EFEKTIVITAS SISTEM PENGANGKUTAN BAHAN BAKU TANDAN
BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT (ELAEIS GUINEENSIS) DALAM
MENINGKATKAN MUTU di KEBUN TANDUN PTPN V, RIAU
SKRIPSI
OLEH :
TIRTA YOGA
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
EFEKTIVITAS SISTEM PENGANGKUTAN BAHAN BAKU TANDAN
BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT (ELAEIS GUINEENSIS) DALAM
MENINGKATKAN MUTU di KEBUN TANDUN PTPN V, RIAU
OLEH :
TIRTA YOGA
135040101111294
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Penelitian : Efektivitas Pengangkutan Bahan Baku Tandan Buah Segar
(TBS) Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis) Dalam
Meningkatkan Mutu di Kebun Tandun PTPN V, Riau
Nama Mahasiswa : Tirta Yoga
NIM : 135040101111294
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Disetujui,
Pembimbing Utama,
Ir. Heru Santoso Hadi Subagyo, S.U.
NIP. 19540305 1981103 1 005
Mengetahui,
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,
Mangku Purnomo, SP., M.Si., Ph.D.
NIP. 19770402 200501 1 001
Tanggal Persetujuan:
LEMBAR PENGESAHAN
Tanggal Lulus:
Dosen Penguji II,
Novil Dedy Andriatmoko, SP.,MP,.MBA
NIK. 201607881130 1 001
Dosen Penguji I,
Medea Rahmadhani Utomo, SP.,M.Si
NIK. 20160990033 1 1001
Dosen Penguji III,
Ir. Heru Santoso Hadi Subagyo, S.U.
NIP. 19540305 1981103 1 005
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Efektivitas
Sistem Pengangkutan Bahan Baku Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit
(Elaeis Guineensis) Dalam Meningkatkan Mutu di Kebun Tandun PTPN V,
Riau”, merupakan hasil karya dari penelitian saya sendiri, dengan bimbingan
komisi pembimbing. Skripsi ini belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan saya. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Malang, Juli 2017
Tirta Yoga
135040101111294
RINGKASAN
Tirta Yoga. 135040101111295. Efektivitas Sistem Pengangkutan Bahan Baku
Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis) Dalam
Meningkatkan Mutu di Kebun Tandun PTPN V, Riau. Dibawah bimbingan Ir.
Heru Santoso Hadi Subagyo, SU. sebagai Pembimbing Utama.
Kelapa sawit (Elaeis Guineensis) merupakan komoditas strategis Indonesia,
kelapa sawit mampu meningkatkan pembangunan ekonomi, pengembangan
wilayah dan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB). Tanaman kelapa sawit
terus meningkat baik luas maupun produksinya. Kelapa sawit merupakan
komoditas utama perkebunan Indonesia dikarenakan kelapa sawit memiliki nilai
ekonomi yang tinggi dan kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak
nabati terbanyak diantara tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
Riau merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi dalam
pengembangan kelapa sawit di Indonesia. Daerah Riau merupakan daerah yang
memiliki perkebunan sawit terluas dan banyak diusahakan dengan luas mencapai
2,30 juta menurut Direktorat Jenderal (Dirjen) Perkebunan tahun 2014. Salah satu
kelompok perusahaan yang bergerak di sub sektor kelapa sawit adalah PT.
Perkebunan Nusantara V. PT. Perkebunan Nusantara V Riau merupakan
perusahaan perkebunan kelapa sawit milik negara (BUMN). Salah satu bagian
dari PT. Perkebunan Nusantara V adalah Kebun Tandun yang berada di Kabupaten
Kampar, Riau. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah Crude Palm Oil
(CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO).
Dibalik prospek serta kejayaan pada permintaan terhadap CPO, diperlukan
suatu usaha peningkatan mutu dan kuantitas kelapa sawit guna memenuhi
permintaan dunia akan kelapa sawit menuntut setiap perusahaan perkebunan dan
kelapa sawit tidak terkecuali Kebun Tandun PTPN V, Kebun Tandun harus
memiliki strategi manajemen perencanaan yang baik untuk peningkatan mutu
kualitas CPO.
Mutu minyak kelapa sawit dapat dipengaruhi oleh kadar Asam Lemak
Bebas (ALB). Peningkatan ALB ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah jenis varietas kelapa sawit, penanganan pasca panen atau kesalahan selama
proses panen dan pengangkutannya, keterlambatan pengangkutan, lamanya waktu
i
pengangkutan serta antrian di pabrik kelapa sawit sangat besar peranannya dalam
peningkatan kadar ALB.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pengangkutan bahan baku TBS di Kebun Tandun PTPN V yang
berdampak pada mutu kualitas. 2) Menganalisis sejauh mana efektivitas sistem
pengangkutan bahan baku TBS yang diterapkan Kebun Tandun PTPN V yang
berdampak pada mutu bahan baku TBS.
Metode penentuan lokasi pada penelitian ini dilakukan secara purpossive
(sengaja). Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan responden dengan cara
memilih informan dari sumber yang tepercaya yang dapat memberikan informasi
dengan jelas dan lengkap. Informan kunci (key informan) yang dipilih adalah dari
bagian unit transportasi. Dalam pelaksanaan penelitian ini metode pengumpulan
data yang digunakan yaitu pengumpulan data lapangan dan kepustakaan.
Hasil dari penelitian menggunakan analisis diagram fishbone ini
menunjukan bahwa faktor-faktor pembatas yang mempengaruhi pengangkutan
TBS Kebun Tandun adalah jenis truk, jarak tempuh kebun dengan pabrik,
topografi area, cuaca, kebutuhan armada angkut, kondisi alat transportasi, kondisi
jalan yang dilalui dan kondisi pabrik. Hasil analisa efektivitas sistem
pengangkutan TBS didapatkan hasil bahwa antrian di unit penimbangan dan
kebutuhan armada transportasi berpengaruh terhadap kenaikan kadar Asam
Lemak Bebas (ALB).
Antrian dipengaruhi dari panen puncak dan panen rendah. Pada produksi
harian rendah, laju kedatangan truk perhari adalah 5 truk/jam dengan panjang
antrian adalah 0,34 atau 1 truk dan waktu antrian sebesar 3,89 menit atau 4 menit.
Sedangkan pada waktu produksi puncak laju kedatangan truk adalah 11,5 truk
atau 12 truk/jam, dengan panjang antrian yang terjadi 22 truk dan waktu rata-rata
truk mengantri 115 menit. Sedangkan pada perkiraan kebutuhan armada
transportasi pada saat panen rendah sebanyak 1 truk dan pada panen puncak
sebanyak 7 truk.
Kata kunci : Server, Sistem Antrian, Kebutuhan Armada, CPO, Kebun Tandun
Riau
ii
SUMMARY
Tirta Yoga. 135040101111295. The Effectivity of The Transport System of The
Raw Material of Fresh Fruit Bunches (FFB) of Palm Oil (Elaeis Guineensis) to
Improve The Quality in Kebun Tandun PTPN V, Riau. Dibawah bimbingan Ir.
Heru Santoso Hadi Subagyo, SU. sebagai Pembimbing Utama.
Palm oil (Elaeis Guineensis) is Indonesia’s strategic commodity, palm oil
can improve economic development, regional development and increase in Gros
Domestic Product (GDP). Palm oil plantation continues to increase such as large
and production. Palm oil is the main commodity of Indonesia plantation, because
palm oil has a high Economic value and palm oil is the largest vegetable oil-
producing plant among other vegetable oil-producing plants.
Riau is one of the areas that have potential in palm oil develompment in
Indonesia. Riau is the region that has the largest palm oil plantation and many
cultivated with large reach 2,30 million according to Direktorat Jenderal (Dirjen)
Perkebunan 2014 year. One group of companies engaged in palm oil sub-sector
palm oil is PT. Perkebunan Nusantara V. PT. Perkebunan Nusantara V Riau is a
palm oil plantation company state-owned enterprises (BUMN). One part of PT.
Perkebunan Nusantara V is Kebun Tandun which is located in Kampar regency,
Riau. The products produced by campany are Crude Palm Oil (CPO) and Palm
Kernel Oil (PKO).
Behind the prospect and glory on demand for CPO, neended an effort to
improve quality and quantity of palm oil to meet world demand for palm oil
demanding every plantation company and palm oil not only to mention Kebun
Tandun PTPN V, Kebun Tandun must have a good planning management strategy
to improve the quality of CPO.
The quality of palm oil cam be affected by the level of Free Fatty Acids
(FFA). This increase in FFB is influenced by several factors, such as the The of
palm oil varieties, Post harvest handling or eror during harvesting and
transportation, transport delay, length of transport time as well as queues at palm
oil factory very large rol in increasing level of FFB.
The purpose of this research is 1) Analyze the factors that affect the
trannsportation of the raw materials of FFB in Kebun Tandun PTPN V which
iii
impact on quality. 2) Analyze the extent to which the effectiveness of the raw
material transport System of FFB applied Kebun Tandun PTPN which impact on
quality.
The method of determining the location in the research done on a
purpossive. This research uses respondent technique of taking respondent by
selecting informants from a trusted source that can provide information clearly
and completely. key informan the selected unit is from the transport unit. yang
dipilih adalah dari bagian unit transportasi. In the implementation of this research
data collection method Led is field research and literature
The results of the research pusing this fishbone diagram analysis shows that
the limiting factors affecting the transport of FFB Kebun Tandun is type of truk,
plantation distance with factory, topography area, weather, need of transport,
condition of transportation, condition of the road and condition of the factory.
Result of analysis of effectiveness of FFB transportation System it was found that
the queue in the weighing unit and need of transportation influenced the increase
of level Free Fatty Acid (FFA).
Queues are affected from high and lob harvest. On low daily production,
truck arrival rate per day is 5 trucks/hous with a long queue is 0,34 or 1 truck and
queue time of 3,98 minutes or 4 minutes. While at high production, truct arrival
rate is 11,5 truck or 12 truck/hous with a long queue is 22 truck and the average
time the truck is queuing 115 minutes. While at the estimed transportation needs
at the time of low harvest as mus 1 truck and on high harvest of 7 trucks.
Keywords : Server, Queue System, Transportation Needs, CPO, Kebun Tandun
Riau
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul
“Efektivitas Sistem Pengangkutan Bahan Baku Tandan Buah Segar (TBS)
Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis) Dalam Meningkatkan Mutu di Kebun
Tandun PTPN V, Riau”.
Penelitian ini merupakan suatu tahap wajib dilaksanakan bagi setiap
mahasiswa S-1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya dalam rangka menyelesaikan studi
tahap strata 1 (S-1). Penelitian ini merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
menuntut peneliti dapat melakukan sumbangsih kepada dunia pendidikan dan
kepada masyarakat banyak.
Dalam pelakasanaan dan penyusunan skripsi penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membatu
dalam penyusunan tulisan ini, sehingga semua dapat terlesaikan dengan baik,
terutama kepada:
1. Bapak Mangku Purnomo. SP., M.Si., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
2. Bapak Ir. Heru Santoso Hadi Subagyo, S.U. selaku dosen pembimbing utama
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
3. Kedua orang tua, mama dan papa yang tercinta, yang telah memberikan
dukungan baik itu doa, moril, waktu serta biaya yang tidak henti-henti
diberikan kepada penulis. Serta ketiga abang saya, bang Zeno, bang Aan dan
Bang Ian yang telah memberikan dukungan dan biaya kepada penulis untuk
dapat menyelesaikan tulisan ini.
4. Bapak Ir. Margono selaku Manajer Kebun Tandun PT. Perkebunan Nusantara V
yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Kebun Tandun.
5. Bapak Ir. Posta Ojak Pardede selaku Asisten Kepala Rayon B yang telah
banyak memberikan ilmu dan pengetahuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tulisan.
v
6. Bapak Ifan Wirahadian, SP.,MM selaku Asisten di Afdeling V dan juga sebagai
pembimbing lapang yang telah sangat banyak membatu penulis dalam
penelitian.
7. Rekan seperjuangan saya yang telah menemani perjalanan perkuliahaan dari
semester 1 hingga semester 8, kepada para Ongis (Reza, Briyan, Hanif, Abidin,
Mahdi) kalian luar biasa.
8. Keluarga besar GmnI FP UB, terimakasih kepada seluruh abang-abang serta
adek-adek kader yang telah memberikan penulis suatu pengalaman,
harapannya kekompakan serta eksistensi tetap terus terjaga. Merdeka!!!
9. Temen-temen Agribisnis Angkatan 2013 yang telah bersama-sama berjuang
dalam menyelesaikan tugas akhir, dan yang masih berjuang dalam
menyelesaikan tugas akhir. Terimakasih atas canda, tawa dan sharing-nya
selama kurun waktu 4 tahun.
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa tulisan ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi, sistematika, maupun
penyusunan bahasanya. Hal ini disebabkan masih terbatasnya pengetahuan dan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran serta petunjuk yang bersifat membangun demi semakin
sempurnanya proposal penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap, semoga tugas
akhir ini mampu memberikan manfaat kepada pembaca dan bermanfaat dalam
pengembangan pengetahuan secara umum.
Malang, Juli 2017
Penulis
Tirta Yoga
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Tirta Yoga, dilahirkan di
Kota Pekanbaru Riau pada tanggal 15 Mei 1995. Penulis
merupakan anak terakhir dari 3 bersaudara, Ayah dan Ibu
yang bernama Supirman B,Sc dan Rukmini, S,Pd. Penulis
mengenyam pendidikan Sekolah Dasar di SDN 023
Pekanbaru, kemudian melanjutkan ke jenjang Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 09 Pekanbaru, dan
menyelesaikan Sekolah Menegah Atas di SMA Negeri 10 Pekanbaru. Pada tahun
2013, penulis melanjutkan jenjang kuliah di Universitas Brawijaya (UB) Malang
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di
jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Sosek).
Pada masa pendidikannya penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan
internal, eksternal, UKM dan sosial. Pada tahun 2016, penulis melakukan kegiatan
Kerja Praktek (Magang) di PT. Perkebunan Nusantara V Riau yang bergerak di
bidang kelapa sawit.
\
vii
DAFTAR ISI
RINGKASAN .............................................................................................. i
SUMMARY.................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 8
2.1 Telaah Penelitian Terdahulu ........................................................... 8
2.2 Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit ............................................ 11
2.2.1 Kelapa Sawit dan CPO ............................................................. 11
2.2.2 Panen Kelapa Sawit ................................................................. 13
2.2.2.1 Kriteria Matang Panen ....................................................... 14
2.2.2.2 Rotasi Panen ....................................................................... 13
2.2.2.3 Ancak Panen ....................................................................... 15
2.2.2.4 Peralatan Panen .................................................................. 15
2.2.2.5 Organisasi Panen ................................................................ 15
2.2.3 Transportasi Hasil Panen ......................................................... 16
2.2.4 Standar Mutu Tandan Buah Segar (TBS) ................................ 18
2.3 Diagram Sebab Akibat .................................................................... 19
2.4 Teori Antrian ................................................................................... 21
2.4.1 Konfirmasi Model ..................................................................... 25
2.5 Simulasi .......................................................................................... 27
2.6 Konsep Dasar Sistem Pengangkutan Tandan Buah Segar .............. 27
Halaman
viii
2.6.1 Tenaga Angkut TBS .................................................................. 27
2.6.2 Waktu Pengangkutan TBS ........................................................ 29
2.6.3 Waktu Antrian TBS ................................................................... 29
III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................. 31
3.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 31
3.2 Hipotesa .......................................................................................... 35
3.3 Batasan Masalah............................................................................. 35
3.4 Definisi Operasional......... .............................................................. 36
IV. METODE PENELITIAN ................................................................... 38
4.1 Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ........................... 38
4.2 Metode Penentuan Responden........................................................ 38
4.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 39
4.3.1 Penelitian Lapang ..................................................................... 39
4.3.2 Penelitian Kepustakaan ............................................................ 40
4.4 Metode Analisis Data ...................................................................... 40
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 43
5.1 Profil Kebun Tandun, PTPN V Riau .............................................. 43
5.1.1 Sejarah Singkat Tempat Penelitian ........................................... 43
5.1.2 Lokasi dan Letak Geografis Kebun Tandun ............................ 45
5.1.3 Struktur Organisasi Kebun Tandun .......................................... 46
5.1.4 Sistem Administrasi ................................................................. 52
5.2 Unit Usaha Kebun Tandun, PTPN V Riau .................................... 55
5.3 Sistem Transportasi Kebun Tandun, PTPN V Riau ...................... 56
5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengangkutan TBS .............. 60
5.4.1 Analisa Diagram Fishbone ..................................................... 60
5.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengangkutan TBS .................... 63
5.4.2.1 Jenis Truk dan Jarak Tempuh ........................................... 64
5.4.2.2 Waktu Pengangkutan ........................................................ 65
5.4.2.3 Armada Transportasi ........................................................ 67
5.4.2.4 Kondisi Lapang ................................................................ 68
5.5 Efektivitas Sistem Pengangkutan TBS ...................................... 74
5.5.1 Antrian ................................................................................. 74
ix
5.5.1.1 Disiplin Antrian ............................................................. 74
5.5.1.2 Komponen Fasilitas Pelayanan Pelanggan .................... 75
5.5.1.3 Pembuatan Model Konseptual ....................................... 76
5.5.1.4 Tingkat Kedatangan Truk ............................................... 77
5.5.1.5 Sistem Antrian ................................................................ 78
5.5.2 Kebutuhan Armada Transportasi ......................................... 79
5.5.3 Mutu di Kebun Tandun ........................................................ 82
V. PENUTUP ....................................................................................... 84
6.1 Kesimpulan ............................................................................... 84
6.2 Saran ......................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 86
LAMPIRAN ............................................................................................ 89
x
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal.
1 Standar mutu minyak sawit,inti sawit dan minyak inti sawit .............. 3
2 Kriteria Tingkat Kematangan Buah Kelapa Sawit ............................. 14
3 Peralatan Panen .................................................................................. 15
4 Permasalahan Sebab-Akibat............................................................... 41
5 Rencana Penaggulangan..................................................................... 42
6 Pembagian Luasan Areal Kebun Tandun ........................................... 44
7 Areal Statemen Kebun Tandun ........................................................... 46
8 Data Produksi Kebun Tandun ............................................................ 55
9 Pasokan Produksi TBS Kebun Kemitraan ......................................... 56
10 Waktu Muat TBS ............................................................................... 57
11 Jenis Truk dan Jarak Tempuh ............................................................ 64
12 Jarak Tempuh dan Waktu Perjalanan ................................................ 64
13 Basis Borong pada Waktu Hujan ...................................................... 65
14 Basis Borong Berdasarkan Kerapatan Buah ..................................... 66
15 Tenaga Kerja Pengangkutan TBS ..................................................... 67
16 Lama Waktu Muat TBS ..................................................................... 67
17 Data Curah Hujan .............................................................................. 69
18 Kondisi Jalan ..................................................................................... 69
19 Realisasi Penebaran Batu gunung ..................................................... 71
20 Realisasi Penebaran Sirtu .................................................................. 71
21 Data Stagnasi Perusahaan ................................................................. 73
22 Hasil Perhitungan Antrian ................................................................. 78
23 Rata-rata Kebutuhan Armada ............................................................ 80
24 Kebutuhan Armada Kebun Tandun ................................................... 81
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal.
1 Dasar proses lini antrian ...................................................................... 23
2 Sistem Dasar antrian ........................................................................... 24
3. Sistem antrian model single channel single phrase ........................... 25
4. Sistem antrian model single channel Multi phrase ............................ 25
5. Sistem antrian model multiple channel single phrase........................ 26
6. Sistem antrian model multiple channel multiple phrase .................... 26
7. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 34
8 analisis Fishbone Chart....................................................................... 41
9 Struktur Organisasi Kebun Tandun ..................................................... 48
10 Alur Admninistrasi ............................................................................. 54
11 Siklus Angkutan TBS ......................................................................... 59
12 Analisis Fishbone ............................................................................... 60
13 Grafik Stagnasi Perusahaan ................................................................ 73
15 Tempat Tunggu Truk .......................................................................... 76
16 Diagram Siklus Antrian ...................................................................... 76
17 Diagram Histogram ALB ................................................................... 82
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal.
1 Lay Out Pembibitan tahun 2016 .......................................................... 90
2 Peta Wilayah Kebun Tandun ............................................................... 91
3. Penggunaan Program Analisa Antrian di Unit Penimbangan ............ 92
4. Hasil Keluaran Penggunaan Program Antrian ................................... 100
5. Hasil Perhitungan Teori Jumlah Trip ................................................. 101
6. Hasil Perhitungan Siklus Transportasi ............................................... 101
7. Hasil Jumlah Kebutuhan Trasnportasi ............................................... 102
8 Hasil Primer Pengambilan data waktu ................................................ 103
9 Jumlah Armada.................................................................................... 104
10 Hasil Perhitungan Kadar ALB ........................................................... 106
11 Dokumentasi....................................................................................... 107
xiii
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sub sektor perkebunan merupakan salah satu komponen penting dalam
pembangunan Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari pesatnya pengembangan agribisnis
dalam sub sektor perkebunan, khususnya perkebunan kelapa sawit, dimana kelapa
sawit dinilai sebagai salah satu komoditas yang dapat dibudidayakan dan menjadi
penting dalam rangka revitalisasi sektor pertanian pada saat ini. Perkembangan
sektor pertanian khususnya dalam sub sektor perkebunan kelapa sawit disebabkan
oleh permintaan dan harga produk Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia meningkat
pesat dalam beberapa dekade terakhir ini.
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan salah satu komoditas
strategis Indonesia pada sub sektor perkebunan, baik dalam pembangunan ekonomi,
pengembangan wilayah dan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB). Kelapa sawit
merupakan komoditas utama perkebunan Indonesia dikarenakan nilai ekonomi yang
tinggi dan kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati terbanyak
diantara tanaman penghasil minyak nabati yang lainnya (kedelai, zaitun, kelapa dan
bunga matahari). Kelapa sawit dapat menghasilkan minyak nabati sebanyak 6 ton/ha,
sedangkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya hanya menghasilkan sebanyak 4-
4,5 ton/ha (Sunarko, 2007).
Menurut Oil World (2010) beberapa tahun terakhir kecenderungan yang terjadi
di industri nabati, menunjukkan minyak kedelai sebagai minyak nabati utama di pasar
dunia terus menurun, dan minyak sawit menjadi minyak nabati utama yang
dikonsumsi. Dalam waktu 30 tahun dari tahun 1980-2010, konsumsi minyak sawit
mengalami peningkatan sepuluh kali lipat dari 4,5 menjadi 45 juta ton dan sekarang
pangsa pasar minyak sawit mencapai 34% pasar minyak nabati dunia.
Prospek dari permintaan CPO diprediksikan masih akan terus meningkat, hal
ini dikarenakan permintaan dunia terhadap CPO masih tinggi yang dapat dilihat dari
pertumbuhan rata-rata konsumsi dunia sebesar 7,9 % per tahun (Oil World, 2013).
1
2
Peningkatan permintaan CPO sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dunia dan
tingkat pendapatan masyarakat dunia.
Riau merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi dalam pengembangan
kelapa sawit di Indonesia, dari segi luas areal maupun produksi. Berdasarkan data
Direktorat Jenderal Perkebunan (2014), kelapa sawit di Provinsi Riau merupakan
provinsi yang mempunyai perkebunan sawit terluas dan banyak diusahakan dengan luas
mencapai 2,30 juta Ha.
PT. Perkebunan Nusantara V merupakan salah satu kelompok perusahaan yang
bergerak dalam sub sektor perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang tersebar di
Provinsi Riau. PT. Perkebunan Nusantara V (Persero), disingkat PTPN V, dibentuk
berdasarkan PP No. 10 Tahun 1996 pada tanggal 14 Februari 1996. Salah satu bagian
dari PT.Perkebunan Nusantara V ialah Kebun Tandun yang berada di Kabupaten
Kampar. Produk yang dihasilkan adalah Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil
(PKO). Tidak semua areal perkebunan Kebun Tandun di tanami kelapa sawit.
Beberapa areal kebun dipakai untuk areal pembibitan seluas 33 hektar yang masing-
masing dibagi atas areal pre-nursery dan main nursery, yang dapat dilihat pada
lampiran 1 lay out pembibitan main nursery Kebun Tandun.
Perkebunan kelapa sawit Kebun Tandun ini memiliki luas areal ±7644 hektar
dengan jumlah panen yang berbeda-beda tiap harinya. Areal Kebun Tandun sendiri
dibagi atas 8 Afdeling, yang setiap Afdeling memiliki jarak yang berbeda dan memiliki
blok panen masing-masing (PTPN V).
Dibalik prospek serta kejayaan minyak sawit tentu ada kendala yang dihadapi
oleh pemerintah Indonesia tidak terkecuali perusahaan milik pemerintah atau PTPN V.
Persoalan klasik dan struktural yang masih membelit usaha perkebunan dan industri
kelapa sawit Indonesia antara lain yakni persoalan ketersediaan input produksi (seperti
bibit yang baik,pupuk dan pestisida), rendahnya produktivitas, buruknya infrastruktur
(mulai dari jalan, pelabuhan timbun hingga pelabuhan ekspor) serta lemahnya strategi.
(Samhadi, 2006).
Peningkatan produktivitas serta mutu CPO terus ditingkatkan guna memenuhi
permintaan dunia. Peningkatan produktivitas serta mutu yang baik bisa dengan cara
3
memperluas areal perkebunan, menambah kapasitas produksi dan mempertahankan
rendemen dan mutu agar baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendemen dan
mutu CPO, faktor tersebut ialah jenis atau varietas dari kelapa sawit, pemanenan Tandan
Buah Segar (TBS) tepat pada waktunya, pengolahan atau penanganan pasca panen dan
proses pengangkutannya.
Mutu minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh kadar Asam Lemak Bebas (ALB).
Kadar ALB yang tinggi akan membutuhkan biaya tinggi dalam proses pengolahan di
pabrik serta akan berdampak pada kualitas minyak yang dihasilkan yang dapat
menurunkan harga jual dari minyak sawit tersebut. Berikut tabel standar mutu dari
minyak sawit (CPO) dan inti sawit (PKO) yang diterapkan Kebun Tandun, PTPN V
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar Mutu Minyak Sawit, Inti Sawit dan Minyak Inti Sawit
Karakteristik Minyak Sawit Inti Sawit Keterangan
Asam Lebak Bebas 3,50% 2,00% Maksimal
Kadar Kotoran 0,020% 6% Maksimal
Kadar Air 0,20% 7,00% Maksimal
ALB Buah Rebus 3,10% - Maksimal
Kenaikan ALB Selama
Proses 0,40% - Maksimal
Inti Pecah - 15,00% Maksimal
Inti Berubah Warna - 40,00% Maksimal
Sumber : Data Sekunder, 2017
Menurut Lubis (2011), transportasi buah (Fruit Fresh Bunches = FFB)
merupakan mata rantai dari 3 (tiga) mata rantai yang terpenting dan saling
mempengaruhi yaitu Panen, Angkut dan Olah (PAO). Dalam pengolahan kebun kelapa
sawit, faktor pengangkutan mendapatkan perhatian khusus. Pengangkutan TBS
merupakan salah satu bagian dari perencanaan dan pengendalian produksi. Proses
produksi akan berjalan lancar apabila pasokan bahan baku, yaitu TBS selalu ada atau
tersedia, namun dengan tetap menjaga agar tidak terjadi penumpukan TBS.
Permasalahan yang terjadi di Kebun Tandun, PTPN V yang mempengaruhi
pengangkutan bahan baku TBS yang terlalu lama diolah dapat menurunkan mutu ialah
jarak, jumlah truk, kapasitas olah serta laju distribusi pelayanan di pabrik kelapa sawit.
4
Jarak setiap Afdeling ke pabrik pengolahan berbeda-beda dan banyaknya truk yang
beroperasi tiap Afdeling juga disesuaikan dengan kebutuhan, jika jumlah panen lebih
banyak dari pada kapasitas angkut maka truk akan melakukan beberapa kali trip ke
setiap blok panen dan penimbunan (penungguan) atau keterlambatan (restan) TBS di
Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) lebih lama, kapasitas olah maksimum pada pabrik
pengolahan yang dimiliki perusahaan sebesar 45 ton/jam yang artinya kemampuan
pabrik untuk mengelolah bahan baku 45 ton dalam 1 jam operasi pabrik, hal ini dapat
berpengaruh apabila jumlah produksi TBS lebih banyak daripada kapasitas olah pabrik
sehingga pabrik akan melakukan proses olah pada hari selanjutnya dan pabrik akan
berkerja ekstra untuk dapat menyelesaikannya, hal ini berdampak langsung pada laju
kedatangan dan pelayanan buah untuk ditimbang dan masuk ke tempat pengumpulan
sementara (loading ramp) (PTPN V).
Pengangkutan TBS dengan cepat setelah dipanen adalah salah satu cara untuk
menjaga rendemen dan mutu agar tidak turun dikarenakan kenaikan ALB.
Pengangkutan TBS yang telah dipanen tidak boleh terlalu lama maksimal 8 jam setelah
dipanen, bila lebih dari 8 jam maka peningkatan ALB akan meningkat, hal ini
berdampak pada mutu Crude Palm Oil (CPO) yang rendah dan rendemen yang kecil.
Dengan areal perkebunan yang luas yang dimiliki Kebun Tandun PTPN V dan
dengan jumlah panen yang berbeda-beda tiap Afdeling, sehingga hal ini tidak mudah
dalam mengatur masuknya buah segar ke Pabrik Kelapa sawit. Menuntut perusahaan
tersebut harus memiliki sistem manajemen yang baik membuat perusahaan perkebunan
kelapa sawit tersebut bisa berjalan dengan efektif dan efisien, sehingga perlunya
penerapan sistem transportasi yang tepat bagi perusahaan sehingga dapat mengangkut
seluruh TBS yang dipanen dengan minimalir waktu, biaya dan menjaga mutu. Untuk
itu perlunya memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengangkutan dan
memperhitungkan sejauh mana keefektifan dari sistem pengangkutan TBS yang
diterapkan perusahaan yang berdampak pada mutu TBS. Oleh sebab itu, dengan adanya
permasalahan serta pentingnya sistem transportasi pada bahan baku TBS, mendorong
penulis untuk meneliti dan mengkaji mengenai “Efektivitas Sistem Pengangkutan
5
Bahan Baku Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Guna Meningkatkan Mutu di
Kebun Tandun PTPN V. Riau”.
1.2 Rumusan Masalah
Seiring dengan prospek dalam pengupayaan budidaya kelapa sawit yang terus
meningkat, dikarenakan masih tingginya permintaan dunia terhadap minyak mentah
CPO dan produk mentah dari olahan kelapa sawit merupakan peluang untuk Indonesia
agar dapat meningkatkan kualitas serta kuantitas produksinya dalam upaya memenuhi
permintaan dalam dan luar negeri yang terus meningkat.
Dibalik kejayaan atas permintaan kelapa sawit ada kendala yang dihadapi
pemerintah Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar. Persoalan yang masih di
hadapi usaha perkebunan dan industri kelapa sawit di Indonesia antara lain adalah
pengangkutan buah segar yang berpengaruh pada pengadaan bahan baku TBS yang
sesuai standar mutu perusahaan. Kebun Tandun memiliki luas areal ±7644 hektar
dengan jumlah panen tiap harinya berbeda-beda tiap Afdeling. Dengan areal
perkebunan yang luas serta pengangkutan bahan baku TBS tiap hari yang berbeda-
beda, hal ini tidak mudah dalam mengatur masuknya buah ke Pabrik kelapa sawit.
Pengangkutan TBS merupakan salah satu bagian dari perencanaan dan
pengendalian produksi. Proses produksi akan berjalan lancar apabila pasokan bahan
baku TBS selalu ada dan tersedia dengan tetap menjaga agar tidak ada penumpukan
TBS. Hal ini dikarenakan bahan baku TBS harus segera diolah, TBS yang terlalu lama
tersimpan akan menurunkan mutu bahan baku. Pengangkutan TBS tidak boleh terlalu
lama maksimal 8 jam setelah dipanen, bila lebih dari 8 jam maka peningkatan asam
lemak bebas akan naik yang akan menyebabkan mutu dari produk yang rendah.
Pengangkutan TBS dengan cepat setelah dipanen adalah salah satu cara untuk menjaga
rendemen dan mutu agar tidak turun dikarenakan ALB.
Kebun Tandun memiliki pabrik sendiri agar hasil produksi panen langsung bisa
diolah sehingga hasil yang diperoleh maksimal, namun kenyataanya kapasitas olah dari
pabrik kelapa sawit (PKS) Kebun Tandun yang dimiliki perusahaan maksimal olah
sebesar 45 ton/jam sedangkan jumlah armada transportasi untuk mengangkut buah
6
yang dimiliki perusahaan adalah 40 unit truk hal ini berdampak langsung pada
distribusi laju kedatangan dan pelayanan buah untuk masuk dan ditimbang karena
dengan kapasitas serta kebutuhan truk tiap panen melebih dari perkiraan atau
perencanaan akan membuat buah menunggu (restan) untuk langsung diolah di pabrik.
Salah satu cara untuk mengetahui masalah dari pengangkutan bahan baku TBS
yang menyebabkan penurunan mutu bahan baku dengan menggunakan analisis
fishbone. Dengan analisis fishbone secara umum dapat dianalisis faktor-fakor pemicu
terjadinya suatu akibat. Suatu akibat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
manajemen, manusia, perawatan, mesin, metode dan material. Dengan mengetahui
beberapa faktor pengangkutan, analisis selanjutnya adalah analisa waktu antrian,
kebutuhan armada transportasi dan perhitungan kadar ALB untuk menganalisis sejauh
mana keefektifan sistem pengangkutan bahan baku yang diterapkan perusahaan yang
berdampak pada mutu bahan baku.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dibuat pertanyaan penelitian yaitu
sebagai berikut,
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi pengangkutan bahan baku TBS yang
mempengaruhi mutu kualitas TBS pada Kebun Tandun, PTPN V Riau?
2. Bagaimana sistem pengangkutan bahan baku TBS yang diterapkan perusahaan
dalam meningkatkan mutu kualitas TBS pada Kebun Tandun, PTPN V Riau?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengacu pada permasalahan yang telah diformulasikan di atas, maka penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengangkutan bahan baku TBS di
Kebun Tandun PTPN V yang berdampak pada mutu kualitas TBS.
2. Menganalisis sejauh mana efektivitas sistem pengangkutan bahan baku TBS yang
diterapkan di Kebun Tandun PTPN V sehingga berdampak pada mutu kualitas TBS.
7
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
1. Bagi instansi terkait diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan sistem transportasi tandan buah segar agar lebih
memperhatikan secara detail faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengangkutan
TBS serta dapat mengetahui efektif atau tidak sistem pengangkutan sehingga pada
akhirnya dapat meningkatkan mutu TBS.
2. Penulis, diharapkan dapat lebih meningkatkan wawasan pengetahuan mengenai
permasalahan yang terkait transportasi yang telah diuraikan sehingga kedepannya
penulis dapat meningkatkan kemampuan dalam menulis sebuah tulisan ilmiah
3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi dan acuan penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan transportasi TBS.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Penelitian Terdahulu
Telaah penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan peneliti untuk melihat
informasi dan bahan pertimbangan serta perbandingan dalam menyusun kerangka
berpikir yang jelas, penelitian tentang komoditi kelapa sawit dan faktor serta sistem
pengangkutan kelapa sawit belum banyak dilakukan penelitian. Penelitian yang telah
banyak dilakukan adalah sistem transportasi pada komoditas tebu.
Harsanto (1990), melakukan penelitian tentang Sistem Pengangkutan Tebu
dalam Pendayagunaan Fasilitas Pengangkutan di PG Colomandu PTP XV-
XVI,Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk memaksimalkan fasilitas pengangkutan
tebu. Untuk memecahkan masalah pengangkutan ini Harsanto menggunakan teknik
simulasi dan teori antrian sehingga didapat model sistem pengangkutan tebu.
Selanjutnya Budiyanto (1985), melakukan penelitian mengenai Optimasi
Kegiatan Tebang Angkut Tebu dengan Armada Truk di Pabrik Gula Ceper Baru,
Klaten, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan optimasi
pada kegiatan tebang angkut tebu dengan menganalisa sistem prioritas penebangan,
jumlah tenaga tebang, jumlah tenaga muat, jumlah alat angkut (truk), bentuk antrian
dan optimasi jumlah armada transportasi. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui
optimasi kegiatannya dari sistem pengangkutan tebu, Budiyanto menggunakan model
multichannel queuing theory.
Marsudi (2014), melakukan penelitian yang bertujuan untuk melakukan
analisis antrian dengan cara memeriksa kinerja jalur produksi multi-stage untuk
memfasilitasi perencanaan sumber daya yang lebih realistis. Penelitian ini menguji
kinerja lini produksi dengan menggunakan teori antrian di perusahaan yang
memproduksi produk tutupan baterai Canon. Penelitian telah dapat menunjukan bahwa
teori antrian mampu menganalisis sistem produksi yang menganggur. Penelitian ini
menggunakan analisis Chi Squared Goodness of fit test untuk menentukan data
distribusi poisson atau distribusi eksponensial. Data yang dihasilkan dari model antrian
digunakan dalam perbandingan dengan data standar perusahaan.
8
9
Utami (2009), melakukan penelitian antrian yang memiliki sebuah server
dengan satu garis antrian yang melayani unit dalam antrian satu persatu dengan tipe
kedatangan berkelompok. Pola kedatangan pada antrian ini berdistribusi poisson dan
pola pelayanan berdistribusi eksponensial dengan disiplin antrian FIFO (First In First
Out). Untuk mengamati sistem digunakan sistem simulasi. Dari hasil simulasi
diharapkan dapat mengetahui karakteristik sistem antrian terutama probilitas kesibukan
server sehingga dapat dijadikan dapat menjadi landasan untuk pengambilan keputusan
terhadap sistem antrian yang diamati. Hasil penelitian didapat suatu kondisi
probabilitas kesibukan server paling tinggi pada saat simulasi dijalankan dengan durasi
3 jam.
Imran (1997), meneliti tentang Optimasi Sistem Pengangkutan Kelapa Sawit di
Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya PTPN VIII, Jawa Barat. Untuk memecahkan masalah
pengangkutan ini Imran menggunakan teori antrian dan bahasa pemograman Qbasic
sehingga didapatkan sistem pengangkutan kelapa sawit yang optimal.
Oktavia (2000), mengkaji tentang Penentuan Kebutuhan Armada Transportasi
Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit di Unit usaha Bekri PTPN VII, Bandar
Lampung. Tujuan dari penelitiannya untuk mempelajari sistem transportasi tandan
buah segar (TBS) kelapa sawit yang ada di Unit Usaha Bekri PT. Perkebunan
Nusantara VII, Bandar Lampung, mengidentifikasi faktor-faktor pembatas sistem
transportasi serta menentukan jumlah kebutuhan armada transportasi dan penentuan
jumlah fasilitas pembongkaran. Analisis yang digunakan menggunakan analisa antrian
pada penimbangan serta pembongkaran. Analisa menggunakan model antrian tunggal
pelayanan ganda. Hasil dari analisis antrian di penimbangan menggunakan model
antrian tunggal pelayanan tunggal dengan batas antrian maksimum sebanyak 20 truk.
Lama pelayanan 2 menit/truk atau dengan laju pelayanan 30 truk/jam. Sedangkan pada
analisa antrian di tempat pembongkaran buah, lama pelayanan tiap unit pembongkaran
adalah 20 menit/truk atau laju pelayanan 3 truk/jam. Dari perhitungan yang dilakukan,
diperoleh jumlah fasilitas pembongkaran yang digunakan pada saat laju kedatangan
truk maksimal sebanyak 10 unit, dan pada saat laju kedatangan truk minimum
dibutuhkan sebanyak 6 unit.
10
Pinem (1994), meneliti tentang Evaluasi Sistem Transportasi Tebu di Pabrik
Gula Sei Semayang PTP IX, Sumatera Utara. Dalam penelitian ini dengan menyusun
evaluasi pada transportasi Tebu Pinem menggunakan teori antrian dengan metode
matematika.
Wicaksono (2007), meneliti tentang Penjadwalan Pengangkutan Hasil Panen
Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Menggunakan Linier Programing, studi kasus
di Unit Usaha Palapa Estate PT. Smart TBK, Riau. Dalam penelitiannya untuk
mengetahui penjadwalan pengangkutan yang dilakukan menggunakan model linear
programing. Alasan menggunakan metode tersebut untuk dapat menghasilkan
penjadwalan yang menghasilkan waktu idle Prime Mover dan waktu keterlambatan bin
diangkut minimum. Hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa antrian di unit
penimbangan tidak berpengaruh terhadap waktu siklus Prime Mover atau proses
pengangkutan. Hasil penjadwalan menggunakan model penugasan ini menunjukan
bahwa rata-rata total waktu idle per Prime Mover sebesar 111 menit, rata-rata
keterlambatan bin untuk diangkut adalah sebesar 41,8 menit dan total waktu untuk
menyelesaikan pengangkutan di setiap devisi adalah 327,5 menit sampai dengan 566,3
menit.
Telaah penelitian-penelitian terdahulu yang dijelaskan diatas erat hubungannya
dengan penelitian ini. Melihat sistem transportasi serta permasalahan yang ada
pengangkutan bahan baku pada kelapa sawit tidak jauh berbeda dengan sistem serta
permasalahan pada transportasi komoditas tebu. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah sama-sama meneliti tentang sistem transportasi,
memaksimalkan fasilitas pengangkutan dan nilai waktu antar kedatangan dengan
teknik model antrian untuk menghitung waktu antrian. Sedangkan perbedaan dengan
penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian ini merupakan studi observasi
pemasalahan pengangkutan buah pada kebun kelapa sawit di Kebun Tandun PTPN V.
Peneliti menggunakan analisa fishbone untuk menurunkan unsur-unsur penyebab pada
pengangkutan buah, variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu waktu
pengangkutan, waktu antrian dan armada transportasi, jenis bahan baku yang
11
digunakan, perusahaan yang diteliti, dan data-data lain yang dikeluarkan oleh
perusahaan.
2.2 Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit
2.2.1 Kelapa Sawit dan CPO
Kelapa sawit (Elaeis guineensis, Jacq.) adalah tanaman perkebunan berupa
pohon batang lurus dari famili Palmae yang tumbuh pada ketinggian 0-500 meter di
atas permukaan laut. Tanaman ini menyukai tanah yang subur di tempat terbuka
dengan kelembaban tinggi 80-90 persen. Kelembaban tinggi dipengaruhi oleh
rendah-tingginya curah hujan sekitar 2000-2500 mm setahun. Habitat asli tanaman
kelapa sawit adalah daerah semak belukar dan dapat tumbuh dengan baik di daerah
Tropis (15°LU-15°LS). Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak yang
berasal dari hutan tropis Afrika Barat, dan menyebar ke Brazil, Amerika Equatorial,
Asia Tenggara dan Pasifik Selatan. Benih kelapa sawit pertama yang ditanam di
Indonesia pada tahun 1984 berasal dari Mauritius Afrika. Pada kenyataannya tanaman
kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand
dan Papua Nugini (Fauzi, 2004). Hingga kini tanaman ini telah diusahakan dalam
bentuk perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (Setyawibawa dan Widyastuti,
1992).
Kelapa sawit saat ini berkembang pesat di Indonesia. Masuknya bibit kelapa
sawit ke Indonesia pada tahun 1948 hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari
Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam. Keempat batang bibit kelapa sawit ditanam di
Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara (Risza, 1994).
Menurut Setyamidjaja (1991), tanaman kelapa sawit mulai berbuah pada umur 3-4
tahun dan mencapai puncaknya setelah berumur 12-15 tahun. Buah ini akan terus
menghasilkan hingga umur tanam sekitar 40-50 tahun. Pada perkebunan besar
biasanya dilakukan peremajaan setelah kelapa sawit berumur 25 tahun atau ketinggian
tanaman telah mencapai lebih dari 15 meter.
Buah kelapa sawit terbentuk dari bunga betina yang diserbuki bunga jantan.
Oleh karena itu, masing-masing buah akan tetap menempel pada spinkelet-spinkelet
12
(manggar) bunga betina. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineeensis Jacq.) tergolong
jenis palmaceae yang buahnya kaya akan minyak nabati. Tandan bunga betina yang
telah menjadi buah disebut tandan buah kelapa sawit atau tandan buah segar (TBS).
Setiap TBS pada tanaman dewasa umumnya terdiri dari 1.000 – 2.000 buah. Setiap
buah berdiameter 1,5 – 3 cm. Berat setiap butir buah adalah 10 – 30 gram, sehingga
satu TBS pada tanaman dewasa beratnya mencapai 10 – 40 kg.
Kelapa sawit yang dikenal adalah jenis Dura, Psifera dan Tenera,
merupakan tanaman tropis yang termasuk kelompok tanaman tahunan. Dura
merupakan jenis kelapa sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal, sehingga
dianggap memperpendek umur mesin pengolah. Ciri lain dari jenis dura yaitu
tandan buahnya besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Buah
untuk jenis psifera umumnya tidak memiliki cangkang, tetapi bunga betinanya steril
sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Jenis tenera merupakan hasil persilangan
antara induk dura dan induk psifera dengan sifat buah cangkang tipis namun bunga
betinanya tetap fertil.
Pada umur 3 tahun atau saat tanaman berbuah untuk pertama kali, berat TBS
adalah 3 – 6 kg, dan meningkat sejalan dengan pertambahan umur tanaman. Buah
kelapa sawit yang telah terlepas atau terpisah dari tandanya, dalam istilah umum
perkebunan kelapa sawit disebut brondol atau brondolan. Terdapat indikasi bahwa
TBS yang kerapatan buahnya tinggi memilik kecenderungan ukuran buah atau
brondolnya kecil. Hal ini terjadi karena setiap buah akan saling berhimpit sehingga
pertumbuhan tidak optimal (Hadi, 2004).
Produk utama dari tanaman kelapa sawit adalah Crude Palm Oil (CPO) atau
yang dikenal dengan minyak sawit mentah dan inti sawit (kernel) yang berasal dari
hasil pengolahan tandan buah segar (TBS). Minyak sawit mentah diperoleh dari bagian
mesokarp dan bagian daging inti (kernel). Komposisi salam lemak minyak kasar terdiri
dari asam lemak jenuh, yang terbesar adalah asam palmitat (45%) dan asam lemak tak
jenuh, yaitu asam oleat (39%) (Pahan, 2006).
13
2.2.2 Panen Kelapa Sawit
Terdapat dua macam minyak kelapa sawit, yaitu minyak yang berasal dari
daging buah (mesocarp) yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan (pressan)
dan dikenal sebagai minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO) dan minyak yang
berasal dari inti sawit dikenal sebagai minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO).
Minyak pada daging buah pada 3 bulan setelah anthesis hanya 1,3% dari berat
daging buah, tetapi akan terus meningkat pesat menjadi maksimum menjelang
panen, yaitu berkisar 50–60%. Kadar air tinggi pada buah muda dan akan menurun
sejalan dengan peningkatan kadar minyak daging buah.
Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang
kemudian mengutip tandan dan brondolan yang tercecer di dalam dan di luar. Hal-hal
yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah
menurut Pahan (2008) yaitu, persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga potong buah,
pembagian seksi potong buah, dan penyediaan alat-alat kerja. Selain itu perlu juga
dilakukan perbaikan jalan dan jembatan, pembersihan piringan tanaman, pasar rintis,
dan rintis tengah, pemasangan titiritis, pembuatan tempat pengumpulan hasil (TPH)
serta pembuatan tangga-tangga dan tapak kuda untuk areal berbukit.
Buah kelapa sawit dikatakan matang panen, apabila pericarp buah bewarna
kuning jingga serta brondolannya telah lepas dan jatuh secara alami dari tandannya.
Menurut Turner dan Gillbanks (1974), bahwa panen harus dilakukan pada saat
kematagan buah optimum, agar diperoleh tingkat kandungan minyak dalam daging
buah yang maksimum dan dengan mutu yang baik. Organisasi potong buah dimulai
dari penyusunan seksi potong buah dan penentuan ancak (panen diusahakan
terkonsentrasi), kemudian pengaturan penggunaan alat panen yang tepat, penentuan
jumlah tenaga kerja yang efisien, bagaimana teknis urutan pemotongan buah, sampai
dengan pemeriksaan kriteria mutu buah dan potongan buah. Penanganan TBS yang
baik bertujuan untuk meningkatkan kualitas TBS, meningkatkan produktivitas pekerja,
menjaga agar ALB sampai 3,5 %, menjaga keamanan TBS di lapangan dan
pengeluaran biaya yang minimum. Adapun ruang lingkup panen adalah sebagai
berikut:
14
2.2.2.1 Kriteria Matang Panen
Kriteria matang buah kelapa sawit yang akan dipanen adalah 5 buah brondolan
yang jatuh secara alami di bawah gawang pokok kelapa sawit per tandan buah (PTPN
V). Kriteria matang panen ini dapat dilihat dari Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Tingkat Kematangan Buah Kelapa Sawit
Fraksi % Buah Luar Membrondol Derajat Kematangan Keterangan
0 0 Sangat mentah Tidak dibenarkan
0 1-12,5 Buah mentah Tidak dibenrkan
1 12,5-25 Buah matang 1 Kurang ideal
2 26-50 Buah matang 1 Ideal
3 51-75 Buah matang 1 Ideal
4 76-100 Buah lewat matang Ideal
5 Buah lapisan dalam ikut
membrondol
Buah busuk ditandai
gagang mulai
membusuk
Tidak ideal
6 Seluruh buah membrondol Buah busuk Tidak dibenarkan
Sumber: Data PTPN V, 2016
Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak yang
maksimal. Pemanenan pada saat keadaan buah kelewatan matang akan meningkatkan
Asam Lemak Bebas (ALB). Hal itu akan banyak merugikan karena pada buah yang
terlalu matang sebagian kandungan minyak dapat berubah menjadi ALB sehingga akan
menurunkan mutu minyak. Buah yang terlalu masak juga lebih mudah terserang
penyakit (Setyamidjaja, 1991). Menurut Pahan (2006), menyatakan hasil potong buah
atau panen dikatakan baik apabila komposisi buah (TBS) yang masak sebesar 98% dan
buah mentah serta busuk tidak lebih dari 2%.
2.2.2.2 Rotasi Panen
Hal pertama diperhatikan dalam kegiatan panen ialah rotasi panen atau
pusingan panen, ialah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen
berikutnya pada tempat yang sama dalam satu minggu. Rotasi panen bergantung pada
angka kerapatan panen (AKP), kapasitas pemanenan dan keadaan pabrik. Blok-blok
yang dipanen pada urutan hari yang sama disebut dengan kavel panen. Pada kebun
Tandun memiliki rotasi panen 5/7 dan 6/7, artinya 5 atau 6 hari panen dalam rotasi 7
hari atau 1 minggu tergantung pada rapatnya buah (PTPN V).
15
2.2.2.3 Ancak Panen
Pelaksanaan panen selanjutnya ialah ancak panen, ancak panen merupakan luas
areal yang akan dipanen bagi pemanen dalam satu hari. Ancak panen bertujuan untuk
memudahkan mandor panen untuk membagi pemanen dan untuk pemanen sendiri
mempermudahkan untuk mengikuti putaran panennya setiap hari, ada 2 macam sistem
ancak panen yaitu sistem giring dan sistem tetap.
Di Kebun Tandun, sistem ancak panen yang digunakan adalah sistem ancak
tetap. Dengan sistem ancak tetap pemanen diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak
berpindah-pindah tenaga pemanen tidak digiring dan tanpa melihat kerapatan buah.
Pemanen berjumlah 30-40 orang pemanen dengan dibagi 4 mandoran. Sehingga ancak
panen dapat dibagi sekitar 2-3 pasar pikul (PTPN V).
2.2.2.4 Peralatan Panen
Peralatan panen yang digunakan untuk memanen kelapa sawit adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. Alat Panen Kelapa Sawit dan Fungsinya
No Alat Panen Penggunaan
1 Dodos Berfungsi untuk potong buah dengan umur tanam 3-9
tahun
2 Egrek Berfungsi untuk potong buah dengan umur tanaman >9
tahun(tinggi >3 m)
3 Angkong Digunakan untuk mengangkut TBS untuk diangkat ke
TPH dari tempat jatuhnya
4 Ember Digunakan untuk mengumpulkan brondolan ke TPH
5 Karung Goni Sebagai tempat brondolan di TPH
Sumber: Pahan, 2006
2.2.2.5 Organisasi Panen
Organisasi panen di Kebun Tandun dimulai satu hari sebelum pemanenan. H-1
mandor panen menyusuri kavel panen dan menghitung kerapatan buah. Kerapatan buah
adalah jumlah TBS yang panen per pohon. Setelah menyusuri blok-blok yang akan
dipanen untuk besoknya maka mandor panen akan melakukan kegiatan taksasi panen.
Taksasi panen adalah kegiatan untuk memprediksi buah yang akan dipanen keesokan
harinya. Taksasi dipergunakan untuk penetapan basis panen dan kebutuhan
transportasi. Rumus kerapatan buah dan taksasi panen adalah sebagai berikut:
16
Kerapatan =
Taksasi =
Keterangan :
BJR = Berat Jenjang Rata-rata (ton)
Berdasarkan data perhitungan taksasi panen tersebut asisten divisi membuat
rencana panen untuk hari H. Pada hari H panen, maka mandor 1 mengatur tenaga kerja
dan mengecek kesiapan untuk panen. Mandor panen juga bertugas mengawasi secara
langsung buah yang telah di panen. Setelah potong buah berlangsung maka krani panen
bertugas untuk mencatat buah yang dipanen.
2.2.3 Transportasi Hasil Panen
Pengangkutan atau transportasi merupakan usaha memindahkan,
menggerakkan atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain dimana
di tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan
tertentu (Wibawa, 1996). Pengangkutan diartikan sebagai pemindahan barang dan
manusia dari tempat asal ke tujuan. Proses pengangkutan merupakan gerakan dari
tempat asal, dari mana kegiatan angkutan dimulai ke tempat tujuan, dimana kegiatan
pengangkutan diakhiri (Siregar, 1990).
Transportasi di perkebunan kelapa sawit melibatkan sumber daya alam
maupun manusia dan mesin. Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan
manusia dari tempat asal ke tempat tujuan (Nasution, 1996). Dalam hubungan ini
terlihat ada tiga hal sebagai berikut:
1. Ada muatan yang diangkut,
2. Tersedia kendaraan sebagai alat pengangkut
3. Ada jalan yang dapat dilalui.
Transportasi merupakan suatu kegiatan yang kompleks, karena banyak faktor
yang mempengaruhi kegiatan ini, sehingga pemecahannya membutuhkan perhatian
khusus yang lebih lanjut guna didapatkannya efisiensi kerja yang optimum. Salah satu
objek ataupun muatan yang perlu diamati di perkebunan kelapa sawit ialah Tandan
Ha Panen x Populasi x BJR
Kerapatan
Jumlah Janjang Panen
Ha Panen x Populasi
17
Buah Segar (TBS). Kondisi yang demikian memerlukan pengaturan yang sesuai
untuk daerah perkebunan sehingga kegiatan memindahkan objek atau muatan dari
satu tempat ke tempat lainnya dapat berjalan dengan efisien dan efektif.
Byrne, et al (1960), menyatakan bahwa truk banyak dipergunakan sebagai alat
angkut TBS karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain adalah dapat beroperasi
dengan lancar, cepat, dapat memasuki daerah yang tidak terjangkau jalan lori dan
apabila terjadi kerusakan pada truk tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan
menggunakan lori. Sistem pengangkutan yang efektif dan dapat dijamin untuk
mencapai lokasi kebun serta pengangkutan buah ke pabrik merupakan suatu kebutuhan
yang mutlak. Faktor yang mempengaruhi kelancaran dari transportasi kebun dan
pabrik pengolahan tergantung dari keadaan kendaraan angkut maupun alat angkut,
jarak angkut tiap blok panen Afdeling, tenaga kerja angkut dan keadaan topografi jalan
serta cuaca yang dilewati serta waktu penungguan di gerbang pabrik.
Transportasi tandan buah segar merupakan kegiatan penghubung dari kegiatan
kebun dengan pabrik pengolah kelapa sawit. Menurut Kismanto (2006), menyatakan
buah kelapa sawit bersifat mudah busuk sehingga buah kelapa sawit yang telah dipanen
harus segera diangkut secepatnya ke pabrik untuk diolah, hal ini bertujuan agar tidak
adanya penurunan mutu CPO yang dihasilkan, yang pada akhirnya berdampak pada
penurunan nilai/harga jual TBS. Buah yang telah dipotong tidak dibenarkan menginap
(restan) di lapangan sehingga perlu adanya persiapan transportasi untuk mengangkut
semua TBS di kebun. Rentang waktu yang diperbolehkan sejak TBS dipanen hingga
diolah di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) tidak boleh lebih dari 8 jam.
Menurut Lubis dan Widanarko (2011), pekerjaan transportasi di perkebunan
kelapa sawit merupakan salah satu pekerjaan yang cukup penting. Pengangkutan
buah merupakan salah satu rantai dari tiga mata rantai yang terpenting dan saling
mempengaruhi antara potong buah, pengolahan dan transportasi. Keberhasilan
pengelolaan transportasi TBS menurut Lubis dan Widanarko (2011), harus dapat
memenuhi empat sasaran transport TBS, yaitu :
18
1. Menjaga free fatty acid (FFA) produksi harian 2-3%.
2. Menjaga kapasitas atau kelancaran pengolahan di PKS.
3. Menjaga keamanan TBS di lapangan.
4. Menjaga biaya (rupiah per kilogram TBS) transport tetap minimal.
Kebun Tandun menggunakan dua sistem transportasi TBS yang telah dipanen,
yaitu transportasi melalui jalan dan transportasi melalui rel/rangkaian lori. Transportasi
TBS melalui jalan dilakukan setelah TBS dimuat dari areal panen untuk dibawa ke
tempat penumpukan sementara di pabrik (loading ramp). Alat transportasi yang
digunakan yaitu truk. Truk yang tersedia di Kebun Tandun sebanyak 45 unit truk.
Semua truk yang ada untuk mengangkut adalah truk sewa. Harga sewa truk ditetapkan
berdasarkan kesepakatan antara pihak kebun dan kontraktor. Besarnya biaya sewa yang
ditetapkan adalah sebesar Rp.4750,00/Km Sedangkan transportasi melalui
rel/rangkaian lori digunakan untuk membawa TBS dari loading ramp ke tempat stasiun
perebusan (steilizer). Transportasi melalui rel ini menggunakan rangkaian lori yang
ditarik oleh traclir.
2.2.4 Standar Mutu Tandan Buah Segar (TBS)
Perusahaan biasanya memilik standar mutu untuk menentukan minyak yang
dihasilkan bermutu baik. Tandan buah segar yang diterima di pabrik hendaknya
memenuhi persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam
proses ekstraksi minyak CPO dan inti sawit. Sebelum buah diolah perlu dilakukan
sortasi dan penimbangan ditempat penampungan (loading ramp). Ada beberapa faktor
yang menentukan standar mutu, yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak,
kandungan asam bebas, warna, bilangan peroksida, bilangan penyabunan serta
kandungan logam berat.
Menurut Siregar (2003), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan
mutu TBS yang akan dimasukkan ke dalam pabrik antara lain: Sortasi Panen,
penimbangan TBS di Loading Ramp dan Material Passing Digester (MPD).
Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi
dari perlakuan sejak awal panen lapang. Faktor penting yang cukup berpengaruh
adalah kematangan buah yang dipanen dan cepat tidaknya pengangkutan buah ke
19
pabrik. Berdasarkan hal tersebut di atas, dikenal ada beberapa tingkatan fraksi dari
TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen,
termasuk juga kualitas minyak sawit yang dihasilkan.
2.3 Diagram Sebab – Akibat (Fishbone Diagram)
Diagram sebab-akibat dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun
1943, sehingga sering disebut dengan diagram Ishikawa. Diagram sebab-akibat (cause
and effect diagram atau fishbone diagram) adalah sebuah teknik grafis yang digunakan
untuk mengurutkan dan menghubungkan interaksi antara faktor-faktor yang
berpengaruh dalam suatu proses.
Diagram fishbone merupakan diagram yang berguna untuk menganalisa dan
menemukan faktor-faktor penyebab yang diduga berpengaruh atau efek secara
signifikan di dalam menentukan karakteristik kualitas output kerja. Efek ini dapat
bernilai “baik” dan bernilai “buruk”. Sehingga dapat mengetahui sebab dari efek yang
terjadi, diharapkan hasil dari proses produksi bisa diperbaiki dengan mengubah faktor
terkontrol dari satu proses. Diagram ini memfokuskan pada penekanan masalah atau
gejala yang menerapkan akar penyebab masalah.
Analisa fishbone dipakai untuk mengategorikan berbagai sebab dari satu
masalah atau pokok persoalan. Alat ini juga membantu dalam memecahkan proses
menjadi sejumlah kategori, yang mencakup manusia, material, mesin, prosedur,
kebijakan dan sebagainya (Imamoto et al., 2008). Berikut langkah – langkah dalam
membuat analis fishbone.
Langkah-langkah dalam membuat analisis fishbone:
1. Menyiapkan sesi sebab-akibat
2. Mengidentifikasi akibat.
3. Mengidentifikasi berbagai kategori.
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama.
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin.
20
Manfaat analisa fishbone yaitu:
1. Memperjelas sebab-sebab suatu masalah atau persoalan.
2. Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan perbaikan kualitas
produk atau jasa, lebih efisien dalam penggunaan sumber daya dan dapat
mengurangi biaya.
3. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuain
produk atau jasa dan keluhan pelanggan.
4. Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan.
5. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan
pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan.
Faktor-faktor dalam fishbone antara lain adalah:
a. Faktor manusia (man)
Faktor kerja (man power) adalah besarnya bagian dari penduduk yang dapat
diikutsertakan dalam proses ekonomi (Purba, 2008). Manusia merupakan sumber daya
terpenting bagi perusahaan. Oleh karenanya, manajer perlu berupaya agar terwujud
perilaku positif di kalangan karyawan perusahaan. Berbagai faktor yang perlu di
perhatikan antara lain, langkah-langkah yang jelas mengenai manajemen SDM,
keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas dan sistem imbalan (Umar, 2002).
b. Metode Kerja (Method)
Metode kerja adalah aplikasi yang efektif dari usaha-usaha ilmu pengetahuan
dalam mewujudkan kebutuhan operasional menjadi suatu sistem konfigurasi tertentu
melalui proses yang saling berkaitan berupa definisi keperluan analisis fungsional,
sintesis, optimasi, desain, tas dan evaluasi (Soeharto, 1999).
c. Bahan Baku (material)
Suatu pabrik memerlukan bahan baku atau material agar produksi di pabrik atau
industri dapat terus berkesinambungan, disamping itu juga pabrik amat berkepentingan
untuk menjaga agar suplai bahan baku dapat berkesinambungan dengan harga yang
layak dan biaya yang rendah. Oleh karena itu, sering kali pertimbangan salah satu
industri yang memilih dekat dengan lokasi bahan baku sehingga memperpendek
transportasi dan juga memperkecil biaya. Penyediaan bahan atau material harus
21
tersedia cukup baik kualitas maupun kuantitasnya dalam jangka waktu yang ditentukan
demi kesinambungan produksi (Soeharto, 1999).
d. Lingkungan (Environment)
Masalah lingkungan hidup pada saat ini semakin mendapat perhatian.
Pemilihan lokasi hendaknya didahului dengan kegiatan penelitian dan perencanaan
sebaik-baiknya agar implementasi fisik proyek berikut periode operasinya berpegang
pada pengertian pembangunan berwawasan lingkungan, dalam arti bahwa pemanfaatan
sumber daya alam dilakukan dengan kemampuan daya duku alam sekitar. Dengan
demikian, kelestarian lingkungan hidup dalam masa-masa mendatang tetap terjaga
(Soeharto, 1999).
2.4 Teori Antrian
Teori antrian merupakan customer menunggu untuk memperoleh layanan.
Antrian dapat terjadi dikarenakan terbatasnya sumber daya pelayanan. Hal tersebut
disebabkan karena adanya faktor ekonomi yang membatasi dan terkai dengan
banyaknya jumlah server yang harus disediakan (Kakiay, 2004). Teori antrian
berkaitan dengan suatu keadaan – keadaan yang berhubungan dengan segala aspek
dalam situasi menunggu untuk dilayani. Dengan menggunakan teori antrian, kinerja
antrian dapat dianalisis dengan menggunakan model-model matematika yang berbeda-
beda, serta dengan adanya teori antrian dapat dibuat suatu keputusan mengenai berapa
jumlah fasilitas pelayanan yang harus digunakan, luasan tempat antrian yang antrian
yang dibutuhkan, saat pemberian pelayanan dan sebagainya (Heizer dan Render, 2008).
Menurut Ersyad (2012), teori antrian (queueing teory) merupakan studi
matematika dari antrian atau kejadian garis tunggu (waiting lines) yaitu suatu garis
tunggu dari pelanggan yang memerlukan layanan dari sistem pelayanan yang ada.
Sistem antrian dapat digambarkan sebagai suatu keadaan dimana terdapat input yang
akan dilayani dan diproses, masuk ke dalam daerah tunggu dan mengantri untuk
mendapatkan pelayanan dan akhirnya keluar (Herjanto, 2009).
22
Menurut Siswanto (2007), terdapat beberapa tipe sistem antrain dapat
diklasifikasikan menurut karakteristik dibawah berikut:
1. Laju kedatangan, meliputi sebaran jumlah kedatangan tiap satuan waktu, jumlah
antrian, panjang maksimum antrian dan jumlah maksimum pelanggan dilayani.
2. Proses pelayanan, meliputi sebaran waktu pelayanan untuk satu satuan unit
pelanggan, jumlah fasilitas pelayanan serta bentuk pelayanan (seri atau paralel).
3. Disiplin antrian (queue discipline), merupakan cara pembentukan antrian atau
barisan antrian yang menunjukan aturan yang digunakan dalam memilih pelanggan
yang akan dilayani. Disiplin antrian yang umum digunakan adalah FCFS (First
Come First Served).
Proses antrian adalah suatu pres yang berhubungan dengan kedatangan seorang
pelanggan pada suatu fasilitas pelayanan, kemudian menunggu dalam suatu barisan
antrain jika semua pelayannya sibuk dan akhirnya meninggalkan fasilitas tersebut
(Wospakrik, 1991). Tujuan dasar dari model antrian adalah peminimuman sekaligus
dua jenis biaya, yaitu biaya langsung untuk menyediakan pelayanan dan biaya individu
yang menunggu untuk memperoleh pelayanan. Perbedaan antara jumlah permintaan
terhadap fasilitas pelayanan dan kemampuan fasilitas pengangguran kapasitas. Antrian
yang panjang karena kemampuan fasilitas lebih rendah dari jumlah pemakainannya,
sehingga akan memunculkan garis tunggu sehingga mereka yang mantri atau berada di
garis tunggu akan menanggung opportunity cost. Sejauh opportunity cost bernilai
negatif, maka masih tetap akan berada pada garis tunggu. Namun, apabila sebaliknya
bernilai positif maka akan keluar dari garis tunggu dan menimbulkan kerugian.
(Siswanto, 2007).
Menurut Machfud (1999), sebagian besar aplikasi teori antrian berkenaan
dengan suatu nilai ekspektasi atau nilai rata-rata, seperti rata-rata panjang antrian pada
suatu saat tertentu, rata-rata waktu menganggur (idle) fasilitas pelayanan atau mesin
pada suatu periode waktu tertentu. Hal ini karena sifat acak dari waktu atau kecepatan
kedatangan atau pemasukan bahan atau kecepatan pelayanan atau pres yang
berlangsung. Walaupun bersifat acak, sehingga tidak dapat diduga secara tepat, akan
tetapi dapat diduga dari nilai rata-rata, keragaman dan peluang.
23
Menurut Machfud (1999), teori antrian memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Adanya pemasukan objek ke dalam suatu sistem
b. Objek yang bergerak melalui sistem bersifat disket
c. Objek yang masuk ke dalam sistem untuk mendapatkan pelayanan atau proses diurut
berdasarkan suatu aturan tertentu
d. Adanya suatu sistem mekanisme tertentu yang menentukan waktu pelayanan
e. Mekanisme yang tidak dapat ditentukan secara pasti dapat dipertimbangkan sebagai
suatu sistem yang bersifat probablistik.
Terdapat dua variabel yang mempengaruhi pembentukan garis tunggu,
pertama, tingkat kedatangan pelaggan dengan notasi umum λ, pola kedatangan random
dapat dibuktikan dengan menggunakan distribusi poisson dengan rata-rata interval
kedatangan 1/λ. Kedua, tingkat kedatangan pelaggan dengan notasi umum µ, tingkat
pelayanan mengikuti suatu distribusi eksponensial. Jika rata-rata pelayanan µ maka
distribusi waktu pelayanan mengikuti suatu distribusi eksponensial negatif, dengan
waktu pelayanan adalah 1/µ (Prawirosentono, 2005).
Menurut Herjanto (2009), skema dasar baris antrian adalah sebagai berikut:
Proses Kedatangan
Antrian Fasilitas
Pelayanan
Gambar 1. Dasar proses lini antrian
Terdapat tiga komponen dalam sebuah sistem antrian yaitu:
1. Kedatangan
Setiap masalah antrian melibatkan kedatangan, seperti orang, mobil, panggilan
telepon untuk dapat dilayani. Unsur ini sering dinamakan proses input. Proses ini
meliputi sumber kedatangan atau biasa dinamakan calling population dan cara
terjadinya kedatangan pada umumnya merupakan variabel acak (Hendra dan Nasution,
2012). Menurut Utami (2009), tipe kedatangan dapat berupa one-at-a-time yaitu
Keluar
24
seorang customer datang pada satu waktu dan sekelompok customer yang datang
bersamaan pada satu waktu (batch arrival).
2. Pelayanan
Tingkat pelayanan (service rute) adalah waktu rata-rata untuk melayani satu
pelanggan. Tingkat pelayanan dapat terjadi secara konstan namun pada kenyataannya
sering ditemukan terdistribusi secara acak (random). Seperti pelayanan pompa bensin,
nasabah bank dan sebagainya (Siswanto, 2007).
3. Antrian
Inti dari analisa antrian adalah antri itu sendiri, timbulnya antrian terutama
tergantung dari sifat kedatangan dan proses dari pelayanan (Hendra dan Nasution,
2012). Menurut Wahyudi (2012), terjadinya antrian merupakan salah satu bentuk
contoh dari pelayanan yang kurang baik, sehingga hal ini membuat konsumen
menunggu untuk dapat dilayani.
Menurut Siswanto (2007), memberikan suatu sekama mengenai terbentuknya
antrian atau garis tunggu seperti sebagai berikut:
Gambar 2. Sistem Dasar Antrian
Ketika fasilitas pelayanan sedang sibuk untuk melayani pelanggan, maka setiap
pelanggan yang baru datang harus menunggu untuk memperoleh giliran untuk dilayani.
Sekali pelanggan selesai dilayani, pelanggan tersebut akan keluar dari sistem dimana
fasilitas yang kosong akan segera diisi oleh pelanggan yang sudah menunggu di dalam
garis tunggu. Semakin besar λ (kecepatan kedatangan), maka kemungkinan
terbentuknya garis tunggu semakin besar, hal yang sama akan terjadi ketika µ
(kecepatan pelayanan) menjadi semakin kecil nilainya. Oleh karena itu, secara rasional
Populasi pelanggan
Pelanggan sedang dilayani Pelanggan keluar sistem
Pelanggan antri dalam garis tunggu
Sistem Antrian
25
asumsi λ > µ harus dibentuk agar terdapat jaminan bahwa proses tidak akan berhenti
karena kelebihan permintaan. (Siswanto, 2007).
2.4.1 Konfirmasi Model
Sebuah fasilitas pelayanan dalam sebuah sistem mungkin hanya terdiri satu kali
proses, artinya setelah selesai proses pelayanan segera keluar dari sistem. Menurut
Siswanto (2007), terdapat empat macam tolak ukur yang digunakan untuk mengetahui
gambaran atau kinerja keempat macam konfigurasi tersebut, yaitu panjang sistem
(length of sistem), waktu di dalam sistem (time spent in the sistem), panjang antrian
(lenght of queue) dan waktu antrian (waiting in the queue).
Menurut Buffa (1983), terdapat empat struktur dasar model antrian yang
melukiskan kondisi umum dari fasilitas pelayanan, yaitu :
1. Jalur tunggal – fase pelayanan tunggal (single channel single phase)
Menurut Arifin (2009), model ini hanya mempunyai satu jalur untuk
memasuki pelayanan atau hanya ada satu jalur untuk memasuki sistem pelayanan
atau ada satu fasilitas pelayanan atau sekumpulan tunggal operasi yang
dilaksanakan. Secara skematis adalah sebagai berikut :
Datang Keluar
Gambar 3. Sistem antrian model single channel single phrase
2. Jalur tunggal – fase pelayanan ganda (single channel multiple phrase)
Model ini menunjukkan ada dua atau lebih pelayanan yang dilaksanakan
secara berurutan (dalam phrase) pada satu fasilitas pelayanan. Secara skematis
adalah sebagai berikut :
Datang Keluar
Gambar 4. Sistem antrian model single channel Multi phrase
26
3. Jalur ganda – fase pelayanan tunggal (multiple channel single phrase)
Model ini terjadi kapan saja, apabila dua atau lebih fasilitas pelayanan dialiri
oleh antrian tunggal. Menurut Febriyantotyas (2009), sebuah sistem pelayanan yang
memiliki satu jalur dengan beberapa titik pelayanan. Secara skematis adalah sebagai
berikut :
Datang Keluar
Gambar 5. Sistem antrian model multiple channel single phrase
4. Jalur ganda – fase pelayanan ganda (multiple channel multiple phrase)
Model ini terdiri dari sistem – sistem yang mempunyai beberapa fasilitas
pelayanan pada setiap tahap, sehingga lebih dari satu pelanggan dapat dilayani pada
suatu waktu. Secara skematis adalah sebagai berikut:
Datang Keluar
Gambar 6. Sistem antrian model multiple channel multiple phrase
Berdasarkan teori antrian tersebut, dapat dismpulkan bahwa teori antrian menjadi
penting dan dipertimbangkan dalam penelitian efektivitas sistem pengangkutan buah
Tandan Buah Segar (TBS) karena teori antrian pada intinya bertujuan untuk
memaksimalkan efisiensi pelayanan terhadap permintaan layanan yang fluktuatif
dengan tetap menjaga keseimbangan pelayanan yang diperlakukan selama proses
antrian berlangsung.
27
2.5 Simulasi
Simulasi adalah teknik untuk membuat suatu keputusan dengan cara
mengevaluasi perilaku model pada kondisi yang berlainan dan dapat memprsentasikan
sistem secara menyeluruh (Djati, 2007). Menurut Nafees (2007), simulasi adalah
replikasi dari proses nyata atau sistem dari waktu ke waktu . simulasi melibatkan
peristiwa buatan atau proses untuk sistem dan mengumpulkan pengamatan untuk
menarik kesimpulan tentang sistem nyata. Simulasi merupakan metode pengambilan
keputusan dengan mencontohkan atau mempergunakan gambaran sebenarnya dari
suatu sistem yang nyata.
Menurut Arifin dalam Siswanto (2010), simulasi dapat digunakan untuk
perencanaan dan optimasi sistem. Sehingga dapat diketahui sistem yang optimal untuk
membantu mengatasi permasalahan antrian yang terjadi. Menurut Marsudi (2014),
penggunaan simulasi merupakan teknik yang berpengaruh dalam memutuskan
pemecahan masalah yang rumit untuk dapat memperbaiki sistem yang kompleks.
Tujuannya dapat mengurangi biaya, meningkatkan kualitas atau produksi dan
mempersingkat waktu.
2.6 Konsep Dasar Sistem Pengangkutan Tandan Buah Segar
Prinsip dasar dari pengangkutan adalah untuk melakukan evakuasi TBS dari
lapangan areal panen menuju ke PKS dengan secepat-cepatnya (maksimal 24 jam),
sesegar-segarnya dan sebersih-bersihnya. Sistem pengangkutan Tandan Buah Segar
(TBS) memiliki beberapa konsep dasar yaitu tenaga angkut TBS, waktu pengangkutan
TBS dan waktu antrian PKS.
2.6.1 Tenaga Angkut TBS
Pengalokasian tenaga angkut TBS yang tepat sangat diperlukan dalam sistem
pengangkutan tandan buah segar. Pemilihan jenis armada transportasi yang tepat juga
dapat membantu mengatasi masalah kerusakan buah kelapa sawit selama proses
pengangkutan sehingga tidak menurunkan Berat Tandan Rata-rata (BTR). Ada
beberapa jenis armada transportasi yang digunakan untuk mengangkut TBS di kebun
kelapa sawit, yaitu truk, traktor gandengan dan lori. Dalam penelitian ini armada yang
28
digunakan di Kebun Tandun adalah truk untuk pengangkutan TBS dikarenakan truk
dapat dengan mudah menelusuri areal panen.
Jumlah truk atau tenaga angkut ditentukan berdasarkan jarak kebun, kecepatan
truk kosong, kecepatan truk isi, jumlah panen harian dan jam kerja angkut. Tenaga
angkut berkaitan dengan kapasitas dari truk untuk mengangkut TBS misalnya
kendaraan dengan jenis Mitsubishi PS 100 atau PS 120 maksimal angkut sebesar 5-6
ton/trip, hal ini perlu diperhatikan agar laju kendaraan bisa maksimal sehingga jalan
truk menjadi lancar. Demikian juga halnya jadwal tiba kendaraan truk dari lokasi panen
dan tiba di PKS dapat diatur sedemikian rupa agar operasional kendaraan dapat
optimal.
Menurut Buana (1990), waktu siklus transportasi untuk tiap-tiap kebun dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
TSi = JKi/Vi + JKi/VK + Tm + Tb .......................................................... (1)
Dimana :
TSi = waktu siklus transportasi untuk kebun-i (menit)
JKi = Jarak kebun-i ke pabrik (km)
VI = Kecepatan truk berisi muatan (km/jam)
VK = Kecepatan truk kosong (km/jam)
Tm = waktu muat buah ke atas truk (menit)
Tb = waktu bongkor buah di loading ramp (menit)
Setelah didapat nilai waktu siklus transportasi untuk tiap-tiap Afdeling,
sehingga dapat ditentukan jumlah truk yang dibutuhkan tiap-tiap kebun dengan
persamaan:
/PRi TO
JTiKTi TSi
............................................................. (2)
Dimana:
JTi = Jumlah truk kebun ke-i (truk)
Pri = Jumlah produksi kebun ke-i (kg)
Kt = Kapasitas truk (kg)
29
TO = Waktu Operasi per hari (jam)
Tsi = Waktu siklus transportasi kebun ke-i (menit)
2.6.2 Waktu Pengangkutan TBS
Waktu pengangkutan TBS dari kebun ke pabrik pengolahan kelapa sawit
merupakan hal mutlak yang perlu dilakukan. Waktu yang perlu diperhitungkan adalah
lamanya waktu pengangkutan TBS dari kebun ke pabrik kelapa sawit dipengaruhi
beberapa faktor seperti, topografi lokasi panen, faktor jarak dan antrian di pabrik.
Waktu pengangkutan TBS merupakan suatu siklus yang berulang-ulang. Waktu siklus
pengangkutan TBS di Kebun Tandun sebagai berikut:
a. Lama waktu angkut TBS ke TPH.
b. Lama waktu memuat TBS di TPH dengan kapasitas penuh truk yakni 5-6 ton.
c. Waktu perjalanan dari kebun ke pabrik kelapa sawit.
d. Waktu antrian masuk dan keluar di pabrik kelapa sawit.
e. Lama waktu di stasiun timbangan.
f. Waktu pembongkaran TBS di loading ramp.
g. Waktu perjalanan kembali ke kebun untuk mengangkut kembali TBS.
2.6.3 Waktu Antrian PKS
Panjang antrian yang terjadi di PKS dihitung berdasarkan parameter antrian,
yaitu kecepatan kedatangan (λ) dan kecepatan pelayanan (µ). Kecepatan kedatangan
merupakan waktu kendaraan pengangkutan datang ke PKS dengan rata-rata waktu
perjalanan angkutan dan jumlah kedatangan kendaraan pengangkut per hari di PKS
dengan jumlah jam kerja per hari, sedangkan kecepatan pelayanan merupakan hasil
dari lamanya pengantrian truk untuk dapat dilayani di unit timbangan. Dalam penelitian
ini, aturan antrian adalah pertama datang pertama dilayani. Perhitungan lamanya waktu
kedatangan dan pelayanan di unit timbangan menggunakan alat bantu stopwatch untuk
menghitung waktu dan untuk mengetahui waktu pelayanan, truk dalam sistem, lama
antrian datanya dengan menggunakan program QM for Windows V4. Berikut
merupakan model antrian yang ada di PKS:
30
p
µ(1-p)
a. Model antrian di penimbangan
Model antrian di unit penimbangan adalah model antrian saluran pelayanan
tunggal (single channel single phrase). Menurut Hamdy (1996) rumus untuk model
antrian pelanyanan tunggal adalah sebagai berikut :
1. Peluang ada sejumlah n truk dalam sistem (Pn)
1Pn p pn ............................................................................ (3)
2. Jumlah truk dalam sistem (Ls)
1
pLs
p
............................................................................ (4)
3. Jumlah truk dalam sistem antrian (Lq)
Ls =
2
1
PLs
p
............................................................................ (5)
4. Waktu tunggu truk dalam sistem (Ws)
1
1Ws
p
.................................................................................. (6)
5. Waktu tunggu truk dalam antrian (Wq)
Wq = ..................................................................................... (7)
Keterangan :
P : Penggunaan server rata-rata (menit)
µ : Kecepatan pelayanan (menit)
31
III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Tingginya permintaan dunia terhadap minyak mentah Crude Palm Oil (CPO)
dan produk mentah dari olahan kelapa sawit, untuk menuntut perusahaan perkebunan
pada sektor kelapa sawit untuk terus memenuhi permintaan dunia dan tetap menjaga
mutu minyak mentah CPO agar harga tidak turun di pasaran. Seiring dengan prospek
pada permintaan akan olahan kelapa sawit dunia merupakan peluang untuk Indonesia
untuk terus meningkatkan kuantitas produktivitas dan kualitas dalam upaya memenuhi
permintaan dalam dan luar negeri.
Begitupun dengan Kebun Tandun yang dimiliki PTPN V yang berada di
Kabupaten Kampar. Perusahaan terus memproduksi minyak mentah (CPO) dan produk
mentah lainnya dengan mempertimbangkan hasil mutu produksi. Hasil produksi yang
memiliki mutu baik dilihat dari pengadaan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) yang
tepat.
Menurut Austin (1995) dalam Tandyana (2002), sistem pengadaan bahan baku
adalah suatu sistem yang menyediakan bahan baku yang cukup dan memiliki kualitas
sesuai standar yang ditetapkan pada waktu yang tepat dengan biaya yang wajar. Biaya
pengadaan atau produksi memiliki pengaruh kebalikan dari pendapatan, biaya akan
mengurangi ekuitas perusahaan dan setiap perusahaan akan berusaha meminimumkan
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehingga dapat memaksimumkan keuntungan
(profit) perusahaan dalam satu tahun kerja perusahaan. Menurut Mulyadi (2000), biaya
pengadaan adalah sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, baik yang telah
terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Pengadaan bahan baku dalam penelitian ini adalah menyediakan bahan baku
yang tepat waktu dan memiliki kualitas bahan baku yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan, bahan baku yang tepat dan tersedia akan membuat proses produksi di pabrik
kelapa sawit akan berjalan dengan lancar. Pengadaan bahan baku tepat waktu di sini
ialah bahan baku TBS harus segera diangkut kurang dari 8 jam setelah dipanen.
30
31
32
Pengangkutan TBS yang telah dipanen tidak boleh terlalu lama disimpan, hal
ini karena TBS harus segera diolah. TBS yang terlalu lama disimpan lebih dari 8 jam
setelah dipanen akan menurunkan Berat Tandan Rata-rata (BTR) dan pengolahan hasil
minyak yang dihasilkan mengalami peningkatan kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
sehingga dampaknya akan menurunkan mutu.
Kegiatan pengangkutan bahan baku TBS dimulai ketika angkutan mengangkut
TBS dari lapang menuju ke pabrik pengolahan kelapa sawit. Ada beberapa variabel
yang dapat mempengaruhi pengangkutan bahan baku TBS, sehingga bahan baku TBS
dapat mengalami penurunan Berat Tandan Rata-rata (BTR) yang dampak akhir hasil
dari pengolahan mengalami peningkatan kadar asam lemak bebas yang dapat
menurunkan kualitas minyak.
Analisis fishbone merupakan diagram yang berguna untuk menganalisa dan
menemukan faktor-faktor penyebab yang diduga berpengaruh atau berefek secara
signifikan di dalam menentukan karakteristik kualitas output kerja. Efek ini dapat
bernilai “baik” dan bernilai “buruk”. Sehingga dapat mengetahui sebab dari efek yang
terjadi, diharapkan hasil dari proses produksi dapat diperbaiki dengan menggubah
faktor terkontrol dari satu proses. Analisa fishbone dipakai untuk mengategorikan
berbagai sebab dari satu masalah atau pokok persoalan. Alat ini juga membantu dalam
memecahkan proses yang menjadi sejumlah kategori, yang mencakup manusia,
material, mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya (Immamoto et al., 2008).
Teori antrian merupakan salah satu teknik optimasi kuantitatif dari sistem
operasional transportasi. Menurut Wospakrik (1991), proses antrian adalah kegiatan
pres yang berhubungan dengan kedatangan seorang pelanggan pada suatu fasilitas
pelayanan dan kemudian ada penungguan dalam suatu sistem barisan antrian jika
semua pelayanannya sibuk dan akhirnya meninggalkan fasilitas tersebut.
Pengangkutan TBS pada Kebun Tandun, PTPN V Riau menggunakan jenis
armada truk untuk pengangkutan TBS. Kapasitas dari truk sendiri sebesar 5-6 ton
tergantung jarak dan kondisi jalan. Dalam penggunaan jenis armada truk sebagai
pengangkutan perlu diperhatikan adalah adanya faktor guncangan serta gesekan dari
buah sehingga terjadinya pelukaan pada buah sawit yang menyebabkan Berat Tandan
33
Rata-rata (BTR) menurun pada buah yang diangkut sehingga pada hasil buah
mengalami peningkatan kandungan ALB. Dengan adanya dampak penurunan mutu
akibat pengangkutan sehingga perlunya menganalisis faktor-faktor penyebab
pengangkutan yang dapat menurunkan mutu bahan baku TBS yang ditetapkan
perusahaan dan mengetahui sejauh mana keefektifan sistem penjadwalan
pengangkutan TBS dapat mempengaruhi mutu.
34
Skema 7. Kerangka Pemikiran Operasional Efektivitas Sistem Pengangkutan Bahan
Baku TBS Kelapa Sawit Guna Meningkatkan Mutu di Kebun Tandun,
PTPN V Riau.
Potensi Kelapa Sawit
-Memiliki pabrik olahan kelapa sawit
sendiri
-Memiliki luas lahan perkebuanan
sebesar 7 tibu hektar, pengolah minyak
sawit mentah (CPO) dan inti sawit
(PKO).
Efektivitas Sistem Pengangkutan Bahan
Baku TBS Kelapa Sawit Dalam
Meningkatkan Mutu Kebun Tandun,
PTPN V Riau Sinergitas antara kantor
kebun dan kantor PKS
Perusahaan
Keterangan :
:Alur Berpikir
: Alur Analisis
Kendala
-Pabrik olahan yang rentan rusak
-Jarak dan kondisi jalan rusak
-TBS harus segera diolah ≤ 8 jam ketika
dipanen
-Terjadinya goncangan dan buah restan
sehingga penurunan Berat Rata-rata
(BTR)
Identifikasi Faktor
Pengangkutan TBS
Waktu antar
kedatangan
Waktu Pelayanan Kebutuhan
Armada
Mutu Bahan Baku TBS
Identifikasi Sistem
Pengangkutan TBS
Analisis
Fisbone
Efektivitas
Analisa Faktor Penyebab
1. Man 4. Environment
2. Material 3. Method
35
3.2 Hipotesa
Berdasarkan pada tujuan dan kerangka pemikiran yang telah disusun,
dirumuskan hipotesa sebagai berikut:
1. Masih ditemukan buah restan (penungguan) pada jadwal panen sehingga masih
kurang optimal perencanaan pengangkutan bahan baku TBS.
2. Kurang optimalnya pengangkutan bahan baku TBS sehingga ditemukan buah
restan.
3.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan di Kebun Tandun kelapa sawit yang dimiliki oleh PT.
Perkebunan Nusantara V, Riau.
2. Penelitian ini dibatasi hanya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pengangkutan bahan baku TBS.
3. Penelitian ini dibatasi untuk mengetahui sejauh mana keefektivitasan sistem
pengangkutan bahan baku TBS yang diterapkan perusahaan.
4. Sistem transportasi hanya mencakup pengangkutan TBS dari kebun inti sampai
dengan bongkar TBS di Loading ramp pabrik kelapa sawit yang mempengaruhi
mutu bahan baku.
5. Semua kendaraan pengangkut (truk) adalah identik, maksudnya kendaraan
pengangkut buah kelapa sawit memiliki mesin, kekuatan (hp), kapasitas, dimensi
yang sama.
6. Buah sawit sudah selesai dipanen dan siap diangkut. Pemanen telah datang dan
memanen pada jam 7 pagi, sehingga pada jam kerja pengangkutan TBS telah berada
di TPH.
7. Semua buah yang telah dipanen harus segera diangkut pada hari panen maksimal 8
jam setelah panen sesuai dengan misi dari perusahaan.
8. Alat analisis dalam penelitian ini terdiri dari fishbone analysis dan analisis antrian.
36
3.4 Defenisi Operasional
Konsep Variabel Definisi Operasional Pengukuran
variabel
Manajemen Transportasi
Buah Pelayanan
Tingkat pelayanan kedatangan armada
truk dari kebun menuju pabrik kelapa
sawit untuk ditimbang beratnya.
Menit/truk
Kedatangan
Laju kedatangan armada transportasi dari
kebun menuju pabrik untuk dapat
dilayani.
Km/jam
Panjang Antrian
Banyaknya truk mengantri dalam sistem
untuk dilayani semuanya. Truk
Waktu Antrian
Lamanya waktu truk dalam antrian untuk
dilayani. Menit
Waktu Siklus
Transportasi Lamanya truk mengangkut buah hingga
truk menuju pabrik kelapa sawit Waktu (menit)
Jarak Kebun
Panjangnya jalan yang dilalui truk untuk
mengangkut buah Km/jam
Kecepatan Truk
Kecepatan laju kendaraan pengangkut
buah truk berisi muatan dan truk tidak
berisi muatan (kosong)
Km/jam
Waktu Muat TBS
Perhitungan lamanya buah kelapa sawit
yang diangkut dari lapang ke atas truk Waktu (menit)
Waktu Bongkar
Perhitungan lamanya buah kelapa sawit
yang dikeluarkan dari truk ke tempat
penyimpanan sementara (loading ramp).
Waktu (menit)
Jumlah Truk
Perhitungan total jumlah truk yang
dibutuhkan untuk mengangkut semua
buah kelapa sawit.
Truk
36
37
Kapasitas Truk
Kemampuan truk untuk mengangkut buah
dari lapang menuju pabrik kelapa sawit. Kilogram (kg)
Waktu Operasi Truk
Lamanya waktu kerja truk dalam satu hari
kerja. Jam
Biaya sewa truk
Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
mengangkut buah hasil panen kelapa
sawit.
Rupiah per waktu
sewa (Rp/jam)
Manajemen Kualitas Matang Buah
Kriteria jumlah kematangan buah pada
saat dipanen Kg/buah
Kadar ALB
Kandungan minyak asam jenuh bebas
pada buah minyak kelapa sawit yang
dapat menurunkan kualitas
%
Rotasi Panen
Waktu yang diperlukan antara panen buah
sampai panen berikutnya, ditempat yang
sama dalam waktu satu minggu.
Hari
Taksasi Panen
Kegiatan untuk memprdiksi buah yang
akan dipanen keesokan harinya.
Kilogram per
tandan (Kg/tandan)
Jumlah Produksi
Kebun
Total hasil buah panen kebun ketika
panen Kg/hari
Waktu kerja
Jumlah hari kerja yang efektif dalam satu
minggu Jam/hari
Kapasitas Produksi
Kemampuan tempat pabrik pengolahan
minyak kelapa sawi untuk mengolah buah
sawit.
Kg/hari
37
38
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di Kebun
Tandun, PTPN V, Kecamatan Kampar, Riau. Perkebunan kelapa sawit ini salah satu
kebun yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara V Riau. Teknik purposive
dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Perusahaan tersebut merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak di bidang industri perkebunan kelapa sawit yang tengah berkembang
pesat di Indonesia.
2. Riau merupakan daerah yang memiliki potensi dalam pengembangan kelapa sawit
di Indonesia dengan segi luas areal maupun produksi yang besar. Sehingga perlunya
identifikasi efektivitas sistem pengangkutan bahan baku sehingga dapat mengetahui
efektif atau tidaknya pengangkutan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
penyebab pengangkutan TBS.
Adapun pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengumpulan data dilaksanakan
pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2017. Penelitian ini meliputi
pengambilan data di lapangan, pengumpulan data pendukung dan pengolahan data.
4.2 Metode Penentuan Informant
Metode penentuan informant dalam penelitian ini adalah metode purposive
sampling sesuai dengan tujuan yaitu supaya memperoleh data primer dan sekunder dari
sumber yang tepercaya yang dapat memberikan informasi dengan jelas dan lengkap.
Dengan menggunakan key informant yang dipilih adalah dari pihak bagian unit
transportasi sebanyak 1 orang yaitu asisten transport. Untuk mengetahui keefektifan
transportasi dalam pengangkutan bahan baku TBS yang diterapkan oleh perusahaan
Kebun Tandun PTPN V, variabel yang dianalisis ada tiga, yaitu waktu Muat TBS,
waktu perjalanan dan lama antrian di unit timbangan hingga pembongkaran di loading
ramp.
38
39
4.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
dua metode pengumpulan data yaitu penelitian lapangan (field research) dan penelitian
kepustakaan (library research).
4.3.1 Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan ini dilaksanakan di Kebun Tandun PTPN V, Riau, dengan
tujuan memperoleh data yang akurat serta agar penulis mengetahui aktivitas kegiatan
pada pengangkutan tandan buah segar pada kelapa sawit yang dilakukan oleh
perusahaan Kebun Tandun, proses kegiatan panen kelapa sawit dan mengetahui faktor-
faktor penghambat dari proses pengangkutan buah.
Pelaksanaan penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data secara
langsung maka teknik yang digunakan sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi lapang dilakukan dengan cara mengamati secara langsung kegiatan
panen dan pengangkutan TBS kelapa sawit sehingga dapat mengetahui permasalahan.
Tujuan dari observasi untuk mengetahui permasalahan secara nyata di bagian
pengangkutan TBS, mulai dari tebang TBS (panen), faktor penghambat dalam
pengangkutan, pengantrian di unit timbangan dan pembongkaran TBS di loading ramp
serta hal-hal yang dianggap penting lainnya. Data primer yang diambil dari kegiatan
ini adalah berupa waktu pengangkutan yang meliputi jadwal angkut TBS, lama waktu
muat TBS pada angkutan, jarak kebun ke PKS, lama waktu perjalanan ke pabrik,waktu
antrian di unit penimbangan, waktu timbang masuk, waktu bongkar di loading ramp,
kecepatan truk kosong, kecepatan truk isi, laju pelayanan di unit penimbangan, laju
pelayanan di loading ramp dan waktu perjalanan kembali untuk mengangkut TBS.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara pengumpulan data melalui tanya jawab
secara langsung kepihak terkait. Data Primer diperoleh dari bagian transportasi berupa
jumlah kendaraan angkutan, jenis kendaraan angkut dan kapasitas truk, bagian tanaman
berupa perkiraan musim panen TBS kelapa sawit, kerapatan panen, luas lokasi dan
40
jarak dari pabrik ke masing-masing kebun, bagian pengolahan berupa kapasitas
pengolahan dan waktu pengolahan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi lapang dilakukan dengan cara pengumpulan dokumen-dokumen,
foto serta data-data yang terkait aktivitas yang dilakukan saat penelitian yang tujuannya
untuk menunjang informasi yang sudah didapat di lapang sehingga deskripsi dan
argumentasi yang dimunculkan akan semakin maksimal.
4.3.2 Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Dalam pelaksanaan penelitian, penulis mencari, mengumpulkan serta
mempelajari literatur-literatur yang relevan untuk menunjang topik penelitian. Dalam
pelaksanaan penelitian ini, data sekunder yang dibutuhkan penulis yaitu hasil penelitian
terdahulu, data yang dimiliki perusahaan Kebun Tandun. Penulis menggunakan bahan
referensi terkait topik seperti buku, skripsi penelitian terdahulu, jurnal, artikel dan
literatur lain yang dibutuhkan dalam penulisan.
4.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk menjawab masing-masing tujuan
digunakan metode sebagai berikut.
4.4.1 Tujuan 1. Menganalisis faktor yang mempengaruhi pengangkutan bahan
baku TBS yang berdampak pada mutu kualitas TBS.
Analisis yang digunakan adalah analisis deskripsi dengan cara mengetahui
faktor-faktor pembatas yang menyebabkan pengangkutan bahan baku TBS tidak
efektif. Untuk mengetahui faktor pembatas pada transportasi digunakan diagram
fishbone. Diagram ini digunakan untuk mencari semua unsur-unsur penyebab yang
diduga dapat menimbulkan masalah.
Matriks 5 W + 1 H (What, Who, Why, Where, When + How) digunakan untuk
merumuskan pertanyaan dan pemecahan yang tepat untuk mengetahui lebih dalam
faktor-faktor yang mempengaruhi pengangkutan di Kebun Tandun PTPN V.
41
Langkah-langkah analisis data :
1. Menentukan tema dan pokok permasalahan
Telatnya pengangkutan bahan baku TBS akan menurunkan berat tandan rata-rata
(BTR) sehingga adanya peningkatan asam lemak bebas (ALB) yang
mengakibatkan turunnya bahan baku TBS.
2. Menganalisis sebab-akibat data dengan menggunakan analisis fishbone
Menggambarkan fishbone chart:
Gambar 8. analisis Fishbone Chart
Membuat tabel permasalahan sebab-akibat
Tabel 4. Tabel Permasalahan Sebab – Akibat
Faktor yang diamati Masalah yang terjadi
Man
Method
Material
Machine
Environment
3. Menentukan sebab-sebab potensial dari permasalahan dan menentukan penyebab
yang paling dominan dari permasalahan yang terjadi.
4. Menentukan rencana penanggulangan untuk memecahkan permasalahan yang ada.
Masalah
Method Man
Environment Machine Material
42
Tabel.5 Rencana Penanggulangan
Faktor yang diamati
Masalah yang
terjadi Rencana Penaggulangan
Man
Method
Material
Machine
Environment
4.4.2 Tujuan 2. Menganalisis sejauh mana efektivitas sistem pengangkutan
bahan baku TBS sehingga dapat meningkatkan kualitas bahan baku TBS.
Analisis efektivitas sistem transportasi TBS dengan cara sebagai berikut:
1. Waktu Pengangkutan
Waktu angkut TBS dari kebun ke pabrik merupakan hal yang saat penting
untuk dihitung, ada beberapa kendala lamanya waktu perjalanan dari kebun
ke pabrik seperti topografi jalan, jarak perjalanan serta faktor cuaca. Untuk
menghitung waktu pengangkutan dari kebun ke pabrik menggunakan alat
stop watch.
2. Waktu antrian di PKS
Panjang antrian yang terjadi di PKS dapat dihitung berdasarkan parameter
antrian, yaitu kecepatan kedatangan (λ) dan kecepatan pelayanan (µ).
Aturan antrian di PKS adalah pertama datang pertama dilayani. Analisis
antrian menggunakan program Qm for Window V4 untuk mendapat sebaran
data waktu antar kedatangan dan waktu pelayanan.
3. Armada transportasi
Penentuan jumlah armada transportasi TBS tergantung dari dari waktu
siklus kegiatan angkut buah, yaitu penjumlahan dari waktu muat, waktu
angkut truk dari kebun ke pabrik, waktu penimbangan dan waktu
pembongkaran.
43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Profil Kebun Tandun, PTPN V Riau
5.1.1 Sejarah Singkat Tempat Penelitian
PT Perkebunan Nusantara V (Persero) selanjutnya Perseroan, merupakan
perkebunan BUMN yang didirikan tanggal 11 Maret 1996 sebagai hasil konsolidasi
kebun pengembangan PTP II, PTP IV dan PTP V di Propinsi Riau. Secara efektif
Perseroan mulai beroperasi sejak tanggal 9 April 1996 dengan Kantor Pusat di
Pekanbaru. Landasan hukum Perseroan ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah
Republik Indonesia No. 10 Tahun 1996 tentang penyetoran modal Negara Republik
Indonesia untuk pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara
V. Anggaran dasar Perseroan dibuat di depan Notaris Harun Kamil melalui Akte No.
C2-8333H.T.01. Tahun 1996, serta telah diumumkan dalam berita Negara Republik
Indonesia (RI) Nomor 80 tanggal 4 Oktober 1996 dan tambahan berita Negara RI
Nomor 8565/1996.
Anggaran dasar Perseroan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir
dengan Akta Notaris Budi Suyono, SH No.70 tanggal 15 Oktober 2012. Perubahan
anggaran dasar tersebut untuk mengakomodasi perubahan modal dasar dan perubahan
modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan. Perubahan ini telah mendapat
persetujuan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia melalui Surat Keputusan
(SK) No. AHU-04539.AH.01.02 Tahun 2013 tentang persetujuan perubahan anggaran
dasar.
Saat ini Kantor Pusat Perseroan berkedudukan di Jl. Rambutan No. 43
Pekanbaru, dengan unit-unit usaha yang tersebar di berbagai Kabupaten di Propinsi
Riau. Perusahaan per Desember 2014 memiliki luasan areal tanaman seluas 78.340,09
Ha. Jenis kelapa sawit yang dibudidayakan di Kebun Tandun adalah tenera atau
persilangan antara jenis induk dura dan psifera dimana komposisi Tanaman
Menghasilkan (TM) seluas 57.449,60 Ha, Tanaman Belum Menghasilkan (TM)
17.540,09 Ha, TB/TU/TK seluas 2.736 Ha dan bibitan seluas 127,40 Ha. Untuk
mengelolah kelapa sawit, PTPN V memiliki 12 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan
43
44
total kapasitas olah terpasang sebesar 570 ton TBS per jam dan 1 pabrik Palm Kernel
Oil (PKO). PTPN V memiliki 5 Strategis Bisnis Unit (SBU), 25 Unit Kebun
Inti/Plasma, 3 fasilitas Pengolahan Karet dan 3 Rumah Sakit. Salah satu Strategis
Bisnis Unit (SBU) yang dimiliki PTPN V ialah Kebun Tandun, Kebun Tandun yang
merupakan lokasi pelaksanaan penelitian saat ini memiliki 8 Afdeling. Namun
sebelumnya pada awal berdiri tahun 1996 Kebun Tandun dibagi menjadi dua kebun
yaitu I dan kebun Tandun II. Kebun Tandun I lokasinya kebun Tandun rayon utara
memiliki 6 (enam) Afdeling dan luas areal perkebunannya 3.117,80 Ha dan kebun
Tandun 2 memiliki 6 Afdeling sehingga terdiri dari 12 Afdeling. Pada tanggal 19 Juni
2003 Kebun Tandun I dan II digabungkan menjadi satu perusahaan yang bernama
PTPN V Kebun Tandun. Pada tahun 2010 terjadi perubahan pada struktur dan
manajemen kebun dimana jumlah Afdeling dikurangi menjadi 10 dan pada 2013 terjadi
perubahan lagi menjadi 8 Afdeling dan bertahan hingga saat ini.
Tabel 6. Pembagian Luasan Areal Kebun Tandun
Luas Areal Kebun Tandun Tahun 2014
No Afdeling Luas Arael
1 Afdeling I TM 961.75
2 Afdeling II 986.25
3 Afdeling III 945.15
4 Afdeling IV 855.5
5 Afdeling V 820
6 Afdeling VI 985
7 Afdeling VII 973
8 Afdeling VIII 986
Jumlah 7512.65
TBM I
1 Afdeling IV 33
2 Afdeling V 37
Jumlah 70
TBM II
1 Afdeling IV 48
2 Afdeling V 14
Jumlah 62
Jumlah Seluruh TM+TBM I+TBM II 7644.65
Sumber : Data Sekunder, 2014
45
Visi dan Misi PT. Perkebunan Nusantara
Visi :
“Menjadi Perusahaan Agribisnis Terintegrasi yang Berkelanjutan dan Berwawasan
Lingkungan”
Misi :
a. Mengelola Agroindustri Kelapa Sawit dan Karet secara efisien bersama mitra
untuk kepentingan stakeholder.
b. Penerapan prinsip-prinsip Good Corparate Govermance, kriteria minyak sawit
berkelanjutan penerapan standar industri dan pelestarian lingkungan guna
menghasilkan produk yang dapat diterima oleh pelanggan.
c. Menciptakan keunggulan kompetitif di bidang Sumber daya manusia melalui
pengelolaan sumber daya manusia berdasarkan praktek-praktek terbaik dan sistem
manajemen sumber daya manusia terkini guna meningkatkan kompetensi inti
perusahaan.
1.1.2 Lokasi dan Letak Geografis Kebun Tandun PTPN V
Letak geografis Kebun Tandun berada pada 0 34’16’ LU – dan 100 41’7’ BT.
Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar, di Desa Talang Danto Provinsi Riau.
Kebun Tandun berjarak ± 30 km dari Ujung batu dan ±60 km dari kota Pekanbaru.
Produk yang dihasilkan oleh Kebun Tandun sendiri adalah Crude Palm Oil (CPO) dan
Palm Kernel Oil (PKO). Luas areal Kebun Tandun adalah 7.913,19 ha. Tidak semua
areal perkebunan di tanami kelapa sawit, Kebun Tandun memiliki areal pembibitan
kelapa sawit seluas 33 hektar yang masing-masing dibagi 2 area yaitu areal pre-nursery
dan main nursery. Kebun Tandun memiliki fasilitas penunjang seperti areal rumah
karyawan, emplasment, kantor, Afdeling dan mesjid yang dapat dilihat pada lampiran
2 peta wilayah Kebun Tandun.
Berikut pembagian luas areal komposisi Tanaman Belum Menghasilkan dan
Tanaman Menghasilkan Perkebunan Nusantara V Kebun Tandun akan diuraikan pada
tabel dibawah ini,
46
Tabel 7. Areal Statemen Kebun Tandun.
Uraian Komposisi Luas Areal
HA %
TBM 61 0,77
TM 7.572,00 95,69
TU - -
Non Prospek - -
TK - -
TB - -
Pembibitan 33 0,42
Jumlah Areal Tanaman 7.666,00 96,88
Non Tanaman 247,19 3,12
Total 7.913,19 100
Sumber : Data Sekunder, 2016
Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat terlihat komposisi luas areal tanaman kelapa
sawit, pada tahun 2016 luas Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah seluas 61
hektar atau 0,77 % dari luasan areal Kebun Tandun, sedangkan Tanaman Menghasilkan
(TM) adalah seluas 7.572 hektar atau 95,69 % dari luasan areal perkebunan. Sisa 3,12
% atau 247,19 hektar merupakan luasan dari non tanaman yaitu seperti rumah
karyawan, kantor, Afdeling dan fasilitas umum.
1.1.3 Struktur Organisasi Kebun dan Tata Kelola
Struktur organisasi merupakan bagian tugas dan wewenang di tubuh suatu
perusahaan. Dalam usaha pencapaian tujuan organisasi diperlukan kerja sama yang
baik diantara kegiatan yang satu dengan yang lain antar bagian yang bekerja di
dalamnya. Untuk dapat bekerjasama seseorang harus dapat mengadakan komunikasi
antara satu dengan yang lainnya. Kemudian agar tujuan organisasi dapat tercapai, maka
pelaksanaan harus terkoordinasi, yaitu terjadi kontak dan keselarasan diantara orang-
orang maupun kegiatannya sehingga semuanya berlangsung secara tertib dan seirama
ke arah tercapainya tujuan organisasi.
Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, Kebun Tandun terus-
menerus melakukan beberapa penyesuaian terhadap perkembangan termasuk
penyesuaian terhadap struktur organisasi. Struktur organisasi yang baik, dapat
memperhatikan pembagian tugas, wewenang, tanggung jawab dan fungsi yang tepat
47
dan terorganisir agar terciptanya kerja sama yang baik dalam menjalankan aktivitas
sehingga pada akhirnya tercapainya tujuan perusahaan.
Tanpa adanya adanya struktur organisasi, perusahaan akan kesulitan untuk
membuat keputusan dan kebijakan yang sangat berperan penting pada aktivitas
perusahaan dalam mencapai tujuan. Masalah keorganisasian merupakan masalah yang
penting bagi suatu perusahaan karena menyangkut keberhasilan perusahaan dalam
mencapai tujuannya seperti mendapat keuntungan dengan cara mengefektifkan dan
efisienkan segala aspek di dalam perusahaan. Organisasi perusahaan merupakan suatu
penetapan dan pembagian pekerjaan dilaksanakan secara bergilir sedangkan gambaran
mengenai hubungan kerjasamanya disebut struktur organisasi.
Kebun Tandun menggunakan struktur organisasi garis, dimana struktur
organisasi perusahaan lebih fleksibel dan mudah disesuaikan seiring dengan
perkembangan dan tepat pada kebutuhan perusahaan. Struktur organisasi perusahaan
dapat dilihat pada gambar struktur organisasi Kebun Tandun berikut.
48
Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara V Kebun Tandun
Gambar 9.Struktur Organisasi Kebun Tandun
ASISTEN
MANDOR 1 KRANI
AFD
KOORD.BIBIT
AN
KRANI
BIBITAN
MANDOR
BIBITAN
CENTENG
BIBITAN
KRANI
PRODUKSI PEMBANTU
KRANI
MANDOR
PANEN
MANDOR
PEMELIHAR
AAN
CENTENG MANTRI
HAMA
KRANI
BUAH
PENIMBANG
BRD
PENYEBAR
PANEN
48
49
Setiap masing - masing bagian dalam struktural karyawan pimpinan kantor
Kebun Tandun memiliki tanggung jawab dan wewenang dalam menjalankan roda
kinerja perusahaan. Tugas dan wewenang tersebut yaitu sebagai berikut :
1. General Manager SBU
Tanggung jawab dari General Maneger (GM) SBU :
- Tersusunnya rencana kerja tahunan Strategic Business Unit (SBU).
- Terlaksananya pengawasan terhadap seluruh biaya yang digunakan untuk
pelaksanaan program kerja SBU.
- Terlaksananya fungsi perencanaan, monitoring, evaluasi dan saran saran terhadap
aktivitas pengelolaan tanaman, pengolahan, perawatan instalasi pabrik, teknik
umum di seluruh unit di lingkup SBU untuk mencapai sasaran kinerja SBU/Unit
yang telah ditetapkan.
- Terlaksananya pembinaaan kualitas SDM di SBU.
Wewenang dari General Manager SBU :
- Mengelola sumberdaya di SBU sesuai dengan kegiatan dan anggaran yang telah
ditetapkan dalam RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan).
- Melakukan penilaian terhadap seluruh karyawan pimpinan dan pelaksana di SBU.
- Mengusulkan promosi, rotasi atau mutasi bagi karyawan pimpinan dan pelaksana di
SBU sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Manajer Unit Kebun Inti Kelapa Sawit :
Tanggung Jawab dari Unit Kebun Inti:
- Tersusunnya rencana jangka panjang dan rencana kerja tahunan unit kebun.
- Tercapainya target produksi kebun baik secara kuantitas maupun kualitas sesuai
RKAP/RKO.
- Terkendalinya biaya produksi kebun sesuai RKAP/RKO.
- Terkendalinya kultur teknis tanaman sesuai Standard Operating Procedure (SOP).
- Terselenggaranya administrasi Unit Kebun (UK) secara efektif dan efesien sesuai
sistem dan prosedur yang berlaku.
- Terlaksananya pembinaan kualitas SDM di unit kebun.
Wewenang dari Unit Kebun Inti :
50
- Menggunakan sumberdaya di unit kebun sesuai dengan kegiatan dan anggaran yang
telah ditetapkan dalam RKAP/RKO.
- Melakukan penilaian terhadap seluruh karyawan pimpinan dan pelaksana di unit
kebun yang dipimpinnya.
- Mengusulkan promosi, rotasi atau mutasi bagi karyawan pimpinan dan pelaksana di
unit kebun sesuai ketentuann yang berlaku.
3. Asisten Kepala (AsKep)
Tanggung jawab Asisten Kepala :
- Tersusunnya RKAP produksi unit kebun.
- Terlaksananya pengawasan terhadap semua kegiatan proses produksi tanaman
diseluruh Afdeling.
- Terlaksananya pengawasan terhadap biaya produksi di seluruh Afdeling.
- Terlaksananya pembinaan kualitas SDM yang menjadi tanggung jawabnya.
Wewenang :
- Melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap semua kegiatan proses produksi
tanaman di Afdeling.
- Melaksanakan koordinasi antara unit kebun inti dengan unit pabrik dalam hal PAO.
- Melakukan penilaian terhadap seluruh karyawan pimpinan dan pelaksana yang
menjadi tanggung jawabnya.
- Mengusulkan promosi bagi karyawan pimpinan dan pelaksana yang menjadi
tanggung jawabnya sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Asisten Tanaman
Tanggung jawab dari Asisten Tanaman :
- Tersusunnya RKAP Afdeling.
- Tercapainya target produksi Afdeling baik secara kuantitas maupun kualitas.
- Terkendalinya biaya produksi di Afdeling sesuai Standard Operating Prosedure
(SOP).
- Terselenggaranya administrasi di Afdeling secara efektif dan efesien sesuai sistem
dan prosedur yang berlaku.
- Terlaksananya pembinaan kualitas SDM yang menjadi tanggung jawabnya.
51
Wewenang :
- Menggunakan sumberdaya di Afdeling sesuai dengan kegiatan dan anggaran yang
telah ditetapkan dalam RKAP/RKO.
- Melakukan penilaian terhadap seluruh karyawan pelaksana di Afdeling yang
dipimpinnya.
- Mengusulkan promosi bagi karyawan pimpinan dan pelaksana yang menjadi
tanggung jawabnya sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Asisten Teknik Umum
Tanggung jawab Asisten Teknik Umum :
- Tersusunnya rencana kerja dan anggaran kegiatan teknik umum.
- Terlaksananya kegiatan teknik umum sesuai sistem dan prosedur yang berlaku
untuk mendukung efektivitas operasional unit kebun.
- Terlaksananya pembinaan kualitas SDM yang menjadi tanggung jawabnya.
Wewenang :
- Mengatur dan menggunakan sumberdaya sesuai dengan kegiatan dan anggaran.
- Melakukan penilaian terhadap seluruh karyawan pelaksana yang menjadi tanggung
jawabnya.
- Mengusulkan promosi bagi karyawan pelaksana yang menjadi tanggung jawabnya
sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Asisten Administrasi Keuangan
Tanggung Jawab dari Administrasi Keuangan :
- Terselenggaranya seluruh kegiatan administrasi keuangan di unit kebun secara
efektif dan efisien sesuai sistem dan prosedur yang berlaku.
- Terlaksananya pembinaan kualitas SDM yang menjadi tanggung jawabnya.
52
Wewenang :
- Mengatur dan menggunakan sunberdaya sesuai dengan kegiatan dan anggaran yang
menjadi kewenangannya.
- Melakukan penilaian terhadap seluruh karyawan pelaksana yang menjadi tanggung
jawabnya.
- Mengusulkan promosi bagi karyawan pelaksana yang menjadi tanggung jawabnya
sesuai ketentuan yang berlaku.
7. Asisten Administrasi SDM/Umum
Tanggung jawab Administrasi SDM/Umum :
- Terselenggaranya seluruh kegiatan administrasi SDM/umum di unit kebun secara
efektif dan efisien sesuai sistem dan prosedur yang berlaku.
- Terlaksananya pembinaan kualitas SDM yang menjadi tanggung jawabnya.
Wewenang :
- Mengatur dan menggunakan sunberdaya sesuai dengan kegiatan dan anggaran yang
menjadi kewenangannya.
- Melakukan penilaian terhadap seluruh karyawan pelaksana yang menjadi tanggung
jawabnya.
- Mengusulkan promosi bagi karyawan pelaksana yang menjadi tanggung jawabnya
sesuai ketentuan yang berlaku.
5.1.4 Sistem administrasi
Administrasi berfungsi sebagai pencatatan (recording), pelaporan (reporting)
dan arsip. Tanpa administrasi, fungsi manajemen tidak dapat bekerja, karena
keseluruhan proses manajemen harus didasarkan pada sesuatu yang tertulis. Di PTPN
V Kebun Tandun fungsi manajemen difasilitasi oleh suatu sistem administrasi yang
diberlakukan untuk seluruh unit-unitnya. Di semua Afdeling terdapat jenis fasilitas
administrasi baku yang berupa formulir-formulir atau blangko-blangko, yaitu :
Sistem Administrasi Afdeling.
1. RKAP (Rencana Kerja Perusahaan )
2. RKO (Rencana Kerja Operasional)
3. PB (Pengawasan Biaya)
53
4. LM (Laporan Manajemen)
5. AU (Akunting Umum)
Afdeling adalah unit terkecil yang menjadi sumber awal adanya kegiatan
perusahaan, pencatatan dan pelaporan pelaksana kegiatan awal inilah yang menjadi
sumber data dasar administrasi Afdeling dan kebun. Oleh karena itu formulir-formulir
administrasi Afdeling sebenarnya berisikan data yang paling dasar yang selanjutnya
menjadi masukan (input) bagi formulir administrasi berikutnya. Dibawah ini akan
diuraikan secara singkat bagaimana proses administrasi tersebut dilakukan oleh
Afdeling.
1. RKAP (Rencana Kerja Perusahaan)
RKAP adalah rencana kerja tahunan, dalam perkebunan RKAP merupakan
perkumpulan dari RKAP tiap unitnya, dimana RKAP yang paling dasar dari
perusahaan perkebunan adalah RKAP Afdeling. Di dalam RKAP tersebut tertuang
seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan selama satu tahun beserta biaya yang
diperlukan untuk merealisasi tujuan yang telah ditentukan oleh perusahaan. RKAP
disusun setengah tahun sebelum tahun tersebut berjalan. Misalnya, RKAP untuk tahun
2016 disusun pada bulan Desember 2015.
2. RKO (Rencana Kerja Operasional)
RKO adalah rencana kerja triwulan, yang dibuat sesuai dengan RKAP bulan.
Tujuan dari RKO ini adalah untuk mendekatkan kondisi aktual dalam mencapai tujuan
RKAP.
3. Pengawasan Biaya (PB)
PB atau pengawasan biaya adalah formulir administrasi yang berisikan data
yang paling mendasar. Dibawah ini akan diuraikan alur dari administrasi Afdeling
mengenai Pengawasan Biaya (PB).
54
Gaji
Gambar 10. Alur Administrasi
Pada alur administrasi pengawasan biaya dimana awal dari kegiatan yaitu
dengan perhitungan AKP (Angka Kerapatan Panen) ada petugas yang menghitung
kerapatan buah yaitu petugas AKBM setelah ada perhitungan dan diperoleh data.
Selanjutnya setelah dapat data AKP masuk ke buku mandor Pengawasan Biaya (PB)
24 yang bertugas adalah mandor panen yang mencatat pengumpulan tandan buah segar
harian, dipindahkan ke dalam formulir ikhtisar laporan pekerjaan harian (PB 25) untuk
buku monitoring tujuannya agar mengetahui data yang ada, di sini sudah ada data
timbangan berat tandan buah segar, waktu timbangan keluar atau masuk dari PKS serta
sortasi buah dari PKS yang bertugas adalah krani buah.
Selanjutnya masuk ke ikhtisari rekapan pengumpulan TBS perhari (PB 26) di
PB 26 sudah ada jumlah TBS dan brondolan perhari, tahun tanam, nomer pemotong
serta denda yang bertugas adalah mandor buah dan krani buah, dikerjain oleh krani
produksi diperiksa oleh krani Afeling serta diketahui oleh Asisten Afdeling.
Selanjutnya masuk ke buku produksi perblok dan jumlah Hari Kerja (HK) yaitu (PB
27) yang bertugas adalah krani produksi dan terakhir masuk ke PB 11 yang bertugas
krani produksi, di buku ini sudah ada berat TBS, brondolan (kg) , prestasi panen, premi
kuantitas, premi kualitas serta denda dibuat oleh krani produksi diperiksa oleh Asisten
Afdeling dan diketahui oleh Asisten Kepala.
4. LM (Laporan Manajemen)
Laporan manajemen merupakan formulir keseluruhan dari kegiatan Afdeling
yang berisikan data-data LM-77 dan LM-78.
5. AU (Akunting Umum)
Buku ganjil&genap Reguler
Intensif
PB 18 1&2
AKP PB241&2 PB25 PB26 PB27
PB11
55
AU (Akunting Umum) adalah formulir-formulir buku Asisten untuk mencatat
khusus mengenai presensi dan absensi karyawan.
5.2 Unit Usaha Kebun Tandun
Kebun Tandun merupakan salah satu kebun atau unit bisnis yang dimiliki oleh
PT. Perkebunan Nusantara V. Hasil produksi dari Kebun Tandun diolah langsung di
PKS Tandun. Lokasi kebun ini berada di Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten
Kampar, Desa Talang Danto, Riau. Kebun Tandun merupakan perkebunan kelapa
sawit yang utama didukung dengan unit bisnis Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan unit –
unit bisnis lainnya.
Kebun Tandun yang bertopografi rata 90% dan bergelombang 10%. Kebun
Tandun terletak pada ketinggian ± 124,50 meter diatas permukaan laut. Kebun Tandun
memiliki luas kebun kedua diantara kebun-kebun yang dimiliki PTPN V Riau. Dengan
luasan areal kebun yang dimiliki Kebun Tandun dibagi menjadi 8 Afdeling sehingga
memiliki jumlah produksi yang berbeda-beda tiap Afdeling. Berikut hasil produksi TBS
dari Kebun Tandun perbulan pada tahun 2016 dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 8. Data Produksi (ton) Kebun Tandun tahun 2016
Bln
Afdeling
1 2 3 4 5 6 7 8
1 1.300.990 1.449.310 1.337.430 1.076.310 646.890 1.291.590 827.470 1.146.590
2 1.325.520 1.259.180 1.418.050 1.178.430 640.940 1.355.500 788.020 933.490
3 1.293.910 1.369.270 1.457.010 1.178.430 668.230 1.485.260 747.740 937.410
4 957.150 1.132.440 1.031.990 893.310 515.120 1.170.440 655.340 693.560
5 631.560 815.370 1.014.870 760.810 399.520 1.073.180 360.010 399.040
6 1.100.040 1.212.030 1.496.460 1.352.660 733.660 1.309.260 869.260 820.970
7 1.501.070 1.865.510 2.103.000 1.886.290 1.021.580 1.914.420 1.195.670 1.198.820
8 1.878.580 2.392.360 2.300.320 1.937.220 1.162.670 2.242.210 1.641.950 1.490.150
9 2.447.120 2.663.490 2.552.830 2.352.570 1.413.970 2.484.000 2.179.960 1.797.630
10 2.916.910 3.072.110 2.975.900 2.401.730 1.713.920 2.759.580 2.188.930 1.706.730
11 2.152.560 2.434.720 2.364.820 2.076.820 1.320.310 2.182.640 1.818.320 1.677.190
12 2.293.430 2.426.040 2.212.420 2.110.380 1.487.250 2.307.070 1.940.020 2.220.230
Sumber : Data sekunder, 2016
Berdasarkan data produksi terlihat adanya fluktuasi panen pada masing-masing
bulan yang dipengaruhi oleh cuaca atau musim sehingga dikenal dengan panen puncak
56
atau panen kecil. Di Kebun Tandun, panen puncak biasanya terjadi mulai sekitar bulan
Juli hingga Desember. Tingginya produksi kelapa sawit ini disebabkan banyaknya
buah matang pada bulan tersebut dikarenakan pada bulan awal Januari-Maret tandan
bunga pada buah sawit muncul akibat curah hujan tinggi sehingga membantu proses
menyerbukan pada buah.
Selain mengolah TBS hasil kebun inti, Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun
Tandun juga menerima suplai bahan baku dari kebun lain yang berada disekitar Kebun
Tandun yang dimiliki PTPN V. Kebun kemitraan itu sendiri adalah Kebun Sei Lindai
(SLI) dan Kebun Sei Batu Langkah (SBL). Data rata-rata produksi perbulan yang
dipasok ke PKS Kebun Tandun dari masingg-masing kebun kemitraan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 9. Pasokan Produksi TBS dari Kebun Kemitraan PKS Kebun Tandun Tahun
2016
Bulan Kebun Sei Lindai (SLI) Sei Batu Langkah (SBL)
Januari 2.949.970 2.307.340
Febuari 3.230.280 1.391.690
Maret 3.074.620 185.140
April 4.059.770 2.773.990
Mei 4.607.720 1.348.210
Juni 2.890.510 1.749.700
Juli 811.260 2.644.580
Agustus 4.460 4.619.500
September 3.207.770 321.610
Sumber: Data Sekunder, 2016
Jumlah kendaraan angkut (truk) yang dimiliki oleh Kebun Tandun untuk
mengangkut TBS adalah 40 unit . Tabel data kendaraan dapat dilihat pada lampiran 9.
5.3 Sistem Transportasi TBS di Kebun Tandun PTPN V Riau
Kegiatan transportasi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit merupakan suatu
proses kegiatan pemindahan TBS hasil panen dari lapang atau areal panen menuju ke
pabrik kelapa sawit untuk proses olah selanjutnya. Buah TBS yang telah dipanen harus
segera diangkut ke pabrik pengolahan agar minyak yang dihasilkan dari pengolahan
buah tersebut memiliki hasil mutu yang baik. Sehingga untuk mencapai hasil mutu
57
yang baik harus didukung dengan pelakuan dan sarana transportasi buah yang baik
pula, sehingga buah yang diangkut ke pabrik dapat diangkut seluruhnya, tidak terjadi
buah menginap di lapang dan tidak terjadi cacat/luka pada buah. Pelakuan dan sarana
transportasi ini tergantung dari kebutuhan akan jumlah armada transportasi, kapasitas
alat transportasi dan jarak tempuh dari areal kebun menuju pabrik.
Kebun Tandun melakukan kegiatan pengangkutan TBS dari areal panen
menuju PKS dengan menggunakan jenis transportasi truk. Dalam pelaksanaan kegiatan
transportasi TBS kelapa sawit hasil panen, koordinasi antara bagian transportasi,
bagian kebun dan bagian pabrik sangat diperlukan agar perencanaan transportasi dapat
disesuaikan dengan produksi harian baru dan kapasitas pabrik.
Armada truk dipilih dikarenakan sesuai dengan kondisi areal kebun karena truk
dapat menelusuri tempat hasil panen. Waktu operasi truk per hari rata-rata adalah 8
jam/hari, truk mulai beroperasi pada pukul 07.00 WIB dimana truk mulai bersiap untuk
pengisian bensin serta perlengkapan panen dan keberangkatan pertama menuju ke
kebun untuk mengangkut buah. Truk akan bergerak menyusuri collection road dengan
2-3 kernet. Pengangkutan berakhir pada pukul 16.00 WIB dengan waktu istirahat 1
jam, yaitu pada pukul 12.00-13.00 WIB.
Tandan buah segar (TBS) hasil panen dikumpulkan di Tempat Pengumpulan
Hasil (TPH) untuk langsung dimuat ke dalam truk oleh tenaga muat. Waktu yang
diperlukan dalam memuat buah ke atas truk rata-rata 93 menit dapat dilihat pada tabel
dibawah.
Tabel 10. Waktu Muat TBS
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Sebelum TBS dimuat ke atas truk, terlebih dahulu pemanen mencatat nomor
panen, Petugas Pencatat Hasil (PPH) atau kerani buah mencatat hasil panen, nomor
blok panen, jumlah tandan buah yang diangkut serta melakukan pensortiran buah di
No Afdeling Waktu Muat Buah di atas Truk
1 1 106,775
2 3 71,49998
3 5 82,25417
4 8 111,6683
Rata-rata 93,04935
58
lapangan yang ikut bersama truk. Buah yang mentah atau kelewatan matang langsung
disortir dan tidak dinaikkan ke truk tetapi ditinggal di lapangan.
Setiap hari rata-rata truk dapat melakukan pengangkutan sebanyak 2-6 trip per
hari ini tergantung dari kondisi jalan dan jarak yang ditempuh truk untuk mengantarkan
buah dari tempat panen menuju pabrik. Setiap truk mempunyai kapasitas angkut rata-
rata 5 ton TBS/trip, tergantung jenis truk yang digunakan. Di Kebun Tandun jenis truk
yang digunakan ialah jenis roda ban/jinlu. Truk yang telah penuh dengan muatan segera
menuju pabrik melalui jalan utama.
Truk yang membawa TBS hasil panen ke pabrik akan langsung menuju tempat
penimbangan sebelum truk dibongkar, tujuannya agar dapat mengetahui berat TBS
yang dibawa oleh truk. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun Tandun mempunyai 2 unit
jembatan timbangan yaitu (1) timbangan manual yang digunakan untuk penimbangan
tandan kosong dan (2) timbangan komputer yang digunakan untuk penimbangan TBS.
Penimbangan dilakukan dua kali, yakni pada penimbangan pertama bertujuan untuk
mengetahui berat truk yang berisi muatan atau yang disebut dengan berat bruto.
Sedangkan penimbangan yang kedua dilakuan setelah muatan yang berisi buah
dibongkar di tempat penyimpanan sementara (loading ramp) yang tujuannya untuk
mengetahui berat truk tanpa muatan atau yang disebut dengan berat tarra. Untuk
mengetahui berat TBS yang diangkut atau berat bersih TBS adalah dengan cara
mengurangi berat truk yang berisi muatan (bruto) dengan berat truk tanpa muatan
(tarra) sehingga didapat nilai berat bersih TBS atau disebut dengan berat netto. Pada
penimbangan ini menggunakan fasilitas truk yang pertama datang pertama dilayani
(single channel single phase).
Selanjutnya setelah penimbangan truk berisi muatan menuju ketempat
penyimpanan sementara (loading ramp) untuk membongkar muatan. Pembongkaran
dilakukan oleh tenaga kernet yang berjumlah 2-3 orang dengan menggunakan alat
gancu dan cula. Selama kegiatan pembongkaran dilakakuan pensortisan buah oleh
tenaga sortasi yang bertugas di pabrik. Setelah semua muatan truk dibongkar truk
kembali ke timbangan untuk ditimbang berat kosongnya dan kemudian truk kembali
59
ke kebun untuk pengangkutan selanjutnya. Secara garis besar dapat digambarkan
sebagai berikut.
Sumber : Data Primer, 2017
Gambar 11. Siklus Angkutan TBS
Kernet muat TBS ke atas
truk sampai penuh (5-6
ton) (± 1 jam)
Truk angkut menuju ke
Pabrik
Truk tiba di timbangan
Timbang Bruto
Proses Unloading
Truk tiba di gerbang pabrik
(truk antri/truk lanjut)
Timbang Tarra
Persiapan Truk Angkut
ke Lok. Panen (07.00-
09.00)
60
5.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengangkutan TBS
5.4.1 Analisa Diagram Fishbone
Fishbone diagram merupakan diagram yang digunakan untuk mencari semua
unsur-unsur penyebab yang diduga dapat menimbulkan masalah tersebut. Diagram ini
dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi penyebab suatu masalah. Proses
ini meliputi identifikasi permasalahan pada input, permasalahan pada proses dan
permasalahan pada output. Sehingga diketahui permasalahan-permasalahan yang
terjadi pada masing-masing aktivitas, Dimana permasalahan-permasalahan ini
mempunyai peranan dalam mengoptimalkan transportasi Tandan Buah Segar (TBS)
pada perusahaan. Adapun permasalahan pada setiap aktivitas pra panen, panen dan
pengangkutan yang menyebabkan terjadinya efektif atau tidaknya pengangkutan pada
perusahaan disajikan pada diagram fishbone sebagai berikut:
Gambar 12. Analisis Fishbone penyebab tidak efektifnya pengangkutan TBS
a. Permasalahan input
Permasalahan yang terjadi pada aktivitas input juga menjadi faktor penyebab
terjadinya ketidakoptimalan pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) di perusahaan.
Adapun faktor-faktornya yang menyebabkan tidak efektifnya pengangkutan yaitu :
61
1. Sumber Daya Manusia (Man)
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu penyebab terjadinya
penurunan optimal pada pengangkutan. Di bawah ini merupakan faktor-faktor
penyebab terjadinya penurunan pada pengangkutan yang disebabkan oleh manusia atau
pekerja pada pemanen.
a. Kapabilitas Pemanen
Pada bagian input mempunyai peranan penting dalam peningkatan optimal
dalam pengangkutan, pekerja panen berperan dalam memanen buah dan meletakan
Tandan Buah Segar (TBS) serta brondolan ke TPH. Kurangnya kapabilitas pekerja
sehingga pengangkutan tandan dan brondolan ke TPH menjadi lama sehingga
berdampak pada pengangkutan ke PKS. Kurangnya kapabilitas pekerja dalam
melakukan pengangkutan tandan dan brondolan ke TPH karena minimnya brifing pagi
mengenai materi panen dan motivasi dari perusahaan, kuantitas serta intensitas materi
briefing pagi yang bertugas ialah mandor panen dan didampingi asisten Afdeling dan
adanya program rotasi ancak panen (giring) untuk penempatan ancak baru. Hal ini
tentunya mempengaruhi kapabilitas pekerja dalam melakukan pekerjaannya.
b. Prestasi Panen
Kegiatan pemanenan pada suatu ancak panen dipengaruhi oleh faktor usia dari
pemanen atau pekerja. Umur dapat mempengaruhi kemampuan banyaknya kegiatan
panen dan pengangkutan tandan buah serta brondolan ke TPH. Rentanya umur pekerja
sehingga pekerja cepat lelah merupakan salah satu faktor di dalam kegiatan pekerjaan,
beratnya pekerjaan dan kondisi tempat bekerja yang terbuka serta panas pada siang hari
sehingga mengurangi prestasi pemanen.
c. Kerapatan buah
Rapatnya buah panen di pokok buah merupakan indikator lamanya
pengangkutan tandan buah dan brondolan ke TPH sehingga berdampak pada
pengangkutan ke PKS. Menurut Standar Per Pokok (SPH) yaitu jumlah pokok/pohon
yang ditanami dalam satuan hektar pada kebun adalah 127 pokok/ha. Sehingga didapat
rata-rata berat buah per pokok tanaman adalah 11,8 kg. Buah yang masak banyak
membuat para pekerja keteteran dalam memanen buah, rapatnya buah ini memberikan
62
kemungkinan para kerja melakukan pekerjaannya tidak sesuai dengan SOP (Standard
Operational Procedure) yang ada di perusahaan.
2. Bahan Baku (Material)
Bahan baku merupakan salah satu penyebab terjadinya lamanya pengangkutan
tandan buah segar ke PKS. Di bawah ini merupakan faktor-faktor terjadinya
ketidakoptimalan dalam pengangkutan buah.
a. Ukuran Buah
Tandan buah segar yang dipanen dipengaruhi oleh besar atau kecilnya buah
tandan, semakin besar tandan buah semakin berat pengangkutan ke TPH sehingga
memerlukan tenaga ekstra serta alat panen yang memadai dan sebaliknya.
b. Alat dan Perlengkapan panen (APD)
Ketika proses kegiatan pemanenan alat dan perlengkapan panen juga
merupakan faktor yang mempengaruhi dalam pemanenan, dengan adanya kelengkapan
alat panen, pemanen dapat memanen dengan maksimal dan terlindungi dari resiko
panen hal ini berdampak pada pengangkutan buah, umur tanaman kelapa sawit yang
tua membuat tanaman tumbuh dengan tinggi sehingga pemanen memerlukan alat yang
cocok dalam memanennya seperti alat agrek yang tingginya bisa mencapai 12 meter.
Di Kebun Tandun Perkebunan Nusantara V pengadaan alat dan perlengkapan panen
diadakan 2 (dua) kali setahun semester pertama bulan Januari, semester kedua bulan
Juli.
3. Metode (Method)
Metode merupakan suatu kegiatan dalam pengangkutan tandan buah,
pengangkutan buah biasanya menggunakan kendaraan. Kendaraan yang dipakai harus
disesuaikan dengan kebutuhan seperti kapasitas panen dan kapasitas dari angkutannya
sendiri dengan penentuan jenis kendaraan seperti Dump Truk (DT) atau mobil kayu
juga merupakan faktor yang mempengaruhi optimal dalam pengangkutan Tandan Buah
Segar (TBS). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi optimalnya dalam
pengangkutan yaitu :
a. Kapasitas Angkut
b. Jenis truk
63
c. Jarak angkut
4. Lingkungan (Enviroment)
Lingkungan juga merupakan salah satu penyebab terjadinya ketidakoptimalan
dari pengangkutan tandan buah segar. Lingkungan pada areal panen dan lingkungan
pada PKS. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi optimal dalam pengangkutan
yaitu:
a. Kondisi jalan
b. Topografi Areal
c. Penumpukan di PKS
Kondisi jalan yang rusak dan mengakibatkan keterlambatan pada angkutan
sehingga kendaraan sulit untuk mengangkut buah ditambah lagi dengan pengantrian
atau penumpukan di bagian penerimaan PKS dikarenakan terjadinya buah masuk yang
tidak stabil setiap jamnya sesuai kapasitas produksi pabrik. Terjadinya penumpukan
buah ini dikarenakan tidak adanya penjadwalan buah yang masuk ke pabrik setiap
jamnya sesuai kapasitas pabrik.
b. Permasalahan Proses
Proses merupakan salah satu aktivitas yang dapat mempengaruhi hasil dari
proses pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS), jika proses ini dilakukan dengan baik
sesuai dengan prosedur tentu akan memberikan hasil yang diinginkan. Begitu juga
sebaliknya, jika proses dilaksanakan tidak sesuai dengan prosedur akan mempengaruhi
hasil dari proses tersebut.
c. Permasalahan Output
Permasalahan pada output juga akan memberikan kontribusi terhadap optimal
pengangkutan TBS. Adapun permasalahan ini muncul karena faktor manusia (Man),
kondisi jalan rusak dan penumpukan di bagian penerimaan PKS. Sehingga faktor ini
mengakibatkan pengabaian pada SOP (Standart Operational Procedure) yang ada di
perusahaan.
5.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengangkutan
Selanjutnya setelah mendapatkan unsur-unsur yang diduga dapat menimbulkan
masalah pada pengangkutan TBS di Kebun Tandun. Peneliti melanjutkan menganalisis
64
faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pengangkutan sehingga mempengaruhi
efektif atau tidaknya proses pengangkutan TBS.
5.4.2.1 Jenis Truk dan Jarak Tempuh
Jarak tempuh dan jenis truk dapat mempengaruhi efektivitas pengangkutan,
kapasitas angkut dalam 1 (satu) atau sekali jalan yang ideal/standar menurut Buku
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Tahun 2016-2017 pada Basis Borong (BB)
pengangkut, berdasarkan jarak tempuh (Km). Jenis truk dan jarak tempuh disajikan
pada Tabel 11.
Tabel 11. Jenis Truk dan Jarak Tempuh
Jarak Tempu (Km) Truk Non-
Tipper (Ton)
Truk Tipper (Ton) Traktor Roda
Ban/Jinlu (Ton)
0 – 10 9 12 6
11 – 25 8 10 5
25 – 35 6 8 3
> 35 5 7 2
Keterangan: Jarak tempuh adalah sekali jalan (kendaraan berisi muatan)
Sumber: PKB PTPN V, 2016
Berdasarkan Tabel 11 diatas dapat terlihat jenis truk muat yang digunakan dan
jarak tempu kendaraan dalam mengantarkan buah dari lapang menuju pabrik
pengolahan memiliki kapasitas maksimal angkut. Kebun Tandun menggunakan jenis
armada angkut traktor roda ban/jinlu dengan jarak paling jauh dari areal kebun ke
pabrik adalah 25 km yaitu pada Afdeling 7, sedangkan jarak terdekat dari areal kebun
ke pabrik adalah 5 km yaitu pada Afdeling 5. Dengan mengetahui jarak tempuh
kendaraan dapat mengetahui lamanya waktu antar buah (menit) dalam perjalanan
menuju pabrik pengolahan kelapa sawit. Berikut adalah Tabel 12 yang merupakan
jarak tempuh dan waktu perjalanan.
Tabel 12. Jarak Tempuh dan Waktu Perjalanan
No Kebun Tandun Jarak Kebun ke pabrik (Jki) Waktu Menuju PKS
1 Afdeling 1 15 Km 43,7
2 Afdeling 3 10 Km 19,3
3 Afdeling 5 5 Km 21,4
4 Afdeling 7 25 Km 50,2
Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
65
Berdasarkan Tabel 12 diatas, jarak tempuh kebun ke pabrik pengolahan
mempengaruhi waktu antar buah menuju PKS. Hal ini juga dipengaruhi oleh kecepatan
truk dalam mengangkut muatan buah, dari hasil pengamatan dilapang rata-rata
kecepatan truk berisi muatan pada Kebun Tandun adalah 31 Km/jam dan kecepatan
truk kosong adalah 41 km/jam yang dapat dilihat dilampiran 8 .
5.4.2.2 Waktu Pengangkutan
Dalam mengetahui faktor yang mempengaruhi pengangkutan TBS kelapa sawit
tidak terlepas dari hitungan waktu. Waktu yang perlu diperhitungkan adalah lamanya
waktu pengangkutan TBS dari kebun menuju pabrik kelapa sawit (PKS) tergantung
dari jarak lokasi panen ke pabrik pengolahan, topografi dan sistem antrian di pabrik.
Berikut akan dijelaskan faktor-faktor hambatan yang menyebabkan waktu
pengangkutan pada TBS kelapa sawit.
a. Faktor Cuaca
Faktor cuaca seperti hujan pada saat panen juga mempengaruhi kegiatan
pemanenan (buku monitoring cuaca), hujan pada saat jam kerja panen dapat
mempengaruhi turunnya prestasi kerja pemanen, sehingga dapat mempengaruhi
lamanya pengangkutan TBS ke PKS, berikut tabel basis borong (regu tenaga kerja)
pada waktu hujan menurut buku Perjanjian Kerja Bersama (PKB) diatur sebagai
berikut.
Tabel 13. Basis Borong Pada Waktu Hujan
No Lamanya Hujan dalam jam kerja Besarnya Basis Borong
1 s/d 2 jam 100% Basis Borong yang telah ditetapkan
2 >2 jam Diperhitungkan secara proporsional dengan
perhitungan jam kerja sampai dengan jam 14.00
WIB.
Contoh: Jam 6.30 – 9.00 terjadi hujan, maka
basis Borong = (7-2,5) / 7 x 100% x BB yang
telah ditetapkan
Sumber : PKB PTPN V, 2016
Berdasarkan data tabel 13 basis borong pada waktu hujan diatas dapat
dihasilkan kesimpulan bahwa lamanya hujan dalam jam kerja panen > 2 jam akan
menurunkan basis borong pada pemanen sehingga akan berdampak pada perolehan
produksi buah pada hari itu dan juga menurunkan jam kerja pemanen sehingga
66
pemanen melakukan kegiatan panen buah yang lebih lama berdampak langsung pada
pengangkutan TBS ke PKS.
b. Faktor Kerapatan Buah
Faktor kerapatan buah juga merupakan indikator lamanya panen berdampak
pada lamanya pengangkutan tandan buah dan brondolan ke TPH sehingga juga
berdampak langsung pada pengangkutan ke PKS. Kerapatan buah juga dapat
mempengaruhi waktu untuk memenuhi truk dalam mengangkut buah. Kerapatan panen
adalah perbandingan antara jumlah buah yang masak dengan pohon kelapa sawit.
Semakin besar perbandingan antara buah yang masak dengan pohonnya maka jumlah
TBS di TPH akan semakin banyak dan sebaliknya, jika semakin kecil perbandingannya
maka akan semakin sedikit TBS yang ada di TPH. Hal ini juga dapat mempengaruhi
waktu pengangkutan. Berikut akan dijelaskan tabel basis borong berdasarkan kerapatan
buah menurut buku Perjanjian Kerja Bersama (PKB) tahun 2016-2017.
Tabel 14. Basis Borong Berdasarkan Kerapatan Buah
Panen % x Basis Borong Bulan
Kecil 80 Januari s/d April
Sedang 100 Mei s/d Agustus
Besar 120 September s/d Desember
Sumber : PKB PTPN V, 2016
Berdasarkan data tabel 14 dilihat dari kerapatan buah pada panen dapat dilihat
bahwa apabila kerapatan buah kecil ketika panen maka basis borong juga kecil
sedangkan apabila kerapatan buah besar maka presentasi basis borong meningkat
tergantung tingkat kerapatan panen. Hal ini berdampak pada lama atau tidaknya
pengangkutan dari TPH ke PKS.
c. Tenaga Muat TBS
Kapasitas angkut dari truk harus dibatasi yaitu maksimal 5-6 ton/trip (untuk
sejenis kendaraan seperti Mitsubishi PS 100 atau PS 120) hal ini dilakukan agar laju
kendaraan dan jalan lancar, demikian juga halnya jadwal tiba kendaraan truk ke lokasi
panen dan tiba di pabrik dapat diatur sedemikian rupa agar operasional kendaraan dapat
optimal dan proses pengolahan di pabrik berjalan lancar. Pengalokasian tenaga angkut
yang tepat sangat diperlukan dalam perencanaan pengangkutan TBS. Pada Kebun
67
Tandun Perkebunan Nusantara V terdapat 4 tenaga angkut yaitu 1 supir, 1 karnet dan
2 regu muat yang tugasnya mengangkut TBS dan 1 krani buah (asisten sekretaris) yang
tugasnya mencatat banyaknya tandan yang telah diangkut. Berikut akan dijelaskan
tabel tenaga kerja pengangkutan TBS berdasarkan buku Perjanjian Kerja Bersama
(PKB) tahun 2016-2017.
Tabel 15. Tenaga Kerja Pengangkutan TBS
Uraian Jumlah Keterangan
Supir 1 -
Kenek 1 -
Regu Muat 2 (dari Afdeling)
Sumber : PKB PTPN V, 2016
Berdasarkan tabel 15 Tenaga kerja muat TBS pada Kebun Tandun
PT.Perkebunan Nusantara V jumlah tenaga muat ada 4 orang dengan rincian yang telah
diuraikan diatas, tenaga muat juga berdampak pada lamanya muat TBS ke dalam
angkutan serta PKS. Dengan mengetahui tenaga kerja pengangkutan TBS yang
diterapkan Kebun Tandun dapat mengetahui lamanya waktu muat buah (menit) dalam
memuat TBS ke atas truk. Berikut adalah tabel rata-rata lama waktu muat TBS.
Tabel 16. Lama Waktu Muat TBS
No Kebun Tandun Waktu Muat TBS (Tm)
1 Afdeling 1 106,8
2 Afdeling 3 71,5
3 Afdeling 5 82,3
4 Afdeling 7 111,7
Rata-rata waktu muat 93
Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
Berdasarkan data dan hasil perhitungan dari buku Perjanjian Kerja Bersama
(PKB) Kebun Tandun dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi waktu
pengangkutan TBS dipengaruhi oleh faktor hambatan seperti kondisi cuaca, kerapatan
buah dan lama waktu muat. Sedangkan faktor seperti antrian, jumlah armada
transportasi serta kondisi lapang akan dijelaskan penulis difaktor selanjutnya.
5.4.2.3 Armada Transportasi
Kebutuhan armada transportasi serta pemilihan jenis atau tipe alat transportasi
yang akan dipakai di suatu perkebunan didasari oleh faktor jarak Afdeling/blok dan
68
produksi dengan pabrik pengolahanya. Jumlah kendaraan atau angkutan juga
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas dari pengangkutan. Penentuan
jumlah armada transportasi TBS tergantung dari waktu siklus kegiatan transportasi,
yaitu penjumlahan dari waktu muat, waktu angkut truk dari kebun ke pabrik dan
kembali lagi ke kebun untuk mengulang pengangkutan, waktu penimbangan dan waktu
pembongkaran. Untuk dapat menentukan kebutuhan truk pengangkut TBS didasarkan
pada perhitungan jumlah produksi bulanan, yang dihitung dari produksi bulan pada
panen puncak.
5.4.2.4 Kondisi Lapang
a. Kondisi Jalan
Faktor utama kelancaran transportasi ialah kondisi jalan, apabila dilapangan
transportasi fruit fresh bunches (FFB) tidak lancar maka perlu penambahan atau
perbaikan infrastruktur pada jalan. Jalan merupakan sarana utama yang harus dimiliki
perkebunan kelapa sawit. Peran dan fungsi jalan di perkebunan sawit adalah sebagai
sarana transportasi buah maupun pupuk. Kurang baiknya kondisi jalan dan jembatan
akan menurunkan mutu produksi dan peningkatan biaya perawatan alat-alat angkut.
Agar kualitas jalan tetap terjaga, perusahaan perkebunan harus melakukan perawatan
yang mutlak dilakukan pada berbagai jenis jalan kebun. Sehingga perlunya perawatan
jalan dan jembatan dilakukan secara rutin.
Pada Kebun Tandun jalan perkebunan terbuat dari jalan tanah sehingga
seringkali mengalami kerusakan pada musim hujan. Hal tersebut disebabkan
kurangnya cahaya matahari, sifat tanah (tekstur dan struktural) dan berat bahan angkut
(tonase) yang melewati jalan berlebihan. Kondisi jalan rusak yang diakibatkan oleh
faktor cuaca seperti hujan akan mengakibatkan jalan menjadi berair dan menyebabkan
banjir sehingga aktivitas panen dan pengangkutan buah terhambat. Berikut data laporan
bulanan curah hujan Kebun Tandun tahun 2016.
69
Tabel 17. Data Curah Hujan
No Bulan Rata-rata Hari Hujan (H.H) Rata-rata Curah Hujan (C.H)
1 Januari 16 368,89
2 Febuari 13 241,72
3 Maret 6 125,22
4 April 7 137,56
5 Mei 9 170,44
6 Juni 7 136,00
7 Juli 5 68,33
8 Agustus 4 51,17
9 September 5 77,22
10 Oktober 4 79,67
11 November 3 58,35
12 Desember 3 25,89
Sumber: Data Sekunder, 2016
Berdasarkan data tabel 17 diatas dapat dihasilkan kesimpulan bahwa rata-rata
hari hujan yang paling sering berada pada bulan pertama yaitu bulan Januari sebanyak
16 hari hujan perbulan dengan rata-rata curah hujan 368,89 lamanya hujan dalam jam
kerja panen, hal ini akan berdampak pada kondisi permukaan jalan yang dilalui seperti
jalan utama, jalan penghubung dan jalan produksi. Berikut data kondisi jalan pada
tahun 2016 di Kebun Tandun disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18. Kondisi Jalan
NO
Kondisi Jalan
Tahun – 2016
Uraian Jalan
Utama
Jalan
Peghubung
Jalan
Produksi Total
1 Baik Meter 35.185 55.158 117.175 207.518
% 85,43 68,24 52,46 60,09
2 Sedang Meter 4.800 5.850 25.335 35.985
% 11,65 7,24 11,34 10,42
3 Buruk Meter 1.200 19.825 80.840 101.865
% 2,91 24,53 36,19 29,49
Sumber: Data Sekunder (2016)
70
Keterangan:
Baik : Jalan yang sudah diperkeras dan dapat dilalui kendaraan angkutan produksi
dan
dapat dilalui kendaraan angkutan produksi dengan kecepatan minimal 20
km/jam.
Sedang : Jalan yang sudah diperkeras dan dapat dilalui kendaraan angkutan produksi
dan dapat dilalui kendaraan angkutan produksi dengan kecepatan dibawah
20 km/jam sehingga diperlukan perbaikan.
Buruk : Jalan yang sudah diperkeras atau sudah diperkeras namun sulit dilalui
kendaraan angkut produksi.
Dari data tabel 18. Pada kondisi jalan di Kebun Tandun pada tahun 2016 dengan
rincian yang telah diuraikan diatas, kondisi jalan baik memiliki total 207.518 km atau
60,09% dari total seluruh jalan yang ada di Kebun Tandun dan sisanya dikondisi jalan
sedang dan buruk yaitu 10,42% dan 29,49%. Kondisi jalan yang dialui kendaraan
angkutan produksi dapat mempengaruhi pengangkutan buah di perkebunan.
Sebagai salah satu sarana utama dalam perkebunan, jalan kebun sangat
berperan pada penjagaan mutu dan kualitas produksi, menjaga peralatan alat angkut
tetap normal, konektivitas antar lokasi di perkebunan hingga percepatan produksi. Agar
dapat terus menjaga kualitas jalan, perusahaan perkebunan harus melakukan perawatan
yang mutlak dilakukan. Termasuk pada pengerasan jalan kebun di awal pembuatan
jalan. Tekstur tanah di Kebun Tandun adalah liat berpasir. Tekstur ini jika terkena
hujan akan licin dan lama mengering apabila intensitas sinar matahari sedikit, sehingga
membutuhkan waktu yang lama dalam pengeringannya. Tekstur jalan yang labil
sehingga jika dilalui oleh kendaraan akan merusak jalan.
Perawatan jalan yang terpenting adalah menjaga bentuk jalan tetap cembung
(camber) atau kemiringan sekitar 5%. Air tidak boleh tergenang di permukaan-
permukaan badan jalan karena akan menyebabkan terbentuknya lubang pada titik-titik
yang lemah sehingga akhirnya dapat merusak jalan. Di Kebun Tandun secara umum
perawatan jalan atau pemeliharaan jalan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
perawatan jalan mekanis dan perawatan jalan manual. Perawatan jalan mekanis
71
dilakukan dengan cara mengembalikan material pengeras ke badan tanah dengan cara
penambahan batu gunung dan penebaran sirtu. Berikut data perawatan jalan yang
dilakukan Kebun Tandun dalam mengatasi permasalahan jalan di perkebunan sawit
Kebun Tandun disajikan pada Tabel 19 dan Tabel 20.
Tabel 19. Realisasi Penebaran Batu Gunung
Afdeling Batu Gunung
2013 2014 2015 2016
I 25,56 64,75 91,61 96
II 50,39 84,56 95,81 99
III 25,3 89,03 95,84 94
IV 26,46 50,8 82,87 90
V 42,07 107,9 84,92 83
VI 49,82 142,25 99,2 98
VII 60,55 117,67 100,17 97
VIII 31,55 135,04 101,58 100
Jumlah 311,7 792 752 757
Sumber: Data Sekunder (2016)
Tabel 20. Realisasi Penebaran Sirtu
Afd
Realisasi Penaburan Sirtu
Pemeliharaan
2013 2014 2015 2016
I 94,52 327,41 197,78 193
II 91,96 339,34 219,74 198
III 110,72 336,45 217,04 190
IV 162,54 315,84 179,52 181
V 122,24 401,84 175,28 167
VI 133,05 341,31 211,38 198
VII 136,02 365,00 205,93 195
VIII 166,68 439,81 199,57 198
Jumlah 1.017,73 2.867 1.606,24 1.520
Sumber: Data Sekunder (2016)
Sedangkan, pada perawatan manual di Kebun Tandun dilakukan dengan
pemangkasan tunas pelepah jalan agar cahaya matahari bisa tempus atau masuk ke
jalan. Sinar matahari yang sampai ke jalan akan menguraikan materi anorganik yang
bisa mengakibatkan pembusukan. Sehingga jangka panjangnya cahaya matahari ini
berdampak positif pada pengerasan jalan kebun sawit terutama pada jalan kolektif
(jalan produksi).
72
b. Kondisi alat transportasi
Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi masalah
kerusakan buah selama pengangkutan sekaligus menjaga kecepatan pengangkutan
buah ke pabrik. Di Kebun Tandun Perkebunan Nusantara V Riau transportasi adalah
truk. Pemilihan alat angkut yang digunakan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti ketersediaan alat angkut dan kondisi jalan. Di Kebun Tandun alat transportasi
truk untuk mengangkut TBS diserahkan langsung pada pemborong. Pelaksanaan
pengangkutan TBS dan brondolan dari lapangan diikat dengan syarat buku Perjanjian
Kerja Bersama (PKB) dengan pihak transportir, sistem pembayaran dilaksanakan
dengan harga per kilogram TBS diangkut dari hasil penimbangan di PKS sedangkan,
untuk perawatan alat transportasi di tanggung langsung oleh pemborong sedangkan
pengawasan dari Afdeling masing-masing.
c. Kondisi Pabrik
Kondisi di pabrik juga mempengaruhi pengangkutan tandan buah segar, jam
kerja pabrik pada umumnya adalah 8 jam/operasional setiap harinya, namun dalam
pelaksanaannya pabrik beroperasi lebih dari target operasionalnya hal ini disebabkan
banyaknya hasil buah yang menumpuk di tempat pengumpulan sementara (loading
ramp) dan juga dikarenakan kapasitas olah pabrik di Kebun Tandun maksimal 45
ton/jam yang tidak mampu menyelesaikan hasil panen sehingga pada akhirnya pabrik
mengalami waktu berhenti (stagnasi) yang disebabkan karna pabrik tidak mampu
mengolahnya. Pabrik Kebun Tandun dibangun pada tahun 1999 sehingga adanya
penurunan kinerja pada mesin dipabrik. Pabrik kelapa sawit merupakan satu kesatuan
dari beberapa mesin-mesin instalasi yang saling bekerja berkaitan satu dengan lainnya
dalam satu kesatuan proses pada pengolahan bahan baku TBS kelapa sawit dan hasil
olah berupa minyak mentah (CPO). Berikut data stagnasi perusahaan pada tahun 2016
disajikan pada Tabel 21. Perencanaan pada pabrik untuk menurunkan kadar ALB yang
tinggi dengan cara mengolah buah baru panen dengan buah menginap (restan) pada
akhirnya hasil yang didapat kadar ALB pada buah menurun dan mendekati standar
norma yang ditetapkan perusahaan.
Tabel 21. Data Stagnasi Perusahaan
73
Bulan
Uraian
Jumlah Jam Kerja
Bruto
Jumlah Jam
Stagnasi
Jumlah Jam Kerja
Efektif
Jam % Jam % Jam %
Januari 469,00 100,00 0 0 469,00 100,00
Febuari 486,00 100,00 4,00 0,82 482,00 99,18
Maret 530,00 100,00 6,00 1,13 524,00 98,87
April 578,00 100,00 12,00 2,08 566,00 97,92
Mei 480,00 100,00 30,00 6,25 450,00 93,75
Juni 550,00 100,00 40,00 7,27 510,00 92,73
Juli 550,00 100,00 40,00 7,27 510,00 92,73
Agustus 607,00 100,00 24,00 3,95 583,00 96,05
September 615,00 100,00 14,00 2,28 601,00 97,72
Oktober 639,00 100,00 40,00 6,26 599,00 93,74
November 597,00 100,00 20,00 3,35 577,00 96,65
Desember 551,00 100,00 0 0 551,00 100,00
Sumber: Data Sekunder (2016)
Gambar 13. Grafik Data stagnasi Perusahaan
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
JAM STAGNASI PERUSAHAAN(2016)
74
5.5 Efektivitas Sistem Pengangkutan TBS Kebun Tandun
5.5.1 Antrian
Efektivitas sistem pengangkutan TBS kelapa sawit tidak akan terlepas dari
waktu. Waktu yang perlu diperhitungkan ialah waktu antrian di pabrik kelapa sawit.
waktu antrian ini tergantung dari siklus lamanya pengangkutan dari kebun menuju
pabrik hingga dari sistem pelayanan yang ada di pabrik. Berikut akan dijelaskan antrian
dapat berpengaruh terhadap efektivitas pengangkutan TBS yang pada akhirnya adalah
mutu TBS.
5.5.1.1 Disiplin Antrian
Pada Pabrik Pengolahan Hasil (PPH) Kebun Tandun PTPN V Riau terdapat
sistem antrian dengan satu fasilitas pelayanan user yang disediakan untuk melayani
truk masuk untuk ditimbang di stasiun timbangan untuk mengitung berat bruto (berat
seluruh) yang berada di Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Menurut Nasution (2012), disiplin
pelayanan First Come First Served (FCFS) atau First In First Out (FIFO) artinya yang
lebih dahulu datang (sampai), akan terlebih dahulu dilayani (keluar). Disiplin di PKS
Kebun Tandun PTPN V Riau adalah First Come First Served (FCFS), dimana di dalam
sistem pelanggan yang datang lebih dahulu akan mendapatkan pelayanan terlebih
dahulu. Penerapan dengan sistem ini dengan kesempatan artinya ada suatu keadaan
even (kesempatan) truk tidak dapat dilayani akibat ada permasalahan di PKS sehingga
truk menunggu di garis tunggu antrian (waiting lines). Truk yang datang di gerbang
PKS tidak langsung mendapatkan pelayanan apabila terjadi antrian sehingga truk
tersebut harus memasuki garis tunggu antrian yang memanjang ke belakang sesuai
dengan urutan kedatangan. Kemudian truk tersebut menunggu sampai akhirnya
mendapatkan pelayanan.
Jenis sistem antrian yang ada di PKS Kebun Tandun adalah Single Channel-
Single Phase, dimana sistem ini hanya ada satu jalur antrian yang memasuki sistem
pelayanan (server). Unit yang datang ke dalam suatu sistem antrian akan dilayani oleh
server tersebut. Jika server sedang sibuk maka unit yang datang tersebut harus
menunggu dengan membentuk garis tunggu sampai tiba giliran untuk dilayani.
Menurut Arifin (2009), sistem antrian jalur tunggal (single channel, single server)
75
berarti model ini hanya mempunyai satu jalur untuk memasuki pelayanan atau hanya
ada satu jalur untuk memasuki sistem pelayanan atau ada satu fasilitas pelayanan yang
diberikan.
5.5.1.2 Komponen Fasilitas Pelayanan Pelanggan
Karakteristik fasilitas pelayanan dapat dilihat dari tiga hal, yaitu tataletak
(layout) secara fisik dari sistem antrian, disiplin antrian dan waktu pelayanan. Tata
letak fisik dari sistem antrian digambarkan dengan jumlah saluran atau jumlah
pelayanan. Berikut merupakan komponen dari fasilitas pelayanan di PKS Kebun
Tandun PTPN V Riau, antara lain yaitu:
1. User (Server)
User (server) merupakan komponen sistem pelayanan yang bertugas untuk
melakukan pelayanan terhadap truk yang ditimbang beratnya di stasiun penimbangan.
Pada PKS Kebun Tandun terdapat satu fasilitas pelayanan user (server) atau yang
disebut dengan sistem saluran tunggal. User (server) tersebut mulai berkerja pada jam
kerja perusahaan yaitu bekerja mulai pukul 07.00 WIB hingga 16.00 WIB dengan
terdapat 2 sift kerja. Menurut Aminudin (2005), jumlah saluran dalam proses antrian
menyatakan jumlah fasilitas pelayanan (server) untuk melayani truk datang. Jika
terdapat satu saluran pelayanan maka dikatakan sistem saluran tunggal, sedangkan bila
mempunyai sumber pelayanan (server) lebih dari satu yang beroperasi secara
bersamaan disebut dengan saluran majemuk.
Fasilitas pelayanan user (server) pada PKS Kebun Tandun dijaga oleh satu
orang petugas dan satu fasilitas komputer guna mencatat berat TBS yang diangkut oleh
truk. Di PKS Kebun Tandun sering sekali terjadi antrian apabila pada musim panen
puncak ataupun masalah pada pabrik sehingga pabrik tidak dapat mengolah TBS.
Waktu kedatangan tiap truk untuk ditimbang berbeda-beda. Perbedaan kedatangan truk
ini dipengaruhi oleh jarak tiap Afdeling yang dimiliki kebun.
2. Tempat Menunggu
Tempat tunggu merupakan tempat antrian truk untuk menunggu. Pada PKS
Kebun Tandun terdapat tempat tunggu truk apabila ada kesibukan pelayanan di pabrik.
Tempat tunggu itu sendiri yaitu waiting lines merupakan garis tunggu antrian, dimana
76
truk yang datang tidak langsung mendapatkan pelayanan dari user (server) pada unit
penimbangan apabila truk yang lain masih berada dalam sistem sehingga truk yang lain
memasuki waiting lines terlebih dahulu untuk menunggu sampai tiba mendapatkan
pelayanan. Waiting lines atau tempat tunggu truk dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 14. Tempat Tunggu Truk
5.5.1.3 Pembuatan Model Konseptual
Untuk memperjelas masalah yang terjadi perlu mengetahui alur atau gambaran
yang terjadi di Antrian PKS Kebun Tandun. Penjelasan ini dapat dijabarkan melalui
pembuatan model konseptual, yang berupa diagram siklus aktivitas. Diagram siklus
aktivitas pada proses antrian truk menuju unit penimbangan yang di miliki PKS Kebun
Tandun dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Diagram Siklus Aktivitas Antrian Truk
77
Keterangan gambar:
1. Kedatangan Truk
2. Truk mengantri di baris antrian
3. Truk tiba di unit penimbagan untuk melakukan perhitungan berat Brutto
4. Truk membongkar TBS di loading ramp
5. Truk kembali lagi ditimbang di unit penimbangan untuk di hitung berat netto.
6. Truk keluar dari pabrik/sistem
Menurut Candra (2007), beberapa model yang sering digunakan untuk
pembuatan model dari sistem nyata dengan menggunakan bantuan software ARENA
Versi 5.0 adalah The Basic Process Panel terdiri dari Flowchart modul dan data modul.
Pada Gambar 14. Diagram siklus aktivitas antrian truk, menunjukan terdapat
proses kedatangan truk, fasilitas pelayanan user (server) dan truk. Truk yang datang di
pabrik Kebun Tandun mengantri dalam garis tunggu antrian, melakukan penimbangan,
pembongkaran di unit loading ramp, kemudian truk pergi meninggalkan sistem.
5.5.1.4 Tingkat Kedatangan Truk
Tingkat kedatangan merupakan banyaknya pelanggan yang datang untuk
mendapatkan pelayanan dari fasilitas pelayanan user (server) di unit penimbangan,
yang dinyatakan dalam berapa banyak pelanggan (truk) dalam periode waktu tertentu.
Tingkat kedatangan truk pada PKS Kebun Tandun bersifat acak, dimana truk yang
datang memiliki waktu selisih yang berbeda-beda. Menurut Gunawan (2008),
karakteristik dari pelanggan yang akan mendapatkan pelayanan dapat dilihat menurut
ukurannya, pola kedatangan, serta perilaku dari pelanggan yang akan dilayani. Dilihat
dari ukurannya, pelanggan yang akan dilayani bisa terbatas (finite) bisa juga tidak
terbatas (infine) sedangkan pola kedatangan ada yang bisa diatur dan tidak bisa diatur
atau acak (random).
Distribusi kedatangan truk pada Kebun Tandun diasumsikan mengikuti
distribusi poisson dimana pada Kebun Tandun memiliki kedatangan truk yang acak
atau random. Sedangkan pada untuk pelayanan user (server) di unit penimbangan yaitu
mengikuti distribusi eksponensial, yang merupakan distribusi satuan yang dilayani
poisson. Sehingga notasi model antriannya adalah (M/M/1) atau expotential service
78
times yang berarti model antrian menyatakan kedatangan pelanggan/truk terdistribusi
secara poisson dan waktu pelayanan terdistribusi secara eksponensial dengan
pelayanan adalah satu orang, disiplin antrian yang digunakan adalah First Come First
Served (FCFS), ukuran sistem dalam antrian tidak terhingga dan jumlah pelanggan
yang masuk juga tidak terhingga.
5.5.1.5 Sistem Antrian
Untuk mengetahui tingkat kedatangan truk dan antrian yang terjadi di unit
penimbangan dilakukan analisa antrian. Perhitungan antrian menggunakan rumus
antrian tunggal pelayanan tunggal (single) dengan bantuan software QM For Windows
V4. Laju pelayanan di ini penimbangan PKS Kebun Tandun adalah 5 menit per truk,
sehingga dalam satu jam unit penimbangan dapat melayani 12 truk. Panjang antrian
maksimum yang diijinkan pada unit penimbangan adalah 20 truk, hal ini disesuaikan
dengan kapasitas tempat parkir truk. Hasil perhitungan antrian truk di unit
penimbangan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 22.
Tabel 22. Hasil Perhitunggan Teori Antrian di Unit Penimbangan Pada PKS Kebun
Tandun dengan 8 Jam Kerja per hari
Bulan
Laju
kedatangan
(truk/jam)
Laju
pelayanan
(truk/jam)
Jumlah
Truk dalam
Sistem
(truk)
Panjang
antrian
(truk)
Waktu truk
dalam
sistem
(menit)
Lama
antrian
(menit)
1 9 12 3 2,25 20 15
2 8,25 12 2,2 1,51 16 11
3 6 12 1 0,5 10 5
4 6,25 12 1,09 0,57 10,43 5,43
5 5,25 12 0,78 0,34 8,89 3,89
6 7,375 12 1,59 0,98 12,97 7,97
7 8,75 12 2,69 1,96 18,46 13,46
8 9,875 12 4,65 3,82 28,24 23,24
9 8,75 12 2,69 1,96 18,46 13,46
10 11,5 12 23 22,04 120 115
11 11 12 11 10,08 60 55
12 11,25 12 15 14.06 80 75
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Dari analisa antrian yang dilakukan, terlihat bahwa dengan laju kedatangan truk
tiap bulan seperti pada tabel 22 dapat disimpulkan bahwa antrian yang terjadi di unit
79
penimbangan berpengaruh pada proses penimbangan. Antrian yang begitu nyata terjadi
pada panen puncak yakni bulan Oktober dimana total TBS yang diangkut pada bulan
ini adalah sebesar 19.735.810 Kg dengan 92 trip truk/hari. Laju kedatangan truk per
jam (λ) adalah 11,5 atau 12 truk, banyaknya truk dalam sistem penimbangan (L) adalah
23 truk, panjang antrian dalam sistem penimbangan (Lq) adalah 22,04 truk atau 22
truk, waktu truk berada dalam sistem penimbangan (W) adalah 120 menit, dan waktu
waktu antrian rata-rata (Wq) adalah 115 menit.
Dari hasil perhitungan analisa antrian di unit penimbangan dapat disimpukan
bahwa antrian truk dapat menganggu terhadap kelancaran proses pengangkutan buah
ke pabrik, dimana maksimal antrian yang terjadi di PKS Kebun Tandun sebesar 115
menit dan minimal waktu antrian sebesar 3,89 menit, hal ini mengakibatkan kurang
efektifnya pengangkutan TBS. Sehingga dengan satu unit penimbangan truk yang ada
di PKS Kebun Tandun belum dapat memadai pada saat panen puncak.
Dalam kondisi-kondisi tertentu di unit penimbangan sering terlihat adanya
antrian yang panjang dan melebihi batas panjang antrian yang diperbolehkan. Hal ini
terjadi dikarenakan laju kedatangan truk yang tidak konstan dari masing-masing jam
kedatangan sehingga adanya jam-jam sibuk pada proses penimbangan dan pada Pabrik
Pengolahan Hasil (PPH) PKS Kebun Tandun kondisi pabrik sering terjadi kerusakan
akibat umur pabrik yang lama dan kapasitas olah yang kecil sehingga terjadinya
penundaan pengolahan yang menyebabkan terjadinya penumpukan buah di loading
ramp sehingga truk tidak bisa membongkar muatannya.
5.5.2 Kebutuhan Armada Transportasi
Jenis armada transportasi yang digunakan di Kebun Tandun adalah truk.
Penentuan jumlah armada transportasi tergantung dari waktu siklus kegiatan
transportasi yaitu penjumlahan dari waktu muat, waktu angkut truk dari kebun ke
pabrik dan kembali untuk mengangkut TBS, waktu penimbangan dan waktu
pembongkaran.
Hasil dari perhitungan teori persamaan kebutuhan armada transportasi pada
Kebun Tandun dapat dilihat pada lampiran 7. Untuk melihat kebutuhan armada
80
transportasi dilihat dari kondisi panen puncak atau kondisi panen rendah. Berikut tabel
rata-rata kebutuhan armada transportasi pada tiap kondisi panen.
Tabel 23. Rata-rata Kebutuhan Armada Transportasi Perhari di Kebun Tandun
AFD Jarak
(Km)
Waktu
Siklus
(m)
Kondisi Panen Puncak Kondisi Panen Rendah
Produksi
TBS/hari
(Kg)
Jumlah
Trip
Kebutuhan
Truk
Produksi
TBS/hari
(Kg)
Jumlah
Trip Kebutuhan Truk
1 15 158 94.094 19 6 20.378 4 1
2 12 148 99.100 20 6 26.316 5 2
3 10 141 95.997 19 6 32.745 7 2
4 7 131 77.475 15 4 24.718 5 1
5 5 124 55.288 11 3 12.902 3 1
6 20 176 89.019 18 7 34.477 7 3
7 25 193 70.611 14 6 11.663 2 1
8 23 186 55.056 11 4 13.090 3 1
Data Primer 2017 (Diolah)
Dari tabel 23. Dapat dilihat kondisi panen puncak mempengaruhi pada
kebutuhan armada transportasi pada Kebun Tandun. Waktu kondisi panen puncak
berada di bulan Oktober sedangkan kondisi panen rendah berada di bulan Mei.
Perhitungan kebutuhan armada transportasi dapat dilihat pada tebel, pada Afdeling I
jarak kebun ke pabrik ialah 15 km waktu yang diperlukan untuk satu siklus kegiatan
transportasi adalah sebesar 158 menit. Rata-rata produksi TBS yang dihasilkan perhari
pada kondisi panen puncak sebesar 94.094 kg, dengan jam kerja truk di Kebun Tandun
8 jam per hari, kapasitas muat truk adalah 5 ton maka rata-rata jumlah trip yang dapat
dicapai oleh truk adalah sebesar 4 trip dengan memperhitungkan waktu siklus dan jam
kerja truk diperlukan sebanyak 6 truk untuk dapat membawa semua produksi harian
yang dihasilkan kebun pada panen puncak. Sedangkan pada panen rendah produksi
TBS per hari sebesar 20.378 kg dengan jumlah trip adalah 4 trip, sehingga untuk
membawa semua produksi harian pada kebun diperlukan truk sebanyak 1 truk.
Untuk Afdeling selanjutnya, kebutuhan truk bervariasi tergantung dari jumlah
produksi harian yang dihasilkan pada masing-masing bulan. Produksi harian paling
tinggi terjadi pada Afdeling 2 dengan jumlah produksi sebesar 99.100 kg sehingga
jumlah trip yang dibutuhkan sebanyak 20 trip dan truk yang dibutuhkan sebanyak 6
buah truk. Produksi harian terendah pada Afdeling 7 yaitu sebesar 11.663 kg dengan
81
jumlah trip perhari adalah 2 trip dan jumlah truk yang dibutuhkan adalah sebesar 1 truk.
Dalam satu hari truk dapat melakukan pengangkutan TBS sebanyak 20 trip pada
produksi harian panen puncak dan 2 trip pada produksi harian panen rendah. Truk yang
diperlukan untuk mengangkut hasil produksi panen puncak sebanyak 6 truk dan pada
panen rendah sebanyak 1 truk.
Dari hasil perhitungan kebutuhan truk untuk masing-masing Afdeling di Kebun
Tandun didapatkan total kebutuhan truk per hari pada kondisi panen puncak sebanyak
42 truk dan sedangkan pada kondisi rendah sebanyak 12 truk. Di Kebun Tandun sendiri
truk yang tersedia sebanyak 40 truk, truk yang tersedia di kebun untuk mengangkut
hasil panen kelapa sawit adalah truk sewa dengan harga sewa yang diteapkan adalah
Rp. 4750,00-/km. Berikut data kebutuhan Afdeling serta total kebutuhan armada
transportasi yang digunakan untuk pengangkutan TBS perhari dapat dilihat pada tabel
24.
Tabel 24. Kebutuhan Armada Transportasi di Kebun Tandun
Bulan Afdeling
Total Truk I II II IV V Vi VII VIII
1 3 3 3 2 1 3 2 3 20
2 3 3 3 2 1 3 2 2 19
3 2 2 2 2 1 3 1 2 15
4 2 2 2 2 1 3 2 2 16
5 1 2 2 1 1 3 1 1 12
6 2 2 3 2 1 3 2 2 17
7 3 4 4 3 2 5 3 3 27
8 4 5 3 3 2 5 4 4 30
9 3 3 3 3 2 5 3 3 25
10 6 6 6 4 3 7 6 4 42
11 5 5 5 4 2 5 5 4 35
12 5 5 4 4 3 5 5 6 37
Data Primer 2017 (Diolah)
Dari tabel 24. Dapat disimpulkan jumlah armada transportasi yang dimiliki
Kebun Tandun saat ini yaitu sebanyak 40 unit truk sehingga jumlah unit truk yang
tersedia di kebun belum mencukupi pengangkutan produksi harian yang dihasilkan
pada saat panen puncak.
82
5.5.3 Mutu di Kebun Tandun
Mutu minyak kelapa sawit memiliki standar norma perusahaan maksimal
3,50% kadar Asam Lemak Bebas (ALB). Tempat pemeriksaan kualitas Crude Palm
Oil (CPO) berada di ruang laboratorium Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun Tandun.
Tugas dari laboratorium adalah menghitung berapa banyak kehilangan (loses) selama
proses pengolahan, menghitung kadar ALB dalam minyak sawit dan memonitor
perubahan anaerobik dengan melakukan analisa rutin.
Asam lemak bebas (FFA, Free Fatty Acid) terbentuk akibat adanya air dan
katalis melalui reaksi hidrolisa. Analisa asam lemak bebas (ALB) dalam minyak sawit
produksi adalah untuk menilai kadar asam lemak bebas dalam minyak dengan
melarutkan lemak tersebut dalam pelarut organik yang sesuai dan menetralisasi larutan
tersebut dengan alkali dengan indikator phenolpthalein. (PKS Kebun Tandun). Data
perhitungan kadar ALB Kebun Tandun pada tahun 2016 dapat dilihat pada lampiran
10.
Gambar 17. Diagram histogram ALB
Berdasarkan Gambar 17, diagram histogram pada perhitungan kadar asam
lemak bebas terdapat hasil data yang berada di atas standar yang ditetapkan oleh PKS
Kebun Tandun yaitu maksimal 3,5%. Dalam penerapan sistem transportasi bahan baku
TBS yang dilakukan oleh Kebun Tandun didapat hasil ketidakefektifan dari sistem
3,10
3,20
3,30
3,40
3,50
3,60
3,70
3,80
3,90
4,00
Kadar ALB CPO Tahun 2016 (%)
83
pengangkutan yang diterapkan oleh kebun memiliki hasil akhir minyak CPO tidak
sesuai dengan standar dari pengolahan PKS.
84
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai efektivitas sistem pengangkutan bahan
baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit pada Kebun Tandun Riau, dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor yang mempengaruhi pengangkutan bahan baku TBS di Kebun Tandun Riau
adalah metode, material dan lingkungan yaitu jenis truk, jarak tempuh kebun dengan
pabrik kelapa sawit, faktor hambatan seperti topografi area dan cuaca, kebutuhan
armada angkut maupun kondisi alat transportasi, kondisi jalan yang dilalui, kondisi
pabrik seperti waktu berhenti (stagnasi) pabrik maupun antrian di gerbang pabrik
Kebun Tandun. Faktor tersebut dapat berdampak pada mutu kualitas bahan baku
Tandan Buah Segar (TBS).
2. Berdasarkan analisa efektivitas sistem pengangkutan diperoleh hasil, pada analisa
antrian di unit penimbangan dilakukan untuk melihat besarnya jumlah antrian yang
terjadi di unit penimbangan. Analisa dilakukan dengan menggunakan rumus antrian
tunggal pelayanan tunggal (single channel single phrase). Laju pelayanan di unit
penimbangan adalah 5 menit/truk sehingga dalam satu jam unit penimbangan dapat
melayani sebanyak 12 truk/jam, batas yang diijinkan oleh pihak pabrik adalah 20
truk. antrian juga dipengaruhi dari panen puncak dan panen rendah. Pada saat
produksi harian rendah, laju kedatangan truk perhari adalah 5 truk/jam dengan
panjang antrian adalah 0,34 atau 1 truk dan waktu antrian sebesar 3,89 menit atau 4
menit. Sedangkan pada saat produksi harian puncak (maksimum) laju kedatangan
truk adalah 11,5 truk/jam atau 12 truk/jam, dengan panjang antrian yang terjadi
sebanyak 22,04 truk atau 22 truk dan waktu rata-rata truk mengantri sebesar 115
menit. Antrian yang terjadi di unit penimbangan berpengaruh pada proses
penimbangan, sehingga terjadinya penumpukan buah pada akhirnya berpengaruh
terhadap hasil akhir pengolahan buah yaitu mutu. Kebutuhan armada transportasi
untuk masing-masing kebun bervariasi tergantung dari siklus angkutan dan jumlah
produksi harian yang dihasilkan oleh kebun. Perkiraan kebutuhan armada
84
85
transportasi di Kebun Tandun pada saat panen rendah yaitu ada pada bulan Mei
sebanyak 1 truk, sedangkan pada panen puncak pada bulan Oktober sebanyak truk
7 truk. Mutu minyak kelapa sawit di Kebun Tandun memiliki standar norma
maksimal 3,5% kadar ALB yang terkandung di CPO. Berdasarkan hasil hitung
pengolahan TBS perusahaan dapat dilihat pada lampiran 10, terdapat hasil data yang
berada di atas standar yang diterapkan oleh PKS Kebun Tandun. Pada akhirnya
penerapan efektivitas sistem transportasi bahan baku TBS yang diterapkan oleh
Kebun Tandun didapat hasil tidak efektif.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada Kebun Tandun PT. Perkebunan Nusantara V,
Riau adalah sebagai berikut :
1. Dengan jumlah fasilitas penimbangan yang dimiliki Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
Kebun Tandun yaitu 1 unit belum cukup untuk melayani penimbangan truk pada
kondisi panen puncak (maksimal). Antrian di unit penimbangan tidak akan terjadi
apabila laju kedatangan truk diatur dan dikelola dengan baik sesuai dengan tingkat
pelayanan yang ada. Sehingga perlunya koordinasi antara bagian kebun, bagian
transportasi dan bagian kebun perlu ditingkatkan.
2. Proses pemanenam dilakukan sesuai standar, memanen buah pada tingkat
kematangan yang optimum. Dalam proses pengiriman TBS dari kebun ke pabrik
perlu mengadakan pemeriksaan mutu TBS sebelum dikirim ke pabrik dengan cara
penggolongan buah berdasarkan tingkat kematangan fraksi yang ditentukan
perushaan. Mengutipan semua brondolan untuk meningkatkan mutu karena
brondolan mengandung minyak sampai 48%,sedangkan TBS hanya mengandung
sekitar 22%
3. Armada angkutan harus dalam jumlah yang cukup terutama dalam menghadapi
panen puncak.
86
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. 2009. Simulasi Sistem Industri. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Buffa, E. S. 1983. Manajemen Produksi dan Operasi L. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Budiyanto, S. 1985. Optimasi Kegiatan Tebang Angkut Tebu dengan Armada Truk di
Pabrik Gula Ceper Baru, Klaten-Jateng. Skripsi. Fateta-IPB.
Byne, J.J.,R. J. Nelson dan P. H. Googins 1960. Logging Road Handbook. The Efect
of Road Design on Hauling Cost. USDA, Washinton DC, USA.
Djati, B.S.L. 2007. Simulasi Teori dan Aplikasinya. Andi Offset. Yogyakarta.
Ersyad, Z.A. dan Devianto D. 2012. Identifikasi Model Antrian pada Antrian Bus
Kampus Universitas Andalan, Padang.
Febriyantotyas L.S. 2009. Tingkat Pelayanan Teller Dengan Teori Antrian pada Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Layanan Cinere. Jurnal Universitas
Gunadarma.
Fauzi,Y. 2004. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Cetakan 14. Jakarta : Penebar Swadaya.
Fauzi, Y., et al., 2008, Kelapa sawit Budi Daya Pemanfaatan Hasil & Limbah Analisis
Usaha & Pemasaran. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hadi, M.M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Penerbit Adicita. Yogyakarta
Harsanto, T. D. 1990. Sistem Pengangkutan dan Pendayagunaan Fasilitas
Pengangkutan di PG Colomadu PTP XV-XIV, Skripsi. Fateta-IPB. Surakarta.
Hendra dan Nasution H. 2012. Analisis Efisiensi Waktu Pelayanan pada Sistem
Administrasi Perpustakaan Menggunakan Metode Sistem Antrian. Teknik
Elektro Tanjung Pura.
Herjanto, E. 2009. Sains Manajement. Grasindo. Jakarta.
Hiller, F. S. dan G. J. Lieberman. 1980. Introduction do Operation Research (Third
edition). Holdey-day Inc. San ranscisco.
Imamoto, T. et al. 2008. Perivesical abscess caused by migration of a fish bone from
the intestinal tract. International Journal of Urology. Vol. 9 (405409).
Imran, 1997. Optimasi Sistem Pengangkutan Kelapa Sawit di Pabrik Pengolahan
Kelapa Sawit Kertajaya PT. Perkebunan Nusantara VII, Jawa Barat.
Kismanto, Agus. 2006. Integrated Biodiesel Plant dan Palm Oil Mill. BPPT, Jakarta.
87
Lubis, S, A. Panjaitan, dan B. Taniputra., 1987. Beberapa Faktor Produksi Berkaitan
dengan Pengolahan Perkebunan Kelapa Sawit. Lokakarya Manajemen Industri
Kelapa Sawit, Medan.
Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis queineensis Jacq) di Indonesia. Pusat
Penelitian Perlebunan Marihat Bandar Kuala, Pematang Siantar-Sumatera
Utara. Indonesia.
Machfud, 1999. Diktat Bahan Pengajar Perencanaan dan Pengendalian Produksi.
TIN FATETA IPB, Bogor.
Marsudi, M. 2014. The Application of Queuing Theory in Multi-Stage Production Line.
Industrial Engineering,Faculty of Engineering (Rabigh) King Abdulaziz
University, Jeddah.
Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Bagian Penerbitan STIE YKPN. Yogyakarta.
Nasution, 1996, Manajemen Transportasi, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Nafees, A. 2007. Analysis of The Sales Checkout Operation in ICA Suprermarket Using
Queueing Simulation. Journal of Departemen of Economocs and Society.
Oil World di dalam www.deptan.go.id/perkebunan/tahunan/KS-IND.DOC Di akses
Tanggal 5 Juni 2017 jam 20.00 WIB.
Oktovia, Leni. 2000. Penentuan Kebutuhan Armada Transportasi Tandan Buah Segar
(TBS) Kelapa Sawit di Unit Usaha Bekri PT Perkebunan Nusantara VII
(Persero), Bandar Lampung. Skripsi. Fateta-IPB,Bogor.
Pahan,I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit .Cetakan Pertama. Penebar Swadaya.
Jakarta
Pahan, Iyung, 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Cetakan Keempat, Penerbit
Penebar Swadaya, Jakarta.
Pinem, R., 1994. Evaluasi Sistem Transportasi Tebu di Pabrik Gula Sei Semayang
PTP.IX Sumatera Utara. Skripsi. Fateta-IPB.
Risza, S., 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius,
Yogyakarta.
Samhadi, Sri Hartati. 2006. Ironi Sawit dan Ambisi Nomor Satu Dunia. Kompas. Edisi
Sabtu, 25 Febuari 2006.
Siswanto. 2007. Operations Research Jilid II. Erlangga. Jakarta.
Setyamidjaja. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
88
Setyawibawa dan Y.E Widyastuti. 1992. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan
Hasil dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Simarmata, A. D. 1982. Operation Research, Sebuah Pengantar teknik Optimasi
Kuantitatif dan Sistem-sistem Operasional. PT Gramedia, Jakarta.
Siregar, Muchtarudin. 1990. Ekonomi dan Manajemen Pengangkutan. FE-UI, Depok.
Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional).
Erlangga. Jakarta.
Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Tandyna, E. B. 2002. Sistem Pengendalian Bahan Baku dan Opimalisasi Produksi
Nata De Coco pada PT. Mana Coco Sari, Jakarta. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu
sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Turner, P. D., dan R. A. Gillbanks, 1974. Oil Palm Cultivation And Management. Inc.
Society of Planters, Kuala Lumpur, Malaysia.
Umar, H. 2002. Strategic Management in Action. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Utami, A.S. 2009. Simulasi Antrian Satu Channel dengan Tipe Kedatangan
Berkelompok. Jurnal Ilmiah Generic.
Wahyudi, G.V., Sinulingga, S. dan Firdaus, F. 2012. Perencanaan Sistem Simulasi
Antrian Kendaraan Bermotor pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
(SPBU) Menggunakan Metode Distribusi Eksponensial. Jurnal Elektronik Ilmu
Komputer.
Wibawa, Arie Bayu. 1996. Tata Guna Lahan dan Transportasi dalam Pembangunan
Berkelanjutan. Universitas Diponegoro. Semarang
Wicaksono, Kukuh Anggoro. 2007. Penjadwalan Pengangkutan Hasil Panen Tandan
Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Menggunakan Linier Programming. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Wospakrik, J. H. 1991. Riset Operasi (Teori dan Soal-soal), Erlangga, Jakarta.