Download - Faktor2 Inflasi
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INFLASI DI INDONESIA TAHUN
1990.1 – 2005.4
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Nama : Angga Rahmat Ardiono
No. Mahasiswa : 04 313 022
Jurusan : Ilmu Ekonomi
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2008
LAMPIRAN
i
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INFLASI DI INDONESIA TAHUN
1990.1 – 2005.4
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir
guna memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1
Program Studi Ilmu Ekonomi,
pada Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia
Oleh :
Nama : Angga Rahmat Ardiono
Nomor Mahasiswa : 04.313.022
Program Studi : Ilmu Ekonomi
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2008
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
“ Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari terbukti
bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman / sangsi
apapun sesuai peraturan yang berlaku.”
Yogyakarta, 15 Februari 2008
Penulis,
Angga Rahmat Ardiono
iii
PENGESAHAN
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INFLASI DI INDONESIA TAHUN
1990.1 – 2005.4
Nama : Angga Rahmat Ardiono
Nomor Mahasiswa : 04.313.022
Program Studi : Ilmu ekonomi
Yogyakarta, 15 Februari 2008
Telah disetujui dan disahkan oleh
Dosen Pembimbing,
Diana Wijayanti,,SE.,M.S
iv
PENGESAHAN UJIAN
Telah dipertahankan/diujikan dan disahkan untuk
memenuhi syarat guna memperoleh gelar
Sarjana jenjang Strata 1 pada Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia
Nama : Angga Rahmat Ardiono
Nomor Mahasiswa : 04313022
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Yogyakarta, 15 Februari 2008
Disahkan Oleh,
Pembimbing Skripsi : Diana Wijayanti,,SE.,M.Si. ………
Penguji I : ………
Penguji II : ………
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia
Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D
v
HALAMAN MOTTO
“Wahai orang yang melakukan perjalanan. Perjalanan ini hanya
bisa dilalui dan tercapai tujuannya dengan keseriusan yang tinggi
dan perjalanan di waktu malam. Andai ada seseorang yang tidak bisa
Bersungguh-sungguh di jalan ini, lalu ia tidur di waktu malam.
Kapankah ia akan mencapai tujuannya?”
( Ibnu Qayyim )
Lakukan semua kebajikan yang kau bisa Dengan segala sarana yang kau bisa Dalam segala cara yang kau bisa Disegala cara yang kau bisa Disegala waktu yang kau bisa
Kepada segala orang yang kau bisa Selama yang kau bisa
( John Wesley )
”Hai orang-orang yang beriman
berlakulah sabar dan perkuat sabar diantara kalian
dan bersiap-siaplah kalian serta bertaqwalah kepada Allah
supaya kalian memperoleh kemenangan.”
( Qs: Ali Imran 200 )
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini Kupersembahkan untuk :
♦ Allah SWT yang telah memberiku kekuatan untuk
menyelesaikan amanah ini.
♦ (Alm) Ayahanda dan ketiga orangtua tercinta yang
telah memberikan do’a, cinta, kasih sayang,
dukungan moral, spiritual dan material yang
takkan pernah ternilai.
♦ Adikku tersayang.
♦ Semua keluarga dan sahabat yang selalu
mendoakan dan membantuku dalam segala hal.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah Rabb alam semesta. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan, Muhammad Rasulullah,
keluarga dan para sahabatnya.
Alhamdulillah, Puji dan Syukur atas rahmat dan karunia kekuatan yang
diberikan Allah padaku, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
berjudul ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INFLASI DI INDONESIA TAHUN 1990.1 – 2005.4. Skripsi ini tersusun sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Sarjana Strata Satu (S1)
pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan yang penulis miliki, karenanya penulis mengucapkan terima kasih untuk
saran dan kritik yang penulis telah terima maupun yang akan diterima. Penulis juga
menyadari bahwasanya penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa
bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia
2. Yth. Bapak Jaka Sriyana, Drs., M. Si. Selaku Ka-Prodi Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
viii
3. Yth. Ibu Diana Wijayanti,,SE.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
ditengah kesibukannya dengan sabar dan penuh perhatian membimbing serta
memberikan dukungan moril sehingga skripsi ini selesai.
4. Yth. Ibu Diana Wijayanti,,SE.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik,
yang juga selalu meluangkan waktu ditengah kesibukannya, ketika aku ingin
menanyakan berbagai hal yang berkaitan dengan akademik, kuliah, dll.
5. Ayahanda (Alm) Drg Sukarsono dan ketiga orangtua hamba Drg Endang
Rachmiyati, Bpk Achmad Daud dan Ibu Marini yang selalu memberikan
semangat, doa dan kasih sayang mereka. Kalian adalah pembawa cahaya
dalam hidupku.
6. Adikku Anissa yang secara tidak langsung kujadikan motivator dalam setiap
langkahku.
7. Semua keluargaku yang ada di Jogja, Jakarta, terimakasih untuk dukungan
dan doa kalian semua.s
8. Sahabatku Erdi dan Wisnu yang selalu ada dalam susah maupun senang dan
selalu memberiku semangat untuk menyelesaikan skripsiku, Thanx ya.. keep
friendship forever.
9. Putri Suci Wulandari, kucingnya chelsea yang nakal dan keluarga yang
secara tidak langsung memberiku kekuatan, semangat dan membuatku
termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsiku. Terimakasih sudah
nemenin main bowling dan nonton film sewaktu aku baru suntuk ngerjain
ix
skripsi sering banget tuh hehe... Terimakasih buat doa, semangat, serta semua
yang telah kamu berikan dengan tulus dan ikhlas.
10. Wiwit, Desty dan Hero, yang selalu mau meluangkan waktunya untuk
mengajari berbagai keperluan skripsi, memberi informasi literatur data serta
mendengar keluh kesahku dengan sabar, terimakasih buat kalian.
11. Teman-teman kuliah ( Dika, Andre, Mumun, Helmy, Udin, Kupret, Yocky,
Fadli, Vanda, Arip, Hendra, Bagus, Nino, Aan ) dan teman main ( Bolu,
Helmi, Nana ) yang gila-gila tapi selalu menjadi teman berbagi suka dan
duka. Aspac FC yang tiada hari tanpa sepakbola...thanx ya teman-teman dll
dech pokoknya yang tidak bisa disebutkan).
12. Semua pihak yang telah membantu baik selama penulis menjalani kuliah
maupun saat menulis skripsi, yang tidak dapat kusebutkan satu persatu, terima
kasih.
Yogyakarta, 15 Februari 2008
Penulis,
Angga Rahmat Adiono
04313022
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................... i
Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme ............................................................... ii
Halaman Pengesahan Skripsi ................................................................................ iii
Halaman Pengesahan Ujian................................................................................... iv
Halaman Motto ..................................................................................................... v
Halaman Persembahan .......................................................................................... vi
Halaman Kata Pengantar ....................................................................................... vii
Halaman Daftar Isi ................................................................................................ x
Halaman Daftar Tabel ........................................................................................... xiii
Halaman Daftar Gambar ....................................................................................... xiv
Halaman Abstraksi ................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5
1.5 Batasan Masalah...............................................................................................6
1.6 Sistematika Penulisan...................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ............................... 9
2.1.Kajian Pustaka ................................................................................................. 9
2.2 Landasan Teori ................................................................................................ 15
2.2.1 Inflasi ........................................................................................................... 15
2.2.1.1 Jenis-jenis Inflasi....................................................................................... 16
2.2.1.2 Teori Inflasi............................................................................................... 21
xi
2.2.1.3 Efek Inflasi................................................................................................ 23
2.2.2 Permintaan Uang (JUB) ............................................................................... 25
2.2.3 Tingkat Suku Bunga..................................................................................... 26
2.2.4 Teori Produk Domestik Bruto...................................................................... 27
2.2.5 Nilai Tukar Rupiah....................................................................................... 28
2.2.6 Penjelasan Teoritis Variabel Penelitian........................................................ 29
2.2.6.1 Pengaruh Permintaan Uang Terhadap Inflasi............................................ 29
2.2.6.2 Pengaruh Produk Domestik Bruto Terhadap Inflasi................................. 29
2.2.6.3 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Inflasi...................................... 29
2.2.6.4 Pengaruh Kurs Dollar Terhadap Inflasi.................................................... 30
2.3.7 Hipotesis Penelitian...................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32
3.1 Jenis dan Sumber Data.................. ................................................................. 32
3.2 Devinisi Variabel............................................................................................ 32
3.2.1 Variabel Dependen....................................................................................... 32
3.2.2 Varaibel Independen .................................................................................... 33
3.3 Metode Analisis Data ...................................................................................... 34
3.3.1 Uji MWD ..................................................................................................... 34
3.3.2 Pengujian Hipotesis ...................................................................................... 35
3.3.2.1 Uji t ........................................................................................................... 36
3.3.2.2 Uji F .......................................................................................................... 37
3.3.2.3 R-Square (R2) ............................................................................................ 39
3.3.3 Uji Asumsi Klasik ........................................................................................ 39
3.3.3.1 Uji Multikolinieritas .................................................................................. 40
3.3.3.2 Uji Autokolerasi ........................................................................................ 40
3.3.3.3 Uji Heterosdasitisitas ................................................................................ 41
xii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.......................................................42
4.1 Analisis Deskriptif .......................................................................................... 42
4.2 Uji MWD ........................................................................................................ 43
4.3 Analisis Kuantitatif ......................................................................................... 44
4.3.1 Pengujian Hipotesis ..................................................................................... 46
4.3.2 Interprestasi Hasil Penelitian........................................................................ 48
4.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik .................................................................. 52
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI...................................................... 56
5.1 Simpulan......................................................................................................... 56
5.2 Implikasi .......................................................................................................... 57
Daftar Pustaka
Lampiran
xiii
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
4.1 Hasil Uji MWD .................................................................................................. 43
4.2 Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Variabel Bebas Terhadap
Inflasi.................................................................................................................. 45
4.3 Hasil Uji t ........................................................................................................... 46
4.4 Hasil Uji F .......................................................................................................... 47
4.5 Hasil Uji Heterokedasitas ................................................................................... 53
4.6 Hasil regresi dan penyembuhan Heterokedastisitas ........................................... 53
4.7 Hasil Uji Autokorelasi dengan metode LM ....................................................... 54
4.8 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................................. 55
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Inflationary Gap............................................................................................. 17
2.2 Demand Pull Inflation.................................................................................... 18
2.3 Cost Push Inflation......................................................................................... 20
3.1 Daerah Kritis Pengujian t-test Satu Sisi Positif.............................................. 36
3.2 Daerah Kritis Pengujian F-Test...................................................................... 38
xv
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul Analisis Faktor-Faktor yang memepengaruhi Inflasi di Indonesia Tahun 1990.1-2005.4. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang di peroleh dari BI (Bank Indonesia) dan BPS (Badan Pusat Statistik). Variabel yang di gunakan antara lain : permintaan uang, tabungan domestik, produk domestik bruto, tingkat suku bunga bank, dan kurs dollar terhadap rupiah.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode destkriptif dan kuantitatif, yaitu mendiskripsikan suatu permasalahan dengan menganalisis data dan hal-hal yang berhubungan dengan angka-angka atau rumus-rumus perhitungan yang digunakan untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti. Adapun metode analisis yang digunakan peneliti yaitu dengan metode Mackinnon, white dan Davidson (uji MWD).
Hasil analisis ini menyebutkan bahwa permintaan uang, dan tingkat suku bunga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap inflasi, sedangkan produk domestik bruto berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap inflasi dan kurs tidak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap inflasi di Indonesia pada kuartal tahun penelitian.
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang Masalah
Inflasi merupakan penyakit ekonomi yang tidak bisa diabaikan, karena dapat
menimbulkan dampak yang sangat luas. Oleh karena itu inflasi sering menjadi target
kebijakan pemerintah. Inflasi tinggi begitu penting untuk diperhatikan mengingat
dampaknya bagi perekonomian yang bisa menimbulkan ketidakstabilan, pertumbuhan
ekonomi yang lambat, pengangguran yang selalu meningkat.
Seperti pengangguran, inflasi juga merupakan masalah yang selalu dihadapi
setiap perekonomian. Sampai di mana buruknya masalah ini berbeda di antara satu
waktu ke waktu yang lain, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. Tingkat
inflasi yaitu persentasi kenaikan harga – harga dalam suatu tahun tertentu, biasanya
digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai dimana buruknya masalah
ekonomi yang dihadapi. Dalam perekonomian yang pesat berkembang inflasi yang
rendah tingkatnya dinamakan inflasi merayap yaitu inflasi yang mencapai 2 sampai 4
persen.. Sering sekali inflasi yang lebih serius, yaitu yang tingkatnya mencapai 5
sampai 10 persen atau sedikit lebih tinggi, akan berlaku. Pada waktu peperangan atau
ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi yang
kenaikan tersebut dinamakan hiperinflasi (Sukirno, 2004).
2
Akibat buruk inflasi pada perekonomian yang oleh sebagian ahli ekonomi
berpendapat bahwa inflasi yang sangat lambat berlakunya dipandang sebagai
stimulator bagi pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga tersebut tidak secepatnya
diikuti oleh kenaikan upah pekerja, maka keuntungan akan bertambah. Pertambahan
keuntungan akan menggalakkan investasi di masa akan datang dan ini akan
menyebabkan percepatan dalam pertumbuhan ekonomi. Tetapi jika inflasi lebih
serius keadaannya perekonomian tidak akan berkembang seperti yang diinginkan.
Pengalaman beberapa Negara yang pernah mengalami hiperinflasi menunjukkan
bahwa inflasi yang buruk akan menimbulkan ketidakstabilan social dan politik, dan
tidak mewujudkan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2004).
Baru – baru ini pada Agustus 2007 tingkat inflasi di indonesia mencapai 0,75
persen telah melampaui ekspektasi atau kenaikan harga – harga. Tingkat inflasi
Agustus 2007 dibanding bulan juli yang sama tahun lalu hanya 0,33 persen.
Sedangkan inflasi year on year (Agustus 2007 terhadap Agustus 2006) mencapai 6,51
persen. Inflasi year on year tersebut juga lebih tinggi dari bulan lalu yang mencapai
6,06 persen (Sri Mulyani, 2007).
Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan
dijumpai di hampir semua Negara di dunia. Inflasi adalah kecenderungan dari harga –
harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. , Kenaikan harga dari satu atau
dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas
kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang – barang lain
(Boediono, 1995).
3
Menurut A.P. Lehner inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan
(Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan
(Anton H. Gunawan, 1991). Sementara itu Ackley mendefinisikan inflasi sebagai
suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan
satu macam barang saja dan sesaat). Menurut definisi ini, kenaikan harga yang
sporadis bukan dikatakan sebagai inflasi (Iswardono, 1990). Besar dari barang-barang
lain.
Bank Indonnesia sebagai otoritas moneter memegang kendali yang sangat
strategis dalam menciptakan kebijakan moneter yang stabil dalam perekonomian
nasional, Namun dalam perjalanannya kebijakan Bank Indonesia yang dibuat atau
kebijakan yang diambil Bank Indonesia menjadi tidak efektif dan bahkan tidak efisien
sebagaimana yang dinginkan oleh bank Indonesia terhadap kebijakan tersebut untuk
perekonomian.
Bank Indonesia harus dapat mengukur peredaran uang, antara lain dengan
menentukan tingkat suku bunga SBI, selain itu pemerintah juga memegang peranan
penting dalam mengendalikan laju inlasi untuk itu salah satu kebijakannya adalah
mengatur pengeluaran untuk pengeluaran rutinnya (government expenditure). Dilain
pihak sektor luar negeri juga cukup memegang peranan dalam mengendalikan inflasi
diantaranya yaitu penerimaan export. Dengan demikian laju pertumbuhan inflasi
dapat dikendalikan ditekan atau bahkan kemunculannya dapat dicegah.
Oleh sebab itu dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan
stabil diperlukan adanya kerjasama dan kemitraan dari seluruh pelaku ekonomi baik
4
bank indonesia, pemerintah maupun swasta inflasi tidak boleh diabaikan begitu saja,
karena dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. Inflasi yang sangat tinggi
sangat penting diperhatikan mengingat dampaknya bagi perekonomian yang bisa
menimbulkan ketidakstabilan, pertumbuhan ekonomi yang lambat dan pengangguran
yang meningkat. Dengan hal tersebut, upaya mengendalikan inflasi agar stabil sangat
penting untuk dilakukan.
Dengan adanya permasalahan yang cukup rumit ini dan adanya perubahan
inflasi di Indonesia, sehingga dalam hal ini penulis tertarik melakukan penelitian
untuk menyelesaikan permasalahan ini secara ilmiah, untuk mewujudkan hal tersebut
maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini menjadi sebuah penelitian dalam
bentuk skripsi dengan judul : ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN LAJU INFLASI DI INDONESIA
TAHUN 1990.1 – 2005.4.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka permasalahan yang akan
diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah Jumlah uang beredar (M2) berpengaruh terhadap inflasi?
2. Apakah produk domestik bruto berpengaruh terhadap inflasi?
3. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap inflasi?
4. Dan apakah nilai tukar kurs dollar US terhadap kurs rupiah berpengaruh
terhadap inflasi?
5
I.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh jumlah uang beredar (M2) terhadap inflasi.
2. Menganalisis pengaruh produk domestik bruto terhadap inflasi.
3. Menganalisis pengaruh tingkat suku bunga terhadap inflasi.
4. Menganalisis pengaruh kurs dollar US terhadap kurs rupiah
terhadap inflasi.
I.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia, dan juga menambah pengetahuan dan pengalaman
penulis agar dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti
perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, selain itu
penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek yang terjadi di lapangan.
2. Bagi Instansi Terkait
Penelitian merupakan syarat yang wajib bagi penulis dalam menyelesaikan
studi, maka penulis mengadakan penelitian ini dan hasilnya diharapkan mampu
memberikan informasi dan penambahan wawasan bagi pihak-pihak terkait dengan
permasalahan ekonomi, dengan demikian diharapkan dapat menentukan kebijakan
dengan tepat.
6
3. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran atau studi banding bagi
mahasiswa atau pihak yang melakukan penelitian yang sejenis. Di samping itu, guna
meningkatkan, memperluas dan memantapkan wawasan dan keterampilan yang
membentuk mental mahasiswa sebagai bekal memasuki lapangan kerja.
I.5 Batasan masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang dibahas, maka dalam menggunakan
variable penelitian ini akan dibatasi menggunakan hal – hal berikut dibawah ini :
1. Variabel - variabel yang dipakai dalam melakukan penelitian yaitu variabel
dependen menggunakan tingkat inflasi sedangkan variabel independennya
yaitu jumlah uang beredar (M2), produk domestik bruto, tingkat suku bunga
SBI, dan nilai tukar kurs rupiah terhadap kurs dollar US.
2. Penelitian ini menngunakan data kuartalan tahun 1990.1 – 2005.4.
I.6 Sistematika Penulisan.
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian, batasan masalah, sistematika
penulisan, dan gambaran umum tentang penelitian yaitu :
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN LAJU INFLASI DI INDONESIA TAHUN
7
1990.1 – 2005.4 yang berisi tentang tinjauan umum mengenai factor –
factor yang mempengaruhi inflasi serta kebijakan apa yang dapat
diambil pemerintah dalam upaya mengurangi tingginya inflasi di
Indonesia dan juga perkembangan perekonomian Indonesia
berdasarkan variable – variable yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Kajian pustaka berisikan tentang studi pustaka terhadap penelitian
sejenis yang telah dilakukan sebelumnya. Dari proses ini ditemukan
kelemahan atau kekurangan pada penelitian yang lalu, sehingga dapat
dijelaskan di mana letak hubungan, perbedaan maupun posisi
penelitian ini dengan penelitian-penelitian tersebut sekaligus
menghindari duplikasi. Serta berisi deskripsi teoritis mengenai teori-
teori yang digunakan sebagai dasar penelitian sesuai dengan masalah
yang diteliti.
BAB III METODE PENELITIAN
Berisikan tentang data – data penelitian, sumber data dan metode
perhitungan serta model pengujian yang akan dilakukan terhadap data
– data yang diperoleh.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang analisis hasil pengolahan data yang terkait dengan
tujuan penelitian, pengujian hipotesis dan penerapan metode analisis.
8
Analisis data dilakukan dengan cara analisis deskriptif sebagai
gambaran umum, serta analisis regresi linier berganda.
BAB V KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang simpulan dan implikasi dari penelitian ini setelah
melakukan analisis pada BAB IV.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Dalam kajian pustaka ini memuat berbagai penelitian yang telah di lakukan
peneliti lain, dan permasalahan yang di angkat juga pernah dilakukan oleh beberapa
peneliti lain, baik itu melalui penelitian biasa ataupun skripsi. Yang mana mendasari
pemikiran penulis dalam penyusunan skripsi ini, seperti oleh beberapa penelitian
yang terdahulu yang dijadikan kajian pustaka yaitu penelitian dari :
Penelitian dari Jaka Sriyana (2001) yang berjudul “Dampak Ekspansi Fiskal
Terhadap Inflasi”. Penelitian ini menelaah bagaimana dampak kebijakan fiskal
terhadap inflasi. Variabel yang digunakan antara lain jumlah uang beredar (Mt), nilai
kurs dollar US terhadap rupiah (Kt), dan pengeluaran pemerintah (Gt) terhadap inflasi
(F). Model analisis yang digunakan adalah Pendekatan Error Correction Model.
Penelitian tersebut menggunakan data runtut waktu dari tahun 1973 sampai dengan
tahun 1998. berdasarkan analisis hasil empiris diperoleh kesimpulan bahwa ekspansi
fiskal yang dilakukan oleh pemerintah selama ini telah membawa dampak pada
peningkatan laju inflasi. Oleh karena itu perlu dilakukan cara-cara untuk melakukan
fiscal deepening agar ekspansi fiskal tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap
kenaikan harga, pengendalian pengeluaran pemerintah sebagai instrumen kebijakan
fiskal untuk mengendalikan laju inflasi antara lain dilakukan dengan efisiensi alokasi
10
anggaran dan memberikan bobot yang lebih besar pada pengeluaran pembangunan.
Artinya belanja barang yang bersifat konsumtif perlu ditinjau kembali. Pengelolaan
pengeluaran pemerintah ini juga harus diimbangi oleh kebijakan moneter yang
kontradiktif untuk mengurangi jumlah uang yang beredar serta deregulasi di sektor
riil, sehingga perekonomian menjadi lebih efisien.
Fungsi pengawasan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh
masyarakat harus berjalan dengan baik agar pengeluaran pemerintah efektif dan
efisien. Indonesia bisa menggunakan konsep planning programming and budgeting
system (PPBS) untuk mengelola pengeluaran pemerintahnya. Pemberantasan korupsi
dan kolusi merupakan masalah utama di lingkungan birokrat kita untuk mengurangi
kebocoran anggaran, sehingga bisa lebih menghemat anggran belanja negara. Hal ini
perlu ditekankan karena akan menyebabkan high cost economy (ekonomi biaya
tinggi).
Penelitian dari T.B Rully Ferdian (2001) yang berjudul ”Independensi Bank
Indonesia (BI) Dalam Mengendalikan inflasi”, penelitian ini menelaah tujuan Bank
Indonesia secara lebih terfokus dan spesifik, hal itu memberikan suatu implikasi dan
tantangan baru bagi Bank Indonesia. Tugas mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah terhadap barang dan jasa serta mata uang negara lain memberi implikasi
bahwa Bank Indonesia harus menjaga internal balance agar inflasi tetap rendah dan
pada saat yang bersamaan juga menjaga eksternal balance agar nilai tukar rupiah
cukup kuat dan stabil. Hal ini bukanlah merupakan suatu yang mudah. Pengendalian
jumlah uang yang beredar dan suku bunga memang akan mempengaruhi laju inflasi
11
dan nilai tukar rupiah tapi masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya. Metode
yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan data runtut waktu dari bulan
Februari 1998– bulan Agustus 2000. Variabel yang digunakan antara lain inflasi (Y),
Net International Reserve (X1), Tingkat suku bunga SBI 1 bulan (X2), Bantuan
likuiditas BI (X3), dan UU no 23 tahun 1999 (Dummy). Adapun kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian tersebut yang pertama adalah variabel-variabel penjelas
yang terdiri dari tingkat suku bunga, NIR , BLBI, dan Dummy, menunjukkan bahwa
variabel penjelas cukup mampu untuk menjelaskan pengaruh yang terjadi pada
tingkat inflasi. Kedua pengaruh tingkat suku bunga terhadap variabel inflasi dari hasil
estimasi menunjukkan bahwa variabel tingkat suku bunga berpengaruh secara positif
artinya, jika tingkat suku bunga berubah satu satuan maka variabel inflasi akan
meningkat sebesar 0,26 %. Ketiga pengaruh variabel NIR terhadap variabel inflasi
dari hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel NIR berpengaruh secara negatif
artinya, jika NIR naik 1% maka variabel inflasi akan turun sebesar 0,52%. Keempat
pengaruh variabel BLBI terhadap variabel inflasi dari hasil estimasi menunjukkan
bahwa variabel BLBI berpengaruh secara negatif artinya, jika variabel BLBI naik 1%
maka variabel inflasi akan turun 0,01%. Kelima Pengaruh variabel Dummy terhadap
inflasi dari hasil estimasi untuk menunjukkan bahwa setelah diberlakukannya UU no
23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia inflasi menjadi meningkat
Bank Indonesia sebelum diberlakukannya Undang–Undang tentang
indepedensi, keputusan-keputusan kebijakan moneter selalu dipengaruhi oleh
pemerintah. Namun, saat ini setelah diberlakukannya UU no 23 tahun1999,
12
diharapkan Bank Indonesia mampu berperan sebagaimana mestinya yaitu dalam
mengambil kebijakan moneter dan menstabilkan jumlah uang yang beredar
(JUB). Dari hasil penelitian tersebut dengan menggunakan variabel dummy,
menunjukkan bahwa setelah diberlakukannya UU no 23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, inflasi menjadi meningkat.
Penelitian dari Yunan Ardhiansyah (2003) yang berjudul “Analisis Tingkat
Inflasi dan Peranan Bank Indonesia dalam Mengendalikannya”. Penelitian ini
menelaah bagaimana peranan BI dalam mengendalikan laju inflasi. Penelitian ini
menggunakan data runtut waktu bulanan dari tahun 1996 sampai 2003. Adapun
variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain inflasi (Y), tingkat suku
bunga SBI 1 bulan (SBI), Money Supply (M2), kredit likuiditas BI (KLBI), dan
Dummy (UU no 23 tahun 1999) tentang BI. Berdasarkan analisis hasil empiris
diperoleh kesimpulan yang pertama variabel penjelas terdiri dari money supply
(JUB), tingkat suku bunga SBI (sertifikat BI), kredit likuiditas BI (KLBI) dan dummy
menunjukkan hubungan yang signifikan dengan variabel dependen cukup mampu
untuk menjelaskan pengaruh yang terjadi pada tingkat inflasi antara tahun 1996
sampai dengan tahun 2003. hal ini dapat dilihat dari besarnya R2, berdasarkan hasil
analisis dihasilkan nilai R2 sebesar 0,904096, artinya 90% variabel independen
mampu mempengaruhi sebesar 90% dari variabel dependen sedangkan 10% adalah
faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengendalian Bank Indonesia dalam
mengendalikan inflasi yang tidak dimasukkan kedalam model tersebut. Kedua
pengaruh variabel money supply (JUB) terhadap variabel inflasi dari hasil estimasi
13
menunjukkan bahwa variabel money supply (JUB) berpengaruh positif. Artinya jika
money supply (JUB) berubah satu satuan, maka variabel inflasi akan meningkat
sebesar 7,03%. Ketiga pengaruh variabel tingkat suku bunga terhadap variabel inflasi
dari hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel suku bunga Bank Indonesia (suku
bunga SBI) berpengaruh positif. Artinya jika tingkat suku bunga Bank Indonesia
berubah satu satuan, maka variabel inflasi akan meningkat sebesar 1,004%. Keempat
pengaruh variabel kredit dari hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel KLBI
berpengaruh positif. Artinya jika KLBI satu milyar rupiah, maka variabel inflasi akan
turun 0,297277%. Kelima pengaruh variabel dummy, terhadap variabel inflasi dari
hasil estimasi untuk menunjukkan bahwa setelah diberlakukannya UU no 23 tahun
1999 tentang Bank Indonesia, inflasi menjadi turun.
Penelitian Hadi Sasana (2004) yang berjudul ”Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Inflasi Di Indonesia dan Filipina (pendekatan Error Correction
Model)”. Penelitian tersebut menggunakan data runtut waktu dari tahun 1990
kuartalan I sampai 2001 kuartalan IV. Variabel yang digunakan antara lain inflasi
(INFt), jumlah uang beredar (M1t), produk domestik bruto (PDBt), nilai tukar (ERt),
dan tingkat suku bunga (Rt). Adapun hasil kesimpulan dari penelitian tersebut yang
pertama adalah jumlah uang beredar ternyata mempunyai hubungan yang positif
mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia baik dalam
jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Koefisien regresi sebesar 0.4476
dalam persamaan jangka pendek menunjukkan bahwa dengan naiknya jumlah uang
yang beredar sebesar 1%, akan menaikkan tingkat inflasi 0.4476 persen. Sedangkan
14
dalam jangka panjang dimana koefisien regresi sebesar 0.9026 berarti kenaikan
jumlah uang beredar sebesar 1% akan menaikkan tingkat inflasi sebesar 0.9026
persen. Kedua PDB riil ternyata mempunyai hubungan negatif dan berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Koefisien regresi variabel PDB sebesar -1.1933 dalam
jangka pendek, hal ini menunjukkan bahwa dengan naiknya PDB Indonesia sebesar
1% akan menurunkan tingkat inflasi sebesar 1.1933%. dalam jangka panjang
koefisien regresi sebesar -2.124. hal ini menunjukkan bahwa dengan naiknya PDB
sebesar 1% akan menurunkan tingkat inflasi sebesar 2.124%. ketiga nilai tukar
ternyata mempunyai hubungan positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat inflasi dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Koefisien regresi
nilai tukar rupiah sebesar 2.2366 dalam jangka pendek menunjukkan bahwa dengan
naiknya nilai tukar dollar terhadap rupiah sebesar 1% dalam jangka pendek, akan
menaikkan tingkat inflasi sebesar 2.2366%. Sedangkan koefisien regresi nilai tukar
dollar terhadap rupiah dalam jangka panjang sebesar 1.776, berarti bahwa jika nilai
tukar dollar mengalami kenaikan (apresiasi) sebesar 1% dalam jangka panjang, maka
inflasi akan naik pula sebesar 1.776%. Keempat hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang terdapat hubungan negatif dan
signifikan antara tingkat suku bunga terhadap inflasi di Indonesia. Dalam jangka
pendek nilai koefisien tingkat suku bunga sebesar -0.2566. Hal ini berarti apabila
dalam jangka pendek tingkat suku bunga naik sebesar 1%, maka tingkat inflasi
Indonesia turun sebesar 0.2566%. Nilai koefisien regresi tingkat suku bunga
15
Indonesia dalam jangka panjang sebesar -0.233. Hal tersebut berarti bahwa apabila
dalam jangka panjang tingkat suku bunga naik 1%, maka inflasi Indonesia akan turun
sebesar 0.233%. suku bunga merupakan variabel yang paling kecil pengaruhnya
terhadap laju inflasi di Indonesia. Oleh karena itu, bagi otoritas moneter kebijakan
meningkatkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi harus dilakukan dengan
sangat hati-hati mengingat efek samping yang kurang baik terhadap iklim investasi.
2.2 Landasan Teori
2.2.1. Inflasi
Merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang hidup
dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya
waktu mengalami erosi.
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan
terus menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja
tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan
kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. (Boediono, 1985:161).
Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama.
Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang penting
kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu.
Kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase
yang cukup besar, bukanlah merupakan inflasi. (Nopirin, 1987: 25). Atau dapat
dikatakan, kenaikan harga barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat
16
dikatakan akan menyebabkan inflasi. Menurut A.P. Lehner inflasi adalah keadaan
dimana terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam
perekonomian secara keseluruhan (Anton H. Gunawan, 1991). Sementara itu Ackley
mendefinisikan inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang
dan jasa secara umum ( bukan satu macam barang saja dan sesaat ). Menurut definisi
ini, kenaikan harga yang sporadis bukan dikatakan sebagai Inflasi (Iswardono, 1990).
2.2.1.1 Jenis Inflasi
Inflasi dapat digolongkan menurut sifatnya, menurut sebabnya, parah dan
tidaknya inflasi tersebut dan menurut asal terjadinya (Nopirin, 1987).
1). Menurut Sifatnya
Inflasi menurut sifatnya digolongkan dalam tiga kategori(Nopirin, 1987 : 27-
31), yaitu :
a. Inflasi Merayap
Kenaikan harga terjadi secara lambat, dengan persentase yang kecil dan
dalam jangka waktu yang relatif lama (di bawah 10% per tahun).
b. Inflasi Menengah
Kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu
yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi
c. Inflasi Tinggi
Kenaikan harga yang besar bisa sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi
berkeinginan menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin
17
ditukar dengan barang. Perputaran uang makin cepat, sehingga harga naik secara
akselerasi.
2) Menurut Sebabnya
a. Demand Pull Inflasion.
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregat
demand). Sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh
atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Apabila kesempatan kerja penuh
(full employment) telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan
menaikkan harga saja (sering disebut dengan Inflasi murni). Apabila kenaikan
permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP berada di atas/melebihi GNP pada
kesempatan kerja penuh maka akan terdapat adanya inflationary gap. Inflationary gap
inilah yang akan menyebabkan inflasi. Secara grafik digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1.
Inflationary Gap
Inflationary Gap
Y Y1 YFE
C+I
C+I
C’+I’
A B
18
Kenaikan pengeluaran total dari C + I menjadi C’ + I’ akan menyebabkan
keseimbangan pada titik B berada di atas GNP full employment (YFE). Jarak A – B
atau YFE – Y1 menunjukkan besarnya inflationary gap.
Dengan menggunakan kurva permintaan dan penawaran total proses
terjadinya demand-pull inflation dapat dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 2.2.
Demand-pull Inflation
Bermula dengan harga P1 dan output Q1, kenaikan permintaan total dari AD1
ke AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh
penawaran yang ada. Akibatnya, harga naik menjadi P2 dan output naik menjadi QFE.
Kenaikan AD2 selanjutnya menjadi AD3 menyebabkan harga naik menjadi P3, sedang
output tetap pada QFE. Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya inflationary gap.
Q QFE Q1
AD1
AD2
AD3
AD4
AS
P1
P2
P3
P4
P
Inflationary Gap
19
Proses kenaikan harga ini akan berjalan terus sepanjang permintaan total terus naik
(misalnya menjadi AD4).
b. Cost Pust Inflation
Cost pust inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi.
Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya
penurunan dalam penawaran total (agregat supply) sebagai akibat kenaikan biaya
produksi. Kenaikan produksi akan menaikkan harga dan turunnya produksi. Serikat
buruh yang menuntut kenaikan upah, manajer dalam pasar monopolistis yang dapat
menentukan harga (yang lebih tinggi), atau kenaikan harga bahan baku, misalnya
krisis minyak adalah faktor yang dapat menaikkan biaya produksi, atau terjadi
penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Jika
proses ini berlangsung terus maka timbul cost push inflation. Gambar 2.3
menjelaskan proses terjadinya cost-push inflation.
20
Gambar 2.3.
Cost Push Inflation
Bermula pada harga P1 dan QFE. Kenaikan biaya produksi (disebabkan baik
karena berhasilnya tuntutan kenaikan upah oleh serikat buruh ataupun kenaikan harga
bahan baku untuk industri) akan menggeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi
AS2. konsekuensinya harga naik menjadi P2 dan produksi turun menjadi Q1. kenaikan
harga selanjutnya akan menggeser kurva AS menjadi AS3, harga naik dan produksi
turun menjadi Q2.
Proses ini akan berhenti apabila AS tidak lagi bergeser ke atas. Proses
kenaikan harga ini (yang sering dibarengi dengan turunnya produksi) disebut dengan
cost-push inflation.
QFE Q1 Q2 Q
AD
AS1 AS2 AS3
P1
P2 P3
P
21
3) Berdasarkan Parah Tidaknya Inflasi Tersebut
1. Inflasi ringan (dibawah 10% setahun)
2. Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun)
3. Inflasi berat (antara 30%-100% setahun)
4. Hiperinflasi ( diatas 100% setahun )
4) Menurut Asalnya
Penggolongan Inflasi (Boediono, 1985 : 164-165) :
a. Domestic Inflation
Inflasi yang berasal dari dalam negeri sendiri ini timbul antara lain karena
defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang baru, atau bisa
juga disebabkan oleh gagal panen.
b. Imported Inflation
Inflasi yang berasal dari luar negeri ini timbul karena kenaikan harga-harga di
luar negeri atau negara-negara langganan berdagang. Penularan inflasi dari
luar negeri ke dalam negeri ini jelas lebih mudah terjadi pada negara-negara
yang menganut perekonomian terbuka, yaitu sektor perdagangan luar.
2.2.1.2. Teori Inflasi
Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi yang masing-
masing menyoroti aspek-aspek tertentu.
1. Teori Kuantitas
Teori kuantitas ini menyatakan bahwa proses inflasi itu terjadi karena 2 hal,
yaitu jumlah uang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan
22
harga-harga (expectations). Ada 2 hal penting dari teori Kuantitas ini, adalah bahwa,
pertama, laju inflasi terjadi jika ada penambahan volume uang beredar. Kedua, laju
inflasi oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan harga di masa yang akan datang
(Boediono, 1985).
2. Teori Keynes
Teori ini menerangkan bahwa proses inflasi terjadi karena permintaan
masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia.
Hal ini yang disebut juga dengan inflationary gap. Inflationary gap terjadi apabila
jumlah dari permintaan-permintaan efektif dari semua golongan tersebut, pada tingkat
harga yang berlaku melebihi jumlah maksimum dari barang-barang yang dihasilkan
oleh masyarakat. Harga-harga akan naik, karena permintaan total melebihi jumlah
barang yang tersedia.
Adanya kenaikan harga-harga tersebut berarti bahwa kegiatan rencana
pembelian barang dari golongan-golongan tersebut tidak terpenuhi, selanjutnya
mereka akan berusaha untuk memperoleh dana yang lebih besar lagi, baik golongan
pemerintah melalui pencetakan uang baru, atau para pengusaha swasta melalui kredit
dari bank, atau pekerja kenaikan tingkat upah yang lebih besar. Proses inflasi akan
terus berlangsung selama jumlah permintaan efektif dari semua golongan masyarakat
melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan pada tingkat harga yang berlaku.
3. Teori Strukturalis.
Teori Strukturalis lebih menekankan pada faktor-faktor struktural dari
perekonomian yang menyebabkan terjadinya inflasi, teori ini disebut juga teori inflasi
23
jangka panjang karena yang dimaksud dengan faktor-faktor struktural di sini adalah
faktor-faktor yang hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka yang panjang.
Teori ini memberi tekanan pada ketegaran dari struktur perekonomian negara-negara
sedang berkembang. Ada dua ketegaran yang menyebabkan inflasi, yaitu ketegaran
berupa ketidakelastisan dari penerimaan ekspor dan ketegaran berupa ketidakelastisan
dari penawaran bahan makanan dalam negeri. Kedua proses di atas pada umumnya
berkaitan dan memperkuat satu sama lain dalam menyebabkan inflasi.
Ketegaran yang merupakan “ketidakelastisan” dari penerimaan ekspor ini
adalah ketegaran di mana nilai dari ekspor tumbuh secara lamban dibanding dengan
pertumbuhan sektor-sektor lain. Dasar penukaran yang makin memburuk dan supply
barang-barang ekspor yang tidak elastis ini akan menyebabkan terjadinya kelambanan
tersebut. Kelambanan pertumbuhan penerimaan ekspor ini berarti kelambanan
pertumbuhan kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkan.
Sedangkan bagi suatu negara untuk mencapai target pertumbuhannya mengambil
kebijaksanaan pembangunan “import substitution strategy”. Inflasi terjadi jika proses
substitusi impor ini makin meluas, sehingga menaikkan biaya produksi ke berbagai
barang, sehingga makin banyak harga-harga yang naik.
2.2.1.3. Efek Inflasi
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi
serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity
effect, sedangkan efek terhadap alokasi faktor produksi dan pendapatan nasional
masing-masing disebut dengan efficiency dan output effects (Nopirin, 1987 : 32-34).
24
a. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada
pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh
pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian juga orang
yang menumpuk kekayaannya dalam bentuk uang kas akan menderita
kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang mendapatkan
keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan
pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka
yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya naik dengan
prosentase lebih besar dari pada laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat
menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan
kekayaan masyarakat.
b. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan
ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang
yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi
beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang
tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang
kemudian mendorong terjadinya kenaikan produksi barang tertentu.
c. Efek Terhadap Output (Output Effects)
Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya
dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan
25
upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan
mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tinggi
(hyper inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output.
Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis,
masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke
barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara
inflasi dan output. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa
juga dibarengi dengan penurunan output.
2.2.2. Permintaan Uang (JUB)
Didalam menerangkan mengenai teori kuantitas, yang dilakukan oleh Irving
Fisher digunakan persamaan aljabar yang dinamakan persamaan pertukaran.
Persamaan pertukaran tersebut pada umumnya dinyatakan sebagai berikut :
MV = PT
Dimana :
M = jumlah uang beredar,
V = kelanjutan peredaran uang,
P = tingkat harga-harga, dan
T = jumlah barang dan jasa yang diperjual belikan dalam suatu tahun tertentu.
Teori kuantitas uang Teori ini, yang dikembangkan oleh Irving Fisher
mengatakan bahwa “pada hakikatnya berpendapat bahwa perubahan dalam jumlah
26
uang beredar akan menimbulkan perubahan yang sama cepatnya ke atas harga-
harga”. Perubahan ini maksudnya jika uang yang beredar bertambah sebanyak lima
persen, maka tingkat harga-harga juga akan bertambah sebanyak lima persen atau
sebaliknya. Pandangan teori kuantitas yang demikian timbul sebagai akibat dari dua
permisalan penting teori itu mengenai kenyatan yang wujud dalam perekonomian.
2.2.3. Tingkat Suku Bunga.
Menurut Noprin (1996) suku bunga adalah biaya yang harus di bayar oleh
pemimjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pembari
pinjaman atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap
pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk
tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah harga yang menghubungkan masa kini
dengan masa depan, sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan
oleh interaksi antara permintaan dan penawaran (suhedi, 2000).
Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Suku Bunga Nominal.
Suku bunga nominal adalah rate yang dapat diamati pasar.
2. Suku Bunga Riil.
Suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang
sesungguhnya setelah suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang
diharapkan.
27
Tingkat suku bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat
harga. Ketika tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di masyarakat
banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah
dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan tingkat suku bunga
tinggi yang diharapkan kemudian adalah berkurangnya jumlah uang beredar sehingga
permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga bisa diatasi.
2.2.4. Teori Produk Domestik Bruto.
Menurut pendekatan produksi, produk domestik bruto (PDB) adalah jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah
suatu Negara dalam jangka waktu setahun (Dumairy,1990). Atau bisa dikatakan
produk domestik bruto (PDB) adalah konsep pengukuran tingkat kegiatan produksi
dan ekonomi aktual suatu negara. Transaksi dan output sangat berkaitan karena
semakin banyak barang yang dibeli dan dijual. Gross Domestic Product menilai
barang dan jasa pada harga berlaku, sedangkan Gross Domestic Product riil menilai
barang dan jasa pada harga konstan. Gross Domestic Product riil meningkat hanya
jika jumlah barang dan jasa meningkat sedangkan Gross Domestic Product nominal
bisa meningkat karena output naik atau karena dibeli oleh konsumen, seperti deflator
Gross Domestic Product yang nerupakan rasio Gross Domestic Product nominal atas
Gross Domestic Product riil, Consumer price indeks atau (CPI) mengukur seluruh
tingkat harga.
28
2.2.5. Nilai Tukar Rupiah.
Nilai tukar Rupiah atau disebut juga kurs Rupiah adalah perbandingan nilai
atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara
dimana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan
adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang
disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore,1998:8).
Disamping berperan dalam perdagangan internasional, kurs juga berperan
dalam perdagangan valuta asing pada suatu negara ataupun antar negara, sebab valuta
asing juga merupakan komoditas yang dapat diperdagangkan. Bagi negara yang
“kurang kuat” nilai mata uangnya, maka valuta asing merupakan salah satu alternatif
investasi bagi masyarakat yang tinggal di negara tersebut.
Kurs valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan
dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan
pembayaran ke luar negeri (impor), diturunkan dari transaksi debit dalam neraca
pembayaran internasional. Suatu mata uang dikatakan “kuat” apabila transaksi
autonomous kredit lebih besar dari transaksi autonomous debit (surplus neraca
pembayaran), sebaliknya dikatakan lemah apabila neraca pembayarannya mengalami
defisit, atau bisa dikatakan jika permintaan valuta asing melebihi penawaran dari
valuta asing (Nopirin,1995:148).
29
2.2.6. Penjelasan Teoritis Variable Penelitian.
2.2.6.1. Pengaruh Jumlah uang beredar (M2) Terhadap Inflasi .
Jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap inflasi. Peningkatan jumlah
uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga melebihi tingkat
yang diharapkan sehingga dalam jangka panjang dapat menganggu pertumbuhan
ekonomi. Ini berarti terdapat korelasi positif antara pertumbuhan uang (JUB) dan
inflasi, yang dapat dijadikan prediksi teori kuantitas bahwa pertumbuhan uang yang
tinggi mengarah pada inflasi yang tinggi sehingga pertumbuhan dalam money supply
menentukan tingkat inflasi.
2.2.6.2. Pengaruh Produk Domestik Bruto Terhadap Inflasi.
Produk domestik bruto (PDB) adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu Negara dalam jangka waktu
setahun (Dumairy,1990). Besarnya Produk domestik bruto (PDB) dinyatakan dalam
satuan uang, namun nilai mata satuan uang berubah sepanjang waktu. Perubahan
yang terjadi pada umumnya berupa penurunan nilai uang akibat inflasi.
2.2.6.3. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Inflasi.
Apabila jumlah uang yang beredar dimasyarakat meningkat, maka Bank
Indonesia menaikkan tingkat suku bunga SBI, yang mana kenaikan tingkat suku
bunga SBI tersebut akan mempengaruhi tingkat bunga tabungan dan kredit pada bank
umum (suku bunga kredit meningkat diatas tingkat suku bunga SBI), sehingga
investasi pada sektor riil akan mengalami penurunan yang akan berdampak pada
penurunan output (dengan asumsi permintaan konstan) sehingga akan menyebabkan
30
tingkat harga semakin tinggi (inflasi semakin tinggi). Sehingga tingkat suku bunga
mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat inflasi. Inflasi yang terjadi karena
cost-push inflation.
2.2.6.4. Pengaruh Kurs Dollar Terhadap Inflasi.
Variabel kurs Dollar Amerika Serikat memiliki hubungan yang signifikan
positif terhadap inflasi di Indonesia. Melemahnya nilai rupiah terhadap mata uang
asing yang disebabkan oleh hutang luar negeri pemerintah maupun sektor swasta
yang membengkak maka berakibat pada penurunnya harga barang-barang ekspor kita
diluar negeri, sehingga barang ekspor kita menjadi lebih murah dibandingkan dengan
barang-barang dari negara lain. Penurunan harga tersebut menyebabkan peningkatan
pada penjualan (hukum permintaan ”apabila harga barang menurun maka jumlah
barang yang diminta akan bertambah”), sehingga penerimaan ekspor kita meningkat
serta kemampuan untuk mengimpor barang juga meningkat maka supply barang di
dalam negeri akan meningkat yang akan berdampak pada penurunan harga barang
tersebut. Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi, bertambahnya barang di
dalam negeri cenderung menurunkan harga.
Berarti setiap terjadi depresiasi rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat maka
akan meningkatkan permintaan uang di Indonesia, demikian juga sebaliknya. Hal ini
disebabkan ketika nilai rupiah terdepresiasi maka harga barang-barang impor menjadi
lebih mahal sehingga diperlukan rupiah yang lebih banyak guna untuk membeli
barang impor tersebut (Prasojo, 2003)
31
2.2.7. Hipotesis Penelitian.
Hipotesis yang digunakan dalam melakukan penelitian ini antara lain :
a. Diduga Jumlah uang beredar (M2) berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap Inflasi.
b. Diduga Produk Domestik Bruto berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap Inflasi.
c. Diduga tingkat Suku Bunga Bank umum berjangka rupiah 3 bulan akan
berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap Inflasi.
d. Diduga nilai tukar kurs Dollar Amerika terhadap Rupiah akan berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap Inflasi.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi-instansi antara lain Bank Indonesia
(BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Adapun data yang digunakan adalah :
a. Data Inflasi di Indonesia tahun 1990.1-2005.4.
b. Data Jumlah uang beredar (M2) di Indonesia tahun 1990.1-2005.4.
c. Data Produk Domestik Bruto di Indonesia tahun 1990.1-2005.4.
d. Data tingkat suku bunga deposito di Indonesia tahun 1990.1-2005.4.
e. Data nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat tahun 1990.1-
2005.4.
3.2. Devinisi Variabel
3.2.1 Variabel Dependen
• Laju Inflasi (Y)
Data inflasi yang dipergunakan adalah data laju inflasi tahunan yang
telah dihitung dengan kuartalan yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik
(BPS) berbagai edisi dengan olahan dengan satuan persen (%).
33
3.2.2 Variabel Independen, terdiri dari :
a. Jumlah uang veredar (X1)
Data Jumlah uang beredar (M2) untuk Indonesia. Data operasional yang
digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) berdasarkan perhitungan tahunan kemudian diolah menjadi
kuartalan dan dinyatakan dalam bentuk satuan juta rupiah.
b. Produk Domestik Bruto (X2)
Data Produk Domestik Bruto untuk Indonesia atas dasar harga belaku
2000. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data
yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik berdasarkan perhitungan tahunan
kemudian diolah menjadi kuartalan dan dinyatakan dalam bentuk satuan juta
rupiah.
c. Suku Bunga Bank Umum berjangka rupiah (X3)
Merupakan tingkat keuntungan minimum yang disyaratkan pemodal atau
tingkat keuntungan yang diharapkan pemodal dari investasi dalam bentuk
simpanan. Tingkat suku bunga yang dimaksud disini adalah rata-rata tertimbang
tingkat bunga deposito dari seluruh simpanan deposito pada berbagai waktu jatuh
tempo yang berlaku di bank umum dalam persen 3 bulan.
34
d. Nilai tukar kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (X4)
Merupakan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS yang berarti nilai yang
mencerminkan harga mata uang Dollar AS dalam satuan Rupiah pertahun. Data
diperoleh dari Bank Indonesia dalam berbagai edisi.
3.3. Metode Analisis Data
3.3.1. Metode Mackinnon, white dan Davidson (uji MWD).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif,
yaitu mendiskripsikan suatu permasalahan dan menganalisis data dan hal-hal yang
berhubungan dengan angka-angka atau rumus-rumus perhitungan yang digunakan
untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan data runtut
waktu (time series). Dalam analisis ini, sebelum menentukan akan menggunakan
persamaan linier atau log linier maka harus mengetahui apakah prilaku data
menunjukkan hubungan linier atau log linier dengan metode Mackinnon, white dan
Davidson (uji MWD). Secara umum model persamaan linear dan log linier ditulis
sebagai berikut :
Linier Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 - β3 X3 + β4 X4
Log Linier lnY = β0 + β1 lnX1 + β2 lnX2 - β3 lnX3 + β4 lnX4
Adapun prosedur metode MWD adalah sebagai berikut :
35
1. Estimasi model linier dan dapatkan nilai prediksinya (fitted value) dan
selanjutnya dinamai F1.
2. Estimasi model log linier dan dapatkan nilai prediksinya, dan selanjutnya
dinamai F2.
3. Dapatkan nilai Z1 = ln F1-F2 dan Z2 = antilog F2-F1
4. Estimasi persamaan berikut ini :
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 - β3 X3 + β4 X4
Jika Z1 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak hipotesis nol
bahwa model yang benar adalah model linier dan sebaliknya jika tidak signifikan
maka kita menerima hipotesis nol bahwa model yang benar adalah model linier
5. Estimasi persamaan berikut :
lnY = β0 + β1 lnX1 + β2 lnX2 - β3 lnX3 + β4 lnX4
Jika Z2 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak hipotesis
alternatif dan model yang benar adalah model log linier dan sebaliknya jika tidak
signifikan maka kita menerima hipotesis alternatif dan model yang benar adalah
model log linier.
3.3.2 Pengujian Hipotesa.
Untuk menguji bisa atau tidak model regresi tersebut di gunakan dan untuk
menguji kebenaran hipotesis yang dilakukan, maka diperlukan pengujian statistik,
antara lain.
36
3.3.2.1 Uji t
Hal ini dilakukan dengan cara pengujian variabel-variabel independent secara
parsial (individu), digunakan untuk mengetahui signifikasi dan pengaruh variabel
independent secara individu terhadap variasi terhadap variabel independent lainnya.
Disini peneliti menggunakan uji t melalui probabilitas, penjelasannya sebagai berikut:
t-hitung = βi
SE (βi)
dimana:
bi = nilai koefisien regresi
SE = nilai standar error dari bi
Gambar 3.1
Daerah Kritis Pengujian t-test Satu Sisi Positif
Dengan menggunakan tingkat keyakinan (level of signifikan) atau α tertentu,
df=n-k (df=degree of freedom). Apabila nilai t hitung > t tabel, maka Ho ditolak,
Ho ditolak
t -kritis
Ho diterima
t -hitung
37
artinya variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan (Ari
Sudarman, 1984 : 124).
Hipotesis yang digunakan :
Ho : Bi < 0 ; berarti variabel independent tidak mempengaruhi variabel
dependent.
HI ; Bi > 0 ; berarti variabel independent mempengaruhi variabel dependent.
◊ Apabila probabilitas < dari 0.05, maka dapat dikatakan
signifikan.
3.3.2.2 Uji F
Hal ini dilakukan dengan cara pengujian terhadap variabel - variabel
independent secara bersama-sama yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel
independent secara individu terhadap variabel dependent. Disini peneliti melakukan
uji F dengan menggunakan probabilitas, perhitungannya adalah sebagai berikut :
F-hitung = R2 / (K – 1)
(1 – R2 )/(n – K)
dimana :
R2 = Adalah koefisien determinasi.
n = Adalah jumlah sampel (observasi).
K = Adalah banyaknya parameter/koefisien regresi plus constant.
38
GAMBAR 3.2
Daerah Kritis Pengujian F-Test
Dengan tingkat keyakinan α tertentu df (n-k, k-1), jika F hitung > F tabel, maka
Ho ditolak, yang berarti bahwa uji secara serempak semua variabel independen yang
digunakan dapat menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
Hipotesis yang digunakan :
Ho : β1 = β2 = β3 = 0 , maka variabel independent secara bersama-sama tidak
mempengaruhi variabel dependent.
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0 , maka variabel independent secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependent.
◊ Apabila probabilitas (F-Statistik) < dari 0.05 , maka bisa
dikatakan signifikan.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil keputusan dengan menggunakan
probabilitas.
Ho diterima Ho ditolak
F-tabel
39
3.3.2.3 R-Square (R2)
Nilai R2 menunjukan besarnya variabel-variabel independent dalam
mempengaruhi variabel dependent. Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 ( 0 ≤ R2 ≤ 1 ).
Semakin besar nila R2, maka semakin besar variasi variabel dependent yang dapat
dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independent. Sebaliknya, makin kecil nilai
R2, maka semakin kecil variasi variabel dependent yang dapat di jelaskan oleh variasi
variabel independent.
Sifat dari koefisien determinasi adalah :
◊ R2 merupakan besaran yang non negatif.
◊ Batasnya adalah ( 0 ≤ R2 ≤ 1 ). (Damodar Gujarati)
Apabila R2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel-variabel
independent dengan variabel dependent. Semakin besar nilai R2 maka semakin tepat
garis regresi dalam menggambarkan nilai-nilai observasi.
3.3.3 Uji Asumsi Klasik
Pada prakteknya, beberapa masalah sering muncul pada saat analisis regresi
digunakan untuk mengestimasi suatu model dengan sejumlah data. Masalah tersebut
dalam buku ekonometrika termasuk dalam pengujian asumsi klasik yaitu ada
tidaknya masalah heterokedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas. Terjadinya
penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut diatas akan menyebabkan uji statistik
40
(uji t-stat dan f-stat) yang dilakukan menjadi tidak valid dan secara statistik akan
mengacaukan kesimpulan yang diperoleh.
3.3.3.1 Uji Multikolinearitas
Multikolineritas adalah tidak adanya hubungan hubungan linear antar variabel
independent dalam suatu model regresi. Suatu model regresi dikatakan terkena
multikolinearitas bila terjadi hubungan linear yang sempurna atau pasti di antara
beberapa atau semua varibel bebas dari suatu model regresi. Akibatnya akan kesulitan
untuk dapat melihat pengaruh variabel independent terhadap variabel dependentnya.
Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dengan membandingkan
nilai koefisien determinasi parsial (r2) dengan nilai koefisien determinasi majemuk
(R2), jika r2 lebih kecil dari nilai R2 maka tidak terdapat multikolinearitas. Cara lain
untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menggunakan korelasi
antar variabel dimana apabila kurang dari 0.85 maka tidak terdapat multikolinearitas
dan sebaliknya apabila hubungan variabel di atas 0.85 maka terdapat
multikolinieritas.
3.3.3.2 Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya korelasi antar anggota serangkaian observasi yang
diurutkan menurut waktu (seperti dalam data runtut waktu atau time series) atau
ruang (seperti dalam data lintas sektoral atau cross section).
Pengujian terhadap gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-
Watson atau dengan uji LM Test yang dikembangkan oleh Bruesch-godfrey,dimana
41
uji LM Test bisa dikatakan sebagai uji autokorelasi yang paling akurat, apalagi jika
sampel yang digunakan dalam jumlah yang besar (misalnya diatas 100). Uji ini
dilakukan dengan memasukkan lagnya, dari hasil uji autokorelasi Serial Correlation
LM Test Lag.
Dalam penelitian ini pengujian autokorelasi dilakukan dengan uji hipotesis nol
(Ho) yang mengatakan bahwa tidak ada autokorelasi, dengan pedoman :
◊ Apabila X2 hitung (obs R-Squared) > X2 tabel, maka menolak
hipotesis nol (Ho) yang mengatakan adanya autokorelasi.
◊ Apabila X2 hitung (obs R-Squared) < X2 tabel, maka menerima
hipotesis nol (Ho) yang mengatakan bahwa tidak ada
autokorelasi.
3.3.3.3 Uji Heteroskedasitisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki
varian yang sama. Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat ( Ui2 )
dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.
Pedoman dalam penggunaan model white test adalah jika nilai Chi-Square
hitung (n. R2) lebih besar dari nilai X2 kritis dengan derajat kepercayaan tertentu (α)
maka ada heteroskedasitisitas dan sebaliknya jika Chi-Square hitung lebih kecil dari
nilai X2 menunjukan tidak adanya heterokedasitisitas.
42
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Deskriptif
Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul. Data
yang telah dikumpulkan tersebut berupa data sekunder dari Badan Pusat Statistik
Laporan Keuangan Bank Indonesia dan Sumber-sumber lain yang mendukung
penelitian ini. Hasil pengolahan data berupa informasi untuk mengetahui apakah
Inflasi dipengaruhi oleh faktor jumlah uang beredar, PDB, Tingkat suku bunga SBI,
Nilai tukar US terhadap rupiah.
Sesuai dengan permasalahan dan perumusan model yang telah dikemukakan,
serta kepentingan pengujian hipotesis, maka teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis statistik. Analisis statistik
merupakan analisis yang mengacu pada perhitungan data penelitian yang berupa
angka-angka yang dianalisis dengan bantuan komputer melalui program Eviews.
Sedangkan analisis deskriptif merupakan analisis yang menjelaskan gejala-gejala
yang terjadi pada variabel-variabel penelitian untuk mendukung hasil analisis
statistik.
Berdasarkan perumusan model yang telah dijelaskan pada bab 1, yang
digunakan untuk melihat kebenaran hipotesis, maka regresi yang digunakan adalah
regresi berganda dengan menggunakan data triwulan 1990.1 sampai 2005.4.
43
Secara umum model persamaan linear ditulis sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 - β3X3 + β4 X4
Keterangan :
Y = inflasi (%)
X1 = JUB untuk M2 (milyar rupiah)
X2 = Produk Domestik Bruto (milyar rupiah)
X3 = tingkat suku bunga SBI 1 bulan (%)
X4 = kurs dollar US terhadap rupiah (Rp)
β1, β2, β3, β4 = koefisien penjelas masing-masing input nilai parameter.
4.2.Uji Mackinnon, White dan Davidson (MWD)
Dalam analisis ini, sebelum menentukan akan menggunakan persamaan linier
atau log linier maka harus mengetahui apakah prilaku data menunjukkan hubungan
linier atau log linier dengan uji sketergram. Hasil uji Mackinnon, white dan Davidson
(uji MWD) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1
Uji MWD
Variabel t-hitung Probabilitas Z1 6.907595 0.0000 Z2 -6.650895 0.0000
Sumber : Hasil Eviews
Dari hasil uji MWD di atas, kita mendapatkan hasil berupa :
44
Berdasarkan persamaan tanpa log diketahui nilai t hitung koefisien Z1 adalah
6.907 dan p value sebesar 0,000. Dengan demikian variabel Z1 signifikan pada tingkat
α < 0,05. Dan menerima hipotesis alternative bahwa model yang benar adalah log
linier.
Sedangkan pada persamaan log diketahui nilai t hitung koefisien Z2 adalah -
6.650895 dan p value sebesar 0,000. Dengan demikian variabel Z2 signifikan pada
tingkat α < 0,05. Dan menerima hipotesis nol bahwa model yang benar adalah linier.
Berdasarkan hasil uji MWD di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model yag
kita gunakan adalah dapat menggunakan model linier dan dapat pula menggunakan
model log linier. Dan dari sini peneliti memilih untuk menggunakan model linier.
4.3. Analisis Kuantitatif
Untuk mempermudah perhitungan dari data yang cukup banyak maka dalam
penelitian ini diselesaikan dengan bantuan perangkat lunak (soft were) komputer
program Eviews 3.
Analisis linier, alat ini digunakan untuk menguji kekuatan pengaruh jumlah
uang beredar (X1), PDB (X2), Tingkat suku bunga (X3) dan kurs dollar terhadap
rupiah (X4) terhadap Inflasi (Y) yang terjadi selama periode tahun 1990 sampai 2005,
dapat dilihat dalam tabel 4.2 berikut:
45
Tabel 4.2
Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Variabel Bebas Terhadap
Inflasi Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 03/19/08 Time: 12:41 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 -1.27E-05 6.17E-06 -2.051499 0.0447 X2 -0.000104 9.73E-05 -1.068984 0.2894 X3 0.709524 0.127225 5.576932 0.0000 X4 0.227519 0.052646 4.321715 0.0001 C -1032.409 287.6585 -3.589008 0.0007
R-squared 0.627100 Mean dependent var 597.3125 Adjusted R-squared 0.601819 S.D. dependent var 1239.327 S.E. of regression 782.0353 Akaike info criterion 16.23658 Sum squared resid 36083170 Schwarz criterion 16.40524 Log likelihood -514.5706 F-statistic 24.80485 Durbin-Watson stat 1.885328 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Data hasil regresi
Pada penelitian ini digunakan model persamaan regresi linear sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linear berganda maka
didapat persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi Inflasi di Indonesia selama
periode 1990.1 – 2005.4. sebagai berikut :
Y = -1032.409+ -1.27E-05 X1 – -0.000104X2 + 0.709524X3 + 0.227519X4
Berdasarkan berbagai parameter dalam persamaan regresi mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi Inflasi, maka pengujian hipotesis sebagai berikut:
46
4.3.1 Pengujian Hipotesis
a. Uji Parsial (uji t)
Seperti telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, hasil dari perbandingan antara
thitung dengan ttabel akan dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan. Tabel 4.2 yang
berisi hasil persamaan regresi pada variabel-variabel penelitian akan memperlihatkan
hasil dari thitung yang dikeluarkan oleh output olah data dengan menggunakan Eviews
3. Dari tabel tersebut terlihat nilai thitung untuk masing-masing variabel bebasnya
telah diketahui dan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dengan cara
membandingkannya dengan ttabel .
Hasil regresi linier ditampilkan pada tabel 4.3 adalah:
Tabel 4.3
Hasil uji t
Variabel t-hitung Probabolitas X1 -2.051499 0.0447 X2 -1.068984 0.2894 X3 5.576932 0.0000 X4 4.321715 0.0001
Sumber : hasil Eviews
Dari hasil interprestasi diatas, dapat disimpulkan bahwa:
• Variabel X1 jumlah uang beredar, signifikan pada tingkat α < 0.05 yang
berarti jumlah uang beredar berpengaruh terhadap inflasi.
• Variabel X2 Gross Domestik Bruto, tidak signifikan pada tingkat α < 0.05
yang berarti Gross Domestik Bruto tidak berpengaruh terhadap inflasi.
47
• Variabel X3 tingkat suku bunga, signifikan pada tingkat α < 0.05 yang berarti
tingkat suku bunga berpengaruh terhadap inflasi.
• Variabel X4 kurs rupiah, signifikan pada tingkat α < 0.05 yang berarti kurs
rupiah berpengaruh terhadap inflasi.
b. Pengujian Secara Bersama – sama (Uji F)
F-statistik menggambarkan hasil analisa regresi variabel independent secara
bersama-sama terhadap variabel dependent.
Tabel 4.4
Hasil Uji F
F hitung Probabilitas 24.80485 0.000000
Sumber : hasil Eviews
Dari hasil analisa menunjukkan bahwa F hitung sebesar 24.80485 dan dengan
probabilitas 0.000000, dengan tingkat α = 0,05, dapat dilihat bahwa probabilitasnya
lebih besar dari α yaitu 0,000000 < 0,05 , dengan demikian variabel independent
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Nilai R2 koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar
variabel independent berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar
antara 0 – 1. Nilai R2 makin mendekati 0 maka pengaruh semua variabel independent
terhadap variabel dependen makin kecil dan sebaliknya nilai makin R2 mendekati 1
maka pengaruh semua variabel independent terhadap variabel dependent makin besar.
Nilai R2 adalah 0.627100, yang berarti variasi variabel jumlah uang beredar,
48
gross domestic produc, tingkat suku bunga, dan nilai kurs mempengaruhi variabel
inflasi sebesar 62,7%. Sedangkan sisanya 37,3% dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak dianalisis dalam model regresi ini.
4.3.2 Interprestasi Hasil Penelitian
Berdasarkan berbagai parameter dalam persamaan regresi mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi Inflasi, maka dapat diberikan interpretasi sebagai berikut:
a. Koefisien Jumlah uang beredar (b1)
Jumlah uang beredar (X1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap inflasi,
dengan koefisien regresi sebesar -1.27 yang artinya jika perubahan jumlah uang
beredar naik sebesar satu milyar, maka perubahan variabel inflasi akan meningkat
sebesar -1.27 persen (ceteris paribus)., Ini berarti terdapat korelasi positif antara
pertumbuhan uang (JUB) dan inflasi, yang dapat dijadikan prediksi teori kuantitas
bahwa pertumbuhan uang yang tinggi mengarah pada inflasi yang tinggi sehingga
pertumbuhan dalam money supply menentukan tingkat inflasi. Untuk mencegah
meningkatnya inflasi, JUB harus sesuai dengan kebutuhan (permintaan) agregat. Jika
terjadi kelebihan penawaran uang terhadap kebutuhan uang, maka uang akan jatuh
dan pada kondisi demikian akan terjadi inflasi. Sebaliknya, jika penawaran uang
(JUB) lebih kecil dari pada kebutuhan uang (permintaan) agregat, nilai uang akan
naik, yang disebut apresiasi. Untuk menstabilkan nilai uang, secara konvensional
instrumen yang digunakan dalam ekonomi moneter adalah dengan pengaturan tingkat
suku bunga. Jika tingkat suku bunga naik, maka JUB akan berkurang karena orang
49
akan lebih senang menabung dari pada memutarkan uangnya pada sektor-sektor yang
dinilai produktif. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga terlalu rendah, JUB di
masyarakat akan bertambah karena orang lebih senang memutarkan uangnya pada
sektor-sektor yang dinilai produktif.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaka Sriyana
(2001) yang berjudul “Dampak Ekspansi Fiskal Terhadap Inflasi”. Penelitian ini
menelaah bagaimana dampak kebijakan fiskal terhadap inflasi, yang menyatakan
bahwa jumlah uang beredar berpengaruh secara signifikan terhadap laju pertumbuhan
inflasi. Penelitian juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh TB. Rully Ferdian
(2001), Studi yang berjudul ”Independensi Bank Indonesia Dalam Mengendalikan
Inflasi, yang menyatakan bahwa pengendalian jumlah uang beredar dan atau suku
bunga akan mempengaruhi laju inflasi.
b. Koefisien PDB (b2)
PDB (X2) tidak signifikan terhadap inflasi, hal ini karena dalam periode 1998 –
1999 ekspektasi masyarakat sangat tinggi dan mengakibatkan kenaikan jumlah uang
beredar. Besarnya produk domestik bruto dinyatakan dalam satuan uang namun nilai
satuan berubah sepanjang waktu. Perubahan nilai produksi total dipengaruhi kuantitas
output yang diproduksi maupun tingkat harga. Nilai produk domestik bruto tidak
dipengaruhi oleh harga barang-barang. Nilai-nilai produk domestik bruto penting
karena mencerminkan pertumbuhan output atau produksi yang sesungguhnya terjadi.
Besarnya produk domestik bruto tidak mencerminkan pertumbuhan output yang
50
sesungguhnya bila terjadi perubahan tingkat harga secara umum maka efeknya akan
menaikkan besarnya produk domestik bruto meskipun sebenarnya tidak terjadi
kenaikan output atau produksi.
c. Koefisien Tingkat Suku Bunga (b3)
Tingkat Suku Bunga (X3) mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap Inflasi, dengan koefisien regresi sebesar 0.709 yang artinya apabila tingkat
suku bunga meningkat sebesar 1 %, maka Inflasi akan menurun sebesar 70.9%
dengan asumsi bahwa variabel Jumlah uang beredar, PDB, dan Kurs dalam kondisi
umlah uangberedar akan bertambah konstan. Berarti bahwa antara tingkat suku bunga
dan Inflasi menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik. Bank Sentral dapat
membuat perubahan ke atas jumlah uang beredar dengan cara melakukan jual beli
surat-surat berharga. Bentuk langkah yang akan dijalani tergantung pada masalah
ekonomi yang dihadapi. Pada waktu perekonomian mengalami resesi, untuk
mendorong perkembangan kegiatan perekonomian maka jumlah uang beredar perlu
ditambah. Bank Sentral dapat menciptakan keadaan seperti itu dengan membeli surat-
surat berharga, dengan itu jumlah uang beredar akan bertambah karena apabila Bank
Sentral melakukan pembayaran atas pembeliannya itu cadangan yang ada pada Bank-
bank umum telah menjadi bertambah tinggi. Dengan danya kelebihan cadangan
tersebut mereka dapat memberikan pinjaman yang lebih banyak. Begitu pula
sebaliknya apabila terjadi inflasi maka untuk mengurangi kegiatan ekonomi yang
berlebih-lebihan,jumlah uang berdar harus dikurangi. Tujuan ini dapat dicapai oleh
51
Bank Sentral dengan membeli surat-surat berharga , karena dengan penjualan itu
tabungan giral masyarakat dan cadangan yang dipegang bank-bank umum akan
berkurang.
d. Koefisien Kurs Valuta Asing (b4)
Kurs Valuta Asing (X4) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap Inflasi, dengan koefisien regresi sebesar 0.227 yang artinya apabila nilai
tukar meningkat sebesar 1 %, maka Inflasi akan meningkat sebesar 22.7%
diperkirakan karena pada saat rupiah terdepresiasi terhadap dollar berdampak pada
kenaikan harga barang, hal ini dikarenakan oleh pergerakan antara dua mata uang
antar dua Negara bersumber dari tingkat harga masing-masing Negara. Ketika harga-
harga barang di luar negeri naik menyebabkan inflasi di indonesia semakin tinggi.
Hal ini dikaranakan barang-barang impor yang ada di indonesia. Kenaikan harga di
dalam negeri terjadi karena dipengaruhi oleh kenaikan harga dari luar negeri,
terutama barang-barang impor atau kenaikan bahan baku industri yang masih belum
dapat diproduksi di dalam negeri. Atau dapat disebut dengan imported inflation yaitu
inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar
negeri.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi Sasana
(2004) yang berjudul ”Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di
Indonesia dan Filipina (pendekatan Error Correction Model)” . Penelitian ini juga
mendukung penelitian dari Jaka Sriyana (2001) yang berjudul “Dampak Ekspansi
52
Fiskal Terhadap Inflasi”. Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif
dan signifikan antara nilai tukar terhadap inflasi. Untuk menjaga kestabilan harga di
dalam negeri maka otoritas moneter melalui kebijakannya diharapkan dapat menjaga
kestabilan rupiah terhadap dollar dalam batas wajar dan aman. Depresiasi nilai
rupiah sangat rentan dampaknya terhadap laju inflasi di Indonesia baik dalam jangka
panjang maupun jangka pendek.
4.4. Uji penyimpangan asumsi klasik
Selain dengan menggunakan pengujian secara statistik yaitu uji t dan uij F juga
dilakukan uji terhadap penyimpangan asumsi klasik. Pengujian ini dilakukan untuk
menguji validitas dari hasil analisis regresi linier berganda. Adapun pengujian yang
digunakan adalah heterokedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas.
a. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki
varian yang sama. Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat ( Ui2 )
dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas. Hasil
perhitungan terlihat pada rincian pada tabel 4.5 sebagai berikut
53
Tabel 4.5
Hasil Uji Heterokedasitas
White Heteroskedasticity Test: F-statistic 24.48148 Probability 0.000000
Obs*R-squared 55.99470 Probability 0.000001
Sumber: Hasil Eviews
Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji white test (cross term)
menunjukkan nilai probabilitas chi squares hitung adalah 0.000001 dan lebih kecil
dari α=5% yang berarti signifikan sehingga mengandung penyakit heterokedastisitas.
Untuk itu agar model tidak lagi terdapat masalah heterokesdatisitas, maka perlu
dilakukan penyembuhan heterokedastisitas sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Regresi dan Penyembuhan Heterokedastisitas.
C X1 X2 X3 X4
OLS se 287.6585 6.17E-06 9.73E-05 0.127225 0.052646 t -3.589008 -2.051499 -1.068984 5.576932 4.321715
White se 541.6426 6.56E-06 8.74E-05 0.300837 0.045259 t -1.906070 -1.930207 -1.190410 2.358497 5.027096
Newey- West
se 491.5821 4.83E-06 8.73E-05 0.264130 0.034743
t -2.100175 -2.623004 -1.192196 2.686271 6.548690 Sumber : hasil eviews
Berdasarkan metode White dan Newey-Test, standar error yang dihasilkan akan
semakin besar dari metode OLS sehingga nilai t hitungnya juga semakin kecil dari
statistik t hitung yang diperoleh dari metode OLS. Dengan demikian masalah
heterokedatisitas telah dihilangkan.
54
b. Uji Autokorelasi
Asumsi ini terjadi apabila ada kesalahan pengganggu periode korelasi dengan
kesalahan penggangu pada periode sebelumnya, untuk menguji ada atau tidaknya
autokorelasi dalam penelitian ini digunakan Langrange Multiplier (LM).
Dengan metode uji Langrange Multiplier ini, keputusan ada/tidaknya
autokorelasi dalam model sangat bergantung pada panjangnya kelambanan.
Penentuan kelambanan yang dipilih didasarkan pada nilai Akaike Information
Criterion dan Schwarz Criterion yang paling minimum, mekanismenya adalah:
• Jika nilai hitung Obs*R-square (χ) > nilai tabel Obs*R-square (χ) atau
probability < 0,05 pada derajat kepercayaaan tertentu (α), maka hasil dari
model tersebut adalah menolak hipotesis nol. Hal ini menunjukkan adanya
masalah autokorelasi dalam model.
• Jika nilai hitung Obs*R-square (χ) < nilai kritis Obs*R-square (χ) atau
probability > 0,05 pada derajat kepercayaaan tertentu (α ), maka hasil dari
model tersebut menerima hipotesis nol. Hal ini menunjukkan tidak adanya
masalah autokorelasi.
Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi dengan Metode Langrange Multiplier
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.113058 Probability 0.893299
Obs*R-squared 0.252881 Probability 0.881227
Sumber: Lampiran, Hasil Olah Data Uji Autokorelasi
55
Hasil uji Autokorelasi dengan menggunakan uji serial correlation LM test
dengan menggunakan lag 2, maka dapat disimpulkan nilai probabilitas chi squares
hitung adalah 0.881227 (88,1%) dan lebih besar dari α=5% yang berarti tidak
signifikan sehingga tidak mengandung penyakit Autokorelasi.
c. Uji Multikolinieritas
Multikolineritas adalah tidak adanya hubungan hubungan linear antar variabel
independent dalam suatu model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinearitas yaitu dengan menggunakan korelasi antar variabel dimana apabila
kurang dari 0.85 maka tidak terdapat multikolinearitas dan sebaliknya apabila
hubungan variabel di atas 0.85 maka terdapat multikolinieritas. Hasil uji
multikolinieritas dapat ditunjukkan pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Uji Multikolinieritas X1 X2 X3 X4
X1 1.000000 0.741908 -0.361395 0.792954
X2 0.741908 1.000000 -0.180040 0.713666
X3 -0.361395 -0.180040 1.000000 -0.003320
X4 0.792954 0.713666 -0.003320 1.000000
Sumber : Hasil Eviews
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas nilai koefisien korelasi untuk masing – masing
variabel bebas memiliki nilai koefisien korelasi dibawah 0,85, sehingga model regresi
yang diajukan dalam penelitian ini tidak mengandung gejala Multikolinieritas.
56
BAB V
KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan di Bab IV
terdahulu, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Variabel penjelas yang terdiri Jumlah uang beredar, Tingkat suku bunga, Kurs US
terhadap rupiah, menunjukkan hubungan yang signifikan dengan variabel
dependen dan cukup mampu untuk menjelaskan pengaruh yang terjadi pada
tingkat inflasi antara tahun 1990.1 sampai tahun 2005.4. Sedangkan produk
domestic bruto tidak berpengaruh signifikan dengan variabel dependen.
2. Variabel PDB tidak berpengaruh signifikan karena dalam periode 1998 – 1999
ekspektasi masyarakat sangat tinggi dan mengakibatkan kenaikan jumlah uang
beredar. Besarnya produk domestik bruto dinyatakan dalam satuan uang namun
nilai satuan berubah sepanjang waktu. Perubahan nilai produksi total dipengaruhi
kuantitas output yang diproduksi maupun tingkat harga. Nilai produk domestik
bruto tidak dipengaruhi oleh harga barang-barang.
3. Variabel jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap Inflasi. Artinya
terdapat korelasi positif antara pertumbuhan uang (JUB) dan inflasi, yang dapat
dijadikan prediksi teori kuantitas bahwa pertumbuhan uang yang tinggi mengarah
pada inflasi yang tinggi sehingga pertumbuhan dalam money supply menentukan
tingkat inflasi.
57
4. Variabel tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Inflasi.
Artinya Tingkat suku bunga yang semakin meningkat mengakibatkan Inflasi
menurun, begitu juga sebaliknya dengan Tingkat suku bunga yang semakin
menurun maka Inflasi akan meningkat.
5. Variabel Nilai tukar mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap
tingkat inflasi. Artinya diperkirakan karena pada saat rupiah terdepresiasi
terhadap dollar maka akan berdampak pada kenaikan harga-harga barang, hal ini
dikarenakan oleh pergerakan antara dua mata uang antar dua Negara bersumber
dari tingkat harga masing-masing Negara.
5.2 Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang dapat diambil, ada beberapa implikasi dari
kebijakan yang harus diperhatikan dalam rangka menekan laju inflasi di Indonesia
1. Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa kenaikan jumlah uang
beredar cenderung menaikkan inflasi. Untuk mengurangi uang beredar dengan
menentukan tingkat suku bunga SBI, melalui instrumen politik pasar terbuka,
pemerintah harus lebih mengontrol volume uang yang beredar sesuai dengan
kebutuhannya di masyarakat, karena naik turunnya jumlah uang yang beredar
merupakan sumber utama inflasi untuk negara sedang berkembang seperti
halnya negara Indonesia.
2. Dengan naiknya tingkat suku bunga SBI merupakan implikasi dari tingginya
laju inflasi, karena jika inflasi tinggi maka akan diikuti pula oleh
58
meningkatnya kebijakan terhadap sumber-sumber pembiayaan yang
menyebabkan naiknya tingkat suku bunga SBI Bank Indonesia. Untuk
menekan laju inflasi maka kebijakan yang diambil adalah menstabilkan
tingkat suku bunga SBI tetap stabil, sejalan dengan kondisi makro ekonomi
Indonesia yang terjadi saat ini.
3. Untuk meningkatkan PDB sehingga laju inflasi menjadi rendah kebijakan yang
diambil dengan efisiensi alokasi anggaran dan memberikan bobot yang lebih
besar pada pengeluaran pembangunan. Artinya belanja barang yang bersifat
konsumtif perlu ditinjau kembali, deregulasi di sektor riil, sehingga
perekonomian menjadi lebih efisien dan mendorong berkembangnya sektor
industri sehingga meningkatkan Pendapatn Asli Daerah yang mendorong
meningkatnya laju PDB.
4. Bedasarkan penelitian ini maka untuk menjaga kestabilan harga di dalam
negeri maka otoritas moneter melalui kebijakannya diharapkan dapat menjaga
kestabilan rupiah terhadap dollar dalam batas wajar dan aman
DAFTAR PUSTAKA
Ardihansyah, Yunan : Analisis Tingkat Inflasi dan Peranan BI dalam Mengendalikannya, tidak dipublikasikan, Yogyakarta, FE UII.
Ascarya, 2002, Instrumen-instrumen Kebijakan Moneter, PPSK Bank Indonesia :
Jakarta. Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia, Yogyakarta, Beberapa Edisi. Bank Indonesia, Laporan Tahunan BI, Yogyakarta, Beberapa Edisi.
Boediono, 1985, Ekonomi Moneter, edisi 3, BPFE : Yogyakarta. Ferdian, Rully : 2001, Independensi BI dalam Mengendalikan Inflasi, tidak
dipublikasikan, Yogyakarta, FE UII. Gujarati, Damodar (1997), Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa Sumarno Zain,
Erlangga, Jakarta. Iswardono :1990, Uang dan Bank, edisi 4, BPFE : Yogyakarta. Nopirin, 1992, Ekonomi Internasional, edisi 3, BPFE : Yogyakarta. ---------, 1987, Ekonomi Moneter, edisi 1, BPFE : Yogyakarta. Salvatore, 1998, Ekonomi Internasional, Erlangga : Jakarta. Samuelson, Paul dan William Nordhaus, 1994, Makro Ekonomi, edisi 14, Alih
Bahasa Drs Haris Munandar, Erlangga, Jakarta. Sasana, Hadi, 2004, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia
dan Filipina, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, vol 11, no 2, 207-220. Sinungan, Muchdarsyah, 1987, Uang dan Bank, PT Bina Aksara : Jakarta. Soehandjono, 2002, Studi Hukum Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, Bank
Indonesia : Jakarta.
---------------, 2002, Bank Indonesia Dalam Kasus BLBI, Bank Indonesia : Jakarta. Sriyana, Jaka, 2001, Dampak Ekspansi Fiskal Terhadap Inflasi : Studi Empiris
Dengan Pendekatan ECM, JEP, vol 6, no 2, 203-212. Sugiono, FX, 2005, Instrumen Pengendalian Moneter Operasi Pasar Terbuka, PPSK
Bank Indonesia : Jakarta Sukirno, Sadono, 2004, Makro Ekonomi Teori Pengantar, edisi 3, PT Raja Grafindo
Persada : Jakarta. Warjiyo, Perry, 2004, Bank Indonesia : Sebuah Pengantar, Pusat Pendidikan dan
Studi Kebanksentralan : Jakarta. Widarjono, Agus, 2007, Ekonometrika Teori dan Aplikasi, edisi 2, Ekonisia :
Yogyakarta. Wijaya, Faried, 1989, Ekonomikamakro, edisi 3, BPFE : Yogyakarta. Yuwono, Prapto, dkk, 2000, Kausalitas Uang Beredar dan Inflasi, Dian Ekonomi,
vol VI, no 2, 319-321 Mulyani, Sri, 2007,Laju Inflasi Lampaui Ekspektasi, Jawa Pos : Yogyakarta
tahun inflasi JUB GDP tk. bunga kurs 1990 1,5 64366 46015.2 16.23 1823
3,3 70125 46933.3 16.08 1844 3,3 76907 5070.5 18.36 1864 1,4 84630 53270 21 1901
1991 1,1 81125 55124 24.21 1932 3,6 87756 54841.9 25.01 1954 7,5 93328 58813.7 22.61 1968 9,5 99058 58722.7 21.88 1992
1992 1,4 100798 61671.8 21.29 2017 1,7 106957 63755.8 20.09 2033 0,6 113510 67388.7 18.48 2038 6,44 119053 67068.2 16.72 2062
1993 6,44 123160 70066.7 15.71 2071 6,97 124540 73049.2 15.19 2088 8,24 136397 77764.2 13.76 2108 9,77 145202 77145.9 11.79 2110
1994 3,71 148829 87979 11.53 2144 4,59 152798 92988.4 12.07 2160 7,38 162900 99809.7 13.35 2181 9,24 174512 101442.5 14.27 2200
1995 3,04 181701 106244.7 15.92 2219 2,34 192126 110925.4 17.09 2246 1,41 206079 117137.3 17.6 2276 1,85 222638 118073.5 17.15 2308
1996 3,26 232493 123323.5 17.29 2336 0,77 249443 128788.1 17.35 2342 0,91 259926 137429.1 17.25 2340 1,53 288632 143090.2 17.03 2383
1997 1,96 294581 142947.9 16.47 2419 2,54 312839 148879.3 15.93 2450 5,37 329074 158043.5 26.22 3275 11,05 355642.86 175635.2 23.92 4650
1998 25,13 449824.29 211574.9 27.26 8325 46,55 565784.77 222809 40.63 14900 75,47 550404 264263.4 47.38 10700 77,63 577381.33 257106.1 49.23 8025
1999 4,08 603325.11 281051.6 34.85 8685 2,73 615411 279711.9 27.39 6726 0,02 652289 277583.2 15.88 8386
2,01 646205 281095.3 12.95 7100 2000 -1,1 656451 324412 12.4 7590
2,1 684335 336266.2 11.69 8735 6,8 686453 360711.6 12.84 8780 9,4 747028 368380.5 13.24 9595
2001 10,6 766812 397956.4 14.86 10400 12,11 796440 424077.4 15 11440 13,01 783104 433905.2 16.16 9675 12,55 844053 428341.5 17.24 10400
2002 14,08 831411 449086.9 17.02 9655 11,48 838635 459993.4 15.85 8730 10,1 859706 480725 14.36 9015 10 883908 473769.4 13.63 8940
2003 7,1 877776 386743.9 12.9 8908 6,6 894213 394620.5 11.55 8285 6,2 911224 405607.6 8.58 8389 5,1 955692 390199.3 7.14 8465
2004 5,1 935247 402597.3 6.11 8587 6,8 975166 411935.5 6.31 9415 6,3 986806 423852.3 6.61 9170 6,4 1033527 418131.7 6.71 9290
2005 8,8 1020693 427003 6.93 9480 7,8 1073746 436110 7.19 9713 9,1 1150451 448492.5 8.51 10310 17,1 1203215 493050.6 11.75 9830
White Heteroskedasticity Test: F-statistic 24.48148 Probability 0.000000 Obs*R-squared 55.99470 Probability 0.000001
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 03/19/08 Time: 13:30 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1587024. 596383.0 2.661082 0.0105 X1 -0.024117 0.026743 -0.901814 0.3716
X1^2 -1.26E-09 3.70E-10 -3.410333 0.0013 X1*X2 1.83E-08 7.90E-09 2.312613 0.0250 X1*X3 1.44E-05 7.98E-06 1.803437 0.0775 X1*X4 1.61E-05 4.55E-06 3.525516 0.0009
X2 -0.618508 0.504955 -1.224877 0.2265 X2^2 -1.16E-08 1.17E-07 -0.099696 0.9210
X2*X3 0.000271 0.000226 1.197185 0.2370 X2*X4 -0.000155 6.31E-05 -2.459181 0.0175
X3 -1963.062 333.3560 -5.888783 0.0000 X3^2 0.712658 0.073087 9.750868 0.0000
X3*X4 -0.155658 0.085065 -1.829869 0.0734 X4 217.4286 314.6230 0.691077 0.4928
X4^2 -0.024143 0.023603 -1.022884 0.3114 R-squared 0.874917 Mean dependent var 563799.5 Adjusted R-squared 0.839179 S.D. dependent var 1489700. S.E. of regression 597406.1 Akaike info criterion 29.64027 Sum squared resid 1.75E+13 Schwarz criterion 30.14626 Log likelihood -933.4886 F-statistic 24.48148 Durbin-Watson stat 2.139796 Prob(F-statistic) 0.000000
Penyembuhan: whiite Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 03/19/08 Time: 13:39 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1032.409 541.6426 -1.906070 0.0615 X1 -1.27E-05 6.56E-06 -1.930207 0.0584 X2 -0.000104 8.74E-05 -1.190410 0.2387 X3 0.709524 0.300837 2.358497 0.0217 X4 0.227519 0.045259 5.027096 0.0000
R-squared 0.627100 Mean dependent var 597.3125 Adjusted R-squared 0.601819 S.D. dependent var 1239.327 S.E. of regression 782.0353 Akaike info criterion 16.23658 Sum squared resid 36083170 Schwarz criterion 16.40524 Log likelihood -514.5706 F-statistic 24.80485 Durbin-Watson stat 1.885328 Prob(F-statistic) 0.000000 Newey Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 03/19/08 Time: 13:42 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=3)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1032.409 491.5821 -2.100175 0.0400 X1 -1.27E-05 4.83E-06 -2.623004 0.0111 X2 -0.000104 8.73E-05 -1.192196 0.2380 X3 0.709524 0.264130 2.686271 0.0094 X4 0.227519 0.034743 6.548690 0.0000
R-squared 0.627100 Mean dependent var 597.3125 Adjusted R-squared 0.601819 S.D. dependent var 1239.327 S.E. of regression 782.0353 Akaike info criterion 16.23658 Sum squared resid 36083170 Schwarz criterion 16.40524 Log likelihood -514.5706 F-statistic 24.80485 Durbin-Watson stat 1.885328 Prob(F-statistic) 0.000000
Multiko X1 X2 X3 X4
1.000000 0.741908 -0.361395 0.792954 0.741908 1.000000 -0.180040 0.713666 -0.361395 -0.180040 1.000000 -0.003320 0.792954 0.713666 -0.003320 1.000000
autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.113058 Probability 0.893299 Obs*R-squared 0.252881 Probability 0.881227
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 03/19/08 Time: 15:02 Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 5.93E-08 6.27E-06 0.009451 0.9925 X2 5.13E-06 9.96E-05 0.051461 0.9591 X3 -0.000710 0.131009 -0.005416 0.9957 X4 -0.002535 0.053781 -0.047128 0.9626 C 2.559101 294.5709 0.008688 0.9931
RESID(-1) 0.057744 0.134091 0.430635 0.6684 RESID(-2) -0.029979 0.134742 -0.222492 0.8247
R-squared 0.003951 Mean dependent var 1.21E-13 Adjusted R-squared -0.100896 S.D. dependent var 756.8016 S.E. of regression 794.0635 Akaike info criterion 16.29512 Sum squared resid 35940596 Schwarz criterion 16.53125 Log likelihood -514.4439 F-statistic 0.037686 Durbin-Watson stat 1.988238 Prob(F-statistic) 0.999757
LINIER Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 03/19/08 Time: 12:41 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 -1.27E-05 6.17E-06 -2.051499 0.0447 X2 -0.000104 9.73E-05 -1.068984 0.2894 X3 0.709524 0.127225 5.576932 0.0000 X4 0.227519 0.052646 4.321715 0.0001 C -1032.409 287.6585 -3.589008 0.0007
R-squared 0.627100 Mean dependent var 597.3125 Adjusted R-squared 0.601819 S.D. dependent var 1239.327 S.E. of regression 782.0353 Akaike info criterion 16.23658 Sum squared resid 36083170 Schwarz criterion 16.40524 Log likelihood -514.5706 F-statistic 24.80485 Durbin-Watson stat 1.885328 Prob(F-statistic) 0.000000