perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TESIS
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SELF-REGULATED LEARNING
DAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD TERHADAP PRESTASI
BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Al-Hadi Mojolaban
Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011)
OLEH
CAHYANA NUR SIDIQ
S 990809007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SELF-REGULATED LEARNING
DAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD TERHADAP PRESTASI
BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Al-Hadi Mojolaban
Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011)
Disusun Oleh :
CAHYANA NUR SIDIQ
S 990809007
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dosen Pembimbing
Jabatan Nama
Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Soetarno J, M. Pd
NIP 194807131973041001
_____________ _______
Pembimbing II
Dr. Djoko Santosa TH, M. Pd
NIP 195402031981031002
_____________ _______
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Prof. Dr. Trisno Martono, MM
NIP 195103311976031003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SELF-REGULATED LEARNING
DAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD TERHADAP PRESTASI
BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Al-Hadi Mojolaban
Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011)
Disusun Oleh :
CAHYANA NUR SIDIQ
S 990809007
Telah Disetujui dan Disahkan Oleh Tim Penguji:
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua
Prof. Dr. Trisno Martono, MM
Sekretaris
Prof. Dr. Sigit Santosa, M. Pd
Anggota Penguji
Prof. Dr. Soetarno J, M. Pd
Dr. Djoko Santosa TH, M. Pd
Mengetahui,
Direktur PPs UNS
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D.
NIP 195708201985031004
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Prof. Dr. Trisno Martono, MM
NIP 195103311976031003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Cahyana Nur Sidiq
NIM : S 990809007
Program Studi : Pendidikan Ekonomi
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran Self-Regulated Learning Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi
Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas
VIII SMP Islam Al-Hadi Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011)
betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut
diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang
diperoleh dari tesis tersebut.
Suarakarta, Juli 2011
Yang Membuat Pernyataan
Cahyana Nur Sidiq
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah
selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).
Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap
(QS. Al-Insyirah: 6-8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukur kepada Allah SWT.
Karya ini kupersembahkan untuk:
Ibu dan Ayah tercinta,
Saudara-saudaraku
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahr rabbil’alamin. Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT
atas rahmat dan hidayah-Nya, dan atas kebesaran dan kemurahan yang telah
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini, sebagai syarat
memperoleh gelar Magister Pendidikan Ekonomi.
Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan masukan
dari berbagai pihak, maka dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menempuh pendidikan di Program
Pascasarjana Pendidikan Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd yang telah memberikan
ijin penelitian ini.
3. Ketua Program Studi Magister Pendidikan Ekonomi Prof. Dr. Trisno Martono,
MM yang telah memberikan ijin penulisan tesis ini.
4. Prof. Dr. H. Soetarno J, M.. Pd selaku Pembimbing I yang telah dengan sabar
memberikan bimbingan, bantuan dan masukan sehingga penulisan tesis ini
dapat selesai dengan baik.
5. Dr. Djoko Santosa TH, M. Pd selaku Pembimbing II yang telah dengan sabar
memberikan bimbingan, dorongan dan masukan sehingga penulisan tesis ini
dapat selesai dengan baik.
6. Prof. Dr. Trisno Martono, MM selaku Pembimbing Akademik atas dorongan
dan bimbingannya yang tak pernah henti selama masa studi dan penulisan
tesis ini.
7. Drs. H. Haries Fuady selaku Kepala SMP Islam Al-Hadi Mojolaban yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
8. Tim Penguji tesis yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga, sehingga
penulis dapat melaksanakan ujian tesis guna menyelesaikan studi di program
pascasarjana pendidikan ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
9. Keluarga besar SMP Islam Al-Hadi Mojolaban, yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian penelitian ini.
10. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan penulisan tesis ini.
Saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
pembaca yang budiman.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ……………………………………………………………… i
Persetujuan Pembimbing …………………………………………………… ii
Pengesahan Tesis …………………………………………………………… iii
Pernyataan ………………………………………………………………….. iv
Motto ……………………………………………………………………….. v
Persembahan ………………………………………………………………... vi
Kata Pengantar ……………………………………………………………... vii
Daftar Isi ……………………………………………………………………. ix
Daftar Gambar ................................................................................................ xii
Daftar Tabel ………………………………………………………………… xiii
Daftar Lampiran ……………………………………………………………. xv
Abstrak ……………………………………………………………………... xvii
Abstract …………………………………………………………………….. xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................... 8
C. Pembatasan Masalah .......................................................... 10
D. Perumusan Masalah ........................................................... 10
E. Tujuan Penelitian ............................................................... 11
F. Manfaat Penelitian ............................................................. 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka …..…………………………………… .. 13
1. Model Pembelajaran …..…………………………… .. 13
2. Model Self –Regulated Learning ................................. 15
3. Model Cooperative Learning ........................................ 27
4. Tingkat Motivasi Belajar ............................................. 34
5. Prestasi Belajar Ekonomi ............................................. 39
B. Penelitian Yang Relevan .................................................... 56
C. Kerangka Berpikir .............................................................. 56
D. Hipotesis ............................................................................. 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 61
B. Metode Penelitian ............................................................... 62
1. Rancangan Penelitian ................................................... 62
2. Prosedur Penelitian ...................................................... 63
C. Variabel Penelitian ............................................................. 66
1. Variable Bebas ....................................................... 66
2. Variable Terikat ..................................................... 66
3. Variable Atribut ..................................................... 66
D. Populasi dan Sampel ......................................................... 67
E. Metode Pengumpulan Data ................................................ 69
1. Dokumentasi .......................................................... 69
2. Tes Prestasi Belajar ................................................ 69
3. Angket Tingkat Motivasi Belajar Siswa ................. 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
F. Uji Coba Instrumen ............................................................ 70
G. Teknik Analisis Data .......................................................... 77
1. Uji Prasyarat Analisis .................................................. 77
2. Uji Hipotesis ................................................................ 78
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data .................................................................... 80
B. Uji Kesamaan Prestasi Awal .............................................. 91
1. Uji Normalitas Prestasi Awal ......................................... 91
2. Uji Homogenitas Variansi Prestasi Awal ...................... 92
3. Uji Perbandingan Prestasi Awal .................................... 92
C. Pengujian Prasyarat Analisis .............................................. 93
1. Uji Normalitas ............................................................... 93
2. Uji Homogenitas Variansi ............................................. 94
D. Pengujian Hipotesis ........................................................... 95
E. Uji Setelah Anava .............................................................. 99
F. Pembahasan ....................................................................... 100
G. Keterbatasan Penelitian ...................................................... 106
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................ 108
B. Implikasi ............................................................................ 110
C. Saran .................................................................................. 112
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 114
LAMPIRAN ................................................................................................ 117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ............................................................. 59
Gambar 2. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Dengan Model Self-
Regulated Learning .............................................................. 80
Gambar 3. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Dengan Model
Cooperative Learning ........................................................... 81
Gambar 4. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Dengan Motivasi
Belajar Tinggi ....................................................................... 82
Gambar 5. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Dengan Motivasi
Belajar Rendah ..................................................................... 83
Gambar 6. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Model Self-
Regulated Learning Dengan Motivasi Belajar Tinggi ......... 85
Gambar 7. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Model Self-
Regulated Learning Dengan Motivasi Belajar Rendah ....... 87
Gambar 8. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Cooperative
Learning Dengan Motivasi Belajar Tinggi .......................... 87
Gambar 9. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Cooperative
Learning Dengan Motivasi Belajar Rendah ......................... 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Deskripsi dan Contoh Strategi Self-Regulated Learning ........... 17
Tabel 2. Siklus Strategi Self-Regulated Learning ................................... 20
Tabel 3. Fase Self-Regulated Learning .................................................... 22
Tabel 4. Sintaks Pembelajaran Cooperative Learning ............................. 29
Tabel 5. Pandangan Tentang Motivasi ..................................................... 38
Tabel 6. Jenis dan Prosedur Penilaian ...................................................... 42
Tabel 7. Waktu Penelitian ......................................................................... 61
Tabel 8. Desain Faktorial (2 x 2) .............................................................. 36
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Dengan Model Self-
Regulated Learning ................................................................... 79
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Dengan Model
Cooperative Learning ................................................................ 81
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Dengan Motivasi
Belajar Tinggi ............................................................................ 82
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Dengan Motivasi
Belajar Rendah .......................................................................... 83
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Model Self-Regulated
Learning Dengan Motivasi Belajar Tinggi ................................ 84
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Model Self-Regulated
Learning Dengan Motivasi Belajar Rendah .............................. 86
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Cooperative Learning
Dengan Motivasi Belajar Tinggi ............................................... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Cooperative Learning
Dengan Motivasi Belajar Rendah .............................................. 88
Tabel 18. Uji Normalitas Prestasi Awal ................................................... 89
Tabel 19. Uji Perbadingan Prestasi Awal .................................................. 90
Tabel 20. Hasil Uji Normalitas ................................................................... 91
Tabel 21. Hasil Analisis Variansi Dua Jalan .............................................. 93
Tabel 22. Hasil Uji Setelah Anava ............................................................. 97
Tabel 23. Rata-rata Skor Prestasi Belajar Ekonomi ................................... 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kisi-Kisi Angket Try Out Motivasi Belajar Siswa .............. 117
Lampiran 2. Angket Try Out Motivasi Belajar Siswa ............................. 118
Lampiran 3. Try Out Tes Prestasi Belajar Ekonomi ............................... 121
Lampiran 4. Data Try Out Tingkat Motivasi Belajar Ekonomi .............. 124
Lampiran 5. Analisis Butir Soal Tes Prestasi Belajar Ekonomi ............. 125
Lampiran 6. Perhitungan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Angket
Motivasi Belajar Siswa ......................................................... 126
Lampiran 7. Perhitungan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Tes Prestasi
Belajar Siswa ........................................................................ 128
Lampiran 8. Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Siswa .......................... 130
Lampiran 9. Angket Motivasi Belajar Siswa .......................................... 129
Lampiran 10. Instrumen Tes Prestasi Belajar Ekonomi ........................... 134
Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas VIII
Dengan Model Self-Regulated Learning ............................ 136
Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas VIII
Dengan Model Cooperative Learning Tipe STAD ............ 142
Lampiran 13. Data Prestasi Awal Siswa ................................................... 148
Lampiran 14. Data Skor Motivasi Belajar Kelas Eksperimen .................. 149
Lampiran 15. Data Skor Motivasi Belajar Kelas Kontrol ......................... 150
Lampiran 16. Data Kategori Motivasi Belajar ........................................... 151
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Lampiran 17. Data Prestasi Belajar Kelas Eksperimen ............................ 152
Lampiran 18. Data Prestasi Belajar Kelas Kontrol ................................... 153
Lampiran 19. Desain Data Untuk Analisa ................................................ 154
Lampiran 20. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Prestasi Awal ............... 155
Lampiran 21. Hasil Perhitungan Uji Kesamaan Prestasi Awal ................ 156
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Prestasi Belajar ...... 157
Lampiran 23. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Prestasi Belajar ............ 159
Lampiran 24. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Variansi dan Analisis
Variansi ............................................................................... 160
Lampiran 25. Hasil Perhitungan Uji Scheffe ............................................. 161
Lampiran 26. Lembar Monitoring Pelaksanaan Penelitian ........................ 162
Lampiran 27. Surat Ijin Penelitian ............................................................ 163
Lampiran 28. Surat Telah Melaksanakan Penelitian ................................ 164
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRAK
Cahyana Nur Sidiq. S 990809007. Pengaruh Model Pembelajaran
Self-Regulated Learning Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Ditinjau Dari
Motivasi Belajar Siswa (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP Islam
Al-Hadi Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011). Tesis. Surakarta:
Program Studi Pendidikan Ekonomi, Program Pascasarjana. Universitas Sebelas
Maret, Juli 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh
penggunaan Self-Regulated Learning dan Cooperative Learning terhadap prestasi
belajar ekonomi siswa; (2) Perbedaan pengaruh antara motivasi belajar tinggi dan
motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar ekonomi siswa; (3) Interaksi
pengaruh antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi
belajar ekonomi siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode
eksperimen. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Desember 2010 sampai
dengan Juli 2011. Populasi penelitian meliputi seluruh siswa kelas VIII SMP
Islam Al-Hadi Mojolaban. Sampel diambil dengan menggunakan teknik simple
random sampling, sebesar 30 orang siswa pada kelas VIII C untuk diberikan
treatment model Self-Regulated Learning dan 30 orang siswa pada kelas VIII D
untuk diberikan treatment cooperative learning metode STAD.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumen, tes tertulis bentuk obyektif, tes kinerja, dan angket motivasi belajar
siswa. Instrumen penelitian berupa tes tertulis bentuk obyektif dan angket motivasi
belajar siswa diuji cobakan untuk mengetahui kelayakan instrumen penelitian.
Hasil uji coba instrumen penelitian dianalisis dengan uji validitas, uji analisis butir
soal, dan uji reliabilitas. Uji validitas, reliabilitas dan analisis butir soal dilakukan
dengan menggunakan program SPSS.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif
dan analisis statistik inferensial dengan menggunakan software SPSS. Analisis
statistik deskriptif digunakan untuk membedakan tingkat motivasi belajar siswa
dalam kelompok dan menggambarkan prestasi belajar ekonomi siswa. Analisis
statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan, yaitu
dengan menggunakan analisis variansi dua jalan. Analisis variansi dua jalan
mengharuskan untuk melakukan uji prasyarat analisis berupa uji normalitas dan
uji homogenitas variansi. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
kolmogorov-smirnov test with lilliefors significance correction dan uji
homogenitas variansi dilakukan dengan menggunakan levene’s test.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa: (1) Terdapat perbedaan pengaruh signifikan penggunaan model
pembelajaran self-regulated learning dan cooperative learning terhadap hasil
belajar ekonomi siswa (nilai uji statistik F sebesar 5,858 dengan nilai p sebesar
0,019) pada taraf signifikansi 5%. (2) Terdapat perbedaan pengaruh secara
signifikan tingkat motivasi belajar tinggi dan tingkat motivasi belajar rendah
terhadap prestasi belajar ekonomi siswa (nilai uji statistik F sebesar 19,249
dengan nilai p sebesar 0,000) pada taraf signifikansi 5%. (3) Tidak terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar siswa
terhadap prestasi belajar ekonomi siswa (nilai uji statistik F sebesar 2,868 dengan
nilai p sebesar 0,096.) pada taraf signifikansi 5%.
Kata kunci: self-regulated learning, cooperative learning tipe STAD, motivasi
belajar siswa, prestasi belajar ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
ABSTRACT
Cahyana Nur Sidiq. S 990809007. The Effect of Self-Regulated
Learning Model Toward the Achievement in Economics Subject Matter
Viewed From Motivation of Students (An Experimental Study on The Eight
Grade Students of Islam Al-hadi Junior High School in Mojolaban in
Academic Year 2010/2011). Thesis. Surakarta: Economic Educational, on
Postgraduate Program, Sebelas Maret University, July 2011.
The aims of the research are to find out: (1) The effect of self-regulated
learning and cooperative learning with STAD method toward the student
achievement in economics subject matter; (2) The effect of high learning
motivation and low learning motivation toward the student achievement in
economics subject matter; (3) The interaction effect between the instructional
model and student’s learning motivation toward the student achievement in
economics subject matter.
This study is a quantitative research with experimental method. The
research begin December 2010 to July 2011. Population of the study are all the
eigth year students of Islam Al-Hadi junior high school in Mojolaban. The
research sample are selected with simple random sampling technique. The sample
consist of VIII C (30 students) for self-regulated learning treatment and VIII D
(30 students) for cooperative learning with STAD method treatment.
The instruments used to gather data for the study consist of documents,
written test with objective form, performance test, and qoestionnaire for learning
motivation. Writen test with objective form and qoestionnaire for learning
motivation has been tested who know the proper of instruments. The result of try
out test is analyzed with validity test, reliability test and item validity test.
Validity test, reliability test, and item validity test were examined using software
SPSS.
The technique of data analysis are descriptive statistic analysis and
inferensial statistic analyses with use software SPSS. Descriptive statistic analysis
is used to divisions of student’s learning motivation in class and describe about
student achievement in economic. Inferensial statistic analysis is used to test
hypothesis for this research was two path variance analysis. The prerequiste
anlysis test consists of normaly test and homogenity variance test. The normality
test was done using kolmogorov-smirnov test with lilliefors significance
correction and homogenity variance test was done using levene’s test.
Based on the result of analysis data was concluded: (1) There is a
significant effect of self-regulated learning and cooperative learning with STAD
method toward the student achievement in economics subject matter (test statistic
value F of 5.858 with a p-value of 0.019) at 5 % level of significant; (2) There is
a significant effect of high learning motivation and low learning motivation
toward the student achievement in economics subject matter ((F statistic test value of 19.249 with a p-value of 0.000) at 5% level of significant; (3) There was no
interaction effect between learning models and the level of learning motivation of
students to the economics student learning achievement (F statistic test value of
2.868 with a p value of 0.096) at 5% level of significant.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
Key words: self-regulated learning, cooperative learning with STAD method,
motivation of student learning, achievement of economics learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Besarnya perhatian pemerintah dalam pendidikan terutama dengan
mengalokasikan APBN sebesar 20% ternyata tidak cukup membawa dunia
pendidikan di Indonesia berkembang ke arah yang lebih baik. Program sertifikasi
guru yang telah dimulai pada tahun 2006 yang sedianya bertujuan untuk
meningkatkan kualitas guru sampai saat ini belum cukup meningkatkan kualitas
pendidikan. Pendidikan yang sedianya merupakan benteng utama dalam
mencerdaskan anak bangsa, ternyata tidak mampu berjalan secara optimal dan
sangat jauh dari harapan bersama. Pendidikan yang sedang dikembangkan saat ini
dapat dikatakan berjalan tanpa tujuan dan arah yang jelas.
Hal tersebut menunjukkan bahwa permasalahan dalam sistem pendidikan
di Indonesia tidak semata-mata hanya masalah klasik (alokasi biaya pendidikan
yang rendah) namun juga banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan
pendidikan di Indonesia, antara lain adalah upaya peningkatan mutu dan daya
saing pendidikan, tata kelola maupun kualitas guru dan cara mengajarnya.
Menghadapi hal tersebut maka perlu dilakukan penataan terhadap sistem
pendidikan secara menyeluruh, terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan.
Dalam hal ini, perlu adanya perubahan sosial yang memberi arah bahwa
pendidikan merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan sebenarnya terus menerus
dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif baik oleh pemerintah
maupun masyarakat. Di antara upaya tersebut, antara lain dengan adanya otonomi
daerah, yang secara langsung berpengaruh terhadap perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pendidikan. Pemberian otonomi pendidikan yang luas terhadap sekolah
sebenarnya merupakan bagian dari kepedulian Pemerintah untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Pemberian otonomi ini menuntut pendekatan kurikulum yang
lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus
memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara efektif, guna mendukung
kemajuan dan sistem yang ada di sekolah.
Tujuan utama dari institusi sekolah adalah terjadinya proses pembelajaran
semaksimal mungkin pada diri siswa. Meski belajar dapat terjadi di mana saja,
namun secara tradisional sekolah memegang peranan yang sangat penting.
Mengajar merupakan salah satu sisi unik sekolah, dan karena belajar merupakan
tujuan utama institusi sekolah, maka mengajar merupakan jantung dari operasi
sekolah. Dengan demikian, keefektifan belajar akan sangat dipengaruhi oleh
keefektifan mengajar yang terjadi.
Dengan adanya otonomi pendidikan, guru memiliki peranan yang lebih
luas untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Guru merupakan ujung tombak
yang dapat menuntun keberhasilan proses belajar-mengajar yang terjadi di
sekolah. Keberhasilan proses belajar siswa di sekolah tidak dapat dilepaskan dari
kualitas proses pengajaran yang terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Sebagai pemimpin dalam situasi belajar mengajar, guru mempunyai fungsi
sebagai perencana seluruh kegiatan belajar mengajar, mengorganisasikan seluruh
elemen dalam proses tersebut, mengkoordinasikan, dan melakukan evaluasi atas
proses pembelajaran sehingga dapat tercapai tujuan proses belajar mengajar.
Pengajaran yang baik tidak hanya semata-mata menuntut penguasaan materi yang
baik oleh guru, namun juga kemampuan untuk mempresentasikan informasi
dengan jelas, kemampuan memotivasi siswa, dan mengevaluasi hasil belajar.
Apalagi dalam konteks otonomi pendidikan, peran guru sebagai pemimpin dalam
proses pembelajaran tersebut akan semakin mengemuka.
Dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, masih banyak guru yang
menggunakan metode mengajar yang kurang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Penggunaan metode secara sembarangan ini tidak berdasarkan pada analisis
kesesuaian antara tipe isi pelajaran dengan tipe kinerja (performasi) yang menjadi
sasaran belajar. Untuk memperoleh prestasi belajar yang baik, diperlukan kondisi
belajar internal dan kondisi belajar eksternal yang berbeda. Suatu metode
pembelajaran seringkali hanya cocok untuk belajar tipe isi tertentu di bawah
kondisi tertentu. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan adalah
bagaimana guru mampu menerapkan pendekatan pembelajaran yang mampu
membawa siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Dewasa ini telah banyak dikembangkan model pembelajaran yang
menuntut guru maupun peserta didik lebih inovatif dalam kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan. Sistem pembelajaran pada hampir semua pelajaran
selama ini masih bersifat satu arah (Teacher Centered Learning), yaitu pemberian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
materi oleh guru yang ternyata membuat siswa pasif karena hanya mendengarkan
pelajaran sehingga kreativitas mereka kurang terpupuk atau bahkan cenderung
tidak kreatif.
Untuk dapat meningkatkan performasi pembelajaran, guru saat ini dituntut
tidak hanya menjadi sumber ilmu pengetahuan tetapi lebih sebagai fasilitator
dalam transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Guru memberikan
motivasi agar siswa mampu mengembangkan potensi serta daya kreatifitas
sehingga tujuan pembelajaran yang semula Teacher Centered Learning (TCL)
menjadi Student Centered Learning (SCL).
SCL adalah pembelajaran yang berpusat pada aktivitas belajar siswa,
bukan hanya pada aktivitas guru yang mengajar. Guru dalam proses pembelajaran
model SCL memiliki peran yang penting antara lain guru bertindak sebagai
fasilitator dalam proses pembelajaran, mengkaji kompetensi mata pelajaran yang
perlu dikuasai siswa di akhir pembelajaran, merancang strategi dan lingkungan
pembelajaran yang dapat menyediakan beragam pengalaman belajar yang
diperlukan siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang dituntut mata
pelajaran, membantu siswa mengakses informasi, menata dan memprosesnya
untuk dimanfaatkan dalam pemecahan permasalahan sehari hari, dan
mengidentifikasi dan menentukan pola penilaian hasil belajar siswa yang relevan
dengan kompetensi yang akan diukur.
Dalam proses belajar mengajar siswa dituntut untuk memilki kemandirian
dalam belajar. Kemandirian tersebut dapat ditunjukkan siswa dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
mengorganisasikan seluruh pembelajaran yang akan dilakukan. Siswa yang dapat
mengatur proses pembelajaran mereka akan cenderung lebih berhasil dalam
meningkatkan prestasi akademis mereka. Dengan adanya kemampuan
mengorganisisr keterampilan metakognitif, dan mampu memotivasi diri serta
memanfaatkan lingkungan belajar siswa akan cenderung lebih berhasil dalam
proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada
Student Centered Learning (SCL) ini adalah model pembelajaran regulasi diri
(Self-Regulated Learning). Self-Regulated Learner adalah siswa yang secara
metakognitif, motivasional dan behavioral merupakan peserta aktif dalam proses
belajar mereka sendiri. Dari sisi motivasional, Self-Regulated Learner
memandang diri mereka sendiri sebagai memiliki cukup self-efikasi, otonom, dan
termotivasi secara intrinsik. Dari sisi perilaku, Self-Regulated Learner memilih,
menstruktur, dan bahkan menciptakan lingkungan sosial dan lingkungan fisik
untuk mengoptimalisasikan penguasaan mereka atas materi pelajaran.
Self-regulated learning merupakan model pembelajaran yang menekankan
siswa sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran yang terjadi. Dengan Self-
regulated learning siswa akan menjadi sadar diri akan relasi fungsional antara
pola pikir dan tindakan mereka. Self-regulated learning juga mampu mengubah
pandangan siswa tentang pembelajaran sebagai keterampilan dan akan digunakan
untuk menganalisa tugas-tugas belajar, menetapkan tujuan, dan merencanakan tata
cara melaksanakan tugas itu, menerapkan keterampilan, dan khususnya membuat
keputusan tentang bagaimana pembelajaran akan dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Dalam proses belajar mengajar, siswa juga perlu dilatih untuk bekerjasama
dengan rekan-rekan sebayanya. Ada kegiatan belajar tertentu yang akan lebih
berhasil jika dikerjakan secara bersama-sama, misalnya dalam kerja kelompok,.
Pembelajaran yang mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan
kolaborasi ini dikenal dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
merujuk pada berbagai macam metode pengajaran. Pembelajaran ini siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok untuk saling membantu satu sama lainnya untuk
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan tidak semata-mata untuk
mencapai hasil belajar akademik, namun juga efektif untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif
adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Prestasi belajar merupakan salah satu indikator dari proses belajar yang
dicapai siswa. Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar, tidak cukup hanya
dengan memberikan model pengajaran dan menciptakan lingkungan pembelajaran
saja. Faktor internal siswa juga memiliki peran yang sangat besar untuk
meningkatkan prestasi belajar, salah satunya adalah motivasi belajar. Siswa yang
memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan
belajar. Seorang siswa yang memiliki intelegensia cukup tinggi bisa gagal karena
kekurangan motivasi. Hasil belajar siswa akan lebih optimal kalau ada motivasi
yang tepat. Dorongan atau motivasi belajar yang kuat pada diri siswa akan
menimbulkan hasil belajar atau prestasi belajar yang sesuai dengan motivasi
belajar yang dimiliki siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Adanya motivasi belajar yang tinggi dapat memacu siswa untuk
melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Walaupun motivasi itu sering kali datang tidak dari dirinya, namun
faktor internal siswa memegang peranan yang sangat penting dalam
menumbuhkan motivasi tersebut.
Pembelajaran ekonomi dalam tingkat Sekolah Menengah Pertama menjadi
mata pelajaran terpadu dengan geografi, sosiologi maupun sejarah. Adanya
pendekatan pembelajaran terpadu sebenarnya ditujukan untuk menyamakan realita
dan fenomena sosial yang mewujudkan pendekatan inerdisipliner dari setiap
cabang-cabang ilmu sosial. Dalam perkembangannya, pembelajaran terpadu
masih memiliki banyak kesulitan. Dari sisi pengajar, kesulitan yang akan sering
muncul adalah kurikulum IPS belum menggambarkan kesatuan yang terintegrasi,
melainkan masih terpisah-pisah antar bidang ilmu sosial, latar belakang guru yang
mengajar merupakan guru yang memiliki disiplin ilmu yang berbeda seperti
ekonomi, geografi, sejarah dan sosiologi antropologi mengakibatkan kesulit bagi
pengajar untuk dapat memadukan antardisiplin ilmu tersebut. Dari sisi peserta
didik sendiri, kesulitan yang akan dihadapi pada pembelajaran terpadu ini adalah
banyaknya beban materi yang diberikan, namun tidak sebanding dengan waktu
yang diberikan yang diberikan setiap minggunya di sekolah. Hal ini akan
memberikan kesulitan-kesulitan kepada siswa, salah satunya adalah beban materi
yang harus dipelajari pada saat mereka menghadapi ulangan maupun ujian.
Untuk dapat mengatasi permasalahan ini guru dan siswa diharapkan
mampu mencari jalan keluar, salah satunya adalah menerapkan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
pembelajaran yang sesuai agar penguasaan kompetensi dalam pembelajaran
ekonomi dapat tercapai.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Self-
Regulated Learning Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Ditinjau Dari Motivasi
Belajar Siswa” (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Al-Hadi
Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah-masalah yang timbul
dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Alokasi dana pendidikan sebesar 20% tidak cukup membawa pendidikan
kearah lebih baik. Permasalahan dalam pendidikan di Indonesia tidak terbatas
alokasi dana pendidikan, tetapi juga pemerataan dan perluasan akses
pendidikan, pemerataan mutu maupun kompetensi guru dan cara mengajarnya.
2. Program sertifikasi guru belum cukup meningkatkan kualitas pendidikan.
Program sertifikasi yang pada awalnya diperkirakan mampu meningkatkan
kualitas dan profesionalisme guru. Untuk dapat meningkatkan kualitas dan
profesionalisme guru ini perlu adanya kelanjutan penilaian guru dari waktu ke
waktu oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah.
3. Sistem pendidikan belum diatur secara menyeluruh, terutama berkaitan
dengan kualitas pendidikan. Dalam hal ini, perlu adanya perubahan sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
yang memberi arah bahwa pendidikan merupakan pendekatan dasar dalam
proses perubahan.
4. Pembelajaran pada hampir semua pelajaran masih bersifat satu arah (Teacher
Centered Learning). Untuk dapat meningkatkan performasi pembelajaran,
guru dituntut lebih sebagai fasilitator dalam transfer ilmu pengetahuan. Guru
memberikan motivasi agar siswa mampu mengembangkan potensi serta daya
kreatifitas.
5. Guru masih banyak menggunakan model pembelajaran yang kurang sesuai
dengan kebutuhan siswa. Penggunaan model secara sembarangan ini tidak
berdasarkan pada analisis kesesuaian antara tipe isi pelajaran dengan tipe
kinerja (performasi) yang menjadi sasaran belajar. Guru dituntut
mengembangkan model pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan
kompetensi yang ingin dicapai, salah satunya adalah model yang dapat
meningkatkan prestasi belajar ekonomi adalah Self-Regulated Learning dan
Cooperative Learning.
6. Siswa yang memiliki intelegensia yang tinggi sering gagal meningkatkan
prestasi belajar karena kekurangan motivasi. Tingkat motivasi belajar akan
mempengaruhi prestasi belajar ekonomi siswa. Hasil belajar siswa akan lebih
optimal kalau ada motivasi belajar yang tepat.
7. Interaksi antara motivasi belajar siswa dan model pembelajaran dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Model pembelajaran yang diterapkan
oleh pengajar hendaknya disusun berdasarkan kebutuhan siswa semata, tetapi
dapat membantu siswa meningkatkan motivasi belajar ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
8. IPS sebagai pembelajaran terpadu masih memiliki banyak kesulitan dalam
penerapannya. Kesulitan yang akan sering muncul adalah kurikulum IPS
belum menggambarkan kesatuan yang terintegrasi, masih terpisah-pisah antar
bidang ilmu sosial. Pengembangan kurikulum yang tepat harus dapat
dilakukan agar mata pelajaran terpadu dapat berhasil.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu
dilakukan pembatasan terhadap masalah yang telah dipilih agar penelitian yang
dilakukan mempunyai arah yang jelas, yaitu sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang dapat mempengaruhi prestasi belajar ekonomi
siswa, dibatasi pada Self-Regulated Learning dan Cooperative Learning tipe
STAD.
2. Tingkat motivasi belajar siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
ekonomi siswa, dibedakan menjadi dua yaitu tingkat motivasi belajar tinggi
dan tingkat motivasi berprestasi rendah.
3. Interaksi yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dibatasi pada
interaksi model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh penggunaan Self-Regulated Learning
dan Cooperative Learning tipe STAD terhadap prestasi belajar ekonomi siswa
kelas VIII SMP Islam Al-Hadi?
2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara motivasi belajar tinggi dan
motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas VIII
SMP Islam Al-Hadi?
3. Apakah terdapat interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan motivasi
belajar terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas VIII SMP Islam Al-
Hadi?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh penggunaan model Self-Regulated Learning dan
Cooperative Learning tipe STAD terhadap prestasi belajar ekonomi siswa
kelas VIII SMP Islam Al-Hadi.
2. Perbedaan pengaruh antara motivasi berprestasi tinggi dan motivasi belajar
rendah terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas VIII SMP Islam Al-
Hadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3. Interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap
prestasi belajar ekonomi siswa kelas VIII SMP Islam Al-Hadi.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teorotis penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan
pengembangan teori tentang model Self-Regulated Learning dan model
Cooperative Learning tipe STAD, serta pengetahuan tentang motivasi belajar.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini memberikan alternatif tentang model pembelajaran Self-
Regulated Learning dan Cooperative Learning tipe STAD terhadap mata
pelajaran ekonomi. Penelitian ini juga memberikan informasi kepada guru dan
para praktisi pendidikan mengenai model Self-Regulated Learning dan
Cooperative Learning tipe STAD agar dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Model Pembelajaran
Winataputra (dalam Sugiyanto, 2009:3) mendefinisikan model pembelajaran
sebagai “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran”.
Joyce, Weil & Calhoun (2000:6) menjelaskan bahwa:
Models of teaching are really models of learning. As we help a student’s
acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking, and means of
expressing themselves, we are also teaching them how to learn. In fact, the
most important long-term outcome of instruction may be the student’s
creased capabilities to learn more easily and effectively in the future, both
because of the knowledge and skill they have acquired and because they
mastered learning process.
(Model pengajaran sebenarnya merupakan model pembelajaran. Saat kita membantu
siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, dan sarana
mengekspresikan diri, maka kita juga mengajar mereka cara belajar. Bahkan, hasil
jangka panjang yang paling penting dari instruksi dapat meningkatkan kemampuan
siswa untuk belajar lebih mudah dan efektif di masa mendatang, baik karena
pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka peroleh dan karena mereka
menguasai proses pembelajaran).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Joyce, Weil & Calhoun (2000:13) lebih lanjut juga menjelaskan:
The core of the teaching process is the arrangement of environments within
which the students can interact and study how to learn. A model of teaching
is a description of a learning environment. The descriptions have many uses,
ranging from planning curriculums, courses, units, and lessons to designing
instructional materials-book and workbooks, multimedia programs, and
computer-assisted learning programs.
(Inti dari proses pengajaran adalah pengaturan lingkungan di mana para siswa dapat
berinteraksi dan belajar bagaimana cara belajar. Model pembelajaran
mendeskripsikan suatu lingkungan belajar. Deskripsi ini memiliki banyak kegunaan,
mulai dari perencanaan kurikulum, kursus, bagian-bagian, dalam pelajaran untuk
merancang buku panduan intruksional dan buku kerja, program multimedia, dan
program belajar dengan bantuan komputer).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar.
Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para
ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Banyaknya model
pembelajaran yang dikembangkan tidak berarti semua pengajar menerapkan
semuanya untuk setiap mata pelajaran karena tidak semua model cocok untuk setiap
topik atau mata pelajaran. Sugiyanto (2009:3) menjelaskan bahwa ada beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model/strategi pembelajaran, yaitu:
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sifat bahan/materi ajar, kondisi siswa, dan
ketersediaan sarana prasarana belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2. Self-Regulated Learning
a. Pengertian Self-Regulated Learning
Zimmerman (dalam Catherine S. Chen, 2002:12) mendefinisikan “self-
regulated learners are individuals who are metacognitively, motivationally, and
behaviorally active participants in their own learning process”. (self-regulated
learner adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional dan behavioral
merupakan peserta aktif dalam proses belajar mereka sendiri). Senada dengan hal
tersebut Elizabeth A. Jordon, Marian J. Poratt (2006:8) menjelaskan “self-regulated
learning includes effective strategies for learning, reflection on one’s own thinking
and learning (metacognition), and motivation and engagement with school tasks”.
(pembelajaran regulasi-diri merupakan bagian dari strategi yang efektif untuk
belajar, merefleksi pada satu cara berpikir dan belajar (metakognisi), memotivasi dan
melibatkan tugas-tugas di sekolah). Lebih lanjut Zimmerman (dalam Anita
Woolfolk, 2009:130) menjelaskan “regulasi diri sebagai proses yang kita gunakan
untuk mengaktifkan dan mempertahankan pikiran, perilaku, dan emosi kita untuk
mencapai tujuan kita”.
Dari sudut proses metakognitif, self-regulated learner melakukan
perencanaan, pengorganisasian, instruksi diri dan evaluasi diri pada berbagai tingkat
selama proses penguasaan materi pelajaran. Dari sisi motivasional, self-regulated
learner memandang diri mereka sendiri sebagai memiliki cukup self-efikasi, otonom,
dan termotivasi secara intrinsik. Dari sisi perilaku, self-regulated learner memilih,
menstruktur, dan bahkan menciptakan lingkungan sosial dan lingkungan fisik untuk
mengoptimalisasikan penguasaan mereka atas materi pelajaran. Menurut sudut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pandang ini, siswa yang efektif menjadi sadar akan relasi fungsional antara pola pikir
dan tindakan mereka (sering disebut sebagai strategi) dan hasil-hasil sosial dan
lingkungan (Zimmerman & Martinez-Pons, dalam Nugraha Arif Karyanta, 2002:11).
Elizabeth A. Jordon, Marian J. Poratt (2006:8) juga menjelaskan bahwa“The
social support that students receive in classroom enhances self-regulated learning.
Student who are self-regulated tend to take change of their learning”. (Dukungan
sosial yang diterima siswa di kelas dapat meningkatkan pembelajaran regulasi diri.
Siswa yang dapat meregulasi diri cenderung untuk merubah pembelajaran mereka).
Dari hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Self-Regulated Learning
merupakan proses atau perilaku belajar yang secara aktif melibatkan kemampuan
metakognitif, motivasional dan behavioral siswa. Keterlibatan secara aktif dalam
proses belajar meningkatkan performansi akademik mereka.
b. Determinan Self-Regulated Learning
Pandangan akan Self-Regulated Learning mengasumsikan hubungan timbal
balik diantara tiga proses yang berpengaruh. Self-Regulated Learning tidak semata-
mata ditentukan oleh proses-proses personal semata, namun juga dipengaruhi oleh
perilaku dan lingkungan secara timbal balik (Zimmerman, dalam Nugraha Arif
Karyanta, 2002:13).
Lebih lanjut Zimmerman menegaskan bahwa dalam hubungan timbal balik
tersebut, masing-masing pengaruh tidak harus memiliki kekuatan atau pola-pola
temporal yang sama. Pengaruh lingkungan bisa lebih kuat daripada pengaruh
personal atau behavioral dalam konteks tertentu atau pada waktu tertentu. Sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
contoh, pada sekolah dengan kurikulum yang sangat terstruktur atau pada sekolah
dengan aturan tingkah laku yang sangat ketat di ruang kelas, berbagai bentuk SRL
seperti perencanaan (student planning) atau self-reward dapat terpinggirkan.
Sebaliknya, dalam sekolah yang lebih longgar batasan situasionalnya, faktor
personal atau behavioral dapat menjadi pengaruh yang lebih dominan bagi
pengaturan fungsi-fungsi perilaku siswa.
c. Strategi Self-Regulated Learning
Zimmerman (dalam Nugraha Arif Karyanta, 2002:21) menemukan 14 tipe
strategi Self-Regulated Learning. Strategi Self-Regulated Learning merupakan tipe-
tipe strategi yang digunakan oleh siswa dalam konteks belajar umum untuk
meningkatkan prestasi akademis mereka.
Tabel 1
Diskripsi dan contoh-contoh dari strategi Self-Regulated Learning Strategi Diskripsi dan Contoh
1. Self-evaluation
Evaluasi yang diprakarsai sendiri atas tugas yang
terselesaikan, pengertian tentang wilayah tugas, atau
usaha dalam hubungannya dengan permintaan tugas.
Contoh:
“Saya mengecek hasil kerja saya untuk
memastikannya benar”
“Saya meminta ibu saya untuk mengetes apakah
saya tahu atau tidak”
“Saya melihat kembali tingkah laku dan usaha saya
dan mencari tahu mengapa tugas saya tidak selesai
pada waktunya”
2. Organizing and Transforming
Usaha penyusunan materi belajar atas prakarsa
sendiri untuk meningkatkan belajar.
Contoh:
“Saya membuat kerangka sebelum saya mengarang”
“Saya menggunakan stabilo untuk menandai bagian-
bagian penting dalam buku”
“Saya merangkum poin-poin penting dalam setiap
bab”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
3. Goal-setting and planning
Penetapan atas tujuan atau sub-tujuan pendidikan
dan perencanaan atas rangkaian, pewaktuan, dan
penyelesaian aktivitas yang berhubungan dengan
tujuan tersebut.
Contoh:
“Saya memulai revisi beberapa minggu sebelum
tes”
“Saya tinggalkan dulu pertanyaan yang sulit hingga
terakhir untuk kemudian saya lihat kembali”
4. Seeking information
Usaha siswa atas prakarsa sendiri untuk menjamin
informasi lebih jauh atas tugas dari sumber-sumber
non-sosial ketika mengerjakan suatu tugas.
Contoh:
“Saya meminjam buku dari perpustakaan tentang
topik tertentu”
“Saya baca sebanyak mungkin tentang suatu subyek
yang dipelajari”
5. Keeping records and monitoring
Usaha siswa dengan prakarsa sendiri untuk
merekam atau mencatat peristiwa atau hasil.
Contoh:
“Saya menulis catatan tentang diskusi kelas”
“Saya pilih kata-kata yang tidak saya mengerti dan
saya buat dalam kartu”
6. Enviental structuringronm
Usaha siswa dengan prakarsa sendiri untuk
mengatur konteks belajar agar belajar menjadi lebih
mudah. Hal ini termasuk pengaturan lingkungan
secara fisik maupun psikologis.
Contoh:
“Saya bikin meja saya bersih dan rapi dan
meletakkan semua buku yang saya perlukan
didekatnya”
“Saya mandi sebelum mulai mengerjakan PR”
7. Self-consequences
Pengaturan atau imajinasi siswa atas hadiah atau
hukuman sehubungan dengan kesuksesan atau
kegagalan.
Contoh:
“Saya beri hadiah untuk diri saya sendiri selama
masa istirahat belajar, seperti menonton televisi”
“Saya berpikir tentang kegagalan, dan hal itu
membuat saya ingin berusaha”
8. Rehearsing and memorizing
Usaha siswa atas prakarsa sendiri untuk menghafal
materi pelajaran.
Contoh:
“Saya tuliskan semua poin penting berulang-ulang
hingga saya hafal”
“Saya kerjakan contoh soal yang sejenis sebanyak-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
banyaknya sehingga saya akan ingat bagaimana
mengerjakan soal yang serupa dalam tes”
9 – 11 Seeking social assistance
Usaha siswa dengan prakarsa sendiri untuk meminta
pertolongan dari teman (9), guru (10), dan orang
dewasa (11).
Contoh:
(9)“Saya mendiskusikan tugas dengan teman”
(10)“Jika saya kesulitan dalam memahami suatu
pelajaran, saya akan mengatur pertemuan dengan
guru usai sekolah”
(11)“Saya minta ayah saya untuk menjelaskan cara
mengerjakannya
12 – 14 Reviewing records Usaha siswa atas prakarsa sendiri untuk membaca
kembali catatan (12), tes (13), atau buku (14).
Contoh:
(12)“Saya buka kembali semua catatan saya tentang
topik tersebut”
(13)“Saya buka kembali semua tugas dan tes yang
telah saya kerjakan”
(14)“Saya baca buku pelajaran itu beberapa kali”
Tujuan dari tiap-tiap strategi tersebut adalah untuk meningkatkan pengaturan
diri dari (a) fungsi-fungsi personal mereka, (b) performansi behavioral akademis,
dan (c) lingkungan belajar. Sebagai contoh, strategi organizing dan transforming,
rehearsing dan memorizing, dan goal setting dan planing memfokuskan pada
pengoptimalisasian pengaturan personal. Strategi seperti evaluasi diri dan self-
consequences di desain untuk meningkatkan fungsi-fungsi behavioral. Strategi
penstrukturan lingkungan, mencari informasi, mereview, dan mencari bantuan
dimaksudkan untuk mengoptimalisasikan lingkungan belajar seseorang.
d. Model Self-Regulated Learning
Model-model self-regulated learning mendeskripsikan bagaimana proses
pembelajaran memilik keterampilan-keterampilan yang digunakan untuk belajar dan
bagaimana mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Phil Winne dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Allyson Hadwin (dalam Anita Woolfolk, 2009:132) mengembangkan salah satu
model self-regulated learning tersebut.
Tabel 2
Siklus Self-Regulated Learning
Menganalisa Tugas Fitur-fitur tugas:
Tugas itu tentang apa?
Sumber daya apa saja yang tersedia?
Apa standar untuk kesuksesanya?
Fitur-fitur personal:
Pengetahuan apa yang dapat saya terapkan?
Apa interes/makna tugas itu?
Bagaimana efikasi-diri saya?
Meregulasi Pembelajaran Metacognitive monitoring
Metacognitive control
Menetapkan Tujuan Apa orientasi tugas belajar saya?
Konsekuensi apa yang menyertai hasilnya?
Usaha apa yang dibutuhkan?
Menyusun Rencana Apakah sebelumnya saya pernah berpartisipasi dalam tugas yang
serupa?
Apa langkah untuk menyelesaikan tugas itu?
Keterampilan-keterampilan belajar apa yang akan berguna?
Apakah akan ada umpan balik selama pekerjaan berjalan?
Menerapkan Taktik dan Strategi Mengambil kembali pengetahuan yang sebelumnya sudah ada dari
ingatan
Memeriksa informasi yang ada
Menerapkan objek operasi-operasi kognitif
Memantau produk
Mengelola muatan kognitif
Model self-regulated learning dalam gambar di atas didasarkan pada
pendapat bahwa model pembelajaran adalah agents. Agency adalah kapasitas untuk
mengkoordinasikan berbagai keterampilan belajar, motivasi dan emosi untuk
mencapai tujuan. Self-regulated learning menerapkan agency ketika mereka terlibat
dalam siklus empat tahap utama: menganalisa tugas, menetapkan tujuan dan
merancang rencana, terlibat dalam pembelajaran, dan menyesuaikan pendekatan
pembelajaran. Keempat siklus tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
1) Menganalisa tugas pembelajaran
Secara umum dalam tahapan ini, pembelajar memeriksa informasi apapun
yang mereka anggap releven untuk mengkontruksikan sense tentang seperti
apakah tugasnya, sumber daya apa yang harus dimiliki, dan bagaimana
perasaanya tentang tugas yang akan dikerjakannya.
2) Menetapkan tujuan dan menyusun rencana
Mengetahui kondisi-kondisi yang mempengaruhi hasil kerja memberikan
informasi yang digunakan oleh pembelajar untuk menetapkan tujuan belajar.
Setelah iu rencana tentang bagaimana cara mencapai tujuan itu dapat
dikembangkan. Memilih atau menetapkan tujuan mempengaruhi bentuk
rencana pembelajaran untuk bagaimana cara belajar.
3) Menetapkan taktik dan strategi untuk menyelesaikan tugas
Self-regulated learners sangat siaga selama tahap ini karena mereka selalu
memantau seberapa baikkah rencananya berjalan.
4) Meregulasi pembelajaran
Dalam tahap self-regulated learning ini, pembelajar mengambil keputusan
tentang apakah perlu dilakukan perubahan pada ketiga tahap sebelumnya.
Sebagai contoh, apabila pembelajaran lamban, apakah pembelajar harus
belajar bersama siswa lain, lalu apakah siswa perlu mereview beberapa
materi sebelumnya yang merupakan pondasi terhadap materi yang saat ini
sedang dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Anita Woolfolk (2009:142) menjelaskan, “dalam self-regulated learning,
guru seharusnya melibatkan siswa dalam tugas-tugas yang bermakna dan kompleks
yang membutuhkan waktu lama. Memberi mereka kontrol atas proses dan produk
belajarnya, sehingga siswa dapat membuat pilihan-pilihan. Melibatkan siswa dalam
menetapkan kriteria untuk mengevaluasi proses dan produk pembelajarannya, lalu
memberi mereka kesempatan untuk menilai kemajuan dengan menggunakan standar
tersebut. Terakhir, guru memberikan dorongan kepada siswa untuk bekerja secara
kolaboratif dan mencari umpan balik sesaman teman”.
e. Fase Self-Regulated Learning
Pintrich (dalam Maria Carmen Gonzalez Torres, 5:2004) mengembangkan
kerangka teoritis, mengklasifikasikan dan menganalisis terhadap self-regulated
learning kemudian membaginya ke dalam empat fase antara lain dijelaskan dalam
tabel berikut.
Tabel 3
Phasaes y areas for self-regulated learning
Forethought planing and activation Phase Cognition Motivation/Affect Behaviour Context
Forethought
planing and
activation
Target goal setting
prio content know
ledge activation
metecognitive
knowledge
activation
Goal orientation
adoption
Efficacy judgements
Ease of learning
judgements (EOLs);
peceptions of task
difficulty
Task value ctivation
interest activation
(time and effort
planning)
(planing for self-
observations of
behavior)
(perseptions of
task)
(perceptions of
context)
monitoring Metacognitive
awareness and
monitoring of
cognition (FOKs,
JOLs)
Awareness and
monitoring of
motivation and
affect
Awareness and
monitoring of
effort, time use,
need for help
Self observation of
behavior
Monitoring
changing task
contex condition
Control Selection and
adaptation of
cognitive strategies
Selection and
adaptation of
strategies for
Increase/ decrease
effort
Persist give up
Change or
renegotiate task
Change of leave
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
for learning,
thinking
managing
motivation and
affect.
Help-seeking
behaviour
context
Reaction and
reflection
Cognitive
judgement
attributions
Affective reactions
attributions
Behaviour choice Evaluation of task
Evaluation of
context
Secara ringkas, model Pintrich ditawarkan sebagai kerangka kerja, yang
secara umum digunakan untuk menganalisis secara rinci terhadap kemampuan
kognitif siswa yang berbeda, motivasi proses afektif, perilaku dan kontekstual yang
mempromosikan self-regulated learning. Seperti pada model pembelajaran baru
yang berdasarkan perspektif sosiokontrutivisme, seperti masyarakat belajar, dan
pembelajar dalam kelas berpusat, dalam model ini dicatat siswa utamanya bisa
melakukan sesuatu untuk mengubah dan memodifikasi pemahaman mereka,
sehingga aspek ini harus dianggap sebagai pertanyaan penting dalam pembelajaran
self-regulated learning
Seperti dapat dilihat pada tabel tersebut bahwa tahapan self-regulated
learning oleh Pintrich dibagi kedalam empat tahapan, tahapan tersebut antara lain:
1) Fase Perencanaan, dimana kita menemukan kegiatan penting seperti: penetapan
tujuan yang diinginkan atau tujuan spesifik yang dicari setelah disesuaikan
dengan tugas (tujuan yang ditetapkan), aktivasi pengetahuan sebelumnya
tentang materi dan pengetahuan metakognitif (mengakui kesulitan melibatkan
dalam tugas yang berbeda, mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk mengatasi tugas-tugas tersebut, pengetahuan tentang sumber
daya dan strategi yang dapat membantu dalam menangani tugas, dll.). Tahapan
ini adalah dalam (area kognitif), pengaktifan keyakinan motivasi, kemudian
(motivasi/daerah afektif); perencanaan waktu dan usaha yang akan digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dalam tugas-tugas, sedangkan (area perilaku) aktivasi dan persepsi tentang tugas
dan konteks kelas.
2) Fase Self-Monitoring, dalam fase ini kita menemukan kegiatan-kegiatan yang
membantu siswa menjadi sadar akan kognisi, motivasi, emosi, penggunaan
waktu dan usaha, serta kondisi tugas dan konteksnya. sebagai contoh, aktivitas
mereka yang berkaitan dengan pengamatan terhadap pemahaman diri (kesadaran
metakognitif). Kegiatan ini nyata ketika siswa menyadari bahwa mereka tidak
memahami sesuatu yang mereka baru saja membaca atau mendengar, ketika
mereka menyadari bahwa mereka membaca terlalu cepat untuk tipe dari bacaan
yang rumit atau untuk tujuan yang telah ditetapkan (pemahaman utama tentang
ide), atau ketika mereka aktif mengamati untuk memahami bacaan mereka
sendiri, bertanya pada diri sendiri pertanyaan untuk melihat keduanya. Penilaian
para siswa dimasukkan ke dalam kegiatan bermain dalam rangka untuk
menyadari pola motivasi mereka (apakah mereka merasa berkompeten untuk
melaksanakan tugas, apakah mereka menghargai mereka, atau apa pedoman dan
usaha untuk memahami bagian ini), serta karakteristik tugas dan konteks kelas
(aturan apa yang ada dalam kelas, bagaimana kinerja akan dievaluasi,
persyaratan tugas, sistem penghargaan dan sanksi , perilaku guru, dll.).
3) Fase Pengendalian, mengingat hasil dari fase sebelumnya, aktivitas
pengendalian yang dimasukkan ke dalam pembelajaran ini, meliputi
pemanfaatan dan pemilihan strategi untuk kontrol pikiran mereka (penggunaan
strategi kognitif dan metakognitif), motivasi dan emosi (strategi motivasi dan
strategi pengendalian emosi), serta yang terkait untuk mengatur waktu dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
upaya untuk mengendalikan tugas akademik yang beragam, dan pengendalian
suasana dan struktur kelas.
4) Fase Refleksi, meliputi penilaian dan evaluasi bahwa siswa membuat
pelaksanaan tugas yang berhubungan, membandingkannya dengan kriteria yang
ditetapkan sebelumnya (baik dirinya pribadi atau guru); atribusi yang dibuat
mengenai penyebab dari keberhasilan atau kegagalan; reaksi afektif karena
pengalaman yang hasil, sebagai konsekuensi dari atribusi yang dibuat; pilihan
perilaku yang harus diikuti di masa depan serta penilaian umum tentang tugas
dan lingkungan kelas.
Dalam teori kognitif sosial, faktor-faktor internal maupun eksternal dianggap
penting. Peristiwa di lingkungan, faktor-faktor personal dan perilaku dilihat saling
berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor-faktor personal (keyakinan,
ekspektasim sikap dan pengetahuan), lingkungan fisik dan sosial (sumber daya,
konsekuensi orang lain) semuanya akan saling mempengaruhi dan dipengaruhi.
Bandura (dalam Anita Woolfolk, 2009:125) menyebut interaksi kekuatan-kekuatan
ini sebagai reciprocal determinism (determinisme resiprokal).
Dalam proses pembelajaran self-regulated learning, pemantauan diri dan
evaluasi diri akan menjadi kunci bagi self-regulated learning. Guru dapat membantu
siswa mengembangkan SLR dengan melibatkan mereka dalam menetapkan kriteria
untuk mengevaluasi proses dan produk belajarnya.
f. Kelebihan dan Kekurangan Self-Regulated Learning
Penggunaan teknik self-regulated learning dalam pembelajaran baik bagi
pengajar dan siswa. Elizabeth A. Jordon, Marian J. Poratt (2006:8) menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
“self-regulated learning includes effective strategies for learning, reflection on
one’s own thinking and learning (metacognition), and motivation and engagement
with school tasks”. (pembelajaran regulasi-diri merupakan bagian dari strategi yang
efektif untuk belajar, merefleksi pada satu cara berpikir dan belajar (metakognisi),
memotivasi dan melibatkan tugas-tugas di sekolah). Anita Woolfolk (2009:130)
juga menjelaskan bahwa “self-regulated learner memiliki kombinasi keterampilan
belajar akademik dan pengendalian diri yang membuat pembelajarannya terasa lebih
mudah, sehingga mereka lebih termotivasi”.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan self-regulated
learning akan membawa dampak yang positif untuk menemukan cara atau strategi
yang efektif dalam belajar, sebagai contoh, pebelajar tahu gaya pembelajaran yang
lebih disukai (apa yang mudah dan sulit, bagaimana cara mengatasi bagian-bagian
yang sulit, apa minat dan bakatnya, dan bagaimana cara memanfaatkan
kekuatannya). Self-regulated learner akan mentranformasikan kemampuan-
kemampuan mental mereka, apa pun itu menjadi keterampilan-keterampilan dan
strategi-strategi akademik.
Untuk pengajar, penggunaan self-regulated learning dalam belajar akan
memberikan dampak positif dalam pembelajaran. Dengan menggunakan
pembelajaran ini, proses belajar akan menjadi lebih terarah karena tidak semata-
mata hanya guru yang merencanakan pembelajaran, tetapi siswa turut serta dalam
merencanakan strategi belajar yang akan merekan gunakan. Guru dapat membantu
siswa mengembangkan SLR dengan melibatkan mereka dalam menetapkan kriteria
untuk mengevaluasi proses dan produk belajarnya. Guru juga dapat memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
perhatian personal lebih baik sehingga turut serta mengetahui kesulitan-kesulitan
apa yang dihadapi tiap siswa dalam pembelajaran.
Selain kelebihan self-regulated learning tersebut di atas, penggunaan self-
regulated learning juga memiliki kekurangan. Guru ataupun keluarga yang kurang
memberikan perhatian personal bagi siswa akan membuat pembelajaran ini menjadi
tidak bermakna. Modeling, memberi dorongan, memfasilitasi dan memberikan
reward merupakan beberapa hal yang dapat mendukung self-regulated learning.
3. Cooperative Learning
a. Pengertian Cooperative Learning
Dalam proses belajar mengajar, siswa perlu dilatih untuk bekerjasama
dengan rekan-rekan sebayanya. Ada kegiatan belajar tertentu yang akan lebih
berhasil jika dikerjakan secara bersama-sama, misalnya dalam bentuk kerja
kelompok. Pembelajaran yang mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama
dan kolaborasi ini dikenal dengan pembelajaran kooperatif. Slavin (2008:4)
menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk saling
membantu satu sama lainnya untuk mempelajari materi pelajaran”. Senada dengan
hal tersebut Sugianto (2009:37) menjelaskan “pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar
untuk mencapai tujuan belajar”, Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi (2010:67)
menjelaskan Cooperative learning sebagai “model pengajaran dimana siswa belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda”,
sedangkan Anita Woolfolk (2009:269) menjelaskan Cooperative learning sebagai
“penataan pada siswa yang bekerja dikelompok kemampuan campuran dan diberi
reward berdasarkan kesuksesan kelompok”. Senada dengan hal tersebut, Slavin
(1995:2) menjelaskan bahwa:
Cooperative leaning refers to a variety of teaching methods in which students
work in small groups to help one another learn academic content. In
cooperative classrooms, student are expected to help each other, to discuss
and argue with each onther, to asses each other’s current knowledge and fill
in gaps in each other’s understanding.
(Pembelajaran kooperatif merujuk pada suatu ragam metode pembelajaran dimana
siswa belajar dalam suatu kelompok kecil untuk dapat membantu siswa yang lain
mempelajari isi pembelajaran. Dalam ruang-ruang kelas pembelajaran kooperatif,
para siswa diharapkan dapat saling menolong, untuk berdiskusi dan berargumentasi,
untuk saling menerima aliran pengetahuan dan saling mengisi kesenjangan
pemahaman).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan tidak semata-mata untuk
mencapai hasil belajar akademik, namun juga efektif untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Sofan Amri
dan Iif Khoiru Ahmadi (2010:67) bahwa “disamping model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran
kooperatif juga efektif mengembangkan keterampilan sosial siswa”. Lebih lanjut
Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi (2010:68) menjelaskan bahwa “tujuan penting
lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa
keterampilan kerjasama dan kolaborasi”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran dimana siswa
belajar dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda dan
membantu siswa yang lain dalam mempelajari isi pelajaran.
b. Sintaks Pembelajaran Cooperative Learning
Arends (1998:313) menjelaskan enam sintaks dalam cooperative learning.
Tabel 4
Syntax of the cooperative learning model
Phases Teacher Behavior
Phase 1 : Present goals and set Teacher goes over objectives for the lesson and
establishes learning set.
Phase 2 : Present information Teacher presents information to students either
verbally or with text.
Phase 3 : Organize students into learning teams Teacher explains to students how to form
learning teams and helps groups make efficient
transition,
Phase 4 : Assist team work and study Teacher assists learning teams as they do their
work.
Phase 5 : Test on the materials Teacher tests knowledge of learning materials, or
groups present results of their work.
Phase 6 : Provide recognition Teacher finds ways to recognize both individual
and group effort and achievement.
Dalam tabel tersebut dijelaskan bahwa sintaksis model cooperative learning
dibagi ke dalam 6 fase yang dapat dilakukan guru dalam mempengaruhi proses
belajar, antara lain:
1) Fase pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2) Fase kedua, guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3) Fase ketiga, guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar
dan membantu siswa melakukan transisi secara efisien.
4) Fase keempat, guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas.
5) Fase kelima, guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau meminta masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil tugas mereka.
6) Fase keenam, guru memberikan penghargaan atas hasil belajar individu
dan kelompok.
c. Bentuk-Bentuk Cooperative Learning
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat
diterapkan. Isjoni (2009:73) dalam pembelajaran kooperatif, membagi sedikitnya
enam bentuk pembelajaran kooperatif antara lain: 1) Student Team Achievement
Division (STAD), 2) Jigsaw, 3) Teams Games-Tournament, 4) Group Investigation,
5) Rotating Trio Exchange, dan 6) Group Resume. Sementara itu Arends (1995)
dalam bukunya Learning to Teach, dan Sugiyanto (2009) dalam bukunya Model-
Model Pembelajaran Inovatif, membagi cooperative larning ke dalam 4 bentuk
antara lain, 1) Student Team Achievement Division (STAD), 2) Jigsaw, 3) Group
Investigation, dan The Struktural Approach (Metode Struktural).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Dalam penelitian ini, model cooperative learning yang digunakan adalah
dengan pendekatan Student Team Achievement Division (STAD). Dalam Student
Team Achievement Division (STAD) siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari
empat orang anggota belajar yang terdiri dari berbagai tingkat kemampuan, jenis
kelamin maupun etnis. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Slavin (1995:5)
dalam cooperative learning bahwa “in STAD, students are assigned to four-member
learning teams that are mixed in performance level, gender , and ethnicity”.
Student Team Achievement Division (STAD) ini dikembangkan oleh Robert
Slavin dan kawan-kawan dari universitas John Hopkins (Sugiyanto, 2009:44) dan
merupakan bentuk yang paling sederhana dan paling banyak dikembangkan dan
merupakan model yang paling baik bagi guru pemula yang baru memulai
menggunakan pendekatan kooperatif.
Dalam pembelajaran STAD, Slavin (1995:5) menjelaskan bahwa “The
teacher presents a lesson, and than students work within their teams to make sure all
team members have mastered the lesson. Then, all students take individual quizzes in
the material, at which time they may not help one another”. (Guru menyajikan
pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan semua
anggota tim telah menguasai pelajaran. Kemudian, semua siswa diberikan kuis
individu dalam materi yang disampaikan, dan pada saat itu mereka tidak dapat
membantu satu lain).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
d. Prosedur Cooperative Learning Model STAD
Slavin (1995:71) menjelaskan bahwa “STAD consists of five major
components-class presentation, teams, quizzes, individual improvement score, and
teams recognition”. (STAD terdiri dari lima komponen kelas utama yaitu presentasi,
tim, kuis, skor perbaikan individu, dan pengakuan tim).
Secara sederhana, lima komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Presentasi kelas, pada komponen ini, materi dalam STAD diperkenalkan
dalam kelas oleh guru. Selanjutnya guru memberikan materi dan menjelaskan
konsep-konsep dan keterampilan yang harus dikuasai dengan berbagai
sumber belajar.
2) Tim, dalam kegiatan belajar di kelas, guru membagi kelas dalam kelompok
heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa.
3) Kuis, setelah siswa bekerja dalam kelompok, setiap siswa akan mengerjakan
kuis secara individu dan para siswa tidak diperbolehkan untuk saling
membantu dalam mengerjakan kuis.
4) Skor perbaikan individu, pemberian evaluasi secara individu mempunyai
tujuan untuk membandingkan skor yang diperoleh dengan tes dengan skor
awal yang dimiliki siswa.
5) Pengakuan tim, setelah siswa memperoleh skor, maka tim akan mendapatkan
suatu bentuk penghargaan apabila skor rata-rata mereka mencapai criteria
tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
e. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning Model STAD
Penggunaan Cooperative Learning Model STAD dalam belajar dapat
membantu siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Anita Woolfolk
(2009:257) menjelaskan bahwa “para teoritis pemrosesan informasi menunjuk
pentingnya diskusi kelompok dalam membantu para partisipannya berlatih,
mengelaborasi, dan memperluas pengetahuannya”. Dalam STAD peran siswa yang
aktif akan mendorong dan memberikan semangat kepada siswa yang lain untuk
sama-sama berhasil, dan memberikan bantuan dalam belajar sehingga berhasil dalam
pembelajaran.
Cooperative learning selalu memperoleh manfaat dari perencanaan yang
seksama, tetapi kadang-kadang memasukan siswa dengan kebutuhan khusus
membutuhkan perhatian ekstra pada tahap perencanaan dan persiapan. Anderson,
Holland, Paliscar, 1997; Cohen, 1986; Marry McCalsin dan Tom Good, 1996 (dalam
Anita Woolfolk, 2009:258) mendaftar ketidakuntungan dalam coperative learning
antara lain:
Siswa sering lebih menganggap penting proses dan prosedur daripada
pembelajarannya. Kecepatan dan selesai lebih awal lebih
dikedepankan ketimbang thoughtfulness (pemikiran yang mendalam)
dan pembelajaran.
Alih-alih menantang dan mengkoreksi miskonsepsi, siswa
mendukung dan memperkuat pemahaman yang keliru.
Bersosialisasi dan hubungan interpersonal lebih dianggap penting
daripada belajar.
Siswa mungkin hanya memindahkan ketergantungan dari guru ke
“pakar” di kelompoknya. Pembelajarannya masih tetap pasif dan apa
yang dipelajari bisa jadi keliru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Kesulitan lain akan muncul ketika siswa yang memiliki disabilitas dalam
belajar sering kali mengalami masalah dengan hubungan sosial, dan cooperative
learning bukan merupakan ide yang baik untuk menempatkan mereka dalam situasi
yang debagian besar akan ditolak. Jadi jika siswa belajar dalam konsep-konsep baru
dan sulit dipahami, cooperative learning mungkin bukan pilihan terbaik bagi
siswadengan disabilitas belajar.
4. Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar, motivasi memberikan peranan yang sangat penting
dalam keberhasilan dalam belajar. Penggunaan model pembelajaran yang baik
sekalipun tanpa adanya motivasi belajar menjadikan kegiatan belajar menjadi kurang
bermakna. Elliot, Kratochwill, Littlrfield Cook, dan Travers (2000:332)
menjelaskan:
Motivation is defined as an internal state that arouses us to action, pushes
us in particular direction, and keeps us engaged in certain activities.
Learning and motivation are equally essential for performance: Learning
enables us to acquire new knowledge and skills, and motivation provides the
impetus for showing what we have learned. In general, more-motivated
people achieve at higher levels. motivation is are important psychological
construct that affects learning and performance in at least four ways:
1) Motivation increases an individual’s energy and activity level. It
influences the extent to which an individual is likely to engage in a
certain activity intensively or half-heartedly.
2) Motivation directs an individual toward certain goals. Motivation affects
choices people make and the results they find rewarding.
3) Motivation promotes initiations of certain activities and persistence in
those activities. It increases the likelihood that people will begin
something on their own, persist in the face of difficulty, and resume a task
after a temporary interruption.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4) Motivation affects the learning strategies and cognitive processes an
individual employs. It increases the likelihood that people will pay
attention to something, study and practice it, and try to learn it in a
meaningful fashion. It also increases the likelihood that they will seek
help when they encounter difficulty.
(Motivasi didefinisikan sebagai keadaan internal yang membangkitkan kita untuk
bertindak, mendorong kita ke arah tertentu, dan membuat kita terlibat dalam
kegiatan-kegiatan tertentu. Motivasi dan belajar sama-sama penting untuk sebuah
kinerja: Belajar memungkinkan kita untuk memperoleh pengetahuan baru dan
keterampilan, dan motivasi memberikan dorongan untuk menunjukkan apa yang
telah kita pelajari. Secara umum, semakin banyak orang termotivasi akan mencapai
pada tingkat yang lebih tinggi. Setidaknya ada empat cara motivasi yang penting
dalam membangun keadaan psikologis yang mempengaruhi belajar dan kinerja:
1) Motivasi meningkatkan energi individu dan tingkat aktivitas. Ini
mempengaruhi sejauh mana individu kemungkinan akan terlibat dalam
aktivitas tertentu dengan intensif atau setengah hati.
2) Motivasi mengarahkan individu menuju tujuan-tujuan tertentu. Motivasi
mempengaruhi pilihan orang membuat dan hasil yang mereka temukan
bermanfaat.
3) Motivasi inisiasi mempromosikan aktivitas tertentu dan ketekunan dalam
kegiatan tersebut. Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa orang akan
memulai sesuatu dari mereka sendiri, bertahan dalam menghadapi
kesulitan, dan melanjutkan tugas setelah gangguan sementara.
4) Motivasi mempengaruhi strategi pembelajaran dan mempekerjakan
proses kognitif individu. Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
orang akan memperhatikan sesuatu, belajar dan berlatih, dan mencoba
untuk belajar dengan cara yang bermakna. Hal ini juga meningkatkan
kemungkinan bahwa mereka akan mencari bantuan ketika mereka
menghadapi kesulitan).
Anita Woolfolk (2009:186) mendefinisikan motivasi sebagai “keadaan
internal yang membangkitkan, mengarahkan dan mempertahankan perilaku”. Mc.
Donald yang dikutip oleh Sardiman A.M (2006: 73) juga menjelaskan “motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai munculnya feeling dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Haris Mudjiman (2006:37)
lebih lanjut menjelaskan “motivasi belajar adalah kekuatan pendorong dan pengarah
perbuatan belajar”.
Anita Woolfolk (2009:188) kemudian menjelaskan tentang salah satu
perbedaan klasik dalam motivasi adalah antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah kecenderungan alamiah untuk mencari dan
menaklukkan tantangan ketika kita mengejar kepentingan pribadi dan
menerapkan kapabilitas mencari dan menaklukkan tantangan ketika kita
mengejar kepentingan pribadi dan menerapkan kapabilitasnya.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik didasarkan pada faktor-faktor yang yang berhubungan
dengan kegiatan itu sendiri. Kita tidak benar-benar tertarik dengan kegiatan
itu demi kegiatan itu; kita hanya peduki dengan apa yang kita dapatkan
darinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Elliot, Kratochwill, Littlrfield Cook, dan Travers (2000:333) lebih lanjut
menjelaskan:
Intrinsic or internally oriented motivation means that students themselves
demonstrate the desire to learn without the need for external inducements.
Obviously, this is an ideal state of intrinsic motivation, however, can be
elusive for some students. Consequently, marks, prize, and other tangible
rewards have been used to influence some students behavior. If students
respond to these externally controlled inducements, they are said to be
extrinsically motivated.
(Motivasi intrinsik atau berorientasi internal berarti bahwa siswa itu sendiri
menunjukkan keinginan untuk belajar tanpa membutuhkan bujukan eksternal. Jelas,
ini merupakan kondisi ideal dari motivasi intrinsik, meskipun bisa sulit bagi
beberapa siswa. Akibatnya, tanda, hadiah, dan penghargaan berwujud lainnya telah
digunakan untuk mempengaruhi beberapa perilaku siswa. Jika siswa menanggapi
bujukan eksternal yang dikendalikan, mereka dikatakan termotivasi ekstrinsik).
Perbedaan mendasar antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik seseorang
adalah alasan orang itu itu untuk bertindak, artinya apakah letak penyebab tindakan
itu berada di dalam atau di luar dirinya. Kebanyakan motivasi memiliki kedua
elemen tersebut. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik mungkin merupakan dua
kecenderungan yang independen, yang keduanya dapat beroperasi secara bersama-
sama dalam situasi tertentu.
Anita Woolfolk (2009:192) lebih lanjut menyatakan bahwa kaum behavioris
cenderung menekankan motivasi ekstrinsik yang disebabkan oleh insentif, reward
dan hukuman. Pandangan humanistik menekankan motivasi intrinsik yang tercipta
oleh kebutuhan akan pertumbuhan pribadi, fulfillment, dan self-determination.
Pandangan kognitif menekankan pada pencari makna, pemahaman, kompetensi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kekuatan atribusi, dan interpretasi individual. Pandangan sosiokultural menekankan
legitimate peripheral participation dan identitas dalam masyarakat.
Tabel 5
Empat pandangan tentang motivasi
Behavioral Humanistik Kognitif Sosiokultural
Sumber Motivasi Ektrinsik Intrinsik Intrinsik Intrinsik
Pengaruh Penting Reinforcer,
reward, Insentif, dan Punisher
Kebutuhan akan
self-esteem, self fulfillment dan
self-
determination
Keyakinan,
atribusi untuk sukses dan
kegagalan,
ekspektasi
Partisipasi dalam masyarakat
pembelajara, mempertahankan identitas
melalui partisipasi dalam
berbagai kegiatan kelompok
Teori Kunci Skinner Maslow Deci
Weiner Graham
Lave Wenger
Oemar Hamalik (2003: 154) mendefinisikan belajar sebagai ”perubahan
tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman”. Belajar dalam hal
ini harus dilakukan dengan sengaja, direncanakan sebelumnya dengan struktur
tertentu, sehingga proses belajar dan hasil yang dicapai dapat dikontrol secara
cermat.
Arden N.Frandsen yang dikutip oleh Sardiman A.M (2006:46) menyatakan
ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk belajar, yakni:
1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
2) Adanya sifat yang kreatif pada orang yang belajar dan adanya
keinginan untuk selalu maju
3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan
teman-temannya
4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru, baik dengan kooperasi mupun kompetisi
5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran
6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar
Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar
adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi
sebagai hasil dan praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
untuk mencapai tujuan tertentu. Hamzah B Uno (2007:23 ) menjelaskan bahwaa
“hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tinglah laku, pada umumnya
dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung”. Lebih lanjut Hamzah B
Uno menjelaskan bahwa “indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan kedalam
beberapa hal, antara lain: “(1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan,
(4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yangmenarik dalam
belajar, (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan
seorang siswa dapat belajar dengan baik”
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
adalah dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menggerakan dirinya
untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan yang dilakukan
secara sadar yang dilakukan melalui latihan dan pengalamannya untuk menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai
sikap.
5. Prestasi Belajar Ekonomi
Prestasi belajar merupakan hal penting yang nantinya akan digunakan untuk
mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar itu tercapai. Prestasi belajar yang
dicapai merupakan hasil dari proses yang telah dilakukan. Crowl, Sally, Podell
(1997:2) menjelaskan bahwa “Learning refers to changes in individual due
experience” (Pembelajaran mengaju untuk mengubah individu melalui pengalaman).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Dengan adanya pengalaman tersebut akan memperlihatkan kemampuan dan tingkat
penguasaan materi pembelajaran.
a. Konsep Penilaian
Elliot, Kratochwill, Littlrfield Cook, Travers (2000:421) mendefinisikan
tentang penilaian yaitu, “assesment is the process of gathering information about
student’s abilities and using such information to make decisions about the student
and future intruction.” (Penilaian adalah proses pengumpulan informasi mengenai
kemampuan siswa, dan menggunakan informasi tersebut untuk membuat keputusan
terhadap siswa dan pengajaran yang akan datang). Senada dengan hal tersebut Linn
dan Miller (dalam Anita Woolfolk, 2009:413) menjelaskan bahwa “asesmen bisa
berupa satu atau banyak prosedur yang digunakan untuk mendapatka informasi
tentang kinerja siswa. Asesmen dapat bersifat formal, misalnya tes unit, atau
informal, seperti mengobservasi siapa yang memimpin dalam kerja kelompok”.
Mimin Haryati (2007: 13) menjelaskan bahwa dalam konsep penilaian,
terdapat empat macam istilah yang sering digunakan untuk mengetahui keberhasilan
belajar dari peserta didik yaitu pengukuran, pengujian, penilaian dan evaluasi. Dari
keempat istilah tersebut seringkali masih disamakan, padahal keempat istilah
tersebut memiliki pengertian yang berbeda.
Kegiatan ini merupakan suatu proses kegiatan yang bersifat hirarkis yang
dilakukan secara berurutan dan berjenjang yang dimulai dari proses pengukuran
kemudian penilaian dan yang terakhir adalah evaluasi, sedangkan proses pengujian
merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
1) Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta
didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran akan sangat berkaitan
erat dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif.
2) Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dengan menggunakan
alat untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta
didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Proses
penilaian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil
atau prestasi belajar peserta didik.
3) Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program
yang direncanakan telah tercapai atau belum, sehingga evaluasi akan
berhubungan erat dengan keputusan nilai (value judgement).
Linn dan Groundlund (2000:31) menjelaskan bahwa:
The term assessment, test and measurement are easily confused because all
may be involved in a single process. Assessment is a general term that
includes the full range of procesures used to gain information about student
learning (observatioans, ratings of performances or projects, paper-and-
pencil tests) and formation of value judgments concerring learning progress.
A test is a particular type of assessment that typically consists of a set of
questions for all students. We sometimes speak of testing and assessment
together even though tests are a specific type of assessment. When used in
this way, assessment emphasizes the broader array of performance and
projects that might not be sults of a test or other type of assessment
according to a specific rule (e.g, counting correct answers or awarding
points for particular aspects of an essay.
(Kata penilaian, pengukuran dan evaluasi sesunggunya merupakan hal yang
membingungkan karena semua mungkin terlibat dalam suatu proses tunggal.
Penilaian adalah istilah umum yang mencakup berbagai macam prosedur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang belajar siswa (observasi, penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kinerja atau proyek, kertas-dan-pensil tes) dan pembentukan pertimbangan nilai
tentang kemajuan belajar. Tes adalah suatu jenis penilaian yang biasanya terdiri dari
serangkaian pertanyaan untuk semua siswa. Kita kadang-kadang berbicara tentang
pengujian dan penilaian bersama-sama meskipun tes adalah jenis penilaian tertentu.
Ketika digunakan dengan cara ini, penilaian menekankan penyusunan yang lebih
luas terhadap kinerja dan proyek-proyek yang mungkin tidak menggunakan uji atau
jenis penilaian menurut aturan tertentu (misalnya, menghitung jawaban benar atau
pemberian poin untuk aspek-aspek tertentu dari esai).
Linn & Groundlund (2000:31) lebih lanjut juga menjelaskan bahwa
”assessment is much more comprehensive and inclusive term than measurement or
testing”. (penilaian jauh lebih komprehensif dan inklusif panjang daripada
pengukuran atau pengujian).
Linn & Groundlund (2000:37) selanjutnya membagi jenis dan prosedur
penilaian kedalam beberapa bagian.
Tabel. 6
Basic for
clasification
Type of
assessment
Function of the asessment Illustrative instruments
Nature of
assessment
Maximum
performance
Typical
performance
Determines what individuals
can do when performing at their
best.
Determines what individuals
will do under natural
conditions.
Aptitude tests, achievement tests
Attitude, interest, and personality
inventories; observational
techniques; peer appraisal
Form of
assessment
Fixed-choice
test
Complex-
performance
assessment
Efficient measurement of
knowledge and skill, indirect
indicator.
Measurement of performance in
contexts and on problems
valued in their own right.
Standarized multiple-choice test
Hands-on laboratory experiment,
projects, essays, oral
presentations.
Use in
classroom
instruction
Placement
Formative
Determines prerequisite skills,
degree of mastery of course
goals, and/or best mode of
learning.
Determines learning progress,
provides feedback to reinforce
learning, and corrects learning
Readiness tests, aptitude test,
presents on course objectives,
self-report inventories,
observational techniques.
Teacher-made tests, custom-made
tests from textbook publishers,
observational techniques.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Diagnostic
Summative
errors.
Determines causes (intelectual.
Physical, emotional,
environmental) of persistent
learning difficulties.
Determines end-of-course
achievement for assigning
grades or certifying mastery of
objectives.
Published diagnostic test,
teacher-made diagnostic tests,
observational techniques.
Teacher-made survey test,
performance rating scales,
product scales.
Method of
interpreting
results
Criterion
referenced
Norm
referenced
Describes student performance
according to a specified domain
of clearly defined learning tasks
(e.g., adds single-digit whole
numbers)
Describes sudent performance
accordingto relative position in
some know group (e.g., ranks
tenth in classroom group of 30).
Teacher-made test, custom-made
tests from tests publishers,
observational techniques.
Standardized aptitude and
achievement tests, teacher-made
survey tests, interest inventories,
adjusment inventories.
Dalam tabel tersebut membagi penilaian kedalam empat bentuk klasifikasi.
Tahapan tersebut antara lain:
1) Penilaian berdasarkan sifatnya, dalam penilaian ini kita dapat mengukur
kemampuan siswa dalam kondisi terbaik dalam belajar mereka maupun dalam
kondisi normal. Bentuk penilaian yang dapat digunakan dalam penilaian ini
adalah tes kemampuan, tes prestasi, sikap, minat, dan kepribadian, teknik
observasi, penilaian teman sebaya.
2) Penilaian berdasarkan bentuknya, dalam penilaian ini dapat dibedakan kedalam
penilaian standar antara lain untuk mengukur tingkat pengetahuan, kemampuan,
dan indikator lainnya dalam bentuk tes pilihan ganda. Kemudian penilaian yang
lebih komplek, yaitu penilaian dalam kontek masalah dalam diri mereka sendiri
melalui penilaian esay, lisan dsb.
3) Penilaian yang digunakan di dalam kelas, antara lain penilaian penempatan yaitu
untuk menentukan prasyarat keterampilan, tingkat penguasaan tujuan tentu saja,
dan atau mode terbaik untuk belajar. Formatif digunakan untuk menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
kemajuan belajar, memberikan umpan balik untuk memperkuat belajar, dan
belajar memperbaiki kesalahan. Diagnoistik digunakan untuk menentukan
penyebab (intelektual. fisik, emosional, lingkungan) dari kesulitan belajar terus-
menerus. Penilaian sumatif digunakan untuk menentukan akhir-pencapaian-
kursus untuk menetapkan nilai atau sertifikasi penguasaan tujuan .
4) Metode interpretasikan hasil, antara lain kriteria referensi digunakan untuk
menjelaskan domain tertentu tentang tugas-tugas belajar, misalnya tes buatan
guru, tes dari buku. Penilaian norma merupakan penilaian yang digunakan untuk
menjelaskan kinerja siswa dalam suatu kelompok di kelas, misalnya dengan tes
bakat dan tes prestasi.
Berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan mengharapkan adanya
perubahan kegiatan belajar mengajar di kelas, baik proses kegiatan pembelajaran
maupun proses penilaiannya. Pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan
menekankan pada konsep penguasaan kompetensi, maka jenis penilaian juga harus
disesuaikan dengan masing-masing kompetensi. Mimin Haryati (2007:19)
selanjutnya menunjukan dalam proses penilaian dapat dilakukan dengan langkah-
langkah:
1) Perencanaan penilaian.
2) Pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukan pencapaian
hasil belajar.
3) Pelaporan.
4) Penggunaan informasi tentang hasil belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
b. Aspek Penilaian
Mimin Haryati (2007: 22) menjelaskan bahwa dalam kurikulum tingkat
satuan pendidikan menerapkan sistem penilaian berkelanjutan yang mencakup tiga
aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Secara eksplisit ketiga ranah ini
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, setiap mata ajar mengandung ketiga ranah ini,
hanya penekanannya yang berbeda.
1) Penilaian Aspek Kognitif
Aspek kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir
termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi,
menganalisis, mensintetis dan kemampuan mengevaluasi. Tujuan aspek
kognitif bertujuan pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan
intlektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan
memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan
menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari
untuk pemecahan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah
subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering
berawal dari tingkat pengetahuan sampai tingkat yang paling tinggi yaitu
evaluasi.
Bloom (dalam Sardiman, 2006: 23) membagi ranah kognitif ini
menjadi enam tingkatan, yaitu knowledge (pengetahuan), comprehension
(pemahaman), Analysis (menguraikan), evaluation (menilai) dan Aplication
(menerapkan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2) Penilaian Aspek Psikomotor
Singer (dalam Mimin Haryati, 2007: 24) menjelaskan bahwa ”mata
ajar yang termasuk kelompok mata ajar psikomotorik adalah mata ajar yang
lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi fisik”. Tidak
jauh berbeda dengan penilaian kognitif, penilaian psikomotor pun di mulai
dengan pengukuran hasil belajar. Perbedaanya adalah pengukuran hasil
belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis, sedangkan pengukuran
hasil belajar ranah psikomotor dilakukan dengan menggunakan tes unjuk
kerja, lembar tugas atau lembar pengamatan. Bloom (dalam Sardiman, 2006:
24) hanya membagi aspek ini menjadi tiga tingkatan yaitu initianaty level,
pre-routine level dan routinized level.
3) Penilaian Aspek Afektif
Pophan (dalam Mimin Haryati, 2007: 36) mengemukakan bahwa,
”ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang, artinya ranah
afektif sangat menentukan keberhasilan seorang peserta didik untuk
mencapai ketuntasan dalam proses pembelajaran”. Seorang peserta didik
yang tidak memiliki minat atau karakter terhadap mata ajar tertentu, maka
akan mengalami kesulitan untuk mencapai ketuntasan belajar secara
maksimal, sedangkan peserta didik yang memiliki minat atau karakter
terhadap mata ajar akan membantu mencapai ketuntasan pembelajaran secara
maksimal.
Penilaian terhadap aspek afektif dapat dilakukan dengan
menggunakan angket/kuisioner, inventori dan pengamatan. Bloom (dalam
Sardiman, 2006: 23) membagi aspek afektif kedalam lima tingkatan, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
recieving (menerima), responding (tanggapan), valuing (menilai),
organization (organisasi) dan characterization (karakterisasi).
c. Teknik Penilaian
Dalam penilaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, banyak teknik
yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar
peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar.
Teknik atau metode pengumpulan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara
penilaian kemajuan dan perkembangan belajar peserta didik berdasarkan standar
kompetensi, kompetensi dasar serta pencapaian indikator yang harus dicapai. Mimin
Haryati (2007: 45) menjelaskan bahwa terdapat tujuh pendekatan atau teknik yang
dapat digunakan untuk melakukan penilaian, yaitu teknik penilaian unjuk kerja,
project work, tertulis, produk, portofolio, sikap dan penilaian diri.
1) Teknik Penilaian Unjuk Kerja
Teknik penilaian unjuk kerja merupakan proses penilaian yang
dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan suatu
hal. Teknik ini sangat cocok untuk menilai ketercapaian ketuntasan belajar
(kompetensi) yang sangat menuntut peserta didik untuk melakukan
tugas/gerak (psikomotor).
Dalam melakukan penilaian unjuk kerja harus memperhatikan hal-hal
berikut:
a). Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukan kinerja dari suatu organisasi.
b). Kelengkapan dan ketetapan aspek yang di nilai dalam kinerja tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
c). Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas.
d). Upayakan kemampuan yang akan di nilai tidak terlalu banyak, sehingga
semua yang ingin di nilai dapat di amati.
e). Kemampuan yang akan di nilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan
di amati.
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
pengamata atau observasi yang digunakan untuk menentukan tingkat
ketercapaian kemampuan tertentu dari suatu kompetensi dasar. Pengamatan
atau penilaian terhadap unjuk kerja peserta didik dapat meggunakan alat atau
instrumen berupa skala penilaian (rating scale) maupun daftar cek (chek
List). Penilaian unjuk kerja dengan menggunakan rating scale
memungkinkan seorang guru memberikan nilai tengah terhadap penguasaan
atau ketercapaian ketuntasan belajar dari suatu kompetensi, sedangkan
penilaian dengan daftar check list dapat dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi. Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk
mengobservasi gejala yang timbul dari suatu objek yang sedang diamati, dan
pada umumnya berbentuk check list (√) karena hanya berupa daftar
pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya tinggal memberi tanda check
list pada jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
2) Teknik Penilaian Projeck Work
Projeck work merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang mencakup beberapa kompetensi yang harus diselesaikan oleh peserta
didik dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut dapat berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
investigasi terhadap suatu proses atau kejadian yang di mulai dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan data dan
penyajian data.
Dalam melakukan penilaian projeck work harus memperhatikan hal-
hal berikut ini:
a). Kemampuan pengolahan, yaitu kemampuan peserta didik untuk memilih
topik, informasi, mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan
laporan.
b). Relevansi, yaitu kesesuaian mata pelajaran dengan mempertimbangkan
tahapan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
c). Keaslian, yaitu proyek yang dilakukan adalah hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk, arahan serta
dukungan proyek kepada peserta didik.
Penilaian projeck work dilakukan mulai perencanaan, proses
pengerjaan sampai akhir proyek, untuk itu seorang guru atau asesor perlu
memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu di nilai. Pelaksanaan
penilaian dapat huga menggunakan rating scale atau check list.
3) Penilaian Tertulis
Penilaian tertulis merupakan penilaian dalam bentuk tes, dimana guru
dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soal dilakukan secara tertulis
dan jawaban yang diberikan oleh peserta didik dilakukan secara tertulis pula.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian
tertulis diantaranya adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
a). Tempat pelaksanaan tes harus kondusif dan jauh dari
kegaduhan/keramaian. Suasana yang kondusif, jauh dari kegaduhan
sangat mendukung konsentrasi peserta didik yang mengikuti tes tertulis.
b). Ruang tempat tes, khususnya tempat duduk peserta didik diatur
sedemikian rupa, sehingga kemungkinan kerjasama dalam menjawab soal
tes atau melakukan kecurangan-kecurangan dapat di minimalis.
c). Sistem pencahayaan di ruang tes harus di atur, jangan gelap atau remang-
remang dan juga jangan terlalu terang.
d). Lembar soal diberikan satu-persatu dengan cara terbalik, kemudian di
buka bersama-sama sehingga setiap peserta didik mempunyai kesempatan
waktu yang sama untuk mengerjakan soal tersebut.
e). Seorang guru yang bertindak sebagai pengawas dalam pelaksanaan tes
bersikap dan bertindak wajar, jangan terlalu banyak gerak sehingga dapat
mengganggu konsentrasi peserta tes.
f). Sebelum pelaksanaan tes, guru atau pengawas membacakan tata tertib tes,
apabila terjadi penyimpangan sanksi yang diberikan mengacu pada tata
tertib tersebut.
g). Sebagai bukti mengikuti tes di buat daftar hadir yang di isi oleh peserta
didik yang mengikuti tes.
h). Apabila waktu tes sudah habis, maka pengawas mengingatkan peserta
untuk segera mengakhiri pekerjaan dan meninggalkan ruangan.
i). Untuk menghindari kesulitan dikemudian hari, di buat berita acara
j). pelaksanaan tes yang ditandatangani oleh semua pengawas dan identitas
berita acara di isi lengkap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
4) Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan kualitas
suatu produk. Penilaian jenis ini meliputi penilaian kemampuan peserta didik
terhadap proses pembuatan suatu produk, misalnya produk teknologi,
makanan, karya seni dan lain sebagainya.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian
produk, diantaranya:
a). Tahap persiapan, tahap ini meliputi penilaian peserta didik dalam
merencanakan, menggali dan mengembangkan gagasan serta mendesain
produk.
b). Tahap proses/pembuatan produk, meliputi penilaian kemampuan peserta
didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, metode dan
teknik.
c). Tahap penilaian produk, tahap ini meliputi penilaian produk yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang diterapkan.
Dalam teknik penilaian produk dapat digunakan dua cara yaitu
penilaian holistik dan penilaian analitik.
a). Penilaian dengan cara holistik merupakan penilaian yang berdasarkan
kesan keseluruhan dari produk.
b). Penilaian dengan analitik merupakan penilaian berdasarkan aspek-aspek
produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada
semua tahap proses perkembangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
5) Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan proses penilaian yang berkelanjutan
dan didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukan perkembangan
kemampuan khususnya aspek psikomotorik/unjuk kerja peserta didik dalam
satu periode tertentu. Penilaian jenis ini pada dasarnya menilai karya-karya
peserta didik secara individual dalam satu periode tertentu per mata
pelajaran. Setiap akhir periode pembelajaran hasil karya atau tugas belajar
dikumpulkan dan di nilai bersama-sama antara guru dengan peserta didik,
sehingga penilaian portofolio dapat memberikan gambaran secara jelas
tentang perkembangan/kemajuan peserta didik.
Dalam melakukan penilaian portofolio harus memperhatikan hal-hal
berikut:
a). Asli, artinya karya atau tugas yang dinilai adalah asli sebagai hasil karya
peserta didik.
b). Adanya rasa saling percaya antara guru dan peserta didik, baik dalam
proses penilaian maupun dalam proses menjaga rahasia tentang
pengumpulan informasi hasil belajar (bukan nilai).
c). Joint Ownershif, antara guru dan peserta didik memiliki rasa saling
memiliki terhadap berkas-berkas portofolio, sehingga ada upaya dari
peserta didik untuk terus memperbaiki hasil karyanya.
d). Identitas yang tercantum dalam portofolio sebaiknya berisi tentang
keterangan/bukti yang mampu menumbuhkan semangat peserta didik
untuk terus meningkatkan karya yang lebih baik lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
e). Adanya kesesuaian antara hasil informasi hasil belajar atau karya dengan
pencapaian indikator dari setiap kompetensi dasar/standar kompetensi
yang tercantum dalam kurikulum.
f). Penilaian portofolio mencakup penilaian proses belajar dan hasil belajar.
g). Penilaian portofolio terintegrasi dengan kegiatan proses pembelajaran,
hal ini sangat bermanfaat bagi seorang guru untuk melakukan diagnosa
serta mengetahui perkembangan/ kemajuan belajar peserta didik.
6) Penilaian Sikap
Penilaian sikap berkaitan erat dengan ranah afektif, karena sangat
menentukan keberhasilan peserta didik untuk mencapai ketuntasan dalam
pembelajaran. Sikap pada awalnya berawal dari perasaan (suka atau tidak
suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon suatu
objek. Sikap merupakan ekspresi dari pandangan hidup/nilai yang diyakini
seseorang.
Secara umum, aspek sikap/afektif yang perlu di nilai dalam proses
pembelajaran terhadap berbagai mata pelajaran mencakup hal-hal berikut:
a). Penilaian sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik harus mempunyai
sikap posotif terhadap materi pelajaran. Berawal dari sikap positif ini
akan melahirkan minat belajar, kemudian mudah diberi motivasi serta
lebih mudah dalam penyerapan materi pelajaran.
b). Penilaian sikap terhadap guru. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap guru, apabila tidak memiliki sikap positif akan cenderung
mengabaikan apa yang disampaikan oleh gurunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
c). Penilaian sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik perlu
memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran, strategi, metodologi
serta teknik atau model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Proses
pembelajaran yang menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar
sehingga pencapaian hasil belajar bisa maksimal.
d). Penilaian sikap yang berkaitan dengan nilai atau norma yang
berhubungan dengan materi pelajaran. Peserta didik harus memiliki sikap
yang tepat terhadap suatu kasus/kejadian dari suatu materi yang sedang
dipelajari dengan dilandasi nilai-nilai positif terhadap kejadian tersebut.
e). Penilaian sikap yang berkaitan dengan kompetensi afektif lintas
kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran. Peserta didik memiliki
sikap positif terhadap berbagai kompetensi setiap kurikulum yang terus
mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan (lintas Kurikulum).
7) Penilaian Diri
Penilaian diri atau evaluasi diri merupakan teknik/metode penilaian di
mana peserta didik di minta untuk menilai dirinya sendiri yang berkkaitan
dengan status, proses dan tingkat ketercapaian kompetensi yang sedang
dipelajari dari suatu mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian ini dapat
mengukur dengan sekaligus aspek kognitif, psikomotor dan afektif.
Langkah-langkah yang harus di tempuh dalam melakukan penilaian
diri/evaluasi diri diantaranya:
a). Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan pencapaian
indikator yang akan di nilai.
b). Menentukan kriteria/acuan yang akan di nilai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
c). Merancang dan merumuskan format penilaian (pedoman penskoran, skala
penilaian, kriteria penilaian dan lain-lain).
d). Meminta peserta didik melakukan evaluasi diri.
e). Guru menganalisis hasil penilaian secara acak.
f). Hasil analisis daripada hasil evaluasi diri peserta didik disampaikan
kepada peserta didik.
Implementasi Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan membawa implikasi terhadap model dan teknik penilaian
proses dan hasil belajar. Pelaku penilaian proses dan hasil belajar diantaranya adalah
penilaian internal dan eksternal. Penilaian internal merupakan penilaian yang
dilakukan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung, sedangkan penilaian
eksternal merupakan penilaian yang dilakuakan oleh pihak luar yang tidak
melaksanakan proses pembelajaran, biasanya dilakasanakan oleh instansi maupun
lembaga lain. Hal tersebut menunjukan bahwa prestasi belajar tidak semata dapat
dilihat dari prestasi akhir yang diperoleh, namun juga terjadi nya perubahan selama
proses pembelajaran berlangsung.
Prestasi belajar merupakan tolak ukur penguasaan materi yang dikuasai oleh
siswa setelah mereka mengikuti pelajaran atau bidang studi tertentu, dalam hal ini
pelajaran ekonomi. Dalam penelitian ini, penilaian yang digunakan dalam proses
pembelajaran ekonomi menggunakan tes tertulis dan juga tes kinerja. Tes tertulis
digunakan untuk menilai perubahan perilaku siswa setelah pembelajaran berakhir,
sedangkan tes kinerja digunakan untuk menilai perilaku siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
bahwa prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomu adalah penguasaan
pengetahuan, keterampilan, dan keahlian yang dimiliki siswa selama dan setelah
mengikuti pembelajaran ekonomi.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Pintrich, Paul R. & Elisabeth V. De Groot dalam ”Motivational and Self-
Regulated Learning Components of Classroom Academic Performance”
menemukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat motivasi dan self-
regulatred learning dalam performa akademis di dalam kelas. Siswa yang
mengembangkan pembelajaran self-regulated learning akan termotivasi untuk
meningkatkan prestasi akademis.
2. Berdasarkan hasil penelitian Bashori (2009:xi) dalam “Pengaruh Metode
Pembelajaran Kooperatif Terhadap Prestasi Belajar Kimia Ditinjau Dari
Kemampuan Awal Siswa“ menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran
dengan pendekatan cooperative learning terhadap prestasi mata pelajaran kimia.
Siswa yang mampu menyelesaikan tugas secara bersama-sama akan cenderung
untuk mengatasi kesulitan dan diselesaikan scara bersama-sama.
C. Kerangka Berpikir
1. Perbedaan Pengaruh Model Self-regulated Learning dan Cooperative
Learning Tipe STAD Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa
Keberhasilan dalam proses belajar mengajar tentu tidak lepas dari guru dan
cara mengajarnya. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan perfomasi siswa
dalam meningkatkan prestasi adalah pembelajaran regulasi diri (self-regulated
learning) dan pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran regulasi
diri (Self-Regulated Learnig) adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional
dan behavioral aktif dalam proses belajar mereka sendiri. Berbeda dengan self-
regulated learning, cooperative learning menuntut siswa mampu mengembangkan
belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda.
Model pembelajaran kooperatif selain dikembangkan untuk mencapai hasil belajar
akademik, pembelajaran kooperatif juga efektif mengembangkan keterampilan sosial
siswa.
Walaupun keduanya memiliki pendekatan yang berbeda namun sama-sama
memiliki kontribusi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran mata
pelajaran ekonomi yang diajarkan dengan menggunakan kedua model pembelajaran
tersebut akan meningkatkan hasil prestasi belajar ekonomi siswa.
2. Perbedaan Pengaruh Pengaruh Tingkat Motivasi Belajar Tinggi dan
Rendah Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa
Salah satu aspek yang membantu dan mendorong individu untuk melakukan
suatu kegiatan adalah motivasi. Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari
dalam diri seseorang yang menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu untuk
mencapai tujuan yang diinginkan yang dilakukan secara sadar yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
melalui latihan dan pengalamannya untuk menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap.
Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang memiliki intelegensia cukup tinggi
bisa gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar siswa akan lebih optimal kalau
ada motivasi yang tepat. Dorongan atau motivasi belajar yang kuat pada diri siswa
akan menimbulkan hasil belajar atau prestasi belajar yang sesuai dengan motivasi
belajar yang dimiliki siswa.
Tingkat motivasi belajar yang tinggi akan membantu siswa untuk melakukan
kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan sebelumnya.
Seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi akan cenderung memusatkan
perhatian terhadap kegiatan yang dilakukannya sehingga akan lebih berhasil dalam
proses belajar. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah akan
cenderung kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.
3. Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Tingkat Motivasi Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa
Model pembelajaran dan motivasi belajar secara bersama-sama digunakan
oleh guru untuk merubah tingkah laku siswa dalam rangka mencapai performa yang
lebih tinggi. Interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dengan tingkat
motivasi belajar siswa akan turut membawa meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penggunaan self-regulated learning dan cooperative learning dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
ekonomi turut menentukan prestasi belajar ekonomi siswa, adanya tingkat motivasi
belajar juga turut berperan dalam menentukan prestasi belajar.
Proses pembelajaran yang direncanakan dengan baik, ditunjang dengan
motivasi yang baik dari siswa dalam pembelajaran ekonomi akan turut membawa
siswa memperoleh prestasi belajar yang optimal. Keberhasilan pembelajaran yang
berorientasi pada guru maupun pada siswa tidak hanya semata-mata ditentukan oleh
model serta proses pengajaran yang terjadi, motivasi yang dimiliki siswa turut aktif
menentukan keberhasilan pembelajaran yang terjadi. Dengan adanya motivasi
belajar yang tinggi akan turut menentukan seberapa besar keinginan siswa untuk
berhasil dalam belajarnya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat digambarkan kerangka pemikiran
sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
X1 : Model Pembelajaran
X11 : Model Self-Regulated Learning
X1
X11 X12
X2
X21 X22
Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
X12 : Model Cooperative Learning tipe STAD
X2 : Motivasi Belajar Siswa
X21 : Motivasi Belajar Siswa Tinggi
X22 : Motivasi Belajar Siswa Rendah
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori maupun kerangka berpikir yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran Self-Regulated
Learning dan Cooperative Learning tipe STAD terhadap prestasi belajar
ekonomi siswa.
2. Ada perbedaan pengaruh tingkat motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar ekonomi siswa.
3. Ada Interaksi pengaruh model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar
terhadap prestasi belajar ekonomi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Al-Hadi Mojolaban Sukoharjo
tahun ajaran 2010/2011, yang terletak di jalan Solo-Tawangmangu Km 9,5
Mojolaban Sukoharjo dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Kesediaan dari pihak sekolah yang mengijinkan tempatnya untuk penelitian.
b. Tersedianya data yang diperlukan untuk penelitian, sehingga dapat
mendukung dalam menjawab perumusan masalah dengan sebaik-baiknya.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang direncanakan dalam penelitian selama enam bulan yaitu
dari bulan Desember 2010 sampai dengan Juli 2011 yang dimulai dengan
pengajuan judul sampai dengan penyelesaian penulisan laporan penelitian ini.
Tabel. 7
Kegiatan Tahun 2010/2011
D
E
S
J
A
N
F
E
B
M
A
R
A
P
R
M
E
I
J
U
N
a. Tahap Perencanaan
1) Pengajuan Judul
2) Penyusunan Proposal
3) Perijinan
b. Tahap Pelaksanaan
1) Pengumpulan Data
2) Pengolahan Data
c. Penyusunan Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
B. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
penelitian eksperimen. Suharsimi Arikunto (2002:3) menyatakan bahwa
“penelitian eksperimen merupakan suatu cara untuk mencari hubungan sebab
akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan
mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa
menggangu”.
Dalam pelaksanaanya, penelitian eksperimen membutuhkan suatu desain
eksperimen. Sudjana (2002:1) mengemukakan bahwa “Desain eksperimen
merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen
dilakukan, supaya data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan
membawa kepada analisa obyektif dan kumpulan yang berlaku untuk persoalan
yang sedang dibahas”. Desain eksperimen yang digunakan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah desain faktorial (2x2) yang dapat digambarkan dalam tabel
berikut ini.
Tabel . 8
Tingkat Motivasi belajar
Siswa (B)
Model pembelajaran (A)
Self-regulated Learning Cooprative Learning
Tingkat motivasi belajar
tinggi (B1)
(A1. B1) (A2. B1)
Tingkat motivasi belajar
rendah (B2)
(A1. B2) (A2. B2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Keterangan:
A = Model pembelajaran
A1 = Model pembelajaran regulasi diri (Self-regulated
Learning)
A2 = Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)
B = Tingkat motivasi belajar siswa
B1 = Tingkat motivasi belajar tinggi
B2 = Tingkat motivasi belajar rendah
A1.B1 = Kelompok yang memiliki tingkat motivasi belajar
tinggi diberi perlakuan dengan self-regulated learning.
A1.B2 = Kelompok yang memiliki tingkat motivasi belajar
rendah diberi perlakuan dengan self-regulated learning.
A2.B1 = Kelompok yang memiliki tingkat motivasi belajar
tinggi di beri perlakuan dengan Cooperative Learning.
A2.B2 = Kelompok yang memiliki tingkat motivasi belajar
rendah diberi perlakuan dengan Cooperative Learning.
2. Prosedur penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini,
prosedur yang akan dilakukan diawali dengan melakukan pengukuran tingkat
motivasi belajar siswa, pemberian treatment, dan diakhiri dengan pemberian tes
prestasi belajar ekonomi. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang akan
diberikan treatment berbeda. Kelompok pertama diberikan tretment Self-
Regulated Learning, selanjutnya kelompok kedua diberikan treatment
Cooperative Learning tipe STAD. Prosedur yang akan digunakan adalah dari
awal sampai akhir dapat dijelaskan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
a. Pra Treatment
1) Kedua kelompok dilakukan pengukuran motivasi belajar melalui angket
motivasi belajar siswa.
b. Pelaksanaan Treatment
1) Treatment Self-Regulated Learning, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Gambaran awal materi pembelajaran
Guru menjelaskan tentang model pembelajaran yang akan digunakan
(Self-Regulated Learning) dan manfaat apa saja yang akan diperoleh
dengan model pembelajaran ini.
b) Perencanaan dan menganalisa tugas belajar
Siswa dengan bantuan guru merencanakan waktu dan usaha yang akan
digunakan dalam tugas-tugas, serta menganalisa kesulitan-kesulitan
apa saja yang akan dihadapi dalam menyelesaikan tugas.
c) Monitoring
Menemukan kegiatan-kegiatan yang membantu siswa menjadi sadar
akan kognisi, motivasi, emosi, penggunaan waktu dan usaha.
d) Pengendalian
Pemanfaatan dan pemilihan strategi untuk mengatur kognisi, motivasi
serta yang terkait untuk mengatur waktu belajar.
e) Refleksi dan meregulasi pembelajaran
Merupakan tahapan yang meliputi proses penilaian dan evaluasi,
kemudian membandingkan dengan hasil yang telah ditetapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
sebelumnya, menganalisa penyebab keberhasilan dan kegagalan serta
membuat pilihan perilaku yang akan digunakan di masa depan.
2) Treatment Cooperative Learning tipe STAD, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Presentasi kelas
Guru memperkenalkan materi dalam STAD, selanjutnya guru
menjelaskan konsep dan keterampilan yang harus dikuasai.
b) Membentuk tim
Guru membagi kelas kedalam kelompok yang heterogen sebanyak 5
orang setiap kelompok.
c) Kuis
Setelah siswa bekerja dalam kelompok, siswa mengerjakan tugas
individu dan anggota kelompok tidak diperbolehkan untuk saling
membantu.
d) Skor perbaikan individu
Membandingkan skor yang diperoleh dengan tes dengan skor awal
yang dimiliki.
e) Pengakuan tim
Memberikan penghargaan kepada tim yang mencapai skor rata-rata
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
c. Pasca Treatment
Kelompok pertama yang diberikan treatment Self-Regulated
Learning, dan kelompok kedua yang diberikan treatment Cooperative
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Learning tipe STAD selanjutnya diberikan tes tertulis untuk prestasi belajar
ekonomi. Hasil tes tertulis ini digabungkan dengan penilaian kinerja yang
dilakukan selama pembelajaran ekonomi berlangsung. Prestasi belajar
ekonomi siswa diperoleh dengan menggabungkan hasil penilaian kinerja
dengan tes tertulis.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang dipilih untuk dicari
pengaruhnya terhadap variabel langsung. Dalam penelitian ini variabel bebasnya
adalah model pembelajaran regulasi diri (Self-Regulated Learning) dan
pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning tipe STAD).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh
variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar ekonomi.
3. Variable Atribut
Variabel atribut dalam penelitian ini adalah tingkat motivasi belajar
siswa. Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang
maupun lingkungan yang menggerakan dirinya untuk melakukan sesuatu untuk
mencapai tujuan yang diinginkan yang dilakukan secara sadar yang dilakukan
melalui latihan dan pengalamannya untuk menghasilkan perubahan-perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap. Indikator
motivasi belajar ini antara lain: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2)
adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita
masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif,
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Suharsimi Arikunto (2002:108) berpendapat bahwa “populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian”. Sehingga populasi penelitian merupakan suatu
kelompok individu yang diselidiki tentang aspek-aspek yang terdapat dalam
kelompok. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Islam Al-
Hadi Mojolaban Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011, yang terdiri dari 5 kelas dan
berjumlah 179 orang siswa.
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Sugiyono (2008:56), “sampel adalah sebagian dari jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode pengambilan secara simple random sampling.
Teknik simple random sampling merupakan merupakan teknik pengambilan
sampel terhadap anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara undian. Pada
tahap pertama peneliti memilih 1 kelas yang digunakan sebagai kelas uji coba
instrumen penelitian, kemudian 2 kelas yang digunakan sebagai kelas eksperimen
dan kelas kontrol yang masing-masing dipilih secara acak dengan cara diundi.
Kelas yang digunakan sebagai uji coba intrumen penelitian adalah kelas VIII E
yang berjumlah 29 orang siswa, sedangkan kelas yang digunakan sebagai kelas
eksperimen adalah kelas VIII C yang yang berjumlah 30 siswa diberikan model
pembelajaran Self-Regulated Learning, dan kelas kontrol adalah kelas VIII D
yang berjumlah 30 siswa dengan model Cooperative Learning tipe STAD.
Untuk mengetahui bahwa kedua kelas tersebut memiliki kesetaraan,
maka dilakukan dilakukan uji kesamaan. Uji kesetaraan prestasi belajar sebelum
dilakukan eksperimen adalah syarat yang menjamin ketepatan analisis
berdasarkan prestasi belajar setelah eksperimen. Berdasarkan hasil perhitungan
diketahui bahwa uji normalitas terhadap data prestasi awal kedua kelas memiliki
nilai p > 0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa data prestasi belajar awal
dari kedua kelas berdistribusi normal. Setelah diketahui bahwa data prestasi
belajar awal kedua kelas berdistribusi normal maka perlu diketahui pula bahwa
perbandingan awal prestasi kedua kelas tersebut. Berdasarkan perhitungan yang
dilakukan diketahui bahwa uji perbedaan rata-rata prestasi awal antara kedua
kelas memiliki p > 0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan prestasi awal yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol atau dengan kata lain prestasi awal kedua kelas adalah sama (hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
perhitungan dapat dilihat pada bab IV dan lampiran, hasil uji coba instrumen
dapat dilihat pada bab III bagian F).
E. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara
tertentu yang disebut dengan teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini
menggunakan tiga teknik dalam pengumpulan data, yaitu dokumen, tes prestasi
belajar ekonomi siswa dan angket tingkat motivasi belajar siswa.
1. Dokumen
Dokumen dalam penelitian ini berupa catatan kompetensi awal siswa
sebelum penelitian dilakukan. Dokumen yang digunakan adalah nilai ulangan
ekonomi sebelumnya. Dari nilai tersebut selanjutnya dilakukan uji kesetaraan
dengan menggunakann uji-t.
2. Tes Prestasi Belajar Ekonomi Siswa
Metode ini digunakan untuk mengukur kemampuan individu tentang
penguasaannya mengenai materi ekonomi. Tes yang digunakan berupa tes
obyektif berbentuk pilihan ganda. Tes prestasi belajar mengukur penguasaan
kompetensi tertentu sebagai hasil dari proses belajar. Tes obyektif terdir dari 25
butir soal. Jawaban yang benar mendapat skor 1, sedangkan jawaban yang salah
mendapatkan skor 0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
3. Angket Tingkat Motivasi Belajar Siswa
Angket tingkat motivasi belajar ekonomi siswa digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden. Angket sebagai alat pengumpul data berisi
daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada subyek atau responden
penelitian. Daftar pertanyaan yang disampaikan adalah untuk memperoleh
informasi dari responden tentang dirinya sendiri yang berkaitan dengan obyek
penelitian. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengukur tingkat
motivasi belajar siswa dengan menggunakan penilaian skala likert.
F. Uji Coba Instrumen
Sebelum pelaksanaan pengumpulan data yang sebenarnya maka perlu
dilakukan uji coba terlebih dahulu terhadap instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian. Kualitas sebuah instrumen ditentukan oleh dua macam indikator, yakni
kesahihan atau validitas dan kepercayaan atau reliabilitas instrumen. Validitas
sangat berkaitan dengan seberapa jauh butir-butir instrumen mengukur apa yang
diukur, dalam arti hasil pengukuran relatif tidak berbeda jika digunakan dalam
waktu yang berbeda. Uji coba dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan data
yang benar-benar sahih dan dapat diandalkan. Pengujian ini sering juga
dimaksudkan untuk mengetahui validitas maupun reliabilitas dan pemeriksaan
setiap item butir pertanyaan/pernyataan melalui cara tertentu.
Agar diperoleh hasil penelitian yang valid dan reliabel, maka alat atau
instrumen yang digunakan untuk mengambil atau mengumpulkan data harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
bersifat valid dan reliabel, oleh karena itu perlu dilakukan pengujian validitas dan
reliabilitas.
1) Validitas
Suharsimi Arikunto (2002: 144) berpendapat bahwa ”Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan dan
kesahihan suatu instrumen”. Sebuah angket akan dikatakan valid apabila
dapat mengungkapkan data dari variabel yang ditelii secara tepat. Sejalan
dengan itu, Sugiyono (1999:272) mengemukakan bahwa untuk menguji
korelasi butir-butir instrumen dilakukan dengan analisis item. Analisis item
dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrument dengan
skor total. Validitas tes yang digunakan adalah validitas isi yaitu dengan cara
menyusun tes berdasarkan kisi-kisi tes dengan tujuan pengajaran pada
rancangan pembelajaran ekonomi.
Untuk pemeriksaan korelasi butir soal digunakan rumus korelasi product
moment dari Pearson sebagai berikut:
rxy = N XY – (X.Y)
N X2 – (X)
2 N Y
2 – (Y)
2
Keterangan:
r xy : korelasi product moment
N : banyaknya siswa
X : skor butir soal
Y : skor total
XY : jumlah (X) (Y)
(Suharsimi Arikunto, 2002:72)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Angka hasil perhitungan korelasi product moment (rxy) tersebut,
kemudian dikonsultasikan dengan tabel (rxy) pada taraf signifikansi 5%.
Butir soal dikatakan baik jika r hitung ≥ r tabel.
2) Reliabilitas
Suharsimi Arikunto (2002: 154) berpendapat bahwa “reliabilitas
menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik”. Untuk menghitung koefisien realibilitas tes bentuk
obyektif digunakan rumus KR 20 sebagai berikut:
r11 = n S2 - pq
n-1 S2
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
n = banyaknya item
S2 = varians dari tes
p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
(Masidjo, 1995:233)
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut:
0,91 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 – 0,90 : Tinggi (T)
0,41 – 0,70 : Cukup (C)
0,21 – 0,40 : Rendah (R)
Negatif – 0,20 : Sangat Rendah (SR)
(Masidjo, 1995:233)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
3) Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar, sehingga dapat dikerjakan semua siswa dalam kelompok kelas tersebut.
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan
siswa menjadi putus asa dan membuat siswa malas untuk mengerjakannya.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:208) untuk mengetahui tingkat
kesukaran soal dapat digunakan rumus:
P = B
JS
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh peserta tes
Menurut ketentuan yang sering digunakan untuk menentukan tingkat
kesukaran soal sering diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Soal dengan tingkat kesukaran 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
b) Soal dengan tingkat kesukaran 0,30 sampai 0,70 adalah soal
sedang
c) Soal dengan tingkat kesukaran 0,70 sampai 1,00 adalah soal
mudah
(Suharsimi Arikunto, 2002:208)
4) Daya Beda
Perhitungan daya beda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal
mampu membedakan anak yang pandai dan anak yang kurang pandai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
berdasarkan kriteria tertentu. Daya beda butir soal adalah indeks yang
menunjukkan tingkat kemampuan butir soal membedakan kelompok
berprestasi tinggi (kelompok atas) dari kelompok yang berprestasi rendah
(kelompok bawah) dari peserta tes. Untuk mengetahui daya beda tersebut
dapat digunakan rumus sebagai berikut:
D : BA - BB = PA - PB
JA JB
Keterangan :
D = daya beda
JA = jumlah peserta kelompok atas
JB = jumlah peserta kelompok bawah
BA = jumlah peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
(Suharsimi Arikunto, 2002:213)
Soal yang mempunyai daya beda 0,20 – 0,40 tergolong soal yang
cukup daya pembedanya (Suharsimi Arikunto, 2008: 218). Dalam penelitian
ini butir soal tes dikatakan memenuhi daya pembeda yang baik jika D ≥ 0,2.
Apabila langkah-langkah tersebut telah dilaksanakan berarti
persyaratan butir tes sebagai alat pengumpul data telah dapat dipenuhi. Untuk
mempermudah penelitian ini maka uji validitas, reliabilitas, dalam penelitian
ini diperoleh dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0 dan analisis
butir soal diperoleh dengan bantuan program Microsoft Excel. Adapun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
instrumen yang akan diujicobakan ada dua jenis, yaitu instrument motivasi
belajar ekonomi dan instrument tes prestasi belajar ekonomi.
1. Instrumen Angket Motivasi Belajar
Uji coba instrumen dilakukan pada instrumen angket motivasi belajar
untuk menentukan butir-butir pernyataan yang memenuhi syarat sebagai alat
pengambilan data dengan menentukan validitas dan reliabilitas.
a. Validitas
Berdasarka hasil uji validitas dengan menggunakan program SPSS
17, dapat diketahui bahwa dari 30 pernyataan, 6 item dinyatakan tidak valid,
karena r hitung < r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan N = 29 dengan nilai
kritis 0,361. 6 item tersebut adalah nomor 8, 13, 16, 19, 21, 28., dan untuk
selanjutnya 6 item tersebut tidak diikut sertakan dalam penelitian. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
b. Reliabilitas
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 17.0,
diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,829. Hasil tersebut menunjukan
bahwa instrumen motivasi belajar yang digunakan memiliki ringkat
kepercayaan atau reliabilitas yang tinggi. Hasil perhitungan dapat dilihat pada
lampiran 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
2. Instrumen Tes Hasil Belajar Ekonomi
a. Validitas
Berdasarka hasil uji validitas dengan menggunakan program SPSS
17.0, dapat diketahui bahwa dari 25 pertanyaan, 5 item dinyatakan tidak
valid, karena r hitung < r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan N = 29
dengan nilai kritis 0,361. 5 item tersebut adalah nomor 2, 8, 18, 19, 20. Untuk
selanjutnya 5 item tersebut tidak diikut sertakan dalam penelitian. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.
b. Reliabilitas
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS
17.0, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,815. Hasil tersebut
menunjukan bahwa instrumen prestasi belajar yang digunakan memiliki
ringkat kepercayaan atau reliabilitas yang tinggi. Hasil perhitungan dapat
dilihat pada lampiran 7.
c. Tingkat kesukaran soal
Tingkat kesukaran butir soal merupakan proporsi peserta tes yang
menjawab benar terhadap butir soal tersebut. Setelah dilakukan perhitungan
maka dapat diketahui bahwa dalam soal yang digunakan dalam penelitian ini
dapat diketahui bahwa terdapat 7 item soal yang mudah, 12 item yang sedang
dan 1 item soal yang sukar. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
d. Daya beda
Daya beda butir soal adalah indeks yang menunjukkan tingkat
kemampuan butir soal membedakan kelompok berprestasi tinggi (kelompok
atas) dari kelompok yang berprestasi rendah (kelompok bawah) dari peserta
tes. Setelah dilakukan perhitungan maka dapat diketahui bahwa dalam soal
yang digunakan dalam penelitian telah memenuhi daya pembeda yang baik
karena D ≥ 0, 2. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 5.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu analisis
deskriptif dan analisis inferensial. Analisi deskriptif dilakukan dengan menyajikan
data melalui tabel distribusi frekuensi, histogram. Analisis inferensial digunakan
untuk menguji hipotesis. Untuk menguji analisis data diadakan uji persyaratan.
1. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah populasi
data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk
mengukur data berskala ordinal, interval, maupun rasio. Dalam penelitian ini
uji normalitas yang digunakan adalah metode Liliefors pada taraf signifikansi
α=0,05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas variansi ditujukan untuk menguji seragam tidaknya
variansi sampel-sampel penelitian. Pengujian homogenitas varians sampel
dengan menggunakan uji F (varians) dengan tingkat signifikansi α=0,05.
Kriteria untuk menentukan data memiliki populasi homogen atau tidak. Jika
Fhitung < Ftabel, kesimpulannya H0 diterima dan H1 ditolak, varians sampel
homogen.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengolah data yang berupa angka sehingga
dapat ditarik suatu keputusan logis. Untuk menguji hipotesis dalam pengolahan
data digunakan teknik analisa varians (Anava Dua Jalan). Tujuan dari analisis
varians dua jalan adalah untuk menguji signifikansi efek dua variabel bebas dan
satu variabel terikat.
a. Hipotesis satu
Model pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi
siswa. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
H0 : α = 0
H0 : α ≠ 0
Keterangan : α adalah model pembelajaran
b. Hipotesis dua
Tingkat motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar
ekonomi siswa. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
H0 : β = 0
H0 : β ≠ 0
Keterangan : β adalah tingkat motivasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
c. Hipotesis tiga
Interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar siswa
berpengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. Hipotesis yang diuji
adalah sebagai berikut:
H0 : α x β = 0
H0 : α x β ≠ 0
Keterangan : α adalah model pembelajaran, dan β adalah tingkat
motivasi belajar siswa.
Agar lebih efektif hasilnya, pengolahan data dan analisis data dalam
proses perhitungan dilakukan dengan menggunakan alat bantu komputer SPSS
17.0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Pada bab ini disajikan data prestasi belajar pada masing-masing kelompok
siswa menurut pembagian model pembelajaran, motivasi belajar, dan interaksi
antara keduanya. Ada dua model pembelajaran dan dua kategori motivasi belajar
sehingga siswa dapat dikelompokkan menjadi 8 kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning
2. Kelompok siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD
3. Kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
4. Kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah
5. Kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan
memiliki motivasi belajar tinggi
6. Kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan
memiliki motivasi belajar rendah
7. Kelompok siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD
dan memiliki motivasi belajar tinggi
8. Kelompok siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD
dan memiliki motivasi belajar rendah
Deskripsi data prestasi belajar masing-masing kelompok dapat diuraikan sebagai
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
1. Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Self-
Regulated Learning
Jumlah siswa yang berada pada kelas eksperimen yaitu yang diajar
dengan model self-regulated learning adalah sebanyak 30 siswa. Prestasi
belajar pada kelompok ini memiliki nilai rata-rata (mean) 77,417 dan nilai
tengah (median) 77,5 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar
7,0553. Nilai terendah yang diperoleh adalah 62,5 dan nilai tertinggi adalah
90. Data prestasi belajar kelompok ini dapat disajikan dalam bentuk distribusi
dan histogram frekuensi sebagai berikut.
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan
Model Self-Regulated Learning
Interval Nilai Frekuensi Prosentase
62 – 66 2 6,67%
67 – 71 4 13,33%
72 – 76 6 20,00%
77 – 81 9 30,00%
82 – 86 6 20,00%
87 – 91 3 10,00%
Jumlah 30 100,00%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Gambar 2. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan
model Self-Regulated Learning
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
62 - 66 67 - 71 72 - 76 77 - 81 82 - 86 87 - 91
Interval
Fre
ku
en
si
2. Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran
Cooperative Learning Tipe STAD
Jumlah siswa yang berada pada kelas kontrol yaitu yang diajar dengan
model cooperative learning tipe STAD adalah sebanyak 30 siswa. Prestasi
belajar pada kelompok ini memiliki nilai rata-rata (mean) 71,017 dan nilai
tengah (median) 71,75 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar
7,1961. Nilai terendah yang diperoleh adalah 55 dan nilai tertinggi adalah
87,5. Data prestasi belajar kelompok ini dapat disajikan dalam bentuk
distribusi dan histogram frekuensi sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan
model Cooperative Learning Tipe STAD
Interval Nilai Frekuensi Prosentase
54 – 59 2 6,67%
60 – 65 3 10,00%
66 – 71 10 33,33%
72 – 77 9 30,00%
78 – 83 5 16,67%
84 – 89 1 3,33%
Jumlah 30 100,00%
Gambar 3. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan
model Cooperative Learning Tipe STAD
0
2
4
6
8
10
12
54 - 59 60 - 65 66 - 71 72 - 77 78 - 83 84 - 89
Interval
Fre
ku
en
si
3. Prestasi Belajar Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi
Jumlah siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi baik yang ada di
kelas eksperimen maupun yang di kelas kontrol adalah sebanyak 34 siswa.
Prestasi belajar pada kelompok ini memiliki nilai rata-rata (mean) 77,838 dan
nilai tengah (median) 77,5 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar
6,8132. Nilai terendah yang diperoleh adalah 62,5 dan nilai tertinggi adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
90. Data prestasi belajar kelompok ini dapat disajikan dalam bentuk distribusi
dan histogram frekuensi sebagai berikut.
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Memiliki Motivasi
Belajar Tinggi
Interval Nilai Frekuensi Prosentase
62 – 66 3 8,82%
67 – 71 3 8,82%
72 – 76 7 20,59%
77 – 81 11 32,35%
82 – 86 6 17,65%
87 – 91 4 11,76%
Jumlah 34 100,00%
Gambar 4. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Memiliki
Motivasi Belajar Tinggi
0
2
4
6
8
10
12
62 - 66 67 - 71 72 - 76 77 - 81 82 - 86 87 - 91
Interval
Fre
ku
en
si
4. Prestasi Belajar Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah
Jumlah siswa yang memiliki motivasi belajar rendah baik yang ada di
kelas eksperimen maupun yang di kelas kontrol adalah sebanyak 26 siswa.
Prestasi belajar pada kelompok ini memiliki nilai rata-rata (mean) 69,481 dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
nilai tengah (median) 70 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar
6,3206. Nilai terendah yang diperoleh adalah 55 dan nilai tertinggi adalah 80.
Data prestasi belajar kelompok ini dapat disajikan dalam bentuk distribusi dan
histogram frekuensi sebagai berikut.
Tabel 12 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Memiliki
Motivasi Belajar Rendah
Interval Nilai Frekuensi Prosentase
53 – 57 1 3,85%
58 – 62 2 7,69%
63 – 67 5 19,23%
68 – 72 7 26,92%
73 – 77 8 30,77%
78 – 82 3 11,54%
Jumlah 26 100,00%
Gambar 5. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Memiliki
Motivasi Belajar Rendah
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
53 - 57 58 - 62 63 - 67 68 - 72 73 - 77 78 - 82
Interval
Fre
ku
en
si
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
5. Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Self-Regulated
Learning dan Memiliki Motivasi Belajar Tinggi
Jumlah siswa yang berada pada kelas eksperimen yaitu yang diajar
dengan model self-regulated learning dan yang memiliki motivasi belajar
tinggi adalah sebanyak 21 siswa. Prestasi belajar pada kelompok ini memiliki
nilai rata-rata (mean) 80,476 dan nilai tengah (median) 80 dengan simpangan
baku (standar deviasi) sebesar 5,1611. Nilai terendah yang diperoleh adalah 70
dan nilai tertinggi adalah 90. Data prestasi belajar kelompok ini dapat
disajikan dalam bentuk distribusi dan histogram frekuensi sebagai berikut.
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan
Model Self-Regulated Learning yang Memiliki Motivasi Belajar
Tinggi
Interval Nilai Frekuensi Prosentase
68 – 72 1 4,76%
73 – 77 3 14,29%
78 – 82 8 38,10%
83 – 87 6 28,57%
88 – 92 3 14,29%
Jumlah 21 100,00%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Gambar 6. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan
Model Self-Regulated Learning yang Memiliki Motivasi Belajar
Tinggi
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
68 - 72 73 - 77 78 - 82 83 - 87 88 - 92
Interval
Fre
ku
en
si
6. Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Metode Self-Regulated
Learning dan Memiliki Motivasi Belajar Rendah
Jumlah siswa yang berada pada kelas eksperimen yaitu yang diajar
dengan model self-regulated learning dan yang memiliki motivasi belajar
rendah adalah sebanyak 9 siswa. Prestasi belajar pada kelompok ini memiliki
nilai rata-rata (mean) 70,278 dan nilai tengah (median) 70 dengan simpangan
baku (standar deviasi) sebesar 5,6519. Nilai terendah yang diperoleh adalah
62,5 dan nilai tertinggi adalah 80. Data prestasi belajar kelompok ini dapat
disajikan dalam bentuk distribusi dan histogram frekuensi sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan
Model Self-Regulated Learning yang Memiliki Motivasi Belajar
Rendah
Interval Nilai Frekuensi Prosentase
62 – 66 2 22,22%
67 – 71 3 33,33%
72 – 76 3 33,33%
77 – 81 1 11,11%
Jumlah 9 100,00%
Gambar 7. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan
Model Self-Regulated Learning yang Memiliki Motivasi Belajar
Rendah
0
1
2
3
4
62 - 66 67 - 71 72 - 76 77 - 81
Interval
Fre
ku
en
si
7. Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Cooperative Learning
Tipe STAD dan Memiliki Motivasi Belajar Tinggi
Jumlah siswa yang berada pada kelas kontrol yaitu yang diajar dengan
model cooperative learning Tipe STAD dan yang memiliki motivasi belajar
tinggi adalah sebanyak 13 siswa. Prestasi belajar pada kelompok ini memiliki
nilai rata-rata (mean) 73,577 dan nilai tengah (median) 75 dengan simpangan
baku (standar deviasi) sebesar 7,1701. Nilai terendah yang diperoleh adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
62,5 dan nilai tertinggi adalah 87,5. Data prestasi belajar kelompok ini dapat
disajikan dalam bentuk distribusi dan histogram frekuensi sebagai berikut.
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan
Model Cooperative Learning Tipe STAD yang Memiliki Motivasi
Belajar Tinggi
Interval Nilai Frekuensi Prosentase
60 – 65 1 7,69%
66 – 71 4 30,77%
72 – 77 4 30,77%
78 – 83 3 23,08%
84 – 89 1 7,69%
Jumlah 13 100,00%
Gambar 8. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan
Model Cooperative Learning Tipe STAD yang Memiliki Motivasi
Belajar Tinggi
0
1
2
3
4
5
60 - 65 66 - 71 72 - 77 78 - 83 84 - 89
Interval
Fre
ku
en
si
8. Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Cooperative Learning
Tipe STAD dan Memiliki Motivasi Belajar Rendah
Jumlah siswa yang berada pada kelas kontrol yaitu yang diajar dengan
model cooperative learning Tipe STAD dan yang memiliki motivasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
rendah adalah sebanyak 17 siswa. Prestasi belajar pada kelompok ini memiliki
nilai rata-rata (mean) 69,059 dan nilai tengah (median) 68,5 dengan
simpangan baku (standar deviasi) sebesar 6,7751. Nilai terendah yang
diperoleh adalah 55 dan nilai tertinggi adalah 78. Data prestasi belajar
kelompok ini dapat disajikan dalam bentuk distribusi dan histogram frekuensi
sebagai berikut.
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan
Model Cooperative Learning Tipe STAD yang Memiliki Motivasi
Belajar Rendah
Interval Nilai Frekuensi Prosentase
55 – 59 2 11,76%
60 – 64 1 5,88%
65 – 69 6 35,29%
70 – 74 4 23,53%
75 – 79 4 23,53%
Jumlah 17 100,00%
Gambar 9. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan
Model Cooperative Learning Tipe STAD yang Memiliki Motivasi
Belajar rendah
0
1
2
3
4
5
6
7
55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75 - 79
Interval
Fre
ku
en
si
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
B. Uji Kesamaan Prestasi Awal
Kesamaan prestasi belajar sebelum dilakukan eksperimen adalah syarat
yang menjamin ketepatan analisis berdasarkan prestasi belajar setelah eksperimen.
Apabila prestasi belajar awal antara dua kelompok sama maka perbedaan yang
terjadi setelah eksperimen dapat disimpulkan karena adanya perbedaan perlakuan.
Perbandingan prestasi awal kedua kelas diuji dengan menggunakan model
independent samples t test. Terdapat dua pengujian asumsi yang disyaratkan
model ini yaitu uji normalitas dan uji homogenitas variansi.
1. Uji Normalitas Prestasi Awal
Uji t termasuk salah satu metode parametrik. Penggunaan metode ini
mensyaratkan normalitas tiap-tiap kelompok sampel. Pengujian normalitas
dilakukan dengan menggunakan metode kolmogorov-smirnov test with
lilliefors significance correction. Rangkuman hasil uji normalitas data prestasi
belajar awal disajikan pada tabel berikut.
Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Awal
Kelas Statistik p Keterangan
Eksperimen
Kontrol
0,139
0,091
0,144
0,200
Normal
Normal
Berdasarkan tabel 17 diketahui bahwa uji normalitas terhadap data
prestasi awal kedua kelas memiliki nilai p > 0,05. Dengan demikian
disimpulkan bahwa data prestasi belajar awal dari kedua kelas berdistribusi
normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
2. Uji Homogenitas Variansi Prestasi Awal
Uji homogenitas variansi bukan syarat boleh tidaknya penggunaan
metode parametrik seperti uji t. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan
ketepatan perhitungan standard error parameter uji. Uji homogenitas variansi
dilakukan dengan menggunakan levene’s test. Perhitungan menghasilkan nilai
uji statistik F sebesar 0,194 dengan nilai p sebesar 0,661. Oleh karena p > 0,05
maka disimpulkan bahwa variansi data prestasi belajar awal antara kedua
kelas termasuk homogen.
3. Uji Perbandingan Prestasi Awal
Rumusan hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
H0 : tidak ada perbedaan prestasi awal yang signifikan antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol
Ha : ada perbedaan prestasi awal yang signifikan antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol
Tabel 4.10 menyajikan hasil perhitungan uji t untuk membandingkan prestasi
awal kedua kelas.
Tabel 18. Hasil Uji Perbandingan Prestasi Awal
Kelas Rata-rata t p Keterangan
Eksperimen
Kontrol
71,733
70,887 0,691 0,492
Tidak ada perbedaan
signifikan
Berdasarkan tabel 18 tersebut diketahui bahwa uji perbedaan rata-rata
prestasi awal antara kedua kelas memiliki p > 0,05 sehingga diputuskan
menerima H0 atau menolak Ha. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
ada perbedaan prestasi awal yang signifikan antara kelas eksperimen dengan
kelas kontrol atau dengan kata lain prestasi awal kedua kelas adalah sama.
C. Pengujian Prasyarat Analisis
Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian
ini adalah analisis variansi dua jalan (two way analysis of variance). Terdapat dua
uji prasyarat yang harus dilakukan sebelum dilakukan perhitungan anava yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas variansi.
1. Uji Normalitas Prestasi Belajar
Pengujian normalitas dilakukan terhadap tiap-tiap kelompok sampel
yang terbentuk dalam desain eksperimen. Terdapat 8 kelompok sampel
sebagaimana telah disebutkan pada bagian deskripsi data. Metode yang
digunakan untuk uji normalitas adalah kolmogorov-smirnov test with lilliefors
significance correction. Rangkuman hasil uji normalitas data prestasi belajar
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 19. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Awal
Kelompok Sampel Statistik p Keterangan
A1
A2
B1
B2
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
0,110
0,087
0,103
0,107
0,108
0,147
0,128
0,106
0,200
0,200
0,200
0,200
0,200
0,200
0,200
0,200
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Keterangan:
A1 : kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning
A2 : kelompok siswa yang diajar dengan model cooperative learning
tipe STAD
B1 : kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
B2 : kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah
A1B1 : kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning
dan memiliki motivasi belajar tinggi
A1B2 : kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning
dan memiliki motivasi belajar rendah
A2B1 : kelompok siswa yang diajar dengan model cooperative learning
tipe STAD dan memiliki motivasi belajar tinggi
A2B2 : kelompok siswa yang diajar dengan model cooperative learning
tipe STAD dan memiliki motivasi belajar rendah
Berdasarkan tabel 19 diketahui bahwa uji normalitas pada semua
kelompok sampel dalam eksperimen memiliki p > 0,05. Dengan demikian data
prestasi belajar secara keseluruhan berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Variansi Prestasi Belajar
Sebagaimana pada uji t (uji kesamaan prestasi awal), uji homogenitas
variansi bukan syarat boleh tidaknya penggunaan anava. Pengujian ini
sebenarnya merupakan dasar penentuan teknik uji setelah anava (post hoc
test). Uji setelah anava dalam penelitian ini dilakukan dengan scheffe test.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Metode ini mensyaratkan adanya homogenitas variansi antar kelompok
sampel yang dilakukan dengan levene’s test. Perhitungan menghasilkan nilai
uji statistik F sebesar 0,844 dengan nilai p sebesar 0,476. Oleh karena p > 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa variansi antar kelompok sampel data prestasi
belajar termasuk homogen.
D. Pengujian Hipotesis
Terdapat tiga hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yaitu:
1. Ada perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran self-regulated
learning dan cooperative learning terhadap prestasi belajar ekonomi siswa.
2. Ada perbedaan pengaruh tingkat motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar ekonomi siswa.
3. Ada Interaksi pengaruh model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar
terhadap prestasi belajar ekonomi siswa.
Berikut adalah hasil analisis variansi dua jalan untuk menguji ketiga hipotesis
tersebut.
Tabel 20. Hasil Analisis Variansi Dua Jalan
Sumber
variasi SS df MS F p Keterangan
A
B
A B
223,806
735,459
109,570
1
1
1
223,806
735,459
109,570
5,858
19,249
2,868
0,019
0,000
0,096
Signifikan
Signifikan
Tidak signifikan
Error 2139,658 56 38,208
Total 3559,683 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Keterangan:
A : model pembelajaran
B : motivasi belajar
A B : interaksi model pembelajaran dan motivasi belajar
Hasil analisis variansi dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar ekonomi
Metode pembelajaran merupakan sumber variasi pertama (A) untuk
prestasi belajar. Hipotesis yang diuji dapat dirumuskan sebagai berikut:
H0 : model pembelajaran tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi
belajar
Ha : model pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
Berdasarkan tabel 20 diketahui bahwa uji pengaruh sumber variasi A
menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 5,858 dengan nilai p sebesar 0,019.
Oleh karena p < 0,05 maka diputuskan untuk menolak H0 atau menerima Ha.
Dengan demikian disimpulkan bahwa model pembelajaran berpengaruh
signifikan terhadap prestasi belajar.
Perbandingan relatif antar jenis metode pembelajaran dapat langsung
dilakukan dengan nilai rata-rata karena hanya ada dua model yang
dibandingkan. Berdasarkan deskripsi data diketahui bahwa rata-rata prestasi
belajar siswa yang diajar dengan self-regulated learning (77,417) lebih tinggi
dibandingkan rata-rata prestasi belajar siswa yang diajar dengan cooperative
learning tipe STAD (71,017). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
metode self-regulated learning dapat memberikan prestasi belajar yang lebih
baik dibandingkan model cooperative learning tipe STAD.
2. Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar ekonomi
Model pembelajaran merupakan sumber variasi kedua (B) untuk
prestasi belajar. Hipotesis yang diuji dapat dirumuskan sebagai berikut:
H0 : motivasi belajar tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
Ha : motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
Berdasarkan tabel 20 diketahui bahwa uji pengaruh sumber variasi B
menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 19,249 dengan nilai p sebesar 0,000.
Oleh karena p < 0,05 maka diputuskan untuk menolak H0 atau menerima Ha.
Dengan demikian disimpulkan bahwa motivasi belajar berpengaruh signifikan
terhadap prestasi belajar.
Perbandingan relatif antar kategori motivasi belajar dapat langsung
dilakukan dengan nilai rata-rata karena hanya ada dua kategori yang
dibandingkan. Berdasarkan deskripsi data diketahui bahwa rata-rata prestasi
belajar siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi (77,838) lebih tinggi
dibandingkan rata-rata prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar
rendah (69,481). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi akan meraih prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
3. Interaksi model pembelajaran dan motivasi belajar dalam
mempengaruhi prestasi belajar ekonomi
Metode pembelajaran merupakan sumber variasi ketiga (A B) untuk
prestasi belajar. Hipotesis yang diuji dapat dirumuskan sebagai berikut:
H0 : tidak ada interaksi model pembelajaran dan motivasi belajar dalam
mempengaruhi prestasi belajar
Ha : ada interaksi model pembelajaran dan motivasi belajar dalam
mempengaruhi prestasi belajar
Berdasarkan tabel 20 diketahui bahwa uji pengaruh sumber variasi C
menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 2,868 dengan nilai p sebesar 0,096.
Oleh karena p > 0,05 maka diputuskan untuk menerima H0 atau menolak Ha.
Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada interaksi metode pembelajaran
dan motivasi belajar dalam mempengaruhi prestasi belajar.
Tidak adanya interaksi mengindikasikan bahwa tidak ada kombinasi
tertentu antar kategori dari kedua faktor (sumber variasi) untuk memperoleh
suatu level prestasi belajar tertentu. Prestasi belajar tertinggi dapat diketahui
akan diperoleh siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan
memiliki motivasi belajar tinggi. Sebaliknya prestasi belajar terendah akan
diperoleh siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD
dan memiliki motivasi belajar rendah. Meskipun begitu untuk mengetahui
perbandingan berpasangan antar empat kelompok perlu dilakukan uji lanjut
setelah anava (post hoc test).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
E. Uji Setelah Anava
Uji setelah anava (post hoc test) dilakukan untuk membandingkan secara
berpasangan masing-masing dari empat kelompok sampel berikut:
1. Kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan
memiliki motivasi belajar tinggi (A1B1 ; rata-rata = 80,476).
2. Kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan
memiliki motivasi belajar rendah (A1B2 ; rata-rata = 70,278).
3. Kelompok siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD
dan memiliki motivasi belajar tinggi (A2B1 ; rata-rata = 73,577).
4. Kelompok siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD
dan memiliki motivasi belajar rendah (A2B2 ; rata-rata = 69,059).
Pengujian dilakukan dengan menggunakan scheffe test. Rangkuman hasil
post hoc test disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 21. Hasil Uji Setelah Anava
Perbandingan Selisih rata-rata p Keterangan
A1B1 – A2B1
A1B1 – A1B2
A1B1 – A2B2
A2B1 – A1B2
A2B1 – A2B2
A1B2 – A2B2
6,8993
10,1984
11,4174
3,2291
4,5181
1,2190
0,026
0,002
0,000
0,680
0,280
0,973
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
Berbeda signifikan
Tidak berbeda signifikan
Tidak berbeda signifikan
Tidak berbeda signifikan
Berdasarkan tabel 21. diketahui bahwa prestasi belajar kelompok siswa
yang diajar dengan model self-regulated learning dan memiliki motivasi belajar
tinggi (A1B1) berbeda signifikan dengan ketiga kelompok yang lain, sedangkan
ketiga kelompok lain tersebut (A1B2, A2B1, A2B2) satu dengan yang lain tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
berbeda signifikan. Berdasarkan nilai rata-ratanya terbukti bahwa prestasi belajar
tertinggi diperoleh siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan
memiliki motivasi belajar tinggi. Ketiga kelompok siswa yang lain meraih prestasi
belajar yang tidak berbeda.
F. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut, dapat diuraikan pembahasan hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Self-Regulated
Learning dan Cooperative Learning Tipe STAD Terhadap Prestasi
Belajar Ekonomi Siswa
Hasil analisis tersebut menunjukan bahwa model pembelajaran Self-
Regulated Learning dan Cooperative Learning tipe STAD menghasilkan
perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar ekonomi siswa. Berdasarkan hasil
perhitungan diketahui bahwa model pembelajaran menghasilkan nilai uji
statistik F sebesar 5,858 dengan nilai p sebesar 0,019. Oleh karena p < 0,05
maka diputuskan untuk menolak H0 atau menerima Ha. Dengan demikian
disimpulkan bahwa metode pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap
prestasi belajar.
Siswa yang diajarkan dengan model Self-Regulated Learning
memperoleh skor rata-rata prestasi belajar ekonomi sebesar 77,417. Siswa
yang diajarkan dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD
memperoleh rata-rata skor hasil belajar sebesar 71,017. Dengan demikian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
dapat diketahui bahwa siswa yang diajarkan dengan model self-regulated
learning memiliki hasil belajar ekonomi yang lebih tinggi daripada siswa
yang diajarkan melalui model cooperative learning tipe STAD.
Self-regulated learning merupakan model pembelajaran yang secara
aktif melibatkan kemampuan metakognitif, motivasional dan behavioral
siswa. Keterlibatan secara aktif dalam proses belajar meningkatkan
performansi akademik mereka. Elizabeth A. Jordon, Marian J. Poratt (2006:8)
menjelaskan “self-regulated learning includes effective strategies for
learning, reflection on one’s own thinking and learning (metacognition), and
motivation and engagement with school tasks”. (pembelajaran regulasi-diri
merupakan bagian dari strategi yang efektif untuk belajar, merefleksi pada
satu cara berpikir dan belajar (metakognisi), memotivasi dan melibatkan
tugas-tugas di sekolah).
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa Self-Regulated
Learning dapat menghasilkan hasil belajar yang lebih baik karena dengan
menggunakan model pembelajaran ini siswa dapat merencanakan
pembelajaran dan menemukan cara atau strategi yang efektif dalam belajar,
sebagai contoh, pebelajar tahu gaya pembelajaran yang lebih disukai (apa
yang mudah dan sulit, bagaimana cara mengatasi bagian-bagian yang sulit,
apa minat dan bakatnya, dan bagaimana cara memanfaatkan kekuatannya).
Pembelajaran Cooperative Learning sebenarnya dapat membantu para
partisipannya berlatih, mengelaborasi, dan memperluas pengetahuannya,
namun sering kali anggota kelompok hanya memindahkan ketergantungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
dari guru kepada teman yang lebih ahli dalam kelompoknya sehingga
pembelajaran tetap pasif dan apa yang dipelajari bisa jadi keliru.
2. Perbedaan Pengaruh Tingkat Motivasi Belajar Siswa Tingkat Tinggi
dan Tingkat Motivasi Belajar Siswa Rendah Terhadap Prestsai Belajar
Ekonomi Siswa
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa uji pengaruh tingkat
motivasi belajar menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 19,249 dengan nilai
p sebesar 0,000. Oleh karena p < 0,05 maka diputuskan untuk menolak H0
atau menerima Ha. Dengan demikian disimpulkan bahwa motivasi belajar
berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. Hasil analisis menunjukan
bahawa tingkat motivasi belajar tinggi dan tingkat motivasi belajar rendah
menghasilkan perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi siswa.
Siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar tinggi menghasilkan prestasi
belajar ekonomi yang lebih tinggi dengan rata-rata skor sebesar 77,838. Siswa
yang memiliki tingkat motivasi belajar rendah memiliki prestasi belajar
ekonomi yang lebih rendah dengan skor rata-rata sebesar 69,481.
Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam diri
seseorang yang menggerakan dirinya untuk melakukan sesuatu untuk
mencapai tujuan yang diinginkan yang dilakukan secara sadar yang dilakukan
melalui latihan dan pengalamannya untuk menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai
sikap. Elliot, Kratochwill, Littlrfield Cook, dan Travers (2000:332)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
menjelaskan: “Motivation is defined as an internal state that arouses us to
action, pushes us in particular direction, and keeps us engaged in certain
activities. Learning and motivation are equally essential for performance:
Learning enables us to acquire new knowledge and skills, and motivation
provides the impetus for showing what we have learned”. (Motivasi
didefinisikan sebagai keadaan internal yang membangkitkan kita untuk
bertindak, mendorong kita ke arah tertentu, dan membuat kita terlibat dalam
kegiatan-kegiatan tertentu. Motivasi dan belajar sama-sama penting untuk
sebuah kinerja: Belajar memungkinkan kita untuk memperoleh pengetahuan
baru dan keterampilan, dan motivasi memberikan dorongan untuk
menunjukkan apa yang telah kita pelajari).
Siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar tinggi memiliki prestasi
belajar ekonomi yang lebih baik, karena siswa tersebut memiliki dorongan
yang kuat dari dalam dirinya untuk melakukan berbagai kegiatan positif yang
menunjang pembelajaran. Motivasi memberikan peranan yang sangat penting
dalam keberhasilan dalam belajar. Penggunaan model pembelajaran yang
baik sekalipun tanpa adanya motivasi belajar menjadikan kegiatan belajar
menjadi kurang bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
3. Tidak Terdapat Interaksi Pengaruh Antara Model Pembelajaran dan
Tingkat Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi
Siswa
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara model
pembelajaran dan tingkat motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar
ekonomi siswa. Tidak adanya interaksi mengindikasikan bahwa tidak ada
kombinasi tertentu antar kategori dari kedua faktor (sumber variasi) untuk
memperoleh suatu level prestasi belajar tertentu. Prestasi belajar tertinggi
dapat diketahui akan diperoleh siswa yang diajar dengan model Self-
Regulated Learning dan memiliki motivasi belajar tinggi. Sebaliknya prestasi
belajar terendah akan diperoleh siswa yang diajar dengan model Cooperative
Learning tipe STAD dan memiliki motivasi belajar rendah.
Tabel 22. Rata-Rata Skor Prestasi Belajar Ekonomi Siswa
No
Kombinasi Rata-Rata Prestasi
Belajar Ekonomi Model Pembelajaran Motivasi Belajar
1 Self-Regulated Learning Tinggi 80,476
2 Self-Regulated Learning Rendah 70,278
3 Cooperative Learning Tipe STAD Tinggi 73,577
4 Cooperative Learning Tipe STAD Rendah 69,059
Tabel tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
tertentu disertai dengan perbedaan tingkat motivasi belajar siswa, menghasilkan
perbedaan rata-rata skor prestasi belajar ekonomi. Prestasi belajar ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
tertinggi diperoleh dari siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Self-
Regulated Learning dan memiliki tingkat motivasi belajar tinggi dengan rata-rata
skor sebesar 80,476. Untuk siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
yang sama, dengan motivasi belajar rendah menghasilkan skor rata-rata sebesar
70,278. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan tingkat motivasi belajar
diantara para siswanya. Walaupun siswa dapat merencanakan proses pembelajaran
dengan baik dan mampu menemukan cara atau strategi yang efektif dalam belajar,
tetapi siswa yang memiliki motivasi belajar tinggiakan lebih berhasil dalam
menjalankan rencana pembelajaran yang telah disusun dengan baik. Siswa yang
diajakan dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD dan
diikuti dengan tingkat motivasi belajar tinggi akan menghasilkan skor rata-rata
prestasi belajar ekonomi sebesar 73,577, sedangkan siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran yang sama disertai dengan tinggkat motivasi belajar yang
rendah hanya memperoleh skor rata-rata prestasi belajar sebesar 69,059.
Untuk siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, model pembelajaran
Self-Regulated Learning menghasilkan prestasi belajar ekonomi siswa yang lebih
baik dibandingakan dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe
STAD dengan skor rata-rata sebesar 80,476 untuk model pembelajaran Self-
Regulated Learning, dan 73,577 untuk model pembelajaran Cooperative Learning
tipe STAD. Hal ini terjadi karena siswa yang menggunakan model pembelajaran
Self-Regulated Learning siswa dapat merencanakan proses pembelajaran dengan
baik dan mampu menemukan cara atau strategi yang efektif dalam belajar, sebagai
contoh, pebelajar tahu gaya pembelajaran yang lebih disukai (apa yang mudah dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
sulit, bagaimana cara mengatasi bagian-bagian yang sulit, apa minat dan bakatnya,
dan bagaimana cara memanfaatkan kekuatannya) dibandingkan dengan
menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD dimana
seringkali siswa memindahkan ketergantungan mereka dari guru kepada teman
dalam pembelajaran. Hal yang sama juga akan terjadi bagi siswa yang memiliki
motivasi belajar rendah, dimana dengan penggunaan model pembelajaran Self-
Regulated Learning menghasilkan rata-rata prestasi belajar sebesar 70,278 dan
siswa yang menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD
menghasilkan prestasi belajar sebesar 69,059. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan
tingkat motivasi belajar siswa yang mempengaruhi prestasi belajar ekonomi
siswa.
G. Keterbatasan Penelitian
Peneliti sudah berusaha untuk mempersiapkan dan merancang penelitian
secara cermat sebagai upaya untuk memperoleh data dan kesimpulam yang dapat
dipertanggungjawabkan, namun demikian masih banyak faktor yang sangat sulit
diantisipasi yang merupakan keterbatasan penelitian ini. Beberapa keterbatasan
penelitian ini perlu diketahui untuk menghindari kesalahan yang ditimbulkan
dalam penafsiran dan implikasi hasil penelitian, yaitu:
1. Pemberian treatment dapat dipengaruhi oleh variabel lain diluar treatment
yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
2. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini disusun
berdasarkan pada kisi-kisi kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya, dan
bukan merupakan instrumen yang terstandarisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan pengaruh signifikan penggunaan model pembelajaran
Self-Regulated Learning dan Cooperative Learning tipe STAD terhadap hasil
belajar ekonomi siswa. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa uji
pengaruh sumber variasi A menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 5,858
dengan nilai p sebesar 0,019. Oleh karena p < 0,05 maka diputuskan untuk
menolak H0 atau menerima Ha. Berdasarkan hasil penelitian, siswa yang
diajarkan dengan model Self-Regulated Learning menghasilkan hasil belajar
yang jauh lebih baik, dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan
model Cooperative Learning. Self-Regulated Learning dapat menghasilkan
hasil belajar yang lebih baik karena dengan menggunakan model
pembelajaran ini siswa dapat merencanakan pembelajaran dan menemukan
cara atau strategi yang efektif dalam belajar, sebagai contoh, pebelajar tahu
gaya pembelajaran yang lebih disukai (apa yang mudah dan sulit, bagaimana
cara mengatasi bagian-bagian yang sulit, apa minat dan bakatnya, dan
bagaimana cara memanfaatkan kekuatannya). Pembelajaran Cooperative
Learning sebenarnya dapat membantu para partisipannya berlatih,
mengelaborasi, dan memperluas pengetahuannya, namun sering kali anggota
kelompok hanya memindahkan ketergantungan dari guru kepada teman yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
lebih ahli dalam kelompoknya sehingga pembelajaran tetap pasif dan apa
yang dipelajari bisa jadi keliru.
2. Terdapat perbedaan pengaruh secara signifikan antara motivasi belajar siswa
tinngi dan tingkat motivasi belajar siswa rendah terhadap hasil belajar
ekonomi siswa. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa uji pengaruh
sumber variasi B menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 19,249 dengan
nilai p sebesar 0,000. Oleh karena p < 0,05 maka diputuskan untuk menolak
H0 atau menerima Ha. Berdasarkan hasil penelitian, siswa dengan tingkat
motivasi belajar tinggi menghasilkan hasil belajar ekonomi yang lebih baik,
dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Siswa
yang memiliki motivasi belajar tinggi memiliki motivasi kuat akan
mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Siswa yang
memiliki motivasi yang tinggi akan cenderung memusatkan perhatian
terhadap kegiatan yang dilakukannya sehingga akan lebih berhasil dalam
proses belajar. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah
akan cenderung kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.
3. Tidak terdapat interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan tingkat
motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. Hal ini
diketahui berdasarkan uji pengaruh sumber variasi C menghasilkan nilai uji
statistik F sebesar 2,868 dengan nilai p sebesar 0,096. Oleh karena p > 0,05
maka diputuskan untuk menerima H0 atau menolak Ha. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi model pembelajaran dan tingkat
motivasi belajar dalam mempengaruhi prestasi belajar ekonomi siswa. Tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
adanya interaksi mengindikasikan bahwa tidak ada kombinasi tertentu antar
kategori dari kedua faktor (sumber variasi) untuk memperoleh suatu level
prestasi belajar tertentu. Prestasi belajar tertinggi dapat diketahui akan
diperoleh siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan
memiliki motivasi belajar tinggi. Sebaliknya prestasi belajar terendah akan
diperoleh siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD
dan memiliki motivasi belajar rendah. Prestasi belajar kelompok siswa yang
diajar dengan model self-regulated learning dan memiliki motivasi belajar
tinggi (A1B1) berbeda signifikan dengan ketiga kelompok yang lain,
sedangkan ketiga kelompok lain tersebut (A1B2, A2B1, A2B2) satu dengan
yang lain tidak berbeda signifikan. Berdasarkan nilai rata-ratanya terbukti
bahwa prestasi belajar tertinggi diperoleh siswa yang diajar dengan model
self-regulated learning dan memiliki motivasi belajar tinggi. Ketiga
kelompok siswa yang lain meraih prestasi belajar yang tidak berbeda.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka dapat diuraikan beberapa
implikasi sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Model pembelajaran Self-Regulated Learning, Cooperative Learning tipe
STAD dan tingkat motivasi belajar siswa telah terbukti menghasilkan
perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. Self-Regulated
Learning adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional dan behavioral
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
aktif dalam proses belajar mereka sendiri, keterlibatan secara aktif dalam
proses belajar meningkatkan performansi akademik siswa. Berbeda dengan
Self-Regulated Learning, Cooperative Learning tipe STAD menuntut siswa
mampu mengembangkan belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan berbeda dan membantu para partisipannya
berlatih, mengelaborasi, dan memperluas pengetahuannya. Motivasi belajar
merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang
menggerakan dirinya untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan yang dilakukan secara sadar yang dilakukan melalui latihan dan
pengalamannya untuk menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap.
2. Implikasi Praktis
Guru mata pelajaran ekonomi sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam
kelas dengan mempertimbangkan berbagai faktor baik kondisi lingkungan,
sarana pendukung, karakteristik materi pembelajaran maupun karakteristik
siswa termasuk tingkat motivasi belajarnya. Model pembelajaran Self-
Regulated Learning dan Cooperative Learning tipe STAD telah terbukti
memberikan perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang telah
diuraikan sebelumnya, maka saran yang diajukan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Kepada Pengajar
a. Pengajar diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran Self-
Regulated Learning pada mata pelajaran ekonomi karena telah
terbukti memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi
siswa, tanpa mengesampingkan model pembelajaran lain sebagai
penunjang dalam kegiatan pembelajaran.
b. Pengajar diharapkan dapat mengidentifikasi motivasi belajar siswa,
dan dapat memberikan perhatian serta perlakuan yang dapat
meningkatkan motivasi dalam belajar terhadap siswa yang memiliki
motivasi belajar rendah dalam kelas.
2. Kepada Siswa
a. Siswa diharapkan dapat lebih aktif untuk terlibat dalam pembelajaran.
Tanpa adanya dukungan positif dari siswa dalam kegiatan belajar,
maka apapun model pembelajaran yang diberikan akan menjadi
kurang bermakna.
b. Siswa diharapkan dapat motivasi belajar internalnya, karena adanya
motivasi yang tinggi akan membantu siswa menggerakan dirinya
untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan
dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
3. Kepada Kepala Sekolah
Kepala sekolah diharapkan dapat memberikan kesempatan penuh kepada
pengajar untuk mengembangkan model pembelajaran inovatif, sehingga dapat
menjadi suatu referensi baru untuk menerapkan model pembelajaran inovatif
tersebut sesuai dengan proses belajar dan karakteristik mata pelajaran di
dalam kelas.
4. Kepada Komite Sekolah
Peran orang tua dalam mengembangkan sekolah harus lebih ditingkatkan
dengan mendorong sekolah untuk mampu mengembangkan model
pembelajaran inovatif dengan memberikan kemudahan bagi sekolah dalam
pemenuhan sarana dan prasarana yang mampu menunjang pengembangan
model pembelajaran inovatif.
5. Peneliti lain
Peneliti lain diharapkan dapat memanfaatkan dan mengembangkan hasil
penelitian ini sebagai salah satu bentuk referensi pembelajaran dan dapat
mengembangkan hasil penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih luas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
maka diputuskan untuk menerima H0 atau menolak Ha. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi model pembelajaran dan tingkat
motivasi belajar dalam mempengaruhi prestasi belajar ekonomi siswa. Tidak
adanya interaksi mengindikasikan bahwa tidak ada kombinasi tertentu antar
kategori dari kedua faktor (sumber variasi) untuk memperoleh suatu level
prestasi belajar tertentu. Prestasi belajar tertinggi dapat diketahui akan
diperoleh siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan
memiliki motivasi belajar tinggi. Sebaliknya prestasi belajar terendah akan
diperoleh siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD
dan memiliki motivasi belajar rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I. 1998 Leearning to Teach. Boston: McGraw-Hill.
Birnadeta Darmastuti. 2007. Pengaruh Sikap Siswa Pada Guru dan Kebiasaan
Belajar terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Ekonomi Siswa Kelas III di
SMK Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi (tidak
diterbitkan). FKIP UNS.
Chen, Catherine S. 2002. Self-Regulated Learning Strategies And Achievement
In An Introduction To Information System Course. Information
Technology, Learning, and Performance Journal, Vol 20, No. 1, Spring,
2002.
Crowl, Sally, Podell. 1997. Educational psychology. New York: University of
New York.
Elliot, Stephen N., Thomas R. Kratochwill, Joan Littlrfield Cook & John F.
Travers. 2000. Educational Psychology. International Edition: Boston:
McGraw-Hill
Endah Rahmawati. 2006. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap
Kemampuanmemecahkan Masalah Matematika Ditinjau Dari
Kemampuan Awal Siswa. Tesis (tidak diterbitkan). Pascasarjana UNS.
Haris Mudjiman. 2007. Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Press
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jordon, Elizabeth A., & Marian J. Poratt. 2006. Educational Psychology:
Problem-based Approach. Boston. Pearson Education, Inc.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Joyce, Bruce., Marsha Weil & Emily Calhoun. 2000. Models of Teaching-6th
ed.
Boston: McGraw-Hill
Linn, Robert L., & Norman E Groundlund. 2000. Measurement and assessment in
theaching. Upper Saddle River. Prentice-Hall, Inc.
Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.
Yogyakarta:Kanisius.
2010. Quantum Teaching. Jogjakarta: DIVA Press
Nana Diana. 2008. Implementasi Model Pembelajaran Langsung (Direct
Instruction) Dengan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran
Matematika Pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Bentuk Aljabar Kelas
Viii Smp Muhammadiyah 1 Malang. Skripsi (tidak diterbitkan). FKIP
UMM
Nugraha Arif Karyanta. 2002. Hubungan Persepsi gaya Kepemimpinan
Transformasional Guru dengan Strategi Self-Regulated Learning Siswa
Skripsi (tidak diterbitkan). Psikologi UGM.
Oemar Hamalik. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: Bumi Aksara
Pintrich, Paul R., & Elisabeth V. De Groot. 1990. Motivational and Self-
Regulated Learninng Components of Classroom Academic Performance.
Journal of Educational psychology, vol 82, no. 1, 33-40. 1990.
Sardiman A. M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Slavin, Robert. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice-2nd
ed. Boston : A Simon & Schusster Company
____________ 2008. Psikologi Pendidikan. Penerjemah Marianto Samosir.
Jakara: PT Indeks.
Sofan Amri, Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inofatif
Dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakakarya.
Sudjana. 2002. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito.
Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Mata Padi
Presindo.
Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).
Jakarta: Rineka Cipta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Surtatinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal & Program pendidikannya.
Jakarta: Bina Aksara.
Torres, Maria Carmen Gonzales. 2004. Self-Regulated Learning: Current And
Future Directions. Electronic Journal Of Research In Educational
Psychology, 2(1), 1-34.
Woolfolk, Anita. 2009. Educational Psychology: Active Learning Edition-bagian
pertama. Penerjemah Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini
Seotjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
______________ 2009. Educational Psychology: Active Learning Edition-bagian
kedua. Penerjemah Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Seotjipto.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar