GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWANKABUPATEN
ACEH BARATTAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH:
ANITA
NIM : 06C10104260
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT
2012
GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN
ACEH BARAT TAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH:
ANITA
NIM : 06C10104260
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT
2012
PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMILTERHADAP PERAWATAN PAYUDARA DI DESA
MEUTULANG KECAMATAN PANTON REUKABUPATEN ACEH BARAT
TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH :
NILA KASMITANIM : 06C101040210
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH - ACEH BARAT
TAHUN 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Perawatan payudara selama kehamilan adalah salah satu bagian penting
yang harus diperhatikan sebagai persiapan dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI).
Selama kehamilan daerah sekitar puting warnanya akan lebih gelap. Dengan
adanya pembengkakkan tersebut, payudara menjadi mudah teriritasi bahkan
mudah luka. Oleh karena itu, perlu dilakukan perawatan payudara selama hamil,
(Saryono-Paramitasari, 2009).
Apabila selama kehamilan ibu tidak melakukan perawatan payudara dan
perawatan tersebut hanya dilakukan pasca persalinan, maka akan menimbulkan
beberapa permasalahan, seperti ASI tidak keluar atau ASI keluar setelah beberapa
hari kemudian, puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap,
produksi ASI sedikit, dan tidak cukup dikonsumsi bayi, infeksi pada payudara,
payudara bengkak, bernanah, dan muncul benjolan di payudara. Perawatan
payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai masa menyusui. Hal ini
karena payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang merupakan
makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin.
Inilah karunia Allah yang sangat besar kepada kaum wanita di mana ASI
merupakan makanan paling cocok bagi bayi, komposisinya paling lengkap, dan
tidak bisa ditandingi susu formula buatan manusia, (Saryono-Paramitasari, 2009).
Akan tetapi, pada kenyataannya banyak ibu hamil mengabaikan perawatan
payudara. Ini dikarenakan ibu malas atau sesungguhnya ibu belum mengetahui
manfaatnya. Pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap perawatan payudara
2
sangat menunjang ibu setelah bersalin, sehingga dapat memberikan ASI eksklusif
pada bayi, (Dedek, 2008).
Perawatan payudara selama kehamilan adalah salah satu bagian penting
yang harus ibu perhatikan sebagai persiapan untuk menyusui nantinya, saat
kehamilan payudara akan membesar dan daerah sekitar puting susu akan lebih
gelap warnanya juga sensitif. Semua terjadi untuk persiapan tubuh ibu hamil
untuk memberikan ASI pada bayinya kelak, agar tidak memberi susu formula
sehingga harapan ASI eksklusif untuk bayi tercapai, (Saryono-Paramitasari,
2009).
The American Cancer Sociaty (2008), memperkirakan setiap tahunnya
sekitar 178.000 wanita akan di diagnosis terkena kanker payudara, dikarenakan
oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman bagi wanita dalam melakukan
perawatan payudara, (Cancer, 2008).
Sedangkan berdasarkan data dari Badan Registrasi Kanker Ikatan Dokter
Ahli Patologi Indonesia (IAPI) tahun 1998 di 13 Rumah Sakit di Indonesia kanker
leher rahim menduduki peringkat pertama dari seluruh kanker sebesar 17,2%
diikuti kanker payudara 12,2% dan berdasarkan data globocan IARC 2002,
didapatkan estimasi insiden kanker payudara di Indonesia sebesar 26 per 100.000
perempuan dan kanker leher rahim sebesar 16 per 100.000 perempuan, (Antara,
2008).
Angka kematian ibu dan kematian bayi telah berhasil diturunkan serta umur
harapan hidup rata-rata Bangsa Indonesia telah meningkat secara bermakna. Jika
pada tahun 2003 AKI tercatat 307/100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar
37/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003), maka pada tahun 2007 Angka Kematian
3
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami penurunan yaitu masing-
masing adalah 228/100.000 kelahiran hidup serta 34/1.000 kelahiran hidup (SDKI
2007). Sementara itu, umur harapan hidup rata-rata meningkat dari 70,5 tahun
pada tahun 2007 menjadi 72 tahun pada tahun 2014 (RPJMN 2010-2014),
(Kemenkes RI, 2012).
Untuk mengurangi angka kejadian yang terjadi, maka pemerintah
menyelenggarakan program deteksi dini kanker payudara, yaitu dengan
pemeriksaan payudara sendiri dan melakukan perawatan payudara.
Perawatan payudara selama kehamilan adalah salah satu bagian penting yang
harus diperhatikan sebagai persiapan dalam pemberian ASI. Oleh karena itu perlu
dilakukan perawatan payudara selama hamil dan pemberian ASI merupakan satu
langkah yang harus dipertimbangkan untuk mencegah terjadinya kanker payudara,
(Saryono-Pramitasari, 2009).
Pada salah satu klinik KIA di Jogja terdapat terapi perawatan payudara
untuk ibu hamil, namun juga masih minimnya para ibu-ibu hamil untuk
melakukan terapi perawatan payudara tersebut, adapun jumlah persentase ibu
hamil yang berkunjung yaitu 67%, namun hanya 13% yang mengikuti terapi Brast
Care, (Kartika, 2008).
Pencapaian Program IMD (Inisiasi Menyusui Dini) di Indonesia hanya 14%
bayi saja yang mendapatkan ASI segera dan hanya 8% bayi yang mendapatkan
ASI Segera. Sedangkan menurut Survey Sosial Ekonomi Indonesia 2011,
melaporkan hanya 75% ibu menyusui ASI bayi mereka paling sedikit 12 bulan
dan hanya 12% ibu menyusui ASI eksklusif hingga 6 bulan, (Depkes RI, 2011).
4
Pencapaian Program ASI eksklusif pada tingkat Provinsi Aceh Persentase
pemberian ASI Eksklusif hanya 6%, sementara pemberian ASI dan minuman
lainnya, pemberian makanan & minuman selain ASI di Provinsi Aceh juga masih
tinggi dan persentase ibu yang memberikan ASI segera hanya mencapai 53%, dan
yang tidak 47%, (Profil Aceh, 2011).
Di Puskesmas Meutulang menurut hasil wawancara peneliti dengan petugas,
memang sangat kurangnya persentase ibu hamil yang mengkonsultasikan
perawatan payudara selama hamil. Banyak ibu-ibu setelah post partum tidak
adanya ASI segera, dan juga memberikan susu formula untuk bayi tanpa adanya
usaha untuk memperbanyak ASI, adapun cara agar ASI segera ada pada pasca
post partum yaitu melakukan perawatan payudara sejak masa kehamilan.
Berdasarkan hasil survei awal yang penulis lakukan pada tanggal 07 Juni
2012, dengan 12 orang ibu hamil, 9 dari mereka mengutarakan bahwa sangat
minimnya pengetahuan yang mereka miliki tentang perawatan payudara selama
kehamilan, dan hanya 3 orang ibu hamil sedikit mengerti tentang pentingnya
perawatan payudara selama kehamilan.
Dari data yang sudah diperoleh dari petugas Puskesmas Meutulang
Kecamatan Panton Reu Kabupaten Aceh Barat, terdapat 340 ibu hamil terhitung
dari bulan Januari s/d Desember 2011. Adapun data ibu hamil pada bulan Januari
s/d Desember 2012 yaitu 101 ibu hamil. Namun, menurut wawancara peneliti
dengan bidan di ruang KIA tidak adanya ibu hamil yang mengkonsultasikan
tentang perawatan payudara pada masa kehamilan, dan bidan pun berusaha
memberikan pengetahuan tentang perawatan payudara pada ibu hamil yang ada di
Puskesmas Mentulang, (Puskesmas Mentulang, 2012).
5
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang “Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap
Perawatan Payudara Di Desa Meutulang Kecamatan Panton Reu Kabupaten Aceh
Barat Tahun 2013”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah secara
umum dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil
Terhadap Perawatan Payudara Di Desa Meutulang Kecamatan Panton Reu
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui “Pengaruh
Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Perawatan Payudara Di Wilayah
Kerja Puskesmas Meutulang Kecamatan Panton Reu”.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu hamil terhadap perawatan
payudara.
1.3.2.2. Untuk mengetahui pengaruh sikap ibu hamil terhadap perawatan
payudara.
6
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1.Manfaat Teoritis
Agar dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian dan juga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari atau
menerapkan proses berpikir ilmiah dalam memahami dan menganalisa masalah.
1.4.2.Manfaat Aplikatif
1.4.2.1. Sebagai bahan dokumentasi dan bahan bacaan yang dapat dijadikan
acuan penelitian selanjutnya bagi mahasiswa.
1.4.2.2. Bagi Petugas Kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan kepada ibu
hamil tentang pentingnya perawatan payudara pada masa kehamilan.
1.4.2.3. Bagi ibu agar lebih memahami tentang perawatan payudara dan memiliki
sikap yang positif tentang perawatan payudara pada masa kehamilan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1.Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga,
(Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan merupakan pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hindung, telinga dan lain
sebagainya), (Taufik, 2007).
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan
sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Akan tetapi, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah
mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan yang formal saja, akan tetapi
dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang
suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua
aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif
dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap
objek tertentu. Menurut teori WHO (Word Healt Organization) yang dikutip oleh
8
Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.
2.1.2.Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior) sehingga pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, (Notoatmodjo, 2007),
yaitu:
1. Tahu(Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik, dan seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini
adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
Contoh : dapat menyebutkan manfaat perawatan payudara.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramaikan dan sebagainya terhadap objek yang telah
9
dipelajari. Misalnya, dapat menjelaskan mengapa harus dapat
menghindari pergaulan bebas.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang rill (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lainnya. Misalnya, dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-
prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam
pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja : dapat
menggambarkan (membuat bagan) membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuanuntuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat
10
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan
dan sebagainya.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.3.Cara Memperoleh Pengetahuan
Pengetahuan memungkinkan seseorang memecahkan masalah yang
dihadapinya. Menurut Notoatmodjo (2007), cara yang digunakan untuk
memperoleh pengetahuan dapat dilakukan dengan cara tradisional dan cara
modern (ilmiah).
1. Cara tradisional
Cara tradisional dapat diperoleh melalui cara coba salah (trial and error)
dimana cara ini telah banyak dipakai orang sebelum adanya kebudayaan
bahkan mungkkin sebelum adanya peradaban, cara kekuasaan atau
otoritas yaitu cara memperoleh pengetahuan dari kehidupan sehari-hari
cara memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman masa laluuntuk
memecahkan suatu masalah, dan cara memperoleh pengetahuan melalui
jalan pikiran dimana cara ini sejalan dengan perkembangan kebudayaan
manusia.
11
2. Cara modern
Cara modern yaitu cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut metode
penulisan atau lebih populer disebut metodologi penulisan.
2.1.4.Cara Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas, (Notoatmodjo, 2007).
2.2. Sikap
2.2.1.Pengertian Sikap
Notoatmodjo dalam Wawan dan Dewi (2010), Sikap merupakan reaksi atau
respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap
menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek tersebut. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.
Sikap juga dapat membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau
objek lain.
New Comb salah seorang ahli psikologis, menyatakan bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu, (Notoatmodjo, 2007).
Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul
apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang
12
dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri
individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-
buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian
mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap, (Azwar, 2005).
Secara sederhana, sikap adalah cara mengkomunikasikan susana hati (mood)
dalam diri sendiri kepada orang lain. Bila merasa optimistik dan memperkirakan
akan mengalami pertemuan yang berhasil, hal ini memancarkan sikap positif dan
orang-orang biasanya menanggapinya dengan baik. Bila merasa pesimistik dan
menduga hal-hal yang buruk, sikap dalam hal ini sering kali negatif dan orang-
orang cenderung menjauhi kita, sikap merupakan cerminan jiwa. Sikap adalah
cara melihat sesuatu secara mental, (Chapman, 2003).
2.2.2.Ciri-Ciri Sikap
Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan orang itu berhubungan dengan objeknya. Sifat ini
membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus,
kebutuhan akan istirahat. Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat
dipelajari dan oleh karena itu sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat
keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang
lain. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk dipelajari atau berubah
senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan
jelas, (Maramis, 2006).
13
2.2.3.Cara Belajar Membentuk Sikap
Menurut Purwanto (2002), belajar sikap tergolong belajar dinamik-afektif
yaitu belajar yang menimbulkan semangat, yang juga disertai berbagai macam
perasaan. Belajar sikap banyak berlangsung melalui pendidikan informal,
khususnya dalam lingkungan keluarga dan lingkungan umat beragama. Media
masa juga memegang peran besar dalam menanamkan sikap dan nilai. Orang yang
belajar sikap biasanya tanpa kesadaran yang penuh.
Sikap merupakan suatu kondisi yang intern dalam diri individu yang
berperan dalam tindakan-tindakan yang diambil, lebih-lebih apabila terdapat
berbagai kemungkinan untuk bertindak. Belajar sikap pada berbagai jenjang
pendidikan berlangsung melalui tiga jalan yaitu memperoleh penguatan, belajar
model, conditioning ala pavlov. Memperoleh penguatan adalah belajar yang
berlangsung menurut pola kondisi yang didalamnya memegang peranan pokok.
Penguatan dapat berupa hadiah setelah bertindak atau berkata benar, melakukan
tindakan yang menyenangkan dapat meningkatkan tindakan, (Purwanto, 2002).
Belajar model menjadikan seorang yang dikagumi atau dihormati serta
dapat dipercaya akan menjadi model pada dirinya dan cenderung untuk meniru
tindakan yang dilakukan pada model yang ditolaknya dan cenderung untuk
berbuat yang sama, bila model itu mendapat penguatan terhadap tindakan,
(Maramis, 2006).
Conditioning ala pavlov yaitu belajar dengan cara mengembangkan suatu
sikap tertentu melalui cara yang afektif di dalam sikap. Suatu perangsangan alam
yang menimbulkan secara spontan suatu reaksi jika dihubungkan dengan
perangsang yang berlain yang tidak menimbulkan reaksi, (Purwanto, 2002).
14
2.2.4.Manfaat Sikap Positif
Sikap positif mendorong kreatifitas, bersikap positif akan membantu
berpikir secara bebas. Gagasan dan pemecahan muncul kepermukaan, sebaliknya
sikap negatif mempunyai efek menghambat kreatifitas. Sikap yang tangguh dapat
menciptakan hal-hal yang baik, banyak yang percaya bahwa seseorang merasa
riang walaupun peristiwa-peristiwa cenderung terjadi dalam hidupnya, betapapun
sikap mareka yang gembira menciptakan suasana yang menguntungkan bagi
mareka, ini dapat disebut sebagai sikap yang tangguh dan sikap positif dapat
memicu semangat, (Chapman, 2003).
2.2.5.Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari empat tingkatan,
yakni sebagai berikut, (Notoatmodjo, 2007) :
a. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
15
2.2.6.Skala Sikap
Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini
dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar
pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut skala sikap.
Skala sikap berupa kumpulan pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dari respon
subjek pada setiap pernyataan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan
intensitas sikap dari seseorang. Pada beberapa bentuk skala dapat pula
diungkapkan mengenai keleluasaan serta konsisten dari sikap individu.
Penyusunan skala sikap kelompok bukanlah hal yang mudah. Betapapun besar
usaha dan kerja yang dicurahkan dalam penyusunan skala sikap, tetap saja
terdapat celah-celah kelemahan yang menjadikan skala itu kurang berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga tujuan pengungkapan sikap yang diinginkan tidak
seluruhnya tercapai, (Notoatmodjo, 2007).
Salah satu skala sikap adalah isi pernyataan langsung yang jelas tujuan
ukurannya akan tetapi dapat pula berupa pernyataan tidak langsung yang tampak
kurang jelas tujuan ukurannya bagi responden. Walaupun responden dapat
mengetahui bahwa skala tersebut bertujuan mengukur sikap namun pernyataan
tidak langsung ini biasanya tersamar dan mempunyai sifat proyektif. Respon
individu terhadap stimulus (pernyataan-pernyataan) sikap yang berupa jawaban
setuju atau tidak setuju itulah yang menjadi indikator sikap seseorang. Respon
yang tampak dapat diamati langsung dari jawaban yang diberikan seseorang,
merupakan bukti satu-satunya yang dapat kita peroleh. Itulah yang menjadi dasar
bagi kita untuk menyimpulkan sikap seseorang atau sikap sekelompok orang.
Meskipun pernyataan sikap yang diperoleh dari skala sikap merupakan indikator
16
sikap yang paling dapat diandalkan namun tidaklah berarti bahwa skala-skala itu
mencerminkan sikap yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan adanya beberapa
faktor yang menghambat penerjemahan sikap individu yang sebenarnya ke dalam
pernyataan-pernyataan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang maknanya terbatas,
(Azwar, 2005).
2.2.7.Cara Pengukuran Sikap
Cara pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dengan menyatakan
suatu objek yang dianggap sependapat atau pernyataan responden terhadap suatu
objek, (Notoatmodjo, 2007).
2.3. Kehamilan
2.3.1.Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau
fetus di dalam tubuhnya. Kehamilan disebut juga sejak masa yang dimulai sejak
konsepsi (pertemuan spermatozoa dengan sel ovum) diakhiri dengan permulaan
persalinan. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira
280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40
minggu disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43
minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 hingga 36 minggu
disebut kehamilan premature, (Sarwono, 2005).mwr
Selama kehamilan tubuh ibu hamil mempersiapkan payudara untuk
memproduksi ASI sehingga banyak perubahan yang terjadi pada bagian tubuh ini.
Bentuknya menjadi semakin besar, kencang dan berat. Berat payudara mendekati
masa melahirkan dapat mencapai 2 kali dari berat normalnya. Pembuluh darah
17
akan bekerja lebih aktif untuk menyiapkan kelenjar pada payudara agar nanti siap
memproduksi ASI, (Rahman, 2012).
Dari definisi kajian disimpulkan kehamilan adalah masa dimana wanita
membawa embrio dalam tubuhnya yang diawali dengan keluarnya sel telur yang
matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya
menyatu membentuk sel yang akan berkembang yang membuat terjadinya proses
konsepsi dan fertilisasi sampai lahirnya janin.
2.3.2.Tanda-tanda Kehamilan
Menurut Wibisono dan Dewi (2009), ada dua jenis tanda-tanda kehamilan
sebagai berikut:
1. Tanda-tanda mengarah ke kehamilan, tetapi tidak pasti hamil.
a. Tes kencing menggunakan alat celup menunjukkan hasil positif.
b. Terlambat menstruasi.
c. Terasa mual dan muntah.
d. Perut terasa membesar.
e. Payudara terasa membesar dan kencang.
2. Tanda-tanda kehamilan yang pasti.
a. Terlihat buah kehamilan dengan USG (ultra sonografi).
b. Terlihat melalui foto sinar X. Namun perlu diperhatikan, alat ini tidak
boleh dipakai selama kehamilan.
c. Terasa ada gerakan anak oleh pemeriksa.
18
2.3.3.Yang Harus Dihindari Saat Kehamilan
Menurut Wibisono dan Dewi (2009), adapun hal yang harus dihindari pada
saat kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Alkohol
2. Asap rokok
3. Kafein
4. Olahraga berlebihan
5. Mandi sauna
6. Berhubungan seks (masih kontroversi)
7. Terbang dengan pesawat, terutama jika jarak tempuh membutuhkan
waktu lama.
2.4. Perawatan Payudara
2.4.1.Pengertian Perawatan Payudara
Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
teratur untuk memeliharan kesehatan payudara waktu hamil dengan tujuan untuk
mempersiapkan laktasi pada waktu post partum, (Subianto, 2009).
Menurut Saleha dalam Subianto (2009), perawatan payudara adalah suatu
tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui)
untuk memperlancarkan pengeluaran ASI.
Perawatan payudara hendaknya dilakukan sedini mungkin selama
kehamilan dalam upaya mempersiapkan bentuk dan fungsi payudara sebelum
terjadi laktasi. Jika persiapan kurang dapat terjadi gangguan penghisapan pada
bayi akibat ukuran puting yang kecil atau mendelep. Akibat lain bisa terjadi
produksi Asi akan terlambat serta kondisi kebersihan payudara ibu tidak terjamin
19
sehingga dapat membahayakan kesehatan bayi. Dipihak ibu, akibat perawatan
yang kurang pada saat persalinan ibu belum siap menyusui sehingga jika bayi
disusukan ibu akan merasakan geli atau perih pada payudaranya, (Subianto,
2009).
2.4.2.Tujuan Perawatan Payudara
Menurut Depkes RI dalam Suparyanto (2011), ada beberapa tujuan
melakukan perawatan payudara adalah sebagai berikut:
1. Memelihara hygene payudara
2. Melenturkan dan menguatkan puting susu.
3. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk kebutuhan
bayi.
4. Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir bentuk
payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik.
5. Dengan perawatan payudara yang baik puting susu tidak akan lecet
sewaktu dihisap oleh bayi.
6. Melancarkan aliran ASI.
7. Mengatasi puting susu datar atau terbenam supaya dapat dikeluarkan
sehingga siap untuk disusukan kepada bayinya.
2.4.3.Manfaat Perawatan Payudara
1. Menjaga kebersihan payudara, terutama kebesihan puting susu agar
terhindar dari infeksi
2. Melunakkan serta memperbaiki bentuk puting susu sehingga bayi dapat
menyusu dengan baik
20
3. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI lancar
4. Mengetahui secara dini kelainan puting susu dan melakukan usaha-usaha
untuk mengatasinya
5. Persiapan psikis ibu untuk menyusu, (Ruli dkk, 2013).
2.4.4.Dampak Tidak Melakukan Perawatan Payudara
Menurut Saryono dalam Suparyanto (2011), dampak yang dapat terjadi pada
ibu jika tidak melakukan perawatan payudara adalah:
1. ASI tidak lancar.
2. Puting susu tidak menonjol, sehingga bayi sulit menghisap.
3. Produksi ASI sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi bayi.
4. Muncul bendungan payudara, mastitis, dan lain-lain.
Menurut Suririnah dalam Suparyanto (2011), hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan perawatan payudara adalah sebagai berikut:
1. Pengurutan harus dikerjakan secara sistematis dan teratur minimal dua
kali dalam sehari.
2. Potong kuku tangan sependek mungkin, serta kikir agar halus dan tidak
melukai payudara.
3. Cuci bersih tangan dan terutama jari tangan.
4. Memperhatikan kebersihan sehari-hari.
5. Lakukan pada suasana santai, misalnya pada waktu mandi sore atau
sebelum berangkat tidur.
6. Memperhatikan makanan dengan menu seimbang dan Menghindari
rokok dan minuman beralkohol.
21
7. Memakai BH yang bersih dan bentuknya yang menyokong payudara.
8. Istirahat yang cukup dan pikiran yang tenang.
2.4.5.Teknik Perawatan Payudara
Menurut pendapat Saleha dalam Suparyanto (2011), sebelum melakukan
perawatan payudara perlu dipersiapkan beberapa alat yang digunakan dalam
perawatan adalah Minyak kelapa atau baby oil, Handuk kering, Washlap,
BaskomAir, hangat dan air dingin. Adapun teknik melakukan perawatan payudara
adalah:
1. Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil selama
± 5 menit, kemudian puting susu dibersihkan.
2. Tempelkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara.
3. Pengurutan dimulai kearah atas, kesamping, lalu kearah bawah. Dalam
pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kanan
kearah sisi kanan.
4. Pengurutan diteruskan kebawah, kesamping selanjutnya melintang, lalu
telapak tangan mengurut kedepan kemudian kedua tangan dilepaskan
dari payudara, ulangi gerakan 20-30 kali.
5. Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari tangan kanan membuat
gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara sampai
pada puting susu. Lakukan tahap yang sama pada payudara kanan,
lakukan dua kali gerakan pada tiap payudara.
6. Satu tangan menopang payudara, sedangkan tangan yang lain mengurut
payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah puting susu.
22
Lakukan tahap yang sama pada kedua payudara, lakukan gerakan ini
sekitar 30 kali.
7. Selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin
bergantian selama ± 5 menit, keringkan payudara dengan handuk bersih
kemudian gunakan BH yang bersih dan menopang.
2.4.6.Faktor-faktor Perawatan Payudara
Ada beberapa faktor yang mendukung dilakukannya perawatan payudara
yaitu:
1. Faktor lingkungan, sosial dan budaya
a. Kebiasaan (adat istiadat)
Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu
hamil. Tenaga kesehatan harus bijaksana dalam menyikapi keadaan
ini jangan sampai menyinggung ”kearifan lokal” yang sudah berlaku
di daerah tersebut.
b. Fasilitas Kesehatan
Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menentukan
kualitas pelayanan kepada ibu hamil dan akan sangat menentukan atau
berpengaruh terhadap upaya penurunan angka kesehatan ibu (AKI).
2. Faktor tingkat pendidikan
Penguasaan pengetahuan erat kaitannya dengan kualitas perawatan pada
ibu hamil salah satunya perawatan payudara sangat berkaitan erat dengan
tingkat pengetahuan seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa semakin
tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya
tentang sesuatu.
23
3. Faktor Pengetahuan
Pengetahuan sendiri merupakan tahap awal terjadinya perubahan
perilaku, artinya tanpa adanya pengetahuan yang baik maka seseorang
tidak mungkin memiliki sikap dan tindakan yang sesuai. Begitu juga
dengan ibu hamil tanpa adanya pengetahuan tentang perawatan payudara
maka ibu tidak akan mengerti tentang pentingnya perawatan payudara
pada masa kehamilan.
4. Informasi
Menurut Wied Harry A (1996), informasi akan memberikan pengaruh
pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan
yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai
media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan
meningkatkan pengetahuan seseorang.
2.5. Kerangka Teori
Adapun landasan teoritis yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
teori Notoatmodjo (2010), yang menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk sikap dan tindakan
seseorang (over beheviour ) sehingga pengetahuan yang cukup dalam domain
kognitif, di antaranya tahu untuk tingkat pertama dan memahami untuk tingkat
kedua. Selanjutnya Notoatmodjo juga menjelaskan bahwa sikap merupakan reaksi
atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek sikap secara nyata menunjukkan kondisi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
24
2.6. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori Notoatmodjo (2010), kerangka konsep penelitian secara
sistematis antara variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent)
dalam bentuk kerangka konsep seperti dibawah ini :
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
Independen Dependen
2.7. Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap perawatan payudara pada ibu hamil.
2. Ada pengaruh sikap terhadap perawatan payudara pada ibu hamil.
PerawatanPayudara PadaIbu Hamil
Pengetahuan
Sikap
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional
berdasarkan metode yang dipakai termasuk penelitian survei karena penelitian ini
dilakukan pengamatan atau pengumpulan data secara langsung di Desa Meutulang
Kecamatan Panton Reu.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini yaitu di Desa Meutulang Kecamatan Panton Reu
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.
3.2.2.Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari tahun 2013.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1.Populasi
Menurut Arikunto (2002), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang ada di Desa Meutulang,
adapun jumlah populasinya yaitu 33 orang.
3.3.2.Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, (Arikunto, 2002).
Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik “total populasi”
yaitu semua sampel yang ada dijadikan objek penelitian. Jumlah sampel
keseluruhan adalah 33 orang.
26
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1.Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh lansung dari hasil wawancara
dengan responden menggunakan kuesioner yang telah disiapkan mengenai
identitas responden.
3.4.2.Data Sekunder
Data yang mendukung kelengkapan data primer yang dikumpulkan secara
tidak langsung dan sumber-sumber yang telah ada dari Dinas Kesehatan,
Puskesmas Meutulang dan Intansi terkait lainnya.
3.5. Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel KeteranganVariabel Independen
1. Pengetahuan Definisi
Cara UkurAlat UkurHasil Ukur
Skala Ukur
Merupakan hasil tahu terhadapobjek tertentu.Penyebaran KuesionerKuesioner1. Baik2. Cukup3. KurangOrdinal
2. Sikap Definisi
Cara UkurAlat UkurHasil Ukur
Skala Ukur
Reaksi atau respon yang masihtertutup dari seseorang terhadapsuatu objek.Penyebaran kuesionerKuesioner1. Positif2. NegatifOrdinal
Variabel Dependen3. Perawatan
PayudaraDefinisi
Cara UkurAlat UkurHasil Ukur
Perawatan payudara yangdilakukan secara teratur untukmemelihara kesehatan payudara.Penyebaran KuesionerKuesioner1. Baik
27
Skala Ukur2. Tidak BaikOrdinal
3.6. Aspek Pengukuran
1. Pengetahuan
- Baik : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar > 7
- Cukup : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar > 3
- Kurang : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar < 3
2. Sikap
- Positif : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar > 5
- Negatif : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar < 5
3. Perawatan Payudara
- Baik : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar > 5
- Kurang Baik : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar < 5
3.7. Metode Analisa Data
3.7.1.Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung dari
jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median
dan standar deviasi, (Notoatmodjo, 2010).
3.7.2.Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi-Square
(X2) untuk memperoleh apakah dua variabel saling berhubungan atau sebaliknya
dengan menggunakan rumus :
X2 =∑ (O-E0)2
E
28
Dimana :
O : Frekuensi Observal
E : Frekuensi Expected
df : Degree of fredom (derajat kebebasan)
Adapun persyaratan yang dipakai dalam statistik ini adalah sbb :
1. Jika p value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pengetahuan terhadap perawatan payudara
2. Jika p value > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
sikap terhadap perawatan payudara.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Hasil penelitian
4.1.1.Gambaran Umum Tempat Penelitian
Kecamatan Johan Pahlawan berdiri pada tahun 1966 merupakan kecamatan
pemekaran dari Kecamatan Kaway XVI dengan luas daerah 6.662 Ha. Letak
kecamatan yang sangat strategis yang berada di pusat ibu kota kabupaten dengan
jumlah desa 14 dan 7 kelurahan (sekarang menjadi gampong) membuat kantor
Kecamatan Johan Pahlawan paling sibuk diantara kecamatan-kecamatan lainnya.
Disebelah Utara Kecamatan Johan Pahlawan berbatasan dengan Kecamatan
Kawai XVI, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Meureboe, disebelah
Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, dan di sebelah Barat berbatasan
dengan Kecamatan Samatiga.
4.1.2. Hasil Analisa Univariat
4.1.2.1. Pengetahuan
Tabel 4.1. Pengetahuan Responden di Desa Meutulang Kecamatan PantonReu Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Pengetahuan f %1. Baik 17 51,52. Cukup 9 27,33. Kurang 7 21,2
Total 33 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diketahui mayoritas pengetahuan responden
berada pada kategori baik dengan jumlah 17 orang (51,5%) dan yang pengetahuan
kurang dengan jumlah 7 orang (21,2%).
30
4.1.2.2. Sikap Responden
Tabel 4.2. Sikap Responden di Desa Meutulang Kecamatan Panton ReuKabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Sikap f %1. Positif 18 54,52. Negatif 15 45,5
Total 33 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diketahui mayoritas sikap responden
berada pada kategori positif dengan jumlah 18 orang (54,5%).
4.1.2.3. Perawatan Payudara pada Responden
Tabel 4.3. Perawatan Payudara pada Responden di Desa MeutulangKecamatan Panton Reu Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Perawatan Payudara f %1. Baik 19 57,62. Kurang Baik 14 42,4
Total 33 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat diketahui mayoritas perawatan
payudara responden berada pada kategori baik dengan jumlah 19 orang (57,6%).
4.1.3. Hasil Analisa Bivariat
4.1.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan Perawatan Payudara
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dengan PerawatanPayudara di Desa Meutulang Kecamatan Panton Reu KabupatenAceh Barat Tahun 2013
No Pengetahuan
Perawatan PayudaraJumlah
Uji Statistik
Baik Kurang BaikP X2
f % f % f %1. Baik 6 35,3 11 64,7 17 100
0,027 7,2282. Cukup 7 77,8 2 22,2 9 1003. Kurang 6 85,7 1 14,3 7 100
Jumlah 19 14 33Sumber : Data primer diolah tahun 2013
31
Dari tabel di atas dapat dilihat dari 17 orang yang pengetahuan baik
ternyata 35,3% yang melakukan perawatan payudara, selanjutnya 9 orang yang
pengetahuan cukup ternyata 77,8% yang telah melakukan perawatan payudara
dan dari 7 orang pengetahuan kurang ternyata 85,7% yang telah melakukan
perawatan payudara.
Setelah dilakukan Uji Statistik dengan menggunakan uji Chi-Square
dengan taraf kepercayaan 95% (α= 0,05), diperoleh nilai p-value 0,027 yang
berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perawatan
payudara.
4.1.3.2. Hubungan Sikap dengan Perawatan Payudara
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Hubungan Sikap dengan PerawatanPayudara di Desa Meutulang Kecamatan Panton ReuKabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Sikap
Perawatan PayudaraJumlah
Uji Statistik
Baik Kurang Baikp X2
f % F % f %1. Positif 7 39 11 61 18 100
0,043 5,6612. Negatif 12 80 3 20 15 100Jumlah 19 14 33
Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Dari tabel di atas dapat dilihat dari 18 orang yang sikap positif ternyata
39% yang telah melakukan perawatan payudara dan dari 15 orang sikap negatif
ternyata 80% yang telah melakukan perawatan payudara.
Setelah dilakukan Uji Statistik dengan menggunakan uji Chi-Square
dengan taraf kepercayaan 95% (α= 0,05), diperoleh nilai p-value = 0,043 yang
berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perawatan
32
payudara. Besarnya hubungan dapat dilihat dari nilai Odds Ratio (OR), yaitu 0,1
dimana responden yang sikap baik mempunyai peluang 0,1 kali dalam melakukan
perawatan payudara.
4.2. Pembahasan
4.2.1.Hubungan Pengetahuan dengan Perawatan Payudara
Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan perawatan payudara di Desa Meutulang Kecamatan Panton
Reu Kabupaten Aceh Barat.
Dari penjelasan diatas peneliti beranggapan bahwa pengetahuan mempunyai
peranan penting dalam melakukan perawatan payudara, dalam hal ini pengetahuan
adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi
untuk menindaki yang lantas melekat dibenak seseorang. Pada umumnya,
pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil
pengenalan atas suatu pola. Mana kala informasi dan data sekedar berkemampuan
untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan maka
pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Dalam pengertian lain,
pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan akal, (Irmayanti dkk, 2007).
Maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang
diketahui mengenai sesuatu hal. Hasil tahu ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap sesuatu objek. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman
sendiri atau pengalaman orang lain, bisa juga dari perasaan, akal fikiran dan
institusinya, (Wawan dan Dewi, 2010).
33
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu Nur (2011), hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu hamil tentang perawatan payudara
di poli kandungan RSUD Dr. Harjono Ponorogo, diketahui terdapat hubungan
yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu hamil dalam
perawatan payudara dengan nilai p value = 0,32.
Oleh karena itu perawatan payudara hendaknya dilakukan sedini mungkin
selama kehamilan dalam upaya mempersiapkan bentuk dan fungsi payudara
sebelum terjadinya laktasi.
4.2.2. Hubungan Sikap dengan Perawatan Payudara
Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat hubungan antara sikap
dengan perawatan payudara di Desa Meutulang Kecamatan Panton Reu
Kabupaten Aceh Barat.
Hasil ini sesuai dengan teori L.Green dalam Notoatmodjo (2003), bahwa
sikap dengan individu atau kelompok dalam melakukan sesuatu, sikap merupakan
reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu obyek. Sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian antara reaksi terhadap
stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap derajat sosial. Dengan demikian dalam hal ini sikap yang
positif dapat memberikan hasil yang positif juga. Dalam hal ini perawatan
payudara.
Sikap dapat berubah-rubah, dalam situasi yang memenuhi syarat sehingga
dapat dipelajari, sebagaimana telah diketahui bahwa sikap tidak dibawa sejak
lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang
perkembangan selama hidupnya. Pada manusia sebagai makhluk sosial,
34
pembentukan sikap tidak terlepas dari pengaruh interaksi manusia satu dengan
yang lain (eksternal). Disamping itu manusia juga sebagai makhluk individual
sehingga apa yang datang dari dalam dirinya (internal) juga mempengaruhi
pembentukan sikap, (Notoatmodjo, 2003).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan positif yang
dimiliki responden dapat membentuk sikap yang positif pula terhadap perawatan
payudara pada ibu hamil didesa Meutulang Kabupaten Aceh Barat.
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan yang signifikan antara
Pengetahuan dengan perawatan payudara di Desa Meutulang Kecamatan
Panton Reu Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 (p=0,027 < α = 0,05).
2. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan yang signifikan antara
Sikap dengan perawatan payudara di Desa Meutulang Kecamatan Panton
Reu Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 (p=0,043 < α = 0,05).
5.2. Saran
1. Diharapkan kepada ibu-ibu hamil agar lebih meningkatkan
pengetahuannya tentang perawatan payudara dan melakukan perawatan
payudara selama kehamilan mengingat penting dan sangat bermanfaatnya
untuk ibu dan bayi.
2. Diharapkan kepada pihak Puskesmas hendaknya menyediakan sarana berupa
poster-poster dan buku bacaan yang berkaitan dengan pengetahuan
tentang perawatan payudara sehingga baik petugas maupun ibu hamil
dapat lebih mudah memperoleh informasi.
3. Dan kepada petugas kesehatan dan instansi terkait dianjurkan untuk
lebih meningkatkan pemberian konseling mengenai perawatan payudara
selama kehamilan dan setelah melahirkan agar ibu hamil siap secara fisik
dan mental dalam menghadapi proses menyusui.
DAFTAR PUSTAKA
Antara, 2008 Internal Agency For Researhc On Cancer, www.nu.co.id (12 Mei2010).
Arikunto, 2002 Prosedur Penelitian Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta.
Azwar, 2005 Skala Sikap, http://www.google.com (15 Mei 2012).
Cancer, 2008 The American Cancer Soisaty, www.cbn.net.co.id (15 Mei 2010).
Chapman, 2003 Pengertian Sikap, http://www.google.com (15 Maret 2012).
Dedek, 2008 Pengetahuan dan Sikap terhadap Perawatan Payudara,www.cdn.net.id (12 Mei 2010).
Depkes RI, 2011 Pencapaian IMD, www.depkes.co.id (05 Maret 2011).
Irmayanti, dkk. 2007. Pengetahuan, http://id.wikipedia.org (21 September 2012)
Kartika, 2008 Terapi Perawatan Payudara, www.kartika.co (07 Agustus 2008).
Kemenkes RI, 2012 Angka Kematian Ibu (AKI), www.kemenkes.co.id (12Januari 2012).
Marimis, 2008 Ciri-Ciri Sikap, http://www.google.com (15 Mei 2012).
Notoatmodjo Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta; PTRineka Cipta
, 2007 Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, RinekaCipta, Jakarta
, 2003 Metodologi Penelitian Masyarakat, Rineka Cipta:Jakarta
Purwanto, 2009 Cara Belajar Membentuk Sikap, http://www.google.com (15Mei 2012).
Puskesmas Meutulang, 2012 Pencatatan dan Laporan.
Profil Aceh, 2011 Angka Cakupan Perawatan Payudara Pada Ibu Hamil,www.profil.aceh.com (16 Mei 2010).
Rahayu Nur, 2011 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan PerilakuIbu Hamil Tentang Perawatan Payudara di Poli Kandungan RSUD Dr.Harjono Ponorogo, http://lib.umpo.ac.id (11 Februari 2013).
Rahman, 2012 Perawatan Payudara Dalam Kehamilan, http://askep.nazuka.net(07 Desember 2012).
Ruli dkk, 2013 Sap Perawatan Payudara Ibu Hamil,http://kamusaskep.blogspot.com (06 Januari 2013).
Saryono, 2009 Pemeriksaan Perawatan Payudara, www.google.co.id (12 Mei2010).
Subianto, 2009 Perawatan Payudara (Breast Care)http://teguhsubianto.blogspot.com, (29 Juli 2009).
Suparyanto, 2011 Perawatan Payudara, http://dr-suparyanto.blogspot.com (08Juni 2011).
Taufik, 2007 Pengetahuan http://www.scribd.co.id (16 Maret 2012).
Wawan dan Dewi, 2010 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia, NuhaMedika, Yogyakarta.
Wibisono dan Dewi, 2009 Solusi Sehat Seputar Kehamilan, Jakarta; AgroMediaPustaka.