HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGIK
DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN DENGAN
PROFESIONALISME GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
DI KECAMATAN KALIKOTES KABUPATEN KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
TESIS
Diajukan kepada Pascasarjana untuk memenuhi salah satu syarat
mendapatkan Gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I)
Oleh :
Disusun oleh:
SRI KADARNINGSIH
NIM. 11.403.3.1.036
KONSENTRASI MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM MAGISTER PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
2014
ii
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN
KOMPETENSI KEPRIBADIAN DENGAN PROFESIONALISME GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH DI KECAMATAN KALIKOTES
KABUPATEN KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Sri Kadarningsih
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan antara
kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru MI di Kecamatan Kalikotes,
2) hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru MI di
Kecamatan Kalikotes, 3) hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi
kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru MI di Kecamatan
Kalikotes.
Penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan antara kompetensi
pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif korelasional (correlation design). Populasi
penelitian adalah seluruh guru MI di Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten
yang berjumlah 34 orang. Sebelum angket digunakan, terlebih dahulu dilakukan
uji validitas dan reliabilitas. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis
regresi dan korelasi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru dengan sumbangan
kepada profesionalisme guru sebanyak 30,3%. Terdapat hubungan yang
signifikan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru dengan
sumbangan kepada profesionalisme guru sebanyak 31,2%.
Berdasarkan hasil analisis data variabel kompetensi pedagogik
berpengaruh terhadap profesionalisme guru dengan hasil uji t yang probabilitas <
0,05. Koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme
guru dengan ry1= 0,559 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru di Kecamatan Kalikotes
Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil analisis data variabel kompetensi
kepribadian berpengaruh terhadap profesionalisme guru. Hal ini ditunjukkan dari
hasil uji t yang probabilitas < 0,05. Hasil analisis regresi ganda diperoleh regresi
ganda R12 sebesar 0,329 dengan signifikansi koefisien regresi ganda F sebesar
7,609 dengan persamaan regresi linear Y =80,615 + 3,043 X1 + (-2,425) X2. Koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru
dengan ry1= 0,574 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama dengan
profesionalisme guru di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten yang
ditunjukkan dari hasil uji t yang probabilitas < 0,05.
Kata Kunci : Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, profesionalisme
guru
iii
RELATIONSHIP BETWEEN PEDAGOGICAL AND PERSONALITY
COMPETENCE WITH PROFESSIONALISM OF ELEMENTARY SCHOOL
(MI) TEACHER IN DISTRICT KALIKOTES, KLATEN
ACADEMIC YEAR 2013/2014
Sri Kadarningsih
ABSTRACT
The purpose of this study are to determine: 1) The relationship between MI
teachers' pedagogical competence with professionalism at district Kalikotes, 2)
The relationship between personal competence with the professionalism of MI
teachers in district Kalikotes, 3) The relationship between pedagogical
competence and personal competence together with the professionalism of MI
teachers in district Kalikotes.
This research employed a quantitative correlation design was carried out
the relationship between pedagogical and personal competence and
professionalism of elementary school (MI) teachers in district Kalikotes, Klaten.
The subject of this research were Elementary School (MI) teacher at District
Kalikotes, Klaten that consisted of 34 teachers. Validity and reliability were
previosly test questiornaires were applied. Technique of data analysis used in this
research were regression analysis and correlation.
From this study, the results of the data shows the correlation coefficient
between teachers 'pedagogical competence with professionalism with ry1 = 0.550,
which means there is a significant relationship between teachers' pedagogical
competence with professionalism in the district of Klaten regency Kalikotes.
Based on the analysis of the pedagogical variables affect the professionalism of
teachers with the results of the t test probability <0.05. The correlation coefficient
between teachers' pedagogical competence with professionalism with ry1 = 0.559,
which means there is a significant relationship between personal competence with
the professionalism of teachers in the district of Klaten regency Kalikotes. Based
on the analysis of the personal competence variables affect the professionalism of
teachers. It is shown from the results of the t-test probability <0.05. The results of
multiple regression analysis obtained R12 multiple regression coefficient of 0.329
with a significance of the multiple regression F of 7.609 with a linear regression
equation Y = 80.615 + 3.043 X1 + (-2.425) X2. The correlation coefficient
between teachers' pedagogical competence with professionalism with ry1 = 0.574,
which means there is a significant relationship between pedagogical competence
and personal competence together with the professionalism of teachers in the
district of Klaten regency Kalikotes indicated from the results of the t-test
probability <0.05.
Keywords: pedagogical competence, personal competence, professionalism of
teachers
iv
وكفاءة الشخصية بإتقان مهين للمدرسني ( فيداجوجيك)كفاءة إدارة الفصل العالقة بني م2013/2014عام دراسي Klaten Kalikotesاإلبتدائية ارسيف املد
: إعداد
ملخصإتقان مهين و( فيداجوجيك)كفاءة إدارة الفصل العالقة بني (1) عرفةملدف ىذه الدراسة توكفاءة إدارة العالقة بني و( 3)كفاءة الشخصية إتقان مهين للمدرسني ة بني العالقو( 2)للمدرسني
Klatenية اإلبتدائ ارسيف املد وكفاءة الشخصية بإتقان مهين للمدرسني( فيداجوجيك)الفصل
Kalikotes م2013/2014عام دراسي.
اإلبتدائية رسااملديف وأجريت الدراسة . اإلرتباطي يفيهنج الكاملتستخدم ىذه الدراسة و Klaten Kalikotes ىم وعيناهتا جمتمع ىذه الدراسةأما .م2013/2014عام دراسي
املعلومات مجعوطريقة . مدرسا 34وعددىم Klaten Kalikotesاإلبتدائية ارساملد مدرسوألفا دمت طريقة خأما طريقة معرفة صحة املعلومات فاست. طريقة اإلستبانة باستخدام طريقة
.اإلرتباطي و (Regresi)حتليل املعلومات فبطريقة أما و. (Alpha Cronbach)كروباككفاءة إدارة الفصل ( 1)بني العالقة قوية بوجودوقد أظهرت نتائج الدراسة
والعالقة بني كفاءة الشخصية إتقان ( 2( )%30,3)وإتقان مهين للمدرسني بقيمة ( فيداجوجيك)وكفاءة ( فيداجوجيك)والعالقة بني كفاءة إدارة الفصل ( 3( )%31,2)مهين للمدرسني بقيمة
عام دراسي Klaten Kalikotesاإلبتدائية ارسيف املد الشخصية بإتقان مهين للمدرسني .فمتأثرة بعوامل أخري( %67,1)وأما املتبقية بقيمة ( %32,9)بقيمة .م 20132014.املهين ة الشخصية، اإلتقان،كفاء(فيداجوجيك)كفاءة إدارة الفصل : الكلمات الرئيسة
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis yang saya susun sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Pascasarjana Institut
Agama Islam Negeri Surakarta seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penyusunan Tesis yang saya kutip dari hasil
karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,
kaidah dan etika penyusunan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruhnya atau sebagian Tesis ini bukan asli
karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia
menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi
lainnya sesuai dengan peraturan-peraturan perudangan yang berlaku.
Surakarta, Januari 2014
Yang Menyatakan,
Sri Kadarningsih
NIM. 11.403.3.1.036
vi
HALAMAN PENGESAHAN TESIS
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGIK
DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN DENGAN
PROFESIONALISME GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
DI KECAMATAN KALIKOTES KABUPATEN KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Disusun oleh:
SRI KADARNINGSIH
NIM. 11.403.3.1.036
Telah dipertahankan di depan Majelis Dewan Penguji Tesis Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Surakarta,
pada hari ............., tanggal ............
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat guna memperoleh gelar
Magister Pendidikan Islam
Surakarta, .................................
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang
___________________ _______________________.
NIP. NIP.
Penguji I Penguji II
_____________________ _____________________
NIP. NIP.
Direktur Pascasarjana
IAIN Surakarta
Prof. Dr. H. Nashruddin Baidan
NIP. 195110505 1979 03 1 014
vii
MOTTO
Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami
beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan. (Q.S. An-Nahl: 97)
Artinya : Apabila suatu urusan (Pekerjaan) dikerjakan oleh orang yang
tidak ahli, maka tunggulah kehancuran (H.R. Bukhari).
viii
PERSEMBAHAN
Tesis ini penyusun persembahkan kepada :
1. Suami dan buah hatiku yang terkasih
2. Keluargaku yang kusayang
3. Teman-teman seperjuangan
4. Nusa, Bangsa dan Agama
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan nikmat dan hidayah-
Nya bagi kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabatnya dan para pengikutnya sampai akhir
zaman. Berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penyusun dapat menyusun dan
menyajikan tesis ini sampai selesai.
Di dalam tesis ini akan dipaparkan kajian seputar hubungan antara
kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru.
Paparan tersebut nantinya akan dijadikan sebagai acuan untuk mencapai tujuan
penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan kompetensi pedagogik dengan
profesionalisme guru, hubungan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme
guru dan hubungan kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara
bersama-sama dengan profesionalisme guru.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan
banyak pihak. Oleh karena itu dihaturkan banyak terima kasih kepada :
1. Dr. Imam Sukardi, M.Ag., selaku Rektor IAIN Surakarta.
2. Dr. H. Nashruddin Baidan, selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN
Surakarta.
3. Dr. H. Purwanto, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah berkenan
memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan sehingga tesis ini dapat
terselesaikan.
x
4. Dr. Sabar Narimo, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah mengarahkan dan
membimbing serta mendorong penyusun sampai terselesainya tesis ini.
5. Tim Penguji yang telah berkenan menguji, mengkritisi serta memberikan
saran dan masukan demi sempurnanya penulisan tesis ini..
6. Seluruh Dosen dan staff Program Pascasarjana IAIN Surakarta yang telah
memberikan dorongan kepada penyusun.
7. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah
dengan tulus serta ikhlas membantu penyusunan tesis ini.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami mohonkan saran dan kritik yang membangun dan
bersifat konstruktif agar dapat menjadi lebih baik untuk penelitian selanjutnya.
Akhirnya semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikan kita dan
semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, Januari 2014
Penyusun
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………………................ i
Abstrak.............................................................................................................
.
ii
Lembar Pernyataan Keaslian ........................................................................... v
Halaman Pengesahan Tesis …...........…………………………….................. iii
Halaman Motto ..................……………………………….............................. iv
Halaman Persembahan ………………………………….......…..................... viii
Kata Pengantar ……………………………………………………................ Ix
Daftar Isi …………………………………………………………….............. xi
Daftar Tabel ..................................................................................................... xv
Daftar Gambar ................................................................................................. xvi
Daftar Lampiran .............................................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………........ 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………... 7
C. Pembatasan Masalah .......................……………….............. 7
D. Perumusan Masalah ..........…………………………………... 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian .......................…………………………… 8
BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS 11
A. Deskripsi Teori..... ................................................................... 11
1. Kompetensi Pedagogik ..................................................... 11
xii
a. Pengertian kompetensi pedagogik ............................... 11
b. Indikator Kompetensi Pedagogik ................................ 17
2. Kompetensi Kepribadian .................................................. 20
a. Pengertian kompetensi kepribadian ............................ 20
b. Indikator Kompetensi kepribadian ............................. 22
c. Upaya meningkatkan kompetensi kepribadian ............ 24
3. Profesionalisme guru
a. Pengertian Profesionalisme Guru .............................. 25
b. Indikator profesionalisme guru .................................. 30
c. Macam-macam profesionalisme guru ......................... 31
d. Hak dan kewajiban guru .............................................. 35
4. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan
profesionalisme guru .........................................................
38
5. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan
profesionalisme guru .........................................................
40
6. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi
kepribadian secaram bersama-sama dengan
profesionalisme guru .........................................................
41
B. Penelitian Terdahulu ............................................................... 43
C. Kerangka Berpikir ................................................................. 46
D. Hipotesis Penelitian ............................................................ 49
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 50
A. Metode Penelitian .......................................................... ...... 50
xiii
B. Tempat dan waktu penelitian …................……………….. 54
1. Tempat penelitian .............................................................. 51
2. Waktu Penelitian .............................................................. 51
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling …..............………… 52
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 53
1. Kompetensi Pedagogik ...................................................... 53
2. Kompetensi Kepribadian ............................................... 60
3. Profesionalisme Guru ..................................................... 65
E. Teknik Analisa Data ...........................................…………… 71
1. Uji Asumsi ....................................................................... 71
2. Uji Hipotesis ...................................................................... 72
F. Uji Validitas dan reliabilitas instrumen.................................... 76
1. Penyusunan Instrumen .................................................. 76
2. Uji Instrumen Penelitian .................................................. 76
BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................... 83
A. Deskripsi Data .......................................................................... 83
1. Kompetensi Pedagogik ...................................................... 83
2. Kompetensi Kepribadian ............................................... 86
3. Profesionalisme Guru ..................................................... 88
B. Uji prasyarat analisis ................................................................ 91
1. Uji normalisasi data .......................................................... 91
2. Uji Indenpendensi variabel bebas .................................... 93
3. Linearitas dan keberartian regresi ..................................... 94
xiv
C. Uji hipotesis ............................................................................. 98
1. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan
profesionalisme guru ......................................................
98
2. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan
profesionalisme guru ...................................................
104
3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi
kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalis-
me guru .................................................................
110
D. Pembahasan .............................................................................. 111
1. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan
profesionalisme guru ......................................................
112
2. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan
profesionalisme guru ...................................................
114
3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi
kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalis-
me guru .................................................................
116
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………......................... 118
B. Implikasi penelitian .......................................................... 119
C. Saran …………............……………………………………. 119
DAFTAR KEPUSTAKAAN 121
LAMPIRAN-LAMPIRAN 123
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Alokasi waktu penelitian ............................................... 51
Tabel 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian …………..................... 52
Tabel 3.3 Kisi-kisi angket kompetensi pedagogik ......................... 56
Tabel 3.4 Hasil uji validitas angket kompetensi pedagogik ........ 59
Tabel 3.5 Kisi-kisi angket kompetensi kepribadian ..................... 64
Tabel 3.6 Hasil uji validitas angket kompetensi kepribadian ........ 67
Tabel 3.7 Kisi-kisi angket profesionalisme guru ......................... 71
Tabel 3.8 Hasil uji validitas angket profesionalisme guru ............. 74
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi skor angket kompetensi pedagogik
(X1) ......................................................................
84
Tabel 4.2 Kategori kompetensi pedagogik (X1) di Kecamatan
Kalikotes ..................................................................
85
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi skor angket kompetensi
kepribadian (X2) ............................................................
86
Tabel 4.4 Kategori kompetensi kepribadian (X2) di Kecamatan
Kalikotes ..................................................................
88
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi skor angket profesionalisme guru
(Y) ......................................................................
89
Tabel 4.6 Kategori profesionalisme guru (Y) di Kecamatan
Kalikotes ..................................................................
91
Tabel 4.7 Uji normalitas ................................................................. 92
halaman
xvi
Tabel 4.8 Kooefisien korelasi variabel bebas ................................. 94
Tabel 4.9 Uji linieritas X1 dan Y ............................................. 95
Tabel 4.10 Kooefisien X1 terhadap Y............................................... 96
Tabel 4.11 Uji linieritas X2 dan Y ............................................. 96
Tabel 4.12 Kooefisien X2 terhadap Y............................................... 97
Tabel 4.13 Tabel Anova dan koefisien regresi X1 dengan Y............ 99
Tabel 4.14 Korelasi X1 dengan Y ............................................. 101
Tabel 4.15 Koefisien Determinasi X1......................................................................... 102
Tabel 4.16 Korelasi Parsial Antara Kompetensi Pedagogik dengan
Profesionalisme Guru ...................................................
103
Tabel 4.17 Tabel Anova dan koefisien regresi X2 dengan Y ........... 104
Tabel 4.18 Korelasi X1 dengan Y..................................................... 107
Tabel 4.19 Koefisien Determinasi X1........................................ 108
Tabel 4.20 Korelasi Parsial Antara Kompetensi kepribadian (X2)
dengan Profesionalisme Guru .........................................
109
Tabel 4.21 Tabel Anova dan koefisien regresi X1, X2 dengan Y..... 110
Tabel 4.22 Koefisien Korelasi X1, X2 dengan Y................................ 111
Tabel 4.23 Hasil Analisis Tiap Variabel ........................................... 112
Tabel 4.24 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi..................... 115
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir………….......................................... 48
Gambar 4.1 Grafik Kompetensi Pedagogik ........................................ 84
Gambar 4.2 Grafik Kompetensi Pedagogik ....................................... 86
Gambar 4.3 Grafik Kompetensi Kepribadian .................................... 87
Gambar 4.4 Grafik Kompetensi Kepribadian ..................................... 88
Gambar 4.5 Grafik Profesionalisme Guru ......................................... 90
Gambar 4.6 Grafik Profesionalisme Guru ........................................ 91
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Antara Kompetensi Pedagogik
Dengan Profesionalisme Guru .......................................
100
Gambar 4.8 Grafik Hubungan Antara Kompetensi Kepribadian
Dengan Profesionalisme Guru .......................................
106
Gambar 4.9 Pola Hubungan Antar Variabel .................................... 115
halaman
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1 Angket Kompetensi Pedagogik …………..................... 126
1-1 Angket Kompetensi Pedagogik Sebelum Uji Coba......... 127
1-2 Uji Validitas Angket Kompetensi Pedagogik ................. 130
1-3 Uji Reliabilitas Angket Kompetensi Pedagogik ............. 146
1-4 Angket Kompetensi Pedagogik Setelah Uji Coba........... 148
2 Angket Kompetensi Kepribadian .................................. 151
2-1 Angket Kompetensi Kepribadian Sebelum Uji Coba...... 152
2-2 Uji Validitas Angket Kompetensi Kepribadian .............. 155
2-3 Uji Reliabilitas Angket Kompetensi Kepribadian .......... 167
2-4 Angket Kompetensi Kepribadian Setelah Uji Coba........ 169
3 Angket Profesionalisme Guru .................................. 172
3-1 Angket Profesionalisme Guru Sebelum Uji Coba........... 173
3-2 Uji Validitas Angket Profesionalisme Guru.................... 176
3-3 Uji Reliabilitas Angket Profesionalisme Guru .............. 188
3-4 Angket Profesionalisme Guru Setelah Uji Coba............ 190
4 Data Penelitian ............................................................. 193
4-1 Data Kompetensi Pedagogik ....................................... 194
4-2 Data Kompetensi Kepribadian ........................................ 198
xix
4-3 Data Profesionalisme Guru ............................................ 202
5 Pengujian Asumsi .................................................. 205
5-1 Uji Normalitas Data................................................. 206
5-2 Uji Independensi Variabel Bebas ................................... 207
5-3 Uji Linieritas dan Keberartian Regresi .......................... 208
6 Uji Hipotesis ................................................................. 211
6-1 Uji Hipotesis Antara Kompetensi Pedagogik dengan
Profesionalisme Guru ......................................................
212
6-2 Uji Hipotesis Antara Kompetensi Kepribadian dengan
Profesionalisme Guru ......................................................
216
6-3 Uji Hipotesis Antara Kompetensi Pedagogik dan
Kompetensi Kepribadian secara bersama-sama dengan
Profesionalisme Guru ......................................................
218
7 Daftar Riwayat Hidup................................................ 221
xx
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan
bangsa. Negara Indonesia sebagai negara berkembang membutuhkan sumber
daya manusia yang berkulitas. Salah satu usaha menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Sekolah sebagai salah
satu lembaga pendidikan formal memiliki peranan yang sangat penting dalam
mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui proses belajar mengajar.
Pendidikan nasional tersebut mempunyai fungsi yang harus
diperhatikan. Fungsi pendidikan nasional dapat dilihat pada Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang menyatakan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab (UU Sisdiknas, 2003:
3).
Keberhasilan pendidikan akan tercapai oleh suatu bangsa apabila ada
usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Untuk itu
pemerintah mengusahakan mutu pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan
formal. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah berkaitan langsung dengan
siswa sebagai anak didik dan guru sebagai pendidik.
2
Untuk melaksanakan tugas dan meningkatkan mutu pendidikan maka
diadakan proses belajar mengajar, guru merupakan figur sentral, karena di
tangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan
belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu tugas dan peran guru bukan saja
mendidik, mengajar dan melatih tetapi juga bagaimana guru dapat membaca
situasi kelas dan kondisi dan kondisi siswanya dalam menerima pelajaran.
Dalam meningkatkan peranan guru dalam proses belajar mengajar dan
hasil belajar siswa, maka guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif dan akan mampu mengelola kelas. Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik dan mengevaluasi peserta didik,
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni seseorang. Profesi juga diartikan
sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan
dan ketrampilan khusus yang diperoleh pendidikan akademis yang intensif
(Kunandar, 2007: 49).
Profesionalisme menjadi taruhan ketika mengahadapi tuntutan-
tuntutan pembelajaran demokratis karena tuntutan tersebut merefleksikan
suatu kebutuhan yang semakin kompleks yang berasal dari siswa; tidak
sekedar kemampua guru mengauasi pelajaran semata tetapi juga kemampua
lainnya yang bersifat psikis, strategis dan produktif. Tuntutan demikian ini
hanya bisa dijawab oleh guru yang professional. Tuntutan kehadiran guru
3
yang profesional tidak pernah surut, karena dalam latar proses kemanusiaan, ia
hadir sebagai subjek paling diandalkan.
Untuk menjadi guru yang profesional harus memiliki beberapa
kompetensi. Sebelum UU No. 14 tahun 2005 dan PP N0. 19 tahun 2005
diterbitkan, ada sepuluh kompetensi dasar guru yang telah dikembangkan
melalui kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
Kesepuluh kompetensi itu kemudian dijabarkan melalui berbagai pengalaman
belajar. Adapun sepuluh kemampuan dasar tersebut (1) kemampua menguasai
bahan pelajaran yang disajikan; (2) kemampuna mengelola program belajar
mengajar; (3) kemampuann mengelola kelas; (4) kemampuan menggunakan
media/sumber belajar; (5) kemampuan menguasai landasan-landasan kepen-
didikan; (6) kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar; (7) kemam-
puan menilai prestasi peserta didik untuk kependidikan dan pengajaran; (8)
kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan; (9) kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah; dan (10) kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan
hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran (Sagala Syaiful,
2009: 31). Namun dalam perjalanannya tidak ada satupun institusi yang
melakukan evaluasi, apakah kesepuluh kompetensi guru ini betul-betul
dipenuhi oleh guru atau tidak. Kesepuluh kompetensi ini hanya ada sebagai
dokumen saja.
Pengembangan dan peningkatan kualitas kompetensi guru selama ini
diserahkan pada guru itu sendiri. Dalam undang-undang Guru dan Dosen
4
No.14/2005 dan Peraturan Pemerintah No.19/2005 dinyatakan bahwa
kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik,
kompetensi professional dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi tersebut
terintegrasi dalam kinerja guru. Profesional guru tercermin dalam berbagai
keahlian yang dibutuhkan pembelajaran baik terkait dengan bidang keilmuan
yang diajarkan, kepribadian, metodologi, pembelajaran, maupun psikologi
belajar.
Kompetensi pedagogik menunjuk pada kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian menunjuk pada
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa
serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi profesional menunjuk pada
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
Kompetensi sosial menunjuk kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (UU No 14 tahun 2005)
Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan yang melekat dalam diri
pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan
bagi anak didik, dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2012: 117). Kepribadian
mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui
bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari
kepribadian seseorang, selama hal tersebut dilakukan dengan penuh
kesadaran. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan
5
meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian
seseorang maka akan naik pula wibawa orang tersebut.
Standar Nasional Pendidikan penjelasan pasal 28 ayat 3 butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan PP Nomer
74 tahun 2008 menjabarkan bahwa kompetensi profesional guru merupakan
kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, atau seni dan budaya yang diampu.
Profesionalisme guru disebabkan oleh banyak faktor. Adapun faktor-
faktor yang dapat menyebakan rendahnya profesionalisme guru diantaranya
adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian kompetensi pro-
fessional dan kompetensi sosial guru.
Kompetensi pedagogik dapat mempengaruhi profesionalisme guru.
Hal ini disebabkan karena seorang guru harus mempunyai kemampuan
melakukan pengelolaan pembelajaran yang baik. Kemampuan mengelola
pembelajaran digunakan oleh seorang guru untuk mentransfer ilmu kepada
murid. Apabila seorang guru tidak memiliki kompetensi pedagogik dapat
menyebabkan rendahnya profesionalisme guru dan menyebabkan rendahnya
prestasi belajar siswa.
Kompetensi kepribadian dapat mempengaruhi profesionalisme guru.
Hal ini disebabkan karena seorang guru harus mempunyai kepribadian yang
6
mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta
didik.
Kompetensi profesional dapat mempengaruhi profesionalisme guru.
Hal ini disebabkan karena seorang guru harus menguasai materi pelajaran
secara luas dan mendalam serta menguasai konsep dan metode disiplin
keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual
menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran,
dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu
Kompetensi sosial dapat mempengaruhi profesionalisme guru. Hal ini
disebabkan karena seorang guru harus mampu untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa apabila guru mempunyai
kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian tinggi maka akan tinggi
pula professionalisme guru Begitu pula sebaliknya bila kompetensi pedagogik
dan kompetensi kepribadian guru rendah maka kompetensi professional akan
rendah pula. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara kompetensi pedagogik dan
kompetensi kepribadian dengan profeionalismes guru MI di Kecamatan
Kalikotes Tahun Pelajaran 2013/2014.
Adapun penelitian ini diberi judul “Hubungan Antara Kompetensi
Pedagogik dan Kompetensi Kepribadian Dengan Profesionalisme Guru MI Di
Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014”.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan sejumlah
masalah sebagai berikut:
1. Kompetensi pedagogik yang dimiliki guru MI di kecamatan Kalikotes
masih rendah.
2. Kompetensi kepribadian yang dimiliki guru MI di kecamatan Kalikotes
masih rendah.
3. Profesionalisme guru MI di kecamatan Kalikotes yang masih rendah.
4. Hubungan antara kompetensi pedagodik dengan profesionalisme guru MI
di kecamatan Kalikotes kurang bersinergi.
5. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru MI
di kecamatan Kalikotes kurang bersinergi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada:
1. Hubungan antara kompetensi pedagodik dengan profesionalisme guru.
2. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru.
3. Hubungan antara kompetensi pedagodik dan kompetensi kepribadian
secara bersama-sama dengan profesionalisme guru.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, dapat dirumuskan sebagai berikut:
8
1. Adakah hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme
guru MI di kecamatan Kalikotes?
2. Adakah hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme
guru MI di kecamatan Kalikotes?
3. Adakah hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi
kepribadian dengan profesionalisme guru MI di kecamatan Kalikotes?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui:
1. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru MI
di kecamatan Kalikotes.
2. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru MI
di kecamatan Kalikotes.
3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
secara bersama-sama dengan profesionalisme guru MI di kecamatan
Kalikotes.
F. Kegunaan Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik yang bersifat
teoritis, maupun bersifat praktis.
9
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kita yang
berkaitan dengan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan
profesionalisme guru, menambah semangat dalam mengajar dan
memberikan masukan pada Program Pascasarjana untuk menambah bahan
pustaka serta menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru mengetahui
pentingnya kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
sehingga dapat meningkatkan profesionalisme guru. Selain itu hasil
penelitian ini diharapkan memotivasi guru untuk meningkatkan
kompetensi pedagogik, kompetensi keprbadian dan profesionalisme di
kelas.
b. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi
belajar dan prestasi belajar siswa di sekolah. Siswa juga terdorong
untuk berkreasi dan berkarya lebih baik.
c. Bagi Kepala Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumbangan pemikiran
dan masukan untuk memberikan solusi terhadap problematika
pendidikan yang ada di Madrasah Ibtidaiyah dan dapat dijadikan
10
acuan untuk memotivasi guru dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian dan profesionalisme guru.
d. Bagi Orang tua
Penelitian ini diharapkan mampu mendorong orang tua ikut
serta memantau guru-guru dalam menjalankan pembelajaran lebih
berwawasan yang luas sesuai dengan batas-batas tertentu dan
memberikan masukan kepada madrasah untuk meningkatkan usaha
dalam meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian
dan profesionalisme guru memberikan pelayanan pembelajaran secara
profesional.
11
BAB II
KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Kompetensi Pedagogik
a. Pengertian Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembe-
lajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2012: 75).
Ruang lingkup kehidupan pendidik sebagai individu tiap
guru terikat dengan kewajiban untuk mengembangkan mutu
kinerja melalui kegiatan belajar, meningkatkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan keterampilan terbaik dalam meningkatkan potensi
siswa. Hal tersebut penting agar kewibawaan diri terpelihara. Juga
sebagai anggota komunitas guru wajib membangun kerja sama
meningkatkan kompetensi, melakukan pengukuran, meningkatkan
kapasitas diri dalam pengelolaan pembelajaran, mengembangkan
pengalaman terbaik dalam mengelola pembelajaran, dan mengem-
bangkan kompetensi profesi maupun kompetensi pedagogik.
Allah memberikan petunjuk berkaitan dengan proses pembe-
lajaran dalam Al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125:
12
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Depag RI, 2004:
224)
Allah ta’ala menyuruh Rasulullah SAW agar mengajak
makhluk kepada Allah dengan hikmah, yakni dengan berbagai
larangan dan perintah terdapat di dalam al-Kitab dan as-Sunnah
agar waspada terhadap siksa Allah. Kemudian ketika berdialog
harus dengan lemah lembut, halus, dan sapaan yang sopan. Dan Allah
telah mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya kerena Allah
telah memutuskannya. Serta Rasulullah diperintahkan untuk jangan
bersedih karena keadaan mereka. Sesungguhnya Rasulullah hanya
pemberi peringatan dan penyampai risalah.
Dari beberapa keterangan di atas, dapat digaris bawahi bahwa
proses pembelajaran yaitu terjadinya interaksi antara guru dan
siswa pada saat berlangsungnya belajar mengajar yang merupakan
bagian atau elemen yang memiliki peran sangat dominan untuk
13
mewujudkan kualitas pembelajaran yang baik serta tujuan tertentu.
Dalam pembelajaran diperlukan adanya metode mengajar yang efektif.
Agar menjadi efektif, pengajaran harus lebih jauh dari sekadar
menyampaikan isi pelajaran dengan gaya ceramah saja, tetapi
juga mengajar secara interaktif yaitu adanya interaksi antara guru dan
siswa sangat diperlukan dalam belajar mengajar. Dalam berbagai
studi, di antaranya di England dan Wales menunjukkan bahwa
secara keseluruhan pengajaran interaktif merupakan salah satu
faktor yang berhubungan paling kuat dengan hasil belajar siswa
(David Reynolds, Daniel Muijs, 2008: 66-67)
Kualitas pembelajaran sebagaimana yang dikehendaki di
atas, dapat dilihat dari sisi proses maupun hasil. Dari sisi proses,
pembelajaran dikatakan berhasil atau berkualitas apabila seluruh
atau sebagian besar anak didik terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, di samping menunjukkan gairah yang tinggi, semangat
belajar yang besar serta percaya diri yang memadai. Sedangkan
dari sisi hasil, pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi
perubahan positif pada peserta didik. Demikian pula halnya dengan
efektif dan bermaknanya sebuah pembelajaran, dapat dikatakan
menemukan keberhasilan apabila memberikan keberhasilan pada
sisi siswa maupun guru itu sendiri.
Sehubungan dengan meningkatkan mutu kinerja guru
memiliki kewajiban untuk memenuhi mutu materi pelajaran,
14
mengelola proses pembelajaran agar meningkatkan minat siswa
untuk belajar baik melalui peningkatan kemampuan individu
dalam kerja sama ke-lompok. Potensi diri siswa dikembangkan
melalui kerja sama. Menggunakan teknologi sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa dan kemampuan sekolah menyediakan
sarananya. Mengguna-kan bahasa pengantar bahasa Indonesia mapun
bahasa asing dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran dalam
kelas setaraf dengan mutu pembelajaran di sekolah-sekolah unggul di
dunia.
Dunia pendidikan mengenal guru sebagai salah satu komponen
manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berkompeten
dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial. Baik
disadari maupun tidak, posisi dan peranan guru dalam mengajar dan
mendidik siswa akan berdampak luas yang menyangkut berbagai aspek
kehidupan anak didik. Dengan kata lain, pada setiap diri guru terletak
tanggung jawab dalam membawa kemajuan dan keberhasilan siswa
dalam belajarnya. Dengan demikian dapat difahami bahwa didalam
proses belajar mengajar guru menduduki posisi yang sangat fital dan
strategis, artinya memiliki peran penting di dalam usaha mencapai
mutu atau tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
Guru dapat memahami perannya berdasarkan pendapat Adams
& Decey dalam Basic Principles of Student Teaching yang dikutip
oleh Uzer Usman yaitu : guru adalah sebagai pengajar, pemimpin
15
kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor,
perencana, supervisor, motivator, dan konselor (Usman Uzer, 1997: 9).
Begitu besar peran guru dalam terwujudnya cita-cita bangsa yaitu
mencerdasakan bangsa maka sebagai seorang guru haruslah betul-betul
memahami peran tersebut. Peran guru sangatlah kompleks oleh karena
itu Yang akan dikemukakan adalah peranan guru yang dianggap paling
dominan dan diklasifikasikan sebagai (1) guru sebagai demonstrator
(pengajar), (2) guru sebagai pengelola kelas (organisator), (3) guru
sebagai fasilitator dan mediator, (4) guru sebagai evaluator.
Guru identik dengan ilmu pengetahuan. Dalam proses belajar
mengajar seorang guru berperan sebagai pengajar, Maka hendaknya
guru senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta senantiasa mengembangkan dalam arti mening-
katkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini
sangat menentukan hasil belajar yang dicapai siswanya.
Guru sebagai pengelola kelas artinya guru bertanggung jawab
dalam mengolah segala komponen-komponen yang berkaitan dengan
kegiatan belajar mengajar, semua diorganisir sehingga dapat mencapai
efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa. Sebagai manajer
guru bertanggung jawab memelihara lingkungan kelasnya agar
senantiasa menyenangkan bagi siswa untuk belajar dan mengarahkan
atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam
kelasnya.
16
Guru sebagai fasilitator dan mediator maksudnya guru harus
mampu memberikan kemudahan fasilitas dalam proses belajar me-
ngajar, misalnya menciptakan suasana kondusif yang memungkinkan
tarlaksananya belajar secara efisien dan efektif.
Guru sebagai mediator harus memiliki pengetahuan tentang
media pendidikan, ketrampilan memilih dan menggunakannya serta
mengusahakan media itu dengan baik. Berkaitan dengan guru sebagai
mediator ini ada tiga kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru yaitu :
(1) Mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik; (2)
Mengembangkan gaya interaksi pribadi; (3) Menumbuhkan hu-
bungan positif dengan para siswa (Usman Uzer, 1997: 11).
Guru sebagai evaluator yaitu untuk mengetahui seberapa jauh
pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran atau
ketetapan dan keefektifan metode mengajar, maka guru melakukan
evaluasi atau penilaian. Evaluasi disini menyangkut aspek intrinsik
dan ekstrinsik, artinya penilaian bukan hanya dilihat dari bisa dan
tidaknya mengerjakan soal tetapi juga dari aspek kepribadian atau
tingkah laku anak.
Dari semua uraian di atas dapat dimengerti betapa berat dan
luasnya tugas dan peran guru, dimana sekian banyak peran dan tugas
yang dipikulnya tersebut harus terpadu dalam penampilan guru yang
manunggal dan terintegrasi. Sehingga guru tidak hanya dituntut tampil
sebagi manusia yang trampil dan memiliki berbagai ilmu pengetahuan
17
semata. Akan tetapi dia juga harus hadir dihadapan siswa dengan
membawa kepribadian dan tingkah laku atau budi pekerti yang luhur.
Dengan demikian guru benar-benar bisa tampil sebagai central figur
yang bisa di"gugu" dan di"tiru". Maksudnya dia dapat menjadi
panutan dan contoh yang ideal bagi siswanya, baik dari aspek
intelektual maupun moral spiritual,seperti yang telah dilakukan oleh
Rasulullah terhadap seluruh umatnya.
Hal ini selaras dengan firman Allah dalam Al Qur'an surat Al
Ahzab ayat 21:
نلة يفملند ل ال ل ل د ل ال ل ك د يف ولة حلسل رلسكوليف ا لهيف أكسدرل ل ل ا لهل لا د لود ل اي لردجكو ثيفرياااآليف لرل ا لهل ل
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan hari kiamat) dan dia banyak
menyebut Allah ( Depag RI, 2004: 336 ).
b. Indikator kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik ini dikelompokkan menjadi 10
macam, diantaranya: (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari
aspek fisik, moral, piritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual;
(2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik; (3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata
pelajaran yang diampu; (4) Menyelenggarakan pembelajaran yang
mendidik. (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
18
untuk kepentingan pembelajaran; (6) Memfasilitasi pengembangan
potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki; (7) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun
dengan peserta didik; (8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar; (9) Memanfaatkan hasil penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; (10) Melakukan tindakan
reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran (Permendiknas
Nomor 16, 2007: 9).
Secara oprasional kemampuan mengelola pembelajaran me-
nyangkut tiga fungsi manajerial yaitu: (1) Perencanaan, menyangkut
penetapan tujuan dan kompetensi serta memperkirakan cara
mencapainya. Perencanaan merupakan fungsi sentral dari
manajemen pembelajaran dan harus berorientasi ke masa depan.
Dalam pengambilan dan pembuatan keputusan tentang proses pem-
belajaran, guru sebagai manajer pembelajaran harus melakukan
berbagai pilihan menuju tercapainya tujuan. Guru sebagai manajer
pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk
mengelola berbagai sumber, baik sumber daya, sumber dana, mau-
pun sumber belajar untuk membentuk kompetensi dasar, dan men-
capai tujuan pembelajaran, (2) Pelaksanaan atau sering juga disebut
implementasi adalah proses yang memberikan kapasitas bahwa
proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia dan
sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat membentuk
19
kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan; (3) Pengendalian
atau ada juga yang menyangkut evaluasi dan pengendalian,
bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana
atau tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses manajerial yang
terakhir ini perlu dibandingkan tingkat kinerja aktual dengan
kinerja yang telah ditetapkan (kinerja standar). Guru sebagai
manajer pembelajaran harus mengambil langkah-langkah atau
tindakan perbaikan apabila terdapat perbedaan yang signifikan atau
adanya kesenjangan antara proses pembelajaran aktual di dalam
kelas dengan yang telah direncanakan (Mulyasa, 2012: 77-78).
Guru merupakan seorang manajer dalam pembelajaran yang
bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilai-
an perubahan atau perbaikan program pembelajaran. Untuk kepen-
tingan tersebut setidaknya ada 4 langkah yang harus dilakukan
yakni 1) menilai kesesuaian program yang ada dengan tuntutan ke-
budayaan dan kebutuhan peserta didik, 2) meningkatkan perenca-
naan program, 3) memilih dan melaksanakan program, serta 4) me-
nilai perubahan program. Berdasarkan unsur-unsur yang dikemukakan
di atas, maka dapat difahami bahwa guru adalah manusia dewasa yang
telah memiliki bekal khusus untuk mendidik dan mengajar yang secara
sadar mengabdikan diri baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam upaya perkembangan dan kemajuan anak didiknya.
20
2. Kompetensi Kepribadian
a. Pengertian Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah salah satu jenis kompetensi
yang perlu dikuasai guru, selain 3 jenis kompetensi lainnya: sosial, pe-
dagogik, dan profesional. Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan
yang melekat dalam diri pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa menjadi teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia.
(Mulyasa, 2012: 117)
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi kepribadian guru
yaitu kemampuan kepribadian yang: (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa;
(4) arif dan bijaksana; (5) berwibawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi
teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (8) mengevaluasi kinerja
sendiri; dan (9) mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang kualifikasi dan
kompetensi guru menjelaskan untuk guru kelas dan guru mata pela-
jaran, pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebagai
berikut: (1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia, mencakup: (a) menghargai peserta
didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat,
daerah asal, dan gender; dan (b) bersikap sesuai dengan norma agama
yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan
kebudayaan nasional Indonesia yang beragam; (2) Menampilkan diri
21
sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta
didik dan masyarakat, mencakup: (a) berperilaku jujur, tegas, dan
manusiawi; (b) berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak
mulia; dan (c) berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan
anggota masyarakat di sekitarnya; (3) Menampilkan diri sebagai
pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, mencakup:
(a) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil; dan (b)
menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa;
(4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri, mencakup: (a) menunjukkan etos
kerja dan tanggung jawab yang tinggi; (b) bangga menjadi guru dan
percaya pada diri sendiri; dan (c) bekerja mandiri secara professional;
(5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru, mencakup: (a)
memahami kode etik profesi guru; (b) menerapkan kode etik profesi
guru; dan (c) berperilaku sesuai dengan kode etik guru (Permendiknas
Nomor 16, 2007: 11-12)
Guru mempunyai kepribadian yang tidak sama meskipun
masing-masing dari mereka sama-sama mempunyai pribadi keguruan,
maka perlu dikembangkan secara terus menerus agar guru terampil
dalam: (1) Mengenal dan mengakui bakat dan profesi dari setiap
individu atau siswa yang diajarnya; (2) Membina suatu suasana sosial
yang meliputi interaksi belajar mengajar sebagai amanat yang bersifat
menunjang secara moral terhadap murid untuk terciptanya kepahaman
22
dan kesamaan arah dalam pikiran serta perbuatan murid dan guru; (3)
Membina suatu perasaan saling menghormati, saling tanggung jawab,
dan saling percaya antara guru dan siswa (Zakiyah Daradjat, 1995:
263)
b. Indikator Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian guru memiliki arti penting, baik bagi
guru yang bersangkutan, sekolah dan terutama bagi siswa. Arti
penting penguasaan kompetensi kepribadian guru adalah ungkapan
klasik mengatakan bahwa “segala sesuatunya bergantung pada pribadi
masing-masing”. Dalam konteks tugas guru, kompetensi pedagogik,
profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru pada dasarnya akan
bersumber dan bergantung pada pribadi guru itu sendiri. Dalam
melaksanakan proses pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa akan
banyak ditentukan oleh karakteristik kepribadian guru yang
bersangkutan. Memiliki kepribadian yang sehat dan utuh, dengan
kerakteristik sebagaimana diisyaratkan dalam rumusan kompetensi
kepribadian di atas dapat dipandang sebagai titik tolak bagi seseorang
untuk menjadi guru yang sukses (Akhmad Sudrajat, 2012: tt).
Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk me-
ngembangkan kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan
karakter siswa. Penguasaan kompetensi kepribadian yang memadai
dari seorang guru akan sangat membantu upaya pengembangan
karakter siswa. Dengan menampilkan sebagai sosok yang bisa digugu
23
(dipercaya) dan ditiru, secara psikologis anak cenderung akan merasa
yakin dengan apa yang sedang dibelajarkan gurunya. Misalkan, ketika
guru hendak membelajarkan tentang kasih sayang kepada siswanya,
tetapi di sisi lain secara disadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya
sendiri malah cenderung bersikap tidak senonoh, mudah marah dan
sering bertindak kasar, maka yang akan melekat pada siswanya
bukanlah sikap kasih sayang, melainkan sikap tidak senonoh itulah
yang lebih berkesan dan tertanam dalam sistem pikiran dan keyakinan
siswanya.
Kompetensi kepribadian yang dijelaskan dalam Permendiknas
nomor 16 tahun 2007 mencakup kemampuan-kemampuan (1) bertin-
dak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia; (2) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur,
berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (3)
menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa, (4) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang
tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, (5) men-
junjung tinggi kode etik profesi guru.
Kepribadian guru di masyarakat, masih dianggap hal sensitif
dibandingkan dengan kompetensi pedagogik atau profesional. Apabila
ada seorang guru melakukan tindakan tercela, atau pelanggaran norma-
norma yang berlaku di masyarakat, pada umumnya masyarakat
cenderung akan cepat mereaksi. Hal ini tentu dapat berakibat terhadap
24
merosotnya wibawa guru yang bersangkutan dan kepercayaan ma-
syarakat terhadap institusi sekolah, tempat dia bekerja.
c. Upaya Meningkatkan Kompetensi Kepribadian
Kepribadian guru perlu ditingkatkan, tips 10 cara untuk me-
ningkatkan kepribadian, yang isinya dapat disarikan sebagai berikut:
(1) Jadilah pendengar yang baik, jadikan teman bicara Anda merasa
penting dan dihargai, (2) Perbanyaklah membaca dan perluas interes
Anda, (3) Jadilah ahli pembicara yang baik, (4) Milikilah gagasan yang
berbeda dan unik sehingga dapat memperluas perspektif setiap orang
tentang Anda, (5) Temui orang-orang baru, terutama yang berbeda
dengan Anda, sehingga wawasan Anda menjadi semakin luas, (6)
Jadilah diri Anda sendiri, dengan menunjukkan keotentikan dan
keunikan yang Anda miliki, (7) Milikilah sikap dan pandangan positif,
(8) Jadilah orang yang menyenangkan dan memiliki rasa humor, (9)
Bersikap suportif kepada orang lain yang membutuhkan Anda, dan
(10) Miliki integritas dan perlakukan setiap orang dengan penuh
hormat (Akhmad Sudradjat, 2012: tt).
Menurut BP3K (Balai Penelitian Pengembangan Pendidikan
dan Kebudayaan) tentang pengembangan kompetensi kepribadian,
guru harus memiliki: (1) Pengetahuan tentang tata krama sosial dan
agamawi; (2) Pengetahuan tentang kebudayaan dan tradisi; (3) Hakikat
demokrasi dan makna demokrasi pancasila; (4) Apresiasi dan ekspresi
estetika; (5) Kesadaran kewarganegaraan dan kesadaran sosial yang
25
dalam; (6) Sikap yang tepat tentang ilmu pengetahuan kinerja; (7)
Menjunjung tinggi martabat manusia (Madyawati, 2011: 1).
3. Profesionalisme Guru
a. Pengertian Profesionalisme Guru
Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Ka-
mus Inggris Indonesia, profession berarti pekerjaan. (John M Echols
dan Hassan Shadily, 1996: 449). Dalam buku yang ditulis oleh Ku-
nandar yang berjudul Guru Profesional Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan pula bahwa profesionalisme
berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang
ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan seba-
gai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan penge-
tahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan
akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau
jabatan yang menuntut keahlian tertentu (Kunandar, 2007: 45).
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memer-
lukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU
No 14, 2005: 2)
Profesionalisme adalah suatu termoniologi yang menjelaskan
bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seorang yang mem-
26
punyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Seseorang akan
menjadi professional jika ia memiliki pengetahuan dan ketrampilan
bekerja dalam bidangnya. (Sagala, 2009: 3)
Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 menyatakan bahwa warga Negara berhak atas pendidikan
yang bermutu. Dalam mendukung harapan itu, pemerintah Indone-
sia menetapkan standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 16 Tahun 2007. Guru merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, me-
nilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (UU
Sisdiknas, 2003: 27).
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama men-
didik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (UU
No 14, 2004: 2) Guru merupakan komponen paling menentukan
dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus men-dapat
perhatian sentral, pertama, dan utama.
Guru atau pendidik disampaikan pula sebagai seseorang yang
bertanggungjawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap
perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu dari
27
aspek jasmani maupun rohaninya agar ia mam-pu hidup mandiri dan
dapat memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tu-han sebagai individu
dan juga sebagai makhluk sosial (Ramayulis, 2005: 50).
Guru senantiasa menjadi sorotan yang strategis ketika ber-
bicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan kom-
ponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru juga sangat me-
nentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitanya de-
ngan proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang
paling berpengaruh terhadap tercapainya proses dan hasil pendidi-
kan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun
yang dilakukan untk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan
memberikan sumbangan yang signifikan tanpa di dukung oleh
guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbai-
kan pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada gu-
ru pula.
Pendidikan dalam operasionalnya dilaksanakan oleh orang-
orang yang betul-betul profesional, amanah dan memiliki kompe-
tensi di bidangnya. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad
Saw; Dari Abu Hurairah RA. Rasulullah bersabda;
Artinya : Apabila suatu urusan (Pekerjaan) dikerjakan oleh orang yang
tidak ahli, maka tunggulah kehancuran (H.R. Bukhari).
28
Profesionalisme guru adalah bahwa guru harus mempunyai
pengetahuan yang luas serta subject matter (bidang studi) yang akan
diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki metode
yang tepat serta mampu menggunakannya dalam proses belajar
mengajar (Arikunto, 1993: 239).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan, pengertian profesi-
onalisme guru ialah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan
kemampuan tinggi sebagai sumber kehidupan, maka untuk menunjang
profesi tersebut dibutuhkan suatu teori atau penguasaan pengetahuan
(kemampuan) mengenai bidang tertentu, dalam hal ini yang
dikuasainya yakni kompetensi profesional guru.
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas
maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelom-
pokan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam profesi tugas
kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru
dalam profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik
berarti meneruskan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Sedangkan
melatih mengembangkan ketrampilan-keterampilan pada siswa
(Usman, 2010: 6-7).
Guru di masyarakat merupakan figure, teladan yang juga tidak
kalah pentingnya. Pada bidang ini guru mempunyai tugas mendidik
dan bermasyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang
29
bermoral pancasila. Guru mendidik anak didik sama halnya guru
mencerdaskan bangsa Indonesia (Syaiful Bahri Djamarah, 2006: 31-
39)
Guru mempunyai tugas betapa berat dan komplek yang harus
dipikul, dimana ia tidak hanya dituntut mampu mengajar dalam arti
memberikan atau mewariskan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Akan tetapi ia juga dituntut mampu mendidik dalam arti menanamkan
nilai-nilai dan membentuk watak dan budi pekerti anak didik.
Guru bukan saja sebagai pembawa ilmu pengetahuan semata
melainkan sekaligus sebagai figur atau contoh pribadi yang ideal di
depan siswanya berkaitan dengan sikap, tingkah laku dan
kepribadiannya. Jadi guru adalah cermin tempat anak didik dapat
berkaca.
Mengingat begitu besar dan mulianya tugas seorang guru,
maka Islam mengangkatnya dengan derajat yang tinggi dan menem-
patkan pada kedudukan yang terhormat, seperti telah dijanjikan Allah
dalam Al Qur'an surat Mujadillah : 11.
…
Artinya : ”Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman
dan berilmu diantara kamu dengan beberapa derajat....’
(Depag RI, 2004: 434)
Sebagai konsekuensi dari tugas dan tanggung jawab guru yang
begitu besar dan berat, tentunya kita menyadari bahwa tugas yang
30
multi dimensional tersebut tidak dapat dibebankan kepada sembarang
orang. karena tidak semua orang mampu memikulnya, kecuali orang
yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu dan memiliki kualifikasi
profesional, syaratnya memiliki kemampuan dan bekal khusus dalam
bidang pendidikan dan pengajaran baik secara pribadi maupun secara
profesi.
b. Indikator Profesionalisme Guru
Karakteristik profesional minimum guru, berdasarkan sintesis
temuan-temuan penelitian, telah dikenal karakteristik profesional
minimum seorang guru, yaitu: (1) mempunyai komitmen pada siswa
dan proses belajarnya, (2) menguasai secara mendalam bahan belajar
atau mata pelajaran serta cara pembelajarannya, (3) bertanggung jawab
memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, (4)
mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar
dari pengalamannya, dan (5) menjadi partisipan aktif masyarakat
belajar dalam lingkungan profesinya (Mudjia Rahardjo, 2010: 1).
Secara substantif, sejumlah karakteristik tersebut sudah
terakomodasi dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur
standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Beberapa di
antaranya adalah: (1) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek
fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, (2) menguasai
teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3)
mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengem-
31
bangan yang diampu, (4) menyelenggarakan kegiatan pengembangan
yang mendidik, (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang
mendidik, dan (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki (Mudjia
Rahardjo, 2010: 1).
Cukup panjang dan berliku jalan untuk menegakkan profesi
keguruan. Selain keharusan untuk menuntaskan persyaratan
kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi, masih ada tantangan yang lebih
berdimensi legal dan moral. Namun demikian, satu atau dua langkah
sudah berhasil dilakukan. Kalau dari perspektif kemauan politik sudah
pengakuan terhadap profesi guru dan dosen sudah diundangkan, maka
dari perspektif guru sendiri juga harus ada usaha untuk senantiasa
memantapkan profesinya.
Indikator profesionalisme guru tersebut dapat dikelompokkan
ke dalam aspek motivasi pengembangan dan inovasi, aspek kegiatan
belajar mengajar serta aspek sikap dan perilaku.
c. Macam-macam Kompetensi Profesionalisme Guru
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketram-
pilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak. Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan,
ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seorang yang telah
menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat dilakukan perilaku-
32
perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya
(Mulyasa, 2012: 25).
Kompetensi menjadi syarat mutlak menuju profesionalitas guru
yang merupakan gambaran hakikat kualitas dari perilaku seseorang.
Kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu yang
dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar, stimulus akan
bergabung dengan memori dan menyebabkan terjadinya perubahan
kapasitas untuk melakukan sesuatu (Asmani Ma’mur Jamal, 2009: 37).
Kompetensi guru adalah the ability of teacher to responsibility
perform has or her duties oppropriately. Kompetensi guru merupakan
kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajib-
an secara bertanggung jawab dan layak (Ade Sanjaya, 2012: tt).
Kompetensi guru adalah kecakapan untuk menunjukan da-
ya kinerja yang berkembang melalui proses belajar dan melak-
sanakan tugas dalam memfasilitasi berkembangnya potensi siswa
melalui rekayasa suasana belajar dan proses pembelajaran yang
dapat memenuhi kebutuhan siswa belajar. Kompetensi guru dikem-
bangkan dalam ruang lingkup yang variatif meliputi empat
cakupan wilayah yang utama yaitu pada lingkungan sosial, kelem-
bagaan, kelompok pendidik dan individu, serta pada lingkungan kelas.
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat
Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis, sebagaimana dikutif oleh Usman
dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” dikemukakan bahwa
33
kompetensi guru yang merupakan landasan guru dalam rangka
mengabdikan profesinya adalah sebagai berikut: (1) Mengembangkan
pribadinya, (2) Menguasai landasan pendidikan, (3) Menguasai bahan
pengajaran, (4) Menyusun program pengajaran, (4) Melaksanakan
program pengajaran, (5) Menilai hasil dan proses belajar mengajar
yang telah dilaksanakan, (6) Menyelenggarakan program bimbingan,
(7) Menyelenggarakan administrasi sekolah, (8) Berinteraksi dengan
pejabat dan masyarakat, (9) Menyelenggarakan penelitian sederhana
untuk kepentingan pengajaran (Usman, 1997: 10-15).
Kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap pendidik, meliputi
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial (UU
Nomor 14, 2005: 6). Adapun definisi dari masing-masing kompetensi
tersebut adalah sebagai berikut:
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pem-
belajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi ha-sil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisa-
sikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2012: 75). Kompe-
tensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2012: 117). Kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran se-
cara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing pe-
34
serta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
standar nasional pendidikan (Mulyasa, 2012: 135). Kompetensi sosial
adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesa-
ma pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali murid dan
masyarakat sekitar (Mulyasa, 2012: 173).
Seluruh kompetensi guru harus terintegrasi pada penam-
pilan dirinya yang terintegrasi dengan lingkungan internal maupun
lingkungan eksternal sekolah yang meliputi ruang lingkup lingkungan
eksternal, lingkungan lembaga pendidikan atau pada ruang lingkup
sekolah, ruang lingkup dirinya, dan pada ruang lingkup kelas.
Daya adaptasi guru pada keempat ruang lingkup di atas sangat
bergantung pada seberapa kuat daya belajarnya sehingga mening-
katkan daya adaptasinya melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan
keterampilan terbaik dalam melaksanakan tugas profesi sebagai
pendidik, pengajar, dan pelatih.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti dapat
mengambil pengertian bahwa guru yang profesional memiliki penge-
tahuan dan ketrampilan tertentu yang dimiliki oleh orang awam. De-
ngan pengetahuan dan ketrampilan tersebut guru dapat melaksanakan
fungsi-fungsi khususnya yaitu membuat dan melaksanakan keputusan-
keputusan dalam membelajarkan peserta didik dengan hasil yang pa-
ling efektif dan efisien, serta kemampuan memberikan pelayanan
35
sebaik-baiknya disertai dedikasi yang tinggi untuk mencapai kesejah-
teraan insani yang berarti mengutamakan nilai kemanusiaan dari pada
nilai material.
Oleh karena itu seorang yang progresif harus mengetahui
kompetensi apa yang dituntut oleh masyarakat dewasa ini bagi diri-
nya, jika ternyata masih terdapat kekurangan, maka selalu berusaha
mengadakan perbaikan sehingga layak mendapat sebutan sebagai guru
yang berkompeten dan diakui eksistensinya di masyarakat sebagai gu-
ru yang memiliki profesi guru. Berangkat dari pengertian di atas maka
jelaslah bahwa kompetensi guru yaitu suatu pemilikan pengetahuan,
kecakapan dan kemampuan yang dituntut dari seseorang yang ber-
profesi guru untuk mewujudkan tujuan pendidikan dan pengajaran
yang dilaksanakan.
d. Hak dan Kewajiban Guru
Dalam melaksanaan tugas keprofesionalan, guru berhak untuk
(1) memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan
jaminan kesejahteraan sosial; (2) mendapatkan promosi dan penghar-
gaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; (3) memperoleh perlin-
dungan dalam melaksanakan tugas, dan hak atas kekayaan intelek-
tual; (4) memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
(5) memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembela-
jaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan; (6) memi-
liki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan ke-
36
lulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai
dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-
undangan; (7) memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan da-
lam melaksanakan tugas; (8) memiliki kebebasan untuk berserikat
dalam organisasi profesi; (9) memiliki kesempatan untuk berperan
dalam penentuan kebijakan pendidikan; (10) memperoleh kesempat-
an untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik
dan kompetensi; (11) memperoleh pelatihan dan pengembangan pro-
fesi dalam bidangnya (UU Nomor 14, 2005: 8).
Sedangkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan tentang hak-hak pendidik dan
tenaga kependidikan sebagai berikut : (1) Penghasilan dan jaminan
kesejahteraan sosial; (2) Penghargaan sesuai dengan tugas dan
prestasi kerja; (3) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
dan hak atas hasil kekayaan intelektual, (4) Kesempatan untuk
menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk
menunjang kelancaraan pelaksanaan tugas (UU Sisdiknas, 2003: 27-
28).
Hak-hak tersebut dalam kenyataannya mungkin masih dalam
bentuk harapan dan belum menjadi kenyataan. Untuk menggapai
harapan tersebut sudah barang tentu memerlukan satu usaha terus
menerus dan pantang menyerah. Untuk itu, para guru harus dapat
menunjukkan bahwa hak-hak yang akan diperoleh barulah setara
37
dengan kewajiban yang diberikan dalam pelaksanaan tugasnya.
Dengan demikian, tuntutan terhadap hak harus diikuti dengan
semangat untuk melaksanakan kewajiban dengan baik.
Secara umum tugas dan dan tanggung jawab pendidik dalam
pasal 40 ayat 2 UU Nomor 20 Tahun 2003 dinyatakan (1) Mencip-
takan suasana pendidikan yang bermakna, menyenagkan, kreatif, dina-
mis dan dialogis; (2) Mempunyai komitmen secara professional untuk
meningkatkan mutu pendidikan, (3) Memberi teladan dan menjaga na-
ma baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan
yang diberikan kepadanya (UU Sisdiknas, 2003: 28).
Secara rinci, kewajiban guru dalam melaksanakan keprofesi-
onalannya diuraikan sebagai berikut : (1) merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran; (2) meningkatkan dan mengem-
bangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
(3) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan
jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pem-
belajaran; (4) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hu-
kum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan (5)
memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa (UU Nomor
14, 2005: 10 – 11).
38
4. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme
guru.
Faktor penting yang menyebabkan tinggi rendahnya profesio-
nalisme guru adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik ini
dikelompokkan menjadi 10 macam, diantaranya: (1) Menguasai karakte-
ristik peserta didik dari aspek fisik, moral, piritual, sosial, kultural,
emosional dan intelektual; (2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prin-
sip pembelajaran yang mendidik; (3) Mengembangkan kurikulum yang
terkait dengan mata pelajaran yang diampu; (4) Menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik. (5) Memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran; (6) Memfasilitasi pe-
ngembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki; (7) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan
santun dengan peserta didik; (8) Menyelenggarakan penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar; (9) Memanfaatkan hasil penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; (10) Melakukan tindakan re-
flektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran (Permendiknas Nomor
16, 2007: 9).
Profesionalisme adalah suatu termoniologi yang menjelaskan
bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang
mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Seseorang akan
39
menjadi profesional jika ia memiliki pengetahuan dan ketrampilan bekerja
dalam bidangnya (Sagala, 2009: 3).
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 menyatakan bahwa warga Negara berhak atas pendidikan yang
bermutu. Dalam mendukung harapan itu, pemerintah Indonesia mene-
tapkan standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
2007. Guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat (UU Sisdiknas, 2003: 27).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan, pengertian profesio-
nalisme guru ialah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan ke-
mampuan tinggi sebagai sumber kehidupan, maka untuk menunjang pro-
fesi tersebut dibutuhkan suatu teori atau penguasaan pengetahuan (ke-
mampuan) mengenai bidang tertentu, dalam hal ini yang dikuasainya yak-
ni kompetensi profesional guru.
Berdasarkan uraian di atas kompetensi pedagogik mengandung
makna komitmen terhadap tugas, ilmu pengetahuan, dan pengabdian se-
dangkan profesionalisme guru merupakan hasil karya, pelaksanaan kerja
atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru. Dengan demikian dapat dika-
takan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kompetensi pedagogik
dengan profesionalisme guru.
40
5. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme
guru.
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru yang
profesional adalah kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian
adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia
(Mulyasa, 2012: 117).
Kompetensi kepribadian yang dijelaskan dalam Permendiknas no-
mor 16 tahun 2007 mencakup kemampuan-kemampuan (1) bertindak se-
suai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indo-
nesia; (2) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (3) menampilkan diri seba-
gai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, (4) menun-
jukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga men-jadi guru,
dan rasa percaya diri, (5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru
(Permendiknas No 16 Tahun 2007).
Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk mengem-
bangkan kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan karakter
siswa. Penguasaan kompetensi kepribadian yang memadai dari seorang
guru akan sangat membantu upaya pengembangan karakter siswa. Dengan
menampilkan sebagai sosok yang bisa digugu (dipercaya) dan ditiru,
secara psikologis anak cenderung akan merasa yakin dengan apa yang
sedang dibelajarkan gurunya. Misalkan, ketika guru hendak membela-
41
jarkan tentang kasih sayang kepada siswanya, tetapi di sisi lain secara di-
sadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya sendiri malah cenderung ber-
sikap tidak senonoh, mudah marah dan sering bertindak kasar, maka yang
akan melekat pada siswanya bukanlah sikap kasih sayang, melainkan si-
kap tidak senonoh itulah yang lebih berkesan dan tertanam dalam sistem
pikiran dan keyakinan siswanya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, salah satu komponen profesi-
onalisme guru adalah kemampuan untuk memanajemen diri untuk menjadi
sosok pribadi yang mampu menjadi suri tauladan bagi siswa dan memiliki
akhlak mulia. Sedangkan kompetensi kepribadian adalah kemampuan guru
menjadi pribadi yang mantap, stabil, bertanggungjawab dan berakhlak mu-
lia. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara kompetensi ke-
pribadian dengan profesionalisme guru.
6. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
secara bersama-sama dengan profesionalisme guru.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembela-
jaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2012: 75).
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang melekat dalam
diri pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi
42
teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2012: 117). Dalam
Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru yaitu
kemampuan kepribadian yang: (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa; (4) arif
dan bijaksana; (5) berwibawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat; (8) mengevaluasi kinerja sendiri; dan
(9) mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Profesionalisme guru adalah bahwa guru harus mempunyai penge-
tahuan yang luas serta subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan
serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki metode yang tepat
serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar (Arikunto,
1993: 239). Untuk menguasai metode yang tepat dan berwawasan luas
seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik.
Pengertian guru atau pendidik disampaikan pula sebagai seseorang
yang bertanggungjawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terha-
dap perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu da-
ri aspek jasmani maupun rohaninya agar ia mampu hidup mandiri dan da-
pat memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan sebagai individu dan juga
sebagai makhluk sosial (Ramayulis, 2005: 50).
Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik adalah
kemampuan guru mengelola pembelajaran, kompetensi kepribadian adalah
kemampuan guru dalam bertutur kata dan bertingkah laku yang mulia da-
lam melaksanakan tugasnya, dan profesionalisme guru adalah kemampuan
43
guru dalam melaksanakan tugas dengan professional dan bertanggung-
jawab sehingga mampu menghantarkan peserta didik hidup mandiri. Un-
tuk menjadi seorang guru yang profesional maka seorang guru harus mem-
punyai kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian yang baik. De-
ngan demikian kompetensi pedagogik, kempetensi kepribadian memiliki
hubungan signifikan dengan profesionalisme guru.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai hubungan kompetensi pedagogik, kompetensi ke-
pribadian dan profesionalisme guru telah banyak dilakukan. Berikut ini akan
diuraikan penelitian-penelitian yang sudah ada, yang berkaitan dengan peneli-
tian yang sudah dilakukan.
Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Dian Maya Shofi-
ana. Hasil yang didapatkan adalah terdapat hubungan positif dan signifikan
antara profesionalisme guru dalam bidang studi Fiqih dengan prestasi
belajar siswa di MTs Al-Jamiiíah Tegallega Cidolog Sukabumi. Kontribusi
profesionalisme guru Fiqih terhadap prestasi belajar siswa adalah 50%. Dengan
kata lain, prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamiiíah Tegallega Cidolog Suka-
bumi ditentukan atau dipengaruhi oleh tingkat profesionalisme guru seba-
nyak 50%, dan 50% lagi ditentukan oleh faktor yang lain.
Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilaksanakan oleh Parmi-
ningsih dengan judul “Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah sebagai
supervisor dengan kompetensi profesional guru di MIM Jogosetran, Kalikotes,
44
Klaten. Hasil yang diperoleh adalah kepemimpinan kepala sekolah sebagai
supervisor di MI Muhammadiyah Jogosetran adalah tergolong cukup. Hal ini
didasarkan pada nilai angket kepemimpinan kepala sekolah sebagai supervisor
di MIM Jogosetran diperoleh skor rata-rata sebesar 69,71. dengan Deviasi
Standar sebesar 3,66, dan bila disubstitusikan angket kepemimpinan kepala
sekolah sebagai supervisor di MI Muhammadiyah Jogosetran tergolong cukup
(42%). Kompetensi profesional guru di MI Muhammadiyah Jogosetran adalah
tergolong cukup. Hal ini dapat dilihat dari skor nilai angket kompetensi pro-
fesional guru diperoleh skor rata-rata sebesar 60,57. Deviasi Standarnya diper-
oleh sebesar 3,60 dan bila disubstitusikan dalam rumus dan dimasukkan ke da-
lam tabel akan diperoleh 57% kompetensi profesional guru terkategori cukup.
Antara kepemimpinan kepala sekolah sebagai supervisor dengan kompetensi
professional guru terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Hal ini terbuk-
ti dari analisa statistik bahwa diketahui bahwa rxy atau r0 yang diperoleh ada-
lah = 0,960, sedangkan taraf signifikansi 5 % dan 1 % adalah 0,754 dan
0,874. Sedangkan berdasarkan nilai t hitung = t xy = 7,68 dan nilai t tabel = 2,57
(taraf 5 %) dan 4,03 (taraf 1 %), maka t hitung > t tabel, Dengan demikian Hipo-
tesa Nol Ditolak, sedangkan Hipotesa Alternatif diterima, sehingga diperoleh
keputusan uji, bahwa antara kepemimpinan kepala sekolah sebagai supervisor
dan kompetensi profesional guru terdapat hubungan positif yang signifikan.
Penelitian yang berhubungan dengan kompetensi pedagogik dilakukan
oleh Oun Khomsatun yang berjudul “Strategi pengembangan kompetensi peda-
45
gogik guru di SMP Islam Hidayatullah Semarang”. Hasil yang dikemukakan
adalah 1) Kompetensi pedagogik guru merupakan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berba-
gai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik guru SMP Islam Hi-
dayatullah Semarang dapat dikatakan cukup, secara umum guru SMP Is-
lam Hidayatullah Semarang telah berusaha menerapkan sepuluh indikator
kompetensi pedagogik, guru SMP Islam Hidayatullah Semarang telah me-
nyiapkan RPP setiap kali akan mengajar, RPP telah sesuai dengan standar kuri-
kulum yang telah ditetapkan, menggunakan strategi atau pendekatan yang
sesuai, pemanfaatan media mengaktifkan siswa, menguasai materi, penilaian
proses dan hasil. 2) Adapun analisis yang digunakan SMP Islam Hidayatu-
llah Semarang untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru di SMP Islam
Hidayatullah Semarang menggunakan analisis SWOT yaitu: Strengths, Weak-
ness, Opportunity, Threats (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman).
Dari hasil analisis ini menyatakan bahwa kelemahan yang ada di SMP Is-
lam Hidayatullah Semarang adalah wawasan profesionalitas guru dan fasi-
litas pendukung proses pendidikan belum memadai sehingga masih dibu-
tuhkan pengembangan baik dari segi profesionalitas dan wawasan guru
maupun fasilitas pendukung proses pendidikan. 3) Sedangkan strategi yang
dilaksanaan untuk pengembangan profesionalitas guru pada kompetensi pe-
dagogik di SMP Islam Hidayatullah Semarang menggunakan pendidikan
46
dan pelatihan yang berbentuk: MGMP, workshop, seminar, diskusi, pela-
tihan implementasi kurikulum 2006 dan pelatihan classroom management.
Sedangkan yang berbentuk pelatihan dan pelaksanaan tugas yaitu: pelatih-
an pembuatan silabus dan RPP, pelatihan quantum teaching, dan pelatihan
student active learning.
Berdasarkan beberapa kajian hasil penelitian yang telah ada, peneliti be-
lum menemukan judul penelitian yang sama dengan yang akan peniliti ajukan
yaitu hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
dengan profesionalisme guru. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengeta-
hui hubungan kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru, hubungan
kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru, hubungan kompetensi
pedagogik dan kompetensi kepribadian bersama-sama dengan profesionalisme
guru. Sebagaimana penelitian sebelumnya, diharapkan penelitian ini membe-
rikan gambaran bagi dunia pendidikan akan pentingnya kompetensi pedagogik
dan kompetensi kepribadian hubungannya dengan profesionalisme guru, yang
selanjutnya berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian
masalah yang diangkat dalam penelitian ini terdapat hal yang baru.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori, dapat dirumuskan kerangka berpikir sebagai
berikut:
1. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru.
Kompetensi adalah kemampuan guru untuk mengelola pembe-
lajaran dengan memahami karakteristik peserta didik, perencanaan dan
47
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki-
nya. Kompetensi pedagogik merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi baik buruknya profesionalisme seorang guru.
Kompetensi pedagogik akan membantu meningkatkan profesio-
nalisme guru sebagai tenaga pendidik yang menguasai peserta didik, meto-
de dan materi pembelajaran dalam menghantarkan peserta didik menjadi
seorang yang mandiri. Berdasarkan uraian tersebut diduga kompetensi
pedagogik memiliki hubungan yang signifikan dengan profesionalisme
guru.
2. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru.
Kompetensi kepribadian adalah suatu kemampuan seseorang da-
lam bersikap, bertingkah laku, bertutur kata berjiwa besar serta tanggung-
jawab. Kompetensi kepribadian akan tercermin dalam tindakan, tingkah
laku sebagai akhlakul karimah seorang guru yang akan menentukan nilai
diri guru tersebut. Kompetensi kepribadian merupakan salah satu faktor
penting baik buruknya profesionalisme seorang guru.
Kompetensi kepribadian akan membentuk mental dan moral se-
orang guru dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai tenaga
profesional yang menjadi panutan peserta didik. Berdasarkan uraian ini
diduga kompetensi kepribadian memiliki hubungan yang signifikan
dengan profesionalisme guru.
48
3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
dengan profesionalisme guru.
Kompetensi pedagogik akan membantu meningkatkan profesiona-
lisme guru sebagai tenaga pendidik yang menguasai peserta didik, metode
dan materi pembelajaran dalam menghantarkan peserta didik menjadi seo-
rang yang mandiri, sedangkan kompetensi kepribadian akan membentuk
mental dan moral seorang guru dalam menjalankan tugas dan kewajiban-
nya sebagai tenaga profesional yang menjadi panutan peserta didik.
Profesionalisme guru menuntut seorang guru untuk menguasai ti-
dak hanya satu kompetensi saja melainkan beberapa kompetensi harus di-
kuasai oleh seorang guru. Diantara kompetensi tersebut adalah kompetensi
pedagogik dan kompetensi kepribadian.
Dari uraian di atas, dimungkinkan kompetensi pedagogik dan
kompetensi kepribadian memiliki hubungan yang signifikan dengan
profesionalisme guru.
Dari pemikiran di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
49
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dapat diajukan hipotesis sebagai beri-
kut:
1. Ada hubungan yang signifikan antara kompetensi pedagogik dengan pro-
fesionalisme guru.
2. Ada hubungan yang signifikan antara kompetensi kepribadian dengan pro-
fesionalisme guru.
3. Ada hubungan yang signifikan antara kompetensi pedagogik dan kom-
petensi kepribadian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Berhasil dan tidaknya suatu penelitian dalam usaha menguji
kebenaran suatu hipotesis sangat tergantung pada ketetapan dalam
menentukan metode yang digunakan. Kesalahan dalam menentukan
metode akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Sehubungan demgan hal tersebut, maka dalam bab ini diuraikan masalah-
masalah yang berhubungan dengan metode yang akan digunakan dalam
tesis ini.
Penelitian dapat berjalan dengan lancar, baik, benar, dan dapat
dipercaya apabila menggunakan cara-cara tertentu. Metode merupakan
cara yang digunakan peneliti dapat dilaksanakan dengan cara terencana,
sistematis dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
“Metode Penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitian” (Arikunto, 2006 : 136). “Metode
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2007 : 2).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian adalah suatu cara pelaksanaan penelitian keilmuan dalam
rangka mendapatkan atau mengumpulkan fakta-fakta yang mendukung
tercapainya tujuan penelitian.
51
Penelitian ini adalah kuantitatif. Sedangkan berdasarkan sifat
pengumpulan data yaitu pengumpulan data dengan menggunakan
instrumen kuesioner yaitu angket, maka penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif untuk mencari hubungan antara kompetensi
pedagogik dan kompetensi kepribadan dengan profesionalisme guru.
Penelitian ini termasuk kuantitatif korelasional (correlation design).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di MI Kecamatan Kalikotes.
Penelitian ini dilaksanakan karena profesionalisme guru masih relatif
rendah menimbulkan keinginan untuk mengetahui sejauh mana
hubungan kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan
profesionalisme guru MI di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten.
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian ini adalah bulan Agustus 2013 –
Januari 2014. Rincian perkiraan waktu penelitian tersebut seperti pada
tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
Alokasi Waktu Penelitian
No Kegiatan Waktu
1. Pengajuan Judul September 2013
2 Penyusunan Proposal dan Oktober 2013
52
penyusunan instrumen penelitian
3 Uji coba instrumen penelitian Minggu ke-1 Desember 2013
4 Analisis hasil uji coba penelitian Minggu ke-2 Desember 2013
5 Pengumpulan data penelitian Minggu ke-3 Desember 2013
6 Analisis data penelitian Minggu ke-3 Desember 2013
7 Penyusunan tesis Minggu ke-4 Desember 2013
– Januari 2014
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk menarik kesimpulan (Sugiyono, 2007: 80),
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di MI se Kecamatan
Kalikotes. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Populasi dan Sampel Penelitian
No Asal Sekolah Populasi
1. MI Muhammadiyah Jogosetran 10
2. MI Muhammadiyah Tambong 12
3. MI Muhammadiyah Jimbung 12
Jumlah 34
53
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representatif (mewakili)” (Sugiyono, 2007:80).
Dikarenakan jumlah populasi yang tidak terlalu besar maka
penelitian ini mengambil sampel dalam penelitian ini karena idealnya kita
harus menyelidiki keseluruhan populasi itu (Nasution, 2006: 86). Sampel
penelitian ini adalah seluruh populasi yang berjumlah 34 orang. Adapun
teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total
sampling yaitu pengambilan data dilakukan pada seluruh individu dalam
populasi untuk diberi kesempatan yang sama untuk menjadi sampel
penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data variabel
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan profesionalisme
guru. Data ketiga variabel tersebut dikumpulkan dengan teknik
pengumpulan data dengan menggunakan angket. Untuk lebih jelasnya
berikut peneliti uraikan mengenai teknik pengumpulan data dari masing-
masing variabel tersebut:
1. Kompetensi Pedagogik
a. Alat ukur
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kompetensi
peda-gogik menggunakan angket (kuesioner) merupakan
54
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya (Sugiyono, 2007: 195).
b. Aturan
Pemberian skor pada jawaban responden untuk kompetensi
pedagogik antara lain, skor 5 (lima) jika menjawab selalu (SL),
skor 4 (empat) jika responden menjawab sering (SR), skor 3 (tiga)
jika responden menjawab kadang (KD), skor 2 (dua) jika
responden menjawab jarang (JR) dan skor 1 (satu) jika responden
menjawab tidak pernah (TP).
c. Responden uji coba.
Sebagai responden uji coba instrumen adalah guru MI
Kecamatan Kalikotes dengan jumlah guru sebanyak 100 orang.
d. Definisi konseptual
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya
e. Definisi operasional
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pem-belajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
55
terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Kompetensi pedagogik sebagai kemampuan untuk
mengelola pembelajaran dengan indikator yang mengacu kepada
Permendiknas nomor 17 tahun 2007, yaitu: (1) menguasai
karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, piritual,
sosial, kultural, emosional dan intelektual; (2) menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3)
mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
yang diampu; (4) menyelenggarakan pembelajaran yang
mendidik; (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komuni-
kasi untuk kepentingan pembelajaran; (6) memfasilitasi pengem-
bangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki; (7) berkomunikasi secara efektif, empatik
dan santun dengan peserta didik; (8) menyelenggarakan
penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (9) memanfaatkan
hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran;
(10) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
f. Kisi-kisi kompetensi pedagogik
Berdasarkan definisi operasional disusunlah kisi-kisi
sebagai berikut :
56
Tabel 3.3.
Kisi-kisi angket kompetensi pedagogik
No Indikator Nomor Butir Jumlah
1. Menguasai karakteristik peserta didik
dari aspek fisik, moral, piritual, sosial,
kultural, emosional dan intelektual.
16, 17, 18, 19,
20, 21,
6
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-
prinsip pembelajaran yang mendidik.
7, 8, 22, 23,
30, 32, 41,
7
3. Mengembangkan kurikulum yang
terkait dengan mata pelajaran yang
diampu.
1, 2, 3, 4, 5, 6,
9, 10, 11, 13,
10
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang
mendidik.
14, 15, 24, 27,
29, 31, 48
7
5. Memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
25, 1
6. Memfasilitasi pengembangan potensi
peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki.
26, 33, 38,49 4
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik
dan santun dengan peserta didik.
12, 40, 44,48 4
8. Menyelenggarakan penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar.
34,35, 36, 37,
42,
5
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
43, 45, 46, 47, 4
10. Melakukan tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran. 28, 39
2
Jumlah 50
57
g. Butir angket kompetensi pedagogik
Berdasarkan kisi-kisi kompetensi pedagogik dapat dituliskan
butir-butir angket kompetensi pedagogik. Adapun butir-butir
angket terlampir.
h. Uji Coba
1) Uji Validitas
Pengertian valid adalah menurut cara yang semes-
tinya, berlaku, sahih. Validitas adalah sifat benar menurut
bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum
(Dendy, 2008: 1258).
Instrumen yang valid berarti alat ukut yang digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2007: 121).
Untuk menguji validitas instrumen, peneliti meng-
gunakan proses validasi logis, yaitu dengan cara berhati-hati
sejak awal penyusunan instrumen, yakni memecah variabel
menjadi sub variabel/indikator-indikator yang dijabarkan
menjadi pertanyaan-pertanyaan.
Di samping dengan validasi logis, peneliti melakukan
uji validitas dengan cara membandingkan nilai koefisien
korelasi product moment dengan nilai rtabel. Dan untuk
58
menentukan nilai koefisien korelasi Product Moment
menggunakan rumus :
2222 YYNXXN
YXXYNXY
rXY= Koefisien Korelasi skor butir( X) dengan skor total (Y)
X = Skor item / skor butir
Y = Skor total
N = Banyaknya subyek penelitian
Kriteria yang digunakan dalam penentuan baik dan
tidaknya instrumen penelitian adalah validitas dan reliabilitas.
Jika N = 50 dan = 5 % (0,05), yaitu 0,273 Apabila rXY >
rtabel, maka butir item tersebut valid, dan sebaliknya apabila
rXY < rtabel, maka butir item tersebut tidak valid, maka butir
soal tersebut tidak digunakan.
Berdasarkan hasil uji coba Angket (variabel
kompetensi pedagogik) sebagaimana tercantum pada
lampiran 1-2, maka butir soal dengan rhitung kurang dari rtabel
(0,273) berarti tidak valid sehingga butir soal yang tidak valid
dibuang atau tidak digunakan. Butir soal dengan rhitung lebih
dari rtabel (0,273) berarti butir soal valid sehingga butir soal
yang dapat digunakan. Adapun butir soal yang tidak
digunakan atau dibuang adalah butir soal nomor 8, 12, 25, 28,
32 dan 41.
59
Secara rinci hasil uji validitas dapat disajikan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Angket Kompetensi Pedagogik
Butir
Instrumen
rhitung rtabel Keterangan
1. 0,690 0,273 valid
2. 0,448 0,273 valid
3. 0,291 0,273 valid
4. 0,283 0,273 valid
5. 0,294 0,273 valid
6. 0,436 0,273 valid
7. 0,295 0,273 valid
8. 0,006 0,273 tidak valid
9. 0,557 0,273 valid
10. 0,327 0,273 valid
11. 0,788 0,273 valid
12. 0,015 0,273 tidak valid
13. 0,336 0,273 valid
14. 0,587 0,273 valid
15. 0,690 0,273 valid
16. 0,456 0,273 valid
17. 0,527 0,273 valid
18. 0,629 0,273 valid
19. 0,562 0,273 valid
20. 0,707 0,273 valid
21. 0,289 0,273 valid
22. 0,448 0,273 valid
23. 0,289 0,273 valid
24. 0,283 0,273 valid
25. 0,056 0,273 tidak valid
26. 0,436 0,273 valid
27. 0,286 0,273 valid
28. 0,030 0,273 tidak valid
29. 0,557 0,273 valid
30. 0,310 0,273 valid
31. 0,788 0,273 valid
32. 0,058 0,273 tidak valid
33. 0,336 0,273 valid
34. 0,587 0,273 valid
35. 0,690 0,273 valid
36. 0,456 0,273 valid
60
37. 0,527 0,273 valid
38. 0,629 0,273 valid
39. 0,562 0,273 valid
40. 0,707 0,273 valid
41. 0,015 0,273 tidak valid
42. 0,336 0,273 valid
43. 0,587 0,273 valid
44. 0,690 0,273 valid
45. 0,335 0,273 valid
46. 0,527 0,273 valid
47. 0,629 0,273 valid
48. 0,562 0,273 valid
49. 0,707 0,273 valid
50. 0,629 0,273 valid
2) Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digu-nakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama,
akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2007: 121).
Untuk mencari reliabilitas instrumen, penelitian ini
menggunakan metode Alpha Cronbach dengan rumus
sebagai berikut :
2
1
2
111
1
b
k
kr
r11= rXY= Koefisien korelasi skor butir (X) dengan skor
total (Y)
k = Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
2
b = jumlah varians butir
2
1 = varians total
Untuk menentukan varians butir dengan rumus:
N
N
XX
2
2
2
61
Keterangan :
2 = varians butir
X = jumlah skor perolehan butir
N = jumlah responden
Sedangkan untuk menghitung varians total, dengan rumus :
2
1 =
N
N
XX
2
2
Keterangan :
2
1 = varians total
X = Jumlah skor total
N = jumlah responden
Untuk menentukan keputusan uji, akan menginterpres-
tasikan nilai r = rXY sebagai berikut :
Jika 0,8< r <1,0 maka reliabilitas instrumen adalah sangat
tinggi.
Jika 0,6< r <0,79 maka reliabilitas instrumen adalah tinggi
Jika 0,4< r <0,59 maka reliabilitas instrumen adalah sedang
Jika 0,2< r <0,39 maka reliabilitas instrumen adalah rendah
Jika 0,0< r <0,19 maka reliabilitas instrumen adalah sangat
rendah.
Hasil uji reliabilitas angket kompetensi pedagogik
didapatkan dengan bantuan SPSS for window 18. Hasil
reliabilitas menunjukkan bahwa angket kompetensi
62
pedagogik mempunyai tingkat reliabilitas 0,756, jika
diinterpretasikan maka reliabilitas angket kompetensi
pedagogik termasuk kategori tinggi.
2. Kompetensi kepribadian
a. Alat ukur
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kompetensi
kepri-badian menggunakan angket (kuesioner) merupakan pe-
ngumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya (Sugiyono, 2007: 195).
b. Aturan
Pemberian skor pada jawaban responden untuk kompetensi
ke-pribadian antara lain, skor 5 (lima) jika menjawab selalu (SL),
skor 4 (empat) jika responden menjawab sering (SR), skor 3 (tiga)
jika responden menjawab kadang (KD), skor 2 (dua) jika
responden menjawab jarang (JR) dan skor 1 (satu) jika responden
menjawab tidak pernah (TP).
c. Responden uji coba.
Sebagai responden uji coba instrumen adalah guru SD/MI
Kecamatan Kalikotes dengan jumlah guru sebanyak 100 orang.
d. Definisi konseptual
Kompetensi kepribadian merupakan salah satu jenis
kompetensi yang perlu dikuasai guru, selain 3 jenis kompetensi
63
lainnya: sosial, pedagogik, dan profesional. Kompetensi
kepribadian adalah kemampuan yang melekat dalam diri pendidik
secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi
teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia
e. Definisi operasional
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang melekat
dalam diri pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa menjadi teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia.
Kompetensi kepribadian sebagai akhlak mulia guru mencakup
indikator-indikator (1) bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia; (2)
menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (3) menampilkan
diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, (4) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang
tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, (5)
menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
f. Kisi-kisi kompetensi kepribadian
Berdasarkan definisi operasional maka disusunlah kisi-kisi
kompetensi kepribadian sebagai berikut :
64
Tabel 3.5
Kisi-kisi angket kompetensi kepribadian
No Indikator Nomor Butir Jumlah
1. Bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia;
1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9, 10,
19,
11
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang
jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat;
11, 12, 13,
14, 15, 16,
17, 24, 38,
39, 40, 41, 42
13
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa
21, 22, 23,
27, 31, 32
6
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung
jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri,
18, 20, 25,
28, 29, 30,
33,
7
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi
guru,
26, 34, 35,
36,37,
5
Jumlah 42
g. Butir angket kompetensi kepribadian
Berdasarkan kisi-kisi kompetensi kepribadian dapat dituliskan
butir-butir angket kompetensi kepribadian. Adapun butir-butir angket
terlampir.
h. Uji Coba
Instrumen kompetensi kepribadian diuji validitas dan
realibititas dengan tujuan untuk menganalisis instrumen yang disusun
65
valid, yang kemudian dijadikan sebagai dasar penggunaan instrumen
sebagai alat pengumpulan data penelitian.
1) Uji Validitas
Pengertian valid adalah menurut cara yang semestinya,
ber-laku, sahih. Validitas adalah sifat benar menurut bahan bukti
yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum (Dendy, 2008:
1258).
Instrumen yang valid berarti alat ukut yang digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur (Sugiyono, 2007: 121).
Untuk menguji validitas instrumen, penelitian ini meng-
gunakan proses validasi logis, yaitu dengan cara berhati-hati
sejak awal penyusunan instrumen, yakni memecah variabel
menjadi sub variabel/indikator-indikator yang dijabarkan menja-
di pertanyaan-pertanyaan.
Disamping dengan validasi logis, dilakukan uji validitas
dengan cara membandingkan nilai koefisien korelasi product
moment dengan nilai rtabel. Dan untuk menentukan nilai koefisien
korelasi Product Moment menggunakan rumus :
2222 YYNXXN
YXXYNXY
66
rXY= Koefisien Korelasi skor butir( X) dengan skor total ( Y )
X = Skor item / skor butir
Y = Skor total
N = Banyaknya subyek penelitian
Kriteria yang digunakan dalam penentuan baik dan
tidaknya instrumen penelitian adalah validitas dan reliabilitas.
Jika N = 42 dan = 5 % (0,05), yaitu 0,304. Apabila rXY >
rtabel, maka butir item tersebut valid, dan sebaliknya apabila rXY
< rtabel, maka butir item tersebut tidak valid, maka butir soal
tersebut tidak digunakan.
Berdasarkan hasil uji coba Angket (variabel kompetensi
kepribadian) sebagaimana tercantum pada lampiran 2-2, maka
butir soal dengan rhitung kurang dari rtabel (0,304) berarti tidak
valid sehingga butir soal yang tidak valid dibuang atau tidak
digunakan. Butir soal dengan rhitung lebih dari rtabel (0,304)
berarti butir soal valid sehingga butir soal yang dapat
digunakan. Adapun butir soal yang tidak digunakan atau
dibuang adalah butir soal nomor 7 dan 27.
Secara rinci hasil uji validitas dapat disajikan dalam tabel
berikut ini:
67
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Angket Kompetensi Kepribadian
Butir Instrumen rhitung rtabel Keterangan
1. 0,337 0,304 valid
2. 0,337 0,304 valid
3. 0,348 0,304 valid
4. 0,351 0,304 valid
5. 0,316 0,304 valid
6. 0,565 0,304 valid
7. 0,018 0,304 tidak valid
8. 0,302 0,304 valid
9. 0,622 0,304 valid
10. 0,341 0,304 valid
11. 0,739 0,304 valid
12. 0,326 0,304 valid
13. 0,307 0,304 valid
14. 0,403 0,304 valid
15. 0,576 0,304 valid
16. 0,530 0,304 valid
17. 0,346 0,304 valid
18. 0,385 0,304 valid
19. 0,387 0,304 valid
20. 0,517 0,304 valid
21. 0,320 0,304 valid
22. 0,535 0,304 valid
23. 0,382 0,304 valid
24. 0,340 0,304 valid
25. 0,358 0,304 valid
26. 0,565 0,304 valid
27. 0,048 0,304 tidak valid
28. 0,319 0,304 valid
29. 0,622 0,304 valid
30. 0,341 0,304 valid
31. 0,739 0,304 valid
32. 0,317 0,304 valid
33. 0,306 0,304 valid
34. 0,403 0,304 valid
35. 0,576 0,304 valid
36. 0,530 0,304 valid
37. 0,312 0,304 valid
38. 0,519 0,304 valid
39. 0,387 0,304 valid
40. 0,517 0,304 valid
41. 0,330 0,304 valid
42. 0,318 0,304 valid
68
2) Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama,
akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2007: 121).
Untuk mencari reliabilitas instrumen, penelitian ini
menggunakan metode Alpha Cronbach dengan rumus sebagai
berikut :
2
1
2
111
1
b
k
kr
r11= rXY= Koefisien korelasi skor butir (X) dengan skor total
(Y)
k = Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
2
b = jumlah varians butir
2
1 = varians total
Untuk menentukan varians butir dengan rumus:
N
N
XX
2
2
2
Keterangan :
2 = varians butir
X = jumlah skor perolehan butir
N = jumlah responden
Sedangkan untuk menghitung varians total, dengan rumus :
69
2
1 =
N
N
XX
2
2
Keterangan :
2
1 = varians total
X = Jumlah skor total
N = jumlah responden
Untuk menentukan keputusan uji, langkah selanjutnya meng-
interprestasikan nilai r = rXY sebagai berikut :
Jika 0,8< r <1,0 maka reliabilitas instrumen adalah sangat
tinggi.
Jika 0,6< r <0,79 maka reliabilitas instrumen adalah tinggi
Jika 0,4< r <0,59 maka reliabilitas instrumen adalah sedang
Jika 0,2< r <0,39 maka reliabilitas instrumen adalah rendah
Jika 0,0< r <0,19 maka reliabilitas instrumen adalah sangat
rendah
Hasil uji reliabilitas angket kompetensi kepribadian
didapatkan dengan bantuan SPSS for window 18. Hasil
reliabilitas menunjukkan bahwa angket kompetensi
kepribadian mempunyai tingkat reliabilitas 0,725. Berdasarkan
interprestasi yang telah dikemukakan, maka instrumen variabel
kompetensi kepribadian reliabilitasnya tinggi.
70
3. Profesionalisme Guru
a. Alat ukur
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kompetensi
kepri-badian menggunakan angket (kuesioner) merupakan
pengumpulan da-ta yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau per-nyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2007: 195).
b. Aturan
Pemberian skor pada jawaban responden untuk
kompetensi kepribadian antara lain, skor 5 (lima) jika menjawab
selalu (SL), skor 4 (empat) jika responden menjawab sering (SR),
skor 3 (tiga) jika responden menjawab kadang (KD), skor 2 (dua)
jika responden menjawab jarang (JR) dan skor 1 (satu) jika
responden menjawab tidak pernah (TP).
c. Responden uji coba.
Sebagai responden uji coba instrumen adalah guru
SD/MI Kecamatan Kalikotes dengan jumlah guru sebanyak 100
orang.
d. Definisi konseptual
Profesionalisme guru adalah bahwa guru harus
mempunyai pengetahuan yang luas serta subject matter (bidang
studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam
71
arti memiliki metode yang tepat serta mampu menggunakannya
dalam proses belajar mengajar
e. Definisi operasional
Profesionalisme guru adalah guru yang melaksanakan
tugas keguruan dengan kemampuan tinggi sebagai sumber
kehidupan, maka untuk menunjang profesi tersebut dibutuhkan
suatu teori atau penguasaan pengetahuan (kemampuan) mengenai
bidang tertentu, meliputi aspek motivasi pengembangan dan
inovasi, aspek kegiatan belajar mengajar dan aspek sikap dan
perilaku.
f. Kisi-kisi profesionalisme guru
Berdasarkan definisi operasional dapat dijabarkan dalam
indikator-indikator variabel. Adapun kisi-kisi profesionalisme
guru sebagai berikut :
Tabel 3.4.
Kisi-kisi angket profesionalisme guru
No Indikator Nomor Butir Jumlah
1. Motivasi Pengembangan
dan inovasi 1, 2, 3, 4, 5, 5
2. Kegiatan belajar mengajar
6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17, 18,
19, 20, 21, 22,
17
3. Sikap dan perilaku
23, 24, 25, 26, 27, 28,
29, 30, 31, 32, 33, 34,
35
13
Jumlah 35
72
g. Butir angket profesionalisme guru
Berdasarkan kisi-kisi profesionalisme guru dapat dituliskan butir-
butir angket profesionalisme guru. Adapun butir-butir angket
terlampir.
h. Uji Coba
Instrumen profesionalisme guru diuji validitas dan realibititas
dengan tujuan untuk menganalisis instrumen yang disusun valid,
yang kemudian dijadikan sebagai dasar penggunaan instrumen
sebagai alat pengumpulan data penelitian.
1) Uji Validitas
Pengertian valid adalah menurut cara yang
semestinya, berlaku, sahih. Validitas adalah sifat benar
menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan
hukum (Dendy, 2008: 1258).
Instrumen yang valid berarti alat ukut yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2007:
121).
Untuk menguji validitas instrumen, penelitian ini
menggunakan proses validasi logis, yaitu dengan cara berhati-
hati sejak awal penyusunan instrumen, yakni memecah
73
variabel menjadi sub variabel/indikator-indikator yang
dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan.
Disamping dengan validasi logis, dilakukan uji
validitas dengan cara membandingkan nilai koefisien korelasi
product moment dengan nilai rtabel. Dan untuk menentukan
nilai koefisien korelasi Product Moment menggunakan rumus
:
2222 YYNXXN
YXXYNXY
rXY= Koefisien Korelasi skor butir( X) dengan skor total ( Y
)
X = Skor item / skor butir
Y = Skor total
N = Banyaknya subyek penelitian
Kriteria yang digunakan dalam penentuan baik dan
tidak-nya instrumen penelitian adalah validitas dan
reliabilitas. Jika N = 35 dan = 5 % (0,05), yaitu 0,344.
Apabila rXY > rtabel, maka butir item tersebut valid, dan
sebaliknya apabila rXY < rtabel, maka butir item tersebut
tidak valid, maka butir soal tersebut tidak digunakan.
Berdasarkan hasil uji coba Angket (variabel
profesionalisme guru) sebagaimana tercantum pada lampiran
3-2, maka butir soal dengan rhitung kurang dari rtabel (0,344)
berarti tidak valid sehingga butir soal yang tidak valid
74
dibuang atau tidak digunakan. Butir soal dengan rhitung lebih
dari rtabel (0,344) berarti butir soal valid sehingga butir soal
yang dapat digunakan. Hasil uji validitas angket
profesionalisme guru adalah didapati semua butir soal
dinyatakan valid sehingga tidak ada butir soal yang dibuang.
Secara rinci hasil uji validitas dapat disajikan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Angket Profesionalisme Guru
Butir
Instrumen
rhitung rtabel Keterangan
1. 0,362 0,344 valid
2. 0,349 0,344 valid
3. 0,351 0,344 valid
4. 0,362 0,344 valid
5. 0,345 0,344 valid
6. 0,687 0,344 valid
7. 0,494 0,344 valid
8. 0,359 0,344 valid
9. 0,666 0,344 valid
10. 0,348 0,344 valid
11. 0,353 0,344 valid
12. 0,656 0,344 valid
13. 0,434 0,344 valid
14. 0,353 0,344 valid
15. 0,348 0,344 valid
16. 0,347 0,344 valid
17. 0,379 0,344 valid
18. 0,363 0,344 valid
19. 0,533 0,344 valid
20. 0,570 0,344 valid
21. 0,351 0,344 valid
22. 0,347 0,344 valid
23. 0,376 0,344 valid
24. 0,421 0,344 valid
25. 0,533 0,344 valid
75
26. 0,519 0,344 valid
27. 0,361 0,344 valid
28. 0,359 0,344 valid
29. 0,649 0,344 valid
30. 0,494 0,344 valid
31. 0,366 0,344 valid
32. 0,666 0,344 valid
33. 0,349 0,344 valid
34. 0,355 0,344 valid
35. 0,402 0,344 valid
2) Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama,
akan meng-hasilkan data yang sama (Sugiyono, 2007: 121).
Untuk mencari reliabilitas instrumen, penelitian ini
menggunakan metode Alpha Cronbach dengan rumus sebagai
berikut :
2
1
2
111
1
b
k
kr
r11= rXY= Koefisien korelasi skor butir (X) dengan skor total
(Y)
k = Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
2
b = jumlah varians butir
2
1 = varians total
Untuk menentukan varians butir dengan rumus:
76
N
N
XX
2
2
2
Keterangan :
2 = varians butir
X = jumlah skor perolehan butir
N = jumlah responden
Sedangkan untuk menghitung varians total, dengan rumus :
2
1 =
N
N
XX
2
2
Keterangan :
2
1 = varians total
X = Jumlah skor total
N = jumlah responden
Untuk menentukan keputusan uji, langkah selanjutnya meng-
interprestasikan nilai r = rXY sebagai berikut :
Jika 0,8< r <1,0 maka reliabilitas instrumen adalah sangat
tinggi.
Jika 0,6< r <0,79 maka reliabilitas instrumen adalah tinggi
Jika 0,4< r <0,59 maka reliabilitas instrumen adalah sedang
Jika 0,2< r <0,39 maka reliabilitas instrumen adalah rendah
Jika 0,0< r <0,19 maka reliabilitas instrumen adalah sangat
rendah
77
Hasil uji reliabilitas angket profesionalisme guru didapatkan
dengan bantuan SPSS for window 18. Hasil reliabilitas
menunjukkan bahwa angket profesionalisme guru mempunyai
tingkat reliabilitas 0,665. Berdasarkan interprestasi yang telah
dikemukakan, maka instrumen variabel profesionalisme guru
reliabilitasnya tinggi.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data meliputi uji asumsi dan uji hipotesis sebagai berikut:
1. Uji Asumsi
a. Data berdistribusi normal
Uji normalitas merupakan pengujian apakah dalam sebuah
regresi variabel dependen, variabel independen, atau keduanya
mempu-nyai distribusi normal atau mendekati normal. Untuk
menggunakan uji normalitas Liliefors.
1) Jika Lhitung < Ltabel maka Ho diterima berarti distribusi
sebenar-nya tidak normal.
2) Jika Lhitung > Ltabel maka Ho ditolak berarti distribusi
sebenar-nya tidak normal.
b. Regresinya linear dan signifikan
Uji linieritas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model
persamaan yang kita peroleh cocok atau tidak. Adapun perhi-
tungannya adalah sebagai berikut :
78
Ftabel = (1- ) (k-2;N,k)
Menghitung :
Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak berarti persamaannya tidak
linier.
Jika Fhitung < Ftabel , maka Ho diterima berarti persamaannya
linier (Sudjana, 1996 : 330 : 337).
c. Variabel bebas independen
Independen variabel bebas diuji menggunakan cara
melihat saling korelasi antar variabel. Dua atau lebih variabel
bebas mempunyai hubungan apabila mereka mempunyai
korelasi minimal 0,80. Jika dua variabel bebas tersebut
mempunyai korelasi minimal maka keduanya mempunyai
variabel yang sama dalam mempengaruhi variabel terikat
sehingga variabel bebas yang mempunyai korelasi lebih
rendah dengan variabel terikat dikeluarkan dari model
(Purwanto, 2008: 290-291).
2. Uji Hipotesis
a. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan professional-
isme guru
Untuk menganalisis data yang ada, penelitian ini akan
menggunakan teknik:
1) Untuk menghitung Angka Indek Korelasi menggunakan
rumus:
79
2222
1
YYNXXN
YXXYNYX
Keterangan :
rXY = Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment
ΣXY = Jumlah dari hasil perkalian antara sekor X dan
sekor Y
ΣX = Jumlah seluruh sekor variabel X
ΣY = Jumlah seluruh sekor variabel Y
N = Number of Cases (Anas, 2003: 193)
2) Untuk menguji Signifikansi Koefisien Korelasi menggu-
nakan rumus :
tXY = 21
2
rXY
nrXY
t xy = Tingkat signifikansi
rxy = Angka indek korelasi
n = Jumlah subyek penelitian
3) Memberikan interprestasi terhadap nilai rXY atau r0
dengan cara berkonsultasi pada Tabel Nilai “r” Product
Moment. dengan memperhitungkan df-nya lebih dahulu,
dengan rumus:
Df = N – nr
Jika rXY atau r0 pada taraf signifikansi 5% dan 1 % sama
besarnya atau lebih besar dengan r tabel atau rt, maka
kedua variabel ada korelasi positif, dan jika perolehan
80
thitung > t tabel, maka pada taraf signifikansi Hipotesa Nol
Ditolak, sedangkan Hipotesa Alternatif diterima, berarti
bahwa memang ada korelasi positif yang signifikan antara
variabel X dan variabel Y.
b. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan professional-
isme guru
Untuk menganalisa data yang ada, penelitian ini
menggunakan teknik:
1) Untuk menghitung Angka Indek Korelasi menggunakan
rumus:
22222
YYNXXN
YXXYNYX
Keterangan :
rX2Y = Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment
ΣXY = Jumlah dari hasil perkalian antara sekor X dan
sekor Y
Σx = Jumlah seluruh sekor variabel X
ΣY = Jumlah seluruh sekor variabel Y
N = Number of Cases (Anas, 2003: 193)
2) Untuk menguji Signifikansi Koefisien Korelasi mengguna-
kan rumus :
t XY = 21
2
rXY
nrXY
t xy = Tingkat signifikansi
rxy = Angka indek korelasi
81
n = Jumlah subyek penelitian
3) Memberikan interprestasi terhadap nilai rXY atau r0 de-
ngan cara berkonsultasi pada Tabel Nilai “r” Product
Moment. dengan memperhitungkan df-nya lebih dahulu,
dengan rumus:
Df = N – nr
Jika rXY atau r0 pada taraf signifikansi 5% dan 1 % sama
besarnya atau lebih besar dengan r tabel atau rt, maka
kedua variabel ada korelasi positif, dan jika perolehan
thitung > t tabel, maka pada taraf signifikansi Hipotesa Nol
Ditolak, sedangkan Hipotesa Alternatif diterima, berarti
bahwa memang ada korelasi positif yang signifikan
anatara variabel X dan variabel Y.
c. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepri-
badian secara bersama-sama dengan profesionalisme guru
Untuk menganalisa data kompetensi pedagogik dan
kompetensi kepribadian dengan peofesionalisme guru, digunakan
teknik:
1) Untuk menghitung Angka Indek Korelasi menggunakan
rumus:
21
2
21212
2
1
2
211
2
xxr
xrxryxryxyxryxrxyx
82
Keterangan :
Ryx1x2 = Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara
bersama-sama dengan variabel y
Ryx1x2 = Jumlah dari hasil perkalian antara sekor X dan
sekor Y
Ryx1x2 = Jumlah seluruh sekor variabel X
Ryx1x2 = Jumlah seluruh sekor variabel Y
N = Number of Cases (Sugiyono, 2007: 191)
2) Untuk menguji Signifikansi Koefisien Korelasi menggunakan
ru-mus :
F h = 1/1
/2
2
knR
kR
R = Koofesiensi korelasi ganda
k = jumlah variabel independen
n = Jumlah subyek penelitian (Sugiyono, 2007: 192)
Dalam hal ini berlaku ketentuan bila Fh lebih besar dari Ft,
maka koofesien korelasi ganda yang diuji adalah signifikan,
yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi.
83
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil menyebar angket kepada
34 guru MI se kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten. Variabel dalam
penelirian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel
bebas yang pertama adalah kompetensi pedagogik dan variabel bebas yang
kedua adalah kompetensi kepribadian. Sedangkan variabel terikat dalam
penelitian ini adalah profesionalisme guru. Data yang telah terkumpul secara
lengkap, kemudian dikelompokkan sesuai dengan proporsinya masing-
masing agar mempermudah dalam penganalisaannya. Setelah semua data
dikelompokkan maka dilakukanlah analisa data.
Hasil penelitian secara terperinci dari masing-masing variabel tersaji
berikut ini:
1. Kompetensi Pedagogik (X1)
Data mengenai kompetensi pedagogik diperoleh dengan menyebar
angket kepada 34 responden guru MI di kecamatan Kalikotes kabupaten
Klaten. Hasil angket menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 178 dan
skor terendah adalah 156. Selanjutnya didapatkan mean sebesar 165,62
dan standar deviasi 6,457 (data perhitungan ada di lampiran).
Berikutnya untuk menentukan kelas interval frekuensi skor dengan
cara nilai tertinggi dikurangi dengan nilai terendah dibagi 5 kelas interval
84
yaitu (178 – 156) : 5 = 4,4 dibulatkan menjadi 5. Berdasarkan hasil
variabel ini dapat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Skor Angket Kompetensi Pedagogik (X1)
No Kelas Interval Frekuensi Persentase (%)
1 176 - 180 2 6
2 171 - 175 7 21
3 166 - 170 7 21
4 161 - 165 10 29
5 156 - 160 8 23
34 100
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa responden yang menjawab kompetensi pedagogik
dengan skor terbanyak adalah 161 – 165 sebanyak 10 responden. Dari
tabel distribusi frekuensi data di atas dapat disajikan dalam grafik berikut:
0
5
10
15
20
25
30
176 - 180
171 - 175
166 - 170
161 - 165
Gambar 4.1
Grafik Kompetensi Pedagogik
Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah
mengklasifikasikan data untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru MI
di kecamatan Kalikotes kabupaten Klaten. Data dikelompokkan dalam tiga
kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun kategori tinggi yaitu
85
jumlah responden yang memiliki total skor lebih besar dari nilai rata-rata
ditambah dengan standar deviasi. Kategori sedang yaitu jumlah responden
yang memiliki total skor di antara nilai rata-rata ditambah dengan standar
deviasi dan nilai rata-rata dikurangi dengan standar deviasi. Sedangkan
kategori rendah yaitu jumlah responden yang memiliki total skor lebih
kecil dari nilai rata-rata ditambah dengan standar deviasi. Tabel berikut ini
adalah hasil perhitungan klasifikasi responden yang menjawab kompetensi
pedagogik.
Tabel 4.2
Kategori Kompetensi Pedagogik (X1) di Kecamatan Kalikotes
No Kelas Interval Kategori Frekuensi Persentase
(%)
1 >172,08 Tinggi 8 23
2 159,16 – 172,08 Sedang 19 56
3 <159,16 Rendah 7 21
Jumlah 34 100
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa skor kompetensi pedagogik guru MI di Kecamatan
Kalikotes Kabupaten Klaten pada umumnya termasuk dalam kategori
sedang mencapai yaitu 56% (19 responden). Sedangkan kategori, tinggi
23% (8 responden) dan rendah sebesar 21% (7 responden). Dari tabel
distribusi frekuensi data di atas dapat disajikan dalam grafik berikut ini:
86
rendah
21%
tinggi
23%
sedang
56%
tinggi sedangrendah
Gambar 4.2
Grafik Kompetensi Pedagogik
2. Kompetensi Kepribadian (X2)
Data mengenai kompetensi kepribadian diperoleh dengan
menyebar angket kepada 34 responden guru MI di kecamatan Kalikotes
kabupaten Klaten. Hasil angket menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah
172 dan skor terendah adalah 150. Selanjutnya didapatkan mean sebesar
159,71 dan standar deviasi 6,436 (data perhitungan ada di lampiran).
Berikutnya untuk menentukan kelas interval frekuensi skor dengan
cara nilai tertinggi dikurangi dengan nilai terendah dibagi 5 kelas interval
yaitu (172 – 150) : 5 = 4,4 dibulatkan menjadi 5. Berdasarkan hasil
variabel ini dapat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi skor angket kompetensi kepribadian (X2)
No Kelas Interval Frekuensi Persentase
(%)
1 170 – 174 2 6
2 165 – 169 7 21
3 160 – 164 7 21
4 155 – 159 10 28
5 150 – 154 8 24
34 100
87
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa responden yang menjawab kompetensi kepribadian
dengan skor terbanyak adalah 155 – 159 sebanyak 10 responden. Dari
tabel distribusi frekuensi data di atas dapat disajikan dalam grafik berikut
ini:
0
5
10
15
20
25
30
Persentase
170 – 174
165 – 169
160 – 164
155 – 159
150 – 154
Gambar 4.3
Grafik Kompetensi Kepribadian
Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah mengklasifika-
sikan data untuk mengetahui kompetensi kepribadian guru MI di
kecamatan Kalikotes kabupaten Klaten. Data dikelompokkan dalam tiga
kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun kategori tinggi yaitu
jumlah responden yang memiliki total skor lebih besar dari nilai rata-rata
ditambah dengan standar deviasi. Kategori sedang yaitu jumlah responden
yang memiliki total skor di antara nilai rata-rata ditambah dengan standar
deviasi dan nilai rata-rata dikurangi dengan standar deviasi. Sedangkan
kategori rendah yaitu jumlah responden yang memiliki total skor lebih
kecil dari nilai rata-rata ditambah dengan standar deviasi. Tabel berikut ini
88
adalah hasil perhitungan klasifikasi responden yang menjawab kompetensi
kepribadian.
Tabel 4.4
Kategori kompetensi kepribadian (X2) di Kecamatan Kalikotes
No Kelas Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 >166,15 Tinggi 8 23
2 153,28 – 166,15 Sedang 19 56
3 <153,28 Rendah 7 21
Jumlah 34 100
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa skor kompetensi kepribadian guru MI di Kecamatan
Kalikotes Kabupaten Klaten pada umumnya termasuk dalam kategori
sedang yaitu 56% (19 responden). Sedangkan kategori tinggi mencapai
23% (8 responden), dan kategori rendah sebesar 21% (7 responden). Dari
tabel distribusi frekuensi data dapat disajikan dalam grafik berikut ini:
rendah
21%
sedang
56%
tinggi
23%
tinggi sedangrendah
Gambar 4.4
Grafik Kompetensi Kepribadian
89
3. Profesionalisme Guru
Data mengenai kompetensi profesionalisme guru diperoleh dengan
menyebar angket kepada 34 responden guru MI di kecamatan Kalikotes
kabupaten Klaten. Hasil angket menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah
175 dan skor terendah adalah 150. Selanjutnya didapatkan mean sebesar
164,94 dan standar deviasi 7,071 (data perhitungan ada di lampiran).
Berikutnya untuk menentukan kelas interval frekuensi skor dengan
cara nilai tertinggi dikurangi dengan nilai terendah dibagi 5 kelas interval
yaitu (175 – 150) : 5 = 5. Berdasarkan hasil variabel ini dapat disajikan
dalam tabel berikut :
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Skor Angket Profesionalisme Guru (Y)
No Kelas Interval Frekuensi Persentase (%)
1 170 – 175 9 26
2 165 – 169 12 35
3 160 – 164 6 18
4 155 – 159 4 12
5 150 – 154 3 9
33 100
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik kesim-
pulan bahwa responden yang menjawab angket profesionalisme guru de-
ngan skor terbanyak adalah 165 – 169 sebanyak 12 responden (35%). Dari
tabel distribusi frekuensi data di atas dapat disajikan dalam grafik berikut
ini:
90
0
5
10
15
20
25
30
35
170 – 175
165 – 169
160 – 164
155 – 159
150 – 154
Gambar 4.5
Grafik Profesionalisme Guru
Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah mengklasifi-
kasikan data untuk mengetahui profesionalisme guru MI di kecamatan
Kalikotes kabupaten Klaten. Data dikelompokkan dalam tiga kategori,
yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun kategori tinggi yaitu jumlah
responden yang memiliki total skor lebih besar dari nilai rata-rata
ditambah dengan standar deviasi. Kategori sedang yaitu jumlah responden
yang memiliki total skor di antara nilai rata-rata ditambah dengan standar
deviasi dan nilai rata-rata dikurangi dengan standar deviasi. Sedangkan
kategori rendah yaitu jumlah responden yang memiliki total skor lebih
kecil dari nilai rata-rata ditambah dengan standar deviasi. Tabel berikut ini
adalah hasil perhitungan klasifikasi responden yang menjawab
profesionalisme guru.
91
Tabel 4.6
Kategori Profesionalisme Guru (Y) Di Kecamatan Kalikotes
No Kelas Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 >172,01 Tinggi 7 21
2 157,87 – 172,01 Sedang 21 61
3 <157,87 Rendah 6 18
Jumlah 34 100
Dengan hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa skor profesionalisme guru MI di Kecamatan Kalikotes
Kabupaten Klaten pada umumnya termasuk dalam kategori sedang yaitu
61% (21 responden). Sedangkan kategori tinggi mencapai 21% (7
responden), dan rendah sebesar 18% (6 responden). Dari tabel distribusi
frekuensi data di atas dapat disajikan dalam grafik berikut ini:
sedang
61%
rendah
18% tinggi
21%
tinggi sedangrendah
Gambar 4.6
Grafik Profesionalisme Guru
92
B. Uji Prasyarat Analisis
Penelitian ini menggunakan analisis regresi, sehingga ada persyaratan
yang harus dipenuhi sebelum analisis dilaksanakan. Hal tersebut untuk
memperkecil terjadinya penyimpangan. Persyaratan itu adalah uji normalitas
dan uji linieritas tersebut. Berikut adalah hasil perhitungan masing-masing uji
persyaratan tersebut.
1. Uji Normalitas Data
Uji normalisasi digunakan untuk mengetahui apakah variabel
profesionalisme guru memenuhi kriteria distribusi normal atau tidak.
Penelitian ini menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov (K-S)
dengan bantuan SPSS releas 18 for windows dengan ketentuan jika nilai
signifikansi > 0,05 maka data terdistribusi normal, tetapi jika nilai
signifikansi < 0,05 maka data terdistribusi tidak normal.
Tabel 4.7
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kompetensi Pedagogik .128 34 .173 .941 34 .065
Kompetensi Kepribadian .121 34 .200* .945 34 .084
Profesionalisme Guru .121 34 .200* .937 34 .049
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Hasil pengolahan data K-S tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa :1) data variabel kompetensi pedagogik memiliki nilai signifikansi
93
0,173, karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data dinyatakan
berdistribusi normal, 2) data variabel kompetensi kepribadian memiliki
nilai signifikansi 0,200, karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data
dinyatakan berdistribusi normal, 3) data variabel kompetensi pedagogik
memiliki nilai signifikansi 0,200, karena signifikansi lebih besar dari 0,05
maka data dinyatakan berdistribusi normal.
2. Uji Independensi Variabel Bebas
Uji independensi variabel bebas dilakukan untuk menguji variabel
bebas yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian. Untuk
menguji independensi variabel bebas dalam penelitian digunakan program
SPSS 18 for windows.
Dari tabel di atas terlihat bahwa variabel-variabel bebas dalam
penelitian ini yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
tidak saling berhubungan karena koefisien korelasi antar variabel karang
dari 0,80. Menurut Purwanto (2008: 290 – 291) dua atau lebih variabel
bebas saling berhubungan apabila mereka mempunyai korelasi minimal
0,80. Bila dua atau lebih variabel bebas memiliki korelasi tinggi maka
merupakan variabel yang sama dalam mempengaruhi variabel terikat maka
harus diambil salah satu variabel yang memiliki korelasi lebih tinggi dan
salah satunya dikeluarkan dari model.
94
Tabel 4.8
Kooefisien Korelasi Variabel Bebas
Correlations
Kompetensi
Pedagogik
Kompetensi
Kepribadian
Profesionalisme
Guru
Kompetensi
Pedagogik
Pearson Correlation 1 .998** .550
**
Sig. (2-tailed) .000 .001
N 34 34 34
Kompetensi
Kepribadian
Pearson Correlation .998** 1 .559
**
Sig. (2-tailed) .000 .001
N 34 34 34
Profesionalisme
Guru
Pearson Correlation .550** .559
** 1
Sig. (2-tailed) .001 .001
N 34 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nilai koefisien korelasi antara variabel kompetensi pedagogik (X1)
dan profesionalisme guru sebesar 0,550. Nilai koefisien korelasi antara
kompetensi kepribadian (X2) dengan profesionalisme guru sebesar 0,559
yang berarti < 0,80 sehingga dapat dikatakan bahwa dua variabel bebas
tidak saling berhubungan.
3. Linearitas dan keberartian regresi
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah antara variabel
bebas dan variabel terikat memiliki hubungan linear atau tidak. Hal ini
dilakukan untuk memenuhi persyaratan model regresi dengan kaidah bila
Fhitung > Ftabel maka persamaan garis regresi tidak linear, sedangkan bila
Fhitung < Ftabel maka persamaan garis regresi menunjukkan linear. Jika
95
hubungan variabel bebas dan terikat telah berpola linear maka dapat
dilakukan analisis uji regresi.
a. Hubungan kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru
Untuk menguji linearitas dan keberartian regresi digunakan
program SPSS 18.
Tabel 4.9
Uji lineritas X1 dan Y
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Profesionali
sme Guru *
Kompetensi
Pedagogik
Between
Groups
(Combined) 1072.132 18 59.563 1.546 .199
Linearity 499.721 1 499.721 12.974 .003
Deviation from Linearity 572.411 17 33.671 .874 .608
Within Groups 577.750 15 38.517
Total 1649.882 33
Dengan melihat tabel di atas diketahui Fh = 0,874 dengan Ft
untuk db 1 pada taraf signifikansi 5% = 4,13 dan 1% = 7,44.
Dikarenakan Fh < Ft atau 0,874 < 4,13 dan p (signifikan) > 0,05 atau
0,608 > 0,05 berarti hubungan antara kompetensi pedagogik dengan
profesionalisme guru berpola linear.
Selanjutnya dilakukan uji keberartian persamaan regresinya. Hasil
dari analisis regresi sederhana antara pasangan data kompetensi
pedagogik (X1) dengan profesionalisme guru (Y) dapat dilihat pada
tabel regresi berikut:
96
Tabel 4.10
Kooefisien X1 terhadap Y Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 65.135 26.787 2.432 .021
Kompetensi Pedagogik .603 .162 .550 3.729 .001
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Untuk mengetahui keberartian regresinya dilakukan uji t,
adapun kaidah keputusan untuk uji t adalah jika nilai thitung > ttabel maka
Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak signifikan. Dengan
menggunakan program SPSS 18 diperoleh nilai thitung sebesar 3,729
untuk responden sebanyak 34. Untuk memperoleh nilai ttabel dengan
taraf signifikansi 0,05 digunakan rumus N – K (N= jumlah sampel. K=
jumlah variabel sehingga ttabel dari 34 – 2 = 32 adalah 2,040.
Karena nilai thitung 3,729 > 2,040, maka Ho ditolak sehingga
dapat disimpulkan terdapat hubungan yang berarti atau signifikan
antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru.
b. Hubungan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru
Untuk menguji linearitas dan keberartian regresi digunakan
program SPSS 18.
Tabel 4.11
Uji lineritas X2 dan Y
ANOVA Table
Sum of
Squares df Mean
Square F Sig.
Profesionalisme Guru * Kompetensi Kepribadian
Between Groups
(Combined) 1079.132 17 63.478 1.780 .128
Linearity 515.422 1 515.422 14.449 .002
Deviation from Linearity 563.710 16 35.232 .988 .510
Within Groups 570.750 16 35.672 Total 1649.882 33
97
Dengan melihat tabel di atas diketahui Fh = 0,988 dengan Ft
untuk db 1 pada taraf signifikansi 5% = 4,13 dan 1% = 7,44.
Dikarenakan Fh < Ft atau 0,988 < 4,13 dan p (signifikan) > 0,05 atau
0,510 > 0,05 berarti hubungan antara kompetensi kepribadian dengan
profesionalisme guru berpola linear. Selanjutnya dilakukan uji
keberartian persamaan regresinya. Hasil dari analisis regresi sederhana
antara pasangan data kompetensi kepribadian (X2) dengan
profesionalisme guru (Y) dapat dilihat pada tabel regresi berikut:
Tabel 4.12
Kooefisien X2 terhadap Y
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 66.877 25.739 2.598 .014
Kompetensi Kepribadian .614 .161 .559 3.813 .001
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Untuk mengetahui keberartian regresinya dilakukan uji t,
adapun kaidah keputusan untuk uji t adalah jika nilai thitung > ttabel maka
Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak signifikan. Dengan
menggunakan program SPSS 18 diperoleh nilai thitung sebesar 3,813
untuk responden sebanyak 34. Untuk memperoleh nilai ttabel dengan
taraf signifikansi 0,05 digunakan rumus N – K (N= jumlah sampel. K=
jumlah variabel sehingga ttabel dari 34 – 2 = 32 adalah 2,040.
98
Karena nilai thitung 3,813 > 2,040, maka Ho ditolak sehingga
dapat disimpulkan terdapat hubungan yang berarti atau signifikan
antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru.
C. Uji Hipotesis
Penelitian ini mengajukan tiga hipotesis yang perlu diuji secara
empiris. Semua hipotesis adalah dugaan tentang korelasi antara kompetensi
pedagogik dan kompetensi kepribadian baik secara sendiri-sendiri maupun
secara bersama-sama dengan profesionalisme guru. Teknik statistik yang
digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel tersebut
adalah teknik statistik korelasi product moment dan regresi, baik secara
sederhana dan ganda. Teknik ini digunakan untuk menguji besarnya
kontribusi dari variabel X terhadap variabel Y.
1. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan
kompetensi pedagogik (X1) dan profesionalisme guru (Y). Diartikan
bahwa semakin tinggi kompetensi pedagogik maka akan meningkatkan
profesionalisme guru.
Ho = Tidak ada hubungan kompetensi pedagogik (X1) dengan
profesionalisme guru (Y).
Ha = Ada hubungan kompetensi pedagogik (X1) dengan
profesionalisme guru (Y).
99
Langkah yang dilakukan sebelum melakukan hipotesis adalah
menghitung persamaan regresi sederhana variabel kompetensi pedagogik
X1) dengan profesionalisme guru (Y).
Tabel 4.13
Tabel Anova dan koefisien regresi X1 dengan Y
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 499.721 1 499.721 13.903 .001a
Residual 1150.161 32 35.943
Total 1649.882 33
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 65.135 26.787 2.432 .021
Kompetensi Pedagogik .603 .162 .550 3.729 .001
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Dari hasil uji analisis pada tabel di atas diperoleh nilai Fhitung =
13,903 dengan tingkat probilitas 0,01. Oleh karena itu 0,01 < 0,05 maka
model regresi bisa dipakai untuk memprediksi profesionalisme guru.
Berdasarkan tabel kooefisien regresi pada tabel di atas dapat dilihat
bahwa koefisien regresi sebesar 0,550 dan konstanta sebesar 65,135 serta
harga thitung dan tingkat signifikan sebesar 0,001 artinya apabila tidak ada
variabel kompetensi pedagogik maka profesionalisme guru akan sebesar
65,135. Koefisien regresi sebesar 0,550 menyatakan setiap penambahan
100
satu poin pada variabel kompetensi pedagogik maka diprediksikan akan
meningkatkan profesionalisme guru sebesar 0,550. Jadi hal ini menyatakan
arah prediksi yang searah atau linear. Kenaikan variabel X1 akan
mengakibatkan kenaikan variabel bebas (Y). Dari kedua koefisien
diperoleh persamaan regresi Y = 65.135 + 0,550. Persamaan regresi ini
dapat ditunjukkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 4.7
Grafik Hubungan antara Kompetensi Pedagogik dengan Profesionalisme Guru
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka data terdistribusi
dengan normal dengan model regresi ini telah memenuhi normalitas.
Persamaan regresi Y = 65.135 + 0,550 X1 dapat diinterpretasikan bahwa
101
apabila kompetensi pedagogik (X1) dan profesionalisme guru diukur
dengan menggunakan instrumen ini, maka setiap kenaikan skor
kompetensi pedagogik satu poin akan diikuti kenaikan skor
profesionalisme guru 0,550 pada arah yang sama dengan konstanta 65.135.
Selanjutnya pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menggunakan
rumus korelasi Pearson Product Moment yang dihitung dengan bantuan
SPSS 18. Berikut ini tabel hasil perhitungannya:
Tabel 4.14
Korelasi X1 dengan Y
Correlations
Kompetensi
Pedagogik
Profesionalisme
Guru
Kompetensi Pedagogik Pearson Correlation 1 .550**
Sig. (2-tailed) .001
N 34 34
Profesionalisme Guru Pearson Correlation .550** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel di atas, diperoleh koefisien korelasi antara kompetensi
pedagogik dengan profesionalisme guru dengan rxy = 0,550 yang berarti
terdapat hubungan yang positif di antara keduanya. Hal ini dapat pula
dibuktikan dengan melihat uji signifikansinya. Kaidah untuk uji
signifikansi adalah jika nilai probabilitas lebih kecil atau sama dengan 0,05
dengan nilai probabilitas sig. Jika nilai probababilitas lebih kecil atau sama
dengan nilai probabilitas 0,005 maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya
102
signifikan. Nilai signifikansi 0,01 < 0,05 berarti hubungan kedua variabel
signifikan.
Tabel 4.15
Koefisien Determinasi X1
Model Summary
b
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 .550a .303 .281 5.995
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa nilai R sebesar 0,550 dan
Dterminasi (Rsquare) sebesar 0,303 yang merupakan pengkuadratan dari
koefisien nilai R. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kompetensi
pedagogik memberikan sumbangan atau kontribusi kepada
profesionalisme guru sebesar 0,303 atau 30,3%. Sedangkan sissanya
(100% - 30,3% = 69,7%) dipengaruhi faktor lain di luar penelitian. Rsquare
berkisar pada angka 0 sampai 1 dengan catatan semakin kecil angka Rsquare
maka semakin lemah hubungan kedu variabel.
Untuk memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hubungan
kompetensi pedagogik terhadap profesionalisme guru digunakan analisis
korelasi parsial yakni analisis hubungan antara dua variabel dengan
mengendalikan variabel lain yang dianggap mempengaruhi (dibuat
konstan). Hal ini dimaksudkan agar hubungan kedua variabel tidak
dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil analisis ini akan menunjukkan koefisien
103
korelasi untuk mengukur erat atau tidaknya hubungan, arah hubungan dan
berarti atau tidaknya hubungan.
Tabel 4.16
Korelasi Parsial Antara Kompetensi Pedagogik dengan Profesionalisme Guru
Correlations
Control Variables Profesionali
sme Guru
Kompetensi
Pedagogik
Kompetensi
Kepribadian
-none-a Profesionalisme
Guru
Correlation 1.000 .550 .559
Significance (2-tailed) . .001 .001
df 0 32 32
Kompetensi
Pedagogik
Correlation .550 1.000 .998
Significance (2-tailed) .001 . .000
df 32 0 32
Kompetensi
Kepribadian
Correlation .559 .998 1.000
Significance (2-tailed) .001 .000 .
df 32 32 0
Kompetensi
Kepribadian
Profesionalisme
Guru
Correlation 1.000 -.157
Significance (2-tailed) . .384
df 0 31
Kompetensi
Pedagogik
Correlation -.157 1.000
Significance (2-tailed) .384 .
df 31 0
a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
Dari tabel tampak jelas bahwa hubungan kompetensi pedagogik
dengan profesionalisme guru sebelum kompetensi kepribadian
dikendalikan memiliki korelasi positif dengan koefisien sebesar 0,550
dengan taraf signifikansi 0,001 < sehingga Ho ditolak dan Ha diterima
artinya kedua variabel signifikan.
Namun ketika variabel X2 dikendalikan ternyata hubungan kedua
variabel yakni X1 dengan Y atau hubungan antara kompetensi pedagogik
dengan profesionalisme guru mengalami penurunan nilai koefisien secara
dratis yakni tinggal -0,157 karena nilainya mendekati nol maka hubungan
104
ini kuat dan taraf signifikansinya 0,384 > 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima artinya kedua variabel signifikan. Dapat pula dikatakan ada
pengaruh yang berarti dari variabel kompetensi pedagogik terhadap
profesionalisme guru jika kompetensi pedagogik dikontrol.
2. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme
guru
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan
kompetensi kepribadian (X2) dan profesionalisme guru (Y). Diartikan
bahwa semakin tinggi kompetensi kepribadian maka akan meningkatkan
profesionalisme guru.
Ho = Tidak ada hubungan kompetensi kepribadian (X2) dengan
profesionalisme guru (Y).
Ha = Ada hubungan kompetensi kepribadian (X2) dengan
profesionalisme guru (Y).
Langkah yang dilakukan sebelum melakukan hipotesis adalah
menghitung persamaan regresi sederhana variabel kompetensi kepribadian
X2) dengan profesionalisme guru (Y).
Tabel 4.17
Tabel Anova dan koefisien regresi X2 dengan Y
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 515.422 1 515.422 14.539 .001a
Residual 1134.460 32 35.452
Total 1649.882 33
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Kepribadian
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
105
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 66.877 25.739 2.598 .014
Kompetensi Kepribadian .614 .161 .559 3.813 .001
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Dari hasil uji analisis pada tabel di atas diperoleh nilai Fhitung =
14.539 dengan tingkat probilitas 0,001. Oleh karena itu 0,001 < 0,05 maka
model regresi bisa dipakai untuk memprediksi profesionalisme guru.
Berdasarkan tabel kooefisien regresi pada tabel di atas dapat dilihat
bahwa koefisien regresi sebesar 3,813 dan konstanta sebesar 66,877 serta
harga thitung dan tingkat signifikan sebesar 0,001 artinya apabila tidak ada
variabel kompetensi kepribadian (X2) maka profesionalisme guru akan
sebesar 66,877. Koefisien regresi sebesar 3,813 menyatakan setiap
penambahan satu poin pada variabel kompetensi kepribadian (X2) maka
diprediksikan akan meningkatkan profesionalisme guru sebesar 3,813. Jadi
hal ini menyatakan arah prediksi yang searah atau linear. Kenaikan
variabel X2 akan mengakibatkan kenaikan variabel bebas (Y). Dari kedua
koefisien diperoleh persamaan regresi Y = 66,877 + 3,813.
Persamaan regresi ini dapat ditunjukkan dalam bentuk grafik
sebagai berikut:
106
Gambar 4.8
Grafik Hubungan antara Kompetensi kepribadian dengan Profesionalisme Guru
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka data terdistribusi
dengan normal dengan model regresi ini telah memenuhi normalitas.
Persamaan regresi Y = 66,877 + 3,813, X2 dapat diinterpretasikan bahwa
apabila kompetensi kepribadian (X2) dan profesionalisme guru diukur
dengan menggunakan instrumen ini, maka setiap kenaikann skor
kompetensi kepribadian (X2) satu poin akan diikuti kenaikan skor
profesionalisme guru 3,813 pada arah yang sama dengan konstanta 66,877.
107
Selanjutnya pengujian hipotesis dilanjutkan dengan menggunakan
rumus korelasi Pearson Product Moment yang dihitung dengan bantuan
SPSS 18. Berikut ini tabel hasil perhitungannya:
Tabel 4.18
Korelasi X1 dengan Y
Correlations
Profesionalisme
Guru
Kompetensi
Kepribadian
Profesionalisme Guru Pearson Correlation 1 .559**
Sig. (2-tailed) .001
N 34 34
Kompetensi Kepribadian Pearson Correlation .559** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel di atas, diperoleh koefisien korelasi antara kompetensi
kepribadian (X2) dengan profesionalisme guru dengan rxy = 0,559 yang
berarti terdapat hubungan yang positif di antara keduanya. Hal ini dapat
pula dibuktikan dengan melihat uji signifikansinya. Kaidah untuk uji
signifikansi adalah jika nilai probabilitas lebih besar atau sama dengan
0,05 dengan nilai probabilitas sig. Jika nilai probababilitas lebih kecil atau
sama dengan nilai probabilitas 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak
artinya signifikan. Nilai 0,001 lebih kecil bila dibandingkan dengan 0,05
berarti hubungan kedua variabel signifikan.
108
Tabel 4.19
Koefisien Determinasi X1
Model Summary
b
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 .559a .312 .291 5.954
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Kepribadian
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa nilai R sebesar 0,559 dan
Dterminasi (Rsquare) sebesar 0,312 yang merupakan pengkuadratan dari
koefisien nilai R. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kompetensi
kepribadian (X2) memberikan sumbangan atau kontribusi kepada
profesionalisme guru sebesar 0,312 atau 31,2%. Sedangkan sissanya
(100% - 31,2% = 68,8%) dipengaruhi faktor lain di luar penelitian. Rsquare
berkisar pada angka 0 sampai pada 1 catatan semakin kecil angka Rsquare
maka semakin lemah hubungan kedu variabel.
Untuk memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hubungan
kompetensi kepribadian (X2) terhadap profesionalisme guru digunakan
analisis korelasi parsial yakni analisis hubungan antara dua variabel
dengan mengendalikan variabel lain yang dianggap mempengaruhi (dibuat
konstan). Hal ini dimaksudkan agar hubungan kedua variabel tidak
dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil analisis ini akan menunjukkan koefisien
korelasi untuk mengukur erat atau tidaknya hubungan, arah hubungan dan
berarti atau tidaknya hubungan.
109
Tabel 4.20
Korelasi Parsial Antara Kompetensi kepribadian (X2)
dengan Profesionalisme Guru Correlations
Control Variables Profesionali
sme Guru
Kompetensi
Kepribadian
Kompetensi
Pedagogik
-none-a Profesionalisme
Guru
Correlation 1.000 .559 .550
Significance (2-tailed) . .001 .001
df 0 32 32
Kompetensi
Kepribadian
Correlation .559 1.000 .998
Significance (2-tailed) .001 . .000
df 32 0 32
Kompetensi
Pedagogik
Correlation .550 .998 1.000
Significance (2-tailed) .001 .000 .
df 32 32 0
Kompetensi
Pedagogik
Profesionalisme
Guru
Correlation 1.000 .195
Significance (2-tailed) . .278
df 0 31
Kompetensi
Kepribadian
Correlation .195 1.000
Significance (2-tailed) .278 .
df 31 0
a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
Dari tabel tampak jelas bahwa hubungan kompetensi kepribadian
(X2) dengan profesionalisme guru sebelum kompetensi pedagogik
dikendalikan memiliki korelasi positif dengan koefisien sebesar 0,559
dengan taraf signifikansi 0,001 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima artinya kedua variabel signifikan.
Namun ketika variabel X2 dikendalikan ternyata hubungan kedua
variabel yakni X2 dengan Y atau hubungan antara kompetensi kepribadian
(X2) dengan profesionalisme guru mengalami penurunan nilai koefisien
secara dratis yakni tinggal 0,195 karena nilainya mendekati nol maka
hubungan ini kuat dan taraf signifikansinya 0,278 > 0,05 sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima artinya kedua variabel signifikan. Dapat pula
110
dikatakan ada pengaruh yang berarti dari variabel kompetensi kepribadian
(X2) terhadap profesionalisme guru jika kompetensi kepribadian (X2)
dikontrol.
3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
secara bersama-sama dengan profesionalisme guru
Ho = Tidak ada hubungan kompetensi pedagogik (X1) dan kompetensi
kepribadian (X2) dengan profesionalisme guru (Y).
Ha = Ada hubungan kompetensi pedagogik (X1) dan kompetensi
kepribadian (X2) dengan profesionalisme guru (Y).
Langkah yang dilakukan sebelum melakukan hipotesis adalah
menghitung persamaan regresi sederhana variabel kompetensi pedagogik
X1) dan kompetensi kepribadian (X2) dengan profesionalisme guru (Y).
Tabel 4.21
Tabel Anova dan koefisien regresi X1, X2 dengan Y
ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 543.257 2 271.629 7.609 .002a
Residual 1106.625 31 35.698 Total 1649.882 33
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 80.615 30.152 2.674 .012
Kompetensi Kepribadian 3.043 2.756 2.770 1.104 .278
Kompetensi Pedagogik -2.425 2.747 -2.215 -.883 .384
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
111
Nilai Ftabel untuk db1 = 2 dan db2 = n – k – 1 = 34-2-1=31 pada
taraf signifikansi 0,05 adalah 4,17. Dari hasil uji analisis pada tabel di atas
diperoleh nilai Fhitung = 7,609 > 4,17 (ftabel), oleh sebab itu Ho ditolak dan
Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan yang positif antara
kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan profesiona-
lisme guru. Juga berdasarkan nilai signifikansi dengan tingkat probilitas
0,002 < 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik dan
kompetensi kepribadian secara bersama-sama berpengaruh terhadap
profesionalisme guru.
Tabel 4.22
Koefisien Korelasi X1, X2 dengan Y
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 .574a .329 .286 5.975
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa nilai R sebesar 0,574 artinya
korelasi antara dua variabel bebas yakni kompetensi pedagogik dan
kompetensi kepribadian dengan variabel terikat profesionalisme guru
sebesar 0,574. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, jika mendekati angka 1
maka hubungan kedua variabel semakin erat tetapi jika mendekati 0 maka
hubungan keduanya semakin lemah. Karena angka R didapat sebesar
0,574 maka ini berarti hubungan kedua variabel kuat.
112
D. Pembahasan
Dalam pembahasan hasil ini dilakukan melalui dua segi, yaitu
deskripsi tiap variabel dan hasil analisis korelasi antar variabel. Hasil analisis
tiap variabel disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 4.23
Hasil Analisis Tiap Variabel
No Variabel Rentang Skor Klasifikasi Skor
1. Kompetensi Pedagogik Minimal = 178
Maksimal = 176
Tinggi= 23 %
Sedang= 56 %
Rendah= 21 %
2. Kompetensi Kepribadian Minimal = 172
Maksimal = 150
Tinggi= 23 %
Sedang= 56 %
Rendah= 21 %
3. Profesionalisme Guru Minimal = 175
Maksimal = 150
Tinggi= 21 %
Sedang= 61 %
Rendah= 18 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dipaparkan, bahwa rentang skor
kompetensi pedagogik sebagian besar berada pada klasifikasi skor sedang
(56%). Rentang skor kompetensi kepribadian dalam klasifikasi skor sedang
(56%). Sedangkan rentang skor profesionalisme guru berada dalam
klasifikasi sedang (61%). Makna dari hasil penelitian ini adalah jika
kompetensi pedagogik rendah maka profesionalisme guru akan rendah, jika
kompetensi kepribadian rendah maka akan rendah pula profesionalisme guru,
begitupun sebaliknya. Jika kompetensi pedagogik dan kompetensi
kepribadian rendah maka akan berpengaruh dengan profesionalisme guru
yang rendah pula.
Analisis tiap variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
113
1. Hubungan antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan variabel kompe-
tensi pedagogik terhadap profesionalisme guru memberikan kontribusi
atau sumbangan sebesar 30,3% terhadap guru di MI Kecamatan Kalikotes
Kabupaten Klaten. Hal ini mengindikasikan bahwa sumbangan variabel
kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru kecil artinya
peningkatan profesionalisme guru lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
lain sebesar 69,7%. Koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik
dengan profesionalisme guru dengan ry1= 0,550 yang berarti terdapat
hubungan positif variabel kompetensi pedagogik.
Kompetensi pedagogik ini dikelompokkan menjadi 10 macam,
diantaranya: (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,
moral, piritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual; (2) Menguasai
teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3)
Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu; (4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. (5)
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran; (6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; (7)
Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta
didik; (8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar; (9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk
114
kepentingan pembelajaran; (10) Melakukan tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran (Permendiknas Nomor 16, 2007: 9).
Kompetensi pedagogik mengandung makna komitmen terhadap
tugas, ilmu pengetahuan, dan pengabdian sedangkan profesionalisme guru
Profesionalisme guru adalah bahwa guru harus mempunyai pengetahuan
yang luas serta subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta
penguasaan metodologis dalam arti memiliki metode yang tepat serta
mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar (Arikunto, 1993:
239). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru. Hasil
yang demikian, menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik memberikan
kontribusi terhadap profesionalisme guru, sehingga guru mempunyai
kemampuan untuk mengelola pembelajaran dengan metode, media dan
sumber belajar yang tepat. Dengan berbekal kompetensi pedagogik yang
baik maka akan baik pula tingkat profesionalisme guru.
2. Hubungan antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan variabel
kompetensi kepribadian terhadap profesionalisme guru memberikan
kontribusi atau sumbangan sebesar 31,2% terhadap guru di MI Kecamatan
Kalikotes Kabupaten Klaten. Hal ini mengindikasikan bahwa sumbangan
variabel kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru kecil
artinya peningkatan profesionalisme guru lebih banyak dipengaruhi oleh
faktor lain sebesar 68,8%. Koefisien korelasi antara kompetensi
115
kepribadian dengan profesionalisme guru dengan ry1= 0,559 yang berarti
terdapat hubungan positif variabel kompetensi pedagogik.
Salah satu komponen profesionalisme guru adalah kemampuan
untuk memanajemen diri untuk menjadi sosok pribadi yang mampu
menjadi suri tauladan bagi siswa dan memiliki akhlak mulia. Sedangkan
Kompetensi kepribadian yang dijelaskan dalam Permendiknas nomor 16
tahun 2007 mencakup kemampuan-kemampuan (1) bertindak sesuai
dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia;
(2) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (3) menampilkan diri sebagai
pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, (4) menun-
jukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru,
dan rasa percaya diri, (5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Hasil yang demikian, menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian
memberikan kontribusi terhadap profesionalisme guru, sehingga guru
harus mempunyai kompetensi kepribadian yang baik. Untuk meningkatkan
profesionalisme guru, seorang guru harus bekerja dengan dilandasi sikap
amanah, tanggungjawab, disiplin dikarenakan seorang guru adalah teladan
bagi peserta didik. Meskipun kompetensi kepribadian hanyalah salah satu
faktor profesionalisme guru, personality guru sangat penting. Dengan
demikian ada hubungan yang signifikan antara kompetensi kepribadian
dengan profesionalisme guru.
116
3. Hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
secara bersama-sama dengan profesionalisme guru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan positif kompetensi
pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama terhadap
profesionalisme guru. Hasil analisis regresi ganda diperoleh regresi ganda
R12 sebesar 0,329 dengan signifikansi koefisien regresi ganda F sebesar
7,609 dengan persamaan regresi linear Y =80,615 + 3,043 X1 + (-2,425)
X2. Nilai R = sebesar 0,574 artinya korelasi antara dua variabel bebas
yakni kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian dengan variabel
terikat profesionalisme guru sebesar 0,574. Nilai R berkisar antara 0
sampai 1, jika mendekati angka 1 maka hubungan kedua variabel semakin
erat tetapi jika mendekati 0 maka hubungan keduanya semakin lemah.
Karena angka R didapat sebesar 0,574 maka ini berarti hubungan kedua
variabel kuat.
Hasil ini menunjukkan pentingnya variabel kompetensi pedagogik
dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama untuk meningkatkan
profesionalisme guru, karena kedua variabel ini secara bersama-sama
dapat menjelaskan variansi profesionalisme guru sebesar 32,9. Dari
persamaan regresi ganda dapat diartikan, bahwa semakin tinggi
kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian akan meningkatkan
profesionalisme guru. Hubungan ketiga variabel tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
117
Gambar 4.9
Pola hubungan antar variabel
Interpretasi tingkat keeratan hubungan variabel X dan Y
digunakan tabel interpretasi koefisien korelasi dalam Sugiyono (2007:
149) sebagai berikut:
Tabel 4.24
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat kuat
Dari pedoman ini dapat ditafsirkan bahwa pengaruh
kompetensi pedagogik terhadap profesionalisme guru termasuk
sedang (0,550) sedangkan kompetensi kepribadian terhadap
profesionalisme guru termasuk dalam kategori sedang (0,559).
Adapun pengaruh kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian
secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru termasuk dalam
kategori sedang sebesar 0,574.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembela-
jaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
ry1= 0,550
ry1= 0,574
ry1= 0,559
118
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2012: 75).
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang melekat dalam
diri pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi
teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2012: 117). Dalam
Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru yaitu
kemampuan kepribadian yang: (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa; (4) arif
dan bijaksana; (5) berwibawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat; (8) mengevaluasi kinerja sendiri; dan
(9) mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Profesionalisme guru adalah bahwa guru harus mempunyai penge-
tahuan yang luas serta subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan
serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki metode yang tepat
serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar (Arikunto,
1993: 239). Untuk menguasai metode yang tepat dan berwawasan luas
seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik.
Pengertian guru atau pendidik disampaikan pula sebagai seseorang
yang bertanggungjawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terha-
dap perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu da-
ri aspek jasmani maupun rohaninya agar ia mampu hidup mandiri dan da-
119
pat memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan sebagai individu dan juga
sebagai makhluk sosial (Ramayulis, 2005: 50).
Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik adalah
kemampuan guru mengelola pembelajaran, kompetensi kepribadian adalah
kemampuan guru dalam bertutur kata dan bertingkah laku yang mulia da-
lam melaksanakan tugasnya, dan profesionalisme guru adalah kemampuan
guru dalam melaksanakan tugas dengan professional dan bertanggung-
jawab sehingga mampu menghantarkan peserta didik hidup mandiri. Un-
tuk menjadi seorang guru yang profesional maka seorang guru harus mem-
punyai kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian yang baik. De-
ngan demikian kompetensi pedagogik, kempetensi kepribadian memiliki
hubungan signifikan dengan profesionalisme guru.
120
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan
berkaitan dengan penelitian sebagai berikut:
1. Koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme
guru dengan ry1= 0,550 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru di Kecamatan
Kalikotes Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil analisis data diketahui
bahwa variabel kompetensi pedagogik berpengaruh terhadap profesi-
onalisme guru. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t yang probabilitas < 0,05.
2. Koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme
guru dengan ry1= 0,559 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru di Kecamatan
Kalikotes Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil analisis data diketahui
bahwa variabel kompetensi kepribadian berpengaruh terhadap profesi-
onalisme guru. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t yang probabilitas < 0,05.
3. Hasil analisis regresi ganda diperoleh regresi ganda R12 sebesar 0,329
dengan signifikansi koefisien regresi ganda F sebesar 7,609 dengan
persamaan regresi linear Y =80,615 + 3,043 X1 + (-2,425) X2. Koefisien
korelasi antara kompetensi pedagogik dengan profesionalisme guru dengan
ry1= 0,574 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian secara bersama-sama
121
dengan profesionalisme guru di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten
yang ditunjukkan dari hasil uji t yang probabilitas < 0,05.
B. Implikasi Penelitian
Penelitian ini dapat diimpikasikan dalam pendidikan yang meliputi:
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal bagi
guru selanjutnya dapat membantu pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam pengembangan di bidang pendidikan. Selanjutnya dapat
digunakan untuk peningkatan profesionalisme guru sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa kompetensi pedagogik
dan kompetensi kepribadian dengan profesionalisme guru sehingga
semakin meningkat kompetensi kompetensi pedagogik dan kompetensi
kepribadian maka akan meningkat profesionalisme guru.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disampaikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Bagi guru
Guru diharapkan, setelah mengetahui pentingnya kompetensi pedagogik
dan kompetensi kepribadian dapat meningkatkan profesionalisme guru,
hendaknya dapat meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian
dan profesionalisme di kelas. Cara yang dapat dilakukan adalah me-
122
numbuhkan minat dan keinginan untuk memperbaiki diri menjadi lebih
baik.
2. Bagi siswa
Siswa hendaklah dapat meningkatkan motivasi belajar dan
prestasi belajar siswa di sekolah. Siswa juga terdorong untuk berkreasi
dan berkarya lebih baik.
3. Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah diharapkan mampu memotivasi guru dalam
meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan
profesionalisme guru.
4. Bagi Orang tua
Orang tua diharapkan ikut serta memantau guru-guru dalam
menjalankan pembelajaran lebih berwawasan yang luas sesuai dengan
batas-batas tertentu dan memberikan masukan kepada madrasah untuk
meningkatkan usaha dalam meningkatkan kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian dan profesionalisme guru memberikan
pelayanan pembelajaran secara profesional.
123
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, (2006), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana.
Ahmad Tafsir, (1994), Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung : Sinar
Baru.
Akhmad Sudrajat, (2012), Kompetensi Kepribadian Guru,
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/10/22/kompetensi-
kepribadian-guru/
Anas Sudijono, (2008), Pengantar Statistik Pendidikan, Cetakan XXII, Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Asmani Ma’mur Jamal, (2009), 7 Kompetensi guru menyenangkan dan
profesional, Yogyakarta: Power Books (Ihdina)
Daniel Muijs & David Reynolds, (2008), Efective Teaching, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Dendy S., (2001), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia.
Departemen Agama RI, (2004), Al Qur'an dan terjemahnya, Bandung: CV
Diponegoro,
Dian Maya Shofiana, (2010), Profesionalisme guru dan hubungannya dengan
dengan prestasi belajar Fiqih siswa MTs Al Jamiiah Tegallega Cidolog
Sukabumi, Jakarta: UIN Hidayatullah.
Kunandar, (2008), Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Madyawati, (2011). Kompetensi professional dan kompetensi kepribadian
http://blogmadyawati.wordpress.com/2013/04/11/kompetensi-
profesional-dan-kompetensi-kepribadian/
Margono, S (2003), Metodologi Penelitian Pendidikan, Cetakan V, Jakarta:
Rineka Cipta
Mudjia Rahardjo, (2010), Pengembangan Profesionalisme Guru [2],
www.mudjiarahardjo.com)
Mulyasa, (2011), Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Cetakan XI, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, (2012), Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Cetakan XI,
Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Nasution, S., (2006), Metode Research(Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara.
124
Parminingsih, (2010), Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah Sebagai
Supervisor dengan Kompetensi Profesional Guru Di MIM Jogosetran,
Kalikotes, Klaten, Klaten: Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Klaten
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas)
Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan
Kompetensi Guru
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Purwanto, (2008), Instrumen penelitian Sosial dan Pendidikan pengembangan
dan pemanfaatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Qun Khomsatun, (2010), Strategi Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Di
Smp Islam Hidayatullah Semarang, Semarang: Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Ramayulis, (2005), Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Sugiyono, (2007), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualifikasi dan R & D,
Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, tt, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta:
Rineka Cipta
Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, Fakultas psikologi UGM, Yogyakarta,
1994.
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, (2002), Strategei Belajar Mengajar,
Jakarta: Rineka Cipta.
Syaiful Sagala, (2009), Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
Bandung: Alfabeta
Usman Uzer, (1997), Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya.
UU RI No. 20 Tahun 2003, (2003), Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS),
Bandung: Citra Umbara
UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen
Zakiah Daradjat, (1995), Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta:
Bumi Aksara.
125
126
127
Lampiran 1.1
ANGKET KOMPETENSI PEDAGOGIK SEBELUM UJI COBA
Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini
dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban :
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang (KD)
Jarang (JR)
Tidak Pernah (TP)
Biodata responden :
Nama : ………………………………………………
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Jabatan : ………………………………………………
Mengajar kelas : ………………………………………………
Ijazah Terakhir : ………………………………………………
Unit Kerja : ………………………………………………
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
SL SR KD JR TP
1. Saya membuat program triwulan
2. Saya membuat program semester
3. Saya membuat program tahunan
4. Saya membuat RPP
5. Saya membuat silabus
6. Saya membuat perangkat pembelajaran sebelum
pelajaran dimulai
7. Saya hadir tepat waktu
8. Saya mempraktekkan sumber yang ada di
lingkungan madrasah
9. Saya mentaati jadwal yang berlaku di madrasah
128
10. Saya mempersiapkan bahan yang akan diajarkan
sebelum mengajar
11. Saya menggunakan metode mengajar yang
mudah dicermati anak didik
12. Saya menggunakan bahasa yang mudah dipahami
13. Saya menyajikan perangkat pembelajaran
14. Saya menggunakan metode yang menarik anak
didik
15. Saya mengajar menggunkakan strategi mengajar
sesuai dengan mata pelajaran saya
16. Saya mengenal keluarga anak didik
17. Saya mempelajari kebiasaan anak didik
18. Saya melakukan identifikasi pengetahuan awal
anak didik
19. Saya melakukan testing untuk mengetahui
kecerdasan anak
20. Saya memahami watak anak didik
21. Saya melakukan identifikasi kesulitan belajar
anak didik
22. Saya melakukan evaluasi hasil belajar anak didik
23. Saya menyampaikan materi pembelajaran sesuai
dengan jadwal pelajaran
24. Saya melaksanakan pembelajaran menyenangkan
anak didik di kelas
25. Saya menggunakan komputer dalam
pembelajaran,
26. Saya menyuruh anak didik untuk bertanya jika
ada materi yang belum dipahami
27. Saya memberikan tugas kepada anak didik untuk
mengetahui pemahaman anak didik.
129
28. Saya meminta anak didik untuk memberi kritik
terhadap metode pembelajaran
29. saya memberikan tugas PR untuk anak didik
30. Saya memberikan tugas untuk mengerjakan soal-
soal ulangan harian kepada anak didik
31. Saya menyampaikan materi semudah mungkin
32. Saya menyampaikan kegiatan kelompok belajar
anak didik agar anak didik kreatif
33. Saya melakukan bimbingan belajar ekstra untuk
anak didik
34. Saya melakukan penilaian terhadap tugas anak
didik
35. Saya mengolah hasil penilaian untuk mengadakan
remidial
36. Saya mengoreksi hasil ulangan setiap mata
pelajaran
37. Saya melakukan evaluasi setelah pembelajaran
38. Saya melakukan bimbingan kepada anak didik
yang mengalami kesulitan dalam belajar
39. Saya membuat administrasi hasil belajar anak
didik
40. Saya membantu anak menyampaikan masalah
41. Saya menggunakan alat peraga yang ada di
sekolah untuk pembelajaran
42. Saya melakukan evaluasi proses belajar anak
didik
43. Saya menggunakan informasi hasil penilaian anak
didik
44. Saya menyampaikan hasil evaluasi kepada anak
didik
130
45. Saya memanfaatkan hasil evaluasi untuk
perbaikan hasil anak didik
46. Saya melakukan evaluasi untuk pengembangan
anak didik
47. Saya memanfaatkan hasil evaluasi untuk
meningkatkan kualiatas pembelajaran
48. Saya melakukan perputaran tempat duduk anak
didik
49. Saya melakukan penelitian tindakan kelas
50. Saya bekerja semaksimal mungkin.
146
Lampiran 1-3
Uji Reliabilitas Angket Kompetensi Pedagogik
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 100 100.0
Excludeda 0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
soal 1 3.60 .899 100
soal 2 3.26 .661 100
soal 3 3.50 .689 100
soal 4 3.56 .729 100
soal 5 3.49 .718 100
soal 6 3.58 .535 100
soal 7 3.23 .723 100
soal 8 3.35 .592 100
soal 9 3.92 .895 100
soal 10 3.54 .658 100
soal 11 3.70 1.030 100
soal 12 3.78 .811 100
soal 13 3.54 .540 100
soal 14 3.40 .696 100
soal 15 3.24 .818 100
soal 16 3.70 .732 100
soal 17 3.46 1.009 100
soal 18 3.52 .611 100
soal 19 3.36 .560 100
soal 20 3.50 .810 100
soal 21 3.27 1.090 100
soal 22 3.26 .661 100
soal 23 3.56 .729 100
soal 24 3.56 .729 100
soal 25 3.50 .577 100
soal 26 3.58 .535 100
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.756 50
147
soal 27 3.34 .714 100
soal 28 3.33 .637 100
soal 29 3.92 .895 100
soal 30 3.52 .703 100
soal 31 3.70 1.030 100
soal 32 3.49 1.133 100
soal 33 3.54 .540 100
soal 34 3.40 .696 100
soal 35 3.24 .818 100
soal 36 3.70 .732 100
soal 37 3.46 1.009 100
soal 38 3.52 .611 100
soal 39 3.36 .560 100
soal 40 3.50 .810 100
soal 41 3.78 .811 100
soal 42 3.54 .540 100
soal 43 3.40 .696 100
soal 44 3.24 .818 100
soal 45 3.42 .987 100
soal 46 3.46 1.009 100
soal 47 3.52 .611 100
soal 48 3.36 .560 100
soal 49 3.50 .810 100
soal 50 3.52 .611 100
Summary Item Statistics
Mean Minimum Maximum Range
Maximum
/ Minimum Variance
N of
Items
Item Means 3.494 3.230 3.920 .690 1.214 .027 50
Item Variances .585 .286 1.283 .996 4.478 .068 50
Inter-Item Covariances .034 -.727 1.061 1.788 -1.458 .043 50
Inter-Item Correlations .055 -.786 1.000 1.786 -1.273 .115 50
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
174.72 112.911 10.626 50
148
Lampiran 1.4
Angket Kompetensi Pedagogik Setelah Uji Coba
Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini
dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban :
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang (KD)
Jarang (JR)
Tidak Pernah (TP)
Biodata responden :
Nama : ………………………………………………
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Jabatan : ………………………………………………
Mengajar kelas : ………………………………………………
Ijazah Terakhir : ………………………………………………
Unit Kerja : ………………………………………………
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
SL SR KD JR TP
1. Saya membuat program triwulan
2. Saya membuat program semester
3. Saya membuat program tahunan
4. Saya membuat RPP
5. Saya membuat silabus
6. Saya membuat perangkat pembelajaran sebelum
pelajaran dimulai
7. Saya hadir tepat waktu
8. Saya mentaati jadwal yang berlaku di madrasah
9. Saya mempersiapkan bahan yang akan diajarkan
sebelum mengajar
149
10. Saya menggunakan metode mengajar yang
mudah dicermati anak didik
11. Saya menyajikan perangkat pembelajaran
12. Saya menggunakan metode yang menarik anak
didik
13. Saya mengajar menggunakan strategi mengajar
sesuai dengan mata pelajaran saya
14. Saya mengenal keluarga anak didik
15. Saya mempelajari kebiasaan anak didik
16. Saya melakukan identifikasi pengetahuan awal
anak didik
17. Saya melakukan testing untuk mengetahui
kecerdasan anak
18. Saya memahami watak anak didik
19. Saya melakukan identifikasi kesulitan belajar
anak didik
20. Saya melakukan evaluasi hasil belajar anak didik
21. Saya menyampaikan materi pembelajaran sesuai
dengan jadwal pelajaran
22. Saya melaksanakan pembelajaran menyenangkan
anak didik di kelas
23. Saya menyuruh anak didik untuk bertanya jika
ada materi yang belum dipahami
24. Saya memberikan tugas kepada anak didik untuk
mengetahui pemahaman anak didik.
25. saya memberikan tugas PR untuk anak didik
26. Saya memberikan tugas untuk mengerjakan soal-
soal ulangan harian kepada anak didik
27. Saya menyampaikan materi semudah mungkin
28. Saya melakukan bimbingan belajar ekstra untuk
150
anak didik
29. Saya melakukan penilaian terhadap tugas anak
didik
30. Saya mengolah hasil penilaian untuk mengadakan
remidial
31. Saya mengoreksi hasil ulangan setiap mata
pelajaran
32. Saya melakukan evaluasi setelah pembelajaran
33. Saya melakukan bimbingan kepada anak didik
yang mengalami kesulitan dalam belajar
34. Saya membuat administrasi hasil belajar anak
didik
35. Saya membantu anak menyampaikan masalah
36. Saya melakukan evaluasi proses belajar anak
didik
37. Saya menggunakan informasi hasil penilaian anak
didik
38. Saya menyampaikan hasil evaluasi kepada anak
didik
39. Saya memanfaatkan hasil evaluasi untuk
perbaikan hasil anak didik
40. Saya melakukan evaluasi untuk pengembangan
anak didik
41. Saya memanfaatkan hasil evaluasi untuk
meningkatkan kualiatas pembelajaran
42. Saya melakukan perputaran tempat duduk anak
didik
43. Saya melakukan penelitian tindakan kelas
44. Saya bekerja semaksimal mungkin.
151
152
Lampiran 2.1
Angket Kompetensi Kepribadian Sebelum Uji Coba
Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini
dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban :
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang (KD)
Jarang (JR)
Tidak Pernah (TP)
Biodata responden :
Nama : ………………………………………………
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Jabatan : ………………………………………………
Mengajar kelas : ………………………………………………
Ijazah Terakhir : ………………………………………………
Unit Kerja : ………………………………………………
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
SL SR KD JR TP
1. Saya bertutur kata yang baik
2. Saya mengajar tepat waktu
3. Saya berbusana yang rapi
4. Saya melaksanakan puasa sunnah
5. Saya melaksanakan sholat dhuha
6. Saya melibatkan orang tua untuk membantu
menyelesaikan masalah
7. Saya menjaga kerukunan dengan sesama guru
8. Saya menghargai pendapat yang berbeda sesama
guru
9. Saya menyuruh anak didik memotong kuku
153
10. Saya menyuruh anak didik untuk memotong
rambut jika sudah panjang
11. Saya melaksanakan sholat dhuhur berjamaah
dengan guru
12. Saya datang tepat waktu
13. Saya mengerjakan tugas semaksimal mungkin
14. Saya berkata jujur kepada anak didik
15. Saya bertingkah laku yang sopan
16. Saya mengikuti kegiatan pengajian para guru
17. Saya mengikuti pertemuan guru yayasan
18. Saya mengikuti kegiatan KKG bersama guru
19. Saya berpakaian yang Islami
20. Saya membagi pengalaman mengajar dengan
sesama guru
21. Saya menerima masukan dari peserta didik
22. Saya melaksanakan tugas secara ikhlas
23. Saya berbicara yang berpengaruh positif terhadap
anak didik
24. Saya memulai pelajaran dengan doa
25. Saya meminta ijin jika meninggalkan kelas saat
pembelajaran berlangsung
26. Saya meminta guru piket untuk mengawasi kelas
jika berhalangan hadir
27. Saya memanfaatkan waktu luang untuk
mengerjakan administrasi
28. Saya memberi infak terhadap perkembangan
madrasah
29. Saya menggunakan seragam dinas
30. Saya membuat suasana yang kondusif di dalam
pembelajaran di kelas
154
31. Saya menjalin hubungan baik dengan masyarakat
sekitar
32. Saya menjalin kerjasama dengan masyarakat
untuk kemajuan madrasah
33. Saya menciptakan semangat kekeluargaan
34. Saya meningkatkan mutu pembelajaran dengan
organisai PGRI
35. Saya mentaati tata tertib madrasah
36. Saya memakai seragam sesuai dengan ketentuan
madrasah
37. Saya menutup aurat dalam berpakaian
38. Saya meminta maaf jika melakukan kesalahan
terhadap anak didik
39. Saya meminta maaf jika melakukan kesalahan
terhadap guru
40. Saya menengok ke rumah anak didik jika ada
anak didik yang sedang sakit
41. Saya menjaga kebersihan lingkungan sekitar
42. Saya membuang sampah pada tempatnya
167
Lampiran 2-3
Uji Reliabilitas Angket Kompetensi Kepribadian
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 100 100.0
Excludeda 0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
soal 1 2.94 .547 100
soal 2 2.90 .689 100
soal 3 3.12 2.226 100
soal 4 2.91 .842 100
soal 5 3.56 .671 100
soal 6 3.58 .535 100
soal 7 3.24 .622 100
soal 8 3.38 .736 100
soal 9 3.92 .895 100
soal 10 3.50 .577 100
soal 11 3.70 1.030 100
soal 12 3.80 .816 100
soal 13 3.52 .643 100
soal 14 3.40 .696 100
soal 15 3.24 .818 100
soal 16 3.70 .732 100
soal 17 3.36 .704 100
soal 18 3.02 .710 100
soal 19 3.36 .560 100
soal 20 3.50 .810 100
soal 21 3.22 1.106 100
soal 22 3.26 .661 100
soal 23 3.54 .673 100
soal 24 3.54 .771 100
soal 25 3.58 .699 100
soal 26 3.58 .535 100
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.725 .741 42
168
soal 27 3.21 .574 100
soal 28 3.47 .745 100
soal 29 3.92 .895 100
soal 30 3.50 .577 100
soal 31 3.70 1.030 100
soal 32 3.53 1.176 100
soal 33 3.57 .607 100
soal 34 3.40 .696 100
soal 35 3.24 .818 100
soal 36 3.70 .732 100
soal 37 3.53 .989 100
soal 38 3.52 .611 100
soal 39 3.36 .560 100
soal 40 3.50 .810 100
soal 41 3.86 .817 100
soal 42 3.49 .643 100
Summary Item Statistics
Mean Minimum Maximum Range
Maximum
/ Minimum Variance
N of
Items
Item Means 3.449 2.900 3.920 1.020 1.352 .063 42
Item Variances .677 .286 4.955 4.669 17.298 .523 42
Inter-Item Covariances .040 -.519 1.061 1.580 -2.043 .029 42
Inter-Item Correlations .064 -.756 1.000 1.756 -1.322 .079 42
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
144.87 97.407 9.870 42
169
Lampiran 2.4
Angket Kompetensi Kepribadian Setelah Uji Coba
Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini
dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban :
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang (KD)
Jarang (JR)
Tidak Pernah (TP)
Biodata responden :
Nama : ………………………………………………
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Jabatan : ………………………………………………
Mengajar kelas : ………………………………………………
Ijazah Terakhir : ………………………………………………
Unit Kerja : ………………………………………………
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
SL SR KD JR TP
1. Saya bertutur kata yang baik
2. Saya mengajar tepat waktu
3. Saya berbusana yang rapi
4. Saya melaksanakan puasa sunnah
5. Saya melaksanakan sholat dhuha
6. Saya melibatkan orang tua untuk membantu
menyelesaikan masalah
7. Saya menghargai pendapat yang berbeda sesama
guru
8. Saya menyuruh anak didik memotong kuku
9. Saya menyuruh anak didik untuk memotong
170
rambut jika sudah panjang
10. Saya melaksanakan sholat dhuhur berjamaah
dengan guru
11. Saya datang tepat waktu
12. Saya mengerjakan tugas semaksimal mungkin
13. Saya berkata jujur kepada anak didik
14. Saya bertingkah laku yang sopan
15. Saya mengikuti kegiatan pengajian para guru
16. Saya mengikuti pertemuan guru dan pengurus
17. Saya mengikuti kegiatan KKG bersama guru
18. Saya berpakaian yang Islami
19. Saya membagi pengalaman mengajar dengan
sesama guru
20. Saya menerima masukan dari peserta didik
21. Saya melaksanakan tugas secara ikhlas
22. Saya berbicara yang berpengaruh positif terhadap
anak didik
23. Saya memulai pelajaran dengan doa
24. Saya meminta ijin jika meninggalkan kelas saat
pembelajaran berlangsung
25. Saya meminta guru piket untuk mengawasi kelas
jika berhalangan hadir
26. Saya memberi infak terhadap perkembangan
madrasah
27. Saya menggunakan seragam dinas
28. Saya membuat suasana yang kondusif di dalam
pembelajaran di kelas
29. Saya menjalin hubungan baik dengan masyarakat
sekitar
30. Saya menjalin kerjasama dengan masyarakat
171
untuk kemajuan madrasah
31. Saya menciptakan semangat kekeluargaan
32. Saya meningkatkan mutu pembelajaran dengan
organisai PGRI
33. Saya mentaati tata tertib madrasah
34. Saya memakai seragam sesuai dengan ketentuan
madrasah
35. Saya menutup aurat dalam berpakaian
36. Saya meminta maaf jika melakukan kesalahan
terhadap anak didik
37. Saya meminta maaf jika melakukan kesalahan
terhadap guru
38. Saya menengok ke rumah anak didik jika ada
anak didik yang sedang sakit
39. Saya menjaga kebersihan lingkungan sekitar
40. Saya membuang sampah pada tempatnya
172
173
Lampiran 3-1
Angket Profesionalisme Guru Sebelum Uji Coba
Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini
dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban :
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang (KD)
Jarang (JR)
Tidak Pernah (TP)
Biodata responden :
Nama : ………………………………………………
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Jabatan : ………………………………………………
Mengajar kelas : ………………………………………………
Ijazah Terakhir : ………………………………………………
Unit Kerja : ………………………………………………
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
SL SR KD JR TP
1. Saya membaca buku-buku tentang bidang
pendidikan.
2. Saya mengikuti pelatihan tentang pendidikan
3. Saya menggunakan LCD dalam proses
pembelajaran
4. Saya mengikuti studi banding ke madrasah yang
lebih maju
5. Saya mengikuti kegiatan kelompok kerja guru di
tingkat kecamatan
6. Saya membuat administrasi pembelajaran sebelum
mengajar
174
7. Saya mengadakan presensi sebelum pelajaran di
mulai
8. Saya menggunakan variasi metode pembelajaran
9. Saya mengajak anak didik anda belajar tidak di
ruang kelas
10. Saya merubah posisi tempat duduk anak didik agar
merata
11. Saya menjalin hubungan yang akrab dengan anak
didik
12. Saya mengamati anak didik yang aktif dalam
pembelajaran
13. Saya membimbing anak didik yang mengalami
kesulitan dalam belajar
14. Saya mengadakan evaluasi setiap kali selesai
pelajaran
15. Saya mengadakan kunjungan ke rumah anak didik
16. Saya mengoreksi hasil ulangan harian di kelas
17. Saya melakukan penilaian kerapian anak didik
18. Saya memberikan hadiah kepada anak didik yang
berprestasi
19. Saya menegur anak didik jika berkata yang jorok
20. Saya menyuruh anak didik yang piket datang lebih
awal
21. Saya melerai anak didik jika terjadi perkelahian
22. Saya memberi dorongan semangat kepada anak
didik yang sedang malas belajar
23. Saya ijin mengajar karena punya kepentingan
24. Saya melakukan kegiatan sampingan untuk
menambah penghasilan
25. Saya meminjam uang tabungan anak didik
175
26. Saya menggunakan uang SPP anak didik
27. Saya mengantar anak didik pulang setelah jam
pelajaran selesai
28. Saya menambah jam pelajaran setelah jam
pelajaran selesai
29. Saya melakukan kerja bakti dengan anak didik
30. Saya melakukan senam kesegaran jasmani dengan
anak didik
31. Saya minta ijin karena ada kepentingan apabila
jam pelajaran belum selesai
32. Saya melakukan kerja sama memecahkan masalah
anak didik dengan guru
33. Saya melakukan kegiatan kemasyarakatan apabila
ada warga yang punya hajat
34. Saya bermusyawarah dengan komite sekolah
untuk perbaikan hajat
35. Saya bertakziah ke masyarakat jika ada orang
yang meninggal
188
Lampiran 3-3
Uji Reliabilitas Angket Profesionalisme Guru
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 100 100.0
Excludeda 0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
soal 1 2.96 .680 100
soal 2 2.89 .898 100
soal 3 2.88 .782 100
soal 4 2.83 .587 100
soal 5 2.80 .816 100
soal 6 3.24 .878 100
soal 7 2.94 .679 100
soal 8 3.36 .595 100
soal 9 3.02 .710 100
soal 10 3.32 .695 100
soal 11 3.36 .659 100
soal 12 3.50 .611 100
soal 13 3.15 .539 100
soal 14 3.08 .761 100
soal 15 2.97 .703 100
soal 16 3.24 .553 100
soal 17 3.09 .473 100
soal 18 3.50 .704 100
soal 19 2.94 .547 100
soal 20 2.98 .586 100
soal 21 2.95 .642 100
soal 22 3.24 .553 100
soal 23 2.99 .628 100
soal 24 3.51 .772 100
soal 25 2.94 .547 100
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.665 .681 35
189
soal 26 2.90 .689 100
soal 27 2.82 .593 100
soal 28 2.98 .853 100
soal 29 3.22 .883 100
soal 30 2.94 .679 100
soal 31 3.32 .584 100
soal 32 3.02 .710 100
soal 33 3.46 .758 100
soal 34 3.47 .688 100
soal 35 3.95 .869 100
Summary Item Statistics
Mean Minimum Maximum Range
Maximum
/ Minimum Variance
N of
Items
Item Means 3.136 2.800 3.950 1.150 1.411 .068 35
Item Variances .479 .224 .806 .582 3.596 .025 35
Inter-Item Covariances .026 -.446 .755 1.200 -1.694 .018 35
Inter-Item Correlations .058 -.652 1.000 1.652 -1.533 .078 35
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
109.76 47.336 6.880 35
190
Lampiran 3-4
Angket Profesionalisme Guru Setelah Uji Coba
Bapak/Ibu diharap menyatakan sikap terhadap isi pernyataan di bawah ini
dengan cara memberi tanda ceklis (V) pada kolom pilihan jawaban :
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang (KD)
Jarang (JR)
Tidak Pernah (TP)
Biodata responden :
Nama : ………………………………………………
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Jabatan : ………………………………………………
Mengajar kelas : ………………………………………………
Ijazah Terakhir : ………………………………………………
Unit Kerja : ………………………………………………
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
SL SR KD JR TP
1. Saya membaca buku-buku tentang bidang
pendidikan.
2. Saya mengikuti pelatihan tentang pendidikan
3. Saya menggunakan LCD dalam proses
pembelajaran
4. Saya mengikuti studi banding ke madrasah yang
lebih maju
5. Saya mengikuti kegiatan kelompok kerja guru di
tingkat kecamatan
6. Saya membuat administrasi pembelajaran sebelum
mengajar
191
7. Saya mengadakan presensi sebelum pelajaran di
mulai
8. Saya menggunakan variasi metode pembelajaran
9. Saya mengajak anak didik anda belajar tidak di
ruang kelas
10. Saya merubah posisi tempat duduk anak didik agar
merata
11. Saya menjalin hubungan yang akrab dengan anak
didik
12. Saya mengamati anak didik yang aktif dalam
pembelajaran
13. Saya membimbing anak didik yang mengalami
kesulitan dalam belajar
14. Saya mengadakan evaluasi setiap kali selesai
pelajaran
15. Saya mengadakan kunjungan ke rumah anak didik
16. Saya mengoreksi hasil ulangan harian di kelas
17. Saya melakukan penilaian kerapian anak didik
18. Saya memberikan hadiah kepada anak didik yang
berprestasi
19. Saya menegur anak didik jika berkata yang jorok
20. Saya menyuruh anak didik yang piket datang lebih
awal
21. Saya melerai anak didik jika terjadi perkelahian
22. Saya memberi dorongan semangat kepada anak
didik yang sedang malas belajar
23. Saya ijin mengajar karena punya kepentingan
24. Saya melakukan kegiatan sampingan untuk
menambah penghasilan
25. Saya meminjam uang tabungan anak didik
192
26. Saya menggunakan uang SPP anak didik
27. Saya mengantar anak didik pulang setelah jam
pelajaran selesai
28. Saya menambah jam pelajaran setelah jam
pelajaran selesai
29. Saya melakukan kerja bakti dengan anak didik
30. Saya melakukan senam kesegaran jasmani dengan
anak didik
31. Saya minta ijin karena ada kepentingan apabila
jam pelajaran belum selesai
32. Saya melakukan kerja sama memecahkan masalah
anak didik dengan guru
33. Saya melakukan kegiatan kemasyarakatan apabila
ada warga yang punya hajat
34. Saya bermusyawarah dengan komite sekolah
untuk perbaikan hajat
35. Saya bertakziah ke masyarakat jika ada orang
yang meninggal
Kompetensi
Pedagogik Profesionalisme
Guru Kompetensi
Kepribadian
193
205
206
Lampiran 5.1
Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kompetensi Pedagogik .128 34 .173 .941 34 .065
Kompetensi Kepribadian .121 34 .200* .945 34 .084
Profesionalisme Guru .121 34 .200* .937 34 .049
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
207
Lampiran 5-2
Uji Independensi Variabel Bebas
Correlations
Kompetensi
Pedagogik
Kompetensi
Kepribadian
Profesionalisme
Guru
Kompetensi Pedagogik Pearson Correlation 1 .998** .550
**
Sig. (2-tailed) .000 .001
N 34 34 34
Kompetensi Kepribadian Pearson Correlation .998** 1 .559
**
Sig. (2-tailed) .000 .001
N 34 34 34
Profesionalisme Guru Pearson Correlation .550** .559
** 1
Sig. (2-tailed) .001 .001
N 34 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
208
Lampiran 5-3
Uji Linieritas dan Keberartian Regresi
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Profesionalisme Guru *
Kompetensi Pedagogik
34 87.2% 5 12.8% 39 100.0%
Profesionalisme Guru *
Kompetensi Kepribadian
34 87.2% 5 12.8% 39 100.0%
Profesionalisme Guru * Kompetensi Pedagogik
Report
Profesionalisme Guru
Kompetensi Pedagogik Mean N Std. Deviation Minimum Maximum
dimension1
156 155.00 1 . 155 155
157 154.33 3 7.506 150 163
159 162.67 3 4.726 159 168
160 165.00 1 . 165 165
161 167.00 4 4.899 161 173
162 163.00 2 2.828 161 165
163 158.50 2 7.778 153 164
164 166.00 1 . 166 166
165 165.00 1 . 165 165
166 175.00 1 . 175 175
167 174.00 1 . 174 174
168 162.25 4 9.142 155 174
169 168.00 1 . 168 168
172 173.00 1 . 173 173
173 166.33 3 2.887 163 168
174 174.00 1 . 174 174
175 170.50 2 3.536 168 173
177 172.00 1 . 172 172
178 170.00 1 . 170 170
Total 164.94 34 7.071 150 175
209
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Profesionali
sme Guru *
Kompetensi
Pedagogik
Between
Groups
(Combined) 1072.132 18 59.563 1.546 .199
Linearity 499.721 1 499.721 12.974 .003
Deviation from Linearity 572.411 17 33.671 .874 .608
Within Groups 577.750 15 38.517
Total 1649.882 33
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
Profesionalisme Guru *
Kompetensi Pedagogik
.550 .303 .806 .650
Profesionalisme Guru * Kompetensi Kepribadian
Report
Profesionalisme Guru
Kompetensi Kepribadian Mean N Std. Deviation Minimum Maximum
dimension1
150 155.00 1 . 155 155
151 154.33 3 7.506 150 163
153 162.67 3 4.726 159 168
154 165.00 1 . 165 165
155 167.00 4 4.899 161 173
156 161.00 1 . 161 161
157 158.50 2 7.778 153 164
158 165.50 2 .707 165 166
159 165.00 1 . 165 165
161 174.50 2 .707 174 175
162 162.25 4 9.142 155 174
163 168.00 1 . 168 168
166 173.00 1 . 173 173
167 166.33 3 2.887 163 168
168 174.00 1 . 174 174
169 170.50 2 3.536 168 173
171 172.00 1 . 172 172
172 170.00 1 . 170 170
Total 164.94 34 7.071 150 175
210
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Profesionalis
me Guru *
Kompetensi
Kepribadian
Between
Groups
(Combined) 1079.132 17 63.478 1.780 .128
Linearity 515.422 1 515.422 14.449 .002
Deviation from Linearity 563.710 16 35.232 .988 .510
Within Groups 570.750 16 35.672
Total 1649.882 33
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
Profesionalisme Guru *
Kompetensi Kepribadian
.559 .312 .809 .654
211
212
Lampiran 6.1
Uji Hipotesis Hubungan Antara Kompetensi Pedagogik dengan
Profesionalisme Guru
Model Summary
b
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 .550a .303 .281 5.995
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 499.721 1 499.721 13.903 .001a
Residual 1150.161 32 35.943
Total 1649.882 33
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 65.135 26.787 2.432 .021
Kompetensi Pedagogik .603 .162 .550 3.729 .001
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 159.15 172.40 164.94 3.891 34
Residual -11.377 10.842 .000 5.904 34
Std. Predicted Value -1.489 1.918 .000 1.000 34
Std. Residual -1.898 1.808 .000 .985 34
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
213
214
Correlations
Kompetensi
Pedagogik
Profesionalisme
Guru
Kompetensi Pedagogik Pearson Correlation 1 .550**
Sig. (2-tailed) .001
N 34 34
Profesionalisme Guru Pearson Correlation .550** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Control Variables Profesionali
sme Guru
Kompetensi
Pedagogik
Kompetensi
Kepribadian
-none-a Profesionalisme Guru Correlation 1.000 .550 .559
Significance (2-tailed) . .001 .001
df 0 32 32
Kompetensi Pedagogik Correlation .550 1.000 .998
Significance (2-tailed) .001 . .000
df 32 0 32
Kompetensi Kepribadian Correlation .559 .998 1.000
Significance (2-tailed) .001 .000 .
df 32 32 0
Kompetensi
Kepribadian
Profesionalisme Guru Correlation 1.000 -.157
Significance (2-tailed) . .384
df 0 31
Kompetensi Pedagogik Correlation -.157 1.000
Significance (2-tailed) .384 .
df 31 0
a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
215
Lampiran 6.2
Uji Hipotesis Hubungan Antara Kompetensi Kepribadian dengan
Profesionalisme Guru
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 .559a .312 .291 5.954
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Kepribadian
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 515.422 1 515.422 14.539 .001a
Residual 1134.460 32 35.452
Total 1649.882 33
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Kepribadian
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 66.877 25.739 2.598 .014
Kompetensi Kepribadian .614 .161 .559 3.813 .001
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 158.98 172.49 164.94 3.952 34
Residual -11.350 10.948 .000 5.863 34
Std. Predicted Value -1.508 1.910 .000 1.000 34
Std. Residual -1.906 1.839 .000 .985 34
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
216
217
Correlations
Profesionalisme
Guru
Kompetensi
Kepribadian
Profesionalisme Guru Pearson Correlation 1 .559**
Sig. (2-tailed) .001
N 34 34
Kompetensi Kepribadian Pearson Correlation .559** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Control Variables Profesionali
sme Guru
Kompetensi
Kepribadian
Kompetensi
Pedagogik
-none-a Profesionalisme
Guru
Correlation 1.000 .559 .550
Significance (2-tailed) . .001 .001
df 0 32 32
Kompetensi
Kepribadian
Correlation .559 1.000 .998
Significance (2-tailed) .001 . .000
df 32 0 32
Kompetensi
Pedagogik
Correlation .550 .998 1.000
Significance (2-tailed) .001 .000 .
df 32 32 0
Kompetensi
Pedagogik
Profesionalisme
Guru
Correlation 1.000 .195
Significance (2-tailed) . .278
df 0 31
Kompetensi
Kepribadian
Correlation .195 1.000
Significance (2-tailed) .278 .
df 31 0
a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
218
Lampiran 6-3
Uji Hipotesis Hubungan Antara Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi
Kepribadian secara bersama-sama dengan Profesionalisme Guru
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 .574a .329 .286 5.975
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 543.257 2 271.629 7.609 .002a
Residual 1106.625 31 35.698
Total 1649.882 33
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian
b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 80.615 30.152 2.674 .012
Kompetensi Kepribadian 3.043 2.756 2.770 1.104 .278
Kompetensi Pedagogik -2.425 2.747 -2.215 -.883 .384
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 158.73 172.32 164.94 4.057 34
Residual -11.144 11.180 .000 5.791 34
Std. Predicted Value -1.531 1.819 .000 1.000 34
Std. Residual -1.865 1.871 .000 .969 34
a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru
219
220
Case Summaries
a
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Kepribadian
Profesionalisme Guru
1 164 158 166 2 159 153 168 3 165 159 165 4 161 155 167 5 159 153 161 6 166 161 175 7 162 158 165 8 157 151 163 9 162 156 161 10 163 157 164 11 167 161 174 12 160 154 165 13 172 166 173 14 168 162 174 15 177 171 172 16 173 167 168 17 173 167 163 18 161 155 173 19 175 169 173 20 161 155 161 21 168 162 165 22 161 155 167 23 169 163 168 24 175 169 168 25 173 167 168 26 159 153 159 27 174 168 174 28 156 150 155 29 178 172 170 30 163 157 153 31 168 162 155 32 157 151 150 33 168 162 155 34 157 151 150 Total N 34 34 34
Sum 5631 5430 5608
Mean 165.62 159.71 164.94
Minimum 156 150 150
Maximum 178 172 175
Std. Deviation 6.457 6.436 7.071
a. Limited to first 100 cases.
221
Lampiran 7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Sri Kadarningsih, S.Pd.I
Tempat /Tgl Lahir : Klaten, 1 Januari 1960
NIM : 11.403.3.1.036
Alamat : Tegal Mulyo, RT 01 RW 13 Gergunung, Klaten Utara,
Klaten
Riwayat Pendidikan :
1. MIM Tambongwetan Lulus tahun 1972
2. SMPN 3 Klaten, Lulus tahun 1975
3. SMAN 1 Klaten, Lulus tahun 1979
4. SI UNWIDHA Klaten, lulus tahun 2002
222
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204