Abdimas Dewantara
Volume 4, No. 1, Maret 2021, hal. 34-45
P-ISSN: 2615-4889
E-ISSN: 2615-8782
34
BUDIDAYA TANAMAN KOLESOM (Talinum Triangulare (Jacq.) Willd)
DALAM POLIBAG SEBAGAI ALTERNATIF PEMANFAATAN LAHAN
SEMPIT
Pantja Siwi Veni Rahayu Ingesti1*, Anna Kusumawati2, Rina Ekawati3*, Lestari Hetalesi Saputri4 1234Politeknik LPP Yogyakarta
ABSTRAK Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan secara insidental di Dusun Ngemplak, RW 08, Kelurahan
Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Lahan pekarangan dapat menjadi alternatif tempat untuk
dimanfaatkan sebagai lahan budidaya tanaman, salah satunya tanaman kolesom yang sekaligus dapat
dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah memberikan
penyuluhan dan sosialisasi tentang pemanfaatan lahan pekarangan kepada ibu anggota PKK yang juga
merangkap sebagai ibu rumah tangga. Kegiatan dilaksanakan selama satu hari dan melibatkan 22 orang.
Metode yang digunakan adalah penyuluhan berupa pemaparan dan tanya jawab. Hasil kegiatan
menunjukkan bahwa peserta telah memahami tentang pemanfaatan lahan pekarangan dengan budidaya
tanaman sayuran kolesom dalam polibag melalui pemahaman tentang budidaya kolesom dalam polibag,
kolesom sebagai tanaman obat, dan hubungan antara unsur hara dengan senyawa metabolit sekunder dari
kolesom. Peserta juga telah dapat melakukan budidaya kolesom (baik yang berasal dari tanaman liar
maupun yang telah dipelihara).
Kata kunci: daun ginseng, Dusun Ngemplak, pekarangan, sayuran
ABSTRACT This outreach activity was carried out in Sendangadi Village, Mlati, Sleman, Yogyakarta. The community
is less than optimal in utilizing the yard as a place to cultivate of vegetables. The purpose of this counseling
is to understand the use of the yard for vegetables cultivation, especially waterleaf on polybag. The activity
was carried out for one day and involved 22 peoples. The method used is extension and discussion. The
results showed that participants understood the use of the yard by cultivating waterleaf in polybag by
choosing the vegetable cultivation in polybag, waterleaf as one of medicinal plant, and the relation
between nutrients with secondary metabolite content. Participants have also been able to directly cultivate
of waterleaf (from wild plant or not).
Keywords: Ngemplak village, vegetables, waterleaf, yard
PENDAHULUAN
Pekarangan merupakan sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah diusahakan dengan
tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga.
Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup serta
Abdimas Dewantara, Volume 4, No. 1, Maret 2021, hal. 34-45
35
memiliki fungsi multiguna. Untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga sehari-hari, seperti:
buah, sayuran, obat-obatan, dan tanaman perkebunan dapat memanfaatkan pekarangan rumah
(Syamsi, Anggraini, & Ramses, 2019); (Yulida, 2012). Lahan pertanian keberadaanya semakin
berkurang karena adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian kelahan non pertanian.
Fenomena ini secara tidak langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan pangan
menjadi berkurang. Oleh karena itu diperlukan penambahan lahan pertanian diantaranya dengan
intensifikasi lahan. Wilayah perkotaan pada umumnya lahan dimanfaatkan untuk bangunan
pemukiman sehingga hampir tidak ada lahan yang bisa digunakan untuk membudidayakan
tanaman, untuk itu dibutuhkan alternatif lahan yang bisa digunakan untuk budidaya tanaman,
diantaranya adalah dengan menggunakan polibag untuk budidaya tanaman di lahan pekarangan
untuk membangun ketahanan pangan keluarga (Ashari, Saptana, & Purwantini, 2012).
Beberapa spesies tumbuhan telah diketahui mengandung senyawa-senyawa kimia seperti
terpenoid, flavonoid, antosianin, asam fenolat dan senyawa-senyawa kimia lainnya yang
berguna bagi pengobatan penyakit tertentu. Selain itu, di Indonesia juga terdapat tanaman yang
mirip ginseng. Salah satunya yaitu kolesom (Talinum triangulare). Kolesom adalah sejenis
tumbuhan liar yang banyak ditemukan sebagai gulma di daerah tropika. Tanaman ini dapat
dibudidayakan sebagai sayuran fungsional karena sekaligus bisa dimanfaatkan sebagai tanaman
obat (Mualim, Aziz, Susanto, & Melati, 2012).
Pemanfaatan tanaman kolesom sebagai obat yang bersifat alami dianggap lebih aman
untuk dikonsumsi serta memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan dengan oba-
obatan kimia sintetik (Ulfa, Suhartono, & Setiawan, 2017). Khasiat obatnya terdapat pada
hampir semua bagian tanamannya, mulai dari daun, batang, akar hingga ke umbinya.
Masyarakat Indonesia sudah ada yang mengenal kolesom dan memanfaatkannya sejak lama,
namun juga ada yang belum dan hanya memanfaatkan dalam kondisi terbatas. Daerah
Kalimantan Selatan misalnya, penduduk setempat memanfaatkan daun kolesom sebagai bahan
campuran bedak dingin, sementara di Jawa Barat, kolesom kebanyakan dimanfaatkan untuk
lalapan. Masyarakat masih belum begitu paham tentang kandungan kimia yang dapat
dimanfaatkan dari kolesom, sehingga pembudidayaan masih belum begitu banyak.
Dusun Ngemplak RW 08 Kelurahan Sendangadi, Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman
adalah salah satu wilayah di pinggiran Kabupaten Sleman yang pemukimannya cenderung mulai
padat dengan bangunan untuk tempat kos mahasiswa, sehingga lahan pekarangannya sempit.
Ingesti, Kusumawati, Ekawati, & Saputri, Budidaya Tanaman Kolesom….
36
Sebagian besar lahan pekarangannya belum banyak yang dimanfaatkan untuk membudidayakan
tanaman yang bisa dinikmati hasilnya untuk memenuhi kebutuhan pangan misalnya sayur-
sayuran. Oleh karena itu perlu diberi suatu pengetahuan yang berkaitan dengan pemanfaatan
pekarangan secara optimal. Selain itu, masyarakat Indonesia cenderung memiliki alternatif
pengobatan berupa cara pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alami, salah
satunya dengan pemanfaatan tanaman kolesom. Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini
merupakan program yang dilakukan oleh institusi minimal 1 kali dalam setahun, dengan
mengirimkan tim dosen yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda sesuai dengan
permasalahan yang sedang terjadi dalam masyarakat. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk
memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai pemanfaatan lahan pekarangan untuk
budidaya sayuran dan cara budidaya tanaman sayuran kolesom di polibag.
METODE PELAKSANAAN
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan insidental pada tanggal 10 Agustus 2016 dengan
sasaran pengabdian adalah ibu-ibu anggota PKK di Dusun Ngemplak, Kelurahan Sendangadi,
Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta sejumlah 22 orang. Kegiatan diawali dengan
survei lokasi yang dilaksanakan 6 minggu sebelum pelaksanaan pengabdian yang bertujuan
untuk menemukan permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, melakukan pertemuan dengan
Ketua PKK Dusun Ngemplak untuk mendiskusikan permasalahan, menentukan teknis cara
pelaksanaannya serta pembuatan surat permohonan penyuluhan dari pihak anggota PKK kepada
tim dosen terkait dengan pemanfaatan lahan pekarangan yang belum termanfaatkan. Setelah itu,
surat permohonan penyuluhan disampaikan kepada Unit Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Politeknik LPP untuk kelengkapan administratif pembuatan surat tugas untuk tim
dosen. Surat tugas tim dosen dibuat satu minggu sebelum pelaksanaan kegiatan pengabdian.
Setelah kegiatan pengabdian selesai, tim dosen diberikan surat keterangan dari pihak anggota
PKK bahwa tim dosen telah melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan tema dan waktu yang
telah disepakati bersama.
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dengan metode ceramah dan tanya jawab (diskusi)
tentang cara budidaya tanaman kolesom, manfaatnya serta cara pengolahan untuk konsumsi
keluarga. Dijelaskan pula manfaat dan kegunaan mengkonsumsi kolesom untuk penyembuhan
penyakit seperti asma, dan lain-lain.
Abdimas Dewantara, Volume 4, No. 1, Maret 2021, hal. 34-45
37
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengenalan dan Budidaya Tanaman Kolesom dalam Polibag
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan sebagai salah satu untuk memberikan atau sharing
informasi, khususnya kepada ibu-ibu anggota PKK Dusun Ngemplak, Sleman. Kegiatan diawali
dengan pemaparan atau penjelasan mengenai pengenalan tanaman kolesom (Gambar 1).
Kolesom merupakan tanaman herba menahun, sukulen, tergolong ke dalam famili
Portulacaceae dan bukan genus Panax seperti ginseng yang digunakan untuk obat-obatan. Daun
ginseng ini adalah tanaman perdu yang tumbuhnya semi menjalar dan bisa mencapai tinggi 60
cm. Daunnya oval atau lonjong berwarna hijau mengkilat (Gambar 2). Berbunga majemuk
dengan kelopak berwarna pink. Batang tanaman membentuk sudut (segitiga). Tanaman ini
sangat mudah untuk dikembangbiakan, baik dengan biji maupun setek batang. Asal medianya
gembur, cukup humus dan tidak tergenang air, tanaman ini bisa tumbuh subur.
Kolesom dapat tumbuh baik pada tanah yang memiliki ketebalan lapisan atasnya antara
18-22 cm dengan pH antara 4-7. Curah hujan 1500-2000 mm/tahun dengan penyebaran rata-
rata 200 mm/bulan atau lebih yang terdistribusikan selama 4 bulan. Suhu udara yang baik untuk
pertumbuhan tanaman kolesom adalah 23°C. Ketinggian lahan yang cocok untuk tanaman
kolesom berkisar antara 0-1000 m dari permukaan laut (dpl) (Aziz, 2011).
Daun kolesom memiliki potensi sebagai sayuran berkhasiat obat karena memiliki nutrisi
dan antioksidan yang penting. Kandungan dari setiap 100 g bahan kering daun kolesom
mengandung 4.4 g karbohidrat, 4.6 g protein, 1.0 g serat, dan 280 mg asam askorbat, sedangkan
kandungan mineralnya adalah 2.44 mg kalsium (Ca), 6.10 mg K, 2.22 mg magnesium (Mg),
0.28 mg Na, dan 0.43 mg Fe (Mensah, Okoli, Ohaju-Obodo, & Eifediyi, 2008).
Gambar 2. Kolesom Gambar 1. Penjelasan tentang Kolesom
Ingesti, Kusumawati, Ekawati, & Saputri, Budidaya Tanaman Kolesom….
38
Semua bagian tanaman ini bisa dimakan, mulai dari akar hingga daunnya. Biasanya
akarnya tanaman ini bisa mengembung jika dibiakan melalui biji. Bagian pucuk dari daun
kolesom dapat dikonsumsi sebagai sayuran (Saleh, Aziz, & Andarwulan, 2014). Banyak yang
memanfaatkan umbi tanaman ini untuk dikeringkan sebagai ramuan obat. Daunnya biasa dijual
sebagai sayuran. Daunnya sangat cocok ditumis, dibuat cah (dimasak dengan sedikit air) atau
sebagai campuran sayur bening/sup. Rasanya lezat dengan tekstur lembut dan sedikit berlendir.
Secara turun-temurun akar dan daunnya dipercaya dapat meningkatkan stamina tubuh. Tanaman
kolesom mengandung senyawa fitokimia, antara lain: flavonoid, alkaloid, saponin, dan tanin
(Aja, Okaka, Onu, Ibiam, & Urako, 2010).
Membudidayakan tanaman kolesom tidak harus di lahan langsung. Jika lingkungan
tempat tinggal sangat terbatas ketersediaan lahannya, maka budidaya kolesom dapat dilakukan
dengan alternatif lain. Salah satu contoh cara menanam kolesom di lahan yang sempit yaitu
dengan menggunakan polibag. Menanam sayuran atau kolesom di lahan yang sempit dengan
menggunakan polibag mudah untuk dilakukan. Selain dari segi harga polibag yang murah,
polibag juga memiliki beberapa varian ukuran dan kualitas bahan yang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan. Menurut (Pasir & Hakim, 2014), penggunaan polibag akan memudahkan
dalam pemeliharaan, pengontrolan, dan dapat digunakan untuk budidaya tanaman sayuran off
season. Beberapa bahan yang diperlukan untuk menanam sayuran dengan menggunakan
polybag, antara lain: tanah gembur yang subur, kompos/pupuk kandang untuk menyediakan
kebutuhan akan unsur hara bagi tanaman yang lebih maksimal, dan tentu saja benih/bibit
sayuran yang ingin ditanam. Berikut ini adalah langkah-langkah praktis dalam
membudidayakan kolesom dalam polibag, antara lain:
1. Pembibitan
Bahan tanam yang digunakan pada pembibitan adalah stek kolesom dengan panjang ± 10-
15 cm (stek 2 buku). Pembibitan dilakukan lebih dahulu untuk keperluan bahan tanam agar
mendapatkan bibit yang seragam dan dilakukan selama 4 minggu sebelum tanam. Pembibitan
stek batang dilakukan dalam kantong plastik (polybag) yang telah dilubangi dengan media
campuran tanah, arang sekam, dan pupuk kandang sapi (1:1:1/v:v:v). Bahan stek diambil dari
tanaman induk yang telah dewasa. Stek batang diambil dari bagian tengah batang tua yang telah
dibuang daun-daunnya. Pangkal batang dipotong miring kemudian setek ditanam dengan
membenamkan ± 2 cm bagian batang ke dalam media semai. Keseragaman stek yang diambil
Abdimas Dewantara, Volume 4, No. 1, Maret 2021, hal. 34-45
39
dilihat dari bagian batang yang diambil, panjang setek, dan diameter batang. Apabila bibit
kolesom telah berumur 2-4 minggu setelah tanam (dari stek batang) dapat dipindah tanam
(transplanting) langsung ke tanah atau di pot/wadah yang lebih besar (repotting).
2. Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah dan arang sekam (3:2/v:v).
Media tanam tersebut dicampur dengan kompos (50 g/polybag). Media tanam disiapkan dengan
memasukkan campuran media tersebut ke dalam polybag.
3. Penanaman
Stek batang kolesom ditanam di polybag yang telah berisi media tanam. Penanaman
dilakukan apabila bibit yang berasal dari stek batang telah berdaun dua helai dan membuka
sempurna (± 5-7 hari di pesemaian) (Susanti, Aziz, Melati, & Susanto, 2013). Setiap polybag
ditanam satu tanaman. Bibit yang ditanam tersebut adalah bibit yang memiliki pertumbuhan
yang sehat dan seragam di pembibitan.
4. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan gulma, dan
pencegahan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan sekali setiap pada pagi hari pada awal
pertumbuhan. Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan memperhatikan gejala
serangan.
5. Panen
Pemanenan dapat dilakukan pada umur 6 minggu setelah transplanting/pindah tanam)
atau dengan melihat kondisi dan kriteria panen daun kolesom. Panen dilakukan pada saat daun
kolesom telah memiliki kriteria panen yaitu dengan memetik bagian pucuk daun dan tiga daun
yang membuka sempurna dan menyisakan 2 daun (Ekawati, 2017).
Daun kolesom yang dipanen biasanya dapat dijadikan sebagai bahan masakan, seperti
tumisan atau daun/pucuk koleom yang direbus atau dikombinasikan dengan bahan masakan
lain. Pada kegiatan pengabdian ini, juga ditunjukkan salah satu jenis masakan yang berbahan
dasar kolesom yaitu tumis kolesom (Gambar 3). Pada saat sesi diskusi dan tanya jawab, ada
peserta yang bercerita bahwa kolesom paling sering digunakan sebagai sayuran yang
ditambahkan dalam mi rebus.
Ingesti, Kusumawati, Ekawati, & Saputri, Budidaya Tanaman Kolesom….
40
Kolesom Sebagai Tanaman Obat
Tanaman kolesom di Jawa sering dikenal dengan istilah ginseng jawa. Semua bagian
tanaman kolesom bisa dimakan, mulai dari daun hingga ke akarnya. Umbi kolesom telah lama
digunakan oleh nenek moyang Indonesia sebagai obat untuk mengatasi kelemahan tubuh
(tonikum) pengganti ginseng. Selain itu, kolesom juga dapat digunakan sebagai obat hipertensi,
diare, anti radang dan antioksidan. Fungsi kolesom sebagai tonikum sudah terkenal hingga ke
manca negara, terutama Jepang, China dan Korea. Oleh karena khasiatnya yang tinggi dan aman
dalam pemakaianya, maka kolesom diperkirakan dapat dijadikan sebagai salah satu andalan
sumber penambah devisa bagi Indonesia.
Khasiat kolesom tidak terlepas dari kandungan senyawa kimianya dalam setiap bagian
dari tanamannya. Senyawa-senyawa tersebut bersifat bioaktif mulai dari alkaloid, saponin,
flavonoid, tanin, dan asam fenolat. Sementara bila ditinjau dari nilai gizinya, kolesom
mengandung kadar protein dan serat pangan yang cukup tinggi dan sangat baik untuk kesehatan
manusia.
(Aja et al., 2010) menyatakan bahwa dalam sampel kering kolesom mengandung
flavonoid (69.8%), alkaloid (55.56%), saponin (1.48%), dan tanin (1.44%). Berikut beberapa
gambaran berupa kegunaan senyawa-senyawa kimia yang terkandung pada kolesom.
1. Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa organik karena sumber utamanya banyak berasal dari
tumbuhan, hewan dan mikroba. Alkaloid bersifat bioaktif dan memiliki efek fisiologis, oleh
karenanya sering digunakan sebagai CNS stimulan. Beberapa jenis alkaloid dan penggunaannya
di bidang farmasi, antara lain: atropin sebagai obat kejang, reserpin sebagai obat penenang dan
kokain sebagai obat bius.
Gambar 3. Tumis Kolesom
Abdimas Dewantara, Volume 4, No. 1, Maret 2021, hal. 34-45
41
2. Flavonoid dalam Kolesom
Flavonoid adalah salah satu jenis dari senyawa fenolik yang bersifat antioksidan.
Flavonoid banyak terdapat pada sereal, sayuran dan buah-buahan. Senyawa flavonoid termasuk
ke dalam bahan kimia antioksidan alami yang dapat mengatasi radikal bebas yang akan dapat
menghambat terjadinya kerusakan sel pada manusia dan mamalia. Flavonoid terdiri dari
beberapa senyawa yang sebagian besar memiliki sifat oksidatif, seperti antosianin, kaemferol,
myricetin, quercetin, apigenin, luteotin vitexin dan isovitexin. Kolesom sebagai salah satu
sumber flavonoid, pada daunnya mengandung senyawa quersetin, kaemferol dan antosianin.
Senyawa quercetin ialah golongan flavonol teraktif dibandingkan senyawa lainnya dari
golongan yang sama. Senyawa quercetin pada tanaman kolesom menyebabkan tanaman ini bila
dikonsumsi dapat mengurangi resiko penyakit kanker, jantung, stroke, prostatis, katarak dan
termasuk gangguan pernafasan seperti bronkitis dan asma. Selain itu, senyawa ini juga memiliki
aktivitas sebagai anti peradangan dan anti tumor. Hampir sama halnya dengan quercetin,
kaemferol juga memiliki khasiat yang sama dalam pencegahan terhadap resiko kanker dan
penyakit jantung, meskipun aktivitasnya tidak sebaik quercetin. Namun, dari keseluruhan
senyawa flavonoid tersebut, yang memiliki sifat khusus sebagai cardioprotective (perlindungan
terhadap jantung) adalah antosianin. Senyawa ini selalu ada di tiap kandungan flavonoid,
sehingga kandungan flavonoid tinggi dapat mengindikasikan adanya senyawa antosianin pada
tanaman.
3. Tanin
Tanin merupakan senyawa gabungan dari polifenol yang memiliki rasa asam dan sepat.
Senyawa ini dapat menyebabkan pengendapan protein dari dalam larutannya. Di industri
farmasi, senyawa kimia ini umumnya dimanfaatkan sebagai antiseptik pada jaringan luka,
campuran obat cacing dan obat kanker serta antidotum (keracunan alkaloid).
4. Saponin
Saponin adalah sejenis glikosida yang juga bersifat bioaktif yang kegunaan yang cukup
luas seperti: anti tumor, antivirus, hypokolesterol, peningkat sistem immunitas, antioksidan dan
anti rematik. Namun dalam penggunaannya harus berhati-hati apalagi bagi ibu hamil karena
dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Pada penderita ginjal juga harus diwaspadai dalam
penggunaannya, karen tanpa dosis yang tepat dapat menyebabkan retensi air dan kalium.
Ingesti, Kusumawati, Ekawati, & Saputri, Budidaya Tanaman Kolesom….
42
Khusus pada tanaman kolesom, saponin dapat digunakan untuk pengobatan penyakit
cardiovascular.
Pengaruh Unsur Hara terhadap Pembentukan Senyawa-Senyawa Bioaktif pada Kolesom
Senyawa-senyawa bioaktif pada kolesom terbentuk dari proses metabolisme sekunder,
sama halnya seperti tumbuhan-tumbuhan lainnya yang juga memiliki kandungan bioaktif yang
sama. Pembentukan senyawa metabolit sekunder dipengaruhi oleh pemupukan pada tanaman
meniran (Setiawan & Rahardjo, 2015); kolesom (Mualim et al., 2012); daun dewa
(Tripatmasari, Aziz, & Ghulamahdi, 2014); dan (Farida, Susanti, & Yuniarachma, 2019).
Sebagai contoh yaitu pada pembentukan antosianin. Jenis metabolit sekunder ini dihasilkan
dengan jumlah produksi yang berbeda-beda, tergantung dari cara pengaturan pemupukan
tanaman penghasilnya. Pemberian unsur hara melalui pemupukan dapat mempengaruhi
produksi suatu tanaman, termasuk kolesom. Pemberian pupuk yang mengandung urea dan
kalium meningkatkan pertumbuhan vegetatif, dalam hal ini adalah bagian daun kolesom
(Susanti, Aziz, Melati, & Susanto, 2014). Kandungan antosianin lebih rendah pada pemberian
pupuk NPK dibandingkan tanpa pemupukan, namun produksi per tanaman lebih tinggi (Mualim
& Aziz, 2009). Sejalan dengan hasil penelitian (Purnamaningrum & Nihayati, 2019) bahwa
tanpa penambahan dosis nitrogen dapat meningkatkan kandungan antosianin dan flavonoid
tanaman iler. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan senyawa metabolit sekunder, salah
satunya antosianin meningkat pada kondisi kandungan hara yang rendah.
Adapun evaluasi dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diadakan di Dusun
Ngemplak, RW 08, Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta berjalan dengan sangat baik.
Antusiasme warga sangat baik, dan proses tanya jawab berlangsung sangat intensif. Selain
diskusi, ibu-ibu anggota PKK tersebut juga menerima bibit tanaman kolesom dalam polibag
yang telah berumur 6 minggu setelah semai, sehingga dapat ditanam/pindah tanam dirumah
masing-masing dan dipelihara (Gambar 4). Selain itu, mayoritas ibu-ibu juga ingin
memanfaatkan tanaman tersebut selain sebagai tanaman hias juga sebagai tanaman obat karena
sebagian besar adalah ibu yang sudah lanjut usia sehingga diharapkan dengan mengkonsumsi
tanaman tersebut akan dapat menyehatkan tubuh.
Abdimas Dewantara, Volume 4, No. 1, Maret 2021, hal. 34-45
43
KESIMPULAN
Peserta kegiatan sosialisasi dan penyuluhan yaitu ibu-ibu anggota PKK yang diadakan di
Dusun Ngemplak, Kelurahan Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta
telah memahami tentang pemanfaatan lahan pekarangan yang sempit dengan budidaya tanaman
sayuran, contohnya kolesom yang bisa dijadikan sebagai tanaman obat dalam polibag melalui
pemahaman tentang budidaya kolesom dalam polibag, kolesom sebagai tanaman obat, dan
hubungan antara unsur hara dengan senyawa metabolit sekunder dari kolesom. Peserta juga
telah dapat melakukan budidaya kolesom (baik yang berasal dari tanaman liar maupun yang
telah dipelihara).
REKOMENDASI
Kedepannya dapat direkomendasikan bahwa PKK di Dusun Ngemplak, Kelurahan
Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta tersebut bisa menjadi PKK
binaan Politeknik LPP dalam membudidayakan tanaman kolesom dan ingin menggunakannya
atau memodifikasinya untuk menjadi makanan ringan/snack yang dapat dijual dan menambah
kas PKK.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih ditujukan kepada institusi Politeknik LPP yang telah memberikan
dana untuk pengabdian ini serta ibu-ibu anggota PKK Dusun Ngemplak RW 08 Desa
Sendangadi, Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Aja, P. M., Okaka, A. N. C., Onu, P. N., Ibiam, U., & Urako, A. J. (2010). Phytochemical
composition of Talinum triangulare (water leaf) leaves. Pakistan Journal of Nutrition,
Gambar 4. Pembagian Bibit Kolesom
Ingesti, Kusumawati, Ekawati, & Saputri, Budidaya Tanaman Kolesom….
44
9(6), 527–530. https://doi.org/10.3923/pjn.2010.527.530
Ashari, Saptana, & Purwantini, T. B. (2012). Potensi dan prospek pemanfaatan lahan
pekarangan untuk mendukung ketahanan pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 30(1),
13–30. https://doi.org/10.21082/fae.v30n1.2012.13-30
Aziz, S. A. (2011). Panduan Budidaya Kolesom Organik (Talinum triangulare (Jacq.) Willd.)
(Good Agricultural Practices) yang Baik. Bogor: Departemen Agronomi dan
Hortikultura-SEAFAST Center IPB.
Ekawati, R. (2017). Pertumbuhan dan produksi pucuk kolesom pada intensitas cahaya rendah.
Kultivasi, 16(3), 412–417.
Farida, S., Susanti, D., & Yuniarachma, A. (2019). Pengaruh naungan dan variasi sumber pupuk
organik cair terhadap kadar flavonoid daun Bangun Bangun (Plectranthus amboinicus
(Lour) Spreng). Jurnal Jamu Indonesia, 4(3), 81–86. https://doi.org/10.29244/jji.v4i3.152
Mensah, J. K., Okoli, R. I., Ohaju-Obodo, J. O., & Eifediyi, K. (2008). Phytochemical,
nutritional and medical properties of some leafy vegetables consumed by Edo people of
Nigeria. African Journal of Biotechnology, 7(14), 2304–2309.
https://doi.org/10.5897/AJB08.062
Mualim, L., & Aziz, S. A. (2009). Kajian pemupukan NPK dan jarak tanam pada produksi
antosianin daun kolesom. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy),
37(1), 55–61. https://doi.org/10.24831/jai.v37i1.1395
Mualim, L., Aziz, S. A., Susanto, S., & Melati, M. (2012). Aplikasi pupuk inorganik
meningkatkan produksi dan kualitas pucuk kolesom pada musim hujan. Jurnal Agronomi
Indonesia, 40(2), 160–166.
Pasir, S., & Hakim, M. S. (2014). Penyuluhan penanaman sayuran dengan media polybag.
Jurnal Inovasi Dan Kewirausahaan, 3(3), 159–163.
Purnamaningrum, A., & Nihayati, E. (2019). Pengaruh Pemakaian Mulsa dan Dosis Nitrogen
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Iler (Plectranthus scutellarioides (L .) R. Br.).
Jurnal Produksi Tanaman, 7(12), 2186–2195.
Saleh, I., Aziz, S. A., & Andarwulan, N. (2014). Shoot production and metabolite content of
Waterleaf with organic fertilizer. Jurnal Agronomi Indonesia, 42(3), 210–214.
https://doi.org/10.24831/jai.v42i3.9169
Setiawan, & Rahardjo, M. (2015). Respon pemupukan terhadap pertumbuhan, produksi dan
Abdimas Dewantara, Volume 4, No. 1, Maret 2021, hal. 34-45
45
mutu herba meniran (Phyllantus niruri). Buletin Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat,
26(1), 25–34. https://doi.org/10.21082/bullittro.v26n1.2015.25-34
Susanti, H., Aziz, S. A., Melati, M., & Susanto, S. (2013). Aplikasi pupuk nitrogen+kalium
melalui tanah dan daun terhadap produksi protein dan antosianin pucuk layak jual kolesom
(Talinum triangulare (Jacq.) Willd). EnviroScienteae, 9, 140–146.
Susanti, H., Aziz, S. A., Melati, M., & Susanto, S. (2014). Respon fisiologis dan produksi pucuk
kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) terhadap aplikasi pupuk nitrogen+kalium
melalui tanah dan daun. Ziraa’ah, 39(2), 37–44.
Syamsi, F., Anggraini, D., & Ramses, R. (2019). Pemanfaatan pekarangan rumah untuk
bertanam sayuran organik dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan keluarga.
Minda Baharu, 3(1), 9–15. https://doi.org/10.33373/jmb.v3i1.1877
Tripatmasari, M., Aziz, S. A., & Ghulamahdi, M. (2014). Pengaruh pemupukan dan waktu
pemanenan terhadap produksi antosianin daun dan kuisertin umbi tanaman daun dewa
(Gynura pseudochina (L.) DC). Agrovigor, 7(1), 25–36.
Ulfa, M., Suhartono, & Setiawan, E. (2017). Kandungan Alkaloid dan Steroid pada Tanaman
Kolesom (Talinum triangulare (Jacq. ) Willd.) Akibat Perbedaan Daerah Asal Tanaman.
Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi, 10(1), 56–63.
https://doi.org/10.21107/agrovigor.v10i1.2829
Yulida, R. (2012). Kontribusi usahatani lahan pekarangan terhadap ekonomi rumah tangga
petani di Kecamatan Kerinci Kabupaten Pelalawan. Indonesian Journal of Agricultural
Economics (IJAE), 3(2), 135–154.