KURIKULUM SEKOLAH DASAR K-13
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum MatematikaDosen Pengampu :
Dr. H. Ruhban Masykur, M.Pd
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Adam Rifai 1811050195
Adel Defiana 1811050113
Aisyah Hanisalia 1811050392
Indriyani Saputri 1811050388
Miftah Anjun Handayani 1811050485
Nabila Salsabila 1811050126
Neti Wahyuni 1811050428
Nova Nuria Azahra 1811050007
Siska Rahmawati 1811050209
Sri Wahyuni 1811050358
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1440 H / 2019 M
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya. Makalah dengan judul kurikulum sekolah dasar K-13, dapat
diselesaikan tepat waktu. Adapun maksud makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata
kuliah telaah kurikulum matematika.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dengan bimbingan dari Bapak
Dr. H. Ruhban Masykur, M.Pd dan dari sumber sumber yang akurat, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak – pihak yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu,kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi
bahasa maupun susunan kalimatnya . Dengan terbuka tangan kami akan menerima saran dan
kritik dari berbagai pihak sebagai bahan perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Mudah-mudahan makalah ini dan materi yang kami sampaikan dapat diterima. Amin.
Bandar Lampung, 23 September 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................2
C. TUJUAN..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. PENGERTIAN KURIKULUM .............................................................3
B. TUJUAN KURIKULUM.......................................................................6
C. STRATEGI PEMBELAJARAN............................................................8
D. EVALUASI..........................................................................................12
E. MATERI ATAU KONTEN..................................................................15
BAB III PENUTUP...........................................................................................17
A. KESIMPULAN....................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan
dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan
macam dan kualifikasi lulusan satu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana
dan pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkup kelas, sekolah, maupun nasional.
Pendidikan di negara Indonesia saat ini masih mengalami berbagai macam persoalan.
Salah satu persoalan pendidikan kita yang masih menonjol saat ini adalah adanya
kurikulum yang mengalami pergantian dari tahun ke tahun dan membebani peserta didik
tanpa ada arah pengembangan yang benar-benar di implementasikan sesuai dengan
perubahan yang diinginkan pada kurikulum tersebut.
Perubahan kurikulum harus diantisipasi dan dipahami oleh berbagai pihak, karena
kurikulum sebagai rancangan pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat strategis,
yang menentukan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan, baik proses maupun
hasil. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan, baik kepala sekolah, guru, maupun peserta
didik akan terkena dampak langsung dari setiap perubahan kurikulum. Perubahan
kurikulum merupakan perubahan yang sangat mendasar dalam sistem pendidikan
nasional, dan akan mengubah komponen-komponen pendidikan lainnya.
Kurikulum bersifat dinamis karena selalu berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan dan tantangan zaman. Semakin maju peradaban satu bangsa, maka
semakin berat pula tantangan yang dihadapinya. Oleh karena itu, untuk menghadapi
tantangan yang akan menimpa dunia pendidikan kita, ketegasan kurikulum dan
implementasinya sangat dibutuhkan untuk membenahi kinerja pendidikan yang jauh
tertinggal dengan negara-negara maju di Dunia. Karena seringnya perubahan kurikulum.
Misalnya saja, dari perubahan KTSP menuju kurikulum 2013. Di berbagai sekolah
Indonesia belum seluruhnya menerapkan kurikulum 2013. Seperti hal yang terjadi di
salah satu sekolah di Aceh yaitu SD Negeri Tanjung Selamat, ketika perubahan
kurikulum dilakukan pada semua kelas di mana pada awalnya masih menerapkan KTSP
dan kemudian diganti dengan K13. Dalam penerapan K13 tersebut tentu adanya
hambatan dalam penerapan, penerapan K13 dapat dilakukan hanya pada kelas tinggi saja
di SDN Tanjung Selamat, sedangkan kelas rendah masih sulit dikarenakan peserta didik
masih terbawa gaya belajar KTSP. Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan kurikulum
selalu mengarah pada perbaikan sistem pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan karena
dianggap belum sesuai dengan harapan yang diinginkan, Usaha tersebut perlu dilakukan
demi menciptakan generasi masa depan yang berkarakter dan menciptakan anak yang
unggul dan mampu bersaing di dunia internasional.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari Uraian di atas maka kami mengambil beberapa rumusan masalah yang akan
dibahas yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan kurikulum k-13 di sekolah dasar ?
2. Apa saja tujuan adanya kurikulum k-13 di sekolah dasar ?
3. Bagaimana strategi pembelajaran didalam kurikulum k-13 di sekolah dasar ?
4. Bagaimana evaluasi kurikulum k-13 di sekolah dasar ?
5. Apa saja materi atau konten didalam kurikulum k-13 di sekolah dasar ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum k-13 di sekolah dasar
2. Untuk mengetahui tujuan kurikulum k-13 di sekolah dasar
3. Untuk mengetahui strategi pembelajaran kurikulum k-13 di sekolah dasar
4. Untuk mengetahui evaluasi kurikulum k-13 di sekolah dasar
5. Untuk mengetahui materi atau konten kurikulum k-13 di sekolah dasar
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KURIKULUM
Istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani Curir yang artinya pelari,
dan Curere artinya tempat berpacu atau tempat lomba. Dan Curriculum
berarti “jarak” yang harus ditempuh. Kurikulum diartikan tidak secara sempit
atau terbatas pada mata pelajaran saja, tetapi lebih luas daripada itu,
kurikulum merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka
memengaruhi peserta didik dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, dapat
dinamakan kurikulum, termasuk juga prosess belajar mengajar, mengatur
strategi dalam pembelajaran, cara mengevaluasi program pengembangan
pengajaran dan sejenisnya.
a. Pengertian sekolah dasar
Sekolah dasar dapat dikatakan sebagai kegiatan mendasari tiga aspek dasar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan.Ketiga aspek ini merupakan dasar atau landasan pendidikan yang paling utama.Hal ini karena ketiga aspek tersebut merupakan hal paling hakiki dalam kehidupan. Manusia membutuhkan sikap-sikap hidup yang positif agar kehidupan menjadi lancar dan juga membutuhkan dasar-dasar pengetahuan agar setiap kali berinteraksi tidak ketinggalan informasi. Serta, yang tidak kalah pentingnya adalah keterampilan.Di sekolah dasar, kegiatan pembekalan diberikan selama enam tahun berturut-turut.Pada saat inilah anak didik dikondisikan untuk dapat bersikap sebaik-baiknya.Pengertian sekolah dasar sebagai basis pendidikan harus benar-benar dapat dipahami oleh semua orang
sehingga mereka dapat mengikuti pola pendidikannya.Tentunya, dalam hal ini, kegiatan pendidikan dan pembelajarannya mengedepankan landasan bagi kegiatan selanjutnya.Tanpa pendidikan dasar, tentunya sulit bagi kita untuk memahami konsep-konsep baru pada tingkatan lebih tinggi.
b. Karakteristik Kurikulum
Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) satuan pendidikan dan kelas, dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan psikomotorik) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
Kompetensi Dasar (KD) merupakankompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran dikelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
c. Konsep Dasar dan Metode Pembelajaran Dalam Kurikulum
Menurut Sudjan, pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Menurut Nasution, pembelajaran sebagai suatu akgivitas mengorganisasi atau mengatur lkngkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik, sehingga terjadi proses belajar. Yang di maksud lingkungan disini adalah ruang belajar, guru, alat peraga, dll.
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang optimal. Metode pembelajaran dapat digunakan pendidik dalam kegiatan pembelajaran, antara lain:
1. Metode Ceramah
Penyampaian materi dari guru kepada siswa melalui bahasa lisan baik verbal maupun nonverbal.
2.Metode Latihan
Penyampaian materi melalui upaya penanaman kebiasaan-kebiasaan tertentu sehingga diharapkan siswa dapat menyerap materi secara optimal.
B. Tujuan kurikulum k 13
Seperti yang sudah kita tahu, bahwa sejak tahun 2013 kemarin, pemerintah telah
mengeluarkan sebuah kurikulum baru untuk menggantikan kurikulum sebelumnya yaitu
kurikulum KTSP tahun 2006. Banyak orang yang masih merasa sangat bingung
mengenai kurikulum yang baru ini. Namun menurut saya, pada kurikulum 2013 ini untuk
anak SD, siswa ataupun siswi SD diberikan sebuah buku dengan tujuan anak tersebut
mengamati dan mengemukaan materi apa yang ada didalam buku tersebut. Jadi sangat
membuat anak-anak melatih logikanya. Dan hal ini menurut saya sangat baik karena pada
kehidupan didunia kerja nanti, kita lebih banyak membutuhkan kemampuan logika dan
cara berpikir yang jernih.
Nah berikut ini saya akan memberitahukan mengenai tujuan dan karakteristik
kurikulum 2013
Karakteristik :
1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa
ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar
terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke
masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam
berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut
dalam kompetensi dasar matapelajaran;
6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Dengan 7 karakteristik tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
kurikulum 2013 ini adalah untuk mempersiapkan pelajar Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Serta Kurikulum 2013 bertujuan juga
untuk mempersiapkan manusia indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yg beriman,produktif, kreatif, inovatif dan afektif, yaitu :
Beriman :
Beriman kepada allah yaitu percaya dan meyakini akan sifat sifat Nya yg
sempurna dan terpuji. Selain orang tua,Peran guru juga sangat penting untuk
mengenalkan kepada muridnya siapa tuhanya dan mengapa mereka harus beriman
Produktif :
Menurut islam adalah suatu sikap yang ingin terus berkarya atau menghasilkan
sesuatu hal yg bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Rasulullah SAW bersabda,
sebaik - baik manusia adalah orang yg bisa memberikan manfaat lain(H.R.Ahmad)
Kreatif
adalah kemampuan mengembangkan atau menciptakan ide dan cara baru.
Inovatif :
Adalah melakukan proses pembaharuan atau pengembangan dengan menciptakan
hal baru yang berbeda dengn sebelumnya.
Afektif : adalah suatu sikap menentukan untuk tujuan yang signifikan dalam
pengambilan langkah selanjutnya.
C. Strategi Pembelajaran Matematika SD Kurikulum 2013
a. Definisi
Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus1.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru
dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
b. Macam-Macam Strategi Pembelajaran
Dalam kurikulum 2013 strategi pembelajaran atau model pembelajaran ada 5
1. Strategi inkuiri Learning (IL) (Penyelidikan Pembelajaran)
2. Strategi Problem Based Learning (PBL) (Pembelajaran berbasis masalah)
3. Strategi discovery Learning (DL) (Menyingkap Pembelajaran)
4. Strategi Project Based Learning (PBL) (Pembelajaran Berbasis proyek)
5. Strategi Saintifik Learning (SL) ( Pembelajaran Ilmiah)
1. Strategi Inkuiri Learning
Didefinisikan oleh Plaget, sebagai pembelajaran yang mempersiapkan
situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin
melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin mencari jawaban atas
pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang
lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.
Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini ialah :
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta, Balai Pustaka, 2001
a. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan
belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.
b. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran
c. Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (selfbelief) pada diri siswa
tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai
berikut :
a. Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan memiliki gairah
berpikir
b. Fasilisator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses
berpikir siswa
c. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan
memberi keyakinan pada diri sendiri.
d. Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam
kelas.
e. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang
diharapkan
f. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas
g. Rewarder, yang memberi penhargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka
peningkatan semangat heuristik pada siswa supaya guru dapat melakukan
perananya secara efektif maka pengenalan kemampuan siswa sangat
diperlukan, terutama cara berpikirnya, cara mereka menanggapi, dan
sebagainya.
2. Strategi Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)
Strategi belajar mengajar problem solving memberi tekanan pada
terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Proses ini berlangsung secara
bertahap, mulai dari menerima stimulus dari lingkungan sampai pada memberi
respons yang tepat terhadapnya. Penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain :
a. Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau
b. Penyelesaian masalah secara intuitif masalah diselesaikan tidak berdasarkan
akal, tetapi berdasarkan intuisi atau firasat.
c. Penyelesaian masalah dengan cara trial error, penyelesaian masalah dilakukan
dengan coba-coba ,percobaan yang dlakukan tidak berdasar hipotesis tetapi
secara acak.
d. Penyelesaian masalah secara otoritas. Penyelesaian masalah dilakukan
berdasarkan kewenangan seseorang.
e. Penyelesaian masalah secara meta fisik. Masalah-masalah yang dihadapi
dalam dunia empirik diselesaikan dengan prinsip-prinsip yang bersumber pada
dunia supranatural/dunia mistik/dunia gaib.
f. Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah secara
rasional melalui proses deduksi dan induksi.
3. Strategi Discovery Learning
Adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang
terjadi bila pelajar tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan
mengorganisasi sendiri.
Prinsip belajar yang nampak jelas dalam discovery learning adalah materi
atau bahan pelajaran yang akan disampaikan, tidak disampaikan dalam bentuk
final akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa
yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian
mengorganisasi atau membentuk apa yang mereka ketahui dan mereka pahami
dalam bentuk akhir.
4. Strategi Project Based Learning
Adalah pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai
media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan
informasi untuk menghasilkan berbagaibentuk hasil belajar.
Tujuan Project Based Learning antara lain:
a. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah proyek
b. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran
c. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang
kompleks dengan hasil produk nyata
d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
mengelola bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas atau proyek
e. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada project based learning
yang bersifat kelompok
5. Strategi Saintifik Learning
Adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta
didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk
jejaring (5M).2
a. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran.
Keunggulan metode mengamati adalah peserta didik senang dan tertantang
dan pelaksanaannya mudah
b. Menanya
Menurut Kemdikbud, menanya mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Membangkitkan rasa ingin tahu
2. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri
3. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar
4. Membiasakan peserta didik berfikir spontan dan cepat
c. Menalar
Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta yang
diperoleh, untuk mendapatkan kesimpulan
2 http://metodepembelajaran10.blogspot,com/2017/01/pengertian-pendekatan-saintifik-dan.html?m=1
d. Mengkomunikasikan
Situasi kolaboratif peserta didik akan dilatih berinteraksi dengan empati,
saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-
masing.
D. Evaluasi
1. Konsep evaluasi kurikulum
Dari segi istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W.
Brown (1977): Evaluation refer to the act or process to determining the value of
something. Menurut definisi ini, maka istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau
mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai
dari sesuatu.
Evaluasi adalah penilaian yang dalam bahasa Inggris disebut evaluation, yang
mengandung arti menilai tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu. Dalam
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 58 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa
evaluasi merupakan kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap proses serta hasil
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh lembaga mandiri secara
berkesinambungan, berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai
pencapaian standar nasional pendidikan. Secara prinsipil evaluasi merupakan suatu
kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas kegiatan
dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karenaanya, kegiatan evaluasi harus
dilaksanakan melalui perencanaan, pengumpulan informasi, pelaporan, dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa.
Dalam Bukunya Ngalim Purwanto, di dapatkan beberapa fungsi evaluasi dalam bidang pendidikan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu.
b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.
c. Untuk keperluan bimbingan dan konseling
d. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
e. Untuk mengetahui aspek- aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.
f. Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru yang bersumber dari siswa.
g. Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.
2. Dimensi dan kriteria evaluasi kurikulum
Meskipun evaluasi kurikulum adalah bagian dari totalitas sistem penilaian
sekolah, pelaksanaan evaluasi kurikulum secara fungsional merupakan bagian dari
sistem kurikulum dan subjek untuk rekayasa kurikulum. Ada empat dimensi dari
evaluasi kurikulum yaitu:
a. Evaluasi guru dalam menggunakan kurikulum. Evaluasi guru dalam penggunaan
kurikulum secara logis adalah hal pertama untuk dilakukan. Hal tersebut dilakukan
dengan cara pengamatan data-data penggunaan guru terhadap kurikulum. Ketika guru
tidak menggunakan kurikulum dalam pengembangan strategi pembelajarannya, maka
evaluasipun dihentikan.
b. Evaluasi desain kurikulum adalah evaluasi yang paling sulit dilakukan karena
ketiadaan kriteria dalam pelaksanaannya. Desain yang berbeda tentu tidak dapat
dibandingkan dan disesuaikan dengan kreteria yang umum. Untuk memastikan
kesuksesan seorang guru dalam menggunakan kurikulum, maka kecukupan desain
perlu diperhatikan.
c. Evaluasi lulusan, adalah penilaian kurikulum sebagai instrument untuk.memprediksi
lulusan. Hal ini juga sangat sulit untuk dilakukan, karena beberapa variabel sistem
pembelajaran awal sekolah telah terjadi percampuran antara waktu perencanaan
kurikulum dengan ketaatan pembelajaran siswa.
d. Evaluasi sistem kurikulum Setiap aspek kurikulum harus di bawah pengawasan
evaluasi. Pemilihan arena, pemilihan orang yang terlibat, pengorganisasian orang-
orang untuk bekerja, prosedur kerja, tugas-tugas yang diperankan oleh kepemimpinan
personal adalah keseluruhan subjek yang harus dievaluasi baik kelebihan maupun
kekurangannya. Hal inilah yang membuat sistem kurikulum bekerja. Umpan balik dari
evaluasi itu dapat membantu untuk memperbaiki sistem dan menyediakan
keberlanjutan dan perkembangan sistem kurikulum dari tahun ke tahun.
Adapun kriteria pelaksanaan evaluasi kurikulum yang baik adalah sebagai berikut:
a. Continuity yaitu evaluasi harus dilakukan berkesinambungan dan merupakan bagian terpadu disetiap bagian pembelajaran dan pengajaran.
b. Scope yaitu prosedur evaluasi harus bervariasi sebagai cakupan dari tujuan.
c. Compatibility yaitu evaluasi harus kompatibel dengan rumusan tujuan.
d. Validity yaitu prosedur evaluasi harus mengukur apa yang seharusnya diukur.
e. Objectivity yaitu evaluasi harus didasarkan pada objektivitas, dan hindari yang mengarah pada subjektivitas.
f. Diagnostic value yaitu evaluasi harus mengenal tingkatan performa siswa dan proses yang diperlukan untuk mencapai performa tersebut.
g. Participation yaitu prosedur evaluasi dimungkinkan untuk ditingkatkan oleh para siswa itu sendiri.
3. Tujuan evaluasi kurikulum
Tujuan evaluasi adalah penyempurnaan kurikulum dengan cara
menyempurnakan proses pelaksanaan kurikulum yang telah berhasil mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Menyediakan informasi mengenai pelaksanaan pengembangan dan pelaksanaan
suatu kurikulum sebagai masukan bagi pengambil keputusan.
2. Menentukan tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu kurikulum serta faktor-
faktor yang berkontribusi dalam suatu lingkungan tertentu.
3. Mengembangkan berbagai alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan
dalam upaya perbaikan kurikulum.
4. Memahami dan menjelaskan karakteristik suatu kurikulum dan pelaksanaaan
kurikulum.
Tujuan evaluasi yang komprehensif dapat ditinjau dari tiga dimensi, yakni:
1. Dimensi formatif-sumatif, formatif: evaluasi dilakukan sepanjang
pelaksanaan kurikulum. Sumatif: proses evaluasi dilakukan pada akhir jangka
waktu tertentu (misalnya pada akhir semester, tahun pelajaran atau setelah
lima tahun) untuk mengetahui efektivitas kurikulum dengan menggunakan
semua data yang dikumpulkan selama pelaksanaan dan akhir proses
implementasi kurikulum.
2. Dimensi proses-produk, proses yang dievaluasi ialah metode dan proses
dalam pelaksanaan kurikulum. Tujuannya ialah untuk mengetahui metode dan
proses yang digunakan dalam implementasi kurikulum. Produk yang
dievaluasi ialah hasil-hasil yang nyata yang dapat dilihat seperti silabus,
satuan pelajaran dan alat-alat pelajaran yang dihasilkan oleh guru dan hasil-
hasil siswa yang berupa hasil test.
3. Dimensi operasi keseluruhan proses kurikulum atau hasil belajar siswa.
4. Model-model evaluasi kurikulum
Dalam studi tentang evaluasi, banyak sekali dijumpai model-
model evaluasi dengan format atau sistematika yang berbeda,
sekalipun dalam beberapa model ada juga yang sama. Zainal Arifin
(2009) membagi model-model evaluasi sebagai berikut:
1. Model Tyler, model ini dibangun atas dua dasar pemikiran.
Pertama, evaluasi ditujukan pada tingkah laku peserta didik. Kedua,
evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik
sebelum melaksanakan kurikulum dan sesudah melaksanakan (hasil).
Dasar pemikiran kedua ini menunjukkan bahwa seseorang evaluator
kurikulum harus dapat menentukan perubahan tingkah laku apa yang
terjadi setelah peserta didik mengikuti pengalaman belajar tertentu, dan
menegaskan bahwa perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang
disebabkan oleh kegiatan kurikulum.
2. Model yang Berorientasi pada tujuan (Goal Oriented Evaluation Model),
Model ini dapat membantu guru menjelaskan rencana pelaksanaan
kegiatan suatu kurikulum dengan proses pencapaian tujuan. Instrumen
yang digunakan bergantung pada tujuan yang ingin diukur. Hasil evaluasi
akan menggambarkan tingkat keberhasilan tujuan kurikulum berdasarkan
kriteria tertentu. Kelebihan model ini terletak pada hubungan antara
tujuan dan kegiatan yang menekankan pada peserta didik sebagai aspek
penting dalam kurikulum. Kekurangannya adalah memungkinkan
terjadinya proses evaluasi melebihi konsekuensi yang tidak diharapkan.
3. Model Pengukuran “measurement model” (R.Thorndike dan R.Lebel),
Model ini sangat menitik beratkan pada kegiatan pengukuran.
Pengukuran digunakan untuk menentukan kuantitas suatu sifat (attribute)
tertentu yang dimiliki oleh objek, orang maupun peristiwa, dalam bentuk
unit ukuran tertentu. Dalam pengembangan model kurikulum, model ini
telah diterapkan untuk mengungkap perbedaan-perbedaan individual
maupun kelompok dalam hal kemampuan, dan sikap.
4. Model Kesesuaian “congruence model” (Ralph W.Tyler, John B.Carrol,
Lee J.Cronbach), Model ini memamdang evaluasi sebagai suatu
kegiatan untuk melihat kesesuaian (congruence) antara tujuan dan
hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk
menyempurnakan sistem bimbingan peserta didik dan untuk memberikan
informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan. Objek evaluasi adalah
tingkah laku pesertadidik, yaitu perubahan tingkah laku yang diinginkan
(intended behavior) pada akhir pendidikan, baik yang menyangkut
kognitif, afektif, maupun psikomotor.
5. Model Evaluasi Sistem Pendidikan “Educational System Evaluation
Model” (Daniel L. Stufflebeam, Michael Scriven, Robert E. Stake, dan
Malcolm M. Provus), Evaluasi berarti membandingkan performance dari
berbagai dimensi (tidak hanya hasil dimensi saja) dengan sejumlah
kriteria, baik yang bersifat mutlak/intern maupun relatif/ekstern. Model
ini menekankan sistem sebagai suatu keseluruhan dan merupakan
penggabungan dari beberapa model.
6. Model Alkin (Marvin Alkin, 1969), Evaluasi adalah suatu proses untuk
meyakinkan keputusan, mengumpulkan informasi, memilih informasi
yang tepat, dan menganalisis informasi sehingga dapat disusun laporan
bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif.
7. Model Brienkerhoff, Mengemukakan ada tiga jenis evaluasi yang
disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama
diantaranya yaitu: (a). fixed vs emergent evaluation design, (b). formative
vs summative evaluation, (c). desain experimental dan desain quasi
eksperimental vs natural inquiri. h) Model Illuminatif (Molcom Parlett dan
Hamilton), model ini lebih menekankan pada evaluasi kualitataif-terbuka
(open-ended).Kegiatan evaluasi dihubungkan dengan learning milieu,
yaitu lingkungan sekolah sebagai lingkungan material dan psiko-sosial,
dimana guru dan peserta didik dapat berinteraksi. Tujuan evaluasi adalah
untuk menganalisis pelaksanaan sistem, faktor-faktor yang
mempengaruhinya, kelebihan dan kekurangan sistem, dan pengaruh
sistem terhadap pengalaman peserta didik. hasil evaluasi lebih bersifat
deskriptif dan interpretasi, bukan pengukuran dan prediksi.
8. Model Responsif (Reponsive Model), Model ini menekankan pada
pendekatan kualitataif-naturalistik. Evaluasi diartikan sebagai pemberian
makna atau melukiskan sebuah realitas dari berbagai prespektif orang-
orang yang terlibat, berminat dan berkepentingan dengan program. Tujuan
evaluasi adalah untuk memahami semua komponen program melalui
berbagai sudut pandang yang berbeda.
9. Model Studi Kasus, Model ini memiliki beberapa karakteristik, antara
lain: (a) terfokus pada kegiatan kurikulum di suatu sekolah, di kelas
atau bahkan hanya kepada seorang kepala sekolah atau guru, (b) tidak
mempersoalkan pemilihan sampel, (c) hasil evaluasi hanya berlaku pada
tempat evaluasi dilakukan, (d) tidak ada hasil evaluasi, (e) data yang
dikumpulkan terutama data kualitatif, dan (f) adanya realitas yang
tidak sepihak (multiple realities
5. Evaluasi kurikulum di madrasah ibtidaiyah
Dari beberapa model evaluasi kurikulum diatas, menurut yang paling tepat
digunakan di Madrasah Ibtidaiyah adalah model studi kasus karena
dengan model ini pelaksanaan evaluasi kurikulum dapat berjalan secara
maksimal. Untuk menggunakan model ini dengan mendekatkan dan
mengakrabkan dirinya terhadap kurikulum yang akan dievaluasi sehingga
evaluator tidak kaku dalam mengumpulkan data. Kekakuan evaluator
dapat berakibat kegagalan dalam evaluasi. Artinya, pada langkah ini,
evaluator harus mempelajari kurikulum, baik dalam dimensi ide maupun
dimensi rencana. Evaluator juga harus beradaptasi di lapangan dengan
berbagi persoalan dan kebiasaan yang ada sehingga dia tidak merasa
sebagai orang asing di tempat tersebut.
Setelah evaluator mempelajari tentang kurikulum dan beradaptasi
dengan lingkungan, barulah ia mengembangkan instrumen. Prosedur
standarisasi instrumen terutama reliabilitas tidak terlalu dipersoalkan.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data terutama adalah
observasi. Meskipun demikian, evaluator dapat juga menggunakan
wawancara, kuisioner, dan dokumentasi untuk menggumpulkan data-data
kualitatif. Hal terpenting bagi evaluator adalah instrument yang
dikembangkan harus bersumber dari masalah-masalah yang timbul dari
hasil pra-survei di lapangan dengan bentuk pertanyaan terbuka. Analisis
data dilakukan ketika evaluator masih berada di lapangan dan masih dalam
proses pengumpulan data. Keberhasilan suatu evaluasi kurikulum secara
keseluruhan bukan hanya dipengaruhi penggunaan yang tepat pada sebuah
model evaluasi, melainkan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain:
a) Tujuan kurikulum, baik tujuan umum maupun tujuan khusus.
Seringkali kedua tujuan kurikulum ini saling bertentangan satu sama lain
dilihat dari kebutuhan dan komponen-komponen kurikulum lainnya.
Bahkan, kadang-kadang evaluator sendiri mempunyai tujuan sendiri-
sendiri. Semuanya harus dipertimbangkan agar terdapat keseimbangan dan
keserasian.
b) Sistem sekolah, mengingat kompleksnya sistem sekolah, maka
fungsi sekolah juga menjadi ganda. Disatu pihak sekolah ingin
mewariskan kebudayaan masa lampau dengan sistem normal, nilai, dan
adat yang dianggap terbaik untuk generasi muda. Dipihak lain, madrasah
berkewajiban mempersiapkan peserta didik menghadapi masa depan,
memperoleh kemampuan dan keterampilan berinovasi, bahkan
menghasilkan perubahan. Jadi, madrasah sekaligus bersikap konservatif-
radikal serta reaksioner-progresif. Peranan evaluasi menjadi sangat
penting untuk melihat dan mempertimbangkan hal-hal apa yang perlu
diberikan di madrasah. Begitu juga bentuk kurikulum dan silabus mata
pelajaran sangat bergantung pada evaluasi yang dilaksanakan oleh guru-
guru di madrasah, sehingga timbul masalah lainnya yaitu teknik evaluasi
apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan itu.
c) Program pembinaan, banyak program pembinaan yang belum
menyentuh secara langsung tentang evaluasi. Program pembinaan guru
misalnya, lebih banyak difokuskan pada pengembangan kurikulum dan
metodologi pembelajaran. Hal ini pula yang menyebabkan perbaikan
sistem evaluasi menjadi kurang efektif. Guru juga sering dihadapkan
dengan beragam kegiatan, seperti membuat persiapan mengajar, mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler, penyesuaian diri dan kegiatan administratif
lainnya. Artinya,bagaimana mungkin kualitas sistem evaluasi kurikulum
di madrasah dapat ditingkatkan, bila fokus pembinaan guru hanya
menyentuh domain-domain tertentu saja, ditambah lagi dengan kesibukan-
kesibukan guru diluar pokoknya sebagai pengajar.
E. Jenis Konten/Materi Pembelajaran | Kurikulum 2013 SD
Jenis Konten/Materi pembelajaran Kurikulum 2013 SD yang harus disajikan
di dalam proses pembelajaran pada umumnya dapat diklasifikasikan kepada salah satu
dari 5 jenis konten, yaitu:
1. fakta
2. konsep
3. prosedur
4. proses
5. prinsip
Jenis Konten - Fakta Kurikulum 2013 SD
Fakta adalah sesuatu yang unik, salah satu jenis informasi, sesuatu yang berbeda dari
bentuk lainnya ... bisa dikatakan tidak ada duanya
Contoh :
Data tertentu seperti kode dan password, layar antarmuka unik dan bentuk adalah
contoh umum dari informasi faktual.
Jenis Konten - Konsep Kurikulum 2013 SD
Sekelompok peristiwa, benda atau simbol yang disebut dengan nama yang sama.
Konsep adalah representasi mental atau prototipe benda atau ide-ide yang mencakup
beberapa contoh spesifik. Semua konsep memiliki fitur kritis atau karakteristik, dan
fitur yang tidak relevan. Fitur penting yang selalu dikaitkan dengan konsep tertentu,
fitur relevan bervariasi dari contoh spesifik
Jenis Konten - Prosedur Kurikulum 2013 SD
Prosedur adalah serangkaian langkah-langkah yang jelas yang menghasilkan
pencapaian tugas pekerjaan rutin. Prosedur dilakukan dengan cara yang sama setiap
kali (dikerjakan) dan dapat ditetapkan secara jelas dalam format langkah demi
langkah.
Jenis Konten - Proses Kurikulum 2013 SD
Prosedur, normalnya bersifat sudah diarahkan, sedangkan proses lebih bersifat
deskriptif (menjelaskan). Ia memberitahu bagaimana sesuatu bekerja. Proses dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kategori:
(A) Proses bisnis – menggambarkan organisasi kerja mengalir. Ini adalah kombinasi
dari tugas individu yang dilakukan oleh karyawan yang berbeda atau bidang
fungsional organisasi. Misalnya: proses penagihan, proses pendaftaran tamu hotel
(B) Proses teknis – terdiri dari tahap yang melibatkan operasi peralatan. Misalnya:
Bagaimana listrik yang dihasilkan
(C) Proses ilmiah – fokus pada sistem alami seperti bagaimana terbentuknya tsunami
atau bagaimana darah beredar dalam tubuh kita
Jenis Konten - Prinsip Kurikulum 2013 SD
Tugas berbasis prinsip ini juga dikenal sebagai far transferred task. Tugas yang
dilakukan dengan mengadaptasi suatu pedoman/panduan untuk berbagai konteks
lingkungan kerja
Contoh: prinsip perencanaan layar; panduan mendisain animasi karakter
HASIL OBSERVASI DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 TANJUNG RAYA KECAMATAN KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG DALAM MEMBUAT KONTEN
Konten atau materi pelajaran sebenarnya merupakan komponen kurikulum yang amat penting. Konten menyangkut jawaban terhadap pertanyaan, “apakah yang diajarkan?”. Konten ini seringkali tidak diperhatikan. Artinya, konten seringkali diserahkan saja pada keputusan guru atau diambil saja dari buku teks yang berlimpah-limpah, tanpa mengaitkan dengan tujuan pendidikan, tujuan kurikulum atau dengan tujuan instruksional
Struktur Kurikulum SDN 1 Tanjung Raya Bandar Lampung adalah sebagai berikut:
Keterangan:
*Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah
Kegiatan Ekstra Kurikuler SD/MI antara lain:
☛ Pramuka (Wajib)
☛ UKS
Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih
kepada aspek kognitif dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang
lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor. Integrasi Kompetensi Dasar IPA
dan IPS didasarkan pada keterdekatan makna dari konten Kompetensi Dasar IPA dan IPS
dengan konten Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia,
Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang berlaku untuk kelas
I, II, dan III. Sedangkan untuk kelas IV, V dan VI, Kompetensi Dasar IPA dan IPS
berdiri sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam tema-tema yang ada untuk kelas
IV, V dan VI.
BEBAN BELAJAR
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar
selama satu semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32,
34 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam
belajar SD/MI adalah 35 menit. Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan
pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk
mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif. Proses pembelajaran
siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian
informasi karena peserta didik perlu latihan untuk mengamati, menanya, mengasosiasi,
dan berkomunikasi. Proses pembelajaran yang dikembangkan menghendaki kesabaran
guru dalam mendidik peserta didik sehingga mereka menjadi tahu, mampu dan mau
belajar dan menerapkan apa yang sudah mereka pelajari di lingkungan sekolah dan
masyarakat sekitarnya. Selain itu bertambahnya jam belajar memungkinkan guru
melakukan penilaian proses dan hasil belajar. Mata pelajaran adalah unit organisasi
Kompetensi Dasar yang terkecil. Untuk kurikulum SD/MI organisasi Kompetensi Dasar
kurikulum dilakukan melalui pendekatan terintegrasi (integrated curriculum).
Berdasarkan pendekatan ini maka terjadi reorganisasi Kompetensi Dasar mata pelajaran
yang mengintegrasikan konten mata pelajaran IPA dan IPS di kelas I, II, dan III ke dalam
mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia,
Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Dengan pendekatan ini
maka struktur Kurikulum SD/MI menjadi lebih sederhana karena jumlah mata pelajaran
berkurang. Prinsip pengintegrasian IPA dan IPS di kelas I, II, dan III di atas dapat
diterapkan dalam pengintegrasian muatan lokal. Kompetensi Dasar muatan lokal yang
berkenaan dengan seni, budaya dan keterampilan, serta bahasa daerah diintegrasikan ke
dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Kompetensi Dasar muatan lokal yang
berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
Selain melalui penyederhanaan jumlah mata pelajaran, penyederhanaan dilakukan
juga terhadap Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran. Penyederhanaan dilakukan
dengan menghilangkan Kompetensi Dasar yang tumpang tindih dalam satu mata
pelajaran dan antarmata pelajaran, serta Kompetensi Dasar yang dianggap tidak sesuai
dengan usia perkembangan psikologis peserta didik. Di kelas IV, V, dan VI nama mata
pelajaran IPA dan IPS tercantum dan memiliki Kompetensi Dasar masing–masing. Untuk
proses pembelajaran Kompetensi Dasar IPA dan IPS, sebagaimana Kompetensi Dasar
mata pelajaran lain, diintegrasikan ke dalam berbagai tema. Oleh karena itu, proses
pembelajaran semua Kompetensi Dasar dari semua mata pelajaran terintegrasi dalam
berbagai tema.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian-uraian diatas tentang pendekatan-pendekatan pengembangan kurikulum, maka dapatlah diambil kesimpulan, yaitu:
Kurikulum merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam
rangka memengaruhi peserta didik dalam belajar untuk mencapai suatu
tujuan, dapat dinamakan kurikulum, termasuk juga prosess belajar mengajar,
mengatur strategi dalam pembelajaran, cara mengevaluasi program
pengembangan pengajaran dan sejenisnya. Tujuan kurikulum
mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual
dan psikomotorik; sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang
memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan
apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar; mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat; serta strategi adalah Strategi adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus3. Strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.dan juga
3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta, Balai Pustaka, 2001
evaluasi adalah hasil dari strategi pembelajaran , dan dapat dibuat materi atau
konten seperti susunan pembelajaran terhadap peserta didik
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT. Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
E, Mulyasa. 2006. kurikulum yang disempurnakan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hidayati, Wiji. 2012. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Pedagogia.
Komsiyah, Indah. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Teras.