Download - DAMPAK PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN SIKAP …
213
Submitted : 19-04-2021
Revised : 20-04-2021
Inisiated Publish : 24-04-2021
AFFILIATION:
Program Studi Pariwisata, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN
“Veteran” Jawa Timur
Co-Responding E-mail:
Diterbitkan oleh:
Pusat Kajian Administrasi Publik
Program Studi Administrasi Publik
Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur
berkolaborasi dengan
Indonesia Association of Public
Administration Jawa Timur
DAMPAK PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN SIKAP
MASYARAKAT DESA PENYANGGA TAMAN WISATA ALAM KAWAH
IJEN
Leily Suci Rahmatin, Sheidy Yudhiasta
ABSTRACT
The current trend in the success of tourism development is based on the growth in the number of
tourist arrivals. The existence of the tourist attraction of the Ijen Crater Natural Park with the
uniqueness of the blue fire is a popular tourist attraction. The number of visits that continues to
increase every year has an impact on life around tourist attractions. The impact of changing
people's attitudes is the component most quickly affected by the high increase in the number of
tourist visits. This research is important because the location of Ijen Crater is between two districts
so that it can affect local communities from different administrative locations. Attitude changes
were analyzed using the Irridex theory developed by Doxey on the stages of changing people's
attitudes towards tourism development. This research was conducted using a qualitative descriptive
research methodology with data collection methods in the form of observation, in-depth interviews
and questionnaires to support qualitative data. From the theoretical analysis of Irridex Doxey, it
provides an illustration that the development and increase in the number of tourists in the Ijen
Crater Nature Park have an impact on changes in people's attitudes, namely at the Apathy and
Annoyance stages. Changes in attitude also occur due to the entry of new capital owners outside the
community. Minimizing the impact of the tourism development of Ijen Crater is very necessary to
reduce changes in people's attitudes towards antagonism that lead to unsustainable tourism.
Keywords: Ijen Crater, Changes in Community Attitudes, Tourism Impact
ABSTRAK
Tren keberhasilan perkembangan pariwisata saat ini yang didasarkan pada pertumbuhan jumlah
kunjungan wisatawan. Keberadaan daya tarik wisata Taman Wisata Alam Kawah Ijen dengan
keunikan blue fire menjadi daya tarik kunjungan yang populer. Jumlah kunjungan yang terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya memberikan dampak terhadap kehidupan disekitar daya
tarik wisata. Dampak perubahan sikap masyarakat menjadi komponen paling cepat terpengaruh dari
tingginya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Penelitian ini menjadi penting dikarenakan
lokasi Kawah Ijen berada di antara dua kabupaten sehingga dapat mempengaruhi masyarakat lokal
dari letak administrasi yang berbeda. Perubahan sikap dianalisis dengan teori Irridex yang
dikembangkan oleh Doxey tentang tahapan perubahan sikap masyarakat terhadap perkembangan
pariwisata. Penelitian ini dilakukan menggunakan metodologi penelitian deskriptif kualitatif dengan
metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara mendalam dan kuesioner sebagai
pendukung data kualitatif. Dari analisis teori Irridex Doxey memberikan gambaran bahwa
perkembangan dan peningkatan jumlah wisatawan di Taman Wisata Alam Kawah Ijen berdampak
pada perubahan sikap masyarakat yaitu pada tahap Apatis dan Annoyance. Perubahan sikap terjadi
juga diakibatkan dengan masuknya pemilik modal baru diluar lingkungan masyarakat.
Meminimalisir dampak perkembangan pariwisata Kawah Ijen sangat diperlukan untuk mengurangi
perubahan sikap masyarakat menuju antagonism sehingga menyebabkan pariwisata yang tidak
berkelanjutan.
Kata Kunci: Kawah ijen, Perubahan Sikap Masyarakat, Dampak Pariwisata.
214
Dampak Pariwisata Terhadap Perubahan Sikap Masyarakat Desa…
Rahmatin, S.L & Yudhiasta, S (2021)
PENDAHULUAN
Pariwisata telah menjadi gaya hidup baru bagi kelompok masyarakat luas. Pariwisata
tidak terjadi dalam ruang hampa melainkan sebuah kegiatan terbuka yang terdiri dari
beberapa unsur pendukung di dalamnya (Pitana 2009). Sesungguhnya dalam pelaksanaannya
pariwisata terdiri atas banyak industri, akan tetapi terlepas dari sektor pendukung yang
terdapat di dalamnya, salah satu yang juga menjadi pendukung terjadinya kegiatan pariwisata
yaitu adanya beberapa interaksi, baik itu interaksi sosial, politik, ekonomi maupun
lingkungan fisik. Namun dalam kegiatan pariwisata salah satu yang harus menjadi perhatian
adalah, bagaimana terjalinnya interaksi baik itu antara tuan rumah (host) dalam hal ini
masyarakat lokal dengan tamu (guest) yaitu wisatawan (Mahagangga 2017). Dalam kegiatan
pariwisata interaksi yang terjadi sering juga memberikan pengaruh terhadap kehidupan sosial
masyarakat, hal ini dikarenakan semakin tinggi perkembangan pariwisata yang membebaskan
orang-orang untuk bergerak, dari lingkungan yang satu menuju lingkungan lainnya yang juga
memiliki perbedaan adat dan kebiasaan (Yoety 2013). Interaksi sosial menjadi penting karena
menyangkut hubungan antar manusia, yang artinya sifat hubungan tersebut tidak tetap dan
akan terus mengalami perubahan, terutama ketika perkembangan pariwisata menjadi aspek
utama dalam pembangunan daerah. Seperti halnya keberadaan daya tarik wisata Taman
Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen yang merupakan bagian dari kawasan Cagar Alam (CA)
Kawah Ijen Merapi Ungup – Ungup, berada di bawah naungan Balai Besar Konservasi
Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah Jawa Timur (BKSDA 2013). Perkembangan
pariwisata TWA Kawah Ijen juga tidak terlepas dari dukungan keberadaan masyarakat desa
penyangga yang juga sebagai pelaku dan pemilik usaha wisata, sumber daya sosial
masyarakat juga menjadi nilai jual dan keunikan daya tarik wisata TWA Kawah Ijen.
Penelitian ini menjadi penting seiring tingginya tingkat kujungan di TWA Kawah Ijen selama
lima tahun terakhir seperti yang ditunjukkan dalam table 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan
TWA Kawah Ijen.
215
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Volume 11 (1), April 2021
Tabel 1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Taman Wisata Kawah Ijen
Sumber: Statistik BKSDA 2019
Tabel 1 menjelaskan tingkat pertumbuhan mencapai 10% untuk wisatawan asing dan
27% untuk wisatawan domestik hal demikian tentunya juga mempengaruhi intensitas
interaksi yang dapat menimbulkan perubahan sikap masyarakat terutama pemilik dan pelaku
usaha pariwisata, analisis mengenai perubahan sikap dan dampak terhadap sosial budaya
masyarakat menjadi aspek penting agar tidak menimbulkan konflik antara guest dan host.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan oleh Fan, D. X., Liu, A., & Qiu, R. T. (2019) dengan judul
“Revisiting the relationship between host attitudes and tourism development A utility
maximization approach”. Dalam tulisan dari hasil penelitiannya dijelaskan bahwa
keberlanjutan sebuah daya tarik wisata desa juga harus didukung dengan model
perkembangan yang sudah direncanakan, walaupun juga harus melibatkan peran aktif dari
masyarakat lokal terutama mengenai sikap masyarakat lokal dalam menerima masuknya
budaya baru yang dibawa wisatawan dan interaksi yang terjalin selama kegiatan pariwisata.
Kekurangan dari tulisan ini tidak menjelaskan bagaimana menciptakan hubungan yang saling
berketergantungan antara wisatawan dan masyarakat lokal perlu analisis lanjutan untuk
menciptakan hubungan yang bersinergi sehingga daya dukung kawasan wisata dari aspek
sosial tidak melewati ambang batas daya dukung yang seharusnya.
Penelitian lainnya ditulis oleh Millati (2017) mengenai “Akuntansi Lingkungan
sebagai Strategi Pengelolaan Lingkungan Daerah Wisata Gunung Ijen Kabupaten
Banyuwangi”, dalam tulisan tersebut lebih mendalam menjelaskan mengenai akuntansi
lingkungan terhadap pengelolaan di Kawah Ijen, fungsi utama atau pentingnya akuntansi
lingkungan. Akuntansi lingkungan ini digunakan sebagai media dalam pelaporan tanggung
N
o Tahun
Jumlah
Kunjungan
Wisatawan
Asing
Jumlah
Kunjungan
Wisatawan
Domestik
Persentase
Peningkatan
Wisatawan
Asing
Persentase
Peningkatan
Wisatawan
Domestik
1 2015 20.662 148.783 30 % 101 %
2 2016 29.256 164.947 42 % 11 %
3 2017 25.828 133.262 - 12 % - 19 %
4 2018 25.810 150.285 0 % 13 %
5 2019 23.875 145.443 - 8 % - 3 %
Rata – Rata Peningkatan
Kunjungan
10 % 27 %
216
Dampak Pariwisata Terhadap Perubahan Sikap Masyarakat Desa…
Rahmatin, S.L & Yudhiasta, S (2021)
jawab sosial di bidang lingkungan kepada stakeholder khususnya wujud dari ketaatan hukum
kepada pemerintah dalam meningkatkan pembangunan berkelanjutan. Kekurangan dalam
tulisan tersebut tidak menjelaskan secara terperinci hasil analisis data mengenai akuntansi
lingkungan, yang seharusnya diharapkan dapat memberikan kontribusi perencanaan
pengelolaan Kawah Ijen sebagai daya tarik wisata yang berkelanjutan.
Penelitian lainnya berjudul “The mutual gaze: Host and guest perceptions of socio-
cultural impacts of backpacker tourism: A case study of the Yasawa Islands, Fiji” oleh
Sroypetch, S. (2016). Penelitian yang dilakukan di Yasawa Islands, Fiji ini menjelaskan
mengenai dampak wisatawan backpacker terhadap hubungan yang terjalin dengan
masyarakat lokal, penelitian tersebut juga melihat bagaimana dampak yang terjadi akibat
adanya perkembangan pariwisata, dengan demikian dapat memberikan manfaat untuk
menjadikan pariwisata yang berkelanjutan.
Penelitian mengenai dampak pariwisata yang berkelanjutan dan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat di destinasi wisata, oleh Mathew, P. V., & Sreejesh, S. (2017)
dengan judul “Impact Of Responsible Tourism On Destination Sustainability And Quality Of
Life Of Community In Tourism Destinations”. Penelitian tersebut menjelaskan mengenai
bagaimana menciptakan pariwisata yang berkelanjutan terutama dalam mensejahterakan
komunitas lokal dan keberlanjutan perkembangan destinasi, dengan menggunakan pendapat
dari beberapa masyarakat yang dijadikan sebagai sampel penelitian untuk melihat dampak
yang terjadi.
Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Nawangsari (2018) mengenai “Evaluasi
Dampak Pembangunan Rumah Majapahit Bagi Masyarakat Desa Bejijong Kecamatan
Trowulan Kabupaten Mojokerto”, dalam tulisan tersebut menjelaskan mengenai dampak dari
pembangunan rumah majapahit sebagai daya tarik wisata terhadap masyarakat lokal. Dampak
yang ditimbulkan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, sebagian besar dampak
kegiatan pariwisata masih dalam tahapan positif. Pariwisata dianggap sebagai industri
bernilai positif dan mnguntungkan, masyarakat menyambut perkembangan pariwisata dengan
di bangunnya Rumah Majapahit.
Konsep Desa Penyangga
Daerah penyangga dalam Undang undang Nomor 5 Tahun 1990 diartikan sebagai
wilayah atau kawasan yang sebagai wilayah berada di luar kawasan konservasi sebagai
kawasan pelestarian alam, berupa kawasan hutan tanah Negara maupun tanah yang diberikan
hak, untuk menjaga kelestarian suaka alam ataupun kawasan peletarian alam. Kawasan
217
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Volume 11 (1), April 2021
penyangga juga merupakan kawasan penting sebagai pendukung kawasan konservasi, dan
merupakan daerah yang sangat potensial untuk dikelola guna mempertahankan kelestarian
biodiversitas dan ekosistem taman nasional baik sebagai asset wisata alam, penyangga
kawasan konservasi kawasan budidaya, sumber penghasil pangan, kayu bakar dan obat-
obatan.
Desa dalam Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 diartikan desa dan desa adat atau
yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Dari kedua konsep tersebut diartikan bahwa Desa Penyangga merupakan kawasan
atau wilayah yang berada diluar kawasan konservasi, tetapi masih menjadi kawasan
pelestarian alam, yang terdapat kesatuan masyarakat didalamnya yang diakui oleh system
pemerinta. Dalam penelitian ini Desa Penyangga adalah Desa yang berbatasan langsung
dengan TWA Kawah Ijen , yaitu Kecatan Ijen dari wilayah Bondowoso dan Kecamatan Licin
dari wilayah Kabupaten Banyuwangi.
Konsep Taman Wisata Alam
Taman Wisata Alam dalam Undang – Undang No 5 tahun 1990 tentang Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya, mengartikan bahwa TWA merupakan kawasan konservasi
yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan rekreasi dengan mengedepankan ketentuan
konservasi di setiap kegiatan rekreasi.
Konsep Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang bertempat tinggal di daerah tertentu
dalam waktu yang relatif lama, memiliki norma - norma yang mengatur kehidupannya
menuju tujuan yang dicita - citakan bersama, dan di tempat tersebut anggota - anggotanya
melakukan regenerasi (beranak - pinak) (Setiadi, 2011)
218
Dampak Pariwisata Terhadap Perubahan Sikap Masyarakat Desa…
Rahmatin, S.L & Yudhiasta, S (2021)
Konsep Dampak Sosial Budaya
Pizam and Milman (1984) juga mengklasifikasikan dampak sosial – budaya
pariwisata.
1. Dampak terhadap aspek demografi (jumlah penduduk, umur, perubahan piramida
penduduk).
2. Dampak terhadap mata pencaharian (perubahan pekerjaan dan distribusi pekerjaan).
3. Dampak terhadap aspek budaya (tradisi, keagamaan, bahasa).
4. Dampak terhadap transformasi norma (nilai, moral, peranan seks).
5. Dampak terhadap pola modifikasi pola konsumsi (infrastruktur, komoditas). (dalam
Pitana, 2009).
Teori Irridex
Model irridex dari Doxey 1975 (dalam Pitana, 2009), Tahapan - tahapan perubahan
sikap masyarakat lokal terhadap wisatawan.
1. Euphoria, kedatangan wisatawan diterima dengan baik, dengan sejuta harapan.
Masyarakat lokal mendukung pembangunan pariwisata dan mereka siap hidup
berdampingan dalam kehidupan sehari – hari dengan wisatawan.
2. Apathy, masyarakat menerima wisatawan sebagai sesuatu yang lumrah, dan hubungan
antara masyarakat dengan wisatawan didominasi dengan hubungan komersial.
3. Annoyance, titik kejenuhan sudah hampir dicapai, dan masyarakat mulai merasa
terganggu dengan kehadiran wisatawan.
4. Antagonism, masyarakat secara terbuka sudah menunjukkan ketidaksenangan, dan
melihat wisatawan sebagai sumber masalah.
METODE
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan
metode deskriptif kualitatif. Mencari gambaran umum dari data hasil penelitian,
membandingkan data yang didapat serta mencari hubungan setiap data yang diperoleh
(Arikunto 2010). Pendekatan kuantitatif digunakan, untuk memperkuat data hasil pendekatan
kualitatif.
Penelitian ini dilakukan di kawasan TWA Kawah Ijen dengan desa penyangga di
Kecamatan Licin dan Kecamatan Ijen. fokus penelitian yang akan dilakukan, penelitian ini
219
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Volume 11 (1), April 2021
terbatas pada implikasi perkembangan pariwisata terhadap perubahan sikap masyarakat dan
dampak sosial budaya.
Metode pengumpulan data menggunakan observasi atau pengamatan, wawancara
mendalam dan kuesioner sebagai data pendukung kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
TWA Kawah Ijen berada di kawasan CA Kawah Ijen Merapi Ungup – Ungup,
ditetapkan sebagai TWA dengan luas 92 ha sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian
No. 1017/Kpts-II/Um/12/1981 pada tanggal 10 Desember 1981. Luas TWA 3,59 % dari total
keseluruhan CA Kawah Ijen Merapi Ungup – Ungup yakti seluas 2.560 ha. TWA Kawah Ijen
secara geografis berbatasan langsung dengan Kawasan CA Kawah Ijen Merapi Ungup –
Ungup, jalan lintas Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, lereng Merapi dan aliran sungai
Banyulinu. Secara administrasi wilayah terletak di dua kabupaten yakni Kabupaten
Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi. Karakteristik cuaca TWA Kawah Ijen termasuk
daerah kering yang dipengaruhi oleh angin musim dengan curah hujan 1500 – 3000
mm/tahun dan suhu udara harian 2o C hingga 23o C. Topografi TWA Kawah Ijen
bergelombang berat dengan puncak yang tertinggi yaitu 2.386 mdpl (Sumber: Desain Tapak
TWA Kawah Ijen 2013).
Geografi wilayah dan demografi masyarakat lokal yang berpengaruh atau dipengaruhi
oleh TWA Kawah Ijen sebagai CA maupun daya tarik wisata, terutama adalah keberadaan
masyarakat yang tinggal di Kabupaten Banyuwangi. Daerah pemukiman masyarakat lokal
yang langsung berbatasan dengan CA maupun TWA Kawah Ijen merupakan desa penyangga
yang terdapat di Kecamatan Licin bagian Timur yang masuk wilayah Kabupaten Banyuwangi
(Kecamatan Licin Dalam Angka 2019). Wilayah lainnya adalah keberadaan masyarakat yang
tinggal di Kabupaten Bondowoso. Daerah pemukiman masyarakat lokal yang langsung
berbatasan dengan CA maupun TWA Kawah Ijen merupakan desa penyangga yang terdapat
di Kecamatan Ijen di bagian Barat yang masuk wilayah Kabupaten Bondowoso (Kecamatan
Ijen Dalam Angka 2019).
220
Dampak Pariwisata Terhadap Perubahan Sikap Masyarakat Desa…
Rahmatin, S.L & Yudhiasta, S (2021)
Desa Penyangga
Desa penyangga TWA Kawah Ijen diantaranyan Kecamatan Sempol yang kini
menjadi Kecamatan Ijen sebagai bentuk branding dengan adanya pariwisata di Kawah Ijen.
Merupakan salah satu kecamatan dari 23 kecamatan yang ada di Kabupaten Bondowoso
dengan jarak + 60 Km arah Timur dari ibukota kabupaten. Kecamatan Ijen terletak pada
ketinggian 1.050 s/d 1.500 mdpl (Kecamatan Ijen Dalam Angka 2019). Desa penyangga
berikutnya yakni wisalaya Kecamatan Licin yang merupakan bagian dari 24 kecamatan yang
terdapat dalam wilayah Kabupaten Banyuwangi, yang beralamat di Jalan Ijen Desa Licin.
Letak Kecamatan Licin berbatasan dengan beberapa kecamatan yaitu Kabupaten Bondowoso
di sebelah Utara, Kecamatan Glagah di sebelah Selatan, Kecamatan Songgon disebelah Barat
dan Kecamatan Kalipuro di sebelah Timur. Kecamatan Licin berada di kawasan dataran
tinggi, dengan ketinggian antara 425 – 650 mdpl, luas wilayah Kecamatan Licin sekitar 82.86
Km2
(Kecamatan Licin Dalam Angka 2019).
Dampak Pariwisata Terhadap Sosial Budaya Masyarakat Desa Penyangga Taman
Wisata Alam Kawah Ijen
Taman wisata saat ini menjadi ikon wisata dan sebagai bahan promosi wisata yang
wajib dikunjungi, keberadaan TWA Kawah Ijen dengan potensi fenomena yang tidak dimiliki
taman wisata lainnya menjadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang akan berkunjung.
Produk wisata yang ditawarkan, keragaman hayati dan sosial budaya desa penyangga,
menjadikan daya tarik wisata tersebut sebagai daerah tujuan wisata dengan keberagaman
atraksi. Budaya dan landscape lokasi wisata memberikan peran besar terhadap perkembangan
TWA, perpaduan antara lingkungan fisik dan budaya masyarakat memberikan kontrol besar
terhadap keberlanjutan daya tarik wisata (Widowati, S., & Nadra, N. M. 2017).
Namun seiring perkembangan waktu dan kompleksitas industri pariwisata menjadikan
sumber daya tertentu terancam mengalami perubahan dan modifikasi, terutama dari segi
kerentanan budaya yang akan mengalami perubahan jika intensitas budaya baru yang masuk
semakin tinggi. Pariwisata massal juga menjadi faktor utama perubahan, ketahanan budaya
masyarakat lokal akan mengalami penurunan, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa budaya
asli masyarakat juga menjadi potensi perkembangan pariwisata (Putra 2017).
Budaya asli masyarakat saat ini menjadi daya tarik yang sangat dominan dalam
perkembangan pariwisata, keberadaan sosial budaya masyarakat lokal yang beragam
menjanjikan perkembangan kemandirian ekonomi dan perkembangan budaya itu sendiri.
Peremajaan dan pelestarian budaya menjadi potensi dalam perkembangan pariwisata,
221
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Volume 11 (1), April 2021
perencanaan perkembangan pariwisata yang berkelanjutan tentunya memberikan ruang bagi
kekayan budaya asli masyarakat lokal, kebijakan dalam perlindungan budaya mengurangi
dampak negatif terhadap degradasi budaya.
Eksistensi budaya masyarakat dengan aktivitas tradisional tentunya akan memberikan
daya saing dalam industri pariwisata, keunggulan dalam keberanekaragaman budaya
masyarakat lokal akan memberikan dampak terhadap peningkatan keunggulan produk lokal.
Pariwisata juga dianggap sebagai pembawa implikasi atau dampak yang dapat merubah
tatanan sosial budaya masyarakat lokal, yang diakibatkan kedatangan wisatawan dan
perpaduan budaya dalam proses interaksi selama kegiatan pariwisata. Perkembangan
pariwisata dianggap memiliki peluang dan ancaman bagi keberlangsungan sosial budaya
masyarakat lokal, pengaruh dari faktor luar dan masyarakat tidak memiliki kontrol kuat, di
lain hal masyarakat lokal memiliki faktor internal yang dapat memengaruhi serta
mempertahankan budaya asli.
Perubahan dibawa sebagai akibat adanya intrusi dari luar, umumnya dari sistem sosial
– budaya yang superordinat terhadap kebudayaan penerima yang lebih lemah. Perkembangan
pariwisata TWA Kawah Ijen berdampak pada perubahan namun hanya terbatas pada
perubahan perilaku bebas pada kalangan remaja karena adanya peniruan budaya yang dibawa
wisatawan, terutama ketika kegiatan pariwisata intens berlangsung. Dari 100 responden 72 %
pada Tabel 2 mengenai perubahan perilaku pada remaja, memberikan pendapat bahwa
pariwisata cukup buruk berpengaruh terhadap kehidupan remaja, terutama dari segi perilaku
dan gaya berpakaian.
Tabel 2 Persepsi Masyarakat mengenai Dampak Pariwisata terhadap Perilaku Remaja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 2 72 72,0 72,0 72,0
3 12 12,0 12,0 84,0
4 15 15,0 15,0 99,0
5 1 1,0 1,0 100,0
Total 100 100,0 100,0
Sumber: Data Primer diolah 2020
Masyarakat setuju bahwa pariwisata dengan berbagai aktivitas pendukung akan
memberikan dampak bagi kehidupan dan perilaku remaja, terutama dengan adanya
pertemuan budaya yang berbeda. “Peniruan cara berpakaian dan perilaku remaja seringkali
tidak sesuai dengan adat ketimuran, tetapi untuk sopan santun dan perilaku terhadap orang
yang lebih tua masih tetap terjaga, hanya jaga pola perilaku sesama remaja dan rasa budaya
222
Dampak Pariwisata Terhadap Perubahan Sikap Masyarakat Desa…
Rahmatin, S.L & Yudhiasta, S (2021)
malu mulai sedikit berkurang, melakukan hal yang dirasa tabu menjadi lumrah di kalangan
remaja terutama ketika berada di kawasan TWA Kawah Ijen karena peniruan dari apa yang
dilihat dari wisatawan kami masih berusaha mencari solusi agar perubahan perilaku saat ini
tidak berlanjut lebih buruk sehingga akan berdampak pada pariwisata itu sendiri”
(Pernyataan dari Kepala Seksi Wilayah V BKSDA).
Perubahan terjadi juga akibat kurangnya pemberdayaan terhadap SDM yang
mengakibatkan, masyarakat tidak banyak memahami dan memilih dalam menanggapi budaya
lain yang masuk. Pengaruh perubahan tidak dianggap suatu hal yang perlu diantisipasi secara
baik, karena justru dengan adanya pariwisata, budaya asli menjadi bangkit dan dimunculkan
kembali demi menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
Perubahan yang bersifat destruktif bagi budaya asli saat ini tidak banyak dirasakan,
perkembangan pariwisata massal menjadikan budaya asli rentan perubahan, upaya
pemerintah dalam mengatasi hal demikian dengan mendeklarasikan kepada umum melalui
beberapa event pariwisata, keberadaan budaya juga dijadikan sebagai ciri khas daerah untuk
meningkatkan nilai jual daya tarik wisata dengan memanfaatkan sebagai brand pemasaran
pariwisata. Perubahan yang cukup banyak dirasakan lebih kepada modifikasi budaya dan
perubahan aspek pendukung lainnya yang tidak bisa serta merta ditampilkan dalam kegiatan
pariwisata, hal demikian terjadi karena beberapa budaya asli desa penyangga TWA Kawah
Ijen cukup sakral dan hanya dilakukan pada kegiatan – kegiatan yang memang sudah menjadi
tradisi. Namun dengan adanya modifikasi budaya dan revitalisasi budaya masyarakat,
memberikan pengaruh terhadap keberadaan budaya asli, setiap atraksi wisata budaya
dianggap sebagai bentuk asli budaya setempat padahal hal demikian telah mengalami
perubahan, baik dari tata cara pelaksanaan maupun tujuan pelaksanaan.
Komersialisasi budaya tidak dapat terhindari, masuknya modal di luar masyarakat
lokal dalam pengadaan atraksi budaya akan menjadikan keberadaan dan keberlanjutan
budaya disesuaikan dengan kegiatan pariwisata yang berkembang saat ini, namun segi positif
pariwisata dengan memunculkan kembali budaya yang mulai dilupakan hingga generasi saat
ini banyak belajar mengenai budaya yang mulai hilang. Tabel 3 merupakan persepsi
masyarakat terhadap perubahan dalam perkembangan tradisi, yang diakibatkan dari aktivitas
pariwisata.
223
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Volume 11 (1), April 2021
Tabel 3 Persepsi Masyarakat mengenai Dampak Pariwisata terhadap Tradisi Masyarakat
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 3 3,0 3,0 3,0
2 15 15,0 15,0 18,0
3 5 5,0 5,0 23,0
4 50 50,0 50,0 73,0
5 27 27,0 27,0 100,0
Total 100 100,0 100,0
Sumber: Data Primer diolah 2020
Pendapat dari responden sebanyak 100 orang 50 % pada Tabel 3 menganggap
pariwisata berdampak baik terhadap perkembangan tradisi dalam masyarakat, selain itu
dengan adanya pariwisata bahasa yang digunakan setiap masyarakat juga mengalami
peningkatan terutama dalam penguasaan bahasa asing, untuk bahasa daerah masyarakat lokal
masih sangat mempertahankan bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari – hari antar
pelaku usaha wisata, yakni dengan bahasa daerah jika dari Banyuwangi yaitu dengan bahasa
Osing dan jika dari arah Bondowoso cenderung kental dengan bahasa Madura.
Perubahan dan modifikasi budaya dalam kegiatan pariwisata akan membawa pada
homogenisasi budaya, perbedaan di setiap daerah dalam melaksanakan tradisi budaya tidak
akan memiliki perbedaan yang signifikan, di mana identitas etnik lokal akan tenggelam
dalam bayangan sistem dengan teknologi barat, birokrasi nasional dan multinasional (Putri
2019). Hal demikian biasanya terjadi pada penggunaan alat musik gending tradisional yang
digantikan dengan audio sound system yang lebih modern, baju tradisional dimodifikasi
untuk dapat digunakan dengan mudah dan bisa masuk pada setiap acara, keperluan dalam
kegiatan tradisi digantikan dengan bahan yang lebih modern, seperti pada kegiatan dalam
masyarakat baik berupa acara syukuran kelahiran, pernikahan maupun kematian.
Pelaksanaan tradisi keagamaan juga mengalami perubahan, kegiatan pariwisata yang
lebih banyak menghabiskan waktu di musim libur juga menjadikan beberapa kegiatan
keagamaan tidak dapat terlaksana dengan maksimal, pelaksanaan peribadatan dan tradisi
dalam masyarakat lokal menjadi lebih dominan digantikan dengan kewajiban dalam
pelaksanaan di industri pariwisata. Kegiatan keagamaan yang biasanya mengalami perubahan
lebih kepada saat bulan hari raya dan ibadah subuh, karena kegiatan pariwisata dilakukan dini
hari hingga pertengahan siang.
Pariwisata sebagai faktor luar yang memengaruhi perubahan di dalam masyarakat,
perlindungan terhadap keberadaan sosial budaya masyarakat lokal menjadi penting, sebagai
lawan dari pertumbuhan pariwisata yang tidak terkontrol terutama pada wisata massal,
224
Dampak Pariwisata Terhadap Perubahan Sikap Masyarakat Desa…
Rahmatin, S.L & Yudhiasta, S (2021)
menempatkan penekanan pada keberlanjutan sumber daya, keadaan sosial dan integrasi
budaya, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa fokus utama kegiatan pariwisata pada
dasarnya adalah berupa perpaduan kegiatan dengan fenomena sosial yang terjadi antara
wisatawan dan masyarakat lokal.
Dampak Pariwisata Terhadap Perubahan Sikap Masyarakat Desa Penyangga Taman
Wisata Alam Kawah Ijen
Pemahaman yang meningkat menghasilkan perubahan sikap dan perilaku yang pada
gilirannya, mengarah pada hubungan yang lebih adil dan merata antara masyarakat, akan
tetapi sering kali perubahan sikap terjadi diakibatkan laju pertumbuhan pariwisata tidak dapat
terkontrol. Model irridex dari Doxey’s (dalam Pitana 2009) menggambarkan perubahan sikap
dan respon masyarakat lokal terhadap wisatawan secara linier, sikap masyarakat dalam
menghadapi perkembangan pariwisata yang cenderung berubah, yang mula - mula positif
berubah menjadi semakin negatif ketika wisatawan yang datang dianggap sebagai
pengganggu dalam kehidupan masyarakat lokal, wisatawan tidak lagi diharapkan
kedatangannya.
Perkembangan pariwisata TWA Kawah Ijen yang saat ini berada pada tahap
development berdampak pada sikap masyarakat, kontrol lokal dan ketersediaan infrastruktur
lokal mulai digantikan dengan yang lebih modern. Pada perkembangan saat ini masyarakat
lokal masih menerima wisatawan sebagai sesuatu yang lumrah, dan hubungan antara
masyarakat dengan wisatawan didominasi dengan hubungan komersial.
Tabel 4 Persepsi Masyarakat Terhadap Dampak Ekonomi Pariwisata
Sumber: Data Primer diolah 2020
Tabel 4 menunjukkan pendapat masyarakat mengenai perubahan pendapatan dengan
adanya pariwisata. Masyarakat berpendapat bahwa pariwisata memberikan dampak baik dan
sangat baik pada perubahan dan peningkatan pendapatan, 53% responden menyatakan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 1 1,0 1,0 1,0
2 2 2,0 2,0 3,0
3 2 2,0 2,0 5,0
4 53 53,0 53,0 58,0
5 42 42,0 42,0 100,0
Total 100 100,0 100,0
225
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Volume 11 (1), April 2021
pariwisata berdampak baik dan 42% sangat baik bagi pendapatan dan peningkatan ekonomi
di masyarakat.
Harapan masyarakat lokal sebagian besar juga mengarah pada peningkatan kegiatan
pariwisata agar kesejahteraan kehidupan masyarakat lebih baik. Namun keberadaan
pariwisata massal TWA Kawah Ijen juga berdampak pada struktur sosial kawasan yang mulai
mengalami perubahan oleh kedatangan orang baru yang mencari pekerjaan. Konflik
persaingan dalam pencarian dan pemenuhan lapangan kerja semakin tinggi, masyarakat lokal
menganggap bahwa keberadaan orang baru menjadi ancaman dalam pembagian manfaat
ekonomi di TWA Kawah Ijen, terutama jika musim sepi pariwisata tidak dapat diprediksi
dengan baik.
Peningkatan kondisi ekonomi dengan mengandalkan kegiatan pariwisata tidak terasa
sangat berpengaruh dominan, dan dianggap hanya orang tertentu yang dapat merasakan
dampak langsung, terutama bagi masyarakat pemilik modal atau pemilik usaha wisata yang
berada dalam pembinaan BKSDA. Kesempatan dalam memperoleh dampak ekonomi
langsung dalam pariwisata TWA Kawah Ijen juga menjadi permasalahan utama dimana
terjadi persaingan antar unit usaha, baik local guide, jasa warung, jasa sewa masker, ojek
trolli maupun asongan. Hal ini juga menjadi penyebab perubahan sikap masyarakat lokal,
yang mulai merasakan pariwisata dapat menimbulkan konflik diantara sesama masyarakat
lokal.
Beberapa kondisi titik kejenuhan masyarakat lokal sudah hampir dicapai, dan
masyarakat mulai merasa terganggu dengan kehadiran wisatawan, hal ini terjadi ketika
tingkat kunjungan wisatawan sangat tinggi terutama pada musim libur wisatawan domestik
sehingga menimbulkan kemacetan disepanjang jalur menuju TWA Kawah Ijen terutama jalur
antara Desa Tamansari menuju Paltuding. Peningkatan jumlah penggunaan sumber daya
lainnya juga akan terbatas tidak hanya diperuntukkan bagi masyarakat lokal, melainkan
masyarakat lokal harus rela berbagi lebih banyak dengan adanya peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan.
Perubahan sikap pada masyarakat lokal jika dilihat dari kondisi yang terjadi saat ini
dapat diklasifikasikan sebagai bentuk sikap Apathy dan Annoyance. Sebagian besar
masyarakat masih menerima perubahan dalam pariwisata dengan sikap wajar dan
menganggap bahwa kegiatan ekonomi meningkat dengan adanya pariwisata, namun beberapa
sikap menunjukkan kejenuhan terutama ketika perubahan fungsi lahan dan pembangunan
infrastruktur di luar rencana awal perkembangan pariwisata, seperti pembangunan pagar di
puncak dan beberapa lokasi pendakian yang di keraskan dengan bahan semen. Di lain sisi
226
Dampak Pariwisata Terhadap Perubahan Sikap Masyarakat Desa…
Rahmatin, S.L & Yudhiasta, S (2021)
harapan terbesar terhadap perkembangan pariwisata adalah mendatangkan pengunjung yang
tinggi dengan kondisi alam tetap lestari.
Melanggar dan merubah fungsi lahan merupakan kesalahan yang harus ditindak tegas,
namun sikap yang kontradiktif hingga saat ini masih sering terjadi pelanggaran terhadap
beberapa aturan yang telah ditetapkan demi menjaga dan meminimalisir dampak kebakaran
hutan, berupa pembakaran api unggun di beberapa lokasi yang memungkinkan munculnya
percikan api di kawasan lindung sehingga memicu kebakaran, pelanggaran memasuki blok
yang dilindungi dan blok pemanfaatan terbatas dengan alasan profesionalisme dalam
pariwisata yaitu lokasi blue fire dan spot sunrise. Beberapa masyarakat juga memiliki sikap
yang selaras dengan pendapat yang diberikan, dimana kawasan puncak dan blue fire bukan
wilayah untuk dijadikan sebagai lokasi pembangunan.
KESIMPULAN
Dampak Sosial Budaya yang terjadi ketika pariwisata massal menjadi dominan,
memeprikan tekanan terhadap aspek tatanan sosial budaya masyarakat. Perubahan perilaku
remaja dan percmapuran budaya juga menjadi catatan dalam pengembangan pariwisata,
walaupun pariwisata juga memberikan dampak positif terhadap revitalisasi budaya
masyarakat lokal.
Sikap Apathy dan Annoyance, dominan terjadi dalam masyarakat. Secara umum sikap
masyarakat masih menerima dengan baik kegiatan pariwisata namun perubahan yang sangat
cepat dan masuknya pihak swasta menjadi penyebab masyarakat mulai merasa khawatir
dengan lingkungan yang nantinya akan terus mengalami perubahan, baik dari kepemilikan
maupun izin masuk kawasan.
Saran Bagi pemerintah selaku pengelola dan pembuat kebijakan perkembangan TWA
Kawah Ijen, saran yang dapat diberikan setelah proses penelitian, meminimalisir dampak
sosial budaya yang diakibatkan oleh pengaruh budaya baru yang masuk dengan peningkatan
kualitas sumber daya manusia baik dalam bentuk pendampingan terprogram serta
berkelanjutan, sehingga interaksi yang tebentuk antara masyarakat lokal dan wisatawan
mengurangi tingkat perubahan sikap masyarakat lokal kearah negatif.
227
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Volume 11 (1), April 2021
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010) Prosedure Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (2013) Desain Tapak Pengelolaan
Pariwisata Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Balai Besar Konservasi Sumber Daya
Alam Jawa Timur, Surabaya.
Fan, D. X., Liu, A., & Qiu, R. T (2019) Revisiting the relationship between host attitudes and
tourism development: A utility maximization approach. Tourism Economics, 25(2),
171-188.
Data Statistik. Kecamatan Licin Dalam angka 2019.
Data Statistik. Kecamatan Ijen Dalam angka 2019.
Mahagangga, I. G. A. O., & NUGROHO, S. (2017). Pemahaman lintas budaya dalam
kepariwisataan. Cakra Press bekerja sama dengan Fakultas Pariwisata, Universitas
Udayana.
Mathew, P. V., & Sreejesh, S. (2017). Impact of responsible tourism on destination
sustainability and quality of life of community in tourism destinations. Journal of
Hospitality and Tourism Management, 31, 83-89.
Millati, I. (2017) Akuntansi Lingkungan Sebagai Strategi Pengelolaan Lingkungan Daerah
Wisata Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis
Airlangga, 1(1).
Pemerintah Indonesia. UU Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistem.
Pemerintah Indonesia. UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Pemerintah Indonesia. Keputusan Menteri Pertanian No. 1017/Kpts-II/Um/12/1981 Tentang
Penetapan CA Kawah Ijen Merapi Ungup - Ungup dan TWA Kawah Ijen
Pemerintah Indonesia. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.48/Menhut-Ii/2010 Tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan
Raya Dan Taman Wisata Alam
Pemerintah Indonesia. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
P.4/Menhut-Ii/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.48/Menhut-Ii/2010 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya Dan Taman Wisata Alam
Pitana, I Gde dan I Ketut Surya Diarta (2009) Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit Andi,
Yogjakarta.
Pratiwi, S. E., & Nawangsari, E. R. (2018). Evaluasi Dampak Pembangunan Rumah
Majapahit Bagi Masyarakat Desa Bejijong Kecamatan Trowulan Kabupaten
Mojokerto. Dinamika Governance: Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 8(1).
Putra, I. N. D. (2017) Kajian-kajian Mikro Metamorfosis Pariwisata Bali. Pustaka Larasan,
Denpasar
Putri, A. P., & Abdillah, Y. (2019). Analisis perkembangan industri pariwisata dan
perubahan nilai budaya pada kelurahan ubud kabupaten gianyar. Jurnal Administrasi
Bisnis, 68(1), 9-18.
Rahmatin, Leily Suci (2019) Persepsi Dan Sikap Masyarakat Terhadap Dampak
Perkembangan Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Universitas Udayana, Denpasar.
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip (2011) Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Kencana Prenada Media
Group, Jakarta.
Sroypetch, S (2016) The mutual gaze: Host and guest perceptions of socio-cultural impacts of
backpacker tourism: A case study of the Yasawa Islands, Fiji. Nong Khai : Khon Kaen
University, Journal of Marine and Island Cultures, 5(2), 133-144.
228
Dampak Pariwisata Terhadap Perubahan Sikap Masyarakat Desa…
Rahmatin, S.L & Yudhiasta, S (2021)
Widowati, S., & Nadra, N. M. (2017). Evaluasi penerapan prinsip-prinsip dan kriteria
ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Banyuwangi. Soshum: Jurnal
Sosial dan Humaniora, 3(3), 312.
Yoeti, Oka A (1996) Pengantar Ilmu Pariwisata. PT. Ikasa Bandung.