Download - Editan Rasa
I. JUDUL PERCOBAAN
Pemeriksaan Warna, Rasa, Bau, Kekeruhan dan pH
II. TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk mengetahui kualitas air secara fisika meliputi warna, rasa, bau dan kekeruhan
2. Untuk mengetahui derajat keasaman air
III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Warna dan Kekeruhan
a. Sampel air sungai depan pabrik PT. Tjiwi Kimia, Mojokerto
Warna sampel air sungai daerah depan pabrik PT. Tjiwi Kimia, Mojokerto.
berwarna kecoklatan dan keruh. Semakin keruh menunjukkan semakin banyak butir-
butir tanah dan kotoran yang terkandung di dalamnya. Warna pada air sungai yaitu
kecoklatan menunjukkan air tersebut tidak bersih yaitu mengandung zat-zat
pencemar. Diduga adanya besi dengan kadar yang tinggi dalam air akan
menyebabkan air berwarna cokelat. Senyawa-senyawa ini, misalnya zat warna yang
dipakai dalam pencelupan, air limbah industry pulp dan kertas mempunyai warna
yang tinggi, karena mengandung lignin. Mengingat daerah yang kita ambil sampel
air sungainya merupakan daerah industri yaitu terdapat banyak pabrik disekitarnya,
sehingga tidak heran kalau air sungai di depan pabrik PT. Tjiwi Kimia tersebut pasti
sudah tercemar oleh limbah pabriknya sehingga air sungainya menjadi tidak jernih
dan keruh.
b. Sampel air sungai di daerah Balong Bendo, Sidoarjo
Sampel air yang kami ambil di daerah Balong Bendo, Sidoarjo berwarna keruh
kecokelatan. Keruhnya warna air dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya
karena ada kontak antara air dengan zat organik yang sudah lapuk seperti daun-
daunan, kayu; ion-ion metal alam (besi dan mangan), plankton, buangan industri,
dan tanaman air. Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan,
sedangkan oksida mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman.
Kadar besi sebanyak 0,3 mg/l dan kadar mangan sebanyak 0,05 mg/l sudah cukup
dapat menimbulkan warna pada perairan. Bahan-bahan organik, misalnya tanin,
lignin, dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati
menimbulkan warna kecoklatan.
Pemeriksaan kekeruhan sudah dapat dilihat kasat mata bahwa air sungai ini
keruh, sedangkan aquades jernih. Menurut APHA, Davis dan Cornwell (dalam
Jujubandung. 2012), kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan
berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan
yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan
anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun
bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisne lain. Zat
anorganik yang menyebabkan kekeruhan dapat berasal dari pelapukan batuan dan
logam, sedangkan zat organik berasal dari lapukan hewan dan tumbuhan. Bakteri
dapat dikategorikan sebagai materi organik tersuspensi yang menambah kekeruhan
air. Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai
padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan. Akan tetapi, tingginya padatan
terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Tingginya nilai kekeruhan
dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada
proses penjernihan air.
c. Sampel air sungai daerah Tawangsari
Warna air sungai Tawangsari berwarna kuning. Hal ini membuktikan bahwa
air sungai telah tercemar karena secara teoritis air yang normal itu jernih tak
berwarna sedangkan tingkat kekeruhan air sungai sangat tinggi sedangkan air
aquadea tidak keruh sama sekali. Kekeruhan terjadi disebabkan pada dasarnya oleh
adanya zat – zat kolloid yaitu zat yang terapung serta terurai secara halus sekali. Hal
ini disebabkan pula oleh kehadiran zat organik yang terurai secara halus, jasad –
jasad renik, lumpur, tanah liat, dan zat kolloid yang serupa atau benda terapung yang
tidak mengendap dengan segera. Sehingga bisa dikatakan air sungai ini telah
tercemar.
d. Sampel air sungai daerah Krikilan, Gresik
Air sampel yang digunakan diambil dari daerah Krikilan, Driyorejo, Gresik.
Air sampel berwarna sedikit kekuningan. Sampel air berwarna kuning hal ini dapat
disebabkan oleh adanya besi dengan kadar yang tinggi yang ada dalam sampel air
yang dapat menyebabkan air berwarna kuning. Senyawa-senyawa lain kemungkinan
juga dapat berperan seperti zat warna serta air limbah industri disekitarnya yang
mempunyai warna yang tinggi, mengingat tempat pengambilan sampel air berada di
lingkungan yang dekat dengan lokasi perindustrian (Pabrik Miwon). Warna air dapat
pula disebabkan oleh adanya kontak air dengan zat organik yang sudah lapuk,
misalnya dedaunan, kayu, dan sebagainya dalam keadaan tertentu zat organik
tersebut akan terurai menghasilkan senyawa-senyawa yang larut dalam air yang
menjadikan air berwarna.
Sampel air daerah Krikilan lebih keruh dari larutan standar. Hai ini
dimungkinkan terdapat zat-zat yang tersuspensi dalam air (bentuk koloid sampai
bentuk lumpur kasar) berupa senyawa organik atau pun anorganik (misal : Fe2O3,
MnO2) dan adanya butir-butir tanah liat yang sangat halus. Semakin keruh
menunjukkan semakin banyak butir-butir tanah dan kotoran yang terkandung di
dalamnya.
e. Sampel air sungai daerah Cangkringan, Sidoarjo
Warna sampel air sungai di daerah Cangkringan, Sidoarjo adalah kekuningan.
Warna kekuningan pada sampel dapat disebabkan adanya kontak antara air dengan
zat organik seperti daun-daunan dan kayu yang ada di sekitar sungai yang sudah
lapuk dan zat organik tersebut terurai menghasilkan senyawa yang larut dalam air
dan menjadikan air berwarna. Warna kekuningan juga dapat disebabkan karena
limbah rumah tangga dan pabrik di sekitar sungai tersebut. Berdasarkan indikator
umum, jika air yang berwarna kurang layak untuk dikonsumsi. Menurut Permenkes
No. 492 Tahun 2010, kadar maksimum yang diperbolehkan untuk air minum dari
parameter warna adalah 15 TCU. Untuk mengetahui apakah sampel boleh
dikonsumsi atau tidak maka perlu dilakukan pemeriksaan warna lebih lanjut.
Kekeruhan sampel air sungai di daerah Cangkringan, Sidoarjo sedikit keruh (+)
dibandingkan dengan standar yang jernih. Adanya sedikit kekeruhan pada sampel
disebabkan karena adanya zat yang larut pada sampel seperti zat hasil penguraian
daun, kayu, atau hewan air, limbah rumah tangga, limbah pabrik, dan tanah serta
hasil pelapukan batuan.
f. Sampel air sungai daerah Jemundo, Sidoarjo
Warna air sungai yang mengalir di daerah Jemundo kabupaten Sidoarjo adalah
tidak jernih, keruh (+) jika dibandingkan dengan aquades. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan adanya ion-ion metal alam (besi, mangan, kromium), material organik
seperti humus, plankton, dan tanaman air serta buangan industri. Selain itu dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya kontak antara air dengan zat organik
yang sudah lapuk misalnya daun-daunan, kayu dan sebagainya, mengingat lokasi air
sungai yang dekat dengan pabrik sehingga banyak zat anorganik yang terurai
menghasilkan senyawa yang larut dalam air yang menyebabkan air sungai menjadi
berwarna keruh. Adanya besi dengan kadar tinggi dalam air juga menyebabkan air
berwarna. Serta Senyawa-senyawa lain, misalnya zat warna yang dipakai dalam
pencelupan, serta air limbah yang dikeluarkan oleh pabrik.
Air di daerah Jemundo Kabupaten sidoarjo keruh (+). Hal ini dapat terjadi
dikarenakan lokasi sungai yang dekat dengan daerah industri dan kawasan
pemukiman penduduk . Kekeruhan air sungai ini dapat ditimbulkan oleh adanya
bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan
bahan yang dihasilkan oleh buangan rumah tangga dan industri. Didalam
laboratorium kekeruhan dapat diuji dengan menggunakan turbidimeter. Tetapi pada
percobaan kali ini, kami tidak menggunakan turbidimeter sehingga tidak diketahui
kadar kekeruhannya.
g. Sampel air sungai daerah depan PT. Miwon, Driyorejo, Gresik
Air sampel di daerah Driyorejo dekat pabrik Miwon berwarna kekuningan
menunjukkan bahwa air sampel kemungkinan telah tercemar oleh zat-zat dari limbah
pabrik miwon yang mengkin mengandung zat-zat organik. Kriteria air yang layak
digunakan untuk air bersih ataupun air baku mensyaratkan air tidak berwarna dan
jernih. sehingga, berdasarkan pengamatan warna, air sampel di daerah driyorejo
dekat pabrik miwon tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai persediaan air bersih
maupun air minum. Sedangkan pemeriksaan kekeruhan dilakukan secara kualitatif,
yaitu dengan cara membandingkan air sampel dengan akuades sebagai standar..
Perbandingan kualitatif dengan akuades menunjukkan air sampel agak keruh
dibandingkan dengan akuades. Sehingga air sampel tidak layak untuk digunakan
sebagai air bersih ataupun air minum.
h. Sampel air sungai daerah Waru Gunung, Surabaya
Air sungai yang berasal dari daerah Waru Gunung, Surabaya. terlihat berwarna
kekuningan. Warna kekuningan pada sampel air sungai ini menandakan bahwa air
sungai sudah tercemar. Air sungai ini sudah tidak bersih, warna kekuningan ini dapat
disebabkan mengandung zat-zat organik dan chromium. Selain itu karena air sungai
ini mengandung partikel-partikel tanah, lumpur atau bahkan unsur logam berat
karena tercampur rembesan air limbah industri pabrik.
Air sungai daerah Waru Gunung ini sedikit keruh dan terdapat gumpalan yang
berwarna coklat muda, berbeda dengan aquades yang jernih. Kekeruhan pada air
sungai ini disebabkan adanya butir-butir tanah dan juga kotoran yang terkandung
didalamnya. Selain itu air sungai yang sudah tercemar ini dapat disebabkan oleh
koloid (bio zat yang lekat seperti getah atau lem). Partikel-partikel koloid ini
umumnya berasal dari pasir, sisa tanaman dan zat-zat organik.
i. Sampel air sungai daerah Karang Pilang, Surabaya
Air sungai yang terletak di daerah Karangpilang- Surabaya tepatnya di Jl.
Megare no.105 Karang Pilang Barat-Surabaya. Lokasi sungai berdekatan dengan:
Kandang ayam
Industri-industri meliputi:industri genteng, PT. Karang Pilang Indo, industri
Palet, Bubut Las.
Toko atau warung penduduk
Rumah dan kos-kosan
Masjid Rahmatullah
Air sungai di daerah Karangpilang- Surabaya yang di uji berwarna coklat
kekuningan. Warna coklat menujukkan bahwa air sungai yang diuj tidak bersih
yakni mengandung zat-zat tercemar. Warna kuning kecoklatan di dalam air dapat
disebabkan oleh adanya ion-ion metal alam (besi dan mangan), humus, plankton,
tanaman air dan buangan industri. Selaim itu Warna kuning kecoklatan dalam air
juga dapat disebabkan oleh beberapa hal :
Karena adanya kontak antara air dengan zat organik yang sudah lapuk,
misalnya daun-daunan, kayu dan sebagainya, dalam keadaan tertentu zat
organik tersebut akan terurai menghasilkan senyawa yang larut dalam air
sehingga menyebabkan berwarna.
Adanya besi dengan kadar tinggi dalam air akan menyebabkan air berwarna
coklat kekuningan.
Senyawa-senyawa lain, misalnya zat warna yang dipakai dalam pencelupan,
air limbah yang dikeluarkan pabrik tekstil. Air limbah industri pulp dan kertas
mempunyai warna yang tinggi karena mengandung senyawa lignin/lindi
hitam.
Derajat warna atau warna air mempunyai persyaratan tertentu di dalam
pemakaiannya. Sebagai air proses, tidak boleh berwarna, karena akan sangat
berpengaruh terhadap hasil produksi. Untuk air industri atau air sanitasi, warna dari
air tersebut biasanya diturunkan. Untuk air minum sebaiknya air mempunyai derajat
warna sebanyak 5 unit Pt Co. Penentuan warna adalah analisa agak kasar.
Penyimpangan baku yang relatif untuk warna bisa sampai beberapa persen, dan
untuk warna nampak sampai 10%. Warna yang tidak jernih pada air menujukkan
bahwa air tidak layak dikonsumsi secara langsung karena tidak memenuhi standar
(aquades) yang telah dibandingkan dengan air sungai yang diuji.
Sampel Air sungai di daerah Karangpilang sangat keruh, berbeda sekali
dengan standar (Aquades) yang jernih tak berwarna dan tidak keruh. Kekeruhan air
diakibatkan karena banyak zat yang tercemar dalam air sungai. Kekeruhan air dapat
disebabkan oleh adanya ion-ion metal alam (besi dan mangan), humus, plankton,
tanaman air dan buangan industri. Selaim itu , kekeruhan dalam air juga dapat
disebabkan oleh beberapa hal. Karena adanya kontak antara air dengan zat organik
yang sudah lapuk, misalnya daun-daunan, kayu dan sebagainya, dalam keadaan
tertentu zat organik tersebut akan terurai menghasilkan senyawa yang larut dalam air
sehingga menyebabkan keruh . Adanya besi dengan kadar tinggi dalam air akan
menyebabkan air berwarna coklat kekuningan sehingga dalam jangka waktu yang
panjang menyebabkan keruh pada air dan tidak jernih. Kekeruhan air menujukkan
bahwa air tidak layak dikonsumsi secara langsung karena tidak memenuhi standar
(aquades) yang telah dibandingkan dengan air sungai yang diuji
j. Sampel air sungai daerah Mastrip, Surabaya
Air sungai aliran kalimas yang berada di daerah Mastrip Surabaya berwarna
kekuningan (+). Warna pada air sungai dapat disebabkan karena adanya partikel
hasil pembusukan bahan organik, ion-ion metal alam (besi dan mangan), plankton,
humus, buangan industri, dan tanaman air. Daerah Mastrip kebanyakan tercemari
limbah rumah tangga ada juga industri makanan tetapi tidak begitu besar dan tidak
terlalu berpengaruh sehingga di duga terjadinya atau terbentuknya warna akibat dari
adanya partikel hasil pembusukan bahan organik.
Parameter warna air sungai ini tidak tidak memenuhi syarat kualitas air kelas
satu yaitu untuk air minum. Karena syarat air yang dapat digunakan untuk air minum
adalah tidak berwarna. Akan tetapi, berdasarkan ukuran parameter warna air sungai
ini masih belum dapat diklasifikasikan kelas air selanjutnya yaitu kelas dua, tiga,
atau empat. Hal ini karena percobaan yang dilakukan hanya pengamatan kualitatif
sementara pada kelas tersebut diperlukan pengukuran kadar keberadaan zat terlarut
dalam air.
Air sungai di daerah Mastrip, sungai yang menjadi sampel dalam percobaan
ini berwarna keruh. Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik
yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan
anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisne lain. Air sungai di
daerah Mastrip ini keruh diperkirakan karena terakumulasinya zat-zat organik dan
anorganik tersebut yang terbawa sepanjang aliran sungai.
k. Sampel air sungai daerah Kebraon, Surabaya
Sampel air sungai yang berada di daerah Kebraon lebih keruh dibandingkan
larutan standart. Kekeruhan ini disebabkan adanya bahan organik dan anorganik
yang tersuspensi dan terlarut (lumpur dan pasir halus). Zat anorganik yang
menyebabkan kekeruhan ini berasal dari pelapukan batuan dan logam, sedangkan zat
organik yang menyebabkan kekeruhan ini berasal dari pelapukan hewan dan
tumbuhan. Sedangkan warna pada sampel air sungai lebih keruh dari pada larutan
standar. Hal ini disebabkan oleh adanya kontak antara air denganzat organik yang
telah lapuk sehingga dalam keadaan tertentu zat organik tersebut akan terurai
menghasilkan senyawa-senyawa yang larut dalam air yang menjadikan air berwarna.
Selain itu hal ini dapat disebabkan oleh pencemaran limbah penambangan dan/atau
limbah rumah tangga, mengingat sampel diambil dari lingkungan tersebut.
l. Sampel air sungai daerah Jambangan, Surabaya
Warna air sampel sungai daerah Jambangan Surabaya dalam percobaan ini
berwarna kekunignan, sedangkan aquades jernih tak berwarna. Warna air sungai
kekuningan ini dapat disebabkan karena adanya partikel hasil pembusukan bahan
organik, ion-ion metal alam (besi dan mangan), plankton, humus, buangan industri,
dan tanaman air. Karena temapt dimana air sampel diambil merupakan daerah
sekitar perumahan dan industri – industri kecil warga jambangan, selain itu didekat
tempat pengambilan air sampel terdapat pom bensi. Jadi bisa diprediksi air sungai
yang diambil sudah tercemar dengan ion – ion logam dan buangan industri.
Sedangkan air sampel daerah Jambangan yang menjadi sampel dalam percobaan ini
sedikit keruh dan terdapat hablur warna coklat, jika dibandingkan dengan aquades
yang jernih. Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus).
m. Sampel air sungai Rolak daerah Karah, Surabaya
Air sampel di daerah rolak Karah Surabaya menunjukkan warna kuning
kekeruhan. Kualitas air yang baik jika air tersebut tidak berwarna.Warna yang
ditimbulkan pada air sampel dapat terjadi karena berbagai hal. Air sampel yang
diambil didaerah rolak karah Surabaya ini, disekeliling air ditumbuhi banyak
tubuhan air dan bercampur dengan sampah yang dibuang oleh masyarakat. Sehingga
warna kuning tersebut dapat dimungkinkan terjadi akibat adanya kontak air dengan
zat organik yang sudah lapuk, misalnya daun-daunan, kayu, sampah organik. Zat
organik tersebut akan terurai menghasilkan senyawa yang larut dalam air dan
menjadikan air berwarna.
Warna kuning pada air juga dapat disebabkan oleh kadar besi yang tinggi
dalam air. Semakin tinggi kadar besi yang dikandung pada air akan menyebabkan
warna air menjadi semakin kuning. Air sampel rolak karah yang berwarna kuning
keruh menunjukkan ada sesuatu zat yang menyebabkan berwarna kuning. Setelah
didiamkan beberapa saat ternyata sebagian ada yang mengendap dan air masih tetap
keruh. Hal tersebut menunjukkan kualitas air sampel jelek karena air tersebut keruh,
sebaiknya air yang memiliki kualitas tinggi airnya jernih (tidak keruh). Sehingga
dapat disimpulkan bawa air sampel rolak karah memiliki kualitas yang buruk dan
tidak layak untuk dikonsumsi
n. Sampel air sungai Njagir daerah Wonokromo, Surabaya
Air sungai Jagir Wonokromo (± 100 m dari pintu air, depan P.T. Pertamina)
mempunyai warna keruh kekuning-kuningan, ada endapan kecil berwarna kuning
kecoklatan. Adanya besi dengan kadar tinggi akan menyebabkan air berwarna
kuning. Menurut dasar teori yang ada, oksida besi menyebabkan air berwarna
kekuningan, sedangkan oksida mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau
kehitaman. Kadar besi sebanyak 0,3 mg/l dan kadar mangan sebanyak 0,05 mg/l
sudah cukup dapat menimbulkan warna pada perairan (peavyet al., 1985 dalam
Effendi, 2003). Bahan-bahan organik, misalnya tanin, lignin, dan asam humus yang
berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna kecoklatan.
Hal inilah yang menyebabkan warna air sampel jagir berbeda dengan aquades
sebagai larutan standart, sehingga air sampel tidak layak pakai ditinjau dari warna
air dan perlu pengolahan khusus untuk menghilangkan pengotor dalam air sampel.
Sampel air sungai di daerah Jagir Surabaya berupa air keruh kekuning-
kuningan, ada endapan kecil berwarna kuning kecoklatan sedangkan larutan
standart (aquades) berwarna jernih, tak berwarna. Air sampel sudah berbeda dengan
larutan standart aquades menandakan kualitas air menurun dan tidak layak pakai.
Menurut dasar teori, Zat anorganik yang menyebabkan kekeruhan dapat berasal dari
pelapukan batuan dan logam, sedangkan zat organik berasal dari lapukan hewan dan
tumbuhan. Bakteri dapat dikategorikan sebagai materi organik tersuspensi yang
menambah kekeruhan air. Air keruh menandakan kualitas air menurun sehingga air
sungai Jagir ditinjau dari kekeruhannya adalah air yang tidak layak pakai.
o. Sampel air sungai daerah Ngagel, Surabaya
Warna pada sampel sampel air dari sungai Ngagel Surabaya terlihat
kekuningan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan
terlarut dalam air, sehingga membuat air sungai tersebut berwarna kekuningan.
Dilihat dari parameter warna, maka sampel air sungai Ngagel tidak layak
dikonsumsi. Pada sampel diperoleh air berwarna lebih keruh. Hal ini disebabkan
pada air sungai Ngagel kemungkinan terdapat bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut seperti lumpur dan pasir halus. Zat anorganik yang
menyebabkan kekeruhan ini berasal dari pelapukan batuan dan logam, sedangkan
zat organik yang menyebabkan kekeruhan ini berasal dari pelapukan hewan dan
tumbuhan. Dilihat dari parameter kekeruhan, maka sampel air sungai Ngagel tidak
layak dikonsumsi.
2. Bau
Bau sampel air sungai depan pabrik PT. Tjiwi Kimia tidak enak dan menyengat dan
berbeda dengan akuades yang tidak berbau. Air yang berbau menyengat tersebut mungkin
mengandung bahan-bahan organik yang sedang didekomposisi (diuraikan) oleh
mikroorganisme air.
Pemeriksaan bau sampel air sungai Balong Bendo, Sidoarjo memiliki bau yang tidak
sedap. Bau tidak sedap dapat disebabkan oleh adanya algae dalam air tersebut.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002,
diketahui bahwa syarat air minum yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berbau.
Sehingga dapat disimpulkan air sungai ini memiliki kualitas yang buruk
Bau air sungai, Tawangsari tercium bau menyengat dari air sungai. Hal ini
membuktikan bahwa air sungai telah tercemar karena secara teoritis air yang normal itu
tak berbau
Pada pemeriksaan bau, air sampel daerah Krikilan didapatkan bau amis.
Kemungkinan bau tersebut akibat bau dari zat organik yang berasal dari pembusukan
plankton pada sampel bila dibandingkan dengan larutan standar (aquades). Hal ini dapat
mengindikasikan bahwa sampel air dari daerah Krikilan kurang layak untuk dikonsumsi,
Bau sampel air sungai di daerah Cangkringan, Sidoarjo sedikit tidak sedap
menyerupai bau tanah, sedangkan standar tidak berbau. Bau yang tidak sedap dan
menyerupai bau tanah ini disebabkan adanya tanah yang larut pada sampel. Bau yang
menyerupai bau tanah ini sesuai dengan rasa sampel yang juga seperti rasa tanah. Menurut
Permenkes No. 492 Tahun 2010, kadar maksimum yang diperbolehkan untuk air minum
dari parameter bau adalah tidak berbau. Jadi, sampel yang berbau tidak sedap dan
menyerupai bau tanah maka sampel tidak layak untuk dikonsumsi.
Dari hasil pengamatan didapatkan sampel air sungai pada daerah Jemundo
kabupaten Sidoarjo (dekat dengan pabrik dan usaha laundry) berbau menyengat. Bau
dalam air sungai yang tidak sedap ini dapat disebabkan oleh banyak hal, diantaranya
seperti adanya kandungan logam-logam berat yang terlarut dalam air dan ada juga yang
disebabkan karena pengaruh mikroorganisme yang hidup di dalam air yang dapat
menguraikan air dan zat-zat organik serta anorganik sehingga dapat menimbulkan bau
yang tidak sedap. Adapun zat-zat anorganik yang dapat menyebabkan bau seperti
diakibatkan oleh adanya ion/senyawa sulfida yang menyebabkan bau sulfur, klor yang
tinggi menyebabkan air berbau kaporit, dan ion besi yang tinggi menyebabkan bau anyir.
Air sampel di daerah driyorejo dekat pabrik miwon yang dianalisis berbau tidak
enak, sehingga tidak memenuhi standar untuk digunakan sebagai air minum atau air
bersih. Bau pada air sampel disebabkan adanya kandungan material organic yang mungkin
berasal dari limbah pabrik miwon. Material organik tersebut kemudian didegradasi oleh
bacteri dan mikroorganisme, yang menyebabkan bau tidak enak pada air. Selain dari
limbah pabrik material organik yang masuk dalam air bisa berasal dari kegiatan manusia.
Bau air sungai daerah Waru Gunung ini dilakukan dengan membandingkan bau pada
sampel air sungai dengan bau aquades. Langkah pertama yang dilakukan pada
pemeriksaan bau air sungai yaitu memasukkan sampel air sungai ke dalam gelas kimia
kemudian dipanaskan sampai suhu 400C. setelah itu dicium bau gas yang keluar. Bau
sampel air sungai tersebut seperti bau air tanah, berbeda dengan aquades yang tidak
berbau. Bau yang tercium seperti air tanah juga menunjukka adanya pencemaran, dimana
sudah menunjukkan bahwa air sungai tersebut tidak layak dikonsumsi. Bau air sungai
yang seperti air tanah ini disebabkan karena banyaknya limbah serta sampah yang dibuang
sembarangan yang mengumpul disuatu bagian sungai ini.
Bau sampel Air sungai di daerah Karangpilang tidak enak dan menyengat sangat
berbeda sekali dengan aquades yang tidak berbau. Bau dalam air dapat disebabkan oleh
banyak hal, diantaranya adalah adanya kandungan logam-logam berat yang terlarut dalam
air dan ada juga yang disebabkan karena pengaruh mikroorganisme yang hidup di dalam
air yang dapat menguraikan air dan zat-zat organik dan anorganik yang menimbulkan bau
yang tidak sedap.
Air sungai aliran kalimas yang berada di daerah Mastrip Surabaya bebau menyengat
seperti amonia dan amis. Bau pada air sungai dapat disebabkan karena adanya zat-zat
organik yang membusuk pada air tersebut. Seperti yang diketahui bahwa sungai di daerah
Mastrip banyak terdapat tumbuhan eceng gondok, alga dan di sepanjang aliran sungai
banyak ditemui limbah rumah tangga banyak yang dibuang ke area sungai sehingga
dimungkinkan banyak sekali zat organik yang terbawa sepanjang aliran air sungai.
Parameter bau air sungai ini tidak tidak memenuhi syarat kualitas air kelas satu yaitu
untuk air minum. Karena syarat air yang dapat digunakan untuk air minum adalah tidak
berbau.
Bau yang keluar dari sampel air sungai yang berada di daerah Kebraon yaitu bau
yang tidak sedap dan menyengat. Bau tidak sedap tersebut diduga ditimbulkan oleh
pembusukan zat organik seperti bakteri serta kemungkinan akibat adanya benda asing
yang masuk dalam air seperti binatang dan sampah yang mulai membusuk. Pada
peristiwa penguraian senyawa organik yang dibutuhkan oleh bakteri tersebut dihasilkan
gas-gas berbau menyengat.
Air sungai daerah Jambangan Surabaya berbau seperti tanah. Bau pada air sungai
dapat disebabkan karena adanya zat-zat organik yang membusuk pada tanah dalam air
tersebut.
Sampel air sungai Rolak Karah memiliki bau amis dan dapat disimpulkan bahwa
air sampel tidak layak/memiliki kualitas yang buruk. Air sampel yang berbau amis dapat
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain adanya mikroba atau hewan-hewan kecil
seperti plankton tersebar dalam sampel air, adanya zat organik yang terurai dan
bercampur dengan sampel air atau berasal dari sampah yang dibuang oleh masyarakat.
Sampel air sungai di daerah Jagir Surabaya memiliki bau yang agak amis. Bau air
dapat memberi petunjuk terhadap kualitas air, misalnya bau amis dapat disebabkan oleh
adanya algae dalam air tersebut
Sampel air sungai di daerah Ngagel Surabaya mempunyai bau yang menyengat
(bau). Bau yag terdapat pada sampel kemungkinan disebabkan pada sungai Ngagel
terdapat pembusukan zat organik dan penguraian senyawa organik oleh bakteri sehingga
dihasilkan gas-gas berbau menyengat serta kemungkinan akibat adanya benda asing yang
masuk dalam air seperti binatang, sampah yang mulai membusuk. Dilihat dari parameter
bau, maka sampel air sungai Ngagel tidak layak dikonsumsi.
3. Rasa
1. Sampel air sungai depan pabrik PT. Tjiwi Kimia, Mojokerto
Rasa air sungai yang diambil di daerah depan pabrik PT. Tjiwi Kimia berasa
tidak enak. Kami juga merasakan rasa air standar dan hasilnya berasa hambar.
Berbeda sekali rasanya ketika mencoba sampel air sungai dengan air standar. Hal ini
menunjukkan air mengandung zat-zat pencemar. Diduga adanya besi dengan kadar
yang tinggi dalam air akan menyebabkan air terasa tidak enak.
2. Sampel air sungai di daerah Balong Bendo, Sidoarjo
Pemeriksaan rasa dari sampel daerah ini adalah agak asin. Berdasarkan teori
yang ada ketika terdapat suatu rasa pada air maka hal tersebut menunjukkan adanya
berbagai zat yang dapat membahayakan bagi tubuh.
3. Sampel air sungai daerah Tawangsari
Rasa air sungai Tawangsari seperti tanah. Hal ini membuktikan bahwa air
sungai telah tercemar karena secara teoritis air yang normal itu tidak berasa.
4. Sampel air sungai daerah Krikilan, Gresik
Rasa air ditentukan secara organoleptik dan dinyatakan sebagai rasa yang
spesifik, misalnya asin, pahit, manis atau normal. Rasa air daerah Krikilan,
Driyorejo, Gresik yang diuji secara organoleptik memiliki rasa normal (tidak
berasa).
5. Sampel air sungai daerah Cangkringan, Sidoarjo
Rasa sampel air sungai di daerah Cangkringan, Sidoarjo menyerupai rasa
tanah, sedangkan standar tidak berasa. Rasa sampel yang menyerupai rasa tanah
disebabkan karena adanya tanah yang larut dalam sampel. Rasa tanah mungkin
bukan rasa spesifik dari sampel, namun rasa itulah yang dirasakan oleh praktikan.
Menurut Permenkes No. 492 Tahun 2010, kadar maksimum yang diperbolehkan
untuk air minum dari parameter rasa adalah tidak berasa. Jadi sampel yang memilki
rasa tanah maka sampel tidak layak untuk dikonsumsi.
6. Sampel air sungai daerah Jemundo, Sidoarjo
Berdasarkan data yang diperoleh, rasa air sungai yang terletak di daerah
Jemundo kabupaten Sidoarjo adalah lebih pahit daripada aquades. Rasa ini
disebabkan karena adanya pembusukan bahan organik seperti plankton dan
mikroorganisme yang terdapat di dalam sungai, humus, tanaman air, hasil buangan
dari pemukiman penduduk setempat yang lumayan padat serta hasil buangan
industri-industri yang ada di sekitar sungai. Parameter rasa air sungai ini tidak
memenuhi syarat untuk air minum. Karena syarat air yang dapat digunakan untuk
air minum adalah tidak memiliki rasa atau tawar. Sehingga air sungai dari kawasan
Jemundo kabupaten Sidoarjo tidak layak dikonsumsi.
7. Sampel air sungai daerah depan PT. Miwon, Driyorejo, Gresik
Pemeriksaan rasa air sampel di daerah driyorejo dekat pabrik miwon
dilakukan dengan cara menjilat air sampel dan air sampel berasa tawar. Namun
terdapat rasa yang kurang enak pada sampel yang menyebabkan air tidak layak
untuk dikonsumsi.
8. Sampel air sungai daerah Waru Gunung, Surabaya
Air sungai daerah Waru Gunung terasa sedikit pahit ketika diminum. Rasa
pahit dari air sungai tersebut dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor seperti adanya
gas terlarut seperti H2S, organisme hidup, adanya limbah padat dan limbah cair
selain itu rasa pahit yang tinmbul, pemicunya bisa berupa besi, aluminium, mangan,
sulfat maupun kapur dalam jumlah tinggi.
9. Sampel air sungai daerah Karang Pilang, Surabaya
Air sungai di daerah Karangpilang tidak berasa. Karena tidak berasa bukan
berarti air sungai layak dikonsumsi secara langsung, mungkin kadar polusi air yang
ada dalam air sungai yang diuji rendah sehingga, ketika menguji rasa air sungai
tidak berasa, dan saat menguji sampel air sungai hanya sedikit saja yang diuji
dengan organoleptik. Sehingga seolah-olah tidak berasa. Rasa dalam air sungai
dapat disebabkan oleh berbagai jenis material, seperti alga atau mikroorganisme
lain, zat organik yang membusuk, mineral seperti besi dan mangan, juga gas terlarut
seperti hidrogen sulfida atau klor.
10. Sampel air sungai daerah Mastrip, Surabaya
Air sungai aliran kalimas yang berada di daerah Mastrip Surabaya adalah tidak
berasa. Hal ini menunjukkan bahwa air tersebut murni dan tidak terdapat zat lain
yang terlarut di dalamnya. Rasa yang dapat timbul pada air bergantung pada jenis
dan kadar zat terlarutnya.
11. Sampel air sungai daerah Kebraon, Surabaya
Air sungai yang berada di daerah Kebraon. Sungai tempat pengambilan
sampel ini berdekatan dengan tempat penambangan pasir, bengkel, dan rumah
penduduk. rasa air sampel tidak berasa. Dugaan dari pemeriksaan rasa ini
seharusnya sampel memiliki rasa yang berbeda dengan aquades, karena warna
sampel keruh kekuningan sehingga diduga ada zat-zat lain yang terkandung pada
sampel. Hal ini terjadi karena dalam pemeriksaan hanya menggunakan setetes saja
dan menggunakan indra perasa secara langsung dan segera membasuhnya dengan
air karena khawatir jikalau sampel mengandung zat berbahaya seperti logam berat.
12. Sampel air sungai daerah Jambangan, Surabaya
Sampel air sungai daerah Jambangan Surabaya terasa agak pahit. Rasa yang
dapat timbul pada air sampel ini bergantung pada jenis dan kadar zat terlarutnya.
13. Sampel air sungai Rolak daerah Karah, Surabaya
Sampel air sungai rolak karah Surabaya memiliki rasa seperti tanah
menunjukkan kualitas ampel air tersebut tidak layak karena air yang baik sebaiknya
tidak berasa. Rasa air sampel yang seperti tanah disebabkan oleh kontaminan baik
dari zat organik ataupun anorganik yang bercampur dengan air tersebut. Jika kita
melihat dari warnanya yang kekuningan karena disebabkan oleh adanya besi dalam
air sehingga mengkibatkan air tersebut juga memiliki rasa mendekati rasa besi.
Ditinjau dari rasa air sampel tersebut maka dapat disimpulkan bahwa air tersebut
tidak layak untuk dikonsumsi.
14. Sampel air sungai Njagir daerah Wonokromo, Surabaya
Air sungai di daerah Jagir Surabaya memiliki rasa agak pahit. Rasa ini tentu
dapat dijelaskan karena air sungai jagir ini banyak digunakan warga sekitar sugai
jagir untuk mandi dan mencuci, sehingga kualitas dari airmenurun dan memiliki pH
yang berubah sehingga menyebabkan rasanya agak pahit. Menurut dasar teori, Air
minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang berasa menunjukkan
kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Efek yang dapat
ditimbulkan terhadap kesehatan manusia tergantung pada penyebab timbulnya rasa.
15. Sampel air sungai daerah Ngagel, Surabaya
Sampel air sungai Ngagel tidak berasa. Dilihat dari parameter rasa, maka
sampel air sungai Ngagel layak dikonsumsi. Akan tetapi, hal ini tidak dapat
langsung diambil kesimpulan bahwa dapat dikonsumsi, karena masih ada
parameter-parameter yang lain.
pH
pH yang menunjukkan angka 8,51. Hal ini tidak jauh berbeda apabila pHnya diuji
dengan kertas indikator universal yang menunjukkan angka 8. Sedangkan pH akuades
menunjukkan angka 7 pada kertas indikator universal yaitu masih masuk dalam pH air
normal yang berkisar antara 6,5-8,0. Hal ini menunjukkan bahwa pH sampel air sungai
berada sedikit diatas pH normal dan melebihi ambang batas pH normal. Sehingga dapat
diduga bahwa sampel air sungai yang diambil di daerah depan pabrik PT. Tjiwi Kimia
sudah tercemah oleh limbah dari pabrik-pabrik disektarnya dan khusunya dari pabrik PT.
Tjiwi Kimia sendiri.
Sampel air sungai Balong Bendo, diperoleh harga pH sebesar 8,14, dengan pH
meter, sedangkan saat menggunakan indikator universal diperoleh harga pH sebesar 8.
Secara teoritis konsentrasi ion hydrogen dalam air murni yang netral adalah 1x 10-8 g/liter
(pH=8). pH berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH,
semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas.
Secara teoritis pada pH 7-8,5 biota akuatik sangat menyukainya.
Secara teori nilai baku mutu pH adalah 6-9 untuk air kelas I-III dan 5-9 untuk air
kelas IV, karena pada nilai tersebut sesuai untuk kehidupan organism akuatik, dan tidak
mempengaruhi proses biokimia perairan. Maka air tersebut masih dapat dikategorikan
aman pada beberapa kelas berdasarkan keasamannya dan selama mendapat perlakuan
filtrasi yang tepat.
Nilai pH air sampel daerah Krikilan mempunyai harga pH 7. Setelah diukur
menggunakan pH meter sampel air memiliki pH 8,20 dan pada pengukuran pH air sampel
yang sudah diambil dari tempatnya menggunakan kertas indikator universal mempunyai
harga pH 8. pH air normal berkisar antara 6,5 – 8,0. Berdasarkan hal tersebut, pH air
sampel berada sedikit diatas pH normal, yakni air sampel lebih bersifat basa namun tidak
berpengaruh sangat besar terhadap kesehatan.
pH air sungai di daerah Cangkringan, Sidoarjo adalah 8, mengukur pH sampel
dengan kertas indikator dan didapat pH sampel adalah 8, dan terakhir mengukur pH
sampel dengan menggunakan pH meter dan didapat pH sampel adalah 7,67. pH air sungai
dan pH sampel berkisar antara 7-8. Menurut Permenkes No. 492 Tahun 2010, kadar
maksimum yang diperbolehkan untuk air minum dari parameter pH adalah 6,5-8,5. Jadi,
sampel yang memiliki pH 7-8 layak dikonsumsi.
Air di daerah Jemundo kabupaten Sidoarjo memiliki pH 8. Derajat keasaman 8
menunjukkan bahwa air normal. Namun, dengan nilai pH tersebut, dapat diketahui bahwa
Air sumur Jemundo dapat memenuhi standar pH kualitas air konsumsi, karena standar pH
kualitas air konsumsi yaitu berada antara 6,5 – 8.
Pemeriksaan pH dilakukan dengan menggunakan kertas indikator dan pH-meter.
Hasil pengamatan dengan kertas indikator, menunjukkan pH air sampel air sampel di
daerah driyorejo dekat pabrik miwon adalah 7. Sedangkan dengan pH-meter, pH air
sampel adalah 7,53. Hasil pengukuran dengan menggunakan pH meter tersebut
mengindikasikan air sampel tidak layak konsumsi karena kriteria air berkulitas yang layak
konsumsi diantaranya memiliki rentang pH 6,5-7,5. Selain itu, sampel air sungai tersebut
juga telah mulai tercemar. Kriteria air sungai yang wajar dan belum terkontaminasi limbah
adalah memiliki rentang pH 6-8.
Derajat keasaman 8 menunjukkan bahwa air bersifat basa (alkalis). Sifat alkalis
umumnya disebabkan karena adanya pencemaran detergen dari aktivitas manusia. Selain
itu, perubahan pH pada air sungai dapat disebabkan oleh adanya pencemar lain yang
berasal dari kegiatan pertanian, pertambangan, ataupun industri. Air dengan pH yang tidak
standar tidak layak dionsumsi karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti
gangguan pencernaan, iritasi, bahkan kanker.
pH air sungai di daerah Waru Gunung ini menunjukkan pH 6,88. Hal ini tidak jauh
berbeda apabila di uji dengan kertas indikator universal, yaitu menunjukkan pH 7 (pH
asam). Sedangkan pH aquades menunjukkan pH 7.
Pada pengujian pH air sungai di daerah Karangpilang dengan menggunakan
indikator universal dengan pH meter sama-sama menunjukkan bahwa air sungai
bersifat basa. akan tetapi besar pH yang dihasilkan tidak terlalu basa karena masih
berkisar antara 6,5-8,0, sehingga masuk dalam pH air normal. pH aquades
menunjukkan pH 7,3. Hal ini menunjukkan pH air sungai berada sedikit diatas pH
normal, namun masih tidak berpengaruh yang sangat besar.
Jika pH terlalu besar dan terlalu kecil maka akan mengganggu biota air. Biota
pada perairan sangat sensitif terhadap pH ekstrim. Kebanyakan karena efek osmosis,
mereka tidak dapat hidup pada medium yang mempunyai keasaman dimana mereka
tidak dapat beradaptasi. Selain itu, ikan air tawar maupun ikan laut juga tidak mampu
bertahan hidup jika habitatnya dipindah. Begitu juga perubahan pH dapat membunuh
tanaman yang tidak mampu beradaptasi.
Air limbah yang dibuang secara rutin mempunyai kontribusi signifikan
terhadap bertambahnya asam kuat pada air. Dimana nilai pH di bawah 3 merupakan
kondisi yang mematikan untuk kehidupan air.
Gambar 1. Kurva pertumbuhan organisme air terhadap fungsi pH.
Sumber: Manahan, Stanley E. 2000. Environmental Chemistry. USA: Lewis Publishers.
Dari kurva di atas, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan organisme mampu
berkembang biak dan hidup maksimal hanya pada nilai pH 7. Terlalu banyak
penambahan asam maupun basa dapat mengancam berlangsungnya kehidupan seluruh
organisme
Nilai pH Air sungai di daerah Mastrip adalah 8. Ini dapat terjadi karena adanya zat-
zat terlarut dalam air yang menyebabkan perubahan konsentrasi ion H+ yang terdapat
dalam air. Perubahan pH ini juga turut menyebabkan terjadinya perubahan warna, bau, dan
rasa pada air.
Besarnya pH air sungai di daerah Kebraon diperiksamenggunakan kertas pH
indikator yang diperoleh hasil pH sebesar 8. Hal ini menunjukkan bahwa air sungai
tersebut bersifat basa. Sedangkan pada sampel yang telah ada dibotol diperoleh pH
sebesar 7, hal ini menujukkan bahwa sampel tersebut bersifat netral, tetapi ketika diuji
dengan pH meter diperoleh pH sebesar 7,85.
Sampel air daerah Jambangan ketika diukur dengan pH meter menghasilkan pH
sebesar 7,47 sedangkan dengan indicator universal sebesar 7. Untuk pH dari aquades
dihasilkan sebesar 7 yang berarti netral. Dari hasil yang diperoleh, jika ditinjau dengan
pH yang dihasilkan air daerah Jambangan masih tergolong air yang masih dapat
dikonsumsi dan sesuai dengan kualitas baku mutu air.
Air sampel aquades daerah Rolak Karah dengan menggunakan indicator universal
mempunyai pH 7 sedangkan dengan menggunakan pH meter adalah7,32. Berdasarkan
pH air normal yang berkisar antara 6,5 – 8,0 maka pH air sampel Rolak Karah masih
dalam tahap normal. Namun jika dibandingkan dengan aquades, air sampel bersifat lebih
basa daripada aquades.
Sampel air sungai di daerah Jagir Surabaya mempunyai pH 8 menggunakan
indicator universal, sedangkan pengukuran dengan pH meter menunjukkan pH sampel
adalah 8,33. Dari hasil tersebut menunjukkan pH air pada sampel mengalami
peningkatan sehingga air tidak layak pakai karena pH yang tidaksesuai dengan alrutan
standart. Menurut dasar teori pH mempengaruhi warnaair, Intensitas warna cenderung
meningkat dengan meningkatnya nilai pH (Sawyer dan McCarty, 1978). Selain itu pH
juga mempengaruhi rasa sehingga rasa air sungai jagir agak pahit.
pH. Sampel air sungai Ngagel Surabaya dicek dengan kertas indikator pH dan
diperoleh hasil pH sebesar 8. Untuk lebih meyakinkan lagi, sampel tersebut dimasukka
ke dalam tabung reaksi besar dan diukur pH dengan pH meter dan diperoleh pH sebesar
7,92. Kemudian untuk standar diukur pHnya dan diperoleh sebesar 7. Hal ini
menunjukkan bahwa pH sampel lebih besar dari pH standard dan bersifat basa. Hal ini
kemungkinan disebabkan pada air sungai Ngagel terdapat limbah seperti limbah air
laundry dan sebagainya. Dilihat dari parameter derajat keasaman, maka sampel air
sungai Ngagel tidak layak dikonsumsi.
IV. KESIMPULAN
TOLONG DITAMBAHKAN PEMBASAHANNYA
DAN KESIMPULAN TERMASUK FAKTOR LOKASI
PENGAMBILAN AIR