-
UNIVERSITAS INDONESIA
DAMPAK PENGGUNAAN E-LEARNING TERHADAP PROSES
PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI
PROPOSAL PENELITIAN
MUHAMMAD FADLI PUTRA
1206237933
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
PROGRAM STUDI SARJANA SISTEM INFORMASI
DEPOK
JUNI 2015
-
1
ABSTRAK
Nama : Muhammad Fadli Putra
Program Studi : Sarjana Sistem Informasi
Judul : Dampak Penggunaan E-Learning terhadap Proses Pembelajaran di Perguruan
Tinggi
E-Learning merupakan salah satu bentuk manfaat dari perkembangan teknologi informasi yang
diterapkan dalam bidang pendidikan. Sejak pertama kali ditemukan, e-learning terus mengalami
perkembangan hingga saat ini seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan penelitian
di bidang e-learning tersebut. Begitu juga halnya dengan penulis sendiri, penulis tertarik
melakukan sebuah penelitian mengenai bagaimanakah dampak dari penggunaan e-learning pada
perguruan tinggi terhadap proses pembelajaran mahasiswa di sana.
Penelitian yang akan penulis lakukan diharapkan dapat menjawab dua pertanyaan yang telah
penulis tentukan agar dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai dampak dari
penggunaan e-learning terhadap proses pembelajaran di perguruan tinggi. Pertanyaan pertama
yaitu bagaimanakah dampak penggunaan e-learning terhadap hasil dari proses pembelajaran
yang dilakukan oleh mahasiswa pada perguruan tinggi. Kemudian pertanyaan kedua adalah
faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesuksesan dari penggunaan e-learning tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Proses pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Proses wawancara
dan observasi akan dilakukan kepada mahasiswa dan dosen dari 4 perguruan tinggi negeri di
Indonesia yang telah menerapkan sistem e-learning. Kemudian untuk lebih memantapkan proses
penarikan kesimpulan terhadap hasil penelitian, penulis akan melakukan analisis terhadap
dokumen-dokumen penelitian sejenis yang telah ada sebelumnya
Kata Kunci :
E-Learning, perguruan tinggi, pembelajaran, dampak, mahasiswa, penelitian kualitatif, studi
kasus
-
2
DAFTAR ISI
ABSTRAK 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1 PENDAHULUAN ... 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah .. 8
1.3 Tujuan Penelitian . 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9
1.6 Signifikansi Penelitian . 9
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR ... 10
2.1 Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi ....... 10
2.2 Metode Pembelajaran Konvensional ... 10
2.3 Perkembangan Teknologi Informasi 12
2.4 Pengertian E-Learning ..... 13
2.5 Hasil Penelitian Terdahulu .. 15
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 20
3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian ... 20
3.2 Tahapan Penelitian ... 20
3.3 Metode Pengumpulan Data .. 24
3.4 Metode Analisis Data ... 25
3.5 Instrumen Penelitian . 25
BAB 4 HASIL YANG DIHARAPKAN .. 27
REFERENSI .. 28
-
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi informasi terus mengalami perkembangan dan telah banyak memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia. Perkembangan tersebut selalu membawa perubahan yang besar di setiap
zamannya. Salah satu contoh aplikasi yang terlahir dari perkembangan tersebut adalah electronic
learning atau yang lebih dikenal dengan istilah e-learning. E-Learning merupakan merupakan
proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan media elektronik atau memanfaatkan
teknologi informasi yang ada sehingga menjadikan proses pembelajaran yang dilakukan lebih
efektif dan efisien.
Dewasa ini penggunaan e-learning semakin banyak diminati oleh lembaga-lembaga pendidikan.
Berdasarkan kepada hasil studi yang dilakukan oleh EDUCAUSE Center for Analysis and
Research (ECAR) pada tahun 2013 [1], tampak bahwa hampir semua institusi (sekitar 98%) pada
saat ini setidaknya memiliki satu departemen, unit, atau program studi yang memiliki minat yang
besar terhadap e-learning (terlihat pada gambar 1). Minat terhadap e-learning memiliki arti
bahwa institusi tersebut institusi tersebut telah menggunakan media online sebagai konten
pembelajaran di kelas atau bahkan telah memiliki suatu sistem kelas online tersendiri. Lalu,
ECAR juga menulis bahwa penggunaan e-learning pada perguruan tinggi akan memberikan
sejumlah keuntungan baik bagi institusi atau pun bagi mahasiswa sendiri.
Gambar 1 : Minat Institusi Pendidikan terhadap E-Learning
-
4
Seiring dengan meningkatnya minat terhadap penggunaan e-learning, para saintis terus berupaya
melakukan penelitian guna meningkatkan kinerja sistem e-learning terhadap hasil dari proses
pembelajaran. Penelitian tersebut tidak terbatas kepada pengembangan e-learning sebagai suatu
sistem atau alat, akan tetapi penelitian juga dilakukan untuk mencari tahu mengenai dampak dari
penggunaan e-learning terhadap proses pembelajaran dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kesuksesan dari e-learning tersebut.
Meilun Shih, Jui Feng, dan Chin-Chung Tsai dalam paper mereka [2] melakukan analisis konten
terhadap pada 5 jurnal indeks sitasi ilmu sosial (yaitu: Computers and Education, British Journal
of Educational Technology, Innova-tions in Education and Teaching International, Educational
Technology Research & Development, dan Journal of Computer Assisted Learning) yang keluar
pada tahun 2001 hingga 2005. Mereka ingin melihat bagaimanakah tren penelitian di bidang e-
learning di kalangan para saintis. Hasilnya mereka menemukan bahwa 444 dari 1027 artikel
yang diterbitkan memilki topik di bidang e-learning. Berikit tabel hasil rincian lebih lanjut dari
analisis yang mereka lakukan serta gambar grafiknya.
Tabel 1 : Banyaknya Artikel yang Memiliki Topik di Bidang E-Learning pada Tahun 2001-2005
Gambar 2 : Persentase dari Artikel yang Memiliki Topik di Bidang E-Learning pada Tahun 2001-2005
-
5
Di Indonesia sendiri saat ini sudah banyak perguruan tinggi yang menerapkan e-learning,
terutama pada kampus-kampus besar seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi
Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan lain-lain.
Kebanyakan sistem e-learning yang ada pada kampus-kampus tersebut bersifat melengkapai
perkuliahan tatap muka yang dilakukan di kelas. Sistem e-learning tersebut berisi materi-materi
kuliah serta tempat pengumpulan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen.
Pada Universitas Indonesia (UI), sistem e-learning tersebut dinamai dengan Student Centered E-
Learning Environment yang lebih dikenal dengan nama Scele (terlihat pada gambar 2).
Kemudian di Institut Teknologi Bandung (ITB), sistem e-learning di sana dinamai dengan
Blended Learning (terlihat pada gambar 3). Lalu pada Universitas Gadjah Mada (UGM), sistem
e-learning di sana dinamai dengan E-Learning System for Academic Community atau yang
dikenal dengan Elisa (terlihat pada gambar 4). Terakhir, pada Institut Pertanian Bogor (IPB),
sistem e-learning di sana dinamai dengan Lecture Management System (LMS) (terlihat pada
gambar 5).
Gambar 2 : Tampilan situs e-learning Universitas Indonesia
-
6
Gambar 3 : Tampilan situs e-learning Institut Teknologi Bandung
Gambar 4 : Tampilan situs e-learning Universitas Gadjah Mada
-
7
Gambar 5 : Tampilan situs e-learning Institut Pertanian Bogor
Meskipun penggunaan e-learning semakin meningkat, sayangnya tidak semua institusi mampu
menggunakan e-learning dengan benar dan maksimal. Misalnya saja di kampus penulis sendiri
(Universitas Indonesia) belum semua fakultas atau program studinya menggunakan sistem e-
learning yang telah dikembangkan untuk perguruan tinggi tersebut. Hal tersebut bisa saja terjadi
dikarenakan masih kurangnya kesadaran dari sivitas akademikanya akan pentingnya penggunaan
dari e-learning beserta manfaatnya. Selain itu bisa jadi juga dikarenakan kurangnya keterampilan
yang dimiliki oleh dosen selaku tenaga pendidik di perguruan tinggi tersebut.
Keadaan seperti di atas membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian di bidang e-
learning. Penulis ingin turut serta dalam menyebarkan ide penggunaan e-learning pada lembaga
pendidikan di Indonesia, khususnya perguruan tinggi. Untuk itu penulis melakukan penelitian
mengenai dampak penggunaan e-learning terhadap proses pembelajaran di perguruan tinggi.
Diharapkan dengan penelitian ini semakin banyak masyarakat, khususnya sivitas akademika
perguruan tinggi, yang menyadari akan pentingnya penggunaan e-learning pada saat sekarang
serta manfaat yang akan diperoleh ketika menggunakan e-learning tersebut.
-
8
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan penulis coba jawab pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah dampak penggunaan e-learning terhadap hasil dari proses pembelajaran
yang dilakukan oleh mahasiswa pada perguruan tinggi?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesuksesan dari penggunaan e-learning
pada perguruan tinggi?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan kepada rumusan masalah yang telah penulis ajukan, maka tujuan yang akan dicapai
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana dampak dari penggunaan sistem e-learning terhadap hasil dari
proses pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa pada perguruan tinggi.
2. Mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesuksesan dari penggunaan
e-learning pada perguruan tinggi.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan didapatkan dari hasil penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu manfaat
praktis dan manfaat akademis. Manfaat praktis merupakan manfaat yang dapat diterapkan secara
langsung pada lembaga atau instansi yang terkait, dalam penelitian ini instansi yang dimaksud
adalah perguruan tinggi. Sedangkan manfaat akademis merupakan manfaat yang akan diperoleh
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan gambaran kepada perguruan tinggi
terhadap manfaat yang akan diperoleh jika menggunakan sistem e-learning pada proses
pembelajaran di sana. Selain itu dari hasil penelitian ini perguruan tinggi juga akan mengetahui
faktor-faktor apa saja yang memiliki pengaruh terhadap kesuksesan dari penggunaan suatu
sistem e-learning. Dengan mengetahui kedua hal tersebut, maka diharapkan nantinya perguruan
tinggi dapat menciptakan lingkungan dan proses pembelajaran e-learning efektif, efisien,
menarik, dan mudah untuk digunakan.
-
9
Adapun manfaat akademis dari penelitian ini adalah memberikan kontirbusi ilmu berupa dampak
dari penggunaan e-learning terhadap proses pembelajaran di perguruan tinggi serta faktor-faktor
yang mempengaruhi kesuksesannya. Tentunya walau sekecil apa pun kontribusi tersebut tetap
akan sangat berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan riset di masa mendatang.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Penelitian dilakukan pada perguruan tinggi yang sudah menerapkan sistem e-learning pada
proses pembelajaran mereka.
b. Responden merupakan mahasiswa serta dosen dari perguruan tinggi yang aktif dalam
menggunakan sistem e-learning yang diterapkan pada perguruan tinggi tersebut.
c. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Proses pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen.
1.6 Signifikansi Penelitian
Penelitian yang ada dengan topik terkait kebanyakan masih menggunakan bahasa Inggris dan
objek penelitiannya dilakukan pada perguruan tinggi di luar negeri. Hal ini mungkin menjadi
salah satu penyebab dari kurangnya pengetahuan dan kesadaran dari sivitas akademika pada
perguruan tinggi di Indonesia akan pentingyan e-learning dan dampaknya terhadap proses
pembelajaran di perguruan tinggi.
Dengan kondisi seperti di atas, maka tentunya penelitian yang akan penulis lakukan ini memiliki
peranan yang cukup penting agar semakin banyak perguruan tinggi di Indonesia yang mulai
menerapkan sistem e-learning pada proses pembelajaran mereka. Selain itu, dengan adanya
penulis juga meneliti mengani faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan dari penerapan e-
learning, maka diharapkan agar sistem e-learning yang diterapkan oleh perguruan tersebut dapat
lebih sukses dan berhasil memberikan dampak yang positif terhadap proses pembelajaran.
-
10
BAB 2
TINJAUAN LITERATUR
2.1 Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan tingkat lanjut yang bertujuan untuk
menghasilkan para akademisi atau praktisi yang ahli dalam bidangnya masing-masing. Sebagai
suatu lembaga pendidikan, tentunya perguruan tinggi tidak bisa terlepas dari proses pembelajaran
yang terjadi di sana. Proses pembelajaran pada perguruan tinggi merupakan proses pembelajaran
antara dosen selaku pendidik dengan mahasiswa selaku peserta didik.
Meskipun merupakan lanjutan dari lembaga pendidikan sekolah menengah, akan tetapi proses
pembelajaran di perguruan tinggi sedikit berbeda dengan proses pembelajaran yang terjadi di
bangku sekolah sebelumnya. Hal ini dikarenakan cara belajar mahasiswa pada perguruan tinggi
dituntut untuk lebih aktif dan mandiri sedangkan untuk cara belajar siswa sekolah kebanyakan
masih bergantung kepada apa yang diberikan oleh gurunya saja.
Dengan adanya perbedaan cara belajar tersebut, tentunya metode pembelajaran yang dipakai pun
juga tidak bisa disamakan. Pada perguruan tinggi, metode pembelajaran yang dipakai haruslah
metode pembelajaran yang dapat membuat mahasiwanya mampu untuk belajar secara mandiri
tanpa harus bergantung kepada apa yang diajarkan oleh dosen saja. Metode pembelajaran di
perguruan tinggi juga harus mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang kolaboratif
sekaligus kompetitif diantara mahasiswanya. Hal ini penting dikarenakan hasil penelitian L.M
Regueras, Elena Verdu, Maria F. Munoz, Maria A. Perez, Juan P. de Castro, dan Maria Jesus
Verdu [3] telah menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang kolaboratif dan kompetitif
memberikan hasil yang lebih baik terhadap proses pembelajaran mahasiswa.
2.2 Metode Pembelajaran Konvensional
Menurut Cotte dan Milis dalam papernya Bellias Dimitros [4], metode pembelajaran
konvensional merupakan metode pembelajaran yang berpusat kepada pengajar dimana
pembelajaran dilakukan dengan sistem kuliah, diskusi, dan problem solving. Metode
-
11
pembelajaran ini banyak dipakai pada jenjang sekolah dasar dan menengah dikarenakan sifat
siswa pada jenjang pendidikan tersebut yang masih sangat bergantung kepada guru selaku
pengajar dan siswa tersebut belum bisa melakukan pembelajaran secara mandiri. Selanjutnya
menurut Djamara dalam [5], pembelajaran konvensional identik dengan metode ceramah, tanya
jawab, dan pemberian tugas.
Metode ceramah atau kuliah merupakan metode pengajaran dengan cara guru menyampaikan
materi secara langsung kepada muridnya di dalam kelas. Metode ini memungkinkan terjadinya
interaksi dua arah antara guru dengan muridnya sehingga dengan demikian membuat murid
menjadi lebih cepat memahami materi pelajaran. Meskipun demikian, metode ini memiliki
kekurangan yaitu pengetahuan murid hanya akan terbatas kepada pengetahuan yang dimiliki oleh
guru saja jika murid tidak bertindak aktif dan belajar secara mandiri lagi.
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang
harus dijawab oleh murid. Pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru di kelas dan bertujuan untuk mengasah kembali pemahaman murid
terhadap apa yang telah disampaikan oleh gurunya. Metode tanya jawab biasanya diberikan
setelah metode ceramah selesai dilakukan dan sifatnya bisa berupa pertanyaan mendadak
sehingga murid dituntut untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan baik.
Metode memberian tugas adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas
tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Pemberian tugas diberikan
kepada murid sebagai bentuk evaluasi pemahaman terhadap apa yang disampaikan guru di dalam
kelas. Selain itu dengan adanya tugas ini diharapkan juga dapat membuat murid untuk lebih
menjelajahi lagi berbagai literatur yang ada untuk dapat memperkaya wawasannya dan
menjadikannya terbiasa untuk melakukan proses pembelajaran secara mandiri.
Dalam sumber yang sama dengan pendapat Djamara sebelumnya [5], Sudjana mengatakan
bahwa metode pembelajaran konvensional memiliki dua buah karakteristik. Karakteristik yang
pertama yaitu pengajaran berpusat kepada bahan pengajaran. Hal ini dikarenakan tujuan utama
dari pengajaran konvensional adalah pengembangan daya intelektual siswa, maka pengajaran
berpusat pada usaha penyampaian pengetahuan. Selain itu merupakan tugas guru untuk
menyampaikan semua bahan pengajaran yang baru. Kemudian karakteristik yang kedua dari
-
12
metode pembelajaran konvensional adalah pengajaran berpusat kepada guru. Hal ini dikarenakan
menurut konsep pengajaran konvensional proses pengajaran yang baik dinilai berdasarkan sudut
pandang guru. Maksud hal tersebut adalah proses pengajaran akan dilihat berdasarkan kepada
apa yang dilakukan oleh guru, bukan berdasarkan kepada apa yang terjadi dengan murid.
Dengan adanya perkembangan teknologi seperti zaman sekarang, maka penggunaan metode
konvensional saja tidaklah cukup untuk diterapkan pada proses pembelajaran mahasiswa di
perguruan tinggi. Hal ini dkarenakan materi perkuliahan pada perguruan tinggi merupakan
materi yang mendalam dan lebih kompleks dibandingkan dengan materi pelajaran yang ada pada
jenjang sekolah. Dengan demikian, tentu berharap kepada apa yang disampaikan oleh dosen di
kelas saja tidak akan bisa untuk mencakup semua materu tersebut. Oleh karena hal tersebut,
maka proses pembelajaran di perguruan tinggi membutuhkan metode pembelajaran yang lebih
aktif, mandiri, kolaboratif, dan sekaligus kompetitif.
Untuk mewujudkan metode pembelajaran yang aktif, mandiri, kolaboratif, dan kompetitif, maka
diperlukan pemanfaatan teknologi informasi yang ada dengan sebaik mungkin. Pada zaman
sekarang, telah dikenal istilah e-learning yang menggambarkan proses pembelajaran dengan
menggunakan bantuan teknologi informasi. E-learning mampu menicptakan lingkungan
pembelajaran yang aktif, mandiri, kolaboratif, dan kompetitif bagi mahasiswa. Meskipun
demikian, tentu saja peranan metode konvensional tetap tidak bisa dihapuskan. Hal ini karena
meskipun e-learning mampu untuk menjadikan mahasiswa belajar secara mandiri, namun tetap
diperlukan adanya proses pembelajaran tatap muka antara dosen dengan mahasiswa agar dapat
dipastikan bahwa mahasiwa tidak salah dalam memahami apa yang dipelajarinya tersebut.
Dengan demikian, maka metode e-learning harus tetap dilakukan secara beriringan dengan
metode konvensional.
2.3 Perkembangan Teknologi Informasi
Teknologi informasi terus mengalami perkembangan dan telah banyak memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia. Perkembangan tersebut selalu membawa perubahan yang besar di setiap
zamannya. Setidaknya kita dapat membagi perkembangan tersebut ke dalam lima masa, yaitu
-
13
masa ditemukannya surat kabar, masa ditemukannya radio, masa ditemukannya telepon, masa
ditemukannya televisi, dan masa ditemukannya internet.
Untuk penemuan teknologi internet, tentunya kita tidak bisa melepaskannya dari ditemukannya
konsep jaringan komputer. Pada awalnya jaringan komputer diciptakan untuk menghubungkan
komputer pada beberapa universitas dengan komputer pada badan pertahanan di Amerika Serikat
yang dikenal dengan istilah ARPANET. Proyek ini didanai oleh badan pertahanan Amerika
Serikat dengan tujuan untuk kepentingan militer dan pendidikan di Amerika Serikat. Kemudian
pada tahun 1982 ketika PC sudah semakin banyak digunakan, istilah internet mulai bermunculan
dan penggunaannya pun mulai disebarluaskan ke seluruh dunia.
Pada saat sekarang penggunaan internet telah menjadi bagian dari akitifitas kehidupan sehar-hari
kebanyakan manusia. Internet banyak memberikan kemudahan dan kebermanfaatan, misalnya
untuk mengirim surat, saling bertukar file, untuk pembelajaran secara online (e-learning), untuk
keperluan hiburan (multimedia), bahkan hingga untuk aktifitas bisnis perusahaan besar pun kini
tidak bisa terlepas dari penggunaan internet. Terlepas dari pro dan kontra yang ada, teknologi
internet akan terus berkembang dan penggunaannya pada saat sekarang telah menjadi suatu
keharusan agar kita tidak tertinggal dari bangsa lainnya di dunia ini.
2.4 Pengertian E-Learning
Electronic learning atau e-learning merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan
menggunakan media elektronik atau memanfaatkan teknologi informasi yang ada agar proses
pembelajaran yang dilakukan lebih efektif dan efisien. E-Learning merupakan salah satu bentuk
dari manfaat perkembangan teknologi informasi terhadap kehidupan manusia. E-Learning
disebut juga dengan istilah online learning atau distance learning, walaupun ada yang
mengatakan ketiga hal tersebut sebenarnya tidaklah persis sama [6]. Meskipun demikian, ketiga
hal tersebut dapat kita katakana sebagai suatu hal yang hampir (jika tidak boleh dikatakan persis)
sama, hanya saja berbeda perspektif dalam melihatnya saja.
Albert Sangr, Dimitrios Vlachopoulos, dan Nati Cabrera dalam paper mereka [7]
mengelompokkan pengertian e-learning ke dalam 4 kategori berdasarkan kepada sudut pandang
para ahli. Dalam paper tersebut mereka melakukan tinjauan literatur dari jurnal, buku, disertasi,
-
14
maupun website para ahli di bidang e-learning. Hasilnya mereka mendapatkan 4 kelompok
pengertian tentang e-learning, yaitu Technology Driven Definitions, Delivery System Oriented
Definitions, Communication Oriented Definitions, dan Educational Paradigm Oriented
Definitions.
Pertama, pengertian e-learning berdasarkan sudut pandang teknologinya (Technology Driven
Definitions). Menurut Guri-Rosenblit, e-learning merupakan penggunaan media elektronik untuk
berbagai kegiatan pembelajaran dengan tujuan mulai dari melengkapi fungsi dari kelas
konvensional hingga menggantikan secara total pertemuan langsung lewat pertemuan online.
Senada dengan hal tersebut, Marques berpendapat bahwa e-learning merupakan pendidikan
jarak jaruh melalui sumber daya remote (bisa diakses dari jauh).
Kedua, pengertian e-learning berdasarkan sudut pandang proses penyampaian sumber daya
pembelajarannya (konten materi). Menurut Koohang & Harman, e-learning merupakan
penyampaian pendidikan melalui berbagai macam media elektronik. Kemudian Lee mengatakan
juga bahwa e-learning merupakan suatu pendidikan online yang didefenisikan sebagai
penyampaian pelatihan dan pendidikan secara real-time lewat internet kepada end user device.
Pendapat yang sema juga diberikan oleh Li , Lau, & Dharmendran. Mereka mengatakan bahwa
e-learning merupakan proses penyampaian pembelajaran, pelatihan, atau program pendidikan
melalui alat-alat elektronik.
Ketiga, pengertian e-learning berdasarkan sudut pandang sudut pandang komunikasi yang
terjadi. Bermejo mengatakan bahwa e-learning merupakan pendidikan yang menggunakan
sistem komunikasi yang terkomputerisasi sebagai lingkungan untuk berkomunikasi, bertukar
informasi, dan berinteraksi antara murid dengan guru. Gonzlez-Vi degaray mengatakan e-
learning sebagai pembelajaran yang berbasiskan teknologi informasi dan komunikasi interaksi
pedagogis antara murid dengan konten, murid dengan guru, atau pun murid dengan murid
lainnya melalui teknologi web. Seiringan dengan itu, menteri komunikasi dan teknologi New
Zealand meyampaikan bahwa e-learning merupakan pembelajaran yang difasilitasi dengan
penggunaan alat-alat digital dan konten yang melibatkan beberapa interaktifitas, yang mencakup
interaksi online diantara murid dengan guru atau murid lainnya.
-
15
Terakhir, pengertian e-learning berdasarkan sudut pandang paradigma pendidikan. Alonso
mengatakan bahwa e-learning merupakan penggunaan teknologi multimedia yang baru dan
internet untuk meningkatkan kualitas dari pembelajaran dengan memfasilitasi akses terhadap
sumber daya dan layanan, seperti pertukaran (informasi) dan kolaborasi yang dilakukan dari
jarak jauh. Elliss, Ginns, dan Piggott berpendapat bahwa teknologi informasi dan komunikasi
yang digunakan untuk membantu siswa dalam meningkatkan pembelajarannya. Sama dengan hal
tersebut, Jereb dan Smitek menyampaikan bahwa e-learning merupakan proses pendidikan yang
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menengahi antara pembelajaran
sinkronus dengan asinkronus dan aktivitas pengajaran.
2.5 Hasil Penelitian Terdahulu
Sistem e-learning tentunya juga memiliki kelemahan dan kendala untuk menerapkannya. Untuk
itu, ada baiknya sebelum menerapkan e-learning terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap
kelebihan, kekurangan, peluang, dan hambatan atau yang lebih dikenal dengan analisis SWOT.
Oleh hal itu, Venera-Michaela, Iulia Lazar, Valentin Nedeff, dan Gabriel Lazar melakukan
tinjauan literatur dalam paper mereka [8] untuk menganalisi SWOT dari sistem e-learning.
Analisis mereka difokuskan kepada SWOT dari penerapan e-learning pada lembaga pendidikan
perguruan tinggi.
Pertama analisis terhadap kelebihan dari e-learning. Kelebihan yang pertama yaitu e-learning
merupakan suatu teknologi dan proses yang menjadi karakteristik dari para pembelajar pada
milenium ketiga ini. Kemudian e-learning merupakan sistem yang fleksibel, mudah diakses,
tidak bergantung kepada geografis, dan memberikan mobilitas bagi penggunanya. Selanjutya e-
learning memungkinkan kustomisasi dari pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dari murid.
Lalu e-learning juga membuat materi pembelajaran lebih menarik, seperti penambahan gambar,
grafik, video, dan animasi. Setelah itu e-learning juga mampu meningkatkan motivasi dari murid
untuk belajar melalui tugas, penilaian, feedback secara langsung, dan penilaian formatif.
Terakhir, e-learning berfokus kepada murid yang melakukan pembelajaran, bukan kepada materi
atau pengajarnya.
-
16
Selanjutnya analisis terhadap kelemahan dari e-learning. Kelemahan pertama yaitu e-learning
memiliki desain teknologi yang tidak cocok dengan komponen psikologis dari proses
pembelajaran. Kemudian sifat fleksibel dan otonomi dari e-learning ibarat pisau bermata dua
yang mana selain memberikan kemudahan juga bisa menjadi jebakan(godaan) baik bagi murid
atau pun pengajar. Selain itu kustomisasi pembelajaran pada e-learning juga bukan merupakan
hal yang mudah untuk diwujudkan. Kemudian, e-learning bisa menyebabkan ketergantungan
murid atau pun guru terhadap teknologi tersebut. Hal tersebut berarti ketika sistem e-learning
mengalami kendala maka suatu proses pembelajaran menjadi tergannggu atau bahkan tidak dapat
dilakukan. Terakhir, e-learning dapat menyebabkan kurangnya interaksi antara murid dengan
pengajar atau dengan murid lainnya. Kurangnya interaksi tersebut dapat mengakibatkan sikap
kurang mengenal di antara mereka sehingga menjadikan proses pembelajaran seperti suatu
transaksi jual beli saja, bukan sebagai proses penyebaran ilmu pengetahuan.
Kemudian analisis terhadap peluang dari e-learning. Peluang pertama yaitu perkembangan
teknologi belakangan ini memungkinkan untuk menciptakan suatu sistem e-learning yang
berkualitas. Kemudian yaitu terjadinya tranformasi yang radikal dari semua aspek pada
pendidikan sebagai hasil dari dinamika teknologi. Selanjutnya yaitu adanya peningkatan minta
para ahli untuk mengembangkan sistem e-learning yang lebih baik. Setelah itu adanya tren pada
berbagai perguruan tinggi di seluruh dunia untuk mulai menerapkan e-learning. Terakhir yaitu
penggunaan e-learning mengurangi biaya yang diperlukan dalam melakukan kegiatan proses
pembelajaran, misalnya saja tidak perlu lagi biaya untuk mencetak dokumen materi, tugas, kuis,
dan ujian.
Terakhir yaitu analisis terhadap hambatan atau ancaman dari e-learning. Hambatan pertama
adalah kurangnya infrastruktur yang memadai (perangkat komputer, koneksi internet, server,
jaringan, dan lain-lain) akan mengganggu kelancaran proses e-learning. Selanjutnya yaitu
adanya sifat resisten pada sebagian orang untuk beralih kepada suatu hal yang baru. Misalnya
saja seorang pengajar yang sudah tua cenderung tidak mau belajar lagi hal-hal teknis terjait
dengan teknologi yang belum dia kuasai. Kemudian hambatan lainnya adalah kurangnya
motivasi dan dukungan dari pihak pengambil kebijakan di uiveristas untuk mengembangkan
sistem e-learning. Lalu e-learning juga membuat sebagian murid yang yang pemalas menjadi
-
17
tidak konsisten dalam melakukan pembelajaran, yang pada akhirnya mengakibatkan buruknya
hasil pembelajaran mereka.
Selain itu hal di atas, hambatan dari e-learning juga bisa berupa besarnya biaya yang dibutuhkan
untuk investasi proses awal pengembangan e-learning pada suatu universitas. Biaya tersebut
tidak hanya terkait hardware atau pun software yang digunakan, akan tetapi juga berupa biaya
pelatihan yang dibutuhkan terhadap karyawan atau pengajar pada universitas untuk bisa
menggunakan sistem e-learning yang baru dikembangkan. Lalu, kurang jelasnya aturan hukum
maupun aturan normatif terkait keberadaan dan penggunaan sistem e-learning pada beberapa
negara juga menjadi hambatan dari penggunaan suatu sistem e-learning.
Terlepas dari berbagai kekurangan yang telah ditemukan pada analisi SWOT terhadap sistem e-
learning, tidak dapat dipungkiri bahwa e-learning telah banyak memberikan dampak positif
dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui dampak tersebut telah banyak para ahli yang
melakukan penelitian terhadap dampak atau pengaruh penggunaan sistem e-learning terhadap
hasil pembelajaran mahasiswa di perguruan tinggi. Diantaranya yaitu L.M Regueras, Elena
Verdu, Maria F. Munoz, Maria A. Perez, Juan P. de Castro, dan Maria Jesus Verdu yang dalam
paper mereka [9] melakukan penelitian pada mahasiwa Universitas Valladolid di Spanyol.
Kemudian juga ada Tomas Moravec, Petr Stepanek, dan Petr Valenta yang dalam paper mereka
[10] melakukan penelitian pada mahasiswa Universitas Ekonomi Prague di Ceko. Lalu ada juga
Salem Alkhalaf, Steve Drew, dan Thamer Alhussain yang dalam paper mereka [11] melakukan
penelitian terhadap mahasiswa dari dua universitas di Arab Saudi.
Pertama, dalam paper [9] L.M Regueras, Elena Verdu, Maria F. Munoz, Maria A. Perez, Juan P.
de Castro, dan Maria Jesus Verdu ingin mengetahui pengaruh dari competitive e-learning
terhadap hasil pembelajaran dari mahasiswa perguruan tinggi. Untuk itu, mereka melakukan
penelitian dengan cara studi kasus terhdap peserta kuliah Jaringan Komunikasi pada mahasiswa
jurusan teknik telekomunikasi Universitas Valladolid di Spanyol. Mereka menggunakan sistem
QUEST (Quest Environment for Self-managed Training) pada sebagian mahasiswa tersebut lalu
membandingkan hasil belajarnya dengan sebagian lagi yang tidak menggunakan QUEST. Hasil
penelitian mereka menunjukkan bahwa nilai ujian akhir dari mahasiswa yang menggunakan
QUEST lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak menggunakannya.
-
18
Berdasarkan hasil penelitian di atas, mereka kemudian menyimpulkan bahwa penggunaan dari
competitive e-learning tools memberikan dampak yang bagus terhadap pembelajaran mahasiswa.
Hal tersebut karena kepuasan mahasiswa terhadap competitive e-learning tools (QUEST)
menunjukkan tanda positif serta nilai ujian akhir mahasiswa yang menggunakan sistem tersebut
lebih baik dibandingkan yang tidak menggunakannya.
Kedua, dalam paper [10] Tomas Moravec, Petr Stepanek, dan Petr Valenta meneliti pengaruh
penggunaan e-learning terhadap hasil tes dari peserta kuliah Law basic pada mahasiswa
Universitas Ekonomi Prague di Ceko. Untuk itu, mereka melakukan penelitian dengan cara
membandingkan hasil tes mahasiswa pada bidang yang materinya disediakan pada e-learning
dengan bidang yang materinya tidak tersedia pada e-learning. Hasil penelitian mereka
menunjukkan bahwa penyedian materi pada e-learning meningkatkan kebenaran jawaban tes
mahasiswa dari 43.10% menjadi 62.33%. dengan rata pertumbuhan kebenaran sebesar 19.23%.
Selain hasil di atas, mereka juga menemukan bahwa kebenaran jawaban tes pada soal yang
materinya tersedia pada e-learning adalah lebih tinggi dibandingkan dengan pada soal yang
materinya tidak tersedia pada e-learning. Selanjutnya mereka menemukan penggunaan e-
learning tidak memiliki dampak negatif terhadap mahaiswa yang bergantung kepada materi yang
disediakan oleh e-learning. Akhirnya berdasarkan semua hasil penelitian tersebut mereka
menyimpulkan bahwa penggunaan ketersediaan meteri suatu topik pada e-learning membuat
mahasiwa memiliki hasil tes yang lebih baik dibandingkan dengan tidak tersedianya materi
tersebut pada e-learning.
Penelitian terakhir, dalam paper [11] Salem Alkhalaf, Steve Drew, dan Thamer Alhussain
melakukan penelitian terhadap pengaruh e-learning pada mahasiswa di Arab Saudi. Untuk itu,
mereka menyebarkan 528 kuisioner (328 laki-laki dan 200 perempuan) pada mahasiwa
Universitas Qassim dan mahasiwa Universitas King Abdul Aziz. Kuisioner tersebut disusun
berdasarkan IS measurement model. Kuisoner tersebut memiliki 37 pertanyaan dan mengukur 4
dimensi, yaitu kualitas sistem, kualitas informasi, pengatuh terhadap individual, dan pengaruh
terhadap pendidikan. Hasil kuisioner mereka menunjukkan bahwa 72% mahasiswa setuju atau
sangat setuju bahwa sistem e-learning meningkatkan kesadaran akan kebutuhan dari proses
pendidikan. Kemudian juga ditemukan bahwa 71% mahasiswa mengatakan bahwa sistem e-
-
19
learning meningkatkan produktivitas mereka. Selanjutnya didapatkan bahwa 60% mahasiswa
merasa puas atau sangat puas dengan penggunaan sistem e-learning.
Berdasarkan hasil kuisioner di atas, mereka akhirnya menyimpulkan bahwa penggunaan sistem
e-learning memberikan dampak yang positif terhadap proses pembelajaran mahasiswa. Mereka
juga menambahkan bahwa sistem e-learning telah meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk
menafsirkan informasi secara akurat. Selain itu, e-learning membantu menyediakan informasi
yang diperlukan mahasiswa dalam membuat keputusan dengan efektif dan akurat sehingga
secara dapat meningkatkan produktifitas dari proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian para ahli pada ketiga paper tersebut [9], [10], dan [11], dapat
diringkas bahwa sistem e-learning memberikan dampak yang positif terhadap proses
pembelajaran mahasiswa pada perguruan tinggi. Hal tersebut dikarenakan sistem e-learning
dapat dikustomisasi sehingga mampu menciptakan lingkungan yang kompetitif dan kolaboratif
yang pada akhirnya akan meningkatkan motivasi mahasiswa untuk belajar. Selain itu semua
fitur dan layanan yang tersedia pada e-learning mempermudah proses kegiatan belajar mengajar
baik dari sudut pandang mahasiswa selaku murid mau pun dosen selaku pengajar. Dengan
demikian, maka penerapan e-learning merupakan suatu keharusan dan menjadi langkah strategis
untuk diterapkan oleh perguruan tinggi karena telah terbukti memberikan dampak yang positif
terhadap proses pembelajaran.
-
20
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut
Peszynski dalam disertasinya [12], pendekatan kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang
menjawab pertanyaan tentang apa yang terjadi pada suatu situasi tertentu. Sejalan dengan
pendapat Penzynski, Ellet and Beausang dalam paper mereka [13] mengatakan bahwa
pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang berusaha untuk mendapatkan pemahaman
yang mendalam terhadap suatu fenomena yang terjadi pada suatu situasi di dunia ilmiah.
Kemudian, menurut Zimmer dalam [14] mengatakan bahwa pendekatan kualitatif merupakan
pendekatan penelitian yang berfokus untuk menjelajahi secara kontekstual pengalaman hidup
dari individu dan kelompok sosial.
Deengan menggunakan pendekatan kualitatif tersebut, penelitian ini memiliki tipe berupa studi
kasus. Menurut Eisenhardt dalam [15], studi kasus merupakan penelitian yang berofokus
terhadap pemahaman dinamika kekinian dalam suatu situasi manajemen. Eisenhardt juga
berpendapat bahwa studi kasus biasanya menggabungkan beberapa teknik pengumpulan data,
seperti analisis arsip, wawancara, kuisioner, dan observasi. Dalam penelitian ini, saya akan
menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi , dan analisis dokumen.
Dengan menggunakan studi kasus tersebut, diharapkan nantinya hasil penelitian ini dapat dapat
mengeksplorasi dan mendeskripsikan jawaban atas rumusan permasalahan yang telah dirancang
dalam penelitian ini.
3.2 Tahapan Penelitian
Penelitian ini dirancang dengan delapan tahapan yang akan dilakukan untuk mendapatkan hasil
yang diharapkan. Gambar berikut menjelaskan tahapan tersebut.
-
21
Gambar 6 : Tahapan Penelitian
3.2.1 Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan tahap pertama yang selalu dilakukan dalam setiap kegiatan
penelitian. Pada tahap ini penulis mencoba menentukan topik yang akan diteliti. Kemudian
setelah mendapatkan topik, penulis lalu mempersempit topik tersebut sehingga akhirnya
diperoleh rumusan masalah yang ingin diteliti. Terakhir, pada laporan penelitian tahapan ini
menghasilkan bagian pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah,
tujuan, manfaat, ruang lingkup, dan signifikansi penelitian.
-
22
3.2.2 Studi Literatur
Studi literatur merupakan tahapan penelitian yang dilakukan untuk memahami konsep dan teori
yang relevan dengan topik penelitian. Studi literatur juga berguna untuk melihat hasil-hasil
penelitian terdahulu sehingga membuat penulis lebih paham dan mengerti akan langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk melakukan penelitian ini. Pada laporan penelitian, tahapan ini
menghasilkan bagian tinjauan literatur yang merupakan hasil dari proses sintesis yang penulis
lakukan terhadap berbagai karya tulis ilmiah pada bidang terkait dengan topik yang diteliti.
3.2.3 Perancangan Metodologi
Pada tahap ini penulis menyusun metodologi yang akan dilakukan untuk melakukan penelitian
ini. Metodologi merupakan sekumpulan metode, prosedur, dan langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk melakukan suatu penelitian. Perancangan metodologi merupakan hal yang
penting dalam setiap penelitian dikarenakan perancangan yang salah akan mengakibatkan
kesalahan dari hasil penelitian yang didapatkan atau bahkan tidak bisa mendapatkan hasil sama
sekali. Pada laporan penelitian, tahapan ini menghasilkan bagian metodologi penelitian yang
berisi pendekatan dan tipe penelitian, tahapan penelitian, metode pengumpulan data, metode
analisis data, dan instrumen penelitian.
3.2.4 Perumusan Instrumen
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian, perlu dirumuskan instrumen yang
akan digunakan untuk mengumpulkan data tersebut. Dalam penelitian yang akan penulis
lakukan, instrumen atau teknik yang akan penulis gunakan adalah wawancara, observasi, dan
analisis dokumen. Pada tahapan ini, akan ditentukan outline dari daftar pertanyaan saat
wawancara, rincian poin-poin yang akan diamati saat observasi, dan penyiapan terhadap
dokumen-dokumen dari penelitian terdahulu yang akan dianalisis.
3.2.5 Pengumpulan Data
Setelah merumuskan instrumen yang akan digunakan, maka tahapan selanjutnya adalah
melakukan pengumpulan data dari sampel yang telah dipilih sebelumnya. Pada penelitian ini
-
23
sampel yang penulis pilih adalah mahasiswa dan dosen dari empat perguruan tinggi negeri di
Indonesia, yaitu Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas
Gadjah Mada (UGM), dan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Proses wawancara akan dilakukan secara tatap muka dan responden akan diberikan pertanyaan
yang bersifat terbuka (open ended question). Responden yang dipilih untuk melakukan
wawancara ini memiliki syarat yaitu (minimal) pernah menggunakan sistem e-learning yang ada
di perguruan tinggi mereka. Diharapkan dari wawancara ini akan didapatkan sekitar 100 orang
responden yang akan diambil datanya untuk masing-masing perguruan tinggi yang ditentukan
sebelumnya.
Proses observasi penulis lakukan dengan cara mengamati dan membandingkan hasil nilai ujian
kelompok mahasiswa yang menggunakan sistem e-learning dalam proses pembelajaran mereka
dengan kelompok mahasiswa yang tidak menggunakan sistem e-learning. Diharapkan dari
proses observasi ini akan diamati sekitar 40 orang mahasiswa yang akan diamati untuk masing-
masing perguruan tinggi yang ditentukan sebelumnya.
3.2.6 Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan pada tahap sebelumnya kemudian akan dianalisis agar dapat
digunakan untuk menjawab rumusan permasalahan dan menarik kesimpulan. Langkah-langkah
yang dilakukan pada tahap analisis ini adalah pemeriksaan data, pengurangan jumlah data
(reduksi), pembuatan satuan-satuan dan pengkodingan, lalu terakhir membuat penafsiran.
3.2.7 Analisis Dokumen Terdahulu
Setelah dilakukan analisis terhadap data yang telah dilakukan, maka tahapan selanjutnya adalah
melakukan analisis terhadap dokumen penelitian terdahulu. Hal ini dilakukan sebagai suatu
proses triangulasi untuk menguji ketepatan dari hasil analisis data yang telah dilakukan.
Dokumen-dokumen yang dianalisis bisa saja merupakan paper yang telah direview pada tinjauan
literatur atau merupakan dokumen lain yang maish berkaitan dengan topik yang diteliti.
-
24
3.2.8 Penarikan Kesimpulan
Setelah melakukan analisis dan analisis terhadap dokumen terdahulu, maka tahapan selanjutnya
adalah penarikan kesimpulan. Pada tahap ini akan dihasilkan jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang muncul pada rumusan permasalahan. Proses penarikan kesimpulan yang
digunakan adalah metode induktif, yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus
menuju kepada hal yang bersifat umum.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi,
dan analisis dokumen. Sampel yang akan digunakan dalam proses pengumpulan data ini adalah
dosen dan mahasiswa pada empat perguruan tinggi di Indonesia, yaitu Universitas Indonesia
(UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Pertanian
Bogor (IPB). Proses pemilihan sampel tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
dan convenience sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang bersifat non
probabilistik dan sampel dipilih secara sengaja oleh peneliti. Alasan penulis sendiri memilih
empat perguruan tinggi tersebut adalah dikarenakan keempat perguruan tingi tersebut sudah
cukup berpengalaman dalam menggunakan sistem e-learning dan juga masing-masing dari
keempat perguruan tinggi tersebut merupakan salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia.
Proses wawancara penulis lakukan secara tatap muka langsung dengan responden. Pertanyaan
yang diberikan kepada responden merupakan pertanyaan yang bersifat terbuka (open ended
question). Proses pemilihan responden untuk wawancra ini dilakukan dengan syarat yaitu
(minimal) responden pernah menggunakan sistem e-learning yang ada di perguruan tinggi
mereka. Diharapkan dari wawancara ini akan didapatkan sekitar 100 orang responden yang akan
diambil datanya untuk masing-masing perguruan tinggi yang ditentukan sebelumnya.
Proses observasi penulis lakukan dengan cara mengamati dan membandingkan hasil nilai ujian
kelompok mahasiswa yang menggunakan sistem e-learning dalam proses pembelajaran mereka
dengan kelompok mahasiswa yang tidak menggunakan sistem e-learning. Diharapkan dari
proses observasi ini akan diamati sekitar 40 orang mahasiswa yang akan diamati untuk masing-
masing perguruan tinggi yang ditentukan sebelumnya.
-
25
Terakhir proses analisis dokumen penulis lakukan terhadap dokumen-dokumen hasil penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan topik yang sedang diteliti pada penelitian ini. Dokumen yang
dianalisis bisa saja merupakan dokumen yang direview pada tinjauan literatur atau merupakan
dokumen lain dengan topik sama yang dicari kemudian.
3.4 Metode Analisis Data
Proses analisis data pertama kali dimulai dengan pemeriksan terhadap data yang telah
didapatkan. Pada tahapan ini diperiksa apakah setiap data yang didapatkan sudah terisi secara
sempurna oleh responden atau tidak. Jika ada data yang tidak terisi secara sempurna maka data
tersebut akan dipisahkan dari data lainnya yang sempurna.
Setelah dilakukan pemeriksaan data, langkah selanjutnya adalah melakukan abstraksi yaitu
membuat rangkuman hal-hal penting atau inti dari data yang telah didapatkan. Abstraksi
bertujuan untuk membuang hal-hal yang tidak penting dari data sehingga lebih mudah untuk
diproses pada langkah analisis selanjutnya.
Langkah berikutnya adalah pembuatan satuan-satuan data yang akan dikategorikan. Proses
pengkategorian dilakukan dengan saat melakukan pengkodingan terhadap satuan-satuan tersebut.
Di sini penulis akan menggunakan bantuan software komputer untuk melakukan proses
pengkodingan, dalam hal ini pengulis menggunakan QDA Miner.
Langkah terakhir dari proses analisis data adalah membuat penafsiran terhadap data yang telah
diproses sebelumnya. Dari sini proses penarikan kesimpulan akan mulai dilakukan. Proses
penafsiran dilakukan dengan menggunakan teknik analisis komponensial, yaitu suatu teknik
analisis yang dilakukan dengan cara identifikasi elemen kontras dalam domain yang dijadikan
fokus penelitian [16]. Dalam hal ini, penulis akan memeriksa keterkaitan antara hasil
pengkodingan pada langkah sebelumnya dengan domain berupa kebermanfaatan e-learning pada
proses pembelajaran.
3.5 Instrumen Penelitian
-
26
Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan analisis
dokumen. Wawancara akan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka (open ended
question) terkait dengan dampak penggunaan e-learning yang dirasakan oleh mahasiswa atau
dosen dalam proses belajar mengajar. Observasi akan dilakukan dengan cara mengamati dan
membandingkan hasil nilai ujian kelompok mahasiswa yang menggunakan sistem e-learning
dalam proses pembelajaran mereka dengan kelompok mahasiswa yang tidak menggunakan
sistem e-learning. Kemudian analisis dokumen dilakukan terhadap dokumen-dokumen hasil
penelitian terdahulu yang memiliki topik yang sama dengan penelitian ini.
Berikut daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden mahasiswa saat melakukan
wawancara :
1.) Apakah e-learning mempengaruhi hasil belajar Anda?
2.) Bagaimanakah dampak penggunaan e-learning tersebut terhadap proses pembelajaran Anda?
3.) Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesuksesan dari penggunaan e-learning bagi Anda?
4.) Faktor apa sajakah yang menyebabkan kegagalan dari penggunaan e-learning bagi Anda?
5.) Apa perbedaan yang Anda rasakan ketika menggunakan dengan ketika tidak menggunakan
sistem e-learning tersebut?
Sedangkan untuk dosen, berikut daftar pertanyaan yang akan diajukan saat melakukan
wawancara :
1.) Apakah e-learning mempengaruhi proses mengajar Anda?
2.) Bagaimanakah dampak penggunaan e-learning tersebut terhadap proses pengajaran Anda?
3.) Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesuksesan dari penggunaan e-learning bagi Anda?
4.) Faktor apa sajakah yang menyebabkan kegagalan dari penggunaan e-learning bagi Anda?
5.) Apa perbedaan yang Anda rasakan ketika menggunakan dengan ketika tidak menggunakan
sistem e-learning tersebut?
-
27
BAB 4
HASIL YANG DIHARAPKAN
Berdasarkan kepada rumusan masalah, tujuan penelitian, dan tinjauan literatur yang telah
dilakukan, maka penulis berharap bahwa setelah melakukan penelitian ini penulis akan
mendapatkan hasil berupa terjawabnya permasalahan diajukan pada rumusan masalah. Berikut
dua jawaban yang penulis harapkan terhadap rumusan masalah yang diajukan.
1.) Penggunaan e-learning memiliki dampak yang positif terhadap proses pembelajaran
mahasiswa pada perguruan tinggi.
2.) Infrastruktur, keahlian IT, kemudahan penggunaan, dan motivasi belajar merupakan faktor
yang mempengaruhi kesuksesan dari penggunaan e-learning.
-
28
REFERENSI
[1] Jacqueline Bichsel. The State of E-Learning in Higher Education : An Eye toward
Growth and Increased Access. EDUCAUSE Center for Analysis and Research, 2013.
[2] Meilun Shih, Jui Feng, dan Chin-Chung Tsai. Research and trends in the field of e-
learning from 2001 to 2005: A content analysis of cognitive studies in selected journals.
Computers & Education, Vol. 51, 2008.
[3] L.M Regueras, Elena Verdu, Maria F. Munoz, Maria A. Perez, Juan P. de Castro, dan
Maria Jesus Verdu. Effects of Competitive E-Learning Tools on Higher Education
Students: A Case Study. IEEE Transaction on Education, Vol. 52, No. 2, Mei 2009.
[4] Bellias Dimitrios. Traditional Teaching Methods VS Teaching Through The Application
of Information and Communication Technologies in The Accounting Field: Quo Vadis?.
European Scientific Journal, Vol. 9, No. 28, Oktober 2013.
[5] Hilda Aini Siregar. Pengaruh Model Explicit Instruction terhadap Hasil Belajar
Akuntansi Siswa Kelas X di SMK N 1 Binjai T.A 2011/2012.
http://digilib.unimed.ac.id//pengaruhmodel-explicit-instruction-terhadap-hasil-belajar-
akuntansi-siswa-kelas-x-di-smk-negeri-1-binjait-a-20112012-22261.html. Diakses pada 4
April 2015.
[6] Joi L. Moore, Camille Dickson-Deane, and Krista Galyen. e-Learning, online learning,
and distance learning environments: Are they the same?. Internet and Higher Education,
Vol. 14, 2011.
[7] Albert Sangr, Dimitrios Vlachopoulos, and Nati Cabera. Building an Inclusive
Definition of E-Learning: An Approach to the Conceptual Framework. The International
Review of Research in Open and Distributed Learning, Vol. 13, No. 2, 2012.
[8] Venera-Michaela, Iulia Lazar, Valentin Nedeff, and Gabriel Lazar. SWOT anlysis of e-
learning educational services from the perspective of their beneficiaries. Procedia
Social and Behavioral Sciences, Vol. 116, 2014.
-
29
[9] L.M Regueras, Elena Verdu, Maria F. Munoz, Maria A. Perez, Juan P. de Castro, and
Maria Jesus Verdu. Effects of Competitive E-Learning Tools on Higher Education
Students: A Case Study. IEEE Transaction on Education, Vol. 52, No. 2, Mei 2009.
[10] Tomas Moravec, Petr Stepanek, and Petr Valenta.The influence of using e-learning tools
on the results of students at the tests. Procedia Social and Behavioral Sciences, Vol.
176, 2015.
[11] Salem Alkhalaf, Steve Drew, dan Thamer Alhussain. Assessing the impact of e-learning
systems on learners: a survey study in the KSA. Procedia Social and Behavioral
Sciences, Vol. 47, 2012.
[12] Konrad Janusz Peszynski. Power and Politics in a System Implementation, Ph.D.
Dissertation, Deakin University, 2005.
[13] Ellet dan Beausang. Introduction to Qualitative Research. Gastroenterology Nursing,
Vol. 25, No. 1, 2002.
[14] Zimmer L. Qualitative meta-synthesis: a question of dialoguing with texts. Journal of
Advanced Nursing, Vol. 53, No. 3, 2006.
[15] Eisenhardt. Building theories from case study research. Academy of Management
Review, Vol. 14, No. 4, 1989.
[16] James P. Spradley. The Ethnographic Interview. New York : Holt, Rinehart, and
Winston.1979.