perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EVALUASI PERILAKU SEISMIK GEDUNG SOLO CENTER
POINT DENGAN METODE ANALISIS PUSHOVER
MENGGUNAKAN PROGRAM ETABS V 9.50
Evaluation Seismic of Building Solo Center Point With Pushover Analysis
Using ETABS V 9.50 Program
SKRIPSI
Disusun sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
oleh :
BAGUS HENDRI SETYAWAN
I 0109015
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Kesalahan Lebih Berarti Dibanding Tidak Melakukan
Apapun Jika Kita Ingin Memperbaikinya
Pantang Menyerah, Pantang Mengeluh, Pantang Putus
Asa, Pantang Sakit Hati, Pantang Diam
Jangan Bilang Tidak Bisa Kalau Belum Mencoba
Kerjakan Dengan Sepenuh Hati Maka Akan Terasa
Mudah
Cintai, Pahami, Kerjakan ! !
Ambil Kesempatan Yang Ada, Kerjakan, Takhlukkan,
Nikmati Hasilnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan sebagai ucapan terima kasih juga kepada :
1. Allah SWT, Syukur Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah
SWT.
2. Ibu dan Bapak yang selalu mendoakan saya, mendukung, dan mendidik saya
selama ini.
3. Pejabat Jurusan Teknik Sipil ( Ir. Bambang Santosa MT, Wibowo ST DEA,
Widi Hartono ST MT, Ir. Djoko Sarwono MT) yang telah membantu
sosialisasi selama perkulihan sehingga lulus tepat waktu.
4. Edy Purwanto, ST., MT dan Wibowo, ST., DEA selaku pembimbing skripsi
saya yang selalu memberikan Bimbingan kepada saya dan Bapak/Ibu Penguji
skripsi saya terima kasih atas saran dan masukan beliau.
5. Bapak Ir. Agus Sumarsono, MT selaku pembimbing Akademik saya, terima
kasih telah membimbing saya dengan tekun selama konsultasi Mata Kuliah
dan curhatan hati dalam perkulihan
6. Tim badminton dosen (pak bambang, pak agus s., pak slamet, pak J B
Sunardi, pak pardi, pak wibowo, pak djum) terima kasih telah memberi
latihan yang keras dan lapangan yang gratis.
7. Orang Tua Dian Ayu Angling Sari yang telah menyediakan tempat dan
makanan untuk mengerjakan skripsi.
8. Kakak tingkat saya (mas kunto, mas Adhit, mas Bahtiar, mas Yoga, mas Avri,
mas Andi R.) yang telah membantu dan konsultasi mengenai Program
9. Ismailah Nur Elliza dan Dian Ayu Angling Sari teman seperjuangan saya dan
yang memberi semangat saya setiap hari, mohon maaf kalo saya punya salah
dan sering gombali kalian berdua, iya begilah sifatkua haraf maklum, hehehe.
Semoga menjadi kenangan yang tak terlupakan sepanjang hidup ini.
10. Seluruh Mahasiswa Sipil 2009 yang telah memberikan kenangan, cerita,
canda dan tawa.
11. Segenap Pengurus CES (Petrich, Ade, Adit, Satya) dan pembina CES (pak
edy) terima kasih banyak atas bimbingannya dan proyeknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
12. Pengurus HMS periode 2012/2013 khususnya bidang Akademis dan
Penalaran (Aam, festy, purwadi, edy, rochim, sri, erlita, dwiky, fachrudin,
azmi, yosephina) terima kasih banyak atas bantuannya di AP HMS FT UNS
13. Teman – teman KP (Festy, Alty, Wanda) terima kasih atas kerjasamanya
14. Keluarga Sapuk (Rizal, Adhe, ade, petrich, aam, sadu, oscar, ryan, fery,
indra) terima kasih atas jalan-jalanya keliling pulau jawa
15. Kontrakan 2009 (maman, ade, adhe, jisung, andi, ariza, bahreisi, deni, dhiky,
eko, fery, galih, hana, hapsara, indra, juju, lutfi, syakur, nanang, mahardika,
afaza, aam, salman, febri, T-jon, toni, rizky, sadu, dll) terima kasih banyak
telah membuat kepala dingin, enjoy dan have fun dech......
16. Tim badminton 09 (liza, revy, tutut, nadya, eir, raras, petrich, adit, zaenal,
febri, ade, adhe, maman, purwadi, eko s, aam, fery, agri, egar, sadu, dll)
terima kasih atas kerjasamanya sehingga lumayan bagus badanQ sekarang
17. Tim penikmat makanan resto (ayu, liza, eir, revy, nisa, pasca, dea, tutut, tyo,
kinanthi, ade, petrich, adhe, rizal, zaenal, febri, indra, fido, wanda) terima
kasih atas jamuannya ya selama ini.
18. Teman – teman kost Apartemen 38 (mas habib, mas himawan, mas deni, mas
lukman, yayan, adhit, dauz, wahyu, adli, rizka, wisnu, alpan, andre, bram)
terima kasih banyak ya candaannya, mohon maaf kalo saya keterlaluan
hehehe
19. Istri dan anak-anakku nanti yang masih dimasa depan, ini bapakmu lagi
berjuang memperoleh gelar ST, semoga ilmu yang bapak terima bisa berguna
bagi kita nanti dan bangsa serta negara, amin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Bagus Hendri Setyawan, 2013. Evaluasi Perilaku Seismik Gedung Solo Center
Point Dengan Metode Analisis Pushover Menggunakan Program Etabs V 9.50.
Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Indonesia sering sekali diguncang gempa bumi karena berada di wilayah jalur
gempa pasifik dan jalur gempa asia. Bencana gempa menyebabkan terjadi
kerusakan struktur bangunan. Saat terjadi gempa, diharapkan bangunan mampu
menerima gaya gempa pada level tertentu tanpa terjadi kerusakan yang signifikan
pada strukturnya atau apabila struktur bangunan harus mengalami keruntuhan
mampu memberikan perilaku nonlinear pada kondisi pasca-elastik sehingga
tingkat keamanaan bangunan terhadap gempa dan keselamatan jiwa penghuninya
lebih terjamin. Re-evaluasi kinerja seismik terhadap struktur bangunan,
merupakan hal penting sebagai bagian langkah konkret dalam penanggulangan
dampak dari bencana gempa. Evaluasi kinerja dapat dilakukan dengan analisis
static nonlinier pushover yang mengacu pada ATC-40 & FEMA.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dilakukan penelitian Evaluasi Perilaku
Seismik Gedung Dengan Metode Analisis Pushover. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kinerja gedung berdasarkan mekanisme terbentuknya sendi
plastis pada balok kolom serta hubungan base shear dengan displacement pada
kurva pushover dan kurva seismic demand. Metode yang digunakan adalah
analisis statik nonlinier pushover dengan menggunakan program ETABS.
Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa gaya geser dari evaluasi
pushover pada arah x sebesar 2571.21 ton. Nilai displacement adalah 0,306 m.
Displacement pada gedung tidak melampaui displacement maksimal, sehingga
gedung aman terhadap gempa rencana. Maksimum total drift adalah 0,0038 m,
Sehingga gedung termasuk dalam level kinerja Immediate Occupancy (IO).
Kata kunci : pushover , spektrum kapasitas, sendi plastis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSRACT
Bagus Hendri Setyawan, 2013. Evaluation Seismic of Building Solo Center
Point With Pushover Analysis Using ETABS V 9.50 Program. Final task of Civil
Engineering Departement of Engineering Faculty of Sebelas Maret University,
Surakarta
Indonesia often rocked by earthquakes because it is located in the seismic lines
and point earthquake asia pacific. The earthquake caused structural damage to
buildings. When an earthquake happens, the building is expected to be able to
accept a certain level of earthquake force without significant damage to the
structure or if the collapsing structures must be able to give non-linear behavior in
the post-elastic so that the level seismic safety buildings against earthquakes and
safety of its inhabitant’s lives more secure. Re-evaluation of the seismic
performance of the building structure, it is important as part of concrete steps in
the response to the impact of the earthquake disaster. Performance evaluation can
be performed with a nonlinear static pushover analysis which refers to the ATC-
40 & FEMA.
Based on this background, research on the Evaluation Seismic of building with
Pushover Analysis. The aims of this study is to determine the performance of
buildings based on the mechanism of formation plastic hinge at the beam column
and the relationship with the base shear displacement pushover curve and the
curve on the seismic demand. The method used is a nonlinear static pushover
analysis using ETABS program.
The results showed that the shear force of the x-direction pushover evaluation of
2571.21 ton. Displacement value is 0,306 m. Displacement on the building does
not exceed the maximum displacement, so that the building is safe against
earthquake plan. Maximum total drift is 0,0038 m, so the buildings included in the
Immediate Occupancy performance levels (IO).
Key words: pushover, spectrum capacity, plastic joint
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat meraih gelar sarjana pada Jurusan Teknik Sipil Universitas
Sebelas Maret Surakarta, dengan judul “Evaluasi Perilaku Seismik Gedung Solo
Center Point Dengan Metode Analisis Pushover Menggunakan Program Etabs V
9.50”
Pada penyusunan skripsi, penulis telah banyak mendapatkan bantuan baik
fasilitas, bimbingan maupun kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penyusun mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Segenap Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Edy Purwanto, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing I.
3. Wibowo, ST, DEA, selaku Dosen Pembimbing II.
4. Achmad Basuki, ST, MT dan Setiono, ST, MSc, selaku Dosen Penguji skripsi
5. Ir. Agus Sumarsono, MT selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Lisa dan Ayu selaku teman skripsi
7. Teman-teman teknik sipil 2009.
8. Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata penyusun berharap agar Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, 22 Februari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
MOTTO ........................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................ v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ixv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL ................................................................ xvii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
1.3 Batasan Masalah......................................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7
BAB 2 LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ..................... 9
2.1 Konsep Dasar Mekanisme Gempa ............................................................. 9
2.1.1 Proses Gempa ................................................................................... 9
2.1.2 Ketentuan Umum Bangunan Gedung Dalam Pengaruh Gempa ...... 11
2.1.2.1 Faktor Keutamaan ............................................................... 11
2.1.2.2 Koefisien Modifikasi Respon ............................................. 14
2.1.2.3 Wilayah Gempa .................................................................. 15
2.1.2.4 Jenis Tanah Setempat ......................................................... 18
2.1.2.5 Kategori Desai Gempa (KDG) ........................................... 19
2.1.2.6 Waktu Getar Alami ............................................................. 21
2.1.2.7 Arah Pembebanan Gempa .................................................. 22
2.2 Gaya Statik ................................................................................................. 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2.2.1 Analisis Gaya ................................................................................... 23
2.2.2 Analisis Gaya Gravitasi ................................................................... 24
2.3 Analisis Respons Struktur .......................................................................... 26
2.3.1 Sendi Plastis ..................................................................................... 27
2.4 Pushover Analisis Dengan Metode Capacity Spectrum ........................... 29
2.4.1 Kurva Kapasitas .............................................................................. 29
2.4.2 Demand Spectrum ........................................................................... 31
2.4.3 Performance Point .......................................................................... 35
2.5 Kriteria Struktur Tahan Gempa ................................................................. 36
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 39
3.1 Data Struktur Gedung ............................................................................... 39
3.2 Tahapan Analisis ....................................................................................... 41
3.2.1 Studi Literatur .............................................................................. 41
3.2.2 Pengumpulan data........................................................................ 41
3.2.3 Pemodelan 3D.............................................................................. 42
3.2.4 Perhitungan Pembebanan ............................................................ 42
3.2.5 Analisa Respon Spektrum ........................................................... 43
3.2.6 Perhitungan Beban Gempa .......................................................... 43
3.2.7 Penentuan Sendi Plastis ............................................................... 45
3.2.8 Analisis Pembebanan Nonlinier Pushover .................................. 45
3.2.9 Analisis Kinerja Struktur Dari Hasil Analisis Pushover ............. 46
3.2.10 Pembahasan Hasil Analisis Pushover Dari Program ETABS V
9.5 ............................................................................................... 46
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................. 49
4.1 Perhitungan Berat Sendiri Bangunan ........................................................ 49
4.1.1 Data Struktur Bangunan Gedung .................................................... 56
4.1.2 Beban Pada Gedung ........................................................................ 57
4.1.3 Perhitungan Pembebanan Pada Struktur ......................................... 57
4.1.4 Peritungan Beban Mati Diluar Berat Sendiri Per m2 ...................... 61
4.2 Perhitungan Beban Akibat Tekanan Tanah Pasif...................................... 62
4.2.1 Tekanan Tanah Arah Horisontal Pada Dinding Penahan Tanah..... 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
4.2.2 Tekanan ke Atas (Uplift) Pada Lantai dan Pondasi ........................ 64
4.3 Analisis Statik Ekivalen ............................................................................. 64
4.3.1 Perhitungan Gaya Geser Nominal.................................................... 67
4.4 Pemodelan Gedung Pada Etabs V 9.50 ...................................................... 71
4.5 Hasil Analisis Pushover ............................................................................. 72
4.5.1 Kurva Kapasitas .............................................................................. 72
4.5.2 Kurva Kapasitas Spektrum............................................................... 72
4.6 Pembahasan ................................................................................................ 73
4.7 Analisis Statik Ekivalen ............................................................................. 73
4.7.1 Perhitungan Periode Getar Pada Wilayah Gempa 3
(SNI 02-1726-2002) ........................................................................ 73
4.7.2 Perhitungan Gaya Geser Nominal.................................................... 75
4.8 Hasil Analisis Pushover ............................................................................. 77
4.8.1 Kurva Kapasitas ............................................................................... 77
4.8.2 Kurva Kapasitas Spektrum............................................................... 78
4.9 Pembahasan ................................................................................................ 78
4.10 Perhitungan Performance Point Menurut ATC-40 Dalam Format
ADRS ...................................................................................................... 80
4.10.1 Perhitungan Kurva Kapasitas Menjadi Kurva Spektrum ............... 80
4.10.2 Demand Spectrum .......................................................................... 84
4.10.3 Menentukan Nilai ay dan dy .......................................................... 85
4.10.4 Persamaan Garis Linier Pada Kurva Kapasitas ............................. 86
4.10.5 Perhitungan Demand Spektrum Baru ............................................ 87
4.10.6 Performa Level ............................................................................... 90
4.11 Skema Distribusi Sendi Plastis ................................................................ 91
4.12 Perbandingan Kinerja Gedung Arah X Menurut ATC 40 Berdasarkan
Metode Time History, Respon Spektrum, dan Pushover .......................... 97
4.13 Perbandingan Displacement Berdasarkan Metode Time History, Respon
Spektrum, dan Pushover ........................................................................... 98
4.14 Perbandingan Base Shear Berdasarkan Metode Time History, Respon
Spektrum, dan Pushover ........................................................................... 99
4.15 Perilaku Gedung Solo Center Point ......................................................... 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 101
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 101
5.2 Saran ........................................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Struktur lainnyan untuk beban
gempa.............................................................................................. 11
Tabel 2.2 Faktor Keutamaan I untuk Berbagai Kategori Gedung dan Bangunan
........................................................................................................ 14
Tabel 2.3 Parameter daktilitas struktur gedung............................................... 14
Tabel 2.4 Kooefisien Lokasi (Fv) Untuk Menentukan Nilai S1 ..................... 17
Tabel 2.5 Kooefisien Lokasi (Fa) Untuk Menentukan Nilai Ss ...................... 17
Tabel 2.6 Jenis-Jenis Tanah Berdasar RSNI 1726-2010 ................................. 19
Tabel 2.7 Kategori Desain Gempa (KDG) Berdasarkan Parameter Percepatan
Perioda Pendek. .............................................................................. 20
Tabel 2.8 Kategori Desain Gempa (KDG) Berdasarkan Parameter Percepatan
Perioda 1,0 detik. ............................................................................ 20
Tabel 2.9 Kategori Desain Gempa (KDG) dan Resiko Kegempaan ............... 20
Tabel 2.10 Koefisien ζ Yang Membatasi Waktu Getar Alami Fundamental
Struktur Gedung ............................................................................. 22
Tabel 2.11 Berat Sendiri Bahan Bangunan ..................................................... 24
Tabel 2.12 Berat Sendiri Komponen Gedung ................................................. 24
Tabel 2.13 Beban Hidup Pada Lantai Gedung ................................................ 25
Tabel 2.14 Value For Damping Modification Factor K. .............................. 34
Tabel 2.15 Minimum Allowable SRA and SRV Value ...................................... 34
Tabel 2.16 Batasan rasio drift atap menurut ATC-40 .................................... 37
Tabel 2.17 Batasan Tipe bangunan pada Capacity Spectrum Method ............ 38
Tabel 3.1 Deskripsi Gedung ............................................................................ 39
Tabel 4.1 Konfigurasi Gedung ........................................................................ 51
Tabel 4.2 Mutu Beton Gedung Solo Center Point .......................................... 52
Tabel 4.3 Tipe Balok ....................................................................................... 54
Tabel 4.4 Tipe Kolom ..................................................................................... 55
Tabel 4.5 Beban Mati Lantai Basement 2 ....................................................... 57
Tabel 4.6 Beban Mati Tambahan Pada Pelat Lantai Basement 2. .................. 57
Tabel 4.7 Beban Mati Lantai Dasar ................................................................ 58
Tabel 4.8 Beban Mati Tambahan Pada Pelat Lantai Dasar ............................. 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel 4.9 Beban Mati Lantai 1 ........................................................................ 59
Tabel 4.10 Beban Mati Tambahan Pada Pelat Lantai 1 .................................. 59
Tabel 4.11 Berat Struktur Perlantai ................................................................. 60
Tabel 4.12 Beban Mati Diluar Berat Sendiri .................................................. 61
Tabel 4.13 Data Tanah yang Digunakan Untuk Desain .................................. 62
Tabel 4.14 Distribusi Beban Lateral Tiap Lantai ............................................ 69
Tabel 4.15 Beban Lateral Searah Sumbu X dan Y ......................................... 70
Tabel 4.16 Distribusi Beban Lateral Tiap Lantai ............................................ 76
Tabel 4.17 Nilai Performance Point ............................................................. 79
Tabel 4.18 Batasan rasio drift atap menurut ATC-40 ................................... 79
Tabel 4.19 Nilai Displacement Tiap Lantai .................................................. 80
Tabel 4.20 Faktor α dan MPF ....................................................................... 81
Tabel 4.21 Perhitungan Kurva Kapasitas Dalam Format ADRS .................. 82
Tabel 4.22 Tingkat Kerusakan Struktur Akibat Terbentuknya Sendi Plastis 96
Tabel 4.23 Tabel Kinerja Gedung Arah X menurut ATC-40 Metode Time
History ....................................................................................... 97
Tabel 4.24 Tabel Kinerja Gedung Arah X menurut ATC-40 Metode
Respon Spektrum ....................................................................... 97
Tabel 4.25 Tabel Kinerja Gedung Arah X menurut ATC-40 Metode Pushover 97
Tabel 4.26 Tabel Displacement Arah X menurut Metode Time History,
Respon Spektrum, dan Pushover ............................................... 98
Tabel 4.27 Kontrol base shear arah X menurut Metode Time History,
Respon Spektrum, dan Pushover ............................................... 99
Tabel 5.1 Perbandingan perfomance point hasil ETABS dengan prosedur A 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Tektonik dan Sesar Aktif di Indonesia ............................ 1
Gambar 1.2 Kerusakan Bangunan Akibat Gempa ...................................... 2
Gambar 1.3 Data episenter gempa utama di Indonesia dan sekitarnya untuk
magnituda M ≥ 5.0 yang dikumpulkan dari berbagai sumber dalam
rentang waktu tahun 1900-2009 .............................................. 4
Gambar 1.4 Tampak Solo Center Point ...................................................... 5
Gambar 2.1 Skema pergerakan permukaan tanah ....................................... 9
Gambar 2.2 Skema pergeseran/benturan antar plat tektonik ...................... 10
Gambar 2.3 Pembagian wilayah gempa di Indonesia untuk S1 .................. 16
Gambar 2.4 Pembagian wilayah gempa di Indonesia untuk SS .................. 16
Gambar 2.5 Desain Respons struktur .......................................................... 18
Gambar 2.6 Respons struktur ...................................................................... 27
Gambar 2.7 Posisi sumbu lokal balok struktur pada program ETABS V 9.50 22
Gambar 2.8 Posisi sumbu lokal kolom struktur pada program ETABS V 9.50 23
Gambar 2.9 Sendi plastis yang terjadi pada balok dan kolom .................... 29
Gambar 2.10 Ilustrasi Pushover dan Capacity Curve ................................. 30
Gambar 2.11 Modifikasi Capacity Curve menjadi Capacity Spectrum ...... 31
Gambar 2.12 Perubahan format respons percepatan menjadi ADRS ......... 32
Gambar 2.13 Reduksi Respon Spektrum .................................................... 33
Gambar 2.14 Reduksi Respon Spectrum Elastic menjadi Demand Spectrum 33
Gambar 2.15 Penentuan Performance Point ............................................... 35
Gambar 2.16 Kurva kriteria kinerja ............................................................ 36
Gambar 2.17 Ilustrasi keruntuhan gedung .................................................. 37
Gambar 3.1 Tampak Solo Center Point ...................................................... 40
Gambar 3.2 Denah Solo Center Point ......................................................... 40
Gambar 3.3 Sistem koordinat yang digunakan dalam program ETABS .... 37
Gambar 3.4 Diagram alir analisis Pushover ................................................ 48
Gambar 4.1 Tampak Samping Kiri Solo Center Point ................................ 49
Gambar 4.2 Tampak Depan Solo Center Point ........................................... 50
Gambar 4.3 Data tanah ................................................................................ 63
Gambar 4.4 Beban tekanan tanah ................................................................ 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Gambar 4.5 Beban uplift ............................................................................. 64
Gambar 4.6 Respons Spectra Gedung Solo Center Point ........................... 67
Gambar 4.7 Tampak 3D Pemodelan Gedung Solo Center Point menggunakan
etabs V 9.5 .............................................................................. 71
Gambar 4.8 Tampak 2D Pemodelan Gedung Solo Center Point menggunakan
etabs V 9.5 .............................................................................. 71
Gambar 4.9 Kurva kapasitas ....................................................................... 72
Gambar 4.10 Kurva kapasitas spektrum ...................................................... 72
Gambar 4.11 Kurva Demand Spektrum Wilayah Gempa 3 ........................ 74
Gambar 4.12 Kurva kapasitas ..................................................................... 77
Gambar 4.13 Kurva kapasitas spektrum ...................................................... 78
Gambar 4.14 Kurva kapasitas spektrum ...................................................... 83
Gambar 4.15 Kurva demand spektrum ........................................................ 85
Gambar 4.16 Penggabungan antara Kurva Kapasitas Spektrum dan Demand
Spektrum ............................................................................... 85
Gambar 4.17 Garis bantu untuk menentukan nilai dy dan ay ..................... 86
Gambar 4.18 Persamaan garis ..................................................................... 87
Gambar 4.19 Performa poin ........................................................................ 90
Gambar 4.20 Gambar portal as-B sendi plastis step 0 ................................ 91
Gambar 4.21 Gambar 3D sendi plastis step 0 ............................................. 93
Gambar 4.22 Gambar portal as B sendi plastis step 1 ................................. 93
Gambar 4.23 Gambar portal as B sendi plastis step 2 ................................. 94
Gambar 4.24 Gambar portal as 9 sendi plastis step 9 ................................. 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Displacement tiap lantai
Lampiran B Tabel hasil analisis pushover
Lampiran B Perhitungan pembebanan pada struktur
Lampiran D Langkah ETABS V 9.50
Lampiran E Surat-surat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL
B = Panjang gedung pada arah gempa yang ditinjau (m)
Ca = Koefisien akselerasi
Cv = Faktor respons gempa vertikal
C = Faktor respons gempa dari spektrum respons
Ct = Koefisien pendekatan waktu getar alamiah untuk gedung beton
bertulang menurut UBC 97
CP = Collapse Pervention
Dt = Displacement total
D1 = Displacement pertama
e = Eksentrisitas antara pusat masa lantai dan pusat rotasi
ed = Eksentrisitas rencana
f’c = Kuat tekan beton
Fi = Beban gempa nominal statik ekuivalen (ton)
fy = Mutu baja
fys = Mutu tulangan geser/sengkang
Hn = Tinggi gedung
I = Faktor keutamaan
IO = Immediate Occupancy
k = Kekakuan struktur
LS = Life Safety
m = Massa gedung
M = Momen
Mn = Momen nominal
M3 = Momen pada sumbu 3
n = Jumlah tingkat
N = Nomor lantai tingkat paling atas
PMM = Hubungan gaya aksial dengan momen (diagram interaksi P-M)
R = Faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung yang
bersangkutan
T = Waktu getar gedung pada arah yang ditinjau (dt)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
Teff = Waktu getar gedung effektif (dt)
T1 = Waktu getar alami fundamental (dt)
V = Gaya geser dasar (ton)
V i = Gaya geser dasar nominal (ton)
Vn = Gaya geser gempa rencana (ton)
V2 = Gaya geser pada sumbu 2 (ton)
Wi = Berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai (ton)
Wt = Berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai (ton)
Zi = Ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral (m)
βeff = Indeks kepercayaan effektif
sdof = Displacement SDOF
roof = Displacement atap
θ yield = Rotasi pada saat leleh
ζ = Koefisien pengali dari jumlah tingkat struktur gedung yang
membatasi waktu getar alami fundamental struktur gedung,
bergantung pada wilayah gempa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Badan Meteorogi, Klimatologi dan Geofisika Gempa bumi adalah peristiwa
bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang
ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi
penyebab terjadinya gempa bumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng
tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempa
bumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi. Indonesia sering
sekali diguncang gempa bumi karena berada di wilayah jalur gempa pasifik (Circum
Pasific Earthquake Belt) dan jalur gempa asia (Trans Asiatic Earthquake Belt)
Gambar 1.1 Peta Tektonik dan Sesar Aktif di Indonesia Sumber : Peta Hazard Gempa Indonesia 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Letak geografis Indonesia yang sedemikian rupa sehingga Indonesia sering sekali
terjadi gempa-gempa besar seperti peristiwa tahun 2004 lalu terjadi gempa di Aceh /
Samudera Hindia (9,1-9,3 SR), Gempa Nias tahun 2005 (8,7 SR), Gempa
Yogyakarta tahun 2006 (6,2 SR), Gempa Tasikmalaya 2006 (7,7 SR). Gempa Padang
2009 (7,6 SR), Dan Gempa Mentawai / Sumatra Barat 2010 (7,2 SR), serta masih
banyak gempa lainnya namun kekuatan gempa lebih kecil dari data diatas.
Gambar 1.2 Kerusakan Bangunan Akibat Gempa. Sumber : http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Geofisika/gempabumi.bmkg
kekuatan besar di daerah Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2004 dan sampai
menimbulkan Tsunami, pada tahun 2005 terjadi di Nias, pada tahun 2006 terjadi di
daerah Yogyakarta, pada tahun 2006 terjadi di Tasikmalaya, pada tahun 2009 di
Padang, dan pada tahun 2010 terjadi di Mentawai yang banyak menimbulkan
kerusakan fatal pada bangunan dengan berbagai macam pola keruntuhan. Hal ini
menegaskan pentingnya tinjauan beban gempa rencana dalam perencanaan desain
struktur sebagai antisipasi apabila terjadi gempa dengan skala besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Saat terjadi gempa, diharapkan bangunan mampu menerima gaya gempa pada level
tertentu tanpa terjadi kerusakan yang signifikan pada strukturnya atau apabila struktur
bangunan harus mengalami keruntuhan (disebabkan beban gempa melebihi beban
gempa rencana), mampu memberikan perilaku nonlinear pada kondisi pasca-elastik
sehingga tingkat keamanaan bangunan terhadap gempa dan keselamatan jiwa
penghuninya lebih terjamin. Desain struktur bangunan merupakan perencanaan
bangunan yang melalui berbagai tahapan perhitungan dengan mempertimbangkan
berbagai variabelnya sehingga didapatkan produk yang berdaya guna sesuai
fungsinya. Suatu perencanaan struktur disamping meninjau aspek struktural juga
meninjau aspek ekonomi dan estetika.
Desain struktural merupakan hal yang terpenting dari suatu perencanaan bangunan
sebab menentukan apakah suatu bangunan dengan rancangan tertentu mampu berdiri
atau tidak. Rencana pembebanan merupakan data utama sebagai informasi untuk
perencanaan elemen struktural seperti beban mati, beban hidup, beban angin, beban
mekanikal elektrikal, dan beban gempa. Re-evaluasi kinerja seismik terhadap
struktur bangunan, merupakan hal penting sebagai bagian langkah konkret dalam
penanggulangan dampak dari bencana gempa. Potensi runtuhnya struktur akan
membahayakan keselamatan dari penghuni atau pemakai struktur tersebut. Oleh
karena itu para insinyur dituntut mendesain struktur dengan kemampuan tahan
gempa. Desain gedung tahan gempa haruslah memperhatikan kriteria-kriteria dan
peraturan sesuai ketentuan yang berlaku.
Pada gambar dibawah ini digambarkan seringnya gempa yang terjadi di wilayah
Indonesia. Akibat adanya potensi gempa yang tinggi, maka penentuan desain struktur
yang tepat sangat penting. Gambar ini menggambarkan intensitas gempa yang terjadi
di Indonesia yang sesuai dengan tempat kejadian dan besarnya gempa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Gambar 1.3 Data episenter gempa utama di Indonesia dan sekitarnya untuk magnituda M ≥
5.0 yang dikumpulkan dari berbagai sumber dalam rentang waktu tahun 1900-2009. Sumber : Peta Hazard Gempa Indonesia 2010
Daerah Solo dekat sekali dengan pusat – pusat gempa yang terjadi dalam beberapa
tahun belakangan ini. Dalam menganalisis struktur bangunan gedung tahan gempa
metode yang digunakan adalah Performance Based Earthquake Engineering (PBEE).
PBEE terbagi menjadi dua, yaitu Performance Based Seismic Design (PBSD) dan
Performance Based Seismic Evaluation (PBSE). Evaluasi pada PBSD salah satunya
adalah dengan analisis nonlinier pushover.
Wiryanto Dewobroto (2006) menyatakan pushover analysis adalah suatu analisis
statik nonlinier dimana pengaruh gempa rencana terhadap struktur bangunan gedung
dianggap sebagai beban-beban statik yang menangkap pada pusat massa masing-
masing lantai, yang nilainya ditingkatkan secara berangsur-angsur sampai melampaui
pembebanan yang menyebabakan terjadinya pelelehan (sendi plastis) pertama di
dalam struktur bangunan gedung, kemudian dengan peningkatan beban lebih lanjut
mengalami perubahan bentuk pasca-elastik yang besar sampai mencapai kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
elastik. Kemudian disusul pelelehan (sendi plastis) dilokasi yang lain distruktur
tersebut.
Perkembangan teknologi sangat membantu civil engineer dalam perencanaan dan
analisis terhadap kinerja suatu struktur bangunan. Tersedianya program SAP 2000
dan ETABS mampu menyederhanakan persoalan dalam bentuk pemodelan yang
sebelumnya sangat kompleks apabila dikerjakan secara konvensional. Oleh sebab itu
penulis melakukan penelitian evaluasi kinerja seismik bangunan gedung dengan
analisis pushover menggunakan bantuan program ETABS V 9.50 yang kemudian
mengkaji dan membahas output yang dihasilkan program tersebut.
Judul yang penulis pilih sebagai judul Tugas Akhir ini adalah “Evaluasi Perilaku
Seismik Gedung Solo Center Point Dengan Metode Analisis Pushover Menggunakan
Program Etabs V 9.50”. Adapun alasan pemilihan judul tersebut di atas adalah karena
pembahasan dalam tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui hasil analisa pushover
dari gedung Solo Center Point yang berlokasi di Solo. Solo Center Point merupakan
gedung tertinggi kedua yang dibangun di daerah kota Surakarta setelah solo paragon.
Gambar 1.4 Tampak Solo Center Point Sumber : http://www.google.com/solo-center-point-modern-and-cultural.html
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Solo Center Point Terletak di Jalan Slamet Riyadi dengan luas tanah 34 ribu meter
persegi dengan kapasitas 19 lantai diatas 2 basement , Solo Center Point akan
mengintegrasikan 51 unit pertokoan di lantai 2, 8 unit Ruko di lantai 3, 14 unit
perkantoran di lantai 3, 210 unit condotel di lantai 6-16 dan 105 unit apartemen di
lantai 17-19 sehingga total keseluruhan terdapat 388 unit.
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis mencoba untuk mendesain struktur yang
merupakan substansi dari suatu perencanaan bangunan untuk menentukan performa
suatu bangunan. Rencana pembebanan merupakan data utama sebagai informasi
untuk perencanaan elemen struktural seperti beban mati, beban hidup, beban angin,
beban mekanikal elektrikal, dan beban gempa.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perbandingan nilai performance point struktur gedung yang ditinjau
dengan menggunakan program ETABS V. 9.50 dengan prosedur A analisis
pushover Menurut ATC 40?
2. Bagaimana pola keruntuhan gedung setelah dianalisis dengan pushover ?
3. Apakah hasil analisis pushover menunjukkan bahwa struktur gedung mampu
berperilaku linear menjadi nonlinear saat terjadi keruntuhan ?
1.3 Batasan Masalah
Dalam analisis pushover ini permasalahan dibatasi pada segi teknik sipil saja, yaitu
berupa perencanaan konfigurasi struktur yang digunakan, pembebanan yang terjadi,
pemodelan struktur, dan analisa struktur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Dengan batasan masalah sebagai berikut :
1. Struktur gedung yang berfungsi sebagai petokoan dan hunian, dengan ketinggian
19 lantai, 2 lantai basement dengan dinding geser.
2. Struktur gedung merupakan gedung beton bertulang yang tidak beraturan, struktur
daktail penuh, terletak di kota Surakarta dengan wilayah gempa 3, tanah sedang.
3. Struktur yang digunakan adalah struktur beton, meliputi :
a. Struktur portal beton bertulang.
b. Pelat lantai beton bertulang.
c. Komponen non struktural seperti lift dan tangga.
d. Dinding geser.
4. Pembebanan gedung meliputi :
a. Beban mati ( berupa berat sendiri stuktur ).
b. Beban hidup ( berupa beban akibat fungsi bangunan ).
c. Beban lateral ( berupa beban gempa sesuai dengan RSNI 1726-2010, SNI 03-
1726-2002, dan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Gedung).
d. Peraturan pembebanan berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
Rumah dan Gedung SNI 03-1727- 1989.
5. Kriteria kinerja menggunakan ATC-40.
6. Perilaku struktur dianalisis dengan menggunakan metode pushover dengan
bantuan program ETABS V 9.50.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari dalam penelitian ini adalah :
1. Menentukan kriteria kinerja seismik struktur Gedung Solo Center Point dari hasil
nilai performance point menggunakan kriteria kinerja ATC-40.
2. Mengetahui pola keruntuhan bangunan sehingga dapat diketahui joint-joint yang
mengalami kerusakan dan mengalami kehancuran.
3. Memperlihatkan skema kelelehan (distribusi sendi plastis) yang terjadi dari hasil
perhitungan program ETABS V. 9.50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Mengembangkan pengetahuan mengenai penggunaan software ETABS v 9.5
khususnya dalam desain struktur beton portal 3 dimensi.
2. Mengetahui pengaruh kekuatan gempa bumi yang diberikan terhadap gedung.
3. Penelitian ini memberi manfaat terhadap ilmu pengetahuan khususnya dalam
bidang teknik sipil.
4. Memberikan pemahaman tentang analisis gempa statik pushover.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Mekanisme Gempa
2.1.1 Proses Gempa
Gempa bumi adalah pelepasan energi pada muka bumi, merambat melalui
permukaan tanah. Terjadinya gempa bumi disebabkan oleh benturan/gesekan
antara plat tektonik ( lempeng bumi ). Lempeng samudera yang rapat massanya
lebih besar bertumbukkan dengan lempeng benua di zona tumbukan ( subduksi )
akan menyusup ke bawah. Gerakan lempeng itu akan mengalami perlambatan
akibat gesekan dari selubung bumi. Perlambatan gerak itu menyebabkan
penumpukkan energi di zona subduksi dan zona patahan. Akibatnya zona-zona itu
terjadi tekanan, tarikan dan geseran. Pada batas elastisitas lempeng terlampui
maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba.
Proses ini menimbulkan getaran partikel ke segala arah yang disebut gelombang
gempa.
Pergeseran/benturan antar plat tektonik menyebabkan plat tektonik bergerak.
Pergerakan plat tektonik mengakibatkan permukaan tanah bergeser, sebagaimana
pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Skema pergerakan permukaan tanah. Sumber : WordPress.com, Blogs mengenai : Dongeng Geologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Mekanisme pergeseran/benturan antar plat tektonik adalah sebagai berikut :
1. Subduction, yaitu plat tektonik yang satu membelok ke bawah, sedangkan plat
tektonik yang lainnya sedikit terangkat.
2. Extrusion, yaitu kedua plat tektonik saling bergerak keatas kemudian saling
menjauh.
3. Intrusion, yaitu kedua plat tektonik saling mendekat dan saling bergerak
kebawah.
4. Transcursion, yaitu plat tektonik yang satu bergerak vertikal/horisontal
terhadap yang lain.
Ilustrasi pergeseran/benturan antar plat tektonik sebagaimana pada gambar 2.2
Subduction Extrusion
Intrusion Transcursion
Gambar 2.2 Skema pergeseran/benturan antar plat tektonik. Sumber : WordPress.com, Blogs mengenai : Dongeng Geologi.
Bila gempa bumi terjadi, maka struktur bangunan akan ikut terpengaruh oleh
getaran gempa. Selanjutnya struktur bangunan akan merespons gempa tersebut.
Struktur akan beresonansi memberikan gaya-gaya dalam. Apabila gaya gempa
lebih kecil dari gaya dalam struktur, maka struktur akan kuat dan aman menahan
beban gempa. Sebaliknya bila gaya gempa lebih besar dari gaya dalam struktur,
maka struktur tidak kuat dan tidak aman menahan beban gempa selanjutnya
terjadi keruntuhan struktur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Dilanjutan
2.1.2 Ketentuan Umum Bangunan Gedung Dalam Pengaruh Gempa.
2.1.2.1. Faktor Keutamaan
Untuk berbagai kategori gedung bergantung pada probabilitas terjadinya
keruntuhan struktur gedung selama umur gedung yang diharapkan. Pengaruh
gempa rencana terhadap struktur gedung harus dikalikan dengan suatu faktor
keutamaan I
Tabel 2.1 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Struktur lainnyan untuk beban
gempa
Jenis Pemanfaatan Kategori
Resiko
Gedung dan struktur lainnyan yang memiliki resiko rendah
terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk tidak
dibatasi untuk :
- Fasilitas Pertanian.
- Fasilitas sementara tertentu
- Fasilitas gedung yang kecil
I
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
kategori resiko I,II,IV II
Gedung dan struktur lainnyan yang memiliki resiko tinggi
terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk tidak
dibatasi untuk :
- Gedung dan stuktur lainnya dimana terdapat lebih dari 300
orang yang menghuninya.
- Gedung dan stuktur lainnya day care berkapasitas lebih dari
150 orang.
- Gedung dan struktur lainnya dengan fasilitas sekolah dasar
atau sekolah menengah berkapasitas lebih besar dari 250
orang
Gedung dan struktur lainnya dengan kapasitas lebih 500
orang untuk gedung perguruan tinggi atau fasilitas
pendidikan untuk orang dewasa.
III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Dilanjutan Dilanjutan
- Fasilitas kesehatan dengan kapasitas 50 atau lebih pasien
inap, tetapi tidak memiliki fasilitas badah dan unit gawat
darurat.
- Penjara atau rumah tahanan.
Gedung dan struktur lainnyan, tidak termasuk kedalam kategori
resiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak
ekonomi yang besar dan /atau gangguan massal terhadap
kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk
tetapi tidak dibatasi untuk :
- Pusat Pembangkit Energi.
- Fasilitas Pengolahan Air Bersih.
- Fasilitas Pengolahan Air Kotor dan Limbah.
- Pusat Telekomunikasi.
Gedung dan struktur lainnyan, tidak termasuk kedalam kategori
resiko IV, (termasuk tetapi tidak dibatasi untuk fsilitas
manufaktur,proses penanganan penyimpsnsn, Penggunaan atau
tempat penyimpanan bahan bakar berbahaya, bahan kimia
berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak),
yang mengandung bahan beracun atau peledak dimana jumlah
kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh
instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi
masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan struktur lain yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang
penting, tetapi tidak dibatasi untuk :
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat.
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulance dan kantor polisi
serta kendaraan darurat.
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai,
dan tempat perlindungan darurat lainnya.
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan
fasilitas lainnya untuk tanggap darurat.
IV
Lanjutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Dilanjutan
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat.
- Struktur tambahan ( termasuk tidak dibatasi untuk, tower
telekomunikasi, tangki penyimpan bahan bakar, tower
pendingin, struktur stasiun listrik,tangki air pemadam
kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air
atau material atau peralatan pemadam kebakaran)
diisyaratkan dalam kategori resiko IV untuk operasi pada
saat keadaan darurat
- Tower.
- Fasilitas penampung air dan struktur pompa yang
dibutuhkan untuk meningkatkan tekanan air pada saat
memadamkan kebakaran
- Gedung dan struktur lainnya yang memiliki fungsi yang
penting terhadap sistem pertahanan nasional.
Gedung dan struktur lainnya (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk
fasilitas manufaktur, proses, penanganan , penyimpanan,
penggunaan atau tempat penyimpanan bahan bakar berbahaya,
bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya) yang mengandung
bahan yang sangat beracun dimana jumlah kandungan bahannya
melebihi nilai batas yang disyarakan oleh instansi yang berwenang
dan cukup menimbulkan bahaya bagi nasyarakat bila terjadi
kebocoran.
Gedung dan struktur lainnya yang mengandung bahan yang
beracun, sangat beracun atau mudah meledak dapat dimasukkan
dalam kategori resiko yang lebih rendah bilamana dapat
dibuktikan dengan memuaskan dan berkekuatan hukum melalui
kajian bahaya bahwa kebocoran bahan beracun dan mudah
meledak tersebut tidak akan mengancam kehidupan masyarakat.
Penurunan kategori resiko ini tidak diijinkan jika gedung atau
struktur lainnya tersebut juga merupakan fasilitas yang penting.
Gedung dan struktur lainnya yang dibutuhkan untuk
Lanjutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Dilanjutan
mempertahankan struktur bangunan lain yang masuk kedalam
kategori resiko IV
Fasilitas pembangkit energi yang tidak memasok energi untuk
kebutuhan nasional dapat dimasukkan kedalam kategori resiko II
Sumber : Prosedur Analisis Struktur Beton akibat Gempa menurut RSNI 1726-2010
Tabel 2.2 Faktor Keutamaan I untuk Berbagai Kategori Gedung dan Bangunan
Kategori Resiko Banguan Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Sumber : Prosedur Analisis Struktur Beton akibat Gempa menurut RSNI 1726-2010
2.1.2.2. Koefisien Modifikasi Respon.
Koefisien modifikasi respon, rasio antara beban gempa maksimum akibat
pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung elastik penuh dan beban gempa
nominal akibat pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung daktail,
bergantung pada faktor daktilitas struktur gedung tersebut, faktor reduksi gempa
representatif struktur gedung tidak beratutan.
Tabel 2.3 Parameter daktilitas struktur gedung
Sistim Penahan - Gaya Gempa Koefisien Modifikasi
Respon (R)
C. Sistem Rangka Penahan Momen
1. Rangka momen baja khusus 8
2. Rangka momen rangka batang baja khusus 7
3. Rangka momen baja menengah 4,5
4. Rangka momen baja biasa 3,5
5. Rangka momen beton bertulang khusus 8
6. Rangka momen beton bertulang menengah 5
7. Rangka momen beton bertulang biasa 3
8. Rangka momen baja dan beton komposit khusus 8
Lanjutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
9. Rangka momen komposit menengah 5
10. Rangka momen terkekang posisi komposit 6
11. Rangka momen komposit biasa 3
12. Rangka momen Cold Form khusus dengan baut 3,5
Sumber : Prosedur Analisis Struktur Beton akibat Gempa menurut RSNI 1726-2010
Nilai faktor daktilitas struktur gedung μ di dalam perencanaan struktur gedung
dapat dipilih menurut kebutuhan, tetapi tidak boleh diambil lebih besar dari nilai
factor daktilitas maksimum μm yang dapat dikerahkan oleh masing-masing sistem
atau subsistem struktur gedung.
2.1.2.3. Wilayah Gempa
Menurut RSNI Gempa 2010 wilayah Indonesia meliputi peta percepatan puncak
(PGA) dan respon spektra percepatan di batuan dasar (SB) untuk perioda pendek
0.2 detik (Ss) dan untuk periode 1.0 detik (S1) dengan redaman 5% mewakili tiga
level hazard gempa yaitu 500, 1000 dan 2500 tahun atau memiliki kemungkinan
terlampaui 10% dalam 50 tahun, 10% dalam 100 tahun, dan 2% dalam 50 tahun.
Definisi batuan dasar SB adalah lapisan batuan di bawah permukaan tanah yang
memiliki memiliki kecepatan rambat gelombang geser (Vs) mencapai 750 m/detik
dan tidak ada lapisan batuan lain di bawahnya yang memiliki nilai kecepatan
rambat gelombang geser yang kurang dari itu. Pada Pererncanaan Gedung Solo
Center Point digunakan wilayah gempa yang disusun berdasarkan peta respon
spektrum percepatanuntuk periode pendek 0,2 detik di batuan dasar SB untuk
probabilitas terlampaui
Lanjutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Gambar 2.3 Pembagian wilayah gempa di Indonesia untuk S1 Sumber : Prosedur Analisis Struktur Beton akibat Gempa menurut RSNI 1726-2010
Gambar 2.4 Pembagian wilayah gempa di Indonesia untuk SS
Sumber : Prosedur Analisis Struktur Beton akibat Gempa menurut RSNI 1726-2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
S1 adalah parameter respon spektra percepatan pada periode 1 detik, sedangkan
Ss adalah parameter respon spektra percepatan pada periode pendek. Untuk
menentukan nilai Ss dan S1 dapat dilihat ditabel berikut ini
Tabel 2.4 Kooefisien Lokasi (Fv) Untuk Menentukan Nilai S1
Kelas
lokasi Parameter respon spektra gempa tertimbang maksimum untuk periode
1,0 detik, S1
S1 ≤0.1 S1 = 0.2 S1 = 0.2 S1 = 0.4 S1 ≥ 0.5
A 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
B 1 1 1 1 1
C 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3
D 2.4 2 1.8 1.6 1.5
E 3.5 3.2 2.8 2.4 2.4
F Pasal 11.4.7
(ASCE 7-10) Catatan : Gunakan Interolasi linier untuk menentukan nilai antara S1
Tabel 2.5 Kooefisien Lokasi (Fa) Untuk Menentukan Nilai Ss
Kelas
lokasi Parameter respon spektra gempa tertimbang maksimum untuk periode
pendek,Ss
Ss ≤0.25 Ss = 0.5 Ss = 0.75 Ss = 1 Ss ≥ 1.25
A 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
B 1 1 1 1 1
C 1.2 1.2 1.1 1 1
D 1.6 1.4 1.2 1.1 1
E 2.5 1.7 1.2 0.9 0.9
F Pasal 11.4.7
(ASCE 7-10)
Catatan : Gunakan Interolasi linier untuk menentukan nilai antara Ss
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Gambar 2.5 Desain Respon Spektrum Sumber : Prosedur Analisis Struktur Beton akibat Gempa menurut RSNI 1726-2010
Keterangan:
SS = Parameter respon spektra percepatan pada perioda pendek, yang didapat dari
Peta Wilayah gempa di Indonesia untuk SS.
S1 = Parameter respon spektra percepatan pada perioda 1-detik, yang didapat dari
Peta Wilayah gempa di Indonesia untuk S1.
Fa = Parameter respon spektra percepatan untuk gempa maksimum yang ditinjau,
bergantung pada kelas lokasi dan nilai SS.
Fv = Parameter respon spektra percepatan untuk gempa maksimum yang ditinjau,
bergantung pada kelas lokasi dan nilai S1.
SDS= Parameter respon spektra percepatan desain. (2/3.Fa.SS)
SD1= Parameter respon spektra percepatan desain. (2/3.Fv.S1)
T = Perioda
2.1.2.4. Jenis Tanah Setempat
Perambatan gelombang Percepatan Puncak Efektif Batuan Dasar (PPEBD)
melalui lapisan tanah di bawah bangunan diketahui dapat memperbesar gempa
rencana di muka tanah tergantung pada jenis lapisan tanah. Pengaruh gempa
rencana di muka tanah harus ditentukan dari hasil analisis perambatan gelombang
gempa dari kedalaman batuan dasar ke muka tanah dengan menggunakan gerakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
gempa masukan dengan percepatan puncak untuk batuan dasar (SNI 1726). RSNI
Gempa 2010 menetapkan jenis-jenis tanah menjadi 4 kategori, yaitu Tanah Keras,
Tanah Sedang, Tanah Lunak, dan Tanah Khusus yang identik dengan Jenis Tanah
versi UBC berturut-turut SC, SD, SE, dan SF.
Tabel 2.6 Jenis-Jenis Tanah Berdasar RSNI 1726-2010
Sumber : Prosedur Analisis Struktur Beton akibat Gempa menurut RSNI 1726-2010
2.1.2.5. Kategori Desain Gempa (KDG).
Pengklasifikasian ini dikenakan pada struktur berdasar Kategori Resiko Banguan
(KRB) dan tngkat kekuatan gerakan tanah akibat gempa yang diantisipasi dilokasi
struktur banguan.
Kelas
Lokasi
Profil Tanah
(deskrpsi umum)
Sifat tanah rata-rata untuk 30 m teratas
Kecepatan
rambat
gelombang
(m/s)
N SPT
(cohesionles
soil layers)
Kuat geser
niralir (KPa)
A Hard Rock >1500 Diasumsikan tidak ada di
Indonesia B Rock 760 – 1500
C
Very Dense Soil and
Soft Rock
(Tanah Keras)
360 – 760
(≥ 350) > 50 > 100
D Stiff Soil Profile
(Tanah Sedang)
180-360
(175-350) 15 - 50
50 -
100
E Soft Soil Profile
(Tanah Lunak)
< 180
(<175) < 15 < 50
F Membutuhkan evaluasi khusus
(Tanah Khusus)
KDG : A
B
C
D
E
F
Resiko gempa meningkat.
Persyaratan desain dan detailing
gempa meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Kategori desain gempa dievaluasi berdasarkan parameter respon percepatan
periode pendek dan berdasarkan parameter respon percepatan periode 1,0 detik.
Tabel 2.7 Kategori Desain Gempa (KDG) Berdasarkan Parameter Percepatan
Perioda Pendek.
Nilai SDS Kategori Resiko Bangunan (KRB)
I atau II III IV
SDS < 0,167 A A A
0,167 < SDS < 0,33 B B B
0,330 < SDS < 0,50 C C C
0,500 < SDS D D D
Sumber : Prosedur Analisis Struktur Beton akibat Gempa menurut RSNI 1726-2010
Tabel 2.8 Kategori Desain Gempa (KDG) Berdasarkan Parameter Percepatan
Perioda 1,0 detik.
Nilai SD1 Kategori Resiko Bangunan (KRB)
I atau II III IV
SD1 < 0,067 A A A
0,067 < SD1 < 0,133 B B B
0,133 < SD1 < 0,20 C C C
0,20 < SD1 D D D
Sumber : Prosedur Analisis Struktur Beton akibat Gempa menurut RSNI 1726-2010
Tabel 2.9 Kategori Desain Gempa (KDG) dan Resiko Kegempaan.
Kode Tingkat Resiko Kegempaan
RSNI 1726-10
Rendah Menengah Tinggi
KDG
A,B
KDG
C
KDG
D,E,F
SRPMB/mM/K SRPMM/K SRPMK
Sumber : Prosedur Analisis Struktur Beton akibat Gempa menurut RSNI 1726-2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2.1.2.6. Waktu Getar Alami
Perhitungan waktu getar alami diatur dalam SNI 1726 dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Nilai waktu getar alami fundamental struktur gedung untuk penentuan faktor
respons gempa ditentukan dengan rumus-rumus empirik.
b. Nilai waktu getar alami harus lebih kecil dari .n untuk mencegah
penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel.
Waktu getar alami struktur gedung dapat dihitung dengan rumus-rumus
pendekatan menurut PPKGURG 1987 sebagai berikut :
a. Untuk struktur-struktur gedung berupa portal-portal tanpa unsur pengaku
yang dapat membatasi simpangan :
T = 0.085 x H0.75
untuk portal baja (2.1)
T = 0.060 x H0.75
untuk portal beton (2.2)
b. Untuk struktur gedung yang lain :
T = 0.090 x H. B(-0.5)
(2.3)
dimana :
T : waktu getar gedung pada arah yang ditinjau, dt
B : panjang gedung pada arah gempa yang ditinjau, m
H : tinggi puncak bagian utama struktur, m
Waktu getar alami struktur gedung dapat dihitung dengan rumus-rumus menurut
Federal Emergency Management Agency -356 ( FEMA-356) sebagai berikut :
T = ( Ct. Hn. ) β
(2.4)
Dimana T = Waktu Getar Alami Fundamental
Ct = 0.035 untuk sistem bangunan baja.
= 0.018 untuk sistem bangunan beton.
= 0.030 untuk sistem bracing bangunan baja.
= 0.060 untuk sistem bangunan kayu.
= 0.020 untuk semua sistem bangunan selain bangunan di atas
(selain bangunan beton, baja ,bracing baja dan kayu).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
β = 0.80 untuk sistem bangunan baja.
= 0.90 untuk sistem bangunan beton.
= 0.075 untuk semua sistem bangunan selain bangunan diatas
(selain banguan beton dan baja).
Hn = Tinggi puncak bagian utama struktur
Pembatasan waktu getar alami fundamental adalah sebagai berikut :
T1 < ζ n , dimana n adalah jumlah tingkatnya (2.5)
Tabel 2.10 Koefisien ζ Yang Membatasi Waktu Getar Alami Fundamental
Struktur Gedung.
Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung (Standar Nasional Indonesia 03-
1726,2002.hal.26)
2.1.2.7. Arah Pembebanan Gempa
Dalam perencanaan struktur gedung, arah utama pengaruh gempa rencana harus
ditentukan sedemikian rupa, sehingga memberi pengaruh terbesar terhadap unsur-
unsur subsistem dan sistem struktur gedung secara keseluruhan.
Untuk mensimulasikan arah pengaruh gempa rencana yang sembarang terhadap
struktur gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama yang ditentukan
harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan
pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama
pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30%.
Wilayah gempa ζ
1 0.20
2 0.19
3 0.18
4 0.17
5 0.16
6 0.15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2.2 Gaya Statik
2.2.1 Analisis Gaya
Menurut Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung (SNI
01-1726-2002), dalam perencanaan struktur gedung arah pembebanan gempa
harus ditentukan sedemikian rupa agar memberikan pengaruh terhadap struktur
gedung secara keseluruahan. Pengaruh pembebanan gempa harus efektif 100%
pada arah sumbu utama dan bersamaan dengan arah tegak lurus sumbu utama
sebesar 30%. Struktur harus dirancang agar mampu menahan gaya geser dasar
akibat gempa sesuai SNI 03-1726-2002 pasal 7.1.3, dengan rumus :
tWR
ICV
.1 (2.6)
Dimana :
V : Gaya geser dasar nominal
C1 : Faktor respons gempa dari spektrum respons
I : Faktor keutamaan
R : Faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung yang bersangkutan
Wt : Berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai
Beban geser dasar nominal V menurut persamaan 2.1 harus dibagikan sepanjang
tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen Fi
yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan :
V
ZW
ZWF
n
i
ii
iii
1
.
. (2.7)
Dimana : Wi : Berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai
Zi : Ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral
n : Nomor lantai tingkat paling atas
V : Gaya geser dasar nominal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Dilanjutan
2.2.2 Analisis Gaya Gravitasi
1. Beban Mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung yang bersifat tetap,
termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta
peralatan-peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahakan dari
gedung itu.
Tabel 2.11 Berat Sendiri Bahan Bangunan
No Bahan bangunan Beb
an Satuan
1 Baja 7850 Kg/m3
2 Batu alam 2600 Kg/m3
3 Batu belah, batu bulat, batu gunug ( berat tumpuk ) 1500 Kg/m3
4 Batu karang ( berat tumpuk ) 700 Kg/m3
5 Batu pecah 1450 Kg/m3
6 Besi tuang 7250 Kg/m3
7 Beton ( 1
) 2200 Kg/m3
8 Beton bertulang ( 2 ) 2400 Kg/m
3
9 Kayu ( kelas 1 ) ( 3 ) 1000 Kg/m
3
10 Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, tanpa
diayak) 1650 Kg/m
3
11 Pasangan bata merah 1700 Kg/m3
12 Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2200 Kg/m3
13 Pasangan batu cetak 2200 Kg/m3
14 Pasangan batu karang 1450 Kg/m3
15 Pasir ( kering udara sampai lembab ) 1600 Kg/m3
16 Pasir ( jenuh air ) 1800 Kg/m3
17 Pasir kerikil, koral ( kering udara sampai lembab ) 1850 Kg/m3
18 Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai
lembab) 1700 Kg/m
3
19 Tanah, lempung dan lanau ( basah ) 2000 Kg/m3
20 Timah hitam ( timbel ) 1140 Kg/m3
Sumber : Peraturan pembebanan Indonesia untuk bangunan gedung (Standar Nasional Indonesia 1983.hal.11)
Tabel 2.12 Berat Sendiri Komponen Gedung
No Komponen gedung Beban Satuan
1 Adukan, per cm tebal :
Dari semen
Dari kapur, semen merah atau tras
21
17
Kg/m2
Kg/m2
2 Aspal, termasuk bahan-bahan mineral penambah, per cm
tebal
14 Kg/m2
3 Dinding pasangan bata merah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dilanjutan
Satu batu
Setengah batu
450
250
Kg/m2
Kg/m2
4 Dinding pasangan batako :
Berlubang :
Tebal dinding 20 cm ( HB 20 )
Tebal dinding 10 cm ( HB 10 )
Tanpa lubang
Tebal dinding 15 cm
Tebal dinding 10 cm
200
120
300
200
Kg/m2
Kg/m2
Kg/m2
Kg/m2
5 Langit-langit dan dinding ( termasuk rusuk-rusuknya,
tanpa penggantung langit-langit atau pengaku ), terpadu
dari :
Semen asbes ( eternity dan bahan lain sejenis ),
dengan tebal maksimum 4mm.
Kaca, dengan tebal 3-4 mm.
11
10
Kg/m2
Kg/m2
6 Penggantung langit-langit ( dari kayu ), dengan bentang
maksimum 5 m dan jarak s.k.s. minimum 0,80 m.
40
Kg/m2
7 Penutup atap genting dengan reng dan usuk / kaso per m2
bidang atap.
50
Kg/m2
8 Penutup atap sirap dengan reng dan usuk / kaso, per m2
bidang atap.
40
Kg/m2
9 Penutup atap seng gelombang ( BWG 24 ) tanpa gording 10 Kg/m2
10 Penutup lantai dari ubin semen Portland, teraso dan
beton, tanpa adukan, per cm tebal.
21
Kg/m2
11 Semen asbes gelombang ( tebal 5 mm ) 11 Kg/m2
12 Ducting AC dan penerangan 30,6 Kg/m2
Sumber : Peraturan pembebanan Indonesia untuk bangunan gedung (Standar Nasional Indonesia 1983.hal.11-12)
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan
gedung dan di dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari
barang-barang yang dapat berpindah sehingga dapat mengakibatkat perubahan
dalam pembebanan lantai atau atap.
Tabel 2.13 Beban Hidup Pada Lantai Gedung No Lantai gedung Beban Satuan
1. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang
disebut dalam no 2.
200 Kg/m2
2. Lantai tangga rumah tinggal sederhana dan gudang-
gudang tidak penting yang bukan untuk took, pabrik
atau bengkel.
125 Kg/m2
3. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, took, toserba,
restoran, hotel, asrama, dan rumah sakit.
250 Kg/m2
4. Lantai ruang olah raga. 400 Kg/m2
Lanjutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
5. Lantai dansa.
500 Kg/m2
6. Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk
pertemuan yang lain dari yang disebut dalam no 1 s/d
5, seperti masjid, gereja, ruang pagelaran, ruang
rapat, bioskop dan panggung penonton dengan
tempat duduk tetap.
400 Kg/m2
7. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap
atau untuk penonton berdiri.
500 Kg/m2
8. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut
dalam no 3.
300 Kg/m2
9. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut
dalam no 4,5,6 dan 7.
500 Kg/m2
10. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam no
3,4,5,6 dan 7.
250 Kg/m2
11. Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan,
ruang arsip, took buku, took besi, ruang alat-alat dan
ruang mesin harus direncanakan terhadap beban
hidup yang ditentukan tersendiri dengan minimum.
400 Kg/m2
12. Lantai gedung parkir bertingkat :
Untuk lantai bawah
Untuk lantai tinggkat lainnya
800
400
Kg/m2
Kg/m2
13. Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus
direncanakan terhadap beban hidup dari lantai yang
berbatasan dengan minimum.
300 Kg/m2
Sumber : Peraturan pembebanan Indonesia untuk bangunan gedung (Standar Nasional Indonesia 1983.hal.11)
2.3 Analisis Respon Struktur
Struktur gedung saat menerima beban gempa, maka akan memikul base shear.
Base shear tiap lantai merupakan fungsi dari massa (m) dan kekakuan (k) dari tiap
lantai tersebut. Base shear mengakibatkan tiap lantai bergeser / displacement dari
kedudukan semula. Apabila sifat geometri struktur simetris maka simpangan yang
terjadi hanya pada satu bidang (2-dimensi) yaitu simpangan suatu massa pada
setiap saat hanya mempunyai posisi / ordinat tunggal sehingga dapat dianggap
sebagai satu kesatuan Single Degree of Freedom (SDOF) dengan parameter
displacement yang diukur adalah pada atap. Saat gaya gempa bekerja, maka
gedung akan merespon beban gempa tersebut dengan memberikan gaya-gaya
Lanjutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dalam. Apabila gaya-gaya dalam tersebut melebihi kemampuan / kapasitas
gedung, maka gedung akan berperilaku in-elastis apabila sifat struktur cukup
daktail tetapi langsung hancur apabila kurang daktail.
Gambar 2.6 Respons struktur Sumber : Jurnal tentang Evaluasi Kinerja Bangunan Baja Tahan Gempa dengan SAP 2000,
Wiryanto Dewobroto.
2.3.1 Sendi Plastis
Struktur gedung apabila menerima beban gempa pada tingkatan / kondisi tertentu,
akan terjadi sendi plastis (hinge) pada balok pada gedung tersebut (Gambar 2.7).
Sendi plastis merupakan bentuk ketidakmampuan elemen struktur (balok dan
kolom) menahan gaya dalam. Perencanaan suatu bangunan harus sesuai dengan
konsep desain kolom kuat balok lemah. Apabila terjadi suatu keruntuhan struktur,
maka yang runtuh adalah baloknya dahulu. Apabila kolomnya runtuh dahulu,
maka struktur langsung hancur.
1. Hinge propertis balok
Data hinge properties dimasukkan pada penampang daerah tumpuan balok
yaitu lokasi dimana sendi plastis diharapkan terjadi. Masing-masing
penampang balok dimodelkan dengan pilihan model moment M3, yang artinya
sendi plastis hanya terjadi karena momen searah sumbu lokal 3. Posisi sumbu
lokal 3 dapat dilihat pada gambar 2.7
Gambar 2.7 Posisi sumbu lokal balok struktur pada program ETABS V 9.50 Sumber : Aplikasi Rekayasa Konstruksi, Wiryanto Dewobroto.
Sumbu Lokal 1
Sumbu Lokal 3
Sumbu Lokal 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Sumbu Lokal 3
Sumbu Lokal 2
Sumbu Lokal 1
2. Hinge Propertis Kolom
Data hinge properties untuk kolom adalah Model P-M2-M3, yang mempunyai
arti bahwa sendi plastis terjadi karena interaksi gaya aksial (P) dan momen (M)
Sumbu lokal 2 dan sumbu lokal 3. Dalam studi ini setiap kolom pada bangunan
yang ditinjau memiliki momen sumbu lokal 2 yang sama dengan kapasitas
momen sumbu lokal 3, hal ini disebabkan karena dimensi kolom berbentuk
persegi dan tulangan kolom yang ada tersebar pada keempat sisinya secara
merata. Posisi sumbu lokal 2 dan sumbu lokal 3 pada kolom struktur dapat
dilihat pada gambar 2.8
Gambar 2.8 Posisi sumbu lokal kolom struktur pada program ETABS V 9.50 Sumber : Aplikasi Rekayasa Konstruksi, Wiryanto Dewobroto.
3. Penentuan letak sendi plastis
Setelah pendefinisian data hinge propertis balok dan kolom adalah penentuan
latak tarjadinya sendi plastis yang diinginkan. Posisi 0 menyatakan posisi awal
dari panjang bersih balok, sedangkan posisi 1 menyatakan posisi akhir dari
panjang bersih balok. Kedua ini terletak dimuka kolom. Sama halnya dengan
kolom, posisi 0 menyatakan posisi awal dari panjang bersih kolom, sedangkan
posisi 1 menyatakan posisi akhir dari panjang bersih kolom. Kedua posisi ini
terletak pada tepi muka balok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 2.9 Sendi plastis yang terjadi pada balok dan kolom Sumber : Jurnal tentang Evaluasi Kinerja Bangunan Baja Tahan Gempa, Wiryanto Dewobroto.
2.4 Pushover Analysis Dengan Metode Capacity Spectrum
Capacity Spectrum Method (CSM) merupakan salah satu cara untuk mengetahui
kinerja suatu struktur. Konsep dasar dari analisis statis pushover nonlinier adalah
memberikan pola pembebanan statis tertentu dalam arah lateral yang ditingkatkan
secara bertahap ( incremental ). Penambahan beban statis ini dihentikan sampai
struktur tersebut mencapai simpangan target atau beban tertentu. Dari analisis
statis pushover nonlinier ini didapatkan kurva kapasitas yang kemudian diolah
lebih lanjut dengan metode tertentu, salah satunya adalah Capacity Spectrum
Method ( CSM ) [ ATC-40, 1996;ATC-55,2005 ]. Berikut ini adalah teori yang
digunakan dalam studi ini.
2.4.1 Kurva Kapasitas
Hasil analisis statis pushover nonlinier adalah kurva yang menunjukkan hubungan
antara gaya geser dasar ( Base Shear ) dan simpangan atap ( Roof Displacement )
seperti ditujukkan pada gambar 2.9. Hubungan tersebut kemudian dipetakan
menjadi suatu kurva yang dinamakan kurva kapasitas struktur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Gambar 2.10 Ilustrasi Pushover dan Capacity Curve Sumber : Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete
Buildings, Report ATC-40, (Redwood City: ATC,1996).
Metode ini sederhana namun informasi yang dihasilkan sangat berguna karena
mampu menggambarkan respons inelastic bangunan. Analisis ini memang bukan
cara yang terbaik untuk mendapatkan jawaban terhadap masalah analisis dan
desain, tetapi relative sederhana untuk mendapatkan respons nonlinier struktur.
Capacity curve hasil pushover diubah menjadi capacity spectrum seperti gambar
2.11 melalui persamaan 2.3 sampai 2.6 ( ATC-40,1996).
Sa = (2.8)
Sd = (2.9)
PF= (2.10)
α1= (2.11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Dimana :
Sa = Spectral acceleration
Sd = Spectral displacement
PF1 = modal participation untuk modal pertama
α1 = modal mass coefficient untuk modal pertama
∅i1 = amplitude of first untuk level i
V = gaya geser dasar
W = berat mati bangunan di tambah beban hidup
∆roof = roof displacement
wi ⁄g = massa pada level i
a. Capacity Curve ( format standar ) b.Capacity Spectrum (format ADRS)
Gambar 2.11 Modifikasi Capacity Curve menjadi Capacity Spectrum. Sumber : Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings,
Report ATC-40, (Redwood City: ATC,1996), p.8-12
2.4.2 Demand Spectrum
Respons spectrum elastic adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara
koefisien gempa ( C ) dengan waktu getar struktur ( T ) yang nilainya ditentukan
oleh koefisien Ca ( percepatan tanah puncak , peak ground acceleration ) dan Cv
(nilai koefisien gempa pada waktu periode struktur tanah adalah 1 detik ). Nilai Ca
dan Cv ini berbeda-beda untuk masing-masing jenis tanah.
Agar dapat dibandingkan dengan kurva kapasitas, maka respons spectrum perlu
dirubah formatnya menjadi Acceleration Displacement Response Spectrum
(ADRS) melalui persamaan
Sd = (2.12)
KURVA KAPASITAS SPEKTRUM KAPASITAS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Di mana T adalah waktu getar alami dari struktur bangunan. Perubahan format ini
dapat dilihat pada gambar 2.13.
a. Response Spectrum
( Format Standart )
b. Response Spectrum
(Format ADRS)
Gambar 2.12 Perubahan format respons percepatan menjadi ADRS Sumber : Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings,
Report ATC-40, (Redwood City: ATC,1996), p.8-12
Karena pada saat gempa besar telah terjadi plastifikasi di banyak tempat, maka
perlu dibuat spektrum demand dengan memperhatikan redaman (damping) yang
terjadi karena plastifikasi tersebut. Gambar 2.13 memberikan penjelasan mengapa
terjadi reduksi pada respon inelastis. Titik 1 menunjukkan demand elastis. Jika
terjadi reduksi kekuatan struktur akibat perilaku inelastis, periode efektif struktur
menjadi semakin besar seperti pada titik 2. Pada kondisi ini, perpindahan
bertambah sebesar ”a” dan percepatan berkurang sebesar ”b”. Jika struktur
berperilaku inelastis (nonlinier), pada periode yang sama dengan titik 2, demand
berkurang menjadi spektrum respon inelastis pada titik 3. Jadi, kembali terjadi
pengurangan percepatan sebesar ”c” dan pengurangan perpindahan sebesar ”d”.
Total pengurangan percepatan sebesar ”b+c” dan perpindahan perlu dimodifikasi
sebesar ”a-d”. Jika besarnya ”a” diperkirakan sama dengan ”d”, maka
perpindahan inelastis sama dengan perpindahan elastis (Gambar 2.124a). Jika ”a”
lebih besar daripada ”d” maka perpindahan inelastis menjadi lebih kecil daripada
perpindahan elastis (Gambar 2.14b).
T1 T2 T3
T1
T2
T3
Spe
ktra
l pe
rcep
atan
,
S a (
m/d
et2)
Spektrum tradisional
(Sa vs T)
Spektrum ADRS
(Sa vs Sd)
Periode, T (detik)
Spe
ktra
l pe
rcep
atan
,
S a (
m/d
et2)
Spektral perpindahan, Sd (m)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 2.13 Reduksi Respon Spektrum Sumber : Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings,
Report ATC-40, (Redwood City: ATC,1996), p.8-14
Respons spectrum dalam format ADRS ini mempunyai tingkat redaman
(damping) sebesar 5%. Setelah struktur leleh, nilai redaman ini perlu direduksi
dengan konstanta agar sesuai dengan effective viscous damping dari struktur.
(gambar 2.15)
Gambar 2.14 Reduksi Respon Spectrum Elastic menjadi Demand Spectrum.
Sumber : Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete
Buildings,Report ATC-40,(Redwood City;ATC,1996),Figure 8-14,p.8-16
Untuk respons spectrum dengan percepatan yang konstan direduksi dengan SRA ,
sedangakan untuk respons spectrum dengan kecepatan yang konstan direduksi
dengan SRV dimana
SRA = (2.13)
a
b
c
d
1
2 3
elasti
s inelastis
Spektral perpindahan, Sd
Spe
ktra
l pe
rce
pat
an, S
a
a. Reduksi spektrum respon
(Kecepatan konstan, periode yang besar)
a
c
d
1 2
3
Spektral perpindahan, Sd
Spe
ktra
l pe
rce
pat
an, S
a
b. Reduksi spektrum respon
(Percepatan konstan, periode yang kecil)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
SRV = (2.14)
atau dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana :
SRA = (2.15)
SRV = (2.16)
Dimana :
ay , dy = Koordinat titik leleh efektif dari kurva kapasitas
api, dpi = Koordinat percobaan titik perfoma
K = Faktor modifikasi redaman
βeff = Rasio redaman efektif akibat perubahan kekakuan struktur setelah
terjadi sendi plastis(dalam %)
Tabel 2.14 Value For Damping Modification Factor K.
Struktur Behavior Type Βo K
Type A ≤ 16.25
> 16.25
1.0
1.13 –
Type B ≤ 25
> 25
0.67
0.845 –
Type C Any value 0.33
Sumber :Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete
Buildings,Report ATC-40,(Redwood City:ATC,1996),Table 8-1,p.8-17
Tabel 2.15 Minimum Allowable SRA and SRV Value.
Struktur Behavior Type SRA SRV
Type A 0.33 0.50
Type B 0.44 0.56
Type C 0.56 0.67
Sumber :Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings,Report ATC-40,(Redwood City:ATC,1996),Table 8-2,p.8-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2.4.3 Performance Point
Perfomance point adalah titik dimana capacity curve berpotongan dengan
response sprectrum curve seperti yang dipergunakan dalam capacity spectrum
method ( ATC-40,1996). Untuk memperoleh gambaran lebih jelas, dapat dilihat
pada gambar 2.16.
Pada performance point dapat diperoleh informasi mengenai periode bangunan
dan redaman efektif akibat perubahan kekakuan struktur setelah terjadi sendi
plastis. Berdasarkan informasi tersebut respons-respons struktur lainnya seperti
nilai simpangan tingkat dan posisi sendi plastis dapat diketahui.
Gambar 2.15 Penentuan Performance Point. Sumber : Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete
Buildings,Report ATC-40,(Redwood City:ATC,1996),Figure 8-28,p.8-12
Untuk mengetahui informasi yang didapatkan dari performance point, diperlukan
beberapa prosedur yaitu prosedur A, prosedur B, dan prosedur C. Salah satu
langkah prosedur dengan menggunakan prosedur A dengan langkah – langkah
sebagai berikut :
1. Buat persamaan elastic demand spectrum dengan 5% damping (βeq).
2. Buat capacity spectrum dari capacity curve hasil pushover analisis.
3. Hitung (dpi,api) untuk iterasi pertama gunakan equal displacement method
atau titik potong antara demand spectrum dan capacity spectrum.
4. Hitung βeq, SRA, SRV.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
5. Hitung demand spectrum baru menggunakan data dari step 4.
6. Hitung dpi baru dari perpotongan antara capacity spectrum dan demand
spectrum baru dari step 5.
7. Hitung api baru dari capacity spectrum.
8. Cek konvergensi.
9. Ulangi step 4 jika tidak konvergen, gunakan (api, dpi) yang didapat dari
step 6 dan step 7.
2.5 Kriteria Struktur Tahan Gempa
Menurut ATC-40, kriteria-kriteria struktur tahan gempa adalah sebagai berikut :
1. Immediate Occupancy (IO)
Bila gempa terjadi, struktur mampu menahan gempa tersebut, struktur tidak
mengalami kerusakan struktural dan tidak mengalami kerusakan non
struktural. Sehingga dapat langsung dipakai.
2. Life Safety (LS)
Bila gempa terjadi, struktur mampu menahan gempa, dengan sedikit
kerusakan struktural, manusia yang tinggal / berada pada bangunan tersebut
terjaga keselamatannya dari gempa bumi.
3. Collapse Pervention (CP)
Bila gempa terjadi, struktur mengalami kerusakan struktural yang sangat
berat, tetapi belum runtuh.
Gambar 2.16 Kurva kriteria kinerja. Sumber : Jurnal tentang Evaluasi Kinerja Bangunan Baja Tahan Gempa, Wiryanto Dewobroto.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Bila struktur mengalami gempa atau gaya geser dasar (Vb), dengan kondisi gempa
tersebut < gempa rencana (Vn), maka komponen struktur masih dalam keadaan
elastik (A-B). Titik B menunjukkan keadaan leleh pertama. ketika Vb > Vy,
struktur dalam keadaan plastis (B-C). Titik C merupakan batasan maksimum
struktur dalam menahan gempa (Vb). Vb terus meningkat, maka terjadi degradasi
pada struktur (C-D). Titik D menandakan bahwa struktur tidak mampu menahan
gempa (Vb), tetapi masih mampu menahan beban gravitasi. Bila beban
ditingkatkan, struktur akan runtuh (Gambar 2.18).
Gambar 2.17 Ilustrasi keruntuhan gedung. Sumber : Jurnal tentang Evaluasi Kinerja Bangunan Baja Tahan Gempa, Wiryanto Dewobroto.
Menurut ATC-40, batasan rasio drift adalah sebagai berikut :
Tabel 2.16 Batasan rasio drift atap menurut ATC-40.
Parameter Perfomance Level
IO Damage Control LS Structural Stability
Maksimum
Total Drift 0.01 0.01 s.d 0.02 0.02 0.33
Maksimum
Total
Inelastik
Drift
0.005 0.005 s.d 0.015 No
limit No limit
Sumber :Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings,Report ATC-40,(Redwood
City:ATC,1996),Table 8-4,p.8-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel 2.17 Batasan Tipe bangunan pada Capacity Spectrum Method.
Shaking
duration
Essentially new
building
Average exiting
building
Poor exiting
building
Short A B C
long B C C
Sumber :Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings,Report ATC-40,(Redwood
City:ATC,1996),Table 8-4,p.8-19
Wiryanto Dewobroto (2006) menyatakan Analisis pushover dapat digunakan
sebagai alat bantu perencanaan tahan gempa, asalkan menyesuaikan dengan
keterbatasan yang ada, yaitu :
1. Hasil analisis pushover masih berupa suatu pendekatan, karena bagaimanapun
perilaku gempa yang sebenarnya adalah bersifat bolak-balik melalui suatu
siklus tertentu, sedangkan sifat pembebanan pada analisis pushover adalah
statik monotonik.
2. Pemilihan pola beban lateral yang digunakan dalam analisis adalah sangat
penting.
3. Untuk membuat model analisis nonlinier akan lebih rumit dibanding model
analisis linier. Analisis nonlinier harus memperhitungkan karakteristik
inelastik beban-deformasi dari elemen-elemen yang penting dan efek P-Δ.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Data Struktur Gedung
Pada penelitian ini dilakukan pada Solo Center Point yang berada di kota
Surakarta. Struktur gedung beton bertulang dengan ketinggian 19 lantai.
Bangunan tersebut berdiri di atas basement sedalam dua lapis. Fungsi utama
bangunan adalah sebagai apartemen, hotel, dan mall dilengkapi dengan fasilitas-
fasilitas pendukungnya yaitu. Lokasi gedung di daerah kota Surakarta dengan
wilayah gempa 3 (SNI 03-1726-2002) yang berdiri pada kondisi tanah sedang.
Tabel 3.1. Deskripsi Gedung
Solo Center Point
Sistem Struktur Dual System
Wall-frame beton bertulang
Fungsi gedung Apartemen, hotel, dan mall
Jumlah Lantai 19
Tinggi lantai tipikal 3,5 m
Tinggi Maksimum
gedung 81,15 m
Jumlah lantai basemen 2
Tinggi lantai tipikal
basemen 3 m
Kedalaman basemen 6,2 m
Luas total gedung
termasuk besmen 178.050 m
2
Sumber : PT. Mukti Adhi Sejahtera (2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tampak Solo Center Point dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 3.1 Tampak Solo Center Point Sumber : Laporan Kerja Praktek Mahasiswa Teknik Sipil UNS 2012
Denah gedung dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 3.2 Denah Solo Center Point Sumber : http://www.google.com/solo-center-point-modern-and-cultural.html
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3.2 Tahapan Analisis
Metode penelitian ini menggunakan analisis nonlinier pushover. Analisis
menggunakan program ETABS V 9.5.0 Untuk mewujudkan uraian diatas maka
langkah analisis yang hendak dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
3.2.1 Studi Literatur
Studi literatur dari jurnal dan buku yang terkait dalam analisis nonlinier pushover.
Mempelajari semua yang berhubungan dengan analisis nonlinier pushover. Buku
acuan yang dipakai antara lain RSNI 1726-2010, SNI 03-1726-2002, Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Gedung, Peraturan pembebanan
berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan Gedung SNI 03-
1727-1989, Applied Technology Council for Seismic evaluation and retrofit of
concrete buildings volume-1(ATC-40), Federal Emergency Management Agency
for Prestandard And Commentary For The Seismic Rehabilitation Of Buildings (
FEMA-356), Uniform Building Code for Earthquake Design volume-
2(UBC,1997) dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan analisis pushover.
3.2.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi bangunan Solo Center Point yang diteliti, baik
data sekunder maupun data primer. Data yang didapat adalah Shop Drawing Solo
Center Point. Data ini digunakan untuk pemodelan struktur 3D yang selanjutnya
dianalisis dengan bantuan ETABS V 9.50. Data tanah yang digunakan
berdasarkan data tanah yang sudah ada. (Tugas KP Mahasiswa UNS di Solo
Center Point).
Shop Drawing digunakan untuk tahapan pemodelan yang sesuai dengan gambar
yang ada sehingga analisis ini tidak menyimpang dari gambar yang ada. Semua
struktur yang dimodelkan harus sesuai dengan Shop Drawing, untuk bangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
non striktural tidak dimodelkan karena tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan dalam pemodelan 3D ini.
Data tanah digunakan untuk menentukan besarnya gaya tanah yang menekan
dinding basement. Besarnya gaya tekan tanah mempengaruhi struktur bagunan
yang akan dianalisis, oleh sebab itu besarnya gaya tekan tanah ini perlu
diperhatikan dalam pemodelan 3D.
3.2.3 Pemodelan 3D
Pembuatan model struktur bangunan dengan pemodelan 3D sesuai dengan data
dan informasi dari shop drawing gedung solo center point. ETABS V 9.50
mengasumsikan bahwa sumbu global Z selalu merupakan sumbu vertikal, dimana
sumbu global +Z merupakan sumbu vertikal yang memiliki arah ke atas. Bidang
X-Y merupakan suatu bidang horizontal.
3.2.4 Perhitungan Pembebanan
Menghitung beban-beban yang bekerja pada struktur berupa beban mati, beban
hidup. Beban mati yang dihitung berdasar pemodelan yang ada dimana beban
sendiri didalam Program ETABS V 9.50 dimasukkan dalam load case DEAD,
sedangkan berat sendiri tambahan yang tidak dapat dimodelkan dalam program
ETABS V 9.50 dalam load case Super Dead. Perhitungan berat sendiri ini dalam
program ETABS V 9.50 yang untuk dead adalah 1, sedangkan super dead adalah
0, dimana beban untuk dead telah dihitung secara otomatis oleh program ETABS
V 9.50, sedangkan untuk beban Super dead bebannya perlu dimasukkan secara
manual sesuai dengan data yang ada.
Beban hidup yang dimasukkan dalam program ETABS V 9.50 dinotasikan dalam
live. Beban hidup ini mendapatkan reduksi beban gempa. Beban hidup
disesuaikan dengan peraturan yang ada. Perhitungan beban hidup ini dalam
program ETABS V 9.50 yang untuk live adalah 0, di mana beban hidup perlu
dimasukkan secara manual sesuai dengan data yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
3.2.5 Analisa Respon Spektrum
Menganalisis Model struktur dengan Respon Spektrum untuk mendapat kurva
respon spectrum sesuai wilayah gempa yang dianalisis dengan bantuan program
ETABS V 9.50. Data yang dibutuhkan dalam analisa respon spectrum adalah nilai
Ca dan nilai Cv. Dimana nilai Ca ( Peak Ground Acceleration ) didapat dari
percepatan muka tanah maksimum pada suatu wilayah.
Am = 2.5 Ao
Untuk waktu getar alami sudut Tc (tanah sedang : 0.6) faktor respons gempa C
ditentukan dengan persamaan berikut :
Untuk T < Tc
maka C = Am
3.2.6 Perhitungan Beban Gempa
Dalam menganalisis elemen struktur bangunan yang ditinjau, beban gempa
dianggap sebagai beban statik ekuivalen pada tiap lantainya. Dalam subbab ini
diuraikan mengenai prosedur statis ekuivalen untuk mendapatkan distribusi gaya
lateral gempa tiap lantainya.
1. Perhitungan waktu getar alami struktur ( T ).
Perhitungan waktu getar struktur ini dihitung secara empiris dengan rumus :
T = Ct . (Hn )β
Dimana Ct = 0.018 untuk struktur beton bertulang.
Hn = tinggi puncak bagian utama struktur ( m ) .
β = 0.90 untuk bangunan beton.
2. Pembatasan waktu getar alami fundamental ( T1 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Untuk mencegah penggunaan struktur yang fleksibel, nilai waktu getar alami
fundamental dari struktur gedung harus dibatasi bergantung pada koefisien ζ
untuk wilayah gempa tempat struktur gedung berada dan jumlah tingkatnya ( n )
dirumuskan sebagai :
T1 < ζ n
Dimana T1 = waktu getar alami fundamental dari struktur gedung.
ζ = koefisien untuk wilayah gempa tempat struktur gedung
= 0.18 ( wilayah 3)
n = 16, 3, dan 10 ( jumlah tingkat).
3. Distribusi gaya geser dasar horizontal
Struktur harus dirancang agar mampu menahan gaya geser dasar akibat gempa
yang dihitung dengan rumus :
tWR
ICV
.1
Dimana : V : Gaya geser dasar nominal
C1 : C (Faktor respons gempa dari spektrum respons)
I : Faktor keutamaan ( 1.0 untuk bangunan hunian)
R : Faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung yang
bersangkutan senilai 8.5 karena bangunan daktail penuh.
Wt : Berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai.
Gaya geser dasar horizontal akibat gempa ( V ) harus dibagikan kesepanjang
gedung menjadi beban-beban horizontal yang bekerja pada masing-masing tingkat
dengan rumus :
V
ZW
ZWF
n
i
ii
iii
1
.
.
Dimana : Wi : Berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai
Zi : Ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral
n : Nomor lantai tingkat paling atas
V : Gaya geser dasar nominal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
3.2.7 Penentuan Sendi Plastis
Pemasukan data sendi plastis pada model struktur bangunan sesuai dengan
penentuan tempat terjadinya sendi plastis. Sendi plastis diharapkan terjadi pada
balok utama dan kolom. Untuk balok dikenakan beban momen arah sumbu lokal 3
( M3 ), sedangkan pada kolom dikenakan beban gaya aksial (P) dan momen (M)
Sumbu lokal 2 dan sumbu lokal 3 (PM2M3).
3.2.8 Analisis Pembebanan Nonlinier Pushover
Pada static pushover case dibuat dua macam pembebanan, dimana yang pertama
adalah pembebanan akibat beban gravitasi. Dalam analisis ini beban gravitasi
yang digunakan adalah beban mati dengan koefisien 1 dan beban hidup dengan
koefisien 1 (dianggap analisis tanpa dipengaruhi koefisien apapun). Setelah
kondisi pertama selesai dijalankan, pembebanan bangunan dilanjutkan dengan
kondisi kedua yakni akibat beban lateral. Pola beban lateral yang mewakili gaya
inersia akibat gempa pada tiap lantai, yang diperoleh dari pembebanan dengan
pola beban mengikuti mode pertama struktur. Arah pembebanan lateral dilakukan
searah dengan sumbu utama bangunan.
Pada static pushover case untuk beban gravitasi, dipilih push to load level defined
by pattern, karena beban gravitasi yang bekerja sudah diketahui besarnya melalui
perhitungan. Pada analisis ini pushover case untuk beban gravitasi diberi nama
GRAV.
Untuk beban lateral digunakan push to displacement magnitude yang artinya
proses pushover dilakukan hingga target displacement tercapai. Pola pembebanan
yang diberikan secara berangsur-angsur adalah sesuai dengan mode pertama
struktur. Keadaan awal untuk kondisi pembebanan ini diambil dari kondisi
pushover sebelumnya yaitu pushover case GRAV. Hasil pushover disimpan secara
multiple states dengan jumlah minimum 5 steps dan maksimum 1001 steps. Pada
penelitian ini pushover case untuk beban lateral akibat gempa diberi nama PUSH.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
3.2.9 Analisis Kinerja Struktur Dari Hasil Analisis Pushover
Pada program ETABS V 9.50, hasil analisis didapat Pushover Kurva kapasitas
yang menunjukkan perilaku struktur saat dikenai gaya geser pada level tertentu,
kurva respon spektrum yang sesuai dengan wilayah gempa yang ada, diagram
leleh sendi plastis pada balok dan kolom.
Respon spektrum dalam format ADRS yang diplotkan dengan kurva kapasitas
didapatkan Performance point. Proses konversi dilakukan sepenuhnya oleh
program ETABS V 9.50.
3.2.10 Pembahasan Hasil Analisis Pushover Dari Program ETABS V 9.50
Dari performance point didapatkan nilai displacement efektif, gaya geser dasar,
waktu getar efektif dan damping efektif. Dari nilai displacement akan diketahui
kriteria kinerja seismik struktur berdasarkan ATC-40. Berdasarkan hasil analisis
data dan pembahasan, maka dapat dibuat kesimpulan yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Mulai
Pengumpulan data dan informasi
truktur berupa Shop Drawing, data
tanah
Pengumpulan data dan
informasi struktur berupa Shop
Drawing, data tanah
Membuat model geometri sruktur 3D sesuai data yang ada
Perhitungan Pembebanan :
1. Beban gravitasi berupa beben mati dan beban
hidup
2. Beban gempa statik lateral
Hasil analisis struktur drift/displacement, kurva kapasitas,
kurva spectrum respon, performance point momen gaya geser,
dan gaya aksial pada struktur portal
Analisis struktur dengan program ETABS
Menganalisis kapasitas kurva dari hasil out put ETABS untuk
mengetahui perfoma point.
B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 3.4 Diagram alir analisis Pushover
B
Mengubah capacity curve dari hasil etabs (V dan d menjadi Sa
dan Sd)
Membuat persamaan garis capacity spektrum
Membuat demand spektrum dari wilayah gempa dan
menggubahnya dalam satuan yang sama dengan capacity
spektrum
Menggabungkan capacity spektrum dan demand spektrum dalam
format ADRS
Menarik garis lurus untuk mendapatkan nilai api dan dpi, selain
itu nilai api dan dpi dapat diketahui dengan menggabungkan
antara persamaan kapasitas spektrum dan demand spektrum.
Menggembangkan garis billinear untuk menentukan garis ay dan dy
Hitung βeq, SRA, dan SRV
Menghitung demand spektrum baru (dengan memasukan SRA
untuk garis linier dan SRV untuk garis lengkung pada demand
spektrum, sehingga diperoleh grafik demand spektrum yang
baru).
Menentukan nilai perpotongan antara kapasitas spektrum
dengan demand spektrum yang baru sehingga diperoleh nilai
performa poin.
Struktur Aman