Download - Gabung - Print
REFERAT
PENANGGULANGAN PENYAKIT
MALARIA
Disusun Oleh :
Maulida Ayu Noriza, S.Ked
FAA 110 018
Pembimbing :
dr. Septi Handayani, M.Si
Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik
pada Modul Ilmu Kedokteran Komunitas
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PALANGKA RAYA
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya referat yang berjudul “Malaria” ini akhirnya dapat diselesaikan.
Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan
klinik di Modul Ilmu Kedokteran Komunitas periode Februari - April 2016.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Septi
Handayani, M.Si selaku pembimbing yang telah membimbing dan membantu
saya dalam penyusunan referat ini.
Referat ini disusun dengan kemampuan yang sangat terbatas dan masih
banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik dari pembaca sangat saya perlukan
untuk melengkapi referat ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat untuk
pembacanya.
Palangka Raya, Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi .................................................................................. 2
2.2. Etiologi .................................................................................. 2
2.3. Patofisiologi ........................................................................... 2
2.4. Klasifikasi .............................................................................. 4
2.5. Gambaran Klinis .................................................................... 6
2.6. Diagnosis ............................................................................... 8
2.7. Penatalaksanaan ..................................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ............................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
dengan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Malaria dapat ditemui
hampir di seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropis dan
subtropis. Setiap tahunnya ditemukan 300-500 juta kasus malaria yang
mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian terutama di negara-negara benua Afrika.1,2,3
Upaya penanggulangan di Indonesia telah sejak lama dilaksanakan,
namun daerah endemis malaria bertambah luas, bahkan menimbulkan kejadian
luar biasa (KLB).
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2001, terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya.
Dari 295 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, 167 kabupaten/kota
merupakan wilayah endemis malaria.3
Beberapa upaya dilakukan untuk menekan angka kesakitan dan
kematian akibat malaria, yaitu melalui program pemberantasan malaria yang
kegiatannya antara lain meliputi diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat,
surveilans dan pengendalian vektor yang kesemuanya ditujukan untuk
memutuskan rantai penularan malaria.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Malaria merupakan suatu penyakit akut maupun kronik, yang disebabkan
oleh protozoa genus Plasmodium dengan manifestasi klinis berupa demam,
anemia dan pembesaran limpa. Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan
suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebakan oleh infeksi
Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan
pembesaran limpa.4
2.2. Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam
genus Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler.
Pada manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium
falciparum, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Penularan pada
manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan
langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu
hamil kepada janinnya.5,6
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai
malaria tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau
malaria kuartana. P. ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P.
falciparum menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies
terakhir ini paling berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi
berat sebab dalam waktu singkatdapat menyerang eritrosit dalam jumlah
besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-organ tubuh.3,7
2.3. Patofisiologi
Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasit.
Gejala yang paling mencolok adalah demam yang diduga disebabkan oleh
pirogen endogen, yaitu TNF dan interleukin-1. Akibat demam terjadi vasodilatasi
perifer yang mungkin disebabkan oleh bahan vasoaktif yang diproduksi oleh
parasit. Pembesaran limpa disebabkan oleh terjadinya peningkatan jumlah
eritrosit yang terinfeksi parasit dan sisa eritrosit akibat hemolisis. Juga terjadi
penurunan jumlah trombosit dan leukosit neutrofil. Terjadinya kongesti pada
organ lain meningkatkan resiko terjadinya ruptur limpa.2
Anemia terutama disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan difagositosis oleh
sistem retikuloendotelial. Hebatnya hemolisis tergantung dari jenis Plasmodium
dan status imunitas pejamu. Anemia juga disebabkan oleh hemolisis
autoimun, sekuestrasi oleh limpa pada eritrosit yang terinfeksi maupun yang
normal, dan gangguan eritropoiesis. Pada hemolisis berat dapat terjadi
hemoglobinuria dan hemoglobinemia. Hiperkalemia dan hiperbilirubinemia juga
sering ditemukan.2
Kelainan patologik pembuluh darah kapiler pada malaria tropika,
disebabkan karena sel darah merah yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket,
sehingga perjalanannya dalam kapiler terganggu dan mudah melekat pada
endotel kapiler karena adanya penonjolan membran eritrosit. Setelah terjadi
penumpukan sel dan bahan pecahan sel, maka aliran kapiler terhambat dan timbul
hipoksi jaringan, terjadi gangguan pada integritas kapiler dan dapat terjadi
perembesan cairan bahkan perdarahan ke jaringan sekitarnya. Rangkaian kelainan
patologis ini dapat menimbulkan manifestasi klinis sebagai malaria serebral,
edema paru, gagal ginjal dan malabsorpsi usus.2
Pertahanan tubuh individu terhadap malaria dapat berupa faktor yang
diturunkan maupun yang didapat. Pertahanan terhadap malaria terutama penting
untuk melindungi anak kecil atau bayi karena sifat khusus eritrosit yang
relatif resisten terhadap masuk dan berkembang- biaknya parasit malaria.
Masuknya parasit tergantung pada interaksi antara organel spesifik pada
merozoit dan struktur khusus pada permukaan eritrosit.2
Imunitas humoral dan seluler tehadap malaria didapat sejalan dengan
infeksi ulangan. Namun imunitas ini tidak mutlak dapat mengurangi gambaran
klinis infeksi ataupun dapat menyebabkan asimptomatik dalam periode panjang.
Pada individu dengan malaria dapat dijumpai hipergamaglobulinemia poliklonal,
yang merupakan suatu antibodi spesifik yang diproduksi untuk melengkapi
beberapa aktivitas opsonin terhadap eritrosit yang terinfeksi, tetapi proteksi ini
tidak lengkap dan hanya bersifat sementara bilamana tanpa disertai infeksi
ulangan. Tendensi malaria untuk menginduksi imunosupresi, dapat diterangkan
sebagian oleh tidak adekuatnya respon ini. Antigen yang heterogen terhadap
Plasmodium mungkin juga merupakan salah satu faktor. Monosit/ makrofag
merupakan partisipan selular yang terpenting dalam fagositosis eritrosit yang
terinfeksi.2
2.4. Klasifikasi
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis
plasmodiumnya antara lain sebagai berikut:8,9
a. Malaria Tropika (Plasmodium falcifarum)
Malaria tropika/falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang
paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali,
parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-
14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan
oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa ring/cincin kecil
yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-
satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin).
Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika: Plasmodium falcifarum
menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium falcifarum
sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit
menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding
kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini
sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi
(Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black
Water Fever).
b. Malaria Kwartana (Plasmoduim malariae)
Plasmodium malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan
Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/lebih biru.
Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-
kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae
mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/rossete.
Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih
kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain
nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise
umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom
nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di
temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan
hipertensi.
c. Malaria Ovale (Plasmodium ovale)
Malaria Ovale bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya
hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah.
Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit
yang terinfeksi Plasmodium ovale biasanya oval atau ireguler dan
fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua
malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari,
walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari
dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada
malam hari.
d. Malaria Tersiana (Plasmodium vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium vivax) biasanya menginfeksi eritrosit
muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip
dengan Plasmodium falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit
vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan
pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi
seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis
ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan
mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap
72 jam.
Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang
sistem tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di
tandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis
yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.
2.5. Gambaran Klinis
Secara klinis, gejala malaria infeksi tunggal pada pasienn non-imun terdiri
atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu (paroksisme), yang diselingi
oleh suatu periode (periode laten) bebas demam. Sebelum demam pasien biasanya
merasa lemah, nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, mual atau muntah. Pada pasien
dengan infeksi majemuk/campuran (lebih dari satu jenis Plasmodium atau satu
jenis Plasmodium tetapi infeksi berulang dalam waktu berbeda), maka serangan
demam terus- menerus (tanpa interval), sedangkan pada pejamu yang imun gejala
klinisnya minimal.9,10
Periode paroksisme biasanya terdiri dari tiga stadium yang berurutan yakni
stadium dingin (cold stage), stadium demam (hot stage) dan stadium berkeringat
(sweating stage). Paroksisme ini biasanya terlihat jelas pada orang dewasa namun
jarang dijiumpai pada usia muda. Pada anak di bawah umur lima tahun, stadium dingin
seringkali bermanifestasi sebagai kejang. Serangan demam yang pertama didahului
oleh masa iinkubasi (intrinsik). Masa inkubasi bervariasi antara 9- 30 hari
t ergantung pada spesies parasit. Masa inkubasi ini juga tergantung pada intensitas
infeksi, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya, dan derajat imunitas pejamu.
Pada malaria akibat transfusi darah, masa inkubasi Plasmodium falciparum adalah 10
hari, Plasmodium vivax 16 hari, dan Plasmodium malariae 40 hari atau lebih
setelah transfusi. Masa inkubasi pada penularan secara alamiah bagi masing- masing
spesies parasit, untuk Plasmodium falciparum 12 hari, Plasmodium vivax dan
Plasmodium ovale 13- 17 hari, dan Plasmodium malariae 28- 30 hari. Setelah lewat
masa inkubasi, pada anak besar dan orang dewasa timbul gejala demam yang terbagi
dalam tiga stadium atau trias malaria (malaria proxym), yaitu : 9,10
1. Stadium dingin
Diawali dengan gejala menggigil atau perasaan yang sangat dingin. Gigi
gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari- jari pucat atau sianosis,
kulit kering dan pucat, pasien mungkin muntah pada anak sering terjadi
kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
2. Stadium demam
Pada stadium ini pasien merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan
terasa sangat panas seperti terbakar, nyeri kepala, mual dan muntah, nadi
menjadi kuat lagi. Biasanya pasien menjadi sangat haus dan suhu badan
dapat meningkat sampai 410 C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2-
12 jam. Demam disebabkan oleh karena pecahnya skizon dalam sel darah
merah yang telah matang dan masuknya merozoit darah ke dalam aliran darah.
3. Stadium berkeringat
Pada stadium ini pasien berkeringat banyak sekali, kemudian suhu badan
menurun dengan cepat, kadang- kadang sampai di bawah normal. Black water
fever yang merupakan komplikasi berat, adalah munculnya hemoglobin pada
urin sehingga menyebabkan warna urin berwarna tua atau hitam. Gejala lain
dari black water fever adalah ikterus dan muntah berwarna seperti empedu.
Black water fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi
Plasmodium falciparum berulang dengan infeksi yang cukup berat.2
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan
lebih sering ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi
setelah 3 hari dari serangan akut dimana limpa akan membengkak,
nyeri dan hiperemis.4,8
Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum.
Pada infeksi P. falciparum dapat menimbulkan malaria berat dengan
komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO
didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum stadium aseksual dengan satu atau
lebih komplikasi sebagai berikut:4,8
1. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.
2. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung
parasit >10.000/µl.
3. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau
<12 ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan
kreatinin >3mg%.
4. Edema paru.
5. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
6. Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg diserta keringat
dingin atau perbedaan temperature kulit-mukosa >1oC.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai
kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada
hipertermis.
9. Asidemia (Ph<7,25) atau asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).
10. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh kapiler jaringan otak.
2.6. Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Diagnosis pasti infeksi malaria ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah
secara mikroskopik atau tes diagnostik cepat.10
1. Anamnesis
a. Keluhan utama, yaitu demam, menggigil, berkeringat dan dapat
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.
b. Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang lalu
ke daerah endemik malaria.
c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
d. Riwayat sakit malaria.
e. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
f. Riwayat mendapat transfusi darah.
Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat,
dapat ditemukan keadaan di bawah ini:
1. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.
2. Keadaan umum yang lemah.
3. Kejang-kejang.
4. Panas sangat tinggi.
5. Mata dan tubuh kuning.
6. Perdarahan hidung, gusi, tau saluran cerna.
7. Nafas cepat (sesak napas).
8. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.
9. Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.
10. Jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada.
11. Telapak tangan sangat pucat.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Demam (≥37,5oC)
b. Kunjungtiva atau telapak tangan pucat
c. Pembesaran limpa
d. Pembesaran hati
Pada penderita tersangaka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis
sebagai berikut:
1. Temperatur rektal ≥40oC.
2. Nadi capat dan lemah.
3. Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan <50
mmHg pada anak-anak.
4. Frekuensi napas >35 kali permenit pada orang dewasa atau >40
kali permenit pada balita, dan >50 kali permenit pada anak
dibawah 1 tahun.
5. Penurunan kesadaran.
6. Manifestasi perdarahan: ptekie, purpura, hematom.
7. Tanda-tanda dehidrasi.
8. Tanda-tanda anemia berat.
9. Sklera mata kuning.
10. Pembesaran limpa dan atau hepar.
11. Gagal ginjal ditandai dengan oligouria sampai anuria.
12. Gejala neurologik: kaku kuduk, refleks patologis positif.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskopik
Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris demam malaria pada
penderita adalah mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam
darah tepi(13). Pemeriksaan darah tebal dan tipis untuk menentukan:
1. Ada/tidaknya parasit malaria.
2. Spesies dan stadium Plasmodium
3. Kepadatan parasit
Semi kuantitatif:
(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+): ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++) : ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB
(++++): ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB
Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan
darah tebal atau sediaan darah tipis.
b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria,
dengan menggunakan metoda immunokromatografi dalam bentuk
dipstik.
c. Tes serologi
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap
malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini
kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibodi baru
terbentuk setelah beberapa hari parasitemia. Titer >1:200 dianggap
sebagai infeksi baru, dan tes >1:20 dinyatakan positif.
2.7. Penatalaksanaan
Obat anti malaria yang tersedia di Indonesia antara lain
klorokuin, sulfadoksin-pirimetamin, kina, primakuin, serta derivate artemisin.
Klorokuin merupakan obat antimalaria standar untuk profilaksis, pengobatan
malaria klinis dan pengobatan radikal malaria tanpa komplikasi dalam program
pemberantasan malaria, sulfadoksin-pirimetamin digunakan untuk pengobatan
radikal penderita malaria falciparum tanpa komplikasi. Kina merupakan obat
anti malaria pilihan untuk pengobatan radikal malaria falciparum tanpa
komplikasi. Selain itu kina juga digunakan untuk pengobatan malaria berat atau
malaria dengan komplikasi. Primakuin digunakan sebagai obat antimalaria
pelengkap pada malaria klinis, pengobatan radikal dan pengobatan malaria
berat. Artemisin digunakan untuk pengobatan malaria tanpa atau dengan
komplikasi yang resisten multidrugs.10
Beberapa obat antibiotika dapat bersifat sebagai antimalaria. Khusus
di Rumah Sakit, obat tersebut dapat digunakan dengan kombinasi obat
antimalaria lain, untuk mengobati penderita resisten multidrugs. Obat antibiotika
yang sudah diujicoba sebagai profilaksis dan pengobatan malaria diantaranya
adalah derivate tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, sulfametoksazol-
trimetoprim dan siprofloksasin. Obat-obat tersebut digunakan bersama obat
anti malaria yang bekerja cepat dan menghasilkan efek potensiasi antara lain
dengan kina.10
1. Pengobatan malaria falciparum
a. Lini pertama
Artesunat+Amodiakuin+Primakuin
Dosis artesunat 4 mg/kgBB (dosis tunggal), amodiakuin 10
mg/kgBB (dosis tunggal), primakuin 0,75 mg/kgBB (dosis tunggal).
Hari Jenis obat
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th ≥15 th
I
Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2-3
II
Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
IIIArtesunat ¼ ½ 1 2 3 4Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Apabila pemberian dosis tidak memungkinkan berdasarkan berat
badan penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan
golongan umur. Dosis makasimal penderita dewasa yan dapat
diberikan untuk artesunat dan amodiakuin masing- masing 4 tablet,
3 tablet untuk primakuin.
Tabel 2.1. Pengobatan Lini Pertama Untuk Malaria falciparum
Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan
malaria falciparum. Pemakaian artesunat dan amodiakuin
bertujuan untuk membunuh parasit stadium aseksual, sedangkan
primakuin bertujuan untuk membunuh gametosit yang berada di
dalam darah.3
Pengobatan lini kedua malaria falciparum diberikan bila
pengobatan lini pertama tidak efektif.
b. Lini kedua
Kina+Doksisiklin/Tetrasiklin+Primakuin
Dosis kina 10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari), doksisiklin 4
mg/kgBB/hr (dewasa, 2x/hr selama 7 hari), 2 mg/kgBB/hr (8-14
th, 2x/hr selama 7 hari), tetrasiklin 4-5 mg/kgBB/kali (4x/hr selama
7 hari).
Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan
berat badan penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan
golongan umur.
Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur0-11 bln 1-4 th 5- 9 th 10-14 th ≥ 15 th
I
Kina * 3x½ 3x1 3x½ 3x2-3Doksisiklin - - - 2x1** 2x1***
Primakuin - ¾ 1½ 2 2-2
II-VII
Kina * 3x½ 3x1 3x½ 3x2-3Doksisiklin - - - 2x1** 2x1***
Tabel 2.2. Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria falciparum
* : dosis diberikan per kgBB** : 2x50 mg doksisiklin*** : 2x100 mg doksisiklin
2. Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale
a. Lini pertama
Klorokuin+Primakuin
Kombinasi ini digunakan sebagai piliha utama untuk pengobatan
malaria vivax dan ovale. Pemakaian klorokuin bertujuan
membunuh parasit stadium aseksual dan seksual. Pemberian
primakuin selain bertujuan untuk membunuh hipnozoit di sel hati,
juga dapat membunuh parasit aseksual di eritrosit.3
Dosis total klorokuin 25 mg/kgBB (1x/hr selama 3 hari),
primakuin 0,25 mg/kgBB/hr (selama 14 hari).
Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat
badan penderita obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur,
sesuai dengan tabel.
Hari Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th ≥15 th
IKlorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
IIKlorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
IIIKlorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
IV-XIV Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
Tabel 2.3. Pengobatan Lini Kedua Untuk malaria vivax dan malaria ovale
Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke 28 setelah
pemberian obat, ditemukan keadaan sebagai berikut: klinis sembuh
(sejak hari keempat) dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual
sejak hari ketujuh.3 Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28 hari
setelah pemberian obat:3
Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif, atau
Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak
berkurang atau timbul kembali setelah hari ke-14.
Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali
antara hari ke-15 sampai hari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps
atau infeksi baru).
b. Lini kedua (pengobatan malaria vivax resisten klorokuin)
Kina+Primakuin
Dosis kina= 10 mg/kgBB/kali (3x/hr selama 7 hari), primakuin=
0,25 mg/kgBB (selama 14 hari).
Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis
berdasarkan golongan umur sebagai berikut:
Hari Jenis obat
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th ≥ 15 th
1-7 Kina * * 3x½ 3x1 3x2 3x31-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
Tabel 2.4. Pengobatan Malaria vivax Resisten Klorokuin
*: dosis diberikan per kgBB
Pengobatan malaria vivax yang relaps
Sama dengan regimen sebelumnya hanya dosis primakuin yang
ditingkatkan. Dosis klorokuin diberikan 1 kali perhari selama 3 hari,
dengan dosis total 25 mg/kgBB dan primakuin diberikan selama 14 hari
dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari. Dosis obat juga dapat ditaksir dengan
menggunakan tabel dosis berdasarkan golongan umur.3
Tabel 2.5. Pengobatan Malaria vivax yang Relaps
Hari Jenis obat Jenis obat menurut kelompok golongan umur
0-1 bln 2-11
bln
1-4 th 5-9 th 10-14
th
≥15 th
1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakui
n
- - ½ 1 1½ 2
2 Klorokuin ¼ ½ - 2 3 3-4
Primakui
n
- - ½ 1 1½ 2
3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2
Primakui
n
- - ½ 1 1½ 2
4-14 Primakui - - ½ 1 1½ 2
n
3. Pengobatan malaria malariae
Klorokuin 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis total 25
mg/kgBB. Klorokuin dapat membunuh parasit bentuk aseksual dan
seksual P. malariae. Pengobatan dapat juga diberikan berdasarkan
golongan umur penderita.3
Hari Jenis obatJumlah tablet menurut kelompok golongan umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 ≥ 15 th
I Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4II Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4III Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2Tabel 2.6. pengobatan malaria malariae
4. Kemoprokfilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi
malaria sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat.
Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah
endemis malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama, seperti turis,
peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain. Untuk kelompok atau
individu yang akan bepergian atau tugas dalam jangka waktu yang
lama, sebaiknya menggunakan personal protection seperti pemakaian
kelambu, kawat kassa, dan lain-lain.3
Oleh karena P. falciparum merupakan spesies yang virulensinya cukup
tinggi maka kemoprofilaksisnya terutama ditujukan pada infeksi spesies
ini. Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi P.
falciparum terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan.
Doksisiklin diberikan setiap hari dengan dosis 2 mg/kgBB selama tidak
lebih dari 4-6 minggu. Kemoprofilaksis untuk P. vivax dapat diberikan
klorokuin dengan dosis 5 mg/kgBB setiap minggu. Obat tersebut
diminum 1 minggu sebelum masuk ke daerah endemis sampai 4
minggu setelah kembali.3
Tabel 2.7. Dosis Pengobatan Pencegahan Dengan Klorokuin
Golongan umur (thn) Jumlah tablet klorokuin (dosis tunggal, <1 ¼1-4 ½5-9 1
10-14 1>14 2
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang
disebakan oleh infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai
dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala demam,
menggigil, anemia, dan pembesaran limpa.
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam
genus Plasmodium. Pada manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium vivax,
Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.
Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles ataupun
ditularkan langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar
serta dari ibu hamil kepada janinnya.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2001, terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya.
Beberapa upaya dilakukan untuk menekan angka kesakitan dan
kematian akibat malaria, yaitu melalui program pemberantasan malaria yang
kegiatannya antara lain meliputi diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat,
surveilans dan pengendalian vektor yang kesemuanya ditujukan untuk
memutuskan rantai penularan malaria.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramdja M, Mekanisme Resistensi Plasmodium Falsiparum Terhadap
Klorokuin. MEDIKA. No. XI, Tahun ke XXIII. Jakarta, 1997; Hal: 873.
2. Kartono M. Nyamuk Anopheles: Vektor Penyakit Malaria. MEDIKA.
No.XX, tahun XXIX. Jakarta, 2003; Hal: 615.
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di
Indonesia. Jakarta, 2006; Hal:1-12, 15-23, 67-68.
4. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2006; Hal: 1754-60.
5. Gunawan S. Epidemiologi Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta:
EGC, 2000; Hal: 1-15.
6. Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor).
Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan.
Jakarta: EGC, 2000; Hal: 249-60.
7. Nugroho A & Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam
Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi
Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 38-52.
8. Harijanto PN, Langi J, Richie TL. Patogenesis Malaria Berat. Dalam:
Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi
Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 118-26.
9. Pribadi W. Parasit Malaria. Dalam: gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W
(editor). Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta, Fakultas Kedokteran
UI, 2000, Hal: 171-97.
10. Zulkarnaen I. Malaria Berat (Malaria Pernisiosa). Dalam: Noer S et al
(editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta.
Balai Penerbit FKUI, 2000;Hal:504-7.
11. Mansyor A dkk. Malaria. Dalam: kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga,
Jilid I, Jakarta, Fakultas Kedokteran UI, 2001, Hal: 409-16.