41
BAB III
DINAMIKA PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM
A. Biografi KH. Naharussurur
1. Kehidupan KH. Naharussurur
KH. Naharussurur lahir di kampung Tegalsari pada tanggal 29 November
1940. Tempat lahirnya tepatnya di depan Gedung Salam Rohmah Pondok
Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta. Ayahnya bernama KH. Syafi‟i dari desa
Karanganom Klaten dan Ibunya bernama Intiyah, putri dari KH. Iskak
Kartohudoro. Dari perkawinan KH. Syafi‟i dan Ibu Intiyah melahirkan 3 putra,
yaitu yang pertama bernama Hj. Qoyyimah, kedua yaitu KH. Naharussurur, dan
yang ketiga adalah KH. Misbahussurur.1
Sejak menikah, KH Syafi‟i bekerja dengan kakak iparnya yang bernama
KH. Ahmad Al-Asy‟ary. Setelah 17 tahun menikah KH Syafi‟i belum dikaruniai
putra, kemudian KH. Ahmad Al-Asy‟ari yang juga merupakan majikan sekaligus
kakak ipar beliau, justru memberi tugas KH. Syafi‟i untuk menagih piutang batik
dari pedagang di Kalimantan. Setelah tugasnya selesai, dari merantau di
Kalimantan Ibu Intiyah dikaruniai Allah untuk mengandung anak pertama yang
setelah lahir diberi nama Hj. Qoyyimah. Dua tahun setelah itu lahir putra kedua
yaitu KH. Naharussurur dan dua tahun kemudian lahir putra ketiga yaitu H.
Misbaharussurur, namun saat melahirkan putra ketiga Ibu Intiyah dipanggil Allah
1 Wawancara dengan M. Halim, tanggal 9 Juni 2016.
42
SWT, sehingga pada saat itu ketiga putra-putri beliau tidak mempunyai ibu,
kemudian dua tahun kemudian KH. Syafi‟i menyusul Ibu Intiyah sehingga ketiga-
tiganya putra putri beliau telah yatim piatu. Saat itu usia KH. Naharussurus baru 4
tahun.2
Kehidupan KH. Naharussurur pada saat itu berubah, karena telah menjadi
yatim piatu saat usianya baru 4 tahun. KH. Naharussurur dipelihara oleh kakek
dan neneknya yang bernama Iskak Kartohudoro atau saudara-saudara tua dari
Karanganom Klaten. Masa kecil KH. Nahar selalu dihiasi dengan kesederhanaan
dan kesulitan. Meskipun begitu KH. Naharussurur tetap ceria. Banyak kenangan
dan pengalaman yang didapat semasa kecil yang tumbuh sebagai anak yatim-
piatu. Saat Hari Raya, biasanya setelah melaksanakan sholat Idul Fitri, anak-anak
seusianya selalu didampingi orang tua dan ketika bersilaturahmi kepada sanak
saudara. Hal ini sangat berbeda dengan KH Naharussurur yang tidak pernah
merasakan kasih sayang orang tua, bahkan melihat wajah orang tuanya belum
pernah, karena kedua orang tuanya meninggal saat usinya masih sangat kecil.
Salah satu sifat atau tirakat KH Naharussurur yang patut dicontoh yaitu seberat
apapun cobaannya, jangan pernah merasa kecewa, tetapi justru lebih mendekatkan
diri kepada Allah. Hal inilah yang selalu KH Nahar ajarkan kepada putra-putri dan
menjadi prinsip hidup beliau.
Selesai menyelesaikan pendidikan D3, KH. Naharussurur kemudian
dinikahkan dengan Ibu Muttaqiyah yang merupakan putri dari KH. Ahmad Al-
Asy‟ari. Awal-awal pernikahan dilalui dengan segala perjuangan. Setelah
2 Wawancara dengan M. Ali, tanggal 24 Desember 2015.
43
menikah KH.Naharussurur langsung diberikan tanggung jawab untuk menghidupi
keluarga. Akhirnya beliau membuka toko kelontong. Dari kecil sampai menjadi
ramai, sehingga beliau harus bolak balik ke Pasar Legi untuk membeli barang-
barang yang akan dijual. Namun karena sangat terbatasnya modal dan banyaknya
permintaan barang usaha toko menjadi berkurang. KH. Nahar berprinsip lebih
baik bolak-balik kulakan dari pada harus berhutang untuk modal. Hal inilah sikap
dan prinsip yang jarang dimiliki generasi yang lain. Dalam berwirausaha jangan
ingin cepat berhasil atau cepat kaya, karena hal itu bisa menjadikan untuk
menghalalkan segala cara dalam mencapainya.
Kurang lebih 15 tahun bergulat dengan maju mundurnya usaha toko
sampai pada tahun 1979, KH. Naharussurur menunaikan ibadah haji ke Baitullah.3
Kelima anaknya tidak diberi uang saku, hanya toko yang banyak barang. Selama
40 hari barang toko selalu terjual tetapi tidak pernah membeli barang kembali,
sehingga hasil penjualan habis untuk makan anak-anaknya. Sepulang KH.
Naharussurur dalam menunaikan ibadah haji, usaha toko selalu gagal. Ternyata
Allah memilihkan jalan lain, sejak saat itu bakat KH. Naharussurur untuk
berdakwah mulai dilirik masyarakat. Akhirnya sejak tahun 1980 beliau sering
diundang untuk mengisi ceramah. Usaha toko akhirnya tutup. Tahun 1986 setelah
kedua putranya lulus dari Pondok Gontor beliau berniat untuk mendirikan
Pondok. Hal ini melihat tanah peninggalan KH. Ahmad A-Asy‟ari sangat luas dan
3 Wawancara dengan M. Halim tanggal 9 Juni 2016.
44
KH. Naharussurur ingin merealisasikan para pemuka agama disekitar kampung
Tegalsari yang menginginkan di Tegalsari ada Pondok setelah masjid.4
Akhirnya pada tanggal 14 Juni 1986 berdirilah Pondok Pesantren Ta‟mirul
Islam. Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam diprakarsai oleh empat orang, beliau
adalah KH. Naharussurur, Hj. Muttaqiyah, Ustad. Halim, dan Ustad M. Wazir
Tamami. KH. Naharussurur merupakan pendiri sekaligus pemimpin pondok
sampai akhir hayatnya yaitu tahun 2010. Kemudian Pimpinan pondok digantikan
oleh ketiga putranya yang bernama H. Mohamad Halim, S. H. , H. Muhammad
Ali, dan H. Mohammad „Adhim, S.Ag, M.Pd.
2. Riwayat Pendidikan KH. Naharussurur
Sejak usia Sekolah Dasar KH. Naharussurur banyak tinggal di Kota Solo.
Diasuh oleh kakek dan neneknya dari garis keturunan Ibu Intiyah yaitu KH. Iskak
Kartohudoro. Tidak ada tempat pasti untuk tidur di malam hari dan makan sehari-
hari. Beliau selalu menunggu ajakan saudara-saudaranya untuk makan
dirumahnya. Bahkan pada suatu hari beliau pernah diajak saudaranya untuk
mengantar barang di daerah Popongan Klaten (±15 KM dari Tegalsari Solo).
Setelah dari mengantar barang dengan bersepeda barulah beliau diajak makan
pagi.
Hal ini merupakan gambaran bahwa sejak kecil KH. Nahararussurur telah
kenyang dengan perjuangan untuk memperoleh setiap apa yang diinginkan. Setiap
kesuksesan selalu membutuhkan perjuangan dan kerja keras dalam mencapainya.
4 Wawancara dengan Ust M. Halim, tanggal 9 Juni 2016
45
Meskipun tidak menetap, tapi beliau lebih sering tinggal di rumah kakak
sepupunya yang sering disebut sebagai pakde Yasin di kampung Baron Gede.
Keberadan KH. Naharussurur ditempat pakdenya termasuk jauh dari
kesempurnaan, karena kehidupan pakdenya bukan merupakan keluarga yang
cukup atau bisa dikatakan sangat sederhana. Namun meskipun begitu Pakdenya
mempunyai kepedulian besar terhadap KH. Naharussurur yang merupakan putra
yatim-piatu.
Pendidikan Sekolah Dasar H. Naharussurur ditamatkan di SD Djama‟atul
Ikhwan Surakarta. Biaya sekolahnya banyak ditopang oleh pakdenya yang
bernama KH. Ahmad Al-Asy‟ary. Selama menempuh pendidikan KH.
Naharussurur banyak menghabiskan waktu di kampung Tegalsari Surakarta.
Disela-sela itu KH. Nahar sempat belajar di Pondok Al-Muayyad di bawah asuhan
KH. Umar Abdul Mannan. Di dalam Pondok Al-Muayyad KH. Naharussurur
dituntut untuk hidup sangat sederhana seperti makan hanya dua kali yaitu siang
dan malam, makan pagi tidak dapat jatah karena keterbatasan biaya.
Selesai menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar, KH. Naharussurur
dikirim oleh KH. Ahmad Al-Asy‟ari untuk melanjutkan di sekolah Pondok
Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Sebuah tempat yang belum pernah
diketahui sebelumnya. Saat itu beliau sebenarnya mempunyai keinginan untuk
melanjutkan di Pondok Pesantren terkenal bersama teman sebayanya. Namun hal
ini dilarang oleh KH. Ahmad Al-asy‟ari, karena jika beliau ikut mondok bersama
temannya maka hanya akan bercanda, sehingga tujuan sebenarnya tidak tercapai.
46
Pendidikan di Pondok Gontor Ponorogo ditempuh selama 7 tahun dimulai
dari tahun 1954. Pertama kali beliau diantar ke Pondok Gontor Ponorogo dengan
angkutan terakhirnya yaitu delman atau andong. Saat itu KH. Naharussurur
sempat ragu apakah akan betah mondok ditempat seperti ini dengan sepanjang
jalan masih dikelilingi pohon bambu yang sangat rimbun dan dihiasi binatang
pohon bambu yang tidak pernah berhenti. Namun hatinya berubah ketika melihat
lapangan sepak bola yang letaknya persis dengan asrama pondok, karena hobinya
merupakan olahraga sepak bola. Sejak saat itu beliau bertekad “bakat saya akan
terasah disini”. Sehingga sejak saat itu di almarinya ditulis sebuah motifasi “Saya
Harus Lulus”.5
Kenangan yang tidak pernah terlupakan di Gontor dan selalu ditularkan
kepada santrinya antara lain ketika KH. Naharussurur dituduh mencuri. Pada saat
itu keeper team beliau mencuri sejumlah uang, saat tertangkap keeper tersebut
menunjuk KH. Naharussurur sebagai pencurinya berdasarkan selama belajar di
Pondok hanya mendapat kiriman yang hanya cukup untuk membayar SPP tetapi
tidak pernah terlihat kekurangan dan tetap tenang. Dengan alasan seperti itu
spontan KH. Naharussurur tertuduh sebagai pencuri sampai dilaporkan ke polisi
dan beberapa minggu dipenjara di Ponorogo. Setelah dipenjara KH. Naharussurur
diperintahkan untuk pulang padahal saat itu ujian kenaikan kelas sudah dekat,
beliau sadar ini adalah fitnah tapi alasannya tersebut tidak diterima oleh pimpinan
pondok. Beliau harus pulang karena dianggap bersalah atau dengan kata lain
disekors dari pondok.
5 Wawancara dengan M. Halim tanggal 9 Juni 2016.
47
Mendengar keputusan tersebut, beliau menerimanya dengan lapang dada
kemudian pulang ke Solo. Beberapa bulan setelah di Solo beliau mendapat surat
panggilan kembali ke pondok. Kemudian KH. Naharussurur berangkat ke Gontor.
Setelah sampai di Gontor pimpinan pondok langsung memutihkan namanya. Pada
saat itu seluruh santri dikumpulkan dan bapak pimpinan pondok menjelaskan
bahwa berita pencurian kemarin adalah fitnah maka KH. Naharussurur berhak
melanjutkan belajar kembali di pondok tersebut. Bahkan untuk menambah
kepercayaan kepadanya, pimpinan pondok memberikan amanat kepada KH.
Naharussurur untuk ikut mengurusi keuangan pondok. Hal ini dilakukan supaya
namanya kembali bersih. Beliau juga diberikan amanat untuk mengajar not balok
karena KH Naharussurur ahli dalam membaca not balok kepada santri kelas enam.
KH. Naharussurur harus mengulang kelas 5 karena pada saat difitnah
beliau tidak bisa mengikuti ujian, tetapi beliau diamanahi pimpinan pondok untuk
menjadi pengurus. Akhirnya kelas 5 dan 6 di laluinya dengan sempurna dan
mendapatkan ijazah kelulusan dari Pondok Gontor tanggal 23 April 1961.6
Setelah tujuh tahun belajar di Pondok Gontor, KH. Naharussurur pulang ke Solo
dengan membawa predikat lulus dengan memuaskan. Kemudian beliau diperintah
KH. Ahmad Al-Asy‟ari untuk tetap meneruskan kuliah di Instintut Agama Islam
Sunan Kalijaga Yogyakarta, saat itu usianya masih berusia 20 tahun.
KH. Naharussurur meneruskan di Fakultas Usuluddin IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Perjuangan untuk meneruskan kuliah ketika beliau tidak
hanya kuliah saja, melainkan juga mengajar di daerah klaten. Setiap hari harus
6 Wawancara dengan M. Halim tanggal 9 Juni 2016
48
pulang pergi Klaten-Yogyakarta untuk mengajar dengan menggunakan sepeda
onthel. Belajar di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tidak sampai jenjang S1, ia
hanya sampai D3 dengan gelar BA dan lulus pada tahun 1962.
3. Konsep Pemikiran KH. Naharussurur
Didirikannya Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam dengan corak modern,
sebelumnya KH. Naharussurur telah mengkaji lembaga-lembaga yang
berhubungan dengan pondok pesantren. Disamping itu beliau juga merupakan
lulusan Pondok modern Gontor sehingga lebih banyak mengadopsi ilmu, ajaran
seperti di Pondok Modern Gontor.7KH. Naharussurur mengadopsi pandangan dari
Imam Zarkasyi yang merupakan pendiri dari Pondok Modern Gontor Ponorogo
bahwa hal yang paling penting dalam pesantren bukan pelajarannya semata-mata
melainkan jiwanya.8
Jiwa itu yang akan memelihara kelangsungan hidup
pesantren dan menentukan filsafat hidup para santrinya. Jiwa yang menjadi ruh
dalam aktivitas sehari-hari dalam pondok dan merupakan sifat/pemikiran yang
dianut oleh KH. Naharussurur.9 Kelima jiwa itu antara lain:
a. Jiwa keikhlasan. Sepi ing pamrih (tidak karena didorong oleh
keinginan keuntungan tertentu). Semata-mata karena untuk ibadah. Hal
ini meliputi segenap usaha kehidupan di pondok pesantren.
Ustadz/ustadzah ikhlas dalam mengajar, para santri ikhlas dalam
belajar.
7 Wawancara Kafin Jaladri, tanggal 7 Juni 2016.
8 Dr. H. Abuddin Nata, MA, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam,
(Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003). Hlm 200. 9 Wawancara dengan M. Halim tanggal 9 Juni 2016.
49
b. Jiwa kesadaran, segenap pengasuh ustadz maupun ustadzah serta para
santri melaksanakan tugas dan perannya masing-masing dengan penuh
kesadaran karena semua sudah mengetahui tugas dan tanggung
jawabnya yaitu beribadah lillahi ta‟ala.
c. Jiwa kesederhanaan, kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana
kesederhanaan tetapi agung. Karena sederhana bukan berarti pasif atau
miskin tetapi sederhana mengandung unsur kekuatan dan ketabahan
hati dalam menghadapi perjuangan hidup dalam segala kesulitan.
d. Jiwa keteladanan, setiap orang harus siap menjadi teladan bagi orang
lain didalam kebaikan. Seperti seorang Kyai akan selalu diteladani
oleh para guru dan santrinya, begitupun para ustad dan ustadah harus
menjadi teladan yang baik untuk para santrinya. Santri yang lebih baru
harus mau meneladani dari kakak-kakak yang baik dan begitupun
seterusnya. Sehingga satu sama lain saling meneladani dalam hal
kebaikan.
e. Jiwa kasih sayang, menjadi ruh pendidikan. Kesombongan,
kebodohan, kemalasan dan kemarahan hanya dapat diluruskan dengan
kasih sayang. Kasih sayang yang benar yaitu tidak menghalangi
ditegakkannya disiplin dan peraturan. Seperti seorang anak yang
mendapat sanksi dari pengasuhnya, itu berarti bukan sedang dihukum
50
karena dendam atau kemarahan melainkan semata-mata untuk
perbaikan dengan penuh kasih sayang.10
Panca jiwa itu yang selalu menjadi dasar dan pedoman hidup KH.
Naharussurur dalam memimpin dan mengembangkan sebuah pesantren.
Kepemimpinan merupakan proses upaya untuk mempengaruhi aktivitas seseorang
atau suatu kelompok dalam usaha yang ditunjukan pada pencapaian tujuan dalam
situasi tertentu. Oleh karena itu, dalam proses ini adanya interdepensi antara tiga
unsur utama yaitu si pemimpin, para pengikut dan situasinya sehingga
kepemimpinan merupakan fungsi dari ketiga unsur tersebut.11
Di Pondok
Pesantren Ta‟mirul Islam, Kiai menempati urutan pertama di pesantren, karena
disamping sebagai pengasuh, pemimpin juga sebagai pewaris dan pendiri
sebelumnya. Hal yang perlu diketahui adalah Kiai selalu menekakan sikap
kekeluargaan, kemaslahatan bersama serta musyawarah untuk mufakat. Segala
sesuatunya diputuskan dengan musyawarah. Kiai tidak ingin menekankan atau
memaksa santrinya, karena hal itu bisa menimbulkan ketegangan dan
ketidakharmonisan hubungan antara penghuni pesantren.
Menurut Kafin Jaladri sebagai sekertaris Pondok Pesantren yang sudah 11
tahun tinggal di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam mengatakan bahwa KH.
Naharussurur termasuk pemimpin yang sangat demokratis, dihormati dan disegani
oleh para santri. Hal ini dibuktikan apabila mau mengambil keputusan tentang
10
Buku Panduan Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Tahun pelajaran 2005-
2006, hlm 4. 11
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers,
1999), hal 9-10.
51
masalah Pondok Pesantren selalu mengajak musyawarah terlebih dahulu dengan
pengurus pesantren/Dewan santri dan pengurus asrama. Jadi pengambilan
keputusan tidak langsung ditetapkan dan tidak mendoktrin para santrinya, setelah
ada hasil bersama barulah KH. Naharussurur memutuskannya.12
Hal yang sama
juga diungkapkan oleh salah seorang putra beliau, KH. Naharussurur adalah
pemimpin yang terbuka, dalam menghadapi setiap persoalan di pesantren selalu
melibatkan para pengurus pondok, jika pengambilan keputusan menemukan jalan
buntu maka diadakan musyawarah kembali, selain itu pimpinan juga menerima
masukan dari para santri dan pengurusnya.13
Pendapat tersebut menunjukan bahwa KH. Naharussurur dalam memimpin
dan mengambil keputusan yang berkaitan dengan pondok pesantren selalu
melibatkan Pengurus Dewan Santri dan pengurus asrama untuk musyawarah.
Pemimpin pesantren tidak menetapkan keputusan tentang masalah yang berkaitan
dengan pesantren secara paksa dan harus dipatuhi. Ini menunjukan kepemimpinan
KH Naharussurur di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam sudah menerapkan gaya
demokratis. Pengertian demokratis tulen merupakan pembimbing yang baik bagi
kelompoknya. Pemimpin menyadari bahwa tugasnya ialah mengkoordinasikan
pekerjaan dan tugas dari semua anggotanya, dengan menekankan rasa tanggung
jawab dan kerja sama yang baik kepada setiap anggota.14
Organisasi atau lembaga
bukanlah masalah pribadi atau individual tetapi merupakan kekuatan organisasi
12
Wawancara dengan Kafin Jaladri tanggal 7 Juni 2016. 13
Wawancara dengan M. Ali tanggal 24 Desember 2015. 14
Dr. Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2005), hal 188.
52
terletak pada partisipasi aktif setiap anggota, mau mendengarkan nasehat dan
arahan dari semua pihak, mampu memanfaatkan keunggulan setiap orang
seefektif mungkin pada saat-saat yang tepat. Pimpinan pesantren memberikan
penjelasan dan bimbingan kepada para pengikutnya, dimana terdapat adanya
koordinasi pekerjaan dari semua bawahan, yakni pengurus pesantren dan
pengurus asrama, karena pemimpin adalah semata-mata amanah atau titipan dari
Allah SWT, selain itu Kiai juga menghargai potensi individu, kesibukan individu
diluar pesantren dan mau mendengarkan masukan dari bawahan.
B. Perkembangan Pondok Pesantren Ta’mirul Islam 1986-2010
1. Perkembangan Pondok Pesantren tahun 1986-2007
a. Sistem dan Jenjang Pendidikan Pondok Pesantren
Sistem pendidikan pesantren secara terus menerus akan selalu berkembang
serta memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Perbedaan kurun waktu berdirinya pondok pesantren tampak jelas dari tanda-
tanda dan tipe karakteristik pesantren, misalnya sebuah pondok pesantren salaf
dan pondok pesantren kholaf, bisa jadi lembaga pondok pesantren mempunyai
dasar-dasar ideologi keagamaan yang sama dengan pondok pesantren yang lain,
namun kedudukan masing-masing pondok pesantren sangat bersifat personal dan
sangat tergantung pada kualitas keilmuan yang dimiliki Kiai.15
15
Shelly Maria R, 2005, “Peranan Kepemimpinan KH. M. Syihabuddin
Muhsin di PonPes Perguruan KH. Zainal Musthafa Sukahideng Singaparna
Tasikmalaya tahun 1989-2004”, Skripsi FIB UNS, Surakarta. Hlm 60-61.
53
Pondok pesantren Ta‟mirul Islam merupakan pondok pesantren yang
termasuk kedalam pondok pesantren Ashiriyah yaitu pondok pesantren yang
menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan pendekatan modern, seperti
mendirikan lembaga pendidikan formal Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan
Madrasah Aliyah (MA). Dalam hal pendidikan ditujukan dengan menggabungkan
antara pembelajaran berstandar Kementrian Agama digabungkan dengan sistem
pembelajaran di Pondok Pesantren.
Sistem pendidikan di Pondok Pesantren masa kepemimpinan KH.
Naharussurur (1986-2010), sesuai dengan latar belakang pendirian pondok
pesantren Ta‟mirul Islam yakni “Iso Ngaji Lan Ora Kalah Karo Sekolah Negeri”
sehingga diharapkan para santri dapat memperdalam ilmu-ilmu yang bersifat
ukhrowi maupun duniawi dengan segenap aktivitas keseharian, mingguan maupun
tahunan yang ada dan mendorong para santri untuk dapat menerapkan Al-Qur‟an
di dalam kehidupan sehari-hari.
Sejak berdirinya masjid Tegalsari di Surakarta tahun 1928, para ulama
seperti KH. Ahmad Shofawi, KH. Idris Shofawi, Hj. Nafi‟ah dan KH.
Naharussurur telah merencanakan membangun Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam.
Cita-cita mendirikan Pondok mulai dirintis pada tahun 1968 dengan membentuk
Yayasan Ta‟mirul Islam Masjid Tegalsari dan SD Ta‟mirul Islam. Pada tahap
perkembangannya tahun 1979 didirikanlah SMP Ta‟mirul Islam. Jadi sebelum
adanya Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam, Yayasan Ta‟mirul Islam sudah
mempunyai dua lembaga tersebut.
54
Didirikannya dua lembaga tersebut masih dirasa kurang dengan harapan
masyarakat sekitar, maka didirikanlah Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam pada
tanggal 14 Juni 1986.16
Pendirian Pondok itu diprakarsai oleh KH. Naharussurur,
Hj. Muttaqiyah, H. Muhamad Halim, S.H. dan M. Wazir Tamami, S.H. Pada masa
awal-awal berdirinya Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam tahun 1986 diawali
dengan kegiatan pesantren kilat atau pesantren syawal. Saat itu santri yang
mondok di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam merupakan santri umum yang ingin
belajar agama dan tidak diwajibkan menginap. Kegiatannya seperti pesantren kilat
yang sekolahnya masih sekolah diluar. Mulai dari hal ini, maka KH. Naharussurur
ingin mendirikan lembaga-lembaga formal untuk para santri bersekolah dan
mondok di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam.
Adapun tahap jenjang atau program pendidikan di Pondok Pesantren
Ta‟mirul Islam Surakarta antara lain:
1) Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Madrasah Tsanawiyah didirikan pada 30 Juni 1985.17
Didirikannya
Madrasah Tsanawiyah ini sebagai lembaga formal pondok. MTs merupakan
pendidikan setingkat SMP. Karena pada saat itu murid di SMP Ta‟mirul Islam
tidak diperbolehkan untuk mondok maka didirikanlah Madrasah Tsanawiyah
Ta‟mirul Islam Surakarta. Sehingga SMP Ta‟mirul Islam dengan MTs Ta‟mirul
Islam merupakan dua lembaga yang berbeda, tetapi masih dalam satu Yayasan.
16
http://pp-takmirulislam.co.id/2014/10/profil-pondok-pesantren-tamirul-
islam.html. Diakses pada 5 Oktober 2016 Pukul 23.22. 17
Arsip Departemen Agama RI No :Wk/5.c/8/Pgm/Ts/1992.
55
MTs Ta‟mirul Islam merupakan dibawah pengasuhan pondok, sedangkan SMP
Ta‟mirul Islam merupakan lembaga diluar Pondok. Pada awal berdirinya MTs
karena baru ada 4-10 murid maka sistem ujian nasional bergabung dengan SMP
Ta‟mirul Islam. Setelah mendapat piagam terdaftar dari Departemen Agama
maka pada tahun 1992 MTs Ta‟mirul Islam sudah mempunyai ijin untuk
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Sistem ujian MTs Ta‟mirul Islam
mengikuti Ujian Nasional dari pemerintah tetapi nilai kelulusan dikeluarkan dari
sekolah bukan hanya hasil UN. Dalam hal ini siswa kelas akhir tingkat MTs
berturut-turut melewati LATUNAS (Latihan Ujian Nasional), UAMBN (Ujian
Akhir Madrasah Berstandar Nasional), UM (Ujian Madrasah) dan UN (Ujian
Nasional). Adapun materi ujian yang diujikan dalam UAMBN adalah mata
pelajaran UN ditambah materi khusus MTs: Bahasa Arab, Aqidah, Fiqih, Qur‟a-
Hadist, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Seluruh pengawas LATUNAS,
UAMBN dan UN berasal dari sekolah-sekolah luar pondok, sebagaimana para
guru pondok yang berstatus PNS mengawas di sekolah lain.18
Sistem Ujian ini
berlangsung sampai sekarang dan MTs Ta‟mirul Islam mendapat nilai Akreditasi
A (Amat Baik) pada tanggal 20 Desember 2007.19
2) Madrasah Aliyah (MA).
Setelah pondok mendirikan lembaga formal yaitu MTs Ta‟mirul Islam
pada tahun 1985 maka KH. Naharussurur berniat mendirikan Madrasah Aliyah
atau pendidikan setingkat SMA. Madrasah Aliyah didirikan pada tanggal 19
18
Majalah Akdun. Akrab Edisi Akhir Tahun Pondok Pesantren Ta’mirul
Islam (Surakarta: Pondok Ta‟mirul Islam, 2015). Hlm 8. 19
Arsip Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M).
56
November 1988.20
Pendidikan Madrasah Aliyah dimulai tahun ajaran 1988/1989
setelah mendapatkan izin dari Departemen Agama RI. Pada saat itu Madrasah
Aliyah (MA) di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam hanya boleh menyelenggarakan
pendidikan namun untuk ujian nasional masih ikut di Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 2 Surakarta.21
Sistem ujian ini berlangsung dari tahun 1988-2003 setelah
Madrasah Aliyah meleburkan menjadi KMI.
3) Kulliyatul Mu‟allimin Al-Islamiyah (KMI)
Sistem pendidikan Kulliyatul Mu‟allimin Al-Islamiyah (KMI) merupakan
hasil “ijtihad” para pendiri Pondok Modern Gontor yaitu KH. Ahmad Sahal, KH.
Zainuddin Fannani, dan Imam Zarkasyi sejak tahun 1926 dalam rangka
melakukan “modernisasi” terhadap sistem pendidikan pesantren sebagai
“Indigenioud Culture” (budaya asli) bangsa Indonesia sehingga Pondok Gontor
disebut sebagai Pondok Modern. Setelah melewati masa penjajahan, masa awal
kemerdekaan, masa orde lama, masa orde baru dan masa reformasi para pendiri
dan penerus Pondok Modern Gontor tetap mempertahankan sistem KMI.
KMI memang tidak sama dengan sekolah atau madrasah formal seperti
MTS dan MA atau SMP dan SMA atau madrasah-madrasah Diniyah dan
20
Arsip Departemen Agama RI Nomer Wk/5.a/PP.03.2/879/1989. 21
Wawancara Kafin Jaladri tanggal 7 Juni 2016.
57
Salafiyah tetapi secara substansial, KMI telah memenuhi Standar Nasional
Pendidikan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005.22
KMI di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam merupakan hasil leburan dari
Madrasah Aliyah. KMI mulai diterapkan di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam
pada tahun 2003 setelah mendapat keputusan Menteri Pendidikan Nasional.23
Pada dasarnya KMI merupakan pendidikan yang ditempuh selama 6 tahun,
disebut dengan kelas 1-6 KMI. Kelas 1-3 merupakan pendidikan setara dengan
MTs, dan kelas 4-6 setara dengan Madrasah Aliyah. Tetapi dalam pondok Tamirul
Islam mendapat pengakuan KMI setara dengan Sekolah Menengah Umum. Pada
tahun 2005 Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam mendapat surat keputusan dari
Departemen Pendidikan Nasional yang menerangkan bahwa status Tamatan KMI
telah memiliki status, hak dan penghargaan yang sama dengan tamatan SMA
seperti melanjutkan pendidikan, menjadi pegawai pemerintah maupun swasta.24
. Sistem ujian untuk kelas 6 KMI hampir sama dengan MTs Ta‟mirul
Islam yang membedakan hanya pada kelas 6 KMI ini sistem ujiannya murni
dibuat dari pondok dan nilai kelulusannya dikeluarkan dari sekolah bukan dari
pemerintah. Pada tingkat ini untuk mendapatkan ijasah siswa kelas 6 KMI harus
melewati beberapa materi ujian diantaranya ujian gelombang 1 meliputi ujian
materi dari kelas 1, 2, 3, 4, membuat karya tulis dengan bahasa arab, kemudian
22
http://tazakka.or.id/index.php/tentang-pondok-modern-tazakka/kmi/703-
mengapa-sistem-kulliyatu-l-muallimin-al-islamiyah-kmi-perlu-dipertahankan.
Diakses pada 19 Juli 2016 jam 22.49.
23 Arsip Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
240/C/KEP/2003. 24
Arsip Departemen Pendidikan Nasional Nomor 2282/C.C4/MN/2005.
58
ujian Amaliyah Tadris/Micro Teaching (Praktek Mengajar), selanjutnya ujian
gelombang 2 meliputi ujian materi dari kelas 5 dan 6, ujian menghafal Al Qur‟an.
Setelah itu yang terakhir adalah ujian pengabdian untuk mengajar siswa kelas 1-5
KMI. Penilaian dari ujian pengabdian ini dilihat dari kemampuan emosional dan
spiritual yang berupa keikhlasan, kesabaran, kesungguhan, mental, pikiran serta
ketahanan alumni tersebut dalam mengabdi.25
Adanya perubahan MTs, MA menjadi KMI ini bermula dari Pondok
Pesantren Gontor Ponorogo yang menerapkan sistem pendidikan KMI. Ijazah
KMI tersebut dapat digunakan untuk mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi
baik Negeri maupun Swasta tanpa harus mengikuti Ujian Akhir Nasional
(UAN).26
Sesuai SK. Mendiknas No. 240/cKep/MN/2003, KMI adalah
Pendidikan Setara SMU selama 6 tahun setelah SD/MI. Bagi lulusan SMP/MTS
ditempuh selama 4 tahun.27
b. Susunan Kepengurusan
Sistem kepengurusan di pondok pesantren Ta‟mirul Islam pada tahun 1986
masih sangat sederhana. Tetapi seiring dengan perkembangannya mulai tersusun
dan tersruktur. Adapun susunan organisasi di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam
dimulai tahun 2003-2010 yang terdiri dari Direktur, Tata Usaha, Laboratorium,
Pengajaran, Perpustakaan.
25
Wawancara dengan Yacob tanggal 10 Juni 2016 26
Wawancara dengan M. „Adhim tanggal 10 Juni 2016 27
Arsip Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta no
240/cKep/MN/2003.
59
Bagan 2
Susunan Organisasi KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam
Sumber : “Struktur Organisasi KMI”, Bagian tata usaha Pondok Pesantren
Ta‟mirul Islam 2008-2009
Adapun tugas yang diemban setiap pengurus Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam
adalah sebagai berikut :
D I r e k t u r
Putra Putri
Tata Usaha
Laboratorium Pengajaran Perpustakaan
K B M Kurikulum
Wali Kelas
Asatidz
Santri
60
1. Direktur adalah yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan yang terjadi
di pondok pesantren. Karena Pondok pesantren adalah milik pribadi maka
Direktur dari Pondok merupakan pemilik atau termasuk anggota keluarga
dari pemilik Pondok Pesantren.
2. Bidang Tata usaha memiliki tugas mengurusi tentang data dan
administrasi KMI yang diperlukan dalam kehadiran putra-putrinya
didalam kelas. Seperti absensi kehadiran, jadwal dan surat-surat.
3. Bidang Laboratorium bertugas memelihara laboratorium, membimbing
kursus komputer, dan menyusun jadwal masuk kursus komputer secara
bergilir bagi seluruh siswa kelas 4, 5 dan 6 KMI.
4. Bidang Pengajaran bertugas memeriksa para pengajar setiap harinya
sebelum mengajar. Dan membentuk guru pamong pelajaran yang akan
selalu mensuperfisi para pengajar pelajaran ketika mengajar, mengecek
batasan pelajaran setiap pengajar. Evaluasi pembelajaran setiap bulannya
ketika kumpul KMI pada hari kamis minggu kedua setiap bulannya.
Dalam bidang pengajaran membawahi bidang KBM dan bidang
kurikulum.
5. Bidang Perpustakaan bertugas mengkoordinasikan buku yang digunakan
sesuai dengan kurikulum yang dipakai, menertibkan buku, rak dan
administrasi dalam peminjaman di dalam perpustakaan.
c. Sarana dan Prasarana
Pembangunan sarana dan prasarana pada tahap pertama tahun 1986 ini
adalah pendirian masjid yang sebelumnya merupakan pendopo peninggalan dari
61
KH. Ahmad Al-Asy‟ari. Seiring dengan perkembangannya hingga tahun 2010
pondok pesantren Ta‟mirul Islam mulai membangun gedung-gedung untuk
kegiatan belajar mengajar di pondok. Dalam pondok pesantren Ta‟mirul Islam
terdapat sarana dan prasarana yang dibagi menjadi dua bagian. Fasilitas gedung
yang digunakan untuk berbagai kegiatan pembelajaran dan kegiatan pondok, yaitu
Pondok Putri dan Pondok Putra28
:
Pondok putri mempunyai 5 gedung, diantaranya :
1. Gedung Nahdhoh : gedung ini terletak di sisi utara pondok pesantren
Ta‟mirul Islam. Terdiri dari dua lantai, lantai pertama digunakan untuk
lab Computer, kantor asatidz dan ustdazah, kantor Direktur KMI dan
rumah Direktur, sedangkan lantai dua digunakan untuk ruang kelas.
2. Gedung Shalihat : gedung ini terletak berhadapan dengan gedung
seperempat abad. Gedung ini merupakan bangunan lama yang sudah
ada sejak tanah komplek sewindu dibeli Pondok. Gedung ini hanya
terdiri atas satu lantai. Ada lima ruang di Gedung ini, satu ruang
digunakan untuk jemuran teduh para santriwati, dua ruang digunakan
untuk proses pembelajaran, satu ruang digunakan untuk kamar mandi
ustadzah, satu ruang untuk kantor OSTI dan satu ruang lagi untuk
kamar ustadzah.
3. Gedung Sewindu : gedung yang pertama dibangun ditanah yang dibeli
dari masyarakat. Disebut Gedung Sewindu karena selesai dibangun
28
Majalah Akdun. Akrab Edisi Akhir Tahun Pondok Pesantren Ta’mirul
Islam (Surakarta: Pondok Ta‟mirul Islam, 2015). Hlm 33.
62
dan siap digunakan tepat saat usia pondok delapan tahun atau sewindu.
Gedung ini mempunyai lahan 280m2. Terdiri atas tiga lantai. Lantai
satu untuk ruang kelas, sedangkan lantai dua dan tiga semuanya untuk
kamar santriwati, yaitu Rayon Shofiah dan Rayon Aisyah. Dibelakang
gedung dibangun 10 kamar mandi dan WC santri. Atap gedung
digunakan untuk ruang jemuran pakaian para santriwati.
4. Gedung Seperempat Abad (GSA): Gedung ini terletak paling barat sisi
pondok pesantren Ta‟mirul Islam. Gedung ini dibangun secara
bertahap yang terdiri dari 5 lantai. Lantai utama digunakan untuk
rumah Direktur KMI putra, kantor pengasuhan santriwati, ruang kelas
dan ruang tamu. Kemudian lantai 2 digunakan untuk kamar
pengasuhan santriwati, kamar penginapan walisantri dan rayon aisyah.
Rayon Aisyah terdiri dari 3 ruang yang digunakan untuk kamar
santriwati, setiap kamar bisa ditempati sekitar 27 santriwati.
Sedangkan lantai 3 digunakan untuk kamar ustadzah, gudang almari,
meja dan kursi, kelas 2a merangkap perpustakaan santriwati dan rayon
shofiyah. Rayon Shofiah terdiri dari 2 ruang yang digunakan untuk
kamar. Setiap kamar ditempati sekitar 25 santriwati. Lantai 4
digunakan untuk 3 kamar santriwati, 1 kamar ustadzah, dan 8 kamar
mandi dan tempat cuci. Lantai 5 digunakan untuk jemuran santriwati.
5. Gedung GSR (Gedung Salam Rohmah): Lokasi gedung ini terpisah
dengan pondok sekitar 200 m. Gedung ini digunakan untuk kegiatan
belajar mengajar dan juga untuk kegiatan pondok lain. Seperti mubes
63
dema, amaliyah tadris dan dipakai warga Tegalsari untuk kegiatan
olahraga. Lantai pertama gedung ini dipakai untuk ruang sekolah, gor,
perumahan guru dan kamar mandi. Sedangkan dilantai dua digunakan
untuk poses pembelajaran.
Sedangkan Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam putra mempunyai 3
Gedung29
:
1. Gedung Mursyid : Gedung ini terletak ditengah-tengah pondok
pesantren Ta‟mirul Islam. Kegunaan utamanya untuk proses
pembelajaran. Lantai satu digunakan kantor sekertaris, kantor KMI,
kelas 6 KMI, dan laboratorium computer (tiscopm). Dan lantai dua dan
tiga digunakan untuk ruang kelas, sedangkan lantai paling atas
digunakan untuk menjemur pakaian para santriwan.
2. Gedung Dwi Windu : Gedung ini terletak disebelah barat jl. Dr.
Wahidin. Gedung ini terdiri dari tiga lantai. Untuk lantai pertama
digunakan untuk garasi mobil, foto copy amal, kantor al-mabrur dan
perumahan pimpinan bagian bump.
3. Gedung mulia : gedung ini terletak disebelah barat gedung Mursyid.
Dinamakan gedung mulia karena diambil dari nama kecil istri KH.
Naharussurur yang bernama Mulyani. Gedung ini mempunyai 3 lantai
yang bisa digunakan para santri untuk istirahat. Lantai satu digunakan
untuk dua kamar ustadz (bag. Pengajaran dan bag. Bump). Disamping
kamar ustadz ada gudang untuk menyimpan ala-alat kesenian dan
29
Ibid., hlm 35.
64
gudang kitab. Disebelah gudang ada kelas 5B dan untuk kantor OSTI.
Lantai dua digunakan untuk rayon Ali Bin Abi terdapat dua kamar,
setiap kamar ditempati 18-20 santri. Sedangkan disampingnya lagi ada
ruang kelas, selanjutnya ada ruang kesenian. Lantai tiga digunakan
untuk rayon Usman Bin Affan yang berisi tiga ruang. Ukuran ruang ini
9x8 m. setiap kamar bisa ditempati sekitar 30-35 santri.
2. Perkembangan Pondok Pesantren tahun 2008-2010.
a. Sistem dan Jenjang Pendidikan di Pondok Pesantren
Melanjutkan sistem pendidikan yang sudah ada dipermulaan maka dengan
ini menambah fariasi jenjang pendidikan pondok yakni Kelompok Bermain (KB)
dan Taman Kanak-Kanak (TK). Pendidikan usia dini adalah suatu pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak usia dini yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan
kehidupan tahap berikutnya.
1). Berdirinya Kelompok Bermain (KB) & Taman Kanak-Kanak (TK)
KB dan TK Ta‟mirul Islam Surakarta ini berdiri pada tanggal 14 Juli
2008.30
Didirikan oleh KH. Naharussurur dibantu para pengurus pondok.
Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam
Surakarta bertujuan untuk mencetak/mewujudkan generasi yang diridhoi Allah.
30
Wawancara M. Adhim tanggal 10 Juni 2016.
65
Terbentuknya anak secara maksimal sehingga mempunyai kepribadian yang
sholeh/sholihah, cerdas, ceria, dan berakhlak karimah. Selain itu untuk mendidik
dan membina anak sedini mungkin agar menjadi „alim sholeh mu‟allim muslih,
membantu anak-anak beraktualisasi secara maksimal, memberikan rangsangan
sejak dini terhadap potensi anak, menerapkan perilaku Islam sejak usia dini,
mendorong dan membimbing anak untuk terbiasa menghafal, membaca latin dan
membaca Al-Qur‟an mulai dari usia dini, menyiapkan masuk ke jenjang
pendidikan selanjutnya.
Didirikannya KB dan TK Ta‟mirul Islam Surakarta adalah untuk
mengakomodir keinginan dan kebutuhan dari para asatidz dan asatidzah,
karyawan dan karyawati serta masyarakat di lingkungan Pondok Pesantren
Ta‟mirul Islam untuk dididik putra-putrinya secara maksimal sesuai dengan usia
perkembangan anak dan dengan memperhatikan penanaman nilai-nilai Islam sejak
usia dini, maka Keluarga besar Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam bertekad
mendirikan sekolah untuk anak usia dini.
Tempat pelaksanaan program KB dan TK Ta‟mirul Islam di Jl. Dr.
Rajiman Gg. Sekar Kusuma VI No. 7, RT 003/RW 001 Tegalsari Bumi Laweyan
Surakarta. Kelompok Bermain (KB) dan Taman Kanak-Kanak (TK) Ta‟mirul
Islam masing-masing dibagi menjadi 2 kelompok yaitu KB 1 dan KB 2 serta TK
A dan TK B. meskipun KB dan TK Ta‟mirul Islam dibagi menjadi dua kelompok,
66
setiap hari pembelajarannya sama yaitu hari Senin-Kamis dan Sabtu dimulai
pukul 08.00-12.00 WIB.31
2). Sistem Pembelajaran dan Program Unggulan KB & TK.
KB dan TK di pondok pesantren Ta‟mirul Islam mempunyai sistem
pembelajaran dan Program Unggulan sebagai berikut :
a) Terpadunya kurikulum Depdiknas & muatan lokal ciri khusus
yayasan dalam rangka mengoptimalkan potensi setiap anak.
b) Metode pembelajaran (sistem area & BCCT)
c) Program pendidikan dibagi menjadi 2, yaitu indoor dan outdoor.
d) Mempunyai program unggulan : Pendidikan holistic berbasis
karakter dan Fullday School System.
3). Kegiatan Pembelajaran di KB & TK.
Secara garis besar kegiatan pembelajaran di KB & TK Pondok Pesantren
Ta‟mirul Islam Surakarta dibagi menjadi empat: yaitu kegiatan harian, mingguan,
bulanan dan tahunan. Berikut tentang kegiatan pembelajaran tersebut32
:
a) Kegiatan Harian
Kegiatan harian ini meliputi membaca latin dan membaca
Iqro‟ secara individu kepada wali kelas masing-masing sebelum
bel berbunyi. Baris-berbaris merupakan kegiatan pembiasaan
kedua yang dilaksanakan oleh semua anak sebelum masuk ke kelas
31
Majalah AKDUN, op.cit., Hlm 43. 32
Majalah AKDUN, op.cit. Hlm 45.
67
masing-masing. Dalam kegiatan ini juga diisi dengan tepuk,
menyanyikan lagu, gerakan fisik motorik dan doa sebelum belajar.
Dilanjutkan dengan hafalan surat-surat pendek, hadis dan doa
sehari-hari.
Kegiatan belajar didalam kelas sesuai jadwal dan tema,
makan snack setelah berdoa dan mencuci tangan, istirahat, sholat
dzuhur berjama‟ah, kemudian makan siang. Sedangkan untuk anak
yang fullday dilanjutkan dengan tidur siang, makan snack dan
mandi sore sebelum dijemput orang tuanya masing-masing.
b) Kegiatan Mingguan
Kegiatan mingguan ada beberapa ekstrakurikuler seperti
ekstra sempoa, ekstra tari, ekstra lukis, rebana, bahasa arab, dan
bahasa inggris. Untuk ekstrakurikuler dilaksanakan pada hari
sabtu, kecuali ekstra sempoa dilaksanakan hari senin untuk TK A
dan hari selasa untuk TK B. Sedangkan untuk ekstra bahasa arab
dan bahasa inggris dilaksanakan hari kamis.
c) Kegiatan Bulanan
Para pengajar atau ustadzah juga mengikuti kegiatan
organisasi diluar sekolah yang dilaksanakan satu bulan sekali,
untuk kelompok bermain (KB) ada organisasi Himpaudi
(Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini), sedangkan untuk Taman
Kanak-Kanak ada organisasi Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak
68
Indonesia (IGTKI), kelompok kerja guru (KKG), pertemuan guru
Islam (PGI) dan Gugus TK.
d) Kegiatan Tahunan
Kegiatan diluar sekolah yang bersifat tahunan meliputi
buka bersama, outing class, penyembelihan hewan qurban, outbond
dan manasik haji.
Gambar. 2
Kegiatan Renang Seluruh siswa KB & TK
Sumber : Arsip Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam tahun 2010
69
Gambar. 3
Kegiatan Outbond Seluruh siswa KB & TK
Sumber : Arsip Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam tahun 2010
e) Kegiatan Lain
Kegiatan lain yang dilaksanakan meliputi renang dan
evaluasi belajar yang dilaksanakan dua kali dalam satu tahun dan
pemeriksaan kesehatan anak yang dilaksanakan empat bulan satu
atau tiga kali dalam satu tahun. Adapun untuk kegiatan konseling
diadakan di awal dan akhir tahun ajaran. Selain itu terdapat
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memperingati hari-hari
besar pendidikan seperti hari kartini, hari pendidikan nasional, hari
anak nasional, hari pahlawan dan hari ulang tahun kemerdekaan
Republik Indonesia yang diperingati dalam bentuk karnaval dan
lomba-lomba.
70
Gambar. 4
Kegiatan Lomba Mewarnai antar siswa KB & TK
Sumber : Arsip Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam 2010
b. Susunan Kepengurusan
Pada tahun 2008 penambahan jenjang pendidikan usia dini yaitu KB dan
TK didirikan. Dalam kepengurusannya, di KB & TK mempunyai sistem
kepengurusan sendiri tapi tetap berada dalam pengawasan Pondok Pesantren
Ta‟mirul Islam.
71
Bagan 3
Susunan Kepengurusan KB & TK Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta
Sumber : “Struktur Organisasi KB & TK Ta’mirul Islam”, Bagian tata usaha
Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam 2008
Adapun tugas yang diemban setiap pengurus Pondok Pesantren Ta‟mirul
Islam adalah sebagai berikut :
1. Pelindung KB & TK berada dalam pengawasan Pondok Pesantren
Ta‟mirul Islam. Pelindung disini adalah pimpinan pondok dan
kepala Dinas DIKPORA Kota Surakarta.
2. Bidang Penasehat bertugas memberikan arahan kebijakan,
masukan, nasehat dan pertimbangan dalam suatu ide dan program
Pelindung
Pimpinan Pondok Kepala Dinas DIKPORA
Kota Surakarta
Penasehat
Direktur KB & TK
Kepala Sekolah TK Ketua Pengelola KB Administrasi & TU
Konseling Kesehatan Kerumahtanggaan Guru KB Guru TK
72
dalam pengembangan organisasi sesuai dengan AD/ART dan Visi
Misi Organisasi.
3. Direktur KB & TK adalah pimpinan umum dari Kelompok
Bermain (KB) dan Taman Kanak-Kanak (TK), bertanggung jawab
penuh atas seluruh kegiatan dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan KB & TK. Membawahi beberapa kelompok kegiatan
sesuai dengan bidang-bidangnya
c. Sarana dan Prasarana
Pada tahap selanjutnya, Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta
mendapat kepercayaan dari para masyarakat untuk menyelenggarakan program
Kelompok Bermain (KB) & Taman Kanak-Kanak (TK). Dengan adanya jenjang
pendidikan yang bertambah maka juga dibangun gedung lokal kelas.
Pembangunan sarana prasarana pada tahap ini adalah gedung TK. Gedung TK
digunakan untuk proses pembelajaran yang terdiri hanya dengan satu lantai.
Terdiri dari kantor TU, kelas TK a, TK b, KB a, KB b, ruang fullday class, dapur
dan juga ruang mainan. Sedangkan dibelakang sekolah terdapat 10 kamar mandi.
Kamar mandi ini hasil dari bantuan pemerintah pusat.