FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DUGAAN CARPAL
TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA OPERATOR KOMPUTER BAGIAN
SEKRETARIAT DI INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM TAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH :
ROVITA NUR FITRIANI
NIM : 108101000016
PEMINATAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H / 2012 M
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DUGAAN CARPAL
TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA OPERATOR KOMPUTER BAGIAN
SEKRETARIAT DI INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM TAHUN 2012
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
ROVITA NUR FITRIANI
NIM : 108101000016
PEMINATAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H / 2012 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, September 2012
Rovita Nur Fitriani, NIM : 108101000016
Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat Di Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012
xvii + 112 halaman,6 tabel, 18 gambar, 6 grafik, lampiran
ABSTRAK
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah suatu kondisi medis dimana saraf tengah tertekan di bagian pergelangan yang mengakibatkan parastesia, mati rasa dan kelemahan otot di tangan. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kelemahan otot pada tangan. operator computer bekerja selama 8 jam kerja dengan penggunaan komputer intens selama 5-6 jam kerja. Berdasarkan studi pendahuluan terhadap 15 operator komputer didapatkan 11 operator mengalami keluhan berupa gejala Carpal Tunnel Syndrome (CTS) saat dilakukan pemeriksaan Phalen’s test.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain crossectional yang dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2012. Sampel pada penelitian ini berjumlah 102 orang didapatkan dari hasil perhitungan sampel dengan rumus uji hipotesis dua proporsi. Penelitian ini menggunakan chi- square untuk melihat adanya hubungan antara variabel usia, jenis kelamin, masa kerja, dan posisi janggal pada tangan dengan dugaan Carpal tunnel Syndrome (CTS).
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar operator komputer diduga mengalami Carpal Tunnel Syndrome (CTS) sebanyak 66 operator komputer (64,7%). Pada penelitian ini didapatkan faktor usia dan masa kerja berhubungan dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) sedangkan faktor jenis kelamin dan posisi janggal pada tangan tidak berhubungan dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Untuk mengurangi risiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (CTS), disarankan kepada perusahaan untuk membuat program promosi K3 terkait dengan senam pergelangan tangan yang perlu dilakukan sebelum memulai pekerjaan atau disela-sela pekerjaan.
Kata Kunci : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), Operator Komputer. Daftar bacaan : 57 ( 1985-2012)
iii
UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH STUDY Undergraduated Thesis, September 2012
Rovita Nur Fitriani, NIM : 108101000016
Determinant Factors Of Suspect Carpal Tunnel Syndrome (CTS) and The Corelation’s On Computer Operator At Secretariat Inspectorate General The Ministry Of Public Works In 2012.
xviii + 112 pages, 6 tables, 18 drawings, 6 graphics, attachments
ABSTRACT
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) is a medical condition in which the nerveus medianus oppressed at the ankle which resulted parastesia, numbness and muscle weakness in the hand. If this happens for a long time can cause muscle weakness in the hand. computer operators to work for 8 hours with intense use of the computer for 5-6 hours. Based on a preliminary study of 15 computer operators obtained 11 operators have complaints of symptoms Carpal Tunnel Syndrome (CTS) when checking Phalen's test.
The study’s intend to find out determinant factors of suspect Carpal Tunnel Syndrome (CTS) and the corelation’s on computer operator at Secretariat Inspectorate General the Ministry of Public Works in 2012. This research is a quantitative study using a cross sectional design was conducted in July to August 2012. The sample in this research were 102 people obtained from the calculation of the sample by the formula hypothesis testing two proportions. This study used chi-square to see the relationship between the variables of age, sex, employment period, and the awkward posture of the hand with suspected Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Based on this research, most of the computer operator suspected of having Carpal Tunnel Syndrome (CTS) computer operator as much as 66 (64.7%). In this research, age and employment period associated with suspected Carpal Tunnel Syndrome (CTS), while the factor of sex and awkward posture of the hands is not related to allegations of Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
To reduce the risk of Carpal Tunnel Syndrome (CTS), suggested to the company to to make promotion program K3 associated with wrist exercises that needs to be done before starting work or in a job sidelines.
Keywords : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), Operator Computer. The reading list: 57 ( 1985-2012)
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi Dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DUGAAN CARPAL TUNNEL
SYNDROME (CTS) PADA OPERATOR KOMPUTER BAGIAN SEKRETARIAT DI
INSPEKTORAT JENDRAL KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2012.
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 03 Oktober 2012
v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 03 Oktober 2012
vi
CURICULUM VITAE
Nama : Rovita Nur Fitriani
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 05 November 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Sentul jaya RT/RW 05/17 No. 26. Bekasi Utara.
Agama : Islam
Gol.Darah : B
No. Telp : 087875420767
RIWAYAT PENDIDIKAN
1996 – 2002 SDN Marga Mulya VIII Bekasi
2002– 2005 Madrasah Tsanawiah ANNUR Bekasi
2005– 2008 Madrasah Aliyah Negeri 8 Jakarta Utara
2008 – 2012 S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
RIWAYAT ORGANISASI
2003 – 2005 Pengurus OSIS Madrasah Tsanawiah ANNUR Bekasi
2002 – 2005 Anggota PASKIBRA Madrasah Tsanawiah ANNUR Bekasi
2006 – 2008 Pengurus OSIS Madrasah Aliyah Negeri 8 Jakarta Utara
2007 – 2008 Pengurus ROHIS Madrasah Aliyah Negeri 8 Jakarta Utara
2007 – 2008 Anggota KIR Madrasah Aliyah Negeri 8 Jakarta Utara
2010 – 2011 BEMJ Kesehatan Masyarakat (Jabatan Staff Dana dan Usaha)
PRAKTEK KERJA LAPANGAN :
Praktek Kerja di PT. Waskita Karya, pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Non-Tol
Antasari-Blok M (stage 1 : Pasar Inpres Cipete - Lapangan Mabak Blok M)
Periode : Februari 2012 – Maret 2012
Rincian Pekerjaan :
Pengawasan terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja
Menganalisis hasil investigasi atas terjadinya kecelakaan pada pekerja
vii
KATA PENGANTAR
حيم لر ا لرحمن ا هللا ا بسم
ته كا بر و هللا ا ورحمة عليكم م اسال
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat kepada
hamba-hambanya. Rasa syukur senantiasa terucapkan kepada-Nya atas segala nikmat dan
hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam juga tak
lupa terucapkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan
sahabatnya.
Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat Di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012” disusun sebagai syarat kelulusan.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, tentunya bukanlah semata-mata hasil usaha
penulis sendiri, melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, arahan,
koreksi, saran, motivasi dan semangat. untuk itu penulis ucapkan rasa terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada :
1. Mamah dan Bapakku tercinta, yang selalu mendoakan aku dan mengajarkan aku untuk
selalu berusaha, memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil, dan kepada
Mba Sinta dan Mas Sigit ku tersayang yang selalu memberikan motivasi.
2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
3. Ibu Febrianti, M.Si, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM)
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Iting Sofwati, ST, MKKK selaku Dosen Pembimbing I, makasih sebanyak-
banyaknya saya ucapkan untuk ibu yang telah membantu dalam memberikan bimbingan
dan masukan dari awal penyusunan skripsi ini hingga akhir, hingga skripsi ini dapat
terselesaikan. ”love you full deh pokonya buat ibu, heheee....”
5. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku dosen pembimbing II, saya ucapkan terima kasih
atas kesediaan bapak untuk membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini dari awal
hingga akhir pak.
6. Ibu Riastuti Kusumawardani, SKM, MKM selaku ketua penguji terimakasih atas saran
dan masukannya.
7. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, Mkes sebagai anggota penguji 1 dalam skripsi ini.
8. Ibu Minsarnawati Tahangnacca, SKM, MKes sebagai anggota penguji 2 dalam skripsi
ini
9. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
10. Bapak Ahmad Ghozali selaku staf Program Studi Kesehatan Masyarakat, terimakasih
atas semua bantuannya dalam mengurus berkas-berkas yang diperlukan untuk keperluan
sidang maupun wisuda.
11. Bapak Ir. Don Anzaldi Salim selaku Inspektur Khusus Jenderal Kementerian Pekerjaan
Umum, terimakasih atas kesediaan bapak untuk mengizinkan saya dalam mengambil
data-data yng diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
ix
12. Nek’ Nilda Nurin, sobatku tercinta yang ga pernah bosen selalu ngedorong gw untuk
cepet selesein skripsi dan ngembantu gw juga dalam menyelasikan skripsi ini.
Ngenggalau bareng dengan membicaran hal itu-itu lagi .......hahahahahhaah
13. Sobat tersayang (Mizna) yang juga selalu memberikan dukungan, temen-temen kosan ku
(viul dan zum) yang selalu susah senang bersama dalam suka dan duka (hehe....),
14. Tak lupa juga kepada seluruh teman-teman angkatan 2008 yang tidak bisa dituliskan
namanya satu persatu, banyak kenangan indah yang telah dilalui bersama dengan kalian
semua.
15. dan untuk semua pihak yang tidak bisa dituliskan namanya satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca lain.
Jakarta, September 2012
Rovita Nur Fitriani
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ---------------------------------------------------------------- i
ABSTRAK ------------------------------------------------------------------------------------- ii
LEMBAR PERSETUJUAN --------------------------------------------------------------- iv
LEMBAR PENGESAHAN ---------------------------------------------------------------- v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ------------------------------------------------------------ vi
KATA PENGANTAR ---------------------------------------------------------------------- vii
DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------------------- x
DAFTAR TABEL ---------------------------------------------------------------------------- xiv
DAFTAR GAMBAR ------------------------------------------------------------------------ xv
DAFTAR GRAFIK -------------------------------------------------------------------------- xvi
DAFTAR LAMPIRAN --------------------------------------------------------------------- xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang --------------------------------------------------------------------------- 1
1.2. Rumusan Masalah ----------------------------------------------------------------------- 9
1.3. Pertanyaan Penelitian ------------------------------------------------------------------- 11
1.4. Tujuan Penelitian ------------------------------------------------------------------------ 12
1.4.1. Tujuan Umum ----------------------------------------------------------------- 12
1.4.2. Tujuan Khusus ----------------------------------------------------------------- 12
1.5. Manfaat Penelitian ---------------------------------------------------------------------- 13
1.5.1. Bagi Mahasiswa --------------------------------------------------------------- 13
1.5.2. Bagi Fakultas ------------------------------------------------------------------ 13
1.5.3. Bagi Perusahaan --------------------------------------------------------------- 13
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ------------------------------------------------------------- 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Carpal Tunnel Syndrome -------------------------------------------------------------- 15
2.1.1. Definisi Carpal Tunnel Syndrome ------------------------------------------- 15
xi
2.1.2. Anatomi Pergelangan Tangan Carpal tunnel Syndrome ----------------- 16
2.1.3. Gejala-Gejala Carpal tunnel Syndrome ------------------------------------- 18
2.1.4. Klasifikasi Carpal tunnel Syndrome----------------------------------------- 19
2.1.5. pemeriksaan Klinis / Diagnosa Carpal tunnel Syndrome ---------------- 20
2.1.6. Pencegahan dan Penanganan Medis Carpal tunnel Syndrom ----------- 25
2.1.6.1. Pencegahan Carpal tunnel Syndrome --------------------------- 25
2.1.6.2. Pengobatan Carpal tunnel Syndrome ---------------------------- 28
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Carpal tunnel Syndrome ---- 33
2.3. Kerangka Teori -------------------------------------------------------------------------- 46
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep ----------------------------------------------------------------------- 48
3.2. Definisi Operasional -------------------------------------------------------------------- 50
3.3. Hipotesis ---------------------------------------------------------------------------------- 53
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian ------------------------------------------------------------------- 54
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ---------------------------------------------------------- 54
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ------------------------------------------------------ 55
4.4. Instrumen Penelitian -------------------------------------------------------------------- 58
4.5. Metode Pengumpulan Data ------------------------------------------------------------ 62
4.6. Pengolahan Data------------------------------------------------------------------------- 64
4.7. Analisis Data ----------------------------------------------------------------------------- 65
BAB V HASIL
5.1. Bagian Sekretariat di Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum ----- 67
5.2. Analisis Univariat ----------------------------------------------------------------------- 69
xii
5.2.1. Dugaan Carpal Tunnel Syndrome pada Operator Komputer Bagian
Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum
Tahun 2012 ---------------------------------------------------------------------- 69
5.2.2. Faktor Personal (Jenis Kelamin dan Usia) pada Operator Komputer
Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan
Umum Tahun 2012 ------------------------------------------------------------ 74
5.2.3. Faktor Pekerjaan (Posisi janggal pada Tangan dan Masa Kerja) pada
Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ------------------------------ 75
5.3. Analisis Bivariat ------------------------------------------------------------------------- 77
5.3.1. Hubungan Faktor Personal (Jenis Kelamin dan Usia) pada Operator
Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian
Pekerjaan Umum Tahun 2012 ----------------------------------------------- 77
5.3.2. Hubungan Faktor Pekerjaan (Posisi Janggal pda Tangan dan Masa
kerja) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat
Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ------------------- 79
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian ---------------------------------------------------------------- 82
6.2. Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) ------------------------------------------- 83
6.3. Hubungan antara Faktor Personal (Jenis Kelamin dan Usia) dengan Dugaan
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) ----------------------------------------------------- 87
6.3.1. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS)--------------------------------------------------------------- 87
6.3.2. Hubungan Usia dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) ---- 91
6.4. Hubungan antara Faktor Pekerjaan (Posisi Janggal pada Tangan dan Masa
Kerja) dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) ------------------------ 93
6.4.1. Hubungan antara Posisi Janggal pada Tangan dengan Dugaan
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) ------------------------------------------- 93
xiii
6.4.2. Hubungan antara Masa Kerja dengan Dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS)--------------------------------------------------------------- 97
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan ---------------------------------------------------------------------------------- 100
7.2. Saran --------------------------------------------------------------------------------------- 101
7.2.1. Bagi Perusahaan ----------------------------------------------------------------- 101
7.2.2. Bagi Operator Komputer ------------------------------------------------------ 102
7.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya ------------------------------------------------------ 102
DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------------------------------------- 104
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
2.1 Pemeriksaan Fisik Carpal tunnel Syndrome ........................................... 21
5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat Inspektorat
Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ................................ 69
5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia pada
Operator Komputer Bagian Sekretariat Inspektorat Jendral
Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ............................................ 74
5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Posisi Janggal dan Masa Kerja
pada Operator Komputer Bagian Sekretariat Inspektorat Jendral
Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ............................................. 75
5.4 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dan Usia dengan Dugaan
Carpal Tunel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer Bagian
Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun
2012 ............................................................................................................ 77
5.5 Analisis Hubungan antara Posisi Janggal pada Tangan dan Masa
Kerja dengan Dugaan Carpal Tunel Syndrome (CTS) pada Operator
Komputer Bagian Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian
Pekerjaan Umum Tahun 2012 .................................................................. 79
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
2.1 Anatomi PergelanganTangan ......................................................... 16
2.2 Gerakan Senam 1............................................................................. 26
2.3 Gerakan Senam 2............................................................................. 26
2.4 Gerakan Senam 3............................................................................. 27
2.5 Gerakan Senam 4............................................................................. 27
2.6 Gerakan Senam5.............................................................................. 27
2.7 Gerakan Senam6.............................................................................. 28
2.8 Saat Terapi Operatif ........................................................................ 32
2.9 Setelah Terapi Operatif ................................................................... 32
2.10 Posisi Tangan Saat Menggunakan Keyboard ................................ 38
2.11 Posisi Tangan Saat Menggunakan Mouse ..................................... 39
2.12 Keyboard Qwerty ............................................................................ 41
2.13 Keyboard Dvorak ............................................................................ 42
2.14 Keyboard Klockenberg ................................................................... 42
2.15 Vertical Mouse................................................................................. 43
2.16 Letak Keyboard dan Mouse ............................................................ 45
4.1 Kuesioner Klinis untuk Diagnosis Carpal Tunnel Syndrome ...... 60
4.2 Phalen’s test ..................................................................................... 61
xvi
DAFTAR GRAFIK
Nomor Grafik Halaman
5.1 Risiko Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator
computer di Masing-Masing Bagian ................................................... 70
5.2 Persentase Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator
Komputer bagian Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian
Pekerjaan Umum Tahun 2012 ............................................................. 72
5.3 Distribusi Hasil Kuisoner pada Operator Komputer Bagian
Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum
Tahun 2012 .......................................................................................... 73
5.4 Persentase Hasil Observasi Posisi Janggal Saat Penggunaan Mouse
ataupun Keyboard oleh Operator Komputer Bagian Sekretariat
Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ....... 76
6.1 Persentase Wanita Berdasarkan Usia dengan Dugaan Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer ............................ 90
6.2 Persentase Posisi Janggal pada Tangan Berdasarkan Pengulangan
dalam Periode Tahun Kerja dengan Dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) pada Operator Komputer ........................................ 96
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Balasan Perizinan Penelitian
Lampiran 2 Inform Consent
Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Output Hasil Uji Statistik
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) disebabkan oleh trauma secara akumulatif
yaitu ketika tangan digerakkan berulang-ulang pada periodesasi waktu yang lama
dengan jumlah gerakan pada jari-jari dan tangan yang berlebihan.Hal tersebut
menyebabkan otot atau ligamen dapat menjadi meradang sebagai akibat dari
penekanan otot dan ligamen serta pembendungan terowongan karpal (Haque, 2009).
Peradangan tersebut mengakibatkan jaringan di sekitar saraf menjadi bengkak, sendi
menjadi tebal, dan akhirnya menekan saraf medianus atau saraf tengah di bagian
pergelangan yang dapat mengakibatkan parastesia, mati rasa, dan kelemahan otot di
tangan (Aizid, 2011).
Peradangan yang terjadi pada tangan akibat tertekannya saraf medianus atau
saraf tengah dapat menimbulkan suatu gejala. Gejala yang ditimbulkan umumnya
dimulai dengan gejala sensorik walaupun pada akhirnya dapat pula menimbulkan
gejala motorik. Pada awalnya gejala yang sering dijumpai adalah rasa nyeri, tebal
(numbness) dan rasa seperti aliran listrik (tingling) pada daerah yang diinnervasi
oleh nervus medianus. Seringkali gejala pertama timbul saat malam hari yang
menyebabkan penderita terbangun dari tidurya (Rambe, 2004). Penyakit ini harus
segera diatasi sebelum terlambat, karena rasa nyeri pada tangan akan semakin sering
terjadi sehingga dapat menurunkan produktifitas dalam bekerja, bahkan jika tidak
2
segera diobati maka penyakit ini dapat berpotensi mengakibatkan kelumpuhan
tangan (Aizid, 2011).
Terjadinya kelumpuhan pada tangan dapat menjadi masalah besar bagi
manusia, karena sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh manusia adalah
dengan menggunakan tangan. Pada kondisi masyarakat yang sekarang ini, interaksi
manusia dengan mesin semakin sering terjadi, sehingga dalam kehidupan sehari-hari
banyak aktivitas atau keadaan yang dapat memacu tingginya kasus Carpal Tunnel
Syndrome (CTS), salah satunya adalah pekerjaan yang menggunakan komputer.
Kegiatan yang selalu melibatkan keyboard dan mouse dapat menimbulkan
cidera urat tangan, lengan dan bahu. Beribu kali jari-jari tangan mengulang gerakan
menekan tuts keyboard ketika mengetik, dengan tangan yang mencengkram dan
menggeser mouse sehinga tanpa disadari terjadi akumulasi kerusakan pada badan
secara keseluruhan, padahal sesungguhnya Allah tidak menyukai hambanya
berlebih-lebihan seperti yang terdapat pada QS. Al-An'aam (Al-An'am) [6] : ayat
141 yang berbunyi ; “dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. Allah melarang berlebih-lebihan
karena hal itu sangat berbahaya bagi kesehatan dan dapat menimbulkan bermacam-
macam penyakit yang mungkin membahayakan jiwa. Allah Yang Maha Pengasih
kepada hamba-Nya tidak menyukai hamba-Nya yang berlebih-lebihan itu. Demikian
halnya dengan sabda Nabi Muhammad yang berkaitan dengan konteks kesehatan
fisik yang berbunyi “ sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu” dalam
sabda tersebut Nabi menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas
3
dalam beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniah terabaikan dan kesehatannya
terganggu (Shihab, 2000).
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan sama halnya dengan orang yang
melakukan pekerjaan yang berlebihan seperti melakukan gerakan berulang yang
berlebihan dalam menggunakan keyboard ataupun mouse tidak diperbolehkan karena
dapat menyebabkan kebutuhan jasmaniah terabaikan dan kesehatannya terganggu.
Gerakan berulang yang dilakukan pada pergelangan tangan dalam waktu lama dan
tanpa istirahat, akan meningkatkan tekanan dalam tunnel, dilanjutkan terjadinya
peradangan, sehingga terjepitlah nervus medianus yang akhirnya menimbulkan
gejala terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (Aizid, 2011).
Gerakan berulang pada pergelangan tangan tersebut banyak dijumpai pada
pekerja kantoran yang pekerjaan utamanya adalah duduk di depan komputer, dimana
tangan menjadi salah satu organ tubuh yang digunakan dalam jangka waktu lama
(seperti memegang mouse dan mengetik) yang umumnya menggunakan kombinasi
antara kekuatan dan pengulangan gerakan pada jari-jari dan tangan, selama periode
waktu yang lama, dapat menjadi salah satu alasan mengapa keluhan Carpal Tunnel
Syndrome kini mulai banyak diderita oleh pekerja kantoran.(Aizid, 2011). Pendapat
tersebut dipertegas oleh Biro Statistik Tenaga kerja Internasional yang menyatakan
bahwa mengetik menghasilkan absen terpanjang dari pekerjaan pada tahun 2002, dan
adanya bukti kuat hubungan positif antara kerja berulang dengan faktor-faktor
pekerjaan lain dengan CTS.
Menurut Departemen Tenaga Kerja AS, Ocupational Safety and Health
(OSHA), cedera tangan berulang adalah masalah kesehatan yang paling umum dan
4
mahal, mempengaruhi ratusan ribu pekerja Amerika, dan biaya lebih dari $ 20 miliar
per tahun sebagai kompensasi pekerja. penggunaan mouse komputer lebih dari 20
jam setiap pekan atau 3 jam 20 menit setiap harinya, memiliki risiko 2,6 kali lebih
untuk mengalami gejala Carpal Tunnel Syndrome (Hedge, 2004).
Bagi seseorang yang selalu bekerja di depan komputer bahkan menghabiskan
waktu berjam-jam dan melakukan kesalahan dalam menggunakan mouse sehari-hari
akan berakibat pada timbulnya Carpal Tunnel Syndrome. Risiko terjadinya Carpal
Tunnel Syndrome 10% lebih banyak pada orang dewasa dimana wanita berisiko 3
kali lipat lebih banyak daripada pria dan terbanyak terjadi pada usia 40-50 tahun dan
angka kejadian kurang lebih 515/1000 populasi di USA pada 102 tangan (92 orang).
(Purwanti, 2011). NIOSH (The National Institute for occupational Safety and
Health) di tahun 1990, memperkirakan 15%-20% pekerja Amerika berisiko
menderita Cumulative Trauma disorders (CTDs).The National Safety Council (NCS)
melaporkan, kurang lebih 960.000 kasus CTDs di kalangan pekerja amerika tahun
1992.Catatan Bureau of Labor Statistics (BLS) 1992, menunjukkan bahkan dari
seluruh kasus CTDs yang dilaporkan, separuhnya didiagnosis sebagai Carpal Tunnel
Syndrome.(Wichaksana, 2002)
Studi yang dilakukan oleh Mayo Clinic melihat CTS pada pengguna
komputer menyimpulkan bahwa 3,5% dari pengguna komputer memiliki CTS yang
mirip dengan populasi umum. Dan studi yang dilakukan oleh Anderson (2007)
menunjukkan bahwa CTS mempengaruhi 1% sampai 2 % dari populasi umum. Oleh
karena itu, persentase pengguna komputer dengan CTS (3,5%) lebih besar dari
populasi umum (1% sampai 2%) (Rostati, 2009). Selain itu juga sebuah studi yang
5
dilakukan oleh Roquelaure (2008) melihat hubungan status pekerjaan dengan tingkat
insiden CTS, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kejadian rata-rata CTS
lebih tinggi pada pekerja yaitu 75% pada pria dan 67% pada perempuan dari pada
individu yang menganggur. Menurut Kantor Tenaga kerja dan Statistik di USA
Tahun 2003, jumlah pekerja yang tidak masuk kerja akibat terkena Carpal Tunnel
Syndrome adalah 3,7 orang dari seluruh pekerja di Negara ini. Pegawai tersebut rata-
rata kehilangan hari untuk bekerja yaitu 23 hari/tahun, dengan ganti rugi pekerja
yang terkena Carpal Tunnel Syndrome adalah 2 milliar pertahun (Haque, 2009).
Selain itu salah satu penelitian tentang Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja
di instasi pemerintahan juga pernah dilakukan, yaitu mengenai Gambaran Keluhan
Subjektif Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Akibat Penggunaan Komputer Pada
Pekerja Data Entry Di Arsip Nasional Republik Indonesia, dimana didapatkan hasil
bahwa keluhan subyektif yang paling banyak dialami responden adalah pegal pada
lengan, pergelangan / jari-jari saat bekerja atau setelah bekerja yaitu sebanyak 54,2
%, yang diikuti dengan adanya keluhan nyeri dari tangan sampai bahu dan tidak kuat
menggenggam tangan dalam jumlah yang sama sebanyak 29,2%., sedangkan
keluhan yang tidak pernah dirasakan adalah bengkak pada jari-jari tangan dan tangan
tidak bisa membedakan antara panas dan dingin. (Rusmayani, 2002).
Pemakaian komputer telah berkembang dalam pemerintahan, sebagaimana
tertuang dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, bahwa pemanfaatan teknologi informasi berperan penting
untuk kesejahteraan masyarakat, yang berdampak dalam meningkatkan efektivitas
dan efisiensi pelayanan publik. Transasksi Elektronik tersebut dilakukan dengan
6
menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya.
Secara spesifik, dalam pasal 107 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
dijelaskan bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik bertujuan
untuk: meningkatkan transparansi dan akuntabilitas; meningkatkan akses pasar dan
persaingan usaha yang sehat; memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan;
mendukung proses monitoring dan audit; dan memenuhi kebutuhan akses informasi
yang real time.
Salah satu Kementerian yang memanfaatkan teknologi elektronik berupa
komputer adalah Kementerian pekerjaan umum untuk membuat suatu laporan
ataupun dalam mengakses data. Akses Data Kementerian Pekerjaan Umum adalah
salah satu cara atau metode untuk melihat, mengirim, mengambil, dan menggunakan
Data Kementerian Pekerjaan Umum dalam rangka pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. Sistem Informasi untuk Akses Data Kementerian
Pekerjaan Umum adalah suatu sistem yang terdiri dari sistem aplikasi komputer
(Nota Kesepahaman Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Dengan
Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 21
/KB/X‐XIII.2/12/2010)
Namun berdasarkan hasil dari evaluasi kinerja pada Kementerian dinyatakan
bahwa Kementerian PU belum melakukan kinerja yang baik untuk dapat
menjalankan organisasi dan manajemen dalam melakukan penetapan berbagai
prinsip pengelolaan sumber daya dan terhadap pencapaian hasil-hasil organisasi
pemerintahan salah satunya akibat usaha-usaha peningkatan kualitas Sumber Daya
7
Manusia (SDM) yang belum ideal (Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi
Kementerian, 2011).
Berdasarkan hal tersebut maka dipilih Direktorat Jenderal Kementerian
Pekerjaan Umum sebagai tempat penelitian karena secara tidak langsung untuk
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dilakukan peningkatan beban kerja
pada pekerja, baik pada pekerja yang melakukan pengawasan maupun pada pekerja
yang melakukan perencanaan, pemograman, dan penganggaran yang terdapat pada
bagian Sekretariat. Bagian pengawasan melaksanakan pengendalian/pengawasan
pelaksanaan agar pelaksanaan pekerjaan di lapangan sesuai dengan mutu, biaya, dan
waktu yang ditentukan serta tercapainya tertib administrasi yang
penyelenggaraannya dilakukan secara terpadu melalui koordinasi Sekretariat
Jenderal. (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 02/ PRT/ M/ 2008).
Sedangkan bagian Sekretariat melakukan kegiatan berupa penyusunan dan
perubahan perencanaan, pemrograman dan penganggaran kegiatan Departemen
Pekerjaan Umum sebagai kesatuan yang tidak terpisahkan dengan peraturan Menteri
ini. selain itu juga melakukan perencanaan jangka menengah dan tahunan,
pemrograman dan penganggaran tahunan kegiatan. Setiap perubahan rencana,
program, dan anggaran kegiatan dapat dilaksanakan melalui koordinasi Sekretariat
Jenderal setelah sebelumnya mendapatkan persetujuan tertulis dari Pejabat Eselon-I
terkait sebagai penanggung jawab program (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor : 02/ PRT/ M/ 2008).
Dengan kata lain bagian Sekretariat merupakan bagian yang paling banyak
melakukan pekerjaan dengan menggunakan komputer untuk menyusun program,
8
perencanaan, dan penganggaran kegiatan Departemen Pekerjaan Umum, sedangkan
bagian pengawasan hanya melakukan pengawasan dilapangan agar sesuai dengan
mutu dan waktu yang telah ditentukan. Dengan begitu pekerja pada bagian
secretariat dapat menghabiskan waktu yang lama didepan komputer dimana tangan
menjadi salah satu organ tubuh yang banyak digunakan, sehingga jari-jemari akan
digunakan secara berulang dalam jangka waktu yang lama saat memegang mouse
maupun menekan tuts-tuts keyboard, hal tersebut akan meningkatkan tekanan dalam
tunnel, dilanjutkan terjadinya peradangan, sehingga terjepitlah nervus medianus
yang akhirnya dapat menimbulkan gejala terjadinya Carpal Tunnel Syndrome
(Aizid, 2011).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Mei tahun
2012 diketahui dari 15 pekerja yang menggunakan komputer di bagian Sekretariat
Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum, didapatkan 11 dari 15 pekerja
atau 73,3% mengalami keluhan berupa gejala Carpal Tunnel Syndrome. Dengan
spesifikasi masing-masing jumlah orang dengan keluhan sakit/ nyeri sebanyak 9
orang (60%), kesemutan sebanyak 13 orang (87,6%), mati rasa sebanyak 8 orang
(53,3%), bengkak pada tangan khususnya di pagi hari sebanyak 4 orang (26,7%),
terbangun pada malam hari karena nyeri pada tangan sebanyak 3 orang (2%), dan tes
phalen’s dengan timbulnya gejala – gejala Carpal Tunnel Syndrome dalam waktu 1
menit adalah sebanyak 11 orang (73,3%).
Berdasarkan studi pendahuluan tersebut dan berdasarkan informasi dari
Bagian Sekretariat, bahwa sampai saat ini belum pernah dilakukan suatu penelitian
terhadap kesehatan pekerja khususnya yang berhubungan dengan terjadinya
9
gangguan pada pergelangan tangan yaitu Carpal Tunnel Syndrome pada operator
komputer, dan berdasarkan informasi dari pekerja rata-rata operator komputer
menggunakan komputer selama 5-6 jam dari jumlah jam kerja pekerja Inspektorat
Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum yaitu 8 jam sehari. Dengan lamanya
penggunaan komputer tersebut dapat memicu untuk menimbulkan Carpal Tunnel
Syndrome karena penggunaan mouse komputer selama 3 jam 20 menit setiap
harinya, memiliki risiko 2,6 kali lebih untuk mengalami gejala Carpal Tunnel
Syndrome. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merasa perlu untuk
mengangkat penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat
di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
1.2.Rumusan Masalah
Operator komputer dapat berisiko mengalami Carpal Tunnel Syndrome
(CTS), karena pekerjaan utama operator komputer adalah duduk di depan komputer,
dimana tangan digunakan secara berulang dalam jangka waktu yang lama (seperti
memegang mouse dan mengetik) dan tanpa istirahat, akan meningkatkan tekanan
dalam tunnel, dilanjutkan terjadinya peradangan, sehingga terjepitlah nervus
medianus yang akhirnya menimbulkan terjadinya keluhanCarpal Tunnel Syndrome
(Aizid, 2011).
Sebuah survei nasional besar Inggris menemukan bahwa penggunaan
keyboard selama lebih dari 4 jam per hari meningkatkan risiko gejala pada
10
pergelangan tangan dan penggunaan mouse komputer selama 3 jam 20 menit setiap
harinya, memiliki risiko 2,6 kali lebih untuk mengalami gejala Carpal Tunnel
Syndrome.(Hedge, 2004). Berbagai faktor juga dapat menyebabkan terjadinya gejala
Carpal Tunnel Syndrome yaitu faktor personal yang terdiri dari usia, jenis kelamin,
obesitas dan riwayat penyakit (reumatoid arthritis, fraktur, diabetes mellitus). Faktor
pekerjaan yang terdiri dari pengulangan pada tangan (masa kerja dan lama kerja) dan
posisi janggal pada tangan.sedangkan faktor workstation terdiri dari bentuk dan letak
keyboard serta bentuk dan letak mouse (Ali, 2006 ; Grandjean, 1987; Boz, 2003 ;
Barcenilla et al, 2012).
Gejala yang sering timbul akibat terjadinya Carpal Tunnel Syndrome adalah
nyeri, kesemutan, atau mati rasa pada jari-jari tangan, terutama ibu jari, telunjuk, dan
jari tengah.Gejala tadi memburuk pada malam hari ataupun sesudah fleksi yang
lama(Aizid, 2011; Rambe, 2004). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan
pada bulan Mei tahun 2012 diketahui dari 15 operator komputer Bagian Sekretariat
di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum, didapatkan 11 dari 15
pekerja atau 73,3% mengalami keluhan berupa gejala Carpal Tunnel Syndrome.
Dengan spesifikasi masing-masing jumlah orang dengan keluhan sakit/ nyeri
sebanyak 9 orang (60%), kesemutan sebanyak 13 orang (87,6%), mati rasa sebanyak
8 orang (53,3%), bengkak pada tangan khususnya di pagi hari sebanyak 4 orang
(26,7%), terbangun pada malam hari karena nyeri pada tangan sebanyak 3 orang
(2%), dan tes phalen’s dengan timbulnya gejala – gejala Carpal Tunnel Syndrome
dalam waktu 1 menit adalah sebanyak 11 orang (73,3%).
11
Berdasarkan teori dan data-data di atas, terdapat gejala Carpal Tunnel
Syndrome yang sering dirasakan pada operator komputer.Untuk itu peneliti tertarik
melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dugaan
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di
Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran terjadinya Dugaan Carpal Tunnel Syndrome(CTS)
pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012?
2. Bagaimana gambaran faktor personal (jenis kelamin, dan usia,) pada operator
komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan
Umum Tahun 2012?
3. Bagaimana gambaran faktor pekerjaan (postur janggal pada tangan dan masa
kerja) pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012?
4. Apakah ada hubungan faktor personal (jenis kelamin, dan usia) dengan
dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer bagian
sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun
2012?
5. Apakah ada hubungan faktor pekerjaan (postur janggal pada tangan, dan
masa kerja) dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator
komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan
Umum Tahun 2012?
12
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dugaan Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di
Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
1.4.2. Tujuan khusus
1. Diketahuinya gambaran Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada
Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
2. Diketahuinya gambaran faktor personal (jenis kelamin, dan usia,) pada
Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
3. Diketahuinya gambaran faktor pekerjaan (posisi janggal pada tangan dan
masa kerja) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat
Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
4. Diketahuinya hubungan faktor personal (jenis kelamin, dan usia) dengan
Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer Bagian
Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun
2012.
5. Diketahuinya hubungan faktor pekerjaan (posisi janggal pada tangan dan
masa kerja) dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada
Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
13
1.5.Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Mahasiswa
1. Sebagai tahap awal pembelajaran dalam melakukan penelitian dan
menambah wawasan untuk lebih mengetahui Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada
Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
2. Dapat menjadi suatu tahapan awal dalam bersosialisasi dengan para
pekerja di Inspektorat Jenderal Kementerian pekerjaan Umum,
sehingga lebih mengetahui dunia kerja
1.5.2. Bagi Fakultas
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan
referensi serta membuka wawasan ilmiah bagi civitas akademik
program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam negeri syarif
Hidayatullah Jakarta mengenai Carpal Tunnel Syndrome(CTS).
1.5.3. Bagi Perusahaan
1. Dengan adanya hasil penelitian ini perusahaan dapat mengetahui
Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer
bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan
Umum tahun 2012
14
2. Dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam melakukan pencegahan
maupun penanggulangan terhadap Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum.
1.6. Ruang Lingkup penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain
crossectional yang dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan
dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer bagian sekretariat
di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum karena operator komputer di
Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum selalu melakukan gerakan
berulang pada jari saat melakukan pengetikan dan menggunakan mouse, dimana
bekerja selama 8 jam sehari dengan pemakaian komputer rata-rata selama 5-6 jam
perhari yang pastinya memiliki risiko untuk terjadinya Carpal Tunnel
Syndrome(CTS).
Penelitian dilakukan di bagian Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan
Umum, dengan subjek penelitian seluruh operator komputer bagian tersebut yaitu
sebanyak 240 orang. Penelitian dilakukan pada bulan bulan Juli-Agustus tahun
2012. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 102 operator komputer. Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer didapatkan dengan melakukan penyebaran kuesioner, pemeriksaan
fisik dan observasi lapangan. Sedangkan data sekunder yaitu data berupa profil
Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Bagian Sekretariat.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Carpal Tunnel Syndrome
2.1.1. Definisi Carpal Tunnel Syndrome
Carpal Tunnel Syndrome (CTS/ Sindrom Terowongan Karpal), atau
penyakit saraf menengah di pergelangan tangan, adalah suatu kondisi medis
dimana saraf tengah tertekan di bagian pergelangan yang mengakibatkan
parastesia, mati rasa dan kelemahan otot di tangan. Carpal Tunnel Syndrome
merupakan salah satu jenis penyakit akibat terjadinya Cumulative Trauma
Disorders (CTD), yaitu sekumpulan gangguan atau kekacauan pada sistem
muskuloskeletal (musculosceletal disorders) berupa cedera pada syaraf, otot,
tendon, ligamen, tulang dan persendian pada titik-titik ekstrim tubuh bagian
atas (tangan, pergelangan, siku dan bahu), tubuh bagian bawah (kaki, lutut
dan pinggul) dan tulang belakang (punggung dan leher) (Kuntodi, 2008).
Kelainan (penyakit) ini dapat terjadi akibat adanya proses peradangan
pada jaringan-jaringan di sekitar saraf medianus (tendon dan teosynovium)
yang ada dalam terowongan karpal. Peradangan tersebut mengakibatkan
jaringan disekitar saraf menjadi bengkak, sendi menjadi tebal, dan akhirnya
menekan saraf medianus. Penekanan saraf medianus ini lebih lanjut akan
menyebabkan kecepatan hantar (konduksi) dalam serabut sarafnya terhambat,
16
sehingga menyebabkan berbagai gejala pada tangan dan pergelagan tangan
(Aizid, 2011).
Carpal Tunnel Syndrome adalah gangguan pada syaraf yang
disebabkan karena terperangkapnya nervus medianus dan atau karena adanya
penekanan pada nervus medinus yang melewati terowongan karpal, gangguan
pada syaraf ini berhubungan dengan pekerjaan yang mempunyai paparan
getaran dalam jangka waktu panjang secara berulang (Pakasi, 2005).
2.1.2. Anatomi Pergelangan Tangan Carpal Tunnel Syndrome
Gambar 2.1. Anatomi Pergelangan Tangan Carpal Tunnel Syndrome (Sumber : American academy of orthopedic surgeons (AAOS), 2009)
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) merupakan
terowongan sempit yang berada di dalam dasar pergelangan tangan. Bagian
bawah dan sisi terowongan ini dibentuk oleh pergelangan tangan (karpal)
tulang. Bagian atas terowongan ditutupi oleh sebuah band yang kuat dari
jaringan ikat yang disebut ligamentum karpal transversal. Perjalanan saraf
17
median dari lengan bawah ke tangan melalui terowongan di pergelangan
tangan. Saraf median mengontrol perasaan di sisi telapak ibu jari, jari
telunjuk, dan jari yang panjang. Saraf juga mengontrol otot-otot di sekitar
dasar jempol. Tendon yang menekuk jari-jari dan ibu jari juga berjalan
melalui terowongan karpal, tendon ini disebut tendon fleksor (American
Academy Of Orthopedic Surgeons, 2009).
Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan
pada jari-jari tangan. Jari tangan dan otot-otot flexor pada pergelangan tangan
beserta tendon-tendonnya berinsersi pada tulang-tulang metaphalangeal,
interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari
tangan dan jempol. (Beatrice, 2012). Carpal Tunnel Syndrome (CTS) terjadi
ketika jaringan sekitarnya tendon fleksor pada pergelangan tangan
membengkak dan memberikan tekanan pada saraf median. Jaringan-jaringan
ini disebut sinovium. Sinovium melumasi tendon dan membuatnya lebih
mudah untuk memindahkan jari. Pembengkakan sinovium mempersempit
ruang tertutup dari terowongan karpal (American Academy Of Orthopedic
Surgeons, 2009).
18
2.1.3. Gejala-Gejala Carpal Tunnel Syndrome
Gejala yang paling umum dari Carpal Tunnel Syndrome adalah
kesemutan, mati rasa, lemah atau sakit yang terasa di jari atau telapak tangan
(lebih jarang terjadi). Gejala yang paling sering terjadi di bagian saraf tengah
adalah pada bagian jempol, telunjuk, jari tengah, dan setengah dari jari manis
(Aizid, 2011), Sedangkan Rambe (2004) menjelaskan bahwa pada tahap awal
gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja, gangguan motorik hanya
terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa parestesia,
kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling)
pada jari dan setengah sisi radial jari walaupun kadang-kadang dirasakan
mengenai seluruh jari-jari. Keluhan parastesia biasanya lebih menonjol di
malam hari. Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih
berat pada malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari
tidurnya.
Menurut Djojodibroto (1999) yang dikutip oleh Rusdi (2007)
menyebutkan bahwa gejala dari Carpal Tunnel Syndrome adalah sebagai
berikut:
1. Karakteristik parastesia, nyeri, lemah pada jari-jari menurut distribusi
Nervus Medianus distal.
2. Gejala tadi memburuk pada malam hari ataupun sesudah fleksi yang
lama, misalnya pengemudi mobil.
19
3. Hilangnya rasa raba permukaan tangan sebelah medial
4. Kelemahan tenar/atrofi
5. Hubungan dengan kerja dinilai secara hati-hati, penggunaan tangan,
posisi tangan, dan sering atau beratnya kekuatan atau tekanan pada
pergelangan tangan atau vibrasi.
6. Gejala berkurang setelah istirahat kerja.
2.1.4. Klasifikasi Carpal Tunnel Syndrome
Menurut Asworth (2009) Carpal Tunnel Syndrome biasanya dibagi
menjadi ringan, sedang, dan berat.
1. Level 1/ ringan/ mild
Carpal Tunnel Syndrome ringan memiliki kelainan sensorik saja
pada pengujian elektrofisiologis. Rasa perih / rasa tersengat dan nyeri
atau gejala Carpal Tunnel Syndrome yang terjadi dapat berkurang dengan
istirahat atau pijat.
2. Level 2/ sedang / moderate
Carpal Tunnel Syndrome sedang memiliki gejala sensorik dan
motorik. Gejala lebih intensif, test orthopedic dan neurologic
mengindikasikan adanya kerusakan syaraf
3. level 3 / berat / severe
Gejala lebih parah, mengalami penurunan sensorik dan rasa nyeri
konstan. Dokter menyarankan imobilisasi total dan pembedahan.
20
2.1.5. Pemeriksaan Klinis / Diagnosa Carpal Tunnel Syndrome
Diagnosa Carpal Tunnel Syndrome dapat didukung oleh beberapa
pemeriksaan, yaitu :
1. Pemeriksaan fisik
Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita
dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik, ototnom
tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu
menegakkan diagnosa Carpal Tunnel Syndrome adalah sebagai berikut
(Rambe, 2004):
21
Tabel 2.1. Pemeriksaan Fisik Carpal Tunnel Syndrome
Wrist Extenstion Test
Phalen’s Test Tinel’s Test
Pressure Test
Luthy’s Sign (Bottle’s
Test)
Pemeriksaan
Sesibilitas
Penderita melakukan
ekstensi dengan
secara maksimal,
sebaiknya dilakukan
serentak pada kedua
tangan sehingga dapat
dibandingkan.
penderita melakukan
fleksi dengan secara
maksimal atau
menyatukan
pergelangan tangannya
kearah bawah sejauh
yang pasien bisa dan
bertahan pada posisi
itu selama 1 menit.
Bila dalam waktu 1
meniit timbul gejala-
gejala seperti gejala
Carpal Tunnel
Syndrome, maka tes ini
dapat menyokong
diagnosa Carpal
Tes ini mendukung
diagnosa bila timbul
parastesi atau nyeri
pada daerah distribusi
nervus medianus jika
dilakkan prekusi pada
terowongan karpal
dengan posisi tangan
sedikit dorsofleksi.
Dokter akan mnegetuk
bagian depan
pergelangan tangan.
Jika ketukan itu
menyebabkan
kesemutan pada
tangan atau lengan,
Nervus medianus
ditekan diterowongan
karpal dengan
menggunakan ibu jari.
Bila dalam waktu
kurang dari 120 detik
timbul gejala seperti
gejala Carpal Tunnel
Syndrome, maka tes
ini dapat menyokong
diagnosa
Penderita diminta
melingkarkan ibu jari
dan jari telunjuknya
pada botol atau gelas.
Bila kulit tangan
penderita tidak dapat
menyentuh
dindingnya dengan
rapat, tes dinyatakan
positive dan
mendukung
diagnosa.
Bila penderita tidak
dapat membedakan
dua titik (two point
discrimination) pada
jarak lebih dari 6mm
di daerah nervus
medianus, tes
dianggap positive
dan mendukung
diagnosa.
22
Tunnel Syndrome.
Kelebihan tes ini yaitu
sangat sensitive untuk
menegakkan diagnosa..
selain itu phalen test
juga memiliki
sensitifitas 40 – 80%
dan spesifitas lebih dari
81% (kuschner et al,
1992).
Namun tes ini
dikatakan kurang baik
jika punggung telapak
tangan satu dengan
yang lain tidak saling
menempel dan tidak
ada penekanan dari
kedua tangan dengan
keadaan horizontal.
hal itu mungkin saja
Carpal Tunnel
Syndrome. Tes ini
dapat mendukung
diagnosa bila timbul
parastesi atau nyeri
pada daerah distribusi
nervus medianus pada
saat jari tangan
pemeriksa mengetuk
pada syaraf yang
rusak. Pemeriksaan ini
memiliki sensitifitas
25-75 % dan spesifitas
70-90% (katz et al,
1990)
Sumber : Rambe (2004)
23
2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik), (Rambe, 2004)
a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrasi, polifastik,
gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-
otot thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-
otot lumbikal, EMG bisa normal pada 31% kasus Carpal Tunnel
Syndrome.
b. Kecepatan hantar saraf (KHS). Pada 15-25 % kasus , KHS bisa
normal. Pada lainnya, KHS akan menurun dan masa laten distal
(distal latency) memanjang. Menunjukkan adanya gangguan pada
konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih
sensitive dari masa laten motorik.
3. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan sinar x pada terhadap pergelangan tangan dapat
membantu melihat apakah ada penyebab lain, seperti fraktur atau
arthritis. Foto pales leher berguna untuk menyingkirkan adanya
penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI dilakukan pada
kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi (Rambe, 2004).
Namun American Academy of Neurology telah menggambarkan
kriteria diagnostik yang mengandalkan pada kombinasi gejala dan
temuan pemeriksaan fisik, serta kriteria diagnostik lainnya termasuk
24
hasil dari penelitian elektrofisiologi. Sedangkan diagnosa kejadian
Carpal Tunnel Syndrome sebagai akibat pekerjaan menurut National
Institute for Ocupational Safety and Health (NIOSH) pada tahun 1989
berupa : (Barcenilla, 2012)
1. Terdapatnya salah satu atau lebih gejala parastesia,
hipoanastesia, sakit / baal/ mati rasa pada tangan yang
berlangsung sedikitnya 1 minggu atau bila tidak terjadi secara
terus menerus, sering terjadi pada berbagai kesempatan.
2. Secara objektif dijumpai hasil tes Tinel’s atau tes phalen positif
atau berkurang sampai hilangnya rasa sakit pada kulit telapak dan
jari tangan. Diagnosa dapat pula ditegakkan mlalui pmeriksaan
elektrodiagnostik antara lain dengan pemeriksaan elektromiografi.
3. Adanya riwayat pekerjaan seperti melakukan pekerjaan berulang
atau repetitive, pekerjaan yang disertai kekuatan tangan, fleksi
ekstensi, dan deviasi gerakan pergelangan dan jari tangan,
menggunakan alat dengan getaran tinggi serta terjadi tekanan
pada pergelangan tangan atau telapak tangan.
25
2.1.6. Pencegahan dan Penanganan Medis Carpal Tunnel Syndrome
2.1.6.1. Pencegahan Carpal Tunnel Syndrome
Adapun upaya pencegahan yang dapat dilakukan, diantaranya
adalah : (Aizid, 2011)
Biasakan agar pergelangan tangan dalam posisi netral atau lurus
Gunakan semua jari-jari untuk memegang benda
Disela-sela kesibukan, usahakan selalu mengistirahatkan tangan
setiap 15-20 menit
Gunakan pulpen dengan diameter besar agar mengurangi
tekanan
Rutin melakukan latihan peregangan otot-otot tangan dan
lengan bawah.
Sedangkan berdasarkan penelitian intensif yang telah
dilakukan oleh American Academy of Orthopaedic Surgeons telah
menemukan bahwa senam gerakan pergelangan-tangan saat memulai
pekerjaan dan selama waktu-waktu jeda bisa membantu mencegah
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) . Agar menjadi efektif, senam
gerakan pergelangan-tangan ini harus dilakukan saat memulai setiap
jenis pekerjaan dan setelah jeda di masing-masing jenis pekerjaan.
Senam gerakan pergelangan-tangan telah dibuktikan mengurangi
tekanan saraf medianus dan mengurangi kemungkinan terjadinya
Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
26
Pekerja yang intensif menggunakan tangan, khususnya mouse
komputer, harus melakukan senam pemanasan selama lima menit
sebelum memulai bekerja, seperti halnya atlet lomba lari yang
meregangkan otot sebelum berlari untuk mencegah cedera. Berikut
gerakan-gerakan senam pergelangan-tangan yang dimaksud (Freebie,
2011):
1. Ulurkan kedua tangan ke depan dengan kuat sampai lurus dan
angkat kedua pergelangan tangan dan jari-jari tangan hingga
dalam posisi tegak lurus dengan uluran tangan. Tahan sampai 5
kali hitungan.
Gambar 2.2. Gerakan Senam 1 (Sumber: Masdin, 2010)
2. Luruskan kedua pergelangan tangan dan lemaskan jari-jari
tangan selama 5 kali hitungan.
Gambar 2.3. Gerakan Senam 2 (Sumber: Masdin, 2010)
27
3. Kepalkan kedua telapak tangan. Tahan sampai 5 kali hitungan.
Gambar 2.4. Gerakan Senam 3 (Sumber: Masdin, 2010)
4. Selanjutnya bengkokkan kedua pergelangan tangan ke bawah
sambil tetap mengepal. Tahan sampai 5 kali hitungan.
Gambar 2.5. Gerakan Senam 4 (Sumber: Masdin, 2010)
5. Luruskan kembali pergelangan tangan, buka kepalan dan
lemaskan jari-jari sampai 5 kali hitungan.
Gambar 2.6. Gerakan Senam 5 (Sumber: Masdin, 2010)
28
6. Ulangi setiap gerakan 10 kali lalu biarkan kedua lengan anda
tergantung bebas dan goyang-goyangkan selama beberapa detik.
Gambar 2.7. Gerakan Senam 6 (Sumber: Masdin, 2010)
2.1.6.2. Pengobatan Carpal Tunnel Syndrome
Untuk mengobati Carpal Tunnel Syndrome salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan terapi (Aizid, 2011), terapi tersebut yaitu :
1. Terapi konservatif
a. Beberapa terapi konservatif
i. Mengistirahatkan pergelangan tangan dan mengompresnya
dengan air dingin
ii. Pemasangan bidai pada pergelangan tangan pada posisi netral
atau lurus. Bidai bias dipasang secara terus menerus atau
hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
iii. Pemberian vitamin B6
iv. Dilakukan fisioterapi
29
b. Langkah-langkah pengobatan selain terapi konservatif
Adapun pengobatan lain berdasarkan tingkat gejalanya dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
i. Skrining dan diagnosis
Saat berkonsultasi gejala dan tanda akan diupayakan
timbul. Sebagai skrining, akan diperiksa rasa sensasi jari
kelingking. Jika rasa sensasi pada jari kelingking ada, maka
kemungkinan penyebab lain harus dipikirkan. Pemeriksaan yang
dilakukan antara lain uji sensasi/ rasa pada jari-jari dan kekuatan
otot tangan. Dokter akan memberikan gerakan pada pergelangan
tangan, dan tekanan ataupun ketukan pada daerah pergelangan.
Hal ini dimaksudkan untuk memicu terjadinya gangguan,
sehingga gejala dapat timbul. Jika gejala dan tanda Carpal Tunnel
Syndrome terjadi, maka pemeriksaan lanjutan yang disarankan
meliputi Electromyogram (EMG).
ii. Bidai pada pergelangan tangan
Bidai diberikan pada posisi netral, yaitu pada tangan yang
melurus, agar terjadi rongga terowongan karpal yang maksimal.
Bidai juga sering disebut sebagai night splint, karena (terutama)
dianjurkan untuk digunakan pada malam hari. Pada umumnya,
30
bidai akan menolong jika gejala yang terjadi belum melebihi satu
tahun.
iii. Hidoterapi dan splint
Hidroterapi atau terapi air dapat dilakukan dirumah. Pada
beberapa studi, hidroterapi telah dibuktikan cukup efisien dalam
meningkatkan sirkulasi darah pada daerah yang sakit. Caranya
dengan merendam tangan dalam air panas selama 3 menit,
kemudian dilanjutkan dengan merendam dalam air dingin selama
30 detik. Cara tersebut dilakukan sebenyak 3 – 5 kali. Metode ini
akan meningkatkan sirkulasi loka, meningkatkan pasokan nutrisi
serta oksigen, membuang berbagai sisa metabolism, mengurangi
konsentrasi zat-zat mediator inflamasi (peradangan), dan akhirnya
meredakan nyeri.
iv. Pemberian obat
Obat yang diberikan biasanya aspirin dan obat yang
termasuk golongan nonsteroidal anti-inflamatory (NSAID).
NSAID akan meredakan sakit yang terjadi akibat peradangan.
Selain NSAID, Carpal Tunnel Syndrome juga dapat ditanggulangi
dengan beberapa jenis obat, antara lain golongan anti-inflamasi
nonsteroid (aspirin, ibuprofen, naproxen). Selain itu, suplemen
vitamin B6 (piridoksin) dan B2 (ribroflavin) diduga efektif dalam
penanganan Carpal Tunnel Syndrome. Namun pemberian obat
sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter terlebih dahulu.
31
v. Golongan steroid
Injeksi steroid terkadang perlu diberikan untuk meredakan
peradangan. Dengan demikian, tekanan pada nervus medianus
akan berkurang.
vi. Mengurangi beban tangan
Jika memang keluhan berhubungan dengan pekerjaan atau
aktivitas sehari-hari, maka penanggulangan terpnting adalah
mengurangi beban penggunaan tangan. Istirahatkan tangan atau
pergelangan tangan sekurang-kurangnya 2 minggu.
2. Terapi operatif (pembedahan)
Pembedahan merupakan pilihan terakhir dalam pngobatan
Carpal Tunnel Syndrome. Berikut adalah beberapa perawatan terapi
operatif :
a. Dekompreasi terbuka
Dalam perawatan ini, sebuah sayatan dibuat di telapak
tangan dngan anastesi lokal (hanya sebagian yang dibius) atau
anastesi umum (pasien tidur). Kemudian, ligamen karpal
melintang (bagian atas terowongan karpal) dikeluarkan dan
dipotong.
32
b. Dekompresi endoskopik
Dalam perawatan ini, dua sayatam kecil dibuat di
pergelangan tangan dan telapak tangan. Kemudian, endoskopi
(tabung berlampu kecil berisi kamera) melewati terowongan
karpal melalui sayatan tersebut. Ahli bedah kemudian
mengeluarkan ligamen karpal melintang (bagian atas terowongan
karpal) dan memotongnya serta mmbebaskan isi terowongan
karpal dari kompresi. Berikut ini adalah gambar mengenai cara
perawatan pada terapi operatif sindrom terowomham larpal ini :
Gambar 2.8. Saat Terapi Operatif (Sumber: Zikri, 2010)
Gambar 2.9. Setelah Terapi Operatif (Sumber: Zikri, 2010)
33
2.2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Carpal Tunnel Syndrome
Menurut Boz (2003), faktor risiko Carpal Tunnel Syndrome akibat
melakukan pekerjaan dengan keyboard dapat dibagi menjadi 3 yaitu faktor
personal, pekerjaan dan workstation. Menurut Barcnilla et al (2012), Carpal Tunnel
Syndrome memiliki hubungan yang positif secara signifikan dengan pengulangan
pada tangan, postur pergelangan tangan yang salah (postur janggal), usia, jenis
kelamin, obesitas, dan telah dikaitkan dengan sejumlah kondisi medis seperti
rheumatoid arthritis, trauma/ fraktur pada tangan dan diabetes mellitus.
Sedangkan menurut Ali (2006), posisi tangan yang tertekuk memiliki risiko
yang lebih untuk terkena Carpal Tunnel Syndrome dan gerakan yang berulang pada
tangan yang dipengaruhi oleh masa kerja dan lama kerja diidentifikasi sebagai
faktor yang memberatkan untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. Disamping itu
juga dipengaruhi oleh faktor tata letak (lay-out) dari peralatan kerja seperti bentuk
keyboard dan letak keyboard, bentuk mouse dan letak mouse serta faktor pekerja itu
sendiri seperti usia dan jenis kelamin dari karyawan.(Grandjean, 1987) Berikut
beberapa faktor risiko dari Carpal Tunnel Syndrome:
1. Faktor Personal
a. Jenis kelamin
Carpal Tunnel Syndrome lebih mempengaruhi perempuan dari laki-
laki, yaitu 3,6 kali lipat lebih besar dibandingkan laki-laki (Mattioli et al,
2008). Berdasarkan Rasio antara perempuan dan pria untuk sindrom carpal
tunnel memiliki perbedaan yang cukup tinggi yaitu 3-10:1. Laki-laki
34
menunjukkan peningkatan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) secara
bertahap dengan meningkat sampai usia lanjut, sedangkan wanita
memuncak setelah menopause, hal tersebut secara umum konsisten dengan
konsep bahwa pada wanita mungkin ada komponen hormonal dalam
penyebab Carpal Tunnel Syndrome (CTS) (Ashworth, 2010).
Sheila (2010) menjelaskan bahwa adanya perbedaan hormonal pada
wanita, terutama saat wanita hamil dan menopause. Saat hamil disebabkan
oleh retensi cairan yang sering terjadi selama kehamilan, yang
menempatkan tekanan tambahan pada terowongan karpal dan
menyebabkan gejala. Namun Beberapa wanita tidak mengalami gejala
sampai setelah melahirkan dan awal menyusui. Menyusui sementara
menurunkan kadar hormon steroid alami, yang mempertinggi potensi
peradangan selain itu juga disebabkan oleh perbedaan anatomi tulang
karpal, dimana tulang pergelangan tangan pada wanita secara alami lebih
kecil sehingga menciptakan ruang yang lebih ketat di mana saraf dan
tendon harus lulus.
Sedangkan perubahan hormon menopause dapat menempatkan
perempuan pada risiko lebih besar untuk mendapatkan Carpal Tunnel
Syndrome karena struktur pergelangan tangan membesar dan dapat
menekan pada saraf pergelangan tangan. (Haque, 2009)
35
b. Obesitas
Bray (1985) mengatakan bahwa obesitas adalah faktor risiko Carpal
Tunnel Syndrome dikarenakan oleh semakin besarnya tekanan pada syaraf
median seiring dengan semakin besarnya indeks masa tubuh. BMI juga
terkait dengan Carpal Tunnel Syndrome baik pada wanita maupun lelaki
seperti yang dilaporkan dalam studi sebelumnya (Burt et al, 2000). individu
yang diklasifikasikan sebagai obesitas (BMI> 29) adalah 2,5 kali lebih
brisiko terdiagnosis Carpal Tunnel Syndrome dibandingkan individu
ramping (BMI <20) (Trumble E et al, 2002).
c. Riwayat penyakit (diabetes, arthritis, fraktur atau patah tangan)
Riwayat penyakit memberikan kontribusi terhadap Carpal Tunnel
Syndrome, perubahan anatomi tulang karpal akibat cedera maupun patah
tangan dapat mempersempit volume tulang karpal. Carpal Tunnel
Syndrome akut jarang terjadi, biasanya terjadi karena adanya trauma pada
tulang karpal, akibat patah atau retaknya distal radius. Gejala baru akan
muncul setelah beberapa bulan-tahun setelah trauma . riwayat penyakit
yang dapat menyebabkan resiko carpat tunnel syndrome adalah :
i. Arthritis Reumatoid
Gejala di terowongan carpal ini juga umum terjadi pada lansia
penderita rematik. Dalam hal ini, saraf terjepit bukan akibat
pembesaran otot melainkan sendi di pergelangan tangan berubah
bentuk. Rematik juga menimbulkan kesemutan atau rasa baal, biasanya
36
gejala terjadi pada pagi hari dan menghilang pada siang hari. Gejala
kesemutan karena rematik hilang sendiri bila rematiknya sembuh
(Wibisono, 2012).
ii. Fraktur/ Dislokasi
Keadaan lokal lainnya seperti inflamasi sinovial serta fibrosis
(seperti pada tenosinivitis), fraktur tulang carpal, dan cedera termal
pada tangan atau lengan bawah bisa berhubungan dengan Carpal
Tunnel Syndrome (saanin, 2012).
iii. Diabetes Militus
Carpal tunnel syndrom ini juga sering terjadi berkaitan dengan
kelainan yang menimbulkan demielinasi atau kelainan saraf iskemik
seperti diabetes militus (Saanin, 2012). Timbulnya neuropati pada
penderita diabetes tidak tergantung pada kadar gula darah, tetapi pada
lamanya si penderita mengidap diabetes. Semakin lama menderita
diabetes maka semakin tinggi pula rasa kesemutan itu muncul. Jadi bisa
saja seorang penderita merasakan kesemutan meskipun diabetesnya
sendiri terkontrol dengan baik.yang dirasakan biasanya kesemutan pada
ujung jari terus-menerus, kemudian disertai rasa nyeri yang menikam
seperti tertusuk-tusuk diujung telapak kaki atau tangan terutama pada
malam hari (Wibisono, 2012 ; Pakasi, 2005).
37
d. Usia
Carpal Tunnel Syndrome biasanya mulai terdapat pada usia 20-60
tahun (Hobby, 2005). Laki-laki menunjukkan peningkatan kejadian Carpal
Tunnel Syndrome secara bertahap dengan meningkat sampai usia lanjut,
sedangkan wanita memuncak setelah menopause (sesuai dengan kelompok
usia 50-54 tahun), hal tersebut secara umum konsisten dengan konsep
bahwa pada wanita mungkin ada komponen hormonal dalam penyebab
Carpal Tunnel Syndrome (Hadge, 2009; Mattioli, 2008; Asworth, 2010).
Namun Griffith menyatakan bahwa bahwa CTS sering dialami oleh wanita
berusia 29-62 tahun. Beberapa studi juga mengungkapkan bahwa CTS
umumnya dialami oleh wanita berusia 30an. (Kurniawan dkk, 2008)
2. Faktor pekerjaan
a. Posisi janggal pada tangan
Buckle (1997) mendeskripsikan mekanisme terjadinya Carpal
Tunnel Syndrome adalah terjadinya penegangan dan penekanan pada syaraf
median di pergelangan tangan, ketika pergelangan tangan berada dalam
posisi ektrim. Loslever dan ranaivosa, 1993 menyatakan bahwa posisi
pergelangan tangan dan tekanan yang dialami pada saat melakukan
pekerjaan atau menggunakan peralatan merupakan faktor-faktor penyerta
yang memiliki kontribusi terhadap munculnya Carpal Tunnel Syndrome.
38
Menurut Humantech (1995) Postur janggal selama durasi > 10 detik
jika dipertahankan secara terus menerus maka akan menimbulkan keluhan
musculoskeletal pada tangan dan frekuensi postur janggal 30 kali secara
berulang dalam 1 menit dapat menyebabkan musculoskeletal pada tangan,
selain itu postur pergelangan tangan juga menunjukkan risiko 4 kali lebih
besar untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (Barcenilla et al, 2012).
Untuk itu sebaiknya saat menggunakan keyboard dan mouse posisi tangan
tidak berada pada posisi janggal/ ekstrim atau tidak ergonomis. Ketika
menggunakan keyboard usahakan agar tangan selalu sejajar, seperti pada
gambar berikut :
Gambar 2.10. Posisi Tangan Saat Menggunakan Keyboard (Sumber: Freebie, 2011)
Sedangkan posisi tangan saat menggunakan mouse diusahakan agar
pergelangan tangan berada pada posisi tidak menggantung dan sejajar atau
sedikit berada diatas meja sehingga dengan begitu tangan tidak
menggantung dan menghindari tangan untuk menekuk secara terus
39
menerus. Berikut ini adalah cara penggunaan mouse yang salah maupum
yang benar :
Gambar 2.11. Posisi Tangan Saat Menggunakan Mouse (Sumber: Freebie, 2011)
b. Masa kerja
Dengan peningkatan masa kerja pada tangan menunjukkan adanya
pekarjaan berulang yang dilakukan oleh tangan dalam jangka waktu yang
lama, dengan peningkatan jumlah tahun kerja menunjukkan risiko lebih
tinggi untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (Ali, 2006) . Fung et al
(2007) mengidentifikasi bahwa semakin sering fleksi / ekstensi yang
berkelanjutan dari pergelangan tangan dapat meningkatkan risiko Carpal
Tunnel Syndrome. Hal tersebut juga diperkuat dengan adanya studi yang
menyatakan bahwa pengulangan dan eksposur gabungan dari kedua
kekuatan dan pengulangan dapat menimbulkan risiko dua kali lipat
terhadap terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. (Barcenilla et al, 2012).
Pengembangan untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome dapat terjadi
40
pada pekerja yang telah bekerja lebih dari 4 tahun bekerja (Nurqotimah et
al, 2010)
c. Lama kerja
Nurqotimah et al (2010) menjelaskan bahwa adanya hubungan
antara lama kerja dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Sebuah
survei nasional besar Inggris menemukan bahwa Keyboard yang digunakan
selama lebih dari 4 jam per hari meningkatkan risiko gejala musculoskeletal
pada pergelangan tangan. sedangkan penggunaan mouse komputer lebih
dari 20 jam setiap pekan atau 3 jam 20 menit setiap harinya, memiliki
risiko 2,6 kali untuk mengalami gejala Carpal Tunnel Syndrome (Hadge,
2004).
3. Faktor workstation
a. Bentuk dan letak keyboard
Carpal Tunnel Syndrome berisiko terjadi pada pengguna keyboard
pada komputer yang posisinya tidak baik. Karena pekerjaannya memerlukan
pergerakan pergelangan tangan secara terus-menerus (Zikri, 2010).
Penelitian menunjukan bahwa posisi keyboard merupakan salah satu faktor
penyebab Carpal Tunnel Syndrome atau nyeri otot dan persendian. Penyebab
nyeri otot dan tulang yang disebabkan oleh keyboard adalah penggunaan
jari-jari tertentu saja dalam waktu yang lama. Terdapat beberapa bentuk
keyboard yang pernah diciptakan yang memungkinkan menjadi penyebab
41
Carpal Tunnel Syndrome, yaitu: Qwerty, Dvorak ,Klockenberg.
(Bagaskawarasan, 2011).
Keyboard Qwerty
Gambar 2.12. Keyboard Qwerty (Sumber : Ayunyaikko, 2010)
Keyboard qwerty, dibuat berdasarkan layout mesin tik. Tata letak
ini ditemukan oleh Scholes, Glidden dan Soule pada tahun 1878, dan
kemudian menjadi standar mesin tik komersial pada tahun 1905.
Meskipun tata letak qwerty sangat luas pemakaiannya, tetapi memiliki
beberapa kelemahan dan ketidakefisienan. Beban tangan kiri lebih besar
dari tangan kanan (56 persen). Contoh paling nyata dari ketidakefisienan
tata letak qwerty adalah pengetikan huruf ‘a’ yang cukup sering dipakai,
tetapi harus dilakukan oleh jari kelingking yang paling lemah
(Ayunyaiko, 2010).
42
Keyboard Dvorak
Gambar 2.13. Keyboard Dvorak (Sumber : Ayunyaikko, 2010)
Keyboard dvorak (1932), dimana susunan hurufnya disusun
sedemikian rupa sehingga tangan kanan dibebani lebih banyak pekerjaan
dibanding dengan tangan kiri. Sejumlah percobaan menunjukkan bahwa tata
letak dvorak lebih efisien 10-15 persen dibanding dengan tata letak qwerty.
(Ayunyaiko, 2010)
Keyboard Klockenberg
Gambar 2.14. Keyboard Klockenberg (Sumber : Ayunyaikko, 2010)
Keyboard klockenberg mempunyai tombol-tombol yang dibuat
lebih dekat (tipis) dengan meja kerja sehingga terasa lebih nyaman.
43
Keyboard klockenberg tampak lucu karena dipisahkan bagian kiri dan
kanannya yang relatif lebih banyak memakan ruang (Ayunyaiko, 2010).
b. Bentuk dan letak mouse
Mouse merupakan salah satu komponen umum dari perlengkapan
komputer yang membantu orang menggunakan komputer lebih cepat dan
lebih mudah. Menggunakan mouse yang kecil sering membuat lelah,
karena bentuknya yang kecil seluruh permukaan telapak tangan tidak
menyentuh punggung mouse, hal ini menyebabkan jari-jari cepat lelah dan
pegal, karna jempol dan kelingking menahan dan menggerakan mouse,
untuk itu sebaiknya dalam menggunakan mouse lebih baik menggunakan
mouse yang nyaman untuk di pegang, dimana seluruh permukaan tangan
dapat memegang, bersandar dan saat menggerakanya pun lebih mudah,
Salah satu mouse yang dapat mencegah atau mendukung proses terapy CTS
adalah dengan menggunakan Vertical mouse (Zikri, 2010).
Gambar 2.15. Vertical mouse (Sumber: Zikri, 2010)
44
Penggunaan mouse sebagai satu-satunya piranti input (seperti
pada aplikasi game komputer) sebenarnya tidak berbahaya selama setting
dan keadaan dimana menggunakan komputer diatur sedemikian rupa dan
diselingi dengan istirahat sesekali. Akan tetapi, karena kebanyakan orang
yang menggunakan mouse juga menggunakan keyboard pada saat yang
sama, maka otot-otot kecil pada tangan hampir tidak pernah istirahat,
karena setelah memegang mouse pindah ke keyboard terus pindah lagi ke
mouse, begitu seterusnya sehingga menyebabkan ketidaknyamanan,
nyeri, dan bahkan gangguan-gangguan muskuloskeletal ekstremitas atas
seperti Carpal Tunnel Syndrome (CTS) (Masdin, 2010)
Alasan utama mengapa menggunakan mouse secara rutin bisa
berbahaya adalah karena dengan menggunakan mouse perlu melakukan
pergerakan kecil yang tepat dengan tangan, jari-jari, dan ibu jari. Dengan
pengaturan posisi, penyeretan, scrolling, dan mengklik mouse terus
menerus, otot-otot kecil bisa menjadi lelah dan overload. Ini bisa
menyebabkan: (Masdin, 2010)
Nyeri pada bagian atas tangan
Nyeri di sekitar pergelangan tangan
Nyeri di sepanjang lengan bawah dan siku
45
Mati rasa pada ibu jari dan jari telunjuk yang bisa berkembang
menjadi Sindrom Carpal Tunnel.
Saat menggunakan keyboard maupun mouse pengguna harus
menjaga pergelangan pada posisi yang benar, yaitu, antara tangan dengan
bahu harus lurus. tangan boleh lebih rendah daripada bahu. Tetapi tangan
tidak boleh lebih tinggi, dan pergelangan tidak boleh menggantung. Letak
keyboard maupun mouse sebaiknya mudah digapai oleh tangan tanpa
harus memanjangkan tangan terlalu lama dengan letak Keyboard harus
selalu rendah, tangan dijaga supaya lebih rendah dari siku, begitu pula
dengan peletakkan mouse. Seperti pada gambar berikut ini : (Zikri, 2010)
Gambar 2.16. Letak Keyboard dan Mouse (Sumber: Zikri, 2010)
46
2.3.Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Boz (2003), faktor yang dapat
menyebabkan Carpal Tunnel Syndrome akibat melakukan pekerjaan dengan
keyboard dapat dibagi menjadi 3 yaitu faktor personal merupakan faktor yang timbul
dari dalam diri individu, faktor pekerjaan merupakan faktor yang diakibatkan oleh
aktifitas tangan saat bekerja, dan faktor workstation adalah faktor yang diakibatkan
oleh ruang kerja yang berorientasi pada pekerjaan yang berhubungan dengan
interaksi manusia terhadap peralatan secara fisik. Menurut Barcenilla et.al (2012),
Carpal Tunnel Syndrome memiliki hubungan yang positif secara signifikan dengan
pengulangan pada tangan, postur pergelangan tangan yang salah (postur janggal),
usia, jenis kelamin, obesitas, dan telah dikaitkan dengan sejumlah kondisi medis
seperti reumatoid arthritis, trauma/ fraktur pada tangan dan diabetes mellitus.
Sedangkan menurut Ali (2006), posisi tangan yang tertekuk memiliki risiko
yang lebih untuk terkena Carpal Tunnel Syndrome dan gerakan yang berulang pada
tangan yang dipengaruhi oleh masa kerja dan lama kerja diidentifikasi sebagai faktor
yang memberatkan untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. Disamping itu juga
dipengaruhi oleh faktor tata letak (lay-out) dari peralatan kerja seperti bentuk
keyboard dan letak keyboard, bentuk mouse dan letak mouse serta faktor pekerja itu
sendiri seperti usia dan jenis kelamin dari karyawan.(Grandjean, 1987).
Berdasarkan teori-teori tersebut dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya Carpal Tunnel Syndrome adalah faktor personal yang
47
terdiri dari usia, jenis kelami, obesitas dan riwayat penyakit (reumatoid arthritis,
fraktur, diabetes mellitus). Faktor pekerjaan yang terdiri dari pengulangan pada
tangan (masa kerja dan lama kerja) dan posisi janggal pada tangan. sedangkan faktor
workstation terdiri dari bentuk dan letak keyboard serta bentuk dan letak mouse.
Sumber : Ali (2006) ; Grandjean (1987); Boz (2003) ; Barcenilla et al (2012).
Faktor personal :
Jenis kelamin,
Obesitas,
Usia,
Riwayat penyakit
Workstation :
Bentuk keyboard,
Letak keyboard,
Bentuk mouse,
Letak mouse.
Faktor pekerjaan :
Posisi janggal pada
tangan
Masa kerja
Lama kerja.
Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer
48
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Penelitian ini meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan Dugaan
Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Variabel yang diteliti terdiri dari variabel
independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri dari faktor
personal yaitu usia, dan jenis kelamin, kemudian faktor pekerjaan yaitu posisi
janggal pada tangan dan masa kerja, Sedangkan variabel dependen adalah
keluhan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer.
Untuk variabel lama kerja tidak diteliti karena rata-rata pekerja bekerja
selama 5-6 jam dalam sehari dan untuk variable riwayat penyakit (arthritis,
diabetes, dan fraktur) tidak diteliti karena tidak ada pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh perusahaan sedangkan riwayat penyakit tersebut harus
berdasarkan diagnosis dokter sehingga sulit untuk memastikan kebenaran akan
riwayat penyakit yang mungkin dialami oleh responden. Variabel obesitas juga
tidak diteliti karena rata-rata operator komputer tidak memiliki indeks masa
tubuh > 29.
Selain itu faktor workstation juga tidak diteliti karena berdasarkan
observasi terlihat bahwa bentuk keyboard dan mouse memiliki bentuk yang sama
yaitu menggunakan keyboard jenis qwerty dan menggunakan mouse yang
49
berukuran kecil dengan bentuk yang sama, dan untuk letak atau posisi keybord
dan mouse juga tidak diteliti karena berdasarkan observasi letak atau posisi
keyboard dan mouse berada pada posisi yang sama yaitu di depan layar dengan
letak yang lebih rendah dari siku, sehingga hal ini menjadi suatu kekurangan
dalam penelitian.
Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Faktor personal :
Jenis kelamin
Usia
Faktor pekerjaan :
Posisi janggal pada
tangan
Masa kerja
Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer
50
3.2 Definisi operational No Variabel dependen Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
1 Dugaan Carpal Tunnel
Syndrome
Terdapatnya salah
satu atau lebih
gejala parastesia/
kesemutan, sakit,
mati rasa/ baal pada
pergelangan tangan.
Kuesioner dan
stopwatch
Pengisian
kuesioner oleh
pekerja dan
phalen’s test
selama 1 menit
0. Ya , jika
merasakan gejala
CTS secara terus
menerus/ slama 1
minggu dan hasil
skor pada kuesioner
untuk keluhan
subyektif adalah ≥ 3
dan positive test
Phalen’s.
1. Tidak, jika tidak
merasakan gejala
CTS secara terus
menerus/ slama 1
minggu dan hasil
skor pada kuesioner
untuk keluhan
subyektif adalah < 3
dan negative test
Phalen’s.
Ordinal
51
No Variabel Independen Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
Faktor Personal
1 Jenis Kelamin Kondisi fisik
seseorang
berdasarkan
perbedaan anatomi
dan fisiologi
Self
administrated
Pengisian
kuesioner oleh
pekerja
0. wanita
1. Pria
Nominal
2 Usia Lama hidup
responden dihitung
sampai dengan
ulang tahun terakhir
Kuesioner Pengisian
kuesioner oleh
pekerja.
0. < 30 tahun
1. ≥ 30 tahun
(Ali, 2006 ;
Kurniawan, 2008)
Ordinal
Faktor pekerjaan
1 Posisi janggal pada
tangan
letak tangan saat
menggunakan
mouse maupun
keyboard yang
ekstrim atau tidak
ergonomis sehingga
menyebabkan
tekanan pada saraf
median di
pergelangan tangan
Observasi Croscek secara
langsung posisi
atau letak
tangan saat
menggunakan
mouse maupun
keyboard yang
kemudian
dibandingkan
dengan posisi
0. Salah, jika pada
lembar
observasi
hasilnya adalah
nomor 1,2,3,
dan atau 4.
1. Benar , jika
pada lembar
observasi
hasilnya adalah
Ordinal
52
tangan yang
benar ataupun
salah.
nomor 5 dan
atau 6.
2 Masa kerja
Waktu yang telah
dijalani oleh
responden di ruang
operasi komputer
untuk bekerja
dengan
menggunakan
komputer hingga
waktu pengukuran
kuesioner Pengisian
kuesioner oleh
pekerja
0. < 4 tahun
1. ≥ 4 tahun
(Nurqotimah et al,
2010)
Ordinal
53
3.3. Hipotesis
1. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
2. Ada hubungan antara usia dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada
operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian
Pekerjaan Umum Tahun 2012.
3. Ada hubungan antara posisi janggal pada tangan dengan Dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat
Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
4. Ada hubungan antara masa kerja dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
54
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan metode
analitik dan menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data variabel
dependen dan independen dilakukan dalam satu waktu yaitu waktu yang bersamaan
(Suparyanto, 2010). Peneliti memilih untuk menggunakan desain cross sectional
karena lebih mudah dilakukan, waktu yang digunakan lebih efisien dan sesuai
dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk diketahuinya Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator
Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum
Tahun 2012.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan Juli Tahun 2012.
55
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh operator komputer di bagian
Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum. Adapun jumlah
operator computer pada bagian Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian
Pekerjaan Umum adalah 240 orang.
Sampel penelitian adalah elemen-elemen populasi yang dipilih berdasarkan
kemampuan mewakilinya. Pada penelitian ini yang menjadi sampel yaitu operator
computer pada bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan
Umum yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi sebagai berikut :
Kriteria Inklusi
1. Tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, arthritis reumatoid, dan
fraktur pada tangan.
2. Wanita yang tidak sedang hamil, menyusui, dan belum mengalami
menopause.
Kriteria Ekslusi
1. Pegawai yang bekerja di bagian sekretariat dan menggunakan komputer
kurang dari 4 jam selama 8 jam kerja.
2. Pegawai yang bekerja di bagian sekretariat dan memiliki indeks masa tubuh
> 29.
56
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah ditentukan dengan menggunakan
rumus besar sampel uji hipotesis 2 proporsi. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan tingkat kepercayaan 95% dengan memakai derajat kemaknaan 5% dan
kekuatan uji 95%.
sampel (n) =(Z1 − α/2 2P (1− P ) + Z1 − β P1(1− P1) + P2(1− P2))
(푃1− 푃2)
Keterangan :
n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan
P1 : proporsi kejadian pada salah satu partisipasi kelompok tertentu
P2 : proporsi kejadian pada salah satu partisipasi kelompok tertentu
P : : Rata-rata proporsi ((P1 + P2 )/2)
Z1-α/2 : derajat kemaknaan α pada dua sisi (two tail) yaitu sebesar 5 % = 1,96
Z1-β : Kekuatan uji 1-β yaitu sebesar 95% = 1,64
Perhitungan sampel akan dilakukan berdasarkan variabel yang akan diteliti
yang telah dilakukan oleh penelitian-penelitian sebelumya. Adapun spesfikasinya
yaitu:
1. Jenis kelamin
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ali (2006) tentang
computer professional dan Carpal Tunnel Syndrome (CTS), populasi
yang memiliki carpal tunnel syndrome pada laki- laki (P1) adalah
sebesar 14,5 % dan pada perempuan (P2) sebesar 6,8 %.
57
2. Usia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ali (2006) tentang
computer professional dan Carpal Tunnel Syndrome (CTS), populasi
yang memiliki carpal tunnel syndrome pada usia ≤30 tahun (P1)
adalah sebesar 12,4 % dan pada usia > 30 tahun (P2) sebesar 22.7 %.
3. Posisi janggal pada tangan
Variabel posisi janggal/ ekstrim pada tangan, berdasarkan
penelelitian Febriana (2009) tentang Gambaran Faktor-Faktor Risiko
Carpal Tunnel Syndrome di PT. ASTRA International TBK-Head
Office Sunter II, diketahui proporsi pada populasi yang memiliki
postur janggal pada saat bekerja dan memiliki Carpal Tunnel
Syndrome (P1) sebesar 52,9 %, sedangkan proporsi pada populasi
dengan tidak melakukan postur janggal pada saat bekerja dan
memiliki Carpal Tunnel Syndrome (P2) adalah sebesar 20 %.
4. Masa kerja
Variabel masa kerja, berdasarkan penelelitian Ali (2006)
diketahui proporsi pada populasi yang bekerja ≤ 4 tahun dan memiliki
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah sebesar 6,17 %, sedagkan
proporsi pada populasi yang bekerja > 4 tahun dan memiliki carpal
tunnl syndrome adalah sebesar 6,94 %.
58
Berdasarkan keterangan diatas maka, didapatkan kebutuhan sampel per
variabel yang diteliti dari penelitian sebelumnya yaitu:
Variabel Diketahui Sampel total
Jenis Kelamin P1 = 14,5 % = 0,145 P2 = 6,8 %.= 0,068 P = (0,145+0.068)/2 = 0,107
410 x 2 = 820
Usia P1 = 12,4 % = 0,124 P2 = 22.7 %.= 0,227 P = (0,124+0,227)/2 = 0,175
338x 2 = 676
Postur janggal P1 = 52,9 %, = 0,529 P2 = 20 %.= 0,20 P =(0,529+0,20)/2= 0,396
49 x 2 = 98
Massa kerja P1 = 6,17 %, = 0,0617 P2 = 6,94 %.= 0,0694 P =(0,0617+0,0694)/2 =0,066
16300 x 2 = 32600
Berdasarkan perhitungan sampel maka didapatkan sampel sebanyak 98
orang. Untuk menghindari missing maka sampel ditambah menjadi 102 sampel
operator komputer.
4.4 Instrumen Penelitian
Adapun instrument yang digunakan dalam peneitian ini adalah:
1. Kuesioner
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden salah satunya berbentuk kuesioner. Kuesioner merupakan
pertanyaan terstruktur yang diisi sendiri oleh responden atau diisi oleh
pewawancara yang membacakan pertanyaan dan kemudian mencatat jawaban
yang berikan oleh responden.
59
Pertanyaan yang akan diberikan pada kuesioner ini adalah pertanyaan
menyangkut fakta dan pendapat responden yang terkait dengan carpal tunnel
syndrome yang dirasakan oleh pekerja. Adapun variabel yang dapat diketahui
dengan questioner yaitu yaitu keluhan carpal tunnel syndrome, faktor personal
yang terdiri dari jenis kelamin dan usia, serta faktor pekerjaan yang terdiri dari
massa kerja.
Khusus kuesioner untuk mendiagnosis CTS adalah kuesioner yang telah
dikembangkan oleh Kamath dan Stothard, berdasarkan pekerjaan sebelumnya
oleh Levine et al. hasil memberikan sensitivitas 85% untuk penggabungan skor
kuesioner 92% untuk studi konduksi saraf. Yang terpenting memberikan nilai
positif hingga 90% untuk kuesioner dan 92% untuk studi konduksi saraf. Gejala
yang diambil adalah sebagai standar emas untuk Carpal Tunnel Syndrome
(CTS). Dimana skor 3 kebawah diprediksi normal sedangkan jika skor 3 atau
lebih dari 3 maka berhubungan dengan konduksi saraf dan beresiko mengalamai
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) . (Barnardo, 2004)
60
Gambar 4.1. Kuesioner Klinis Untuk Diagnosis CTS (Sumber: Barnardo, 2004)
2. Stopwatch
Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang
diperlukan dalam melakukan test berupa phallen’s test, waktu dalam pengukuran
tersebut sudah ditetapkan selama 1 menit.
61
3. Phallen’s test
Tes ini dilakukan dengan meminta pekerja untuk melakukan fleksi dan
hiperfleksi pergelangan tangan menetap berlawanan satu sama lain selam 60 detik.
Bila dalam waktu 1 meniit timbul gejala-gejala seperti gejala CTS, maka tes ini
dapat menyokong diagnose CTS. Tes ini dikatakan baik jika punggung telapak
tangan satu dengan yang lain saling menempel dan adanya penekanan dari kedua
tangan dengan keadaan horisontal.
Gambar 4.2. Phallen test (Sumber: Rusdi, 2007)
4. Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung dengan adanya lembar check list
yang berisi daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
Variable yang dapat diketahui dengan observasi adalah posisi janggal pada
tangan.
62
4.5 Metode Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari
pekerja di Bagian Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan
Umum dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Data primer yang
akan diteliti antara lain:
a. Carpal tunnel syndrome
Carpal tunnel syndrome dapat diketahui dengan menanyakan
adanya keluhan yang dirasakan yang berlangsung secara terus
menurus pada berbagai kesempatan atau yang berlangsung selama 1
minggu serta menanyakan beberapa gejala carpal tunnel syndrome
yang dapat dirasakan oleh responden, dimana terdapat skor yang
memastikan bahwa responden mengalami keluhan atau tidak.
Jika responden memiliki skor ≥ 3 maka dikatakan bahwa
responden mengalami keluhan sedangkan jika responden memiliki
skor < 3 maka responden tidak mengalami keluhan, serta dengan
melakukan test berupa Phalen’s test selama 1 menit, jika dalam 1
menit timbul gejala seperti kesemutan, mati rasa atau sakit maka
dikatakan positive sedangkan bila tidak merasakan gejala tersebut
dikatakan negative.
63
b. Usia
Usia dapat ditanyakan kepada responden melalui kuesioner
penelitian dan melakukan pengecekan KTP pada pekerja.
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin dapat ditanyakan kepada responden melalui
kuesioner penelitian dengan memilih jawaban antara pria dan wanita.
d. Posisi janggal pada tangan
Posisi janggal pada responden dapat dikatahui melalui observasi
langsung dengan membawa lembar check list dimana terdapat gambar
yang menunjukkan posisi tangan saat menggunakan mouse ataupun
keyboard. Dengan waktu pengamatan untuk masing-masing
responden selama ± 1 menit.
e. Masa kerja
Masa kerja dapat diketahui dengan menanyakan langsung kepada
responden melalui kuesioner dan dibandingkan dengan laporan
pekerja.
64
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui dokumen atau catatan
dari perusahaan yang dibutuhkan dalam penelitian, seperti profil perusahaan dan
jumlah pekerja.
4.6 Pengolahan Data
Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis data
merupakan suatu langkah penting dalam penelitian. Data yang telah terkumpul akan
diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer. Proses pengolahan
data meliputi:
1. Editing adalah pekerjaan memeriksa validitas data yang masuk
sepertimemeriksa kelengkapan pengisian kuesioner, kejelasan jawaban,
konsistensi antarjawaban, relevansi jawaban dan keseragaman suatu
pengukuran.
2. Coding adalah kegiatan untuk mengklasifikasikan data dan jawaban
menurutkategori masing-masing sehingga memudahkan dalam
pengelompokan data.
Mengkode jawaban adalah merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka. Proses codingpada penelitian ini, variabel indepent dan
dependent akan diberi kode untuk memudahkan dalam menganalisa yaitu;
Variabel Carpal Tunnel Syndrome Ya (0)
Tidak (1)
65
Variabel jenis kelamin Perempuan (0)
Laki-laki (1)
Variabel usia < 30 tahun (0)
≥ 30 tahun (1)
Variabel posisi janggal Janggal (0)
Tidak janggal (1)
Variabel massa kerja < 4 tahun (0)
≥ 4 tahun (1)
3. Entry adalah kegiatan memasukan data yang telah didapat kedalam
programkomputer yang telah ditetapkan.
4. Tabulating adalah merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa
agardengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan
proses tabulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara antra lain : dengan
metode talley,menggunakan kartu, dan menggunakan komputer.
4.7 Analisis data
1. Analisis univariat
Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Pada prinsipnya,
tujuan untuk menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik masing-masing
variabel yang diteliti. Hasil analisi berupa distribusi dan prosentase pada tiap
variabel. Mengetahui gambaran karakteristik responden, karakteristik pekerjaan,
dan gambaran tentang carpal tunnel syndrome dalam bentuk tabel-tabel
66
2. Analisis bivariat
Analisa dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen. Pengolahan data dilakukan dengan perangkat
komputer dengan derajat kemaknaan yang digunakan, p value ≤ 0,05 maka
dapat berarti data sampel mendukung adanya hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen, sebaliknya apabila p value > 0,05 artinya
data sampel tidak mendukung adanya hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen.
Uji yang digunakan untuk analisis yang berbentuk data kategorik yaitu uji
Chi-square dengan derajat kemaknaan 5%. Pada uji Chi-square dilakukan pada
variabel jenis kelamin, usia, masa kerja dan posisi janggal pada tangan untuk
mengetahui hubungan dengan dengan Carpal Tunnel Syndrome.
67
BAB V
HASIL
5.1. Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum
Salah satu bagian yang terdapat dalam Inspektorat Jenderal Kementerian
Pekerjaan Umum adalah bagian Sekretariat Inspektorat Jenderal yang bertugas
dalam melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di
lingkungan Inspektorat Jenderal. Dalam Sekretariat Inspektorat Jenderal terdapat
empat bagian yang meliputi bagian rencana dan program, bagian evaluasi laporan
hasil pengawasan, bagian hukum, publikasi, dan dokumentasi, serta bagian umum.
Masing masing dari bagian tersebut memiliki lingkungan kerja dengan luas sekitar
25m x 25, dinding ruangan yang berwarna putih dan terdapat AC sentral. Setiap
meja pekerja disediakan 1 unit komputer 21 inch dengan bentuk dan letak keyboard
serta mouse yang sama. Tipe keyboard yang digunakan oleh seluruh operator adalah
qwerty. Adapun tugas-tugas yang harus dilakukan oleh masing-masing bagian
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Rencana dan program
1. Pengumpulan, pengolahan dan penyajian serta koordinasi tentang
rencana dan program kerja pemeriksaan
2. Penyusunan program kerja Inspektorat Jenderal jangka panjang,
menengah dan tahunan
3. Penyusunan rencana program kerja pemeriksaan tahunan dan khusus
68
b. Evaluasi laporan hasil pengawasan
1. Penyiapan, pengumpulan, pengolahan, dan administrasi laporan
pengawasan
2. Penyiapan bahan pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil
pemeriksaan inspektorat Jenderal, BPK RI, BPKP, Kejakasaan Agung
dan pengawasan masyarakat
c. Hukum, publikasi dan dokumentasi
1. Penyiapan pelaksanaan analisis dan evaluasi hukum serta penyususnan
rancangan peraturan undang-undang
2. Penyiapan pelaksanaan pengelolaan dokumentasi pengawasan dan
perpustakaan
d. Bagian umum
Melaksanakan tugas tata usaha, rumah tangga, kepegawaian dan pelaksanaan
urusan keuangan dengan sistem akuntansi keuangan.
69
5.2. Analisis Univariat
5.2.1. Dugaan Carpal Tunnel Syndrome pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012
Pada operator komputer bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum, didapatkan persentase dugaan Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) sebagai betikut :
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat
Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012
Dugaan Jumlah (n) Persentasi (%)
Ya 66 64,7
Tidak 36 35,3
Jumlah 102 100
Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa sebagian besar responden
beresiko terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu sebanyak
66 (64,7%) responden. Sedangkan responden yang diduga tidak mengalami
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) sebanyak 36 (35,3%) responden. Dan jika
distribusi responden yang berisiko terhadap dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) dilihat berdasarkan masing-masing bagian maka dapat
dilihat sebagai berikut :
70
Grafik 5.1
Risiko Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator Computer di Masing-Masing Bagian
Berdasarkan grafik 5.1 diketahui bahwa risiko dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) pada masing-masing bagian didapatkan bahwa pada
bagian rencana dan program dari 20 responden sebagian besar berisiko
terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu sebesar 12,75%
sedangkan yang tidak berisiko terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) adalah sebesar 6,86%. Pada bagian evaluasi laporan hasil
pengawasan dari 38 responden didapatkan bahwa sebagian besar berisiko
terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu sebesar 28,51%
sedangkan yang tidak berisiko adalah sebesar 12,75%. Pada bagian hukum,
12,75%
24,51%
15,69%
11,76%
6,86%
12,75%
9,80%
6,88%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
rencana dan program
evaluasi laporan hasil pengawasan
hukum, publikasi dan dokumentasi
umum
Bagian dalam sekretariat
CTS
≠CTS
71
publikasi dan dokumentasi dari 26 responden didapatkan bahwa sebagian
besar berisiko terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu
sebesar 15,69% sedangkan yang tidak berisiko terhadap dugaan Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) adalah sebesar 9,80%. Dan pada bagian umum
dari 18 responden sebagian besar berisiko terhadap dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) yaitu sebesar 11,76% sedangkan yang tidak berisiko
terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah sebesar 6,88%.
Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dapat dilihat dengan
penegakan diagnosis berupa adanya keluhan gejala yang dirasakan oleh
responden yang berlangsung sedikitnya 1 minggu atau bila tidak terjadi
secara terus menerus pada berbagai kesempatan, phalen’s test, dan
kuesioner. Gejala Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu kesemutan, mati
rasa, dan sakit. Baik hanya salah satu gejala yang dirasakan atau bahkan
lebih dari satu gejala. Persentase gejala yang dialami oleh responden dapat
dilihat pada grafik berikut :
72
Grafik 5.2
Persentase Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012
Berdasarkan grafik 5.1 keluhan gejala yang yang paling banyak
dirasakan oleh responden yang berlangsung sedikitnya 1 minggu atau bila
tidak terjadi secara terus menerus pada berbagai kesempatan yaitu
kesemutan sebanyak 46,1%, kemudian kesemutan dan mati rasa sebanyak
8,8%, mati rasa sebayak 6,9%, kesemutan dan sakit sebanyak 3,9%, yang
merasakan ketiganya yaitu sebanyak 2%, dan yang paling sedikit adalah
sakit yaitu hanya 1%.
Kemudian responden yang positif ketika dilakukan pemeriksaan
diagnostic berupa Phalen’s test adalah sebanyak 87 (85,3%) responden.
Dan hasil dari kuesioner didapatkan responden yang memiliki skor ≥ 3
46,10%
1%
6,90%3,90%
8,80%
2%0%5%
10%15%20%25%30%35%40%45%50%
Keluhan yang dirasakan
73
adalah sebanyak 89 (87,3%) responden dengan spesifikasi dari hasil
kuesioner yang paling banyak dirasakan oleh responden sebagai berikut :
Grafik 5.3
Distribusi Hasil Kuesioner Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum
Tahun 2012
Berdasarkan grafik 5.2 dapat diketahui bahwa yang paling banyak
dialami oleh responden adalah sakit pada leher yaitu sebanyak 41,2% dan
bangun pada malam hari karena kesemutan pada tangan sebanyak 39,2%.
38,20% 39,20%
3,90%
14,70% 14,70%
29,40%
41,20%
0%5%
10%15%20%25%30%35%40%45%
bangun malam hari
karena sakit pd tangan
bangun malam hari
karena kesemutan pd tangan
sakit dan kesemutan pd tangan waktu pagi
tetap kesemutan
dan mati rasa saat tangan
digerakan
kelingking kesemutan
tangan kesemutan & mati rasa
saat aktifitas
sakit pd leher
hasil kuesioner
74
5.2.2. Faktor Personal (Jenis Kelamin dan Usia) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012
Pada operator komputer bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum didapatkan distribusi jenis kelamin dan
usia sebagai berikut :
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin dan Usia pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012
Variabel Kategori Jumlah (n) Persentasi (%)
Jenis Kelamin Perempuan 45 44,1
Laki-laki 57 55,9
Usia < 30 73 71,6
≥ 30 29 28,4
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui sebagian besar responden adalah
laki-laki yaitu sebanyak 57 orang (55,9%) dan responden perempuan
adalah sebanyak 45 orang (44,1%). Untuk usia diketahui bahwa sebagian
besar responden adalah yang memiliki usia < 30 tahun yaitu 73 orang
(71,6 %) dan sisanya adalah responden yang memiliki usia ≥ 30 yaitu
sebanyak 29 orang (28,4%).
75
5.2.3.Faktor Pekerjaan (Posisi Janggal pada Tangan dan Masa Kerja) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012
Pada operator komputer bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum diketahui gambaran posisi janggal pada
tangan dan masa kerja sebagai berikut :
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Posisi Janggal dan Masa Kerja pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012
Variabel Kategori Jumlah (n) Persentasi (%)
Posisi Janggal Janggal 57 55,9
Tidak Janggal 45 44,1
Masa kerja < 4 tahun 65 63,7
≥ 4 tahun 37 36,3
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui responden yang menggunakan
mouse dan keyboard dengan posisi janggal pada tangan adalah sebanyak 57
orang (55,9%) dan responden yang menggunakan mouse dan keyboard
dengan posisi tidak janggal pada tangan adalah sebanyak 45 orang (44,1%).
Untuk masa kerja diketahui bahwa sebagian besar responden yang bekerja
dengan masa kerja < 4 tahun yaitu 65 orang (63,7 %) dan sisanya adalah
responden yang bekerja ≥ 4 tahun yaitu sebanyak 37 orang (36,3%).
76
Berdasarkan observasi penggunaan keyboard dan mouse,
persentase penggunaan keyboard ataupun mouse yang janggal pada operator
adalah sebagai berikut :
Grafik 5.4
Persentase Hasil Observasi Posisi Janggal Saat Penggunaan Mouse ataupun Keyboard Oleh Operator Komputer di Bagian Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012
Berdasarkan grafik 5.3 diketahui bahwa persentase penggunaan
keyboard yang janggal pada operator komputer berdasarkan hasil observasi
adalah sebesar 41,2 % sedangkan yang tidak janggal adalah sebesar 58,8%.
Dan untuk penggunaan mouse yang janggal pada operator komputer
berdasarkan hasil observasi adalah sebesar 52,9 sedangkan yang tidak
janggal adalah sebesar 47,1%.
41,20%52,90%58,80%
47,10%
0%
20%
40%
60%
80%
keyboard mouseHasil observasi posisi janggal
janggal
tidak janggal
77
5.3. Analisis Bivariat
5.3.1. Hubungan Faktor Personal (Jenis kelamin dan Usia) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012
Adapun hasil statistik hubungan antara jenis kelamin dan usia
dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer
bagian Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun
2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 5.4
Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dan Usia dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer Bagian
Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012
Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Variabel Kategori Ya Tidak Total
(102)
Pvalue
n % n % n %
Jenis
Kelamin
Perempuan 28 62,2 17 37,8 45 100 0,797
Laki-laki 38 66,7 19 33,3 57 100
Usia < 30 37 50,7 36 49,3 93 100 0,000
≥ 30 29 100 0 0 9 100
a. Hubungan antara jenis kelamin dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa responden yang
berjenis kelamin perempuan sebagian besar berisiko terhadap dugaan
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu sebanyak 28 orang (62,2%).
78
Sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebagian besar
juga beresiko terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu
sebanyak 38 orang (66,7%). Berdasarkan hasil statistic Chi Square
didapatkan Pvalue sebesar 0,797 artinya pada α 5% diketahui bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) dengan jenis kelamin pada operator komputer
bagian Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan
Umum Tahun 2012.
b. Hubungan antara usia dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa responden yang
berusia < 30 sebagian besar beresiko terhadap dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) yaitu sebanyak 37 orang (50,7%), sedangkan yang
tidak beresiko terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu
sebanyak 36 orang (49,3%). Pada responden yang berusia ≥ 30
seluruhnya beresiko terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
yaitu sebanyak 29 orang (100%). Berdasarkan hasil statistic Chi
Square didapatkan Pvalue sebesar 0,000 artinya pada α 5% diketahui
bahwa ada hubungan signifikan antara dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) dengan usia pada operator komputer bagian
Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun
2012.
79
5.3.2.Hubungan Faktor Pekerjaan (Posisi Janggal Pada Tangan dan Masa Kerja) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012
Adapun hasil statistik hubungan antara posisi janggal pada tangan
dan masa kerja dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator
komputer bagian Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan
Umum Tahun 2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 5.5
Analisis Hubungan antara Posisi Janggal pada Tangan dan Masa Kerja dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator
Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012
Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Variabel Kategori Ya Tidak Total (102) Pvalue
n % n % n %
Posisi
Janggal
Janggal 36 63,2 21 36,8 57 100 0,873
Tidak
Janggal
30 66,7 15 33,3 45 100
Masa Kerja < 4 tahun 33 50,8 32 49,2 65 100 0,000
≥ 4 tahun 33 89,2 4 10,8 37 100
a. Hubungan antara posisi janggal pada tangan dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa responden yang
melakukan posisi janggal pada tangan sebagian besar beresiko
terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu sebanyak 36
80
orang (63,2%), sedangkan yang tidak beresiko terhadap dugaan
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu sebanyak 21 orang (36,8%).
Pada responden yang tidak melakukan posisi janggal pada tangan
sebagian besar juga beresiko terhadap dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) yaitu sebanyak 30 orang (66,7%), sedangkan yang
tidak beresiko terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu
sebanyak 15 orang (33,3%).
Berdasarkan hasil statistic Chi Square didapatkan Pvalue sebesar
0,873 artinya pada α 5% diketahui bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dengan
posisi janggal pada operator komputer bagian Sekretariat Inspektorat
Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
b. Hubungan antara masa kerja dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa responden yang
bekerja dengan masa kerja ≥ 4 tahun sebagian besar beresiko terhadap
dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu sebanyak 33 orang
(89,2%). Sedangkan responden yang bekerja dengan masa kerja < 4
tahun sebagian besar juga beresiko terhadap dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) yaitu sebanyak 33 orang (50,8%). Berdasarkan hasil
statistic Chi Square didapatkan Pvalue sebesar 0,000 artinya pada α 5%
diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara dugaan Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) dengan masa kerja pada operator komputer
81
bagian Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan
Umum Tahun 2012.
82
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data primer yang didapatkan
dengan observasi langsung pada operator untuk faktor pekerjaan berupa posisi
janggal dan melakukan test untuk memastikan dugaan terjadinya Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) serta menggunakan kuesioner untuk survey pekerja. Terdapat
beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Hasil penelitian untuk variabel dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada
operator komputer berdasarkan dari gabugan antara adanya keluhan berupa
gejala Carpal Tunnel Syndrome (CTS), kuesioner, dan pemeriksaan fisik
berupa Phalen’s test tanpa didampingi oleh tenaga medis, sehingga bagi
peneliti selanjutnya sebaiknya saat melakukan pemeriksaan fisik didampingi
oleh tenaga medis.
2. Observasi langsung pada faktor pekerjaan berupa posisi janggal pada tangan
hanya dilakukan pada satu waktu sehingga penilaian akan posisi janggal
hanya berdasarkan saat itu, sehingga adanya kemungkinan bahwa gerakan
tersebut bukanlah gerakan yang paling sering dilakukan, untuk itu sebaiknya
bagi peneliti selanjutnya saat menentukan posisi janggal pada tangan
dilakukan dalam waktu yang cukup lama.
83
3. Pada penelitian ini pengambilan sampel tidak memperhitungkan berdasarkan
status pegawai PNS ataupun outschorsing, sehingga mungkin adanya beban
kerja yang berbeda antara keduanya yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian.
6.2 Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dapat terjadi akibat adanya proses
peradangan pada jaringan-jaringan di sekitar saraf medianus (tendon dan
teosynovium) yang ada dalam terowongan karpal. Peradangan tersebut
mengakibatkan jaringan disekitar saraf menjadi bengkak, sendi menjadi tebal, dan
akhirnya menekan saraf medianus. Penekanan saraf medianus ini lebih lanjut akan
menyebabkan kecepatan hantar (konduksi) dalam serabut sarafnya terhambat,
sehingga menyebabkan berbagai gejala pada tangan dan pergelagan tangan. (Aizid,
2011).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap para operator komputer
bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun
2012 didapatkan hasil bahwa sebagian besar (64,7%) operator komputer beresiko
terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Sedangkan operator komputer
yang tidak beresiko terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome adalah sebesar
(35,3%). Penilaian atas terjadinya dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) terhadap
para operator komputer bagian Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian
Pekerjaan Umum Tahun 2012 didapatkan dengan melakukan pemeriksaan fisik
84
berupa Phalen’s test, menanyakan adanya keluhan berupa gejala Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) pada operator yang berlangsung sedikitnya satu minggu atau bila
tidak terjadi secara terus menerus pada berbagai kesempatan, dan dengan kuesioner.
Phalen’s test dilakukan dengan meminta pekerja untuk melakukan fleksi atau
menyatukan kedua pergelangan tangan kearah bawah sejauh yang pasien bisa
selama 60 detik. Bila dalam waktu 1 menit timbul gejala-gejala seperti gejala CTS
yaitu mati rasa, kesemutan (parastesia) atau sakit, maka tes ini dapat menyokong
diagnose CTS. (Rambe, 2004 ; Barnardo, 2004). Gejala biasanya dimulai secara
bertahap, gejala awalnya datang dan pergi dengan lebih banyak ditandai dengan
kejadian parastesia (seperti kesemutan, rasa terbakar), sampai ke hipoanastesia (baal
sampai hilangnya rasa raba), namun dengan seiring waktu gejala tersebut mungkin
menjadi konstan. (American Academy Of Orthopedic Surgeons, 2009). Namun
gejala berupa bangun di malam hari merupakan karakteristik dari carpal tunnel
syndrome. Mereka dapat dikelola secara efektif dengan waktu malam dilakukan
bidai atau belat pada pergelangan tangan (Trumble, 2002). Begitu juga yang
diungkapkan oleh Fuller at al (2010), bahwa Gejala sering memburuk pada malam
hari dan dapat membangunkan pasien dari tidur.
Ketika kondisi memburuk, paresthesia siang hari menjadi umum dan sering
diperburuk oleh kegiatan sehari-hari, seperti mengemudi, menyisir rambut, dan
memegang buku atau telepon. Hasil dari pemeriksaan phalen’s test terdapat 85,3%
responden yang mengalami gejala Carpal Tunnel Syndrome (CTS) saat dilakukan
pemeriksaan. Sedangkan responden yang mengalami keluhan yang berlangsung
85
sedikitnya satu minggu atau bila tidak terjadi secara terus menerus pada berbagai
kesempatan adalah sebanyak 68,3%. Dengan keluhan yang paling banyak dialami
adalah kesemutan yaitu sebanyak 46,1 %. Sedangkan keluhan berdasarkan kuesioner
diagnosis Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yang paling banyak dialami adalah sakit
pada leher yaitu sebanyak 41,2% dan bangun pada malam hari karena rasa
kesemutan pada tangan sebanyak 39,2%.
Menurut Aizid (2011) pekerja kantoran menggunakan komputer yang
umumnya menggunakan kombinasi antara kekuatan dan pengulangan gerakan yang
sama pada jari-jari dan tangan, (seperti memegang mouse dan mengetik) dalam
waktu lama dan tanpa istirahat, akan meningkatkan tekanan dalam tunnel,
dilanjutkan terjadinya peradangan, sehingga terjepitlah nervus medianus yang
akhirnya menimbulkan gejala terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, operator komputer bagian
Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012
biasanya menggunakan komputer dalam jangka waktu yang lama secara terus
menerus, terutama saat banyaknya laporan yang harus dibuat atau dievaluasi
sehingga pergelangan tangan digunakan secara berulang dalam menekan tuts
keyboard dan menggunakan mouse. Jika tangan digunakan untuk melakukan
aktivitas secara terus-menerus akan timbul peradangan pada jaringan-jaringan di
sekitar saraf medianus (tendon dan tenosynovium) dalam terowongan karpal.
Dampaknya, jaringan di sekitar saraf menjadi bengkak, sendi menjadi tebal, dan
akhirnya menekan saraf medianus. (Aizid, 2011).
86
Dengan begitu dapat dikatakan bahwa sikap kerja operator komputer dapat
memicu untuk menimbulkan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) karena saat mengetik
operator melakukan gerakan tangan yang berulang-ulang dengan kekuatan, dan
posisi tangan yang statis.
Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu upaya untuk mencegah
dan meminimalisasi timbulnya Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator
komputer dengan melakukan suatu upaya promotif yang dapat dilakukan oleh
perusahaan dengan membuat poster ataupun stiker bergambar mengenai gerakan-
gerakan senam yang perlu dilakukan oleh operator sebelum memulai pekerjaan
ataupun selama waktu-waktu jeda.
Sedangkan bagi operator sebaiknya melakukan senam pemanasan selama
lima menit sebelum memulai bekerja, Agar menjadi efektif, senam gerakan
pergelangan-tangan ini harus dilakukan saat memulai pekerjaan. Berdasarkan
penelitian intensif yang telah dilakukan oleh American Academy of Orthopaedic
Surgeons telah menemukan bahwa senam gerakan pergelangan-tangan telah
dibuktikan mengurangi tekanan saraf medianus dan mengurangi kemungkinan
terjadinya Carpal Tunnel Sindrom. Kemudian bagi operator yang terbangun malam
hari karena merasakan sakit ataupun kesemutan pada tangan dapat dilakukan terapi
konservatif yang dapat dikelola secara efektif dengan pemasangan bidai atau belat
pada pergelangan tangan secara terus menerus atau hanya pada malam hari selama 2-
3 minggu.
87
6.3 Hubungan antara Faktor Personal (Jenis Kelamin Dan Usia) dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) 6.3.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS)
Jenis kelamin adalah perbedaan kondisi fisik laki-laki maupun
perempuan berdasarkan perbedaan anatomi dan fisiologi. Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan dimana
keduanya melakukan suatu pekerjaan tertentu secara terus menerus.
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa resiko terhadap dugaan Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) banyak dialami oleh operator komputer yang
berjenis kelamin laki-laki. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan dugaan Carpal Tunnel
Syndrome.
Hasil tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Mattioli et al (2008)
yang menyatakan bahwa Carpal Tunnel Syndrome (CTS) lebih
mempengaruhi perempuan dari laki-laki, yaitu 3,6 kali lipat lebih besar
dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi tulang
karpal, dimana tulang pergelangan tangan pada wanita secara alami lebih
kecil sehingga menciptakan ruang yang lebih ketat di mana saraf dan tendon
harus lurus. Dan Ashworth (2009) juga menjelaskan bahwa Laki-laki
menunjukkan peningkatan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) secara
bertahap dengan meningkat sampai usia lanjut, sedangkan wanita memuncak
setelah menopause, hal tersebut secara umum konsisten dengan konsep
88
bahwa pada wanita mungkin ada komponen hormonal dalam penyebab
Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Selama kehamilan dapat menempatkan perempuan hamil berisiko
lebih besar untuk mendapatkan CTS, disebabkan oleh retensi cairan (edema),
di mana penumpukan cairan yang sering terjadi pada tangan dan lengan (dan
juga dalam, pergelangan kaki dan kaki) menyebabkan pembengkakan di
daerah tersebut. Edema dapat terjadi selama kehamilan, sehingga tekanan
ditempatkan pada saraf median. Namun beberapa wanita tidak mengalami
gejala sampai setelah melahirkan dan awal menyusui. Menyusui sementara
menurunkan kadar hormon steroid alami, yang mempertinggi potensi
peradangan (Sheila, 2010). Sedangkan perubahan hormon menopause dapat
menempatkan perempuan pada risiko lebih besar untuk mendapatkan CTS
karena struktur pergelangan tangan membesar dan dapat menekan pada saraf
pergelangan tangan. (Haque, 2009)
Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan dugaan Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) pada penelitian ini mungkin dikarenakan perempuan
yang berisiko akibat adanya komponen hormonal seperti menopause, wanita
hamil, dan menyusui telah dikeluarkan dalam penelitian ini sehingga risiko
pada wanita dalam penelitian ini hanya disebabkan oleh adanya perbedaan
anatomi tulang karpal, dimana tulang pergelangan tangan pada wanita secara
alami lebih kecil sehingga menciptakan ruang yang lebih ketat. Sedangkan
menurut Asworth (2009) terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada
89
wanita memuncak setelah menopause, hal tersebut secara umum konsisten
dengan konsep bahwa pada wanita mungkin ada komponen hormonal.
Selain itu juga mungkin dikarenakan laki-laki lebih banyak
menggunakan kekuatan tangan saat mengetik dibandingkan dengan
perempuan. Seperti yang diungkapkan oleh Burt et al, (2000), dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan
CTS karena perempuan cenderung memiliki kekuatan yang lebih rendah
dibanding dengan laki-laki.
Hal ini sejalan dengan penelitian Febriana (2009) yang menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara variabel jenis kelamin
dengan risiko Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Selain itu sebuah penelitian
menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakan secara statistik risiko
CTS pada laki-laki dan perempuan pada posisi data entry (McDiarmid M., et
al. 1999). Kemudian juga faktor jenis kelamin ini memiliki korelasi atau
hubungan dengan usia, dimana wanita lebih berisiko CTS antara usia 45 dan
54. Kemudian, risiko meningkat bagi pria dan wanita dengan bertambahnya
usia mereka (Asworth, 2009).
Sedangkan pada penelitian ini jumlah wanita yang berusia lebih dari
30 lebih sedikit dibandingkan dengan wanita yang berusia kurang dari 30,
dengan begitu dapat dimungkinkan bahwa sangat sedikit jumlah wanita yang
berusia 45 dan 54. Seperti pada grafik dibawah ini :
90
Grafik 6.1
Persentase Wanita Berdasarkan Usia dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer
Berdasarkan grafik 6.1 diketahui bahwa wanita yang berusia < 30
sebanyak 46,67% diduga menderita Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dan
yang tidak diduga menderita Carpal Tunnel Syndrome (CTS) sebanyak
37,78%, sedangkan wanita yang berusia ≥ 30 seluruhnya diduga menderita
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu sebesar 15,56. Dengan begitu dapat
dikatakan bahwa wanita pada penelitian ini lebih banyak berusia < 30
dibandingkan dengan wanita yang berusia ≥ 30. Sedangkan wanita lebih
berisiko Carpal Tunnel Syndrome (CTS) antara usia 45 dan 54.
46,67%
15,56%
37,78%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
<30 ≥30
CTS
≠ CTS
91
6.3.2 Hubungan antara Usia dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Dengan meningkatnya usia seseorang maka dapat menyebabkan
penurunan kapasitas fisik. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) semakin
meningkat dengan bertambahnya usia (Pakasi, 2005). Dalam penelitian ini
usia dikategorikan menjadi dua kategori yaitu operator komputer yang
berusia < 30 dan ≥ 30 karena Carpal tunnel syndrome (CTS) sering
ditemukan pada populasi pekerja orang dewasa, yaitu paling sering
ditemukan pada usia 30-60 tahun (Kurniawan et al, 2008).
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa resiko terhadap dugaan Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) banyak dialami oleh operator komputer yang berusia
≥ 30. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara
usia dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Hal ini sejalan dengan
penelitian Ali (2006) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) dengan usia pada professional komputer, dimana
prevalensi Carpal Tunnel Syndrome lebih tinggi pada kelompok umur di atas
30 dibandingkan dengan 20-30 tahun.
Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada umur
30 tahun dan semakin meningkat pada umur 40 tahun ke atas. Hal ini
disebabkan secara alamiah pada usia paruh baya kekuatan dan ketahanan otot
mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan pada otot meningkat
(Kuntodi, 2008). Sedangkan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) biasanya mulai
92
terdapat pada usia 20-60 tahun (Hobby, 2005). Dengan kasus Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) paling sering ditemukan pada usia 30-60 tahun. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Griffith bahwa Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
sering dialami oleh wanita berusia 29-62 tahun. Beberapa studi juga
mengungkapkan bahwa Carpal Tunnel Syndrome (CTS) umumnya dialami
oleh wanita berusia 30an. Salah satu penelitian di Amerika menyebutkan saat
ini Carpal Tunnel Syndrome (CTS) mengincar penderita usia 25-34 tahun.
(Kurniawan et al, 2008).
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan usia
dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) mungkin dikarenakan seluruh
operator komputer bekerja dengan menggunakan komputer selama 8 jam
kerja dengan rata-rata penggunaan komputer secara terus menerus selama 5-6
jam tanpa adanya perbedaan antara pekerja yang berusia tua maupun muda.
Sedangkan pada usia paruh baya atau tua kekuatan dan ketahanan otot mulai
menurun sehingga resiko terjadinya keluhan pada otot meningkat. Karena
saat sebuah otot berkonstraksi, sebagai contoh memelintir dan melakukan
gerakan fleksi pergelangan tangan, terjadi penambahan luas otot berlebihan
yang dapat memicu timbulnya kelainan musculoskeletal termasuk salah
satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS) (Kuntodi, 2008).
Menurut Fuller (2010) kejadian CTS ditemukan semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya usia, dengan kelompok usia 40 tahun atau lebih
memiliki insiden yang lebih tinggi secara signifikan. Berdasarkan hal
93
tersebut sebaiknya perusahaan malakukan upaya promotif dengan membuat
poster mengenai senam pada pergelangan tangan. Sedangkan bagi operator
sebaiknya memanfaatkan waktu istirahat dengan semaksimal mungkin
mengistirahatkan pergelangan tangan untuk tidak menggunakan keyboard
dan mouse saat beristirahat dan sebelum mulai bekerja lagi harus melakukan
senam pemanasan selama lima menit untuk meregangkan otot. Selain itu juga
perusahaan sebaiknya mengadakan senam pagi bagi para pekerja yang dapat
dilakukan satu kali dalam seminggu dan setelah melakukan senam sebaiknya
selalu mengingatkan pekerja untuk selalu melakukan senam pada
pergelangan tangan sebelum melakukan pekerjaan dan diwaktu jeda istirahat.
6.4 Hubungan antara Faktor Pekerjaan (Posisi Janggal pada Tangan dan Masa Kerja) dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) 6.4.1 Hubungan antara Posisi Janggal pada Tangan dengan Dugaan Carpal
Tunnel Syndrome (CTS)
Postur pergelangan tangan menunjukkan risiko 4 kali lebih besar
untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (Barcenilla et al, 2012).. Pada
penelitian ini posisi janggal pada tangan dikategorikan menjadi dua, yaitu
posisi janggal dan posisi tidak janggal.
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa resiko terhadap dugaan Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) banyak dialami oleh operator komputer yang tidak
melakukan posisi janggal (66,7%), sedangkan pada operator komputer yang
beresiko terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dengan melakukan
posisi janggal pada tangan sebesar (63,2%). Hasil uji statistik menunjukkan
94
tidak ada hubungan yang signifikan antara posisi janggal pada tangan dengan
dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Hal ini berarti bahwa operator
komputer yang melakukan posisi janggal tidak selalu berisiko tinggi terhadap
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) sedangkan operator komputer yang tidak
melakukan posisi janggal memiliki peluang yang sama untuk menderita
Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Hasil tersebut tidak sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh
Barcenilla (2012) bahwa postur pergelangan tangan menunjukkan risiko 4
kali lebih besar untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Buckle (1997) yang
mendeskripsikan mekanisme terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
adalah terjadinya penegangan dan penekanan pada syaraf median di
pergelangan tangan, ketika pergelangan tangan berada dalam posisi ektrim.
Pada penelitian ini posisi janggal tidak berhubungan dengan Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) mungkin dikarenakan operator komputer yang tidak
melakukan posisi janggal banyak menghabiskan waktu luangnya dengan
menggunakan komputer seperti saat menggunakan internet atau bermain
game dengan menggunakan komputer. Seperti yang diungkapkan oleh
Pratama (2010) bahwa keluhan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) banyak
dialami oleh pemain game online. Hal ini sejalan dengan penelitian Febriana
(2009) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
postur janggal dengan risiko Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
95
Penelitian yang dilakukan oleh Ali (2006) menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yng signifikan antara posisi tangan yang diperpanjang dengan
posisi tangan yang netral, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh
Burt et al, (2000) menyatakan bahwa postur tidak berhubungan dengan
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) meskipun telah dikutip sebagai faktor risiko
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dalam beberapa studi.
Sebuah data ilmiah yang dikeluarkan oleh National Institute for
Occupational Safety and Health (NIOSH) menyatakan jenis pekerjaan yang
menyebabkan pergelangan tangan terpostur melakukan pekerjaan secara
repetitif berhubungan dengan insidensi carpal tunnel syndrome, atau dapat
dikatakan Carpal Tunnel Syndrome berhubungan dengan aktivitas repetitif
pada tangan dan pergelangan tangan, bersamaan dengan adanya postur yang
kaku/ janggal. (Trumble, 2002).
Persentase posisi janggal pada tangan berdasarkan pengulangan
(repetitive) dalam periode tahun kerja dengan Carpal tunnel Syndrome
(CTS) pada operator komputer adalah sebagai berikut :
96
Grafik 6.2
Persentase Posisi Janggal pada Tangan Berdasarkan Pengulangan (Repetitive) dalam Periode Tahun Kerja dengan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) pada Operator Komputer
Berdasarkan grafik 6.2 diketahui bahwa operator yang melakukan
posisi janggal pada tangan dengan masa kerja < 4 tahun diduga mengalami
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) sebanyak 38,6% dan yang tidak diduga
mengalami Carpal Tunnel Syndrome (CTS) sebanyak 31,58%. Sedangkan
operator yang melakukan posisi janggal pada tangan dengan masa kerja ≥ 4
tahun diduga mengalami Carpal Tunnel Syndrome (CTS) sebanyak 24,56%
dan yang diduga tidak mengalami Carpal Tunnel Syndrome (CTS) sebanyak
5,26%.
Untuk itu dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini operator yang
melakukan posisi janggal lebih banyak bekerja dalam periode waktu atau
masa kerja < 4 tahun sedangkan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
38,60%
24,56%
31,58%
5,26%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
< 4 ≥ 4
CTS
≠ CTS
97
berhubungan dengan aktivitas repetitif pada tangan dan pergelangan tangan,
bersamaan dengan adanya postur yang kaku/ janggal semakin berisiko jika
masa kerja seseorang dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu
juga dalam penelitian ini saat melakukan observasi untuk melihat posisi
janggal pada tangan hanya dilakukan pada satu waktu sehingga adanya
kemungkinan bahwa gerakan yang dilihat oleh peneliti bukanlah gerakan
yang paling sering dilakukan oleh pekerja. Untuk itu bagi peneliti selanjutnya
sebaiknya saat melakukan observasi mengenai posisi janggal pada tangan
dilakukan dalam waktu yang cukup lama dan beberapa kali observasi.
6.4.2 Hubungan antara Masa Kerja dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome
(CTS)
Semakin lama masa kerja seseorang maka semakin banyak gerakan
berulang yang telah dilakukan. Dengan peningkatan masa kerja pada tangan
menunjukkan adanya pekarjaan berulang yang dilakukan oleh tangan dalam
jangka waktu yang lama, dengan peningkatan jumlah tahun kerja
menunjukkan risiko lebih tinggi untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome
(CTS). Dalam penelitian ini masa kerja operator komputer dikategorikan
menjadi dua, yaitu masa kerja < 4 tahun dan masa kerja ≥ 4 tahun.
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa resiko terhadap dugaan Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) banyak dialami oleh operator komputer yang
bekerja dengan masa kerja ≥ 4 tahun yaitu sebesar 89,2%, sedangkan pada
operator komputer yang beresiko terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome
98
(CTS) dengan masa kerja < 4 tahun adalah sebesar 50,8%. Hasil uji statistik
menunjukkan ada hubungan signifikan antara dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) dengan masa kerja pada operator komputer.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah diungkapkan Ali (2006)
yang menunjukkan bahwa adanya hubungan secara statistik signifikan antara
peningkatan tahun kerja dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Dan
penelitian yang dilakukan oleh Nurqotimah et al (2010) bahwa adanya
hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian Carpal Tunnel
Syndrome (CTS), dimana masa kerja lebih dari 4 tahun lebih berisisko
mengalami Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Fung dan rekan (2007) mengidentifikasi bahwa semakin sering fleksi
/ ekstensi yang berkelanjutan dari pergelangan tangan dapat meningkatkan
risiko Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Hal tersebut juga diperkuat dengan
adanya studi yang menyatakan bahwa pengulangan dan eksposur gabungan
dari kedua kekuatan dan pengulangan dapat menimbulkan risiko dua kali
lipat terhadap terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (CTS). (Barcenilla et al,
2012). Peningkatan tahun kerja dapat menjadi faktor risiko Carpal Tunnel
Syndrome (CTS), semakin lama seseorang bekerja dengan menggunakan
komputer maka semakin berisiko pula untuk menderita Carpal Tunnel
Syndrome (CTS).
Untuk itu sebaiknya dalam mengurangi risiko terjadinya Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) dibuat panduan atau siasat pencegahan dengan
merubah pola pekerjaan dengan penggunaan tangan dan pergelangan tangan
99
secara berulang, yakni waktu aktivitas dan waktu istirahat disinkronkan., dan
menerapkan pola pengerjaan berdasarkan prioritas sehingga bisa menghindari
aktivitas penggunaan tangan berlebihan sehingga rasa nyeri bisa
diminimalisir.
100
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
1. Gambaran dugaaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer
bagian sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum tahun 2012.
sebagian besar operator komputer beresiko terhadap dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) yaitu sebanyak 64,7% sedangkan operator yang tidak beresiko
terhadap dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) sebesar 35,3%.
2. Gambaran faktor personal antara lain :
a. Operator komputer lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki
dibandingkan operator komputer yang berjenis kalamin perempuan.
b. Operator komputer yang berusia < 30 tahun lebih banyak dari pada
operator komputer yang berusia ≥ 30 tahun.
3. Gambaran faktor pekerjaan antara lain :
a. Operator komputer yang melakukan posisi janggal pada tangan lebih
banyak daripada operator komputer yang tidak melakukan posisi janggal.
b. Operator komputer yang bekerja < 4 tahun lebih banyak dari pada
operator komputer yang bekerja ≥ 4 tahun.
4. Hubungan faktor personal (jenis kelamin, usia) sebagai berikut :
a. Tidak ada hubungan yang signifikan antara dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) dengan jenis kelamin pada operator komputer bagian
101
Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun
2012
b. Ada hubungan signifikan antara dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
dengan usia pada operator komputer bagian Sekretariat Inspektorat
Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012
5. Hubungan faktor pekerjaan (posisi janggal pada tangan dan masa kerja) sebagai
berikut :
a. Tidak ada hubungan yang signifikan antara dugaan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) dengan posisi janggal pada operator komputer bagian
Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun
2012.
b. Ada hubungan yang signifikan antara dugaan Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) dengan masa kerja pada operator komputer bagian Sekretariat
Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
7.2. Saran
7.2.1. Bagi Perusahaan
1. Membuat poster ataupun stiker bergambar mengenai gerakan-gerakan
senam yang perlu dilakukan operator sebelum memulai pekerjaan
ataupun selama waktu-waktu jeda.
2. Mengadakan senam pagi bagi para pekerja yang dapat dilakukan satu kali
dalam seminggu
102
7.2.2. Bagi Operator Komputer
1. Dibuat panduan atau siasat pencegahan dengan merubah pola pekerjaan
dengan penggunaan tangan dan pergelangan tangan secara berulang,
yakni waktu aktivitas dan waktu istirahat disinkronkan., dan menerapkan
pola pengerjaan berdasarkan prioritas sehingga bisa menghindari aktivitas
penggunaan tangan berlebihan sehingga rasa nyeri bisa diminimalisir.
2. Melakukan senam pemanasan selama lima menit sebelum memulai
bekerja, Agar menjadi efektif, senam gerakan pergelangan-tangan ini
harus dilakukan sebelum memulai pekerjaan selama 5 menit.
3. Operator sebaiknya memanfaatkan waktu istirahat dengan semaksimal
mungkin mengistirahatkan pergelangan tangan untuk tidak menggunakan
keyboard dan mouse saat beristirahat.
4. Bagi operator yang terbangun malam hari karena merasakan sakit
ataupun kesemutan pada tangan dapat dilakukan terapi konservatif
dengan pemasangan bidai atau belat pada pergelangan tangan
7.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya
1. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik sebaiknya didampingi dengan
tenaga medis supaya hasil yang didapat lebih akurat.
2. Untuk observasi langsung yang berkaitan dengan posisi janggal pada
tangan sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup lama dan beberapa
103
kali untuk memastikan bahwa gerakan yang dilihat oleh peneliti
merupakan gerakan yang paling sering dilakukan oleh pekerja.
104
DAFTAR PUSTAKA
Aizid, Rizem. 2011. Babat ragam penyakit palig sering menyerang orang kantoran.
Jakarta : flashbook
Al amin, Muhammad Karim. 2012. “Posisi Tubuh Ketika Menggunakan Komputer
yang Baik dan Benar. lifestyle” dalam kompasiana.com (Diakses tanggal 22 Mei
2012 pukul 23.12)
Ali, K. M dan B.W.C. Sathiyasekaran. 2006. “Computer Professionals and Carpal
Tunnel Syndrome (CTS)” dalam International Journal of Occupational Safety
and Ergonomics (JOSE). Chennai (Madras) : Department of Community
Medicine, Sri Ramachandra Medical College & Research Institute Vol. 12, No.
3, 319–32
American academy of orthopedic surgeons (AAOS). 2009. “Carpal Tunnel Syndrome”
dalam guideline.gov/browse/by-organization.aspx?orgid=42 (diakses tanggal 22
Mei 2012 pukul 23.45)
Amran, yuli. 2012. Pengolahan Dan Analisis data Statistik Di Bidang kesehatan.
Ciputat: Faklutas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif hidayatullah Jakarta
Ashworth, Nigel. 2009. Clinical Evidence Carpal Tunnel Syndrome. Edmonton Canada:
Associate Profesor University of Alberta.
105
Ayunyaikko. 2010. “Jenis jenis keyboard” dalam
http://blog.ub.ac.id/ayunyaikko/2010/03/25/jenis-jenis-keyboard/. (Diakses
tanggal 04 Oktober 2012)
Bagaskawarasan. 2011. “Interaksi Manusia dan Komputer” dalam
http://bagaskawarasan.wordpress.com/2011/03/07/artikel-tentang-interaksi-
manusia-dan-komputer-tugas-2/ (Diakses tanggal 17 Mei 2012)
Barcenilla, Annica et al. 2012. “Carpal Tunnel Syndrome and its Relationship to
Occupation, A Meta-analysis” dalam Rheumatology. Oxford University Press
2012;51(2):250-261. http://www.medscape.com/viewarticle/757841 (Diakses
tanggal 25 Mei 2012)
Barnardo, jonathan. 2004. “Carpal Tunnel Syndrome “Dalam Reports On The
Rheumatic Diseases Series 5” Hands On Practical Advice On Management Of
Rheumatic Diseases”. Arthritis Research Campaign.
Beatrice. 2012. “paper carpal tunnel syndrome “ dalam
http://www.scribd.com/doc/95662572/Paper-Carpal-Tunnel-Syndrome (Diakses
tanggal 17 Mei 2012)
Bjorkqvist, S, E., et al. Carpal Tunnel Syndrome in ovariectomized women, acta obslet,
Gynecol. Scand. 56, 127-130.
106
Boz, Cavit., Ozmenoglu, Mahmet., Vildan Altunayoglu., dkk. 2003. Individual risk
factor for carpal tunnel syndrome : an evaluation of body mass index, wrist
index, and anthropometryc measurements.
Bray, G.A. Obesity : definition, diagnosis, and disadvantage, Med J Aust, 1985 : 142:
S2-S8.
Buckle, Peter W. 1997. “Fortnightly review: Work factors and upper limb disorders”
dalam BMJ Robens Centre for Health Ergonomics, University of Surrey,
Guildford, volume 315:1360–3
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC
Burt, Susan et al, 2000. “Workplace and individual risk factors for carpal tunnel
syndrome” dalam Journal Article: Occupational and environmental medicine.
2011;68:12 928-933
Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi Kementrian Pekerjaan Umum. 2011. Jakarta :
Kementrian Pekerjaan Umum
Febriana, Kartika. 2009. “Gambaran faktor-faktor risiko cts di PT. ASTRA international
tbk-head office sunter ii, jakarta utara tahun 2009.” Skripsi. Fakultas
Kesehatan masyarakat, UI Depok.
107
Fhalila, Erlyna Lulaa. 2010. “Desain Studi Cross Sectional, Case Control, Dan Cohort”
dalam Http://Erlynafkmundip.Blogspot.Com/2010/10/Cross-Sectional-Case-
Control-Dan-Cohort.Html. (Diakses tanggal 04 Oktober 2012)
Freebie. 2011. “Tips Posisi Tubuh Saat Berada Di Depan Komputer” dalam
http://freebiexp.wordpress.com/2011/08/13/tips-posisi-tubuh-saat-berada-di-
depan-komputer/ (Diakses tanggal 13 Mei 2012)
Fuller, David A., et al, 2010. “Orthopedic Surgery for Carpal Tunnel Syndrome” dalam
Medscape Referance. http://emedicine.medscape.com/article/1243192-overview.
(Diakses tanggal 20 April 2012)
Fung, B.K.K.K., et al. 2007. “Study of Wrist Posture, Loading and Repetitive Motion as
Risk Factors for Developing Carpal Tunnel Syndrome” dalam Journal of Hand
Surgery, Maret, Vol. 12, No. 1 (2007) 13–18.
Grandjean, E. 1993, Fitting The Task to The Man, 4th ed. Taylor & Francis Inc, London.
Haque, Mustafa, M.D. 2009. Carpal Tunnel Syndrome. Georgetown University Hospital
USA: U.S. Department of Health and Human Services, Office on Women’s
Health.
Hedge, Alan. 2004. “Do you have carpal tunnel? Blame the mouse komputer, not the
keys” dalam Jurnal of the American Medical Association. Cornell University :
Ithaca USA. Vol 50 No: 53 .Pp 271-275.
108
Hobby JI, Vankatesh R, Motkur P. The Effect on Age and Gender Upon Symptom and
Surgical Outcomes in Carpal Tunnel Syndrome. J Hand Surg (Br) 2005 ; 30 599-
604.
Humantech, Inc. 1995. Applied Ergonomic Training Manual Procter and Gamble Inc.
Barkeley Vale Australia
Kuntodi. 2008. “Cumulative Trauma Disorders (CTDs)” dalam Artikel
http://konsulhiperkes.wordpress.com/category/artikel/Dampak Penggunaan
Keyboar (Diakses 17 Mei 2012)
Kurniawan, Bina, Siswi Jayanti dan Yulianti setyaningsih. 2008. “Faktor Risiko
Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Wanita Pemetik Melati di
Desa Karangcengis, Purbalingga” dalam Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia
Vol. 3 / No. 1 / Januari 2008.
Masdin. 2010. “Mouse komputer dan Sindrom Carpal Tunnel” dalam
http://masdinsite.info/2010/04/mouse-komputer-dan-sindrom-carpal-tunnel/
(diakses tanggal 13 Mei 2012)
Mashud .2008. Komputer, Ergonomi dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Official Web Site
MGMPTIK SMA5.
Mattioli, Stefano., et al. 2008. “Incidence Rates of in-Hospital Carpal Tunnel Syndrome
in the General Population and Possible Associations with Marital Status” dalam
BMC Public Health 2008, 8:374.
109
McDiarmid M., Oliver, M., Russer, J., Gucer, P. 2000. Male and female rate difference
in carpal tunnel syndrome injuries : personal attributes or jobs task?.
Environmental Research Section A 83, 23-32.
Mollayousefi, A. Sharifi., et al. 2008. “Assessment of Body Mass Index and Hand
Anthropometric Measurements as Independent Risk Factors for Carpal Tunnel
Syndrome” dalam Via Medica. Vol. 67, No. 1, pp. 36–42.
Ningrayati, Amali Lanto. 2008. Pendekatan Ergonomi Untuk mengurangi gangguan
Kesehatan Akibat Penggunaan Komputer Universitas Negeri Gorontalo : Jurnal
Teknik
Nota Kesepahaman Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Dengan
Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Nomor 21
/Kb/X‐Xiii.2/12/2010. Tentang Pengembangan Dan Pengelolaan Sistem
Informasi Untuk Akses Data Pada Kementerian Pekerjaan Umum Dalam Rangka
Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
Nurqotimah, nana ; yuliani setyaningsih dan samsul nur hidayat. 2010. “Hubungan Masa
Kerja dan Lama Kerja dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Operator
Rental Komputer di Wilayah Kelurahan Pleburan Kota Semarang”. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang.
Pakasi, Ronald E.. 2005. “Nyeri dan Kebas Pergelangan tangan Akibat Pekerjaan? Hati-
hati CTS” dalam http:// www.medicastore.com. (Diakses Tanggal 27 Mei 2012)
110
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
Pratama s.p. 2010. “Gambaran Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan
Carpal Tunnel Syndrome Pada Pemain Game Online Di Game Center Jalan
Margonda Raya Depok Tahun 2010”. Skripsi. Fakultas Kesehatan masyarakat,
UI Depok.
Purwanti. 2011. “Hubungan Lama Mengetik Dengan Resiko Terjadinya Carpal Tunnel
Syndrome Pada Pekerja Rental”. D3. Program Studi Diploma IV Fisioterapi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Putz-Anderson, V. 1988. Cumulative Trauma Disorders : A. Manual For
Musculoskeletal Disease of the Upper Limbs. Taklor and Francis, London, UK.
Rambe, Aldy S. 2004. Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome). FK
USU : USU Digital Library
Rostati, P. 2009. Carpal Tunnel Syndrome – Is it Work-Related?. Options Incorporated,
Ontario N1H 5H2 1-800-813-4202.
Rusdi, Yusuf. 2007. “Hubungan Antara Getaran Mesin Pada Pekerja Bagian Produksi
Dengan Carpal Tunnel Syndrome Industri Pengolahan Kayu Brumbung Perum
Perhutani Unit I Jawa Tengah Tahun 2007”. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
111
Rusmayani. 2002. “Gambaran Keluhan Subjektif Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Akibat Penggunaan Komputer Pada Pekerja Data Entry Di Arsip Nasional
Republik Indonesia”. Skripsi. Fakultas Kesehatan masyarakat, UI Depok.
Saanin , Syaiful. “Syndrome Terowongan Karpal. Diambil dari http://” dalam
www.angelfire.com. (Diakses tanggal 02 Juni 2012)
Sheila. 2010. “Pregnancy-Induced Carpal Tunnel Syndrome” dalam
http://suite101.com/article/pregnancy-induced-carpel-tunnel-syndrome-
a326373 (Diakses tanggal 9 Mei 2012)
Shihab, Quraish M. 2000. Wawasan Al-Qur’an. Bandung : Mizan Media Utama
(MMU). Cet. XI
Suparyadi. 2010. “Design Research/ Rancangan Penelitian ilmiah” dalam http: // dr-
suparyanto.blogspot.com/2010/09/design-research-rancanfan-penelitian-html
(Diakses tanggal 06 Oktober 2012)
Trumble , Thomas E. 2002. “Single-Portal Endoscopic Carpal Tunnel Release
Compared with Open Release : A Prospective, Randomized Trial” dalam The
Journal of Bone and Joint Surgery. , Volume 84, Issue 7 84:1107-1115
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik
112
Weidz. 2007. “Indeks Masa Tubuh” dalam http: //
supermilan.wodpress.com/2007/05/12/indeks-massa tubuh/ (Diakses tanggal 3
Juni 2012)
Wibisono, Lily. 2012. “Kesemutan Jangan Disepelekan” dalam http://
www.medicastore.com.
Wichaksana, Aryawan, dan Kartiena A. Darmadi. 2002. “Peran Ergonomi dalam
Pencegahan Sindrom Carpal Tunnel Akibat Kerja” dalam Cermin Dunia
Kedokteran No. 136
Zikri. 2010. “Carpal Tunnel Syndrome (Buat yang berlebihan ngomput, nge-net, nge-
game, sms, & chat)” dalam
Sourcehttp://blogs.unpad.ac.id/zikri/2010/04/14/carpal-tunnel-syndrome-buat-
yang-berlebihan-ngomput-nge-net-nge-game-sms-chat/. (Diakses tanggal 13 Mei
2012)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN
Responden yang terhormat, saya Rovita Nur Fitriani mahasiswi Peminatan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta akan melaksanakan penelitian skripsi. Untuk itu, saya memohon kesedian anda untuk menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini dengan jujur.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Umur : Alamat : Telp/HP :
SETUJU Secara sukarela untuk menjadi subjek penelitian skripsi dengan judul “Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012.”
Setelah mendengarkan penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan dan sadar akan manfaat dan adanya resiko yang mungkin terjadi dalam penelitian ini, saya akan memberikan informasi yang benar sejauh yang saya ketahui dan saya ingat.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun
Jakarta Juli 2012
Peneliti Responden
Rovita Nur Fitriani ( )
QUESTIONER PENELITIAN
Faktor – faktor yang berhubungan dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada
operator komputer
Petunjuk pengisian:
Isilah kuisioner ini secara berurutan (mulai dari no 1,2,3,..dst)
Lingkarilah jawaban yang sesuai dengan pilihan anda
jawablah dengan jujur sesuai kondisi anda sebenar-benarnya pertanyaan dalam
kuisioner ini
Setiap jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan Tidak Akan mempengaruhi
penilaian terhadap kinerja anda
TERIMAKASIH ATAS PARTISIPASI DAN BANTUAN ANDA
A. Identitas responden
Nama :
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Umur :
Masa Kerja : Tahun Bulan
Divisi :
B. Keluhan Subyektif Jawaban
1 Apakah anda merasakan keluhan seperti dibawah ini yang berlangsung sedikitnya 1 minggu
atau bila tidak terjadi secara terus menurus pada berbagai ksempatan ? (Jawaban boleh lebih
dari 1)
a. Parastesia/ kesemutan c. Mati rasa/ baal
b. Sakit
2 Apakah anda pernah terbangun pada malam hari akibat sakit pada
pergelangan tangan anda ?
Ya
( 1 )
Tidak
( 0 )
3 Apakah anda pernah terbangun pada tengah malam akibat kesemutan
maupun mati rasa pada tangan anda ?
Ya
( 1 )
Tidak
( 0 )
4 setiap bangun pagi tangan anda merasakan kesemutan ataupun mati rasa ? Ya
( 1 )
Tidak
( 0 )
5 Apakah rasa kesemutan dan mati rasa tidak hilang setelah anda mengerak-
gerakan tangan anda?
Ya
( 1 )
Tidak
( 0 )
6 Apakah jari kelingking anda sering mengalami kesemutan maupun mati rasa
?
Ya
( 0 )
Tidak
( 3 )
7 Apakah bagian tangan anda mengalami kesemutan dan mati rasa saat anda
membaca Koran/majalah/buku, mengendarai mobil ataupun saat menjahit ?
Ya
( 1 )
Tidak
( 0 )
8 Apakah anda sering mengalami sakit pada leher anda ? Ya
( -1 )
Tidak
( 0 )
9 Apakah anda menggunakan sarung tangan khusus untuk mengurangi rasa
kesemutan dan mati rasa pada tangan anda ?
Ya
( 2 )
Tidak
( 0 )
Diisi oleh peneliti
Lembar Observasi
Posisi tangan saat menggunakan mouse Posisi tangan saat menggunakan
keyboard
No Posisi tangan Hasil
1
2
3
4
5
6
Hasil :
Benar jika penggunaan mouse dan keyboard adalah nomor 5 dan atau 6.
Salah jika penggunaan mouse dan keyboard adalah nomor 1,2,3, dan atau 4.
No Posisi tangan Hasil
1
2
3
4
5
6
Pemeriksaan Fisik
Phalen’s Test
Hasil : (+) / Ya = jika timbul 1 atau lebih gejala dalam waktu 1 menit pemeriksaan
(-) / Tidak = jika tidak timbul 1 atau lebih gejala dalam waktu 1 menit pemeriksaan
Phalen’s Test
Keluhan yang Dirasakan Hasil
Sakit / Nyeri
Kesemutan
Mati rasa
A. Univariat
1. Dugaan Carpal tunnel Syndrome (CTS) pada operator computer
Statistics
Carpal Tunnel Syndrome
N Valid 102
Missing 0
Carpal Tunnel Syndrome
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 66 64.7 64.7 64.7
tidak 36 35.3 35.3 100.0
Total 102 100.0 100.0
2. Jenis kelamin
Statistics
Jenis Kelamin
N Valid 102
Missing 0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid perempuan 45 44.1 44.1 44.1
laki-laki 57 55.9 55.9 100.0
Total 102 100.0 100.0
3. Posisi janggal pada tangan
Statistics
Posisi Janggal
N Valid 102
Missing 0
Posisi Janggal
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid janggal 57 55.9 55.9 55.9
tidak janggal 45 44.1 44.1 100.0
Total 102 100.0 100.0
4. Usia
Statistics
usia
N Valid 102
Missing 0
usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <30 73 71.6 71.6 71.6
>=30 29 28.4 28.4 100.0
Total 102 100.0 100.0
5. Masa kerja
Statistics
masa kerja
N Valid 102
Missing 0
masa kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <4 65 63.7 63.7 63.7
>=4 37 36.3 36.3 100.0
Total 102 100.0 100.0
B. Bivariat
1. Jenis kelamin Dugaan Carpal tunnel Syndrome (CTS)
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis Kelamin * Carpal
Tunnel Syndrome 102 100.0% 0 .0% 102 100.0%
Jenis Kelamin * Carpal Tunnel Syndrome Crosstabulation
Carpal Tunnel Syndrome
Total ya tidak
Jenis Kelamin perempuan Count 28 17 45
% within Jenis Kelamin 62.2% 37.8% 100.0%
laki-laki Count 38 19 57
% within Jenis Kelamin 66.7% 33.3% 100.0%
Total Count 66 36 102
% within Jenis Kelamin 64.7% 35.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .218a 1 .641
Continuity Correctionb .066 1 .797
Likelihood Ratio .217 1 .641
Fisher's Exact Test .680 .398
Linear-by-Linear
Association .215 1 .643
N of Valid Casesb 102
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.88.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Jenis Kelamin
(perempuan / laki-laki) .824 .364 1.863
For cohort Carpal Tunnel
Syndrome = ya .933 .697 1.250
For cohort Carpal Tunnel
Syndrome = tidak 1.133 .671 1.915
N of Valid Cases 102
2. Posisi janggal pada tangan Dugaan Carpal tunnel Syndrome (CTS)
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Posisi Janggal * Carpal
Tunnel Syndrome 102 100.0% 0 .0% 102 100.0%
Posisi Janggal * Carpal Tunnel Syndrome Crosstabulation
Carpal Tunnel Syndrome
Total ya tidak
Posisi Janggal janggal Count 36 21 57
% within Posisi Janggal 63.2% 36.8% 100.0%
tidak janggal Count 30 15 45
% within Posisi Janggal 66.7% 33.3% 100.0%
Total Count 66 36 102
% within Posisi Janggal 64.7% 35.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .136a 1 .713
Continuity Correctionb .025 1 .873
Likelihood Ratio .136 1 .712
Fisher's Exact Test .835 .438
Linear-by-Linear Association .134 1 .714
N of Valid Casesb 102
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.88.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Posisi
Janggal (janggal / tidak
janggal)
.857 .377 1.948
For cohort Carpal Tunnel
Syndrome = ya .947 .711 1.261
For cohort Carpal Tunnel
Syndrome = tidak 1.105 .647 1.887
N of Valid Cases 102
3. Usia Dugaan Carpal tunnel Syndrome (CTS)
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia * Carpal Tunnel
Syndrome 102 100.0% 0 .0% 102 100.0%
usia * Carpal Tunnel Syndrome Crosstabulation
Carpal Tunnel Syndrome
Total ya tidak
usia <30 Count 37 36 73
% within usia 50.7% 49.3% 100.0%
>=30 Count 29 0 29
% within usia 100.0% .0% 100.0%
Total Count 66 36 102
% within usia 64.7% 35.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 22.102a 1 .000
Continuity Correctionb 19.995 1 .000
Likelihood Ratio 31.261 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 21.885 1 .000
N of Valid Casesb 102
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.24.
b. Computed only for a 2x2 table
4. Masa kerja Dugaan Carpal tunnel Syndrome (CTS)
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
masa kerja * Carpal Tunnel
Syndrome 102 100.0% 0 .0% 102 100.0%
masa kerja * Carpal Tunnel Syndrome Crosstabulation
Carpal Tunnel Syndrome
Total ya tidak
masa kerja <4 Count 33 32 65
% within masa kerja 50.8% 49.2% 100.0%
>=4 Count 33 4 37
% within masa kerja 89.2% 10.8% 100.0%
Total Count 66 36 102
% within masa kerja 64.7% 35.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 15.240a 1 .000
Continuity Correctionb 13.604 1 .000
Likelihood Ratio 17.005 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 15.091 1 .000
N of Valid Casesb 102
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.06.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 15.240a 1 .000
Continuity Correctionb 13.604 1 .000
Likelihood Ratio 17.005 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 15.091 1 .000
N of Valid Casesb 102
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.06.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for masa kerja
(<4 / >=4) .125 .040 .393
For cohort Carpal Tunnel
Syndrome = ya .569 .437 .741
For cohort Carpal Tunnel
Syndrome = tidak 4.554 1.747 11.868
N of Valid Cases 102