Download - CBD GILUT KODYA.docx
CBD
PERICORONITIS
Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Persyaratan
Dalam Memenuhi Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut
Di Rumah Sakit Umum Kota Semarang
Disusun Oleh :
Lisa Rachmayanti 01.208.5702
Pembimbing :
Drg. Setyo Hastuti
RUMAH SAKIT UMUM KOTA SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
PERIODE 07 OKTOBER 2013-19 OKTOBER 2013
SEMARANG
2013
i
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Lisa Rachmayanti
NIM : 01.208.5702
Fakultas : Kedokteran Umum
Universitas : Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian : Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut
Periode kepaniteraan : 07 Oktober 2013-19 Oktober 2013
Judul : Pericoronitis
Pembimbing : drg. Setyo Hastuti
Telah diperiksa dan disahkan tanggal :
Mengetahui,
Ketua SMF Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut
RSUD Kota Semarang Pembimbing,
drg. Setyo Hastuti drg. Setyo Hastuti
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................. ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
BAB II DESKRIPSI KASUS.............................................................................................. 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 6
3.1 Definisi.............................................................................................................. 6
3.2 Epidemiologi..................................................................................................... 6
3.3 Faktor Penyebab................................................................................................ 6
3.4 Gambaran Klinis................................................................................................ 8
3.5 Penatalaksanaan................................................................................................. 9
3.6 Pencegahan........................................................................................................ 10
3.7 Komplikasi......................................................................................................... 11
3.8 Prognosis........................................................................................................... 12
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................... 13
BAB V KESIMPULAN...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pertumbuhan gigi Molar 3 sering menimbulkan masalah dan menimbulkan keadaan
infeksi pada jaringan lunak di sekitarnya dan mengganggu kenyamanan mulut dan gigi – gigi
yang lain. Terutama jika molar 3 ini erupsi tidak sempurna, contohnya antara lain akibat bentuk
anatomi dari pada rahang yang sempit. Gigi Molar 3 pertumbuhannya dimulai pada saat
seseorang berusia kurang lebih 17-22 tahun, sering dinamakan GIGI bungsu karena merupakan
gigi yang terakhir muncul pada kehidupan seseorang.
Problem yang sering dialami gigi molar 3 adalah kesulitan bererupsi. Kondisi ini biasa
disebut impaksi. Gigi terhalang oleh gigi depannya ( molar dua ) atau jaringan tulang / jaringan
lunak yang padat disekitarnya. Kemungkinannya, gigi bisa muncul sebagian atau tidak bisa
erupsi sama sekali. Kalaupun muncul, erupsinya salah arah atau posisinya tidak normal. Gigi
demikian bisa digolongkan sebagai gigi yang gagal bererupsi pada posisi normal.
Posisi impaksi gigi molar 3 bisa bermacam – macam. Ada yang miring ke depan, vertikal dan
muncul sebagian, serta terpendam horizontal atau vertikal. semua itu tergantung letak dan posisi
gigi molar 3 terhadap rahang dan Molar 2, serta kedalamannya tetanam terhadap molar 2. Tidak
jarang dalam pertmbuhannya molar 3 ini menimbulkan infeksi pada jaringan lunak sekitarnya
( ginggiva ) yang menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan PERIKORONITIS yang akan
dibahas sedikit di makalah ini.
1
BAB II
DESKRIPSI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. Diar Y
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 35 tahun
Alamat : Griya wastu kencana No F VI
Pekerjaan : Swasta
No .CM : 268210
Tanggal diperiksa : 9 Oktober 2013
Konsul/rujukan : Rujukan ASKES
II. KELUHAN SUBYEKTIF
1. Motivasi datang : Rujukan ASKES
2. Keluhan utama : Gigi geraham belakang kiri bawah nyeri
3. Riwayat penyakit sekarang:
Gigi geraham kiri bawah nyeri. Sejak satu minggu, nyeri dirasakan pada gigi
saja, terasa sangat mengganggu saat hari sabtu, untuk mengunyah terasa sakit,
kadang terasa senut-senut saat beristirahat. Untuk membuka mulut terasa
sakit, nafsu makan berkurang karena sakit bila tersentuh oleh makanan. Pasien
mengeluh jika meminum panas keluhan berkurang, sedangkan minum dingin
keluhan semakin bertambah. Pasien juga mengeluh gusi menutupi gigi. Sudah
diminumin obat sebelumya tetapi belum ada perbaikan.
2
4. Riwayat penyakit lain :
a. Gigi dan Mulut : Gigi geraham atas kanan pernah lubang kecil dan
dibersihkan,ditambal
b. Sistemik : disangkal
III. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : compos mentis
b. Keadaan gizi : baik
c. Lain-lain : tekanan darah : 110/70 mmHg
2. Extra oral
a. Pipi : Tidak ada kelainan
b. Bibir : Tidak ada kelainan
c. Wajah : simetris, tidak ada kelainan
d. Kelenjar limfe sub mandibula :
i. Kanan : Tidak ada kelainan
ii. Kiri : Tidak ada kelainan
3. Intra oral
a. Jaringan lunak
i. Mukosa : Tidak ada kelainan
ii. Lidah : Tidak ada kelainan
iii. Ginggiva : regio 3.8 gusi merah dan bengkak
iv. Palatum : Tidak ada kelainan
3
b. Jaringan keras
i. Gigi geligi
1. Gigi 3.8
a. Inspeksi : erupsi sebagian
b. Sondage : tidak dilakukan
c. Perkusi : nyeri (+)
d. Tekanan : nyeri (+)
e. Palpasi : goyang (-)
f. Thermal test : tidak dilakukan
Inspeksi gigi rahang atas dan rahang bawah terdapat
calculus.
IV. ORAL HYGIENE
Sedang , terdapat calculus di gigi rahang atas dan rahang bawah pada semua regio
Jarang control ke dokter gigi
Gosok gigi 2x sehari
V. DIAGNOSA UTAMA
Gigi 3.8 Pericoronitis
VI. DIAGNOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT LAINNYA
Calculus di gigi rahang atas dan rahang bawah semua regio
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium : (-)
b. Pemeriksaan foto : (-)
4
VIII. RENCANA TERAPI
Pro scaling : calculus
IX. KETERANGAN LAIN
Karena pasien datang dengan rujukan dari ASKES ingin memeriksakan gigi
gerahamnya.
X. TERAPI
Medikamentosa :
Gigi 3.8
a. Antibiotic
b. Analgetik
c. Obat kumur
Tindakan :
a. Curettage + Spooling
XI. NOMENKLATUR WHO
5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Perikoronitis merupakan perdangan pada jaringan lunak disekeliling gigi yang akan
erupsi, paling sering terjadi pada molar 3 bawah. (1)
Perikoronitis merupakan suatu kondisi yang umum terjadi pada Molar impaksi dan cenderung
muncul berulang, bila molar belum erupsi sempurna. Akibatnya, dapat terjadi destruksi tulang di
antara gigi molar dan geraham depannya.(2)
3.2 Epidemiologi
Perikoronitis dapat terjadi pada usia berpapun, tetapi paling terjadi pada anak – anak dan
dewasa muda yang gigi – giginya sedang bererupsi. Umumnya hal ini berkaitan dengan molar
ketiga bawah yang sedang bererupsi dalam alignemen yang baik, tetapi dibatasi erupsinya oleh
ruang yang tidak cukup. Radiograf dari daerah tersebut menggambarkan radiolusensi
menghilang atau sangat menebal karena deposisi dari tulang yang reaktif.(3)
3.3 Faktor Penyebab
Faktor penyebab utama dari perikoronitis adalah karena gigi molar 3 tidak dapat erupsi
dengan baik dikarenakan tidak cukup ruang untuk pertumbuhannya, sehingga sulit untuk erupsi
dinamakan impaksi. (2)
6
Impaksi bertendensi menimbulkan infeksi ( perikoronitis ), dikarenakan adanya karies
pada gigi geraham depannya. Cukup banyak kasus karies pada gigi molar 2 dikarenakan gigi
molar 3 mengalami impaksi. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan Akbar Rahayu (1981 ) pada
penderita yang berobat pada bagian bedah mulut dan Maksilo Fasial Ladokgi TNI AL M.E.
Martadinata. Menurut Akbar, terbentuknya karies dipermudah, terutama kalau erupsinya Molar 3
sebagian maka sisa – sisa makanan akan sulit untuk di bersihkan karena sikat gigi sulit
menjangkau wilayah gigi gigi bagian belakang sementara sisa – sisa makanan masuk di celah
antara gigi karena letaknya di ujung dan tersembunyi di belakang geraham depannya sehingga
dapat menimbulkan invasi kuman dan menyebabkan peradangan setempat.(2)
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan gigi mengalami impaksi. Karena jaringan
sekitarnya yang terlalu padat, adanya retensi gigi susu yang berlebihan, tanggalnya gigi susu
terlalu awal. Bisa juga karena tidak adanya tempat untuk erupsi. Rahang “kesempitan”
dikarenakan pertumbuhan tulang rahang yang kurang sempurna.(4)
Teori lain mengatakan Pertumbuhan rahang dan gigi mempunyai tendensi bergerak maju
ke arah depan. Apabila pergerakan ini terhambat oleh sesuatu yang merintangi, bisa terjadi
impaksi gigi. Misalnya, karena infeksi, trauma, malposisi gigi, atau gigi susu tanggal sebelum
waktunya. Sementara, menurut teori Mendel, pertumbuhan rahang dan gigi dipengaruhi oleh
faktor keturunan. Jika salah satu orang tua (ibu) mempunyai rahang kecil, dan bapak bergigi
besar-besar, ada kemungkinan salah seorang anaknya berahang kecil dan bergigi besar-besar.
Akibatnya, bisa terjadi kekurangan tempat erupsi gigi molar 3, dan terjadilah impaksi.(3)
Pertumbuhan rahang kurang sempurna dapat juga dikarenakan perubahan pola makan.
Manusia sekarang cenderung menyantap makanan lunak, sehingga kurang merangsang
7
pertumbuhan tulang rahang. Makanan lunak yang mudah ditelan menjadikan rahang tak aktif
mengunyah. Sedangkan makanan banyak serat perlu kekuatan rahang untuk mengunyah lebih
lama. Proses pengunyahan lebih lama justru menjadikan rahang berkembang lebih baik. Seperti
diketahui, sendi-sendi di ujung rahang merupakan titik tumbuh atau berkembangnya rahang.
Kalau proses mengunyah kurang, sendi-sendi itu pun kurang aktif, sehingga rahang tidak
berkembang semestinya. Rahang yang harusnya cukup untuk menampung 32 gigi menjadi
sempit. Akibatnya, gigi bungsu yang selalu tumbuh terakhir itu tidak kebagian tempat untuk
tumbuh normal. Ada yang tumbuh dengan posisi miring, atau bahkan “tidur” di dalam.(2,3)
Ada 3 sumber utama infeksi gigi, yaitu :
• Dari periapikal ( ujung akar gigi ) sebagai akibat kerusakan pulpa dan masuknya kuman ke
jaringanperiapikal
• Dari jaringan periodontal ( jaringan pengikat akar gigi ) sebagai akibat saku gusi semakin
dalam karena penumpukan karang gigi sehingga penetrasi kuman semakin mudah.
• Dari Perikoroner akibat akumulasi kuman di sekeliling mahkota gigi saat erupsi / tumbuh.
Impaksi gigi molar kadang – kadang tampak pada waktu dilakukan pemeriksaan roentgen
rutin seputar daerah tidak bergigi pada rahang bawah. Penekanan selaput lender antara mahkota
molar 3 dan prothesa menyebabkan rasa sakit. Tekanan pada gusi yang menutupi menyebabkan
kematian sel dan dapat menimbulkan penyebaran infeksi.
3.4 Gambaran Klinis
Penderita Perikoronitis ini biasanya mengeluh kesakitan yang kadang tidak tertahankan
dan seringkali menyebabkan perasaan yang kurang nyaman pada saat membuka mulutnya,
8
dengan membuka mulut pasien akan merasa semakin terasa sakit. Pasien mengeluh nafsu
makannya menjadi berkurang dikarenakan lebih terasa sakit bila tersentuh oleh makanan, dan
mengunyah. Rasa sakit yang idiopatik merupakan rasa sakit molar yang sedang erupsi atau rasa
sakit yang menyebar ke bagian leher dan kepala. Pasien sering mengeluh sakit meski kadang
secara klinis dan rongent tidak ada yang tidak normal. Kecuali adanya gigi impaksi tertanam
dalam sekali. Daerah infeksi terlihat gusi ( ginggiva ) yang hiperemis, bengkak, dan terlihat lebih
mengkilat daripada daerah gusi yang lain. Kadang sudah timbul pernanahan, disebut perikoronal
abses, yang nanahnya dapat keluar dari marginal.(1,3)
3.5 Penatalaksanaan
Perlindungan antibiotic dianjurkan jika ada gejala – gejala konstitusional dan
kemungkinan adanya penyebaran infeksi. Perikoronitis paling baik dirawat dengan membuka
ruang folikuler, membilas bahan purulen dari sulkus gusi dengan larutan saline dan
menghilangkan trauma oklusi apapun.
Perawatan yang pasti biasanya adalah pencabutan gigi yang bersangkutan.(2)
Tetapi Bila ruangan cukup untuk erupsi gigi dilakukan operkuloktomi yaitu pengambilan
jaringan lunak disekitar gigi yang mengalami impaksi.untuk memberi kesempatan gigi molar 3.
Bila ruangan tidak cukup untuk erupsi gigi dilakukan ekstraksi gigi penyebab.(4)
Gigi molar 3 rawan menyebabkan masalah kesehatan gigi dan mulut misalnya
perikoronitis yang menimbulkan nyeri yang terasa amat mengganggu dikarenakan banyak hal,
sehingga banyak dari para ahli menyarankan untuk melakukan ekstraksi molar 3 walaupun
pertumbuhannya normal dan tidak mengganggu fungsi gigi – gigi yang lain.(3)
9
Sebenarnya rasa sakit bisa dengan mudah dihilangkan dengan pemberian antibiotic, tetapi
yang jadi masalah adalah apabila ada sisa makanan yang menempel pada daerah – daerah molar
3 akan sangat sulit untuk dibersihkan karena posisinya yang terletak di paling belakang sehingga
rasa nyeri akan terus kambuh dan sakit lagi. Untuk menghindari kemungkinan muncul
komplikasi lebih lanjut, pencabutan sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Sebelum menimbulkan
kerusakan pada gigi yang lain. Selain itu bila pencabutan dilakukan pada umur yang lebih muda,
penyembuhan pasca pencabutan bisa lebih cepat. Tetapi bila timbulnya perikoronitis pada gigi
molar 3 yang masih berada di bawah gusi maka solusinya adalah harus mengoperasi gigi molar 3
itu terlebih dahulu. Bukan mencabut gigi molar depannya ( molar 2 ).
3.6 Pencegahan
Seperti diketahui, sendi – sendi di ujung rahang merupakan titik tumbuh atau
berkembangnya rahang. Kalau proses mengunyah kurang, sendi – sendi itupun kurang aktif,
sehingga rahang tidak berkembang semestinya. Rahang yang seharusnya cukup untuk
menampung 32 gigi menjadi sempit. Akibatnya, gigi molar 3 yang selalu tumbuh terakhir itu
tidak kebagian tempat untuk tumbuh normal. Ada yang tumbuh dengan posisi miring, atau
bahkan “tidur” di dalam karena tidak ada tempat untuk erupsi.(4,5)
Maka, untuk mendukung perkembangan rahang, sebaiknya sering – sering
mengkonsumsi makanan berserat supaya gigi jadi lebih aktif menggigit, memotong, dan
mengunyah. Rahang pun menjadi makin aktif dan diharapkan akan tumbuh normal. Dampaknya,
pertumbuhan gigi pun bisa lebih baik. Dan periksalah gigi secara teratur ke dokter gigi.(3)
10
3.7 Komplikasi
Bila molar 3 dibiarkan bererupsi sedangkan ruang untuk erupsinya kurang, maka ia akan
mendesak kuat dua gigi sebelahnya ( molar satu dan molar dua ). Karena dua gigi molar itu kuat,
sementara gigi molar tiga terus mendorong, akibatnya timbul rasa sakit. Jika gigi depannya tidak
ada atau kurang kuat, daya dorong molar tiga dapat menyebabkan gigi depannya akan cenderung
condong ke depan.(2)
Gigi molar 3 yang impaksi meradang adakalanya tidak menimbulkan keluhan maupun
gejala klinis. Meskipun demikian, kalau molar 3 dibiarkan tertanam ditempatnya, ada
kemungkinan dapat memperburuk keadaan, misalnya pada penderita kelainan jantung akut,
kelainan pembekuan darah, dan menjadikan tidak tahan terhadap obat anestesi. Apalagi bila gigi
impaksi terbenam dalam dalam tulang rahang secara keseluruhan, justru memungkinkan
terbentuknya kista.(3)
3.8 Prognosis
Prognosis penyakit perikoronitis biasanya baik. Kebanyakan factor local dapat diobati
jika disebabkan oleh infeksi dapat diobati denan obat – obatan dari golongan antibiotic.
Perikoronitis berulang sebaiknya dilakukan pencabutan, untuk menghindari berbagai komplikasi
yang kemungkinan akan timbul jika tidak dilakukan pencabutan sedini mungkin.(2,4,5)
11
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil laporan kasus pasien didapatkan bahwa pasien datang dengan keluhan adanya
rasa nyeri pada gigi geraham belakang kiri bawah. Sejak satu minggu, nyeri dirasakan
pada gigi saja. Untuk membuka mulut terasa sakit.
Dari pemeriksaan keadaan umum pasien tampak baik, tidak ada riwayat hipertensi,
diabetes mellitus ,maupun alergi terhadap obat tertentu.
Dari hasil seluruh pemeriksaan yang telah dilakukan baik pemeriksaan subjektif maupun
pemeriksaan obyektif ekstra oral dan intra oral didapatkan bahwa kasus pasien ini dapat
didiagnosa adanya peradangan jaringan lunak pada gigi molar 3 rahang bawah sebelah
kiri yang mana dapat berakibat terjadinya destruksi tulang diantara gigi molar dan
geraham depannya.
12
BAB V
KESIMPULAN
Perikoronitis adalah peradangan dari jaringan lunak di sekitar mahkota gigi yang erupsi
sebagian atau impaksi.
Perikoronitis dapat terjadi pada usia berapapun, tetapi paling sering terjadi pada anak –
anak dan dewasa muda yang gigi – ginya sedang bererupsi. Umumnya hal ini berkaitan dengan
molar ke tiga bawah yang sedang bererupsi dalam alignmen yang baik, tetapi dibatasi erupsinya
oleh ruang yang tidak cukup. Radiograf dari daerah tersebut menggambarkan radiolusensi yang
berbentuk obor disekeliling giginya, dengan batas kortikal pada sisi distal dari lusensi
menghilang atau sangat menebal karena deposisi dari tulang yang reaktif.
Perikoronitis terjadi dari kontaminasi bakteri di bawah operculum, mengakibatkan
pembengkakan gusi, kemerahan dan halitosis. Timbulnya sakit merupakan salah satu variabel
dan mungkin parah sekali, tetapi ketidaknyamanan yang dirasa biasanya mirip dengan gingivitis ,
abses periodontal dan tonsillitis. Limphadenopati regional, malaise, dan sedikit demam adalah
hal biasa, jika edema atau selulitis meluas mengenai otot masseter maka, seringkali trismus
menyertai keadaan ini. Perikoronitis sering kali diperparah oleh sakit yang ditimbulkn oleh
trauma dari gigi lawannya selama penutupan mulut.
Perikoronitis paling baik dirawat dengan ,membuka ruang folikuler, membilas bahan
purulen dari sulkus gusi dengan larutan saline dan menghilangkan trauma oklusi apapun.
Perawatan yang pasti biasanya adalah pencabutan gigi yang bersangkutan. Perlindungan
antibiotic dianjurkan jika ada gejala – gejala konstitusional dan kemungkinan ada penyebaran
13
infeksi. Kekambuhan dan kronisitas dapat terjadi jika keadaan tersebut hanya dirawat dengan
antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
14
1. Langlais Robert P., and Craig S miller., Atlas berwarna “kelainan rongga mulut yang lazim”.
Robert P L, Craig S M; Alih bahasa budi susetyo, editor Lilian juwono. Jakarta hipokrates, 1998.
2. Mansjoer Arif, dkk: Kapita selektakedokteran. Editor Arif Mansjoer, dkk,Edisi 3, Volume 1,
Jakarta: mediaAesculapius FKUI 2000
3. www.indomedia.com/intisari/, “Rahang sempit si bungsu menebar rasa sakit. Di Download
pada tanggal 09-10-2013 pada pukul 19.00
4. www.pikiran_rakyat.com “Sakit gigi yang mengganggu”,di Download pada tanggal 09-10-
2013 pada pukul 19.00
5. www.medicastore.com 2004., di Download pada tanggal 09-10-2013 pada pukul 19.00
15