharuskan anak untu tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama
proses tersebut anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang
menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman yang sangat
traumatik dan penuh dengan stress.
Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak yaitu cemas, marah,
sedih, takut dan rasa bersalah. Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi
sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan
tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
20
yang dirasakan menyakitkan.Tidak hanya anak, orang tua juga mengalami hal
yang sama.
Hospitalisasi yang merupakan bagian yang tidak dapat diabaikan begitu
saja dalam proses perawatan yang merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk
menyembuhkan atau memperbaiki status fisik dan mental sehingga anak dapat
berkembang dengan keterbatasannya (Sacharin 1993). Keterbatasan-keterbatasan
yang muncul tersebut dapat diakibatkan oleh prosedur maupun kebijakan yang
berlaku di rumah sakit serta sakit yang dideritanya.
b. Perubahan yang terjadi pada anak yang sedang menjalani perawatan
1) Perubahan
Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan,
pengaruh citra tubuh , perubahan citra tubuh dapat menyebabkan
perubahan peran , idial diri, harga diri dan identitasnya.
2) Menolak makan
3) Sering bertanya
4) Cemas bila ditinggal keluarga
5) Menangis secara perlahan
6) Tidak kooperatif
c. Manfaat hospitalisasi
Manfaat hospitalisasi yang utama adalah kesembuhan dari penyakit. Selain
itu hospitalisasi juga dapat memberikan keuntungan lain diantaranya adalah anak-
anak mendapatkan kesempatan belajar menghadapi stressor dan belajar dalam
melakukan koping terhadap stressor yang muncul selama dirumah sakit.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
21
Lingkungan rumah sakit juga dapat menyediakan pengalaman sosialisasi
baru bagi anak-anak yang dapat memperluas hubungan interpersonal anak.
Menurut Supartini (2004) keuntungan psikologis perlu ditingkatkan dengan
melakukan berbagai cara diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Peningkatan hubungan anak-orang tua
Stres akibat dirawat dirumah sakit atau hospitalisasi menyediakan
kesempatan untuk orang tua belajar lebih jauh tentang pertumbuhan dan
perkembangan anaknya.Ketika orang tua dibantu untuk mengerti tentang
anaknya yang sedang bereaksi terhadap stress, seperti regresi atau agresi.
Orang tua tidak hanya lebih baik dalam mendukung anaknya selama
hospitalisasi tetapi orang tua juga dapat mengkoreksi dirinya tentang
praktek pengasuhan anak yang telah dilakukan selama ini.
2) Penyediaan kesempatan belajar
Sakit dan hospitalisasi kesempatan yang baik untuk anak-anak dan
anggota keluarga yang lain untuk belajar lebih dalam mengenai anggota
tubuhnya dan hal-hal lain (penyakit) dan juga profesi kesehatan.
Contohnya selama anak mendapatkan pengobatan terhadap penyakit yang
dialami, maka anak-anak akan belajar tentang penyakitnya, orang tua akan
belajar tentang kebutuhan anak dan juga mungkin menemukan dukungan
baru yang didapatkan dari staf rumah sakit.
3) Peningkatan dan kematangan koping yang didapat selama proses sakit
Stres akibat dirawat dirumah sakit dapat memberikan kesempatan
untuk meningkatkan penguasaan diri anak. Pada anak yang masih muda
dapat melakukan pengujian terhadap fantasi dan ketakutan fealitas,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
22
dimutilasi, dirawat dan diobati dengan respect serta memperhatikan
kebutuhan secara individual. Perawat dapat memberikan fasilitas seperti :
perasaan bahwa anak berkuasa atas dirinya sendiri dengan menekankan
pada aspek kompetensi personal pada diri anak dan tidak terlalu
menekankan ketidak kooperatif serta perilaku negatif anak lainnya.
4) Menyediakan lingkungan sosialisasi
Stres akibat dirawat dirumah sakit akan membuat anak merasa
sendiri, asosial dan kadang anak menjadi nakal dan menemukan
lingkungan yang simpatik di rumah sakit. Anak-anak yang mungkin
mengalami gangguan secara fisik atau mungkin merasa lain dari teman
sebayanya mungkin akan menemukan kelompok social yang menerima
mereka. Orang tua mungkin juga menemukan kelompok social baru pada
diri orang lain yang mengalami permasalahan yang sama. Perawat dapat
mendorong kumpulan orang tua tersebut untuk berdiskusi bersama-sama
tentang keprihatinan dan perasaan mereka dan juga dapat mendorong
orang tua untuk membantu dan mendukung kesembuhan anaknya.
d. Dampak perawatan dirumah sakit pada anak usia prasekolah
Anak-anak akan bereaksi terhadap stressor yang ditimbulkan oleh karena
menjalani perawatan baik pada saat masuk untuk pertama kali, selama proses
menjalani perawatan dan nantinya setelah keluar dari rumah sakit. Namun
demikian gambaran anak pada saat sebelum dirumah sakit mengenai keadaan
sakitnya lebih penting dari pada usia maupun kematangan intelektualnya dalam
mempengaruhi tingkat penyesuaian diri anak selama hospitalisasi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
23
Anak-anak mempunyai kemampuan adaptasi atau koping yang berbeda
dalam menghadapi atau memahami makna dari proses hospitalisasi dibanding
orang dewasa. Semakin dewasa usia seorang anak maka semakin matang pula
koping yang mereka miliki. Pada usia pra sekolah, anak sulit membedakan antara
dirinya dan lingkungan disekitarnya, hal ini disebabkan karena anak usia pra
sekolah mempunyai keterbatasan dalam memahami bahasa dan hanya dapat
melihat objek atau situasi dari satu aspek saja dalam satu waktu.
e. Reaksi anak usia prasekolah terhadap perawatan dirumah sakit
Stres akibat dirawat dirumah sakit pada anak-anak menimbulkan reaksi
yang beragam pada masing-masing anak.Reaksi tersebut dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang saling berkaitan satu sama lainnya. Reaksi anak usia pra
sekolah terhadap stres akibat dirawat dirumah sakit yang muncul adalah sebagai
berikut :
1) Mekanisme pertahanan pertama kali yang digunakan oleh anak usia
pra sekolah adalah regresi. Anak pada usia ini akan bereaksi terhadap
pemisahan dari orang tuanya dengan regresi dan menolak untuk
bersikap kooperatif dengan petugas kesehatan.
2) Perasaan kehilangan kontrol diri karena pengalaman mereka
kehilangan kekuatan yang ada
3) Ketakutan terhadap cedera pada tubuhnya dan juga nyeri membuat
anak-anak usia pra sekolah takut akan mutilasi dan juga prosedur
intrusive.
4) Keterbatasan pengetahuan meningkatkan tipe kekuatan yang muncul.
Misalnya takut akan dikebiri yang ditimbulkan oleh prosedur enema,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
24
thermometer rectal dan kateterisasi. Ketakutan kerusakan pada kulit
oleh karena prosedur infuse intravena atau tranfusi darah, yang mana
hal ini menyebabkan mereka takut bagian tubuhnya yang ada didalam
keluar dari tubuhnya.
5) Mereka menganggap bahwa stress akibat dirawat dirumah sakit
(hospitalisasi) merupakan hukuman dan pemisahan dari orang tua
sebagai kehilangan cinta
f. Peran Keluarga selama anak menjalani perawatan
Menurut Sacharin (2003) fungsi rumah sakit adalah melengkapi suatu
lingkungan dimana anak yang sakit dapat dibantu untuk mengatasi atau
meringankan penyakitnya. Kesakitan tidak harus menjadikan hidup klien
terisolasi.Klien dan keluarga harus menerima hasik perubahan dari kejadian sakit
dan pengobatannya tersebut. Klien dan keluarga dapat menerima pengalaman
sakit ini sebagai pengalaman yang biasa terhadap perilaku dan perubahan dalam
peran, gambaran diri dan dinamika keluarga.
Anak bukan merupakan orang satu-satunya yang harus bersikap sebelum
masuk rumah sakit. Orang tua harus diberi kesempatan untuk mengexlorasikan
kecemasannya, dimana setiap masalah harus dibahas secara bebas serta harus
diberikan kesempatan mengenai setiap kekhawatiran yang ada kaitannya dengan
anak.
Menurut Sacharin perawatan yang berpusat pada keluarga adalah
mempertahankan dan memperkuat peran dan ikatan selama anaknya di rumah
sakit untuk memelihara kemampuan yang sama dengan perawat yaitu dengan
member kesempatan orang tua berpartisipasi dalam perawatan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
25
Nettiman ( 2006) menjelaskan ada beberapa manfaat perawatan yang
bersifat keluarga bagi orang tua dan anak adalah :
1) Mempertahankan interaksi keluarga
2) Meminimalkan kecemasan perpisahan
3) Menurunkan reaksi protes, penolakan dan putus asa
4) Meningkatkan rasa aman bagi anak
5) Memenuhi kebutuhan orang tua untuk merawat dengan fisik dan emosi
6) Membuat orang tua merasa berguna dan penting
7) Menurunkan perasaan bersalah pada orang tua
8) Meningkatkan kemampuan orang tua dala perawatan selama anaknya
sakit.
9) Kenyamanan reaksi setelah hospitalisasi
Namun demikian menurut Sacharin, perawatan dengan melibatkan orang
tua dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a) Kemampuan ibu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit
dan melepaskan sebagian perannya.
b) Kemampuan staf perawatan untuk menerima ibu sebagai bagian dari
populasi ruangan, untuk mengetahui kebutuhannya dan mau menerima
peranan ibu yang khas dan suportif bukan dominan
c) Sejauh mana diberi instruksi yang ditentukan secara jelas mengenai
kebijaksanaan dan rutinitas ruangan serta apa yang diijinkan. Ibu harus
mengetahui peranan dari setiap anggota dan siap dihubungi jika
dibutuhkan bantuan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
26
d) Tingkat pengenalan staf perawatan adalah sejauh mana masalah itu yang
besifat pribadi atau terikat dengan anak. Ibu perlu berbicara dan tetap
memperoleh informasi dari setiap pengobatan dan hasil pemeriksaan dan
diberi kesempatan untuk membantu masalahnya.
g. Reaksi Keluarga terhadap anak yang sedang dirawat di Rumah Sakit.
1) Reaksi orang tua
Reaksi orang tua terhadap anaknya yang sakit dan dirawat dirumah sakit
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain :
a) Tingkat keseriusan penyakit anak
b) Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit
c) Prosedur pengobatan
d) Sistem pendukung yang tersedia
e) Kekuatan ego individu
f) Kemampuan dalam penggunaan koping
g) Dukungan dari keluarga
h) Kebudayaan dan kepercayaan
i) Komunikasi dalam keluarga
2). Reaksi saudara kandung ( Sibling )
Reaksi saudara kandung terhadap anak yang sakit dan dirawat di
rumah sakit adalah kesepian, ketakutan, khawatir, marah, cemburu,
benci, dan merasa bersalah. Orang tua sering kali mencurahkan
perhatian yang lebih besar terhadap anak yang sakit dibandingkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
27
dengan anak yang sehat. Hal ini akan menimbulkan perasaan cemburu
pada anak yang sehat dan anak merasa ditolak ( Nursalam 2005).
3). Penurunan peran anggota keluarga
Dampak dari perpisahan terhadap peran keluarga adalah
kehilangan peran orang tua, saudara dan anak cucu. Perhatian orang tua
hanya tertuju pada anak yang sakit, akibatnya saudara-saudara yang lain
menganggap bahwa hal tersebut adalah tidak adil. Respons tersebut
biasanya tidak disadari dan tidak disengaja. Orang tua sering
menyalahkan perilaku saudara kandung tersebut sebagai perilaku
antisosial. Sakit akan membuat anak kehilangan kebersamaan mereka
dengan anggota keluarga yang lain atau teman sekelompok
5.Konsep Anak
a. Definisi
Anak adalah individu yang berusia antara 0-18 tahun, yang sedang dalam
proses tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik ( fisik, psikologis,
sosial dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa (Supartini 2004).
Anak adalah individu yang unik dan bukan miniatur orang dewasa. Anak
juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dinilai secara sosial
ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan
secara individual, anak juga masih tergantung pada orang dewasa dan
lingkungannya.
b. Klasifikasi
Menurut Muscary (2005) anak diklasifikasikan menjadi 5 tahap yaitu :
1) Bayi ( 0 - 1 tahun )
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
28
2) Toddler ( 1 - 3 tahun )
3) Prasekolah ( 3 - 6 tahun )
4) Sekolah ( 6 - 12 tahun)
5) Remaja ( 12 – 18 tahun )
6.Konsep Anak Pra-Sekolah a. Definisi
Anak pra sekolah adalah merupakan masa transisi antara usia toddler
dengan usia sekolah. Periode ini berkisar antara usia 3 sampai 6 tahun ( Nelson
2000).
b. Tugas Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau skill dalam struktur
an fungsi tubuh yang komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
differensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ
yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya ( Nursalam 2005 ).Menurut beberapa ahli tugas perkembangan anak
usia pra sekolah dibagi dalam beberapa kriteria, yaitu :
1). Perkembangan kognitif
Menurut Piaget pada usia prasekolah perkembangan kognitif anak
berada pada tahap pre operasional. Pada tahap ini anak mempunyai
kemampuan yang akan terus berkembang dalam menggunakan kata-kata
dan symbol untuk mengexpresikan keinginannya. Karakteristik yang
muncul pada tahap ini adalah animism atau egosentrisme, krena adanya
karakteristik animism inilah anak mempunyai keyakinan bahwa benda
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
29
mati dapat hidup, misalnya sapu dapat menjadi kuda, boneka dapat hidup
dan sebagainya. Dengan kemampuan berimajinasinya maka anak dapat
melepaskan rasa frustasinya, menyenangkan dirinya sendiri dan juga
melewati rasa ketakutan dan konflik. Namun demikian animism dapat juga
menyebabkan berkembangnya rasa ketakutan yang biasa muncul pada
anak-anak. Karakteristik yang kedua dari pre operasinal periode adalah
egosentrisme atau kecenderungan melihat dunia sekitarnya dari sudut
pandangnya sendiri. Salah satu implikasi egosentrisme akan membuat
anak cenderung meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi disekitarnya
menjadi tanggung jawabnya
2). Perkembangan moral
Anak usia pra sekolah berada pada pre conventional periode. Anak
pada tahap ini mempunyai kemampuan yang kutang dalam tanggung
jawab. Fokus pemikiran mereka hanya sederhana saja yaitu apa
manfaatnya atau dampaknya untuk dirinya ( rewads and punishment) tanpa
memikirkan hal lainnya ( Whole and Wong 2004 ).
3). Perkembangan psikoanalitik
Pada usia pra sekolah anak berada dalam tahap phallic. Pada tahap
ini terjadi perkembangan identitas sexual karena pemecahan konflik
oedipal yang dialami oleh anak pada tahap sebelumnya. Berdasarkan teori
psikoanalisis yang dikemukanan oleh Sigmund Frued bahwasannya
kepribadian manusia terdiri dari tiga elemen yang saling berinteraksi
secara dinamis. Ketiga elemen tersebur adalah id, ego dan super ego.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
30
Id adalah subsistem kepribadian yang asli dimiliki individu sejak
lahir, karena itu biasanya disebut subsistem kepribadian yang primitive. Id
lebih dihubungkan dengan faktor biologis. Frued berpandangan bahwa
kerja id adalah atas dasar prinsip kenikmatan, dan tempat id berada pada
bagian ketidaksadaran manusia.
Super ego merupakan lawan dari id, yaitu bagian dari system
kepribadian yang dikembangkan dari kebudayaan, nilai-nilai social dan
proses pendidikan orang tua. Super ego selalu berada pada tingkat
kesadaran dan dapat pula berada pada ambang sadar. Super ego ini
terbentuk sejak fase kanak-kanak dan terus berkembang hingga dewasa.
Sedangkan ego merupakan mediator antara dorongan-dorongan
biologis yang dating dari id dengan tuntutan moral dari Super ego. Ego ini
mengendalikan tuntutan instingtif dan pertimbangan moral ( Whole and
Wong 2004 ).
4). Perkembangan Psikososial
Berdasarkan teori psikososial yang dikemukakan oleh Ericson cit
Supartini (2004) anak usia pra sekolah berada dalam tahap inisiatif vs
guilt ( salah bersalah ). Pada tahap ini anak mulai bertanya-tanya kejadian
dilingkungannya dan mencoba pengalaman baru. Bantuan dan bimbingan
orang tua untuk mengembangkan daya jelajah anak dan akan menimbulkan
rasa inisiatif, sedangkan hukuman dan perlakuan yang tidak tepat dari
orang tua menghasilkan rasa bersalah.
Ciri tumbuh kembang anak usia pra sekolah adalah (1) pertumbuhan
lambat dan stabil pada masa ini (2) tugas perkembangan yang harus
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
31
diselesaikan dengan baik adalah control dari sistem tubuh, tentang
perpisahan, kemampuan untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan anak
lain dan orang dewasa (3) meningkatkan cakupan perhatian dan ingatan
(4) usia pra sekolah ini merupakan fase intuitive thought atau anak usia ini
sering mencoba-coba dan sering bingung karena pada saat itu mereka
hanya punya satu ide (5) masa anak giat mengexplorasi lingkungan yaitu
berusaha mengetahui bagaimana sesuatu bekerja, menanyakan sesuatu
dengan tempertantrum, keras kepala dan negativism.
c. Masalah Perkembangan
Erikson menjelaskan anak-anak usia pra sekolah berada dalam tahap
inisiatif melawan rasa bersalah. Erikson menyatakan bahwa jika anak-anak
berhasil melewati tahap ini maka anak akan mampu berinisiatif terhadap
aktifitasnya sendiri, peka terhadap tujuannya sendiri. Namun jika gagal, maka
akan terjadi konflik takut-agresif dan merasa ketidakcukupan.
Pada masa usia pra sekolah terdapat berbagai macam masalah yang
munculnya diantaranya masalah berbicara dan ketakutan. Periode yang kritis
untuk perkembangan kemampuan berbicara adalah terjadi pada usia antara dua
sampai empat tahun. Selama periode ini anak mengalami perkembangan
pengucapan yang lebih cepat disbanding dengan menghasilkan rata-rata.
Kegagalan integrasi sensorimotor mengakibatkan anak gagap kalau
berbicara yaitu ketika anak mencoba untuk menyebutkan suatu kata dimana dia
telah memikirkan tentang itu. Selain masalah berbicara anak-anak juga mengalami
perasaan takut yang dapat disebabkan oleh berbagai hal. Ketakutan pada anak usia
pra sekolah dapat disebabkan karena takut akan kegelapan ditinggal sendiri
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
32
terutamma saat tidur, hewan, hantu, masalah sexual, orang atau objek yang
diasosiasikan dengan nyeri (Muscary 2005).
d. Konsep Sehat-Sakit
Potter dan Perry (1993) menjelaskan bahwa persepsi anak usia sekolah
mengenai kesehatannya sangat dipengaruhi oleh kepercayaan dan nilai orang
tuanya tentang konsep sehat itu sendiri. Kepercayaan dan nilai kesehatan yang
dianut orang tua tentang sehat, sensasi yang diraskan tubuh dan kemampuan
mereka dalam melakukan aktifitas sehari-hari akan membantu anak dalam
mengembangkan perilaku sehat anak. Anak usia pra sekolah biasanya sudah bias
melakukan kegiatan seperti : mandi, berpakaian dan makan secara mandiri.
Gangguan pada kemandirian tersebut akan mempengaruhi persepsi anak tentang
kesehatannya.
7. Hubungan kecemasan dengan perawatan pada anak usia prasekolah
Kecemasan selama dirawat dirumah sakit pada anak-anak pada berbagai
tingkatan umur dapat menyebabkan anak-anak berada dibawah stressor yang besar
dan sering kali membutuhkan intervensi psikiatrik. Untuk anak-anak dan
keluarganya, sakit dan kecemasan akibat perawatan dirumah sakit merupakan
suatu pengalaman yanag dapat menyebabkan stress. Hal tersebut sering kali
merupakan peristiwa krisis pertama kali yang harus dihadapi oleh anak-anak.
Anak-anak terutama yang berusia muda lebih rentan mengalami krisis
akibat sakit dan dirawat dirumah sakit, hal ini disebabkan :
a. Stress merupakan representasi dari perubahan dari status kesehatan dan
keadaan lingkungan yang biasanya terjadi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
33
b. Anak-anak memiliki mekanisme koping yang terbatas untuk mengatasi
kejadian yang penuh stress tersebut.
Tahap-tahap kecemasan perpisahan yang dialami anak-anak selama proses
hospitalisasi menjadi tiga tahapan, yaitu :
1) Fase protes ( Phase of Protest )
Tahap ini merupakan tahap pertama dalam kecemasan perpisahan
yang akan berakhir dalam beberapa jam sampai beberapa hari .Pada tahap
ini anak masih menyadari bahwa dia sangat membutuhkan ibunya dan
berharap dengan usahanya memprotes dapat mengembalikan ibunya.
Mereka masih berharap ibunya akan memenuhi keinginan mereka seperti
yang dilakukan ibunya sebagaimana sebelumnya.Keinginan untuk bertemu
ibunya dan perasaan kehilangan ibunya menimbulkan kecemasan yang
akan menurunkan persepsi terhadap lingkungan sekitarnya. Manifestasi
perilaku yang sangat dapat muncul pada perilaku yang dapat muncul pada
fase ini meliputi menangis, menjerit berguling-guling disekitar tempat
tidur, berfokus terhadap suara atau penglihatan yang mungkin ibunya dan
menolak perhatian orang lain. Perilaku protes tersebut dapat berlangsung
dari beberapa jam sampai beberapa hari. Pendekatan dengan orang asing
yang tergesa-gesa akan meningkatkan protes ( Nursalam 2005 ).
2) Fase putus asa ( Phase of Despair )
Pada tahap ini anak-anak masih menyadari bahwa dia
membutuhkan ibunya dan tidak terlalu berharap bahwa usahanya tersebut
akan mengembalikan ibunya.Bentuk tangisan anak-anak akan menjadi
intermitten atau monoton yang merupakan pemindahan dari jeritan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
34
kemarahan yang terjadi di tahap protes. Anak tampak tegang, tangisnya
berkurang, tidak aktif, tidak mau berkomunikasi, kurang berminat untuk
bermain, tidak ada nafsu makan,menarik diri, apatis dan tidak mau
berinteraksi dengan lingkungan serta anak menjadi regresi misalnya
ngompol atau menghisap jari. Pada tahap ini kondisi anak
mengkhawatirkan karena anak menolak untuk makan, minum atau
bergerak ( Nursalam 2005 ).
3) Fase pelepasan
Pada tahap ini anak-anak menggunakan mekanisme bertahan
represif untuk mengatasi kecemasan yang semakin intens. Mereka
menekankan keinginan mereka untuk bertemu dengan ibunya pergi
meninggalkan dan mau berinteraksi dengan lingkungannya.Dan pada akhir
tahap ini anak akan mengalami analitik depression. Anak yang berada
pada tahap ini sering mempunyai keyakinan yang keliru terhadap situasi
yan biasa terjadi dirumah sakit.Anak-anak akan kehilangan kepercayaan
terhadap kecintaan orang tuanya, kemampuan dan keinginan orang tuanya
untuk melindungi mereka. Kehilangan kepercayaan ini memiliki implikasi
yang nyata terdadap penyesuaian mereka ketika anak –anak tersebut
kembali kerumah Hal itu juga akan mempengaruhi cara mereka dalam
mengatasi terminasi dan perpisahan untuk mendapatkan ketenangan dalam
hidup mereka. Sedangkan manifestasi dari masing-masing tahap
kecemasan perpisahan dan anak yang sedang menjalani perawatan
menurut Wong (2004) adalah sebagai berikut :
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
35
a) Pada fase protes
Selama tahap ini perilaku yang dapat diamati pada anak yang
mengalami kecemasan akibat dirawat dirumah sakit adalah sebagai
berikut :
(1) Menangis
(2) Menjerit-jerit
(3) Mencari ibunya
(4) Tidak mau dipindahkan dari orang tuanya
(5) Menjauh dan menolak jika didekati orang asing
Sedangkan perilaku yang dapat diobservasi dalam masa toddler
diantaranya :
(1) Menyerang orang asing dengan kata-kata misalnya “pergi”
(2) Menyerang orang asing dengan cara fisik misalnya menendang,
menggigit, memukul atau mencubit.
(3) Mencoba keluar atau melarikan diri untuk menemui orang tuanya
(4) Mencoba menahan orang tuanya untuk tetap tinggal menemaninya.
Perilaku-perilaku tersebut mungkin akan berakhir selama beberapa jam
sampai beberapa hari.Proses seperti menangis akan terus berlanjut serta
dianggap asing oleh anak
b) Pada fase putus asa
Perilaku yang dapt diamati oleh anak yang akan mengalami kecemasan
perpisahan pada fase ini adalah sebagai berikut :
(1) Inaktif
(2) Menarik diri
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
36
(3) Depresi dan merasa sedih
(4) Tidak merasa tertarik dengan lingkungan
(5) Tidak bisa diajak komunikasi
(6) Munculnya perilaku regresi seperti tahap perkembangan sebalumnya,
misalnya menghisap ibu jari, ngompol, menggunakan dot atau botol.
Perilaku ini mungkin akan berakhir dalam waktu yang berbeda-
beda.Kondisi fisik anak mungkin juga akan semakin memburuk, hal ini
disebabkan oleh karena anak-anak menolak makan, minum atau tidak
mau berpindah tempat.
c) Pada fase pelepasan
Perilaku yang dapat diamati pada fase ini antara lain :
(1) Menunjukan peningkatan ketertarikan terhadap lingkungan
(2) Berinteraksi dengan orang lain atau penberi pelayanan kesehatan yang
bersikap familier terhadapnya.
(3) Menemukan bentuk hubungan baru, tetapi sifatnya hanya dipermukaan
saja
(4) Terlihat gembira
Fase ini biasanya terjadi setelah perpisahan dari orang tuanya dalam
jangka waktu yang cukup lama, dan anak jarang sekali bertemu orang
tuanya selama dalam proses hospitalisasi.Perilaku tersebut merupakan
representasi dari penyesuaian diri dari anak-anak yang bersifat superfisial
terhadap perasaan kehilangan kontrol terhadap dirinya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
37
B. Penelitian yang relevan
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan, khususnya
perawatan pada anak. Oleh karena anak merupakan bagian dari keluarga,maka
perawat harus mampu mengenal keluarga sebagai tempat tinggal ataukonstanta
tetap dalam kehidupan anak (Wong, Perry and Hockenberry,2002). Sebagai
perawat, dalam memberikan pelayanan keperawatan, harus mampu memfasilitasi
keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian
tindakan keperawatan langsung, maupun pendidikan kesehatan bagi anak. Selain
itu, perawat harus memperhatikan kehidupansosial, budaya, dan ekonomi keluarga
yang dapat menentukan pola kehidupan anak selanjutnya. Faktor-faktor tersebut
sangat menentukan perkembangan anak dalam kehidupan (Alimul,
2005).Kehidupan anak juga sangat ditentukan keberadaannya bentuk dukungan
dari keluarga, hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga yang sangat baik maka
pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi apabila dukungan
keluarga anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya
yang dapat mengganggu psikologis anak (Alimul,2005).Populasi anak yang
dirawat di rumah sakit menurut Wong (2001),mengalami peningkatan yang sangat
dramatis. Persentase anak yang dirawatdi rumah sakit saat ini mengalami masalah
yang lebih serius dan kompleksdibandingkan kejadian hospitalisasi pada tahun-
tahun sebelumnya. Mc Chertydan Kozak mengatakan hampir empat juta anak
dalam satu tahun mengalamihospitalisasi (Lawrence J. cit Hikmawati, 2000).
Rata-rata anak mendapat perawatan selama enam hari. Selain membutuhkan
perawatan yang spesialdibanding pasien lain, anak sakit juga mempunyai
keistimewaan dan karakteristik tersendiri karena anak-anak bukanlah miniatur
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
38
dari orang dewasa atau dewasa kecil. Dan waktu yang dibutuhkan untuk merawat
penderita anak-anak 20-45% lebih banyak daripada waktu untuk merawat orang
dewasa (Speirs, cit Hikmawati 2000).Supartini (2004) menjelaskan perawatan
anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi
anak maupun orang tua. Lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab
stress dan kecemasan pada anak. Pada anak yang dirawat di rumah sakit akan
muncul tantangan-tantangan yang harus dihadapinya seperti mengatasi suatu
perpisahan, penyesuaian dengan lingkungan yang asing baginya, penyesuaian
dengan banyak orang yang mengurusinya, dan kerapkali harus berhubungan dan
bergaul dengan anak-anak yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi yang
menyakitkan.Pada anak usia pra sekolah, kecemasan yang paling besar
dialamiadalah ketika pertama kali mereka masuk sekolah dan kondisi sakit yang
dialami anak. Apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dirawat di rumah
sakit maka besar sekali kemungkinan anak akan mengalami
disfungsiperkembangan. Anak akan mengalami gangguan, seperti gangguan
somatik,emosional dan psikomotor (Nelson cit Isranil Laili.2006). Reaksi
terhadap penyakit atau masalah diri yang dialami anak pra sekolah seperti
perpisahan,tidak mengenal lingkungan atau lingkungan yang asing, hilangnya
kasih sayang, body image maka akan bereaksi seperti regresi yaitu hilangnya
kontrol, displacement, agresi (menyangkal), menarik diri, tingkah laku protes,serta
lebih peka dan pasif seperti menolak makan dan lain-lain (Alimul, 2005).
C. Kerangka Berpikir
Perawatan di rumah sakit merupakan masa yang penuh stress bagi anak
terutama anak usia pra sekolah. Ada berbagai macam stressor yang dihadapi oleh
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
39
anak selama menjalani proses perawatan. Stresor tersebut diantaranya adalah
perpisahan, kehilangan fungsi dan kontrol, ketakutan, perubahan gambaran diri
dan nyeri. Akibat dari berbagai macam stressor akan mengakibatkan gangguan
dalam kehidupan anak diantaranya kecemasan perpisahan. Namun demikian anak
mempunyai suatu mekanisme koping tertentu dalam bereaksi terhadap stressor
tersebut. Reaksi anak terhadap stressor di pengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah tingkat perkembangan umur anak, pengalaman sakit,
perpisahan dan stress karena perawatan sebelumnya, terdapat support sistem,
koping alami dan yang didapat serta keseriusan diagnosis penyakit.
Perilaku setelah proses hospitalisasi yang muncul akibat kecemasan
perpisahan menurut Wong (2004) diantaranya adalah kecenderungan anak untuk
selalu lengket dengan orang tuanya, anak menjadi sangat membutuhkan perhatian
orang tua, menolak dengan keras terhadap perpisahan. Perilaku lain yang mungkin
muncul diantaranya munculnya ketakutan baru, misalnya mimpi buruk, anak
menjadi sulit tidur atau berjalan waktu tidur. Perilaku tersebut juga diikuti oleh
perilaku seperti anak menjadi hiperaktif, tempertantrum, rewel untuk makan,
munculnya perilaku agresif seperti anak hiperaktif.
Efek dari dukungan keluarga adalah adanya efek penyangga (dukungan
sosial menahan efek-efek negative dari stress terhadap kesehatan) dan efek utama
(dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat dari kesehatan). Namun
demikian dukungan yang diberikan oleh keluarga terhadap anaknya dipengaruhi
oleh beberapa hal diantaranya adalah usia orang tua, ukuran keluarga dan juga
status kelas sosial.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
40
Dukungan – dukungan yang diberikan keluarga tersebut diharapkan dapat
menurunkan kecemasan perpisahan yang sering muncul pada saat menjalani
perawatan di rumah sakit. Pada akhir dengan dukungan tersebut dapat mengurangi
atau bahkan mungkin menghilangkan gangguan-gangguan perilaku maupun
gangguan lain yang dapat muncul pada saat keluar dari rumah sakit, sehingga
setelah anak menyelesaikan masa hospitalisasinya anak tidak akan muncul gejala
sisa dan anak dapat kembali pada kehidupan sebagaimana sebelumnya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
41
Kerangka berpikir
Keterangan
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 1
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
1. Tingkat perkembangan umur. 2. Pengalaman sakit sebelumnya,
perpisahan atau hospitalisasi. 3. Support sistem dari lingkungan
sekitar. 4. Keahlian koping alami ataupun
yang didapat. 5. Keseriusan diagnosa penyakit
Dukungan keluarga : 1. Usia ibu Faktor yang
mempengaruhi 2. Psikologi ibu 3. Kelas sosial ekonomi
- Pendapatan - Pekerjaan - pendidikan
Dukungan keluarga : 1. Informasi 2. Penilaian 3. Instrumental 4. Emosional
Dukungan perawat : 1. Upaya
meminimalkan stress
2. Hal-hal yang dilakukan untuk mencegah dampak kecemasan
3. Memaximalkan manfaat hospitalisasi
Kecemasan usia pra-sekolah 1. Fase protes 2. Fase putus asa 3. Fase pelepasan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
42
C. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan
akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah.
2. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah.
3. Terdapat hubungan antara dukungan perawat dan keluarga dengan tingkat
kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin
timbul selama proses penelitian ( Burn & Grove 1991, dikutip Nursalam 2000).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik korelasional yang menggunakan
pendekatan Cross Sectional Study yaitu peneliti melakukan pengukuran variabel
sesaat, artinya subjek diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel
independent dan dependent dilakukan pada saat pemeriksaan atau pengkajian data
(Sastroasmoro & Ismael 2005 ).
B.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan diruang anak Rumah Sakit Umum Sidoarjo.Waktu
yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini secara umum meliputi 3 tahap
yaiatu :
1. Tahap persiapan : penyusunan proposal, pembuatan instrumen penelitian
dan uji coba instrumen
2. Tahap pelaksanaan : penyebaran angket dukungan keluarga dan
kecemasan di ruang anak Rumah Sakit Umum Sidoarjo.
3. Tahap analisa data dan penulisan laporan penelitian.
43
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
44
C. Kerangka Penelitian
Populasi : Perawat, ibu dan anak usia pra sekolah yang sedang menjalani perawatan
di rumah sakit sebanyak 30 orang
Sampel : Perawat, ibu dan anak usia pra sekolah yang sedang menjalani perawatan di
rumah sakit yang memenuhi kriteria penelitian
Teknik sampling : menggunakan Accidental sampling
Pengumpulan data penelitian : dengan kuesioner
Analisis Data : Regresi ganda
Penyajian Data dan Pembahasan
Kesimpulan dan saran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
45
D. Polulasi, Sampel dan Sampling
1.Populasi
Sugiyono (2009) menjelaskan populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perawat,
orang tua (ibu) dan anak usia pra sekolah yang sedang menjalani perawatan di
ruang anak Rumah Sakit Sidoarjo bulan Desember 2009 sampai Januari 2010
sejumlah 30 responden.
2. Sampel
Sugiyono (2009) menggambarkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh dalam suatu populasi. Dalam penelitian ini sampel
yang dimaksud adalah perawat, orang tua (ibu) dan anak usia pra sekolah yang
sedang menjalani perawatan dirumah sakit Sidoarjo.
3.Teknik Sampling
Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah “accidental
sampling” yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja
yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti yang akan digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber
data atau mengambil setiap yang ditemukan yang sesuai dengan kriteria penelitian
ini (Sugiyono 2009).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
46
E. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah operasionalisasi konsep yang mempunyai nilai bervariasi
dan membedakan satu objek dari yang lainnya ( Purwanto, 2007)
Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah
dukungan perawat dan dukungan keluarga
Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat
kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah.
2. Definisi operasional
a. Anak usia prasekolah adalah anak-anak yang berusia 3-6 tahun baik laki-
laki maupun perempuan yang sedang sakit dan dirawat di Rumah Sakit
Umum Sidoarjo
b. Kecemasan akibat menjalani perawatan adalah suatu perilaku kecemasan
yang ditunjukan oleh anak yang terjadi selama anak dirawat di rumah sakit
yang dapat diobservasi oleh orang tua/ibu dari perilaku yang muncul
dengan skala interval.
c. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan ibu terhadap
anak yang sakit. Dukungan tersebut dapat berupa dukungan emosinal,
penilaian, instrumental dan juga informasional yang diukur dengan skala
interval.
d. Dukungan perawat adalah sikap dan tindakan perawat dalam upaya
meminimalkan stress, mencegah dampak kecemasan dan memaximalkan
dampak hospitalisasi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
47
e. Keluarga pasien adalah orang tua yang menunggui pasien khususnya ibu
selama menjalani proses perawatan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer meliputi identitas responden : nama, usia, jenis
kelamin, jumlah anak, tingkat pendidikan dan data sekunder yaitu gambaran
secara umum lokasi penelitian yang dilakukan diruang Mawar Ungu Rumah Sakit
Umum Sidoarjo.Sebelumnya peneliti memberikan informasi terlebih dahulu pada
responden tentang maksud dan tujuan penelitian serta isi dari angket atau
kuesioner, kemudian responden mengisi angket yang sudah disediakan oleh
peneliti. Sebelum mengisi lembar angket peneliti meminta kesediaan subyek
penelitian untuk menjadi responden dengan menandatangani surat persetujuan
terlebih dahulu. Responden diberi waktu secukupnya untuk mengisi angket atau
kuesioner dan langsung ditarik oleh peneliti. Bila ada yang kurang jelas bisa
ditanyakan langsung oleh peneliti.Jumlah responden untuk penelitian disini adalah
30 orang responden.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah menggunakan angket, dimana angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadi atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto 2002).
Angket dukungan perawat ,pertanyaan didasarkan pada teori Friedman
(2008) yang disusun dalam 15 butir pertanyaan dukungan perawat dengan skala
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
48
likert yaitu selalu (skor 4), sering (skor 3), kadang-kadang (skor 2), tidak pernah
(skor 1). Skor yang dihasilkan yaitu antara 15-60 akan dikategorikan menurut
Arikunto (2000) bahwa rentang skor kategori dibagi tiga sama besar sehingga
diperoleh skor kategori sebagai berikut : dukungan perawat kurang : 0-20,
dukungan perawat cukup: 21-40, dukungan perawat baik: 41-60
Angket dukungan keluarga, pertanyaan didasarkan pada teori Friedman
(2008) yang disusun dalam 18 butir pertanyaan dengan skala pengukuran
dukungan keluarga yang digunakan adalah dengan skala likert yaitu selalu (skor
4), Sering (skor 3), Kadang-kadang (skor 2), Tidak pernah (skor 1). Skor yang
dihasilkan yaitu antara 18-72 akan dikategorikan menurut Arikunto (2000) bahwa
rentang skor kategori dibagi tiga sama besar sehingga diperoleh skor kategori
sebagai berikut: dukungan keluarga baik: 49-72, dukungan keluarga cukup: 25-48,
dukungan keluarga kurang : 0-24
Angket alat ukur kecemasan adalah menggunakan skala kecemasan dari
Taylor’s Manifest Anxiety Scale (T-MAS). T-Mas merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur tingkat kecemasan melalui observasi yang disusun oleh Janet
Taylor (cit Mulyani, 2004). Pengukuran skala kecemasan ini secara umum pada
anak adalah modifikasi pengukuran kecemasan pada orang dewasa disesuaikan
dengan kondisi anak. Alat ukur ini berisi 32 butir pertanyaan observasi tingkat
kecemasan pada anak usia pra sekolah dengan jawaban ya (skor 1) dan tidak (skor
0). Dari 32 butir pertanyaan tersebut skor yang diperoleh adalah antara 0-32. Skor
yang diperoleh kemudian dikategorikan dalam skala interval
Cemas berat : 25 - 32
Cemas sedang : 17 - 24
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
49
Cemas ringan : 9 - 16
Tidak cemas : 0 - 8
Makin tinggi skor yang diperoleh, maka makin tinggi pula tingkat kecemasan
yang dialami oleh anak.
Teknik uji kecemasan dijabarkan sebagai berikut :
1). Uji Validitas
Validitas butir angket kecemasan dihitung menggunakan rumus korelasi
product moment, yaitu :
r xy = N ( ∑ XY ) – ( ∑ Y)
√ ( ( N ∑ X ² - ( ∑ X ) ²) . ((N ∑ Y² - ( ∑ Y)²)
Keterangan :
r : koefisien korelasi
N : banyaknya subyek
∑X : jumlah skor item (X)
∑Y : jumlah skor item (Y)
XY : jumlah perkalian X dan Y
Dari perhitungan harus dibanding dengan angka kritik tabel korelasi nilai r dengan
taraf signifikan 5 % serta dengan kriteria pengujian apabila r-hitung > r-tabel
maka soal tersebut dikatakan valid, begitu sebaliknya apabila r-hitung < r-tabel
maka soal tersebut dikatakan tidak valid.
2). Uji Reliabilitas
Reliabilitas diperoleh apabila suatu tes dapat dipercaya dan menunjukan
ketepatan dan keajegan pada hasil tes, apabila tes ini diberikan pada waktu yang
berlainan. Reliabilitas diuji dengan teknik koefisien alpha dengan rumus :
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
50
R 1.1 = k 1- ∑ Si ²
(k-1) St ²
Keterangan :
K = Jumlah butir
∑ S I ² = Jumlah varians butir
S t = Varians total
Dari perhitungan juga harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai
r, apabila r-total > r-tabel maka soal tersebut dikatakan reliabel, begitu sebaliknya
apabila r- total maka soal tersebut dikatakan tidak reliabel.
Hasil Uji Coba Penelitian
1. Angket dukungan perawat
a. Dari 15 butir pertanyaan semua dinyatakan valid, karena semua r
hitung > r tabel dengan N=30.
b. Dari hasil perhitungan diperoleh realibilitas sebesar 0,939 kemudian
dikonsultasikan dengan nilai tabel pada taraf signifikan 5 %, karena
hitung > r tabel maka angket tersebut realibel.
2. Angket dukungan keluarga
c. Dari 18 butir pertanyaan semua dinyatakan valid, karena semua r
hitung > r tabel dengan N=30.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
51
d. Dari hasil perhitungan diperoleh realibilitas sebesar 0,91 kemudian
dikonsultasikan dengan nilai tabel pada taraf signifikan 5 %, karena
hitung > r tabel maka angket tersebut realibel.
3. Angket kecemasan
e. Dari 15 butir pertanyaan semua dinyatakan valid, karena semua r
hitung > r tabel dengan N=30.
f. Dari hasil perhitungan diperoleh realibilitas sebesar 0,951 kemudian
dikonsultasikan dengan nilai tabel pada taraf signifikan 5 %, karena
hitung > r tabel maka angket tersebut realibel.
H. Analisis Data
Pengolahan data menggunakan komputer maupun manual. Manual
merupakan langkah awal dalam pengumpulan data baik data primer maupun data
sekunder yang meliputi coding scoring, tabulating kemudian data tersebut
dimasukan dalam table induk. Langkah berikutnya memasukkan data dalam tabel
induk ke komputer yang kemudian dianalisis dengan komputer menggunakan
program SPSS versi 15.00. Teknik analisis data dilakukan 3 tahap yaitu :
1. Uji prasyarat analisis hipotesis.
Uji pra syarat yang dimaksud adalah uji normalitas data dengan
menggunakan uji linieritas, dimana nilai rata-rata pada variabel terikat (y) untuk
kombinasi dari variabel bebas ( x1 dan x2) terletak pada garis / bidang linier yang
dibentuk dari persamaan regresi. Uji linieritas ini dapat diketahui dari uji Anova
(overal F test), bila hasilnya signifikan ( p value < alpha ) maka data terbentuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
52
linier sehingga dapat diuji dengan regresi ganda. Sudjana ( 1998 ) berpendapat
secara manual rumus dari uji linieritas adalah sebagai berikut :
Keterangan
F : Bilangan untuk linieritas
R rjk (Tc) : Rerata ∑ kuadrat yang cocok
R rjk (G) : Rerata ∑ kuadrat kekeliruan
Dari perhitungan harus dibandingkan dengan angka kritik tabel F, pada
taraf signifikan 5% apabila F-hitung > F-tabel maka data tersebut dikatakan linier
atau normal, begitu sebaliknya apabila F-hitung < F-tabel maka data tersebut
dikatakan tidak linier atau tidak normal.
2. Uji hipotesis satu dan dua dengan menggunakan uji korelasi
Korelasi ini menganalisa hubungan dua variabel yang terdapat hipotesa,
meliputi menganalisa dukungan keluarga dengan kecemasan maupun dukungan
perawat dengan kecemasan. Uji hipotesis ini menggunakan Product Moment Test
dengan symbol r untuk masing-masing hipotesa bila berdistribusi normal dan
apabila data tidak berdistribusi normal maka menggunakan uji non parametris
yaitu Spearman Rank Test. Rumus pengujian hipotesa dengan Product Moment
Test adalah sebagai berikut :
R xy = ∑ x . y
( ∑ x ² . y ² )
F = R rjk ( Tc ) R rjk ( G )
r xy = ∑ x.y ( ∑ x ² . y ² )
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
53
Keterangan :
R xy : korelasi antara variabel x dengan y
x : ( xi – x )
y : ( yi – y )
Interpretasi terhadap koefisien korelasi menurut (Sugiyono 2009) adalah sebagai
berikut :
0,00 – 0,199 = sangat rendah
0,20 – 0,399 = korelasi rendah
0,40 – 0,599 = korelasi sedang
0,60 – 0,799 = korelasi kuat
0,80 – 1,00 = korelasi sangat kuat
Apabila dari hasil perhitungan didapat nilai positif berarti korelasi kedua
variabel satu arah, begitu sebaliknya apabila hasil perhitungan di dapat nilai
negatif berarti korelasi kedua variabel berlawanan arah. Pada perhitungan
menggunakan computer, apabila nilai p value < 0,05 maka terdapat hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat, begitu sebaliknya apabila nilai p
value > 0,05 maka tidak terdapat hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
3. Uji hipotesis ketiga dengan menggunakan uji regresi ganda
Uji ini merupakan uji korelasi lebih dari dua variabel atau disebut dengan
Regression Linier Test, simbol yang digunakan adalah R. Hipotesis yang
dianalisis adalah adakah hubungan dukungan perawat dan keluarga dengan
kecemasan pada pasien anak usia prasekolah. Persamaan regresi untuk dua
prediktor ( variabel bebas ) adalah :
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
54
Sedangkan rumus korelasi ganda menurut Sugiyono adalah :
Keterangan
R y. x1 .x2 : korelasi ganda antara variabel x1 x2 secara bersama-sama dengan
variabel Y
r y.x1 : korelasi product moment antara x1 dan y
r y.x2 : korelasi product moment antara x2 dan y
r x1.x2 : korelasi product moment antara x1 dan x2
Sugiono menjelaskan pengujian korelasi ganda diatas dilanjutkan dengan
pengujian signifikan terhadap koefisien korelasi ganda menggunakan rumus pada
uji F, yaitu :
Keterangan :
R : Koefisien korelasi ganda
k : Jumlah variabel bebas / independen
n : Jumlah sampel
Y = a + b . x + b 2. X 2
R y.x1. X2 = √ r ² y. x1 + r² y. x2 + 2r y.x1 r y.x2. r x1.x2
1 - r² x1 x2
F h = R ² / k ( 1-R² ) / ( n – k – 1)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
55
Dari perhitungan, apabila nilai hitung F-hitung > F- tabel dengan taraf
signifikan 5 % maka dapat dikatakan hubungan variabel bebas satu dan dua
dengan variabel terikat adalah signifikan, begitu sebaliknya apabila F-hitung < F-
tabel maka dapat dikatakan hubungan variabel bebas satu dan dua dengan variabel
terikat adalah tidak signifikan.
Pada perhitungan menggunakan komputer, apabila nilai regresi ganda p
value < 0,05 maka terdapat hubungan antara variabel bebas satu dan dua dengan
variabel terikat, begitu sebaliknya apabila nilai p value < 0,05 maka tidak terdapat
hubungan antara variabel bebas satu dan dua dengan variabel terikat.
I. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan rekomendasi dari diretur
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Solo yang disampaikan kepada
Direktur Rumah Sakit Umum Sidoarjo dengan tembusannya disampaikan kepada
Kepala bidang Pendidikan dan Pelatihan, Kepala bidang Keperawatan Rumah
Sakit Umum Sidoarjo dan juga Kepala Ruang Mawar Ungu. Kemudian peneliti
memberikan kuisioner langsung kepada subyek yang akan diteliti dengan
memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan peneliti. Masalah etika dalam
penelitian ini meliputi:
1. Lembar persetujuan (inform consent) menjadi responden
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti.
Tujuannya adalah responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Bila
responden bersedia diteliti, maka responden harus menandatangani lembar
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
56
persetujuan. Jika keluarga menolak untuk diteliti, peneliti tidak akan memaksa
kelurga untuk diteliti dan tetap menghormati haknya.
2. Tanpa nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data atau kusioner tetapi cukup
dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut.
3. Confidentialy
Semua informasi yang diberikan oleh keluarga yang berupa informed
consent dan kusioner yang sudah diisi akan disimpan dalam file khusus dan
dijamin kerahasiaanya oleh peneliti
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
A. Gambaran Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang Mawar Ungu RSU Sidoarjo.RSU Sidoarjo
adalah Rumah Sakit Pemerintah type B Non Pendidikan milik Pemerintah Daerah
Kabupaten Sidoarjo.Teknis fungsional dibawah Dinas Kesehatan dan teknik
operasional dibawah Bupati. RSU Sidoarjo mempunyai luas lahan ± 50.000 m²
atau ± 5 hektar.Visi RSU Sidoarjo adalah menjadi Rumah Sakit mandiri dengan
pelayanan prima dan mempunyai misi mengupayakan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan mandiri melalui peningkatan sumber daya rumah sakit.Secara garis
besar pelayanan kesehatan yang ada di RSU Sidoarjo terbagi dalam Rawat Jalan,
Rawat Inap, Rawat Darurat beserta unit traumatic center, Laboratorium Patologi
Klinik, Laboratorium Patologi Anatomi, Radiologi, Farmasi, Rehabilitasi Medik
Ruang Mawar Ungu RSU Sidoarjo mempunyai daya tampung 70 orang
pasien yang semuanya merupakan kelas III, yang dilengkapi ruang isolasi dan
ruang bermain untuk anak-anak. Semua ruang digunakan untuk penelitian, tak
terkecuali ruang isolasi.
Tabel 1
Distribusi responden diruang Mawar Ungu RSU Sidoarjo
No Ruang Frekuensi Persentase (%)
1 Kelas III 29 100
Jumlah 29 100
Sumber : Data primer
57
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
58
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa responden adalah
keluarga (ibu) yang mempunyai anak yang menjalani perawatan dikelas III
sebanyak 29 orang (100 %).
Tabel 2
Distribusi responden berdasarkan usia, jumlah anak, tingkat
pendidikan, pekerjaan, dan jumlah penghasilan diruang Mawar Ungu
RSU Sidoarjo
No Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Usia anak
a. 3 tahun
b. 4 tahun
c. 5 tahun
d. 6 tahun
1
18
8
2
3,45
62,07
27,59
6,89
2. Jumlah anak
a. 1
b. 2
c. > 2
0
19
10
0
65,52
34,48
3. Tingkat pendidikan ibu
a. SD
b. SLTP
c. SLTA
d. PT
2
2
14
11
6,89
6,89
48,27
37,93
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
59
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa distribusi usia responden di
dominasi usia 4 tahun sebanyak 18 orang ( 62,07 %), jumlah anak yang terbanyak
2 dengan jumlah 10 orang (65,52 %), tingkat pendidikan yang terbanyak SLTA
dengan jumlah 14 orang (48,27 %).
Tabel 3
Distribusi penyakit yang diderita anak
No Jenis Penyakit Frekuensi Persentase (%)
1. GE (Gastroenteritis) 3 10,34
2. Hernia 1 3,45
3. Febris 4 13,80
4. ISPA 5 17,24
5. Pneumonia 2 6,89
6. Meningitis 1 3,45
7. Dengue Haemoragic Fever 5 17,24
8. Typhoid 2 6,89
9. TBC Paru 1 3,45
10. Leukemia 1 3,45
11. Kelainan Jantung Bawaan 1 3,45
12. Bronkitis 3 10,34
Jumlah 29 100
Sumber : Data primer
Dari tabel diatas didapatkan bahwa penyakit yang terbanyak diderita anak
adalah ISPA sebanyak 5 orang (17,24%) dan DHF sebanyak 5 orang atau
(17,24%).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
60
B.Hasil Penelitian
1.Data dukungan perawat dengan tingkat kecemasan akibat menjalani
perawatan pada anak usia pra sekolah
Berdasarkan data penelitian didapatkan skor tertinggi 54, skor terendah 29,
mean = 42,51 ; median = 44,00 ; standar deviasi = 7,184. Distribusi frekwensi
dukungan perawat dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada
anak usia pra sekolah dibagi dalam 3 kategori yaitu kurang, cukup dan baik,
dimana di dapatkan hasil dukungan perawat rendah dengan jumlah 10 responden
atau (33,3%) , dukungan perawat cukup dengan jumlah responden 20 orang atau
(66,7 %) dan dukungan perawat baik dengan jumlah responden 0 orang atau (0 %)
seperti yang tercantum dalam tabel 4
Tabel 4
Distribusi dukungan perawat terhadap tingkat kecemasan
No Dukungan Perawat Frekuensi Persentase ( % )
1. Kurang 10 33,3
2. Cukup 20 66,7
3. Baik 0 0
Jumlah 30 100
Sumber : Data statistik yang diolah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
61
2. Data dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani
perawatan pada anak usia pra sekolah
Berdasarkan data penelitian didapatkan skor tertinggi 69, skor terendah 37,
mean = 53,13 ; median = 55,00 ; standar deviasi = 8,484. Distribusi frekwensi
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada
anak usia pra sekolah dibagi dalam 3 kategori yaitu kurang, cukup dan baik
dimana di dapatkan hasil dukungan keluarga rendah dengan jumlah responden 0
%, dukungan keluarga cukup dengan jumlah responden 15 orang atau (50 %) dan
dukungan keluarga baik dengan jumlah responden 15 orang atau (50 %) seperti
yang tercantum dalam tabel 5
Tabel 5
Distribusi dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan
No Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase ( % )
1. Kurang 0 0
2. Cukup 15 50
3. Baik 15 50
Jumlah 30 100
Sumber : Data statistik yang diolah
3. Data tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra
sekolah
Berdasarkan data penelitian didapatkan skor tertinggi 32, skor terendah 0,
mean = 17,51 ; median = 17,00 ; standar deviasi = 10,158. Distribusi frekwensi
tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah dibagi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
62
dalam 4 kategori yaitu tidak cemas, cemas ringan, cemas sedang, cemas berat,
dimana di dapatkan hasil tidak ada kecemasan dengan jumlah responden 9 anak
atau (30%), cemas ringan dengan jumlah responden 10 anak atau (33,3 %), cemas
sedang dengan jumlah responden 5 anak atau (16,7 %), cemas berat dengan
jumlah responden 6 anak atau ( 20%) seperti yang tercantum dalam tabel 6
Tabel 6
Distribusi tingkat kecemasan anak akibat menjalani perawatan
No Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase ( % )
1. Cemas berat 6 20
2. Cemas sedang 5 16,7
3. Cemas ringan 10 33,3
4. Tidak cemas 9 30
Jumlah 30 100
Sumber : Data statistik yang diolah
Berikut ini disajikan rangkuman distribusi frekuensi data tingkat kecemasan
akibat menjalani perawatan seperti dalam tabel dibawah ini.
1. Pengujian Persyaratan analisis
Setelah dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi sebagai syarat
analisis korelasional yang meliputi uji normalitas data, uji linieritas dan
keberartian regresi.Hasil uji prasyarat :
a. Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk menyelidiki variabel
pengganngu dari regresi yang isyaratkan berdistribusi normal atau tidak. Berikut
hasil uji normalitas untuk masing-masing variabel penelitian.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
63
Berdasarkan data yang di analisis diketahui variabel dukungan perawat
menunjukkan signifikansi 0,139 > taraf nyata 5 %, hal ini berarti sebaran data
variabel dukungan perawat memenuhi distribusi normal. Variabel dukungan
keluarga menunjukan signifikansi 0,066 > taraf nyata 5 % , hal ini berarti sebaran
data tersebut memenuhi distribusi normal. Variabel kecemasan menunjukan
signifikansi 0,069 > taraf nyata 5 %, hal ini berarti sebaran data tersebut
memenuhi distribusi normal.
b. Uji Linieritas dan Keberartian Regresi
Sebelum menggunakan untuk pengambilan kesimpulan, regresi yang
diperoleh harus mengalami dulu pemeriksaan beberapa hal, utamanya mengenai
(1) kelinieran bentuk regresi dan (2) keberartian regresi. Berdasarkan pengertian
diatas, uji linieritas ini dimaksudkan untuk mengetahui persamaan linier yang
telah diperoleh cocok atau tidak.
1).Uji linieritas antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan akibat
menjalani Perawatan. Hasil dari uji linieritas dapat dilihat pada tabel berikut :
Interpretasi : Untuk menguji keberartian pada taraf signifikansi 5 % didapatkan
hasil F tabel = 4,21 karena F hitung > F tabel atau 6,382 > 4,21 maka regresi
tersebut berarti adanya.
2).Uji linieritas antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat
menjalani Perawatan. Hasil dari uji linieritas dapat dilihat pada tabel berikut
Interpretasi : Untuk menguji keberartian pada taraf signifikansi 5 % didapatkan
hasil F tabel = 4,21 karena F hitung > F tabel atau 6,606 > 4,21 maka regresi
tersebut berarti adanya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
64
2. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil pengujian persyaratan analisis data yang dikumpulkan dari
sampel yang diambil, uji normalitas dan uji linieritas semuanya memenuhi syarat,
sehingga data yang diperoleh dapat diolah untuk pengujian hipotesisnya. Berikut
ini dipaparkan data-data yang digunakan dalam uji hipotesis
a. Hipotesis satu menggunakan uji korelasi. Korelasi ini menganalisa
hubungan dua variabel yaitu hubungan dukungan perawat dengan
kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah.
Interpretasi : uji hipotesis ini menggunakan Product moment dengan
perhitungan menggunakan komputer, didapatkan hasil bahwa koefisien
korelasi 0,437 yang berarti ada korelasi sedang antara x1 dan y atau p =
0,018 < 0,05 maka terdapat hubungan antara dukungan perawat dengan
tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra
sekolah.Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 10
Tabel 10
Hasil Uji Korelasi Dukungan Perawat dengan tingkat Kecemasan
Correlations
Dukungan Perawat Kecemasan Anak
Dukungan Perawat Pearson Correlation 1 .437(*) Sig. (2-tailed) . .018 Sum of Squares and
Cross-products 6.207 6.517
Covariance .222 .233 N 29 29 Kecemasan Anak Pearson Correlation .437(*) 1 Sig. (2-tailed) .018 . Sum of Squares and
Cross-products 6.517 35.793
Covariance .233 1.278 N 29 29
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
65
b. Hipotesis dua menggunakan uji korelasi.Korelasi ini menganalisa
hubungan dua variabel yaitu hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah.
Interpretasi : uji hipotesis ini menggunakan Product moment dengan
perhitungan menggunakan komputer, didapatkan hasil bahwa koefisien
korelasi 0,443 yang berarti ada korelasi sedang antara x2 dan y atau p
0,016 < 0,05 maka terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra
sekolah.Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 11:
Tabel 11
Hasil Uji Korelasi Dukungan Keluarga dengan tingkat Kecemasan
Correlations
Dukungan Keluarga Kecemasan Anak Dukungan Keluarga Pearson
Correlation 1 .443(*)
Sig. (2-tailed) . .016 Sum of Squares
and Cross-products
7.241 7.138
Covariance .259 .255 N 29 29 Kecemasan Anak Pearson
Correlation .443(*) 1
Sig. (2-tailed) .016 . Sum of Squares
and Cross-products
7.138 35.793
Covariance .255 1.278 N 29 29 * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
c. Hipotesis ketiga menggunakan uji regresi ganda. Uji ini merupakan uji
korelasi lebih dari dua variabel atau disebut Regression Linier Test.
Hipotesis yang dianalisis adakah hubungan dukungan perawat dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
66
keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan. Pengujian
korelasi ganda diatas dilanjutkan dengan pengujian signifikasi
menggunakan rumus pada uji F, dimana nilai F hitung > F tabel dengan
taraf signifikan 5 %. Dari perhitungan komputer, didapatkan F hitung > F
tabel atau 4,356 > 4,21 atau nilai p = 0,023 < 0,05 maka dapat dikatakan
hubungan variabel bebas satu dan dua dengan variabel terikat adalah
signifikan. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 12
Tabel 12
Hasil Uji Regresi Dukungan Perawat dan Keluarga dengan tingkat
Kecemasan
ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Regression 8.983 2 4.492 4.356 .023(a)
Residual 26.810 26 1.031
1
Total 35.793 28 a Predictors: (Constant), Dukungan Keluarga, Dukungan Perawat b Dependent Variable: Kecemasan Anak
C.Pembahasan
Variabel dukungan perawat terdapat 15 pertanyaan, setelah diuji validitas
datanya ternyata semuanya dinyatakan valid.Variabel dukungan keluarga terdapat
18 pertanyaan, setelah diuji validitas datanya ternyata semuanya dinyatakan
valid.Kecemasan akibat menjalani perawatan terdapat 32 item dengan
menggunakan skala kecemasan dari Taylor’s Manifest Anxiety Scale (T-MAS).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
67
Berdasarkan hasil hipotesis diatas dapat ditemukan pembahasan mengenai
hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan interpretasi data sebagai berikut :
1.Pada uji hipotesis pertama disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan perawat (X1) dengan tingkat kecemasan akibat
menjalani perawatan, hal ini menunjukan bahwa dukungan perawat ada
hubungannya dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan. Berdasarkan
pengolaan data yang telah dilakukan menunjukan bahwa nilai p value < 0,05 atau
0,018 < 0,05 maka terdapat hubungan antara dukungan perawat (X1) dengan
tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah, hal ini
terbukti dari hasil penelitian 30 responden, 20 perawat ( 66,7 % ) memberikan
dukungan cukup pada anak yang sedang menjalani perawatan.Dukungan perawat
tersebut mempunyai peran penting untuk mengurangi kecemasan anak usia
prasekolah yang terbukti dari 30 anak usia prasekolah yang sedang menjalani
perawatan, 9 anak atau (30 %) tidak mengalami kecemasan dan 10 anak atau
( 33,3 %) mengalami cemas ringan.
Salah satu dukungan perawat ini terbukti dengan adanya ruang bermain
yang khusus disediakan bagi anak dengan harapan anak akan asing dengan
lingkungan yang baru karena lingkungan dirumah sakit seperti di rumah sendiri,
hal ini sesuai dengan teori bahwa upaya perawat dalam memberikan dukungan
pada anak selama dirawat di rumah sakit dapat melalui 1. Meminimalkan stressor
yang bisa menyebabkan kecemasan melalui (`1) mengurangi dampak perpisahan
dengan cara roming in berarti keluarga (ibu) dan anak tinggal bersama. Jika tidak
bisa, sebaiknya orang tua dapat melihat anak setiap saat untuk mempertahankan
kontak/komunikasi antara orang tua-anak (2). Perawat dapat memberikan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
68
kesempatan pada orang tua untuk menyiapkan makanan anak atau memandikan,
dalam hal ini perawat berperan sebagai pendidik kesehatan bagi keluarga (3).
Membuat ruang perawatan seperti situasi dirumah dengan mendekorasi dinding
memakai poster/kartu gambar sehingga anak merasa aman jika berada diruang
tersebut.2. Meminimalkan perasaan kehilangan melalui (1) Mengusahakan
kebebasan bergerak (2) mempertahankan kegiatan rutin anak (3) dorongan anak
untuk independen, karena perawatan membuat anak menjadi tergantung pada
orang lain.3. Mencegah perlukaan tubuh dan rasa sakit. Kecemasan anak dapat
diminimalisasi jika perawat menjelaskan terlebih dulu apa yang akan dilakukan,
siapa yang dapat ditemui anak jika anak jika dia merasa takut.4. Memaksimalkan
manfaat dari perawatan dirumah sakit dengan cara (1).membantu perkembangan
hubungan keluarga-anak (2) memberikan kesempatan untuk pendidikan (3)
meningkatkan pengendalian diri (4) memberikan kesempatan untuk sosialisasi (5)
memberi support pada anggota keluarga.5. Memberikan dukungan pada anggota
keluarga dengan cara memberikan kesempatan pada keluarga terutama ibu untuk
mengurangi beban emosinya, memberikan informasi sehubungan penyakit,
melibatkan saudara kandung.6. Memaksimalkan ruang bermain, karena bermain
penting untuk kesehatan mental, emosional dan sosial.Adanya ruang bermain
khusus bagi anak sangat penting untuk memberikan rasa nyaman dan
menyenangkan.Dengan perasaan aman dan tenang diharapkan kecemasan anak
saat dirawat di rumah sakit dapat dikurangi karena anak mampu mengexpresikan
perasaannya secara bebas dan terbuka.
Untuk mengatasi masalah yang timbul baik pada anak maupun orang tua
selama anaknya dalam perawatan dirumah sakit, fokus intervensi keperawatan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
69
adalah meminimalkan stressor, memaksimalkan manfaat perawatan dirumah sakit,
memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga dan mempersiapkan
anak sebelum dirawat dirumah sakit(Nursalam 2005)
Dukungan perawat yang diberikan pada orang tua adalah dalam bentuk
pelayanan professional, dengan fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar yang
spesifik yaitu kebutuhan oksigen, makan, minum, eliminasi, dan kehangatan
selain kebutuhan lainnya, seperti cinta kasih, rasa aman dan perlindungan.Perawat
memegang posisi kunci untuk membantu orang tua menghadapi permasalahan
yang berkaitan dengan perawatan anaknya dirumah sakit karena perawat berada
disamping pasien selama 24 jam dan fokus asuhan adalah peningkatan
kesejahteraan anak melalui pemberdayaan keluarga.
2.Pada uji hipotesis kedua dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga (X2) dengan tingkat kecemasan akibat
menjalani perawatan, hal ini menunjukan bahwa dukungan keluarga ada
hubungannya dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan. Berdasarkan
pengolaan data yang telah dilakukan menunjukan bahwa nilai p value < 0,05 atau
0,016 < 0,05 maka terdapat hubungan antara dukungan keluarga (X2) dengan
tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah, hal ini
terbukti dari hasil penelitian 30 responden, 15 keluarga /ibu atau ( 50 % )
memberikan dukungan baik pada anak yang sedang menjalani
perawatan.Dukungan keluarga tersebut mempunyai peran penting untuk
mengurangi kecemasan anak usia prasekolah yang terbukti dari 30 anak usia
prasekolah yang sedang menjalani perawatan yang mendapat dukungan baik dari
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
70
keluarga, 8 anak atau (27,6 %) tidak mengalami kecemasan dan 4 anak atau (13,8
% ) cemas ringan, sedangkan yang mendapat dukungan cukup dari keluarga 1
anak atau ( 3,4 %) tidak cemas dan 5 anak atau ( 17,2 %) cemas ringan.
Dukungan dari keluarga mempunyai peran yang penting juga dalam
memberikan support pada anak yang sedang menjalani perawatan, ini sesuai
dengan teori keluarga bahwa keluarga bertanggung jawab terhadap status
kesehatan anggota keluarganya, dimana peran seluruh anggota keluarga akan
mempengaruhi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga secara
individu. Menurut Friedman (2002), salah satu tugas keluarga dibidang kesehatan
adalah memelihara kesehatan anggota keluarganya dan memberi perawatan serta
dukungan kepada anggota keluarga yang sakit dan tidak dapat membantu dirinya
sendiri karena cacat atau usia yang terlalu muda. Dukungan tersebut dapat berupa
dukungan moril seperti perhatian, kasih sayang, rasa aman, dan dukungan materil
berupa usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya (Bahson,
1987, dikutip dari Friedman, 2002).
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan, khususnya
perawatan pada anak. Oleh karena anak merupakan bagian dari keluarga,maka
perawat harus mampu mengenal keluarga sebagai tempat tinggal ataukonstanta
tetap dalam kehidupan anak (Wong, et al 2002). Sebagai perawat, dalam
memberikan pelayanan keperawatan, harus mampu memfasilitasi keluarga dalam
berbagai bentuk pelayanan kesehatanbaik berupa pemberian tindakan keperawatan
langsung, maupun pendidikan kesehatan bagi anak. Selain itu, perawat harus
memperhatikan kehidupansosial, budaya, dan ekonomi keluarga yang dapat
menentukan pola kehidupan anak selanjutnya. Faktor-faktor tersebut sangat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
71
menentukan perkembangan anak dalam kehidupan (Alimul, 2005).Kehidupan
anak juga sangat ditentukan keberadaannya bentukdukungan dari keluarga, hal ini
dapat terlihat bila dukungan keluarga yangsangat baik maka pertumbuhan dan
perkembangan anak relatif stabil, tetapiapabila dukungan keluarga anak kurang
baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya yang dapat mengganggu
psikologis anak (Alimul,2005).
Dukungan keluarga dengan kategori baik yaitu anak-anak selama
menjalani perawatan di rumah sakit sebagian besar mendapatkan dukungan baik
dari keluarganya. Hal ini juga berkaitan dengan masih kentalnya hubungan
kekerabatan dalam sebuah keluarga di lingkungan tersebut. Dari data tersebut
bahwa dukungan keluarga terhadap satu anak dengan anak yang lain berbeda,
sesuai dengan teori Friedman (1998) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga
yang diberikan kepada pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah ukuran keluarga, usia ibu dan sosial ekonomi keluarga (pendapatan,
pekerjaan, dan pendidikan).Kecemasan pada keluarga (ibu) juga mempunyai
pengaruh secara emosional saat orang tua menunggui anaknya.Kesediaan orang
tua untuk tinggal bergantung kepada keterlibatan mereka dengan anak-anak di
rumah, situasi kerja mereka, dan tingkat rasa nyaman mereka dengan rumah sakit,
serta jumlah dukungan yang mereka terima dari anggota keluarga lain dan teman
dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga lainnya (Perry, Potter, 2005)
Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku positif anak. Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-
dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga, sebagai sesuatu yang dapat
diakses/diadakan untuk keluarga. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
72
social keluarga internal seperti dukungan dari suami,istri,saudara kandung atau
dukungan sosial keluarga external. Dukungan keluarga external ini berasal dari
keluarga besar, Dimana kini keluarga besar dapat memberikan dukungan sosial
yang penting bagi keluarga inti. Dukungan keluarga sangat diperlukan agar
terdapat hubungan yang positif antara keluarga / orang tua dengan perkembangan
kognitif anak.Dukungan orang tua yang besar akan membuat perilaku moral akan
meningkat, sehingga dengan adanya dukungan keluarga dapat mengurangi
kecemasan terutama pada anak usia pra-sekolah
Wong (2002) menyatakan bahwa perawatan dirumah sakit bagi anak
seringkali menyebabkan munculnya stressor-stressor yang dapat mengganggu
perkembangan anak. Kemampuan koping anak tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut menurut Wong adalah tingkat perkembangan umur,
pengalaman sakit sebelumnya, perpisahan atau hospitalisasi, terdapatnya support
system atau dukungan dari lingkungan sekitar, termasuk dukungan keluarga,
keahlian koping alami ataupun yang di dapat dan keseriusan diagnosa
penyakit.Menurut Carson anak-anak akan bereaksi terhadap stressor-stressor
yang ditimbulkan oleh karena perawatan baik pada saat masuk untuk pertama kali,
selama proses perawatan , dan nantinya setelah keluar dari rumah sakit. Namun
demikian gambaran anak pada saat sebelum menjalani perawatan mengenai
keadaan sakitnya lebih penting daripada usia maupun kematangan intelektualnya
dalam mempengaruhi tingkat penyesuaian diri anak selama menjalani perawatan
(Wong, 2002).
Keluarga termasuk dalam sistem dukungan yang dapat mempermudah dan
mempertahankan perubahan tingkah laku untuk membuat gaya hidup yang lebih
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
73
sehat, contoh tekanan darah dapat diturunkan dengan adanya dukungan dari
keluarga dan anggota komunitas lainnya dengan kegiatan seperti pelaksanaan diet
yang tepat dan latihan-latihan fisik (Swanson dan Nies, 1997).
Sebuah studi menunjukkan bahwa terapi dukungan ini sangat efisien untuk
menangani kondisi kejiwaan yang tidak menentu, stress traumatik dan efektif
untuk mengatasi kecemasan serta gangguan psikologis lainnya.Dukungan
keluarga sangat dibutuhkan bagi anak yang sedang menjalani perawatan dirumah
sakit yang menurut anak penuh dengan hal-hal asing yang belum ditemui
sebelumnya. Keluarga bertanggung jawab terhadap status kesehatan anggota
keluarganya, dimana peran seluruh anggota keluarga akan mempengaruhi setiap
aspek perawatan kesehatan anggota keluarga secara individu. Menurut Friedman
(2009), salah satu tugas keluarga dibidang kesehatan adalah memelihara
kesehatan anggota keluarganya dan memberi perawatan serta dukungan kepada
anggota keluarga yang sakit dan tidak dapat membantu dirinya sendiri karena
cacat atau usia yang terlalu muda. Dukungan tersebut dapat berupa dukungan
moril seperti perhatian, kasih sayang, rasa aman, dan dukungan materil berupa
usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya (Bahson, 2007,
dikutip dari Friedman,2009).Keluarga besar maupun keluarga inti berfungsi
sebagai pendukung bagi anggota keluarganya. Peran keluarga berbeda-beda
tergantung pada sifat bantuan yang diberikan dan jarak geografis yang jauh tidak
menjadi halangan bagi anggota keluarganya. Ikatan keluarga yang kuat sangat
membantu anggota keluarga yang mengalami trauma, hal ini dikarenakan anggota
membutuhkan dukungan dari keluarganya (Figley, 1989, dikutip dari
Friedman,2009).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
74
Keluarga dapat menjadi sumber kesehatan yang efektif dan utama, karena
itu keluarga harus lebih terlibat dalam tim perawatan kesehatan dan segala proses
terapeutik. Ini memberi asuhan keperawatan ketika kedua pihak bisa menegosiasi
dan mengungkapkan kehadiran dan kepentingan mereka secara terbuka. Menurut
Pearlin dan Schooler (1978, dikutip dari Friedman, 2009) memasukkan
kepercayaan diri dan upaya mencari bantuan dari orang lain.
Hasil penelitian juga didapatkan bahwa meskipun 15 keluarga sudah
memberikan dukungan baik, tapi masih masih ada 1 anak atau 6,7 % mengalami
cemas sedang, hal ini bisa disebabkan pengalaman sakit yang dirasakan anak
sebelumnya, keseriusan diagnosa penyakit, tingkat perkembangan umur,
dukungan dari lingkungan sekitar , kepribadian anak ( Wong 2004). Anak
menunjukkan reaksi terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit sebagai akibat
perpisahan dengan tingkah laku protes, putus asa, dan menolak. Hal ini
dipengaruhi oleh perkembangan usia, pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan
dirawat di rumah sakit, support sistem yang tersedia serta katerampilan koping
(Riasmini,2002).Lamanya tinggal di rumah sakit dan pengalaman yang dirasakan
oleh anak sebelumnya akan berpengaruh pada perawatan saat ini, karena anak
mungkin ada perasaan trauma atas seringny bertemu dengan perawat dan juga
tindakan keperawatan yang diterimanya, sehingga perawat harus lebih berhati-hati
dalam memberikan intervensi keperawatan dan keluarga ( ibu ) harus lebih
memberikanperhatianpadaanakyangsakit.
3.Pada uji hipotesis ketiga, disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara dukungan perawat (X1) dan dukungan keluarga (X2) secara bersama-sama
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
75
dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan (Y).Keadaan ini
menunjukan bahwa dukungan perawat dan keluarga ada hubungannya dengan
tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan. Berdasarkan pengolahan data
yang telah dilakukan menunjukan F hitung > F tabel atau 4,356 > 4,21 dengan
taraf signifikansi 0,05, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan
perawat dan dukungan keluarga secara bersama-sama dengan tingkat kecemasan
akibat menjalani perawatan terutama pada anak usia pra-sekolah.
Kecemasan akan muncul pada anak dan perlu adanya sistem pendukung
seperti keluarga atau teman yang akan mendengarkan dan memberikan nasihat
dan dukungan emosional akan sangat bermanfaat bagi seseorang yang mengalami
kecemasan atau stress.Sistem pendukung dapat mengurangi reaksi stress dan
meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental. Dukungan dari keluarga atau
support system keluarga sangat diperlukan karena keluarga merupakan
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang
bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga
Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kecemasan adalah adanya hubungan
keluarga. Support system keluarga atau dukungan keluarga yang merupakan
bagian dari dukungan sosial mempunyai pengaruh terhadap kesehatan. Jika kita
merasa didukung oleh lingkungan maka segala sesuatu dapat menjadi lebih mudah
pada waktu menjalani kejadian-kejadian yang menegangkan. Dukungan tersebut
bisa diwujudkan dalam bentuk dukungan emosional melalui rasa empati,
dukungan maju, dukungan kontra mental melalui bantuan langsung berupa harta
atau benda dan dukungan informative melalui pemberian nasehat, saran-saran atau
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
76
petunjuk. Dukungan perawat selama dirumah sakit dapat juga melalui atraumatik
care yang meliputi : meningkatkan hubungan orang tua dan anak selama dirumah
sakit, menyiapkan anak sebelum prosedur atau tindakan asing, mengontrol nyeri,
member kesempatan kesendirian pada anak, serta bila tidak ada kontra indikasi
dapat memberikan kesempatan bermain pada anak dimana di lokasi penelitian
sudah terdapat ruangan khusus untuk bermain.
Dukungan perawat dan keluarga diharapkan dapat berjalan sejajar untuk
mengurangi kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia prasekolah.
Dukungan perawat tanpa diiringi dukungan keluarga tidak akan berhasil dengan
baik, begitu juga sebaliknya dukungan keluarga tanpa diiringi dukungan perawat
tidak akan berhasil dengan baik, oleh karena itu diharapkan dukungan perawat
dan keluarga keduanya sangat penting diperlukan untuk mengurangi kecemasan
akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah. keperawatan anak
merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak
sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan
asuhan keperawatan anak. Untuk mensejahterakan anak, keperawatan selalu
mengutamakan kepentingan anak. Anak dikatakan sejahtera berarti anak tidak
merasakan gangguan psikologis, seperti rasa cemas, takut maupun sejenisnya.
Mereka selalu menikmati masa-masa kecil dengan penuh kesenangan dan kasih
sayang. Kemudian dalam upaya menyejahterakan anak tersebut, tidak terlepas dari
peran keluarga, sehingga dalam perbaikan mutu keperawatan selalu melibatkan
keluarga. Dengan adanya dukungan dari keluarga diharapkan anak yang sakit
lebih patuh dan bertanggung jawab dalam menjalani tindakan keperawatan sesuai
dengan prosedur dan instruksi yang diberikan oleh perawat, sehingga diharapkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
77
dapat meminimalkan resiko kegagalan dari tindakan keperawatan, dengan
meminimalkan resiko kegagalan dari tindakan keperawatan diharapkan
kecemasan anak pada hal yang dianggap menyakiti dirinya berkurang.
D. Keterbatasan
Dalam penelitian ini keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti adalah:
1. Tenaga, dana dan waktu yang terbatas sehingga kemungkinan penelitian
kurang sempurna.
2. Terbatasnya kemampuan peneliti untuk menjabarkan permasalahan
sehingga kedalaman isi penelitian kurang sempurna
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan perawat dengan tingkat
kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di Rumah
Sakit Umum Sidoarjo.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di Rumah
Sakit Umum Sidoarjo.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan perawat dengan keluarga
secara bersama-sama dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan
pada anak usia pra sekolah di Rumah Sakit Umum Sidoarjo.
78
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
79
B. Implikasi
Untuk mengatasi kecemasan akibat menjalani perawatan terutama pada
anak sangatlah penting, hal ini perlu adanya dukungan perawat dan keluarga.
Dukungan perawat sangat penting untuk meminimalkan kecemasan akibat
menjalani perawatan, karena perawat berada 24 jam disamping pasien. Dukungan
perawat tanpa diimbangi dukungan keluarga akan mengakibatkan terhambatnya
proses dalam memberikan pelayanan pada pasien untuk mengurangi kecemasan
akibat menjalani perawatan.Proses ini memberikan implikasi bahwa untuk
memberikan pelayanan yang baik terutama mengurangi kecemasan perlu adanya
dukungan perawat yang baik pula.
Dukungan keluarga adalah sikap , tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai system pendukung
bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan.Dukungan keluarga mempunyai hubungan dekat dengan anak, apabila
salah satu anggota keluarga ada yang sakit maka keluarga ikut merasakan
sakit.Hal ini merupakan implikasi bahwa untuk mengurangi kecemasan akibat
menjalani perawatan perlu sekali adanya dukungan keluarga yang baik.
Secara keseluruhan dari hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa
untuk mengurangi kecemasan akibat menjalani perawatan terutama pada anak
sekolah, diperlukan adanya dukungan perawat dan keluarga yang secara bersama-
sama seiring sejalan agar tujuan tercapai dengan baik.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
80
C. Saran – saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka diajukan saran-saran
sebagai berikut :
1. Bagi Perawat
Berdasarkan hasil penelitian diatas diharapkan perawat lebih memberikan
dukungan psikologis pada anggota keluarga dan mempersiapkan anak
sebelum dirawat dirumah sakit dan hendaknya keluraga berperan aktif dalam
mendukung proses penyembuhan anaknya selama dirawat di rumah sakit,
dengan fokus intervensi keperawatan adalah meminimalkan stressor,
memaksimalkan manfaat hospitalisasi, memberikan dukungan psikologis
pada anggota keluarga dan mempersiapkan anak sebelum dirawat dirumah
sakit.
2. Bagi Keluarga
Untuk meminimalkan stressor atau kecemasan akibat menjalani perawatan
pada anak hendaknya keluarga berperan aktif dalam mendukung proses
penyembuhan anaknya selama dirawat di Rumah sakit
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan agar pihak Rumah Sakit meningkatkan dalam memberikan
dukungan terhadap perawat untuk memaksimalkan manfaat perawatan
dirumah sakit dan meminimalkan stressor / kecemasan akibat menjalani
perawatan pada anak dengan memaksimalkan penggunaan ruang bermain
yang sudah ada, memodifikasi ruangan seperti dirumah serta dilengkapi
psikolog untuk konsultasi keluarga dengan anak-anak yang bermasalah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81
81
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S., 2001, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Azwar, S., 2002, Penyusunan Skala Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Dadang Hawari, 2001.Managemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai penerbit FKUI.
Effendi, N., 1995, Perawatan Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta
Elizabeth. 1980.Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan sepanjang Rentang kehidupan, Jakarta : Erlangga.
Friedman, M.M, 2009, Family Nursing; Research, Theory, and Practice,
Appleton and Lange, Stamford, Connecticut. Ingram, I.M.,G.C.Timbury, R.M. Mowbrry, 1993, Buku Catatan Kuliah Psikiatry,
Alih bahasa oleh Petrus Adrianto, EGC,Jakarta. Kozier, B.,E. Glenora, and B. Kathlen, 1995, Fundamental of Nursing; Consept
Process Pratice, 4 Edition, Cumming Publising Company, California. Martha, A.Q.C.J.B Smith, P.A.Maloney-Harman., 1996, Critical Care Nursing of
Infant and Children,W.B.Sounder’s Company, Philadelphia. Muscary, M.E.,2005, Pediatric Nursing, Lippincot,Philadelphia.
Nana Syaodih S.2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana, Ibrahim.1983.Penelitian dan Penilaian Pendidikan.Bandung : Remaja
Rosdakarya. Nelson, 2000, Ilmu Kesehatan Anak : Ilmu Pediatrik Perkembangan, Edisi Kedua
EGC, Jakarta. Nettiman, S.M., 1996, Manual of Nursing Practice, Theory and Practice, Edisi
Keenam, The Lippincot, Philadelphia. Nursalam, 2005, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk bidan dan perawat,
Edisi Pertama, Salemba Jakarta. Potter, P.A, and Anne G.Perry, 2003, Fundamental of Nursing I; Consep, Prosess
and Practice, Mosby Years Book, St.Louis, Missouri.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82
82
Potter, P.A, and Anne G.Perry, 2005, Fundamental of Nursing II; Consep, Prosess
and Practice, Mosby Years Book, St.Louis, Missouri Sacharin R.M., 1993, Prinsip Keperawatan Pediatric, Edisi Kedua, EGC, Jakarta.
Soetjiningsih, 2002, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Speirs,A.L.,2001, Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat, Edisi Kedua, Semarang.
Stuart, G and Sundeen, 1995, Principles and Practise of Psychiatric Nursing, Mosby Years Book, Missiouri.
Sugiyono, 1999 Statistik Nonparametris untuk Penelitian.Bandung : Alfabeta
Sugiyono, 2009 Metode Penelitian Pendidikan . Bandung . Alfabeta.
---------------------- 2000, Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Kedua, CV. Alfabeta,Bandung
--------------------- 2000, Metodologi Penelitian Administrasi , Cetakan ke 7, CV
alfabeta, Bandung. Suharsimi Arikunto. 2002 Prosedur Penelitian, suatu Pendekatan, suatu
Pendekatan Praktik.Jakarta : Rineka Cipta. Supartini, Y.2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta.
Wahid Sulaiman, 2004.Analisis Regresi menggunakan SPSS ( Contoh kasus & Pemecahannya).Yogyakarta : ANDI
Wong, D.L., 2002 Whaley and Wong’s Nursing care of Infant and Children
Mosby Cpmpany, Philadelphia. Wong, D.L., 2004, Clinical Manual of Pediatric Nursing, Mosby Cpmpany,
Philadelphia. Wong, D.L., 2006 Whaley and Wong’s Nursing care of Infant and Children, Mosby Company, Philadelphia.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id