1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi pendidikan menghasilkan berbagai konsep dan
praktik pendidikan yang banyak memanfaatkan media sebagai sumber belajar.
Kenyataan ini menimbulkan persepsi bahwa teknologi pendidikan sama dengan
media, padahal kedudukan media sebagai sarana untuk mempermudah dalam
menyampaikan informasi atau bahan ajar. Kedudukan teknologi dari segi sistem
pendidikan berfungsi untuk memperkuat pengembangan kurikulum terutama
dalam disain dan pengembangan, serta implementasinya, bahkan terdapat asumsi
bahwa kurikulum berkaitan dengan “What”, sedangkan teknologi pendidikan
mengkaji tentang ”Who”. Teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran
bermanfaat untuk memperkuat dalam merekayasa berbagai cara dan teknik dari
mulai tahap mendisain, pengembangan, pemanfaatan berbagai sumber belajar,
implementasi, penilaian program, dan penilaian hasil belajar. Lalu bagaimana
dengan teknologi dalam CALL ada proses pembelajaran? Teknologi dalam
pendidikan merupakan penggunaan media sebagai sumber atau sarana dalam
proses pembelajaran untuk mempermudah pencapaian.
Kemajuan dan peranan teknologi sudah demikian meningkat, sehingga
penggunaan alat-alat, perlengkapan pendidikan, media pendidikan dan
pengajaran di sekolah-sekolah mulai disesuaikan dengan kemajuan penggunaan
alat-alat bantu mengajar, alat-alat bantu peraga pendidikan, audio, visual, dan
audio-visual serta perlengkapan peralatan kerja lainnya.
2
Kemajuan teknologi informasi banyak membawa dampak positif bagi
kemajuan dunia pendidikan dewasa ini, khususnya teknologi komputer dan
internet, baik dalam hal perangkat keras maupun lunak. Kemajuan teknologi
memberikan banyak tawaran dan pilihan bagi dunia pendidikan untuk menunjang
proses pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien bagi
siswa. Keuntungan yang ditawarkan dalam kemajuan teknologi bukan saja
terletak pada faktor kecepatan untuk mendapatkan infomasi namun juga fasilitas
multimedia yang dapat membuat belajar lebih menarik, visual dan interaktif.
Sejalan dengan perkembangan teknologi internet, banyak kegiatan pembelajaran
yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi.
Parera (2010:12) menegaskan bahwa media dalam pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai suatu perantara atau sarana untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan, sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat untuk proses komunikasi. Media
pembelajaran merupakan suatu alat atau perantara yang dapat menyajikan,
menyampaikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, sedangkan media
berbasis komputer adalah media yang menggabungkan dan menseinergikan
berbagai elemen, yaitu teks, grafis, foto, video, animasi, musik, dan narasi yang
paling terhubung memungkinkan pemakai melakukan interaksi dan komunikasi.
Fungsi media dalam pembelajaran ialah mengatasi keterbatasan pengalaman
siswa, dapat melampaui batasan ruangan kelas, memungkinkan interaksi
langsung antara siswa dan lingkungannya, menghasilkan keseragaman
pengamatan, menanamkan konsep dasar yang benar, konkret dan realistik.
3
Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, serta membangkitkan
motivasi siswa untuk belajar dan memberikan pengalaman yang integral atau
menyeluruh dari yang konkret sampai dengan yang abstrak.
Dewasa ini, dengan adanya perkembangan dalam bidang teknologi,
menuntut guru menciptakan pembelajaran efektif dan efisien dengan
meninggalkan proses pembelajaran tradisional-konvensional yang terjadi dalam
ruang kelas, pada desentralisasi dan globalisasi saat ini, pelan tetapi pasti akan
mulai mengalami kehilangan bentuk (Sa’ud, 2008:182).
UNESCO merumuskan bahwa pendidikan merupakan komunikasi
terorganisasi dan kelanjutan yang dirancang untuk menumbuhkan kegiatan belajar
pada diri siswa (education as organized and sustained communication designed to
bring about learning). Selanjutnya, badan tersebut (dalam Munir, 2008:2),
merekomendasikan empat pilar dalam bidang pendidikan. Pertama, Learning to
know, yaitu proses belajar untuk mengetahui, memahami, dan menghayati cara-
cara untuk memperoleh pengetahuan dan pendidikan yang diberikan kepada siswa
sebagai bekal ilmu pengetahuan. Proses pembelajaran ini memungkinkan siswa
mampu mengetahui, memahami, dan menerapkan serta mencari informasi dan
menemukan ilmu pengetahuan. Dalam kondisi ini siswa akan selalu mencari
jawaban secara ilmiah yang mampu mendukung perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi sebagai bagian dari kehidupannya. Siswa belajar dengan cerdas
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Siswa akan cendrung merasa
perlu untuk terus menelusuri setiap masalah yang dihadapi dengan memanfaatkan
ilmu pengetahuan (Rahayu dan Nuryata, 2010:47-48). Kedua, Learning to do,
4
yaitu proses belajar melakukan atau mengerjakan sesuatu. Belajar berbuat dan
melakukan secara aktif, dengan melakukan langsung siswa menemukan makna
suatu hal terhadap dirinya dan bagaimana memanfaatkannya dalam kehidupannya,
pendidikan, seharusnya memberikan bekal-bekal kemampuan atau keterampilan.
Dalam proses ini, siswa dikondisikan untuk mendapatkan pengalaman melakukan
suatu aktivitas yang dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan
berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki. Siswa mampu menghadapi masalah
dan memecahkannya dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
didasarkan pada pengetahuan dan tekonologi (Rahayu dan Nuryata, 2010:-48).
Ketiga, Learning to be, yaitu pendidikan seharusnya memberikan bekal
kemampuan untuk mengembangkan diri. Dalam belajar siswa di dorong untuk
memikirkan, mempersepsikan dan bertindak sebagai individu yang menjadi
seorang individu. Ketika belajar tentang sesuatu yang terikat dengan suatu profesi,
siswa mempersepsikan diri sebagai individu dengan profesi tertentu dan
memahami pengetahuan, bertindak dengan sikap dan menggunakan keterampilan
secara profesional. Proses pembelajaran ini hendaknya dilaksanakan dengan
menggunakan kondisi yang nyata atau sedapat mungkin mendekati kenyataan.
Misalnya, dalam pembelajaran praktik, siswa benar-benar melakukan aktivitas
nyata yang menggunakan bahan, alat dengan kondisi-kondisi yang disiapkan
demikian rupa sehingga benar-benar nyata (Rahayu dan Nuryata, 2010:48-49).
Keempat. Learning to live together, yaitu pendidikan seharusnya memberikan
bekal kemampuan untuk dapat hidup dan bersama dalam masyarakat yang
majemuk sehingga tercipta kedamaian hidup dan sikap toleransi antar sesama
5
manusia. Dalam Learning to live together, siswa diharapkan mampu untuk hidup
bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi karena sesama
manusia terjadi saling ketergantungan satu sama lain. Sekali lagi, bahwa peran
pengajar adalah menanamkan sikap kebersamaan karena pada dasarnya manusia
itu sama sebagai makhluk Tuhan dan hanya berbeda dalam suku, bangsa, adat
istirahat atau budayanya (Rahayu dan Nuryata, 2010:49-50).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan warna
tersendiri bagi dunia pendidikan pada umumnya serta mampu mengubah
paradigma lama pembelajaran dengan menampilkan teknologi sebagai alat bantu
mengajar di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Bagi
sekolah-sekolah yang sudah maju dan mampu menggunakan alat-alat tersebut
sebagai alat bantu mengajar, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan
efisien (Sanaky, 2009:1) Untuk Membangun masyarakat terdidik dan masyarakat
yang cerdas maka sistem pendidikan harus diubah. Formalitas dan legalitas tetap
saja menjadi sesuatu yang penting adalah melalui penataan kembali sistem
pendidikan dengan paradigma baru.
Pembelajaran dengan berbasis bahasa asing dan teknologi dewasa ini telah
berkembang pesat dalam segala bentuk variatifnya. Salah satu Pembelajaran dari
teknologi ini adalah pembelajaran bahasa Inggris berbasis CALL (Computer
Assisted Language Learning) media pembelajaran berbantuan komputer.
Pemanfaatan komputer dalam bidang pendidikan saat ini sudah mulai
dikembangkan. Penggunaan media komputer dalam bidang pendidikan memiliki
banyak keuntungan antara lain, dengan teknologi ini ilmu pengetahuan akan lebih
6
mudah diakses, disebar, dan disimpan (Zain, 2007:1). Media pembelajaran
berbasis CALL memiliki beberapa kelebihan, yaitu 1) Fun: memberikan rasa
senang untuk belajar pada siswa, 2) Responsibility: memberi kesempatan siswa
bertanggung jawab atas penguasaan materi-materi, yaitu dengan mengerjakan
tugas-tugas yang dikerjakan, 3) Active: Siswa akan berperan aktif di setiap
kegiatan selama pembelajaran, 4) Communicative: banyak hal imajinatif yang
sulit dipikirkan siswa dapat dipresentasikan melalui simulasi komputer sehingga
keadaan yang demikian itu akan memudahkan dan lebih menyederhanakan jalan
pikiran siswa dalam memahami bahasa Inggris (Iswanti dan Lolita, 2010,
diunduh tanggal 2 januari 2011 pukul 20.05).
Secara pedagogis arah pendidikan terkait dengan pengembangan
pendekatan dan metodologi proses pendidikan dan pembelajaran yang
memanfaatkan berbagai sumber belajar (multi learning resources). Kehadiran
teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan telah mengubah paradigma
pendidikan yang menempatkan guru sebagai fasilitator dan agen pembelajaran
karena siswa dapat memiliki akses yang seluas-luasnya kepada beragam media
untuk kepentingan pendidikannya (Aunurrahman, 2009:5-6).
Proses pembelajaran yang kurang memperhatikan prinsip-prinsip belajar
yang efektif dan efesien serta kurang memperhatikan persiapan atau rencana
pembelajaran, akan cenderung terpaku pada pola-pola pembelajaran konvensional.
Guru akan menyajikan materi pelajaran berdasarkan hal-hal yang diingat saja,
bahkan bisa terjadi kehilangan arah pembelajaran karena tidak didasari persiapan
yang matang. Penerapan pembelajaran konvesional adalah proses pembelajaran
7
yang dilakukan berdasarkan kebiasaan-kebiasaan sebelumnya yang kurang
inovatif dan tanpa memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
di bidang pendidikan. Menurut Elmubarok (2008:57), pendekatan atau pola-pola
pembelajaran konvensional cenderung kurang memperhatikan kelangsungan
pengalaman siswa yang di peroleh dalam kehidupan keluarga dan lingkungan
masyarakat sehingga sulit untuk mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran
konvensional kurang memperhatikan relevansi, dan faktor-faktor yang turut
memengaruhi proses pembelajaran. Guru lebih berorientasi pada hasil belajar,
bukan pada proses untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru sering
mengabaikan pemilihan dan penggunaan media dalam proses pembelajaran,
padahal media merupakan salah satu sumber informasi yang turut serta dalam
menentukan pencapaian tujuan belajar.
Pola pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pembelajaran yang menggunakan media yang tunggal berupa buku teks
pelajaran. Buku teks pelajaran yang hanya berupa uraian kata-kata tentu kurang
memperhatikan kondisi dan prinsip-prinsip pembelajaran efektif, dan efisien
siswa akan merasa cepat bosan dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran yang
disajikan oleh guru. Siswa hanya bisa menghafal sejumlah kata-kata saja tanpa
memahami dengan benar sesuatu yang dipelajari dan kemungkinan untuk lupa
sangat besar. Hal itu yang menyebabkan hasil belajar siswa masih sangat rendah.
Hasil belajar atau kualitas pendidikan yang rendah ditenggarai akibat dari
pembelajaran yang berlangsung secara konvensional dengan menggunakan
pendekatan ceramah dan tanya jawab. Pendekatan ini bagi siswa dirasakan sangat
8
kurang menarik. Hal itu ditunjukkan oleh siswa kurang berminat terhadap
pelajaran Bahasa Inggris, apalagi siswa yang sekolah di SMKN Kubu kebanyakan
siswa tingkat kemauan belajar sangatlah rendah. Hal ini bisa dilihat dari cara
siswa mengikut pelajaran di kelas, kemudian hasil ulangan harian yang pertama
yang menunjukkan hasil belajar peserta didik 35 % ketuntasan belajar dari
ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yakni nilai 67 dengan pertimbangan
intik, dan daya dukung terhadap pembelajaran yang tersedia di SMKN Kubu,
sehingga hasil yang kita dapatkan belum mencapai maksimal sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan. Untuk meningkatkan minat dan prestasi siswa dalam proses
belajar dan mengajar perlu adanya paradigma baru untuk menambah pengetahuan
siswa termasuk faktor pendukung untuk melengkapi fasilitas belajar dan
mengajar. Menggunakan CALL dikerapkan dapat mengatasi permasalahan
tersebut dan dapat membantu siswa serta guru dalam proses belajar mengajar.
Dengan munculnya CALL dapat memberikan warna baru dalam proses
pembelajaran dan meningkatkan interaksi pembelajaran antara siswa dengan guru.
Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran dengan media elektronik dapat
meningkatkan interaksi pembelajaran, baik siswa dengan guru, atau siswa dengan
siswa maupun dengan bahan belajar (enhance interactivity), dalam kegiatan
pembelajaran, antara lain, mempermudahkan guru untuk mengajar dalam
menyampaikan materi pelajaran.
Berdasarkan pengamatan pendahuluan, SMKN Kubu memiliki fasilitas
pembelajaran, seperti perangkat komputer/ laptop, Liquid Crystal Display (LCD)
dan tape. Namun, fasilitas tersebut belum dimanfaatkan secara efektif. Hal inilah
9
yang menjadikan alasan oleh peneliti untuk memilih SMKN Kubu sebagai lokasi
penelitian untuk mengetahui pemanfaatan media dalam pembelajaran bahasa
Inggris yang terkait dengan CALL, untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut sebagai:
1. Apa sajakah faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan
berbicara dalam bahasa Inggris siswa kelas XI SMKN Kubu Bangli tahun
pelajaran 2010/2011?
2. Bagaimanakah penerapan CALL untuk meningkatkan hasil belajar berbicara
dalam bahasa Inggris siswa kelas XI SMKN Kubu Bangli tahun pelajaran
2010/2011?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dan
informasi yang jelas dan akurat tentang penerapan CALL dalam meningkatkan
hasil belajar berbicara dalam bahasa Inggris di SMKN Kubu Bangli. Penerapan
CALL juga dapat diterapkan pada semua jenis mata pelajaran. Mengingat
Penerapan CALL dapat dipandang sebagai suatu metode pembelajaran yang
memunculkan perilaku kreatif dan termotivasi dalam melakukan kegiatan
pembelajaran.
10
Penerapan CALL ini dipandang dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa
untuk belajar dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
(1). mengetahui faktor-faktor rendahnya kemampuan berbicara dalam bahasa
Inggris siswa kelas XI SMKN Kubu Bangli tahun pelajaran 2010/2011;
(2). mengetahui penerapan CALL untuk meningkatkan hasil belajar Berbicara
dalam bahasa Inggris siswa kelas XI SMKN Kubu Bangli tahun pelajaran
2010/2011;
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis berupa
pengembangan ide serta kemampuan memberikan kontribusi terhadap dunia
pendidikan di sekolah dan pendidikan secara nasional. Informasi yang
diungkapkan dalam penelitian ini juga bermanfaat bagi mereka yang menekuni
dunia pendidikan khususnya dalam pengembangan proses pembelajaran, seperti
pengembangan konsep, metode dan teknik pembelajaran yang bersifat inovatif
yang dapat memberikan pengaruh berarti dalam proses pembelajaran bahasa
Inggris. Di samping itu, kegiatan belajar dapat dijadikan bentuk pembelajaran
yang bisa meningkatkan guna dapat mencapai kualitas dan mutu hasil belajar.
11
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari hasil penelitian adalah :
(1) sebagai motivator bagi guru bahasa Inggris dalam mengembangkan
pembelajaran yang bersifat inovatif. Dan sebagai acuan bagi guru untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran;
(2) sebagai upaya meningkatkan aktivitas belajar dalam proses pembelajaran
khususnya dalam mata pelajaran bahasa Inggris;
(3) sebagai upaya pengembangan kegiatan belajar-mengajar yang mampu
menumbuhkan nilai, aktif, kreatif dan menyenangkan;
(4) sebagai masukkan agar pembelajaran menjadi berkembang dan dapat
meningkatkan wawasan guru serta siswa di dalam kemajuan teknologi.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Annur Rofiq (2007) menyajikan tulisan yang berjudul “Pengembangan
Media Computer Assisted Language Learning (CALL) Sederhana untuk
Pembelajaran Bahasa Inggris”. Pengembangan media CALL sederhana dapat
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (softwear) yang mudah didapat
dan mudah digunakan, yaitu Microsoft Powerpoint. Perangkat lunak ini memiliki
beberapa kelebihan di antaranya kemampuan menampilkan teks, suara, dan
gambar dengan baik sehingga materi pembelajaran bahasa Inggris dapat disajikan
dengan menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajarinya. Disamping itu,
materi yang telah dibuat dapat diperbaharui sesuai kebutuhan dengan relatif
mudah dan cepat. Guru dapat mengembangkan media CALL sederhana dengan
cara menggunakan media yang telah dikembangkan sebagai rujukan atau template
dan materi dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran yang dihadapainya.
Media CALL sederhana yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki
kategori “Baik” sebagai media pembelajaran bahasa Inggris berbantukan
komputer (diunduh tanggal 6 Desember 2010 pukul 10.00). Berkaitan dengan
penelitan ini yaitu CALL dapat ditingkatkan hasil belajar berbicara dalam bahasa
Inggris siswa melalui tayangan video dapat membantu menumbuhkan minat
belajar siswa untuk belajar bahasa Inggris terutama pada keterampilan berbicara.
13
Mirza Hardian (2009) menyajikan tulisan berjudul “Metode Computer
Assisted Language Learning (CALL) dalam Proses Pembelajaran”. Metode
Computer Assisted Language Learning (CALL) digunakan untuk kegiatan belajar
yang berstruktur, dimana komputer diprogramkan dengan permasalahan-
permasalahan. Siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut atau mencari
jawaban dengan menggunakan komputer dan pada saat itu juga jawaban diproses
secara elektronik, sehingga dalam hitungan detik siswa telah memperoleh
jawaban dari permasalahan. Metode ini juga dapat meningkatkan perkembangan
intelegensia siswa sesuai dengan kemampuan masing-masing. Berkaitan dengan
penelitian ini, untuk meningkatkan hasil belajar berbicara dalam bahasa Inggris
siswa kelas XI tahun pelajaran 2010/2011, siswa diminta untuk menonton dan
mencermati tayangan video kemudian siswa diminta untuk membuat dialog sesuai
dengan tema yang dipilih dan siswa mempraktekkan secara langsung dialog
tersebut di depan kelas.
2.2 Konsep
2.2.1 Computer Assisted Language Learning (CALL)
CALL adalah suatu pengajaran dan pembelajaran bahasa yang
menggunakan teknologi sebagai sarana presentasi, pembantu dan penafsiran
materi yang diajarkan dan biasanya dimasukkan unsur interaksi dengan
penggunaan program serta penggunaan bahasa asing dalam penyampaian materi.
CALL yaitu pembelajaran utama menggunakan komputer alat bantu
komputer. Technology based learning ini pada prinsipnya terdiri dari audio
14
information technologies, seperti radio, audio tape, voice mail dan telephone) dan
pembelajaran melalui alat bantu video information technologies, seperti video,
tape, video text, video messaging sementara itu, pembelajaran melalui technology
based web learning pada dasarnya adalah data information technologies, seperti
bulletin board, internet, email dan tele collaboration, (diunduh tanggal 21
Desember 2010 pukul 21.30).
CALL merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan
materi yang di ajarkan dengan penerapan bahasa dalam kehidupan sehari-hari
melalui teknologi informasi dan komunikasi.
Aplikasi CALL dapat disimpulkan sebagai berikut: model Pembelajaran
CALL bisa menggunakan perangkat komputer dan proses belajar mengajar dapat
mendorong siswa untuk belajar. Menggunakan alat bantu video dengan diringin
oleh musik, gambar-gambar atau tampilan yang ditampilkan menarik lewat video
sehingga menjadikan siswa lebih senang dan tidak merasa bosan dengan bahan
yang diajarkan. Proses belajar mengajar menggunakan alat bantu komputer dapat
juga mendorong siswa untuk belajar lebih aktif.
2.2.2 Hasil Belajar
Jihad dan Haris (Abdulrrahman, 1999) menyatakan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Siswa
yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran atau tujuan instruksional.
15
Menurut Bloom, (dalam Jihad dan Haris, 2009: 14), ada tiga ranah
(domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar
adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan
dalam waktu tertentu.
Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang
merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.
Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu
pengetahuan tetapi juga sikap dan ketrampilan. Dengan demikian, penilaian hasil
belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik yang
menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan (Jihad dan Haris, 2009:14-15).
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai
akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya (Juliah, 2004). Menurut Hamalik
(2003), hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Dari kedua pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar sesuai
dengan tujuan pengajaran (Jihad dan Haris, 2009:15).
Menurut peneliti pengertian hasil belajar adalah hasil yang didapat oleh
siswa dalam melakukan proses belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hasil
belajar ini bisa dijadikan tolak ukur dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
16
2.2.3 Berbicara
Berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk mengekspresikan pikiran
dan perasaan, merefleksikan pengalaman, dan berbagi informasi (Ellis, 1989). Ide
merupakan esensi dari apa yang kita bicarakan dan kata-kata merupakan alat untuk
mengekspresikannya. Berbicara merupakan proses yang kompleks karena melibatkan
kemampuan proses berpikir, bahasa, dan keterampilan sosial. (diunduh tanggal 17
Oktober 2010 pukul 09.00).
Menurut Guntur Tarigan (1983:15) berpendapat bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengepresikan menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk berkomunikasi gagasan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Departemen pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pusat Pengembangan dan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa, 2009 (diunduh tanggal 18 Oktober 2010 pukul 11.20). Menurut peneliti pengertian bicara adalah seseorang yang menyampaikan
informasi melalui suara yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan bisa
dimengerti oleh lawan bicara.
2.3 Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan jenis teori yang dipandang dapat menunjang
keberhasilan penelitian khususnya dalam pembelajaran. Adapun teori yang
digunakan adalah teori belajar Bruner dan teori behavorisme.
17
2.3.1 Teori Belajar Bruner
Bruner dalam (Tabrani, 2007:89) adalah seorang ahli pendidikan yang
setuju dengan teori kognitif. Hal ini atas asumsi bahwa pembelajaran adalah
proses untuk membangun kemampuan mengembangkan potensi kognitif yang
ada dalam diri siswa. Perkembangan kualitas kognitif ditandai dengan ciri-ciri:
1) Kualitas intelektual ditandai dengan adanya kemampuan menanggapi
rangsangan semakin besar peluang kualitas kognitif diwujudkan.
Pembelajaran merupakan salah satu upaya atau proses untuk melatih dan
membimbing siswa dalam melakukan tanggapan rangsangan yang datang ke
dalam dirinya.
2) Kualitas atau peningkatan pengetahuan seseorang ditentukan oleh
perkembangan sistem penyimpanan informasi secara nyata. Artinya,
semakin lama mampu menyimpan informasi maka kualitas dan peningkatan
pengetahuan akan mudah diwujudkan. Pembelajaran merupakan salah satu
proses untuk melatih dan membimbing siswa agar memiliki kemampuan
menyimpan informasi yang diperoleh dari realitas lapangan.
Bruner mengemukakan bahwa pembelajaran itu dipengaruhi oleh dinamika
perkembangan realitas yang ada di sekitar discovery learning, artinya proses
pembelajaran akan efektif dan efisien, jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep. Teori aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya, Pembelajaran
tidak hanya dilakukan secara normatif (tektual) tetapi harus kontekstual.
18
Bruner juga menjelaskan bahwa perkembangan kognisi seseorang terjadi
melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan:
1) Tahap enatik, yaitu seseorang melakukan aktivitas-aktivitas untuk memakai
lingkungan.
2) Tahap ikonik, yaitu seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar dan visualisasi verbal.
3) Tahap simbolik, yaitu seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan
abstrak yang dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.
Sesuai dengan konsep penelitian yang mengungkap masalah penggunaan
CALL untuk meningkatkan hasil belajar, teori Bruner sangat berperan sebab
pelaksanaan CALL mengungkapkan ciri-ciri umum, seperti kemampuan
menanggapi rangsangan, kemampuan menyimpan informasi, mengembangkan
aktivitas berpotensi pada lingkungan, mampu menggungkapkan permasalahan
dengan menggungkapkan kode, topik, dan gambar-gambar serta
mengedepankan gagasan-gagasan dalam berbahasa dan berlogika.
Teori Bruner ini sesuai dengan penelitian CALL dapat digunakan untuk
membedah rumusan masalah kedua, yaitu mengungkap tentang aktivitas belajar
siswa untuk meningkatkan hasil belajar.
2.3.2 Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme beranggapan bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian yang akan memberikan pengalaman terhadap dirinya. Belajar
merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma
19
stimulus- respons. Proses stimulus- respons terdiri atas unsur dorongan (drive).
Siswa merasakan adanya kebutuhan akan sesuatu dan terdorong untuk
memenuhi kebutuhan itu. Disamping itu, siswa diberikan stimulus yang
selanjutnya akan dapat menyebabkan tanggapan. Siswa dapat memberikan suatu
reaksi terhadap stimulus yang diterima dengan jalan melakukan suatu tindakan
yang dapat terlihat.
Behaviorisme menekankan pada apa yang dapat dilihat, yaitu tingkah laku,
serta tidak memperhatikan apa yang terjadi di dalam pikiran karena tidak dapat
dilihat. Oleh karena itu proses belajar menurut behaviorisme lebih dianggap
sebagai suatu proses yang bersifat mekanistik dan otomatik tanpa membicarakan
apa yang terjadi selama itu di dalam diri siswa (Galloway, 1976: 68).
Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak dipakai di dunia
pendidikan adalah :
1. Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut
berpartisipasi secara aktif di dalamnya.
2. Materi-materi pelajaran dibentuk dalam bentuk unit-unit kecil dan
diatur berdasarkan urutan yang logis sehingga siswa mudah
mempelajari antara lain karena mereka hanya perlu memberikan
respons tertentu saja.
3. Tiap-tiap respons perlu diberikan umpan balik secara langsung
kepada siswa.
Sehubungan dengan konsep tersebut maka pembelajaran CALL lebih
ditekankan pada pemunculan stimulus-respons. Maka, dari teori ini sesuai
20
dengan penelitian sangat berperan dalam membedah rumusan masalah pertama,
yaitu tentang faktor-faktor penyebab rendahnya kemampuan berbicara bahasa
Inggris siswa kelas XI dalam meningkatkan hasil belajar di SMKN Kubu Bangli.
2.4 Model Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas
(PTK). Hal ini dilakukan peneliti untuk permasalahan yang terkait dengan hasil
belajar speaking siswa kelas XI tahun pelajaran 2010/2011 di SMKN Kubu
Bangli. Hasil belajar speaking yang dimaksudkan adalah kurangnya motivasi
terhadap siswa dalam pelajaran bahasa Inggris, rasa takut yang dialami oleh
siswa untuk berbicara, kemauan belajar siswa sangat rendah untuk belajar.
Bertitik tolak dari permasalahan tersebut peran guru sangat penting demi
tercapainya tujuan pengajaran dan pembelajaran di kelas, dan perlu adanya
paradigma baru di dalam proses pembelajaran di kelas untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi atas permasalahan yang
dihadapi, tetapi merupakan salah satu pengembangan professional guru, untuk
meningkatkan professional guru perlu melakukan penelitian tindakan kelas untuk
mengukur intensitas proses pembelajaran yang terjadi di kelas.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal peneliti menggunakan desain
model Kemmis dan MC Taggart: perencanaan, tindakan, obeservasi, dan refleksi.
Keempat tahap siklus penelitian ini dapat dilakukan berulang-ulang bila belum
menemukan hasil yang diinginkan pada model ini. Keempat komponen yang
21
berupa untaian dipandang sebagai satu siklus, yakni suatu putaran kegiatan yang
terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Berikut ini merupakan
gambaran desain PTK Kemmis dan MC Taggart.
SIKLUS I PLAN ACTION
REFLEKTIVE OBSERVE
SILKUS II PLAN ACTION
REFLEKTIVE OBSERVE
Gambar tersebut di atas menunjukkan bahwa: pertama, sebelum
melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti merencanakan secara seksama
jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana di susun secara
matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan
dilaksanakanya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu
sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan
tersebut, peneliti melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan, sehingga
rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan
22
berikutnya tidak sekedar mengulang apa yang telah dilakukan. Demikian
seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Secara umum jenis penelitian dibedakan menjadi dua bentuk yaitu
penelitian secara kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dan
kuantitatif memiliki langkah yang berbeda. Data kualitatif adalah data yang dapat
diuraikan, pemaparan karena data tersebut diperoleh dari hasil wawancara yang
bersifat subjektif dan data tersebut dapat ditafsirkan (Sudjana, 1997:63). Data
kuantitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka.
Jenis penelitian yang diungkapkan dalam hal ini adalah penelitian
kuantitatif dengan analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif- kuantitatif.
Penelitian deskriptif-kuantitatif mengungkapkan masalah atau fenomena-
fenomena yang terjadi. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik
dengan mengkaji hasil proses pembelajaran seperti pembelajaran, kesulitan siswa
dalam speaking, dan hasil belajar.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di SMKN Kubu, Kecamatan Kubu,
Kabupaten Bangli. SMKN Kubu memiliki program keahlian seni Tari dan seni
Kerawitan. SMKN Kubu dipilih sebagai tempat penelitian karena sekolah tersebut
baru berdiri, serta sekolah tersebut merupakan tempat peneliti mengampu bidang
studi bahasa Inggris. Selama pengamatan dilakukan siswa di sekolah SMKN
24
Kubu sangat kurang dalam memahami pelajaran khususnya pelajaran bahasa
Inggris.
3.3 Jenis Data dan Sumber Data
Terkait dengan permasalahan penelitian ini, sumber data yang digunakan
berasal dari subjek penelitian yaitu guru kelas dan siswa kelas XI tahun pelajaran
2010/2011. Adapun jumlah siswa yang dimaksud adalah 21 orang siswa, terdiri
atas 10 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan. Objek penelitian ini
menggunakan CALL untuk meningkatkan hasil belajar speaking siswa kelas XI
tahun pelajaran 2010/2011, pada kompetensi dasar ”mengungkapkan maksud
hati’ dengan indikator ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam invitation.
Indikator ini dipilih karena ungkapan dalam invitation dan greeting sangat sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber data primer yang digunakan,
yaitu nilai tes awal maupun dan nilai tes setelah dilakukannya tindakan kelas oleh
guru dan hasil observasi, serta interview.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang dipergunakan peneliti dan
observer pendamping (secara kolaboratif). Observer pendamping adalah teman
sejawat peneliti dalam mengampu pelajaran bahasa Inggris di SMKN Kubu
Bangli untuk mengumpulkan data atau informasi dari hasil pelaksanaan tindakan.
Adapun instrumen penelitian yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
25
1. Lembar Observasi (pengamatan)
Lembar observasi (pengamatan) merupakan panduan dalam melakukan
penilaian terhadap indikator-indikator dari aspek yang diamati. Indikator-indikator
tersebut sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya.
Lembaran observasi (pengamatan) dimaksud berbentuk daftar cek dengan
memberi tanda “V” pada kategori penilaian. Kategori penilaian ini merupakan
petunjuk mengenai gambaran situasi objek yang diamati.
Adapun objek atau sasaran yang diamati dari observasi (pengamatan)
tersebut adalah sikap/perilaku siswa dalam aktivitas proses belajar dengan
menggunakan CALL. Penilaian terhadap aktivitas proses belajar siswa difokuskan
pada indikator yang diamati sesuai dengan ruang lingkup penelitian.
2. Tes
Tes yang diberikan kepada siswa dalam penelitian ini adalah speaking test
yang digunakan untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam speaking,
yaitu sebelum atau dan adanya tindakan dan sesudah adanya tindakan.
3. Pedoman wawancara (interview)
Wawancara dilakukan pada tahap studi pendahuluan untuk memeroleh
data mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam speaking, baik guru dalam
mengajar maupun siswa dalam belajar. Isi wawancara terhadap guru berkaitan
dengan proses pembelajaran.
26
3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam sebuah penelitian sangat berpengaruh
terhadap objektivitas hasil penelitian. Dalam metode pengumpulan data, dikenal
beberapa jenis metode meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes.
Sehubungan dengan penelitian ini, maka teknik yang digunakan adalah:
1) Observasi
Observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan interaksi siswa dan
pemunculan keterampilan kerja sama siswa dalam diskusi, membuat
pertanyaan dan menjawab pertanyaan, sedangkan evaluasi dilakukan untuk
mengukur peningkatan prestasi belajar siswa. Metode pengumpulan data
dilakukan dengan metode observasi dengan format seperti di bawah ini.
No Nama Siswa Aspek Penilaian Rata-rata
1 2 3 4
Keterangan: Rentangan nilai
1= Keberanian berbicara 1-20
2= Kelancaran berbicara 1-30
3= Intonasi (pronountiation) 1-30
4= Penggunaan kosakata 1-20
27
2) Wawancara
Wawancara dan pengisian angket digunakan untuk menggali informasi
mengenai suasana dan teknik pembelajaran yang diciptakan untuk
meningkatkan interaksi dan komunikasi serta kesulitan-kesulitan siswa dalam
pembelajaran.
3) Dokumentasi
Dokumentasi bermanfaat dalam pengumpulan nilai-nilai siswa sebagai data
sekunder untuk melihat kemajuan hasil belajar.
4) Tes
Tes dilakukan untuk mengukur peningkatan prestasi hasil belajar siswa, yang
diberikan sebelum penelitian dan setelah siswa mendapatkan tindakan dalam
pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan.
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data
3.6.1 Metode Kualitatif
Analisis data kualitatif meliputi analisis hasil wawancara, pengamatan
(observasi) proses pembelajaran dan di analisis dengan analisis deskriptif
berdasarkan observasi dan refleksi.
3.6.2 Teknik Analisis Kuantitatif
Tes awal dan tes akhir dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) menentukan kriteria penilaian yang diberikan kepada siswa dan mentabulasi
frekuensi sesuai dengan kategori penilaian,
28
2) dari hasil tabulasi data, dapat dihitung presentase dari masing-masing sesuai
dengan ranahnya masing-masing,
3) penarikan simpulan dari masing-masing data yang diperoleh sesuai dengan
fenomena yang diteliti berdasarkan besar kecilnya presentase tersebut,
Teknik analisis kuantitatif dalam penelitian ini memaparkan analisis data
hasil angket wawancara, pengamatan dan pada aktivitas proses pembelajaran di
kelas. Analisis data tentang hasil belajar siswa akan dilakukan dengan teknik
perbandingan dari dua strategi yang berbeda dengan mengetahui:
1) Rata-rata (x) kelas yang dicapai
2) Ketuntasan secara individual yaitu dengan menghitung jumlah siswa yang
dapat mencapai nilai standar atau lebih sesuai dengan KKM yang ditentukan
oleh sekolah.
3) Ketuntasan Klasikal ditentukan dari:
Pada analisis data ini dicari persentase tingkat keterampilan berbicara siswa dan
selanjutnya dibandingkan dengan kriteria yang ditetapkan kriteria tersebut adalah
Persentase Tingkat keaktifan
90-100
80-89
65-79
55-64
0-54
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Sangat kurang baik
Jumlah ketuntasan individu x 100 % Jumlah siswa
29
3.7 Skenario Tindakan
Tindakan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini menggunakan
scenario kerja dan prosedur tindakan dengan mengadapatasi model Kemmis dan
Mc Taggart,yaitu (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan (4) refleksi.
3.7.1 Perencanaan Tindakan
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pada tahap ini peneliti
bersama observer pendamping (secara kolaboratif) merumuskan dan
mempersiapkan: rencana jadwal pelaksanaan tindakan, rencana pelaksanaan
pembelajaran, materi/bahan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan, lembar
tugas siswa, lembar penilaian hasil belajar, instrumen lembar observasi, dan
mempersiapkan kelengkapan lain yang diperlukan dalam rangka analisis data.
3.7.2 Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada dasarnya disesuaikan dengan setting tindakan
yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Secara
operasional tindakan dalam proses pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti
selaku guru mata pelajaran bahasa Inggris dan dibantu oleh seorang observer
pendamping (teman sejawat) yang berperan sebagai penilai. Penilaian terhadap
proses belajar siswa dilaksanakan sejak awal pembelajaran hingga kegiatan
pembelajaran berakhir.
30
Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua siklus (siklus I dan siklus II),
tiap siklus dengan alokasi waktu 135 menit (3 x 45 menit) sesuai dengan program
tahunan yang ditetapkan sekolah. Instrumen pengumpulan data yang
dipergunakan sebagai bahan penilaian terhadap aktivitas proses dan hasil belajar
siswa adalah menggunakan instrumen pengumpulan data yang telah dipersiapkan,
seperti (1) lembar observasi (pengamatan), lembar penilaian dan teknik penilaian
yang dipergunakan disesuaikan dengan objek yang dinilai dan disesuaikan dengan
tujuan penilaian.
Untuk menilai aktivitas proses dan hasil belajar siswa, teknik penilaian
yang dipergunakan adalah dengan (1) mengumpulkan data-data atau informasi
dari hasil observasi (pengamatan), dan (2) lembar penilaian tes keterampilan
berbicara siswa. Penilaian ini dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar
mengajar dalam penelitian tindakan. Peneliti bersama seorang observer
pendamping melakukan penilaian tersebut. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian
ini dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dilaksanakan melalui
tiga tahap kegiatan, yaitu (a) kegiatan awal, (b) kegiatan inti, dan (c) kegiatan
akhir.
3.7.3 Pelaksanaan Observasi (Pengamatan)
Tahap ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama
observer pendamping untuk melakukan pengamatan terhadap aktivitas proses
belajar siswa. Observasi (pengamatan) tersebut dilakukan untuk mengenali,
merekam dan mengumpulkan data dari setiap indikator mengenai unjuk kerja
31
siswa dalam proses belajar kelompok selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran dalam penerapan media CALL untuk meningkatkan hasil belajar
speaking siswa. Adapun fungsi dilakukannya observasi (pengamatan) tersebut
adalah untuk mengetahui sejauhmana perhatian dan aktivitas proses belajar siswa
dalam keterampilan berbicara.
Adapun instrumen yang dipergunakan untuk melakukan observasi
(pengamatan) tersebut adalah lembar penilaian yang telah ditetapkan. Objek
dilakukannya observasi (pengamatan) itu adalah sikap/perilaku siswa dalam
proses belajar kelompok selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran dengan
keterampilan berbicara, sesuai dengan indikator penilaian yang ditetapkan.
3.7.4 Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interpretasi dan eksplanasi
(penjelasan) terhadap semua data atau informasi yang dikumpulkan dari penelitian
tindakan yang dilaksanakan.
Data yang telah terkumpul kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan
analisis dan diinterpretasi, sehingga dapat diketahui hasil dari pelaksanaan
tindakan yang dilakukan. Hasil analisis dan interpretasi tersebut sebagai dasar
untuk melakukan evaluasi sehingga dapat diketahui akan berhasil tidaknya
terhadap tindakan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang diharapkan.
32
3.8 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini akan diseleksi atau
diklasifikasikan terlebih dahulu. Data yang memiliki keandalan dan reabilitas
terhadap permasalahan yang dikaji dimasukkan sebagai data primer data yang
rendah tidak akan digunakan dalam menentukan hasil penelitian.
Data primer yang dihasilkan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) antara
lain: data hasil wawancara dengan guru dan siswa, data nilai prestasi belajar siswa
sesudah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dan catatan observasi tindakan
(proses pembelajaran). Berdasarkan hasil observasi dianalisis dan disajikan dalam
bentuk tabel dengan penjelasan tentang perubahan yang dicapai sebagai hasil
belajar dalam proses pembelajaran.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2011
sampai dengan tanggal 5 April 2011di SMK N Kubu Bangli kelas XI tahun ajaran
2010/2011 pada semester genap dengan kompetensi dasar “Mengungkap berbagai
macam maksud hati”. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan 2 tahapan,
yaitu siklus I dan siklus II.
Penelitian tindakan kelas tersebut memeroleh hasil temuan dari setiap
siklus yang telah dilaksanakan. Hasil penelitian tersebut kemudian dideskripsikan
dianalisis dan direfleksikan untuk mengetahui kekurangan serta kelebihan dari
setiap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu hasil temuan
tersebut dapat direfleksikan dari setiap pembelajaran yang disampaikan terhadap
siswa dan dibuat rencana juga pelaksanaan perbaikan proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dapat diuraikan
sebagai berikut:
4.1.1 Hasil Penelitian pada Siklus I (5 Maret pukul 08.10- 09.30)
Sebagaimana penelitian tindakan kelas maka penelitian ini dilakukan
dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi, pada
akhirnya membentuk sebuah siklus. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
34
4.1.1.2 Perencanaan Tindakan
Perencanaan yang dilakukan pada siklus I adalah:
a. Analisis kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mata pelajaran
bahasa Inggris kelas XI dan studi pustaka untuk menyiapkan bahan-bahan
persiapan pembelajaran.
b. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pokok
bahasan “Mengungkapkan berbagai macam maksud hati” dengan mengacu
pada tindakan yang ditetapkan dalam PTK yaitu dengan menggunakan
CALL.
c. Menyiapkan media laptop dan alat pembelajaran dengan LCD dan VCD
materi percakapan native speaker.
d. Menyusun instrumen penggali data yang akan digunakan dalam penelitian:
panduan observasi, panduan wawancara, tes berbicara (speaking test).
4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan
Adapun tindakan yang dilakukan di kelas pada siklus I adalah sebagai berikut:
Kegiatan Alokasi
Waktu
(menit)
Keterangan
A. Kegiatan Awal
1) Membuka pelajaran
2) Melakukan absensi
kehadiran siswa.
3) Menciptakan suasana
15 menit
1) Mengucapkan salam
2) Mengecek kehadiran
siswa
3) Mengalihkan perhatian
35
belajar di kelas.
4) Menyampaikan topik
bahasan tentang ungkapan-
ungkapan yang digunakan
dalam invitation.
5) Menjelaskan kompetensi
dasar.
6) Membagi siswa dalam
kelompok.
siswa untuk memulai
pelajaran.
4) Ungkapan-ungkapan
yang digunakan dalam
invitation:
-Would you like…..
-Do you fancy coming to
the cinema tonight?
-Are you free next
Thursday?
-Are you doing anything
next weekend?
5) Menjelaskan kepada
siswa tentang
ungkapan dalam
invitation.
6) Tiap kelompok terdiri
dari 2-3 siswa.
Kegiatan Inti:
7) Menjelaskan materi
pokok pembelajaran
tentang ketrampilan
berbicara dengan
menonton video.
8) Guru menyiapkan media
laptop dan LCD.
35 menit
7) Memberikan
penjelasan kepada
siswa tentang
invitation dan siswa
dapat mencermati
video.
8) Guru menyiapkan
peralatan yang
digunakan dalam
36
9) Meminta siswa untuk
menyaksikan tayangan
video.
10) Meminta siswa untuk
mencermati percakapan.
11) Meminta siswa untuk
memahami ungkapan-
ungkapan yang
digunakan dalam
percakapan.
12) Memberikan tugas
kepada siswa untuk
membuat dialog sesuai
dengan tema yang
diberikan dan siswa
juga diperbolehkan
membuat tema sendiri.
13) Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk belajar
kelompok tentang
tugas yang diberikan
oleh guru.
14) Memberikan
proses pembelajaran.
9) Guru menanyangkan
video.
10) Guru menayangkan
video dan siswa
diminta untuk
mencermati tayangan
video. Dan siswa dapat
memahami ungkapan-
ungkapan yang
digunakan.
11) Guru memberikan
tugas kepada siswa
12) Guru membimbing
siswa apabila siswa
mengalami kesulitan
dan mengoreksi hasil
belajar siswa.
37
bimbingan kepada
siswa yang mengalami
kesulitan dalam latihan
berkaitan dengan tugas
yang diberikan.
15) Melakukan
pengamatan dan
penilaian terhadap
aktivitas proses belajar
siswa dalam
mengerjakan tugas
13) Menggunakan lembar
observasi
(pengamatan).
C. Kegiatan Akhir
16) Menyampaikan ringkasan
materi pelajaran.
17) Melakukan tes
keterampilan berbicara.
18) Mengakhiri /menutup
pembelajaran.
35 menit
14) Menggunakan lembar
penilaian.
15) Mengucapkan salam.
Setelah materi pelajaran diberikan kepada siswa kemudian siswa diminta
untuk membuat tes. Jenis tes yang diberikan adalah jenis tes perbuatan yang mana
siswa diminta untuk langsung berbicara (speaking test) dengan teman atau
pasangan masing-masing.
Contoh tes yaitu: melakukan percakapan sesuai dengan yang kalian buat!. Tes
siklus I diadakan tanggal 19 Maret 2011. Adapun hasil belajar tes yang telah
dilakukan oleh siswa yang di tunjukkan pada tabel 4.1.
38
1) Hasil Tes Siklus I
Seperti pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan
dengan memberikan post test kepada siswa dengan menunjukkan hasil belajar.
Untuk nilai diberikan dua klasifikasi yaitu kurang tuntas dan tuntas, kurang tuntas
berarti jika siswa kurang memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM)
dengan nilai KKM 67 yang telah ditetapkan oleh sekolah dengan rentangan nilai
0-67. Sementara itu nilai tuntas berarti jika siswa memperoleh nilai di atas nilai
KKM dengan rentang nilai 67-100. Seperti yang tertera pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 Hasil Tes Siklus I
NO Nama Siswa Aspek Penilaian Jumlah
skor
Nilai
Akhir
Ket
Keberanian
berbicara
Kelancaran
berbicara
Intonasi Kosakata
1 Ni Luh Fitriyani 20 20 20 10 70 70 Tuntas
2 S.A Made Meiyanti 20 22 17 10 69 69 Tuntas
3 Ni Nym parwati 20 21 16 10 67 67 Tuntas
4 A.A.Ayu Widiawati 20 25 20 15 80 80 Tuntas
5 Ni Kmg Kartikawati 20 21 18 10 69 69 Tuntas
6 Ni Wyn Diah Arvianti 20 23 22 10 75 75 Tuntas
7 I Wyn Ramasura 20 19 19 10 68 68 Tuntas
8 Ni Wyn Popitakarsi 20 19 13 8 60 60 Kurang
Tuntas
9 Ni Luh Pt Ita Purnami 20 19 19 10 68 68 Tuntas
10 Ni Kmg Rani Parwati 20 19 19 10 68 68 Tuntas
11 Ni Pt Erawati 20 25 20 15 80 80 Tuntas
12 I Wyn Ari Sudibya 20 20 18 10 68 68 Tuntas
13 I Wyn Adi Mariada 20 21 17 10 68 68 Tuntas
39
14 I Pt Raka sudana 20 20 10 10 60 60 Kurang
Tuntas
15 I Kdk Agus Adi Putra 20 20 20 20 60 60 Kurang
Tuntas
16 I Wyn Dikadana 20 21 17 10 68 68 Tuntas
17 I.B Adi Purnama 20 19 13 8 60 60 Kurang
Tuntas
18 I Wyn Suarditana 20 20 18 10 68 68 Tuntas
19 I Gd Dedi Darmawan 20 22 16 10 68 68 Tuntas
20 I Wyn Sujana 20 20 18 10 68 68 Tuntas
21 I Wyn Endra wiradana 20 19 19 10 68 68 Tuntas
Rata –rata 68,0
Hasil tes dari siklus I yang telah dilaksanakan di dapat perolehan nilai rata-
rata adalah 68,0. Berdasarkan hasil dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
harus dicapai yaitu 67 dan dinyatakan sudah memenuhi harapan. Kategori sangat
baik dengan rentangan skor 90-100 belum ada sementara itu nilai yang termasuk
kategori baik dengan rentangan skor 80-89 ada 2 orang siswa dengan nilai 80 atau
8,0% dan rentangan skor 65-79 kategori cukup baik ada 15 orang siswa dengan
nilai 68 ada 10 orang siswa atau 76,2% dan nilai 69 ada 1 orang siswa atau 76,2
%, nilai 67 ada 1 orang siswa atau 76,2 % dan nilai 70 ada 1 orang siswa atau 76,2
% dan 1 orang siswa memperoleh skor 75 atau 76,2 %.
Adapun siswa yang mendapatkan nilai tuntas karena siswa tersebut
memang memiliki pengetahuan dasar dalam pelajaran bahasa Inggris sehingga
siswa-siswa tersebut mudah memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru
diberikan kepada siswa sehingga siswa menjadi semakin aktif dalam belajar
setelah diberikan metode baru dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris.
40
Sedangkan, bagi siswa yang mendapatkan nilai yang belum tuntas dalam
mencapai nilai KKM adalah siswa tersebut pengetahuannya kurang dalam
pelajaran bahasa Inggris disamping itu siswa-siswa tersebut dalam keadaan
kondusif namun siswa tersebut perlu diberikan motivasi untuk belajar. Melihat
dari hasil tersebut di atas masih dikatakan siswa kelas XI tahun pelajaran
2010/2011 memiliki kompetensi yang rendah. Secara rinci dari evaluasi
pembelajaran dengan menggunakan CALL yang dilaksanakan pada siklus I
diperoleh hasil berikut ini.
Tabel 4.2
Hasil Tes Keterampilan Berbicara
No Kategori Rentangan
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persen Rata –
rata
1 Sangat
kurang baik
0-54 0 0 0% 1463 21
=69,6
2 Kurang baik 55-64 4 240 60%
3 Cukup baik 65-79 15 1143 76,2%
4 Baik 80-89 2 80 80%
5 Sangat baik 90-100 0 0 0%
Jumlah 21 1463
Berdasarkan tabel di atas hasil belajar tes keterampilan berbicara kelas XI
tahun pelajaran 2010/2011 masih rendah terbukti dari rata-rata keterampilan
berbicara hanya 69,6. Adapun rincian data tersebut dijelaskan sebagai berikut:
41
dari jumlah keseluruhan siswa 21, kategori kurang baik dicapai oleh siswa
sebanyak 4 orang atau 6,0% dengan kategori cukup baik dicapai oleh siswa
sebanyak 15 orang siswa atau 76,2 % dan kategori baik dicapai oleh siswa
sebanyak 2 orang siswa atau 8,0% sedangkan kategori sangat kurang baik dan
kategori sangat baik belum ada siswa yang memperoleh skor tersebut.
Hasil tes siklus I mengalami peningkatan 96,1% Persentase kalau
dibandingkan dengan hasil tes awal. Hasil tes awal dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 4.3 Hasil Tes Awal
No Nama Siswa Nilai Ket
1 Ni Luh Fitriyani 70 Tuntas
2 Sang Ayu Made Meiyanti 60 Kurang tuntas
3 Ni Nyoman Parwati 60 Kurang tuntas
4 Anak Agung Ayu Widiawati 75 Tuntas
5 Ni Komang Kartikawati 60 Kurang tuntas
6 Ni Wayan Diah Arviani 70 Tuntas
7 I Wayan Ramasura 60 Kurang tuntas
8 Ni Wayan Popitakarsi 55 Kurang tuntas
9 Ni Luh Putu Ita Purnami 60 Kurang tuntas
10 Ni Komang Ari Rani Parwati 60 Kurang tuntas
11 Ni Putu Erawati 75 Tuntas
12 I Wayan Ari Sudibya 60 Kurang tuntas
42
13 I Wayan Agus Adi Mariada 55 Kurang tuntas
14 I Putu Raka Sudana 55 Kurang tuntas
15 I Kadek Agus Adiputra 55 Kurang tuntas
16 I Wayan Dikadana 55 Kurang tuntas
17 Ida Bagus Adi Purnama 50 Kurang tuntas
18 I Wayan Suarditana 60 Kurang tuntas
19 I Gede Dedi Darmawan 55 Kurang tuntas
20 I Wayan Sujana 60 Kurang tuntas
21 I Wayan Endra Wiradana 60 Kurang tuntas
Rata-rata 65,9
Berdasarkan tabel di atas pembelajaran pada siklus I hasil belajar siswa
yang tuntas 17 orang siswa sedangkan yang kurang tuntas berjumlah 4 orang
siswa ini membuktikan bahwa hasil pembelajaran pada siklus I mengalami
peningkatan dan untuk lebih meningkatkan kembali hasil belajar maka, perlu ada
lagi tindakan selanjutnya yaitu pembelajaran pada tindakan siklus II.
4.1.1.4 Hasil Observasi Guru dan Siswa
Selama berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar pada tindakan
siklus I ini. Peneliti dengan dibantu seorang observer pendamping melakukan
penilaian melalui observasi (pengamatan) terhadap aktivitas proses belajar siswa
di kelas dengan diterapkannya CALL untuk pelajaran bahasa Inggris. Penilaian
observasi ditujukkan kepada perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan
43
pembelajaran dan penilaian observasi kepada guru dalam memberikan pelajaran
kepada siswa. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian
yang telah disiapkan. Pedoman observasi perilaku siswa menggunakan skala
rikert, dengan rumus yang digunakan untuk memperoleh nilai perolehan adalah:
Dengan nilai kualifikasi adalah:
1. 1-25 = kurang
2. 26-50 = sedang
3. 51-75 = baik
4. 76-100 = sangat baik
Seperti yang ditunjukkan oleh tabel 4.3 pedoman observasi kelas dengan
acuan penerapan CALL dan tabel 4.4 pedoman observasi guru dalam melakukan
proses pembelajaran di kelas dengan acuan penerapan CALL.
Skor perolehan x 100 % Jumlah siswa
44
Tabel 4.4
Pedoman Observasi Siswa Acuan Penerapan CALL
No Perilaku Siswa Skor Skor Maksimal 1 2 3 4
1 Perhatian Siswa Pada Waktu Belajar
A. Siswa tidak ngobrol dengan teman
sebangku.
B. Siswa tidak mengerjakan pekerjaan guru
lain saat guru mengajar.
C. Siswa membawa buku penunjang
pelajaran.
D. Siswa memperhatikan dan mendengarkan
penjelasan guru.
√
√
√
√
100
100
71,4
100
2. Respon Siswa Dalam Belajar
A. Siswa mencatat hal penting dari penjelasan
guru
B. Siswa berani bertanya kepada guru.
C. Siswa berani mengungkapkan pendapat.
D. Siswa menjawab pertanyaan guru.
√
√
√
√
14,2
28,5
28,5
28,5
3. Kedisiplinan Siswa Dalam Belajar
A. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan
B. Siswa mengumpulkan tugas tepat pada
waktunya.
C. Siswa tidak keluar masuk kelas.
D. Siswa tidak membuat keributan saat guru
menjelaskan materi.
√
√
√
√
100
100
100
100
4. Partisipasi Siswa dalam Belajar
A. Ketika disuruh kedepan kelas siswa aktif
√
100
45
melakukan perintah guru.
B. Berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan
persiapan, proses dan kelanjutan belajar.
C. Usaha dan kreativitas siswa dalam proses
pembelajaran.
D. Kemandirian belajar siswa.
√
√
√
76,1
76,1
76,1
Berdasarkan pedoman hasil dari pengamatan perilaku siswa dalam
penerapan CALL di SMKN Kubu Bangli pada siklus I yang telah dilakukan pada
tanggal 5 Maret 2011 sesuai dengan tabel 4.4 menunjukkan bahwa: siswa tidak
mengobrol dengan teman sebangku dan siswa tidak mengerjakan pekerjaan guru
lain saat mengajar memperoleh skor 100 yang berarti sangat baik. Siswa
membawa buku penunjang pelajaran memperoleh skor 71,4 yang berarti baik.
Siswa memperhatikan penjelasan guru memperoleh skor 100 yang berarti sangat
baik.
Respon siswa dalam belajar seperti: siswa mencatat hal penting dari
penjelasan guru memperoleh skor 14,2 yang berarti kurang. Siswa jarang
mencatat penjelasan-penjelasan dari guru. Siswa berani bertanya kepada guru dan
siswa berani mengungkapkan pendapat memperoleh skor 28,5 yang berarti cukup.
Siswa menjawab pertanyaan guru memperoleh skor 28,5 yang berarti cukup.
Kedisiplinan siswa dalam belajar di kelas selama kegiatan proses
pembelajaran berlangsung adalah siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru memperoleh skor 100 yang berarti sangat baik. Sedangkan siswa
mengumpulkan tugas tepat pada waktunya, siswa tidak keluar masuk kelas dan
46
siswa tidak membuat keributan di kelas memperoleh skor 100 yang berarti sangat
baik.
Partisipasi siswa dalam belajar di kelas adalah ketika disuruh ke depan
siswa aktif melakukan perintah guru memperoleh skor 100 yang berarti sangat
baik. Siswa berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan persiapan, proses dan
kelanjutan belajar memperoleh skor 76,1 yang berarti baik. Usaha dan kreativitas
siswa dalam belajar memperoleh skor 76,1 yang berarti baik dan kemandirian
belajar siswa memperoleh skor 76,1 yang berarti baik.
Tabel 4.5
Pedoman Observasi Guru dalam Melakukan Proses Pembelajaran
di Kelas dengan Acuan Penerapan CALL
No Hal yang Diamati Skor 1 2 3 4 5
1
2
3
4
5
6
7
8
Guru aktif sebagai fasilitator pembelajaran.
Guru mampu menciptakan pembelajaran yang
kreatif.
Guru menyiapkan persiapan untuk mengajar.
Guru mampu mengelola kelas.
Guru mampu menumbuhkan semangat siswa.
Pembelajaran terpusat pada siswa.
Guru mengajar secara demokratis.
Pembelajaran yang dikemas melalui CALL
√
√
√
√
√
√ √
47
9
10
mampu menarik dan dapat meningkatkan minat
siswa untuk belajar.
Guru mampu memanfatkan waktu dengan efektif.
Guru mengajar dengan senyuman.
√ √
Berdasarkan tabel di atas Observasi guru dalam melakukan proses
pembelajaran dengan menggunakan CALL menunjukkan bahwa guru sangat aktif
sebagai fasilitator dalam pembelajaran memperoleh skor 3 yang berarti cukup
untuk itu siswa perlu di motivasi agar semangat mereka dalam belajar semakin
ditingkatkan, guru mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif dapat
mengelola kelas dengan baik serta dapat memotivasi siswa dengan baik
memperoleh skor 4 yang berarti baik. Pembelajaran berpusat pada siswa
memperoleh skor 3. Guru mengajar sangat demokratis dan pembelajaran melalui
CALL memberikan respon kepada siswa sehingga dapat meningkatkan minat
siswa untuk belajar memperoleh skor 5 yang berarti sangat baik dan guru mampu
memanfaatkan waktu dengan efektif dan guru mengajar dengan senyuman
memperoleh skor 3 yang berarti cukup.
Berdasarkan hasil observasi perilaku siswa dan guru yang mengajar
dikelas, observasi perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sangat
baik namun beberapa siswa perlu diingatkan untuk membawa kamus bahasa
Inggris ke sekolah sebagai penunjang untuk belajar agar proses pembelajaran bisa
berjalan dengan lancar. Kedisiplinan siswa dan partisipasi siswa perlu
ditingkatkan. Observasi guru yang mengajar dikelas adalah guru dalam mengajar
48
perlu bersikap ramah kepada siswa agar lebih termotivasi dan guru perlu
memperhatikan waktu pada saat mengajar sehingga tidak kekurangan waktu
dalam mengajar.
4.1.1.5 Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah
ditetapkan, wawancara ini dilakukan oleh peneliti kepada seluruh siswa dalam
penerapan CALL untuk meningkatkan hasil belajar speaking siswa. Adapun hasil
dari wawancara yang telah dilakukan dapat di tunjukkan pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Pedoman Wawancara Siswa Acuan Penerapan CALL
No Hal yang di Wawancara Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah pembelajaran bahasa Inggris
dengan menggunakan CALL sangat
menarik?
√
2. Apakah pelajaran speaking dalam bahasa
Inggris perlu menggunakan CALL?
√
3. Apakah pelajaran bahasa Inggris dapat
meningkatkan motivasi belajar dengan
menggunakan CALL?
√
4. Apakah pelajaran bahasa Inggris dengan √
49
menonton video sangat menyenangkan?
5. Apa komentar kamu tentang pelajaran
bahasa Inggris dengan menggunakan
CALL?
Wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah
ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara yang didapat bahwa sebagian besar
siswa menyatakan pembelajaran bahasa Inggris pada keterampilan berbicara
(speaking) dengan menggunakan CALL sangat menarik dan menyenangkan.
Siswa sangat mendukung pelajaran speaking dalam bahasa Inggris dengan
menggunakan CALL. Perhatian siswa saat belajar dan respon siswa dalam belajar
sangat meningkat. Namun beberapa siswa masih perlu untuk dibimbing dan
diberi semangat agar siswa tersebut bisa termotivasi untuk belajar. Seperti pada
hasil belajar yang ditunjukkan pada tabel 4.1 hasil belajar tes siklus I
menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan
minimal (KKM) dan siswa tersebut sudah dibimbing dan dibina. Di lain pihak
siswa-siswa tersebut jarang bisa hadir setiap proses pembelajaran adanya faktor
lain sebagai penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi adalah: 1 orang
diantaranya dalam keadaan sakit dan 1 orang dalam keadaan yang kurang
kondusif keluarganya, sedangkan 2 orang siswa memang malas, jarang hadir di
sekolah dan kurang IQnya.
Berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi oleh siswa yang malas,
jarang hadir di sekolah dan IQnya kurang, permasalahan ini sangat menarik
50
dicermati dengan teori motivasi menurut Pintrich (2003) mengatakan bahwa
motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat
mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-
tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan
keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha,
berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya. Dan menurut
woolfolk (1993) mengatakan bahwa motivasi untuk belajar melibatkan lebih dari
keinginan atau kehendak untuk belajar mencakup juga dengan mental atas usaha
siswa oleh karena itu, motivasi belajar dapat dikatakan efektif apabila dapat
memberikan penempatan mental pada belajar, karena kalau tidak ada motivasi
akan menjadi kekuatan yang merusak dan bukan kekuatan yang membimbing.
Untuk itu, perlu adanya motivasi kepada siswa tersebut baik motivasi secara
intrinsik dan motivasi secara ekstrinsik.
Winkle (1996) mengatakan bahwa ada dua jenis motivasi yang dapat
dikaitkan dengan kegiatan belajar, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
(a). Motivasi instrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu ada perangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tingkah laku yang
dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri bukan dorongan dari luar.
(b). Motivasi ekstrinsik merupakan motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan yang diinginkan dari tingkah
laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak di luar tingkah laku
tersebut.
51
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada 2 jenis motivasi yang
berkaitan dengan kegiatan belajar, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi
instrinsik. Kekhasan motivasi belajar ekstrinsik bukanlah ada atau tidak adanya
pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi pada
dasarnya belajar dapat dipenuhi dengan cara lain. Sedangkan kekhasan motivasi
belajar ekstrinsik ialah menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan adalah belajar oleh karena itu, kedua jenis motivasi belajar
ini sering diaplikasikan oleh siswa dalam setiap kegiatan belajarnya.
Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi belajar menurut Kock (dalam
Sardiman, 2001) adalah:
(a). Faktor keluarga
Pengaruh orang tua dapat berupa pemberian latihan dan contoh perbuatan
belajar, keakraban orang tua dan anak serta kesesuaian antara harapan orang tua
dengan kemampuan anak, orang tua yang mempunyai pengaruh yang baik akan
menimbulkan persepsi positif dan menumbuhkan semangat dan motivasi untuk
belajar.
(b). Faktor sekolah atau lingkungan sekolah
Suasana di sekolah penting dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Pembentukan motivasi belajar di sekolah ditentukan oleh guru, staff, sekolah dan
lingkungan sekolah. Penyediaan fasilitas yang diperlukan juga akan sangat
membantu pembentukan motivasi.
52
(c). Ketekunan dalam belajar
Ketekunan dalam belajar sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil
belajar yang baik. Siswa yang memiliki ketekunan dalam belajar serta tidak
mudah merasa putus asa. Dalam kaitan dengan kegagalan dalam proses belajar,
Prayitno (1999) mengatakan bahwa salah satu karakteristik siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi adalah ketekunan belajar, Sardiman (2010) juga
mengatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi
menunjukkan adanya ketekunan dalam belajar serta tidak berputus asa dalam
belajar. Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
motivasi belajar meliputi minat dalam belajar, karena siswa yang memiliki
motivasi belajar yang kuat akan menampakkan minat yang besar untuk belajar,
kosentrasi terhadap pelajaran bahwa siswa mempunyai motivasi belajar yang
tinggi akan senantiasa mengkonsentrasikan pikirannya pada pelajaran di sekolah.
Ketekunan dalam belajar bahwa siswa yang memiliki ketekunan dalam belajar
serta mudah merasa putus asa ketika mendapatkan kegagalan dalam proses belajar
dan adanya keinginan untuk belajar.
Terkait dengan siswa yang mengalami masalah keadaan keluarga yang
kurang kondusif dan siswa dalam keadaan sakit sangat menarik dicermati dengan
teori motivasi belajar menurut Sudarwan Danim (2004: 2) mengatakan bahwa
motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan,
atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang
untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.
Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni: (1) faktor pendorong
53
atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal, (2) tujuan yang ingin
dicapai, (3) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai
tujuan tersebut.
Berdasarkan pendapat di atas teori behaviorisme mengatakan bahwa orang
yang belajar berinteraksi dengan lingkungan secara aktif perubahan tidak hanya
terjadi di lingkungan saja tetapi juga di dalam diri orang itu. Untuk itu guru perlu
memotivasi siswa dengan cara memberikan dorongan dan selalu membimbingnya.
Teori belajar S-R (stimulus–respons) yang langsung ini disebut juga dengan
koneksionisme menurut Thorndike, dan behaviorisme menurut Watson,
mengatakan dalam perkembangan besarnya koneksionisme juga dikenal dengan
psikologi behavioristik.
Stimulus dan respons (S-R) tersebut memang harus dapat diamati,
meskipun perubahan yang tidak dapat diamati seperti perubahan mental itu
penting, namun menurutnya tidak menjelaskan apakah proses belajar tersebut
sudah terjadi apa belum. Dengan asumsi demikian, dapat diramalkan perubahan
apa yang akan terjadi pada anak.
Teori perubahan perilaku (belajar) dalam kelompok behaviorisme ini
memandang manusia sebagai produk lingkungan. Segala perilaku manusia
sebagian besar akibat pengaruh lingkungan sekitarnya. Lingkunganlah yang
membentuk kepribadian manusia. Behaviorisme tidak bermaksud
mempermasalahkan norma-norma pada manusia. Apakah seorang manusia
tergolong baik, tidak baik, emosional, rasional, ataupun irasional. Di sini hanya
54
dibicarakan bahwa perilaku manusia itu sebagai akibat berinteraksi dengan
lingkungan, dan pola interaksi tersebut harus bisa diamati dari luar.
Belajar dalam teori behaviorisme ini selanjutnya dikatakan sebagai
hubungan langsung antara stimulus yang datang dari luar dengan respons yang di
tampilkan oleh individu. Respons tertentu akan muncul dari individu, jika diberi
stimulus dari luar. Pada umumnya teori belajar yang termasuk ke dalam keluarga
besar behaviorisme memandang manusia sebagai organisme yang netral-pasif-
reaktif terhadap stimulus di sekitar lingkungannya. Orang akan bereaksi jika
diberi rangsangan oleh lingkungan luarnya. Demikian juga jika stimulus
dilakukan secara terus menerus dan dalam waktu yang cukup lama, akan berakibat
berubahnya perilaku individu.
Motivasi belajar terkait erat dengan struktur pembelajaran yang digunakan
guru di kelas. Guru harus mengambil bagian-bagian yang baik dari setiap struktur
pembelajaran guna meningkatkan motivasi belajar siswa. Dalam hal ini, guru bisa
memberikan rewards kepada siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru maupun dalam tanya jawab. Guru mengadakan pendekatan kepada siswa
tentang masalah belajar yang dihadapi.
4.1.1.6 Temuan Siklus I
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan penerapan CALL pada
pembelajaran bahasa Inggris untuk meningkatkan hasil belajar speaking siswa.
Adapun hal-hal yang telah ditemukan dalam speaking tes siswa pada tindakan
sikus I seperti yang tertera pada tabel 4.7.
55
Tabel 4.7
Temuan Siklus I
Tes Awal Tes Siklus I
A:Morning B: Morning A:Can you come to my house, I have a party? A:Yes, I can, what party? B: It is my birthday party. A: Oh ya, that good, I will come B:What time the party? A:At the 7 PM in my house. B:O.K A:Thank you B:Thank you
A:Good morning B:Good morning A:How are you, today? B:Fine. A:Would you like to come my birthday party? B:Yes, I would love to and what is time? A:At 7 PM in my house B:Thank you for your invitation? A:You are welcome
4.1.1.7 Refleksi
Setelah proses pembelajaran dilaksanakan, maka dilakukan analisis
terhadap kegiatan pembelajaran, hasil wawancara, lembar observasi dan hasil
evaluasi sehingga diperoleh data yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan tindakan selanjutnya.
Berdasarkan pada tabel di atas, Adapun perubahan dari siswa yang
diperoleh setelah dilakukan tindakan siklus I mengenai kemampuan berbicara
siswa dalam bahasa Inggris. Kemampuan siswa dalam berbicara mengalami
perubahan dan peningkatan, siswa terlihat tidak canggung dalam berbicara
meskipun masih ada beberapa kekeliruan yang terdapat pada siswa dalam
berbicara, hal tersebut tampak pada, 1) keberanian siswa dalam berbicara bahasa
56
Inggris, keberanian siswa mulai tampak dalam berbicara bahasa Inggris namun
masih ada siswa yang ragu dalam berbicara bahasa Inggris. 2) Kelancaran siswa
dalam berbicara bahasa Inggris, kelancaran siswa dalam berbicara bahasa Inggris
bagus seperti yang tunjukkan oleh hasil akhir dari siklus I. 3) Intonasi dalam
berbicara bahasa Inggris, beberapa siswa masih sulit dalam mengucapkan kata-
kata dalam bahasa Inggris namun hasil dari tes awal dan tes akhir menunjukkan
siswa sudah mengalami perubahan dalam belajar, dan perubahan tersebut seperti
ditunjukkan oleh tabel di atas. 4) Penggunaan kosakata dan tatabahasa, dalam
tindakan tes awal sangat rendah namun perbedaan terlihat pada tindakan siklus 1
seperti;
1. Students expression pada tes akhir siklus 1:
1) Pada hasil tes siklus I siswa hanya menyucapkan Fine seharusnya I am
fine, thank you and you? Atau I am fine, and you?
2. Students expression tes awal:
2) Morning seharusnya siswa menyucapkan good morning.
3) Can you come to my house because I have a party. Seharusnya would you
like to come my birthaday party?
4) Yes I can what a party?seharusnya I’d love to,thanks
5) It is my birthday party seharusnya tidak digunakan karena sudah
menyebutkan would you like to come my birthaday party?
6) Oh ya, that good, I will come seharusnya I will come tidak perlu
digunakan. Yang tepat adalah that the sounds lovely, thanks atau that’s
very kind of you, thanks.
57
7) Thank you pada pembicara ke 2 yang seharusnya you are welcome.
Hasil speaking tes siswa dalam expressions of invitation and greeting pada tes
awal dan tes akhir siklus I hasil speaking siswa berdasarkan pada hasil yang
tertera dalam tabel di atas adaya perubahan yang terlihat dari sebelum
tindakan dan sesudah tindakan pada siklus I. adanya kata yang diberi tanda
dalam tabel di atas yang berarti beberapa dari hasil speaking siswa yang
ditemukan dan kalimat tersebut kurang lengkap dalam penempatan kata-kata
dan kaidahnya. siswa masih terlihat ragu-ragu dan keliru dalam menempatkan
kata-kata yang harus diungkapkan namun adanya perubahan speaking siswa
dalam expressions of invitation and greeting pada siklus I. Hasil speaking tes
siswa dalam tindakan siklus I baik dari tes awal.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dikatakan bahwa tes siklus 1 telah
mampu meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat memotivasi siswa untuk
berbicara dalam bahasa Inggris dan perlu dilakukan tindakan selanjutnya.
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II (2 April 2011, pukul 10.45-11.55)
Pelaksanaan siklus II meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi dari hasil pembelajaran siklus I dan tahapan yang dilakukan
sama dengan siklus I.
58
4.1.2.1 Hasil Tes Siklus II
Seperti pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan
dengan memberikan post test kepada siswa dengan menunjukkan hasil belajar
seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.8 Hasil Tes Siklus II
NO Nama Siswa Aspek Penilaian Jumlah
skor
Nilai
Akhir
Ket
Keberanian
berbicara
Kelancaran
Berbicara
Intonasi Kosakata
1 Ni Luh Fitriyani 20 23 20 12 75 75 Tuntas
2 S.A Made Meiyanti 20 22 17 10 69 69 Tuntas
3 Ni Nym parwati 20 22 16 10 68 68 Tuntas
4 A.A. Ayu Widiawati 20 25 20 15 80 80 Tuntas
5 Ni Kmg Kartikawati 20 20 18 11 69 69 Tuntas
6 Ni Wyn Diah Arvianti 20 23 20 12 75 75 Tuntas
7 I Wyn Ramasura 20 20 18 10 68 68 Tuntas
8 Ni Wyn Popitakarsi 20 20 17 10 67 67 Tuntas
9 Ni Luh Pt Ita Purnami 20 20 18 10 68 68 Tuntas
10 Ni Kmg Rani Parwati 20 20 18 10 68 68 Tuntas
11 Ni Pt Erawati 20 25 20 15 80 80 Tuntas
12 I Wyn Ari Sudibya 20 20 18 10 68 68 Tuntas
13 I Wyn Adi Mariada 20 20 18 10 68 68 Tuntas
14 I Pt Raka sudana 20 20 17 10 67 67 Tuntas
15 I Kdk Agus Adi Putra 20 20 17 10 67 67 Tuntas
16 I Wyn Dikadana 20 21 17 10 68 68 Tuntas
17 I.B Adi Purnama 20 19 15 10 67 67 Tuntas
18 I Wyn Suarditana 20 20 18 10 68 68 Tuntas
19 I Gd Dedi Darmawan 20 20 18 10 68 68 Tuntas
20 I Wyn Sujana 20 20 18 10 68 68 Tuntas
59
21 I Wyn Endra wiradana 20 20 18 10 68 68 Tuntas
Rata –rata 72,9
Hasil tes siklus II yang telah dilaksanakan memperoleh nilai rata-rata 72,9.
Berdasarkan hasil dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus dicapai
yaitu 67 dan dinyatakan sudah memenuhi harapan. Pada kategori sangat baik
dengan rentangan skor 90-100 belum ada, sementara itu nilai yang termasuk
kategori baik dengan rentangan skor 80-89 ada 2 orang siswa dengan nilai 80 atau
8,0 % dan rentangan skor 65-79 kategori cukup baik ada 19 orang siswa dengan
nilai 67 ada 4 orang siswa dan dengan perolehan nilai 68 ada 11 orang siswa atau
68,6% ada 2 orang siswa yang memperoleh nilai 75 ato 68,6%. Dan rentangan
nilai 80-89 terdapat 2 orang siswa dengan perolehan nilai 80 atau 8,0%
Berdasarkan tabel di atas pada hasil tes dari siklus II yang telah
dilaksanakan perolehan nilai rata-rata yang harus dicapai yaitu 67 dan dinyatakan
sudah memenuhi harapan. Pembelajaran pada siklus II sesuai dengan harapan.
Secara rinci dari evaluasi pembelajaran dengan menggunakan CALL yang
dilaksanakan pada siklus II diperoleh hasil berikut ini.
Tabel 4.9
Hasil Tes Keterampilan Berbicara
No Kategori Rentangan
Nilai
Frekuensi Bobot
Skor
Persen Rata –
rata
1 Sangat
kurang baik
0-54 0 0 0% 1464 21
=69,7 2 Kurang baik 55-64 0 0 0%
60
3 Cukup baik 65-79 19 1304 68,6%
4 Baik 80-89 2 160 8,0%
5 Sangat baik 90-100 0 0 0%
Jumlah 21 1464
Berdasarkan tabel di atas hasil tes keterampilan berbicara pada siklus II
dapat dilihat bahwa kategori sangat kurang baik dengan rentang nilai 0-54 tidak
ada siswa yang memperoleh nilai tersebut, kategori kurang baik dengan rentang
nilai 55-64 juga tidak ada, kategori cukup baik dengan rentang nilai 65-79
terdapat 4 orang siswa atau 68,6% yang memperoleh nilai 67, terdapat 11 siswa
atau 68,6 % yang memperoleh nilai 68, terdapat 2 atau 68,6 % orang siswa yang
memperoleh nilai 69, terdapat 1 orang siswa atau 68,6 % yang memeperoleh nilai
70 dan 1 orang siswa atau 68,6% yang memperoleh nilai 75. Katagori baik dengan
rentang nilai 80-89 terdapat 2 orang siswa atau 68,6 % memperoleh nilai 80. Dan
dengan kategori sangat baik dan rentang nilai 90-100 belum ada siswa yang
memperoleh nilai tersebut. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa dalam siklus II
adalah 69,7, jika dibandingkan dengan siklus I tampak ada peningkatan.
4.1.2.2 Hasil Observasi Guru dan Siswa
Selama berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar pada tindakan
siklus II ini. Peneliti dengan dibantu seorang observer pendamping melakukan
penilaian melalui observasi (pengamatan) terhadap aktivitas proses belajar siswa
di kelas dengan diterapkannya CALL untuk pelajaran bahasa Inggris. Penilaian
61
observasi ditujukan kepada perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran dan penilaian observasi kepada guru dalam memberikan pelajaran
kepada siswa. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian
yang telah disiapkan. Pedoman observasi perilaku siswa menggunakan skala
rikert, dengan rumus yang digunakan untuk memperoleh nilai perolehan adalah:
Dengan nilai kualifikasi adalah:
1. 1-25 = kurang
2. 26-50 = sedang
3. 51-75 = baik
4. 76-100 = sangat baik
Seperti yang ditunjukkan oleh tabel 4.3 pedoman observasi kelas dengan acuan
penerapan CALL dan tabel 4.4 pedoman observasi guru dalam melakukan proses
pembelajaran di kelas dengan acuan penerapan CALL.
Tabel 4.10
Pedoman Observasi Siswa Acuan Penerapan CALL
No Perilaku Siswa Skor Skor
Maksimal 1 2 3 4
1 Perhatian Siswa Pada Waktu Belajar
A. Siswa tidak ngobrol dengan teman sebangku.
B.Siswa tidak mengerjakan pekerjaan guru lain
√
√
100
100
Skor perolehan x 100 % Jumlah siswa
62
saat mengajar.
C.Siswa membawa buku penunjang pelajaran.
D.Siswa memperhatikan dan mendengarkan
penjelasan guru.
√
√
85,7
100
2. Respon Siswa Dalam Belajar
A. Siswa mencatat hal penting dari penjelasan guru
B. Siswa berani bertanya kepada guru.
C. Siswa berani mengungkapkan pendapat.
D. Siswa menjawab pertanyaan guru.
√
√
√
√
28,5
76,1
76,1
76,1
3. Kedisiplinan Siswa Dalam Belajar
A. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan.
B. Siswa mengumpulkan tugas tepat pada
waktunya.
C. Siswa tidak keluar masuk kelas.
D. Siswa tidak membuat keributan saat guru
menjelaskan materi.
√
√
√
√
100
100
100
100
4. Partisipasi Siswa dalam Belajar
A. Ketika disuruh kedepan kelas siswa aktif
melakukan perintah guru.
B. Berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan
persiapan, proses dan kelanjutan belajar.
C. Usaha dan kreativitas siswa dalam proses
pembelajaran.
D. Kemandirian belajar siswa.
√
√
√
√
100
100
76,1
76,4
63
Berkaitan dengan hasil observasi perilaku siswa dalam proses pembelajaran di
kelas telah banyak mengalami perubahan yaitu, siswa terlihat lebih aktif dalam
mengikuti mengikuti proses pembelajaran dan siswa sangat disiplin dalam
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru sehingga siswa dapat
memberikan motivasi antara siswa yang satu dengan yang lain. Situasi belajar pun
tercipta serta peran guru yang selalu membimbing siswa dan mengadakan
pendekatan dengan siswa untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi oleh
siswa.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus ke 2 menunjukkan perhatian siswa
pada waktu belajar yang terdiri dari siswa tidak ngobrol dengan teman
sebangkunya memperoleh skor 100 yang berarti sangat baik, siswa tidak
mengerjakan pekerjaan guru lain saat guru mengajar memperoleh skor 100 yang
berarti sangat baik, siswa membawa buku penunjang memperoleh skor 85,7 yang
berarti sangat baik dan siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru
memperoleh skor 100 yang berarti sangat baik.
Respon siswa dalam belajar yang terdiri dari siswa mencatat hal penting
dari penjelasan guru memperoleh skor 28,5 yang berarti cukup. Siswa berani
bertanya kepada guru memperoleh skor 76,1 yang berarti sangat baik dan siswa
berani mengungkapkan pendapat dan siswa menjawab pertanyaan guru
memperoleh skor 76,1 yang berarti sangat baik.
Kedisiplinan siswa dalam belajar yang terdiri dari siswa mengerjakan
tugas yang diberikan memperoleh skor 100 yang berarti baik. Siswa
mengumpulkan tugas tepat pada waktunya memperoleh skor 100 yang berarti
64
baik, siswa tidak keluar masuk kelas dan siswa tidak membuat keributan saat guru
menjelaskan materi memperoleh skor 100 yang berarti sangat baik.
Partisipasi siswa dalam belajar yang terdiri dari ketika disuruh ke depan
kelas siswa aktif melakukan perintah guru, dan berpartisipasi (ikut serta) dalam
kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar memperoleh skor 100 yang
berarti sangat baik. Usaha dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran
memperoleh skor 76,1 yang berarti baik dan kemandirian belajar siswa
memperoleh skor 76,4 yang berarti baik.
65
Tabel 4.11
Pedoman Observasi Guru dalam Melakukan Proses Pembelajaran di Kelas
dengan Acuan Penerapan CALL
No Hal Yang Diamati Skor
1 2 3 4 5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Guru aktif sebagai fasilitator pembelajaran.
Guru mampu menciptakan pembelajaran yang
kreatif.
Guru menyiapkan persiapan untuk mengajar.
Guru mampu mengelola kelas.
Guru mampu menumbuhkan semangat siswa.
Pembelajaran terpusat pada siswa.
Guru mengajar secara demokratis.
Pembelajaran yang dikemas melalui CALL
mampu menarik dan dapat meningkatkan minat
siswa untuk belajar.
Guru mampu memanfatkan waktu dengan
efektif.
Guru mengajar dengan senyuman.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Berdasarkan observasi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,
guru aktif sebagai fasilitator pembelajaran memperoleh skor 4 yang berarti baik.
Guru mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif dan guru menyiapkan
66
persiapan untuk mengajar memperoleh skor 5 yang berarti sangat baik. Guru
mampu mengelola kelas memperoleh skor 4 yang berarti baik. Guru mampu
menumbuhkan semangat siswa memperoleh skor 5 yang berarti sangat baik.
Pembelajaran terpusat pada siswa memperoleh skor 4 yang berarti sangat baik.
Guru mengajar secara demokratis dan pembelajaran yang di kemas guru melalui
CALL dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar memperoleh skor 4 yang
berarti sangat baik dan guru mampu memanfaatkan waktu dengan efektif dan guru
mengajar dengan senyuman memperoleh skor 4 yang berarti baik.
Berkaitan dengan hasil observasi guru dan perilaku siswa dalam proses
pembelajaran di kelas mengalami perubahan yaitu, siswa terlihat lebih aktif dalam
mengikuti mengikuti proses pembelajaran dan siswa sangat disiplin dalam
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru sehingga dapat memberikan
motivasi antara siswa yang satu dengan yang lain. Situasi belajar pun tercipta serta
Peran guru yang selalu membimbing siswa dan mengadakan pendekatan dengan
siswa mengenai kesulitan belajar yang dihadapi.
4.1.2.3 Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah
ditetapkan. Wawancara ini dilakukan oleh peneliti kepada seluruh siswa dalam
penerapan CALL untuk meningkatkan hasil belajar speaking siswa. Adapun hasil
dari wawancara yang telah dilakukan dapat di tunjukkan pada tabel 4.12.
67
Tabel 4.12
Pedoman Wawancara Siswa Acuan Penerapan CALL
No Hal Yang di Wawancara Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah pembelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan CALL sangat menarik?
√
2. Apakah pelajaran speaking dalam bahasa Inggris perlu menggunakan CALL?
√
3. Apakah pelajaran bahasa Inggris dapat meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan CALL?
√
4. Apakah pelajaran bahasa Inggris dengan menonton video sangat menyenangkan?
√
5. Apa komentar kamu tentang pelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan CALL ?
Berdasarkan pada hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa dan
siswa sangat mendukung pembelajaran bahasa Inggris sangat menarik ditampilkan
dengan CALL. Siswa mengatakan pelajaran speaking perlu menggunakan CALL,
dan siswa mengatakan pelajaran bahasa Inggris sangat menyenangkan dengan
menonton video. Proses pembelajaran pada tindakan siklus II mengalami
beberapa perubahan. Sikap siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris dengan
menggunakan CALL siswa menyatakan sangat menarik dan perlu ditampilkan
video-video yang menarik agar memberikan semangat dalam setiap proses
pembelajaran. Hal ini dibuktikan bahwa hasil belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I. Pada tindakan siklus ke II ini memberikan hasil yang
68
maksimal. Adapun beberapa kendala dari siswa dalam tindakan ini mampu untuk
diatasi. Kedisiplinan siswa dan partisipasi siswa mengalami peningkatan.
4.1.2.4 Temuan Siklus II
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan penerapan CALL pada
pembelajaran bahasa Inggris untuk meningkatkan hasil belajar speaking siswa.
Adapun hal-hal yang telah ditemukan pada percakapan speaking tes siswa dalam
tindakan sikus I seperti yang tertera pada tabel 4.13.
Tabel 4.13
Temuan Siklus II
Tes Siklus I Tes Siklus II
A:Good morning
B:Good morning
A:How are you, today?
B:Fine.
A:Would you like to come my
birthday party?
B:Yes, I would love to and what is
time?
A:At 7 PM in my house
B:Thank you for your invitation?
A:You are welcome
A:Good morning
B:Good morning
A:How are you, today?
B: I’am Fine and you
A:Fine thank you
A:Would you like to come my
birthday party?
B:Yes, I would love to and what is
time?
A:At 7 PM in my house
B:Thank you for your invitation?
A:You are welcome
69
4.1.2.5 Refleksi
Setelah proses pembelajaran dilaksanakan, maka dilakukan analisis
terhadap kegiatan pembelajaran, hasil wawancara, lembar observasi dan hasil
evaluasi sehingga diperoleh data yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan tindakan.
Berdasarkan pada tabel di atas, Adapun perubahan dari siswa yang
diperoleh setelah dilakukan tindakan siklus II mengenai kemampuan berbicara
siswa dalam bahasa Inggris, kemampuan siswa dalam berbicara bahasa inggris
tampak pada: 1) keberanian siswa dalam berbicara bahasa Inggris sudah tampak
dalam berbicara bahasa Inggris. 2) Kelancaran siswa dalam berbicara bahasa
Inggris, kelancaran siswa dalam berbicara bahasa Inggris sangat bagus seperti
yang tunjukkan oleh hasil akhir dari siklus II. 3) Intonasi dalam berbicara bahasa
Inggris siswa bagus serta Penggunaan kosakata dan gramatikal sudah tepat. Selain
yang di tunjukkan oleh tabel di atas adapun beberapa contoh percakapan siswa
seperti pada contoh di bawah ini: Students expression pada tes akhir siklus II:
1) Contoh percakapan dari siswa.
Era : Good Morning Gung ayu?
Gung Ayu: Good morning Era,how are you Era?
Era : I’m Fine and you?
Gung ayu :Fine thank you.
Era :Would you like to come to my birthday party Gung?
Gung Ayu:Yes, I’d love to when and what is time?
Era :Tommorow in the afternoon.
70
Gung Ayu:O.K see you tomorrow.
Era; See you tomorrow.
2) Contoh Percakapan dari siswa
A:Good morning
B:Good morning, Did you heard about the invitation?
A:No, I didn’t what is the invitation?
B: An Invitation about dancing competition.
A:Yes, that would be nice,when the competition will be started?
B:On December 2011, I don’t know about the date.
A:Do you what join in the competition
B:Yes of course, and you?
A:Sure, please call me if you want to get the regristration!
B:See you
A:See you
71
Adapun daftar kata-kata sulit diucapkan oleh siswa seperti pada tabel
dibawah 4.14.
Tabel 4.14 Daftar Kata-Kata yang Sulit Diucapkan oleh Siswa
NO The correct transcription
of Oxford Advance Learner’s Dictionary
of Current English,1995
The students’
Pronountiation
Meaning
Tes siklus I siklus II
awal
1 tə To To tə ke
2 gəʊ Go gəʊ gəʊ pergi
3 Invait Invit Invit Invit mengundang
4 kΛm Com kΛm kΛm datang
5 wʊd Wood Wood wʊd akan
6 b3:θ Beed b3:θ b3:θ lahir
7 kʊd Koud Koud kʊd dapat
9 Aid Id Aid Aid saya akan
10 ʃəd ʃud ʃəd ʃəd harus
11 Pa:ti Parti parti Pa:ti pesta
12 gʊd Gud Gud gʊd bagus
13 mɔ:niŋ Morning mɔ:niŋ mɔ:niŋ pagi
14 laik Lik laik laik suka
Hasil speaking tes siswa dalam expressions of invitation and greeting pada tes
siklus I dan tes akhir siklus II hasil speaking siswa berdasarkan pada tabel di atas,
speaking siswa sudah mengalami peningkatan dari hasil tindakan-tindakan
72
sebelumnya. Siswa sudah terlihat sangat antuasis dalam belajar dan dalam
percakapan yang ditampilkan oleh siswa sudah sangat bagus dan siswa sudah
memberikan tambahan kata-kata dalam percakapan agar percakapan siswa terlihat
lebih berwarna.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dikatakan bahwa tes siklus I1 telah
mampu meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat memotivasi siswa untuk
berbicara dalam bahasa Inggris.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Seperti dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui penerapan CALL untuk meningkatkan hasil belajar speaking
siswa kelas XI tahun ajaran 2010/2011. Pada bab ini akan dipaparkan deskripsi
pembahasan hasil penelitian.
4.2.1 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Rendahnya Kemampuan
Berbicara Bahasa Inggris Siswa
Pada umumnya faktor penyebab rendahnya minat siswa untuk belajar
bahasa Inggris adalah kurang latihan dari siswa dan kurang motivasi yang
diberikan kepada siswa dalam setiap proses pembelajaran bahasa Inggris
khususnya dalam keterampilan berbicara (speaking) sehingga siswa mengalami
beberapa hambatan untuk berbicara (speaking). Beberapa hambatan tersebut
antara lain: siswa memiliki rasa takut akan kesalahan berbicara dalam bahasa
Inggris, adanya rasa keraguan siswa untuk berbicara, belum adanya contoh dari
73
native speaker dalam berbicara bahasa Inggris, dan ketidakfasihan siswa dalam
pelafalan kata-kata dalam bahasa Inggris serta ketidakmampuan siswa untuk
merangkai ide-ide dengan bagus. Bertitik tolak dari beberapa hambatan yang
dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Ingggris selain permasalahan
tersebut namun kurangnya kreatifitas dari guru dalam menyajikan materi
pembelajaran dengan metode yang digunakan secara moneton.
Menyikapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa tentang hambatan yang
dimiliki oleh siswa untuk berbicara dalam bahasa Inggris untuk meningkatkan
mutu pembelajaran bahasa, diperlukan kemampuan berkreasi dan inovasi dari
seorang guru. Guru hendak melakukan berbagai upaya terkait mutu pembelajaran.
Oleh karena itu, penerapan CALL dengan video dalam meningkatkan
pembelajaran bahasa Inggris perlu dilakukan untuk memacu semangat belajar
siswa.
Terkait dengan teori belajar behaviorisme sesuai dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan adalah menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons. Stimulus adalah apa
saja yang diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Yang
dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh
guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pembelajar (respons) harus dapat
diamati dan diukur.
74
4.2.2 Proses Kegiatan Pembelajaran di Kelas dengan Menggunakan Video
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Speaking Siswa
Pada tahap ini peneliti melakukan proses pembelajaran menggunakan
video untuk meningkatkan hasil belajar speaking siswa berdasarkan rencana
pembelajaran yang telah disiapkan. Adapun media dan alat bantu belajar yang
digunakan dalam proses pembelajaran ini adalah media laptop dan alat
pembelajaran dengan LCD, speaker dan VCD materi percakapan native speaker.
a. Standar Kompetensi :Berkomunikasi dengan Bahasa Inggris setara level
elementary
b. Kompetensi Dasar :2.5 mengungkapkan berbagai macam maksud hati
c. Lokasi waktu :2x45 menit
d. Indikator :Mengungkapkan berbagai ungkapan untuk
menyampaikan undangan dengan tepat.
e. Tujuan pembelajaran : Siswa dapat mengucapkan berbagai ungkapan
untuk menyampaikan ungkapan undangan dengan tepat.
Teacher’s activity Student’s activity
Pre- activity :15 minutes
1. Membuka pelajaran
2. Melakukan absensi siswa
3. Menjelaskan kompetensi dasar.
4. Membagi siswa dalam beberapa
1. Mengucapkan salam
2. Siswa mendengarkan saat guru
sedang melaksanakan absensi.
3. Siswa mendengarkan penjelasan dari
guru kompetensi dasar yang di
berikan.
4. Siswa mencari teman/ pasangan
75
kelompok.
While-activity: 35 minutes
5. Menjelaskan materi pokok
pembelajaran.
6.
Sumber:podenglish.com
Dalam video tersebut diceritakan
bahwa terdapat dua orang yang
bernama Castyn dan Nick percakapan
tersebut terjadi di kantor. Castyn
mengundang Nick untuk menonton
namun Nick sibuk pada hari tersebut
tetapi Nick mengundang Castyn untuk
makan malam bersama. Ungkapan-
ungkapan invitation yang diucapkan
adalah:
- I was wondering if you could go to
the cinema next week.
- I’d love to but i can’t i’ve got to
work late every night. What’s about
next weekend?
untuk membuat kelompok.
5. Siswa mendengarkan penjelasan dari
guru mengenai ungkapan-ungkapan
dalam invitation kemudian Siswa
menonton tayangan video.
6. Siswa mengucapkan ungkapan-
ungkapan yang terdapat dalam video
dan siswa mengikuti ucapan yang
benar sesuai contoh yang diberikan
oleh guru Seperti:
- I was wondering if you could go to
the cinema next week.
ai wΛz wΛndərIη if ju; kںd gə ʊ tə
ðə sinəmə nekst wi:k.
- I’d love to but i can’t i’ve got to
work late every night. What’s about P0F
1P
next weekend?
aid lΛv tu bΛt ai kænסt gסt tu wз:k leit
evri nait wɑt əbaںt nekst wi:k’end.
- Okay that’s a pity never mind...
would you like to come around for
dinner next Monday?
əʊ’kei ðæ’s ə piti nevə mein wʊd ju: laik
tə kΛm ə’raund fɔ dainə nekst mΛndəi.
- That sounds like fun, would you like
to go to the cinema afterwards?
1 Tulisan ini ditanskripsikan oleh peneliti sesuai dengan apa yang di dengar melalui video. Peneliti membuat correct pronountiations sesuai dengan kamus oxford advance learner’s dictionary of current English,1995 yang diberikan kepada siswa agar siswa dapat mengetahui cara pengucapan kata bahasa Inggris dengan benar.
76
- Okay that’s a pity never mind...
would you like to come around for
dinner next Monday?
- That sounds like fun, would you like
to go to the cinema afterwards?
- Should I invite any of my friends?
- Yes, that’s a good idea, this should
be fun.
7. Memberikan tugas kepada siswa
untuk membuat dialog sesuai
dengan tema yang ditentukan dan
siswa diperbolehkan membuat tema
untuk dialognya.
Post-activity:35 minutes
8. Meminta siswa mempraktikan
dialognya.
ðæt saund laik fΛn, wʊd ju: laik tə gəʊ
tə ðə sinəmə a:ftəwədz.
- Should I invite any of my friends?
ʃəd ai in’vait eni əv mai frend.
- Yes, that’s a good idea, this should
be fun.
Jes, ðæt’s ə gʊd aidiə ʃəd bi ʃΛn.
7. Siswa membuat dialog dengan
pasangan atau kelompoknya.
8. Siswa mempraktikan dialognya.
Salah satu tugas dialog yang dibuat
oleh siswa yang berjudul Birthday:
Era : Good Morning Gung ayu?
Gung Ayu: Good morning Era,how are
you Era?
Era : I’m Fine and you?
Gung ayu :Fine thank you.
Era :Would you like to come to my
birthday party gung?
Gung Ayu:Yes, I’d love to when and
what is time?
77
9. Menyampaikan ringkasan materi
pembelajaran.
10. Mengakhiri proses pembelajaran.
Era :Tommorow in the afternoon.
Gung Ayu:O. K see you tomorrow.
Era; See you tomorrow.
9. Siswa mendengarkan penjelasan dari
guru.
10. Mengucapkan salam.
Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan siswa sangat
tertib mengikuti proses pembelajaran bahasa Inggris yang telah dilakukan. Selama
proses pembelajaran yang berlangsung di kelas siswa berusaha untuk berbicara
dalam bahasa Inggris untuk membiasakan diri berkomunikasi dan berbicara
bahasa Inggris dalam mata pelajaran bahasa Inggris.
4.2.3 Penerapan CALL dalam Meningkatkan Hasil Belajar Speaking Siswa
Media pembelajaran setiap tahun selalu mengalami perkembangan, karena
masing–masing media itu mempunyai kelemahan, dan kelebihan berdasarkan
penggunaannya perlu diadakan penemuan media baru dan pemanfaatan media
yang telah diperbaharui. Siswa selalu cepat merasakan bosan, saat menerima
pelajaran, sebab dengan media yang kurang menarik akan bersifat verbalistik,
maka diadakannya perbaikan media guna menunjang proses belajar mengajar.
Untuk mencapai tujuan kurikulum pembelajaran pada proses belajar
mengajar maka perlu di dukung media dan bahan ajar yang baik yaitu bahan ajar
yang mampu menarik minat siswa, sesuai dengan zaman dan tidak menyimpang
dari kurikulum. Penyajian materi pelajaran pada pokok bahasan dengan
menggunakan media CALL yaitu dengan video, pendidikan diharapkan menarik
78
minat siswa, membangkitkan gairah siswa untuk mempelajari kembali materi
yang disajikan melalui multi media (teks, citra, audio, video) materi yang
disajikan dengan berbagai warna dan gambar yang sangat menarik dan
sebagainya.
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai
penerapan CALL dengan menggunakan video untuk meningkatkan kemampuan
speaking siswa kelas XI pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Video
dapat membantu siswa untuk meningkatkan motivasi belajar yang di kemas secara
menarik dan disajikan dengan attractive sehingga siswa mempunyai semangat dan
antuasias untuk belajar bahasa Inggris. Penyajian melalui video memacu
keinginan siswa untuk berbicara (speaking) dan siswa dapat melihat secara
langsung contoh berbicara dari native speaker.
Beberapa contoh gambar dari video-video seperti di bawah ini sebagai
bahan ajar guru yang disampaikan kepada siswa untuk meningkatkan speaking
siswa.
79
Gambar 1
Video Making a Date
Sumber:podenglish.com
Pada gambar 1 dalam video tersebut membicarakan tentang makan malam
dalam video terdapat 2 orang pembicara yang menelpon bernama Elly dan yang
menerima telepon bernama Sarah. Elly menelepon Sarah dari rumah tepatnya di
dalam kamar tidur Elly. Elly mengajak Sarah untuk makan malam di rumah Elly
dan mengundang temannya Sarah yang bernama Nick untuk ikut datang dalam
acara makan malam mereka dan Elly juga menyampaikan agar teman mereka
yang bernama Maggie datang ke rumah Elly untuk makan malam. Ungkapan-
ungkapan invitation yang diucapkan dalam video tersebut sebagai berikut:
− I feel you’d like to come 6.30 my place, dinner.
− i am just wondering would you like inviting your friend nick?
− That would be great, thank you so much... see you 6.30.
80
Gambar 2
Video Meet at the Mall
www.youtube.com
Pada gambar 2 video tersebut berjudul meet at the mall, dalam video itu
terdapat dua orang yang melakukan percakapan peristiwa itu terjadi di dapur dan
di ruang makan. Margarena menelepon temannya untuk diajak nonton dan
temannya menyetujui ajakan tersebut. Adapun ungkapan-ungkapan yang
diucapkan dalam percakapan tersebut adalah:
− Do you want to go the cinema with me?
− Yes of course.
81
Gambar 3
Video Invite Someone
www.youtube.com
Pada gambar 3 dalam video tersebut menampilkan seorang laki-laki yang
mencoba menghubungi beberapa temannya untuk diajak ke Green. Dia mencoba
menghubungi beberapa temannya, beberapa dari mereka menolak untuk diajak ke
Green. Adapun beberapa ungkapan-ungkapan tentang invitation yang diucapkan
adalah:
− What are you doing tonight, would you like go to the Green with me?
− Absolutely agree but I do not have time.
− Ok see you again.
82
Gambar 4
Video How to Turn Down the Invitation
www.britishcouncil.com
Pada gambar 4 video yang berjudul how to turn down the invitation
tayangan video tersebut menampilkan percakapan antara laki-laki dan perempuan
yang kejadiannya terjadi di sebuah ruangan yang mana percakapan tersebut
membicarakan tentang penolakan untuk menghadiri undangan pesta. Laki-laki
tersebut mendapatkan undangan dan dia menceritakannya kepada teman
perempuannya namun laki-laki itu malas untuk menghadiri pesta tersebut. Dia
dibantu oleh teman perempuannya untuk mencari alasan yang tepat untuk tidak
hadir dalam undangan itu. Adapun ungkapan-ungkapan yang diucapkan tentang
invitation dalam percakapan tersebut adalah:
− “Josh and Henrietta would like to have the pleasure of your company at
drinks party, next Saturday evening...”
83
− I’m not coming to your birthday party because I boring.
− Tell them this: “I’m unable to attend because I have a prior engagement.”
Gambar 5
How to Invite Office Colleague to Party
www.youtube.com
Pada gambar 5 video yang berjudul how to invite office collegue to party.
Percakapan tersebut berlangsung di ruangan John. John mengundang Rossy untuk
datang ke acaranya, acaranya akan sangat meriah dan penuh dengan musik, John
berharap Rossy bisa datang beserta keluarganya. Adapun ungkapan-ungkapan
yang diucapkan dalam percakapan tersebut adalah:
- Tomorrow is my first wedding anniversary.
- Please come with your family.
- It would start at 8 PM.
- Thanks for your Invitation.
84
Gambar 6
How to Accept the Invitation
www.youtube.com
Pada gambar 6 video yang berjudul how to accept the invitation
menceritakan tentang seorang laki-laki mengajak teman perempuannya untuk
pergi bersama dan mereka akan bersama-sama pergi ke teather nanti malam.
Adapun ungkapan-ungkapan yang diucapkan tentang invitation dalam percakapan
tersebut adalah:
- What are you going tonight?
- Nothing special.
- I’m going to the theater tonight, do you join with me?
- Sure.
85
Gambar 7
Happy Birthday Wishes and Invitation English Conversation
Between Two Friends
www.youtube.com
Pada gambar 7 video yang berjudul happy birthday wishes and invitation
english conversation between two friends. Percakapan tersebut berlangsung di
receiption, Toni mengucapkan selamat ulang tahun kepada Monica yang mana
pada saat itu adalah hari lahir Monica dan Toni langsung mengucapkan selamat
ulang tahun untuk temannya Monica. Toni menawarkan bantuannya kepada
Monica untuk mengundang teman-teman kantor agar ikut merayakan hari ulang
tahun Monica namun dia menolak karena dia akan mengadakan ulang tahunnya
dirumahnya saja dengan beberapa teman kantor. Monica mengundang Toni
beserta keluarnganya untuk datang ke rumahnya dalam rangka hari ulang tahun
Monica dan Toni akan membawakan kue ulang tahun khusus untuk Monica.
86
Adapun ungkapan-ungkapan tentang invitation yang diucapkan dalam percakapan
tersebut adalah:
- Happy birthday to dear friend today.
- I’m celebrating my birthday at my house please come at 7 in the evening.
- May God bless you, health and a lof of fun.
Gambar 8
Happy Birthday Wishes
www.youtube.com
Pada Gambar 8 video yang berjudul birthday wishes, dalam tayangan
video tersebut ditayangkan ungkapan untuk mengucapkan selamat ulang tahun .
ungkapan-ungkapan tersebut adalah:
- Wishing you everything for your birthday.
- May this year bring you all the success and fulfillment your heart desires.
87
- May the best of your past be the worst of your future.
- May your special day be as special as you are.
Gambar 9
Tari Oleg tamulilingan
www.youtube.com
Gambar 10
Tari Panyembrama
www.youtube.com
88
Video pada gambar 9 dan gambar 10 merupakan salah satu tarian
tradisional adat bali. Setiap bulan Desember SMKN Kubu Bangli melaksanakan
lamba tari yang ditujukan kepada tingkat anak-anak dan remaja. SMKN Kubu
Bangli mengundang beberapa sekolah tingkat dasar dan sekolah tingkat
Menengah yang ada di lingkungan Kabupaten Bangli.
Video dapat mengembangkan kognitif yang menyangkut kemampuan
mengenal kembali dan kemampuan rangsangan gerak dan serasi. Melalui video
siswa dapat langsung mendapat umpan balik secara visual terhadap kemampuan
siswa sehingga siswa mampu mencoba keterampilan berbicara mereka. Video
mampu menarik perhatian siswa dan merangsang siswa untuk belajar serta
menarik minat siswa untuk belajar bahasa Inggris sehingga pesan yang
disampaikan dapat di terima dengan baik.
Seperti pada gambar di atas siswa dapat menonton langsung bagaimana
native speaker dalam berbicara bahasa Inggris sehingga dapat memotivasi siswa
untuk berani berbicara dan mengurangi rasa takut dan rasa kurang percaya diri
yang dimiliki oleh siswa untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Siswa dapat
mengamati tentang isi video dengan seksama bagaimana native speaker tersebut
berbicara dalam mengungkapkan ungkapan dan memberikan respon kepada lawan
bicara sesuai dengan situasi yang terjadi. Siswa juga dapat melihat ekpresi dari
native speaker dalam berbicara.
Secara tidak langsung siswa sangat termotivasi untuk belajar dan
menyebabkan hasil belajar siswa meningkat. Siswa dapat memiliki rasa senang
89
terhadap pelajaran bahasa Inggris sehingga siswa yang termotivasi akan tergugah
untuk belajar lebih giat lagi dan lebih banyak speaking pada akhirnya hasil belajar
yang berupa kemampuan speaking siswa akan meningkat.
Sesuai dengan hasil belajar yang di peroleh menunjukkan bahwa untuk
meningkatkan hasil belajar speaking melalui video menjadikan siswa aktif tanpa
ada rasa takut dan mampu berkreativitas dan bicara, menghantarkan siswa pada
kompetensi yang dicapai serta menjadikan pembelajaran tetap menarik dengan
CALL dapat menumbuhkembangkan motivasi dalam meningkatkan kemampuan
belajar siswa.
Respon dari siswa dengan penerapan CALL di sekolah adalah siswa
mengatakan sangat setuju dengan diterapkanya CALL menjadikan siswa lebih
bersemangat dalam belajar dan siswa dapat mengembangkan ide-idenya dengan
menarik inspirasi dari tayangan video-video yang ditampilkan. Siswa menjadi
terpacu untuk terus belajar dan berlatih berbicara dalam bahasa Inggris.
Berkaitan dengan penerapan CALL untuk meningkatkan hasil belajar siswa
menurut teori Bruner berpendapat bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif,
yaitu memperoleh informasi baru, transfomasi pengetahuan, dan menguji
relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap belajar yang disebutnya
konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip yaitu pengetahuan
orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang
dibangunnya dan model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.
Pematangan intektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan
oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan
90
itu tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa
menjadi suatu “sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan
itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada
dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan
dilakukannya.
Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar
penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama,
dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan
penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-
keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.
Tujuan pembelajaran akan tercapai jika seorang guru mampu secara kreatif
merangsang siswa untuk belajar dan kegiatan belajar akan berjalan baik jika siswa
mampu menemukan sesuatu. Seperti yang telah dilakukan yaitu, dengan CALL
dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk belajar.
4.3 Pembahasan Temuan-Temuan
Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam
bahasa Inggris, antara lain, rasa takut salah dan rasa malu untuk bicara serta
kurangnya latihan dan motivasi yang diberikan kepada siswa dan proses
pembelajaran yang moneton yang diberikan oleh karena itu perlu adanya suatu
perubahan metode dalam proses pembelajaran.
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu
melakukan observasi awal terhadap siklus dan kondisi proses pembelajaran.
91
Banyak kendala-kendala yang dialami oleh guru maupun siswa selama proses
pembelajaran yang dilakukan setelah dilakukan penelitian tindakan kelas banyak
perubahan yang terjadi pada siswa perubahan tersebut diantaranya, minat,
motivasi siswa dan aktivitas belajar siswa meningkat sehingga hasil belajar pun
mengalami peningkatan. Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan
CALL ini menekankan pada peningkatan aktivitas dan efektivitas hasil belajar
siswa di mana pembelajaran dikemas sedemikian rupa dan semenarik mungkin.
Oleh sebab itu dengan CALL dapat memunculkan efisiensi dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan dengan teori belajar behaviorisme adalah perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respons. Dengan
kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respons. Menurut teori ini yang terpenting adalah
masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa
respons. Dalam contoh di atas, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru
kepada siswa misalnya penerapan CALL dapat membantu siswa untuk belajar,
sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru. Dalam teori Behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus
dan respons dianggap tidak penting diperhatikan karena dapat diamati dan tidak
dapat diukur.
Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran bahaviotistik adalah
faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa yang dapat memperkuat
92
timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) respon
pun akan tetap dikuatkan, begitupun sebaliknya bila penguatan dikurangi
(negative reinforcement). Misalnya, ketika siswa diberi tugas oleh guru, dan
tugasnya ditambahkan maka akan semakin giat belajarnya penambahan tugas
tersebut merupakan penguatan positif (positive reinforcement) dalam belajar. Bila
tugas–tugas dikurangi dan pengurangan tugas merupakan penguatan negatif
(negative reinforcement) dalam belajar. Jadi penguatan merupakan suatu bentuk
stimulus yang terpenting diberikan untuk memungkinkan terjadinya respons.
Berdasarkan teori kognitif yang lebih menekankan pada upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan dalam aspek rasional yaitu proses untuk memotivasi
dan membimbing siswa dalam melatih kemampuannya untuk mengoptimalkan
proses pemahaman dalam pembelajaran. Teori ini lebih menekankan pada aspek
kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespon
terhadap stimulus yang datang pada dirinya. Penerapan CALL pada proses
pembelajaran bahasa Inggris mampu meningkatkan motivasi dan minat siswa
untuk belajar.
Materi pembelajaran akan dipahami oleh siswa dengan penyajian
menggunakan CALL sehingga siswa dapat belajar dan mengetahui langsung
situasi dan native speaker dalam berbicara. Siswa terlibat aktif melalui kegiatan
proses pembelajaran dan dapat memberikan kontribusi bagi keberhasilan guru
dalam menggunakan proses pembelajaran dengan CALL sehingga dapat tercipta
suasana efektif serta tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
93
Kemudian pada siklus II penelitian tindakan kelas ini terlihat adanya
perubahan-perubahan kembali ke arah perbaikan dan proses pembelajaran. Hal ini
ditunjukkan kepada keadaan siswa seperti timbul minat, motivasi, keberanian
siswa dalam menjawab pertanyaan guru, keberanian siswa untuk berbicara dalam
bahasa Inggris dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang sesuai dengan
harapan yang dicapai dan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
efektif dan efisien.
Sebelum mengajar guru perlu melakukan persiapan peralatan mengajar
seperti menyiapkan media sebelum mengajar, mengontrol segala peralatan yang
digunakan agar situasi yang tidak diinginkan terjadi sehingga menimbulkan
kegaduhan dalam kelas.
4.4.1 Hasil Belajar Siswa Dengan CALL
Penggunaan CALL sangat membantu proses pembelajaran dalam
meningkatkan hasil belajar speaking ini terbukti hasil yang diberikan dari pra
siklus hasil belajar siswa rata-rata 65,9 %, yang tuntas sebanyak 4 orang siswa
sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 17 orang siswa. Ini membuktikan bahwa
pembelajaran pada pra siklus tidak sesuai dengan harapan hasil tersebut
ditunjukkan pada siklus I rata-rata nilai siswa yaitu 68,0 sedangkan, siswa yang
tuntas sebanyak 17 orang dan yang tidak tuntas sebanyak 4 orang siswa. Ini
membuktikan bahwa pembelajaran pada siklus I sesuai dengan harapan namun,
terjadi peningkatan pada siklus II yaitu hasil belajar siswa rata-rata 72,9 siswa
yang tuntas adalah semua siswa sesuai dengan harapan yang dicapai.
94
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMKN Kubu Bangli
dengan jumlah siswa 21 orang yang terdiri dari 21 orang siswa laki-laki dan 11
orang siswa perempuan. Hasil belajar dalam siklus I dan siklus II menunjukkan
bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai tuntas kebanyakan siswa perempuan
dibandingkan siswa laki-laki.
Berikut perbandingan hasil belajar siklus I dan siklus II.
Terkait dengan pembelajaran menurut Bruner belajar akan berlangsung
secara optimal jika proses pembelajaran diawali dengan tahap enaktif, ikonik dan
simbolik. Dalam pelajaran bahasa Inggris yang menekankan bahwa konsekuensi
proses pembelajaran harus lebih memberikan ruang yang luas agar siswa dapat
mengembangkan kualitas intelektualnya dan aspek positif adalah kecerdasan
siswa perlu dimulai dari adanya pembentukan kualitas intektual yang
95
konsekuensinya proses pembelajaran harus lebih memberi ruang yang luas agar
siswa dapat mengembangkan kualitas intelektualnya. Secara umum proses
pembelajaran harus didasarkan oleh:
1) Proses pembelajaran adalah suatu realitas sistem artinya, keberhasilan
pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh satu aspek akan tetapi lebih
ditentukan secara simultan dan komprehensif dari berbagai faktor yang
ada.
2) Proses pembelajaran adalah realitas kultural/natural. Yaitu dalam proses
pembelajaran tidak diperlukan adanya berbagai paksaan dengan dalih
membentuk kedisiplinan.
3) Pengembangan materi harus benar-benar dilakukan secara kontekstual dan
relevan dengan realitas kehidupan siswa. Proses belajar tidak harus di
dalam ruang atau gedung. Wilayah pembelajaran bisa dimana saja selama
siswa mampu melaksanakan proses untuk mengembangkan daya analisis
terhadap realitas.
4) Metode pembelajaran tidak dilakukan moneton, metode yang bervariasi
merupakan tuntutan mutlak dalam proses pembelajaran.
5) Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena
dengan mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
6) Pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individualitas siswa, faktor
ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut
96
misalnya motivasi, persepsi, kemampuan berfikir, pengetahuan awal dan
sebagainya.
Langkah-langkah yang ditekankan dalam teori belajar Bruner ini tetap
akan dijadikan dasar dalam menentukan konsep-konsep hasil belajar siswa pada
pembelajaran CALL. Hasil belajar yang dicapai siswa tetap pula dilandasi dari
kesanggupan dalam menghadapi evaluasi, kemampuan memberikan reaksi
terhadap materi dan pengembangan pengetahuan sehingga hasil belajar yang
dicapai oleh siswa sesuai dengan harapan.
Melalui suatu proses evaluasi dengan angka-angka yang telah teranalisis
dengan kegiatan yang ada di lapangan. Bahwa siswa yang mendapat perlakuan
pembelajaran dengan CALL mempunyai suatu kelebihan di dalam penguasaan
materi. Ini disebabkan karena kegiatan-kegiatan yang dihadapi dilapangan cukup
banyak memenuhi kewajiban untuk sebuah pemahaman. Siswa akan lebih paham
dengan materi yang diajarkan karena siswa selalu aktif dan selalu termotivasi
untuk menguasai materi. Hasil pembelajaran akan tetap lebih baik dicapai oleh
siswa akibat dari daya dukungnya di lapangan berupa berbagai unsur yang ada
pada langkah-langkah penerapan CALL cukup bervariasi dan dapat dilaksanakan
oleh guru dengan baik dan terlaksana.
97
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMKN Kubu Bangli.
Yakni, rendahnya kemampuan speaking siswa disebabkan oleh, kurangnya
latihan dan motivasi dari siswa untuk belajar bahasa Inggris terutama dalam
keterampilan berbicara menyebabkan siswa takut salah dalam pengucapan, dan
kurang berani dalam berbicara hal ini menyebabkan siswa malas untuk belajar.
Setelah diterapkannya CALL dalam pelajaran bahasa Inggris menjadikan siswa
dapat mudah memahami pelajaran bahasa Inggris dan siswa sangat antusias dalam
belajar sehingga minat belajar siswa mampu termotivasi dengan menyaksikan
tayangan video. CALL merupakan salah satu alat yang tepat untuk memotivasi
siswa dalam belajar bahasa Inggris. Banyak siswa yang merasa bosan dengan
proses pembelajaran bahasa Inggris yang moneton dan siswa lebih tertarik dengan
model pembelajaran yang baru yang lebih menarik dan menyenangkan.
CALL dapat memacu siswa untuk berani berbicara dalam bahasa Inggris
sehingga interaksi siswa di kelas adalah keberanian siswa mulai tampak untuk
tidak canggung dalam mengungkapkan pendapat dan siswa dapat mencoba untuk
berbicara dalam bahasa Inggris meskipun dalam ucapannya masih kurang namun
siswa dapat menunjukkan keberaniannya untuk berbicara. Oleh karena itu, siswa
masih perlu rajin latihan dalam pengucapan kata-kata dan menambah kosakata
dalam bahasa Inggris untuk menjadikan siswa lancar dalam berbicara.
98
Hasil penelitian melalui observasi dan wawancara juga menunjukkan
perubahan dan hasil yang positif, motivasi dan antusias belajar siswa dalam
berbicara bahasa Inggris semakin meningkat terbukti dengan beberapa hal antara
lain (1) siswa sangat serius mengikuti pelajaran, (2) siswa selalu berlatih untuk
berbicara dalam bahasa Inggris, (3) ketika jam istirahat berbunyi para siswa masih
bersemangat belajar di dalam kelas. Kemudian hal ini juga ditunjukkan oleh hasil
belajar siswa pada tindakan siklus I adalah 68,0 siswa yang tuntas sesuai dengan
nilai KKM sebanyak 17 orang dan yang tidak tuntas sebanyak 4 orang sedangkan
dalam tindakan siklus II hasil belajar siswa rata-rata 72,9 yang tuntas semua siswa
dan sesuai dengan harapan yang dicapai.
Dengan melihat meningkatnya hasil belajar dan tingginya motivasi belajar
siswa maka dapat disimpulkan penerapan CALL memang sesuai diterapkan pada
sekolah-sekolah tingkat SMK atau sederajat. Penerapan ini dapat juga
meningkatkan minat belajar siswa.
5.2 Saran
Peningkatan mutu pembelajaran bahasa terutama pada aspek bicara
(speaking) diperlukan kemampuan berkreasi dan inovasi dari seorang guru. Guru
hendaknya memperbaiki RPP dan Silabus untuk melakukan upaya terkait pada
pembelajaran bahasa Inggris Oleh karena itu, penerapan CALL dengan video
dalam meningkatkan pembelajaran bahasa Inggris khususnya pada aspek
berbicara, sangat menarik untuk diapresiasikan. Gambar hidup yang ditayangkan
dengan video demikian menggugah siswa untuk selalu aktif dalam mengikuti
99
proses pembelajaran. Dengan, penerapan CALL siswa merasa sangat senang
untuk belajar sehingga keberanian berkreasi mulai tampak pada siswa untuk
berbicara dalam bahasa Inggris.
Penerapan CALL dengan video dalam pembelajaran bahasa pada aspek
bicara sangat tepat dilakukan. Metode pembelajaran dengan media CALL juga
tepat dilakukan untuk bidang studi yang lain. Hal ini penting dilakukan bukan
hanya untuk kepentingan materi ajar, tetapi juga mendorong siswa lebih fokus
dan termotivasi untuk belajar.
100
DAFTAR PUSTAKA
Abu ahmadi, H dan Nur Uhbiyati.2007. Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Andjayani, Dyna. Pengaruh Pembelajaran E-learning Terhadap Mahasiswa dari
Sisi Psikologi:dyanajayani.blogspot.com/pengaruh pembelajaran e-
learning.html.
Arsyad, azhar, 2008. Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
B.Uno, Hamzah, 2009. Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Depertemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20. Tentang sistem Pendidikan Nasional. Jakarta
Elmubarok, zaim. 2008. Membumikan nilai. Bandung: Alfabeta.
Guntur Tarigan, Hendry.2008.Menyimak Sebagai Suatu Ketrampilan Bahasa.
Bandung : Angkasa.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hardian, Mirza. 2009.Metode Computer Assisted Language Learning (CALL)
Dalam Proses Pembelajaran. hhtp//www.media call.google.co.id.
Happy birthday wishes.hhtp//youtube.com.
Happy birthday wishes and invitation English conversation between two
friends.http//youtube.com.
101
How to accept the invitation.hhtp//www.youtube.com
How to turn down an invitation http//learnenglish.britishcouncil.org
How to invite office collegue to party.hhtp//www.youtube.com
Invitation Esl,would you like to.http//youtube.com.
Izzan, Ahmad.2010. Metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris. Bandung:
Humaniora.
Jihad, Asep dan abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
K.Smith, Mark. 2009.Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Jogjakarta: Mirza
MediaPustaka.
Learn English 11 making a date http//podenglish.com.
Maryati, 2007. Peran Pendidik Dalam Proses Belajar Mengajar Melalui
Pengembangan E-learning:URL:http//images
sman2banjar.multiply.multiplycontent.com
Making invitation.http//youtube.com
Nasution, S. 2009. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ngadio, 2007. Makalah E-Learning: URL:http//ngadio.files.wordpress.com
102
PWII Bali.2010. “Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Profesionalisme
Guru”. Koran Mingguan News Dor, 1-6 November, hal:9-12.
Resmini, Novi. Strategi Meningkatkan Kemampuan
Berbicara:URL:http://file.upi.edu.
Riyanto, Yatim. 2010. “Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi
Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan
Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Rochaety, Eti dan Pontjorini Rahayuningsih dan Prima Gusti Yanti. 2008.Sistem
Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Rofiq, Annur.2007.Pengembangan Media Computer Assisted Language Learning
(CALL) Sederhana Untuk Pembelajaran Bahasa Inggris. Jember:
hhtp//www.media call.google.co.id.
Sardiman, Arief.S dkk . 2010. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan,
dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sihaan, Sudirman dan Rr Martiningsih,2009. Pemanfaatan Internet Dalam
Kegiatan Pembelajaran Di SMP AL Muslim Sidoarjo-Jawa Timur.
http://www.depdiknas.go.id/publikasi/batlitbang.
Sukardjo, M dan Ukim Komarudin. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan
Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
103
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung:
Alfabeta.
Syaefudin Saud, Udin, 2009. Inovasi Pendidikan. Bandung :Alfabeta.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasi
Jakarta:Rineka Cipta.
Wittman, Leonie. 2010. Bahan Multimedia dan Pengajaran Bahasa
Indonesia.NSW Departement of Education&Training. hhtp:leonie
wittman@det nsw.edu.au.
104