Download - Case TIVA blighted ovum.docx
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
1/22
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas rahmat Tuhan YME, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas case anastesi yang berjudul Anastesi Intravena. Penulisan
makalah ini adalah sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Anastesi di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang periode 22 September 24 Oktober
2014.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
pembimbing dr. Ade Nurkacan Sp. An, dr H. Sabur Nugraha Sp. An dan dr. Ucu
Nurhadiat Sp. An serta semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semua kritik dan saran dari para pembaca
yang bersifat membangun akan penulis terima untuk perbaikan selanjutnya. Semoga
tugas ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan juga bagi para pembaca secara
umum.
Karawang, 21 Oktober 2014
Penulis
Dion Rukmindar & Kezia Marsilina
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
2/22
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................... 1
Daftar Isi ..................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan ..................................................................................... 3
BAB II Laporan Kasus ................................................................................ 4
BAB III Laporan Anastesi ........................................................................... 7
BAB IV Tinjauan Pustaka ........................................................................... 10BAB V Analisa Kasus ................................................................................. 18
BAB VI Kesimpulan ................................................................................... 19
BAB VII Daftar Pustaka .............................................................................. 20
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
3/22
3
BAB I
PENDAHULUAN
Anestesi adalah istilah yang diturunkan dari dua kata yunani yaitu an dan
esthesia, dan bersama- sama berarti hilangnya rasa atau hilangnya sensasi, ahli saraf
memberi makna pada istilah tersebut sebagai kehilangan rasa secara patologis pada
baguan tubuh tertentu (1) . Anestesiologi adalah ilmu kedokteran yang pada awalnya
berpotensi menghilangkan nyeri dan rumatan pasien sebelum, selama, sesudah
pembedahan.
Obat anestesi intravema adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur
intravena baik untuk tujuan hipnotik, analgetik, atau pelumpuh otot. Setelah berada di
dalam vena, obat obatan ini akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi
darah (sistemik). Obat anestesi yang ideal memiliki sifat : 1) Hipnotik dengan onset cepat
serta mengembalikan kesadaran dengan cepat segera sesudah diberi penyuntikan, 2)
analgetik, 3) amnesia, 4) memiliki antagonis, 5) cepat dieliminasi, 6) depresi
kardiovaskular dan pernafasan tidak ada atau minimal, 7) farmakokinetik tidak
dipengaruhi atau minimal terhadap disfungsi organ.
Obat anestesi intravena dapat digolongkan dalam 2 golongan : 1) Obat yang
terutama digunakan untuk induksi anestesi, contohnya golongan barbiturat, eugenol dan
steroid, 2) obat yang digunakan baik sendiri maupun kombinasi untuk mendapat keadaan
seperti pada neuroleptanalgesia, anestesi disosiasi (contohnya : ketamine), sedative
(contohnya : diazepam). Dari bermacam-macam obat obat anestesi intravena, hanya
beberapa saja yang sering digunakan yaitu : barbiturate, ketamine, dan diazepam.
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
4/22
4
BAB II
LAPORAN KASUS
1.1. Identitas
Nomor catatan medis : 560913
Nama : Ny. Sri Utami
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Karawang Kulon, Karawang BaratStatus pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Suku : Sunda
Tanggal masuk ruangan : 15 Oktober 2014, Ruang Cilamaya Lama
1.2. Anamnesis
Dilakukan auto anamnesis pada tanggal 17 Oktober 2014, pada jam 07.30 WIB.
Keluhan Utama : Perdarahan dari jalan lahir Keluhan Tambahan : Nyeri perut kanan bawah Riwayat Penyakit sekarang :
Pasien datang RSUD Karawang atas rujukan dari dr. Mary, Sp.OG dengan
diagnosa blighted ovum. Perdarahan dari jalan lahir dirasakan pasien sejak
3 hari SMRS, darah berwarna kehitaman. Sejak mulai perdarahan pasien
mengganti pembalut 5-8x/hari. Pasien mengaku hamil 3 bulan. Nyeri perut
juga dirasakan pasien terutama pada perut bagian kanan bawah. Mual,
muntah, dan pusing disangkal pasien, namun pasien mengeluh merasa
lemas. Demam, batuk maupun sesak disangkal pasien. Buang air besar dan
buang air kecil lancar.
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
5/22
5
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku pernah menjalani operasi seksio sesarea sebanyak 2 kali
sebelumnya. Riwayat alergi obat-obatan/ makanan tertentu disangkal. Riwayat
diabetes mellitus, hipertensi, asma, penyakit jantung-paru disangkal. Pasien
mengaku tidak meminum obat-obatan tertentu secara rutin dalam jangka panjang.
Riwayat Penyakit keluarga :
Riwayat diabetes melitus, hipertensi, asma, penyakit jantung dan paru, alergi obat/
makanan tertentu, serta keganasan dalam keluarga disangkal oleh pasien.
Riwayat kematian anggota keluarga di atas meja operasi juga disangkal.
Riwayat Kebiasaan :
Pasien mengaku tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol maupun obat-obatan
terlarang.
1.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 Status gizi : TB : 150 cm
BB : 48 kg
BMI : 45/(1,5 x 1,5) = 21,3. Status gizi normal.
Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36 C
Pernapasan : 20 x/menit
Status Generalis
Kepala : Normosefali, rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : KGB tidak teraba membesar.
Thorax : Jantung : BJ I-II regular, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : SN vesikuler, wheezing -/-, ronki -/-
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
6/22
6
Abdomen : Datar, supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri
tekan (+) perut kanan bawah, perkusi timpani di keempat
kuadran abdomen, bising usus (+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat pada keempat ekstremitas dan tidak ada
edema pada keempat ekstremitas.
Genitalia : Vulva vagina tidak ada kelainan
Perdarahan aktif (-).
1.4. Pemeriksaan Penunjang
(Pemeriksaan laboratorium tanggal 16 Oktober 2014)
Hematologi- Hemoglobin : 14 g/dL (N= 12,0 - 16,0)- Leukosit : 9.25 x 10 3/ul (N= 3,80 - 10,60)- Trombosit : 89 x 10 3/ul (N= 150 - 440)- Hematokrit : 40.1 % (N= 35,0 47,0)- Glukosa darah sewaktu : 113 mg/dL (N=
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
7/22
7
BAB III
LAPORAN ANASTESI
Status anestesi
Diagnosa pre operasi : Blighted ovum Jenis operasi : Kuretase Rencana teknik anestesi : Anestesi Intravena Status fisik : ASA I
Keadaan selama pembedahan
Lama operasi : 15 menit (Jam 11.25 - 11.40 WIB)
Lama anestesi : 20 menit (Jam 11.20 11.40 WIB)
Jenis anestesi : Anestesi Intravena
Posisi : Litotomi
Infus : Ringer laktat pada tangan kiri
Premedikasi : Miloz (Midazolam) 3 mg
Medikasi : Propofol 130 mg, Pospargin 0,2 mg, Ketolorac 30 mg
Cairan Masuk : 500 cc Ringer Laktat
Perdarahan : + 300 cc
Persiapan Alat Mesin anastesi
Monitor anastesi
Sfigmomanometer digital
Oksimeter/saturasi
Spuit 5 cc, 3cc
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
8/22
8
Kanul O 2
Persiapan Obat
Pre medikasi: Miloz (midazolam) Analgetik: Ketolorac Sedativa: Propofol Obat emergency: Ephedrine Obat uterotonik: Pospargin
Monitoring saat operasi
Jam(waktu)
Tindakan Tekanandarah(mmHg)
Nadi(x/menit)
11.20 Pasien masuk kekamar operasi dan di
pindahkan ke mejaoperasi
Pemasanganmonitoring tekanandarah, nadi, saturasi
oksigen. Infus Ringer Laktatterpasang pada tangankiri
105/60 80
SPO2: 98 %
11.25 Premedikasi denganMiloz : 3 mg
MedikasiPropofol 130 mg
Pemberian Oksigen 2liter/menit.
100/65 85
SPO2 : 98 %
11.30 Operasi dimulai 100/65 80
SPO2 : 98 %11.35 Pasien masih dalam
keadaan di operasi Medikasi pemberian
Pospargin 1 amp (0.2mg)
105/70 80
SPO2 : 98 %
11.40 Operasi selesai 100/75 85
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
9/22
9
SPO2 : 99 %11.40 11.45 Operasi selesai
Pemberian oksigen dihentikan Pasien sadar dandipindahkan keRecovery Room
100/75 85
SPO2 : 99 %
Keadaan akhir pembedahan
Tekanan darah : 100/75 mmHg, Nadi : 85 x/m, Saturasi O 2 : 99%
Penilaian Pemulihan Kesadaran (berdasarkan Skor Aldrete) :
Nilai 2 1 0Kesadaran Sadar, orientasi
baikDapat dibangunkan Tak dapat
dibangunkanWarna Merah muda
(pink) tanpa O 2,SaO 2 > 92 %
Pucat ataukehitaman perlu O 2 agar SaO 2 > 90%
Sianosis dengan O 2 SaO 2 tetap < 90%
Aktivitas 4 ekstremitasbergerak
2 ekstremitas bergerak
Tak adaekstremitas
bergerak
Respirasi Dapat napasdalamBatuk
Napas dangkalSesak napas Apnu atauobstruksi
Kardiovaskular Tekanan darahberubah 20 %
Berubah 20-30 % Berubah > 50 %
Total = 10 Pasien dapat dipindahkan ke ruangan rawat (bangsal)
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
10/22
10
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi TIVA
TIVA merupakan kepanjangan dari total anastesi intravena. Tiva merupakan
tekhnik anastesi umum dengan hanya menggunakan obat-obat anastesi yang
dimasukkan lewat jalur intravena. TIVA digunakan untuk ketiga trias anastesi
yaitu hipnotik, analgetik, dan relaksasi otot. 1
Kebanyakan obat-obat anastesi intravena hanya mencakup 2 komponen anastesi,
akan tetapi ketamin mempunyai ketiga trias anastesi sehingga ketamin dianggap
juga sebagai agen anastesi yang lengkap. 1
Dalam perkembangan selanjutnya terdapat beberapa jenis obat-obat
anestesi dan yang digunakan di Indonesia hanya beberapa jenis obat saja, seperti
Tiopenton, Diazepam, Dehidrobenzoperidol, Fentanil, Ketamin dan Propofol.
Kelebihan TIVA adalah :
1. Dapat dikombinasikan atau terpisah dan dapat dititrasi dalam dosis yang lebih
akurat dalam pemakaiannya.
2. Tidak mengganggu jalan nafas pada pasien
3. Tidak membutuhkan alat-alat atau mesin khusus
4. Mudah dilakukan 1
1.2. Indikasi Pemberian TIVA
TIVA dalam prakteknya sehari-hari digunakan sebagai :
1. Obat induksi anastesi umum
2. Obat tunggal untuk anastesi pembedahan singkat
3. Tambahan untuk obat inhalasi yang kurang kuat
4. Obat tambahan anastesi regional
5. Menghilangkan keadaan patologis akibat rangsangan SSP 1
1.3. Cara Pemberian
Cara pemberian TIVA :
1. Suntikan tunggal, untuk operasi singkat
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
11/22
11
2. Suntikan berulang sesuai dengan kebutuhan
3. Diteteskan lewat infuse 1
1.4. Jenis-jenis Anastesi Intravena
1. GOLONGAN BARBITURAT
Pentothal/ Thiopenthal Sodium/ Penthio Barbital/ Thiopenton
Obat ini tersedia dalam bentuk serbuk higroskopis, bersifat basa, berbau
belerang, larut dalam air dan alcohol. 2
Penggunaannya sebagai obat induksi, suplementasi dari anastesi regional,
antikonvulsan, pengurangan dari peningkatan TIK, proteksi serebral. 4
Metabolismenya di hepar dan di ekskresi lewat ginjal. 2
Onset : 20-30 detik
Durasi : 20-30 menit
Dosis :
Induksi iv : 305 mg/Kg BB, anak 5-6 mg/Kg BB, bayi 7-8 mg/kg BB Suplementasi anastesi : iv 0,5-1 mg/kg BB Induksi rectal : 25 mg/ kg BB
Antikonvulsan : iv 1-4 mg/kg BB4
Efek samping obat:
Sistem kardiovaskuler
- Depresi otot jantung
- Vasodilatasi perifer
- Turunnya curah jantung Sistem pernapasan, menyebabkan depresi saluran pernapasan
konsentrasi otak mencapai puncak apnea Dapat menembus barier plasenta dan sedikit terdapat dalam ASI Sedikit mengurangi aliran darah ke hepar Meningkatkan sekresi ADH (efek hilang setelah pemberian
dihentikan)
Pemulihan kesadaran pada orang tua lebih lama dibandingkan pada
dewasa muda 2
Menyebabkan mual, muntah, dan salivasi Menyebabkan trombophlebitis, nekrosis, dan gangren 4
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
12/22
12
Kontraindikasi :
Alergi barbiturat Status ashmatikus
Porphyria Pericarditis constriktiva Tidak adanya vena yang digunakan untuk menyuntik Syok Anak usia < 4 th (depresi saluran pernapasan) 2
2. GOLONGAN BENZODIAZEPIN
Obat ini dapat dipakai sebagai transqualiser, hipnotik, maupun sedative. Selain
itu obat ini mempunyai efek antikonvulsi dan efek amnesia. 2
Obat-obat pada golongan ini sering digunakan sebagai :
a. Obat induksi
b. Hipnotik pada balance anastesi
c. Untuk tindakan kardioversi
d. Antikonvulsi
e. Sebagai sedasi pada anastesi regional, local atau tindakan diagnosticf. Mengurangi halusinasi pada pemakaian ketamin
g. Untuk premedikasi 2
a. Diazepam
Karena tidak larut air, maka obat ini dilarutkan dalam pelarut organic
(propilen glikol dan sodium benzoate). Karena itu obat ini bersifat asam
dan menimbulkan rasa sakit ketika disuntikan, trombhosis, phlebitisapabila disuntikan pada vena kecil. Obat ini dimetabolisme di hepar dan
diekskresikan melalui ginjal. 2
Obat ini dapat menurunkan tekanan darah arteri. Karena itu, obat ini
digunakan untuk induksi dan supplement pada pasien dengan gangguan
jantung berat. 2
Diazepam biasanya digunakan sebagai obat premedikasi, amnesia,
sedative, obat induksi, relaksan otot rangka, antikonvulsan, pengobatan
penarikan alkohol akut dan serangan panic.
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
13/22
13
Awitan aksi : iv < 2 menit, rectal < 10 menit,
oral 15 menit-1 jam
Lama aksi : iv 15 menit- 1 jam, PO 2-6 jam 4
Dosis :
Premedikasi : iv/im/po/rectal 2-10 mg Sedasi : 0,04-0,2 mg/kg BB Induksi : iv 0,3-0,6 mg/kg Antikonvulsan : iv 0,05-0,2 mg/kg BB setiap 5-10 menit dosis
maksimal 30 mg, PO/rectal 2-10 mg 2-4 kali sehari 4
Efek samping obat :
Menyebabkan bradikardi dan hipotensi Depresi pernapasan Mengantuk, ataksia, kebingungan, depresi, Inkontinensia Ruam kulit DVT, phlebitis pada tempat suntikan 4
b. MidazolamObat ini mempunyai efek ansiolitik, sedative, anti konvulsif, dan ante
retrogad amnesia. Durasi kerjanya lebih pendek dan kekuatannya 1,5-3x
diazepam.
Obat ini menembus plasenta, akan tetapi tidak didapatkan nilai APGAR
kurang dari 7 pada neonatus. 2
Dosis :
Premedikasi : im 2,5-10 mg, Po 20-40 mg
Sedasi : iv 0,5-5 mg Induksi : iv 50-350 g/kg 4
Efek samping obat :
Takikardi, episode vasovagal, komplek ventrikuler premature,
hipotensi
Bronkospasme, laringospasme, apnea, hipoventilasi Euphoria, agitasi, hiperaktivitas Salvasi, muntah, rasa asam
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
14/22
14
Ruam, pruritus, hangat atau dingin pada tempat suntikan 4
3. PROPOFOL
Merupakan cairan emulsi isotonic yang berwarna putih. Emulsi ini terdiri dari
gliserol, phospatid dari telur, sodium hidroksida, minyak kedelai dan air. Obat
ini sangat larut dalam lemak sehingga dapat dengan mudah menembus blood
brain barier dan didistribusikan di otak. Propofol dimetabolisme d hepar dan
ekskresikan lewat ginjal. 2
Penggunaanya untuk obat induksi, pemeliharaan anastesi, pengobatan mual
muntah dari kemoterapi 4
Dosis :
Sedasi : bolus, iv, 5-50 mg Induksi : iv 2-2,5 mg/kg Pemeliharaan : bolus iv 25-50 mg, infuse 100-200 g/kg/menit,
antiemetic iv 10 mg 4
Pada ibu hamil, propofol dapat menembus plasenta dan menyebabakan depresi
janin.
Pada sistem kardiovaskuler, obat ini dapat menurunkan tekanan darah dan
sedikit menurunkan nadi. Obat ini tidak memiliki efek vagolitik, sehingga
pemberiannya bisa menyebabkan asystole. Oleh karena itu, sebelum diberikan
propofol seharusnya pasien diberikan obat-obatan antikolinergik. 2
Pada pasien epilepsi, obat ini dapat menyebabkan kejang. 2
4. KETAMIN
Obat ini mempunyai efek trias anastesi sekaligus. Pemberiannya
menyebabkan pasien mengalami katalepsi, analgesic kuat, dan amnesia, akan
tetapi efek sedasinya ringan. Pemberian ketamin dapat menyebakan mimpi
buruk. 2
Dosis
Sedasi dan analgesia : iv 0,5-1 mg/kg BB, im/rectal 2,5-5 mg/kg BB, Po
5-6 mg/kg BB
Induksi : iv 1-2,5 mg/kg BB, im/ rectal 5-10 mg/kg BB 4
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
15/22
15
Ketamin meningkatkan aliran darah ke otak, kerana itu pemberian ketamin
berbahaya bagi orang-orang dengan tekanan intracranial yang tinggi. 2
Pada kardiovaskuler, ketamin meningkatkan tekanan darah, laju jantung dan
curah jantung. 2
Dosis tinggi menyebabkan depresi napas.
Kontraindikasi :
Hipertensi tak terkontrol Hipertroid Eklampsia/ pre eklampsia Gagal jantung
Unstable angina Infark miokard Aneurisma intracranial, thoraks dan abdomen TIK tinggi Perdarahan intraserebral TIO tinggi Trauma mata terbuka 2
5. OPIOID
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil) untuk induksi diberikan dalam
dosis tinggi. Opioid tidak mengganggu kardiovaskulet, sehingga banyak
digunakan untuk induks pada pasien jantung. 3
a. Morfin
Penggunaanya untuk premedikasi, analgesic, anastesi, pengobatan nyeri
yang berjaitan dengan iskemia miokard, dan dipsnea yang berkaitandengan kegagalan ventrikel kiri dan edema paru. 4
Dosis :
Analgesic : iv 2,5-15 mg, im 2,5-20 mg, Po 10-30 mg, rectal 10-20
mg setiap 4 jam
Induksi : iv 1 mg/kg
Awitan aksi : iv < 1 menit, im 1-5 menit
Lama aksi : 2-7 jam 4
Efek samping obat :
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
16/22
16
Hipotensi, hipertensi, bradikardia, aritmia Bronkospasme, laringospasme Penglihatan kabur, sinkop, euphoria, disforia
Retensi urin, spasme ureter Spasme traktus biliaris, konstipasi, anoreksia, mual, muntah,
penundaan pengosongan lambung
Miosis 4
b. Petidin
Penggunaannya untuk nyeri sedang sampai berat, sebagai suplemen sedasi
sebelum pembedahan, nyeri pada infark miokardium walaupun tidak
seefektif morfin sulfat, untuk menghilangkan ansietas pada pasien dengan
dispnea karena acute pulmonary edema dan acute left ventricular failure. 5
Dosis
Oral/ IM,/SK : Dewasa : Dosis lazim 50 150 mg setiap 3-4 jam jika perlu,
Injeksi intravena lambat : dewasa 15 35 mg/jam. Anak-anak oral/IM/SK : 1.1 1.8 mg/kg setiap 3 4 jam jika perlu. Untuk sebelum pembedahan : dosis dewasa 50 100 mg IM/SK
Petidin dimetabolisme terutama di hati
Kontraindikasi
Pasien yang menggunakan trisiklik antidepresan dan MAOi. 14
hari sebelumnya (menyebabkan koma, depresi pernapasan yang
parah, sianosis, hipotensi, hipereksitabilitas, hipertensi, sakitkepala, kejang)
Hipersensitivitas. Pasien dengan gagal ginjal lanjut 6
Efek samping obat
Depresi pernapasan, Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo, depresi,
rasa mengantuk, koma, eforia, disforia, lemah, agitasi, ketegangan,
kejang,
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
17/22
17
Pencernaan : mual, muntah, konstipasi, Kardiovaskular : aritmia, hipotensi postural, Reproduksi, ekskresi & endokrin : retensi urin, oliguria.
Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, palpitasi, takikardia,
tremor otot, pergerakan yg tidak terkoordinasi, delirium atau
disorintasi, halusinasi.
Lain-lain : berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, ruam kulit
Peringatan
Hati-hati pada pasien dengan disfungsi hati & ginjal krn akan
memperlama kerja & efek akumulasi opiod, pasien usia lanjut, pada
depresi sistem saraf pusat yg parah, anoreksia, hiperkapnia, depresi
pernapasan, aritmia, kejang, cedera kepala, tumor otak, asma bronchial
c. Fentanil
Digunakan sebagai analgesic dan anastesia
Dosis :
Analgesic : iv/im 25-100 g
Induksi : iv 5-40 g/ kg BB Suplemen anastesi : iv 2-20 g/kg BB Anastetik tunggal : iv 50-150 g/ kg BB 4
Awitan aksi : iv dalam 30 detik, im < 8 menit
Lama aksi : iv 30-60 menit, im 1-2 jam
Efek samping obat :
Bradikardi, hipotensi
Depresi saluran pernapasan, apnea Pusing, penglihatan kabur, kejang Mual, muntah, pengosongan lambung terlambat Miosis 4
KURETASE
1.Definisi
Kuretase adalah pembersihan daerah permukaan yang terkena penyakit
dengan menggunakan alat kuret. Tindakan kuretase kebanyakan dilakukan di
bidang obstetri dan ginekologi sehingga kuretase bisa didefmisikan sebagai
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
18/22
18
serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri
dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrumen (sendok kuret) ke dalam
kavum uteri. Tindakan kuretase harus didahului pemeriksaan dalam untuk
menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besar uterus. Tujuan dilakukannya
pemeriksaan ini adalah untuk mengantisipasi terjadinya bahaya kecelakaan,
misalnya perforasi.
2. Indikasi
a) Abortus incomplete
Abortus incomplete adalah keguguran ketika usia kehamilan < 20 minggu,
dengan didapatkan sisa-sisa kehamilan. Kuretase dalam kasus ini dilakukan
untuk menghentikan perdarahan yang terjadi karena masih adanya sisa
jaringan dalam rahim yang menghambat rahin untuk berkontraksi dengan
baik sehingga pembuluh darah pada lapisan dalam rahim tidak dapat
tertutup.
b) Sisa Plasenta
Retensi sisa plasenta adalah sisa plasenta dan selaput ketuban yang masih
tertinggal dalam rongga rahim yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum dini dan perdarahan postpartum lambat. Tertinggalnya sebagian
plasenta sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus)
tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan
ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa
keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta.
c) Blighted ovum (ketiadaan janin, hanya plasenta yang berkembang )
Kuretase dilakukan untuk menghambat pertumbuhan plasenta yang akan berkembang menjadi suatu keganasan.
d) Dead conceptus (janin mati pada usia kehamilan
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
19/22
19
3. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Cerukan di dinding rahim
3. Gangguan haid
4. Infeksi
5. Perforasi uterus
6. Mual
7. Pusing
8. Nyeri
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
20/22
20
BAB V
ANALISA KASUS
Seorang ibu berusia 35 tahun dirujuk oleh dokter spesialis kandungan ke RSUD
Karawang dengan diagnosis blighted ovum, usia kehamilan 8 minggu G 3P2A0. Pasien
mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak 3 hari SMRS dan nyeri perut bagian
kanan bawah. Pasien mengaku sedang hamil 3 bulan.
Saat diperiksa didapatkan kesadaran pasien kompos mentis, keadaan umum tampak
sakit sedang. Tekanan darah, nafas, suhu dan nadinya dalam batas normal. Dari
pemeriksaan fisik di dapatkan nyeri tekan abdomen pada bagian kanan bawah.
Pemeriksaan laboratorium menunjukan pasien mengalami trombositopenia.
Pasien dianjurkan untuk menjalani operasi atas indikasi blighted ovum dan harus
dilakukan tindakan kuretase, ijin operasi didapatkan dari pasien dan disetujui oleh dokter
spesialis anestesi. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik saat pre-operasi dan pemeriksaan
penunjang, disimpulkan bahwa pasien termasuk ASA I. Menjelang operasi keadaan
umum pasien normal, tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu dalam batas normal.
Operasi dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2014 pukul 11.30 sedangkan anestesi
diberikan pada pukul 11.25 di Instalasi Bedah Sentral RSUD Karawang. Pada pasiendipilih anestesi intravena karena baik digunakan pada operasi dengan durasi waktu yang
singkat seperti pada kuretase.
Pada pasien diberikan premedikasi yaitu Midazolam (Miloz), merupakan obat pre-
medikasi dan mempunyai efek sedasi agar pasien tenang saat dilakukan kuretase.
Propofol diberikan pada pasien pada kasus ini karena memiliki durasi yang singkat yaitu
5-10 menit dan juga sebagai induksi hipnotik dan sedatif propofol memiliki onset kerja
dalam waktu 15- 40 detik 4
. Medikasi pospargin diberikan agar kontraksi uterus pasien pasca kuretase dapat maksimal.
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
21/22
21
BAB VI
KESIMPULAN
Pemberian anestesi melalui jalur intravena merupakan pilihan yang tepat untuk
pasien dengan operasi yang berdurasi pendek dan napas spontan. Pemilihan obat yang
digunakan pada anestesia intravena didasarkan pada kebutuhan pasien dengan
memperhatikan onset dan lama kerja obat, dimana dosis obat juga diperhatikan dan
disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.
Monitor pasien sejak sebelum operasi dimulai sampai dengan post operasi juga
harus dilakukan dengan seksama untuk menghindari komplikasi yang mungkin terjadi
akibat tindakan anestesi melalui jalur intravena. Monitor dilakukan mulai dari tanda-
tanda vital sampai dengan saturasi oksigen pasien. Sebelum tindakan anestesi dimulai,
harus dipastikan juga apakah pasien memiliki kontraindikasi terhadap obat-obat yang
akan digunakan.
-
8/10/2019 Case TIVA blighted ovum.docx
22/22
22
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
1. Soenarjo, Sp. An. Djatmiko, H, Sp. An. 2010. Anestesiologi . FK UNDIP
2. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi EdisiKedua. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 2010
3. Omoigui, S. 2010. Obat-obatan Anastesia . EGC : Jakarta
4. Soenarto RF, Chandra S. Buku Ajar Anestesiologi. Departemen Anestesiologi dan
Intensive Care FKUI. Jakarta: 2012.
5. Mangku G, Senapathi Tjokorda GA. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi.
Jakarta: 2010
6. Wirdjoatmodjo, K. Anestesiologi dan Reaminasi Modul Dasar untuk Pendidikan
S1 Kedokteran. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. 2012 .