Download - Embient Pengukuran Penc. Udara
PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DI KOTA SURABAYA
II.1. JARINGAN PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN
Perencanaan jaringan pemantauan kualitas udara ambien dilakukan
berdasarkan tingkat konsentrasi pencemar, penyebaran pencemar dan inventarisasi
emisi. Penetapan jumlah jaringan ditentukan oleh faktor-faktor jumlah penduduk,
tingkat pencemaran dan keragamannya serta kebijakan-kebijakan yang berlaku.
Berdasarkan survey lokasi bersama Tim BAPEDAL Pusat, Tim Pemerintah
Austria, Tim Pemerintah Kota Surabaya, Tim BAPEDAL Propinsi Jawa Timur pada
tanggal 10 – 13 Maret 1999, ditetapkan lokasi penempatan Stasiun pemantauan
kualitas udara ambien di Kota Surabaya sebagaimana tabel berikut :
Tabel II.1. Lokasi penempatan stasiun pemantauan kualitas udara ambien
STASIUN LOKASI PEMANTAUAN WILAYAH PERUNTUKAN LAHAN
SUF 1 Halaman Taman Prestasi, Jl. Ketabang Kali
SurabayaPusat
Pusat Kota, Pemukiman, Perkantoran
SUF 2 Halaman Kantor KelurahanPerak Timur, Jl. Selangor
SurabayaUtara
Perkantoran,dekat daerahIndustri, Pergudangan
SUF 3 Halaman Kantor Pembantu Walikota Surabaya Barat , Jl. Sukomanunggal
SurabayaBarat
Pemukiman,daerah pinggir kota
SUF 4 Halaman KecamatanGayungan, Jl. Gayungan
SurabayaSelatan
Pemukiman - dekat TolSurabaya-Gempol
SUF 5 Halaman Convention Hall, Jl. Arif Rahman Hakim
SurabayaTimur
Pemukiman, Kampus, Perkantoran
Stasiun pemantauan terdiri dari kontainer berAC lengkap dengan:
Alat pengukur kualitas udara, sistem pengukuran untuk data meteorologi, sensor
untuk pemantauan suhu dan kelembaban dalam kontainer, sistem kontrol, unit
sampel, penyediaan gas acuan, peralatan bantuan untuk aliran listrik dan transfer
data.
Stasiun bekerja secara terus menerus, otomatis dan terkontrol oleh komputer.
Sistem pengontrolan dapat menyimpan parameter untuk 21 hari, kemudian data
yang paling lama akan diganti dengan yang baru. Dalam masa 21 hari tersebut
data harus ditransfer baik dengan cara online atau data dibawa ke laboratorium
pemantau. Di laboratorium pemantau data dan fungsi sistem harus diperiksa dan
dinyatakan sebagai data yang valid. Jika terjadi kesalahan fungsi dari system atau
terdapat data yang tidak jelas, maka situasi ini harus diklarifikasikan dan data
dinyatakan sebagai data yang valid atau tidak valid (invalid), dan jika perlu diikuti
dengan pemeliharaan sistem.
Lokasi penempatan Public Data Display adalah :
1. Depan Monumen Kapal Selam, Jl. Gubeng Pojok (Surabaya Pusat).
2. Depan BAPPEDA Propinsi Jatim, Jl. Pahlawan (Surabaya Utara).
3. Ring Road Jl. Mayjend Sungkono (Surabaya Barat).
4. Perempatan Jl. Dharmawangsa-Jl. Kertajaya (Surabaya Timur).
5. Depan BNI Graha Pangeran, Jl. A. Yani (Surabaya Selatan)
Lokasi penempatan Ruang Regional Air Quality Monitoring Center (RAQMC)
dan Ruang Operation and Maintenance yang ditempatkan di Kantor Walikota
Surabaya, Jl. Jimerto No. 25 – 27 Surabaya, Lantai I dan V.
Saat ini kondisi stasiun pemantau kualitas udara ambien yang beroperasi
optimal 3 ( tiga ) Stasiun Pemantau yaitu Stasiun Pemantau Gebang Putih, Taman
Prestasi dan Gayungan dan 2 ( dua ) Data Dislay yaitu Data Display di jalan Gubeng
Pojok ( Depan Monumen Kapal Selam) dan di perempatan jalan Dharmawangsa -
Kertajaya.
Berikut ini adalah Peta Lokasi 5 ( lima ) Stasiun Pemantau dan 5 ( lima ) DataDisplay di kota Surabaya :
SUF2
DD2RAQMC
SUF3
DD3
SUF1DD1
DD5SUF5
SUF4
DD4
Gambar II.1. Peta Lokasi Stasiun Monitoring & Data Display
Leg e nda : SUF1 : Taman Prestasi, Jl. Ketabang KaliSUF2 : Perak timur, Jl. SelanggorSUF3 : Sukomanunggal, Jl. Sukomanunggal SUF4 : Gayungan, Jl. Raya Pagesangan SUF5 : Gebang Putih, Jl. A.Rachman Hakim
DD1 : Gubeng Pojok, DD2 : PahlawanDD3 : Jl. Mayjen SungkonoDD4 : Achmad YaniDD5 : Dharmawangsa
II.2. PARAMETER UDARA AMBIEN YANG DIUKUR
Parameter yang diukur dalam stasiun pemantau kualitas udara ambien pada Kota
besar, ada 16 (enam belas) parameter, yang terdiri dari :
1. 5 (lima) parameter kunci : PM10, SO2, O3, NO2, CO.
2. 11 (sebelas) parameter pendukung dan meteorologi : NO, NOx, kecepatan angin
(FF), kecepatan hembusan angin (FF Boe), arah angin (DD), arah hembusan angin
(DD Boe), kelembaban udara ambien, kelembaban udara container, suhu udara
ambien, suhu container dan global radiasi.
Tabel II.2. Parameter Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan Periode WaktuPengukuran
No. PARAMETER WAKTU PENGUKURAN
1. Partikulat (PM10) 24 Jam (periode pengukuran rata-rata)
2. Sulfur Diokasida (SO2) 24 Jam (periode pengukuran rata-rata)
3. Carbon Monoksida (CO) 8 Jam (periode pengukuran rata-rata)
4. Ozon (O3) 1 Jam (periode pengukuran rata-rata)
5 Nitrogen Dioksida (NO2) 1 Jam (periode pengukuran rata-rata)
1. Partikulat (PM10)
Sifat fisik partikel adalah ukurannya berkisar diantara 0,1 mikron sampai 10 mikron.
Selain itu pertikel mempunyai kemampuan sebagai tempat adsorbsi (absorpsi secara
fisik).
Tabel II.3. Pengaruh PM10 Berdasarkan Kategori dan Rentang ISPU
Kategori Indeks Pengaruh PM10
Baik 0 – 50 Tidak ada efekSedang 51 – 100 Terjadi penurunan pada jarak pandangTidak Sehat 101 – 199 Jarak pandang turun dan terjadi pengotoran oleh
debuSangat TidakSehat
200 – 299 Meningkat sensitivitas pada pasien yang berpenyakit asma dan bronhitis
Berbahaya 300 lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar
Sumber : Kep-107/KABAPEDAL/11/1997
MetodePengukuran PM10
Zat partikulat dengan ukuran kurang dari 10 µm diukur dengan menghisap udara
melalui unit sampel yang berbeda dan partikel terakumulasi pada filter tape. Instrumen
(FH 62-1 dar Eberline) mengukur aliran udara secara terpadu, melalui filter tape,
dan massa partikel, pada filter tape dengan sinar β attenuation. Filter tape akan
maju setelah beberapa interval waktu, atau massa akan melampaui jumlah tertentu.
2. Sulfur Dioksida (SO2)
Sulfur dioksida (SO2) merupakan ikatan yang tidak stabil dan sangat rekatif
terhadap gas yang lain. Tidak berwarna, bau yang sangat tajam, sangat mengiritasi,
tidak terbakar, dan tidak meledak.
Tabel II.4. Pengaruh SO2 Berdasarkan Kategori dan Rentang ISPUKategori Indeks Pengaruh SO2
Baik 0 – 50 Luka pada beberapa spisies tumbuhan akibatkombinasi O3 (selama 4 jam)
Sedang 51 – 100 Luka pada beberapa spesies tumbuhanTidak Sehat 101 – 199 Berbau, Meningkatnya kerusakan tanamanSangat TidakSehat
200 – 299 Meningkat sensitivitas pada pasien yangberpenyakit asma dan bronhitis
Berbahaya 300 lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua populasiyang terpapar
Sumber : Kep-107/KABAPEDAL/11/1997
- Metode Pengukuran SO2
Alat pengukur yang berkerja secara terus menerus (APSA-360 dari Horiba)
berdasarkan metode ultraviolet fluorescence.
Pada saat sinar ultraviolet (220 nm) menghilangkan radiasi radiasi sampel yang
mengandung SO2, SO2 akan menghasilkan sinar dengan panjang gelombang
yang lebih panjang (320 nm) dibandingkan dengan sinar yang radiasinya sudah
dihilangkan. Yang pertama disebut sebagai sinar yang disebut sebagai excited
light dan yang terakhir merupakan fluorescence. Konsentrasi sampel yang diukur
intensitas fluorescence tersebut.
3. Ozon (O3)
Tabel II.5. Pengaruh O3 Berdasarkan Kategori dan Rentang ISPUKategori Indeks Pengaruh O3
Baik 0 – 50 Luka pada beberapa spesies tumbuhan akibatkombinasi SO2 (selama 4 jam)
Sedang 51 – 100 Luka pada beberapa spesies tumbuhanTidak Sehat 101 – 199 Penurunan kemampuan pada atlit yang berlatih
kerasSangat TidakSehat
200 – 299 Olahraga ringan mengakibatkan pengaruhpernapasan pada pasien yang berpenyakit paru- paru kronis
Berbahaya 300 lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua populasiyang terpapar
Sumber : Kep-107/KABAPEDAL/11/1997
Metode Pengukuran O3
Alat pengukur yang berkerja secara terus menerus (APOA-360 dari Horiba)
berdasarkan metode penyerapan ultraviolet.
Metode ini berdasarkan pada karakteristik ozon yang menyerap sinar ultra
violet yang mempunyai panjang gelombang tertentu.
4. Nitrogen Dioksida (NO2)
Berwarna merah-ungu-kecoklatan serta baunya menyengat, toksis dan korosif
menghisap banyak cahaya. Di udara Nitrogen dioksida (NO2) membentuk awan
kuning atau coklat.
Tabel II.6. Pengaruh NO2 Berdasarkan Kategori dan Rentang ISPUKategori Indeks Pengaruh NO2
Baik 0 – 50 Sedikit berbauSedang 51 – 100 BerbauTidak Sehat 101 – 199 Berbau dan kehilangan warna, peningkatan
reaktivitas pembuluh tenggorokan pada penderita asma
Sangat TidakSehat
200 – 299 Meningkat sensitivitas pada pasien yang berpenyakit asma dan bronhitis
Berbahaya 300 lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar
Sumber : Kep-107/KABAPEDAL/11/1997
Metode Pengukuran NO2
Alat pengukur yang berkerja secara terus menerus (APNA-360 dari Horiba)
berdasarkan metode chemiluminescence.
Jika nitrogen monoksida (NO) dalam gas sampel bereaksi dengan ozon
(O3), maka sebagian dari NO beroksidasi menjadi nitrogen dioksida (NO2).
Bagian dari NO2 yang dihasilkan merupakan excited state (NO2’)
dan menghasilkan radiasi sinar pada saat berubah menjadi ground state.
Fenomena ini disebut chemiluminescence.
Reaksi ini terjadi dengan sangat cepat dan hanya melibatkan NO – tanpa
hampir menghasilkan dampak pada gas-gas lainnya. Jika NO berada oada
konsentrasi yang rendah, jumlah luminescence akan sesuai dengan
konsentrasinya.
APNA-360 memisahkan gas sampel ke dalam dua bagian. Pada bagian
pertama NO2 dikurangi menjadi NO oleh Konverter NOx dan kemudian
digunakan sebagai gas sampel untuk pengukuran NOx (NO + NO2). Di bagian
lain, gas sampel NO digunakan sebagaimana mestinya. Sampel gas ini diganti
oleh katup solenoid setiap 0.5 detik.
5. Karbon Monoksida (CO)
Tabel II.7. Pengaruh CO Berdasarkan Kategori dan Rentang ISPU
Kategori Indeks Pengaruh CO
Baik 0 – 50 Tidak ada efekSedang 51 – 100 Perubahan kimia darah tetapi tidak terdeteksiTidak Sehat 101 – 199 Peningkatan pada kardiovaskular pada perokok
yang sakit jantungSangat TidakSehat
200 – 299 Meningkat kardiovaskular pada perokok yang sakit jantung, dan tampak beberapa kelemahan yang terlihat nyata
Berbahaya 300 lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar
Sumber : Kep-107/KABAPEDAL/11/1997
Metode Pengukuran CO
Alat pengukur yang berkerja secara terus menerus (APMA-360 dari Horiba)
berdasarkan metode penyerapan infra red.
Gas sampel dan gas zero (yang disiapkan oleh eliminasu catalic dari CO pada
udara ambien) secara bergantian dikirim ke ruang pengukuran oleh katup
solenoid yang diaktifkan pada frekuensi 1 Hz.
Selama konsentrasi gas pada gas sampel dan gas zero sama, output dari
detektor akan menjadi nol, jika tidak, signal termodul akan terproduksi.
Penyebaran bahan pencemar di udara dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi
sebagai berikut :
1. Suhu Udara
Suhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi bahan pencemar di udara sesuai
dengan cuaca tertentu. Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara makin renggang
sehingga konsentrasi bahan pencemar menjadi makin rendah. Sebaliknya pada suhu
yang dingin keadaan udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar diudara
makin tinggi.
2. Kelembaban
Kelembaban udara juga mempengaruhi konsentrasi pencemar di udara. Pada
kelembaban yang tinggi maka kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan
pencemar di udara, menjadi zat lain yang tidak berbahaya atau menjadi pencemar
sekunder.
3. Tekanan udara
Tekanan udara tertentu dapat mempercepat atau menghambat terjadinya suatu
reaksi kimia antara pencemar dengan zat pencemar di udara atau zat-zat yang ada di
udara, sehingga pencemar udara dapat bertambah atau berkurang.
4. Angin
Angin adalah udara bergerak. Akibat pergerakan udara maka akan terjadi suatu
proses penyebaran yang dapat mengakibatkan pengenceran dari bahan pencemar
udara, sehingga kadar suatu pencemar pada jarak tertentu dari sumber akan
mempunyai kadar berbeda. Demikian juga halnya dengan arah dan kecepatan angin
mempengaruhi kadar bahan pencemar setempat.
5. Keadaan awan
Keadaan awan dapat mempengaruhi keadaan cuaca udara, termasuk juga
banyaknya sinar matahari yang menyinari bumi. Kedua hal ini dapat mempengaruhi
reaksi kimia pencemar udara dengan zat-zat yang ada di udara.
6. Sinar Matahari
Sinar matahari dapat mempengaruhi kadar bahan pencemar di udara karena
dengan adanya sinar matahari tersebut maka beberapa pencemar udara dapat
dipercepat atau diperlambat reaksinya dengan zat-zat lain di udara sehingga kadarnya
dapat berbeda menurut banyaknya sinar matahari yang menyinari bumi. Demikian
juga banyaknya panas matahari yang sampai ke bumi dapat mempengaruhi kadar
pencemar di udara.
7. Curah Hujan
Hujan merupakan suatu partikel air di udara yang bergerak dari atas jatuh ke
bumi. Dengan adanya hujan maka bahan pencemar berupa gas tertentu dapat diserap
ke dalam partikel air. Begitu pula partikel debu baik yang inert maupun partikel debu
yang lain dapat ditangkap dan menempel pada partikel air dan dibawa jatuh ke bumi.
Dengan demikian bahan pencemar dalam bentuk partikel dapat berkurang akibat
jatuhnya hujan (dirjen PPM dan PLP, 1993).
II.3. INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), merupakan skala untuk
menggambarkan tingkat polusi udara sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.
ISPU berhubungan dengan konsentrasi pencemar di udara, namun dalam bentuk
relatif tergantung pada jumlah pencemar di udara.
II.3.1 Perhitungan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)
Cara penghitungan hasil pengukuran udara ambient yang dikonversikan dalam
indeks standard pencemar udara adalah sebagai berikut :
Konsentrasi nyata ambient (Xx) ppm, mg/m3, dll
Angka nyata ISPU (1)
Xx II
I = ISPU terhitung
Ia = ISPU Batas Atas
Ib = ISPU Batas Bawah
Xa = Ambien Batas Atas
Xb = Ambien Batas Bawah
Xx = Kadar Ambien nyata hasil pengukuran
Contoh perhitungan indeks standard pencemar udara (ISPU) adalah sebagai
mana berikut :
Diketahui konsentrasi ambient untuk jenis parameter SO2 adalah 322 µg/m3.
I = Ia – Ib Xa – Xb
(Xa-Xb) + Ib
Tabel II.8. Batas Indeks Standart Pencemar Udara dalam Satuan SI
ISPU 24 jam PM10
µg/m³24 jam SO2
µg/m³8 jam CO
mg/m³1 jam O3
µg/m³1 jam NO2
µg/m³0 0 0 0 0 0
50 50 80 5 120
100 150 365 10 235
200 350 800 17 400 1130
300 420 1600 34 800 2260
400 500 2100 46 1000 3000
500 600 2620 57.5 1200 3750
Sumber : Kep–107/KABAPEDAL/11/1997
Dari tabel II.8. diperloleh angka –angka :
Xx : Kadar ambient nyata hasil pengukuran 322
Ia : ISPU batas atas 100 (baris 3 di ISPU)
Ib : ISPU batas bawah 50 (baris 2 di ISPU)
Xa : Ambien batas atas 365 (baris 3 di SO2)
Xb : Ambien batas bawah 80 (baris 2 di SO2)
Kemudian angka-angka tersebut dimasukkan ke dalam rumus menjadi :
I = Ia – Ib Xa – Xb
(Xa-Xb) + Ib
I =100-50 365-80
(322-80) + 50
I = 92,45 = 92 (pembulatan)
Jadi konsentrasi udara ambient SO2 = 322 µg/m3 dihitung menjadi indeks
standart pencemar udara (ISPU) sebesar 92.
Pada saat nilai berada diantara nilai ISPU yang terdapat dalam tabel di atas,
dibutuhkan interpolasi linear. ISPU – nilai merupakan nomor yang alamiah, sehingga
hasil interpolasi harus diputar ke digit yang integer. Tabel di atas berdasarkan kondisi
ambien sebesar 25 ºC dan 1013 mbar.
Karena ISPU mewakili dampak kesehatan dari parameter polusi yang
bersangkutan. KEP-107/KABAPEDAL/11/1997 menjelaskan bahwa ISPU untuk
situasi di atas selalu merupakan nilai yang tertinggi jika beberapa pengukuran
diambil untuk mengukur nilai ISPU.
II.3.3. Dampak Pencemar Udara Berdasarkan Angka dan Kategori ISPU
Baik gas maupun partikel yang berada di atmosfer dapat menyebabkan
gangguan terhadap manusia, hewan dan lingkungan. Secara umum dampak yang
terjadi berkaitan dengan angka dan kategori indeks standar pencemar udara (ISPU)
sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel II.9. Dampak Pencemaran Udara Pada Manusia, Hewan, dan Nilai Estetika serta Lingkungan Berdasarkan Kategori dan Rentang Indeks Standar
Pencemar Udara (ISPU)Kategori Indeks Penjelasan
Baik 0-50 Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika
Sedang 51-100 Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif, dan nilai estetika
Tidak Sehat 101-199 Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika
Sangat TidakSehat
200-299 Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada segmen sejumlah populasi yang terpapar
Berbahaya 300 lebih Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi yang terpapar
II.3.4. Tindakan Pengendalian Berdasarkan Indeks Standart Pencemar Udara
Tabel II.10. Pendekatan Tingkat ISPU bagi Para Pengambil Keputusan
Tingkat Tindakan
100-200 Tindakan PencegahanSecara terseleksi dilakukan tindakan pencegahan oleh aparat untuk membatasi aktivitas tertentu, dan pembatasan pada kegiatan industri tertentu
200-300 Tindakan SiagaSegera membatasi kegiatan pembakaran di ruang terbuka, mengurangi potensi emisi yang besar, baik dari industri maupun transportasi dan lainnya
300-400 Tindakan PeringatanPemerintah sudah memutuskan larangan penggunaan pembakaran, pembatasan, penggunaan reaktor pabrik, pengurangan operasi pada fasilitas pabrik tertentu, dan meminta masyarakat membatasi penggunaan kendaraan pribadi dan angkutan umum, dan kegiatan lain yang memicu konsentrasi pencemar meningkat.Pemerintah sudah mempersiapkan pengungsian terbatas, pada orang-orang sakit, anak-anak dan manula, dan penggunaan masker. Pengerahan unit penanggulangan bencana atau satkorlak daerah.
Lebih 400 Tindakan DaruratPemerintah memutuskan penghentian dari sebagian besar atau seluruh kegiatan industri dan aktivitas komersial, pelarangan penggunaan semua kendaraan pribadi dan kegiatan lain yang memicu konsentrasi pencemar meningkat. Pemerintah sudah melakukan pengungsian menyeluruh secara bertahap dan penggunaan masker. Pengerahan unit penanggulangan bencana atau satkorlak daerah, dan bantuan satuan teknis peralatan dari luar secara terpadu
Public Data Display yang dipasang di lokasi strategis sehingga masyarakat
yang melaluinya bisa melihat informasi kondisi kualitas udara
Sesuai dengan amanat Undang – Undang Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun
1997 bahwa masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi mengenai kualitas
lingkungan termasuk kualitas udara di kota Surabaya ini, maka pelaporan hasil
pemantauan ini dikemas dalam bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat
umum. Informasinya disampaikan dalam bentuk ISPU, yang dipublikasikan lewat
papan display, internet (www.Surabaya.go.id).
Informasi yang disebarkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor : Kep-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara
(ISPU). ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara) adalah angka yang tidak
mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan
waktu tertentu, yang didasarkan pada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai
estetika dan makhluk hidup lainnya.
Penggunaan ISPU sangat memudahkan masyarakat untuk mengetahui kondisi
kualitas udara pada waktu tertentu karena sistem ini sangat informatif dan mudah
dipahami oleh masyarakat luas.
mik
rogra
m/m
ete
r ku
bik
mik
rog
ram
/met
er ku
bik
HASIL PEMANTAUAN KUALITAS UDARA TAHUN 2008
III.1. BERDASARKAN KONSENTRASI RATA-RATA HARIAN
Grafik berikut memperlihatkan profil konsentrasi rata-rata harian masing parameter selama Bulan Januari – Desember 2008
350
300
Standart
250
200
150
100
50
0
Grafik III.1. Konsentrasi rata-rata harian PM 10 tahun 2008
400
350Standart
300
250
200
150
100
50
0
Grafik III.2. Konsentrasi rata- rata harian SO2 tahun 2008
mik
rog
ram
/me
ter
ku
bik
mili
me
ter/
me
ter
kub
ik
0 1/0
1/2
008
01
/01/
20
08
0 1/0
2/2
008
01
/02/
20
08
0 1/0
3/2
008
01
/03/
20
08
0 1/0
4/2
008
01
/04/
20
08
0 1/0
5/2
008
01
/05/
20
08
0 1/0
6/2
008
01
/06/
20
08
01
/07/
20
080 1
/07
/200
8
01
/08/
20
080 1
/08
/200
8
01
/09/
20
080 1
/09
/200
8
01
/10/
20
080 1
/10
/200
8
01
/11/
20
080 1
/11
/200
8
01
/12/
20
080 1
/12
/200
8
12
Standart
10
8
6
4
2
0
Grafik III.3. Konsentrasi rata rata harian CO Tahun 2008
250
200
Standart
150
100
50
0
Grafik III.4. Kosentrasi rata rata harian O3 tahun 2008
mik
rog
ram
/met
er k
ub
ik
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Grafik III.5. Konsentrasi rata- rata harian NO2 tahun 2008
Dari Grafik rata – rata harian masing – masing parameter terlihat secara
umum kualitas udara kota Surabaya dibawah batas Indeks Standart Pencemar
Udara ( Tabel II.6 ), kecuali PM 10. Untuk PM 10 terdapat 2 hari melebihi
standart yaitu pada bulan maret dan desember.
ha
ri
III.2. BERDASARKAN PARAMETER KRITIS
Grafik berikut memperlihatkan profil kritikal parameter selama Bulan
Januari – Desember 2008
35
30
25PM 10
20 SO2
CO
15O3
10
5
0
jan feb mart apr mei jun jul ags sep okt nov des
Grafik III.6. Jumlah hari parameter kritis tahun 2008
Berdasarkan Grafik diatas terlihat kritikal parameter didominasi oleh PM
10 dan O3 kecuali pada bulan desember SO2 dan CO tampak menonjol.
III.3. BERDASARKAN NILAI ISPU ( INDEKS STANDART PENCEMAR UDARA )
Pada tahun 2008 untuk hari sedang sebanyak 272 hari dan hari baik sebanyak
86 hari ( total 358 hari ) sehingga capaian kinerja tahun 2008 sebagai berikut :
% Kualitas Udara yang layak hirup
= Σ hari dgn kualitas baik & sedang dlm setahun Σ hari dalam setahun
X 100 %
= 358366
X 100 %
= 97,81 %
III.4. Hasil Pemantauan Kualitas Udara Ambient Tahun 2001 - 2008
R = 0,0333
ha
rih
ari
Grafik berikut menunjukkan nilai ISPU berdasarkan presentasi
dan jumlah hari di Kota Surabaya Tahun 2001 – 2008
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
PM 10
SO2
CO
O3
Linear (PM 10)
Linear (SO2)
Linear (O3)
Linear (CO)
Grafik III.7. Jumlah hari parameter kritis tahun 2001 - 2008
Dari grafik terlihat sepanjang tahun 2001 – 2008 untuk parameter PM 10,
O3 dan CO cenderung turun sedangkan SO2 cenderung naik
100
90
y = -1,2053x + 89,2280
R2
= 0,3170
60
50
40
Tidak Sehat
Baik
Sedang
Linear (Sedang)
Linear (Baik)
Linear (Tidak Sehat)
30
20 y = 1,2663x + 8,7181
R2
= 0,34910
y = -0,061x + 2,06210 2
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Grafik III.8. Kecenderungan Kualitas Udara tahun 2001 - 2008
Dari Grafik terlihat untuk jumlah hari baik cenderung naik sementara
jumlah hari sedang dan hari buruk cenderung turun.
LAMPIRAN
Tabel 1. Hasil pemantauan kualitas udara tahun 2008
ISPU Bulan Tot %Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Baik 16 25 7 5 3 2 0 2 8 10 8 0 86 23,50
Sedang 15 4 22 24 27 27 29 29 22 21 22 30 272 74,32
TidakSehat 0 0 2 1 1 1 2 0 0 0 0 1 8 2,19
Sangat Tidak Sehat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Berbahaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tabel 2. Hasil pemantauan kualitas udara tahun 2001 sampai dengan 2008
NILAI ISPUMrt – Des
20012002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 – 50 BAIK 27 42 51 63 62 26 60 86
51 - 100 SEDANG 272 312 312 299 259 334 300 272
101 - 199 TIDAK SEHAT 7 11 2 4 9 5 5 8
200 - 299 SANGAT TIDAK
SEHAT
0 0 0 0 0 0 0 0
300 - LEBIH
BERBAHAYA 0 0 0 0 0 0 0 0
Perhitungan persentase kualitas hari berdasarkan nilai ISPU
a) Tahun 2001 (bulan Maret-Desember) terdapat :
7 hari tidak sehat ( 2,29 %)
27 hari Baik ( 8,82 %)
272 hari sedang ( 88.89 %)
27 hari Baik dan 272 hari sedang ( 97,71 %)
b) Tahun 2002 terdapat :
11 hari tidak sehat ( 3,01 % )
42 hari Baik ( 11.57 %)
312 hari sedang ( 85,48 %)
42 hari Baik dan 312 hari sedang ( 96,99 %)
c) Tahun 2003
2 hari tidak sehat ( 0,55 %)
51 hari baik ( 13,97 %)
312 hari sedang ( 85,48 %)
51 hari baik dan 312 hari sedang ( 99,45 %)
d) Tahun 2004
4 hari tidak sehat ( 1,09 % )
63 hari baik ( 17,22 %)
299 hari sedang ( 81,69 %)
63 hari baik dan 299 hari sedang ( 98,91 %)
e) Tahun 2005
9 hari tidak sehat ( 2,73 %)
62 hari baik ( 18,79 %)
259 hari sedang ( 78,48%)
62 hari baik dan 259 hari sedang ( 97,27 %)
f) Tahun 2006
5 hari tidak sehat ( 1,37 %)
26 hari baik ( 7,12 %)
334 hari sedang ( 91,51 %)
26 hari baik dan 334 hari sedang ( 98,63 %)
g) Tahun 2007
5 hari tidak sehat ( 1,37 %)
60 hari baik ( 16,44 %)
300 hari sedang ( 82,19 %)
60 hari baik dan 300 hari sedang ( 98,63 %)
h) Tahun 2008
8 hari tidak sehat ( 2,19 %)
86 hari baik ( 23,50 %)
276 hari sedang ( 74,32 %)
86 hari baik dan 276 hari sedang ( 97,81%)